thesis
DESCRIPTION
Balance Scorecard, KPI, IndonesiaTRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terluas di dunia. Seiring dengan berkembangnya jaman
maka diperlukan pembangunan infrastruktur yang memadai, agar menjadi salah satu pelopor untuk memajukan
perekonomian bangsa. Sebagai negara yang sedang berkembang, didukung dengan sumber daya alam dan manusia
yang memadai, menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu aspek ekonomi yang berkembang
dengan sangat pesat. Berkembangnya banyak kota besar sebagai kota metropolitan serta pembangunan di daerah-
daerah, ditunjang perkembangan penduduk menjadikan pembangunan di Indonesia sebagai salah satu motor
kemajuan bangsa.
Dengan banyak proyek pembangunan infrastuktur, menjadikan persaingan antar pihak-pihak terkait
(pemberi tugas, konsultan, kontraktor) semakin tumbuh dan berkembang sehingga mengakibatkan persaingan yang
ketat. Adanya persaingan yang ketat tersebut menghasilkan suatu seleksi alam dimana semua pihak berusaha untuk
tetap tampil dalam bidangnya. Dalam persaingan yang ketat tersebut diperlukan nilai lebih yang diberikan dari
pembangunan sebuah proyek infrastuktur termasuk gedung bertingkat. Nilai tambah tersebut dapat bervariatif,
tetapi bila ditinjau dari sudut pandang manajemen konstruksi, sebuah proyek yang bernilai tambah adalah proyek
yang memiliki kinerja yang baik, bila dikaitkan dengan 3 aspek yaitu biaya (cost), mutu (quality), dan waktu
(time).
Proyek memiliki kinerja yang baik bila memiliki biaya yang rendah, mutu yang sesuai dengan spesifikasi
pemberi tugas, dan diselesaikan dalam waktu yang singkat atau sesuai dengan jadwal. Agar tercapainya ketiga hal
tersebut maka dibutuhkan mekanisme yang selaras antara semua komponen yang terkait dan terlibat dalam proyek
tersebut. Dimulai dari pemberi tugas, konsultan, kontraktor, subkontraktor, pemasok, hingga pekerja, harus
berkerjasama untuk mencapai suatu produktivitas yang baik. Produktivitas inilah yang menjadi akar dari target
kinerja yang akan dicapai bersama oleh semua pihak dalam sebuah proyek, dimana tujuan akhir dari pengawasan
kinerja ini adalah peningkatan keuntungan dari proyek.
Terkait dengan kinerja, dalam ilmu dasar manajemen yang biasa diterapkan pada perusahaan manufaktur
maupun jasa, memiliki banyak sekali teori pengukuran kinerja kerja yang mengukur kinerja perusahaan, seperti
Balanced Scorecard, Integrated Performance Measurement System , Performance Prisem, dll. Semua metode
pengukuran kinerja ini sudah diterapkan oleh banyak perusahaan baik manufactur ataupun jasa, dan teruji dalam
-
2
mengukur kemampuan dan produktivitas yang dituju dalam berbagai macam kasus. Semakin ketatnya persaingan
saat ini membuat kebutuhan akan aplikasi dan perkembangan ilmu pengukuran kinerja ini semakin besar. Setiap
perusahaan akan berusaha untuk mencari metode yang terbaik bagi perusahaan mereka agar dapat mencapai kinerja
yang tertinggi untuk dapat bertahan dalam persaingan global yang ada.
Sebaliknya dalam manajemen konstruksi pada Teknik Sipil pembahasan mengenai peningkatan kinerja
proyek tidak banyak disinggung. Padahal kinerja proyek seperti yang telah dijelaskan didepan, menentukan untuk
dapat bersaing pada persaingan global yang ketat. Oleh sebab itu maka diperlukan substitusi ilmu pengukuran
kinerja dari luar Teknik Sipil untuk dapat memonitor kinerja tersebut.
Secara umum, sistem manajemen Teknik Sipil sama dengan sistem manajemen yang biasanya dipakai
dalam perusahaan manufaktur ataupun jasa, terutama dalam hal tujuan perusahaan yaitu finansial, pelanggan,
proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal tujuan dan proses
pengolahan data manajemen, hal ini terbukti dengan adanya salah satu bidang peminatan dalam Teknik Sipil yaitu
Manajemen Konstruksi. Dengan adanya kesamaan ini maka ingin dicapai sebuah pembelajaran mengenai
penerapan salah satu ilmu pengukuran kinerja yang ada di dalam dunia manajemen pada sebuah proyek konstruksi
teknik sipil melalui aplikasi ilmu manajemen konstruksi.
Dengan adanya kesamaan tersebut, secara hipotesis pengaplikasian salah satu teori pengukuran kinerja dari
pembelajaran manajemen dapat digunakan pada pembangunan infrastruktur termasuk gedung bertingkat. Hal ini
yang menjadi latar belakang dari Tugas Akhir, sehingga Tugas Akhir ini dapat menghubungkan aplikasi teori
monitor kinerja yang sudah sukses di dalam dunia manajemen yaitu Balanced Scoredcard ke dalam kinerja proyek
pada manajemen konstruksi Teknik Sipil.
1.2. Permasalahan Penelitian
Terdapat banyak teori pengukuran kinerja dalam dunia manajemen. Di dalam dunia teknik sipil terutama
manajemen konstruksi, teori pengukuran kinerja lebih jarang diterapkan. Balanced Scorecard menjabarkan visi
dan strategi perusahaan ke dalam suatu kumpulan yang berhubungan atau melekat dari tolak ukur kinerja. Dalam
suatu perusahaan baik itu perusahaan konstruksi ataupun jasa memiliki orientasi target yang sama yaitu profit.
Profit merupakan dasar dari berjalannya dan bertahannya suatu perusahaan dalam persaingan. Karena dalam
kesempatan ini penulis akan mencoba teori Balanced Scorecard yang akan di implementasikan ke dalam sebuah
proses konstruksi. Teori Balanced Scorecard merupakan sekelompok tolak ukur kineja yang terintegrasi yang
berasal dari strategi perusahaan dan mendukung strategi perusahaan di seluruh organisasi.
-
3
Dalam pendekatan balanced scorecard, manajemen puncak menjabarkan strateginya ke dalam tolak ukur
kinerja sehingga karyawan memahaminya dan dapat melaksanakan sesuatu untuk mencapai strategi tersebut.1
Penulis akan memadukan konsep balanced scorecard ini ke dalam proyek konstruksi, apakah target yang
diinginkan perusahaan sudah tercapai? Apakah penjabaran target dan tugas sudah dapat dimengerti oleh karyawan?
Apakah indikator yang dihasilkan oleh penanggung jawab tiap sektor? Jika tidak tindakan apa yang harus diambil?
Dari seluruh penghitungan kinerja dalam tiap struktur organisasi peningkatan apa yang bisa diberikan pada proyek
di lapangan untuk meningkatkan kinerja serta hasil yang lebih mendekati target keberhasilan proyek dalam konteks
ruang lingkup manajemen konstruksi. Berikut adalah rumusan masalah dari penelitian ini:
1 Indikator kinerja proyek apa yang dipakai dalam pengukuran yang berimbang?
2 Strategi pekerjaan apa yang dapat dimengerti oleh seluruh anggota organisasi untuk pencapaian target yang
diinginkan?
3 Bagaimana menterjemahkan strategi menjadi pekerjaan?
4 Bagaimana pengukuran dan pengawasan kinerja yang cepat dan tepat sesuai dengan target?
5 Bagaimana pengendalian setiap pekerjaan yang telah diberikan oleh tiap divisi agar tetap pada rencana kerja?
1.3. Batasan Permasalahan
Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penelitian dilakukan di proyek The Kencana di Jakarta Selatan.
Penelitian dilakukan pada tahap pelaksanaan.
Tipe proyek yang diteliti merupakan bangunan hunian apartemen.
Kinerja proyek yang diteliti secara khusus adalah peran manajer proyek dalam kaitannya dengan manajemen
konstruksi pada proyek The Kencana.
Penerapan teori Balanced Scorecard untuk proses pada tahap pelaksanaan dan pengendalian.
1.4. Tujuan Tugas Akhir
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mencapai kinerja terbaik dengan menggunakan teori balanced
scorecard dalam sebuah proyek agar hasil atau produk yang dihasilkan optimal dengan mengukur,
1 Sony Yuwono, Edy Sukarno, Muhammad Ichsan, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard, PT Gamedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2002.
-
4
memaksimalkan, dan memperbaiki kinerja melalui manajemen proyek. Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1 Mengidentifikasi indikator kinerja proyek dengan pengukuran yang berimbang.
2 Menjabarkan strategi agar dapat dimengerti oleh seluruh anggota organisasi untuk mencapai target yang
diinginkan.
3 Menterjemahkan strategi yang telah dijabarkan kepada anggota organisasi menjadi pekerjaan.
4 Melakukan pengukuran dan pengawasan kinerja yang cepat dan tepat sesuai target yang diinginkan dengan
menggunakan tools pengukuran yang dihasilkan.
5 Pengendalian setiap pekerjaan yang telah diberikan oleh setiap divisi agar tetap pada rencana kerja.
1.5. Sistematika Penyusunan Laporan Tugas Akhir
Penulisan laporan tugas akhir ini disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari studi yang dilakukan
penulis selama menjalani kegiatan tugas akhir. Sistematika penyusunan laporan tugas akhir adalah sebagai berikut:
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan dari laporan tugas akhir. Dimana dalam bab ini dijadikan tolok ukur dari
keseluruhan penulisan laporan. Bab ini membahas secara umum mengenai latar belakang permasalahan,
permasalahan penelitian, batas permasalahan tujuan tugas akhir, dan sistematik penyusunan laporan tugas
akhir.
2 BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai dasar teori yang menjadi acuan dari penelitian tugas akhir ini dan teori yang
menjadi pendukung hipotesis dari ide dasar penelitian penulis dalam pembuatan laporan tugas akhir ini. Secara
umum pada bab ini dibahas mengenai teori manajemen proyek, manajemen konstruksi, dan teori balanced
scorecard untuk jasa.
3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai proses keseluruhan dari tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam
penelitian dimulai dari survey, pengumpulan data, pengambilan data, pengolahan data kuisioner, pemberian
saran serta penarikan kesimpulan.
-
5
4 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas secara rinci dan spesifik mengenai analisis dan pengolahan data penelitian. Pada bab
ini dilakukan proses pengubahan data tertulis menjadi data numerik, untuk kemudian dilakukan perhitungan
agar memperoleh nilai (score) yang akan dilaporkan.
