tinjauan hukum islam terhadap …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/fitrotut...1 tinjauan...

121
1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG (Studi Kasus di BMT Anda Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy) Oleh: FITROTUT DAIYAH NIM 21411037 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 04-Aug-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

1

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK

PEMBIAYAAN MULTIBARANG

(Studi Kasus di BMT Anda Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh:

FITROTUT DAIYAH

NIM 21411037

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

2

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

3

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

4

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

5

Moto Penulis

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), maka kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (Qs. al-Insyirah:5-8).

--------------------o------------------

“Jangan sia-siakan waktumu dengan percuma, manfaatkanlah waktu luangmu

dengan sebaik-baiknya. Kerjakanlah apa yang harus kamu kerjakan sekarang,

janganlah kamu untuk menunda-nundanya.

Jika kamu menghadapi kesulitan, yakinlah pasti kamu temukan jalan keluarnya.

Jangan bersedih kawan, karena sesungguhnya Allah bersama kita.

Teruslah berusaha dan pasrahkanlah semuanya kepada Allah semata. Niscaya

Allah akan membukakan jalan untuk meraih kesuksesan”.

(Fitrotut Daiyah)

--------------------o------------------

Man Jada Wa Jadda

--------------------o------------------

“Tetaplah Tersenyum dalam Keadaan Apapun”

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

6

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini

kepada :

1. Kedua Orang tuaku Bapak Kemad (Alm) dan Ibu Paesah tercinta, yang

telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku

selama ini.

2. Kedua kakakku Masri’ah dan Zumrotus Sa’adah serta adikku Lukman

Yusuf, yang telah mendoakan agar selalu tetap semangat dalam menuntut

ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.

3. Seseorang yang telah memberikan kehidupan bermakna, pencerahan dan

motivasi yang tinggi sehingga penulis selalu semangat dalam menjalani

kehidupan.

4. Keluarga Besar Yaa Bismillah IAIN Salatiga, Bidikmisi dari angkatan

2011-2015 yang selalu memberikan dorongan serta motivasi agar selalu

bersabar dalam menghadapi setiap masalah.

5. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis

sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan

penuh kesabaran.

6. Almamater Tercinta Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulis

banggakan.

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

7

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat-Nya Penulisan Skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan

yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan

yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi

ini.

Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih,

Spirit Perubahan, Rasullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para

sahabat-sahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan

nanti.

Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy) dalam ilmu syari’ah, Fakultas

Syari’ah, Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah yang berjudul: “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk

Pembiayaan Multibarang (Studi Kasus di BMT Anda Salatiga)”. Penulis

mengakui bahwa dalam menyusun Penulisan Skripsi ini tidak dapat diselesaikan

tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan

penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa

mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

8

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN

Salatiga.

3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari’ah

Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar

dan baik.

4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah

di IAIN Salatiga.

5. Bapak Nafis Irkhami, M. Ag.,.M.A selaku Dosen Pembimbing yang selalu

meberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi

sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

6. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN

Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi

sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.

7. Bapak Supardi, SE. selaku pengurus BMT Anda Salatiga yang telah

berkenan memberikan izin penelitian di BMT Anda Salatiga serta

memberikan informasi berkaitan penulisan skripsi.

8. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi

Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu

memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tanpa halangan apapun.

9. Keluarga Besar Pondok Pesantren Edimancoro, terutama Romo K.H

Mahfud Ridwan Lc, yang selalu mendoakan santrinya untuk meraih

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

9

keberhasilan dalam menuntut ilmu, baik dalam keadaan apapun maupun

dimanapun.

10. Sahabat-sahabatku tercinta Cenul, Ririf, Fajar, Tika, Hidayah, Ratih, Ser,

Mayda, Cinta, Jamilah, Ayu, yang selalu mendukung penulis dalam

menyusun skripsi ini.

11. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2011 di

IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh

pendidikan di IAIN Salatiga.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa

mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun

analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan

demi enaknya penulisan skripsi ini dibaca dan dipahami.

Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, Juni 2015

Penulis

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

10

ABSTRAK

Daiyah, Fitrotut. 2015. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad

Murabahah Pada Produk Pembiayaan Multibarang (Studi Kasus di BMT Anda

Salatiga) Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan. S1 Hukum Ekonomi Syari’ah.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Nafis Irkhami, M.

Ag.,MA.

Kata Kunci : Hukum Islam, Akad, Murabahah, Pembiayaan, Multibarang.

BMT Anda Salatiga merupakan salah satu lembaga keuangan syari’ah non

bank yang banyak mengeluarkan produk pembiayaan. Salah satunya adalah

pembiayaan multibarang dengan menggunakan akad murabahah. Penulis dalam

hal ini mengkaji tentang tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad

murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga.

Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1)

Bagaimanakah pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan

multibarang di BMT Anda Salatiga? (2) Bagaimanakah tinjauan hukum Islam

terhadap pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang di

BMT Anda Salatiga? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan

penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan hukum empiris. Sumber

data diperoleh dari data primer yaitu wawancara dengan pengurus, manager,

anggota dan dokumen yang berhubungan dengan BMT Anda Salatiga. Serta data

sekunder yaitu literatur lainnya yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa, pertama: Pelaksanaan akad

murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga

menggunakan dua mekanisme. Mekanisme yang pertama adalah pengajuan

permohonan dan negosiasi, proses pembelian barang, proses akad, proses

penyerahan barang, pembayaran angsuran. Mekanisme yang kedua pada dasarnya

sama dengan mekanisme yang pertama, yang membedakan adalah setelah proses

pengajuan permohonan dan negosiasi terdapat penambahan akad wakalah. Kedua:

pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT

Anda Salatiga belum memenuhi ketentuan syari’ah. Hal tersebut dikarenakan ada

beberapa aspek syarat rukun yang tidak sesuai dengan ketentuan syari’ah, yaitu:

(1) Objek akad pada dasarnya belum ada dan belum dimiliki oleh BMT Anda

Salatiga sebagai pihak penjual. (2) Objek akad tidak dapat diserahkan ketika akad

berlangsung. (3) Objek akad tidak diketahui secara jelas, yaitu berkaitan dengan

adanya tambahan akad wakalah. BMT mewakilkan uangnya kepada anggota

untuk membeli barang,setelah barang itu di beli anggota, BMT tidak mengecek

kembali barang itu secara fisik yang hanya diketahui hanyalah bukti surat

pembelian barang dari pihak pemasok. Sehingga dapat dipastikan barang tersebut

hanya diketahui oleh anggota saja. (4) Menentukan margin atau keuntungan yang

dipengaruhi oleh jangka waktu pembayaran angsuran. (5) Penandatanganan akad

pernah dilakukan secara bersamaan yaitu akad murabahah dan wakalah. Hal ini

dilarang karena Rasulullah SAW melarang adanya dua akad dalam satu transaksi.

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

NOTA PEMBIMBING........................................................................................

i

ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... iv

HALAMAN MOTO…………………………………………………………… v

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... vi

KATA PENGANTAR.........................................................................................

ABSTRAK...........................................................................................................

vii

x

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………... 6

C. Tujuan Penelitian.........................................................................

D. Kegunaan Penelitian....................................................................

E. Penegasan Istilah.........................................................................

F. Tinjauan Pustaka.........................................................................

6

7

8

10

G. Metode Penelitian........................................................................ 14

H. Sistematika Penulisan..................................................................

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Akad.................................................................

1. Konsep Akad dalam Fiqh Muamalah……………………….

2. Konsep Akad dalam KHES…………………………………

B. Tinjauan Umum Jual Beli............................................................

1. Pengertian Jual Beli…………………………………………

2. Dasar Hukum Jual Beli…………………………………….

3. Rukun Jual Beli……………………………………………..

23

23

41

45

45

45

46

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

12

BAB III

BAB IV

4. Jual Beli Terlarang………………………………………….

C. Tinjauan Umum Murabahah.......................................................

1. Konsep Murabahah dalam Fiqh Muamalah………………..

2. Murabahah Dalam DSN MUI N0 04/DSN/-MUI/IV/2000..

3. Konsep Murabahah dalam Lembaga Keuangan Syari’ah….

D. Tinjauan Umum Pembiayaan.......................................................

1. Pengertian Pembiayaan……………………………………..

2. Unsur-Unsur Pembiayaan…………………………………..

3. Tujuan Analisis Pembiayaan………………………………..

4. Jenis-Jenis Pembiayaan……………………………………..

5. Produk Pembiayaan…………………………………………

6. Jaminan Pembiayaan………………………………………..

7. Prinsip-Prinsip Pembiayaan………………………………...

8. Teknik Penyelesaian Pembiayaan…………………………..

PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK

PEMBIAYAAN MULTIBARANG DI BMT ANDA SALATIGA.

A. Profil BMT Anda Salatiga...........................................................

1. Sejarah Berdiri BMT Anda Salatiga………………………..

2. Visi dan Misi BMT Anda Salatiga………………………….

3. Produk-Produk BMT Anda Salatiga………………………..

4. Struktur Organisasi BMT Anda Salatiga…………………...

B. Pelaksanaan Akad Murabahah pada Produk Pembiayaan

Multibarang di BMT Anda Salatiga.............................................

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN

AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN

MULTIBARANG DI BMT ANDA SALATIGA

A. Analisis Rukun Akad Murabahah pada Produk Pembiayaan

Multibarang di BMT Anda Salatiga…………………………...

B. Analisis Syarat Akad Murabahah pada Produk Pembiayaan

46

48

48

54

50

57

57

58

57

59

60

64

65

66

68

68

69

70

75

77

87

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

13

BAB V

Multibarang di BMT Anda Salatiga...........................................

PENUTUP

89

A. Kesimpulan................................................................................. 102

B. Saran...........................................................................................

103

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..

LAMPIRAN-LAMPIRAN

105

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Skema Pembiayaan Murabahah di Lembaga Keuangan Syari’ah.

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi BMT Anda Salatiga.

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Baitul Mal wat- Tamwil (BMT) adalah salah satu bentuk lembaga

keuangan non bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari’ah. Seperti

halnya bank syari’ah, sekarang ini BMT juga lagi marak-maraknya di

Indonesia yang semakin menunjukkan eksistensinya. Peran umum BMT yang

dilakukan adalah melakukan pendanaan yang berdasarkan prinsip syari’ah dan

menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non syari’ah. Peran tersebut

menegaskan betapa pentingnya prinsip-prinsip syari’ah dalam kehidupan

ekonomi masyarakat, terutama di Negara yang mayoritas agamanya Islam

maka itu sangat penting untuk diterapkan.

BMT lahir di tengah-tengah kehidupan masyarakat memiliki beberapa

fungsi, salah satu fungsinya adalah melakukan penyaluran dana kepada

masyarakat, yaitu dengan cara mengeluarkan pembiayaan-pembiayaan dengan

menggunakan prinsip bagi hasil (mudharabah), kerjasama (musyarakah) dan

jual beli. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli bisa dilakukan dengan akad

murabahah, salam, ataupun istisna. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli

yang paling dominan adalah menggunakan akad murabahah.

Murabahah dalam istilah fiqih Islam adalah suatu bentuk jual beli

tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang dan biaya-biaya

lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut dan tingkat

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

16

keuntungan (margin) yang diinginkan (Ascarya, 2011:81-82). Secara nasional,

lembaga keuangan syari’ah bank muapun non bank di Indonesia sekarang ini

menggunakan akad murabahah sebagai salah satu produk utama

pembiayaannya.

Menurut hemat penulis, murabahah merupakan sebuah konsep jual

beli yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan. Lalu

bagaimanakah murabahah bisa dijadikan sebagai bentuk pembiayaan di

lembaga keuangan syari’ah? dan bagaimanakah aplikasi serta manfaat

pembiayaan murabahah di lembaga keuangan syari’ah? Tentunya hal ini akan

menjadi permasalahan sendiri, karena produk utama dari lembaga keuangan

syari’ah bank maupun non bank adalah profit and loss sharing (PLS) atau bagi

hasil. Namun fakta yang terjadi adalah skim murabahah menjadi produk

utama pada lembaga keuangan syari’ah.

Pembiayaan murabahah memiliki karaktersistik tersendiri pertama,

akad yang digunakan dalam pembiayaan murabahah adalah akad jual beli.

Kedua, harga yang ditetapkan oleh pihak penjual (bank atau BMT) tidak

dipengaruhi oleh jangka waktu pembayaran. Ketiga, keuntungan dalam

pembiayaan murabahah berbentuk margin penjualan yang sudah termasuk

harga jual. Keempat, pembayaran harga barang dilakukan secara tidak tunai.

Kelima pembiayaan murabahah memungkinkan adanya jaminan.

Murabahah sebagai bentuk akad jual beli memiliki rukun yang sama

seperti jual beli pada umumnya, di mana rukun jual beli menurut jumhur

ulama adalah terdapat penjual, pembeli, barang yang diperdagangkan dan

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

17

shigat atau ijab dan qabul (Syafe’i, 2001:76). Namun apakah bank maupun

BMT yang bertindak sebagai penjual sudah memiliki stok/ persediaan barang

yang dapat langsung dibeli oleh nasabah? Karena dalam praktiknya kebanyakan

bank atau BMT tidak menyediakan barang sebelumnya, tapi menunggu

pembeli dalam hal ini adalah nasabah untuk mengajukan pembiayaan terlebih

dahulu, setelah itu pihak bank baru mencarikan barang sesuai dengan pesanan

pembeli atau nasabah.

Berdasarkan survey awal, hal ini juga terjadi pada BMT Anda Salatiga,

di mana salah satu produk pembiayaan dari BMT Anda Salatiga adalah

pembiayaan multibarang yang menggunakan akad murabahah. Banyak calon

anggota yang datang ke BMT Anda Salatiga untuk mengajukan pembiayaan

multibarang dalam rangka untuk memiliki barang atau peralatan usaha. Salah

satu alasan calon anggota mengajukan pembiayaan yaitu karena anggota

tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli secara tunai, maka

dari itu calon anggota mengajukan pembiayaan multibarang dengan

menggunakan akad murabahah.

BMT Anda Salatiga dalam memberikan pembiayaan multibarang

kepada calon anggota harus menerapkan prinsip kehati-hatian, hal ini tentunya

untuk menghindari dari pembiayaan bermasalah atau pembiayaan macet. BMT

Anda Salatiga sebelum menyetujui permintaan calon anggota dalam

mengajukan pembiayaan, maka ada kebijakan dari BMT Anda Salatiga untuk

mensurvey dulu ke alamat rumah calon anggota, dan menanyakan beberapa

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

18

hal keadaan calon anggota kepada tetangganya. Hal yang seperti itu termasuk

salah satu cara dalam menerapkan prinsip kehati-hatian.

Secara singkat dijelaskan oleh Febri, salah satu pegawai BMT Anda

Salatiga setelah rumah calon anggota disurvey dan telah dipertimbangkan oleh

pihak BMT maka dari pihak BMT yang berhak memutuskan, apakah

permintaan dari anggota disetujui atau tidak. Jika disetujui maka segera

dibuatlah suatu akad atau perjanjian di mana dalam dalam akad tersebut

terdapat beberapa ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi antara kedua-

belah pihak.

BMT Anda Salatiga maupun BMT di Indonesia dalam pembuatan

akad, harus menganut asas syari’ah. Semua transaksi yang dilakukan harus

sesuai dengan prinsip syari’ah, artinya setiap transaksi dinilai sah apabila

transaksi tersebut telah terpenuhi syarat rukunnya, apabila tidak terpenuhi

maka transaksi tersebut batal. Jadi kedudukan akad sangat penting dalam

menentukan transaksi tersebut sah atau tidak sah.

Berbicara tentang akad, di BMT Anda Salatiga dalam memberikan

pembiayaan multibarang kepada anggota menurut penulis masih ada

keganjalan dalam pelaksanaan akad tersebut. BMT Anda Salatiga dalam

memberikan pembiayaan multibarang kepada calon anggota ada dua cara.

Cara yang dilakukan yaitu pertama, calon anggota mendatangi BMT Anda

Salatiga untuk mengajukan pembiayaan kemudian pihak BMT Anda Salatiga

mensetujuinya setelah melalui beberapa beberapa pertimbangan, dan pihak

BMT Anda Salatiga segera melakukan pembelian barang yang diinginkan oleh

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

19

anggota. Dengan demikian, kedudukan BMT Anda Salatiga bertindak sebagai

penjual dan anggota sebagai pembeli.

Cara yang kedua yaitu calon anggota mendatangi BMT Anda Salatiga

untuk mengajukan pembiayaan multibarang kemudian pihak BMT Anda

Salatiga menyetujuinya, namun dalam hal ini pihak BMT Anda Salatiga justru

mewakilkan uang untuk pembelian barang kepada anggota dengan alasan

pihak BMT sibuk dengan pekerjaan yang lain karena kurangnya pegawai

BMT Anda Salatiga atau memang atas permintaan dari anggota sendiri.

Melihat dari fenomena tersebut maka dalam akad murabahah terdapat

Penambahan akad wakalah (mewakilkan). Penulis dalam hal ini belum

mengetahui secara pasti bagaimana pelaksanaan akad wakalah atau

murabahah itu terjadi. Apakah dilakukan dalam waktu yang sama dalam

penandatanganan akad atau dalam waktu yang berbeda. Apabila

penandatanganan akad dilakukan dalam waktu yang sama, maka dapat

dikatakan bahwa adanya dua akad dalam satu transaksi, yaitu akad murabahah

dan akad wakalah yang terjadi dalam satu transaksi.

