tindak tutur ekspresif dan strategi kesopanan dalam … · kita meraih kemenangan bukan dalam...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI
KESOPANAN DALAM “POS PEMBACA” DI SOLOPOS
DAN “SURAT PEMBACA“
DI KOMPAS DAN SUARA MERDEKA (Sebuah Pendekatan Pragmatik)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
SRI NOVITASARI
C 0208009
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Sri Novitasari
NIM : C 0208009
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur Ekspresif
dan Srtategi Kesopanan dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca”
di Kompas dan Suara Merdeka (Sebuah Pendekatan Pragmatik) adalah betul-
betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal
yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh
dari skripsi tersebut.
Surakarta, 05 November 2012
Yang membuat pernyataan,
Sri Novitasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Pembelajaran tidak dicapai secara kebetulan, itu harus dicari dengan semangat
dan ketekunan.
(Abigail Adams)
Untuk membuat impian menjadi kenyataan, kita haruslah mau menukarnya
dengan sebagian dari kehidupan kita.
(Frank Harvey)
Kita meraih kemenangan bukan dalam hitungan mil tapi inci. Raih beberapa
inci saat ini, lalu bertahan, dan kemudian raih lagi beberapa inci.
(Louis L’Amour)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Allah SWT, tempatku memohon dan
memanjatkan doa
Kedua orangtuaku tercinta (Sukamto –
Siti Aminah), terima kasih atas semua
doa, dukungan serta kasih sayang yang
engkau berikan kepada anakmu ini
Kekasihku, yang selalu setia
mendengarkan keluh kesahku dan
selalu memberi semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga skripsi yang berjudul Tindak Tutur
Ekspresif dan Srtategi Kesopanan dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat
Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka (Sebuah Pendekatan Pragmatik) dapat
terselesaikan dengan lancar.
Peneliti sangat berterima kasih atas segala dukungan, doa, serta bantuan
yang telah diberikan oleh semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung demi kelancaran tersusunnya skripsi ini. Untuk itu, dengan ketulusan
hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
kepercayaan serta izin bagi peneliti dalam menyusun skripsi.
3. Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum. selaku pembimbing akademis sekaligus
pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan perhatian dengan
penuh kesabaran, serta keuletan dalam memberikan bimbingan akademis
peneliti selama masa kuliah serta petunjuk pada peneliti dalam mengerjakan
skripsi ini.
4. Miftah Nugroho, S.S, M.Hum. selaku penelaah skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada peneliti.
5. Seluruh dosen di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah berkenan memberikan bekal ilmu kepada peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Bapak dan ibu, yang telah berjuang untuk dapat menyekolahkan anaknya
hingga bisa menjadi seorang sarjana.
7. Liana Putry Pratiwi, Amd teman dekat peneliti dari SMA hingga sekarang
yang telah setia menemani peneliti, memberikan dukungan serta semangat
bagi peneliti.
8. Kekasih tercinta, Mustofa. Terima kasih atas segala dukungan serta bantuan
materiel selama proses penyelesaian skripsi ini.
9. Kembar Dona dan Doni yang selalu memberi semangat, dengan tingkah
lucunya telah menjadikan semangat bagi peneliti.
10. Semua teman Sastra Indonesia angkatan 2008 terima kasih atas dukungannya.
11. Semua kakak tingkat yang telah membantu dan berbagi ilmu dengan peneliti.
12. Para staf dan karyawan perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan
perpustakaan pusat Universitas Sebelas Maret, terima kasih atas bantuan dan
penyediaan buku yang dibutuhkan oleh peneliti.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu
hingga penulisan skripsi ini bisa berjalan lancar dan dapat terselesaikan.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan
dari Allah SWT. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini
masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan saran
dan kritik yang bisa membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya serta pembaca
pada umumnya. Terima kasih.
Surakarta, Oktober 2012
Peneliti
Sri Novitasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiii
ABSTRAK ....................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan Masalah ................................................................... 8
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
F. Sistematika Penelitian ................................................................. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Studi Terdahulu ........................................................... 11
B. Landasan Teori ........................................................................... 13
1. Pragmatik ............................................................................. 13
2. Tindak Tutur ........................................................................ 16
3. Tindak Tutur Ekspresif ........................................................ 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
4. Strategi Kesopanan .............................................................. 23
C. Rubrik ......................................................................................... 40
D. Kerangka Pikir ............................................................................ 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 44
B. Data dan Sumber Data ................................................................ 45
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 46
D. Klasifikasi Data ........................................................................... 47
E. Teknik Analisis Data .................................................................. 49
F. Teknik Penyajian Hasil Analisis ................................................. 49
G. Teknik Penarikan Simpulan ........................................................ 50
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Wujud Tindak Tutur Ekspresif dalam “Pos Pembaca”
di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara
Merdeka ...................................................................................... 52
1. Berterima kasih .................................................................... 52
2. Meminta maaf ...................................................................... 57
3. Mengungkapkan rasa kecewa .............................................. 60
4. Mengeluh ............................................................................. 65
5. Mengungkapkan kebanggaan .............................................. 68
6. Menyesalkan ........................................................................ 69
7. Mengkritik ........................................................................... 72
8. Mengucapkan selamat ......................................................... 74
9. Menyayangkan ..................................................................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
10. Mengungkapkan rasa marah ................................................ 78
11. Mengungkapkan Rasa Jengkel ........................................... 80
B. Wujud Realisasi Strategi Kesopanan Berbahasa dalam “Pos
Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan
Suara Merdeka ............................................................................ 85
1. Strategi Tanpa Basa-Basi (On Record) ................................ 85
2. Strategi Kesopanan Positif ................................................... 95
a. Strategi mencari dan mengusahakan persetujuan
dengan lawan tutur .......................................................... 96
b. Strategi memberikan atau meminta alasan ...................... 98
c. Strategi menyiratkan atau menyatakan hal timbal balik . 100
3. Strategi Kesopanan Negatif ................................................. 102
a. Strategi menggunakan permohonan maaf ...................... 103
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... 108
B. Saran ........................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR SINGKATAN
TTE : Tindak tutur ekspresif
SK : Strategi Kesopanan
SKOR : Strategi kesopanan on-record
SKP : Strategi kesopanan positif
SKN : Strategi kesopanan negatif
PPS : Pos pembaca Solopos
SPK : Surat pembaca Kompas
SPSM : Surat pembaca Suara Merdeka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRAK
Sri Novitasari. C 0208009. 2012. Tindak Tutur Ekspresif dan Strategi Kesopanan
dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara
Merdeka (Sebuah Pendekatan Pragmatik). Skripsi : Jurusan Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimanakah
wujud tindak tutur ekspresif dalam “Pos Pembaca“ di Solopos dan “Surat
Pembaca” di Kompas da Suara Merdeka ?; (2) Bagaimanakah wujud strategi
kesopanan dalam “Pos Pembaca“ di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas
dan Suara Merdeka ?
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan wujud tindak tutur ekspresif
dalam “Pos Pembaca“ di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara
Merdeka; (2) Mendeskripsikan wujud strategi kesopanan dalam “Pos Pembaca“
di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang
bersifat deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah “Pos Pembaca” di
Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka yang terbit pada
bulan Desember 2011 hingga Juli 2012. Data dari penelitian ini, yaitu tuturan-
tuturan pada “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan
Suara Merdeka yang terbit pada bulan Desember 2011 hingga Juli 2012 dan
mengandung tindak tutur ekspresif serta strategi kesopanan beserta konteksnya.
Pemerolehan data pada penelitian ini menggunakan sumber pustaka atau
menggunakan sumber-sumber tertulis. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode heuristik.
Dari analisis Tindak Tutur Ekspresif dan Strategi Kesopanan dalam “Pos
Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka
(Sebuah Pendekatan Pragmatik) dapat disimpulkan beberapa hal : (1) Wujud
tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam “Pos Pembaca“ di Solopos dan “Surat
Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka ditemukan sebanyak 11 jenis tindak
tutur ekspresif. Tindak tutur tersebut yaitu : berterima kasih, meminta maaf,
mengungkapkan rasa kecewa, mengeluh, mengungkapkan kebanggaan,
menyesalkan, mengkritik, mengucapkan selamat, menyayangkan, mengungkapkan
rasa marah, dan mengungkapkan rasa jengkel.
Berdasarkan hasil analisis data ditunjukkan bahwa jenis tindak tutur
ekspresif yang paling banyak ditemukan adalah jenis tindak tutur ekspresif
„berterima kasih‟, „meminta maaf‟, dan „mengungkapkan rasa kecewa‟.
(2) Wujud strategi kesopanan yang terdapat dalam “Pos Pembaca“ di
Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka ditemukan tiga
strategi kesopanan, yaitu strategi tanpa basa-basi (on record), strategi kesopanan
positif, dan strategi kesopanan negatif. Masing-masing strategi kesopanan positif
dan strategi kesopanan negatif ditemukan beberapa sub strategi kesopanan yang
terdapat dalam “Pos Pembaca“ di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan
Suara Merdeka.
Untuk strategi kesopanan positif ditemukan tiga sub strategi, yaitu strategi
mencari dan mengusahakan persetujuan dengan lawan tutur; strategi
memberikan atau meminta alasan; dan strategi menyatakan atau menyiratkan hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
yang timbal balik. Untuk strategi kesopanan negatif ditemukan satu sub strategi,
yaitu strategi menggukan permohonan maaf.
Berdasarkan hasil analisis data ditunjukkan bahwa dari ketiga strategi
kesopanan yang terdapat dalam “Pos Pembaca“ di Solopos dan “Surat Pembaca”
di Kompas dan Suara Merdeka, strategi yang paling banyak ditemukan adalah
strategi kesopanan tanpa basa-basi (On-record).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88) disebutkan bahwa
bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Bahasa merupakan percakapan atau perkataan yang baik dan sopan. Pada
dasarnya bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peran sebagai alat
komunikasi. Hal ini tidak terlepas dari keharusan manusia untuk berinteraksi
dengan orang lain. Dalam berinteraksi tersebut, seseorang mengutarakan pendapat
dan pandangannya dalam suatu bahasa yang saling dimengerti. Itulah sebabnya
tidak mengherankan apabila sekarang ini bahasa mendapat perhatian luas dari
berbagai kalangan, tidak saja para ahli bahasa tetapi juga ahli-ahli di bidang
lainnya. Dengan bahasa, segala ide, gagasan, perasaan, keinginan, dan
pengalaman dapat tertuang (Samsuri, 1982:4). Jadi, perlu disadari bahwa interaksi
dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.
Bahasa yang berawal dari pemikiran seseorang kemudian diwujudkan
dalam bentuk tuturan, dapat diteliti dengan menggunakan salah satu ilmu
linguistik. Bidang dalam linguistik yang mengkaji maksud ujaran, bukan makna
kalimat yang diujarkan, yaitu pragmatik (Asim Gunarwan dalam PELLBA 7,
1994:84). Pragmatik merupakan aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar
bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujar (Harimurti Kridalaksana,
2008:198).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pemakaian bahasa dalam masyarakat luas amatlah beragam, salah satunya
yaitu dengan berkomunikasi. Berbagai cara digunakan manusia dalam
berkomunikasi, tidak hanya secara lisan tetapi juga secara tertulis. Cara yang
digunakan masyarakat dalam mengemukakan pendapat dan ide kreatifnya dalam
bentuk tulisan amatlah beragam. Sekarang ini pun, banyak orang menyampaikan
apresiasi mereka, baik itu berupa saran, kritik, atau pun ucapan terima kasih serta
permohonan maaf dalam segala bidang melalui tuturan yang mereka tuangkan
dalam media cetak.
Media cetak merupakan bagian yang tidak terpisahkan di dalam
masyarakat. Media cetak merupakan bagian yang penting dalam memberikan
informasi dan pengetahuan di dalam masyarakat. Media cetak menjadi suatu
sarana penghubung antara masyarakat dengan instansi-instansi atau lembaga-
lembaga yang ada di wilayah tertentu. Salah satu cara yang digunakan oleh media
cetak dalam menjembatani permasalahan yang ada di masyarakat, yaitu dengan
menyediakan suatu rubrik. Rubrik tersebut sengaja disediakan untuk menampung
segala ide, pendapat, serta keluh kesah dari masyarakat.
Rubrik yang ada di dalam media cetak sangat beragam dan memiliki
kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu rubrik yang ada di dalam media cetak
yang memang sengaja disediakan untuk menampung segala ide, pendapat, serta
keluh kesah dari masyarakat, yaitu “Surat Pembaca”. Setiap media cetak
khususnya surat kabar, menyebutkan “Surat Pembaca” dengan nama yang
berbeda-beda. Misalnya, surat kabar Solopos menyebut rubrik “Surat Pembaca”
dengan nama “Pos Pembaca”. “Pos Pembaca” ini hadir setiap hari di surat kabar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Solopos kecuali hari minggu. Surat kabar Kompas dan Suara Merdeka menyebut
rubrik “Surat Pembaca” dengan “Surat Pembaca”.
Rubrik “Surat Pembaca” biasanya berisi informasi kepada pembaca
mengenai berbagai macam masalah atau berbagai macam hal yang dihadapi oleh
masyarakat. Selain informasi, rubrik “Surat Pembaca” juga dapat digunakan
sebagai media pengumuman, sebagai rubrik untuk mengkritik, menyampaikan
keluhan, meminta maaf, dan berterima kasih. Rubrik ini sering digunakan untuk
mengungkapkan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sehari-hari.
Ungkapan-ungkapan dari masyarakat yang dituangkan dalam “Pos
Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka ini
amatlah kaya akan ekspresi-ekspresi yang tersembunyi dalam sebuah tuturan.
Tuturan-tuturan dari masyarakat inilah yang kemudian dijadikan data penelitian
oleh peneliti. Data dalam penelitian ini, yaitu semua tuturan yang terdapat dalam
“Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas juga Suara
Merdeka yang terbit pada bulan desember 2011 hingga juli 2012. Data tersebut
kemudian akan diteliti dengan menggunakan teori tindak tutur serta strategi
kesopanan.
Salah satu tokoh yang mengemukakan mengenai pragmatik khususnya
tindak tutur, yaitu Searle. Searle mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-
tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh penutur, yaitu tindak
lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Dalam penelitan ini, peneliti hanya mengambil
salah satu jenis tindakan yang telah dikemukakan oleh Searle, yaitu tindak ilokusi.
Tindak ilokusi terbagi menjadi lima sub bagian, yaitu tindak tutur ilokusi asertif,
direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Data yang ditemukan dalam “Pos
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka
terdapat banyak tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif. Berawal dari
situlah kemudian peneliti lebih memfokuskan penelitiannya pada tindak tutur
ilokusi khususnya ekspresif.
Tindak tutur ekspresif tersebut kemudian dikaitkan dengan kesopanan
dalam bertutur, yaitu strategi kesopanan. Peneliti mengkaitkan antara tindak tutur
khususnya ekspsresif dengan strategi kesopanan karena memang dalam bertutur
atau berkomunikasi tersebut, masyarakat harus memperhatikan kesopanan dalam
bertutur. Oleh sebab itulah, peneliti mencoba untuk meneliti tindak tutur dan
dikaitkan dengan strategi kesopanan. Kesopanan merupakan aspek penting dalam
kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan
tutur. Strategi kesopanan digunakan untuk lebih menghargai orang lain maupun
diri sendiri. Dalam komunikasi sehari-hari kita tidak dapat setiap saat
menyampaikan tuturan dengan cara yang sopan dan santun, hal tersebut
kemungkinan akan menyakiti perasaan lawan tutur. Menurut Brown dan Levinson
(1987:60) strategi kesopanan digunakan oleh penutur untuk menghindari tindak
pengancaman terhadap muka lawan tutur. Tindak pengancaman muka tersebut
oleh Brown dan Levinson disebut dengan FTA (Face Threatening Act).
Berbagai tuturan yang terdapat dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan
“Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka mempunyai kekhasan sendiri-
sendiri. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai berbagai tuturan yang ada dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan
“Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Solopos misalnya, Solopos merupakan surat kabar daerah, namun tetap
bangga dalam mempersembahkan kabar-kabar dari daerah yang dikemas dengan
menggunakan bahasa yang ringan, mudah dipahami sehingga menarik untuk
dibaca. “Pos Pembaca” di Solopos berada pada bagian gagasan yang muncul
setiap hari kecuali hari Minggu. Wilayah pembaca Solopos berada di Solo,
Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, dan Sragen. Sebagai surat kabar
umum, Solopos berusaha mengakomodasikan berbagai kepentingan yang ada di
masyarakat, mulai dari masalah sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Solopos
berusaha menempatkan dirinya sebagai surat kabar yang berupaya untuk menjadi
jembatan penghubung dengan mengutamakan fakta dan kebenaran. Pada surat
kabar Solopos, tidak semua pengaduan mendapat tanggapan.
Surat kabar lain, yaitu Suara Merdeka yang merupakan surat kabar harian
pagi yang terbit di Kota Semarang, Jawa Tengah. Surat kabar ini memiliki
sirkulasi terbatas pada area Jawa Tengah. Suara Merdeka merupakan surat kabar
dengan pangsa pasar terbesar di Jawa Tengah
(http://id.wikipedia.org/wiki/Suara_Merdeka).
Surat kabar yang memiliki wilayah pembaca yang lebih luas, misalnya
Kompas. Kompas merupakan surat kabar nasional yang pembacanya berasal dari
berbagai wilayah di Indonesia. Kompas adalah nama surat kabar Indonesia yang
berkantor pusat di Jakarta. Sebagai surat kabar yang memposisikan diri sebagai
koran nasional, Kompas menggunakan fasilitas percetakan jarak jauh untuk
memproduksi koran harian dan melakukan distribusi dari banyak lokasi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas_(surat_kabar)).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Pada surat kabar Kompas dan Suara Merdeka, selain pengaduan dalam
rubrik “Surat Pembaca” juga terdapat tanggapan dari instansi yang dituju. Pada
surat kabar Solopos, tidak semua pengaduan mendapat tanggapan. Salah satu
faktor yang membuat “Surat Pembaca” di Kompas sebagian besar mendapat
tanggapan, yaitu pada “Surat Pembaca” di Kompas juga menyediakan KOMPAS
ePaper (koran digital Kompas dalam bentuk elektronik) yang dapat dilihat oleh
semua masyarakat di mana pun berada dan kapan pun dibutuhkan. Pembaca dapat
melihat internet dan membaca isi dari koran tersebut, salah satunya yaitu “Surat
Pembaca”. Maka tidak heran bahwa pada “Surat Pembaca” di harian Kompas
sebagian besar mendapat tanggapan dari instansi yang dituju. Manfaat dari “Surat
Pembaca” adalah menampung segala keluh kesah, pendapat dan juga ide-ide dari
masyarakat sebagai koreksi dari suatu masalah yang ada di masyarakat sekitar.
Apabila semua pengaduan serta ide-ide tersebut mendapat tanggapan dari instansi
yang dituju, maka tidak menutup kemungkinan bahwa masalah-masalah yang ada
di masyarakat akan terpecahkan dan semakin makmur pula kehidupan masyarakat
itu.
Peneliti memilih tiga sumber data, yaitu Solopos, Kompas dan Suara
Merdeka dengan tujuan agar setiap data yang diambil dapat mewakili setiap
wilayah pembaca surat kabar. Surat kabar Solopos merupakan surat kabar daerah,
diharapkan dapat mewakili wilayah pembaca yang berasal dari sekitar Soloraya.
Surat kabar Suara Merdeka merupakan surat kabar regional dan diharapkan dapat
mewakili wilayah pembaca yang berasal dari sekitar Jawa Tengah. Surat kabar
Kompas merupakan surat kabar nasional yang memiliki wilayah pembaca lebih
luas diharapkan dapat mewakili wilayah pembaca yang berasal dari berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
wilayah di Indonesia. Berkaitan dengan wilayah pembaca dari setiap surat kabar
yang dipilih tersebut memiliki pangsa pasar yang berbeda-beda, tidak menutup
kemungkinan bila setiap tuturan yang terdapat dalam “Pos Pembaca” serta
“Surat Pembaca” itu juga berbeda-beda pula. Hal ini dapat terlihat dari beberapa
contoh tuturan yang terdapat pada setiap surat kabar yang dipilih oleh peneliti,
dapat ditemukan beberapa perbedaan yang membuat peneliti tertarik untuk
meneliti “Surat Pembaca” dan memilih tiga surat kabar tersebut.
Ketiga surat kabar yang dipilih oleh peneliti, selanjutnya akan diteliti
dengan menggunakan teori tindak tutur serta strategi kesopanan. Selain tindak
tutur, peneliti mencoba mengkaitkan dengan strategi kesopanan dalam bertutur.
Menurut F.X. Nadar (2009:251) strategi kesopanan berbahasa adalah cara atau
strategi yang secara sadar maupun tidak sadar dipergunakan oleh seorang penutur
dalam rangka mengurangi akibat tidak menyenangkan dari tuturannya terhadap
lawan tuturnya.
Penelitian ini terfokus pada masalah pemakaian bahasa dalam “Pos
Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka yang
terbatas pada masalah tindak tutur ekspresif serta strategi kesopanan dalam
bertutur. Hal ini dikarenakan pada “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat
Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka kaya akan tuturan-tuturan yang dapat
digolongkan ke dalam tindak ilokusi ekspresif serta strategi dalam bertutur. Dalam
menganalisis tuturan yang terdapat pada “Pos Pembaca” dan “Surat Pembaca”
itu, peneliti juga memperhatikan strategi kesopanan yang digunakan oleh penutur
serta lawan tutur dalam bertutur. Berdasarkan latar belakang tersebut maka
peneliti tertarik untuk mengkaji penelitian ini dengan judul “Tindak Tutur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Ekspresif dan Strategi Kesopanan dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat
Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam
menentukan data yang peneliti lakukan supaya lebih terarah. Pada dasarnya
masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu fokus (Lexy J,
Moeleong, 2001:97).
Adapun yang menjadi lingkup permasalahan dalam penelitian ini adalah
pemakaian bahasa dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di
Kompas dan Suara Merdeka yang terbatas pada masalah tindak tutur ekspresif dan
strategi kesopanan. Peneliti menganalisis permasalahan ini dengan menggunakan
pendekatan pragmatik. Peneliti memilih tindak tutur ekspresif karena pada “Pos
Pembaca” dan “Surat Pembaca” tersebut terdapat banyak tuturan yang
mengandung tindak tutur ekspresif. Dalam menganalisis tuturan yang terdapat
dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas serta Suara
Merdeka tersebut juga memperhatikan strategi kesopanan dalam bertutur. Selain
itu juga memperhatikan konteks tuturan yang terdapat pada setiap “Pos
Pembaca” dan “Surat Pembaca”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, maka
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah wujud tindak tutur ekspresif dalam “Pos Pembaca” di
Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Bagaimanakah wujud strategi kesopanan dalam “Pos Pembaca” di Solopos
dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka ?
D. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian yang baik, harus mempunyai tujuan penelitian yang jelas.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan wujud tindak tutur ekspresif dalam “Pos Pembaca” di
Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka.
2. Mendeskripsikan wujud strategi kesopanan dalam “Pos Pembaca” di Solopos
dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari kajian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
teorites maupun manfaat praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan mengenai studi tindak tutur, khususnya tindak tutur ekspresif
dan strategi kesopanan dalam bertutur. Selanjutnya penelitian ini diharapkan
juga dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pragmatik pada
khususnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemahaman terhadap pemakaian bahasa dalam surat kabar, terutama dalam
memahami tindak tutur ekspresif dan strategi kesopanan yang digunakan. Hal
ini diperlukan agar rubrik di surat kabar tidak semata-mata memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
informasi kepada pembaca namun sekaligus memberikan ilmu yang
bermanfaat.
F. Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian dalam penelitian diperlukan agar peneliti dapat
melakukan penelitian dengan runtut dan sistematis. Adapun sistematika penelitian
dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut.
Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penelitian.
Bab kedua berisi tinjauan pustaka dan landasan teori yang secara langsung
berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti dan dikaji sebagai landasan
atau acuan dalam sebuah penelitian. Selain itu, juga berisi gambaran secara jelas
kerangka pikir yang digunakan untuk mengkaji dan memahami masalah yang
diteliti.
Bab ketiga berisi metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, data
dan sumber data, teknik pengumpulan data, klasifikasi data, teknik analisis data,
teknik penyajian hasil analisis data dan teknik penarikan kesimpulan.
