the rainbow of love

13
- The Rainbow of Love- The Rainbow of Love” By: Sachika Amarfi Zala Aku melayangkan pandanganku ke birunya langit. Awan putih nan gemuk menghiasi cakrawala yang luas. Bergerak lambat mengisi kekosongan langit dengan warna keperakannnya yang memantulkan sorot mata Sang Surya yang memiliki beragam warna. Sejenak kumerasa kalau aku sangat kecil di dunia ini. Aku seperti sebutir debu yang berada di padang pasir yang sangat luas. Sendiri, termenung, dan kesepian. Kulihat pemandangan di depanku. Sebuah sinar yang masuk ke dalam bola mataku ini membentuk bayangan sebuah gundukan tanah yang masih memerah dengan taburan bunga cempaka di atasnya. Gundukan itu membenamkan sesosok manusia. Sesosok manusia yang pergi dengan membawa cinta yang belum sempat ia ungkapkan. Seketika menetes air mataku tanpa kuperintahkan. Hari ini, saat ini juga tidak ada lagi mata bening indahnya yang memancarkan kehangatan mentari di pagi hari. Tidak ada lagi wajah tampan yang memancarkan kilauan senja di ufuk barat. Tidak ada lagi senyum pangeran yang menyejukkan hati. Dan tidak ada lagi tatapan jahilnya yang mewarnai hari-hariku. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan hidup tanpa melihat mata indahnya bersinar nakal dan sekarang ini semua terjadi. Seketika terbayang lagi rentetan episode yang membawaku sampai ke titik ini. Hingga klimaks yang mengantarku ke tempat ini, hari ini, dan saat ini... Aku ingat semuanya dengan jelas. Tidak mungkin aku melupakan detilnya setitikpun. *** ”Aku jadi pemeran utama? Aku jadi Cinderella?” teriakku kaget. Aku menatap tak percaya pada Eri Sensei, pelatih ekskul teater di sekolahku. Pada saat itu, beliau memilih para pemain yang akan mementaskan lakon Cinderella. Beliau sengaja mengumpulkan para siswa yang mengikuti ekskul teater di aula utama untuk mengumumkannya dan ternyata aku mendapat kejutan indah tersebut. Miki menyikutku genit, ”Mia, selamat ya! Akhirnya impianmu terkabul. Jadi juga kamu mendapatkan peran utama setelah beribu-ribu kali gagal.” Aku merengut. Perkataan Miki memanah tepat pada diriku. ”Jangan gitu dong Ki! Nggak sebanyak itu kali!” sahutku. Miki cuma nyengir. “Oh ya, kasih tahu tuh pada bodyguard setiamu…! Mungkin saja kali ini dia mengakui bakat dan kehebatanmu!”

Upload: anang-prasetyo

Post on 10-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Cerpen buatan Nurmala

TRANSCRIPT

  • - The Rainbow of Love-

    The Rainbow of Love

    By: Sachika Amarfi Zala

    Aku melayangkan pandanganku ke birunya langit. Awan putih nan gemuk menghiasi

    cakrawala yang luas. Bergerak lambat mengisi kekosongan langit dengan warna keperakannnya

    yang memantulkan sorot mata Sang Surya yang memiliki beragam warna. Sejenak kumerasa

    kalau aku sangat kecil di dunia ini. Aku seperti sebutir debu yang berada di padang pasir yang

    sangat luas. Sendiri, termenung, dan kesepian.

    Kulihat pemandangan di depanku. Sebuah sinar yang masuk ke dalam bola mataku ini

    membentuk bayangan sebuah gundukan tanah yang masih memerah dengan taburan bunga

    cempaka di atasnya. Gundukan itu membenamkan sesosok manusia. Sesosok manusia yang

    pergi dengan membawa cinta yang belum sempat ia ungkapkan. Seketika menetes air mataku

    tanpa kuperintahkan.

    Hari ini, saat ini juga tidak ada lagi mata bening indahnya yang memancarkan

    kehangatan mentari di pagi hari. Tidak ada lagi wajah tampan yang memancarkan kilauan

    senja di ufuk barat. Tidak ada lagi senyum pangeran yang menyejukkan hati. Dan tidak ada

    lagi tatapan jahilnya yang mewarnai hari-hariku. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan

    hidup tanpa melihat mata indahnya bersinar nakal dan sekarang ini semua terjadi. Seketika

    terbayang lagi rentetan episode yang membawaku sampai ke titik ini. Hingga klimaks yang

    mengantarku ke tempat ini, hari ini, dan saat ini... Aku ingat semuanya dengan jelas. Tidak

    mungkin aku melupakan detilnya setitikpun.

    ***

    Aku jadi pemeran utama? Aku jadi Cinderella? teriakku kaget. Aku menatap tak

    percaya pada Eri Sensei, pelatih ekskul teater di sekolahku. Pada saat itu, beliau memilih para

    pemain yang akan mementaskan lakon Cinderella. Beliau sengaja mengumpulkan para siswa

    yang mengikuti ekskul teater di aula utama untuk mengumumkannya dan ternyata aku

    mendapat kejutan indah tersebut. Miki menyikutku genit, Mia, selamat ya! Akhirnya

    impianmu terkabul. Jadi juga kamu mendapatkan peran utama setelah beribu-ribu kali gagal.