Berdasarkan ajaran hukum Islam adanya dua akad dalam satu

transaksi adalah tidak boleh. Lalu bagaimanakah hal tersebut dapat terjadi di

lembaga keuangan syariah sekarang ini? penulis juga belum mengetahui

secara pasti bagaimana pihak BMT Anda Salatiga dalam melakukan akad

murabahah apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum. Karena

masih banyak BMT di Indonesia yang kini masih beroperasi tapi tidak sesuai

dengan prinsip syari’ah. Seharusnya, pihak BMT di Indonesia dalam

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

20

memberikan pembiayaan kepada nasabah harus sesuai dengan prinsip-prinsip

syari’ah yaitu harus bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif

dan perjudian, bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar), berprinsip keadilan

dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal sesuai dengan syariat Islam.

Fenomena tersebut di atas mendorong penulis untuk meneliti lebih

lanjut bagaimana pelaksanaan akad murabahah di BMT Anda Salatiga.

Sehingga penulis tertarik akan melakukan penelitian dalam sebuah skripsi

yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad

Murabahah pada Produk Pembiayaan Multibarang (Studi Kasus di BMT

Anda Salatiga)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan

multibarang di BMT Anda Salatiga?

2. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad

murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan

multibarang di BMT Anda Salatiga.

2. Untuk mengetahui tentang tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan

akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT Anda

Salatiga apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum.

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

21

D. Kegunaan Penelitian

Agar tulisan ini dapat memberikan hasil yang berguna secara

keseluruhan, maka penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat di

antaranya:

1. Kegunaan Teoritis

Untuk memberikan kontribusi pemikiran terhadap kemajuan

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang hukum

ekonomi syari’ah pada khususnya, yang memiliki kaitan dengan hal-hal

yang berhubungan dengan pelaksanaan akad murabahah pada produk

pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga. Sehingga dapat

mengungkap permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dari

pelaksanaan akad murabahah pada produk tersebut.

Dalam hal ini adalah mengungkap bagaimana tinjauan hukum

Islam terhadap pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan

multibarang di BMT Anda Salatiga.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi BMT Anda Salatiga

Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pentingnya

ketegasan hukum Islam dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah

yang terjadi dalam pelaksanaan akad murabahah pada produk

pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga.

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

22

b. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola berfikir

dalam menganalisa bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada

produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga sehingga dapat

mengetahui pelaksanaan akad tersebut sudah sesuai dengan hukum

Islam atau belum.

c. Bagi Mahasiswa

Memberi wawasan dan pemahaman kepada mahasiswa sebagai

bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi salah pengertian dalam pemahaman penelitian yang

penulis teliti ini, maka di pandang perlu untuk menjelaskan beberapa istilah

yang ada hubungannya dengan judul penelitian ini yaitu:

1. Hukum Islam

Hukum Islam yaitu rangkaian dari kata “Hukum” dan kata “Islam”

untuk mengetahui arti hukum Islam perlu diketahui lebih dahulu arti kata

hukum. Hukum yaitu seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia

yang diakui sekelompok masyarakat itu berlaku dan mengikat untuk

seluruh anggotanya. Hukum Islam artinya seperangkat peraturan

berdasarkan wahyu Allah dan sunah Rasul tentang tingkah laku manusia

yang diakui dan diyakini serta mengikat untuk semua yang beragama

Islam (Syarifudin, 1997:4-5).

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

23

Dalam pembahasan mengenai hukum Islam peneliti akan

membatasi pembahasan dalam ruang lingkup hukum perikatan Islam.

2. Akad

Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang di benarkan oleh

syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya (Dewi dkk,

2006:47).

Jadi maksud akad dalam pembahasan ini adalah suatu perjanjian

antara anggota dengan BMT Anda Salatiga yang telah disepakati bersama

di mana dengan akad tersebut menimbulkan akibat hukum terhadap objek

yang diperjanjikan.

3. Murabahah

Murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu

bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan

barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk

memperoleh barang tersebut dan tingkat keuntungan yang diinginkan

(Ascarya, 2011:81).

Murabahah yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah

suatu produk yang berupa pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga

yang berbentuk jual beli ketika pihak BMT sebagai penjual barang dengan

menyatakan harga pokok barang ditambah dengan margin atau keuntungan

yang disepakati dengan pembeli dengan hal ini adalah anggota BMT Anda

Salatiga.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

24

4. Pembiayaan Multibarang

Pembiayaan berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan

yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,

baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain (Muhamad,

2002:260).

Pembiayaan yang dimaksudkan di sini adalah pendanaan yang

dilakukan oleh BMT Anda Salatiga kepada anggota yang mengajukan

pembiayaan yang di istilahkan dengan pembiayaan multibarang.

Multibarang yaitu barang-barang yang dibutuhkan oleh anggota BMT

Anda Salatiga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pada umumnya barang-barang tersebut bersifat konsumtif atau peralatan

usaha yang diperlukan oleh anggota, seperti televisi, kulkas, motor,

komputer dan lain-lain.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari

penelitian yang ada. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan

perbandingan bagi penelitian ini adalah penelitian-penelitian terkait dengan

murabahah dalam ruang lingkup yang berbeda. Di antaranya adalah:

Pertama, skripsi dari Abdul Aziz Herawanto (2009) yang berjudul

“Implementasi Akad Murabahah dalam Pembiayaan Pemilikan Rumah

Bersubsidi Secara Syari‟ah di Bank Tabungan Negara Kantor Cabang

Syari‟ah Surakarta”. Skripsi tersebut meneliti tentang implementasi akad

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

25

murabahah dalam pembiayaan pemilikan rumah bersubsidi secara syari’ah di

bank Tabungan Negara Kantor cabang Syari’ah Surakarta. Penelitian tersebut

menggunakan metode penelitian empiris bersifat deskriptif dengan metode

kualitatif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa proses implementasi akad

murabahah dalam pembiayaan pemilikan rumah bersubsidi secara syari’ah di

bank tabungan Negara kantor cabang syari’ah Surakarta sudah menerapkan

prinsip-prinsip syari’ah Islam. Hal tersebut pada proses pembuatan akad

antara pihak bank dengan pihak pemohon pembiayaan. Proses penyelesaian

permasalahan yang digunakan pihak bank dengan pihak pemohon bank juga

telah menggunakan prosedur hukum yang berlaku di Indonesia.

Kedua, skripsi dari Kurneawati (2011) yang berjudul “ Analisis

Perlakuan Akuntansi Piutang Murabahah pada PT. Bank BRI Syari‟ah KCI

Gubeng Surabaya”. Skripsi tersebut menjelaskan tentang analisis perlakuan

akuntansi piutang murabahah pada PT. Bank BRI Syari’ah KCI gubeng

Surabaya. Metode penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa di dalam praktik transaksi

murabahah di BRI Syari’ah, bank tersebut mempunyai dua metode alternatif

untuk melakukan transaksi piutang, alternatif pertama yaitu pada saat

memberi kuasa ke nasabah, BRI Syari’ah memberi kuasa kepada nasabah

untuk membeli barang, maka hal ini dibukukan dalam perkiraan piutang

wakalah sebesar uang yang diserahkan kepada nasabah, sedangkan apabila

barangnya telah ada dan telah diserahkan kepada nasabah, baru dibukukan

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

26

dalam perkiraan piutang murabahah. Alternatif kedua yaitu bank BRI

Syari’ah membeli sendiri barang yang dipesan oleh nasabah.

Ketiga, skripsi dari Andri Susila (2002) yang berjudul “Praktik Akad

Murabahah dan Akad Ijarah di BMT Haniva Berbah dalam Perspektif Fikih

Muamalah”. Penelitian tersebut mengkaji masalah kesesuaian akad Murabahah

dan akad Ijarah yang dilakukan di BMT Haniva dalam perspektif fikih muamalat.

Penelitian tersebut merupakan field research atau penelitian lapangan yang

bersifat deskripsi-analisis yaitu menggambarkan bagaimana praktik akad

murabahah dan akad ijarah di BMT Haniva. Dan hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa praktik akad di BMT Haniva dalam perspektif fikih

muamalat bahwa akad murabahah dan akad ijarah belum sesuai dengan fikih

muamalat, karena masih mengandung unsur garar. Akad murabahah dan akad

ijarah juga menimbulkan wanprestasi, karena ada cidera janji dan dalam

pemesanan barang belum dicantumkan tentang umur dan pihak-pihaknya. Dalam

penyelesaian wanprestasi pada akad murabahah dan akad ijarah di BMT Haniva

belum mengacu pada fatwa-fatwa Dewan Syari’ah Nasional, karena masih

menggunakan pendekatan dengan cara musyawarah dan mufakat..

Keempat, skripsi dari Nur Inayah (2009) yang berjudul “Strategi

Penanganan Pembiayaan bermasalah pada pembiayaan murabahah di BMT

Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta”. Penelitian tersebut mengkaji tentang strategi

penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan murabahah di BMT

Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian

tersebut adalah deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan dan menguraikan

data-data yang telah terkumpul yang diperoleh di lapangan. Hasil

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

27

penelitiannya menunjukkan bahwa dalam penanganan terhadap nasabah yang

pembiayaannya bermasalah pihak BMT menggunakan cara-cara yang lebih

bersifat kekeluargaan seperti melakukan silaturahim, pembinaan rescheduling,

memberi peringatan kemudian sita jaminan.

Kelima, skripsi dari Andi Ridwansyah Bahar Putra (2013) yang

berjudul “Transaksi Jual Beli Kendaraan Melalui Bank Syariah Dengan

Menggunakan Akad Murabahah”. Skripsi tersebut menjelaskan tentang

transaksi jual beli kendaraan melalui bank syari’ah dengan menggunakan akad

Murabahah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat

deskriptis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam transaksi jual beli

kendaraan melalui bank syariah di PT bank syari’ah Mandiri cabang Makasar

dengan menggunakan akad murabahah masih terjadi permasalahan yang

timbul antara bank dan nasabah. Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut

maka pihak bank syariah akan memilih cara musyawarah terlebih dahulu.

Untuk mengatasi permasalahan yang ada, pihak bank akan mencari tahu

terlebih dahulu kebenaran informasi tersebut, jika informasi tersebut betul

maka akan dilakukan restrukturisasi pembiayaan, yaitu melakukan

rescheduling, reconditioning, dan penataan kembali. Jika suatu permasalahan

pada bank syari’ah tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah mufakat,

maka pihak bank akan melakukan jalur litigasi, yaitu membawa permasalahan

tersebut ke Pengadilan Negeri, di mana nasabah tersebut berdomisili.

Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan

judul dengan judul penelitian yang penulis lakukan. Namun penelitian yang

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

28

penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti

lainnya. Letak perbedaannya ada pada titik tekan yang penulis fokuskan.

Penulis menitikberatkan pada bagaimana pelaksanaan akad murabahah pada

produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga apakah sudah sesuai

dengan hukum Islam atau belum.

G. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan hukum

empiris artinya dengan mendekati masalah yang diteliti dengan sifat

hukum yang nyata atau fakta sosial sesuai dengan kenyataan hidup

dalam masyarakat. Penelitian hukum yang berparadigma sebagai fakta

sosial yang mana data hukumnya dieksplorasi dari proses interaksi

hukum di masyarakat. Dengan maksud menyelidiki respon atau tingkat

kepatuhan masyarakat terhadap hukum (Utsman, 2014:2-3).

Penggunaan pendekatan ini, dimaksudkan untuk memahami

gejala hukum di BMT Anda Salatiga yang berhubungan dengan

pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang,

apakah sudah sesuai hukum Islam atau belum.

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

29

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian

yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan dengan berbagai

metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa

digunakan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen

(Moleong, 2011:6).

Penelitian ini adalah usaha untuk mengetahui atau mendalami

bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan akad

murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT Anda

Salatiga. Penelitian kualitatif dipilih karena dipandang cocok untuk

mengekspresikan temuan kasus-kasus yang berkaitan dengan

pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang

dengan cara terjun langsung ke lapangan yaitu di BMT Anda Salatiga.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data di

lapangan dengan menggunakan alat penelitian aktif dalam mengumpulkan

data-data di lapangan. Selain itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan

data bisa berupa dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil

penelitian ini serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung

terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam.

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

30

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana lokasi penelitian itu akan

dilakukan. Lokasi dalam penelitian ini adalah di BMT Anda Salatiga

terletak di Jln. Merak No. 90 Cabean Kel. Mangunsari Kec. Sidomukti

kota Salatiga.

Penulis memilih lokasi ini karena ingin mengetahui bagaimana

pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang di

BMT Anda Salatiga, sehingga penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dan mengungkap kebenaran bagaimana dalam pelaksanaan akad

tersebut apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber

data penelitian berupa;

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian.

1) Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi

tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Dalam

penelitian ini yang menjadi informan adalah manager BMT Anda

Salatiga, pengurus BMT Anda Salatiga dan anggota BMT Anda

Salatiga.

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

31

2) Dokumen

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data

primer, yaitu dokumen-dokumen berhubungan dengan BMT Anda

Salatiga, yang di antaranya adalah struktur organisasi di BMT

Anda Salatiga, data-data berupa jumlah anggota yang mengambil

pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga dan data-data tata

cara dalam memberikan pembiayaan kepada anggota.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari

berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama.

Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah

dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil

penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan tiga metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penyusunan laporan penelitian yaitu sebagai

berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan jalan pengamatan

dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap fenomena yang

diselidiki (Hadi, 1994:139). Dalam observasi ini, data yang penulis

peroleh secara langsung dari BMT Anda Salatiga dengan melakukan

pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi pada obyek

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

32

penelitian seperti dengan cara mengamati keadaan sekitar BMT Anda

Salatiga, proses pelayanan pada anggota dalam memberikan pembiayaan,

serta fasilitas yang ada di BMT Anda Salatiga.

b. Interview

Interview yaitu cara memperoleh keterangan atau data dengan

cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak BMT Anda

Salatiga dalam hal ini adalah manager BMT Anda cabang Salatiga,

pengurus BMT Anda Salatiga dan sebagian anggota BMT Anda

Salatiga yang telah mengajukan pembiayaan multibarang di BMT

Anda Salatiga.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan, menyusun dan mengelola

dokumen-dokumen tertulis yang terdapat di BMT Anda Salatiga dan

kegiatan yang dianggap berguna untuk dijadikan bahan keterangan

yang berhubungan dengan penelitian ini.

6. Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif

analisis. Analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif

terhadap data primer dan sekunder. Selanjutnya diuraikan dan disimpulkan

dengan memakai metode berfikir induktif yaitu yaitu pengambilan

kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada

kesimpulan yang bersifat umum (Sudjana, 1988:7).

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

33

Kesimpulan ini ditarik dari fakta atau data khusus berdasarkan

pengamatan di lapangan untuk menilai apakah pelaksanaan akad

murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga

sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang

sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk

mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa

keabsahan data.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengecekan keabsahan

data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono

(2010:274) triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat dilakukan

dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:

a. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber.

b. Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda.

c. Triangulasi waktu yaitu pengecekan data dengan wawancara, observasi

atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi

sumber, yaitu dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

34

hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan.

8. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagi berikut, yaitu;

a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian seperti penulis menentukan topik penelitian,

mencari informasi tentang pelaksanaan akad murabahah pada produk

pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga, pembuatan proposal

penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus

dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung ke lapangan

untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada

informan, melakukan observasi dan dokumentasi.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa

cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut

dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada

objek yang diteliti.

d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul dan

dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang

dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut

sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

35

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian ini adalah

sebagai berikut;

Bab I Pendahuluan, yang merupakan garis-garis besar pembahasan isi

pokok penelitian yang terdiri atas; latar belakang masalah, fokus penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodelogi penelitian,

dan sistematika penulisan penelitian.

Bab II Kajian Pustaka, meliputi tinjauan umum tentang akad di tinjau

dari fiqh muamalah dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES).

Diuraikan juga tentang tinjauan umum tentang pembiayaan, tinjauan umum

tentang jual beli, dan tinjauan umum murabahah yang meliputi murabahah

dalam fiqh muamalah, murabahah dalam DSN MUI No: 04/DSN/-

MUI/IV/2000 dan murabahah dalam lembaga keuangan syariah.

Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian yaitu mendiskripsikan

tentang pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang di

BMT Anda Salatiga. Pada bab ini dijelaskan sekilas tentang objek penelitian

seperti sejarah berdirinya, struktur organisasi beserta tugas-tugasnya, visi dan

misi , produk-produk yang ditawarkan BMT Anda Salatiga.

Bab IV Pembahasan yaitu membahas tentang analisis hukum Islam

terhadap pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan multi barang

di BMT Anda Salatiga. Pada bab ini menguraikan tentang jawaban terhadap

pokok permasalahan dari penelitian yaitu tentang pelaksanaan akad

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

36

murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT Anda salatiga

apakah sudah sesuai dengan hukum Islam atau belum.

Bab V adalah penutup yang merupakan kesimpulan dan saran-saran

mengenai persoalan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya.

Kemudian pada bagian akhir dari skripsi adalah daftar pustaka dan lampiran-

lampiran.

