terorisme negara - · pdf filemenghancurkan peradaban di amerika, asia pasifik, timur tengah,...

41

Upload: lephuc

Post on 23-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya
Page 2: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

TERORISME NEGARA

K. Mustarom

Laporan KhususEdisi 6 | Mei 2017

ABOUT USLaporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan

sebuah lembaga kajian independen yang bekerja dalam rangka membantu masyarakat untuk

mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan

dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini

merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk

bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran yang

ditujukan kepada segenap lapisan dan tokoh masyarakat agar sadar realitas dan peduli terhadap

hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode

analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan

ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.

——————

Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, kirimkan e-mail ke:

[email protected].

Seluruh laporan kami bisa didownload di www.syamina.org

Page 3: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

Daftar Isi

Executive Summary _____________________________________________________ 1

Pendahuluan __________________________________________________________ 3

Sejarah Terorisme ______________________________________________________ 8

Terorisme, Senjata Pihak Yang Kuat ________________________________________ 12

Diskursus Terorisme Negara _____________________________________________ 21

Moralitas Terorisme Negara _____________________________________________ 28

Manajer Teror ________________________________________________________ 31

Kesimpulan __________________________________________________________ 38

Page 4: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

01 Executive Summary

Executive Summary

Kata ‘terorisme’ pertama kali disebut setelah revolusi Prancis. Setelah jatuhnya

dinasti Bourbon pada tahun 1793, pemerintah Republik Prancis jatuh ke tangan

orang-orang yang radikal dan ekstrim, yang rata-rata memiliki basis politik yang

dangkal. Dikepalai oleh Robespierre, mereka membentuk divisi khusus untuk

mengeksekusi lawan politiknya tanpa pengadilan. Mereka menyebut diri mereka

sebagai ‘Terror’ dan kebijakan mereka disebut ‘Terorisme’. Kata ini pada awalnya

berawalan huruf T kapital, yang didefinisikan sebagai kebijakan yang dilakukan

oleh pemerintahan yang terorganisir, bukan kelompok pemberontak. Definisi ini

bahkan pernah diakomodir dalam Kamus Oxford, yang mendeskripsikan terorisme

sebagai “pemerintahan intimidatif yang diarahkan dan dilaksanakan oleh partai

yang memiliki kekuatan”. Jika definisi ini tetap bertahan, kebanyakan pemerintahan

yang ada di dunia saat ini tentu dapat didefinisikan sebagai teroris.

Sepanjang sejarah, kekerasan negara biasa digunakan untuk memaksa

penduduk agar mendukung agenda politik dan ekonomi kelompok elit. Mereka

menggunakan kekerasan untuk menanamkan ketakutan pada masyarakat.

Kekerasan negara semacam ini ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu

dan membungkam keluhan politik masyarakat. Ini adalah bentuk terorisme negara.

Namun sayangnya, literatur akademis tentang terorisme jarang sekali memberi

perhatian kepada terorisme yang dilakukan oleh negara, meskipun terorisme

negara terbukti telah membunuh jiwa yang jauh lebih banyak dibanding terorisme

non-negara. Pada abad ke-20, sekitar 170 juta hingga 200 juta nyawa telah menjadi

korban keganasan terorisme negara, baik melalui pembunuhan massal, pemaksaan

kelaparan, dan genosida di abad ke 20. Pada dua dekade terakhir abad ke-20

sendiri, sekitar 300.000 orang "dihilangkan" oleh agen negara di seluruh dunia.

Gagasan bahwa “terorisme adalah senjata bagi yang lemah” telah menjadi

sebuah kebenaran yang seolah tidak bisa disangkal lagi. Kita sering diberitahu

bahwa para aktor non-negara yang sudah putus asa, dengan kekuatan dan sumber

Page 5: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

02 Executive Summary

daya yang terbatas, lah yang nekad melakukan kekerasan yang ngawur dan

mengerikan. Sedangkan negara digambarkan hanya sekadar melakukan

pembelaan diri untuk melindungi orang-orang tak berdosa.

Memang, terorisme bisa jadi taktik bagi pihak yang lemah. Tapi, ia bukanlah

bentuk yang dominan, apalagi sampai masuk dalam definisi spesifik.

Dengan hitungan apapun, terorisme negara adalah salah satu sumber

penderitaan dan kehancuran umat manusia pada lima abad terakhir. Mereka

melakukan kekerasan secara ekstrem terhadap rakyat dan kelompok tertentu untuk

membangun ketundukan politik terhadap nation state yang baru terbentuk,

mentransfer penduduk, dan melakukan kerja paksa di wilayah yang dijajah.

Kekuatan imperium dan negara modern telah membunuh jutaan manusia dan

menghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika.

Selain itu, pada masa perang besar abad kedua puluh, jutaan manusia

terbunuh oleh serangan bom atom dan ‘kampanye pengeboman’ yang ditujukan

untuk meruntuhkan moral dan melakukan intimidasi. Mereka membunuh secara

acak untuk mempengaruhi pihak lain. Hal ini pada prinsipnya adalah strategi

teroris.

Jika dibandingkan, ratusan hingga ribuan manusia yang terbunuh dan cedera

oleh terorisme yang dilakukan oleh non-negara, jauh lebih sedikit dibanding

ratusan ribu hingga jutaan manusia yang dibunuh, diculik, dihilangkan, dicederai,

disiksa, diperkosa, diintimidasi, dan diancam oleh agen negara dan proxy mereka di

sejumlah wilayah seperti Chechnya, Kashmir, Palestina, Irak, Kolombia, Zimbabwe,

Kongo, Somalia, Uzbekistan, Irak, Suriah, dan sejumlah tempat lainnya.

Begitu juga dengan kampanye kontraterorisme akhir-akhir ini. Pemerintah

seringkali justru melakukan bentuk terorisme negara dengan membunuh rakyat

sipil dan mengintimidasi mereka, atas nama perang melawan teror.

Anehnya, meski terorisme negara jauh lebih mematikan dan merusak

dibanding terorisme non-negara, perhatian atasnya akhir-akhir ini justru semakin

melemah dan cenderung menghilang.

Page 6: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

03 Pendahuluan

Pendahuluan

Topik mengenai terorisme meningkat secara tajam sejak serangan 11

September 2001. Sejak saat itu, George W. Bush mendeklarasikan “perang melawan

teror” untuk memburu “musuh peradaban” yang berpartisipasi dalam terorisme.

Banyak yang lupa bahwa “perang melawan teror” juga sudah dideklarasikan oleh

Ronald Reagen pada tahun 1980-an untuk memerangi kelompok yang ia tuduh

teroris di Timur Tengah dan Amerika Latin.

Retorika dan narasi tunggal yang luar biasa tentang “perang melawan teror”

membuat kita kadang-kadang lupa akan beberapa pertanyaan kunci. Tidak banyak

yang berani bertanya, apa itu definisi terorisme? Apa yang membedakannya

dengan perjuangan perlawanan yang sah? Siapa yang sebenarnya melakukan aksi

teror, negara ataukah non-negara? Apakah Amerika Serikat, yang menjadi dirigen

utama “perang melawan teror” dan mengklaim sebagai wakil dari masyarakat

beradab, pernah melakukan atau mensponsori terorisme? Ataukah terorisme

memang mutlak hanya dilakukan oleh kelompok Islam radikal?

Para politisi dan penguasa di banyak negara sering menggunakan segala cara

untuk mempengaruhi rakyatnya bahwa terorisme adalah perkara kriminal dalam

bentuk yang unik dan spesial.

Mereka memposisikan teroris dalam kategori kejahatan psikopat, dengan

menonjolkan sisi kekerasan tidak beradabnya. Mereka memposisikan teroris

melakukan hal di luar batas masyarakat beradab, dan karenanya tidak bias

dilakukan negosiasi dan perdamaian terhadap mereka. Mereka mengatakan bahwa

terorisme adalah masalah yang paling berbahaya di zaman ini.

Konsep mengenai terorisme ini banyak dibicarakan, namun tidak banyak yang

memahami. Ide mengenai terorisme terus menerus berubah, dibentuk, dan

didistorsi untuk mendukung agenda politik tertentu.

Hasilnya, konsep mengenai terorisme menjadi hal yang berantakan. Tidak ada

definisi pasti yang bisa diterima. Beberapa rezim otoriter menggunakan istilah itu

Page 7: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

04 Pendahuluan

untuk menghancurkan citra lawan politiknya. Arab Saudi, Mesir dan kebanyakan

negara-negara teluk menyebut partai politik yang menganjurkan perubahan

demokratis yang damai sebagai ‘teroris’.1

Pada saat yang sama, di Inggris, konsep terorisme telah diubah sedemikian

rupa sehingga ia tidak hanya berlaku untuk aksi kekerasan, namun juga berlaku

terhadap aktifitas lain yang tidak memenuhi kriteria untuk disebut ‘kekerasan’.2

Teroris didefinisikan tidak hanya untuk orang yang melakukan kekerasan, namun

juga orang-orang yang pandangannya dapat menjadi ancaman bagi negara Inggris

atau nilai-nilai dan cara hidup mayoritas masyarakat Inggris. Di sini, konsep

terorisme telah berubah menjadi bagian dari alat penindasan oleh negara.

Studi mengenai teror negara seringkali diabaikan di kalangan para akademisi.

Mereka cenderung hanya menyematkan istilah tersebut pada ‘pemerintah teror’

pada masa Revolusi Prancis, atau pemerintahan Stalin di Rusia. Seiring dengan

waktu, istilah tersebut hilang ditelan masa dan dana, terutama pasca peristiwa 11

September.

Gagasan bahwa “terorisme adalah senjata bagi yang lemah” seolah telah

menjadi sebuah kebenaran yang mutlak, tidak bisa disangkal lagi. Kita sering

diberitahu bahwa para aktor non-negara yang sudah putus asa, dengan kekuatan

dan sumber daya yang terbatas, lah yang nekad melakukan kekerasan yang

ngawur dan mengerikan. Sedangkan negara digambarkan hanya sekadar

melakukan pembelaan diri untuk melindungi orang-orang tak berdosa.

