tesis - syaifulmf.files.wordpress.com · 5.1.2 analisis dynamic location quotient (d lg) … ......
TRANSCRIPT
ANALISIS SEKTOR BASISDALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENYERAPANTENAGA KERJADI KABUPATEN BATANG HARI
TESISDiajukan sebagai Salah SatuSyaratemperoleh DerajatSarjana Strata 2 (S2)
ada Program MagisterIlmuEkonomiPascaSarjanaFakultasEkonomidanBisnis
Universitas Jambi
Oleh :
SYAIFULNIM. C2A007071
PROGRAM PASCA SARJANAMAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBITAHUN 2014
ANALISIS SEKTOR BASISDALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENYERAPANTENAGA KERJADI KABUPATEN BATANG HARI
TESIS
untu
Prog s
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Derajat Sarjana Strata 2 (S2)
Pada Program Magister Ilmu EkonomiPrograram Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jambi
Oleh :
SYAIFULNIM. C2A007071
PROGRAM PASCA SARJANAMAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBITAHUN 2014
ANALISIS SEKTOR BASISDALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENYERAPANTENAGA KERJADI KABUPATEN BATANG HARI
TESISDiajukan sebagai Salah SatuSyarat
untukMemperoleh DerajatSarjana Strata 2 (SPada Program MagisterIlmuEkonomi
Program PascaSarjanaFakultasEkonomidanBisUniversitas Jambi
Oleh :
SYAIFULNIM. C2A007071
PROGRAM PASCA SARJANAMAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBITAHUN 2014
i
SEMAKIN BANYAK YANG KITA TAHUSEMAKIN BANYAK YANG KITA TIDAK TAHU
ii
PERNYATAAN TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah benar hasil karya
saya sendiri dan tidak dibuat oleh orang lain. Bahwa dalam tesis ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Bila dikemudian hari ternyata ditemui hal-hal yang bertentangan
dengan pernyataan saya ini, maka saya bersedia menerima sanksi hingga
pencabutan gelar akademik.
Jambi, 28 Juni 2014
Yang menyatakan,
SYAIFULNIM. C2A007071
iii
TANDA PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Dengan ini Pembimbing Tesis, menyatakan bahwa tesis yang disusun
oleh :
Nama : SYAIFUL
Nomor Mahasiswa : C2A007071
Program Studi : Magister Ilmu Ekonomi
Konsentrasi : Pembangunan Daerah
Judul Tesis : Analisis Sektor Basis dalam Hubungannyadengan Penyerapan Tenaga Kerja diKabupaten Batang Hari
Telah layak dan memenuhi syarat untuk mengikuti ujian komprehensif
dan tesis sesuai dengan prosedur, ketentuan dan kelaziman yang
berlaku.
Jambi, 28 Juni 2014
Pembimbing I, Pembimbing II,
DR. H. Syaparuddin, SE, M.Si Dearmi Artis, SE, M.Sc
iv
TANDA PENGESAHAN TESIS
Tesis dengan judul ; Analisis Sektor Basis dalam Hubungannyadengan Penyerapan Tenaga Kerja diKabupaten Batang Hari,
telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program Studi MagisterIlmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Universitas Jambi pada :
Hari : SelasaTanggal : 1 Juli 2014Pukul : 11.00 s.d 13.00 WIBTempat : Kampus Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi
SUSUNAN TIM PENGUJI
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua DR. H. Zamzami, SE, M.Si _____________
Sekretaris DR. H. Junaidi, SE, M.Si _____________
Penguji Utama DR. Arman Delis, SE, M.Si. _____________
Anggota DR. H. Syaparuddin, SE. M.Si _____________
Anggota Dearmi Artis, SE. M.Sc. _____________
Ketua Program, Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis,
DR. Arman Delis, SE, M.Si Prof. DR. H. Syamsurijal Tan, SE, MANIP 19651217 199103 1 003 NIP 19580813 198603 1 005
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat, taufiq
dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini
dengan judul “Analisis Sektor Basis dalam Hubungannya dengan
Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Batang Hari”.
Tesis ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu
persyaratan bagi Penulis dalam menyelesaikan studi derajat Strata Dua (S2)
pada Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi.
Dengan tersusunnya tesis ini, Penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah berkontribusi
terutama kepada Bapak DR. H. Syaparuddin, SE., MSi. selaku Pembimbing I
dan Bapak Dearmi Artis, SE., MSc. selaku Pembimbing II. Semoga apa yang
telah disumbangkan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Allah
SWT. Amin.
Saran dan kritik dari berbagai pihak yang berkepentingan akan diterima
dengan lapang dada sepanjang hal itu relevan dengan maksud penyusunan
tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Jambi, Juli 2014
vi
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iiTANDA PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ......................... iiiTANDA PENGESAHAN TESIS ..................................................... ivKATA PENGANTAR ......................................................................... vDAFTAR ISI .................................................................................. viDATAR LAMPIRAN …………………………………………………….. viiiDAFTAR TABEL ………………………………………………………. xiDAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xiiiABSTRAK ……………………………………………………………. xivBAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................ 11.2. Rumusan Masalah .................................................... 81.3. Tujuan Penelitian ....................................................... 81.4. Manfaat Penelitian ....................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 102.1. Landasan Teori ......................................................... 10
2.1.1 Teori Ekonomi Basis ..................................... 102.1.2 Teori Pasar Tenaga Kerja ........................ 142.1.3 Kebijakan Pembangunan Daerah ……………… 282.1.4 Analisis Location Questient (LQ) ........................ 402.1.5 Analisis Dynamic Location Questient (DLQ) ....... 412.1.6 Analisis Korelasi Pearson .................................. 43
2.2. Penelitian Terdahulu ....................................... .............. 442.3. Kerangka Pemikiran .................................................. 482.4. Hipotesis ....................................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 52
3.1. Metode Penelitian yang Digunakan ............................. 523.2. Jenis dan Sumber Data ................................................ 52
3.2.1 Jenis Data .......................................................... . 523.2.2 Sumber Data .................................................. 53
3.3. Metode Analisa Data ................................................ 533.3.1 Analisis Location Quotien (LQ) dan
. Dynamic Location Quotien (DLQ) .................... 54
vii
3.3.2 Analisis Korelasi Pearson ........................... 563.4. Operasional dan Variabel .......................................... 58
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................... 60
4.1. Kondisi Geografi dan Demografi ............................. 604.2. Angkatan Kerja ............................................................ 634.3. Pertumbuhan Ekonomi ………………………………. 674.4. Struktur Ekonomi ........................................................ 784.5. Struktur APBD ............................................................ 83
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 85
5.1. Identifikasi Sektor Basis di Kabupaten Batang Hari …. 855.1.1 Analisis Location Quotient (LG) ..................... . 855.1.2 Analisis Dynamic Location Quotient (DLG) ….... 96
5.2. Identifikasi Pertumbuhan Sektor Basis danPenyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Batang Hari 99
5.3. Identifikasi Hubungan Pertumbuhan Sektor BasisTerhadap Penyerapan Tenaga Kerja ....................... 107
5.4. Identifikasi Kebijakan Pemerintah Daerah KabupatenBatang Hari dalam Pembangunan Sektor Basis ...... 1215.4.1 Kebijakan pada Sektor Pertanian ....................... 1235.4.2 Kebijakan pada Sektor Industri Pengolahan ….. 1265.4.3 Kebijakan pada Sektor Perdagangan, Hotel dan
dan Restoran …………………………………….. 1265.4.4 Kebijakan pada Sektor Jasa-Jasa …………….. 127
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 128
6.1. Kesimpulan …………………………….…………….. 1286.2. Saran …………………………….…………….. 129
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 131
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 132-183
viii
DAFTAR LAMPIRANHalaman
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ProvinsiJambi Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstans2000 Tahun 2003-2012 (Juta Rupiah)
133
Lampiran 2. Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)Provinsi Jambi Menurut Sektor Atas Dasar HargaKonstan 2000 Tahun 2003 – 2012 (Persen)
136
Lampiran 3. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) Provinsi Jambi Menurut Sektor Atas DasarHarga Konstan 2000 Tahun 2003 – 2012 (Persen)
139
Lampiran 4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) KabupatenBatang hari Menurut Sektor Atas Dasar HargaKonstans 2000 Tahun 2003-2012 (Juta Rupiah)
142
Lampiran 5. Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)Kabupaten Batang Hari Menurut Sektor Atas DasarHarga Konstans 2000 Tahun 2003-2012 (Persen)
145
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) Kabupaten Batang Hari Menurut Sektor AtasDasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003 – 2012(Persen)
148
Lampiran 7. Sumber Pertumbuhan Produk Domestik RegionalBruto (PDRB) Kabupaten Batang Hari Menurut SektorAtas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003 – 2012(Persen)
151
Lampiran 8. Nilai LQ Sektor Pertanian Kabupaten Batang Hari 154
Lampiran 9. Nilai LQ Sektor Pertambangan dan PenggalianKabupaten Batang Hari
157
Lampiran 10. Nilai LQ Sektor Industri Kabupaten Batang Hari 158
Lampiran 11. Nilai LQ Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih KabupatenBatang Hari
160
Lampiran 12. Nilai LQ Sektor Konstruksi Kabupaten Batang Hari 161
Lampiran 13. Nilai LQ Sektor Perdagangan, Hotel dan RestoranKabupaten Batang Hari
162
ix
Lampiran 14. Nilai LQ Sektor Pengangkutan dan KomunikasiKabupriaten Batang Hari
164
Lampiran 15. Nilai LQ Sektor Keuangan, Real Estate dan JasaPerusahaan Kabupaten Batang Hari
168
Lampiran 16. Nilai LQ Sektor Jasa-Jasa Kabupaten Batang Hari 169
Lampiran 17. Rekapitulasi Nilai Rata-Rata LQ Kabupaten BatangHari Tahun 2003-2012
171
Lampiran 18. Nilai DLQ Sektor Pertanian Kabupaten Batang HariTahun 2003-1012
172
Lampiran 19. Nilai DLQ Sektor Pertambangan dan PenggalianKabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
173
Lampiran 20. Nilai DLQ Sektor Industri Kabupaten Batang HariTahun 2003-2012
174
Lampiran 21. Nilai DLQ Sektor Listrik, Gas dan Air BersihKabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
175
Lampiran 22. Nilai DLQ Sektor Konstruksi Kabupaten Batang HariTahun 2003-2012
176
Lampiran 23. Nilai DLQ Sektor Perdagangan, Hotel dan RestoranKabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
177
Lampiran 24. Nilai DLQ Sektor Pengangkutan dan KomunikasiKabupriaten Batang Hari Tahun 2003-2012
178
Lampiran 25. Nilai DLQ Sektor Keuangan, Real Estate dan JasaPerusahaan Kabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
179
Lampiran 26. Nilai DLQ Sektor Jasa-Jasa Kabupaten Batang HariTahun 2003-2012
180
Lampiran 27. Rekapitulasi Nilai Rata-Rata DLQ Kabupaten BatangHari Tahun 2003-2012
181
Lampiran 28. Perhitungan Korelasi Antara Laju PertumbuhanSektor Ekonomi Unggulan dengan PenyerapanTenaga Kerja di Kabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
182
x
Lampiran 29. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor diKabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012 (Jiwa)
183
Lampiran 30. Persentase Distribusi Penyerapan Tenaga KerjaMenurut Sektor di Kabupaten Batang Hari Tahun2003-2012 (Persen)
184
Lampiran 31. Laju Pertumbuhan Penyerapan Tenaga KerjaMenurut Sektor di Kabupaten Batang Hari Tahun2003-2012 (Persen)
185
Lampiran 32 Jumlah Penduduk Berumur di Atas 15 Tahun diKabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012.
186
xi
DAFTAR TABELHalaman
Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk menurutKecamatan di Kabupaten Batang Hari Tahun 2012
62
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Berusia di Atas 15 TahunKabupaten Batang Hari Tahun 2012
64
Tabel 43. Jumlah dan Persentase Penyerapan Tenaga Kerjaper Sektor di Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 –2012
66
Tabel 4.4. Struktur Perekonomian Kabupaten Batang HariTahun 2008 – 2012
79
Tabel 4.5. Struktur Perekonomian Kabupaten Batang HariBerdasarkan Kontribusi Sektor Tahun 2008 – 2012
82
Tabel 4.6. Perkembangan Jumlah Belanja Daerah KabupatenBatang Hari Tahun Anggaran 2009 – 2013
83
Tabel 5.1. Perhitungan LQ Kabupaten Batang Hari tahun 2003-2012
87
Tabel 5.2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan DLQ KabupatenBatang Hari Tahun 2003-2012
97
Tabel 5.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batang Haritahun 2003-2012
100
Tabel 5.4. Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor KabupatenBatang Hari Tahun 2003-2012
104
Tabel 5.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Laju PertumbuhahnPenyerapan Tenaga Kerja Sektor Basis KabupatenBatang Hari Tahun 2003-2012
105
Tabel 5.6 Nilai Korelasi Sektor terhadap Penyerapan TenagaKerja Kabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
108
Tabel 5.7 Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan TenagaKerja pada Sektor Pertanian Kabupaten Batang HariTahun 2003-2012
109
Tabel 5.8 Nilai PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja padaSektor Industri Pengolahan Kabupaten Batang HariTahun 2003-2012
112
xii
Tabel 5.9 Nilai PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja padaSektor Perdagangan Kabupaten Batang Hari Tahun2003-2012
114
Tabel 5.10. Nilai PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja padaSektor Jasa Kabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
117
xiii
DAFTAR GAMBARHalaman
Gambar 2.1 Gambar Bagan Kerangka Pemikiran 51
Gambar 4.1. Peta Persentase Luas Wilayah per Kecamatan dalamKabupaten Batang Hari Tahun 2012
63
Gambar 4.2. Grfik Persentase Penyerapan Tenaga Kerja per Sektordi Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 – 2012
65
Gambar 43. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Batang Hari AtasDasar Konstan 2000 Tahun 2008-2012
68
Gambar 4.4. Grafik Sumber Pertumbuhan PDRB Kabupaten BatangHari Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012
69
Gambar 4.5. Grafik Laju Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas dan Air,Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi serta SektorJasa-jasa Tahun 2008-2012
70
Gambar 4.6. Grafik Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian, IndustriPengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran;dan Sektor Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan Tahun 2008-2012
72
Gambar 4.7. Grafik Laju Pertumbuhan Sektor Pertambangan danPenggalian di Kabupaten Batang Hari Tahun 2008-2012
76
Gambar 4.8. Grafik Produk Domestik Regional Bruto KabupatenBatang Hari Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas DasarHarga Konstan 2000 Tahun 2008-2012
78
Gambar 5.1. Grafik Nilai PDRB Sektor dan Laju Penyerapan TenagaKerja pada Sektor Pertanian di Kabupaten Batang HariTahun 2003-2012
109
Gambar 5.2. Grafik Nilai PDRB Sektor dan Laju Penyerapan TenagaKerja pada Sektor Pertanian di Kabupaten Batang HariTahun 2003-2012
113
Gambar 5.3. Grafik Nilai PDRB Sektor dan Laju Penyerapan TenagaKerja pada Sektor Perdagangan di Kabupaten BatangHari Tahun 2008-2012
115
Gambar 5.4 Grafik Nilai PDRB Sektor dan Laju Penyerapan TenagaKerja pada Sektor Jasa di Kabupaten Batang HariTahun 2008-2012
118
xiv
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Sektor Basis dalam Hubungannya denganPenyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Batang Hari”, dilaksanakan olehSYAIFUL di bawah bimbingan Dr. H. Syaparuddin, SE., MSi. selakuPembimbing I dan Dearmi Artis, SE., M.Sc selaku Pembimbing II. Tujuanpenelitian ini untuk menganalisis sektor ekonomi yang menjadi sektor basisbeserta laju pertumbuhannya di Kabupaten Batang Hari, korelasi antarapertumbuhan sektor basis dengan penyerapan tenaga kerja dan menganalisiskebijakan pemerintah daerah pada pembangunan sektor basis tersebutmelalui metode kepustakaan terhadap data-data skunder PDRB berdasarkanharga konstan 2000 Kabupaten Batang Hari dan Provinsi Jambi periodeTahun 2003-2012 serta data tenaga kerja pada kabupaten dan periode yangsama. Analisis sektor basis menggunakan model analisis Location Quotient(LQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ). Sedangkan korelasi antarasektor basis dengan penyerapan tenaga kerja menggunakan analisis KorelasiPearson (Pearson’s Coefficient Of Correlation).Hasil analisis LQ menunjukkan ada empat sektor ekonomi sebagai sektorbasis (LQ >1) di Kabupaten Batang Hari, yaitu sektor pertanian, industri danpengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor jasa – jasa.Sementara berdasarkan analisis DLQ, ternyata ada empat sektor yangdiidentifikasi dapat menjadi sektor basis di masa yang akan datang (DLQ >1),yaitu sektor pertambangan dan penggalian, listrik, gas & air bersih,pengangkutan & komunikasi dan sektor Jasa-jasa. Hanya sektor jasa-jasadiidentifikasi sebagai sektor basis baik saat ini maupun dimasa yang akandatang. Telaah terhadap angka-angka PDRB Batang Hari periode 2003-2012memperlihatkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi sektor basis pertanian,industri dan pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran relatifkecil dibanding sektor lain di Kabupaten Batang Hari, kecuali sektor jasa-jasayang relatif tinggi.Hasil Analisis Korelasi Pearson menunjukan hanya ada dua sektor basis yangpertumbuhannya berkorelasi kuat dan positif dengan penyerapan tenagakerja di Kabupaten Batang Hari, yaitu sektor jasa dan sektor perdagangan,hotel dan restoran. Pertumbuhan PDRB dua sektor ini bergerak searahdengan tingkat penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut. Sementarapertumbuhan sektor pertanian dan sektor industri pengolahan korelasinyadengan penyerapan tenaga kerja rendah dan sangat lemah. Berdasarkanhasil penelitian, diperlukan evaluasi oleh Pemerintah Daerah KabupatenBatang Hari atas kebijakan yang telah dilaksanakan dan menetapkankebijakan yang tepat terhadap sektor basis agar dapat mendorong sektortersebut memiliki keunggulan komparatif dalam upaya memacu pertumbuhanekonomi melalui ekselerasi berbagai program dan kegiatan yang sesuai sertapenganggaran pembangunan yang memadai dalam APBD.Kata Kunci : Produk Domestik Regional Bruto, Sektor Basis, Penyerapan
Tenaga Kerja dan Kebijakan Pembangunan Daerah.
xv
ABSTRACT
The study “Analysis of the Basis Sector of the Employment in BatangHari Regency” written by SYAIFUL under the guidance of DR. H.Syaparuddin, SE, M.Si. as first mentors and Dearmi Artis, SE., M.Sc assecond mentors. The purpose of the study is to analyze the economy sectorwhich become basis sector with its development rates in Batang HariRegency, the correlation between the developments of basis sector withemployment and to analyze the policy of local government on developing thatbasis sector through bibliography methods on secondary PDRB dataaccording to constant price 2000 of Batang Hari Regency and Jambi Provincefrom 2003 to 2012 and also employment data in the same periods andregency. This analysis uses Location Quotient (LQ) model and DynamicLocation Quotient (DLQ) model. Whereas the correlation between thedevelopments of basis sector with employment uses Pearson’s Coefficient OfCorrelation.The output of LQ analysis shows that there are four economy sectors as basissector (LQ >1) in Batang Hari, which are agricultures, industry andmanufactures, trades, hotels, restaurants, and another distinction service.While from the DLQ analysis, there are four sectors identified can be a basissector in the future (DLQ >1), which are mining and excavation, electricity,gases and fresh water, transportation and communications, and distinctionsectors. Only distinction sector which is identified as basis sector nowadaysas well as in the future. From the study of the PDRB rate in Batang Hari from2003 to 2013 shows that average growth rate of agriculture, industry andmanufactures, trades, hotels and restaurants are relatively smaller than othersectors in Batang Hari, excluding distinction sectors which are higher.Pearson’s Coefficient Of Correlation analysis evinces there only two basissectors which its growth has a strong and positive correlation with employmentin Batang Hari, which are distinction and trades with hotels and restaurants.The PDRB growth of these sectors moving in the direction of the employmentrates. In the agriculture and manufacture industry sectors, the correlation withemployment is low and very weak. According to the research, someevaluations is needed by Batang Hari Government to make the right decisionfrom their policy on basis sectors which can give some comparativespecialization to expand the economy growth through the acceleration somekind of programs and activities. The appropriate development budget is alsoneeded to make basis sectors more competitive in the future.Keywords: Gross Domestic Regional Product, Basis Sectors, Employment,
and Local Government Policy.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, memberi kewenangan
dan kesempatan yang luas kepada setiap daerah untuk mengatur,
mengurus, memanfaatkan dan mengelola daerah sesuai dengan
kemampuan dan potensi yang dimiliki. Implementasi dari kewenangan ini
tercermin dari proses pengelolaan sumberdaya. Kewenangan otonomi yang
diberikan berimplikasi terhadap kebebasan yang lebih besar bagi setiap
daerah menentukan kebijakan pengelolaan sumberdaya untuk
pembangunan ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Keadaan ini sebenarnya sangat menguntungkan bagi
daerah, terutama dalam merumuskan dan sekaligus mengimplementasikan
penggunaan sumberdaya sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Amanah otonomi daerah ini menuntut kemampuan pemerintah daerah
agar lebih kreatif menggali dan mengembangkan potensi sumberdaya untuk
meningkatkan perekonomian. Potensi sumberdaya di suatu daerah akan
mempunyai arti dan manfaat bagi pembangunan ekonomi dan kemakmuran
jika dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu
diperlukan sejumlah kemampuan sumberdaya manusia untuk mengelolanya.
2
Hakekatnya pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang diarahkan pada peningkatan, perluasan dan
penyempurnaan dari tahun sebelumnya. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mendorong pemerataan serta
memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Pada akhirnya
diharapkan bermuara pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan ekonomi suatu daerah biasanya diukur dengan
indikator pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
lebih bermanfaat jika diikuti dengan pemerataan distribusi pendapatan.
Distribusi pendapatan yang merata akan berpeluang terhadap pemerataan
kesempatan kerja masyarakat. Selain itu indikator perekonomian suatu
daerah dalam periode tertentu, salah satunya ditunjukkan oleh Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan untuk mempercepat
perubahan struktur perekonomian daerah menuju perekonomian yang terus
meningkat dan dinamis yang bercirikan industri yang kuat dan maju,
pertanian yang tangguh serta memiliki basis pertumbuhan sektoral yang
berpotensi besar. Pertumbuhan ekonomi juga diperlukan untuk
menggerakkan dan memacu pembangunan di bidang lainnya sekaligus
3
sebagai kekuatan utama pembangunan dalam rangka meningkatkan
pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan sosial ekonomi.
Tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang Hari selama peroide
5 (lima) tahun dari Tahun 2008-2013 relatif berfluktuasi. Dari tahun 2008
tumbuh 6,24%, turun pada Tahun 2009 menjadi 5,14%, kemudian naik
kembali menjadi 6,05 % pada Tahun 2010. Pada Tahun 2011 naik lagi
menjadi 7,90 % dan pada Tahun 2012 kembali turun menjadi 7,11 %.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang Hari dari sisi penawaran
diperkirakan masih didorong oleh pertumbuhan sektor-sektor ekonomi
dominan dari sektor primer, yakni pertanian dan dari sektor sekunder yaitu
industri pengolahan sedangkan sektor tersier berasal dari sektor
perdagangan, serta hotel dan restoran.
Bila dilihat dari sisi permintaan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga
di Kabupaten Batang Hari diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan
ekonomi. Perkembangan sektor tersier tidak terlepas dari peningkatan
aktivitas ekonomi khususnya sektor perdagangan beberapa tahun terakhir
perkembangannya sangat pesat. Hal ini disebabkan karena membaiknya
kondisi perekonomian daerah sehingga meningkatnya permintaan
masyarakat, disamping itu juga karena adanya dukungan penyediaan
berbagai sarana perdagangan seperti pusat-pusat pertokoan dan
perkembangan teknologi informasi yang memberikan kemudahan khususnya
komunikasi.
4
Bila dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB dalam kurun waktu lima
tahun terakhir, sektor tersier masih dominan membentuk struktur ekonomi
Kabupaten Batang Hari, diikuti dengan sektor primer dan sektor skunder.
Rata-rata kontribusi sektor primer dalam struktur ekonomi Kabupaten Batang
Hari dari tahun 2008 – 2012 sebesar 38,90%,sektor skunder 16,51% dan
sektor tersier sebesar 44,59%. Namun demikian secara keseluruhan
kontribusi sektor pertanian masih menempati kontribusi terbesar dibanding
sembilan sektor lainnya, sekalipun dari tahun ke tahun cenderung mengalami
penurunan. Idealnya dalam struktur ekonomi, penurunan kontribusi sektor
pertanian diikuti oleh peningkatan sektor industri, namun logika pemikiran
tersebut tidak ditemui di Kabupaten Batang Hari, karena pada sektor industri
pengolahan juga terjadi penurunan dari 13,44% pada tahun 2008 menjadi
13,15% pada tahun 2012. Sebaliknya terjadi peningkatan kontribusi sektor
pertambangan dan penggalian dari 8,14% pada tahun 2008 menjadi 10,95%
di tahun 2012. Melihat kondisi tersebut, maka perlu dicermati lebih dalam
sektor-sektor yang menjadi sektor basis di Kabupaten Batang Hari sebagai
masukan untuk rumusan kebijakan pembangunan ekonomi yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Batang Hari.
Sesuai amanah otonomi daerah, setiap daerah diberi kewenangan
untuk menggali potensi yang dimilikinya. Setiap daerah mempunyai
keunggulan ekonomi yang berbeda, sekaligus yang menjadi sumber
pertumbuhan wilayah. Dalam konteks ini maka Pemerintah Daerah
Kabupaten Batang Hari harus mampu menggali keunggulan ekonomi yang
5
menjadi sumber keunggulan wilayahnya untuk menjamin agar ekonomi
daerah dapat lebih cepat berkembang sesuai dengan ketersediaan potensi
dan kemampuannya.
Sampai saat ini pendekatan sektoral masih merupakan salah satu
strategi dalam pembangunan daerah. Pendekatan sektor basis ini lebih
menekankan pada pemilihan sektor-sektor ekonomi yang dapat lebih tepat
dan cepat berperan sebagai penggerak ekonomi daerah, penyerap tenaga
kerja dan pengentasan kemiskinan. Pendekatan sektoral lebih difokuskan
kepada upaya peningkatan produktivitas sektor ekonomi melalui prioritas
pembangunan dalam kebijakan daerah. Oleh karena itu, analisis tentang
sektor yang menjadi basis/keunggulan ekonomi di Kabupaten Batang Hari
menjadi sangat penting dilakukan sebagai pertimbangan dalam merumuskan
kebijakan pembangunan. Dengan demikian akan diketahui sektor mana
yang menjadi sektor basis dan paling besar peranannya dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini.
Selain itu, keunggulan suatu sektor dapat pula dilihat dari indikator
daya saingnya. Oleh karena itu daya saing sektor basis perlu pula dilihat,
sehingga dapat diketahui ke depan sektor basis mana yang memiliki daya
saing yang kuat sebagai sumber kekuatan ekonomi daerah di Kabupaten
Batang Hari.
Hal ini tentu menarik untuk dikaji lebih lanjut, karena fakta
menunjukkan bahwa sektor pertanian sampai saat ini masih menempati
sebagai sektor dominan kontribusinya dalam PDRB Kabupaten Batang Hari.
6
Secara empiris, terbukti bahwa ketersedian potensi sumberdaya alam sektor
pertanian masih dominan, dan hampir 72% dari penduduk Kabupaten Batang
Hari hidup di sektor pertanian (subsektor perkebunan), terutama pada
komoditas karet dan kelapa sawit (Anonim, 2011)
Pertumbuhan sektor basis semestinya berdampak terhadap
penyerapan tenaga kerja pada suatu daerah. Kecenderungan pertumbuhan
tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan kebijakan daerah yang dituangkan dalam program dan kegiatan
pembangunan.
Secara umum, pada perekonomian modern terdapat tiga peran pokok
pemerintah dalam pembangunan, yaitu peran alokasi, distribusi dan peran
stabilisasi (Mangkoesoebroto, 2001). Pelaksanaan peran ini salah satunya
terlihat dalam pengambilan kebijakan yang tertuang dalam program dan
pembangunan daerah, termasuk di dalamnya pada kebijakan daerah untuk
pengembangan sektor basis daerah. Kebijakan pemerintah dalam proses
pembangunan akan berimplikasi terhadap program dan kegiatan
pembangunan. Artinya, arah kebijakan dan prioritas pembangunan di suatu
daerah terlihat pada program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah daerah melalui lembaga teknis masing-masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD).
Hal ini yang menarik untuk dilihat di Kabupaten Batang Hari, karena
perencanaan pembangunannya tidak berdasarkan pendekatan kajian sektor
unggulan. Sesuai RPJMD 2011-2016, pembangunan di Kabupaten Batang
7
Hari berfokus kepada empat agenda utama yang meliputi bidang ekonomi
kerakyatan, pendidikan, kesehatan dan bidang infrastruktur pelayanan
umum. Keempat agenda tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dari agenda pembangunan nasional dan provinsi serta
merupakan pilar pokok untuk mencapai tujuan pembangunan daerah. Pada
tingkat SKPD terdapat Rencana Strategi (Renstra) sebagai penjabaran dari
RPJMD dan digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan perencanaan
pembangunan dengan sejumlah target kinerja yang harus dicapai,
Berdasarkan uraian sebelumnya, penting untuk diteliti lebih mendalam
tentang sektor apa yang menjadi sektor basis di Kabupaten Batang Hari dan
bagaimana hubungan antara pertumbuhan sektor basis dengan penyerapan
tenaga kerja serta bagaimana komitmen pemerintah daerah dalam
mendorong perkembangan sektor basis yang tercermin pada arah kebijakan
pembangunan pada sektor basis tersebut. Kajian analisis ini diharapkan
berguna sebagai dasar untuk pengambilan keputusan kebijakan
pembangunan yang dilakukan berbasis pada keunggulan daerah. Hasilnya
diharapkan berdampak terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan pendapatan masyarakat di Kabupaten Batang Hari.
8
1.2 Rumusan Masalah
Sejalan dengan beberapa pokok uraian di atas, maka masalah pokok
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Sektor mana yang merupakan sektor basis di Kabupaten Batang Hari.
b. Bagaimana pertumbuhan ekonomi sektor basis dan penyerapan tenaga
kerjanya di Kabupaten Batang Hari
c. Bagaimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi sektor basis
terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Batang Hari.
d. Bagaimana kebijakan Pemerintah dalam pengembangan sektor basis di
Kabupaten Batang Hari.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan, secara spesifik
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :
a. Menganalisis sektor yang menjadi sektor basis di Kabupaten Batang Hari;
b. Menganalisis pertumbuhan ekonomi sektor basis dan penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Batang Hari;
c. Menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi sektor basis
dengan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Batang Hari.
d. Menganalisis kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Batang Hari
dalam pengembangan sektor basis.
9
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan dan
dinamika ilmu pengetahuan terutama ekonomi pembangunan dan
regional. Selain itu diharapkan pula bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya sebagai bahan referensi.
1.4.2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
informasi ataupun sumbangan pemikiran/masukan yang dapat
dipertimbangkan oleh para pengambil kebijakan maupun pelaksana
pembangunan daerah Kabupaten Batang Hari dalam merumuskan
kebijakan-kebijakan, terutama kebijakan yang berkaitan dengan
pengembangan sektor unggulan dan penyusunan program yang
berkaitan dengan penyediaan lapangan kerja.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Ekonomi Basis
Teori ekonomi basis atau sektor unggulan pada dasarnya
menyatakan bahwa penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah
adalah hubungan dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
Arsyad (1999) menyatakan, logika dasar teori basis ekonomi yang intinya
adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk
pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan
keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut.
Selanjutnya, adanya arus pendapatan di luar daerah ini menyebabkan
terjadinya kenaikan konsumsi (consumption) dan investasi (investment) di
daerah tersebut.
Hal tersebut selanjutnya akan menaikkan permintaan terhadap
industri basis, tetapi juga menaikkan permintaan akan industri non basis
(lokal). Kenaikan permintaan (demand) ini akan mendorong kenaikan
investasi pada industri yang bersangkutan dan juga industri lain.
Selanjutnya Arsyad (1999) mengungkapkan bahwa strategi
pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada teori ini penekanannya
terhadap arti pentingnya bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai
11
pasar, baik secara nasional maupun internasional. Implementasi
kebijakannya mencakup pengurangan hambatan terhadap perusahaan-
perusahaan yang berorientasi ekspor yang akan didirikan di daerah tersebut.
Lebih lanjut dikatakan, secara umum basis ekonomi wilayah diartikan
sebagai sektor ekonomi yang aktivitasnya menyebabkan suatu wilayah tetap
hidup, tumbuh dan berkembang atau sektor ekonomi yang pokok di suatu
wilayah yang dapat menghidupi wilayah tersebut beserta masyarakatnya.
Sedangkan menurut teori basis ekonomi, pertumbuhan dan perkembangan
suatu wilayah tergantung pada adanya permintaan dari luar terhadap
produksi wilayah tersebut, sehingga perekonomian wilayah dibagi menjadi
sektor basis atau basis eksport dan sektor non basis, dengan pengertian
sebagai berikut :
a. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar
daerah yang bersangkutan, industri seperti ini dinamakan industri basis.
b. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini
dinamakan industri non basis atau industri lokal
Sebagian dari teori ini menyatakan bahwa karena sektor unggulan
menghasilkan barang dan jasa untuk dipasarkan di luar daerah yang
bersangkutan, maka penjualan ke luar daerah akan menghasilkan
pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar
daerah tersebut, yang pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan
menciptakan kesempatan kerja dan permintaan terhadap sektor unggulan.
12
Sektor basis yang mengekspor produksinya ke luar wilayah tersebut
basis dalam ekonomi. Apabila permintaan dari luar wilayah terhadap sektor
basis meningkat, maka sektor basis tersebut berkembang dan pada
gilirannya dapat membangkitkan pertumbuhan dari perkembangan sektor
non basis di wilayah yang bersangkutan, sehingga akhirnya mengakibatkan
berkembangnya wilayah yang bersangkutan (Bendavid-Vahl, 1991 dalam
Pahrudin, 2010).
Model basis ekonomi pertama kali dikemukakan oleh D.C. Nort Tahun
1955 (Ferdian, 2007) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi suatu wilayah atau kawasan lebih banyak
ditentukan oleh keunggulan lokasi yang dimilikinya dan selanjutnya dapat
digunakan sebagai kekuatan ekspor.
Ide pokok model ini adalah karena adanya perbedaan sumberdaya,
dan keadaan geografis dalam suatu negara yang menyebabkan masing-
masing wilayah mempunyai keuntungan komparatif terhadap beberapa
sektor atau jenis kegiatan produksi. Keuntungan lokasi (keuntungan
komparatif) dapat dimanfaatkan dalam memacu pertumbuhan ekonomi
daerah melalui spesialisasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan
sebagai kegiatan basis ekspor daerah tersebut (Ferdian, 2007).
Menurut Glasson (1990), kegiatan sektor basis merupakan suatu
kegiatan sektor ekonomi yang mengekspor barang ke tempat lain di luar
batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan, artinya bahwa
sektor ini dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri
13
atau daerah lain. Sedangkan sektor non basis adalah kegiatan sektor
ekonomi yang hanya menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan masyarakat
yang bertempat tinggal dalam batas-batas perekonomian masyarakat
bersangkutan.
Terdapat dua metode yang digunakan untuk mengetahui apakah
suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis. Dua metode itu,
adalah ; 1) Metode pengukuran langsung dan 2) Metode pengukuran tidak
langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan survei
langsung untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis
melalui studi yang mendalam terhadap sumberdaya alam yang terdapat
pada daerah bersangkutan, termasuk deposit mineral yang terkandung,
tingkat kesuburan tanah, keadaan geografis, jaringan jalan dan kualitas
manusianya. Metode ini dapat menentukan sektor basis dengan tepat,
namun metode ini memerlukan dana, waktu dan personil yang banyak.
Metode pengukuran tidak langsung adalah melalui pendekatan dengan
memakai alat analisis, di antaranya dengan menggunakan konsep Location
Quotient (LQ).
Mengingat hal di atas, maka banyak pakar ilmu wilayah yang memakai
metode pengukuran tidak langsung untuk menentukan sektor basis dalam
perekonomian melalui pendekatan yang disebut dengan Location Quotient
(LQ) dan didasari oleh teori economic base.
Berdasarkan konsep basis ekonomi, dampak positif lainnya yang
dapat dirasakan sebagai akibat dari kegiatan sektor basis adalah
14
meningkatkan pendapatan wilayah. Hal ini terjadi akibat adanya efek
multiplier dari pembelanjaan kembali pendapatan yang diperoleh melalui
penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah yang dipasarkan ke
luar wilayah. Dengan demikian, pengaruh efek multiplier pendapatan
memberikan gambaran tentang besarnya pendapatan. Budiharsono dalam
Rachmady (2008), berpendapat bahwa seberapa besar efek multiplier
pendapatan tersebut dalam mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah,
digambarkan oleh besarnya nilai koefisien multiplier yang dihasilkan.
2.1.2 Teori Pasar Tenaga Kerja
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang
dimilikinya dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah
dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi
dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999). Pembangunan ekonomi suatu
daerah mestinya akan merangsang kesempatan kerja. Atau sebaliknya,
kemajuan pada aspek ketenagakerjaan dalam bentuk penyerapan tenaga
kerja pada suatu sektor akan berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Menurut Todaro (2000), secara tradisional pertumbuhan penduduk
dan pertumbuhan angkatan kerja dianggap sebagai salah satu faktor positif
yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar
akan menambah tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan yang lebih
15
besar akan memperbesar ukuran pasar domestiknya. Hal ini bisa terjadi apa
bila tenaga kerja produktif tersebut dapat terserap pada kesempatan kerja
yang tersedia dan akan menjadi masalah apabila pertumbuhan tenaga kerja
jauh melebihi kesempatan kerja yang tersedia yaitu terciptanya
pengangguran. Jika pembangunan berorientasi pada pertumbuhan ekonomi
yang cepat dan menggunakan modal/investasi dan teknologi yang tinggi
maka penggunaan tenaga kerja akan relatif berkurang digantikan oleh mesin,
sehingga tenaga kerja dengan kemampuan dan kualitas tertentu dituntut
dapat memenuhi kebutuhan dalam proses produksi.