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

37

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Akad

1. Konsep Akad dalam Fiqh Muamalah

a. Pengertian Akad

Dalam al-Qur’an ada dua istilah yang berhubungan dengan

perjanjian, yaitu al-„aqdu (akad) dan al-„ahdu (janji). Pengertian akad

secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Para ahli hukum Islam (jumhur

ulama) memberikan definisi akad sebagai “Pertalian antara ijab dan

qabul yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum

terhadap objeknya” (Dewi dkk, 2006:45-46).

Sedangkan menurut istilah fiqh, akad adalah sesuatu yang

menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari

satu pihak maupun dua pihak. Secara khusus akad berarti keterkaitan

antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan

qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang

disyaratkan dan berpengaruh pada sesuatu (Ascarya, 2011:35).

b. Unsur-Unsur Akad

1) Pertalian Ijab dan Qabul

Ijab adalah pernyataan kehendak oleh satu pihak (mujib)

untuk melakukan sesuatu. Qabul adalah pernyataan menerima atau

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

38

menyetujui kehendak mujib tersebut oleh pihak lainnya. Ijab dan

qabul ini harus ada dalam melaksanakan suatu perikatan (Dewi

dkk, 2006:48).

2) Dibenarkan Oleh Syara’

Akad yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan

syariah atau hal-hal yang diatur oleh Allah SWT dalam al-Qur’an

dan Nabi Muhammad dalam hadits. Pelaksanaan akad, tujuan akad

maupun objek akad tidak boleh bertentangan dengan syari’ah, jika

bertentangan akan mengakibatkan akad itu tidak sah (Dewi dkk,

2006:48).

3) Mempunyai Akibat Hukum Terhadap Objeknya

Akad merupakan salah satu dari tindakan hukum terhadap

objek hukum yang diperjanjikan oleh para pihak dan juga memberi

konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat para pihak (Dewi

dkk, 2006:48).

c. Rukun dan Syarat Akad

Dalam melaksanakan suatu perikatan, terdapat rukun dan syarat

yang harus dipenuhi. Secara bahasa, rukun adalah yang harus dipenuhi

untuk sahnya suatu pekerjaan. Sedangkan syarat adalah ketentuan

(peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan (Dewi dkk,

2006:49).

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

39

Ulama-ulama selain Hanafiah berpendapat bahwa rukun akad

itu ada tiga yaitu orang yang melakukan akad („aqid), objek akad

(ma‟qud „alaih) dan shighat.

1) „Aqid (Orang yang Melakukan Akad)

Ijab dan qabul yang oleh Hanafiah dipandang sebagai satu-

satunya rukun akad, timbul dari orang-orang yang melakukan akad.

Dialah pelaku dari setiap transaksi. Namun, tidak setiap orang

layak untuk menyatakan suatu akad seperti anak yang dibawah

umur.

2) Ma‟qud „Alaih (Objek Akad)

Objek akad adalah segala sesuatu yang dijadikan sasaran

atau tujuan akad. Jenisnya kadang-kadang benda yang bersifat

maliyah, seperti barang dijual, digadaikan atau dihibahkan. Para

fuqaha, sebagimana dikutup oleh Wahbah Zuhaili, mengemukakan

ada empat syarat yang harus dipenuhi agar benda bisa dijadikan

objek akad:

a) Benda tersebut harus ada pada saat dilakukannnya akad.

b) Barang yang dijadikan objek akad harus sesuai dengan

ketentuan syara’.

c) Barang yang dijadikan objek akad harus bisa diserahkan pada

waktu akad.

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

40

d) Barang yang dijadikan objek akad harus jelas diketahui oleh

kedua belah pihak sehingga tidak menimbulkan perselisihan

antara keduanya.

e) Barang yang dijadikan objek akad harus suci, tidak najis dan

tidak mutanajis. Syarat yang kelima ini dikemukakan oleh

jumhur ulama selain Hanafiah (Muslich, 2010:129).

3) Shigat (Ijab dan Qabul)

Pengertian ijab menurut Muhammad Abu Zahra

sebagimana yang dikutip oleh Muslich (2010:130) adalah

pernyataan yang timbul pertama dari salah seorang yang

melakukan akad. Sedangkan qabul adalah pernyataan kedua yang

timbul dari pelaku akad yang kedua. Sedangkan yang dimaksud

dengan shigat akad adalah pernyataan yang timbul dari dua orang

melakukan akad yang menunjukkan kesungguhan kehendak batin

keduanya untuk mengadakan akad. Kehenndak batin tersebut

diketahui melalui lafal, ucapan, atau semacamnya, seperti

perbuatan, isyarah, atau kitabah (tulisan). Shigat akad ini dalam

istilah lain disebut ijab dan qabul (Muslich, 2010:138).

d. Syarat-Syarat Akad

1) Syarat In‟iqad

Syarat in‟iqad adalah sesuatu yang disyaratkan

terwujudnya untuk menjadikan suatu akad dalam zatnya sah

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

41

menurut syara’. Apabila syarat tidak terwujud maka akad menjadi

batal. Syarat ini ada dua macam yaitu:

a) Syarat umum, yaitu syarat yang harus dipenuhi dalam setiap

akad. Syarat ini meliputi syarat dalam shighat, aqid, objek

akad.

b) Syarat Khusus, yaitu yang dipenuhi dalam sebagian akad,

bukan dalam akad lainnya. Contohnya seperti syarat saksi

dalam akad nikah, syarat penyerahan barang dalam akad-akad

kebendaan (hibah, I‟arah, gadai dan lain-lain).

2) Syarat Sah

Syarat sah adalah syarat yang ditetapkan oleh syara’ untuk

timbulnya akibat-akibat hukum dari suatu akad, apabila syarat

tersebut tidak ada maka akadnya menjadi fasid. Tetapi tetap sah

dan eksis. Contohnya seperti dalam jual beli disyaratkan oleh

Hanafiah, terbebas dari salah satu „aib (cacat) yang enam, yaitu:

a) Jahalah (ketidakjelasan)

b) Ikrah (paksaan)

c) Tauqid (pembatasan waktu)

d) Gharar (tipuan/ketidakpastian)

e) Syarat yang fasid.

3) Syarat Nafadz (kelangsungan akad)

a) Adanya kepemilikan atau kekuasaan.

b) Di dalam objek akad tidak ada hak orang lain.

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

42

c) Syarat Luzum yaitu pada dasarnya setiap akad itu sifatnya

mengikat (Muslich, 2010:150-151).

e. Macam-Macam Akad

1. Ditinjau dari Segi Hukum dan Sifatnya

Ditinjau dari segi hukum dan sifatnya akad, menurut

jumhur ulama terbagi kepada dua bagian:

a) Akad Shahih

Akad shahih adalah suatu akad yang terpenuhi rukun

dan syaratnya. Akad shahih menurut Hanafiah dan Malikiyah

terbagi menjadi dua yaitu, akad yang nafidz dan akad yang

mauquf. Akad nafidz adalah akad yang dilakukan oleh orang

yang memiliki kecakapan dan kekuasaan. Contohnya seperti

akad yang dilakukan oleh orang yang baligh, berakal, dan

mampu mengurus hartanya sendiri, atau oleh wali dari anak

yang masih dibawah umur.

Akad nafidz ada dua yaitu akad lazim dan akad ghair

lazim. Akad lazim adalah suatu akad yang tidak bisa dibatalkan

oleh salah satu pihak tanpa persetujuan pihak lain, seperti jual

beli dan ijarah (sewa-menyewa) Sedangkan akad ghair lazim

adalah suatu akad yang bisa di-fasakh (dibatalkan)oleh salah

satu pihak tanpa memerlukan persetujuan dari pihak yang lain.

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

43

b) Akad Ghair Shahih

Akad ghair shahih adalah suatu akad yang salah satu

unsur pokok atau syaratnya telah rusak (tidak terpenuhi).

Misalnya seperti jual beli yang dilakukan oleh orang yang di

bawah umur. Akad ini terbagi menjadi dua yaitu akad yang

fasid dan akad batil.

Akad batil adalah suatu akad yang rusak yang sama

sekali tidak terpenuhinya rukun, objek dan syaratnya.

Hukumnya tidak sah dan tidak menimbulkan akibat hukum

sama sekali. Sedangkan akad fasid adalah suatu akad yang

rukunnya terpenuhi, pelakunya memiliki ahliyah, objeknya

dibolehkan oleh syara’, ijab dan qabul-nya terpenuhi, tetapi di

dalamnya terdapat sifat yang dilarang oleh syara’. Contohnya

seperti jual beli barang yang majhul (tidak jelas). Akad fasid

hukumnya fasakh (dibatalkan), baik oleh salah satu pihak atau

oleh hakim.(Muslich, 2010:153-158).

2. Ditinjau dari Segi atau Hubungan Antara Hukum dengan Shighat-

nya.

a) Akad yang dapat dilaksanakan (al-„Aqdu Al-Munjaz)

Akad munjaz adalah suatu akad dengan menggunakan

shigat yang tidak digantungkan dengan syarat dan tidak

disandarkan kepada masa yang akan datang.

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

44

b) Akad disandarkan kepada masa mendatang (al-„Aqdu al-

Mudhaf li al-Mustaqbal)

Akad yang disandarkan kepada masa mendatang adalah

suatu akad yang menggunakan shighat dengan ijab yang

disandarkan kepada masa depan, bukan masa sekarang. Hukum

akad semacam ini adalah sah untuk masa sekarang ketika akad

diucapkan, namun akibat hukumnya baru berlaku pada saat

yang disebutkan dalam akad tersebut.

c) Akad yang dikaitkan dengan syarat (al-„Aqdu al-Mua‟alaq „ala

Syarh)

Akad yang dikaitkan dengan syarat adalah suatu akad

yang digantungkan dengan sesuatu yang lain dengan

menggunakan salah satu alat syarat. Contonhya “jika engkau

pergi ke Jakarta maka engkau adalah wakil saya”.Dalam

contoh ini penunjukkan sebagai wakil dikaitkan dengan

kepergian ke Jakarta (Muslich, 2010:160-163).

3. Ditinjau dari Segi Maksud dan Tujuannya

a) Akad at-Tamlik

Akad at-Tamlik yaitu suatu akad yang dimaksudkan

untuk memiliki suatu benda, baik jenisnya maupun

manfaatnya. Apabila pemilikan tersebut dengan imbalan maka

akadnya disebut akad mu‟awadhah, seperti jual beli, ijarah,

shulh (perdamaian), istisna‟ dan lain-lainnya, yang di dalamnya

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

45

terdapat mu‟awadhah antara dua pihak. Apabila pemilikan

terjadi tanpa imbalan maka akadnya disebut akad tabarru‟

sepeti hibah, shadaqah, wakaf, i‟arah dan hiwalah.

b) Akad Isqathat

Akad Isqathat yaitu suatu akad yang dimaksudkan

untuk menggugurkan suatu hak, baik dengan pengganti

maupun tanpa pengganti.

c) Akad Ithlaqat

Akad Ithlaqat yaitu pelepasan oleh seseorang kepada

tangan orang lain dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

Contohnya seperti wakalah, persetujuan kepada orang yang

mahjur „alaih untuk melakukan tasarruf dan isha‟ atau

pengangkatan sebagai pemegang wasiat.

d) At-Taqyidat

At-Taqyidat yaitu suatu akad yang membatasi atau

mencegah seseorang untuk melakukan tasarruf, seperti

pemberhentian sebagai hakim atau pejabat, pemberhentian

sebagai wakil dan pembatasan seseorang untuk melakukan

tasarruf karena gila, boros, atau karena masih dibawah umur.

e) At-Tautsiqat

At-Tautsiqat yaitu suatu akad yang dimaksudkan untuk

menanggung utang bagi pemiliknya, dan mengamankan orang

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

46

yang memiliki piutang atas utangnya, yaitu akad kafalah,

hiwalah dan rahn.

f) Al-Isytirak

Al-Isytirak yaitu suatu akad yang dimaksudkan untuk

bekerja sama dalam pekerjaan dan keuntungan, seperti akad

syirkah dengan berbagai jenisnya, akad mudharabah,

muzara‟ah dan musaqah.

g) Al-Hifzhu

Al-hifzhu yaitu suatu akad yang dimaksudkan untuk

menjaga dan memelihara harta bagi pemiliknya, seperti akad

wadi‟ah (Muslich, 2010:164-165).

f. Berakhirnya Akad

a) Berakhirnya akad karena fasakh (pembatalan)

1) Batal karena akadnya rusak

2) Batal karena hiyar

3) Batal karena Iqalah (persetuan kedua belah pihak)

4) Batal karena tidak bisa dilaksanaka

5) Batal karena habisnya masa yang disebutkan dalam akad atau

tujuan akad telah terwujud

b) Berakhirnya akad karena pelaku meninggal

c) Berakhirnya akad karena tidak adanya persetujuan dalam akad

yang mauquf (ditangguhkan) (Muslich, 2010:166-168).

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

47

g. Akad dalam Fiqih Kontemporer

Pengertian multi akad sebagaimana diartikan dalam bahasa

Indonesia adalah kesepakatan dua pihak atau lebih untuk

melaksanakan suatu produk atau transaksi yang meliputi dua akad atau

lebih. Sedangkan menurut fiqih, kata multi akad merupakan

terjemahan dari bahasa arab yaitu, al-„Uqud al-Murakkabah yang

memiliki arti akad ganda (rangkap). al-„Uqud Al-Murakkabah terdiri

dari dua kata, yakni Al-„Uqud yang merupakan bentuk jamak dari akad

dan Al-Murakkabah (Hasanudin, 2010:2).

Kata akad memiliki pengertian sebagaimana yang telah

dijelaskan sebelumnya. Sedangkan kata al-murakkabah secara

etimologi berarti al-jam‟u, yakni mengumpulkan atau menghimpun.

Kata murakkab sendiri berasal dari kata rakkaba-yurakkibu-tarkiban

yang mengandung arti meletakkan sesuatu pada sesuatu yang lain

sehingga menumpuk, ada yang di atas dan ada yang di bawah.

Sedangkan murakkab menurut pengertian para ulama fiqh adalah

sebagai berikut:

1. Himpunan beberapa hal sehingga disebut dengan satu nama.

Seseorang menjadikan beberapa hal menjadi satu hal (satu nama)

dikatakan sebagai melakukan penggabungan (tarkib).

2. Sesuatu yang dibuat dari dua atau beberapa bagian, sebagai

kebalikan dari sesuatu yang sederhana (tunggal) yang tidak

memiliki bagian-bagian.

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

48

3. Meletakkan sesuatu di atas sesuatu yang lain atau menggabungkan

sesuatu dengan yang lainnya (Hasanudin, 2010:2-3).

Sedangkan macam-macam multi akad yang sering di

aplikasikan secara umum oleh lembaga keuangan syari’ah menurut Al-

Imrani sebagaimana yang di kutip oleh Hasanudin (2010:7) adalah

sebagai berikut:

1. Akad Bergantung/ Akad Bersyarat (al-uqud al -mutaqabilah)

Menurut lmam Malik sebagaimana yang dikutip oleh

Hasanudin (2010:7) Taqabul menurut bahasa berarti saling

berhadapan. Sesuatu dikatakan berhadapan jika keduanya saling

menghadapkan kepada yang lain. Sedangkan maksud dari al-uqud

al-mutaqabilah adalah dalam bentuk dimana akad kedua berfungsi

untuk merespon akad pertama, dimana kesempurnaan akad

pertama bergantung pada sempurnanya akad kedua melalui proses

timbal balik.

Multi akad yang terdapat dalam lembaga keuangan syari’ah

dengan ciri akad yang satu bergantung dengan akad yang lain,

salah satu contonya adalah produk murabahah Kepada Pemesan

Pembelian (KPP) dan dana talangan haji.

2. Akad Terkumpul (al-uqud al-mujtami‟ah)

Al-uqud al-mujtami‟ah adalah multi akad yang menghimpun

dua akad atau lebih menjadi satu kesatuan akad yang tak dapat

dipisahkan. Multi akad mujtami‟ah ini dapat terjadi dengan

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

49

terhimpunnya dua akad yang memiliki akibat hukum berbeda di

dalam satu akad terhadap dua objek dengan satu harga, dua akad

berbeda akibat hukum satu akad terhadap dua objek dengan dua

harga, atau dua akad dalam satu akad yang berbeda hukum atas

satu objek dengan satu imbalan, baik dalam waktu yang sama atau

waktu yang berbeda.

Contoh multi akad dalam jenis akad terkumpul adalah yang

dilakukan oleh bank syariah dengan produk murabahah KPP,

dimana murabahah KPP melibatkan tiga pihak, yaitu pembeli

(nasabah), lembaga keuangan (bank syariah) dan penjual ( pemilik

barang). Dalam produk tersebut terdapat dua akad yang sebenarnya

terpisah, namun disatukan dan menjadi satu kesatuan seakan

menjadi satu akad (murabahah). Akad yang pertama adalah akad

jual beli antara Lembaga Keuangan Syariah dengan penjual

(pemilik barang) sedangkan akad yang kedua adalah akad jual beli

antara nasabah (pembeli) dengan lembaga keuangan syariah, baik

secara kontan, bertempo, ataupun angsuran. Kedua akad ini

digabungkan menjadi satu akad dalam sebuah produk multi akad

dengan sebutan murabahah KPP (Antonio, 2001:104).

