tesis annie.pdf

98
ANALISIS STATUS EKONOMI SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RISIKO PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENIKAH USIA DINI REMAJA PUTERI DI KECAMATAN NGLIPAR KABUPATEN GUNUNGKIDUL Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak–Kesehatan Reproduksi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu-Ilmu Kesehatan Diajukan oleh: MUKTIANI ASRIE SURYANINGRUM 21165/PS/IKM/06 Kepada PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009

Upload: yanti-poltekkes

Post on 12-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tesis Annie.pdf

AANNAALLIISSIISS SSTTAATTUUSS EEKKOONNOOMMII SSEEBBAAGGAAII SSAALLAAHH SSAATTUU FFAAKKTTOORR RRIISSIIKKOO

PPEENNGGAAMMBBIILLAANN KKEEPPUUTTUUSSAANN MMEENNIIKKAAHH UUSSIIAA DDIINNII RREEMMAAJJAA PPUUTTEERRII

DDII KKEECCAAMMAATTAANN NNGGLLIIPPAARR KKAABBUUPPAATTEENN GGUUNNUUNNGGKKIIDDUULL

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2

Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak–Kesehatan Reproduksi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Jurusan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Diajukan oleh:

MUKTIANI ASRIE SURYANINGRUM 21165/PS/IKM/06

Kepada

PPRROOGGRRAAMM PPAASSCCAASSAARRJJAANNAA FFAAKKUULLTTAASS KKEEDDOOKKTTEERRAANN

UUNNIIVVEERRSSIITTAASS GGAADDJJAAHH MMAADDAA YYOOGGYYAAKKAARRTTAA

22000099

Page 2: Tesis Annie.pdf

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdullilahirobbil’aalamin, puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

kepada penulis sehingga semua proses pendidikan yang berakhir dengan

penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini diajukan sebagai salah

satu syarat untuk mencapai derajat sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Minat Utama Kesehatan Ibu dan Anak-Kesehatan

Reproduksi pada Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta.

Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak

yang memberikan semangat dan masukan yang sangat berarti bagi

penulis. Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat Prof. dr. Djaswadi Dasuki, MPH, Ph.D, SpOG(K)

selaku pembimbing utama dan dr. Hasto Wardoyo, SpOG(K) selaku

pembimbing pendamping, yang telah meluangkan waktu dengan penuh

kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

tesis ini.

Pada kesempatan khusus ini, dengan hati yang tulus dan ikhlas

perkenankan penulis mengucapkan rasa rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya dan penghargaan kepada:

1. Prof. dr. Hari Kusnanto J, MS, DrPH, selaku Direktur Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta beserta jajarannya.

2. dr. Siswanto A, SU, MSc, ScD, selaku ketua MKIA-KR Universitas

Gadjah Mada.

3. Prof. dr. H. Mohammad Hakimi, Ph.D, SpOG(K), selaku guru besar

Minat Utama Kesehatan Ibu Anak–Kesehatan Reproduksi yang telah

membuka wawasan keilmuan, kepedulian dan nilai-nilai etika penulis.

4. Seluruh tim pengajar MKIA-KR yang telah banyak memberikan ilmu,

pengetahuan dan wawasan. Para penguji atas segala kritik saran dan

Page 3: Tesis Annie.pdf

v

masukan serta seluruh staf MKIA-KR (Mbak Antini, Pak Althaf, Pak

Wahab, Mas Agung, Mas Adi, Mas Wid, Mas Dwi, Mas Yuliana, Mas

Sugeng dan Pak Nur) yang senantiasa membantu memfasilitasi,

memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh

pendidikan.

5. dr. Sugiri Syarif, MPA., selaku Kepala Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, yang telah memberikan

dukungan serta kesempatan sehingga selesasinya thesis ini.

6. Bu Murtiningsih, Pak Rukman, Pak Dedi, Pak Andi, Pak Utoko, Bu

Woro, Pak Anto, Pak Abdullah dan seluruh staf Direktorat Advokasi

dan KIE yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

banyak memberikan dorongan kepada penulis dalam menjalankan

tugas belajar.

7. Ayahanda H. Marsudi dan Ibunda Hj. Sulastri tercinta yang telah

membimbingku dari kecil dengan kasih sayang. Suamiku tercinta Agus

Tjahjono, S.H, buah hatiku tersayang Rama dan Meisya yang telah

merelakan waktu kebersamaan kita berkurang selama hampir dua

tahun dan selalu memberikan dorongan dan sumber inspirasi bagi

penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Adikku Arie, Supri, Adie dan

keponakanku Reza dan Rafa tersayang telah memberikan dukungan

besar selama penulis menjalani pendidikan. Tak lupa untuk Rafli (Alm)

tersayang smoga Allah selalu bersamamu anakku.

8. Responden beserta orang tua yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan informasi kepada penulis.

9. Rekan-rekan karyasiswa Program Studi Magister Kesehatan Ibu-Anak

dan Kesehatan Reproduksi angkatan 2006 serta rekan-rekan di

apartemen Lakone (bu Zubai, bu Nita, bu Zaitun, bu Gum, ba Yaya,

Melia) yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya, terimakasih atas

segala masukan yang telah diberikan.

10. Dr. Leo Indarwahono dan seluruh teman-teman Padmaya PT Unilever

Indonesia cabang DIY yang telah membantu penulis dalam penelitian.

Page 4: Tesis Annie.pdf

vi

11. Bu Budi Wahyuni dan Mba Kiki atas masukan dan sumbang sarannya.

Mas Budi, Mba Win dan Mas Tri dan kawan-kawan di Gunungkidul

yang telah banyak membantu penulis dan meluangkan waktunya

dalam pengambilan data di Lapangan. Bidan Budi Astuti dan Bapak

Bambang, Nuri, Wiwik, Sari, Mamak, dan Mba Narti yang telah

berkenan menerima penulis untuk tinggal di Klinik Mitra Husada

Kecamatan Nglipar selama penelitian berlangsung.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu yang telah

banyak membantu baik dalam menyelesaikan pendidikan maupun

penyusunan tesis ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan berkah dan

karunia-Nya atas pengorbanan dan jasa baik bapak dan ibu semua.

Semoga karya ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.. Amin ya

Rabbal ‘alamin.

Yogyakarta, Januari 2009

Muktiani Asrie Suryaningrum

Page 5: Tesis Annie.pdf

vii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. ...i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... . ii SURAT PERNYATAAN...............................................................................iii KATA PENGANTAR...................................................................................iv DAFTAR ISI...............................................................................................vii DAFTAR TABEL.........................................................................................ix DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xii INTISARI...................................................................................................xiii ABSTRACT ..............................................................................................xiv BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6 E. Keaslian Penelitian ....................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Menikah Usia Dini ........................................................................ 8 1. Batasan Remaja .........................................................................8 2. Konsep Perkawinan ………………………………………………. ..8 3. Pernikahan Remaja .……………………………………………… 10

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menikah usia dini ...... 11 1. Status Ekonomi Keluarga..........................................................11 2. Pendidikan Orang Tua .. ……………………………………….. 11 3. Peran Orang Tua.......................................................................12 4. Persepsi Orang Tua .................................................................13 5. Budaya ....................................................................................14

C. Dampak Pernikahan Remaja..........................................................14 D. Landasan Teori...............……………………………………………...16 E. Kerangka Teori …...……………………………………………………19 F. Kerangka Konsep .…………………………………………………….20 G. Hipotesis Penelitian …………………………………………………...20

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 21 B. Populasi dan Subjek Penelitian ..................................................... 22

1. Populasi Penelitian ………………………………………………..22 2. Sampel Penelitian …………………………………………………22 3. Besar Sampel ……………………………………………………...22 4. Cara Pengambilan Sampel ………………………………………23

C. Lokasi Penelitian ........................................................................... 24

Page 6: Tesis Annie.pdf

viii

D. Pengumpulan Data................... ..................................................... 24 E. Identitas Variabel Penelitian....................................…..……………25 F. Definisi Operasional .......................................................................25 G. Instrumen Penelitian.......................................................................27 H. Pengolahan Data ......……………….........………………………..28

1. Pengolahan Data ......................................................................28 2. Analisis Data ............................................................................29

I. Etika Penelitian ………………………. ……………………………...29 J. Jalannya Penelitian ……………………………………………………30

1. Tahap Persiapan ......................................................................30 2. Tahap Pelaksanaan .................................................................31 3. Tahap Penyusunan Laporan ....................................................31

K. Analisis Data....... ..............………………………………………….. 31 1. Analisis Univariabel ..................................................................31 2. Analisis Bivariabel ....................................................................32 3. Analisis Multiavariabel ..............................................................32

L. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian…..…………………………….32 1. Kesulitan Penelitian ..................................................................32 2. Kelemahan Penelitian ..............................................................33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………………………....……………………………...34 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………..…....34 2. Analisis Data Kuantitatif ………………………………………....35 a. Deskriptif Responden.……………………………………….....35 b. Analisis Bivariabel …………………………………………. 36 c. Analisis Multivariabel ………………………………………… 40 3. Analisis Data Kualitatif ........................................................... 43

B. Pembahasan….………………………………………………………. 52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………...64 A. Kesimpulan ....................................................................................64 B. Saran .............................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................67

Page 7: Tesis Annie.pdf

ix

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1. Definisi Operasional…......................................…..……………. 25 Tabel 2. Nama Variabel pada Kuesioner Penelitian……………………. 28 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden dan Orang Tua Responden.................................................................................35 Tabel 4. Analisis Chi-square Status Ekonomi Orang Tua, Pendidikan Orang Tua, Jumlah Saudara Kandung dan Persepsi Orang Tua terhadap Usia Menikah........................................... 38 Tabel 6. Analisis Chi-square Pendidikan Orang Tua, Pekerjaan Orang Tua, Jumlah Saudara Kandung dan Persepsi Orang Tua Terhadap Status Ekonomi Orang Tua .......................................39 Tabel 7. Analisis Regresi Logistik Hubungan Status Ekonomi Orang Tua dengan Usia Menikah Setelah Mengontrol Pendidikan Orang Tua dan Pekejaan Orang Tua ......................41

Page 8: Tesis Annie.pdf

x

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori....................................................................... 19 Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................20 Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Case Control Study.................21

Page 9: Tesis Annie.pdf

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance).......................73

Lampiran 2. Rekomendasi Ijin Penelitian..................................................74

Lampiran 3. Lembar Informasi dan Persetujuan Menjadi

Responden Penelitian...........................................................75

Lampiran 4. Formulir Pernyataan Kesediaan (Informed Consent)

Menjadi Responden...............................................................76

Lampiran 5. Kuesioner Penelitian..............................................................77

Lampiran 6. Pedoman Wawancara Mendalam.........................................85

Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Wawancara Mendalam............................86

Page 10: Tesis Annie.pdf

xiii

INTISARI

Latar belakang: Pernikahan dini banyak terjadi pada masyarakat pedesaan dan merupakan persoalan yang serius bagi kesehatan reproduksi remaja. Median usia kawin pertama pedesaan di Indonesia 17,9 tahun. Perempuan yang menikah ≤16 tahun di Kabupaten Gunungkidul sebesar 14,29%. Pernikahan di bawah usia 20 tahun di Kecamatan Nglipar dari tahun ke tahun cukup tinggi, pada tahun 2007 mencapai 30%, yang merupakan kasus tertinggi diantara kecamatan yang lainnya. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pernikahan dini erat hubungannya dengan kemiskinan yang ditandai pendapatan yang rendah, pendidikan yang rendah, demografi, budaya, hukum dan peraturan setempat. Tujuan: Mengidentifikasi usia pernikahan dan faktor penyebab terjadinya pernikahan dini dengan melihat status ekonomi keluarga dan faktor sosial demografi di Kecamatan Nglipar Kabupaten GunungKidul. Metode: Penelitian observasional dengan rancangan unmatched case control study. Responden dipilih secara puposive sampling dari daftar wanita menikah tahun 2007 sebanyak 50 kasus dan 50 kontrol. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner tertutup. Data kualitatif yang didapatkan melalui indept interview digunakan untuk melengkapi data kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan distribusi frekuensi, dilanjutkan analisis chi-square (χ²) untuk melihat kekuatan hubungan variabel dependen dan independen serta variabel luar serta analisis multiavariabel dengan Logistic Regression. Hasil Penelitian: Status ekonomi keluarga mempunyai hubungan yang bermakna (p<0,05) dengan usia pernikahan (OR=3,1; 95%CI=1,23-7,84; p=0,00). Status ekonomi keluarga yang rendah berisiko terjadinya pernikahan dini dibandingkan pernikahan tidak dini. Pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua terbukti mempunyai hubungan yang bermakna dengan menikah dini. Jumlah saudara kandung dan persepsi orang tua tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan menikah dini. Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua dengan menikah dini. Variabel jumlah saudara kandung dan persepsi orang tua tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan menikah dini. Kata kunci : Pernikahan usia dini, status ekonomi

Page 11: Tesis Annie.pdf

xiv

ABSTRACT

Background: Early marriage is commonly practiced by people in villages or in traditional settings and very serious problem toward the adolescents’ reproductive health. According to the research conducted in villages, the median age of the first marriage in Indonesia is 17.9 years old. In fact, female adolescents ≤16 years of age in Gunungkidul District who practiced early married were 14.29%. The incidence of marriage under the age of 20 years in Nglipar sub-district is increasing, proven with the number of early marriage in the sub-district that reached 30% in 2007 which was considered as the highest rate among sub-districts in Gunungkidul District. Some studies have shown that early marriage is closely related to poverty marked with low income, low education, demography, culture, and local culture and laws. Objective: To identify the age of marriage and causal factors of early marriage by observing family’s economic status and socio-demographic factors in Nglipar sub-district, Gunungkidul District. Method: This was an observational study with an unmatched case control study design. Respondents were selected with purposive sampling from the list of women who got married in 2007 with 50 persons as case and 50 persons as control. Data were gathered through closed questionnaire. The qualitative obtained from indepth interview were used to complete the quantitative data. Descriptive analysis was carried out with frequency distribution, followed by chi-square (χ²) analysis to see the relationship strength of dependent variable, independent variable and extraneous variables. Multivariable analysis was also conducted using logistic regression. Results: Family’s economic status (p<0.05) was significantly related to the age of marriage (OR=3,1; 95%CI=1.23-7.84; p=0.00). Family’s low economic status gave a greater risk of practicing early marriage. In addition, parents’ education and occupation were proven to be significantly related to early marriage. Meanwhile, number of siblings and parents’ perception were insignificantly related to early marriage. Conclusion: There was a significant relationship between family’s economic status, parents’ education, and parents’ occupation and early marriage. Meanwhile, number of siblings and parents’ perception were insignificantly related to early marriage Keywords: Early marriage, family’s economic status

Page 12: Tesis Annie.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin

yang ditandai dengan pendapatan yang rendah, kurangnya pendidikan,

kurangnya kesehatan, dan kurangnya aset (Oyortey & Pobi, 2003).

Menikah dini di negara berkembang termasuk Indonesia berkaitan dengan

aspek ekonomi, pendidikan, kependudukan dan sosio kultural. Pernikahan

dini berdampak pada kehamilan dan kelahiran yang kurang baik misalnya

kematian bayi, kematian ibu, dan bayi lahir dengan berat badan lahir

rendah. Kejadian ini berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan

alat-alat reproduksi yang belum siap (Hanum, 1997). Perkawinan dini dan

kehamilan remaja menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan wanita

karena terputusnya sekolah serta rendahnya tingkat partisipasi kerja

wanita dan pendapatan keluarga muda yang rendah. Hal ini berdampak

pada krisis keluarga dan taraf kesejahteraan yang kurang menguntungkan

(Grogger & Bronars, 1993).

Pemerintah Indonesia telah berupaya dalam menanggulangi

permasalahan remaja termasuk didalamnya masalah pernikahan dini

melalui program kesehatan reproduksi remaja (WHO & Depkes RI, 2006).

Pemerintah telah menunjuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana

(BKKBN) dalam mengatasi permasalahan remaja dengan

mengembangkan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

Program KRR termasuk salah satu program pokok yang tercantum dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2004-2009).

Diharapkan melalui program ini setiap Kecamatan memiliki Pusat

Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) yang

dapat mengatasi dan menanggulangi permasalahan remaja termasuk

pernikahan dini.

Page 13: Tesis Annie.pdf

2

Wanita yang menikah pada usia dini mempunyai waktu yang lebih

panjang berisiko untuk hamil dan angka kelahiran juga lebih tinggi

(Wilopo, 2005). Sebagaimana tertera dalam Undang-Undang No. 12 tahun

1992 tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga

Sejahtera, perlunya pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan

pengarahan mobilitas penduduk agar mampu menjadi sumber daya yang

tangguh bagi pembangunan dan ketahan nasional. Untuk mengatasi

angka kelahiran tinggi dan pengendalian jumlah penduduk, BKKBN tahun

2008 meluncurkan program baru yaitu Pendewasaan Usia Perkawinan

(PUP).(Muadz et al, 2008).

Lebih lanjut Muadz et al (2008) menjelaskan bahwa program PUP

bertujuan untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja

agar dalam merencanakan keluarga mereka dapat mempertimbangkan

berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan

fisik, mental dan sosial ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak

kelahiran. Keberhasilan program PUP ini diharapkan pada pendewasaan

usia nikah yang berdampak pada penurunan total fertility rate (TFR).

Permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk pernikahan

dini di Indonesia masih dijumpai pada daerah pedesaan. Perkawinan dini

di pedesaan dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan fisik, ekonomi dan

sosial budaya masyarakat (Hanum, 1997). Median usia kawin pertama

Indonesia berada pada usia 19,8 tahun, sedangkan median usia kawin

pertama di pedesaan adalah 17,9 tahun (BPS & ORC Marco, 2007).

Angka ini mengindikasikan bahwa separuh dari pasangan usia subur Di

Indonesia menikah di bawah usia 20 tahun.

Perempuan kelompok umur 15-19 tahun didapatkan 14% berstatus

menikah dan 2,8% diantaranya telah menikah pada usia 15 tahun

sementara kelompok umur 20-24 tahun didapatkan 57% berstatus

menikah dan 24,2% telah menikah pada usia 18 tahun. Penduduk

perempuan di Kabupaten Gunungkidul usia 10 tahun keatas yang

menikah pada usia <16 tahun sebesar 14,29%, tertinggi dibanding rata-

Page 14: Tesis Annie.pdf

3

rata lima kabupaten di Provinsi DIY (10,53%). Sedangkan penduduk

perempuan usia 10 tahun keatas yang menikah pada >25 tahun sebesar

8,84%, terendah dibandingkan rata-rata lima Kabupaten di DIY (16,32%)

(BPS, 2007).

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah berupaya memberikan

pembekalan mengenai kesehatan reproduksi remaja setiap permulaan

tahun ajaran baru di sekolah-sekolah tingkat pertama (SLTP) dan tingkat

atas (SLTA). Selain itu orang tua telah beberapa kali mendapatkan

pengarahan tentang kesehatan reproduksi namun pernikahan dini masih

sering terjadi. Berdasarkan data Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

Nglipar diketahui dari tahun ke tahun bahwa pernikahan dibawah usia 20

tahun semakin bertambah. Wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun

pada tahun 2006 sebanyak 77 orang (24%) dan pada tahun 2007

sebanyak 83 orang (30%).

Menurut Sukamdi (2005), kemiskinan penduduk erat kaitannya

dengan pendidikan rendah, pendapatan rendah dan daya beli masyarakat

rendah. Mereka banyak tinggal di daerah lereng bukit, pegunungan atau

gunung yang memiliki tempat tinggal semi permanen. Kabupaten

Gunungkidul banyak terdapat penduduk miskin 95,7 ribu rumah tangga

atau 34,79% dari total rumahtangga miskin yang ada di Provinsi DIY.

Pendidikan kepala rumah tangga miskin di Kabupaten Gunungkidul

95,81% hanya berpendidikan SD kebawah, 3,51% berpendidikan SLTP

dan 0,67% berpendidikan SLTA ke atas. Di Kecamatan Nglipar terdapat

7700 kepala keluarga, 4.739 kepala keluarga adalah miskin (61,54%).

Sebagian besar penduduk Kecamatan Nglipar tinggal dalam bangunan

bukan permanen di lereng bukit dengan sumber penghasilan terbesar dari

sektor pertanian (BPS, 2007).

Salah satu cara orang tua mempertahankan hidupnya dari

kemiskinan dan mencukupi kebutuhan ekonomi dengan menjodohkan

anak perempuannya dengan laki-laki yang lebih kaya secara ekonomi.

Perempuan muda dianggap sebagai beban ekonomi keluarga, oleh

Page 15: Tesis Annie.pdf

4

karena itu pernikahan dini dianggap suatu solusi untuk melepaskan diri

dari kemiskinan. Pernikahan dini bertujuan untuk meningkatkan taraf

ekonomi keluarganya dengan mendapatkan mas kawin dari pihak laki-laki

(Subiantoro, 2002).

Pola perkawinan masyarakat Indonesia sangat beragam, sesuai

dengan budaya dan norma yang berlaku di masyarakat. Faktor budaya

erat kaitannya dengan kebiasaan setempat. Di Indonesia, masing-masing

daerah memiliki adat kebiasaan, antara lain: pada masyarakat Jawa,

mereka lekas-lekas menikahkan anak gadisnya dengan alasan malu kalau

anaknya dianggap perawan tua (Budioro, 1987). Di Nglipar, ada suatu

ketentuan tidak tertulis mengenai cara dan waktu berkunjung yaitu tukup.

Remaja laki-laki dari desa lain datang berkunjung ke rumah remaja wanita

melanggar batas waktu yang telah ditentukan. Jika pelanggaran tersebut

dilakukan berulang kali maka mendapat sanksi mereka segera dinikahkan.

Takut akan sanksi tersebut, banyak remaja yang mengadakan pertemuan

di luar rumah sehingga orang tua dan masyarakat sekitar tidak dapat

mengawasinya. Pergaulan remaja tersebut banyak berakibat pada

kehamilan remaja. Pada akhirnya orang tua harus segera menikahkan

anaknya. Di Nglipar juga mempunyai satu kebiasaan dimana apabila anak

remaja telah bertunangan diperbolehkan untuk tinggal satu rumah.