Pemerintah daerah berperan dalam meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat di daerah. Untuk tujuan ini, maka pemerintah
daerah harus membuat strategi pembangunan ekonomi. Menurut Arsyad
(1999) secara umum tujuan strategi pembangunan ekonomi adalah pertama,
mengembangkan lapangan kerja bagi penduduk yang ada sekarang. Tujuan
perencanaan pembangunan ekonomi adalah lebih untuk memberikan
kesempatan kerja bagi penduduk yang ada sekarang ketimbang menarik
para pekerja baru. Kedua, mencapai stabilitas ekonomi daerah.
Pembangunan ekonomi akan sukses jika mampu memenuhi kebutuhan
dunia usaha (misalnya: lahan, sumber keuangan, infrastruktur dan
sebagainya). Ketiga adalah mengembangkan basis ekonomi dan
kesempatan kerja yang beragam. Hal ini untuk mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan fluktuasi ekonomi sektoral, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi kesempatan kerja masyarakat.
16
Berdasarkan hal-hal yang dikemukan tadi, bagi daerah sendiri bahwa
setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat di daerah.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan
masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif
pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta
partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya-
sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya-
sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun
perekonomian daerah.
Menurut undang-undang Nomor 25 tahun 1997, tenaga kerja adalah
orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan atau akan melakukan
pekerjaan, baik di dalam maupun diluar hubungan kerja yang menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja
pada dasarnya adalah penduduk pada usia kerja (15 tahun ke atas) atau
berumur 15-64 tahun, dan dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja itu
adalah penduduk yang secara potensial dapat bekerja. Dengan kata lain,
tenaga kerja adalah jumlah penduduk dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa jika ada permintaan dan
pemakaian terhadap tenaga mereka dan jika mau berpartisifasi dalam
aktivitas tersebut (Kamaluddin, 1998).
Sementara itu Sukirno (2000) mengemukakan bahwa tenaga kerja
bukan saja berarti jumlah penduduk yang dapat digunakan dalam proses
17
produksi, tetapi termasuk juga kemahiran dan keahlian yang mereka miliki.
Oleh sebab itu, tenaga kerja bukan saja diartikan sebagai besarnya tenaga
jasmani yang digunakan dalam proses produksi, tetapi juga meliputi
kemampuan tenaga yang ada untuk berfikir dan bekerja. Tenaga kerja dapat
digolongkan atas tiga kelompok, yaitu :
a. Tenaga kerja tidak terdidik, yaitu tenaga kerja yang tidak mempunyai
pendidikan, sehingga kerjanya mengandalkan pada tenaga jasmaninya
semata. Tenaga kerja yang termasuk kedalam golongan ini adalah
petani, pekerja took dan sebagainya.
b. Tenaga kerja terlatih, yaitu tenaga kerja yang telah memperoleh sedikit
pendidikan dan latihan dalam bidang tertentu, misalnya tukang batu dan
tukang kayu.
c. Tenaga kerja terdidik, yaitu golongan tenaga kerja yang paling tinggi
tingkat pendidikannya, mereka adalah guru, dosen dan sebagainya.
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja mencakup penduduk usia kerja yang bekerja atau yang
sedang mencari pekerjaan dengan tujuan mendapatkan nafkah guna
memenuhi kebutuhannya. Angkatan kerja terdiri dari tenaga kerja yang
bekerja dan tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan yang
tercakup dalam bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang tidak
bekerja karena alasan masih proses pendidikan, mengurus rumah tangga
tanpa dibayar atau karena mereka dapat memenuhi kebutuhannya tanpa
18
harus bekerja, seperti misalnya menerima sewa atau karena hidup
tergantung dari orang lain.
Menurut Zain (1982) angkatan kerja adalah penduduk yang umur
10 tahun ke atas yang bekerja/punya pekerjaan atau yang sedang mencari
pekerjaan. Ratio antara angkatan kerja dan penduduk umur 10 tahun ke
atas disebut ; ”Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)”. Nilai TPAK
selalu kurang dari 1 (satu) karena ada penduduk 10 tahun ke atas yang tidak
bekerja/tidak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, tetapi mereko
sekolah, mengurus rumah tangga atau karena tidak mampu bekerja (karena
terlalu tua, cacat jiwa atau cacat mental). Golongan penduduk ini dinamakan
bukan angkatan kerja.
Biro Pusat statistik (BPS) mendefinisikan, angkatan kerja adalah
penduduk yang berumur 15 tahun keatas yang mempunyai pekerjaan
tertentu dalam suatu kegiatan ekonomi dan mereka yang tidak bekerja tetapi
sedang mencari pekerjaan. Jadi angkatan kerja adalah bagian dari tenaga
kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat serta
menyumbangkan tenaga untuk menghasilkan barang dan jasa dengan
menerima imbalan upah berupa uang maupun barang.
Menurut Susanti (1995) tenaga kerja dapat dikelompokkan menurut
lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan dan status pekerjaan. Berdasarkan
lapangan pekerjaan, tenaga kerja dapat dikelompokkan atas tenaga kerja
yang bekerja di sektor ;
19
a. Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industri manufaktur
d. Listrik, gas dan air minum
e. Bangunan
f. Perdagangan besar, eceran dan rumah makan
g. Angkutan, pergudangan dan komunikasi
h. Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa
perusahaan
i. Jasa kemasyarakatan lainnya.
Lebih lanjut Susanti (1995) mengatakan pada saat pendapatan per
kapita meningkat, struktur ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan,
jenis dan status akan mengalami perubahan. Apabila dilihat dari lapangan
pekerjaan, peningkatan pendapatan perkapita biasanya akan diikuti dengan
penurunan kontribusi sektor pertanian dalam menyediakan lapangan kerja.
Penurunan ini tentu saja erat kaitannya dengan perubahan struktur
permintaan dan produksi akibat dari peningkatan pendapatan perkapita yang
beralih dari barang-barang hasil pertanian ke barang-barang hasil industri.
Pada tahap awal pembangunan, penurunan kontribusi sektor pertanian
dalam memberi kesempatan kerja cenderung lebih lambat dari pada
penurunan kontribusi sektor tersebut di dalam PDB. Karena pada tahap itu,
penggunaan teknologi yang relatif maju terjadi di luar sektor pertanian,
sehingga pertumbuhan kesempatan kerja di sektor-sektor tersebut menjadi
20
lambat. Keadaan ini memaksa sebagian angkatan kerja yang tidak terserap
pada sektor-sektor di luar pertanian untuk bekerja di sektor pertanian,
walaupun tingkat upah yang diterima di sektor pertanian relatif rendah.
Konsekwensinya adalah pada tahap awal pembangunan produktivitas relatif
tenaga kerja di sektor pertanian menurun dan sebaliknya produktivitas relatif
tenaga kerja di sektor-sektor lainnya meningkat.
Kesempatan kerja adalah terjemahan dari employment yang menurut
pengertiannya adalah lapangan pekerjaan atau pekerjaan. Atau bisa juga
penduduk yang berumur 10 tahun ke atas menurut kegiatannya selama
seminggu yang lalu (Tulus, 2003). Istilah kesempatan kerja mengandung
pengertian lapangan kerja yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu
kegiatan (produksi) atau kesempatan kerja merupakan lapangan pekerjaan
yang sudah diisi dan semua lapangan usaha yang masih lowong.
Kemudian Sutanto (1986) menyatakan, apabila lapangan pekerjaan
yang ada dalam masyarakat dapat ditempati oleh angkatan kerja disebut
sebagai kesempatan kerja. Oleh karena lapangan kerja dalam masyarakat
tidak selalu ditempati oleh tenaga kerja, maka terdapat angkatan kerja yang
tidak bekerja atau menganggur (unemployment). Berkaitan dengan konsep
kesempatan kerja ini, Sagir (1982) mengemukakan bahwa kesempatan kerja
menunjukkan banyaknya lapangan kerja (yang terisi). Ini dicerminkan oleh
banyaknya penduduk yang bekerja.
Menurut BPS (2004) tingkat kesempatan kerja mengidentifikasikan
besarnya penduduk usia kerja yang bekerja atau sementara tidak bekerja di
21
suatu negara atau wilayah. Tingkat kesempatan kerja diukur sebagai
persentase (%) orang yang bekerja terhadap jumlah penduduk yang
termasuk angkatan kerja. Sedangkan angkatan kerja didefinisikan sebagai
penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara
tidak bekerja dan pengangguran.
Selain adanya perbedaan kepentingan antara orientasi kesempatan
kerja ataukah kepada peningkatan produksi (laju pertumbuhan) masalah
kesempatan kerja juga menurut Sagir (1982) dihadapkan pada masalah-
masalah stuktur ekonomi yang kurang menguntungkan, dalam bentuk
ketimpangan- ketimpangan yang terjadi, baik antar wilayah, antar sektor
ekonomi maupun pendidikan. Hal ini memberikan pengaruh terhadap
perluasan kesempatan kerja, yaitu sebagai berikut :
a. Masalah kependudukan di antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa.
b. Ketimpangan pembangunan antar wilayah
c. Ketidakserasian laju pembangunan antara daerah kota dan daerah desa.
d. Kurang berkembangnya informasi pasar tenaga kerja sehingga
menimbulkan kesenjangan permintaan dan penawaran terhadap tenaga
kerja
e. Kurang terdapatnya penyesuaian antara program pendidikan dengan
arah pembangunan.
f. Ketimpangan koordinasi di dalam pemilihan investasi padat modal dan
padat karya
22
g. Ketimpangan tingkat produktivitas antara sektor pertanian dan sektor
non pertanian.
h. Kekurangserasian antara perkembangan sektor formal dan sektor
informal
i. Masalah pengangguran
j. Ketimpangan peranan pemerintah dan swasta.
Masalah lain yang tak kalah pentingnya adalah rendahnya mobilitas
tenaga kerja baik dalam arti horizontal (berpindah dari suatu lokasi ke lokasi
lainnya, suatu daerah/tempat ke daerah lainnya) maupun mobilitas vertikal,
hambatan untuk menempati jabatan/tugas yang lebih tinggi karena
keterbatasan kemampuan atau latar belakang pendidikan, merupakan
hambatan yang juga mempengaruhi kesempatan kerja yang tersedia.
Sehingga di satu pihak tersedia cukup banyak tenaga kerja non skilled, tetapi
dilain pihak dibutuhkan tenaga yang skilled yang langka dalam pasar kerja; di
daerah-daerah mengalami kekurangan tenaga kerja sebaliknya Pulau Jawa
mengalami tingkat pengangguran yang cukup tinggi.
Zein (1982) memberi batasan umum kesempatan kerja, didefenisikan
sebagai suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau penghidupan
kepada seseorang. Kesempatan kerja adalah lapangan kerja atau
kesempatan untuk bekerja yang ada dari suatu kegiatan ekonomi/produksi.
Dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian dan pembangunan
di segala bidang, otomatis akan terjadi peningkatan kesempatan kerja
23
sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya pembangunan.
Kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi.
Lowongan pekerjaan mengandung arti adanya kesempatan kerja untuk diisi
dan hal ini lazim disebut dengan tenaga kerja. Biasanya sulit untuk
memperoleh data tentang kesempatan kerja, maka untuk untuk keperluan
praktis umumnya jumlah kesempatan kerja dan banyaknya lapangan kerja
yang terisi tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja/employed.
Tingginya kesempatan kerja akan berpengaruh terhadap pencapaian
ekonomi dari suatu Negara. Alasanya, kerena kegiatan ekonomi masyarakat
ditunjukkan dengan kinerja produksi masyarakat yang baisanya dicerminkan
oleh Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan untuk daerah dicerminkan
oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Pemecahan masalah kesempatan kerja dapat ditempuh antara lain
dengan menciptakan lapangan kerja produktif dan perluasan kesempatan
kerja yang dilaksanakan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan ekonomi di
berbagai sektor yang disertai dengan usaha peningkatan produktivitas
angkatan kerja yang ada. Salah satu strategi pembangunan yang
berorientasi pada penciptaan lapangan kerja produktif adalah dengan
membina perusahaan-perusahaan kecil dan menengah untuk menerapkan
teknik produksi yang sifatnya pada karya, sehingga dapat membantu proses
distribusi pendapatan dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Perluasan kesempatan kerja secara produktif bukan berarti hanya
lapangan kerja baru, melainkan usaha peningkatan produktivitas kerja pada
24
umumnya yang disertai dengan pemberian upah yang sepadan dengan apa
yang telah dikerjakan oleh setiap pekerja.
Tulus (2003) berpendapat, dalam usaha menciptakan lapangan kerja,
pemerintah secara aktif menyusun kebijakan makro yang bertujuan mencari
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pada masa lalu, pertumbuhan
ekonomi bersumber pada upah murah (mobilisasi buruh) dan sumberdaya
alam. Dua sumber pertumbuhan ini sudah berkurang potensinya dan
sekarang atau ke depan perlu mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru
dengan menggunakan jalur investasi, teknologi maupun perdagangan
(ekspor-impor) melalui berkembangnya sektor swasta. Untuk mencapai
tujuan ini pemerintah nasional perlu memasukkan kebijakan ketenagakerjaan
sebagai bagian dalam pembuatan kebijakan ekonomi makro sejajar dengan
kebijakan ekonomi makro lain atau secara ekplisit tergambar dalam rencana
pertumbuhan ekonomi, pengendalian inflasi dan neraca pembayaran.
Zein dalam Tulus (2003) mengatakan bahwa pengambilan
keputusan tentang kebijakan makro, perlu diikutsertakan ahli-ahli ekonomi
ketenagakerjaan yang kompeten. Masalah ketenagakerjaan sebaiknya
dimasukkan menjadi bagian dari kebijakan ekonomi makro. Hal ini dilakukan
agar kebijakan ekonomi makro sejalan dengan kebijakan ketenagakerjaan.
Kebijakan ketenagakerjaan seyogyanya tidak terpaku pada masalah
kesejahteraan pekerja formal saja, tetapi juga menyiasati kebijakan makro
agar pekerja di lapangan kerja informal, dimana pekerja banyak
25
terkonsentrasi pada usaha menengah, kecil dan mikro, dapat merasakan
manfaatnya.
Dari sisi makro, penciptaan lapangan kerja akan lebih kondusif bila:
(1) nilai tukar dan tingkat suku bunga stabil dan kompetitif, dan (2) reformasi
bidang keuangan dan perbankan dilanjutkan agar fungsi intermediasi bank
dapat mendorong berkembangnya sektor rill.
Kebijakan pokok yang diperlukan untuk mendukung penciptaan
kesempatan kerja adalah ;
a. Penyempurnaan regulasi yang berkaitan dengan aturan main
ketenagakerjaan harus dapat menciptakan pasar kerja yang fleksibel.
Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan secara
umum memberikan sumbangan yang sangat positif terhadap berjalannya
pasar kerja di Indonesia. Undang-undang ini memperlihatkan konsensus
dari berbagai pihak tekait mengenai isu-isu yang sebelumnya sangat
menimbulkan pertentangan.
b. Penyempurnaan kebijakann dari sisi permintaan (demand side).
Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan investasi dan penguatan
pada kegiatan ekonomi yang sudah ada. Selain kebijakan yang berkait
langsung dengan pasar kerja, penciptaan lapangan kerja sangat
ditentukan oleh kebijakan lain. Seperti telah disinggung sebelumnya
keadaan tenaga kerja kita yang mayoritas unskiiled membutuhkan
26
infestasi dengan dana minimal dapat langsung mempekerjakan tenaga
kerja yang berlimpah.
Dengan demikian kebijakan penciptaan kesempatan kerja seharusnya
tidak bertentangan dengan banyaknya industri kecil atau industri rumah
tangga yang banyak menyerap tenaga kerja. Namun demikian, ironisnya,
kadangkala kebijakan yang dikeluarkan berpotensi untuk merugikan
perusahaan kecil dan rumah tangga. Sebagai contoh kebijakan tata niaga
gula yang mengakibatkan kenaikan harga gula 50% dalam sekejap, adalah
contoh kebijakan yang dalam waktu singkat memberatkan perusahaan kecil
dan rumah tangga yang bergerak dalam industri makanan jadi. Kebijakan
yang didasari niat baik untuk melindungi petani, tetapi karena pemahaman
yang kurang terhadap keadaan pasar tenaga kerja dapat menjadi bumerang
bagi usaha kecil dan rumah tangga.
Pembangunan ekonomi pada hakeketnya merupakan suatu proses
yang berkesinambungan antara sektor-sektor ekonomi sehingga dengan
terciptanya pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja,
pemerataan pendapatan dan pada akhirnya meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Dalam suatu proses pembangunan ekonomi mencakup aktifitas
ekonomi yang mengupayakan pengoptimalan penggunaan faktor-faktor
ekonomi yang tersedia sehingga menciptakan nilai ekonomis, salah satu
faktor ekonomi yang dimaksud adalah tenaga kerja (Sutanto, 1986).
Robert Solow dalam Sutanto (1986) mengintrodusir pentingnya faktor
tenaga kerja dalam pembangunan ekonomi. Solow mengkritik formulasi
27
harod-domar dari kelompok Keynesian yang hanya menggunakan
pendekatan akumulasi modal terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan
asumsi pertumbuhan tenaga kerja ditentukan secara eksogen dalam
pertumbuhan ekonomi, ia menjabarkan bahwa ketika stok modal tumbuh
dengan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dari pertumbuhan tenaga
kerja, maka jumlah pertambahan modal yang diciptakan oleh setiap tenaga
kerja akan meningkat.
Jika solow menjelaskan hubungan antar pertumbuhan ekonomi
dengan faktor tenaga kerja melalui pendekatan output perkapita, lain halnya
dengan simon Kuznets, menggunakan pendekatan pendapatan perkapita.
Kuznets menjabarkan adanya trade off antara pertumbuhan ekonomi dengan
distribusi yang merata dalam pendapatan perkapita. Kuznets juga
menekankan bahwa untuk mengukur formasi modal adalah tidak tepat dan
tidak efisien bila hanya kepada modal fisik dan modal tetap lainya.
Pemikiran yang hampir sama dikemukakan oleh Athur Lewis, dimana
struktur ekonomi dibagi atas sektor kapitalis dan sektor subsistem. Dalam
analisis Lewis digunakan asumsi dasar bahwa surplus tenaga kerja terjadi di
semua sektor terutama pada sektor subsistem. Lewis menyebutkan bahwa
sektor kapitalis menggunakan reproducible capital dan mendapatkan
keuntungan dari penggunaan faktor ini sedangkan sektor subsistem
menggunakan tenaga kerja tersendiri (family labor) dan tanah sebagai faktor
produksi utama. Tentang upah, pemikiran Lewis sejalan dengan pemikiran
28
Kuznets dimana upah pada sektor kapitalis ditentukan sebesar tingkat
pendapatan disektor subsistem.
Dari pemikiran Kuznets maupun Lewis tersebut tampak bahwa sektor
tradisonol atau sektor subsistem atau juga sektor pertanian memiliki peranan
yang cukup besar dalam proses pembangunan terutama dalam hal
menyerap tenaga kerja. Walaupun demikian dalam berbagi pemikiran
tersebut sektor pertanian seakan menjadi sektor yang sekunder dalam
pembangunan. Pemikiran Schultz menitikberatkan pembangunan pada
sektor pertanin. Schultz mengambil kesimpulan bahwa faktor manusia jauh
lebih dominan kontribusinya terhadap pembangunan pertanian dan
pembangunan ekonomi. Melalui uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
masalah yang paling mendasar dalam ketenagakerjaan dan pembangunan
ekonomi adalah supply-demand dalam pasar tenaga kerja (Sutanto, 1986).
2.1.3 Kebijakan Pembangunan Daerah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak
(tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip
dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.
Blakley (1994) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian
tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan
29
(kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan
usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang
memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi
kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang
sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa
kegiatan pada suatu masalah.
Jhingan (1993) mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri
masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli.
Maka untuk memahami istilah kebijakan, ia memberikan beberapa pedoman
sebagai berikut :
a. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan
b. Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari
administrasi.
c. Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan.
d. Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan.
e. Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai.
f. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit
maupun implisit.
g. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu.
h. Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi
dan yang bersifat intra organisasi.
30
i. Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-
lembaga pemerintah.
j. Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.
Blakley (1994), kebijakan harus dibedakan dengan kebijaksanaan.
Policy diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda aryinya dengan
wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan
pertimbangan-pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup
aturan-aturan yang ada di dalamnya.
Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson dalam Jhingan
(1993) dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang
sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau
dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga membedakan secara tegas antara
kebijakan (Policy) dengan keputusan (decision) yang mengandung arti
pemilihan diantara berbagai alternative yang ada.
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan adalah tidakan-tindakan atau kegiatan yang
sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau
pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya
pemilihan diantara berbagai alternative yang ada guna mencapai maksud
dan tujuan tertentu.
Lingkup studi kebijakan pemerintah sangat luas karena mencakup
berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum
31
dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkinya kebijakan pemerintah
data bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan
pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah
kabupaten/kota, dan keputusan bupati/wali kota.
Secara terminologi pengertian kebijakan pemerintah itu ternyata
banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya. Easton
dalam Jhingan (1993) memberikan defenisi kebijakan publik sebagai the
outhoritative allocasion of values for the whole society atau sebagai
pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat.
Pressman dan Widavsky dalam Mardiasmo (2002) mendefenisikan kebijakan
publik sebagai hipnotis yang mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-
akibat yang bisa diramalkan. Kebijakan publik itu harus dibedakan dengan
bentuk-bentuk kebijakan yang lain misalnya kebijakan swasta. Hal ini
dipengaruhi oleh keterlibatan faktor-faktor bukan pemerintah. Robert
Eyestone dalam Mardiasmo (2002) mendefenisikan kebijakan publik sebagai
“hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya. Banyak pihak
beranggapan bahwa defenisi tersebut masih terlalu luas untuk dipahami,
karena yang dimasud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal.
Menurut Leo Agustino dalam Mardiasmo (2002), ada dua karakteristik
dari kebijakan publik, yaitu :
32
a. kebijakan publik merupakan suatu yang mudah untuk dipahami, karena
maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai tujuan
nasional;
b. kebijakan publik merupakan suatu yang mudah diukur, karena ukurannya
jelas yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh.
Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan pemerintah ialah sejumlah
aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara
langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Thomas R Dye dalam Kamaludin (1998) mendefenisikan
bahwa kebijakan publik sebagai “ is whatever government choose to do or
not to do” (apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak
dilakukan). Defenisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah
mengenai perwujudan “tindakan” dan bukan merupakan pernyatan keinginan
pemerintah atau pejabat publik semata. Disamping itu pilihan pemerintah
untuk tidak melakukan sesuatu juga merupakan kebijakan publik karena
mempunyai pengaruh (dampak yang sama dengan pilihan pemerintah untuk
melakukan sesuatu.
Terdapat beberapa ahli yang mendefenisikan kebijakan publik sebagai
tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam merespon suatu krisis masalah
publik. Thomas R Dye dalam Kamaludin (1998) yang menyatakan bahwa
kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-
sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau
pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu
33
bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah
demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar
mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan.
Leo Agustino dalam Mardiasmo (2002) memberikan defenisi kebijakan
publik sebagai “ the autorative allocation of values for the whole society”.
Defenisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam system politik
(pemerintah) yang secara sah dapat berbuat esuatu pada masyarakatnya
dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu diwujudkan dalam pengalokasian nilai-nilai. Hal ini disebabkan
karena pemerintah termasuk ke dalam “authorities in a political system” yaitu
para penguasa dalam system politik yang terlibat dalam urusan system
politik sehari-hari dan mempunyai tanggung jawab dalam suatu masalah
tertentu dimana pada suatu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan
dikemudisn hari kelak diterima serta mengikat sebagian besar anggota
masyarakat selama waktu tertentu.
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau
tidak dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna
memecahkan masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik.
Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-
ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah
sehingga memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.
34
Terkait dengan kebijakan pembangunan daerah erat hubungannya
dengan kewenangan otonomi yang dimiliki pemerintah daerah. Glasson
(1990) mengatakan bahwa otonomi mempunyai makna kebebasan dan
kemandirian. Kebebasan terbatas atau kemandirian itu adalah wujud
pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan. Secara implisit
definisi otonomi tersebut mengandung dua unsur, yaitu ; adanya pemberian
tugas dalam arti sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan serta
kewenangan untuk melaksanakannya; dan adanya pemberian kepercayaan
berupa kewenangan untuk memikirkan dan menetapkan sendiri berbagai
penyelesaian tugas itu.
Dalam kaitannya dengan kewajiban untuk memikirkan dan
menetapkan sendiri bagaimana penyelesaian tugas penyelenggaraan
pemerintahan, Sinindhia dalam Glasson (1990), mengemukakan batasan
otonomi sebagai “…kebebasan bergerak yang diberikan kepada daerah
otomom dan memberikan kesempatan kepadanya untuk mempergunakan
prakarsanya sendiri dari segala macam keputusannya, untuk mengurus
kepentingan-kepentingan umum.”
Dari berbagai batasan tentang otonomi daerah tersebut di atas, dapat
dipahami bahwa sesungguhnya otonomi merupakan realisasi dari
pengakuan pemerintah bahwa kepentingan dan kehendak rakyatlah yang
menjadi satu-satunya sumber untuk menentukan pemerintahan negara.
Dengan kata lain otonomi menurut Ferdian (2007),”…… memberikan
35
kemungkinan yang lebih besar bagi rakyat untuk turut serta dalam
mengambil bagian dan tanggung jawab dalam proses pemerintahan”.
Manan dalam Ferdian, (2007) menjelaskan bahwa otonomi
mengandung tujuan-tujuan,yaitu:
a. Pembagian dan pembatasan kekuasaan. Salah satu persoalan pokok
dalam negara hukum yang demokratik, adalah bagaimana disatu pihak
menjamin dan melindungi hak-hak pribadi rakyat dari kemungkinan
terjadinya hal-hal yang sewenang-wenang. Dengan memberi wewenang
kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri,
berarti pemerintah pusat membagi kekuasaan yang dimiliki dan sekaligus
membatasi kekuasaanya terhadap urusan-urusan yang dilimpahkan
kepada kepala daerah.
b. Efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Adalah
terlalu sulit bahkan tidak mungkin untuk meletakkan dan mengharapkan
Pemerintah Pusat dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya
terhadap segala persoalan apabila hal tersebut bersifat kedaerahan yang
beraneka ragam coraknya. Oleh sebab itu untuk menjamin efisiensi dan
efektivitas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, kepada daerah
perlu diberi wewenang untuk turut serta mengatur dan mengurus
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam lingkungan rumah
tangganya, diharapkan masalah-masalah yang bersifat lokal akan
mendapat perhatian dan pelayanan yang wajar dan baik.
36
c. Pembangunan-pembangunan adalah suatu proses mobilisasi faktor-
faktor sosial, ekonomi, politik maupun budaya untuk mencapai dan
menciptakan perikehidupan sejahtera.
d. Dengan adanya pemerintahan daerah yang berhak mengatur dan
mengurus urusan dan kepentingan rumah tangga daerahnya, partisipasi
rakyat dapat dibangkitkan dan pembangunan benar-benar diarahkan
kepada kepentingan nyata daerah yang bersangkutan, karena merekalah
yang paling mengetahui kepentingan dan kebutuhannya.
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa : Otonomi daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Kebijakan otonomi daerah yang demikian itu merupakan kebijakan
Negara yang mendasari penyelenggaraan organisasi dan manajemen
pemerintahan daerah. Artinya, seluruh kebijakan dan kegiatan pemerintahan
serta kebijakan dan kegiatan pembangunan di daerah dilaksanakan menurut
arah kebijakan yang ditetapkan dalam kebijakan Negara tersebut.
Pelaksanaan otonomi daerah itu tentu saja bukan sekedar membincangkan
mekanisme bagaimana menterjemahkan tujuan-tujuan policy kepada
prosedur rutin dan teknik, melainkan lebih jauh daripada itu, melibatkan
berbagai faktor mulai dari faktor sumberdaya, hubungan antar unit
organisasi, tingkat-tingkat birokrasi sampai kepada golongan politik tertentu
37
yang mungkin tidak menyetujui policy yang sudah ditetapkan. Dengan
demikian, keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan dapat
dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau
mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumnya.
Sebaliknya keseluruhan proses implementasi kebijakan dapat dievaluasi
dengan cara mengukur atau membandingkan antara hasil akhir dari
program-program tersebut dengan tujuan-tujuan kebijakan.
Peran pemerintah dalam upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi
menurut Musgrave (1993) dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) golongan
besar, yaitu :
a. Peranan alokasi, yaitu mengalokasikan sumber-sumber ekonomi untuk
kepentingan umum dan individu. Pemerintah mengusahakan agar
sumber-sumber ekonomi digunakan secara efisien.
b. Peranan distribusi, yaitu untuk mengusahakan agar alokasi sumber-
sumber dilakukan secara efisien, disamping juga memiliki peranan
distribusi kekayaan atau pendapatan.
c. Peranan stabilisasi, yaitu menjaga stabilisasi perekonomian secara
makro, terutama menjaga, mengatur dan mengendalikan perekonomian
yang sepenuhnya diserahkan kepada swasta sangat peka terhadap
goncangan keadaan yang akan menimbulkan pengangguran, deflasi dan
inflasi.
Blakely (1994) mengemukakan akan pentingnya peran pemerintah,
dengan mengemukakan sejumlah faktor yang mempengaruhi pembangunan
38
daerah. Faktor-faktor tersebut adalah sumberdaya alam, tenaga kerja,
investasi modal, kewirausahaan, transportasi, komunikasi, komposisi sektor
industri, teknologi, pasar ekspor, situasi perekonomian internasional,
kapasitas pemerintah daerah, pengeluaran pemerintah dan dukungan
pembangunan.
Proses pembangunan tidak terjadi begitu saja, tetapi harus diciptakan
melalui intervensi pemerintah, melalui kebijakan-kebijakan yang mendorong
terciptanya proses pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan ada
tiga pertanyaan dasar yang perlu dijawab. Pertama, pembangunan perlu
diletakkan pada arah perubahan struktur. Kedua, pembangunan perlu
diletakkan pada arah pemberdayaan masyarakat dan memberikan ruang dan
kesempatan yang lebih besar kepada rakyat banyak untuk berpartisipasi
secara aktif dalam pembangunan. Ketiga, pembangunan perlu diletakkan
pada arah koordinasi lintas sektor mencakup program pembangunan antar
sektor, pembangunan antar daerah dan pembangunan khusus.
Strategi dan kebijakan pembangunan daerah merupakan rujukan bagi
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam melaksanakan pembangunan
sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Strategi pembangunan yang
diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Batang Hari melalui triple
strategy melalui pendekatan sektoral, spasial dan pendekatan manusia.
Melalui pendekatan sektoral pada intinya memperhatikan dan
memprioritaskan subsektor kunci yang berbasis pada sumberdaya tak
terbarukan (Non Renewable Resources). Dalam konteks ini Kabupaten
39
Batang Hari harus secepatnya memperesiapkan lokomotif ekonomi baru
berbasis sumberdaya terbarui (Renewable Resurces). Komitmen tentang
arti penting sektor pertanian harus ditempatkan kembali sebagai sektor
unggulan serta meningkatkan kinerjanya dalam pembangunan daerah
melalui program revitalisasi pertanian dengan tiga pendekatan yaitu pro-
growth, pro-poor, pro-job dan pro-environment (Anonim, 2011).
Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan ekonomi Kabupaten
Batang Hari disusun mengacu kepada visi pembangunan dalam karidor
waktu 2011-2016 yang berbunyi “Bangun Ekonomi Rakyat Lanjutkan
Pembangunan dengan Iman dan Pemerataan”. Visi tersebut yang
diterjemahkan ke dalam lima misi pembangunan, sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan menjalankan kebijakan
pembangunan ekonomi dengan prinsif-prinsif ekonomi kerakyatan;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan yang agamis, berakhlak mulia, yang
ditopang oleh kesadaran saling menghormati dan saling mendukung
antara ulama’ dan umaro;
c. Meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) termasuk
sumberdaya aparatur;
d. Meningkatkan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara
proforsional, efektif, efisien, akuntabel dan transparan melalui penerapan
reformasi birokrasi yang berkeadilan;
40
e. Meningkatkan penggalian potensi sumberdaya alam (SDA) sebagai
salah satu sumberdaya pembangunan, dengan prinsip berkelanjutan
serta menjaga kelestraian lingkungan dan keseimbangan ekosistem.
2.1.4 Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient (LQ) ini digunakan untuk mengetahui
apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau tidak. Menurut Arsyad
(1999), dasar pemikiran pentingnya LQ ini adalah economic base, yang
intinya bahwa akibat suatu industri menghasilkan barang dan jasa baik untuk
pasar di daerah maupun untuk pasar di luar daerah mengakibatkan arus
pendapatan ke daerah yang bersangkutan. Arus pendapatan ini
menyebabkan kenaikan konsumsi maupun kenaikan produksi atau investasi
di daerah itu yang pada gilirannya akan menaikkan lagi pendapatan dan
kesempatan kerja. Jika di daerah ini terdapat pengangguran, maka
kesempatan kerja yang baru dapat menampungnya. Bila tidak ada
pengangguran, maka daerah tadi mempunyai daya tarik bagi orang-orang
dari luar daerah yang mencari pekerjaan.
Bila nilai LQ > 1 menunjukkan sektor tersebut tergolong sektor basis.
Artinya sektor tersebut prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut, bila nilai
LQ = 1 memberikan indikasi sektor tersebut sama setingkat dengan sektor
yang sama pada wilayah yang setingkat lebih luas. Sedangkan nilai LQ < 1
memberikan indikasi sektor tersebut sektor non basis artinya kurang
menguntungkan untuk dikembangkan. Dengan demikian semakin tinggi nilai
41
nilai LQ dari suatu sektor, maka semakin tinggi pula keunggulan bagi daerah
itu untuk mengembangkan sektor tersebut lebih lanjut.
Richardson dalam Arsyad (1999) menyatakan, analisis Location
Quotient (LQ) ini mempunyai dua kelebihan, yaitu :
a. LQ memperhitungkan ekspor tidak langsung dan ekspor langsung.
Misalnya suatu pabrik baja mungkin menjual sebagian besar outputnya
kepada suatu pabrik mobil lokal yang mengekspor kendaraan-kendaraan
bermotor (mobil). Output baja memang dijual secara lokal, tetapi secara
tidak langsung dikaitkan dengan ekspor dan fakta ini akan diperlihatkan
oleh cara pendekatan LQ.
b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan kepada data histories untuk
mengetahui trend. Walaupun mengandung kelemahan-kelemahan,
namun metode LQ dapat menghasilkan suatu taksiran, barangkali
merupakan taksiran yang lebih rendah mengenai kegiatan basis.
2.1.5 Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)
Model analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) digunakan untuk
mengukur apakah suatu sektor basis akan tetap menjadi sektor basis pada
waktu-waktu yang akan datang. Menurut Arsyad (1999) metode LQ juga
memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
a. Selera atau pola konsumsi dari anggota masyarakat adalah berlainan,
baik antar daerah maupun dalam suatu daerah.
42
b. Tingkat konsumsi rata-rata untuk suatu jenis barang, untuk setiap daerah
berbeda. Artinya, konsumsi rata-rata bahan pakaian daerah A lebih
besar dari 1 tetapi daerah A ”mengimport” bahan pakaian, sedangkan
daerah B yang LQ industri bahan pakaian lebih kecil dari 1 namun
“mengeksport” bahan pakaian.
Bahan keperluan industri berbeda antar daerah, artinya daerah A
memakai benang tenun sintetis. Walaupun industri pemintalan kapas daerah
A mempunyai LQ lebih besar dari 1, akan tetapi daerah itu mungkin harus
mengimpor bahan tenun dari daerah B yang mungkin industri tekstil di
daerah B mempunyai LQ kurang dari 1. Sementara menurut Jhingan (1993),
kelemahan model LQ adalah bahwa model ini bersifat statis yang hanya
memberikan gambaran pada satu titik waktu. Artinya bahwa sektor basis
tahun ini belum tentu akan tetap menjadi sektor basis di waktu yang akan
datang. Sebaliknya sektor non basis pada saat ini mungkin akan menjadi
sektor basis di waktu yang akan datang. Selain itu, menurut analisis LQ
suatu sektor dinyatakan sebagai sektor basis jika produksi sektor tersebut
dapat memenuhi kebutuhan dalam wilayah dan untuk diekspor ke luar
wilayah penghasil. Padahal tidak seluruh nilai tambah sektor produknya
dalam bentuk yang dapat diiekspor ke luar wilayah.
Lebih lanjut dikatakan oleh Jhingan (1993) bahwa, untuk menutupi
kelemahan model LQ di atasi dengan menggunakan varians dari LQ yang
disebut Dynamic Location Quotient (DLQ). DLQ dugunakan dengan
mengintroduksikan laju pertumbuhan dengan asumsi bahwa setiap nilai
43
tambah sektoral maupun PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan per
tahun sendiri-sendiri selama kurun waktu tahun awal dan tahun berjarak.
2.1.6 Analisis Korelasi Pearson
Untuk menganalisis hubungan antara pertumbuhan sektor unggulan
dengan penyerapan tenaga kerja dapat dilakukan dengan analisis Korelasi
Pearson. Salah satu tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih suatu
fenomena atau kejadian. Usaha-usaha untuk mengukur hubungan ini
dikenal sebagai mengukur asosiasi (Abdurahman, 2011).
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu
teknik pengukuran asosiasi (measures of association). Pengukuran asosiasi
merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam
statistika bivarat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara
dua variabel.
