thalasemia
DESCRIPTION
ThalasemiaTRANSCRIPT
![Page 1: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/1.jpg)
Gangguan Sintesis Gen Globin pada Thalasemia
Margareth
102010257
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Hemoglobin merupakan molekul protein dalam sel darah merah yang membawa
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru.
Hemoglobin terdiri dari empat molekul protein (globulin rantai) yang tehubung bersama-
sama. Hemoglobin dewasa normal (Hbg) molekul mengandung rantai 2-globulin akfa
dan 2 rantai beta-globulin. Pada janin bayi, hanya ada beberapa rantai beta dan molekul
hemoglobin terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Saat bayi tumbuh, rantai gamma
secara bertahap diganti dengan rantai beta. Setiap rantai globulin berisi struktur pusat
penting yang disebut molekul heme. Tertanam dalam molekul heme adalah besi yang
mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam darah. Besi yang terkandung dalam
hemoglobin juga bertanggung jawab untuk warna merah darah. Hemoglobin memainkan
peran penting dalam mempertahankan sel darah merah. Struktur hemoglobin abnormal
bisa menggangu sel darah merah dan menghambat fungsi dan mengalir melalui pembulu
darah.8
Isi
1
![Page 2: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/2.jpg)
Hemoglobin
Pengertian
Pigmen merah pembawa oksigen dalam sel darah merah vertebrata adalah
hemoglobin, yakni suatu protein dengan berat molekul 64.450. Hemoglobin adalah
molekul yang berbentuk bulat dan terdiri atas empat subunit.2
Ciri terpenting pada molekul hemoglobin adalah kemampuannya mengikat
oksigen secara longgar dan reversible. Atom oksigen berikatan secara longgar dengan
satu dari apa yang disebut sebagai ikatan koordinasi atom besi di hemoglobin. Ketika
berikatan dengan hem besi, oksigen diangkut sebagai oksigen molecular yang terdiri dari
dua atom oksigen. Oksigen dibebaskan ke dalam cairan jaringan dalam bentuk oksigen
molecular terlarut dan bukan ion oksigen.3
Fungsi
Fungsi utama untuk mengikat dan membawa Oksigen dari paru-paru untuk
diedarkan dan dibagikan kesulurh sel di berbagai jaringan. Untuk memenuhi keperluan
seluruh sel tunuh akan oksigen tiap saat, yang jumlahnya besar,senyawa ini tidak cukup
untuk dibawa dalam keadaan terlarut secara fisik saja di dalam air yang dalam ini cairan
serum.
Heme
Gugus prostetik yang terdiri dari atom besi yang terdapat di tengah-tengah cincin
organic heterosiklik yang luas disebut porfirin. Tidak semua porfirin mengandung besi
tapi fraksi metalprotein yang mengandung porfirin memiliki heme sebagai gugus
protetiknya; ini kemudian dikenal sebagai hemoprotein. Heme banyak dikenal dalam
perannya sebagai komponen hemoglobin.
Globin
2
![Page 3: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/3.jpg)
Gen globin adalah unsur yang sangat penting dari hemoglobin. Pada gen rantai β,
yang masing-masing terdiri dari 141 asam amino dan 146 asam amino. Selain itu terdapat
juga rantai lain yaitu rantai γ, rantai δ, dan rantai ε. Produksi rantai α diatur oleh
kromosom nomor 16, sedangkan produksi rantai non α (β, γ, δ, ε) diatur oleh kromosom
nomor 11. 9, Perhatikan Gambar 1.2
3
![Page 4: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/4.jpg)
Gambar 1. Letak Gen Globin α dan β
Selama perkembangan dari masa embrio sampai dengan dewasa dikenal dua fase
perubahan produksi rantai globin α dan tiga fase pada rantai globin β. Semua rantai
polipeptida tersebut disintesis di ribosom. Jenis rantai globin α yang diproduksi pada
masa embrio adalah rantai zeta (ζ) dan α, sedangkan dalam selama masa fetus sampai
dewasa hanya rantai α yang tetap diproduksi. Jenis rantai globin β yang diproduksi pada
masa embrio adalah rantai epsilon (ε) dan gamma (γ), masa fetus: rantai γ, sedangkan
pada masa dewasa rantai β dan delta (δ). 11
Gen globin relatif kecil dengan panjang ±1,5kb terdiri dari tiga ekson yang
dipisahkan oleh dua intron (IVS, intervening sequence), yaitu yang pendek dan yang
panjang. Intron yang pendek (IVS1) terlektak di antara kodon 30 dan 31, sedangkan
intron yang panjang (IVS2) terletak diantara kodon 104 dan 105. Ujung 5’ dari kedua
