tindak pidana penyertaan pembunuhan...
TRANSCRIPT
TINDAK PIDANA PENYERTAAN PEMBUNUHAN
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Analisis Putusan Mahkamah Agung No. 959 k/pid/2012)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
AKHMAD FARID ZAMANI
NIM : 1110045100033
KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
ABSTRAK
Akhmad Farid Zamani (1110045100033) “Tindak Pidana Penyertaan
Pembunuhan Perspektif Hukum Islam (Analisis Putusan Mahkamah Agung
Nomor 959K/Pid/2012). Konsentrasi Kepidanaan Islam, Program Studi Jinayah
Siyasah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, Tahun 1436 H/2014 M. vii + 80 halaman + 1 lampiran
Masalah utama dalam skripsi ini adalah mengenai substansi kasus tindak
pidana penyertaan pembunuhan yang terdapat di dalam putusan Mahkamah
Agung Nomor 959K/Pid/2012 yang memvonis Supri Lubis, Daud Siregar, dan
Ucok Lubis, dengan 12 tahun penjara. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui
apakah hukum Islam terhadap penyertaan pembunuhan, bagaimana pandangan
hukum Islam terhadap putusan Mahkamah Agung tersebut dan apa sanksi yang
diterapkan dalam hukum Islam terhadap putusan tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berarti penulis tidak
menggunakan sample. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan
dimana penulis melakukan pengidentifikasian secara sistemis dari sumber yang
berkaitan dengan objek kajian. Setelah data diperoleh penulis menganalisis secara
yuridis normatif data yang diperoleh terhadap objek kajian (Putusan Nomor
959K/Pid/2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hukum Islam memandang
penyertaan pembunuhan sebagai suatu bentuk kejahatan. Perspektif hukum Islam
terhadap putusan Mahkamah Agung tersebut menyatakan bahwasanya hukuman
yang dijatuhkan oleh Hakim Agung tidak sesuai dengan hukum Islam, karena
hanya menjatuhkan hukuman 12 tahun penjara, sedangkan hukuman yang
dijatuhkan oleh Islam yaitu kisas, yang artinya harus dibunuh.
Pembimbing : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag
Daftar Pustaka : Tahun 1986 s.d. Tahun 2013
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (satu) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juni 2014
Akhmad Farid Zamani
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur terucapkan kepada Tuhan semesta alam Allah
Swt yang menganugerahkan sedikit ilmu-Nya kepada umat manusia. Shalawat
dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang membawa
ilmu Allah dan memberi contoh bagaimana mengamalkan ilmu itu, kemudian
semoga pula tersampaikan kepada keluarga dan sahabat Nabi secara keseluruhan.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang
secara langsung telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dr. Phil. JM Muslimin, M.A
2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah. Dr. Asmawi.
M.Ag dan Afwan Faizin. M.A. Terima kasih, atas ilmu, solusi dan
saran Bapak selama menjadi ketua dan sekretaris SJS.
3. Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi
penulis. Terimakasih atas ilmu, waktu dan profesionalitas Bapak
sebagai dosen pembimbing skripsi dalam membimbing penulis.
4. Kementerian Pendidikan dan Budaya dan Kementerian Agama yang
telah memberikan beasiswa kepada penulis dari awal perkuliahan
sampai akhir, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan Strata
1 penulis.
iv
5. Bapak Pembantu Rektor UIN Jakarta, Bapak Dr. Sudarnoto Abdul
Hakim, M.A, dan Akademik Pusat UIN Jakarta yang telah membantu
melancarkan beasiswa penulis, khususnya Ka Amellia Hidayat S.Pd.
6. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis selama penulis belajar di Universitas ini.
7. Para pimpinan perpustakaan. Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan
Perpustakaan FSH UIN Jakarta. Terima kasih, telah memberikan
fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.
8. Terimakasih penulis sampaikan secara khusus kepada Orang Tua
penulis, Ayahanda Nani Achmad Zailani dan Ibunda Muslimah, karena
mereka penulis ada sampai saat ini dan karena mereka penulis dapat
menyelesaikan studi dan skripsi ini.
9. Terimakasih penulis sampaikan kepada kakak dan kakak ipar penulis,
H. Ahmad Syauqi dan Hj. Netti Kurniasih, Hidayatullah dan Nita,
Zulkarnain, Arief Zulfiqor dan Mella, Sabaruddin dan Ipah Musrifah,
Syamsul Bakhri dan Rini, Syawaluddin Ikhsan dan Risa dan M. Salami
dan Ida Rasyidah, dan kepada para keponakan-keponakan penulis,
yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
studi dan skripsi penulis.
10. Kepada anak-anak BRT, Riadi Barkan, M. Ilham, A.C. Anhari, A.
Rifai’i, dan Ali Al-Kaff.
v
11. Terimakasih kepada teman-teman Pidana Islam UIN Jakarta angkatan
2010 yang telah mensupport penulis dalam perkuliahan maupun
penulisan skripsi ini.
12. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal baik mereka diterima Allah Swt dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Jakarta, 23 Juni 2014
Akhmad Farid Zamani
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
LEMBAR PERNYATAAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5
D. Tinjauan Pustaka 6
E. Metode Penelitian 9
F. Sistematika Penulisan 12
BAB II TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM HUKUM
PIDANA ISLAM
A. Konsep Tindak Pidana 14
1. Pengertian Tindak Pidana 14
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana 15
3. Jenis-Jenis Tindak Pidana 16
B. Tindak Pidana Pembunuhan 18
1. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan 18
2. Macam-Macam dan Sanksi Pembunuhan 19
3. Unsur-Unsur Pembunuhan 23
4. Konsep Diat Menurut Hukum Islam 24
vii
BAB III PENYERTAAN DALAM HUKUM ISLAM
A. Pengertian Penyertaan 31
B. Bentuk-bentuk Penyertaan 37
1. Turut Berbuat Langsung 34
2. Keturutsertaan Tidak Langsung 40
BAB IV PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 959K/PID/2012
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Deskripsi Kasus Pembunuhan 50
1. Kronologi Pembunuhan 50
2. Dakwaan dan Tuntutan Jaksa 56
B. Putusan Hakim Mahkamah Agung 58
C. Analisa Putusan Mahkamah Agung Perspektif Hukum Islam
61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 75
B. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA 77
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tahun-tahun terakhir ini semakin banyak terjadi kejahatan
terhadap jiwa manusia atau pembunuhan dalam masyarakat.1 Hal ini
merupakan suatu bentuk tindak pidana terhadap jiwa. Tindak pidana adalah
perbuatan yang oleh Undang-undang dinyatakan dilarang yang disertai
ancaman pidana pada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut.2 Di
dalam Islam suatu perbuatan dapat dikatakan tindak pidana, jika memenuhi
unsur-unsurnya, meliputi al-rukn al-syar’i atau unsur formil, al-rukn al-madi
atau unsur materiil, dan al- rukn al-adabi atau unsur moril.3 Di dalam hukum
positif dan hukum Islam, tindak pidana tidak hanya terjadi pada satu orang
pelaku saja, seperti di dalam hukum positif yang termaktub dalam KUHP
yang menentukan bahwa barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama 15
tahun.4 Pasal ini adalah salah satu contoh yang hanya memberikan gambaran
tentang seseorang yang merampas nyawa (membunuh) seorang lain. Tetapi
dalam kenyataan sering terjadi bahwa lebih dari seorang terlibat dalam satu
1 Muhammad Amin Suma, dkk, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek dan Tantangan,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), hlm. 87 2 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana: Bagian 3 Percobaan dan Penyertaan, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 67 3 Muhammad Nurul Irfan dan Masyrofah, fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 2-3
4 Lihat Pasal 338 KUHP
2
peristiwa tindak pidana5 atau apabila dalam suatu delict tersangkut beberapa
atau lebih dari seseorang6 dikenal dengan istilah penyertaan.
Hazewinkel-Suringa (halaman 230) menceritakan bahwa dahulu kala
perhatian hanya diarahkan kepada si pelaku saja, dan baru pada penghabisan
abad ke-18 dalam hukum pidana mulai diperhatikan sampai di mana juga
orang-orang lain yang turut serta itu dapat dipertanggungjawabkan dan
dikenai hukuman.7
Moeljatno mengatakan bahwa ajaran penyertaan sebagai
strafaufdehnungsgrund atau sebagai ajaran yang memperluas dapat
dipidananya orang yang tersangkut dalam timbulnya suatu perbuatan pidana.
Karena sebelum seseorang dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum
pidana, orang itu sudah harus melakukan perbuatan pidana. Oleh karena itu, di
samping delik-delik biasa terdapat beberapa delik-delik seperti percobaan dan
delik penyertaan yang memperluas dapat dipidananya orang yang tersangkut
dalam timbulnya suatu perbuatan pidana (strafaufdehnungsgrund).8
Hubungan antar pelaku dalam melakukan tindak pidana tersebut dapat
bermacam-macam yaitu; (1) bersama-sama dalam suatu kejahatan; (2)
seorang mempunyai kehendak dan merencanakan sesuatu kejahatan
5 Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers,
2012), hlm. 213-214 6 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah, (tt: Balai Lektur Mahasiswa, tt)
hlm. 1 7 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2003), hlm. 117 8Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 123
3
sedangkan ia mempergunakan orang lain untuk melaksanakan tindak pidana
tersebut; (3) seorang saja yang melaksanakan tindak pidana, sedangkan orang
lain membantu melaksanakan tindak pidana tersebut.9
Menurut hukum Islam, apabila beberapa orang bersama-sama
melakukan suatu jarimah maka perbuatannya itu disebut turut berbuat jarimah
atau dikenal dengan Al-Isytirak10
atau yang kita kenal dengan penyertaan.
Islam membagi dua dalam penyertaan yaitu orang yang turut serta secara
langsung dan orang yang tidak turut serta secara langsung, untuk
membedakan antara orang yang turut serta secara langsung dan orang yang
tidak turut serta secara langsung Fukaha memberikan dua pembagian sebagai
berikut:
1. Orang yang turut serta secara langsung dalam melakukan tindak pidana
(syarik mubasyir ; perbuatannya dinamakan isytirak mubasyir)
2. Orang yang turut serta secara tidak langsung dalam melakukan suatu
tindak pidana (syarik mutasabbib ; perbuatannya disebut dengan isytirak
ghair mubasyir atau isytirak bi tasabbub).
Dasar pembedaan antara keduanya: yang pertama melakukan secara
langsung unsur material tindak pidana karena itu ia dinamakan syarik fil
mubasyarah (onmiddellijke daders/pelaku langsung), sedangkan yang kedua
9Teguh Prasetyo, Hukum Pidana: edisi Revisi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012),
hlm. 203-204 10
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
2004), hlm. 67
4
menjadi sebab terjadinya tindak pidana, baik karena janji, menghasut, atau
memberikan bantuan, tetapi tidak turut serta secara langsung melakukan unsur
material tindak pidana karena itu ia dinamakan syarik bi tasabbub (middellijke
daders/pelaku-tidak langsung). Para Fukaha hanya menerima masalah
“keikutsertaan – langsung” dan kurang memerhatikan masalah “keikutsertaan
– tidak langsung”.11
Di Indonesia terdapat tindak pidana penyertaan pembunuhan, seperti
contoh kasus yang diputuskan oleh Mahkamah Agung nomor 959K/Pid/2012
terkait masalah penyertaan pembunuhan yang dilakukan oleh Supri Lubis
alias Supri bersama-sama dengan Daud Siregar (DPO) dan Ucok Lubis (DPO)
yang telah membunuh Fuad Hasan Nasution alias Lalat telah menggambarkan
bagaimana penyertaan pembunuhan itu dilakukan yang dilakukan secara
langsung.12
Bagaimana hukum Islam memandang akan dijelaskan dalam bab-
bab berikutnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merasa tertarik
untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang tindak pidana penyertaan
pembunuhan. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pembunuhan ini,
maka dari itu penulis curahkan dalam bentuk sebuah skripsi dengan judul :
“Tindak Pidana Penyertaan Pembunuhan Perspektif Hukum Pidana Islam
(Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor : 959K/Pid/2012)”.
11
Alie Yafie, dkk, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam II, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu), hlm. 34-
35 12
Putusan Mahkamah Agung nomor: 959K/Pid/2012
5
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk lebih memudahkan dalam pembahasan penelitian ini penulis
mencoba untuk membatasi masalah ini sebagai berikut:
1. Tindak pidana penyertaan pembunuhan ini merupakan tindak
pidana penyertaan pembunuhan seperti yang dimaksud dengan
putusan Mahkamah Agung nomor 959K/Pid/2012.
2. Hukum Islam yang dimaksud adalah kajian hukum pidana Islam
(fiqih jinayah) yang membahas tentang tindak pidana khususnya
tindak pidana penyertaan pembunuhan.
Beralih dari pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis mencoba untuk merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap penyertaan
pembunuhan?
2. Bagaimana perspektif hukum Islam terhadap putusan Mahkamah
Agung nomor: 959K/Pid/2012?
3. Bagaimana sanksi yang diterapkan terhadap putusan Mahkamah
Agung nomor 959K/Pid/2012 menurut pandangan hukum Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Dalam penelitian ini, penulisan ini bertujuan untuk :
a. Menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap tindak pidana
penyertaan pembunuhan.
6
b. Menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap putusan
Mahkamah Agung Nomor 959K/Pid/2012.
c. Menjelaskan sanksi yang diterapkan dalam hukum Islam terhadap
putusan Mahkamah Agung Nomor 959K/Pid/2012.
2. Manfaat penelitian
a. Hasil penelitian ini berguna untuk pengembangan studi hukum
Islam tentang hukum tindak pidana penyertaan pembunuhan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk pemerintah dalam
mengambil kebijakan hukum terkait dengan penyertaan
pembunuhan.
c. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk bahan pemikiran
bagi hakim dalam menentukan hukuman yang terkait dengan
tindak pidana penyertaan pembunuhan.
d. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk pihak-pihak yang
berkepentingan dalam transformasi hukum Islam dalam tindak
pidana penyertaan pembunuhan.
e. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk para akademisi yang ingin
membahas lebih jauh lagi tentang tindak pidana penyertaan
pembunuhan.
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, berhubungan dengan skripsi yang penulis buat, terdapat
7
sejumlah penelitian tentang topik tindak pidana yang dilakukan dengan
penyertaan yang telah dilakukan, baik yang mengkaji secara spesifik maupun
yang menyinggung secara umum. Untuk menghindari anggapan plagiasi
terhadap karya tertentu, maka perlu dilakukan review yang pernah ada.
Berikut tinjauan pustaka yang akan penulis paparkan.:
Karya ilmiyah dari skripsi Hanifah Azwar mahasiswi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Penyertaan dalam
Pembunuhan Berencana dalam Hukum Islam dan Hukum Positif (Kajian
Yurisprudensi No. 1429K/Pid/2010)”. Pokok masalah yang dikaji membahas
tentang pengertian tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, pengertian
penyertaan, bentuk-bentuk penyertaan, pengertian pembunuhan, macam-
macam pembunuhan, sanksi pidana dan konsep pemaafan.
Temuan penting dalam skripsi ini adalah bahwa putusan Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan tidak sesuai dengan hukum Islam. Yang seharusnya
dalam hukum Islam bahwa pembunuhan harus dihukum kisas, artinya pelaku
harus dibalas dengan cara dibunuh lagi. Tetapi dalam putusan pengadilan
tersebut pelaku dikenai sanksi penjara selama 18 tahun.
Jadi dalam skripsi ini hanya menitik beratkan sanksi pada pelaku
utama saja, tanpa mencoba untuk melihat sanksi apa yang dijatuhkan kepada
para pembantu perbuatan pidana tersebut, sedangkan skripsi yang ditulis oleh
penulis ini ingin menjabarkan tentang semua pelaku penyertaan pembunuhan,
mulai dari pelaku utama sampai dengan para pelaku pembantu.
8
Dalam skripsi yang ditulis oleh Hanifah Azwar tidak dicantumkan
pembagian tindak pidana, sehingga penulis merasa perlu untuk memasukkan
pembagian tindak pidana di dalam skripsi penulis. Selain itu dalam skripsi ini
juga tidak dimasukan secara per bagian dasar hukum tindak pidana
pembunuhan, hanya dibahas sekilas saja oleh karena itu penulis merasa perlu
untuk mencantumkan dasar hukum dalam bagian tersendiri. Penyertaan yang
dimaksud dalam skripsi Hanifah Azwar menurut hukum Islam merupakan
turut serta secara tidak langsung, sedangkan penulis berkisar tentang
penyertaan secara langsung. Meskipun terdapat kesamaan dalam menjelaskan
tindak pidana penyertaan pembunuhan secara umum dengan putusan
Mahkamah Agung yang berbeda.
Karya ilmiah dari skripsi Suniroh mahasiswi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Sanksi Pidana Atas Tindak Pidana
Penyertaan dalam Perampokan Menurut Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Indonesia (Analisa Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat)”. Pokok
masalah yang dikaji membahas tentang pengertian tindak pidana, unsur-unsur
tindak pidana, serta pembagian tindak pidana, pengertian penyertaan, bentuk-
bentuk penyertaan, pengertian perampokan, bentuk-bentuk perampokan,
sanksi pidana terhadap pelaku perampokan, sanksi pidana atas tindak pidana
penyertaan perampokan.
Temuan penting dalam skripsi ini adalah bahwa putusan Pengadilan
Negeri Jakarta Barat tidak sesuai dengan hukum Islam. Yang seharusnya
9
dalam kasus tersebut menurut hukum Islam, apabila pelaku mengambil harta
orang lain tanpa membunuh maka hukumannya adalah potong tangan dan
kakinya secara bersilang apabila ia melakukan pencurian lagi. Sedangkan
menurut hukum pidana Indonesia pelaku seharusnya dikenakan hukuman
penjara paling lama 12 tahun karena perbuatan tersebut dilakukan di jalan
umum.
Jadi dalam skripsi ini hanya menitikberatkan pada sanksi yang
diberikan pada pelaku perampokan yang disertai dengan kekerasan,
sedangkan skripsi yang ditulis oleh penulis ini menjelaskan tentang
penyertaan pembunuhan, meskipun terdapat kesamaan dalam menjelaskan
tindak pidana penyertaan secara umum dengan kasus penyertaan yang
berbeda.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian hukum di bagi menjadi dua, yaitu penelitian
kualitatif dan kuantitatif.13
Penelitian kualitatif berarti tidak membutuhkan
populasi dan sampel, penelitian kuantitatif berarti menggunakan populasi dan
sampel dalam mengumpulkan data.14
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis,
yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum
14Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 98.
10
dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan dengan objek
penelitian.15
2. Teknik pengumpulan data dan sumber data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan metode tunggal yang digunakan
dalam penelitian hukum normatif.16
Studi kepustakaan merupakan upaya
pengidentifikasian secara sistematis dan melakukan analisis terhadap
dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan tema,
objek dan masalah dalam suatu penelitian.17
Adapun sumber hukum yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang
mengikat.18
Dalam skripsi ini penulis menggunakan Al-Quran,
Hadis, Kitab dan yurisprudensi sebagai bahan hukum primer.
Yurisprudensi tersebut adalah putusan Mahkamah Agung
nomor 959K/Pid/2012 tentang tindak pidana penyertaan
pembunuhan.
b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-
Undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan
15
Zainuddin ali, Metode Penelitian Hukum, hlm. 105-106 16
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009) hlm. 50 17
Jaenal Aripin dkk, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat:Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), hlm. 17 18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan singkat),
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13
11
hukum dan seterusnya. Penulis menggunakan buku-buku yang
terkait dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini.
c. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder; contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks
kumulatif dan seterusnya.19
3. Teknik analisi data
Analisis data pada penelitian hukum lazimnya dikerjakan melalui
pendekatan kuantitatif dan atau pendekatan kualitatif.20
Di dalam penelitian
ini menggunakan analisis kualitatif, analisis data yang digunakan adalah
analisis yuridis-normatif yang berarti membahas doktrin-doktrin atau asas-
asas dalam ilmu hukum. Penelitian yang menggunakan teknik analisis yuridis-
normatif merupakan penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta
norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.21
4. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan pada penulisan skripsi ini merujuk pada
penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2012.
19
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan singkat),
hlm. 13 20
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, hlm. 19 21
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, hlm. 24
12
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam BAB I penulis menguraikan latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM HUKUM
ISLAM
Dalam BAB II penulis menguraikan tentang tindak pidana
pembunhan yang terdiri dari : konsep tindak pidana yang
meliputi pengertian tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana,
jenis-jenis tindak pidana, dan pembunuhan yang meliputi
penegrtian pembunuhan, macam-macam pembunuhan, unsure-
unsur pembunuhan, dan konsep diat dalam pembunuhan.
BAB III PENYERTAAN DALAM HUKUM ISLAM
Dalam BAB III penulis menguraikan tentang penyertaan yang
meliputi: Pengertian penyertaan dan bentuk penyertaan.
BAB IV PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR
959K/PID/2012 PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Dalam BAB IV penulis menguraikan tentang analisis terhadap
putusan Mahkamah Agung nomor 959K/Pid/2012 perspektif
hukum Islam yang meliputi deskripsi kasus tindak pidana
13
penyertaan pembunuhan yang terdiri dari: kronologis
pembunuhan, dakwaan dan tuntutan jaksa, putusan hakim
Mahkamah Agung, dan analisa putusan Mahkamah Agung.
BAB V PENUTUP
Dalam BAB V penulis menguraikan tentang penutup yang
merupakan hasil akhir meliputi kesimpulan berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan. Kemudian pada penutup ini
penulis juga memberikan saran-saran sesuai dengan pokok
permasalahan yang penulis kaji.