5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup dari laporan tugas akhir, berisi mengenai kesimpulan, garis besar penelitian, dan
hasil penelitian, serta saran-saran untuk diterapkan pada proyek serta saran untuk penelitian selanjutnya.
-
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pendahuluan
Kesuksesan sebuah proyek konstruksi bergantung pada beberapa faktor, seperti kerumitan proyek,
perjanjian kontrak, hubungan antara pengerja proyek, kompetensi manajer proyek dan kemampuan dari seluruh
anggota tim. Tidak dapat dipungkiri, seluruh anggota team, termasuk arsitek, quantity surveyors dan insinyur
adalah figur utama selama durasi kontrak dalam pengerjaan ataupun pengawasan proses konstruksi dan kegiatan
lain yang bersangkutan. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa manajer proyek adalah orang yang paling penting
dalam sebuah proyek.
Sebuah proyek yang sukses membutuhkan usaha yang menyatu dari seluruh tim proyek untuk
menyelesaikan berbagai macam kegiatan konstruksi, tetapi manajer proyek-lah yang merupakan pusat dari jarigan
proyek yang bertanggung jawab mengatur seluruh proses konstruksi. Untuk mencapai sebuah proyek yang sukses
manajer proyek sangat bergantung pada sistem pengendalian yang dapat memberikan peringatan tiap saat pada
masalah dalam proyek. Salah satu sistem pengendalian yang dapat digunakan adalah Balanced Scorecard.
Kinerja pada sebuah proyek konstruksi merupakan salah satu bagian terpenting pada proyek membutuhkan
perhatian tersendiri yang teliti dan tepat karena bila kinerja berkurang maka akan terjadi keterlambatan jadwal serta
berdampak pada meningkatnya biaya proyek, yang mengakibatkan ketidakpuasan pelangan atau pemilik dari
proyek tersebut.
Penerapan dari teori Balanced Scorecard ini pada sebuah proyek secara teori dapat mengukur kinerja
manajer proyek dari proyek tersebut untuk mendapatkan laporan dari pekerjaan tiap anggota team proyek, dengan
demikian manajer proyek dapat mengambil tindakan bilamana ada pekerjaan yang tidak sesuai dengan penjabaran
strategi pengerjaan, dengan demikian kinerja proyek akan dapat diawasi dan ditingkatkan. Dengan meningkatnya
kinerja dari proyek, diharapkan dapat menyelesaikan proyek tepat waktu atau lebih cepat dari perkiraan dan juga
menghasilkan profit.
Pada bab ini akan dibahas awal landasan teori dari penerapan metode Balance Scorecard pada kinerja
proyek konstruksi ditinjau dari manajemen proyek. Pembahasan landasan teori ini akan dibagi menjadi beberapa
-
7
bagian, yaitu penjelasan mengenai sumber daya, manajemen proyek, serta pembahasan mengenai teori Balanced
Scorecard .
2.2. Proyek
Seluruh pembahasan mengenai proyek dan manajemen proyek akan mengacu pada buku Project
Management Book of Knowledge atau PMBOK. Pemilihan PMBOK ini dikarenakan PMBOK merupakan acuan
yang biasa dipakai oleh banyak perusahaan secara global.
2.2.1. Definisi Proyek
Berdasarkan Project Management Book of Knowledge atau PMBOK, sebuah proyek adalah usaha
sementara yang dilaksanakan untuk membuat sebuah produk, jasa atau hasil yang unik. Kata sementara diartikan
bahwa suatu proyek memiliki masa pengerjaan atau durasi sehingga memiliki awal dan akhir yang pasti. Kata
unik yang menyatakan bahwa bahwa setiap proyek adalah unik, dimana tidak akan pernah ada proyek yang sama
persis 100%, ini disebabkan setiap proyek memiliki tipe, mekanisme, sumber daya dan hasil akhir yang berbeda.2
2.2.2. Manajemen Proyek
Menurut Project Management Book of Knowledge atau PMBOK manajemen proyek adalah penerapan akan
ilmu, ketrampilan, peralatan, dan teknik ke dalam suatu aktivitas proyek untuk memenuhi persyaratan proyek
tersebut. Manajemen proyek bisa dicapai melalui penerapan dan integrasi dari proses manajemen proyek itu sendiri
yang terdiri atas tahapan memulai, merencanakan, mengeksekusi, memantau dan mengendalikan, dan
menyelesaikan.
2.2.3. Tipe-Tipe Proyek Konstruksi
Pada umumnya semua proyek memiliki keunikan tersendiri, yang membedakan satu proyek dengan proyek
lain. Tidak ada satu proyek yang benar-benar sama, sekalipun berasal dari tipe proyek konstruksi yang sama.
2 A Guide to the Project Management Book of Knowledge Fourth Edition
-
8
Menurut buku Professional Construction Management, oleh Donald S Barrie berikut adalah beberapa tipe proyek
konstruksi:3
Konstruksi gedung
Konstruksi rekayasa berat
Konstruksi industri
Konstruksi pemukiman
Dana pada proyek konstruksi dapat dibiayai oleh sektor perekonomian swasta, pemerintah melalui APBD
dan APBN, atau pihak asing. Desain umumnya dikoordinasikan para perencana yang meliputi perencana bidang
arsitektur, struktur, mekanikal, dan elektrikal. Pembangunan secara keseluruhan akan dikoordinasi oleh kontraktor
utama, dan akan diawasi oleh perwakilan pemilik atau konsultan pengawas.
Pada kasus Tugas Akhir ini akan dibahas sebuah proyek pembangunan apartemen dan kondotel
(komdominium hotel) yang dikategorikan sebagai konstruksi gedung, yang dibiayai oleh pihak swasta yaitu
Margahayu Land Group.
2.2.4. Siklus Proyek
Sesuai dengan yang telah dinyatakan dalam PMBOK sebagai acuan yang biasa dipakai oleh banyak
perusahaan secara global, proses manajemen proyek terdiri atas:
1. memulai (initiating process),
2. merencanakan (planning process),
3. mengeksekusi (executing process),
4. memantau mengendalikan (controlling process), dan
5. menyelesaikan (closing process).
Kelima proses ini merupakan siklus yang umum pada sebuah proyek. Setiap butir pada siklus proyek dapat dibagi
atas beberapa tahapan, dimana tahapan dapat bervariasi bergantung pada tiap-tiap proyek. Walaupun tahapan
bervariasi kelima proses pada manajemen proyek tetap sebagai acuan baku.
3 Donald S. Barrie, Boyd C. Paulson, Professional Construction Management Third Edition
-
9
Gambar 2.1 PMBOK Project Life Cycle.
Sumber :Project Management Body of Knowledge
Menurut buku Professional Construction Management oleh Donald S Barrie dan Boyd C Paulson, dalam sebuah
proyek konstruksi terdapat 7 tahapan dasar dimana keenam tahapan dasar tersebut dapat mewakili proses siklus
proyek yang telah dinyatakan dalam buku Project Management Book of Knowledge PMBOK.
Gambar 2.2 Tahapan Siklus Proyek
Memulai
- Konsep dan studi kelayakan (concept and feasibility studies)
Merencanakan
- Penentuan sumber daya
- Rekayasa dan desain (engineering and design)
- Pengadaan (procurement)
Mengeksekusi
- Konstruksi (construction)
Memantau dan mengendalikan
- Memulai & penerapan (start up and implementation)
Menyelesaikan
- Operasi atau pemanfaatan (operation or utilization)
* Konsep dan studi kelayakan (concept and feasibility studies)
Memulai Merencanakan Mengeksekusi Memantau
Mengendalikan Meyelesaikan
-
10
Pada tahap ini dilakukan pembelajaran dan penelitian, mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan dari
pembangunan suatu fasilitas. Biasanya unsur-unsur dari tahap ini mencakup analisis konsepsi, studi kelayakan
teknis serta ekonomis, dan laporan dampak lingkungan. Pertimbangan-pertimbangan yang diambil pada tahap ini
mencakup payback period dan nett present value, efek green, dampak lingkungan, pembuangan limbah, dll.
* Sumber daya
Sumber daya adalah materi-materi yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas yang menghasilkan
sesuatu dari bentuk baku menjadi bentuk jadi, sesuai dengan pengolahan dan kebutuhan berdasarkan ilmu
manajemen.
Dalam pelaksanaan sebuah proyek juga dibutuhkan sumber daya untuk dapat diolah menjadi produk akhir.
Sumber daya ini dikenal juga dengan sebutan 5 M = man, material, method, machine, money (manusia, bahan,
metode, alat, dan uang). Kelima unsur tersebut merupakan sumber daya (resources) dari sebuah proyek.
* Rekayasa dan desain (engineering and design)
Pada tahap rekayasa dan desain terdapat dua tahapan yaitu: (1) rekayasa dan desain awal; (2) rekayasa dan
desain terperinci. Kedua tahapan di atas saling berkesinambungan.
1 Rekayasa dan desain awal
Tahap ini merupakan tahap awal dari sebuah proses desain. Pemilik, atau penyedia dana akan menjabarkan
dan mejelaskan setiap keinginan serta visi, dan misi mereka akan desain bangunan yang diinginkan.
Kemudian arsitek, akan mendesain bangunan tersebut berdasarkan keinginan pemilik. Setelah desain
bangunan rampung maka akan dipresentasikan kepada pemilik, untuk disetujui atau direvisi. Proses ini
dapat berlangsung berkali-kali sampai pemilik merasa puas akan hasil arsitektur dan penentuan material
dari bangunan yang akan dibuat. Hasil dari tahap ini adalah gambar arsitek.
2 Rekayasa dan desain terperinci
Setelah gambar arsitek disetujui, tahapan selanjutnya adalah memberikan gambar arsitek tersebut pada
konsultan perencana stuktur untuk dibuat gambar struktur dari bangunan tersebut. Gambar struktur
mencakup komponen-komponen struktural yang ada, serta akan menjadi acuan untuk perhitungan kekuatan
struktur dari bangunan tersebut. Pada proses ini juga akan ditentukan spesifikasi jenis dan bahan struktural
dari setiap komponen material yang akan digunakan. Hasil dari tahap ini adalah gambar struktur, analisa
struktur, serta spesifikasi teknis dari pekerjaan struktur.
