tht

39
PEMERIKSAAN TELINGA BAGONG PRIYANTONO S.Kep.Ns

Upload: youdaluphdeigart-frever

Post on 03-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

THT

TRANSCRIPT

  • PEMERIKSAAN TELINGABAGONG PRIYANTONO S.Kep.Ns

  • Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikel) dan saluran telinga (meatus auditorius eksternus).Kelainan pada telinga luar meliputi:- penyumbatan- infeksi- cedera- tumor.

  • PENYUMBATAN

    Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka tidak dilakukan irigasi.Jika terdapat perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi.

  • OTITIS EKSTERNA

    Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga.Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul (furunkel).Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga perenang (swimmer's ear).

    Sejumlah bakteri atau jamur (lebih jarang) bisa menyebabkan otitis eksterna generalisata; bakteri stafilokokus biasanya menyebabkan bisul.Orang-orang tertentu (penderita alergi, psoriasis), eksim atau dermatitis pada kulit kepala) sangat peka terhadap otitis eksterna.

  • TUMOR

    Tumor pada telinga bisa bersifat jinak atau ganas (kanker).

    Tumor yang jinak bisa tumbuh di saluran telinga, menyebabkan penyumbatan dan penimbunan kotoran telinga serta ketulian.Contoh dari tumor jinak pada saluran telinga adalah: # Kista sebasea (kantong kecil yang terisi sekresi dari kulit)# Osteoma (tumor tulang)# Keloid (pertumbuhan dari jaringan ikat yang berlebihan setelah terjadinya cedera).

  • OMAadalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus.Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan- 3 tahun.

    PENYEBABPenyebabnya adalah bakteri atau virus.Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas (common cold).Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustakius atau kadang melalui aliran darah. adanya penyumbatan pada sinus atau tuba eustakius akibat alergi atau pembengkakan amandel.

    GEJALABiasanya gejala awal berupa sakit telinga yang berat dan menetap.Bisa terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara.

    Anak-anak yang lebih muda bisa mengalami mual, muntah, diare dan demam sampai 40,5? Celsius.

    Gendang telinga melami peradangan dan menonjol.Jika gendang telinga robek, akan keluar cairan yang pada awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah.

  • Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi).Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh: -Otitis media akut- Penyumbatan tuba eustakius -Cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba -Luka bakar karena panas atau zat kimia.

    GEJALAGejalanya bervariasi, tergantung kepada lokasi perforasi gendang telinga:

    # Perforasi sentral (lubang terdapat di tengah-tengah gendang telinga).Kambuh bila kena air saat mandiDari telinga keluar nanah berbau busuk tanpa disertai rasa nyeri.

    # Perforasi marginal (lubang terdapat di pinggiran gendang telinga).Bisa terjadi tuli konduktif dan keluarnya nanah dari telinga.

  • Tonsil adalah kelenjar getah bening di mulut bagian belakang (di puncak tenggorokan).Tonsil berfungsi membantu menyaring bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.Tonsil bisa 'dikalahkan' oleh infeksi bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsilitis.Infeksi juga bisa terjadi di tenggorokan dan daerah sekitarnya, menyebabkan faringitis.

  • Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil (amandel).

    Tonsilitis sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak.PENYEBABPenyebabnya adalah infeksi bakteri streptokokuks atau infeksi virus (lebih jarang).

  • Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika:- tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun- tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 2 tahun- tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurun waktu 3 tahun- tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

  • Pita suara adalah 2 buah pita otot elastis yang terletak di dalam laring (kotak suara), tepat diatas trakea (saluran udara).Pita suara menghasilkan suara jika udara yang tertahan di paru-paru dilepaskan dan melewati pita suara yang menutup sehingga pita suara bergetar.Jika kita tidak sedang berbicara, pita suara terpisah satu sama lain sehingga kita bisa bernafas.

    Kelumpuhan pita suara bisa disebabkan oleh: # Kelainan otak (misalnya tumor otak, stroke dan penyakit demielinisasi)# Kerusakan saraf yang menuju ke laring akibat tumor, cedera, infeksi virus atau neurotoksin (zat yang bersifat racun terhadap saraf, contohnya timah hitam atau racun pada difteri)# Cedera kepala# Cedera leher# Kanker paru-paru atau tiroid.

    .

  • GEJALAKelumpuhan pita suara bisa mempengaruhi proses berbicara, bernafas dan menelan.Kelumpuhan menyebabkan makanan dan cairan terhidup ke dalam trakea dan paru-paru.

    Jika hanya 1 pita suara yang lumpuh (kelumpuhan 1 sisi), maka suara menjadi serak.Biasanya saluran udara tidak tersumbat karena pita suara yang normal bisa membuka sebagaimana mestinya.