Bab keempat berisi analisis data. Dari analisis data ini akan didapatkan
hasil penelitian yang akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam
bab pertama.
Bab kelima merupakan penutup. Penutup berisi simpulan dari hasil
penelitian dan dilanjutkan dengan saran dari peneliti yang berhubungan dengan
proses penelitian yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Studi Terdahulu
Berbagai penelitian mengenai tindak tutur dengan menggunakan
pendekatan teori pragmatik telah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian tentang
tindak tutur ekspresif serta strategi kesopanan yang bersumber dari media massa
terutama surat kabar masih sedikit dilakukan. Berikut ini adalah beberapa
penelitian yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti
dalam penelitian ini, yaitu mengenai tindak tutur dan dikaitkan dengan strategi
kesopanan.
Skripsi pertama yang berkaitan dengan tindak tutur pada surat kabar, yaitu
skripsi Jamilatun (2010) yang berjudul “Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif pada
Rubrik Kriiing Solopos” dan ditemukan 12 jenis tindak tutur direktif dalam
Rubrik Kriiing Solopos. Tindak tutur direktif itu meliputi tindak tutur „mengajak‟,
„mengingatkan‟, „melarang‟, „menasihati‟, „meminta‟, „memohon‟,
„menyarankan‟, „menyuruh‟, „mengharap‟, „mengusulkan‟, „memperingatkan‟,
dan „mempertanyakan‟. Wujud tindak tutur direktif yang paling banyak
ditemukan adalah tindak tutur „meminta‟ dan „memohon‟.
Jamilatun juga menyimpulkan bahwa dalam Rubrik Kriiing Solopos juga
ditemukan 43 jenis tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif itu meliputi
tindak tutur „memprotes‟, „mengkritik‟, „‟mendukung‟, „menyetujui‟, „menyindir‟,
„menyayangkan‟, „berterima kasih‟, „mengeluh‟, „membenarkan‟, „memuji‟,
„mencurigai‟, „meminta maaf‟, „mengklarifikasi‟, „mengungkapkan rasa iba‟,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
„mengungkapkan rasa bangga‟, „mengungkapkan rasa malu‟, „mengungkapkan
rasa kecewa‟, mengungkapkan rasa jengkel‟, „mengungkapkan rasa prihatin‟,
„mengungkapkan ketidaksetujuan‟, mengungkapkan rasa heran‟,‟mengungkapkan
rasa khawatir‟, „mengungkapkan rasa ketidakpedulian‟, „mengungkapkan rasa
bingung‟,‟mengungkapkan rasa yakin‟, „mengungkapkan rasa sakit hati‟,
„mengungkapkan rasa simpati‟, „mengungkapkan rasa senang‟,‟mengungkapkan
rasa muak‟, „mengungkapkan rasa marah‟, „mengungkapkan rasa resah‟,
„mengungkapkan rasa ngeri‟, „mengungkapkan rasa sedih‟, „mengungkapkan rasa
syukur‟, „mengucapkan selamat‟, „mengejek‟, „menghina‟, „menyesali‟,
„menolak‟,‟mengevaluasi‟, „mengungkapka rasa berduka cita‟,‟dan „mengumpat‟.
Wujud tindak tutur ekspresif yang paling banyak ditemui adalah tindak tutur
„berterima kasih‟ dan „mengkritik‟.
Selain tindak tutur, ada juga skripsi yang mengambil data dari surat kabar
dan diteliti dengan menggunakan strategi kesopanan, yaitu skripsi Damis Amaroh
(2010) yang berjudul “Tindakan Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan
dalam Rubrik “Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos” dan memberikan
simpulan antara lain: (1) dalam surat aduan rubrik “Pembaca Menulis” diperoleh
8 jenis tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur (memerintah,
meminta, memberi saran, memberi nasihat, bertanya, menuntut, menagih janji,
dan marah) dan ada 4 jenis tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur
(menuduh, mengeluh, mengkritik, dan menghina). Pengaduan menggunakan
strategi on record, off record, kesopanan negatif dan positif. Tujuan pengadu
melakukan tidakan ini bertujuan untuk segera mendapat tanggapan penyelesaian
dari pihak teradu, (2) dalam surat tanggapan rubrik “Pembaca Menulis” diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3 tindakan yang mengancam muka negatif penutur (ucapan terima kasih,
pembelaan, dan melakukan janji) dan diperoleh 2 jenis tindakan yang mengancam
muka positif penutur (tindakan minta maaf, dan mengakui kesalahan). Teradu
menggunakan strategi on record, off record, kesopanan negatif dan positif. Dalam
skripsinya tersebut, Damis Amaroh menyebutkan bahwa tujuan tindakan teradu
menanggapi surat aduan adalah untuk memperoleh kesan sebagai lembaga yang
bertanggungjawab terhadap suatu persoalan yang dihadapi antara pengadu dan
teradu sehingga dapat mempertahankan citra lembaga sekaligus mempertahankan
pelanggan.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti, berbeda dengan penelitian-
penelitian mengenai tindak tutur yang sudah ada. Penelitian ini mengambil data
tuturan yang bersifat ekspresif kemudian dikaitkan dengan strategi kesopanan
dalam berkomunikasi atau berbahasa. Tuturan tersebut diambil dari surat kabar
Solopos dibagian “Pos Pembaca”, Suara Merdeka dan juga Kompas pada bagian
“Surat Pembaca”.
B. Landasan Teori
1. Pragmatik
Istilah pragmatik muncul pertama kali dari seorang filosof pada tahun
1938 yang bernama Charles Morris. Dia mengemukakan bahwa pragmatik
merupakan bagian dari ilmu tanda atau semiotic. Dalam kaitannya dengan
ilmu tanda tersebut, Charles Morris membaginya ke dalam tiga konsep dasar.
Tiga konsep dasar tersebut, yaitu sintaksis, semantik,dan pragmatik. Charles
Morris mengartikan bahwa pragmatik sebagai “ the study of relation of signs
to interpreters “ atau studi relasi antara tanda-tanda dengan para penafsirnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tanda-tanda yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah bahasa yang
berawal dari suatu pemikiran dan kemudian berkembanglah menjadi
pragmatik sebagai salah satu ilmu linguistik (Kunjana Rahardi, 2005:45).
Berbagai definisi mengenai pragmatik telah banyak dikemukakan oleh
para ahli linguistik. Hal ini diharapkan dapat lebih memperjelas makna dari
pragmatik itu sendiri. Tokoh lain seperti I Dewa Putu Wijana (1996:1) juga
menyebutkan bahwa “pragmatik adalah cabang ilmu yang mempelajari
struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu
digunakan di dalam komunikasi”.
Pragmatik merupakan aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks
luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran (Harimurti
Kridalaksana, 2008:198). Selain itu, Harimurti Kridalaksana juga
menjelaskan bahwa pragmatik merupakan cabang semiotika yang
mempelajari asal-usul, pemakaian dan dampak lambang dan tanda.
Gazdar dalam F.X. Nadar (2009:5) mengemukakan bahwa
“pragmatics is the study of deixis (at least in part), implicature,
presupposition, speech acts and aspects of discourse structure” (pragmatik
adalah kajian antara lain mengenai deiksis, implikatur, presuposisi, tindak
tutur dan aspek-aspek struktur wacana).
Jenny Thomas (1995:2) menyebut kecenderungan dalam pragmatik
terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang
sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker
meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif,
menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran (utterance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
interpretation). Selanjutnya Jenny Thomas (1995:22) juga menyebutkan
bahwa “adanya pengandaian dalam pemaknaan merupakan proses dinamis
yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara
konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang
mungkin dari sebuah ujaran”, selain itu juga mendefinisikan pragmatik
sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi (meaning in
interaction).
George Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics menyebutkan
empat batasan ilmu pragmatik (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni,
2006:3-4). Keempat batasan tersebut yaitu:
a. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang maksud penutur.
b. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual.
c. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih
banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan.
d. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang ungkapan jarak
hubungan.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang sudah diuraikan sebelumnya,
maka dapat ditegaskan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan
kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Dasar dalam pemahaman
pragmatik yaitu hubungan antara bahasa dengan konteks yang
melatarbelakangi bahasa tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Tindak Tutur
Tindak tutur merupakan bagian dari analisis pragmatik, yaitu cabang
ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Tindak
tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik dan juga
merupakan dasar dari analisis topik-topik lain di bidang ini seperti
praanggapan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip
kesantunan.
Austin (1965) dalam bukunya “ How to Do Things with Words “
(dalam F.X. Nadar, 2009:11-12) membedakan tuturan yang kalimatnya
bermodus deklaratif menjadi dua yaitu konstatif dan performatif. Tindak tutur
konstatif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya
dapat diuji dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia. Tindak tutur
performatif adalah tindak tutur yang pengutaraannya digunakan untuk
melakukan sesuatu, pemakai bahasa tidak dapat mengatakan bahwa tuturan
itu salah atau benar, tetapi baik atau tidak. Berkenaan dengan kalimat
performatif, Austin membedakan tiga jenis tindak tutur, yaitu :
a. Tindak Tutur Lokusi (locutionary act), yaitu : Tindak mengucapkan
sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus
dan menurut kaidah sintaksisnya agar mudah untuk dipahami. Tindak
tutur ini disebut “ the act of saying something “.
b. Tindak Tutur Ilokusi (illocutionary act), yaitu : Tindak tutur yang
mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa,
kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan. Tindak Tutur Ilokusi
merupakan tindak melakukan sesuatu (the act of to do something).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Tindak Tutur Perlokusi, yaitu : Tindak tutur yang pengujarannya
dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur (perlocutionary force).
Austin (1965:150) membagi tindak tutur Ilokusi menjadi lima
kategori, yaitu:
a. Verdiktif (verdictives utterances)
Tindak tutur ini dilambangkan dengan memberi keputusan
misalnya keputusan hakim, juri, dan penengah atau wasit, perkiraan, dan
penilaian. Verba tindak tutur verdiktif ini antara lain, menilai, menandai,
memperhitungkan, menempatkan, menguraikan, dan menganalisis.
b. Eksersitif (exercitivies utterances)
Merupakan tindak tutur yang menyatakan perjanjian, nasihat, dan
peringatan. Verba yang menandai tindak tutur eksersitifini antara lain,
mewariskan, membujuk, membatalkan perintah (lampau),
memperingatkan dan menurunkan pangkat.
c. Komisif (commissives utterances)
Tindak tutur yang dilambangkan dengan harapan atau perjanjian,
menjanjikan untuk melakukan sesuatu, tetapi juga termasuk pengumuman
atau pemberitahuan, yang bukan janji. Verba yang menandai tindak tutur
ini antara lain, berjanji, mengajukan, menjamin, mengambil-alih atau
tanggungjawab, bersumpah, dan menyetujui.
d. Behabifit (behabivitives utterances)
Tindak tutur ini meliputi reaksi-reaksi terhadap kebiasaan dan
keberuntungan orang lain dan merupakan sikap serta ekspresi seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
terhadap kebiasaan orang lain, misalnya meminta maaf, berterima kasih,
bersimpati, menantang, mengucapkan salam, mengucapkan selamat.
e. Ekspositif (expositives utterances)
Merupakan tindak tutur yang memberi penjelasan, keterangan, atau
perincian kepada seseorang. Verba tindak tutur ekspositif ini antara lain,
menyangkal, menguraikan, menyebutkan, menginformasikan,
mengabarkan, dan bersaksi.
Searle (1969:23-24) mengemukakan bahwa “secara pragmatis setidak-
tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur,
yaitu tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan
tindak perlokusi (perlocutionary act)”.
a. Tindak Lokusi
Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu.
Selanjutnya tindak tutur lokusi disebut dengan the act of saying
something. Misalnya: “Presiden SBY kurang bisa tegas dalam menangani
permasalahan rakyatnya”. Searle (1969) menyebut tindak tutur Lokusi ini
dengan istilah tindak bahasa preposisi (prepositional act) karena tindak
tutur ini hanya berkaitan dengan makna.
b. Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi adalah sebuah tuturan yang selain berfungsi untuk
mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan
untuk melakukan sesuatu (I Dewa Putu Wijana, 1996:18). Tindak tutur
ilokusi disebut dengan the act of doing something.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Searle (1975:59-82) membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima
kategori :
1) Asertif (assertives) / Representatif, yaitu tuturan yang mengikat
penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Termasuk
dalam tindak tutur ini misalnya tuturan-tuturan menyatakan,
melaporkan, memprediksi, menunjukkan, dan menyebutkan.
2) Direktif (directives) / impositif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan
penuturnya agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan
di dalam tuturan itu. Termasuk dalam tindak tutur ini misalnya
tuturan-tuturan menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan,
memerintah, meminta, dan menantang.
3) Ekspresif (expresives) / evaluatif, yaitu tindak tutur yang
dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi
tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu. Tuturan yang
termasuk dalam tindak tutur ekspresif misalnya memuji,
mengucapkan terimakasih, meminta maaf, mengucapkan selamat,
mengkritik, dan mengeluh.
4) Komisif (commisives), yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya
untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya.
Termasuk dalam tindak tutur komisif misalnya berjanji, bersumpah,
menawarkan, menyatakan kesanggupan, dan mengancam.
5) Deklarasi (declarations) / establisif / isbati, yaitu tindak tutur yang
dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan,
dsb) yang baru. Termasuk dalam tindak tutur ini misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
memutuskan, membatalkan, melarang, mengijinkan, dan
mengangkat.
c. Tindak Perlokusi
Tindak tutur perlokusi disebut dengan the act of affecting
someone. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya
dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur, tuturan yang diutarakan
seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi yang
mendengarnya (I Dewa Putu Wijana, 1996:20).
George Yule (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni, 2006:82)
menjelaskan adanya tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan,
biasanya disebut dengan tindak tutur. Sebuah ujaran tidak hanya memiliki
makna eksplisit saja tetapi juga memiliki makna implisit. Makna implisit
dapat diketahui dari tindakan yang dilakukan seseorang ketika ia berbicara
(kemudian disebut dengan tindak tutur).
Adapun jenis-jenis tindak tutur yang lain adalah tindak tutur langsung
dan tidak langsung, serta tindak tutur literal dan tidak literal. George Yule
(edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni, 2006:95-96) menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan tindak tutur langsung dan tidak langsung adalah
sebagai berikut:
a. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung
1) Tindak Tutur Langsung
Menurut George Yule (edisi terjemahan oleh Indah Fajar
Wahyuni, 2006:95), tindak tutur langsung terjadi apabila ada
hubungan antara struktur dengan fungsi. Jadi tindak tutur langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
adalah bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu
pernyataan.
Sebuah tuturan dapat diungkapkan secara langsung maupun
tidak langsung, seperti dalam I Dewa Putu Wijana (1996: 29) yang
mengatakan bahwa sebuah tuturan dapat mengandung arti yang
sebenarnya dan berfungsi untuk menyatakan informasi secara
langsung karena modusnya adalah kalimat berita (deklaratif). Sebuah
tuturan juga mungkin saja merupakan pengungkapan secara tidak
langsung karena maksud memerintah yang diutarakan dengan kalimat
berita.
Berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat
berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah
(imperatif) (I Dewa Putu Wijana, 1996:30). Secara konvensional
kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu (informasi),
kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, kalimat perintah untuk
menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Apabila
kalimat berita, kalimat Tanya, dan kalimat perintah difungsikan secara
konvensional maka akan membentuk tindak tutur langsung (direct
speech act), contoh:
a) Monica membaca buku.
b) Di manakah tempat tinggalmu, Monica?
c) Tutuplah pintu itu sekarang juga!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2) Tindak Tutur Tidak Langsung
Tindak tutur tidak langsung terjadi apabila ada hubungan tidak
langsung dengan fungsi. Jadi tindak tutur tidak langsung adalah
bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu permohonan
(George Yule dalam terjemahan Indah Fajar Wahyuni 2006:96).
I Dewa Putu Wijana (1996: 30) mengatakan bahwa “tindak
tutur tidak langsung dapat digunakan untuk berbicara secara sopan,
seperti halnya kalimat perintah dapat diutarakan dengan kalimat tanya
agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah”. Contoh:
Ayah : Monica, halaman depan kotor sekali.
Monica : Iya nanti saya bersihkan, yah.
b. Tindak Tutur Literal dan Tidak Literal
1) Tindak Tutur Literal
Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang
maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
2) Tindak Tutur Tidak Literal
Tindak tutur tidak lateral (nonliteral speech act) adalah tindak
tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan
makna kata-kata yang menyusunnya (I Dewa Putu Wijana, 1996:32).
3. Tindak Tutur Ekspresif
Tindak Tutur Ekspresif dalam kategori Austin masuk ke dalam tindak
tutur behabifit (behabivitives utterances). Tindak tutur behabifit ini meliputi
reaksi-reaksi terhadap kebiasaan dan keberuntungan orang lain dan
merupakan sikap serta ekspresi seseorang terhadap kebiasaan orang lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
misalnya meminta maaf, berterima kasih, bersimpati, menantang,
mengucapkan salam, mengucapkan selamat (1965:150).
Penjelasan Austin berbeda dengan penjelasan Searle. Searle
menjelaskan tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dilakukan
dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi. Tuturan yang
termasuk dalam tindak tutur ekspresif misalnya memuji, mengucapkan
terimakasih, meminta maaf, mengucapkan selamat, mengkritik, dan mengeluh
(Martinich (ed), 1996a:148).
4. Strategi Kesopanan
Kesopanan berbahasa yaitu kesantunan berbahasa yang diambil
penutur untuk mengurangi derajat perasaan tidak senang atau sakit hati
sebagai akibat tuturan yang diungkapkan oleh penutur. Strategi kesopanan
berbahasa adalah cara atau strategi yang secara sadar maupun tidak sadar
dipergunakan oleh seorang penutur dalam rangka mengurangi akibat tidak
menyenangkan dari tuturannya terhadap lawan tuturnya (F.X. Nadar,
2009:251).
Kata “strategi” dalam strategi kesopanan berbahasa tidak selalu
mengandung arti usaha sadar untuk berperilaku sopan melainkan juga
merujuk pada ungkapan-ungkapan berbahasa yang bersifat rutin serta
mengacu pada upaya berbicara secara sopan. Oleh karena itu, seorang penutur
menghadapi sejumlah plihan sebelum membuat tuturan yang melanggar muka
negatif ataupun muka positif lawan tutur.
Peserta tutur berkepentingan untuk saling menjaga maka masing-
masing terutama karena seumah tindak tutur tertentu secara alamiah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mempunyai potensi mengancam muka lawan tutur, sehubungan dengan itu,
penutur mempunyai semacam keharusan menggunaan strategi kesopanan
tertentu untuk mengurangi risiko atau akibat kurang menyenangkan dari
tuturannya. Dengan demikian, pada akhirnya seorang penutur akan
dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan strategi tertentu yaitu strategi
kesopanan positif yang ditujukan pada muka positif lawan tutur, dan strategi
kesopanan yang ditujukan pada muka negatif lawan tutur.
Brown dan Levinson memberikan batasan tentang konsep muka,
yakni muka adalah „face‟ atau citra diri yang dimiliki oleh setiap warga
masyarakat yang senantiasa dijaga, dihormati dan tidak dilanggar dalam
proses pertuturan antarpeserta tutur. Tindakan pengancam muka adalah tindak
tutur yang secara alamiah berpotensi untuk melukai citra atau muka „face‟
lawan tutur dan oleh karena itu dalam pengutaraannya harus digunakan
strategi-strategi tertentu.
Face, the public self-image that every member wants to claim for
himself, consisting in two releatec aspects:
(a) Negative face: the basic claim to territories personal proserves,
right to non-distraction – i.e. to freedom of action and freedom
from imposition.
(b) Positive face: the positive consistent self-image or „personality‟
(crucially incuding the desire that this self-image be appreciated
and approved of) claimed by interactants (Brown and Levinson,
1987:61).
Muka, citra diri yang bersifat umum yang ingin dimiliki oleh setiap
warga masyarakat, meliputi dua aspek yang saling berkaitan, (a) muka
negatif, yaitu kebebasan bertindak dan kebebasan dari kewajiban melakukan
sesuatu, dan (b) muka positif, yakni citra diri atau kepribadian positif yang
konsisten yang dimiliki oleh warga yang berinteraksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dengan demikian, maka ada dua tipe muka, yaitu :
a. Muka positif, yaitu muka yang mengacu pada citra diri orang yang
berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau apa
yang merupakan nilai-nilai yang diyakininya diakui orang sebagai suatu
hal yang baik, menyenangkan, patut dihargai, dan seterusnya.
Contoh:
(1) Saya senang dengan kejujuran Anda.
(2) Sekarang kejujuran itu tidak menjamin kesuksesan.
Tuturan (1) merupakan tuturan yang santun karena menghargai apa yang
dilakukan mitra tuturnya, sedangkan tuturan (2) kurang santun karena
tidak menghargai apa yang dilakukan mitra tuturnya.
b. Muka negatif, yaitu muka yang mengacu pada citra diri orang yang
berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan penutur membiarkannya
bebas melakukan tindakannya atau membiarkannya bebas dari keharusan
mengerjakan sesuatu.
Contoh:
(1) Jangan tidur terlalu malam, nanti bangunnya kesiangan!
Tuturan tersebut merupakan tuturan yang tidak santun karena penutur
tidak membiarkan mitra tuturnya bebas melakukan apa yang sedang
dikerjakannya. Ketidaksantunan tuturan itu menyangkut muka negatif.
Kesantunan yang berkenaan dengan muka negatif dinamakan kesantunan
negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
FTA (Face Threatening Act) yang mengancam muka negatif lawan
tutur, menurut Brown dan Levinson (1987:66), antara lain meliputi:
a. Tindakan yang mengakibatkan lawan tutur menyetujui atau menolak
melakukan sesuatu, seperti ungkapan mengenai: orders and requestsm
suggestions, advice, remindings threats, warnings, deres (memerintah,
meminta, memberi saran, memberi nasihat, mengingatkan, mengancam,
memperingatkan, dan menentang):
b. Tindakan yang mengungkapkan upaya penutur melakukan sesuatu
terhadap lawan tutur dan memaksa lawan tutur untuk menerima atau
menolak tindak tersebut, seperti ungkapan mengenai offers, promises
(menawarkan dan berjanji);
c. Tindakan yang mengungkapkan keinginan penutur untuk melakukan
sesuatu terhadap lawan tutur atau apa yang dimiliki oleh lawan tutur,
seperti ungkapan mengenai compliments, espressions of strong (negative)
emotions toward H-e.g. hatred, anger (pujian atau memberi ucapan
selamat, mengagumi, membenci dan marah).
Sementara itu, FTA yang mengancam muka positif lawan tutur,
menurut Brown dan Levinson (1987:66-67), antara lain meliputi:
a. Tindakan yang memperlihatkan bahwa penutur memberi penilaian
negatif terhadap lawan tutur, seperti ungkapan mengenai dispproval,
criticism, contempt or ridicule, complaints and reprimands, accusations,
insults (mengungkapkan sikap tidak setuju, mengkritik, tindakan
merendahkan atau mempermalukan, keluhan, kemarahan, dakwaan,
penghinaan);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. Tindakan yang memperlihatkan sikap tidak peduli penutur terhadap
muka positif lawan tutur, seperti ungkapan mengenai contradictions or
disagreement, challenges, emotions, irreverence, mention of taboo
topics, including those that are inappropriate in the context
(pertentangan, ketidaksetujuan atau tantangan, emosi ungkapan yang
tidak sopan, membicarakan hal yang dianggap tabu atau pun yang tidak
selayaknya dalam suatu situasi) penutur menunjukkan bahwa penutur
tidak menghargai nilai-nilai lawan tutur dan juga tidak mau
mengindahkan hal-hal yang ditakuti oleh lawan tutur.
Brown dan Levinson (1987:67-68) menyatakan bahwa FTA yang
berpotensi mengancam muka negatif penutur antara lain meliputi tindak
mengungkap dan menerima ucapan terima kasih, melakukan pembelaan,
menerima tawaran, merespon perbuatan lawan tutur yang memalukan, dan
melakukan janji atau tawaran yang tidak diinginkan penutur. Sementara itu,
tindakan yang mengancam muka positif penutur, menurut Brown dan
Levinson (1987:68) antara lain terdiri atas tindakan meminta maaf, menerima
ucapan selamat, melakukan tindakan fisik yang memalukan merendahkan diri
dan mengakui kesalahan.
