tesis magdalena
TRANSCRIPT
Dinamika Good University Governance Dalam Pembentukan Intellectual Capital
Pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
Memperoleh derajat S-2 Magister Akuntansi
Nama : Magdalena Judika Siringoringo
NIM : 12030110400031
Kepada
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
ii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Magdalena Judika Siringoringo
NIM : 12030110400031
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya ajukan dengan judul
“Dinamika Good University Governance dalam Pembentukan Intellectual Capital di
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro” ini adalah hasil karya
sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam tesis ini
tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan
cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gagasan atau
pendapat atau pemikiran dari penulis lain tanpa memberikan pengakuan penulis
aslinya.
Tesis ini adalah milik saya, segala bentuk kesalahan dan kekeliruan dalam
tesis ini adalah tanggung jawab saya. Apabila saya melakukan hal yang bertentangan
dengan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dan bila kemudian terbukti
bahwa saya menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran
saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang diberikan oleh universitas akan dicabut
dari saya.
Semarang, 29 Mei 2012
Penulis,
Magdalena Judika S.
iii
Tesis Berjudul
DINAMIKA GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE DALAM
PEMBENTUKAN INTELLECTUAL CAPITAL PADA FAKULTAS
EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Magdalena Judika Siringoringo
NIM: 12030110400031
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 25 Mei 2012
Dan telah dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima
Susunan Tim Penguji
Anggota Tim Penguji
Semarang, 25 Mei 2012
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Program Studi Magister Akuntansi
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Zulaikha, SE, M.Si, Akt
Anis Chariri, SE, M.Com, Ph.D, Akt
Penguji II Penguji I
Prof. Drs. H. Arifin Sabeni, M.Com (Hons), Ph.D, Akt
Siti Mutmainah, SE, M.Si, Akt
Dr. H. Agus Purwanto, M.Si, Akt
Penguji III
Prof. Dr. H. Abdul Rohman, M.Si, Akt
Ketua Program
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“To God be the Glory”
“Ora et Labora”
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang
menaruh harapannya pada Tuhan”
(Yer 17:7)
PERSEMBAHAN:
Alm. Papa terkasih, kenanganmu akan menjadi
keindahan hidupku.
Mama, yang selalu setia mendukung dan
menguatkanku di dalam doa.
Ito, yang selalu setia mengasihiku.
Imelda, adikku tersayang yang selalu menjadi
pendengar dan menyemangati dalam
pergumulan studiku.
v
ABSTRACT
This paper aims to explore the phenomenon, regularity, and particularity of
a case using a case study approach. The study also expands the institutional theory
by Meyer (2010) which explained that higher education, as an institution, has led to
the needs and dynamics of the growth and the development of knowledge through
empowerment and the forming the intellectual capital was carried out by good
university governance. In addition to the dynamics of the intellectual capital by
good university governance, the study also explores Meyer (2004) ideas to show that
the forming of the intellectual capital was effectively implementable through the
dynamics of good university governance principles. The type of this study is qualitative, and this research is done in the Faculty of
Economics and Bussiness Diponegoro University. Data is collected by depth interview,
observation, and documentation. Interview is done with the dean of Faculty of Economics and Bussiness, lecturers, colleges, alumni, and the other side who represent.
Concerning observations and new findings, the following dynamic principals
of good university governance are implemented by the Faculty of Economics and
Business Diponegoro University; transparency, accountability, fairness, and
responsiveness. In addition to the process of forming intellectual capital through the
dynamics of good university governance, the Faculty of Economics and Business
attains the transformation of becoming a centre of academic excellence through
Darma Perguruan Tinggi. The intellectual capital in Faculty of Economics and
Business led to the internalization of vision, mission, RENSTRA, and policies which
have been implemented. Those policies cause the Faculty of Economics and
Business to transform itself to become the centre of academic excellence.
Consequently the essence of the intellectual capital in the process of this
achievement has been implemented through Darma Perguruan Tinggi. In summary,
Faculty of Economics and Business achieves both its vision and mission through the
following Tri Darma Perguruan Tinggi: Teaching, Research and Services.
Keywords: institutional theory, good university governance, intellectual capital,
centre of academic excellence, Tri Darma Perguruan Tinggi.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami suatu fenomena, keteraturan dan
kekhususan kasus dengan menggunakan pendekatan case study. Penelitian ini juga
bertujuan untuk menyingkap institutional theory yang telah di-grounded oleh Meyer
(2010) yang menjelaskan bahwa perguruan tinggi sebagai suatu institusi menjawab
kebutuhan dan dinamika pertumbuhan dan pengembangan knowledge melalui
melalui pemberdayaan dan pembentukan intellectual capital yang dilaksanakan
melalui good university governance. Penelitian ini juga memperluas pernyataan
Meyer (2004) dalam menunjukkan bagaimana pembentukan intellectual capital
dilaksanakan melalui dinamika university governance melalui setiap prinsip
pengelolaan institusi yang baik dan efektif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dilaksanakan di
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Wawancara
dilaksanakan dengan melibatkan dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis, dosen,
mahasiswa, alumni dan sejumlah informan yang memiliki informasi mengenai
aktivitas dan objek penelitian.
Berdasarkan hasil observasi dan depth interview, dinamika good university
governance diselenggarakan melalui praktik prinsip-prinsip tata kelola yang baik
yaitu transparansi, akuntabilitas, kesetaraan dan kewajaran, dan kepedulian di
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Proses pembentukan
intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis melalui dinamika good
university governance juga sekaligus mencapai terwujudnya Fakultas Ekonomika
dan Bisnis sebagai centre of academic excellence melalui tri darma perguruan tinggi.
Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa intellectual capital di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis mengarah pada internalisasi visi dan misi, RENSTRA dan
kebijakan yang ditetapkan fakultas dan sejalan dengan visi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis untuk menjadi centre of academic excellence. Essensi intellectual capital di
dalam proses perwujudan Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai centre of
academic excellence dilaksanakan melalui tri darma perguruan tinggi. Dengan
demikian, Fakultas Ekonomika dan Bisnis mewujudkan visi dan misi-nya yang
pengungkapannya tertuang melalui Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu darma
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Keywords: institutional theory, good university governance, intellectual capital,
centre of academic excellence, Tri Darma Perguruan Tinggi.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, berkat dan anugerahNya
kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Dinamika Good University Governance Dalam
Pembentukan Intellectual Capital Pada Fakultas Ekonomika Universitas
Diponegoro”. Tesis ini sebagai persyaratan dalam menyelesaikan studi pada
Program Magister Akuntansi Universitas Diponegoro.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan, saran serta masukan maka tesis
ini tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Anis Chariri, SE, M.Com, Ph.D, Akt sebagai pembimbing Akademik I dan
Dosen yang dengan penuh keikhlasan dan semangat telah menyediakan
waktu bagi penulis untuk memberikan motivasi, arahan, masukan dan saran
sejak awal hingga terselesainya tesis ini.
2. Siti Mutmainah, SE, M.Si, Akt sebagai pembimbing Akademik yang telah
memberikan dukungan dan dengan penuh tanggung jawab member saran
perbaikan untuk tesis ini.
3. Seluruh staf Administrasi Program Studi Magister Akuntansi Universitas
Diponegoro yang yang telah dengan sabar dan sistematis membantu segala
keperluan administratif, baik yang terkait langsung dengan penyusunan tesis
ini maupun keperluan akademis lain.
4. Tim penguji yang telah bersedia menyempatkan waktu dalam mereview dan
memberikan komentar-komentar yang sangat berarti dalam proses
penyelesaian tesis ini, yaitu Prof. Drs. H. Arifin Sabeni, M.Com (Hons),
Ph.D, Akt., Dr. Raharja, M.Si, Akt., Dr. Zulaikha, M.Si, Akt dan Dr. H.
Agus Purwanto, M.Si, Akt.
viii
5. Ucapan terima kasih yang tulus kepada Prof. Arifin sebagai ketua Lembaga
Penjaminan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (LP2MP) Universitas
Diponegoro, Dr. Suharnomo, M.Si sebagai Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas DIponegoro, Prof. Drs. H. Arifin
Sabeni, M.Com (Hons), Ph.D, Akt. sebagai Ketua Pendidikan Profesi
Akuntansi Universitas Diponegoro, dan Prof. Drs. Muhammad Nasir, M.Si,
Ph.D, Akt sebagai Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah
menyediakan waktu selama proses interview dan pengolahan data hingga
selesainya tesis ini.
6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Magister Akuntansi Universitas
Diponegoro yang memberikan bekal keilmuan yang bermanfaat bagi penulis
khususnya kepada Dra. Indira Januarti, M.Si, Akt (Cand. Dr), Nur
Cahyonowati, SE, M.Si, Akt dan Puji Harto, SE, M.Si, Ph.D, Akt yang telah
menyediakan waktu untuk diskusi dan memberikan saran selama proses
penyelesaian tesis ini.
7. Universitas HKBP Nommensen beserta jajarannya yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menempuh, membiayai, dan
menyelesaikan pendidikan Pascasarjana Program Studi Magister Akuntansi
di Universitas Diponegoro.
8. Ir. Parulian Simanjuntak, M.A, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Drs. Victor H. Sianipar, M.SAc, Akt sebagai Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas HKBP Nommensen yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menempuh dan menyelesaikan pendidikan Pascasarjana
Program Studi Magister Akuntansi di Universitas Diponegoro.
9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Magister Akuntansi Universitas
Diponegoro yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis
hingga penyelesaian tesis ini.
10. Ucapan terima kasih dan syukur secara khusus penulis sampaikan kepada Ibu
tercinta R. Aritonang dan adik terkasih Brigadir Mangarade Dimpos
Situmorang, SH, Imelda Novita, SE, dan Benny Daniel Situmorang, SE yang
ix
dengan sabar dan penuh perhatian memberikan kekuatan doa, semangat
moril dan non-moril sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
11. Penulis mengenang terkhusus juga buat Almarhum papa terkasih, St. J.A.
Siringoringo yang selalu menjadi kenangan terindah yang memberikan
warna di hati penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam proses dan hasil disertasi ini masih terdapat
kekurangan dan kelemahan, maka besar harapan penulis akan masukan, kritik, saran
apapun guna perbaikan tesis maupun guna perbaikan diri penulis di masa yang akan
datang. Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Semarang, 29 Mei 2012
Magdalena Judika Siringoringo
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................................... v
ABSTRAKSI .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 13
1.5 Sistematika Penulisan Tesis .......................................................... 14
BAB II TELAAH PUSTAKA .................................................................. 16
2.1 Telaah Teori ................................................................................. 16
2.1.1 Institutional Theory .......................................................... 16
xi
2.1.2 Perguruan Tinggi Sebagai Suatu Institusi ........................... 18
2.1.3 University Governance ..................................................... 22
2.1.4 Good University Governance di Indonesia ........................ 27
2.1.5 Intellectual Capital ........................................................... 31
2.1.6 Intellectual Capital Pada Institusi Perguruan Tinggi ......... 32
2.2 Telaah Penelitian Sebelumnya ...................................................... 34
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 37
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 41
3.1 Metode Penelitian ........................................................................ 41
3.2 Paradigma Penelitian ..................................................................... 42
3.3 Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif............................... 43
3.4 Data dan Sumber Data .................................................................. 46
3.4.1 Pengumpulan Data ............................................................. 47
3.4.2 Sumber Data ...................................................................... 48
3.4.3 Waktu Pencarian Data ....................................................... 49
3.5 Analisis Data ................................................................................ 49
3.5.1 Triangulasi Data ................................................................ 51
3.5.2 Mengorganisir Data .......................................................... 52
3.5.3 Data Reduction ................................................................. 53
3.5.4 Interpretasi ........................................................................ 53
xii
BAB IV SETTING PENELITIAN SERTA GAMBARAN DAN
INTELLECTUAL CAPITAL DI FAKULTAS EKONOMIKA
DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO ........................... 54
4.1 Sejarah dan Latar Belakang Fakultas Ekonomika dan
Bisnis ................................................................................ 54
4.2 University Governance di Fakultas Ekonomika dan Bisnis 56
4.3 Dinamika Good University Governance di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis ...................................................... 57
4.4 Narasi Pembentukan Intellectual Capital di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis ...................................................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 94
5.2 Implikasi Hasil Penelitian ................................................... 95
5.2.1 Implikasi Teoritis .................................................... 95
5.2.2 Implikasi Praktis ..................................................... 97
5.3 Keterbatasan ....................................................................... 98
5.4 Saran ................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 105
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Flexible governance model ...................................................... 26
Gambar 2.2 University Governance di Indonesia ........................................ 27
Gambar 2.3 Taxonomy of Organisational Assets ......................................... 33
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 40
Gambar 3.1 Triangulasi Data ...................................................................... 52
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis ................. 56
Gambar 4.2 Internalisasi Strategi Dengan Proses Pembentukan Intellectual
Capital ..................................................................................... 77
Gambar 4.3 Intisari Hasil Pembahasan ......................................................... 93
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intellectual Capital di Universitas ............................................ 34
Tabel 4.1 Daftar Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomika dan Bisnis ................ 87
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Daftar Pertanyaan ..................................................................... 105
Lampiran II Hasil Interview di Fakultas Ekonomika dan Bisnis ................... 107
Lampiran III Hasil Dokumentasi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis .............. 112
Lampiran IV Hasil Observasi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis ................... 112
Lampiran V Daftar Nama Dosen Fakultas yang Menulis Buku ..................... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Konsep good governance muncul dalam tataran korporasi dan publik yang
ditandai dengan terjadinya crisis of governance di Afrika pada tahun 1989. Good
governance berjalan seiring dengan perkembangan suatu Negara dan good
governance tersebut dinilai dari bentuk kekuatan untuk mengelola sumber daya
manajemen sosial dan ekonomi (World Bank, 1992). Dari aspek fungsional, good
governance dapat ditinjau dari sisi apakah pengelola telah berfungsi secara efektif
dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. World Bank
memberi definisi “the state power is used in managing economic dan social
resources for development of society”. United Nations Development Programs
(yang selanjutnya disingkat UNDP) dalam LAN dan BPKP (2000) memberikan
definisi “the exercise of political, economic, and administrative authority to manage
a nation‟s affair at all level”. Menurut definisi dalam LAN dan BPKP (2000) ini ,
good governance memiliki tiga kaki (three legs), yaitu : economic, political, dan
administrative. Economic governance meliputi proses-proses pembuatan keputusan
(decision-making process) yang memfasilitasi aktivitas ekonomi dalam negeri dan
interaksi diantara penyelenggara ekonomi. Economic governance mempunyai
implikasi terhadap equity, poverty dan quality of life. Political governance adalah
proses-proses pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan. Administrative
governance adalah sistem implementasi proses kebijakan.
2
Oleh karena itu, LAN dan BPKP (2000) juga menyebutkan bahwa good
governance meliputi tiga domain, yaitu : state (negara atau pemerintah), private
sector (sektor swasta atau dunia usaha), dan society (masyarakat) yang saling
berinteraksi menjalankan fungsinya masing-masing. State berfungsi menciptakan
lingkungan politik dan hukum yang kondusif. Private sector berfungsi menciptakan
pekerjaan dan pendapatan. Society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi,
dan politik termasuk mengajak kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk
berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik, sehingga perkembangan
konsep good governance dalam dekade terakhir telah ditumbuhkan menjadi sebuah
konsep untuk dapat dipahami dalam konteks yang luas dan dijadikan dasar dalam
menyusun konsep-konsep baru untuk institusi-institusi tertentu dengan mengadopsi
prinsip-prinsip dasarnya.
Konsep good corporate governance sebenarnya merupakan turunan dari
konsep tata kelola kepemerintahan yang lebih umum good governance. Konsep
good corporate governance ini merupakan salah satu konsep yang saat ini sedang
menjadi mainstream dalam penyelenggaraan perusahaan publik. Sejalan dengan
pernyataan Aristo (2005), karena perguruan tinggi secara konsep ekonomi
pendidikan merupakan industri, maka konsep good governance dapat dan tepat
diterapkan pada perguruan tinggi. Konsep good governance merujuk pada
bagaimana tata kelola institusi yang baik. Good governance pada perguruan tinggi
diperlukan untuk mendorong terciptanya efisiensi, transparansi dan konsisten
dengan peraturan perundang-undangan.
Penerapan good governance perlu didukung oleh tiga pilar yang saling
berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha
3
(termasuk perguruan tinggi) sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai
stakeholders dan pengguna produk/jasa dunia usaha (Kunami, 2007). Meskipun
demikian, pengelolaan sebuah institusi perguruan tinggi tidak mungkin disamakan
dengan pengelolaan sebuah perusahaan/institusi maupun korporasi. Ada koridor-
koridor tertentu yang berkaitan dengan nilai-nilai luhur (values), baik dalam hal
akademik maupun social values yang harus dijaga didalamnya. Sementara hal-hal
lain dalam penyelenggaraannya harus ditempatkan sebagai means atau alat untuk
mendukung pencapaian tujuan dasar tersebut.
Berdasarkan konsep dasar dan pemahaman tersebut itulah yang kemudian
menimbulkan suatu wacana good university governance (GUG) dalam
penyelenggaraan sebuah institusi perguruan tinggi. Sejalan dengan Soaib (2009)
secara sederhana good university governance (GUG) dapat dipandang sebagai
penerapan prinsip-prinsip dasar konsep “good governance” dalam sistem dan proses
governance pada institusi perguruan tinggi. Penerapan prinsip-prinsip good
governance ini dilaksanakan pada berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan
nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi
secara khusus dan pendidikan secara umum melalui basis pada tujuan
pengembangan pendidikan dan keilmuan akademik serta pengembangan manusia
seutuhnya.
Prinsip-prinsip atau karakteristik dasar dari good governance masih relevan
untuk diterapkan dalam konsep good university governance. Dalam
penyelenggaraannya, sebuah institusi perguruan tinggi harus memenuhi prinsip-
prinsip partisipasi, orientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi, responsif,
efektif dan efisien, ekuiti (persamaan derajat) dan inklusifitas, dan
4
penegakan/supremasi hukum (LAN dan BPKP, 2000). Yang berbeda adalah nilai
dan tujuan yang menjiwainya. Prinsip-prinsip manajerial tersebut hendaknya
diterapkan untuk mendukung fungsi-fungsi dan tujuan dasar pendidikan tinggi.
Pada dasarnya, pendidikan tinggi yang pada praktiknya dijalankan oleh
institusi perguruan tinggi dimaksudkan untuk dapat menjadi komunitas kaum
intelektual suatu bangsa. Sofian (2003) juga menyebutkan bahwa komunitas
intelektual ini kemudian diharapkan menjadi komunitas yang mampu menelurkan
inovasi-inovasi dan pemikiran-pemikiran dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapi oleh bangsa itu. Komunitas pendidikan tinggi juga dijadikan sebuah garda
moral dan penjaga nilai-nilai luhur yang dianut oleh suatu bangsa, termasuk budaya,
adat istiadat dan sebagainya. Dengan peranan dan harapan yang besar inilah
kemudian anggota komunitas pendidikan tinggi kemudian mendapat posisi yang
terhormat di tengah masyarakat.
Istilah intellectual capital dapat dilihat pada berbagai literatur akuntansi,
yang secara umum diartikan sebagai knowledge assets oleh Lev (2001) yang tidak
hanya terbatas pada content publik atau perusahaan, namun memiliki cakupan
struktur yang kompleks. Intellectual Capital adalah kombinasi dari intangible
resources dan activities yang memberikan kewenangan bagi organisasi untuk
mentransform resources yang dapat menciptakan nilai bagi stakeholders (European
Commission, 2006, p. 4). Dalam PSAK Nomor 19 (Revisi 2000) tahun 2009 tentang
aktiva tidak berwujud, telah disebutkan bahwa komponen intellectual capital
merupakan bagian dari kategori intangible asset. Menurut PSAK No 19, aktiva tidak
berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai
wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan
5
barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif
(IAI, 2009).
Sejalan dengan itu, konsep human resource accounting juga menyebutkan
bahwa investasi terbaik ialah melalui sumber daya manusia. Sumber daya manusia
yang berkualitas akan memberikan value yang dapat menjaga citra sekaligus
memberikan benefit bagi organisasi. American Accounting Association dalam
Paresmewaran dan Jothi (2005) mendefenisikan human resource accounting sebagai
suatu proses identifikasi dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia serta
pengkomunikasian informasi ini ke pihak-pihak yang berkepentingan.
Intellectual capital pada institusi perguruan tinggi terdiri atas human capital,
relational capital dan structural capital (Yolanda, Carmen dan Jose, 2007) yang
mengacu pada pengetahuan dan kemampuan mengetahui (knowing capability) dari
sebuah kolektifitas sosial. Intellectual capital ini pararel dengan konsep human
capital yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan kapabilitas yang
memungkinkan seseorang bertindak dengan cara baru sehingga intellectual capital
merupakan sebuah sumber daya penting dan sebuah kapabilitas untuk bertindak
berdasarkan pengetahuan dan kemampuan mengetahui. Jika demikian, maka konsep
human resource accounting sangat tepat di dalam menjelaskan pembentukan
intellectual capital di institusi perguruan tinggi karena menurut konsep human
resource accounting, investasi terbaik suatu organisasi adalah melalui sumber daya
manusia.
Keistimewaan institusi perguruan tinggi dibanding institusi lain terletak pada
fungsi dasarnya, yaitu dalam hal pendidikan, pengajaran dan usaha penemuan atau
inovasi (riset). Fungsi-fungsi inilah yang kemudian mendefinisikan peranan
6
perguruan tinggi dalam masyarakat. Institusi perguruan tinggi berevolusi pada suatu
penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri sehingga pada
akhirnya institusi perguruan tinggi menjadi lebih comparable, fleksibel, transparan
dan competitive dalam hal pendidikan, pengajaran dan riset.
Goldsmith dan Berndtson (2002) menyatakan, “higher education is affected
today by a number of new challenges, which have already changed our way of
teaching and research.” Pernyataan ini didukung oleh Canibano dan Sanchez (2004)
yang menyatakan bahwa sasaran utama universitas adalah penyebaran pengetahuan
dan investasi dalam bentuk penelitian (research) dan sumber daya manusia (human
resources). Roberts (1999) menyatakan bahwa intellectual capital adalah mengenai
bagaimana knowledge yang terbentuk dalam suatu organisasi dapat menjadi value
sehingga dalam pencapaiannya akan membentuk competitive advantage bagi
organisasi tersebut.
Meskipun demikian, keberhasilan dalam pembentukan dan pemberdayaan
intellectual capital tidak dapat tercapai dengan sendirinya tanpa mempertimbangkan
bahwa ada unsur good university governance yang dapat mendukung
keberlangsungannya. Secara spesifik, intellectual capital sebagai wadah pusat
intelektual knowledge dan human resources tidak dapat terwujud dengan sendirinya
tanpa didukung oleh good university governance. Good university governance
menjadi fondasi atau pilar bagi perwujudan intellectual capital. Pernyataan ini
didukung oleh Keenan dan Aggestam (2001) yang menyatakan bahwa, “governance
is responsible for creating, developing and leveraging the intellectual capital
residing in the people, structures and processes of the firm” (Keenan and Aggestam,
2001, p. 259). Grant (1996) dalam penelitiannya juga memberikan bukti bahwa
7
intellectual capital dan governance menjadi relevan dalam mencapai competitive
advantage.
Penelitian good university governance terhadap intellectual capital tidak
jauh berbeda dengan publik maupun corporate karena pada dasarnya ada prinsip-
prinsip yang dapat diterapkan dalam penyelenggaraannya, dengan modifikasi-
modifikasi tertentu untuk mengakomodasi sifat-sifat dan tujuan dasarnya masing-
masing.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menjelaskan dinamika good
university governance terhadap pembentukan intellectual capital pada setting
institusi perguruan tinggi. Penelitian dengan topik sejenis jarang dilakukan
sebelumnya pada institusi perguruan tinggi di Indonesia. Secara spesifik, penelitian
yang akan dikembangkan oleh peneliti masih relevan dan credible di dalam
menjelaskan dinamika good university governance terhadap pembentukan
intellectual capital pada institusi perguruan tinggi.
Penelitian ini layak untuk dilaksanakan karena:
1. Penelitian ini tidak hanya mengkaji intellectual capital namun juga
menjelaskan dinamika dari good university governance terhadap
pembentukan intellectual capital pada setting perguruan tinggi.
2. Dimensi atau klasifikasi item-item good university governance yang
membentuk IC ialah pada unsur-unsur transparansi, akuntabilitas, rule of
law, dan sebagainya sedangkan dimensi IC pada perguruan tinggi dinilai
pada klasifikasi human capital, relational capital dan relational capital
(Yolanda, Carmen dan Jose, 2011).
8
3. Penelitian ini menggunakan setting institusi perguruan tinggi yaitu Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro sebagai objek kajian peneliti.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis adalah menjadi salah satu fakultas
Ekonomika dan Bisnis terkemuka dalam pelaksanaan Tri Darma Perguruan
tinggi yang responsif terhadap transformasi dan kapitalisasi pengetahuan.