Analisis korelasi sederhana diartikan sebagai suatu analisis data yang
bermaksud untuk melihat hubungan antara dua variabel. Tujuan
dilakukannya analisis korelasi antara lain: (1) untuk mencari bukti terdapat
tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel, (2) bila sudah ada hubungan,
untuk melihat besar kecilnya hubungan antar variabel, dan (3) untuk
memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti
(meyakinkan atau signifikan) atau tidak berarti (tidak meyakinkan).
44
Hal yang perlu dipahami dalam analisis korelasi adalah konsep atau
teori yang melandasi terdapatnya hubungan antar variabel tidak jelas atau
bahkan tidak ada. Oleh karena itu hubungan antara variabel-variabel yang
diteliti, tidak memberikan persyaratan yang memadai untuk menetapkan
hubungan kausalitas ke dalam variabel-variabel tersebut. Hal ini berarti
dalam analisis korelasi tidak dikenal istilah variabel bebas dan variabel
terikat. Biasanya dalam perhitungan digunakan symbol X untuk variabel
pertama dan symbol Y untuk variabel kedua. Oleh karena itu dalam analisis
korelasi, tidak dikenal istilah koefisien determinasi, sehingga kita tidak bisa
mengatakan bahwa variabel X memberikan pengaruh terhadap variabel Y
sekian persen atau variabel X memberikan kontribusi terhadap variabel Y
sekian persen.
Ciri lain yang menunjukkan bahwa dalam analisis korelasi tidak
dikenal istilah variabel bebas dan variabel terikat adalah garis dengan dua
anak panah yang menunjukkan hubungan antara variabel X dan variabel Y,
sehingga analisis korelasi tidak dapat digunakan secara valid untuk melihat
adanya hubungan kausalitas dalam variabel-variabel, bahwa variabel X
mempengaruhi variabel Y.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berbagai kajian akademis dan studi empiris telah banyak dilakukan
dalam rangka mengidentifikasi sektor-sektor unggulan sebagai sektor basis
yang dapat menggerakkan sektor-sektor lain beserta pengaruhnya terhadap
45
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Penelitian dan kajian tersebut akan
menjadi rujukan komparasi pendekatan analisis dan bahasan dalam
penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan Pahrudin (2010) tentang Analisis Potensi
Ekonomi dan Typologi Pertumbuhan Antar Daerah di Provinsi Jambi, dengan
menggunakan Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Dynamic Location
Quotient (DLQ), Analisis Shift-Share dan Analisis Typologi Klassen, data
yang digunakan adalah PDRB Provinsi Jambi periode 2000-2008.
Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Bungo menunjukkan
bahwa dari sembilan sektor ekonomi, enam sektor mempunyai nilai LQ lebih
besardari satu, yaitu Sektor Pertanian(1,43), Sektor Bangunan (1,33), Sektor
Perdagangan, Hotel dan restoran (1,10), Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi (1,03), Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
(1,24) serta Sektor Jasa-jasa (1,03).
Dengan demikian keenam sektor ini dikategorikan sebagai sektor
basis di Kabupaten Bungo. Hal ini menunjukkan keenam sektor ini di
Kabupaten Bungo lebih menonjol dibandingkan dengan sektor yang sama di
Provinsi Jambi dan sebagai petunjuk bahwa daerah Kabupaten Bungo
surplus akan produk tersebut dan mengekspornya ke daerah lain.
Subsektor basis dari sektor pertanian adalah : subsektor tanaman
bahan makanan (1,02), subsektor peternakan dan hasil-hasilnya (1,53), dan
subsektorkehutanan(1,52). Subsektor basis dari sektor perdagangan, hotel
46
dan restoran adalah subsektor restoran (1,46). Subsektor basis dari sektor
pengangkutan dan komunikasi adalahsubsektor komunikasi (1,05), yakni
jasa penunjang komunikasi (2,34). Subsektor basis dari sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan adalah subsektor sewa bangunan (1,49).
Subsektor basis dari sektor jasa-jasa adalah subsektor swasta (1,66), yakni
jasa swasta sosial kemasyarakatan (1,01).
Lahmudin (2010) melakukan penelitian tentang pergeseran struktural
Kabupaten Sarolangun periode 2004-2008, dengan penggunakan Analisis
Location Quotient (LQ), Indeks Spesialisasi dan Shift-Share. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis
atau yang menjadi pengaruh ekonomi Kabupaten Sarolangun dan memiliki
indeks spesialisasi terbesar, disamping itu pergeseran struktur ekonomi
selama lima tahun terakhir masih didominasi oleh sektor pertanian.
Selanjutnya Katamso (2004) dalam penelitiannya di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat tentang Analisis Sektor Unggulan Dalam Rangka
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Provinsi Jambi dengan menggunakan model analisis Location Quotient (LQ)
untuk mengetahui sektor unggulan mana yang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Hasil
perhitungan Location Quotient (LQ) dari penelitian tersebut menunjukkan :
a. Sektor yang bernilai LQ > 1 dalam periode 1999-2003 hanya didominasi
oleh dua sektor, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Kedua sektor tersebut merupakan
47
sektor unggulan atau sektor basis di Kabupaten tanjung Jabung Barat.
Sektor industri pengolahan dalam kurun waktu 1999-2003 memiliki rata-
rata koefisien Location Quotient (LQ) 2,82. Kondisi ini menunjukkan
betapa besar dan dominannya peran sektor industri pengolahan
terhadap pembangunan ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Begitu pula sektor perdagangan, hotel dan restoranselama kurun waktu
1999-2003 memiliki rata-rata koefisien Location Quotient (LQ) 1,057.
b. Dalam periode 1999-2003, sektor lain seperti pertanian, pertambangan
dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, bangunan, pengangkutan dan
komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, jasa-jasa
memiliki koefisien Location Quotient (LQ) < 1. Hal ini berarti sektor
tersebut belum mampu untuk mengekspor dan belum mampu memenuhi
kebutuhan di daerah studi atau dengan kata lain bahwa sektor tersebut
lebih kecil dibanding dengan sektor yang sama di Provinsi Jambi secara
keseluruhan.
Berdasarkan berbagai hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas,
tentu saja tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat beberapa persamaan yang
tidak dapat dihindari, seperti pengambilan referensi dari peneliti-peneliti
sebelumnya sebagai bahan masukan dalam penelitian ini. Namun perlu
ditegaskan bahwa periode penelitian dan lokasi penelitian akan berbeda
dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
48
1.3 Kerangka Pemikiran
Pembangunan daerah merupakan segala usaha yang dilakukan
secara sadar oleh pemerintah bersama masyarakat melalui proses dan
mekanisme perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan
sumberdaya yang terbatas. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu
disertai dengan pertumbuhan. Oleh karena itu, untuk melihat kinerja
pembangunan ekonomi daerah salah satu tolak ukurnya adalah
pertumbuhan ekonomi.
Pembentukan struktur perekonomian untuk mencapai peningkatan
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah didukung oleh banyak sektor. Namun
demikian, dari beberapa sektor itu terdapat sektor yang menjadi andalan
dalam pembentukan struktur perekonomian daerah. Sektor itu disebut sektor
basis.
Sektor basis merupakan sektor yang porspektif (menguntungkan)
untuk dikembangkan lebih lanjut di suatu daerah. Adalah sangat pentig
mengetahui sektor basis di suatu daerah untuk pengambilan kebijakan dalam
perencanaan pembangunan daerah. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian sektor mana yang merupakan sektor basis, di antaranya
menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Dynamic
Location Quotient (DLQ).
49
Kontribusi suatu sektor atau subsektor ekonomi basis dalam
perekonomian daerah (terutama pada kegiatan ekspor) akan terlihat dalam
komposisi PDRB daerah tersebut. Peningkatan kontribusi suatu sektor basis
dalam komposisi PDRB berimplikasi terhadap investasi dan peningkatan
kesempatan kerja sebagai dampakdari pengembangan sektor basis tersebut.
Keberhasilan pengembangan sektor basis dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dengan indikasi distribusi PDRB yang dihasilkan.
Dengan demikian sektor basis merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah meskipun sektor non
basis tidak boleh luput dari perhatian, karena ada potensi pula untuk
menyerap tenaga kerja pada masa yang akan datang. Perkembangan
sektor basis suatu daerah berdampak terhadap terbentuknya lapangan kerja
yang berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja pada sektor itu.
Kemudian untuk kinerja pembangunan daerah, juga sangat ditentukan
oleh kebijakan pembangunan daerah dalam percepatan pembangunan
ekonomi yang berbasis pada keunggulan daerah, disamping itu pertumbuhan
ekonomi tersebut dapat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat secara
merata. Oleh karena pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan visi
dan misi yang tertuang dalam dokumen perencanaan daerah, maka
kebijakan pembangunan daerah akan tergambar dari program dan kegiatan
yang dilaksanakan oleh masing-masing lembaga teknis daerah, termasuk
program dan kegiatan yang mendorong pertumbuhan sektor basis daerah.
50
Berdasarkan alur pikir di atas, maka pembangunan daerah yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dibutuhkan kinerja
pembangunan ekonomi daerah yang menghasilkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kinerja pemerintah daerah dalam
memacu pertumbuhan ekonomi tercermin dalam kebijakan dan program
kegiatan, khususnya dalam mendorong pertumbuhan sektor basis. Sesuai
dengan tiga stragi pokok pembangunan yaitu meningkatkan pertumbuhan,
menekan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja, maka kebijakan
pembangunan daerah yang tercermin dari program kegiatan pembangunan
mestinya memiliki tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan melalui
tiga strategi ini. Oleh karena itu, analisis terhadap sektor ekonomi yang
menjadi basis bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batang Hari
diperlukan dalam rangka untuk menentukan kebijakan pembangunan daerah
dalam hubungannya dengan penyerapan tenaga kerja. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan perekonomian yang berbasis pada keunggulan
daerah Batang Hari.
Dalam penelitian ini, untuk melihat apakah suatu sektor ekonomi
menjadi sektor basis atau non basis dilakukan melalui analisis Location
Quotient (LQ) dan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ). Sementara
untuk mengetahui hubungan korelasi antara pertumbuhan sektor dengan
tingkat penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut, menggunakan analisis
Korelasi Pearson. Kerangka pemikiran konseptual tersebut dituangkan
dalam bentuk skema pada gambar berikut ini.
51
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pemikiran
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka
pemikiran yang dikembangkan sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis
yaitu :
a. Diduga sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri dan
pengolahan dan sektor jasa-jasa sebagai sektor basis yang layak
dikembangkan di Kabupaten Batang Hari.
b. Diduga terdapat hubungan yang positif dan kuat antara pertumbuhan
sektor basis dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor unggulan
Kabupaten Batang Hari.
Pertumbuhan EkonomiBatang Hari
Penyerapan TenagaKerja
LQ & DLQ
Sektor BasisKorelasi Pearson
Kebijakan PemerintahDaerah
PDRB
Sektor Non Basis
52
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library
research). Penelitian dengan metode ini secara teori dapat dibenarkan.
Menurut Singarimbun (1995), analisis terhadap data yang telah dilaporkan
oleh suatu badan organisasi dimana badan atau organisasi itu sendiri tidak
langsung mengumpulkan, melainkan diperoleh dari pihak lain yang telah
mengumpulkan terlebih dahulu dan menerbitkannya.
3.2. Jenis dan Sumber Data
3.2.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data data yang berasal dari survey yang telah
diproses dan kemudian dianalisa lebih lanjut sehingga dapat menghasilkan
sesuatu yang berguna (Singarimbun, 1995). Data sekunder diambil dari
instansi dan kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
Data yang diolah dan dianalisis dikumpulkan berupa rangkaian masa (time
series) selama sepuluh tahun terakhir dalam kurun waktu 2003-2012 yang
terdiri dari :
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batang Hari atas
dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha Tahun 2003-2012.
53
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 tahun 2003-2012.
c. Penyerapan tenaga kerja Kabupaten Batang Hari per sektor tahun 2003-
2012.
d. Kebijakan pembangungan Daerah Kabupaten Batang Hari Tahun 2011 –
2016.
3.2.2. Sumber Data
Data sekunder yang digunakan berasal dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Batang Hari, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang Hari, Dinas Sosial,
Transimigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Batang Hari serta instansi terkait
lainnya.
3.3. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif
yaitu analisis yang dilakukan berdasarkan perkembangan data untuk melihat
perkembangan perekonomian melalui tabulasi, tabel-tabel, grafik dan
diagram. Selain itu juga menggunakan metode kuantitatif yang meliputi
Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)
dan Analisis Korelasi Pearson. Untuk lebih jelasnya masing-masing model
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
54
3.3.1. Analisis Location Quotient (LQ) dan Dynamic Location Quotient(DLQ)
Analisis LQ dan DLQ digunakan untuk menjawab masalah hipotesis
pertama. Model analisis LQ digunakan untuk melihat apakah suatu sektor
merupakan sektor basis atau tidak di Kabupaten Batang Hari. Sementara
DLQ digunakan untuk melihat apakah suatu sektor yang saat ini dinyatakan
sebagai sektor basisi, pada tahun-tahun berikutnya juga akan menjadi sektor
basis. Kedua model analisis ini hasilnya dapat dijadikan dasar bagi langkah-
langkah pengambilan kebijakan pembangunan ekonomi di Kabupaten
Batang Hari.
Teknis perhitungan LQ adalah dengan membandingkan persentase
laju pertumbuhan masing-masing sektor dalam PDRB Kabupaten Batang
Hari dengan persentase laju pertumbuhan sektor yang sama pada PDRB
Provinsi Jambi, dengan formulanya sebagai berikut :
Dimana :
LQ = Location Quottent sektor I di Kabupaten Batang Hari
EiR = Nilai Tambah Bruto sektor i di Kabupaten Batang Hari
EiN = Nilai Tambah Bruto sektor i di Provinsi Jambi.
ER = Nilai Tambah Kabupaten Batang Hari
EN = Nilai Tambah Provinsi Jambi.
55
Hasil perhitungan LQ dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor
yang potensial, yaitu :
a. Bila nilai LQ > menunjukkan bahwa sektor tersebut tergolong sektor
potensial. Artinya sektor tersebut prospektif untuk dikembangkan lebih
lanjut.
b. Bila nilai LQ = 1 memberikan indikasi sektor tersebut sama setingkat
dengan sektor yang sama pada wilayah yang setingkat lebih luas (kondisi
seimbang).
c. Bila nilai LQ < 1 memberikan indikasi sektor tersebut kurang potensial
dan kurang menguntungkan untuk dikembangkan.
Dengan demikian semakin tinggi nilai LQ dari suatu sektor, maka
semakin tinggi pula keunggulan bagi daerah itu untuk mengembangkan
sektor tersebut lebih lanjut. Untuk melihat pergeseran sektor unggulan di
masa yang akan datang digunakan foumula Dynamic Locationa Quotient
(DLQ) sebagai berikut :
Dengan penjelasan :
IPPSij = Indeks potensi perkembangan sektor i di daerah KabupatenBatang Hari
IPPSi = Indeks potensi perkembangan sektor i di daerah Provinsi Jambi
gij = Laju pertumbuhan sektor i di Kabupaten Batang Hari
56
Gi = Laju pertumbuhan sektor i di wilayah Provinsi Jambi
gj = Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten BatangHari
G = Rata-rata laju pertumbuhan di wilayah Provinsi Jambi
Kemungkinan nilai DLQ yang diperoleh adalah :
a. Jika DLQ > 1, maka sektor ini mempunyai potensi perkembangan lebih
cepat dibanding daerah kabupaten lain dalam wilayah Provinsi Jambi.
b. Jika DLQ < 1, maka sektor ini mempunyai potensi perkembangan lebih
lambat dibanding daerah kabupaten lain dalam wilayah Provinsi Jambi.
c. Jika DLQ = 1, maka sektor ini mempunyai potensi perkembangan sama
cepat dibanding daerah kabupaten lain dalam wilayah Provinsi Jambi.
3.3.2. Analisis Korelasi Pearson
Model analisis Korelasi Person digunakan untuk menguji hipotesis
kedua, yaitu untuk melihat hubungan antara pertumbuhan sektor unggulan
dengan penyerapan tenaga kerja.
Analisis Korelasi Person merupakan salah satu bentuk model untuk
mengukur Koefisien korelasi untuk dua buah variabel X dan Y yang kedua-
duanya memiliki tingkat pengukuran interval, dapat dihitung dengan
menggunakan korelasi product moment atau Product Moment Coefficient
(Pearson’s Coefficient Of Correlation) yang dikembangkan oleh Karl Pearson
(Abdurahman, 2011). Koefisien korelasi product moment dapat diperoleh
dengan rumus sebagai berikut:
57
Dengan penjelasan :
xy = Nilai korelasi antara variabel x dan y
n = Jumlah sampel penelitian
∑X = Jumlah keseluruhan nilai variabel X
∑Y = Jumlah keseluruhan nilai variabel Y
Nilai koefisien korelasi r berkisar antara -1 sampai +1 dengan kriteria
pemanfaatan sebagai berikut :
a. Jika nilai r > 0 artinya telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu
makin besar nilai variabel X makin besar pula nilai variabel Y.
b. Jika nilai r < 0 artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif, yaitu
makin kecil nilai variabel X maka makin besar nilai variabel Y.
c. Jika nilai r = 0 artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X
dengan variabel Y.
d. Jika nilai r = 1 atau r = -1 artinya telah terjadi hubungan liniar sempurna
yaitu berupa garis lurus, sedangkan untuk nilai r yang makin mengarah
ke angka 0 maka garis makin tidak lurus.
Kegunaan uji pearson product moment (PPM) atau analisis korelasi
adalah untuk mencari hubungan variabel X dengan variabel Y dan data
58
berbentuk interval dan ratio. Karena sangat mudah dalam pengerjaan, maka
uji ini lebih terkenal dengan analisis korelasi pearson product moment.
Korelasi PPM dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak
lebih dari harga (-1 ≤ r ≥ +1) apabila r = -1 artinya korelasinya negatif
sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya
sempurna positif (sangat kuat). Sedangkan harga r akan dikonsultasikan
dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut :
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat lemah0,20 – 0,399 Rendah0,40 – 0,599 Cukup kuat0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : Abdurahman, 2011.
3.4. Operasionalisasi Variabel
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah PDRB Kabupaten
Batang Hari atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha
melalui pendekatan produksi dalam periode tahun 2003 sampai dengan
tahun 2013 dalam satuan jutaan rupiah.
b. Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terserap pada
sektor unggulan di Kabupaten Batang Hari dalam periode tahun 2003
sampai dengan tahun 2012 dalam satuan orang.
59
c. Sektor ekonomi potensial/unggulan adalah sektor yang mengalami
surplus barang dan jasa, yaitu sanggup dan mampu melayani
permintaan pasar baik domestik maupun luar (regional, nasional atau
internasional) Tahun 2003-2012.
60
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografis dan Demografi
Secara geografis wilayah Kabupaten Batang Hari terletak di bagian
Timur Provinsi Jambi antara 1˚15 Lintang Selatan sampai dengan 2˚2
Lintang Selatan dan di antara 102˚ 30 Bujur Timur sampai dengan 104˚ 30
Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Batang Hari ini berbatasan dengan;
sebelah Utara dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Muaro Jambi,
Sebelah Timur dengan Kabupaten Muaro Jambi, sebelah Selatan dengan
Provinsi Sumatra Selatan, Kabupaten Sarolangun, dan Kabupaten Muaro
Jambi, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tebo.
Wilayah kabupaten ini beriklim tropis dengan tingkat elevasi sebagian
besar (92,67%) terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian 11-100 meter
di atas permukaan laut dan sekitar 7,33% lainnya berada pada ketinggian
101-500 meter di atas permukaan laut.
Secara yuridis Kabupaten Batang Hari dibentuk dengan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom dalam
lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah dengan luas wilayah 5.809,43
Km2 yang secara administratif dibagi dalam 8 (delapan) kecamatan, 13
kelurahan dan 100 desa, dengan rincian sebagai berikut :
a. Maro Sebo Ulu, luas 1.280,935 Km2 dengan ibu kota Simpang Sungai
Rengas, terdiri dari 13 desa dan 1 kelurahan.
61
b. Mersam, luas 790,818 Km2 dengan ibu kota Kembang Paseban, terdiri
dari 15 desa dan 1 kelurahan.
c. Batin XXIV, luas 898,130 Km2 dengan ibu kota Muara Jangga, terdiri dari
14 desa dan 2 kelurahan.
d. Muara Tembesi, luas 383,697 Km2 dengan ibu kota Muara Tembesi,
terdiri dari 11 desa dan 2 kelurahan.
e. Muara Bulian, luas 555,860 Km2 dengan ibu kota Muara Bulian, terdiri
dari 15 desa dan 5 kelurahan.
f. Bajubang, luas 552,920 Km2 dengan ibu kota Bajubang, terdiri dari 8
desa dan 1 kelurahan.
g. Maro Sebo Ilir, luas 303,980 Km2 dengan ibu kota Terusan, terdiri dari 7
desa.
h. Pemayung, luas 1.038,490 Km2 dengan ibu kota Jembatan Mas, terdiri
dari 17 desa dan 1 kelurahan.
Jumlah penduduk Kabupaten Batang Hari pada tahun 2012 sebanyak
252.731 jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 2,33% dan tingkat
kepadatan 44 jiwa per KM2. Rasio jenis kelamin (laki-laki dibandingkan
perempuan) penduduk Kabupaten Batang Hari pada tahun 2012 adalah 105
(di atas 100). Ini berarti, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada
penduduk perempuan yaitu 51,11% penduduk laki-laki dan selebihnya 48,9%
penduduk perempuan.
62
Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Muara Bulian,
sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan Maro Sebo Ilir.
Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap
tahun tersebut tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk.
Kecamatan Muara Bulian yang wilayahnya hanya 7,2%, dihuni sebanyak
22,98% dari seluruh penduduk Kabupaten Batang Hari. Kecamatan
Bajubang yang memiliki luas 20,73% hanya dihuni 14,84% penduduk
Kabupaten Batang Hari.
Tabel 4.1Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di
Kabupaten Batang Hari Tahun 2012
KecamatanLuas Penduduk (orang) Kepadatan
Penduduk(orang/
km2)KM2 % Jumlah %
1. Mersam 801,90 13,81 27.220 10,77 34
2. Maro Sebo Ulu 906,33 15,61 31.031 12,28 34
3. Batin XXIV 904,14 15,58 26.632 10,54 29
4. Muara Tembesi 419,77 7,23 28.791 11,39 69
5. Muara Bulian 417,97 7,20 58.082 22,98 139
6. Bajubang 1.203,51 20,73 37.512 14,84 317. Maro Sebo Ilir 129,06 2,22 12.737 5,04 99
8. Pemayung 1.022,15 17,61 30.726 12,16 30
Jumlah 5.804,83 100,00 252.731 100,00 44
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013
Tingkat kepadatan penduduk terendah pada tahun 2012 terdapat di
Kecamatan Batin XXIV sebesar 29 jiwa per KM2 dan tertinggi pada
63
Kecamatan Muara Bulian, 139 orang per KM2. Peta persentase luas wilayah
per kecamatan di Kabupaten Batang Hari dapat dilihat dari gambar berikut.
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013
Gambar 4.1.Peta Persentase Luas Wilayah per Kecamatan dalam
Kabupaten Batang Hari Tahun 2012
4.2. Angkatan Kerja
Pembangunan ekonomi suatu daerah mestinya akan merangsang
kesempatan kerja. Atau sebaliknya, kemajuan pada aspek ketenagakerjaan
dalam bentuk penyerapan tenaga kerja pada suatu sektor akan berimplikasi
terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu fungsi pemerintah adalah
merangsang pertumbuhan lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan
peluang penyerapan tenaga kerja untuk memacu pertumbuhan ekonomi
daerah pada setiap sektor.
64
Kabupaten Batang Hari sampai dengan akhir tahun 2012
berpenduduk 251.731 jiwa. Sebesar 69,37% atau 175.323 jiwa berada
pada usia di atas 15 tahun. Dari 175.323 jiwa tersebut meliputi Angkatan
Kerja (economically active) sebanyak 114.155 jiwa atau sekitar 45,17% dan
61.168 jiwa atau 24,20% tergolong Bukan Angkatan Kerja (Non
Economically Active).
Tabel 4.2.Jumlah Penduduk Berusia di Atas 15 Tahun Kabupaten Batang Hari
Tahun 2012
No Kegatan Utama Jumlah (Jiwa) Persen(%)
1 Angkatan Kerja : 114.155 45,17a. Bekerja (Working) 110.657 43,78b. Tidak Bekerja (Non Working) 3.498 1,39
2 Bukan Angkatan Kerja (sekolah,mengurus rumah tangga, danlainnya)
61.168 24.20
Jumlah 175.323 69,37Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013
Tabel 4.2 di atas menunjukan, angkatan kerja yang bekerja di
Kabupaten Batang Hari pada tahun 2012 berjumlah 110.657 jiwa atau sekitar
43,78%, sebahagian besar diserap pada lapangan usaha sektor primer
sebanyak 77.854 jiwa atau 70,36%, dan sektor tersier menyerap 23.105 jiwa
atau 20,88%. Sementara lapangan usaha sektor skunder hanya menyerap
8,76% atau sebesar 9.698 jiwa. Fakta ini mengindikasikan bahwa sektor
primer yang terdiri dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan sektor
65
pertambangan masih mendominasi aktivitas perekonomian daerah
Kabupaten Batang Hari.
Secara kumulatif selama sepuluh tahun terakhir sejak 2003 – 2012,
perkembangan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Batang Hari relatif
berpluktuatif. Dari tahun 2003 sampai dengan 2006 jumlah serapan tenaga
kerja naik dari 80.440 jiwa menjadi 104.771 jiwa. Pada tahun 2007 turun
kembali menjadi 83.486 jiwa. Dari tahun 2007 sampai 2010 naik cukup
siginfikan menjadi 117.970 jiwa. Kemudian dalam tiga tahun terakhir dari
tahun 2010 sampai dengan 2012 cenderung turun menjadi 110.657 jiwa.
Secara rinci jumlah penyerapan tenaga kerja selama sepuluh tahun terakhir
dari tahun 2003 – 2012 dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.3 dan
berikut ini.
Sumber : BPS Kabupaten Batang HariGambar 4.2.
Grfik Persentase Penyerapan Tenaga Kerja per Sektordi Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 – 2012
66
Tabel 4.3.Jumlah dan Persentase Penyerapan Tenaga Kerja per Sektor
di Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 – 2012
No SEKTOR JUMLAH PENYERAPAN TENAGA KERJA/TAHUN (JIWA / %)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
I PRIMER
1Pertanian,Kehutanan,Perkebunan,Perikanan
62,250 69,523 75,053 81,023 52,721 65,185 62,406 76,006 77,627 75,370
2 Pertambangan 2,256 2,332 2,450 2,574 831 845 1,697 1,653 2,066 2,484Jumlah(Jiwa) 64,506 71,855 77,503 83,597 53,552 66,030 64,103 77,659 79,693 77,854
Persen (%) 80.19 81.33 80.67 79.79 64.14 67.74 63.12 65.83 70.89 70.36
II SKUNDER
1 IndustriPengolahan 5,338 5,537 5,637 5,739 1,973 2,005 4,029 3,925 4,905 5,898
2 Listrik, Gas,dan Air 115 119 125 131 42 43 87 84 105 127
3 Bangunan 3,335 3,448 4,580 6,084 1,228 1,249 2,509 2,444 3,054 3,673
Jumlah 8,788 9,104 0,342 11,954 3,243 3,297 6,624 6,453 8,064 9,698Persen (%) 10.92 10.30 10.77 11.41 3.88 3.38 6.52 5.47 7.17 8.76
III TERSIER
1
Perdaganganbesar, eceran,RumahMakan danHotel
3,174 3,283 3,384 3,488 11,379 14,397 13,698 15,043 10,958 10,266
2Angkutan,Pergudang-an, dankomunikasi
215 222 231 240 1,849 1,742 926 1,017 741 694
3
Keuangan,Asuransi,UsahaPersewaanBangunan,Tanah, danJasaPerusahaan
536 554 560 566 4,614 4,344 2,312 2,539 1,849 1,732
4JasaKemasyara-katan
3,221 3,330 4,050 4,926 8,849 7,671 13,894 15,259 11,114 10,413
Jumlah 7,146 7,389 8,225 9,220 26,691 28,154 30,830 33,858 24,662 23,105
Persen (%) 8.88 8.36 8.56 8.80 31.97 28.88 30.36 28.70 21.94 20.88
TOTAL 80.440 88.348 88.348 104.771 83.486 97.481 101.557 117.970 112.419 110.657
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari (data diolah)
67
Tabel 4.3 di sebelah menunjukkan bahwa jika dilihat dari
perkembangann penyerapan tenaga kerja per sektor dalam sepuluh tahun
terakhir, ternyata sektor primer mengalami peningkatan jumlah dari 64.506
jiwa pada tahun 2003 menjadi 77.854 jiwa di tahun 2012. Namun secara
kualitatif turun dari 80,19% menjadi 70,36%. Hal yang sama terjadi pada
sektor skunder yang jumlah serapannya naik dari 8.788 jiwa menjadi 9.698
jiwa dan secara kualitatif turun dari 10,92% menjadi 8,76%. Sementara
penyerapan tenaga kerja pada sektor tersier justru mengalami peningkatan
yang signifikan dari 7.146 jiwa menjadi 23.105 jiwa dan secara kualitatif juga
meningkat dari 8,88% menjadi 20,88%.
4.3. Pertumbuhan Ekonomi
Pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang Hari
sebesar 7,11% (y-o-y), menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 7,90%n (y-o-y). Penurunan ini disebabkan oleh situasi
perekonomian dunia internasional. Laju pertumbuhan beberapa sektor/
subsektor mengalami perlambatan, seperti subsektor pertambangan non
migas khususnya komoditas batu bara yang mengalami penurunan harga di
pasar internasional. Penurunan harga ini berpengaruh pula terhadap
penurunan produksi.
Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut terjadi pada beberapa
sektor di antaranya listrik, gas dan air; perdagangan, hotel dan restoran;
pengangkutan dan komunikasi; serta jasa-jasa.
68
Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan terutama
subsektor tanaman perkebunan masih merupakan subsektor yang berperan
besar terhadap pertumbuhan PDRB Kabupaten Batang Hari tahun 2012
(15,64% dari total PDRB ADHK 2000). Selain itu, sektor perdagangan, hotel
dan restoran terutama subsektor perdagangan besar dan eceran juga
memiliki kontribusi yang besar terhadap PDRB, pada Tahun 2012 sebesar
23,62% dari total PDRB ADHK 2000. Jika PDRB dihitung tanpa
memasukkan subsektor minyak dan gas bumi, pertumbuhan PDRB
Kabupaten Batang Hari tahun 2012 mencapai 7,10%.
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013
Gambar 4.3.Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Batang Hari
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2012
Besaran Sumber Pertumbuhan (Source of Growth/SoG) digunakan
untuk memperlihatkan kontribusi masing-masing sektor terhadap laju
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Untuk mendapatkan angka sumber
69
pertumbuhan, laju pertumbuhan ekonomi ditimbang dengan masing-masing
share sektor. Sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2012
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 2,19%, disusul sektor
jasa-jasa yaitu 1,54% dan sektor pertanian yang memiliki sumber
pertumbuhan sebesar 1,21%.
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013
Gambar 4.4.Grafik Sumber Pertumbuhan PDRB Kabupaten Batang Hari Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2012
Pada tahun 2012, sektor pertambangan dan penggalian merupakan
sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 10,39% dari tahun
sebelumnya. Angka ini dominan dipengaruhi oleh pertumbuhan subsektor
pertambangan tanpa gas, terutama komoditas batubara, yang mencapai
17,48%. Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian masih cukup
tinggi yang didukung oleh volume ekspor migas dan nonmigas, khususnya
batubara, meskipun pada tahun 2012 banyak usaha yang mengurangi
produksinya, bahkan sebagian berhenti bereksploitasi untuk sementara
waktu.
70
Meskipun demikian, secara makro ternyata hal ini tidak berpengaruh
terhadap perekonomian Kabupaten Batang Hari, karena peran sektor ini
terhadap perekonomian hanya sekitar 10% sehingga secara global
penurunan nilai tambah bruto sektor ini tidak terlalu berdampak terhadap
perekonomian Kabupaten Batang Hari.
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013
Gambar 4.5.Grafik Laju Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas dan Air,
Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi serta Sektor Jasa-jasaTahun 2008-2012
Sementara itu, laju pertumbuhan kedua terbesar adalah sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, yaitu sebesar 9,17%. Laju
pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran berada di urutan
ketiga, dengan laju pertumbuhan sebesar 9,06%. Fenomena ini
menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Batang Hari didorong oleh
sektor tersier.
Pertumbuhan nilai tambah sektor jasa berada di urutan keempat
dengan 9,02%. Pertumbuhan nilai tambah sektor jasa yang berasal dari
71
pemerintah sebesar 9,18%, lebih tinggi bila dibandingkan dengan
pertumbuhan nilai tambah dari pihak swasta sebesar 6,19%.
Secara umum, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi
sedikit melambat bila dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 9,49% pada
tahun 2011 menjadi 7,51% pada tahun 2012. Perlambatan ini disumbang
oleh perlambatan laju pertumbuhan subsektor pengangkutan maupun
komunikasi.
Pada subsektor komunikasi, terjadi perlambatan, baik di sektor pos
dan telekomunikasi maupun jasa penunjang komunikasi. Laju pertumbuhan
subsektor pengangkutan juga mengalami perlambatan hampir di semua sub
subsektornya, kecuali sub subsektor angkutan sungai dan penyeberangan,
yang mengalami percepatan laju pertumbuhan. Percepatan ini didorong oleh
semakin maraknya penggunaan sarana angkutan sungai, terutama untuk
keperluan pengangkutan hasil tambang batubara. Pengangkutan batubara
melalui jalur sungai dirasa lebih baik, karena tidak beresiko menimbulkan
kerusakan jalan raya. Sungai menjadi alternatif prasarana transportasi yang
baik, mengingat adanya pembatasan bahkan larangan pemerintah daerah
Kabupaten Batang Hari untuk mengangkut batubara lewat jalur darat, guna
menghindari kemacetan dan kerusakan jalan raya.
Pertumbuhan sektor bangunan mengalami percepatan yaitu dari
6,66% pada tahun 2011 menjadi 7,64% pada tahun 2012. Percepatan ini
terjadi karena meningkatnya pembangunan sarana publik pada tahun 2012
dibandingkan tahun 2011. Pembangunan prasarana fisik di Kabupaten
72
Batang Hari pada tahun 2012 meliputi berbagai infrastruktur seperti jalan
raya, gedung perkantoran, sarana olah raga, sarana rekreasi dan
sebagainya. Pembangunan tempat-tempat usaha seperti ruko serta tempat
tinggal seperti kompleks perumahan juga semakin marak sehingga
berkontribusi terhadap peningkatan nilai tambah sektor ini.
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013
Gambar 4.6.Grafik Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian, Industri Pengolahan, Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran; dan Sektor Keuangan, Persewaan danJasa Perusahaan Tahun 2008-2012
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan yang mempunyai
source of growth sebesar 0,23%, mengalami percepatan pertumbuhan dari
sebesar 5,99% pada tahun 2011 menjadi 9,17% pada tahun 2012. Laju
pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi pada subsektor bank dan sewa
bangunan, yaitu masing-masing sebesar 9,68% dan 9,24%. Pertumbuhan
kedua subsektor ini pada tahun 2012 mengalami percepatan yang cukup
berarti dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan semakin
73
bertambahnya jumlah bank berikut nasabahnya di Kabupaten Batang Hari.
Demikian pula nilai investasi yang ditanamkan.
Pertumbuhan positif subsektor sewa bangunan disebabkan oleh
semakin berkembangnya usaha perdagangan di Kabupaten Batang Hari,
yang diiringi dengan semakin banyaknya usaha persewaan ruko-ruko untuk
keperluan usaha. Selain itu, usaha persewaan rumah pribadi untuk tempat
tinggal pun semakin meningkat guna memenuhi kebutuhan tempat tinggal
bagi para pendatang maupun penduduk asli. Pertumbuhan positif subsektor
lembaga keuangan bukan bank didorong oleh semakin meningkatnya jumlah
lembaga keuangan bukan bank serta outputnya, seperti unit simpan pinjam
serta lembaga-lembaga pembiayaan, selain koperasi dan pegadaian.
Lembaga-lembaga tersebut memudahkan masyarakat dalam memperoleh
pinjaman untuk berbagai keperluan.
Pada tahun 2012, pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan
restoran mencapai 9,06% (y-o-y), menurun dari tahun sebelumnya. Laju
pertumbuhan ini adalah yang ketiga terbesar setelah laju pertumbuhan
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Seperti tahun
sebelumnya, pada tahun 2012 laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel
dan restoran lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan sektor jasa-jasa.
Nilai tambah subsektor perdagangan sangat dipengaruhi oleh
pertumbuhan sektor-sektor yang lain, seperti sektor pertanian dan sektor
industri pengolahan. Subsektor perdagangan besar dan eceran tumbuh
sebesar 9,18% pada tahun 2012. Perdagangan besar berperan penting
74
terhadap besarnya laju pertumbuhan subsektor ini, seiring dengan besarnya
nilai tambah subsektor perkebunan dan kehutanan.
Pada tahun 2012, subsektor hotel mengalami pertumbuhan positif
sebesar 1,78%, setelah pada tahun sebelumnya mengalami kontraksi
pertumbuhan yakni sebesar -1,27%. Hal ini terjadi karena meningkatnya
tingkat penghunian kamar hotel. Usaha perhotelan di Kabupaten Batang
Hari pada tahun 2012 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya.
Sektor pertanian yang selama ini merupakan penyumbang terbesar
PDRB Kabupaten Batang Hari tumbuh sebesar 4,09% pada tahun 2012,
mengalami percepatan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai
angka pertumbuhan 3,95% dengan source of growth sebesar 1,21%.
Percepatan pertumbuhan sektor pertanian terjadi pada hampir semua
subsektor, kecuali tanaman perkebunan yang pada tahun 2012 tumbuh
relatif sedikit melambat dibandingkan tahun 2011.