Jadi, jika Anda memiliki legitimasi politik, mampu mengkomando pasukan

militer dengan persenjataan yang kuat dan canggih, serta mampu mempengaruhi

dunia internasional, maka Anda tidak bisa disebut sebagai teroris. Terorisme bukan

lagi soal metodologi, tapi kini bergeser ke ideologi. Bukan lagi apa yang dilakukan,

tapi siapa yang melakukan. Tak peduli berapa banyak korban yang sudah

1 https://www.pri.org/stories/2010-12-22/political-activists-charged-terror-saudi-arabia2 http://roar.uel.ac.uk/4824/1/Characterising%20the%20UK%20Terrorist%20Threat.pdf

Page 8: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

05 Pendahuluan

dijatuhkan, jika yang melakukan adalah “others”, pihak lain, maka itu adalah

terorisme, jika yang melakukan “us”, kita, bukanlah terorisme. Narasi tunggal

tentang terorisme begitu dominan, hingga kita kehilangan pandangan akan adanya

alternatif. Konsep mengenai terorisme pun menjadi hanya “satu dimensi”, tidak ada

lagi konten selain kata-kata yang sudah dipublikasikan dan distandarisasi

penggunaannya.3

Memang, terorisme bisa jadi taktik bagi pihak yang lemah. Tapi, ia bukanlah

bentuk yang dominan, apalagi sampai masuk dalam definisi spesifik.

Departemen Luar Negeri AS mengestimasi bahwa kematian yang disebabkan

oleh terorisme transnasional secara global antara tahun 1975 hingga tahun 2003

mencapai 13.971 jiwa. Sedangkan US National Consortium for the Study of

Terrorism Database menyatakan bahwa korban tewas akibat insiden terorisme di

AS sejak tahun 1970 hingga tahun 2007 mencapai 3.292, dan sebagian besar

diantaranya akibat serangan 11 September 2001.4 Di sisi lain, sebagai contoh, sejak

tahun 1975 hingga tahun 1999, pemerintah Indonesia yang diback-up oleh

Amerika melakukan represi di Timor Timur yang menyebabkan terbunuhnya 200

ribu jiwa atau seperempat dari total populasi waktu itu.5 Kesimpulannya, bahwa si

kuat bisa melakukan teror yang jauh lebih mengerikan dibanding si lemah—teroris

non-negara—adalah fakta yang sulit dibantah. Namun, akhir-akhir ini kita

dihadapkan pada satu ketidakseimbangan pembahasan mengenai berbagai bentuk

terorisme.

Dalam sebagian besar diskursus, pikiran bahwa negara bisa melakukan

terorisme cenderung dikesampingkan. Misalnya, pemerintah AS mendefinisikan

terorisme sebagai ‘kekerasan yang dimotivasi secara politik yang dilakukan

3 Herbert Marcuse, “One-Dimensional Man,” Boston: Beacon Press, 1964, hal.87.4 Mark G. Stewart, John Mueller, “Acceptability of Terrorism Risks and PrioritisingProtective Measures for Key Infrastructure,” 2010.5 Jonathan Barker, “The No-Nonsense Guide to Global Terrorism,” Oxford: NewInternationalist, 2008, hal.72.

Page 9: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

06 Pendahuluan

terhadap target non kombatan oleh kelompok non-negara atau agen rahasia.’6

Departemen Luar Negeri AS dan CIA mengambil definisi ini. Mereka membatasi

bahwa terorisme hanya dilakukan oleh kelompok non-negara, dan

mengesampingkan pelaku dari pihak negara.

Dalam pandangan hukum AS, dan juga sebagian besar negara di dunia, negara

dan agen-agennya yang melakukan kekerasan yang sama atau bahkan lebih kejam

dibandingkan kekerasan yang dilakukan kelompok non-negara tidak

diklasifikasikan sebagai teroris.7

Lain lagi dengan FBI. Mereka mendefinisikan terorisme sebagai ‘penggunaan

kekuatan dan kekerasan yang tidak sah secara hukum terhadap orang atau harta

benda untuk mengintimidasi atau memaksa sebuah pemerintahan, masyarakat

sipil, atau segmen masyarakat lainnya, untuk mencapai tujuan politik atau sosial.8

Definisi ini seolah-olah tidak mengesampingkan kemungkinan dilakukannya

terorisme oleh negara, namun penggunaan kata “tidak sah secara hukum”

membawa sejumlah implikasi. Hal ini dikarenakan:

(a) pasukan keamanan negara dianggap tidak melakukan terorisme atas dalih

menjalankan tugas yang sah secara hukum;

(b) jika otoritas negara mengeluarkan legislasi “sementara” atau “darurat” atas

nama alasan keamanan, atau bahkan membentuk aparat teror di bawah

sistem hukum yang sah, maka tindakan-tindakan mereka akan mendapat

dukungan hukum.

The US Army Field Manuals juga mengikuti jalur yang sama, dengan

menyatakan bahwa “terorisme adalah penggunaan kekerasan atau ancaman

kekerasan yang tidak sah secara hukum untuk menancapkan ketakutan... yang

6 US Code, Title 22, Section 2656f7 Robert E. Goodin, “What’s Wrong with Terrorism?”, Cambridge: Polity Press,2006, hal.558 Code of Federal Regulations, Title 28, Section 0.85

Page 10: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

07 Pendahuluan

diniatkan untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau masyarakat.”

Mereka juga mengklaim bahwa “musuh yang tidak bisa bersaing dengan tentara

konvensional lah yang seringkali menggunakan taktik teror.” Kemungkinan bahwa

pihak negara, atau pihak non-negara yang bukan musuh, melakukan tindakan teror

tidak pernah dipertimbangkan.

Pertanyaan yang mungkin muncul adalah kenapa fokusnya pada terorisme?

Kenapa bukan genosida atau kejahatan perang? Satu alasan yang jelas adalah kata

‘terorisme’ mempunyai signifikansi retorika yang luar biasa, terutama di Amerika

Serikat sebagai pemilik hegemoni dunia saat ini. Sejak Presiden Ronald Reagen

mendeklarasikan perang melawan terorisme internasional pada awal tahun 1980-

an, terorisme menjadi pusat bagi pencitraan Amerika. Terorisme menjadi alat yang

dipakai untuk mendefinisikan musuh. Dalam proses pencitraan tersebut, “mereka”,

musuh Amerika lah, yang teroris, bukan Amerika. Pola ini kemudian dipakai oleh

rezim tiran lain sekutu Amerika untuk menggunakan hal yang sama.

Istilah terorisme juga memegang peran signifikan karena ia adalah sebuah aksi

yang didefinisikan oleh tujuan politiknya. Dengan kata lain, terorisme bukan hanya

membunuh atau menciderai, tapi bagaimana tindakan tersebut berkaitan dengan

strategi yang lebih luas.

Secara umum ada beberapa parameter yang menjadi pusat dari konsep

terorisme: (a) kesengajaan penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan; (b)

diarahkan terhadap warga sipil; (c) dengan tujuan untuk menancapkan ketakutan di

kalangan masyarakat di luar korban langsung; (d) untuk meraih tujuan politik.9

Dengan parameter tersebut paling tidak kita bisa menentukan mana tindakan

negara yang bisa dipandang sebagai bentuk terorisme.

9 Cihan Aksan, Jon Bailes, "Weapon of the Strong: Conversations on US State Terrorism,"London: PlutoPress, hal. 4.

Page 11: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

08 Sejarah Terorisme

Sejarah Terorisme

Kata ‘terorisme’ pertama kali disebut setelah revolusi Prancis. Setelah jatuhnya

dinasti Bourbon pada tahun 1793, pemerintah Republik Prancis jatuh ke tangan

orang-orang yang radikal dan ekstrim, yang rata-rata memiliki basis politik yang

dangkal. Dikepalai oleh Robespierre, mereka membentuk divisi khusus untuk

mengeksekusi lawan politiknya tanpa pengadilan. Mereka menyebut diri mereka

sebagai ‘Terror’ dan kebijakan mereka disebut ‘Terorisme’.

Kata ini pada awalnya berawalan huruf T kapital, yang didefinisikan sebagai

kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan yang terorganisir, bukan kelompok

pemberontak.

Definisi ini bahkan pernah diakomodir dalam Kamus Oxford, yang

mendeskripsikan terorisme sebagai “pemerintahan intimidatif yang diarahkan dan

dilaksanakan oleh partai yang memiliki kekuatan”. Jika definisi ini tetap bertahan,

kebanyakan pemerintahan yang ada di dunia saat ini tentu dapat didefinisikan

sebagai teroris.

Istilah tersebut muncul kembali pada pertengahan abad 19. Kali ini, istilah

tersebut dilabelkan kepada cara yang digunakan oleh kelompok anarkis untuk

melawan Rezim Tsar di Rusia. Istilah terorisme tanpa awalan huruf kapital tersebar

50 tahun sebelum Perang Dunia I, sebagai efek dari serangan tingkat tinggi

terhadap para pemimpin di Eropa dan terhadap Presiden Amerika, James A

Garfield10 dan William McKinley.11

Novel Joseph Conrad, The Secret Agent, menyebut kelompok teroris tersebut

sebagaimana definisi di atas. Istilah tersebut meliputi banyak variasi pelaku

10 https://www.whitehouse.gov/1600/presidents/jamesgarfield11 https://www.whitehouse.gov/1600/presidents/williammckinley

“Terorismeadalahpemerintahanintimidatif yangdiarahkan dandilaksanakanoleh partaiyang memilikikekuatan”

--Oxford Dictionary

Page 12: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

09 Sejarah Terorisme

kekerasan, mulai dari pembunuhan rahasia atas inisiatif pribadi, maupun gerakan

teroganisir yang memiliki tujuan politik, seperti Irish Fenians.

Patut dicatat bahwa banyak gerakan teroris pada saat itu—terutama di Rusia—

diinfiltrasi dan bahkan disponsori oleh pemerintah.

Kata teroris dan terorisme kembali hilang setelah pecahnya Perang Dunia I.

Hilangnya istilah tersebut memiliki arti yang besar. Perang dunia dan

totalitarianisme mengubah perspektif. Pertumpahan darah dan kebrutalan yang

terjadi pada tahun 1914 sampai tahun 1945 sangat mengerikan, yang membuat

pembunuhan dan kekerasan lain yang dilakukan oleh kelompok anarkis dan

nasionalis di Barat sebelum 1914—atau bahkan teroris yang dituduhkan terhadap

kelompok Islam setelah tahun 2001—seolah tidak ada apa-apanya.

Ada hal menarik yang patut diperhatikan. Makna awal terorisme yang berarti—

penggunaan kekerasan oleh pemerintah demi tujuan politik untuk melawan

musuh-musuh internalnya—menerangkan dengan jelas apa yang terjadi setelah

1914 secara akurat. Penyerangan terhadap warga Rusia oleh Stalin,12 kekejaman

partai komunis Mao,13 serangan tentara Hitler terhadap rakyat sipil Eropa

semuanya cocok dengan definisi asli terorisme dalam kamus Oxford, yaitu teror

yang dilakukan oleh negara.14

Namun pemerintah-pemerintah tersebut jarang sekali disebut sebagai teroris.

