tesis magdalena

130
Dinamika Good University Governance Dalam Pembentukan Intellectual Capital Pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajat S-2 Magister Akuntansi Nama : Magdalena Judika Siringoringo NIM : 12030110400031 Kepada PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

Upload: magdalena-nommensen-university

Post on 14-Aug-2015

116 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Dinamika Good University Governance Dalam Pembentukan Intellectual Capital

Pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

Memperoleh derajat S-2 Magister Akuntansi

Nama : Magdalena Judika Siringoringo

NIM : 12030110400031

Kepada

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2012

ii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Magdalena Judika Siringoringo

NIM : 12030110400031

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya ajukan dengan judul

“Dinamika Good University Governance dalam Pembentukan Intellectual Capital di

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro” ini adalah hasil karya

sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam tesis ini

tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan

cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gagasan atau

pendapat atau pemikiran dari penulis lain tanpa memberikan pengakuan penulis

aslinya.

Tesis ini adalah milik saya, segala bentuk kesalahan dan kekeliruan dalam

tesis ini adalah tanggung jawab saya. Apabila saya melakukan hal yang bertentangan

dengan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dan bila kemudian terbukti

bahwa saya menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran

saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang diberikan oleh universitas akan dicabut

dari saya.

Semarang, 29 Mei 2012

Penulis,

Magdalena Judika S.

iii

Tesis Berjudul

DINAMIKA GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE DALAM

PEMBENTUKAN INTELLECTUAL CAPITAL PADA FAKULTAS

EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Magdalena Judika Siringoringo

NIM: 12030110400031

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 25 Mei 2012

Dan telah dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima

Susunan Tim Penguji

Anggota Tim Penguji

Semarang, 25 Mei 2012

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Program Studi Magister Akuntansi

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Zulaikha, SE, M.Si, Akt

Anis Chariri, SE, M.Com, Ph.D, Akt

Penguji II Penguji I

Prof. Drs. H. Arifin Sabeni, M.Com (Hons), Ph.D, Akt

Siti Mutmainah, SE, M.Si, Akt

Dr. H. Agus Purwanto, M.Si, Akt

Penguji III

Prof. Dr. H. Abdul Rohman, M.Si, Akt

Ketua Program

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“To God be the Glory”

“Ora et Labora”

“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang

menaruh harapannya pada Tuhan”

(Yer 17:7)

PERSEMBAHAN:

Alm. Papa terkasih, kenanganmu akan menjadi

keindahan hidupku.

Mama, yang selalu setia mendukung dan

menguatkanku di dalam doa.

Ito, yang selalu setia mengasihiku.

Imelda, adikku tersayang yang selalu menjadi

pendengar dan menyemangati dalam

pergumulan studiku.

v

ABSTRACT

This paper aims to explore the phenomenon, regularity, and particularity of

a case using a case study approach. The study also expands the institutional theory

by Meyer (2010) which explained that higher education, as an institution, has led to

the needs and dynamics of the growth and the development of knowledge through

empowerment and the forming the intellectual capital was carried out by good

university governance. In addition to the dynamics of the intellectual capital by

good university governance, the study also explores Meyer (2004) ideas to show that

the forming of the intellectual capital was effectively implementable through the

dynamics of good university governance principles. The type of this study is qualitative, and this research is done in the Faculty of

Economics and Bussiness Diponegoro University. Data is collected by depth interview,

observation, and documentation. Interview is done with the dean of Faculty of Economics and Bussiness, lecturers, colleges, alumni, and the other side who represent.

Concerning observations and new findings, the following dynamic principals

of good university governance are implemented by the Faculty of Economics and

Business Diponegoro University; transparency, accountability, fairness, and

responsiveness. In addition to the process of forming intellectual capital through the

dynamics of good university governance, the Faculty of Economics and Business

attains the transformation of becoming a centre of academic excellence through

Darma Perguruan Tinggi. The intellectual capital in Faculty of Economics and

Business led to the internalization of vision, mission, RENSTRA, and policies which

have been implemented. Those policies cause the Faculty of Economics and

Business to transform itself to become the centre of academic excellence.

Consequently the essence of the intellectual capital in the process of this

achievement has been implemented through Darma Perguruan Tinggi. In summary,

Faculty of Economics and Business achieves both its vision and mission through the

following Tri Darma Perguruan Tinggi: Teaching, Research and Services.

Keywords: institutional theory, good university governance, intellectual capital,

centre of academic excellence, Tri Darma Perguruan Tinggi.

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memahami suatu fenomena, keteraturan dan

kekhususan kasus dengan menggunakan pendekatan case study. Penelitian ini juga

bertujuan untuk menyingkap institutional theory yang telah di-grounded oleh Meyer

(2010) yang menjelaskan bahwa perguruan tinggi sebagai suatu institusi menjawab

kebutuhan dan dinamika pertumbuhan dan pengembangan knowledge melalui

melalui pemberdayaan dan pembentukan intellectual capital yang dilaksanakan

melalui good university governance. Penelitian ini juga memperluas pernyataan

Meyer (2004) dalam menunjukkan bagaimana pembentukan intellectual capital

dilaksanakan melalui dinamika university governance melalui setiap prinsip

pengelolaan institusi yang baik dan efektif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dilaksanakan di

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Wawancara

dilaksanakan dengan melibatkan dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis, dosen,

mahasiswa, alumni dan sejumlah informan yang memiliki informasi mengenai

aktivitas dan objek penelitian.

Berdasarkan hasil observasi dan depth interview, dinamika good university

governance diselenggarakan melalui praktik prinsip-prinsip tata kelola yang baik

yaitu transparansi, akuntabilitas, kesetaraan dan kewajaran, dan kepedulian di

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Proses pembentukan

intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis melalui dinamika good

university governance juga sekaligus mencapai terwujudnya Fakultas Ekonomika

dan Bisnis sebagai centre of academic excellence melalui tri darma perguruan tinggi.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa intellectual capital di Fakultas

Ekonomika dan Bisnis mengarah pada internalisasi visi dan misi, RENSTRA dan

kebijakan yang ditetapkan fakultas dan sejalan dengan visi Fakultas Ekonomika dan

Bisnis untuk menjadi centre of academic excellence. Essensi intellectual capital di

dalam proses perwujudan Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai centre of

academic excellence dilaksanakan melalui tri darma perguruan tinggi. Dengan

demikian, Fakultas Ekonomika dan Bisnis mewujudkan visi dan misi-nya yang

pengungkapannya tertuang melalui Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu darma

pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Keywords: institutional theory, good university governance, intellectual capital,

centre of academic excellence, Tri Darma Perguruan Tinggi.

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, berkat dan anugerahNya

kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul “Dinamika Good University Governance Dalam

Pembentukan Intellectual Capital Pada Fakultas Ekonomika Universitas

Diponegoro”. Tesis ini sebagai persyaratan dalam menyelesaikan studi pada

Program Magister Akuntansi Universitas Diponegoro.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan, saran serta masukan maka tesis

ini tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka pada kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Anis Chariri, SE, M.Com, Ph.D, Akt sebagai pembimbing Akademik I dan

Dosen yang dengan penuh keikhlasan dan semangat telah menyediakan

waktu bagi penulis untuk memberikan motivasi, arahan, masukan dan saran

sejak awal hingga terselesainya tesis ini.

2. Siti Mutmainah, SE, M.Si, Akt sebagai pembimbing Akademik yang telah

memberikan dukungan dan dengan penuh tanggung jawab member saran

perbaikan untuk tesis ini.

3. Seluruh staf Administrasi Program Studi Magister Akuntansi Universitas

Diponegoro yang yang telah dengan sabar dan sistematis membantu segala

keperluan administratif, baik yang terkait langsung dengan penyusunan tesis

ini maupun keperluan akademis lain.

4. Tim penguji yang telah bersedia menyempatkan waktu dalam mereview dan

memberikan komentar-komentar yang sangat berarti dalam proses

penyelesaian tesis ini, yaitu Prof. Drs. H. Arifin Sabeni, M.Com (Hons),

Ph.D, Akt., Dr. Raharja, M.Si, Akt., Dr. Zulaikha, M.Si, Akt dan Dr. H.

Agus Purwanto, M.Si, Akt.

viii

5. Ucapan terima kasih yang tulus kepada Prof. Arifin sebagai ketua Lembaga

Penjaminan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (LP2MP) Universitas

Diponegoro, Dr. Suharnomo, M.Si sebagai Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas DIponegoro, Prof. Drs. H. Arifin

Sabeni, M.Com (Hons), Ph.D, Akt. sebagai Ketua Pendidikan Profesi

Akuntansi Universitas Diponegoro, dan Prof. Drs. Muhammad Nasir, M.Si,

Ph.D, Akt sebagai Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah

menyediakan waktu selama proses interview dan pengolahan data hingga

selesainya tesis ini.

6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Magister Akuntansi Universitas

Diponegoro yang memberikan bekal keilmuan yang bermanfaat bagi penulis

khususnya kepada Dra. Indira Januarti, M.Si, Akt (Cand. Dr), Nur

Cahyonowati, SE, M.Si, Akt dan Puji Harto, SE, M.Si, Ph.D, Akt yang telah

menyediakan waktu untuk diskusi dan memberikan saran selama proses

penyelesaian tesis ini.

7. Universitas HKBP Nommensen beserta jajarannya yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menempuh, membiayai, dan

menyelesaikan pendidikan Pascasarjana Program Studi Magister Akuntansi

di Universitas Diponegoro.

8. Ir. Parulian Simanjuntak, M.A, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan

Drs. Victor H. Sianipar, M.SAc, Akt sebagai Ketua Jurusan Akuntansi

Universitas HKBP Nommensen yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menempuh dan menyelesaikan pendidikan Pascasarjana

Program Studi Magister Akuntansi di Universitas Diponegoro.

9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Magister Akuntansi Universitas

Diponegoro yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis

hingga penyelesaian tesis ini.

10. Ucapan terima kasih dan syukur secara khusus penulis sampaikan kepada Ibu

tercinta R. Aritonang dan adik terkasih Brigadir Mangarade Dimpos

Situmorang, SH, Imelda Novita, SE, dan Benny Daniel Situmorang, SE yang

ix

dengan sabar dan penuh perhatian memberikan kekuatan doa, semangat

moril dan non-moril sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

11. Penulis mengenang terkhusus juga buat Almarhum papa terkasih, St. J.A.

Siringoringo yang selalu menjadi kenangan terindah yang memberikan

warna di hati penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam proses dan hasil disertasi ini masih terdapat

kekurangan dan kelemahan, maka besar harapan penulis akan masukan, kritik, saran

apapun guna perbaikan tesis maupun guna perbaikan diri penulis di masa yang akan

datang. Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Semarang, 29 Mei 2012

Magdalena Judika Siringoringo

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

ABSTRACT ..................................................................................................... v

ABSTRAKSI .................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 9

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 12

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 13

1.5 Sistematika Penulisan Tesis .......................................................... 14

BAB II TELAAH PUSTAKA .................................................................. 16

2.1 Telaah Teori ................................................................................. 16

2.1.1 Institutional Theory .......................................................... 16

xi

2.1.2 Perguruan Tinggi Sebagai Suatu Institusi ........................... 18

2.1.3 University Governance ..................................................... 22

2.1.4 Good University Governance di Indonesia ........................ 27

2.1.5 Intellectual Capital ........................................................... 31

2.1.6 Intellectual Capital Pada Institusi Perguruan Tinggi ......... 32

2.2 Telaah Penelitian Sebelumnya ...................................................... 34

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 41

3.1 Metode Penelitian ........................................................................ 41

3.2 Paradigma Penelitian ..................................................................... 42

3.3 Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif............................... 43

3.4 Data dan Sumber Data .................................................................. 46

3.4.1 Pengumpulan Data ............................................................. 47

3.4.2 Sumber Data ...................................................................... 48

3.4.3 Waktu Pencarian Data ....................................................... 49

3.5 Analisis Data ................................................................................ 49

3.5.1 Triangulasi Data ................................................................ 51

3.5.2 Mengorganisir Data .......................................................... 52

3.5.3 Data Reduction ................................................................. 53

3.5.4 Interpretasi ........................................................................ 53

xii

BAB IV SETTING PENELITIAN SERTA GAMBARAN DAN

INTELLECTUAL CAPITAL DI FAKULTAS EKONOMIKA

DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO ........................... 54

4.1 Sejarah dan Latar Belakang Fakultas Ekonomika dan

Bisnis ................................................................................ 54

4.2 University Governance di Fakultas Ekonomika dan Bisnis 56

4.3 Dinamika Good University Governance di Fakultas

Ekonomika dan Bisnis ...................................................... 57

4.4 Narasi Pembentukan Intellectual Capital di Fakultas

Ekonomika dan Bisnis ...................................................... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................ 94

5.2 Implikasi Hasil Penelitian ................................................... 95

5.2.1 Implikasi Teoritis .................................................... 95

5.2.2 Implikasi Praktis ..................................................... 97

5.3 Keterbatasan ....................................................................... 98

5.4 Saran ................................................................................. 99

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 105

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Flexible governance model ...................................................... 26

Gambar 2.2 University Governance di Indonesia ........................................ 27

Gambar 2.3 Taxonomy of Organisational Assets ......................................... 33

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 40

Gambar 3.1 Triangulasi Data ...................................................................... 52

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis ................. 56

Gambar 4.2 Internalisasi Strategi Dengan Proses Pembentukan Intellectual

Capital ..................................................................................... 77

Gambar 4.3 Intisari Hasil Pembahasan ......................................................... 93

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intellectual Capital di Universitas ............................................ 34

Tabel 4.1 Daftar Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomika dan Bisnis ................ 87

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Pertanyaan ..................................................................... 105

Lampiran II Hasil Interview di Fakultas Ekonomika dan Bisnis ................... 107

Lampiran III Hasil Dokumentasi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis .............. 112

Lampiran IV Hasil Observasi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis ................... 112

Lampiran V Daftar Nama Dosen Fakultas yang Menulis Buku ..................... 113

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep good governance muncul dalam tataran korporasi dan publik yang

ditandai dengan terjadinya crisis of governance di Afrika pada tahun 1989. Good

governance berjalan seiring dengan perkembangan suatu Negara dan good

governance tersebut dinilai dari bentuk kekuatan untuk mengelola sumber daya

manajemen sosial dan ekonomi (World Bank, 1992). Dari aspek fungsional, good

governance dapat ditinjau dari sisi apakah pengelola telah berfungsi secara efektif

dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. World Bank

memberi definisi “the state power is used in managing economic dan social

resources for development of society”. United Nations Development Programs

(yang selanjutnya disingkat UNDP) dalam LAN dan BPKP (2000) memberikan

definisi “the exercise of political, economic, and administrative authority to manage

a nation‟s affair at all level”. Menurut definisi dalam LAN dan BPKP (2000) ini ,

good governance memiliki tiga kaki (three legs), yaitu : economic, political, dan

administrative. Economic governance meliputi proses-proses pembuatan keputusan

(decision-making process) yang memfasilitasi aktivitas ekonomi dalam negeri dan

interaksi diantara penyelenggara ekonomi. Economic governance mempunyai

implikasi terhadap equity, poverty dan quality of life. Political governance adalah

proses-proses pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan. Administrative

governance adalah sistem implementasi proses kebijakan.

2

Oleh karena itu, LAN dan BPKP (2000) juga menyebutkan bahwa good

governance meliputi tiga domain, yaitu : state (negara atau pemerintah), private

sector (sektor swasta atau dunia usaha), dan society (masyarakat) yang saling

berinteraksi menjalankan fungsinya masing-masing. State berfungsi menciptakan

lingkungan politik dan hukum yang kondusif. Private sector berfungsi menciptakan

pekerjaan dan pendapatan. Society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi,

dan politik termasuk mengajak kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk

berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan politik, sehingga perkembangan

konsep good governance dalam dekade terakhir telah ditumbuhkan menjadi sebuah

konsep untuk dapat dipahami dalam konteks yang luas dan dijadikan dasar dalam

menyusun konsep-konsep baru untuk institusi-institusi tertentu dengan mengadopsi

prinsip-prinsip dasarnya.

Konsep good corporate governance sebenarnya merupakan turunan dari

konsep tata kelola kepemerintahan yang lebih umum good governance. Konsep

good corporate governance ini merupakan salah satu konsep yang saat ini sedang

menjadi mainstream dalam penyelenggaraan perusahaan publik. Sejalan dengan

pernyataan Aristo (2005), karena perguruan tinggi secara konsep ekonomi

pendidikan merupakan industri, maka konsep good governance dapat dan tepat

diterapkan pada perguruan tinggi. Konsep good governance merujuk pada

bagaimana tata kelola institusi yang baik. Good governance pada perguruan tinggi

diperlukan untuk mendorong terciptanya efisiensi, transparansi dan konsisten

dengan peraturan perundang-undangan.

Penerapan good governance perlu didukung oleh tiga pilar yang saling

berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha

3

(termasuk perguruan tinggi) sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai

stakeholders dan pengguna produk/jasa dunia usaha (Kunami, 2007). Meskipun

demikian, pengelolaan sebuah institusi perguruan tinggi tidak mungkin disamakan

dengan pengelolaan sebuah perusahaan/institusi maupun korporasi. Ada koridor-

koridor tertentu yang berkaitan dengan nilai-nilai luhur (values), baik dalam hal

akademik maupun social values yang harus dijaga didalamnya. Sementara hal-hal

lain dalam penyelenggaraannya harus ditempatkan sebagai means atau alat untuk

mendukung pencapaian tujuan dasar tersebut.

Berdasarkan konsep dasar dan pemahaman tersebut itulah yang kemudian

menimbulkan suatu wacana good university governance (GUG) dalam

penyelenggaraan sebuah institusi perguruan tinggi. Sejalan dengan Soaib (2009)

secara sederhana good university governance (GUG) dapat dipandang sebagai

penerapan prinsip-prinsip dasar konsep “good governance” dalam sistem dan proses

governance pada institusi perguruan tinggi. Penerapan prinsip-prinsip good

governance ini dilaksanakan pada berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan

nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi

secara khusus dan pendidikan secara umum melalui basis pada tujuan

pengembangan pendidikan dan keilmuan akademik serta pengembangan manusia

seutuhnya.

Prinsip-prinsip atau karakteristik dasar dari good governance masih relevan

untuk diterapkan dalam konsep good university governance. Dalam

penyelenggaraannya, sebuah institusi perguruan tinggi harus memenuhi prinsip-

prinsip partisipasi, orientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi, responsif,

efektif dan efisien, ekuiti (persamaan derajat) dan inklusifitas, dan

4

penegakan/supremasi hukum (LAN dan BPKP, 2000). Yang berbeda adalah nilai

dan tujuan yang menjiwainya. Prinsip-prinsip manajerial tersebut hendaknya

diterapkan untuk mendukung fungsi-fungsi dan tujuan dasar pendidikan tinggi.

Pada dasarnya, pendidikan tinggi yang pada praktiknya dijalankan oleh

institusi perguruan tinggi dimaksudkan untuk dapat menjadi komunitas kaum

intelektual suatu bangsa. Sofian (2003) juga menyebutkan bahwa komunitas

intelektual ini kemudian diharapkan menjadi komunitas yang mampu menelurkan

inovasi-inovasi dan pemikiran-pemikiran dalam menghadapi permasalahan yang

dihadapi oleh bangsa itu. Komunitas pendidikan tinggi juga dijadikan sebuah garda

moral dan penjaga nilai-nilai luhur yang dianut oleh suatu bangsa, termasuk budaya,

adat istiadat dan sebagainya. Dengan peranan dan harapan yang besar inilah

kemudian anggota komunitas pendidikan tinggi kemudian mendapat posisi yang

terhormat di tengah masyarakat.

Istilah intellectual capital dapat dilihat pada berbagai literatur akuntansi,

yang secara umum diartikan sebagai knowledge assets oleh Lev (2001) yang tidak

hanya terbatas pada content publik atau perusahaan, namun memiliki cakupan

struktur yang kompleks. Intellectual Capital adalah kombinasi dari intangible

resources dan activities yang memberikan kewenangan bagi organisasi untuk

mentransform resources yang dapat menciptakan nilai bagi stakeholders (European

Commission, 2006, p. 4). Dalam PSAK Nomor 19 (Revisi 2000) tahun 2009 tentang

aktiva tidak berwujud, telah disebutkan bahwa komponen intellectual capital

merupakan bagian dari kategori intangible asset. Menurut PSAK No 19, aktiva tidak

berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai

wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan

5

barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif

(IAI, 2009).

Sejalan dengan itu, konsep human resource accounting juga menyebutkan

bahwa investasi terbaik ialah melalui sumber daya manusia. Sumber daya manusia

yang berkualitas akan memberikan value yang dapat menjaga citra sekaligus

memberikan benefit bagi organisasi. American Accounting Association dalam

Paresmewaran dan Jothi (2005) mendefenisikan human resource accounting sebagai

suatu proses identifikasi dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia serta

pengkomunikasian informasi ini ke pihak-pihak yang berkepentingan.

Intellectual capital pada institusi perguruan tinggi terdiri atas human capital,

relational capital dan structural capital (Yolanda, Carmen dan Jose, 2007) yang

mengacu pada pengetahuan dan kemampuan mengetahui (knowing capability) dari

sebuah kolektifitas sosial. Intellectual capital ini pararel dengan konsep human

capital yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan kapabilitas yang

memungkinkan seseorang bertindak dengan cara baru sehingga intellectual capital

merupakan sebuah sumber daya penting dan sebuah kapabilitas untuk bertindak

berdasarkan pengetahuan dan kemampuan mengetahui. Jika demikian, maka konsep

human resource accounting sangat tepat di dalam menjelaskan pembentukan

intellectual capital di institusi perguruan tinggi karena menurut konsep human

resource accounting, investasi terbaik suatu organisasi adalah melalui sumber daya

manusia.

Keistimewaan institusi perguruan tinggi dibanding institusi lain terletak pada

fungsi dasarnya, yaitu dalam hal pendidikan, pengajaran dan usaha penemuan atau

inovasi (riset). Fungsi-fungsi inilah yang kemudian mendefinisikan peranan

6

perguruan tinggi dalam masyarakat. Institusi perguruan tinggi berevolusi pada suatu

penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri sehingga pada

akhirnya institusi perguruan tinggi menjadi lebih comparable, fleksibel, transparan

dan competitive dalam hal pendidikan, pengajaran dan riset.

Goldsmith dan Berndtson (2002) menyatakan, “higher education is affected

today by a number of new challenges, which have already changed our way of

teaching and research.” Pernyataan ini didukung oleh Canibano dan Sanchez (2004)

yang menyatakan bahwa sasaran utama universitas adalah penyebaran pengetahuan

dan investasi dalam bentuk penelitian (research) dan sumber daya manusia (human

resources). Roberts (1999) menyatakan bahwa intellectual capital adalah mengenai

bagaimana knowledge yang terbentuk dalam suatu organisasi dapat menjadi value

sehingga dalam pencapaiannya akan membentuk competitive advantage bagi

organisasi tersebut.

Meskipun demikian, keberhasilan dalam pembentukan dan pemberdayaan

intellectual capital tidak dapat tercapai dengan sendirinya tanpa mempertimbangkan

bahwa ada unsur good university governance yang dapat mendukung

keberlangsungannya. Secara spesifik, intellectual capital sebagai wadah pusat

intelektual knowledge dan human resources tidak dapat terwujud dengan sendirinya

tanpa didukung oleh good university governance. Good university governance

menjadi fondasi atau pilar bagi perwujudan intellectual capital. Pernyataan ini

didukung oleh Keenan dan Aggestam (2001) yang menyatakan bahwa, “governance

is responsible for creating, developing and leveraging the intellectual capital

residing in the people, structures and processes of the firm” (Keenan and Aggestam,

2001, p. 259). Grant (1996) dalam penelitiannya juga memberikan bukti bahwa

7

intellectual capital dan governance menjadi relevan dalam mencapai competitive

advantage.

Penelitian good university governance terhadap intellectual capital tidak

jauh berbeda dengan publik maupun corporate karena pada dasarnya ada prinsip-

prinsip yang dapat diterapkan dalam penyelenggaraannya, dengan modifikasi-

modifikasi tertentu untuk mengakomodasi sifat-sifat dan tujuan dasarnya masing-

masing.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menjelaskan dinamika good

university governance terhadap pembentukan intellectual capital pada setting

institusi perguruan tinggi. Penelitian dengan topik sejenis jarang dilakukan

sebelumnya pada institusi perguruan tinggi di Indonesia. Secara spesifik, penelitian

yang akan dikembangkan oleh peneliti masih relevan dan credible di dalam

menjelaskan dinamika good university governance terhadap pembentukan

intellectual capital pada institusi perguruan tinggi.

Penelitian ini layak untuk dilaksanakan karena:

1. Penelitian ini tidak hanya mengkaji intellectual capital namun juga

menjelaskan dinamika dari good university governance terhadap

pembentukan intellectual capital pada setting perguruan tinggi.

2. Dimensi atau klasifikasi item-item good university governance yang

membentuk IC ialah pada unsur-unsur transparansi, akuntabilitas, rule of

law, dan sebagainya sedangkan dimensi IC pada perguruan tinggi dinilai

pada klasifikasi human capital, relational capital dan relational capital

(Yolanda, Carmen dan Jose, 2011).

8

3. Penelitian ini menggunakan setting institusi perguruan tinggi yaitu Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro sebagai objek kajian peneliti.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis adalah menjadi salah satu fakultas

Ekonomika dan Bisnis terkemuka dalam pelaksanaan Tri Darma Perguruan

tinggi yang responsif terhadap transformasi dan kapitalisasi pengetahuan.