intron selalu dimulai dengan dinukleotida GT (situs donor) sedangkan ujung 3’ diakhiri
dengan dinukleotida AG (situs akseptor). Promoter gen ini mengandung tiga sekuens
yang dikenal sebagai CACCC, CCAAT, dan ATAAAA box.6,12
Setiap gen berfungsi untuk mengontrol sifat dan fungsi tubuh manusia dan telah
bekerja selama manusia masih dalam masa embrio. Gen terdapat di setiap sel tubuh
manusia dan setiap gen selalu berpasangan. Dan diantara sejumlah besar gen dalam tubuh
manusia, gen globin adalah salah satu gen yang memiliki fungsi untuk mengontrol
pembentukan hemoglobin pada setiap sel darah merah, apabila gen ini hilang atau terjadi
perubahan struktur/bentuk maka akan menyebabkan kelainan salah satu contohnya adalah
Talasemia β yang terjadi karena tidak terbentuknya rantai globin β dalam tubuhnya.9
Sintesis, Transkripsi, dan Translasi Gen Globin
Semua gen globin mempunyai tiga ekson (region pengode) dan dua intron (region
yang tidak mengode, yang DNA-nya tidak terwakili pada protein yang sudah jadi). RNA
awal ditranskripsi dari ekson dan intron, dan dari hasil transkripsi ini RNA yang berasal
dari intron dibuang melalui suatu proses yang disebut splicing. Intron selalu dimulai
4
![Page 5: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/5.jpg)
dengan suatu dinukleotida GT dan berakhir dengan dinukleotida AG. Mesin splicing
mengenali urutan tersebut dan juga sekuens dinukleotida didekatnya yang dipertahankan.
RNA dalam nucleus juga ditutupi dengan penambahan suatu struktur pada ujung 5’ yang
mengandung gugus tujuh metil guanosin. Struktur ini penting untuk pelekatan mRNA
pada ribosom, setelah itu mRNA yang baru terbentuk tersebut juga mengalami
poliadenilasi pada ujung 3’.
Sejumlah sekuens lain yang dipertahankan penting dalam sintesis globin. Sekuens
ini mempengaruhi transkripsi gen, memastikan kebenarannya dan menetapkan tempat
untuk mengawali dan mengakhiri translasi, dan memastikan stabilitas mRNA yang di
sintesis.
Gambar 1.3 Sintesis Globin
Promotor ditemukan pada posisi 5’ pada gen, dekat dengan lokasi inisiasi atau
lebih distal. Promotor ini adalah lokasi tempat RNA polimerase berikatan dan
mengakatalis transkripsi gen.
Setelah itu penguat (enhancer) ditemukan pada posisi 5’ atau 3’ terhadap gen.
Penguat penting dalam regulasi ekspresi gen globin yang spesifik jaringan, dan dalam
regulasi sintesis berbagai rantai globin selama kehidupan janin dan setelah kelahiran.
Regio pengatur lokus (locus control region, LCR) adalah unsur pengatur genetic yang
5
![Page 6: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/6.jpg)
terletak jauh di hulu kelompok globin β yang mengatur aktivitas genetik tiap domain,
kemungkinan dengan cara berinteraksi secara fisik dengan region promoter dan
menguraikan kromatin agar faktor transkripsi dapat berikatan. Kelompok gen globin α
juga mengandung region yang mirip dengan LCR, disebut HS40. Faktor transkripsi
GATA-1, FoG, dan NF-E2 yang diekspresikan terutama pada precursor eritroid, penting
untuk menentukan ekspresi gen globin dalam sel eritroid. Lihat Gambar 1.3
Setelah itu mRNA globin memasuki sitoplasma dan melekat pada ribosom
(translasi) tempat terjadinya sintesis rantai globin. proses ini terjadi melalui pelekatan
RNA transfer, masing-masing dengan asam aminonya sendiri, melalui berpasangannya
kodon/antikodon pada suatu posisi yang sesuai dengan cetakan (template) mRNA. 6,12
Mutasi
Mutasi merupakan perubahan permanen pada DNA. Mutasi dalam sel-sel benih
akan ditransmisikan menjadi progeni (dan menyebabkan penyebabkan penyakit
herediter). Sementara mutasi dalam sel-sel somatik tidak dapat ditransmisikan tetapi
dapat turut menimbulkan perubahan (misalnya transformasi keganasan). Ada tiga
kategori mutasi:
a. Mutasi genom : yang melibatkan kehilangan atau penambahan kromosom utuh
(misalnya monosomi atau trisomi)
b. Mutasi kromosom : material genetik yang disusun kembali menimbulkan perubahan
yang nyata pada struktur kromosom
c. Mutasi gen : perubahan genetik submikroskoptik yang meliputi :
mutasi titik : akibat substitusi nukleotida tunggal
Frameshift mutations (perubahan pada kerangka baca DNA):
akibat insersi atau delesi nukleotida.