Subsektor tanaman perkebunan mengalami pertumbuhan positif
sebesar 3,84% pada tahun 2012, sekalipun mengalami perlambatan
dibanding tahun sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan pada subsektor
tanaman perkebunan ini terjadi akibat turunnya harga komoditas karet , yang
merupakan komoditas perkebunan unggulan di Kabupaten Batang Hari.
Penurunan harga ini berpengaruh terhadap melambatnya laju pertumbuhan
subsektor tanaman perkebunan secara keseluruhan.
75
Sementara itu, laju pertumbuhan subsektor kehutanan mengalami
peningkatan, seiring dengan meningkatnya produksi komoditas kehutanan,
terutama kayu. Sementara pertumbuhan subsektor peternakan dan
perikanan juga mencapai percepatan pertumbuhan yang menggembirakan.
Pada tahun 2012, sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 5,50%,
lebih cepat dibandingkan tahun lalu. Percepatan ini terutama disumbang
oleh subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, tekstil, barang
kulit dan alas kaki serta barang kayu dan hasil hutan lainnya. Nilai tambah
bruto sektor ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku. Industri
hilir berbahan baku karet dan kayu rimba misalnya, produksinya akan
terganggu apabila persediaan barang inputnya yakni karet dan kayu rimba
terganggu. Meningkatnya nilai tambah subsektor kehutanan berdampak
positif pula terhadap sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya.
Sektor Pertambangan dan Penggalian yang mempunyai source of
growth sebesar 0,81% mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup
besar, yaitu dari sebesar 8,89% pada tahun 2011 menjadi 10,39% pada
tahun 2012. Kenaikan ini terutama disumbang oleh peningkatan laju
pertumbuhan subsektor pertambangan minyak dan gas, yaitu dari 3,19%
pada tahun 2011 menjadi 7,29% pada tahun 2012.
Sementara itu, subsektor pertambangan tanpa gas justru tumbuh
melambat, yaitu dari 24,47% pada tahun 2011 menjadi 17,48% pada tahun
2012. Penurunan produksi batu bara pada beberapa perusahaan
pertambangan batu bara yang telah melakukan eksploitasi menjadi
76
penyebab turunnya laju pertumbuhan sektor ini, yang mana hal ini dipicu
oleh turunnya rata-rata harga batu bara di pasaran internasional pada tahun
2012 dibandingkan tahun 2011. Namun demikian, hal ini tidak
mempengaruhi perekonomian Kabupaten Batang Hari secara makro,
mengingat kontribusi sektor ini yang besarnya hanya 10,95%, atau berada
pada urutan kelima terbesar penyumbang PDRB tahun 2012. Pada tahun
2012, subsektor penggalian mengalami percepatan pertumbuhan yang
cukup signifikan, yaitu dari 2,65% pada tahun 2011 menjadi 6,73% pada
tahun 2012. Laju pertumbuham ekonomi sektor pertambangan dan
penggalan, sebagaimana terlihat pada grafik berikut ini.
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013
Gambar 4.7.Grafik Laju Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian
di Kabupaten Batang Hari Tahun 2008-2012
Grafik di atas menunjukan laju pertumbuhan ekonomi sektor
pertambangan dan penggalian dalam lima tahun terakhir sangat berplutuatif,
77
tertinggi tahun 2008 sebesar 24,35%. Laju pertumbuhan yang paling buruk
terjadi Antara tahun 2008 menuju 2009, anjlok sampai 0,59%.
Kinerja perekonomian suatu daerah tidak terlepas dari kondisi
perekonomian kabupaten dan provinsi lain serta nasional, dan bahkan dunia
Internasional. Kondisi perekonomian Kabupaten Batang Hari pada tahun
2012 relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai tambah bruto
sektor-sektor ekonomi yang diukur melalui PDRB menurut lapangan usaha
dari sisi penyediaan (supply side) atas dasar harga berlaku mencapai
5.335.196,22 juta rupiah (5,3 trilyun rupiah). Sementara bila dilihat menurut
harga konstan tahun 2000, nilai tambah bruto yang dihasilkan mencapai
1.378.014,51 juta rupiah (1,4 trilyun rupiah). Perkembangan ekonomi
Kabupaten Batang Hari dapat dilihat dari indeks perkembangan PDRB yang
diuraikan menurut sektor setiap tahun yang dibandingkan dengan keadaan
pada tahun dasar tahun 2000.
Bila dibandingkan dengan tahun 2000, dalam dua belas tahun terakhir
terjadi perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Batang
Hari hingga lebih dari tujuh kali lipat. Sementara itu, PDRB atas dasar harga
konstan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 mengalami
perkembangan sebesar 96,51%. Fakta ini menunjukan bahwa
perkembangan PDRB di Batang Hari cenderung disebabkan karena
peningkatan harga komuditas, sementara peningkatan produksi relatif kecil.
Grafik berikut ini menggambarkan perkembangan PDRB Batang Hari dalam
78
lima tahun terakhir (2008 – 2012) atas dasar harga konstan dan harga
berlaku.
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013.
Gambar 4.8.Grafik Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Batang HariAtas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2008-2012
4.4. Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh
besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam memproduksi
barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah bruto masing-
masing sektor tersebut menggambarkan ketergantungan suatu daerah
terhadap kemampuan berproduksi dari tiap sektor.
Pada tahun 2012, struktur perekonomian Kabupaten Batang Hari
masih tetap berbasis pada sektor pertanian (29,65%). Di urutan kedua
sektor perdagangan, hotel dan restoran (24,21%) dan sektor jasa-jasa di
urutan ketiga (17,17%). Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB secara
umum sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini
79
terutama disumbang oleh subsektor tanaman perkebunan, dimana laju
pertumbuhan nilai tambah subsektor ini pada tahun 2012 tidak secepat
tahun sebelumnya. Demikian pula kontribusi subsektor tanaman bahan
makanan, peternakan, perikanan dan kehutanan secara keseluruhan juga
mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Tabel 4.4.Struktur Perekonomian Kabupaten Batang Hari Tahun 2008 – 2012
No Lapangan UsahaKontribusi Terhadap PDRB (%)
2008 2009 2010 2011 20121 Pertanian 32,06 31,86 31,67 30,51 29,652 Pertambangan dan
Penggalian 8,14 7,79 7,48 7,54 7,78
3 Industri Pengolahan 13,44 12,98 12,61 11,99 11,814 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,14 0,15 0,17 0,18 0,175 Bangunan 3,83 3,85 3,78 3,73 3,756 Perdagangan, Hotel dan
Restoran 22,43 22,39 22,45 23,78 24,21
7 Pengangkutan danKomunikasi 2,82 2,89 2,99 3,03 3,05
8 Keuangan 2,46 2,46 2,47 2,43 2,479 Jasa-Jasa 14,68 15,63 16,40 16,82 17,11
PDRB 100 100 100 100 100Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013 (Data diolah)
Secara umum pada tahun 2012 tidak terjadi pergeseran yang
signifikan atas kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB dibanding
tahun sebelumnya. Kecuali terhadap sektor perdagangan dan hotel serta
sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang relative kecil.
Subsektor perdagangan besar dan eceran yang merupakan
penyumbang terbesar bagi sektor perdagangan. Hotel dan restoran
berhubungan erat dengan perkembangan sektor perekonomian yang lain.
Hal seiring dengan peningkatan nilai tambah sektor-sektor lainnya, seperti
80
sektor pertanian terutama subsektor tanaman bahan makanan dan
perkebunan terutama karet dan kelapa sawit serta sektor pertambangan dan
penggalian, terutama subsektor pertambangan migas dan penggalian.
Pada tahun 2012, kontribusi sektor jasa-jasa mengalami peningkatan,
dari 16,82% menjadi 17,11% pada tahun 2012. Kontribusi sektor jasa
berada pada urutan ketiga sebagai penyusun PDRB Kabupaten Batang Hari.
Kontribusi sektor jasa didominasi oleh kontribusi subsektor administrasi
pemerintahan dan pertahanan, yang erat kaitannya dengan pengeluaran
pemerintah (government expenditure), sebagaimana termuat dalam APBD.
Kontributor terbesar keempat dalam pembentukan PDRB kabupaten
Batang Hari adalah sektor Industri pengolahan dengan kontribusi sebesar
11,81%, kemudian diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian;
bangunan, pengangkutan dan komunikasi, serta keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan dengan kontribusi masing-masing sebesar 7,78%, 3,75%,
3,05% dan 2,47%.
Pada sektor pertambangan dan penggalian, subsektor minyak dan
gas bumi merupakan penyumbang nilai tambah bruto terbesar, yaitu sebesar
4,61% dari total nilai tambah sektor ini. Sementara itu, pertambangan tanpa
gas dengan komoditas utamanya yaitu batubara berada di urutan kedua
dengan kontribusi sebesar 2,55% dan penggalian merupakan pemberi
kontribusi terkecil yaitu sebesar 0,61%.
81
Listrik, Gas dan Air merupakan pemberi kontribusi terkecil PDRB
tahun 2012, yaitu sebesar 0,17%. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya
jangkauan listrik dan air sehingga belum semua daerah di wilayah
Kabupaten Batang Hari terlayani fasilitas listrik dan air bersih sehingga
jumlah pelanggan menjadi terbatas. Selain itu, terdapat sebagian
masyarakat yang memanfaatkan sumber air bersih selain PDAM seperti
sumur, mata air dan lainnya
Berdasarkan atas output maupun input menurut asal terjadinya proses
produksi, sektor pada PDRB dapat dikelompokkan menjadi sektor primer,
sekunder dan tersier. Sektor primer merupakan sektor ekonomi yang
melakukan proses produksi dengan menggali atau memperoleh hasil
langsung dari alam. Sektor primer juga mencakup produksi berupa barang
mentah dan bahan baku makanan. Sektor yang masuk dalam kategori ini
adalah sektor pertanian; dan sektor pertambangan dan penggalian.
Sektor sekunder adalah unit-unit kegiatan ekonomi yang biaya
produksinya (inputnya) sebagian besar berasal dari sektor primer. Sektor
sekunder meliputi sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air
minum serta sektor bangunan. Sektor tersier merupakan sektor yang
menyediakan jasa-jasa kepada masyarakat umum dan unit usaha, yang
mencakup sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor transportasi dan
komunikasi; sektor keuangan dan sektor jasa-jasa.
82
Tabel 4.5.Struktur Perekonomian Kabupaten Batang Hari Berdasarkan Kontribusi
Sektor Tahun 2008 – 2012
No Sektor / Lapangan Usaha Tahun (%) Rata-2008 2009 2010 2011 2012 Rata
1 Pertanian 32,.06 31.86 31.67 30.51 29.65
2 Pertambangan dan Penggalian 8.14 7.79 7.48 7.54 7.78
PRIMER 40.20 39.65 39.15 38.05 37.43 38.90
3 Industri Pengolahan 13.44 12.98 12.60 11.98 11.81
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.14 0.15 0.17 0.18 0.17
5 Bangunan 3.83 3.85 3.78 3.73 3.75
SKUNDER 17.41 16.98 16.55 15.89 15.73 16.51
6 Perdagangan, Hotel, danRestoran 22.43 22.39 22.45 23.78 24.21
7 Pengangkutan dan Komunikasi 2.82 2.89 2.98 3.03 3.05
8 Keuangan, Persewaan danJasa Perusahaan 2.46 2.46 2.47 2.43 2.47
9 Jasa-jasa 14.68 15.63 16.40 16.82 17.11
TERSIER 42.39 43.37 44.30 46.06 46.84 44.59Produk Domestik RegionalBruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari (hasil olahan)
Berdasarkan Tabel 4.4. di atas terlihat dalam lima tahun terakhir
antara tahun 2008-2012, perekonomian Kabupaten Batang Hari didominasi
oleh sektor tersier dengan rata-rata kontribusi sebesar 44,59%. Sektor
primer menempati posisi kedua dengan rata-rata kontribusi sebesar 38,90%.
Sementara kontribusi sektor sekunder hanya sebesar 16,51% pada posisi
ketiga. Ini berarti, selama lima tahun terakhir, secara umum pola
perekonomian tidak mengalami perubahan berarti.
83
Jika dilihat perkembangan kontribusi tiap sektornya selama periode
2008 - 2012, terlihat bahwa sektor terus mengalami peningkatan kontribusi.
Sedangkan sektor primer mengalami hal yang sebaliknya, konsisten
mengalami penurunan kontribusi. Hal yang sama terjadi pada sektor
sekunder dimana kontribusinya terus menurun selama tiga tahun terakhir.
4.5. Struktur APBD
Dalam lima tahun terakhir periode 2009 - 2013 alokasi belanja daerah
pada APBD Kabupaten Batang Hari mengalami perkembangan jumlah yang
cukup signifikan, dari Rp.545.657.094.302 pada tahun anggaran 2009,
meningkat hampir dua kali lipat (94,12%) menjadi Rp.1.059.229.292.179
pada Tahun Anggaran 2013. Peningatan APBD ini sejalan dengan
peningkatan pendapatan daerah baik yang bersumber dari pendapatan asli
daerah, dana perimbangan maupun pendapatan lain yang sah.
Perkembangan APBD Kabupaten Batang Hari dalam lima tahun terakhir
sebagaimana terlihat pada Tabel 4.5. berikut ini.
Tabel 4.6.Perkembangan Jumlah Belanja Daerah Kabupaten Batang Hari
Tahun Anggaran 2009 – 2013
No Tahun Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung JumlahRp % Rp % Rp
1 2009 312.199.679.243 57,22 233.457.415.058 42,78 545.657.094.302
2 2010 345.699.239.712 64,12 193.425.475.755 35,88 539.124.715.467
3 2011 407.650.930.600 59,46 277.976.868.011 40,54 685.627.798.612
4 2012 416.713.854.619 51,48 392.738.982.543 48,52 809.452.837.162
5 2013 484.721.609.476 45,76 574.507.682.703 54,24 1.059.229.292.179
Rata-rata 393.397.062.730 54,05 334.421.284.814 45,95 727.818.347.545
Sumber : Bappeda Kabupaten Batang Hari (hasil olahan)
84
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa secara bertahap sejak tahun
anggaran 2009 sampai dengan 2013, jumlah belanja daerah di Kabupaten
Batang Hari meningkat cukup signifikan. Demikian pula bila ditinjau dari
perimbangan belanja tidak langsung dengan belanja langsung,
mengindikasikan suatu aggaran yang semakin berkualitas. Pada tahun
anggaran 2009 jumlah belanja tidak langsung masih lebih besar daripada
belanja langsung dengan rasio 57,22% berbanding 42,78%.
Rasio belanja tidak langsung dengan belanja langsung pada tahun
anggaran 2013 semakin membaik, 45,76% berbanding 54,24%. Hal ini
berarti bahwa rasio belanja langsung yang semakin besar menunjukkan
semakin besar pula jumlah anggaran yang dialokasikan untuk program dan
kegiatan yang menyentuh langsung kepentingan masyarakat.
85
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Identifikasi Sektor Basis di Kabupaten Batang Hari
5.1. 1. Analisis Location Quotient (LQ)
Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu
kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan-kegiatan bukan basis. Kegiatan-
kegiatan basis adalah kegiatan-kegiatan yang mengekspor barang-barang
atau jasa-jasa ke tempat di luar batas-batas perekonomian masyarakat yang
bersangkutan atau yang memasarkan barang-barang atau jasa-jasa kepada
orang-orang di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
Kegiatan-kegiatan bukan basis adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan
barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di
dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-
kegiatan ini tidak mengekspor barang-barang, jadi ruang lingkup produksi
dan daerah pasarnya adalah bersifat lokal.
Terdapat dua metode yang sering digunakan untuk mengetahui
apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis, yaitu
(1) metode pengukuran langsung dan (2) metode pengukuran tidak
langsung. Metode pengukuran langsung dapat dengan survei langsung
untuk mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode
ini dapat menentukan sektor basis dengan tepat. Akan tetapi metode ini
memerlukan biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak. Beberapa metode
86
pengukuran tidak langsung, yaitu: (1) metode melalui pendekatan asumsi;
(2) metode location quotient; (3) metode kombinasi (1) dan (2); dan (4)
metode kebutuhan minimum. Model asumsi berdasarkan kondisi di wilayah
tersebut (berdasarkan data sekunder), maka ada kegiatan tertentu yang
diasumsikan sebagai kegiatan basis dan kegiatan lainnya sebagai kegiatan
non basis. Kegiatan yang bukan dikategorikan basis adalah otomatis
menjadi kegiatan non basis (Tarigan, 2002).
Logika dasar LQ adalah teori basis ekonomi yang intinya adalah
karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di
daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar
daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Selanjutnya,
adanya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya
kenaikan konsumsi (consumption, C) dan investasi (investment, I) di daerah
tersebut. Hal tersebut selanjutnya akan menaikkan pendapatan dan
menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut
tidak hannya menaikkan permintaan terhadap industri basis, tetapi juga
menaikkan permintaan akan industri non basis (lokal). Kenaikan permintaan
(demand) ini akan mendorong kenaikan investasi pada industri yang
bersangkutan dan juga industri lain.
Berdasarkan perhitungan terhadap nilai tambah ekonomi dalam PDRB
Kabupaten Batang Hari dan PDRB Provinsi Jambi selama periode Tahun
2003 sampai 2012, diperoleh hasil perhitungan Location Quotient (LQ)
seperti pada tabel berikut.
87
Tabel 5.1.Perhitungan LQ Kabupaten Batang Hari tahun 2003-2012
SektorNILAI LQ pertahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata
Pertanian 1,15 1,13 1,14 1,05 1,06 1,05 1,04 1,05 1,04 0,99 1,07
Pertambangan 0,40 0,41 0,39 0,63 0,62 0,67 0,68 0,61 0,54 0,60 0,55
Industri 1,21 1,14 1,11 1,07 1,04 1,00 0,99 0,99 0,97 1,01 1,05
Listrik 0,14 0,15 0,16 0,16 0,17 0,18 0,19 0,20 0,21 0,20 0,18
Konstruksi 0,83 0,82 0,85 0,82 0,85 0,81 0,80 0,79 0,80 0,73 0,81
Perdagangan 1,39 1,42 1,39 1,33 1,32 1,34 1,32 1,29 1,35 1,32 1,35
Pengangkutan 0,32 0,33 0,34 0,34 0,34 0,36 0,37 0,40 0,42 0,41 0,36
Keuangan 0,70 0,69 0,68 0,66 0,58 0,50 0,45 0,43 0,42 0,42 0,55
Jasa-jasa 1,18 1,27 1,37 1,45 1,56 1,67 1,78 1,93 2,07 2,21 1,65
Sumber : Batang Hari dalam angka dan Jambi Dalam Angka, 2013 (data diolah)
Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria yaitu :
LQ > 1; artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber
pertumbuhan dan memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak
saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan
tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
LQ = 1; artinya komoditas itu tergolong non-basis, tidak memiliki
keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk
diekspor.
LQ < 1; artinya komoditas itu termasuk non-basis. Produksi komoditas di
suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga
perlu pasokan atau impor dari luar.
88
Analisis LQ, menghasilkan empat sektor yang nilai LQ rata-ratanya >
1 selama periode 2003-2012, yaitu ;
a. Sektor pertanian dengan nilai LQ rata-rata 1,07
b. Sektor industri dan pengolahan dengan nilai LQ rata- rata 1,05.
c. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran rata-rata 1,35.
d. Sektor Jasa – jasa dengan nilai LQ rata-rata 1,65.
Hasil analisis LQ di atas mengindikasikan selama sepuluh tahun
terakhir empat sektor tersebut sebagai sektor basis di Kabupaten Batang
Hari. Tingginya nilai LQ sektor pertanian tidak terlepas dari besarnya peran
dan kontribusi sektor ini terhadap perekonomian. Fakta empiris
menunjukkan bahwa potensi dominan yang dimiliki oleh Kabupaten Batang
Hari berada pada sektor pertanian. Sektor ini memberi sumbangan terhadap
PDRB rata-rata sebesar Rp.339.513.990.000,- pertahun atau rata-rata
sebesar 32,56% dari total nilai PDRB. Oleh karenanya, beberapa komoditas
pada sektor pertanian ini harus dipertahankan. Apabila hal tersebut dapat
dipertahankan maka selanjutnya akan dapat meningkatkan pendapatan
perkapita masyarakat dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Batang Hari.
Melalui program dan kegiatan pembangunan, pemerintah setempat
harus mengambil peran yang besar dalam memberikan kebijakan-kebijakan
yang dapat mengatasi berbagai macam masalah petani dan menyediakan
input untuk mengembangkan sektor pertanian di masa akan datang. Potensi
89
sumberdaya alam sektor pertanian harus dimanfaatkan dan dikelola secara
optimal sehingga dapat memberi nilai tambah yang besar terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui upaya-upaya ektensifikasi yang berkeadilan
dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan ekosistem. Produktifitas
lahan perlu ditingkatkan melalui upaya intensifikasi dan mendorong
perbaikan jumlah dan mutu produksi melalui revitalisasi pertanian. Sistem
pengelolaan potensi sumberdaya alam perkebunan harus diperbaiki
sehingga dapat saling menguntungkan semua pihak. Langkah-langkah
seperti ini harus menjadi kebijakan daerah yang tertuang secara jelas dalam
dokumen perencanaan pembangunan daerah.
Subsektor yang memberi andil cukup signifikan mendorong sektor
pertanian sebagai sektor basis mencakup subsektor tanaman perkebunan
dengan nilai LQ = 1,20; peternakan dengan LQ = 1,48, kehutanan dengan
LQ = 1,7 dan subsektor perikanan LQ = 1,53. Sementara subsektor
tanaman bahan makanan hanya memberi andil dengan rata-rata LQ = 0,69.
Perkebunan merupakan subsektor pemberi sumbangan terbesar
terhadap PDRB Batang Hari, terutama dari komoditas karet dan kelapa
sawit, menyumbangkan nilai tambah ekonomi rata-rata sebesar
Rp.173.909.470.000,-. Dua komoditas ini berperan besar terhadap
perekonomian Batang Hari. Selama periode 2003 – 20012, luas lahan
komoditas kelapa sawit berkembang cukup pesat. Terakhir pada tahun 2012
luas komoditas ini tercatat 78.621,04 Ha dengan produksi 193.498 ton CPO.
Luas lahan komoditas karet rakyat, dari tahun 2003 meningkat cukup
90
signifikan 2,93% dari 109.331 Ha menjadi 112.545 Ha dengan produksi
meningkat dari 44.847 ton menjadi 69.037 ton.
Selain itu, subsektor perikanan juga tidak kalah penting dalam
membentuk tingginya nilai LQ yang menempatkan sektor pertanian menjadi
sektor basis. Sumbangan nilai tambah ekonomi subsektor perikanan dalam
PDRB Kabupaten batang Hari selama periode 2003 - 20012 rata-rata
sebesar Rp 20.095.140.000, atau rata-rata 1,9%. Melalui berbagai program
yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah bersama masyaraat selama
periode ini telah berdampak terhadap pertumbuhan produksi ikan hasil
budidaya yang sangat signifikan, meningkat 268,36% dari 2.433,43 ton
menjadi 8.963,91 ton pada tahun 2012. Terutama sekali berasal dari
budidaya ikan di keramba yang dilakukan oleh masyarakat di sepanjang
aliran Sungai Batanghari.
Demikian pula subsektor peternakan dengan nilai LQ rata-rata 1,48,
memberi sumbangan terhadap PDRB rata-rata sebesar Rp.32.551.330.000,-
pertahun dengan kontribusi rata-rata 3,14% pertahun. Komoditas penting
yang berperan terhadap subsektor peternakan antara lain disumbangkan dari
pertumbuhan populasi dan produksi ternak besar, ternak kecil dan ternak
unggas.
Subsektor kehutanan memiliki nilai LQ rata-rata relatif besar dibanding
subsektor lain, yaitu 1,7. Hal ini mengindikasikan bahwa sampai saat ini
subsektor kehutanan masih menjadi sektor basis di Kabupaten Batang Hari.
Sumbangannya ini terhadap PDRB rata-rata sebesar Rp31.988.620.000,-.
91
Namun demkian, perannya terhadap perekonomian cenderung menurun dari
tahun ke tahun, dengan kontribusi rata-rata sebesar 3,17% pertahun.
Sementara subsektor tanaman bahan makanan memiliki nilai LQ < 1,
yang berarti komoditas ini termasuk ke dalam non-basis. Kondisi ini
mengindikasikan bahawa produksi tanaman bahan makanan di wilayah ini
tidak dapat memenuhi kebutuhan daerah sendiri sehingga perlu pasokan
atau impor dari luar Kabupaten Batang Hari. Beberapa komoditas penting
seperti beras, hortikultura dan palawija masih dipasok dari luar daerah,
antara lain dari kabupaten dan provinsi tetangga.
Diperlukan tindakan yang lebih intensif dan komprehensif oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Batang Hari agar subsektor ini dapat
didorong menjadi subsektor basis, baik melalui intensifikasi maupun melalui
perluasan areal tanam komoditas sesuai dengan ketersediaan potensi dan
penataan ruang wilayah. Kualitas SDM petani dan peran kelembagaan
petani perlu ditingkatkan agar memiliki kemampuan yang memadai dalam
mengelola dan memanfaatkan potensi subsektor tanaman bahan makanan,
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk dijual ke luar daerah.
Secara umum, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa komoditas –
komoditas pertanian menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan dan
memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Batang Hari. Hasilnya selain
mampu memenuhi kebutuhan dalam wilayah, akan tetapi juga dapat
diekspor ke luar wilayah Kabupaten Batang Hari.
92
Hasil analisis LQ pada Tabel 5.1 menunjukkan sektor Industri
pengolahan menjadi sektor basis kedua dengan nilai LQ >1 yaitu 1,05. Hal
ini membuktikan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor basis
yang harus dipertahankan dan patut dikembangkan di Kabupaten Batang
Hari, sehingga dimasa yang akan datang sektor ini dapat memegang
peranan lebih baik lagi dan dapat menjadi sektor andalan dalam
perekonomian daerah. Keunggulan sektor ini diharapkan akan terjadi
transformasi ekonomi, yaitu pergerakan ekonomi dari sektor primer ke sektor
sekunder yaitu industri pengolahan. Industri hilir untuk pengolahan
komoditas primer pertanian (kelapa sawit dan karet) harus dibangun
sehingga dua komoditas penting ini dapat memberi sumbangan nilai tambah
yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Sektor industri pengolahan yang memberikan peranan dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Batang Hari disumbangkan dari subsektor
industri bukan migas dengan LQ = 1,11. Subsektor ini memberi sumbangan
nilai tambah rata-rata sebesar Rp.145.234.740.000 terhadap PDRB Batang
Hari, atau rata-rata 14,11% pertahun.
Sebagai sektor basis, nilai tambah sektor industri pengolahan di
Kabupaten Batang Hari lebih dominan disumbang oleh subsektor industri
makanan, minuman dan tembakau, serta barang barang kayu dan hasil
hutan lainnya. Maju mundurnya nilai tambah bruto sektor ini sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku. Industri hilir berbahan baku
93
karet dan kayu rimba misalnya, produksinya akan terganggu apabila
persediaan barang inputnya yakni karet dan kayu rimba terganggu.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai sektor unggulan
ketiga memiliki nilai LQ 1,35. Hasil analisis ini menunjukkan peranan
perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Batang Hari cukup tinggi.
Sumbangan sektor ini dalam PDRB menempati posisi kedua setelah sektor
pertanian, yaitu rata-rata sebesar 23,10% dengan nilai tambah sebesar
Rp.243.315.540.000,- pertahun. Kontribusi sektor ini sejak 2003 – 2012
relatif stabil, berkisar antara 22,39% sampai dengan 24,21%.
Perkembangan kontribusi subsektor perdagangan besar dan eceran
berhubungan erat dengan perkembangan sektor perekonomian lainnya.
Sesuai dengan konsep teori basis ekonomi, Budiharsono dalam Rachmady
(2008), berpendapat bahwa dampak positif yang dapat dirasakan sebagai
akibat dari kegiatan sektor basis adalah meningkatkan pendapatan wilayah.
Hal ini terjadi akibat adanya efek multiplier dari pembelanjaan kembali
pendapatan yang diperoleh melalui penjualan barang dan jasa yang
dihasilkan oleh wilayah yang dipasarkan ke luar wilayah. Dengan demikian,
pengaruh efek multiplier pendapatan memberikan gambaran tentang
besarnya pendapatan. Seberapa besar efek multiplier pendapatan tersebut
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah, digambarkan oleh
besarnya nilai koefisien multiplier yang dihasilkan.
Sektor yang berperan besar dalam mempengaruhi perkembangan
subsektor perdagangan besar dan eceran di Kabupaten Batang Hari adalah
94
sektor pertanian, terutama subsektor perkebunan (karet dan kelapa sawit)
dan tanaman bahan makanan serta sektor pertambangan dan penggalian
(subsektor pertambangan migas dan penggalian).
Subsektor perdagangan besar dan eceran pada sektor perdagangan,
hotel dan restoran memiliki nilai LQ = 1,44. Artinya, subsektor perdagangan
besar dan enceran ini memiliki keunggulan komparatif yang perlu perlu
dipertahankan dan terus didorong agar perekonomian dapat lebih
berkembang. Perekonomian suatu daerah akan lebih cepat maju bila sektor
perdagangan dapat berkembang pesat.
Berasarkan hasil analisis LQ seperti disajikan pada Tabel 5.1, ternyata
sektor jasa memiliki LQ > 1, sebesar 1,65 dan merupakan nilai LQ tertinggi di
antara tiga sektor basis lainnya. Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa
sektor jasa-jasa menjadi sektor basis atau menjadi sumber pertumbuhan
yang memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Batang Hari.
Sektor jasa pada periode 2003 - 2012 memberi sumbangan nilai
tambah terhadap PDRB rata-rata sebesar Rp.154.706.370.000, terutama
disumbangkan dari subsektor pemerintahan umum. Kontribusi sektor jasa
terhadap perekonomian cukup besar, menempati urutan ketiga setelah
sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu rata-rata
sebesar 14,36% terhadap total PDRB Batang Hari.
Hasil analisis LQ menunjukkan, subsektor subsektor pemerintahan
umum memiliki nilai LQ > 1 dengan nilai LQ 1,85. Sementara subsektor
95
swasta memiliki nilai LQ < 1 yaitu 0,68, yang artinya subsektor ini tidak
merupakan sektor basis.
Teori Location Quotient (LQ) mengatakan sektor ekonomi yang bukan
termasuk sektor basis jika memiliki nilai LQ < 1. Hasil analisis LQ padaTabel
5.1 menunjukkan terdapat lima sektor yang memiliki besaran LQ yang lebih
kecil dari satu (LQ<1) di Kabupaten Batang Hari, yaitu sektor pertambangan
& penggalian (0,55), sektor listrik, gas dan air bersih (0,18), sektor konstruksi
(0,81), sektor pengangkutan & komunikasi (0,36) dan sektor keuangan real
estat & jasa perusahaan (0,55). Nilai LQ ini menandakan bahwa ke lima
sektor tersebut belum merupakan sektor basis dan kontribusinya terhadap
PDRB Kabupaten Batang Hari masih rendah bila dibandingkan dengan
sektor yang sama pada PDRB Provinsi Jambi.
Rendahnya nilai LQ untuk lima sektor ini memberi isyarat kepada
pemangku kepentingan di daerah untuk mengevaluasi kebijakan, program
dan kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan serta menetapkan
kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan pada lima sektor
tersebut agar bisa menjadi sektor basis yang memiliki keunggulan
komparatif. Oleh karena itu pemerintah daerah harus lebih serius
memperhatikan pertumbuhan sektor tersebut melalui ekselerasi berbagai
program dan kegiatan yang tepat serta penganggaran pembangunan yang
memadai.
96
5.1.2. Analisis Dinamic Location Quotient (DLQ)
Prinsip DLQ sebenarnya masih sama dengan LQ, hanya untuk
mengintroduksikan laju pertumbuhan digunakan asumsi bahwa nilai tambah
sektoral maupun PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan sendiri-
sendiri selama kurun waktu antara tahun (0) dan tahun (t).
Tafsiran atas DLQ sebenarnya masih sama dengan LQ, kecuali
perbandingan ini lebih menekankan pada laju pertumbuhan. Jika DLQ = 1,
berarti laju pertumbuhan sektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah
Kabupaten Batang Hari sebanding dengan laju pertumbuhan sektor tersebut
pada PDB Provinsi Jambi. Jika DLQ < 1, artinya proporsi laju pertumbuhan
sektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah Kabupaten Batang Hari
lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan sektor yang sama pada PDRB
Provinsi Jambi. Sebaliknya, jika DLQ > 1, berarti proporsi laju pertumbuhan
sektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah Kabupaten Batang Hari
lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhan sektor yang sama pada PDRB
Provinsi Jambi. Kalau keadaan masih tetap sebagaimana adanya saat ini,
maka dapat diharapkan bahwa sektor ini unggul pada masa mendatang.
Berdasarkan data laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang Hari
dan Provinsi Jambi dalam sepuluh tahun terakhir (2003 – 2012), diperoleh
hasil perhitungan Dinamic Location Quotient (DLQ) Kabupaten Batang Hari
sebagaimana pada tabel berikut ini.
97
Tabel 5.2.Rekapitulasi Hasil Perhitungan DLQ Kabupaten Batang Hari
Tahun 2003-2012
No LAPANGAN USAHA / SEKTOR DLQ
1 Pertanian 0,992 Pertambangan & Penggalian 1,053 Industri Penggolahan 0,984 Listrik, Gas & Air Bersih 1,045 Konstruksi 0,916 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,007 Pengangkutan & Komunikasi 1,038 Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan 0,949 Jasa-jasa 1,07
Sumber : Data diolah.
Mengacu kepada nilai DLQ Kabupaten Batang Hari sebagaimana
pada Tabel 5.2 di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a. Terdapat empat sektor yang memiliki nilai DLQ > 1, yaitu sektor
Pertambangan dan Penggalian (1,05), sektor Listrik, Gas & Air Bersih
(1,04), sektor pengangkutan & Komunikasi (1,03) dan sektor Jasa-jasa
(1,07). Sektor ini diidentifikasi dapat menjadi sektor basis dimasa yang
akan datang, karena sektor ini memiliki potensi perkembangan lebih
cepat dibandingkan dengan perkembangan Sektor Pertambangan dan
Penggalian, sektor Listrik, Gas & Air Bersih, sektor pengangkutan &
Komunikasi serta sektor Jasa-jasa di Provinsi Jambi.
b. Empat sektor memiliki nilai DLQ < 1, yaitu sektor Pertanian (0,99),
Industri Penggolahan (0,98), Konstruksi (0,91), dan sektor Keuangan,
Real Estat & Jasa Perusahaan(0,94). Artinya proporsi laju pertumbuhan
sektor tersebut terhadap laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Batang Hari
98
lebih rendah dibandingkan dengan laju petumbuhan sektor yang sama
pada PDRB Provinsi Jambi. Berdasarkan eksisting saat ini, diprediksi
empat sektor tersebut tidak bisa diharapkan untuk menjadi sektor basis
dimasa yang akan datang di Kabupaten Batang Hari.
c. Terdapat satu sektor yang memiliki nilai DLQ = 1, yaitu Perdagangan,
hotel dan restoran (1,00). Laju pertumbuhan sektor ini terhadap laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Batang Hari sama atau sebanding
dengan laju petumbuhan sektor yang sama pada PDRB Provinsi Jambi.
Artinya, sektor ini mempunyai potensi perkembangan sama cepat
dibanding daerah kabupaten lain dalam wilayah Provinsi Jambi.
d. Terjadi perbedaan yang sangat menonjol antara hasil analisis Location
Quotient (LQ), dengan hasil analisis Dinamic Location Quotient (DLQ),
karena hanya satu satu sektor yang dinyatakan sebagai sektor basis baik
saat ini (LQ) maupun dimasa yang akan datang (DLQ), yaitu sektor jasa.
Sektor jasa – jasa memiliki potensi dapat menjadi basis di masa yang
akan datang. Sedangkan sektor pertanian, industri dan pengolahan dan
sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang semula berdasarkan
analisis LQ dinyatakan sebagai sektor basis, namun berdasarkan analisis
DLQ untuk masa selanjutnya diprediksi tidak dapat sebagai sektor basis.
99
5.2. Identifikasi Pertumbuhan Sektor Basis dan Penyerapan TenagaKerja di Kabupaten Batang Hari
Menurut Arsyad (1999), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu
proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk menciptakan suatu lapangan kerja
baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan
ekonomi dalam wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi suatu daerah
mestinya akan merangsang kesempatan kerja. Atau sebaliknya, kemajuan
penyerapan tenaga kerja pada suatu sektor akan berimplikasi terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal yang sama dipertegas oleh Todaro (2000),
bahwa secara tradisional pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan
angkatan kerja dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu
pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan
menambah tenaga kerja produktif, sedangkan pertumbuhan yang lebih besar
akan memperbesar ukuran pasar domestiknya.
Pertumbuhan sektor basis semestinya berdampak terhadap
penyerapan tenaga kerja pada suatu daerah. Kecenderungan pertumbuhan
tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengemabilan
keputusan kebijakan daerah yang dituangkan dalam program dan kegiatan
pembangunan.