    Aku merengut. Perkataan Miki memanah tepat pada diriku. Jangan gitu dong Ki! Nggak

    sebanyak itu kali! sahutku. Miki cuma nyengir.

    Oh ya, kasih tahu tuh pada bodyguard setiamu! Mungkin saja kali ini dia mengakui

    bakat dan kehebatanmu!

  • - The Rainbow of Love-

    Pastinya! jawabku semangat. Pokoknya saat itu akan kubuat dia ternganga melihat

    kehebatanku.

    Mia!!! teriak Miki. Aku tersontak kaget, Apaan sih?

    Panjang umur tuh orang. Baru saja diomongin eh ternyata sudah nongol duluan.

    ujarnya.

    Ternyata Kak Dylan sudah datang menjemput. Aku dan Kak Dylan sudah berteman

    sejak kecil. Tepatnya ketika aku masih berada di kelas 5 SD. Dia satu tahun lebih tua dariku.

    Karena itu aku sudah menganggapnya seperti Kakakku sendiri. Aku sangat menyayanginya

    bahkan melebihi siapapun.

    Setiap hari aku selalu berangkat sekolah bersamanya. Dia selalu menjemputku bahkan

    kami berdua sering sarapan bersama. Kami belajar di sekolah yang sama, namun sekarang dia

    sudah kelas XI sedangkan aku masih duduk di kelas X. Kak Dylan adalah Ketua OSIS. Selain

    jenius, dia juga ramah dan baik hati pada semua orang sehingga semua orang sangat

    menyayanginya termasuk aku sendiri. Satu lagi, di sekolah Kak Dylan dijuluki sebagai The

    Prince of SMADA Gakuen. Karena itu, terkadang aku sedikit jealous karena Kak Dylan

    banyak disukai, dikagumi, dan diidolakan oleh semua cewek di sekolah.

    Aku merasa berat hati jika perhatian Kak Dylan tidak tertuju padaku. Aku memang

    egois. Namun, perasaan ini memang benar adanya. Aku sangat suka Kak Dylan. Sangat dan

    sangat menyayanginya. Perasaan ini sudah tertanam sejak pertama kali aku bertemu

    dengannya. Aku hanya bisa memendam perasaan ini karena aku takut kalau perasaan ini hanya

    akan membuatku kehilangan Kak Dylan. Biarlah seperti ini Asalkan Kak Dylan ada di

    sampingku, aku akan merasa bahagia.

    ***

    Emang mau mengeluarkan drama apa? Tanya Kak Dylan memulai dialog.

    Cinderella... Sudah pasaran ya? Tapi Kak Dylan jangan salah sangka dulu, Cinderella

    kali ini bakal dibuat berbeda dari Cinderella-cinderella yang lain. Yang pasti akan

    menggemparkan. Tunggu aja! jelasku dengan percaya diri selangit.

    Lalu Mia memerankan apa? selidik Kak Dylan yang mulai penasaran.

    Itu tuh yang mau kuberitahu. Mia seneng banget Kak akhirnya Mia bisa dapetin peran

    utama. Mia jadi Cinderellanya lho..., jelasku sambil tersenyum bahagia karena saking

    senangnya. Nanti jangan lupa nonton ya...!!! semangatku.

    Ya... Kakak sudah menanti-nantikan momen ini karena saat itu Kakak ingin

    menunjukkan sesuatu pada Mia jelas Kak Dylan.

    Apaan Kak? selidikku.

    Rahasia dong. Kalau diberitahu sekarang kan nggak surprise jadinya... ujarnya lagi.

  • - The Rainbow of Love-

    Aduh, pakai rahasia segala sok romantis! ledekku.

    Tidak terasa, ternyata kami berdua sudah sampai di tempat parkir. Namun, aku masih

    penasaran dengan apa yang Kak Dylan ucapkan tadi. Sampai-sampai di perjalanan pulangpun,

    otakku masih disibukkan dengan kata penasaran tersebut.

    ***

    Mia, ada sesuatu yang ingin Papa bicarakan. ucap Papa lembut penuh perasaan.

    Serius sekali, Pa. Memang ada apa sih? tanyaku datar. Aku heran. Tumben Papa kalau

    mau bicara pakai acara izin segala. Biasanya langsung to the point.

    Mia, sudah 5 tahun Mama kamu meninggalkan kita. Kamu pasti merasa kesepian tanpa

    hadirnya seorang Mama. Papa takut kalau seandainya Papa tidak sanggup memenuhi kasih

    sayang yang Mia butuhkan. Karena itu, Papa ingin Mia memiliki kasih sayang seorang Mama

    lagi agar Mia tidak kesepian. terang Papa begitu serius.

    Maksud Papa? Apa Papa mau Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku tiba-tiba

    saja Papa langsung memotongnya. Ya Papa mau menikah lagi. jelas Papa dengan nada

    yang sedikit merendah.

    Seketika sekujur tubuhku terasa mematung. Aku tidak menyangka kata menikah lagi

    akan keluar dari mulut Papa. Jadi, Mia setuju atau tidak? Mia akan punya Mama lagi. Dia

    sangat baik dan juga sangat mengenal Mia. Mia juga mengenalnya. Mia tidak akan merasa

    kesepian lagi karena Mia akan punya seorang Kakak. jelas Papa menambahkan.