Saat ini di Fakultas EKonomika dan Bisnis untuk program S-1 terdapat 3
jurusan, yaitu:
a. Jurusan Manajemen (Akreditasi A)
b. Jurusan IESP (Akreditasi A)
c. Jurusan Akuntansi (Akreditasi A)
Keunikan dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro ialah
terletak pada peran fakultas yang sangat aktif di dalam penyelenggaraan
pendidikan akademik dan professional bidang ekonomi dan bisnis yang
menghasilkan lulusan yang berkemampuan IPTEKS, mandiri dan mampu
bersaing secara global. Selain itu, Fakultas Ekomika dan Bisnis juga
menghasilkan penelitian-penelitian yang responsif terhadap dinamika
lingkungan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya hasil-hasil penelitian
yang dilaksanakan oleh lulusan dijadikan bahan referensi dan rujukan untuk
pengembangan penelitian-penelitian sejenis, ketersediaan sistem informasi
yang baik untuk menunjang proses belajar-mengajar yang baik seperti
SIMAWEB, layanan laboratorium komputer dengan akses internet yang
dapat digunakan untuk kegiatan akademik seperti pengerjaan tugas kuliah,
pencarian jurnal online dan materi perkuliahan. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis juga mengembangkan wawasan, kreativitas dan kemampuan setiap
9
mahasiswa/i dengan cara melakukan berbagai seminar nasional maupun
internasional dan mengundang para pakar di bidangnya baik dari dalam
maupun luar negeri, mahasiswa/i juga turut berperan di dalam
memberdayakan budaya kondusif dan interaktif di lingkungan fakultas yaitu
dengan menggalakkan berbagai program seperti olahraga, pencarian bakat,
pelatihan SPSS, Myob serta program peduli lingkungan. Lulusan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis banyak yang berkarir di bidang pemerintahan,
akademisi dan praktisi yang telah banyak memberikan sumbangsih bagi
terciptanya kemakmuran bangsa dan Negara.
4. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai peran
intellectual capital yang penting dalam perwujudan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis sebagai centre of academic excellence.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini ingin menggali eksistensi kasus/fenomena intellectual capital
sebagaimana Goldsmith dan Berndtson (2002) menyatakan, “higher education is
affected today by a number of new challenges, which have already changed our way
of teaching and research.” Keistimewaan institusi perguruan tinggi dibanding
institusi lain terletak pada fungsi dasarnya, yaitu dalam hal pendidikan, pengajaran
dan usaha penemuan atau inovasi (riset) dan di dalam menghadapi transformasi
ekonomi, teknologi dan kondisi sosial yang sangat cepat, pendidikan tinggi dituntut
untuk lebih menyeimbangkan peranannya sebagai pusat intelektual sekaligus
menjaga agar tetap relevan dengan kondisi sosial di sekitarnya. Hal tersebut yang
10
kemudian menjadikan intellectual capital essential dalam pencapaian tujuan
institusi perguruan tinggi sebagai academic excellence.
Keberhasilan dalam pembentukan dan pemberdayaan intellectual capital
tidak dapat tercapai dengan sendirinya tanpa mempertimbangkan bahwa ada unsur
good university governance yang dapat mendukung keberlangsungannya. Secara
spesifik, intellectual capital sebagai wadah pusat intelektual knowledge dan human
resources tidak dapat terwujud dengan sendirinya tanpa didukung oleh good
university governance. Keenan dan Aggestam (2001) dalam literatur review juga
menyebutkan bahwa good university governance menjadi fondasi atau pilar bagi
perwujudan intellectual capital dan konsep ini dudukung pula oleh Grant (1996)
dalam penelitiannya yang memberikan bukti bahwa intellectual capital dan
governance menjadi relevan dalam mencapai competitive advantage.
Sementara itu, American Accounting Association dalam Paresmewaran dan
Jothi (2005) mendefenisikan human resource accounting sebagai suatu proses
identifikasi dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia serta
pengkomunikasian informasi ini ke pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam
konsep human resource accounting manusia dipandang sebagai asset yang bernilai
bagi organisasi, maka sumber daya manusia memiliki essensi dalam proses
pengambilan keputusan baik bagi manajerial maupun stakeholders (Parasmewaran
dan Jothi, 2005), sehingga pengungkapan komponen intellectual capital adalah
merupakan wujud implementasi dari prinsip university governance yaitu:
1. Transparansi (transparency), yang mensyaratkan bahwa perguruan tinggi
bertanggung jawab atas kewajiban keterbukaan informasi bagi stakeholders
sehingga posisi dan pengelolaan perguruan tinggi sesuai dengan visi, strategi
11
dan kondisi riil perguruan tinggi. Ramirez (2011) menyebutkan bahwa
pengungkapan intellectual capital akan memberikan informasi akuntansi yang
tidak hanya reliable, namun juga sangat relevan dalam pengambilan keputusan
bagi user yang menggunakan informasi akuntansi tersebut. Pengungkapan atas
informasi intellectual capital di perguruan tinggi dituangkan dalam bentuk
informasi non-keuangan yang terdiri dari tiga hal yang fundamental seperti:
1) Visi, strategi dan sasaran institusi perguruan tinggi
2) Komponen intellectual capital
3) Proses pencapaian dan implementasi visi, strategi dan sasaran institusi
perguruan tinggi.
Informasi akuntansi mengenai pengungkapan intellectual capital secara
transparan akan menjamin penilaian stakeholders akan eksistensi dan image yang
dikembangkan oleh perguruan tinggi tersebut. Dengan demikian, pengungkapan
informasi intellectual capital menandai dan sekaligus menjadi keharusan bahwa
perguruan tinggi harus dikelola secara transparan. Oleh karena itu, praktik good
university governance melalui prinsip transparansi semakin penting dan semakin
kuat bagi perguruan tinggi.
2. Akuntabilitas (Accountability), sektor pendidikan dituntut untuk dikelola
secara accountable dengan menerapkan good governance. Secara substansial
institusi perguruan tinggi merupakan sektor yang melakukan pengelolaan
dan pelayanan publik, faktor inilah yang kemudian mendasari perlunya
prinsip akuntabilitas good university governance dan pentatakelolaan yang
baik.
12
3. Kesetaraan dan kewajaran (fairnesss), merupakan salah satu prinsip tata
kelola yang mengharuskan setiap individu bertindak dan berbuat selaras
dengan tujuan organisasi (goal congruence).
4. Kepedulian (responsiveness), institusi perguruan tinggi dituntut untuk
bersikap tanggap dan merespon perkembangan akuisisi ilmu pengetahuan
dalam bentuk knowledge management.
Pemikiran tersebut memunculkan pertanyaan penelitian yaitu:
1. Bagaimana Good University Governance dapat membentuk Intellectual
Capital pada Fakultas Eknomika dan Bisnis?
2. Apa sajakah komponen intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis?
3. Mengapa intellectual capital menjadi essential dalam perwujudan Fakultas
Eknomika dan Bisnis sebagai centre of academic excellence?
Pertanyaan tersebut akan berusaha digali lebih mendalam dan dieksplorasi
dengan berbagai teknik pencarian data serta analisis yang telah dibentuk.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada bagian 1.2
perumusan masalah di atas dengan menggunakan pendekatan instrumental case
study (studi kasus instrumental). Studi atas kasus dilakukan untuk memahami secara
eksternal suatu fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. Tujuan lebih lanjut
adalah institutional theory oleh Meyer (2010) sebagai teori yang akan di-grounded
untuk menyingkap bahwa perguruan tinggi sebagai suatu institusi yang dapat
menjawab kebutuhan dan dinamika pertumbuhan dan pengembangan knowledge
13
melalui pemberdayaan dan pembentukan intellectual capital dengan dimoderasi oleh
adanya good university governance. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini
ialah:
1. Mendeskripsikan dan memberikan pemahaman mengenai dinamika Good
University Governance terhadap pembentukan Intellectual Capital pada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
2. Mengetahui komponen-komponen intellectual capital di lingkungan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
3. Menjelaskan keberadaan Intellectual Capital yang essential pada Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegorosebagai perwujudan centre of
academic excellence.
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat teoritis bagi akademisi dan peneliti, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa informasi tentang peran good
university governance terhadap pengembangan dan pemberdayaan intellectual
capital pada institusi perguruan tinggi sehingga dapat memperkaya ilmu
pengetahuan di Indonesia dan dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat
mendorong adanya penelitian dan pengembangan selanjutnya mengenai good
university governance dan pengaruhnya terhadap intellectual capital di institusi
perguruan tinggi. Sedangkan manfaat praktis bagi stakeholders, penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memberi informasi mengenai kekayaan
perguruan tinggi yang berupa intellectual capital dan bagaimana institusi perguruan
tinggi menjadikan intellectual capital sebagai perwujudan academic excellence.
14
1.4 Sistematika Penulisan Tesis
Tesis ini terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, fokus dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, perspektif, dan manfaat penelitian. Bab ini menjelaskan pentingnya
menggali dinamika good university governance dalam pembentukan intellectual
capital.
Bab II Telaah Pustaka
Bab ini membahas peranan good university governance dalam membentuk
intellectual capital.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi desain penelitian, konsep penggalian kasus dan
fenomena,metode/teknik penelitian, analisis data, dan pemeriksaan keabsahan data
yang seluruhnya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik penelitian serta
kondisi institusi dalam kasus ini.
Bab IV Setting Penelitian dan Gambaran Good University Governance dalam
pembentukan Intellectual Capital.
Bab ini berisi tahapan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan/diskusi mengenai
pembentukan intellectual capital. Bahasan lebih luas dilakukan darihasil pencarian
data dan wawancara yang telah dilakukan dengan para subjekpenelitian. Bab ini juga
berisi pembahasan/diskusi mengenai dinamika good university governance yang
15
terjadi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Tema yang muncul dari hasil wawancara
dibentuk dalam struktur cerita yang mendukung teori.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian serta saran bagi penelitian lebih
lanjut seperti yang diharapkan pada awal pembahasan.
16
BAB II
TELAAH PUSTAKA
1.1 Telaah Teori
2.1.1 Institutional Theory
Institutional theory menjadi suatu konsep teori yang telah banyak dipakai
dan mengalami banyak perubahan. Institutional theory telah berevolusi dan
diadaptasikan ke dalam berbagai multi disiplin ilmu seperti misalnya dalam ilmu
ekonomi, teori ini dikembangkan oleh para ahli ekonom seperti North (1990),
Alston dan Eggerston (1996) dan Khalil (1995) dan dalam ilmu sosiologi, teori ini
dikembangkan oleh DiMaggio dan Powell (1991) Scott, (1995) dan Zucker, (1987)
(dikutip oleh Scott, 2004). March dan Olsen (1984; 1989; 1996) (dikutip oleh Peters,
2000) dalam literaturnya menyatakan institutional theory melandasi suatu konsep
pemahaman bahwa setiap individu yang berada di lingkungan institusi atau
organisasi tertentu bertindak dan berperilaku sesuai dengan standar normatif institusi
tersebut. Artinya bahwa setiap individu mengikuti suatu standar, aturan, dan norma
yang telah ada dan diterima di lingkungan institusi itu. Standar normatif itu
merupakan nilai yang pada hakikatnya dijunjung tinggi dan diterima oleh individu
pada institusi tersebut.
March dan Olsen (dikutip oleh Peters, 2000) juga menemukan bahwa
institusi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan atau bahkan sebaliknya. Artinya
bahwa institusi dapat bersifat adaptif bila struktur, interaksi dan perubahan dalam
17
sistem lingkungan juga semakin kompleks. Meyer (2010) menyebutkan bahwa
Institutional theory dibagi ke dalam dua bentuk:
1. Old Institutional Theory, yang menekankan pada konsep bahwa ada aturan,
standard dan norma yang disepakati sebagai nilai yang dijunjung tinggi di
dalam suatu institusi. Pada teori ini, manusia dipandang sebagai bagian dari
bagian yang menyatu dan terikat dengan nilai yang terkandung pada institusi.
2. New Institutional theory, yang menekankan pada konsep bahwa ada interaksi
antara institusi dengan lingkungannya. Artinya bahwa, institusi dapat
mempengaruhi lingkungannya dan begitu juga sebaliknya. Pada teori ini,
institusi dan lingkungan saling berinteraksi sehingga setiap individu yang
ada pada individu merupakan actor yang rational.
Dalam literatur, DiMaggio and Powell‟s (1983) dalam Rachel et.al (2005)
menyebutkan bahwa organisasi menhadapi suatu tekanan untuk memenuhi setiap
bentuk dan proses yang terjadi di lingkungan organisasi tersebut demi memperoleh
suatu legitimate atau pengakuan. Mekanisme proses dan bentuk yang kerap dihadapi
oleh organisasi ini disebut sebagai „institutional isomorphism‟. DiMaggio dan
Powell (dalam kutipan Rachel et.al (2005)) mendefenisikan institutional
isomorphism ke dalam 3 bagian besar yaitu mimetic, coercive dan normative.
1. Mimetic adalah suatu bentuk mekanisme organisasi melalui proses meniru,
menyontoh atau menyamai sistem, struktur, dan aktivitas organisasi lain.
Abrahamson (1996) bahkan menyebutkan bahwa proses meniru dilakukan
oleh organisasi tanpa mempertimbangkan apakah proses mengadopsi
tersebut membawa perubahan yang baik bagi organisasi.
18
2. Coercive adalah suatu bentuk mekanisme organisasi yang dipengaruhi oleh
adanya regulator, pemerintah maupun lembaga-lembaga lain. Regulator,
pemerintah dan lembaga ini menekankan bahwa organisasi diharuskan untuk
mengadopsi sistem maupun struktur yang dilegitimasikan oleh mereka.
Bentuk tekanan coercive dalam institutional theory menunjukkan bahwa ada
unsur pengaruh political pada setiap mekanisme yang terjadi di lingkungan
organisasi. Scott (1987, p. 502) dalam Rachel et.al. (2005) berpendapat
bahwa dari segi perspektif institusional, bentuk coercive legitimasi diperoleh
oleh organisasi hanya jika organisasi tersebut menyesuaikan diri terhadap
bentuk, pola dan struktur dari pihak yang berkuasa yaitu regulator.
3. Normative adalah suatu bentuk mekanisme organisasi melalui standar dan
pengaruh dari kalangan professional. Proses normative dilakukan oleh
organisasi melalui pembekalan dalam bentuk training dan edukasi yang
dimotori oleh lembaga professional sehingga adopsi proses normative ini
akan menghasilkan struktur dan sistem yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
2.1.2 Perguruan Tinggi Sebagai Suatu Institusi
Literatur empiris memberikan bukti bahwa sistem pendidikan adalah sama
dan selalu mengalami perubahan setiap waktu. Schofer dan Meyer (2005)
menemukan bukti bahwa pendidikan berkembang sangat pesat seiring dengan
kemajuan teknologi dan heterogenitas budaya, perguruan tinggi berevolusi menjadi
suatu institusi yang dapat menjawab kebutuhan dan dinamika pertumbuhan dan
pengembangan knowledge dan modernisasi. Sebagai institusi yang mendukung
19
terwujudnya pengembangan dan pembentukan knowledge, perguruan tinggi
mendefinisikan dirinya menjadi suatu lembaga yang disebut sebagai “universitas”
yang dengan semangat dan dedikasi berpacu untuk memperoleh legitimasi melalui
setaiap upaya dan pencapaian yang dilakukan. Clark (1987) bahkan menyatakan
bahwa organisasi yang selalu dapat terus bertahan dalam pencapaian dan
eksistensinya ialah universitas.
Peranan institusi perguruan tinggi berfokus pada transfer atau konversi ilmu
pengetahuan (knowledge) dan diharapkan untuk menjadi komunitas yang memegang
teguh nilai-nilai (values) yang dianggap ideal atau dijunjung tinggi suatu bangsa
(Elena, 2004). Institusi perguruan tinggi diharapkan menjadi sebuah komunitas yang
mampu melindungi dirinya dari pengaruh nilai-nilai lingkungan diluarnya yang
mungkin korup atau mengandung keburukan (Warden, 2004). Menghadapi
transformasi ekonomi, teknologi dan kondisi sosial yang sangat cepat, perguruan
tinggi dituntut untuk lebih menyeimbangkan peranannya sebagai pusat intelektual
sekaligus menjaga agar tetap relevan dengan kondisi sosial di sekitarnya atau
kondisi sosial bangsa yang menaunginya. Output dari perguruan tinggi diharapkan
bukan hanya sumber daya manusia yang berkualitas dan siap kerja, tapi lebih dari
itu, menjadi agen-agen bangsa yang sanggup mengelola dan mengarahkan
perubahan di bangsa itu. Sejalan dengan institutional theory, konsep human
resource accounting juga menyebutkan bahwa dari segi perpektif manajerial,
manusia merupakan sumber daya yang bernilai bagi organisasi. Jika manusia
dipandang sebagai modal yang bernilai bagi organisasi, maka sumber daya manusia
memiliki essensi di dalam proses pengambilan keputusan baik bagi pihak manajerial
maupun stakeholders. Tujuan utama dari akuntansi sumber daya manusia ialah
20
untuk membantu manajemen dalam merencanakan dan mengontrol sumber daya
manusia secara efisien dan efektif.
Penelitian mengenai human resource accounting dilakukan sekitar tahun
1960-an oleh Likert. Penelitian serupa juga dilanjutkan oleh para ekonom seperti
Becker, Lester, Mincer dan Schultz (dikutip oleh Parasmewaran dan Jothi, 2005)
yang mengembangkan gagasan Flamholtz mengenai teori human resource
accounting yang menyatakan bahwa:
1. Manusia merupakan sumber daya yang bernilai bagi suatu organisasi
2. Setiap informasi yang terkait dengan investasi dalam bentuk human capital
adalah berguna pada saat proses pengambilan keputusan.
Menurut Parasmewaran dan Jothi (2005), human resource accounting
mengarah kepada:
1. Peningkatan kesadaran manajerial terhadap nilai sumber daya manusia.
2. Penyedia sistem informasi di dalam pengambilan keputusan
3. Perwujudan akuntabilitas sebagai bagian dari manajemen sumber daya
manusia
4. Pengembangan ukuran-ukuran baru di dalam penggunaan tenaga kerja secara
efektif
5. Penyusunan perencanaan jangka panjang dan anggaran
6. Perencanaan sumber daya manusia secara lebih baik.
Oleh karenanya, perguruan tinggi memiliki peran yang penting dan strategis
sebagai agen pembangunan terkait dengan tanggung jawab untuk mempersiapkan
generasi masa depan yang berkualitas. Perguruan tinggi juga memiliki tugas sebagai
partner pemerintah, dunia bisnis dan masyarakat yang diharapkan dapat
21
menciptakan kehidupan dan dunia kerja yang lebih berkualitas. Perguruan tinggi
merupakan wadah yang mencerminkan perkembangan kemajuan pengetahuan,
wawasan berpikir, teknologi, dan berbagai aspek dalam kehidupan. Sebagai wadah
pengembangan dan perwujudan intellectual capital tersebut, maka berdasarkan
konsep institutional theory perguruan tinggi adalah sebagai institusi.
Pada awalnya, institutional theory lahir sebagai bentuk penolakan teori
Marxist yang pada kala itu mendominasi sosiologi America pada tahun 1970 an.
Studi mengenai perguruan tinggi sebagai institusi dikembangkan oleh Meyer dan
Rowan (2010) dengan menyimpulkan bahwa perguruan tinggi berdasarkan
institutional theory adalah institusi yang memegang peranan penting dalam
sosialitas dan modernisasi. Perguruan tinggi berperan di dalam struktur dan
interaksi sosial melalui proses perwujudan dan pencapaiannya sebagai pusat
pembentukan dan pengembangan pengetahuan, wawasan, kreativitas dan budaya.
Jika perguruan tinggi sebagai institusi pengembangan dan pembentukan intellectual
capital yang dalam hal ini ialah human capital, berarti setiap individu di lingkungan
perguruan tinggi adalah actor. Meyer (2010) menyebutkan bahwa “People are
naturally actors”. Sesuai dengan konsep fenomologi yang menyatakan bahwa:
1. Setiap actor di dalam lembaga dan struktur internal merupakan bagian dari
suatu sistem institusional.
2. Institusi terbentuk dari kompleksitas dan keberagaman fungsi, peran, dan
heterogenitas unsur yang menyatu di dalam suatu wadah, yang disebut
institusi.
3. Institusi menjadi suatu alat kontrol yang efektif bagi actor.
22
2.1.3 University Governance
Pada dasarnya, pendidikan tinggi yang pada praktiknya dijalankan oleh
institusi perguruan tinggi dimaksudkan untuk dapat menjadi komunitas kaum
intelektual suatu bangsa. Perguruan tinggi merupakan wadah yang mencerminkan
perkembangan kemajuan pengetahuan, wawasan berpikir, teknologi, dan berbagai
aspek dalam kehidupan. Komunitas intelektual ini kemudian diharapkan untuk
menjadi komunitas yang mampu menelurkan inovasi-inovasi dan pemikiran-
pemikiran dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa itu.
Komunitas pendidikan tinggi juga dijadikan sebuah garda moral dan penjaga nilai-
nilai luhur yang dianut oleh suatu bangsa, termasuk budaya, adat istiadat dan
sebagainya.
University governance adalah perilaku, cara atau metode yang digunakan
oleh suatu institusi perguruan tinggi untuk mendayagunakan seluruh potensi dan
unsur-unsur yang dimiliki secara optimal (Dikti-Depdiknas, 2004). Secara teknis
tata kelola dinyatakan sebagai upaya sistematis dalam suatu proses untuk mencapai
tujuan organisasi, melalui fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
dan tindak lanjut peningkatan. Dengan demikian, university governance selain
melingkupi seluruh proses dan unsur-unsur tersebut, juga memiliki tujuan utama
yaitu peningkatan kualitas insitusi perguruan tinggi secara terus menerus untuk
mencapai visi dan misi yang ditetapkan.
Pengelolaan sebuah institusi perguruan tinggi tidak mungkin disamakan
dengan pengelolaan sebuah negara maupun korporasi. Ada koridor-koridor tertentu
yang berkaitan dengan nilai-nilai luhur (values), baik dalam hal akademik maupun
social values yang harus dijaga didalamnya. Inilah yang menjadi dasar munculnya
23
wacana university governance dalam penyelenggaraan sebuah institusi perguruan
tinggi. Secara sederhana, university governance sebagai penerapan prinsip-prinsip
dasar konsep “good governance” dalam sistem dan proses governance pada institusi
perguruan tinggi, melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan nilai-
nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi secara
khusus dan pendidikan secara umum. Basis pada tujuan pengembangan pendidikan
dan keilmuan akademik, pengembangan manusia seutuhnya. Yang lain ditempatkan
sebagai alat atau means, bukan tujuan dasar. Soaib (2009) menyatakan,
University governance is largely about guiding the university towards
achieving its vision and goals as an institution of professionalism,
scholarship, research, and knowledge advancement. University governance
must meet the demands of the many stakeholders, particularly the students,
academics, industries, and government. It is not about control; it is about
providing opportunities, facilities, and resources for ensuring its further
development and sustainability.
Sufean (1995) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa perguruan tinggi
telah mendukung tercapainya keberlangsungan pengembangan ilmu pengetahuan.
Good governance mensyaratkan 8 karakteristik umum/dasar, yaitu
partisipasi, orientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi, responsif, efektif
dan efisien, ekuiti (persamaan derajat) dan inklusifitas, dan penegakan/supremasi
hukum. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing karakteristik :
1. Participation
Partisipasi oleh pria dan wanita adalah kunci good governance. Partisipasi
dapat langsung maupun melalui institusi perwakilan yang legitimate. Partisipasi
harus informatif dan terorganisir. Ini mensyaratkan adanya kebebasan berasosiasi
24
dan berekspresi di satu sisi dan sebuahcivil society yang kuat dan terorganisir di sisi
lain.
2. Rule of law
Good governance memerlukan sebuah kerangka legal atau hukum dan
peraturan yang ditegakkan secara komprehensif. Good governance juga memerlukan
perlindungan penuh terhadap hak asasi manusia, terutama bagi kaum minoritas.
Proses enforcement hukum yang imparsial membutuhkan lembaga peradilan yang
independen dan kepolisian yang juga imparsial dan tidak korup.
3. Transparency
Transparansi mengandung arti bahwa pengambilan dan pengimplementasian
keputusan dilakukan dalam tata cara yang mengikuti hukum dan peraturan.
Transparency juga berarti bahwa informasi tersedia secara bebas dan dapat diakses
langsung oleh mereka yang akan dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Informasi
yang tersedia haruslah dalam bentuk dan media yang mudah dimengerti.
4. Responsiveness
Good governance memerlukan institusi dan proses didalamnya yang
mencoba untuk melayani semua stakeholders dalam kerangka waktu tertentu yang
sesuai.
5. Consensus oriented
Ada lebih dari satu aktor dan banyak sudut pandang dalam suatu komunitas.
Good governance memerlukan mediasi dari kepentingan-kepentingan yang berbeda
di masyarakat dalam rangka mencapai sebuah konsensus umum dalam masyarakat
yang merupakan kepentingan atau keputusan yang terbaik yang dapat dicapai untuk
seluruh masyarakat. Ini memerlukan perspektif luas dan jangka panjang mengenai
25
apa yang diperlukan untuk pengembangan manusia secara berkesinambungan. Ini
hanya dapat dicapai melalui pemahaman yang baik atas konteks historis, kultural
dan sosial di komunitas atau masyarakat tersebut.
6. Equity and inclusiveness
Keberadaan sebuah masyarakat bergantung pada proses memastikan bahwa
seluruh anggotanya merasa bahwa mereka memiliki kepentingan didalamnya dan
tidak merasa dikucilkan dari mainstream masyarakat tersebut. Ini memerlukan
semua kelompok, terutama yang paling lemah, memiliki kesempatan untuk
meningkatkan atau mempertahankan keberadaan mereka.