Saat ini di Fakultas EKonomika dan Bisnis untuk program S-1 terdapat 3

jurusan, yaitu:

a. Jurusan Manajemen (Akreditasi A)

b. Jurusan IESP (Akreditasi A)

c. Jurusan Akuntansi (Akreditasi A)

Keunikan dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro ialah

terletak pada peran fakultas yang sangat aktif di dalam penyelenggaraan

pendidikan akademik dan professional bidang ekonomi dan bisnis yang

menghasilkan lulusan yang berkemampuan IPTEKS, mandiri dan mampu

bersaing secara global. Selain itu, Fakultas Ekomika dan Bisnis juga

menghasilkan penelitian-penelitian yang responsif terhadap dinamika

lingkungan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya hasil-hasil penelitian

yang dilaksanakan oleh lulusan dijadikan bahan referensi dan rujukan untuk

pengembangan penelitian-penelitian sejenis, ketersediaan sistem informasi

yang baik untuk menunjang proses belajar-mengajar yang baik seperti

SIMAWEB, layanan laboratorium komputer dengan akses internet yang

dapat digunakan untuk kegiatan akademik seperti pengerjaan tugas kuliah,

pencarian jurnal online dan materi perkuliahan. Fakultas Ekonomika dan

Bisnis juga mengembangkan wawasan, kreativitas dan kemampuan setiap

9

mahasiswa/i dengan cara melakukan berbagai seminar nasional maupun

internasional dan mengundang para pakar di bidangnya baik dari dalam

maupun luar negeri, mahasiswa/i juga turut berperan di dalam

memberdayakan budaya kondusif dan interaktif di lingkungan fakultas yaitu

dengan menggalakkan berbagai program seperti olahraga, pencarian bakat,

pelatihan SPSS, Myob serta program peduli lingkungan. Lulusan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis banyak yang berkarir di bidang pemerintahan,

akademisi dan praktisi yang telah banyak memberikan sumbangsih bagi

terciptanya kemakmuran bangsa dan Negara.

4. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai peran

intellectual capital yang penting dalam perwujudan Fakultas Ekonomika dan

Bisnis sebagai centre of academic excellence.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini ingin menggali eksistensi kasus/fenomena intellectual capital

sebagaimana Goldsmith dan Berndtson (2002) menyatakan, “higher education is

affected today by a number of new challenges, which have already changed our way

of teaching and research.” Keistimewaan institusi perguruan tinggi dibanding

institusi lain terletak pada fungsi dasarnya, yaitu dalam hal pendidikan, pengajaran

dan usaha penemuan atau inovasi (riset) dan di dalam menghadapi transformasi

ekonomi, teknologi dan kondisi sosial yang sangat cepat, pendidikan tinggi dituntut

untuk lebih menyeimbangkan peranannya sebagai pusat intelektual sekaligus

menjaga agar tetap relevan dengan kondisi sosial di sekitarnya. Hal tersebut yang

10

kemudian menjadikan intellectual capital essential dalam pencapaian tujuan

institusi perguruan tinggi sebagai academic excellence.

Keberhasilan dalam pembentukan dan pemberdayaan intellectual capital

tidak dapat tercapai dengan sendirinya tanpa mempertimbangkan bahwa ada unsur

good university governance yang dapat mendukung keberlangsungannya. Secara

spesifik, intellectual capital sebagai wadah pusat intelektual knowledge dan human

resources tidak dapat terwujud dengan sendirinya tanpa didukung oleh good

university governance. Keenan dan Aggestam (2001) dalam literatur review juga

menyebutkan bahwa good university governance menjadi fondasi atau pilar bagi

perwujudan intellectual capital dan konsep ini dudukung pula oleh Grant (1996)

dalam penelitiannya yang memberikan bukti bahwa intellectual capital dan

governance menjadi relevan dalam mencapai competitive advantage.

Sementara itu, American Accounting Association dalam Paresmewaran dan

Jothi (2005) mendefenisikan human resource accounting sebagai suatu proses

identifikasi dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia serta

pengkomunikasian informasi ini ke pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam

konsep human resource accounting manusia dipandang sebagai asset yang bernilai

bagi organisasi, maka sumber daya manusia memiliki essensi dalam proses

pengambilan keputusan baik bagi manajerial maupun stakeholders (Parasmewaran

dan Jothi, 2005), sehingga pengungkapan komponen intellectual capital adalah

merupakan wujud implementasi dari prinsip university governance yaitu:

1. Transparansi (transparency), yang mensyaratkan bahwa perguruan tinggi

bertanggung jawab atas kewajiban keterbukaan informasi bagi stakeholders

sehingga posisi dan pengelolaan perguruan tinggi sesuai dengan visi, strategi

11

dan kondisi riil perguruan tinggi. Ramirez (2011) menyebutkan bahwa

pengungkapan intellectual capital akan memberikan informasi akuntansi yang

tidak hanya reliable, namun juga sangat relevan dalam pengambilan keputusan

bagi user yang menggunakan informasi akuntansi tersebut. Pengungkapan atas

informasi intellectual capital di perguruan tinggi dituangkan dalam bentuk

informasi non-keuangan yang terdiri dari tiga hal yang fundamental seperti:

1) Visi, strategi dan sasaran institusi perguruan tinggi

2) Komponen intellectual capital

3) Proses pencapaian dan implementasi visi, strategi dan sasaran institusi

perguruan tinggi.

Informasi akuntansi mengenai pengungkapan intellectual capital secara

transparan akan menjamin penilaian stakeholders akan eksistensi dan image yang

dikembangkan oleh perguruan tinggi tersebut. Dengan demikian, pengungkapan

informasi intellectual capital menandai dan sekaligus menjadi keharusan bahwa

perguruan tinggi harus dikelola secara transparan. Oleh karena itu, praktik good

university governance melalui prinsip transparansi semakin penting dan semakin

kuat bagi perguruan tinggi.

2. Akuntabilitas (Accountability), sektor pendidikan dituntut untuk dikelola

secara accountable dengan menerapkan good governance. Secara substansial

institusi perguruan tinggi merupakan sektor yang melakukan pengelolaan

dan pelayanan publik, faktor inilah yang kemudian mendasari perlunya

prinsip akuntabilitas good university governance dan pentatakelolaan yang

baik.

12

3. Kesetaraan dan kewajaran (fairnesss), merupakan salah satu prinsip tata

kelola yang mengharuskan setiap individu bertindak dan berbuat selaras

dengan tujuan organisasi (goal congruence).

4. Kepedulian (responsiveness), institusi perguruan tinggi dituntut untuk

bersikap tanggap dan merespon perkembangan akuisisi ilmu pengetahuan

dalam bentuk knowledge management.

Pemikiran tersebut memunculkan pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana Good University Governance dapat membentuk Intellectual

Capital pada Fakultas Eknomika dan Bisnis?

2. Apa sajakah komponen intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan

Bisnis?

3. Mengapa intellectual capital menjadi essential dalam perwujudan Fakultas

Eknomika dan Bisnis sebagai centre of academic excellence?

Pertanyaan tersebut akan berusaha digali lebih mendalam dan dieksplorasi

dengan berbagai teknik pencarian data serta analisis yang telah dibentuk.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada bagian 1.2

perumusan masalah di atas dengan menggunakan pendekatan instrumental case

study (studi kasus instrumental). Studi atas kasus dilakukan untuk memahami secara

eksternal suatu fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. Tujuan lebih lanjut

adalah institutional theory oleh Meyer (2010) sebagai teori yang akan di-grounded

untuk menyingkap bahwa perguruan tinggi sebagai suatu institusi yang dapat

menjawab kebutuhan dan dinamika pertumbuhan dan pengembangan knowledge

13

melalui pemberdayaan dan pembentukan intellectual capital dengan dimoderasi oleh

adanya good university governance. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini

ialah:

1. Mendeskripsikan dan memberikan pemahaman mengenai dinamika Good

University Governance terhadap pembentukan Intellectual Capital pada

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

2. Mengetahui komponen-komponen intellectual capital di lingkungan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

3. Menjelaskan keberadaan Intellectual Capital yang essential pada Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegorosebagai perwujudan centre of

academic excellence.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat teoritis bagi akademisi dan peneliti, penelitian

ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa informasi tentang peran good

university governance terhadap pengembangan dan pemberdayaan intellectual

capital pada institusi perguruan tinggi sehingga dapat memperkaya ilmu

pengetahuan di Indonesia dan dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat

mendorong adanya penelitian dan pengembangan selanjutnya mengenai good

university governance dan pengaruhnya terhadap intellectual capital di institusi

perguruan tinggi. Sedangkan manfaat praktis bagi stakeholders, penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memberi informasi mengenai kekayaan

perguruan tinggi yang berupa intellectual capital dan bagaimana institusi perguruan

tinggi menjadikan intellectual capital sebagai perwujudan academic excellence.

14

1.4 Sistematika Penulisan Tesis

Tesis ini terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, fokus dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, perspektif, dan manfaat penelitian. Bab ini menjelaskan pentingnya

menggali dinamika good university governance dalam pembentukan intellectual

capital.

Bab II Telaah Pustaka

Bab ini membahas peranan good university governance dalam membentuk

intellectual capital.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi desain penelitian, konsep penggalian kasus dan

fenomena,metode/teknik penelitian, analisis data, dan pemeriksaan keabsahan data

yang seluruhnya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik penelitian serta

kondisi institusi dalam kasus ini.

Bab IV Setting Penelitian dan Gambaran Good University Governance dalam

pembentukan Intellectual Capital.

Bab ini berisi tahapan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan/diskusi mengenai

pembentukan intellectual capital. Bahasan lebih luas dilakukan darihasil pencarian

data dan wawancara yang telah dilakukan dengan para subjekpenelitian. Bab ini juga

berisi pembahasan/diskusi mengenai dinamika good university governance yang

15

terjadi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Tema yang muncul dari hasil wawancara

dibentuk dalam struktur cerita yang mendukung teori.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian serta saran bagi penelitian lebih

lanjut seperti yang diharapkan pada awal pembahasan.

16

BAB II

TELAAH PUSTAKA

1.1 Telaah Teori

2.1.1 Institutional Theory

Institutional theory menjadi suatu konsep teori yang telah banyak dipakai

dan mengalami banyak perubahan. Institutional theory telah berevolusi dan

diadaptasikan ke dalam berbagai multi disiplin ilmu seperti misalnya dalam ilmu

ekonomi, teori ini dikembangkan oleh para ahli ekonom seperti North (1990),

Alston dan Eggerston (1996) dan Khalil (1995) dan dalam ilmu sosiologi, teori ini

dikembangkan oleh DiMaggio dan Powell (1991) Scott, (1995) dan Zucker, (1987)

(dikutip oleh Scott, 2004). March dan Olsen (1984; 1989; 1996) (dikutip oleh Peters,

2000) dalam literaturnya menyatakan institutional theory melandasi suatu konsep

pemahaman bahwa setiap individu yang berada di lingkungan institusi atau

organisasi tertentu bertindak dan berperilaku sesuai dengan standar normatif institusi

tersebut. Artinya bahwa setiap individu mengikuti suatu standar, aturan, dan norma

yang telah ada dan diterima di lingkungan institusi itu. Standar normatif itu

merupakan nilai yang pada hakikatnya dijunjung tinggi dan diterima oleh individu

pada institusi tersebut.

March dan Olsen (dikutip oleh Peters, 2000) juga menemukan bahwa

institusi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan atau bahkan sebaliknya. Artinya

bahwa institusi dapat bersifat adaptif bila struktur, interaksi dan perubahan dalam

17

sistem lingkungan juga semakin kompleks. Meyer (2010) menyebutkan bahwa

Institutional theory dibagi ke dalam dua bentuk:

1. Old Institutional Theory, yang menekankan pada konsep bahwa ada aturan,

standard dan norma yang disepakati sebagai nilai yang dijunjung tinggi di

dalam suatu institusi. Pada teori ini, manusia dipandang sebagai bagian dari

bagian yang menyatu dan terikat dengan nilai yang terkandung pada institusi.

2. New Institutional theory, yang menekankan pada konsep bahwa ada interaksi

antara institusi dengan lingkungannya. Artinya bahwa, institusi dapat

mempengaruhi lingkungannya dan begitu juga sebaliknya. Pada teori ini,

institusi dan lingkungan saling berinteraksi sehingga setiap individu yang

ada pada individu merupakan actor yang rational.

Dalam literatur, DiMaggio and Powell‟s (1983) dalam Rachel et.al (2005)

menyebutkan bahwa organisasi menhadapi suatu tekanan untuk memenuhi setiap

bentuk dan proses yang terjadi di lingkungan organisasi tersebut demi memperoleh

suatu legitimate atau pengakuan. Mekanisme proses dan bentuk yang kerap dihadapi

oleh organisasi ini disebut sebagai „institutional isomorphism‟. DiMaggio dan

Powell (dalam kutipan Rachel et.al (2005)) mendefenisikan institutional

isomorphism ke dalam 3 bagian besar yaitu mimetic, coercive dan normative.

1. Mimetic adalah suatu bentuk mekanisme organisasi melalui proses meniru,

menyontoh atau menyamai sistem, struktur, dan aktivitas organisasi lain.

Abrahamson (1996) bahkan menyebutkan bahwa proses meniru dilakukan

oleh organisasi tanpa mempertimbangkan apakah proses mengadopsi

tersebut membawa perubahan yang baik bagi organisasi.

18

2. Coercive adalah suatu bentuk mekanisme organisasi yang dipengaruhi oleh

adanya regulator, pemerintah maupun lembaga-lembaga lain. Regulator,

pemerintah dan lembaga ini menekankan bahwa organisasi diharuskan untuk

mengadopsi sistem maupun struktur yang dilegitimasikan oleh mereka.

Bentuk tekanan coercive dalam institutional theory menunjukkan bahwa ada

unsur pengaruh political pada setiap mekanisme yang terjadi di lingkungan

organisasi. Scott (1987, p. 502) dalam Rachel et.al. (2005) berpendapat

bahwa dari segi perspektif institusional, bentuk coercive legitimasi diperoleh

oleh organisasi hanya jika organisasi tersebut menyesuaikan diri terhadap

bentuk, pola dan struktur dari pihak yang berkuasa yaitu regulator.

3. Normative adalah suatu bentuk mekanisme organisasi melalui standar dan

pengaruh dari kalangan professional. Proses normative dilakukan oleh

organisasi melalui pembekalan dalam bentuk training dan edukasi yang

dimotori oleh lembaga professional sehingga adopsi proses normative ini

akan menghasilkan struktur dan sistem yang sesuai dengan kebutuhan

organisasi.

2.1.2 Perguruan Tinggi Sebagai Suatu Institusi

Literatur empiris memberikan bukti bahwa sistem pendidikan adalah sama

dan selalu mengalami perubahan setiap waktu. Schofer dan Meyer (2005)

menemukan bukti bahwa pendidikan berkembang sangat pesat seiring dengan

kemajuan teknologi dan heterogenitas budaya, perguruan tinggi berevolusi menjadi

suatu institusi yang dapat menjawab kebutuhan dan dinamika pertumbuhan dan

pengembangan knowledge dan modernisasi. Sebagai institusi yang mendukung

19

terwujudnya pengembangan dan pembentukan knowledge, perguruan tinggi

mendefinisikan dirinya menjadi suatu lembaga yang disebut sebagai “universitas”

yang dengan semangat dan dedikasi berpacu untuk memperoleh legitimasi melalui

setaiap upaya dan pencapaian yang dilakukan. Clark (1987) bahkan menyatakan

bahwa organisasi yang selalu dapat terus bertahan dalam pencapaian dan

eksistensinya ialah universitas.

Peranan institusi perguruan tinggi berfokus pada transfer atau konversi ilmu

pengetahuan (knowledge) dan diharapkan untuk menjadi komunitas yang memegang

teguh nilai-nilai (values) yang dianggap ideal atau dijunjung tinggi suatu bangsa

(Elena, 2004). Institusi perguruan tinggi diharapkan menjadi sebuah komunitas yang

mampu melindungi dirinya dari pengaruh nilai-nilai lingkungan diluarnya yang

mungkin korup atau mengandung keburukan (Warden, 2004). Menghadapi

transformasi ekonomi, teknologi dan kondisi sosial yang sangat cepat, perguruan

tinggi dituntut untuk lebih menyeimbangkan peranannya sebagai pusat intelektual

sekaligus menjaga agar tetap relevan dengan kondisi sosial di sekitarnya atau

kondisi sosial bangsa yang menaunginya. Output dari perguruan tinggi diharapkan

bukan hanya sumber daya manusia yang berkualitas dan siap kerja, tapi lebih dari

itu, menjadi agen-agen bangsa yang sanggup mengelola dan mengarahkan

perubahan di bangsa itu. Sejalan dengan institutional theory, konsep human

resource accounting juga menyebutkan bahwa dari segi perpektif manajerial,

manusia merupakan sumber daya yang bernilai bagi organisasi. Jika manusia

dipandang sebagai modal yang bernilai bagi organisasi, maka sumber daya manusia

memiliki essensi di dalam proses pengambilan keputusan baik bagi pihak manajerial

maupun stakeholders. Tujuan utama dari akuntansi sumber daya manusia ialah

20

untuk membantu manajemen dalam merencanakan dan mengontrol sumber daya

manusia secara efisien dan efektif.

Penelitian mengenai human resource accounting dilakukan sekitar tahun

1960-an oleh Likert. Penelitian serupa juga dilanjutkan oleh para ekonom seperti

Becker, Lester, Mincer dan Schultz (dikutip oleh Parasmewaran dan Jothi, 2005)

yang mengembangkan gagasan Flamholtz mengenai teori human resource

accounting yang menyatakan bahwa:

1. Manusia merupakan sumber daya yang bernilai bagi suatu organisasi

2. Setiap informasi yang terkait dengan investasi dalam bentuk human capital

adalah berguna pada saat proses pengambilan keputusan.

Menurut Parasmewaran dan Jothi (2005), human resource accounting

mengarah kepada:

1. Peningkatan kesadaran manajerial terhadap nilai sumber daya manusia.

2. Penyedia sistem informasi di dalam pengambilan keputusan

3. Perwujudan akuntabilitas sebagai bagian dari manajemen sumber daya

manusia

4. Pengembangan ukuran-ukuran baru di dalam penggunaan tenaga kerja secara

efektif

5. Penyusunan perencanaan jangka panjang dan anggaran

6. Perencanaan sumber daya manusia secara lebih baik.

Oleh karenanya, perguruan tinggi memiliki peran yang penting dan strategis

sebagai agen pembangunan terkait dengan tanggung jawab untuk mempersiapkan

generasi masa depan yang berkualitas. Perguruan tinggi juga memiliki tugas sebagai

partner pemerintah, dunia bisnis dan masyarakat yang diharapkan dapat

21

menciptakan kehidupan dan dunia kerja yang lebih berkualitas. Perguruan tinggi

merupakan wadah yang mencerminkan perkembangan kemajuan pengetahuan,

wawasan berpikir, teknologi, dan berbagai aspek dalam kehidupan. Sebagai wadah

pengembangan dan perwujudan intellectual capital tersebut, maka berdasarkan

konsep institutional theory perguruan tinggi adalah sebagai institusi.

Pada awalnya, institutional theory lahir sebagai bentuk penolakan teori

Marxist yang pada kala itu mendominasi sosiologi America pada tahun 1970 an.

Studi mengenai perguruan tinggi sebagai institusi dikembangkan oleh Meyer dan

Rowan (2010) dengan menyimpulkan bahwa perguruan tinggi berdasarkan

institutional theory adalah institusi yang memegang peranan penting dalam

sosialitas dan modernisasi. Perguruan tinggi berperan di dalam struktur dan

interaksi sosial melalui proses perwujudan dan pencapaiannya sebagai pusat

pembentukan dan pengembangan pengetahuan, wawasan, kreativitas dan budaya.

Jika perguruan tinggi sebagai institusi pengembangan dan pembentukan intellectual

capital yang dalam hal ini ialah human capital, berarti setiap individu di lingkungan

perguruan tinggi adalah actor. Meyer (2010) menyebutkan bahwa “People are

naturally actors”. Sesuai dengan konsep fenomologi yang menyatakan bahwa:

1. Setiap actor di dalam lembaga dan struktur internal merupakan bagian dari

suatu sistem institusional.

2. Institusi terbentuk dari kompleksitas dan keberagaman fungsi, peran, dan

heterogenitas unsur yang menyatu di dalam suatu wadah, yang disebut

institusi.

3. Institusi menjadi suatu alat kontrol yang efektif bagi actor.

22

2.1.3 University Governance

Pada dasarnya, pendidikan tinggi yang pada praktiknya dijalankan oleh

institusi perguruan tinggi dimaksudkan untuk dapat menjadi komunitas kaum

intelektual suatu bangsa. Perguruan tinggi merupakan wadah yang mencerminkan

perkembangan kemajuan pengetahuan, wawasan berpikir, teknologi, dan berbagai

aspek dalam kehidupan. Komunitas intelektual ini kemudian diharapkan untuk

menjadi komunitas yang mampu menelurkan inovasi-inovasi dan pemikiran-

pemikiran dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa itu.

Komunitas pendidikan tinggi juga dijadikan sebuah garda moral dan penjaga nilai-

nilai luhur yang dianut oleh suatu bangsa, termasuk budaya, adat istiadat dan

sebagainya.

University governance adalah perilaku, cara atau metode yang digunakan

oleh suatu institusi perguruan tinggi untuk mendayagunakan seluruh potensi dan

unsur-unsur yang dimiliki secara optimal (Dikti-Depdiknas, 2004). Secara teknis

tata kelola dinyatakan sebagai upaya sistematis dalam suatu proses untuk mencapai

tujuan organisasi, melalui fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,

dan tindak lanjut peningkatan. Dengan demikian, university governance selain

melingkupi seluruh proses dan unsur-unsur tersebut, juga memiliki tujuan utama

yaitu peningkatan kualitas insitusi perguruan tinggi secara terus menerus untuk

mencapai visi dan misi yang ditetapkan.

Pengelolaan sebuah institusi perguruan tinggi tidak mungkin disamakan

dengan pengelolaan sebuah negara maupun korporasi. Ada koridor-koridor tertentu

yang berkaitan dengan nilai-nilai luhur (values), baik dalam hal akademik maupun

social values yang harus dijaga didalamnya. Inilah yang menjadi dasar munculnya

23

wacana university governance dalam penyelenggaraan sebuah institusi perguruan

tinggi. Secara sederhana, university governance sebagai penerapan prinsip-prinsip

dasar konsep “good governance” dalam sistem dan proses governance pada institusi

perguruan tinggi, melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan nilai-

nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi secara

khusus dan pendidikan secara umum. Basis pada tujuan pengembangan pendidikan

dan keilmuan akademik, pengembangan manusia seutuhnya. Yang lain ditempatkan

sebagai alat atau means, bukan tujuan dasar. Soaib (2009) menyatakan,

University governance is largely about guiding the university towards

achieving its vision and goals as an institution of professionalism,

scholarship, research, and knowledge advancement. University governance

must meet the demands of the many stakeholders, particularly the students,

academics, industries, and government. It is not about control; it is about

providing opportunities, facilities, and resources for ensuring its further

development and sustainability.

Sufean (1995) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa perguruan tinggi

telah mendukung tercapainya keberlangsungan pengembangan ilmu pengetahuan.

Good governance mensyaratkan 8 karakteristik umum/dasar, yaitu

partisipasi, orientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi, responsif, efektif

dan efisien, ekuiti (persamaan derajat) dan inklusifitas, dan penegakan/supremasi

hukum. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing karakteristik :

1. Participation

Partisipasi oleh pria dan wanita adalah kunci good governance. Partisipasi

dapat langsung maupun melalui institusi perwakilan yang legitimate. Partisipasi

harus informatif dan terorganisir. Ini mensyaratkan adanya kebebasan berasosiasi

24

dan berekspresi di satu sisi dan sebuahcivil society yang kuat dan terorganisir di sisi

lain.

2. Rule of law

Good governance memerlukan sebuah kerangka legal atau hukum dan

peraturan yang ditegakkan secara komprehensif. Good governance juga memerlukan

perlindungan penuh terhadap hak asasi manusia, terutama bagi kaum minoritas.

Proses enforcement hukum yang imparsial membutuhkan lembaga peradilan yang

independen dan kepolisian yang juga imparsial dan tidak korup.

3. Transparency

Transparansi mengandung arti bahwa pengambilan dan pengimplementasian

keputusan dilakukan dalam tata cara yang mengikuti hukum dan peraturan.

Transparency juga berarti bahwa informasi tersedia secara bebas dan dapat diakses

langsung oleh mereka yang akan dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Informasi

yang tersedia haruslah dalam bentuk dan media yang mudah dimengerti.

4. Responsiveness

Good governance memerlukan institusi dan proses didalamnya yang

mencoba untuk melayani semua stakeholders dalam kerangka waktu tertentu yang

sesuai.

5. Consensus oriented

Ada lebih dari satu aktor dan banyak sudut pandang dalam suatu komunitas.

Good governance memerlukan mediasi dari kepentingan-kepentingan yang berbeda

di masyarakat dalam rangka mencapai sebuah konsensus umum dalam masyarakat

yang merupakan kepentingan atau keputusan yang terbaik yang dapat dicapai untuk

seluruh masyarakat. Ini memerlukan perspektif luas dan jangka panjang mengenai

25

apa yang diperlukan untuk pengembangan manusia secara berkesinambungan. Ini

hanya dapat dicapai melalui pemahaman yang baik atas konteks historis, kultural

dan sosial di komunitas atau masyarakat tersebut.

6. Equity and inclusiveness

Keberadaan sebuah masyarakat bergantung pada proses memastikan bahwa

seluruh anggotanya merasa bahwa mereka memiliki kepentingan didalamnya dan

tidak merasa dikucilkan dari mainstream masyarakat tersebut. Ini memerlukan

semua kelompok, terutama yang paling lemah, memiliki kesempatan untuk

meningkatkan atau mempertahankan keberadaan mereka.

