terapi cerebral palsy

11
Terapi Cerebral Palsy 1. Terapi Fisik, Perilaku dan Lainnya 3 Terapi, apakah untuk pergerakan, bicara atau kemampuan mengerjakan tugas sederhana, merupakan tujuan dari terapi CP. Terapi CP ditujukan pada perubahan kebutuhan penderita sesuai dengan perkembangan usia. Terapi fisik selalu dimulai pada usia tahun pertama kehidupan, segera setelah diagnostik ditegakkan. Program terapi fisik menggunakan gerakan spesifik mempunyai 2 tujuan utama yaitu mencegah kelemahan atau kemunduran fungsi otot yang apabila berlanjut akan menyebabkan pengerutan otot (disuse atrophy) dan yang kedua adalah menghindari kontraktur, dimana otot akan menjadi kaku yang pada akhirnya akan menimbulkan posisi tubuh abnormal. Kontraktur adalah satu komplikasi yang sering terjadi. Pada keadaan normal, dengan panjang tulang yang masih tumbuh akan menarik otot tubuh dan tendon pada saat berjalan dan berlari dan aktivitas sehari-hari. Hal ini memastikan bahwa otot akan berkembang dalam kecepatan yang sama. Tetapi pada anak dengan CP, spastisitas akan mencegah peregangan otot dan hal tersebut akam menyebabkan otot tidak dapat berkembang cukup pesat untuk mengimbangi kecepatan tumbuh tulang. Kontraktur dapat mengganggu keseimbangan dan memicu hilangnya kemampuan yang sebelumnya. Dengan melakukan terapi fisik saja atau dengan kombinasi penopang khusus (alat orthotik), kita dapat mencegah komplikasi dengan cara melakukan peregangan pada otot yang spastik. Sebagai contoh, jika anak mengalami spastik pada otot 1

Upload: dian-fahmi

Post on 14-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Terapi Cerebral Palsy

Terapi Cerebral Palsy

1. Terapi Fisik, Perilaku dan Lainnya 3

Terapi, apakah untuk pergerakan, bicara atau kemampuan mengerjakan tugas sederhana,

merupakan tujuan dari terapi CP. Terapi CP ditujukan pada perubahan kebutuhan penderita

sesuai dengan perkembangan usia.

Terapi fisik selalu dimulai pada usia tahun pertama kehidupan, segera setelah diagnostik

ditegakkan. Program terapi fisik menggunakan gerakan spesifik mempunyai 2 tujuan utama

yaitu mencegah kelemahan atau kemunduran fungsi otot yang apabila berlanjut akan

menyebabkan pengerutan otot (disuse atrophy) dan yang kedua adalah

menghindari kontraktur, dimana otot akan menjadi kaku yang pada akhirnya akan

menimbulkan posisi tubuh abnormal.

Kontraktur adalah satu komplikasi yang sering terjadi. Pada keadaan normal, dengan

panjang tulang yang masih tumbuh akan menarik otot tubuh dan tendon pada saat berjalan

dan berlari dan aktivitas sehari-hari. Hal ini memastikan bahwa otot akan berkembang dalam

kecepatan yang sama. Tetapi pada anak dengan CP, spastisitas akan mencegah peregangan

otot dan hal tersebut akam menyebabkan otot tidak dapat berkembang cukup pesat untuk

mengimbangi kecepatan tumbuh tulang. Kontraktur dapat mengganggu keseimbangan dan

memicu hilangnya kemampuan yang sebelumnya. Dengan melakukan terapi fisik saja atau

dengan kombinasi penopang khusus (alat orthotik), kita dapat mencegah komplikasi dengan

cara melakukan peregangan pada otot yang spastik. Sebagai contoh, jika anak mengalami

spastik pada otot hamstring, terapis dan keluarga seharusnya mendorong anak untuk duduk

dengan kaki diluruskan untuk meregangkan ototnya.

Tujuan ketiga dari program terapi fisik adalah meningkatkan perkembangan motorik anak.

