tinjauan hukum islam terhadap -...

102
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERBUATAN YANG DILARANG BAGI PELAKU USAHA DALAM PASAL 8 UNDANG-UNDANG N0. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN S K R I P S I Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 ( S I )dalam Ilmu Syari’ah Oleh : SITI CHOIRIYAH NIM. 2100071 FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO S E M A R A N G 2005

Upload: vanque

Post on 27-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERBUATAN YANG DILARANG BAGI PELAKU

USAHA DALAM PASAL 8 UNDANG-UNDANG N0. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN

S K R I P S I

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 ( S I )dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

SITI CHOIRIYAH NIM. 2100071

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

S E M A R A N G

2005

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 5 ( lima) eksemplar Semarang, 15 Februari 2005 Hal : Naskah Skripsi

a.n. Siti Choiriyah

Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN WAlisongo Di Semarang Assalammu’alaikum wr.wb.

Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka

bersama ini saya kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Siti Choiriyah

NIM : 2100 071

Jurusan : Mu’amalah

Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perbuatan Yang Dilarang Bagi

Pelaku Usaha dalam Pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen

Sudah saya proses bimbingannya, selanjutnya saya mohon agar skripsi saudara

tersebut dapat dimunaqosahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. M. Solek, MA Rahman El-Yunusi, SE. MM. NIP. 150262648 NIP. 150301637

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI “ WALISONGO”

FAKULTAS SYARI’AH Jl. Raya Boja KM. 2 ngaliyan Telp./Fax (024) 7601291 Semarang 50185

PENGESAHAN Atas nama : Siti Choiriyah.

NIM : 2100071.

J u r u s a n : MUAMALAH

Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perbuatan Yang Dilarang

Bagi Pelaku Usaha Dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama

Islam Negeri Walisongo pada tanggal :

8 Maret 2005

dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan

Studi Program Sarjan Strata I ( S I ) tahun akademik 2004 / 2005 guna

memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Syari’ah.

Semarang 8 Maret 2005

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Prof. Dr. H. MUHIBBIN, M.Ag Drs. H ABU HAPSIN, MA, Ph.D

NIP. 150 231 368 NIP. 150 238 492

Penguji I, Penguji II,

Drs. IMAM YAHYA, M.Ag MARIA ANNA MURYANI, SH

NIP. 150 275 331 NIP. 150 263 484

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. MOH. SOLEK, M.A RAHMAN El YUNUSI, SE, MM

NIP. 150 262 648 NIP. 150 301 637

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan kajian.

Semarang, 15 Februari 2005

Deklarator

Siti Choiriyah

2100 071

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

MOTTO

ى الحكام لتاء آلوا فريقا من اموال الناس ا ال وا به باطل وتدل نكم باال م بي وا اموالك اء آل وال ت

باالثم وانتم تعلمون

Artinya : “ Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil dan ( janganlah ) kamu membawa ( urusan ) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benada orang lain itu dengan ( jalan berbuat ) dosa, padahal kamu mengetahui. ( QS. Al-Baqarah : 188 ).

ال تاء آلوا اموالكم بينكم بالباطل اال ا ن تكون تجارة عن تراض منكم منواايا ايها الذين

Artinya : “ Janganlah kamu makan harta yang ada diantara kamu dengan jalan batil melainkan dengan jual beli suka sama suka “ (QS. An-Nisa : 29).

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk :

Bapak dan Ibu penulis yang tercinta, terkasih dan tersayang yang

senantiasa memberikan motivasi, doa dan perhatiannya kepada

penulis. Semoga mereka mendapatkan posisi yang mulia disisi Allah

kelak. Amin.

Kakak , Adik serta keluarga penulis yang tercinta dan tersayang,

yang telah menemani hidup penulis.

Teman terbaik penulis Umi, Ilmi, Fuadah, Kessy, Ipuk, Atik, Fadhil,

Inayah serta teman-teman penulis lainnya yang tak bisa disebut

satu persatu.