* Pengadaan (procurement)
-
11
Pada tahap pengadaan dilakukan tender, dimana pemilik memilih kontraktor yang akan membangun dan
melaksanakan pekerjaan konstruksi. Proses tawar-menawar akan terjadi hingga akhirnya diadakan penunjukan dan
pengikatan kontrak dengan berbagai pihak yang akan terlibat dan bertanggung jawab atas proyek tersebut antara
lain kontraktor utama, konsultan pengawas, quantity surveyor, sub kontraktor, dll. Pembagian tanggung jawab
setiap pihak dan lingkup pekerjaan akan bervariasi untuk setiap proyek, bergantung pada skala proyek, dan
keinginan dari pemilik proyek.
* Konstruksi (construction)
Setelah semua pihak yang akan melaksanakan proyek telah ditunjuk, maka pada tahap ini dilakukan
pembangunan secara fisik. Tahap ini membutuhkan koordinasi antar pihak-pihak yang ada, agar tercapai satu
tujuan bersama yaitu menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai dengan mutu spesifikasi, dan biaya sesuai
anggaran.
* Memulai & penerapan (start up and implementation)
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan dan pengujian produk akhir bangunan, apakah sesuai dengan desain
dan spesifikasi teknis yang diberikan. Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan kualitas, serta fungsi dari seluruh
komponen-komponen bangunan mulai dari struktur, arsitek, mekanikal maupun elektrikal yang ada. Inti dari tahap
ini adalah inspeksi sebelum dilakukannya serah terima. Serah terima dibagi ke dalam dua tahap yaitu Partial
Handover dan Final Handover, dimana pada Partial Handover menuju Final Handover terdapat masa
pemeliharaan yang umumnya satu tahun.
* Operasi atau pemanfaatan (operation or utilization)
Tahap ini adalah tahap pemanfaatan dimana bangunan yang sudah jadi difungsikan dan dirawat agar dapat
bertahan lama. Segala aspek fungsional dari bangunan dirawat agar tetap dapat beroperasi dengan baik. Tahap ini
dilakukan secara berkala dan terus-menerus agar umur bangunan konstruksi yang telah dibangun dapat mencapai
masa guna bangunan yang optimum.
2.2.5. Hubungan Kerja Proyek
Terdapat beberapa tipe struktur organisasi proyek, tetapi yang akan dibahas adalah Professional
Construction Management. Hubungan kerja ini mempersatukan suatu tim tiga kelompok yag terdiri dari pemilik,
kontraktor, dan konsultan pengawas dalam suatu tata hubungan yang saling mendukung. Hal ini memberikan
pemilik wewenang untuk berperan secara penuh dalam pelaksanaan dan pengawasan proyek konstruksi. Sebagai
pimpinan tertinggi pemilik juga dapat mendelegasikan kekuasaannya pada perseorangan atau badan hukum lainnya
-
12
seperti konsultan pengawas, dimana konsultan pengawas dapat mewakili pemilik di lapangan, tetapi tetap berada di
bawah pemilik.
Pemilik
Konsultan
Perencana
Kontraktor
Utama
Konsultan
Pengawas
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Professional Construction Management
Berikut ini adalah struktur organisasi yang diterapkan dalam proyek apartemen The Kencana:
Gambar 2.4 Struktur Organisasi proyek apartemen The Kencana
2.2.5.1. Pemilik / Pemberi Tugas
Pemilik atau pemberi tugas adalah perseorangan atau badan hukum yang memiliki modal untuk membiayai
suatu proyek pembangunan, dan kemudian menugaskan kepada pihak lain baik berupa perseorangan atau badan
hukum untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Berikut beberapa tanggung jawab, tugas serta wewenang dari
pemilik;
1 Menentukan sistem kontrak pembangunan.
2 Menyediakan dana yang diperlukan untuk biaya pembangunan.
3 Menyusun struktur organisasi proyek.
4 Memberikan denda bila terjadi pelanggaran kontrak
5 Menugaskan pekerjaan batal tambah sesuai kebutuhan
Pemberi Tugas Perencanaan &
Estimate internal
Konsultan Perencana
Manajemen Konstruksi
Quantity Surveyor
Kontraktor Pondasi
Kontraktor Struktur,
arsitek dan plumbing
Kontraktor Mekanikal
Kontraktor Elektrikal
Pengadaan Material
-
13
6 Melakukan pembayaran kepada kontraktor dan konsultan sesuai dengan kesepakatan di dalam kontrak.
7 Mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK).
8 Menyetujui atau menolak perubahan pekerjaan.
9 Menyediakan lahan pembangunan.
10 Mengawasi perkembangan proyek.
11 Memantau perkembangan kemajuan proyek.
2.2.5.2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah perseorangan atau badan hukum yang dipercayakan untuk merancang
bangunan sesuai keinginan pemilik. Konsultan perencana bertanggung jawab atas segala desain dalam proyek ini,
bertanggung jawab atas desain struktur, desain arsitek, dan sistem mekanikal dan elektrikal, serta termasuk dalam
lingkup kerja mereka adalah mendesain konsep perencanaan sesuai dengan target yang diinginkan pemilik. Berikut
beberapa tanggung jawab, tugas serta wewenang dari konsultan perencana:
1 Bertanggung jawab atas perencanaan bangunan dari segi arsitektur, tampak luar bangunan, dan interior serta
penggunaan material arsitektur yang sesuai dengan permintaan pemilik.
2 Bertanggung jawab atas perencanaan dan perhitungan struktur yang kuat, dan aman, sesuai dengan permintaan
pemilik.
3 Bertanggung jawab atas perencanaan seluruh komponen mekanikal dan elektrikal bangunan sesuai peruntukan
bangunan, dengan tetap memperhitungkan nilai keamanan dan keselamatan sesuai dengan permintaan pemilik.
4 Merevisi gambar sesuai dengan permintaan pemilik.
5 Menyediakan data-data proyek yang dibutuhkan.
6 Melaksanakan dan mematuhi semua hal yang tercantum dalam kontrak dan addendum-addendum yang telah
disepakati.
7 Bertanggung jawab apabila terjadi kegagalan akibat kesalahan perencanaan.
-
14
2.2.5.3. Konsultan Pengawas / Manajemen Konstruksi
Konsultan pengawas adalah perseorangan atau badan hukum yang bertindak mewakili pemilik dalam
melaksanakan koordinasi, pengawasan, pengendalian, serta mencegah dan mengantisipasi segala permasalahan dan
ketidaksesuaian pekerjaan yang diakibatkan oleh para kontraktor. Tugas dari konsultan pengawas adalah
mengawasi kontraktor utama serta kontraktor spesialis atau setiap pihak yang terlibat dalam proses konstruksi dan
melaporkan kepada pemilik bila terjadi ketidaksesuaian pekerjaan. Berikut beberapa tanggung jawab, tugas serta
wewenang dari konsultan pengawas:
1 Mewakili pemilik dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
2 Sebagai penghubung antara konsultan perencana dan kontraktor utama.
3 Mengawasi kontraktor agar pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang telah
ditetapkan oleh konsultan perencana.
4 Mengantisipasi permasalahan yang mungkin terjadi atau membantu mengatasi permasalahan yang sudah
terjadi.
5 Melaporkan kemajuan proyek kepada pemilik.
2.2.5.4. Quantity Surveyor
Menurut Australian Institute of Quantity Surveyor (AIQS): Quantity Surveyor adalah salah satu dari Tim
penasehat professional dalam industri konstruksi, (juga disebut Construction Economists, Construction Cost
Managers, Cost Consultans, Cost Engineers, Estimators) yang memiliki keahlian yang meliputi:4
Melakukan estimate and monitoring construction cost dari tahap awal sampai tahap akhir (termasuk
menyiapkan Bill of Quantities)
Menyelengggarakan tender
Menetapkan tipe kontrak (termasuk menetapkan pasal khusus yang diperlukan)
Menghitung pengurangan pajak konstruksi
Menghitung nilai klaim asuransi dan klaim konstruksi
Menjalankan mediasi dan arbitrase dalam suatu sengketa konstruksi.
2.2.5.5. Kontraktor Utama
4 http://www.aiqs.com.au/
-
15
Kontraktor utama adalah perseorangan atau badan hukum yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
konstruksi bangunan. Kontraktor berkewajiban melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai kontrak yang telah
disepakati serta sesuai dengan gambar teknis, spesifikasi teknis, serta jadwal proyek yang telah disepakati
sebelumnya. Mengkoordinasikan sub-kontraktor yang terkait untuk melaksanakan pekerjaan di lapangan sesuai
kontrak. Perihal penunjukan sub kontraktor hal tersebut merupakan wewenang dari kontraktor utama, akan tetapi
segala tanggung jawab dalam setiap pelaksanaan konstruksi tetap diemban oleh kontraktor utama sesuai
kesepakatan. Kontraktor utama bertanggung jawab kepada pemilik melalui persetujuan kontrak yang telah disetujui
bersama. Kontraktor utama wajib melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan desain, kualitas, dan jadwal yang
telah ditentukan oleh konsultan perencana. Berikut beberapa tanggung jawab, tugas serta wewenang dari
kontraktor utama:
1 Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pemilik.
2 Mengatur proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan persetujuan pemilik.
3 Menjalankan pekerjaan pekerjaan di lapangan sesuai perencanaan.
4 Mengawasi pengujian dan pengerjaan material di lapangan.
5 Menyediakan setiap peralatan dan sistem yang diperlukan.
6 Meminta perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaaan konstruksi apabila keterlambatan bukan akibat
kesalahan pihak kontraktor.
7 Melaksanakan instruksi yang dikeluarkan oleh manajemen konstruksi untuk pekerjaan tambah atau kurang.
8 Berkonsultasi dengan pihak konsultan struktur apabila mengalami kesulitan dalam pengerjaan konstruksi.
9 Melaporkan hasil pekerjaan secara rutin kepada Owner.
10 Bertanggung jawab apabila terjadi kegagalan akibat kesalahan kontraktor pelaksana.
2.3. Balanced Scorecard
Dalam tugas akhir ini sistem pengukuran yang digunakan adalah Balanced Scorecard, berikut ini
penjelasan singkat mengenai Balanced Scorecard.