George Orwell, novelis, wartawan, dan penulis politik Inggris, pernah

berkunjung ke Spanyol pada akhir 1930an dan mendeskripsikan kekejaman yang

dilakukan oleh pasukan Franco dan partai komunis oposisinya pada Perang Sipil di

Spanyol.15 Di situ, ia sama sekali tidak menggunakan istilah ‘terorisme’.

12 http://www.ibtimes.com/how-many-people-did-joseph-stalin-kill-111178913 http://www.nytimes.com/2004/01/09/opinion/a-bleak-anniversary-mao-the-mass-murderer.html?_r=014 https://www.nytimes.com/2016/11/22/books/review/a-new-look-at-civilian-life-in-europe-under-hitler.html15 http://www.salon.com/2014/01/11/the_war_that_made_orwell/

Page 13: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

10 Sejarah Terorisme

Padahal banyak hal dalam laporannya yang hari ini bisa dianggap sebagai

terorisme. Memang, Orwell sendiri bisa diklasifikasikan sebagai teroris menurut

hukum Inggris sebagai konsekuensi keikutsertaannya bersama milisi anarkis dalam

Perang Sipil Spanyol.

Segera setelah Perang Dunia II, Inggris menghadapi perlawanan bersenjata di

Kenya, Aden, Malaysia, Palestina dan beberapa tempat lainnya.16 Perlawanan

tersebut hari ini pasti akan disebut sebagai pergerakan teroris.

Namun, Inggris jarang menggunakan istilah ini—hal ini dikarenakan

perlawanan-perlawanan tersebut terjadi di koloni jauh yang memang akan

ditinggalkan. Bahkan, dunia internasional mulai simpati terhadap gerakan anti

kolonialisme melawan Inggris.

Kekuatan imperial lain, seperti Prancis di Aljazair, lebih teguh untuk tetap

memegang apa yang dimilikinya dan menganggap koloni itu sebagai bagian dari

negaranya. Mereka mencitrakan lawannya sebagai teroris dan seringkali

menggunakan metode teroris (dalam arti sebenarnya) terhadap mereka. Terhadap

Aljazair, Prancis menjalankan terorisme dalam definisi originalnya, yaitu terorisme

yang dilakukan oleh negara.17

Konsep dan persepsi mengenai terorisme berubah secara drastis sejak

peristiwa 11 September.

Sejak serangan 11 September pada tahun 2001, dunia menggeser persepsinya

bahwa aktor non-negara pelaku kekerasan, yang biasa dilabeli terorisme global,

adalah ancaman utama bagi kebebasan dan keamanan. Dengan demikian, aksi

kekerasan yang dilakukan oleh selain aktor non-negara dan tidak dilabeli sebagai

aksi terorisme jarang diberitakan dan jarang mendapat perhatian.

16 https://www.theguardian.com/uk/gallery/2012/apr/18/colonial-archives-kenya-malaya-aden17 http://www.terrorismanalysts.com/pt/index.php/pot/article/view/229/html

Page 14: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

11 Sejarah Terorisme

Jika ditelaah, asumsi ini berakar dari definisi negara yang disampaikan oleh

Max Webber. Menurutnya, negara adalah komunitas manusia dalam wilayah

tertentu yang mengklaim monopoli penggunaan kekuatan fisik secara sah.

Monopoli ini dianggap absolut. Karenanya, penggunaan kekerasan oleh aktor non-

negara dianggap tidak sah.

Dalam praktik maupun dalam teori politik, pandangan ini bukannya tanpa

perdebatan dan perlawanan. Di masa masa lalu, abad pertengahan, perlawanan

tersebut dilakukan dalam bentuk pembunuhan raja yang tiran, atau dalam bentuk

pemberontakan. Di era modern, perlawanan tersebut dilakukan dalam bentuk

perjuangan melawan kolonialisme, otoritarian, maupun rezim yang represif.

Page 15: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

12 Terorisme, Senjata Pihak Yang Kuat

Terorisme, Senjata Pihak Yang Kuat

Dengan hitungan apapun, terorisme negara adalah salah satu sumber

penderitaan dan kehancuran umat manusia pada lima abad terakhir. Mereka

melakukan kekerasan secara ekstrem terhadap rakyat dan kelompok tertentu untuk

membangun ketundukan politik terhadap nation state yang baru terbentuk,

mentransfer penduduk, dan melakukan kerja paksa di wilayah yang dijajah.

Kekuatan imperium dan negara modern telah membunuh jutaan manusia dan

menghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika.

Pada abad kedua puluh, negara modern kembali melanjutkan terornya.

Mereka bertanggungjawab atas terbunuhnya 170 juta hingga 200 juta manusia.18

Sebagian besar dari mereka dibunuh melalui kampanye terorisme negara seperti

yang dilakukan oleh Stalin di Rusia, Pol Pot di Kamboja, hingga rezim diktator di

Chili, Argentina, Afrika Selatan, Uganda, dan puluhan negara lainnya.

Selain itu, pada masa perang besar abad kedua puluh, jutaan manusia

terbunuh oleh serangan bom atom dan ‘kampanye pengeboman’ yang ditujukan

untuk meruntuhkan moral dan melakukan intimidasi. Mereka membunuh secara

acak untuk mempengaruhi pihak lain. Hal ini pada prinsipnya adalah strategi

teroris.19

Jika dibandingkan, ratusan hingga ribuan manusia yang terbunuh dan cedera

oleh terorisme yang dilakukan oleh non-negara, jauh lebih sedikit dibanding

ratusan ribu hingga jutaan manusia yang dibunuh, diculik, dihilangkan, dicederai,

disiksa, diperkosa, diintimidasi, dan diancam oleh agen negara dan proxy mereka di

sejumlah wilayah seperti Chechnya, Kashmir, Palestina, Irak, Kolombia, Zimbabwe,

Kongo, Somalia, Uzbekistan, dan sejumlah tempat lainnya.

18 Rummel, R.J. (1994) Death by Government, New Brunswick, NJ: Transaction Books.19 Grosscup, B. (2006) Strategic Terror: The Politics and Ethics of Aerial Bombardment.London: Zed Books.

"Negarasekecil apapunlebihmempunyaikekuatan untukmelakukanteror dibandingorganisasiteroris non-negara palingmajusekalipun.

Page 16: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

13 Terorisme, Senjata Pihak Yang Kuat

Begitu juga dengan kampanye kontraterorisme akhir-akhir ini. Pemerintah

seringkali justru melakukan bentuk terorisme negara dengan membunuh rakyat

sipil dan mengintimidasi mereka, atas nama perang melawan teror.20

Anehnya, meski terorisme negara jauh lebih mematikan dan merusak

dibanding terorisme non-negara, perhatian atasnya akhir-akhir ini justru semakin

melemah dan cenderung menghilang.

Dalam ilmu politik, ada semacam konvensi yang membedakan antara

kekerasan yang dilakukan oleh negara dan kekerasan yang dilakukan oleh aktor

non-negara. Kekerasan pertama disebut sebagai teror, yang terakhir disebut

terorisme. Namun, akhir-akhir ini seiring dengan masifnya literatur tentang

terorisme non-negara, teror negara banyak dikesampingkan oleh para akademisi,

media, dan pemerintah. Alasan akan hal ini bukanlah pada fakta empirik, tapi lebih

kepada alasan politik dan ideologi.

Satu-satunya alasan yang dipaksa untuk membedakan antara teror negara dan

teror non-negara adalah karena teror negara dilakukan untuk mempertahankan

status quo, sedangkan teror non-negara dilakukan dalam rangka mencapai

perubahan politik. Selain itu, skala teror negara pun jauh lebih besar dibanding

teror non-negara. Penjelasan tentang ini diungkapkan dengan sangat baik oleh

Noam Chomsky dan Edward Herman, yang membedakan teror negara sebagai

“teror grosir”, sedangkan teror non-negara sebagai “teror retail”.

Jika terorisme diartikan sebagai intimidasi politik dengan menggunakan

kekerasan atau ancaman, dan jika kita mengijinkan definisi tersebut meliputi

kekerasan oleh negara atau pejabat negara, maka kita akan menemukan bahwa

bentuk terorisme terbesar di dunia hari ini justru dilakukan oleh negara, para

agennya, atau aliansinya. Dan terorisme non-negara, jika dihitung secara kuantitas,

jumlahnya jauh lebih kecil dibanding teror negara. Bahkan, negara sekecil apapun

lebih mempunyai kekuatan untuk melakukan teror dibanding organisasi teroris

20 Goodin, R. (2006) What’s Wrong with Terrorism? Cambridge: Polity Press.

Page 17: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

14 Terorisme, Senjata Pihak Yang Kuat

non-negara paling maju sekalipun. Contoh, hanya negara teroris yang memiliki

senjata pemusnah massal atau memiliki kemampuan untuk mencabut kebutuhan

dasar manusia, melakukan boikot pangan yang berujung pada kelaparan,

malnutrisi, tingkat kematian bayi yang tinggi, dan penyakit kronik lainnya, sebagai

alat untuk mengintimidasi dan melakukan kontrol.

Definisi kamus tentang terorisme—yang menghindarkan diri dari dalih

ideologis yang mengesampingkan teror negara—menyebutkan bahwa terorisme

adalah “kebijakan yang menggunakan tindakan untuk menanamkan rasa takut

yang dahsyat sebagai metode untuk mengatur atau melakukan oposisi politik.”21

Tapi jika kita ingin definisi teror negara yang lebih spesifik yang membedakannya

dengan terorisme non-negara, definisinya adalah penggunaan atau ancaman

kekerasan oleh negara atau oleh agen atau pendukungnya, yang terutama

diarahkan terhadap warga sipil, sebagai sarana untuk intimidasi dan kontrol politik

(atau sarana untuk melakukan represi).

Teror negara adalah masalah dunia yang utama dan terus bertumbuh. Jika

penyiksaan dan pembunuhan yang dimotivasi oleh politik didefinisikan sebagai

terorisme, maka banyak negara otoriter yang melakukannya, dan bahkan pada

dekade ini eskalasinya meningkat sangat besar. Ini adalah kekerasan yang

dilakukan oleh pemerintah yang diarahkan terhadap rakyatnya sendiri. Sudah

banyak diakui, sebagaimana yang disampaikan oleh Herman, bahwa “Pertumbuhan

terorisme yang sangat masif dan signifikan sejak Perang Dunia II dilakukan oleh

negara.”