7. Effectiveness and efficiency

Good governance berarti bahwa output dari seluruh proses dan institusi tepat

sasaran atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat disamping efisien dalam

pemanfaatan sumber daya untuk melakukannya. Konsep efisiensi dalam konteks

good governance juga mencakup penggunaan sumber daya alam dengan

memperhatikan kesinambungan dan perlindungan lingkungan.

8. Accountability

Akuntabilitas adalah salah satu kebutuhan utama dalam good governance.

Tidak hanya untuk institusi pemerintahan, melainkan juga sektor swasta dan

organisasi-organisasi civil society harus bisa diakun oleh publik dan stakeholders-

nya. Secara umum, sebuah organisasi atau institusi bertanggung jawab pada pihak-

pihak yang dipengaruhi oleh tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan mereka.

Akuntabilitas tidak mungkin ditegakkan tanpa adanya transparansi dan supremasi

hukum.

26

Lapworth (2004) dalam penelitiannya menggambarkan model university

governance sebagai interaksi dan bukan hirarki kekuasaan, sehingga proses

governance dapat diarahkan demi mewujudkan visi dan misi universitas dalam

kerangka pemahaman institut perguruan tinggi. Gambar 1 akan menunjukkan

flexible governance model Lapworth.

Gambar 2.1: Flexible governance model

Sumber: Lapworth, (2004)

Johannes (2003) menyebutkan ada 4 organ utama pada bentuk university

governance di Indonesia yaitu:

1. Board of Trustee yaitu pihak penyelenggara tertinggi di perguruan

tinggi yang didalamnya termasuk Majelis Wali Amanat, Rektor, biro

dan jajarannya.

FACULTY

MANAGEMENT

BOARD

SENATE

STEERING CODE

27

2. University Senate yaitu badan normatif pada perwakilan tertinggi di

lingkungan fakultasyang memiliki wewenang untuk menjabarkan

kebijakan dan peraturan universitas .

3. Internal Auditor yaitu pihak yang tidak terkait langsung dengan

tugas-tugas akademis namun berperan dalam melakukan pengawasan

dan monitoring terhadap sistem pengendalian kinerja pada berbagai

program studi di universitas seperti lembaga penjaminan mutu, SP4.

4. University Executives yaitu pihak manajemen yang keterkaitannya

adalah dalam hal pendanaan maupun pembiayaan di universitas.

Gambar 2.2: University Governance di Indonesia

Gambar 2.2: Johannes, (2003).

2.1.4 Good University Governance di Indonesia

Prinsip-prinsip atau karakteristik dasar dari good governance masih relevan

untuk diterapkan dalam konsep good university governance. Dalam

BOARD

OF TRUSTEE

UNIVERSITY

SENATE INTERNAL

AUDITOR

UNIVERSITY

EXECUTIVES

28

penyelenggaraannya, sebuah institusi perguruan tinggi harus memenuhi prinsip-

prinsip partisipasi, akuntabilitas, transparansi, dan responsif,. Prinsip-prinsip

manajerial tersebut hendaknya diterapkan untuk mendukung fungsi-fungsi dan

tujuan dasar pendidikan tinggi.

BPKP dan LAN (2000) mensyaratkan ada beberapa yang perlu diperhatikan

dalam penyelenggaraan good university governance di Indonesia dalam hal

penerapan prinsip-prinsip atau karakteristik dasarnya, yaitu:

1. Penentuan stakeholders. Inti dari proses governance yang baik adalah

bagaimana hubungan antar stakeholders didalamnya. Untuk itu, peneliti

terlebih dahulu perlu mendefinisikan siapa para stakeholders tersebut.

2. Pendefinisian peranan dan tanggung jawab masing-masing stakeholders. Hal

ini harus didahului dengan pembangunan kesadaran dalam diri seluruh

stakeholders bahwa setiap individu memiliki kepentingan dan karenanya

harus turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

3. Partisipasi. Partisipasi atau pelibatan aktif dari seluruh stakeholders

merupakan sesuatu yang vital dalam penyelenggaraan governance yang

baik.

4. Penegakkan hukum. Pelaksanaan fungsi-fungsi perguruan tinggi tidak

mungkin dapat berjalan dengan kondusif apabila tidak ada sebuah hukum

atau peraturan yang ditegakkan dalam penyelenggaraannya. Aturan-aturan

itu, berikut sanksi-sanksinya, hendaknya merupakan hasil konsensus dari

stakeholders, untuk meningkatkan komitmen dari semua pihak untuk

mematuhinya.

29

5. Transparansi. Transparansi atau keterbukaan merupakan sebuah prasyarat

dasar untuk menunjang adanya partisipasi dan menjaga akuntabilitas

institusi. Proses partisipasi memerlukan ketersediaan informasi yang

memadai dan kemudahan bagi seluruh stakeholders dalam mengakses

informasi tersebut.

6. Responsivitas. Sifat responsif ini dapat dibagi dalam dua konteks. Pertama,

pihak penyelenggara perguruan tinggi (rektorat) harus mampu menangkap

isu-isu dan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam dinamika

penyelenggaraan tersebut. Yang kedua, dalam konteks yang lebih luas,

perguruan tinggi secara institusi harus mampu bersikap responsif terhadap

permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan mempu bertindak

atau berpartisipasi untuk menyikapinya.

7. Orientasi pada konsensus. Proses pengambilan segala keputusan atau

kebijakan dalam penyelenggaraan hendaknya mengutamakan konsensus atau

kesepakatan dari stakeholders.

8. Persamaan derajat dan inklusivitas. Seluruh prinsip-prinsip tadi hanya

mungkin terwujud apabila ada satu kesepahaman mengenai persamaan

derajat (equity) setiap entitas stakeholders. Artinya, paradigma yang dipakai

bukanlah hierarkikal atau ada satu kelompok yang derajatnya lebih tinggi

dibanding kelompok lain.

9. Efektifitas dan efisiensi. Output dari seluruh proses penyelenggaraan atau

program-program yang digariskan harus tepat sasaran (efektif) atau sesuai

dengan kebutuhan dan harapan stakeholders.

30

10. Akuntabilitas. Institusi perguruan tinggi harus mampu

mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian proses penyelenggaraan

perguruan tinggi terhadap seluruh stakeholders, baik internal maupun

eksternal, terutama pada masyarakat umum.

11. Values yang harus dijunjung tinggi perguruan tinggi. Seluruh prinsip ini

harus dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dan tujuan dasar

yang dianut dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, dan diterapkan untuk

menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi dasar perguruan tinggi. Perguruan

tinggi mengemban amanat dan harapan yang besar dari masyarakat, bangsa

dan negara, sehingga penyimpangan dari nilai-nilai ini merupakan sebuah

pengkhianatan terhadap amanat dan harapan itu.

Sesuai dengan pernyataan Direktorat Pembinaan Akademik dan

Kemahasiswaan Dikti-Depdiknas (2004) bahwa untuk mewujudkan institusi

perguruan tinggi di Indonesia menjadi academic excellence, maka suatu institusi

perguruan tinggi harus memenuhi tri darma perguruan tinggi yaitu pengajaran dan

riset (penelitian) dan pengabdian masyarakat dengan mengacu pada:

1. Pengembangan kurikulum dan silabus. Setiap program studi harus

menyesuaikan kurikulum dan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan dan realita

di dunia kerja. Program studi juga diharuskan mampu untuk melakukan

evaluasi diri atas pengembangan kinerja pada tahun ajaran baru.

2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pada setiap program studi baik

pada tingkat dekanat, dosen hingga pada karyawan untuk menjaga reputasi

perguruan tinggi.

31

3. Peningkatan kerjasama pada berbagai universitas terkemuka di luar negeri

sebagai salah satu referensi untuk menunjang pendidikan dan penelitian di

perguruan tinggi.

4. Peningkatan penelitian yang mengarah pada pengembangan ataupun isu-isu

yang terkait dengan pembangunan nasional secara global maupun institusi

secara khusus.

5. Pengabdian kepada masyarakat melalui pemberdayaan dan partisipasi

akademisi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan pemberian penyuluhan atau

pelatihan-pelatihan khusus yang terkait dengan pengembangan keterampilan.

2.1.5 Intellectual Capital

Defenisi intellectual capital yang banyak digunakan adalah definisi yang

ditawarkan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development

(OECD, 1999) yang menjelaskan intellectual capital sebagai nilai ekonomi dari dua

kategori aset tak berwujud: (1) organisational (structural) capital; dan (2) human

capital. Organisational (structural) capital mengacu pada hal-hal seperti sistem

software, jaringan distribusi, dan rantai pasokan. Human capital meliputi sumber

daya manusia di dalam organisasi (yaitu sumber daya tenaga kerja/karyawan) dan

sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dan

supplier. Seringkali istilah tersebut diperlakukan sebagai sinonim dari aktiva tidak

berwujud. Meskipun demikian, definisi tersebut menyajikan cukup perbedaan

dengan meletakkan intellectual capital sebagai bagian terpisah dari dasar penetapan

intangible asset secara keseluruhan suatu perusahaan.

32

Edvinsson dan Malone (1997) menyatakan bahwa intellectual capital

merupakan“hidden capabilities” yang dimiliki oleh suatu organisasi atau

merupakan knowledge based resources yang menciptakan keunggulan bersaing bagi

suatu perusahaan. Lev (2001) menggunakan istilah intangible assets, knowledge

assets and intellectual capital secara berubah-ubah dan menyatakan bahwa masing-

masing istilah itu digunakan secara berbeda tergantung pada konteks yang

mendasari pemakaian istilah tersebut. Luthy (1999) menyatakan bahwa konsep dasar

penting dalam definisi ini meliputi gagasan bahwa modal intelektual adalah sesuatu

yang berbasis pengetahuan, ditangkap dalam suatu bentuk dan dapat diidentifikasi,

serta berguna bagi organisasi. Modal intelektual tidak hanya mudah tersedia, namun

meliputi kemampuan otak manusia yang bebas. Definisi dan konsep dasar tersebut

memberikan dasar yang berguna dalam memahami modal intelektual.

2.1.6 Intellectual Capital Pada Institusi Perguruan Tinggi

Intellectual capital adalah kombinasi dari intangible resources dan activities

yang memberikan kewenangan bagi organisasi untuk mentransform resources yang

dapat menciptakan nilai bagi stakeholders (European Commission, 2006, p. 4). Marr

dan Ross (2005) menekankan bahwa ada interaksi yang dinamis antara intellectual

capital dan resource lainnya yang dimiliki organisasi yang kemudian akan

membawa arah yang baik bagi kinerja. Hal yang kemudian sering mengemuka

dalam penyelenggaraan perguruan tinggi kemudian adalah mengenai academic

excellence yang menjadikan institusi perguruan tinggi sebagai wadah pusat

intelektual yang mentransfer atau mengkonversi ilmu pengetahuan (knowledge).

Paradigma baru tersebut menjadikan intellectual capital menjadi essential dalam

33

pencapaian tujuan institusi perguruan tinggi sebagai academic excellence. Gambar

2.3 berikut akan menyajikan interaksi intellectual capital dengan berbagai resources

yang dimiliki oleh organisasi.

Gambar 2.3. Taxonomy of Organisational Assets

Menurut beberapa peneliti seperti Edvinson dan Malone (1997); Stewart

(1997); Bontis (2001) dan Warden (2003), intellectual capital dapat dikelompokkan

ke dalam tiga subkategori, yaitu:

1. Human capital: Sebagai contoh, pendidikan staf, pelatihan,

pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan.

2. Structural capital: Mencakup struktur-struktur internal seperti

penelitian dan pengembangan (R&D), hak paten, proses-proses

manajemen.

3. Relational capital: Mencakup hubungan-hubungan eksternal seperti

hubungan pelanggan, merek dan reputasi.

PHYSICAL

CAPITAL

INTELLECTUAL

CAPITAL

MONETARY

CAPITAL

HUMAN

CAPITAL RELATIONAL

CAPITAL

ORGANISATIONAL

CAPITAL

Sumber: Marr dan Roos (2005), p. 32.

34

Komponen intellectual capital telah lama diketahui pada berbagai literatur

yaitu yang terdiri dari human capital, structural capital dan relational capital

(Edvinsson, 1997 dan Sveiby, 1997). Walaupun secara harafiah defenisi intellectual

capital lebih banyak terkait dengan konteks corporate dan organisational, namun

intellectual capital juga dapat dengan mudah diadaptasi kepada institusi perguruan

tinggi atau universitas. Tabel berikut akan menggambarkan elemen intellectual

capital pada universitas.

Tabel 2.1 Intellectual Capital di Universitas

Human Capital

Academic & Professional

qualifications

Mobility

Scientific Productivity

Teaching Quality

Structural Capital

Effort in Innovation &

Improvement

Intellectual Property

Management Quality

Relational Capital

University‟s image

Student satisfaction

Relations with the

business world

Collaboration with other

universities

Sumber: Yolanda Ramirez et.al (2011)

2.2 Telaah Penelitian Sebelumnya

Pendidikan tinggi yang pada praktiknya dijalankan oleh institusi perguruan

tinggi dimaksudkan untuk dapat menjadi komunitas kaum intelektual suatu bangsa.

Sofian (1995) memberikan bukti melalui review literatur yang menyebutkan bahwa

komunitas intelektual diharapkan menjadi komunitas yang mampu menelurkan

inovasi-inovasi dan pemikiran-pemikiran dalam menghadapi permasalahan yang

dihadapi oleh bangsa itu. Konsep human resource accounting juga menyebutkan

bahwa investasi terbaik ialah melalui sumber daya manusia. Sumber daya manusia

yang berkualitas akan memberikan value yang dapat menjaga citra sekaligus

35

memberikan benefit bagi organisasi. Fenomena kasus tersebut menjadikan

intellectual capital menjadi essential dalam pencapaian tujuan institusi perguruan

tinggi sebagai academic excellence.

Namun hanya sedikit literatur yang membahas bagaimana keberhasilan

dalam pembentukan dan pemberdayaan intellectual capital dapat tercapai dengan

sendirinya tanpa mempertimbangkan bahwa ada unsur good university governance

yang dapat mendukung keberlangsungannya. University governance menjadi

fondasi atau pilar bagi perwujudan intellectual capital. Penekanan literatur

governance dan intellectual capital telah dilakukan oleh Assem, Dima dan Sarah

(2008) terutama dalam hubungan antara governance dan intellectual capital pada

institusi perguruan tinggi.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

governance dan intellectual capital di lingkungan institusi perguruan tinggi di

Beirut. Mereka memberikan bukti bahwa governance memiliki hubungan yang

signifikan dalam menciptakan, mempertahankan dan memberdayakan intellectual

capital di perguruan tinggi Beirut. Mereka menyimpulkan jika physical asset dinilai

kurang baik karena kelalaian atau kegagalan dari tata kelola yang minim, maka

intellectual capital juga akan terpengaruh. Penelitian mereka didukung oleh review

Keenan dan Aggestam (dikutip dalam Assem, Dima dan Sarah (2008)) yang

menyatakan bahwa, “governance is responsible for creating, developing and

leveraging the intellectual capital residing in the people, structures and processes of

the firm”.

Namun penelitian mereka tidak dapat menjelaskan dinamika, fenomena

kasus yang menjawab bagaimana governance dapat membentuk intellectual capital

36

di lingkungan perguruan tinggi. Selain itu, mereka menggunakan corporate

governance sebagai prinsip-prinsip dan karakteristik dasar dalam pembentukan

intellectual capital di institusi perguruan tinggi. Walaupun pada dasarnya prinsip-

prinsip atau karakteristik dasar dari good governance masih relevan untuk

diterapkan dalam konsep university governance, namun pengelolaan sebuah institusi

perguruan tinggi tidak mungkin disamakan dengan pengelolaan sebuah publik

maupun korporasi. Hal tersebut dikarenakan ada koridor-koridor tertentu yang

berkaitan dengan nilai-nilai luhur (values), baik dalam hal akademik maupun social

values yang harus dijaga di dalamnya yaitu prinsip partisipasi, akuntabilitas,

transparansi, responsif, dan kesetaraan dan kewajaran

UNDP dalam LAN dan BPKP (2000) menyatakan bahwa perguruan tinggi

secara konsep ekonomi, pendidikan merupakan industri, maka konsep good

governance dapat dan tepat diterapkan pada perguruan tinggi. Konsep good

governance merujuk pada bagaimana tata kelola institusi yang baik. Good

governance pada perguruan tinggi diperlukan untuk mendorong terciptanya

efisiensi, transparansi dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Dikti-

Depdiknas (2004) menyebutkan university governance adalah perilaku, cara atau

metode yang digunakan oleh suatu institusi perguruan tinggi untuk

mendayagunakan seluruh potensi dan unsur-unsur yang dimiliki secara optimal.

Soaib (2009) telah memberikan suatu review tentang literatur university

governance dan menyatakan bahwa university governance is largely about guiding

the university towards achieving its vision and goals as an institution of

professionalism, scholarship, research, and knowledge advancement. Peneliti

memberikan bukti bahwa university governance memiliki tujuan utama yaitu

37

peningkatan kualitas insitusi perguruan tinggi secara terus menerus untuk mencapai

visi dan misi yang ditetapkan dengan tetap berbasis pada tujuan pengembangan

pendidikan dan keilmuan akademik, pengembangan manusia seutuhnya. Sufean

(1995) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa perguruan tinggi telah

mendukung tercapainya keberlangsungan pengembangan ilmu pengetahuan.

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Soaib (2009) menyatakan bahwa university governance menjadi pilar bagi

universitas demi mencapai visi dan tujuannya sebagai institusi pendidikan yang

unggul dalam pengembangan ilmu pengetahuan, profesionalisme, riset dan

pengabdian kepada masyarakat. Penelitian ini didukung pula oleh hasil temuan

Sufean (1995) yang menyatakan bahwa perguruan tinggi telah mendukung

tercapainya keberlangsungan pengembangan ilmu pengetahuan.

Sama halnya dengan prinsip yang berlaku pada suatu organisasi, prinsip-

prinsip pada institusi perguruan tinggi juga mencakup nilai-nilai yang mendasari

terwujudnya tujuan dan manfaat yang akan dicapai. Prinsip pada institusi perguruan

tinggi disebut sebagai prinsip university governance yang dalam

penyelenggaraannya, institusi perguruan tinggi diharuskan untuk menerapkan

prinsip-prinsip atau karakteristik yang melekat pada fungsi dan nilai-nilai dasar

pendidikan. Dengan demikian, prinsip-prinsip good university governance menjadi

pilar terwujudnya fungsi dan tujuan dasar perguruan tinggi sebagai wadah sumber

pengetahuan dan kreativitas.

Untuk mewujudkan institusi perguruan tinggi di Indonesia menjadi academic

excellence, maka suatu institusi perguruan tinggi harus mampu

38

mengimplementasikan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, riset

(penelitian), dan pengabdian masyarakat dengan mengacu pada:

1. Pengembangan kurikulum dan silabus. Setiap program studi harus

menyesuaikan kurikulum dan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan dan realita

di dunia kerja. Program studi juga diharuskan mampu untuk melakukan

evaluasi diri atas pengembangan kinerja pada tahun ajaran baru.

2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pada setiap program studi baik

pada tingkat dekanat, dosen hingga pada karyawan untuk menjaga reputasi

perguruan tinggi.

3. Peningkatan kerjasama pada berbagai universitas terkemuka di luar negeri

sebagai salah satu referensi untuk menunjang pendidikan dan penelitian di

perguruan tinggi.

4. Peningkatan penelitian yang mengarah pada pengembangan ataupun isu-isu

yang terkait dengan pembangunan nasional secara global maupun institusi

secara khusus.

5. Pengabdian kepada masyarakat melalui pemberdayaan dan partisipasi

akademisi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan pemberian penyuluhan atau

pelatihan-pelatihan khusus yang terkait dengan pengembangan keterampilan.

Implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi tersebut dapat terwujud jika ada

pengembangan yang serius dalam hal implementasi intellectual capital. Intellectual

Capital dapat dikelompokkan ke dalam tiga subkategori, yaitu:

1. Human capital: Sebagai contoh, pendidikan staf, pelatihan,

pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan.

39

2. Structural capital: Mencakup struktur-struktur internal seperti

penelitian dan pengembangan (R&D), hak paten, proses-proses

manajemen.

3. Relational capital: Mencakup hubungan-hubungan eksternal seperti

hubungan pelanggan, merek dan reputasi.

Komponen intellectual capital telah lama diketahui pada berbagai literatur

yaitu yang terdiri dari human capital, structural capital dan relational capital

(Edvinsson, 1997 dan Sveiby, 1997). Intellectual capital pada institusi perguruan

tinggi terdiri atas human capital, structural capital dan relational capital yang

mengacu pada pengetahuan dan kemampuan mengetahui (knowing capability) dari

sebuah kolektifitas sosial. Intellectual capital ini pararel dengan konsep human

capital yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan kapabilitas yang

memungkinkan seseorang bertindak dengan cara baru. Dengan demikian,

intellectual capital, merupakan sebuah sumber daya penting dan sebuah kapabilitas

untuk bertindak berdasarkan pengetahuan dan kemampuan mengetahui. Setiap

upaya yang diberlakukan institusi di dalam pencapaiannya diungkapkan ke dalam

suatu bentuk laporan non-keuangan yang kemudian akan digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan bagi stakeholders institusi tersebut dan sekaligus untuk

memperoleh legitimasi akan citra, image maupun kualitas institusi sebagai wadah

pembentukan intellectual capital.

Untuk membantu memahami bagaimana university governance terhadap

intellectual capital pada institusi perguruan tinggi, maka diperlukan suatu kerangka

pemikiran dan sesuai dengan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka

kerangka teoritis disusun sebagai berikut:

40

Gambar 2.4:

Kerangka Pemikiran Teoritis

Intellectual

Capital

Tri Darma

Perguruan

Tinggi

Feedback process

Prinsip

University

Governance:

Transparancy

Accountability

Fairness

Responsiveness

41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus instrumental tunggal

(single instrumental case study) yaitu studi kasus yang berusaha menggali lebih

dalam satu kasus/fenomena tentang dinamika university governance dalam

pembentukan intellectual capital di Fakultas. Pendekatan studi kasus dalam

penelitian ini sangat berguna dalam mendefinisikan secara intensif satu unit kasus

tunggal dengan tujuan memahami jumlah kasus sejenis yang lebih besar. Pendekatan

tersebut dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang

dinamika university governance dalam pembentukan intellectual capital di institusi

perguruan tinggi dengan cara mengelompokkan isu yang ada dan memberikan

makna atas isu tersebut sesuai pandangan orang tersebut. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif karena:

1. Penelitian ini tidak menggunakan angka-angka sebagai indikator variabel

penelitian untuk menjawab permasalahan penelitian.

2. Penelitian ini berada dalam satu setting tertentu yang bermaksud untuk

menginvestigasi dan memahami fenomena: apa yang terjadi, mengapa terjadi

dan bagaimana terjadinya serta bertujuan memahami suatu situasi sosial,

peristiwa, peran, interaksi dan kelompok.

42

3. Tidak semua nilai, perilaku, dan interaksi antara social actors dengan

lingkungannya dapat dikuantifikasi. Hal ini disebabkan persepsi seseorang

atas sesuatu sangat tergantung pada nilai-nilai, budaya, pengalaman dan lain-

lain yang dibawa individu tersebut.

Pemilihan pendekatan kualitatif pada penelitian ini adalah murni dari

keinginan peneliti. Creswell (2003) berpendapat bahwa pilihan personal adalah

sebuah legitimasi dan alasan yang tepat dalam pemilihan pendekatan penelitian.

3.2 Paradigma Penelitian

Pendekatan interpretif berasal dari filsafat Jerman yang menitikberatkan pada

peranan bahasa, interpretasi dan pemahaman di dalam ilmu sosial. Pendekatan ini

memfokuskan pada sifat subjektif dari social world dan berusaha memahaminya dari

kerangka berpikir objek yang sedang dipelajarinya. Jadi fokusnya pada arti individu

dan persepsi manusia pada realitasbukan pada realitas independen yang berada di

luar mereka. Manusia secara terus menerus menciptakan realitas sosial mereka

dalam rangka berinteraksi dengan yang lain. Tujuan pendekatan interpretif tidak lain

adalah menganalisis realita sosial semacam ini dan bagaimana realita sosial itu

terbentuk.

Untuk memahami sebuah lingkungan sosial yang spesifik, peneliti harus

menyelami pengalaman subjektif para pelakunya. Penelitian interpretatif tidak

menempatkan objektivitas sebagai hal terpenting, melainkan mengakui bahwa demi

memperoleh pemahaman mendalam, maka subjektivitas para pelaku harus digali

sedalam mungkin hal ini memungkinkan terjadinya trade-off antara objektivitas dan

kedalaman temuan penelitian.

43

Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretatif dikarenakan realitas

terbentuk dari ekspresi dari dalam pikiran seseorang dan pada dasarnya realitas

tersebut bersifat subjektif atau interpretatif. Pendekatan interpretatif sesuai dengan

penelitian dikarenakan: (1) pemahaman muncul melalui interaksi karena pada

penelitian ini, peneliti merupakan figur utama dalam pengumpulan data yang

mempengaruhi dan membentuk pengetahuan.; (2) memahami konteks dengan

menggali dinamika yang dilakukan melalui prinsip-prinsip university governance

selama proses pembentukan intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

tersebut.; (3) bagaimana memahami pengalaman informan (4) bagaimana informan

membuat dan membagi pemahaman. Selain itu paradigma interpretif

memperbolehkan peneliti untuk terlibat secara subjektif dengan partisipan dalam

penelitian. Peneliti interpretif percaya bahwa realita dibentuk lewat interpretasi dan

interaksi sosial (Hines, 1998; Miller, 1994; Morgan, 1998; Munro, 1998 dalam

Chariri, 2006).