14
BAB II
TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN MENURUT HUKUM ISLAM
A. Konsep Tindak Pidana
1. Pengertian Tindak Pidana
Menurut Al-mawardi sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qadir
Audah, tindak pidana diartikan sebagai jarimah yaitu perbuatan-perbuatan
yang dilarang oleh syarak yang diancam oleh Allah Swt. dengan hukuman
hudud atau takzir.1 Larangan-larangan syarak tersebut adakalanya berupa
mengerjakan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang
diperintahkan.2
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tindak pidana adalah
melakukan setiap perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang
diperintahkan, atau melakukan atau meninggalkan perbuatan yang telah
ditetapkan hukum Islam atas keharaman dan diancamkan hukuman
terhadapnya.3
Dalam banyak kesempatan fukaha sering kali menggunakan kata
artinya suatu hasil إسم لما يجنيه المرء من شر وما اكتسبه Secara etimologis .الجنايت
perbutan buruk yang dilakukan seseorang. Kata الجنايت adalah bentuk masdar
dari kata جنى yang berarti seseorang melakukan perbuatan, dan ini adalah arti
1Alie, Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam I, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu), hlm. 87
2Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i fil Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i,
(Beirut: Al-Resalah, 1998), Juz I hlm. 66 3Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i fil Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i, Juz I,
hlm. 66
15
secara umum. Akan tetapi biasanya secara khusus dibatasi untuk perbuatan
yang dilarang saja.4
Adapun secara istilah ilmu fikih jinayah adalah suatu perbuatan yang
dilarang oleh syarak, baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta, maupun yang
lainnya. Akan tetapi mayoritas Fukaha menggunakan kata الجنايت hanya untuk
perbuatan yang mengenai jiwa atau anggota badan seseorang, seperti
pembunuhan, penganiayaan, pemukulan, dan pengguguran kandungan.
Adapula sebagian fukaha yang membatasi pemakaian kata الجنايت kepada
tindak pidana (jarimah) hudud dan kisas.5
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Ditinjau dari hukum Islam unsur-unsur jarimah atau tindak pidana
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Al-rukn al-Syar‟i atau unsur formil ialah unsur yang menyatakan bahwa
seseorang dapat dinyatakan sebagai pelaku jarimah jika ada undang-
undang yang secara tegas melarang dan menjatuhkan sanksi kepada
pelaku tindak pidana.
b. Al-rukn al-madi atau unsur materil ialah unsur yang menyatakan bahwa
seseorang dapat dijatuhkan pidana jika ia benar-benar terbukti melakukan
sebuah jarimah, baik yang bersifat positif (aktif dalam melakukan sesuatu)
maupun yang bersifat negatif (pasif dalam melakukan sesuatu).
4Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i fil Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i, Juz I,
hlm. 67 5Alie, Yafie, Ensiklopedi Hukum Islam I, hlm. 88.
16
c. Al-rukn al-adabi atau unsur moril ialah unsur yang menyatakan bahwa
seseorang dapat dipersalahkan jika ia bukan orang gila, anak di bawah
umur, atau sedang di bawah ancaman.6
Di samping ketiga unsur di atas, setiap jarimah (tindak pidana)
mempunyai unsur-unsur khusus atau tersendiri pula yang antara satu bentuk
tindak pidana dan tindak pidana lainnya berbeda-beda. Misalnya, dalam
tindak pidana pencurian, barang yang dicuri itu mencapai satu nisab dan
barang yang dicuri diambil dari tempatnya secara diam-diam.7
3. Jenis-Jenis Tindak Pidana
Ditinjau dalam hukum Islam tindak pidana atau jarimah terbagi atas
tiga bagian, yaitu:
a. Jarimah kisas.
Kisas secara bahasa berarti sama rata, sepadan. Kata ini diambil dari
kata qashsh yang artinya pemotongan, atau dari kata iqtishash al-atsar
(mengikuti jejak). Definisi kisas secara istilah yaitu menindak pelaku
kejahatan; pembunuhan, pemotongan anggota tubuh, atau melukai anggota
tubuh, dengan hal yang sepadan.8
Terbagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Kisas karena melakukan jarimah
pembunuhan, 2. Kisas karena melakukan penganiayaan.
6Muhammad Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, hlm. 2-3
7Rahman Ritonga, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,
1999), jilid III, hlm. 806 8 Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟i Al-Muyassar, (Beirut: Darul fikr, 2008), hlm. 155.
17
b. Jarimah hudud.
Kata dasar hudud adalah had secara bahasa yaitu المنع yang artinya
mencegah.9 Sedangkan menurut syara’, hudud adalah hukuman yang terukur
atas berbagai perbuatan tertentu, atau hukuman yang telah dipastikan bentuk
dan ukurannya di dalam syariat, baik hukuman itu karena melanggar hak
Allah maupun merugikan hak manusia.10
Terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu: Jarimah zina, Jarimah qadzaf
(menuduh muslimah baik-baik berbuat zina), Jarimah syurb al-khamr
(meminum minuman keras), Jarimah al-baghyu (pemberontakan), Jarimah al-
riddah (murtad), Jarimah al-sariqah (pencurian), Jarimah al-hirabah
(perampokan).11
Terbagi lagi menjadi dua bagian jika ditinjau dari segi dominasi hak,
yaitu: Hudud yang termasuk hak Allah, Hudud yang termasuk hak manusia.12
c. Jarimah takzir.
Menurut bahasa, takzir yaitu menghukum, diambil dari kata dasar
.(mencegah) المنع bermakna العزر13
Sedangkan menurut istilah yang dikemukakan Abu Zahra, takzir
adalah sanksi-sanksi hukum yang tidak disebutkan oleh Syari’ (Allah dan
9Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i fil Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i,
(Beirut: Al-Resalah, 1998), Juz II, hlm. 343. 10
Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟i Al-Muyassar, hlm. 259 11
Sayyid Sabiq, Fiqh As-sunnah, (tt: tp: tt), hlm. 228 12
M. Nurul Irfan, dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, hlm 16 13
Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟i Al-Muyassar, hlm. 359
18
Rasulullah) tentang jenis dan ukurannya. Syari‟ menyerahkan penentuan
ukurannya kepada ulul amri atau hakim yang mampu menggali hukum.14
B. Tindak Pidana Pembunuhan
1. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan
Pembunuhan merupakan perbuatan dengan sengaja menghilangkan
nyawa orang lain.15
Menurut hukum Islam pembunuhan disebut dengan القتل
berasal dari kata قتل yang sinonimnya اماث artinya mematikan. Abdul Qadir
Audah memberikan definisi pembunuhan sebagai berikut:
Artinya: “Pembunuhan adalah perbuatan manusia yang
menghilangkan kehidupan yakni pembunuhan itu adalah menghilangkan
nyawa manusia dengan sebab perbuatan manusia lain”.16
Pembunuhan merupakan perbuatan yang dilarang oleh syara’. Allah
SWT berfirman dalam Al-Quran Surah Al-An’am ayat 151
Artinya: “dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".(Al-
An’am (6) : 151).17
14
Abu Muhammad Zahra, Al-Jarimah wa Al-„Uqubah fi Fiqh Al-Islami, (Kairo: Dar Al-
Arabi, 1998), hlm. 57. 15
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, hlm. 29 16
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanun Al-Wad‟i,
(Beirut: Al-Risalah, 1998), juz II, hlm. 6 17
Lihat Al-Quran Surah Al-An’am (6) ayat 151
19
2. Macam-Macam Pembunuhan dan Sanksi Pidana Pembunuhan
Hukum Islam mengatur tindakan penghilangan nyawa manusia ada
tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1. Pembunuhan sengaja (‘amd),
Pembunuhan sengaja (‘amd) yaitu tindak pembunuhan terencana
menggunakan alat yang dapat mematikan, baik berupa benda tumpul seperti
kayu atau batu maupun benda tajam seperti pisau dan sejenisnya.18
Menurut Abdul Qadir Audah,
Artinya: “Pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan dimana
perbuatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa itu disertai dengan niat
untuk membunuh korban”.19
Menurut Sayid Sabiq,
Artinya: “Pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan di mana
seorang mukallaf sengaja untuk membunuh orang lain yang dijamin
keselamatannya, dengan menggunakan alat yang menurut dugaan kuat dapat
membunuh (mematikan)“.20
Adapun dasar hukum penghukuman bagi pelaku pembunuhan ini
adalah ayat Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 178
18
Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟i Al-Muyassar, hlm. 154 19
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanun Al-Wad‟i, hlm.
10. Paragraf 6, lihat juga Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 20
Sayid Sabiq, Fiqh As-sunnahJuz II, (t.t: t.p, t.th), hlm. 329
20
((۲)البقرة :
۱٨٧ (
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu kisas
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah
(yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang
diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang
baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan
suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya
siksa yang sangat pedih“. (Al-Baqarah(2) : 178).21
Dasar hukum dari hadis Nabi adalah
Artinya: “Dari Abi Syuraih Al-Khuza‟i ia berkata: telah bersabda
Rasulullah Saw.: maka barangsiapa yang salah seorang anggota keluarganya
menjadi korban pembunuhan setelah ucapanku ini, keluarganya memiliki dua
pilihan: adakalanya memilih diat, atau memilih kisas”.(Hadits ini dikeluarkan
oleh Abu Dawud dan Nasa’i).
Berdasarkan ayat dan hadits di atas hukuman bagi pembunuhan
sengaja adalah terdiri dari dua pilihan, yaitu: kisas dan diat mughallazah
apabila keluarga memaafkan22
. Selain dari kedua itu sebagian fukaha
berpendapat dalam hukuman pokok terdapat hukuman lain yaitu takzir dan
kafarat, ini merupakan hukuman pengganti. Hukuman tambahan dari
21
Lihat Al-Quran Surah Al-Baqarah (2) ayat 178 22
Muhammad Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, hlm. 7
21
pembunuhan ini ada dua: pencabutan hak mewaris, dan pencabutan hak
menerima wasiat.23
2. Pembunuhan tidak sengaja (khata’)
Pembunuhan tidak sengaja (khata‟) yaitu pelaku tidak berencana
melakukan pembunuhan. Misalnya dia melempari sesuatu seperti tembok,
hewan, atau pohon lalu lemparan itu mengenai orang; atau dia terjatuh dari
tempat yang tinggi dan menimpa orang di bawahnya hingga tewas. Pada
contoh pertama pelaku sengaja melakukan sesuatu (lemparan) tanpa maksud
mengenai target seseorang, sedangkan yang kedua pelaku tidak merencanakan
keduanya.
Sayid Sabiq berpendapat,
Artinya: “Pembunuhan karena kesalahan adalah apabila seorang
mukallaf melakukan perbuatan yang dibolehkan untuk dikerjakan, seperti
menembak binatang buruan atau membidik suatu sasaran, tetapi kemudian
mengenai orang yang dijamin keselamatannya dan membunuhnya”.24
Wahbah Zuhaili memberikan definisi sebagai berikut,
Artinya: “Pembunuhan karena kesalahan adalah pembunuhan yang
terjadi tanpa maksud melawan hukum, baik dalam perbuatannya maupun
objeknya“.25
23
Alie Yafie, Ensiklopedi Hukum Islam III, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu),hlm. 271 24
Sayid Sabiq, Fiqh As-sunnah Juz II, hlm. 331 25
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 143
22
Dasar hukum penghukuman pembunuhan ini adalah Al-Quran Surah
An-Nisa ayat 92.
Artinya: “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang
mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa
membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh) bersedekah“. (An-Nisa (4) : 92)26
Pembunuhan ini mendapatkan hukuman berupa kewajiban membayar
diat ringan (mukhaffafah) terhadap ahli waris ashabah („aqilah) pelaku yang
dibayar dalam jangka waktu tiga tahun.27
Sayid Sabiq menerangkan
bahwasanya tidak hanya sebatas diat ringan tetapi pelaku juga menunaikan
kafarah, yaitu memerdekakan budak mukmin, jika tidak mampu maka pelaku
harus berpuasa dua tahun berturut-turut.28
3. Pembunuhan semi sengaja (syibh ‘amd)atau sengaja tapi keliru
(‘amdal-khata’).
Pembunuhan semi sengaja (syibh „amd) atau sengaja tapi keliru
(„amdal-khata‟), yaitu berencana melakukan pembunuhan dengan alat yang
biasanya tidak mematikan. Misalnya memukul seseorang dengan tongkat
26
Lihat Al-Quran Surah An-Nisa (4) ayat 92 27
Wahbah, Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟i Al-Muyassar, hlm. 154 28
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Juz II, hlm. 331
23
yang ringan atau cambuk dan sebagainya yang tidak mematikan, lalu dia
tewas.29
Abdul Qadir Audah berpendapat,
Artinya: “Pembunuhan menyerupai sengaja adalah suatu
pembunuhan di mana pelaku sengaja memukul korban dengan tongkat,
cambuk, batu, tangan, atau benda lain yang mengakibatkan kematian“.30
Jenis hukuman pembunuhan ini adalah diat mughallazhah yang
diberikan waktu31
dan kafarat. Hukuman pengganti yaitu takzir sebagai
pengganti diat dan puasa sebagai pengganti kafarat, yaitu memerdekakan
budak atau bersedekah sesuai dengan harganya. Hukuman tambahan
pencabutan hak mewaris, dan pencabutan hak menerima wasiat.32
3. Unsur-Unsur Pembunuhan
Unsur-unsur pembunuhan dalam Islam terkait dengan jenis-jenis dan
macam-macam pembunuhan. Menurut Abdul Qadir Audah, Pembunuhan
sengaja memiliki unsur-unsur: 1. Korban yang dibunuh adalah manusia yang
hidup, 2. Pembunuhan itu merupakan perbuatan si pelaku, 3. Adanya maksud
dari pelaku untuk membunuh.33
Pembunuhan menyerupai sengaja memiliki unsur-unsur sebagai
berikut : 1. Adanya perbuatan pelaku ang mengakibatkan kematian, 2. Adanya
29
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟i Al-Muyassar, hlm. 154 30
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, hlm. 141 31
Wahbah Zuhaili, Al-Fi qhu As-Syafi‟i Al-Muyassar, hlm. 154 32
Alie Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III, hlm. 348 33
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanun Al-Wad‟i Juz
II, hlm. 12
24
kesengajaan dalam melakukan perbuatan, 3. Kematian adalah akibat dari
perbuatan pelaku.34
Menurut Abdul Qadir Audah, pembunuhan karena kesalahan memiliki
unsur-unsur sebagai berikut: 1. Adanya perbuatan yang mengakibatkan
matinya korban, 2. Perbuatan tersebut terjadi karena kesalahan (kelalaian)
pelaku, 3. Antara perbuatan kekeliruan dan kematian korban terdapat
hubungan sebab akibat.35
4. Konsep Diat Menurut Hukum Islam
Pengertian diat:
Menurut Sayid Sabiq diat adalah
Artinya: “Diat adalah sejumlah harta yang wajib ditunaikan dengan
sebab tindak kejahatan dan diserahkan kepada pihak korban atau walinya”.
Dikatakan وديج القتيل maksudnya aku menyerahkan diat kepada pihak
korban. Ketentuan diat berlaku terkait tindak kejahatan yang ada kisasnya dan
yang tidak ada kisasnya.36
Diat merupakan hukuman pokok dalam pembunuhan semi sengaja dan
tersalah. Diat juga merupakan hukuman pengganti kisas dalam tindak pidana
pembunuhan atau pelukaan yang dilakukan secara sengaja, apabila kisas
34
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, hlm. 142-143 35
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanun Al-Wad‟i Juz
II, hlm.108 paragraf 128, lihat Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, hlm. 146. 36
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Juz II, hlm. 351
25
digugurkan atau tidak bisa dilaksanakan.37
Hal ini untuk menunjukkan tidak
terukurnya tindak penganiayaan tersebut.38
Dasar hukum diat:
Dasar hukum diat adalah firman Allah Swt. Surah An-Nisa ayat 92,
Artinya: “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang
mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan
Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang
ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si
pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa
yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua
bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(An-Nisa (4): 92)39
Syarat-syarat wajibnya diat:
1. „Ishmah
37
A. Rahman Ritonga, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,
1999), jilid III, hlm. 206 38
H.E. Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers,
2008), hlm. 434 39
Lihat Al-Quran Surah An-Nisa (4) ayat 92
26
Yakni, korban yang dibunuh adalah orang yang berstatus
ma‟shuum (memiliki „ishmah), yakni terlindungi darahnya. Pendapat ini
sejalan dengan jumhur.
2. At-Taqawwun
Yakni, korban yang dibunuh statusnya adalah mutaqawwim
(memiliki nilai).40
Macam-macam diat:
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan jenis diat. Menurut
Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Syafi’i dalam qaul qadim, diat
dapat dibayar dengan salah satu dari tiga jenis, yaitu unta, emas, atau perak.
Alasannya sebagai berikut.41
1. Hadis yang diriwayatkan oleh Amr ibn Hazm dari ayahnya dari
kakeknya, bahwa Rasulullah menulis surat kepada penduduk Yaman. Di
antara surat itu adalah:
Artinya: “Sesungguhnya barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin tanpa alasan yang sah dan ada saksi, ia harus dikisas kecuali apabila
keluarga korban merelakan (memaafkannya), dan sesungguhnya dalam
menghilangkan nyawa harus membayar diat, berupa seratus ekor unta”.42
2. Dalam lanjutan hadis Amr bin Hazm tersebut di atas yang
diriwayatkan oleh An-Nasa’i, Rasulullah menyatakan:
40
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu, (Damaskus: Darul Fikr, 2007), hlm. 632 41
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 167 42
Abi Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib An-Nasa’i, As-Sunan Al-Kubro, (Beirut: Dar Al-
Kitab Al-‘Ilmiyah, 1991), hlm. 245, kitaab Al-Qasamah hadis Nomor 7058
27
Artinya: “dan untuk keluarga yang memiliki emas, diatnya adalah
seribu dinar”.43
3. Penetap Sayidina Umar dalam hadis (atsar) yang diriwayatkan
oleh Baihaqi melalui Imam Syafi’i. Sayidina Umar menetapkan untuk
penduduk yang memiliki emas, diatnya adalah seribu dinar, dan untuk perak
diatnya adalah sepuluh ribu dirham.
Menurut Imam Abu Yusuf, Imam Muhammad ibn Hasan, dan Imam
Ahmad ibn Hanbal, jenis diat itu ada enam macam, yaitu: unta, emas, perak,
sapi, kambing, dan pakaian.44
Dalil pendapat ini adalah khutbah Umar ibn
Khattab r.a sebagaimana yang dikutip oleh Wahbah Zuhaili,
“sesungguhnya harga unta benar-benar telah mahal. “perawi
berkata, “lantas Umar ibn Khattab r.a menetapkan seribu dinar terhadap
pemilik emas, dua belas ribu dirham terhadap pemilik perak, dua ratus ekor
sapi terhadap pemilik sapi, dua ribu ekor kambing terhadap pemilik kambing
dan dua ratus setel pakaian kepada pemilik pakaian“.45
Diat mughallazah (diperberat) dan diat mukhaffafah (diperingan).
Ketentuan diat ada yang berat dan ada yang ringan. Diat ringan
ditetapkan terkait pembunuhan yang dilakukan tanpa sengaja. Sedangkan diat
berat ditetapkan terkait pembunuhan yang dilakukan semi sengaja. Adapun
diat pembunuhan sengaja apabila wali korban memafkan, menurut Syafi’i dan
penganut madzhab Hanbali dalam kondisi ini ditetapkan adalah diat berat.
Menurut Abu Hanifah, tidak ada diat terkait pembunuhan sengaja, tetapi yang
43
Abi Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib An-Nasa’i, As-Sunan Al-Kubro, hlm. 245, kitaab Al-
Qasamah hadis Nomor 7058 44
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 167-168 45
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu, (Damaskus: Darul Fikr, 2007), hlm. 635
28
ditetapkan dalam kasus seperti ini adalah apa yang disepakati dalam
perdamaian antara kedua belah pihak, dan yang mereka sepakati dalam
perdamaian ini tidak dapat ditangguhkan.
Diat berat adalah seratus unta yang empat puluh di antaranya
mengandung anak di dalam perutnya.46
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah :
Artinya: Telah meriwayatkan kepada kami, Muhammad ibn Bassyar.
„Abdurrahman ibn Muhdiy dan Muhammad ibn Ja‟far berkata: “Syu‟bah
dari Ayyub aku telah mendengar dari Qasim ibn Rabi‟ah dari „Abdillah ibn
Umar dari Nabi Saw berkata: pembunuhah semi disengaja dengan tongkat,
dan batu. Dalam pembunuhan ini ditetapkan dengan diat berat, seratus unta
yang empat puluh di antaranya adalah unta yang bunting, di dalam perutnya
ada anaknya”.47
Riwayat lain menjelaskan sebagaimana hadis yang dikeluarkan oleh
Tirmidzi dari Amru bin Syueb:
46
Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah Juz II, hlm. 353-354 47
Abi ‘Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar al-
Kitab, t.th), hlm. 877. kitaab Ad-Diyaah, hadits nomor2627
29
Artinya: “Telah meriwayatkan kepada kami oleh Ahmad ibn Sa‟id Ad-
Darimi: telah meriwayatkan Hubban (dia ibn Hilal): telah meriwayatkan oleh
Muhammad ibn Rasyid: telah meriwayatkan oleh Sulaiman ibn Musa dari
„Amar ibn Syu‟aib, dari Bapaknya, dari kakeknya bahwa Nabi Muhammad
Saw berkata: “Barangsiapa membunuh seorang muslim dengan sengaja
diserahkan kepada wali korban, jika wali korban menginginkan kisas maka
dikisas, jika mereka menginginkan diat yaitu tiga puluh Hiqqah, tiga puluh
jaza‟ah, dan empat puluh khalifah. Jika mereka memafkan terhadap si pelaku
maka diat itu untuk diberikan kepada mereka”. (H.R. Tirmidzi).48
Selain Hanafiah, Muhammad ibn Hasan, dan Hanabilah diat
mughalladzah atau berat ini komposisinya dibagi empat kelompok, yaitu: 25
ekor unta bintu makhadl (unta betina umur 1-2 tahun), 25 ekor unta bintu
labun (unta betina umur 2-3 tahun), 25 ekor unta hiqqah (umur 4-3 tahun), 25
ekor unta jadzaah (umur 4-5 tahun). Pendapat ini didasarkan pada hadis Nabi
yang diriwayatkan oleh Az-Zuhri dari Saib ibn Yazid, ia berkata:
Artinya: “diat pada masa Rasulullah saw, dibagi empat kelompok,
dua puluh lima ekor unta jadza‟ah, dua puluh lima ekor unta hiqqah, dua
puluh lima ekor unta bintu labun, dan dua puluh lima ekor unta bintu
makhadl”.