Mutasi gen dapat meliputi perubahan pada regio genom pengode atau bukan pengode.
Mutasi pada Regio Pengode (EKSON)
1. Missense mutations : mutasi titik pada rangkaian pengode berpotensi untuk
mengubah kode basa triplet dan dengan demikian menggantikan asam amino yang
berbeda dalam produk protein yang ditranslasikan terakhir (missense mutations). Jika
asam amino yang digantikan tidak berbeda secara nyata dengan aslinya, hasilnya
6
![Page 7: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/7.jpg)
adalah conservative missense mutations dan terjadi konsekuensi yang minimal (jika
ada). Bila asam amino yang digantikan cukup berbeda (ukuran, muatan, dan lain-
lain), hasilnya adalah non-conservative missense mutations yang berpotensi untuk
menimbulkan kehilangan fungsi, kelipatan salah (missfolding) dan penguraian
protein, atau perolehan fungsi.
2. Nonsense mutations : mutasi titik pada rangkaian pengodean berpotensi untuk
menimbulkan pembentukan kodon ‘penghenti’ yang tidak tepat (nonsense mutations).
Pada kasus tersebut, protein yang dihasilkjan mungkin diperpendek dengan
kehilangan aktivitas yang normal.
3. Frameshift mutations : insersi atau delesi beberapa dari ketiga nukleotida mungkin
tidak menimbulkan efek apapun selain menambahkan atau penghapusan asam amino
yang baru; Frameshift pada sejumlah nukleotida yang lain dengan cepat akan
menimbulkan produk protein yang cacat (misense atau nonsense).
Mutasi didalam Regio Bukan – Pengode (INTRON)
1. Mutasi titik atau delesi pada regio peningkat atau promotor dapat memberikan
pengaruh yang signifikan pada regulasi atau tingkat transkripsi gen
2. Mutasi titik dapat menimbulkan perangkaian yang cacat dan dengan demikian tidak
berhasil membentuk spesie mRNA yang matur.
Mutasi – Ulang Trinukleotida
Mutasi-ulang trinukleotida adalah kategori mutasi yang spesial karena mutasi ini
ditandai oleh amplifikasi tiga rangkaian nukleotida. Pengulangan trinukleotida
merupakan gambaran umum pada banyak rangkaian genetik yang normal ; keadaan yang
membuat mutasi trinukleotida tidak lazim adalah amplifikasi sebesar 10 kali hingga 200
kali lipat seperti yang terjadi pada penyakit
Pembentukan Hemoglobin
Pembentukan hemoglobin dimulai ketika sel darah merah berada dalam tahap
proeritroblas dan berlanjut hingga tahap retikulosit, yaitu saat sel keluar dari sumsum
7
![Page 8: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/8.jpg)
tulang dan masuk ke aliran darah. Selama pembentukan hemoglobin, molekul hem
berikatan dengan suatu rantai polipeptida panjang yang dinamai globin untuk membentuk
subunit hemoglobin yang dinamai rantai hemoglobin. Empat rantai hemoglobin berikatan
secara longgar untuk membentuk molekul hemoglobin lengkap.3
Sintesis Hemoglobin
Darah orang dewasa normal mengandung 3 jenis hemoglobin. Komponen
utamanya adalah hemoglobin A dengan struktur molekular α2β2. Hemoglobin minor
mengandung rantai γ (Hb janin atau HbF) atau δ (Hb A2) dan bukan rantai β. Pada embrio
dan janin, Hb Gower 1, Portland, Gowe 2, HbF mendominasi pada tahap yang berbeda.