7. Effectiveness and efficiency
Good governance berarti bahwa output dari seluruh proses dan institusi tepat
sasaran atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat disamping efisien dalam
pemanfaatan sumber daya untuk melakukannya. Konsep efisiensi dalam konteks
good governance juga mencakup penggunaan sumber daya alam dengan
memperhatikan kesinambungan dan perlindungan lingkungan.
8. Accountability
Akuntabilitas adalah salah satu kebutuhan utama dalam good governance.
Tidak hanya untuk institusi pemerintahan, melainkan juga sektor swasta dan
organisasi-organisasi civil society harus bisa diakun oleh publik dan stakeholders-
nya. Secara umum, sebuah organisasi atau institusi bertanggung jawab pada pihak-
pihak yang dipengaruhi oleh tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan mereka.
Akuntabilitas tidak mungkin ditegakkan tanpa adanya transparansi dan supremasi
hukum.
26
Lapworth (2004) dalam penelitiannya menggambarkan model university
governance sebagai interaksi dan bukan hirarki kekuasaan, sehingga proses
governance dapat diarahkan demi mewujudkan visi dan misi universitas dalam
kerangka pemahaman institut perguruan tinggi. Gambar 1 akan menunjukkan
flexible governance model Lapworth.
Gambar 2.1: Flexible governance model
Sumber: Lapworth, (2004)
Johannes (2003) menyebutkan ada 4 organ utama pada bentuk university
governance di Indonesia yaitu:
1. Board of Trustee yaitu pihak penyelenggara tertinggi di perguruan
tinggi yang didalamnya termasuk Majelis Wali Amanat, Rektor, biro
dan jajarannya.
FACULTY
MANAGEMENT
BOARD
SENATE
STEERING CODE
27
2. University Senate yaitu badan normatif pada perwakilan tertinggi di
lingkungan fakultasyang memiliki wewenang untuk menjabarkan
kebijakan dan peraturan universitas .
3. Internal Auditor yaitu pihak yang tidak terkait langsung dengan
tugas-tugas akademis namun berperan dalam melakukan pengawasan
dan monitoring terhadap sistem pengendalian kinerja pada berbagai
program studi di universitas seperti lembaga penjaminan mutu, SP4.
4. University Executives yaitu pihak manajemen yang keterkaitannya
adalah dalam hal pendanaan maupun pembiayaan di universitas.
Gambar 2.2: University Governance di Indonesia
Gambar 2.2: Johannes, (2003).
2.1.4 Good University Governance di Indonesia
Prinsip-prinsip atau karakteristik dasar dari good governance masih relevan
untuk diterapkan dalam konsep good university governance. Dalam
BOARD
OF TRUSTEE
UNIVERSITY
SENATE INTERNAL
AUDITOR
UNIVERSITY
EXECUTIVES
28
penyelenggaraannya, sebuah institusi perguruan tinggi harus memenuhi prinsip-
prinsip partisipasi, akuntabilitas, transparansi, dan responsif,. Prinsip-prinsip
manajerial tersebut hendaknya diterapkan untuk mendukung fungsi-fungsi dan
tujuan dasar pendidikan tinggi.
BPKP dan LAN (2000) mensyaratkan ada beberapa yang perlu diperhatikan
dalam penyelenggaraan good university governance di Indonesia dalam hal
penerapan prinsip-prinsip atau karakteristik dasarnya, yaitu:
1. Penentuan stakeholders. Inti dari proses governance yang baik adalah
bagaimana hubungan antar stakeholders didalamnya. Untuk itu, peneliti
terlebih dahulu perlu mendefinisikan siapa para stakeholders tersebut.
2. Pendefinisian peranan dan tanggung jawab masing-masing stakeholders. Hal
ini harus didahului dengan pembangunan kesadaran dalam diri seluruh
stakeholders bahwa setiap individu memiliki kepentingan dan karenanya
harus turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
3. Partisipasi. Partisipasi atau pelibatan aktif dari seluruh stakeholders
merupakan sesuatu yang vital dalam penyelenggaraan governance yang
baik.
4. Penegakkan hukum. Pelaksanaan fungsi-fungsi perguruan tinggi tidak
mungkin dapat berjalan dengan kondusif apabila tidak ada sebuah hukum
atau peraturan yang ditegakkan dalam penyelenggaraannya. Aturan-aturan
itu, berikut sanksi-sanksinya, hendaknya merupakan hasil konsensus dari
stakeholders, untuk meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk
mematuhinya.
29
5. Transparansi. Transparansi atau keterbukaan merupakan sebuah prasyarat
dasar untuk menunjang adanya partisipasi dan menjaga akuntabilitas
institusi. Proses partisipasi memerlukan ketersediaan informasi yang
memadai dan kemudahan bagi seluruh stakeholders dalam mengakses
informasi tersebut.
6. Responsivitas. Sifat responsif ini dapat dibagi dalam dua konteks. Pertama,
pihak penyelenggara perguruan tinggi (rektorat) harus mampu menangkap
isu-isu dan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam dinamika
penyelenggaraan tersebut. Yang kedua, dalam konteks yang lebih luas,
perguruan tinggi secara institusi harus mampu bersikap responsif terhadap
permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan mempu bertindak
atau berpartisipasi untuk menyikapinya.
7. Orientasi pada konsensus. Proses pengambilan segala keputusan atau
kebijakan dalam penyelenggaraan hendaknya mengutamakan konsensus atau
kesepakatan dari stakeholders.
8. Persamaan derajat dan inklusivitas. Seluruh prinsip-prinsip tadi hanya
mungkin terwujud apabila ada satu kesepahaman mengenai persamaan
derajat (equity) setiap entitas stakeholders. Artinya, paradigma yang dipakai
bukanlah hierarkikal atau ada satu kelompok yang derajatnya lebih tinggi
dibanding kelompok lain.
9. Efektifitas dan efisiensi. Output dari seluruh proses penyelenggaraan atau
program-program yang digariskan harus tepat sasaran (efektif) atau sesuai
dengan kebutuhan dan harapan stakeholders.
30
10. Akuntabilitas. Institusi perguruan tinggi harus mampu
mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian proses penyelenggaraan
perguruan tinggi terhadap seluruh stakeholders, baik internal maupun
eksternal, terutama pada masyarakat umum.
11. Values yang harus dijunjung tinggi perguruan tinggi. Seluruh prinsip ini
harus dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dan tujuan dasar
yang dianut dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, dan diterapkan untuk
menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi dasar perguruan tinggi. Perguruan
tinggi mengemban amanat dan harapan yang besar dari masyarakat, bangsa
dan negara, sehingga penyimpangan dari nilai-nilai ini merupakan sebuah
pengkhianatan terhadap amanat dan harapan itu.
Sesuai dengan pernyataan Direktorat Pembinaan Akademik dan
Kemahasiswaan Dikti-Depdiknas (2004) bahwa untuk mewujudkan institusi
perguruan tinggi di Indonesia menjadi academic excellence, maka suatu institusi
perguruan tinggi harus memenuhi tri darma perguruan tinggi yaitu pengajaran dan
riset (penelitian) dan pengabdian masyarakat dengan mengacu pada:
1. Pengembangan kurikulum dan silabus. Setiap program studi harus
menyesuaikan kurikulum dan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan dan realita
di dunia kerja. Program studi juga diharuskan mampu untuk melakukan
evaluasi diri atas pengembangan kinerja pada tahun ajaran baru.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pada setiap program studi baik
pada tingkat dekanat, dosen hingga pada karyawan untuk menjaga reputasi
perguruan tinggi.
31
3. Peningkatan kerjasama pada berbagai universitas terkemuka di luar negeri
sebagai salah satu referensi untuk menunjang pendidikan dan penelitian di
perguruan tinggi.
4. Peningkatan penelitian yang mengarah pada pengembangan ataupun isu-isu
yang terkait dengan pembangunan nasional secara global maupun institusi
secara khusus.
5. Pengabdian kepada masyarakat melalui pemberdayaan dan partisipasi
akademisi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan pemberian penyuluhan atau
pelatihan-pelatihan khusus yang terkait dengan pengembangan keterampilan.
2.1.5 Intellectual Capital
Defenisi intellectual capital yang banyak digunakan adalah definisi yang
ditawarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD, 1999) yang menjelaskan intellectual capital sebagai nilai ekonomi dari dua
kategori aset tak berwujud: (1) organisational (structural) capital; dan (2) human
capital. Organisational (structural) capital mengacu pada hal-hal seperti sistem
software, jaringan distribusi, dan rantai pasokan. Human capital meliputi sumber
daya manusia di dalam organisasi (yaitu sumber daya tenaga kerja/karyawan) dan
sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dan
supplier. Seringkali istilah tersebut diperlakukan sebagai sinonim dari aktiva tidak
berwujud. Meskipun demikian, definisi tersebut menyajikan cukup perbedaan
dengan meletakkan intellectual capital sebagai bagian terpisah dari dasar penetapan
intangible asset secara keseluruhan suatu perusahaan.
32
Edvinsson dan Malone (1997) menyatakan bahwa intellectual capital
merupakan“hidden capabilities” yang dimiliki oleh suatu organisasi atau
merupakan knowledge based resources yang menciptakan keunggulan bersaing bagi
suatu perusahaan. Lev (2001) menggunakan istilah intangible assets, knowledge
assets and intellectual capital secara berubah-ubah dan menyatakan bahwa masing-
masing istilah itu digunakan secara berbeda tergantung pada konteks yang
mendasari pemakaian istilah tersebut. Luthy (1999) menyatakan bahwa konsep dasar
penting dalam definisi ini meliputi gagasan bahwa modal intelektual adalah sesuatu
yang berbasis pengetahuan, ditangkap dalam suatu bentuk dan dapat diidentifikasi,
serta berguna bagi organisasi. Modal intelektual tidak hanya mudah tersedia, namun
meliputi kemampuan otak manusia yang bebas. Definisi dan konsep dasar tersebut
memberikan dasar yang berguna dalam memahami modal intelektual.
2.1.6 Intellectual Capital Pada Institusi Perguruan Tinggi
Intellectual capital adalah kombinasi dari intangible resources dan activities
yang memberikan kewenangan bagi organisasi untuk mentransform resources yang
dapat menciptakan nilai bagi stakeholders (European Commission, 2006, p. 4). Marr
dan Ross (2005) menekankan bahwa ada interaksi yang dinamis antara intellectual
capital dan resource lainnya yang dimiliki organisasi yang kemudian akan
membawa arah yang baik bagi kinerja. Hal yang kemudian sering mengemuka
dalam penyelenggaraan perguruan tinggi kemudian adalah mengenai academic
excellence yang menjadikan institusi perguruan tinggi sebagai wadah pusat
intelektual yang mentransfer atau mengkonversi ilmu pengetahuan (knowledge).
Paradigma baru tersebut menjadikan intellectual capital menjadi essential dalam
33
pencapaian tujuan institusi perguruan tinggi sebagai academic excellence. Gambar
2.3 berikut akan menyajikan interaksi intellectual capital dengan berbagai resources
yang dimiliki oleh organisasi.
Gambar 2.3. Taxonomy of Organisational Assets
Menurut beberapa peneliti seperti Edvinson dan Malone (1997); Stewart
(1997); Bontis (2001) dan Warden (2003), intellectual capital dapat dikelompokkan
ke dalam tiga subkategori, yaitu:
1. Human capital: Sebagai contoh, pendidikan staf, pelatihan,
pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan.
2. Structural capital: Mencakup struktur-struktur internal seperti
penelitian dan pengembangan (R&D), hak paten, proses-proses
manajemen.
3. Relational capital: Mencakup hubungan-hubungan eksternal seperti
hubungan pelanggan, merek dan reputasi.
PHYSICAL
CAPITAL
INTELLECTUAL
CAPITAL
MONETARY
CAPITAL
HUMAN
CAPITAL RELATIONAL
CAPITAL
ORGANISATIONAL
CAPITAL
Sumber: Marr dan Roos (2005), p. 32.
34
Komponen intellectual capital telah lama diketahui pada berbagai literatur
yaitu yang terdiri dari human capital, structural capital dan relational capital
(Edvinsson, 1997 dan Sveiby, 1997). Walaupun secara harafiah defenisi intellectual
capital lebih banyak terkait dengan konteks corporate dan organisational, namun
intellectual capital juga dapat dengan mudah diadaptasi kepada institusi perguruan
tinggi atau universitas. Tabel berikut akan menggambarkan elemen intellectual
capital pada universitas.
Tabel 2.1 Intellectual Capital di Universitas
Human Capital
Academic & Professional
qualifications
Mobility
Scientific Productivity
Teaching Quality
Structural Capital
Effort in Innovation &
Improvement
Intellectual Property
Management Quality
Relational Capital
University‟s image
Student satisfaction
Relations with the
business world
Collaboration with other
universities
Sumber: Yolanda Ramirez et.al (2011)
2.2 Telaah Penelitian Sebelumnya
Pendidikan tinggi yang pada praktiknya dijalankan oleh institusi perguruan
tinggi dimaksudkan untuk dapat menjadi komunitas kaum intelektual suatu bangsa.
Sofian (1995) memberikan bukti melalui review literatur yang menyebutkan bahwa
komunitas intelektual diharapkan menjadi komunitas yang mampu menelurkan
inovasi-inovasi dan pemikiran-pemikiran dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapi oleh bangsa itu. Konsep human resource accounting juga menyebutkan
bahwa investasi terbaik ialah melalui sumber daya manusia. Sumber daya manusia
yang berkualitas akan memberikan value yang dapat menjaga citra sekaligus
35
memberikan benefit bagi organisasi. Fenomena kasus tersebut menjadikan
intellectual capital menjadi essential dalam pencapaian tujuan institusi perguruan
tinggi sebagai academic excellence.
Namun hanya sedikit literatur yang membahas bagaimana keberhasilan
dalam pembentukan dan pemberdayaan intellectual capital dapat tercapai dengan
sendirinya tanpa mempertimbangkan bahwa ada unsur good university governance
yang dapat mendukung keberlangsungannya. University governance menjadi
fondasi atau pilar bagi perwujudan intellectual capital. Penekanan literatur
governance dan intellectual capital telah dilakukan oleh Assem, Dima dan Sarah
(2008) terutama dalam hubungan antara governance dan intellectual capital pada
institusi perguruan tinggi.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
governance dan intellectual capital di lingkungan institusi perguruan tinggi di
Beirut. Mereka memberikan bukti bahwa governance memiliki hubungan yang
signifikan dalam menciptakan, mempertahankan dan memberdayakan intellectual
capital di perguruan tinggi Beirut. Mereka menyimpulkan jika physical asset dinilai
kurang baik karena kelalaian atau kegagalan dari tata kelola yang minim, maka
intellectual capital juga akan terpengaruh. Penelitian mereka didukung oleh review
Keenan dan Aggestam (dikutip dalam Assem, Dima dan Sarah (2008)) yang
menyatakan bahwa, “governance is responsible for creating, developing and
leveraging the intellectual capital residing in the people, structures and processes of
the firm”.
Namun penelitian mereka tidak dapat menjelaskan dinamika, fenomena
kasus yang menjawab bagaimana governance dapat membentuk intellectual capital
36
di lingkungan perguruan tinggi. Selain itu, mereka menggunakan corporate
governance sebagai prinsip-prinsip dan karakteristik dasar dalam pembentukan
intellectual capital di institusi perguruan tinggi. Walaupun pada dasarnya prinsip-
prinsip atau karakteristik dasar dari good governance masih relevan untuk
diterapkan dalam konsep university governance, namun pengelolaan sebuah institusi
perguruan tinggi tidak mungkin disamakan dengan pengelolaan sebuah publik
maupun korporasi. Hal tersebut dikarenakan ada koridor-koridor tertentu yang
berkaitan dengan nilai-nilai luhur (values), baik dalam hal akademik maupun social
values yang harus dijaga di dalamnya yaitu prinsip partisipasi, akuntabilitas,
transparansi, responsif, dan kesetaraan dan kewajaran
UNDP dalam LAN dan BPKP (2000) menyatakan bahwa perguruan tinggi
secara konsep ekonomi, pendidikan merupakan industri, maka konsep good
governance dapat dan tepat diterapkan pada perguruan tinggi. Konsep good
governance merujuk pada bagaimana tata kelola institusi yang baik. Good
governance pada perguruan tinggi diperlukan untuk mendorong terciptanya
efisiensi, transparansi dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Dikti-
Depdiknas (2004) menyebutkan university governance adalah perilaku, cara atau
metode yang digunakan oleh suatu institusi perguruan tinggi untuk
mendayagunakan seluruh potensi dan unsur-unsur yang dimiliki secara optimal.
Soaib (2009) telah memberikan suatu review tentang literatur university
governance dan menyatakan bahwa university governance is largely about guiding
the university towards achieving its vision and goals as an institution of
professionalism, scholarship, research, and knowledge advancement. Peneliti
memberikan bukti bahwa university governance memiliki tujuan utama yaitu
37
peningkatan kualitas insitusi perguruan tinggi secara terus menerus untuk mencapai
visi dan misi yang ditetapkan dengan tetap berbasis pada tujuan pengembangan
pendidikan dan keilmuan akademik, pengembangan manusia seutuhnya. Sufean
(1995) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa perguruan tinggi telah
mendukung tercapainya keberlangsungan pengembangan ilmu pengetahuan.
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
Soaib (2009) menyatakan bahwa university governance menjadi pilar bagi
universitas demi mencapai visi dan tujuannya sebagai institusi pendidikan yang
unggul dalam pengembangan ilmu pengetahuan, profesionalisme, riset dan
pengabdian kepada masyarakat. Penelitian ini didukung pula oleh hasil temuan
Sufean (1995) yang menyatakan bahwa perguruan tinggi telah mendukung
tercapainya keberlangsungan pengembangan ilmu pengetahuan.
Sama halnya dengan prinsip yang berlaku pada suatu organisasi, prinsip-
prinsip pada institusi perguruan tinggi juga mencakup nilai-nilai yang mendasari
terwujudnya tujuan dan manfaat yang akan dicapai. Prinsip pada institusi perguruan
tinggi disebut sebagai prinsip university governance yang dalam
penyelenggaraannya, institusi perguruan tinggi diharuskan untuk menerapkan
prinsip-prinsip atau karakteristik yang melekat pada fungsi dan nilai-nilai dasar
pendidikan. Dengan demikian, prinsip-prinsip good university governance menjadi
pilar terwujudnya fungsi dan tujuan dasar perguruan tinggi sebagai wadah sumber
pengetahuan dan kreativitas.
Untuk mewujudkan institusi perguruan tinggi di Indonesia menjadi academic
excellence, maka suatu institusi perguruan tinggi harus mampu
38
mengimplementasikan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, riset
(penelitian), dan pengabdian masyarakat dengan mengacu pada:
1. Pengembangan kurikulum dan silabus. Setiap program studi harus
menyesuaikan kurikulum dan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan dan realita
di dunia kerja. Program studi juga diharuskan mampu untuk melakukan
evaluasi diri atas pengembangan kinerja pada tahun ajaran baru.
2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pada setiap program studi baik
pada tingkat dekanat, dosen hingga pada karyawan untuk menjaga reputasi
perguruan tinggi.
3. Peningkatan kerjasama pada berbagai universitas terkemuka di luar negeri
sebagai salah satu referensi untuk menunjang pendidikan dan penelitian di
perguruan tinggi.
4. Peningkatan penelitian yang mengarah pada pengembangan ataupun isu-isu
yang terkait dengan pembangunan nasional secara global maupun institusi
secara khusus.
5. Pengabdian kepada masyarakat melalui pemberdayaan dan partisipasi
akademisi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan pemberian penyuluhan atau
pelatihan-pelatihan khusus yang terkait dengan pengembangan keterampilan.
Implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi tersebut dapat terwujud jika ada
pengembangan yang serius dalam hal implementasi intellectual capital. Intellectual
Capital dapat dikelompokkan ke dalam tiga subkategori, yaitu:
1. Human capital: Sebagai contoh, pendidikan staf, pelatihan,
pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan.
39
2. Structural capital: Mencakup struktur-struktur internal seperti
penelitian dan pengembangan (R&D), hak paten, proses-proses
manajemen.
3. Relational capital: Mencakup hubungan-hubungan eksternal seperti
hubungan pelanggan, merek dan reputasi.
Komponen intellectual capital telah lama diketahui pada berbagai literatur
yaitu yang terdiri dari human capital, structural capital dan relational capital
(Edvinsson, 1997 dan Sveiby, 1997). Intellectual capital pada institusi perguruan
tinggi terdiri atas human capital, structural capital dan relational capital yang
mengacu pada pengetahuan dan kemampuan mengetahui (knowing capability) dari
sebuah kolektifitas sosial. Intellectual capital ini pararel dengan konsep human
capital yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan kapabilitas yang
memungkinkan seseorang bertindak dengan cara baru. Dengan demikian,
intellectual capital, merupakan sebuah sumber daya penting dan sebuah kapabilitas
untuk bertindak berdasarkan pengetahuan dan kemampuan mengetahui. Setiap
upaya yang diberlakukan institusi di dalam pencapaiannya diungkapkan ke dalam
suatu bentuk laporan non-keuangan yang kemudian akan digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi stakeholders institusi tersebut dan sekaligus untuk
memperoleh legitimasi akan citra, image maupun kualitas institusi sebagai wadah
pembentukan intellectual capital.
Untuk membantu memahami bagaimana university governance terhadap
intellectual capital pada institusi perguruan tinggi, maka diperlukan suatu kerangka
pemikiran dan sesuai dengan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka
kerangka teoritis disusun sebagai berikut:
40
Gambar 2.4:
Kerangka Pemikiran Teoritis
Intellectual
Capital
Tri Darma
Perguruan
Tinggi
Feedback process
Prinsip
University
Governance:
Transparancy
Accountability
Fairness
Responsiveness
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus instrumental tunggal
(single instrumental case study) yaitu studi kasus yang berusaha menggali lebih
dalam satu kasus/fenomena tentang dinamika university governance dalam
pembentukan intellectual capital di Fakultas. Pendekatan studi kasus dalam
penelitian ini sangat berguna dalam mendefinisikan secara intensif satu unit kasus
tunggal dengan tujuan memahami jumlah kasus sejenis yang lebih besar. Pendekatan
tersebut dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang
dinamika university governance dalam pembentukan intellectual capital di institusi
perguruan tinggi dengan cara mengelompokkan isu yang ada dan memberikan
makna atas isu tersebut sesuai pandangan orang tersebut. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif karena:
1. Penelitian ini tidak menggunakan angka-angka sebagai indikator variabel
penelitian untuk menjawab permasalahan penelitian.
2. Penelitian ini berada dalam satu setting tertentu yang bermaksud untuk
menginvestigasi dan memahami fenomena: apa yang terjadi, mengapa terjadi
dan bagaimana terjadinya serta bertujuan memahami suatu situasi sosial,
peristiwa, peran, interaksi dan kelompok.
42
3. Tidak semua nilai, perilaku, dan interaksi antara social actors dengan
lingkungannya dapat dikuantifikasi. Hal ini disebabkan persepsi seseorang
atas sesuatu sangat tergantung pada nilai-nilai, budaya, pengalaman dan lain-
lain yang dibawa individu tersebut.
Pemilihan pendekatan kualitatif pada penelitian ini adalah murni dari
keinginan peneliti. Creswell (2003) berpendapat bahwa pilihan personal adalah
sebuah legitimasi dan alasan yang tepat dalam pemilihan pendekatan penelitian.
3.2 Paradigma Penelitian
Pendekatan interpretif berasal dari filsafat Jerman yang menitikberatkan pada
peranan bahasa, interpretasi dan pemahaman di dalam ilmu sosial. Pendekatan ini
memfokuskan pada sifat subjektif dari social world dan berusaha memahaminya dari
kerangka berpikir objek yang sedang dipelajarinya. Jadi fokusnya pada arti individu
dan persepsi manusia pada realitasbukan pada realitas independen yang berada di
luar mereka. Manusia secara terus menerus menciptakan realitas sosial mereka
dalam rangka berinteraksi dengan yang lain. Tujuan pendekatan interpretif tidak lain
adalah menganalisis realita sosial semacam ini dan bagaimana realita sosial itu
terbentuk.
Untuk memahami sebuah lingkungan sosial yang spesifik, peneliti harus
menyelami pengalaman subjektif para pelakunya. Penelitian interpretatif tidak
menempatkan objektivitas sebagai hal terpenting, melainkan mengakui bahwa demi
memperoleh pemahaman mendalam, maka subjektivitas para pelaku harus digali
sedalam mungkin hal ini memungkinkan terjadinya trade-off antara objektivitas dan
kedalaman temuan penelitian.
43
Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretatif dikarenakan realitas
terbentuk dari ekspresi dari dalam pikiran seseorang dan pada dasarnya realitas
tersebut bersifat subjektif atau interpretatif. Pendekatan interpretatif sesuai dengan
penelitian dikarenakan: (1) pemahaman muncul melalui interaksi karena pada
penelitian ini, peneliti merupakan figur utama dalam pengumpulan data yang
mempengaruhi dan membentuk pengetahuan.; (2) memahami konteks dengan
menggali dinamika yang dilakukan melalui prinsip-prinsip university governance
selama proses pembentukan intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
tersebut.; (3) bagaimana memahami pengalaman informan (4) bagaimana informan
membuat dan membagi pemahaman. Selain itu paradigma interpretif
memperbolehkan peneliti untuk terlibat secara subjektif dengan partisipan dalam
penelitian. Peneliti interpretif percaya bahwa realita dibentuk lewat interpretasi dan
interaksi sosial (Hines, 1998; Miller, 1994; Morgan, 1998; Munro, 1998 dalam
Chariri, 2006).