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama dan ahli

ekonomi Islam mengenai kedudukan multi akad dalam hukum

Islam. Kelompok pertama adalah kelompok yang berpendapat

memperbolehkan adanya multi akad dalam sebuah produk

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

50

Lembaga Keuangan Syariah. Pendapat ulama yang

memperbolehkan akad ini menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana

yang dikutip oleh Hasanudin (2010:13) bahwa hukum asal dari

segala muamalat di dunia adalah boleh kecuali yang diharamkan

oleh Allah dan Rasulnya, tiada yang haram melainkan yang telah

diharamkan oleh Allah, dan tidak ada agama melainkan yang telah

disyariatkan. Adapun kaidah fiqh yang membangun pendapat

tersebut adalah :

األصل فى المعامالت اإلباحة إال أن يدل دليل على تحزيمها

Hukum dari segala sesuatu (muamalah) adalah mubah kecuali ada

dalil yang menunjukkan keharamannyaa (Fadal, 2008:45).

Adapun dalil lain yang memperbolehkannya multi akad

adalah surat an-Nisaa’ ayat 29 yang menyatakan:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha penyayang kepadamu.

Ayat di atas mempunyai penafsiran bahwa inti dari suatu

akad (perniagaan) adalah adanya saling suka sama suka atau

sukarela dari para pihak. Ini berarti keikhlasan adalah dasar

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

51

kehalalan memperoleh sesuatu dalam hal muamalah. Setiap

aktivitas akad yang didasari oleh keikhlasan memjadi halal

berdasarkan petunjuk ayat tersebut selama tidak mengandung unsur

yang diharamkan. Oleh karena itu, pendapat yang pertama ini

ulama sepakat bahwa multi akad dibolehkan dalam hukum Islam

selama tidak menyalahi ketentuan stariat Islam.

Pendapat kedua adalah pendapat yang mengharamkan

dilakukannya multi akad. pendapat kedua ini mendasarkan hukum

multi akad pada dalil hadits yang dikeluarkan oleh Rasulullah di

riwayatkan oleh HR.Tirmidzi:

رسىل هللا صلى هللا عليه وسلم وهى: عه أب زيز ال

(رواه ال زميذ). بيعةة فى بيع يه عه

Hadis tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah Saw melarang

adanya dua akad dalam satu transaksi jual beli sekaligus, ini berarti

adanya multi akad dalam akad jual beli tersebut. Sedangkan pada

dasarnya apabila akad jual beli tersebut hanya berdiri sendiri

(tunggal) maka akad tersebut halal dan diperbolehkan.

Dari dua pendapat di atas, jumhur ulama berpendapat

pendapat kedualah yang lebih kuat (rajih) kedudukannya

(Muhammad, 1992:581).

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

52

h. Asas-Asas Perjanjian dalam Hukum Islam

a) Asas ibahah (mabda‟ al -Ibahah)

Asas ibahah adalah asas umum hukum Islam dalam bidang

muamalat secara umum. Asas ini dirumuskan dalam adagium

“pada asasnya segala sesuatu itu boleh dilakukan sampai ada dalil

yang melarangnya”. Asas ini merupakan kebalikan dari asas yang

berlaku dalam masalah ibadah. Dalam hukum Islam, untuk

tindakan-tindakan ibadah berlaku asas bahwa bentuk-bentuk

ibadah yang sah adalah bentuk-bentuk yang disebutkan dalam

dalil-dalil syari’ah (Anwar, 2010:84-85).

b) Asas Kebebasan Berakad (Mabda‟ Hurriyyah at- Ta‟qud)

Hukum Islam mengakui kebebasan berakad, yaitu suatu

prinsip hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat

membuat akad jenis apapun tanpa terikat kepada nama-nama yang

telah di tentukan dalam undang-undang syariah. Dan memasukkan

klausul apa saja ke dalam akad yang di buatnya itu sesuai dengan

kepentingannya sejauh tidak berakibat makan harta sesama dengan

jalan batil (Anwar, 2010:84-85).

Adanya asas kebebasan berakad dalam hukum Islam di

dasarkan pada firman Allah surat al-Maidah ayat 1:

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

53

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.

Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan

kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan

berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya

Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.

c) Asas Konsensualisme (Mabda‟ ar- Radha‟iyyah)

Asas konsensualisme menyatakan bahwa untuk terciptanya

suatu perjanjian cukup dengan tercapainya kata sepakat antara para

pihak tanpa perlu dipenuhinya formalitas-formalitas tertentu

(Anwar, 2010:87-88).

d) Asas Janji Itu Mengikat

Sesuai dengan firman Allah surat al-Israa ayat 34 yaitu:

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan

cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan

penuhilah janji. Sesungguhnya janji itu pasti diminta

pertanggungan jawabnya.

e) Asas Keseimbangan

Asas kesimbangan dalam transaksi tercermin pada

dibatalkannya suatu akad yang mengalami ketidakseimbangan

prestasi yang mencolok. Asas keseimbangan dalam memukul

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

54

resiko tercermin dalam larangan transaksi riba, di mana dalam

konsep riba hanya debitur yang memikul segala resiko atas

kerugian usaha, sementara kreditur bebas sama sekali dan harus

mendapat prosentase tertentu sekalipun pada saat dananya

mengalami kembalian negatif (Anwar, 2010:90).

f) Asas Kemaslahatan

Dengan asas kemaslahatan dimaksudkan bahwa akad yang

dibuat para pihak bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi

mereka dan tidak boleh menimbulkan kerugian (mudharat) atau

keadaan memberatkan (masyaqqah) (Anwar, 2010:91).

g) Asas Amanah

Dengan asas amanah dimaksudkan bahwa masing-masing

pihak haruslah beritikad baik dalam bertransaksi dengan pihak

lainnya dan tidak dibenarkan salah satu pihak mengeksploitasi

ketidaktauan mitranya (Anwar, 2010:91).

h) Asas Keadilan

Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh

semua hukum (Anwar, 2010:92). Dalam hukum Islam,

menegakkan keadilan merupakan perintah al-Qur’an yang

tercermin dalam firman Allah surat al-Maidah ayat 8 yaitu:

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

55

2. Konsep Akad dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah (KHES)

a. Pengertian Akad

Di Indonesia, terdapat peraturan yang mengatur hal-hal yang

berhubungan dengan akad. Salah satunya adalah Peraturan Mahkamah

Agung RI Nomor 02 Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi

syari’ah (KHES). Dalam KHES definisi akad adalah kesepakatan

dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan

dan tidak melakukan perbuatan hukum tertentu (KHES bab 1

ketentuan umum akad pasal 20 ayat 1).

b. Asas Akad

Akad dilakukan berdasarkan asas yaitu sebagai berikut:

1) Ikhtiyari/sukarela; setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak,

terhindar dari keterpaksaan karena tekanan salah satu pihak atau

pihak lain.

2) Amanah/menepati janji; setiap akad wajib dilaksanakan oleh para

pihak sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan oleh yang

bersangkutan dan pada saat yang sama terhindar dari cidera janji.

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

56

3) Ikhtiyati/kehati-hatian; setiap akad dilakukan dengan pertimbangan

yang matang dan dilaksanakan secara cepat dan cermat.

4) Luzum/tidak berubah; setiap akad dilakukan dengan tujuan yang

jelas dan perhitungan yang cermat sehingga terhindar dari praktik

spekulasi atau maisir.

5) Saling menguntungkan; setiap akad dilakukan untuk memenuhi

kepentingan para pihak sehingga tercegah dari praktik manipulasi

dan merugikan salah satu pihak.

6) Taswiyah/kesetaraan; para pihak dalam setiap akad memiliki

kedudukan yang setara, dan mempunyai hak dan kewajiban yang

seimbang.

7) Transparansi; setiap akad dilakukan dengan pertanggung jawaban

para pihak secara terbuka.

8) Kemampuan; setiap akad dilakukan sesuai dengan kemampuan

para pihak sehingga tidak menjadi beban yang berlebihan bagi

yang bersangkutan.

9) Taisir/kemudahan; setiap akad yang dilakukan dengan cara saling

memberi kemudahan kepada masing-masing pihak untuk dapat

melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan.

10) I‟tikad baik; akad dilakukan dalam rangka menegakkan

kemaslahatan tidak mengandung unsur jebakan dan perbuatan

buruk lainnya.

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

57

11) Sebab yang halal; tidak bertentangan dengan hukum, tidak dilarang

oleh hukum dan tidak haram (KHES bab 11 pasal 21).

c. Rukun dan Syarat Akad

Dalam bab III pasal 22 rukun akad terdiri atas:

1) Pihak-pihak yang berakad

2) Obyek akad

3) Tujuan-pokok akad

4) Kesepakatan.

Dalam pasal 23 dijelaskan bahwa pihak-pihak yang berakad

adalah orang, persekutuan, atau badan usaha yang memiliki kecakapan

dalam melakukan perbuatan hukum. Dan pasal 24 dijelaskan bahwa

Obyek akad adalah amwal atau jasa yang dihalalkan yang dibutuhkan

oleh masing-masing pihak. Dan Pasal 25 dijelaskan bahwa akad

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan usaha

masing-masing pihak yang mengadakan akad.

d. Kategori Hukum Akad

Akad tidak sah apabila bertentangan dengan:

1) Syari’at Islam

2) Peraturan perundang-undangan

3) Ketertiban umum;dan/atau

4) Kesusilaan (KHES bab III pasal 26)

Hukum akad terbagi kedalam tiga kategori, yaitu;

1) Akad yang sah

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

58

2) Akad yang fasad/ dapat dibatalkan

3) Akad yang batal/ batal demi hukum (KHES bab III pasal 27).

Dalam pasal 28 dijelaskan bahwa:

1) Akad yang sah adalah akad yang terpenuhi rukun dan syarat-

syaratnya.

2) Akad yang fasad adalah akad yang terpenuhi rukun dan syarat

syaratnya, tetapi terdapat segi atau hal lain yang merusak akad

tersebut karena pertimbangan maslahat.

3) Akad yang batal adalah akad yang kurang rukun dan atau syarat-

syaratnya.

e. Ingkar Janji dan Sanksinya

Pihak dapat dianggap melakukan ingkar janji, apabila karena

kesalahannya:

1) Tidak melakukan apa yang dijanjikan untuk melakukannya;

2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana

dijanjikan;

3) Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi terlambat; atau

4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan

( KHES bab III pasal 37).

Dalam KHES bab III pasal 38 Pihak dalam akad yang melakukan

ingkar janji dapat dijatuhi sanksi;

1) Membayar ganti rugi.

2) Pembatalan akad.

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

59

3) Peralihan resiko.

4) Denda; dan/atau

5) Membayar biaya perkara.

B. Tinjauan Umum Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap

benda dengan akad saling mengganti, dikatakan ba‟a asy-syaia jika dia

mengeluarkannya dari hak miliknya, dan ba‟ahu jika dia membelinya dan

memasukkannya kedalam hak miliknya. Jual beli secara istilah adalah

akad saling mengganti dengan harta yang berakibat kepada kepemilikan

terhadap satu benda atau manfaat untuk tempo waktu selamanya dan

bukan untuk bertaqarrub kepada Allah (Azzam, 2010:23).

2. Dasar Hukum Kebolehan Jual Beli

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 275:

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)

penyakit gila keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

60

mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan

riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu

terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah

diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah)

kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu

adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

3. Rukun Jual Beli

Adapun rukun jual beli menurut para ulama sebagimana yang

dikutip oleh syafe’i (2010:76) ada empat yaitu:

a. Ba‟i (penjual)

b. Mustari (pembeli)

c. Shighat (ijab dan Qabul)

d. Ma‟qud alaih (benda atau barang)

4. Syarat Jual Beli

Dalam jual beli terdapat beberapa syarat, menurut madzhab Syafii

sebagaimana yang dikutip oleh Syafe’i (2010:81-83) yaitu:

a. Syarat aqid; dewasa atau sadar, tidak dipaksa atau tanpa hak, Islam,

pembeli bukan musuh.

b. Syarat shighat; berhadap-hadapan, ditujukan pada seluruh badan yang

akad, qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab, harus

menyebutkan barang atau harga, disertai niat, pengucapan ijab qabul

harus sempurna dan tidak terpisah, tidak berubah lafaz, tidak dikaitkan

dengan sesuatu, tidak dikaitkan dengan waktu.

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

61

c. Syarat ma‟qud alaih; suci, bermanfaat, dapat diserahkan, barang milik

sendiri atau menjadi wakil orang lain, jelas dan diketahui oleh kedua

orang yang melakukan akad.

5. Jual Beli yang dilarang dalam Islam

Berkenaan dengan jual beli yang dilarang dalam Islam, menurut

Wahbah al-Juhaili sebagaimana yang dikutip oleh Syafe’i (2010:93-101)

adalah sebagai berikut:

a. Terlarang sebab ahliyah (ahli akad); jual beli orang gila, jual beli anak

kecil, jual beli orang buta, jual beli terpakasa, jual beli fudhul, jual beli

orang yang terhalang, jual beli malja‟.

b. Terlarang sebab shighat; jual beli mu‟athah yaitu tidak memakai ijab

dan qabul, jual beli barang yang tidak ada ditempat akad, jual beli

tidak bersesuaian dengan ijab dan qabul, jual beli munjiz yaitu yang

dikaitkan dengan waktu yang akan datang.

c. Terlarang sebab ma‟qud alaih; barang tidak ada, barang tidak dapat

diserahkan, jual beli gharar, jual beli yang tidak ada ditempat akad,

jual beli ijon.

d. Terlarang sebab syara’; jual beli riba, jual beli barang dari hasil

pencegatan barang, jual beli pada waktu adzan jum’at, jual beli anggur

untuk dijadikan khamar, jual beli induk tanpa anaknya yang masih

kecil, jual beli barang yang sudah dibeli oleh orang lain dan jual beli

memakai syarat.

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

62

C. Tinjauan Umum Murabahah

1. Konsep Murabahah dalam fiqh Muamalah

a. Pengertian Murabahah

Murabahah adalah jual beli barang pada harga pokok dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam jual beli Murabahah,

penjual harus memberi tahu kepada pembeli mengenai harga pokok

barang yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai

tambahannya. Misalnya pedagang eceran membeli komputer dari

grosir dengan harga Rp 10.000.000,00 kemudian ia menambahkan

keuntungan sebesar Rp 750.000.00,00 dan ia menjual kepada si

pembeli dengan harga Rp 10.750.000,00 (Antonio, 2001:101).

b. Landasan Hukum Murabahah

Murabahah merupakan suatu jenis jual beli yang dibolehkan oleh

syariat, dalil kebolehannya adalah sama dengan jual beli pada

umumnya yaitu:

1) Dalam firman Allah pada QS al-Baqarah ayat 275 yang

menjelaskan tentang jual beli hukumnya halal dan riba hukumnya

haram.

2) Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional

Dewan syari’ah nasional menetapkan aturan tentang

murabahah sebagaimana tercantum dalam fatwa DSN MUI

Nomor 04/DSN/IV/2000 tertanggal 1 April 2000.

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

63

c. Rukun dan Syarat Murabahah

1) Rukun murabahah

a) Para pihak (al-„aqidain)

b) Pernyataan kehendak (shigat al-„aqd)

c) Obyek akad (mahall al-„aqd)

d) Tujuan akad (maudu al-„aqd) (Mas’adi, 2012:13).

2) Syarat murabahah

a) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah

b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang

ditetapkan

c) Kontrak harus bebas dari riba

d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat

atas barang sesudah pembelian

e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya pembelian secara hutang. Secara prinsip,

jika syarat dalam (a), (d), (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki

pilihan untuk melanjutkan pembelian seperti apa adanya atau

kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas

arang yang dijual, atau membatalkan kontrak (Antonio,

2001:102).

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

64

d. Ciri-ciri murabahah

Menurut Abdullah Saeed sebagaimana yang dikutip oleh

Antonio (2001:101), ciri-ciri dasar kontrak murabahah adalah sebagai

berikut:

1) Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait

dan tentang harga asli barang, batas laba (mark-up) harus

ditetapkan dalam bentuk persentase dari total harga beserta biaya-

biayanya.

2) Apa yang dijual adalah barang atau komoditi dan dibayar dengan

uang

3) Apa yang diperjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh penjual dan

penjual harus mampu menyerahkan barang tersebut kepada

pembeli

4) Pembayarannya ditangguhkan. Murabahah digunakan dalam setiap

pembiayaan dimana ada barang yang bisa diidentifikasi untuk

dijual.

2. Konsep Murabahah pada Lembaga Keuangan Syariah

a. Bentuk Murabahah

1) Murabahah modal kerja adalah akad jual beli antara bank selaku

penyedia barang dengan nasabah selaku pemesan untuk membeli

barang. Dari transaksi tersebut bank mendapatkan keuntungan jual

beli yang disepakati bersama. Atau menjual suatu barang dengan

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

65

harga asal (modal) ditambah dengan margin keuntungan yang

disepakati.