Dalam Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 6

disebutkan bahwa perkawinan harus berdasarkan persetujuan kedua

mempelai, dan bagi seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun harus

seizin kedua orang tuanya. Dalam pasal 7 ditentukan bahwa batas umur

diizinkannya perkawinan adalah jika sekurang-kurangnya pihak laki-laki

telah berusia 19 tahun dan pihak wanita 16 tahun. Menurut Hanum (1997)

peraturan ini secara tidak langsung menjadi alat pembenar untuk

dilaksanakan pernikahan dini.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin membuktikan apakah

faktor ekonomi keluarga atau faktor lainnya menjadi penentu pengambilan

Page 16: Tesis Annie.pdf

5

keputusan menikah dini pada remaja puteri di Kecamatan Nglipar

Kabupaten Gunungkidul.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas disimpulkan bahwa

keputusan untuk menikah pada usia dini disebabkan karena faktor

ekonomi keluarga yang rendah, tingkat pendidikan rendah dan budaya

setempat. Pernikahan usia dini berdampak pada kehamilan remaja yang

berisiko baik bagi ibu maupun bayinya.

Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah

pernikahan dini di Kecamatan Nglipar lebih dominan disebabkan oleh

faktor status ekonomi keluarga?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengidentifikasi usia nikah

dan faktor penyebab terjadi pernikahan dini di Kecamatan Nglipar

Kabupaten Gunungkidul.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi usia pernikahan yang ada di Kecamatan Nglipar

Kabupaten Gunungkidul.

2. Mengidentifikasi faktor ekonomi keluarga, sosial dan budaya yang

berhubungan dengan pernikahan dini di Kecamatan Nglipar Kabupaten

Gunungkidul.

3. Mengidentifikasi hubungan antara faktor ekonomi keluarga dengan

keputusan untuk menikah dini pada remaja dengan memperhatikan

faktor pendidikan, pekerjaan, persepsi tentang pernikahan, jumlah

saudara kandung di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul.

Page 17: Tesis Annie.pdf

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pelaksana program di Kabupaten Gunungkidul dalam menyusun

program yang berkaitan dengan peningkatan ekonomi masyarakat dan

kesehatan reproduksi remaja sebagai upaya mengatasi pernikahan

dini.

2. Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan masukan bagi peneliti lain

untuk pengembangkan penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai penyebab terjadinya perkawinan dini telah

banyak dilakukan antara lain:

1. Chowdhury (2004) meneliti tentang The Socio-cultural Context of Child

Marriage in a Bangladeshi Village. Penelitian yang dilakukan di daerah

pedesaan di Bangladesh menyatakan kemiskinan merupakan salah

satu alasan pernikahan usia remaja atau kurang dari 18 tahun. Orang

tua segera mencarikan jodoh bagi anak-anak mereka ketika mereka

mulai memasuki usia remaja. Orang tua akan merasa bersalah dan

terbebani jika anak mereka belum menikah pada usia tersebut.

2. Krishnan (2004) meneliti tentang Adolescent Girls and Marriage

Decision-Making in India: Questions of Competency, Choice and

Consent. Penelitian yang dilakukan di India menyebutkan bahwa

pernikahan dini banyak terjadi karena kondisi ekonomi dan budaya.

Remaja perempuan memiliki keterbatasan sosial, pendidikan dan

pengembangan diri mereka. Keputusan yang mereka buat untuk

menikah karena tekanan-tekanan sosial dan budaya yang ada serta

tidak ada undang-undang yang melindungi diri mereka.

Page 18: Tesis Annie.pdf

7

3. Oyortey & Pobi (2003) meneliti tentang Early Marriage and Proverty,

Gender and Development. Penelitian yang dilakukan dibeberapa

negara berkembang menyatakan pernikahan dini erat kaitannya

dengan kemiskinan. Faktor ekonomi maupun sosial berfokus pada

perbedaan gender menyebabkan banyak terjadinya pernikahan dini di

negara-negara berkembang.

4. Singh & Samara (1996) tentang Early Marriage Among Women In

Developing Countries. Survei yang dilakukan dengan mengambil data

dari 40 hasil survei kesehatan dan demografi di negara berkembang

ditemukan bahwa sejumlah besar wanita di negara berkembang

menikah pada saat remaja. Secara keseluruhan 20-50% wanita

menikah pada usia 18 tahun dan 40-70% menikah pada usia 20 tahun.

Faktor penyebab dari pernikahan remaja adalah tingkat pendidikan,

sosial, ekonomi, demografi, dan budaya.

5. Hanum (1997) meneliti tentang Perkawinan Usia Belia. Penelitian yang

dilakukan di Bengkulu Utara mengidentifikasi faktor yang

mempengaruhi perkawinan usia belia dan konsekuensinya. Hasil

penelitian menyatakan bahwa faktor yang mengkondisikan

berlangsungnya perkawinan usia belia adalah rendahnya akses

kepada pendidikan, kemiskinan penduduk, isolasi daerah, terbatasnya

lapangan pekerjaan dan rendahnya mobilitas.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-

sama meneliti tentang pernikahan usia dini. Penelitian yang dilakukan

disini berbeda dari kelima penelitian di atas dalam hal: lokasi, subjek,

waktu dan pendekatan penelitian.

Page 19: Tesis Annie.pdf

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menikah Usia Dini

1. Batasan Remaja

Masa remaja merupakan suatu tahap perkembangan yang dinamis

dalam segmen kehidupan individu, yang diawali dengan pubertas

termasuk didalamnya pertumbuhan yang rata-rata cepat dari organ dan

matangnya organ-organ fisik (seksual), sehingga mampu bereproduksi

(McKinney, et al. 1982). Masa remaja adalah masa peralihan dari usia

kanak-kanak ke usia dewasa. Pada masa ini terjadi pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat dari tubuh termasuk fungsi reproduksi.

Pertumbuhan dan perkembangan ini mempengaruhi perubahan fisik,

mental maupun sosial, sehingga masa ini sering disebut sebagai masa-

masa kritis dalam kehidupan manusia (Gubhaju, 2002).

Terdapat beberapa definisi yang memberikan batasan usia pada

seseorang yang disebut remaja. Batasan usia remaja menurut WHO

(1993) adalah 10-24 tahun. Menurut Departemen Kesehatan & BKKBN,

remaja adalah penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 10-19

tahun dan belum menikah dan masa remaja dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

tahap antara lain remaja awal berusia 10-12 tahun, remaja tengah usia

13-15 tahun dan remaja akhir usia 16-19 tahun (Wilopo, 1994).

2. Konsep Perkawinan

Definisi perkawinan menurut undang–undang perkawinan nomor I

tahun 1974 adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Berdasarkan undang-undang tersebut dapat diketahui bahwa hubungan

seksual yang sah berdasarkan norma agama, masyarakat dan hukum

Page 20: Tesis Annie.pdf

9

adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh pasangan suami isteri yang

telah disahkan dalam lembaga perkawinan.

Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan menetapkan

usia nikah untuk laki-laki adalah 19 tahun dan 16 tahun untuk perempuan

(Pasal 7). Menurut WHO dan Depkes (2006) isi dari pasal 7 tersebut

bertentangan dengan ketentuan CEDAW (Convention on the Elimination

of All Forms of Discrimnation againts Women) dan Konvensi Hak-Hak

Anak mengenai penghapusan perkawinan dini. WHO (1993) telah

menetapkan bahwa usia 10-24 tahun merupakan batasan remaja yang

masih mendapat perhatian dan perlindungan oleh orang tua. Oleh karena

itu perkawinan dini dan kehamilan usia dini merupakan praktik yang

merugikan dan membahayakan perempuan dari segi medis maupun psikis

(WHO & Depkes RI, 2006).

Konvensi Hak-Hak Anak menentukan 18 tahun sebagai usia

minimum untuk menikah bagi laki-laki maupun perempuan. Adapun

Undang-Undang Perlindungan Anak menganggap siapa saja di bawah

usia 18 tahun sebagai anak dan orang tua bertanggungjawab untuk

mencegah pernikahan di bawah umur (Pasal 26). Undang-Undang

Perkawinan juga bertentangan dengan komitmen internasional dan

undang-undang yang menghendaki hak-hak yang sama untuk menikah

dan menetapkan 18 tahun sebagai usia minimum untuk menikah baik laki-

laki maupun perempuan.

Undang-Undang Perkawinan mengizinkan orang tua untuk

menikahkan bagi anak laki-laki minimal berusia 19 tahun dan perempuan

harus sudah berusia minimal 16 tahun, jika menikah di bawah usia 21

tahun harus disertai dengan izin kedua atau salah satu orangtua atau

yang ditunjuk sebagai wali (Pasal 6), sedangkan Undang-Undang

Perlindungan Anak menganggap orang-orang yang berusia dibawah 18

tahun sebagai anak-anak. Ini berarti Undang-Undang Perkawinan

bertentangan dengan Undang-Undang Perlindungan Anak dan Konvensi

Page 21: Tesis Annie.pdf

10

Hak-Hak Anak yang menetapkan bahwa mereka yang berusia dibawah 18

tahun adalah anak.

3. Pernikahan Remaja

Bogue (1968) membagi umur kawin pertama wanita ke dalam 4

kategori: 1) perkawinan anak-anak (child marriage) yaitu pernikahan

dibawah usia 18 tahun, 2) perkawinan umur muda (early marriage) yaitu

pernikahan usia 18-19 tahun, 3) perkawinan umur dewasa (marriage at

maturity) yaitu pernikahan usia 20-21 tahun dan 4) perkawinan terlambat

(late marriage) yaitu pernikahan 22 tahun atau lebih.

Pernikahan remaja adalah pernikahan yang dilakukan pada usia

kurang dari 18 tahun (UNICEF, 2000). Pernikahan di bawah usia 18 tahun

bertentangan dengan hak anak untuk mendapat pendidikan, kesenangan,

kesehatan, kebebasan untuk berekspresi dan diskriminasi. Untuk

membina suatu keluarga yang berkualitas dibutuhkan kematangan fisik

dan mental. Bagi pria dianjurkan menikah setelah berumur 25 tahun

karena pada umur tersebut pria dipandang cukup dewasa secara jasmani

dan rohani. Wanita dianjurkan menikah setelah berumur 20 tahun karena

pada umur tersebut wanita telah menyelesaikan pertumbuhannya dan

rahim melakukan fungsinya secara maksimal (BKKBN, 2004; Munajat,

2000)

Pernikahan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan kebiasaan

yang diikuti warga suatu komunitas (UNICEF, 2005). Beberapa penelitian

mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan pada usia

dini diantaranya rendahnya tingkat pendidikan disebabkan oleh ekonomi

keluarga yang kurang (Hanum,1997; Chariroh, 2004).

Pernikahan dipandang sebagai suatu yang harus dipatuhi dan

dapat menyebabkan kondisi dan posisi perempuan menjadi lemah.

Budaya setempat membatasi ruang gerak perempuan. Bentuk pernikahan

dini dapat pula sebagai pola yang melindungi atau lebih tepatnya

mengekang perempuan untuk dapat berkembang dalam segala bentuk.

Page 22: Tesis Annie.pdf

11

Pernikahan dini dapat meningkat pada daerah-daerah krisis perang

dengan alasan untuk peningkatan ekonomi dan untuk menghindari

bahaya pelecehan dan perkosaan (UNICEF, 2001).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pernikahan Dini

1. Status Ekonomi Keluarga

Pernikahan dini erat kaitannya dengan kemiskinan. Kemiskinan

ditandai dengan pendapatan yang rendah, kurangnya pendidikan,

kurangnya kesehatan, dan kurangnya aset (Oyortey & Pobi, 2003).

Menurut Vue (2000) pernikahan dini terjadi pada masyarakat yang

memiliki pendapatan di bawah tingkat kemiskinan. Penduduk miskin

didefinisikan sebagai penduduk dengan pendapatan perkapita di bawah

garis standar pendapatan yang harus dipenuhi, dalam hal senilai dengan

1 US $ atau Rp 10.000,00 per hari atau Rp 300.000,00 selama satu bulan

(Listyaningsih, 2004).

Dari hasil penelitian Nawal (2006) di Afrika, pernikahan remaja

terjadi karena kemiskinan. Orang tua menganggap anak gadis merupakan

beban ekonomi bagi keluarga. Jika anak gadis mereka menikah lebih

cepat, mereka beranggapan anak gadis mereka akan dapat membantu

biaya keluarganya. Menurut Hanum (1997), faktor ekonomi yang

berkenaan dengan lapangan pekerjaan dan kemiskinan penduduk

memberikan andil bagi berlangsungnya perkawinan usia dini. Taraf

ekonomi penduduk yang rendah, tidak cukup untuk menjamin kelanjutan

pendidikan anak. Jika seorang anak perempuan telah menamatkan

pendidikan dasar dan tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi, ia hanya tinggal di rumah. Selain itu keterbatasan lapangan

pekerjaan menyebabkan mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

Penelitian yang dilakukan Chariroh (2004) di Kabupaten Pasuruan

didapatkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan perkawinan di

usia muda adalah ekonomi yang rendah (miskin).

Page 23: Tesis Annie.pdf

12

2. Pendidikan Orang Tua

Pendidikan merupakan faktor kuat yang berhubungan dengan

waktu pernikahan pertama di Indonesia (Williams, 1990). Menurut

Grogger & Bronars (1993), tingkat pendidikan seseorang berkaitan

dengan usia kawin yang pertama. Semakin dini seseorang melakukan

perkawinan semakin rendah tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan

orangtua erat kaitannya dengan status ekonomi keluarga. Penelitian yang

dilakukan oleh Choe et al. (2004) di Nepal menyebutkan bahwa tingkat

pendidikan orang tua yang lebih tinggi lebih berhasil menunda pernikahan

di usia dini.

Penelitian yang dilakukan oleh Choe et al. (2001) di Indonesia dan

Nepal menyatakan bahwa pendidikan orang tua berpengaruh pada

pernikahan dini. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tingkat pendidikan orang

tua yang tinggi akan menunda perkawinan anak perempuannya sampai

mereka menyelesaikan pendidikan yang lebih tinggi. Orang tua yang lebih

berpendidikan lebih dapat menerima nilai-nilai moderen dan memberikan

kebebasan kepada anak mereka untuk menentukan jodohnya sendiri.

3. Peran Orang Tua

Menurut Effendy (1998), peranan keluarga menggambarkan

seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan

dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam

keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok

dan masyarakat. Peran orang tua dalam keluarga memegang peranan

yang penting dalam rangka memberikan informasi, transfer kultur dan

nilai-nilai sosial kepada generasi selanjutnya, dikarenakan orang tua

memiliki tanggung jawab yang besar dalam rangka pembentukan perilaku

bagi anak-anaknya.

Peran orang tua dalam menentukan jodoh anaknya cukup besar.

Setidak-tidaknya terdapat sebanyak 49% perkawinan wanita belia

merupakan perjodohan yang diatur oleh orang tua. Campur tangan

Page 24: Tesis Annie.pdf

13

orangtua dalam mencarikan dan menentukan pasangan hidup anak

perempuannya (terutama pada perkawinan pertama) umum ditemukan di

kalangan masyarakat Jawa, terlebih lagi di daerah pedesaan. Menurut

Kusujiarti (1995), di kalangan masyarakat Jawa, dikenal tiga macam tipe

perkawinan yang dilihat dari sudut perjodohan pihak wanita sebagai

berikut: arranged marriage, yaitu perjodohan oleh orang tua. Ada dua tipe

yaitu: a) perjodohan yang dilakukan oleh orang tua, tanpa disertai

persetujuan sebelumnya oleh pengantin perempuan maupun laki-laki, b)

orang tua pengantin wanita dengan calon pengantin laki-laki

merencanakan perkawinan, tanpa persetujuan si gadis terlebih dahulu,

mixed marriage, yaitu anak gadis yang hendak kawin mencari sendiri

jodohnya, tetapi keputusan untuk terlaksananya perkawinan diserahkan

kepada orangtua, voluntary marriage, yaitu anak yang hendak kawin

mencari sendiri jodohnya, orangtua tinggal merestui saja.

4. Persepsi Orang Tua Tentang Pernikahan Dini

Persepsi merupakan proses dimana individu mengorganisasikan

dan menginterprestasikan impressi sensorisnya agar dapat memberikan

arti kepada lingkungan sekitarnya, yang didahului dengan proses

penginderaan (Walgito, 2004). Persepsi merupakan proses yang

integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan

ikut aktif dalam persepsi. Hasil persepsi mungkin akan berbeda antara

individu satu dengan individu lain. Persepsi bersifat individual. Perbedaan

persepsi seseorang terhadap suatu rangsangan disebabkan oleh

perbedaan sosio kultural dan pengalaman belajar individu yang

bersangkutan.

Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam

memahami informasi lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui

penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman. Persepsi individu

akan menyadari tentang keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri

sendiri, jadi persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap

Page 25: Tesis Annie.pdf

14

individu di dalam memahami informasi yang dialaminya melalui indera dan

tiap-tiap individu dapat memberikan arti yang berbeda. Kunci untuk

memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu

merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan

pencatatan yang benar terhadap sesuatu. Persepsi merupakan mata

rantai perubahan sikap. Persepsi diartikan sebagai pandangan individu

terhadap lingkungannya.

Hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan

individu lain. Perbedaan persepsi seseorang terhadap suatu rangsangan

disebabkan oleh perbedaan sosio kultural dan pengalaman belajar

individu yang bersangkutan. Meskipun persepsi seseorang ditentukan

oleh rangsangan, namum nilai, harapan dan kebutuhan individu sangat

menentukan dalam pembentukan persepsi seseorang (Amabile & Hastorf,

1976). Menurut Hanum (1997), nilai budaya lama yang menganggap

bahwa menstruasi merupakan tanda telah dewasanya seorang anak gadis

masih dipercaya oleh warga masyarakat, tidak hanya di kalangan orang

tua saja melainkan juga di kalangan kaum muda. Hal ini akan membentuk

sikap positif masyarakat dan kaum muda terhadap perkawinan usia dini.

5. Budaya

Di Indonesia, bagi perempuan menikah adalah hal yang sarat

dengan berbagai nilai yang telah lama ada dikondisikan dengan budaya,

agama dan lingkungan sekitar yang membuat perempuan wajib memasuki

jenjang dalam lembaga perkawinan. Dalam budaya patriarkis, menikah

tidak hanya berfungsi sebagai identitas sosial dan peningkatan status

sosial tetapi juga agar perempuan kelihatan menjadi sempurna, yakni

menjadi seorang istri dan kemudian ibu (Kartika, 2002).

Pola perkawinan masyarakat Indonesia sangat beragam, sesuai

dengan budaya dan norma yang berlaku masyarakat. Faktor budaya erat

kaitannya dengan kebiasaan setempat. Di Indonesia, masing-masing

daerah memiliki adat kebiasaan, antara lain: pada masyarakat Jawa,

Page 26: Tesis Annie.pdf

15

mereka lekas-lekas menikahkan anak gadisnya dengan alasan malu kalau

anaknya dianggap perawan tua (Budioro, 1987). Menurut Goode (1983),

perubahan status seseorang dari belum kawin menjadi kawin, akan

membawa perubahan peranannya dalam masyarakat atau secara ritual

telah memasuki kedudukan kedewasaan dengan hak-hak baru.

Di Mojokerto, diungkapkan oleh Geerzt (1982), seorang anak

perempuan, perkawinan pertama segera dipersiapkan setelah haid

pertama karena seorang ayah akan mendapatkan malu kalau seorang

gadis yang telah dewasa belum ada jodohnya. Menurut Nurwati (2003), di

Jawa Barat khususnya masyarakat yang tinggal di pedesaan bila wanita

sudah berusia 16 tahun belum menikah maka keluarganya akan merasa

malu. Pernikahan biasanya dilakukan pada saat musim panen (bulan

Rayagung) yang diyakini akan menaikkan derajat sosial keluarga dan

orang tua.

C. Dampak Pernikahan Remaja

Berbagai konsekuensi yang diakibatkan dari pernikahan usia dini

dikemukakan dari beberapa penelitian. Menurut Shawky & Milaat (2000)

yang melakukan penelitian di Jedah Saudi Arabia tentang menikah usia

dini dan konsekuansi kehamilan, hasilnya mengatakan mereka yang

menikah di usia dini akan berisiko dua kali untuk mengalami keguguran

secara spontan dan empat kali risiko mengalami kematian janin dan

kematian bayi.

Penelitian yang dilakukan Grogger & Bronars (1993) pada

masyarakat kulit hitam maupun masyarakat kulit putih didapatkan bahwa

perkawinan dan kehamilan pada umur belia berkaitan dengan kondisi-

kondisi yang serba merugikan. Kondisi-kondisi tersebut yaitu: rendahnya

tingkat pendidikan wanita, rendahnya tingkat partisipasi kerja wanita dan

pendapatan keluarga muda yang rendah. Hal ini berdampak pada taraf

kesejahteraan yang kurang menguntungkan.

Page 27: Tesis Annie.pdf

16

Menurut Furstenberg (1976) bentuk-bentuk ketidakstabilan

kehidupan berumah tangga, krisis keluarga, terputusnya kelanjutan

sekolah, masalah mengasuhan anak dan problema ekonomi merupakan

bagian dari komplikasi yang diakibatkan dari perkawinan dan kehamilan

usia muda. Trussel (1976) juga mengemukakan bahwa kehamilan di

kalangan remaja berimplikasi negatif terhadap tingkat pendidikan yang

dicapai oleh wanita, posisi ekonomi di kemudian hari dan partisipasi

angkatan kerja.

Hal senada disampaikan UNICEF (2000), tentang konsekuensi

yang diakibatkan oleh pernikahan usia dini pada anak perempuan adalah

penolakan terhadap pendidikan, anak perempuan cenderung tidak

melanjutkan sekolah setelah menikah sehingga mendorong terjadinya

kemiskinan, mengalami masalah kesehatan termasuk kehamilan usia

remaja (adolescent pregnancy), terisolasi secara sosial. Menurut Adhikari

(1996), konsekuensi dari pernikahan usia dini dan melahirkan di usia

remaja adalah berisiko untuk melahirkan prematur dan berat badan lahir

rendah.

Wanita yang menikah pada usia muda mempunyai waktu yang

lebih panjang berisiko untuk hamil. Perkawinan usia remaja berdampak

pada rendahnya kualitas keluarga, baik ditinjau dari segi ketidaksiapan

secara psikis dalam menghadapi persoalan sosial maupun ekonomi

rumah tangga. Risiko lain adalah ketidaksiapan mental untuk membina

perkawinan dan menjadi orangtua yang bertanggung jawab. Dampak lain

dari perkawinan usia remaja adalah kehamilan usia muda yang berisiko

terhadap kematian ibu dan bayinya karena ketidaksiapan calon ibu remaja

dalam mengandung dan melahirkan bayinya ( Wilopo, 2005).