3.3 Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Creswell (2007, p. 202-220) menyebutkan bahwa terdapat beberapa
perspektif dan kondisi dalam validitas dan reliabilitas kualitatif. Salah satunya
adalah perpektif yang menggunakan kondisi yang lebih menerapkan kebenaran
natural, yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985). Bahasa yang digunakan
adalah kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Kredibilitas
atau internal validity merupakan penjaminan keabsahan data melalui validitas
44
internal yang dilakukan dengan menggunakan beberapa criteria teknik pengujian,
yaitu:
1. Melakukan prosedur cek ulang (re-checking) secara cermat.
Dalam prosedur ini dilakukan verifikasi dan falsifikasi. Verifikasi dilakukan
dengan cara pengecekan apakah data yang diungkapkan oleh informan telah sesuai
dengan situasi konkret yang dilakukan di lapangan. Falsifikasi dilakukan dengan
cara pengecekan ulang jawaban pertanyaan wawancara untuk mengetahui seberapa
jauh data yang ditemukan tersebut dapat diuji kebenarannya.
2. Melakukan teknik penggalian data yang bervariasi dan komprehensif.
Apabila diperlukan, dilakukan perluasan teknik pengumpulan dan penggalian
data, misal dengan melakukan wawancara berkali-kali sebanyak yang
dimungkinkan, menggali data dengan campuran metode lain sebanyak yang
dimungkinkan sehingga reliabilitas dapat dengan mudah diperoleh. Hal ini
tergantung kepada kompetensi subjek yang dalam penelitian ini dirasa sudah cukup.
3. Menambah jumlah subjek dan informan penelitian.
Semakin banyak subjek, semakin banyak data dan perspektif sehingga dapat
memperkaya temuan di lapangan serta hasil analisis temuan. Apabila masih
diinginkan, mahasiswa maupun security dapat menjadi tambahan sumber informasi
lain dari sisi pemberi informasi.
Transferabilitas atau external validity merupakan tuntutan untuk
menghasilkan penelitian yang dapat mendeskripsikan rekonstruksi realita secara
lengkap dan detil sebagaimana dikonstruksikan oleh subjek penelitian. Dengan
deskripsi yang jelas akan memungkinkan orang lain untuk mengenali situasi lokasi
penelitian baru yang memiliki kesamaan dengan situasi lokasi penelitian saat ini.
45
Setting penelitian di Fakultas Ekonomika dan Bisnis serta verbatim hasil
wawancara dengan subjek penelitian dan observasi dalam penelitian ini
dideskripsikan dengan jelas pada Lampiran. Dependabilitas atau
keterandalan/reliability merupakan kesamaaan esensi hasil jika dua atau beberapa
kali penelitian diulang dengan fokus masalah yang sama. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis yang dipilih merupakan fokus dalam penelitian ini, karena studi kasus atas
dinamika university governance dalam membentuk intellectual capital sebenarnya
dapat dilakukan pada fakultas-fakultas lain di lingkungan Universitas Diponegoro.
Informan yang dipilih sebagai subjek penelitian merupakan perwakilan dari seluruh
populasi informan yang bersifat homogen. Pengujian atas reliabilitas dapat
dilakukan dengan memeriksa proses penelitian secara keseluruhan.
Sedangkan konfirmabilitas atau objectivity bermakna sebagai proses kerja
yang dilakukan dalam rangka mencapai kondisi objektif. Dalam penelitian ini
wawancara dengan para subjek penelitian yaitu informan dilakukan dalam tempat
dan waktu yang berbeda. Meskipun terdapat wawancara yang dilakukan di antara
observasi sepanjang periode penelitian, hal tersebut tidak mempengaruhi jawaban
para subjek penelitian selama wawancara. Hubungan peneliti dengan para subjek
penelitian merupakan hubungan formal namun penuh kepercayaan, sehingga tidak
ada pihak yang saling mempengaruhi opini dalam wawancara.
Tujuan dari pemeriksaan keabsahan data adalah untuk meningkatkan atau
mengoptimalkan rigor penelitian. Lincoln dan Guba, 1985 dalam Herdiansyah
(2010, p.194-206) mendefinisikan rigor sebagai tingkat atau derajat dimana hasil
temuan dalam penelitian kualitatif bersifat autentik dan memiliki interpretasi yang
dapat dipertanggungjawabkan. Sedang strategi untuk meningkatkan kekakuan
46
(rigor) atau menjaga agar rigor tetap optimal dilakukan teknik triangulasi. Sumber
data atau subjek penelitian dalam penelitian ini merupakan individu yang kompeten
sesuai dengan tema wawancara yang dilakukan sehingga diharapkan dapat
menghasilkan jawaban pertanyaan yang cukup valid.
3.4 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan berupa gejala-gejala, kejadian dan peristiwa yang
kemudian dianalisis dalam bentuk kategori-kategori. Data terdiri dari jenis berikut:
1. Data Primer: data ini berupa teks hasil wawancara yang diperoleh melalui
wawancara.
2. Data Sekunder: data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan
dapat diperoleh dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan.
Termasuk dalam kategori data tersebut ialah:
a. Data bentuk teks yaitu dokumen berupa:
1. Buku Pedoman Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
2. Salinan Buku Kontrol Absensi Pegawai di lingkungan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis.
3. Sertifikat Akreditasi BAN PT Program Studi Manajemen
4. Sertifikat Akreditasi BAN PT Program Studi Akuntansi
5. Sertifikat Akreditasi BAN PT Program Studi IESP
6. Kebijakan Sistem Pengendalian Mutu Internal Universitas Diponegoro
b. Kombinasi teks, suara, dan lain-lain yang dianggap penting untuk
dikumpulkan.
47
3.4.1 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan beberapa cara berikut yaitu:
1) Wawancara Mendalam (In-depth Interview)
Teknik wawancara yang digunakan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1)
wawancara dengan cara melakukan pembicaraan informal (informal conversational
interview), (2) wawancara umum yang terarah (general interview guide approach),
dan (3) wawancara terbuka yang standar (standardized open-ended interview).
(Patton, 1990:280-290 dikutip oleh Marshal dan Rossman, 1995, p.80). Bentuk
wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi-terstruktur yang isinya tertulis
pada pedoman wawancara berupa topik-topik pembicaraan yang mengacu pada satu
tema sentral yang telah ditetapkan yaitu university governance dalam membentuk
intellectual capital kepada pemberi informasi yaitu fungsionaris, anggota senat,
karyawan baik itu pada tingkat administrasi dan akademik, fungsionaris atau pejabat
fakultas yang berkedudukan di fakultas pada periode sebelumnya, serta dosen,
mahasiswa dan alumni.
2) Observasi
Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik
kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang
diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal
observasi dilakukan secara umum yaitu informasi umum Fakultas Ekonomika dan
Bisnis. Tahap selanjutnya adalah melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai
menyempitkan data atau informasi mengenai dinamika good university governance
dalam membentuk intellectual capital di fakultas.
48
3) Kajian Dokumen
Kajian dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian.
Dokumen-dokumen dipelajari sehingga didapat pengenalan bahkan penggalian lebih
lanjut mengenai dinamika university governance dalam membentuk intellectual
capital.
3.4.2 Sumber Data
Pemilihan Fakultas Ekonomika dan Bisnis dilakukan setelah melalui
beberapa tahap proses pencarian subjek penelitian. Proses tersebut adalah pertama,
mencari informasi mengenai keunggulan serta keunikan yang dimiliki oleh Fakultas
Ekonomika dan Bisnis dan dari hasil pencarian tersebut ditemukan hasil bahwa
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro memiliki wujud sebagai
wadah pengembangan intellectual capital. Kedua, memenuhi seluruh prosedur
perijinan yang telah dibuat oleh fakultas, selanjutnya mengikuti tata cara dan
persyaratan melakukan penelitian di lingkungan fakultas tersebut. Ketiga, menyusun
daftar pertanyaan untuk dipelajari yang kemudian akan memudahkan fokus terhadap
informan terkait yang sesuai untuk diwawancara lebih lanjut. Dari susunan
pertanyaan tersebut wawancara dapat dikembangkan menjadi pertanyaan
pertanyaaan lanjutan yang lebih luas. Keempat, mendatangi perusahaan untuk
melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan jadwal yang telah
ditentukan sebelumnya. Fakultas Ekonomika dan Bisnis memiliki komitmen kuat
terhadap penelitian dengan memberikan perhatian yang besar dan kesediaan untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan.
49
Penelitian yang dilaksanakan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis akan
melibatkan sejumlah informan yang meliputi fungsionaris pejabat, anggota senat,
karyawan baik itu pada tingkat administrasi dan akademik maupun pada badan
penjaminan mutu, serta dosen, mahasiswa dan alumni. Penelitian ini juga
melibatkan sejumlah informan yang pada periode sebelumnya telah menjabat baik
itu sebagai fungsionaris fakultas maupun dekanat. Hal ini ditujukan adalah demi
untuk memperoleh informasi yang valid dan mendukung kredibilitas dari penelitian
yang diselenggarakan. Pemilihan para informan tersebut di atas dilakukan
berdasarkan kriteria bahwa informan merupakan individu yang telah cukup lama dan
intensif menyatu dengan kegiatan atau aktivitas yang menjadi sasaran penelitian.
3.4.3 Waktu Pencarian Data
Wawancara dan observasi dilakukan pada tempat yang berbeda. Untuk itu
waktu pertemuan dan panjang waktu menyesuaikan tempat serta kebutuhan konteks
isi wawancara. Wawancara dengan setiap subjek penelitian yang dilakukan
berdurasi sekitar satu sampai tiga jam setiap pertemuan. Wawancara serta observasi
perusahaan dilakukan antara bulan Maret sampai dengan April 2012. Seperti halnya
snow ball yang biasa terjadi dalam penelitian kualitatif, jangka waktu serta jumlah
subjek dan sumber data/informan dapat bertambah seiring kondisi lapangan.
3.5 Analisis Data
Analisis data bersifat induktif dan berkelanjutan dengan tujuan akhir
menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori
baru, contoh dari model analisis kualitatif ialah analisis domain, analisis taksonomi,
50
analisis komponensial, analisis tema kultural, dan analisis komparasi konstan
(grounded theory). Teknik analisis data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah
teknik analisis data model interaksi yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman
(1994).
Teknis analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman (1994,
p.10-12) terdiri dari empat tahap yang harus dilakukan. Tahap pertama adalah
pengumpulan data yang berisi serangkaian proses pengumpulan data yang sudah
dimulai ketika awal penelitian, baik melalui wawancara maupun studi pre-eliminary.
Setelah data dikumpulkan, tahap yang dilakukan adalah reduksi data (data
reduction) dan interpretasi (interpretation) yang merupakan proses penggabungan
dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan
(script) yang akan dianalisis.
Hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi diubah menjadi bentuk
tulisan sesuai format masing-masing. Tahap display data berisi tentang pengolahan
data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan yang sudah memiliki
alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang
sudah dikelompokkan dan dikategorikan. Dalam tahap display data tema-tema
tersebut dipecah ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana atau subtema
dengan menggunakan coding dan grouping yang diakhiri dengan pemberian kode
dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang telah dilakukan
sebelumnya. Tahap kesimpulan/verifikasi merupakan tahap terakhir. Kesimpulan
menjurus kepada jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan serta
mengungkapkan “apa” dan “bagaimana” temuan penelitian. Narasi akhir diharapkan
menjadi tambahan bagi teori yang di-grounded yang telah ada selama ini. Chariri
51
(2006, p.163) menyatakan, dalam penelitian kualitatif, analisis data tidak dapat
dipisahkan dari proses pengumpulan data. Ketika data utama diperoleh dari sumber
wawancara, observasi, dan dokumentasi, analisis data secara langsung dilakukan
dalam menentukan pengumpulan data berikutnya.
Pendekatan analisis data yang digunakan berdasar pada asumsi sifat dasar
penyelidikan dimana fokus utama serta tujuan proses analisis adalah melakukan
analisis percakapan. Berelson dan Robson (dikutip dalam Ritchie dan Lews (2003,
p.200-232)) menyatakan bahwa analisis percakapan memfokuskan pada struktur
percakapan dan mengklasifikasikan interaksi dalam sistem linguistik kunci, seperti
pergantian pembicara. Dalam penelitian ini, penguasaan akan bahasa responden
merupakan hal penting yang digarisbawahi dalam analisis data. Proses ini meliputi
penguasaan sebanyak mungkin kata-kata yang digunakan oleh subjek penelitian
selama wawancara.
3.5.1 Triangulasi Data
Triangulasi merupakan penggunaan dua atau lebih sumber untuk
mendapatkan gambaran menyeluruh tentang suata fenomena yang akan diteliti.
Seperti check ulang jawaban kedua kelompok subjek penelitian yaitu
membandingkan konsistensi jawaban antar subjek penelitian. Jenis triangulasi lain
yang akan dilakukan adalah: triangulasi dalam metode pengumpulan data terutama
hasil wawancara dengan observasi dan studi dokumentasi.
Gambar 3.1 berikut akan menguraikan model triangulasi yang akan
digunakan dalam penelitian ini.
52
Gambar 3.1
Triangulasi Data
Sumber: Yin 2003 hal 99
3.5.2 Mengorganisir Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
terstruktur, dimana data tersebut direkam dengan digital recorder (sejenis tape
recorder) dibantu alat tulis lainnya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan
mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis. Data yang
telah didapat dibaca berulang-ulang oleh peneliti. Hal ini dilakukan agar peneliti
mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan. Data dari interview
(wawancara) pada penelitian ini ditranskripkan dan disusun secara sistematis.
Tujuannya adalah untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis lebih jauh data
tersebut.
Sementara itu, data dari analisis catatan organisasi (arsip) pada penelitian ini
diorganisir ke dalam format yang sama dengan hasil wawancara, hal ini dilakukan
Archival
record
Observation
Document
Focus
Interview
Open-ended
interview
Structure
Interview
and Survey
Fact
53
untuk mendukung data interview. Narasi (deskripsi) yang telah diorganisir dapat
dikelompokkan kedalam tema tertentu, dengan menggunakan code.
3.5.3 Data Reduction
Setelah mengorganisir data, data yang didapatkan kemudian disederhanakan
dalam bentuk pengurangan data yang tidak penting sehingga data yang terpilih dapat
diproses ke langkah selanjutnya. Pengurangan data pada penelitian ini dikarenakan,
data yang diperoleh oleh peneliti yaitu berupa simbol, statement, kejadian, dan
lainnya sehingga akan timbul masalah karena data masih mentah, jumlahnya sangat
banyak dan bersifat non-kuantitatif (sangat deskriptif) sehingga tidak dapat
digunakan secara langsung untuk analisis. Data reduksi merupakan proses analisis
untuk memilih, memusatkan perhatian, menyederhanakan, mengabstraksikan serta
mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan.
3.5.4 Interpretasi
Hasil interpretasi dari pemahaman hasil yang didapatkan dari coding data
pada penelitian ini kemudian dikaitkan dengan teori yang ada sehingga interpretrasi
tidak bersifat bias tetapi dapat dijelaskan oleh teori tersebut. Dalam melakukan
interpretasi, penelitian ini juga tidak terlepas dari kejadian yang ada pada setting
penelitian. Penelitian ini juga menyertakan kutipan, narasi dan gambar untuk
menggambarkan interpretasi dan pandangan organisasi terhadap dinamika good
university governance dan intellectual capital dalam penyelenggaraannya.
54
BAB IV
SETTING PENELITIAN SERTA GAMBARAN GOOD UNIVERSITY
GOVERNANCE DAN INTELLECTUAL CAPITAL DI FAKULTAS
EKONOMIKA DAN BISNIS
4.1 Sejarah dan Latar Belakang Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu:
1. Bagaimana Good University Governance membentuk Intellectual Capital
pada Fakultas Eknomika dan Bisnis?
2. Apa sajakah komponen intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis?
3. Mengapa intellectual capital menjadi essential dalam perwujudan Fakultas
Eknomika dan Bisnis sebagai centre of academic excellence?
Pembahasan berikut ini merupakan hasil analisis dan pembahasan berkaitan
dengan tema hasil penelitian yang menggunakan setting institusi perguruan tinggi
yaitu Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro sebagai objek kajian
peneliti. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro lahir pada tanggal
14 Maret 1960 sebagai salah satu fakultas di lingkungan Universitas Diponegoro
pada waktu itu sedang mempersiapkan diri menjadi Universitas Negeri. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1961 Universitas Diponegoro dinyatakan sebagai
Universitas Negeri terhitung mulai tanggal 15 Oktober 1960. Tanggal ini yang
kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi (Dies Natalis) Universitas Diponegoro.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis pada awalnya dengan nama Fakultas Ekonomi, dan
55
berubah nama menjadi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
sejak ditetapkan dengan Keputusan Rektor Universitas Diponegoro pada tanggal 21
Juni 2011 No. 347/SK/UN7/2011 tentang penetapan perubahan nama Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro menjadi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro. Pengembangan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro ditetapkan berdasarkan satu antisipasi masa depan. Hal ini dibenarkan
oleh Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang menjelaskan bahwa:
Saya hanya berpikir pada saat itu…, bahwa untuk menjadi world class
faculty, Fakultas Ekonomi harus terwadahi dengan baik. Oleh karenanya,
Fakultas Ekonomi merubah nama menjadi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
yang berarti bahwa… Fakultas Ekonomika dan Bisnis mewadahi 3 bidang
ilmu yaitu Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi.
Dengan berubahnya nama Fakultas Ekonomi menjadi Fakultas Ekonomika
dan Bisnis, maka setiap upaya dan kebijakan yang ditetapkan fakultas mengarah
kepada visi untuk menjadi world class faculty. Adapun visi fakultas Ekonomika dan
Bisnis yaitu:
“Tahun 2020, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univeristas Diponegoro
menjadi salah satu fakultas Ekonomika dan Bisnis terkemuka dalam
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi baik pada tingkat nasional
dan internasional serta mengakar di masyarakat lingkungannya.”
Lebih lanjut Dekan memberikan keterangan bahwa:
Kami (Fakultas) berupaya mengajukan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
untuk diakreditasi di skala internasional.
Sejalan dengan visi yang akan dicapai, maka salah satu misi fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro ialah turut serta mendorong
terwjudnya tata kelola organisasi yang baik. Berdasarkan visi dan misi tersebut,
maka Fakultas Ekonomika dan Bisnis adalah sebagai wadah bagi pembentukan
56
kaum intelektual bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan dalam wujud Tri
Dharma Perguruan Tinggi dan good university governance.
4.2 University Governance di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Dalam melaksanakan program pendidikan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis
memiliki staf pengajar sebanyak 128 tenaga pengajar tetap yang diantaranya 52
tenaga pengajar jurusan Manajemen, 30 tenaga pengajar jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan dan 46 tenaga pengajar jurusan Akuntansi. Dalam
melaksanakan kegiatan akademik, Fakultas memiliki 135 tenaga administrasi yang
dibagi dalam sub bagian-sub bagian. Sub Bagian Akademik terdapat 48 pegawai,
Sub Bagian Kemahasiswaan dan Alumni ada 6 pegawai, Sub Bagian Umum dan
Pengelola Aset memiliki 77 pegawai dan Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian
terdapat 14 pegawai. Secara keseluruhan Tata Usaha fakultas dipimpin oleh Kepala
Tata Usaha.
Selain itu, struktur organisasi fakultas terdiri atas beberapa unsur, meliputi
Unsur Pimpinan yang terdiri dari Dekan dan Pembantu Dekan, Unsur Senat
Fakultas, Unsur Pelaksana Akademik, Unsur Penunjang dan Unsur Pelaksana
Administrasi. Gambar 4.1 pada lampiran 1 menjelaskan struktur organisasi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
57
4.3 Dinamika Good University Governance di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro
Good governance di universitas tidak bersifat tunggal pada prerogatif
administratif saja, tetapi juga pada responsibilitas dan upaya bersama yang
melibatkan partisipasi semua konstituen kampus sebagaimana mestinya termasuk di
dalamnya Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai
wadah, menuntut berbagai pengaturan dan peran pendidikan, profesional, riset dan
pelayanan publik, diantaranya elaborasi terhadap struktur kewenangan dan juga
berbagai tuntutan stakeholder baik secara implisit maupun eksplisit. Oleh karena itu,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis terus berupaya mewujudkan tata kelola perguruan
tinggi yang baik sebagai suatu sistem yang melekat dengan dinamika perguruan
tinggi. Penerapan nilai-nilai tata kelola (university governance) di Universitas
Diponegoro dapat diinternalisasikan menjadi budaya Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, sehingga menjadi sebuah sistem yang memperkuat competitive advantage.
Bagian ini membahas bagaimana Fakultas Ekonomika dan Bisnis harus terus
berupaya mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik sebagai suatu sistem
yang melekat dengan dinamika perguruan tinggi. Seperti yang telah dikemukakan
oleh Soaib (2009) yang menyatakan bahwa good university governance dapat
dipandang sebagai penerapan prinsip-prinsip dasar konsep “good governance” pada
institusi perguruan tinggi melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan
nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi
secara khusus dan pendidikan secara umum dengan berbasis pada tujuan
pengembangan pendidikan dan keilmuan akademik serta pengembangan manusia
seutuhnya. Pernyataan Soaib tersebut mengarahkan kepada terwujudnya Tri Darma
58
Perguruan Tinggi melalui nilai-nilai yang mendasarinya. Tri Darma Perguruan
Tinggi terwujud melalui nilai-nilai good university governance berikut:
1. Transparansi (Transparancy)
Perkembangan dalam Teknologi Komunikasi dan Informasi telah
menimbulkan efek yang luar biasa pada akses dan pengiriman informasi, termasuk
intormasi tentang pendidikan. Seseorang yang ingin memperoleh informasi tentang
suatu ilmu, tidak lagi harus masuk perguruan tinggi terlebih dahulu. Informasi yang
tersedia di situs-situs Web internet ataupun komunikasi dengan telepon genggam
dengan berbagai nara-sumber dapat digunakan sebagai sumber ilmu baru.
Perubahan teknologi komunikasi dan informasi ini menuntut fakultas selalu
berperan sebagai sumber informasi keilmuan yang up to date, unggul dan
bermanfaat. Untuk itu, Fakultas Ekonomika dan Bisnis dituntut untuk beradaptasi
dengan cepat terhadap setiap perubahan informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni dari dunia luar untuk kemudian mengolah, melakukan inovasi dan improvisasi,
sehingga dihasilkan informasi IPTEK baru yang juga dapat dikomunikasikan secara
cepat. Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai salah satu fasilitator telah
mempersiapkan berbagai infrastruktur untuk ini, antara lain layanan internet untuk
seluruh mahasiswa, hot spot internet di beberapa wilayah, dan fasilitas untuk
mengakses berbagai jurnal internasional. Untuk kebutuhan publikasi, fakultas
memiliki jurnal ilmiah dan Web Site SIMAWEB.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis bertanggung jawab atas kewajiban
keterbukaan informasi serta menyediakan informasi bagi stakeholders sehingga
posisi dan pengelolaan korporasi (perguruan tinggi) dapat mencerminkan kondisi riil
59
dan harapan terhadap perguruan tinggi di masa yang akan datang. Di dalam bidang
akademik, civitas akademika dan stakeholders memiliki kesempatan untuk terlibat
maupun berpartisipasi dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik.
Partisipasi yang aktif dan proaktif di kalangan civitas akademika dan stakeholders
memprakarsai keinginan (motif) untuk berprestasi dan memperoleh pengakuan atas
eksistensi diri yang didukung pula oleh dinamika dan iklim kerja yang kondusif.
Fakultas Ekonomika dan Binis mewujudkan pengelolaan transparansi
keuangan dengan mendasarkan pada anggaran yang dituangkan dalam Rapat
Anggaran Tahunan yang telah ditetapkan. Hasil wawancara dengan Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis yang memberikan jawaban sebagai berikut:
Fakultas telah menyelenggarakan transparansi pengelolaan keuangan yang
dituangkan dalam Rapat Anggaran Tahunan. Fakultas mengundang setiap
bagian maupun unit-unit untuk mengkaji anggaran tersebut dan pada
akhirnya setiap individu harus mengikuti koridor-koridor anggaran yang
telah ditetapkan.
Mekanisme transparansi juga diwujudkan melalui keterbukaan informasi
bagi stakeholders mengenai posisi dan pengelolaan dan kondisi riil di lingkungan
fakultas. Fakultas Ekonomika dan Bisnis mengembangkan informasi dimulai tahun
ajaran 2004/2005. Awal aplikasi yang dibangun adalah Portal Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Undip dan Aplikasi Akademik (Simaweb). Portal merupakan jalan masuk
sekaligus wajah serta sumber informasi yang ada di Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Di bidang sistem informasi, fakultas sudah melangkah cukup jauh. Sistem informasi
akademik sudah berbasis pada information technology (IT), sehingga sebagian besar
informasi akademik sudah bersifat paperless. sebagaimana dijelaskan oleh Bpk AS:
Iya, benar. Sistem informasi merupakan suatu wujud transparansi fakultas
dalam menunjang kegiatan akademik. Keterbukaan informasi ini hanya bisa
diakses oleh mahasiswa yang berstatus aktif dan telah memenuhi persyaratan
60
registrasi maupun persyaratan akademik. Setiap mahasiswa memiliki user
name login dengan menggunakan Nomor Induk Mahasiswa (NIM)
sedangkan untuk password akan diberikan kepada mahasiswa pada
penerimaan mahasiswa baru. Salah satu kegunaan sistem ini contohnya saja,
mahasiswa bisa melihat nama mata kuliah SKS dan prasyarat mata kuliah
yang akan ditempuh.