    Jika kedua pita suara mengalami kelumpuhan (kelumpuhan 2 sisi), maka kekuatan suara akan berkurang.Penderita juga mengalami gangguan pernafasan karena terjadi penyumbatan saluran udara ke trakea

  • Pemeriksaan hidung diawali dengan melakukan inspeksi dan palpasi hidungbagian luar dan daerah sekitarnya. Inspeksi dilakukan dengan mengamati adatidaknya kelainan bentuk hidung, tanda-tanda infeksi dan sekret yang keluardari rongga hidung. Palpasi dilakukan dengan penekanan jari-jari telunjuk mulaidari pangkal hidung sampai apeks untuk mengetahui ada tidaknya nyeri, massatumor atau tanda-tanda krepitasi.Pemeriksaan rongga hidung dilakukan melalui lubang hidung yang disebutdengan Rhinoskopi anterior dan yang melalui rongga mulut denganmenggunakan cermin nasofaring yang disebut dengan Rhinoskopi posterior .

  • Rhinoskopi anteriorRA dilakukan dengan menggunakan speculum hidung yang disesuaikan denganbesarnya lubang hidung. Spekulum hidung dipegang dengan tangan yangdominant. Spekulum digenggam sedemikian rupa sehingga tangkai bawahdapat digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah, jari manis dan jarikelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung. Lidahspeculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam keadaan tertutup ke dalamrongga hidung. Di dalam rongga hidung lidah speculum dibuka. Janganmemasukkan lidah speculum terlalu dalam atau membuka lidah speculumterlalu lebar. Pada saat mengeluarkan lidah speculum dari rongga hidung , lidahspeculum dirapatkan tetapi tidak terlalu rapat untuk menghindari terjepitnyabulu-bulu hidung.Amati struktur yang terdapat di dalam rongga hidung mulai dari dasar ronggahidung, konka-konka, meatus dan septum nasi. Perhatikan warna danpermukaan mukosa rongga hidung, ada tidaknya massa , benda asing dan

  • secret. Struktur yang terlihat pertama kali adalah konka inferior . Bila inginmelihat konka medius dan superior pasien diminta untuk tengadahkan kepala.Pada pemeriksaan RA dapat pula dinilai Fenomena Palatum Molle yaitupergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk mengucapkan huruf i . Pada waktu melakukan penilaian fenomena palatum molle usahakan agararah pandang mata sejajar dengan dasar rongga hidung bagian belakang.Pandangan mata tertuju pada daerah nasofaring sambil mengamati turunnaiknya palatum molle pada saat pasien mengucapkan huruf i . FenomenaPalatum Molle akan negatif bila terdapat massa di dalam rongga nasofaringyang menghalangi pergerakan palatum molle, atau terdapat kelumpuhan otot-otot levator dan tensor velli palatini.Bila rongga hidung sulit diamati oleh adanya edema mukosa dapat digunakantampon kapas efedrin yang dicampur dengan lidokain yang dimasukkan kedalam rongga hidung untuk mengurangi edema mukosa.

  • Rhinoskopi posteriorPasien diminta membuka mulut tanpa mengeluarkan lidah, 1/3 dorsallidah ditekan dengan menggunakan spatel lidah. Jangan melakukan penekanyang terlalu keras pada lidah atau memasukkan spatel terlalu jauh hinggamengenai dinding faring oleh karena hal ini dapat merangsang refleks muntah.Cermin nasofaring yang sebelumnya telah dilidah apikan, dimasukkan kebelakang rongga mulut dengan permukaan cermin menghadap ke atas.Diusahakan agar cermin tidak menyentung dinding dorsal faring.. Perhatikanstruktur rongga nasofaring yang terlihat pada cermin.Amati septum nasi bagian belakang, ujung belakang konka inferior, medius dansuperior, adenoid (pada anak), ada tidak secret yang mengalir melalui meatus.

  • PEMERIKSAAN TELINGATujuanMengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga dan fungsi pendengaran.

  • Persiapan alat1. Arloji berjarum jam detik2. Garpu talla3. Spekulum telinga4. Lampu kepala

  • Prosedur pelaksanaanInspeksi dan palpasi telinga luar1. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan2. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji3. Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala atau sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja4. Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, adanya lesi/ massa dan kesimetrisan. 5. Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari telunjuk dan jempol.6. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu dari jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri

  • 7. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga.8. Bandingkan telinga kiri dan kanan.9. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut:- Pada orang dewasa, pegang daun telinga/ heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamatai.- Pada anak-anak, tarik daun telinga ke bawah.10. Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/ serumen pada lubang telinga.

  • Pemeriksaan pendengaranMenggunakan bisikan1. Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 Cm.2. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa3. Bisikkan suatu bilangan, misal tujuh enam4. Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar5. Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien.

  • Menggunakan arloji1. Ciptakan suasana ruangan yang tenang2. Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien3. Minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia mendengar detak arloji4. Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia tidak mendengar detak arloji. Normalnya klien masih mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga.

  • PEMERIKSAAN DG GARPUTALAPemeriksaan Rinne1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang berlawanan2. Letakkan tangkai garpu talla pada prosesus mastoideus klien3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi4. Angkat garpu talla dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu talla paralel terhadap lubang telinga luar klien5. Instruksikan klien untuk memberitahu apakah ia masih mendengar suara atau tidak6. Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut

  • PEMERIKSAAN DG GARPUTALAPemeriksaan Weber1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang berlawanan2. Letakkan tangkai garpu talla di tengah puncak kepala klien3. Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga4. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.