2) Murabahah investasi yaitu suatu perjanjian jual beli untuk barang

tertentu antara pemilik dan pembeli, di mana pemilik barang akan

menyerahkan barang seketika sedangkan pembayaran dilakukan

dengan cicilan dalam jangka waktu yang disepakati bersama

(Hendry,1999 :43).

b. Rukun Murabahah

1) Penjual (ba‟i) dianalogikan sebagai bank

2) Pembeli (musytari) dianalogikan sebagai nasabah

3) Barang yang diperjualbelikan (mabi‟) yaitu jenis pembiayaan

seperti pembiayaan investasi

4) Harga (tsaman) dianalogikan sebagai pricing atau plafon

pembiayaan

5) Ijab qabul dianalogokan sebagai akad atau perjanjian, yaitu

pernyataan persetujuan yang dituangkan dalam akad perjanjian

(Hendry, 1999:43).

c. Jenis Murabahah

1) Murabahah dengan pesanan dan tidak dengan pesanan

Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan

pembelian barang setelah ada pemesan dari nasabah dan dapat

bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli

barang yang dipesannya (bank dapat meminta uang muka

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

66

pembelian kepada nasabah). Sedangkan murabahah tanpa pesanan

adalah jual beli murabahah dilakukan tidak melihat ada yang pesan

atau tidak, ada yang beli atau tidak, sehingga bank syariah

menyediakan barang dagangannya sendiri. Penyediaan barang pada

murabahah ini tidak terpengaruh atau terkait langsung dengan ada

tidaknya pesanan atau pembeli (Wiroso, 2005:38).

2) Murabahah tunai atau cicilan

Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau

cicilan. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan

dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda.

Murabahah muajjal dicirikan dengan adanya penyerahan barang

diawal akad dan pembayarannya kemudian (setelah awal akad)

baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum

(sekaligus) (Karim, 2009:115-116).

d. Manfaat Murabahah

Sesuai dengan sifat bisnis, transaksi murabahah memiliki

beberapa manfaat, murabahah memberi banyak manfaat kepada bank

syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari

selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah dan

sistemnya sangat sederhana (Antonio, 2001:106-107).

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

67

e. Resiko Murabahah

1) Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran

2) Fluktuasi harga komparatif; Ini terjadi bila harga suatu barang di

pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak

bisa mengubah harga jual beli tersebut.

3) Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak nasabah

karena berbagai sebab.

4) Dijual; karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka

ketika kontrak ditandatangani barang itu menjadi milik nasabah.

Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap asset miliknya

tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian resiko

untuk default akan besar (Antonio, 2001:106-107).

f. Skema Pembiayaan Murabahah

Gambar 2.1

Skema Pembiayaan Murabahah

Sumber: (Sudarsono, 2004:41).

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

68

3. Murabahah dalam Fatwa DSN MUI No 04/DSN-MUI/IV/2000

Dalam fatwa dewan syariah nasional nomor 04//DSN-

MUI/IV/2000, tanggal 1 April 2000, dipaparkan tentang ketentuan umum

murabahah sebagai berikut:

a. Ketentuan Umum Murabahah

1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas

dari riba

2) Barang yang diperjualbelikan tidak dikharamkan oleh syari’ah

Islam

3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang

yang telah disepakati kualifikasinya

4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank

sendiri dan pembelian ini harus sah dan bebas riba

5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang

6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah

(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli ditambah

keuntungannya. Dalam hal ini bank harus memberitahukan secara

jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang

diperlukan

7) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad

tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan

nasabah

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

69

8) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli

barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan

setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

b. Ketentuan Murabahah Kepada Nasabah

1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembeli suatu

barang atau asset kepada bank

2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli

terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang

3) Bank kemudian menawarkan asset tersebutkepada nasabah dan

nasabah harus menerima atau membelinya sesuai dengan perjanjian

yang telah disepakati, karena secara perjanjian tersebut mengikat

kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli

4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk

membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal

pemesanan

5) Jika nasabah kemudian menolak kembali barang tersebut, biaya riil

bank harus dibayar dari uang muka tersebut

6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung

oleh bank, bank dapat meminta kembali saat kerugiannya kepada

nasabah

7) Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari

uang muka maka, maka:

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

70

(a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia

tinggal membayar sisa harga

(b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank

maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat

pembatalan tersebut dan jika uang muka tidak mencukupi,

nasabah wajib melunasi kekurangannya.

c. Jaminan dalam murabahah

1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan

pesanannya.

2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang

dapat dipegang.

d. Hutang dalam murabahah

1) Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi

murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang

dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika

nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau

kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya

kepada bank.

2) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran

berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruhnya.

3) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah

tetap harus menyelesaiakan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

71

tidak boleh memperlambat pembayaran-pembayaran angsuran atau

meminta kerugian itu diperhitungkan.

e. Penundaan pembayaran dalam murabahah

1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda

penyelesaian hutangnya.

2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau

jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka

penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrase syariah setelah

tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

f. Bangkrut dalam murabahah

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan

hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia sanggup

kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

D. Tinjauan Umum Pembiayaan

1. Pengertian pembiayaan

Pembiayaan adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2004:73). Pembiayaan

merupakan salah satu tugas pokok bank atau lembaga keuangan non bank

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

72

yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan

pihak-pihak yang merupakan defisit unit (Antonio, 2001:160).

2. Unsur-Unsur Pembiayaan

a. Kepercayaan

Kepercayaan yaitu suatu keyakinan pemberi pembiayaan (bank)

bahwa pembiayaan yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa

akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa datang.

b. Kesepakatan

Kesepakatan dalam penyaluran pembiayaan dituangkan dalam

akad pembiayaan yang di tandatangani oleh kedua belah pihak yaitu

pihak bank dan nasabah.

a. Jangka waktu

Jangka waktu dalam pembiayaan mencakup masa

pengembalian pembiayaan yang telah disepakati.

b. Resiko

Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu

resiko kerugian yang diakibatkan oleh nasabah sengaja tidak mau

membayar padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan

karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah

seperti bencana alam.

c. Balas jasa

Akibat dari pemberian pembiayaan bank tentu

mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Wujud

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

73

dari balas jasa dalam pembiayaan ditentukan dengan bagi hasil

(Kasmir, 2004:75-76).

3. Tujuan Analisis Pembiayaan

a. Tujuan Umum

Pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat

dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi,

jasa-jasa bahkan konsumsi yang kesemuanya ditujukan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam

2) Untuk menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan

3) Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak (Muhamad,

2002:261).

4. Jenis-Jenis Pembiayaan

a. Pembiayaan Produktif

Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu, untuk

peningkatan usaha, baik usaha produksi perdagangan maupun

investasi. Menurut keperluannya pembiayaan produktif ada dua yaitu:

1) Pembiayaan modal kerja

Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk

memenuhi kebutuhan peningkatan produksi baik secara kuantitaif

yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif yaitu

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

74

peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk keperluan

perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

2) Pembiayaan investasi

Pembiayaan investasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan

barang-barang modal serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya

dengan itu.

b. Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan

untuk memenuhi kebutuhan (Antonio, 2001:160).

5. Produk Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah

Secara umum prinsip pembiayaan yang berlaku di lembaga

keuangan syariah dibagi menjadi empat yaitu:

a. Bagi Hasil (Profit and Loss sharing)

1) Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerja sama antara bank dengan

pihak lain dalam suatu usaha tertentu dimana masing-masing

pihak menyertakan modal atau harta dengan kesepakatan bahwa

keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan keduanya. Dalam akad ini, kedua belah pihak sepakat

membagihasilkan keuntungan dan kerugian berdasarkan nisbah.

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

75

2) Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerja sama usaha dimana pihak

pertama sebagai shahibul maal menyediakan seluruh modal

sedangkan pihak yang lain sebagai pengelola atau mudharib.

Keuntungan dari investasi mudharabah dibagi kesepakatan kedua

belah pihak. Sedangkan jika terjadi kerugian, maka akan

ditanggung oleh shahibul maal selama kerugian tersebut bukan

disebabkan oleh kelalaian dari pihak mudharib. Skema

mudharabah sering diterapkan dalam hal pembiayaan modal kerja

dan investasi khusus.

3) Muzara‟ah

Muzara‟ah adalah kerjasama antara pemilik lahan

pertanian dengan petani penggarap, dimana pemilik lahan

memberikan kepercayaan kepada petani untuk menggarap lahan

pertaniannya guna ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagi

hasil dari hasil panennya (Ridwan, 2007:66 -77).

b. Jual Beli (Sale and Purchase)

1) Jual beli murabahah

Jual beli murabahah adalah jual beli barang padaharga asal

ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Dalam transaksi ini,

penjual harus memberitahukan kepada pembeli tentang harga

pokok barang yang menjadi obyek jual beli.

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

76

2) Jual beli salam

Jual beli salam adalah pembelian barang yang diserahkan

kemudian hari tetapi pembayarannya dilakukan di muka. Aplikasi

salam dalam lembaga keuangan syariah biasanya diterapkan dalam

bidang pertanian. Karena bank syariah tidak bermaksud mengambil

hasil panen sebagai stok barang, maka bank syariah akan menjual

kembali hasil panen tersebut kepada pihak lain.

3) Jual beli istishna

Jual beli istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli

dengan pembuat barang. Dalam kontrak ini pembuat barang

(produsen) menerima pesanan dari pembeli, kemudian produsen

memproduksi barang melalui orang lain sesuai dengan spesifikasi

yang telah ditetapkan oleh pemesan. Setelah barang jadi, barang

dijual kepada pembeli akhir dengan harga dan cara pembayaran

yang telah disepakati (Ridwan, 2007:79-81).

c. Sewa

Sewa adalah pemindahan hak guna atas barang atau jasa

melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan perpindahan

kepemilikan barangnya. Salah satu produk dari sewa adalah ijarah

muntahia bit-tamlik yang merupakan akad perpaduan antara ijarah

dengan al-bai‟ yakni akda sewa yang diakhiri dengan jual beli.Akad

yang pada awalnya sewa yang pada akhir masa angsuran menjadi jual

beli karena terjadi perpindahan kepemilikan atas barang yang

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

77

disewakan. Transaksi ini sering disebut dengan sewa beli (Ridwan,

2007:84).

d. Jasa

Pengembangan produk jasa layanan pada lembaga keuangan

syariah meliputi:

1) Wakalah

Wakalah adalah perjanjian antara bank syariah dengan

nasabah dimana nasabah memberikan pelimpahan kepercayaan

kepada bank untuk mewakilinya guna menyelesaikan suatu

pekerjaan tertentu.

2) Kafalah

Kafalah adalah penjaminan yang diberikan oleh seseorang

kepada orang lain dalam rangka memperkuat posisi orang yang

dijamin. Pengertian kafalah dapat berarti juga pengalihan tanggung

jawab dari satu orang kepada orang lain.

3) Hawalah

Hawalah adalah akad pengalihan hutang dari seseorang

kepada orang lain yang sanggup menanggungnya.

4) Rahn

Rahn adalah akad untuk menahan salah satu harta milik si

peminjam atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang

dijaminkan harus bernilai ekonomis sehingga, bank memiliki

kepastian pembayaran.

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

78

5) Qard

Qard merupakan transaksi yang bersifat tidak untuk

mencari keuntungan melainkan transaksi yang tujuannya untuk

tolong menolong (Ridwan, 2007:83-88).

6. Jaminan pembiayaan

a. Jaminan dengan barang-barang seperti:

1) Tanah

2) Bangunan

3) Kendaraan bermotor

4) Mesin-mesin/ peralatan

5) Barang dagangan

6) Tanaman/kebun/sawah

7) Dan barang-barang berharga lainnya.

b. Jaminan surat berharga seperti:

1) Sertifikat saham

2) Sertifikat obligasi

3) Sertifikat tanah

4) Sertifikat deposito

5) Promes

6) Wesel

7) Dan surat berharga lainnya

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

79

c. Jaminan orang atau perusahaan

Jaminan orang atau perusahaan yaitu jaminan yang diberikan

oleh seseorang atau perusahaan kepada bank terhadap fasilitas

pembiayaan yang diberikan.

d. Jaminan asuransi

Jaminan asuransi yaitu bank menjaminkan pembiayaan

tersebut kepada pihak asuransi, terutama terhadap fisik obyek kredit,

seperti kendaraan, gedung, dan lainnya. Jadi apabila terjadi

kehilangan atau kebakaran, maka pihak asuransilah yang akan

menanggungnya (Kasmir, 2004:80-81).

7. Prinsip-Prinsip Pembiayaan

Prinsip pemberian pembiayaan dapat dilakukan dengan analisis 5 C

yaitu:

1) Character

Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon

debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank

bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan

pembiayaan benar-benar dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar

belakang pekerjaan si nasabah maupun keadaan keluarganya.

2) Capacity (capabality)

Untuk melihat calon nasabah dalam membayar pembiayaan yang

dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta

kemampuannya mencari laba.

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

80

3) Capital

Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan

yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

4) Collateral

Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik

yang bersifat fisik maupun bersifat non fisik.

5) Condition

Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi

ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sektor

masing-masing (Kasmir, 2004: 91-92).

8. Teknik Penyelesaian Pembiayaan Macet

Hampir setiap bank mengalami pembiayaan macet atau nasabah

tidak mampu lagi untuk melunasi pembiayaannya. Kamacetan suatu

fasilitas disebabkan oleh dua faktor yaitu:

a. Dari pihak bank

Dalam hal ini pihak analisis pembiayaan kurang teliti baik

dalam mengecek dokumen maupun salah dalam melakukan

perhitungan dengan rasio-rasio yang ada.

b. Dari pihak nasabah

Kemacetan pembiayaan dari nasabah diakibatkan dua hal yaitu:

1) Adanya unsur kesengajaan, artinya nasabah sengaja tidak

membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayaan yang

diberikannya dengan sendiri macet.

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

81

2) Adanya unsur tidak sengaja, artinya nasabah memiliki kemampuan

untuk membayar akan tetapi tidak mampu dikarenakan uasaha

dibiayai terkena musibah seperti kebanjiran atau kebakaran.

Untuk mengatasi pembiayaan yang macet pihak bank perlu

melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian.

Penyelamatan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu:

a. Rescheduling yaitu dengan cara memperpanjang jangka waktu

pembiayaan dan memperpanjang jangka waktu angsuran

b. Reconditioning yaitu dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang

ada. Seperti memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil hasil

usaha.

c. Restructuring yaitu dengan cara menambah jumlah pembiayaan dan

menambah equity yaitu dengan menyetor uang tunai atau tambahan

dari pemilik.

d. Kombinasi yaitu dengan mengkombinasikan antara restructuring

dengan reconditioning atau rescheduling dengan restructuring.

e. Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah

benar-benar tidak punya i‟tikad yang baik atau sudah tidak mampu

membayar semua hutang-hutangnya (Kasmir, 2004:103-104).

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

82

BAB III

PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN

MULTIBARANG DI BMT ANDA SALATIGA

A. Profil BMT Anda Salatiga

1. Sejarah berdirinya BMT Anda Salatiga

BMT Anda merupakan salah satu Jasa Keuangan Syariah dengan

Badan Hukum No. 004/KWK. 1132/X/1998. BMT ini didirikan oleh 29

orang dan 3 orang merupakan pengelola inti BMT tersebut, dengan

maksud dan tujuan yang sama yaitu membentuk suatu badan jasa

keuangan syari’ah dengan melakukan kesepakatan dan perjanjian.

BMT Anda dibentuk pada tanggal 12 Juni 1998 dan disahkan pada

tanggal 14 Oktober 1998. Sampai saat ini sudah memiliki 1 Kantor Pusat

dan 6 kantor cabang antara lain; kantor pusat Jln. Merak No. 90 Cabean

Sidomukti Salatiga dengan Bapak Budi Santoso, SE. MM sebagai ketua

pengurus, kantor cabang Jln. Raya Ampel-Salatiga km 0.5 Ampel, kantor

cabang Jln. Prawiro Digdoyo Pasar Karanggedhe, kantor cabang Jln.

Pemuda No.157-A Pojoksari Ambarawa, kantor cabang Jln. Juwangi

Godong km.1 Juwangi, kantor cabang Jln. Sunggingan-Pasar Boyolali,

kantor cabang Jln. Ngablak Magelang.

Prestasi atau penghargaan yang pernah dicapai BMT Anda tidak

sesignifikan dari lembaga keuangan syari’ah lainnya, pernah ada tawaran

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

83

kerjasama dari BSM Salatiga tetapi sampai saat ini tidak ada kelanjutan

apapun. Kegiatan intern BMT salah satunya adalah perlombaan antar

karyawan dengan tujuan untuk meningkatkan semangat daya kinerja

karyawan di BMT Anda.

2. Visi dan Misi BMT Anda Salatiga

a. Visi BMT Anda Salatiga

Menjadi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang maju, profesional

dan mensejahterakan anggota.

b. Misi BMT Anda Salatiga

1) Menjalankan operasional koperasi sesuai standar koperasi yang

sehat.

2) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang

berkesinambungan.

3) Mengusahakan pemupukan modal anggota dengan sistem syariah.

4) Memberikan pembiayaan pada anggota untuk tujuan produktif.

5) Mengusahakan program pendidikan dan pembinaan agama secara

intensif kepada anggota.

6) Meningkatkan kesejahteraan anggota dan kemajuan lingkungan

kerja.

7) Menciptakan sumber pembiayaan anggota dengan prinsip syariah.

8) Menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota.

9) Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam

lingkungan kerja yang sehat.

