tgs hiperkes 2015 - copy
DESCRIPTION
n bnhvhfchgcfghvhTRANSCRIPT
KUNJUNGAN HIPERKES DAN K3 TENTANG HIGIENE INDUSTRI PADA PT. KARMA MANGGALA YUDHA
KELOMPOK 1
DI SUSUN OLEH :1. dr. Agung Alit D.K.2. dr. Andri Changat3. dr. Genni Putrianti4. dr. Ni Putu Indra Dewi5. dr. Indri Septiany Utami6. dr. Pramita Yuli Andini7. dr. Giovanni Duandino8. dr. Christopher R.P. Siagian9. dr. Siti Nasirah Binti A.S.10. dr. Ayu Ningtyas Nugroho
PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA
PERIODE 8 Juni 2015 - 15 Juni 2015
JAKARTA
BAB IPENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
bebas dari pencemaran lingkungan yang bertujuan agar produktivitas tenaga kerja
meningkat sesuai Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian material bagi pekerja dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu
proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya
berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu perlu dilakukan upaya yang nyata
untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja secara maksimal.
Perkembangan nasional disektor industri sekarang ini berkembang semakin pesat
sejalan dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi ini telah mendorong
meningkatnya penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi ini telah
mendorong meningkatnya penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi
modern dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi. Di satu pihak perkembangan
industri ini memberikan dampak yang positif dengan terciptanya lapangan pekerjaan
yang lebih luas. Namun, akibat percepatan proses industrialisasi dengan sendirinya
akan memperbesar risiko bahaya yang terkandung dalam industri, timbulnya Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan potensi kecelakaan kerja semakin besar.
Sedangkan Kesehatan Kerja sendiri mempunyai pengertian spesialisasi dalam
ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun
sosial, dengan usaha-usaha promotif, preventif dan kuratif terhadap penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Higiene perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar
suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Pada tanggal 11 Juni 2015, kami telah melakukan kunjungan ke PT. KARMA
MANGGALA YUDHA yang bergerak di bidang pembangunan untuk melakukan
studi banding dan pengamatan higiene industri terhadap hazard dan manajemen
higiene serta penerapannya di lingkungan kerja PT. KARMA MANGGALA
YUDHA.
1.2. DASAR HUKUM
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengetahui
Higiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
4. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan
Kebersihan Serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
5. Permennakertrans No.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Kimia di Tempat Kerja.
6. Kepmen RI No. 187/MEN/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.
7. Permen Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan dalam Tempat Kerja.
1.3. PROFIL PERUSAHAAN
Nama Perusahaan : PT. Karma Manggala Yudha
Awal Tahun Berdiri : 1983
Memulai Produksi : 1983
Diresmikan : 1983
Lokasi: Jl. Jendral Ahmad Yani Kav. 49 Jakarta Pusat
Jumlah Pekerja : 600 pekerja lepas kontrak
Sektor Usaha: Sipil, arsitektur, mechanical, dan electrical serta proyek-proyek
High Rise Building seperti apartement dan lain-lain.
Jam Kerja : 08:00 – 16:00 WIB disertai waktu lembur yang dibagi 2 shift di
luar jam kerja
Asuransi Pegawai : BPJS ketenagakerjaan
Kelembagaan P2K3 : Saat ini belum ada akan tetapi hanya terdapat petugas
safety.
1.4. ALUR PRODUKSI
Penyerahan lahan
Pengukuran lahan
Penggalian dan penanaman pondasi
Pengecoran dan pembangunan struktur
Finishing dan pemasangan hydrant
Kembali ke pihak developer
1.5 LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya
yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif
& kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya
dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta lebih
lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari
akibat bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang menjadi
ruang lingkup higiene industri diantaranya adalah:
1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah
B. FAKTOR BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA
1. Faktor Fisika
a. Suara Bising
Bising adalah bunyi yang tidak disukai, mengganggu dan menjengkelkan maupun
merusak pendengaran dan terkadang hal ini sangat individual (Eyaanoer, 1997)
Menurut Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999, untuk kebisingan dengan intensitas
85dB, maka pekerja terpajan selama 8 jam sehari, kebisingan dengan intensitas 88 dB
maka pekerja dapat terpajan selama 4 jam sehari dengan demikian setiap kenaikan 3 dB
maka waktu pemajanannya berkurang setengahnya. Telinga manusia hanya mampu
mendengar frekuensi antara 16-20.000 Hz.
Jenis-jenis kebisingan :
1) Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang luas (steady state, wide band noise).
Misalnya suara kipas angin, dapur pijar dll.
2) Kebisingan kontinyu dengan spektrum kebisingan sempit (steady state, narrow
band noise). Misalnya gergaji sekuler, katup gas, dll.
3) Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misalnya: lalu lintas pesawat terbang.
4) Kebisingan impulsif/impact (impulsive noise), misalnya: pukulan, tembakan bedil
atau meriam dan ledakan.
5) Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.
Akibat paparan kebisingan.
Terpapar kebisingan terdiri dari 85dB selama 8 jam dan 40 jam seminggu
maka menimbulkan penurunan atau kehilangan fungsi pendengaran yang dapat
terjadi secara sementara atau permanen.
Pengukuran kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound level
meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130dB dan frekuensi dari 20-
20.000Hz.
b. Pencahayaan.
Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Intensitas cahaya
dapat diukur dengan Luxmeter.
Sifat-sifat pencahayaan
1. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai jenis pekerjaan.
2. Pencegahan kesilauan.arah sinar
3. Warna
4. Panas cahaya.
Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap kesehatan
1. Iritasi, mata berair dan mata merah.
2. Penglihatan ganda
3. Sakit kepala
4. Ketajaman mata menurun.
5. Akomodasi dan konvergensi menurun.
c. Iklim dan suhu.
Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim panas.
Saridewi (2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan tekanan darah yang
signifikan pada tenaga kerja sebelum atau sesudah terpapar panas yang memperburuk
kondisi tenaga kerja. Sistem termoregulasi pada hipotalamus akan merespon dengan
beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi dengan
tujuan untuk mempertahankan suhu tubuh sekitara 36-37 derajat celcius. Namun
apabila paparan dibiarkan terus menerus akan menyebabkan kelelahan dan akan
menyebabkan timbulnya efek “heat stress” (ErwinD 2004).
Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk lingkungan fisik
tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya adalah NAB iklim kerja dengan
menggunakan indeks suhu bola basah (ISBB) diadopsi dari Wet Bulb Globe
Temperature Index (WBGTI) dikeluarkan oleh ACGIH.
NAB menurut pasal 2 KEP-51/MEN/1999 untuk suhu di tempat kerja adalah sbb:
1) Jika perbandingan kerja 75% dan istirahat 25% untuk pekerja ringan dalam 8
jam sehari adalah 30 derajat celcius., sedang 26,7 derajat celsius dan berat 25
derajat celsius.
2) Jika perbandingan kerja 50% dan istirahat 50% untuk pekerja ringan dalam 8 jam
sehari adalah 31,4 derajat celcius., sedang 29,4 derajat celsius dan berat 27,9
derajat celsius.
3) Jika perbandingan kerja 25% dan istirahat 75% untuk pekerja ringan dalam 8 jam
sehari adalah 32,2 derajat celcius., sedang 31,1 derajat celsius dan berat 30
derajat celsius.
d. Getaran
Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran
lengan/tangan (handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang bisa melalui
kaki (tempat berdiri) atau melalui tempat duduk. Getaran ini terjadi biasa pada alat
pengangkut seperti truk dan traktor. Sedangkan getaran lengan-tangan adalah getaran
yang terjadi melalui lengan dan tangan, misalnya pada gerinda, bor tangan, dan
gergaji listrik.
Tiga aspek penting pada getaran :
a. Level (m/dr2)
b. Frekuensi (Hz)
c. Lama pemarapan (jam)
Efek getaran :
a. Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat menyebabkan white
finger serta kelainan otot rangka.
b. Whole body vibration menyebabkan getaran pada alat-alat dalam sehingga dapat
menyebabkan gejala sakit dada, LBP, dan gangguan penglihatan.
c. Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.
Pengukuran getaran :
Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan vibration acceleration meter.
e. Radiasi
Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi :
1. Radiasi pengion : alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.
2. Radiasi non pengion : UV, IR, ultrasound dan mikorowave.
Pengaruh radiasi terhadap kesehatan:
1. Efek stokastik: tergantung frekuensi tingkat keparahan tidak tergantung dosis.
Contoh : karsinogen, teratogen, mutagen.
2. Efek nonstokastik: tergantung frekuensi dan dosis. Contoh: katarak, kerusakan
nonmalignan kulit.
Alat untuk mengukur tingkat radiasi adalah survei meter dan dosimeter personal.
2. Faktor Kimia
a. Bahan-bahan kimia:
Fume (asap) :
Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari bentuk gas yang biasanya
sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan.
Gas :
Bentuk wujud yang tidak mempunyai bentuk bangunan sendiri, melainkan mengisi
ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan normal.
Uap:
Bentuk gas dari zat-zat yang dalan keadaan biasa dberbentuk zat padat atau zat lain
yang dapat dikembalikan pada tingkat wujud semula.
Kabut
Debu
b. Efek-efek bahan kimia
Iritasi
Reaksi alergi: flour, garlic powder.