D. Landasan Teori

Menurut UNICEF (2000), pernikahan usia dini adalah pernikahan

yang dilakukan pada usia <18 tahun. Pernikahan sangat dipengaruhi oleh

Page 28: Tesis Annie.pdf

17

berbagai faktor dan kebiasaan yang diikuti oleh suatu komunitas

(UNICEF, 2005). Pernikahan di bawah usia 18 tahun bertentangan

dengan hak anak untuk mendapat pendidikan, kesenangan, kesehatan,

kebebasan untuk berekspresi dan diskriminasi. Untuk membina suatu

keluarga yang berkualitas dibutuhkan kematangan fisik dan mental. Bagi

pria dianjurkan menikah setelah berumur 25 tahun karena pada umur

tersebut pria dipandang cukup dewasa secara jasmani dan rohani. Wanita

dianjurkan menikah setelah berumur 20 tahun karena pada umur tersebut

wanita telah menyelesaikan pertumbuhannya dan rahim melakukan

fungsinya secara maksimal (BKKBN, 2004; Munajat, 2000)

Menurut Oyorty & Pobi (2003), pernikahan dini banyak terjadi pada

masyarakat miskin yang erat kaitannya dengan pendapatan yang rendah,

kurangnya pendidikan, kurangnya kesehatan, dan kurangnya aset. Begitu

pula yang dikemukakan Vue (2000) bahwa pernikahan dini terjadi pada

masyarakat yang memiliki pendapatan yang minim dan berada di bawah

tingkat kemiskinan. Tingkat ekonomi orang tua berpengaruh pada usia

anak untuk menikah. Semakin tinggi tingkat ekonomi orang tua

memperlambat mereka untuk menikahkan anak perempuannya pada usia

dini (Singh & Samara, 1996)

Grogger & Bronars (1993) mengungkapkan bahwa tingkat

pendidikan berkaitan dengan usia kawin yang pertama. Menurut Choe et

al. (2001) di Indonesia dan Nepal menyatakan bahwa pendidikan orang

tua berpengaruh pada pernikahan dini. Lebih lanjut dijelaskan bahwa

tingkat pendidikan orang tua yang tinggi akan menunda perkawinan anak

perempuannya sampai mereka menyelesaikan pendidikan yang lebih

tinggi. Orang tua yang lebih berpendidikan lebih dapat menerima nilai-nilai

moderen dan memberikan kebebasan kepada anak mereka untuk

menentukan jodohnya sendiri.

Sampoerno & Azwar (1982) menyatakan faktor-faktor yang

mempengaruhi perkawinan dan kehamilan pada wanita muda usia di

Indonesia yaitu adat dan hukum adat, agama, sosial, ekonomi,

Page 29: Tesis Annie.pdf

18

pendidikan, hukum dan peraturan, demografi, psikologi, peranan hari

depan, larangan prilaku sosial, tata pergaulan, struktur masyarakat,

kepercayaan dan lingkungan alam. Perkawinan usia muda masih banyak

ditemukan diberbagai wilayah pedesaan karena pengaruh karakteristik

lingkungan fisik, ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Ketiga faktor

yang mendasari dinamika kehidupan manusia dalam masyarakat inilah

yang membentuk perbedaan sikap antar komunitas dalam menyikapi

persoalan yang dihadapi (Hanum, 1997).

Remaja wanita yang menikah dini menurut Hanum (1997) banyak

yang berasal dari keluarga besar, yaitu keluarga yang memiliki anak lebih

dari dua orang, dengan keadaan ekonomi yang serba terbatas dan

adanya sikap yang apatis, pasrah pada nasib dan keadaan. Keadaan ini

menyebabkan banyak remaja wanita yang putus sekolah. Mereka

akhirnya dinikahkan oleh orang tua pada usia dini. Lebih lanjut Hanum

menjelaskan bahwa latar belakang pendidikan dan aktivitas diri dalam

mencari nafkah berkaitan dengan keputusan untuk berumah tangga.

Wanita yang mempunyai pekerjaan tertentu sebelum menikah cenderung

tidak berkeinginan untuk hidup berumah tangga dengan laki-laki yang

dijodohkan orang tua. Namun tidak sedikit orang tua meminta anaknya

untuk berhenti bekerja saja dan menjalani pernikahan.

Menurut Hanum (1997) nilai budaya lama yang menganggap

bahwa menstruasi merupakan tanda telah dewasanya seorang anak gadis

masih dipercaya orang tua. Subiantoro (2002) menyatakan bahwa

pernikahan dini masih banyak didasarkan perjodohan. Namun penelitian

Vue (2000) menyatakan persepsi responden terhadap pernikahan dini

sebagian tidak menyetujui penikahan dini karena dampak yang kurang

menguntungkan remaja yaitu terputusnya pendidikan, konflik rumah

tangga dan kehamilan remaja yang berisiko.

Pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang menyebabkan pernikahan dini adalah kemiskinan yang

berkaitan dengan status ekonomi keluarga, pendidikan, pekerjaan, jumlah

Page 30: Tesis Annie.pdf

19

saudara kandung, adat dan hukum adat, agama, sosial, hukum dan

peraturan, demografi, tata pergaulan, struktur masyarakat, kepercayaan

dan lingkungan. Dari pendapat di atas maka disusunlah kerangka teori

sebagai berikut:

E. Kerangka Teori

Keterangan: _________ : Diteliti - - - - - - - - - : Tidak Diteliti

Gambar 1. Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan remaja menikah usia dini modifikasi UNICEF (2005), Choe et al. (2001),

Hanum (1997), Singh & Samara (1996), Sampoerno & Azwar (1982).

Pengambilan keputusan orang tua

KAWIN USIA

MUDA

L I N G K U N G A N

Sosial Ekonomi

• Kemiskinan • Pekerjaan • Tingkat pendidikan • Karakteristik pribadi • Persepsi tentang

perkawinan • Keluarga

Sosial Budaya

• Agama • Nilai, norma,

tradisi, adat istiadat

• Hukum dan peraturan

• Tokoh agama dan tokoh masyarakat

Fisik

• Pengetahuan • Pandangan hari

depan • Teman

Kebutuhan Tenaga

Agraris

Pengambilan keputusan yang bersangkutan

Page 31: Tesis Annie.pdf

20

F. Kerangka Konsep

Dari landasan teori dan perumusan masalah maka dapat digambarkan kerangka penelitian sebagai berikut :

Variabel bebas Variabel terikat

Variabel Luar

Gambar 2. Kerangka konsep

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Risiko remaja menikah dini

lebih tinggi pada status ekonomi keluarga yang rendah dibandingkan

status ekonomi keluarga yang tinggi.

Status ekonomi keluarga

Usia menikah

• Pendidikan orang tua

• Pekerjaan orang tua • Persepsi orang tua

tentang pernikahan • Jumlah saudara • Tokoh Agama • Tokoh Masyarakat • Budaya

Page 32: Tesis Annie.pdf

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional unmatched case

control-study, dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kasus-kontrol

adalah rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan

antara suatu kasus dengan paparan tertentu. Penelitian ini dimulai dengan

mengidentifikasi kelompok kasus yaitu kelompok remaja putri yang

menikah dini, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu remaja putri yang

menikah tidak dini (Schlesselman, 1982). Data dikumpulkan secara

retrospektif untuk melihat besarnya paparan di masa lalu terhadap yang

akan diteliti saat ini. Rancangan kasus kontrol memungkinkan untuk

mengetahui adanya paparan lain seperti status ekonomi keluarga,

pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah saudara kandung dan

persepsi orang tua tentang pernikahan terhadap usia menikah. Berikut

gambar rancangan penelitian kasus kontrol:

Gambar 3. Skema rancangan penelitian case control-study

Kontrol: Menikah Usia ≥20 tahun

Faktor Risiko

Kasus: Menikah Usia

<20 tahun

Penelitian

dimulai disini

Status ekonomi keluarga tinggi

Status ekonomi keluarga rendah

Ditelurusi Retrospektif

Status ekonomi keluarga rendah

Status ekonomi keluarga tinggi

Page 33: Tesis Annie.pdf

22

B. Populasi dan Subjek Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita yang menikah

pertama terdaftar di KUA dan catatan sipil Kecamatan Nglipar Kabupaten

Gunungkidul pada tahun 2007.

2. Sampel Penelitian

Subjek penelitian adalah wanita menikah terdaftar di KUA

Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul. Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah wanita menikah pertama tahun 2007, penduduk asli

Nglipar, tinggal dan menetap di Kabupaten Gunungkidul dan bersedia

menjadi responden dalam penelitian. Kriteria ekslusi penelitian ini adalah

responden yang didapatkan pindah dari Kecamatan Nglipar.

Subjek penelitian kualitatif terdiri dari responden yang menikah dini,

responden yang tidak menikah dini, orang tua responden, tokoh agama,

tokoh masyarakat, petugas KUA dan pengambil kebijakan.

3. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel mempertimbangkan tingkat kemaknaan

dengan taraf tingkat kepercayaan 95 persen dan nilai signifikansinya tidak

boleh melebihi 0,05 (p<0,05), maka pengambilan sampel menggunakan

simple random sampling (sampel acak sederhana) (Cochran, 1997).

Rumus yang digunakan n =

N

)1n(1

n

o

o

−+

Untuk menetapkan besar sampel, maka terlebih dahulu harus dicari

perkiraan besar sampel (no) dengan rumus:

no = 2

2

d

PQ.Z

Page 34: Tesis Annie.pdf

23

Keterangan:

no = Perkiraan besar sampel (n) n = Besar sampel z = Koefisien keterandalan, yaitu: 1,96 dengan tingkat kepercayaan

95% p = Proporsi subjek yang hendak diduga (0,5) q = 1-p d2 = Tingkat presisi penduga 10 persen (0,10) N = Total populasi kasus 83 orang Besar sampel yang digunakan dalam penelitian dapat dihitung

sebagai berikut:

no = 04,96)1,0(

)5,0()5,0(.)96,1(2

2

=

n = 96,04 1 + (96,04-1)

83

= 44,77 = 45 Untuk mengantisipasi adanya responden yang gugur, maka jumlah

sampel ditambah 10 persen, sehingga besar sampel yang diambil adalah

45 + 5 = 50 orang, dengan perbandingan 1:1. Jadi sampel untuk kasus

sebanyak 50 dan untuk kontrol sebanyak 50, sehingga total sampel

sebanyak 100 orang.

4. Cara Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel dilakukan dengan memilih subjek penelitian dari

kelompok kasus dan kelompok kontrol. Sampel diambil melalui skrining

data wanita menikah yang terdaftar di KUA Kecamatan Nglipar Kabupaten

Gunungkidul yang diambil berdasarkan purposive sampling, dengan cara

menyusun kerangka sampling berupa daftar nama wanita yang menikah.

Dari data tersenut selanjutnya dibagi menjadi dua bagian yaitu yang

menikah usia <20 tahun (menikah dini) dan ≥20 tahun (menikah tidak

dini). Daftar tersebut kemudian diberi nomor urut pada subyek anggota

Page 35: Tesis Annie.pdf

24

populasi dan dipilih sejumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian

sebanyak 120 orang dan dikelompokan berdasarkan desa tempat tinggal

responden. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi apabila ada responden

yang sudah tidak tinggal di alamat tersebut atau pindah keluar dari

Kecamatan Nglipar. Berdasarkan perhitungan besar sampel didapatkan

sebesar 50 orang dari kelompok wanita yang menikah dini sebagai kasus

dan 50 orang menikah tidak dini sebagai kontrol. Jumlah sampel

seluruhnya adalah 100 orang. Data orang tua diperoleh dengan

melakukan wawancara dengan orang tua responden. Sebagai pelengkap

data kuantitatif, peneliti juga melakukan wawancara terhadap responden

dan orang tua responden yang menikah usia dini dan tidak dini, tokoh

agama, tokoh masyarakat, petugas KUA.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kedungkeris, Nglipar, Pengkol,

Kedungpoh, Katongan, Pilangrejo dan Natah Kecamatan Nglipar.

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa kasus

menikah usia <20 tahun di Kecamatan tersebut tinggi dari tahun ketahun,

data 2007 menunjukkan ada 83 orang (30%).

D. Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer dan

data sekunder. Peneliti menggunakan data primer yang dikumpulkan di

lapangan berdasarkan variabel yang dibutuhkan dalam penelitian,

sedangkan data sekunder didapat dari catatan pernikahan tahun 2007

KUA Kecamatan Nglipar. Pengumpulan data primer dilakukan dengan

mendatangi rumah responden berdasarkan catatan yang dilakukan

dibantu 3 orang petugas lapangan.

Page 36: Tesis Annie.pdf

25

E. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas (independent variable) yaitu status sosial ekonomi

keluarga yang diukur berdasarkan pendapatan perkapita satu bulan

yang dipenuhi senilai 1 US$ atau Rp. 10.000 per hari atau Rp. 300.000

selama satu bulan.

b. Variabel terikat (dependent variable) yaitu usia responden menikah

dengan melihat kronologis usia responden saat melakukan pernikahan

pertama kali.

c. Variabel luar (tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,

persepsi orang tua tentang pernikahan, jumlah saudara kandung)

F. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah

sebagaimana yang dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Definisi Operasional

Jenis Variabel

Nama Variabel

Definisi Operasional Pengukuran

Skala ukur

Keterangan

1 2 3 4 5

Variabel terikat

Usia menikah

Usia responden dalam tahun dengan melihat kronologis responden memutuskan menikah pertama kali (BKKBN, 2004) Cara mengukur dengan melihat tanggal lahir dan tanggal menikah responden, jika responden menikah pada usia < 20 tahun dikategorikan menikah dini dan jika menikah pada usia ≥ 20 tahun dikatakan tidak menikah dini

Kontinyu

Dikategorikan menjadi: 0 = menikah dini 1 = tidak menikah dini

Page 37: Tesis Annie.pdf

26

Lanjutan Tabel. 1

Jenis Variabel

Nama Variabel

Definisi Operasional Pengukuran

Skala ukur

Keterangan

1 2 3 4 5

Variabel bebas

Status ekonomi keluarga

Status ekonomi keluarga yaitu dengan melihat status ekonomi orang tua dari kemampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga yang diukur dengan pendapatan perkapita yang harus dipenuhi senilai dengan 1 US$ per hari atau Rp. 10.000,00 per hari atau Rp. 300.000,00 per bulan (sesuai standar Worldbank, 2001). Dikategorikan rendah bila pendapatannya < Rp. 300.000,00 dan tinggi bila pendapatannya ≥ Rp. 300.000,00

Kontinyu Dikategorikan menjadi: 0= Rendah 1= Tinggi

Variabel Luar

1.Pendidikan orang tua

2. Pekerjaan orang tua

Pendidikan terakhir yang dapat ditamatkan oleh orang tua meliputi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Atas (SLTA) dan Perguruan Tinggi (PT) Dikategorikan menjadi inggi apabila tamat SLTA atau lebih dan rendah apabila tidak sekolah/tidak tamat SD/ tamat SD/tidak tamat SLTP dan atau tamat SLTP. Pekerjaan orang tua sehari-hari untuk mendapatkan penghasilan. Di kategorikan menjadi sektor pertanian apa bila bekerja di sektor pertanian dan bekerja di sektor lainnya bila bekerja swasta, pegawai negeri, ABRI/Polri)

Ordinal

Kategori

Dikategorikan menjadi: 1 = Tinggi 0 = Rendah 0=Sektor lain 1=Pertanian

Page 38: Tesis Annie.pdf

27

Lanjutan Tabel. 1

Jenis Variabel

Nama Variabel

Definisi Operasional Pengukuran

Skala ukur

Keterangan

1 2 3 4 5

Variabel Luar

3. Jumlah

saudara kandung

Jumlah saudara kandung yang dimiliki responden, masih hidup sampai responden memutuskan untuk menikah. Dikategorikan menjadi banyak apabila responden memiliki lebih dari 2 orang saudara kandung dan sedikit apa bila responden memiliki dua atau kurang dari dua saudara kandung.

Kontinyu

Dikategorikan menjadi: 1= Banyak 0= Sedikit

4. Persepsi orang tua

Persepsi orang tua responden tentang pernikahan diukur dengan menggunakan kuesioner berdasarkan skala Likert, sebanyak 20 item pernyataan dengan 5 alternatif jawaban jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RR (Ragu-Ragu), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Untuk pertanyaan diberikan rentang nilai dari 5 sampai 1. Hasil penjumlahan dari seluruh jawaban responden diberikan rentang total skor 20-100. Berdasarkan penelitian Vue (2000), cut off point percentile 80 terletak pada skor 70. Dikategorikan menjadi persepsi kurang baik apabila skor ≤70 dan persepsi baik apabila skor >70.

Kontinyu Dikategorikan menjadi: 0 = Sutuju 1 = Tidak Setuju

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah a) buku

daftar menikah KUA Kecamatan Nglipar untuk mendapatkan data wanita

menikah tahun 2007. b) kuesioner untuk mengumpulkan data kuantitatif.

Kuesioner yang digunakan disusun berdasarkan telaah pustaka yang

Page 39: Tesis Annie.pdf

28

mengacu pada kuesioner modifikasi Laboratorium Penelitian Kesehatan

dan Gizi Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan

Pusat Studi Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Kuesioner berisikan

pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Tujuannya untuk mengetahui

karakteristik responden yang meliputi: tempat tanggal lahir responden,

usia pertama kali menikah, pendidikan responden, status sosial ekonomi

keluarga, persepsi responden tentang pernikahan, tempat tinggal setelah

menikah, pekerjaan responden sebelum menikah dan jumlah saudara

kandung responden.

Kuesioner juga mengumpulkan data karakteristik orang tua yang

meliputi: umur orang tua waktu menikah, status ekonomi keluarga,

pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, status perkawinan orang tua

dan persepsi orang tua tentang pernikahan. Pengumpulan data kualitatif

menggunakan pedoman wawancara mendalam kepada responden dan

orang tua dan informan kunci (tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas

KUA dan pengambil kebijakan).

Tabel 2. Nama variabel pada kuesioner penelitian

No Jenis Variabel Nama Variabel Data pada kuesioner No:

1. Variabel bebas Usia menikah A.I.2. (tanggal lahir) A.I.3. (umur responden) A.II.1. (umur berapa menikah) A.II.2. (tanggal, bulan dan tahun menikah)

2. Variabel terikat Status ekonomi keluarga B.I.8. (pendapatan satu bulan) 3.

Variabel luar

- Pendidikan orang tua - Pekerjaan oran tua - Jumlah saudara

kandung - Persepsi orang tua

B.I.1. (pendidikan orangtua) B.I.3. (pekerjaan orang tua) A.I.6. (jumlah saudara kandung) B.III.1-20. (persepsi orang tua)

H. Pengolahan Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

komputer menggunakan software program Stata Intercooled Versi 8.0

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 40: Tesis Annie.pdf

29

a. Pemberian kode (coding), data diklasifikasikan menurut masing

masing kategori.

b Transfer data ke program Stata untuk selanjutnya dianalisis.

2. Analisis data

Analisis dilakukan melalui 3 tahap, tahap pertama adalah analisis

univariabel. Variabel penelitian dianalisis secara deskriptif untuk

mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden pada kelompok

kasus dan kontrol. Selanjutnya, dilakukan analisis bivariabel untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas (status ekonomi orang tua)

terhadap variabel terikat (usia menikah) serta variabel lain terhadap

variabel terikat dan variabel bebas. Analisis yang digunakan adalah

dengan uji chi square menggunakan perhitungan odds ratio (OR) dengan

confidence interval (CI) 95% dan tingkat kemaknaan p<0,05. Pada tahap

akhir dilakukan analisis multivariabel untuk mengetahui hubungan variabel

bebas dan variabel terikat dengan mengontrol variabel lain yang

bermakna pada analisis bibariabel dengan menggunakan beberapa

permodelan. Uji statistik yang digunakan dalam analisis multivariabel

adalah regresi logistik yang tingkat kemaknaannya sebesar p<0,05 dan

Confidence Interval (CI) 95%.

Penelitian ini juga didukung dengan penelitian kualitatif. Analisis

kualitatif merupakan analisa hasil dari indepth interview (wawancara

mendalam) yang dilakukan untuk memperkuat data kuantitatif. Pada

analisis data kualitatif peneliti melihat kembali hasil interview, dengan

langkah-langkah mendengar ulang hasil rekaman lalu menyajikan data

dalam bentuk deskriptif dan akhirnya peneliti mengambil kesimpulan.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian diperlukan beberapa etika penelitian

yang meliputi ethical clereance, informed consent, confidentiality, benefit,

justice. Penelitian dilaksanakan setelah mendapatkan surat kelaikan etik

(ethical clereance) penelitian dari Komite Etik Penelitian Biomedis pada

Page 41: Tesis Annie.pdf

30

manusia Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK-UGM)

dengan nomor KE/FK/566/EC (terlampir). Setiap responden yang ikut

dalam penelitian ini kemudian diberi lembar persetujuan (informed

consent) agar responden dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian

serta dampak yang diteliti selama proses penelitian ini berlangsung

(terlampir pada lampiran 1). Apabila responden bersedia ikut dalam

penelitian ini maka diharuskan menandatangani lembar persetujuan yang

telah disediakan (terlampir pada lampiran 2) dan apabila responden

menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak

dan tetap menghormati haknya.

Responden yang telah memberikan informasi atau keterangan

maka akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok data

tertentu yang sesuai dengan kebutuhan penelitian yang akan dilaporkan

oleh peneliti (confidentiality). Pada penelitian ini peneliti berusaha

memaksimalkan manfaat penelitian dan meminimalkan kerugian yang

timbul akibat penelitian ini (benefit). Pada penelitian ini semua responden

yang ikut dalam penelitian diperlakukan secara adil dan diberi hak yang

sama tanpa dibedakan antara satu responden dengan responden yang

lainnya.

J. Jalannya Penelitian

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi beberapa tahapan, antara

lain tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan (pengumpulan data dan

analisa data), dan tahapan penyusunan laporan. Uraian dari tahapan-

tahapan tersebut di atas sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan studi pendahuluan untuk

mengumpulkan data dari Kecamatan Nglipar mengenai pernikahan dini,

membuat proposal dan konsultasi, persiapan penelitian berupa

pembuatan dan pengembangan instrumen atau kuesioner, uji kuesioner.