Pemberatan diat dalam pembunuhan sengaja dan menyerupai sengaja,
dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu: 1. Pembayaran ditanggung sepenuhnya
oleh pelaku, 2. Pembayaran harus tunai, 3. Umur unta lebih dewasa. Misalnya,
48
Abi ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn Suurah ibn musa at-Tirmidzi, jaami‟u At-Tirmidzi,
(Riyadh: Dar Al-Salaam, 1999), hlm. 336-337. Abwaab ad-diyyah nomor hadis 1387.
30
menurut Syafi’iyyah, unta harus berumur tiga tahun ke atas, bahkan sebagian
harus sedang bunting.49
Adapun diat ringan yang merupakan hukuman bagi pembunuhan tidak
sengaja atau tersalah yaitu: yaitu 100 ekor unta yang terdiri dari, 20 ekor
Hiqqah, 20 ekor Jadzaah, 20 ekor unta bintu makhadl, 20 ekor Bintu Labun,
20 ekor Ibnu Makhadl jantan.50
Berdasarkan hadis Nabi sebagai berikut:
Aspek lainnya diat ringan yaitu kewajiban pembayaran dibebankan
kepada „aqilah (keluarga) dan pembayaran dapat diangsur selama tiga tahun.52
49
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 171 50
H. Abdul Fatah Idris, dan H. Abu Ahmadi, Fikih Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),
hlm. 302 51
Abi ‘Abdillah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwiniy, Sunan Ibn Majah, hlm. 879 kitaab Ad-
diyah hadis nomor 2631 52
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 171
31
BAB III
PENYERTAAN DALAM HUKUM ISLAM
A. Konsep Penyertaan dalam Tindak Pidana
1. Pengertian Penyertaan
Dalam hukum Islam penyertaan berasal dari kataإشتزك يشتزك إشتزاكا
yang berarti turut.1 Menurut Abdul Qadir Audah penyertaan adalah
م في تىفلد م كل مى ن فيسا ا أفزاد متعدد لد يزتكب احد ن مع يزتكة الجزيمت فزد يتعا ا أ يذ
ا غيزي عل تىفيذ
Artinya: “suatu jarimah kadang-kadang dilakukan oleh individu
sendiri, kadang-kadang dilakukan oleh beberapa orang yang masing-masing
individu mendapat bagian dalam pelaksanaan jarimah tersebut atau saling
membantu satu dengan yang lainnya demi terlaksananya jarimah tersebut”.2
Tindak pidana yang apabila dilakukan oleh beberapa orang, bentuk
kerjasama mereka tidak keluar dari empat kondisi berikut:
1. Pelaku turut melakukan tindak pidana, yakni melakukan unsur
material tindak pidana bersama orang lain (memberikan bagiannya
dalam dalam melaksanakan pidana tersebut);
2. Pelaku mengadakan pemufakatan dengan orang lain untuk
melakukan suatu tindak pidana;
1 A.W.Munawir, dan Muhammad Fairuz, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2007), hlm. 800. 2 Abdul Qadir Audah, At-Tasyri Al-Jina‟i fi Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i,
(Beirut: Al-Risalah, 1998), juz II, hlm. 357
32
3. Pelaku menghasut orang lain untuk melakukan tindak pidana;
4. Pelaku memberi bantuan atau kesempatan untuk dilakukannya
tindak pidana dengan berbagai cara, tanpa turut melakukan.3
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud penyertaan dalam tindak pidana adalah apabila dalam suatu tindak
pidana terdapat dua orang atau lebih dalam menjalankan tindak pidana
tersebut.
Adapun syarat-syarat umum keturutsertaan adalah sebagai berikut:
a. Para pelaku terdiri atas beberapa orang. Jika pelaku sendirian,
tidak ada istilah keturutsertaan langsung atau keturutsertaan tidak
langsung.
b. Para pelaku dihubungkan kepada suatu perbuatan yang dilarang
yang dijatuhi hukuman atas pelanggarannya. Jika perbuatan yang
dihubungkan kepadanya tidak demikian, berarti tidak ada tindak
pidana dan selanjutnya tidak ada istilah keturutsertaan.
2. Bentuk Penyertaan
Menurut hukum Islam, para fuqaha membedakan penyertaan ini dalam
dua bagian, yaitu: turut berbuat langsung (isytirak bil-mubasyir), orang yang
melakukannya disebut syarik mubasyir dan turut berbuat tidak langsung
(isytirak ghairul mubasyir/isytirak bit-tasabbub), orang yang melakukannya
3 Alie, Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam II, hlm. 34-35
33
disebut syarik mutasabbib.4 Perbedaan antara kedua orang tersebut ialah kalau
orang pertama menjadi kawan nyata dalam pelaksanaan jarimah, sedang orang
kedua menjadi sebab adanya jarimah, baik karena janji-janji atau menyuruh
atau memberikan bantuan, tetapi tidak ikut serta secara nyata dalam
melaksanakannya.5
Harus dicermati terlebih dahulu bahwa para fukaha hanya mencermati
masalah “keturutsertaan langsung” dan kurang memerhatikan masalah
“keturutsertaan tidak langsung”. Hal ini disebabkan karena dua hal,
Sebab pertama, para fukaha memusatkan perhatian mereka untuk
menerangkan hukum-hukum pidana yang bentuk ukuran hukumannya telah
ditentukan oleh syarak, yaitu semua tindak pidana hudud dan kisas, karena
keduanya adalah tindak pidana yang bersifat tetap, tidak bisa diubah. Selain
itu, hukuman-hukumannya telah ditetapkan, tidak bisa ditambah atau
dikurangi. Adapun pada tindak pidana takzir, para fukaha kurang
memerhatikannya dan tidak menyusun hukum-hukumnya secara khusus
karena pada umumnya tindak pidana-tindak pidana takzir tidak bersifat tetap,
dapat berubah berdasarkan perubahan tempat dan waktu serta perbedaan sudut
pandang. Karena itu, hukuman-hukumannya bisa ditambah atau dikurangi.
Sebab kedua, kaidah (prinsip) umum dalam hukum Islam menetapkan
bahwa hukuman yang telah ditentukan hanya dijatuhkan kepada orang yang
4Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, hlm. 154
5A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 155
34
melakukan tindak pidana secara langsung, bukan kepada pelaku tidak
langsung. Kaidah ini diterapkan oleh imam Abu Hanifah secara teliti.
Para Fukaha yang lain mengecualikan kaidah tersebut pada tindak
pidana yang lain, yaitu tindak pidana pembunuhan dan pelukaan. Mereka
beralasan bahwa tindak pidana tersebut sesuai dengan tabiatnya dapat
dilakukan dengan langsung dan tidak langsung. Jika kaidah tersebut hanya
diterapkan atas pelaku langsung, hukuman yang telah ditentukan itu tidak bisa
dijatuhkan kepada pelaku langsung, padahal ia juga turut melakukan unsur
material tindak pidana, seperti pelaku langsung. Akan tetapi, para fukaha
membatasi pengecualian ini hanya pada para pelaku langsung. Adapun para
pelaku langsung tunduk kepada kaidah tersebut.
Jadi berdasarkan kaidah umum tersebut, pelaku tidak langsung,
penghasut misalnya, apabila turut melakukan tindak pidana yang diancamkan
hukuman tertentu, ia tidak dikenai hukuman tersebut sebab hukuman tersebut
hanya diancamkan kepada pelaku langsung. Artinya, keturutsertaan tidak
langsung termasuk tindak pidana takzir, baik pidananya itu hudud, kisas,
maupun takzir.6
1. Turut berbuat langsung
Menurut Abdul Qadir Audah, turut berbuat langsung adalah,
جد في حالت تعدد الجىاة ع مه الإشتزاك ي ذا الى ن ركه إشتزك المبشزيه : الأصل أن الذيه يبشز
الجزيمت الماد
6 Alie, Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, hlm. 35-36.
35
Artinya: “Turut berbuat langsung pada dasarnya baru terjadi apabila
orang yang melakukan jarimah dengan nyata lebih dari seseorang atau
berbilangnya jumlah pelaku“.7
Turut berbuat langsung dapat terjadi, manakala seorang melakukan
sesuatu perbuatan yang dipandang sebagai permulaan pelaksanaan jarimah
yang sudah cukup disifati sebagai maksiat dan yang dimaksudkan untuk
melaksanakan jarimah itu. Dengan istilah sekarang yaitu apabila ia telah
melakukan percobaan, baik jarimah yang diperbuatnya itu selesai atau tidak,
karena selesai atau tidaknya suatu jarimah tidak mempengaruhi kedudukannya
sebagai orang yang turut berbuat langsung. Pengaruhnya hanya terbatas pada
besarnya hukuman, yaitu apabila jarimah yang diperbuatnya itu selesai,
sedang jarimah itu berupa jarimah had, maka pembuat dijatuhi hukuman had,
dan kalau tidak selesai maka hanya dijatuhi hukuman takzir.8
Di dalam turut berbuat langsung ini terdapat istilah yang dikenal
dengan tawafuq dan tamallu„. Mayoritas fukaha membedakan antara
tanggung jawab pelaku langsung pada kasus kebetulan atau spontanitas
(tawafuq) dan kasus pidana yang sudah direncanakan sebelumnya (tamalu).
Pada kasus kebetulan, setiap pelaku langsung hanya bertanggung jawab atas
akibat perbuatannya dan tidak bertanggung jawab atas perbuatan orang lain.
7 Abdul Qadir Audah, At-Tasyri Al-Jina‟i fi Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i, juz
II, hlm. 360. 8 A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, hlm. 157
36
Tawafuq bermakna niat orang-orang yang turut-serta dalam tindak
pidana adalah untuk melakukannya, tanpa ada kesepakatan (pemufakatan)
sebelumnya di antara mereka. Dengan kata lain, masing-masing pelaku
berbuat karena dorongan pribadinya dan pikirannya yang timbul seketika itu.
Dalam kasus tamalu, para pelaku telah sepakat untuk melakukan suatu tindak
pidana dan menginginkan bersama terwujudnya hasil tindak pidana itu. 9
Perlu dicatat bahwa fuqaha berbeda pendapat dalam mendefinisikan
makna at-tamallu„. Ulama Hanafiah, Ulama Syafi‟iyyah, dan Ulama
Hanabillah berdasarkan pendapat yang lebih raajih menurut mereka,
mengatakan bahwa at-tamallu„ menurut istilah mereka adalah kesamaan
keinginan para pelaku dalam suatu tindakan meskipun tidak didahului dengan
adanya kesepakatan di antara mereka sebelumnya, sekiranya mereka bersama-
sama melakukan tindakan kejahatan itu secara spontan meski tanpa didahului
dengan adanya rencana atau kesepakatan sebelumnya (pengeroyokan yang
terjadi spontan). Jadi menurut mereka, at-tamallu„ memiliki makna lebih luas,
mencakup pengeroyokan yang berarti tidak ada kesepakatan atau perencanaan
sebelumnya, dan mencakup perkomplotan atau konspirasi yang berarti
sebelumnya telah ada kesepakatan.10
9 Abdul Qadir Audah, At-Tasyri Al-Jina‟i fi Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i, juz
II, hlm. 360-361. 10
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu juz VII, (Damaskus: Daarul Fikr, 2007), hlm.
564.
37
Sementara itu, ulama Malikiyah mengatakan, at-tamallu‟ adalah
bersepakat dan berkomplot, yaitu ada dua orang atau lebih yang bermaksud
untuk membunuh seseorang dan memukulinya. Jadi, at-tamallu„ menghendaki
adanya kesepakatan yang dilakukan sebelumnya untuk melakukan suatu aksi
bahwa at-tawafuq (pengeroyokan yang terjadi secara spontan dan kebetulan)
dalam suatu aksi pelanggaran tidak dianggap sebagai at-tamallu„. Akan tetapi,
mereka semua tetap dihukum bunuh apabila mereka memiliki maksud dan
niat untuk melakukan serta hadir dalam aksi tersebut, meskipun akhirnya yang
melaksanakan aksinya hanya salah satu saja dari mereka sedangkan yang
lainnya hanya melihat dan mengawasi saja misalnya, namun dengan syarat
jika memang seandainya waktu itu mereka dimintai untuk membantu dalam
melaksanakan aksi itu, maka mereka akan membantu.
Menurut Ulama Malikiyah, orang-orang yang terlibat dalam suatu aksi
pembunuhan yang sebelumnya tidak ada kesepakatan dan perkomplotan di
antara mereka, maka mereka semua tetap dihukum bunuh, jika memang
mereka ikut memukul secara sengaja dan aniaya dan korban mati di tempat itu
juga, sementara pukulan-pukulan yang mereka lakukan tidak bisa terbedakan
antara satu dengan yang lainnya, atau bisa terbedakan akan tetapi tidak
diketahui mana pukulan yang mematikan dan yang membunuh.11
Hukuman pelaku langsung, pada dasarnya banyaknya pelaku tindak
pidana tidak mempengaruhi besarnya hukuman yang pantas dijatuhkan atas
11
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu juz VII, hlm. 564.
38
mereka, yakni sama seperti melakukan tindak pidana sendirian. Karena itu,
hukuman yang dijatuhkan atas orang yang turut melakukan tindak pidana
(pelaku-penyerta) adalah sama seperti hukuman atas orang yang melakukan
secara sendirian meskipun ketika sedang bersama dengan lainnya, mereka
tidak melakukan seluruh perbuatan yang membentuk tindak pidana itu.12
Di dalam kasus pembunuhan, berdasarkan kesepakatan para imam
madzhab empat, secara syara„ wajib menghukum kisas sekelompok orang
karena membunuh satu orang. Hal ini dalam rangka saddudz dzaraa‟i
(menutup celah-celah yang bisa berpotensi dijadikan sebagai pintu masuk
kepada sesuatu yang terlarang). Karena jika mereka tidak dikisas semuanya,
tentunya itu akan berdampak pada pelaksanaan hukum kisas tidak bisa
dilakukan. Sebab jika demikian, tindakan pembunuhan dengan cara dilakukan
secara bersama-sama akan dijadikan sebagai trik dan rekayasa untuk terhindar
dari jeratan hukuman kisas. Di samping itu, banyak kasus pembunuhan yang
terjadi dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok orang, karena
biasanya suatu kasus pembunuhan tidak terjadi kecuali dilakukan dengan cara
bekerjasama oleh sekelompok orang.13
Para sahabat cepat tanggap dalam mengantisipasi permasalahan seperti
ini, sehingga mereka mengeluarkan fatwa kisas menyeluruh terhadap semua
anggota komplotan pembunuhan. Kejadian pertama kali kasus seperti ini
12
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri Al-Jina‟i fi Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i,
juz II, hlm. 363. 13
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu juz VII, hlm. 560-561.
39
terjadi pada masa kekhalifahan Umar Ibnu Khattab, yaitu ada seorang suami
meninggalkan isterinya di kota Shan‟a bersama dengan seorang anak dari
isterinya yang lain. Lalu si isteri memiliki pria idaman lain dan melakukan hal
yang tidak baik. Perbuatan itu pun diketahui oleh si anak tersebut.
Si isteri itu kemudian berkata kepada pria idaman lainnya itu, “anak
ini telah mengetahui perbuatan kita, karena itu, bunuhlah ia.“ Namun, si laki-
laki itu menolak, hingga menyebabkan si isteri itu pun “ngambek“ dan tidak
mau lagi berhubungan dengan si laki-laki itu, sehingga si laki-laki itu pun
akhirnya memenuhi permintaan si isteri itu untuk membunuh anak tersebut.
Lalu ia pun melakukan pembunuhan terhadap anak itu bersama-sama dengan
seorang laki-laki lain, si isteri itu sendiri dan pembantunya dengan cara
memutilasi si anak dan menceburkannya ke dalam sumur. Kemudian kejadian
itu pun terungkap dan tersebar luas.
Setelah kejadian itu, Amir Yaman menangkap laki-laki itu dan ia pun
mengakui perbuatannya, kemudian para pelaku yang lain pun ikut mengakui
perbuatan mereka. Amir Yaman kemudian mengirim sepucuk surat kepada
Umar ibn Khattab, lalu Umar Ibn Khattab mengirim surat balasan yang
berisikan supaya mereka semua dihukum bunuh (kisas). Umar ibn Khattab
berkata, “Demi Allah, seandainya penduduk Shan‟a ikut bersama-sama
40
membunuh anak itu, sungguh aku pasti akan menghukum bunuh mereka
semua“.14
2. Keturutsertaan tidak langsung.
Menurut Abdul Qadir Audah, keturutsertaan tidak langsung,
عل يعتبز شزيكا متسببا مه اتفك مع إعاو مه حزض غيزي أ ، غيزي عل إرتكاب فعل معالة علي
اإلعاوت عل ال التحزيض أ ن لاصدا اإلتفاق أ يشتزط في الشزيك أن يك جزيمتذا الفعل،
Artinya: “setiap orang yang bersepakat dengan orang lain untuk
melakukan suatu perbuatan yang dapat dijatuhi hukuman atasnya, orang
yang menghasut (menggerakkan) orang lain atau membantu dalam perbuatan
tersebut, dengan disyaratkan adanya kesengajaan dalam kebersepakatan,
penghasutan, dan pemberian bantuan tersebut“.15
Mutasabbib adalah pihak yang melakukan suatu tindakan yang
biasanya bisa mengakibatkan kerusakan atau kebinasaan sesuatu. Tindakan itu
sendiri sebenarnya bukan yang secara langsung memunculkan kebinasaan
tersebut, akan tetapi melalui perantara sesuatu yang lain yaitu tindakan orang
lain yang melakukannya dengan keinginan sendiri.16
Apabila tindakan pihak mutasabbib dianggap sebagai tindakan yang
melanggar dan melampaui batas, maka hanya dirinya saja yang bertanggung
14
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu juz VII, hlm. 561. 15
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i Juz
I, hlm. 365-366 16
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu juz VII, hlm. 574.
41
jawab. Hal ini berdasarkan kaidah, “mutasabbib tidak dituntut
bertanggungjawaban kecuali jika ia melakukan tindakan yang melanggar“
apakah itu memang sengaja atau tidak. Atau berdasarkan kaidah, “suatu
tindakan disandarkan atau dinisbatkan kepada mutasabbib apabila tidak ada
perantaraan yang menengahi“ yaitu ketika tidak dimungkinkan untuk
menuntut pertanggungjawaban dari pelaku langsung karena pelaku langsung
adalah orang yang tidak mungkin diminta pertanggung jawaban atau pelaku
langsungnya tidak ada atau tidak diketahui, atau tindakan mutasabbib lebih
kuat efek dan lebih dominan dari pada tindakan pelaku langsung.
Kesimpulannya, pihak mutasabbib adalah yang harus bertanggung jawab
apabila tindakannya yang menjadi sebab itu lebih dominan daripada tindakan
pelaku langsung.17
Menurut Jumhur selain ulama Hanafiah, dalam kasus pembunuhan
pelaku langsung dan pelaku tidak langsung dapat bersama-sama dijatuhkan
hukuman. Dalam kasus paksaan untuk melakukan pembunuhan, baik pihak
yang memaksa maupun pihak yang dipaksa keduanya sama-sama dikisas,
karena pihak yang dipaksa pada faktanya adalah pihak yang menjalankan
pembunuhan secara langsung, sedangkan pihak yang memaksa adalah pihak
yang menjadi penyebabnya (mutasabbib).
Dalam kasus pembunuhan lain, dimana terdapat pelaku yang
berjumlah dua orang, salah satunya memegangi korban dan yang satunya yang
17
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu juz VII, hlm. 575.
42
melakukan pembunuhan terhadap korban, ulama Malikiyah memiliki
pendapat yang berbeda dengan pendapat ulama madzhab yang lain, yaitu
kedua-duanya sama-sama dikisas, karena pelaku yang bertugas memegangi
korban adalah sebagai mutasabbib dan rekannya yang bertugas membunuh
adalah sebagai pelaku langsung. 18
Yang dianggap turut berbuat tidak langsung adalah setiap orang yang
mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk melakukan sesuatu perbuatan
yang dapat dihukum, atau menyuruh orang lain, atau memberikan bantuan
dalam perbuatan tersebut dengan disertai kesengajaan dalam persepakatan dan
menyuruh serta memberi bantuan.19
Unsur-unsur keturutsertaan tidak langsung ada tiga, yaitu sebagai
berikut:
1. Perbuatan yang dapat dijatuhi hukuman pidana(tindak pidana).
2. Cara mewujudkan perbuatan tersebut, yaitu mengadakan
persepakatan, penghasutan, atau pemberian bantuan.
