terjemahan jurnal sarii
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
![Page 1: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/1.jpg)
Efektivitas pemberian kortikosteroid pada antenatal dalam mengurangi gangguan pernafasan pada bayi prematur akhir: uji klinis acak
ABSTRAK
Tujuan : Untuk menentukan efektivitas kortikosteroid dalam mengurangi
gangguan pernafasan pada bayi yg lahir pada usia kehamilan 34-36 minggu.
Desain : Uji klinis randomised triple blind.
Setting : Pada sebuah rumah sakit pendidikan tersier besar di timur laut
Brazil.
Peserta uji klinis : Perempuan di usia kehamilan 34-36 minggu yg beresiko
melahirkan bayi prematur.
Intervensi : Betametason 12 mg atau plasebo intramuskuler selama dua hari
berturut-turut.
Hasil pengukuran utama : Kejadian gangguan pernapasan (sindroma distress pernafasan
dan takipnea transien bayi baru lahir). Hasil pengukuran sekunder termasuk kebutuhan bantuan
ventilator, morbiditas neonatal, dan durasi tinggal di rumah sakit.
Hasil : 320 perempuan dipilih secara acak, 163 di antaranya diberikan
terapi dan 157 menjadi kontrol. Analisis akhir termasuk 143 dan 130 bayi. tingkat sindrom
distress pernapasan adalah rendah yaitu dua (1,4%) pada kelompok kortikosteroid; satu (0,8%) di
kelompok plasebo; P = 0,54), sedangkan tingkat transient takipnea tinggi pada kedua kelompok
yaitu 34 (24%) dan 29 (22%); P = 0,77). Tidak ada pengurangan risiko morbiditas pernapasan
dengan menggunakan kortikosteroid bahkan setelah penyesuaian untuk subkelompok usia
kehamilan (34-34 +6 minggu, 35-35 +6 minggu, dan ≥36 minggu). Risiko akan morbiditas
pernapasan adalah 1,12 (95% Confidence Interval 0,74-1,70). Kebutuhan bantuan ventilator
adalah sekitar 20% pada kedua kelompok. Tidak ada perbedaan morbiditas neonatal yaitu 88
(62%) dan 93 (72%); P = 0,08) atau dalam durasi tinggal di rumah sakit antara kedua kelompok
5.12 dan 5.22days; P = 0,87) . fototerapi untuk jaundice diperlukan lebih sedikit diperlukan bagi
bayi yang ibunya mendapat terapi kortikostreoid (rasio risiko 0,63, 0,44-0,91).
![Page 2: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/2.jpg)
Kesimpulan : Pemberian terapi antenatal dengan kortikosteroid pada
usia 34-36 minggu kehamilan tidak mengurangi kejadian gangguan pernafasan pada bayi baru
lahir.
Registrasi percobaan : Clinical Trials NCT00675246.
PENDAHULUAN
Meskipun bayi prematur akhir sebelumnya diperkirakan sama matangnya secara fisologis
dan metabolik dengan bayi cukup bulan, kita sekarang tahu bahwa mereka berada pada risiko
yang lebih tinggi akan morbiditas dan mortalitas. (1-4) Sebagai bayi premature akhir mewakili bayi
premature pada umumnya, mereka memiliki dampak yang cukup besar pada sistem kesehatan
dibandingkan dengan bayi cukup bulan. (5-8)
Gangguan pernapasan seringkali dikaitkan dengan prematur akhir dan lebih sering terjadi
daripada bayi cukup bulan yaitu 29% dan 4% 3. Terdapat risiko yang lebih besar untuk bayi
membutuhkan oksigen dan bantuan ventilasi dan dimasukkan ke dalam perawatan intensif. (9-10)
gangguan pernafasan yang paling umum adalah transien takipneu pada bayi baru lahir, sindroma
distress pernafasab, pneumonia, dan hipertensi pulmonal.3
Pencegahan gangguan ini telah menjadi perhatian, dan berbagai peneliti telah
menyarankan bahwa pemberian terapi antenatal dengan kortikosteroid bisa mempercepat
pematangan paru pada bayi prematur akhir. (11-13) walaupun efek menguntungkan dari pemberian
kortikosteroid sebelum 34 minggu kehamilan telah diakui, (14 15) kita tidak mengetahui bagaimana
efek nya pada usia kehamilan diatas 34 minggu.
