terapi pengganti ginjal

10
Terapi pengganti ginjal Apabila fungsi ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90 persen) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan Terapi Pengganti Ginjal, yaitu Dialisis dan Transplantasi Ginjal. DIALISIS Dialisis adalah metode terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal, yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Ada 2 jenis dialisis: *Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser) *Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut) Hemodialisis Hemodialisis (HD) adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai "ginjal buatan". Pada HD, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses HD dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam. Pembuatan "Akses" untuk HD Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, sebelumnya

Upload: brandedlovers-onlineshop

Post on 31-Dec-2015

93 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Terapi pengganti ginjal

Terapi pengganti ginjal

Apabila fungsi ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90 persen) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan Terapi Pengganti Ginjal, yaitu Dialisis dan Transplantasi Ginjal.

DIALISIS Dialisis adalah metode terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal, yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Ada 2 jenis dialisis:

*Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)  

*Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)

•     Hemodialisis Hemodialisis (HD) adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai "ginjal buatan". Pada HD, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses HD dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.

Pembuatan "Akses" untuk HD Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, sebelumnya perlu dibuatkan akses untuk keluar dan masuknya darah dari tubuh. Akses untuk hemodialisis dapat bersifat temporer (sementara) atau permanen.

Akses temporer yaitu berupa kateter yang dipasang pada pembuluh darah balik (vena) di daerah leher.

Page 2: Terapi pengganti ginjal

Tips perawatan akses temporer (kateter):

Cuci tangan sesering mungkin Jangan menyentuh kateter Jangan biarkan kateter tergesek atau terdorong oleh benda apapun,

termasuk baju yang sedang Anda kenakan

Jaga agar kateter senantiasa keringAkses permanen biasanya dibuat dengan menghubungkan salah satu pembuluh darah balik (vena) dengan pembuluh nadi (arteri) pada lengan bawah. Akses model Fistula ini populer dengan nama Cimino. 

Jika Anda meletakkan jari di bagian Cimino, Anda akan merasakan getaran yang ditimbulkan oleh aliran darah pada Cimino. Getaran ini perlu diperiksa secara berkala untuk memastikan bahwa aliran darah pada Cimino tetap lancar.

Tips perawatan Cimino:

Jangan mengenakan pakaian ketat atau perhiasan di sekitar daerah Cimono

Jangan mengukur tekanan darah, mengambil darah, atau melakukan infus pada lengan yang terpasang Cimino.

Cuci tangan sesering mungkin dan jaga agar daerah Cimino dan sekitarnya senantiasa bersih

Bagaimana cara kerja mesin dialiser ?

Page 3: Terapi pengganti ginjal

Keuntungan HD: 1.   Tidak usah menyiapkan peralatan HD sendiri. 2.   Kondisi pasien lebih terpantau karena prosedur HD dilakukan di rumah sakit oleh tenaga kesehatan terlatih. 3.   Jumlah protein yang hilang selama pada proses HD lebih sedikit.1

Kerugian HD: 1.   Fungsi ginjal yang tersisa cepat menurun. 2.   Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat.3.   Kadar hemoglobin lebih rendah, sehingga kebutuhan akan eritropoietin lebih tinggi.

*Dialisis Peritoneal Dialisis Peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.

Dialisis Peritoneal terdiri atas 2 jenis: 1.      Automated Peritoneal Dialysis (APD) = Dialisis Peritoneal Otomatis. Metode APD dapat dilakukan di rumah, pada malam hari sewaktu tidur dengan menggunakan “mesin khusus” yang sudah diprogram terlebih dahulu.

Page 4: Terapi pengganti ginjal

2.      Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) = Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan. CAPD tidak membutuhkan mesin khusus seperti pada APD.

Pemasangan Kateter untuk Dialisis Peritoneal Sebelum melakukan Dialisis peritoneal, perlu dibuat akses sebagai tempat keluar masuknya cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) dari dan ke dalam rongga perut (peritoneum). Akses ini berupa kateter yang “ditanam” di dalam rongga perut dengan pembedahan. Posisi kateter yaitu sedikit di bawah pusar.  Lokasi dimana sebagian kateter muncul dari dalam perut disebut “exit site”.

Tips perawatan kateter dan Exit Site: Mandi setiap hari untuk menjaga kebersihan kulit, khususnya di sekitar exit site.

Jangan mandi berendam. Ganti pakaian dalam maupun pakaian luar setiap hari Jangan gunakan bahan kimia, misalnya alkohol dan bahan yang mengandung

klorida untuk membersihkan exit site atau kateter. Anda hanya boleh menggunakan sabun dan air untuk membersihkan exit site dan keteter

Jangan gunakan krim, salep, atau bedak tabur di sekitar exit site

Jaga posisi keteter krim agar tetap berada pada tempatnya (tidak tertarik, tertekuk, terputar, atau tersangkut) dengan menempelkannya pada kulit dengan bantuan plester.