Cara kerja untuk mendukung tujuan tersebut dengan tehnik Bobath. Dasar dari program

tersebut adalah refleks primitif akan tertahan pada anak CP yang menyebabkan hambatan

anak untuk belajar mengontrol gerakan volunter. Terapis akan berusaha untuk menetralkan

refleks tersebut dengan memposisikan anak pada posisi yang berlawanan. Jadi, sebagai

contoh, jika anak dengan CP normalnya selalu melakukan fleksi pada lengannya, terapis

seharusnya melakukan gerakan ekstensi berulang kali pada lengan tersebut.

Pendekatan kedua untuk terapi fisik adalah membuat pola, berdasarkan prinsip bahwa

kemampuan motorik seharusnya diajarkan dalam ururtan yang sama supaya berkembang

secara normal. Pada pendekatan kontrovesial tersebut, terapis akan membimbing anak sesuai

dengan gerakan sepanjang alur perkembangan motorik normal. Sebagai contoh, anak belajar

1

Page 2: Terapi Cerebral Palsy

gerakan dasar seperti menarik badannya pada posisi duduk dan merangkak sebelum anak

mampu berjalan, yang berhubungan dengan tanpa melihat usianya.

Terapi perilaku merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan kemampuan anak. Terapi

ini, menggunakan teori dan tehnik psikologi, yang dapat melengkapi terapi fisik, bicara dan

okupasi. Sebagai contoh, terapi perilaku meliputi menyembunyikan boneka dalam kotak

dengan harapan anak dapat belajar bagaimana meraih kotak dengan menggunakan tangan

yang lebih lemah. Seperti anak belajar untuk berkata dengan huruf depan b dapat

menggunakan balon untuk menciptakan kata tersebut. Pada kasus yang lain, terapis dapat

mencoba menghindari perilaku yang tidak menguntungkan atau perilaku merusak, misalnya

menarik rambut atau menggigit, dengan menunjukkan hadiah pada anak yang menunjukkan

aktivitas yang baik.

Pada saat anak CP tumbuh lanjut, kebutuhan mereka untuk dan tipe terapi dan pelayanan

bantuan lain akan berlanjut dan berubah. Terapi fisik berkelanjutan berdasarkan masalah

pergerakan dan disuplementasi dengan latihan vokal, rekreasi dan program yang

menyenangkan, dan edukasi khusus jika diperlukan. Konseling untuk perubahan emosi dan

psikologis dapat dibutuhkan pada setiap usia, tetapi paling sering pada masa remaja.

Tergantung pada kemampuan fisik dan intelektual, orang dewasa mungkin membutuhkan

pengasuh yang peduli, akomodasi hidup, transportasi atau pekerjaan.

Dengan tanpa memandang usia dan bentuk terapi yang digunakan, terapi tidak berhenti

saat penderit keluar dari ruangan terapi. Pada kenyataannya, sebagian besar pekerjaan sering

dilakukan di rumah. Terapis berfungsi sebagai pelatih, menyiapkan orang tua dan penderita

dengan strategi dan melatihnya dimana dapat membantu meningkatkan penampilan di rumah,

sekolah dan dimasyarakat.

Alat Mekanik

Mulai dengan bentuk yang sederhana misalnya sepatu velcro atau bentuk yang canggih

seperti alat komunikasi komputer, mesin khusus dan alat yang diletakkan dirumah, sekolah

dan tempat kerja dapat membantu anak atau dewasa dengan CP untuk menutupi

keterbatasannya.

Komputer merupakan contoh yang canggih sebagai alat baru yang dapat membuat

perubahan yang bermakna dalam kehidupan penderita CP. Sebagai contoh, anak yang tidak

dapat berbicara atau menulis tetapi dapat membuat gerakan dengan kepala mungkin dapat

belajar untuk mengendalikan komputer dengan menggunakan pointer lampu khusus yang

diletakkan di ikat kepala. Dengan dilengkapi dengan komputer dan sintesiser suara, anak

2

Page 3: Terapi Cerebral Palsy

akan berkomunikasi dengan orang lain. Pada kasus lain, tehnologi telah mendukung

penemuan versi baru dari alat lama, misalnya kursi roda tradisional dan bentuk yang lebih

baru yang dapat berjalan dengan menggunakan listrik.