Nagengast juga mengamati bahwa “Sejak tahun 1945, kekerasan yang

disponsori oleh negara terhadap etnis tertentu atau kelompok politik tertentu telah

menyebabkan kematian, cedera, dan penderitaan manusia yang lebih besar

21 Carole Nagengast, "Violence, Terror, and the Crisis of the State." Annual Review ofAnthropology, vol 23, 1994, hal. 114

Page 18: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

15 Terorisme, Senjata Pihak Yang Kuat

dibanding semua konflik mematikan lainnya, bahkan termasuk perang

internasional, perang kolonial, maupun perang sipil sekalipun.”22

Terorisme negara tidak jauh berbeda dengan terorisme non-negara dalam tiga

fitur pokok terorisme.

Pertama, mengancam atau melakukan kekerasan yang diarahkan terhadap

"korban yang dilindungi".

Kedua, pelaku menggunakan kekerasan untuk menancapkan teror terhadap

para saksi yang secara umum berbeda dengan korban.

Ketiga, pelaku kekerasan berniat atau berharap agar saksi yang terteror

mengubah perilakunya dalam beberapa cara.

Satu-satunya perbedaan antara terorisme negara dan non-negara adalah

pelaku yang melakukan aksi tersebut. Karenanya, untuk bisa disebut sebagai

terorisme negara, harus ada elemen keempat: aksi tersebut dilakukan oleh agen

atas nama atau bersama dengan negara, termasuk oleh paramiliter dan agen

keamanan swasta, yang diarahkan terhadap pihak-pihak yang seharusnya

dilindungi oleh negara.

Sepanjang sejarah, kekerasan negara biasa digunakan untuk memaksa

penduduk agar mendukung agenda politik dan ekonomi kelompok elit. Mereka

menggunakan kekerasan untuk menanamkan ketakutan pada masyarakat.

Kekerasan negara semacam ini ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu

dan membungkam keluhan politik masyarakat. Ini adalah terorisme negara.

Namun sayangnya, literatur akademis tentang terorisme jarang sekali memberi

perhatian kepada terorisme yang dilakukan oleh negara, meskipun terorisme

negara terbukti telah membunuh jiwa yang jauh lebih banyak dibanding terorisme

non-negara. Pada abad ke-20, sekitar 170 juta hingga 200 juta nyawa telah menjadi

korban keganasan terorisme negara, baik melalui pembunuhan massal, pemaksaan

22 Ibid, hal. 126

Page 19: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

16 Terorisme, Senjata Pihak Yang Kuat

kelaparan, dan genosida di abad ke 20.23 Pada dua dekade terakhir abad ke-20

sendiri sekitar 300.000 orang "dihilangkan" oleh agen negara di seluruh dunia.24

Kalaupun terorisme negara didiskusikan, fokusnya seringkali pada rezim

totalitarian. Terorisme negara yang dilakukan oleh negara demokrasi liberal jarang

sekali diungkapkan. Memang, rezim seperti Stalin, Hitler, dan Pol Pot

bertanggungjawab atas kekerasan negara dalam skala yang besar. Mereka

melakukan genosida dan meneror penduduk agar tunduk pada rezim. Namun yang

seringkali luput dari perhatian adalah kekuatan kolonial Barat juga menggunakan

terorisme secara masif untuk membangun dan memelihara imperium mereka, serta

menumpas pejuang kemerdekaan di negara koloni mereka. Inggris, Prancis,

Jerman, Portugal, dan Amerika Serikat, serta kekuatan kolonial lainnya banyak

menggunakan teror dalam rangka melakukan kontrol sosial di berbagai wilayah

jajahannya.

Pada Perang Dunia II, pasukan sekutu mengebom masyarakat sipil di Jerman

agar mereka mau melawan Hitler. Pada waktu Perang Dingin, dengan dukungan

penuh dari Amerika, aparat keamanan negara di kawasan Amerika Latin juga

menggunakan kekerasan, termasuk penculikan dan penyiksaan, untuk

membungkam gerakan politik yang mengancam kepentingan Amerika dan rezim

lokal bonekanya.

Negara liberal demokrasi terus menggunakan dan mensponsori terorisme

pada dua dekade terakhir abad ke-20 dan pada awal abad ke-21 sebagai sebuah

proses untuk menjaga akses ke sumber daya dan pasar global. Terorisme yang

disponsori oleh Amerika dan sekutunya digunakan terhadap banyak sekali

tersangka atas nama "perang melawan teror".

23 R. Rummel,”Death by Government,” New Brunswick, NJ: TransactionPublishers, 2011.24 J. Sluka, “Introduction: State Terror and Anthropology”, dalam J. Sluka, ed., “DeathSquad: The Anthropology of State Terror,” Philadelphia: University of Pennsylvania Press,hal. 1–45.

Page 20: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

17 Terorisme, Senjata Pihak Yang Kuat

Terorisme menjadi sentra dari proses neoliberalisasi. Proses neoliberalisasi di

seluruh dunia seringkali diiringi dengan sejumlah kekerasan dan terorisme yang

dilakukan oleh negara dan paramiliter yang disponsori negara. Inti dari proyek

imperialis negara-negara kapitalis tersebut adalah keinginan untuk mengamankan

akses ke sumber daya alam strategis, seperti minyak. Stokes dan Raphael

mendokumentasikan bagaimana penggunaan negara teror yang disponsori oleh

AS di wilayah-wilayah yang kaya minyak untuk melindungi proses globalisasi neo-

liberal, melindungi elit lokal dari keluhan masyarakat, dan menstabilisasi produksi

minyak yang mengukuhkan hegemoni AS. Bahkan, Raphael juga berhasil

mengeksplorasi peran para ahli terorisme, termasuk para akademisi, untuk

mengalihkan perhatian dunia dari terorisme AS dan sekutunya.

Fokus utama para ‘ahli terorisme’ pada terorisme nonnegara saja, akan

memperkuat perspektif negara, cara pandang state-centric yang memandang

terorisme sebagai masalah sosial atau individu yang perlu dipecahkan oleh negara,

bukan sebagai praktik kekuasaan negara. Dari perspektif ini, ia berfungsi untuk

mempertahankan legitimasi penggunaan kekerasan oleh negara dan

mendelegitimasi semua bentuk kekerasan nonnegara, yang pada akhirnya akan

memiliki dampak ideologis.25

Dari sudut pandang etis-normatif, pemahaman terorisme yang terbatas pada

terorisme nonnegara juga berfungsi untuk mengaburkan dan membungkam suara

dan perspektif orang-orang yang kesehariannya hidup dalam kondisi teror dari

kesewenang-wenangan pemerintah mereka, yang beberapa di antaranya didukung

oleh Barat. Ia juga bisa berfungsi untuk membungkam suara orang-orang yang

mengalami teror atas kebijakan Barat—baik secara langsung, seperti mereka yang

disiksa atas perang melawan teror, maupun secara tidak langsung, seperti mereka

yang menderita di bawah rezim pendukung Barat. Artinya, ia mengalihkan

25 Anthony Burke, “The End of Terrorism Studies,” Critical Studies on Terrorism,vol.1, no. 1, 2008, hal. 37‐49;

Page 21: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

18 Terorisme, Senjata Pihak Yang Kuat

perhatian publik dari terorisme negara yang jauh lebih besar dan jauh lebih

menghancurkan terhadap kehidupan puluhan juta orang di seluruh dunia saat ini.

Terkait dengan efek normatif dan ideologis yang lebih luas ini, perlakuan

terhadap terorisme negara—dan diamnya mereka atasnya—dan konstruksi sempit

mereka terhadap 'terorisme yang disponsori negara', juga berfungsi untuk

memposisikan terorisme negara sebagai hal yang kurang begitu penting dibanding

terorisme nonnegara. Selain itu, ia juga bisa berfungsi untuk memberikan legitimasi

terhadap kebijakan Barat seperti sanksi, diplomasi koersif, dan perang pre-emptive

terhadap "negara sponsor terorisme" yang ditentukan secara politis yang mungkin

menjadi bentuk teror sendiri, serta mengabaikan keterlibatan negara sponsor

terorisme dari pihak Barat sendiri.

Dari sudut pandang normatif politik, diamnya para akademisi dan pakar

terorisme atas terorisme negara, dan argumen banyak pakar terorisme yang

menyatakan bahwa tindakan negara tidak dapat didefinisikan sebagai 'terorisme',

sebenarnya berfungsi untuk memberikan pembenaran retoris kepada negara untuk

melakukan teror kepada lawan dan rakyatnya tanpa takut akan celaan dan

hukuman. Kelonggaran inilah yang banyak dieksploitasi oleh banyak negara seperti

Israel, Rusia, China, Uzbekistan, Zimbabwe, dan banyak negara untuk melakukan

kekerasan dalam rangka mengintimidasi lawan politik atau rakyatnya.

Selain itu, heningnya konsep terorisme negara dari wacana publik juga

berfungsi untuk melemahkan perjuangan politik aktivis hak asasi manusia untuk

melawan penggunaan teror oleh negara, dengan melarang pendelegitimasian

kekuasaan dan sumber daya yang berasal dari penggambaran tindakan negara

sebagai 'terorisme'. Penting untuk dicatat, bahwa banyak negara terkemuka yang

terus-menerus menolak setiap upaya untuk secara legal mendefinisikan dan

melarang sebuah kategori tindakan yang akan disebut 'terorisme negara', dengan

Page 22: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

19 Terorisme, Senjata Pihak Yang Kuat

alasan bahwa tindakan tersebut telah dicakup oleh undang-undang lain seperti

hukum perang.26

Heningnya wacana terorisme negara memiliki efek politik lain, yaitu bagaimana

ia berfungsi dan dan terus berfungsi, untuk mengalihkan perhatian dan menolak

sejarah panjang keterlibatan Barat dalam terorisme. Kondisi ini memberi

keuntungan kepada Barat untuk terus menggambarkan diri bahwa kebijakan luar

negeri mereka pada dasarnya ramah, bukan bertujuan untuk memperkuat struktur

kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki dalam sistem internasional. Artinya,

dengan mencegah kritik terhadap kebijakan Barat, ia berupaya mempertahankan

mitos yang berbahaya tentang eksepsionalisme Barat. Rasa eksepsionalisme dan

dukungan dari studi terorisme ini memungkinkan negara-negara Barat dan sekutu-

sekutu mereka untuk terus mengejar serangkaian proyek politik dan kepentingan

partisan yang bertujuan untuk mempertahankan dominasi mereka dalam sistem

internasional. Misalnya, dengan memperkuat pandangan bahwa terorisme

nonnegara adalah ancaman dan masalah yang jauh lebih besar daripada terorisme

negara, dan dengan mengaburkan cara-cara di mana kontraterorisme bisa berubah

menjadi terorisme negara. Diskursus ini berfungsi untuk melegitimasi perang

melawan teror dan kebijakan lain yang terkait, seperti intervensi militer,

pembunuhan di luar hukum, penyiksaan, dan sejenisnya. Lebih khusus lagi,

diskursus tersebut juga dapat memberikan legitimasi terhadap program

kontraterorisme yang lebih luas, dimana tujuan sebenarnya terletak pada

pemeliharaan tatanan ekonomi-politik tertentu seperti yang terjadi di Kolombia

saat ini.27

26 Tal Becker, “Terrorism and the State: Rethinking the Rules of StateResponsibility,” Oxford and Portland, Oregon: Hart Publishing, 2006

27 Di Kolombia, AS sudah lama menggunakan perang kontrainsurgensi untuk melindungiformasi sosial yang kondusif bagi kepentingan politik dan ekonomi AS.Lihat Doug Stokes, “Iron Fists in Iron Gloves: The Political Economy of USTerrorocracy Promotion in Colombia,” The British Journal of Politics & InternationalRelations Vol.8, No.3, 2006, hal 368‐387.