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

84

3. Produk-Produk BMT Anda Salatiga

a. Produk Simpanan

1) SIBERKAH (Simpanan Berkala Mudharabah)

(a) Si Qurban (Simpanan Qurban)

(b) Si Munik (Simpanan Nikah)

(c) Si Wali (Simpanan Walimah)

(d) Si Pendi (Simpanan Pendidikan)

(e) Si Fitri (Simpanan Idul Fitri)

2) SI HAJI (Simpanan Haji/Umroh)

(a) Diperuntukkan bagi umat Islam yang akan menjalankan

ibadah Haji/ Umroh

(b) Setoran minimal Rp. 100.000,- setiap bulan

(c) Nisbah bagi hasil 40%

(d) Pendaftaran calon Haji dilaksanakan jika simpanan

mencukupi untuk pemesanan kursi calon Haji tahun yang

bersangkutan

(e) Kekurangan dana bisa ditalangi oleh BMT dengan cara

mengajukan permohonan terlebih dahulu

3) SISUKA (Simpanan Sukarela Berjangka)

Sangat tepat untuk merencanakan usaha dan setoran, dan

penarikan dapat langsung ke kantor atau dilayani di rumah serta di

tempat usaha. Setoran minimal Rp. 1.000.000,-.

Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

85

Nisbah Bagi hasil; jangka 3 bulan 40%, jangka 6 bulan

42,5%, jangka 9 bulan 45%, jangka 12 bulan 50 %. Bagi hasil

diberikan setiap bulannya dan dapat diperpanjang secara otomatis.

4) SIDIBA (Simpanan Dirham Barokah)

Persyaratannya adalah Fotocopy KTP, Materai Rp.6000,-

,mengisi formulir pendaftaran, peserta dirham minimal 90 orang,

setoran Rp. 200,000,- per bulan selama 24 bulan, simpanan

hanya dapat diambil satu bulan setelah akhir periode atau setoran

terakhir, disediakan doorprize menarik untuk seluruh peserta

yang di undi setiap 8 bulan sekali, grand prize satu buah sepeda

motor diakhir periode.

5) SIPE (SIMPANAN PENSIUN)

(a) Diperuntukkan bagi perusahaan maupun perorangan

(b) Untuk mensejahterakan karyawan setelah pensiun

(c) Setoran minimal Rp. 25.000,- per bulan

(d) Pengambilan minimal 5 tahun

(e) Nisbah bagi hasil 60% diberikan setiap bulan langsung

menambah saldo

b. Produk Pembiayaan

1) Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjanjian

usaha antara pemilik modal dengan pengusaha dimana pemilik

modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan, dan pihak

Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

86

pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha. Hasil usaha

bersama ini dibagi sesuai dengan kesepakatan pada waktu

penandatanganan perjanjian pembiayaan yang dituangkan

dalam bentuk nisbah bagi hasil (misalnya 70:30).

Pada pembiayaan mudharabah, BMT bertindak

sebagai pihak yang menyediakan dana (shahibul maal) dan

anggota yang menerima pembiayaan bertindak sebagai

pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha.

2) Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan dengan menggunakan sistem jual beli,

dimana BMT sebagai penjual dan anggota/masyarakat sebagai

pembeli. Pembiayaan dengan akad murabahah ini terdapat

dalam pembiayaan Mitra Usaha dan Pembiayaan Multibarang.

Syarat Umum Pembiayaan:

a) Bersedia untuk mengangsur tepat waktu

b) Pengajuan oleh anggota atau calon anggota secara

langsung atas nama sendiri

c) Melengkapi administrasi pendaftaran meliputi;

(1) Foto copy KTP suami-istri (yang sudah berkeluarga)

masing-masing dua lembar

(2) Foto copy KTP orang tua (yang belum berkeluarga)

masing-masing dua lembar

(3) Satu lembar foto copy Kartu Keluarga (KK)

Page 87: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

87

(4) Anggota dan calon anggota yang tidak memiliki KTP

yang berlaku harus dilengkapi dengan surat keterangan

bukti diri dari pemerintahan setempat

(5) Menyerahkan foto copy jaminan (untuk BPKB

dilengkapi foto copy STNK dan gesek nomor rangka

dan nomor mesin)

(6) Untuk Surat Dasaran Pasar berlaku sampai dengan

jatuh tempo surat dasaran tesebut

(7) Jaminan bukan atas nama sendiri disertai dengan surat

kuasa bermaterai dan diketahui aparat setempat

(8) Laporan keuangan atau slip gaji

(9) Mengisi formulir pengajuan yang telah disediakan dan

melampirkan rekening listrik.

3) Pembiayaan Multi Jasa

Syarat kegunaan yaitu untuk biaya pendidikan, sewa

tempat usaha, sewa tempat tinggal dan biaya perawatan.

c. Produk Lainnya

1) PPOB (Payment Point On Line Bank)

BMT Anda Salatiga melayani pembayaran rekening

listrik dan rekening telepon, untuk wilayah Jawa Tengah &

DIY. Setiap rekening disisihkan Rp. 20,- untuk dana infaq.

Page 88: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

88

2) Penyediaan Dana Qardh

Dana qardh adalah penyediaan dana kepada anggota

yang pemberiannya tanpa mengharapkan imbalan. Namun

tidak menutup kemungkinan adanya upaya pembayaran fee/

bagi hasil dari anggota atau pembayaran kembali pokok

tagihan, meskipun akad yang dibuat pada prinsipnya saling

membantu dan bukan transaksi komersial.

Sumber dana qardh ini dapat diambil dari modal BMT

sendiri atau dari infaq, sodaqoh atau dari sumber pendapatan/

transaksi non komersial dan hibah. Tujuannya adalah sebagai

dana untuk sumbangan apabila terjadi musibah atau

kecelakaan.

3) Program Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa

a) Melakukan pelatihan-pelatihan kewirausahaan

b) Memberikan pengetahuan manajemen pengelolaan usaha

c) Study banding kepada para dhuafa yang sukses

d) Memberikan bantuan modal usaha

e) Pembinaan dan pendampingan usaha

Page 89: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

89

4. Struktur Organisasi BMT Anda Salatiga

Gambar 3.1

Struktur Organisasi BMT Anda Salatiga

Keterangan:

a) Rapat anggota: pemegang rapat tertinggi BMT Anda Salatiga

b) Pengurus

Ketua : Budi Santoso, SE.MM

Sekretaris : Supardi, SE.

Bendahara : M. Fatur Rahman, SE.MM

Rapat Anggota

Pengurus

Dewan Pengawas

Manajer

Manajer Akuntansi

Kepala Cabang

Salatiga

Kepala

Cabang Ampel

Kepala Cabang

Karanggede

Staf Marketing

Staf Marketing

Staf Marketing

Staf

Administrasi

.

Staf

Administrasi

Staf

Administrasi

SECURITY/OB

Page 90: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

90

c) Dewan Pengawas

Ketua : KH. Abdul Majid, BA

Anggota : H. Ulin Nuha

d) Manajer : Widodo, A.Md

e) Manajer Akuntansi: Madiyono, A.Md

f) Kepala Cabang Salatiga: Haryanto, SE.

g) Kepala Cabang Ampel: Agung Wisara Siku

h) Kepala Cabang Karanggede: Iwan Wahyudi

i) Staf Marketing BMT Anda Salatiga: Muhamad Yazid, Arif

Hidayat, Heru Fernanto.

j) Staf Marketing BMT Anda Cabang Ampel: Rudiyanto, Thoit

Nawawi, Siti Nur Janah

k) Staf Marketing BMT Anda Cabang Karanggede: Nur Salim

l) Staf Administrasi BMT Anda Salatiga

Teller : Erni Afriyanti, A.Md

Customer Service: Maftukhatul Khanifah, A.Md

m) Staf Administrasi BMT Anda Cabang Ampel

Teller : Mutmainah, A.Md

Customer Service : Nurul Siti

n) Staf Administrasi BMT Anda Cabang Karanggede

Teller : Ika Dewi Lestari

Customer Service : Ani Nur’aini

o) Security/OB BMT Anda Salatiga: M. Yasin Sahroni

Page 91: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

91

B. PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK

PEMBIAYAAN MULTIBARANG

Pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga adalah pembiayaan

dengan menggunakan akad murabahah di mana BMT dapat membantu

anggotanya untuk memiliki barang atau peralatan usaha. Penggunaan

pembiayaan multibarang untuk kegiatan yang bersifat konsumtif dan

produktif. Untuk kegiatan yang bersifat produktif berupa pembelian sarana

untuk peralatan kerja sedangkan untuk kegiatan yang bersifat konsumtif

berupa perlengkapan atau alat rumah tangga.

Syarat untuk mengajukan Pembiayaan multibarang adalah sebagai

berikut;

1. Anggota biasa, anggota luar biasa, maupun calon anggota yang bertempat

tinggal di wilayah lingkungan BMT dan memenuhi criteria yang

ditentukan oleh BMT

2. Mempunyai usaha/penghasilan

3. Mempunyai tabungan aktif di BMT

4. Permohonan dari anggota telah dikabulkan oleh BMT setelah melalui

survey ke alamat tinggal anggota maupun tempat usaha anggota.

5. Anggota yang masih mempunyai hutang pembiayaan tidak diperkenankan

untuk mengambil pembiayaan sebelum melunasi hutangnya atau dengan

persetujuan pengurus

6. Jaminan utama adalah barang yang dibiayai, jika dirasakan perlu BMT

dapat meminta jaminan tambahan. Jenis dan nilai jaminan ditentukan oleh

Page 92: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

92

BMT pada saat mengajukan permohonan pembiayaan, misalnya sertifikat

tanah atau surat bukti kepemilikan kendaraan bermotor.

7. Biaya Pembiayaan, dalam murabahah ini anggota dikenakan biaya

administrasi (fee/provisi) sesuai ketentuan yang berlaku.

Mekanisme pembiayaan multibarang dengan skim murabahah di BMT Anda

Salatiga ada dua cara yaitu sebagai berikut;

a. Mekanisme yang pertama yaitu sebagai berikut;

1. Pengajuan permohonan dan negosiasi

Proses pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan

multibarang di BMT Anda Salatiga di awali dengan proses pengajuan

permohonan. Dalam proses pengajuan permohonan tersebut seorang

calon anggota harus melengkapi ketentuan-ketentuan khusus yang

telah di sediakan oleh pihak BMT. Ketentuan-ketentuan khusus itu

seperti tujuan mengajukan pembiayaan, besarnya pengajuan

pembiayaan, jenis pembiayaan, jangka waktu, jangka angsuran, data

pemohon, data pekerjaan, data usaha dan lain sebagainya (surat

permohonan terlampir).

Setelah surat permohonan diisi secara lengkap, maka langkah

selanjutnya adalah pihak BMT mensurvey dulu ke alamat tinggal calon

anggota, sekiranya untuk mengkroscek semua data yang diisi di surat

permohonan telah sesuai dengan faktanya atau tidak. Tujuan untuk

survey ini adalah untuk mengetahui bahwa permohonan calon anggota

layak dikabulkan atau tidak. Sebelum calon anggota dikatakan untuk

Page 93: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

93

layak diterima permohonannya, melalui survey itulah BMT sekaligus

melakukan tahap analisa terlebih dahulu terkait calon anggota yang

mengajukan pembiayaan. Analisa tersebut melalui analisa karakter

yaitu seperti tanya jawab langsung dengan calon anggota, menganalisa

tempat tinggal calon anggota, analisa tempat usaha calon anggota bagi

yang mempunyai usaha. Kemudian analisa kapasitas seperti seberapa

nilai kekayaan yang dimiliki anggota dilihat dari latarbelakang

pekerjaannya, dan analisa jaminan yang akan diajukan nanti, seperti

nilai jaminan lebih besar dari besarnya pembiayaan atau tidak.

BMT Anda Salatiga tidak menghendaki adanya jaminan

kepada calon anggota yang mengajukan pembiayaan, kecuali besarnya

pembiayaan di atas dua juta rupiah, calon anggota baru diperkenankan

untuk menyerahkan jaminan. Setelah tahap menganalisa dinyatakan

selesai maka BMT memutuskan permohonan calon anggota layak

dikabulkan atau tidak. Setelah layak untuk dikabulkan maka langkah

selanjutnya adalah upaya negosiasi dari kedua belah pihak.

Negosiasi antara kedua belah pihak yaitu pihak BMT dan

calon anggota yang dilakukan biasanya calon anggota meminta BMT

untuk membelikan barang yang dibutuhkan calon anggota sesuai

dengan spesifikasinya sekaligus toko yang sudah di tunjuknya. Setelah

itu dengan beberapa pertimbangan pihak BMT mensurvey langsung ke

toko atau pihak pemasok tersebut dengan tujuan untuk mengecek

kebenaran data yang diberikan oleh calon anggota, seperti barang yang

Page 94: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

94

dibutuhkan, harga pokoknya berapa, spesifikasi barang yang

dibutuhkan seperti apa, dan lain sebagainya. Setelah semua diverifikasi

dari pihak BMT, maka langkah selanjutnya adalah negosiasi tentang

kesepakatan menentukan harga jual kepada anggota.

Sebelum menentukan harga jual kepada anggota ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan yaitu menentukan margin atau keuntungan.

Yang menjadi dasar dalam menentukan margin atau keuntungan

adalah jangka waktu yang dikehendaki oleh anggota dalam

kesanggupan membayar, memperhatikan biaya operasional dan beban-

beban yang ditanggung BMT seperti biaya untuk menggaji pegawai

dan biaya-biaya lainnya. Setelah diketahui seberapa besarnya margin

atau keuntungan, maka harga pokok tersebut ditambahkan dengan

margin atau keuntungan yang telah diketahui untuk mengetahui harga

jualnya.

Anggota dalam hal ini, boleh menawar harga jual yang telah

ditentukan oleh BMT, seperti halnya jual beli pada umumnya. Anggota

yang pandai untuk negosiasi harga jual dari BMT maka dia akan

mendapatkan harga yang murah, begitupun sebaliknya, kalau anggota

tidak pandai negosiasi harga maka dia akan mendapatkan harga yang

cukup tinggi. Setelah terjadi kesepakatan menentukan harga jual,

langkah selanjutnya adalah menentukan di mana dan bagaimana cara

anggota dalam melakukan pembayaran angsuran. Setelah terjadi

kesepakatan, maka langkah selanjutnya adalah pembelian barang oleh

Page 95: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

95

BMT kepada pihak ketiga atau pemasok (Wawancara dengan bapak

Supardi, SE. selaku pengurus BMT Anda Salatiga pada 8 Juni 2015

pukul 10. 10 WIB).

2. Proses Pembelian Barang

Dalam proses pembelian barang, sebagian anggota ada yang

telah menentukan di mana barang itu akan dibeli dan sebagian anggota

ada yang belum menentukan di mana barang itu akan dibeli. Anggota

yang belum menentukan di mana barang itu akan dibeli, maka menjadi

kewajiban dari pihak BMT yang menentukan di mana barang itu akan

dibeli kepada pemasok. Dalam hal ini, BMT biasanya telah

bekerjasama dengan para pemasok yang telah dianggap amanah.

Setelah itu, BMT beserta anggota membeli barang yang

dibutuhkan kepada pemasok. Setelah barang itu didapatkan maka

BMT membayar barang tersebut secara tunai kepada pemasok. Namun

terkadang anggota tidak ikut serta dalam pembelian barang, karena

anggota telah mempercayakan BMT untuk membeli barang yang

dibutuhkannya. Semua tergantung kesepakatan di awal antara BMT

dengan anggota. Setelah proses pembelian barang selesai maka tahap

selanjutnya adalah proses akad (Wawancara dengan bapak Haryanto,

SE. selaku kepala Manager BMT Anda Salatiga, pada 9 Juni 2015

pukul 10.30 WIB).

Page 96: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

96

3. Proses Akad

Produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga proses

akadnya menggunakan akad Murabahah. Dalam tahap ini, pihak BMT

dan anggota saling mengikatkan diri dalam suatu perjanjian yang telah

disediakan oleh pihak BMT. Dalam perjanjian tersebut berisi

kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya, seperti berapa besar

pembiayaan yang telah diambil, jangka waktu pembayarannya

bagaimana, cara mengangsur bagaimana dan lain sebagainya.).

Setelah semua disepakati dan barang tadi telah menjadi milik

BMT secara sah, maka BMT juga berhak untuk menjualnya kepada

anggota. Setelah anggota menyetujuinya maka anggota diberikan suatu

draft yang berisi surat perjanjian melakukan akad murabahah (draft

akad murabahah terlampir). Seluruh aspek ketentuan dan legalitas

perjanjian telah diatur di dalamnya, sehingga pihak anggota hanya

cukup mengisi data yang berkaitan dengan anggota. Kemudian anggota

diperkenankan untuk membaca isi akad murabahah tersebut dengan

teliti, setelah itu BMT beserta anggota tanda tangan di atas materai.

Khusus pembiayaan yang diambil dalam jumlah yang besar di

atas 10 juta, maka adanya pengikatan notariil oleh notaris. Dalam

tahap ini anggota diperkenankan untuk membawa sekaligus

menyerahkan barang jaminan atau agunannya kepada BMT, bagi

anggota yang mengambil pembiayaan diatas dua juta rupiah.

Page 97: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

97

(Wawancara dengan bapak Haryanto, SE. selaku kepala Manager

BMT Anda Salatiga, pada 9 Juni 2015 pukul 10.30 WIB).

4. Proses Penyerahan Barang

Dalam proses penyerahan barang, barang diserahkan kepada

anggota setelah akad yang dibuat sah secara hukum. Barang tersebut

diserahkan kepada anggota tidak bersamaan ketika akad itu

berlangsung, namun barang itu dikirim kepada anggota melalui pihak

pemasok, setelah barang itu dikirim kepada anggota, kemudian pihak

pemasok menginformasikan kepada BMT bahwa barang telah

dinyatakan dikirim.