    Aku terdiam. Aku membisu. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dalam hati, aku tidak

    rela jika tempat Mama ada yang menggantikan. Tapi di lain pihak, aku juga mengerti

    perasaan Papa. Papa pasti kesepian selama 5 tahun terakhir tanpa adanya kehadiran Mama.

    Kalau Mia tidak setuju, Papa tidak akan memaksa. Karena semua ini hanya demi Mia.

    Tapi, setidaknya Mia harus tahu siapa yang akan menjadi Mama baru Mia. Besok kita akan

    makan malam bersama. Papa mohon besok Mia ikut...! pinta Papa memelas. Melihat wajah

    Papa yang seperti itu aku merasa tidak sampai hati. Kalau aku tidak setuju itu akan menyakiti

    hati Papa dan artinya aku juga telah menyakiti hati Mama.

    Ya Pa! Jika ini dapat membuat Papa bahagia Ai setuju. begitulah jawabku.

    Aku sebenarnya merasa bahagia. Aku tidak bisa membayangkan kalau akhirnya aku

    memiliki seorang Kakak. Tapi, tiba-tiba saja wajah Kak Dylan terbayang dalam otakku. Aku

    tersontak kaget. Aku terheran mengapa malah wajah Kak Dylan yang muncul. Awalnya aku

    berpikir karena aku dan Kak Dylan memang sudah seperti adik Kakak. Ternyata ini salah

    besar. Dan inilah awal dari penyesalanku...

    ***

  • - The Rainbow of Love-

    Keesokan harinya di sekolah

    Mia!!! panggil seseorang yang suaranya begitu familiar di telingaku.

    Miki! Tumben berangkat pagi!? ledekku.

    Eh, tunggu dulu. Nggak salah tuh pertanyaannya. Seharusnya aku yang tanya, tumben

    sang bodyguard tidak mengantar? tanya Miki dengan tawa menggodanya.

    Aku juga heran. Nggak biasanya Kak Dylan seperti ini. Biasanya kalau mau berangkat

    dulu atau berangkat agak siang dia selalu bilang terlebih dahulu. Tapi, tadi dia tidak telepon.

    Aku SMS nggak dibalas. Aku telepon juga nggak diangkat. Aku jadi khawatir. Apa Kak

    Dylan sakit ya? tanyaku dengan perasaan cemas.

    Duh ileh, kayak suami istri aja. Mungkin dia lagi sibuk kali Udah, jangang terlalu

    cemas. Nggak baik juga lho seperti itu! nasihatnya. Ya sih, apa yang dikatakan Miki itu

    benar. Tapi kenapa ya? Aku merasa hari ini sungguh aneh. Begitu juga dengan Kak Dylan.

    Tiba-tiba saja muncul perasaan aneh dalam hatiku. Aku tidak tahu persis perasaan apa itu.

    Aku bertanya-tanya sebenarnya ada apa ini? Apa yang salah dengan diriku? Mengapa Kak

    Dylan tidak seperti biasanya? Dan semua pertanyaan ini akan terjawab nanti malam.

    ***

    Ketika kumulai menginjakkan Kakiku di tempat parkir restoran, seketika mataku

    tertuju pada Honda Jazz biru yang terparkir tidak jauh dari tempat mobil Papa diparkirkan.

    Aku sangat mengenal mobil itu. Seketika rangsangan ini diolah di pusat saraf otakku dan

    alhasil aku bisa mengetahui siapa gerangan yang memiliki mobil itu. Mobil itu adalah

    mobilnya Kak Dylan. Tidak salah, soalnya aku sangat hafal plat nomor mobil Kak Dylan.

    Setelah masuk ke restoran, bola mataku berputar ke kanan dan ke kiri untuk menemukan

    sesosok manusia yang bernama Dylan. Dan tidak sia-sia kerja keras bola mataku karena

    akhirnya kutemukan sosok itu. Sosok itu terlihat bak Pangeran dengan balutan jas hitam yang

    sangat memesona. Di sampingnya duduk wanita cantik dengan balutan busana yang

    memperlihatkan keanggunan seorang wanita dengan kerudung hijau emerald yang menambah

    pesona dari wanita yang tidak lain dan tidak salah adalah ibu dari Kak Dylan, Tante Sakura.

    Kembali aku merasa heran plus penasaran. Di otakku melayang satu pertanyaan, Ada

    acara apa ya Tante Sakura dan Kak Dylan? Kok kesannya formal sekali? Belum sempat aku

    menganalisanya, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh Papa. Papa tiba-tiba saja dengan santainya

    duduk manis di dekat kursi yang diduduki Tante Sakura. Beribu pertanyaan berjubel

    memenuhi otakku. Dan itu akan segera terjawab tidak lama lagi.

    Mia, duduklah! pinta Papa. Akupun menuruti perkataan Papa sambil duduk di

    samping Kak Dylan. Kulihat Kak Dylan hanya tertunduk tanpa mau memandang sedikitpun

    ke arahku. Tante Sakura pun terlihat malu-malu untuk membuka mulut. Dia hanya

  • - The Rainbow of Love-

    tersenyum sesaat setelah aku duduk. Karena itu, aku memberanikan diri untuk memulai

    perbincangan.

    Lho, Tante Sakura dan Kak Dylan kok di sini juga? Ada acara juga? Atau kebetulan

    ya? tanyaku. Pertanyaan yang kuharap dijawab Tante Sakura atau Kak Dylan ternyata

    diambil alih oleh Papa. Jawaban Papa inilah yang membukakan mataku.