3. Niat dari pelaku tidak langsung agar perbuatan yang dimaksudkan
dapat terjadi.20
Unsur pertama, untuk terjadinya keturutsertaan disyaratkan adanya
perbuatan yang dapat dijatuhi hukuman dan perbuatan tersebut harus terjadi
meskipun tidak harus selesai secara sempurna. Karena itu, dalam percobaan
18
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu juz VII, hlm. 576. 19
A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, hlm. 162-163 20
Alie, Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam II, hlm.41
43
tindak pidana, pelaku tidak langsung dapat dijatuhi hukuman. Demikian juga,
untuk menjatuhkan hukuman kepada pelaku tidak langsung, pelaku langsung
tidaklah harus dijatuhi hukuman. Hal ini karena terkadang pelaku langsung
memiliki niat yang baik sehingga ia tidak dijatuhi hukuman, tetapi pelaku
tidak langsung tetap dijatuhi hukuman atau pelaku langsung diampuni karena
ia masih di bawah umur atau gila sedangkan pelaku tidak langsung tetap
dijatuhi hukuman.21
Unsur ketiga, turut berbuat tidak langsung bisa terjadi dengan jalan:
1. Persepakatan.
Persepakatan bisa terjadi karena adanya rasa saling memahami dan
karena kesamaan kehendak untuk memperbuat tindak pidana. Kalau tidak ada
persepakatan sebelumnya, maka tidak ada “keturutsertaan“. Jadi tidak ada
“keturutsertaan“ kalau sudah ada persepakatan sebelumnya, tetapi bukan atas
jarimah yang terjadi dan dikerjakan bersama. Jika seseorang bersepakat
dengan orang lain untuk mencuri kerbau, kemudian pembuat langsung
memukul pemilik kerbau atau mencuri kerbau bukan milik orang yang dituju,
maka di sini tidak ada persepakatan atas jarimah yang terjadi. Akan tetapi
tidak adanya keturutsertaan tidak berarti bahwa persepakatan itu tidak
21
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i Juz
I, hlm. 366
44
dihukum, sebab persepakatan itu sendiri sudah merupakan perbuatan
maksiat.22
Dalam hal keturutsertaan tidak langsung, Imam Malik mempunyai
teori yang berbeda dengan fukaha lainnya. Ia menganggap orang yang
bersepakat dengan orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana dan orang
tersebut menyaksikan tindak pidana itu berlangsung, orang tersebut dianggap
sebagai “pelaku penyerta langsung“, bukan pelaku tidak langsung.
Demikianlah teori Imam Malik mengenai pelaku tidak langsung secara
mutlak, baik cara mewujudkan perbuatan tidak langsung tersebut melalui
persepakatan, penghasutan, atau bantuan.23
2. Menghasut
Yang dimaksud dengan menghasut ialah membujuk orang lain untuk
memperbuat jarimah, dan bujukan itu menjadi pendorong untuk diperbuatnya
jarimah. Apabila tidak ada bujukan atau hasutan, niscaya tidak mungkin
bujukan atau hasutan dikatakan sebagai pendorong seseorang untuk
melakukan tindak pidana itu, baik hasutan itu berpengaruh maupun tidak,
karena menghasut itu sendiri adalah suatu perbuatan maksiat dan perintah
untuk melakukan kemungkaran.24
22
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i Juz
I, hlm. 366-367. 23
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i Juz
I, hlm. 367. 24
Alie, Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam II, hlm. 43
45
Perintah (bujukan) atau paksaan untuk membunuh dapat dianggap
sebagai hasutan. Perbedaan antara perintah (bujukan) dan pemaksaan, perintah
tidak memengaruhi kebebasan kehendak orang yang diperintah untuk memilih
sehingga ia bisa melaksanakan tindak pidana itu atau meninggalkannya,
sedangkan pemaksaan memengaruhi kebebasan kehendak orang tersebut.
Artinya, ia hanya bisa memilih antara dua hal, melakukan tindak pidana atau
menuai apa yang diancamkan kepadanya dan bersabar atasnya.25
Apabila orang yang memerintahkan (membujuk) itu memiliki
kekuasaan atas orang yang diperintah, seperti kekuasaan ayah terhadap
anaknya atau guru terhadap muridnya, perintah tersebut bisa disebut
pemaksaan. Akan tetapi, apabila orang yang diperintah itu bukan anak kecil di
bawah umur, tidak dungu atau gila, dan orang yang memerintah tidak
memiliki kekuasaan atas dirinya, perintah tersebut dianggap bujukan biasa
yang bisa menimbulkan tindak pidana atau tidak.
Pada kasus adanya kekuasaan pada diri orang yang memerintahkan,
para fukaha membedakan antara orang yang diperintahkan itu sudah mumayiz
atau belum. Jika orang yang diperintahkan itu belum mumayiz dan tidak
mungkin baginya menentang orang yang memerintahnya, berarti ia adalah alat
bagi orang yang memerintahnya meskipun ia yang melakukan tindak pidana
secara langsung. Dalam kasus seperti ini, orang yang memerintahkan itu
25
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i Juz
I, hlm. 368.
46
dianggap sebagai pelaku langsung dan ia tidak dianggap sebagai pelaku tidak
langsung.
Imam Malik berpendapat bahwa apabila orang yang menghasut turut
menyaksikan dan berada di tempat kejadian perkara itu berlangsung, ia
dianggap sebagai pelaku asli, baik ia turut membantu pelaku langsung
maupun tidak, dengan syarat sekiranya pelaku langsung tidak melakukan
tindak pidana tersebut, ia sendiri yang akan melakukannya.26
3. Bantuan
Orang yang membantu orang lain dalam melakukan suatu tindak
pidana dianggap sebagai pelaku tidak langsung meskipun sebelumnya ia tidak
bersepakat untuk melakukan tindak pidana tersebut. Misalnya orang yang
mengawasi jalan untuk memudahkan pencurian atau pembunuhan bagi orang
lain (pelaku), ia dianggap sebagai orang yang memberi bantuan kepada
pelaku. Demikian pula dengan orang yang menggiring korban ke tempat
kejadian perkara kemudian ia meninggalkannya untuk kemudian dibunuh atau
dirampas oleh pelaku tindak pidana, ia dianggap juga sebagai orang yang
memberi bantuan kepada si pelaku.
Para fukaha membedakan antara pelaku langsung dan pembantu.
Menurut mereka pelaku langsung adalah orang yang melakukan atau mencoba
melakukan perbuatan yang dilarang, sedangkan pembantu adalah orang yang
26
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i Juz
I, hlm. 368.
47
tidak melakukan atau mencoba melakukan, tetapi hanya membantu pelaku asli
dengan perbuatan-perbuatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan
perbuatan yang dilarang. Karena itu, ia tidak dianggap sebagai pelaku
perbuatan tersebut.
Para fukaha berbeda pendapat mengenai hukum orang (pertama) yang
memegang korban sehingga orang ketiga dapat membunuhnya. Sebagian dari
mereka, yaitu Imam Abu Hanifah, Asy-Syafi‟i, dan dan pendapat pertama
madzhab Hanbali, berpendapat bahwa orang yang memegang tersebut adalah
pelaku penyerta sebagai pembantu, bukan pelaku langsung. Mereka beralasan
bahwa meskipun orang yang memegang itu menyebabkan terjadinya
pembunuhan karena perbuatannya tersebut, orang lain yang melakukannya.
Dalam hal ini, perbuatan langsung mengalahkan sebab jika perbuatan
langsung tersebut bukan didasari oleh paksaan absolut.27
Sementara itu, sebagian fukaha yang lain, yaitu Imam Malik dan
pendapat kedua madzhab Hanbali, berpendapat bahwa orang yang memegang
dan orang yang membunuh keduanya sama-sama dianggap sebagai pelaku
langsung pembunuhan. Mereka beralasan bahwa orang yang membunuh itu
yang melakukan pembunuhan, sedangkan orang yang memegang itu menjadi
penyebab terjadinya pembunhan. Adapun perbuatan langsung dan sebab
berkedudukan sama dalam hal menciptakan akibat perbuatan itu, yaitu
27
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i Juz
I, hlm. 369.
48
pembunuhan, karena suatu akibat tidak akan terjadi jika salah satu dari dua
perbuatan tidak terpenuhi.
Imam Malik menganggap orang yang memberikan bantuan sebagai
pelaku langsung pada kasus pidana yang sudah direncanakan dan ada
persepakatan sebelumnya, jika orang yang membantu tersebut hadir dan
menyaksikan tindak pidana di tempat kejadian perkara atau berada di
dekatnya, di mana sekiranya ia dimintai bantuan untuk melakukan pidana
tersebut, ia tidak terlambat untuk melakukannya. Akan tetapi, apabila tindak
pidana itu dilakukan tanpa ada persepakatan sebelumnya dan orang yang
membantu tersebut hadir di tempat kejadian perkara, tetapi ia tidak siap
melakukan tindak pidana sekiranya ia dimintai tolong untuk melakukannya, ia
hanya dianggap sebagai pelaku tidak langsung. Adapun para fukaha lainnya
menganggap orang yang membantu tersebut sebagai pelaku tidak langsung
pada semua kasus apabila ia tidak melakukan tindak pidana secara langsung.28
Pada dasarnya, kaidah hukum Islam menetapkan bahwa hukuman-
hukuman yang jumlahnya telah ditentukan, yakni dalam tindak pidana hudud
dan kisas, dijatuhkan kepada pelaku langsung tindak pidana, bukan kepada
pelaku tidak langsung. Berdasarkan perintah tersebut, siapa saja yang turut
serta dalam tindak pidana hudud dan kisas, tidak dijatuhi hukuman hudud
28
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i Juz
I, hlm. 370-371.
49
yang telah ditentukan jumlahnya, bagaimanapun bentuk kesertaannya. Dalam
hal ini, ia dijatuhi hukuman takzir.
Jika perbuatan pelaku tidak langsung bisa dipandang sebagai pelaku
langsung itu hanya sekedar alat yang digerakkan oleh pelaku tidak langsung,
ia dijatuhi hukuman hudud atau kisas karena ia dikategorikan sebagai pelaku
langsung, bukan sebagai pelaku tidak langsung.
Menurut teori Imam Malik, pelaku tidak langsung, bagaimanapun
cara dan bentuk keturutsertaannya, dianggap sebagai pelaku langsung, yakni
bila ia hadir dan menyaksikan terjadinya tindak pidana tersebut. Hal ini
karena apabila pelaku langsung/asli tidak sanggup melaksanakan, ia sendiri
(pelaku tidak langsung) yang akan melaksanakan atau turut serta dengan
orang lain dalam pelaksanaannya tersebut. Berdasarkan teori ini, pelaku tidak
langsung akan dijatuhi hukuman hudud dan kisas seketika dirinya dianggap
sebagai pelaku langsung.29
29
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i Juz
I, hlm. 372-373
50
BAB IV
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 959K/PID/2012 PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM
A. Deskripsi Kasus Pembunuhan
Dalam analisa putusan perkara pidana yang dikeluarkan oleh
Mahkamah Agung ini, penulis mendapatkan data dari putusan Mahkamah
Agung dengan perkara penyertaan pembunuhan. Dalam kasus ini sebagai
terdakwa yaitu Supri Lubis alias Supri, dengan identitas sebagai berikut: nama
lengkap Supri Lubis, dengan nama panggilan Supri, tempat lahir Asam Jawa,
umur dan tanggal lahir 25 tahun / 03 Maret 1986, dengan jenis kelamin laki-
laki, kebangsaan Indonesia, dan bertempat tinggal di Desa Asam Jawa,
Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan, agama Islam, pekerjaan buruh
tani.1
1. Kronologis Pembunuhan
Tindak pidana ini merupakan tindak pidana penyertaan pembunuhan
yang dilakukan oleh terdakwa Supri Lubis alias Supri bersama teman-
temannya. Dengan kronologi perkara ini sebagai berikut: bahwa dia terdakwa
Supri Lubis alias Supri, Daud Siregar (DPO), dan Ucok Lubis (DPO) pada
hari Kamis tanggal 28 April 2011 sekira pukul 16.00 WIB atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu pada bulan April 2011 bertempat di tempat
pengumpulan buah (TPH) lokasi perkebunan kelapa sawit milik H. Juber
1Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012 hlm. 1
51
Harahap di wilayah desa ujung Gading, kecamatan Simangambat, kabupaten
Padang Lawas Utara, terdakwa Supri Lubis alias Supri, Daud Siregar (DPO),
dan Ucok Lubis (DPO) dilakukan dengan cara sebagai berikut:2
Bermula pada waktu dan tempat tersebut di atas, pada hari Kamis
tanggal 28 April 2011 sekira pukul 11.00 WIB ketika saksi Indra Hasibuan
bersama dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan saksi Aidil Daulay dengan
menggunakan truk colt diesel berangkat dari kota Pinang menuju perkebunan
milik H. Jubeir Harahap di Desa Ujung Gading Jae, kecamatan Simangambat.
Bahwa selain saksi Indra Hasibuan bersama dengan saksi Abdul Rojab
Rambe, dan saksi Aidil Ahmad Daulay, ada orang lain yang ikut ke
perkebunan tersebut yaitu di antaranya terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan,
saksi Zainal Abidin Nasution alias Inal, Ucok Lubis (DPO), dan Daud Siregar
(DPO).3
Bahwa adapun saksi Indra Hasibuan bersama saksi Abdul Rojab
Rambe dan saksi Aidil Ahmad Daulay menggunakan truk colt diesel,
sedangkan terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan, saksi Zainal Abidin Nasution
alias Inal, Ucok Lubis (DPO), dan Daud Siregar (DPO) menggunakan mobil
Hartop, setibanya di Pos Merpati III PT FMPI, mobil truk colt diesel tersebut
ditinggalkan dan saksi Indra Hasibuan bersama dengan saksi Abdul Rojab
Rambe dan saksi Aidil Ahmad Daulay melanjutkan perjalanan dengan
2 Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012, hlm. 2
3 Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012, hlm. 2-3
52
menggunakan Hartop bersama dengan terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan,
saksi Zainal Abidin Nasution alias Inal, Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar
(DPO). Sekira pukul 16.00 WIB terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan, saksi
Zainal Abidin Nasution alias Inal, Ucok Lubis (DPO), Daud Siregar (DPO),
saksi Indra Hasibuan, saksi Abdul Rojab Rambe, saksi Aidil Ahmad Daulay
tiba di lokasi perkebunan milik H. Jubeir Harahap tersebut.4
Sesampainya di lokasi tidak berapa lama datang saksi korban.Fuad
Hasan Nasution alias Lalat menjumpai saksi Indra Hasibuan. Setelah
mendekati saksi Indra Hasibuan, lalu korban mengatakan, “In tolong tengokin
mesin lampu” dan saksi Indra Hasibuan menjawab “sebentar, lagi cari kunci
peti colt diesel” dan dijawab oleh korban “iyalah saya tunggu”. Kejadian
tersebut dilihat oleh saksi Zainal Abidin Nasution.5
Setelah itu korban pergi, dan sekitar dua puluh menit kemudian,
korban datang kembali ke lokasi perkebunan dengan mengendarai sepeda
motor dengan membawa alat babat. Pada saat itu saksi Indra Hasibuan sedang
mengemudikan mobil Hartop. Ketika saling bertemu, saksi Indra Hasibuan
bertanya kepada korban “siapa di pondok“ dan dijawab korban “si kulong“
dan saksi Indra Hasibuan mengatakan kepada korban “aku duluan“ dan
dijawab oleh korban “iyalah“. Selanjutnya korban membawa sepeda motornya
ke arah rumah terdakwa. Dalam hal tersebut dilihat pula oleh saksi Zainal
4 Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012, hlm. 3
5 Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012, hlm. 3
53
Abidin Nasution. Melihat hal tersebut, saksi Indra Hasibuan curiga ada yang
tidak beres, sehingga saksi Indra Hasibuan memundurkan mobil. Setelah
memundurkan mobilnya saksi Indra Hasibuan mendengar suara keributan dan
dari kaca spion mobil Hartop tersebut, saksi Indra Hasibuan melihat terjadi
perkelahian antara terdakwa dan korban.6
Pada saat itu saksi Indra Hasibuan melihat terdakwa bersama Ucok
Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO) mengeroyok korban. Pada saat
pengeroyokan terjadi, saksi Zainal Abidin Nasution berada di dalam kantor,
dan dari dalam kantor tersebut, saksi Zainal Abidin Nasution mendengar
jeritan “Ampun Dor, nggak ku ulangi lagi”. Pada saat itu saksi Indra Hasibuan
melihat korban memegang babat di tangannya dan pada saat itu kedua teman
terdakwa, yaitu Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO) memiting korban
dan salah satunya memegang tojok dan satunya lagi memegang parang.7
Melihat hal tersebut saksi Indra Hasibuan langsung lari ke bukit untuk
mencari sinyal handphone. Saksi berusaha untuk menghubungi pemilik kebun
agar menghubungi polisi terdekat agar datang ke lokasi perkebunan. Setelah
itu saksi Indra Hasibuan turun ke bawah dan melihat korban telah terkapar di
tanah sedangkan terdakwa dan kedua orang temannya yaitu Ucok Lubis
(DPO) dan Daud Siregar (DPO) secara bergantian menusuk tubuh korban
dengan menggunakan tojok. Karena panik saksi Indra Hasibuan kembali ke
6 Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012, hlm. 3
7 Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012, hlm. 3-4
54
atas bukit dan berusaha menghubungi pemilik kebun namun tidak diangkat
sehingga saksi Indra Hasibuan kembali turun ke bawah dan saat itu terdakwa
bersama Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO) sudah berada di dalam
mobil Hartop dan hendak pergi meninggalkan lokasi perkebunan. Sementara
korban ditinggalkan terkapar di areal kebun.Karena ketakutan, saksi Indra
Hasibuan pun takut berada di areal kebun sehingga saksi Indra Hasibuan
langsung masuk ke dalam mobil Hartop yang digunakan oleh terdakwa
bersama dengan Ucok Lubis dan Daud Siregar.8
Diperoleh fakta persidangan pada pengadilan tingkat pertama bahwa:
1. Bahwa Terdakwa di depan persidangan mengaku bernama Supri
Lubis alias Supri identitasnya bersesuaian dengan surat dakwaan
dari Jaksa Penuntut Umum;
2. Bahwa pada hari Kamis tanggal 28 April 2011 sekitar pukul 16.00
WIB di kebun kelapa sawit milik H. Zubair Saifuddin Harahap
yang terletak di desa Ujung Gading Jae, kec. Simangambat, Kab.
Padang Lawas Utara, antara Terdakwa dan Korban telah terjadi
perkelahian;
3. Bahwa peristiwa perkelahian tersebut terjadi berawal saat Korban
datang mengendarai sepeda motor ke pondok Terdakwa dengan
membawa alat berupa parang babat kemudian korban berusaha
membacokkan parang tersebut ke arah kepala korban, namun
8 Putusan Mahkamah Agung No. 959 K/Pid/2012, hlm. 4
55
terdakwa menangkap parang tersebut selanjutnya Korban dipiting
oleh Terdakwa dengan kedua tangannya, selanjutnya datang
membantu kedua teman Terdakwa bernama Daud Siregar (DPO)
dan Ucok Lubis (DPO) salah satunya memegang tojok sedangkan
seorang lagi memegang parang selanjutnya dengan parang tersebut
dibacokkan ke bagian kepala Korban sebanyak satu kali sementara
dengan alat tojok tersebut ditusukkan dan dipukulkan ke arah
tubuh Korban secara bergantian oleh Terdakwa, Daud Siregar
(DPO) dan Ucok Lubis (DPO) berkali-kali kemudian tubuh
Korban diseret hingga ke pojok kelapa sawit dan membalikkan
tubuh Korban hingga tertelungkup selanjutnya menutupi tubuh
Korban dengan mempergunakan dua buah ban mobil yang tidak
terpakai lagi;
4. Bahwa setelah perkelahian tersebut berakhir, dengan menggunakan
mobil Terdakwa bersama dengan Daud Siregar (DPO) dan Ucok
Lubis (DPO), saksi Indra Hasibuan, dan saksi Aidil Ahmad Daulay
meninggalkan lokasi perkelahian tersebut;
5. Bahwa sebelum perkelahian tersebut, telah ada pertengkaran antara
Korban dan Terdakwa dengan mengakibatkan terdakwa
melaporkan perbuatan Korban yang telah menganiaya Terdakwa;
6. Bahwa Penuntut Umum dipersidangan telah mengajukan barang
bukti berupa: 1 (satu) bilah tojok dengan panjang kurang lebih 1
56
(satu) meter, 1 (satu) bilah parang babat bergagang kayu panjang
lebih 1 (satu) meter, 1 (satu) buah sarung parang terbuat dari kayu,
1 (satu) helai baju kaus warna hitam tanpa lengan berlumuran
darah, 1 (satu) potong celana pendek berlumuran darah;
7. Bahwa telah dilakukan pemeriksaan terhadap jenazah Korban
sesuai dengan Visum et Revertum Nomor : 857/157/2011
tertanggal 16 Mei 2011 yang dilakukan Puskesmas Langkimat
Kec. Simangambat Kab. Padang Lawas Utara oleh dokter
Muhammad Taufiq Siregar dengan kesimpulan “pada tubuh mayat
Korban ditemukan luka terbuka, luka memar, luka sayat, luka lecet
dan luka tusuk pada kepala, pipi, leher, lengan, dada, perut, serta
anggota gerak akibat kekerasan tajam dan kekerasan tumpul.
Sebab kematian adalah kekerasan tajam dikepala, leher, dada, dan
perut.9
2. Dakwaan dan Tuntutan Jaksa
Berdasarkan surat dakwaan Penuntut Umum tertanggal Gunungtua, 08
Agustus 2011, Bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan
dakwaan alternatif yakni:
9 Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan Nomor 637/Pid.B/2011/PN.Psp.Gnt, hlm 20-
21
57
Kesatu: Diancam pidana dalam pasal 338 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) jo pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP).
Kedua: Diancam pidana dalam pasal 170 ayat (1) ke-3 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) jo pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP).
Ketiga: Diancam pidana dalam pasal 351 ayat (3) Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) jo pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP).10
Berdasarkan surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan
Negeri Padang Sidimpuan No. Peg. Perkara : PDM-17/Gn.Tua/Ep.2/07/2011
tanggal 23 November 2011 menuntut supaya Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Padang Sidimpuan yang memeriksa dan mengadili perkara
memutuskan:
1. Menyatakan terdakwa Supri Lubis alias Supri terbukti secara sah
dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak
pidana “yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan turut
serta melakukan dengan sengaja merampas nyawa korban“
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 338 KUHP jo
pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
10
Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan nomor 637/Pid.B/2011/PN.Psp.Gnt, hlm. 21
58
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Supri Lubis Alias Supri
dengan pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun dikurangkan
sepenuhnya dari penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa.
3. Barang bukti berupa:
1 (satu) bilah parang babat bergagang kayu panjang kurang lebih 1
(satu) meter berlumuran darah, 1 (satu) bilah tojok panjang kurang
lebih 1 (satu) meter, 1 (satu) buah sarung parang terbuat dari kayu
panjang ukurang kurang lebih 30 cm, 1 (satu) helai baju kaus
warna hitam tanpa lengan berlumuran darah, 1 (satu) potong
celana pendek berlumuran darah dirampas untuk dimusnahkan.
4. Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp.
1.000 (seribu rupiah).11
B. Putusan Hakim Mahkamah Agung
Pada perkara ini, di pengadilan tingkat pertama yaitu Pengadilan
Negeri Padang Sidimpuan telah memutuskan dengan putusan Nomor
637/Pid.B/2011/PN.Psp.Gnt yang berbunyi:
1. Menyatakan bahwa terdakwa Supri Lubis alias Supri telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“turut serta melakukan pembunuhan”;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Supri Lubis alias Supri
oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun;
11
Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 30/Pid/2012/PT-Mdn, hlm. 11
59
3. Menetapkan waktu lamanya terdakwa berada dalam tahanan
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Memerintahkan agar terdakwa tetap dalam tahanan;
5. Menetapkan barang bukti berupa:
a. 1 (satu) bilah tojok dengan panjang kurang lebih 1 (satu)
meter;
b. 1 (satu) bilah parang babat bergagang kayu panjang lebih 1
(satu) meter;
c. 1 (satu) buah sarung parang terbuat dari kayu;
d. 1 (satu) helai baju kaus warna hitam tanpa lengan berlumuran
darah;
e. 1 (satu potong celana pendek berlumuran darah.
Masing-masing dirampas untuk dimusnahkan;
6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah);12
Kemudian Terdakwa mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi, yaitu
Pengadilan Tinggi Medan, Majelis Hakim memutuskan dengan putusan
Nomor 30/Pid/2012/PT-Mdn, adapun putusan Pengadilan Tinggi Medan
yaitu:
1. Menerima permintaan banding dari terdakwa;
12
Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan No. 637/Pid.B/2011/PN.Psp.Gnt, hlm. 26
60
2. Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan
tanggal 14 Desember 2011 No. 637/Pid.B/2011/PN-Psp.Gnt,
sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa
sehingga amarnya berbunyi sebagai berikut:
a. Menyatakan bahwa terdakwa Supri Lubis alias Supri telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “turut serta melakukan pembunuhan”;
b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Supri Lubis alias Supri
oleh karena itu dengan pidana penjara selama 12 (dua belas)
tahun;
c. Menetapkan waktu lamanya terdakwa berada dalam tahanan
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
d. Memerintahkan agar terdakwa tetap dalam tahanan;
e. Menetapkan barang bukti berupa:
1. 1 (satu) bilah tojok dengan panjang kurang lebih 1 (satu)
meter;
2. 1 (satu) bilah parang babat bergagang kayu panjang lebih 1
(satu) meter;
3. 1 (satu) buah sarung parang terbuat dari kayu;
4. 1 (satu) helai baju kaus warna hitam tanpa lengan
berlumuran darah;
5. 1 (satu potong celana pendek berlumuran darah;
61
Masing-masing dirampas untuk dimusnahkan;
f. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya
perkara sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);13
Hakim Tinggi menambahkan salah satu hal yang dapat memperberat
terdakwa yaitu dengan kategori “sadis”. Maka dari itu Hakim Tinggi
menambahkan hukuman penjara menjadi 12 (dua belas) tahun yang semula di
Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan 10 (sepuluh) tahun karena kategori
“sadis” tersebut.14
Kemudian Terdakwa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung, Hakim
Agung memutuskan dengan putusan Nomor 959K/Pid/2012, adapun putusan
Mahkamah Agung sebagai berikut:
1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Terdakwa :
Supri Lubis alias Supri tersebut;
2. Membebankan Pemohon Kasasi/Terdakwa tersebut untuk
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.
2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);
C. Analisa Putusan Mahkamah Agung Perspektif Hukum Islam
Dalam menganalisa putusan ini, walaupun menurut hukum positif
menyatakan bahwa perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana, penulis
13
Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 30/Pid/2012/PT-Mdn, hlm. 17-18 14
Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 30/Pid/2012/PT-Mdn, hlm. 16
62
perlu memaparkan terlebih dahulu apakah perbuatan terdakwa termasuk
dalam kategori tindak pidana (jarimah) atau tidak menurut hukum Islam.
Menurut hukum Islam ditinjau dari unsur-unsur jarimah, objek kajian
fiqih jinayah dapat dibedakan menjadi tiga bagian15
, yaitu:
1. Al-rukn al-syar‟i, yaitu unsur yang menyatakan bahwa seseorang
dapat dinyatakan sebagai pelaku jarimah jika ada undang-undang yang secara
tegas melarang dan menjatuhkan sanksi kepada pelaku tindak pidana.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 959K/Pid/2012 menyatakan bahwa
Supri Lubis alias Supri dinyatakan bersalah menurut hukum positif karena
telah melanggar pasal 338 KUHP jo. Pasal 55 dan 56 KUHP tentang
penyertaan pembunuhan.16
Di dalam hukum Islam, Allah Swt. secara tegas
berfirman dalam Al-Quran Surah Al-An‟am ayat 151 yang berbunyi:
(151(/6))الأنعام
Artinya: “dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. (Al-
An‟aam (6)/151)17
Terjemahan ini berpijak pada kata harrama, yang dipahami dalam arti
diharamkan atau dilarang. Kalimat ini berfungsi menjelaskan bahwa larangan
membunuh bukan sesuatu yang baru, tetapi telah merupakan syariat seluruh
agama sejak kelahiran manusia di pentas bumi ini. Dapat juga kata harrama,
15
M. Nurul Irfan, dan Masyarofah, Fiqh Jinayah, hlm. 2 16
Putusan Mahkamah Agung Nomor 959k/pid/2012, hlm. 10 17
Lihat Al-Quran Surah Al-An‟am (6) ayat 151
63
yang dikaitkan dengan jiwa manusia oleh ayat di atas, dipahami dalam arti
yang dijadikan terhormat oleh Allah. Penggalan ayat ini seakan-akan
menyatakan: janganlah membunuh jiwa karena jiwa manusia telah
dianugerahi Allah kehormatan sehingga tidak boleh disentuh kehormatan itu
dalam bentuk apa pun. Pemahaman semacam ini mendukung nilai-nilai hak
asasi manusia yang juga merupakan salah satu prinsip kehidupan yang
ditegakkan al-Quran melalui sekian ayat.18
Selain dari ayat tersebut terdapat juga larangan pembunuhan dalam Al-
Quran Surah Al-Furqaan ayat 68 yang berbunyi:
Artinya: “dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain
beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,
barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat
(pembalasan) dosa(nya). (Al-Furqaan (25)/68).19
Kemudian terdapat Surah Al-Israa‟ ayat 31 dan 33 yang juga melarang
pembunuhan.20
Selain dari ayat Al-Quran terdapat juga di dalam sabda Nabi
yang melarang pembunuhan yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
18
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Surah Al-Ma‟idah dan Al-An‟am Volume III,
(Jakarta: Lentera Hati, 2011), hlm. 733. 19
Lihat Al-Quran Surah Al-Furqaan ayat 68 20
Lihat Al-Quran Surah Al-Israa‟ ayat 31 dan 32
64
Artinya: “telah meriwayatkan kepada kami, Abu Bakar ibn Abi
Syaibah: telah meriwayatkan kepada kami Hafs ibn Ghiyas, Abu Mu‟awiyah,
dan Waqi‟, dari A‟masy, dari Abdillah ibn Murrah, dari Masruq, dari
Abdillah,ia berkata: Rasulullah Saw. telah bersabda: “Tidak halal darah
seorang muslim yang telah menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan bahwa aku utusan Allah, kecuali dengan salah satu dari tiga perkara: (1)
pezina muhshan, (2) membunuh, (3) orang yang meninggalkan agamanya
yang memisahkan diri dari jama‟ah.” (H.R. Muslim).21
Selain dari larangan tersebut Allah juga memberikan hukuman bagi
para pelaku sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Quran Surah Al-
Baqarah ayat 178 yang berbunyi:
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu kisas
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah
(yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang
diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang
baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan
21
Abi Al-Hussein Muslim ibn Al-Hajjaj ibn Muslim Al-Qusyayriyyi Al-Naysaaburiyyi,
Shahih Muslim, (Riyadh: Dar Al-Salaam, 1998), hlm. 742. kitaab al-qasaamah wa al-muhaaribiin wa
al-qishaash wa ad-diyyaah, baab maa yubaahu bihi dam al-muslim. hadist nomor 4375
65
suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya
siksa yang sangat pedih.(Al-Baqarah (2)/178).22
Dengan adanya beberapa ayat dan hadis ini, dengan demikian ada nash
yang secara tegas melarang pembunuhan sekaligus memberikan sanksi bagi
pelaku tindak pidana pembunuhan. Maka unsur Al-rukn al-syar‟i dapat
terpenuhi, karena di dalam hukum Islam adanya larangan untuk membunuh
dan sanksi bagi pelaku pembunuhan.
2. Al-rukn al-madi, yaitu unsur yang menyatakan bahwa seseorang
dapat dijatuhkan pidana jika ia benar-benar terbukti melakukan sebuah
jarimah, baik yang bersifat positif (aktif dalam melakukan sesuatu) maupun
yang bersifat negatif (pasif dalam melakukan sesuatu).
Menurut fakta yang terungkap di pengadilan, bahwa terdakwa Supri
Lubis alias Supri telah sah melakukan suatu tindak pidana penyertaan
pembunuhan.23
Dengan adanya korban Fuad Hasan Nasution karena
pembunuhan yang dilakukan oleh terdakwa Supri Lubis alias Supri, Ucok
Lubis, dan Daud Siregar yang menyebabkan matinya korban. Sehingga unsur
ini pun dalam hukum Islam terpenuhi.
3. Al-rukn al-adabi, yaitu: unsur yang menyatakan bahwa seseorang
dapat dipersalahkan jika ia bukan orang gila, anak di bawah umur, atau
sedang di bawah ancaman.
22
Lihat Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 178 23
Putusan Mahkamah Agung Nomor 959K/Pid/2012, hlm. 11
66
Di dalam putusan Mahkamah Agung tersebut menyatakan bahwa
terdakwa Supri Lubis alias Supri di dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut
Umum menyatakan bahwa Supri Lubis alias Supri termasuk orang yang sudah
dewasa, tidak gila, dan tidak sedang di bawah ancaman dalam melakukan
perbuatan tersebut.24
Sehingga unsur ini dapat terpenuhi menurut hukum
Islam.
Dengan dipaparkannya unsur-unsur jarimah atau tindak pidana dalam
hukum Islam, penulis berkesimpulan bahwa terdakwa Supri Lubis alias Supri
dapat dinyatakan telah melakukan suatu tindak pidana atau jarimah dan dapat
dipertanggungjawabkan atas perbuatannyamenurut hukum Islam.
Unsur-unsur yang disebutkan dalam putusan Pengadilan Negeri
Padang Sidimpuan Nomor 637/Pid.B/2011/PN.Psp.Gnt adalah sebagai
berikut25
:
1. Unsur barang siapa;
2. Unsur dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain;
3. Unsur turut serta melakukan perbuatan pidana;
Hal ini sejalan dengan unsur pembunuhan sengaja menurut hukum
Islam, yaitu:
1. Korban yang dibunuh adalah manusia yang hidup.
2. Pembunuhan itu merupakan perbuatan si pelaku.
24
Putusan Mahkamah Agung Nomor 959K/Pid/2012, hlm. 1 25
Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan Nomor 637/Pid.B/2011/PN.Psp.Gnt, hlm. 21
67
3. Adanya maksud dari pelaku untuk membunuh.26
Menurut penulis, yang pertama unsur “dengan sengaja menghilangkan
nyawa orang lain“ dalam hukum positif sejalan dengan unsur “adanya maksud
dari pelaku untuk membunuh” dalam hukum Islam. Unsur tersebut baik
menurut hukum positif dan hukum Islam dapat penulis katakan sama karena
unsur tersebut mengandung niat untuk melakukan pembunuhan atau
menghilangkan nyawa orang lain. Yang kedua unsur “barang siapa” dalam
hukum positif sejalan dengan unsur “pembunuhan itu merupakan perbuatan si
pelaku” dalam hukum Islam, karena unsur “barang siapa” merupakan siapa
saja subjek hukum atau orang sebagai pendukung hak dan kewajiban yang
didakwa melakukan tindak pidana dan dapat dipertanggungjawabkan
perbuatannya, khususnya dalam permasalahan ini adalah tindak pidana
pembunuhan. Sedangkan unsur “pembunuhan merupakan perbuatan si
pelaku” bisa dipersamakan dengan siapa saja yang melakukan pembunuhan
maka dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya.
Jadi dapat dikatakan bahwa tindak pidana yang dilakukan di sini
adalah tindak pidana pembunuhan sengaja. Dikuatkan dengan unsur “dengan
sengaja menghilangkan nyawa orang lain” dalam hukum positif dan unsur
“adanya maksud dari pelaku untuk membunuh” dalam hukum Islam.
26
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanun Al-Wad‟i Juz
II, hlm. 12
68
Ada satu unsur lagi dalam perkara ini, yaitu unsur “turut serta
melakukan perbuatan pidana”. Di dalam hukum Islam juga terdapat unsur
tersebut yaitu unsur keturutsertaan. Dalam hal ini Islam mengkategorikan
unsur ini sebagai keturutsertaan langsung dan keturutsertaan tidak langsung.27
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkara ini menurut hukum Islam jelas
dapat dikatakan sebagai tindak pidana penyertaan pembunuhan dengan
adanya unsur tambahan di atas, yakni keturutsertaan.
Pembunuhan menurut hukum pidana Islam dibagi menjadi tiga, yaitu:
pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja, dan pembunuhan tersalah.
Perkara ini masuk dalam kategori pembunuhan sengaja sebagaimana yang
disimpulkan oleh penulis. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa di
dalam hukum Islam pembagian penyertaan ini dapat dikategorikan sebagai
keturutsertaan langsung dan keturutsertaan tidak langsung. Berdasarkan
kronologi yang telah penulis sebutkan dimana terdakwa Supri Lubis alias
Supri bersama-sama dengan Ucok Lubis dan Daud Siregar melakukan
pembunuhan terhadap Fuad Hasan Nasution, jenis tindak pidana ini masuk
dalam kategori keturutsertaan langsung, penulis mengulang pendapat Abdul
Qadir Audah dalam bab terdahulu yang mengatakan:
27
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Muqaranan bi Al-qanuni Al-Wad‟i, juz II, hlm.
69
Artinya: “Turut berbuat langsung pada dasarnya baru terjadi apabila
orang yang melakukan jarimah dengan nyata lebih dari seseorang atau
berbilangnya jumlah pelaku“.28
Pembunuhan ini dilakukan oleh Supri Lubis alias Supri, Ucok Lubis,
dan Daud Siregar, hal ini sesuai dengan pendapat Abdul Qadir Audah di atas
yang mengatakan turut berbuat langsung merupakan pelaku berbilang
jumlahnya dengan nyata melakukan suatu jarimah. Di sini terdapat tiga
pelaku, dimana pelaku penyertaan pembunuhan utama yaitu terdakwa Supri
Lubis alias Supri, sedangkan Ucok Lubis dan Daud Siregar sebagai pelaku
yang turut serta melakukan pembunuhan, dengan korban Fuad Hasan
Nasution.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah (2): 178-179
tentang sanksi bagi pelaku tindak pidana pembunuhan yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu kisas
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah
(yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang
diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang
28
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri Al-Jina‟i fi Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni Al-Wad‟i,
juz II, hlm. 360
70
baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan
suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya
siksa yang sangat pedih.
Dan dalam kisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai
orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa“.(Al-Baqarah (2): 178-
179).29
Dalam perkara ini masing-masing dari pelaku melukai korban dengan
luka yang mematikan. Sesuai dengan fakta persidangan pembunuhan itu
menggunakan parang yang dilayangkan ke kepala korban dan tojok yang
ditusukkan ke perut korban secara bergantian oleh para pelaku secara
berulang-ulang.30
Menurut hukum Islam, pada dasarnya, banyaknya pelaku tindak
pidana tidak mempengaruhi besarnya hukuman yang pantas dijatuhkan atas
mereka, yakni sama seperti melaksanakan tindak pidana sendirian. Karena itu,
hukuman yang dijatuhkan atas orang yang turut melakukan tindak pidana
(pelaku-penyerta) adalah sama seperti hukuman atas orang yang melakukan
secara sendirian meskipun ketika sedang bersama dengan lainnya, mereka
tidak melakukan seluruh perbuatan yang membentuk tindak pidana itu.31
Menurut ulama Hanafiah, masing-masing dari para pelaku itu dikenai
kisas apabila mereka secara langsung melakukan pembunuhan itu, karena
dengan begitu, masing-masing dari mereka berarti dianggap sebagai pelaku
29
Lihat Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 178-179 30
Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan Nomor 637/Pid.B/2011/PN.Psp.Gnt 31
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri‟ Al-Jina‟i Al-Islami bi Al-Qanuni Al-Wad‟i ,juz I, hlm. 363.
71
pembunuhan sengaja. Di sini ulama Hanafiah tidak membedakan antara
kondisi tawaffuq32
dan tamaalu„33
.
Jadi menurut ulama Hanafiah, yang penting dan yang dijadikan
patokan adalah tindakan yang dilakukan oleh masing-masing itu adalah
mematikan, dalam arti tindakan yang dilakukan oleh salah satu saja di antara
mereka sebenarnya sudah bisa membunuh dan mematikan. Hal ini
berdasarkan pernyataan ulama Hanafiah dalam kasus pembunuhan sengaja,
“disyaratkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh masing-masing dari orang
yang terlibat adalah tindakan pembunuhan secara langsung, seperti masing-
masing dari mereka melukai korban dengan luka yang memiliki efek
membunuh (dalam artian, pelukaan yang dilakukan oleh salah satu saja di
antara mereka sebenarnya sudah bisa membunuh).34
Sementara menurut Jumhur (ulama Malikiyah, Syafi‟iyyah dan
Hanabilah) mengatakan, hukuman kisas dijatuhkan terhadap sekelompok
orang yang terlibat dalam pembunuhan terhadap satu orang meskipun mereka
tidak berkomplot dan tidak melakukan kesepakatan sebelumnya dalam
pembunuhan tersebut jika memang tindakan masing-masing dari mereka itu
32
Ket.Tawafuq adalah tindakan pembunuhan yang melibatkan dua orang atau lebih terhadap
satu korban yang keterlibatan itu terjadi secara kebetulan semata tanpa ada konspirasi, perkomplotan,
dan kesepakatan di antara mereka sebelumnya. Lihat Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, hlm.
562 33
Ket.Tamaalu‟ menurut ulama Malikiyah merupakan tindakan pembunuhan yang dilakukan
dua orang atau lebih terhadap satu korban yang sebelumnya mereka memang telah berkonspirasi, dan
melakukan kesepakatan untuk melakukan kejahatan tersebut.Lihat Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa
Adillatuhu, hlm. 562 34
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu, hlm. 562.
72
bisa membunuh dan mematikan. Jadi menurut Jumhur, yang penting dalam
kasus yang tidak ada kesepakatan sebelumnya di antara mereka adalah
tindakan masing-masing dari mereka itu memang mematikan, dalam arti
tindakan salah satu dari mereka saja sebenarnya sudah bisa membunuh dan
mematikan.
Kesimpulan menurut Jumhur adalah apabila pembunuhan yang
melibatkan beberapa orang itu adalah pembunuhan tanpa ada unsur at-
tamaalu, maka mereka semua bisa dikisas apabila memang tindakan masing-
masing dari mereka itu adalah tindakan yang sudah bisa mematikan dan
membunuh. Sedangkan jika kasus pembunuhan itu adalah pembunuhan
dengan adanya unsur tamaalu„, mereka semua tetap dikisas, sekalipun
tindakan yang dilakukan masing-masing dari mereka itu sebenarnya tidak bisa
membunuh dan mematikan. Ini adalah pendapat yang lebih shahih menurut
ulama Syafi‟iyyah dan ulama Hanabilah. Hanya saja, mereka berbeda
pendapat dengan ulama Malikiyah dalam hal persyaratan masing-masing dari
mereka memang ikut melakukan tindakan kejahatan tersebut.
Menurut ulama Malikiyah, hal itu tidak menjadi syarat, akan tetapi
yang penting mereka ikut hadir di sana, meskipun yang melakukan eksekusi
pembunuhan hanya satu orang saja dari mereka, jika memang anggota yang
lainnya yang tidak ikut melakukan aksi tersebut sebenarnya dalam kondisi
bersiap untuk melakukan aksi, meskipun akhirnya yang mengeksekusi hanya
satu orang saja sedangkan yang lainnya hanya melihat dan mengamati saja.
73
Dari uraian di atas, nampak perbedaan pendapat antara Jumhur dengan
ulama Hanafiah adalah dalam kasus pembunuhan dengan adanya unsur
tamaalu„ (karena ulama Hanafiah tidak membedakan antara kasus
pembunuhan dengan adanya unsur at-tamaalu„ di dalamnya dan kasus
pembunuhan yang tidak ada unsur at-tamaalu„ di dalamnya).35
Wahbah
Zuhaili berpendapat:
Artinya: “Akan tetapi aku lebih mengunggulkan pendapat jumhur,
karena sesuai dengan perbuatanyang dilakukanoleh Umar Ibn Khattab r.a,
yaitu ia akan berjanji mengkisas tujuh orang dari penduduk Shan‟a jika
mereka melakukan pembunuhan terhadap satu orang, dan sahabat berijmak
atas tindakan Umar Ibn Khatab r.a tersebut“.36
Suatu riwayat dalam kitab Shahih Bukhari mengatakan:
Artinya: “telah berkata kepada ku, ibnu Bassyaar: telah
meriwayatkan kepada kami oleh Yahya: dari „Ubaidilah: dari Nafi„, dari Ibnu
„Umar Radiyallahu „anhuma bahwasanya seorang anak dibunuh dengan cara
tipu daya, maka berkata Umar: “jika bersama-sama padanya penduduk
Shan‟a maka akan aku bunuh mereka semua. Telah berkata Mughiroh ibn
Hakim, dari Bapaknya: bahwasannya empat orang membunuh seorang anak
kecil, maka berkata Umar semisalnya.37
35
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu juz VII, hlm. 5635 36
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu juz VII, hlm. 5635 37
Abi Abdillah Muhammad ibn Umar ibn Ibrahim ibn Al-Mughiroh ibn Barda Zabah Al-
Bukhori Al-Ja‟fi, Shahih Bukhori, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-„Ilmiyah, 1998), hlm. 367. Kitaab diyah
hadis nomor 6896
74
Dalam riwayat ini Umar hanya berkata, jika penduduk Shan‟a
membunuh satu orang, maka Umar akan membunuh semuanya. Hal ini dapat
dijadikan dasar hukum untuk adanya kisas jika sekelompok orang atau
beberapa orang melakukan pembunuhan, maka hukuman yang dijatuhkan
adalah kisas.