Page 23: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

20 Terorisme, Senjata Pihak Yang Kuat

Keheningan yang terjadi pada terorisme negara juga berfungsi untuk

mendelegitimasi semua bentuk perjuangan kontrahegemonik atau perjuangan

revolusioner, dengan mempertahankan anggapan bahwa kekerasan negara secara

otomatis sah dan semua kekerasan nonnegara secara otomatis tidak sah, yang

artinya tatanan internasional internasional liberal saat ini masih bisa terjaga.28

Terakhir, diskursus tersebut juga dapat digunakan secara selektif

membenarkan proyek-proyek tertentu mengenai perubahan rezim, sanksi

ekonomi, perluasan basis militer, pendudukan militer, bantuan militer untuk mitra

strategis, dan pengisolasian gerakan politik yang tidak disetujui Barat seperti

Hamas. Pada akhirnya, wacana tersebut berfungsi untuk memungkinkan perluasan

hegemoni negara baik, secara internasional maupun domestik, dan yang lebih

penting lagi, kepercayaan bahwa kekerasan adalah alat politik yang efektif.

Terlepas dari niat para pakar terorisme, yang mungkin merasa bahwa mereka

terlibat dalam analisis akademis obyektif mengenai fenomena yang jelas, diskursus

tersebut sebenarnya menyajikan sejumlah tujuan politik yang jelas dan memiliki

beberapa konsekuensi ideologis bagi masyarakat.

28 Mark Duffled menulis bahwa sekuritisasi pembangunan dan intervensi kemanusiaanberfungsi untuk mendelegitimasi segala bentuk aktivitas kekerasan revolusioner danperjuangan kontrahegemonik,dalam rangka menjaga tatanan liberal yang dominan danpada akhirnya tidak adil. Lihat Mark Duffield, “Global Governance and the New Wars:The Merging of Development and Security,” Zed Books, 2001.

Page 24: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

21 Diskursus Terorisme Negara

Diskursus Terorisme Negara

Terorisme negara banyak didefinisikan sebagai penggunaan kekerasan atau

ancaman kekerasan secara sengaja oleh agen negara atau proxy mereka terhadap

individu atau kelompok yang menjadi korban dengan tujuan untuk mengintimidasi

atau menakut-nakuti audien yang lebih luas. Efek yang diinginkan dari kekerasan

tersebut adalah tercapainya tujuan politik atau politik-ekonomi tertentu.

Dalam konteks politik dan intelektual hari ini, banyak peneliti terorisme dan

pejabat pemerintah yang menolak ide bahwa negara melakukan terorisme. Ada

beberapa hal yang perlu dijelaskan terkait hal ini.

Pertama, sejumlah akademisi berpendapat bahwa salah satu inti dari fitur

terorisme adalah kekerasan politik yang dilakukan oleh aktor non-negara, dan

negara tidak mungkin melakukan terorisme. Alasannya, negara dianggap mereka

mempunyai hak yang sah untuk menggunakan kekerasan, berkebalikan dengan

aktor non-negara yang tidak memiliki hak tersebut.

Pendapat ini bisa dibantah dengan beberapa argumen. Memang, terorisme

adalah strategi kekerasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan politik. Ia adalah

strategi yang sering digunakan oleh kelompok pemberontak dan gerilyawan.

Namun, pendapat bahwa saat agen negara melakukan strategi yang sama

sebagaimana teroris non-negara—seperti meledakkan pesawat sipil (pengeboman

Lockerbile yang dilakukan atas perintah Moammar Qaddafi), pengeboman yang

dilakukan oleh intelijen Prancis terhadap kapal Greenpeace yang melakukan

perjalanan untuk memprotes uji coba nuklir Perancis, rangkaian pengeboman di

tempat publik (Lavon Affair)29—maka mereka tetap tidak bisa disebut sebagai

teroris, adalah pendapat yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmiah.

29 The 'Lavon Affair' mengacu kepada operasi rahasia Israel yang gagal, dengan kode'Operation Susannah', yang dilakukan di Mesir pada musim panas tahun 1954. Sebagaibagian dari operasi false flag, sebuah kelompok Yahudi Mesir direkrut oleh intelijen militerIsrael untuk memasang bom di Mesir, Amerika Serikat, dan Inggris dengan target gedung-

Page 25: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

22 Diskursus Terorisme Negara

Sebagai sebuah fenomena, terorisme hanya bisa diidentifikasi menurut

karakter kekerasan yang didefinisikan secara konseptual, bukan dari keistimewaan

politik aktor yang melakukannya. Jika sebuah kekerasan memiliki semua

karakteristik terorisme, maka ia harus dimasukkan dalam kategori terorisme,

siapapun pelakunya.

Jika yang dimaksudkan dengan terorisme adalah kekerasan atau ancaman

kekerasan yang diarahkan terhadap warga sipil untuk menancapkan teror atau

mengintimidasi sebuah populasi dengan alasan politik—sebuah definisi yang

disepakati secara umum dalam literatur akademis—maka negara pun bisa menjadi

teroris. Sebagai contoh, saat negara berusaha menciptakan rasa takut dan

intimidasi pada sebagian penduduknya dalam rangka menekan dukungan

terhadap gerakan oposisi, melalui kampanye kekerasan yang meliputi

pembunuhan, penculikan, dan penyiksaan, maka ini termasuk bentuk terorisme.

Dan jika masyarakat yang berusaha diintimadasi adalah penduduk negara lain,

maka ini juga termasuk bentuk terorisme.30

Dengan memahami terorisme—sebagai penggunaan atau ancaman

penggunaan kekerasan terhadap sekelompok orang dalam rangka menakut-nakuti

atau mengintimidasi sekelompok orang yang lain sebagai cara untuk mencegah

atau mengubah perilaku politik—maka jelas bahwa sejumlah tindakan negara bisa

masuk dalam kategori terorisme. Contoh, saat penyiksaan banyak digunakan oleh

negara tidak sekadar sebagai alat untuk mengumpulkan data intelijen tentang

ancaman yang bersifat segera, tapi juga sebagai sarana untuk menurunkan moral

para pemimpin dan para pendukung kelompok oposisi dengan menyebarkan

ketakutan, maka penyiksaan jelas menjadi alat terorisme negara.

gedung bioskop, perpustakaan, dan pusat-pusat pendidikan Amerika Serikat. Serangan-serangan tersebut dilakukan dengan tujuan agar yang disalahkan adalah kelompokIslamis. Israel berharap dengan adanya pengeboman ini Amerika dan Inggris akanmenyerang Mesir.30 Richard Jackson, “The Ghost of State Terror: Knowledge, Politics, and TerrorismStudies,” Paper yang dipresentasikan di ISA Annual Conference, 26-29 Maret 2008, SanFrancisco, USA.

Page 26: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

23 Diskursus Terorisme Negara

Penting juga untuk dicatat bahwa meskipun negara berusaha

menyembunyikan keterlibatannya dalam kekerasan yang diarahkan terhadap warga

sipil, seperti penyiksaan, dari audien eksternal, mereka masih tetap mengirimkan

pesan yang sangat kuat pada masyarakat lokal atau kelompok masyarakat yang

ingin mereka intimidasi.

Selain itu, negara juga bisa dianggap melakukan teror dengan pola

penghilangan orang. Penghilangan orang sebagai sebuah strategi terorisme

berfungsi untuk mengirimkan pesan simbolis bahwa negara bersifat omnipotent,

omnipresent, dan tidak berbelaskasihan terhadap siapapun yang melawannya.

Praktik lain dari negara yang bisa masuk dalam kategori terorisme adalah

“bom teror’ yang diarahkan terhadap masyarakat sipil di saat perang dalam rangka

mengintimidasi masyarakat agar mereka tunduk atau menakut-nakuti mereka

untuk memberi tekanan pada para pemimpin mereka, terutama jika kota yang

disasar dipilih secara acak. Dengan pemahaman ini, beberapa pengeboman

strategis yang dilakukan oleh AS, sebagaimana strategi ‘shock and awe’, yang

banyak menyerang masyarakat sipil Irak, dan praktik pengeboman yang dilakukan

oleh Rusia dan Bashar Assad di Suriah, serta pengeboman yang dilakukan NATO

pada masyarakat sipil Kosovo, masuk dalam kategori terorisme. Dalam semua

kasus di atas, mereka menakut-nakuti sekelompok orang dalam rangka

menghasilkan perubahan politik di pihak lain. Ini adalah esensi dari taktik

terorisme. Kontraterorisme dan kontrainsurgensi juga bisa menjadi bentuk

terorisme jika ia gagal membedakan antara mereka yang bersalah dan mereka

yang tidak bersalah, dilakukan secara sangat tidak proporsional, dan bertujuan

untuk menakut-nakuti populasi yang lebih luas atau sekelompok masyarakat agar

mereka tunduk.31

Berikutnya, pendapat bahwa negara memiliki hak yang sah untuk

menggunakan kekerasan sedangkan aktor non-negara tidak memilikinya adalah

pendapat yang tidak tepat. Alasannya, meskipun negara memiliki hak yang

31 Robert E. Goodin, “What’s Wrong with Terrorism?”, hal. 69-73

Page 27: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

24 Diskursus Terorisme Negara

legitimate untuk menggunakan kekerasan, hak tersebut sangat dibatasi dan tidak

termasuk hak untuk menggunakan kekerasan terhadap target sipil yang dipilih

secara acak. Mereka juga tidak boleh melakukan genosida, pembersihan etnis,

kejahatan perang, dan aksi sejenis lainnya.