2. Terapi Medikamentosa 6

Untuk penderita CP yang disertai kejang, dokter dapat memberi obat anti kejang yang

terbukti efektif untuk mencegah terjadinya kejang ulangan. obat yang diberikan secara

individual dipilih berdasarkan tipe kejang, karena tidak ada satu obat yang dapat mengontrol

semua tipe kejang. Bagaimanapun juga, orang yang berbeda walaupun dengan tipe kejang

yang sama dapat membaik dengan obat yang berbeda, dan banyak orang mungkin

membutuhkan terapi kombinasi dari dua atau lebih macam obat untuk mencapai efektivitas

pengontrolan kejang

Tiga macam obat yang sering digunakan untuk mengatasi spastisitas pada penderita CP

adalah:

1. Diazepam

Obat ini bekerja sebagai relaksan umum otak dan tubuh. Pada anak usia <6 bulan

tidak direkomendasikan, sedangkan pada anak usia >6 bulan diberikan dengan dosis 0,12

- 0,8 mg/KgBB/hari per oral dibagi dalam 6 - 8 jam, dan tidak melebihi 10 mg/dosis

2. Baclofen

Obat ini bekerja dengan menutup penerimaan signal dari medula spinalis yang akan

menyebabkan kontraksi otot. Dosis obat yang dianjurkan pada penderita CP adalah

sebagai berikut:

■ 2 - 7 tahun:

Dosis 10 - 40 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 - 4 dosis. Dosis dimulai 2,5 - 5

mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5 - 15 mg/hari, maksimal 40

mg/hari

■ 8 - 11 tahun:

Dosis 10 - 60 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 -4 dosis. Dosis dimulai 2,5 - 5

mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5 - 15 mg/hari, maksimal 60

mg/hari

■ > 12 tahun:

Dosis 20 - 80 mg/hari per oral, dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis dimulai 5 mg per

oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 15 mg/hari, maksimal 80 mg/hari

3

Page 4: Terapi Cerebral Palsy

3. Dantrolene

Obat ini bekerja dengan mengintervensi proses kontraksi otot sehingga kontraksi

otot tidak bekerja. Dosis yang dianjurkan dimulai dari 25 mg/hari, maksimal 40

mg/hari

Obat-obatan tersebut diatas akan menurunkan spastisitas untuk periode singkat, tetapi

untuk penggunaan jangka waktu panjang belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Obat - obatan

tersebut dapat menimbulkan efek samping, misalnya mengantuk, dan efek jangka

panjang pada sistem saraf yang sedang berkembang belum jelas. Satu solusi untuk

menghindari efek samping adalah dengan mengeksplorasi cara baru untuk memberi obat -

obat tersebut

Penderita dengan CP atetoid kadang-kadang dapat diberikan obat-obatan yang dapat

membantu menurunkan gerakan-gerakan abnormal. Obat yang sering digunakan termasuk

golongan antikolinergik, bekerja dengan menurunkan aktivitas acetilkoline yang merupakan

bahan kimia messenger yang akan menunjang hubungan antar sel otak dan mencetuskan

terjadinya kontraksi otot. Obat-obatan antikolinergik meliputi trihexyphenidyl, benztropine

dan procyclidine hydrochloride.

Adakalanya, klinisi menggunakan membasuh dengan alkohol atau injeksi alkohol

kedalam otot untuk menurunkan spastisitas untuk periode singkat. Tehnik tersebut sering

digunakan klinisi saat hendak melakukan koreksi perkembangan kontraktur. Alkohol yang

diinjeksikan kedalam otot akan melemahkan otot selama beberapa minggu dan akan

memberikan waktu untuk melakukan bracing, terapi. Pada banyak kasus, teknik tersebut

dapat menunda kebutuhan untuk melakukan pembedahan.

