web view . perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

24
Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain dan salah satu faktor utama rendahnya kualitas sumber daya manusia ini tentu berhubungan dengan dunia pendidikan nasional. Program pendidikan nasional yang dirancang diyakini belum berhasil menjawab harapan dan tantangan masa kini maupun di masa depan. Dunia pendidikan nasional perlu dirancang agar mampu melahirkan generasi atau sumber daya manusia yang memiliki keunggulan pada era globalisasi. Pengembangan kurikulum penting untuk meningkatkan keberhasilan sistem pendidikan secara menyeluruh. Sekolah yang tidak kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kurikulum akan semakin tertinggal dan ditinggal oleh peserta didik dan masyarakat dunia kerja. Kurikulum merupakan jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum perlu dimanage, dirancang, dan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia, sehingga bangsa 1

Upload: dangnguyet

Post on 30-Jan-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat

rendah jika dibandingkan dengan negara lain dan salah satu faktor utama

rendahnya kualitas sumber daya manusia ini tentu berhubungan dengan dunia

pendidikan nasional. Program pendidikan nasional yang dirancang diyakini

belum berhasil menjawab harapan dan tantangan masa kini maupun di masa

depan. Dunia pendidikan nasional perlu dirancang agar mampu melahirkan

generasi atau sumber daya manusia yang memiliki keunggulan pada era

globalisasi.

Pengembangan kurikulum penting untuk meningkatkan keberhasilan

sistem pendidikan secara menyeluruh. Sekolah yang tidak kreatif dan inovatif

dalam mengembangkan kurikulum akan semakin tertinggal dan ditinggal oleh

peserta didik dan masyarakat dunia kerja. Kurikulum merupakan jantungnya

dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum perlu dimanage, dirancang, dan

disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan

meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia, sehingga bangsa

Indonesia memiliki daya saing dengan negara lain dalam berbagai bidang.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Saja Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum?

2. Apa Saja Model Pengembangan Kurikulum?

3. Bagaimana Kurikulum Model Ralph Tyler?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum?

2. Menjelaskan Model Pengembangan Kurikulum?

3. Menjelaskan Kurikulum Model Ralph Tyler?

1

Page 2: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Nana Syaodih S membagi dua prinsip pengembangan kurikulum, yaitu

prinsip umum dan prinsip khusus.

1. Prinsip Umum

Pertama, prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki

kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri.

Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup

dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan

perkembangan masyrakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam

yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum,

yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi internal

ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.1

Kedua prinsip fleksibilitas. Kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau

fleksibel. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal

yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya

penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun

kemampuan, dan latar belakang anak.

Ketiga prinsip kontinuitas yaitu kesinambungan. Perkembangan dan proses

belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau

berhenti-henti. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-

sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerja sama antara para pengembang

kurikulum SD dengan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Keempat prinsip praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat

sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi.

Kelima prinsip efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus murah,

sederhana, dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan.

1

2

Page 3: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

2. Prinsip Khusus

Pertama, prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan

mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka

menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus). Perumusan tujuan

pendidikan bersumber pada:

a. Ketentuan dan kebijakasanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam

dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi

pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan;

b. Survai mengenai persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan

mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka;

c. Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu,

dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media

massa;

d. Survai tentang manpower;

e. Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama;

f. Penelitian.

Kedua,prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan. Dalam memilih isi

pendidikan maka perlu mempertimbangkan beberapa hal.

a. Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan

hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil

belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar;

b. Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan;

c. Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.

Ketiga, Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar (PBM).

Pemilihan PBM hendaknya memperhatikan beberapa hal.

a. Apakah metode/teknik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk

mengajarkan bahan pelajaran?

b. Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga

dapat melayani perbedaan individual siswa?

3

Page 4: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

c. Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-

tingkat?

d. Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai

tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?

e. Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan

guru atau kedua-duanya?

f. Apakah metode/teknik dapat mendorong berkembangnya kemampuan baru?

g. Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di

sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada di rumah

dan di masyarakat?

Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang

menekankan ”learning by doing” di samping ”learning by seeing and knowing”.

Keempat,prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran.

a. Alat/media pengajaran apa yang diperlukan.

b. Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan: bagaimana

pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatan?

c. Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk

modul, paket belajar, dan lain-lain?

d. Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?

e. Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.

Kelima, prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

Dalam penyusunan alat penilaian (tes) hendaknya diikuti langkah-langkah

sebagai berikut: Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraikan ke dalam bentuk tingkah-tingkah

laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran. Tuliskan

butir-butir tes.

