teori thorndike

13
BAB I PENDAHULUAN Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu guru dan murid. Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Jadi proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, namun dapat dipahami oleh guru. Dari segi murid belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli tentang hal tersebut. Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu. Dengan perkembangannya psikologi dalam pendidikan, maka berbarengan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar, justru dapat dikatakan bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar. Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat pesat. Didalam masa perkembangan psikologi pendidikan dijaman mutakkhir ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu : Psikologi Behavioristik Psikologi Kognitif, dan Psikologi Humanistic. 1 | TEORI THORNDIKE

Upload: ade-rifai-kolot

Post on 27-May-2015

17.502 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori thorndike

BAB I

PENDAHULUAN

Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu guru dan

murid. Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Jadi proses

belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, namun dapat dipahami

oleh guru. Dari segi murid belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses

mental dalam menghadapi bahan belajar. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang

dikemukakan oleh para ahli tentang hal tersebut.

Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu. Dengan

perkembangannya psikologi dalam pendidikan, maka berbarengan dengan itu bermunculan

pula berbagai teori tentang belajar, justru dapat dikatakan bahwa dengan tumbuhnya

pengetahuan tentang belajar. Maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang sangat

pesat. Didalam masa perkembangan psikologi pendidikan dijaman mutakkhir ini muncullah

secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu :

Psikologi Behavioristik

Psikologi Kognitif, dan

Psikologi Humanistic.

Dari ketiga aliran psikologi tersebut, behavioristik adalah merupakan salah satu aliran

yang dimiliki oleh Edward Lee Thorndike sehingga dalam makalah ini penulis akan

mengangkat tentang :

Biografi Edward Lee Thorndike

Bagaimana teori-teori Edward L.T. ?, dan

Apa saja hukum-hukum yang digunakan Edward L.T. ?

Bagaimana aplikasi dari teori Edward L.T dalam pembelajaran

1 | T E O R I T H O R N D I K E

Page 2: Teori thorndike

BAB II

PEMBAHASAN

1. A. BIOGRAFI Edward Lee Thorndike

Edward Lee Thorndike (lahir 31 Agustus 1874 Williamsburg, Massachusetts, Amerika

Serikat – meninggal 9 Agustus 1949 Montrose, New York, Amerika Serikat) adalah seorang

psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers College,

Columbia University. Karyanya pada perilaku binatang dan belajar proses menuju teori

connectionism dan membantu meletakkan dasar ilmiah modern psikologi pendidikan.. Dia

juga bekerja di industri pemecahan masalah, seperti karyawan ujian dan pengujian. Dia

adalah seorang anggota dewan dari Psychological Corporation, dan menjabat sebagai

presiden American Psychological Association pada tahun 1912.

Masa kanak-kanak dan Pendidikan

Anak seorang pendeta Metodis di Lowell, Massachusetts. Pada 29 Agustus 1900, ia

menikah Elizabeth Moulton dan mereka punya lima anak. Thorndike lulus dari Sekolah The

Roxbury Latin (1891), di West Roxbury, Massachusetts, Wesleyan University (BS 1895),

Harvard University (MA 1897), dan Columbia University (PhD. 1898). Setelah lulus,

Diangkat instruktur di psikologi genetika di Teachers College, Columbia, pada tahun 1899, ia

melayani di sana sampai 1940 (sebagai profesor dari 1904 dan sebagai direktur dari

pembagian psikologi dari Institute of Educational Research dari 1922). Ia menjadi instruktur

psikologi di Teachers College di Columbia University, di mana ia tinggal sampai sisa

kariernya, mempelajari manusia belajar, pendidikan, dan mental pengujian.. Thorndike pada

tahun 1937 menjadi Presiden kedua Psychometric Society, mengikuti jejak Leon Louis

Thurstone yang telah mendirikan masyarakat dan jurnal Psychometrika tahun sebelumnya.

Karya-karyanya

Kontribusinya besar untuk pendidikan psikologi sebagian besar dalam metode yang

dirancang untuk menguji dan mengukur kecerdasan anak-anak dan kemampuan mereka untuk

belajar. He conducted studies in animal psychology and the psychology of learning, and

compiled dictionaries for children (1935) and for young adults (1941). Dia melakukan

penelitian pada hewan psikologi dan psikologi belajar, dan disusun kamus untuk anak-anak

2 | T E O R I T H O R N D I K E

Page 3: Teori thorndike

(1935) dan bagi orang dewasa muda (1941). The great number of his writings includes

Educational Psychology (1903), Mental and Social Measurements (1904), Animal

Intelligence (1911), A Teacher’s Word Book (1921), Your City (1939), and Human Nature

and the Social Order (1940). Banyaknya tulisan-tulisannya meliputi Educational Psychology

(1903), Mental dan Sosial Pengukuran (1904), Animal Intelligence (1911), A Teacher’s Word

Book (1921), Your City (1939), dan Human Nature dan Orde Sosial (1940 ).

1. B. TEORI THORNDIKE

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara

peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan

eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat.

Respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.

Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam

penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini

Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan

adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat

dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut

menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya

aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai

respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.

Ciri-ciri belajar dengan trial and error :

Ada motif pendorong aktivitas

ada berbagai respon terhadap situasi

ada aliminasi respon-respon yang gagal atau salah

ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu

Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :

1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)

Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus

maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi

3 | T E O R I T H O R N D I K E

Page 4: Teori thorndike

cenderung diperkuat. hukum ini pada intinya menyatakan bahwa belajar akan berhasil apabila

peserta didik benar-benar telah siap untuk belajar. Dengan perkataan lain, apabila suatu

materi pelajaran diajarkan kepada anak yang belum siap untuk mempelajari materi tersebut

maka tidak akan ada hasilnya.