Di samping itu, strategi kesopanan Brown dan Levinson tidak
berkenaan dengan kaidah-kaidah, tetapi menyangkut strategi-strategi. Ada
lima strategi kesopanan yang dapat dipilih agar tuturan penutur santun.
Kelima strategi itu adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
a. Melakukan tindak tutur secara apa adanya, tanpa basa basi (on
record)
Seorang pelaku dapat dikatakan bertanggungjawab terhadap
tindakan A yang dilakukannya, seandainya jelas bagi semua peserta
tujuan tuturan apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindakan A
yaitu hanya ada satu tujuan tuturan yang pada situasi pertuturan tersebut
dipahami oleh peserta pertuturan. Misalnya saya mengatakan “Saya
dengan ini berjanji bahwa saya akan datang besok” dan seandainya para
peserta tutur sama-sama memahami bahwa dengan mengatakan itu jelas-
jelas saya mengatakan keinginan saya bertanggung jawab untuk
melakukan hal tersebut, maka saya gunakan istilah, saya secara on record
melakukan janji tersebut. Dengan melakukan tindakan secara on record
seorang penutur memperoleh berbagai keuntungan sebagai berikut:
1) he can enlist public pressure againt in the addresse or in support of
himself (yang bersangkutan dapat memperoleh bantuan berupa
tekanan terhadap lawan tutur atau pun memperoleh dukungan bagi
dirinya sendiri dari peserta tutur yang lain),
2) he can get credit for honesty, for indicating that he trusts the
addresse (yang bersangkutan dapat memperoleh kepercayaan
mengenai kejujurannya dengan menunjukkan bahwa dirinya
mempercayai lawan tuturnya),
3) he can get credit for outsokenness (yang bersangkutan dapat
memperoleh kepercayaan karena keterbukaannya),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
4) avoiding the danger of being seen to be a manipulator (menghindari
bahaya dianggap sebagai manipulator),
5) he can avoid the danger of being misunderstood (yang bersangkutan
dapat menghindari kemungkinan kesalahpahaman),
6) and he can have the opportunity to pay back in face whatever he
potencially takes away by FTA (terkait dengan muka, yang
bersangkutan dapat memperbaiki kembali apa yang telah dilanggar
oleh tindakan yang mengancam muka).
Seandainya penutur memutuskan memilih membuat tuturannya
secara on record maka penutur masih harus menentukan apakah penutur
harus membuat tuturan secara lugas tanpa usaha menyelamatkan muka
lawan „baldly without redress‟. Definisi mengenai baldly without redress
adalah sebagai berikut:
Melakukan tindakan secara lugas, tanpa usaha penyelamatan
muka berarti melakukan tindakan tersebut dengan cara yang paling
langsung, jelas, tegas dan ringkas (misalnya untuk meminta seseorang,
cukup mengatakan „Kerjakan X‟). Tindakan semaacam ini biasanya
dilakukan manakala penutur tidak mempedulikan akan adanya sanksi
pembalasan dari lawan tutur, misalnya dalam situasi di mana (a) penutur
dan lawan tutur sama-sama menyadari bahwa karena hal-hal yang
bersifat mendesak maka hal-hal yang terkait dengan muka dapat
ditangguhkan terlebih dahulu;(b) bilamana ancaman terhadap muka
lawan tutur sangatlah kecil, misalnya untuk tindakan terkait dengan
penawaran, permintaan, saran dan lain sebagainya yang jelas-jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mengacu pada kepentingan lawan dan tidak memerlukan pengorbanan
yang besar pada pihak penutur; dan (c) dimana penutur mempunyai
kekuasaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan lawan tutur, atau penutur
memperoleh dukungan luas untuk melakukan tindakan yang mengancam
muka lawan tutur tanpa harus kehilangan mukanya sendiri.
Seandainya penutur memutuskan bahwa dirinya menghendaki
perlunya mengurangi perasaan kurang senang lawan tuturnya maka
penutur tersebut harus melakukan redressive action „tindakan
penyelamatan muka‟. Tindakan penyelamatan muka lawan tutur ini
diperlukan karena penutur biasanya berkeinginan untuk menjaga
kelangsungan hubungan yang harmonis dengan lawan tuturnya.
Tindakan penyelamatan muka adalah tindakan yang „memberikan
muka‟ kepada lawan tutur, yang berusaha untuk menangkal rasa kurang
senang lawan tutur akibat dari tindakan yang kurang menyenangkan
dengan cara melakukan penambahan dan perubahan tuturan sedemikian
rupa yang dapat menunjukkan secara jelas kepada lawan tutur bahwa
keinginan untuk melakukan tindakan yang kurang menyenangkan
tersebut sebenarnya tidak dikehendaki atau tidak dimaksudkan sama
sekali oleh penutur, dan bahwa penutur sebenarnya memahami keinginan
lawan tutur dan penutur sendiri menginginkan keinginan lawan tutur
tersebut dapat tercapai. Tindakan penyelamatan muka tersebut terwujud
dalam dua bentuk tergantung aspek muka (negatif atau positif) yang
diberi tekanan S=Penutur, H=Lawan Tutur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tindakan penyelamatan muka lawan tutur adalah tindakan
kesopanan yang pada prinsipnya ditujukan untuk mengurangi akibat yang
tidak menyenangkan terhadap muka lawan tutur baik muka positif
maupun muka negatif. Kesopanan yang ditujukan terhadap muka positif
lawan tutur disebut kesopanan positif „positive politeness‟, sedangkan
kesopanan yang diarahkan untuk muka negatif lawan tutur disebut
kesopanan negatif „negatif politeness‟. Dengan demikian, redressve
actions dapat berbentuk kesopanan positif atau kesopanan negatif. Brown
dan Levinson (1987:70) memberikan batasan kesopanan positif dan
kesopanan negatif.
b. Kesopanan Positif
Brown dan Levinson (1987) dalam bukunya yang berjudul
Politeness Some Universals in Language Usage memberikan batasan
mengenai kesopanan positif. Kesopanan positif adalah kesopanan yang
diasosiasikan dengan muka positif lawan tutur, yaitu keinginan agar
penutur dihargai dan dipahami keinginannya. Pada hakikatnya kesopanan
positif ditujukan terhadap muka positif lawan tutur, yaitu citra positif
yang dianggap dimiliki oleh lawan tutur, yaitu citra positif yang dimiliki
oleh lawan tutur. Kesopanan positif berupa pendekatan yang menorehkan
kesan pada muka lawan tutur bahwa pada hal-hal tertentu penutur juga
mempunyai keinginan yang sama dengan lawan tutur (yaitu dengan
memperlakukannya sebagai anggota kelompok, sahabat, sebagai
seseorang yang keinginannya maupun seleranya dikenal dan disukai).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Kesopanan positif ini biasanya untuk menunjukkan kedekatan,
dan hubungan baik antara penutur dan lawan tutur. Untuk mengurangi
kekecewaan lawan tutur, Brown dan Levinson (1987:103-129)
menawarkan strategi-strategi sebagai berikut :
a) Strategy 1: Notice attend to H (his interest, wants, deeds, goods)
(“Memperhatikan minat, keinginan, kelakuan, barang-barang lawan
tutur”)
Penggunaan strategi ini misalnya penutur memperhatikan kondisi
lawan tutur yang meliputi segala perubahan secara fisik, kepemilikan
barang-barang tertentu dan lain-lain. Contoh :
Goodness you cut your hair! (….) By the way, I came to borrow some
flour. (“Wah, baru saja potong rambut ya…..Omong-omong saya
datang untuk meminjam sedikit tepung terigu”) (Brown dan
Levinson, 1987: 103)
b) Strategy 2: Exaggerate (interest, approval, sympathy with H) (“Melebih-
lebihkan rasa ketertatikan, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur”)
Contoh :
What a fantastic garden you have! (“Kebun Anda betul-betul luar
biasa bagusnya”) (Brown dan Levinson, 1987: 104)
c) Strategy 3: Intensify interest to H (“Meningkatkan rasa tertarik terhadap
lawan tutur”)
Misalnya pada suatu interaksi, penutur suka menyelipkan sisipan
ungkapan dan juga pertanyaan-pertanyaan yang tujuannya hanya untuk
membuat lawan tutur lebih terlihat pada interaksi tersebut, misalnya.
You know (Anda tahu kan”)
d) Strategy 4: Use in group identity markers (“Menggunakan penanda yang
menunjukkan kesamaan jati diri atau kelompok”)
Contoh :
Help me with this bag, will you (son, love, mate, friend)? (“Bantu
saya membawa tas ini ya nak?”) (Brown dan Levinson, 1987: 108)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
e) Strategy 5: Seek agreement (“Mencari dan mengusahakan persetujuan
dengan lawan tutur”)
Contoh :
A : I had a flat on the way home
(“Dalam perjalanan pulang ban saya kempes”)
B : Oh God, a flat tyre! (“Masa Allah, bannya kempes!”) (Brown
dan Levinson, 1987: 113)
f) Strategy 6: Avoid disagreement (“Menghindari pertentangan dengan lawan
tutur”)
Contoh :
A : What is she small?
(“Bagaimanakah dia, badannya kecil?”)
B : Yes, yes she`s small, smallisin, um, nor really small but
certainly not very big
(“Ya, memang kecil, tapi sebenarnya tidak terlalu kecil dan
tidak juga terlalu besar”) (Brown dan Levinson, 1987: 114)
g) Strategy 7: Presuppose/raise/assert common ground
(“Mempresuposisikan atau menimbulkan persepsi sejumlah persamaan
penutur dan lawan tutur”)
Contoh :
A : Oh, this cut hurts owfully, Mum
(“Oh luka ini sakit sekali, ma”)
B : Yes dear, it hurts terribly, I know
(“Ya sayang, memang sakit sekali, saya tahu”) (Brown dan
Levinson, 1987: 119)
h) Strategy 8: Joke (“Membuat lelucon”)
Contoh :
OK if tackle those cookies now? (“Tidak masalah kan, kalau kue itu
saya habisi saja?” (Brown dan Levinson, 1987: 124)0
i) Strategy 9: Assert or presuppose S`s knowledge of and concern for H`s
wants (“Mempresuposisikan atau membuat persepsi bahwa penutur
memahami keinginan lawan tuturnya”)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Contoh :
I know you can`t bear parties, but this one will really be good-do
come! (“Ya, saya tahu kamu tidak suka pesta, tetapi pesta ini betul-
betul baik. Datanglah!”) (Brown dan Levinson, 1987: 125)
j) Strategy 10: Offer, promise (“Membuat penawaran dan janji”)
Contoh :
I`ll drop simtime next week (“Saya akan singgah kapan-kapan minggu
depan”) (Brown dan Levinson, 1987: 125)
k) Strategy 11: Be optimistic (“Menunjukkan rasa optimisme”)
Contoh :
You will lend me your lawnmower fot the weekend. (I hope) (“Anda
pasti dapat meminjamkan mesin pemotong rumput akhir pekan ini,
saya yakin”) (Brown dan Levinson, 1987: 126)
l) Strategy 12: Include both S and H in the activity (“Berusaha melibatkan
lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertenti. Bisa kan?”)
Contoh :
Give us a break (“Kami perlu istirahat”) (Brown dan Levinson, 1987:
127)
m) Strategy 13: Give (or ask for) reasons (“Memberikan dan meminta
alasan”)
Contoh :
Why don`t I help you mith that suitcase? (“Bagaimana kalu saya
bantu membawa koper Anda?”) (Brown dan Levinson, 1987: 128)
n) Strategy 14: Assume or assert reciprocity (“Menawarkan suatu tindakan
timbal balik, yaitu kalau lawan tutur melakukan X maka penutur akan
melakukan Y”)
Contoh :
I`ll lend you my novel if you lend me your article (“Saya akan
meminjamkan buku novel saya kalau Anda meminjami saya artikel
Anda”) (Brown dan Levinson, 1987: 129)
o) Strategy 15: Give sympathy to H (“Memberikan rasa simpati kepada lawan
tutur”)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Contoh :
Please let me know if there is anything I can do for you (“Kalau ada
yang dapat saya lakukan untuk Anda, mohon saya diberitahu”)
(Brown dan Levinson, 1987: 129)
c. Kesopanan Negatif
Kesopanan negatif adalah keinginan yang diasosiasikan dengan
muka negatif lawan tutur, yaitu keinginan agar penutur tidak dilanggar
hak-haknya oleh lawan tutur. Kesopanan negatif pada hakikatnya
ditujukan terhadap bagaimana memenuhi atau menyelamatkan sebagian
muka negatif lawan tutur, yaitu keinginan dasar lawan tutur untuk
mempertahankan apa yang dia anggap sebagai wilayah dan keyakinan
dirinya. Jadi, pada dasarnya, strategi kesopanan negatif mengandung
jaminan dari lawan tutur bahwa penutur mengakui, menghormati dan
seandainya terpaksa melakukan pelanggaran, maka akan berusaha untuk
sedikit mungkin melakukan pelanggaran tersebut (keinginan muka
negatif lawan tutur dan tidak akan mencampuri atau pun melanggar
kebebasan bertindak lawan tutur).
Kesopanan negatif (mengacu muka negatif) untuk menunjukkan
jarak sosial antara penutur dan lawan tutur. Untuk mengurangi
pelanggaran terhadap muka negatif lawan tutur, Brown dan Levinson
(1987:130-210) menawarkan sepuluh strategi-strategi sebagai berikut :
1) Nyatakan secara Langsung
a) Strategy 1: Be conventionally indirect (“Mengurangi Ungkapan
secara tidak langsung sesuai konvensional masyarakat yang
bersangkutan”)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Contoh :
Can you please pass the salt? (“Tolong ambilkan garamnya”) (Brown
dan Levinson, 1987: 133)
2) Jangan berasumsi mengenai apa yang dikehendaki petutur
b) Strategy 2: Questions, hedge (“Gunakan bentuk pertanyaan dengan
partikel tertentu”)
Contoh :
Do me a favour (atau take this out), will you? (“Saya minta tolong,
bisakan?”) (Brown dan Levinson, 1987: 147)
3) Jangan memaksa penutur untuk melakukan suatu tindakan
c) Strategy 3: Be pessimistic (“Lakukan secara hati-hati dan jangan
terlalu optimistik”)
Contoh :
Perhaps you`d care to help me (for a lift) (“Mungkin Anda dapat
membantu saya”) (Brown dan Levinson, 1987: 175)
d) Strategy 4: Minimise the imposition (“Kurangilah kekuatan atau daya
ancaman terhadap muka lawan tutur”)
Contoh :
Could I have a taste of the cake? (“Bolehkah saya mencicipi kue itu
sedikit saja?”) (Brown dan Levinson, 1987: 177)
e) Strategy 5: Give deference (“Beri penghormatan”)
Contoh :
Excuse me sir, but would you mind if I close windoaw? (“Maaf pak,
apakah Bapak keberatan kalau saya menutup jendela?”) (Brown dan
Levinson, 1987: 183)
Atau pada dialog di bawah ini :
A : Would you (care for a like) a sandwich? (“Mau sepotong
sandwich?”)
B : Yes (thank you), Sir. (“Ya, Pak”) (Brown dan Levinson,
1987: 182-183)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4) Mengkomunikasikan bahwa penutur tidak menghendaki memaksa
petutur
f) Strategy 6: Apologize (“Gunakan permohonan maaf”)
Contoh :
I am sorry to bother you but…..(“Maaf mengganggu Anda,
tetapi……”) (Brown dan Levinson, 1987: 189)
g) Strategy 7: Impersonalize S and H (“Jangan menyebutkan penutur
dan lawan tutur”)
Contoh :
Take that out! (“Keluarkan bawang itu”) (Brown dan Levinson, 1987:
191)
h) Strategy 8: State the FTA as a general rule (“Nyatakan tindakan
mengancam muka sebagai suatu ketentuan sosial yang umum
berlaku”)
Contoh :
We don`t sit on tables. We sit on Johnny (“Johnny, kita tidak duduk di
meja, kita duduk di kursi”) (Brown dan Levinson, 1987: 207)
i) Strategy 9: Nominalize (“Nominalkan pernyataan”)
Contoh :
Your good performance on the examinations impressed us favourably
(“Prestasi Anda dalam ujian sangat mengesankan kami”) (Brown dan
Levinson, 1987: 207)
5) Memberikan kompensasi bagi keinginan lain petutur, yang berasal dari
muka negatif
j) Strategy 10: Go on records as incurring a debt, or as not indebting H
(“Nyatakan secara jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikanm
(hutang) atau tidak kepada lawan tutur”)
Contoh :
I could easily do it for you (“Saya dapat mengerjakan hal ini dengan
mudah untuk Anda”) (Brown dan Levinson, 1987: 210)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
d. Melakukan tindak tutur secara tidak langsung (off record)
Realisasi linguistik dari tindakan off record antara lain meliputi
penggunaan metafora dan ironi, pertanyaan retoris, penyederhanaan
masalah, tautologi, dan semua ungkapan yang dikemukakan secara tidak
langsung oleh penutur sehingga membuka peluang untuk
diinterpretasikan secara berbeda-beda.
Brown dan Levinson (1987:213-227) menawarkan lima belas
strategi-strategi secara tidak langsung (off record) sebagai berikut :
1) Strategi 1: give hints (memberi isyarat).
Contoh : “Wah, saya haus sekali.”(=Berikan saya minum)
2) Strategi 2: give association clues (memberi petunjuk asosiasi).
Contoh : “Kamu pulang lewat pasar Minggu, nggak?” (=Kamu bawa
mobil. Aku mau numpang sampai Pasar Minggu)
3) Strategi 3: presuppose (menggunakan prasuposisi).
Contoh : “Aku nraktir lagi, nih?” (=Sebelumnya sudah mentraktir
temannya).
4) Strategi 4: understate (menggunakan ungkapan yang lebih halus)
Contoh : “Dia kurang pandai di sekolah.” (=Dia bodoh, tidak pandai)
5) Strategi 5: overstate (menggunakan ungkapan yang berebihan)
Contoh : “Aku telepon ratusan kali, kok nggak jawab!”
6) Strategi 6: use tautologies (menggunakan tautologi).
Contoh : “Kamu kemarin kok nggak datang, sih. Janji tinggal janji.”
7) Strategi 7: use contradictions (menggunakan kontradiksi).
Contoh : “Ah, saya nggak apa-apa. Kecewa, tidak. Nggak kecewa,
juga tidak.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
8) Strategi 8: use ironic (menggunakan ironi).
Contoh : “Kamu selalu datang tepat waktu, ya.”(=Kamu selalu
datang terlambat)
9) Strategi 9: use metaphors (menggunakan metafora).
Contoh : “Wah, kamu ini kuda, ya?”(=Kamu tidak mengenal lelah)
10) Strategi 10: use rethorical questions (menggunakan pertanyaan
retorik).
Contoh : “Aku harus ngomong apa lagi?” (=Sudah aku jelaskan
panjang lebar, kamu tetap tidak mengerti)
11) Strategi 11: be ambiguous (menggunakan ungkapan yang ambigu).
Contoh : “Wah, ada yang baru menang lotere, nih!”(=Tak jelas
maknanya, tergantung konteks).
12) Strategi 12: be vague (meggunakan ungkapan yang samar-samar).
Contoh : “Kamu tahu kan, aku pergi kemana?”
13) Strategi 13: over generalize (menggunakan generalisasi yang
berlebihan).
Contoh : “Kamu itu gampang sekali nangis. Orang dewasa kan
nggak begitu!”
14) Srategi 14: displace H (tidak mengacu ke lawan tutur secara
langsung).
Contoh : “Tito, bawakan koper Ayah, ya!” (=Tito masih balita,
istrinya yang datang, membawakan koper).
15) Strategi 15: be incomplete, use ellipsis (menggunakan ungkapan
yang tidak lengkap).
Contoh : “Aduh panasnya….. .” (=Aduh panasnya ruangan ini.
Tolong AC nya dinyalakan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tindakan off record seorang penutur memperoleh keuntungan
antara lain :
1) he can credit for being tactful, non-coercive (yang bersangkutan
dipercayai seorang yang bijaksana dan tidak memaksakan kehendak
terhadap lawan tutur);
2) he can run less risk of his act entering the „gossip biography‟ that
others keep of him (yang bersangkutan dapat menghindari
kemungkinan akan menjadi bahan pergunjingan atau perbincangan
orang lain terhadap dirinya);
3) he can avoid responsibility for the potentially face-damaging
interpretation (terkait dengan muka, yang bersangkutan dapat
menghindari dari tanggung jawab sebagai seorang yang
diinterpretasikan telah mengancam muka lawan tuturnya);
4) he can give (non-overtly) the addressee an opportunity to be seen to
care for S (yang bersangkutan secara tidak langsung memberi
kesempatan kepada lawan tutur untuk memperhatikan
kepentingannya).
C. Rubrik
Rubrik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kepala
karangan atau ruangan tetap dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya
(2005:756). Onong Uchajana Effendi (Kamus Komunikasi:1989) berpendapat
bahwa rubrik adalah istilah bahasa Belanda yang berarti ruangan pada halaman
surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan
dalam kehidupan masyarakat. Rubrik merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sebuah media cetak yang berupa surat kabar, tabloid, atau majalah. Jadi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
rubrik adalah suatu tulisan atau ruangan tetap yang ada di dalam media massa
cetak seperti surat kabar, majalah, atau tabloid yang mempunyai topik tertentu.
Dari pengertian mengenai rubrik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa rubrik
“Surat Pembaca” dalam surat kabar Solopos, Kompas, dan Suara Merdeka adalah
suatu kepala atau ruangan karangan dalam surat kabar yang memuat mengenai
pengaduan dari masyarakat yang ditujukan pada dewan redaksi masing-masing
surat kabar. Dalam mengirimkan keluhan, saran, atau pun kritik melalui rubrik
“Surat Pembaca”, pengirim diharuskan melampirkan alamat lengkap disertai
dengan fotokopi identitas diri dan nomor telepon.
D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan sebuah cara kerja yang dilakukan oleh peneliti
untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir yang terkait
dalam penelitian ini secara garis besar dilukiskan pada bagan di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tindak Tutur Strategi Kesopanan
Sumber Data
Semua tuturan yang dituliskan dalam
rubrik “Pos Pembaca” di Solopos
dan “Surat Pembaca” di Kompas dan
Suara Merdeka
Data
Tuturan yang Mengandung
Tindak Tutur Ekspresif
Desember 2011 hingga Juli 2012
Tuturan yang Mengandung
Strategi Kesopanan Konteks
Tindak Tutur Ekspresif Searle Strategi Kesopanan Brown Levinson
1. Strategi Kesopanan secara apa
adanya (on-record)
2. Strategi Kesopanan Positif
3. Strategi Kesopanan Negatif
4. Strategi Kesopanan secara
tidak langsung (Off record)
Hasil Analisis Data :
1. Wujud tindak tutur ekspresif
dalam “Pos Pembaca” di
Solopos dan “Surat
Pembaca” di Kompas dan
Suara Merdeka
2. Wujud strategi kesopanan
dalam “Pos Pembaca” di
Solopos dan “Surat
Pembaca” di Kompas dan
Suara Merdeka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Penjelasan tentang bagan :
Objek penelitian ini adalah tindak tutur dan strategi kesopanan. Sumber
data dalam penelitian ini adalah rubrik “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat
Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka yang terbit pada bulan Desember 2011
hingga bulan Juli 2012. Dalam rubrik tersebut berisi berbagai tuturan dari
masyarakat seperti pengaduan, ungkapan rasa kecewa, mengeluh, ungkapan
kekesalan, marah ataupun memberikan suatu gagasan atau ide. Dalam hal ini,
penelitian lebih difokuskan pada tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif
dan strategi kesopanan. Tuturan-tuturan yang terdapat dalam “Pos Pembaca” dan
“Surat Pembaca” dianalisis dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan
mengaitkannya dengan konteks-konteks yang ada. Setelah itu peneliti
mengklasifikasikan tindak tutur ekspresif dan mengaitkan dengan strategi
kesopanan yang terdapat dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca”
di Kompas dan Suara Merdeka. Dari analisis data, diperoleh hasil analisis data
berupa wujud tindak tutur ekspresif dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat
Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka dan wujud strategi kesopanan dalam
“Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara
Merdeka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Edi Subroto berpendapat bahwa metode kualitatif adalah metode pengkajian atau
metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang
dengan menggunakan metode statistik (1992:5). Penelitian deskriptif menurut
Sudaryanto (1988:62) adalah “suatu penelitian yang dilakukan semata-mata hanya
didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada dan secara empiris hidup pada
penuturnya, sehingga hasilnya adalah perian bahasa yang mempunyai sifat
pemaparan yang apa adanya”.