Hasil analisis terhadap data-data PDRB dan penyerapan tenaga kerja
per sektor dalam periode tahun 2003 – 2012 dapat dijadikan sebagai bahan
informasi untuk melihat laju pertumbuhan ekonomi sektor serta penyerapan
100
tenaga pada masing-masing sektor. Berdasarkan hasil analisis tersebut,
berikut ini dapat dijelaskan tentang laju pertumbuhan masing-masing sektor
serta penyerapan tenaga pada masing-masing sektor ekonomi di Kabupaten
Batang Hari.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang Hari dalam sepuluh tahun
terakhir (2003 – 2012) cenderung mengalami peningkatan, berkisar antara
4,72% – 7,90%, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.3.Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
SektorLaju Pertumbuhan Ekonomi (%)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata
Pertanian 2.91 3,83 4,91 4,70 4,36 3,77 4,49 5,39 3,95 4,09 4,24
Pertambangan -9,67 4,62 -5,14 55,11 6,00 23,55 0,59 1,79 8,89 10,39 9,61
Industri 4,33 -2,31 1,15 2,23 1,39 0,89 1,56 2,99 2,56 5,50 2,03
Listrik 26,74 20,22 11,71 10,16 9,90 11,69 12,87 16,63 15,01 6,08 14,10
Konstruksi 25,80 23,74 26,13 4,45 16,99 4,77 5,68 4,12 6,66 7,64 12,60
Perdagangan 7,74 8,47 7,02 4,88 4,36 4,64 4,94 6,36 14,26 9,06 7,17
Pengangkutan 7,73 10,00 11,48 7,61 6,25 7,44 7,70 9,68 9,49 7,51 8,49
Keuangan 5,17 13,16 6,67 4,22 3,72 5,24 5,35 6,41 5,99 9,17 6,51
Jasa-jasa 8,38 11,76 10,89 12,36 12,54 11,68 11,93 11,26 10,65 9,02 11,05
BATANG HARI 4,72 5,67 5,84 7,83 5,60 6,24 5,14 6,05 7,90 7,11 6,21
Sumber : Batang Hari Dalam Angka (data diolah)
Tabel 5.3 di atas menginformasikan bahwa secara kumultaif (2003 –
2012) ekonomi Kabupaten Batang Hari tumbuh rata-rata 6,21%.
Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 4,72% dan teritinggi
pada tahun 2011 sebesar 7,90. Pertumbuhan ekonomi di atas sekalipun
101
mengalami peningatan, namun dari tahun ke tahun cendrung berfluktuasi.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 sampai 2006 naik cukup siginifikan, dan
turun kembali pada tahun 2007. Kemudian sampai dengan tahun 2011 naik
secara bertahap. Namun tahun 2012 kembali turun dari 7,90% menjadi
7,11%.
Naik turunnya pertumbuhan ini sangat dipengaruhi oleh
perkembangan dan pertumbuhan dari masing-masing sektor ekonomi. Pada
tahun 2006 ekonomi Batang Hari tumbuh cukup signifikan (7,83%) dari tahun
sebelumnya (5,84%). Pertumbuhan ini lebih dominan disumbangkan dari
sektor pertambangan dan penggalian yang pada tahun sebelumnya
mengalami penurunan cukup tajam negatif 5,14%, yang kemudian naik
menjadi 55,11% pada tahun 2006.
Berdasarkan data PDRB tahun 2003 – 2012 sebagaimana pada
Lampiran 6, terlihat bahwa tiga sektor yang memiliki laju pertumbuhan
tertinggi rata-rata di atas 10%, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih
(14,10%), kemudian diikuti dengan sektor konstruksi bangunan (12,60%) dan
sektor jasa-jasa (11,06%).
Sementara enam sektor lainnya memiliki laju pertumbuhan rata-rata
relatif rendah di bawah 10%, secara berurut meliputi sektor pertambangan
dan penggalian (9,61%), sektor pengangkutan dan komunikasi (8,49%),
perdagangan, hotel dan restoran (7,17%), sektor keuangan, real eastet dan
jasa perusahaan (6,51%), sekor pertanian (4,24%) dan sektor industri dan
pengolahan (2,03%).
102
Sebagai sektor basis, sekalipun kontribusinya terbesar dalam PDRB
(32,56%), namun laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian relatif lambat
dibanding sektor lain, yaitu hanya rata-rata sebesar 4,24%. Demikian pula
jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor pertanian Provinsi Jambi
rata-rata sebesar 6,03%. Subsektor yang pertumbuhannya cukup tinggi
pada sektor pertanian adalah subsektor perikanan, yaitu sebesar 7,24%.
Sementara subsektor kehutanan dalam sepuluh tahun terakhir justeru minus
rata-rata -1,82%. Tingginya pertumbuhan ekonomi subsektor perikanan
bersumber dari produksi ikan kegiatan budidaya ikan yang cukup tinggi
perkembangannya dalam sepuluh tahun terakhir di sepanjang DAS Batang
Hari.
Sementara sektor industri dan pengolahan sebagai sektor basis
kedua, dengan laju pertumbuhan hanya rata-rata 2,03% pertahun. Sektor
ini merupakan sektor dengan laju pertumbuhan paling kecil di Kabupaten
Batang Hari, karena hanya disumbang dari perkembagan subsektor industri
non migas yang secara kumulatif percepatan pertumbuhannya juga lamban.
Kondisi berbeda terdapat pada sektor basis ketiga, yaitu sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Sekalipun laju pertumbuhanyan relatif
kecil di bawah 10%, namun relatif cepat bila dibandingkan dengan tiga sektor
basis lainnya, yaitu 7,17%. Laju pertumbuhan sektor ini dominan disumbang
oleh subsektor perdagangan dan restoran yang pertumbuhannya sangat
dipengaruhi oleh kemajuan sektor lain seperti sektor pertanian, industri
pengolahan dan sektor petambangan dan penggalian.
103
Sebagai sektor basis, sektor jasa merupakan sektor dengan laju
pertumbuah tertinggi di antara tiga sektor basis lain, yaitu rata-rata sebesar
11,05%. Pertumbuhan sektor jasa lebih dominan disumbang dari subsektor
pemerintahan umum. Laju pertumbuhan sektor ini pada periode 2003 - 2012
relatif stabil dan cenderung menurun sejak tahun 2008 sampai 2012.
Data lengkap tentang PDRB, kontribusi sektor dan laju pertumbuhan
masing-masing sektor pada PDRB Batang Hari tahun 2003 – 2012 dapat
lihat pada Lampiran 4, 5 dan Lampiran 6.
Idealnya besaran nilai tambah dan kontribusi masing-masing sektor
dalam perekonomian suatu daerah berimplikasi dengan jumlah tenaga kerja
yang terserap pada sektor tersebut. Menurut Arsyad (199), pembangunan
ekonomi suatu daerah mestinya akan merangsang kesempatan kerja. Atau
sebaliknya, kemajuan penyerapan tenaga kerja pada suatu sektor akan
berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hubungan timbal balik ini
tentunya secara normal bisa terjadi demikian. Namun logika ini perlu
dibuktikan dalam suatu analisis, apakah benar perkembangan ekonomi
sektor berjalan sejajar dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor
tersebut. Apakah pertumbuhan sektor basis pada suatu daerah berkorelasi
dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor basis tersebut.
Selanjutnya tentang laju penyerapan tenaga kerja per sekor di
Kabupaten Batang Hari dalam sepuluh tahun terakhir (2003 -2012) dapat
dilihat pada Tabel 5.4. berikut ini.
104
Tabel 5.4.Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor Kabupaten Batang Hari
Tahun 2003-2012
SEKTORRATA-RATA PENYERAPAN TENAGA
KERJA PER SEKTORJumlah(Jiwa)
Distribusi(%)
LajuPertumbuhan (%)
Pertanian 69,037 71.15 3.91
Pertambangan & Penggalian 1,948 2.03 9.76
Industri Penggolahan 4,541 4.72 9.51
Listrik, Gas & Air Bersih 99 0.10 9.54
Konstruksi 3,175 3.28 14.34
Perdagangan, Hotel & Restoran 8,382 8.37 24.14
Pengangkutan & Komunikasi 735 0.76 61.02
Keuangan, Real Estat & JasaPerusahaan 1,831 1.88 64.95
Jasa-jasa 7,788 7.71 17.74Sumber : Batang Hari Dalam Angka (data diolah)
Tabel 5.4. memperlihatkan laju pertumbuhan penyerepan tenaga kerja
tertinggi terdapat pada sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan
serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 64,95% dan 61,02%.
Namun demikian tingkat penyerapan tenaga kerja pada dua sektor ini kecil,
hanya rata-rata 1,88% atau 1.831 jiwa, dan 0,76% atau 735 jiwa. Sektor
yang banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Batang Hari adalah
pertanian, yaitu rata-rata sebesar 71,15% atau 69.037 jiwa. Hal ini sesuai
dengan potensi yang dominan yang dimiliki Batang Hari yaitu di sektor
pertanian. Sebahagian besar penduduk hidup dan bermatapencaharian di
sektor ini, terutama pada komditas karet dan kelapa sawit. Akan tetapi laju
pertumbuhan penyerapannya paling rendah, hanya 3,91%.
105
Hasil analisis Location Quotient (LQ), menunjukkan bahwa terdapat
empat sektor yang di Kabupaten Batang Hari yang dinayatakan sebagai
sektor basis atau sektur unggul, yaitu Sektor pertanian, industri dan
pengolahan , Perdagangan, Hotel, dan Restoran dan sektor Jasa – jasa.
Mengacu kepada kontribusi masing-masing sektor terhadap ekonomi
Kabupaten Batang Hari dalam kurun waktu sepuluh tahun (2003 – 2012)
sebagaimana pada Lampiran 5 dan distribsi penyerapan tenaga per sektor
sebagaimana pada Tabel 5.4, dapat diidentifikasi antara kontribusi sektor
terhadap PDRB di Kabupaten Batang Hari dengan distribusi penyerapan
tenaga kerja pada sektor basis yang bersangkutan. Hasil identifikasi
dimaksud sebagaimana terlihat pada Tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.5.Kontribusi Sektor Terhadap PDRB dan Distribusi Penyerapan Tenaga Kerja
per Sektor di Kabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
SEKTOR BASIS NILAI LQKontribusiTerhadapPDRB (%)
DistribusiPenyerapan
Tenaga Karja (%)
Pertanian 1,07 32,56 71.15
Pertambangan & Penggalian 0,55 6,48 2.03
Industri Penggolahan 1,05 14,11 4.72
Listrik, Gas & Air Bersih 0,18 0,14 0.10
Konstruksi 0,81 3,56 3.28
Perdagangan, Hotel & Restoran 1,35 23,10 8.37
Pengangkutan & Komunikasi 0,36 2,83 0.76
Keuangan, Real Estat & JasaPerusahaan
0,55 2,49 1.88
Jasa-jasa 1,65 14,36 7.71
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : Batang Hari Dalam Angka (data diolah)
106
Data pada Tabel 5.5 menginformasikan bahwa kontribusi ekonomi
terbesar terhadap PDRB Batang Hari berada pada sektor pertanian (32,56%)
dan yang terkecil berada pada sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sebesar
0,14%. Demikian pula distribusi penyerapan tenaga kerja terbesar pada
sektor pertanian (71,15%), dan yang terkecil juga berada pada sektor listrik,
gas dan air bersih yaitu sebesar 0,14%.
Sementara pada empat sektor basis terlihat serapan tenaga kerjanya
sebagai berikut ; (a) sektor pertanian dengan kontribusi terhadap PDRB rata-
rata 32,56%, menyerap tenaga kerja rata-rata 71,15%, (b) sektor industri dan
pengolahan, kontribusinya terhadap PDRB 14,11% dengan serapan tenaga
kerja 4,72%, (c) sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi
terhadap PDRB 23,10%, menyerap tenaga kerja 8,37%, dan (d) sektor jasa
kontribusinya terhadap PDRB sebesar 14,36%, menyerap tenaga kerja rata-
rata sebesar 7,71%.
Berdasarkan data di atas, membuktikan bahwa semakin besar
kontribusi sektor terhadap ekonomi suatu daerah, maka semakin besar pula
serapan tenaga kerja pada sektor tersebut. Besaran kontribusi sektor
terhadap perekonomian suatu wilayah paralel terhadap besaran serapan
tenaga kerja pada sektor yang bersangkutan.
Namun yang perlu dianalisis lebih lanjut adalah apakah ada hubungan
atau korelasi antara pergeseran perkembangan nilai tambah sektor dengan
perkembangan penyerapan tenaga kerja pada sektor yang bersangkutan,
terutama pada sektor basis.
107
5.3. Identifikasi Hubungan Pertumbuhan Sektor Basis TerhadapPenyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Batang Hari
Hubungan pertumbuhan ekonomi sektor basis dengan penyerapan
tenaga kerja menggunakan formula Analisis Korelasi Pearson, yang lebih
dikenal dengan analisis korelasi pearson product moment (PPM), dimana
dengan formula ini akan diketahui hubungan antara pertumbuhan sektor
basis (variabel X) dengan penyerapan tenaga kerja (variabel Y) sebagai
akibat pertumbuhan sektor basis tersebut. Dengan analisa korelasi pearson
akan ditentukan besarnya hubungan kedua variabel tersebut. Korelasi PPM
dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤
r ≥ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna, r = 0
artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sempurna positif
(sangat kuat).
Harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r dengan
penjelasan sebagai berikut :
Interval koefisien 0,00 – 0,199 : Sangat lemahInterval koefisien 0,20 – 0,399 : RendahInterval koefisien 0,40 – 0,599 : Cukup kuatInterval koefisien 0,60 – 0,799 : KuatInterval koefisien 0,80 – 1,000 : Sangat Kuat( Abdurahman, 2011).
Dari hasil perhitungan pertumbuhan ekonomi sektor basis terhadap
penyerapan tenaga kerja pada sektor basis di Kabupaten Batang Hari,
diperoleh hasil seperti tabel di bawah ini.
108
Tabel 5.6.Koefisien Korelasi Sektor Basis terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Kabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
No SEKTOR BASIS
KoefisienKorelasi
TerhadapPenyerapan
Tenaga Kerja
Katagori
1 Pertanian 0,30 Rendah2 Industri Penggolahan 0,05 Sangat lemah
3 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,61 Kuat4 Jasa-jasa 0,82 Sangat Kuat
Sumber : Data diolah
Dari Tabel 5.6 di atas, berdasarkan analisis korelasi (korelasi pearson)
antara nilai PDRB sektor pertanian dan penyerapan tenaga kerja pada sektor
pertanian diperoleh hasil sebesar 0,30. Artinya, pertumbuhan PDRB sektor
pertanian tidak begitu besar dapat mendorong peningkatan penyerapan
tenaga kerja pada sektor tersebut. Hubungan kedua variabel tersebut
tergolong rendah. Pertumbuhan jumlah penyerapan tenaga kerja pada
sektor pertanian di Kabupaten Batang Hari selama periode 2003-2012 lebih
lebih kecil dari pada laju pertumbuhan sektor itu sendiri. Sektor pertanian
tumbuh selama sepuluh tahun terakhir tumbuh rata-rata sebesar 4,24%,
sementara peneyerapan tenaga kerja pada sektor yang sama tumbuh
sebesar 3,907%. Nilai PDRB dan laju pertumbuhan sektor serta jumlah dan
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian tahun 2003-
2012 sebagaimana pada tabel dan grafik berikut.
109
Tabel 5.7.PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Pertanian Kabupaten
Batang Hari Tahun 2003-2012
TahunPDRB Sektor Penyerapan Tenaga Kerja
Nilai(Rp.000.000)
Pertum-buhan (%)
Jumlah(Jiwa)
Pertumbuhan(%)
2003 277.612,72 2,91 62.250 6,032004 288.248,10 3,83 69.523 11,682005 302.400,03 4,91 75.053 7,952006 316.600,03 4,70 81.023 7,952007 330.410,34 4,36 52.721 -34,932008 342.876,28 3,77 65.185 23,642009 358.286,02 4,49 62.406 -4,262010 377.594,56 5,39 76.006 21,792011 392.520,09 3,95 77.627 2,13
2012 408.591,73 4,09 75.370 -2,91
Rata-rata 339.513,99 4,24 66.716 3,907
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013 (data diolah)
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013 (data diolah)
Gambar 5.1.Grafik PDRB Sektor dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Pertanian di
Kabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
110
Rendahnya hubungan nilai tambah sektor pertanian dan penyerapan
tenaga kerja pada sektor pertanian diindikasikan antara lain :
a. Sektor pertanian tidak dapat dijadikan andalan dalam penyerapan
tenaga kerja.
b. Produk pertanian yang dihasilkan sebahagian besar hanya sebatas
barang mentah belum diolah menjadi produk turunan, sehingga relatif
kecil menyerap tenaga kerja.
c. Sektor pertanian tidak menjadi sektor yang menarik bagi tenaga kerja
untuk bekerja pada sektor tersebut.
d. Harga produk pertanian yang tidak stabil dan cenderung selalu turun
membuat sektor ini kurang diminati sebagai sumber penghidupan.
e. Adanya pola kemitraan pada pengembangan usahatani kelapa sawit
yang relatif tidak melibatkan petani lokal secara langsung sebagai
tenaga kerja.
Diperlukan kebijakan yang lebih berpihak dan intensif dalam program
kegiatan pembangunan oleh pemerintah daerah dan pemangku kepentingan
agar dapat mendorong laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja seiring
dengan laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Batang Hari.
Kebijakan tersebut antara lain; mendorong tumbuhnya industri hilir produk
pertanian, meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) seperti melalui perbaikan
infrastruktur, kelayakan harga jual dan perbaikan mutu hasil serta insentif
bagi petani untuk pembiayaan input.
111
Sektor pertanian bagi daerah agraris seperti Kabupaten Batang Hari
harus menjadi perhatian tersendiri. Menurut pemikiran Lewis Kuznets dalam
Sutanto (1986) bahwa sektor tradisonal atau sektor subsistem atau juga
disebut sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar dalam proses
pembangunan terutama dalam hal menyerap tenaga kerja. Sektor pertanian
seakan menjadi sektor yang sekunder dalam pembangunan. Pemikiran
Schultz dalam Sutanto (1986) juga berpendapat yang sama bahwa
pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pembangunan pada sektor
pertanin. Schultz mengambil kesimpulan bahwa faktor manusia jauh lebih
dominan kontibusinya terhadap pembangunan pertanian dan pembangunan
ekonomi.
Selanjutnya tentang sektor industri dan pengolahan. Hasil analisis
korelasi pearson product moment (PPM) antara nilai PDRB dan jumlah
penyerapan tenaga kerja pada sektor industri dan pengolahan diperoleh
koefisien 0,05, atau lebih kecil dari koefisien korelasi sektor pertanian. Nilai
korelasi ini mengindikasikan bahwa hubungan antara perkembangan nilai
tambah dan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri dan pengolahan
tergolong sangat lemah, bahkan di bawah sektor pertanian. Nilai koefisien
korelasi ini memberi gambaran bahwa rendahnya dampak pertumbuhan
sektor industri dan pengolahan terhadap penyerapan tenaga kerja pada
sektor tersebut. Maju mundurnya perkembangan sektor ini, tidak berdampak
besar terhadap perkembangan penyerapan tenaga kerja. Pertumbuhan nilai
112
PDRB dan penyerapan tenaga kerja pada sektor ini terlihat pada Tabel 5.8
berikut ini.
Tabel 5.8.Nilai PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri Pengolahan
Kabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
TahunPDRB Sektor Penyerapan Tenaga Kerja
Nilai(Rp.000.000)
Pertum-buhan (%)
Jumlah(Jiwa)
Pertumbuhan(%)
2003 139.096,68 4,33 5.338 8,172004 135.878,39 -2,31 5.537 3,732005 137.447,38 1,15 5.637 1,812006 140.513,37 2,23 5.739 1812007 142.465,97 1,39 1.973 -65,632008 143.740,89 0,89 2.005 1,672009 145.978,59 1,56 4.029 100,892010 150.349,91 2,99 3.925 -2,582011 154.197,56 2,56 4.905 24,972012 162.678,69 5,50 5.898 20,26
Rata-rata 145.234,74 2,03 4.499 9,51
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013 (data diolah)
Dari Tabel 5.8 di atas terlihat jumlah tenaga kerja yang bekerja pada
sektor industri pengolahan dari tahun 2003 sampai 2006 relatif stabil,
kemudian anjlok pada tahun 2007 dengan laju pertumbuhan yang negatif (-
65,63%), dan sejak 2008 naik kembali secara bertahap sampai tahun 2012.
Pertumbuhan PDRB sektor industri dan pengolahan berjalan searah dengan
perkembangan penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut, namun tingkat
hubungan sangat lemah pada koefisien 0,05. PDRB sektor tumbuh rata-rata
sebesar 2,03%, sementara jumlah tenaga kerja tumbuh lebih besar yaitu
9,51%. Hubungan korelasi ini dapat digambarkan melalui grafik berikut ini.
113
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, 2013 (Data diolah)
Gambar 5.2.Grafik Nilai PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri Pengolahan
di Kabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
Turunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan
secara drastis pada tahun 2007 disinyalir sebagai dampak dari kebijakan
pemerintah tentang ilegal loging yang berakibat terhadap ditutupnya
beberapa perusahan pengolahan kayu. Hal ini menyebabkan banyak tenaga
kerja pada beberapa perusahaan pengolahan kayu yang di-PHK.
Selain hal di atas, faktor kemampuan SDM (skill) tenaga kerja juga
berpengaruh besar pada lapangan pekerjaan di sektor industri pengolahan.
Lapangan pekerjaan pada sektor ini memerlukan tenaga kerja yang memiliki
skill yang sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan. Banyak tenaga kerja
yang tersedia tetapi tidak dapat diserap oleh industri, karena keahliannya
tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri. Pada aspek ini
114
diperlukan peranan pemerintah untuk melakukan pendidikan atau pelatihan
terhadap tenaga kerja agar memiliki skill yang dibutuhkan oleh industri serta
memacu tumbuhnya lapangan kerja melalui penciptaan usaha industri kecil
yang banyak menyerap tenaga kerja tetapi tidak begitu menuntut keahlian
tinggi. Semakin banyak jumlah industri kecil akan membawa dampak sangat
luas terhadap penyerapan tenaga kerja.
Berikut ini korelasi antara perkembangan nilai PDRB dengan
perkembangan penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.9.Nilai PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Perdagangan
Kabupaten Batang Hari Tahun 2003-2012
TahunPDRB Sektor Penyerapan Tenaga Kerja
Nilai(Rp.000.000)
Pertum-buhan (%)
Jumlah(Jiwa)
Pertumbuhan(%)
2003 180.400,00 774 3.174 7,592004 195.683,33 8,47 3.283 3,432005 209.429,62 7,02 3384 3,082006 219.653,83 4,88 3.488 3,072007 229.226,72 4,36 11.379 226,232008 239.855,70 4,64 14.397 26,522009 251.710,11 4,94 13.698 -4,852010 267.711,32 6,36 15.043 9,822011 305.888,61 14,26 10.958 -27,162012 333.596,19 9,06 10.266 -6,31
Rata-rata 243.315,54 12,60 8.907 24,14Sumber : BPS Batang Hari, 2013 (data diolah)
115
Berdasarkan Tabel 5.9 di atas diperoleh nilai koefisien korelasi
(korelasi pearson) antara pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan dan
penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan sebesar 0,61, artinya
hubungan diantara keduanya adalah positif kuat. Korelasi ini
mengindikasikan bahwa antara perkembangan nilai tambah PDRB sektor
perdagangan, hotel dan restoran berkorelasi positif dengan perkembangan
penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut. Hal ini terlihat pada grafik di
bawah ini.
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013 (data diolah)
Gambar 5.3.Grafik Nilai PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Perdagangan di
Kabupaten Batang Hari Tahun 2008-2012
Dari data yang disajikan pada Tabel 5.9, ternyata laju pertumbuhan
sektor perdagangan di Kabupaten Batang Hari rata-rata sebesar 12,60%.
Dari tahun 2003 sampai 2005 tumbuh cukup tinggi (7,02% - 8,47%). Namun
dari tahun 2006 sampai 2009 turun cukup drastis dan relatif stabil pada
kisaran 4%.
116
Pada sisi lain penyerapan tenaga kerja pada sektor ini tumbuh cukup
tinggi rata-rata sebesar 24,14% dan sangat berpluktuatif, terutama sekali
pada tahun 2007 naik sangat tajam dari tahun sebelumnya dan dari tahun
2008 sampai 2012 menurun cukup besar. Sementara jumlah penyerapan
tenaga kerja sangat rendah hanya rata-rata 8.907 jiwa. Penyerapan tenaga
kerja justeru mengalami peningkatan cukup besar, terutama pada periode
2007 – 2009, dan pada tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi sektor
perdagangan pada tahun 2011 mengalami peningkatan sangat tajam dari
tahun sebelumnya. Sebaliknya penyerapan tenaga kerja justeru negatif
(-27,16%) dari tahun sebelumnya.
Fakta di atas menyebabkan korelasi antara perkembangan nilai PDRB
sektor perdagangan dengan penyerapan tenaga pada sektor tersebut
bertendensi kuat dan positif. Semakin besar nilai PDRB sektor
perdagangan maka semakin besar pula penyerapan tenaga kerja pada
sektor itu.
Sektor basis keempat di Kabupaten Batang Hari adalah sektor jasa-
jasa. Berdasarkan analisis, sektor jasa-jasa diidentifikasi sebagai sektor
basis dengan nilai LQ terbesar (1,65) dibanding tiga sektor basis lainnya. Ini
menunjukkan bahwa nilai produksi sektor jasa-jasa berperan besar dalam
perekonomian Batang Hari. Proporsi produksi sektor jasa lebih besar untuk
dijual keluar wilayah Kabupaten Batang Hari sehingga menghasilkan
pendapatan masyarakat yang lebih besar dan dapat merangsang permintaan
(demand) dalam daerah. Peningkatan demand pada akhirnya juga akan
117
merangsang pertumbuhan sektor lain dan sekaligus meningkatkan
permintaan tenaga kerja pada sektor yang bersangkutan secara timbal balik.
Potret hubungan antara perkembangan ekonomi sektor jasa-jasa dan
penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut terlihat pada Tabel 5.10 dan
Garafik 5.4 berikut ini.
Tabel 5.10.Nilai PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Jasa Kabupaten
Batang Hari Tahun 2003-2012
TahunPDRB Sektor Penyerapan Tenaga Kerja
Nilai(Rp.000.000)
Pertum-buhan (%)
Jumlah(Jiwa)
Pertumbuhan(%)
2003 89.711,18 8,38 3.221 7,012004 100.258,32 11,76 3.330 3,382005 111.178,02 10,89 4.050 21,262006 124.914,25 12,36 4.926 21,632007 140.582,63 12,54 8.849 79,642008 156.997,72 11,68 7.671 -13,312009 175.727,18 11,93 13.894 81,132010 195.511,17 11,26 15.259 9,822011 216.339,15 10,65 11.114 -27,162012 235.844,04 9,02 10.413 -6,31
Rata-rata 154.706,37 11,05 8.273 17,71Sumber : BPS Batang Hari, 2013 (data diolah)
Tabel 5.10 menunjukkan sektor jasa pada periode 2003-2012 rata-
rata memberi nilai tambah dalam PDRB Batang Hari sebesar
Rp154.706.370.000 dengan laju pertumbuhan relatif stabil pada kisaran
angka 11,05%. Penyerapan tenaga kerja pada sektor ini tumbuh
berpluktuasi pada kisaran rata-rata 17,71%. Dari tahun 2003 – 2006, jumlah
tenaga kerja yang terserap pada sektor ini relatif sedikit, kemudian melonjak
118
sangat drastis hampir dua kali lipat pada tahun 2007. Secara kumulatif
jumlah tenaga kerja di Kabupaten Batang Hari yang terserap pada sektor
jasa rata-rata sebanyak 8.273 jiwa.
Korelasi antara perkembangan nilai PDRB sektor jasa dengan jumlah
penyerapan tenaga kerja pada sektor ini ditunjukkan sebagaimana gambar
grafik di bawah ini.
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, Tahun 2013 (data diolah)
Gambar 5.4.Grafik Nilai PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Jasa di Kabupaten
Batang Hari Tahun 2008-2012
Grafik di atas menggambarkan hasil analisis korelasi pearson product
moment (PPM) menunjukan nilai koefisien korelasi antara perkembangan
nilai PDRB sektor jasa-jasa dan perkembangan penyerapan tenaga kerja
pada sektor jasa-jasa sebesar 0,82, artinya hubungan di antara keduanya
sangat kuat, dan merupakan sektor dengan nilai korelasi dengan
119
penyerapan tenaga kerja tertingggi di antara tiga sektor basis lainnya di
Kabupaten Batang Hari. Nilai korelasi ini mengindikasikan ada hubungan
yang positif dan sangat kuat antara perkembangan nilai tambah ekonomi
sektor jasa-jasa dengan perkembangan penyerapan tenaga pada sektor
tersebut.
Pertumbuhan ekonomi dari sektor jasa dibangun dari dua subsektor,
yaitu subsektor pemerintahan umum dan subsektor swasta. Secara empiris
subsektor swasta merupakan yang terbesar menyerap tenaga kerja, karena
menyangkut lapangan usaha masyarakat banyak seperti jasa sosial
kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi dan jasa perorangan & rumah tangga.
Data PDRB Kabupaten Batang Hari (lihat Lampiran 4) menunjukan bahwa
sektor jasa memberi kontribusi terhadap PDRB Batang Hari relatif besar rata-
rata 14,36%, menempati urutan ketiga setelah sektor pertanian dan
perdagangan. Kontribusi tersebut sebahagian besar disumbang dari
subsektor pemerintahan umum sebesar 13,35%, sementara subsektor
swasta hanya menyumbang 1,01%.
Sama halnya dengan kontribusi terhadap PDRB, serapan tenaga kerja
pada sektor jasa juga cukup besar yaitu 7,71%, menempati urutan ketiga
setelah sektor pertanian dan sektor perdagangan. Indikasi ini membawa
kepada suatu kesimpulan, kontribusi dan laju pertumbuhan sektor jasa cukup
tinggi, seiring dengan perkembangan serapan tenaga kerja pada sektor
tersebut. Fakta ini yang menyebabkan korelasinya dengan penyerapan
tenaga kerja di Kabupaten Batang Hari sangat kuat. Dengan demikian,
120
adalah wajar jika keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi sektor jasa
dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut sangat kuat (0,82).
Berdasarkan hasil identifikasi hubungan pertumbuhan sektor basis
dengan penyerapan tenaga kerja sebagaimana pada Tabel 5,6, ditemukan
ada dua sektor basis yang memiliki korelasi yang kuat dan positif dengan
tingkat penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Batang Hari, yaitu sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa. Sedangkan sektor
pertanian dan sektor industri pengolahan memiliki hubungan (korelasi)
dengan penyerapan tenaga kerja rendah (rendah dan sangat rendah).
Sekalipun sektor pertanian laju pertumbuhannya lebih persisten, namun tidak
demikian dalam hal perkembangan penyerapan tenaga kerja dibandingkan
sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Demikian pula
sektor industri dan pengolahan. Sedangkan sektor jasa-jasa dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebagai sektor basis, perkembangannya
berkorelasi kuat dan positif dengan tingkat penyerapan tenaga kerja.
Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis korelasi ini dapat
disimpulkan bahwa hipotesa tentang terdapat hubungan yang positif dan
kuat antara pertumbuhan sektor basis dengan penyerapan tenaga kerja pada
sektor basis tersebut di Kabupaten Batang Hari, tidak dapat dibuktikan,
karena tidak seluruh sektor basis memiliki korelasi yang kuat dengan
penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut.
121
5.4. Identifikasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Batang Haridalam Pembangunan Sektor Basis
Proses pembangunan tidak terjadi begitu saja, tetapi harus diciptakan
melalui intervensi pemerintah, melalui kebijakan-kebijakan yang mendorong
terciptanya proses pembangunan. Blakely (1994) mengemukakan akan
pentingnya peran pemerintah, dengan mengemukakan sejumlah faktor yang
mempengaruhi pembangunan daerah. Faktor-faktor tersebut adalah sumber
daya alam, tenaga kerja, investasi modal, kewirausahaan, transportasi,
komunikasi, komposisi sektor industri, teknologi, pasar ekspor, situasi
perekonomian internasional, kapasitas pemerintah daerah, pengeluaran
pemerintah dan dukungan pembangunan.
Secara umum, pada perekonomian modern terdapat tiga peran pokok
pemerintah dalam pembangunan, yaitu peran alokasi, distribusi dan peran
stabilisasi (Mangkoesoebroto, 2001). Pelaksanaan peran ini salah satunya
terlihat dalam pengambilan kebijakan yang tertuang dalam program dan
pembangunan daerah, termasuk di dalamnya pada kebijakan daerah untuk
pengembangan sektor basis/ unggulan daerah. Kebijakan pemerintah dalam
proses pembangunan akan berimplikasi terhadap program dan kegiatan
pembangunan. Artinya, arah kebijakan dan prioritas pembangunan di suatu
daerah terlihat pada program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah daerah melalui lembaga teknis masing-masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD).
122
Pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Batang Hari mengacu
kepada visi pembangunan dalam karidor waktu 2011-2016 yang berbunyi
“Bangun Ekonomi Rakyat Lanjutkan Pembangunan Dengan Iman dan
Pemerataan”. Visi tersebut yang diterjemahkan ke dalam lima misi
pembangunan, sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan menjalankan kebijakan
pembangunan ekonomi dengan prinsif-prinsif ekonomi kerakyatan;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan yang agamis, berakhlak mulia, yang
ditopang oleh kesadaran saling menghormati dan saling mendukung
antara ulama’ dan umaro;
c. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk sumber
daya aparatur;
d. Meningkatkan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara
proforsional, efektif, efisien, akuntabel dan transparan melalui penerapan
reformasi birokrasi yang berkeadilan;
e. Meningkatkan penggalian potensi Sumber Daya Alam (SDA) sebagai
salah satu sumber daya pembangunan, dengan prinsip berkelanjutan
serta menjaga kelestraian lingkungan dan keseimbangan ekosistem.
Secara umum terdapat empat fokus utama pembangunan daerah ini,
yaitu bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan dan bidang
infrastruktur pelayanan umum. Keempat bidang tersebut dilaksanakan
secara sinergis, holistik dan komprehensif serta terintegrasi dengan berbagai
bidang pembangunan lainnya.
123
Hasil analisis menunjukan terdapat empat sektor yang menjadi sektor
basis di Kabupaten Batang Hari, yaitu sektor pertanian, industri dan
penggolahan, perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Berikut
ini akan diidentifikasi seperti apa kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Batang Hari dalam membangun, mendorong dan mengembangan sektor
basis tersebut. Identifikasi ini merujuk kepada dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) Kabupaten Batang Hari
tahun 2006 - 2021 dan dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Batang Hari Tahun 2011 – 2016.
5.4.1. Kebijakan pada Sektor Pertanian
Sesuai dengan RPJMD Kabupaten Batang Hari Tahun 2011 – 2016,
kebijakan pembangunan pada sektor pertanian diarahkan kepada upaya
peningkatan pemanfaatan potensi, produksi dan produktifitas pertanian
secara berkelanjutan serta berkeadilan dengan tetap menjaga kelestasian
lingkungan dan keseimbangan ekosistem melalui :
a. Peningkatan daya tarik investasi di daerah.
b. Revitalisasi industri hilir produk perkebunan .
c. Revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan.
d. Peningkatan produktivitas dan kompetensi tenaga kerja.
e. Peningkatan ketahanan pangan.
Mengacu kepada arah kebijakan tersebut, terdapat beberapa program
kegiatan pembangunan pada masing-masing subsektor sebagai berikut :
124
a. Subsektor Perkebunan
1) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Perkebunan.
2) Pengembangan Perbenihan Perkebunan.
3) Pengembangan Proteksi Tanaman Perkebunan.
4) Peningkatan Prasarana dan Sarana Perkebunan.
5) Peningkatan Penerapan Teknologi Perkebunan
6) Pengembangan Kelembagaan Usaha Perkebunan.
7) Program Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan.
b. Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Pada subsektor tanaman bahan makanan, program dan kegiatan yang
tertuang dalam RPJMD Batang Hari tahun 2011 – 2016, antara lain sebagai
berikut :
1) Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian.
2) Pengembangan Lumbung Pangan.
3) Pengembangan Sentra-sentra Produksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
4) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan dan
Hortikultura.
5) Pemberdayaan Penyuluh Pertanian.
6) Perbaikan dan Penyediaan Infrastruktur/ Sarana dan Prasarana
pertanian.
7) Pengembangan Agribisnis.
8) Pengembangan, pengelolaan dan rehabilitasi Jaringan Irigasi.
125
c. Subsektor Peternakan
Beberapa program dan kegiatan pembangunan pada subsektor
peternakan di Kabupaten Batang Hari tahun 2011 – 2016, sebagai berikut :
1) Peningkatan Produksi Hasil Peternakan.
2) Pencegahan Penanggulangan Penyakit Ternak.
3) Penerapan Teknologi Peternakan.
4) Pengembangan Peternakan.
5) Peningkatan Fungsi Kesmavet.
6) Peningkatan Pemasaran Hasil Peternakan.
d. Subsektor Perikanan
Program dan kegiatan pembangunan pada subsektor perikanan tahun
2011 – 2016, sebagai berikut :
1) Optimalisasi Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan.
2) Peningkatan Kesejahteraan Petani
3) Pengembangan Perikanan Budidaya.
4) Pengembangan Perikanaan Tangkap.
5) Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian
Sumber Daya Perikanan.
e. Subsektor Kehutanan
Sedangkan program dan kegiatan pembangunan pada subsektor
kehutanan adalah sebagai berikut :
1) Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Pembangunan Desa Mandiri
Pangan dan Pembangunan Lumbung Desa.
2) Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Kehutanan.
126
5.4.2. Kebijakan pada Sektor Industri Pengolahan
Kebijakan pembangunan pada sektor industri pengolahan diarahkan
kepada upaya peningkatan peran industri kecil dan menengah dan
pengembangan industri hilir dalam rangka mengembangkan ekonomi
kerakyatan dan peningkatan nilai tambah produk-produk primer serta
peningatan penyerapan tenaga kerja. Kebijakan tersebut ditempuh melalui
program dan kegiatan sebagai berikut :
1) Peningkatan kapasitas Iptek system produksi
2) Pengembangan industri kecil dan menengah
3) Peningkatan kemampuan teknologi industri
4) Penataan struktur industri
5) Pengembangan sentra-sentra industri potensial
6) Pemanfaatan kawasan hutan industri
7) Pembinaan dan penerbitan industri hasil hutan
8) Peningkatan daya Tarik investasi di daerah
9) Revitalisasi industri hilir produk perkebunan
5.4.3. Kebijakan pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pada sektor perdagangan, kebijakan pembangunan diarahkan kepada
upaya pemberdayaan koperasi dan UMKM untuk meningkatkan pendapatan
kelompok masyarakat miskin dan berpendapatan rendah melalui
peningkatan akses kepada sumber daya produktif. Pemberdayaan sektor ini
difokuskan pada peningkatan daya saing koperasi dan UMKM melalui upaya
peningkatan kompetensi, kewirausahaan, dan produktivitas, yang didukung
127
dengan kelembagaan dan kerja sama usaha dan pemasaran yang mampu
beradaptasi sesuai dengan kebutuhan pasar.