Kesimpulannya, terdakwa Supri Lubis alias Supri, Ucok Lubis dan
Daud Siregar menurut hukum Islam harus dikisas karena sebagaimana praktik
dan ucapan Umar Ibn Khatab tersebut terhadap penduduk Shan‟a.
Dapat kita bandingkan hukuman menurut hukum positif (dalam hal ini
putusan Mahkamah Agung Nomor 959K/Pid/2012) menyatakan bahwa
hukuman yang dijatuhkan kepada terdakwa hanya 12 tahun penjara (menolak
permohonan kasasi terdakwa dan menetapkan putusan Pengadilan Tinggi
Medan), sedangkan hukuman yang dijatuhkan oleh Islam yaitu kisas
sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah Umar Ibn Khatab.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Islam memandang bahwasanya penyertaan pembunuhan
sebagai suatu kejahatan dan merupakan suatu tindak pidana sebagaimana
hukum positif yang memandang sama hal tersebut.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 959K/Pid/2012 terkait tindak
pidana penyertaan pembunuhan tidak sesuai dengan hukum Islam.
Ketidaksesuaian ini didasarkan pada sumber yang berasal dari hukum positif
dan hukum Islam berbeda, sehingga adanya ketidaksesuaian menurut hukum
Islam atas putusan Mahkamah Agung tersebut.
Di dalam putusan tersebut, Hakim Agung menetapkan putusan
Pengadilan Tinggi Medan yang menetapkan hukuman 12 tahun penjara,
sedangkan di dalam hukum Islam mengharuskan kisas terhadap pelaku
penyertaan pembunuhan (Supri Lubis, Daud Siregar, dan Ucok Lubis). Hal ini
diambil atas praktek dari Umar ibn Khattab yang membunuh penduduk
Shan’a karena telah membunuh satu orang.
B. Saran
Dalam mengadili, hakim seharusnya memperhatikan dari sudut
pandang korban yang dibunuh secara bersama-sama oleh para terdakwa. Di
sini penulis merasa kurang puas atas penjatuhan hukuman yang diterapkan
oleh hakim dengan hukuman 12 tahun penjara. Hukuman yang dijatuhkan
76
dalam hukum Islam untuk kasus ini adalah mengkisas semua pelaku. Islam
memandang bahwa bunuh harus dibalas dengan bunuh, karena Islam
memandang dari sudut korban yang dirugikan. Dengan begitu keadilan akan
dapat dirasakan.
77
A. Daftar Pustaka
Al-Qur’anul Karim
Ali, Mahrus, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Al-Ja’fi , Abi Abdillah Muhammad ibn Umar ibn Ibrahim ibn Al-Mughiroh ibn
Barda Zabah Al-Bukhori, Shahih Bukhori, Beirut: Dar Al-Kutub Al-
‘Ilmiyah, 1998.
Al-Naysaaburiyyi, Abi Al-Hussein Muslim ibn Al-Hajjaj ibn Muslim Al-
Qusyayriyyi, Shahih Muslim, Riyadh: Dar Al-Salaam, 1998.
Al-Qazwiniy, Abi ‘Abdillah Muhammad ibn Yazid, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar
al-Kitab, t.th).
An-Nasa’i, Abi Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib, As-Sunan Al-Kubro, (Beirut: Dar
Al-Kitab Al-‘Ilmiyah, 1991)
Aripin, Jaenal, dkk, Metode Penelitian Hukum, Ciputat:Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
At-Tirmidzi, Abi ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn Suurah ibn musa, Jaami’u At-
Tirmidzi, Riyadh: Dar Al-Salaam, 1999
Audah, Abdul Qadir, At-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni
Al-Wad’i Juz I, Beirut: Al-Risalah, 1998
Audah, Abdul Qadir, At-Tasyri’ al-Jina’i Al-Islami Muqaranan bi Al-Qanuni
Al-Wad’i Juz II, Beirut: Al-Risalah, 1998.
78
Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002.
Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 3 Percobaan dan
Penyertaan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Farid, Ahmad Zainal Abidin, Hukum Pidana 1, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
Hamzah, Andi, Terminologi Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Idris, H. Abdul, Fatah, dan H. Abu Ahmadi, Fikih Islam, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004.
Irfan, Muhammad Nurul, dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta: Amza, 2013.
Irfan, Muhammad Nurul, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta:
Amzah, 2011.
Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta:
Rajawali Pers, 2012.
Munawwir, A.W., dan Muhammad Fairuz, Kamus Al-Munawwir Indonesia-
Arab, Surabaya: Pustaka Progressif, 2007.
Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana: Edisi Revisi, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2012.
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: PT
Refika Aditama, 2003.
Putusan Mahkamah Agung nomor 959K/Pid/2012.
Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan Nomor
637/Pid.B/2011/PN.Psp.Gnt.
79
Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 30/Pid/2012/PT-Mdn
Ritonga, A, Rahman, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam Jilid III, Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve, 1999
RM, Suharto, Hukum Pidana Materil Unsur-unsur obyektif Sebagai Dasar
Dakwaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2002.
Sabiq, Sayid, Fiqh As-Sunnah, jilid kedua, tt: tp, tt
Saleh, H.E. Hasan, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, Jakarta:
Rajawali Pers, 2008.
Santoso, topo, Menggagas Hukum Pidana Islam, Bandung: Asy-syaamil,
2001.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah Surah Al-Ma’idah dan Al-An’am
Volume III, Jakarta: Lentera Hati, 2011
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (suatu
tinjauan singkat), Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 1986.
Suma, Muhammad Amin, dkk, Pidana Islam di Indonesia Peluang, prospek
dan Tantangan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.
Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,
2008.
Wardi Muslich, Ahmad, 2004 Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam,
Jakarta: Sinar Grafika.
80
Wardi, Muslich, Ahmad, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Yafie, Alie, dkk, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam I, Jakarta: PT Kharisma
Ilmu.
Yafie, Alie, dkk, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam II, Jakarta: PT Kharisma
Ilmu.
Yafie, Alie, dkk, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III, Jakarta: PT Kharisma
Ilmu.
Zahra, Abu Muhammad, Al-Jarimah wa Al-‘Uqubah fi Fiqh Al-Islami, Kairo:
Dar Al-Arabi, 1998.
Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqhu Asy-Syafi’i Al-Muyassar, Beirut: Darul Fikr, 2008.
Zuhaili, Wahbah, Fiqh Islam wa Adillatuhu juz VII, Damaskus: Darul Fikr,
2007.
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
Nomor : 959 K/Pid/2012
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai
berikut dalam perkara Terdakwa :
Nama : SUPRI LUBIS alias SUPRI.
Tempat lahir : Asam Jawa.
Umur / tgl.lahir : 25 tahun / 03 Maret 1986.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Kebangsaan : Indonesia.
Tempat tinggal : Desa Asam Jawa, Kecamatan,
Torgamba, Kabupaten Labuhan,
Batu Selatan.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Tani.
Terdakwa berada dalam tahanan :
Penyidik sejak tanggal 05 Mei 2011 sampai dengan tanggal 24 Mei 2011 ;
Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 25 Mei 2011 sampai dengan
tanggal 02 Juli 2011 ;
Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 03 Juli 2011 sampai
dengan tanggal 01 Agustus 2011 ;
Penuntut Umum sejak tanggal 29 Juli 2011 sampai dengan tanggal 17
Agustus 2011 ;
Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 11 Agustus 2011 sampai dengan
tanggal 09 September 2011 ;
Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 10 September 2011
sampai dengan tanggal 09 Nopember 2011 ;
Perpanjangan Ketua Pengadilan Tinggi ke-1 sejak tanggal 10 Nopember
2011 sampai dengan tanggal 09 Desember 2011 ;
Perpanjangan Ketua Pengadilan Tinggi ke-2 sejak tanggal 10 Desember
2011 sampai dengan tanggal 08 Januari 2012 ;
Hakim Pengadilan Tinggi sejak tanggal 19 Desember 2011 sampai dengan
tanggal 17 Januari 2012 ;
al. 1 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Perpanjangan Ketua Pengadilan Tinggi sejak tanggal 18 Januari 2012 sampai
dengan tanggal 17 Maret 2012 ;
Berdasarkan Penetapan Ketua Mahkamah Agung-RI u.b Ketua Muda Pidana
No.65/2012/959 K/PP/2012/MA. tanggal 22 Mei 2012, Terdakwa
diperintahkan untuk ditahan dalam Rumah Tahanan Negara selama 50
(lima puluh) hari, terhitung sejak tanggal 02 April 2012 ;
Perpanjangan berdasarkan Penetapan Ketua Mahkamah Agung-RI u.b. Ketua
Muda Pidana No.66/2012/959 K/PP/2012/MA. tanggal 22 Mei 2012,
Terdakwa diperintahkan untuk ditahan dalam Rumah Tahanan Negara
selama 60 (enam puluh) hari, terhitung sejak tanggal 22 Mei 2012 ;
yang diajukan di muka persidangan Pengadilan Negeri Padangsidempuan
karena didakwa :
KESATU :
Bahwa dia Terdakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI, Daud Siregar (DPO)
dan Ucok Lubis (DPO) pada hari Kamis tanggal 28 April 2011 sekira pukul 16.00
WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu di dalam bulan April 2011 ber-
tempat di tempat Pengumpulan Buah (TPH) lokasi Perkebunan Kelapa Sawit
milik H. Jubeir Harahap di Wilayah Desa Ujung Gading, Kecamatan
Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara, Terdakwa SUPRI LUBIS alias
SUPRI, Daud Siregar (DPO) dan Ucok Lubis (DPO) yang melakukan, yang
menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan dengan sengaja me-
rampas nyawa korban Fuad Hasan Nasution alias Lalat”, perbuatan Terdakwa
SUPRI LUBIS alias SUPRI, Daud Siregar (DPO) dan Ucok Lubis (DPO)
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bermula pada waktu dan tempat tersebut di atas, pada hari Kamis
tanggal 28 April 2011 sekira pukul 11.00 Wib ketika saksi Indra Hasibuan ber-
sama dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan saksi Aidil Daulay dengan meng-
gunakan Truk Colt diesel berangkat dari Kota Pinang menuju perkebunan milik
H. Jubeir Harahap di Desa Uung Gading Jae, Kecamatan Simangambat. Bahwa
selain saksi Indra Hasibuan bersama dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan
saksi Aidil Ahmad Daulay, ada orang lain yang ikut ke lokasi perkebunan ter-
sebut yaitu diantaranya Terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan, saksi Zainal Abidin
Nasution alias Inal, Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO). Bahwa adapun
saksi Indra Hasibuan bersama dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan saksi Aidil
Ahmad Daulay menggunakan Truk Colt Diesel sedangkan Terdakwa, saksi
al. 2 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Hasyim Hasibuan, saksi Zainal Abidin Nasution alias Inal, Ucok Lubis (DPO) dan
Daud Siregar (DPO) menggunakan mobil Hartop, setibanya di Pos Merpati III
PT.FMPI, mobil Truck Colt Diesel tersebut ditinggalkan dan saksi Indra
Hasibuan bersama dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan saksi Aidil Ahmad
Daulay melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Hartop bersama dengan
Terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan, saksi Zainal Abidin Nasution alias Inal, Ucok
lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO). sekira pukul 16.00 Wib Terdakwa, saksi
Hasyim Hasibuan, Saksi Zainal Abidin Nasution alias Inal, Ucok Lubis (DPO),
Daud Siregar (DPO), saksi Indra Hasibuan, saksi Abdul Rojab Rambe dan saksi
Aidil Ahmad daulay tiba dilokasi perkebunan milik H. Jubeir Harahap tersebut.
Sesampainya dilokasi tidak berapa lama datang saksi Korban Fuad Hasan
Nasution alias Lalat menjumpai saksi Indra Hasibuan. Setelah mendekati saksi
Indra Hasibuan, lalu korban mengatakan “IN tolong tengokkan mesin lampu”
dan saksi Indra Hasibuan menjawab “Sebentar, lagi cari kunci peti Cold Diesel”
dan dijawab oleh Korban “iyalah saya tunggu”. Kejadian tersebut dilihat oleh
saksi Zainal Abidin Nasution. Setelah itu korban pergi, dan sekitar 20 (dua
puluh) menit kemudian, korban datang kembali ke lokasi perkebunan dengan
mengendarai sepeda motor dengan membawa alat babat. Pada saat itu saksi
Indra Hasibuan sedang mengemudikan mobil Hartop. Ketika saling bertemu,
saksi Indra Hasibuan bertanya kepada Korban “siapa dipondok” dan di jawab
korban “si kulong” dan Saksi Indra Hasibuan mengatakan kepada Korban “aku
duluan” dan di jawab oleh korban “iyalah”. Selanjutnya korban membawa
sepeda motornya kearah rumah Terdakwa. Dan hal tersebut juga dilihat oleh
saksi Zainal Abidin Nasution. Melihat hal tersebut, saksi Indra Hasibuan curiga
ada yang tidak beres, sehingga saksi Indra Hasibuan memundurkan mobil.
Setelah memundurkan mobilnya saksi Indra Hasibuan mendengar suara
keributan dan dari kaca spion mobil Hartop tersebut, saksi Indra Hasibuan
melihat terjadi perkelahian antara Terdakwa dengan korban. Pada saat itu saksi
Indra Hasibuan melihat Terdakwa bersama dengan Ucok Lubis (DPO) dan Daud
Siregar (DPO) mengeroyok Korban. Pada saat pengeroyokan terjadi, saksi
Zainal Abidin Nasution sedang berada di dalam kantor, dan dari dalam kantor
tersebut, saksi Zainal Abidin Nasution mendengar jeritan “Ampun Dor, nggak
kuulangi lagi”. Pada saat itu saksi Indra Hasibuan melihat Korban meme-gang
babat ditangannya dan pada saat itu kedua teman Terdakwa, yaitu Ucok Lubis
(DPO) dan Daud Siregar (DPO) memiting Korban dan salah satunya me-
al. 3 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
megang tojok dan satunya lagi memegang parang. Melihat hal tersebut saksi
Indra Hasibuan langsung lari ke bukit untuk mencari sinyal Handphone. Saksi
berusaha untuk menghubungi pemilik kebun agar menghubungi polisi terdekat
agar datang ke lokasi perkebunan. Setelah itu saksi Indra Hasibuan turun ke
bawah dan melihat korban telah terkapar ditanah sedangkan Terdakwa dan
kedua orang temannya yaitu Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO) secara
bergantian menusuk tubuh Korban dengan menggunakan tojok. Karena panik
saksi Indra Hasibuan kembali ke atas bukit dan berusaha menghubungi pemilik
kebun namun tidak diangkat sehingga saksi Indra Hasibuan kembali turun ke
bawah dan saat itu Terdakwa bersama dengan Ucok Lubis (DPO), dan Daud
Siregar (DPO) sudah berada di dalam mobil Hartop dan hendak pergi me-
ninggalkan lokasi perkebunan. Sementara Korban ditinggalkan terkapar diareal
kebun. Karena ketakutan, saksi Indra Hasibuan pun takut berada di areal kebun
sehingga Saksi Indra Hasibuan langsung masuk kedalam mobil Hartop yang
dipergunakan oleh Terdakwa bersama dengan Ucok Lubis (DPO) dan Daud
Siregar (DPO). Tidak berapa jauh kemudian terlihat saksi Abdul Rojak Rambe,
dan saksi Abdul Rojak Rambe pun langsung ikut dalam mobil tersebut.
Sesampainya di pos Merpati III PT.FMPI, saksi INDRA HASIBUAN, saksi
ABDUL ROJAK RAMBE dan saksi AIDIL AHMAD DAULAY minta turun dan
kemudian saksi INDRA HASIBUAN, saksi ABDUL ROJAK RAMBE dan saksi
AIDIL AHMAD DAULAY tinggal di pos Satpam, sedangkan saksi Zainal Abidin
Nasution ikut bersama Terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan, Ucok Lubis (DPO)
dan Daud Siregar (DPO). Dari Pos Satpam saksi Indra Hasibuan kembali meng-
hubungi pemilik kebun dan pemilik kebun mengatakan bahwa polisi sedang
dalam perjalanan menuju lokasi perkebunan. Saksi Indra Hasibuan, saksi Abdul
Rojak Rambe dan saksi Aidil Ahmad Daulay menunggu kedatangan pemilik
kebun dengan maksud kelokasi perkebunan untuk melihat keadaan korban. Dan
sekitar pukul 24.00 wib, anggota kepolisian sektor Barumun Tengah mendatangi
kami di lokasi pos tersebut dan kemudian membawa kami ke Polsek Barumun
Tengah.
Akibat dari perbuatan Terdakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI, Daud Siregar
(DPO) dan Ucok Lubis (DPO), korban atas nama Fuad Hasan Nasution alias
Lalat meninggal dunia, dengan luka sebagaimana yang telah tercantum dalam
hasil pemeriksaan luar atas Jenazah atas nama Fuad Hasan Nasution alias
Lalat yang dilakukan Puskesmas Langkimat dengan Nomor : 857/157/2011
tertanggal 16 Mei 2011.
al. 4 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Perbuatan Terdakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI, Daud Siregar (DPO)
dan Ucok Lubis (DPO) sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal
338 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana ;
ATAU
KEDUA :
Bahwa dia Trdakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI, Daud Siregar (DPO)
dan Ucok Lubis (DPO) pada hari Kamis tanggal 28 April 2011 sekira pukul 16.00
WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu di dalam bulan April 2011 ber-
tempat di Tempat Pengumpulan Buah (TPH) lokasi Perkebunan Kelapa Sawit
milik H. Jubeir Harahap di Wilayah Desa Ujung Gading, Kecamatan
Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara, Terdakwa SUPRI LUBIS alias
SUPRI, Daud Siregar (DPO) dan Ucok Lubis (DPO) dengan terang-terangan
dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap korban Fuad
Hasan Nasution alias Lalat yang mengakibatkan maut, perbuatan Terdakwa
SUPRI LUBIS alias SUPRI, Daud Siregar (DPO) dan Ucok Lubis (DPO)
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bermula pada waktu dan tempat tersebut diatas, pada hari Kamis tanggal
28 April 2011 sekira pukul 11.00 Wib ketika saksi Indra Hasibuan bersama
dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan saksi Aidil Ahmad Daulay dengan meng-
gunakan Truk Colt diesel berangkat dari Kota Pinang menuju perkebunan milik
H. Jubeir Harahap di Desa Uung Gading Jae, Kecamatan Simangambat. Bahwa
selain saksi Indra Hasibuan bersama dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan
saksi Aidil Ahmad Daulay, ada orang lain yang ikut ke lokasi perkebunan ter-
sebut, yaitu diantaranya Terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan, saksi Zainal Abidin
Nasution alias Inal, Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO). Bahwa adapun
saksi Indra Hasibuan bersama dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan saksi Aidil
Ahmad Daulay menggunakan Truk Colt Diesel sedangkan Terdakwa, saksi
Hasyim Hasibuan, saksi Zainal Abidin Nasution alias Inal, Ucok Lubis (DPO) dan
Daud Siregar (DPO) menggunakan mobil Hartop. Setibanya di Pos Merpati III
PT.FMPI, mobil Truck Colt Diesel tersebut ditinggalkan dan saksi Indra Hasibuan
bersama dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan saksi Aidil Ahmad Daulay
melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil hartop bersama dengan
Terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan, saksi Zainal Abidin Nasution alias Inal, Ucok
lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO). Sekira pukul 16.00 Wib Ter-dakwa, saksi
Hasyim Hasibuan, Saksi Zainal Abidin Nasution alias Inal, Ucok
al. 5 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Lubis (DPO), Daud Siregar (DPO), saksi Indra Hasibuan, saksi Abdul Rojab
Rambe dan saksi Aidil Ahmad Daulay tiba dilokasi perkebunan milik H. Jubeir
Harahap tersebut. Sesampainya dilokasi tidak berapa lama datang Korban Fuad
Hasan Nasution alias Lalat menjumpai saksi Indra Hasibuan. Setelah mendekati
saksi Indra Hasibuan, lalu korban mengatakan “ IN tolong tengokkan mesin
lampu” dan saksi Indra Hasibuan menjawab “sebentar, lagi cari kunci peti Colt
Diesel” dan di jawab oleh korban “iyalah saya tunggu”. Kejadian tersebut dilihat
oleh saksi Zainal Abidin Nasution. Setelah itu korban pergi dan setelah 20 (dua
puluh) menit kemudian, korban datang kembali ke lokasi perkebunan dengan
mengendarai sepeda motor dengan membawa alat babat. Pada saat itu saksi
Indra Hasibuan sedang mengemudikan mobil Hartop. Ketika saling bertemu,
saksi Indra Hasibuan bertanya kepada korban “siapa dipondok” dan dijawab
oleh korban “si kulong” dan saksi Indra Hasibuan mengatakan kepada korban
“aku duluan” dan di jawab korban “iyalah”. Selanjutnya korban membawa
sepeda motornya ke arah rumah Terdakwa. Dan hal tersebut juga dilihat oleh
saksi Zainal Abidin Nasution. Melihat hal tersebut, saksi Indra Hasibuan curiga
ada yang tidak beres, sehingga saksi Indra Hasibuan memundurkan mobil.