Peneliti mengamati dengan cermat dan teliti setiap data yang berwujud
tuturan yang dituangkan dalam sebuah tulisan pada “Pos Pembaca” di Solopos
dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka. Dengan demikian, hasil
analisisnya akan berbentuk tuturan tertulis yang mengandung tindak tutur
ekspresif pada “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan
Suara Merdeka kemudian mengaitkannya dengan strategi kesopanan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekataan
pragmatik. Pendekatan pragmatik menurut Edi Subroto (2007:65) adalah
pendekatan yang mendasarkan diri pada reaksi atau tanggapan mitra tutur atau
lawan tutur. Pendekatan pragmatik yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan
untuk menjawab permasalahan dan mendeskripsikan maksud tuturan tertulis yang
dituangkan dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dan Suara Merdeka. Tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam “Pos Pembaca”
di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas juga Suara Merdeka dianalisis
dengan mempertimbangkan wujud tuturan tertulis yang ditujukan pada suatu
instansi atau suatu alat transportasi yang berupa kelengkapan fasilitas ataupun
pelayanan yang kurang memuaskan, serta ucapan maaf dan terimakasih terhadap
saran yang telah diajukan oleh penutur.
B. Data dan Sumber Data
Data tidaklah sama dengan objek penelitian. Objek penelitian disebut juga
gegenstand merupakan objek (sasaran) yang akan diteliti (Sudaryant, 1990:3).
Objek dalam penelitian ini adalah tindak tutur dan strategi kesopanan. Berawal
dari objek penelitian tersebut, kemudian muncul data yang akan dijadikan dasar
penelitian.
Data merupakan bahan jadi penelitian, bukan bahan mentah penelitian.
Data sebagai bahan jadi penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa
yang disediakan oleh alam yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data
adalah semua informasi atau bahan yang disediakan dan (dalam arti luas) yang
harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti (Sudaryanto, 1993:34). Menurut Sudaryanto, sebagai
bahan jadi, data itu dapat diterjemahkan sebagai objek sekaligus konteks. Data
dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan yang dituliskan dalam “Pos Pembaca”
di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka yang
mengandung tindak tutur ekspresif serta strategi kesopanan beserta konteksnya
mulai bulan Desember 2011 hingga bulan Juli 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Data yang terdapat dalam “Pos Pembaca” di Solopos berjumlah 53 data.
Data yang terdapat dalam “Surat Pembaca” di Kompas berjumlah 88 data, dan
data yang terdapat dalam “Surat Pembaca” di Suara Merdeka berjumlah 47 data.
Sumber data merupakan asal muasal penelitian itu diperoleh (Sudaryanto,
1990:33). Dari sumber itu peneliti dapat memperoleh data yang dimaksud dan
yang diinginkan. Adapun sumber data penelitian ini adalah semua tuturan yang
dituliskan dalam rubrik “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di,
Kompas, dan Suara Merdeka yang terbit pada bulan Desember 2011 hingga bulan
Juli 2012.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh
data-data yang berkualitas (Sudaryanto, 1988:133). Kualitas data sangat
ditentukan oleh pengambilan datanya. Teknik pengumpulan data merupakan cara
yang digunakan untuk memperoleh data-data yang berkualitas. Pemerolehan data
pada penelitian ini menggunakan sumber pustaka atau menggunakan sumber-
sumber tertulis. Penelitian yang demikian ini sering disebut dengan penelitian
pustaka, dan teknik pengumpulan datanya adalah teknik pustaka. “Teknik pustaka
pada dasarnya merupakan teknik pemerolehan data yang bersumber pada data
tertulis yang dibatasi oleh maksud dan tujuan penelitian” (Edi Subroto, 2007:48).
Berdasarkan pengertian tersebut cara kerja penelitian ini adalah dengan
memahami serta menentukan makna tuturan dari setiap tuturan yang terdapat pada
“Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara
Merdeka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Jenis penelitian kepustakaan akan lebih lengkap apabila menggunakan
teknik catat sebagai teknik pengumpulan datanya. “Teknik catat adalah pencatatan
terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian” (Edi
Subroto, 2007:47). Objek penelitian ini berupa kajian-kajian pustaka, jadi setelah
dilakukan pencatatan data yang relevan, kemudian dilakukan inventarisasi data
dengan mencatatnya sebagai bahan yang akan diolah pada tahap selanjutnya.
Teknik catat tersebut digunakan untuk mengumpulkan data-data tertulis. Pada
setiap data disertakan bulan, tahun terbit, serta nomor urut data.
D. Klasifikasi Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan klasifikasi data. Klasifikasi
data adalah pengaturan data menurut asas-asas tertentu, pemberian arah atau
tuntunan yang sekaligus memberikan isyarat-isyarat tahapan tentang apa yang
akan dikerjakan dan bagaimana tahapan berikutnya dilakukan (Edi Subroto,
2007:51). Data yang telah disediakan dikelompok-kelompokkan terlebih dahulu
dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat. Hal ini
akan memberi arah serta gambaran mengenai langkah apa yang selanjutnya
dilakukan peneliti sehingga mempermudah dalam menganalisis data pada
tahapan-tahapan selanjutnya.
Tahap klasifikasi data merupakan kelanjutan dari pengumpulan data. Pada
klasifikasi data ini tidak tertutup kemungkinan ada data berada dalam beberapa
klasifikasi. Adanya pengurutan data bermanfaat untuk mencocokkan data-data
dengan analisisnya, yaitu dengan memberikan isyarat tambahan apa yang akan
dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan ini dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
mengurutkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun ketentuan klasifikasi
data yang diterapkan pada penelitian ini adalah berdasarkan konteks tuturan. Data-
data ini dicatat dalam kartu data. Pada penelitian ini klasifikasi data dilakukan
dengan mengurutkan data sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan
disertakan juga tanggal, bulan, tahun terbit, dan nomor urut data. Sebagai contoh
tampilan kartu data adalah sebagai berikut :
Keterangan :
PPS : “Pos Pembaca” di Solopos
10 Desember 2011 : tanggal, bulan, dan tahun terbit
90 : nomor urut data
TTE : Tindak Tutur Ekspresif
Kartu data yang berkode (PPS/10 Desember 2011/6/TTE) di atas dibaca
sebagai data yang bernomor 90 yang diambil dari “Pos Pembaca” di Solopos
tanggal 10 Desember 2011 yang termasuk ke dalam tindak tutur ekspresif.
Konteks : Tuturan diungkapkan oleh salah satu pelanggan salon perawatan kecantikan
yang merasa kecewa dengan pelayanan yang diterimanya. Pelanggan merasa kecewa
atas pelayanan yang telah dilakukan oleh salah satu pegawai di salon perawatan
kecantikan tersebut.
Kecewa pelayanan di Larissa
Pada kamis (8/11) pukul17.30 WIB saya bersama anak saya datang ke Larissa
Cabang Solo untuk perawatan muka. Saya merasa ada masalah saat penguapan,
sangat lama. Seusai perawatan saya ke kasir untuk membayar dan membeli keperluan
lain. Tak ada antrean saat itu. Di depan kasir saya meminta tambahan sabun muka dan
cream all night.
Kekecewaan saya memuncak ketika transaksi mencapai Rp.200.000
hanya diberi satu kupon. Kasir beralasan ada tiga nota. Saya berharap dua kupon
karena transaksi saya Rp.200.000, walau itu gabungan tiga nota karena pada
ketentuan hanya berdasarkan nilai transaksi, bukan nota. Dengan tak simpatik kasir
menolak ketika saya usulkan transaksi saya dibuatkan satu nota saja. Saya kecewa
dengan pelayanan Larissa.
Sri Wahyuni
Asrama Polisi Polsek Jebres, Solo
(PPS/10 Desember 2011/90/TTE)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
E. Teknik Analisis Data
Tahap analisis data merupakan suatu tahap yang paling penting dan
sentral. Analisis data merupakan suatu upaya dari peneliti menangani langsung
masalah yang terkandung dalam data (Sudaryanto, 1993:6). Penanganan itu
tampak dari adanya tindakan mengamati, membedah atau menguraikan masalah
dengan cara khas tertentu.
Teknik merupakan jabaran metode yang ditentukan oleh alat yang dipakai
untuk menganalisis data (Sudaryanto, 1993:26). Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis heuristik. Pragmatik sebagai
pemecahan masalah dapat dilihat dari sudut pandang penutur dan lawan tutur.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah tindak tutur ekspresif yang
dikaitkan dengan strategi kesopanan dalam bertutur. Pemecahan masalah dalam
penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang penutur dan mitra tutur karena
masalah yang ada di sini adalah interpretasi tuturan. Berdasarkan makna tuturan
informasi latar belakang konteks dan asumsi-asumsi dasar, penutur membuat
hipotesis mengenai tujuan-tujuan tuturan terhadap masalah interpretasi tuturan
tersebut (Leech, 1993:62). Dalam menginterpretasikan tuturan, peneliti berusaha
mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesis-
hipotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang tersedia.
F. Teknik Penyajian Hasil Analisis
Sebagai tahap akhir dari penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data.
Teknik penyajian hasil analisis data disajikan dengan metode penyajian data
secara formal dan informal. Penyajian hasil analisis data secara formal adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
penyajian hasil nalisis data berupa perumusan dengan tanda dan lambang-
lambang. Tanda-tanda yang dimaksud ialah tanda tambah (+), tanda kurang (-),
tanda bintang (*), tanda panah (→), tanda kurung ( ( ) ), tanda kurung kurawal (
{} ), tanda kurung siku ( [ ] ). Adapun lambang yang dimaksud ialah lambang
huruf sebagai singkatan nama (S, P, O, V, K), lambang sigma (∑) untuk satuan
kalimat, dan berbagai diagram (Sudaryanto,1993:145).
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan teknik penyajian hasil
analisis data secara informal, yakni penyajian hasil analisis data dengan
menggunakan kata-kata biasa saja.
G. Teknik Penarikan Simpulan
Adapun teknik penarikan simpulan dalam penelitian ini dengan
menggunakan teknik induktif. Teknik induktif adalah teknik penarikan simpulan
dengan cara berpikir berdasarkan pengetahuan yang bersifat khusus ke
pengetahuan yang bersifat umum. Penelitian ini menggunakan analisis induktif
agar lebih tepat dalam menemukan pengaruh bersama yang mempertajam
hubungan antara bagian-bagian yang dianalisis (Moeleong, Lexy J, 2001:10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
ANALISIS DATA
Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah
penelitian. Tahapan ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban dari
rumusan masalah yang ada. Adapun analisis dalam penelitian ini meliputi dua hal,
yaitu (a) Wujud tindak tutur ekspresif dalam “Pos Pembaca“ di Solopos dan
“Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka; (b) Wujud strategi kesopanan
dalam “Pos Pembaca“ di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara
Merdeka.
Dalam melakukan analisis, peneliti menggunakan bentuk tuturan yang
terdapat pada surat pembaca di tiga media surat kabar tersebut. Bentuk tuturan-
tuturan tersebut kemudian digolongkan ke dalam tindak tutur ekspresif dan
strategi kesopanan yang digunakan dalam bertutur.
Pada setiap surat kabar, pengirim memiliki kekhasan tersendiri dalam
menuangkan isi hatinya ke dalam “Pos Pembaca” atau pun“Surat Pembaca”.
Selain itu juga ada perbedaan yang mendasar mengenai berbagai masalah yang
dialami oleh pengirim pada setiap surat kabar. Perbedaan tersebut mungkin
dipengaruhi oleh wilayah serta kebiasaan dari tiap daerah yang berbeda-beda.
Masalah-masalah yang diungkapkan dalam surat pembaca di Solopos biasanya
terbatas pada keadaan lingkungan sekitar, instansi tertentu, kinerja dari
pemerintah, dan komplain terkait dengan penggunaan kartu ponsel, sedangkan
pada surat pembaca di Suara Merdeka dan Kompas masalah yang dibahas nampak
lebih luas. Dilihat dari wilayah pembaca Kompas yang merupakan surat kabar
nasional, masalah yang disampaikan rata-rata seputar jasa pengiriman barang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
komplain terhadap bank-bank besar, dan layanan asuransi. Sama halnya dengan
surat pembaca Suara Merdeka yang berasal dari surat kabar dengan wilayah
pembaca regional, masalah yang dibahas juga seputar koneksi kartu ponsel,
komplain terhadap bank-bank besar serta layanan asuransi.
A. Analisis Wujud Tindak Tutur Ekspresif dalam “Pos Pembaca”
di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka
Berdasarkan analisis data pada penelitian tindak tutur ekspresif (TTE)
dalam “Pos Pembaca“ di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara
Merdeka ditemukan 11 jenis tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif tersebut
meliputi; berterima kasih, meminta maaf, mengungkapkan rasa kecewa,
mengeluh, mengungkapkan kebanggaan, mengungkapkan rasa jengkel,
menyesalkan, mengkritik, mengucapkan selamat, menyayangkan, dan
mengungkapkan rasa marah.
1. Berterima kasih
Berterima kasih adalah mengucap syukur atau melahirkan rasa syukur
(KBBI, 2005:937). Jadi, tindak tutur ekspresif „berterima kasih‟ adalah tindak
tutur yang diungkapkan penutur kepada mitra tutur untuk menyatakan rasa
syukur atas apa yang diterimanya. Untuk dapat memahami jenis tindak tutur
ini dapat diperhatikan pada data berikut :
(01) Konteks tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Mukdan Lubis pada Ibu Riska
Damayanti. Mukdan Lubis mengucapkan terima kasih atas kritik dan
masukan yang disampaikan oleh Ibu Riska Damayanti untuk
meningkatkan layanan dari Bank Bukopin. Ucapan terima kasih dari
Mukdan Lubis yang disampaikan untuk Riska Damayanti
menunjukkan bahwa Bank Bukopin peduli dengan keluhan yang dialami
oleh nasabahnya dan berusaha untuk meningkatkan kualitas layanan
Bank Bukopin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Bentuk tuturan :
Kecewa Pelayanan Kartu Kredit Bank Bukopin
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Kami telah menghubungi beliau dan memberikan penjelasan
terkait biaya-biaya yang muncul pada tagihan bulan Februari.
Berdasarkan penjelasan kami, beliau menyetujui untuk mengikuti
program Anti Attrisi dan oleh karenanya biaya-biaya (Annual Fee, Over
limit Fee, dan bunga) yang muncul telah dihapuskan. Kami sangat
berterima kasih atas kritik dan masukan yang lbu Riska sampaikan
untuk meningkatkan layanan Bank Bukopin kepada nasabahnya.
Mukdan Lubis
Bank Bukopin
Gedung Bank Bukopin, Jl. Haryono MT Kav. 50-51
Jakarta
(SPK/30 Maret 2012/26/TTE)
Tuturan pada data (01) yang disampaikan oleh Mukdan Lubis
termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif ‟berterima kasih‟. Tindak tutur
ekspresif ‟berterima kasih‟ terdapat pada tuturan Mukdan Lubis yang
mengatakan ” Kami sangat berterima kasih atas kritik dan masukan yang
lbu Riska sampaikan untuk meningkatkan layanan Bank Bukopin
kepada nasabahnya”. Melalui tuturan tersebut, Mukdan Lubis ingin
mengucapkan terima kasih kepada salah satu nasabahnya yang telah
menyampaikan kritik dan masukan untuk meningkatkan layanan Bank
Bukopin.
Tuturan terima kasih yang disampaikan oleh Mukdan Lubis terkait
dengan masukan yang disampaikan oleh nasabahnya melalui ”Surat
Pembaca” Kompas. Melalui ”Surat Pembaca” tersebut, salah seorang
nasabahnya yang bernama Riska Damayanti menuliskan masukan serta
kritik yang ditujukan untuk Bank Bukopin. Hal ini terjadi karena Riska
Damayanti merasa bahwa kartu kreditnya terdapat biaya-biaya yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
jelas dan harus dibayar pada tagihan bulan Februari. Adanya keluhan dari
salah satu nasabahnya tersebut, pihak Bank Bukopin berusaha untuk
memberikan klarifikasi dan menyampaikan terima kasih atas kritik serta
masukan yang telah disampaikan untuk meningkatkan layanan Bank
Bukopin. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Bukopin peduli dengan keluhan
dari nasabah dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.
Data lain yang menunjukkan adanya tindak tutur ekspresif ‟berterima
kasih‟ dapat dilihat pada data berikut :
(02) Konteks Tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Sakli Anggoro pada semua
masyarakat wajib pajak. Sakli Anggoro mengucapkan terima kasih atas
antusias serta kepatuhannya dalam melaksanakan kewajiban pajak.
Ucapan terima kasih dari Sakli Anggoro terkait dengan pembayaran
pajak yang tertib dari masayarakat. Hal ini diharapkan dapat membantu
kelancaran pembangunan bangsa dengan sadar membayar pajak.
Bentuk tuturan :
Terima Kasih kepada Wajib Pajak
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya
kepada seluruh Wajib Pajak (WP) orang pribadi di wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Tengah I atas antusiasme
dan kepatuhannya dalam melaksanakan kewajiban perpajakan tahun
pajak 2011. Dalam hal ini pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan
(SPT) dan pembayaran pajaknya. WP orang pribadi di wilayah
kerja Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I telah ikut menyukseskan
pembangunan dengan kepatuhan membayar pajak dan melaporkan
SPT.
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Sakli Anggoro
Kakanwil Direktorat Jenderal Pajak
JawaTengah I (SPSM/03 April 2012/30/TTE)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tuturan pada data (02) yang disampaikan oleh Sakli Anggoro termasuk
ke dalam jenis tindak tutur ekspresif „berterima kasih‟. Hal ini dapat dibuktikan
dengan tuturan yang disampaikan oleh Sakli Anggoro yang mengatakan
“Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada
seluruh Wajib Pajak (WP) orang pribadi di wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Tengah I atas antusiasme
dan kepatuhannya dalam melaksanakan kewajiban perpajakan tahun
pajak 2011”. Sakli Anggoro ingin mengucapkan terima kasih kepada
masyarakat wajib pajak yang telah tertib serta sadar dengan kewajibannya
membayar pajak.
Ucapan terima kasih dari Sakli Anggoro terkait dengan antusias serta
kepatuhan dari masayarakat melaksanakan kewajibannya membayar pajak
tepat waktu. Hal ini diharapkan dapat membantu kelancaran pembangunan
bangsa dengan sadar membayar pajak.
Data lain yang menunjukkan adanya tindak tutur ekspresif ‟berterima
kasih‟ dapat dilihat pada data berikut :
(03) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh Yosua Esmir kepada pihak bengkel
“SuburBan-SuburMotor”. Yosua Esmir megucapkan terima kasih
kepada Bapak/Ibu pemilik bengkel “SuburBan-SuburMotor” yang telah
berkenan menanggapi dengan baik keluhan yang pernah disampaikannya
melalui surat pembaca harian Suara Merdeka 14 Pebruari 2012. Hal ini
terkait dengan ketidaknyamanan yang telah dialami oleh Yosua Esmir
sebelumnya. Yosua Esmir selalu service motor di bengkel tersebut,
namun pihak bengkel kurang teliti dalam melakukan service pada motor
Yosua Esmir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Bentuk tuturan :
Tanggapan Bengkel Memuaskan
Saya sebagai pelanggan mengucapkan terima kasih kepada
bapak/ibu pemilik Bengkel “SuburBan-SuburMotor Purwokerto” yang
telah menanggapi dengan baik keluhan yang pernah saya sampaikan
melalui Surat Pembaca Harian Suara Merdeka, 14 Pebruari 2012. melalui
sebuah pertemuan klarifikasi dengan pihak management bengkel tanggal
29 Pebruari 2012, kita sependapat memang telah terjadi kesalahpahaman
dan sepakat kalau masalah ini sudah dianggap selesai, tanpa ada pihak
yang merasa dirugikan. Terima kasih dan maju terus, SuburBan-
SuburMotor”.
Yosua Esmir
Jl. Boom Lama 5C Kuningan
Semarang Utara
(SPSM/13 Maret 2012/11/TTE)
Tuturan pada data (03) yang disampaikan oleh Yosua Esmir termasuk
dalam jenis tindak tutur ekspresif ‟berterima kasih‟. Tindak tutur ekspresif
„berterima kasih‟ diungkapkan oleh seorang pelanggan di bengkel “Subur Ban-
Subur Motor Purwokerto” kepada pihak bengkel yang telah menanggapi
keluhannya dengan baik. Pada konteks tersebut terdapat penanda lingual yang
digunakan untuk mengungkapkan „berterima kasih‟ dari pelanggan bengkel
kepada pihak bengkel. Jadi, dengan adanya penanda lingual yang jelas (Saya
sebagai pelanggan mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu pemilik
Bengkel “SuburBan-SuburMotor Purwokerto”” serta “Terima kasih dan
maju terus, SuburBan-SuburMotor), maka konteks tersebut dapat
digolongkan ke dalam tindak tutur ekspresif „berterima kasih‟.
Yosua Esmir ingin mengucapkan terima kasih kepada bengkel
“SuburBan-SuburMotor Purwokerto” yang telah menanggapi keluhannya. Hal
ini terkait dengan ketidaknyamanan yang telah dialami oleh Yosua Esmir
sebelumnya. Yosua Esmir selalu service motor di bengkel tersebut, namun
pihak bengkel kurang teliti dalam melakukan service pada motor Yosua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Esmir. Hal ini mengakibatkan motor Yosua Esmir mengalami kerusakan dan
tidak disadari oleh pihak bengkel. Padahal Yosua Esmir selalu rutin
melakukan service motor di bengkel tersebut, namun pihak bengkel yang
menangani kurang teliti dalam melaukan service. Setelah Yosua Esmir
menuliskan keluhannya, kemudian pihak bengkel menanggapi keluhan tersebut
dengan baik dan masalah yang dialami oleh Yosua Esmir dapat terselesaikan
dengan baik tanpa ada pihak yang dirugikan. Oleh sebab itulah, Yosua Esmir
mengucapkan terima kasih pada “SuburBan-SuburMotor Purwokerto” yang
telah menanggapi keluhannya dengan baik.
2. Meminta maaf
Meminta maaf adalah mengharap agar diberi maaf atau dimaafkan
(KBBI, 2005:584). Jadi, tindak tutur ekspresif ‟meminta maaf‟ diungkapkan
penutur kepada mitra tutur agar diberi maaf atau dimaafkan atas
ketidaknyamanan atau suatu kesalahan yang telah diperbuatnya. Untuk dapat
memahami jenis tindak tutur ini dapat diperhatikan pada data berikut :
(04) Konteks Tuturan :
Tuturan disampaikan oleh direksi Taman Satwa Taru Jurug
kepada pengunjung atas ketidaknyamanan yang terjadi pada saat itu.
Pihak direksi mengucapkan maaf karena pada saat itu ada salah satu
hewan buas di taman tersebut yang lari dari kandangnya. Hal ini
membuat pengunjung panik dan merasa tidak nyaman ketika berkunjung
ke Taman Satwa Taru Jurug.
Bentuk tuturan :
Direksi Perusda TSTJ Mohon Maaf
Direksi dan seluruh karyawan Taman Satwa Taru Jurug
(TSTJ) memohon maaf kepada seluruh pengunjung karena pada
Selasa (31/1) kami evakuasi dari kawasan TSTJ dan berakibat
ketidaknyamanan. Evakuasi kami lakukan demi kenyamanan semua
pihak. Kejadian tersebut murni kelalaian petugas kandang singa yang
belum menutup pintu kandang sehingga Oni (singa jantan) bisa keluar.
Kejadian itu bukan karena pintu kandang rusak.
