terminologi qalb.docx

6
  Y ANG BERBO LAK -BALIK  TUESDA Y, NOVEMBER 5, 2013 AGASTYA HARJUNADHI LEAVE A COMMENT Hati a!"#ia, $a!% &a'a a'-(")a! &i#*+"t &*!%a! *.at/ aa #*+"ta! #a&) ")a&/ ata" #"&4) aa6/, 7a'+ ")a&/ ata" 7"'4+ aa6/8 "9& ")a&/ ata" a-i&a aa6/ &a! a'-+9+ aa6 &a)i '"++/ #*+a!$a: 20; &"a)at"# &*'a.a!/ :a'i #*+"ta!< Ma#i!%-a#i!% &*!%a! #*+"ta! # a&) " )a&/ #*+a!$ a: 10 # *."'"/ :a'i8 #"&4) aa6/ #*+a!$a: 33 ti%a."'" ti%a/ :a'i8 7a'+ ")a&/ #*+a!$a: 21 &"a."'" #at"/ :a'i8 7"'4+ aa6/ #*+a!$a: 112 # *) at"# &"a+*'a#/ :a'i8 "9& ")a&/ #*+a!$a: 5 'ia/ :a'i8 a-i&a aa6/ #*+a!$a: 10 #*."'"/ :a'i &a! a-+9+ a a6 &a)i '"++/ #*+a! $a : 1= *!a +*'a#/ :a'i< O'* :a)*!a!$a, ati *i'i:i a:!a $a!% +*)a%a, #*'a)a# &*!%a! #*+"ta!- #*+"ta!!$a< K*ti: a ati a!"#ia &i#*+"t &*!%a! #*+"ta! #a&) ")a&/ ata" #"&4) aa6/, a:a &a'a :aita!!$a &*!%a! &i)i a!"#ia a:!a ati it" a&a'a >i'a$a .a'i!% '"a) &a)i ati a!"#ia &a'a .*!%*)tia! ""/, $a!% &i &a'a!$a #a&) ata" #"&4)/ t*)a&i .*)t*.")a! a!ta)a :*:"ata! .?#iti &a! !*%ati, t*.at &i a!a a!"#ia &i"i &*!%a! :**!&*)"!%a!- :**!&*)"!%a! !*%ati< K*ti:a :*:"ata! .?#iti a!"#a ":". *a&ai "!t": *!%a&a.i :**!&*)"!%a!-:**!&*)"!%a! !*%ati $a!% *!a!ta!%!$a, a:a ati #a&)/ a!"#ia a:a! &i.*!"i ?'* aa$a !4)/ &a! +*)a&a &i +a>a !a"!%a! aa$a !4)/ A''a, $a!% t*)'*ta: '"+": ati $a!% t*)&a'a< Di #i#i 'ai!, +i'a .*+a>aa! !*%ati a#": :* &a'a ati #a&)/ ata" i:a ati #a&)/ &i'i."ti ?'* :*#*&ia! &a! .*!&*)itaa! $a!% +*)'a!%#"!% 'aa, a:a ati #a&)/ a!"#ia a:a! &i:ita)i ata" &i'i!%:".i &*!%a! :*%*'a.a!-:*%*'a.a! @"'"9t/, Ma:a, $a!% t*)a&i, ati #a&)/ a!"#ia ."! a:a! *!%*)a#, &a! &*!%a! #*!&i)i!$a aa$a !4)/ A''a ."! a:a! *)*&".< K*ti: a ati &i#*+"t &*!%a! 7a'+ ")a&/ ata" 7"'4+ aa6/, ata" &a'a +aa#a I!&?!*#ia #*)i!% &i#*+"t 7a'+", $a!% +*)a)ti #*!a!tia#a +*)+?'a:- +a'i:, ti&a: .*)!a +*)a&a &a'a :*a&aa! t*ta., a:a $a!% &ia:#"&:a! a&a'a 'a.i#a! ati $a!% $a!% t*'a &i+*)#i:a! &a! t*'a t*)+":a, &i a!a a!"#ia &*!%a! ati!$a t*'a &ia!%%a. a." "!t": *'a.a"i .*)":aa! '"a) &a! *)a#a:a! a.a $a!% t*)#*+"!$i &i &a'a &i)i!$a< K *ti:a it" a!"#ia t*'a *!$a&a)i :*t*)t".a!!$a

Upload: aman-kadis

Post on 04-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

YANG BERBOLAK-BALIKTUESDAY, NOVEMBER 5, 2013AGASTYA HARJUNADHI LEAVE A COMMENTHati manusia, yang dalam al-Quran disebut dengan 4 (empat) macam sebutan: shadr (mufrad) atau shudr (jama), qalb (mufrad) atau qulb (jama); fud (mufrad) atau af-idah (jama) dan al-bb (jama dari lubb) sebanyak 208 (duaratus delapan) kali sebutan. Masing-masing dengan sebutan shadr (mufrad) sebanyak 10 (sepuluh) kali; shudr (jama) sebanyak 33 (tigapuluh tiga) kali; qalb (mufrad) sebanyak 21 (duapuluh satu) kali; qulb (jama) sebanyak 112 (seratus duabelas) kali; fud (mufrad) sebanyak 5 (lima) kali; af-idah (jama) sebanyak 10 (sepuluh) kali dan a-bb (jama dari lubb) sebanyak 16 (enambelas) kali. Oleh karenanya, hati memiliki makna yang beragam, selaras dengan sebutan-sebutannya.Ketika hati manusia disebut dengan sebutan shadr (mufrad) atau shudr (jama), maka dalam kaitannya dengan diri manusia makna hati itu adalah wilayah paling luar dari hati manusia (dalam pengertian umum), yang di dalamnya (shadr atau shudr) terjadi pertempuran antara kekuatan positif dan negatif, tempat di mana manusia diuji dengan kecenderungan-kecenderungan negatif. Ketika kekuatan positif manusa cukup memadai untuk menghadapi kecenderungan-kecenderungan negatif yang menantangnya, maka hati (shadr) manusia akan dipenuhi oleh cahaya (nr) dan berada di bawah naungan cahaya (nr) Allah, yang terletak lubuk hati yang terdalam. Di sisi lain, bila pembawaan negatif masuk ke dalam hati (shadr) atau jika hati (shadr) diliputi oleh kesedihan dan penderitaan yang berlangsung