Dalam merencanakan suatu penilaian perlu diperhatikan beberapa hal:

Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan di tes?

Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan tes? Apakah tes tersebut

4

Page 5: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

berbentuk uraian atau obyektif? Berapa banyak butir tes perlu disusun? Apakah

tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh murid?

Dalam pengolahan suatu hasil penialain hendaknya diperhatikan hal-hal

sebagai berikut: Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil tes?

Apakah digunakan formula quessing? Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor

masak? Skor standar apa yang digunakan? Untuk apakah hasil-hasil tes

digunakan?

B. Model Pengembangan Kurikulum

Ella Yulaelawati membagi lima model pengembangan kurikulum yang

berlaku sejak tahun 1950-an sampai tahun 2000-an berdasarkan kerangka

pendekatan sistemik dan pendekatan kontekstual, yaitu: model Tyler, Taba,

teknik saintifik, nonteknik-nonsaintifik, dan Pendidikan Berbasis Hasil Belajar

(PBHB).

C. Model Kurikulum Ralph Tyler

Pengembangan kurikulum model Tyler yang dapat ditemukan dalam buku

klasik yang sampai sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses

pengembangan kurikulum berjudul Basic PrinciplesOf Curriculum and

Instruction. Sesuai dengan judul bukunya, model pengembangan kurikulum

Tyler ini lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan

tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak

menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah konkrit

atau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler hanya memberikan dasar-dasar

pengembangannya saja. Proses pengembangan kurikulum model Tyler

digambarkan pada gambar berikut (lampiran)

Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan

kurikulum.Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai,

kedua, berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, ketiga,

pengorganisasian pengalaman belajar, dan keempat berhubungan dengan

evaluasi.Model Ralp Tyler menekankan pada empat pertanyaan, yaitu:

5

Page 6: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

1. What educational purposes should the school seek to attain? (objectives).

2. What educational experiences are likely to attain these objectives?

(instructional strategic and content).

3. How can these educational experiences be organized effectively?

(organizing learning experiences).

4. How can we determine whether these purposes are being attain?

(assessment and evaluation).2

1. Menentukan Tujuan

Dalam penyususnan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan

langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan

arah atau sasaran pendidikan. Hendak diabawa kemana anak didik ?

Kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik setelah mengikuti program

pendidikan ? Semuanya bermuara pada tujuan. Lalu sebenarnya dari mana dan

bagaimana kita menentukan tujuan pendidikan ?

Tyler memang tidak menjelaskan secara detail tentang sumber tujuan.

“Similarly, some writers have argued that Tyler doesn’t adequately explain the

source of objectives” (Skilbeck, 1976: Kliebard, 1970). Namun demikian,

Tyler menjelaskan bahwa sumber perumusan tujuan berasal dari siswa, studi

kehidupan masa kini, disiplin ilmu, filosofis, dan psikologi belajar.

Merumuskan tujuan kurikulum sebenarnya sangat tergantung dari teori

dan filsafat pendidikan serta model kurikulum apa yang dianut. Bagi

pengembang kurikulum subjek akademis, maka penguasaan berbagai konsep

dan toeri seperti yang tergambar dalam disiplin ilmu merupakan sumber tujuan

utama. Kurikulum yang bersifat “discipline oriented” berbeda dengan

pengembang kurikulum model humanistik yang lebih bersifat “childish

centered”, yaitu kurikulum yang lebih berpusat pada pengembangan pribadi

siswa, maka yang menjadi sumber utama dalam perumusan tujuan tentu saja

siswa itu sendiri, baik yang berhubungan dengan pengembangan minat dan

bakat serta kebutuhan untuk membekali hidupnya. Lain lagi dengan kurikulum

rekonstruksi sosial. Kurikulum yang lebih bersifat “society centered” ini

2

6

Page 7: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

memposisikan kurikulum sekolah sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan

masyarakat, maka kebutuhan dan masalah-masalah sosial kemasyarakatan

merupakan seumber tujuan utama kurikulum.

Walaupun secara teoritis tampak begitu tajam pertentangan antara

kurikulum yang bersumber dari displin akademik, kurikulum yang bersumber

dari kebutuhan pribadi dan kebutuhan masyarakat, akan tetapi dalam

praktiknya tidak setajam apa yang ada dalam teori. Anak adalah organisme

yang unik, yang memiliki berbagai perbedaan. Ia juga adalah makhluk sosial

yang berasal dan akan kembali pada masyarakat, oleh karena itulah tujuan

kurikulum apa pun bentuk dan modelnya pada dasarnya harus

mempertimbangkan berbagai sumber untuk kepentingan individu dan

kepentingan masyarakat.