    Mereka berada di sini karena sebentar lagi mereka akan menjadi bagian dari keluarga

    kita. jawab Papa.

    Mia tidak mengerti maksud Papa? tanyaku meminta penjelasan lebih detil.

    Tante Sakura akan menjadi Mama baru Mia dan Dylan akan menjadi Kakak Mia.

    Kalian pasti bisa cepat menyesuaikan diri karena kita semua sudah saling mengenal satu

    sama lain. jelas Papa.

    Seakan ada angin kencang yang berhembus ke arahku. Ada halilintar menyambar

    diriku. Sehingga membuat darahku berhenti mengalir dan jantungku berhenti berdetak. Aku

    bertanya-tanya dalam hati, Apa maksud semua ini? Berulang kali kuucapkan kata itu dalam

    pikiranku.

    Sebentar lagi Kak Dylan akan menjadi Kakak Mia. ujar Kak Dylan tanpa

    memikirkan perasaanku.

    Terjawab sudah pertanyaanku tadi siang. Inilah jawabannya. Jawaban yang tidak ingin

    kudengar.

    Tidak ini tidak mungkin terjadi! histerisku yang seketika diikuti linangan air

    mata.

    Apa maksud Mia? Bukannya Mia sangat akrab dengan Tante Sakura dan Dylan?

    tanya Papa terkejut melihat reaksiku tadi.

    Hatiku serasa disayat-sayat. Aku bingung. Harus dikemanakan perasaanku terhadap

    Kak Dylan. Padahal selama ini aku sudah menguncinya dengan rapat agar tidak terbuka.

    Tapi, kenapa malah kunci itu semakin diperkuat? Kenapa tiba-tiba saja ada dinding besar nan

    kokoh yang berdiri di antara aku dan Kak Dylan? Apa kurang cukup pengorbananku?

    Pengorbanan dalam memendam perasaan cinta terhadap Kak Dylan? Mengapa ini mesti

    terjadi? Apa ada yang salah dengan perasaan ini?

    Papa, ini tidak mungkin terjadi. Ini tidak benar kan? tanyaku lagi berharap kalau Papa

    akan menjawab tidak benar.

    Mia kenapa? Memang benar Tante Sakuralah yang akan menjadi Mama baru Mia.

    jelas Papa.

  • - The Rainbow of Love-

    Tidak, Mia tidak bisa menerimanya. ucapku sambil berdiri dari kursi yang tadi

    kududuki. Air mata yang tadinya malu-malu, sekarang dengan percaya diri mengalir lancar di

    pipiku.

    Mia! ucap Papa terkejut. Mungkin shock karena tingkahku ini.

    Aku tidak bisa menerimanya Kata-kata tersebut keluar dengan lancar dari mulutku.

    Mia, kamu tidak boleh seperti ini! ujar Kak Dylan. Mendengar hal itu pecah sudah

    emosiku.

    Kak Dylan tidak mengerti? Kakak tidak mengeti perasaan Mia? Tidak ada yang salah

    dengan Tante Sakura. Yang salah adalah perasaanku pada Kakak. Aku tidak kuat lagi. Aku

    langsung berlari keluar tanpa mempedulikan keadaan di sekelilingku. Air mata ini

    menemaniku. Menetes tanpa henti membasahi pipiku. Kak Dylan berlari mengejarku. Dan

    berhasil menarik tanganku. Berhasil menghentikan langkahku.

    Apa maksud Mia tadi? tanya Kak Dylan meminta penjelasan atas ucapanku tadi.

    Semua ini tidak seharusnya terjadi. Aku tidak bisa menerimanya jelasku dengan

    emosi yang menguasai hati dan pikiranku.

    Tapi Mia Mia tidak boleh bersikap seperti ini. Mereka berdua saling mencintai. Apa

    Miai tega melihat mereka bersedih karena sikap Mia tadi? jelas Kak Dylan menasihati.

    Kakak bilang aku tega? Lalu bagaimana dengan perasaan cintaku pada Kakak yang

    selama ini kupendam? Harus dikemanakan Kak? Aku tidak bisa berpikir dengan jernih lagi.

    Sehingga kuucapkan semua yang tidak boleh dan tidak seharusnya diucapkan.

    Apa? Kak Dylan terlihat terkejut. Kulihat Papa dan Tante Sakura keluar dari

    restoran. Melihat hal itu, perasaanku semakin tidak karuan. Aku sudah tidak bisa berpikir

    dengan jernih lagi. Kak Dylan kemudian menarikku ke dalam mobilnya.

    Kita bicara di tempat lain. Kak Dylan kemudian mulai memainkan kemudi mobil.

    Kenapa Mia bisa bicara seperti itu? tanya Kak Dylan.

    Kenapa kata Kakak? Ya, yang salah adalah Mia. Yang salah adalah hati Mia. Perasaan

    Mia pada Kakak. Seketika emosiku mengendalikan pikiranku. Kalau memang akan begini

    jadinya Kak Dylan tiba-tiba saja memotong perkataanku.

    Kalau Mia pikir hanya Mia yang menderita dengan adanya perasaan itu, maka Kakak

    akan jauh lebih.. Aku langsung memotong perkataan Kak Dylan karena di depanku...