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Windu Winarso
Direktur Operasional Preusda TSTJ Solo
(PPS/07 Pebruari 2012/54/TTE)
Tuturan pada data (04) termasuk dalam tindak tutur ekspresif ‟meminta
maaf‟. Tindak tutur ekspresif ‟meminta maaf‟ diungkapkan oleh direksi
Taman Satwa Taru Jurug kepada pengunjung atas ketidaknyamanan yang
dirasakan pada saat berkunjung ke Taman Satwa Taru Jurug. Ketidaknyamanan
itu disebabkan oleh adanya salah satu hewan buas yang ada di taman satwa
yang lari dari kandangnya karena kelalaian petugas. Pada konteks tersebut
dapat dilihat adanya penanda lingual yang digunakan untuk mengungkapkan
permohonan maaf dari direksi kepada pengunjung. Jadi, dengan adanya
penanda lingual yang jelas ”Direksi dan seluruh karyawan Taman Satwa
Taru Jurug (TSTJ) memohon maaf kepada seluruh pengunjung karena
pada Selasa (31/1) kami evakuasi dari kawasan TSTJ dan berakibat
ketidaknyamanan” maka konteks tersebut dapat digolongkan ke dalam tindak
tutur ekspresif ‟meminta maaf‟. Bentuk tuturan itu dapat dibuktikan dengan
kalimat berikut.
Ucapan terima kasih dari direksi Taman Satwa Taru Jurug ini terkait
dengan kejadian yang terjadi pada hari Selasa (31/1), yaitu ada salah satu
hewan buas yang lari dari kandangnya karena petugas lupa untuk menutup
pintu kandang setelah memberi makan hewan buas itu. Hal ini membuat
pengunjung yang berada di Taman Satwa Taru Jurug merasa panic tidak
nyaman berada di taman itu. Atas ketidaknyamanan yang dirasakan oleh
pengunjung pada saat itu, maka pihak direksi mengucapkan permohonan maaf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kepada pengunjung yang berada di Taman Satwa Taru Jurug pada saat kejadian
itu berlangsung.
Data lain yang menunjukkan penggunaan tindak tutur ekspresif
„meminta maaf‟ dapat dilihat pada data berikut :
(05) Konteks Tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Hari Purwanto kepada pengguna
kartu Telkomsel. Hari Purwanto mengucapkan maaf atas
ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pengguna kartu Telkomsel. Hal ini
terkait dengan masalah yang dihadapi oleh Ryan Marihot pada saat
menggunakan kartuHALO. KartuHALO yang digunakan oleh Ryan
Marihot tidak dapat digunakan sesuai dengan fitur yang dipilih. Pihak
Telkomsel sendiri juga sudah memberikan penjelasan serta klarifikasi
kepada pengguna kartu Telkomsel.
Bentuk tuturan :
Layanan Buka Blokir Limit Telkomsel
Kami ingin menanggapi Surat Pembaca dari Bapak Ryan Marihot
Panjaitan mengenai layanan KartuHALO dari Telkomsel yang dimuat di
harian Kompas tanggal 22 Maret 2012. Terkait dengan keluhan
pelanggan tersebut, Telkomsel telah menghubungi pelanggan setelah
sebelumnya melakukan pemeriksaan teknis terhadap nomor kartuHALO
pelanggan. Telkomsel juga telah memberikan informasi layanan
kartuHALO. Pelanggan dapat menerima penjelasan dan solusi yang
diberikan Telkomsel dengan baik. Mohon maaf atas ketidaknyamanan
yang dirasakan. ………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
Hari Purwanto
Telkomsel
Manager External Corporate Communications
Jakarta
(SPK/10 April 2012/72/TTE)
Tuturan pada data (05) termasuk dalam tindak tutur ekspesif ‟meminta
maaf‟. Tindak tutur ekspresif ‟meminta maaf‟ diungkapkan oleh Manager
External Corporate Communications dari Telkomsel, yaitu Bp. Hari
Purwanto kepada salah satu pelanggan Telkomsel. Permohonan maaf itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
diungkapkan karena ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pelanggan. Pada
konteks tersebut dapat dilihat adanya penanda lingual yang digunakan untuk
mengungkapkan permohonan maaf dari Manager External Corporate
Communications Telkomsel kepada salah satu pelanggan yang merasa tidak
nyaman menggunakan produk Telkomsel. Jadi, dengan adanya penanda lingual
yang jelas “Mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan” maka
konteks tersebut dapat digologkan ke dalam tindak tutur ekspresif „meminta
maaf‟.
Ucapan permohonan maaf dari Hari Purwanto terkait dengan
ketidaknyamanan yang dialami oleh Ryan Marihot. KartuHALO yang
digunakan oleh Ryan Marihot tidak dapat digunakan sesuai dengan fitur yang
dipilih. Ryan Marihot kemudian complain pada pihak Telkomsel. Adanya
complain tersebut, lalu pihak Telkomsel melakukan pengecekan pada
kartuHALO yang digunakan oleh Ryan Marihot kemudian memberikan
penjelasan dan mengucapkan permohonan maaf atas apa yang telah dirasakan
oleh pelanggan Telkomsel.
3. Mengungkapkan rasa kecewa
Kecewa adalah merasa kecil hati; tidak senang; tidak puas (karena tidak
terkabul keinginannya, harapannya, dsb) (KBBI, 2005: 402). Jadi, tindak tutur
ekspresif „mengungkapkan rasa kecewa‟ diungkapkan penutur kepada lembaga
atau instansi tertentu atas ketidakpuasan pelayanan yang penutur terima. Untuk
dapat memahami jenis tindak tutur ini dapat diperhatikan pada data berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
(06) Konteks Tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Muhammad Taufiq SH MH, pada
pengelola PSSI. Muhammad Taufiq SH MH, merasa kecewa dengan
sikap pengelola sepak bola (PSSI) dan klub yang tidak serius dalam
mengelola perkembangan PSSI. Hal ini terkait dengan tidak adanya
perhatian yang dilakukan oleh pengelola terhadap pemain-pemainnya.
Selain itu, adanya konflik intern yang terjadi pada tubuh PSSI juga
membawa dampak negatif bagi kesuksesan para pemain.
Bentuk tuturan :
Pemain Naturalisasi Main di Luar Negeri Saja
Sebagai pecinta sepak bola, saya sungguh kecewa dengan
sikap pengelola sepak bola (PSSI) dan Klub. Sepertinya tak ada yang
benar-benar serius dan berusaha meningkatkan prestasi sepak bola Tanah
Air. Semua berprinsip mencari untung, persis seperti partai politik.
Alhasil yang ada dalam benaknya bagaimana bisa sukses sebagai
pengurus bukan pemain. Melalui surat terbuka ini saya berkeinginan para
pemain naturalisasi yang masih produktif/masih muda seperti Irfan
Bachdim, Diego Michiels, Kim Jeffrey Kurniawan, Johny Rudolf Van
Beukering, Stefano Lilialy dll, sebaiknya bergabung dengan klub-klub
luar negeri saja. Selain iklim sepak bola menjadi sehat, juga jaminan
masa depan bagi pemain jelas. Untuk berjuang membawa nama baik
Indonesia tidak mesti harus main di dalam negeri yang penuh intimidasi
dan ketidakjelasan.
Muhammad Taufiq SH MH,
Jl Kawung No 10 RT 03/RW IX,
Sondakan, Laweyan, Solo
(PPS/09 Januari 2012/91/TTE)
Tuturan pada data (06) termasuk dalam tindak tutur ekpresif
„mengungkapkan rasa kecewa‟. Tuturan tersebut diungkapkan oleh salah
seorang masyarakat yang peduli dengan prestasi sepak bola Tanah Air.
Muhammad Taufiq SH MH, merasa kecewa dengan tindakan pengelola yang
kurang memperhatikan kemajuan pemain. Pada konteks tersebut, terdapat
penanda lingual yang digunakan oleh Muhammad Taufiq SH MH, dalam
mengungkapkan kekecewaannya ”Sebagai pecinta sepak bola, saya sungguh
kecewa dengan sikap pengelola sepak bola (PSSI) dan Klub”. Jadi, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
adanya penanda lingual yang jelas maka konteks tersebut dapat digolongkan ke
dalam tindak tutur ekspresif „mengungkapkan rasa kecewa‟.
Ungkapan rasa kecewa dari Muhammad Taufiq SH MH, ini terkait
dengan pengelolaan pada tim sepak bola Tanah Air yang kurang diperhatikan
kemajuan pemainnnya. Para pengelola hanya memperhatikan kesuksesan bagi
pengurus sendiri bukan pemain. Hal inilah yang membuat Muhammad
Taufiq SH MH, merasa kecewa dengan sikap pengelola sepak bola Tanah Air
khususnya (PSSI).
Data lain yang menunjukkan penggunaan tindak tutur ekspresif
„mengungkapkan rasa kecewa‟ dapat dilihat pada data berikut :
(07) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh Alexander Priyo Pratomo sebagai
salah satu pengguna kartu kredit BCA. Alexander Priyo Pratomo
merasa kecewa dengan kerja pihak BCA yang memberikan surat tagihan
satu hari sebelum hari jatuh tempo. Selain itu, pada surat tagihan tertera
transaksi non-online yang dilakukan di Beijing dan dicharge sampai tiga
kali dengan nominal yang sama. Hal inilah yang membuat Alexander
Priyo Pratomo kecewa sebagai nasabah dan pengguna kartu kredit
BCA.
Bentuk tuturan :
Kecewa Dikemplang Kartu Kredit BCA
Saya adalah nasabah BCA sejak 1993 dan mulai menjadi nasabah
kartu kredit BCA per Oktober 2006 karena kebutuhan profesi yang
mewajibkan saya memiliki kartu kredit. Selama hampir 6 tahun ini saya
melakukan kewajiban saya tanpa tunggakan kredit. Namun betapa
kecewanya saya setelah menerima tagihan kartu kredit untuk Maret
2012 ini. Jatuh tempo tagihan adalah tanggal 7 Maret 2012 sedang
tagihan saya terima tanggal 6 Maret 2012. Biasanya slip tagihan
dikirim ke rumah kami setiap tanggal 22 bulan berjalan.
Hal yang membuat saya lebih kecewa adalah adanya fraud di
tagihan tersebut. Ada satu transaksi non-online yang saya lakukan
di Beijing pada 17 Pebruari 2012 yang dicharge sampai tiga kali
dengan besar transaksi yang sama. Penasaran akan hal ini, maka saya
mengecek ke klikbca dan menemukan bahwa transaksi yang sama
dicharge sampai 4 kali untuk bulan berikutnya. Total berarti saya
dicharge sebanyak 7 kali untuk 1 transaksi di hari yang sama. Berarti ada
6 transaksi tidak semestinya yang ditagihkan pada saya. Bila selama ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
saya mengetahui adanya kreditor yang mengemplang Bank,kali ini saya
sebagai kreditor dikemplang bank yang telah saya kenal hampir 20 tahun
lalu. Saya kecewa sebagai nasabah.
………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………..
Alexander Priyo Pratomo
Jingga Nagara 23
Kotabaru Parahyangan Padalarang
(SPK/07 Maret 2012/93/TTE)
Tuturan pada data (07) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
„mengungkapkan rasa kecewa‟. Tindak tutur ekspresif „mengungkapkan rasa
kecewa‟ diungkapkan oleh Alexander Priyo Pratomo kepada Bank BCA.
Alexander Priyo Pratomo merasa kecewa dengan kerja pihak BCA yang
memberikan surat tagihan satu hari sebelum hari jatuh tempo. Selain itu, pada
surat tagihan tertera transaksi non-online yang dilakukan di Beijing dan
dicharge sampai tiga kali dengan nominal yang sama. Hal inilah yang
membuat Alexander Priyo Pratomo kecewa sebagai nasabah dan pengguna
kartu kredit BCA.
Pada konteks tersebut terdapat tiga tuturan yang mengandung tindak
tutur ekspresif „mengungkapkan rasa kecewa‟. Setiap tuturan menunjukkan
tingkat kekecewaan yang berbeda. Dengan adanya penanda lingual yang
digunakan untuk mengungkapkan rasa kecewa dari pelanggan BCA kepada
pihak BCA, maka dapat diketahui tingkat kekecewaan dari penutur.
Bentuk tuturan itu dapat dibuktikan dengan beberapa tuturan berikut
”Namun betapa kecewanya saya setelah menerima tagihan kartu kredit
untuk Maret 2012 ini. Jatuh tempo tagihan adalah tanggal 7 Maret 2012
sedang tagihan saya terima tanggal 6 Maret2012”, tuturan tersebut
merupakan ungkapan rasa kecewa dari nasabah kepada pihak Bank. Tuturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
berikut ini juga merupakan ungkapan rasa kecewa dari nasabah kepada pihak
Bank, namun tuturannya terkesan memiliki tingkat kekecewaan yang lebih
dibanding dengan tuturan sebelumnya “Hal yang membuat saya lebih
kecewa adalah adanya fraud di tagihan tersebut. Ada satu transaksi non-
online yang saya lakukan di Beijing pada 17 Pebruari 2012 yang dicharge
sampai tiga kali dengan besar transaksi yang sama”. Pada tuturan yang
terakhir, penutur berusaha untuk mengurangi tingkat kekecewaannya terhadap
bank BCA, hal ini dapat dilihat dari kalimat berikut “Saya kecewa sebagai
nasabah”.
Data lain yang menunjukkan penggunaan tindak tutur ekspresif
„mengungkapkan rasa kecewa‟ dapat dilihat pada data berikut :
(08) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh Dwen Rinaldy sebagai salah satu
pengguna kartu Simpati. Dwen Rinaldy merasa kecewa dengan
pelayanan pengisian pulsa melalui ATM Mandiri. Pada saat pengisian,
saldo dalam kartu kredit tersebut sudah berkurang, tetapi pulsanya tidak
juga masuk. Dwen Rinaldy sudah komplain pada customer service
Mandiri/Telkomsel, tetapi tidak ada penyelesaian. Hal inilah yang
membuat Dwen Rinaldy kecewa dengan kualitas jelek dari Telkomsel.
Bentuk tuturan :
Hati-hati Isi Pulsa Simpati Lewat ATM Mandiri!
………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………..
Saya sudah komplain ke cs Mandiri/Telkomsel tetapi sepertinya
tidak aja penyelesaian. Kecewa saya dengan pelayanan Telkomsel
dengan kualitas buruknya. Saya berharap masalah ini bisa diselesaikan
dengan tidak merugikan saya sebagai konsumen.
Dwen Rinaldy
Jl Pete 4 No 13 blok A Kebayoran Baru
Jakarta Selatan.
(SPSM/29 Maret 2012/104/TTE)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tuturan pada data (08) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
„mengungkapkan rasa kecewa‟. Tindak tutur ekspresif „mengungkapkan rasa
kecewa‟ diungkapkan oleh Dwen Rinaldy yang merupakan pelanggan
Telkomsel kepada pihak dari Telkomsel. Dwen Rinaldy merasa kecewa
dengan pelayanan pengisian pulsa melalui ATM Mandiri. Pada saat pengisian,
saldo dalam kartu kredit tersebut sudah berkurang, tetapi pulsanya tidak juga
masuk. Dwen Rinaldy sudah komplain pada customer service
Mandiri/Telkomsel, tetapi tidak ada penyelesaian. Hal inilah yang membuat
Dwen Rinaldy kecewa dengan kualitas jelek dari Telkomsel.
Pada konteks tersebut terdapat penanda lingual „mengungkapkan rasa
kecewa‟ yang digunakan untuk mengungkapkan rasa kecewa dari pelanggan
Telkomsel kepada pihak Telkomsel. Jadi, dengan adanya penanda lingual yang
jelas maka konteks tersebut dapat digolongkan ke dalam tindak tutur ekspresif
„mengungkapkan rasa kecewa‟. Bentuk tuturan itu dapat dibuktikan dengan
kalimat berikut “Kecewa saya dengan pelayanan Telkomsel dengan kualitas
buruknya”.
4. Mengeluh
Mengeluh adalah menyatakan susah (karena penderitaan, kesakitan,
kekecewaan) (KBBI, 2005:413). Jadi, tindak tutur ekpsresif ‟mengeluh‟
dilakukan penutur untuk menyatakan rasa susah, penderitaan, kesakitan atau
kekecewaan kepada mitra tutur. Untuk dapat memahami jenis tindak tutur ini
dapat diperhatikan pada data berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
(09) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh salah seorang mahasiswa yang juga
merupakan seorang pengguna jalan yang melewati depan Tyfountex.
Mahasiswa tersebut mengeluhkan asap pekat dari pabrik Tyfountex yang
dirasa sangat mengganggu pengguna jalan. Hal ini dikarenakan asap
pekat tersebut membuat penglihatan pengguna jalan terbatas, selain itu
juga mengganggu pernafasan bagi pengguna jalan lainnya yang juga
melewati depan pabrik Tyfoutex itu.
Bentuk tuturan :
Udara Menyengat Depan Tyfountex
Saya seorang mahasiswa di salah satu perguruan tingi di
Kartasura. Setiap harinya selalu mengendarai sepeda motor melewati Jl
Slamet Riyadi 2 Kartasura. Saya mengeluhkan situasi udara di depan
pabrik Tyfountex yang menurut saya sangat menyengat sekali. Apalagi bis-bis tua yang selalu mengeluarkan asap hitam pekat yang
mengakibatkan pandangan mata menjadi gelap.
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Rizul Firdus Muchsoni,
Jl Sri Kuncoro RT 3/RW08 Danukusuman,
Serengan, Solo
(PPS/07 Januari 2012/125/TTE)
Tuturan pada data (09) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
‟mengeluh‟. Tuturan tersebut diungkapkan oleh seorang mahasiswa yang
mengeluhkan adanya asap yang dihasilkan oleh pabrik Tyfountex. Asap pekat
dari Tyfoutex itu dirasa sangat mengganggu pengguna jalan yang melewati
depan Tyfountex. Selain mengganggu penglihatan, asap itu juga sangat
mengganggu pernafasan karena pekatnya asap dari Tyfountex. Oleh karena
itulah, Rizul Firdus mengeluhkan ketidaknyamanan yang ia rasakan saat
melewati jalan di depan Tyfountex. Dalam mengungkapkan keluhannya, Rizul
menggunakan penanda lingual yang jelas terlihat, yaitu ” Saya mengeluhkan
situasi udara di depan pabrik Tyfountex yang menurut saya sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
menyengat sekali”. Dari tuturan tersebut maka konteks tuturan di atas dapat
digolongkan ke dalam tindak tutur ekpsresif ‟mengeluh‟.
Data lain yang menunjukkan penggunaan tindak tutur ekspresif
„mengeluh‟ dapat dilihat pada data berikut :
(10) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh Soedadi (FPSP) salah seorang lansia
di kota Semarang. Soedadi (FPSP) mengeluhkan tentang keadaan lansia
yang kurang diperhatikan oleh pemerintah. Hal inilah yang membuat
Soedadi (FPSP) mengungkapkan keluhannya kepada pemerintah agar
lebih memperhatikan kesejahteraan dari para lansia.
Bentuk tuturan :
Lansia ”Kesulitan Makan”
………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Satu-satunya gigi yang masih tinggal di bagian gusi atas. Hal itu
menjadikan saya tak bisa mengunyah makanan yang agak keras. Rasa
sakit juga terus mendera. Akibatnya makanan yang bisa saya konsumsi
juga terbatas, berupa nasi putih lunak dengan lauk sayur tahu putih.
Hal itu tetap saya syukuri, namun di hati juga terselip keinginan untuk
bisa mengunyah secara normal. Saya telah mengusahakan, namun tak
mampu, karena harga gigi palsu tidak kurang dari Rp 2,5 juta. Kepada
siapa saya akan mengeluh? Negara? Akankah bersedia mengurusi
lansia-lansia seperti saya? Bersedia menolong dan membuat ”hidup
bisa makan” pada sisa-sisa hidup sebelum Tuhan memanggilnya ke
alam kelanggengan. ………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
Soedadi (FPSP)
Perum Ketileng Indah Blok E-241
Semarang, (024) 6731423
(SPSM/04 April 2012/133/TTE)
Tuturan pada data (10) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
‟mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif ‟mengeluh‟ diungkapkan oleh Soedadi
(FPSP) kepada pemerintah. Soedadi (FPSP) mengeluhkan tentang keadaan
lansia yang kurang diperhatikan oleh pemerintah. Hal inilah yang membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Soedadi (FPSP) mengungkapkan keluhannya kepada pemerintah agar lebih
memperhatikan kesejahteraan dari para lansia. Pada konteks tersebut terdapat
penanda lingual yang digunakan untuk mengungkapkan keluhan dari seorang
lansia kepada pemerintah. Jadi, dengan adanya penanda lingual yang jelas
maka konteks tersebut dapat digolongkan ke dalam tindak tutur ekspresif
„mengeluh‟. Bentuk tuturan tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat berikut
“Kepada siapa saya akan mengeluh? Negara? Akankah bersedia
mengurusi lansia-lansia seperti saya? Bersedia menolong dan membuat
”hidup bisa makan” pada sisa-sisa hidup sebelum Tuhan memanggilnya
ke alam kelanggengan”.
5. Mengungkapkan kebanggaan
Bangga adalah melahirkan keheranan dan penghargaan kepada sesuatu
(yang dianggap baik, indah, gagah berani, dsb) (KBBI, 2005: 706). Jadi, tindak
tutur ekspresif ‟mengungkapkan kebanggaan‟ dilakukan penutur kepada mitra
tutur atas penghargaan akan kebaikan mitra tutur. Untuk dapat memahami jenis
tindak tutur ini dapat diperhatikan pada data berikut :
(11) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh Ratna Etika Agustus kepada siswa
SMK di Solo. Ratna Etika Agustus memuji hasil karya anak SMK di
Solo yang mampu menghasilkan suatu karya yang membanggakan.
Bentuk tuturan :
Citra Mobil Esemka Makin Kinclong
Saya bangga mengetahui ada siswa SMK di Solo mampu
merakit mobil yang bermerek Ki-at Esemka. Semoga dengan prestasi
ini akan berdampak pada bangsa ini sehingga mampu memproduksi
mobil sendiri tanpa harus mengimport. Sebenarnya kita sudah tertinggal
jauh dari negara tetangga kita, Malaysia yang sudah memproduksi mobil
nasional dan kini dijual bebas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Ratna Etikasari Agustus
Sumberejo RT 00 7/RW 06,
Troso, Karanganom, Klaten.
(PPS/12 Januari 2012/137/TTE)
Tuturan pada data (11) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
„mengungkapkan kebanggaan‟. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Ratna
Etikasari yang merasa bangga dengan keberhasilan siswa SMK di Solo yang
mampu menghasilkan suatu karya yang membanggakan. Tuturan pada kalimat
” Saya bangga mengetahui ada siswa SMK di Solo mampu merakit mobil
yang bermerek Ki-at Esemka” terdapat penanda lingual „mengungkapkan
kebanggaan‟. Dari adanya penanda lingual „mengungkapkan kebanggaan‟ ini
maka bentuk tuturan pada konteks peristiwa tersebut dapat digolongkan ke
dalam tindak tutur ekspresif „mengungkapkan kebanggaan‟. Tuturan tersebut
dimaksudkan untuk memuji siswa SMK di Solo yang telah berhasil
menunjukkan pada semua bahwa siswa dari desa pun juga mampu
menghasilkan suatu karya yang dapat dibandingkan dengan siswa yang berasal
dari kota. Hal ini dapat mengubah asumsi bahwa orang desa juga tidak kalah
dibanding dengan orang kota yang mempunyai fasilitas lebih canggih dan
memadai.
6. Menyesalkan
Menyesalkan adalah merasa menyesal akan, mempermasalahkan,
menyebabkan menyesal (KBBI, 2005: 830). Jadi, tindak tutur ekspresif
‟menyesalkan‟ adalah suatu bentuk ungkapan sesal dari penutur kepada mitra
tutur akan suatu hal yang membuat penutur merasa menyesal. Untuk dapat
memahami jenis tindak tutur ini dapat diperhatikan pada data berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
(12) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh Hery Susanto yang menyesali tindakan
XL yang melakukan penggalian namun tidak disertai dengan perbaikan
kembali jalan yang bekas di gali tersebut. Hal ini terkait dengan
penanaman kabel XL yang dilakukan oleh pekerjanya, setelah melakukan
penggalian untuk kabel, tanah bekas galian tersebut tidak dierbaiki
kembali seperti semula.
Bentuk tuturan :
Galian XL tidak Bertanggung Jawab
………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
Namun, keesokan sore, setelah saya pulang dari luar kota saya
sangat kaget, karena jalan yang bekas di gali itu berantakan, tidak rata
sama sekali dan terkesan sembrono dalam menutupi galian tersebut.