2. Menentukan Pengalaman Belajar

Langkah kedua dalam proses pengembangan kurikulum adalah menentukan

pengalaman belajar (learning experiences) sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan. Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam

berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi

pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran. Tyler (1990:

41) mengemukakan : “ The term “ Learning Experience” is not the same as

the content with which a course deals nor activities performed by the teacher.

The term “Learning Experience” refers to the interaction between the learner

and the external conditions in the environment to which he can react. Learning

takes place through the active behavior of the student, it is what he does that he

learns not what the teacher does.

Pengalaman belajar menunjuk pada aktivitas siswa didalam proses

pembelajaran. Dengan demikian yang harus dipertanyakan dalam pengalaman

ini adalah “apa yang akan atau telah dikerjakan oleh siswa” bukan “ apa yang

akan atau telah diperbuat guru”. Untuk itulah guruguru sebagai pengembang

kurikulum mestinya memahami apa minat siswa, serta bagaimana latar

belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru

7

Page 8: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh

pengalaman belajar.

Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa.

Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Setiap tujuan akan menetukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap

pengalaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga, setiap rancangan

pengalaman siswa sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu

pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.

Tedapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan,

misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir

siswa, pengalaman belajaruntuk membantu siswa dalam mengumpulkan

sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan

sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat.

3. Mengorganisasi Pengalaman Belajar

Langkah yang ketiga dalam merancang suatu kurikulum adalah

mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata pelajaran,

maupun dalam bentuk program. Langkah pengorganisasian ini sangatlah

penting, sebab dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi

pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang

nyata bagi siswa.

Ada dua jenis pengorganisasian pengalaman belajar. Pertama

pengorganisasian secara vertikal dan yang kedua secara horizontal.

Pengorganisasian seecara vertikal apabila menghubungkan pengalaman belajar

dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda. Misalkan,

pengorganisasian pengalaman belajar yang menguhungkan antara bidang

goegrafi di kelas lima dan geografi kelas enam. Sedangkan pengorganisasian

secara horizontal jika kita menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang

geografi dan sejarah pada tingkat yang sama. Kedua hubungan ini sangat

penting dalam proses mengorganisasikan pengalaman belajar. Misalkan,

hubungan vertikal akan memungkinkan siswa memiliki pengalaman belajar

yang semakin luasdalam kajian yang sama, sedangkan hubungan horizontal

8

Page 9: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

antara pengalaman belajar yang satu dan yang lain akan saling mengisi dan

memberikan penguatan. Ada tiga prinsip menurut Tyler (1950: 55) dalam

mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu sebagai berikut.

Prinsip kontinuitas ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Bersifat

vertikal artinya bahwa pengalaman belajar yang diberikan harus memiliki

kesinambungan yang diperlukan untuk pengembangan pengalaman belajar

selanjutnya. Contohnya, apabila anak diberikan pengalaman belajar tentang

pengembangan kemampuan membaca bahan-bahan pelajaran studi sosial,

maka harus diyakini bahwa pengalaman belajar tersebut akan dibutuhkan untuk

mengembangkan keterampilan berikutnya, contohnya ketermapilan

memecahkan masalah-masalah sosial. Prinsip kontinuitas yang bersifat

horizontal artinya abahwa suatu pengalaman yang diberikan pada siswa harus

memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman belajar dalam

bidang lain. Contohnya pengalaman belajar dalam bidang aritmetika harus

dapat membantu untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang ekonomi

ataupun dalam bidang IPA.

Prinsip urutan isi sebenarnya erat hubungannya dengan kontinuitas,

perbedaaannya terletak pada tingkat kesulitan dan keluasan bahasan. Artinya

setiap pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa harus memerhatikan

tingkat perkembangan siswa. Pengalaman belajar yang diberikan dikelas lima

harus berbeda dengan pengalaman pada tingkat selanjutnya.

4. Evaluasi

Proses evaluasi merupakan lanhgkah yang sangat penting untuk

mendapatkan informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Evaluasi memegang peranan yang cukup penting, sebab dengan evaluasi dapat

ditentukan apakah kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai oelh sekolah atau belum. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan

sehubungan dengan evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai apakah telah

terjadi perubahan tingakah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang

telah dirumuskan. Kedua, evalusi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat

penilaian dalam suatu waktu tertentu. Dengan demikian , penilaian suatu

9

Page 10: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

program tidak mungkin hanya dapat mengandalkan hasil tes siswa setelsh akhir

proses pembelajaran. Penilaian mestinya membandingkan antara penilaian

awal sebelum siswa melakukan suatu program dengan setelah siswa melakukan

program tersebut. Dari perbandingan itulah akan tampak ada atau tidak adanya

perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan.