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur hanya kehadirat Allah yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah yang berupa skripsi ini. Skripsi ini berjudul :

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perbuatan Yang Dilarang Bagi

Pelaku Usaha Dalam Pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen

Ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Strata Satu (S.1) Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Walisongo Semarang.

Selesainya skripsi ini, penulis merasa banyak mendapat motivasi dan

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Muhibbin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Sayri’ah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Bapak M. Solek, MA. dan Bapak Rahman El-Yunusi, SE., MM., selaku

pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Hakim Junaidi, M.Ag., selaku dosen wali penulis, yang telah

memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis.

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik penulis selama kuliah di Fakultas

Syari’ah IAIN Walisongo Semarang

5. Bapak dan Ibu penulis yang telah memberikan dorongan baik moril dan

materiil dalam menempuh hidup.

6. Kakak, adik serta keluarga penulis yang telah menemani hidup penulis.

7. Teman-teman yang selalu memberikan dorongan dalam penulisan skripsi

ini, terutama Umi, Ilmi, Fuadah, Kessy, Ipuk, Atik, Fadhil, Inayah serta

teman-teman lainnya yang tidak bisa disebut satu persatu.

8. Seluruh teman penulis, terutama angkatan 2000, khususnya paket B

angkatan 2000 dan paket A jurusan Mu’amalah agkatan 2000 yang telah

menemani penulis saat belajar di IAIN Walisongo Semarang.

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Semoga amal yang telah diperbuat Bapak/Ibu serta semua pihak tersebut

diatas akan menjadi amal saleh dan akan mendapatkan pahala yang setimpal dari

Allah kelak dikemudian hari. Amin.

Akhirnya, skripsi ini meskipun sngat sedarhana mudah-mudahan dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya serta pembaca pada umumnya.

Semarang, 15 Februari 2005

Penulis

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN DEKLARASI ................................................................................ iv

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Permasalahan ................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

D. Kajian Pustaka .................................................................................. 8

E. Metode Penelitian ............................................................................ 11

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 12

BAB II KONSEP PRODUKSI DAN JUAL BELI DALAM ISLAM

A. Produksi

1. Pengertian ................................................................................... 13

2. Arti Penting ................................................................................ 14

3. Prinsip Produksi ......................................................................... 17

B. Jual Beli

1. Pengertian Dan Dasar Hukum Jual Beli ..................................... 24

2. Rukun Dan Syarat Jual Beli ....................................................... 28

3. Macam-Macam Jual Beli ........................................................... 32

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

BAB III LARANGAN BAGI PELAKU USAHA DALAM

MEMPRODUKSI DAN/ATAU MEMPERDAGANGKAN

BARANG DAN/ATAU JASA DALAM PASAL 8 UNDANG-

UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Sekilas Tentang Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen .............................................................. 37

B. Larangan Bagi Pelaku Usaha Dalam Memproduksi

Dan/Atau Memperdagangkan Barang Dan/Atau Jasa Dalam

Pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen .............................................................. 41

C. Problematika Masyarakat Terhadap Produksi dan

Perdagangan Barang dan/atau Jasa .............................................. 50

BAB IV LARANGAN BAGI PELAKU USAHA DALAM

MEMPRODUKSI DAN/ATAU MEMPERDAGANGKAN

BARANG DAN/ATAU JASA DALAM PASAL 8 UNDANG-

UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Analisa Hukum Islam Terhadap Larangan Bagi Pelaku

Usaha Dalam Memproduksi Dan/Atau Memperdagangkan

Barang Dan/Atau Jasa Dalam Pasal 8 Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen ............................ 55

B. Analisa Hukum Islam Terhadap Efektifitas Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Khususnya Mengenai Pasal 8

Tentang Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha................. 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 85

B. Saran-saran ......................................................................................... 86

C. Penutup ............................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modernisasi disambut baik oleh kebanyakan manusia yang pada dasarnya

selalu membutuhkan nuansa praktis, efektif, murah, mudah dan berkualitas.