    Kakak, AWASSS!!! Aku terhenyak melihat sosok truk di depanku yang siap

    menghempas kami berdua dalam mobil. BRAAAAAK!!! Aku ingat suara berdebum kencang

    itu. Kaca-kaca yang pecah berpencar menjadi puing. Kedua mataku terasa sakit sebelum semua

    akhirnya berubah menjadi gelap. Kepalaku terasa pening. Aku mulai ingat tadi Kak Dylan

    sempat membanting kemudi hingga mobil terjungkang jatuh ke bahu jalan yang rimbun

  • - The Rainbow of Love-

    menurun. Aku sendiri tidak yakin kalau aku sudah sadar karena semuanya terasa gelap. Tapi,

    aku masih dapat mendengar. Dapat mendengar suara sekitar.

    Kakak! Mia takut Kak Dylan di mana? lirihku lemah.

    Urrgh! Mulai terdengar suara lemahnya. K..kamu nggak apa-apa Mia?

    Terasa sentuhan Kak Dylan membelai dahiku lembut. Aku mulai tenang menyadari aku

    tak sendiri.

    Gelap! keluhku. Aku merasa tubuhku terangkat, mungkin Kak Dylan membopongku.

    Pasti sepi di sini, bahu jalan itu seingatku sudah seperti hutan rimbunnya.

    Mia tenang ya! Kak Dylan akan cari pertolongan! Aku bisa merasakan kalau Kak

    Dylan tidak dengan mudah membopongku. Terasa usaha kerasnya untuk menahan sakit. Aku

    sendiri khawatir padanya. Tapi aku tidak dapat melihatnya, entah kenapa dengan mata ini.

    Perlahan ketajaman indera penglihatanku memudar, aku sudah terlalu lelah untuk

    mempertahankan kesadaranku lagi.

    ***

    Aku merasa ada di tempat yang berbeda. Ruangan ini terasa lebih nyaman dan sejuk.

    Terdengar bunyi mesin yang menakutkan seolah menghitung setiap detik waktu hidupku.

    Aku di mana? Aku bertanya bingung.

    Syukurlah Mia! Kamu sudah sadar! Terdengar suara lembut seseorang yang kukenali,

    Papa.

    Tunggu dulu, aku sudah sadar? Berarti seharusnya aku sudah bisa membuka mataku

    dan melihat sekeliling, tapi kenapa semua masih gelap?

    Papa, kenapa ini? Kenapa semuanya gelap? Ada apa dengan mataku? Aku mulai

    panik. Papa, kenapa dengan mataku...??? Aku bisa merasakan atmosfir menyedihkan di

    ruangan ini. Aku merasa semua menatap kasihan padaku. Mataku, kenapa dengan mataku?

    Kak Dylan di mana?

    Tenang! Mia harus tenang! Suara Papa terdengar gemetar.

    Dimana Kak Dylan? Dia nggak apa-apa kan Pa? Aku mulai seperti orang linglung,

    histeris memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Aku tahut. Aku merasa takut dengan semua

    ini.

    Sesaat kemudian terdengar derap langkah terburu-buru memasuki ruangan. Donor

    mata yang cocok sudah ditemukan! Pasien harus segera dibawa ke ruang operasi! Suara berat

    itu terdengar berwibawa dan berintelektualitas tinggi.

    ***

    Aku tidak sabar menunggu hari ini, hari di mana aku akan bisa melihat indahnya dunia

    lagi setelah beberapa jam aku merasakan bagaimana berada dalam dunia gelap tanpa warna.

  • - The Rainbow of Love-

    Tanpa adanya kedua mata untuk melihat. Ya Hari ini perban putih yang membalut kedua

    mataku akan segera dibuka.

    Aku tidak sabar ingin melihat kondisi Kak Dylan yang seolah terus ditutup-tutupi oleh

    keluargaku setiap aku menanyakannya. Aku merasa Kak Dylan perlu dukunganku untuk pulih.

    Aku tidak sabar untuk menemuinya. Aku sudah menghapus dengan bersih semua kenangan

    pada malam itu. Dan yang teringat dengan jelas adalah bagaimana Kak Dylan membopongku

    sekuat tenaga untuk mencari pertolongan. Aku baru sadar. Sadar dari kebodohanku. Sadar dari

    kebodohanku yang telah melupakan bagaimana caraku mencintai Kak Dylan. Sadar bahwa

    begitu besar cintaku padanya saat aku nyaris kehilangannya. Aku akan sangat bersyukur

    jikalau Tuhan masih mengizinkanku untuk kembali bisa melihat wajahnya dan melupakan

    masalah yang telah lalu.

    Terdengar derap ringan memasuki kamar rawatku, pasti wanita, aku sudah bisa

    menggunakan instingku. Disusul derap langkah mantap lelaki paruh baya.

    Nona Mia sudah siap? tanya suara berat yang berwibawa.

    Dokter, jadi mau buka sekarang? Aku memastikan. Ya... jawabku lirih.

    Perlahan gelungan perbanku dibuka, selapis, dua lapis. Setelah kepalaku terasa ringan,

    bebas dari perban, aku disuruh membuka mata perlahan. Aku mulai bisa melihat, walau masih

    samar-samar. Dan semakin lama semakin jelas. Aku bisa melihat seraut wajah Papa dan Tante

    Sakura yang menangis terharu.