Selain itu pula, berkatian dengan Daftar Nilai, mahasiswa juga dapat melihat
mata kuliah yang sudah pernah diambil dan Indeks Prestasi Kumulatif
seluruh mata kuliah yang pernah ditempuh serta memberikan informasi
mengenai mata kuliah yang belum diambil oleh mahasiswa.
Penerapan sistem informasi ini dilakukan untuk menunjang proses belajar
mengajar di dalam lingkungan sivitas akademika Fakultas Ekonomika dan Bisnis
serta memberikan informasi kepada masyarakat umum. Dasar penerapannya ialah
pada visi, misi dan tujuan universitas dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
khususnya. Sistem informasi yang dibangun berlaku bagi setiap program studi di
lingkungan fakultas meliputi; Program S1, Program Diploma 3, Program Pendidikan
Profesi Akuntansi (PPA).
Selain itu, salah satu fasilitas yang diberikan oleh Fakultas Ekonomika dan
Bisnis adalah free access internet via Hotspot. Mahasiswa yang memiliki laptop
dengan fasilitas Wi/Fi dapat diregistrasikan ke bagian data untuk mendapatkan
access internet. Registrasi ini diperuntukkan untuk memenuhi ketentuan yang
berlaku demi keamanan jaringan di universitas.
Sistem informasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis menjadi fasilitas yang
menjembatani tercapainya pengembangan pendidikan dan keilmuan melalui Tri
Darma Perguruan Tinggi serta keterbukaan informasi bagi stakeholders. Kenyataan
ini mendukung institutional theory seperti yang dinyatakan oleh Deegan (2007,
p.304-14) bahwa praktik organisasi berhubungan dengan nilai masyarakat dimana
organisasi itu beroperasi, serta kebutuhan akan pemeliharaan legitimasi organisasi.
61
Institutional theory memberikan penjelasan bagaimana mekanisme yang dilalui
organisasi berusaha menyelaraskan praktik dan karakteristiknya dengan nilai-nilai
sosial dan budaya menjadi terlembaga dalam organisasi khusus. Dengan demikian,
good university governance melalui prinsip transparansi menjawab pertanyaan
penelitian nomor 1 bab 1.2 yaitu bagaimana good university governance membentuk
intellectual capital di Fakultas EKonomika dan Bisnis.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Universitas Diponegoro telah menjadi salah satu penyelenggara Badan
Layanan Umum (BLU) per 17 September 2008 yang diberikan kewenangan dalam
pengelolaan dana secara mandiri dengan tetap mengikuti akuntabilitas
penyelenggaraan yang benar. Sumber dan jumlah dana yang dikelola oleh
universitas harus disosialisasikan kepada sivitas akademika Undip untuk menjamin
adanya pengelolaan dana yang akuntabel. Hal ini dibenarkan oleh Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis yang memberikan pernyataan seperti berikut ini:
Sejak Universitas Diponegoro menjadi Badan Layanan Umum yaitu per 17
September 2008, maka sistem pengelolaan keuangan sudah menggunakan
sistem Badan Layanan Umum (BLU). Artinya bahwa, Universitas
Diponegoro diberikan kewenangan dalam pengelolaan dana secara mandiri
dan tidak lagi menyetor ke kas Negara.
Universitas Diponegoro berupaya untuk membangun mekanisme
pengelolaan keuangan yang benar melalui sistem akuntabilitas penyelenggaraan
keuangan di tingkat fakultas (yang dalam hal ini Fakultas Ekonomika dan Bisnis)
dengan melibatkan setiap individu untuk berpartisipasi di dalam penyusunan
anggaran. Kemampuan dalam pengelolaan keuangan yang accountable adalah upaya
62
meningkatkan penyelenggaraan university governance yang otonom, seperti
dinyatakan oleh Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis berikut:
Mekanisme pengelolaan keuangan yang baik adalah dengan sistem bottom
up yang berarti bahwa semua orang (dalam hal ini Fakultas Ekonomika dan
Bisnis) turut berpartisipasi di dalam penyusunan anggaran.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai pelaku kebijakan dan pelayanan
publik bertanggung jawab kepada publik terhadap apa yang menjadi sikap, perilaku
dan sepak terjangnya dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangan yang
diberikan kepadanya karena fakultas tidak dapat dipisahkan dengan publik sebagai
stakeholders-nya. Sumber daya dan sumber dana Fakultas Ekonomika dan Bisnis
adalah berasal dari publik/stakeholders. Oleh karena itu, pengelola fakultas
berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian
sumber daya dan dana serta kebijakan dan pelaksanaan kebijakan kepada
stakeholders-nya. Pertanggungjawaban tentang sikap, perilaku dan kebijakan dalam
kerangka melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya kepada publik inilah
yang disebut sebagai akuntabilitas.
Untuk dapat melibatkan setiap unit dalam penyusunan anggaran, maka
Universitas Diponegoro mempunyai prosedur dalam penyusunan anggaran yang
memperhatikan masukan dari tingkat Program Studi, Jurusan, dan Fakultas,
sehingga memungkinkan adanya subsidi silang dalam pengembangan Program
Studi, Jurusan, dan Fakultas di lingkungan universitas dengan tetap mengacu pada
program-program yang telah ditentukan pada Rapat Kerja Tahunan (RAKERTA)
Universitas Diponegoro, sebagaimana dijelaskan oleh Dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis berikut:
63
Semua basis keuangan Undip (Universitas Diponegoro) harus mendasarkan
pada anggaran yang diusulkan, ditelaah, ditetapkan dan jika anggaran telah
ditetapkan, maka semua (partisipan anggaran) harus mengikuti koridor
anggaran yang telah ditetapkan dan tidak boleh ada yang “melenceng” dari
anggaran tersebut.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap kemajuan Universitas Diponegoro dan sustainability fakultas secara
khusus. Sustainability Fakultas Ekonomika dan Bisnis diperuntukkan untuk
menjamin bahwa akuntabilitas sebagai tonggak dalam menyeimbangan kepentingan
pengelolaan setiap tugas, fungsi dan kebijakan telah dipercayakan kepada fakultas
dari stakeholders-nya. Pembahasan hasil wawancara di atas mengindikasikan
bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran secara bottom up merupakan proses
keterlibatan seluruh individu dalam mendistribusikan kekuatan organisasi untuk
mencapai tujuan-nya yang oleh Gary dan Helene (1989) disebut sebagai proses
penganggaran partisipatif (participative budgeting). Proses penganggaran
partisipatif merupakan alat komunikasi yang baik dalam membentuk keselarasan
tujuan organisasi dengan tujuan setiap individu di dalam organisasi tersebut. Gary
dan Helene (1989) bahkan menyatakan bahwa anggaran yang menyelaraskan tujuan
perusahaan dengan tujuan karyawan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk
mewujudkan operasi yang sukses dan mencapai hasil yang diinginkan. Hasil
wawancara dengan Bapak AS menyatakan bahwa:
Fakultas sebagai public goods memiliki tugas dan fungsi memberikan
pelayanan kepada komunitas kampus dalam hal penyelenggaraan akademik.
Hal tersebut diwujudkan melalui Rencana Strategi (Renstra) dengan tetap
mengacu pada tri darma perguruan tinggi.
64
Hal ini senada dengan hasil jawaban wawancara dengan Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis yang menyatakan bahwa:
Penyusunan anggaran partisipatif dilaksanakan dengan tetap mengacu pada
keselarasan strategi yang akan dicapai oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis
dalam mencapai visi-nya yaitu untuk menjadi salah satu world class faculty
dalam pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.
Dalam upaya menyelaraskan visi, misi dan tujuan-nya dengan visi, misi dan
strategi Universitas Diponegoro, Fakultas Ekonomika dan Binis harus meningkatkan
mekanisme layanan yang mendukung tercapainya keselarasan tersebut. Lebih lanjut,
Dekan menyebutkan bahwa:
Untuk mencapai world class faculty, fakultas berupaya untuk membangun
sistem layanan yang mendukung tercapainya visi Fakultas yaitu melalui
pengembangan kerja sama seperti staff exchange yang akan kami (Fakultas
Ekonomika dan Bisnis) usahakan akan diselenggarakan dengan India.
Hal ini bertujuan untuk memberdayakan kualitas pegawai dalam layanan
dan prosedur akademik.
Mekanisme layanan dapat dilakukan melalui pengelolaan akuntabilitas di
bidang akademik dengan tetap mengacu pada penyelenggaraan pendidikan dan
proses belajar-mengajar, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak A, Ketua
Lembaga Penjaminan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (LP2MP) Universitas:
Dalam kegiatan akademik, Fakultas Ekonomika dan Bisnis melaksanakan
mekanisme Monitoring dan Evaluasi proses pembelajaran. Monitoring dan
Evaluasi dilaksanakan di tingkat fakultas dikoordinir oleh Tim Penjaminan
Mutu Fakultas dan yang mengkoordinir kinerja dari Tim Penjaminan Mutu
Fakultas tersebut dalam melaksanakan mekanisme kontrol ialah berada pada
Lembaga Penjaminan dan Pengembangan Mutu Pendidikan Universitas.
Sistem kontrol LP2MP terhadap pelaksanaan fungsi dan tugas dari Tim
Penjaminan Mutu Fakultas ini disebut sebagai Audit. Audit yang dilakukan
oleh LP2MP adalah untuk menilai dan mengevaluasi apakah kebijakan
yang telah ditetapkan universitas telah dilaksanakan secara efektif oleh
prodi fakultas.
65
Dari segi akademik dan administrasi, tujuan utama pengelolaan fakultas
secara accountable ialah untuk meningkatkan kualitas produktivitas dan kinerja
yang berkelanjutan melalui kualitas kinerja kolektif masing-masing anggota sivitas
akademika, dan untuk mencapai tata kelola yang bersifat accountable, maka fakultas
memiliki kemandirian untuk dapat melakukan pengelolaan sub bagian dan personil
sesuai dengan job description masing-masing, dan dapat mengalokasikan sumber
daya secara efisen. Pengelolaan akuntabilitas dalam bidang administrasi
dilaksanakan dengan menerapkan pendistribusian tugas (job description) ke semua
sub bagian secara proporsional namun tetap disertai dengan pengawasan
sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Z, selaku Kepala Tata Usaha fakultas
memberikan jawaban:
Iya benar… setiap karyawan yang ada pada sub bagian memliki rincian tugas
dan tanggung jawab yang jelas. Nah, dari setiap tugas yang dikerjakan oleh
karyawan akan diawasi langsung oleh Kasubag masing-masing. Sesuai
dengan UU Kepegawaian No. 53 tahun 2010 atau 2011 kalau saya tidak
salah…, Kasubag memberikan pengawasan yang efektif dalam kegiatan
akademik maupun administrasi pegawai.
Fakultas memastikan bahwa tidak ada pekerjaan yang tumpang tindih dan
tidak ada personil yang tanpa tugas atau menganggur. Sebelum mendistribusikan
tugas kepada semua unit kerja, fakultas terlebih dahulu mengorganisir tanggung
jawab kepada beberapa bagian sesuai dengan bidang kajian yang ditangani oleh
setiap pengelolanya. Bapak M, selaku Kasubag di bagian Akademik memberikan
penjelasan bahwa:
Saya berupaya untuk mengkoordinir pegawai untuk melayani setiap
kebutuhan mahasiswa dalam proses belajar-mengajar. Setiap pegawai sub
bagian mengetahui dengan jelas setiap tugas yang diembannya.
66
Salah seorang pegawai di bagian Akademik, Bapak PS membenarkan
penjelasan Bapak M bahwa:
Sudah tentu mbak…,ada koordinasi yang baik dari Kasubag terhadap rincian
tugas yang dikerjakan oleh pegawai akademik. Koordinasi dari Kasubag ke
pegawai memberikan motivasi bagi kita (pegawai Akademik) untuk lebih
meningkatkan kualitas pelayanan akademik kepada mahasiswa.
Dengan demikian, pengelola yang membawahi setiap sub bagian dapat
menjalankan otonomi secara baik dan bertanggung jawab. Otonomi yang dijalankan
oleh sub bagian harus dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan kinerja.
Laporan kinerja sub bagian menjadi indikator kualitas kinerja sub bagian sehingga
melalui laporan kinerja pegawai tersebut, tiap-tiap Kasubag dapat melakukan
evaluasi kinerja pegawai-nya. Bapak Z menambahkan jawaban penjelasan bahwa:
Sudah pasti setiap karyawan mempertanggungjawabkan kinerjanya dalam
bentuk laporan pertanggungjawaban dan setiap Kasubag memiliki laporan
pertanggungjawaban personilnya masing-masing. Kemudian, laporan ini
akan menjadi bahan evaluasi peningkatan kinerja.
Hasil wawancara memberikan bukti bahwa pengelolaan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis yang diselenggarakan melalui prinsip akuntabilitas dari good university
governance dapat meningkatkan sustainability dan legitimasi fakultas sebagai
badan/wadah layanan publik dan stakeholders. Meyer (2010) dalam konsep
fenomologi mengenai institutional theory-nya menyatakan bahwa institusi terbentuk
dari kompleksitas dan keberagaman fungsi, peran dan heterogenitas unsur yang
menyatu di dalam satu wadah, yaitu institusi. Prinsip akuntabilitas dari good
university governance menjawab pertanyaan penelitian nomor 1 bab 1.2 yaitu
bagaimana good university governance membentuk intellectual capital di Fakultas
EKonomika dan Bisnis.
67
3. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
Penilaian kinerja merupakan aspek yang penting dari prinsip kesetaraan dan
kewajaran (fairmess) karena dalam sistem penilaian kinerja aktivitas karyawan
diselaraskan dengan tujuan strategik organisasi yang pada akhirnya menghasilkan
informasi yang valid dan berguna untuk keputusan administratif karyawan seperti
promosi, pelatihan, transfer termasuk sistem reward dan punishment (Cascio 1998),
memberikan memberikan umpan balik yang membangun pada karyawan (Bernadin
& Russel, 1998, Noe, dkk, 2003) dan keputusan-keputusan lain yang mempengaruhi
sikap dan perilaku karyawan (Erdoga, Kraimer & Liden. 2001).
Ketidakpuasan karyawan terhadap sistem penilaian berpengaruh pada
penurunan kepuasan kerja, komitmen pada organisasi, dan kecenderungan turn over
yang tinggi (Paré & Tremblay, 2004). Menurut Faturochman (2002) penilaian
individu terhadap fairness tidak terlepas dari proses psikologi yang banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor subjektif yang dapat menimbulkan bias. Faktor-faktor
psikologis yang mempengaruhi penilaian antara lain, keterlibatan ego, memori,
aksestabilitas informasi, norma internal, harapan, mood dan kepuasan hidup
(Faturochman, 2002). Penilaian kinerja atau evaluasi kinerja memiliki peran yang
luas dalam sumber daya manusia di Fakultas Ekonomika dan Bisnis karena
penilaian kinerja merupakan proses dimana fakultas mengukur dan mengevaluasi
kinerja karyawan dan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan hasil kerja
karyawan.
Bertambahnya kompleksitas masalah yang dihadapi oleh dunia kerja, telah
menuntut kualifikasi pegawai yang semakin tinggi pula. Hal ini menyebabkan
terjadinya pergeseran kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Posisi pekerjaan
68
yang dulunya ditangani oleh lulusan Sekolah Menengah, saat ini menuntut lulusan
dengan kualifikasi S-1. Posisi-posisi pekerjaan yang dulunya dipegang oleh S-1,
sekarang membutuhkan kualifikasi tenaga S-2. Cara yang ditempuh Fakultas
Ekonomika dan Bisnis untuk meningkatkan kualifikasi pegawai-nya ialah dengan
mengembangkan staf pegawai yang telah ada.
Proses pengembangan staf pegawai dilaksanakan dengan jalan meningkatkan
efektivitas penilaian kinerja kualifikasi pegawai. Pegawai yang telah diberikan job
description di setiap sub bagian memahami dengan jelas fungsi dan tugasnya dan
bertanggung jawab sepenuhnya kepada Kasubag masing-masing. Tziner, Joanis &
Murphy (2000) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas
penilaian kinerja adalah adanya penerimaan karyawan terhadap sistem penilaian
yang berlaku, sebagaimana diceritakan oleh Bapak Z sebagai Kepala Tata Usaha:
Saya punya 4 anak buah Kasubag yang menangani setiap bidangnya yang
diwewenangkan kepada mereka dan yang berada langsung di bawah kendali
Kepala Tata Usaha yaitu saya sendiri. Setiap Kasubag bertanggung jawab
atas kinerja pegawainya, seperti contoh Kasubag Umum dan Pengelolaan
Asset yaitu Pak A, beliau bertanggung jawab atas keamanan dan fasilitas
fakultas.
Selain itu, penilaian kinerja biasanya berhubungan dengan disiplin dalam
bentuk pengawasan fingerprints yang menjadi salah satu alat kontrol internal di
lingkungan fakultas. Lebih lanjut Pak Z menambahkan:
Kedisplinan telah dilakukan melalui fingerprints. Pegawai diwajibkan untuk
melakukan fingerprints 2 kali, yaitu pada saat jam kedatangan dan sebelum
meninggalkan kantor, sedangkan untuk dosen hanya dilakukan 1 kali,
mengingat dosen itu khan jadwal mengajarnya padat dan tidak menentu.
Untuk memenuhi prinsip kesetaraan dan kewajaran di Fakultas Ekonomika
dan Bisnis, hubungan dengan staf pegawai dan pengajar juga terus dijaga, yaitu
dengan memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang berharga melalui
69
sarana sistem knowledge based management sesuai dengan konsep human resource
accounting yang menyebutkan bahwa manusia merupakan sumber daya yang
bernilai bagi organisasi (Parasmewaran dan Jothi, 2005). Apabila ditemukan
produktivitas pegawai yang menurun oleh karena masalah yang menyangkut kondisi
internal pegawai, maka Kasubag memberikan semacam pembinaan dan teguran
yang persuasif sebagaimana yang diceritakan oleh Bapak Z:
Yah seperti pegawai X, beliau harus pulang lebih awal hari ini karena
keluarganya sakit keras, maka saya memberikan izin dengan syarat beliau
harus menulis dalam buku Kontrol Pegawai alasan meninggalkan kantor
lebih awal dari jam kerja.
Pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis, sistem penilaian kinerja yang efektif
mengandung dua sistem dasar yang saling berhubungan yaitu evaluasi dan umpan
balik. Penilaian kinerja akan memotivasi karyawan untuk tetap bekerja dengan lebih
baik lagi apabila karyawan merasa bahwa proses penilaian kinerja dilakukan secara
wajar dan adil.
Dalam menjamin kewajaran dalam pelaksanaan dan sistem remunerasi, perlu
ditetapan mekanisme yang berkaitan dengan penetapan reward dan punishment bagi
semua karyawan. Lebih lanjut Bapak Z menceritakan:
Ya harus mbak… secara teorinya memang dikenal sebagai remunerasi,
namun di fakultas yang ada ialah penilaian kinerja pegawai yang disebut
sebagai Peningkatan Kinerja atau dalam istilah Tunjangan Peningkatan
Pegawai.
Selain itu, Fakultas juga berupaya menyelenggarakan berbagai award untuk
memberikan penghargaan pada prestasi dosen dan pegawai. Penghargaan-
penghargaan yang diberikan betujuan untuk meningkatkan motivasi staf dan sub
70
bagian untuk menjaga dan memperbaiki kinerja, sebagaimana diceritakan oleh
Bapak Z:
Dalam waktu dekat ini, saya harus melaporkan ke Dekan mengenai penilaian
kinerja dan prestasi dosen yang berprestasi dan jurusan berprestasi.
Hasil wawancara di atas mendukung pernyataan Parasmewaran dan Jothi
(2005) bahwa manusia merupakan sumber daya yang bernilai bagi organisasi dan
oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan dan pengembangan ukuran-ukuran di
dalam penggunaan tenaga kerja secara efektif. Dengan sistem penilaian pegawai
yang pemberlakuannya diupayakan oleh fakultas, maka good university governance
dalam prinsip kesetaraan dan kewajaran (fairness) mendukung keberhasilan
produktivitas dan efektivitas kinerja pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis. Prinsip kesetaraan dan kewajaran (fairness) dari good university
governcance menjawab pertanyaan penelitian nomor 1 bab 1.2 yaitu bagaimana
good university governance membentuk intellectual capital di Fakultas EKonomika
dan Bisnis..
4. Kepedulian (Responsiveness)
Organisasi yang tidak mau atau tidak mampu melakukan antisipasi dan
adaptasi terhadap perubahan lingkungan, akan menjadi stagnan atau bahkan akan
mengalami kehancuran. Reformasi pada pengembangan pendidikan didorong hingga
sampai pada level institusi pergruan tinggi agar pimpinan institusi perguruan tinggi
dan para pengajar memiliki tanggung jawab besar dalam memajukan dan
meningkatkan proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis berupaya mewujudkan good university
governance atau penatakelolaan yang baik sebagai suatu sistem yang melekat
71
dengan dinamika perguruan tinggi. Dengan demikian, good university governance di
lingkungan fakultas memprakarsai terwujudnya pembentukan intellectual capital di
Fakultas Eknomika dan Bisnis. Wawancara dengan Bapak S, Ketua prodi
Manajemen yang menjelaskan bahwa fakultas harus bersikap tanggap dan merespon
perkembangan akuisisi ilmu pengetahuan dalam bentuk knowledge management:
Peradaban yang maju adalah peradaban yang menempati knowledge
management pada proses yang sesungguhnya. Knowledge management ialah
sesuatu yang wajib dalam rangka membentuk added value manusia yang
unggul dan kompetitif.
Menghadapi transformasi knowledge dan kondisi sosial yang sangat cepat,
perguruan tinggi dituntut untuk lebih menyeimbangkan peranannya sebagai wadah
pusat intelektual dan mampu merespon setiap perubahan dengan cepat. Hal tersebut
senada dengan yang disampaikan oleh Bapak AR dalam wawancara mengenai
eksistensi institusi perguruan tinggi dalam pengembangan knowledge management:
Kemampuan Fakultas Ekonomika dan Bisnis untuk bertahan sangat
ditentukan oleh kemampuan-nya untuk berubah, beradaptasi dengan
perubahan lingkungan dan memprediksi perubahan potensial yang terjadi di
masa mendatang.
Demi kelangsungan hidup dan eksistensinya, Fakultas Ekonomika dan Bisnis
menuntut dirinya sendiri untuk memenuhi tuntutan masyarakat/stakeholders-nya dan
perubahan lingkungan. Fakultas harus melakukan perubahan secara terus-menerus
sesuai dengan kemajuan peradaban dan globalisasi. Lebih lanjut Bapak S
menjelaskan:
Rasanya akan non-sense jika Fakultas Ekonomika dan Bisnis tidak
mengubah mindset terhadap keberadaan akuisisi ilmu pengetahuan.
Ketidakpedulian terhadap knowledge management akan membuat kita
tertinggal jauh dari kemajuan peradaban dan globalisasi.
72
Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai penyedia layanan publik memiliki
tugas dan fungsi memberikan dukungan dan bantuan atau pelayanan kepada
komunitas-nya dengan melaksanakan university governance melalui prinsip
kepedulian (responsiveness). Bentuk kepedulian (responsiveness) Fakultas
Ekonomika dan Bisnis adalah dengan menjadi fakultas yang reaktif, simpatik,
sensitif dalam merespon permintaan dari stakeholders-nya. Wawancara dengan X,
salah seorang mahasiswa yang turut berpartisipasi dalam pengembangan jiwa
entrepreneurship di kalangan mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis
menceritakan:
Benar sekali mbak…, Fakultas sigap dalam mengetahui kebutuhan pasar
akan jiwa berwirausaha di kalangan anak muda, dan fakultas tidak hanya
sekedar mengetahui namun juga merespon dan bersikap proaktif dengan
mendukung penyelenggaraan yang diselenggarakan oleh mahasiswa yang
ingin mandiri dalam berwirausaha.
Selain perwujudan prinsip-prinsip good university governance tersebut,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis memiliki kepedulian terhadap kepentingan lembaga
pemakai produk dan lulusan, dan untuk merespon kebutuhan pasar akan lulusan
yang berkualitas, fakultas berupaya secara proaktif untuk mengetahui keinginan
maupun kebutuhan stakeholders. Lebih lanjut, wawancara dengan mahasiswa Y
juga mendukung pernyataan tersebut dengan memberikan pernyataan bahwa
keterlibatannya dalam ajang penyelenggaraan entrepreneurship telah
menumbuhkembangkan semangatnya untuk menjadi wirausahawan muda setelah
menyelesaikan pendidikannya:
Saya banyak belajar bahwa ilmu pengetahuan itu harus dikembangkan dalam
beragam bentuk dan salah satunya ialah melalui proses belajar berwirausaha
yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Dengan
kegiatan ini, saya ingin mengasah keterampilan saya dan tidak hanya sekedar
73
sebagai proses belajar, namun sebagai bekal bagi saya setelah menyelesaikan
kuliah disini (Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Dalam bidang akademik, Fakultas Ekonomika dan Bisnis juga berupaya
secara proaktif untuk mengetahui keinginan/kebutuhan stakeholders. Hal ini
ditunjukkan dengan memberikan keterlibatan mahasiswa dalam proses
pembelajaran, tidak sekedar membuat mereka aktif dalam proses belajar, tetapi
mereka diberi kesempatan dalam menentukan aktivitas belajar yang akan dilakukan
bersama-sama dengan para pengajarnya. Oleh karenanya, permintaan dan tuntutan
stakeholders terhadap lembaga pendidikan akan memperkaya substansi kandungan
kurikulum yang disesuaikan sebagai bentuk respon fakultas terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan yang pada akhirnya akan mendorong kreativitas dan dinamika
university governance agar dapat melayani permintaan tersebut. Bapak S
menjelaskan bahwa:
Mahasiswa adalah subjek belajar yang dinamis karena mereka diberikan
kebebasan untuk aktif dalam proses belajar. Artinya, mahasiswa merespon
ilmu pengetahuan yang diperolehnya ke dalam bentuk interaksi kreativitas
dan kreasi yang bernuansa pembaharuan seperti misalnya menyelenggarakan
seminar dan kuliah umum, mengundang praktisi yang ahli di bidangnya, dan
Fakultas menyikapinya dengan memfasilitasi setiap kegiatan mereka.