Gen untuk rantai globin terdapat pada 2 kelompok ε, δ, dan β pada kromosom 11 dan ζ
dan α pada kromosom 16. Terdapat dua jenis rantai γ, Gγ, dan Aγ yang dibedakan
berdasarkan asam amino glisin atau alanin pada posisi 136 dalam rantai polipeptida. Gen
rantai α mengalami duplikasi dan kedua gen α (α1 dan α2) pada setiap kromosom bersifat
aktif.6
Struktur
Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan antara hem dan globin. Hem ialah
suatu persenyawaan kompleks yang terdiri dari sebuah atom Fe yang terletak di tengah-
tengah struktur porfirin. Setiap molekul Hb mengandung 4 hem, sedangkan globin adalah
suatu protein yang terdiri dari rantai-rantai polipeptida.
Hemoglobin orang dewasa terdiri dari dua macam yaitu Hb A (α2β2) yang
merupakan jumlah besar Hb orang dewasa, Hb A2 (α2δ2) yang jumlahnya ± 3% dari total
Hb orang dewasa dan Hb F (α2ã2) yang jumlahnya tidak lebih dari 3% pada orang
dewasa, tapi pada bayi baru dilahirkan HbF merupakan komponen utama.4,5
Kelainan
Kelainan hemoglobin disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Sintesis hemoglobin abnormal
2. Berkurangnya kecepatan sintesis rantai globin A6
8
![Page 9: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/9.jpg)
Ada dua tipe utama kelainan herediter hemoglobin pada manusia:
hemoglobinopati, yaitu pembentukan rantai polipeptida abnormal, dan thalasemia serta
gangguan sejenis, yaitu terdapat struktur rantai hemoglobin yang normal tetapi dihasilkan
dalam jumlah yang sedikit atau tidak diproduksi karena adanya defek pada bagian
pengatur gen globin. Thalasemia α dan β, masing-masing ditentukan oleh kekurangan
atau ketiadaan polipeptida α dan β.
Gen mutan yang menyebabkan produksi hemoglobin abnormal banyak sekali dan
lebih dari 1000 hemoglobin abnormal dijumpai pada manusia. Gen-gen ini biasanya
diidentifikasi dengan huruf-hemoglobin C, E, I, J, S, dstnya. Pada kebanyakan kasus,
hemoglobin abnormal berbeda dari hemoglobin A normal dalam hal struktur rantai
polipeptida. Misalnya, pada hemoglobin S, rantai α-nya normal tetapi rantai β-nya
abnormal karena di antara 146 residu asam amino di setiap rantai polipeptida β, ada satu
residu asam glutamate yang digantikan oleh residu valin.
Jika suatu gen abnormal yang diwariskan dari salah satu orang tua memerintahkan
pembentukan hemoglobin abnormal (jika individu tersebut heterozigot), separuh
hemoglobin dalam sirkulasi akan bersifat abnormal dan separuhnya lagi, normal. Bila gen
abnormal yang identik diturunkan dari kedua orang tua, individu tersebut homozigot dan
semua hemoglobinnya abnormal. Secara teoritis, seseorang dapat mewarisi dua
hemoglobin abnormal yang berbeda, satu dari ayah dan satu dari ibu. Pada beberapa
kasus, penelitian tentang pewarisan dan distribusi geografik hemoglobin abnormal telah
membuat kita dapat menentukan tempat asal gen mutan dan memperkirakan seberapa
lama mutasi tersebut terjadi. Umumnya, mutasi yang membahayakan cenderung lenyap,
tetapi gen mutan yang membawa sifat dengan adanya ketahanan, menetap dan menyebar
dalam populasi.