Kebijakan di atas ditempuh melalui beberapa program dan keguatan
pembangunan sebagai berikut :
1) Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UMKM.
2) Meningkatkan dan mengembangkan produk dan pemasaran bagi
koperasi dan UMKM.
3) Meningkatkan daya saing SDM koperasi dan UMKM.
4) Meningkatkan akses usaha mikro dan kecil kepada sumber daya
produktif serta sumber pembiayaan usaha.
5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berusaha bagi koperasi.
usaha mikro, kecil dan menengah.
6) Peningkatan dan pengembangan ekspor.
7) Perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan.
8) Peningkatan kerjasama perdagangan internasional
9) Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri
10) Peningkatan sarana dan prasarana perdagangan
5.4.4. Kebijakan pada Sektor Jasa-Jasa
Arah dan kebijakan pembangunan sektor jasa-jasa tidak disebutkan
secara implisit dalam RPJMD Kabupaten Batang Hari tahun 2011 – 2016.
Kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pada sektor ini tersebar di
dalam berbagai sektor dan bidang pembangunan daerah.
128
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebagaimana
dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis LQ, terdapat empat sektor yang menjadi
sektor basis di Kabupaten Batang Hari, yaitu sektor pertanian, industri
dan pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor jasa –
jasa. Produksi empat sektor ini selain dapat memenuhi kebutuhan
dalam daerah, juga dapat dijual ke luar daerah Kabupaten Batang Hari.
Sementara sektor pertambangan dan penggalian, listrik, gas & air
bersih, pengangkutan & komunikasi dan sektor Jasa-jasa, berdasarkan
analisis DLQ, diprediksi dapat menjadi sektor basis untuk jangka
panjang.
2. Laju pertumbuhan ekonomi empat sektor basis di Kabupaten Batang
Hari relatif kecil dibanding sektor lain ; sektor pertanian hanya rata-rata
4,24%, industri dan pengolahan 2,03%, perdagangan, hotel dan
restoran 7,17% dan sektor jasa – jasa rata-rata 11,05%. Dari empat
sektor ini, yang paling besar menyerap tenaga kerja adalah sektor
pertanian, rata-rata 71,15%. Sementara sektor industri dan pengolahan
hanya 4,72%, perdagangan, hotel dan restoran 8,37% dan sektor jasa –
jasa rata-rata 7,71%.
129
3. Hanya dua sektor basis yang pertumbuhannya berkorelasi kuat dan
positif dengan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Batang Hari, yaitu
sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan
PDRB dua sektor ini bergerak searah dengan tingkat penyerapan
tenaga kerja pada sektor tersebut. Sementara pertumbuhan sektor
pertanian dan sektor industri pengolahan korelasinya dengan
penyerapan tenaga kerja rendah dan sangat lemah.
4. Arah kebijakan pembangunan Daerah Kabupaten Batang Hari pada
sektor basis ; (1) pertanian, diarahkan pada peningkatan pemanfaatan
potensi, produksi dan produktifitas pertanian secara berkelanjutan
dengan tetap menjaga kelestasian lingkungan dan keseimbangan
ekosistem, (2) industri dan pengolahan diarahkan pada upaya
peningkatan peran industri kecil dan menengah serta industri hilir, dan
(3) sektor Perdagangan, hotel dan restoran diarahkan pada upaya
pemberdayaan koperasi dan UMKM untuk meningkatkan pendapatan
kelompok masyarakat miskin dan berpendapatan rendah melalui
peningkatan akses kepada sumber daya produktif.
6.2. Saran
1. Agar sektor pertanian dapat dipertahankan menjadi sektor basis di
Kabupaten Batang Hari, diperlukan kebijakan daerah yang dapat
mendorong laju pertumbuhan dan laju penyerapan tenaga kerja pada
sektor tersebut melalui pengembangan industri hilir produk pertanian,
130
peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP), perbaikan infrastruktur,
memperbaiki regulasi pemanfaatan potensi SDA pertanian yang dapat
saling menguntungkan semua pihak, kelayakan harga jual dan
perbaikan mutu hasil serta insentif bagi petani untuk pembiayaan input.
2. Diperlukan perhatian lebih serius dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Batang Hari agar pertumbuhan sektor basis berdampak besar
terhadap laju penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut, antara
lain melalui peningkatan kualitas SDM angkatan kerja yang sesuai
dengan permintaan pasar kerja dan peningkatan daya tarik lapangan
usaha bagi angkatan kerja.
3. Agar Pemerintah Kabupaten Batang Hari dapat mengevaluasi
kebijakan pembangunan pada beberapa sektor yang dinyatakan
sebagai sektor non basis, serta menetapkan kebijakan yang dapat
mendorong sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif melalui
ekselerasi berbagai program dan kegiatan yang tepat serta
penganggaran pembangunan yang memadai.
131
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Maman, dkk, 2011. Dasar-Dasar Metode Statistika untukPenelitian, CV. Pustaka Setia. Bandung.
Anonim, 2010. PDRB Kabupaten Batang Hari Menurut Lapangan UsahaTahun 2009, Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan DaerahKabupaten Batang Hari dengan BPS Kabupaten Batang Hari.
----------, 2011. Rencana Pembangunan Jangka Menengah KabupatenBatang Hari Tahun 2011-2016, Badan Perencanaan PembangunanDaerah Kabupaten Batang Hari.
-----------, 2012. PDRB Kabupaten Batang Hari Menurut Lapangan UsahaTahun 2011, Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan DaerahKabupaten Batang Hari dengan BPS Kabupaten Batang Hari.
-----------, 2013. Batang Hari dalam Angka Kabupaten Batang Hari Tahun2012, Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan DaerahKabupaten Batang Hari dengan BPS Kabupaten Batang Hari.
Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan PembangunanEkonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta.
Blakley, Edward, J. (1994). Planning Lokal Economic Development. Theoryand Practice, Second Edition, USA, Sage Publikation, Inc, California.
Ferdian, V (2007). Telaah Sektor Unggulan Provinsi Lampung: SebuahEksplorasi dengan Data Survey Petensi Desa, PDRB, dan Input-Output. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.
Glasson, Jhon,(1990). Pengantar Perencanaan Regional (Terjemahan olehPaul Sihotang). BPFE.Yogyakarta.
Jhingan, M.L, (1993). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Kamaluddin, (1998). Pengantar Ekonomi Pembangunan. Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia, Jakarta.
Katamso, SA, (2004). Analisis Sektor Unggulan Dalam RangkaMeningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Tanjung Jabung BaratProvinsi Jambi. Tesis Universitas Jambi. Jambi.
Lahmudin, (2010). Pergeseran Struktural Perekonomian KabupatenSarolanguun Periode 2004-2008. Tesis Universitas Jambi. Jambi.
132
Mangkoesoebroto, Guritno, (1997). Pengembangan Industri PedesaanMelalui Koperasi dan Usaha Kecil. BPFE, Yogyakarta.
-----------, (2001), Ekonomi Publik. BPFE, Yogyakarta.
Mardiasmo, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Andi, Yogyakarta.
Musgrave, Richard, (1993). Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek.Penerbit Erlangga, Jakarta
Pahrudin, (2010). Analisis Potensi Ekonomi dan Typologi PertumbuhanAntara Daerah di Provinsi Jambi. Tesis Universitas Jambi, Jambi.
Pass, Christopher dan Lowes, Bryan, (1998). Kamus Lengkap Ekonomi.Penerbit Erlangga Jakarta
Rachmady (2008). Analisis Sektor Unggulan dan Hubungannya denganPerkembangan Ekonomi serta Kemiskinan di Kabupaten Merangin(2008). Tesis Univeristas Jambi. Jambi.
Sagir, Soeharsono, (1982). Kesempatan Kerja ketahanan Nasional danPembangunan Manusia Seutuhny. Penerbit Alumni, Bandung.
Singarimbun, M dan Efendi, S, (1995). Metode Penelitian Survey. LP3ES,Jakarta.
Sukirno, (2000). Makro Ekonomi Modern. Edisi I, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Suparmoko, (2000). Keuangan Negara. BPFE, Yogyakarta.
Susanti, Hera, (1995). Indikator-Indikator Makroekonomi. Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia, Jakarta
Sutanto A, (1986). Angkatan Kerja dan Pengangguran : Metode Pengukurandalam Majalah Forum Statistik, No 1 dan 2 Tahun V. BPS, Jakarta.
Todaro, Meichael – P, (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ke Tiga(Terjemahan oleh Drs. Harismunandar, M.A). Erlangga, Jakarta.
Tulus,Tambunan, (2003). Perekonomian Indonesia Beberapa PersoalanPenting, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Zein, Harun, (1982). Sumber Daya Manusia, Kesempatan Kerja danPembangunan Ekonomi. Penerbit Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia, Jakarta.
Lampiran 1. Produk Domestik Ragional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi Menurut Sektor
Atas Dasar Harga Konstans 2000 Tahun 2003 - 2012 (Juta Rupiah)
NO LAPANGAN USAHA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'1 PERTANIAN 3.467.459 3.643.691 3.811.541 4.243.612 4.437.448 4.691.196 5.003.441 5.262.856 5.580.225 6.004.284 4.614.575
a. Tanaman Bahan Makanan 1.318.832 1.394.171 1.472.144 1.553.056 1.618.933 1.731.837 1.843.834 1.916.071 2.009.086 2.162.675 1.702.064 b. Tanaman Perkebunan 1.409.277 1.516.507 1.588.829 1.989.267 2.072.373 2.197.097 2.368.323 2.531.684 2.722.741 2.948.764 2.134.486 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 265.601 286.871 299.051 292.621 299.188 306.363 326.042 344.559 370.515 390.108 318.092 d. Kehutanan 296.896 271.999 265.756 270.595 274.831 270.900 264.386 259.362 256.824 271.698 270.325 e. Perikanan 176.852 174.142 185.762 138.073 172.123 184.998 200.856 211.180 221.059 231.039 189.609
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1.561.951 1.572.121 1.588.493 1.472.753 1.614.207 1.851.478 1.875.312 2.146.442 2.642.297 2.587.399 1.891.245 a. Minyak dan Gas Bumi 1.472.807 1.444.783 1.454.905 1.262.543 1.371.324 1.447.702 1.486.590 1.666.001 2.065.311 2.010.413 1.568.238 b. Pertambangan Bukan Migas 0 0 0 69.106 75.550 224.679 196.397 268.732 348.850 348.850 153.216 c. Penggalian 89.144 127.338 133.588 141.105 167.332 179.098 192.325 211.709 228.136 228.136 169.791 c. Penggalian 89.144 127.338 133.588 141.105 167.332 179.098 192.325 211.709 228.136 228.136 169.791
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 1.644.400 1.702.804 1.769.221 1.847.833 1.948.460 2.058.252 2.137.363 2.233.275 2.347.523 2.347.523 2.003.665 a. Industri Migas 92.287 97.251 102.789 115.271 128.770 133.613 113.055 127.244 131.291 141.061 118.263 1. Pengilangan Minyak Bumi 92.287 97.251 102.789 115.271 128.770 133.613 113.055 127.244 131.291 141.061 118.263 2. Gas Alam Cair 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b. Industri Bukan Migas 1.552.113 1.605.554 1.666.431 1.732.563 1.819.690 1.924.639 2.024.308 2.106.031 2.216.231 2.391.862 1.903.942 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 486.644 512.592 549.093 609.464 678.200 759.966 836.388 918.073 964.623 1.069.421 738.446 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 11.701 11.747 11.975 12.189 13.122 14.223 15.027 15.839 17.072 17.809 14.071 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 858.308 881.113 900.057 901.648 904.232 908.669 920.902 893.326 939.124 977.608 908.499 4. Kertas dan Barang Cetakan 92.776 95.503 97.931 99.498 101.571 103.757 105.573 114.761 122.031 136.711 107.011 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 28.546 28.665 28.994 29.494 32.000 35.089 37.001 42.532 45.632 49.957 35.791 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 48.554 49.228 50.444 51.406 59.589 69.479 73.107 82.310 87.396 98.082 66.960 7. Logam Dasar Besi & Baja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9.570 9.600 9.827 9.967 10.566 11.204 11.750 12.281 13.032 14.068 11.187 9. Barang lainnya 16.013 17.105 18.109 18.896 20.409 22.251 24.559 26.909 27.321 28.207 21.978
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 82.348 93.080 97.824 105.047 109.744 117.731 128.646 145.524 161.918 172.609 121.447
a. Listrik 67.772 77.052 80.691 86.718 91.247 99.510 109.667 125.923 141.469 150.974 103.102
b. Gas Kota 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Air Bersih 14.576 16.028 17.133 18.329 18.497 18.221 18.979 19.601 20.449 21.635 18.345
5 KONSTRUKSI 353.315 444.302 535.289 570.984 654.223 721.482 782.475 835.368 888.073 1.031.629 681.714
6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1.859.318 1.971.470 2.149.765 2.319.674 2.464.612 2.562.858 2.764.830 3.046.733 3.340.709 3.673.985 2.615.396 a. Perdagangan Besar & Eceran 1.679.103 1.779.024 1.946.813 2.104.228 2.246.878 2.332.412 2.528.315 2.794.539 3.071.580 3.383.641 2.386.653 b. Hotel 23.525 24.540 26.091 28.716 30.228 42.033 44.281 52.259 58.441 64.421 39.454 c. Restoran 156.690 167.906 176.861 186.730 187.506 188.413 192.234 199.936 210.689 225.923 189.289
7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 895.952 953.897 1.021.599 1.082.251 1.159.480 1.198.513 1.268.175 1.320.270 1.374.510 1.473.275 1.174.792 a. Pengangkutan 833.152 882.352 932.378 987.933 1.057.645 1.092.367 1.154.646 1.199.649 1.248.114 1.338.404 1.072.664 1. Angkutan Jalan Rel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1. Angkutan Jalan Rel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2. Angkutan Jalan Raya 556.369 573.671 602.026 634.535 681.554 711.542 746.066 766.300 787.899 846.004 690.597 3. Angkutan Laut 112.141 114.812 123.281 132.527 144.656 150.732 157.255 161.727 168.395 175.673 144.120 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 57.556 59.132 61.570 64.233 64.456 65.824 66.827 68.038 70.388 71.924 64.995 5. Angkutan Udara 57.770 81.857 89.526 97.020 101.979 96.627 113.968 130.161 143.578 161.959 107.444 6. Jasa Penunjang Angkutan 49.316 52.880 55.975 59.618 65.001 67.642 70.530 73.423 77.854 82.844 65.508 b. Komunikasi 62.799 71.545 89.221 94.318 101.834 106.146 113.529 120.621 126.396 134.872 102.128
1. Pos dan Telekomunikasi 62.110 70.727 88.253 93.214 100.701 104.981 112.287 119.295 125.000 133.414 100.998
2. Jasa Penunjang Komunikasi 690 818 967 1.104 1.133 1.165 1.242 1.325 1.395 1.458 1.130390.118 446.226 483.787 511.718 609.271 754.771 889.519 997.305 1.087.897 1.172.817 734.343
a. Bank 82.882 126.148 135.563 145.556 217.917 342.448 447.525 529.236 591.371 647.847 326.649 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 35.103 36.093 38.044 39.884 43.082 45.315 48.706 52.110 56.696 61.922 45.695 c. Jasa Penunjang Keuangan 1.534 2.142 2.294 2.451 3.449 4.274 4.914 5.441 5.944 6.440 3.888 d. Real Estat 259.611 270.487 295.971 311.233 331.367 348.784 373.762 395.194 417.671 439.674 344.375 e. Jasa Perusahaan 10.988 11.355 11.914 12.595 13.457 13.949 14.612 15.325 16.215 16.934 13.734
KEUANGAN REAL ESTAT, & JASAPERUSAHAAN
8
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'
9 JASA-JASA 1.088.419 1.126.294 1.162.454 1.209.748 1.277.716 1.341.489 1.425.146 1.482.880 1.539.245 1.552.150 1.320.554
a. Pemerintahan Umum 915.860 942.325 963.730 1.000.283 1.054.111 1.108.382 1.182.165 1.229.320 1.277.194 1.277.194 1.095.057
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 584.319 602.146 615.184 640.149 673.577 708.031 756.586 787.994 823.204 823.204 701.439
2. Jasa Pemerintah lainnya 331.541 340.179 348.546 360.135 380.534 400.351 425.579 441.326 453.991 453.991 393.617
b. Swasta 172.559 183.970 198.724 209.465 223.605 233.107 242.981 253.560 262.051 274.955 225.498
1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 112.227 119.325 129.652 135.769 143.408 148.834 156.378 163.954 168.879 177.022 145.545
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 11.230 11.731 12.407 13.043 13.243 13.588 13.854 14.313 14.707 15.410 13.352
3. Jasa Perorangan & Rumahtangga 49.102 52.914 56.665 60.653 66.954 70.685 72.749 75.293 78.465 82.524 66.601
PDRB 11.343.280 11.953.885 12.619.972 13.363.621 14.275.161 15.297.771 16.274.908 17.470.653 18.962.397 20.015.671 15.157.732PDRB 11.343.280 11.953.885 12.619.972 13.363.621 14.275.161 15.297.771 16.274.908 17.470.653 18.962.397 20.015.671 15.157.732
Lampiran 2. Kontribusi Produk Domestik Ragional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi Menurut SektorAtas Dasar Harga Konstans 2000 Tahun 2003 - 2012 (Persen)
NO LAPANGAN USAHA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'1 PERTANIAN 30,57 30,48 30,20 31,75 31,09 30,67 30,74 30,12 29,43 30,00 30,51
a. Tanaman Bahan Makanan 11,63 11,66 11,67 11,62 11,34 11,32 11,33 10,97 10,60 10,80 11,29 b. Tanaman Perkebunan 12,42 12,69 12,59 14,89 14,52 14,36 14,55 14,49 14,36 14,73 13,96 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,34 2,40 2,37 2,19 2,10 2,00 2,00 1,97 1,95 1,95 2,13 d. Kehutanan 2,62 2,28 2,11 2,02 1,93 1,77 1,62 1,48 1,35 1,36 1,85 e. Perikanan 1,56 1,46 1,47 1,03 1,21 1,21 1,23 1,21 1,17 1,15 1,27
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 13,77 13,15 12,59 11,02 11,31 12,10 11,52 12,29 13,93 12,93 12,46 a. Minyak dan Gas Bumi 12,98 12,09 11,53 9,45 9,61 9,46 9,13 9,54 10,89 10,04 10,47 b. Pertambangan Bukan Migas 0,00 0,00 0,00 0,52 0,53 1,47 1,21 1,54 1,84 1,74 0,88 c. Penggalian 0,79 1,07 1,06 1,06 1,17 1,17 1,18 1,21 1,20 1,14 1,10
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 14,50 14,24 14,02 13,83 13,65 13,45 13,13 12,78 12,38 11,73 13,373 INDUSTRI PENGOLAHAN 14,50 14,24 14,02 13,83 13,65 13,45 13,13 12,78 12,38 11,73 13,37 a. Industri Migas 0,81 0,81 0,81 0,86 0,90 0,87 0,69 0,73 0,69 0,70 0,79 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,81 0,81 0,81 0,86 0,90 0,87 0,69 0,73 0,69 0,70 0,79 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Bukan Migas 13,68 13,43 13,20 12,96 12,75 12,58 12,44 12,05 11,69 11,95 12,67 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 4,29 4,29 4,35 4,56 4,75 4,97 5,14 5,25 5,09 5,34 4,80 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0,10 0,10 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 7,57 7,37 7,13 6,75 6,33 5,94 5,66 5,11 4,95 4,88 6,17 4. Kertas dan Barang Cetakan 0,82 0,80 0,78 0,74 0,71 0,68 0,65 0,66 0,64 0,68 0,72 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0,25 0,24 0,23 0,22 0,22 0,23 0,23 0,24 0,24 0,25 0,24 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0,43 0,41 0,40 0,38 0,42 0,45 0,45 0,47 0,46 0,49 0,44 7. Logam Dasar Besi & Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 0,08 0,08 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 9. Barang lainnya 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,15 0,15 0,15 0,14 0,14 0,14
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,73 0,78 0,78 0,79 0,77 0,77 0,79 0,83 0,85 0,86 0,79
a. Listrik 0,60 0,64 0,64 0,65 0,64 0,65 0,67 0,72 0,75 0,75 0,67 b. Gas Kota 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air Bersih 0,13 0,13 0,14 0,14 0,13 0,12 0,12 0,11 0,11 0,11 0,12
5 KONSTRUKSI 3,11 3,72 4,24 4,27 4,58 4,72 4,81 4,78 4,68 5,15 4,416 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 16,39 16,49 17,03 17,36 17,27 16,75 16,99 17,44 17,62 18,36 17,17
a. Perdagangan Besar & Eceran 14,80 14,88 15,43 15,75 15,74 15,25 15,54 16,00 16,20 16,90 15,65 b. Hotel 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,27 0,27 0,30 0,31 0,32 0,25 c. Restoran 1,38 1,40 1,40 1,40 1,31 1,23 1,18 1,14 1,11 1,13 1,27
7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7,90 7,98 8,10 8,10 8,12 7,83 7,79 7,56 7,25 7,36 7,80 a. Pengangkutan 7,34 7,38 7,39 7,39 7,41 7,14 7,09 6,87 6,58 6,69 7,13 1. Angkutan Jalan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 4,90 4,80 4,77 4,75 4,77 4,65 4,58 4,39 4,16 4,23 4,60 2. Angkutan Jalan Raya 4,90 4,80 4,77 4,75 4,77 4,65 4,58 4,39 4,16 4,23 4,60 3. Angkutan Laut 0,99 0,96 0,98 0,99 1,01 0,99 0,97 0,93 0,89 0,88 0,96 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,51 0,49 0,49 0,48 0,45 0,43 0,41 0,39 0,37 0,36 0,44 5. Angkutan Udara 0,51 0,68 0,71 0,73 0,71 0,63 0,70 0,75 0,76 0,81 0,70 6. Jasa Penunjang Angkutan 0,43 0,44 0,44 0,45 0,46 0,44 0,43 0,42 0,41 0,41 0,43 b. Komunikasi 0,55 0,60 0,71 0,71 0,71 0,69 0,70 0,69 0,67 0,67 0,67 1. Pos dan Telekomunikasi 0,55 0,59 0,70 0,70 0,71 0,69 0,69 0,68 0,66 0,67 0,66 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
3,44 3,73 3,83 3,83 4,27 4,93 5,47 5,71 5,74 5,86 4,68
a. Bank 0,73 1,06 1,07 1,09 1,53 2,24 2,75 3,03 3,12 3,24 1,98 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,31 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,31 0,30 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02 d. Real Estat 2,29 2,26 2,35 2,33 2,32 2,28 2,30 2,26 2,20 2,20 2,28 e. Jasa Perusahaan 0,10 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,08 0,09
8KEUANGAN REAL ESTAT, & JASAPERUSAHAAN
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'
9 JASA-JASA 9,60 9,42 9,21 9,05 8,95 8,77 8,76 8,49 8,12 7,75 8,81
a. Pemerintahan Umum 8,07 7,88 7,64 7,49 7,38 7,25 7,26 7,04 6,74 6,38 7,31
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 5,15 5,04 4,87 4,79 4,72 4,63 4,65 4,51 4,34 4,11 4,68
2. Jasa Pemerintah lainnya 2,92 2,85 2,76 2,69 2,67 2,62 2,61 2,53 2,39 2,27 2,63
b. Swasta 1,52 1,54 1,57 1,57 1,57 1,52 1,49 1,45 1,38 1,37 1,50
1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 0,99 1,00 1,03 1,02 1,00 0,97 0,96 0,94 0,89 0,88 0,97
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 0,10 0,10 0,10 0,10 0,09 0,09 0,09 0,08 0,08 0,08 0,09
3. Jasa Perorangan & Rumahtangga 0,43 0,44 0,45 0,45 0,47 0,46 0,45 0,43 0,41 0,41 0,44
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Lampiran 3. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Ragional Bruto (PDRB) Provinsi JambiMenurut Sektor Atas Dasar Harga Konstans 2000 Tahun 2003 - 2012 (Persen)
NO LAPANGAN USAHA 2003' 2004' 2005' 2006' 2007' 2008' 2009' 2010' 2011' 2012' Rata-Rata(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'1 PERTANIAN 3,56 5,08 4,61 11,34 4,57 5,72 6,66 5,18 6,03 7,60 6,03
a. Tanaman Bahan Makanan 2,72 5,71 5,59 5,50 4,24 6,97 6,47 3,92 4,85 7,64 5,36 b. Tanaman Perkebunan 5,85 7,61 4,77 25,20 4,18 6,02 7,79 6,90 7,55 8,30 8,42 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 5,43 8,01 4,25 -2,15 2,24 2,40 6,42 5,68 7,53 5,29 4,51 d. Kehutanan -6,67 -8,39 -2,30 1,82 1,57 -1,43 -2,40 -1,90 -0,98 5,79 (1,49) e. Perikanan 8,47 -1,53 6,67 -25,67 24,66 7,48 8,57 5,14 4,68 4,51 4,30
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2,82 0,65 1,04 -7,29 9,60 14,70 1,29 14,46 23,10 (2,08) 5,83 a. Minyak dan Gas Bumi 1,97 -1,90 0,70 -13,22 8,62 5,57 2,69 12,07 23,97 (2,66) 3,78 b. Pertambangan Bukan Migas 9,33 197,39 -12,59 36,83 29,81 - 26,08 c. Penggalian 19,03 42,85 4,91 5,63 18,59 7,03 7,39 10,08 7,76 - 12,33 b. Pertambangan Bukan Migas 9,33 197,39 -12,59 36,83 29,81 - 26,08 c. Penggalian 19,03 42,85 4,91 5,63 18,59 7,03 7,39 10,08 7,76 - 12,33
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 2,36 3,55 3,90 4,44 5,45 5,63 3,84 4,49 5,12 - 3,88 a. Industri Migas -2,62 5,38 5,70 12,14 11,71 3,76 -15,39 12,55 3,18 7,44 4,39 1. Pengilangan Minyak Bumi -2,62 5,38 5,70 12,14 11,71 3,76 -15,39 12,55 3,18 7,44 4,39 2. Gas Alam Cair - b. Industri Bukan Migas 2,67 3,44 3,79 3,97 5,03 5,77 5,18 4,04 5,23 7,92 4,70 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 8,89 5,33 7,12 10,99 11,28 12,06 10,06 9,77 5,07 10,86 9,14 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0,18 0,40 1,94 1,79 7,65 8,39 5,65 5,41 7,78 4,32 4,35 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya -0,69 2,66 2,15 0,18 0,29 0,49 1,35 -2,99 5,13 4,10 1,27 4. Kertas dan Barang Cetakan 3,41 2,94 2,54 1,60 2,08 2,15 1,75 8,70 6,33 12,03 4,35 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 1,33 0,41 1,15 1,72 8,50 9,65 5,45 14,95 7,29 9,48 5,99 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 3,29 1,39 2,47 1,91 15,92 16,60 5,22 12,59 6,18 12,23 7,78 7. Logam Dasar Besi & Baja - 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 7,16 0,32 2,36 1,43 6,01 6,03 4,88 4,52 6,11 7,94 4,68 9. Barang lainnya 6,00 6,82 5,87 4,35 8,00 9,03 10,37 9,57 1,53 3,24 6,48
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (12)'4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 22,10 13,03 5,10 7,38 4,47 7,28 9,27 13,12 11,27 6,60 9,96
a. Listrik 22,62 13,69 4,72 7,47 5,22 9,06 10,21 14,82 12,35 6,72 10,69 b. Gas Kota - c. Air Bersih 19,74 9,96 6,90 6,98 0,92 -1,49 4,16 3,28 4,33 5,80 6,06
5 KONSTRUKSI 26,79 25,75 20,48 6,67 14,58 10,28 8,45 6,76 6,31 16,16 14,226 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6,32 6,03 9,04 7,90 6,25 3,99 7,88 10,20 9,65 9,98 7,72
a. Perdagangan Besar & Eceran 6,62 5,95 9,43 8,09 6,78 3,81 8,40 10,53 9,91 10,16 7,97 b. Hotel 0,64 4,31 6,32 10,06 5,26 39,05 5,35 18,02 11,83 10,23 11,11 c. Restoran 4,05 7,16 5,33 5,58 0,42 0,48 2,03 4,01 5,38 7,23 4,17
7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4,94 6,47 7,10 5,94 7,14 3,37 5,81 4,11 4,11 7,19 5,62 a. Pengangkutan 4,14 5,91 5,67 5,96 7,06 3,28 5,70 3,90 4,04 7,23 5,29 1. Angkutan Jalan Rel - 2. Angkutan Jalan Raya 1,34 3,11 4,94 5,40 7,41 4,40 4,85 2,71 2,82 7,37 4,44 2. Angkutan Jalan Raya 1,34 3,11 4,94 5,40 7,41 4,40 4,85 2,71 2,82 7,37 4,44 3. Angkutan Laut 0,66 2,38 7,38 7,50 9,15 4,20 4,33 2,84 4,12 4,32 4,69 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 1,66 2,74 4,12 4,32 0,35 2,12 1,52 1,81 3,45 2,18 2,43 5. Angkutan Udara 54,59 41,69 9,37 8,37 5,11 -5,25 17,95 14,21 10,31 12,80 16,92 6. Jasa Penunjang Angkutan 7,97 7,23 5,85 6,51 9,03 4,06 4,27 4,10 6,04 6,41 6,15
b. Komunikasi 16,99 13,93 24,71 5,71 7,97 4,23 6,96 6,25 4,79 6,71 9,82 1. Pos dan Telekomunikasi 17,16 13,87 24,78 5,62 8,03 4,25 6,96 6,24 4,78 6,73 9,84 2. Jasa Penunjang Komunikasi 3,88 18,59 18,25 14,14 2,65 2,77 6,63 6,70 5,29 4,47 8,34
13,98 14,38 8,42 5,77 19,06 23,88 17,85 12,12 9,08 7,81 13,24
- a. Bank 83,39 52,20 7,46 7,37 49,71 57,15 30,68 18,26 11,74 9,55 32,75 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,87 2,82 5,41 4,84 8,02 5,18 7,48 6,99 8,80 9,22 5,96 c. Jasa Penunjang Keuangan 47,49 39,63 7,12 6,82 40,75 23,92 14,97 10,72 9,25 8,34 20,90 d. Real Estat 3,45 4,19 9,42 5,16 6,47 5,26 7,16 5,73 5,69 5,27 5,78 e. Jasa Perusahaan 6,96 3,34 4,92 5,71 6,84 3,66 4,76 4,88 5,81 4,43 5,13
8 KEUANGAN REAL ESTAT, & JASAPERUSAHAAN
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'
9 JASA-JASA 4,82 3,48 3,21 4,07 5,62 4,99 6,24 4,05 3,80 0,84 4,11
a. Pemerintahan Umum 4,79 2,89 2,27 3,79 5,38 5,15 6,66 3,99 3,89 - 3,88
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 4,62 3,05 2,17 4,06 5,22 5,12 6,86 4,15 4,47 - 3,97
2. Jasa Pemerintah lainnya 5,08 2,61 2,46 3,32 5,66 5,21 6,30 3,70 2,87 - 3,72
b. Swasta 4,96 6,61 8,02 5,41 6,75 4,25 4,24 4,35 3,35 4,92 5,29
1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 5,46 6,32 8,65 4,72 5,63 3,78 5,07 4,84 3,00 4,82 5,23
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 2,27 4,46 5,76 5,12 1,54 2,60 1,96 3,31 2,76 4,78 3,46
3. Jasa Perorangan & Rumahtangga 4,47 7,76 7,09 7,04 10,39 5,57 2,92 3,50 4,21 5,17 5,81
PDRB 5,00 5,38 5,57 5,89 6,82 7,16 6,39 7,35 8,54 5,55 6,37PDRB 5,00 5,38 5,57 5,89 6,82 7,16 6,39 7,35 8,54 5,55 6,37
Lampiran 4. Produk Domestik Ragional Bruto (PDRB) Kabupaten Batang Hari Menurut SektorAtas Dasar Harga Konstans 2000 Tahun 2003 - 2012 (Juta Rupiah)
NO LAPANGAN USAHA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'1 PERTANIAN 277.613 288.248 302.400 316.600 330.410 342.876 358.286 377.595 392.520 408.592 339.514
a. Tanaman Bahan Makanan 66.002 68.008 71.377 75.377 79.019 81.905 86.082 90.266 93.912 97.744 80.969 b. Tanaman Perkebunan 132.959 141.827 150.300 159.500 169.461 176.974 186.088 198.817 207.599 215.570 173.909 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 27.355 29.067 30.800 31.300 31.813 32.879 33.967 35.077 35.697 37.557 32.551 d. Kehutanan 37.314 34.117 33.316 32.366 30.689 30.205 29.795 29.489 30.594 32.001 31.989 e. Perikanan 13.983 15.228 16.607 18.057 19.429 20.913 22.354 23.945 24.718 25.719 20.095
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 43.182 45.177 42.857 66.475 70.465 87.057 87.569 89.138 97.060 107.142 73.612 a. Minyak dan Gas Bumi 38.468 39.904 36.976 57.984 57.413 57.384 57.373 57.356 59.185 63.500 52.554 b. Pertambangan Bukan Migas - - - 2.086 6.106 22.424 22.711 24.058 29.945 35.180 14.251 c. Penggalian 4.714 5.272 5.880 6.405 6.945 7.248 7.485 7.725 7.929 8.463 6.807
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 139.097 135.878 137.447 140.513 142.466 143.741 145.979 150.350 154.198 162.679 145.2353 INDUSTRI PENGOLAHAN 139.097 135.878 137.447 140.513 142.466 143.741 145.979 150.350 154.198 162.679 145.235
a. Industri Migas - - - - - - - - - - -
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - - - - - - - -
2. Gas Alam Cair - - - - - - - - - - -
b. Industri Bukan Migas 139.097 135.878 137.447 140.513 142.466 143.741 145.979 150.350 154.198 162.679 145.235 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 18.099 20.433 23.063 25.063 27.099 28.430 30.047 31.914 33.309 36.580 27.404 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 1.666 1.760 1.848 1.873 1.891 1.911 1.956 2.006 2.035 2.103 1.905 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 114.494 108.475 106.861 104.661 104.839 103.793 103.068 103.759 105.667 110.401 106.602 4. Kertas dan Barang Cetakan 486 518 562 1.519 629 632 795 1.002 1.166 1.356 866 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 274 299 344 1.598 2.036 2.844 3.819 5.199 5.330 5.443 2.719 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 2.904 3.159 3.461 4.436 4.551 4.698 4.798 4.900 5.057 5.142 4.311 7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - - - - - - - - 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 1.093 1.150 1.218 1.268 1.322 1.336 1.395 1.466 1.524 1.543 1.332 9. Barang lainnya 80 84 91 96 100 98 100 104 109 110 97
