tgs epi dfsddfas

Upload: ganda

Post on 15-Oct-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dcdavdvadvadvadvadsvasvdavsdvasvasvasvasvasvsavasvdsavasvdsvsavdsvsavsavsavdsavdsvsavdsavasvdvasvdsavsvsavsavsavasvsdavdsavasvvdsdavsvdsavdsasvdsavasdvsvs

TRANSCRIPT

Nama: Ganda AtmajaNIM: 120910101054

Kebijakan Ekonomi Anti Dumping Pemerintah IndonesiaPerdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perhatian dunia usaha terhadap kegiatan ekonomi internasional juga semakin meningkat, hal ini terlihat dari semakin berkembangnya arus peredaran barang, jasa, modal dan tenaga kerja antar negara. Kegiatan ekonomi internasional dapat terjadi melalui hubungan ekspor impor, investasi, dan waralaba. Semakin pesatnya perdagangan internasional juga diiringi juga dengan munculnya perdagangan bebas didalamnya. Keikutsertaan suatu negara dalam perdagangan bebas mendorong industri dalam negeri untuk bersaing, baik di dalam negeri sendiri maupun di pasar ekspor. Namun bagaimana jika melihat Indonesia dalam keikutsertaannya dalam perdagangan bebas ?. Hal ini justru menjadi sebuah problem besar bagi Indonesia karena kemampuan produk Indonesia dari segi kualitas maupun kuantitas masih dirasa lemah dan belum dapat bersaing dengan produk luar.Salah satu permasalahan yang dialami oleh Indonesia dalam perdagangan internasional adalah praktik dumping (penjualan barang impor di bawah harga normal produk domestik). Hal ini terjadi karena membanjinya produk-produk impor dengan harga penjualan jauh lebih murah dari harga barang dalam negeri, sehingga akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing yang pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, dan selanjutnya akan muncul dampak ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja, terjadinya pengangguran serta bangkrutnya industri barang sejenis dalam negeri.Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan upaya perlindungan terhadap industri dalam negeri melalui penerapan ketentuan anti dumping, baik secara Internasional maupun nasional. Penerapan ketentuan anti dumping dalam tata hukum Indonesia sangat esensial, karena Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat strategis sebagai market bagi produk impor, hal ini menjadi salah satu penyebab banyaknya produk impor yang beredar di Indonesia yang penjualannya dengan cara dumping. Oleh karena itu dalam perdagangan internasional praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor kegiatan tersebut dapat menimbulkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis.Dalam kaitannya dengan permasalahan diatas, salah satu contoh kebijakan anti dumping yang dilakukan Indonesia adalah kebijakan pemerintah terhadap komoditi baja, yang mana berdasarkan Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.011/2011 yang menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia akan memberlakukan bea masuk anti dumping (BMAD) atas impor baja jenis hot rolled coil (baja canai panas/HRC) dari Republik Korea dan Malaysia. Peraturan tersebut berlaku sejak 7 Februari 2011 dan akan berlaku selama lima tahun.Pemberlakuan BMAD ini dilakukan terkait hasil pernyelidikan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) bahwa terdapat bukti bahwa impor Hot Rolled Coil secara dumping dari kedua negara itu yang menyebabkan kerugian (injury) terhadap industri dalam negeri dan hubungan kausal antara dumping dengan kerugian yang dialami industri dalam negeri.BMAD ini akan dikenakan pada produk impor HRC Korea dan Malaysia. Diantaranya:1. Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dengan pola reliefpos sebagaimana dimaksud pada tarif 7208.10.00.00.2. Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dengan ketebalan 4,75 mm atau lebih, sebagaimana dimaksud pada pos tarif 7208.25.10.00.3. Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dengan ketebalan 4,75 mm atau lebih, tidak untuk dicanai ulang, sebagaimana dimaksud pada pos tarif 7208.25.90.00.4. Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dengan ketebalan 3 mm atau lebih, tetapi kurang dari 4,75 mm sebagaimana dimaksud pada pos tarif 7208.26.00.00.5. Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dengan ketebalan kurang dari 3 mm, sebagaimana dimaksud pos tarif 7208.27.00.00.6. Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dengan ketebalan melebihi 10 mm, sebagaimana dimaksud pada pos tarif 7208.36.00.00.7. Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dengan ketebalan 4,75 mm atau lebih tetapi tidak melebihi 10 mm, sebagaimana dimaksud pada pos tarif 7208.37.00.00.8. Selain itu, produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dengan ketebalan 3 mm atau lebih tetapi kurang dari 4,75 mm, sebagaimana dimaksud pada pos tarif 7208.38.00.00.9. Juga produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dengan ketebalan kurang dari 3 mm, sebagaimana dimaksud pada pos tarif 7208.39.00.00.10. Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan, dengan lebar 600 mm atau lebih, dicanai panas, tidak dipalut, tidak disepuh atau tidak dilapisi, dalam gulungan sebagaimana dimaksud pada pos tarif 7208.90.00.00.Semua perusahaan dari Korea Selatan kecuali Hyundai Steel Company,POSCO, Dongkuk Industries Co, dan Hyundai HYSCO akan dikenai bea masuk anti dumping dengan besar tarif 3,8 %. Dan untuk perusahaan Malaysia adalah perusahaan Megasteel Sdn Bhd, dan perusahaan lainnya dengan besar tarif BMAD 48,4 persen. Pengenaan BMAD itu merupakan tambahan bea masuk yang dipungut berdasarkan skema tarif Bea Masuk Preferensi untuk eksportir dan/atau produsen pada perusahaan yang berasal dari negara-negara yang memiliki kerjasama perdagangan dengan Indonesia.Dalam hal skema tarif Bea Masuk Preferensi itu tidak terpenuhi, BMAD itu merupakan tambahan bea masuk yang dipungut berdasarkan Bea Masuk Umum/Most Favoured Nation.Berdasarkan kebijakan pemerintah diatas yang menyebabkan pemerintah melakukan kebijakan tersebut tidak lain dikarenakan bahwa produk dalam negeri yang serupa masih belum bisa bersaing dengan produk luar negeri yang serupa tetapi dengan harga yang lebih murah. Adanya perbedaan harga inilah yang dikhawatirkan justru akan menggerus produk produk dalam negeri yang serupa. Dengan pemeberlakuan bea tarif terhadap barang yang serupa merupakan langkah yang pasti dalam melindungi produk dalam negeri. Meskipun banyak juga contoh contoh lain yang serupa, namun dengan melihat contoh diatas sudah cukup mewakili bagaimana dan mengapa pemerintah mengambil suatu kebijakan khususnya mengenai kebijakan anti dumping. Pemerintah tidak akan melakukan kebijakan anti dumping jika produk produk domestik di negaranya sudah kuat untuk bersaing dengan produk luar negeri begitu juga sebaliknya. Kebijakan anti dumping yang dilakukan pemerintah pada dasarnya dalam rangka melindungi produk produk dalam negeri itu sendiri. Hal ini berlaku untuk semua produk tidak hanya komoditi baja seperti contoh diatas. Selain itu kondisi produk produk dalam negeri inilah yang menjadi faktor domestik mengapa pemerintah mengambil kebijakan anti dumping.