Padahal sebelum ada penggalian, tidak sama sekali. Saya sangat
menyesali atas tindakan XL yang melakukan penggalian namun
tidak disertai dengan pemulusan jalan yang bekas di gali tersebut. Karena jalan yang di gali tersebut biasa di gunakan untuk di parkir/
dilewati truk besar atau mobil.
………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
Hery Susanto
Jl. Bung Karno No.2 Kav.2 No. 6
Mataram
(SPSR/11 April 2012/148/TTE)
Tuturan pada data (12) disampaikan oleh Hery Susanto terhadap
tindakan XL yang sedang melakukan penggalian di depan kantornya dan tidak
disertai dengan perbaikan kembali. Tindak tutur yang disampaikan oleh Hery
Susanto termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif „menyesalkan‟. Tindak
tutur ekspresif „menyesalkan‟ terdapat pada tuturan Hery Susanto yang
mengatakan “saya sangat menyesali atas tindakan XL yang melakukan
penggalian namun tidak disertai dengan pemulusan jalan yang bekas di
gali tersebut”. Tuturan tersebut merupakan penanda lingual dari tindak tutur
eskpresif „menyesalkan‟. Melalui tuturan tersebut, Hery Susanto berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
mengungkapkan rasa menyesalnya terhadap tindakan XL yang terkesan lari
dari taggung jawab.
Tuturan yang disampaikan oleh Hery Susanto terkait dengan tindakan
XL yang terkesan lepas dari tanggung jawab. Setelah melakukan penggalian di
depan kantor Hery Susanto untuk menanam kabel XL, pekerjanya tidak
melakukan perbaikan kembali. Ini yang membuat penutur menyesali tindakan
yang dilakukan oleh XL. Selain tidak ada ijin/permisi untuk melakukan
penggalian, juga tidak ada perbaikan kembali tanah bekas galian tersebut
seperti semula.
Data lain yang menunjukkan adanya tindak tutur ekspresif
„menyesalkan‟ dapat dilihat pada data berikut :
(13) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh Teguh Santoso salah seorang
pelanggan Telkom Vision. Teguh Santoso menyesalkan pihak Telkom
Vision yang terkesan tidak peduli dan tidak memperhatikan keluhan dari
pelanggan. Hal ini terkait dengan upgrade paket TelkomVision yang
diinginkan oleh Teguh Santoso tidak mendapatkan tindakan penggantian
decoder oleh petugas. Teguh Santoso hanya disuruh menunggu tanpa
ada kepastian dan tindakan yang jelas dari petugas.
Bentuk tuturan :
Kecewa Pelayanan Telkom Vision
………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………..
Saya sangat kecewa atas pelayan ini, sudah hampir 2 minggu saya
mengalami kerugian. Saya menyesal berlangganan kalau pelayanan
nya seperti ini dan saya sudah lelah menghubungi 147 tanpa ada
solusi. Kepada TelkomVision saya tunggu solusi anda dalam waktu 3 x
24 jam ke depan, kalau tidak ada tanggapan saya tidak akan membayar
sepeserpun biaya bulanan dan silahkan anda menarik decoder dan
parabola di rumah saya. Terima kasih.
Teguh Santoso
Jl. Matraman Raya 12. Jakarta Timur
Jakarta
(SPK/27 Maret 2012/147/TTE)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tuturan pada data (13) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
„menyesalkan‟. Tindak tutur ekspresif „menyesalkan‟ diungkapkan oleh Teguh
Santoso salah seorang pelanggan Tekom Vision kepada pihak Telkom Vision
yang terkesan tidak peduli dan tidak memperhatikan keluhan dari pelanggan.
Pada konteks terebut terdapat penanda lingual „menyesalkan‟ yang
digunakan oleh Teguh Santoso untuk mengungkapkan rasa menyesal atas
tindakan Telkom Vision yang terkesan tidak peduli dan tidak memperhatikan
keluhan dari pelanggan. Jadi, dengan adanya penanda lingual yang jelas maka
konteks tersebut dapat digolongkan ke dalam tindak tutur ekspresif
„menyesalkan‟. Bentuk tuturan tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat
berikut “Saya menyesal berlangganan kalau pelayanan nya seperti ini dan
saya sudah lelah menghubungi 147 tanpa ada solusi”.
Ungkapan menyesal dari Teguh Santoso terkait dengan upgrade paket
TelkomVision yang diinginkan oleh Teguh Santoso tidak mendapatkan
tindakan penggantian decoder oleh petugas. Teguh Santoso hanya disuruh
menunggu tanpa ada kepastian dan tindakan yang jelas dari petugas. Perbaikan
part parabola pun juga tidak mendapatkan perhatian serta penanganan dari
teknisi Telkom Vision. Hal inilah yang membuat Teguh Santoso merasa
dirugikan dan menyesal berlangganan TelkomVision karena tidak ada
tanggapan yang pasti atas masalah yang dialami oleh pelanggannya.
7. Mengkritik
Mengkritik adalah mengemukakan kritik, mengecam (KBBI,
2005:466). Jadi, tindak tutur ekspesif „mengkritik‟ adalah suatu ungkapan dari
penutur kepada mitra tutur untuk memberikan suatu kritik atau kecaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tindak ekpsresif „mengkritik‟ diungkapkan penutur kepada mitra karena
penutur ingin memberikan kritik kepada suatu instansi atau suatu lembaga agar
menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Untuk dapat memahami jenis tindak
tutur ini dapat diperhatikan pada data berikut :
(14) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh Dedy Bunnardi kepada Lion Air.
Dedy Bunnardi mengkritik Lion Air yang tidak profesional dalam
melayani pengguna sarana transportasi udara atau pesawat terbang. Hal
ini terkait dengan masalah yang dihadapi Dedy Bunnardi pada saat
membeli tiket pesawat Jakarta-Pangkal Pinang. Jadwal check-in yang
tertera di tiket teernyata tidak sama dengan kenyataan yang ada dan Dedy
Bunnardi harus membeli tiket lagi karena keerlambatan itu.
Bentuk tuturan :
Lion Air Tidak Profesional dan Merugikan Konsumen
………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
Lion-air benar-benar menyusahkan. Petugas dengan dalih sudah di
SMS kalo penerbangan di percepat jadi 05.20 dan kami disalahkan
memesan tanpa menuliskan no HP, sudah jelas saya ada mengisikan no
HP dan Email pada saat pembelian. Kok seenaknya bilang kami tidak
mencantumkan no hp dan sudah di SMS kan aneh? Apa tiket kami dijual
lagi dengan harga lebih tinggi? Sudah jelas Lion Air tidak profesional
menjual tiket kami.
Coba jelaskan manajemen Lion Air, jelas kami sudah rugi Rp 2.5
juta karena tidak profesionalnya Lion Air. Harus menelan kerugian lagi
membeli tiket reschedule Batavia jam 9 sebesar Rp 3.4 juta. Bagaimana
Lion Air menjelaskan hal ini semua? Kami sudah rugi banyak,
untuk apa di tulis di catatan tiket check-in di tutup 45 menit sebelum
keberangkatan. Kalau dengan dalih penerbangan dipercepat. Saya
pernah naik Garuda di confirm langsung email ada perubahan jadwal.
Dedy Bunnardy
Melati Mas
Serpong
(SPSM/2 April 2012/163/TTE)
Tuturan pada data (14) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
„mengkritik‟. Tindak tutur ekspresif „mengkritik‟ diungkapkan oleh Dedy
Bunnardi kepada Lion Air. Dedy Bunnardi mengkritik Lion Air yang tidak
profesional dalam melayani pengguna sarana transportasi udara atau pesawat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
terbang. Pada konteks tersebut terdapat penanda lingual ‟mengkritik‟ yang
digunakan oleh Dedy Bunnardi untuk mengungkapkan kritikannya kepada
Lion Air. Jadi, dengan adanya penanda lingual ‟kritik‟ yang jelas maka konteks
tersebut dapat digolongkan ke dalam tndak tutur ekspresif ‟mengkritik‟. Bentuk
tutran tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat berikut ” Sudah jelas Lion
Air tidak profesional menjual tiket kami”.
Ungkapan kritik dari Dedy Bunnardi kepada pihak Lion Air ini terkait
dengan tindakan Lion Air yang tidak profesional. Dedy Bunnardi memesan
tiket keberangkatan Jakarta-Pinang pada pukul 05.45. Pada pukul 04.35 Dedy
beserta keluarganya sudah sampai di bandara dan melakukan chek-in. Namun,
pihak Lion Air menyatakan bahwa chek-in sudah ditutup dua jam sebelumnya.
Maka Dedy Bunnardi dan keluarga harus membeli tiket pada penerbangan
pukul 09.45. Dedy Bunnardi dan keluarga merasa dirugikan dan mengkritik
kerja Lion Air yang sangat tidak profesional. Dedy Bunnardi sudah
mencantumkan no Hp pada saat pemesanan tiket. Apabila menerbangannya
dipercepat, tidak bisa kah pihak Lion memberikan pemberitahuan kepada Dedy
Bunnardi dan keluarga. Hal inilah yang membuat Dedy Bunnardi
memberikan kritikan pada kinerja Lion Air.
8. Mengucapkan selamat
Mengucapkan selamat adalah sebuah doa (ucapan, pernyataan, dsb) yg
mengandung harapan supaya sejahtera (beruntung, tidak kurang suatu apa,
dsb). Jadi, tindak tutur ekspresif „mengucapkan selamat‟ adalah suatu
ungkapan yang mengandung harapan supaya mitra tutur sejahtera dan
beruntung. Tindak tutur ekspresif „mengucapkan selamat‟ diungkapkan penutur
karena penutur ingin memberikan doa, ucapan dan pernyataan atas apa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
telah diterima oleh mitra tutur. Untuk dapat memahami jenis tindak tutur ini
dapat diperhatikan pada data berikut :
(15) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh Koesnoto kepada Bapak Ir Bambang
R MM. Koesnoto mengucapkan selamat kepada Bapak Ir Bambang R
MM karena telah diangkat kembali menjadi Dirut PDAM Cilacap.
Bentuk tuturan :
PDAM Cilacap Akal-akalan
Pertama-tama saya ucapkan selamat atas diangkatnya kembali
Bapak Ir Bambang R MM sebagai Dirut PDAM Cilacap. Yang
kedua, menanggapi tagihan PAM anak saya nomor pelanggan 01-03-
181519 oleh PDAM Cilacap mulai tagihan Oktober 2011-Januari 2012
tentang harga air.
………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
Koesnoto RT 03 RW 09 Sidanegara
Cilacap Tengah
(SPK/01 Maret 202/164/TTE)
Tuturan pada data (15) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
„mengucapkan selamat‟. Tindak tutur ekspresif „mengucapkan selamat‟
diungkapkan oleh Koestono kepada Bapak Ir Bambang R MM sebagai Dirut
PDAM Cilacap. Penutur mengucapkan selamat kepada Bapak Ir Bambang R
MM karena telah diangkat kembali menjadi Dirut PDAM Cilacap. Pada
konteks tersebut terdapat penanda lingual „selamat‟ yang digunakan oleh
Koestono dalam mengucapkan selamat atas diangkatnya kembali Bapak Ir
Bambang R MM menjadi Dirut PDAM Cilacap. Jadi, dengan adanya penanda
lingual „selamat‟ yang jelas maka konteks tersebut dapat digolongkan ke dalam
tindak tutur ekspresif „mengucapkan selamat‟. Bentuk tuturan tersebut dapat
dibuktikan dengan kalimat berikut “Pertama-tama saya ucapkan selamat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
atas diangkatnya kembali Bapak Ir Bambang R MM sebagai Dirut PDAM
Cilacap”.
9. Menyayangkan
Menyayangkan adalah menyesalkan (KBBI, 2005:789). Jadi, tindak
tutur ekspresif ‟menyayangkan‟ adalah suatu ungkapan rasa sesal terhadap
sesuatu. Tindak tutur ekspresif ‟menyayangkan‟ diungkapkan penutur karena
penutur menyesalkan akan sesuatu yang ia terima atau penutur alami. Untuk
dapat memahami jenis tindak tutur ini dapat diperhatikan pada data berikut :
(16) Konteks tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Winarno Prawirisuyanto pada
pemerintah. Winarno Prawirisuyanto menyayangkan pendidikan di
Indonesia yang mahal. Hal ini membuat banyak masyarakat yang tidak
bisa mengenyam bangku pendidikan. Hal ini terkait dengana
perkembangan jaman yang semakin maju. Kemajuan jaman yang begitu
pesat, namun tidak diikuti dengan keajuan masyarakat dibidang
pendidikan.
Bentuk tuturan :
Pendidikan dan “Andai Kata”
Saya sungguh terkesan dengan prestasi anak-anak SMK kita.
Keberhasilan mereka adalah hasil didikan dari orang tua dan guru-guru
mereka. Intinya, pendidikan merupakan modal utama menuju
keberhasilan. Sayangnya, pendidikan di Indonesia mahal sehingga
tidak semua anak-anak kita dapat mengenyam pendidikan dengan
wajar.
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Winarno Prawirosuyanto
Jl. Prof. Dr Supomo. No 74 Solo.
(PPS/ 01 Februari 2012/166/TTE)
Tuturan pada data (16) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
„menyayangkan‟. Tindak tutur ekspresif „menyayangkan‟ diungkapkan oleh
Winarno Prawirisuyanto kepada pemerintah. Penutur menyayangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
mahalnya biaya pendidikan di Indonesia., sehingga tidak sedikit masyarakat
yang tidak dapat mengenyam bangku pendidikan dengan wajar. Negara
semakin maju, fasilitas-fasilitas yang tersedia pun juga semakin modern. Akan
tetapi, hal tersebut tidak diikut dengan perkembangan kualitas manusianya.
Pendidikan merupkan kunci keberhasilan, apabila tidak ada pendidikan yang
layak maka keberhasilan itu hanya sekedar impian belaka.
Pada konteks tersebut, trdapat penanda lingual „menyayangkan‟ yang
digunakan oleh Winarno Prawirisuyanto dalam mengungkapkan perasaannya
terhadap biaya pendidikan di Indonesia yang mahal. Jadi, dengan adanya
penanda lingual „menyayangkan‟ yang jelas maka konteks tersebut dapat
digolongkan ke dalam tindak tutur ekspresif „menyayangkan‟. Bentuk tuturan
tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat berikut “Sayangnya, pendidikan di
Indonesia mahal sehingga tidak semua anak-anak kita dapat mengenyam
pendidikan dengan wajar”.
Data lain yang menunjukkan penggunaan tindak tutur ekspresif
„menyayangkan‟ dapat dilihat pada data berikut :
(17) Konteks tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Wahyudiarto pada Citibank.
Wahyudiarto menyayangkan layanan Citibank yang sangat tidak ramah
pada pelanggannya. Sehingga membuat nasabah meerasa tidaknyaman.
Hal ini terkait dengan surat tagihan Citibank yang disampaikan melalui
email, sehingga Wahyudiarto tidak dapat melakukan pengecekan
terhadap biaya-biaya yang tertera pada tagihannya tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Bentuk tuturan :
Tagihan Citibank
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………
Saya coba hubungi call center Citibank dan diminta memasukan
password yang saya sendiri tidak tahu. Sayang sekali perlakuan
Citibank kepada nasabah setianya seperti ini? Sekarang saya sudah
diteror oleh penagih-penagih Citibank atas biaya keterlambatan ini.
Sungguh-sungguh tidak nyaman. Terima kasih.
Wahyudiarto Jln Gender I no 224 Rt 5/7 Jatirasa
Jatiasih, Bekasi
(SPK/29 Juni 2012/170/TTE)
Tuturan pada data (17) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
‟menyayangkan‟. Tindak tutur ekspresif ‟menyayangkan‟ diungkapkan oleh
Wahyudiarto kepada pelayanan Citibank. Hal ini terkait dengan surat tagihan
Citibank yang diberikan kepada Wahyudiarto melalui email. Wahyudiarto
tidak dapat melakukan pengecekan pada biaya-biaya yang tertera ditagihannya,
karena pada tagihan yang dikirim melalui email tersebut tidak tertera biaya-
biaya yang harus dibayar oleh Wahyudiarto. Hal inilah yang membuat
Wahyudiarto menyayangkan pelayanan Citibank yang mengganti pemberian
surat tagihan dari berupa surat yang diantar ke rumah menjadi surat yang
dikirim melalui email.
Pada surat tagihan yang dikirim ke rumah, Wahyudiarto dapat
melakukan pengecekan biaya-biaya apa saja yang harus dibayarkannya.
Sekarang pihak Citibank mengirimkan tagihan melalui email yang tidak
diketahui paswordnya dan adanya biaya keterlambatan, bunga serta biaya-
biaya lain yang tidak pernah diketahuinya. Wahyudiarto sudah berusaha untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
menghubungi call center Citibank, namun tidak ada penyelesaian yang jelas.
Hal inilah yang membuat Wahyudiarto menyayangkan tindakan Citibank.
Pada konteks tersebut terdapat penanda lingual yang digunakan oleh
Wahyudiarto untuk mengungkapkan perasaannya kepada pelayanan Citibank.
Jadi, dengan adanya penanda lingual ‟menyayangkan‟ yang jelas maka konteks
tersebut dapat digolongkan ke dalam tindak tutur ekspresif ‟menyayangkan‟.
Bentuk tuturan tersebut dapat dibuktikan dengan klimat berikut “Sayang sekali
perlakuan Citibank kepada nasabah setianya seperti ini?”.
10. Mengungkapkan rasa marah
Mengungkapkan rasa marah adalah suatu perasaan sangat tidak senang
(karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya) (KBBI, 2005:559). Jadi, tindak
tutur ekspresif ‟mengungkapkan rasa marah‟ adalah suatu ungkapan rasa tidak
senang dari penutur kepada mitra tutur atas apa yang dialaminya. Tindak tutur
ekspresif ‟mengungkapkan rasa marah‟ diungkapkan penutur karena penutur
merasa tidak senang dengan apa yang ia terima atau ungkapan rasa tidak
senang terhadap apa yang dialami oleh penutur. Untuk dapat memahami jenis
tindak tutur ini dapat diperhatikan pada data berikut :
(18) Konteks Tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Satya Laksana pada Bank Jateng
Syariah. Satya Laksana merasa marah dengan layanan dari Bank Jateng
Syariah yang tidak bertanggung jawab dengan uang nasabah yang hilang
ditabungannya. Hal ini terkait dengan pemalsuan surat kuasa yang
dilakukan oleh pimpinan cabang, sehingga pimpinan cabang tersebut
dapat mengambil uang Satya Laksana sebesar enam milyar dengan
leluasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Bentuk tuturan :
Pengalaman Menabung di Bank Jateng Syariah
………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
Belakangan saya tahu uang saya Rp6 miliar diambil oleh
pemimpin cabang dengan membuat surat kuasa palsu dan memalsukan
tanda tangan saya. Pemimpin cabang telah ditahan Kejakti Jateng. Saya
berulang kali mendatangi Bank Jateng di Jl Pemuda, Kota Semarang,
guna meminta pertanggungjawaban manajemen bank itu. Selama
setahun, masalah ini tak kunjung beres. Apa tumon, nabung ning bank
dhuwit ilang, kok bank ora tanggung jawab!
Satya Laksana
Jl Taman Muara Mas 109B, Semarang
(SPSM/09 Februari 2012/172/TTE)
Tuturan pada data (18) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
‟mengungkapkan rasa marah‟. Tindak tutur ekspresif ‟mengungkapkan rasa
marah‟ diungkapkan oleh Satya Laksana kepada Bank Jateng Syariah yang
tidak bertanggungjawab dengan hilangnya uang ditabungannya. Setelah
dilakukan penelusuran, ternyata uang tersebut telah diambil oleh pimpinan
cabang yang telah membuat surat kuasa palsu. Hal ini membuat pimpinan
cabang tersebut dapat mengambil uang Satya Laksana dengan leluasa. Satya
Laksana mengetahui uangnya hilang setelah mencetak buku tabungan. Pada
buku tabungan tersebut tertera saldo yang dimiliki hanya 2,5 milyar saja.
Padahal seharusnya uang yang dimiliki oleh Satya Laksana adalah sebesar 8,5
milyar. Pimpinan cabang yang telah mengambil uangnya telah ditahan Kejakti
Jateng. Satya Laksana menghubungi pihak Bank Jateng Syariah untuk
meminta pertanggungjawaban, namun tidak ada penyelasaian yang dilakukan
oleh Bank Jateng Syariah.
Pada konteks tersebut terdapat penanda lingual yang digunakan oleh
Satya Laksana untuk mengungkapkan rasa marah kepada Bank Jateng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Syariah. Jadi, dengan adanya penanda lingual ‟marah‟ yang jelas maka konteks
tersebut dapat digolongkan ke dalam tindak tutur ekspresif ‟mengungkapkan
rasa marah‟. Bentuk tuturan tersebut dapat dibuktikan dengan klimat berikut
“Apa tumon, nabung ning bank dhuwit ilang, kok bank ora tanggung
jawab!”.
11. Mengungkapkan Rasa Jengkel
Mengungkapkan rasa jengkel adalah suatu rasa kekesalan (tentang
perasaan) (KBBI, 2005 : 358). Jadi, tindak tutur ekspresif ‟mengungkapkan
rasa jengkel‟ adalah luapan rasa kesal seseorang terhadap sesuatu yang ia
terima. Tindak tutur ekspresif ‟mengungkapkan rasa jengkel‟ diungkapkan
penutur terhadap sesuatu yang diterimanya dan membuatnya merasa kesal atas
apa yang diterimanya itu. Untuk dapat memahami jenis tindak tutur ini dapat
diperhatikan pada data berikut :
(19) Konteks Tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Tryas Mulyana kepada jasa
pengiriman barang JNE. Tryas Mulyana merasa jengkel dengan
pelayanan JNE yang tidak bersedia mengembalikan uang pengiriman
barang yang tidak jadi dikirim. Hal ini terkait dengan pengembalian
barang yang dikirimkan oleh Tryas Mulyana melalui JNE Gintung.
Barang yang dikembalikan sudah dapat diambil, namun biaya pengiriman
tidak ikut dikembalikan. Inilah yang membuat Tryas Mulyana merasa
jngkel dengan pelayanan JNE yang tidak profesional.
Bentuk tuturan :
JNE tidak Mau Kembalikan Uang Saya
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Akhirnya dikembalikan ke agen JNE Gintung Ciputat dan bisa
saya ambil tapi yang jadi masalah uang pengirimannya tidak ikut
dikembalikan. Saya sungguh sangat kesal waktu itu walau saya bisa
kirim dengan jasa paket lain tapi hal ini menghambat bisnis saya.
Heran saya sangat buruk sekali pelayanan JNE, benar-benar merugikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
pelanggan. Petugas agen JNE Gintung bilang saya harus mengurus
sendiri untuk pengembalian uangnya.
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Tryas Mulyana
Jl. Al-ihsan no.8 RT 02/07
Kp. Sawah Lama Ciputat
Tangeran selatan
(SPK/26 Maret 2012/182/TTE)
Tuturan pada data (19) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
‟mengungkapkan rasa jengkel‟. Tuturan diungkapkan oleh Tryas Mulyana
kepada jasa pengiriman barang JNE yang tidak bersedia mengembalikan uang
pengiriman barang yang batal dikirim. Tryas Mulyana merasa jengkel, karena
pelayanan dari JNE yang tidak bertanggungjawab dengan sesuatu yang dimiliki
oleh pelanggan. Hal ini terkait dengan pengembalian barang yang dikirimkan
oleh Tryas Mulyana melalui JNE Gintung. Barang yang dikembalikan sudah
dapat diambil kembali, namun biaya pengiriman tidak ikut dikembalikan.
Inilah yang membuat Tryas Mulyana merasa jengkel dengan pelayanan JNE
yang tidak profesional.
Ungkapan rasa jengkel dari Tryas Mulyana dapat dibuktikan dengan
kalimat berikut “Saya sungguh sangat kesal waktu itu walau saya bisa
kirim dengan jasa paket lain tapi hal ini menghambat bisnis saya”. Dari
kalimat tersebut, penutur berusaha untuk mengungkapkan kekesalannya
terhadap JNE. Pada saat itu, Tryas Mulyana berniat untuk megirimkan barang
dengan jasa pengiriman barang JNE. Akan tetapi, pengiriman barang yang
dilakukan tersebut dikembalikan oleh agen yang dituju. Setelah itu, Tryas
Mulyana mencoba untuk kembali ke agen tempat ia mengirimkan barang.