2.3.1. Definisi Dasar Balanced Scorecard
-
16
Balanced Scorecard adalah sebuah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara
ekstensif dalam bisnis dan industri, pemerintah, dan organisasi nirlaba di seluruh dunia untuk kegiatan usaha untuk
menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, dan memantau kinerja
organisasi terhadap strategis tujuan.5 Sementara menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Young mendefinisikan
Balanced Scorecard sebagai sebuah sistem manajemen dan pengukuran yang melihat kinerja bisnis dari empat
perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.6
2.3.2. Sejarah Balanced Scorecard
Konsep Balanced Scorecard dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Pada tahun1960-
an. Perancis mengembangkan suatu konsep yang sama dengan Balanced Scorecard yang dinamai Tableau de
Bord atau Dashboard. Ide dari Balanced Scorecard sendiri pertama kali dipublikasikan dalam artikel Robert S.
Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul Balanced
Scorecard----Measures that Drive Performance
Dalam perkembangannya, Balanced Scorecard kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolak ukur
bisnis dengan strategi perusahaan. Norton dan Kaplan menjelaskan pentingnya memilih tolak ukur berdasarkan
keberhasilan strategi dalam artikel kedua Harvard Business Review, Putting the Balanced Scorecard to Work.
Dalam artikel ini menunjukan bagaimana beberapa perusahaan menggunakan Balanced Scorecard, beberapa
perusahaan seperti: Rockwater, Apple Computer, dan Advanced Micro Devices mengilustrasikan bagaimana
scorecard mengkombinasikan pengukuran dan manajemen di beberapa perusahaan yang berbeda
Mulai pertengahan tahun 1993, perusahaan konsultan yang dipimpin oleh David P. Norman, Renaissance
Solution, Inc., menerapkan Balance Scorecard sebagai sarana untuk menerjemahkan dan mengimplementasikan
strategi diberbagai perusahaan kliennya. Sejak saat itu Balance Scorecard tidak hanya digunakan sebagai sistem
pengukuran kinerja namun berkembang lebih jauh sebagai sistem manajemen strategi.
Keberhasilan pemanfaatan Balanced Scorecard tersebut dilaporkan dalam sebuah artikel di Harvard
Business Review dengan judul: Using Balanced Scorecard as a Strategic Management System. Artikel ini
menjelaskan bagaimana suatu perusahaan harus berkompetisi dalam era informasi sekarang ini dengan
meningkatkan kemampuannya dalam mengeksploitasi intangible assets, lebih baik dari sekedar mengelola tangible
assets-nya.
5 www.balancedscorecard.org 6 Anthony A. Atkinson, Rajiv D. Banker, Robert S. Kaplan, & S. Mark Young, Management Accounting. Second Edition
-
17
Dalam sebuah forum diskusi para akuntan mengemukakan pandangan bahwa Balanced Scorecard lebih
sebagai teori yang pantas untuk didiskusikan di bangku akademik, ini merupakan suatu pernyataan yang
kontradiktif dengan sejarah yang sudah dijelaskan di atas, dimana Balanced Scorecard sendiri lahir dari praktik di
lapangan. Dengan semakin berkembangnya Balanced Scorecard sehingga banyak digunakan oleh perusahaan besar
baik itu jasa ataupun manufaktur. Hingga akhirnya penerapan Balanced Scorecard pada tugas akhir ini yang
digunakan dalam pekerjaan konstruksi.
2.3.3. Tujuan Balanced Scorecard
Tujuan dari Balanced Scorecard adalah memonitor setiap kegiatan suatu perusahaan yang berjalan dalam
empat perspektif; keuangan, pelanggan, proses usaha internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Dimana
pengendalian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan peringatan dini pada saat adanya indikasi
penyimpangan dalam proses kerja yang telah ditentukan. Dengan kata lain Balanced Scorecard merupakan sebuah
sistem yang ditujukan untuk mengawasi proses kerja dan berguna untuk mengoptimalkan kinerja dengan perbaikan
berkesinambungan. Balanced Scorecard dapat diaplikasikan pada setiap pekerjaan yang memerlukan proses kerja.
Proses tersebut dapat berupa sebuah proses yang menghasilkan produk ataupun jasa. Tetapi pada pembahasan
tugas akhir ini, seperti yang telah dibatasi pada batasan masalah, kita akan memfokuskan diri pada Balanced
Scorecard untuk jasa (konstruksi).
2.3.4. Konsep Dasar Balanced Scorecard
Konsep Balanced Scorecard merupakan suatu sarana untuk mengkomunikasikan persepsi strategi dalam
suatu perusahaan secara sederhana dan mudah dimengerti oleh pihak dalam perusahaan, terutama pihak organisasi
yang akan merumuskan strategi perusahaan. Balanced Scorecard terdiri dari dua suku kata yaitu kartu
nilai (scorecard) dan berimbang (balanced). Maksudnya adalah kartu nilai untuk mengukur kinerja personil
yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan, serta dapat digunakan sebagai evaluasi. Serta berimbang
artinya kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan
jangka panjang, intern dan ekstern. Karena itu jika kartu nilai personil digunakan untuk merencanakan skor yang
hendak diwujudkan di masa depan, personil tersebut harus memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian
-
18
kinerja keuangan dan non-keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja bersifat
internal dan kinerja eksternal.7
2.3.5. Prinsip Dasar Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem yang berorientasi pada strategi perusahaan, dimana pemimpin
perusahaan menjabarkan visi, misi dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Balanced
Scorecard memberikan kerangka untuk menjelaskan dan mengkomunikasikan strategi dengan cara yang konsisten
dan berwawasan. Pada dasarnya Balanced Scorecard diterapkan untuk memonitor kinerja agar tetap berorientasi
pada strategi perusahaan, dimana diharapkan visi, misi perusahaan dapat tercapai.
2.3.5.1. Penjabaran Strategi
Dalam Prosesnya, Balanced Scorecard menemukan cara pandang bahwa strategi adalah titik awal dimana
scorecard dikembangkan. Secara konseptual, Balanced Scorecard berasumsi bahwa strategi adalah pusat bagi
pergerakan organisasi. Sebagai pusat sistem berarti strategi harus menjadi dasar dan referensi aktivitas organisasi,
anggaran, sistem pengukuran kinerja, sistem insentif, program kerja harian pegawai, dan lainnya. Proses
penjabaran strategi dapat digambarkan sebagai berikut:
Vision and Strategy
Financial
Customer
Prosess
Infrastructure
Objectives
Measures
Targets
Initiatives
Gambar 2.5 Proses penjabaran strategi
Sebagai contoh sebuah perusahaan mungkin merincikan suatu tujuan (objective) meningkatkan pendapatan
dengan memperkenalkan produk baru. Tolak ukur kinerja (measures) mungkin adalah persentase pendapatan
penjualan dari penjualan produk baru. Target atau standar untuk tahun yang akan datang untuk tolak ukur mungkin
20%, yaitu 20% dari total pendapatan untuk tahun yang akan datang harus berasal dari penjualan produk baru.
Inisiatif (Initiatives) mendeskripsikan bagaimana semua hal ini bisa tercapai.
7 http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/07/24/balance-scorecard
-
19
2.3.5.2. Prinsip-prinsip Sistem Manajemen Strategis
Tujuan utama dari manajemen strategi adalah untuk mendefinisikan mengapa dalam persaingan beberapa
perusahaan bisa sukses sementara sebagian lainnya mengalami kegagalan. Definisi dari manajemen strategi
menurut Pierce dan Robinso adalah: sejumlah keputusan dan tindakan yang menghasilkan rumusan dan
implementasi dari rencana yang dibentuk untuk mencapai tujuan perusahaan.
Agar suatu perusahaan atau organisasi bisa fokus terhadap strategi, Kaplan dan Norton menyebutkan lima prinsip
yang harus dijalankan perusahaan:8
1. Menerjemahkan strategi dalam bentuk operasional
2. Menyelaraskan organisasi dengan strategi
3. Menjadikan strategi sebagai pekerjaan rutin pegawai
4. Menjadikan strategi sebagai sebuah proses yang berkesinambungan
5. Memobilisasi perubahan melalui kepemimpinan eksekutif
Gambar 2.6 Prinsip-prinsip Strategy Focused Organization
Diadaptasi dari David P. Norton, The Balanced Scorecard: Translating Stragey into Action
2.4. Aspek-Aspek Dalam Balanced Scorecard
8 Robert S. Kaplan dan David P. Norton, op. cit.,2001
-
20
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang
melihat dalam 4 perspektif. Balanced Scorecard yang dirancang dengan baik mengkombinasikan antara
pengukuran keuangan dari kinerja masa lalu dengan pengukuran dari pemicu kerja masa depan perusahaan. Berikut
akan dijelaskan mengenai aspek-aspek penting dalam Balanced Scorecard.
2.4.1. Perspektif Keuangan
Secara tradisional, laporan keuangan merupakan indikator historisagregatif
yang merefleksikan akibat dari implementasi dan eksekusi strategi dalam satu periode. Pengukuran kinerja
keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar
bagi keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus
berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham. Pengukuran
kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan
harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula.
Growth : Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan di mana perusahaan memiliki produk atau jasa yang
secara siknifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik.
Sustain : Tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan
mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik.
Harvest : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar memanen/menuai hasil investasi di tahap-tahap
sebelumnya.
2.4.2. Perspektif Pelanggan
Perspektif ini merupakan leading indicator, karena pelanggan merupakan sumber pemasukan bagi
perusahaan, jika pelanggan tidak puas mereka akan mencari produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kinerja yang buruk pada perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun saat ini
kinerja keuangan terlihat baik.
Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu: customer core measurement dan
customer value propositions.
1. Customer core measurement, terdapat lima tolak ukur yang tergabung dalam kelompok ini:
Market share, mengukur bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada
-
21
Customer retention, mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen
Customer acquisition, mengukur suatu unit bisnis dalam menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis
baru
Customer satisfaction, tingkat kepuasan pelanggan terhadap kriteria kinerja tertentu, seperti tingkat pelayanan
Customer profitability, mengukur laba bersih yang diperoleh perusahaan dari suatu target atau sekmen pasar
yang dilayani
Gambar 2.7 Customer Core Measurement Group
2. Customer value proposition, merupakan pemicu kerja yang menyangkut pertanyaan apa yang harus disajikan
perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan loyalitas, retensi dan akuisisi konsumen yang tinggi. Atribut yang
digunakan perusahaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Product/service attributes, meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga dan kualitasnya. Dalam hal ini prioritas
konsumen bisa berbeda-beda, ada konsumen yang mengutamakan fungsi dari produk, penyampaian yang tepat
waktu dan harga terjangkau.
Customer relationship, meliputi pengiriman produk dan jasa kepada pelanggan, termasuk dimensi waktu dan
respon pelanggan dan apa yang dirasakan pelanggan saat membeli produk dari perusahaan.