Page 42: Tesis Annie.pdf

31

Pengurusan surat izin ke Kantor Bupati Gunungkidul, Kantor Wilayah

Depatemen Agama Kabupaten Gunungkidul dan Kantor Urusan Agama

Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul. Menyiapkan kuesioner dan

melakukan uji coba pada bulan Oktober kepada 10 orang. Uji coba

dilakukan pada subjek yang sudah menikah, mempunyai karakteristik

yang sama dengan responden penelitian. Merekrut tenaga/petugas

pengumpul data dan memberikan penjelasan untuk menyamakan

persepsi dalam pengumpulan data.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dimulai tanggal 5 Nopember sampai

dengan 10 Desember 2008 setelah memperoleh Surat Keterangan/Ijin

Penelitian dari Kepala Kantor Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Kabupaten Gunungkidul Nomor: 322/KPPTSP/X/2008 (terlampir).

Pengumpulan data di lapangan di bantu oleh teman-teman dari PKBI

Gunungkidul. Setelah data terkumpul kemudian peneliti melakukan cek

ulang kelengkapan data, memasukkan data/data entry, cleaning, tabulasi

dan analisis data.

3. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan penelitian yang berisi

hasil analisis data dan interpretasi data berdasarkan hasil penelitian atau

teori yang telah ada sebelumnya. Hasil interpretasi disusun dalam

pembahasan, selanjutnya berdasarkan hasil dibuat kesimpulan tentang

hasil yang didapat dan saran sebagai tindak lanjut hasil penelitian.

K. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, data selanjutnya diolah menggunakan

program stata (Statistic/Data analysis) dengan tahapan sebagai berikut:

1. Analisis Univariabel

Analisis data dilakukan untuk menghitung distribusi frekuensi dan

proporsi karakteristik subjek penelitian.

Page 43: Tesis Annie.pdf

32

2. Analisis Bivariabel

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas

dan variabel pengganggu dengan variabel terikat, menggunakan uji

Chi-square (χ²) pada tingkat kemaknaan p<0,05 dan confidence

interval 95%, sedangkan nilai OR dihitung dengan cara

membandingkan paparan dan tidak terpapar pada kelompok kasus

maupun kelompok kontrol.

3. Analisis Multivariabel

Analisis multivariabel digunakan untuk mengetahui hubungan variabel

bebas dengan variabel terikat secara bersama-sama dengan

mengontrol variabel pengganggu. Uji hipotesis yang digunakan adalah

uji regresi logistik dengan tingkat kemaknaan sebesar p<0,05 dengan

interval kepercayaan 95%.

Data kualitatif diolah sesuai dengan langkah-langkah proses

pengolahan data kualitatif. Setelah data terkumpul, data diolah dengan

tahapan sebagai berikut : 1) mendengarkan rekaman wawancara dari tape

recorder kemudian membuat transkrip dari wawancara, 2)

mengelompokkan dan mengkoding data, 3) menyajikan data yang

memudahkan untuk menginterpretasikan data, 4) menyimpulkan. Data

disajikan secara narasi dengan dilengkapi beberapa kutipan langsung dari

responden.

L. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian

1. Kesulitan Penelitian

a. Data menikah di KUA Nglipar yang kurang baik penyusunannya

sehingga menyebabkan peneliti membutuhkan waktu untuk memilih

data wanita menikah.

b. Lokasi penelitian yang berbukit-bukit dan saat pengambilan data

bertepatan dengan musim penghujan sehingga menyulitkan peneliti

untuk mencapai rumah responden.

Page 44: Tesis Annie.pdf

33

c. Ada beberapa rumah responden dengan orang tuanya sudah berpisah

dan saat pengambilan data banyak orang tua responden yang sedang

ke sawah karena bertepatan dengan musim tanam sehingga

dibutuhkan waktu lebih untuk mengumpulkan data.

d. Untuk mengisi kuesioner diperlukan pemberian penjelasan yang lebih

rinci agar responden dapat memahami pertanyaan karena banyak

responden yang tingkat pendidikan rendah, kemampuan pemahaman

yang berbeda menyebabkan wawancara memakan waktu karena

harus mengulang atau mengganti kata-kata dalam bertanya. Keadaan

ini dapat diatasi dengan pemberian penjelasan ulang dengan memakai

bahasa Jawa dibantu oleh asisten peneliti sehingga mudah dipahami

oleh responden.

2. Kelemahan Penelitian

a. Penentuan sampel penelitian secara purposive yaitu memilih

responden berdasarkan kepada pertimbangan yang subyektif, bahwa

responden tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

peneliti. Kelemahan dari cara ini adalah sampel diambil tanpa

sistimatika tertentu hingga jarang dapat dianggap dapat mewakili

populasi terjangkau, apalagi populasi target (Sastroasmoro & Ismael,

2002). Peneliti mengambil sampel baik kelompok kasus maupun

kontrol pada satu desa dari tujuh desa yang ada dengan jumlah yang

hampir sama. Dengan harapan sampel dapat mewakili populasi.

b Penelitian dengan rancangan kasus-kontrol bersifat retrospektif

sehingga daya ingat subjek dan kemungkinan bias karena lupa (recall

bias) mengingat kejadian lampau. Upaya untuk mengatasi hal tersebut

peneliti melakukan pertanyaan berulang-ulang dengan responden. Ini

dilakukan agar responden yakin akan jawaban yang diberikan.

c Peneliti tidak melakukan penelitian pada daerah yang memiliki

karakteristik wilayah yang berbeda keadaan topografinya yaitu daerah

perbukitan/pegunungan, pantai maupun dataran.

Page 45: Tesis Annie.pdf

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten dalam

Provinsi D.I. Yogyakarta yang berada di bagian tenggara dengan luas

1.485,36 km² terbagi menjadi 18 kecamatan dan 144 desa. Bagian utara

berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Sukoharjo Provinsi Jawa

Tengah dan bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan

Samudera Indonesia. Adapun bagian barat berbatasan dengan

Kabupaten Bantul dan Sleman (Provinsi DIY) dan bagian timur berbatasan

dengan Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis

Kabupaten Gunungkidul terbentang pada 7°15¹ hingga 8°09¹ lintang

selatan dan 110°21¹ hingga 110°50¹ Bujur Timur. Wilayah kabupaten ini

berada pada ketinggian 0 hingga 700 meter di atas permukaan air laut

dengan topografi bervariasi mulai pantai, dataran, hingga lereng dan

berbukit-bukit. Kabupaten Gunungkidul mempunyai luas wilayah 1485,36

km², yang meliputi 18 kecamatan, 144 desa, 1.431 dusun, 1.431 RW dan

6.959 RT. Kabupaten ini memiliki 2 rumah sakit, 29 puskesmas dan 1.457

Posyandu. Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2007

sebanyak 685.206 terdiri dari perempuan sebanyak 349.789 dan laki-laki

sebanyak 335.417 jiwa (BPS, 2007).

Wilayah Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunungkidul sebagian

besar merupakan daerah lereng bukit dengan luas wilayah 73,87 Km²,

dengan jumlah penduduk 28.264 jiwa. Iklim wilayah ini terdiri dari dua

musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dimana pada musim

kemarau ada daerah-daerah tertentu kekurangan air. Wilayah ini berada

pada ketinggian 134,13 m dari permukaan laut. Kecamatan Nglipar terdiri

dari tujuh desa yaitu Kedungkeris, Nglipar, Pengkol, Kedungpoh,

Pilangrejo dan Natah. Batas wilayah Kecamatan Nglipar adalah wilayah

Page 46: Tesis Annie.pdf

35

utara berbatasan dengan Kecamatan Ngawen, wilayah barat berbatasan

dengan Kecamatan Gedang Sari, wilayah selatan berbatasan dengan

Kecamatan Wonosari dan wilayah timur berbatasan dengan Kecamatan

Karangmojo.

Proses penelitian dilakukan setelah mendapat izin dari Kepala

Kantor Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten

Gunungkidul Nomor: 322/KPPTSP/X/2008 pada tanggal 28 Oktober 2008

(surat terlampir). Jumlah sampel yang diperoleh kasus 50 orang dan

kontrol 50 orang sehingga total sampel 100 orang. Sampel diambil dari

seluruh desa yang ada di Kecamatan Nglipar.

2. Analisis Data Kuantitatif

a. Deskriptif Responden

Karekteristik responden dan orang tua responden pada kelompok

yang menikah dini dan tidak menikah dini diperoleh melalui analisis

univariabel seperti pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden dan orang tua

pada subjek penelitian

Karakteristik Subyek Penelitian Kasus Kontrol Total

n=50 % n=50 % n=10

0 %

Pendidikan responden Rendah (Tidak sekolah, SD, SLTP) Tinggi (SLTA, Akademi, PT)

44 6

88 12

30 20

60 40

74 26

74 26

Jumlah saudara kandung Banyak (≥ 3 orang) Sedikit (< 3 orang)

26 24

52 48

31 19

62 38

57 43

57 43

Status ekonomi orang tua Rendah Tinggi

37 13

74 26

24 26

48 52

61 39

61 39

Pendidikan orang tua Rendah (Tidak sekolah, SD, SLTP) Tinggi (SLTA, Akademi, PT)

38 12

76 24

26 24

52 48

64 36

64 36

Pekerjaan orang tua Petani Sektor Lain

39 11

78 22

24 26

48 52

63 37

63 37

Persepsi orang tua Setuju Tidak Setuju

32 18

64 36

29 21

58 42

61 39

61 39

Page 47: Tesis Annie.pdf

36

Tabel 3 menunjukan bahwa pendidikan responden baik yang

menikah dini maupun tidak sebagian besar (74%) hanya lulus sekolah

menengah kebawah atau berpendidikan rendah. Jumlah saudara kandung

yang dimiliki responden dan masih hidup pada saat responden

memutuskan untuk menikah secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan

yang cukup jauh, yaitu 57 orang responden yang memiliki saudara

kandung lebih dari tiga orang dan 43 orang yang memiliki saudara

kandung kurang dari tiga kurang. Yang menarik adalah pada kelompok

kasus sebagian besar responden memiliki saudara kandung lebih dari tiga

orang ada 26 orang (52%), sedangkan yang memiliki saudara kandung

kurang dari tiga orang ada 24 orang (48%). Status ekonomi orang tua

responden sebagian besar adalah rendah (61%). Pada kelompok kasus,

status ekonomi keluarga rendah sebesar 76% sedangkan pada kelompok

kontrol 48%. Frekuensi tingkat pendidikan orang tua responden

menunjukan sebagian besar adalah lulusan sekolah menengah kebawah

(berpendidikan rendah) yaitu sebanyak 64 orang (64%). Secara

keseluruhan pekerjaan orang tua responden sebagian besar adalah

bekerja pada sektor pertanian (63%). Pada kelompok kontrol, prosentase

pekerjaan orang tua responden antara sektor pertanian dan sektor lain

tidak banyak terdapat perbedaan yaitu 48% dan 52%. Adapun variabel

persepsi seluruh orang tua responden terhadap pernikahan sebagian

besar (61%) setuju dengan adanya pernikahan dini.

b. Analisis Bivariabel

Analisis bivariabel merupakan analisis yang dilakukan untuk

melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas (status ekonomi

keluarga) dan variabel terikat (usia menikah). Selain itu juga untuk melihat

hubungan atau interaksi antara variabel luar (pendidikan orang tua,

pekerjaan orang tua, jumlah saudara kandung dan persepsi orang tua)

dengan variabel terikat dan variabel luar terhadap variabel terikat. Uji

statistik yang digunakan adalah chi-square (χ²), pada tingkat kemaknaan

Page 48: Tesis Annie.pdf

37

p<0,05 dan perhitungan Odds Ratio (OR) dengan confidence interval CI

95%.

Nilai chi-square (χ²) digunakan untuk mengukur kekuatan

hubungan antara dua variabel, nilai p dipakai untuk melihat ada tidaknya

kemaknaan hubungan. Bila p<0,05 maka berarti ada hubungan yang

bermakna, sebaliknya bila nilai p>005 hubungan dianggap tidak

bermakna. Odds Ratio (OR) digunakan untuk melihat keeratan hubungan

antara variabel dengan batas confidence interval CI 95%. Bila OR<1

dengan CI 95% tidak melewati 1 maka paparan dianggap protektif, OR>1

dengan CI 95% lebih dari 1 maka paparan dianggap memiliki faktor risiko.

1). Analisis Hubungan Status Ekonomi Keluarga, Pendidikan Orang Tua, Pekerjaan rang Tua, Jumlah Saudara Kandung dan Persepsi Orang Tua terhadap Usia Menikah

Hasil analisis dalam tabel 4 menunjukan bahwa status ekonomi

keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan usia menikah

(χ²=7,10; p=0,00) dengan nilai OR sebesar 3,1; 95%CI=1,23-7,84.

Status ekonomi keluarga yang rendah mempunyai risiko untuk

terjadinya pernikahan dini 3,1 kali dibandingkan dengan kelompok

yang tidak menikah dini. Pendidikan orang tua mempunyai nilai

OR=2,9 pada rentang 95%CI=1,15-7,56 dan nilai χ²=6,25; p=0,01, artinya pendidikan orang tua yang rendah berisiko 2,9 kali terjadinya pernikahan dini dibandingkan yang tidak menikah dini. Nilai OR pekerjaan orang tua 3,8 (95%CI=1,48-10,14), χ²=9,65 dan p=0,00, artinya pekerjaan orang tua pada sektor pertanian beresiko 3,8

terjadinya pernikahan dini. Jadi dalam penelitian ini pendidikan orang

tua dan pekerjaan orang tua mempunyai hubungan yang bermakna

dengan pernikahan dini.

Page 49: Tesis Annie.pdf

38

Variabel jumlah saudara kandung secara statistik tidak ada

hubungan yang bermakna dengan usia pernikahan. Variabel jumlah

saudara kandung memiliki nilai OR 1,5 pada rentang 95%CI=0,63-3,61 dan nilai χ²=1,02; p=0,31. Begitu pula dengan variabel persepsi orang tua secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna dengan pernikahan dini (χ²=0,38; p=0,54), nilai OR 0,8 dalam rentang 95%CI=0,32-1,87. Tabel 4. Analisis Chi-square status ekonomi keluarga, pendidikan

orangtua, pekerjaan orang tua dan jumlah saudara kandung terhadap usia menikah

Variabel

Menikah dini

n =50(%)

Menikah tidak dini

n=50(%)

χχχχ2

p OR

95% CI

Status ekonomi keluarga Rendah 37(74) 24(48) 7,10 0,00 *3,1 1,23-7,84 Tinggi 13(26) 26(52)

Pendidikan orang tua Rendah 38(76) 26(52) 6,25 0,01 *2,9 1,15-7,56 Tinggi 12(24) 24(48)

Pekerjaan orang tua Sektor pertanian 39(78) 24(48) 9,65 0,00 *3,8 1,49-10,15 Sektor lainnya 11(22) 26(52)

Jumlah saudara kandung Banyak 26(52) 31(62) 1,02 0,31 1,5 0,63-3,61 Sedikit 24(48) 19(38)

Persepsi orang tua Setuju 32(64) 29(58) 0,38 0,54 0,8 0,32-1,87 Tidak Setuju 18(36) 21(42)

Keterangan:

χ²(1) : Chi Square dengan derajad bebas 1

p : p value OR : Odds Ratio 95% CI : 95% Confidence Interval * : Signifikan

Page 50: Tesis Annie.pdf

39

2). Hubungan Pendidikan Orang Tua, Pekerjaan Orang Tua, JumlahSaudara Kandung dan Persepsi Orang Tua terhadap Status Ekonomi Keluarga

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara variabel luar (pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah

saudara kandung dan persepsi orang tua) dengan variabel bebas

(status ekonomi keluarga) yang dilakukan melalui uji statistik dengan

melihat nilai p-value. Informasi lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 5

berikut:

Tabel 5. Analisis Chi-square pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah saudara kandung dan persepsi orang tua terhadap

status ekonomi keluarga

Variabel

Status ekonomi keluarga χχχχ

2

p OR

95% CI Rendah

n (%)

Tinggi

n (%)

Pendidikan orang tua Rendah 41(67,21) 23(58,97) 0,70 0,40 1,4 0,56-3,54 Tinggi 20(32,79) 16(41,03)

Pekerjaan orang tua Sektor pertanian 43(70,49) 20(51,28) 3,77 0,05 2,3 0,90-5,68 Sektor lainnya 18(29,51) 19(48,72)

Jumlah saudara kandung Banyak 32(52,46) 25(64,10) 1,32 0,25 1,6 0,66-4,03 Sedikit 29(47,54) 14(35,90)

Persepsi orang tua Baik 37(60,66)

24(61,54) 0,01 0,93 1,04 0,42-2,58

Kurang 24(39,34) 15(38,46)

Keterangan:

χ²(1) : Chi Square dengan derajad bebas 1

n : jumlah responden p : p value OR : Odds Ratio 95% CI : 95% Confidence Interval * : Signifikan

Hasil analisis pada tabel 5 didapatkan nilai p-value lebih dari

0,05 (p=>0,05) sehingga variabel-variabel tersebut tidak satu pun yang

berpengaruh terhadap variabel status ekonomi keluarga. Dapat dilihat

Page 51: Tesis Annie.pdf

40

pada variabel pendidikan orang tua yang memilki nilai OR=1,4 terletak

pada rentang 95%CI=0,56-3,54 dan nilai χ²=0,70; p=0,40 dan

pekerjaan orang tua memiliki OR=2,3 rentang 95%CI=0,90-5,68 dan

nilai χ²=3,77; p=0,05. Begitu pula dengan variabel jumlah saudara

kandung memiliki OR=1,6 yang berada pada rentang 95%CI=0,66-

4,03 dengan nilai χ²=1,32 dan p=0,25) dan persepsi orang tua memiliki

nilai χ²=0,01; p=0,93 dan nilai OR=1,04 dengan rentang 95%CI=0,42-

2,58. Dengan demikian setelah dilakukan penghitungan secara statistik

tidak satu pun variabel luar (pendidikan orang tua, pekerjaan orang

tua, jumlah saudara kandung dan persepsi orang tua) yang

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel bebas (status

ekonomi keluarga).

c. Analisis Multivariabel

Analisis multivariabel dilakukan untuk melihat hubungan antara

variabel bebas (status ekonomi keluarga) dengan variabel terikat (usia

keputusan menikah) setelah mengontrol variabel luar (pendidikan

orang tua, pekerjaan orang tua, pengeluaran orang tua, jumlah

saudara kandung dan persepsi orang tua). Uji hipotesis yang

digunakan adalah analisis regresi logistik dengan tingkat kemaknaan

p<0,05. Koefisien Determinasi (R2) untuk menunjukkan seberapa jauh

variabel bebas dapat memprediksi variabel terikat, semakin besar nilai

R2 semakin baik variabel bebas memprediksi variabel terikat. Pada

analisis multivariabel hanya variabel yang bermakna dari analisis

bivariabel yang akan dianalisis.

Hasil uji interaksi antara variabel usia menikah dengan variabel

jumlah saudara kandung pada analisis bivariabel menunjukan tidak

bermaka (OR=1,5; 95%CI=0,63-3,60; dan nilai χ²=1,02; p=0,31).

Page 52: Tesis Annie.pdf

41

Begitu pula dengan variabel persepsi orang tua tidak ada hubungan

bermakna dengan usia nikah (OR=0,7; 95%CI=0,23-2,39; dan χ²=0,27; p=0,60), sehingga variabel jumlah saudara kandung dan persepsi

orang tua tidak perlu diikutsertakan dalam model regresi logistik.

Hasil analisis multivariabel disajikan dalam rangkuman tabel 6

sebagai berikut:

Tabel 6. Analisis Regresi Logistik Hubungan status ekonomi keluarga

dengan usia menikah setelah mengontrol pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua dengan usia nikah

Variabel Model 1

OR Model 2

OR Model 3

OR Model 4

OR

Status ekonomi keluarga Rendah *3,1 *3,0 *2,6 *2,6 Tinggi (1,32-7,14) (1,27-7,18) (1,10-6,37) (1,07-6,44)

Pendidikan orang tua Rendah *2,8 *2,5 Tinggi (1,18-6,92) (0,97-6,03)

Pekerjaan orang tua Sektor pertanian *3,4 *3,1 Sektor lainnya (1,39-8,28) (1,24-7,75)

R² 0,052 0,093 0,096 0,137 Deviance 131,42 125,74 125,34 119,59 N 100 100 100 100 Keterangan : * = Signifikan p<0,05 OR: Odds Ratio CI: Confidence Interval R²: Koefisien determinasi

Analisis Model 1

Model 1 dibangun untuk mengetahui hubungan status ekonomi

keluarga dengan usia keputusan menikah tanpa menyertakan variabel

lain. Hasil analisis memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna

antara status ekonomi keluarga dengan usia, dengan nilai OR 3,1 dalam

rentang 95%CI = 1,32-7,14, dan nilai p=0,00. Berdasarkan analisis

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa status ekonomi yang rendah

berisiko 3,1 kali terjadi pernikahan dini. Nilai koefisien determinasi

(R²)=0,052 menggambarkan status ekonomi keluarga dapat memprediksi

Page 53: Tesis Annie.pdf

42

pernikahan usia dini sebesar 5,2%. Terdapat 96,4% faktor lain yang

menyebabkan pernikahan dini tetapi tidak termasuk dalam penelitian ini.

Analisis Model 2

Model 2 dibangun untuk mengetahui hubungan status ekonomi

keluarga dengan usia nikah setelah menyertakan variabel pendidikan

orang tua. Pendidikan orang tua dalam analisis bivariabel mempunyai

potensi untuk berinteraksi dengan usia nikah. Hasil analisis menunjukan

hubungan antara status ekonomi keluarga dengan usia nikah setelah

mengontrol variabel pendidikan orang tua ternyata tidak mengalami

perubahan yang berarti, dimana pada variabel status ekonomi keluarga

diperoleh nilai OR 3,0 terletak pada rentang 95%CI=1,27-7,1 dengan nila

p=0,01. Terjadi peningkatan nilai koefisien determinasi (R²)=0,093 jika

dibandingkan model 1 artinya bahwa variabel status ekonomi keluarga

dapat mempengaruhi pernikahan dini sebesar 9,3% setelah mengontrol

variabel pendidikan orang tua. Ada sebanyak 90,7% faktor lain yang

menyebabkan pernikahan dini yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Analisis Model 3

Model 3 dibangun untuk mengetahui seberapa besar hubungan

status ekonomi keluarga dan usia nikah dengan memasukan variabel

pekerjaan orang tua yang disertakan dalam analisis. Hasil analisis

menunjukan pekerjaan orang tua memiliki hubungan yang bermakna

terhadap usia nikah dengan OR 2,6 (95%CI=1,10-6,37) ini berarti status

ekonomi keluarga yang rendah meningkatkan risiko terjadinya pernikahan

dini 2,6 kali dibandingkan pernikahan tidak dini. Rentang CI menunjukan

bahwa dipercaya OR=2,6 terletak pada rentang 95%CI=1,10-6,37 pada

populasi terjangkau. Perubahan nilai koefisien determinasi (R²) pada

model 3 tidak begitu besar yaitu 0,096 maksudnya variabel status

ekonomi keluarga mempengaruhi pernikahan dini sebesar 9,6% setelah

mengontrol variabel pekerjaan orang tua. Faktor lain yang menyebabkan

pernikahan dini yang tidak termasuk dalam penelitian ini adalah sebanyak

90,4%.