3.3 Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik

pemeriksaan. Creswell (2007, p. 202-220) menyebutkan bahwa terdapat beberapa

perspektif dan kondisi dalam validitas dan reliabilitas kualitatif. Salah satunya

adalah perpektif yang menggunakan kondisi yang lebih menerapkan kebenaran

natural, yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985). Bahasa yang digunakan

adalah kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Kredibilitas

atau internal validity merupakan penjaminan keabsahan data melalui validitas

44

internal yang dilakukan dengan menggunakan beberapa criteria teknik pengujian,

yaitu:

1. Melakukan prosedur cek ulang (re-checking) secara cermat.

Dalam prosedur ini dilakukan verifikasi dan falsifikasi. Verifikasi dilakukan

dengan cara pengecekan apakah data yang diungkapkan oleh informan telah sesuai

dengan situasi konkret yang dilakukan di lapangan. Falsifikasi dilakukan dengan

cara pengecekan ulang jawaban pertanyaan wawancara untuk mengetahui seberapa

jauh data yang ditemukan tersebut dapat diuji kebenarannya.

2. Melakukan teknik penggalian data yang bervariasi dan komprehensif.

Apabila diperlukan, dilakukan perluasan teknik pengumpulan dan penggalian

data, misal dengan melakukan wawancara berkali-kali sebanyak yang

dimungkinkan, menggali data dengan campuran metode lain sebanyak yang

dimungkinkan sehingga reliabilitas dapat dengan mudah diperoleh. Hal ini

tergantung kepada kompetensi subjek yang dalam penelitian ini dirasa sudah cukup.

3. Menambah jumlah subjek dan informan penelitian.

Semakin banyak subjek, semakin banyak data dan perspektif sehingga dapat

memperkaya temuan di lapangan serta hasil analisis temuan. Apabila masih

diinginkan, mahasiswa maupun security dapat menjadi tambahan sumber informasi

lain dari sisi pemberi informasi.

Transferabilitas atau external validity merupakan tuntutan untuk

menghasilkan penelitian yang dapat mendeskripsikan rekonstruksi realita secara

lengkap dan detil sebagaimana dikonstruksikan oleh subjek penelitian. Dengan

deskripsi yang jelas akan memungkinkan orang lain untuk mengenali situasi lokasi

penelitian baru yang memiliki kesamaan dengan situasi lokasi penelitian saat ini.

45

Setting penelitian di Fakultas Ekonomika dan Bisnis serta verbatim hasil

wawancara dengan subjek penelitian dan observasi dalam penelitian ini

dideskripsikan dengan jelas pada Lampiran. Dependabilitas atau

keterandalan/reliability merupakan kesamaaan esensi hasil jika dua atau beberapa

kali penelitian diulang dengan fokus masalah yang sama. Fakultas Ekonomika dan

Bisnis yang dipilih merupakan fokus dalam penelitian ini, karena studi kasus atas

dinamika university governance dalam membentuk intellectual capital sebenarnya

dapat dilakukan pada fakultas-fakultas lain di lingkungan Universitas Diponegoro.

Informan yang dipilih sebagai subjek penelitian merupakan perwakilan dari seluruh

populasi informan yang bersifat homogen. Pengujian atas reliabilitas dapat

dilakukan dengan memeriksa proses penelitian secara keseluruhan.

Sedangkan konfirmabilitas atau objectivity bermakna sebagai proses kerja

yang dilakukan dalam rangka mencapai kondisi objektif. Dalam penelitian ini

wawancara dengan para subjek penelitian yaitu informan dilakukan dalam tempat

dan waktu yang berbeda. Meskipun terdapat wawancara yang dilakukan di antara

observasi sepanjang periode penelitian, hal tersebut tidak mempengaruhi jawaban

para subjek penelitian selama wawancara. Hubungan peneliti dengan para subjek

penelitian merupakan hubungan formal namun penuh kepercayaan, sehingga tidak

ada pihak yang saling mempengaruhi opini dalam wawancara.

Tujuan dari pemeriksaan keabsahan data adalah untuk meningkatkan atau

mengoptimalkan rigor penelitian. Lincoln dan Guba, 1985 dalam Herdiansyah

(2010, p.194-206) mendefinisikan rigor sebagai tingkat atau derajat dimana hasil

temuan dalam penelitian kualitatif bersifat autentik dan memiliki interpretasi yang

dapat dipertanggungjawabkan. Sedang strategi untuk meningkatkan kekakuan

46

(rigor) atau menjaga agar rigor tetap optimal dilakukan teknik triangulasi. Sumber

data atau subjek penelitian dalam penelitian ini merupakan individu yang kompeten

sesuai dengan tema wawancara yang dilakukan sehingga diharapkan dapat

menghasilkan jawaban pertanyaan yang cukup valid.

3.4 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan berupa gejala-gejala, kejadian dan peristiwa yang

kemudian dianalisis dalam bentuk kategori-kategori. Data terdiri dari jenis berikut:

1. Data Primer: data ini berupa teks hasil wawancara yang diperoleh melalui

wawancara.

2. Data Sekunder: data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan

dapat diperoleh dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan.

Termasuk dalam kategori data tersebut ialah:

a. Data bentuk teks yaitu dokumen berupa:

1. Buku Pedoman Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

2. Salinan Buku Kontrol Absensi Pegawai di lingkungan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis.

3. Sertifikat Akreditasi BAN PT Program Studi Manajemen

4. Sertifikat Akreditasi BAN PT Program Studi Akuntansi

5. Sertifikat Akreditasi BAN PT Program Studi IESP

6. Kebijakan Sistem Pengendalian Mutu Internal Universitas Diponegoro

b. Kombinasi teks, suara, dan lain-lain yang dianggap penting untuk

dikumpulkan.

47

3.4.1 Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan beberapa cara berikut yaitu:

1) Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Teknik wawancara yang digunakan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1)

wawancara dengan cara melakukan pembicaraan informal (informal conversational

interview), (2) wawancara umum yang terarah (general interview guide approach),

dan (3) wawancara terbuka yang standar (standardized open-ended interview).

(Patton, 1990:280-290 dikutip oleh Marshal dan Rossman, 1995, p.80). Bentuk

wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi-terstruktur yang isinya tertulis

pada pedoman wawancara berupa topik-topik pembicaraan yang mengacu pada satu

tema sentral yang telah ditetapkan yaitu university governance dalam membentuk

intellectual capital kepada pemberi informasi yaitu fungsionaris, anggota senat,

karyawan baik itu pada tingkat administrasi dan akademik, fungsionaris atau pejabat

fakultas yang berkedudukan di fakultas pada periode sebelumnya, serta dosen,

mahasiswa dan alumni.

2) Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik

kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang

diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal

observasi dilakukan secara umum yaitu informasi umum Fakultas Ekonomika dan

Bisnis. Tahap selanjutnya adalah melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai

menyempitkan data atau informasi mengenai dinamika good university governance

dalam membentuk intellectual capital di fakultas.

48

3) Kajian Dokumen

Kajian dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian.

Dokumen-dokumen dipelajari sehingga didapat pengenalan bahkan penggalian lebih

lanjut mengenai dinamika university governance dalam membentuk intellectual

capital.

3.4.2 Sumber Data

Pemilihan Fakultas Ekonomika dan Bisnis dilakukan setelah melalui

beberapa tahap proses pencarian subjek penelitian. Proses tersebut adalah pertama,

mencari informasi mengenai keunggulan serta keunikan yang dimiliki oleh Fakultas

Ekonomika dan Bisnis dan dari hasil pencarian tersebut ditemukan hasil bahwa

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro memiliki wujud sebagai

wadah pengembangan intellectual capital. Kedua, memenuhi seluruh prosedur

perijinan yang telah dibuat oleh fakultas, selanjutnya mengikuti tata cara dan

persyaratan melakukan penelitian di lingkungan fakultas tersebut. Ketiga, menyusun

daftar pertanyaan untuk dipelajari yang kemudian akan memudahkan fokus terhadap

informan terkait yang sesuai untuk diwawancara lebih lanjut. Dari susunan

pertanyaan tersebut wawancara dapat dikembangkan menjadi pertanyaan

pertanyaaan lanjutan yang lebih luas. Keempat, mendatangi perusahaan untuk

melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan jadwal yang telah

ditentukan sebelumnya. Fakultas Ekonomika dan Bisnis memiliki komitmen kuat

terhadap penelitian dengan memberikan perhatian yang besar dan kesediaan untuk

memberikan informasi yang dibutuhkan.

49

Penelitian yang dilaksanakan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis akan

melibatkan sejumlah informan yang meliputi fungsionaris pejabat, anggota senat,

karyawan baik itu pada tingkat administrasi dan akademik maupun pada badan

penjaminan mutu, serta dosen, mahasiswa dan alumni. Penelitian ini juga

melibatkan sejumlah informan yang pada periode sebelumnya telah menjabat baik

itu sebagai fungsionaris fakultas maupun dekanat. Hal ini ditujukan adalah demi

untuk memperoleh informasi yang valid dan mendukung kredibilitas dari penelitian

yang diselenggarakan. Pemilihan para informan tersebut di atas dilakukan

berdasarkan kriteria bahwa informan merupakan individu yang telah cukup lama dan

intensif menyatu dengan kegiatan atau aktivitas yang menjadi sasaran penelitian.

3.4.3 Waktu Pencarian Data

Wawancara dan observasi dilakukan pada tempat yang berbeda. Untuk itu

waktu pertemuan dan panjang waktu menyesuaikan tempat serta kebutuhan konteks

isi wawancara. Wawancara dengan setiap subjek penelitian yang dilakukan

berdurasi sekitar satu sampai tiga jam setiap pertemuan. Wawancara serta observasi

perusahaan dilakukan antara bulan Maret sampai dengan April 2012. Seperti halnya

snow ball yang biasa terjadi dalam penelitian kualitatif, jangka waktu serta jumlah

subjek dan sumber data/informan dapat bertambah seiring kondisi lapangan.

3.5 Analisis Data

Analisis data bersifat induktif dan berkelanjutan dengan tujuan akhir

menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori

baru, contoh dari model analisis kualitatif ialah analisis domain, analisis taksonomi,

50

analisis komponensial, analisis tema kultural, dan analisis komparasi konstan

(grounded theory). Teknik analisis data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah

teknik analisis data model interaksi yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman

(1994).

Teknis analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman (1994,

p.10-12) terdiri dari empat tahap yang harus dilakukan. Tahap pertama adalah

pengumpulan data yang berisi serangkaian proses pengumpulan data yang sudah

dimulai ketika awal penelitian, baik melalui wawancara maupun studi pre-eliminary.

Setelah data dikumpulkan, tahap yang dilakukan adalah reduksi data (data

reduction) dan interpretasi (interpretation) yang merupakan proses penggabungan

dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan

(script) yang akan dianalisis.

Hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi diubah menjadi bentuk

tulisan sesuai format masing-masing. Tahap display data berisi tentang pengolahan

data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan yang sudah memiliki

alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang

sudah dikelompokkan dan dikategorikan. Dalam tahap display data tema-tema

tersebut dipecah ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana atau subtema

dengan menggunakan coding dan grouping yang diakhiri dengan pemberian kode

dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang telah dilakukan

sebelumnya. Tahap kesimpulan/verifikasi merupakan tahap terakhir. Kesimpulan

menjurus kepada jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan serta

mengungkapkan “apa” dan “bagaimana” temuan penelitian. Narasi akhir diharapkan

menjadi tambahan bagi teori yang di-grounded yang telah ada selama ini. Chariri

51

(2006, p.163) menyatakan, dalam penelitian kualitatif, analisis data tidak dapat

dipisahkan dari proses pengumpulan data. Ketika data utama diperoleh dari sumber

wawancara, observasi, dan dokumentasi, analisis data secara langsung dilakukan

dalam menentukan pengumpulan data berikutnya.

Pendekatan analisis data yang digunakan berdasar pada asumsi sifat dasar

penyelidikan dimana fokus utama serta tujuan proses analisis adalah melakukan

analisis percakapan. Berelson dan Robson (dikutip dalam Ritchie dan Lews (2003,

p.200-232)) menyatakan bahwa analisis percakapan memfokuskan pada struktur

percakapan dan mengklasifikasikan interaksi dalam sistem linguistik kunci, seperti

pergantian pembicara. Dalam penelitian ini, penguasaan akan bahasa responden

merupakan hal penting yang digarisbawahi dalam analisis data. Proses ini meliputi

penguasaan sebanyak mungkin kata-kata yang digunakan oleh subjek penelitian

selama wawancara.

3.5.1 Triangulasi Data

Triangulasi merupakan penggunaan dua atau lebih sumber untuk

mendapatkan gambaran menyeluruh tentang suata fenomena yang akan diteliti.

Seperti check ulang jawaban kedua kelompok subjek penelitian yaitu

membandingkan konsistensi jawaban antar subjek penelitian. Jenis triangulasi lain

yang akan dilakukan adalah: triangulasi dalam metode pengumpulan data terutama

hasil wawancara dengan observasi dan studi dokumentasi.

Gambar 3.1 berikut akan menguraikan model triangulasi yang akan

digunakan dalam penelitian ini.

52

Gambar 3.1

Triangulasi Data

Sumber: Yin 2003 hal 99

3.5.2 Mengorganisir Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara

terstruktur, dimana data tersebut direkam dengan digital recorder (sejenis tape

recorder) dibantu alat tulis lainnya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan

mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis. Data yang

telah didapat dibaca berulang-ulang oleh peneliti. Hal ini dilakukan agar peneliti

mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan. Data dari interview

(wawancara) pada penelitian ini ditranskripkan dan disusun secara sistematis.

Tujuannya adalah untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis lebih jauh data

tersebut.

Sementara itu, data dari analisis catatan organisasi (arsip) pada penelitian ini

diorganisir ke dalam format yang sama dengan hasil wawancara, hal ini dilakukan

Archival

record

Observation

Document

Focus

Interview

Open-ended

interview

Structure

Interview

and Survey

Fact

53

untuk mendukung data interview. Narasi (deskripsi) yang telah diorganisir dapat

dikelompokkan kedalam tema tertentu, dengan menggunakan code.

3.5.3 Data Reduction

Setelah mengorganisir data, data yang didapatkan kemudian disederhanakan

dalam bentuk pengurangan data yang tidak penting sehingga data yang terpilih dapat

diproses ke langkah selanjutnya. Pengurangan data pada penelitian ini dikarenakan,

data yang diperoleh oleh peneliti yaitu berupa simbol, statement, kejadian, dan

lainnya sehingga akan timbul masalah karena data masih mentah, jumlahnya sangat

banyak dan bersifat non-kuantitatif (sangat deskriptif) sehingga tidak dapat

digunakan secara langsung untuk analisis. Data reduksi merupakan proses analisis

untuk memilih, memusatkan perhatian, menyederhanakan, mengabstraksikan serta

mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan.

3.5.4 Interpretasi

Hasil interpretasi dari pemahaman hasil yang didapatkan dari coding data

pada penelitian ini kemudian dikaitkan dengan teori yang ada sehingga interpretrasi

tidak bersifat bias tetapi dapat dijelaskan oleh teori tersebut. Dalam melakukan

interpretasi, penelitian ini juga tidak terlepas dari kejadian yang ada pada setting

penelitian. Penelitian ini juga menyertakan kutipan, narasi dan gambar untuk

menggambarkan interpretasi dan pandangan organisasi terhadap dinamika good

university governance dan intellectual capital dalam penyelenggaraannya.

54

BAB IV

SETTING PENELITIAN SERTA GAMBARAN GOOD UNIVERSITY

GOVERNANCE DAN INTELLECTUAL CAPITAL DI FAKULTAS

EKONOMIKA DAN BISNIS

4.1 Sejarah dan Latar Belakang Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana Good University Governance membentuk Intellectual Capital

pada Fakultas Eknomika dan Bisnis?

2. Apa sajakah komponen intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan

Bisnis?

3. Mengapa intellectual capital menjadi essential dalam perwujudan Fakultas

Eknomika dan Bisnis sebagai centre of academic excellence?

Pembahasan berikut ini merupakan hasil analisis dan pembahasan berkaitan

dengan tema hasil penelitian yang menggunakan setting institusi perguruan tinggi

yaitu Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro sebagai objek kajian

peneliti. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro lahir pada tanggal

14 Maret 1960 sebagai salah satu fakultas di lingkungan Universitas Diponegoro

pada waktu itu sedang mempersiapkan diri menjadi Universitas Negeri. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1961 Universitas Diponegoro dinyatakan sebagai

Universitas Negeri terhitung mulai tanggal 15 Oktober 1960. Tanggal ini yang

kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi (Dies Natalis) Universitas Diponegoro.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis pada awalnya dengan nama Fakultas Ekonomi, dan

55

berubah nama menjadi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

sejak ditetapkan dengan Keputusan Rektor Universitas Diponegoro pada tanggal 21

Juni 2011 No. 347/SK/UN7/2011 tentang penetapan perubahan nama Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro menjadi Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro. Pengembangan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro ditetapkan berdasarkan satu antisipasi masa depan. Hal ini dibenarkan

oleh Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang menjelaskan bahwa:

Saya hanya berpikir pada saat itu…, bahwa untuk menjadi world class

faculty, Fakultas Ekonomi harus terwadahi dengan baik. Oleh karenanya,

Fakultas Ekonomi merubah nama menjadi Fakultas Ekonomika dan Bisnis

yang berarti bahwa… Fakultas Ekonomika dan Bisnis mewadahi 3 bidang

ilmu yaitu Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi.

Dengan berubahnya nama Fakultas Ekonomi menjadi Fakultas Ekonomika

dan Bisnis, maka setiap upaya dan kebijakan yang ditetapkan fakultas mengarah

kepada visi untuk menjadi world class faculty. Adapun visi fakultas Ekonomika dan

Bisnis yaitu:

“Tahun 2020, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univeristas Diponegoro

menjadi salah satu fakultas Ekonomika dan Bisnis terkemuka dalam

pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi baik pada tingkat nasional

dan internasional serta mengakar di masyarakat lingkungannya.”

Lebih lanjut Dekan memberikan keterangan bahwa:

Kami (Fakultas) berupaya mengajukan Fakultas Ekonomika dan Bisnis

untuk diakreditasi di skala internasional.

Sejalan dengan visi yang akan dicapai, maka salah satu misi fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro ialah turut serta mendorong

terwjudnya tata kelola organisasi yang baik. Berdasarkan visi dan misi tersebut,

maka Fakultas Ekonomika dan Bisnis adalah sebagai wadah bagi pembentukan

56

kaum intelektual bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan dalam wujud Tri

Dharma Perguruan Tinggi dan good university governance.

4.2 University Governance di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Dalam melaksanakan program pendidikan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis

memiliki staf pengajar sebanyak 128 tenaga pengajar tetap yang diantaranya 52

tenaga pengajar jurusan Manajemen, 30 tenaga pengajar jurusan Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan dan 46 tenaga pengajar jurusan Akuntansi. Dalam

melaksanakan kegiatan akademik, Fakultas memiliki 135 tenaga administrasi yang

dibagi dalam sub bagian-sub bagian. Sub Bagian Akademik terdapat 48 pegawai,

Sub Bagian Kemahasiswaan dan Alumni ada 6 pegawai, Sub Bagian Umum dan

Pengelola Aset memiliki 77 pegawai dan Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian

terdapat 14 pegawai. Secara keseluruhan Tata Usaha fakultas dipimpin oleh Kepala

Tata Usaha.

Selain itu, struktur organisasi fakultas terdiri atas beberapa unsur, meliputi

Unsur Pimpinan yang terdiri dari Dekan dan Pembantu Dekan, Unsur Senat

Fakultas, Unsur Pelaksana Akademik, Unsur Penunjang dan Unsur Pelaksana

Administrasi. Gambar 4.1 pada lampiran 1 menjelaskan struktur organisasi Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

57

4.3 Dinamika Good University Governance di Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Diponegoro

Good governance di universitas tidak bersifat tunggal pada prerogatif

administratif saja, tetapi juga pada responsibilitas dan upaya bersama yang

melibatkan partisipasi semua konstituen kampus sebagaimana mestinya termasuk di

dalamnya Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai

wadah, menuntut berbagai pengaturan dan peran pendidikan, profesional, riset dan

pelayanan publik, diantaranya elaborasi terhadap struktur kewenangan dan juga

berbagai tuntutan stakeholder baik secara implisit maupun eksplisit. Oleh karena itu,

Fakultas Ekonomika dan Bisnis terus berupaya mewujudkan tata kelola perguruan

tinggi yang baik sebagai suatu sistem yang melekat dengan dinamika perguruan

tinggi. Penerapan nilai-nilai tata kelola (university governance) di Universitas

Diponegoro dapat diinternalisasikan menjadi budaya Fakultas Ekonomika dan

Bisnis, sehingga menjadi sebuah sistem yang memperkuat competitive advantage.

Bagian ini membahas bagaimana Fakultas Ekonomika dan Bisnis harus terus

berupaya mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik sebagai suatu sistem

yang melekat dengan dinamika perguruan tinggi. Seperti yang telah dikemukakan

oleh Soaib (2009) yang menyatakan bahwa good university governance dapat

dipandang sebagai penerapan prinsip-prinsip dasar konsep “good governance” pada

institusi perguruan tinggi melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan

nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi

secara khusus dan pendidikan secara umum dengan berbasis pada tujuan

pengembangan pendidikan dan keilmuan akademik serta pengembangan manusia

seutuhnya. Pernyataan Soaib tersebut mengarahkan kepada terwujudnya Tri Darma

58

Perguruan Tinggi melalui nilai-nilai yang mendasarinya. Tri Darma Perguruan

Tinggi terwujud melalui nilai-nilai good university governance berikut:

1. Transparansi (Transparancy)

Perkembangan dalam Teknologi Komunikasi dan Informasi telah

menimbulkan efek yang luar biasa pada akses dan pengiriman informasi, termasuk

intormasi tentang pendidikan. Seseorang yang ingin memperoleh informasi tentang

suatu ilmu, tidak lagi harus masuk perguruan tinggi terlebih dahulu. Informasi yang

tersedia di situs-situs Web internet ataupun komunikasi dengan telepon genggam

dengan berbagai nara-sumber dapat digunakan sebagai sumber ilmu baru.

Perubahan teknologi komunikasi dan informasi ini menuntut fakultas selalu

berperan sebagai sumber informasi keilmuan yang up to date, unggul dan

bermanfaat. Untuk itu, Fakultas Ekonomika dan Bisnis dituntut untuk beradaptasi

dengan cepat terhadap setiap perubahan informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni dari dunia luar untuk kemudian mengolah, melakukan inovasi dan improvisasi,

sehingga dihasilkan informasi IPTEK baru yang juga dapat dikomunikasikan secara

cepat. Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai salah satu fasilitator telah

mempersiapkan berbagai infrastruktur untuk ini, antara lain layanan internet untuk

seluruh mahasiswa, hot spot internet di beberapa wilayah, dan fasilitas untuk

mengakses berbagai jurnal internasional. Untuk kebutuhan publikasi, fakultas

memiliki jurnal ilmiah dan Web Site SIMAWEB.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis bertanggung jawab atas kewajiban

keterbukaan informasi serta menyediakan informasi bagi stakeholders sehingga

posisi dan pengelolaan korporasi (perguruan tinggi) dapat mencerminkan kondisi riil

59

dan harapan terhadap perguruan tinggi di masa yang akan datang. Di dalam bidang

akademik, civitas akademika dan stakeholders memiliki kesempatan untuk terlibat

maupun berpartisipasi dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik.

Partisipasi yang aktif dan proaktif di kalangan civitas akademika dan stakeholders

memprakarsai keinginan (motif) untuk berprestasi dan memperoleh pengakuan atas

eksistensi diri yang didukung pula oleh dinamika dan iklim kerja yang kondusif.

Fakultas Ekonomika dan Binis mewujudkan pengelolaan transparansi

keuangan dengan mendasarkan pada anggaran yang dituangkan dalam Rapat

Anggaran Tahunan yang telah ditetapkan. Hasil wawancara dengan Dekan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis yang memberikan jawaban sebagai berikut:

Fakultas telah menyelenggarakan transparansi pengelolaan keuangan yang

dituangkan dalam Rapat Anggaran Tahunan. Fakultas mengundang setiap

bagian maupun unit-unit untuk mengkaji anggaran tersebut dan pada

akhirnya setiap individu harus mengikuti koridor-koridor anggaran yang

telah ditetapkan.

Mekanisme transparansi juga diwujudkan melalui keterbukaan informasi

bagi stakeholders mengenai posisi dan pengelolaan dan kondisi riil di lingkungan

fakultas. Fakultas Ekonomika dan Bisnis mengembangkan informasi dimulai tahun

ajaran 2004/2005. Awal aplikasi yang dibangun adalah Portal Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Undip dan Aplikasi Akademik (Simaweb). Portal merupakan jalan masuk

sekaligus wajah serta sumber informasi yang ada di Fakultas Ekonomika dan Bisnis,

Di bidang sistem informasi, fakultas sudah melangkah cukup jauh. Sistem informasi

akademik sudah berbasis pada information technology (IT), sehingga sebagian besar

informasi akademik sudah bersifat paperless. sebagaimana dijelaskan oleh Bpk AS:

Iya, benar. Sistem informasi merupakan suatu wujud transparansi fakultas

dalam menunjang kegiatan akademik. Keterbukaan informasi ini hanya bisa

diakses oleh mahasiswa yang berstatus aktif dan telah memenuhi persyaratan

60

registrasi maupun persyaratan akademik. Setiap mahasiswa memiliki user

name login dengan menggunakan Nomor Induk Mahasiswa (NIM)

sedangkan untuk password akan diberikan kepada mahasiswa pada

penerimaan mahasiswa baru. Salah satu kegunaan sistem ini contohnya saja,

mahasiswa bisa melihat nama mata kuliah SKS dan prasyarat mata kuliah

yang akan ditempuh.