Botulinum Toxin (BOTOX)

Merupakan medikasi yang bekerja dengan menghambat pelepasan acetilcholine dari

presinaptik pada pertemuan otot dan saraf. Injeksi pada otot yang kaku akan menyebabkan

kelemahan otot. Kombinasi terapi antara melemahkan otot dan menguatkan otot yang

berlawanan kerjanya akan meminimalisasi atau mencegah kontraktur yang akan berkembang

sesuai dengan pertumbuhan tulang. Intervensi ini digunakan jika otot yang menyebabkan

deformitas tidak banyak jumlahnya, misalnya spastisitas pada tumit yang menyebabkan gait

jalan berjinjit (Toe-heel gait) atau spastisitas pada otot flexor lutut yang menyebabkan

crouch gait. Perbaikan tonus otot sering akibat mulai berkembangnya saraf terminal, yang

merupakan proses dengan puncak terjadi pada 60 hari.

4

Page 5: Terapi Cerebral Palsy

Intervensi botulinum dapat digunakan pada deformitas ekstremitas atas yang secara

sekunder akibat tonus otot abnormal dan tumbuhnya tulang. Kelainan yang sering dijumpai

adalah aduksi bahu dan rotasi internal, fleksi lengan, pronasi telapak tangan dan fleksi

pergelangan tangan dan jari-jari. Botulinum toksin sangat efektif untuk memperbaiki

kekakuan siku dan ekstensi ibu jari. Seperti sudah diduga sebelumnya, fungsi motorik halus

tidak banyak mengalami perbaikan. Keuntungan dari segi kosmetik untuk memperbaiki

fleksi siku sangat dramatik.

Komplikasi injeksi botulinum toksin dikatakan minimal. Nyeri akibat injeksi minimal,

biasanya akan hilang tidak lebih dari 5 menit setelah injeksi. Efikasi tercapai dalam 48-72

jam dan akan menghilang dalam 2-4 bulan setelah injeksi. Lama waktu penggunaan

botulinum toksi dilanjutkan tergantung dari derajat abnormalitas tonus otot, respon penderita

dan kemampuan untuk memelihara fungsi yang diinginkan.

Baclofen Intratekal

Baclofen merupakan GABA agonis yang diberikan secara intratekal melalui pompa

yang ditanam akan sangat membantu penderita dalam mengatasi kekakuan otot berat

yang sangat mengganggu fungsi normal tubuh. Karena Baclofen tidak dapat menembus

BBB secara efektif, obat oral dalam dosis tinggi diperlukan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan jika dibandingkan dengan cara pemberian intratekal. Dijumpai penderita

dengan baclofen oral akan tampak letargik. Baclofen intratekal diberikan pertama kali

sejak tahun 1980 sebagai obat untuk mengendalikan spasme otot berat akibat trauma

pada tulang belakang. Sejak tahun 1990, metode pengobatan ini mulai digunakan untuk

koreksi pada penderita CP dan menunjukkan efikasi yang baik.

5

Page 6: Terapi Cerebral Palsy

3. Terapi Bedah 2

Pembedahan sering direkomendasikan jika terjadi kontraktur berat dan menyebabkan masalah

pergerakan berat. Dokter bedah akan mengukur panjang otot dan tendon, menentukan dengan

tepat otot mana yang bermasalah. Menentukan otot yang bermasalah merupakan hal yang sulit,

berjalan dengan cara berjalan yang benar, membutuhkan lebih dari 30 otot utama yang bekerja

secara tepat pada waktu yang tepat dan dengan kekuatan yang tepat. Masalah pada satu otot

dapat menyebabkan cara berjalan abnormal. Lebih jauh lagi, penyesuaian tubuh terhadap otot

yang bermasalah dapat tidak tepat. Alat baru yang dapat memungkinkan dokter untuk

melakukan analisis gait. Analisis gait menggunakan kamera yang merekam saat penderita

berjalan, komputer akan menganalisis tiap bagian gait penderita. Dengan menggunakan data

tersebut, dokter akan lebih baik dalam melakukan upaya intervensi dan mengkoreksi masalah

yang sesungguhnya. Mereka juga menggunakan analisis gait untuk memeriksa hasil operasi.