Oleh karena akademik menjadi sentral aktivitas bagi fakultas, maka budaya
disiplin perlu untuk diterapkan bagi setiap sivitas akademika. Budaya disiplin tidak
mengintervensi setiap kebebasan intelektual di lingkungan sivitas. Artinya bahwa,
fakultas menghargai kebebasan untuk berkarya dan berkreativitas yang membawa
pembaharuan bernuansa ide-ide kreatif. Fakultas bahkan mengakomodir setiap
kegiatan/program yang berwujud terhadap pengembangan kreativitas dan
intelektual. Para pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis merespon secara aktif
74
dan proaktif terhadap kebutuhan stakeholders akan kebutuhan yang berkualitas,
sehingga penting bagi para pengajar untuk tidak hanya memahami materi kuliah
sebatas konteks dan teori semata, namun para staf pengajar tersebut dituntut untuk
produktif dalam mengembangkan profesionalitas-nya, sebagaimana diceritakan oleh
staf pengajar jurusan Akuntansi, Ibu N:
Yah…, saya juga harus banyak belajar dan memperkaya wawasan yang tidak
hanya terbatas pada konteks dan literatur, namun saya juga perlu memahami
seperti apakah kebutuhan pasar akan lulusan yang berkualitas. Semester ini
saya mengajar mata kuliah A, secara teori mata kuliah tersebut dapat saya
kuasai, namun saya juga harus memahami praktik A tersebut di dunia kerja.
Fakultas tidak hanya terbatas pada sikap merespon kebutuhan stakeholders
terhadap lulusan yang berkualitas, namun fakultas juga memiliki kepedulian
terhadap pelestarian serta perubahan lingkungan budaya akademik dengan
menjadikan kampus sebagai wadah dan prasarana pembelajaran yang
menyenangkan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Z menjelaskan:
Sarana/peralatan pembelajaran sudah modern, seperti di setiap kelas sudah
memakai infokus dan komputer, ruangan kelas yang ber-AC dan nyaman,
ruang tunggu yang nyaman serta toilet yang rapi dan bersih. Mahasiswa yang
menggunakan kendaraan juga tidak perlu khawatir kalau-kalau terjadi
pencurian motor atau helm karena tempat parkir kendaraannya selain luas
juga diawasi oleh security fakultas yang selalu bertugas mengawasi
ketertiban dan keamanan fakultas.
Pembahasan tentang prinsip responsiveness dari good university governance
mendukung pernyataan dari Peter (1990) tentang organisasi pembelajaran (learning
organisastion). Suatu organisasi pembelajaran adalah tempat dimana individu terus-
menerus menemukan bagaimana cara menciptakan realitas. Learning organisation
merupakan proses terus-menerus tanpa henti dan berkelanjutan. Dalam institutional
theory, March dan Olsen (dikutip dalam Peters, 2000) menyatakan bahwa institusi
75
dapat bersifat adaptive bila struktur, interaksi dan perubahan dalam sistem
lingkungan juga semakin kompleks. Dalam bagian ini, Fakultas Ekonomika dan
Bisnis merespon dinamika university governance melalui prinsip kepedulian
(responsiveness) yang menjadikan fakultas sebagai institusi yang dapat menjawab
kebutuhan dan pertumbuhan dan pengembangan knowledge. Dengan demikian
prinsip kepedulian (responsiveness) university governance menjawab pertanyaan
penelitian nomor 1 bab 1.2 yaitu bagaimana good university governance membentuk
intellectual capital di Fakultas EKonomika dan Bisnis..
4.4 Proses Pembentukan Intellectual Capital di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis
Dalam hal pengelolaan yang baik, Fakultas Ekonomika dan Bisnis selalu
berusaha mengadopsi prinsip-prinsip university governance yang diwujudkan dalam
penyusunan dan implementasi RENSTRA, kegiatan evaluasi diri, penilaian program
kerja berdasarkan aktivitas dalam upaya untuk memperoleh legitimasi dari
stakeholders-nya. Fakultas Ekonomika dan Bisnis mewujudkan prinsip transparansi
kepada stakeholders-nya melalui pengungkapan intellectual capital, sebagaimana
yang diceritakan oleh Bapak AS:
Jika berbicara mengenai governance dalam pengungkapan intellectual
capital di fakultas, maka prinsip transparansi tersebut diwujudkan melalui
Tri Darma Perguruan Tinggi baik itu dalam hal kegiatan pengajaran,
penelitian dan maupun pengabdian kepada masyarakat.
Hasil wawancara tersebut mendukung pernyataan European Commision
(2006) yang menyebutkan bahwa pengungkapan intellectual capital dapat
meningkatkan pengelolaan (governance) dalam wujud transparansi maupun sumber
76
daya manusia. Wujud transparansi intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis diungkapkan dalam bentuk media dokumentasi kebijakan Sistem Penjaminan
Mutu Internal Universitas Diponegoro yang didalamnya tertuang kebijakan dan
evaluasi pengendalian internalisasi visi, misi, RENSTRA sebagaimana Dekan
menyatakan bahwa:
Intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis mengarah pada
internalisasi visi dan misi, RENSTRA dan kebijakan yang ditetapkan
fakultas. Intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis merupakan
upaya untuk meningkatkan university governance yang mengacu pada:
1. Memberikan informasi mengenai internalisasi visi, misi, strategi dan
upaya pencapaiannya.
2. Memberikan informasi mengenai intangible assets berupa setiap aktivitas
dan kinerja yang diwujudkan melalui Tri Darma Perguruan Tinggi.
Hasil pembahasan ini sesuai dengan pernyataan Yolanda (2011) yang
menyatakan bahwa tujuan dari pengungkapan intellectual capital di institusi
perguruan tinggi terdiri dari 3 bagian fundamental yang menjelaskan internalisasi
strategi institusi melalui indicator yang mengarah pada: (1) vision of the institution;
(2) intangible resources and activities; dan (3) system of indicators. Yolanda (2011)
juga mengelompokkan intellectual capital pada institusi perguruan tinggi ke dalam 3
bagian yaitu human capital, structural capital dan relational capital sehingga jika
dikaitkan dengan pengungkapan intellectual capital pada institusi perguruan tinggi
secara khusus di Fakultas Ekonomika dan Bisnis, maka pengungkapan intellectual
capital adalah merupakan upaya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
fakultas dalam hal pengelolaan. Pengungkapan intellectual capital di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis akan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
stakeholders terkait mengenai intangible resources dan aktivitas fakultas dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan tinggi. Pelaporan intellectual capital ini tidak
77
hanya menyediakan informasi yang credible, namun pengungkapan intellectual
capital tersebut juga dapat menyediakan informasi akuntansi yang reliable
mengenai intangible resources dan aktivitas fakultas dalam penyelenggaraan sistem
pendidikan tinggi. Gambar 4.2 menunjukkan keterkaitan internalisasi strategi
dengan proses pengungkapan intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Gambar 4.2
Internalisasi Strategi dan Proses Pengungkapan Intellectual Capital
Di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Penelitian
Yolanda (2011) bahkan menyebutkan bahwa pengungkapan intellectual
capital memberikan informasi akuntansi yang tidak hanya reliable, namun juga
sangat relevan dalam pengambilan keputusan bagi stakeholders yang menggunakan
Visi, Misi,
Strategi dan
Kebijakan
Transparansi dan Akuntabilitas
Pengajaran Pengabdian
Masyarakat
Tri Darma Perguruan Tinggi
Intellectual Capital
Struktural
Capital
Human
Capital
Relational
Capital
78
informasi akuntansi. Informasi akuntansi mengenai pengungkapan intellectual
capital secara transparan dan accountable akan menjamin penilaian stakeholders
akan eksistensi dan image yang dikembangkan oleh perguruan tinggi tersebut.
Penatakelolaan secara transparan dan accountable merujuk pada suatu proses
penyelenggaraan pelayanan yang bersifat terbuka dan dapat diketahui dengan mudah
oleh stakeholders yang membutuhkan. Dengan demikian, penjelasan diatas
menjawab pertanyaan penelitian nomor 2 pada bab 1.2 sebelumnya.
Kehidupan dan pengembangan akademik di perguruan tinggi tidak terlepas
dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta tuntututan
stakeholders terhadap meningkatnya kualitas kehidupan. Intellectual capital menjadi
essential (penting) dalam perwujudan Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai
centre of academic excellence dikarenakan fakultas berupaya untuk mencapai
penciptaan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan akademik,
profesionalisme dan kepemimpinan, serta tanggap terhadap kebutuhan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni tersebut.
Dengan demikian essensi intellectual capital sebagai upaya dalam
perwujudan Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai centre of academic excellence
dapat dilaksanakan melalui darma perguruan tinggi. Sejalan dengan visi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis untuk menjadi centre of academic excellence, maka ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni merupakan intellectual capital bagi fakultas dalam
mewujudkan misi-nya yang pengungkapannya tertuang melalui Tri Darma
Perguruan Tinggi, yaitu:
1. Kegiatan Pengajaran, yaitu dengan meninjau indikatornya pada:
1) Kandungan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan lulusan.
79
2) Materi pembelajaran yang up to date dan penuh pengayaan.
3) Perpustakaan dan laboratorium yang memadai.
4) Proses pembelajaran yang tepat dan terstruktur.
5) Proses pelayanan administrasi akademik yang tepat dan terstruktur.
6) Profesionalisme pendidikan dosen yaitu S2 dan S3.
7) Jumlah Guru Besar/Professor pada tiap prodi di fakultas.
8) Penerapan sistem informasi berbasis information technology (IT) yang
menunjang kegiatan akademik seperti Sistem Informasi Akademik
(SIMAWEB).
Fakultas Ekonomika dan Bisnis melakukan berbagai perbaikan yang
menyangkut darma pengajaran. Program-program akademik yang spesifik telah
mengangkat reputasi fakultas sehingga mampu menghasilkan lulusan yang
berkualitas, sebagaimana yang diceritakan oleh Ibu IJ, dosen jurusan Akuntansi:
Benar, setiap proses pembelajaran yang diberikan bukan hanya bertujuan
untuk membekali mahasiswa/i didik dengan knowledge, namun proses
pembelajaran tersebut mempersiapkan mereka (mahasiswa/i) untuk menjadi
lulusan yang berkualitas.
Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang diwawancarai setelah
menghadiri rapat acara Dies Natalis menjelaskan bahwa tri darma perguruan tinggi
ialah setiap upaya yang dilaksanakan untuk dapat mewujudkan visi fakultas menjadi
world class faculty.
Untuk menghantarkan Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai Fakultas
Ekonomika dan Bisnis yang unggul, fakultas telah membangun jembatan
antara fakultas dengan dunia internasional. Fakultas memfasilitasi kegiatan
student exchange. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkaya mahasiswa/i
dengan knowledge dan selain itu pula untuk meningkatkan collaboration
research dan publication.
80
Hasil pembahasan ini sesuai dengan pernyataan Sufean (1995) yang
menyatakan bahwa perguruan tinggi telah mendukung tercapainya keberlangsungan
pengembangan ilmu pengetahuan. Pembahasan ini juga didukung oleh teori yang di-
grounded yaitu institutional theory yang dinyatakan oleh Meyer (2010) yang
menjelaskan bahwa institusi berperan dalam struktur dan interaksi sosial melalui
proses perwujudan dan pencapaiannya sebagai pusat pembentukan dan pengetahuan
pengetahuan, wawasan, kreativitas dan budaya. Dengan demikian, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis sebagai wadah pembentukan knowledge tersebut berupaya
untuk mewujudkan visi-misinya menjadi centre of academic excellence melalui
peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui darma pengajaran. Dengan
demikian, penjelasan di atas tersebut menjelaskan pertanyaan penelitian nomor 3
pada bab 1.2 sebelumnya.
Dalam upaya mendukung keberhasilan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
untuk menghasilkan para lulusan yang berkualitas, maka resources yang dimiliki
oleh fakultas perlu diberdayakan. Dalam darma perguruan tinggi yaitu kegiatan
pengajaran, dosen merupakan sumber daya yang penting tugas dan perannya dalam
mewujudkan darma perguruan tinggi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis memiliki staf
pengajar (dosen) dengan kualifikasi pendidikan yang sangat baik dan sangat
potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Indikasi kekuatan staf pengajar (dosen)
ini diperlihatkan oleh tingginya jumlah dosen yang memiliki kualifikasi S-2/S-3.
Jumlah ini masih dapat meningkat mengingat sebagian besar dosen dengan
kualifikasi pendidikan S-2 akan diprioritaskan untuk (sedang) studi lanjut di
dalam/luar negeri, sebagaimana yang dijelaskan oleh Dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis:
81
Dosen menjadi tumpuan utama dalam upaya mewujudkan darma perguruan
tinggi. Kami (Fakultas) mengeluarkan cost yang semestinya akan di-cover
menjadi nilai-nilai capital pada masing-masing individu (dosen), nilai-nilai
capital tersebut akan berbeda pada masing-masing individu tergantung
jumlah cost yang dikeluarkan oleh fakultas ke masing-masing individu. Hal
ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan intellectual capital dosen
(staff akademik) di fakultas.
Lebih lanjut, beliau menambahkan:
Dosen dituntut untuk lebih maju dari segi kualitas maupun kualifikasi
pendidikan. Akhir tahun 2012, kami (Fakultas) memperkirakan ada 40%
dosen yang telah bergelar Doktor (kualifikasi S-3) dan sasarannya bahwa
pada tahun 2015 nanti, dosen yang akan diberangkatkan studi lanjut S-3
kira-kira berjumlah 15 orang dan dosen yang akan telah menyelesaikan studi
S-3 diperkirakan berjumlah 10 orang.
Yolanda (2011) mengelompokkan intellectual capital pada institusi
perguruan tinggi ke dalam 3 bagian yaitu human capital, structural capital dan
relational capital sehingga jika dikaitkan pada konteks human capital di Fakultas
Ekonomika dan bisnis, dosen merupakan resources yang berperan di dalam
penciptaan nilai darma perguruan tinggi. Menurut Undang-Undang nomor 20 pasal
38 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidik merupakan
tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, secara tegas menggunakan istilah dosen untuk merujuk pada
jenjang pendidikan tinggi. Tugas utama dosen ialah mentransformasikan,
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis menyatakan bahwa:
82
Proses penyebarluasan dan pembentukan knowledge berada pada tugas dan
fungsi dosen sebagai sumber resources di fakultas. Proses kegiatan
akademik sebagai sentral aktivitas di lingkungan fakultas tidak terlepas
dari peranan dosen sebagai input untuk ”memasak” knowledge melalui
kualitas pengajaran dan pembelajaran.
Lev (2204) menyatakan bahwa peranan institusi berfokus pada proses
transfer atau konservasi ilmu pengetahuan (knowledge) dan hal tersebut hanya dapat
dilakukan melalui tugas dan fungsi dosen sebagai human capital yang dimiliki oleh
institusi perguruan tinggi. Hasil wawancara dengan Ibu IJ, salah seorang dosen di
Jurusan Akuntansi yaitu:
Ya benar, dosen itu ialah sumber ilmu karena dosen merupakan fasilitator
dalam media pembelajaran bagi mahasiswa. Fasilitator berarti bahwa dosen
menempatkan dirinya mitra belajar yang baik untuk mendidik, membimbing
dan mengajar mahasiswa. Ada nilai kesetaraan yang terjalin baik di antara
dosen dan mahasiswa karena mahasiswa itu bukan sebagai objek, namun
mahasiswa itu sendiri ialah subjek belajar yang dinamis.
Hasil wawancara ini juga didukung oleh jawaban yang diberikan oleh P,
mahasiwa semester VI jurusan Akuntansi yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua
Mahasiswa Akuntansi:
Bagi saya sendiri, komunikasi yang terjalin dengan dosen sangat baik. Dosen
bersikap proaktif dan responsif di dalam menanggapi setiap pertanyaan dan
tanggapan terkait pembelajaran..., dan tidak hanya itu pula mbak, pada
umumnya dosen memberikan perhatian secara individual kepada mahasiswa
seperti misalnya, diskusi jurnal, pemilihan judul penelitian skripsi dan
bahkan di dalam proses pembimbingan, dosen selalu memberikan kesan
yang baik bagi mahasiswa.
Mahasiswa G, mahasiswa jurusan Akuntansi semester VIII yang
diwawancarai di perpustakaan referensi fakultas menjelaskan bahwa:
Biasanya para dosen selalu dapat memberikan waktunya untuk membimbing
dan mengarahkan kami (mahasiswa) di dalam proses belajar di kelas…, dan
tidak hanya itu saja, dosen juga memberikan waktu luangnya untuk
83
mengobrol dan bercengkrama di luar jam perkuliahan dengan kami
(mahasiswa).
Di tempat yang terpisah, seorang mahasiswi jurusan Akuntansi semester II,
W menjelaskan bahwa dosen memberikan perhatian yang sama terhadap mahasiswa
dengan sangat baik:
Ya mbak, saya berasal dari Bengkulu (Sumatera) dan saya diperlakukan
sama dengan mahasiswi lainnya…, dosen tidak bersikap diskriminatif baik
dalam hal memberikan pengajaran maupun penilaian kepada kami
(mahasiswa). Saya merasa nyaman belajar di kelas walaupun saya sendiri
bukan “Orang Jawa”.
Hasil pembahasan ini sesuai dengan prinsip kesetaraan (fairness) dalam
proses pengembangan dan pembentukan knowledge melalui peran dan fungsi dosen
dalam darma perguruan tinggi. Hasil wawancara tersebut juga didukung oleh
pernyataan Meyer yang menyebutkan bahwa setiap individu di lingkungan
perguruan tinggi adalah actor. Meyer (2010) menyebutkan bahwa “People are
naturally actors”. Pernyataan Meyer tersebut mengandung arti bahwa di dalam
proses pencapaian darma perguruan tinggi diperlukan dinamika prinsip kesetaraan
(fairness) agar setiap individu yang ada di Fakultas Eonomika dan Bisnis dapat
melaksanakan peran dan fungsi yang dimiliki dengan efektif. Hasil pembahasan ini
menjawab pertanyaan penelitian nomor 1 dan nomor 3 bab 1.2.
2. Kegiatan Penelitian, yang diklasifikasikan ke dalam 2 program yaitu:
1) Program Pembinaan yang diarahkan untuk menghasilkan peneliti mandiri,
publikasi bertaraf nasional, dan peningkatan budaya meneliti produktif.
Program ini mencakup berbagai penelitian baik yang didanai oleh internal
fakultas dan dana-dana lain yang bersumber dari pemerintah maupun swasta.
84
2) Program Penelitian Mandiri lebih diarahkan untuk menciptakan inovasi dan
pengembangan intellectual capital dengan dana dari masing-masing peneliti.
Secara khusus sejak Tahun Anggaran 2008 Program Pembinaan Penelitian
Internal Fakultas masuk Dalam Anggaran DIPA PNBP yang mengacu pada standar
penelitian DIKTI. Mulai tahun Anggaran 2009, Program Penelitian fakultas
diarahkan menjadi Penelitian Tematik Unggulan fakultas dengan semakin
meningkatkan kualitas penelitian yang inovatif dan aplikatif sesuai dengan visi dan
misi Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Sedangkan berbagai penelitian yang didanai dari berbagai sumber lainnya di
luar dana fakultas dikkordinasikan oleh Lembaga PEnelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (LPPM) universitas antara lain:
1) Hibah Bersaing
2) Program Kreativitas Penelitian Mahasiswa (PKPM)
3) Program Kreativitas Mahasiswa Penulisan Ilmiah (PKMI)
4) Penelitian Dosen Muda
5) Penelitian Terapan
6) Lomba Karya Tulis Ilmiah
7) Program Insentif Kementerian Negara Riset dan Teknologi
8) Dll.
Selain pemberian berbagai hibah penelitian, dalam mendukung terlaksananya
darma perguruan tinggi melalui kegiatan penelitian, Fakultas Ekonomika dan Bisnis
dituntut untuk selalu berperan sebagai sumber informasi keilmuan yang up to date,
unggul dan bermanfaat. Untuk itu, harus mampu mengakses dengan cepat setiap
perubahan informasi ilmu pengetahuan dari dunia luar untuk kemudian mengolah,
85
melakukan improvisasi sehingga dihasilkan informasi baru yang juga dapat
dikomunikasikan secara cepat. Fakultas Ekonomika dan Bisnis juga telah
mempersiapkan berbagai infrastruktur, antara lain layanan internet untuk seluruh
mahasiswa, hot spot di beberapa wilayah dan fasilitas untuk mengakses berbagai
jurnal internasional. Wawancara dengan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
memberikan penjelasan bahwa:
Kita (Fakultas) perlu untuk meningkatkan peran mahasiswa dalam
penelitian, sehingga dapat meningkatkan ilmu dan kemampuan dalam
melakukan penelitian dan menjadi inspirasi skripsi. Untuk itu, Fakultas
memfasilitasi dengan memberikan layanan internet di dalam mempermudah
mereka (mahasiswa) untuk mengakses jurnal berskala internasional.
Selain infrastruktur berupa layanan internet dan hot spot dalam mengakses
jurnal, Fakultas Ekonomika dan Bisnis juga menunjang dan mengembangkan
suasana akademik dengan membentuk beberapa laboratorium studi yang bertujuan
untuk membangun suasana akademik yang mampu merespon perkembangan dan
dinamika knowledge melalui kajian-kajian intensif maupun penelitian, sebagaimana
yang dijelaskan oleh Bapak S, Ketua Jurusan M di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
berikut:
Menumbuhkembangkan academic atmosphere melalui penelitian-penelitian
yang terstruktur dan terorganisir dengan baik karena dengan demikianlah
mekanisme pembelajaran melalui knowledge management dapat terlaksana
dengan baik. Untuk itu, kita (Fakultas) berupaya memfasilitasi kebebasan
akademik dengan berbagai bentuk aktivitas dan infrastruktur yang baik.
Untuk dapat mendukung terciptanya academic atmosphere yang sehat dan
dinamis, fakultas juga meningkatkan interaksi antara dosen dengan mahasiwa
dengan melibatkan mahasiswa dalam setiap program penelitian Fakultas Ekonomika
86
dan Bisnis, sebagaimana diceritakan oleh P, mahasiswa yang saat ini menjabat
sebagai Ketua Mahasiswa Akuntansi:
Ya benar mbak…, keterlibatan kami (mahasiswa) pada berbagai program
penelitian sangat mendukung proses pembelajaran dan khususnya
peningkatan soft skills. Artinya bahwa ilmu yang kami (mahasiswa) peroleh
di kelas tidak hanya sebatas teori/konsep semata, namun kami (mahasiswa)
diajak, dilatih untuk memahami, menganalisa, dan berpikir kreatif terhadap
suatu kasus-kasus dan isu akuntansi.
Upaya fakultas di dalam mewujudkan visinya menjadi Fakultas Ekonomika
dan Bisnis terkemuka telah berjalan dengan sangat baik. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis bersikap responsif pada setiap dinamika pengembangan knowledge dan
tuntutan perubahan lingkungan melalui darma penelitian. Hasil wawancara dengan
Bapak PH, salah satu alumni yang lulus pada tahun 1998 di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis menceritakan bahwa:
Pada masa saat saya masih menjadi mahasiswa, program-program kegiatan
akademik lebih banyak ditujukan kepada kegiatan ekstra-kulikuler seperti
kegiatan olah raga, theatre, dan penerbitan majalah EDENTS. Pada dekade
terakhir ini, kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan kreativitas
mahasiswa terlaksana dengan baik jika dibandingkan dengan ketika
saya masih menjadi mahasiswa FE (saat itu masih disebut Fakultas
Ekonomi).