Image and reputation, menggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk
berhubungan dngan perusahaan.
Gambar 2.8 Customer Value Proposition Group
-
22
2.4.3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif ini, agar dapat menentukan tolak ukur bagi kinerja ini, manajemen perusahaan pertama-
tama perlu mengidentifikasi proses bisnis internal yang terdapat di dalam perusahaan. Scorecard dalam perspektif
ini memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau
jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Kaplan dan Norman membagi proses bisnis internal ke dalam
tiga proses: inovasi, operasi dan layanan purna jual.
1. Proses inovasi
Proses inovasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasar dan menciptakan produk atau
jasa memenuhi kebutuhan pasar tersebut.
2. Proses operasi
Tahap ini merupakan tahap aksi dimana perusahaan secara nyata berupaya untuk memberikan solusi kepada
para pelanggan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka.
3. Proses pelayanan purna jual
Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/jasa tersebut dilakukan.
Gambar 2.9 Perspektif Proses Bisnis Internal Model Rantai Nilai Gerak
2.4.4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan
prosedur organisasi. Hasil dari ketiga pengukuran perspektif sebelumnya biasanya akan menunjukan kesenjangan
yang besar antara kemampuan orang, sistem dan prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk
mencapai kinerja yang diinginkan. Itu sebabnya, perusahaan harus melakukan investasi di ketiga faktor tersebut
-
23
untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajaran. Dalam perspektif ini, perusahaan memiliki
tolak ukur: employee capabilities, information system capabilities, dan motivation, empowerment, and alignment9.
1. Employee capabilities
Akibat adanya pergeseran teknologi yang menunjukkan seluruh pekerjaan diotomatisasi, maka pekerjaan yang
sama yang dilakukan secara terus-menerus pada tahap efisiensi dan produktivitas yang tidak sama, tidak lagi
cukup bagi tercapainya keberhasilan oleh karena itu perusahaan harus melakukan perbaikan terus-menerus.
2. Information systems capabilities
Bagaimanapun juga , meski motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan
perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang
memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu
dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.
3. Motivation, empowerment,and alignment
Ukuran dari motivasi karyawan adalah jumlah saran per-pegawai, dimana ukuran ini menangkap partisipasi
karyawan yang sedang berlangsung dalam memperbaiki kinerja perusahaan dan tingkat kualitas partisipasi
karyawan dalam memberikan saran untuk perbaikan.
Gambar 2.10 Kerangka Kerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
2.5. Kinerja Proyek
Kinerja Proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut dengan membandingkan hasil kerja nyata
dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja yang disepakati oleh pihak Owner dan kontraktor pelaksana.
Banyak contoh dimana terjadi dalam laporan suatu kegiatan dalam proyek yang berlangsung lebih cepat dari
9 Robert S. Kaplan dan David P. Norman, op. cit., 1996
-
24
jadwal sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi ternyata biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran. Bila tidak
segera dilakukan tindakan pengendalian, maka dapat berakibat proyek tidak dapat diselesaikan secara keseluruhan
karena kekurangan dana.
2.5.1. Pengukuran Kinerja
Anderson dan Clancy mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai:10
feedback from the accountant to management that provides information about how well the action
represent the plans; it also identifies where managers may need to make corrections or adjustments
in future planning and contolling activities.
Dalam situasi yang normal semestinya performance driver yang jitu akan menghasilkan outcome measures
terbaik. Sementara itu, Anthony, Banker, Kaplan dan Young mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai:11
the
activity of measuring the performance of an activity or the entire value chain
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran
yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil dari pengukuran
tersebut nantinya akan digunbakan sebagai umpan balik yang akan memeberi informasi prestasi pelaksanaan suatu
rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan
pengendalian.
2.5.2. Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Lynch dan Cross, manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut:12
a. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada
pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya member kepuasan kepada
pelanggan;
b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok
internal;
10 Lane K. Anderson & Donald K. Clancy, Cost Accounting, Homewood, Boston: Richard D.Irwin 11 Anthony A. Atkinson, Rajiv D. Banker, Robert S.Kaplan, & S. Mark Young, Management Accounting. Second Edition 12
Richard L. Lynch dan Kelvin F. Cross, Kinerjance Measurement System, Handbook of Cost Management.
-
25
c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan
tersebut (reduction of waste);
d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat
proses pembelajaran organisasi;
e. Membangun consensus untuk melakukan suatu perubahan dengan member reward atas perilaku yang
diharapkan tersebut.
2.5.3. Persyaratan Sistem Pengukuran Kinerja
Dengan munculnya berbagai paradigma baru di mana bisnis harus digerakan oleh customer-focused, suatu
sistem pengukuran kinerja yang efektif, paling tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:13
a. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan;
b. Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang customer-validated;
c. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan
penilaian yang komperhensif;
d. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali masalah-masalah yang ada
kemungkinan perbaikan.
2.5.4. Key Performance Factors
Dalam sebuah proyek terdapat faktor yang menjadi tolak ukur pengukuran dari indikator yang dicari, dalam
hal ini adalah proyek konstruksi, berikut ini beberapa faktor yang menetukan indikator tersebut:
1. Kinerja waktu konstruksi
Waktu adalah durasi untuk menyelesaikan sebuah proyek konstruksi. Hal ini telah di jadwalkan sehingga
sebuah proyek konstruksi memungkinkan untuk dapat digunakan
2. Kinerja biaya konstruksi
Biaya didefinisikan sebagai sejauh mana kondisi umum mendukung penyelesaian proyek dalam perkiraan
anggaran. Biaya tidak hanya terbatas pada jumlah tender saja, tetapi biaya keseluruhan untuk pengadaan
proyek dari awal sampai selesai.
13
Ibid.hlm. 55.
-
26
3. Kinerja kualitas
Dalam dunia konstruksi, kualitas didefinisikan sebagai totalitas fitur yang diperlukan oleh produk atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau dapat dikatakan kesesuaian untuk suatu tujuan. Saat ini kualitas
adalah jaminan dari produk yang meyakinkan pelanggan untuk membeli atau menggunakan.
4. Kinerja kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Kesehatan dan keselamatan kerja didefinisikan sebagai sejauh mana kondisi umum proyek mendukung
penyelesaian proyek tanpa terjadi kecelakaan berat.
5. Kinerja lingkungan
Industry konstruksi telah dianggap sebagai penyumbang utama dampak lingkungan. Proyek konstruksi
mempengaruhi lingkungan dengan berbagai cara di seluruh siklus hidup mereka.
6. Harapan dan kepuasan klien/pengguna/tim proyek (Stakeholder)
Harapan dan kepuasan stakeholder telah dikembangkan menjadi ukuran penting untuk memungkinkan
melakukan sebuah pengukuran kinerja proyek dan organisasi.
7. Kinerja tim proyek
Tim kerja proyek merupakan kelompok kerja yang relatif permanen, namun juga bisa bersifat temporer yang
bertugas untuk menyelesaikan sebuah proyek tertentu.
2.5.5. Definisi Proyek Sukses
Konsep proyek sukses belum mempunyai arti yang eksak dan dapat diterima oleh semua pihak. Hal ini
dikarenakan bahwa definisi suatu proyek sukses bagi satu orang dengan yang lain tidaklah sama. Kriteria dari
proyek sukses bertahan seiring dengan berjalannya waktu. Dari beberapa studi literatur, didapat beberapa definisi
proyek suskes, antara lain:
Proyek dikatakan sukses jika anggaran, waktu, kesesuaian dengan harapan pengguna, spesifikasi, kualitas
pengerjaan dan minimalisasi gangguan konstruksi bisa dipenuhi.14
Proyek diselesaikan tepat waktu, sesuai dengan anggaran, spesifikasi teknik dan bisa menjawab kepuasan
klien.15
Proyek konstruksi dapat dikatakan sukses apabila mempunyai hasil yang sesuai atau lebih baik dari pada yang
direncanakan dalam sasaran biaya, jadwal dan kualitas (Pauline, 2008).
14 Songer, A.D. dan Molenaar, K.R. 1997, Project Characteristics for Successful Public-sector 15
Takim, R., Akintoye, A., Kinerjance Indicators for Successful Construction Project Kinerjance,18th Annual ARCOM Conference
-
27
Pendapat De wit (1992), proyek dianggap mencapai sukses secara keseluruhan bila proyek bisa memenuhi
spesifikasi teknik dan atau misi yang harus dicapai, dan tingkat kepuasan tertinggi dalam proyek terdapat pada
tim proyek dan klien dari proyek tersebut.
2.5.6. Key Performance Indicator (KPI)
Dalam tugas akhir ini diperlukan sebuah indikator yang digunakan sabagai acuan pengukuran kinerja, Key
Performance Indicator (KPI) adalah bagian dari Performance Indicators atau indicator kinerja organisasi. Jumlah
indikator kinerja yang dipilih sebagai Key Performance Indicator (KPI) ini biasanya tidak banyak, namun
demikian hasil pengukuran melalui indikator tersebut dapat digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
2.5.6.1. Definisi Key Performance Indicator
Adapun Key Performance Indicator (KPI), merujuk pada definisi yang dirumuskan dalam Performance
Indicator Resource Catalogue yang diterbitkan oleh Australian Government, Department of Finance and
Administration (2006), adalah ukuran spesifik tentang kinerja organisasi dalam wilayah bisnisnya. Ukuran tersebut
dapat berupa keuangan dan non-keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja strategis organisasi.16
Sebagai alat ukur kinerja strategis organisasi, Key Performance Indicator (KPI) dapat mengindikasikan kesehatan
dan perkembangan organisasi, dan atau keberhasilan kegiatan, program atau penyampaian pelayanan untuk
mewujudkan target-target atau sasaran organisasi.
Key Performance Indicator (KPI) dapat berbentuk ukuran kuantitatif maupun kualitatif, dalam tugas akhir
ini akan digunakan keduanya, di mana pengukuran dalam proyek konstruksi ini akan menilai jumlah pekerjaan
yang dilakukan dengan kualitas pekerjaan yang dihasilkan.