Alasan berikutnya, ada sebuah prinsip moral yang sudah lama dipegang

bahwa aktor non-negara boleh menggunakan kekerasan melawan rezim yang

sangat represif jika metode lainnya gagal atau negara lain gagal melakukan

intervensi. Kenyataannya, negara Barat memiliki sejarah panjang mengakui dan

bahkan mendukung kelompok kekerasan non-negara yang beberapa diantaranya

melakukan terorisme, seperti ANC di Afrika Selatan, SWAPO di Afrika Barat Daya,

kelompok Contra di Nikaragua, kelompok anti-Castro, UNITA di Angola, dan

kelompok lain yang mendapat dukungan militer dan politik dari Barat.

Kedua, pendapat lain yang beredar seputar terorisme negara adalah pendapat

yang menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan negara dianggap berbeda

dengan terorisme non-negara karena korbannya tidak dipilih secara acak (yaitu

semua pihak yang menjadi musuh negara), dan mereka tahu apa yang bisa

dilakukan agar terhindar dari kekerasan negara, tidak sebagaimana kasus terorisme

non-negara. Padahal, fakta empiris yang terjadi justru agen negara seringkali

melakukan aksi kekerasan secara acak (mengebom pesawat sipil misalnya), dan

secara reguler memberikan bantuan material kepada aktor proxy non-negara untuk

melakukan hal yang sama. Sedangkan aktor non-negara seringkali memilih target

secara spesifik, bukan acak. ETA dan IRA contohnya, mereka banyak menargetkan

tentara dan polisi, serta pejabat pemerintah.

Poinnya adalah bahwa terorisme tidak didefinisikan oleh pilihan target, tapi

oleh instrumentalisasi korban (baik mereka dipilih secara acak maupun secara

sengaja) dalam rangka mengkomunikasikan sebuah pesan kepada audien. Selain

itu, negara tidak akan pernah bisa mengeliminasi semua musuhnya, karenanya

mereka menyerang musuh mereka secara acak untuk mengintimidasi baik

kelompok oposisi yang lebih luas maupun pendukung negara itu sendiri. Negara

mungkin punya dua pesan dalam kekerasan terorisme yang dilakukannya: untuk

menghabisi musuh dan memberi pesan kepada calon musuh. Kenyataannya, di

dalam negara teror seperti Jerman di era Nazi, Uni Soviet di era Stalin, Kamboja di

Page 28: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

25 Diskursus Terorisme Negara

era Pol Pot, misalnya, seluruh rakyat hidup dalam suasana penuh dengan

ketakutan, tidak seorangpun merasa aman.

Beberapa juga berpendapat bahwa kalaupun negara melakukan serangan,

mereka tidaklah secara sengaja menyasar masyarakat sipil. Korban sipil yang terjadi

lebih karena ketidakkesengajaan. Faktanya adalah bahwa betapapun presisi sebuah

serangan, jika target yang akan diserang berkerumun dengan masyarakat sipil, atau

berpotensi menyebabkan korban sipil, maka pelaku serangan memang berniat

melakukan teror. Sebagaimana argumen ahli terorisme, Ruth Blakeley, “saat

[intimidasi] tidak menjadi niat utama, tapi menjadi efek sekunder yang dianggap

wajar dari sebuah tindakan jahat, maka ini tetap merupakan bentuk terorisme

negara.”32

Pendapat ketiga, kekerasan negara bukanlah terorisme karena agen negara

tidak mencari publisitas. Bahkan mereka cenderung menyembunyikan keterlibatan,

tidak sebagaimana aktor non-negara yang justru ingin memaksimalkan publisitas.

Argumen ini tidak bisa membedakan antara publisitas dan komunikasi. Salah

satu elemen kunci dari terorisme adalah komunikasi, bukan publisitas. Bagi aktor

non-negara yang kurang begitu bisa melakukan penetrasi di tengah masyarakat,

publisitas adalah cara terbaik untuk berkomunikasi. Hal yang sama tidak diperlukan

oleh negara. Kekerasan mereka tidak harus membutuhkan publisitas agar sampai

kepada audien. Pada kenyataannya, saat seseorang dalam sebuah negara teror

tiba-tiba diculik dan kemudian hilang, mereka kembali dalam keadaan penuh

siksaan atau jenazah mereka dibiarkan terpotong-potong di tempat umum.

Masyarakat tahu secara pasti siapa target audien yang diinginkan, pesan apa yang

ingin disampaikan, dan siapa yang mengirim pesan tersebut. Tubuh yang penuh

dengan bekas siksaan menjadi pengingat langsung akan kekuasaan negara dan

perlunya ketundukan total.

32 Ruth Blakeley, “State Terrorism and Neoliberalism: The North in the South,” Abingdon:Routledge, 2009, hal.36.

Page 29: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

26 Diskursus Terorisme Negara

Kurangnya publisitas dan penyangkalan oleh negara biasanya dilakukan

terhadap audien eksternal agar mereka tetap mendapatkan bantuan internasional

atau terhadap konstituen domestik yang negara mengharap dukungannya—seperti

komunitas kulit putih di Afrika Selatan yang tidak begitu peduli dengan kekerasan

yang menimpa penduduk non-kulit putih.

Pendapat keempat adalah bahwa apa yang kita sebut sebagai 'terorisme

negara' sudah tercakup dalam istilah seperti 'represi' dan 'pelanggaran hak asasi

manusia', dan tindakan terorisme negara telah dibatasi dalam hukum internasional

dan tidak memerlukan konsep hukum atau analisis baru. Ini adalah argumen politik

atau pragmatis yang mengabaikan prinsip dasar ilmiah untuk memasukkan semua

kasus yang sesuai dengan kriteria dalam rangka mempertahankan konsistensi

analitis. Selain itu, argumen tersebut juga mengabaikan fakta bahwa situasi yang

sama berlaku untuk terorisme non-negara: semua tindakan dan aktivitas yang

dilakukan oleh teroris non-negara juga telah dibatasi dalam undang-undang dan

ada berbagai istilah lain yang bisa menggambarkan tindakan mereka.

Bisa juga dikatakan bahwa tindakan negara (dan non-negara) tidak pernah

murni 'terorisme', pelanggaran hak asasi manusia ', atau represi'. Mereka bisa

merupakan bentuk tindakan 'terorisme' dan 'pelanggaran hak asasi manusia' pada

saat yang bersamaan. Tidak ada kontradiksi untuk menggunakan kedua istilah

tersebut. Pada akhirnya, sebagaimana pendapat Robert Goodin dan Ruth Blakeley,

terorisme, baik yang dilakukan oleh aktor negara atau aktor non-negara,

melibatkan sejumlah kesalahan moral tertentu, mulai dari pembunuhan di luar

hukum, instrumentalisasi penderitaan manusia, niat untuk menimbulkan ketakutan

yang meluas, dan pengkhianatan terhadap tugas untuk melindungi dan menjaga

sesama warga negara.33

Pendapat kelima adalah bahwa walaupun negara-negara dapat terlibat dalam

terorisme yang jauh lebih merusak daripada terorisme non-negara, secara kualitatif

mereka berbeda dalam tujuan, mode, dan hasil. Terorisme negara merupakan

33 Goodin, R. (2006) What’s Wrong with Terrorism? Cambridge: Polity Press. 102

Page 30: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

27 Diskursus Terorisme Negara

bentuk paling murni dan asli dari fenomena terorisme. Terorisme negara paling

dekat kemampuannya untuk menghasilkan 'teror' yang nyata dalam sebuah

populasi, dan inilah yang sering juga ingin dicapai oleh kelompok non-negara

dalam tindakan mereka. Dalam praktiknya, aktor negara dan non-negara banyak

menggunakan strategi yang sama (menculik, membunuh di luar hukum, melakukan

pemboman, penyiksaan dan sejenisnya), dan memiliki tujuan yang sama (intimidasi

terhadap audien untuk mencapai tujuan politik). Intinya, terorisme negara dan non-

negara menggunakan kekerasan secara instrumental dengan cara yang sama dan

seringkali karena alasan yang serupa.

Page 31: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

28 Moralitas Terorisme Negara

Moralitas Terorisme Negara

Saat pertama kali masuk dalam diskursus politik, kata ‘terorisme’ dimaksudkan

terhadap pemerintah teror rezim Jacobin Prancis. Namun, seiring dengan

perkembangan waktu, teror negara nampak lebih sulit ditemukan. Bukannya tidak

terjadi, tapi istilah tersebut mulai jarang sekali terdengar di publik. Diskusi

mengenai terorisme di kalangan akademisi cenderung hanya fokus pada terorisme

non-negara. Di media juga demikian, terorisme diasumsikan sebagai aktivitas

aktor-aktor non-negara saja. Jika pasukan keamanan melakukan suatu tindakan

yang jika dilakukan oleh kelompok non-negara selalu disebut sebagai teroris,

jawabannya selalu: ‘tapi aksi tersebut dilakukan atas nama negara, demi

tercapainya tujuan negara yang sah. Pasukan keamanan atau aparat keamanan

menangkal ancaman demi keamanan kita bersama.’ Dengan kata lain,

Melempar bom itu buruk

Menjatuhkan bom itu baik

Teror, tak perlu ditambahkan lagi,

Tergantung pada siapa yang memakai kerudung.

Semua bentuk terorisme secara moral bisa dikatakan salah. Tapi tidak semua

hal yang secara moral salah, salah dengan derajat yang sama. Terorisme negara

bisa dikatakan secara moral lebih buruk dibanding terorisme non-negara.

Ada tiga alasan yang mendukung argumen tersebut:

Pertama, Laquer mencatat bahwa aksi teror yang dilakukan oleh aparat

keamanan dan pemerintah tiran, secara umum, telah memakan korban yang

jumlahnya ribuan kali lebih banyak, dan menimpakan kepedihan yang lebih

mengerikan dibanding seluruh teror yang pernah dilakukan oleh terorisme

individual. Ketidakseimbangan ini bukan sekadar fakta statistik; ia merupakan buah

dari sifat negara dan jumlah serta variasi sumber daya yang dimiliki oleh negara,

meski negara kecil sekalipun. Tak peduli berapa banyak kelompok teroris non-

Page 32: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

29 Moralitas Terorisme Negara

negara berusaha untuk memperkaya peralatannya dan meningkatkan organisasi,

perencanaan, dan metode aksinya, mereka tidak akan banyak mengubah skor

secara signifikan. Tidak ada pemberontak, betapa pun mereka didanai, terorganisir,

diiringi dengan tekad yang kuat, dan berpengalaman dalam metode terorisme, bisa

berharap untuk mendekati pembunuhan dan kerusakan yang pernah ditimbulkan

oleh angkatan udara Inggris dan AS di kota-kota di Jerman dan Jepang pada

Perang Dunia II, atau bisa mendekati kerusakan psikologis jutaan penghuni kamp

Soviet dan Nazi.