Ada dua fungsi evaluasi, pertama evaluasi digunakan untuk memperoleh

data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Denga kata lain, bagaimana

tingkat pencapaian tujuan atau tingkat penguasaan isi kurikulum oleh setiap

siswa. Fungsi ini dinamakan fungsi sumatif. Kedua, untuk melihat efektivitas

proses pembelajaran. Dengan kata lain, apakah program yang disusun telah

dianggap sempurna atau perlu perbaikan. Fungsi ini dinamakan fungsi

formatif.

Model Objectives Tyler memandang evaluasi kurikulum sebagai

pengukuran performa siswa terhadap tujuan perilaku yang sudah dirumuskan,

masih ada beberapa model lainnya yang mengacu pada evaluasi terhadap

ketercapaian goal, yaitu :

a. Hammond, lebih mengkonsentrasikan pada pengaruh faktor institusional

dan instruksional di dalam mencapai tujuan;

b. Provus , mengkonsentrasikan pada apakah terdapat perbedaan antara

pengamatan kurikulum dan standar atau tujuan yang sudah disepakati.

D. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum

1. Fase pengembangan program tingkat lembaga

Pengembangan tingkat lembaga ini mencakup perumusan tujuan institusional,

penetapan isidan struktur program dan penyusunan strategi pelaksanaan

kurikulum.

a. Perumusan tujuan lembaga (institusional)

Rumusan tujuan pendidikan yang terdiri dari rumusan pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang diharpkan dicapai anak setelah menyelesaikan

keseluruhan program pendidikan pada suatu sekolah tertentu

10

Page 11: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

Ciri-ciri tujuan institusional suatu sekolah dapat ditinjau dari segi

kategori,aspek yang diukur dan ditingkat kekhususannya, adalah sebagai

berikut

1) Tujuan institusional umum menggambarkan aspek pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang bersifat umum. Sedangkan tujuan institusional

khusus merupakan penjabaran dari tujuan institusional umum, yang berisi

rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap pula, yang walaupun

rumusan masih bersifat umum

2) Aspek yang dicakup dalam rumusan tujuan institusional adalah

aspek  pengetahuan, keterampilan dan sikap

3) Tingkat kekhususa

Tujuan institusional merupakan penjabaran tujuan nasional yang

kemudiandijabarkan lagi kepada tuyjuan kurikuler dan tujuan instruksional. 

b. Penetapan isi dan struktur program

Adalah penetapan bidang-bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum

tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan penetapan struktur program

mencakup :

1) Jenis program pendidikan (umum, akademis, keguruan, kejuruan,

spesialisasi, dsb).

2) Sistem dan jumlah kelas serta unit waktu yang digunakan.

3) Jumlah bidang studi yang diajarkan perminggu/perhari.

4) Jumlah jam pelajaran untuk setiap bidang studi perminggu atau perhari.

c. Penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum

Langkah menyusun strategi pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan,

yang meliputi :

1) Melaksanakan pengajaran.

2) Mengadakan penilaian

3) Mengadakan bimbingan dan penyuluhan,

4) Melaksanakan administrasi dan supervisi

11

Page 12: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

2. Fase pengembangan program setiap bidang studi

Langkah-langkah untuk melaksanakan pengembangan program setiap bidang

studi :

a. Merumuskan tujuan kurikulum

Rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dimiliki

murid dalam setiap bidang studi, setelah murid menyelesaikan program

pendidikan di sekolahsecara keseluruhan.

b. Merumuskan tujuan instruksionalAdalah rumusan pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang merupakan perincian daritujuan kurikuler,

sebagai dasar untuk menetapkan pokok bahasan/sub pokok bahasandalam

setiap bidang studi.

c. Menetapkan pokok bahasan/sub pokok bahasan

Atas dasar tujuan instruksional di atas, maka langkah selanjutnya

menetapkan pokok  bahasan/sub pokok bahasan untuk setiap bidang studi.

