tindakan pemerintah pasca kematian munir

3
TINDAKAN PEMERINTAH PASCA KEMATIAN MUNIR DARI KRONOLOGI PEMBUNUHAN HINGGA PENGUSUTAN KASUS Setelah meninggalnya Munir pada tanggal 7 September 2004, pada tanggal 12 November 2004, Suciwati – istri mendiang Munir mendatangi Mabes Polri untuk meminta hasil otopsi namun gagal. Presiden SBY berjanji akan menindaklanjuti kasus pembunuhan Munir. Berlangsung siaran pers bersama sejumlah LSM di kantor KontraS mendesak pemerintah untuk segera melakukan investigasi dan menyerahkan hasil otopsi kepada keluarga dan membentuk tim penyelidikan independen yang melibatkan kalangan masyarakat sipil. Desakan serupa dikeluarkan oleh para tokoh masyarakat di berbagai daerah. Akhirnya Markas Besar Polri memberangkatkan tim penyelidik (termasuk ahli forensik) dan Usman Hamid (Koordinator KontraS) ke Belanda pada tanggal 18 November 2004. Pengiriman tim tersebut bertujuan meminta dokumen otentik, berikut mendiskusikan hasil otopsi dengan ahli-ahli forensik di Belanda. Tim ini gagal mendapatkan dokumen otopsi asli karena tidak memenuhi prosedur administrasi yang diminta pemerintah Belanda. Sementara itu, Suciwati dan ditemani beberapa aktivis bertemu dengan Komisi III DPR RI pada tanggal 22 November 2004 . Komisi III setuju dengan usulan yang diajukan oleh kerabat Munir untuk mendesak pemerintah segera membentuk tim investigasi independen. Sejak saat itu banyak sekali bantuan mengalir demi mengusut Kasus Kematian Munir, baik dari pengusulan dibentuknya Tim Pencari Fakta (TPF) kepada pemerintah hingga dari Pihak DPR juga ikut berinisiatif membuat Tim Pencari Fakta sendiri . Dan Akhirnya pada 23 Desember 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun membentuk Tim Pencari Fakta kasus Munir melalui Keppres Nomor 111 Tahun 2004 dalam upaya mencari dan menemukan hal yang melatar belakangi pembunuhan Munir dan mengupayakan ditemukannya tersangka intelektual kasus ini. Anehnya, laporan dari TPF ini tidak pernah dipublikasikan kepada publik dalam bentuk apapun. Bahkan pada tanggal 28 Maret 2005 pun, Presiden SBY sampai memperpanjang masa kerja TPF hingga 23 Juni 2005 karena masih sedikitnya titik terang kasus yang ditemukan. Jaksa Agung, Abdurahman Saleh telah mengirim surat ke pemerintah Belanda yang menjamin tidak akan memvonis hukuman mati