Kemajuan dan perkembangan disegala bidang seperti kemajuan teknologi, ilmu

pengetahuan, kebudayaan dan lain sebagainya, benar–benar memberi manfaat

pada manusia dalam mewujudkan cita–citanya, termasuk didalamnya untuk

memenuhi dan meningkatkan kebutuhan ekonomi yang semakin rumit dan

kompetitif sebagai efek samping dari perkembangan modernisasi dunia. Manusia

dituntut untuk mengantisipasi masalah ekonomi yang turut berkembang, yaitu

dengan cara memanfaatkan sarana – sarana modern.

Bekerja dalam bidang perdagangan adalah salah satu contoh kerja keras

yang baik, karena harus memerlukan kesabaran, keuletan dan ketrampilan kerja,

sebagaimana sabda Nabi SAW :

عن رفاعة بن رافع رضى اهللا عنه ان النبي صلى اهللا عليه وسلم سئل أي الكسب اطيب

)رواه البزار ( عمل الرجل بيده وآل بيع مبرور : قال

Artinya : “ Dari Rifa’ah RA, Sesungguhnya Nabi SAW ditanya : mata pencarian apa yang paling baik, jawabnya : seorang laki–laki yang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik “.1

1. Muhammad bin Ismail al Khalani as San’ani, Subulus Salam, Juz II, Maktabah wa Matbaah,

( Semarang : Thoha Putra ), t/th, hlm. 4

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Manusia dituntut untuk selalu meningkatkan kesejahteraan, namun dalam

mengikuti irama modernisasi, manusia harus tetap memperhatikan nilai–nilai

ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an sendiri

telah memberikan garis pedoman mana yang baik dan mana yang haram.

Sebagaimana dalam Firman Allah SWT :

وان تشرآوا باهللا ربي الفواحش ما ظهر منها وما بطن واالثم والبغي بغير الحقحرم قل انما

هللا ماال تعلمون وان تقولوا على اما لم ينزل به سلطانا

Artinya : “ Katakanlah : Tuhan hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, ( mengharamkan ) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan ( mengharamkan ) mengada–ada terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui ( QS. Al –A’raf : 33 ).2

Para pelaku usaha dalam melakukan bisnis seringkali terhanyut dalam

ambisi ingin cepat kaya dan ambisi memperoleh laba yang banyak untuk

memuaskan nafsunya, walaupun dengan cara yang tidak benar. Penyebabnya

adalah para pelaku usaha dalam menghadapi persaingan bisnis didunia modern

ini, mereka tidak memperhatikan nilai – nilai ajaran Islam.

Produsen / pelaku usaha sering melakukan perbuatan – perbuatan negatif

dalam berproduksi dan berdagang, seperti menghalalkan segala cara, menipu dan

perbuatan – perbuatan negatif lainya yang justru semakin lama menjadi kebiasaan

yang buruk yang sangat merugikan konsumen. Banyak sekali pelanggaran yang

dilakukan pelaku usaha yang sangat merugikan konsumen. Hasil penelitian

Sek.Jen. Perserikatan Bangsa – Bangsa ( PBB ) pada sidang ke-63 Economic and

Social Council ( Ecosoc ) pada tahun 1977 yang menyatakan bahwa disemua

2. . Depag RI, Al-Qur’an Dan Terjemah, ( Semarang : As-Syifa’ ), hlm. 139

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

negara, konsumen selalu dalam posisi tawar menawar yang lemah dan sering

dirugikan dibandingkan dengan pihak produsen / pelaku usaha karena berbagai

faktor.3 Data yang ada dipunyai oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

(YLKI) dalam bukunya Yusuf Shofie (2003 : 6), bahwa terdapat 10 besar

pengaduan konsumen melalui surat resmi ke Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia (YLKI) tahun 1999-2001, yaitu meliputi komoditi alat rumah tangga,

asuransi, bank, elektronik, iklan, internet, layanan medis, leasing, listrik,

makanan/minuman, MLM (Multi Level Marketing), obat / kosmetika / jamu,

otomotif, PDAM (air minum), pendidikan, perumahan, parkir, sandang,

supermarket, telepon,transportasi, undian, wisata, lain-lain.