lama, maka hati (shadr) manusia akan dikitari atau dilingkupi dengan kegelapan-kegelapan (zhulumt), Maka, yang terjadi, hati (shadr) manusia pun akan mengeras, dan dengan sendirinya cahaya (nr) Allah pun akan meredup.Ketika hati disebut dengan qalb (mufrad) atau qulb (jama), atau dalam bahasa Indonesia sering disebut qalbu, yang berarti senantiasa berbolak-balik, tidak pernah berada dalam keadaan tetap, maka yang dimaksudkan adalah lapisan hati yang yang telah dibersihkan dan telah terbuka, di mana manusia dengan hatinya telah dianggap mampu untuk melampaui permukaan luar dan merasakan apa yang tersembunyi di dalam dirinya. Ketika itu manusia telah menyadari ketertupannya dikarenakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip al-akhlq al-karmah, seperti: kesabaran, kerendah-hatian, kejujuran dan keikhlasan). Kadang-kadang hati (qalb) manusia berada dalam keadaan bersih, kuat-iman, bercahaya, lemah lembut, tetapi suatu saat menjadi kotor, lemah-iman, gelap-gulita, buta, keras-membatu terhadap kebenaran. Di antara penyebab hati (qalb) yang kotor adalah ketiadaan iman kepada al-Quran dan banyak berbuat kesesatan.Allah subhnahu wa tal berfirman: Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang Telah kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) Telah kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah kami berikan kepadamu, dan kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, Kemudian kami binasakan mereka Karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (QS al-Anm [6]: 10).Orang yang hati (qalb)-nya kotor dan sakit akan mudah digoda setan yang sealalu berusaha menjerumuskannya kepada perbuatan maksiat, dosa, dan kezaliman.Allah subhnahu wa tal berfirman: Agar dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (QS al-Hajj [22]: 53).Orang yang kotor hatinya karena perbuatan dosa dan jahat, hatinya menjadi buta dan tidak dapat menerima pelajaran dan peringatan. Akhirnya, hilanglah rasa percaya atau iman, dan orang itu akan selalu mengikuti kehendak nafsunya.Allah subhnahu wa tal berfirman: Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau kami menghendaki tentu kami azab mereka Karena dosa-dosanya; dan kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)? (QS al-Arf [7]: 100).Sebaliknya, beruntunglah orang yang menyucikan hatinya dengan cahaya iman, rasa percaya, dan amal saleh. Hati yang suci yang akan selalu mendapatkan petunjuk Allah dan tidak mudah digoda setan untuk berbuat mungkar atau maksiat, akhirnya diri-manusia pun akan tetap tenang. Dan iman yang baik dan senantiasa mengingat Allah membuat orang menjadi tenteram hatinya.Allah subhnahu wa tal berfirman: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS ar-Rad [13]: 28).Orang yang senantiasa membersihkan hati dari berbagai penyakitnya akan tampil sebagai orang yang mukhlish, yaitu orang yang ikhlas menjalankan ibadah dan semua aktivitas kehidupan. Segala hal yang ia lakukan hanya dipersembahkan kepada Allah. Orang seperti ini sulit digoda dan disesatkan oleh setan.Allah subhnahu wa tal berfirman: () ()Iblis menjawab: Demi kekuasaan-Mu, Aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlish (orang-orang yang telah diberi taufiq untuk menaati segala petunjuk dan perintah Allah subhnahu wa tal) di antara mereka. (QS Shd [38]: 82-83).Hati yang bersih bersemai di dalamnya taqwa kepada Allah. Taqwa inilah yang mendorong orang selalu menjalankan perintah Allah dan menghentikan segala larangan-Nya. Dan oleh karenanya, agar hati (qalb) selalu membimbing kita kepada kebaikan, maka ia (qalb) harus selalu disucikan dari berbagai penyakitnya dan dosa-dosa yang kita lakukan.Ketika hati disebut dengan fud (mufrad) atau af-idah (jama), maka