Hanya sedikit bukti tentang masalah ini yang tersedia dari dua studi (16 17) termasuk dalam
review Cochrane yang ditujukan hasil bayi yang lahir pada 33 dan 34 +6 minggu kehamilan.15
review tersebut menyimpulkan bahwa terdapat penurunan yang signifikan dalam sindroma
distress pernafasan pada bayi yang lahir antara 33 dan 34 +6 minggu kehamilan tetapi tidak ada
penurunan yang signifikan pada bayi yang dilahirkan antara 35 dan 36 +6 minggu kehamilan
(risiko relatif 0,61, 95% confidence interval 0,11-3,26, satu studi, 189 kasus). 15
Kami melakukan uji coba terkontrol secara acak untuk menentukan efektivitas
pengobatan antenatal dengan kortikosteroid pada 34-36 minggu kehamilan dalam mengurangi
insiden gangguan pernafasan pada neonatus.
![Page 3: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/3.jpg)
METODE
Desain penelitian
Kami melakukan uji klinis terkontrol secara acak, triple blind, placebo antara April 2008
dan Juni 2010 di Instituto de Medicina Integral Prof fermentasi nando Figueira (IMIP), Recife,
sebuah rumah sakit pendidikan tersier di timur laut Brasil.
Populasi penelitian
Ukuran sampel dihitung dengan perangkat lunak (OpenEpi versi 2.3, Atlanta, GA),
dengan diasumsikan bahwa 28,9% dari gangguan pernapasan pada bayi prematur akhir,3
kesalahan α 5%, dan 80% kekuatan untuk mendeteksi pengurangan 50% dalam gangguan
pernapasan dengan penggunaan kortikosteroid.15 hasil tersebut memerlukan jumlah sampel 266
(133 dalam setiap kelompok), yang kemudian meningkat menjadi 320 untuk mengantisipasi
kerugian dan pengecualian.
Wanita hamil mendapatkan perawatan di institut tersebut bila mereka berada di 34-36+6
minggu kehamilan dan mempunyai risiko melahirkan bayi prematur (baik spontan atau sebagai
akibat dari masalah pada ibu atau janin, atau keduanya) pada saat masuk ke rumah sakit. Usia
kehamilan dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir, apabila diketahui dan dapat
diandalkan, atau dengan ultrasonografi sebelum usia kehamilan 20 minggu. Kriteria ekslusi pada
penelitian ini adalah kehamilan ganda, malformasi kongenital utama, sindroma hemoragik
dengan perdarahan aktif, bukti klinis adanya korioamnionitis, penggunaan kortikosteroid
sebelumnya, atau kebutuhan untuk resolusi segera kehamilan untuk alasan ibu atau janin. Wanita
yang dipulangkan dari rumah sakit saat masih hamil dan yang kemudian ingin melakukan
persalinan di tempat lain tidak diiukutsertakan dalam penelitian.
Pengacakan dan tindak lanjut
Petugas statistik yang tidak terlibat dalam penelitian menyiapkan tabel dengan nomor
yang acak satu blok (software alokasi random, versi 1.0), dengan 163 wanita dipilih secara acak
untuk menerima betametason dan 157 untuk placebo. Apotek rumah sakit menyiapkan 320
kardus bersegel, masing-masing berisi empat ampul betametason atau plasebo, yang identik
dalam tampilannya, volume, dan warna, dan nomor sesuai dengan tabel angka acak. Setiap
ampul betametason mengandung 6 mg (3 mg asetat dan 3,9 mg disodium phosphate) yang
![Page 4: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/4.jpg)
disiapkan oleh Laboratorio Mantecorp (Rio de Janeiro, Brasil). Ampul plasebo berisi Larutan
garam 0,9% dengan volume yang sama dan disiapkan untuk penelitian ini oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, University of San Paulo.