Kelemahan – kelemahan konsumen dalam berhadapan dengan produsen

berkisar pada kelemahan mereka dalam bidang kebodohan atau ketidaktahuan

akan barang dan kebutuhan akan barang ( consumer ignorance ), dan kelemahan

konsumen dalam hal tawar menawar ekonomis, sosial dan edukasional, sehingga

meletakkan posisi konsumen pada komoditi take it or leave it.4 Misalnya dalam

membeli produk kemasan, mereka tidak melihat kelayakan dan efek samping dari

produk tersebut, sehingga apabila dikonsumsi oleh konsumen dapat merugikan

konsumen terhadap kesehatan konsumen.

3. Muhammad dan Alimin, Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, (

Yogyakarta : BPFE ), Cet. I, 2004, hlm.2 4. Ibid., hlm. 133

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Demi menghemat biaya produksi, pelaku usaha terkadang menggunakan

barang – barang yang tidak diperbolehkan atau melebihi dari standar yang telah

ditetapkan, dan untuk melindungi produknya, mereka menyembunyikan kecacatan

produknya pada lebel / kemasan. Trik lain yang digunakan oleh pelaku usaha

adalah dengan iklan yang agresif yang seringkali mengakibatkan pergeseran

produk yaitu produk yang kualitasnya kurang baik menggeser produk yang

kualitasnya lebih baik, sehingga konsumen lebih mengenal produk yang dimaksud

dan tidak jarang konsumen merasa kecewa setelah menggunakan produk tersebut.

Hal tersebut juga terjadi di Indonesia. Walaupun Indonesia menganut

sistem demokrasi ekonomi sebagaimana terdapat dalam Pasal 33 UUD 1945,

namun nasib konsumen di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Konsumen

seringkali dijadikan obyek aktifitas bisnis, yang hanya untuk mengejar /

mendapatkan profit yang sebesar – besarnya.6

Kepedulian Pemerintah Indonesia dalam upaya melindungi konsumen

adalah dengan dikeluarkannya Undang – Undang No.8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan :

a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur keterbukaan akses dan informasi, serta menjamin kepastian

hukum;

5. Lihat : Undang – Undang Dasar RI Tahun 1945, ( Surabaya : Pustaka Agung Harapan ),

hlm. 26 6. Aktivitas bisnis adalah (1) memproduksi dan atau mendistribusikan barang dan atau jasa, ( 2)

mencari profit, (3) mencoba memuasakan konsumen. Lihat : M. Isamail Yusanto dan M. Karebet W, Menggagas Bisnis Islam, ( Jakarata : Gema Insani Prees ), Cet . I. 2002, hlm. 16

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan

kepentingan seluruh pelaku usaha;

c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa

d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha

yang menipu dan menyesatkan;

e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan

perlindungan konsumen dengan bidang–bidang perlindungan pada

bidang–bidang lain.7

Undang–Undang ini merupakan wujud perhatian Pemerintah Indonesia

dalam merealisasikan pemerataan dan keadilan ekonomi untuk masyarakat

sebagai akibat dari menonjolnya praktek sistem ekonomi kapitalis yang banyak

dilakukan oleh pelaku usaha. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha diatur

mulai Pasal 8 sampai dengan pasal 17 Undang–Undang No.8 Tahun 1999 tentang

perlindungan Konsumen.8

Islam sendiri juga mengenal adanya perlindungan konsumen, sebagaimana

Firman Allah SWT :