Page 54: Tesis Annie.pdf

43

Analisis Model 4

Model 4 dibangun untuk mengetahui hubungan usia nikah dengan

status ekonomi keluarga dengan mengikut sertakan variabel pendidikan

orang tua, pekerjaan orang tua secara bersama-sama. Hasil analisis

menunjukan nilai OR tidak mengalami perubahan namun tetap memiliki

hubungan yang bermakna. Hubungan usia pernikahan dengan status

ekonomi keluarga memiliki nilai OR=2,6 (95%CI=1,07-6,44), ini artinya

status ekonomi keluarga yang rendah meningkatkan risiko terjadinya

pernikahan dini dibandingkan pernikahan tidak dini. Rentang CI

menunjukan bahwa kita percaya OR=2,6 terletak pada rentang

95%CI=1,07-6,44 pada populasi terjangkau. Nilai koefisien determinasi

pada model ini adalah 0,137, yang artinya bahwa variabel status ekonomi

keluarga dapat memprediksi terjadinya pernikahan dini setelah mengontrol

variabel pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua sebesar 13,7%

sedangkan 86,4% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

Setelah menganalisa dari keempat model tersebut di atas, model 1

dan model 2 memenuhi prinsip parsimoni (sederhana dan efisien) dalam

menggambarkan hubungan status ekonomi keluarga danpernikahan dini.

Model 2 menggambarkan hubungan status ekonomi dan pernikahan dini

dengan menyertakan variabel pendidikan orang menunjukan

kebermaknaan secara praktis dan statistik. Dari keempat model tersebut

di atas, dapat diketahui bahwa model yang baik adalah model 4. Pada

model 4 menunjukan variabel pekerjaan, pendidikan orang tua dan

pekerjaan orang tua orang mempunyai hubungan yang bermakna secara

praktis dengan pernikahan dini. Variabel status ekonomi, pendidikan

orang tua dan pekerjaan orang tua memiliki pengaruh 13,7% pada

pernikahan dini.

Page 55: Tesis Annie.pdf

44

3. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dengan cara wawancara mendalam

dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi data kuantitatif serta mencari

faktor apa yang menyebabkan remaja memutuskan untuk menikah di usia

dini. Wawancara mendalam dilakukan kepada responden yang menikah

dini dan tidak menikah dini masing-masing 2 orang, orang tua responden

yang menikah dini dan tidak menikah dini masing-masing 2 orang, 1 orang

tokoh agama, 2 orang tokoh masyarakat, 1 orang petugas KUA dan 1

orang pembuat kebijakan. Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti

didampingi satu orang asisten untuk membantu menterjemahkan bahasa

Jawa yang sebagian besar digunakan oleh responden. Hasil analisis

wawancara mendalam sebagai berikut:

Menurut Bogue (1968) perkawinan umur muda (early marriage)

yaitu pernikahan pada usia 18-19 tahun. BKKBN (2004) menganjurkan

pria menikah setelah berumur 25 tahun dan wanita setelah berumur 20

tahun. Sebagian besar responden berpendapat bahwa yang

dimaksudkan dengan pernikahan usia dini adalah pernikahan yang

dilakukan oleh wanita dibawah usia 18 tahun dan laki-laki di bawah usia

20 tahun. Hampir seluruh responden menikah yang diwawancarai

memberikan batasan usia menikah dini untuk perempuan 18 tahun dan

laki-laki 20 tahun.

Nikah dini itu menurut saya ya umur 18an untuk perempuan kalau laki-laki ya umur 20. (SF, 03-12-2008) Kalau perempuan 18 tahun kebawah, kalau laki-laki dibawah 20 tahun. (PR, 26-11-2008)

Sebagian besar responden menganggap usia 18 tahun ke bawah

adalah termasuk menikah dini tapi masih banyak dari mereka yang

menikah di bawah usia tersebut. Mereka mengganggap bahwa menikah

dini sudah hal yang biasa dan bukan hal yang tabu di Nglipar.

Page 56: Tesis Annie.pdf

45

Menurut Hanum (1997) pernikahan dini dipengaruhi oleh banyak

faktor salah satunya adalah norma keagamaan, adat, kebiasaan, nilai dan

peraturan yang berlaku dimasyarakat. Dahulu perkawinan pada

masyarakat Jawa sangat di pengaruhi oleh power orang tua yang begitu

kuat. Orang tua sangat berperan dalam menentukan jodoh bagi anak

perempuannya. Perjodohan orang tua pada jaman dahulu menyetujui

pernikahan dini dengan alasan memilihkan pasangan hidup untuk

anaknya. Biasanya orang tua akan memperhatikan dan

mempertimbangkan bobot (kekayaan, pendidikan), bibit (keturunan baik)

dan bebet (perilaku dan akhlak) dari calon pendamping anaknya.

Kalau jaman dahulu pernikahan dini orang tua mencarikan jodoh untuk anaknya dengan melihat bibit, bobot dan bebet....tapi kalau sekarang pernikahan dini...karena penurunan norma...karena kasus (BRD, 28-11-2008).

Pernikahan dini sering dijumpai di daerah-daerah miskin atau di

daerah pedesaan. Salah satu penelitian di Jawa Tengah mengungkapkan

bahwa keterbatasan ekonomi dan rendahnya penghasilan menyebabkan

orang tua jarang menyekolahkan anaknya sampai ketingkat yang lebih

tinggi. Orang tua berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan

keluarganya, sehingga orang tua jarang mendorong anaknya untuk terus

bersekolah (Bintarto, 1987). Sama halnya dengan kenyataan yang ada di

Nglipar bahwa status ekonomi orang merupakan menjadi alasan sebagian

besar responden menyebabkan terjadinya pernikahan dini. Rendahnya

status ekonomi keluarga sehingga tidak dapat menyekolahkan anaknya

lebih lanjut. Kondisi tersebut membuat anak merasa kasian pada orang

tua dan enggan melanjutkan sekolahnya sehingga memutuskan untuk

menikah dini.

saya cuma lulusan SD mba...jadi ya kerjanya hanya bisa tani untuk hidupin keluarga ya kemampuannya saya cuma ya, pas-pasan..(SB, 27-11-2008) karena orang tua tidak mampu...untuk meneruskan...paling tidak sampai sltp mereka sekolah...”( SPK, 28-11-2008)

Page 57: Tesis Annie.pdf

46

Menurut Hanum (1997) keadaan ekonomi yang orang tua dan

minimnya biaya penunjang kelanjutan pendidikan berakibat banyak anak

remaja yang putus sekolah. Mereka yang tidak ingin segera menikah

cenderung memilih bekerja untuk menghasilkan uang dengan melakukan

migrasi keluar dari tempat tinggalnya. Namun karena keterbatasan

pendidikan menyebabkan mereka hanya dapat bekerja sebagai

pramuwisma (pembantu rumah tangga), pelayan warung makan, pelayan

warung kelontong, buruh industri rumah tangga dan berjualan kecil-kecilan

di pasar.

Ada sebagian responden yang tidak dapat melanjutkan pendidikan,

hanya lulus sekolah menengah pernah migran untuk bekerja. Sebagian

besar mereka bekerja sebagai pelayan toko, pembantu rumah tangga,

pelayan warung makan dan karyawan di perusahaan katering/jasa boga.

Hal ini dilakukan karena melihat kondisi orang tua yang serba pas-pasan

membuat mereka berkeinginan untuk membantu ekonomi keluarganya.

Kota yang menjadi tujuan mereka adalah Jakarta, Bekasi, Yogjakarta,

Klaten dan Solo.

menurut saya faktor nomor satu itu faktor ekonomi...mereka yang putus sekolah kemudian pada pergi migran .(BRD, 28-11-2008) mereka itu kebanyakan…setelah lulus dari smp terutama, slta itu udah nggak bisa pada meneruskan sekolah. Terus pergi ke kota.(SPK, 28-11-2008) Singh and Samara (1996) mengemukakan bahwa pernikahan dini

berhubungan dengan perkembangan sosial ekonomi. Perkembangan

sosial ekonomi membawa banyak perubahan di masyarakat mulai dari

industrialisasi, urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, perkembangan

transportasi dan teknologi. Lebih lanjut Hanum (1997) menjelaskan bahwa

perkembangan sosial ekonomi yang terjadi mempengaruhi perubahan

pola pergaulan ke arah yang lebih terbuka. Kebabasan bergaul remaja

yang menjurus pada hubungan seksual di luar perkawinan. Gubhaju

(2002) mengungkapkan bahwa menerima prilaku seks dikalangan remaja

dan kehamilan pra nikah banyak dilakukan remaja di Asia. Mereka

Page 58: Tesis Annie.pdf

47

percaya bahwa seks sebelum nikah akhirnya akan bermuara pada

pernikahan.

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pembangunan di

Indonesia dirasakan pula oleh masyarakat di Nglipar. Jalan penghubung

antara desa-desa yang ada di Kecamatan Nglipar dengan ibu kota

Kabupaten sudah di aspal. Jarak desa yang ada di Nglipar ke ibu kota

Kabupaten bervariasi yaitu Kedungkeris 7,20 km, Nglipar 10,40 km,

Pengkol 14,70 km, Kedungpoh 14,50 km, Katongan 16,50 km, Pilangrejo

17,50 km dan Natah 20,60 km. Untuk mencapai bu kota kabupaten

biasanya penduduk menggunakan motor atau kendaraan umum. Alat

transportasi umum mulai beroperasi mulai pukul 5 pagi hingga pukul 5

sore.

Berdasarkan data BPS 2007, masyarakat miskin di Nglipar ada

61,54% atau 4.739 kepala keluarga. Hasil pengamatan peneliti selama di

lapangan sebagian besar penduduk Nglipar memiliki telepon seluler

sebagai sarana komunikasi dan motor sebagai alat transportasi walaupun

mereka hidup serba kekurangan. Hal ini merupakan akibat dari

perkembangan sosial ekonomi yang terjadi di Nglipar. Perkembangan

tersebut berdampak pada perubahan pola pergaulan ke arah yang lebih

terbuka. Dengan adanya sarana informasi dan transformasi tersebut,

remaja yang putus sekolah dan tidak memiliki kegiatan sering membuat

janji untuk bertemu dengan pacarnya di dalam maupun luar rumah.

Kebebasan bergaul remaja menjurus pada hubungan seksual di luar

perkawinan menjadi fenomena perubahan pola pergaulan. Kasus

kehamilan sebelum menikah sering terjadi, ini bertanda bahwa hubungan

seks bebas yang menyertai pergaulan muda-mudi di Nglipar.

apalagi sekarang banyak montor, wong putri mbonceng...adanya handphone...tetangga saya itu hanya hanphone-handphonan, halo.halo..kenal, ketemu..akhirnya dia itu menjadi jodohnya. Padahal kalau dilihat masih dibawah umur...” (SPK, 28-11-2008) adanya pergaulan bebas dan sebagainya, yang saat ini anak-anak muda itu pada ngetrend namanya anak perempuan seneng

Page 59: Tesis Annie.pdf

48

kekancan karo sing lanang walaupun masih dibawah umur...akibatnya hamil kan harus dinikahkan” ( BW, 5-12-2008) Menurut Nargis (2006), kebiasaan, adat istiadat dan norma yang

berlaku dalam masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar

dengan perkawinan. Lebih lanjut Sarwono (1986) menjelaskan bahwa

lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh pada remaja dalam

perkembangan kematangan seksualnya. Pengaruh lingkungan merupakan

interaksi antara individu dengan lingkungan keluarga dan lingkungan

masyarakat. Mobilitas yang terjadi di Nglipar berdampak pada penurunan

norma-norma dikalangan orang-orang yang seharusnya menjadi panutan

bagi remaja. Perselingkuhan banyak terjadi di kalangan orang tua, guru,

tokoh agama, tokoh masyarakat. Perilaku yang tidak baik tersebut pada

akhirnya banyak ditiru oleh remaja dalam bentuk pergaulan bebas yang

berakibat pada kehamilan dan pernikahan dini.

penurunan norma orang dewasa ada sekmen petani, ada sekmen guru, sekmen pegawai negeri, sekmen pengusaha...diperparah lagi oleh lingkungan, dalam tanda kutip perangkat desa, tokoh masyarakat bahkan tokoh agama, guru agama yang selingkuh banyak di gunungkidul...nah, gejala dunia perselingkuhan berat di dusun saya.... bisa menghitung orang yang tidak selingkuh...”( BRD, 28-11-2008)

Nurwati (2003) menyatakan bahwa faktor sosial budaya sangat

berpengaruh pada terjadinya pernikahan dini. Latar belakang kebiasaan

setempat sangat berpengaruh pada pola perkawinan negara-negara di

Asia Tenggara termasuk Indonesia (Jones, 1987). Dalam masyarakat

Nglipar terdapat suatu kebiasaan yang mempengaruhi terjadinya

perkawinan dini yaitu tukup. Tukup merupakan salah satu peraturan tidak

tertulis di Nglipar yaitu berlakunya batas waktu berkunjung bagi tamu dari

desa lain. Apabila dilanggar akan mendapat peringatan. Namun jika

peringatan sudah dua kali dilanggar maka harus segera dinikahkan.

disini ada yang namanya tukup. Misalnya anak saya kedatangan orang misalnya bolak-balik, keterusan waktunya sudah melampaui batas, biasanya diperingatkan. diberitahu…Nek iso ki jam semene

Page 60: Tesis Annie.pdf

49

kudu bali..(Jam segini kalau bisa harus pulang) kalau melanggar, beberapa kali diingatkan..melanggar...harus di kawin (DS, 28-11-2008) Selain itu ada masyarakat Nglipar memiliki suatu kebiasaan, jika

anak mereka sudah bertunangan maka diperbolehkan tinggal satu rumah.

Masyarakat beranggapan jika sudah tunangan maka pernikahan pasti

akan segera terlaksana. Apabila pertunangan terputus maka pihak laki-

laki terkena denda yang telah disepakati

di Nglipar terutama. Kalau sudah tunangan. sudah tukar cincin, itu satu rumah sudah nggak masalah. ..”(NL, 2-12-2008) kalau sudah tukar cincin...tunangan gitu boleh nginap..karna kan kalau udah tunangan terus jarak tunangan ke nikah nggak lama...”(PR, 26-11-2008) Rumah tangga pasangan remaja yang menikah dini rentan akan

konflik rumah tangga yang disebabkan oleh ketidakdewasaan atau

emosional pasangan dalam menghadapi masalah. Ketidaksiapan

memasuki dunia perkawianan menambah masalah dan beban bagi orang

tua dan keluarga misalnya ketidakmampuan ibu remaja mengurus anak

(Nargis, 2006). Hal tersebut nampak pada responden di Nglipar.

Ketidaksiapan remaja yang menikah dini berdampak pada

ketidakharmonisan keluarga yang berakibat pada percecokan dan

perceraian. Anak yang dilahirkan sering sakit karena orang tua remaja

belum mengerti bagaimana merawat anak dengan baik. Mereka yang

menikah dini pada umumnya tinggal bersama dengan orang tuanya.

Beban ekonomi orang tua bertambah dengan kehadiran anggota baru

dalam keluarga yaitu cucu dan menantu. Keluarga baru yang menikah dini

pada umumnya belum bekerja sehingga belum dapat membiayai

keluarganya sendiri.

Kadang-kadang terjadi perselisihan, terus nanti gejolak ekonomi, gejolak kerukunan dan sebagainya. Jadi, permasalahannya akan ada saja, emosi, cemburuan seperti itu jelas rumah tangganya akan tidak terasa harmonis. (SPK, 28-11-2008). tanggungjawabnya orang tua, apalagi kan jadi tambah mantu, tambah cucu.(SPD, 28-11-2008)

Page 61: Tesis Annie.pdf

50

Konsekuensi dari pernikahan dini adalah tingginya angka fertilitas

yang berdampak pada masalah kependudukan. Wanita yang menikah dini

mempunyai waktu yang panjang untuk hamil dan memiliki anak. Dalam

Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 7 ditentukan bahwa

batas umur diizinkannya perkawinan adalah jika sekurang-kurangnya

pihak laki-laki telah berusia 19 tahun dan pihak wanita 16 tahun.

Ketentuan ini secara tidak langsung menjadi alat pembenar untuk

dilaksanakan pernikahan dini (Hanum, 1997).

Pengetahuan mengenai batas usia pernikahan untuk wanita

dikatakan dini, sebagian besar responden mengatakan usia dibawah 19

tahun. Dalam UU Perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 6 dan 7 disebutkan

bahwa perkawinan seseorang yang berumur di bawah 21 tahun harus

mendapat izin orang tua dan batas diizinkannya suatu perkawinan itu jika

pihak laki-laki sekurang-kurangnya mencapai usia 19 tahun dan pihak

perempuan sekurang-kurangnya 16 tahun.

Usia 16 tahun untuk wanita ditinjau dari segi kesehatan belum

berada dalam usia reproduksi yang sehat. Menurut Konvensi Hak Anak

dan UU No. 23/2002 tentang perlindungan anak bahwa setiap anak yang

belum berusia 18 tahun berhak memperolah perlindungan kesehatan.

Selain itu UU No.23/1992 pasal 4 tentang Kesehatan, UU No 23/2002

pasal 44 tentang Perlindungan Anak, UU No. 7/1984 pasal 12 tentang

Pengesahan CEDAW, UU No. 39/1999 pasal 49 tentang Hak Asasi

Manusia secara khusus melindungi hak yang dimiliki perempuan terhadap

fungsi kesehatan reproduksinya.

Berdasarkan hasil Konferensi Internasional Kependudukan dan

Pembangunan (ICPD) di Kairo 1994 ada 12 hak-hak reproduksi. Ada 11

hak-hak reproduksi bagi remaja yang dianggap paling dominan dan

secara sosial dan budaya dapat diterima di Indonesia yaitu: hak

mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi, hak

mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi, hak

untuk kebebasan berfikir tentang kesehatan reproduksi, hak untuk bebas

Page 62: Tesis Annie.pdf

51

dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari

perlosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual, hak

mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait

dengan kesehatan reproduksi, hak untuk menentukan jumlah anak dan

jarak kelahiran, hak untuk hidup (hak untuk dilindungi dari kematian

karena kehamilan dan proses melahirkan), hak atas kebebasan dan

keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksi, hak atas kerahasiaan

pribadi dengan kehidupan reproduksinya, hak membangun dan

merencanakan keluarga, hak atas kebebasan berkumpul dan

berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

dan hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan

berkeluarga dan kehidupan reproduksi.

Dengan demikian maka hak kesehatan reproduksi remaja telah

dilindungi oleh undang-undang, namun pada kenyataannya pernikahan

dini masih banyak terjadi khususnya di pedesaan. Jadi pemerintah harus

tegas karena undang-undang perkawinan yang masih berlaku sampai

saat ini bertentangan dengan konvensi internasional yang telah disepakai

bersama termasuk Indonesia.

adanya pertentangan antara undang-undang perlindungan anak dan undang-undang pernikahan. Ini dari segi perlindungan anak, sekian ini masih dalam pengawasan orang tua kok dilain pihak itu ada undang-undang yang membolehkan.(TWR, 30.-11-2008) Pemenuhan hak reproduksi bagi remaja belum sepenuhnya

diperoleh oleh remaja, sehingga permasalahan remaja masih sangat

kompleks. Remaja putus sekolah rentan terhadap masalah kesehatan

reproduksi

Peran aparat desa dan petugas KUA sangat penting dalam

mencegah terjadinya pernikahan dini. Berdasarkan keterangan informan,

biasanya untuk mempermudah proses perijinan bagi calon pengantin yang

akan menikah dan usianya belum mencukupi, maka usia calon pengantin

tersebut dituakan.

Page 63: Tesis Annie.pdf

52

Harus ketat, kalau belum sampai umur atau belum genap umurnya paling tidak boleh ngijabke banyak dituakan..umurnya.(SK, 25-11-2008)

Kasus pernikahan dini perlu diatasi karena dampaknya banyak

merugikan baik untuk remaja, orang tua maupun masyarakat. Salah satu

cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan-

penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi kepada orang tua dan

remaja. Penyuluhan dapat diberikan pada pertemuan-pertemuan rutin

yang dilakukan baik tingkat RT, RW, Desa maupun Kecamatan. Dengan

demikian orang tua diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada

remajanya tentang bahaya pernikahan dini. Orang tua harus memperketat

pengawasan kepada remaja agar tidak terjerumus kedalam pergaulan

bebas yang berdampak pada kehamilan dan pernikahan dini. Para remaja

yang putus sekolah sebaiknya diberi kegiatan berupa pelatihan

keterampilan sebagai bekal masa depannya. Pernikahan dini merupakan

permasalahan yang kompleks, sehingga harus ditangani dari berbagai

faktor yaitu kesehatan, agama, ekonomi, sosial dan pendidikan. Sehingga

dalam mengatasi permasalah remaja kesehatan reproduksi remaja

termasuk pernikahan dini, diperlukan kerjasama berbagai pihak atau lintas

sektoral.

harus dibangun kerjasama lintas sektoral, lintas ormas, lintas partai, memberikan yg terbaik, pendidikan terbaik bagi masyarakat itu....Jadi program2 pemerintah itu memang harus sinergis lintas skbd,..lintas dinas...(BRD, 28-11-2008)

B. PEMBAHASAN

Status ekonomi keluarga yang digambarkan dalam distribusi

frekuensi responden pada tabel 3 menunjukan sebagian besar responden

memiliki status ekonomi keluarga yang rendah (61%). Nampak adanya

perbedaan yang cukup menarik antara status ekonomi keluarga rendah

dan tinggi pada kelompok kasus yaitu 76% dan 26%. Hasil analisis

Page 64: Tesis Annie.pdf

53

bivariabel pada tabel 4 penelitian ini membuktikan bahwa status ekonomi

keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan usia pernikahan.