Serangan 11 September tahu 2001 adalah aksi yang dilakukan oleh aktor non-

negara. Jumlah korbannya dianggap belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini

dikarenakan media menyoroti serangan tersebut sebagai ‘kasus terorisme terburuk

yang pernah ada’. Jumlah korban yang terbunuh waktu itu, diyakini sekitar 3.000,

terdengar cukup mengejutkan. Mantra ‘kasus terorisme terburuk’ yang pernah ada

adalah contoh lain kecenderungan media untuk menyamakan terorisme sebagai

aksi eksklusif yang hanya mungkin dilakukan oleh aktor non-negara saja.

Jika kita membuang asumsi bahwa hanya pemberontak atau kelompok non-

negara saja yang bisa melakukan terorisme, gambar keseluruhan akan berubah

secara signifikan. Contoh, saat pasukan Sekutu melakukan teror bom terhadap

Jerman. Pada malam tanggal 27 Juli 1943, Angkatan Udara Inggris menyerang

Hamburg. Pada pagi harinya, saat serangan reda, 40.000 rakyat sipil tewas.

Kedua, terorisme negara cenderung diselubungi dengan kerahasiaan, tipu

daya, dan kemunafikan. Ketika mereka terlibat dalam terorisme—baik dilakukan

oleh agensi mereka sendiri maupun melalui proxy—negara akan melakukannya

secara sembunyi-sembunyi, menolak segala keterlibatan, dan mendeklarasikan

nilai-nilai mereka yang menolak adanya terorisme. Atau, jika mereka memandang

bahwa menyangkal keterlibatan justru akan kontraproduktif, mereka akan

menceritakannya dengan sudut pandang lain: bahwa mereka melakukannya

sebagai tindakan yang diambil dalam rangka melindungi keamanan negara.

Mereka akan dengan mudah melakukannya, tanpa banyak kesulitan, karena adanya

kecenderungan penggunaan alibi-alibi di atas.

Page 33: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

30 Moralitas Terorisme Negara

Ketiga, sebetulnya segala tindakan yang merupakan bentuk terorisme dilarang

dalam berbagai deklarasi atau konvensi hak asasi manusia yang menjadi dasar

hukum perang. Hukum tersebut memberikan imunitas kepada warga sipil dalam

sebuah konflik bersenjata, dan karenanya melarang terorisme dari kedua belah

pihak. Terorisme pada waktu perang dilakukan oleh kelompok yang tidak dikenal

oleh kedua belah pihak yang bertikai, sedang terorisme pada masa damai

dilakukan oleh semua pihak. Semua bentuk terorisme sudah diatur dalam deklarasi

hak asasi manusia. Saat ini, mereka yang melakukan terorisme non-negara

bukanlah pihak yang menandatangani deklarasi dan konvensi tersebut, sedangkan

semua negara hari ini adalah pihak yang sepakat dan menandatangani sebagian

besar, atau bahkan semua, deklarasi dan konvensi tersebut. Karenanya, ketika

sebuah negara terlibat dalam terorisme, mereka melanggar komitmen mereka

sendiri. Tuduhan ini tidak bisa diberlakukan terhadap mereka yang mengambil

jalan terorisme non-negara.

Page 34: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

31 Manajer Teror

Manajer Teror

Tiran modern adalah manajer terror, kata Timothy Snyder dalam bukunya, On

Tyranny: Twenty Lessons from the Twentieth Century. Para manajer terror mampu

mengubah keterkejutan masyarakat menjadi alat untuk membungkam kebebasan

mereka. Saat serangan teror terjadi, para tiran mengeksploitasi peristiwa tersebut

untuk mengkonsolidasikan kekuatan.

Api Reichstag adalah momen saat pemerintahan Hitler, yang terpilih melalui

jalur demokratis, akhirnya berubah menjadi rezim Nazi permanen. Inilah pola dasar

dari manajemen teror.

Pada tanggal 27 Februari 1933 pukul 9 malam, gedung parlemem Jerman,

Reichstag, mulai terbakar. Siapa yang membakar? Kita tidak tahu, dan tidak terlalu

penting. Yang lebih penting adalah aksi terror tersebut menginisiasi politik darurat.

Menatap kobaran api dengan penuh kegembiraan, Hitler mengatakan: “Api ini

hanyalah sebuah awalan.” Apakah pelaku pembakaran Nazi atau bukan, Hitler

melihat sebuah peluang politik: “Tidak akan ada belas kasih sekarang. Siapapun

yang menghalangi jalan kami akan dipotong.” Hari berikutnya, sebuah dekrit

mencabut hak asasi warga Jerman, yang membuat mereka bisa ditangkap oleh

polisi atas nama pencegahan.

Dengan modal klaim bahwa kebakaran tersebut adalah kerjaan dari musuh

Jerman, Partai Nazi mampu memenangkan pemilihan parlemen pada tanggal 5

Maret 1933. Polisi dan paramiliter Nazi mulai menangkapi anggota partai oposisi

dan menempatkannya di kamp konsentrasi. Pada tanggal 23 Maret parlemen baru

merilis sebuah aturan yang mengijinkan Hitler untuk memerintah dengan dekrit.

Sejak saat itu, Jerman diputuskan berada dalam kondisi darurat hingga 12 tahun ke

depan, sampai berakhirnya Perang Dunia II. Hitler menggunakan aksi terror, sebuah

peristiwa yang sudah diukur batas signifikansinya, untuk kemudian membangun

sebuah rezim terror yang pada akhirnya membunuh jutaan manusia dan

mengubah dunia.

Page 35: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

32 Manajer Teror

Para otoritarian hari ini adalah para manajer terror, bahkan mereka lebih

kreatif. Vladimir Putin merengkuh kekuasaan melalui sebuah insiden yang mirip

dengan api Reichstag, ia menggunakan serangkaian serangan terror—baik yang riil

maupun yang palsu—untuk menyingkirkan segala hambatan menuju kekuasaan

total.

Putin ditunjuk sebagai Perdana Menteri oleh Boris Yeltsin pada bulan Agustus

1999. Beberapa bulan berikutnya, sejumlah bangunan di Rusia dibom,

kemungkinan besar oleh polisi rahasia Rusia. Beberapa pejabat kepolisian

ditangkap oleh rekannya sendiri atas bukti kesalahan mereka. Bahkan dalam salah

satu kasus, Parlemen Rusia mengumumkan adanya ledakan beberapa hari sebelum

ledakan tersebut terjadi. Dengan dalih tersebut, Putin mendeklarasikan balas

dendam terhadap populasi Muslim di Chechnya dan berjanji untuk menggosok

mereka di tempat pembuangan kotoran.

Warga Rusia tergalang. Dukungan pada Putin meningkat tajam, yang

membawanya ke tampuk kursi kepresidenan. Pada tahun 2002, saat pasukan

keamanan Rusia membunuh sejumlah warga sipil saat mencoba menangani

serangan terror di sebuah teater Moscow, Putin mengeksploitasi peristiwa tersebut

untuk mengontrol televisi swasta. Saat sekolah di Beslan disandera oleh pejuang

Chechnya pada tahun 2004, Putin menghapus posisi gubernur regional terpilih.

Putin berhasil memperkuat kekuasaannya dan mengeliminasi dua institusi besar—

televisi swasta dan gubernur regional terpilih—dengan manajemen terror, baik

yang asli maupun yang palsu.

Setelah Putin kembali menjadi presiden pada tahun 2012, Rusia juga

menggunakan manajemen terror dalam kebijakan luar negerinya. Saat invasi ke

Ukraina tahun 2014, Rusia menjadikan tentara regular mereka sebagai pasukan

teroris, dengan menanggalkan seragam dan menyangkal segala tanggung jawab

atas kebiadaban yang dilakukan.

Pada bulan April 2015, hacker Rusia mengambil alih transmisi stasiun televisi

Prancis, berpura-pura sebagai pasukan ISIS, lalu menyiarkan materi yang didesain

untuk meneror rakyat Prancis. Rusia mempersonifikasikan diri sebagai

Page 36: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

33 Manajer Teror

“cybercaliphate”, sehingga rakyat Prancis semakin ketakutan. Tujuannya adalah

untuk menggiring warga Prancis agar memilih partai sayap kanan yang disponsori

oleh Rusia. Setelah 130 orang tewas dan 368 cedera dalam serangan di Paris bulan

November 2015, pendiri sebuah lembaga think tank yang dekat dengan Kremlin

menyatakan kegembiraannya, bahwa terorisme akan membawa Eropa menuju

fasisme dan Rusia.

Pada awal tahun 2016, Rusia merekayasa terror palsu di Jerman. Saat mereka

terus mengebom rakyat Suriah, yang membuat para pengungsi Muslim melakukan

migrasi ke Eropa, Rusia mengeksploitasi sebuah drama keluarga untuk meyakinkan

rakyat Jerman bahwa Muslim adalah pemerkosa. Tujuannya sama, melakukan

destabilisasi dan mempromosikan partai ekstrim sayap kanan.

Beberapa bulan sebelumnya, pemerintah Jerman mengumumkan untuk

menampung setengah juta pengungsi Suriah. Rusia kemudian mulai melakukan

banyak pengeboman di Suriah yang menyasar rakyat sipil, yang membuat sebagian

mereka terpaksa mengungsi. Pada bulan Januari 2016, media massa Rusia mulai

menyebarkan cerita bahwa seorang gadis Rusia di Jerman diperkosa oleh imigran

Muslim. Tak lama setelahnya, dengan penuh kesigapan yang mencurigakan,

organisasi sayap kanan mulai mengorganisir protes melawan pemerintah. Saat

pemerintah Jerman mengumumkan bahwa tidak ada pemerkosaan seperti yang

dituduhkan, media Rusia menuduh bahwa mereka menutup-nutupi. Bahkan para

diplomat Rusia pun ikut dalam sandiwara tersebut.

Kini, saat presiden AS, Donald Trump, menyatakan bahwa mereka akan

bersama dengan Rusia memerangi terorisme, apa yang sejatinya mereka

rencanakan adalah manajemen terror: eksploitasi atas serangan terror, baik yang

sungguhan maupun yang palsu, untuk membangun sebuah rezim totalitarian.

Dalam telepon pertamanya antara Donald Trump dan Vladimir Putin, mereka

menyatakan diri akan bersama-sama memerangi musuh nomor satu: ektremis dan

teroris internasional.