Selain itu pula, berkatian dengan Daftar Nilai, mahasiswa juga dapat melihat

mata kuliah yang sudah pernah diambil dan Indeks Prestasi Kumulatif

seluruh mata kuliah yang pernah ditempuh serta memberikan informasi

mengenai mata kuliah yang belum diambil oleh mahasiswa.

Penerapan sistem informasi ini dilakukan untuk menunjang proses belajar

mengajar di dalam lingkungan sivitas akademika Fakultas Ekonomika dan Bisnis

serta memberikan informasi kepada masyarakat umum. Dasar penerapannya ialah

pada visi, misi dan tujuan universitas dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis

khususnya. Sistem informasi yang dibangun berlaku bagi setiap program studi di

lingkungan fakultas meliputi; Program S1, Program Diploma 3, Program Pendidikan

Profesi Akuntansi (PPA).

Selain itu, salah satu fasilitas yang diberikan oleh Fakultas Ekonomika dan

Bisnis adalah free access internet via Hotspot. Mahasiswa yang memiliki laptop

dengan fasilitas Wi/Fi dapat diregistrasikan ke bagian data untuk mendapatkan

access internet. Registrasi ini diperuntukkan untuk memenuhi ketentuan yang

berlaku demi keamanan jaringan di universitas.

Sistem informasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis menjadi fasilitas yang

menjembatani tercapainya pengembangan pendidikan dan keilmuan melalui Tri

Darma Perguruan Tinggi serta keterbukaan informasi bagi stakeholders. Kenyataan

ini mendukung institutional theory seperti yang dinyatakan oleh Deegan (2007,

p.304-14) bahwa praktik organisasi berhubungan dengan nilai masyarakat dimana

organisasi itu beroperasi, serta kebutuhan akan pemeliharaan legitimasi organisasi.

61

Institutional theory memberikan penjelasan bagaimana mekanisme yang dilalui

organisasi berusaha menyelaraskan praktik dan karakteristiknya dengan nilai-nilai

sosial dan budaya menjadi terlembaga dalam organisasi khusus. Dengan demikian,

good university governance melalui prinsip transparansi menjawab pertanyaan

penelitian nomor 1 bab 1.2 yaitu bagaimana good university governance membentuk

intellectual capital di Fakultas EKonomika dan Bisnis.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Universitas Diponegoro telah menjadi salah satu penyelenggara Badan

Layanan Umum (BLU) per 17 September 2008 yang diberikan kewenangan dalam

pengelolaan dana secara mandiri dengan tetap mengikuti akuntabilitas

penyelenggaraan yang benar. Sumber dan jumlah dana yang dikelola oleh

universitas harus disosialisasikan kepada sivitas akademika Undip untuk menjamin

adanya pengelolaan dana yang akuntabel. Hal ini dibenarkan oleh Dekan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis yang memberikan pernyataan seperti berikut ini:

Sejak Universitas Diponegoro menjadi Badan Layanan Umum yaitu per 17

September 2008, maka sistem pengelolaan keuangan sudah menggunakan

sistem Badan Layanan Umum (BLU). Artinya bahwa, Universitas

Diponegoro diberikan kewenangan dalam pengelolaan dana secara mandiri

dan tidak lagi menyetor ke kas Negara.

Universitas Diponegoro berupaya untuk membangun mekanisme

pengelolaan keuangan yang benar melalui sistem akuntabilitas penyelenggaraan

keuangan di tingkat fakultas (yang dalam hal ini Fakultas Ekonomika dan Bisnis)

dengan melibatkan setiap individu untuk berpartisipasi di dalam penyusunan

anggaran. Kemampuan dalam pengelolaan keuangan yang accountable adalah upaya

62

meningkatkan penyelenggaraan university governance yang otonom, seperti

dinyatakan oleh Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis berikut:

Mekanisme pengelolaan keuangan yang baik adalah dengan sistem bottom

up yang berarti bahwa semua orang (dalam hal ini Fakultas Ekonomika dan

Bisnis) turut berpartisipasi di dalam penyusunan anggaran.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai pelaku kebijakan dan pelayanan

publik bertanggung jawab kepada publik terhadap apa yang menjadi sikap, perilaku

dan sepak terjangnya dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangan yang

diberikan kepadanya karena fakultas tidak dapat dipisahkan dengan publik sebagai

stakeholders-nya. Sumber daya dan sumber dana Fakultas Ekonomika dan Bisnis

adalah berasal dari publik/stakeholders. Oleh karena itu, pengelola fakultas

berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian

sumber daya dan dana serta kebijakan dan pelaksanaan kebijakan kepada

stakeholders-nya. Pertanggungjawaban tentang sikap, perilaku dan kebijakan dalam

kerangka melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya kepada publik inilah

yang disebut sebagai akuntabilitas.

Untuk dapat melibatkan setiap unit dalam penyusunan anggaran, maka

Universitas Diponegoro mempunyai prosedur dalam penyusunan anggaran yang

memperhatikan masukan dari tingkat Program Studi, Jurusan, dan Fakultas,

sehingga memungkinkan adanya subsidi silang dalam pengembangan Program

Studi, Jurusan, dan Fakultas di lingkungan universitas dengan tetap mengacu pada

program-program yang telah ditentukan pada Rapat Kerja Tahunan (RAKERTA)

Universitas Diponegoro, sebagaimana dijelaskan oleh Dekan Fakultas Ekonomika

dan Bisnis berikut:

63

Semua basis keuangan Undip (Universitas Diponegoro) harus mendasarkan

pada anggaran yang diusulkan, ditelaah, ditetapkan dan jika anggaran telah

ditetapkan, maka semua (partisipan anggaran) harus mengikuti koridor

anggaran yang telah ditetapkan dan tidak boleh ada yang “melenceng” dari

anggaran tersebut.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis memiliki tanggung jawab yang besar

terhadap kemajuan Universitas Diponegoro dan sustainability fakultas secara

khusus. Sustainability Fakultas Ekonomika dan Bisnis diperuntukkan untuk

menjamin bahwa akuntabilitas sebagai tonggak dalam menyeimbangan kepentingan

pengelolaan setiap tugas, fungsi dan kebijakan telah dipercayakan kepada fakultas

dari stakeholders-nya. Pembahasan hasil wawancara di atas mengindikasikan

bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran secara bottom up merupakan proses

keterlibatan seluruh individu dalam mendistribusikan kekuatan organisasi untuk

mencapai tujuan-nya yang oleh Gary dan Helene (1989) disebut sebagai proses

penganggaran partisipatif (participative budgeting). Proses penganggaran

partisipatif merupakan alat komunikasi yang baik dalam membentuk keselarasan

tujuan organisasi dengan tujuan setiap individu di dalam organisasi tersebut. Gary

dan Helene (1989) bahkan menyatakan bahwa anggaran yang menyelaraskan tujuan

perusahaan dengan tujuan karyawan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk

mewujudkan operasi yang sukses dan mencapai hasil yang diinginkan. Hasil

wawancara dengan Bapak AS menyatakan bahwa:

Fakultas sebagai public goods memiliki tugas dan fungsi memberikan

pelayanan kepada komunitas kampus dalam hal penyelenggaraan akademik.

Hal tersebut diwujudkan melalui Rencana Strategi (Renstra) dengan tetap

mengacu pada tri darma perguruan tinggi.

64

Hal ini senada dengan hasil jawaban wawancara dengan Dekan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis yang menyatakan bahwa:

Penyusunan anggaran partisipatif dilaksanakan dengan tetap mengacu pada

keselarasan strategi yang akan dicapai oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis

dalam mencapai visi-nya yaitu untuk menjadi salah satu world class faculty

dalam pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.

Dalam upaya menyelaraskan visi, misi dan tujuan-nya dengan visi, misi dan

strategi Universitas Diponegoro, Fakultas Ekonomika dan Binis harus meningkatkan

mekanisme layanan yang mendukung tercapainya keselarasan tersebut. Lebih lanjut,

Dekan menyebutkan bahwa:

Untuk mencapai world class faculty, fakultas berupaya untuk membangun

sistem layanan yang mendukung tercapainya visi Fakultas yaitu melalui

pengembangan kerja sama seperti staff exchange yang akan kami (Fakultas

Ekonomika dan Bisnis) usahakan akan diselenggarakan dengan India.

Hal ini bertujuan untuk memberdayakan kualitas pegawai dalam layanan

dan prosedur akademik.

Mekanisme layanan dapat dilakukan melalui pengelolaan akuntabilitas di

bidang akademik dengan tetap mengacu pada penyelenggaraan pendidikan dan

proses belajar-mengajar, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak A, Ketua

Lembaga Penjaminan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (LP2MP) Universitas:

Dalam kegiatan akademik, Fakultas Ekonomika dan Bisnis melaksanakan

mekanisme Monitoring dan Evaluasi proses pembelajaran. Monitoring dan

Evaluasi dilaksanakan di tingkat fakultas dikoordinir oleh Tim Penjaminan

Mutu Fakultas dan yang mengkoordinir kinerja dari Tim Penjaminan Mutu

Fakultas tersebut dalam melaksanakan mekanisme kontrol ialah berada pada

Lembaga Penjaminan dan Pengembangan Mutu Pendidikan Universitas.

Sistem kontrol LP2MP terhadap pelaksanaan fungsi dan tugas dari Tim

Penjaminan Mutu Fakultas ini disebut sebagai Audit. Audit yang dilakukan

oleh LP2MP adalah untuk menilai dan mengevaluasi apakah kebijakan

yang telah ditetapkan universitas telah dilaksanakan secara efektif oleh

prodi fakultas.

65

Dari segi akademik dan administrasi, tujuan utama pengelolaan fakultas

secara accountable ialah untuk meningkatkan kualitas produktivitas dan kinerja

yang berkelanjutan melalui kualitas kinerja kolektif masing-masing anggota sivitas

akademika, dan untuk mencapai tata kelola yang bersifat accountable, maka fakultas

memiliki kemandirian untuk dapat melakukan pengelolaan sub bagian dan personil

sesuai dengan job description masing-masing, dan dapat mengalokasikan sumber

daya secara efisen. Pengelolaan akuntabilitas dalam bidang administrasi

dilaksanakan dengan menerapkan pendistribusian tugas (job description) ke semua

sub bagian secara proporsional namun tetap disertai dengan pengawasan

sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Z, selaku Kepala Tata Usaha fakultas

memberikan jawaban:

Iya benar… setiap karyawan yang ada pada sub bagian memliki rincian tugas

dan tanggung jawab yang jelas. Nah, dari setiap tugas yang dikerjakan oleh

karyawan akan diawasi langsung oleh Kasubag masing-masing. Sesuai

dengan UU Kepegawaian No. 53 tahun 2010 atau 2011 kalau saya tidak

salah…, Kasubag memberikan pengawasan yang efektif dalam kegiatan

akademik maupun administrasi pegawai.

Fakultas memastikan bahwa tidak ada pekerjaan yang tumpang tindih dan

tidak ada personil yang tanpa tugas atau menganggur. Sebelum mendistribusikan

tugas kepada semua unit kerja, fakultas terlebih dahulu mengorganisir tanggung

jawab kepada beberapa bagian sesuai dengan bidang kajian yang ditangani oleh

setiap pengelolanya. Bapak M, selaku Kasubag di bagian Akademik memberikan

penjelasan bahwa:

Saya berupaya untuk mengkoordinir pegawai untuk melayani setiap

kebutuhan mahasiswa dalam proses belajar-mengajar. Setiap pegawai sub

bagian mengetahui dengan jelas setiap tugas yang diembannya.

66

Salah seorang pegawai di bagian Akademik, Bapak PS membenarkan

penjelasan Bapak M bahwa:

Sudah tentu mbak…,ada koordinasi yang baik dari Kasubag terhadap rincian

tugas yang dikerjakan oleh pegawai akademik. Koordinasi dari Kasubag ke

pegawai memberikan motivasi bagi kita (pegawai Akademik) untuk lebih

meningkatkan kualitas pelayanan akademik kepada mahasiswa.

Dengan demikian, pengelola yang membawahi setiap sub bagian dapat

menjalankan otonomi secara baik dan bertanggung jawab. Otonomi yang dijalankan

oleh sub bagian harus dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan kinerja.

Laporan kinerja sub bagian menjadi indikator kualitas kinerja sub bagian sehingga

melalui laporan kinerja pegawai tersebut, tiap-tiap Kasubag dapat melakukan

evaluasi kinerja pegawai-nya. Bapak Z menambahkan jawaban penjelasan bahwa:

Sudah pasti setiap karyawan mempertanggungjawabkan kinerjanya dalam

bentuk laporan pertanggungjawaban dan setiap Kasubag memiliki laporan

pertanggungjawaban personilnya masing-masing. Kemudian, laporan ini

akan menjadi bahan evaluasi peningkatan kinerja.

Hasil wawancara memberikan bukti bahwa pengelolaan Fakultas Ekonomika dan

Bisnis yang diselenggarakan melalui prinsip akuntabilitas dari good university

governance dapat meningkatkan sustainability dan legitimasi fakultas sebagai

badan/wadah layanan publik dan stakeholders. Meyer (2010) dalam konsep

fenomologi mengenai institutional theory-nya menyatakan bahwa institusi terbentuk

dari kompleksitas dan keberagaman fungsi, peran dan heterogenitas unsur yang

menyatu di dalam satu wadah, yaitu institusi. Prinsip akuntabilitas dari good

university governance menjawab pertanyaan penelitian nomor 1 bab 1.2 yaitu

bagaimana good university governance membentuk intellectual capital di Fakultas

EKonomika dan Bisnis.

67

3. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Penilaian kinerja merupakan aspek yang penting dari prinsip kesetaraan dan

kewajaran (fairmess) karena dalam sistem penilaian kinerja aktivitas karyawan

diselaraskan dengan tujuan strategik organisasi yang pada akhirnya menghasilkan

informasi yang valid dan berguna untuk keputusan administratif karyawan seperti

promosi, pelatihan, transfer termasuk sistem reward dan punishment (Cascio 1998),

memberikan memberikan umpan balik yang membangun pada karyawan (Bernadin

& Russel, 1998, Noe, dkk, 2003) dan keputusan-keputusan lain yang mempengaruhi

sikap dan perilaku karyawan (Erdoga, Kraimer & Liden. 2001).

Ketidakpuasan karyawan terhadap sistem penilaian berpengaruh pada

penurunan kepuasan kerja, komitmen pada organisasi, dan kecenderungan turn over

yang tinggi (Paré & Tremblay, 2004). Menurut Faturochman (2002) penilaian

individu terhadap fairness tidak terlepas dari proses psikologi yang banyak

dipengaruhi oleh faktor-faktor subjektif yang dapat menimbulkan bias. Faktor-faktor

psikologis yang mempengaruhi penilaian antara lain, keterlibatan ego, memori,

aksestabilitas informasi, norma internal, harapan, mood dan kepuasan hidup

(Faturochman, 2002). Penilaian kinerja atau evaluasi kinerja memiliki peran yang

luas dalam sumber daya manusia di Fakultas Ekonomika dan Bisnis karena

penilaian kinerja merupakan proses dimana fakultas mengukur dan mengevaluasi

kinerja karyawan dan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan hasil kerja

karyawan.

Bertambahnya kompleksitas masalah yang dihadapi oleh dunia kerja, telah

menuntut kualifikasi pegawai yang semakin tinggi pula. Hal ini menyebabkan

terjadinya pergeseran kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Posisi pekerjaan

68

yang dulunya ditangani oleh lulusan Sekolah Menengah, saat ini menuntut lulusan

dengan kualifikasi S-1. Posisi-posisi pekerjaan yang dulunya dipegang oleh S-1,

sekarang membutuhkan kualifikasi tenaga S-2. Cara yang ditempuh Fakultas

Ekonomika dan Bisnis untuk meningkatkan kualifikasi pegawai-nya ialah dengan

mengembangkan staf pegawai yang telah ada.

Proses pengembangan staf pegawai dilaksanakan dengan jalan meningkatkan

efektivitas penilaian kinerja kualifikasi pegawai. Pegawai yang telah diberikan job

description di setiap sub bagian memahami dengan jelas fungsi dan tugasnya dan

bertanggung jawab sepenuhnya kepada Kasubag masing-masing. Tziner, Joanis &

Murphy (2000) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas

penilaian kinerja adalah adanya penerimaan karyawan terhadap sistem penilaian

yang berlaku, sebagaimana diceritakan oleh Bapak Z sebagai Kepala Tata Usaha:

Saya punya 4 anak buah Kasubag yang menangani setiap bidangnya yang

diwewenangkan kepada mereka dan yang berada langsung di bawah kendali

Kepala Tata Usaha yaitu saya sendiri. Setiap Kasubag bertanggung jawab

atas kinerja pegawainya, seperti contoh Kasubag Umum dan Pengelolaan

Asset yaitu Pak A, beliau bertanggung jawab atas keamanan dan fasilitas

fakultas.

Selain itu, penilaian kinerja biasanya berhubungan dengan disiplin dalam

bentuk pengawasan fingerprints yang menjadi salah satu alat kontrol internal di

lingkungan fakultas. Lebih lanjut Pak Z menambahkan:

Kedisplinan telah dilakukan melalui fingerprints. Pegawai diwajibkan untuk

melakukan fingerprints 2 kali, yaitu pada saat jam kedatangan dan sebelum

meninggalkan kantor, sedangkan untuk dosen hanya dilakukan 1 kali,

mengingat dosen itu khan jadwal mengajarnya padat dan tidak menentu.

Untuk memenuhi prinsip kesetaraan dan kewajaran di Fakultas Ekonomika

dan Bisnis, hubungan dengan staf pegawai dan pengajar juga terus dijaga, yaitu

dengan memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang berharga melalui

69

sarana sistem knowledge based management sesuai dengan konsep human resource

accounting yang menyebutkan bahwa manusia merupakan sumber daya yang

bernilai bagi organisasi (Parasmewaran dan Jothi, 2005). Apabila ditemukan

produktivitas pegawai yang menurun oleh karena masalah yang menyangkut kondisi

internal pegawai, maka Kasubag memberikan semacam pembinaan dan teguran

yang persuasif sebagaimana yang diceritakan oleh Bapak Z:

Yah seperti pegawai X, beliau harus pulang lebih awal hari ini karena

keluarganya sakit keras, maka saya memberikan izin dengan syarat beliau

harus menulis dalam buku Kontrol Pegawai alasan meninggalkan kantor

lebih awal dari jam kerja.

Pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis, sistem penilaian kinerja yang efektif

mengandung dua sistem dasar yang saling berhubungan yaitu evaluasi dan umpan

balik. Penilaian kinerja akan memotivasi karyawan untuk tetap bekerja dengan lebih

baik lagi apabila karyawan merasa bahwa proses penilaian kinerja dilakukan secara

wajar dan adil.

Dalam menjamin kewajaran dalam pelaksanaan dan sistem remunerasi, perlu

ditetapan mekanisme yang berkaitan dengan penetapan reward dan punishment bagi

semua karyawan. Lebih lanjut Bapak Z menceritakan:

Ya harus mbak… secara teorinya memang dikenal sebagai remunerasi,

namun di fakultas yang ada ialah penilaian kinerja pegawai yang disebut

sebagai Peningkatan Kinerja atau dalam istilah Tunjangan Peningkatan

Pegawai.

Selain itu, Fakultas juga berupaya menyelenggarakan berbagai award untuk

memberikan penghargaan pada prestasi dosen dan pegawai. Penghargaan-

penghargaan yang diberikan betujuan untuk meningkatkan motivasi staf dan sub

70

bagian untuk menjaga dan memperbaiki kinerja, sebagaimana diceritakan oleh

Bapak Z:

Dalam waktu dekat ini, saya harus melaporkan ke Dekan mengenai penilaian

kinerja dan prestasi dosen yang berprestasi dan jurusan berprestasi.

Hasil wawancara di atas mendukung pernyataan Parasmewaran dan Jothi

(2005) bahwa manusia merupakan sumber daya yang bernilai bagi organisasi dan

oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan dan pengembangan ukuran-ukuran di

dalam penggunaan tenaga kerja secara efektif. Dengan sistem penilaian pegawai

yang pemberlakuannya diupayakan oleh fakultas, maka good university governance

dalam prinsip kesetaraan dan kewajaran (fairness) mendukung keberhasilan

produktivitas dan efektivitas kinerja pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomika dan

Bisnis. Prinsip kesetaraan dan kewajaran (fairness) dari good university

governcance menjawab pertanyaan penelitian nomor 1 bab 1.2 yaitu bagaimana

good university governance membentuk intellectual capital di Fakultas EKonomika

dan Bisnis..

4. Kepedulian (Responsiveness)

Organisasi yang tidak mau atau tidak mampu melakukan antisipasi dan

adaptasi terhadap perubahan lingkungan, akan menjadi stagnan atau bahkan akan

mengalami kehancuran. Reformasi pada pengembangan pendidikan didorong hingga

sampai pada level institusi pergruan tinggi agar pimpinan institusi perguruan tinggi

dan para pengajar memiliki tanggung jawab besar dalam memajukan dan

meningkatkan proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis berupaya mewujudkan good university

governance atau penatakelolaan yang baik sebagai suatu sistem yang melekat

71

dengan dinamika perguruan tinggi. Dengan demikian, good university governance di

lingkungan fakultas memprakarsai terwujudnya pembentukan intellectual capital di

Fakultas Eknomika dan Bisnis. Wawancara dengan Bapak S, Ketua prodi

Manajemen yang menjelaskan bahwa fakultas harus bersikap tanggap dan merespon

perkembangan akuisisi ilmu pengetahuan dalam bentuk knowledge management:

Peradaban yang maju adalah peradaban yang menempati knowledge

management pada proses yang sesungguhnya. Knowledge management ialah

sesuatu yang wajib dalam rangka membentuk added value manusia yang

unggul dan kompetitif.

Menghadapi transformasi knowledge dan kondisi sosial yang sangat cepat,

perguruan tinggi dituntut untuk lebih menyeimbangkan peranannya sebagai wadah

pusat intelektual dan mampu merespon setiap perubahan dengan cepat. Hal tersebut

senada dengan yang disampaikan oleh Bapak AR dalam wawancara mengenai

eksistensi institusi perguruan tinggi dalam pengembangan knowledge management:

Kemampuan Fakultas Ekonomika dan Bisnis untuk bertahan sangat

ditentukan oleh kemampuan-nya untuk berubah, beradaptasi dengan

perubahan lingkungan dan memprediksi perubahan potensial yang terjadi di

masa mendatang.

Demi kelangsungan hidup dan eksistensinya, Fakultas Ekonomika dan Bisnis

menuntut dirinya sendiri untuk memenuhi tuntutan masyarakat/stakeholders-nya dan

perubahan lingkungan. Fakultas harus melakukan perubahan secara terus-menerus

sesuai dengan kemajuan peradaban dan globalisasi. Lebih lanjut Bapak S

menjelaskan:

Rasanya akan non-sense jika Fakultas Ekonomika dan Bisnis tidak

mengubah mindset terhadap keberadaan akuisisi ilmu pengetahuan.

Ketidakpedulian terhadap knowledge management akan membuat kita

tertinggal jauh dari kemajuan peradaban dan globalisasi.

72

Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai penyedia layanan publik memiliki

tugas dan fungsi memberikan dukungan dan bantuan atau pelayanan kepada

komunitas-nya dengan melaksanakan university governance melalui prinsip

kepedulian (responsiveness). Bentuk kepedulian (responsiveness) Fakultas

Ekonomika dan Bisnis adalah dengan menjadi fakultas yang reaktif, simpatik,

sensitif dalam merespon permintaan dari stakeholders-nya. Wawancara dengan X,

salah seorang mahasiswa yang turut berpartisipasi dalam pengembangan jiwa

entrepreneurship di kalangan mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis

menceritakan:

Benar sekali mbak…, Fakultas sigap dalam mengetahui kebutuhan pasar

akan jiwa berwirausaha di kalangan anak muda, dan fakultas tidak hanya

sekedar mengetahui namun juga merespon dan bersikap proaktif dengan

mendukung penyelenggaraan yang diselenggarakan oleh mahasiswa yang

ingin mandiri dalam berwirausaha.

Selain perwujudan prinsip-prinsip good university governance tersebut,

Fakultas Ekonomika dan Bisnis memiliki kepedulian terhadap kepentingan lembaga

pemakai produk dan lulusan, dan untuk merespon kebutuhan pasar akan lulusan

yang berkualitas, fakultas berupaya secara proaktif untuk mengetahui keinginan

maupun kebutuhan stakeholders. Lebih lanjut, wawancara dengan mahasiswa Y

juga mendukung pernyataan tersebut dengan memberikan pernyataan bahwa

keterlibatannya dalam ajang penyelenggaraan entrepreneurship telah

menumbuhkembangkan semangatnya untuk menjadi wirausahawan muda setelah

menyelesaikan pendidikannya:

Saya banyak belajar bahwa ilmu pengetahuan itu harus dikembangkan dalam

beragam bentuk dan salah satunya ialah melalui proses belajar berwirausaha

yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Dengan

kegiatan ini, saya ingin mengasah keterampilan saya dan tidak hanya sekedar

73

sebagai proses belajar, namun sebagai bekal bagi saya setelah menyelesaikan

kuliah disini (Fakultas Ekonomika dan Bisnis).