Contoh pokok bahasan/sub pokok bahasan IPA sbb : 

No Tujuan Instruksional Pokok bahasan/sub pokok bahasan1. Murid dapat

menggolongkan benda- benda hidup dan tak hidup

1. Benda-benda hidup dan tak hidupa. Ciri-ciri benda hidupb. Ciri-ciri benda tak hidup

2. Benda-benda padat, cair dan ciri-cirinyaa. Benda padat dan ciri-cirinyab. Benda cair dan ciri-cirinyac. Benda gas dan ciri-cirinya

Dst.d. Menyusun garis-garis besar pengajaran, terdiri :

1) Atas dasar tujuan kurikuler, tujuan instruksional dan pokok bahasan/sub

pokok  bahasan, maka disusunlah garis-garis besar pengajaran (GBPP)

yang berisikan tujuan pengajaran, bahan pengajaran (pokok/sub pokok

bahasan) yang telah disusun perkelas dan persemester yang disertai

keterangan jumlah jam dan sumber bahanyang dapat digunakan.

2) Setelah GBPP selesai disusun, maka dibuatlah pedoman khusus

melaksanakan pengajaran dari masing-masing bidang studi seperti

12

Page 13: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

cara/metoda yang digunakan,alat yang digunakan, cara menilai dan

sebagainya

3. Fase pengembangan program pengajaran di kelas

Tugas guru dalam rangka mengembangkan program pengajaran adalah :

a. Menetapkan satuan bahasan dari bahan pengajaran yang tercantum

dalam GBPP

b. Mengembangkan program pengajaran untuk masing-masing satuan

bahasan yangnanti akan dilaksanakan di kelashttp://www.scribd.com/doc/28655207/MAKALAH-PENGEMBANGAN-KURIKULUM

Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Model Pengembangan Kurikulum

PENDEKATAN

SISTEMATIK

MODEL TYLERMenurut Tyler, pengembangan kurikulum mencakup: a. tujuan,b. pengalaman belajar,b. pengelolaaan pengalaman

belajar, dan c. penilaian tujuan belajar.

MODEL TABAMenurut Taba, pengembangan kurikulum mencakup: a. diagnosis kebutuhan,b. rumusan tujuan,c. seleksi dan organisasi

konten,d. manifestasi pengalaman

belajar, sertae. penilaian.

PENDEKATAN

KONTEKSTUAL

PENDIDIKAN BERBASIS HASIL BELAJAR (PBHB)(OUTCOMES BASED-EDUCATION/OBE)Pengembangan kurikulumnya mencakup:a. menentukan hasil belajar;b. menentukan pengetahuan, kompetensi, dan kinerja; sertac. menentukan cara mendesain, menyampaikan, dan

mendokumentasikan pembelajaran.MODEL PENDEKATANTEKNIK-SAINTIFIKPengembangan kurikulumnya mencakup:a. menyusun perencanaan/blue

print;b. menyusun struktur

lingkungan belajar;c. mengordinasikan sumber

daya manusia, bahan, dan

MODEL NONTEKNIK-NONSAINTIFIKPengembangan kurikulumnya mencakup:a. berorientasi pada hal-hal

yang subjektif, pribadi, keindahan, penalaran, dan transaksi;

b. berorientasi pada peserta didik melalui cara-cara aktif

13

Page 14: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

peralatan;d. mempunyai derajat

objektifitas, universalitas, dan logika yang tinggi;

e. dapat menjelaskan kenyataan secara simbolis;

f. percaya pada efisiensi dan efektifitas dari sistem; serta

g. dunia dilihat sebagai mesin yang dapat digambar, dibuat, dan diamati.

dalam belajar mengajar;c. kurikulum berkembang

daripada direncanakan; sertad. dunia merupakan suatu

benda hidup.

14

Page 15: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya

mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum

adalah langkah awal membangunkurikulum ketika pekerja kurikulum membuat

keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang

akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulumatau biasa

disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan

kurikulum kedalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap

akhir dari pengembangankurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-

hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah

direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan

kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan

dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti :

politikus, pengusaha, orangtua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat

lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan

B. Saran

Pengembangan kurikulum merupakan proses perbaikan, peningkatan,

penyesuaian, pembaharuan tujuan, isi, dan bahan pembelajaran sesuai dengan

konteks zaman dan kebutuhan peserta didik. Agar pengembangan kurikulum

dapat terarah sesuai dengan rencana sekolah, maka perlu dimanage dengan

baik.

15

Page 16: Web view . Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : ... dan logika

Lukmanul Hakim Teknologi Pendidikan UNY

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nasution, S. 2003. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Citra Aditya BaktiSanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Syaodih S. Nana. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

http://www.scribd.com/doc/28655207/MAKALAH-PENGEMBANGAN-KURIKULUM (online)

16