2. Hukum latihan

Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R.

Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin

kuat. Hukum ini sebenarnya tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum atau

practice makes perfect. Interpretasi dari hukum ini adalah semakin sering suatu pengetahuan

—yang  telah terbentuk akibat terjadinya asosiasi atara stimulus dan respon—dilatih

(digunakan), maka  ikatan tersebut akan semakin kuat. Jadi, hukum ini menunjukkan prinsip

utama belajar adalah pengulangan. Semakin sering suatu materi pelajaran diulangi maka

materi pelajaran tersebut akan semakin kuat tersimpan dalam ingatan (memori).

3. Hukum akibat ( Efek )

Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan

cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat

adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk

dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi. Jadi hokum akibat menunjukkan

bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan serupa.

Hal ini berarti  (idealnya),  jika suatu respon yang diberikan oleh seseorang terhadap

suatu stimulus adalah benar dan ia mengetahuinya, maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi

akan diperkuat. Konkretnya adalah sebagai berikut: Misalkan seorang siswa diminta untuk

menyelesaikan suatu soal matematika, setelah ia kerjakan, ternyata jawabannya benar, maka

ia merasa senang/puas dan akibatnya antara soal dan jawabannya yang benar itu akan kuat

tersimpan dalam ingatannya.

Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:

1. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response).

4 | T E O R I T H O R N D I K E

Page 5: Teori thorndike

Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan error yang

menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat

dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

2. Hukum Sikap (Set/Attitude).

Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh

hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri

individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.

3. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element).

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon hanya

pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon

selektif).

4. Hukum Respon by Analogy.

Hukum ini mengatakan bahwa individu dapat melakukan respon pada situasi yang belum

pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum

pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau

perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang

sama/identik, maka transfer akan makin mudah.

5. Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting).

Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang

belum dikenal dilakukan secara tertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit

unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama

Thorndike mengemukakan revisi hukum belajar antara lain:

Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan, saja tidak cukup untuk

memperkuat hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun hubungan

stimulus respon belum tentu diperlemah.

Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat positif untuk

perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.

5 | T E O R I T H O R N D I K E

Page 6: Teori thorndike

Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan kedekatan, tetapi adanya

saling sesuai antara stimulus dan respon.

Akibat suatu perbuatan dapat menular (spread of effect) baik pada bidang lain maupun

pada individu lain.

1. C. APLIKASI TEORI

Aplikasi Dasar

Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas

“mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah

dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan.

Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban

benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya

terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.

Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau

sistem drill.

Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman

sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori adalah ciri-ciri kuat yang

mendasarinya yaitu:

Mementingkan pengaruh lingkungan

Mementingkan bagian-bagian

Mementingkan perananreaksi

Mengutamakan mekanisme terbentuknya belajar melalui prosedur stimulus respon

Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbenutuk sebelumnya

Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

6 | T E O R I T H O R N D I K E

Page 7: Teori thorndike

Lingkup Teori

Connectionism itu dimaksudkan untuk menjadi teori umum pembelajaran untuk hewan dan

manusia. Thorndike sangat tertarik dalam penerapan teori pendidikan termasuk matematika

(Thorndike, 1922), ejaan dan membaca (Thorndike, 1921), pengukuran kecerdasan

(Thorndike et al., 1927) dan orang dewasa belajar (Thorndike di al., 1928).

Contoh :

Contoh klasik dari teori SR Thorndike itu adalah kucing belajar untuk melarikan diri dari

sebuah “kotak teka-teki” dengan menekan tuas di dalam kotak. Setelah banyak trial and error

perilaku, kucing belajar untuk mengasosiasikan menekan tuas (S) dengan membuka pintu

(R). SR ini sambungan dibuat karena hasil dalam keadaan memuaskan (melarikan diri dari

kotak). Hukum latihan menentukan bahwa sambungan ini didirikan karena pasangan SR

terjadi berkali-kali (hukum efek) dan dihadiahi (hukum efek) serta membentuk satu urutan

(hukum kesiapan).

Prinsip

1. Belajar memerlukan latihan dan penghargaan baik (hukum efek / latihan)

2. Serangkaian SR sambungan dapat dirantai bersama-sama jika mereka merupakan

rangkaian aksi yang sama (hukum kesiapan).

3. Transfer pembelajaran terjadi karena situasi ditemui sebelumnya

4. Intelijen adalah fungsi dari jumlah koneksi dipelajari

7 | T E O R I T H O R N D I K E

Page 8: Teori thorndike

BAB III

KESIMPULAN

Teori belajar yang dekemukakan Edward Lee Thorndike disebut dengan teori Connectionism

atau dapat juga di sebut Trial and Error Learning.

Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :

1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)

2. Hukum latihan

3. Hukum akibat ( Efek )

Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut:

1. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response).

2. Hukum Sikap (Set/Attitude).

3. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element).

4. Hukum Respon by Analogy.

5. Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting).

Dari ketiga hukum-hukum yang ditemukan oleh Thorndike, yaitu : hukum kesiapan, hukum

latihan, dan hukum akibat akhirnya Thorndike melakukan revisi terhadap hukum-hukum

tersebut.

Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi

peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan

bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

8 | T E O R I T H O R N D I K E

Page 9: Teori thorndike

DAFTAR PUSTAKA

Boeree,George, 2005, Sejarah Psikologi, Jakatra: Prima Shopie

http://translate.gogleusercontent.com/translate_c

http://tip.psychology.org/thorn.html (Merriam & Caffarella, 1991)

http://www.unikajaya.co.cc/2009/11/teori-psikologi-belajar-dan-aplikasinya.html

Soemanto, Wasty,  1998, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Wirawan, Sartito, 2006, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Tokoh

Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang.

9 | T E O R I T H O R N D I K E