Dalam bidang akademik, Fakultas Ekonomika dan Bisnis juga berupaya

secara proaktif untuk mengetahui keinginan/kebutuhan stakeholders. Hal ini

ditunjukkan dengan memberikan keterlibatan mahasiswa dalam proses

pembelajaran, tidak sekedar membuat mereka aktif dalam proses belajar, tetapi

mereka diberi kesempatan dalam menentukan aktivitas belajar yang akan dilakukan

bersama-sama dengan para pengajarnya. Oleh karenanya, permintaan dan tuntutan

stakeholders terhadap lembaga pendidikan akan memperkaya substansi kandungan

kurikulum yang disesuaikan sebagai bentuk respon fakultas terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan yang pada akhirnya akan mendorong kreativitas dan dinamika

university governance agar dapat melayani permintaan tersebut. Bapak S

menjelaskan bahwa:

Mahasiswa adalah subjek belajar yang dinamis karena mereka diberikan

kebebasan untuk aktif dalam proses belajar. Artinya, mahasiswa merespon

ilmu pengetahuan yang diperolehnya ke dalam bentuk interaksi kreativitas

dan kreasi yang bernuansa pembaharuan seperti misalnya menyelenggarakan

seminar dan kuliah umum, mengundang praktisi yang ahli di bidangnya, dan

Fakultas menyikapinya dengan memfasilitasi setiap kegiatan mereka.

Oleh karena akademik menjadi sentral aktivitas bagi fakultas, maka budaya

disiplin perlu untuk diterapkan bagi setiap sivitas akademika. Budaya disiplin tidak

mengintervensi setiap kebebasan intelektual di lingkungan sivitas. Artinya bahwa,

fakultas menghargai kebebasan untuk berkarya dan berkreativitas yang membawa

pembaharuan bernuansa ide-ide kreatif. Fakultas bahkan mengakomodir setiap

kegiatan/program yang berwujud terhadap pengembangan kreativitas dan

intelektual. Para pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis merespon secara aktif

74

dan proaktif terhadap kebutuhan stakeholders akan kebutuhan yang berkualitas,

sehingga penting bagi para pengajar untuk tidak hanya memahami materi kuliah

sebatas konteks dan teori semata, namun para staf pengajar tersebut dituntut untuk

produktif dalam mengembangkan profesionalitas-nya, sebagaimana diceritakan oleh

staf pengajar jurusan Akuntansi, Ibu N:

Yah…, saya juga harus banyak belajar dan memperkaya wawasan yang tidak

hanya terbatas pada konteks dan literatur, namun saya juga perlu memahami

seperti apakah kebutuhan pasar akan lulusan yang berkualitas. Semester ini

saya mengajar mata kuliah A, secara teori mata kuliah tersebut dapat saya

kuasai, namun saya juga harus memahami praktik A tersebut di dunia kerja.

Fakultas tidak hanya terbatas pada sikap merespon kebutuhan stakeholders

terhadap lulusan yang berkualitas, namun fakultas juga memiliki kepedulian

terhadap pelestarian serta perubahan lingkungan budaya akademik dengan

menjadikan kampus sebagai wadah dan prasarana pembelajaran yang

menyenangkan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Z menjelaskan:

Sarana/peralatan pembelajaran sudah modern, seperti di setiap kelas sudah

memakai infokus dan komputer, ruangan kelas yang ber-AC dan nyaman,

ruang tunggu yang nyaman serta toilet yang rapi dan bersih. Mahasiswa yang

menggunakan kendaraan juga tidak perlu khawatir kalau-kalau terjadi

pencurian motor atau helm karena tempat parkir kendaraannya selain luas

juga diawasi oleh security fakultas yang selalu bertugas mengawasi

ketertiban dan keamanan fakultas.

Pembahasan tentang prinsip responsiveness dari good university governance

mendukung pernyataan dari Peter (1990) tentang organisasi pembelajaran (learning

organisastion). Suatu organisasi pembelajaran adalah tempat dimana individu terus-

menerus menemukan bagaimana cara menciptakan realitas. Learning organisation

merupakan proses terus-menerus tanpa henti dan berkelanjutan. Dalam institutional

theory, March dan Olsen (dikutip dalam Peters, 2000) menyatakan bahwa institusi

75

dapat bersifat adaptive bila struktur, interaksi dan perubahan dalam sistem

lingkungan juga semakin kompleks. Dalam bagian ini, Fakultas Ekonomika dan

Bisnis merespon dinamika university governance melalui prinsip kepedulian

(responsiveness) yang menjadikan fakultas sebagai institusi yang dapat menjawab

kebutuhan dan pertumbuhan dan pengembangan knowledge. Dengan demikian

prinsip kepedulian (responsiveness) university governance menjawab pertanyaan

penelitian nomor 1 bab 1.2 yaitu bagaimana good university governance membentuk

intellectual capital di Fakultas EKonomika dan Bisnis..

4.4 Proses Pembentukan Intellectual Capital di Fakultas Ekonomika dan

Bisnis

Dalam hal pengelolaan yang baik, Fakultas Ekonomika dan Bisnis selalu

berusaha mengadopsi prinsip-prinsip university governance yang diwujudkan dalam

penyusunan dan implementasi RENSTRA, kegiatan evaluasi diri, penilaian program

kerja berdasarkan aktivitas dalam upaya untuk memperoleh legitimasi dari

stakeholders-nya. Fakultas Ekonomika dan Bisnis mewujudkan prinsip transparansi

kepada stakeholders-nya melalui pengungkapan intellectual capital, sebagaimana

yang diceritakan oleh Bapak AS:

Jika berbicara mengenai governance dalam pengungkapan intellectual

capital di fakultas, maka prinsip transparansi tersebut diwujudkan melalui

Tri Darma Perguruan Tinggi baik itu dalam hal kegiatan pengajaran,

penelitian dan maupun pengabdian kepada masyarakat.

Hasil wawancara tersebut mendukung pernyataan European Commision

(2006) yang menyebutkan bahwa pengungkapan intellectual capital dapat

meningkatkan pengelolaan (governance) dalam wujud transparansi maupun sumber

76

daya manusia. Wujud transparansi intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan

Bisnis diungkapkan dalam bentuk media dokumentasi kebijakan Sistem Penjaminan

Mutu Internal Universitas Diponegoro yang didalamnya tertuang kebijakan dan

evaluasi pengendalian internalisasi visi, misi, RENSTRA sebagaimana Dekan

menyatakan bahwa:

Intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis mengarah pada

internalisasi visi dan misi, RENSTRA dan kebijakan yang ditetapkan

fakultas. Intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis merupakan

upaya untuk meningkatkan university governance yang mengacu pada:

1. Memberikan informasi mengenai internalisasi visi, misi, strategi dan

upaya pencapaiannya.

2. Memberikan informasi mengenai intangible assets berupa setiap aktivitas

dan kinerja yang diwujudkan melalui Tri Darma Perguruan Tinggi.

Hasil pembahasan ini sesuai dengan pernyataan Yolanda (2011) yang

menyatakan bahwa tujuan dari pengungkapan intellectual capital di institusi

perguruan tinggi terdiri dari 3 bagian fundamental yang menjelaskan internalisasi

strategi institusi melalui indicator yang mengarah pada: (1) vision of the institution;

(2) intangible resources and activities; dan (3) system of indicators. Yolanda (2011)

juga mengelompokkan intellectual capital pada institusi perguruan tinggi ke dalam 3

bagian yaitu human capital, structural capital dan relational capital sehingga jika

dikaitkan dengan pengungkapan intellectual capital pada institusi perguruan tinggi

secara khusus di Fakultas Ekonomika dan Bisnis, maka pengungkapan intellectual

capital adalah merupakan upaya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

fakultas dalam hal pengelolaan. Pengungkapan intellectual capital di Fakultas

Ekonomika dan Bisnis akan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

stakeholders terkait mengenai intangible resources dan aktivitas fakultas dalam

penyelenggaraan sistem pendidikan tinggi. Pelaporan intellectual capital ini tidak

77

hanya menyediakan informasi yang credible, namun pengungkapan intellectual

capital tersebut juga dapat menyediakan informasi akuntansi yang reliable

mengenai intangible resources dan aktivitas fakultas dalam penyelenggaraan sistem

pendidikan tinggi. Gambar 4.2 menunjukkan keterkaitan internalisasi strategi

dengan proses pengungkapan intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Gambar 4.2

Internalisasi Strategi dan Proses Pengungkapan Intellectual Capital

Di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Penelitian

Yolanda (2011) bahkan menyebutkan bahwa pengungkapan intellectual

capital memberikan informasi akuntansi yang tidak hanya reliable, namun juga

sangat relevan dalam pengambilan keputusan bagi stakeholders yang menggunakan

Visi, Misi,

Strategi dan

Kebijakan

Transparansi dan Akuntabilitas

Pengajaran Pengabdian

Masyarakat

Tri Darma Perguruan Tinggi

Intellectual Capital

Struktural

Capital

Human

Capital

Relational

Capital

78

informasi akuntansi. Informasi akuntansi mengenai pengungkapan intellectual

capital secara transparan dan accountable akan menjamin penilaian stakeholders

akan eksistensi dan image yang dikembangkan oleh perguruan tinggi tersebut.

Penatakelolaan secara transparan dan accountable merujuk pada suatu proses

penyelenggaraan pelayanan yang bersifat terbuka dan dapat diketahui dengan mudah

oleh stakeholders yang membutuhkan. Dengan demikian, penjelasan diatas

menjawab pertanyaan penelitian nomor 2 pada bab 1.2 sebelumnya.

Kehidupan dan pengembangan akademik di perguruan tinggi tidak terlepas

dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta tuntututan

stakeholders terhadap meningkatnya kualitas kehidupan. Intellectual capital menjadi

essential (penting) dalam perwujudan Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai

centre of academic excellence dikarenakan fakultas berupaya untuk mencapai

penciptaan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan akademik,

profesionalisme dan kepemimpinan, serta tanggap terhadap kebutuhan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni tersebut.

Dengan demikian essensi intellectual capital sebagai upaya dalam

perwujudan Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai centre of academic excellence

dapat dilaksanakan melalui darma perguruan tinggi. Sejalan dengan visi Fakultas

Ekonomika dan Bisnis untuk menjadi centre of academic excellence, maka ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni merupakan intellectual capital bagi fakultas dalam

mewujudkan misi-nya yang pengungkapannya tertuang melalui Tri Darma

Perguruan Tinggi, yaitu:

1. Kegiatan Pengajaran, yaitu dengan meninjau indikatornya pada:

1) Kandungan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan lulusan.

79

2) Materi pembelajaran yang up to date dan penuh pengayaan.

3) Perpustakaan dan laboratorium yang memadai.

4) Proses pembelajaran yang tepat dan terstruktur.

5) Proses pelayanan administrasi akademik yang tepat dan terstruktur.

6) Profesionalisme pendidikan dosen yaitu S2 dan S3.

7) Jumlah Guru Besar/Professor pada tiap prodi di fakultas.

8) Penerapan sistem informasi berbasis information technology (IT) yang

menunjang kegiatan akademik seperti Sistem Informasi Akademik

(SIMAWEB).

Fakultas Ekonomika dan Bisnis melakukan berbagai perbaikan yang

menyangkut darma pengajaran. Program-program akademik yang spesifik telah

mengangkat reputasi fakultas sehingga mampu menghasilkan lulusan yang

berkualitas, sebagaimana yang diceritakan oleh Ibu IJ, dosen jurusan Akuntansi:

Benar, setiap proses pembelajaran yang diberikan bukan hanya bertujuan

untuk membekali mahasiswa/i didik dengan knowledge, namun proses

pembelajaran tersebut mempersiapkan mereka (mahasiswa/i) untuk menjadi

lulusan yang berkualitas.

Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang diwawancarai setelah

menghadiri rapat acara Dies Natalis menjelaskan bahwa tri darma perguruan tinggi

ialah setiap upaya yang dilaksanakan untuk dapat mewujudkan visi fakultas menjadi

world class faculty.

Untuk menghantarkan Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai Fakultas

Ekonomika dan Bisnis yang unggul, fakultas telah membangun jembatan

antara fakultas dengan dunia internasional. Fakultas memfasilitasi kegiatan

student exchange. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkaya mahasiswa/i

dengan knowledge dan selain itu pula untuk meningkatkan collaboration

research dan publication.

80

Hasil pembahasan ini sesuai dengan pernyataan Sufean (1995) yang

menyatakan bahwa perguruan tinggi telah mendukung tercapainya keberlangsungan

pengembangan ilmu pengetahuan. Pembahasan ini juga didukung oleh teori yang di-

grounded yaitu institutional theory yang dinyatakan oleh Meyer (2010) yang

menjelaskan bahwa institusi berperan dalam struktur dan interaksi sosial melalui

proses perwujudan dan pencapaiannya sebagai pusat pembentukan dan pengetahuan

pengetahuan, wawasan, kreativitas dan budaya. Dengan demikian, Fakultas

Ekonomika dan Bisnis sebagai wadah pembentukan knowledge tersebut berupaya

untuk mewujudkan visi-misinya menjadi centre of academic excellence melalui

peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui darma pengajaran. Dengan

demikian, penjelasan di atas tersebut menjelaskan pertanyaan penelitian nomor 3

pada bab 1.2 sebelumnya.

Dalam upaya mendukung keberhasilan Fakultas Ekonomika dan Bisnis

untuk menghasilkan para lulusan yang berkualitas, maka resources yang dimiliki

oleh fakultas perlu diberdayakan. Dalam darma perguruan tinggi yaitu kegiatan

pengajaran, dosen merupakan sumber daya yang penting tugas dan perannya dalam

mewujudkan darma perguruan tinggi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis memiliki staf

pengajar (dosen) dengan kualifikasi pendidikan yang sangat baik dan sangat

potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Indikasi kekuatan staf pengajar (dosen)

ini diperlihatkan oleh tingginya jumlah dosen yang memiliki kualifikasi S-2/S-3.

Jumlah ini masih dapat meningkat mengingat sebagian besar dosen dengan

kualifikasi pendidikan S-2 akan diprioritaskan untuk (sedang) studi lanjut di

dalam/luar negeri, sebagaimana yang dijelaskan oleh Dekan Fakultas Ekonomika

dan Bisnis:

81

Dosen menjadi tumpuan utama dalam upaya mewujudkan darma perguruan

tinggi. Kami (Fakultas) mengeluarkan cost yang semestinya akan di-cover

menjadi nilai-nilai capital pada masing-masing individu (dosen), nilai-nilai

capital tersebut akan berbeda pada masing-masing individu tergantung

jumlah cost yang dikeluarkan oleh fakultas ke masing-masing individu. Hal

ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan intellectual capital dosen

(staff akademik) di fakultas.

Lebih lanjut, beliau menambahkan:

Dosen dituntut untuk lebih maju dari segi kualitas maupun kualifikasi

pendidikan. Akhir tahun 2012, kami (Fakultas) memperkirakan ada 40%

dosen yang telah bergelar Doktor (kualifikasi S-3) dan sasarannya bahwa

pada tahun 2015 nanti, dosen yang akan diberangkatkan studi lanjut S-3

kira-kira berjumlah 15 orang dan dosen yang akan telah menyelesaikan studi

S-3 diperkirakan berjumlah 10 orang.

Yolanda (2011) mengelompokkan intellectual capital pada institusi

perguruan tinggi ke dalam 3 bagian yaitu human capital, structural capital dan

relational capital sehingga jika dikaitkan pada konteks human capital di Fakultas

Ekonomika dan bisnis, dosen merupakan resources yang berperan di dalam

penciptaan nilai darma perguruan tinggi. Menurut Undang-Undang nomor 20 pasal

38 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidik merupakan

tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, secara tegas menggunakan istilah dosen untuk merujuk pada

jenjang pendidikan tinggi. Tugas utama dosen ialah mentransformasikan,

mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dekan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis menyatakan bahwa:

82

Proses penyebarluasan dan pembentukan knowledge berada pada tugas dan

fungsi dosen sebagai sumber resources di fakultas. Proses kegiatan

akademik sebagai sentral aktivitas di lingkungan fakultas tidak terlepas

dari peranan dosen sebagai input untuk ”memasak” knowledge melalui

kualitas pengajaran dan pembelajaran.

Lev (2204) menyatakan bahwa peranan institusi berfokus pada proses

transfer atau konservasi ilmu pengetahuan (knowledge) dan hal tersebut hanya dapat

dilakukan melalui tugas dan fungsi dosen sebagai human capital yang dimiliki oleh

institusi perguruan tinggi. Hasil wawancara dengan Ibu IJ, salah seorang dosen di

Jurusan Akuntansi yaitu:

Ya benar, dosen itu ialah sumber ilmu karena dosen merupakan fasilitator

dalam media pembelajaran bagi mahasiswa. Fasilitator berarti bahwa dosen

menempatkan dirinya mitra belajar yang baik untuk mendidik, membimbing

dan mengajar mahasiswa. Ada nilai kesetaraan yang terjalin baik di antara

dosen dan mahasiswa karena mahasiswa itu bukan sebagai objek, namun

mahasiswa itu sendiri ialah subjek belajar yang dinamis.

Hasil wawancara ini juga didukung oleh jawaban yang diberikan oleh P,

mahasiwa semester VI jurusan Akuntansi yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua

Mahasiswa Akuntansi:

Bagi saya sendiri, komunikasi yang terjalin dengan dosen sangat baik. Dosen

bersikap proaktif dan responsif di dalam menanggapi setiap pertanyaan dan

tanggapan terkait pembelajaran..., dan tidak hanya itu pula mbak, pada

umumnya dosen memberikan perhatian secara individual kepada mahasiswa

seperti misalnya, diskusi jurnal, pemilihan judul penelitian skripsi dan

bahkan di dalam proses pembimbingan, dosen selalu memberikan kesan

yang baik bagi mahasiswa.

Mahasiswa G, mahasiswa jurusan Akuntansi semester VIII yang

diwawancarai di perpustakaan referensi fakultas menjelaskan bahwa:

Biasanya para dosen selalu dapat memberikan waktunya untuk membimbing

dan mengarahkan kami (mahasiswa) di dalam proses belajar di kelas…, dan

tidak hanya itu saja, dosen juga memberikan waktu luangnya untuk

83

mengobrol dan bercengkrama di luar jam perkuliahan dengan kami

(mahasiswa).

Di tempat yang terpisah, seorang mahasiswi jurusan Akuntansi semester II,

W menjelaskan bahwa dosen memberikan perhatian yang sama terhadap mahasiswa

dengan sangat baik:

Ya mbak, saya berasal dari Bengkulu (Sumatera) dan saya diperlakukan

sama dengan mahasiswi lainnya…, dosen tidak bersikap diskriminatif baik

dalam hal memberikan pengajaran maupun penilaian kepada kami

(mahasiswa). Saya merasa nyaman belajar di kelas walaupun saya sendiri

bukan “Orang Jawa”.

Hasil pembahasan ini sesuai dengan prinsip kesetaraan (fairness) dalam

proses pengembangan dan pembentukan knowledge melalui peran dan fungsi dosen

dalam darma perguruan tinggi. Hasil wawancara tersebut juga didukung oleh

pernyataan Meyer yang menyebutkan bahwa setiap individu di lingkungan

perguruan tinggi adalah actor. Meyer (2010) menyebutkan bahwa “People are

naturally actors”. Pernyataan Meyer tersebut mengandung arti bahwa di dalam

proses pencapaian darma perguruan tinggi diperlukan dinamika prinsip kesetaraan

(fairness) agar setiap individu yang ada di Fakultas Eonomika dan Bisnis dapat

melaksanakan peran dan fungsi yang dimiliki dengan efektif. Hasil pembahasan ini

menjawab pertanyaan penelitian nomor 1 dan nomor 3 bab 1.2.

2. Kegiatan Penelitian, yang diklasifikasikan ke dalam 2 program yaitu:

1) Program Pembinaan yang diarahkan untuk menghasilkan peneliti mandiri,

publikasi bertaraf nasional, dan peningkatan budaya meneliti produktif.

Program ini mencakup berbagai penelitian baik yang didanai oleh internal

fakultas dan dana-dana lain yang bersumber dari pemerintah maupun swasta.

84

2) Program Penelitian Mandiri lebih diarahkan untuk menciptakan inovasi dan

pengembangan intellectual capital dengan dana dari masing-masing peneliti.

Secara khusus sejak Tahun Anggaran 2008 Program Pembinaan Penelitian

Internal Fakultas masuk Dalam Anggaran DIPA PNBP yang mengacu pada standar

penelitian DIKTI. Mulai tahun Anggaran 2009, Program Penelitian fakultas

diarahkan menjadi Penelitian Tematik Unggulan fakultas dengan semakin

meningkatkan kualitas penelitian yang inovatif dan aplikatif sesuai dengan visi dan

misi Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Sedangkan berbagai penelitian yang didanai dari berbagai sumber lainnya di

luar dana fakultas dikkordinasikan oleh Lembaga PEnelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat (LPPM) universitas antara lain:

1) Hibah Bersaing

2) Program Kreativitas Penelitian Mahasiswa (PKPM)

3) Program Kreativitas Mahasiswa Penulisan Ilmiah (PKMI)

4) Penelitian Dosen Muda

5) Penelitian Terapan

6) Lomba Karya Tulis Ilmiah

7) Program Insentif Kementerian Negara Riset dan Teknologi

8) Dll.

Selain pemberian berbagai hibah penelitian, dalam mendukung terlaksananya

darma perguruan tinggi melalui kegiatan penelitian, Fakultas Ekonomika dan Bisnis

dituntut untuk selalu berperan sebagai sumber informasi keilmuan yang up to date,

unggul dan bermanfaat. Untuk itu, harus mampu mengakses dengan cepat setiap

perubahan informasi ilmu pengetahuan dari dunia luar untuk kemudian mengolah,

85

melakukan improvisasi sehingga dihasilkan informasi baru yang juga dapat

dikomunikasikan secara cepat. Fakultas Ekonomika dan Bisnis juga telah

mempersiapkan berbagai infrastruktur, antara lain layanan internet untuk seluruh

mahasiswa, hot spot di beberapa wilayah dan fasilitas untuk mengakses berbagai

jurnal internasional. Wawancara dengan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis

memberikan penjelasan bahwa:

Kita (Fakultas) perlu untuk meningkatkan peran mahasiswa dalam

penelitian, sehingga dapat meningkatkan ilmu dan kemampuan dalam

melakukan penelitian dan menjadi inspirasi skripsi. Untuk itu, Fakultas

memfasilitasi dengan memberikan layanan internet di dalam mempermudah

mereka (mahasiswa) untuk mengakses jurnal berskala internasional.

Selain infrastruktur berupa layanan internet dan hot spot dalam mengakses

jurnal, Fakultas Ekonomika dan Bisnis juga menunjang dan mengembangkan

suasana akademik dengan membentuk beberapa laboratorium studi yang bertujuan

untuk membangun suasana akademik yang mampu merespon perkembangan dan

dinamika knowledge melalui kajian-kajian intensif maupun penelitian, sebagaimana

yang dijelaskan oleh Bapak S, Ketua Jurusan M di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

berikut:

Menumbuhkembangkan academic atmosphere melalui penelitian-penelitian

yang terstruktur dan terorganisir dengan baik karena dengan demikianlah

mekanisme pembelajaran melalui knowledge management dapat terlaksana

dengan baik. Untuk itu, kita (Fakultas) berupaya memfasilitasi kebebasan

akademik dengan berbagai bentuk aktivitas dan infrastruktur yang baik.

Untuk dapat mendukung terciptanya academic atmosphere yang sehat dan

dinamis, fakultas juga meningkatkan interaksi antara dosen dengan mahasiwa

dengan melibatkan mahasiswa dalam setiap program penelitian Fakultas Ekonomika

86

dan Bisnis, sebagaimana diceritakan oleh P, mahasiswa yang saat ini menjabat

sebagai Ketua Mahasiswa Akuntansi:

Ya benar mbak…, keterlibatan kami (mahasiswa) pada berbagai program

penelitian sangat mendukung proses pembelajaran dan khususnya

peningkatan soft skills. Artinya bahwa ilmu yang kami (mahasiswa) peroleh

di kelas tidak hanya sebatas teori/konsep semata, namun kami (mahasiswa)

diajak, dilatih untuk memahami, menganalisa, dan berpikir kreatif terhadap

suatu kasus-kasus dan isu akuntansi.

Upaya fakultas di dalam mewujudkan visinya menjadi Fakultas Ekonomika

dan Bisnis terkemuka telah berjalan dengan sangat baik. Fakultas Ekonomika dan

Bisnis bersikap responsif pada setiap dinamika pengembangan knowledge dan

tuntutan perubahan lingkungan melalui darma penelitian. Hasil wawancara dengan

Bapak PH, salah satu alumni yang lulus pada tahun 1998 di Fakultas Ekonomika dan

Bisnis menceritakan bahwa:

Pada masa saat saya masih menjadi mahasiswa, program-program kegiatan

akademik lebih banyak ditujukan kepada kegiatan ekstra-kulikuler seperti

kegiatan olah raga, theatre, dan penerbitan majalah EDENTS. Pada dekade

terakhir ini, kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan kreativitas

mahasiswa terlaksana dengan baik jika dibandingkan dengan ketika

saya masih menjadi mahasiswa FE (saat itu masih disebut Fakultas

Ekonomi).