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 825 992 1.108 1.220 1.341 1.498 1.691 1.972 2.268 2.406 1.532 a. Listrik 640 781 877 972 1.073 1.209 1.378 1.636 1.806 1.913 1.228 b. Gas Kota - - - - - - - - - - - c. Air Bersih 185 211 231 249 268 289 313 336 463 492 304
5 KONSTRUKSI 20.480 25.343 31.966 33.390 39.063 40.925 43.250 45.032 48.031 51.701 37.918
6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 180.400 195.683 209.430 219.654 229.227 239.856 251.710 267.711 305.889 333.596 243.316 a. Perdagangan Besar & Eceran 175.295 190.119 203.332 213.146 222.438 232.859 244.548 260.321 298.144 325.514 236.572 b. Hotel 16 16 17 17 17 19 19 19 19 19 18 c. Restoran 5.089 5.548 6.081 6.492 6.772 6.978 7.143 7.371 7.725 8.063 6.726
7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 20.039 22.043 24.572 26.442 28.095 30.186 32.510 35.657 39.040 41.974 30.056 a. Pengangkutan 17.861 19.548 21.669 23.437 24.978 26.874 28.965 31.763 34.839 37.472 26.740 1. Angkutan Jalan Rel - - - - - - - - - - - a. Pengangkutan 17.861 19.548 21.669 23.437 24.978 26.874 28.965 31.763 34.839 37.472 26.740 1. Angkutan Jalan Rel - - - - - - - - - - - 2. Angkutan Jalan Raya 13.126 14.450 16.099 17.599 18.943 20.627 22.509 25.081 27.953 30.360 20.675 3. Angkutan Laut - - - - - - - - - - - 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 3.512 3.769 4.111 4.311 4.476 4.656 4.808 4.962 5.082 5.248 4.494 5. Angkutan Udara - - - - - - - - - - - 6. Jasa Penunjang Angkutan 1.222 1.329 1.459 1.527 1.559 1.590 1.648 1.720 1.803 1.864 1.572
b. Komunikasi 2.178 2.495 2.904 3.006 3.117 3.312 3.545 3.894 4.202 4.502 3.315 1. Pos dan Telekomunikasi 2.138 2.451 2.855 2.960 3.068 3.258 3.487 3.832 4.134 4.431 3.261 2. Jasa Penunjang Komunikasi 40 44 49 46 49 53 58 62 68 71 54
19.133 21.650 23.095 24.069 24.965 26.272 27.678 29.453 31.217 34.081 26.161
a. Bank 1.459 2.229 2.400 2.550 2.829 2.966 3.121 3.357 3.632 3.983 2.853 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 343 372 408 622 473 492 513 534 554 582 489 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - - - - - - d. Real Estat 17.027 18.726 19.936 20.536 21.292 22.427 23.640 25.139 26.579 29.035 22.434 e. Jasa Perusahaan 303 323 351 361 371 387 404 423 453 480 386
8 KEUANGAN REAL ESTAT, & JASAPERUSAHAAN
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'
9 JASA-JASA 89.711 100.258 111.178 124.914 140.583 156.998 175.727 195.511 216.339 235.844 154.706
a. Pemerintahan Umum 81.101 91.144 101.562 115.003 130.364 146.437 164.786 184.133 204.172 222.924 144.163
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 50.346 56.403 63.144 72.103 82.374 92.332 103.523 116.060 128.167 139.844 90.429
2. Jasa Pemerintah lainnya 30.755 34.740 38.418 42.900 47.991 54.105 61.263 68.073 76.005 83.081 53.733
b. Swasta 8.610 9.114 9.616 9.911 10.218 10.561 10.941 11.378 12.167 12.920 10.544
1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 5.424 5.702 5.935 5.960 5.991 6.074 6.162 6.259 6.712 7.136 6.135
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 933 954 977 997 1.009 1.020 1.042 1.078 1.117 1.165 1.029 2. Jasa Hiburan & Rekreasi 933 954 977 997 1.009 1.020 1.042 1.078 1.117 1.165 1.029
3. Jasa Perorangan & Rumahtangga 2.253 2.459 2.704 2.954 3.218 3.467 3.738 4.041 4.338 4.619 3.379
PDRB 790.479 835.273 884.053 953.278 1.006.615 1.069.407 1.124.399 1.192.419 1.286.562 1.378.015 1.052.050
Lampiran 5. Kontribusi Produk Domestik Ragional Bruto (PDRB) Kabupaten Batang Hari Menurut SektorAtas Dasar Harga Konstans 2000 Tahun 2003 - 2012 (Persen)
NO LAPANGAN USAHA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'1 PERTANIAN 35,12 34,51 34,21 33,21 32,82 32,06 31,86 31,67 30,51 29,65 32,56
a. Tanaman Bahan Makanan 8,35 8,14 8,07 7,91 7,85 7,66 7,66 7,57 7,88 7,09 7,82 b. Tanaman Perkebunan 16,82 16,98 17,00 16,73 16,83 16,55 16,55 16,67 17,41 15,64 16,72 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3,46 3,48 3,48 3,28 3,16 3,07 3,02 2,94 2,77 2,73 3,14 d. Kehutanan 4,72 4,08 3,77 3,40 3,05 2,82 2,65 2,47 2,38 2,32 3,17 e. Perikanan 1,77 1,82 1,88 1,89 1,93 1,96 1,99 2,01 1,92 1,87 1,90
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 5,46 5,41 4,85 6,97 7,00 8,14 7,79 7,48 7,54 7,78 6,84 a. Minyak dan Gas Bumi 4,87 4,78 4,18 6,08 5,70 5,37 5,10 4,81 4,60 4,61 5,01 b. Pertambangan Bukan Migas 0,00 0,00 0,00 0,22 0,61 2,10 2,02 2,02 2,33 2,55 1,18 c. Penggalian 0,60 0,63 0,67 0,67 0,69 0,68 0,67 0,65 0,62 0,61 0,65
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 17,60 16,27 15,55 14,74 14,15 13,44 12,98 12,61 11,99 11,81 14,113 INDUSTRI PENGOLAHAN 17,60 16,27 15,55 14,74 14,15 13,44 12,98 12,61 11,99 11,81 14,11 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Bukan Migas 17,60 16,27 15,55 14,74 14,15 13,44 12,98 12,61 11,99 11,81 14,11 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2,29 2,45 2,61 2,63 2,69 2,66 2,67 2,68 2,59 2,65 2,59 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0,21 0,21 0,21 0,20 0,19 0,18 0,17 0,17 0,16 0,15 0,18 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 14,48 12,99 12,09 10,98 10,41 9,71 9,17 8,70 8,21 8,01 10,48 4. Kertas dan Barang Cetakan 0,06 0,06 0,06 0,16 0,06 0,06 0,07 0,08 0,09 0,10 0,08 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0,03 0,04 0,04 0,17 0,20 0,27 0,34 0,44 0,41 0,40 0,23 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0,37 0,38 0,39 0,47 0,45 0,44 0,43 0,41 0,39 0,37 0,41 7. Logam Dasar Besi & Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 0,14 0,14 0,14 0,13 0,13 0,12 0,12 0,12 0,12 0,11 0,13 9. Barang lainnya 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,10 0,12 0,13 0,13 0,13 0,14 0,15 0,17 0,18 0,17 0,14
a. Listrik 0,08 0,09 0,10 0,10 0,11 0,11 0,12 0,14 0,14 0,14 0,11
b. Gas Kota 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Air Bersih 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04 0,03
5 KONSTRUKSI 2,59 3,03 3,62 3,50 3,88 3,83 3,85 3,78 3,73 3,75 3,56
6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 22,82 23,43 23,69 23,04 22,77 22,43 22,39 22,45 23,78 24,21 23,10 a. Perdagangan Besar & Eceran 22,18 22,76 23,00 22,36 22,10 21,77 21,75 21,83 23,17 23,62 22,45 b. Hotel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Restoran 0,64 0,66 0,69 0,68 0,67 0,65 0,64 0,62 0,60 0,59 0,64
7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 2,53 2,64 2,78 2,77 2,79 2,82 2,89 2,99 3,03 3,05 2,83 a. Pengangkutan 2,26 2,34 2,45 2,46 2,48 2,51 2,58 2,66 2,71 2,72 2,52 1. Angkutan Jalan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Angkutan Jalan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 1,66 1,73 1,82 1,85 1,88 1,93 2,00 2,10 2,17 2,20 1,93 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,44 0,45 0,47 0,45 0,44 0,44 0,43 0,42 0,40 0,38 0,43 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 0,15 0,16 0,17 0,16 0,15 0,15 0,15 0,14 0,14 0,14 0,15 b. Komunikasi 0,28 0,30 0,33 0,32 0,31 0,31 0,32 0,33 0,33 0,33 0,31 1. Pos dan Telekomunikasi 0,27 0,29 0,32 0,31 0,30 0,30 0,31 0,32 0,32 0,32 0,31 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
2,42 2,59 2,61 2,52 2,48 2,46 2,46 2,47 2,43 2,47 2,49
0,00 a. Bank 0,18 0,27 0,27 0,27 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,29 0,27 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,04 0,04 0,05 0,07 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,05 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Real Estat 2,15 2,24 2,26 2,15 2,12 2,10 2,10 2,11 2,07 2,11 2,14 e. Jasa Perusahaan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,04
8KEUANGAN REAL ESTAT, & JASAPERUSAHAAN
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'9 JASA-JASA 11,35 12,00 12,58 13,10 13,97 14,68 15,63 16,40 16,82 17,11 14,36
a. Pemerintahan Umum 10,26 10,91 11,49 12,06 12,95 13,69 14,66 15,44 15,87 16,18 13,35
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 6,37 6,75 7,14 7,56 8,18 8,63 9,21 9,73 9,96 10,15 8,37
2. Jasa Pemerintah lainnya 3,89 4,16 4,35 4,50 4,77 5,06 5,45 5,71 5,91 6,03 4,98
b. Swasta 1,09 1,09 1,09 1,04 1,02 0,99 0,97 0,95 0,95 0,94 1,01
1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 0,69 0,68 0,67 0,63 0,60 0,57 0,55 0,52 0,52 0,52 0,59
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 0,12 0,11 0,11 0,10 0,10 0,10 0,09 0,09 0,09 0,08 0,10
3. Jasa Perorangan & Rumahtangga 0,28 0,29 0,31 0,31 0,32 0,32 0,33 0,34 0,34 0,34 0,32
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Ragional Bruto (PDRB) Kabupaten Batang HariMenurut Sektor Atas Dasar Harga Konstans 2000 Tahun 2003 - 2012 (Persen)
NO LAPANGAN USAHA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'1 PERTANIAN 2,91 3,83 4,91 4,70 4,36 3,77 4,49 5,39 3,95 4,09 4,24
a. Tanaman Bahan Makanan 1,82 3,04 4,95 5,60 4,83 3,65 5,10 4,86 4,04 4,08 4,20 b. Tanaman Perkebunan 5,14 6,67 5,97 6,12 6,24 4,43 5,15 6,84 4,42 3,84 5,48 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,47 6,26 5,96 1,62 1,64 3,35 3,31 3,27 1,77 5,21 3,39 d. Kehutanan (3,63) (8,57) (2,35) (2,85) (5,18) (1,58) (1,36) (1,03) 3,75 4,60 (1,82) e. Perikanan 9,18 8,90 9,05 8,73 7,60 7,64 6,89 7,12 3,23 4,05 7,24
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN (9,67) 4,62 (5,14) 55,11 6,00 23,55 0,59 1,79 8,89 10,39 9,61 a. Minyak dan Gas Bumi (11,54) 3,73 (7,34) 56,81 (0,98) (0,05) (0,02) (0,03) 3,19 7,29 5,11 b. Pertambangan Bukan Migas 192,77 267,22 1,28 5,93 24,47 17,48 50,92 c. Penggalian 9,08 11,84 11,53 8,93 8,43 4,37 3,27 3,20 2,65 6,73 7,00
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4,33 (2,31) 1,15 2,23 1,39 0,89 1,56 2,99 2,56 5,50 2,033 INDUSTRI PENGOLAHAN 4,33 (2,31) 1,15 2,23 1,39 0,89 1,56 2,99 2,56 5,50 2,03 a. Industri Migas - 1. Pengilangan Minyak Bumi - 2. Gas Alam Cair - b. Industri Bukan Migas 4,33 (2,31) 1,15 2,23 1,39 0,89 1,56 2,99 2,56 5,50 2,03 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 7,26 12,90 12,87 8,67 8,12 4,91 5,69 6,21 4,37 9,82 8,08 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 4,49 5,61 5,03 1,35 0,93 1,05 2,36 2,57 1,46 3,33 2,82 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 3,80 (5,26) (1,49) (2,06) 0,17 (1,00) (0,70) 0,67 1,84 4,48 0,05 4. Kertas dan Barang Cetakan 4,59 6,68 8,38 170,33 (58,57) 0,47 25,70 26,12 16,39 16,25 21,63 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 4,40 8,88 15,01 364,95 27,40 39,74 34,27 36,12 2,52 2,13 53,54 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 7,48 8,80 9,54 28,17 2,60 3,22 2,14 2,12 3,22 1,68 6,90 7. Logam Dasar Besi & Baja - 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 4,78 5,14 5,97 4,10 4,22 1,07 4,45 5,08 3,90 1,26 4,00 9. Barang lainnya 5,71 5,94 7,55 5,51 4,10 (1,95) 2,36 4,22 4,79 1,16 3,94
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 26,74 20,22 11,71 10,16 9,90 11,69 12,87 16,63 15,01 6,08 14,10
a. Listrik 30,19 22,03 12,29 10,84 10,43 12,66 14,02 18,72 10,36 5,98 14,75 b. Gas Kota - c. Air Bersih 16,11 13,97 9,56 7,57 7,85 7,83 8,09 7,45 37,63 6,47 12,25
5 KONSTRUKSI 25,80 23,74 26,13 4,45 16,99 4,77 5,68 4,12 6,66 7,64 12,606 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7,74 8,47 7,02 4,88 4,36 4,64 4,94 6,36 14,26 9,06 7,17
a. Perdagangan Besar & Eceran 7,75 8,46 6,95 4,83 4,36 4,68 5,02 6,45 14,53 9,18 7,22 b. Hotel 1,25 1,36 1,83 0,42 0,78 13,56 (0,10) - (1,25) 1,74 1,96 c. Restoran 7,36 9,02 9,60 6,76 4,32 3,04 2,36 3,20 4,81 4,37 5,48
7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7,73 10,00 11,48 7,61 6,25 7,44 7,70 9,68 9,49 7,51 8,49 a. Pengangkutan 7,30 9,45 10,85 8,16 6,58 7,59 7,78 9,66 9,68 7,56 8,46 1. Angkutan Jalan Rel - 2. Angkutan Jalan Raya 8,13 10,09 11,41 9,32 7,64 8,89 9,12 11,43 11,45 8,61 9,61 3. Angkutan Laut - 2. Angkutan Jalan Raya 8,13 10,09 11,41 9,32 7,64 8,89 9,12 11,43 11,45 8,61 9,61 3. Angkutan Laut - 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 4,59 7,31 9,08 4,87 3,83 4,03 3,26 3,19 2,43 3,26 4,58 5. Angkutan Udara - 6. Jasa Penunjang Angkutan 6,46 8,69 9,82 4,66 2,06 2,01 3,68 4,36 4,83 3,37 4,99
b. Komunikasi 11,36 14,54 16,39 3,52 3,71 6,23 7,04 9,86 7,90 7,15 8,77 1. Pos dan Telekomunikasi 11,42 14,62 16,49 3,67 3,67 6,20 7,02 9,89 7,89 7,17 8,80 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8,31 10,22 11,02 (5,35) 6,34 8,18 8,10 7,88 8,59 5,81 6,91
5,17 13,16 6,67 4,22 3,72 5,24 5,35 6,41 5,99 9,17 6,51
- a. Bank 72,32 52,79 7,67 6,25 10,96 4,82 5,23 7,56 8,19 9,68 18,55 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank (3,11) 8,38 9,70 52,37 (24,02) 4,10 4,15 4,09 3,82 5,14 6,46 c. Jasa Penunjang Keuangan - d. Real Estat 1,96 9,98 6,46 3,01 3,68 5,33 5,41 6,34 5,73 9,24 5,71 e. Jasa Perusahaan 3,91 6,38 8,89 2,85 2,55 4,33 4,56 4,70 6,99 6,05 5,12
8 KEUANGAN REAL ESTAT, & JASAPERUSAHAAN
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'
9 JASA-JASA 8,38 11,76 10,89 12,36 12,54 11,68 11,93 11,26 10,65 9,02 11,05
a. Pemerintahan Umum 8,92 12,38 11,43 13,23 13,36 12,33 12,53 11,74 10,88 9,18 11,60
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 7,36 12,03 11,95 14,19 14,25 12,09 12,12 12,11 10,43 9,11 11,56
2. Jasa Pemerintah lainnya 11,57 12,96 10,59 11,67 11,87 12,74 13,23 11,12 11,65 9,31 11,67
b. Swasta 3,49 5,86 5,51 3,07 3,10 3,35 3,60 3,99 6,93 6,19 4,51
1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 2,59 5,11 4,08 0,42 0,53 1,37 1,45 1,58 7,23 6,33 3,07
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 0,84 2,23 2,47 2,05 1,17 1,12 2,13 3,45 3,64 4,27 2,34
3. Jasa Perorangan & Rumahtangga 6,91 9,16 9,98 9,24 8,92 7,73 7,81 8,12 7,35 6,46 8,17
PDRB 4,72 5,67 5,84 7,83 5,60 6,24 5,14 6,05 7,90 7,11 6,21PDRB 4,72 5,67 5,84 7,83 5,60 6,24 5,14 6,05 7,90 7,11 6,21
Lampiran 7. Sumber Pertumbuhan Produk Domestik Ragional Bruto (PDRB) Kabupaten Batang HariMenurut Sektor Atas Dasar Harga Konstans 2000 Tahun 2003 - 2012 (Persen)
NO LAPANGAN USAHA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'1 PERTANIAN 1,02 1,32 1,68 1,56 1,43 1,21 1,43 1,71 1,21 1,21 1,38 17,079299
a. Tanaman Bahan Makanan 0,15 0,25 0,40 0,44 0,38 0,28 0,39 0,37 0,29 0,29 0,32 b. Tanaman Perkebunan 0,86 1,13 1,02 1,02 1,05 0,73 0,85 1,14 0,71 0,60 0,91 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,05 0,22 0,21 0,05 0,05 0,10 0,10 0,10 0,05 0,14 0,11 d. Kehutanan -0,17 -0,35 -0,09 -0,10 -0,16 -0,04 -0,04 -0,03 0,09 0,11 (0,08) e. Perikanan 0,16 0,16 0,17 0,17 0,15 0,15 0,14 0,14 0,06 0,08 0,14
2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN -0,53 0,25 -0,25 3,84 0,42 1,92 0,05 0,13 0,67 0,81 0,73 11,3598981 a. Minyak dan Gas Bumi -0,56 0,18 -0,31 3,46 -0,06 0,00 0,00 0,00 0,15 0,34 0,32 b. Pertambangan Bukan Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 1,17 5,60 0,03 0,12 0,57 0,45 0,79 c. Penggalian 0,05 0,07 0,08 0,06 0,06 0,03 0,02 0,02 0,02 0,04 0,05
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 0,76 -0,38 0,18 0,33 0,20 0,12 0,20 0,38 0,31 0,65 0,27 c. Penggalian 0,05 0,07 0,08 0,06 0,06 0,03 0,02 0,02 0,02 0,04 0,05
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 0,76 -0,38 0,18 0,33 0,20 0,12 0,20 0,38 0,31 0,65 0,27 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -
2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -
b. Industri Bukan Migas 0,76 -0,38 0,18 0,33 0,20 0,12 0,20 0,38 0,31 0,65 0,27 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 0,17 0,32 0,34 0,23 0,22 0,13 0,15 0,17 0,11 0,26 0,21 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 0,55 -0,68 -0,18 -0,23 0,02 -0,10 -0,06 0,06 0,15 0,36 (0,01) 4. Kertas dan Barang Cetakan 0,00 0,00 0,01 0,27 -0,04 0,00 0,02 0,02 0,01 0,02 0,03 5. Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet 0,00 0,00 0,01 0,61 0,06 0,11 0,12 0,16 0,01 0,01 0,11 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 0,03 0,03 0,04 0,13 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 7. Logam Dasar Besi & Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,00 0,00 0,01 9. Barang lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,03 0,02 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,03 0,01 0,02
a. Listrik 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,03 0,01 0,01 0,02
b. Gas Kota 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -
c. Air Bersih 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00
5 KONSTRUKSI 0,67 0,72 0,94 0,16 0,66 0,18 0,22 0,16 0,25 0,29 0,42
6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,77 1,98 1,66 1,12 0,99 1,04 1,11 1,43 3,39 2,19 1,67 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,72 1,92 1,60 1,08 0,96 1,02 1,09 1,41 3,37 2,17 1,63 b. Hotel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Restoran 0,05 0,06 0,07 0,05 0,03 0,02 0,01 0,02 0,03 0,03 0,04
7 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 0,20 0,26 0,32 0,21 0,17 0,21 0,22 0,29 0,29 0,23 0,24 a. Pengangkutan 0,16 0,22 0,27 0,20 0,16 0,19 0,20 0,26 0,26 0,21 0,21 1. Angkutan Jalan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - 1. Angkutan Jalan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - 2. Angkutan Jalan Raya 0,14 0,17 0,21 0,17 0,14 0,17 0,18 0,24 0,25 0,19 0,19 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,02 0,03 0,04 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - 6. Jasa Penunjang Angkutan 0,01 0,01 0,02 0,01 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01 0,00 0,01 b. Komunikasi 0,03 0,04 0,05 0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,03 0,02 0,03
1. Pos dan Telekomunikasi 0,03 0,04 0,05 0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,03 0,02 0,03
2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,13 0,34 0,17 0,11 0,09 0,13 0,13 0,16 0,15 0,23 0,16
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - a. Bank 0,13 0,14 0,02 0,02 0,03 0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,04 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,00 0,00 0,00 0,03 -0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - d. Real Estat 0,04 0,22 0,15 0,06 0,08 0,11 0,11 0,13 0,12 0,19 0,12 e. Jasa Perusahaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8KEUANGAN REAL ESTAT, & JASAPERUSAHAAN
(1)' (2)' (3)' (4)' (5)' (6)' (7)' (8)' (9)' (10)' (11)' (12)' (13)'
9 JASA-JASA 0,95 1,41 1,37 1,62 1,75 1,71 1,86 1,85 1,79 1,54 1,59
a. Pemerintahan Umum 0,92 1,35 1,31 1,60 1,73 1,69 1,84 1,81 1,73 1,49 1,55
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 0,47 0,81 0,85 1,07 1,17 1,04 1,12 1,18 1,04 0,92 0,97
2. Jasa Pemerintah lainnya 0,45 0,54 0,46 0,53 0,57 0,64 0,72 0,63 0,69 0,56 0,58
b. Swasta 0,04 0,06 0,06 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04 0,07 0,06 0,05
1. Jasa Sosial Kemasyarakatan 0,02 0,03 0,03 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01 0,04 0,03 0,02
2. Jasa Hiburan & Rekreasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3. Jasa Perorangan & Rumahtangga 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02 0,03 3. Jasa Perorangan & Rumahtangga 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02 0,03
PDRB 4,72 5,67 5,84 7,83 5,60 6,24 5,14 6,05 7,90 7,11 6,21
Rumus Sumber Pertumbuhan Ekonomi(( / ×100)×(( − −1 )/(−1) ×100))/100Keterangan :Xi = PDRB SektorXij= Total PDRBXn = PDRB tahun nXn-1= PDRB sebelum tahun n
Lampiran 9. Nilai LQ Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Batang Hari
Sektor Sektor Eri/Er Eni/EnPertambangan Pertambangan
( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )2003 43.182,18 790.479,24 1.561.951,32 11.343.279,54 0,05 0,14 0,40
2004 45.176,76 835.272,89 1.572.121,28 11.953.885,47 0,05 0,13 0,41
2005 42.856,56 884.052,74 1.588.492,98 12.619.972,18 0,05 0,13 0,39
2006 66.475,32 953.278,19 1.472.753,28 13.363.620,73 0,07 0,11 0,63
2007 70.464,76 1.006.614,59 1.614.206,54 14.275.161,32 0,07 0,11 0,62
2008 87.056,53 1.069.407,19 1.851.478,43 15.297.770,57 0,08 0,12 0,67
2009 87.568,95 1.124.399,43 1.875.312,41 16.274.907,72 0,08 0,12 0,68
2010 89.138,09 1.192.419,06 2.148.442,12 17.470.653,43 0,07 0,12 0,61
TAHUN
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten Provinsi
2010 89.138,09 1.192.419,06 2.148.442,12 17.470.653,43 0,07 0,12 0,61
2011 97.059,77 1.286.562,17 2.642.296,77 18.962.396,90 0,08 0,14 0,54
2012 107.142,44 1.378.014,51 2.587.398,78 20.015.670,63 0,08 0,13 0,60
RATA-RATA 73.612,14 1.052.050,00 1.891.445,39 15.157.731,85 0,07 0,12 0,55
Lampiran 10. Nilai LQ Sektor Industri Kabupaten Batang Hari
1. Sektor Industri
Sektor Sektor Eri/Er Eni/EnIndustri (Eri) Industri (Eni)
2003 139.096,68 790.479,24 1.644.399,83 11.343.279,54 0,18 0,14 1,212004 135.878,39 835.272,89 1.702.804,45 11.953.885,47 0,16 0,14 1,142005 137.447,38 884.052,74 1.769.220,83 12.619.972,18 0,16 0,14 1,112006 140.513,37 953.278,19 1.847.833,49 13.363.620,73 0,15 0,14 1,072007 142.465,97 1.006.614,59 1.948.460,26 14.275.161,32 0,14 0,14 1,042008 143.740,89 1.069.407,19 2.058.252,13 15.297.770,57 0,13 0,13 1,002009 145.978,56 1.124.399,43 2.137.363,28 16.274.907,72 0,13 0,13 0,992010 150.349,91 1.192.419,06 2.233.275,28 17.470.653,43 0,13 0,13 0,992011 154.197,56 1.286.562,17 2.347.522,68 18.962.396,90 0,12 0,12 0,972012 162.678,69 1.378.014,51 2.347.522,70 20.015.670,63 0,12 0,12 1,01
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten (Er) Provinsi (En)
2012 162.678,69 1.378.014,51 2.347.522,70 20.015.670,63 0,12 0,12 1,01RATA-RATA 145.234,74 1.052.050,00 2.003.665,49 15.157.731,85 0,14 0,13 1,05
2. Sub Sektor Industri Migas
Subsektor Subsektor Eri/Er Eni/EnIndustri Migas (Eri) Industri Migas (Eni)
2003 - 790.479,24 92.287,32 11.343.279,54 - 0,01 -2004 - 835.272,89 97.250,77 11.953.885,47 - 0,01 -2005 - 884.052,74 102.789,37 12.619.972,18 - 0,01 -2006 - 953.278,19 115.270,94 13.363.620,73 - 0,01 -2007 - 1.006.614,59 128.770,25 14.275.161,32 - 0,01 -2008 - 1.069.407,19 133.612,91 15.297.770,57 - 0,01 -2009 - 1.124.399,43 113.056,47 16.274.907,72 - 0,01 -2010 - 1.192.419,06 127.244,32 17.470.653,43 - 0,01 -2011 - 1.286.562,17 131.291,43 18.962.396,90 - 0,01 -2012 - 1.378.014,51 141.061,34 20.015.670,63 - 0,01 -
RATA-RATA 0,00 1.052.050,00 118.263,51 15.157.731,85 - 0,01 -
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten (Er) Provinsi (En)
3. Sub Sektor Industri Bukan Migas (IBM)
Subsektor Subsektor Eri/Er Eni/EnIBM IBM
( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )2003 139.096,68 790.479,24 1.552.112,61 11.343.279,54 0,18 0,14 1,292004 135.878,39 835.272,89 1.605.553,67 11.953.885,47 0,16 0,13 1,212005 137.447,38 884.052,74 1.666.431,46 12.619.972,18 0,16 0,13 1,182006 140.513,37 953.278,19 1.732.562,55 13.363.620,73 0,15 0,13 1,142007 142.465,97 1.006.614,59 1.819.690,01 14.275.161,32 0,14 0,13 1,112008 143.740,89 1.069.407,19 1.924.639,22 15.297.770,57 0,13 0,13 1,072009 145.978,56 1.124.399,43 2.024.307,81 16.274.907,72 0,13 0,12 1,042010 150.349,91 1.192.419,06 2.106.030,96 17.470.653,43 0,13 0,12 1,052011 154.197,56 1.286.562,17 2.216.231,25 18.962.396,90 0,12 0,12 1,032012 162.678,69 1.378.014,51 2.391.862,45 20.015.670,63 0,12 0,12 0,99
RATA-RATA 145.234,74 1.052.050,00 1.903.942,20 15.157.731,85 0,14 0,13 1,11
TAHUN
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten Provinsi
RATA-RATA 145.234,74 1.052.050,00 1.903.942,20 15.157.731,85 0,14 0,13 1,11
Lampiran 11. Nilai LQ Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kabupaten Batang Hari
Sektor Sektor Eri/Er Eni/EnListrik Listrik( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )
2003 824,88 790.479,24 82.348,33 11.343.279,54 0,00 0,01 0,142004 991,70 835.272,89 93.080,12 11.953.885,47 0,00 0,01 0,152005 1.107,82 884.052,74 97.824,03 12.619.972,18 0,00 0,01 0,162006 1.220,32 953.278,19 105.046,88 13.363.620,73 0,00 0,01 0,162007 1.341,14 1.006.614,59 109.743,85 14.275.161,32 0,00 0,01 0,172008 1.497,95 1.069.407,19 117.730,99 15.297.770,57 0,00 0,01 0,182009 1.690,81 1.124.399,43 128.645,78 16.274.907,72 0,00 0,01 0,192010 1.972,02 1.192.419,06 145.523,53 17.470.653,43 0,00 0,01 0,202011 2.268,03 1.286.562,17 161.917,78 18.962.396,90 0,00 0,01 0,21
TAHUN
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten Provinsi
2010 1.972,02 1.192.419,06 145.523,53 17.470.653,43 0,00 0,01 0,202011 2.268,03 1.286.562,17 161.917,78 18.962.396,90 0,00 0,01 0,212012 2.405,92 1.378.014,51 172.608,99 20.015.670,63 0,00 0,01 0,20
RATA-RATA 1.532,06 1.052.050,00 121.447,03 15.157.731,85 0,00 0,01 0,18
Lampiran 12. Nilai LQ Sektor Konstruksi Kabupaten Batang Hari
Sektor Sektor Eri/Er Eni/EnKonstruksi Konstruksi
( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )2003 20.480,44 790.479,24 353.314,53 11.343.279,54 0,03 0,03 0,832004 25.343,41 835.272,89 444.302,02 11.953.885,47 0,03 0,04 0,822005 31.966,00 884.052,74 535.289,07 12.619.972,18 0,04 0,04 0,852006 33.389,71 953.278,19 570.983,85 13.363.620,73 0,04 0,04 0,822007 39.063,01 1.006.614,59 654.233,43 14.275.161,32 0,04 0,05 0,852008 40.925,01 1.069.407,19 721.482,38 15.297.770,57 0,04 0,05 0,812009 43.249,59 1.124.399,43 782.474,70 16.274.907,72 0,04 0,05 0,802010 45.031,64 1.192.419,06 835.368,24 17.470.653,43 0,04 0,05 0,792011 48.031,32 1.286.562,17 888.072,95 18.962.396,90 0,04 0,05 0,80
TAHUN
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten Provinsi
2010 45.031,64 1.192.419,06 835.368,24 17.470.653,43 0,04 0,05 0,792011 48.031,32 1.286.562,17 888.072,95 18.962.396,90 0,04 0,05 0,802012 51.700,91 1.378.014,51 1.031.628,64 20.015.670,63 0,04 0,05 0,73
RATA-RATA 37.918,10 1.052.050,00 681.714,98 15.157.731,85 0,04 0,04 0,81
Lampiran 13. Nilai LQ Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Batang Hari
1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Sektor Eri/Er Eni/EnPHR (Eri) PHR (Eni)
2003 180.400,00 790.479,24 1.859.317,93 11.343.279,54 0,23 0,16 1,392004 195.683,33 835.272,89 1.971.469,95 11.953.885,47 0,23 0,16 1,422005 209.429,62 884.052,74 2.149.765,19 12.619.972,18 0,24 0,17 1,392006 219.653,83 953.278,19 2.319.674,24 13.363.620,73 0,23 0,17 1,332007 229.226,72 1.006.614,59 2.464.612,40 14.275.161,32 0,23 0,17 1,322008 239.855,70 1.069.407,19 2.562.858,25 15.297.770,57 0,22 0,17 1,342009 251.710,11 1.124.399,43 2.764.830,45 16.274.907,72 0,22 0,17 1,322010 267.711,32 1.192.419,06 3.046.733,40 17.470.653,43 0,22 0,17 1,292011 305.888,61 1.286.562,17 3.340.709,21 18.962.396,90 0,24 0,18 1,352012 333.596,19 1.378.014,51 3.673.984,88 20.015.670,63 0,24 0,18 1,32
RATA-RATA 243.315,54 1.052.050,00 2.615.395,59 15.157.731,85 0,23 0,17 1,35
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten (Er) Provinsi (En)
2. Sub Sektor Perdagangan Besar & Eceran (PBE)
Sub Sektor Sub Sektor Eri/Er Eni/EnPBE (Eri) PBE (Eni)
2003 175.285,01 790.479,24 1.679.102,85 11.343.279,54 0,22 0,15 1,502004 190.118,95 835.272,89 1.779.023,98 11.953.885,47 0,23 0,15 1,532005 203.332,22 884.052,74 1.946.813,04 12.619.972,18 0,23 0,15 1,492006 213.145,55 953.278,19 2.104.228,05 13.363.620,73 0,22 0,16 1,422007 222.438,00 1.006.614,59 2.246.878,12 14.275.161,32 0,22 0,16 1,402008 232.858,67 1.069.407,19 2.332.411,89 15.297.770,57 0,22 0,15 1,432009 244.548,42 1.124.399,43 2.528.314,95 16.274.907,72 0,22 0,16 1,402010 260.321,07 1.192.419,06 2.794.538,74 17.470.653,43 0,22 0,16 1,362011 298.144,23 1.286.562,17 3.071.579,67 18.962.396,90 0,23 0,16 1,432012 325.513,87 1.378.014,51 3.383.640,93 20.015.670,63 0,24 0,17 1,40
RATA-RATA 236.570,60 1.052.050,00 2.386.653,22 15.157.731,85 0,22 0,16 1,44
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten (Er) Provinsi (En)
3. Sub Sektor Hotel
Sub Sektor Sub Sektor Eri/Er Eni/EnHotel (Eri) Hotel (Eni)
2003 16,170 790.479,24 23.525,12 11.343.279,54 0,00 0,00 0,012004 16,390 835.272,89 24.539,53 11.953.885,47 0,00 0,00 0,012005 16,690 884.052,74 26.091,10 12.619.972,18 0,00 0,00 0,012006 16,780 953.278,19 28.716,30 13.363.620,73 0,00 0,00 0,012007 16,890 1.006.614,59 30.227,92 14.275.161,32 0,00 0,00 0,012008 19,180 1.069.407,19 42.033,24 15.297.770,57 0,00 0,00 0,012009 19,160 1.124.399,43 44.281,05 16.274.907,72 0,00 0,00 0,012010 19,160 1.192.419,06 52.258,79 17.470.653,43 0,00 0,00 0,012011 18,920 1.286.562,17 58.440,58 18.962.396,90 0,00 0,00 0,002012 19,250 1.378.014,51 64.421,43 20.015.670,63 0,00 0,00 0,00
RATA-RATA 17,859 1.052.050,00 39.453,51 15.157.731,85 0,00 0,00 0,01
4. Sub Sektor Restoran
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten (Er) Provinsi (En)
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten (Er) Provinsi (En)
4. Sub Sektor Restoran
Sub Sektor Sub Sektor Eri/Er Eni/EnRestoran (Eri) Restoran (Eni)
2003 5.088,82 790.479,24 156.689,96 11.343.279,54 0,01 0,01 0,472004 5.547,99 835.272,89 167.906,44 11.953.885,47 0,01 0,01 0,472005 6.080,71 884.052,74 176.861,04 12.619.972,18 0,01 0,01 0,492006 6.491,52 953.278,19 186.729,89 13.363.620,73 0,01 0,01 0,492007 6.771,83 1.006.614,59 187.506,36 14.275.161,32 0,01 0,01 0,512008 6.977,85 1.069.407,19 188.413,12 15.297.770,57 0,01 0,01 0,532009 7.142,53 1.124.399,43 192.234,46 16.274.907,72 0,01 0,01 0,542010 7.371,09 1.192.419,06 199.935,86 17.470.653,43 0,01 0,01 0,542011 7.725,46 1.286.562,17 210.688,96 18.962.396,90 0,01 0,01 0,542012 8.063,07 1.378.014,51 225.922,52 20.015.670,63 0,01 0,01 0,52
RATA-RATA 6.726,09 1.052.050,00 189.288,86 15.157.731,85 0,01 0,01 0,51