ن تكون تجارة عن تراض منكم ال تاء آلوا اموالكم بينكم بالباطل اال ا منواايا ايها الذين

Artinya : “ Hai orang–orang yang beriman janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil, melainkan hanya dengan perniagaan dengan jalan suka sama suka diantara kamu... ( QS. An Nisa’ : 29 ).9

7. Erman Rajaguguk, et al.,Hukum Perlindungan Konsumen, ( Bandung : Mandar Maju ), 2000,

hlm.7 8. Lihat : Undang –Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, ( Jakarta :

Sinar Grafika ), 2004, hlm. 7-8 9. Depag RI, op cit.., hlm. 76

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Kata al-bathil berasal dari al-buthl dan al-buthlan, berarti kesia-siaan dan

kerugian. Menurut syara’ adalah : mengambil harta tanpa pengganti hakiki yang

biasa, dan tanpa keridhaan dari pemilik harta yang diambil itu; atau menafkahkan

harta bukan pada jalan yang bermanfaat, maka termasuk ke dalam hal ini adalah

lotre, penipuan di dalam jual beli, riba, dan menafkahkan harta pada jalan – jalan

yang diharamkan, serta pemborosan dengan mengeluarkan harta untuk hal – hal

yang tidak dibenarkan oleh akal. Kata bainakum menunjukkan bahwa harta yang

haram biasanya menjadi pangkal persengketaan di dalam transaksi antara orang

yang memakan dengan orang yang hartanya dimakan.10

Ayat diatas mengandung pengertian bahwa jual beli yang tidak sesuai

dengan Syari’at Islam yang sekiranya akan merugikan konsumen adalah dilarang,

seperti adanya unsur – unsur penipuan yang dilakukan pihak produsen / pelaku

usaha dengan cara kurang / salah memberikan informasi yang jelas dalam label,

mengurangi takaran komposisi bahan sehingga mutu dari produk tersebut

berkurang, menggunakan bahan yang berbahaya bagi kesehatan maupun jiwa

konsumen, dan untuk mengingatkan bahwa umat manusia harus saling membahu

di dalam menjamin hak – hak dan maslahat – maslahat.

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis merasa perlu untuk

membahas mengenai bagaimana perspektif Hukum Islam terhadap Pasal 8

Undang – Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan cara

penyelesaian sengketa yang terjadi antara produsen dan konsumen.

10. Ahmad Musthafa Al – Maraghi, Terjemah Tafsir Al – Maragh, ( Semarang : Toha Putra ), Jilid 5, hlm. 25.

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalahan

yang dapat dirumuskan adalah :

1. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap perbuatan yang dilarang

bagi pelaku usaha dalam memproduksi dan / atau memperdagangkan

barang dan / atau jasa dalam Pasal 8 Undang – Undang No.8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap efektifitas Undang-Undang

Perlindungan Konsumen khususnya mengenai perbuatan yang dilarang

bagi pelaku usaha dalam pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap

perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam memproduksi dan /

atau memperdagangkan barang dan / atau jasa dalam Pasal 8

Undang– Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap

efektifitas Undang-Undang Perlindungan Konsumen khususnya

mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam pasal 8

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

D. Kajian Pustaka

Manusia diharuskan untuk bekerja agar dapat memenuhi berbagai macam

kebutuhan serta agar dapat meningkatkan mutu kehidupan, misalnya dengan

berbekerja/berbisnis. Bisnis merupakan suatu organisasi yang menjalankan

aktivitas produksi dan penjualan barang–barang dan jasa–jasa yang diinginkan

oleh konsumen untuk mendapatkan profit.11

Dalam melakukan bisnis manusia haruslah memperhatikan mutu dan

kelayakan barang produksinya, terutama yang menyangkut keamanan dan

keselamatan pemakai barang tersebut. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan

oleh pelaku bisnis, dalam proses produksi adalah ;

1. Dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas yang tercela

karena bertentangan dengan Syari’ah ( haram ).