Lebih lanjut beliau menambahkan:

Mahasiswa saat ini pun sudah banyak terdorong untuk terlibat dalam

kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah dan hal itu juga sangat

membantu mereka (mahasiswa) dalam kegiatan proses belajar. Kreativitas

mahasiswa dalam berbagai program penelitian ini dilaksanakan untuk

memenuhi aturan Menteri Pendidikan mengenai upaya meningkatkan darma

penelitian.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis juga merilis suatu media berbentuk jurnal

ilmiah dalam rangka mensosialiasikan dan mengembangkan hasil penelitian kepada

masyarakat dan telah diterbitkan 4 jurnal ilmiah oleh Fakultas Ekonomika dan

Bisnis yaitu:

87

Tabel 4.1

Daftar Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomika dan Bisnis

No Nama Jurnal Pengelola ISSN Terbit

1 Media Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomika

dan Bisnis

0852-0135 Juni, Des

2 Dinamika Pembangunan Jurusan IESP 1829-7617 Juli, Des

3 Jurnal Studi Manajemen &

Organisasi

Jurusan Manajemen 1693-8283 Jan, Juli

4 JurnalAkuntansi & Auditing Jurusan Akuntansi 1412-6699 Nov, Mei

Temuan diatas sesuai dengan institutional theory yang dikemukakan oleh

Meyer (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan berkembang sangat pesat seiring

dengan kemajuan teknologi dan heterogenitas budaya dan oleh karena itu, perguruan

tinggi berevolusi untuk menjadi suatu institusi yang dapat menjawab kebutuhan dan

dinamika pertumbuhan dan perkembangan knowledge. March dan Olsen (dikutip

oleh Peters, 2000) menyatakan bahwa suatu institusi juga dapat dipengaruhi atau

bahkan mempengaruhi lingkungannya bila struktur, interaksi dan perubahan dalam

sistem lingkungan juga semakin kompleks. Fakultas Ekonomika dan Bisnis

menjawab dinamika kompleksitas pertumbuhan dan perkembangan knowledge

dengan penyelenggaraan darma perguruan tinggi melalui kegiatan penelitian dan

untuk meningkatkan kualitas penelitian yang memiliki inovasi dan aplikatif, fakultas

menyediakan berbagai aktivitas dan infrastruktur penunjang tersebut. Dengan

demikian, hasil penjelasan ini menjawab pertanyaan nomor 3 pada bab 1.2 dan

sekaligus menjawab pertanyaan nomor 1 pada bab 1.2 mengenai praktik university

88

governance melalui prinsip kepedulian (responsiveness) dalam pembentukan

intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

3. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat, yang merupakan kegiatan dalam

bentuk pendidikan masyarakat, pelayanan masyarakat, penerapan dan

pengembangan hasil penelitiaan serta pengembangan wilayah. Sasaran pada

kegiatan penerapan Pengabdian kepada Masyarakat adalah melakukan edukasi

melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat agar tercipta masyarakat yang

mandiri dan sejahtera yang didanai oleh DIPA fakultas. Sedangkan Program

Pengabdian Kepada Masyarakat yang didanai di luar internal fakultas

dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

(LPPM) universitas yaitu program pengabdian yang didanai oleh perusahaan

swasta.

Apabila kegiatan penelitian dilakukan untuk menghasilkan pengetahuan

empirik, teori, konsep, metodologi, model atau informasi baru yang memperkaya

knowledge, maka pengabdian kepada masyarakat oleh Fakultas Ekonomika dan

Bisnis dilaksanakan sebagai pengamalan knowledge yang dilakukan oleh fakultas

secara melembaga melalui metode ilmiah langsung kepada masyarakat. Bapak S,

selaku Ketua jurusan Manajemen membernarkan bahwa:

Knowledge management itu ialah mekanisme pembelajaran yang tidak hanya

sebatas ilmu atau konsep metodologi namun juga merupakan suatu applied

science dalam upaya mensukseskan dan mengembangkan masyarakat dan

lingkungan.

Adapun yang menjadi tujuan yang dicapai oleh Fakultas Ekonomika dan

Bisnis di dalam darma perguruan tinggi melalui program pengabdian ini adalah

89

untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan hasil-hasil riset untuk

diimplementasikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, setiap sivitas akademika

fakultas baik itu dosen maupun mahasiswa turut berperan dalam program tersebut,

sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak PH, alumni yang sekarang ini telah

berprofesi sebagai dosen di Fakultas Ekonomika dan Bisnis:

Prakarsa mahasiswa untuk dapat mengekspresikan kreativitas di luar kuliah-

kuliah tatap muka. Bagi mahasiswa, keterlibatan mereka secara langsung

dalam setiap program pengabdian kepada masyarakat ini adalah salah satu

cara mengaktualisasikan soft skills dan sebagai bentuk transfer of

knowledge untuk terlibat dalam program-program pengembangan

masyarakat.

Hal ini berkaitan dengan pernyataan Meyer (2010) melalui institutional

theory yang menjelaskan bahwa institusi memegang peranan penting dalam

sosialitas dan modernisasi. Dengan demikian, Fakultas Ekonomika dan Bisnis

sebagai wadah yang mencerminkan perkembangan kemajuan pengetahuan, wawasan

berpikir, teknologi dan berbagai aspek dalam kehidupan turut berperan di dalam

struktur dan interaksi sosial melalui proses perwujudan dan pencapaiannya sebagai

pusat pembentukan dan pengembangan intellectual capital. Penjelasan ini

memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian nomor 3 pada bab 1.3 sebelumnya.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai bagian dari lembaga pendidikan

tinggi yang otonom dituntut untuk terbuka dan menjamin akses terhadap berbagai

informasi mengenai proses kebijakan, pembelajaran, aktivitas pendukung,

pemantauan dan pelaksanaan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan dan segala

kegiatan pendukung lainnya. Oleh karenanya, Fakultas Ekonomika dan Bisnis selalu

berupaya menjaga dan meningkatkan kepercayaan kepada stakeholders baik internal

maupun eksternal dalam hal kualitas dari produk sebuah perguruan tinggi. Yolanda

90

(2011) bahkan menyebutkan bahwa pengungkapan intellectual capital akan

memberikan informasi akuntansi yang tidak hanya reliable, namun juga sangat

relevan dalam pengambilan keputusan bagi user yang menggunakan informasi

akuntansi. Informasi akuntansi mengenai pengungkapan intellectual capital secara

transparan akan menjamin penilaian stakeholders akan eksistensi dan image yang

dikembangkan oleh perguruan tinggi tersebut.

Dalam menjaga reputasi dan kepercayaan yang diamanahkan oleh

stakeholders, fakultas melaksanakan kebijakan Sistem Pengendalian Mutu Internal

(SPMI) yang telah ditetapkan oleh universitas. Penerapan sistem penjaminan mutu

internal (SPMI) di Universitas Diponegoro sudah dimulai sejak deklarasi

penjaminan mutu pada tahun 2006, namun demikian implementasinya dilakukan

secara gradual. Dokumen utama dari penjaminan mutu (Kebijakan Akademik,

Standar Akademik, Peraturan Akademik dan manual Mutu) di tingkat universitas

sudah terbentuk dan disyahkan oleh senat universitas. Pelaksanaan penjaminan mutu

yang sistimatis, konsisten dan berkelanjutan tersebut mutlak dilakukan agar : (a)

Visi, misi dan Tujuan universitas dapat dicapai, (b) Kepentingan dan tuntutan para

pihak terkait atau pemangku kepentingan (stakeholders) dapat terpenuhi, (c)

Mematuhi dan memenuhi ketentuan peraturan dan undang undang terkait yang

berlaku.

Dalam hal kelembagaan, lembaga penjaminan mutu juga telah dibentuk

mulai dari tingkat universitas disebut Lembaga Pengembangan dan Penjaminan

Mutu Pendidikan (LP2MP), di tingkat fakultas ada Tim Penjaminan Mutu Fakultas

(TPMF) dan di tingkat program studi ada Gugus Pengendali Mutu (GPM),

91

sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak A, selaku Ketua LP2MP di tingkat

universitas:

Universitas Diponegoro melalui Lembaga Pengembangan dan Penjaminan

Mutu Pendidikan (LP2MP) menetapka standar yang akan menjadi tolak

ukur bagi pimpinan fakultas/jurusan/program studi maupun dosen. Standar

tersebut merupakan standar isi yang mencakup:

1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum.

2) Beban belajar.

3) Kurikulum.

4) Kalender akademik.

5) Evaluasi dan pengembangan kurikulum.

Dan di dalam pemenuhan standar isi tersebut, universitas juga telah

menyiapkan dokumen standar proses pembelajaran. Di dalam dokumen standar

proses pembelajaran ditetapkan standar mutunya yaitu:

1. Standar Perencanaan Proses Pembelajaran

2. Standar Pelaksanaan Proses Pembelajaran

3. Standar Pengawasan Proses Pembelajaran

Dalam penyelenggaraan pendidikan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis telah

mengembangkan sistem jaminan mutu yang implementasinya diemban oleh Tim

Penjaminan Mutu (TPM) di tingkat fakultas dan Gugus Pengendali Mutu (GPM) di

tingkat program studi dengan memberikan perhatian kepada mutu jasa pengajaran.

Dalam pelaksanaannnya, proses pembelajaran di fakultas dipandu oleh manual

prosedur atau yang disebut sebagai Standard Operating Procedure (SOP) sebagai

roadmap dalam setiap aktivitas dan kegiatan akademik. Lebih lanjut Bapak A selaku

Ketua Lembaga LP2MP menjelaskan:

Fakultas melalui Tim Penjaminan Mutu (TPM) menjadi alat kontrol yang

efektif bagi terlaksananya standar proses pembelajaran. Dengan standar

proses ini, fakultas sudah dapat memantau prestasi mengajar (IP) dosen.

Setiap program studi di fakultas juga telah berupaya untuk memberdayakan

92

sistem jaminan mutu yang tidak hanya terbatas pada proses pengajaran,

namun juga kepada darma penelitian dan program pengabdian kepada

masyarakat.

March dan Olsen (dikutip oleh Peters, 2000) menyatakan dalam institutional

theory dilandasi oleh suatu konsep bahwa setiap individu yang berada di lingkungan

institusi atau organisasi tertentu bertindak dan berperilaku sesuai dengan standar

normatif institusi tersebut. Sesuai dengan konsep Meyer (2010) mengenai old

institutional theory yang menekankan pada konsep bahwa ada aturan, norma,

standar yang dijunjung tinggi dan setiap individu dipandang sebagai bagian yang

menyatu dan terikat dengan nilai dan standar institusi tersebut. Meyer (2010) juga

menyebutkan bahwa instutusi menjadi suatu alat control yang efektif bagi actor di

lingkungan institusi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sistem jaminan mutu akan

sangat efektif diberdayakan sebagai bentuk pengendalian internal di Fakultas

Ekonomika dan Bisnis dan pembahasan ini juga sekaligus menjawab pertanyaan

nomor 1 yaitu mengenai bagaimana praktik dinamika good university governance

dalam membentuk intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis dan

pertanyaan nomor 2 terkait mengenai komponen intellectual capital yang ada di

Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Gambar berikut menunjukkan intisari hasil pembahasan terkait dengan

pertanyaan penelitian:

1. Bagaimana Good University Governance membentuk Intellectual Capital

pada Fakultas Eknomika dan Bisnis?

2. Apa sajakah komponen intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan

Bisnis?

93

3. Mengapa intellectual capital menjadi essential dalam perwujudan Fakultas

Eknomika dan Bisnis sebagai centre of academic excellence?

Gambar 4.3

Matriks Hasil Pembahasan Penelitian

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Visi, Misi

dan

Strategi

Tri Darma

Perguruan Tinggi

Human

Capital

Structural

Capital Relational

Capital

Intellectual Capital

Good University Governance

Transparancy Accountability Fairness

Responsiveness

94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini didasarkan pada institutional theory yang telah digrounded

oleh Meyer (2010) tentang perguruan tinggi sebagai suatu institusi. Institutional

Theory dilakukan melalui pencarian dan analisis secara mendalam tentang dinamika

university governace melalui prinsip-prinsip tata kelola yang baik dalam membentuk

intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Penelitian ini juga

memperluas pernyataan Meyer (2004) dalam menunjukkan bagaimana

pembentukan intellectual capital dilaksanakan melalui dinamika university

governance melalui setiap prinsip pengelolaan institusi yang baik dan efektif.

Observasi dan temuan baru tentang dinamika university governance dilaksanakan

dalam upaya mewujudkan pembentukan intellectual capital dan pengungkapan

intellectual capital di lingkungan Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Penelitian ini

memberikan implikasi pada bidang akuntansi keprilakuan khususnya mengenai

akuntansi sumber daya manusia dalam hubungannya dengan dinamika tata kelola

(university governance) yang baik dalam proses pembentukan intellectual capital di

Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Hasil penelitian menjelaskan dinamika good

university governance melalui praktik prinsip tata kelola yang baik yaitu

transparansi, akuntabilitas, kesetaraan dan kewajaran, dan kepedulian dilaksanakan

sebagai proses membentuk intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

Hasil penelitian ini juga memberikan pengetahuan baru tentang komponen-

95

komponen intellectual capital di Fakultas Eknomika dan Bisnis yang dituangkan

dalam bentuk visi, misi, RENSTRA dan kebijakan yang di-transparansikan melalui

dokumen Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal. Lebih lanjut, essensi

intellectual capital dalam perwujudan fakultas sebagai the centre of academic

excellence dilaksanakan melalui Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Gambar 5.1 berikut akan

menjelaskan intisari hasil pembahasan penelitian.

5.2 Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil temuan selama observasi dan depth interview serta

pembahasan sebagaimana telah disajikan pada bab 4, hasil penelitian ini

memberikan implikasi teoritis dan praktis sebagai berikut:

5.2.1 Implikasi Teoritis.

Implikasi teoritis hasil penelitian sebagai berikut:

1. Institutional theory memberikan penjelasan bagaimana mekanisme yang

dilalui organisasi berusaha menyelaraskan praktik dan karakteristiknya

dengan nilai-nilai dan budaya menjadi terlembaga dalam organisasi khusus.

2. Komponen intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan bisnis

memperkuat pernyataan Yolanda (2011) bahwa tujuan dari pengungkapan

intellectual capital di institusi perguruan tinggi terdiri dari 3 bagian

fundamental yang menjelaskan internalisasi strategi institusi melalui

indikator yang mengarah pada: (1) vision of the institution; (2) intangible

resources and activities; dan (3) system of indicators.

96

3. Pengelolaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang diselenggarakan melalui

prinsip akuntabilitas dari good university governance dapat meningkatkan

sustainability dan legitimasi fakultas sebagai badan/wadah layanan publik

dan stakeholders. Prinsip akuntabilitas pengelolaan ini memperkuat

institutional theory Meyer (2010) yang menyatakan bahwa institusi terbentuk

dari kompleksitas dan keberagaman fungsi, peran dan heterogenitas yang

menyatu di dalam satu wadah, yaitu institusi.

4. Good university governance dalam prinsip kesetaraan dan kewajaran

(fairness) mendukung keberhasilan produktivitas dan efektivitas kinerja

pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Prinsip kesetaraan

dan kewajaraan (fairness) ini memperkuat teori Parasmewaran dan Jothi

(2005) bahwa manusia merupakan sumber daya yang bernilai bagi

organisasi..

5. Fakultas Ekonomika dan Bisnis merespon dinamika university governance

melalui prinsip kepedulian (responsiveness) yang menjadikan fakultas

sebagai institusi yang dapat menjawab kebutuhan dan pertumbuhan dan

pengembangan knowledge. Praktik pengelolaan melalui prinsip

responsiveness ini mendukung institutional theory March dan Olsen (dikutip

dalam Peters, 2000) yang menyatakan bahwa institusi dapat bersifat adaptive

bila struktur, interaksi dan perubahan dalam sistem lingkungan juga semakin

kompleks.

6. Essensi intellectual capital di dalam proses perwujudan Fakultas Ekonomika

dan Bisnis sebagai centre of academic excellence dilaksanakan melalui

darma perguruan tinggi. Sejalan dengan visi Fakultas Ekonomika dan Bisnis

97

untuk menjadi centre of academic excellence, maka ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni merupakan intellectual capital bagi fakultas dalam

mewujudkan misi-nya yang pengungkapannya tertuang melalui Tri Darma

Perguruan Tinggi, yaitu darma pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat.

7. Proses pembentukan intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

memeperkuat teori Meyer (2010) mengenai peran perguruan tinggi sebagai

wadah yang dapat menjawab kebutuhan dan dinamika pertumbuhan dan

perkembangan knowledge. Proses perwujudan Fakultas Ekonomika dan

Bisnis sebagai centre of academic excellence dilaksanakan melalui darma

perguruan tinggi yang diselaraskan dengan praktik-praktik prinsip university

governance.

5.2.2 Implikasi Praktis

Implikasi kebijakan praktis hasil penelitian sebagai berikut:

1. Prinsip transparansi university governance di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh stakeholders terkait mengenai

intangible resources dan aktivitas fakultas dalam penyelenggaraan sistem

pendidikan tinggi. Pengungkapan intellectual capital ini tidak hanya

menyediakan informasi yang credible, namun pengungkapan intellectual

capital tersebut juga dapat menyediakan informasi akuntansi yang reliable

mengenai intangible resources dan aktivitas fakultas dalam penyelenggaraan

sistem pendidikan tinggi.

98

2. Intellectual capital pada institusi perguruan tinggi mengarah pada

internalisasi visi dan misi, RENSTRA dan kebijakan yang ditetapkan

fakultas.

3. Pengelolaan institusi yang diselenggarakan melalui prinsip akuntabilitas dari

good university governance dapat meningkatkan sustainability dan legitimasi

fakultas sebagai badan/wadah layanan publik dan stakeholders.

4. Good university governance dalam prinsip kesetaraan dan kewajaran

(fairness) mendukung keberhasilan produktivitas dan efektivitas kinerja

sumber daya manusia.

5. Dinamika university governance melalui prinsip kepedulian (responsiveness)

dapat dijadikan sebagai praktik tata kelola yang sehat dalam mewujudkan

fakultas sebagai institusi yang dapat menjawab kebutuhan dan pertumbuhan

dan pengembangan knowledge.

6. Proses perwujudan institusi perguruan tinggi dalam membentuk intellectual

capital dilaksanakan melalui darma perguruan tinggi yang diselaraskan

dengan praktik-praktik prinsip university governance.

5.3 Keterbatasan Hasil Penelitian

Oleh karena penelitian ini hanya menjelaskan fenomena dinamika dari satu

objek penelitian yaitu Fakultas Ekonomika dan Bisnis dan tidak mencakup seluruh

karakteristik fakultas-fakultas di lingkungan universitas, maka hasil penelitian

mengenai dinamika good university governance dalam proses pembentukan

intellectual capital ini tidak dapat digeneralisasikan.

99

5.4 Saran

Institutional theory digunakan sebagai sumber literatur dan sekaligus untuk

mencari langkah-langkah baru dari nilai informasi relevan kualitatif dan kontekstual,

yang seluruhnya penting dalam meningkatkan pemahaman mengenai pembentukan

intellectual capital melalui dinamika university governance. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat meningkatkan wilayah pemahanam dengan membantu

memberikan arahan dalam proses pembentukan intellectual capital melalui

dinamika prinsip good university governance, serta pengungkapan intellectual

capital di institusi perguruan tinggi.

Penelitian selanjutnya dapat menggali lebih mendalam dengan melakukan

perbandingan di antara beberapa institusi yang tergabung dalam satu wadah yaitu

perguruan tinggi. Pengembangan studi dilakukan dengan menggunakan kuesioner

yang berhubungan dengan mekanisme good university governance.

100

DAFTAR PUSTAKA

Altbach, P. G. (1997). Research on higher education: global perspectives. In J.

Sadlak & P. Altbach (Eds), Higher education research at the turn of the new

century: Structures, issues and trends. New York: Garland.

(1998). Comparative higher education: Knowledge, the university

and development. Hong Kong: Comparative Education Research Centre -

The University of Hong Kong.

Angiello, R. S. (1997). Organization theories and governance in higher education:

An analysis of the literature. Unpublished doctoral dissertation, Seton Hall

University.

Aristo, A.D., (2005). Good University Governance. http://aristodiga.blogspot.com/

2005/08/good-university-governance.html.

Assem, Dima and Sarah, (2008). Corporate Governance and Intellectual Capital:

Evidence from an Academic Institution. Corporate Governance. Emerald

Group. Vol.9 No. 2.

Bernadin, J & Roussell. (1998). Human Resource Management Second Edition.

New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Bontis, N. (2001), “Assessing knowledge assets: a review of the models used to

measureintellectual capital”, International Journal of Management Reviews,

Vol. 3 No. 1, pp. 41-60.

Cañibano, L., Sánchez, M.P. (2004). “Measurement, management and reporting on

intangibles.State of the art”. In Cañibano, L. and Sánchez, M.P. (Eds.)

Readings on Intangibles and Intellectual Capital. Publicaciones AECA,

Spain. Pp. 81-113.

Casio, F.W. (1998). Applied Psychology in Human Resource Management Fifth

Edition. USA: Prantice-Hall, Inc.

Chariri, Anis, (2006). “The Dynamic of Financial Reporting Pratice An Indonesia

Insurance Company: A Reflection of Javanese Views on An Ethical Social

Relationship.” Unpublished Thesis, PhD in Accounting University of

Wollongong, Australia

Creswell, J. W, (2003). Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed

Methods Approaches 2nd

Edition. Sage Publication Thousand Oaks, California

101

Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (2009). Handbook of Qualitative Research. India:

Sage Publication.

Edvisson, L.; Malone, M.S. (1997). Intellectual Capital. Realizing your company‟s

true value by finding its hidden brainpower. Harper Collins Publishers,

Inc.

Elena, S. (2004), “Knowledge management and intellectual capital in European

universities”, paper presented at workshop 101esponsiv by the Graduate

Programme “Entering the Knowledge Society” and the Institute for Science

and Technology Studies, Bielefeld University, Bielefeld, 11-13 November.

Erdogan, B., Kraimer, M.L., & Liden, R.C. (2001). Procedural Justice A Two

Dimentional Construct An Examination In The Performance Apraisal

Context. The Journal Of Applied behavioral Science. 37(2), 205 – 222.

European Commission (2005), Mobilising the Brainpower of Europe: Enabling

Universities to Make their Full Contribution to the Lisbon Strategy, COM

(2005) 152 Final, 20 April, European Commission, Brussels.

(2006), “Ricardis: Reporting Intellectual Capital to

Augment Research, Development and Innovation in SMEs. Report to

the Commission of the High Level Expert Group on Ricardis”

Faturochman. (2002). Keadilan: Perspektif Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Freeman, R. Edward. (1994). Strategic Management: A stakeholders

Approach. Boston.

Grant, R.M. (1996), „„Toward a knowledge based theory of the firm‟‟, Strategic

Management Journal, Vol. 17 No. 2, pp. 108-22.

Goldsmith and Berndtson (2002). “Teaching Challenges for Political Science in

Europe” European Political Science, Vol. 1, No. 3. Cited in Berndtson

(2003).

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika.

Johannes, (2003). University Governance in Indonesia, Based on the Bill of

Education Legal Entity, Ministry of National Education Directorate General

of Higher Education.

Ikatan Akuntan Indonesia (2009). Standar Akuntansi Keuangan, Edisi Revisi.

Jakarta: Salemba Empat.

102

Keenan, J. and Aggestam, M. (2001), „„Corporate governance and intellectual

capital: some 102esponsive102zations‟‟, Corporate Governance: An

International Review, Vol. 9 No. 4, pp. 259-75.

Kunami, 2007. Pelaksanaan Good Corporate Governance.

http://djajendra.blog.co.uk/2007/11/04/bekerja_dengan_kultur_good_corpora

te_gov~3242469

LAN dan BPKP (2000), Akuntabilitas dan Good Governance. Lembaga

Administrasi Negara. Jakarta.

Lapworth, S. (2004). Arresting decline in shared governance: Towards a flexible

model for academic participation. Higher Education Quarterly, 58 (4), 299-

314.

Lev., (2001). Intangibles: Management, Measurement, and Reporting. Washington,

DC: Brookings Institute.

Luthy, D. H. (1999). “Intellectual Capital and Its Measurement”. Symposium on

Measuring and Reporting Intellectual Capital: Experience, Issues, and

Prospects (pp. 1-18). Amsterdam: OECD.

Marr, B. (2005). Perspectives on Intellectual Capital. Multidisciplinary insights

into Management, Measurement and Reporting. Elsevier Inc.,Amsterdam.

Marr, B. and G. Roos (2005). “A strategy perspective on Intellectual Capital”. In

Marr, B. (Ed.) (2005). Perspectives on Intellectual Capital.

Multidisciplinary insights into Management, Measurement and

Reporting. Elsevier Inc., Amsterdam. Pp. 28-41.

Marshal, C., & Rossman, G. B. (1995). Designing Qualitative Research. California:

Sage Publication,. Inc.

Maykut, P., & Morehouse, R. (2005). Beginning Qualitative Research, Aphilosophic

and Practical Guide. London-Washington DC: The Falmer Press.

Meyer, John. W., (2010). World Society, Institutional Theories, and the Actor.Annu.

Rev. Sociol. 2010. 36:1–20 First published online as a Review in Advance

on February 19, 2010. Department of Sociology, Stanford University,

Stanford, California.

Miles, M. B., & Huberman, M. (1994). Qualitative Data Analysis: An Expanded

Sourcebook (2nd

ed.). California: Sage.

Moleong, J. L, (2005). Metodelogi penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda Karya,

Bandung.

103

Parasmewaran and Jothi (2005). Human Resource Accounting, Department of

Commerce, T.S.A.A.S.T College, Perur, Coimbatore, Tamil Nadu.

Pare, G., & Tremblay, M. (2004). The Impact of Human Resources Practices on IT

Personnel Commitment, Citizenship Behaviors and Turnover Intentions.

Social Justice Research, 17, 3 – 21.

Peters, B. Guy, (2000). Institutional Theory: Problems and Prospects. Department

of Political Science, Institute for Advanced Studies (IHS), Stumpergasse 56,

A-1060 Vienna.

Rachel et.al., (2005). Institutional Pressures On Public Organizations: An Empirical

Test Of Isomorphism. Paper for the Public Management Research

Association Conference, Los Angeles.

Ritchie, J., & Lewis, J. (2003). Qualitative Research Practice, A Guide For Social

Science Students and Researches. London, Thousand Oaks, New Delhi: Sage

Publications.

Roberts, H. (1999). “The control of intangibles in the knowledge-intensive firm”,

paper presented at the 22nd

Annual Congress of the European Accounting

Association, Bordeaux.