Upload: tresna-mustikasari

Post on 20-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kwn

TRANSCRIPT

Page 1: tindakan pemerintah pasca kematian munir

TINDAKAN PEMERINTAH PASCA KEMATIAN MUNIR

DARI KRONOLOGI PEMBUNUHAN HINGGA PENGUSUTAN KASUS

Setelah meninggalnya Munir pada tanggal 7 September 2004, pada tanggal 12 November 2004, Suciwati – istri mendiang Munir mendatangi Mabes Polri untuk meminta hasil otopsi namun gagal. Presiden SBY berjanji akan menindaklanjuti kasus pembunuhan Munir. Berlangsung siaran pers bersama sejumlah LSM di kantor KontraS mendesak pemerintah untuk segera melakukan investigasi dan menyerahkan hasil otopsi kepada keluarga dan membentuk tim penyelidikan independen yang melibatkan kalangan masyarakat sipil. Desakan serupa dikeluarkan oleh para tokoh masyarakat di berbagai daerah. Akhirnya Markas Besar Polri memberangkatkan tim penyelidik (termasuk ahli forensik) dan Usman Hamid (Koordinator KontraS) ke Belanda pada tanggal 18 November 2004. Pengiriman tim tersebut bertujuan meminta dokumen otentik, berikut mendiskusikan hasil otopsi dengan ahli-ahli forensik di Belanda. Tim ini gagal mendapatkan dokumen otopsi asli karena tidak memenuhi prosedur administrasi yang diminta pemerintah Belanda. Sementara itu, Suciwati dan ditemani beberapa aktivis bertemu dengan Komisi III DPR RI pada tanggal 22 November 2004 . Komisi III setuju dengan usulan yang diajukan oleh kerabat Munir untuk mendesak pemerintah segera membentuk tim investigasi independen. Sejak saat itu banyak sekali bantuan mengalir demi mengusut Kasus Kematian Munir, baik dari pengusulan dibentuknya Tim Pencari Fakta (TPF) kepada pemerintah hingga dari Pihak DPR juga ikut berinisiatif membuat Tim Pencari Fakta sendiri . Dan Akhirnya pada 23 Desember 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun membentuk Tim Pencari Fakta kasus Munir melalui Keppres Nomor 111 Tahun 2004 dalam upaya mencari dan menemukan hal yang melatar belakangi pembunuhan Munir dan mengupayakan ditemukannya tersangka intelektual kasus ini. Anehnya, laporan dari TPF ini tidak pernah dipublikasikan kepada publik dalam bentuk apapun. Bahkan pada tanggal 28 Maret 2005 pun, Presiden SBY sampai memperpanjang masa kerja TPF hingga 23 Juni 2005 karena masih sedikitnya titik terang kasus yang ditemukan. Jaksa Agung, Abdurahman Saleh telah mengirim surat ke pemerintah Belanda yang menjamin tidak akan memvonis hukuman mati bagi terpidana kasus Munir. Surat ini dibuat agar pemerintah Belanda bersedia memberika data hasil forensik.

Hingga pada tanggal 21 Agustus 2008, Muchdi PR yang pernah menjabat sebagai Deputi V Badan Intelijen Negara didakwa sebagai aktor intelektual dari pembunuhan Munir. Data dari TPF membuktikan bahwa Muchdi dan Pollycarpus selaku salah seorang yang ditetapkan sebagai tersangka saat itu memiliki hubungan dekat, 41 kali Muchdi menghubungi Polly dan ia pun memberikan uang sebesar 17 juta rupiah dalam tiga transaksi terakhir sebelum Munir dilenyapkan. Berdasarkan keterangan saksi Budi Santoso, Polly ternyata adala hanggota BIN secara non-organik yang direkrut oleh Muchdi PR sendiri. Dan pada tanggal 9 November 2005, 68 anggota Konggres AS mengirimkan surat kepada Presiden SBY agar segera mempublikasikan laporan TPF. Para anggota Konggres AS tersebut mempertanyakan keserius pemerintah RI dalam menuntaskan kasus Munir.

Sidang yang mengusut kebenaran dibalik kasus kematian Munir ini sendiri berlangsung pada tanggal 17 Agustus 2005 hingga 12 Desember 2005, dimana pada Akhirnya Pollycarpus sebagai tersangka yang diyakini hanya sebagai mediator divonis 20 tahun penjara walaupn sebenarnya masih

Page 2: tindakan pemerintah pasca kematian munir

banyak yang menyakini bahwa dalang utama dari kasus pembunuhan Munir ini belum tersentuh sama sekali. Bahkan pada taggal 25 Januari 2008 terjadi adanya Peninjauan Kembali (PK) Putusan MA terhadap Pollycarpus Budihari Priyanto, dan adanya Putusan Majelis Eksaminasi Perkara Muchdi PR yang diyakini sebagai salah seorang yang bertanggung jawab pada tanggal 17 April 2009 pun menandakan bahwa sebenarnya pengusutan kasus ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah dan tersirat bahwa kasus ini belum diselesaikan secara tuntas.

Sumber

Ramadhan, Tubagus. 2012. VIKTIMISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM KASUS PEMBUNUHAN AKTIVIS HAM, MUNIR SAID THALIB.

21 April 2013, 16.08 - http://tubagusramadhan.wordpress.com/2012/09/03/sebuah-kajian-viktimologi-dasar-terkait-pembunuhan-munir-said-thalib/

www.kontras.org/munir/index.php

http://nasional.kompas.com/read/2008/06/19/22025444/