Banyak hemoglobin abnormal tidak berbahaya. Namun, beberapa menyebabkan
gangguan keseimbangan O2 . Sebagian lain menyebabkan anemia. Contohnya,
hemoglobin S mengalami polimerisasi pada tekanan O2 yang rendah dan hal ini
menyebabkan sel darah merah menjadi berbentuk bulan sabit, mengalami hemolisis, dan
membentuk gumpalan yang menyumbat pembulu darah, Akibatnya adalah anemia
hemolitik berat yang dikenal sebagai anemia sel sabit.2
9
![Page 10: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/10.jpg)
Hukum Mendel
Kelainan manusia mengikuti pola penurunan sifat Mendelian
Analisis silsilah menjadi permasalahan yang lebih serius ketika alel yang
bersangkutan menyebabkan penyakit herediter yang menimbulkan cacat atau kematian
dan bukan variasi manusia yang tidak berbahaya seperti garis-rambut dan konfigurasi
cuping. Akan tetapi, untuk kelaianan yang diwarisi sebagai sifat-sifat Mendelian yang
sederhana, teknik analisis silsilah yang sama ini juga berlaku:
Kelainan yang diwarisi secara resesif
Ribuan kelainan genetic diketahui diwarisi sebagai sifat resesif sederhana. Kelainan-
kelainan ini mempunyai tingkat keparahan yang berbeda-beda mulai dari sifat yang
relative tak berbahaya, seperti albinisme (ketiadaan pigmen kulit), hingga keadaan yang
mengancam kehidupan, seperti fibrosis sistik (cystic fibrosis). Gen mengkode protein
yang memiliki fungsi khusus. Alel yang menyebabkan kelainan genetic mengkode
protein yang malfungsional atau tidak mengkode protein sama sekali. Dalam kasus
kelainan yang diklasifikasikan sebagai resesif, heterozigot dikatakan normal dalam
fenotipe karena satu salinan alel yang “normal” tersebut menghasilkan jumlah protein
khusus yang cukup banyak. Dengan demikian suatu, penyakit yang diwarisi secara resesif
muncul hanya dalam individu homozigot yang mewarisi satu alel resesif dari setiap
orangtua. Kita dapat melambangkan genotype orang seperti itu sebagai aa, dan individu
yang tidak memiliki kelainan tersebut dengan AA atau Aa. Heterozigot (Aa), yang secara
fenotipe normal, disebut karrier (carrier) dari kelainan ini karena orang-orang seperti ini
dapat saja menurunkan alel resesif tersebut kepada keturunan mereka.
Penyakit yang diwarisi secara dominan
Walaupun sebagian besar alel yang berbahaya bersifat resesif, banyak penyakit pada
manusia diakibatkan oleh alel dominan. Alel dominan yang mematikan jauh lebih sedikit
ditemukan daripada alel resesif mematikan. Suatu alasan untuk perbedaan ini ialah bahwa
pengaruh alel dominan mematikan tidak tertutupi dalam heterozigot. Banyak alel
dominan mematikan merupakan hasil terjadinya mutasi (perubahan) baru dalam gen
10
![Page 11: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/11.jpg)
sperma atau telur yang selanjutnya membunuh keturunan yang sedang berkembang.
Individu yang tidak dapat bertahan hidup hingga mencapai kematangan reproduktif tidak
akan mewariskan bentuk baru gen ini. Ini berlawanan sekali dengan mutasi resesif
mematikan, yang akan kekal dari generasi ke generasi melalui reproduksi karrier
heterozigot yang memiliki fenotipe normal. Alel dominan mematikan dapat
menyelamatkan diri dari kematian (tetap bertahan) jika alel ini bertindak terlambat,
menyebabkan kematian pada umur yang relative lanjut. Pada saat gejalanya terlihat
nyata, individu ini mungkin saja telah memindahkan alel mematikan itu ke anak-
anaknya.7
Pembahasan Skenario
Thalasemia
Thalasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan
penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di
Indonesia dan Italia. Penyakit thalasemia disebabkan oleh adanya kelainan/ perubahan/
mutasi pada gen globin alpha atau gen globin beta sehingga produksi rantai globin
tersebut berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek
dari sel darah merah normal (120 hari). Bila kelainan pada gen globin alpha, maka
penyakitnya disebut thalasemia alfa, sedangkan kelainan pada gen globin beta, akan
menyebabkan penyakit thalasemia beta.9 Enam sampai sepuluh orang dari setiap 100
orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah,
kemungkinan untuk mempunyai anak penderita thalasemia berat adalah 25%. 50%
menjadi pembawa sifat (carrier) thalasemia, dan 25% kemungkinan bebas thalasemia.