yang dimaksud dengannya adalah hati (yang) lebih dalam, tempat di mana penglihatan batiniah dan intisari cahaya (nr) marifah menempat. Marifah yang dimaksud di sini adalah: kearifan batiniah atau pengetahuan hakikat spiritual, yang dalam istilah psikologi sering disebut dengan kecerdasan spiritual. Penglihatan hati (yang) lebih dalam adalah penglihatan sejati, tidak berdusta dan mendustakan apa yang dilihatnya. Yang oleh karenanya, ketika hati (fud) seseorang manusia telah tercerahkan, maka muncullah kearifan untuk berpikir, bersikap dan bertindak. Di sinilah pangkal sikap ihsn merasuk ke dalam diri manusia. Dia (manusia) menjadi bijak dan selalu benar dan tepat dalam bersikap dan bertindak, karena pengetahuan yang dicerapnya adalah pengetahuan yang sejati, bukan pengetahuan yang terkotori oleh bias-bias kepentingan hawa nafsu.Dalam hal ini Allah subhnahu wa tal mengingatkan melalui firman-Nya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS al-Isr [17]: 36)Dan, yang terakhir, ketika hati disebut dengan lubb (yang di dalam ayat-ayat al-Quran disebut dengan sebutan jama, albb), maka yang dimaksud dengannya adalah hati yang yang terdalam, atau sering juga disebut dengan hatinya hati, intisari hati atau hati yang hakiki.Dalam bahasa Arab, kata lubb memang dimaksudkan untuk menyebut inti dan oleh karenanya apa yang dicerap olehnya adalah pengetahuan batiniah hakiki, yang merupakan dasar hakiki agama (hidyah Allah).Lubb (lubuk hati terdalam) selalu dialiri oleh rahmat Allah, di ketika Allah menyapa manusia, (seolah) tanpa perantara, karena kedekatan sang hamba (manusia) dengan Allah (Sang Khliq). Diri manusia dengan segala hasrat yang dimilikinya bahkan digambarkan tidak akan dapat mendekati dan menyapa hati (lubb)-nya. Diri manusia menjadi yang tersapa, karena kemampuan hati (lubb) manusia untuk selalu menyapa, disebabkan oleh kehadiran Allah yang senantiasa mengarahkan dirinya (manusia) melalui hati (lubb)-nya untuk selalu mengendalikan setiap hasrat-diri, dan bukan dikendalikan.Di dalam hati (lubb) yang telah dimiliki oleh seseorang, terpancar nr (cahaya) Allah subhnahu wa tal yang mengakibatkan manusia tidak memiliki kesempatan lagi untuk berkawan dengan setan, dan oleh karenanya dirinya selalu menjadi pengendali setiap hasrat dengan kemampuan untuk memadukan potensi pikir dan dzikirnya, sebagaimana yang digambarkan oleh Allah subhnahu wa tal dalam firman-Nya: () ()Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. QS liImrn [3]: 190-191)Dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa dalam pandangan al-Quran, seseorang yang telah memiliki hati (Ulil Albb) adalah mereka yang memiliki kepekaan sempurna terhadap sinyal-sinyal yang diberikan oleh Allah subhnahu wa tal, yang dalam istilah populer disebut hidyah Allah. Sehingga ia pun bisa menangkap sinyal-sinyal itu secara sempurna. Hati dalam pengertian hakiki, dipahami sebagai rumah Allah yang berada dalam diri manusia, yang diciptakan oleh-Nya untuk menyimpan cahaya (nr)-Nya yang Dia (Allah) pancarkan ke dalam setiap diri manusia. Yang oleh karenanya, laksana sebuah cermin, hati setiap manusia harus dibersihkan dari segala macam keburukan yang bisa mengotorinya, agar selalu bening dan bersih, sehingga pancaran cahaya (nr) Allah akan dapat dicerap dengan sempurna oleh manusia, dan kemudian bisa dipancarkan ke segala penjuru juga dengan sempurna.Pada akhirnya bisa kita pahami bahwa setiap diri manusia yang memiliki hati yang bersih, dirinya akan menjadi tercerahkan oleh cahaya (nr) hidayah Allah dan selanjutnya akan menjadi seseorang yang mencerahkan karena pancaran cahaya (nr) hidayah Allah yang terpancar dengan sempurna melalui hati (lubb)-nya yang bersih dan bercahaya.