Lebih lanjut beliau menambahkan:
Mahasiswa saat ini pun sudah banyak terdorong untuk terlibat dalam
kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah dan hal itu juga sangat
membantu mereka (mahasiswa) dalam kegiatan proses belajar. Kreativitas
mahasiswa dalam berbagai program penelitian ini dilaksanakan untuk
memenuhi aturan Menteri Pendidikan mengenai upaya meningkatkan darma
penelitian.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis juga merilis suatu media berbentuk jurnal
ilmiah dalam rangka mensosialiasikan dan mengembangkan hasil penelitian kepada
masyarakat dan telah diterbitkan 4 jurnal ilmiah oleh Fakultas Ekonomika dan
Bisnis yaitu:
87
Tabel 4.1
Daftar Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomika dan Bisnis
No Nama Jurnal Pengelola ISSN Terbit
1 Media Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomika
dan Bisnis
0852-0135 Juni, Des
2 Dinamika Pembangunan Jurusan IESP 1829-7617 Juli, Des
3 Jurnal Studi Manajemen &
Organisasi
Jurusan Manajemen 1693-8283 Jan, Juli
4 JurnalAkuntansi & Auditing Jurusan Akuntansi 1412-6699 Nov, Mei
Temuan diatas sesuai dengan institutional theory yang dikemukakan oleh
Meyer (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan berkembang sangat pesat seiring
dengan kemajuan teknologi dan heterogenitas budaya dan oleh karena itu, perguruan
tinggi berevolusi untuk menjadi suatu institusi yang dapat menjawab kebutuhan dan
dinamika pertumbuhan dan perkembangan knowledge. March dan Olsen (dikutip
oleh Peters, 2000) menyatakan bahwa suatu institusi juga dapat dipengaruhi atau
bahkan mempengaruhi lingkungannya bila struktur, interaksi dan perubahan dalam
sistem lingkungan juga semakin kompleks. Fakultas Ekonomika dan Bisnis
menjawab dinamika kompleksitas pertumbuhan dan perkembangan knowledge
dengan penyelenggaraan darma perguruan tinggi melalui kegiatan penelitian dan
untuk meningkatkan kualitas penelitian yang memiliki inovasi dan aplikatif, fakultas
menyediakan berbagai aktivitas dan infrastruktur penunjang tersebut. Dengan
demikian, hasil penjelasan ini menjawab pertanyaan nomor 3 pada bab 1.2 dan
sekaligus menjawab pertanyaan nomor 1 pada bab 1.2 mengenai praktik university
88
governance melalui prinsip kepedulian (responsiveness) dalam pembentukan
intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
3. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat, yang merupakan kegiatan dalam
bentuk pendidikan masyarakat, pelayanan masyarakat, penerapan dan
pengembangan hasil penelitiaan serta pengembangan wilayah. Sasaran pada
kegiatan penerapan Pengabdian kepada Masyarakat adalah melakukan edukasi
melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat agar tercipta masyarakat yang
mandiri dan sejahtera yang didanai oleh DIPA fakultas. Sedangkan Program
Pengabdian Kepada Masyarakat yang didanai di luar internal fakultas
dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPPM) universitas yaitu program pengabdian yang didanai oleh perusahaan
swasta.
Apabila kegiatan penelitian dilakukan untuk menghasilkan pengetahuan
empirik, teori, konsep, metodologi, model atau informasi baru yang memperkaya
knowledge, maka pengabdian kepada masyarakat oleh Fakultas Ekonomika dan
Bisnis dilaksanakan sebagai pengamalan knowledge yang dilakukan oleh fakultas
secara melembaga melalui metode ilmiah langsung kepada masyarakat. Bapak S,
selaku Ketua jurusan Manajemen membernarkan bahwa:
Knowledge management itu ialah mekanisme pembelajaran yang tidak hanya
sebatas ilmu atau konsep metodologi namun juga merupakan suatu applied
science dalam upaya mensukseskan dan mengembangkan masyarakat dan
lingkungan.
Adapun yang menjadi tujuan yang dicapai oleh Fakultas Ekonomika dan
Bisnis di dalam darma perguruan tinggi melalui program pengabdian ini adalah
89
untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan hasil-hasil riset untuk
diimplementasikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, setiap sivitas akademika
fakultas baik itu dosen maupun mahasiswa turut berperan dalam program tersebut,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak PH, alumni yang sekarang ini telah
berprofesi sebagai dosen di Fakultas Ekonomika dan Bisnis:
Prakarsa mahasiswa untuk dapat mengekspresikan kreativitas di luar kuliah-
kuliah tatap muka. Bagi mahasiswa, keterlibatan mereka secara langsung
dalam setiap program pengabdian kepada masyarakat ini adalah salah satu
cara mengaktualisasikan soft skills dan sebagai bentuk transfer of
knowledge untuk terlibat dalam program-program pengembangan
masyarakat.
Hal ini berkaitan dengan pernyataan Meyer (2010) melalui institutional
theory yang menjelaskan bahwa institusi memegang peranan penting dalam
sosialitas dan modernisasi. Dengan demikian, Fakultas Ekonomika dan Bisnis
sebagai wadah yang mencerminkan perkembangan kemajuan pengetahuan, wawasan
berpikir, teknologi dan berbagai aspek dalam kehidupan turut berperan di dalam
struktur dan interaksi sosial melalui proses perwujudan dan pencapaiannya sebagai
pusat pembentukan dan pengembangan intellectual capital. Penjelasan ini
memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian nomor 3 pada bab 1.3 sebelumnya.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai bagian dari lembaga pendidikan
tinggi yang otonom dituntut untuk terbuka dan menjamin akses terhadap berbagai
informasi mengenai proses kebijakan, pembelajaran, aktivitas pendukung,
pemantauan dan pelaksanaan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan dan segala
kegiatan pendukung lainnya. Oleh karenanya, Fakultas Ekonomika dan Bisnis selalu
berupaya menjaga dan meningkatkan kepercayaan kepada stakeholders baik internal
maupun eksternal dalam hal kualitas dari produk sebuah perguruan tinggi. Yolanda
90
(2011) bahkan menyebutkan bahwa pengungkapan intellectual capital akan
memberikan informasi akuntansi yang tidak hanya reliable, namun juga sangat
relevan dalam pengambilan keputusan bagi user yang menggunakan informasi
akuntansi. Informasi akuntansi mengenai pengungkapan intellectual capital secara
transparan akan menjamin penilaian stakeholders akan eksistensi dan image yang
dikembangkan oleh perguruan tinggi tersebut.
Dalam menjaga reputasi dan kepercayaan yang diamanahkan oleh
stakeholders, fakultas melaksanakan kebijakan Sistem Pengendalian Mutu Internal
(SPMI) yang telah ditetapkan oleh universitas. Penerapan sistem penjaminan mutu
internal (SPMI) di Universitas Diponegoro sudah dimulai sejak deklarasi
penjaminan mutu pada tahun 2006, namun demikian implementasinya dilakukan
secara gradual. Dokumen utama dari penjaminan mutu (Kebijakan Akademik,
Standar Akademik, Peraturan Akademik dan manual Mutu) di tingkat universitas
sudah terbentuk dan disyahkan oleh senat universitas. Pelaksanaan penjaminan mutu
yang sistimatis, konsisten dan berkelanjutan tersebut mutlak dilakukan agar : (a)
Visi, misi dan Tujuan universitas dapat dicapai, (b) Kepentingan dan tuntutan para
pihak terkait atau pemangku kepentingan (stakeholders) dapat terpenuhi, (c)
Mematuhi dan memenuhi ketentuan peraturan dan undang undang terkait yang
berlaku.
Dalam hal kelembagaan, lembaga penjaminan mutu juga telah dibentuk
mulai dari tingkat universitas disebut Lembaga Pengembangan dan Penjaminan
Mutu Pendidikan (LP2MP), di tingkat fakultas ada Tim Penjaminan Mutu Fakultas
(TPMF) dan di tingkat program studi ada Gugus Pengendali Mutu (GPM),
91
sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak A, selaku Ketua LP2MP di tingkat
universitas:
Universitas Diponegoro melalui Lembaga Pengembangan dan Penjaminan
Mutu Pendidikan (LP2MP) menetapka standar yang akan menjadi tolak
ukur bagi pimpinan fakultas/jurusan/program studi maupun dosen. Standar
tersebut merupakan standar isi yang mencakup:
1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum.
2) Beban belajar.
3) Kurikulum.
4) Kalender akademik.
5) Evaluasi dan pengembangan kurikulum.
Dan di dalam pemenuhan standar isi tersebut, universitas juga telah
menyiapkan dokumen standar proses pembelajaran. Di dalam dokumen standar
proses pembelajaran ditetapkan standar mutunya yaitu:
1. Standar Perencanaan Proses Pembelajaran
2. Standar Pelaksanaan Proses Pembelajaran
3. Standar Pengawasan Proses Pembelajaran
Dalam penyelenggaraan pendidikan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis telah
mengembangkan sistem jaminan mutu yang implementasinya diemban oleh Tim
Penjaminan Mutu (TPM) di tingkat fakultas dan Gugus Pengendali Mutu (GPM) di
tingkat program studi dengan memberikan perhatian kepada mutu jasa pengajaran.
Dalam pelaksanaannnya, proses pembelajaran di fakultas dipandu oleh manual
prosedur atau yang disebut sebagai Standard Operating Procedure (SOP) sebagai
roadmap dalam setiap aktivitas dan kegiatan akademik. Lebih lanjut Bapak A selaku
Ketua Lembaga LP2MP menjelaskan:
Fakultas melalui Tim Penjaminan Mutu (TPM) menjadi alat kontrol yang
efektif bagi terlaksananya standar proses pembelajaran. Dengan standar
proses ini, fakultas sudah dapat memantau prestasi mengajar (IP) dosen.
Setiap program studi di fakultas juga telah berupaya untuk memberdayakan
92
sistem jaminan mutu yang tidak hanya terbatas pada proses pengajaran,
namun juga kepada darma penelitian dan program pengabdian kepada
masyarakat.
March dan Olsen (dikutip oleh Peters, 2000) menyatakan dalam institutional
theory dilandasi oleh suatu konsep bahwa setiap individu yang berada di lingkungan
institusi atau organisasi tertentu bertindak dan berperilaku sesuai dengan standar
normatif institusi tersebut. Sesuai dengan konsep Meyer (2010) mengenai old
institutional theory yang menekankan pada konsep bahwa ada aturan, norma,
standar yang dijunjung tinggi dan setiap individu dipandang sebagai bagian yang
menyatu dan terikat dengan nilai dan standar institusi tersebut. Meyer (2010) juga
menyebutkan bahwa instutusi menjadi suatu alat control yang efektif bagi actor di
lingkungan institusi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sistem jaminan mutu akan
sangat efektif diberdayakan sebagai bentuk pengendalian internal di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis dan pembahasan ini juga sekaligus menjawab pertanyaan
nomor 1 yaitu mengenai bagaimana praktik dinamika good university governance
dalam membentuk intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis dan
pertanyaan nomor 2 terkait mengenai komponen intellectual capital yang ada di
Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Gambar berikut menunjukkan intisari hasil pembahasan terkait dengan
pertanyaan penelitian:
1. Bagaimana Good University Governance membentuk Intellectual Capital
pada Fakultas Eknomika dan Bisnis?
2. Apa sajakah komponen intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis?
93
3. Mengapa intellectual capital menjadi essential dalam perwujudan Fakultas
Eknomika dan Bisnis sebagai centre of academic excellence?
Gambar 4.3
Matriks Hasil Pembahasan Penelitian
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Visi, Misi
dan
Strategi
Tri Darma
Perguruan Tinggi
Human
Capital
Structural
Capital Relational
Capital
Intellectual Capital
Good University Governance
Transparancy Accountability Fairness
Responsiveness
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini didasarkan pada institutional theory yang telah digrounded
oleh Meyer (2010) tentang perguruan tinggi sebagai suatu institusi. Institutional
Theory dilakukan melalui pencarian dan analisis secara mendalam tentang dinamika
university governace melalui prinsip-prinsip tata kelola yang baik dalam membentuk
intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Penelitian ini juga
memperluas pernyataan Meyer (2004) dalam menunjukkan bagaimana
pembentukan intellectual capital dilaksanakan melalui dinamika university
governance melalui setiap prinsip pengelolaan institusi yang baik dan efektif.
Observasi dan temuan baru tentang dinamika university governance dilaksanakan
dalam upaya mewujudkan pembentukan intellectual capital dan pengungkapan
intellectual capital di lingkungan Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Penelitian ini
memberikan implikasi pada bidang akuntansi keprilakuan khususnya mengenai
akuntansi sumber daya manusia dalam hubungannya dengan dinamika tata kelola
(university governance) yang baik dalam proses pembentukan intellectual capital di
Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Hasil penelitian menjelaskan dinamika good
university governance melalui praktik prinsip tata kelola yang baik yaitu
transparansi, akuntabilitas, kesetaraan dan kewajaran, dan kepedulian dilaksanakan
sebagai proses membentuk intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Hasil penelitian ini juga memberikan pengetahuan baru tentang komponen-
95
komponen intellectual capital di Fakultas Eknomika dan Bisnis yang dituangkan
dalam bentuk visi, misi, RENSTRA dan kebijakan yang di-transparansikan melalui
dokumen Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal. Lebih lanjut, essensi
intellectual capital dalam perwujudan fakultas sebagai the centre of academic
excellence dilaksanakan melalui Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Gambar 5.1 berikut akan
menjelaskan intisari hasil pembahasan penelitian.
5.2 Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil temuan selama observasi dan depth interview serta
pembahasan sebagaimana telah disajikan pada bab 4, hasil penelitian ini
memberikan implikasi teoritis dan praktis sebagai berikut:
5.2.1 Implikasi Teoritis.
Implikasi teoritis hasil penelitian sebagai berikut:
1. Institutional theory memberikan penjelasan bagaimana mekanisme yang
dilalui organisasi berusaha menyelaraskan praktik dan karakteristiknya
dengan nilai-nilai dan budaya menjadi terlembaga dalam organisasi khusus.
2. Komponen intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan bisnis
memperkuat pernyataan Yolanda (2011) bahwa tujuan dari pengungkapan
intellectual capital di institusi perguruan tinggi terdiri dari 3 bagian
fundamental yang menjelaskan internalisasi strategi institusi melalui
indikator yang mengarah pada: (1) vision of the institution; (2) intangible
resources and activities; dan (3) system of indicators.
96
3. Pengelolaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang diselenggarakan melalui
prinsip akuntabilitas dari good university governance dapat meningkatkan
sustainability dan legitimasi fakultas sebagai badan/wadah layanan publik
dan stakeholders. Prinsip akuntabilitas pengelolaan ini memperkuat
institutional theory Meyer (2010) yang menyatakan bahwa institusi terbentuk
dari kompleksitas dan keberagaman fungsi, peran dan heterogenitas yang
menyatu di dalam satu wadah, yaitu institusi.
4. Good university governance dalam prinsip kesetaraan dan kewajaran
(fairness) mendukung keberhasilan produktivitas dan efektivitas kinerja
pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Prinsip kesetaraan
dan kewajaraan (fairness) ini memperkuat teori Parasmewaran dan Jothi
(2005) bahwa manusia merupakan sumber daya yang bernilai bagi
organisasi..
5. Fakultas Ekonomika dan Bisnis merespon dinamika university governance
melalui prinsip kepedulian (responsiveness) yang menjadikan fakultas
sebagai institusi yang dapat menjawab kebutuhan dan pertumbuhan dan
pengembangan knowledge. Praktik pengelolaan melalui prinsip
responsiveness ini mendukung institutional theory March dan Olsen (dikutip
dalam Peters, 2000) yang menyatakan bahwa institusi dapat bersifat adaptive
bila struktur, interaksi dan perubahan dalam sistem lingkungan juga semakin
kompleks.
6. Essensi intellectual capital di dalam proses perwujudan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis sebagai centre of academic excellence dilaksanakan melalui
darma perguruan tinggi. Sejalan dengan visi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
97
untuk menjadi centre of academic excellence, maka ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni merupakan intellectual capital bagi fakultas dalam
mewujudkan misi-nya yang pengungkapannya tertuang melalui Tri Darma
Perguruan Tinggi, yaitu darma pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
7. Proses pembentukan intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
memeperkuat teori Meyer (2010) mengenai peran perguruan tinggi sebagai
wadah yang dapat menjawab kebutuhan dan dinamika pertumbuhan dan
perkembangan knowledge. Proses perwujudan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis sebagai centre of academic excellence dilaksanakan melalui darma
perguruan tinggi yang diselaraskan dengan praktik-praktik prinsip university
governance.
5.2.2 Implikasi Praktis
Implikasi kebijakan praktis hasil penelitian sebagai berikut:
1. Prinsip transparansi university governance di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh stakeholders terkait mengenai
intangible resources dan aktivitas fakultas dalam penyelenggaraan sistem
pendidikan tinggi. Pengungkapan intellectual capital ini tidak hanya
menyediakan informasi yang credible, namun pengungkapan intellectual
capital tersebut juga dapat menyediakan informasi akuntansi yang reliable
mengenai intangible resources dan aktivitas fakultas dalam penyelenggaraan
sistem pendidikan tinggi.
98
2. Intellectual capital pada institusi perguruan tinggi mengarah pada
internalisasi visi dan misi, RENSTRA dan kebijakan yang ditetapkan
fakultas.
3. Pengelolaan institusi yang diselenggarakan melalui prinsip akuntabilitas dari
good university governance dapat meningkatkan sustainability dan legitimasi
fakultas sebagai badan/wadah layanan publik dan stakeholders.
4. Good university governance dalam prinsip kesetaraan dan kewajaran
(fairness) mendukung keberhasilan produktivitas dan efektivitas kinerja
sumber daya manusia.
5. Dinamika university governance melalui prinsip kepedulian (responsiveness)
dapat dijadikan sebagai praktik tata kelola yang sehat dalam mewujudkan
fakultas sebagai institusi yang dapat menjawab kebutuhan dan pertumbuhan
dan pengembangan knowledge.
6. Proses perwujudan institusi perguruan tinggi dalam membentuk intellectual
capital dilaksanakan melalui darma perguruan tinggi yang diselaraskan
dengan praktik-praktik prinsip university governance.
5.3 Keterbatasan Hasil Penelitian
Oleh karena penelitian ini hanya menjelaskan fenomena dinamika dari satu
objek penelitian yaitu Fakultas Ekonomika dan Bisnis dan tidak mencakup seluruh
karakteristik fakultas-fakultas di lingkungan universitas, maka hasil penelitian
mengenai dinamika good university governance dalam proses pembentukan
intellectual capital ini tidak dapat digeneralisasikan.
99
5.4 Saran
Institutional theory digunakan sebagai sumber literatur dan sekaligus untuk
mencari langkah-langkah baru dari nilai informasi relevan kualitatif dan kontekstual,
yang seluruhnya penting dalam meningkatkan pemahaman mengenai pembentukan
intellectual capital melalui dinamika university governance. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan wilayah pemahanam dengan membantu
memberikan arahan dalam proses pembentukan intellectual capital melalui
dinamika prinsip good university governance, serta pengungkapan intellectual
capital di institusi perguruan tinggi.
Penelitian selanjutnya dapat menggali lebih mendalam dengan melakukan
perbandingan di antara beberapa institusi yang tergabung dalam satu wadah yaitu
perguruan tinggi. Pengembangan studi dilakukan dengan menggunakan kuesioner
yang berhubungan dengan mekanisme good university governance.
100
DAFTAR PUSTAKA
Altbach, P. G. (1997). Research on higher education: global perspectives. In J.
Sadlak & P. Altbach (Eds), Higher education research at the turn of the new
century: Structures, issues and trends. New York: Garland.
(1998). Comparative higher education: Knowledge, the university
and development. Hong Kong: Comparative Education Research Centre -
The University of Hong Kong.
Angiello, R. S. (1997). Organization theories and governance in higher education:
An analysis of the literature. Unpublished doctoral dissertation, Seton Hall
University.
Aristo, A.D., (2005). Good University Governance. http://aristodiga.blogspot.com/
2005/08/good-university-governance.html.
Assem, Dima and Sarah, (2008). Corporate Governance and Intellectual Capital:
Evidence from an Academic Institution. Corporate Governance. Emerald
Group. Vol.9 No. 2.
Bernadin, J & Roussell. (1998). Human Resource Management Second Edition.
New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Bontis, N. (2001), “Assessing knowledge assets: a review of the models used to
measureintellectual capital”, International Journal of Management Reviews,
Vol. 3 No. 1, pp. 41-60.
Cañibano, L., Sánchez, M.P. (2004). “Measurement, management and reporting on
intangibles.State of the art”. In Cañibano, L. and Sánchez, M.P. (Eds.)
Readings on Intangibles and Intellectual Capital. Publicaciones AECA,
Spain. Pp. 81-113.
Casio, F.W. (1998). Applied Psychology in Human Resource Management Fifth
Edition. USA: Prantice-Hall, Inc.
Chariri, Anis, (2006). “The Dynamic of Financial Reporting Pratice An Indonesia
Insurance Company: A Reflection of Javanese Views on An Ethical Social
Relationship.” Unpublished Thesis, PhD in Accounting University of
Wollongong, Australia
Creswell, J. W, (2003). Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed
Methods Approaches 2nd
Edition. Sage Publication Thousand Oaks, California
101
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2009). Handbook of Qualitative Research. India:
Sage Publication.
Edvisson, L.; Malone, M.S. (1997). Intellectual Capital. Realizing your company‟s
true value by finding its hidden brainpower. Harper Collins Publishers,
Inc.
Elena, S. (2004), “Knowledge management and intellectual capital in European
universities”, paper presented at workshop 101esponsiv by the Graduate
Programme “Entering the Knowledge Society” and the Institute for Science
and Technology Studies, Bielefeld University, Bielefeld, 11-13 November.
Erdogan, B., Kraimer, M.L., & Liden, R.C. (2001). Procedural Justice A Two
Dimentional Construct An Examination In The Performance Apraisal
Context. The Journal Of Applied behavioral Science. 37(2), 205 – 222.
European Commission (2005), Mobilising the Brainpower of Europe: Enabling
Universities to Make their Full Contribution to the Lisbon Strategy, COM
(2005) 152 Final, 20 April, European Commission, Brussels.
(2006), “Ricardis: Reporting Intellectual Capital to
Augment Research, Development and Innovation in SMEs. Report to
the Commission of the High Level Expert Group on Ricardis”
Faturochman. (2002). Keadilan: Perspektif Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Freeman, R. Edward. (1994). Strategic Management: A stakeholders
Approach. Boston.
Grant, R.M. (1996), „„Toward a knowledge based theory of the firm‟‟, Strategic
Management Journal, Vol. 17 No. 2, pp. 108-22.
Goldsmith and Berndtson (2002). “Teaching Challenges for Political Science in
Europe” European Political Science, Vol. 1, No. 3. Cited in Berndtson
(2003).
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Johannes, (2003). University Governance in Indonesia, Based on the Bill of
Education Legal Entity, Ministry of National Education Directorate General
of Higher Education.
Ikatan Akuntan Indonesia (2009). Standar Akuntansi Keuangan, Edisi Revisi.
Jakarta: Salemba Empat.
102
Keenan, J. and Aggestam, M. (2001), „„Corporate governance and intellectual
capital: some 102esponsive102zations‟‟, Corporate Governance: An
International Review, Vol. 9 No. 4, pp. 259-75.
Kunami, 2007. Pelaksanaan Good Corporate Governance.
http://djajendra.blog.co.uk/2007/11/04/bekerja_dengan_kultur_good_corpora
te_gov~3242469
LAN dan BPKP (2000), Akuntabilitas dan Good Governance. Lembaga
Administrasi Negara. Jakarta.
Lapworth, S. (2004). Arresting decline in shared governance: Towards a flexible
model for academic participation. Higher Education Quarterly, 58 (4), 299-
314.
Lev., (2001). Intangibles: Management, Measurement, and Reporting. Washington,
DC: Brookings Institute.
Luthy, D. H. (1999). “Intellectual Capital and Its Measurement”. Symposium on
Measuring and Reporting Intellectual Capital: Experience, Issues, and
Prospects (pp. 1-18). Amsterdam: OECD.
Marr, B. (2005). Perspectives on Intellectual Capital. Multidisciplinary insights
into Management, Measurement and Reporting. Elsevier Inc.,Amsterdam.
Marr, B. and G. Roos (2005). “A strategy perspective on Intellectual Capital”. In
Marr, B. (Ed.) (2005). Perspectives on Intellectual Capital.
Multidisciplinary insights into Management, Measurement and
Reporting. Elsevier Inc., Amsterdam. Pp. 28-41.
Marshal, C., & Rossman, G. B. (1995). Designing Qualitative Research. California:
Sage Publication,. Inc.
Maykut, P., & Morehouse, R. (2005). Beginning Qualitative Research, Aphilosophic
and Practical Guide. London-Washington DC: The Falmer Press.
Meyer, John. W., (2010). World Society, Institutional Theories, and the Actor.Annu.
Rev. Sociol. 2010. 36:1–20 First published online as a Review in Advance
on February 19, 2010. Department of Sociology, Stanford University,
Stanford, California.
Miles, M. B., & Huberman, M. (1994). Qualitative Data Analysis: An Expanded
Sourcebook (2nd
ed.). California: Sage.
Moleong, J. L, (2005). Metodelogi penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda Karya,
Bandung.
103
Parasmewaran and Jothi (2005). Human Resource Accounting, Department of
Commerce, T.S.A.A.S.T College, Perur, Coimbatore, Tamil Nadu.
Pare, G., & Tremblay, M. (2004). The Impact of Human Resources Practices on IT
Personnel Commitment, Citizenship Behaviors and Turnover Intentions.
Social Justice Research, 17, 3 – 21.
Peters, B. Guy, (2000). Institutional Theory: Problems and Prospects. Department
of Political Science, Institute for Advanced Studies (IHS), Stumpergasse 56,
A-1060 Vienna.
Rachel et.al., (2005). Institutional Pressures On Public Organizations: An Empirical
Test Of Isomorphism. Paper for the Public Management Research
Association Conference, Los Angeles.
Ritchie, J., & Lewis, J. (2003). Qualitative Research Practice, A Guide For Social
Science Students and Researches. London, Thousand Oaks, New Delhi: Sage
Publications.
Roberts, H. (1999). “The control of intangibles in the knowledge-intensive firm”,
paper presented at the 22nd
Annual Congress of the European Accounting
Association, Bordeaux.