    Sudah bisa melihat dengan jelas, Mia? Apa yang Mia lihat? Dokter pria itu

    memastikan.

    Papa! Aku tidak antusias untuk menjawab. Tapi lebih antusias untuk melihat wajah

    Papa dan sekitarku. Papa, aku sudah bisa melihat! pekikku kegirangan.

    Syukurlah Mia! Tante Sakura membekap mulutnya, terharu.

    Tante aku nggak sabar ingin melihat Kak Dylan! Dia di mana? Dirawat di sini juga

    kan? Aku bertanya heboh dan anehnya semua hanya terdiam. Papa, Tante, dia ada di sini

    kan? Keduanya hanya mengangguk, tersenyum paksa.

    Iya, dia ada di sini! Jawab Papa pelan.

    Di mana dia Pa? Aku ingin melihatnya, sebentar saja! bujukku. Tiba-tiba saja, Papa

    meminjam cermin genggam yang sejak tadi dibawa suster, lalu diperlihatkannya permukaan

    cermin yang bulat itu kepadaku.

    Dia akan selalu ada bersama Mia! jelas Papa lirih. Kulihat Tante Sakura mencoba

    menahan tangisnya. Dan saat itulah aku baru sadar, binar mata bening nan sejuk yang selama

    ini memesonaku kini ada di mataku. Saat itulah aku merasa bodoh. Merasa bahwa akulah orang

    terbodoh di dunia ini.

  • - The Rainbow of Love-

    Tidaaaaaak...!Nggak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi...! Aku shock. Aku terpukul.

    Aku lemas menyadari kenyataan yang dihadapkan padaku. Kenapa mata ini berada di mataku?

    Lalu di mana si pemilik mata ini? Kakak yang selama ini aku sayangi. Kak Dylan, Ia lebih

    pantas memakai mata ini.

    Pa, jangan bohong! Tante, Kak Dylan di mana? Dia nggak apa-apa kan? Papa hanya

    bisa terdiam. Tante Sakura sudah tidak bisa lagi menahan tangisnya. Mata bulatnya terlihat

    memerah dipenuhi linangan air mata. Tidak....! Ini tidak mungkin...

    Maaf, Nona Mia! Dokter menyela kepanikanku. Dylan Mahardika sudah tenang di

    alam sana. Ada sebagian tulang rusuknya yang patah dan menusuk ke lambungnya! Ia sempat

    sadar dan meminta agar matanya didonorkan kepadamu, namun nyawanya tak

    terselamatkan! jelasnya dengan raut dingin.

    Nggak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi! Seharusnya ini tidak terjadi... Aku

    menggeleng, air mataku menetes. Inilah pertama kalinya air mataku begitu mudah menetes.

    Mengalir lancar di pipiku bagai gerakan refleks. Tapi Kak Dylan sempat membopongku

    jelasku menepis semua perkataan dokter tersebut.

    Mungkin karena itulah luka robekannya bertambah besar! Dokter menambahkan

    dengan sadis dan terdengar jelas di telingaku.

    Nggak! Dokter bohong kan?! Rasa bersalah seketika menghantamku ke jurang

    kesedihan yang paling dalam. Menghimpit hatiku dan memanahnya tepat sasaran. Aku dapat

    merasakan hancurnya hatiku. Sakit sekali rasanya. Dan bertambah sakit saat kusadari betapa

    banyak pengorbanan Kak Dylan padaku, bahkan sebelum kecelakaan ini terjadi. Aku baru sadar

    akan kebaikan hatinya justru saat aku telah kehilangannya. Sungguh Aku tak pantas

    mendapatkan mata indah ini. Aku egois. Aku telah membunuh Kak Dylan. Aku telah melukai

    hati Papa dan Tante Sakura. Aku telah melukai hati mereka. Kalau saja saat itu aku bisa

    mengendalikan perasaanku, semuanya ini tidak akan terjadi.

    Tidaaaaaaaaakkkkk!!! Aku meraung histeris, kalap, mencoba kabur dari episode

    kehidupan yang tercetak jelas di kedua bola mata ini.

    Aku rindu wajah tampan itu. Aku rindu akan senyum jahilnya, mata nakalnya. Aku

    rindu akan semuanya. Semuanya tentang kak Dylan. Seandainya aku bisa menghentikan

    waktu seperti jam pasir yang tidak mengalir, aku akan meminta kepada sutradara kehidupanku

    agar skenarionya diganti. Agar aku bisa melihat kak Dylan meski hanya sedetik sebelum

    harumnya memudar dan melayang menuju surga.

    ***

    Aku menatap sedih semua furniture di kamar Kak Dylan. Saksi bisu akan keakrabanku

    dengannya. Teringat saat aku berkunjung hanya untuk meminta diajari PR. Hanya untuk

  • - The Rainbow of Love-

    melihat bagaimana ekspresi saat Kak Dylan melukis. Saat ia mengerjaiku jahil dan aku

    mengejarnya ke seantero ruangan ini. Tiba-tiba saja, Tante Sakura, ibunda Kak Dylan, yang

    ada dibelakangku kemudian memintaku untuk mengikutinya. Tante Sakura berhenti tepat di

    depan pintu sebuah kamar. Bertahun-tahun aku main ke sini, tapi tak sekalipun Kak Dylan

    menunjukkan kamar ini. Kenapa Tante mengajakku ke sini? Pertahananku mulai runtuh,

    kesedihan mendalam kembali menyergapku.