2. Dilarang melakukan kegiatan produksi yang mengarah kepada

kedzaliman.

3. Dilarang segala bentuk penimbunan ( ikhtikar ) terhadap barang –

barang kebutuhan bagi masyarkat.

4. Memelihara lingkungan.12

Para pelaku terkadang melakukan perbuatan–perbuatan negatif untuk

mendapatkan keuntungan yang sebesar–besarnya tanpa memperhatikan hak–hak

konsumen. Berbagai kemungkinan terhadap penyalahgunaan kelemahan yang

11. Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, ( Jakarta : Gema Insani Press ), Cet. I, 2002, hlm. 15

12. Rustam Effendi, Produksi Dalam Islam, ( Yogyakarta : Megistra Insania Press ), Cet. I, 2003, hlm. 14-26

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

dimiliki oleh konsumen dapat terjadi (1) ketika sebelum transaksi jual beli

berlangsung ( pra transaksi ) berupa iklan atau promosi yang tidak benar, (2)

ketika transaksi itu sendiri sedang berlangsung dengan cara tipu muslihat, dan (3)

ketika transaksi telah berlangsung dimana pelaku usaha tidak tahu menahu dengan

kerugian yang ditanggung konsumen ( purna transaksi ).13 Oleh karena itu

diperlukan suatu etika dalam berbisnis agar tidak merugikan orang lain.

Dan upaya untuk melindungi konsumen dari perbuatan negatif yang sering

dilakukan oleh pelaku usaha, Pemerintah Indonesia mengeluarkan

Undang–Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Ketentuan

yang mengatur tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha diatur dalam

pasal 8 sampai 17, yang isinya : larangan mengenai produk, mengenai perilaku

pengusaha, periklanan, cara penjualan, dan perbuatan – perbuatan lain.14 Dan

dalam hal ini penulis hanya akan menganalisis menurut Hukum Islam mengenai

perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam produksi dan/atau

memperdagangkan barang dan/atau jasa dalam pasal 8 UU No.8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen dan cara penyelesian sengketa antara produsen

dan pelaku usaha dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

Menurut Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani menyebutkan bahwa secara

garis besar larangan yang dikenakan dalam pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen dapat dibagi kedalam 2 ( dua ) larangan

pokok, yaitu :

13. Muhammad dan Alimin, Op. Cit., hlm.196 14. Lihat : Undang – Undang Dasar RI Tahun 1945, Op. Cit.,, hlm. 7-12

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

1. Larangan mengenai produk itu sendiri, yang tidak memenuhi syarat dan

standar yang layak untuk dipregunakan auat dipakai atau dimanfaatkan

oleh konsumen;

2. Larangan mengenai ketersediaan informasi yang tidak benar dan tidak

akurat yang menyesatkan konsumen.15

Serta dalam bukunya Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo yang berjudul

Hukum Perlindungan Konsumen : 2004. Buku ini menyajikan secara sistematis

komentar terhadap pasal – pasal dalam Undang – Undang Perlindungan

Konsumen. Buku ini juga membahas kandungan dari pasal 8 Undang – Undang

Perlindungan Konsumen, meliputi : standar mutu, merek, daluarsa, kehalalan dan

pengawasan produk impor. Tujuan dari pelarangan tersebut, hakikatnya menurut

Nurmadjito yaitu untuk mengupayakan agar barang dan / jasa yang beredar

dimasyarakat merupakan produk yang layak edar, antara lain asal – usul, kualitas,

sesuai dengan informasi pengusaha baik melalui label, etiket, iklan dan lain

sebagainya.

Islam juga mengenal adanya perlindungan konsumen, seperti pelarangan

bai’ tadlis (jual beli yang mengandung tipuan), bai’ tagrir (jual beli tanpa

kepastian), pemberlakuan hak khiyar, karena tidak adanya kesesuaian dalam jenis

atau sifat barang, atau adanya tipuan yang disengaja.