Hanya apoteker yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan kotak yang mengetahui
isi kotak tersebut. Para peneliti, dokter yang merawat perempuan-perempuan tersebut, petugas
statistik, dan perempuan itu sendiri tidak mengetahui isi kotak tersebut; Informasi ini
diungkapkan hanya setelah data analisis selesai.
Para dokter di departemen kebidanan diidentifikasi sebagai perempuan potensial yang
telah memenuhi syarat, yang kemudian didekati oleh para peneliti. Hanya setelah mereka
menandatangani formulir persetujuan untuk berpartisipasi dalam studi ini, mereka menerima
kotak bersegel sesuai dengan kelompok pengacakan. Dua ampul yang diberikan secara
intramuskular, dengan dua lagi yang diberikan 24 jam kemudian. Para peneliti tidak ambil
bagian dalam perawatan pada pre atau pasca apersalinan atau perawatan neonatus. Perempuan
yang mengalami kelahiran prematur yang diterapi tokolitik dengan nifedipin, sesuai dengan
praktek rutin rumah sakit, dengan tujuan untuk menunda kelahiran dan memungkinkan
mendapatkan terapi yang akan diberikan.
Para peneliti dan neonatologist yang mengikuti perkembaangan bayi mengumpulkan data
dari wanita hamil dan bayinya melalui sebuah formulir standar.
Jika wanita tersebut melahirkan sebelum, mendapatkan dosis obat yang kedua, ia
dianalisis sebagai bagian dari kelompok yang telah diacak. Jika wanita tersebut telah selesai
menerima semua regimen namun keluar dari rumah sakit untuk melahirkan di rumah sakit lain,
masih hamil dan melanjutkan untuk memberikan rumah sakit lain, dia dianggap sebagai ppst-
pengacakan.
Hasil yang dievaluasi
Hasil utama adalah kejadian gangguan pernafasan pada neonatus: sindroma distress
pernafasan atau takipnea transien bayi baru lahir, yang didefinisikan oleh adanya gangguan
pernapasan selama lebih dari dua jam setelah lahir dan ditandai dengan takipnea, grunting,
retraksi dinding dada, pengembangan lubang hidung, sianosis, dan kebutuhan oksigen.3 Kami
menggunakan kriteria radiologi untuk membedakan antara dua gangguan yang digunakan:
![Page 5: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/5.jpg)
infiltrat retikulogranular pada sindroma distress pernafasan dan penebalan bronkovaskuler,
hyperaerasi, dan adanya cairan di antara celah lobar pada takipnea transien pada
bayi yang baru lahir. 18
Hasil sekunder termasuk cara kelahiran dan keadaan neonatal: usia kehamilan saat lahir,
berat badan saat lahir, skor Apgar pada menit pertama dan menit kelima; terapi dengan surfaktan
eksogen, bantuan ventilasi (ada atau tidak, durasi, dan jenis; invasif atau non-invasif
komprehensif), dan masuk ke perawatan intensif; hipoglikemia pada neonatus, jaundice pada
neonatal (ada atau tidak dan kebutuhan untuk fototerapi), ductus arteriosus persisten, sepsis pada
neonatal, dan morbiditas neonatal (Salah satu dari komplikasi pernapasan atau morbiditas
lainnya); dan durasi tinggal di rumah sakit dan kematian.
Analisis statistik
Analisis statistik dilakukan dengan perangkat lunak EpiInfo versi gudang 3.5.1 (Centers
for Disease Control and prevention, Atlanta, GA). Para ahli statistik dan peneliti tidak
mengetahui tentang kelompok yang diterapi sampai tabel telah disiapkan dan analisis telah
disimpulkan.
Karakteristik pastisipan pada masing-masing keompok dibandingkan dengan uji t Student
untuk variabel distribusi normal dan Mann-Whit- Tes ney U untuk variabel diskrit atau mereka
dengan distribusi non-normal. Variabel kategorikal dibandingkan dengan tes χ2 Pearson atau tes
Fisher. Nilai P untuk semua tes iaah dua dan tingkat signifikansi didefinisikan pada 5%. Tes
yang sama digunakan untuk menentukan efek dari kortikosteroid pada perinatal.