Namun, untuk barang-barang tertentu yang perlu pengaman

khusus seperti emas, barang itu setelah dibeli dari pemasok, baru

dibawa ke BMT dan diserahkan kepada anggota ketika akad

berlangsung (Wawancara dengan bapak Haryanto, SE. selaku kepala

Manager BMT Anda Salatiga, pada 9 Juni 2015 pukul 10.30 WIB).

5. Pembayaran Angsuran

Dalam proses pembayaran angsuran, anggota mulai membayar

angsuran setelah satu bulan setelah akad ditandatangani. Setiap

pembayaran oleh anggota kepada BMT lebih dahulu digunakan untuk

melunasi biaya administrasi dan biaya lainnya berdasarkan akad yang

telah disepakati, dan sisanya baru dihitung sebagai pembayaran

angsuran atas harga jual yang telah disepakati bersama. Berkaitan

dengan cara membayar angsuran tergantung kesepakatan di awal pra

Page 98: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

98

perjanjian. Anggota bisa memilih angsuran dengan harian, mingguan

maupun bulanan.

Anggota dalam membayar angsuran sesuai dengan jadwal

angsuran yang ditetapkan dalam surat sanggup untuk membayar dan

lunas pada saat jatuh tempo. Besarnya angsuran sesuai dengan

kesepakatan antara anggota dan BMT. Anggota yang sering lalai

dalam membayar angsuran., maka dalam draft akad murabahah

ditentukan bahwa anggota yang melakukan pembiayaan macet akan

dikenai biaya administrasi sebesar tiga ratus rupiah untuk tiap-tiap hari

keterlambatan sejak saat kewajiban pembayaran tersebut jatuh tempo

sampai dengan tanggal dilaksanakan pembayaran kembali.

Berkaitan dengan tempat pembayaran angsuran semua

tergantung kesepakatan di awal perjanjian, setiap pembayaran

angsuran oleh anggota kepada BMT bisa dilakukan di kantor BMT

atau di tempat lain yang ditunjuk BMT atau dilakukan melalui

rekening yang dibuka oleh dan atas nama anggota di kantor BMT

(Wawancara dengan bapak Haryanto, SE. selaku kepala Manager

BMT Anda Salatiga, pada 9 Juni 2015 pukul 10.30 WIB).

b. Mekanisme yang kedua adalah sebagai berikut;

Pada dasarnya mekanisme yang kedua sama yang dilakukan dalam

mekanisme yang pertama yang membedakannya adalah ditahap setelah

permohonan dan negosiasi yaitu adanya akad wakalah. Akad wakalah ini

Page 99: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

99

adalah pelimpahan oleh pihak BMT kepada anggota untuk mewakilkan

pembelian barang yang dibutuhkan atas keinginan anggota itu sendiri.

BMT dengan melakukan beberapa pertimbangan akhirnya

menyetujui permintaan anggota. Seperti barang yang dipesan anggota

dengan spesifikasi tertentu yang tidak mungkin BMT bisa membelinya.

Karena BMT tidak memiliki keahlian khusus di bidang barang itu,

misalnya mesin percetakan untuk modal usaha atau alat elektronik lainnya

yang tempatnya bagi BMT tidak mungkin untuk menjangkaunya. Oleh

karena itu BMT menyetujui permintaan anggota untuk pengadaan barang

atau membeli barang sendiri kepada pemasok.

Anggota sebelum melakukan pembelian barang kepada pemasok,

BMT memberikan surat kuasa kepada anggota yang berisi tentang

pelimpahan wewenang kepada anggota untuk membeli barang kepada

pihak pemasok. Setelah surat kuasa diberikan kepada anggota sekaligus

dengan sejumlah uang yang dibutuhkan anggota maka langkah selanjutnya

adalah anggota datang ke pemasok untuk membeli barang yang

dibutuhkan.

Setelah anggota membeli barang, maka anggota kembali ke BMT

untuk menyerahkan kwitansi bukti pembayarannya. Sementara barang

masih di pihak pemasok. Setelah menyerahkan bukti pembayarannya maka

akad murabahah dilaksanakan. Proses akad juga sama seperti mekanisme

yang pertama, begitupun juga dengan proses penyerahan barang sekaligus

pembayaran angsurannya.

Page 100: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

100

Namun untuk mekanisme yang seperti ini jarang dilakukan oleh

BMT, jika tidak dalam keadaan terpaksa. Tetapi, BMT juga

mempertimbangkan hal-hal yang khusus jika menemui anggota yang

seperti ini. Bahkan pernah dilakukan oleh BMT menyelesaikan akad

tersebut dalam satu pintu. Maksudnya adalah setelah surat kuasa diberikan

kepada anggota beserta uang untuk membeli barang, ketika itu juga akad

murabahah dilaksanakan, dengan alasan untuk mempercepat waktu dan

anggota memang benar-benar sudah amanah di mata BMT (Wawancara

dengan Bapak Haryanto selaku kepala manager BMT Anda Salatiga, 9

Juni 2015 pukul 10.30 WIB).

Page 101: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

101

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD

MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG DI

BMT ANDA SALATIGA

Untuk meninjau pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan

multibarang di BMT Anda Salatiga apakah sudah sesuai dengan hukum Islam

atau belum, dapat dilihat dari analisis kesesuaian praktek yang dilakukan BMT

Anda Salatiga dengan ketentuan yang terdapat dalam hukum Islam. Ketentuan

hukum Islam tersebut terdapat dalam kajian fiqh muamalah ataupun lainnya yang

membahas tentang akad murabahah. Dalam pembahasan ini, penulis menganalisis

rukun dan syarat-syarat akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang di

BMT Anda Salatiga.

A. Analisis Rukun Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan

Multibarang di BMT Anda Salatiga

Ulama-ulama selain Hanafiah berpendapat bahwa rukun akad ada

tiga yaitu orang yang melakukan akad („aqid), objek akad (ma‟qud „alaih)

dan shigat (Muslich, 2010:115). Sedangkan rukun dari murabahah dalam

konsep fiqh muamalah menurut Mas’adi (2012:13) yaitu para pihak (al-

„aqidain), pernyataan kehendak (Shigat al-„aqd), obyek akad (mahall al-

„aqd) dan tujuan akad (maudu al- „aqd). Adapun rukun murabahah dalam

Page 102: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

102

praktek lembaga keuangan syari’ah sebagaimana yang disampaikan oleh

Hendry (1999:43) adalah sebagai berikut:

1. Adanya penjual (ba‟i)

2. Adanya pembeli (musytari)

3. Adanya objek atau barang (mabi‟) yang diperjualbelikan

4. Adanya kesepakatan harga (tsaman)

5. Adanya ijab dan qabul (shigat)

Sehingga dapat di pahami bahwa murabahah dalam praktek lembaga

keuangan syari’ah sama dengan rukun yang ditentukan dalam fiqh

muamalah. Sedangkan rukun akad murabahah dalam pelaksanaan

pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Para pihak (al-a‟qidain) terdiri dari penjual (ba‟i), yaitu BMT Anda

Salatiga (sebagai pihak pertama), dan pembeli (musytari) (sebagai pihak

kedua) yaitu seorang anggota yang mengajukan pembiayaan

multibarang, dan pihak ketiga yaitu pemasok yang menyediakan barang.

2. Objek atau barang yang diperjualbelikan (mahall al-„aqd) adalah

kebutuhan barang atau peralatan yang dibutuhkan anggota BMT Anda

Salatiga berupa perlengkapan atau alat-alat rumah tangga dan sarana

untuk peralatan kerja.

3. Kesepakatan harga (tsaman) berupa adanya kesepakatan harga jual dan

harga beli.

Page 103: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

103

4. Shigat (Ijab dan qabul) ditunjukkan dengan adanya pengisian data dan

penandatanganan formulir aplikasi akad murabahah dan akad tambahan

wakalah yang berupa surat kuasa antara anggota dan pihak BMT Anda

Salatiga.

5. Tujuan Akadnya (maudu al-„aqd) untuk memiliki barang berupa

perlengkapan rumah tangga dan peralatan usaha.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa ketentuan rukun murabahah

dalam fiqh muamalah maupun aplikasinya dalam lembaga keuangan

syari’ah telah terpenuhi. Hal ini bisa dilihat dari pelaksanaan akad

murabahah di BMT Anda Salatiga, baik itu pihak yang berakad, objek akad,

harga, ijab qabul (shigat) dan tujuan dari akad tersebut telah ada. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa rukun akad murabahah pada pembiayaan

multibarang di BMT Anda Salatiga telah terpenuhi dan telah sesuai dengan

ketentuan syari’ah.

B. Analisis Syarat Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan

Multibarang di BMT Anda Salatiga

Ketentuan adanya rukun dari sebuah akad tidak terlepas oleh adanya

syarat-syarat yang harus dipenuhi agar tidak keluar dari ketentuan-ketentuan

syari’ah. Adapun analisis dari syarat rukun dari pelaksanaan akad

murabahah pada pembiayaan multibarang ini adalah sebagai berikut:

Page 104: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

104

1. Pihak yang berakad yaitu BMT dan anggota

Dalam fiqh telah dijelaskan bahwa syarat yang harus dipenuhi

oleh orang yang berakad menurut Syafe’i (2010:81-83) yaitu penjual dan

pembeli adalah dewasa. Hal tersebut berarti anggota telah mengetahui

mana yang baik dan mana yang buruk. Serta dapat dikenai hukum dan

bukan seorang yang dibawah umur, sadar dan tidak dipaksa serta

pembeli bukan musuh.

Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang menggunakan

skim jual beli, maka dalam hal ini, dapat dilihat pihak sebagai penjual

adalah BMT Anda Salatiga yang merupakan suatu lembaga keuangan

syari’ah yang berbadan hukum No. 004/KWK. 1132/X/I998 secara sah

dan memiliki kemampuan untuk melakukan transaksi. Dengan demikian

BMT Anda Salatiga sah sebagai penjual dalam transaksi murabahah

pada pembiayaan multibarang.

Sedangkan pihak pembeli yaitu anggota yang disyaratkan

sebagaimana yang disyaratkan diatas, yaitu dewasa, di mana seorang

pembeli tersebut harus bisa membedakan mana yang baik dan mana

yang buruk, dilakukan secara sadar dan tidak dalam keadaan terpaksa

serta dapat dijatuhi hukuman. Dalam hal ini anggota yang mengajukan

pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga telah sesuai dengan

persyaratan tersebut yang ditandai oleh seorang anggota harus memiliki

KTP yang berarti telah berusia minimal 17 tahun atau telah menikah.

Sehingga dari persyaratan tersebut telah membuktikan bahwa anggota

Page 105: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

105

telah memenuhi persyaratan baik secara hukum positif maupun secara

fiqh.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Suliyem, anggota

BMT Anda Salatiga pada tanggal 10 juni 2015 pukul 11.15 WIB

menyatakan bahwa, dalam mengambil pembiayaan di BMT Anda

Salatiga, anggota tersebut dalam mengambil pembiayaan tidak dalam

keadaan terpaksa dan memang untuk memenuhi kebutuhannya.

Hal ini sesuai dengan salah satu asas akad dalam Kompilasi

Hukum Ekonomi Syari’ah yaitu ikhtiyari/sukarela di mana setiap akad

dilakukan atas dasar suka sama suka atau kehendak para pihak,

terhindar dari keterpaksaan karena tekanan salah satu pihak atau pihak

lain. Sebagaimana dijelaskan dalam QS an-Nisaa’ ayat 29;

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kedua belah

pihak yang berakad yaitu BMT Anda Salatiga dan anggota telah

memenuhi persyaratan untuk melakukan suatu akad atau perjanjian

murabahah dalam pembiayaan multibarang tersebut.

2. Objek akad atau barang yang diperjualbelikan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar benda bisa dijadikan

objek akad menurut Dewi dkk (2006:63) adalah benda tersebut harus

Page 106: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

106

ada pada saat dilakukannya akad, barang yang dijadikan objek akad

harus sesuai dengan ketentuan syara’, barang yang dijadikan akad harus

halal, bermanfaat dan bukan merupakan milik orang lain, barang yang

dijadikan objek akad harus dapat bisa diserahterimakan pada waktu

akad, barang yang dijadikan objek akad harus jelas diketahui oleh

kedua belah pihak baik dari segi bentuk, fungsi dan kedudukannya.

Menurut Anwar (2010: 199) salah satu objek akad adalah objek akad

harus ada pada waktu akad ditutup sehingga tidak terjadi akad jual beli

barang yang tidak ada wujudnya.

Sedangkan dalam pelaksanaan akad murabahah pada produk

pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga, kondisi barang atau

objek akad dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Barang atau objek akad pada dasarnya belum ada dan belum

dimiliki oleh BMT Anda Salatiga, hal ini dibuktikan adanya pihak

ketiga atau pemasok.

b. Barang atau objek akad tidak diserahkan kepada anggota ketika

akad berlangsung. Karena barang tersebut dikirim langsung oleh

pemasok kepada anggota. Hal ini telah tertera dalam draft perjanjian

yang telah disediakan oleh BMT.

c. Barang atau objek akad jelas diketahui oleh kedua belah pihak,

yaitu pihak BMT Anda Salatiga dan anggota yang mengajukan

pembiayaan. Namun dalam mekanisme yang kedua dalam

pelaksanaan akad murabahah, yang berkaitan dengan adanya

Page 107: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

107

tambahan akad wakalah. Di mana BMT mewakilkan uangnya

kepada anggota untuk membeli barang. Setelah barang itu di beli

anggota, BMT tidak mengecek kembali barang itu secara fisik.

BMT hanya mengetahui bukti surat pembelian barang dari pihak

pemasok. Sehingga dapat dipastikan barang tersebut hanya

diketahui oleh anggota saja hal ini khusus untuk yang menggunakan

akad wakalah.

d. Barang atau objek akad yang diperbolehkan dalam pembiayaan

multibarang adalah barang atau objek akad yang dihalalkan

berdasarkan syari’ah baik materi maupun cara perolehannya. Di

mana pihak kedua membeli barang kepada pemasok dengan

pendanaan yang berasal dari pembiayaan yang disediakan oleh

pihak pertama. Hal ini telah diatur dalam draft akad murabahah, di

mana barang tersebut sesuai dengan syari’ah dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan anggota yang mengajukan pembiayaan.

Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa menurut

penulis, objek akad tersebut tidak sesuai dengan ketentuan syari’ah.

Karena pada dasarnya objek akad harus diserahkan ketika akad itu

berlangsung serta barang atau objek akad tersebut hanya diketahui

pembeli saja. Selain itu, sebagai penjual BMT tidak menyediakan

barang terlebih dahulu. Jika ada anggota yang mengajukan

pembiayaan, BMT baru membeli kepada pihak pemasok. Padahal

Page 108: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

108

dalam akad jual beli, penjual harus menyediakan barang yang siap

untuk diperjualbelikan.

Menurut Wiroso (2005:38) salah satu jenis murabahah

adalah murabahah dengan pesanan yaitu bank melakukan

pembelian barang setelah ada pemesan dari nasabah. Menurut

penulis hal tersebut kurang tepat untuk diterapkan dalam lembaga

keuangan syari’ah. Jika BMT memang beroperasi sesuai dengan

prinsip syari’ah, maka BMT harus menerapkan sesuai dengan

ketentuan syari’ah. Jika akad murabahah menggunakan skim jual

beli, maka akad murabahah tersebut harus sesuai dengan rukun dan

syarat jual beli dalam Islam.

3. Harga jual dan harga beli (kesepakatan harga)

Adapun syarat dari murabahah lainnya adalah berkaitan dengan

kesepakatan harga. Dalam pembiayaan murabahah disyaratkan agar

pembeli mengetahui harga pokok sekaligus mengetahui margin atau

keuntungan yang ditentukan oleh BMT. BMT dalam menentukan besar

kecilnya margin atau keuntungan salah satunya adalah melihat jangka

waktu yang dikehendaki anggota dalam kesanggupan membayar

angsuran. Bahkan, anggota yang mengajukan pembiayaan multibarang

boleh menawar harga kepada BMT untuk mendapatkan harga yang

lebih terjangkau.

Menurut penulis, BMT dalam hal kesepakatan harga memang

memberitahukan harga pokok sekaligus margin atau keuntungan yang

Page 109: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

109

telah ditetapkan kepada anggota. Bahkan BMT memberikan kebebasan

kepada anggota untuk menawar harga jualnya. Meskipun demikian,

ada beberapa yang perlu diperhatikan mengenai margin atau

keuntungan yaitu dengan melihat jangka waktu pembayaran yang

dikehendaki anggota dalam kesanggupan membayar angsuran.

Islam tidak mengenal adanya time value of money, konsep

tersebut lebih mengarah pada penerimaan bunga yang menghalalkan

riba (Karim, 2010:87). Jadi menurut hemat penulis, nilai uang tidak

bisa dikaitkan dengan waktu sekarang mapun waktu yang akan datang.

Karena jika uang dikaitkan dengan waktu, maka hal tersebut lebih

mengarah pada penerimaan bunga yang seakan-akan menghalalkan

riba. Jadi uang hanya berlaku untuk barang-barang yang sedang

dikonsumsi saat ini dan tidak bisa dikaitkan untuk waktu yang akan

datang.