Asfiksia
Kanker
Efek sistemik: otak, peripheral nervous system, pembentukan sel darah, ginjal, paru.
Selain pengaruhnya terhadap kesehatan, juga dapat menyebabkan risiko keselamatan
kerja berupa kebakaran dan peledakan, akibat dari bahan kimia yang mudah tebakar
dan meledak seperti pelaruh organik atau gas-gas yang kontak dengan sumber api.
c. Pengukuran
Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu: gas detektor yang prinsip
kerjanya adalah detektor tersebut akan menghisap baha-bahan kimia di udara, dan
kemudian bereraksi dengan reagen yang sudah tesedia di dalam tabung detektor
sehingga dapat diketahui nilai kualitas dan kuantitas.
Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen, yaitu: filtrasi, presipitasi,
sedimentasi, dan segala kombinasinya, alatnya disebut imprengen, prinsip kerjanya
adalah debu dihisap dan mengalami imprengemen dan sejumlah debu dihitung di
bawah mikroskop.
d. Nilai ambang batas.
NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE 01/MEN/1997 tentang NAB
faktor kimia di udara lingkungan kerja.
Kategori nilai ambang batas:
1. NAB rata-rata selama jam kerja.
2. NAB pemaparan singkat.
3. NAB tertinggi
e. Pengendalian
1. Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang: nama
bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek paparan, cara
penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
2. Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang dibuat
oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain.: kandungan/komposisi, sifat fisik dan
kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek terhadap
kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat dan nomer
telepon pabrik pembuat atau distributor.
3. Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban
melakukan identifikasi bahaya, melaksanakan prosedur kerja aman, penganggulangan
keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di bidang kimia.
3. Faktor Biologi
Potensi bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan kerja yang disebabkan oleh
adanya mikroorganisme sebagai penyebab dari proses produksi.
Bahaya biologi meliputi:
- Infeksi akut dan kronis
- Parasit
- Produk toksik.
- Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.
- Irritan.
Klasifikasi faktor biologi meliputi:
1. Mikroorganisme dan toksinnya. Contoh: virus, bakteri dan produknya.
2. Arthropoda. Contoh: Crustacea
3. Alergen dan toksik tanaman.
4. Reaksi yang ditimbulkan: dermatitis alergi, asma.
5. Protein alergen dari hewan vertebrata.
6. Reaksi alergi yang ditimbulkan melalui urin, feses, rambut dan saliva.
Cara masuk biological agent ke dalam tubuh melalui:
1. Inhalasi
2. Ingesti.
3. Kontak kulit.
4. Kontak dengan mata, hidung, dan mulut.
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
Dikarenakan keterbatasan waktu dan izin untuk masuk ke area kerja maka, dalam bab ini
hasil pengamatan disusun menjadi satu kesatuan tempat kerja.
A. Faktor Fisika
1. Bising
Secara umum pada saat kunjungan dilakukan, tidak terasa adanya kebisingan yang
cukup mengganggu.
2. Penerangan
Sumber penerangan berasal dari sumber alami (matahari) dan sumber buatan
(lampu neon) yang dihidupkan sesuai kebutuhan, namun nilai intensitas
pencahayaan belum pernah diukur. Tidak ditemukan permasalahan pada
penerangan.
3. Getaran
Menurut petugas yang mengawasi pekerjaan tidak adanya permasalahan dengan
getaran, tetapi tidak dapat dilihat secara langsung dikarenakan keterbatasan izin
untuk memasuki wilayah kerja.
4. Radiasi
Menurut hasil pengamatan terdapat paparan radiasi dari cahaya matahari yang
langsung mengenai badan pekerja apabila pekerja bekerja pada pagi sampai sore
hari.
5. Iklim kerja
Saat dilakukannya pengamatan dilokasi kerja, pekerja terpapar oleh matahari
langsung dikarenakan bekerja pada konstruksi bangunan yang terdapat diluar
ruangan. Suhu ditempat kerja terasa sangat panas saat siang hari.
B. Faktor Kimia
Pada saat dilakukan pengamatan, tidak ditemukan permasalahan yang berkaitan
dengan faktor kimia. Pada tahap finishing, akan diadakan proses pengecatan, yang
menggunakan cat dinding yang mengandung bahan kimia.
C. Faktor Biologi
Beberapa kemungkinan terdapatnya faktor – faktor bahaya biologi yaitu :
Kemungkinan terdapatnya jentik nyamuk di beberapa tempat karena adanya genangan
air.
Pemeriksaan kesehatan hanya dilakukan pada awal masuk kerja dan tidak dibarengi
oleh pemeriksaan kesehatan secara berkala
D. Kebersihan
Daerah kerja tampak sampah yang berserakan.