Untuk membandingkan komplikasi pernapasan dan komplikasi neonatal lainnya sesuai
dengan apakah diberikan kortikosteroid atau plasebo, kita menghitung rasio risiko resiko relatif,
dengan interval konfidens 95%. Kami menggunakan analisis Mantel-Haenszel bertingkat untuk
menentukan risiko komplikasi ini setelah penyesuaian dengan untuk usia kehamilan. jumlah
pengobatan yang dibutuhkan dihitung dengan 95% interval konfidens pada hasil yang
menguntungkan dari pemberian kortikosteroid.
HASIL
Sebanyak 352 memenuhi syarat untuk mengikuti penelitian ini. Dari jumlah tersebut, 320
setuju untuk berpartisipasi dan mendapatkan terapi betametason (n = 163) atau placebo (n =
![Page 6: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/6.jpg)
157). Empat puluh tiga perempuan keluar dari rumah sakit selama kehamilan dan tidak lagi di
follow up (masing-masing 19 dan 24). Dua pengecualian lainnya terjadi setelah pengacakan pada
kelompok plasebo: satu karena kehamilan kembar yang terdeteksi setelah pengacakan dan satu
karena kehamilan itu sudah cukup bulan. Oleh karena itu, 144 perempuan tetap pada kelompok
kortikosteroid dan 131 pada kelompok plasebo, dengan 13% yang tidak diikutkan setelah
pengacakan (43 kasus). Terdapat bayi yang lahir mati di masing-masing kelompok, maka kami
menganalisis 143 bayi di intervensi kelompok dan 130 pada kelompok kontrol (gambar).
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok (Tabel 1). Di kedua
kelompok 78% dari wanita menerima regimen penuh dua dosis (111 di kelompok intervensi, 101
di kelompok plasebo), dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok dalam hal ini.
Interval antara pemberian dosis terakhir dan proses kelahiran adalah rata-rata dua hari pada
kedua kelompok (interkuartil kisaran 1-4; P = 0.49). Tidak ada efek samping lokal atau sistemik
yang terjadi, dan tidak ada efek tak terduga atau reaksi negatif terhadap pengobatan
kortikosteroid (data tidak ditampilkan dalam tabel). Hasil perinatal kurang lebih sama (Tabel 2).
Pada kedua kelompok terdapat angka yang rendah dari sindroma distress pernafasan. dua
kasus (1,4%) dikelompok kortikosteroid dan satu kasus (0,8%) pada kelompok plasebo; nilai P =
0,54) dan terdapat angka yang tinggi dari takipnea transien pada bayi baru lahir 34 kasus (24%)
dan 29 kasus (22%); P = 0,77) (Tabel 3). Pengobatan dengan kortikosteroid gagal dalam
mengurangi risiko pada morbiditas pernapasan (resiko rasio 1.09, 95% interval kepercayaan
0,72-1,66). Hanya satu bayi pada kelompok kortikosteroid yang membutuhkan surfaktan
eksogen. Kebutuhan untuk dukungan ventilasi kurang lebih sama, sekitar 20% pada kedua
kelompok 28 kasus (20%) pada kelompok kortikosteroid dan 24 kasus (19%) pada kelompok
plasebo). Tidak ada perbedaan dalam jenis dukungan ventilasi yang digunakan, danrata-rata
durasi ventilasi adalah 2,2 hari pada bayi pada kelompok kortikosteroid dan 2,8 hari di plasebo
kelompok (P = 0,65) (Tabel 3).
Kami melakukan analisis bertingkat untuk mendeteksi perbedaan dalam efek
kortikosteroid bila ditinjau dari usia kehamilan (34, 35, dan 36 minggu atau lebih). Tingkat
terjadinya gangguan pernafasan masing-masing adalah 50%(15/30), 25% (28/111), dan 17%
(23/132),dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok. Kortikosteroid tidak
mempunyai efek dalam mengurangi morbiditas pernapasan di usia kehamilan 34, 35, dan 36
![Page 7: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/7.jpg)
minggu atau lebih, dan risiko terjadinya gangguan pernafasan bila diterapi kortikosteroid yang
disesuaikan usia kehamilan adalah 1,12 (0,74-1,70) (Tabel 4).