Barang yang gagal dikirim memang dikembalikan, namun uang pengiriman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
barang tidak dikembalikan. Petugas agen JNE Gintung mengatakan bahwa
Tryas Mulyana harus mengurus sendiri uangnya. Hal inilah yang membuat
Tryas Mulyana merasa jengkel dengan pelayanan dari agen JNE gintung.
Meskipun uang yang harus diurus tidak terlalu banyak, tetapi hal itu telah
menghambat kelancaran bisnisnya.
Data lain yang menunjukkan penggunaan tindak tutur ekspresif
„mengungkapkan rasa jengkel‟ dapat dilihat pada data berikut :
(20) Konteks tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Wilfrid Hutagalung kepada bank
Mandiri. Wilfrid Hutagalung merasa jengkel karena permohonan
memiliki kartu kredit Mandiri ditolak. Hal ini tidak sesuai dengan iklan
yang dilakukan oleh Bank Mandiri pada tanggal 26 Juni 2012. Bank
Mandiri mengadakan undian untuk menarik minat masyarakat menjadi
nasabah Bank Mandiri. Akan tetapi, Wilfrid Hutagalung yang
melakukan permohonan untuk memiliki kartu kredit Bank Mandiri justru
ditolak.
Bentuk tuturan :
Pengurusan Kartu Kredit di Bank Mandiri
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Hal ini sangat menjengkelkan saya karena tidak ada
kewajiban-kewajiban apapun yang belum saya bayar waktu saya
berhenti menggunakan kartu kredit di 2005. Apalagi gaji dan
penghasilan lain saya sebagai pegawai salah satu BUMN selalu
dibayarkan melalui bank Mandiri sehingga seharusnya bank Mandiri bisa
mengerti profil nasabah saya.
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
Wilfrid Hutagalung
Jl. Kalibata Timur 85
Jakarta
(SPK/26 Juni 2012/188/TTE)
Tuturan pada data (20) termasuk dalam tindak tutur ekspresif
„mengungkapkan rasa jengkel‟. Tuturan disampaikan oleh Wilfrid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Hutagalung kepada bank Mandiri. Wilfrid Hutagalung merasa jengkel
karena permohonan memiliki kartu kredit bank Mandiri ditolak. Hal ini tidak
sesuai dengan iklan yang dilakukan oleh Bank Mandiri pada tanggal 26 Juni
2012. Bank Mandiri mengadakan undian untuk menarik minat masyarakat
menjadi nasabah Bank Mandiri. Akan tetapi, Wilfrid Hutagalung yang
melakukan permohonan untuk memiliki kartu kredit Bank Mandiri justru
ditolak.
Ungkapan rasa jengkel Wilfrid Hutagalung dapat dibuktikan dengan
kalimat berikut “Hal ini sangat menjengkelkan saya karena tidak ada
kewajiban-kewajiban apapun yang belum saya bayar waktu saya berhenti
menggunakan kartu kredit di 2005”. Sebelumnya Wilfrid Hutagalung
sudah pernah memiliki kartu kredit Bank Mandiri. Namun, karena ditugaskan
untuk belajar di luar negeri, maka Wilfrid Hutagalung memberhentikan
kepemilikan kartu kreditnya. Setelah pulang dari lur negeri, Wilfrid
Hutagalung mengajukan permohonan pada Bank Mandiri untuk memiliki
kartu kredit Mandiri kembali. Akan tetapi hal itu ditolak oleh pihak Mandiri
tanpa alasan yang jelas. Padahal Wilfrid Hutagalung tidak memiliki
kewajiban-kewajian apapun yang belum dibayar pada saat berhenti memiliki
kartu kredit Mandiri. Sebagai pegawai salah satu BUMN, gajinya selalu
dibayarkan melalui bank Mandiri. Hal inilah yang membuat Wilfrid
Hutagalung merasa jengkel dengan pelayanan bank Mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
B. Wujud Realisasi Strategi Kesopanan Berbahasa dalam “Pos Pembaca” di
Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka
Pada penelitian mengenai tuturan yang terdapat dalam “Pos Pembaca”
di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka ini juga
ditemukan adanya kesopanan berbahasa. Kesopanan berbahasa ini dapat dilihat
dari adanya penerapan strategi-strategi kesopanan dalam berbahasa. Peneliti
menemukan tiga jenis strategi kesopanan berbahasa yang digunakan oleh
penutur dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas
dan Suara Merdeka, yaitu strategi tanpa basa-basi (on-record), strategi
kesopanan positif, dan strategi kesopanan negatif.
1. Strategi Tanpa Basa-Basi (On Record)
Melakukan tindakan secara lugas, tanpa basa-basi atau tanpa usaha
penyelamatan muka berarti melakukan tindakan tersebut dengan cara yang
paling langsung, jelas, tegas dan ringkas. Membuat tuturan dengan on-record
ini, penutur juga harus memperhatikan dalam memilih tuturan yang akan
disampaikan. Penutur harus membuat tuturan secara lugas tanpa usaha
penyelamatan muka lawan „baldly thout redress’ atau penutur memutuskan
untuk mengurangi perasaan kurang senang lawan tuturnya dengan melakukan
redressive action „tindakan penyelamatan muka‟. Tindakan penyelamatan
muka lawan tutur ini diperlukan karena biasanya penutur berkeinginan untuk
menjaga hubungan yang harmonis dengan lawan tuturnya. Untuk dapat
memahami strategi bertutur ini dapat diperhatikan pada data berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
(21) Konteks tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh salah satu pelanggan salon
perawatan kecantikan yang merasa kecewa dengan pelayanan yang
diterimanya. Pelanggan merasa kecewa atas pelayanan yang telah
dilakukan oleh salah satu pegawai di salon perawatan kecantikan
Larissa.
Bentuk tuturan :
Kecewa pelayanan di Larissa
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Kekecewaan saya memuncak ketika transaksi mencapai
Rp.200.000 hanya diberi satu kupon. Kasir beralasan ada tiga
nota. Saya berharap dua kupon karena transaksi saya Rp.200.000,
walau itu gabungan tiga nota karena pada ketentuan hanya
berdasarkan nilai transaksi, bukan nota. Dengan tak simpatik kasir
menolak ketika saya usulkan transaksi saya dibuatkan satu nota saja.
Saya kecewa dengan pelayanan Larissa.
Sri Wahyuni
Asrama Polisi Polsek Jebres, Solo
(PPS/10 Desember 2011/88/SKOR)
Tuturan pada data (21) menunjukkan adanya penggunaan strategi
bertutur tanpa basa-basi yang digunakan oleh salah satu pelanggan salon
kecantikan Larissa. Penggunaan strategi ini dapat dilihat dari tuturan yang
mengandung tindak tutur ekspresif ‟mengungkapkan rasa kecewa‟ yaitu, ”
Kekecewaan saya memuncak ketika transaksi mencapai Rp.200.000
hanya diberi satu kupon. Kasir beralasan ada tiga” dan “Saya kecewa
dengan pelayanan Larissa”. Kedua tuturan yang disampaikan oleh Sri
Wahyuni memiliki daya ancaman yang besar terhadap pihak Larissa. Melalui
tuturan yang disampaikan oleh Sri Wahyuni melalui ‟Pos Pembaca‟ di
Solopos, ia berkeinginan agar pihak Larissa benar-benar memperhatikan
setiap hal yang dialami oleh pelanggannya.
Ungkapan rasa kecewa dari Sri Wahyuni tersebut secara langsung
dituturkan agar pihak Larissa mengetahui kekecewaan yang dialami oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
salah satu pelanggannya. Tuturan ‟mengungkapkan rasa kecewa‟ ini
diungkapkan secara tegas, lugas, dan terus terang tanpa berupaya
menyelamatkan muka lawan tutur yaitu dari pihak Larissa. Sri Wahyuni
menggunakan strategi on-record dalam mengungkapkan rasa kecewanya
terhadap Larissa tanpa memperhatikan adanya ancaman muka terhadap lawan
tuturnya.
Strategi on-record dipilih oleh Sri Wahyuni karena dalam konteks
tersebut, pelanggan mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi dibanding
dengan pihak Larissa. hal ini dikarenakan pelanggan mempunyai hak penuh
untuk mengunkapkan rasa kecewanya terhada layanan yang diterimanya
selama menjalani perawatan di salon tersebut. Oeh sebab itulah, Sri
Wahyuni menggunakan strategi on-record dalam mengungkapkan rasa
kecewanya tanpa berupaya menyelamatkan muka lawan tutur agar bisa
menjadi perhatian pihak Larissa agar tidak ada yang mengalami hal yang
serupa dengannya.
Data lain yang menunjukkan penggunaan strategi on-record dapat
dilihat pada data berikut :
(22) Konteks tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Henny Lestari pada pengelola Solo
Grand Mall. Henny Lestari mengeluhkan peraturan di Solo Grand
Mall yang menaikkan biaya service charge.
Bentuk tuturan :
Manajemen SGM Mengecewakan
Kami pemilik Toko Look selaku tenant di Solo Grand Mall
(SGM) merasa keberatan atas kenaikan biaya service charge yang
diberlakukan manajemen SGM mulai Februari ini. Kenaikan ini
terjadi tiap tahun tanpa memperhatikan situasi pasar yang kian lesu.
Situasi pasar yang lesu sangat terkait dengan aktivitas yang
diselenggarakan oleh pengelola mal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Henny Lestari
Jl dr Rajiman 109, Solo
(PPS/08 Februari 2012/125/SKOR)
Tuturan pada data (22) merupakan bentuk penerapan strategi bertutur
tanpa basa-basi. Penerapan strategi bertutur ini dapat dilihat dari tuturan
ekspresif „mengeluh‟ yang dituturkan oleh Henny Lestari, yaitu “Kami
pemilik Toko Look selaku tenant di Solo Grand Mall (SGM) merasa
keberatan atas kenaikan biaya service charge yang diberlakukan
manajemen SGM mulai Februari ini”. Tuturan „mengeluh‟ ini dituturkan
oleh Henny Lestari kepada pihak Solo Grand Mall yang menaikkan biaya
service charge yang diberlakukan mulai bulan Februari.
Melalui tuturan tersebut, Henny Lestari bermaksud untuk
mengungkapkan keluhannya pada peraturan baru pihak Solo Grand Mall,
yaitu menaikkan biaya service charge. Henny Lestari menggunakan strategi
on-record dalam mengungkapkan keluhannya, hal ini bertujuan agar
keluhannya tersebut benar-benar diperhatikan oleh pihak Solo Grand Mall.
Strategi on-record ini diharapkan dapat mewakili keluhan yang
diungkapkannya pada pihak Solo Grand Mall agar lebih diperhatikan lagi
peraturan baru yang mulai diberlakukan pada bulan Februari tersebut. Hal ini
bertujuan untuk tetap menjaga hubungan baik antara tenant di Solo Grand
Mall dengan pengelola Solo Grand Mall itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Data lain yang menunjukkan penggunaan strategi on-record dapat
dilihat pada data berikut :
(23) Konteks tuturan :
Tuturan diasampaikan oleh pelanggan kartu Halo yang merasa kecewa
dengan pelayanan petugas kartu Halo yang merugikan pelanggannya. Hal ini
terjadi karena Fausta Ari Yuisnita tidak mendapatkan billing statement pada
bulan Oktober hingga Pebruari, namun harus tetap membayar tagihan kartu
Halo yang tidak jelas pemakaiannya. Komplainnya terhadap pihak Telkomsel
juga tidak mendapatkan tanggapan dan penyelesaian sama sekali.
Bentuk tuturan :
Telkomsel Rugikan Nasabahnya
Saya Fausta Ari Y pelanggan kartu Hallo dari tahun 2002, saya
merasa dirugikan baik secara material (sebesar Rp 7.8 juta) maupun non-
material oleh tagihan kartu hallo selama periode 19 Febuari – 15 Maret 2012.
Dimana kekecewaan saya yang pertama untuk tagihan saya di Bulan
Oktober sampai Febuari saya tidak mendapatkan Billing Statement.
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………..
Namun akan bantu untuk mempertemukan saya dengan petugas
Telkomsel langsung (Bapak Imam). Hal ini pun hingga saat ini belum
terlaksana. Saya sebagai pelanggan kartu Hallo yang sudah 10 tahun
meresa kecewa pada Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi
terbesar dan terpercaya dimana merugikan nasabahnya sebesar Rp
7.8 juta dan sampai saat ini tidak ada penyelesaian sama sekali dari
pihak Telkomsel.
Fausta Ari Yuisnita
Komplek Jatinegara Indah Blok F4 No. 16
Jakarta Timur
(SPK/13 Maret 2012/96/SKOR)
Tuturan pada data (23) merupakan bentuk dari penerapan strategi
bertutur tanpa basa-basi. Penerapan strategi bertutur ini dapat dilihat dari
tuturan ekspresif „mengungkapkan rasa kecewa‟ yang dituturkan oleh
pelanggan kartu Halo, yaitu ”Saya sebagai pelanggan kartu Hallo yang
sudah 10 tahun merasa kecewa pada Telkomsel sebagai perusahaan
telekomunikasi terbesar dan terpercaya dimana merugikan nasabahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
sebesar Rp 7.8 juta dan sampai saat ini tidak ada penyelesaian sama
sekali dari pihak Telkomsel”. Melalui tuturan tersebut, Fausta Ari
Yuisnita menuturkan keinginannya secara langsung supaya pihak Telkomsel
khususnya kartu Halo lebih memperhatikan pelanggannya.
Fausta Ari Yuisnita menggunakan strategi on-record dalam
mengungkapkan kekecewaannya terhadap kartu Halo tanpa memperhatikan
adanya ancaman muka terhadap lawan tuturnya. Tuturan „mengungkapkan
rasa kecewa‟ tersebut dituturkan oleh Fausta Ari Yuisnita secara tegas,
langsung, dan jelas. Penggunaan strategi on-record ini dianggap lebih efisien
untuk mengungkapkan pernyataan „mengungkapkan rasa kecewa‟ tanpa
berupaya menyelamatkan muka lawan tuturnya.
Data lain yang menunjukkan penggunaan strategi on-record dapat
dilihat pada data berikut :
(24) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh salah seorang pelanggan
TelkomVision yang merasa kecewa dengan pelayanan pihak Telkom
Vision. Hal ini dikarenakan tidak ada pelayanan yang baik dari pihak
Telkom Vision. Pada saat ada part parabola yang jatuh, tidak ada teknisi
yang datang untuk memperbaiki. Padahal Teguh Santoso sudah
menghubungi pihak Telkom Vision, namun tetap tidak ada tanggapan
ataupun tindakan dari TelkomVision. Hal ini membuat Teguh Santoso
kecewa karena tidak dapat menikmati semua acara yang ada di
TelkomVision.
Bentuk tuturan :
Kecewa Pelayanan Telkom Vision
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Saya sangat kecewa atas pelayan ini, sudah hampir 2
minggu saya mengalami kerugian. Saya menyesal berlangganan
kalau pelayanan nya seperti ini dan saya sudah lelah menghubungi 147
tanpa ada solusi. Kepada TelkomVision saya tunggu solusi anda dalam
waktu 3 x 24 jam ke depan, kalau tidak ada tanggapan saya tidak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
membayar sepeserpun biaya bulanan dan silahkan anda menarik
decoder dan parabola di rumah saya. Terima kasih.
Teguh Santoso
Jl. Matraman Raya 12. Jakarta Timur
Jakarta
(SPK/27 Maret 2012/101/SKOR)
Tuturan pada data (24) merupakan bentuk dari penerapan strategi
bertutur tanpa basa-basi. Penerapan strategi bertutur ini dapat dilihat dari
tuturan ekspresif „mengungkapkan rasa kecewa‟ yang dituturkan oleh
pelanggan Telkom Vision, yaitu ” Saya sangat kecewa atas pelayan ini,
sudah hampir 2 minggu saya mengalami kerugian”. Melalui tuturan
tersebut, Teguh Santoso menuturkan keinginannya secara langsung supaya
pihak Telkom Vision lebih memperhatikan pelanggannya.
Teguh Santoso menggunakan strategi on-record dalam
mengungkapkan kekecewaannya terhadap Tekom Vision tanpa
memperhatikan adanya ancaman muka terhadap lawan tuturnya. Tuturan
„mengungkapkan rasa kecewa‟ tersebut dituturkan oleh Teguh Santoso
secara tegas, langsung, dan jelas. Penggunaan strategi on-record ini dianggap
lebih efisien untuk mengungkapkan pernyataan „mengungkapkan rasa
kecewa‟ tanpa berupaya menyelamatkan muka lawan tuturnya.
Data lain yang menunjukkan penggunaan strategi on-record dapat
dilihat pada data berikut :
(25) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh Dewi Artin kepada pihak
penyelenggara kuis produk kecantikan Sariayu. Dewi Artin
menyayangkan iklan Sariayu yang mengadakan kuis, namun
pemenangnya hanyalah pembohongan publik semata. Ungkapan rasa
menyayangkan dari Dewi Artin ini diawali dengan keikutsertaannya
pada kuis tersebut di bulan Januari. Setelah 2minggu yaitu pada bulan
Pebruari, Dewi Artin mendapati namanya tercantum dalam daftar salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
satu pemenang dari kuis tersebut. Namun, setelah ditunggu beberapa
waktu Dewi Artin tidak mendapat konfirmasi dari pihak
penyelenggara. Hingga bulan Maret akhirnya Dewi Artin berinisiatif
mengirim e-mail pada pihak Sariayu, namun tetap tidak ada tanggapan.
Bentuk tuturan :
Kuis Sariayu Beauty Spa Berhadiah Fiktif
Pada bulan Januari 2011, saya iseng ikut kuis Sariayu Beauty
Spa online via website setelah melihat tayangan iklannya di televisi dan
secara tidak sengaja pada bulan April 2011 dari hasil googling
membaca nama saya sebagai pemenang.
.......................................................................................................
...................................................................................................................
..........................................................................................................
Yang saya sayangkan disini adalah image brand Sariayu
yang begitu besar namun tidak sesuai dengan kenyataan (tidak
profesional), bahkan iklan kuis ini pun ditayangkan di televisi. Namun
ternyata pemenangnya semata-mata hanyalah kebohongan publik
semata dan mencatut nama orang seenaknya. Mungkin selain saya
masih ada nama-nama lain yang dicatut, karena kuis ini diadakan
mingguan dan setiap minggunya ada 40 orang pemenang.
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
………………..
Dewi Artin
Karanggayam Rt 01/Rw 04
Metuk Mojosongo
Boyolali
(PPS/02 April 2012/169/SKOR)
Tuturan pada data (25) merupakan bentuk dari penerapan strategi
bertutur tanpa basa-basi. Penerapan strategi bertutur ini dapat dilihat dari
tuturan ekspresif „menyayangkan‟ yang dituturkan oleh seorang masyarakat
yang mengikuti kuis dari produk kecantikan Sariayu, yaitu “Yang saya
sayangkan disini adalah image brand Sariayu yang begitu besar namun
tidak sesuai dengan kenyataan (tidak professional)”. Tuturan
„menyayangkan‟ ini dituturkan oleh Dewi Artin kepada pihak penyelenggara
kuis produk kecantikan Sariayu. Melalui tuturan tersebut, Dewi Artin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
berkeinginan agar pihak penyelenggara lebih profesional lagi dalam
mempromosikan produknya. Dewi Artin menyayangkan cara yang diakukan
oleh Sariayu yang tidak profesional, membohongi publik hanya untuk
mendapatkan keuntungan semata.
Dewi Artin menggunakan strategi on-record dalam mengungkapkan
tuturannya tanpa memperhatikan adanya ancaman muka terhadap lawan
tuturnya. Tuturan ‟menyayangkan‟ tersebut dituturkan Dewi Artin secara
langsung dan jelas. Strategi on-record ini dipilih oleh Dewi Artin karena
berdasarkan konteks tuturan tersebut ancaman terhadap muka lawan tutur
(pihak penyelenggara kuis produk kecantikan Sariayu) sangat kecil. Apabila
tidak ada yang komplain, maka tidak ada yang mengetahui bahwa Sariayu
telah membohongi publik dengan mengadakan kuis palsu.
Oleh sebab itulah, Dewi Artin dengan tegas menyayangkan cara yang
dilakukan oleh Sariayu. Dewi Artin berkeinginan agar pihak penyelenggara
kuis produk kecantikan Sariayu lebih profesional lagi dalam memromosikan
produknya. Hal ini bertujuan agar Sariayu tetap mendapat tempat di hati
masyarakat luas, juga Sariayu menjadi lebih baik dan memperhatikan para
pengguna produknya. Penggunaan strategi on-record ini dianggap lebih
efisien untuk mengungkapkan pernyataan ‟menyayangkan‟ tanpa berupaya
menyelamatkan muka lawan tuturnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Data lain yang menunjukkan penggunaan strategi on-record dapat
dilihat pada data berikut :
(26) Konteks Tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Tryas Mulyana kepada jasa
pengiriman barang JNE. Tryas Mulyana merasa jengkel dengan
pelayanan JNE yang tidak bersedia mengembalikan uang pengiriman
barang yang tidak jadi dikirim.
Bentuk tuturan :
JNE tidak Mau Kembalikan Uang Saya
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Akhirnya dikembalikan ke agen JNE Gintung Ciputat dan bisa
saya ambil tapi yang jadi masalah uang pengirimannya tidak ikut
dikembalikan. Saya sungguh sangat kesal waktu itu walau saya bisa
kirim dengan jasa paket lain tapi hal ini menghambat bisnis saya.
Heran saya sangat buruk sekali pelayanan jne benar benar merugikan
pelanggan. Petugas agen JNE gintung bilang saya harus urus sendiri
untuk pengembalian uangnya.
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Tryas Mulyana
Jl. Al-ihsan no.8 RT 02/07
Kp. Sawah Lama Ciputat
Tangsel
(SPK/26 Maret 2012/182/SKOR)
Tuturan pada data (26) merupakan bentuk dari penerapan strategi
bertutur tanpa basa-basi. Penerapan strategi bertutur ini dapat dilihat dari
tuturan ekspresif „mengngkapkan rasa jengkel‟ yang dituturkan oleh seorang
pengguna jasa engiriman barang JNE, yaitu “Saya sungguh sangat kesal
waktu itu walau saya bisa kirim dengan jasa paket lain tapi hal ini
menghambat bisnis saya”. Ungkapan rasa jengkel ini dituturkan oleh Tryas
Mulyana yang merupakan seorang pengguna jasa pengiriman barang JNE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
kepada pelayanan pihak JNE. Melalui tuturan tersebut, Tryas Mulyana
mengungkapkan rasa jengkelnya pada pihak JNE yang tidak bersedia
mengembalikan uang pengiriman yang telah gagal dilakukan oleh JNE.
Tryas Mulyana menggunakan strategi on-record dalam
mengungkapkan tuturannya untuk menjaga hubungan baik dengan pihak JNE,
karena bisnis dari Tryas Mulyana membutuhkan jasa pengiriman barang
seperti JNE. Apabila pihak JNE tidak bersedia menangani masalah ang
dilayani oleh pelanggannya, maka tidak menutup kemungkinan bahwa Tryas
Mulyana akan pindah pada jasa pengiriman baang yang lain. Selain itu,
tindakan JNE yang tidak bersedia mengurus masalah yang dihadapi oleh
Tryas Mulyana ini sangat merugikan bisnisnya. Pengiriman barang yang
gagal dilakukan dan uang pengrimannya tidak dikembalikan dari pihak JNE.
Ha inilah yang membuat Tryas Mulyana merasa kesal dan mengungkapkan
kekesalannya dengan menggunakan strategi kesopanan on-record.
2. Strategi Kesopanan Positif
Kesopanan positif adalah kesopanan yang diasosiasikan dengan
muka positif lawan tutur, yaitu keinginan agar penutur dihargai dan dipahami
keinginannya. Kesopanan positif ini biasanya untuk menunjukkan kedekatan,
dan hubungan baik antara penutur dan lawan tutur.