Hubungan tersebut dapat diketahui dari nilai OR 3,1 yang terdapat pada

rentang 95%CI 1,23-7,84 dan nilai p=0,00. Dapat disimpulkan bahwa

status ekonomi keluarga rendah memiliki risiko 3,1 kali terjadinya

pernikahan dini dibanding tidak menikah dini.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Oyortey & Pobi (2003)

pernikahan dini erat kaitannya dengan kemiskinan ditandai dengan

pendapatan yang rendah. Penelitian yang dilakukan Hanum (1997)

tentang pernikahan dini pada masyarakat Jawa yang tinggal di Bengkulu

menyatakan bahwa ekonomi dan kemiskinan memberikan andil bagi

berlangsungnya pernikahan usia dini. Masyarakat yang menikahkan

anaknya pada usia dini adalah masyarakat miskin yang tandai dengan

pendapatan yang rendah. Kondisi tempat tinggal yang kurang memadai

yaitu rumah berdinding kayu yang rapuh, lantai tanah, atap seng dan tidak

memiliki perabot rumah tangga.

Berdasarkan pengamatan peneliti, kondisi masyarakat di Nglipar

tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat Jawa yang ada di

Bengkulu sebagaimana di gambarkan Hanum di atas. Dimana kondisi

ekonomi keluarga di Nglipar rendah atau miskin. Berdasarkan data BPS

jumlah keluarga miskin di Nglipar 61,54% dari total keluarga yang ada.

Mereka kebanyakan tinggal di bangunan yang semi permanen.

Ketidakmampuan orang tua menyebabkan banyak remaja yang tidak

melanjutkan sekolah dan memutuskan untuk menikah dini.

Distribusi frekuensi responden pada tabel 3 menggambar

pendidikan responden mayoritas (74%) adalah berpendidikan sekolah

menengah kebawah. Kelompok responden yang menikah dini memiliki

prosentase yang tertinggi yaitu 88%. Pendidikan orang tua responden

sebagian besar (64%) adalah berpendidikan rendah. Pada kelompok

kasus, pendidikan orang tua responden mayoritas (78%) berpendidikan

rendah. Pada hasil analisis Chi-square tabel 4 menggambarkan

Page 65: Tesis Annie.pdf

54

pendidikan orang tua mempunyai hubungan yang bermakna dengan

pernikahan dini. Hubungan yang bermakna ini dapat diketahui dari nilai

OR=2,9 pada rentang CI95%=1,15-7,56 dan nilai p=0,01. Dapat dijelaskan

bahwa pendidikan orang tua yang rendah berisiko 2,9 kali terjadinya

pernikahan dini.

Menurut Suprapto et al. (2004) pendidikan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang dengan pendidikan tinggi

seseorang akan lebih mudah menerima atau memilih suatu perubahan

yang lebih baik. Notoatmojo (1997) menyatakan pendidikan merupakan

proses belajar untuk mencapai suatu perubahan yang lebih baik pada diri

individu, kelompok dan masyarakat. Tingkat pendidikan menggambarkan

tingkat kematangan kepribadian seseorang dalam merespon lingkungan

yang dapat mempengaruhi wawasan berpikir.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Choe et al. (2001) di Indonesia dan Nepal yang menyatakan bahwa

pendidikan orang tua berpengaruh pada waktu pernikahan

anaknya.Tingkat pendidikan orang tua yang tinggi memungkinkan waktu

pernikahan anaknya kearah yang lebih dewasa. Orang tua yang

berpendidikan dapat menerima nilai-nilai moderen dan memberikan

kebebasan pada anak mereka untuk memilih pendamping hidupnya dan

waktu kapan akan menikah. Sama halnya dengan pendapat Ravanera &

Rajulton (2005) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua

yang lebih tinggi, lebih berhasil menunda pernikahan di usia dini.

Data BPS menunjukan bahwa pendidikan kepala rumah tangga

miskin di Kabupaten Gunungkidul 95,81% hanya berpendidikan SD

kebawah, 3,51% berpendidikan SLTP dan 0,67% berpendidikan SLTA ke

atas. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kepala tumah tangga miskin

mayoritas berpendidikan rendah (99,32%). Pendidikan rendah yang

dimaksud peneliti adalah adalah mereka hanya berpendidikan Sekolah

lanjutan pertama bawah. Hasil pengamatan peneliti menunjukan

Page 66: Tesis Annie.pdf

55

sebagian besar orang tua responden di Kecamatan Nglipar berpendidikan

rendah.

Dari hasil penelitian di Nglipar mengenai pekerjaan orang tua pada

distribusi frekuensi responden tabel 3 menunjukan sebagian besar (63%)

orang tua bekerja pada sektor pertanian. Pada kelompok kasus, orang tua

responden yang menikah dini mayoritas (78%) bekerja pada sektor

pertanian. Lebih lanjut di jelaskan dari hasil analisis Chi-square pada tabel

4 menunjukan bahwa ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan

pernikahan dini. Hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai OR=3,8 pada

rentang CI95%=3,8 dan nilai p=0,00. Dari hasil analisis tersebut dapat

dijelaskan bahwa responden yang memiliki orang tua yang bekerja pada

sektor pertanian berisiko 3,8 kali terjadinya pernikahan dini.

Hasil penelitian ini didapat sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Choe et al. (2004) di Nepal, mengemukakan pekerjaaan orang tua erat

kaitannya dengan status ekonomi keluarga. Status ekonomi keluarga yang

tinggi akan lebih sedikit menerima pernikahan di usia dini. Menurut

Adioetomo (1987) perkawinan dalam masyarakat Indonesia berhubungan

dengan status ekonomi dan pola pekerjaan.

Penelitian yang dilakukan Sampoerno dan Azwar (1987)

menyatakan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di

pedesaan dengan pencaharian utama pada sektor pertanian. Mata

pencaharian erat kaitannya dengan pola perkawinan pada usia muda.

Menurut Nurwati (2003) luas lahan pertanian yang dimiliki orang tua dapat

menunjukan tinggi rendahnya status ekonomi orang tua. Tinggi rendahnya

satus sosial ekonomi orang tua sangat menentukan usia menikah anak

perempuannya.

Berdasarkan data BPS (2007) Kabupaten Gunungkidul penduduk

miskin banyak tinggal di wilayah pegunungan, bekerja pada sektor

pertanian dan memiliki tempat tinggal semi permanen. Sebagian besar

penduduk Nglipar tinggal di daerah lereng bukit dengan sumber

penghasilan terbesar dari sektor pertanian dan tinggal dalam bangunan

Page 67: Tesis Annie.pdf

56

bukan permanen. Dari hasil pengamatan peneliti selama penelitian

mayoritas masyarakat Nglipar bekerja pada sektor pertanian. Lahan yang

dimiliki masing-masing rumah tangga tidak terlalu luas. Hasil pertanian

hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini

menandakan sebagian besar penduduk Nglipar memiliki status ekonomi

yang rendah sehingga orang tua tidak dapat menyekolahkan anaknya libih

lanjut. Anak yang putus sekolah memutuskan menikah dini untuk

meringankan beban orang tua.

Jumlah saudara kandung responden pada distribusi frekuensi

responden (tabel 3) mengambar lebih dari separuh (57%) responden

memiliki jumlah saudara kandung lebih dari tiga orang. Hasil analisis Chi-

square pada tabel 4 menunjukan bahwa jumlah saudara kandung tidak

ada hubungan dengan pernikahan dini, karena mempunyai nilai OR=1,5

dalam rentang 95%CI=0,63-3,60 dan nilai χ²=1,02; p=0,31.

Hasil ini bertolakbelakang dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hanum (1997) remaja puteri yang menikah pada usia dini banyak berasal

dari keluarga besar. Keluarga besar maksudnya memiliki anak lebih dari 2

orang. Dengan keadaan ekonomi orang tua yang serba terbatas dan

adanya sikap apatis, pasrah pada nasib dan keadaan menyebabkan

mereka putus sekolah dan akhirnya dinikahkan pada usia relatif muda.

Hasil pengamatan peneliti, responden yang memliki jumlah saudara

kandung lebih dari tiga orang dan kurang dari tiga orang memiliki

perbedaan yang tidak banyak yaitu 52% dan 48%. Ketidak mampuan

ekonomi keluarga mengakibatkan orang tua tidak mampu menyekolahkan

anak kejenjang yang lebih tinggi. Informan mengatakan bahwa banyak

remaja yang putus sekolah dan menganggur setiap hari hanya jalan-jalan,

bergosip, berkumpul dengan teman-temannya. Pergaulan remaja menjadi

tidak terkontrol oleh orang tua dan masyarakat setempat sehingga

mengarah pada pergaulan bebas yang berdampak pada kehamilan dan

pernikahan dini.

Page 68: Tesis Annie.pdf

57

Persepsi orang tua tentang pernikahan pada tabel 3 menunjukan

bahwa sebagian besar orang tua (61%) setuju dengan adanya pernikahan

dini. Hasil analisis menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara

varaibel persepsi orang tua tentang pernikahan dengan pernikahan dini.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis Chi-square pada tabel 4

menunjukan nilai OR=0,8 dalam rentang 95%CI=0,32-1,87 dan nilai χ²=0,38; p=0,54. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

Nurwati (2003) menyatakan bahwa perkawinan usia muda pada suku

Jawa dilatarbelakangi oleh power orang tua. Pernyataan ini diperkuat oleh

pendapat Kusujiarti (1995) bahwa perkawinan muda pada wanita Jawa di

pedesaan dipengaruhi oleh peran orang tuanya. Penelitian dilakukan

Hanum (1997) pada masyarakat Jawa di Bengkulu, bahwa nilai budaya

lama yang menganggap bahwa menstruasi merupakan tanda telah

dewasanya seorang anak gadis masih dipercaya orang tua. Subiantoro

(2002) menyatakan bahwa pernikahan dini masih banyak didasarkan

perjodohan.

Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Vue (2000)

menyatakan persepsi responden terhadap pernikahan dini sebesar 80%

tidak menyetujui penikahan dini karena dampak yang kurang

menguntungkan remaja. Terputusnya pendidikan, konflik rumah tangga

dan kehamilan remaja yang berisiko. Sama halnya yang dilakukan

Gubhaju (2002) dalam penelitian di beberapa negara di Asia,

mengungkapkan bahwa masyarakat di beberapa negara di Asia sedikit

banyak telah menerima prilaku seks dikalangan remaja dan kehamilan pra

nikah. Mereka percaya bahwa seks sebelum nikah bermuara pada

pernikahan. Remaja putera cenderung melakukan hubungan seksual

pertama kali karena rasa ingin tahu atau hanya untuk senang-senang.

Page 69: Tesis Annie.pdf

58

Sebaliknya remaja puteri melakukan hubungan seksual sebelum menikah

karena alasan cinta dan mengaitkan dengan pernikahan.

Informan menyatakan bahwa di Nglipar, dahulu budaya yang ada

di masyarakat mengganggap bahwa ada suatu kebanggaan kalau anak

perempuan cepat menikah. Mereka berharap dengan pilihan orang tua

akan memenuhi syarat-syarat bibit (keturunan siapa), bobot (pendidikan,

kekayaan) dan bebet (perilaku dan akhlak). Pernikahan dini yang terjadi di

Kecamatan Nglipar saat ini disebabkan kasus pergaulan bebas remaja

yang berdampak pada kehamilan remaja. Orang tua yang anaknya sudah

hamil segera menikahkan anaknya karena malu dengan tetangga dan

masyarakat sekitarnya.

Hasil analisis multivariabe model 1 pada tabel 6 yang menjelaskan

bahwa status ekonomi keluarga memiliki hubungan yang signifikan

dengan pernikahan dini dengan nilai OR 3,1 pada rentang 95%CI 1,32-

7,14. Nilai koefisien determinasi (R²)=0,052 artinya status ekonomi

keluarga dapat memprediksi terjadinya pernikahan dini sebesar 5,2%.

Terdapat 96,4% faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya pernikahan

dini. Hasil penelitian ini sesuai dengan peneltian yang dilakukan oleh

Krishnan (2004) di India menyatakan bahwa pernikahan dini banyak

terjadi pada gadis remaja yang status ekomomi orang tuanya rendah.

Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah UNICEF

(2000), menyatakan bahwa orang tua beranggapan bahwa anak

perempuan merupakan beban ekonomi dan perkawinannya sebagai

usaha untuk mempertahankan kehidupan keluarga. Demikian juga

penelitian yang dilakukan Adhikari (1996) menyatakan bahwa penyebab

pernikahan usia dini adalah karena rendahnya pendapatan keluarga.

Penelitian lain yang dilakukan Choe et al. (2004) di Nepal mengemukakan

bahwa status ekonomi orang tua yang tinggi akan lebih sedikit menerima

pernikahan di usia dini.

Pada model 2 analisis multivariabel (tabel 6) menggambarkan

bahwa status ekonomi keluarga memiliki pengaruh terhadap pernikahan

Page 70: Tesis Annie.pdf

59

dini setelah dikontrol pendidikan orang tua. Digambarkan bahwa status

ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pernikahan dini sebesar 9,3%

(nilai R²=0,093) setelah mengontrol variabel pendidikan orang tua. Hasil

penelitian serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Choe et al.

(2001) di Indonesia dan Nepal bahwa pendidikan orang tua berpengaruh

terhadap waktu pernikahan anaknya. Pernikahan dini banyak terjadi pada

kelompok masyarakat yang memiliki ekonomi rendah. Nargis (2006)

mengatakan bahwa latar belakang keluarga yang relatif miskin dengan

pendidikan orang tua yang relatif rendah dan pendapatan keluarga yang

minim berpengaruh pada terjadinya pernikahan dini.

Pada model 3 analisis multivariabel tabel 6 dijelaskan bahwa status

ekonomi keluarga mempengaruhi terjadinya pernikahan dini sebesar 9,6%

setelah mengontrol variabel pekerjaan orang tua. Sebagaimana dijelaskan

oleh Choe et al. (2001) bahwa pernikahan dini banyak terjadi pada

masyarakat yang bekerja pada sektor agrikultural atau pertanian dalam

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Pada analisis multivariabel model 4 digambarkan bahwa status

ekonomi keluarga dapat memprediksi terjadinya pernikahan dini sebesar

13,7% setelah dikontrol oleh variabel pendidikan orang tua dan pekerjaan

orang tua. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Williams (1990) pada

masyarakat Jawa menggambarkan bahwa pendidikan orang tua yang

lebih baik akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang

lebih baik sehingga ekonomi keluarga akan menjadi lebih baik. Keadaan

orang tua tersebut akan berdampak pada penundaan usia pernikahan

anaknya. Latar belakang kehidupan keluarga sangat mempengaruhi

pernikahan seseorang. Keluarga relatif miskin dengan pendapatan yang

cukup minim dan pendidikan yang relatif rendah sangat berpengaruh pada

terjadinya pernikahan dini (Nargis, 2006).

Malhitra (1997) mengatakan bahwa orang tua di daerah Jawa

terutama di pedesaan memliki status ekonomi yang rendah. Penduduknya

mayoritas bekerja pada sektor pertanian dan berpendidikan rendah.

Page 71: Tesis Annie.pdf

60

Situasi seperti ini sangat menentukan terjadinya pernikahan dini.

Dijelaskan pula oleh Choe et al. (2001) bahwa pendidikan orang tua

sangat mempengaruhi kondisi ekonomi keluarganya. Orang tua yang

memiliki pendidikan rendah akan memiliki status ekonomi yang rendah

pula. Pada umumnya orang tua yang demikian akan menikahkan anaknya

pada usia dini.

Sukamdi (2005) menjelaskan bahwa sebagian besar penduduk

Kabupaten Gunungkidul yang berusia 10 tahun keatas memiliki

pendidikan yang rendah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jumlah penduduk

yang tidak sekolah atau belum tamat SD sebanyak 47,7%, SD (28%) dan

SLTP (15,0%). Pada umumnya pendidikan rendah banyak terdapat pada

penduduk yang miskin. Data BPS (2007) menunjukan penduduk miskin di

kecamatan Nglipar berjumlah 4.739 KK atau 61,54% dari jumlah KK yang

ada (7.700 KK). Pendidikan kepala rumah tangga miskin di Kabupaten

Gunungkidul terdiri dari 95,81% berpendidikan SD kebawah, 3,51%

berpendidikan SLTP dan 0,67% berpendidikan SLTA ke atas. Jadi dapat

di simpulkan bahwa mayoritas kepala rumah tangga miskin di Nglipar

hanya berpendidikan rendah. Penduduk Nglipar rata-rata tinggal di rumah

tidak layak huni yaitu rumah tinggal yang lantainya terbuat dari

tanah/bambu/kayu murahan atau dinding rumah terbuat dari

bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah. Kabupaten Gunungkidul terdapat

90,74 % rumah tangga miskin yang tinggal di rumah yang tidak layak huni.

Kualitas bagunan masyarakat yang tinggal di Nglipar mayoritas bukan

permanen.

Penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul banyak tinggal di

wilayah pegunungan, bekerja pada sektor pertanian. Sebagian besar

penduduk Nglipar tinggal di daerah lereng bukit dengan sumber

penghasilan terbesar dari sektor pertanian dan tinggal dalam bangunan

bukan permanen. Dari hasil pengamatan peneliti selama penelitian

mayoritas masyarakat Nglipar bekerja pada sektor pertanian. Lahan yang

Page 72: Tesis Annie.pdf

61

dimiliki masing-masing rumah tangga tidak terlalu luas. Hasil pertanian

hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Kemiskinan masyarakat di Nglipar merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan tingginya pernikahan usia dini. Orang tua yang

memiliki pendidikan yang rendah (lulusan sekolah menengah ke bawah)

hanya dapat bekerja pada sektor pertanian. Ekonomi keluarga yang serba

pas-pasan menyebabkan orang tua tidak dapat menyekolahkan anaknya

sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi ekonomi orang tua yang serba

kekurangan mengakibatkan anak memutuskan untuk berhenti sekolah.

Hal ini mereka dilakukan untuk meringankan beban orang tuanya.

Responden yang status ekonomi keluarganya rendah tetapi mereka tidak

menikah dini ada 24 orang (48%). Mereka memutuskan untuk pindah

kekota mencari pekerjaan sesuai dengan pendidikan dan kemampuannya.

Keputusan ini diambil untuk meringankan beban orang tua. Pada

umumnya mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga, penjaga

toko, pelayan rumah makan atau pelayan pada perusahaan jasa boga.

Biasanya mereka bekerja untuk membantu orang tua dan tabungan untuk

menikah. Mereka yang bekerja ini yang menunda perkawinan sampai usia

yang cukup dewasa.

Hasil penelitian ini masih ada sebagian kecil orang tua yang

memiliki status ekonomi tinggi (26%) memiliki pendidikan tinggi (24%) dan

bekerja di luar sektor pertanian (22%) anaknya masih menikah dini.

Menurut Nargis (2005) seiring dengan adanya globalisasi dan meluasnya

informasi, remaja usia dibawah 19 tahun memiliki perilaku beresiko seperti

hubungan seks pra nikah. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan

dan penjelasan dari informan kemajuan teknologi yang terjadi di Indonesia

berdampak pula pada masyarakat di Nglipar. Meskipun sebagian besar

masyarakat Nglipar termasuk miskin, tetapi rata-rata dari mereka memiliki

telepon seluler sebagai sarana komunikasi dan motor sebagai alat

transportasi. Menurut penjelasan salah seorang informan, remaja banyak

yang memanfaatkan sarana tersebut untuk berkenalan dengan lawan

Page 73: Tesis Annie.pdf

62

jenisnya. Setelah saling berkenalan mereka membuat kesepakatan untuk

bertemu di suatu tempat. Aktifitas seperti ini banyak dilakukan oleh remaja

yang putus sekolah dan tidak memiliki kegiatan atau bekerja. Akibatnya

pergaulan remaja mulai tidak dapat terkontrol dan sulit untuk diawasi oleh

orang tua. Pergaulan remaja mulai mengarah pada pergaulan bebas yang

berdampak pada kehamilan dan pernikahan remaja.

Menurut Krishnan (2004), kondisi sosio kultural yang ada dalam

masyarakat berpengaruh pada terjadinya pernikahan dini. Lebih lanjut

dijelaskan oleh Malhotra (1997) bahwa tradisi budaya dan etnis

mempengaruhi pernikahan di Indonesia dan Nepal. Choe et al. (2001)

dalam penelitiannya di Indonesia dan Nepal, juga mengatakan hal serupa

bahwa pernikahan pada usia dini terjadi karena adanya efek dari tradisi

budaya yang berlaku dalam komunitas setempat.

Masyarakat Nglipar memiliki kebiasaan yang disebut dengan tukup.

Awalnya tukup dibuat untuk mengontrol pergaulan remaja. Dimana remaja

yang berasal dari lain desa memiliki batas waktu berkunjung kerumah

pacarnya. Apabila melewati batas waktu akan diberi peringatan, jika

peringatan yang sudah diberikan masih dilanggar maka masyarakat akan

mentukup atau mengawinkan pasangan remaja tersebut. Untuk

menghidari hukuman dari tukup tersebut maka banyak remaja yang

melakukan pertemuan di luar rumah. Kegiatan ini menyulitkan orang tua

dan masyarakat mengawasi pergaulan anaknya. Akibatnya banyak remaja

yang melakukan pergaulan bebas sampai pada hubungan seksual yang

berdampak pada kehamilan. Ada beberapa responden yang menikah dini

disebabkan karena kehamilan sebelum menikah.

Selain tradisi dan adat setempat setempat, norma yang berlaku

dalam suatu masyarakat juga berpengaruh pada usia nikah pertama.

Pesatnya kemajuan informasi tehnologi sebagai media informasi sangat

dirasa oleh remaja sebagai suatu kebutuhan pada abad ini. Masuknya

arus globalisasi dan gaya hidup moderen telah banyak berpengaruh pada

keluarga Indonesia umumnya termasuk keluarga Jawa. Perubahan ini

Page 74: Tesis Annie.pdf

63

secara perlahan merubah gaya hidup dan bergeser dari tata nilai tradisi

mereka (Nargis, 2006).