Angka kejadian penyakit kuning yaitu 76 (53%) dan 73 (57%), hipoglikemia 15 (11%)
dan 9 (7%)), dan sepsis 6 (4%) v 9 (7%) kurang lebih sama pada kedua kelompok. Namun
demikian, bayi dengan jaundice yang membutuhkan fototerapi lebih rendah pada bayi yang
ibuny amendapatkan terapi (34 (24%) dan 49 (38%); P = 0,01). Tidak ada perbedaan dalam hasil
morbiditas neonatus yaitu 88 (61,5%) dan93 (71,5%), perawatan intensif 47 (33%) dan 43
(33%), atau tingkat kematian neonatus dua (2%) pada kelompok plasebo. kematian pada
kelompok plasebo dikaitkan dengan asfiksia parah pada perinatal. Durasi tinggal di sakit kurang
lebih sama pada kedua kelompok yaitu 5,1 dan 5.2 hari. (Tabel 5)
PEMBAHASAN
Uji coba acak terkontrol kami menunjukkan bahwa terapi antenatal dengan kortikosteroid
pada wanita ddengan usia kehamilan 34-36 minggu berisiko melahirkan bayi tidak efektif dalam
mengurangi terjadinya gangguan pernafasan pada bayi dan tidak menurunkan insiden terjadinya
komplikasi lain dari prematuritas kecuali kebutuhan fototerapi pada kasus jaundice. Penelitian
kami menunjukkan bahwa bayi yang lahir pada masa prematur akhir mempunyai kemungkinan
tinggi menderota transien takipneu pada bayi baru lahir (Sekitar 23%) dan morbiditas neonatal,
mendukung penelitian yang telah di laporkan beberapa dekade lalu. 2-4
Pengobatan antenatal dengan kortikosteroid telah digunakan untuk mempercepat
pematangan paru-paru selama lebih dari tiga dekade, dan efektivitas dan keamanannya telah
diakui pada usia kehamilan hingga 34 minggu. 14-17 kemungkinan adanya keuntungan dari
kortikosteroid diatas usia kehamilan tersebut, belum diketahui secara luas.
Perbandingan dengan penelitian lain
Dalam dua meta-analisis yang, usia kehamilan menunjukkan bukti yang cukup untuk
merekomendasikan penggunaan kortikosteroid setelah usia kehamilan 34 minggu. 14 15 Meskipun
beberapa studi telah memperkirakan adanya pengurangan risiko gangguan pernapasan, jumlah
bayi pada usia ini dan kejadian pernafasan adalah rendah, dengan kekuatan cukup untuk
mendeteksi adanya erbedaan yang signifikan. Sebaliknya, meta-analisis lain yang diterbitkan
![Page 8: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/8.jpg)
pada tahun 1995 menunjukkan bahwa satu akan perlu untuk mengobati 94 hamil wanita dengan
usia kehamilan 34 minggu untuk mencegah satu kasus sindrom distress pernapasan. 19
Studi ASTECS mengevaluasi efektivitas pemberian kortikosteroid pada antenatal pada
998 wanita yang diperkirakan operasi caesar secara elektif dan dilaporkan terdapat penurunan
yang signifikan sekitar 54% dalam perawatan intesif untuk gangguan pernafasan.20 Namun
demikian, studi tersebut memiliki banyak keterbatasan metodologis: itu tidak secara buta dan
tidak ada kelompok placebo, kelompok intervensi dibandingkan dengan terapi yang seperti biasa.
Sebagai tambahan, meskipun penurunan tingkat masuk ke perawatan intensif neonatal, mereka
tidak menemukan pengukuran objektif dari morbiditas pernapasan, dan, yang paling penting,
populasi mereka adalah wanita dengan operasi caesar elektif sebelum 40 minggu berbeda dari
wanita dalam penelitian kami. Studi ASTECS mengecualikan wanita dalam proses kelahiran dan
mereka dengan hipertensi dan tidak menyebutkan keadaan membran ketuban, sedangkan dalam
penelitian kami adalah kelahiran prematur fase akhir, ruptur membran prematur dan sindroma
hipertensi adalah kondisi yang paling sering.