    Detik-detik sebelum Dylan menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, dia

    berpesan kepada Tante untuk menyerahkan kunci ruangan ini kepada Mia. Tante sendiri tidak

    tahu apa yang ada dalam ruangan ini karena dia selalu melarang Tante untuk memasuki

    ruangan ini. Tante tersenyum lemah. Aku menelengkan kepala, mencoba mengerti dan

    memahami apa yang dikatakan Tante. Aku menyesalkan sifat kekanak-kanakanku pada hari

    itu, karena justru kenangan buruklah yang kutorehkan di akhir waktunya. Aku kemudian

    memainkan kunci kamar tersebut. Perlahan pintunya terbuka sedikit demi sedikit.

    Ketika kumulai memasuki ruangan itu, tubuhku terasa lemas. Hatiku terguncang.

    Perasaan bersalah ini kian bertambah besar. Air mataku bersahabat dengan hatiku. Mengalir

    lambut di pipiku. Aku mencoba memberanikan diri memandang seluruh isi ruangan ini,

    merasa aneh mendapati banyak lukisan indah yang tergantung di dinding. Lukisan seorang

    wanita yang sangat familiar di mataku. Ya itu adalah aku. Aku mendekati, menyelidiki. Di

    sebelahnya tergeletak buku sketsa kesayangan Kak Dylan, yang selalu dibawanya. Rasa rindu

    menjalari tanganku dan memerintahkannya untuk memegangnya, membukanya, dan kudapati

    gambar serta foto-fotoku saat aku main drama. Gambar saat aku menangis dan tersenyum

    bahagia. Semuanya tersimpan rapi di dalamnya bagai harta berharga. Kulihat lagi sebuah papan

    tergantung indah di dekat jendela. Mataku terbelalak lebar saat aku membaca ukiran indah

    yang terdapat dalam kertas-kertas kecil yang tertempel rapi di papan tersebut. Di situ tertulis

    banyak kenanganku dengan Kak Dylan mulai saat kami berdua bertemu. Di kertas tersebut

    tertulis lengkap tanggal dan waktunya. Aku belum mengerti makna semua ini. Sejenak

    kemudian, Tante Sakura mengajakku ke depan sebuah lemari besar dan menyuruhku

    membukanya. Ketika kubuka, aku terkejut mendapati sebuah kostum teater yang sangat indah

    tergantung cantik, kostum terindah yang pernah kulihat. Dadaku sesak melihat semua itu.

    Dylan sebenarnya jarang cerita ke Tante. Namun, belakangan ini ia mulai membuka

    diri. Dia berkata bahwa dia ingin selalu berada di samping Mia. Di sisi Mia untuk melindungi

    Mia dengan segenap kemampuannya. Tante Sakura mulai bercerita. Dia merasa sejak ia

    bertemu dengan Mia, dia serasa memiliki seorang adik perempuan kecil yang mungil, lucu, dan

    manis. Tante Sakura membelai rambutku, aku menggeleng pedih. Dia sangat bahagia tatkala

    melihatmu tersenyum bahagia. Dan dia sangat sedih tatkala melihatmu menangis. Dia sangat

  • - The Rainbow of Love-

    suka ketika melihat Mia bermain drama. Memainkan berbagai macam lakon yang

    menggambarkan berbagai ekspresi yang belum pernah Dylan lihat sebelumnya. Dan ia

    dikagetkan dengan penampilanmu yang berubah luar biasa cantik. Ia benci mendapati

    penampilan itu bukan khusus dipersembahkan untuknya. Ia bercerita seolah kamu tiba-tiba

    menjelma menjadi peri cantik yang memancarkan cahaya kemilau di atas panggung bersama

    para pemuda-pemuda dengan tampilan yang tak kalah cemerlang dan ia merasa bagai pungguk

    merindukan bulan. Kamu seolah hanya menjadi makhluk khayalan dan ia hanyalah satu dari

    sekian banyak penonton yang tidak dapat menggapaimu di panggung, hanya bisa duduk

    menontonmu. Melihatmu bersenang-senang dalam cerita khayalan di panggung dengan

    tampilanmu yang memikat dan ia bukan apa-apa, melihatmu menjadi bintang dan

    membuatnya merasa tidak bisa menggapaimu, ia merasa bagai di dua dunia yang berbeda.

    Tante Sakura tersenyum pedih, matanya berkaca-kaca. Anak itu memang manis kalau sedang

    cemburu!

    Ia berencana membawamu ke sini pada hari di mana Mia akan mementaskan lakon

    Cinderella dan ini semua ia persiapkan agar Mia bisa berdandan di sini dan berangkat ke lokasi

    bersamanya. Ia ingin mengamati proses metamorfosamu menjadi peri yang cantik di sini, agar

    ia bisa menjadi orang pertama yang melihat perubahanmu itu, setidaknya ia ingin merasa

    bahwa Mia berdandan menjadi cantik hanya untuknya, bukan untuk para penonton.

    Mendengar hal itu, Pecah sudah pertahanan hatiku. Aku mendekap mulutku, tangisanku

    bertambah kencang.