Sa´nchez, P. and Elena, S. (2006), “Intellectual capital in universities. Improving

transparency and internal management”, Journal of Intellectual Capital, Vol.

7 No. 4, pp. 529-48.

(2006), “The intellectual capital report of

universities. Guidelines for disclosing IC information”, PRIME-OEU

Methodological Guide, Observatory of the European University, pp. 223-51.

Scott, W. R. (1987). „The Adolescence of Institutional Theory‟. Administrative

Science Quarterly, 32, 493-511.

Scott, W. Richard. (2004), Contributing to a Theoretical Research Program. Chapter

prepared for Great Minds in Management: The Process of Theory

Development, Ken G. Smith and Michael A. Hitt, eds. Oxford UK: Oxford

University Press.

Shattock, M. (2006). Managing good governance in higher education. London:

Open University Press.

Soaib, Asimiran (2009). Governance of Public Universities in Malaysia,

Unpublished PhD Thesis, Faculty of Eductaion, University of Malaya.

104

Solomon, J.F., and Park, C. (2002). “The Role of Institutional Investors in Corporate

Governance Reform in South Korea: Some Empirical Evidence,” Corporate

Governance: An International Review, 10 (3), July: 211-224

Stake, R. (1995). The Art of Case Study Research. London: Sage.

Stewart, T.A. (1997), Intellectual Capital: The Wealth of Organizations, Currency

Doubleday, NewYork, NY.

Strauss, A., & Corbin, J. (1998). Basics of Qualitative Research: Techniques and

Procedures for Developing Grounded Theory, 2nd

ed. Thousand Oaks, CA:

Sage.

Sufean, Hussin (1995). National Priorities and Higher Education: The American

Model. Bentong: Asas Tunas Publications.

Warden, C. (2004), “New modes of self-description: universities reaction in a

changing environment”, paper presented at the workshop Towards a

Multiversity? Universities between National Traditions and Global Trends

in Higher Education, Bielefed,11-13 November.

World Bank (1992). Governance and Development, Worl Bank, Washington DC.

Yin, R. K, (2003). Case Study Research Design and Methosds 2nd

Edition. Sage

Publication, California.

Yolanda., Carmen., and Jose. (2007), “Intellectual capital management in Spanish

universities”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 8, pp. 732-48.

Yolanda., (2011), “Intellectual capital in Spanish public universities:

stakeholders‟ information needs”, Journal of Intellectual Capital, Emerald

Group Publishing Limited, Vol. 12 No. 3.

105

LAMPIRAN I

DAFTAR PERTANYAAN

Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang akan diajukan pada saat

wawancara. Daftar ini merupakan pengembangan dari perumusan masalah yang

telah dirumuskan oleh peneliti:

1. Apakah yang dapat dilakukan oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis untuk

meningkatkan intellectual capital?

2. Apakah yang menjadi sumber modal utama bagi fakultas?

3. Dalam visi-nya disebutkan bahwa pada tahun 2020, Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Univeristas Diponegoro menjadi salah satu fakultas Ekonomika dan

Bisnis terkemuka dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Mengapa pada tahun 2020 dan apa sajakah upaya yang sudah dilakukan?

4. Bagaimana Fakultas Ekonomika memandang intellectual capital sebagai

modal utama dalam mencapai wujud fakultas sebagai centre of academic

excellence?

5. Bagaimana rasionalitas university governance membentuk intellectual

capital di lingkungan Fakultas Ekonomika dan Bisnis?

6. Bagaimana pula prinsip-prinsip governance seperti transparansi,

responsivitas, akuntabilitas dan kewajaran dapat diterapkan dalam

memberdayakan intellectual capital?

7. Apakah sistem renumerasi berhasil di dalam perwujudannya dan bagaimana

evaluasi renumerasi yang dilakukan bagi para karyawan?

8. Benarkah renumerasi merupakan wujud university governance yang gagal

diterapkan di fakultas? Jika ya/tidak, apakah alasannya?

9. Apakah masih ditemukan tindak penyelewengan seperti korupsi, budaya

malas dan kelalaian dalam melaksanakan tugas pada karyawan?

10. Apakah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Fakultas dan bagaimana

mempertahankan kerjasama?

106

11. Bagaimana wujud Tri Darma Perguruan Tinggi di lingkungan fakultas?

12. Bagaimana wujud university governance dalam hal Quality Assurance di

lingkungan fakultas?

13. Apakah sistem pengendalian kinerja telah berfungsi secara efektif sebagai

bentuk monitoring university governance?

14. Bentuk-bentuk kegiatan apa sajakah yang dilakukan oleh fakultas di dalam

menunjang kreativitas dan keterampilan mahasiswa?

15. Bagaimana upaya yang dilakukan Fakultas di dalam menjaga reputasinya

sebagai wadah pembentukan kaum intelektual bangsa?

107

Lampiran II

Hasil Interview di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

No Research Question

Hasil Wawancara

Jawaban Informan Jabatan Tanggal

1 Bagaimana Good

University Governance

membentuk Intellectual Capital pada Fakultas

Eknomika dan Bisnis?

Transparansi:

- Fakultas Ekonomika dan Binis

mewujudkan pengelolaan transparansi keuangan dengan mendasarkan pada

anggaran yang dituangkan dalam Rapat

Anggaran Tahunan yang telah ditetapkan. - Mekanisme transparansi juga diwujudkan

melalui keterbukaan informasi bagi

stakeholders mengenai posisi dan

pengelolaan dan kondisi riil di lingkungan fakultas.

- Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai

bagian dari lembaga pendidikan tinggi yang otonom dituntut untuk terbuka dan

menjamin akses terhadap berbagai

informasi mengenai proses kebijakan, pembelajaran, aktivitas pendukung,

pemantauan dan pelaksanaan evaluasi

terhadap pelaksanaan kebijakan dan

segala kegiatan pendukung lainnya.

Akuntabilitas

- Mekanisme pengelolaan keuangan yang benar melalui sistem akuntabilitas

penyelenggaraan keuangan di Fakultas

Ekonomika dan Bisnis dengan

melibatkan setiap individu untuk berpartisipasi di dalam penyusunan

anggaran Sebagai upaya meningkatkan

penyelenggaraan university governance yang otonom.

- Dalam kegiatan akademik, Fakultas

Ekonomika dan Bisnis melaksanakan mekanisme Monitoring dan Evaluasi

proses pembelajaran dengan tetap

mengacu pada penyelenggaraan

pendidikan dan proses belajar mengajar. - Pengelolaan akuntabilitas dalam bidang

administrasi dilaksanakan dengan

menerapkan pendistribusian tugas (job

Dekan

Ketua PPA

(Pendidikan Profesi

Akuntansi)

Dekan

Ketua LP2MP

Kepala Tata Usaha

3 April 2012

(14:10 WIB)

27 Maret 2012

(11:00 WIB)

3 April 2012 (14:10 WIB)

2 April 2012

(13:25 WIB)

19 Maret 2012

(12:52 WIB)

108

description) ke semua sub bagian secara

proporsional namun tetap disertai dengan pengawasan.

- Fakultas memastikan bahwa tidak ada

pekerjaan yang tumpang tindih dan tidak

ada personil yang tanpa tugas atau menganggur. Sebelum mendistribusikan

tugas kepada semua unit kerja, fakultas

terlebih dahulu mengorganisir tanggung jawab kepada beberapa bagian sesuai

dengan bidang kajian yang ditangani oleh

setiap pengelolanya.

- Koordinasi dari Kasubag ke pegawai memberikan motivasi bagi pegawai untuk

lebih meningkatkan kualitas pelayanan

akademik kepada mahasiswa.

Kesetaraan Dan Kewajaran

- Pegawai yang telah diberikan job decription di setiap sub bagian

memahami dengan jelas fungsi dan

tugasnya dan bertanggung jawab

sepenuhnya kepada Kasubag masing-masing.

- Dalam menjamin kewajaran dalam

pelaksanaan dan sistem remunerasi, perlu ditetapan mekanisme yang berkaitan

dengan penetapan reward dan

punishment. - Dosen tidak bersikap diskriminatif baik

dalam hal memberikan pengajaran

maupun penilaian kepada mahasiswa.

Kepedulian

- Fakultas Ekonomika dan Bisnis bersikap

tanggap dan merespon perkembangan akuisisi ilmu pengetahuan dalam bentuk

knowledge management.

- Fakultas Ekonomika dan Bisnis harus

mau menuntut dirinya sendiri untuk memenuhi tuntutan stakeholders-nya dan

perubahan lingkungan.

- Dalam bidang akademik, Fakultas Ekonomika dan Bisnis juga berupaya

secara proaktif untuk mengetahui

keinginan/kebutuhan stakeholders. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan

keterlibatan mahasiswa dalam proses

pembelajaran, tidak sekedar membuat

mereka aktif dalam proses belajar, tetapi mereka diberi kesempatan dalam

Kasubag Akademik

Pegawai Akademik

Kepala Tata Usaha

Kepala Tata Usaha

Mahasiswa

Ketua Jurusan

Manajemen

Ketua Jurusan

Manajemen

Ketua Jurusan Manajemen

19 Maret 2012

(14:30 WIB)

19 Maret 2012 (15.35 WIB)

19 Maret 2012 (12:52 WIB)

19 Maret 2012

(12:52 WIB)

28 Maret 2012

(13:35 WIB)

22 Maret 2012

(09:32 WIB)

22 Maret 2012

(09:32 WIB)

22 Maret (09:32 WIB)

109

menentukan aktivitas belajar yang akan

dilakukan bersama-sama dengan para pengajarnya

- Kemampuan Fakultas Ekonomika dan

Bisnis untuk bertahan sangat ditentukan

oleh kemampuan-nya untuk berubah, beradaptasi denganperubahan lingkungan

dan memprediksi perubahan potensial

yang terjadi di masa mendatang. - Fakultas tidak hanya sekedar mengetahui

kebutuhan pengembangan kreativitas

mahasiswa, namun juga merespon dan

bersikap proaktif dengan mendukung penyelenggaraan yang diselenggarakan

oleh mahasiswa yang ingin mandiri

dalam berwirausaha. - Keterlibatandalam ajang penyelenggaraan

entrepreneurship menumbuhkembangkan

semangat untuk menjadi wirausahawan muda.

- Pengajar (dosen) tidak hanya memahami

materi kuliah sebatas konteks dan teori

semata, namun para staf pengajar (dosen) tersebut dituntut untuk produktif dalam

mengembangkan profesionalitas-nya.

- Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai sarana dan proses pembelajaran yang

menyenangkan.

- Fakultas Ekonomika dan Bisnis menjawab dinamika kompleksitas

pertumbuhan dan perkembangan

knowledge dengan penyelenggaraan

darma perguruan tinggi melalui kegiatan penelitian dan untuk meningkatkan

kualitas penelitian yang memiliki inovasi

dan aplikatif, fakultas menyediakan berbagai aktivitas dan infrastruktur

penunjang yang baik.

Senat

Mahasiswa

Mahasiswa

Dosen

Kepala Tata Usaha

20 Maret 2012

(09:32 WIB)

28 Maret 2012

(16:05 WIB)

29 Maret 2012

(12.30 WIB)

21 Maret 2012

(09:18 WIB)

19 Maret 2012 (12:52 WIB)

2 Apa sajakah komponen

intellectual capital di Fakultas Ekonomika

dan Bisnis?

- Intellectual capital di Fakultas

Ekonomika dan Bisnis mengarah pada internalisasi visi dan misi, RENSTRA

dan kebijakan yang ditetapkan fakultas.

- Intellectual capital di Fakultas Ekonomika dan Bisnis merupakan upaya

untuk meningkatkan university

governance yang mengacu pada:

1. Memberikan informasi mengenai internalisasi visi, misi, strategi dan upaya

pencapaiannya.

2. Memberikan informasi mengenai intangible assets berupa setiap aktivitas

Ketua PPA

(Pendidikan Profesi Akuntansi)

Dekan

27 Maret 2012

(11:00 WIB)

3 April 2012 (14:10 WIB)

110

dan kinerja yang diwujudkan melalui Tri

Darma Perguruan Tinggi.

3 Mengapa intellectual capital menjadi

essensial dalam

perwujudan Fakultas Ekonomika dan Bisnis

sebagai centre of

academic excellence?

Intellectual capital menjadi essential (penting) dalam perwujudan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis sebagai centre of

academic excellence dikarenakan fakultas berupaya untuk mencapai penciptaan sumber

daya manusia yang mempunyai kemampuan

akademik, profesionalisme dan

kepemimpinan, serta tanggap terhadap kebutuhan ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni dan bentuk esensi intellectual capital

Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai centre of academic excellence dilaksanakan

melalui Tri Darma Perguruan Tinggi.

Darma Pengajaran

- Setiap proses pembelajaran yang

diberikan bukan hanya bertujuan untuk

membekali mahasiswa/i didik dengan knowledge, namun proses pembelajaran

tersebut mempersiapkan mahasiswa/i

untuk menjadi lulusanberkualitas. - Fakultas membangun jembatan antara

fakultas dengan dunia internasional

dengan memfasilitasi kegiatan student exchange yang bertujuan untuk

memperkaya mahasiswa/i dengan

knowledge dan untuk meningkatkan

collaboration research dan publication. - Fakultas Ekonomika dan Bisnis memiliki

staf pengajar (dosen) dengan kualifikasi

pendidikan yang sangat baik dan sangat potensial untuk dikembangkan lebih

lanjut. Dosen menjadi tumpuan utama

dalam upaya mewujudkan darma

perguruan tinggi. - Proses penyebarluasan dan pembentukan

knowledge berada pada tugas dan fungsi

dosen sebagai sumber resources di fakultas.

- Dosen ialah sumber ilmu karena dosen

merupakan fasilitator dalam media pembelajaran bagi mahasiswa. Fasilitator

berarti bahwa dosen menempatkan dirinya

mitra belajar yang baik bagi mahasiswa.

- Dosen bersikap proaktif dan responsive di dalam menanggapi setiap pertanyaan dan

tanggapan terkait pembelajaran.

- Dosen selalu dapat memberikan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan

Dosen

Dekan

Dekan

Dekan

Dosen

Mahasiswa

Mahasiswa

2 April 2012

(15:56 WIB)

3 April 2012

(14:10 WIB)

3 April 2012

(15:10 WIB)

3 April 2012

(15:10 WIB)

2 April 2012

(15:56 WIB)

30 Maret 2012 (16:05 WIB)

28 Maret 2012 (14:50 WIB)

111

mahasiswa/i di dalam proses belajar di

kelas. - Dosen tidak bersikap diskriminatif baik

dalam hal memberikan pengajaran maupun

penilaian kepada mahasiswa.

Darma Penelitian

- Fakultas memfasilitasi dengan

memberikan layanan internet di dalam mempermudah mahasiswa untuk

mengakses jurnal berskala internasional.

- Menumbuhkembangkan suatu academic

atmosphere melalui penelitian-penelitian yang terstruktur dan terorganisir dengan

baik dan member kebebasan akademik

melalui berbagai bentuk aktivitas dan infrastruktur yang baik.

- Keterlibatan mahasiswa/i pada berbagai

program penelitian sangat mendukung proses pembelajaran dan khususnya

peningkatan soft skills.

- Mahasiswa saat ini pun sudah banyak

terdorong untuk terlibat dalam kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah dan

hal itu juga sangat membantu mahasiswa

dalam kegiatan proses belajar. - Kreativitas mahasiswa dalam berbagai

program penelitian ini dilaksanakan untuk

memenuhi aturan Menteri Pendidikan mengenai upaya meningkatkan darma

penelitian.

Darma Pengabdian Masyarakat - Knowledge management itu ialah

mekanisme pembelajaran yang tidak hanya

sebatas ilmu atau konsep metodologi namun juga merupakan suatu applied

science dalam upaya mensukseskan dan

mengembangkan masyarakat dan

lingkungan. - Keterlibatan mahasiswa secara langsung

dalam setiap program pengabdian kepada

masyarakat ini adalah salah satu cara mengaktualisasikan soft skills dan sebagai

transfer of knowledge untuk terlibat dalam

program pengembangan masyarakat.

Mahasiswa

Dekan

Ketua Jurusan

Manajemen

Mahasiswa

Alumni

Alumni

Ketua Jurusan

Manajemen

Alumni

29 Maret 2012

(14:24 WIB)

3 April 2012

(15:10 WIB)

22 Maret 2012

(09:00 WIB)

28 Maret 2012

(15:43 WIB)

26 Maret 2012

(09:19 WIB)

27 Maret 2012

(09:00 WIB)

22 Maret 2012

(09:00 WIB)

27 Maret 2012

(09:00 WIB)

112

Lampiran III

Hasil Dokumentasi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

No Research Questions Dokumentasi

1

2

3

Bagaimana Good University

Governance membentuk Intellectual

Capital pada Fakultas Eknomika dan

Bisnis?

Apa sajakah komponen intellectual

capital di Fakultas Ekonomika dan

Bisnis?

Mengapa intellectual menjadi essensial

dalam perwujudan Fakultas Ekonomika

dan Bisnis sebagai centre of academic

excellence?

1. Buku Pedoman Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Diponegoro.

2. Salinan Buku Kontrol Absensi

Pegawai Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Diponegoro.

3. Sertifikat Akreditasi BAN PT

Program Studi Manajemen

4. Sertifikat Akreditasi BAN PT

Program Studi Akuntansi

5. Sertifikat Akreditasi BAN PT

Program Studi IESP

6. Kebijakan Sistem Pengendalian

Mutu Internal Universitas

Diponegoro

Lampiran IV

Hasil Observasi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

No Observasi Tanggal

1

2

3

4

5

6

7

8

Sarana pembelajaran sudah menggunakan

infokus dan komputer.

Pembelajaran didukung oleh sarana teknologi

informasi yang canggih seperti internet dan e-

learning.

Ruangan kelas yang ber-AC dan sangat nyaman

Perpustakaan yang lengkap dengan buku-buku

referensi dan sangat nyaman.

Laboratorium yang memadai.

Ruang tunggu yang nyaman

Toilet yang bersih dan rapi.

Tempat parkir yang luas dan nyaman

19 Maret - 9 April 2012

19 Maret – 9 April 2012

19 Maret – 9 April 2012

28 Maret – 9 April 2012

30 Maret – 4 April 2012

14 Maret – 9 April 2012

30 Maret 2012

20 Maret 2012

113

Lampiran V

Daftar Nama Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang Menulis Buku

NO NAMA DOSEN JUDUL PENERBIT TH

1 Drs. Fuad Mas'ud,

MIR.

- Menggugat Manajemen ( BARAT )

- Survai Diagnosis Organisasional: Konsep &

Aplikasi - 40 Mitos Manajemen Sumber Daya Manusia

- Essentials Of English Grammar A Practical

Guide

BP UNDIP

BP UNDIP

BP UNDIP

BPFE, Yogya

2008

2004

2002

1992

2 Endang Kiswara,

SE, MSi, Akt

- Strategi Perencanaan Pajak, ed.4

- Buku Ajar: Akuntansi Perpajakan

- Konsep & Aplikasi Perpajakan Indonesia

BP UNDIP

BP UNDIP BP UNDIP

2009

2009 2005

3 Firmansyah, SE,

MSi

- Operasi Matrix dan Analisis Input-Output (l-

O) untuk Ekonomi

BP UNDIP 2006

4 Prof. Dr. Purbayu BS, MS

- Politik Beras dan Beras Politik

- Sistem Keuangan Pusat dan Daerah

- Analisis Statistik dengan Microsoft Excel &

SPSS - Statist Teori dan Aplikasi dengan Program

MS. Excel & SPSS Versi 11

BP UNDIP Universitas

Terbuka,

Jakarta Andi Offset,

Yogya

BPUNDIP

2010 2008

2005

2003

5 Prof. Dr. Augusty

Tae Ferdinand,

MBA

- Metode Penelitian Manajemen: Pedoman

Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan

Disertasi Ilmu Manajemen, ed. 2 - Structural Equation Modeling Dalam

Penelitian Manajemen: Aplikasi Model-model

Rumit Dalam Penelitian Untuk Tesis Magister

dan Disertasi Doktor, ed. 4 - Strategic Selling-In Management: Sebuah

Pendekatan Pemodelan Strategi, ed. 3

- Structural Equation Modeling Dalam

Penelitian Manajemen: Aplikasi Model-model

Rumit Dalam Penelitian Untuk Tesis Magister dan Disertasi Doktor, ed. 3

- Sustainable Competitive Advantage: Seri

Pustaka Kunci 03/2003, ed.2

BP UNDIP

BP UNDIP

BP UNDIP

BP UNDIP

BP UNDIP

2006

2006

2005

2004

2003

6 Prof. Dr. FX.

Sugiyanto, MS & prof. Dr. H. Imam

Ghozali, M.Com,

phD, Akt

- Anatomi Ekonomi Politik Indonesia, ed.1

- Meneropong Hitam Putih Pasar Modal

BP UNDIP &

LSKE Gama Media

2007

2002

7 Prof. Dr. H. imam

Ghozali, M.Com,

PhD, Akt & Anis

Chariri, SE, M.Com, Akt, PhD

- Teori Akuntansi, ed. 3 BP UNDIP 2007

114

8 Prof. Dr. H. Imam

Ghozali, M.Com,

PhD, Akt

- Analisis Multivariate Lanjutan Dengan

Program SPSS, ed. 1

- Generalized Structure Component Analysis

(GSCA): Model Struktural Berbasis Komponen

- Structural Equation Modeling: Metode

Alternative dengan Partial Least Square (PLS),

ed.2 - Model Persamaan Struktural: Konsep dan

Aplikasi dengan Program AMOS ver.16.0

- Analisis Multivariate Lanjutan Dengan

Program SPSS, ed. 1

- Aplikasi Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS, cet. 4

- Manajemen Risiko Perbankan: Pendekatan

Kuantitatif Value at Risk (VaR)

- Structural Equation Modeling: Metode

Alternative dengan Partial Least Square (PLS) - Structural Equation Modeling: Teori, Konsep

& Aplikasi dengan Program LISREL 8.54

- Aplikasi Multivariate Lanjutan dengan

Program

SPSS, ed. 3 - Akuntansi Keperilakuan: Konsep dan Kajian

Empiris Perilaku Akuntan

- Model Persamaan Struktural: Konsep dan

Aplikasi dengan Program AMOS ver.5.0

- Statistik Non-Parametrik - Pokok-Pokok Akuntansi Pemerintahan

BPUNDIP

BP UNDIP

BPUNDIP

BPUNDIP

BP UNDIP

BP UNDIP

BP UNDIP

BP UNDIP

BP UNDIP

BPUNDIP

BP UNDIP

BP UNDIP

BP UNDIP

BP UNDIP

2009

2008

2008

2008

2006

2007

2007

200G

2006

2005

2005

2005

2002

1993

9 Prof. Dr. H. Imam

Ghozali, M.Com,

PhD, Akt & Dwi

Ratmono, SE,MSi, Akt

- Akuntansi Keuangan Daerah Pemerintah Pusat

(APBN) dan Daerah (APBD): Sesuai dengan

Perundang-undangan Terbaru

BP UNDIP 2008

10 Prof. Dr. H. Arifin

Sabeni,M.Com.

(Hons),Akt & Prof. Dr. H. Imam

Ghozali, M.Com,

PhD, Akt

- Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, ed. Revisi

- Pokok-Pokok Akuntansi Pemerintahan, ed. 3

- Pokok-Pokok Akuntansi Lanjutan, ed. 3

- Pokok-Pokok Akuntansi Pemerintahan, ed. 4

- Akuntansi lanjutan 1: Ikhtiar Teori dan Soal

Jawab, v. 1 - Akuntansi Lanjutan II: Ikhtiar Teori dan Soil

Jawab, v. 2

Liberty,

Yogya BPFE

Liberty, Yogya BPFE

BPFE

BPFE

2008

2003

2002 2001

1992

1986

11 Dr. H. Abdul

Rohman, MSi,Akt; Warsito Kawedar

,SE, MSi.Akt & Rr.

Sri Handayani, SE,

MSi,Akt

- Akuntansi Sektor Publik: Pendekatan

Penganggaran Daerah dan Akuntansi

Keuangan Daerah - Akuntansi Sektor Publik I dan II

BP UNDIP

BPUNDIP

2008

2008

12 Drs.H. Mustafa

Kamal MM & Drs.

H, Rahardjo, MSi,

- Pengantar Ekonomi Perusahaan

- Evaluasi Proyek: Keputusan Investasi

BPUNDIP

BPUNDIP

1987

1985

115

Akt

13 Drs. Ign.

Sukamdiyo & Drs. Mugihardjo

- Akuntansi Keuangan intermediate III, v.3

- Dasar – dasar Akuntansi I

BPUNDIP

BPUNDIP

2000

1982

14 Drs. Ign.

Sukamdiyo

- Manajemen Koperasi: Pasca UU No. 25 Th.

1982

- Ekonomi Koperasi

- Akuntansi Harga Pokok 1

BPUNDIP

Erlangga BPUNDIP

1997

1996 1995

15 Drs. Daljono, MSi, Akt

- Akuntansi Biaya, ed. 3

- Akuntansi Biaya, ed. 2

BPUNDIP BP UNDIP

2009 2004

16 Drs. Nugroho SBM, MSP

- Menyibak Wajah Otonomi Daerah LKSE 2003

17 Anis Chariri, S.E,

M.Com, Ph.D, Akt - The Dynamic of Financial Reporting

Pratice in An Indonesia Insurance

Company: A Reflection of Javanese Views

on An Ethical Social Relationship.

VDM Verlag,

Jerman

2009

18 Herry Laksito, SE,

M.AdvAcc, Ak;

Johar Arifin

- Perhitungan Dan Pelaporan Spt Tahunan

Wajib Pajak Orang Pribadi

PT Elex Media

Komputindo,

Jakarta

2008

19 Endang Fatmawati, S.S., S.Sos., M.Si

- The Art of Library BPUNDIP 2011