Berdasarkan informasi dari informan mengatakan bahwa

perselingkuhan banyak terjadi di Nglipar. Perselingkuhan terjadi pada

berbagai lapisan masyarakat dari guru, PNS, petani, tokoh agama, tokoh

masyarakat dan guru agama. Mereka semua yang menjadi panutan bagi

remaja, malah memberikan contoh yang kurang baik. Situasi seperti ini

memicu remaja melakukan pergaulan bebas yang berdampak pada

kehamilan dan pernikahan dini.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa sebagian orang tua (58%) pada

kelompok yang menikah tidak dini berpendapat setuju dengan pernikahan

dini. Mereka berpendapat bahwa pernikahan dini yang dilakukan pada

zaman dulu dapat berjalan dengan baik sampai saat sekarang. Budaya

yang ada di masyarakat mengganggap bahwa ada suatu kebanggaan

kalau anak perempuan cepat menikah. Mereka berharap dengan pilihan

orang tua akan memenuhi syarat-syarat bibit (keturunan siapa), bobot

(pendidikan, kekayaan) dan bebet (perilaku dan akhlak). Pada

kenyataannya di Nglipar kebanyakan dari mereka setelah menikah masih

tinggal dengan orang tua perempuan. Usia yang masih relatif muda dan

pendidikan yang mereka miliki rata-rata adalah rendah hanya lulusan

sekolah menengah sehingga mereka banyak yang mengganggur.

Kebanyakan dari mereka menikah karena hamil terlebih dahulu. Keadaan

tersebut menambah beban orang tua terutama beban ekonomi semakin

bertambah karena harus menanggung anak, menantu dan cucunya.

Terkadang anak-anak yang dilahirkan oleh ibu remaja rentan terhadap

penyakit dan memiliki gizi yang buruk.

Sebagaimana dikemukakan Furstenberg (1976), perkawinan dan

kehamilan pada usia muda berdampak pada ketidakstabilan kehidupan

berumah tangga, krisis keluarga, terputusnya kelanjutan sekolah, masalah

mengasuhan anak dan problema ekonomi. Lebih lanjut di jelaskan oleh

Hanum (1997) bahwa wanita usia belasan tahun dapat hamil dan

Page 75: Tesis Annie.pdf

64

melahirkan namun usia ini bukan merupakan masa reproduksi yang sehat,

karena secara medis dan sosial psikologis belum cukup matang untuk

mengasuh anak dan tidak baik untuk bereproduksi.

Perkawinan usia remaja berdampak pada rendahnya kualitas

keluarga. Keadaan ini disebabkan karena ketidaksiapan remaja secara

psikis dalam menghadapi persoalan sosial maupun ekonomi rumah

tangga. Selain itu ketidaksiapan mental untuk membina perkawinan dan

menjadi orang tua yang bertanggung jawab berisiko pada kegagalan

perkawinan. Pernikahan dini berdampak pula pada kehamilan usia dini

yang berisiko terhadap kematian ibu karena ketidaksiapan calon ibu

remaja dalam mengandung dan melahirkan bayinya. Kehamilan usia dini

berisiko juga pada terjadinya pengguguran kehamilan yang dilakukan

secara ilegal dan tidak aman secara medis sehingga berakibat pada

komplikasi aborsi. Angka kehamilan usia remaja yang mengalami

komplikasi aborsi berkisar antara 38 sampai 68% (Wilopo, 2005).

Kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal pada remaja

dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada saat persalinan,

nifas dan bayinya. Alasan medis lain dari kehamilan remaja adalah

kemungkinan terjadinya keguguran, preeklamsia, eklamsia, kesulitan

persalinan, prematur, BBLR, kanker leher rahim, fistula vesikovaginal dan

fistula retrovaginal Muadz et al (2008).

Ada sebagian orang tua responden (64%) pada kelompok

responden yang menikah dini berpendapat setuju dengan pernikahan dini.

Orang tua pada kelompok ini adalah orang tua yang anaknya putus

sekolah dan tidak bekerja. Kegiatan mereka hanya jalan-jalan atau

bertemu dengan kawan-kawannya. Kasus kehamilan sebelum menikah

yang banyak terjadi di Nglipar mengakibatkan orang tua merasa was-was

dan takut kalau terjadi pada anaknya. Oleh karena itu orang tua yang

anaknya sudah memiliki pasangan dan merasa cocok segera dinikahkan

walaupun usianya masih belum dewasa. Hal ini disebabkan karena orang

tua tidak mau menanggung malu jika anaknya hamil sebelum menikah.

Page 76: Tesis Annie.pdf

65

Pergaulan bebas remaja yang berdampak pada pernikahan dini

dalan penelitian ini disebabkan karena minimnya pengetahuan remaja dan

orang tua tentang kesehatan reproduksi. Upaya yang dilakukan oleh

pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan tersebut belum

maksimal. Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja hanya diberikan

setahun sekali yaitu pada saat tahun ajaran baru. Selain itu di Kecamatan

Nglipar belum terbentuk PIK-KRR yang dapat membantu mengatasi

permasalahan remaja khususnya kesehatan reproduksi, sehingga

kehamilan remaja dan pernikahan dini dapat dicegah.

Page 77: Tesis Annie.pdf

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan pada penelitian dan hasil analisis serta

pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pernikahan dini di Kecamatan Nglipar disebabkan oleh status ekonomi

keluarga yang rendah, yang ditandai dengan pendapatan keluarga

yang cukup minim. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya

pernikahan dini di Nglipar adalah pendidikan orang tua yang relatif

rendah (maksimum lulusan SLTP) dan pekerjaan orang tua pada

sektor pertanian. Sedangkan jumlah saudara kandung dan persepsi

orang tua tentang pernikahan secara statistik terbukti tidak memiliki

hubungan yang bermakna dengan pernikahan dini.

2. Status ekonomi keluarga yang rendah menyebabkan banyak remaja

yang memutuskan tidak melanjutkan sekolah. Sebagian dari

responden yang putus sekolah, ada yang memutuskan untuk bekerja

di kota dan ada pula yang mengganggur. Perkembangan informasi dan

teknologi yang belum siap diterima oleh masyarakat Nglipar, kasus

peselingkuhan banyak terjadi di berbagai golongan masyarakat, serta

kurangnya sosialisasi dan penyuluhan bagi remaja yang putus sekolah

dan mengganggur tentang kesehatan reproduksi berakibat banyak

remaja yang terjerumus kedalam pergaulan bebas yang berdampak

pada kehamilan remaja dan pernikahan dini.

3. Sebagian besar informan menyatakan bahwa rumah tangga pasangan

remaja yang menikah dini, rentan akan konflik rumah tangga yang

disebabkan karena ketidakdewasaan atau emosional dalam

menghadapi masalah. Selain itu anak yang dilahirkan oleh ibu remaja

juga rentan terhadap penyakit dan gizi yang buruk. Hal ini disebabkan

karena mereka belum siap untuk merawat dan mengasuh anaknya.

Page 78: Tesis Annie.pdf

65

Situasi tersebut menambah beban orang tua karena pasangan yang

menikah dini setelah menikah mereka tinggal bersama orang tuanya.

4. Adanya kesenjangan antara undang-undang yang mengatur

perkawinan tentang ketentuan usia menikah dengan undang-undang

perlindungan anak dan konvensi hak-hak anak serta kesepakatan

internasional yang telah disepakati Indonesia. Masih ada petugas KUA

yang memanipulasi data usia remaja yang akan menikah, dengan

tujuan agar mempermudah proses perijinan pernikahan.

B. Saran

1. Perlu adanya upaya peningkatan pendapatan ekonomi keluarga untuk

mencegah terjadinya pernikahan dini melalui bantuan pemerintah

setempat, khususnya bagi masyarakat miskin. Dalam upaya tersebut,

pemerintah setempat dapat bekerjasama antara lain dengan BKKBN

dalam program UPPKS (Usaha Penambahan Pendapatan Keluarga

Sejahtera), Dinas Sosial dalam program USEP (Usaha Ekonomis

Produktif), TP PKK dalam program UP2K (Usaha Peningkatan

Perekonomian Keluarga) dan LSM/LSOM yaitu memberikan bantuan

modal usaha bagi masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidup

keluarganya. Hal ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

status ekonomi keluarga agar dapat mencegah terjadinya pernikahan

dini.

2. Perlu meningkatkan kesempatan belajar atau memfasilitasi

pelaksanaan wajib belajar 9 tahun bagi keluarga yang tidak mampu

dengan maksud agar remaja usia sekolah (10-17 tahun) dapat

menikmati pendidikan. Dengan keberlangsungan pendidikan remaja

sampai tingkat yang lebih tinggi dapat meningkatkan usia kawin

pertama.

3. Perlu adanya peningkatan pelatihan dan kesempatan kerja sebagai

upaya menanggulangi masalah remaja putus sekolah dan

Page 79: Tesis Annie.pdf

66

pengangguran agar mereka dapat memiliki penghasilan di hari depan

saat berumah tangga. Dengan demikian dapat mencegah terjadinya

pergaulan bebas di kalangan remaja yang berakibat pada kehamilan

dan pernikahan dini.

4. Perlu dibentuk PIK-KRR di Kecamatan Nglipar sebagai wadah bagi

remaja untuk memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi.

Diharapkan dengan adanya PIK-KRR dapat mengatasi permasalahan

remaja yang ada dan mencegah pergaulan bebas dikalangan remaja.

Dengan demikian maka kehamilan remaja dan pernikahan dini dapat

dicegah.

5. Perlu meningkatkan peran aktif keluarga, tokoh masyarakat, tokoh

agama sebagai panutan remaja dan LSM serta LSOM dalam mendidik

dan membimbing remaja untuk tidak melakukan pernikahan dini.

6. Bagi pemerintah pusat, perlu adanya peninjauan kembali undang-

undang perkawinan No.1 tahun 1974 sebagai peraturan formal yang

membenarkan wanita dalam usia remaja (16 tahun). Penjelasan

undang-undang tersebut memberi peluang bagi masyarakat untuk

bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku. Bagi petugas KUA agar

lebih ketat dalam menerima pendaftaran pernikahan dengan

melampirkan persyaratan yang telah ditentukan berupa akte kelahiran,

kartu keluarga dan kartu tanda penduduk. Petugas agar tidak

memanipulasi usia nikah untuk mencegah terjadinya pernikahan dini.

7. Bagi peneliti selanjutnya tidak membatasi waktu penelitian agar lebih

mengetahui budaya, norma ataupun tradisi setempat serta

membedakan kondisi tempat tinggal responden berdasarkan topografi

(pegunungan, dataran, pinggir pantai, desa maupun kota).

Page 80: Tesis Annie.pdf

67

DAFTAR PUSTAKA Adhikari, R.K. (1996) Early marriage and childbearing: risk and

consequences. In Bott, S., Jejeebhoy, S. & Shah, I. Ed. Towards adulthood: exploring the sexual and reproductive health of adolescents in South Asia. Geneva: World Health Organization (WHO), Department of Reproductive Health and Research.

Adioetomo & Moertiningsih, S. (1987) Pola perkawinan di beberapa

daerah di Jawa Barat. Naskah dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmiah Kependudukan. Bandung: Pusat Studi Kependudukan Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran.

Amabile, T. & Hastorf, A. (1976) Social psychology. London: Collier

Macmillan Publishers. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (2004) Remaja hari ini

adalah pemimpin masa depan. Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Macro (2007) Survei demografi dan

kesehatan Indonesia 2006-2007. Calverton, Maryland USA: ORC Macro.

BPS (2007) Gunungkidul dalam angka. Yogyakarta. Bintarto (1987) Usia kawin muda dan permasalahannya di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Jakarta: The Indonesian Public Health Association.

Bogue, D.J. (1968) Principles of demography. New York: John Wiley and

Sons. Budioro, B. (1978) Pola perkawinan, kelahiran dan kematian penduduk

Kota Madya Semarang 1975 sample survey. Semarang: Universitas Diponegoro.

Chariroh (2004) Faktor yang mempengaruhi tingkat perkawinan dan

perceraian suami isteri usia muda di Pasuruan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Choe, M. K., Thapa, S. & Achmad, S. (2001) Early marriage and

childbearing in Indonesia and Nepal: East-West Center Working Papers, Population Series, 108(15): 1-30.

Page 81: Tesis Annie.pdf

68

Choe, M. K., Thapa, S. & Mishra, V. (2005) Early marriage and early motherhood in Nepal. J Biosoc Sci, 37(2): 143-162.

Chowdhury, F.D. (2004) The socio-cultural context of child marriage in a

Bangladeshi village. Int J Soc Welfare, 13(3): 244 –253. Cochran, W.G. (1997) Sampling techniques (3rd ed). New York: John

Wiley & Sons. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Badan Pusat

Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2006) Profil rumahtangga fakir miskin-miskin Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (pendaftaran fakir miskin). Yogyakarta.

Effendy, N. (1998) Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. II ed.

Jakarta: EGC. Furstenberg, F.F. (1976) The social consequences of teenage

parenthood. Fam Plan Perspec, 8(4):148-166. Geertz, H. (1983) Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Pers. Goodee, J.W. (1983) Sosiologi keluarga. Jakarta: PT Bina Aksara. Gordon, C.P. (1996) Adolescent decision making: a broadly based theory

and its application to the prevention of early pregnancy. Adolescence, 31(123): 561-584.

Grogger, J. & Bronars, S. (1993) The socioeconomic consequences of

teenage childbearing: findings from a natural experiment. Fam Plann Perspect, 25(4), 156-161, 174.

Gubhaju, B.B. (2002) Adolesecent reproductive health in Asia. Asia Pac

Popul J, 17(4):97-119. Hanum, S.H. (1997) Perkawinan usia belia.Yogyakarta: kerjasama Pusat

Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada dengan Ford Foundation Yogyakarta Universitas Gadjah Mada.

Jones, G.W. (1987) Faktor sosial budaya dalam kaitannya dengan pola

perkawinan di beberapa negara Asean. Naskah di presentasikan pada pertemuan ilmiah kependudukan: Pola perkawinan di beberapa daerah di Jawa Barat. Bandung: Pusat Studi Kependudukan, Universitas Pandjadjaran.

Page 82: Tesis Annie.pdf

69

Kartika, S. (2002) Profil perkawinan perempuan di Indonesia. Jurnal Perempuan, 2(22):57-67.

Krishnan, S. (2004) Adolescent girls and marriage decision-making in

India: questions of competency, choice and consent. Indian J Med Ethics, 1-3.

Kusujiarti, S. (1995) Hidden power in gender relations among Indonesians:

case study in Javanese village, Indonesia. Lexington, Kentucky: University of Kentucky.

Listyaningsih, U. (2004) Dinamika kemiskinan di Yogyakarta.Yogyakarta:

Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada kerjasama dengan Partnership for Economic Growth (PEG), USAID.

Malhotra, A. (1997) Gender and the timing of marriage: rural-urban

differences in Java. J Marriage Fam, 59, (2): 434-450. McKinney, J.P., Fitzgerald, H.E. & Strommen, E.,A. (1982) Development

psychology the adolescent and young adult. Illinois: The Dorsey Press.

Muadz, M.M., Fathonah, S., Sapri, E.A, & Moeliono, L. (2008)

Pendewasaan usia perkawinan dan hak-hak reproduksi bagi remaja Indonesia, Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Munajat, N. (2000) Risiko reproduksi remaja, tim sahabat remaja PKBI

DIY. Cetakan II. Yogyakarta: Lentera Sahaja. Nargis (2006) Keluarga: perannya dalam mencegah kehamilan usia

remaja (10-19 tahun). Warta Demografi, 36(3):39-45. Nawal, M.N. (2006) Health consequences of child marriage in Africa.

Emerg Infect Dis,12(11):1644-1649. Notoatmodjo, S. (1997) Ilmu kesehatan masyarakat, prinsip-prinsip dasar.

Jakarta: Rineka Cipta. Nurwati, N. (2003) Review Hasil studi tentang perkawinan dan perceraian

pada masyarakat Jawa Barat. Jurnal Kependudukan Padjadjaran, 5 (2):59-67.

Page 83: Tesis Annie.pdf

70

Oyortey, N. & Pobi, S. (2003) Early marriage and proverty. Gen Dev, 11(2):42-51.

Rahman, M.M. & Kabir, M. (2005) Do adolescents support early marriage

in Bangladesh? evidance from study. J Nepal Med Assoc, 44(159):73-78.

Ravanera, Z.R & Rajulton, F. (2005) Changes in economic status and

timing of marriage of young Canadians, Paper presented at the Conference of the Federation of Canadian Demographers on longitudinal studies and demographic challenges of the 21st century,November 18-19, 2005, Canada, Université de Montréal. Population Studies Centre University of Western Ontario London N6A 5C2, 05-18.

Sakidjo (2001) Faktor penentu penyebab kemiskinan berkepanjangan di

Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Media Informasi Penelitian, 167(25):73-83.

Sampoerno, D. & Azwar, A. (1982) Pengaruh perkawinan dan kehamilan

pada wanita muda usia. Naskah dipresentasikan dalam seminar – lokakarya ikatan ahli kesehatan masyarakat Indonesia (IAKMI). Jakarta.

______ (1987) Early age of marriege and pregnancy among women in

Indonesia. Jakarta: The Indonesian Public Health Association. Sarwono, S.W. (1986) Seksual & fertilitas remaja. Jakarta: kerjasama CV

Rajawali dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).

Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2002) Dasar-dasar metodologi penelitian

klinis. Jakarta: Sagung Seto. Schesselman, J.J. (1982) Case control studies. Design, conduct, analysis.

New York: Oxford University Press. Shawky, S. & Milaat, W. (2000) Early teenage marriage and subsequent

pregnancy outcome. East Mediterr Health J, 6(1):1-7. Singh, S. & Samara, R. (1996) Early marriage among women in

developing countries. Fam Plan Perspect, 22(4):148-157 & 175. Subiantoro, B.E. (2002) Perempuan dan perkawinan: sebuah pertaruhan

eksistensi diri. Jurnal Perempuan. 2(22):7-17.

Page 84: Tesis Annie.pdf

71

Sukamdi (2005) Pembangunan manusia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi, 16(1): 39-60.

Suprapto, A., Pradono, J. & Hapsari, D. (2004) Determinan sosial ekonomi

pada pertolongan persalinan di Indonesia. Majalah Kedokteran Perkotaan, 2(2): 18-29.

Trussell, T.J. (1976) Economics consequences of teenage childbearing.

Fam Plan Perspect, 8(4):184-190. UNICEF (2000) Factsheet: Early marriage. The United Nations Children’s

Fund (UNICEF), Available from: <http://www.unicef.org> [Accessed 10 Mei 2008].

______(2001) Early marriage, child spouses. Italy: UNICEF Innocenti

Research Center Florence. ______2005) Early marriage a harmful traditional practice a statistical

exploration. The United Nations Children’s Fund (UNICEF). Vue, M. (2000) Perception of early marriage and future educational goals

attainment for among female Adolescents. A research paper submitted in partial fulfillment of the requirements for the Master of Science Degree With a Major in Guidance and Counseling: K-12 The Graduate College, University of WI- Stout. Menomonie.

Walgito, B. (2004) Pengantar psikologi sosial, edisi revisi. Yogyakarta:

Andi Offset. WHO (1993) The health of young people A challenge and promise

Geneva: World Health Organization. WHO & Depkes RI (2006) Using human rights for maternal and neonatal

health: a tool for strengthening laws, policies and standards of care Geneva.

Williams, L. B. (1990) Marriage and decision-making: Inter-generational

dynamics in Indonesia. J Comp Fam Stud, 21 (1): 55-56 Wilopo, S. A. (1994) Hasil konferensi kependudukan di Kairo: implikasinya

pada program kesehatan reproduksi di Indonesia. Populasi, 5 (3); 1-28.

______(2005) Kita selamatkan remaja dari aborsi dalam rangka

pemantapan keluarga berkualitas 2015. Naskah dipresentasikan dalam seminar RAKERNAS BKKBN.

Page 85: Tesis Annie.pdf

72

World Bank (2001) World development report 2000/2001: attacking poverty. Washingthon: World Bank.

Page 86: Tesis Annie.pdf

75

Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN

MMEENNGGEENNAAII AANNAALLIISSIISS SSTTAATTUUSS EEKKOONNOOMMII SSEEBBAAGGAAII SSAALLAAHH SSAATTUU

FFAAKKTTOORR RRIISSIIKKOO PPEENNGGAAMMBBIILLAANN KKEEPPUUTTUUSSAANN MMEENNIIKKAAHH UUSSIIAA DDIINNII RREEMMAAJJAA PPUUTTEERRII DDII KKEECCAAMMAATTAANN NNGGLLIIPPAARR KKAABBUUPPAATTEENN

GGUUNNUUNNGGKKIIDDUULL

Yang terhormat saudara responden,

Dalam rangka mencapai tujuan dalam penelitian tentang analisis

faktor penentu dalam pengambilan keputusan menikah dini pada remaja,

kami mengharapkan partisipasi saudara untuk dapat memberikan

informasi atau jawaban pertanyaan dalam kuesioner ini dengan apa

adanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui analisa faktor penentu

dalam pengambilan keputusan menikah dini pada remaja di Kabupaten

Gunungkidul, Derah Istimewa Yogyakarta.

Dalam pengisian kuesioner ini saudara tidak perlu mencantumkan

nama karena ini bukan penilaian. Jawaban atau informasi yang saudara

berikan hanya diketahui oleh peneliti dan akan dijamin kerahasiaannya.

Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saudara untuk menjawab

seluruh pertanyaan dengan apa adanya sesuai dengan keadaan saudara

yang sebenarnya.

Demikian atas bantuan dan kesediaan saudara, saya ucapkan

terimakasih.