    Tante tidak menyadari bahwa perasaan ingin melindungi Mia itu berubah menjadi

    perasaan tidak ingin kehilangan dan ingin memiliki Mia. Tante merasa bersalah karena Tante

    tidak menyadari sebelumnya. Ketika Papamu meminta Tante untuk menjadi Mamamu, Dylan

    tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Karena itu Tante tidak menyadari kalau sebenarnya dia

    sangat terpukul dengan berita tersebut. Dia sangat mencintai Mia. Tante merasa bersalah

    kepadanya. Namun, dia berkata kepada Tante kalau memang ini jalannya, jalan untuk

    melindungi Mia dengan menjadi kakak Mia, dia bersedia. Dia mengizinkan Tante untuk

    menjadi Mama buat Mia. Karena itu, Tante menerima permintaan Papamu dan makan

    bersama di restoran malam itu bukan sebagai Tante tapi sebagai calon Mama baru Mia. Tante

    sungguh tidak menyangka kalau akan begini jadinya. Kalau saja saat itu Tante tidak menerima

    permintaan Papamu, pasti semua ini tidak akan terjadi. Tante Sakura mulai mengucurkan air

    mata. Aku tidak bisa berkata apa-apa karena aku merasa kalau aka telah melukai Papa, Tante,

    dan Kak Dylan. Keegoisanku itulah yang menjadi penyebab dari semua ini.

    Tapi, ini adalah sebuah takdir. Ini sudah tertulis dalam skenarioNya. Betapapun kita

    menyesal, Dylan tidak akan kembali. Karena itu, Tante mohon pada Mia untuk menjaga

  • - The Rainbow of Love-

    perasaan cinta Dylan yang terwujud dalam matanya. Sebagai seorang ibu hanya ini yang bisa

    kulakukan untuknya Tante Sakura memelukku dengan erat penuh kasih sayang. Tak terasa

    air mata ini bertambah deras.

    Tante, maafkan Mia. Mia memang egois Aku tidak tahu. Juga tidak mengerti apa

    yang sedang aku rasakan. Penyesalan atau perasaan bersalahkah. Semuanya campur aduk

    menjadi satu.

    ***

    Aku masih terpaku di tanah pekuburan ini. Merasa waktu seolah menghilang. Aku

    tenggelam dalam dunia tak berdasar ketika menyadari bahwa aku tidak bisa lagi menjumpai

    tatapan mata bening nan jahil itu. Aku ingin melihat mata indah yang bersinar nakal itu sekali

    lagi.

    Tiba-tiba saja terdengar suara seseorang yang sangat ku kenal...

    Seperti biasa, Mia terlalu mendramatisir keadaan Kak Dylan masih di sini kok,

    nggak kemana-mana! Aku terkejut mendengar suara bernada tengil yang kukenal dengan baik

    itu.

    Kak Dylan? Gumamku terkejut menjumpainya di sebelahku. Kak Dylan kenapa di

    sini? Bukannya Kakak sudah pergi? heranku.

    Aku sangat bahagia dapat kembali melihatnya, bahkan tidak sempat berpikir secara

    logika apakah ini benar adanya. Aku tidak peduli walaupun kejadian ini di luar logika, yang

    penting aku bisa melihatnya lagi.

    Kak Dylan nggak akan pergi ke mana-mana! Dia tersenyum lembut. Atau Mia lebih

    senang kalau Kakak pergi? Pesta pernikahan Papa Mia dan Mama Sakura sudah akan dimulai,

    Mia harus segera ke sana. Nanti mereka akan khawatir Tawarnya ngambek.

    Ya, Kak. Sebentar lagi Mia ke sana. Kakak janji ya, nggak akan tinggalkan Mia lagi?

    pintaku meski kutahu kalau ini tidak mungkin terjadi. Tapi, aku ingin selalu bersamanya. Aku

    tidak peduli walaupun sosok di depanku ini hanyalah bias permainan cahaya, ilusi mata,

    ataupun jiwa tanpa raga. Yang terpenting adalah aku dapat melihat mata bening yang

    memesona itu. Aku butuh dia, aku ingin terus bersamanya. Dan tanpa terasa air mataku

    menetes. Entah ini menangis karena terharu atau karena kehilangan. Tapi saat ini aku hanya

    ingin menangis. Menangis dan menangis.

    Iya, Kak Dylan janji! Tapi Mia jangan menangis lagi. Kalau terus-terusan menangis,

    pelangi di mata Mia akan menghilang. Tersenyumlah...! Karena saat Mia tersenyum Kak

    Dylan dapat melihat pelangi cinta itu melingkar di pelupuk mata Mia. Suaranya begitu

    menenangkan, lembut penuh kasih sayang.

  • - The Rainbow of Love-

    Aku bahagia bisa bersamanya lagi. Aku tidak peduli kalaupun orang lain menganggapku

    tidak waras atau gila. Aku bersyukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan untuk

    melihat mata indahnya lagi, mendengar suara merdunya, dan memandang wajah tampannya.

    Biarkan ia menghantuiku. Karena dengan begitu aku dapat merasakan kehadirannya.

    Merasakan cintanya yang begitu dalam untukku.

    Aku berjanji akan selalu menjaga pelangi cinta ini. Pelangi cinta yang tercermin di mata

    Kak Dylan. Aku akan menjaganya dengan segenap perasaan cintaku. Aku akan menjaganya

    sampai saat di mana mata ini akan tertutup untuk selama-lamanya. Sampai saat pertemuanku

    dengan Kak Dylan tiba.

    - The End -