Page 5: Terapi pengganti ginjal

Bagaimana cara kerja Dialisis Peritoneal (CAPD)?Dialisis Peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) ke dalam rongga perut melalui selang kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam. Ketika dialisat berada di dalam rongga perut, zat-zat racun dari dalam darah akan dibersihkan dan kelebihan cairan tubuh akan ditarik ke dalam cairan dialisat.

Zat-zat racun yang terlarut di dalam darah akan pindah ke dalam cairan dialisat melalui selaput rongga perut (membran peritoneum) yang berfungsi sebagai “alat penyaring”, proses perpindahan ini disebut Difusi.

Cairan dialisat mengandung dekstrosa (gula) yang memiliki kemampuan untuk menarik kelebihan air, proses penarikan air ke dalam cairan dialisat ini disebut Ultrafiltrasi.

Proses Penggantian Cairan DialisisProses ini tidak menimbulkan rasa sakit dan hanya membutuhkan waktu singkat (± 30 menit). Terdiri dari 3 langkah:

Page 6: Terapi pengganti ginjal

Langkah ke-1.Pengeluaran cairanCairan dialisat yang sudah mengandung zat-zat racun dan kelebihan air akan dikeluarkan dari rongga perut dan diganti dengan cairan dialisis yang baru. Proses pengeluaran cairan ini berlangsung sekitar 20 menit.

Langkah ke-2.Memasukkan cairanCairan dialisat dialirkan ke dalam rongga perut melalui kateter.

Proses ini hanya berlangsung selama 10 menit.

Langkah ke-3.Waktu tinggalSesudah dimasukkan, cairan dialisat dibiarkan ke dalam rongga perut selama 4-6 jam, tergantung dari anjuran dokter.

Proses penggantian cairan di atas umumnya diulang setiap 4 atau 6 jam (4 kali sehari), 7 hari dalam seminggu.

Keuntungan Dialisis Peritoneal: 1.      Fungsi ginjal yang masih tersisa dapat dipertahankan.2.      Dapat dilakukan sendiri di rumah atau di tempat kerja.3.      Tidak tergantung pada bantuan orang lain. 4.      Tekanan darah pasien lebih terkendali. 5.      Kebutuhan akan suplemen zat besi dan eritropoietin (EPO) jauh lebih sedikit.

Page 7: Terapi pengganti ginjal

6.      Lebih bebas mengonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman.7.      Kadar kalium darah lebih terkontrol.

Kerugian Dialisis Peritoneal: 1.      Risiko terjadinya peritonitis (infeksi peritoneum).2.      Lebih banyak protein yang hilang dari tubuh selama berlangsungnya proses dialisis peritoneal.

Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan" sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah rusak.

Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi.

Bagaimana Cara Kerja Transplantasi Ginjal?Prosedur bedah transplantasi ginjal biasanya membutuhkan waktu antara 3 sampai 6 jam. Ginjal baru ditempatkan pada rongga perut bagian bawah (dekat daerah panggul) agar terlindung oleh tulang panggul. Pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh darah balik (vena) dari ginjal ‘baru’ ini dihubungkan ke arteri dan vena tubuh. Dengan demikian, darah dapat dialirkan ke ginjal sehat ini untuk disaring. Ureter (saluran kemih) dari ginjal baru dihubungkan ke kandung kemih agar urin dapat dialirkan keluar.

Siapa saja yang dapat menjalani transplantasi ginjal?

Transplantasi ginjal tidak dapat dilakukan untuk semua kasus penyakit ginjal kronik. 

Page 8: Terapi pengganti ginjal

Individu dengan kondisi, seperti kanker, infeksi serius, atau penyakit kardiovaskular (pembuluh darah jantung) tidak dianjurkan untuk menerima transplantasi ginjal karena kemungkinan terjadinya kegagalan yang cukup tinggi

Pasca Transplantasi Ginjal Transplantasi Ginjal dinyatakan berhasil jika ginjal tersebut dapat bekerja sebagai ‘penyaring darah’ sebagaimana layaknya ginjal sehat sehingga tidak lagi memerlukan tindakan Dialisis (cuci darah).

Mencegah Reaksi Penolakan (Rejeksi) terhadap Ginjal 'Baru' Karena ginjal ‘baru’ ini bukan merupakan ginjal yang berasal dari tubuh pasien sendiri, maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak ‘benda asing’ tersebut.

Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.

Efek Samping Imunosupresan Obat imunosupresan dapat membuat sistem imun (daya tahan tubuh terhadap penyakit) menjadi lemah sehingga mudah terkena infeksi. Efek samping lainnya dari imunosupresan: wajah menjadi bulat, berjerawat, atau tumbuh bulu-bulu halus pada wajah, juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Beritahu dokter jika Anda mengalami efek-efek samping seperti ini untuk segera ditangani secara tepat.

Apa yang Perlu Anda Lakukan?

Makanlah obat-obatan sesuai anjuran dokter Anda.

Periksa ke dokter secara rutin untuk menilai fungsi ginjal baru dan efek/khasiat obat-obat imunosupresan yang Anda gunakan