Sa´nchez, P. and Elena, S. (2006), “Intellectual capital in universities. Improving
transparency and internal management”, Journal of Intellectual Capital, Vol.
7 No. 4, pp. 529-48.
(2006), “The intellectual capital report of
universities. Guidelines for disclosing IC information”, PRIME-OEU
Methodological Guide, Observatory of the European University, pp. 223-51.
Scott, W. R. (1987). „The Adolescence of Institutional Theory‟. Administrative
Science Quarterly, 32, 493-511.
Scott, W. Richard. (2004), Contributing to a Theoretical Research Program. Chapter
prepared for Great Minds in Management: The Process of Theory
Development, Ken G. Smith and Michael A. Hitt, eds. Oxford UK: Oxford
University Press.
Shattock, M. (2006). Managing good governance in higher education. London:
Open University Press.
Soaib, Asimiran (2009). Governance of Public Universities in Malaysia,
Unpublished PhD Thesis, Faculty of Eductaion, University of Malaya.
104
Solomon, J.F., and Park, C. (2002). “The Role of Institutional Investors in Corporate
Governance Reform in South Korea: Some Empirical Evidence,” Corporate
Governance: An International Review, 10 (3), July: 211-224
Stake, R. (1995). The Art of Case Study Research. London: Sage.
Stewart, T.A. (1997), Intellectual Capital: The Wealth of Organizations, Currency
Doubleday, NewYork, NY.
Strauss, A., & Corbin, J. (1998). Basics of Qualitative Research: Techniques and
Procedures for Developing Grounded Theory, 2nd
ed. Thousand Oaks, CA:
Sage.
Sufean, Hussin (1995). National Priorities and Higher Education: The American
Model. Bentong: Asas Tunas Publications.
Warden, C. (2004), “New modes of self-description: universities reaction in a
changing environment”, paper presented at the workshop Towards a
Multiversity? Universities between National Traditions and Global Trends
in Higher Education, Bielefed,11-13 November.
World Bank (1992). Governance and Development, Worl Bank, Washington DC.
Yin, R. K, (2003). Case Study Research Design and Methosds 2nd
Edition. Sage
Publication, California.
Yolanda., Carmen., and Jose. (2007), “Intellectual capital management in Spanish
universities”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 8, pp. 732-48.
Yolanda., (2011), “Intellectual capital in Spanish public universities:
stakeholders‟ information needs”, Journal of Intellectual Capital, Emerald
Group Publishing Limited, Vol. 12 No. 3.
105
LAMPIRAN I
DAFTAR PERTANYAAN
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang akan diajukan pada saat
wawancara. Daftar ini merupakan pengembangan dari perumusan masalah yang
telah dirumuskan oleh peneliti:
1. Apakah yang dapat dilakukan oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis untuk
meningkatkan intellectual capital?
2. Apakah yang menjadi sumber modal utama bagi fakultas?
3. Dalam visi-nya disebutkan bahwa pada tahun 2020, Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Univeristas Diponegoro menjadi salah satu fakultas Ekonomika dan
Bisnis terkemuka dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Mengapa pada tahun 2020 dan apa sajakah upaya yang sudah dilakukan?
4. Bagaimana Fakultas Ekonomika memandang intellectual capital sebagai
modal utama dalam mencapai wujud fakultas sebagai centre of academic
excellence?
5. Bagaimana rasionalitas university governance membentuk intellectual
capital di lingkungan Fakultas Ekonomika dan Bisnis?
6. Bagaimana pula prinsip-prinsip governance seperti transparansi,
responsivitas, akuntabilitas dan kewajaran dapat diterapkan dalam
memberdayakan intellectual capital?
7. Apakah sistem renumerasi berhasil di dalam perwujudannya dan bagaimana
evaluasi renumerasi yang dilakukan bagi para karyawan?
8. Benarkah renumerasi merupakan wujud university governance yang gagal
diterapkan di fakultas? Jika ya/tidak, apakah alasannya?
9. Apakah masih ditemukan tindak penyelewengan seperti korupsi, budaya
malas dan kelalaian dalam melaksanakan tugas pada karyawan?
10. Apakah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Fakultas dan bagaimana
mempertahankan kerjasama?
106
11. Bagaimana wujud Tri Darma Perguruan Tinggi di lingkungan fakultas?
12. Bagaimana wujud university governance dalam hal Quality Assurance di
lingkungan fakultas?
13. Apakah sistem pengendalian kinerja telah berfungsi secara efektif sebagai
bentuk monitoring university governance?
14. Bentuk-bentuk kegiatan apa sajakah yang dilakukan oleh fakultas di dalam
menunjang kreativitas dan keterampilan mahasiswa?
15. Bagaimana upaya yang dilakukan Fakultas di dalam menjaga reputasinya
sebagai wadah pembentukan kaum intelektual bangsa?
107
Lampiran II
Hasil Interview di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
No Research Question
Hasil Wawancara
Jawaban Informan Jabatan Tanggal
1 Bagaimana Good
University Governance
membentuk Intellectual Capital pada Fakultas
Eknomika dan Bisnis?
Transparansi:
- Fakultas Ekonomika dan Binis
mewujudkan pengelolaan transparansi keuangan dengan mendasarkan pada
anggaran yang dituangkan dalam Rapat
Anggaran Tahunan yang telah ditetapkan. - Mekanisme transparansi juga diwujudkan
melalui keterbukaan informasi bagi
stakeholders mengenai posisi dan
pengelolaan dan kondisi riil di lingkungan fakultas.
- Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai
bagian dari lembaga pendidikan tinggi yang otonom dituntut untuk terbuka dan
menjamin akses terhadap berbagai
informasi mengenai proses kebijakan, pembelajaran, aktivitas pendukung,
pemantauan dan pelaksanaan evaluasi
terhadap pelaksanaan kebijakan dan
segala kegiatan pendukung lainnya.
Akuntabilitas
- Mekanisme pengelolaan keuangan yang benar melalui sistem akuntabilitas
penyelenggaraan keuangan di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis dengan
melibatkan setiap individu untuk berpartisipasi di dalam penyusunan
anggaran Sebagai upaya meningkatkan
penyelenggaraan university governance yang otonom.
- Dalam kegiatan akademik, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis melaksanakan mekanisme Monitoring dan Evaluasi
proses pembelajaran dengan tetap
mengacu pada penyelenggaraan
pendidikan dan proses belajar mengajar. - Pengelolaan akuntabilitas dalam bidang
administrasi dilaksanakan dengan
menerapkan pendistribusian tugas (job
Dekan
Ketua PPA
(Pendidikan Profesi
Akuntansi)
Dekan
Ketua LP2MP
Kepala Tata Usaha
3 April 2012
(14:10 WIB)
27 Maret 2012
(11:00 WIB)
3 April 2012 (14:10 WIB)
2 April 2012
(13:25 WIB)
19 Maret 2012
(12:52 WIB)
108
description) ke semua sub bagian secara
proporsional namun tetap disertai dengan pengawasan.
- Fakultas memastikan bahwa tidak ada
pekerjaan yang tumpang tindih dan tidak
ada personil yang tanpa tugas atau menganggur. Sebelum mendistribusikan
tugas kepada semua unit kerja, fakultas
terlebih dahulu mengorganisir tanggung jawab kepada beberapa bagian sesuai
dengan bidang kajian yang ditangani oleh
setiap pengelolanya.
- Koordinasi dari Kasubag ke pegawai memberikan motivasi bagi pegawai untuk
lebih meningkatkan kualitas pelayanan
akademik kepada mahasiswa.
Kesetaraan Dan Kewajaran
- Pegawai yang telah diberikan job decription di setiap sub bagian
memahami dengan jelas fungsi dan
tugasnya dan bertanggung jawab
sepenuhnya kepada Kasubag masing-masing.
- Dalam menjamin kewajaran dalam
pelaksanaan dan sistem remunerasi, perlu ditetapan mekanisme yang berkaitan
dengan penetapan reward dan
punishment. - Dosen tidak bersikap diskriminatif baik
dalam hal memberikan pengajaran
maupun penilaian kepada mahasiswa.
Kepedulian
- Fakultas Ekonomika dan Bisnis bersikap
tanggap dan merespon perkembangan akuisisi ilmu pengetahuan dalam bentuk
knowledge management.
- Fakultas Ekonomika dan Bisnis harus
mau menuntut dirinya sendiri untuk memenuhi tuntutan stakeholders-nya dan
perubahan lingkungan.
- Dalam bidang akademik, Fakultas Ekonomika dan Bisnis juga berupaya
secara proaktif untuk mengetahui
keinginan/kebutuhan stakeholders. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan
keterlibatan mahasiswa dalam proses
pembelajaran, tidak sekedar membuat
mereka aktif dalam proses belajar, tetapi mereka diberi kesempatan dalam
Kasubag Akademik
Pegawai Akademik
Kepala Tata Usaha
Kepala Tata Usaha
Mahasiswa
Ketua Jurusan
Manajemen
Ketua Jurusan
Manajemen
Ketua Jurusan Manajemen
19 Maret 2012
(14:30 WIB)
19 Maret 2012 (15.35 WIB)
19 Maret 2012 (12:52 WIB)
19 Maret 2012
(12:52 WIB)
28 Maret 2012
(13:35 WIB)
22 Maret 2012
(09:32 WIB)
22 Maret 2012
(09:32 WIB)
22 Maret (09:32 WIB)
109
menentukan aktivitas belajar yang akan
dilakukan bersama-sama dengan para pengajarnya
- Kemampuan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis untuk bertahan sangat ditentukan
oleh kemampuan-nya untuk berubah, beradaptasi denganperubahan lingkungan
dan memprediksi perubahan potensial
yang terjadi di masa mendatang. - Fakultas tidak hanya sekedar mengetahui
kebutuhan pengembangan kreativitas
mahasiswa, namun juga merespon dan
bersikap proaktif dengan mendukung penyelenggaraan yang diselenggarakan
oleh mahasiswa yang ingin mandiri
dalam berwirausaha. - Keterlibatandalam ajang penyelenggaraan
entrepreneurship menumbuhkembangkan
semangat untuk menjadi wirausahawan muda.
- Pengajar (dosen) tidak hanya memahami
materi kuliah sebatas konteks dan teori
semata, namun para staf pengajar (dosen) tersebut dituntut untuk produktif dalam
mengembangkan profesionalitas-nya.
- Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai sarana dan proses pembelajaran yang
menyenangkan.
- Fakultas Ekonomika dan Bisnis menjawab dinamika kompleksitas
pertumbuhan dan perkembangan
knowledge dengan penyelenggaraan
darma perguruan tinggi melalui kegiatan penelitian dan untuk meningkatkan
kualitas penelitian yang memiliki inovasi
dan aplikatif, fakultas menyediakan berbagai aktivitas dan infrastruktur
penunjang yang baik.
Senat
Mahasiswa
Mahasiswa
Dosen
Kepala Tata Usaha
20 Maret 2012
(09:32 WIB)
28 Maret 2012
(16:05 WIB)
29 Maret 2012
(12.30 WIB)
21 Maret 2012
(09:18 WIB)
19 Maret 2012 (12:52 WIB)
2 Apa sajakah komponen
intellectual capital di Fakultas Ekonomika
dan Bisnis?
- Intellectual capital di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis mengarah pada internalisasi visi dan misi, RENSTRA
dan kebijakan yang ditetapkan fakultas.
- Intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis merupakan upaya
untuk meningkatkan university
governance yang mengacu pada:
1. Memberikan informasi mengenai internalisasi visi, misi, strategi dan upaya
pencapaiannya.
2. Memberikan informasi mengenai intangible assets berupa setiap aktivitas
Ketua PPA
(Pendidikan Profesi Akuntansi)
Dekan
27 Maret 2012
(11:00 WIB)
3 April 2012 (14:10 WIB)
110
dan kinerja yang diwujudkan melalui Tri
Darma Perguruan Tinggi.
3 Mengapa intellectual capital menjadi
essensial dalam
perwujudan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
sebagai centre of
academic excellence?
Intellectual capital menjadi essential (penting) dalam perwujudan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis sebagai centre of
academic excellence dikarenakan fakultas berupaya untuk mencapai penciptaan sumber
daya manusia yang mempunyai kemampuan
akademik, profesionalisme dan
kepemimpinan, serta tanggap terhadap kebutuhan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni dan bentuk esensi intellectual capital
Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai centre of academic excellence dilaksanakan
melalui Tri Darma Perguruan Tinggi.
Darma Pengajaran
- Setiap proses pembelajaran yang
diberikan bukan hanya bertujuan untuk
membekali mahasiswa/i didik dengan knowledge, namun proses pembelajaran
tersebut mempersiapkan mahasiswa/i
untuk menjadi lulusanberkualitas. - Fakultas membangun jembatan antara
fakultas dengan dunia internasional
dengan memfasilitasi kegiatan student exchange yang bertujuan untuk
memperkaya mahasiswa/i dengan
knowledge dan untuk meningkatkan
collaboration research dan publication. - Fakultas Ekonomika dan Bisnis memiliki
staf pengajar (dosen) dengan kualifikasi
pendidikan yang sangat baik dan sangat potensial untuk dikembangkan lebih
lanjut. Dosen menjadi tumpuan utama
dalam upaya mewujudkan darma
perguruan tinggi. - Proses penyebarluasan dan pembentukan
knowledge berada pada tugas dan fungsi
dosen sebagai sumber resources di fakultas.
- Dosen ialah sumber ilmu karena dosen
merupakan fasilitator dalam media pembelajaran bagi mahasiswa. Fasilitator
berarti bahwa dosen menempatkan dirinya
mitra belajar yang baik bagi mahasiswa.
- Dosen bersikap proaktif dan responsive di dalam menanggapi setiap pertanyaan dan
tanggapan terkait pembelajaran.
- Dosen selalu dapat memberikan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
Dosen
Dekan
Dekan
Dekan
Dosen
Mahasiswa
Mahasiswa
2 April 2012
(15:56 WIB)
3 April 2012
(14:10 WIB)
3 April 2012
(15:10 WIB)
3 April 2012
(15:10 WIB)
2 April 2012
(15:56 WIB)
30 Maret 2012 (16:05 WIB)
28 Maret 2012 (14:50 WIB)
111
mahasiswa/i di dalam proses belajar di
kelas. - Dosen tidak bersikap diskriminatif baik
dalam hal memberikan pengajaran maupun
penilaian kepada mahasiswa.
Darma Penelitian
- Fakultas memfasilitasi dengan
memberikan layanan internet di dalam mempermudah mahasiswa untuk
mengakses jurnal berskala internasional.
- Menumbuhkembangkan suatu academic
atmosphere melalui penelitian-penelitian yang terstruktur dan terorganisir dengan
baik dan member kebebasan akademik
melalui berbagai bentuk aktivitas dan infrastruktur yang baik.
- Keterlibatan mahasiswa/i pada berbagai
program penelitian sangat mendukung proses pembelajaran dan khususnya
peningkatan soft skills.
- Mahasiswa saat ini pun sudah banyak
terdorong untuk terlibat dalam kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah dan
hal itu juga sangat membantu mahasiswa
dalam kegiatan proses belajar. - Kreativitas mahasiswa dalam berbagai
program penelitian ini dilaksanakan untuk
memenuhi aturan Menteri Pendidikan mengenai upaya meningkatkan darma
penelitian.
Darma Pengabdian Masyarakat - Knowledge management itu ialah
mekanisme pembelajaran yang tidak hanya
sebatas ilmu atau konsep metodologi namun juga merupakan suatu applied
science dalam upaya mensukseskan dan
mengembangkan masyarakat dan
lingkungan. - Keterlibatan mahasiswa secara langsung
dalam setiap program pengabdian kepada
masyarakat ini adalah salah satu cara mengaktualisasikan soft skills dan sebagai
transfer of knowledge untuk terlibat dalam
program pengembangan masyarakat.
Mahasiswa
Dekan
Ketua Jurusan
Manajemen
Mahasiswa
Alumni
Alumni
Ketua Jurusan
Manajemen
Alumni
29 Maret 2012
(14:24 WIB)
3 April 2012
(15:10 WIB)
22 Maret 2012
(09:00 WIB)
28 Maret 2012
(15:43 WIB)
26 Maret 2012
(09:19 WIB)
27 Maret 2012
(09:00 WIB)
22 Maret 2012
(09:00 WIB)
27 Maret 2012
(09:00 WIB)
112
Lampiran III
Hasil Dokumentasi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
No Research Questions Dokumentasi
1
2
3
Bagaimana Good University
Governance membentuk Intellectual
Capital pada Fakultas Eknomika dan
Bisnis?
Apa sajakah komponen intellectual
capital di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis?
Mengapa intellectual menjadi essensial
dalam perwujudan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis sebagai centre of academic
excellence?
1. Buku Pedoman Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Diponegoro.
2. Salinan Buku Kontrol Absensi
Pegawai Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro.
3. Sertifikat Akreditasi BAN PT
Program Studi Manajemen
4. Sertifikat Akreditasi BAN PT
Program Studi Akuntansi
5. Sertifikat Akreditasi BAN PT
Program Studi IESP
6. Kebijakan Sistem Pengendalian
Mutu Internal Universitas
Diponegoro
Lampiran IV
Hasil Observasi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
No Observasi Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
Sarana pembelajaran sudah menggunakan
infokus dan komputer.
Pembelajaran didukung oleh sarana teknologi
informasi yang canggih seperti internet dan e-
learning.
Ruangan kelas yang ber-AC dan sangat nyaman
Perpustakaan yang lengkap dengan buku-buku
referensi dan sangat nyaman.
Laboratorium yang memadai.
Ruang tunggu yang nyaman
Toilet yang bersih dan rapi.
Tempat parkir yang luas dan nyaman
19 Maret - 9 April 2012
19 Maret – 9 April 2012
19 Maret – 9 April 2012
28 Maret – 9 April 2012
30 Maret – 4 April 2012
14 Maret – 9 April 2012
30 Maret 2012
20 Maret 2012
113
Lampiran V
Daftar Nama Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang Menulis Buku
NO NAMA DOSEN JUDUL PENERBIT TH
1 Drs. Fuad Mas'ud,
MIR.
- Menggugat Manajemen ( BARAT )
- Survai Diagnosis Organisasional: Konsep &
Aplikasi - 40 Mitos Manajemen Sumber Daya Manusia
- Essentials Of English Grammar A Practical
Guide
BP UNDIP
BP UNDIP
BP UNDIP
BPFE, Yogya
2008
2004
2002
1992
2 Endang Kiswara,
SE, MSi, Akt
- Strategi Perencanaan Pajak, ed.4
- Buku Ajar: Akuntansi Perpajakan
- Konsep & Aplikasi Perpajakan Indonesia
BP UNDIP
BP UNDIP BP UNDIP
2009
2009 2005
3 Firmansyah, SE,
MSi
- Operasi Matrix dan Analisis Input-Output (l-
O) untuk Ekonomi
BP UNDIP 2006
4 Prof. Dr. Purbayu BS, MS
- Politik Beras dan Beras Politik
- Sistem Keuangan Pusat dan Daerah
- Analisis Statistik dengan Microsoft Excel &
SPSS - Statist Teori dan Aplikasi dengan Program
MS. Excel & SPSS Versi 11
BP UNDIP Universitas
Terbuka,
Jakarta Andi Offset,
Yogya
BPUNDIP
2010 2008
2005
2003
5 Prof. Dr. Augusty
Tae Ferdinand,
MBA
- Metode Penelitian Manajemen: Pedoman
Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan
Disertasi Ilmu Manajemen, ed. 2 - Structural Equation Modeling Dalam
Penelitian Manajemen: Aplikasi Model-model
Rumit Dalam Penelitian Untuk Tesis Magister
dan Disertasi Doktor, ed. 4 - Strategic Selling-In Management: Sebuah
Pendekatan Pemodelan Strategi, ed. 3
- Structural Equation Modeling Dalam
Penelitian Manajemen: Aplikasi Model-model
Rumit Dalam Penelitian Untuk Tesis Magister dan Disertasi Doktor, ed. 3
- Sustainable Competitive Advantage: Seri
Pustaka Kunci 03/2003, ed.2
BP UNDIP
BP UNDIP
BP UNDIP
BP UNDIP
BP UNDIP
2006
2006
2005
2004
2003
6 Prof. Dr. FX.
Sugiyanto, MS & prof. Dr. H. Imam
Ghozali, M.Com,
phD, Akt
- Anatomi Ekonomi Politik Indonesia, ed.1
- Meneropong Hitam Putih Pasar Modal
BP UNDIP &
LSKE Gama Media
2007
2002
7 Prof. Dr. H. imam
Ghozali, M.Com,
PhD, Akt & Anis
Chariri, SE, M.Com, Akt, PhD
- Teori Akuntansi, ed. 3 BP UNDIP 2007
114
8 Prof. Dr. H. Imam
Ghozali, M.Com,
PhD, Akt
- Analisis Multivariate Lanjutan Dengan
Program SPSS, ed. 1
- Generalized Structure Component Analysis
(GSCA): Model Struktural Berbasis Komponen
- Structural Equation Modeling: Metode
Alternative dengan Partial Least Square (PLS),
ed.2 - Model Persamaan Struktural: Konsep dan
Aplikasi dengan Program AMOS ver.16.0
- Analisis Multivariate Lanjutan Dengan
Program SPSS, ed. 1
- Aplikasi Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS, cet. 4
- Manajemen Risiko Perbankan: Pendekatan
Kuantitatif Value at Risk (VaR)
- Structural Equation Modeling: Metode
Alternative dengan Partial Least Square (PLS) - Structural Equation Modeling: Teori, Konsep
& Aplikasi dengan Program LISREL 8.54
- Aplikasi Multivariate Lanjutan dengan
Program
SPSS, ed. 3 - Akuntansi Keperilakuan: Konsep dan Kajian
Empiris Perilaku Akuntan
- Model Persamaan Struktural: Konsep dan
Aplikasi dengan Program AMOS ver.5.0
- Statistik Non-Parametrik - Pokok-Pokok Akuntansi Pemerintahan
BPUNDIP
BP UNDIP
BPUNDIP
BPUNDIP
BP UNDIP
BP UNDIP
BP UNDIP
BP UNDIP
BP UNDIP
BPUNDIP
BP UNDIP
BP UNDIP
BP UNDIP
BP UNDIP
2009
2008
2008
2008
2006
2007
2007
200G
2006
2005
2005
2005
2002
1993
9 Prof. Dr. H. Imam
Ghozali, M.Com,
PhD, Akt & Dwi
Ratmono, SE,MSi, Akt
- Akuntansi Keuangan Daerah Pemerintah Pusat
(APBN) dan Daerah (APBD): Sesuai dengan
Perundang-undangan Terbaru
BP UNDIP 2008
10 Prof. Dr. H. Arifin
Sabeni,M.Com.
(Hons),Akt & Prof. Dr. H. Imam
Ghozali, M.Com,
PhD, Akt
- Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, ed. Revisi
- Pokok-Pokok Akuntansi Pemerintahan, ed. 3
- Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, ed. 3
- Pokok-Pokok Akuntansi Pemerintahan, ed. 4
- Akuntansi lanjutan 1: Ikhtiar Teori dan Soal
Jawab, v. 1 - Akuntansi Lanjutan II: Ikhtiar Teori dan Soil
Jawab, v. 2
Liberty,
Yogya BPFE
Liberty, Yogya BPFE
BPFE
BPFE
2008
2003
2002 2001
1992
1986
11 Dr. H. Abdul
Rohman, MSi,Akt; Warsito Kawedar
,SE, MSi.Akt & Rr.
Sri Handayani, SE,
MSi,Akt
- Akuntansi Sektor Publik: Pendekatan
Penganggaran Daerah dan Akuntansi
Keuangan Daerah - Akuntansi Sektor Publik I dan II
BP UNDIP
BPUNDIP
2008
2008
12 Drs.H. Mustafa
Kamal MM & Drs.
H, Rahardjo, MSi,
- Pengantar Ekonomi Perusahaan
- Evaluasi Proyek: Keputusan Investasi
BPUNDIP
BPUNDIP
1987
1985
115
Akt
13 Drs. Ign.
Sukamdiyo & Drs. Mugihardjo
- Akuntansi Keuangan intermediate III, v.3
- Dasar – dasar Akuntansi I
BPUNDIP
BPUNDIP
2000
1982
14 Drs. Ign.
Sukamdiyo
- Manajemen Koperasi: Pasca UU No. 25 Th.
1982
- Ekonomi Koperasi
- Akuntansi Harga Pokok 1
BPUNDIP
Erlangga BPUNDIP
1997
1996 1995
15 Drs. Daljono, MSi, Akt
- Akuntansi Biaya, ed. 3
- Akuntansi Biaya, ed. 2
BPUNDIP BP UNDIP
2009 2004
16 Drs. Nugroho SBM, MSP
- Menyibak Wajah Otonomi Daerah LKSE 2003
17 Anis Chariri, S.E,
M.Com, Ph.D, Akt - The Dynamic of Financial Reporting
Pratice in An Indonesia Insurance
Company: A Reflection of Javanese Views
on An Ethical Social Relationship.
VDM Verlag,
Jerman
2009
18 Herry Laksito, SE,
M.AdvAcc, Ak;
Johar Arifin
- Perhitungan Dan Pelaporan Spt Tahunan
Wajib Pajak Orang Pribadi
PT Elex Media
Komputindo,
Jakarta
2008
19 Endang Fatmawati, S.S., S.Sos., M.Si
- The Art of Library BPUNDIP 2011