2.5.6.2. Kriteria Key Performance Indicator
Pada beberapa literatur disebutkan kriteria-kriteria Key Performance Indikator (KPI) yang antara lain
meliputi: Specific, Measurable, Achievable, Reliable, dan Timely, yang dalam akronim menjadi SMART. Schiavo-
Campo (1999) juga menguraikan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh Key Performance Indicator (KPI), yang
kemudian dirumuskannya dalam akronim CREAM:
16
Australian Government, Department of Finance and administration, Kinerjance Indicator Resource Catalogue, 2006
-
28
1. Clear; Key Performance Indicator (KPI) terdefinisikan secara jelas dan tidak memiliki makna ganda.
2. Relevant; mencukupi untuk pencapaian tujuan, atau menangani aspek-aspek obyektif yang relevan.
3. Economic; data atau informasi yang diperlukan akan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya
yang tersedia.
4. Adequate; oleh dirinya sendiri atau melalui kombinasi dengan yang lain, pengukuran harus menyediakan dasar
yang mencukupi untuk menaksir kinerja.
5. Monitorable; dalam rangka kejelasan dan ketersediaan informasi, indikator harus dapat diterima bagi penilai
atau evaluator kinerja yang independent.
2.5.6.3. Persiapan Key Performance Indicators
Karena Key Performance Indicators merupakan alat ukur kinerja sebuah perusahaan, maka Key
Performance Indicators juga harus mencerminkan tujuan yang ingin diraih oleh perusahaan tersebut. Artinya, Key
Performance Indicators setiap perusahaan bisa jadi berbeda sesuai dengan kebutuhannya.
Oleh karena itu sebelum menetapkan Key Performance Indicators, perusahaan harus melakukan beberapa
persiapan berikut ini:
1. Menetapkan tujuan yang hendak dicapai.
2. Memiliki bisnis proses yang telah terdefinisi dengan jelas.
3. Menetapkan ukuran kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
4. Memonitor setiap kondisi yang terjadi serta melakukan perubahan yang diperlukan guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
Key Performance Indicators membutuhkan perencanaan yang matang. Selain itu juga harus didukung oleh
ketersediaan data dan informasi yang akurat serta konsisten.
2.5.6.4. Manfaat Key Performance Indicators
Pengelolaan kinerja pegawai melalui sistem KPI memberikan sejumlah manfaat positif bagi perusahaan,
diantaranya adalah :
-
29
Melalui metode Key Performance Indicators maka kinerja setiap pegawai dapat dievaluasi secara lebih
obyektif dan terukur, sehingga dapat mengurangi unsur subyektivitas yang sering terjadi dalam proses penilaian
kinerja pegawai.
Melalui penentuan Key Performance Indicators (KPI) secara tepat, setiap pegawai juga menjadi lebih paham
mengenai hasil kerja yang diharapkan darinya. Hal ini akan mendorong pegawai bekerja lebih optimal untuk
mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
Melalui penetapan Key Performance Indicators yang obyektif dan terukur, maka proses pembinaan kinerja
pegawai dapat dilakukan secara lebih transparan dan sistematis.
Hasil skor Key Performance Indicators yang obyektif dan terukur juga dapat dijadikan dasar untuk pemberian
reward dan punishment pegawai. Dengan demikian, pegawai yang kinerjanya lebih bagus akan mendapat
reward, sebaliknya yang kerjanya kurang baik akan mendapat punishment.
2.5.6.5. Key Performance Indicators Dalam Konstruksi
Dalam penjelasan sebelumnya mengenai key performance factor, terdapat tujuh faktor yang digunakan
dalam dunia konstruksi sebagai acuan indikator, berikut akan dijabarkan setiap indikatornya17
.
Kinerja waktu konstruksi :
Waktu konstruksi yang ditetapkan untuk menyelesaikan sebuah proyek konstruksi (construction time)
Kecepatan konstruksi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek konstruksi (speed of construction)
Time variation yang terjadi pada akhir fase konstruksi
Waktu yang hilang karena perubahan /penundaan jadwal yang terjadi pada saat fase konstruksi
Kinerja biaya konstruksi :
Klaim biaya/denda yang dikeluarkan karena adanya suatu kesalahan pada fase konstruksi (cost claims)
Cost variation yang ditinjau pada akhir fase konstruksi (percentage net variation over final cost)
Unit cost proyek konstruksi yang sedang dikerjakan dibandingkan dengan unit cost proyek konstruksi serupa
(unit cost = total nilai kontrak dibagi total luas bangunan)
Biaya tidak terduga yang terjadi pada saat fase konstruksi
Kinerja kualitas :
17
Skripsi No. 21011736/SIP/2010; Michael Artha Kusuma Jaya, Albert Valentinus Christy W. Universitas Kristen Petra
-
30
Penyampaian, pemahaman, dan pelaksanaan sistem manajemen mutu oleh semua staf proyek pada saat fase
konstruksi
Kesesuaian prosedur dan formulir di manajemen proyek pada saat fase konstruksi
Inspeksi/audit sistem manajemen mutu pada strata proyek yang dilakukan pada saat fase konstruksi
Cacat/defect dari produk (tidak sesuai standar mutu proyek) yang terjadi pada saat fase konstruksi, saat produk
siap dipakai dan saat akhir masa retensi
Kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) :
Perencanaan K3 yang disusun, yang meliputi rencana kerja K3 dan prosedur evakuasi
Implementasi manajemen K3 pada proyek konstruksi saat fase konstruksi sedang berlangsung, yang meliputi
kelengkapan fasilitas K3, pelatihan K3, dan inspeksi K3
Kepatuhan pada peraturan K3 dan pemberlakuan reward-punishment dalam peraturan K3 pada saat fase
konstruksi
Kecelakaan kerja yang berakibat fatal yang menyebabkan menurunnya kinerja pekerja
Kinerja lingkungan :
Pengawasan emisi limbah dari kegiatan konstruksi pada saat fase konstruksi
Pengendalian material dan manajemen limbah pada saat fase konstruksi
Pertemuan/rapat yang dilakukan untuk membahas isu lingkungan yang dapat mempengaruhi aktifitas proyek
konstruksi
Pengetahuan, pelatihan, dan kampanye tentang isu lingkungan dalam dunia konstruksi
Keluhan tentang lingkungan yang diterima, serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan keluhan tersebut
Kepuasan stakeholder :
Kepuasan klien terhadap produk dalam kualitas, estetika dan material yang digunakan
Kepuasan klien terhadap pelayanan dalam hal kerja sama, kecepatan dan kehandalan pelayanan, pemenuhan
janji, tanggung jawab dan penyediaan solusi untuk memecahkan masalah
Kepuasan konsumen sebagai pengguna akhir produk konstruksi
Kepuasan tim proyek yang terlibat dalam proyek konstruksi
Kinerja tim proyek :
Kredibilitas project manager, yang meliputi kemampuan menganalisa dan menyelesaikan masalah,
kemampuan memimpin, dan tingkat perhatian terhadap detail pada saat fase konstruksi
Kredibilitas anggota dalam project team
-
31
Dukungan top managemen kepada project team untuk menyelesaikan proyek konstruksi sesuai rencana
Ketentuan yang jelas mengenai tujuan, tanggung jawab, dan wewenang project team
Tingkat kerja sama di kalangan anggota project team untuk menyelesaikan sebuah proyek konstruksi
2.6. Pengawasan Proyek
Pengawasan (project control) merupakan roh atau jiwa dari pembelajaran manajemen konstruksi, itu
sebabnya sanggat penting dan dibutuhkan pengawasan untuk setiap pekerjaan konstruksi yang dilakukan.
Pengawasan proyek adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk mengembangkan, merencanakan serta mengarahkan
tujuan dari suatu kegiatan yang dilakukan sementara, yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dan biaya
sudah ditentukan. Tujuannya adalah agar suatu pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan pengawasan setiap kinerja dalam proyek diharapkan dapat memaksimalkan setiap kinerja yang
dihasilkan oleh setiap orang atau tim.
2.7. Karakter Bangunan Gedung Hunian
Sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2010 DKI Jakarta, bangunan gedung adalah wujud fisik
hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunia atau
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.18
Dalam tugas akhir
ini, penulis memilih proyek yang merupakan gedung hunian berupa kondotel (kondominium hotel) dan apartemen,
sehingga pembahasan mengenai karakter hunian ini akan dipersempit menjadi gedung hunian apartemen.
2.7.1. Pengertian Apartemen
Beberapa definisi dari kata apartemen sebagai berikut:
Menurut buku Site Planning, apartemen didefinisikan sebagai several dwelling units share a common
(usually anindoor) access and are enclosed by a common structural envelope.. yang berarti beberapa bagian
unit hunian yang saling berbagi akses yang sama dan dilingkupi oleh struktur kulit bangunan yang sama.19
18 Peraturan Daerah, nomor 7, 2010, pasal 1, ayat 8, DKI Jakarta 19
Thorsten Rodiek. Die Neue Staatsgakerie Stuttgart t. Stuttgart: Verlag Gerd Hatje, 1984. Site plan.
-
32
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, apartemen didefinisikan sebagai tempat tinggal (terdiri atas kamar
duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb) yang berada pada satu lantai bangunan bertingkat; rumah flat;
rumah pangsa; bangunan bertingkat terbagi dalam beberapa tempat tinggal.20
Suatu kompleks hunian dan bukan rumah tinggal yang berdiri sendiri.21
Gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional dalam arah vertikal dan horizontal dan merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan
digunakan secara terpisah, yang dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama dan benda bersama.22
2.7.2. Karakteristik Apartemen
Ada beberapa hal yang membedakan antara apartemen dengan apartemen lainnya, misalnya tinggi
bangunan, penampilan fasade, fasilitas yang disediakan, struktur yang digunakan, dan kelas apartemen, namun
secara garis besar apartemen memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki jumlah lantai lebih dari satu
2. Terdiri atas beberapa unit hunian dalam satu lantai
3. Setiap unit hunian terdiri atas minimal 3 macam ruang yaitu ruang tidur, dapur dan kamar mandi
4. Setiap penghuni akan saling berbagi fasilitas yang ada pada apartemen
5. Sirkulasi vertikal berupa tangga atau elevator, sementara sirkulasi horizontalnya berupa koridor
6. Setiap unit akan mendapatkan jendela yang menghadap keluar
2.7.3. Klasifikasi Apartemen
Berdasarkan kategori jenis dan besar bangunan apartemen terdiri atas:
High-rise apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri atas lebih dari sepuluh lantai. Dilengkapi area parkir
bawah tanah, sistem keamanan dan servis penuh. Struktur apartemen lebih kompleks sehingga desain unit
apartemen cenderung standar.