Berkaitan dengan hal tersebut BMT Anda Salatiga, sebelum

menentukan harga jual barang, BMT memperkirakan margin atau

keuntungan dengan cara melihat jangka waktu yang dikehendaki oleh

anggota dalam kesanggupan membayar. Menurut penulis, hal ini bisa

analogikan dengan time value of money. Jadi BMT melihat jangka

waktu pembayaran untuk menentukan seberapa besar nilai uang dalam

mengambil margin atau keuntungan.

Dengan demikian, BMT telah mengkaitkan besarnya harga

keuntungan dengan jangka waktu pembayaran, sebelum ditambah

Page 110: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

110

dengan harga pokok barang. Meskipun pada akhirnya, BMT

menghendaki lamanya jangka waktu pembayaran tidak merubah harga

jual yang harus dibayar oleh anggota. Jadi kesimpulannya adalah harga

dipengaruhi jangka waktu pembayaran ketika menentukan margin atau

keuntungan.

Anggota yang mengangsur dalam waktu yang lama, maka BMT

mengambil keuntungan yang banyak, dan jika anggota menghendaki

waktu yang tidak terlalu lama, maka BMT mengambil keuntungan

sedikit. Padahal salah satu karakteristik murabahah adalah harga tidak

dipengaruhi oleh jangka waktu pembayaran, baik dalam menentukan

margin atau keuntungan atau dalam menentukan harga jualnya.

Keterangan di atas dapat diketahui bahwa BMT secara tidak

langsung mengarah pada penerimaan bunga yang menghalalkan riba.

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah dijelaskan salah satu asas

perjanjian yaitu asas luzum. Artinya, di mana setiap akad dilakukan

dengan tujuan yang jelas dan perhitungan yang cermat sehingga

terhindar dari praktik spekulasi/maisir.

Fatwa dewan syari’ah nasional nomor 04/ DSN-MUI/IV/2000

tentang murabahah, juga menjelaskan bahwa bank dan nasabah yang

melakukan akad murabahah harus terhindar dari praktik riba. Dalam

firman Allah QS al-Baqarah ayat 275;

Page 111: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

111

Ayat di atas menjelaskan tentang hukum jual beli adalah halal dan riba

hukumnya adalah haram. Meskipun BMT memperbolehkan anggota

untuk tawar menawar dalam harga jual, tapi di sisi lainnya, BMT

menerapkan prinsip time value of money yang dilarang dalam Islam.

Selanjutnya adalah pembayaran angsuran yang merupakan

kewajiban seorang anggota kepada BMT untuk memenuhi janjinya

sebagaimana yang telah disepakati sebelumnya. Meskipun demikian

dalam prakteknya seringkali anggota lalai dalam memenuhi

kewajibannya. Dalam Hukum Islam, seorang yang melaksanakan

perjanjian harus memenuhi akad-akad yang telah disepakati

sebelumnya karena pada dasarnya asas janji itu adalah mengikat. Hal

ini sesuai dalam firman Allah QS al-Maidah ayat 1;

Ayat tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang melakukan

akad harus dipenuhi sebagaimana mestinya. Baik dalam kondisi apapun

dan di manapun. Anggota yang lalai dalam memenuhi kewajiban dalam

membayar angsuran, maka anggota tersebut harus tetap membayar

hutangnya sampai ia sanggup membayar kembali. Dalam draft akad

murabahah dijelaskan bahwa anggota yang melakukan pembiayaan

macet akan dikenai biaya administrasi sebesar tiga ratus rupiah. Untuk

tiap-tiap hari keterlambatan sejak saat kewajiban pembayaran tersebut

Page 112: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

112

jatuh tempo sampai dengan tanggal dilaksanakannya pembayaran

kembali.

Menurut penulis hal ini diperbolehkan untuk menjadikan

anggota disiplin dalam melakukan kewajiban pembayaran. Namun, ada

aspek yang diperhatikan oleh BMT yaitu sebelum dikenai biaya

administrasi keterlambatan membayar, maka BMT memberlakukan

sistem rescheduling atau penjadwalan kembali yaitu dengan cara

memberikan kelonggaran waktu terlebih dahulu dengan cara

memperpanjang jangka waktu angsuran. Hal ini sesuai dengan firman

Allah QS al-Baqarah ayat 280;

Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah

tangguh sampai dia berkelapangan dan menyedekahkan (sebagian atau

semua utang) itu, lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

4. Penandatanganan akad murabahah (ijab dan qabul)

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa

dalam mekanisme dalam pelaksanaan akad murabahah pada produk

pembiayaan multibarang, terdapat akad kedua, yaitu akad wakalah.

Akad wakalah yang dilakukan oleh BMT kepada anggota hanya berupa

surat kuasa untuk pengadaan barang kepada pemasok. BMT dalam hal

ini tidak menyediakan draft perjanjian khusus tentang akad wakalah.

Berdasarkan ketentuan umum murabahah yang tercantum dalam

fatwa dewan syari’ah nasional nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Page 113: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

113

murabahah, bahwa jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk

membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus

dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

Menurut penulis dalam pelaksanaan akad murabahah pada

produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga, tidak sesuai

dengan ketentuan syari’ah, karena dalam prakteknya BMT pernah

melakukan akad wakalah dan akad murabahah dalam waktu satu pintu.

Hal tersebut berarti adanya dua akad dalam satu transaksi. Dalam hukum

Islam, dua akad dalam satu transaksi merupakan hal yang dilarang. Hal

ini didasari oleh hadist Rasulullah SAW diriwayatkan oleh HR.Tirmidzi:

عه رسىل هللا صلى هللا عليه وسلم وهى: عه أب زيز ال

(رواه ال زميذ). بيعةة فى بيع يه

Hadist tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah SAW melarang adanya

dua akad dalam satu transaksi. Meskipun BMT jarang melakukan hal

tersebut, namun menurut penulis BMT tetap melakukan akad tersebut

tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam fiqh muamalah

maupun peraturan dari dewan syari’ah nasional.

Selanjutnya dalam proses akad berlangsung, untuk anggota yang

mengajukan plafon pembiayaan diatas dua juta rupiah, maka harus

menyertakan barang sebagai jaminannya, hal tersebut ditujukan untuk

memenuhi salah satu asas dari suatu perjanjian yaitu asas kemaslahatan

di mana akad yang dibuat para pihak bertujuan untuk mewujudkan

Page 114: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

114

kemaslahatan bagi mereka dan tidak boleh menimbulkan kerugian atau

keadaan memberatkan.

Menurut penulis, dalam hal ini BMT tidak memberatkan

anggota yang mengajukan pembiayaan yang plafonnya rendah,

sedangkan anggota yang mengajukan pembiayaan dengan plafon yang

tinggi maka diwajibkan untuk menyerahkan jaminan.

Fatwa dewan syari’ah nasional nomor 04/DSN-MUI/IV/2000

tentang murabahah juga dijelaskan bahwa jaminan dalam murabahah

dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. Hal ini dilakukan

BMT untuk menghindari anggota yang tidak amanah, jika anggota tidak

amanah maka jaminannya dapat disita BMT demi kemaslahatan, karena

pada dasarnya akad tidak boleh menimbulkan kerugian.

Dari analisis yang telah dilakukan penulis dapat diketahui bahwa dalam

pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT

Anda Salatiga belum memenuhi ketentuan syari’ah. Hal ini dikarenakan ada

beberapa aspek syarat rukun yang tidak sesuai dengan ketentuan syari’ah, yaitu:

1. Berkaitan dengan objek akad atau barang yang diperjualbelikan pada dasarnya

belum ada dan belum dimiliki oleh BMT Anda Salatiga, hal ini dibuktikan

adanya pihak ketiga atau pemasok. Berdasarkan rukun jual beli, penjual harus

mempunyai barang dagangan yang siap untuk diperjualbelikan, karena sistem

akad murabahah menggunakan skim jual beli, maka murabahah juga harus

dilakukan sesuai dengan ketentuan rukun dan syarat jual beli dalam Islam.

Page 115: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

115

2. Objek akad tidak dapat diserahkan ketika akad berlangsung, padahal salah satu

syarat objek akad adalah objek akad harus diserahkan ketika akad

berlangsung.

3. Objek akad tidak diketahui secara jelas, yaitu berkaitan dengan mekanisme

yang kedua dalam pelaksanaan akad murabahah yang berkaitan dengan

adanya tambahan akad wakalah. Di mana BMT mewakilkan uangnya kepada

anggota untuk membeli barang. Setelah barang itu di beli anggota, BMT tidak

mengecek kembali barang itu secara fisik, yang diketahui hanyalah bukti surat

pembelian barang dari pihak pemasok. Sehingga dapat dipastikan barang

tersebut hanya diketahui oleh anggota saja.

4. Berkaitan dengan menentukan margin atau keuntungan yang dipengaruhi oleh

jangka waktu pembayaran angsuran. Islam melarang adanya time value of

money.

5. Berkaitan dengan penandatanganan akad yang pernah dilakukan secara

bersamaan yaitu Akad murabahah dan wakalah. Hal ini dilarang karena

Rasulullah SAW melarang adanya dua akad dalam satu transaksi.

Dari analisis di atas penulis menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan

akad murabahah pada produk pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga

tidak sesuai dengan ketentuan syari’ah. Hal ini disebabkan karena akad tersebut

tidak sah, meskipun rukun akadnya terpenuhi, namun terdapat beberapa aspek

syarat rukunnya yang tidak terpenuhi. Oleh karena itu, akad tersebut termasuk

akad yang fasid (rusak) yang hukumnya dapat dibatalkan.

Page 116: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

116

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan

keuntungan yang disepakati, dalam jual beli murabahah penjual harus

memberitahu harga pokok dari barang yang ia jual dan menentukan suatu

tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

Dalam pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan

multibarang di BMT Anda Salatiga menggunakan dua mekanisme.

Mekanisme yang pertama adalah pengajuan permohonan dan negosiasi, proses

pembelian barang, proses akad, proses penyerahan barang, pembayaran

angsuran. Mekanisme yang kedua adalah pengajuan permohonan dan

negosiasi, proses akad wakalah dengan dibuktikan surat kuasa, proses

pembelian barang oleh anggota kepada pemasok, menyerahkan bukti

pembayaran oleh anggota kepada BMT, proses akad, penyerahan barang dan

pembayaran angsuran.

Dari analisis yang telah dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa,

ditinjau dari hukum Islam dalam pelaksanaan akad murabahah pada produk

pembiayaan multibarang di BMT Anda Salatiga belum memenuhi ketentuan

syari’ah. Hal ini dikarenakan ada beberapa aspek syarat rukun yang tidak

sesuai dengan ketentuan syari’ah, yaitu:

Page 117: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

117

6. Berkaitan dengan objek akad atau barang yang diperjualbelikan pada

dasarnya belum ada dan belum dimiliki oleh BMT Anda Salatiga sebagai

pihak penjual. Hal ini dibuktikan adanya pihak ketiga atau pemasok.

Berdasarkan rukun jual beli, penjual harus mempunyai barang dagangan

yang siap untuk diperjualbelikan, karena sistem akad murabahah

menggunakan skim jual beli, maka hal ini juga harus diperhatikan.

7. Objek akad tidak dapat diserahkan ketika akad berlangsung.

8. Objek akad tidak diketahui secara jelas, yaitu berkaitan dengan adanya

tambahan akad wakalah, di mana BMT mewakilkan uangnya kepada

anggota untuk membeli barang. Setelah barang itu di beli anggota, BMT

tidak mengecek kembali barang itu secara fisik yang hanya diketahui

hanyalah bukti surat pembelian barang dari pihak pemasok. Sehingga

dapat dipastikan barang tersebut hanya diketahui oleh anggota saja.

9. Berkaitan dengan menentukan margin atau keuntungan yang dipengaruhi

oleh jangka waktu pembayaran angsuran. Islam melarang adanya time

value of money.

10. Berkaitan dengan penandatanganan akad yang pernah dilakukan secara

bersamaan yaitu akad murabahah dan wakalah. Hal ini dilarang karena

Rasulullah SAW melarang adanya dua akad dalam satu transaksi.

B. Saran

1. Sebaiknya BMT dalam menjalankan kegiatan usaha harus sesuai dengan

prinsip syari’ah, khusus dalam pembiayaan yang menggunakan akad

Page 118: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

118

murabahah, maka syarat dan rukunnya harus diperhatikan sebagaimana

mestinya dalam hukum Islam, supaya pelaksanaan akadnya tetap sah dan

tidak batal.

2. Sebaiknya BMT menghindari adanya dua akad dalam satu transaksi, jika

BMT hendak mewakilkan kepada anggota untuk membeli barang kepada

pemasok, maka akad murabahah dilakukan setelah kepemilikan barang

secara prinsip dikuasai oleh BMT. Pemberian kuasa kepada anggota, harus

dilaksanakan sebelum akad murabahah terjadi, penyimpangan akad

wakalah terjadi karena akad wakalah dilaksanakan bersamaan dengan

akad murabahah.

3. Sebaiknya BMT dalam melaksanakan akad murabahah, di mana ada

penambahan akad wakalah, maka ada perjanjian khusus mengenai akad

wakalah bukan hanya surat kuasa saja agar kepastian hukum terjamin.

4. Sebaiknya BMT dalam melaksanakan akad murabahah bukan hanya

disahkan di depan notaris untuk pembiayaan yang plafonnya diatas 10 juta

saja, tapi setiap akad harus disahkan di depan notaris baik pembiayaan di

bawah 10 juta maupun diatas 10 juta, agar kepastian hukum juga terjamin.

5. Sebaiknya Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) lebih maksimal dalam

menjalankan tugasnya mengawasi lembaga keuangan syari’ah. Melakukan

pengawasan yang lebih matang terkait manajemen produk-produk yang

dikeluarkan lembaga keuangan syari’ah. Agar lembaga keuangan syari’ah

dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip-prinsip

syari’ah.

Page 119: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

119

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Al-Karim. 2010. Mushaf Al-Azhar AlQur‟an dan Terjemah.

Bandung: Hilal.

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syari‟ah dari Teori ke Praktek. Jakarta:

Gema Insani.

Anwar, Syamsul. 2010. Hukum Perjanjian Syari‟ah Studi Tentang Akad dalam

Fikih Muamalat. Jakarta: Rajawali Pers.

Ascarya. 2011. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad. 2010. Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam

Fiqh Islam. Jakarta: Amzah.

Dewi, Gemala, Widyaningsih, & Yeni Salma Barlinti. 2006. Hukum Perikatan

Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Fadal, Moh Kurdi. 2008. Kaidah-Kaidah Fikih. Jakarta Barat: CV Artha Rivera.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/1V/2000 tentang

Murabahah

Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi offse.

Hasanudin. 2010. Multi Akad dalam Transaksi Syari‟ah Kontemporer Pada

Lembaga Keuangan Syari‟ah di Indonesia: Konsep dan Ketentuan

(Dhawabith) dalam perspektif Fiqh. Jakarta: Makalah IAEI.

Hendry, Arison. 1999. Perbankan Syari‟ah Perspektif Praktisi. Jakarta: Muamalat

Institut.

Herawanto, Abdul Aziz. 2009. Implementasi Akad Murabahah dalam

Pembiayaan Pemilikan Rumah Bersubsidi Secara Syariah di Bank

Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Surakarta. Skripsi tidak

diterbitkan. Surakarta: Fakultas hukum Universitas Sebelas Maret.

Inayah, Nur. 2009. Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada

Pembiayaan Murabahah di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Skripsi

tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas dakwah UIN Sunan Kalijaga.

Page 120: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

120

Karim, Adiwarman. 2009. Bank Islam Analisis Islam dan Keuangan. Jakarta:

Rajawali Pers.

________________ 2010. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT Raja Gravindo

Persada.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.

Anggota IKAPI. 2010. Kompilasi Hukum Ekonomi Syari‟ah. Bandung:

Fokusmedia.

Kurneawati. 2011. Analisis Perlakuan Akuntansi Piutang Murabahah pada PT.

Bank BRI Syariah KCI gubeng Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan.

Surabaya: Jurusan Akuntansi STIE Perbanas.

Mas’adi, Hufron A. 2012. Fiqh Muamalah Konstekstual. Jakarta: PT Raja

Gravindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syari‟ah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Muhammad, Imam Al-Hafizh Abu Isa. Tanpa Tahun. Tarjamah Sunan at-

Tirmidzi. Terjemahan oleh Moh Zuhri. 1992. Semarang: CV Asy Syifa’.

Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.

Putra, Andi Ridwansyah Bahar. 2013. Transaksi Jual Beli Kendaraan Melalui

Bank Syariah Dengan Menggunakan Akad Murabahah. Skripsi tidak

diterbitkan. Makassar: Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

Ridwan, Muhammad. 2007. Konstruksi Bank Syari‟ah Indonesia. Yogyakarta:

Pustaka SM.

Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah. Yogyakarta:

EKONSIA Kampus Fakultas Ekonomi UII.

Sudjana, Nana. 1998. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Susila, Andri .2002. Praktik Akad Murabahah dan Akad Ijarah di BMT Haniva

Berbah dalam Perspektif Fikih Muamalah. Skripsi tidak

diterbitkan.Yogyakarta: Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Sunan Kalijaga.

Page 121: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/875/1/Fitrotut...1 TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIBARANG

121

Syafe’i, Rachmat. 2010. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.

Syarifudin, Amir. 1997. Ushul Fiqih Jilid 1. Jakarta: Logos.

Utsman, Sabian. 2014. Metodologi Penelitian Hukum Progresif. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press.

.