Sementara review sistematis dari penggunaan kortikosteroid dalam kehamilan cukup
bulan menunjukkan bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki efeknya pada
neonatal, 21 terdapat cara yang lebih aman dan lebih efektif untuk mencegah gangguan
pernapasan, seperti menghindari operasi caesar yang tidak perlu dan menunda operasi caesar
elektif, setiap kali dindikasikan, sampai setelah 39 minggu kehamilan 22 23
Administrasi Antenatal mempercepat efek dari kortikosteroid endogen dan menginduksi
produksi dari semua komponen yang telah diketahui mereupakan bagian dari sistem surfaktan. 13
24 . Sindrom distress pernapasan di karateristikkan oleh kekurangan secara kualitatif dan
kuantitatif dari surfaktan paru, bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 34 minggu, di mana
insiden sindrom ini lebih tinggi, manfaat dari pemberian kortikosteroid pada antenatal. 14 15
Sindrom gangguan pernapasan, lebih jarang terjadi pada bayi prematur kahir, dimana gangguan
pernafasan yang utama adalah transien takipneu. Ini dikarenakan dari keterlambatan dalam
penyerapan cairan di paru atau indekuat pembersihan dari salutran nafas bagian atas, sehingga
lebih banyak cairan di paru-paru dan mengurangi pengembangan paru, menyebabkan onset
terjadinya gejala. 25 Kortikosteroid pada Antenatal bisa membantu membersihkan cairan paru
janin dengan mengaktifkan saluran natrium epitel dan meningkatkan ion transportasi, 20 26 walaupun mekanisme tersebut belum dikonfirmasi dengan penelitian lain.
![Page 9: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/9.jpg)
Temuan lain yang mabuat perdebatan adalah adannya pengurangan risiko fototerapi pada
bayi dengan jaundice, yang kami temukan sebagai satu-satunya manfaat dari kortikosteroid. Uji
klinis lainnya telah menunjukkan efek ini pada bayi prematur yang lahir sebelum usia kehamilan
34minggu,27 dan kematang paru juga dimungkinkan bisa dipercepat dengan kortikosteroid.
Namun demikian, mekanisme yang sebenarnya mendasari efek ini dan implikasi mereka dalam
mengurangi morbiditas neonatus pada bayi prematur akhir masih harus diklarifikasi.
Keterbatasan studi
Dalam penelitian kami, 43 (13%) ibu hamil yang keluar dari rumah sakit setelah
pengacakan, kemudian melahirkan di rumah sakit lain, dan tidak lagi ditindak lanjuti.
Kebanyakan dari waita tersebut keluar dari rumah sakit setelah usia kehamilan 35 minggu dan
beberapa bisa mencapai usia cukup bulan;oleh karena itu, kortikosteroid yang diberikan
diperkirakan tidak berpengaruh signifikan. Kami percaya bahwa kerugian ini, meskipun adanya
pembatasan studi, tidak berpengaruh pada kesimpulan kami.
Powering studi untuk mendeteksi penurunan 50% selalu membuat resiko kehilangan
lebih kecil tapi penting secara klinis untuk mengurangi hasil primer. Kami tidak percaya bahwa
hal ini terjadi karena tingkat morbiditas pernafasan, terutama transien takipneu, kurang lebih
sama pada kedua kelompok. Dampak nyata dari steroid pada sindrom gangguan pernapasan
masih harus dicari karena studi kami sulit mendeteksi perbedaan yang mendasar dari kedua
kelompok.
Kesimpulan dan implikasi kebijakan
Dalam perawatan medis pada kehamilan berisiko tinggi, konsep yang dominan, sampai
saat ini, menyarankan bahwa ada akan sedikit kebutuhan untuk perhatian lebih lanjut mengenai
keadaan neonatal setelah usia kehamilan 34 minggu. Bukti terbaru tidak mendukung hal ini.
Meskipun memiliki tingkat kematian yang rendah, bayi prematur akhir telah ditunjukkan
dipengaruhi secara klinis, dan ulasan bukti untuk mendukung praktek klinis dibenarkan.