Brown dan Levinson menawarkan lima belas strategi kesopanan
positif. Dalam penelitian ini, hanya ditemukan tiga strategi kesopanan positif
yang terdapat dalam “Pos Pembaca“ di Solopos dan “Surat Pembaca” di
Kompas dan Suara Merdeka. Strategi kesopanan positif tersebut, yaitu
strategi mencari dan mengusahakan persetujuan dengan lawan tutur;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
strategi memberikan dan meminta alasan; strategi menyiratkan atau
menyatakan hal yang timbal balik.
a. Strategi mencari dan mengusahakan persetujuan dengan lawan tutur
Strategi mencari dan mengusahakan persetujuan dengan lawan tutur ini
merupakan sub strategi kesopanan positif yang ke lima. Penerapan strategi
mencari dan mengusahakan persetujuan dengan lawan tutur, diharapkan dapat
memperoleh suatu penyelesaian atau jalan tengah dari masalah yang dihadapi
oleh penutur dan tidak menyinggung perasaan lawan tutur. Untuk dapat
memahami strategi bertutur ini dapat diperhatikan pada data berikut :
(27) Konteks tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Riska Damayanti pada Bank
Bukopin. Riska Damayanti merasa kecewa dengan pelayanan dari
Bank Bukopin yang menolak untuk menutup kartu kredit milik Riska
Damayanti.
Bentuk tuturan :
Kecewa Pelayanan Kartu Kredit Bank Bukopin
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Lalu saya sampaikan bahwa saya ingin menutup kartu saya, tapi
petugas mengharuskan untuk membayar ann fee nya juga. Petugas
menawarkan bila saya melanjutkan kartunya maka akan diberikan gratis
iuran tahunan dengan syarat ada pemakaian sebesar Rp 100.000, jelas
saya menolaknya, saya tetap ingin menutup kartu saya tapi dia
mengatakan kalau ingin ditutup kartunya harus dibayarkan semua
tagihan dulu baru bisa. Dikeesokan harinya saya berbicara lagi dengan
petugas yang lain dan jawabannya tetap sama dengan Lina dan Dewi
dengan arogansi. Betapa kecewanya saya dengan pelayanan Bank
sebesar Bukopin yang seharusnya bisa menutup kartu saya dimana
saya tidak mau melanjutkan karena iuran tahunan itu adalah hak
saya. Saya pernah mengalami hal yang sama di bank lain tapi saya tetap
bisa menutup kartu saya.
…………………………………………………………………
………………………………………………………………………..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Riska Damayanti
Jl Gading VII No 805 Pondok Bambu
Jakarta
(SPK/10 Maret 2012/95/SKP)
Tuturan pada data (27) menunjukkan adanya penggunaan strategi
kesopanan positif dalam bertutur yang digunakan oleh Riska Damayanti.
Penggunaan strategi ini dapat dilihat dari tuturan Riska Damayanti yang
mengandung tindak tutur ekspresif „mengungkapkan rasa kecewa‟, yaitu
“Betapa kecewanya saya dengan pelayanan Bank sebesar Bukopin yang
seharusnya bisa menutup kartu saya dimana saya tidak mau
melanjutkan karena iuran tahunan itu adalah hak saya”.
Sub strategi yang dipakai oleh Riska Damayanti dalam
mengungkapkan tuturannya adalah strategi kesopanan dengan mencari dan
mengusahakan persetujuan dengan lawan tutur. Riska Damayanti berusaha
untuk mencari persetujuan dengan pihak Bank Bukopin agar bersedia untuk
menutup kartu kredit miliknya. Hal ini berkaitan dengan adanya penambahan
bunga serta biaya over limit pada surat tagihan kartu kreditnya serta iuran
tahunan yang harus dibayarkannya.. Riska Damayanti tidak mengetahui
tentang iuran tahunan yang harus dibayarkannya, hal ini berdampak pada
penambahan bunga yang muncul pada surat tagihan kartu kreditnya.
Riska Damayanti berusaha untuk menghubungi pihak Bank Bukopin
dan menanyakan tentang iuran tahunan serta penambahan bunga yang muncul
pada surat tagihan kartu kreditnya. Riska Damayanti juga meminta
penghapusan bunga pada surat tagihan kartu kreditnya. Akan tetapi, pihak
Bank Bukopin menjelaskan dengan nada arogan serta menolak untuk
mengusahakan serta membantu menghapuskan bunga yang muncul pada surat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
tagihan kartu keditnya. Hal inilah yang membuat Riska Damayanti merasa
kecewa dengan layanan Bank Bukopin.
b. Strategi memberikan dan meminta alasan
Strategi memberikan dan meminta alasan merupakan sub strategi
kesopanan positif yang ke tiga belas. Penggunaan strategi ini berkaitan
dengan sesuatu yang memang membutuhkan atau memerlukan suatu alasan.
Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman yang nantinya akan
mengancam muka negatif lawan tutur. Untuk dapat memahami strategi
bertutur ini dapat diperhatikan pada data berikut :
(28) Konteks tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Tio Cek Ling pada bank CIMB. Tio
Cek Ling menyesalkan layanan bank CIMB yang tidak memperhatikan
kesulitan nasabahnya. Hal ini terkait dengan keterlambatan Tio Cek
Ling dalam membayar tagihan, sehingga muncul denda serta biaya
keterlambatan. Keterlmbatan Tio Cek Ling dalam membayar tagihan
dikarenakan pada bulan itu sedang ada di luar kota, sehingga lupa untuk
membayar tagihan yang telah jatuh tempo. Tio Cek Ling meminta
penghapusan bunga pada pihak Bank, karena Tio Cek Ling tidak pernah
melakukan keterlambatan dalam membayar tagihan. Tio Cek Ling
menyesalkan pihak Bank CIMB yang tidak langsung meneleponnya
untuk memberitahukan agar segera membayar karena sudah jatuh tempo.
Bentuk tuturan :
Mohon Penghapusan Bunga
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Saya tahu bahwa saat itu pasti sudah muncul bunga. Oleh sebab
itu saya menelpon call center bank CIMB Niaga untuk meminta agar
menghapuskan denda dan biaya keterlambatan karena baru sekali itu saya
terlambat membayar. Yang saya sesalkan adalah kenapa ketika pada
saat jatuh tempo dan saya belum membayar, keesokan harinya tidak
langsung ditelepon untuk melakukan pembayaran. Sehingga tidak
akan muncul bunga seperti ini. Memang setelah saya beberapa kali
menelepon akhirnya pihak bank menghapus late payment charges sebesar
Rp 75.000.
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tio Cek Ling
Jl. Jend Sudirman no 62
Yogyakarta
(SPK/11 April 2012/149/SKP)
Tuturan pada data (28) menunjukkan adanya penggunaan strategi
bertutur kesopanan positif yang digunakan oleh Tio Cek Ling. Penggunaan
strategi ini dapat dilihat dari tuturan Tio Cek Ling yang mengandung tindak
tutur ekspresif ‟menyesalkan‟, yaitu ”Yang saya sesalkan adalah kenapa
ketika pada saat jatuh tempo dan saya belum membayar, keesokan
harinya tidak langsung ditelepon untuk melakukan pembayaran”.
Substrategi yang dipakai oleh Tio Cek Ling dalam mengungkapkan
tuturannya adalah dengan meminta alasan dari pihak Bank CIMB. Tio Cek
Ling meminta alasan pada pihak Bank CIMB, mengapa tidak
memberitahukannya bila sudah jatuh tempo dan harus segera membayar
tagihan. Pada saat itu, Tio Cek Ling sedang berada di uar ota sehingga lupa
untuk membayar tagihan. Tio Cek Ling mengajukan permohonan
penhapusan bunga serta biaya keterlambatan pada pihak Bank CIMB karena
merasa baru satu kali terlambat dalam melakukan pembayaran tagihan Bank
CIMB.
Tio Cek Ling menyesalkan pihak Bank CIMB yang tidak
meneleponnya untuk memberitahukan bahwa sudah jatuh pembayaran
tagihan, sehingga muncul bunga serta biaya keterlambatan. Apabila sebelum
hari jatuh tempo pihak Bank sudah memberi peringatan atau pemberitahuan
pada Tio Cek Ling maka tidak akan muncul bunga serta biaya-biaya lainnya.
Tio Cek Ling menggunakan strategi kesopanan positif dalam menuturkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
perasaannya untuk meminta alasan dari pihak Bank CIMB karena ingin tetap
menjaga hubungan baik dengan Pihak Bank CIMB.
c. Strategi menyiratkan atau menyatakan hal timbal balik
Strategi menyiratkan atau menyatakan hal timbal balik merupakan
sub strategi kesopanan positif yang ke empat belas. Strategi ini biasanya
digunakan untuk meminta atau memperoleh sesuatu dengan bahasa yang
halus agar bisa mendapatkannya. Penggunaan strategi ini bisa mengurangi
ancaman terhadap muka negatif penutur. Untuk dapat memahami strategi
bertutur ini dapat diperhatikan pada data berikut :
(29) Konteks Tuturan :
Tuturan diungkapkan oleh Teguh Santoso salah seorang
pelanggan Telkom Vision. Teguh Santoso menyesalkan pihak Telkom
Vision yang terkesan tidak peduli dan tidak memperhatikan keluhan
dari pelanggan. Hal ini terkait dengan upgrade paket TelkomVision
yang diinginkan oleh Teguh Santoso tidak mendapatkan tindakan
penggantian decoder oleh petugas. Teguh Santoso hanya disuruh
menunggu tanpa ada kepastian dan tindakan yang jelas dari petugas.
Bentuk tuturan :
Kecewa Pelayanan Telkom Vision
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………
Oleh CS saya diminta menunggu lagi dan masalah saya akan
sekalian diperbaiki ketika teknisi datang. Saya sudah berulang kali
menelepon CS TelkomVision dan selalu diminta menunggu tanpa
kejelasan kapan akan datang atau diperbaiki, sampai akhirnya saya
menulis surat pembaca ini.
Saya sangat kecewa atas pelayan ini, sudah hampir 2 minggu
saya mengalami kerugian. Saya menyesal berlangganan kalau
pelayanan nya seperti ini dan saya sudah lelah menghubungi 147
tanpa ada solusi, kalau tidak ada tanggapan saya tidak akan
membayar sepeserpun biaya bulanan dan silahkan anda menarik
decoder dan parabola di rumah saya. Terima kasih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Teguh Santoso
Jl. Matraman Raya 12. Jakarta Timur
Jakarta
(SPK/27 Maret 2012/147/SKP)
Tuturan pada data (29) menunjukkan adanya penggunaan strategi
bertutur kesopanan positif yang digunakan oleh Teguh Santoso. Penggunaan
strategi ini dapat dilihat dari tuturan Teguh Santoso yang mengandung tindak
tutur ekspresif ‟menyesalkan‟, yaitu ” Saya menyesal berlangganan kalau
pelayanan nya seperti ini dan saya sudah lelah menghubungi 147 tanpa
ada solusi, kalau tidak ada tanggapan saya tidak akan membayar
sepeserpun biaya bulanan dan silahkan anda menarik decoder dan
parabola di rumah saya”.
Substrategi yang dipakai oleh Teguh Santoso dalam mengungkapkan
tuturannya adalah dengan menawarkan suatu tindakan timbal balik dengan
pihak TelkomVision. Teguh Santoso menawarkan suatu tindakan timbal
balik, yaitu apabila belum ada perbaikan decorder serta part parabola yang
rusak maka Teguh Santoso tidak akan membayar biaya bulanan Telkom
Vision. Hal ini terkait dengan pergantian paket yang dilakukan oleh Teguh
Santoso tidak brhasil dan ada part parabola yang rusak, sehingga Teguh
Santoso tidak dapat menikmati semua siaran Telkom Vision yang seharusnya
diterimanya. Teguh Santoso sudah menghubungi pihak Telkom Vison untuk
memperbaikinya, akan tetapi Teguh Santoso hanya disuruh menunggu tanpa
ada kejelasan. Hal inilah yang membuat Teguh Santoso menyesalkan
tindakan Telkom Vision yang tidak sigap menangani permasalahan yang
dialami oleh pelanggannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Teguh Santoso menggunakan strategi kesopanan positif dalam
menuturkan perasaannya untuk menawarkan suatu tindakan timal balik
karena ingin masalah yang dihadapinya segera selesai dan dapat menikmati
siaran Telkom Vision kembali. Hal ini bertujuan untuk tetap menjaga
ubungan baik dengan pihak TelkomVision, karena Teguh Santoso tetap ingin
menikmati siaran Telkom Vision. Penggunaan strategi positif dengan
menawarkan suatu tindakan timbal balik yang dilakukan oleh Teguh Santoso
bertujuan agar tidak menyinggung pihak Tekom Vision dan tetap menjaga
huungan baik yang selama ini sudah terjalin.
3. Strategi Kesopanan Negatif
Kesopanan negatif adalah keinginan yang diasosiasikan dengan muka
lawan tutur, yaitu keinginan agar penutur tidak dilanggar hak-haknya oleh
lawan tutur. Kesopanan negatif pada hakikatnya ditujukan terhadap
bagaimana memenuhi atau menyelamatkan sebagian muka negatif lawan
tutur, yaitu keinginan dasar lawan tutur untuk mempertahankan apa yang dia
anggap sebagai wilayah dan keyakinan dirinya.
Brown dan Levinson menawarkan sepuluh strategi kesopanan negatif
untuk menyelamatkan muka lawan tutur. Dalam penelitan ini, hanya
ditemukan satu strategi kesopanan negatif yang terdapat dalam “Pos
Pembaca“ di Solopos dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka.
Strategi kesopanan negatif tersebut, yaitu strategi menggukan permohonan
maaf.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
a. Strategi menggunakan permohonan maaf
strategi menggunakan permohonan maaf merupakan sub strategi
kesopanan negatif yang ke enam. Dengan menggunakan permohonan
maaf, maka penutur berusaha untuk meninggikan posisi lawan tutur agar
tidak mengancam muka negatif lawan tutur dan penutur tidak
menghendaki memaksa petutur. Untuk dapat memahami strategi bertutur
ini dapat diperhatikan pada data berikut :
(30) Konteks tuturan :
Tuturan disampaikan oleh Parmanto, SH, M. Hum pada Bp.
Menteri dan keluarga besar Kemendikbud di Jakarta. Parmanto, SH,
M. Hum mengucapkan permohonan maaf karena telah mengganggu
Bp. Menteri dan keluarga besar Kemendikbud di Jakarta dengan isi
dari surat pembaca yang telah dikirim melalui harian Suara Merdeka.
Bentuk tuturan :
Kepada Mendikbud
Semoga hidayah dan inayah Allah SWT senantiasa tercurah
kepada Bapak Menteri dan keluarga besar Kemendikbud di Jakarta.
Pertama kali saya mohon maaf telah berani mengganggu Bapak
dalam kesibukan bekerja. Selanjutnya saya ingin memperkenalkan
diri. Nama Parmanto, SH, M. Hum, umur 65 tahun, alamat Jl. Meranti
Raya 301, Banyumanik, Semarang, pekerjaan pensiunan Depdikbud
Prov Jateng.
…………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
Sehubungan hal tersebut kami mohon perkenan Bapak dapat
memberikan bantuan buku-buku bacaan untuk siswa sekolah dasar.
Kami juga ingin mengembangkan pondok baca ini menjadi
perpustakaan desa agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat satu
kelurahan. Untuk ini kami berharap bisa dicarikan suatu LSM
internasional yang bersedia membantu usaha mencerdaskan bangsa,
dan mengembangkan gedungnya.
…………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
H Parmanto, SH, Mhum
Jl Meranti Raya 301
Banyumanik, Semarang
(SPSM/28 Maret 2012/64/SKN)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Pada tuturan (30) yang disampaikan oleh Parmanto, SH, M. Hum
merupakan ungkapan permohonan maaf yang ditujukan kepada Bapak
Menteri serta segenap keluarga besar Kemendikbud di Jakarta.
Permohonan maaf dari Parmanto, SH, M. Hum ini bertujuan untuk
menghormati serta meninggikan posisi lawan tutur agar tidak merasa
diancam muka negatifnya. Hal ini terkait dengan keinginan Parmanto,
SH, M. Hum untuk mengembangkan pondok baca yang dimilikinya.
Parmanto, SH, M. Hum berharap Bapak Menteri berkenan untuk
memberikan sumbangan buku bacaan untuk anak sekolah dasar serta
berkenan untuk mengembangkan lebih besar lagi pondok bacanya terebut,
agar dapat lebih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Parmanto, SH, M. Hum menggunakan strategi permohonan maaf
untuk mengurangi ancaman terhadap muka lawan tutur dan berharap untuk
mendapatkan bantuan dari Bapak Menteri. Hal ini dapat dibuktikn dengan
tuturan berikut ” Pertama kali saya mohon maaf telah berani
mengganggu Bapak dalam kesibukan bekerja”. Tuturan tersebut
dimaksudkan agar Bapak Menteri serta segenap kelurga besar
Kemendikbud Jakarta tidak merasa diganggu waktu bekerjanya atas isi
surat pembaca yang dikirim oleh Parmanto, SH, M. Hum melalui surat
pembaca di Suara Merdeka. Parmanto, SH, M. Hum juga berusaha untuk
menghormati Bapak Menteri serta keluarga besar Kemendikbud Jakarta
agar keinginannya tersebut mendapat tanggapan baik pula dari Bapak
Menteri serta keluarga besar Kemendikbud Jakarta.
Data lain yang menunjukkan strategi bertutur dengan menggunakan
strategi permohonan maaf dapat dilihat pada data (31) berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
(31) Konteks tuturan:
Tuturan disampaikan oleh Widodo kepada pihak BRI.
Widodo meminta maaf apabila isi surat yang dikirim melalui surat
pembaca di harian Kompas menyinggung pihak BRI.
Bentuk tuturan :
Bahasa Inggris di BRI
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Sebelumnya saya mohon maaf apabila tulisan ini
menyinggung segenap jajaran di BRI seluruh Indonesia. Saya,
Widodo, adalah salah satu nasabah di BRI Unit Sempu, Kunduran,
Blora. Yang mendorong saya menulis ini adalah ketika beberapa hari
lalu saya mengadakan transaksi di BRI Unit Pamotan, Rembang.
Sangat sepele sebenarnya. Secara tidak sengaja, saya melihat
tulisan di bagian bawah, tepatnya pada kolom tanda tangan. Di situ
tertulis dalam bahasa Indonesia, ”TT Penyetor”, kemudian garis
miring kata dalam bahasa Inggris ”Depositor‟s Signature”.
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Widodo
Kalitengah RT11 RW03
Kec. Pancur, Rembang 59262
(SPK/12 April 2012/77/SKN)
Pada tuturan (31) yang disampaikan oleh Widodo merupakan
permohonan maaf yang ditujukan kepada BRI unit Pamotan, Rembang.
Widodo memohon maaf apabila tulisannya di surat pembaca harian
Kompas telah menyinggung pihak BRI. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kalimat berikut ” Sebelumnya saya mohon maaf apabila tulisan ini
menyinggung segenap jajaran di BRI seluruh Indonesia”. Widodo
menggunakan permohonan maaf untuk mengurangi ancaman terhadap
muka lawan tutur. Widodo mengatakan bahwa BRI telah salah
mentranslate tanda tangan menjadi ‟signature‟. Inilah yang
melatarbelakangi Widodo mengirimkan surat pembaca di harian Kompas
yang ditujukan kepada pihak BRI unit Pamotan, Rembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Tabel 1. Tindak Tutur Ekspresif
No Tindak Tutur Ekspresif
Sub tindak tutur Jumlah data Nomor data
1. Berterima kasih 50 01,02,03,04,05,06,07,08,09,10,
11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,
21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,
31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,
41,42,43,44,45,46,47,48,49,50
2. Meminta maaf 37 51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,
61,62,63,64,65,66,67,68,69,70,
71,72,73,74,75,76,7778,79,80,
81,82,83,84,85,86,87
3. Mengungkapkan
rasa kecewa
32 88,89,90,91,92,93,94,95,96,97,98,99,100,
101,102,103,104,105,106,107,108,109,110,
111,112,113,114,115,116,117,118,119
4. Mengeluh 26 120,121,122,123,124,125,126,127,128,129,
130,131,132,133,134,135,136,137,138,139,
140,141,142,143,144,145
5. Mengungkapkan
kebanggaan
1 146
6. Menyesalkan 13 147,148,149,150,151,
152,153,154,155,156,157,158,159
7. Mengkritik 4 160,161,162,163
8. Mengucapkan
selamat
1 164
9. Menyayangkan 7 165,166,167,168,169,170,171
10. Mengungkapkan
rasa marah
7 172,173,174,175,176,177,178
11. Mengungkapkan
rasa jengkel
10 179,180,181,182,183,184,185,186,187,188
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Tabel 2. Strategi Kesopanan
No
Strategi Kesopanan
Jumlah
data Nomor data
1. Strategi tanpa
basa-basi (on-
record)
101 01,02,03,05,06,18,19,20,21,22,
23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,
33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,
43,44,45,46,47,48,49,50,51,52,
53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,
63,64,65,66,67,68,69,70,71,72,
73,74,75,76,77,78,79,80,81,82,
83,84,85,86,87,88,89,90,91,92,
93,94,95,96,97,98,99,100,101,122,
124,125,145,150,160,161,162,163,165,166,169
2. Strategi
kesopanan
positif :
a. Strategi
memberikan
atau mencari
alasan
14 95,120,165,152,90,121,155,95,97,
131,132,149,114,115
b. Strategi
mencari dan
mengusahakan
persetujuan
dengn lawan
tutur
16 102,114,115,116,117,118,119,120,121,122,
123,124,125,126,127,129
c. Strategi
menyiratkan
atau
menyatakan hal
timbal balik
3 132,147,128
3. Strategi
kesopanan
negatif :
a. Strategi
menggunakan
permohonan
maaf
38 51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,
61,62,63,4,65,66,67,68,69,70,
71,72,73,74,75,76,77,78,79,80,
81,82,83,84,85,86,87,100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam bab ini dikemukakan simpulan dan saran. Simpulan merupakan
jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Berikut
merupakan simpulan dari penelitian ini :
1. Wujud tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam “Pos Pembaca” di Solopos
dan “Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka ditemukan sebanyak 11
jenis tindak tutur ekspresif. Tindak tutur tersebut yaitu : berterima kasih, meminta
maaf, mengungkapkan rasa kecewa, mengeluh, mengungkapkan kebanggaan,
menyesalkan, mengkritik, mengucapkan selamat, menyayangkan, mengungkapkan
rasa marah, dan mengungkapkan rasa jengkel.
Berdasarkan hasil analisis data ditunjukkan bahwa jenis tindak tutur
ekspresif yang paling banyak ditemukan adalah jenis tindak tutur ekspresif
„berterima kasih‟, „meminta maaf‟, dan „mengungkapkan rasa kecewa‟.
2. Wujud strategi kesopanan yang terdapat dalam “Pos Pembaca” di Solopos dan
“Surat Pembaca” di Kompas dan Suara Merdeka ditemukan tiga strategi
kesopanan, yaitu strategi tanpa basa-basi (on-record), strategi kesopanan positif,
dan strategi kesopanan negatif. Masing-masing strategi kesopanan positif dan
strategi kesopanan negatif ditemukan beberapa sub strategi kesopanan yang
terdapat dalam “Surat Pembaca” di surat kabar.
Untuk strategi kesopanan positif ditemukan tiga sub strategi, yaitu
strategi mencari dan mengusahakan persetujuan dengan lawan tutur; strategi
memberikan atau meminta alasan; dan strategi menyatakan atau menyiratkan hal
yang timbal balik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Untuk strategi kesopanan negatif ditemukan satu sub strategi, yaitu
strategi menggukan permohonan maaf.
Berdasarkan hasil analisis data ditunjukkan bahwa dari ketiga strategi
kesopanan yang terdapat dalam “Surat Pembaca” di surat kabar, strategi yang
paling banyak ditemukan adalah strategi tanpa basa-basi (on-record).
B. Saran
(1) Sebagai surat kabar yang bertujuan untuk memberikan informasi
kepada masyarakat luas, diharapkan agar setiap redaksi lebih cermat dalam
pemilihan kata serta memperhatikan kesopanan di dalam berbahasa. Hal ini
bertujuan agar informasi yang disampaikan oleh setiap surat kabar dapat
tersalurkan dengan baik
(2) Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat dalam memilih kata agar strategi kesopanannyapun tetap terjaga
(3) Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan
dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. Selain itu, peneliti
berharap semoga dapat dilakukan penelitan yang lebih lanjut dan lebih mendalam
lagi.