Mid-rise apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri dari tujuh sampai dengan sepuluh lantai. Jenis
apartemen ini lebih sering dibangun dikota satelit
20 http://kamusbahasaindonesia.org/apartemen 21 Joseph Dechiar, Time Saver Standart for Building Types 22
Pasal UURS no.16 tahun 1985
-
33
Low-rise apartemen. Apartemen dengan tinggi kurang dari tujuh lantai dan menggunakan tangga sebagai
transportasi vertikal
Walked-up apartemen. Bangunan apartemen yang terdiri atas tiga lantai sampai dengan enam lantai. Apartemen
ini kadang-kadang memiliki elevator, tetapi bisa juga tidak.
Garden apartemen. Bangunan apartemen dua sampai empat lantai. Apartemen ini memiliki halaman dan taman
disekitar bangunan.
Klasifikasi apartemen berdasarkan kepemilikan, yaitu:
Apartemen sewa. Pemilik membangun dan membiayai operasi serta perawatan bangunan, penghuni membayar
uang sewa selama jangka waktu tertentu
Apartemen kondominium. Penghuni membeli dan mengelola unit yang menjadi haknya, tidak ada batasan bagi
penghuni untuk menjual kembali atau menyewakan kembali unit miliknya. Penghuni biasanya membayar uang
pengelolaan ruang bersama yang dikelola oleh pemilik gedung
Apartemen koperasi. Apartemen dimiliki koperasi, penghuni memiliki saham didalamnya. Sesuai dengan unit
yang ditempatinya. Bila penghuni pindah ia dapat menjual sahamnya kepada koperasi atau calon baru dengan
persetujuan koperasi. Biaya operasional dan pemeliharaan ditanggung oleh koperasi.
2.8. Proses Konstruksi
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya proses siklus konstruksi terdiri dari persiapan, merencanakan,
mengeksekusi, memantau mengendalikan,dan menyelesaikan. Oleh sebab itu akan dijabarkan secara garis besar
apa saja yang dikerjakan dalam setiap siklus konstruksi ini.
Tabel 2.1 Proses konstruksi
Siklus proyek konstruksi Pengerjaan dalam proyek
1 persiapan mobilisasi alat dan pekerja
persiapan lahan
2 merencanakan
membuat site plan sesuai dengan gambar arsitek
memesan material yang dibutuhkan
sesuai dengan kebutuhan proyek
3 mengeksekusi mengerjakan sesuai dengan gambar
konstruksi yang diberikan
-
34
berkoordinasi dengan pihak yang ada
mengerjakan bangunan sesuai dengan
mutu dan tepat waktu
menyelesaikan proyek sesuai dengan
kontrak
4 memantau dan mengendalikan
memperbaiki setiap proses pengerjaan
yang terjadi di lapangan
melaporkan setiap hasil kerja secara
berkala
5 menyelesaikan melakukan pemeliharaan pada
bangunan sesuai dengan kesepakatan
kontrak
Pada penelitian ini akan ditekankan pada bagian mengeksekusi karena pada tahap ini diperlukan
pengawasan pekerjaan untuk kesesuaian dengan apa yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya. Sayangnya,
sampai batas waktu penggumpulan penelitian proyek The Kencana masih mengerjakan pekerjaan tanah sehingga
tidak memungkinkan untuk dapat dilakukan pengukuran kinerja yang diinginkan.
2.9. Hasil Penelitian yang Relevan
2.9.1. Performance Management In Construction : A Conceptual Framework23
Jurnal ini membahas mengenai literatur dari manajemen kinerja atau pengukuran dalam berbagai jenis
industri dengan tujuan menggunakan pendekatan terbaik ke dalam proses konstruksi. Sebuah kerangka kerja
disajikan yang menjamin bahwa strategi yang efektif digunakan untuk membentuk manajemen kinerja sistem yang
dapat diadopsi oleh organisasi konstruksi. Proses Kerangka Kinerja Konseptual (Proses Performance conceptual
Framework) mengadopsi Balanced Scorecard dengan menambahkan sejumlah elemen atau perspektif dan
merasionalkan hubungan antara pengukuran kinerja dan tujuan yang berdasarkan dengan strategi. Dengan
demikian, dampak dari pengukuran kinerja sebuah organisasi dapat diperiksa dan dianalisa untuk mengindikasikan
area yang berpotensi untuk dikembangkan. Jurnal ini juga mengidentifikasi beberapa area yang dapat digunakan
sebagai validasi Proses Kerangka Kinerja Konseptual.
Pengukuran kinerja sebuah organisasi dulu dan sekarang adalah hal yang penting, yang sangat diperhatikan
dalam dekade terakhir. Hal ini melibatkan pengembangan kerangka dimana pengukuran kinerja dapat
23 Michail Kagioglou, Rachel Cooper & Ghassan Aouad, Kinerjance Management in Construction : A Conceptual Framework, Research
Institute for Design and Manufacture, University of Salford, Centenary Building, Peru Street, Salfor.d
-
35
dikembangkan dan diaplikasikan untuk mengidentifikasi sejauh mana sebuah organisasi mampu menerapkan
strategi.
2.9.2. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja pada PT Sepatu Asia24
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan analisis Balanced Scorecard.
Objek penelitiannya adalah PT Sepatu Asia. Data yang digunakan adalah neraca dan laporan laba rugi periode
2007-2009 dan hasil pengisian kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang dikenal
dengan analisa rasio untuk mengukur perspektif keuangan dan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan
skala Likert untuk mengukur perspektif pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan.
Berdasarkan hasil seluruh perhitungan, menunjukan kinerja PT Sepatu Asia baik.
Dengan pengukuran dan analisis yang dilakukan, diperoleh tolak ukur yang digunakan dalam pengukuran
untuk ke-empat perspektif yang digunakan dalam Balanced Scorecard, dari setiap tolak ukur yang didapatkan hasil
berupa nilai kemudian pengendalian setiap proses hingga menghasilkan angka atau nilai (score), yang akhirnya
digunakan untuk menentukan tingkat kesuksesan atau keberhasilan PT Sepatu Asia dalam ke-empat perspektif
Balanced Scorecard.
2.9.3. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan, Studi Kasus pada PT
Astra Honda Motor25
Dalam menghadapi bisnis yang semakin kompleks seperti saat ini diperlukan metode pengukuran kinerja
yang dapat menilai kinerja perusahaan secara akurat dan komprehensif. Dalam hal ini metode dapat yang
digunakan adalah Balance Scorecard. Balance Scorecard merupakan alat pengukuran kinerja yang
menggabungkan ukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Balanced Scorecard mengukur kinerja dari empat
perspektif, yaitu learnig dan perspektif pertumbuhan, perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan
perspektif keuangan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data tahun 2005-2006 di PT Astra Honda Motor untuk
menganalisis perspektif keuangan, sedangkan untuk perspektif lainnya dianalisis melalui perhitungan kuesioner.
Populasi dalam penelitian ini adalah untuk pelanggan dan karyawan PT Astra Honda Motor, sedangkan sampel
yang diambil masing-masing adalah 100 responden untuk karyawan dan 100 responden kepada pelanggan.
24
Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja pada PT Sepatu Asia, Agus Darmawanto, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma.
25 Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan Studi Kasus pada PT Astra Honda Motor, Soraya Hanuma,
Endang Kiswara SE., M.Si., Akt.
-
36
Kuesioner telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ROI,
profit margin, rasio operasi, kepuasan pelanggan, inovasi, dan kepuasan karyawan.
Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa kinerja PT Astra Honda Motor cukup baik secara
keseluruhan. Dalam perspektif indikator keuangan ROI, profit margin, dan rasio operasional telah menunjukkan
kinerja yang cukup. Untuk perspektif pelanggan menunjukkan kinerja yang baik di hadapan kepuasan pelanggan
yang cukup memuaskan. Pada perspektif bisnis internal, perusahaan sudah bisa melakukan sebuah inovasi yang
baik. Dan untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menunjukkan tingkat kepuasan karyawan yang cukup
memuaskan. Dari data penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan Balance Scorecard dapat memberikan
data yang lebih terstruktur dan komprehensif.
2.9.4. Key Performance Indicators yang Digunakan Untuk Mengukur Kesuksesan Proyek Konstruksi26
Pada penelitian ini Key Performance Indicator diklasifikasikan menjadi tujuh indikaor, yaitu: kinerja biaya,
kinerja waktu, kinerja kualitas, kinerja kesehatan dan keselamatan kerja (k3), kinerja lingkungan, kepuasan
stakeholder, serta kinerja tim proyek.
Dari indikator tersebut diteliti dengan menggunakan metode kuisioner tentang Key Performance Indicator
yang digunakan untuk mengukur kesuksesan proyek konstruksi, dimana responden penelitian ini adalah
perusahaan konstruksi grade 5, perusahaan konstruksi grade 6, dan perusahaan konstruksi grade 7 serta perusahaan
pemilik proyek di Surabaya dan daerah sekitarnya. Analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif yaitu: analisa
distribusi frekuensi (mean dan peringkat), juga secara inferensial (One-way ANOVA) untuk mengetahui perbedaan
dari setiap perusahaan yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Key Performance Indicator yang sering digunakan oleh responden
perusahaan konstruksi adalah indikator kinerja tim proyek. Sedangkan untuk responden perusahaan pemilik
proyek, indicator kualitas lebih sering digunakan. Dengan demikian, hasil analisa inferensial menunjukkan bahwa
ada perbedaan jawaban dari empat klasifikasi responden.
2.9.5. Mapping The Construction Engineering and Management Discipline27
Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk memetakan struktur teknik konstruksi dan kedisiplinan
manajemen dan setiap isinya, mengusut evolusinya, dan untuk mengidentifikasi faktor yang paling penting dalam
disiplin. Studi ini mensyaratkan pembahasan terhadap literatur dalam rekayasa konstuksi dan manajemen seperti
26 Michael Artha, Albert Valentinus, Key Kinerjance Indicators yang Digunakan Untuk Mengukur Kesuksesan Proyek Konstruksi,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra. 27
Mohamed A. Aboulezz, Mapping The Construction Engineering and Management Discipline, Worcester Polytechnic Institute
-
37
dua buah jurnal akademik yang terkemuka dalam disiplin, khususnya studi bibliometrik dari isi ASCE Journal of
Management in Engineering (JME).
Isi dari Journal of Management in Engineering telah diselidiki dari awal tahun 1985 hingga tahun 2002.
Hasil dari analisa menunjukan bahwa 70% dari makalah yang diterbitkan difokuskan pada empat mata penjuru
utama: manajemen dan organisasi dari struktur, perusahaan manajemen proyek, industry dan lingkungan hidup,
dan manajemen personil.