Sayangnya, penelitian kami menjelaskan bahwa pengobatan antenatal dengan kortikosteroid
tidak mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam morbiditas pernafasan neonatal.
![Page 10: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/10.jpg)
Meskipun batas "aman" untuk mengganggu kehamilan dengan risiko tinggi masih harus
dicari tahu, memungkinkan bayi untuk tetap berada di rahim selama kondisi ibu dan janin baik
sebagai salah satu kunci untuk mencegah komplikasi dari prematuritas. Kita tidak
merekomendasikan menunda proses kelahiran pada wanita dengan kehamilan risiko tinggi. Apa
yang kita usulkan, jika kita justru menemukan morbiditas neonatal yang tinggi pada bayi
premature akhir, adalah mengubah paradigm untuk mengakhiri kehamilan ketika mencapai usia
kehamilan 34 minggu, didasarkan pada keyakinan tradisional bahwa bayi ini sama matangnya
secara fisiologis dan metabolic dengan bayi cukup bulan.
Hasil kami, meskipun kuat, dapat mencerminkan situasi yang diadopsi dalam protokol
sistem kesehatan. Percobaan acak tambahan harus dilakukan untuk menghindari pengambilan
kesimpulan yang terburu-buru dari studi tunggal. Percobaan klinis dalam jumlah besar perlu
dilakukan untuk mengkonfirmasi temuan ini dengan jumlah pasien yang lebih banyak untuk
mendeteksi keuntungan pemberian kortikosteroid pada kasus prematur. Selain itu, meta-analisis
acak uji klinis bisa mencakup jumlah yang lebih besar dari pasien dan karena itu memperkuat
dan memberikan relevansi yang lebih besar untuk temuan kami. AS National Institute of Child
Health and Human Development (NICHD) saat ini merekrut target 2800 perempuan yanuntuk
diberikan stroid antenatal pada kehamilan prematur (ALPS), dengan analisis akhir diharapkan
pada tahun 2013 (Http://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT01222247).
Sampai studi ini cukup meyakinkan, bukti terbaru tidak menyarankan pemebrian
kortikosteroid secara rutin dalam pencegahan morbiditas pernafasan pada bayi yang lahir
prematur akhir. Menghubungkan hasil ini dengan ulasan Cochrane akan membantu klinisi untuk
menentukan apakah perlu atau tidak meresepkan kortikosteroid pada wanita dengan usia
kehamilan lebih dari 34 minggu.
1 Young PC, Glasgow TS, Li X, Guest-Warnick G, Stoddard G. Mortality of late-preterm
(near-term) newborns in Utah. Pediatrics 2007;119:e659-65.
2 Kramer MS, Demissie K, Yang H, Platt RW, Sauvé R, Liston R. The contribution of mild
and moderate preterm birth to infant mortality. Fetal and Infant Health Study Group of the
Canadian Perinatal Surveillance System. JAMA 2000;284:843-9.
3 Wang ML, Dorer DJ, Fleming MP, Catlin EA. Clinical outcomes of near- term infants.
Pediatrics 2004;114:372-6.
![Page 11: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/11.jpg)
4 Tomashek KM, Shapiro-Mendoza CK, Weiss J, Kotelchuck M, Barfield W, Evans S, et
al. Early discharge among late preterm and term newborns and risk of neonatal morbidity. Semin
Perinatol 2006;30:61-8.
5 Davidoff MJ, Dias T, Damus K, Russell R, Bettegowda VR, Dolan S,
et al. Changes in the gestational age distribution among US singleton births: impact on rates of
late preterm birth, 1992 to 2002. Semin Perinatol 2006;30:8-15.
6 Santos IS, Matijasevich A, Domingues MR, Barros AJ, Victora CG, Barros FC. Late
preterm birth is a risk factor for growth faltering in early childhood: a cohort study. BMC Pediatr
2009;9:71.
7 Fuchs K, Wapner R. Elective cesarean section and induction and their impact on late
preterm births. Clin Perinatol 2006;33:793-801.
8 Bird TM, Bronstein JM, Hall RW, Lowery CL, Nugent R, Mays GP. Late preterm
infants: birth outcomes and health care utilization in the first year. Pediatrics 2010;126:e311-9.