Sebagian besar penderita thalasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun.1
11
![Page 12: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/12.jpg)
Cara penurunan thalasemia β
Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang
terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen
globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk
hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut
pembawa sifat thalasemia beta. Seorang pembawa sifat thalasemia tampak normal/ sehat,
sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan
baik). Bila kelainan gen globin terjadi kedua kromosom, dinamakan penderita thalasemia
(homozigot/ Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua
yang membawa sifat thalasemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah
gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya
masing-masing pembawa sifat thalasemia, maka pada setiap pembuahan akan terdapat
beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapat gen globin yang
berubah (gen thalasemia) dari bapak dan ibunya, maka anak akan menderita thalasemia,
sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalasemia dari ibu atau ayah, maka
12
![Page 13: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/13.jpg)
anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen
globin normal dari kedua orangtuanya.9
Klasifikasi thalasemia
Pada thalasemia terjadi kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari
rantai globin sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin
ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan
menimbulkan pecahnya sel darah tersebut. Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka
terdapat beberapa jenis thalasemia, yaitu thalasemia alfa, beta, dan delta.[….] Namun
dalam scenario, pembahasan akan lebih ditekankan pada thalasemia β.
Thalasemia beta
Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan
tingkat keparahannya, yaitu thalasemia mayor, intermedia, dan karier. Pada kasus
thalasemia mayor Hb sama sekali tidak diproduksi. Mungkin saja pada awal
kelahirannya, anak-anak thalasemia mayor tampak normal tetapi penderita akan
mengalami anemia berat mulai usia 3-18 bulan. Jika tidak diobati, bentuk tulang wajah
berubah dan warna kulit menjadi hitam. Selama hidupnya penderita akan tergantung pada
transfusi darah. Ini dapat berakibat fatal, karena efek sampingan transfusi darah terus
menerus yang berupa kelebihan zat besi. Salah satu ciri fisik dari penderita thalasemia
adalah kelainan tulang yang berupa tulang pipi masuk ke dalam dan batang hidung
menonjol (disebut gacies cooley), penonjolan dahi dan jarak kedua mata menjadi lebih
jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos.1
13
![Page 14: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/14.jpg)
Kesimpulan
Penyakit thalasemia β benar adanya disebabkan oleh pewarisan gen dari kedua
orangtua yang diturunkan secara autosomal. Kedua orang tuanya memiliki sifat
thalasemia yang kemudian diturunkan pada anak pertama sampai anak ketiga. Penyakit
thalasemia ini belum dapat diobati tetapi bisa dicegah dengan cara menghindari
perkawinan antara 2 orang pembawa sifat thalasemia.
14
![Page 15: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/15.jpg)
Daftar Pustaka
1. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Talasemia, 30 Januari 2011
2. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2008. Ed 4. Hal 64-75
3. Hall JE. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2009. Ed 11. Hal 264
4. Weaterhall, David J. 2001. The thalasemia dalam Williams Hematology, Ernest Beutler, et al
(eds). 6th ed. New York. Mc Graw – Hill Book Companies. 547-574
5. Ganong WF. 1977. Review of medical physiology. 8th ed. Los Altos : Lange Medical
Publication. 391 – 394
6. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Jakarta: EGC; 2005. Ed 4. Hal 64 – 75
7. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Jakarta: Erlangga; 2002.h.271.
8. Aiman. Talasemia. Oktober 2010. Diunduh dari
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1683408-talasemia/, 29 Januari 2011.
9. Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia. Thalassemia. Agustus 2007.
Diunduh dari http://www.phtdi.org/content/view/15/, 29 Januari 2011.
15
![Page 16: Thalasemia](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082708/55cf9a92550346d033a268af/html5/thumbnails/16.jpg)
10. Sudiono H, Iskandar, Halim SL, Santoso R. Hematologi. Jakarta: Ukrida; 2005.h.38-41, 101-
3.
11. Hillman RS. Hematology in clinical practice. 3rd ed. USA: MacGraw-Hill; 2002.p.2-4.
12. Nainggolan IM. Analisis haplotide β pada mutasi Thalassemia β IVS1-nt5: asal dan
penyebaran mutasi. Jakarta: Universitas Indonesia; 2001.h.4-13.
13. Greer JP, Foerster J, Lukens JN, Rodgers GM, Paraskevas F, Glader B. Wintrobe’s clinical
Hematology.11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2004.p.1321.
16