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten (Er) Provinsi (En)
Lampiran 14. Nilai LQ Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kabupaten Batang Hari
Sektor Sektor Eri/Er Eni/EnPengangkutan Pengangkutan
( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )2003 20.038,62 790.479,24 895.951,81 11.343.279,54 0,03 0,08 0,322004 22.042,57 835.272,89 953.896,76 11.953.885,47 0,03 0,08 0,332005 24.572,22 884.052,74 1.021.598,53 12.619.972,18 0,03 0,08 0,342006 26.442,43 953.278,19 1.082.250,89 13.363.620,73 0,03 0,08 0,342007 28.095,49 1.006.614,59 1.159.479,50 14.275.161,32 0,03 0,08 0,342008 30.185,51 1.069.407,19 1.198.512,56 15.297.770,57 0,03 0,08 0,362009 32.510,09 1.124.399,43 1.268.174,97 16.274.907,72 0,03 0,08 0,372010 35.657,49 1.192.419,06 1.320.269,65 17.470.653,43 0,03 0,08 0,402011 39.040,20 1.286.562,17 1.374.509,66 18.962.396,90 0,03 0,07 0,42
TAHUN
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten Provinsi
2011 39.040,20 1.286.562,17 1.374.509,66 18.962.396,90 0,03 0,07 0,422012 41.973,75 1.378.014,51 1.473.275,20 20.015.670,63 0,03 0,07 0,41
RATA-RATA 30.055,84 1.052.050,00 1.174.791,95 15.157.731,85 0,03 0,08 0,36
Lampiran 15. Nilai LQ Sektor Keuangan, Real Eastet dan Jasa Perusahaan Kabupaten Batang Hari
Sektor Sektor Eri/Er Eni/EnKeuangan Keuangan
( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )2003 19.132,54 790.479,24 390.117,56 11.343.279,54 0,02 0,03 0,702004 21.650,11 835.272,89 446.225,86 11.953.885,47 0,03 0,04 0,692005 23.095,09 884.052,74 483.787,03 12.619.972,18 0,03 0,04 0,682006 24.068,93 953.278,19 511.717,65 13.363.620,73 0,03 0,04 0,662007 24.964,53 1.006.614,59 609.271,18 14.275.161,32 0,02 0,04 0,582008 26.271,60 1.069.407,19 754.770,87 15.297.770,57 0,02 0,05 0,502009 27.678,09 1.124.399,43 889.519,04 16.274.907,72 0,02 0,05 0,452010 29.452,88 1.192.419,06 997.305,14 17.470.653,43 0,02 0,06 0,432011 31.217,44 1.286.562,17 1.087.897,16 18.962.396,90 0,02 0,06 0,42
TAHUN
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten Provinsi
2011 31.217,44 1.286.562,17 1.087.897,16 18.962.396,90 0,02 0,06 0,422012 34.080,84 1.378.014,51 1.172.817,37 20.015.670,63 0,02 0,06 0,42
RATA-RATA 26.161,21 1.052.050,00 734.342,89 15.157.731,85 0,02 0,05 0,55
Lampiran 16. Nilai LQ Sektor Jasa-Jasa Kabupaten Batang Hari
1. Sektor Jasa
Sektor Sektor Eri/Er Eni/EnJasa (Eri) Jasa (Eni)
2003 89.711,18 790.479,24 1.088.419,48 11.343.279,54 0,11 0,10 1,182004 100.258,32 835.272,89 1.126.294,40 11.953.885,47 0,12 0,09 1,272005 111.178,02 884.052,74 1.162.453,71 12.619.972,18 0,13 0,09 1,372006 124.914,25 953.278,19 1.209.748,36 13.363.620,73 0,13 0,09 1,452007 140.582,63 1.006.614,59 1.277.715,71 14.275.161,32 0,14 0,09 1,562008 156.997,72 1.069.407,19 1.341.488,97 15.297.770,57 0,15 0,09 1,672009 175.727,18 1.124.399,43 1.425.145,98 16.274.907,72 0,16 0,09 1,782010 195.511,17 1.192.419,06 1.482.880,09 17.470.653,43 0,16 0,08 1,932011 216.339,15 1.286.562,17 1.539.245,25 18.962.396,90 0,17 0,08 2,072012 235.844,04 1.378.014,51 1.552.149,96 20.015.670,63 0,17 0,08 2,21
RATA-RATA 154.706,37 1.052.050,00 1.320.554,19 15.157.731,85 0,14 0,09 1,65
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten (Er) Provinsi (En)
RATA-RATA 154.706,37 1.052.050,00 1.320.554,19 15.157.731,85 0,14 0,09 1,65
2. Sub Sektor Pemerintahan Umum
Sub Sektor Sub Sektor Eri/Er Eni/EnPem.Umum (Eri) Pem.Umum (Eni)
2003 81.100,98 790.479,24 915.860,34 11.343.279,54 0,10 0,08 1,272004 91.143,86 835.272,89 942.324,75 11.953.885,47 0,11 0,08 1,382005 101.561,72 884.052,74 963.729,99 12.619.972,18 0,11 0,08 1,502006 115.002,95 953.278,19 1.000.283,44 13.363.620,73 0,12 0,07 1,612007 130.364,32 1.006.614,59 1.054.110,58 14.275.161,32 0,13 0,07 1,752008 146.436,87 1.069.407,19 1.108.381,92 15.297.770,57 0,14 0,07 1,892009 164.785,75 1.124.399,43 1.182.165,16 16.274.907,72 0,15 0,07 2,022010 184.132,97 1.192.419,06 1.229.320,10 17.470.653,43 0,15 0,07 2,192011 204.172,02 1.286.562,17 1.277.194,48 18.962.396,90 0,16 0,07 2,362012 222.924,10 1.378.014,51 1.277.194,48 20.015.670,63 0,16 0,06 2,54
RATA-RATA 144.162,55 1.052.050,00 1.095.056,52 15.157.731,85 0,13 0,07 1,85
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten (Er) Provinsi (En)
3. Sub Sektor Swasta
Sub Sektor Sub Sektor Eri/Er Eni/EnSwasta Swasta( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )
2003 8.610,20 790.479,24 172.559,14 11.343.279,54 0,01 0,02 0,722004 9.114,46 835.272,89 183.969,65 11.953.885,47 0,01 0,02 0,712005 9.616,30 884.052,74 198.723,73 12.619.972,18 0,01 0,02 0,692006 9.911,30 953.278,19 209.464,92 13.363.620,73 0,01 0,02 0,662007 10.218,31 1.006.614,59 223.605,13 14.275.161,32 0,01 0,02 0,652008 10.560,85 1.069.407,19 233.107,05 15.297.770,57 0,01 0,02 0,652009 10.941,43 1.124.399,43 242.980,82 16.274.907,72 0,01 0,01 0,652010 11.378,20 1.192.419,06 253.559,99 17.470.653,43 0,01 0,01 0,662011 12.167,13 1.286.562,17 262.050,77 18.962.396,90 0,01 0,01 0,68
TAHUN
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQKabupaten Provinsi
2011 12.167,13 1.286.562,17 262.050,77 18.962.396,90 0,01 0,01 0,682012 12.919,94 1.378.014,51 274.955,48 20.015.670,63 0,01 0,01 0,68
RATA-RATA 10.543,81 1.052.050,00 225.497,67 15.157.731,85 0,01 0,01 0,68
Lampiran 8. Nilai LQ Sektor Pertanian Kabupaten Batang Hari
1. Sektor Pertanian
Sektor Pertanian Kabupaten Sektor Pertanian Provinsi Eri/Er Eni/En( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )
2003 277.612,72 790.479,24 3.467.458,65 11.343.279,54 0,35 0,31 1,152004 288.248,10 835.272,89 3.643.690,63 11.953.885,47 0,35 0,30 1,132005 302.400,03 884.052,74 3.811.540,80 12.619.972,18 0,34 0,30 1,132006 316.600,03 953.278,19 4.243.612,10 13.363.620,73 0,33 0,32 1,052007 330.410,34 1.006.614,59 4.437.448,46 14.275.161,32 0,33 0,31 1,062008 342.876,28 1.069.407,19 4.691.195,98 15.297.770,57 0,32 0,31 1,052009 358.286,02 1.124.399,43 5.003.441,11 16.274.907,72 0,32 0,31 1,042010 377.594,56 1.192.419,06 5.262.855,99 17.470.653,43 0,32 0,30 1,052011 392.520,09 1.286.562,17 5.580.225,44 18.962.396,90 0,31 0,29 1,04
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQ
2011 392.520,09 1.286.562,17 5.580.225,44 18.962.396,90 0,31 0,29 1,042012 408.591,73 1.378.014,51 6.004.284,13 20.015.670,63 0,30 0,30 0,99
RATA-RATA 339.513,99 1.052.050,00 4.614.575,33 15.157.731,85 0,33 0,31 1,07
2. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan (TBM)
Sub Sektor TBM Kabupaten Sub Sektor TBM Provinsi Eri/Er Eni/En( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )
2003 66.001,92 790.479,24 1.318.832,12 11.343.279,54 0,08 0,12 0,722004 68.008,38 835.272,89 1.394.171,00 11.953.885,47 0,08 0,12 0,702005 71.377,34 884.052,74 1.472.143,52 12.619.972,18 0,08 0,12 0,692006 75.377,34 953.278,19 1.553.055,81 13.363.620,73 0,08 0,12 0,682007 79.019,31 1.006.614,59 1.618.932,67 14.275.161,32 0,08 0,11 0,692008 81.905,29 1.069.407,19 1.731.837,19 15.297.770,57 0,08 0,11 0,682009 86.082,47 1.124.399,43 1.843.834,35 16.274.907,72 0,08 0,11 0,682010 90.266,23 1.192.419,06 1.918.070,94 17.470.653,43 0,08 0,11 0,692011 93.912,23 1.286.562,17 2.009.085,62 18.962.396,90 0,07 0,11 0,692012 97.743,85 1.378.014,51 2.162.674,56 20.015.670,63 0,07 0,11 0,66
RATA-RATA 809.694,36 1.052.050,00 1.702.263,78 15.157.731,85 0,08 0,11 0,69
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQ
3. Sub Sektor Tanaman Perkebunan (T Bun)
Sub Sektor T Bun Kabupaten Sub Sektor T Bun Provinsi Eri/Er Eni/En( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )
2003 132.958,72 790.479,24 1.409.276,77 11.343.279,54 0,17 0,12 1,352004 141.827,07 835.272,89 1.516.507,13 11.953.885,47 0,17 0,13 1,342005 150.300,21 884.052,74 1.588.828,80 12.619.972,18 0,17 0,13 1,352006 159.500,21 953.278,19 1.989.267,29 13.363.620,73 0,17 0,15 1,122007 169.460,56 1.006.614,59 2.072.372,66 14.275.161,32 0,17 0,15 1,162008 176.974,10 1.069.407,19 2.197.097,04 15.297.770,57 0,17 0,14 1,152009 186.088,27 1.124.399,43 2.368.323,13 16.274.907,72 0,17 0,15 1,142010 198.816,78 1.192.419,06 2.531.684,03 17.470.653,43 0,17 0,14 1,152011 207.598,51 1.286.562,17 2.722.741,42 18.962.396,90 0,16 0,14 1,122012 215.570,29 1.378.014,51 2.948.764,22 20.015.670,63 0,16 0,15 1,06
RATA-RATA 173.909,47 1.052.050,00 2.134.486,25 15.157.731,85 0,17 0,14 1,20
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQ
4. Sub Sektor Peternakan (Nak)
Sub Sektor Nak Kabupaten Sub Sektor Nak Provinsi Eri/Er Eni/En( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )
2003 27.354,67 790.479,24 265.601,46 11.343.279,54 0,03 0,02 1,482004 29.067,07 835.272,89 286.871,06 11.953.885,47 0,03 0,02 1,452005 30.800,22 884.052,74 299.051,02 12.619.972,18 0,03 0,02 1,472006 31.300,22 953.278,19 292.820,59 13.363.620,73 0,03 0,02 1,502007 31.812,90 1.006.614,59 299.188,43 14.275.161,32 0,03 0,02 1,512008 32.878,85 1.069.407,19 306.362,85 15.297.770,57 0,03 0,02 1,542009 33.967,14 1.124.399,43 326.041,55 16.274.907,72 0,03 0,02 1,512010 35.077,36 1.192.419,06 344.559,00 17.470.653,43 0,03 0,02 1,492011 35.697,48 1.286.562,17 370.515,09 18.962.396,90 0,03 0,02 1,422012 37.557,32 1.378.014,51 390.108,25 20.015.670,63 0,03 0,02 1,40
RATA-RATA 32.551,32 1.052.050,00 318.111,93 15.157.731,85 0,03 0,02 1,48
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQ
5. Sub Sektor Kehutanan (Hut)
Sub Sektor Hut Kabupaten Sub Sektor Hut Provinsi Eri/Er Eni/En( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )
2003 37.314,47 790.479,24 296.896,24 11.343.279,54 0,05 0,03 1,802004 34.117,46 835.272,89 271.999,16 11.953.885,47 0,04 0,02 1,802005 33.315,64 884.052,74 265.755,77 12.619.972,18 0,04 0,02 1,792006 32.365,64 953.278,19 270.595,39 13.363.620,73 0,03 0,02 1,682007 30.689,02 1.006.614,59 274.831,23 14.275.161,32 0,03 0,02 1,582008 30.205,30 1.069.407,19 270.900,40 15.297.770,57 0,03 0,02 1,592009 29.794,51 1.124.399,43 264.386,11 16.274.907,72 0,03 0,02 1,632010 29.488,95 1.192.419,06 259.361,96 17.470.653,43 0,02 0,01 1,672011 30.593,94 1.286.562,17 256.823,96 18.962.396,90 0,02 0,01 1,762012 32.001,26 1.378.014,51 271.698,46 20.015.670,63 0,02 0,01 1,71
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQ
2012 32.001,26 1.378.014,51 271.698,46 20.015.670,63 0,02 0,01 1,71RATA-RATA 31.988,62 1.052.050,00 270.324,87 15.157.731,85 0,03 0,02 1,70
6. Sub Sektor Perikanan (Kan)
Sub Sektor Kan Kabupaten Sub Sektor Kan Provinsi Eri/Er Eni/En( Eri ) ( Er ) ( Eni ) ( En )
2003 13.982,94 790.479,24 176.852,08 11.343.279,54 0,02 0,02 1,132004 15.228,12 835.272,89 174.142,28 11.953.885,47 0,02 0,01 1,252005 16.606,62 884.052,74 185.761,89 12.619.972,18 0,02 0,01 1,282006 18.056,62 953.278,19 138.073,02 13.363.620,73 0,02 0,01 1,832007 19.428,55 1.006.614,59 172.123,48 14.275.161,32 0,02 0,01 1,602008 20.912,74 1.069.407,19 184.998,49 15.297.770,57 0,02 0,01 1,622009 22.353,63 1.124.399,43 200.855,98 16.274.907,72 0,02 0,01 1,612010 23.945,22 1.192.419,06 211.180,16 17.470.653,43 0,02 0,01 1,662011 24.717,93 1.286.562,17 221.059,35 18.962.396,90 0,02 0,01 1,652012 25.719,01 1.378.014,51 231.038,65 20.015.670,63 0,02 0,01 1,62
RATA-RATA 20.095,14 1.052.050,00 189.608,54 15.157.731,85 0,02 0,01 1,53
TAHUNPDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
NILAI LQ
Lampiran 17. Rekapitulasi Nilai Rata-Rata LQ Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
Pertanian Pertambangan Industri & Listrik, Gas & Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa& Penggalian Pengolahan Air Bersih & Hotel & Komunikasi Jasa
2003 1,15 0,40 1,21 0,14 0,83 1,39 0,32 0,70 1,182004 1,13 0,41 1,14 0,15 0,82 1,42 0,33 0,69 1,272005 1,13 0,39 1,11 0,16 0,85 1,39 0,34 0,68 1,372006 1,05 0,63 1,07 0,16 0,82 1,33 0,34 0,66 1,452007 1,06 0,62 1,04 0,17 0,85 1,32 0,34 0,58 1,562008 1,05 0,67 1,00 0,18 0,81 1,34 0,36 0,50 1,672009 1,04 0,68 0,99 0,19 0,80 1,32 0,37 0,45 1,782010 1,05 0,61 0,99 0,20 0,79 1,29 0,40 0,43 1,932011 1,04 0,54 0,97 0,21 0,80 1,35 0,42 0,42 2,07
TAHUNSEKTOR
2011 1,04 0,54 0,97 0,21 0,80 1,35 0,42 0,42 2,072012 0,99 0,60 1,01 0,20 0,73 1,32 0,41 0,42 2,21
RATA-RATA 1,07 0,55 1,05 0,18 0,81 1,35 0,36 0,55 1,65
Lampiran 18. Nilai DLQ Sektor Pertanian Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
Laju Laju Laju LajuPertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan (1+gij)/(1+gj) (1+Gi)/(1+G)
Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi
2003 0,0291 0,0472 0,0356 0,0500 1,03 1,05 0,98 1,04 1,05 0,99 1,00
2004 0,0383 0,0567 0,0508 0,0538 1,04 1,06 0,98 1,05 1,05 1,00 0,99
2005 0,0491 0,0584 0,0461 0,0557 1,05 1,06 0,99 1,05 1,06 0,99 1,00
2006 0,0470 0,0783 0,1134 0,0589 1,05 1,08 0,97 1,11 1,06 1,05 0,92
2007 0,0436 0,0560 0,0457 0,0682 1,04 1,06 0,99 1,05 1,07 0,98 1,01
2008 0,0377 0,0624 0,0572 0,0716 1,04 1,06 0,98 1,06 1,07 0,99 0,99
DLQ
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
TAHUN 1+gij 1+gj 1+Gi 1+G
2008 0,0377 0,0624 0,0572 0,0716 1,04 1,06 0,98 1,06 1,07 0,99 0,99
2009 0,0449 0,0514 0,0666 0,0639 1,04 1,05 0,99 1,07 1,06 1,00 0,99
2010 0,0539 0,0605 0,0518 0,0735 1,05 1,06 0,99 1,05 1,07 0,98 1,01
2011 0,0395 0,0790 0,0603 0,0854 1,04 1,08 0,96 1,06 1,09 0,98 0,99
2012 0,0409 0,0711 0,0760 0,0555 1,04 1,07 0,97 1,08 1,06 1,02 0,95
RATA-RATA 0,99
Lampiran 19. Nilai DLQ Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
Laju Laju Laju LajuPertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan (1+gij)/(1+gj) (1+Gi)/(1+G)
Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi
2003 (0,0967) 0,0472 0,0282 0,0500 0,90 1,05 0,86 1,03 1,05 0,98 0,88
2004 0,0462 0,0567 0,0065 0,0538 1,05 1,06 0,99 1,01 1,05 0,96 1,04
2005 (0,0514) 0,0584 0,0104 0,0557 0,95 1,06 0,90 1,01 1,06 0,96 0,94
2006 0,5511 0,0783 (0,0729) 0,0589 1,55 1,08 1,44 0,93 1,06 0,88 1,64
2007 0,0600 0,0560 0,0960 0,0682 1,06 1,06 1,00 1,10 1,07 1,03 0,98
2008 0,2355 0,0624 0,1470 0,0716 1,24 1,06 1,16 1,15 1,07 1,07 1,09
DLQ
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
TAHUN 1+gij 1+gj 1+Gi 1+G
2008 0,2355 0,0624 0,1470 0,0716 1,24 1,06 1,16 1,15 1,07 1,07 1,09
2009 0,0059 0,0514 0,0129 0,0639 1,01 1,05 0,96 1,01 1,06 0,95 1,00
2010 0,0179 0,0605 0,1456 0,0735 1,02 1,06 0,96 1,15 1,07 1,07 0,90
2011 0,0889 0,0790 0,2299 0,0854 1,09 1,08 1,01 1,23 1,09 1,13 0,89
2012 0,1039 0,0711 (0,0208) 0,0555 1,10 1,07 1,03 0,98 1,06 0,93 1,11
RATA-RATA 1,05
Lampiran 20. Nilai DLQ Sektor Industri dan Pengolahan Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
Laju Laju Laju LajuPertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan (1+gij)/(1+gj) (1+Gi)/(1+G)
Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi
2003 0,0433 0,0472 0,0236 0,0500 1,04 1,05 1,00 1,02 1,05 0,97 1,02
2004 (0,0231) 0,0567 0,0355 0,0538 0,98 1,06 0,92 1,04 1,05 0,98 0,94
2005 0,0115 0,0584 0,0390 0,0557 1,01 1,06 0,96 1,04 1,06 0,98 0,97
2006 0,0223 0,0783 0,0444 0,0589 1,02 1,08 0,95 1,04 1,06 0,99 0,96
2007 0,0139 0,0560 0,0545 0,0682 1,01 1,06 0,96 1,05 1,07 0,99 0,97
2008 0,0089 0,0624 0,0563 0,0716 1,01 1,06 0,95 1,06 1,07 0,99 0,96
DLQ
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
TAHUN 1+gij 1+gj 1+Gi 1+G
2008 0,0089 0,0624 0,0563 0,0716 1,01 1,06 0,95 1,06 1,07 0,99 0,96
2009 0,0156 0,0514 0,0384 0,0639 1,02 1,05 0,97 1,04 1,06 0,98 0,99
2010 0,0299 0,0605 0,0449 0,0735 1,03 1,06 0,97 1,04 1,07 0,97 1,00
2011 0,0256 0,0790 0,0512 0,0854 1,03 1,08 0,95 1,05 1,09 0,97 0,98
2012 0,0550 0,0711 0,0000 0,0555 1,06 1,07 0,98 1,00 1,06 0,95 1,04
RATA-RATA 0,98
Lampiran 21. Nilai DLQ Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
Laju Laju Laju LajuPertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan (1+gij)/(1+gj) (1+Gi)/(1+G)
Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi
2003 0,2674 0,0472 0,2210 0,0500 1,27 1,05 1,21 1,22 1,05 1,16 1,04
2004 0,2022 0,0567 0,1303 0,0538 1,20 1,06 1,14 1,13 1,05 1,07 1,06
2005 0,1171 0,0584 0,0510 0,0557 1,12 1,06 1,06 1,05 1,06 1,00 1,06
2006 0,1016 0,0783 0,0738 0,0589 1,10 1,08 1,02 1,07 1,06 1,01 1,01
2007 0,0990 0,0560 0,0447 0,0682 1,10 1,06 1,04 1,04 1,07 0,98 1,06
2008 0,1169 0,0624 0,0728 0,0716 1,12 1,06 1,05 1,07 1,07 1,00 1,05
DLQ
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
TAHUN 1+gij 1+gj 1+Gi 1+G
2008 0,1169 0,0624 0,0728 0,0716 1,12 1,06 1,05 1,07 1,07 1,00 1,05
2009 0,1287 0,0514 0,0927 0,0639 1,13 1,05 1,07 1,09 1,06 1,03 1,05
2010 0,1663 0,0605 0,1312 0,0735 1,17 1,06 1,10 1,13 1,07 1,05 1,04
2011 0,1501 0,0790 0,1127 0,0854 1,15 1,08 1,07 1,11 1,09 1,03 1,04
2012 0,0608 0,0711 0,0660 0,0555 1,06 1,07 0,99 1,07 1,06 1,01 0,98
RATA-RATA 1,04
Lampiran 22. Nilai DLQ Sektor Konstruksi Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
Laju Laju Laju LajuPertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan (1+gij)/(1+gj) (1+Gi)/(1+G)
Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi
2003 0,2580 0,0472 4,2385 0,0500 1,26 1,05 1,20 5,24 1,05 4,99 0,24
2004 0,2374 0,0567 0,2575 0,0538 1,24 1,06 1,17 1,26 1,05 1,19 0,98
2005 0,2613 0,0584 0,2048 0,0557 1,26 1,06 1,19 1,20 1,06 1,14 1,04
2006 0,0445 0,0783 0,0667 0,0589 1,04 1,08 0,97 1,07 1,06 1,01 0,96
2007 0,1699 0,0560 0,1458 0,0682 1,17 1,06 1,11 1,15 1,07 1,07 1,03
2008 0,0477 0,0624 0,1028 0,0716 1,05 1,06 0,99 1,10 1,07 1,03 0,96
DLQ
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
TAHUN 1+gij 1+gj 1+Gi 1+G
2008 0,0477 0,0624 0,1028 0,0716 1,05 1,06 0,99 1,10 1,07 1,03 0,96
2009 0,0568 0,0514 0,0845 0,0639 1,06 1,05 1,01 1,08 1,06 1,02 0,99
2010 0,0412 0,0605 0,0676 0,0735 1,04 1,06 0,98 1,07 1,07 0,99 0,99
2011 0,0666 0,0790 0,0631 0,0854 1,07 1,08 0,99 1,06 1,09 0,98 1,01
2012 0,0764 0,0711 0,1616 0,0555 1,08 1,07 1,00 1,16 1,06 1,10 0,91
RATA-RATA 0,91
Lampiran 23. Nilai DLQ Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
Laju Laju Laju LajuPertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan (1+gij)/(1+gj) (1+Gi)/(1+G)
Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi
2003 0,0774 0,0472 0,0632 0,0500 1,08 1,05 1,03 1,06 1,05 1,01 1,02
2004 0,0847 0,0567 0,0603 0,0538 1,08 1,06 1,03 1,06 1,05 1,01 1,02
2005 0,0702 0,0584 0,0904 0,0557 1,07 1,06 1,01 1,09 1,06 1,03 0,98
2006 0,0488 0,0783 0,0790 0,0589 1,05 1,08 0,97 1,08 1,06 1,02 0,95
2007 0,0436 0,0560 0,0625 0,0682 1,04 1,06 0,99 1,06 1,07 0,99 0,99
2008 0,0464 0,0624 0,0399 0,0716 1,05 1,06 0,98 1,04 1,07 0,97 1,02
DLQ
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
TAHUN 1+gij 1+gj 1+Gi 1+G
2008 0,0464 0,0624 0,0399 0,0716 1,05 1,06 0,98 1,04 1,07 0,97 1,02
2009 0,0494 0,0514 0,0788 0,0639 1,05 1,05 1,00 1,08 1,06 1,01 0,98
2010 0,0636 0,0605 0,1020 0,0735 1,06 1,06 1,00 1,10 1,07 1,03 0,98
2011 0,1426 0,0790 0,0965 0,0854 1,14 1,08 1,06 1,10 1,09 1,01 1,05
2012 0,0906 0,0711 0,0998 0,0555 1,09 1,07 1,02 1,10 1,06 1,04 0,98
RATA-RATA 1,00
Lampiran 24. Nilai DLQ Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
Laju Laju Laju LajuPertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan (1+gij)/(1+gj) (1+Gi)/(1+G)
Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi
2003 0,0773 0,0472 0,0494 0,0500 1,08 1,05 1,03 1,05 1,05 1,00 1,03
2004 0,1000 0,0567 0,0647 0,0538 1,10 1,06 1,04 1,06 1,05 1,01 1,03
2005 0,1148 0,0584 0,0710 0,0557 1,11 1,06 1,05 1,07 1,06 1,01 1,04
2006 0,0761 0,0783 0,0594 0,0589 1,08 1,08 1,00 1,06 1,06 1,00 1,00
2007 0,0625 0,0560 0,0714 0,0682 1,06 1,06 1,01 1,07 1,07 1,00 1,00
2008 0,0744 0,0624 0,0337 0,0716 1,07 1,06 1,01 1,03 1,07 0,96 1,05
DLQ
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
TAHUN 1+gij 1+gj 1+Gi 1+G
2008 0,0744 0,0624 0,0337 0,0716 1,07 1,06 1,01 1,03 1,07 0,96 1,05
2009 0,0770 0,0514 0,0581 0,0639 1,08 1,05 1,02 1,06 1,06 0,99 1,03
2010 0,0968 0,0605 0,0411 0,0735 1,10 1,06 1,03 1,04 1,07 0,97 1,07
2011 0,0949 0,0790 0,0411 0,0854 1,09 1,08 1,01 1,04 1,09 0,96 1,06
2012 0,0751 0,0711 0,0719 0,0555 1,08 1,07 1,00 1,07 1,06 1,02 0,99
RATA-RATA 1,03
Lampiran 25. Nilai DLQ Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
Laju Laju Laju LajuPertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan (1+gij)/(1+gj) (1+Gi)/(1+G)
Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi
2003 0,0517 0,0472 0,1398 0,0500 1,05 1,05 1,00 1,14 1,05 1,09 0,93
2004 0,1316 0,0567 0,1438 0,0538 1,13 1,06 1,07 1,14 1,05 1,09 0,99
2005 0,0667 0,0584 0,0842 0,0557 1,07 1,06 1,01 1,08 1,06 1,03 0,98
2006 0,0422 0,0783 0,0577 0,0589 1,04 1,08 0,97 1,06 1,06 1,00 0,97
2007 0,0372 0,0560 0,1906 0,0682 1,04 1,06 0,98 1,19 1,07 1,11 0,88
2008 0,0524 0,0624 0,2388 0,0716 1,05 1,06 0,99 1,24 1,07 1,16 0,86
DLQ
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
TAHUN 1+gij 1+gj 1+Gi 1+G
2008 0,0524 0,0624 0,2388 0,0716 1,05 1,06 0,99 1,24 1,07 1,16 0,86
2009 0,0535 0,0514 0,1785 0,0639 1,05 1,05 1,00 1,18 1,06 1,11 0,90
2010 0,0641 0,0605 0,1212 0,0735 1,06 1,06 1,00 1,12 1,07 1,04 0,96
2011 0,0599 0,0790 0,0908 0,0854 1,06 1,08 0,98 1,09 1,09 1,01 0,98
2012 0,0917 0,0711 0,0781 0,0555 1,09 1,07 1,02 1,08 1,06 1,02 1,00
RATA-RATA 0,94
Lampiran 26. Nilai DLQ Sektor Jasa-Jasa Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
Laju Laju Laju LajuPertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan (1+gij)/(1+gj) (1+Gi)/(1+G)
Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi
2003 0,0838 0,0472 0,0482 0,0500 1,08 1,05 1,03 1,05 1,05 1,00 1,04
2004 0,1176 0,0567 0,0348 0,0538 1,12 1,06 1,06 1,03 1,05 0,98 1,08
2005 0,1089 0,0584 0,0321 0,0557 1,11 1,06 1,05 1,03 1,06 0,98 1,07
2006 0,1236 0,0783 0,0407 0,0589 1,12 1,08 1,04 1,04 1,06 0,98 1,06
2007 0,1254 0,0560 0,0562 0,0682 1,13 1,06 1,07 1,06 1,07 0,99 1,08
2008 0,1168 0,0624 0,0499 0,0716 1,12 1,06 1,05 1,05 1,07 0,98 1,07
DLQ
PDRB BATANG HARI PDRB PROVINSI JAMBI
TAHUN 1+gij 1+gj 1+Gi 1+G
2008 0,1168 0,0624 0,0499 0,0716 1,12 1,06 1,05 1,05 1,07 0,98 1,07
2009 0,1193 0,0514 0,0624 0,0639 1,12 1,05 1,06 1,06 1,06 1,00 1,07
2010 0,1126 0,0605 0,0405 0,0735 1,11 1,06 1,05 1,04 1,07 0,97 1,08
2011 0,1065 0,0790 0,0380 0,0854 1,11 1,08 1,03 1,04 1,09 0,96 1,07
2012 0,0902 0,0711 0,0084 0,0555 1,09 1,07 1,02 1,01 1,06 0,96 1,07
RATA-RATA 1,07
Lampiran 27. Rekapitulasi Nilai Rata-Rata DLQ Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
Pertanian Pertambangan Industri & Listrik, Gas & Perdagangan Pengangkutan Jasa& Penggalian Pengolahan Air Bersih & Hotel & Komunikasi Jasa
2003 1,00 0,88 1,02 1,04 0,24 1,02 1,03 0,93 1,04
2004 0,99 1,04 0,94 1,06 0,98 1,02 1,03 0,99 1,08
2005 1,00 0,94 0,97 1,06 1,04 0,98 1,04 0,98 1,07
2006 0,92 1,64 0,96 1,01 0,96 0,95 1,00 0,97 1,06
2007 1,01 0,98 0,97 1,06 1,03 0,99 1,00 0,88 1,08
2008 0,99 1,09 0,96 1,05 0,96 1,02 1,05 0,86 1,07
2009 0,99 1,00 0,99 1,05 0,99 0,98 1,03 0,90 1,07
SEKTORTAHUN Kon-
struksiKeu-
angan
2009 0,99 1,00 0,99 1,05 0,99 0,98 1,03 0,90 1,07
2010 1,01 0,90 1,00 1,04 0,99 0,98 1,07 0,96 1,08
2011 0,99 0,89 0,98 1,04 1,01 1,05 1,06 0,98 1,07
2012 0,95 1,11 1,04 0,98 0,91 0,98 0,99 1,00 1,07
RATA-RATA 0,99 1,05 0,98 1,04 0,91 1,00 1,03 0,94 1,07
Lampiran 28. Perhitungan Korelasi antara PDRB Sektor Basis dengan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012
1. Sektor Pertanian 3. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
2003 277.613 62.250 2003 180.400 3.1742004 288.248 69.523 0,30 2004 195.683 3.283 0,612005 302.400 75.053 2005 209.430 3.3842006 316.600 81.023 2006 219.654 3.4882007 330.410 52.721 2007 229.227 11.3792008 342.876 65.185 2008 239.856 14.3972009 358.286 62.406 2009 251.710 13.6982010 377.595 76.006 2010 267.711 15.0432011 392.520 77.627 2011 305.889 10.958
JumlahPenyerapan TK KorelasiTahun PDRB Jumlah
Penyerapan TK Korelasi Tahun PDRB
2011 392.520 77.627 2011 305.889 10.9582012 408.592 75.370 2012 333.596 10.266
2. Sektor Industri dan Pengolahan 4. Sektor Jasa-Jasa
2003 139.097 5.338 2003 89.711 3.2212004 135.878 5.537 0,05 2004 100.258 3.330 0,822005 137.447 5.637 2005 111.178 4.0502006 140.513 5.739 2006 124.914 4.9262007 142.466 1.973 2007 140.583 8.8492008 143.741 2.005 2008 156.998 7.6712009 145.979 4.029 2009 175.727 13.8942010 150.350 3.925 2010 195.511 15.2592011 154.198 4.905 2011 216.339 11.1142012 162.679 5.898 2012 235.844 10.413
Tahun PDRB JumlahPenyerapan TK Korelasi Tahun PDRB Jumlah
Penyerapan TK Korelasi
Lampiran 29. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektordi Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012 (Jiwa)
2003 2004 2002 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian, Kehutanan,Perkebunan, Perikanan 62.250 69.523 62.241 75.053 81.023 52.721 65.185 62.406 76.006 77.627 75.370 69.037
2 Pertambangan 2.256 2.332 2.240 2.450 2.574 831 845 1.697 1.653 2.066 2.484 1.948
3 Industri Pengolahan 5.338 5.537 4.967 5.637 5.739 1.973 2.005 4.029 3.925 4.905 5.898 4.541
4 Listrik, Gas, dan Air 115 119 113 125 131 42 43 87 84 105 127 99
5 Bangunan 3.335 3.448 3.326 4.580 6.084 1.228 1.249 2.509 2.444 3.054 3.673 3.175
6 Perdagangan besar, eceran,Rumah Makan dan Hotel 3.174 3.283 3.127 3.384 3.488 11.379 14.397 13.698 15.043 10.958 10.266 8.382
Rata-Rata
No SEKTORPENYERAPAN TENAGA KERJA/TAHUN ( JIWA )
6 Perdagangan besar, eceran,Rumah Makan dan Hotel 3.174 3.283 3.127 3.384 3.488 11.379 14.397 13.698 15.043 10.958 10.266 8.382
7 Angkutan, Pergudangan, dankomunikasi 215 222 211 231 240 1.849 1.742 926 1.017 741 694 735
8Keuangan, Asuransi, UsahaPersewaan Bangunan,Tanah, dan Jasa Perusahaan
536 554 532 560 566 4.614 4.344 2.312 2.539 1.849 1.732 1.831
9 Jasa Kemasyarakatan 3.221 3.330 2.936 4.050 4.926 8.849 7.671 13.894 15.259 11.114 10.413 7.788
80.440 88.348 79.693 96.070 104.771 83.486 97.481 101.557 117.970 112.419 110.657 97.536TOTAL
Lampiran 30. Persentase Distribusi Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektordi Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012 (persen)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian, Kehutanan, Perkebunan,Perikanan 77,39 78,69 78,12 77,33 63,15 66,87 61,45 64,43 69,05 68,11 71,15
2 Pertambangan 2,80 2,64 2,55 2,46 1,00 0,87 1,67 1,40 1,84 2,24 2,03
3 Industri Pengolahan 6,64 6,27 5,87 5,48 2,36 2,06 3,97 3,33 4,36 5,33 4,72
4 Listrik, Gas, dan Air 0,14 0,13 0,13 0,13 0,05 0,04 0,09 0,07 0,09 0,11 0,10
5 Bangunan 4,15 3,90 4,77 5,81 1,47 1,28 2,47 2,07 2,72 3,32 3,28
6 Perdagangan besar, eceran, RumahMakan dan Hotel 3,95 3,72 3,52 3,33 13,63 14,77 13,49 12,75 9,75 9,28 8,37
Rata-Rata
PENYERAPAN TENAGA KERJA/TAHUN ( % )No SEKTOR
6 Perdagangan besar, eceran, RumahMakan dan Hotel 3,95 3,72 3,52 3,33 13,63 14,77 13,49 12,75 9,75 9,28 8,37
7 Angkutan, Pergudangan, dankomunikasi 0,27 0,25 0,24 0,23 2,21 1,79 0,91 0,86 0,66 0,63 0,76
8Keuangan, Asuransi, Usaha PersewaanBangunan, Tanah, dan JasaPerusahaan
0,67 0,63 0,58 0,54 5,53 4,46 2,28 2,15 1,64 1,57 1,88
9 Jasa Kemasyarakatan 4,00 3,77 4,22 4,70 10,60 7,87 13,68 12,93 9,89 9,41 7,71
TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Lampiran 31. Laju Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektordi Kabupaten Batang Hari Tahun 2003 - 2012 (persen)
2003 2002 2004 2005 2006 2007 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Pertanian, Kehutanan,Perkebunan, Perikanan 6,03 62.241 11,68 7,95 7,95 52.721 (34,93) 23,64 (4,26) 21,79 2,13 (2,91) 3,91
2 Pertambangan 6,67 2.240 3,37 5,06 5,06 831 (67,72) 1,67 100,89 (2,58) 24,97 20,26 9,76
3 Industri Pengolahan 8,17 4.967 3,73 1,81 1,81 1.973 (65,63) 1,67 100,89 (2,58) 24,97 20,26 9,51
4 Listrik, Gas, dan Air 4,55 113 3,48 5,04 4,80 42 (67,64) 1,67 100,89 (2,58) 24,97 20,26 9,54
5 Bangunan 8,99 3.326 3,39 32,83 32,84 1.228 (79,81) 1,67 100,89 (2,58) 24,97 20,26 14,34
No SEKTORLAJU PENYERAPAN TENAGA KERJA/TAHUN (persen ) Rata-
Rata
5 Bangunan 8,99 3.326 3,39 32,83 32,84 1.228 (79,81) 1,67 100,89 (2,58) 24,97 20,26 14,34
6 Perdagangan besar, eceran,Rumah Makan dan Hotel 7,59 3.127 3,43 3,08 3,07 11.379 226,23 26,52 (4,85) 9,82 (27,16) (6,31) 24,14
7 Angkutan, Pergudangan, dankomunikasi 4,88 211 3,26 4,05 3,90 1.849 670,42 (5,79) (46,83) 9,82 (27,16) (6,31) 61,02
8Keuangan, Asuransi, UsahaPersewaan Bangunan, Tanah,dan Jasa Perusahaan
5,10 532 3,36 1,08 1,07 4.614 715,19 (5,85) (46,79) 9,82 (27,16) (6,31) 64,95
9 Jasa Kemasyarakatan 7,01 2.936 3,38 21,62 21,63 8.849 79,64 (13,31) 81,13 9,82 (27,16) (6,31) 17,74
Lampiran 32. Jumlah Penduduk Berumur di Atas 15 Tahun di Kabupaten Batang HariTahun 2003- 2012
Jiwa % Jiwa % Jiwa % Jiwa %
1 2003 206.102 80.440 62,21 5.327 4,12 85.767 66,33 43.534 33,67 129.301 62,74
2 2004 210.561 88.348 66,88 5.007 3,79 93.355 70,67 38.742 29,33 132.097 62,74
3 2005 214.065 96.070 71,18 4.978 3,69 101.048 74,86 33.929 25,14 134.977 63,05
NO PersentaseThd. Jml
Penduduk(%)
JiwaBekerja Tidak Bekerja Jumlah
ANGKATAN KERJA
PENDUDUK BERUMUR DI ATAS 15 TAHUN
JUMLAHBUKANANGKATAN
KERJA
JUMLAHPENDUDUK
KESELU-RUHAN(Jiwa)
TAHUN
3 2005 214.065 96.070 71,18 4.978 3,69 101.048 74,86 33.929 25,14 134.977 63,05
4 2006 217.935 104.771 73,12 4.855 3,39 109.626 76,50 33.667 23,50 143.293 65,75
5 2007 222.512 83.486 56,00 10.414 6,99 93.900 62,99 55.183 37,01 149.083 67,00
6 2008 226.383 97.481 61,90 5.953 3,78 103.434 65,68 54.047 34,32 157.481 69,56
7 2009 230.164 101.557 65,97 4.454 2,89 106.011 68,86 47.937 31,14 153.948 66,89
8 2010 241.334 117.970 64,88 5.624 3,09 123.594 67,98 58.225 32,02 181.819 75,34
9 2011 247.383 112.419 66,10 5.377 3,16 117.796 69,26 52.278 30,74 170.074 68,75
10 2012 252.731 110.657 63,12 3.498 2,00 114.155 65,11 61.168 34,89 175.323 69,37