2.9.6. Pembahasan
Dari jurnal yang telah dibahas di atas terdapat inti-inti yang dapat membantu dalam penelitian ini. Hal-hal yang
dimaksud adalah:
Tabel 2.2 Inti yang relevan untuk penelitian
Jurnal Inti yang relevan untuk penelitian
Performance Management In
Construction : A Conceptual
Framework
dampak dari pengukuran kinerja sebuah
organisasi dapat diperiksa dan dianalisa untuk
mengindikasikan area yang berpotensi untuk
dikembangkan
mengidentifikasi beberapa area yang dapat
digunakan sebagai validasi proses kerangka
kerja
pengukuran kinerja dapat dikembangkan dan
diaplikasikan dalam proses konstruksi Analisis Balanced Scorecard
Sebagai Alat Ukur Kinerja pada
PT Sepatu Asia
balanced scorecard sukses dalam mengukur
kinerja proses industri
penerjemahan strategi yang sederhana agar
dapat dimengerti oleh setiap pihak
pengukuran terhadap perspektif keuangan tidak
lagi cukup untuk menentukan tingkat kinerja
suatu perusahaan
Analisis Balanced Scorecard
Sebagai Alat Pengukuran
Kinerja Perusahaan, Studi Kasus
pada PT Astra Honda Motor
menentukan karakteristik pengukuran kinerja
yang sesuai dengan perusahaan
pengendalian diperlukan dalam sebuah proses
industri skala besar Key Performance Indicators yang
Digunakan Untuk Mengukur
Kesuksesan Proyek Konstruksi
faktor yang menjadi pembatas indikator
pengukuran
penyederhanaan indikator yang digunakan
khusus dalam dunia konstruksi
hasil dari pengukuran tergantung dari tujuan
perusahaan Mapping The Construction
Engineering and Management
Discipline
pentingnya kedisiplinan dalam dunia konstruksi
kinerja yang baik tak akan terjadi tanpa disiplin
semua pihak
manajemen yang baik menghasilkan kinerja
kerja yang baik
pentingnya manajemen konsturksi dalam
keberhasilan sebuah proyek
-
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tahapan Penelitian
Di bawah ini akan dijabarkan mengenai tahapan penelitian yang dilakukan selama mengerjaan penelitian
tugas akhir skripsi:
PMBOK
BSC
Perumusan
masalah
Hipotesis
Penentuan
pekerjaan
penelitian
KPF
Rasio/ bobot KPF KPI
Sistem
pengukuran
dan pengendalian
Kuisioner I
Kuisioner II
Kesimpulan
dan saran
Gambar 3.1 Skema Tahapan Penelitian
Skema di atas merupakan alur dari penelitian yang dilakukan, dimana penelitian ini menggunakan teknik yang
disarankan oleh Balanced Scorecard, yaitu empat perspektif yang telah di jabarkan sebelumnya; keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran. Dari keempat perspektif ini akan dijabarkan lagi dalam Key
Performance Factor yang juga telah dijelaskan sebelumnya, kemudian sederhanakan kembali sampai mendapatkan
Key Performance Indicator.
3.2. Perumusan Masalah Penelitian
Faktor utama dari berdirinya sebuah perusahaan konstruksi adalah untuk mendapatkan profit atau
keuntungan dari proyek yang dikerjakan, dengan meningkatnya nilai kesuksesan maka bisa dikatakan bahwa
keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut juga ikut meningkat. Memaksimalkan kinerja akan membantu
sebuah proyek untuk bisa bertahan dalam persaingan yang ketat dan memperoleh profit yang lebih tinggi.
Pemaksimalan kinerja ini dapat dilakukan dengan penentuan indikator untuk tiap pengukuran kinerja, penjabaran
-
39
strategi perusahaan yang jelas, penterjemahan strategi menjadi pekerjaan dan melakukan pengukuran
terusmenerus. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis akan mencoba untuk mengukur kinerja sebuah proyek
dan melaporkannya pada pihak yang berkepentingan dengan harapan akan adanya perbaikan kinerja hingga
mencapai kinerja yang maksimal.
3.3. Hipotesis
Keberhasilan sebuah proyek konstruksi biasanya dilihat dari sisi ketepatan waktu pengerjaan, biaya yang
dikeluarkan dan mutu yang dihasilkan. Tanpa dapat dipungkiri bahwa setiap aspek yang diukur sebagai indikator
keberhasilan tergantung dari kinerja yang dihasilkan, dan keberhasilan sebuah proyek konstruksi berbeda antara
satu proyek dengan proyek yang lain. Sebagai contoh dua perusahaan kontraktor yang identik, memiliki mutu yang
sama, kemampuan kerja yang sama, dan cara kerja yang sama, tetapi memiliki target hasil akhir yang berbeda. Bila
kontraktor pertama dikatakan sukses dengan nilai akhir 7 (dari skala 1 sampai 10), tetapi di kontraktor yang lain
proyek yang sukses adalah bernilai 9 (dari skala 1 samapai 10). Apakah yang membedakan hasil akhir dari kedua
proyek ini? Salah satu jawabannya adalah memaksimalkan kinerja dalam proyek tersebut.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai Balanced Scorecard dalam proyek
konstruksi, maka penulis akan mencoba untuk mengaplikasikan sistem pengukuran kinerja dan pengendalian ini ke
dalam proyek konstruksi yang sedang berjalan. Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat apakah aplikasi teori
Balanced Scorecard dapat digunakan dalam pengendalian setiap pekerjaan melalui penerapan pada sistem
manajemen konstruksi.
Jadi hipotesis yang diambil untuk penelitian tugas akhir skripsi ini adalah
1 Teori Balanced Scorecard dapat digunakan untuk menentukan indikator kerja yang digunakan sebagai
pengukuran dan penterjemahan strategi menjadi pekerjaan.
2 Pengukuran kinerja yang baik dan proses pengendalian membantu dalam memaksimalkan kinerja sebuah
proyek.
3 Keempat perspektif yang diukur dalam Balanced Scorecard akan menghasilakan sistem peringatan dalam
manajemen sebuah proyek.
-
40
3.4. Penentuan Pekerjaan Penelitian
Seperti dalam batasan masalah, penelitian ini akan dilakukan pada tahap pengerjaan konstruksi struktur.
Alasan dari pemilihan pengerjaan struktur dikarenakan pada waktu penulis melakukan penelitian tugas akhir
proyek The Kencana sedang memasuki tahap pengerjaan struktur, alasan lainnya adalah pekerjaan struktur
merupakan pekerjaan yang memerlukan dana yang besar dalam sebuah proyek konstruksi, selain itu pada tahap
pekerjaan struktur terdapat banyak proses bisnis internal yang melibatkan banyak pihak dan berdasarkan PMBOK
peran manajer proyek sangat berpengaruh dalam tahap ini.
Mengingat bahwa metodologi Balanced Scorecard bertujuan untuk mengukur dan pengendalian kinerja
yang berujung pada peningkatan profit, maka tujuan dari pengumpulan data ini adalah ingin melihat secara
menyeluruh, setiap pekerjaan yang berpengaruh pada kinerja proyek. Data yang dikumpulkan adalah kontrak
proyek, jadwal keseluruhan proyek dan strategi pengerjaan proyek.
Dari kontrak proyek didapatkan setiap perjanjian pekerjaan dan struktur organisasi yang dipakai oleh
kontraktor, ini berguna untuk melihat pola pengerjaan proyek sehingga mempermudah sistem pengendalian
yang akan dilakukan dan pemberian penilaian serta penanggung jawab atas setiap pekerjaan.
Dari jadwal proyek membantu dalam setiap pelaporan harian yang dilakukan, dengan memastikan pekerjaan
yang dilakukan sudah sesuai jadwal yang di rencanakan dan melihat bagian mana yang bisa dipercepat setalah
melalui proses pengukuran kinerja.
Strategi pengerjaan proyek digunakan untuk membantu dalam penentuan target yang akan dikerjakan dalam
proyek tersebut, setiap target dan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap anggota tim proyek diterjemahkan ke
dalam pekerjaan, diukur kinerjanya, dan diawasi pengerjaannya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan pekerjaan struktur merupakan tahapan yang paling sesuai dengan
penerapan Balanced Scorecard, dari kontrak kerja didapat banyaknya pekerjaan yang akan dilakukan, jadwal
proyek yang padat memudahkan setiap pengukuran waktu pengerjaan, dan setiap tingkat pengerjaan memiliki
strategi masing-masing untuk mencapai target yang diinginkan.
3.5. Construction Key Performance Factor Dilihat Dari Balanced Scorecard
Ditahap ini akan dijabarkan setiap faktor yang berpengaruh dalam indikator konstruksi dan dikelompokan
ke dalam empat perspektif yang ada dalam Balanced Scorecard. Seperti yang telah diterangkan pada bab
sebelumnya mengenai Construction Key Performance Factor, terdapat tujuh faktor yang menjadi indikator dalam
konstruksi yaitu; biaya, kualitas, waktu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), kepuasan pelanggan,
-
41
dan kinerja tim proyek. Ke-tujuh hal ini akan dikelompokan dalam perspektif Balanced Scorecard yaitu keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran. Untuk memudahkan pengelompokan akan dijabarkan ke dalam
bentuk diagram.
3.5.1. Key Performance Factor Project Manager
Sesuai dengan struktur organisasi yang dimiliki dalam proyek The Kencana dengan Project
Manager(PM) sebagai kepala dari seluruh tim kerja dalam proyek ini, maka perlu dijabarkan seluruh Faktor dan
indikator yang dimiliki oleh PM. Berikut KPF yang sudah diperoleh melalui proses presentasi kepada pihak PM
dari Margahayu Land.
Gambar 3.2 Struktur organisasi proyek The Kencana
-
42
Gambar 3.3 Pengelompokan Balanced Scorecard dengan Key Performance Factor untuk Project Manager proyek The Kencana
Dalam pengerjaan tugas akhir ini penulis akan fokus membahas proses bisnis internal, ini dikarenakan
tingkat kepuasan pelanggan dan penurunan cost lebih mengarah kepada manajemen perusahaan tersebut,
sedangkan proses bisnis internal adalah faktor yang dapat dikendalikan dalam proses konstruksi tersebut.
Adapun data di atas diperoleh dari berbagai sumber, baik dari studi literature maupun wawancara dengan
para ahli. Berikut penjelasan referensi dari KPF di atas:
Tabel 3.1 Refe