Oleh karena pemanjangan otot akan menyebabkan otot tersebut lebih lemah, pembedahan

untuk koreksi kontraktur selalu diamati selama beberapa bulan setelah operasi. Karena hal

tersebut, dokter berusaha untuk menentukan semua otot yang terkena pada satu waktu jika

memungkinkan atau jika lebih dari satu produser pembedahan tidak dapat dihindarkan, mereka

dapat mencopba untuk menjadwalkan operasi yang terkait secara bersama-sama.

Teknik kedua pembedahan, yang dikenal dengan selektif dorsal root rhizotomy, ditujukan

untuk menurunkan spastisitas pada otot tungkai dengan menurunkan jumlah stimulasi yang

mencapai otot tungkai melalui saraf. Dalam prosedur tersebut, dokter berupaya melokalisir dan

memilih untuk memotong saraf yang terlalu dominan yang mengontrol otot tungkai. walaupun

disini terdapat kontroversi dalam pelaksanaannya.

Teknik pembedahan eksperimental meliputi stimulasi kronik cerebellar dan stereotaxic

thalamotomy. Pada stimulasi kronik cerebelar, elektroda ditanam pada permukaan cerebelum

yang merupakan bagian otak yang bertanggung jawab dalam koordinasi gerakan, dan digunakan

untuk menstimulasi saraf-saraf cerebellar, dengan harapan bahwa teknik tersebut dapat

menurunkan spastisitas dan memperbaiki fungsi motorik, hasil dari prosedur invasif tersebut

masih belum jelas. Beberapa penelitan melaporkan perbaikan spastisitas dan fungsi, sedang

lainnya melaporkan hasil sebaliknya (Pape et al, 1993).

6

Page 7: Terapi Cerebral Palsy

Stereotaxic thalamotomy meliputi memotong bagian thalamus, yang merupakan bagian yang

melayani penyaluran pesan dari otot dan organ sensoris. Hal ini efektif hanya untuk menurunkan

tremor hemiparesis.

Pencegahan Cerebral Palsy

Beberapa penyebab CP dapat dicegah atau diterapi, sehingga kejadian CP pun bisa

dicegah. Adapun penyebab CP yang dapat dicegah atau diterapi antara lain: 3

1. Pencegahan terhadap cedera kepala dengan cara menggunakan alat pengaman pada saat

duduk di kendaraan dan helm pelindung kepala saat bersepeda, dan eliminasi kekerasan

fisik pada anak. Sebagai tambahan, pengamatan optimal selama mandi dan bermain.

2. Penanganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru lahir dengan

fototerapi, atau jika tidak mencukupi dapat dilakukan transfusi tukar. Inkompatibilitas

faktor rhesus mudah diidentifikasi dengan pemeriksaan darah rutin ibu dan bapak.

Inkompatibilitas tersebut tidak selalu menimbulkan masalah pada kehamilan pertama,

karena secara umum tubuh ibu hamil tersebut belum memproduksi antibodi yang tidak

diinginkan hingga saat persalinan. Pada sebagian besar kasus-kasus, serum khusus yang

diberikan setelah kelahiran dapat mencegah produksi antibodi tersebut. Pada kasus yang

jarang, misalnya jika pada ibu hamil antibodi tersebut berkembang selama kehamilan

pertama atau produksi antibodi tidak dicegah, maka perlu pengamatan secara cermat

perkembangan bayi dan jika perlu dilakukan transfusi ke bayi selama dalam kandungan

atau melakukan transfusi tukar setelah lahir.

3. Rubella, atau campak jerman, dapat dicegah dengan memberikan imunisasi sebelum

hamil.

`

7