Peneliti Muktiani Asrie Suryaningrum

Page 87: Tesis Annie.pdf

76

Lampiran 4

FORMULIR “INFORMED CONSENT” AANNAALLIISSIISS SSTTAATTUUSS EEKKOONNOOMMII SSEEBBAAGGAAII SSAALLAAHH SSAATTUU FFAAKKTTOORR RRIISSIIKKOO PPEENNGGAAMMBBIILLAANN KKEEPPUUTTUUSSAANN

MMEENNIIKKAAHH UUSSIIAA DDIINNII RREEMMAAJJAA PPUUTTEERRII DDII KKEECCAAMMAATTAANN NNGGLLIIPPAARR KKAABBUUPPAATTEENN GGUUNNUUNNGGKKIIDDUULL

Yang bertandatangan dibawah ini: 1. Calon subyek penelitian yang dipilih

Nama : Alamat : No. Identitas : Jenis kelamin : Umur :

2. Peneliti yang memberikan informasi penelitian Nama : Alamat :

3. Saksi Nama : Alamat : No. Identitas : Jenis kelamin : Umur : Hubungan dengan calon subyek peneliti: Suami/Ayah/Ibu/Keluarga (lingkari yang sesuai)

Dengan sesungguhnya dan sejujurnya, telah berdiskusi. Tanya jawab atas informasi penelitian yang akan dilakukan, yang memilih saya sebagai calon subyek penelitian dalam hal: (Hitamkan bulatan informasi yang telah didiskusikan)

o Persepsi tentang pernikahan o Karakteristik responden o Karakteristik orang tua

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa melalui diskusi informasi penelitian yang akan berlanjut selama masa penelitian, tanpa paksaan, tekanan, dengan kekerasan dan pemahaman informasi dengan sukarela memberikan: (lingkari pernyataan yang dipilih)

o PERNYATAAN BERSEDIA MENGIKUTI TATA LAKSANA PENELITIAN YANG TELAH DIDISKUSIKAN SEBAGAI SUBYEK PENELITIAN YANG TERPILIH OBSERVASIONAL

o PERNYATAAN MENOLAK MENGIKUTI TATA LAKSANA PENELITIAN YANG TERPILIH

Gunungkidul, .................................... Tanda Tangan dan Nama Jelas

Subyek Penelitian

Saksi Peneliti yang memberikan informasi

Page 88: Tesis Annie.pdf

77

Lampiran 5

RAHASIA HANYA UNTUK

PENELITIAN

FORM: PERNIKAHAN

USIA DINI

Formulir kia.Doc

AANNAALLIISSIISS SSTTAATTUUSS EEKKOONNOOMMII SSEEBBAAGGAAII SSAALLAAHH SSAATTUU FFAAKKTTOORR RRIISSIIKKOO PPEENNGGAAMMBBIILLAANN

KKEEPPUUTTUUSSAANN MMEENNIIKKAAHH UUSSIIAA DDIINNII RREEMMAAJJAA PPUUTTEERRII DDII KKEECCAAMMAATTAANN NNGGLLIIPPAARR KKAABBUUPPAATTEENN

GGUUNNUUNNGGKKIIDDUULL

MMAAGGIISSTTEERR KKEESSEEHHAATTAANN IIBBUU DDAANN AANNAAKK--KKEESSEEHHAATTAANN RREEPPRROODDUUKKSSII

FFAAKKUULLTTAASS KKEEDDOOKKTTEERRAANN

UUNNIIVVEERRSSIITTAASS GGAADDJJAAHH MMAADDAA A. Kuesioner Responden wanita menikah

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. NOMOR IDENTITAS

2. TANGGAL LAHIR

Tgl Bln Thn

3. UMUR RESPONDEN

Tahun

4. KECAMATAN / DESA

DESA :

DUSUN :

5. PENDIDIKAN RESPONDEN

1. Tdk sekolah 2. SD kelas : 3. SLTP kelas : 4. SLTA kelas : 5. Akademi/D3 semester : 6. Perguruan tinggi semester : (Jika tidak tamat mohon dituliskan kelas atau semester berapa pendidikan yang sudah ditempuh)

6. BERAPA JUMLAH SAUDARA KANDUNG YANG MASIH HIDUP SAMPAI SAAT INI?

(tuliskan jumlahnya)

II. RIWAYAT PERNIKAHAN

1. UMUR BERAPA KETIKA SAUDARA MENIKAH PERTAMA KALI ?

Tahun

2. TANGGAL, BULAN DAN TAHUN BERAPA SAUDARA MENIKAH YANG PERTAMA KALI ?

Tgl Bln Thn

3. BERAPA KALI SAUDARA MENIKAH (dua atau lebih stop) Kali

Page 89: Tesis Annie.pdf

78

4. UMUR BERAPA SAUDARA KETIKA HAID YANG PERTAMA KALI

Tahun

5. APAKAH ANDA SUDAH MEMILIKI ANAK? 1. Ya 2. Tidak� lanjut ke No. 7

6. KAPAN ANAK ANDA LAHIR

Tgl Bln Thn

7. SEBELUM MENIKAH APAKAH SAUDARA MENGENAL SUAMI SAUDARA DENGAN BAIK (MELALUI PROSES PACARAN) ?

1. Ya 2. Tidak � lanjut ke No.10

8. BERAPA BULAN SAUDARA MENGALAMI PROSES BERPACARAN DENGAN SUAMI SAUDARA ?

Bulan

9. BERAPA KALI SAUDARA BERTEMU DENGAN SUAMI SEBELUM MENIKAH?

1. Tidak 2. Sekali 3. Kadang-kadang 4. Seringkali

10. APAKAH SUAMI SAUDARA BERASAL DARI KELUARGA DEKAT ?

1. Ya 2. Tidak� lanjut ke No.12

11. KALAU ADA/YA HUBUNGAN ITU ADALAH: 1. Saudara Laki-laki dari Ayah 2. Saudara Perempuan dari Ayah 3. Saudara Laki-laki dari Ibu 4. Saudara Perempuan dari Ibu 5. Saudara Misan 6. Lainnya (sebutkan)............

12. KALAU SUAMI SAUDARA BUKAN FAMILI APAKAH MASIH SATU SUKU

1. Ya� lanjut ke No. 14 2. Tidak � lanjut ke No. 13

13. KALAU TIDAK APAKAH SUAMI SAUDARA BERASAL DARI SUKU :

1. Sunda 2. Batak 3. Padang 4. Bali 5. Bugis 6. Makasar 7. Ambon 8. Cina 9. .........(sebutkan)

14. TEMPAT ASAL SUAMI SAUDARA 1. Sekampung..................... 2. Kampung lain tetapi satu desa.......... 3. Desa Lain tapi satu Kecamatan........ 4. Kecamatan lain tetapi masih se

Kabupaten....... 5. Kabupaten lain................ (Kalau tidak jelas dicatat mana kampung yang dimaksud)

15. APAKAH PERNIKAHAN SAUDARA MELALUI PROSES PERJODOHAN ?

1. Ya 2. Tidak � lanjut ke No. 17

16. APAKAH ORANG TUA MEMBICARAKAN DULU TENTANG RENCANA PERNIKAHAN DENGAN SAUDARA ?

1. Ya 2. Tidak

Page 90: Tesis Annie.pdf

79

17. APAKAH ORANG TUA PERNAH MEMINTA PERSETUJUAN ATAU PENDAPAT SAUDARA TERHADAP PERNIKAHAN INI ?

1. Ya 2. Tidak

18. SIAPAKAH YANG PALING BERPERAN MENENTUKAN PERNIKAHAN SAUDARA ?

1. Ayah Kandung 2. Ibu Kandung 3. Orang Lain ___________(sebutkan) (Jika responden menyebutkan kedua orang tua, pilih salah satu yang sangat berperan)

19. APAKAH PERNIKAHAN INI ATAS KEINGINAN SAUDARA SENDIRI ?

1.Ya 2.Tidak

20. APAKAH SEBELUM MENIKAH SAUDARA SUDAH BEKERJA

1. Ya 2. Tidak � lanjut ke No. 15

21. PEKERJAAN SAUDARA SEBELUM MENIKAH

1. Swasta 2. Wiraswasta 3. Pegawai Negeri 4. Petani 5. ABRI/Polri 6. Lainnya, (Sebutkan) ............

22. APA YANG MENJADI ALASAN SAUDARA MENIKAH ?

1. Dijodohkan oleh orang tua 2. Karena sudah tidak sekolah/putus

sekolah 3. Karena sudah bekerja 4. Karena sudah punya

pasangan/pacar Lainnya (probing alasan menikah lainnya)

III. MIGRASI SEBELUM MENIKAH (RIWAYAT SEBELUM MENIKAH)

1. APAKAH SEBELUM MENIKAH, SAUDARA PERNAH TINGGAL DI DAERAH LAIN?

1. Ya � Lanjut ke No. 2 (sebutkan tempatnya.......) 2. Tidak (stop)

2. ALASAN ANDA TINGGAL DITEMPAT TERSEBUT

1. Bekerja 2. Sekolah 3. Lain-lain (sebutkan)...........

3. BERAPA LAMA ANDA MENETAP DI TEMPAT TERSEBUT

1. Setahun 2. 2 tahun 3. 3 tahun 4. Lebih dari 3 tahun

4. DIMANA ANDA TINGGAL? 1. Kos/Kontrakan 2. Di rumah Famili 3. Di rumah Teman 4. Di Mes/Asrama Lainnya (sebutkan....................)

IV. PENDAPAT RESPONDEN TENTANG PERNIKAHAN

1. MENURUT SUDARA, APAKAH USIA SAUDARA MENIKAH PERTAMA TERGOLONG USIA KAWIN :

1. Usia sangat muda/dini 2. Usia muda/dini 3. Usia Normal/Dewasa 4. Sudah tua

Page 91: Tesis Annie.pdf

80

5. Sudah sangat tua

2. MENURUT SAUDARA, APAKAH SUDAH SIAP UNTUK MENGHADAPI PERNIKAHAN PADA SAAT PERTAMA KALI?

1. Ya 2. Tidak

3. KIRA-KIRA PADA UMUR BERAPAKAH MENURUT IBU SEORANG DIKATAKAN MENIKAH TERLALU MUDA

3. Laki-laki 4. Perempuan

Tahun

Tahun

4. APAKAH DI INDONESIA ADA BATAS USIA MENIKAH TERENDAH DAN LARANGAN MENIKAH BAGI ANAK PEREMPUAN DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM YANG BERLAKU?

1. Ya�lanjut ke No. 5 2. Tidak 3. Tidak Tahu

5. PADA UMUR BERAPA ? Tahun

6. APAKAH SEBELUM SAUDARA MENIKAH PERTAMA SUDAH ADA LAMARAN YANG DITOLAK?

1. Ya 2. Tidak � lanjut ke No. 8

7. ALASAN LAMARAN DITOLAK: 1. Masih bersekolah 2. Tidak sederajat 3. Sederajat tapi miskin 4. Sederajat tapi akhlaknya tidak

baik (pemabuk, penjudi, dsb) 5. Sederajat tapi uang maharnya

tidak dipenuhi 6. Sederajat dan memenuhi

permintaan tapi tidak sopan santun

7. Derajatnya lebih tinggi tetapi mahar yang mau diberikan rendah

8. Derajat lebih tinggi tapi keluarganya sombong

9. Derajat lebih tinggi tapi tidak mau memenuhi tatacara perkawinan yang diminta

8. SYARAT APA YANG HARUS DIPENUHI AGAR SATU LAMARAN DITERIMA?

1. Sederajat 2. Lebih tinggi derajatnya 3. Lebih rendah derajatnya tetapi

kaya 4. Lebih rendah derajatnya tetapi

taat agama 5. Sederajat dan memenuhi

permintaan mahar 6. Lebih rendah derajatnya tetapi

berakhlak tinggi 7. miskin 8. ........................

Page 92: Tesis Annie.pdf

81

9. BENDA-BENDA YANG SAUDARA TERIMA SEBAGAI MAHAR WAKTU SAUDARA MENIKAH

1. Sawah.......................Ha/M² 2. Kebun.......................Ha/M² 3. Tanah........................Ha/M² 4. Ternak.......................ekor 5. Pohon........................batang 6. Emas..........................gram 7. Perak..........................gram 8. Uang...........................rupiah 9. Seperangkat Alat Sholat 10.Lainnya (sebutkan)............

B. Kuesioner : orang tua responden

I. KARAKTERISTIK ORANG TUA

1. PENDIDIKAN AYAH 1. Tdk sekolah 2. SD kelas : 3. SLTP kelas : 4. SLTA kelas : 5. Akademi/D3 semester : 6. Perguruan tinggi semester : (Jika tidak tamat mohon dituliskan kelas atau semester berapa pendidikan yang sudah ditempuh)

2. PENDIDIKAN IBU 1. Tdk sekolah 2. SD kelas : 3. SLTP kelas : 4. SLTA kelas : 5. Akademi/D3 semester : 6. Perguruan tinggi semester : (Jika tidak tamat mohon dituliskan kelas atau semester berapa pendidikan yang sudah ditempuh)

3. PEKERJAAN AYAH 1. Tidak Bekerja 2. Swasta 3. Wiraswasta 4. Pegawai Negeri 5. Petani 6. ABRI/Polri 7. Lainnya, (Sebutkan)............

7. PEKERJAAN IBU 1. Tidak Bekerja 2. Swasta 3. Wiraswasta 4. Pegawai Negeri 5. Petani 6. ABRI/Polri 7. Lainnya, (Sebutkan) ..........

8. BERAPA PENDAPATAN BAPAK/IBU DALAM SATU BULAN?

Rp.......................

8. UMUR BERAPA KETIKA BAPAK MENIKAH PERTAMA KALI ?

Tahun

Page 93: Tesis Annie.pdf

82

9. UMUR BERAPA KETIKA IBU MENIKAH PERTAMA KALI ?

Tahun

10. TANGGAL, BULAN DAN TAHUN BERAPA IBU/BAPAK MENIKAH PERTAMA KALI ?

Tgl Bln Thn

II. Karakteristik Tempat Tinggal

1.

SUMBER AIR MINUM YANG DIGUNAKAN UNTUK ANGGOTA RUMAH TANGGA SAUDARA?

1. MATA AIR,SUNGAI, DANAU 2. SUMUR TIDAK

TERLINDUNG/DI HALAMAN 3. SUMUR TERLINDUNG/DI

DALAM RUMAH 4. AIR LEDING/PAM

2. APAKAH JENIS KAKUS YANG DIGUNAKAN DI RUMAH TANGGA INI

1. HALAMAN/SEMAK/BELUKAR 2. SUNGAI 3. KAKUS BERSAMA 4. KAKUS SENDIRI

3. BAHAN UTAMA ATAP RUMAH 1. IJUK/DAUN-DAUNAN 2. KAYU/BAMBU/SIRAP 3. SENG/ASBES 4. GENTING/SEMEN

4.

JENIS DINDING LUAR TERLUAS RUMAH 1. BAMBU 2. KAYU 3. BATU 4. TEMBOK

5. BAHAN UTAMA LANTAI RUMAH 1. TANAH 2. BAMBU/KAYU/PAPAN 3. SEMEN/BATA MERAH 4. UBIN/TEGEL/TERASO/KERAM

IK

6. JENIS BAHAN BAKAR UTAMA YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMASAK

1. KAYU BAKAR 2. ARANG 3. MINYAK TANAH 4. GAS

PERLENGKAPAN RUMAH: Apakah anda mempunyai:

1

MOBIL 1. Ya 2. Tidak

2 MOTOR 1. Ya 2. Tidak

3 SEPEDA 1. Ya 2. Tidak

4 LISTRIK 1. Ya 2. Tidak

5 LEMARI ES 1. Ya 2. Tidak

Page 94: Tesis Annie.pdf

83

6 TELEVISI 1. Ya 2. Tidak

7 RADIO 1. Ya 2. Tidak

8 TAPE 1. Ya 2. Tidak

9 TELEPHONE/TELEPON SELULER 1. Ya 2. Tidak

10 KOMPOR LISTRIK/GAS 1. Ya 2. Tidak

11 KOMPOR MINYAK TANAH 1. Ya 2. Tidak

III. PERSEPSI TENTANG PERNIKAHAN

Untuk pernyataan ini saudara memilih salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang sesuai. Keterangan : SS = Sangat Setuju S = Setuju RR = Ragu-Ragu TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju Pilihlah jawaban yang sesuai dengan sikap, pendapat, pengalaman saudara.

No Pernyataan SS S RR TS STS SKOR

1.

Membina keluarga yang berkualitas dibutuhkan kematangan fisik dan mental dari calon pengantin.

2. Pria dianjurkan menikah setelah berumur 25 tahun.

3. Wanita dianjurkan menikah setelah berumur 20 tahun.

4. Orang tua berkewajiban untuk mencarikan jodoh untuk anaknya.

5. Orangtua sebaiknya meminta pendapat anak tentang pernikahan.

6. Menikahkan anak, berarti selesai sudah kewajiban orang tua untuk mengasuh anaknya.

7. Menikahkan anak di usia dini akan meringankan beban ekonomi orang tua.

8. Anak sebaiknya diberikan kebebasan untuk memilih calon suaminya.

9. Bila perempuan sudah mendapatkan menstruasi sebagai tanda kedewasaan, akan segera menikah.

10. Menikah di usia dini akan menimbulkan berbagai masalah.

11. Pernikahan sedini mungkin akan menjauhkan kita dari perbuatan dan tindakan yang diharamkan agama.

Page 95: Tesis Annie.pdf

80

12. Pernikahan dapat menghindarkan kita dari perbuatan hina dan memalukan.

13. Pernikahan menunjukkan tingginya moral dan akhlak.

14. Pernikahan akan memberikan ketentraman hidup, terhindar dari pergunjingan, fitnah dan sanksi sosial.

15. Pernikahan menghindari perbuatan zinah.

16. Pernikahan akan menghindarkan kita dari pergaulan bebas dan dapat menyalurkan kebutuhan biologisnya secara sehat.

17. Pernikahan dini dilakukan karena sudah merupakan suatu tradisi di daerah tempat tinggal saudara.

18. Menikah dini dilakukan agar tidak dikatakan sebagai perawan tua.

19. Menikah dini dikarenakan banyak teman sebaya yang nikah dini.

20. Menikah dini dilakukan segera karena sudah tidak dapat melanjutkan pendidikan/bersekolah lagi.

IV. STATUS EKONOMI KELUARGA

1. PENGELUARAN RATA-RATA PERBULAN UNTUK BAHAN MAKANAN Rp..........................

A. BERAS Rp..........................

B. LAUK PAUK Rp..........................

C. OBAT-OBATAN Rp..........................

D. LAINNYA Rp..........................

TOTAL Rp..........................

2. PENGELUARAN RATA-RATA PERBULAN UNTUK DILUAR BAHAN MAKANAN

A.PERUMAHAN Rp..........................

B. PENDIDIKAN Rp..........................

C. PAKAIAN Rp..........................

D. TRANSPORT Rp..........................

E. PESTA/SOSIAL Rp..........................

F. LAIN-LAIN Rp..........................

TOTAL Rp..........................

JUMLAH ANGGOTA KELUARGA YANG DITANGGUNG .................ORANG

PENGELUARAN RATA-RATA RUMAH TANGGA SEBULAN (DALAM RIBUAN RUPIAH) Rp..........................

Page 96: Tesis Annie.pdf

81

Lampiran 6

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

AANNAALLIISSIISS SSTTAATTUUSS EEKKOONNOOMMII SSEEBBAAGGAAII SSAALLAAHH SSAATTUU FFAAKKTTOORR RRIISSIIKKOO PPEENNGGAAMMBBIILLAANN KKEEPPUUTTUUSSAANN MMEENNIIKKAAHH UUSSIIAA DDIINNII

RREEMMAAJJAA PPUUTTEERRII DDII KKEECCAAMMAATTAANN NNGGLLIIPPAARR KKAABBUUPPAATTEENN GGUUNNUUNNGGKKIIDDUULL

Tanggal wawancara : Tempat wawancara : Waktu wawancara : Jam…………… s/d…………… Pewawancara :

I. Penjelasan :

A. Meminta kesediaan waktu dari responden untuk melakukan wawancara. B. Memberikan informasi kepada responden tentang maksud dan tujuan

melaksanakan wawancara, dan menjelaskan jaminan kerahasian responden. C. Informasi yang akan diberikan oleh responden sangat berarti

( semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian ). D. Semua bentuk informasi dari responden adalah benar dan memiliki informasi

faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini.

II. Identitas Responden Nomor : Umur : Pendidikan terakhir : Pekerjaan : Alamat :

Page 97: Tesis Annie.pdf

82

Lampiran 7

Daftar pertanyaan untuk Responden 1. Menurut saudara apa yang dimaksud dengan pernikahan usia dini

dan berapa usia yang dimaksud dengan pernikahan usia din? 2. Bagaimana pendapat saudara tentang pernikahan usia dini?

Mengapa demikian? 3. Mengapa saudara menikah di usia dini?(hanya untuk yang menikah

dini). 4. Bagaimana perasaan saudara ketika menikah di usia dini? (hanya

untuk yang menikah dini). 5. Sebelum menikah apakah saudara mengenal calon suami saudara

dengan baik? 6. Apakah melalui proses pacaran atau perjodohan? 7. Jika melalui proses pacaran, berapa lama proses berpacaran

dengan suami saudara? 8. Jika melalui proses perjodohan, siapakah yang paling berperan

dalam menentukan proses perjodohan tersebut? Mengapa demikian?

9. Bagaimana pendapat saudara tentang perjodohan? 10. Apakah orangtua, meminta persetujuan saudara atau pendapat

saudara terhadap pernikahan ini? Mengapa demikian? 11. Bagaimana pendapat saudara tentang calon suami? 12. Apakah suami saudara berasal dari keluarga dekat, biasa saudara

ceritakan?

Daftar pertanyaan orang tua 1. Menurut bapak/ibu apa yang dimaksud dengan pernikahan usia dini? 2. Bagaimana pendapat atau pandangan bapak/ibu tentang pernikahan di

usia dini dari segi : 3. Mengapa bapak/ibu menikahkan anak di usia dini? (Untuk orang tua

yang menikah dini) Mengapa demikian?

4. Apakah bapak/ibu dulu juga menikah di usia dini? Mengapa demikian? 5. Menurut pendapat bapak/ibu dampak atau akibat apa yang akan

terjadi pada pernikahan usia dini? 6. Pernahkan bapak/ibu mengetahui tentang Undang-Undang

Perkawinan? Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang Undang-Undang Perkawinan tersebut?

7. Bagaimana saran bapak/ibu untuk mengatasi masalah pernikahan di usia dini?

Page 98: Tesis Annie.pdf

83

Daftar pertanyaan untuk Informan Kunci 1. Bagaimana pendapat atau pandangan bapak/ibu tentang pernikahan di

usia dini?: 2. Apa didaerah bapak/ibu ada Budaya menikahan dini?Tolong

Ceritakan. Bagaimana menurut bapak/ibu budaya tersebut? 3. Menurut bapak/ibu, apa yang menyebabkan pernikahan dini? 4. Bagaimana saran bapak/ibu untuk mengatasi masalah pernikahan di

usia dini?

KETERANGAN PENCACAHAN

1. TANGGAL KUNJUNGAN ______ : ________________ / PEWAWANCARA : ______________________________

2. EDITOR : ________________________

OPERATOR : ______________________________

TANGGAL EDITING : _______ / ______ /_________

TANGGAL MEMASUKKAN DATA _______ : __________ _______ /