Setelah memundurkan mobilnya, saksi Indra Hasibuan mendengar suara
keributan dan dari kaca spion mobil Hartop tersebut, saksi Indra Hasibuan
melihat terjadi perkelahian antara Terdakwa dengan korban. Pada saat itu saksi
Indra Hasibuan melihat Terdakwa bersama dengan Ucok Lubis (DPO) dan Daud
Siregar (DPO) mengeroyok korban. Pada saat pengeroyokan terjadi, saksi
Zainal Abidin Nasution sedang berada di dalam kantor dan dari dalam kantor
tersebut saksi Zainal Abidin Nasution mendengar jeritan “Ampun Dor, ngak
kuulangi lagi”. Pada saat itu saksi Indra Hasibuan melihat korban meme-gang
babat ditangannya dan pada saat itu kedua teman Terdakwa, yaitu Ucok Lubis
(DPO) dan Daud Siregar (DPO) memiting Korban dan salah satunya memegang
tojok dan satunya lagi memegang parang. Melihat hal tersebut saksi Indra
Hasibuan langsung lari ke bukit untuk mencari sinyal Handphone. Saksi
berusaha untuk menghubungi pemilik kebun agar menghubungi polisi terdekat
agar datang kelokasi perkebunan. Setelah itu saksi Indra Hasibuan turun ke
bawah dan melihat korban telah terkapar di tanah sedangkan Terdakwa dan
kedua orang temannya yaitu Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO) secara
bergantian menusuk tubuh korban dengan menggunakan tojok, karena panik
saksi Indra Hasibuan kembali ke atas bukit dan berusaha menghubungi
al. 6 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pemilik kebun namun tidak diangkat sehingga saksi Indra Hasibuan kembali
turun kebawah dan saat itu Terdakwa bersama dengan Ucok Lubis (DPO), dan
Daud Siregar (DPO) sudah berada didalam mobil hartop dan hendak pergi
meninggalkan lokasi perkebunan. Sementara korban di tinggalkan terkapar di
areal kebun. Karena ketakutan, saksi Indra Hasibuan pun takut berada di areal
kebun sehingga Saksi Indra Hasibuan langsung masuk ke dalam mobil Hartop
yang dipergunakan oleh Terdakwa bersama dengan Ucok Lubis (DPO) dan
Daud Siregar (DPO). Tidak berapa jauh kemudian terlihat saksi Abdul Rojak
Rambe, dan saksi Abdul Rojak Rambe pun langsung ikut dalam mobil tersebut.
Sesampainya di pos Merpati III PT. FMPI, saksi INDRA HASIBUAN, saksi
ABDUL ROJAK RAMBE, dan saksi AIDIL AHMAD DAULAY minta turun dan
kemudian saksi INDRA HASIBUAN, saksi ABDUL ROJAK RAMBE dan saksi
AIDIL AHMAD DAULAY tinggal di Pos Satpam, sedangkan saksi Zainal Abidin
Nasution ikut bersama Terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan, Ucok Lubis (DPO)
dan Daud Siregar (DPO). Dari Pos Satpam saksi Indra Hasibuan kembali meng-
hubungi pemilik kebun dan pemilik kebun mengatakan bahwa polisi sedang
dalam perjalanan menuju lokasi perkebunan. Saksi Indra Hasibuan, Saksi Abdul
Rojab Rambe dan saksi Aidil Ahmad Daulay menunggu kedatangan pemilik
kebun dengan maksud kelokasi perkebunan untuk melihat keadaan korban. Dan
sekitar pukul 24.00 wib anggota kepolisian sektor Barumun Tengah mendatangi
kami dilokasi pos tersebut dan kemudian membawa kami ke Polsek Barumun
Tengah.
Akibat dari perbuatan Terdakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI, Daud Siregar
(DPO) dan Ucok Lubis (DPO), korban atas nama Fuad Hasan Nasution alias
Lalat meninggal dunia, dengan luka sebagaimana yang telah tercantum dalam
hasil pemeriksaan luar atas Jenazah atas nama Fuad Hasan Nasution alias
Lalat yang dilakukan Puskesmas Langkimat dengan Nomor : 857/157/2011 ter-
tanggal 16 Mei 2011.
Perbuatan Terdakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI, Daud Siregar (DPO)
dan Ucok Lubis (DPO) sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal
170 ayat (1) ke-3 KUHPidana.
ATAU
KETIGA :
Bahwa dia Terdakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI, Daud Siregar (DPO)
dan Ucok Lubis (DPO) pada hari Kamis tanggal 28 April 2011 sekira pukul 16.00
al. 7 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu di dalam bulan April 2011 ber-
tempat di tempat Pengumpulan Buah (TPH) lokasi Perkebunan Kelapa Sawit
milik H. Jubeir Harahap di Wilayah Desa Ujung Gading, Kecamatan
Simangambat, Kabupaten Padang lawas Utara, Terdakwa SUPRI LUBIS alias
SUPRI, Daud Siregar (DPO) dan Ucok Lubis (DPO) yang melakukan, yang
menyuruh melakukan dan turut serta melakukan penganiayaan yang meng-
akibatkan maut terhadap korban Fuad Hasn Nasution alias Lalat, perbuatan
Terdakwa bersama-sama dengan Daud Siregar (DPO) dan Ucok Lubis (DPO)
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bermula pada waktu dan tempat tersebut diatas, pada hari Kamis tanggal
28 April 2011 sekira pukul 11.00 Wib ketika saksi Indra Hasibuan bersama
dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan saksi Aidil Ahmad Daulay dengan
menggunakan Truk Colt diesel berangkat dari Kota Pinang menuju perkebunan
milik H. Jubeir Harahap di Desa Uung Gading Jae, Kecamatan Simangambat.
Bahwa selain saksi Indra Hasibuan bersama dengan saksi Abdul Rojab Rambe
dan saksi Aidil Ahmad Daulay, ada orang lain yang ikut ke lokasi perkebunan
tersebut, yaitu diantaranya Terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan, saksi Zainal
Abidin Nasution alias Inal, Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO). Bahwa
adapun saksi Indra Hasibuan bersama dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan
saksi Aidil Ahmad Daulay menggunakan Truk Colt Diesel sedangkan Terdakwa,
saksi Hasyim Hasibun, saksi Zainal Abidin Nasution alias Inal, Ucok Lubis
(DPO) dan Daud Siregar (DPO) menggunakan mobil Hartop. Setibanya di Pos
Merpati III PT. FMPI, mobil Truck Colt Diesel tersebut ditinggalkan dan saksi
Indra Hasibuan bersama dengan saksi Abdul Rojab Rambe dan saksi Aidil
Ahmad Daulay melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Hartop bersama
dengan Terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan, saksi Zainal Abidin Nasution alias
Inal, Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO). Sekira pukul 16.00 Wib
Terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan, Saksi Zainal Abidin Nasution alias Inal, Ucok
Lubis (DPO), Daud Siregar (DPO), saksi Indra Hasibuan, saksi Abdul Rojab
Rambe dan saksi Aidil Ahmad Daulay tiba dilokasi perkebunan milik H. Jubeir
Harahap tersebut. Sesampainya di lokasi, tidak berapa lama datang Korban
Fuad Hasan Nasution alias Lalat menjumpai Saksi Indra Hasibuan. Setelah
mendekati saksi Indra Hasibuan, lalu korban mengatakan “ IN tolong tengokkan
mesin lampu” dan saksi Indra Hasibuan menjawab “Sebentar, lagi cari kunci
peti Colt Disel” dan dijawab oleh Korban “iyalah saya tunggu”.
al. 8 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Kejadian tersebut dilihat oleh saksi Zainal Abidin Nasution. Setelah itu korban
pergi, dan sekitar 20 (dua puluh) menit kemudian, korban datang kembali ke
lokasi perkebunan dengan mengendarai sepeda motor dengan membawa alat
babat. Pada saat itu saksi Indra Hasibuan sedang mengemudikan mobil Hartop.
Ketika saling bertemu, saksi Indra Hasibuan bertanya kepada Korban “siapa
dipondok” dan dijawab oleh korban “si kulong” dan saksi Indra Hasibuan
mengatakan kepada korban “aku duluan” dan dijawab oleh korban “iyalah”.
Selanjutnya korban membawa sepeda motornya ke arah rumah Terdakwa. Dan
hal tersebut juga dilihat oleh saksi Zainal Abidin Nasution. Melihat hal tersebut,
saksi Indra Hasibuan curiga ada yang tidak beres, sehingga saksi Indra
Hasibuan memundurkan mobil. Setelah memundurkan mobilnya, saksi Indra
Hasibuan mendengar suara keributan dan dari kaca spion mobil hartop tersebut,
saksi Indra Hasibuan melihat terjadi perkelahian antara Terdakwa dengan
korban. Pada saat itu saksi Indra Hasibuan melihat Terdakwa bersama dengan
Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO) mengeroyok Korban. Pada saat
pengeroyokan terjadi saksi Zainal Abidin Nasution sedang berada didalam
kantor, dan dari dalam kantor tersebut, saksi Zainal Abidin Nasution mendengar
jeritan “Ampun Dor, ngak kuulangi lagi”. Pada saat itu saksi Indra Hasibuan
melihat Korban memegang babat ditangannya dan pada saat itu kedua teman
Terdakwa yaitu Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO) memiting Korban
dan salah satunya memegang tojok dan satunya lagi memegang parang.
Melihat hal tersebut saksi Indra Hasibuan langsung lari ke bukit untuk mencari
sinyal Handphone. Saksi berusaha untuk menghubungi pemilik kebun agar
menghubungi polisi terdekat agar datang kelokasi perkebunan. Setelah itu saksi
Indra Hasibuan turun ke bawah dan melihat korban telah terkapar di tanah
sedangkan Terdakwa dan kedua temannya yaitu Ucok Lubis (DPO) dan Daud
Siregar (DPO) secara bergantian menusuk tubuh korban dengan menggunakan
tojok. Karena panik, saksi Indra Hasibuan kembali ke atas bukit dan berusaha
menghubungi pemilik kebun namun tidak diangkat sehingga saksi Indra
Hasibuan kembali turun kebawah dan saat itu Terdakwa bersama dengan Ucok
Lubis (DPO), dan Daud Siregar (DPO) sudah berada di dalam mobil Hartop dan
hendak pergi meninggalkan lokasi perkebunan. Sementara korban di tinggalkan
terkapar diareal kebun. Karena ketakutan saksi Indra Hasibuan pun takut
berada di areal kebun sehingga saksi Indra Hasibuan langsung masuk ke dalam
mobil Hartop yang dipergunakan oleh Terdakwa bersama dengan Ucok Lubis
al. 9 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
(DPO) dan Daud Siregar (DPO). Tidak berapa jauh kemudian terlihat saksi
Abdul Rojak Rambe, dan saksi Abdul Rojak Rambe pun langsung ikut dalam
mobil tersebut. Sesampainya di pos Merpati III PT.FMPI, saksi INDRA
HASIBUAN, saksi ABDUL ROJAK RAMBE dan saksi AIDIL AHMAD DAULAY
minta turun dan kemudian saksi INDRA HASIBUAN, saksi ABDUL ROJAK
RAMBE dan saksi AIDIL AHMAD DAULAY tinggal di pos satpam, sedangkan
saksi Zainal Abidin Nasution ikut bersama Terdakwa, saksi Hasyim Hasibuan,
Ucok Lubis (DPO) dan Daud Siregar (DPO). Dari pos Satpam saksi Indra
Hasibuan kembali menghubungi pemilik kebun dan pemilik kebun mengatakan
bahwa polisi sedang dalam perjalanan menuju lokasi perkebunan. Saksi Indra
Hasibuan, saksi Abdul Rojak Rambe dan saksi Aidil Ahmad Daulay menunggu
kedatangan pemilik kebun dengan maksud ke lokasi perkebunan untuk melihat
keadaan korban. Dan sekitar pukul 24.00 wib anggota kepolisian sektor
barumun tengah mendatangi kami dilokasi pos tersebut dan kemudian mem-
bawa kami ke Polsek Barumun Tengah.
Akibat dari perbuatan Terdakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI, Daud Siregar
(DPO) dan Ucok Lubis (DPO), korban atas nama Fuad Hasan Nasution alias
Lalat meninggal dunia, dengan luka sebagaimana yang telah tercantum dalam
hasil pemeriksaan luar atas jenazah atas nama Fuad Hasan Nasution alias Lalat
yang dilakukan Puskesmas Langkimat dengan Nomor : 857/157/2011 tertanggal
16 Mei 2011.
Perbuatan Terdakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI, Daud Siregar (DPO)
dan Ucok Lubis (DPO) sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal
351 ayat (3) jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.
Mahkamah Agung tersebut ;
Membaca tuntutan pidana Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Padangsidimpuan tanggal 23 Nopember 2011 sebagai berikut :
Menyatakan Terdakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan Tindak Pidana “yang me-
lakukan, yang menyuruh melakukan dan turut serta melakukan dengan sengaja
merampas nyawa korban” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal
338 jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 dari KUHP.
Menjatuhkan Pidana terhadap Terdakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI dengan
Pidana Penjara selama 12 (dua belas tahun) penjara dikurangkan sepenuh-nya
dari penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa.
al. 10 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
barang bukti berupa :
1 (satu) bilah parang babat bergagang kayu panjang kurang lebih 1 (satu)
meter berlumuran darah, 1 (satu) bilah tojok panjang kurang lebih 1 (satu)
meter, 1 (satu) buah sarung parang terbuat dari kayu panjang kurang lebih
30 cm, 1 (satu) helai baju kaus warna hitam tanpa lengan berlumuran darah,
1 (satu) potong celana pendek berlumuran darah dirampas untuk dimusnah-
kan;
Menetapkan supaya Terdakwa-Terdakwa dibebani biaya perkara sebesar
Rp.1000 (seribu rupiah).
Membaca putusan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan No.637/Pid.B/
2011/PN.Psp.Gnt. tanggal 14 Desember 2011 yang amar lengkapnya sebagai
berikut :
Menyatakan bahwa Terdakwa Supri Lubis alias Supri telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Turut
serta melaku-kan pembunuhan” ;
Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Supri Lubis alias Supri oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun ;
Menetapkan waktu lamanya Terdakwa berada dalam tahanan
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
Memerintahkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
Menetapkan barang bukti berupa :
1 (satu) bilah tojok dengan panjang kurang lebih 1 (satu) meter ;
1 (satu) bilah parang babat bergagang kayu panjang lebih 1 (satu) meter ;
1 (satu) buah sarung parang terbuat dari kayu ;
1 (satu) helai baju kaus warna hitam tanpa lengan berlumuran darah ;
1 (satu) potong celana pendek berlumuran darah ;
Masing-masing dirampas untuk dimusnahkan ;
Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp.1.000,- (seribu rupiah).
Membaca putusan Pengadilan Tinggi Medan No.30/PID/2012/PT.MDN.
tanggal 22 Februari 2012 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
• Menerima permintaan banding dari Terdakwa ;
• Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan tanggal 14
Desember 2011 No.637/Pid.B/2011/PN-Psp.Gnt, sekedar mengenai pidana
yang dijatuhkan kepada Terdakwa sehingga amarnya berbunyi
sebagai berikut :
al. 11 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
·.1. Menyatakan bahwa Terdakwa Supri Lubis alias Supri telah terbukti se-
cara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “turut
serta melakukan pembunuhan” ;
·.2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Supri Lubis alias Supri oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun ;
·.3. Menetapkan waktu lamanya Terdakwa berada dalam tahanan dikurang-
kan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
·.4. Memerintahkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
·.5. Menetapkan barang bukti berupa :
• 1 (satu) bilah tojok dengan panjang kurang lebih 1 (satu) meter ;
• 1 (satu) bilah parang babat bergagang kayu panjang lebih 1 (satu)
Meter ;
• 1 (satu) buah sarung parang terbuat dari kayu ;
• 1 (satu) helai baju kaus warna hitam tanpa lengan berlumuran darah ;
• 1 (satu) potong celana pendek berlumuran darah ;
Masing-masing dirampas untuk dimusnahkan;
Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam
kedua tingkat peradilan, sedangkan ditingkat banding sebesar Rp. 2.500,-
(dua ribu lima ratus rupiah) ;
Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi No.06/Akta.Pid/2012/
PN.Psp. yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Padangsidimpuan
yang menerangkan, bahwa pada tanggal 02 April 2012 Terdakwa mengajukan
permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi tersebut ;
Memperhatikan memori kasasi tanggal 02 April 2012 dari Terdakwa se-
bagai Pemohon Kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Padangsidimpuan pada hari itu juga ;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah diberitahu-
kan kepada Terdakwa pada tanggal 28 Maret 2012 dan Terdakwa mengajukan
permohonan kasasi pada tanggal 02 April 2012 serta memori kasasinya telah
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan pada hari itu juga
dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah
diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-undang, oleh
karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi
pada pokoknya sebagai berikut :
al. 12 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
1. Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi serta fakta-fakta
yang terungkap dipersidangan terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa
perbuatan Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Tergugat terhadap korban
adalah akibat dari perkelahian, yang mana perkelahian tersebut berawal dari
korban sendiri (Fuad Hasan Nasution) yang hendak membunuh atau
menganiaya Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa ;
2. Bahwa oleh karena itu Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa
sebelumnya tidak pernah mempunyai maksud untuk menghilangkan nyawa
korban, namun karena adanya serangan yang dapat mematikan Pemohon
Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa dari korban maka Terdakwa melaku-
kan perlawanan sehingga terjadi perkelahian yang mengakibatkan matinya
korban ;
3. Bahwa oleh karena tidak ada unsur “maksud” dari Pemohon Kasasi dahulu
Pembanding/Terdakwa untuk menghilangkan nyawa korban, maka tidak
tepatlah jika judex facti dalam kedua tingkat peradilan tersebut memutuskan
bahwa Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa terbukti bersalah dan
melanggar Pasal 338 jo. Pasal 55 KUHPidana, hal mana dikarenakan salah
satu unsur dari Pasal 338 KUHPidana adalah “adanya kesengajaan atau
maksud untuk menghilangkan nyawa orang, inilah yang membeda-kan
dengan penganiayaan yang mengakibatkan kematian, karena dalam hal
penganiayaan, tidak ada maksud atau kesengajaan untuk menghilangkan
nyawa orang, matinya orang itu hanya akibat dari penganiayaan (Prof. Dr.
Jur. Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) di dalam KUHP
hal.45 Sinar Grafika 2009).
4. Bahwa berdasarkan uraian dalil-dalil tersebut di atas serta dikaitkan dengan
fakta yang ditemukan baik dilapangan maupun yang timbul dalam per-
sidangan baik dari keterangan saksi-saksi maupun bukti-bukti petunjuk yang
ada maka terbuktilah bahwa :
• Bahwa pada hari Kamis tanggal 28 April 2011 sekitar pukul 16.00 Wib
dikebun kelapa sawit milik H. Zubair Saifuddin Harahap yang terletak di
Desa Ujung Gading Jae, Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang
Lawas Utara, antara Terdakwa dengan korban (Fuad Hasan Nasution)
telah terjadi perkelahian ;
• Bahwa perkelahian tersebut terjadi disebabkan adanya serangan dari
korban dengan menggunakan senjata tajam yang dapat mengancam
hilangnya nyawa Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa ;
al. 13 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa atas pembelaan diri dari Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/
Terdakwa terjadilah perkelahian yang telah menimbulkan luka berat
terhadap korban akibat penganiayaan yang dilakukan oleh Pemohon
Kasai dahulu Pembanding/Terdakwa sehingga mengakibatkan matinya
korban ;
Bahwa berdasarkan uraian dalil-dalil tersebut di atas yang
tentunya ber-sesuaian dengan fakta dilapangan dan fakta yang terungkap
dipersidangkan, maka jelaslah judex facti telah salah dalam menerapkan
hukum dalam peng-ambilan keputusannya, yang seharusnya
mempertimbangkan bahwa per-buatan Pemohon Kasasi dahulu
Pembanding/Terdakwa adalah perbuatan perkelahian yang menimbulkan
penganiayaan yang berakibat kematian, karena jika perkelahian yang
terjadi, maka yang timbul darinya adalah peng-aniayaan ;
Bahwa oleh karena judex facti telah salah dalam menerapkan
hukumnya, maka dengan demikian haruslah dibatalkan oleh Majelis Hakim
Agung dalam peradilan tingkat kasasi dan kemudian mengadili sendiri
terhadap perkara a quo dengan pertimbangan hukum serta putusannya yang
seadil-adilnya.
• Bahwa dari keterangan saksi yang memberikan keterangan di per-
sidangan dalam perkara a quo adalah masing-masing 1. INDRA HASI-
BUAN, 2. ZAINAL ABIDIN NASUTION alias ANAL, 3. AIDIL AHMAD
DAULAY, 4. HASIM HASIBUAN, 5. AHMAD CULONG SIREGAR, 6.