Berdasarkan keterangan dari perwakilan K3 di perusahaan tersebut terdapat
bedeng pekerja yang berkapasitas 1000 orang pekerja, bedeng tersebut terdiri
dari empat bangunan, 24 MCK dan 4 kamar mandi bersama.
Sumber air yang dipakai untuk mandi berasal dari air yang digali dari kedalaman
30-40 meter dari permukaan tanah. Air tersebut dikatakan lebih bersih dari air
PAM.
Dalam hal sanitasi makanan tidak diketahui sumber dan cara pengolahan
makanan tersebut. Namun, menurut keterangan dari perwakilan dari K3 bagian
konsumsi pekerja dikoordinir oleh mandor pekerja masing-masing. Sedangkan
untuk air minum pekerja membeli sendiri. Berdasakan pengamatan terdapat
warung terbuka untuk pekerja, keadaan di sekelilingnya terdapat tumpukan bahan
untuk kerja dan terdapat beberapa sampah tersebar.
E. Petugas Higiene Industri
Sebagaimana disampaikan oleh pihak K3 perusahaan dalam hal petugas higiene
industri, setiap seminggu sekali dilakukan pembersihan seluruh area bedeng tempat
tinggal pekerja dan juga lokasi kerja.
Menurut laporan petugas K3 perusahaan, PT ini mempunyai petugas higiene yang
terdiri dari dua orang pada setiap unit bedeng. Bedeng tempat tinggal pekerja terdiri
dari 4 unit bedeng dan setiap harinya masing-masing petugas membersihkan bedeng
tempat tinggal. Perusahaan ini juga menyediakan MCK yang terdiri dari 24 unit.
Masing-masing unit MCK mempunyai dua petugas kebersihan. Setiap satu minggu
sekali perusahaan ini mengadakan program general cleaning yang dilakukan oleh dua
petugas harian tetap dan empat petugas tambahan dari tiap unit.
Pada saat dilakukan pengamatan, tidak ditemukan permasalahan yang berkaiatan
dengan petugas higiene industri.
F. Pengolahan Limbah
1. Limbah cair
Limbah cair pada perusahaan ini merupakan limbah hasil rumah tangga, kemudian
diolah menggunakan teknologi yang disebut Biotech sehingga hasil dari limbah
tersebut tidak mencemari lingkungan.
2. Limbah padat
Perusahaan ini menghasilkan limbah padat berupa plastic, besi-besi dan kayu-kayu.
Untuk limbah plastic ada mobil yang mengangkut keluar, khusus untuk limbah besi
diolah sendiri kemudian didaur ulang kembali dengan dijual ke PT Pulogadung
Steel.
3. Limbah B3
Tidak terdapat limbah B3 pada perusahaan ini.
Pada saat dilakukan pengamatan, tidak ditemukan permasalahan yang berkaiatan
dengan pengolahan limbah.
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
Unit kerja Permasalahan Pemecahan Saran
Sanitasi perusahaan
1. Alat mandi Menyediakan alat mandi standar
Minimal sabun dan pasta gigi
2. Sumber/ hygiene makan dan minuman pekerja
Menyediakan kantin atau catering yang jelas kebersihannya
Menu standar mencukupi gizi (nasi , lauk, sayur,buah)
3. Tempat cuci tangan
Menyediakan wastafel
Ditempatkan dibeberapa tempat tiap unit wastafel
Pengecoran dan
pembangunan
struktur
Iklim Memberikan istirahat setiap 2 atau 3 jam sekali agar pekerja tidak kelelahan dan diberikan air minum pada setiap pos pekerja agar pekerja dapat asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
Pengecoran dan
pembangunan
struktur
Radiasi Memberikan pakaian lengan panjang, helm, sarung tangan dan sepatu agar seluruh bagian tubuh pekerja tidak terpapar langsung dengan matahari.
Dipakai ketika
bekerja
Sanitasi perusahaan Jentik nyamuk Menguras penampungan air dua kali dalam seminggu
Tabel 3.1 Ringkasan Permasalahan Yang Ditemukan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Secara umum penatalaksanaan sistem K3 di PT. KARMA MANGGALA YUDHA
dari penilaian higiene belum berjalan baik.
2. Kunjungan ini dirasa sangat membantu dalam penerapan ilmu keselamatan kerja dan
kesehatan kerja yang didapat selama pelatihan HIPERKES dan Keselamatan Kerja.
B. SARAN
1. Dilakukan Pemeriksaan berkala terhadap kebisingan, iklim, radiasi, getaran, serta
memberi perhatian lebih terhadap kebersihan di tempat kerja.
2. Higiene pekerja serta tingkat kenyamanan dalam lingkungan kerja turut diperhatikan.