James Madison menyimpulkan bahwa para tiran muncul atas nama “kondisi

darurat.” Bagi para tiran, pelajaran dari api Reichstag adalah satu momen

Page 37: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

34 Manajer Teror

keterkejutan bisa menjadi pintu menuju penundukan total. Bagi kita, pelajarannya

adalah rasa takut tidak boleh menghalangi kita untuk mengenali dan menolak

manajemen terror sejak awal, meski pada awalnya sulit untuk melakukannya.

Saat serangan di dunia Barat dan di tempat lain semakin meningkat, terorisme

tampaknya justru menjadi anugerah bagi kekuatan Barat dan Timur. Dari Putin dan

Assad hingga As-Sisi, terorisme menjadi sekutu strategis penting para diktator di

seluruh dunia, meskipun mereka mengklaim memeranginya.

Pada tingkat lebih rendah, hal yang sama berlaku untuk negara-negara

demokratis termasuk Perancis, di mana para pemimpin politik mengambil manfaat

dari keberadaan musuh di dalam dan luar negeri.

Di tengah iklim ketakutan, para penguasa tersebut—yang mengklaim sebagai

benteng melawan jihadis, meski dalam kenyataannya mereka adalah teroris—

mampu membuai kita untuk melupakan fakta bahwa kekerasan mereka jauh lebih

mematikan daripada pihak yang mereka sebut 'teroris'.

Teroris memberikan dalih yang nyaman bagi pemerintah untuk membangun

kembali legitimasi mereka, dan membenarkan kecenderungan otokratis mereka

sendiri.

Kondisi ini bukan berarti bahwa pemerintah bersukacita dalam serangan-

serangan mematikan, atau bahwa mereka berharap, secara rahasia, untuk

terjadinya tragedi tersebut. Hanya, mereka memiliki banyak keuntungan dari

terjadinya serangan ini dan mahir mengubahnya untuk keuntungan mereka.

Sebenarnya, bukan kepentingan mereka untuk memberantas terorisme. Justru

sebaliknya.

Pemerintah menuai banyak manfaat atas obsesi publik terhadap “ancaman

jihad”. Banyak sekali buku yang membahas tentang topik ini. Dari Machiavelli

sampai Hume, para pemikir politik besar telah lama memahami dan berteori akan

perlunya rasa takut dalam melembagakan pemerintahan dan dominasi.

Sebagaimana ungkapan ekonom Robert Higgs, “tanpa rasa takut rakyat, tidak

ada pemerintahan yang bisa bertahan lebih dari 24 jam”.

Page 38: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

35 Manajer Teror

Dalam buku baru mereka The Exercise of Fear: Political Uses of an Emotion,

filsuf dan sejarawan Patrick Boucheron dan Corey Robins mengingatkan kita bahwa

pelaksanaan kekuasaan politik, baik pemerintah demokratis maupun despotik,

sering bersandar pada ketakutan—dan mekanisme membangkitkan,

memperburuk, serta menguatkannya.

“Kekuatan politik terus memanfaatkan ketakutan, baik dengan menunjuk

ancaman yang mungkin melemahkan kohesi nasional, atau dengan memfokuskan

perhatian penduduk pada kekuatan politik yang berpotensi mampu memecah

semangat kebangsaan dan cara hidup kita," tulis mereka.

"Ketakutan adalah proyek politik yang berkembang melalui pembangunan

tatanan, wacana ideologis dan tindakan kolektif.”

Hari ini, di Barat dan belahan dunia lainnya, rasa takut dan retorika “ancaman

teroris” telah melahirkan modus tertentu pemerintahan dan bahkan rezim politik.

Dan ketika ancaman itu tidak cukup kuat, pihak berwenang mendapatkan ide

kreatif, sebagaimana polisi Kanada dan AS, yang merekayasa “ancaman jihad” dan

serangan palsu.

Tindakan keras berdarah As-Sisi terhadap demonstran di Mesir, pembantaian

Assad dan Putin terhadap warga sipil Suriah, dan pemboman mematikan koalisi

pimpinan Saudi di Yaman, adalah diantara contoh-contohnya.

Pemerintah kriminal tersebut menggunakan IS, Boko Haram dan Al-Qaeda,

untuk mengalihkan perhatian kita dari kejahatan mereka sendiri terhadap

kemanusiaan, yang umumnya jauh lebih buruk.

Rasa takut terhadap “pria berjenggot” juga membenarkan pengambilalihan

negara dengan kekerasan, seperti kudeta berdarah As-Sisi di Mesir yang

mengakhiri eksperimen demokrasi di negara itu dan mencerabut tunas Arab

Spring.

Demikian juga, ketakutan ini digunakan untuk melestarikan tatanan warisan

pemerintah kolonial Sykes-Picot.

Page 39: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

36 Manajer Teror

Meskipun “tatanan” ini tidak mampu menahan pertumbuhan jumlah populasi

di Timur Tengah, ia adalah anugerah untuk beberapa pemimpin mereka yang

berusaha untuk melestarikan perbatasan di mana kelangsungan hidup mereka

bergantung.

“Ketakutan ilusi terorisme juga berfungsi untuk memaksa seluruh rakyat untuk

memilih di antara dilema palsu seperti 'kebebasan atau keamanan', 'terorisme atau

negara polisi' dan bahkan, di beberapa negara seperti Arab Saudi dan Suriah,

kediktatoran negara berdarah, sebagaimana Assad, atau gerakan ekstremis, seperti

IS. Rakyat perlu untuk memilih," ujar Pangeran Hicham Alaoui dari Maroko.

“Pilihan ini, yang menjebak masyarakat untuk memilih antara batu dan tempat

keras, sama saja dengan pemerasan totaliter yang digunakan untuk mengamankan

kepatuhan dan ketaatan sipil. Dalam banyak kasus, mereka memberikan alasan

yang mudah untuk mempertahankan rezim otokratis (Mesir, negara-negara Teluk,

Suriah, Irak, dll).

Dilema palsu tersebut (pilih saya atau kekacauan) dan taktik pemerasan (Assad

atau IS) memungkinkan penguasa otoriter untuk membangun konsensus nasional

palsu tentang ancaman IS, yang memungkinkan mereka untuk secara efektif

mengejar tujuan-tujuan politik mereka sendiri: untuk tetap berkuasa, untuk

merebut kekuasaan melalui kekerasan, dan untuk secara brutal menindas

kelompok oposisi.

Di sisi lain di belahan Atlantik, “perang melawan teror” telah menyebabkan

langkah-langkah pertahanan seperti Homeland Security untuk menyenangkan

pengembangan militer dan semua orang yang berhubungan dengan itu, termasuk

berbagai think tank, akademisi dan peneliti. Ia juga membenarkan perluasan

kekuasaan eksekutif yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Akibatnya, presiden dan bagian intelijennya dapat memutuskan pembunuhan

(bahkan secara diam-diam) terhadap setiap warga AS atau orang asing yang

dianggap sebagai “ancaman teroris”. Itu semua, tentu saja, dilakukan di luar sistem

pengadilan.

Page 40: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

37 Manajer Teror

Ada beberapa alasan kenapa ilusi ketakutan terhadap terorisme perlu dijaga.

Rasa takut memungkinkan pemerintah untuk mengalihkan perhatian publik dan

perdebatan dari masalah sosial-ekonomi yang belum terselesaikan.

Tirani muncul dari kondisi darurat yang menyenangkan mereka, sebagaimana

yang ditulis James Madison. Bagi para tiran, pelajaran penting dari api Reichstag

adalah bahwa satu momen kejut bisa membawa pada ketundukan total dan abadi.

Yang dibutuhkan oleh para tiran untuk mendapatkan tumpuan adalah diamnya

orang-orang baik. Dunia adalah tempat yang berbahaya, bukan dikarenakan

mereka yang melakukan kejahatan, tapi karena mereka yang menyaksikan dan

tidak melakukan apa-apa. Pada akhirnya, yang kita ingat bukanlah apa yang

dikatakan musuh kita, tapi diamnya teman kita.

Sebagaimana tulisan teoris politik setelah peristiwa Reichstag, Hannah Arendt,

“Saya tidak lagi berpendapat bahwa kita hanya bisa jadi penonton.” Keberanian

bukan berarti tidak takut. Tapi keberanian berarti mengenali dan melawan

manajemen teror, sejak serangan teror terjadi, tepat disaat paling sulit untuk

melakukannya.

Page 41: TERORISME NEGARA - · PDF filemenghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan ... militer dengan persenjataan yang kuat dan ... di dunia, negara dan agen-agennya

38 Kesimpulan

Kesimpulan

Dengan hitungan apapun, terorisme negara adalah salah satu sumber

penderitaan dan kehancuran umat manusia pada lima abad terakhir. Mereka

melakukan kekerasan secara ekstrem terhadap rakyat dan kelompok tertentu untuk

membangun ketundukan politik terhadap nation state yang baru terbentuk,

mentransfer penduduk, dan melakukan kerja paksa di wilayah yang dijajah.

Kekuatan imperium dan negara modern telah membunuh jutaan manusia dan

menghancurkan peradaban di Amerika, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika.

Pada masa perang besar abad kedua puluh, jutaan manusia terbunuh oleh

serangan bom atom dan ‘kampanye pengeboman’ yang ditujukan untuk

meruntuhkan moral dan melakukan intimidasi. Mereka membunuh secara acak

untuk mempengaruhi pihak lain. Hal ini pada prinsipnya adalah strategi teroris.

Jika dibandingkan, ratusan hingga ribuan manusia yang terbunuh dan cedera

oleh terorisme yang dilakukan oleh non-negara, jauh lebih sedikit dibanding

ratusan ribu hingga jutaan manusia yang dibunuh, diculik, dihilangkan, dicederai,

disiksa, diperkosa, diintimidasi, dan diancam oleh agen negara dan proxy mereka di

sejumlah wilayah seperti Chechnya, Afghanistan, Kashmir, Palestina, Irak, Kolombia,

Zimbabwe, Kongo, Somalia, Uzbekistan, Irak, Suriah, dan sejumlah tempat lainnya.

Teror negara adalah masalah dunia yang utama dan terus bertumbuh.

Pertumbuhan terorisme yang sangat masif dan signifikan sejak Perang Dunia II

dilakukan oleh negara. Sejak tahun 1945, kekerasan yang disponsori oleh negara

terhadap etnis tertentu atau kelompok politik tertentu telah menyebabkan

kematian, cedera, dan penderitaan manusia yang lebih besar dibanding semua

konflik mematikan lainnya, bahkan termasuk perang internasional, perang kolonial,

maupun perang sipil sekalipun.