ABDUL ROJAK RAMBE, serta saksi tambahan dari Jaksa Penuntut
Umum bernama ZUBAIR SAIFUDDIN HARAHAP dan keterangan Ter-
dakwa SUPRI LUBIS alias SUPRI (Pemohon Kasasi dahulu Pem-
banding) ;
• Bahwa untuk membuktikan tindak pidana a quo dilakukan secara ber-
sama-sama guna memenuhi unsur Pasal 55 ayat (1) ke-1, hanya ber-
dasarkan keterangan saksi-saksi dihadapkan persidangan, adapun ke-
terangan saski-saksi selain dihadapkan persidangan bukanlah kete-
rangan saksi, seperti Berita Acara Saksi yang dibuat oleh penyidik atau-
pun Jaksa Penuntut, sebagaimana dibedakan antara Pasal 1 angka 26
KUHAP (Saksi) dengan Pasal 1 angka 27 KUHAP (Keterangan saksi) ;
• Bahwa untuk memenuhi unsur bukti sehingga mempunyai kekuatan pem-
buktian dari keterangan saksi-saksi tersebut haruslah memenuhi unsur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP (Keterangan
al. 14 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
saksi), yaitu harus melihat sendiri, harus mendengar sendiri, harus meng-
alami sendiri serta menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu, dan
juga keterangan saksi yang berdiri sendiri yaitu yang tidak didukung
dengan keterangan saksi lainnya atau alat bukti lainnya tidak dapat di-
jadikan bukti yang mempunyai nilai pembuktian, karena kesaksian se-
orang bukanlah saksi (nullu testis nulla testis) ;
• Bahwa memperhatikan ketentuan tersebut maka dapat dicermati ke-
terangan saksi-saksi yang tersebut namanya di dalam putusan judex facti
yaitu masing-masing :
·.1. INDRA HASIBUAN
Bahwa ia saksi INDRA HASIBUAN salah satu keterangan ke-saksiannya
menerangkan bahwa ia melihat perkelahian tersebut melalui kaca spion
mobil Hardtop yang dikendarainya, yang berarti ia membelakangi tempat
kejadian perkara (TKP) dan tidak me-lihat secara langsung kejadian
tindak pidana yang terjadi saat itu, tetapi melihat melalui media
(perantara) kaca spion mobil Hardtop yang dikendarainya ;
Bahwa ia saksi INDRA HASIBUAN salah satu keterangan saksi-nya
menerangkan bahwa ia melihat perkelahian tersebut melalui kaca spion
mobil Hardtop yang dikendarainya yang mana Ter-dakwa (Pemohon
Kasasi/Pembanding) dibantu oleh dua orang temannya, yang berarti ia
membelakangi tempat kejadian perkara (TKP) dan tidak melihat secara
langsung peranan dari kedua temannya dalam kejadian tindak pidana
yang terjadi saat itu, tetapi melihat melalui media (perantara) kaca spion
mobil Hardtop yang dikendarainya ;
Bahwa berdasarkan fakta tersebut di atas sepanjang keterangan
saksi tersebut tidaklah dapat dinilai sebagai bukti, karena tidak
memenuhi unsur melihat langsung sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP ;
Bahwa saksi melihat langsung setelah saksi turun dari bukit dan
kembali ketempat kejadian perkelahian bahwa korban telah ter-
kapar di tanah sedangkan Terdakwa dan kedua temannya ber-
gantian menusuk korban dengan menggunakan tojok ;
Bahwa keterangan saksi INDRA HASIBUAN tersebut adalah ber-
diri sendiri dan tidak didukung dengan keterangan saksi-saksi lain-
nya serta bertentangan dengan keterangan Terdakwa (Pemohon
Kasasi/Pembanding), sehingga tidak dapat dinilai sebagai bukti
al. 15 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
karena berdiri sendiri yang tidak didukung dengan keterangan
saksi lainnya atau bukti lainnya (nullu testis nullu testis) ;
·.2. ZAINAL ABIDIN NASUTION
Bahwa keterangan saksi ZAINAL ABIDIN NASUTION bukan ke-
terangan saksi yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP,
karena berdasarkan uraian dari keterangannya di hadapan per-
sidangan, ia saksi ZAINAL ABIDIN NASUTION hanya mendengar
jeritan korban dari jarak + 25 meter yang mengatakan “Ampun Dor....”
yang berarti secara logis saksi ZAINAL ABIDIN NASUTION tidak
melihat langsung bagaimana tindak pidana terjadi. Dan oleh karena
itu, keterangan saksi ZAINAL ABIDIN NASUTION tersebut tidak dapat
dinilai sebagai bukti yang menguatkan bagaimana terjadinya tindak
pidana dimaksud apakah dilakukan oleh Pemohon Kasasi dahulu
Pembanding/Terdakwa sendiri atau disertai dengan teman-teman Ter-
dakwa yaitu Daud Siregar (DPO) dan Ucok Lubis (DPO) ;
·.3. AIDIL AHMAD DAULAY
·.3.a. Bahwa ia saksi AIDIL AHMAD DAULAY memberikan
keterangan kesaksiannya yang menerangkan bahwa ia melihat
langsung per-kelahian antara Pemohon Kasasi dahulu
Pembanding/Terdakwa dengan korban (Fuad Hasan Nasution) dari
jarak + 20 meter ;
·.3.b. Bahwa ia saksi AIDIL AHMAD DAULAY tidak melihat ada
orang lain yang turut membantu perkelahian tersebut ;
·.3.c. Bahwa ia saksi AIDIL AHMAD DAULAY melihat korban mati
akibat penganiayaan yang dilakukan oleh Pemohon Kasasi dahulu
Pem-banding/Terdakwa ;
Bahwa keterangan saksi AIDIL AHMAD DAULAY secara sah telah
memenuhi maksud dari ketentuan Pasal 1 angka 27 KUHAP, se-
hingga mempunyai nilai pembuktian yang kuat yang dalam hal ini
menguatkan keyakinan telah terjadi :
• Perkelahian ;
• Perkelahian terjadi akibat adanya serangan dari korban yang
menggunakan senjata tajam ;
• Perkelahian terjadi satu lawan satu, tanpa bantuan dari orang lain ;
al. 16 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Perkelahian berakhir dengan matinya korban akibat penganiayaan
berat dari Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa ter-
hadap korban ;
·.4. HASYIM HASIBUAN
Bahwa keterangan saksi HASYIM HASIBUAN bukan keterangan
saksi yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP, karena ber-
dasarkan uraian dari keterangannya di hadapan persidangan, ia saksi
HASYIM HASIBUAN tidak melihat kejadian perkelahian antara Pe-
mohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa dengan korban yang
terjadi pada pukul 16.00 WIB, tanggal 28 April 2011, karena ia saksi
HASYIM HASIBUAN baru datang ketempat kejadian perkara baru
pukul 21.00 WIB tanggal 28 April 2011 bersama-sama dengan Polisi,
sehingga secara fakta terbukti bahwa ia saksi HASYIM HASIBUAN
tidak melihat sama sekali bagaimana terjadinya perkelahian yang
mengakibatkan matinya korban dalam perkara a quo apakah perke-
lahian satu lawan satu atau adanya bantuan dari Daud Siregar dan
Ucok Lubis, dan oleh karenanya keterangan kesaksian dari saksi
HASYIM HASIBUAN harus dikesampingkan saja sepanjang mem-
buktikan tentang turut serta melakukan tindak pidana a quo ;
·.5. AHMAD CULONG SIREGAR
Bahwa keterangan saksi AHMAD CULONG SIREGAR bukan ke-
terangan saksi yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP,
karena berdasarkan uraian dari keterangannya di hadapan per-
sidangan, ia saksi AHMAD CULONG SIREGAR tidak melihat kejadian
perkelahian antara Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa
dengan korban yang terjadi pada pukul 16.00 WIB, tanggal 28 April
2011, karena ia saksi AHMAD CULONG SIREGAR baru datang ke
tempat kejadian perkara baru pukul 21.00 WIB tanggal 28 April 2011
bersama-sama dengan Polisi, sehingga secara fakta terbukti bahwa ia
saksi AHIMAD CULONG SIREGAR tidak melihat sama sekali bagai-
mana terjadinya perkelahian yang mengakibatkan matinya korban
dalam perkara a quo apakah perkelahian satu lawan satu atau ada-
nya bantuan dari Daud Siregar dan Ucok Lubis, dan oleh karenanya
keterangan kesaksian dari saksi AHMAD CULONG SIREGAR harus
al. 17 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dikesampingkan saja sepanjang membuktikan tentang turut serta me-
lakukan tindak pidana a quo ;
·.6. ABDUL ROJAK RAMBE
·.6.a. Bahwa ia saksi ABDUL ROJAK RAMBE memberikan
keterangan kesaksiannya yang menerangkan bahwa ia melihat
langsung per-kelahian antara Pemohon Kasasi dahulu
Pembanding/Terdakwa dengan korban (Fuad Hasan Nasution) dari
jarak + 10 meter ;
·.6.b. Bahwa ia saksi ABDUL ROJAK RAMBE melihat korban
berkelahi melawan Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/
Terdakwa yang di-bantu oleh dua orang masing-masing bernama
Daud Siregar dan satu orang lagi saksi tidak mengetahui
namanya ;
·.6.c. Bahwa ia saksi ABDUL ROJAK RAMBE tidak dapat
menjelaskan bagaimana kedua orang teman dari Pemohon Kasasi
dahulu Pem-banding/Terdakwa dalam membantu perkelahian
tersebut se-hingga apabila dilihat oleh saksi ABDUL ROJAK
RAMBE dan ke-mudian dijelaskan maka teranglah peranan
masing-masing dalam melakukan tindak pidana penyertaan
dimaksud ;
·.6.d. Namun dalam hal ini saksi ABDUL ROJAK RAMBE tidak
dapat menjelaskan hal tersebut dikarenakan saksi ABDUL ROJAK
RAMBE tidak dapat melihat secara langsung apakah perkelahian
dibantu oleh kedua orang teman dari Pemohon Kasasi dahulu
Pembanding/Terdakwa atau tidak, karena saksi ABDUL ROJAK
RAMBE sendiri telah melarikan diri dari tempat kejadian perkara
karena alasan ketakutan, sehingga secara fakta membuktikan se-
cara meyakinkan bahwa ia saksi tidak melihat adanya bantuan ter-
hadap Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa dari kedua
orang yang masing-masing bernama Daud Siregar dan satu orang
lagi saksi tidak mengetahui namanya dalam perkelahian melawan
korban ;
Bahwa dengan demikian keterangan saksi ABDUL ROJAK
RAMBE tersebut di atas tidak dapat dinilai sebagai bukti se-
panjang yang menerangkan bahwa ia saksi ABDUL ROJAK
al. 18 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
RAMBE melihat bahwa Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Ter-
dakwa dibantu oleh Daud Siregar dan satu orang lagi tidak dike-
tahui namanya dalam kejadian perkelahian melawan korban, dan
oleh karenanya harus dikesampingkan saja ;
·.7. ZUBAIR SAIFUDDIN HARAHAP (Saksi Tambahan Jaksa Penuntut
Umum)
Bahwa keterangan saksi ZUBAIR SAIFUDDIN HARAHAP bukan
keterangan saksi yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP,
karena berdasarkan uraian dari keterangannya di hadapan per-
sidangan, ia saksi ZUBAIR SAIFUDDIN HARAHAP tidak melihat
sama sekali kejadian perkelahian antara Pemohon Kasasi dahulu
Pembanding/Terdakwa dengan korban, karena saksi ZUBAIR SAI-
FUDDIN HARAHAP tidak berada di tempat kejadian perkara, dan oleh
karenanya keterangan kesaksian dari saksi ZUBAIR SAIFUDDIN HA-
RAHAP harus dikesampingkan saja terutama yang berkaitan dengan
“turut serta melakukan tindak pidana” ;
Bahwa berdasarkan uraian keterangan saksi-saksi di atas kemudian
dihubung-kan dengan keterangan Terdakwa (Pemohon Kasasi/
Pembanding), dapatlah di-tarik kesimpulan yang hakiki, bahwa
perkelahian antara Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa
dengan korban adalah perkelahian satu lawan tanpa disertai bantuan
dari Daud Siregar dan Ucok Lubis, perkelahian mana terjadi telah
mengakibatkan kematian terhadap korban akibat adanya peng-aniayaan
berat yang dilakukan oleh Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Ter-
dakwa ;
Bahwa Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa sangat keberatan
dengan pertimbangan hukum judex facti tersebut yang selengkapnya
berbunyi :
“Menimbang, bahwa disamping hal-hal yang memberatkan yang telah
disebut-kan oleh hakim tingkat pertama di dalam putusannya, Pengadilan
Tinggi me-nambah satu lagi hal yang memberatkan bagi Terdakwa yaitu
perbuatan Ter-dakwa dapat dikategorikan sebagai perbuatan sadis” ;
1. Bahwa perbuatan Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa dengan
korban (Fuad Hasan Nasution) adalah perbuatan perkelahian antara Pe-
mohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa dengan korban, sebagaimana
terungkap dalam fakta persidangan dalam tingkat pertama, sehingga telah
al. 19 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dijadikan pertimbangan hukum oleh majelis hakim tingkat pertama pada
putusannya halaman 20 alinea ke-3 yang selengkapnya berbunyi :
“Menimbang bahwa dengan berdasarkan keterangan saksi-saksi dan ke-
terangan Terdakwa dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan serta
dari hasil Visum Et Repertum dan segala sesuatu yang terjadi selama per-
sidangan perkara ini berlangsung, maka dapat diperoleh fakta-fakta yang
terungkap dipersidangan sebagai berikut :
• Bahwa Terdakwa di depan persidangan mengaku bernama Supri Lubis
alias Supri identitasnya bersesuaian dengan surat dakwaan dari Jaksa
Penuntut Umum ;
• Bahwa pada hari Kamis tanggal 28 April 2011 sekitar pukul 16.00 Wib
dikebun kelapa sawit milik H. Zubair Saifuddin Harahap yang terletak di
Desa Ujung Gading Jae, Kecamatan Simangambat, Kabupaten Padang
Lawas Utara, antara Terdakwa dengan korban telah terjadi perkelahian ;
• Dst.........”
2. Bahwa oleh karena yang terjadi adalah perkelahian antara Pemohon Kasasi
dahulu Pembanding/Terdakwa dengan korban yang ternyata mengakibatkan
kematian pada korban, maka sangat tidak tepat jika perbuatan Terdakwa
dikategorikan sebagai perbuatan sadis, apalagi sebelumnya Pemohon
Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa adalah sebagai korban penyerangan
yang dilakukan oleh si korban (Fuad Hasan Nasution) dengan menggunakan
senjata tajam yang dapat membahayakan nyawa Pemohon Kasasi dahulu
Pembanding/Terdakwa ;
3. Bahwa subjektivitas judex facti sangat kental menilai dan mempertimbang-
kan hal-hal yang memberatkan sehingga menambahnya dengan kategori
“perbuatan sadis”, namun disisi lain judex facti tidak mempertimbangkan
yang kurang dalam hal-hal pertimbangan yang dapat meringankan Pemohon
Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa, sehingga judex facti terkesan tidak
menggambarkan suatu peradilan yang fair dalam memutuskan perkara a
quo, sehingga tidak menciptakan rasa keadilan bagi masyarakat pada
umumnya ;
4. Bahwa seharusnya putusan judex facti haruslah memenuhi rasa keadilan
ditengah-tengah masyarakat, bukan memenuhi rasa keadilan korban atau-
pun Terdakwa (hukum pidana adalah hukum publik), karenanya setelah
pembuktian secara yuridis dilakukan serta setelah mempertimbangkan “hal-
hal yang memberatkan” Terdakwa, judex facti harus juga mempertimbang-
kan “hal-hal yang meringankan Terdakwa” yang meliputi aspek-aspek, se-
al. 20 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
perti aspek psikologis, aspek sosial ekonomis, aspek edukatif, aspek ling-
kungan sosial Terdakwa tinggal dan dibesarkan, aspek sikap dan tanggung
jawab Terdakwa atas perbuatannya, sebagaimana contoh yang memuat
aspek-aspek pertimbangan tersebut terlihat dalam Putusan Pengadilan
Negeri Kandangan Nomor : 161/Pid.B/1996/PN.Kgn tanggal 12 Februari
1997 (Dr. Lilik Mulyadi, SH.MH. Seraut Wajah Putusan hakim dalam Hukum
Acara Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti 2010 hal.225) ;
5. Bahwa oleh karenanya berikut ini Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Ter-
dakwa menyampaikan aspek-aspek yang dapat meringankan hukuman ter-
hadap Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Terdakwa :
• Aspek psikologis : Bahwa Pemohon Kasasi dahulu Pem-
banding/Terdakwa dalam perkelahian ter-
sebut secara psikologis harus melakukan
perlawan untuk membela diri dari serangan
korban terhadapnya, apalagi sebelumnya
Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Ter-
dakwa telah terjadi pertengkaran dengan
korban yang mana Pemohon Kasasi dahulu
Pembanding/Terdakwa merasa dianiaya
pada saat pertengkaran tersebut sehingga
Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Ter-
dakwa membuat Laporan Polisi No.Pol.
STPL/81/IV 2011/SU/TAPSEL/TPS BAR-
TENG tanggal 20 Maret 2011 tentang
dugaan penganiayaan, namun ternyata
karena perlawanan dari Pemohon Kasasi
dahulu Pembanding/Terdakwa pada saat
perkelahian tersebut menyebabkan ke-
matian pada korban sehingga harus juga di-
pertanggungjawabkan Pemohon Kasasi
dahulu Pembanding/Terdakwa ;
• Aspek sosial ekonomis : Bahwa Pemohon Kasasi dahulu Pem-
banding/Terdakwa adalah buruh
petani yang
dipekerjakan oleh saksi ZUBAIR
SAIFUD
al. 21 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
DIN HARAHAP untuk menghidupi
seorang
anak dan isterinya, bahwa isteri
Pemohon
Kasasi dahulu Pembanding/
Terdakwa
adalah ibu rumah tangga yang
tidak ber-
penghasilan untuk menghidupi ia
dan anak-
nya, maka seharusnya judex facti
memper-
timbangkan hal tersebut untuk
meringankan
hukuman yang dijatuhkan kepada
Pemohon
Kasasi dahulu Pembanding/
Terdakwa ;
• Aspek aspek edukatif : Bahwa Pemohon Kasasi Pembanding/
Terdakwa hanya mengenyam pendidikan
sampai kelas 5 SD (tidak tamat SD), dan
berumur masih relatif muda, sehingga se-
cara emosional belum dapat mengendalikan
dengan sempurna ;
• Aspek aspek lingkungan sosial Terdakwa tinggal dan dibesarkan : Bahwa
Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/Ter-
dakwa tinggal dan dibesarkan di Desa Asam
Jawa, Kecamatan Torgamba, Kabupaten
al. 22 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Labuhanbatu Selatan, yang mana bahwa
Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/
Terdakwa hidup berdampingan dengan
masyarakat dengan baik dan damai, se-
hingga selama ini Pemohon Kasasi dahulu
Pembanding/Terdakwa tidak pernah me-
lakukan tindak pidana apapun ;
• Aspek aspek sikap dan tanggung jawab Terdakwa atas perbuatannya :
Bahwa Pemohon Kasasi dahulu Pem-
banding/Terdakwa bersikap baik dalam
mempertanggungjawabkan perbuatannya,
hal mana terbukti ia menyerahkan diri
ke
Kantor Kepolisian Binanga tanpa adanya
pencarian dan penangkapan dari pihak
Ke-
polisian, dan kemudian selama proses
penyidikan, penuntutan sampai dipersidang-
kan Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/
Terdakwa selalu bersikap sopan dan meng-
akui perbuatannya sebagaimana dalam ke-
terangan (keterangan Terdakwa) ;
6. Bahwa dengan uraian aspek-aspek tersebut di atas yang merupakan per-
timbangan hal-hal yang meringankan Pemohon Kasasi dahulu Pembanding/
Terdakwa, maka dengan demikian judex facti telah salah dalam menerapkan
hukum yang tidak memasukkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di
atas, sehingga seharusnya putusan judex facti dinyatakan batal demi hukum
(van rechts wege nietig atau nol and via) atau setidak-tidaknya dinyatakan
dibatalkan ;
al. 23 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
ber-pendapat :
mengenai alasan ke 1 :
Bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena judex facti tidak
salah menerapkan hukum, karena telah mempertimbangkan hal-hal yang
relevan secara yuridis dengan benar, yaitu perbuatannya Terdakwa mempunyai
hubungan kausal dengan meninggalnya korban Fuad Hasan Nasution sesuai
Visum et Repertum No.857/157/2011 tanggal 16 Mei 2011 ;
mengenai alasan ke 2 s/d 4 :
Bahwa alasan-alasan kasasi tersebut tidak dapat dibenarkan,
kerena mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan
tentang suatu kenyataan, keberatan semacam itu tidak dapat
dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena
pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan tidak
diterapkan suatu peraturan hukum atau per-aturan hukum tidak
diterapkan sebagaimana mestinya, atau apakah cara meng-adili tidak
dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang, dan apakah Peng-
adilan telah melampaui batas wewenangnya, sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Undang-Undang No.8 Tahun 1981) yang telah diubah dengan Undang-
Undang No.5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang
No.3 Tahun 2009 ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata,
putusan judex facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/
atau undang-undang, maka permohonan kasasi tersebut harus ditolak ;
Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon Kasasi/Terdakwa dipidana,
maka harus dibebani untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ;
Memperhatikan Pasal 338 jo Pasal 55 ayat 1 (1) KUHP, Undang-
Undang No.48 Tahun 2009, Undang-Undang No.8 Tahun 1981, Undang-
Undang No.14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang No.5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang-Undang No.3 Tahun 2009 serta peraturan lain yang
bersangkutan ;
M E N G A D I L I :
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Terdakwa : SUPRI
LUBIS alias SUPRI tersebut ;
al. 24 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Membebankan Pemohon Kasasi/Terdakwa tersebut untuk membayar
biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus
rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari : Kamis, tanggal 14 Juni 2012, oleh Dr. Artidjo Alkostar,
SH.LLM. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai
Ketua Majelis, Dr. Sofyan Sitompul, SH.MH. dan Sri Murwahyuni, SH.MH.
Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum pada hari itu juga, oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim
Anggota tersebut, dan dibantu oleh Tety Siti Rochmat Setyawati, SH. Panitera
Pengganti dan tidak dihadiri oleh Pemohon Kasasi : Terdakwa dan Jaksa
Penuntut Umum.
Hakim-Hakim Anggota, K e t u a, ttd/Dr. Sofyan Sitompul, SH.MH. ttd. ttd/Sri Murwahyuni, SH.MH. Dr. Artidjo Alkostar, SH.LLM.
Panitera Pengganti, ttd.
Tety Siti Rochmat Setyawati, SH.
Untuk Salinan MAHKAMAH AGUNG RI.
PaniteraPanitera Muda Pidana Umum
MACHMUD RACHIMI, SH.MH.NIP.040018310.
al. 25 dari 24 hal. Put. No. 959 K/Pid/2012
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25