9 Escobar GJ, Clark RH, Greene JD. Short-term outcomes of infants born at 35 and 36
weeks’ gestation: we need to ask more questions. Semin Perinatol 2006;30:28-33.
10 Jain L, Eaton DC. Physiology of fetal lung fluid clearance and the effect of labor. Semin
Perinatol 2006;30:34-43.
11 Jain L. Respiratory morbidity in late preterm infants: prevention is better than cure! Am J
Perinatol 2008;25:75-8.
12 Ventolini G, Neiger R, Mathews L, Adragna N, Belcastro M. Incidence of respiratory
disorders in neonates born between 34 and 36 weeks of gestation following exposure to antenatal
corticosteroids between 24 and 34 weeks of gestation. Am J Perinatol 2008;25:79-83.
13 Bonanno C, Wapner RJ. Antenatal corticosteroid treatment: what’s happened since Drs
Liggins and Howie? Am J Obstet Gynecol 2009;200:448-57.
14 Crowley PA. Antenatal corticosteroid therapy: a meta-analysis of the randomized trials,
1972 to 1994. Am J Obstet Gynecol 1995;173:322-35.
15 Roberts D, Dalziel S. Antenatal corticosteroids for accelerating fetal lung maturation for
women at risk of preterm birth. Cochrane Database Syst Rev 2006;3:CD004454.
16 Liggins GC, Howie RN. A controlled trial of antepartum glucocorticoid treatment for
prevention of the respiratory distress syndrome in premature infants. Pediatrics 1972;50:515-25.
![Page 12: Terjemahan jurnal sarii](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022080915/55cf9206550346f57b92d2c9/html5/thumbnails/12.jpg)
17 Amorim MM, Santos LC, Faúndes A. Corticosteroid therapy for prevention of respiratory
distress syndrome in severe preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 1999;180:1283-8.
18 Kurl S, Heinonen KM, Kiekara O. The first chest radiograph in neonates exhibiting
respiratory distress at birth. Clin Pediatr 1997;36:285-9.
19 Sinclair JC. Meta-analysis of randomized controlled trials of antenatal corticosteroid for
the prevention of respiratory distress syndrome: discussion. Am J Obstet Gynecol 1995;173:335-
44.
20 Stutchfield P, Whitaker R, Russell I, Antenatal Steroids for Term Elective Caesarean
Section (ASTECS) Research Team. Antenatal betamethasone and incidence of neonatal
respiratory distress after elective caesarean section: pragmatic randomised trial. BMJ
2005;331:662.
21 Sotiriadis A, Makrydimas G, Papatheodorou S, Ioannidis JP. Corticosteroids for
preventing neonatal respiratory morbidity after elective caesarean section at term. Cochrane
Database Syst Rev 2009;4:CD006614.
22 Zanardo V, Simbi AK, Franzoi M, Soldà G, Salvadori A, Trevisanuto D. Neonatal
respiratory morbidity risk and mode of delivery at term: influence of timing of elective caesarean
delivery. Acta Paediatr 2004;93:643-7.
23 Riskin A, Abend-Weinger M, Riskin-Mashiah S, Kugelman A, Bader D. Cesarean
section, gestational age, and transient tachypnea of the newborn: timing is the key. Am J
Perinatol 2005;22:377-82.
24 Ballard PL, Ballard RA. Scientific basis and therapeutic regimens for use of antenatal
glucocorticoids. Am J Obstet Gynecol 1995;173:254-62.
25 Guglani L, Lakshminrusimha S, Ryan RM. Transient tachypnea of the newborn. Pediatr
Rev 2008;29:e59-65.
26 Helve O, Pitkänen O, Janér C, Andersson S. Pulmonary fluid balance in the human
newborn infant. Neonatology 2009;95:347-52.
27 Gamsu HR, Mullinger BM, Donnai P, Dash CH. Antenatal administration of
betamethasone to prevent respiratory distress syndrome in preterm infants: report of a UK
multicentre trial. Br J Obstet Gynaecol 1989;96:401-10.
Accepted: 30 January 2011