Penelitian yang membahas mengenai jual beli banyak didapati oleh

penulis, namun penelitian yang membahas pengenai pelarangan bagi pelaku usaha

15. Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, ( Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama ), 2000. hlm. 39 16. Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen ,( Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada ), 2004. hal. 66-88

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

dalam produksi dan / atau memperdagangkan barang dan / atau jasa dalam pasal 8

Undang – Undang Perlindungan Konsumen belum pernah ditemukan oleh penulis.

E. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang akan penulis lakukan merupakan penelitian

kepustakaan ( library research ), yakni suatu kegiatan penelitian yang dilakukan

dengan cara menghimpun data dari literatur–literatur yang diperoleh dari

kepustaan yang ada relevansinya dengan permasalahan yang dikaji. 17 Jadi

penulisan skripsi ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu

penelitian yang mana datanya digambarkan dengan kata–kata atau kalimat untuk

memperoleh kesimpulan. 18 Data-data tersebut, berasal dari buku-buku yang ada

kaitannya dengan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha tentang produksi dan

perdagangan dalam pasal 8 Undang – Undang Perlindungan Konsumen. Data

pokok penelitian ini, dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Data lainnya

diambil dari buku-buku yang ada kaitannya dengan perbuatan yang dilarang bagi

pelaku usaha dalam produksi dan perdagangan, misalnya dalam buku Hukum

Tentang Perlindungan Konsumen, Hukum Perlindungan Konsumen, Produksi

dalam Islam, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, dll.

Metode analisis yang digunakan penulis adalah “ deskriptif analisis “ yaitu

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara obyektif dalam rangka

mengadakan perbaikan terhadap permasalahan yang dihadapi sekarang.19 Kegiatan

17. Abudin Nata, Metodologi Study Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada ), 2003, hlm. 125

18. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta ), cet IX, 1993, hlm. 243

19. ibid.., hlm. 12

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

dalam penelitian ini adalah menjelaskan, menggambarkan serta menganalisa

menurut Hukum Islam mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha

dalam produksi dan / atau memperdagangkan barang dan / atau jasa dalam pasal 8

Undang – Undang Perlindungan Konsumen.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman selanjutnya, maka diperlukan adanya

penjabaran sistematika pembahasan secara global. Dalam hal ini penulis

mensistimatisinya menjadi V ( lima ) bab pembahasan, yaitu :

BAB I Bab ini adalah bab pendahuluan, yang meliputi latar belakang,

permasalahan, tujuan penulisan, telaah pustaka, metode penelitian dan

di akhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II Bab ini akan membahas mengenai ketentuan – ketentuan dalam Hukum

Islam mengenai produksi dan jual beli, yang meliputi pengertian dan

dasar hukum produksi dan jual beli, prinsip–prinsip produksi, rukun dan

syarat jual beli, macam–macam jual beli.

BAB III Bab ini penulis akan menguraikan tentang isi dan maksud dari Pasal 8

Undang-Undang No.8 Th. 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan

tentang problematika masyarakat terhadap produksi dan perdagangan

BAB IV Memasuki pembahasan selanjutnya ini, penulis akan menganalisis

menurut Hukum Islam mengenai pasal 8 serta efektifitas Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 khususnya Pasal 8

BAB V Bab ini meliputi kesimpulan, saran – saran dan penutup.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

BAB II

KONSEP PRODUKSI DAN JUAL BELI DALAM ISLAM

A. Produksi

1. Pengertian

Kata Produksi telah menjadi kata Indonesia, setelah diserap di dalam

pemikiran ekonomi bersamaan dengan kata konsumsi dan distribusi. Dalam

kamus Inggris-Indonesia, kata production secara bahasa mengandung arti

penghasilan.1

Produksi menurut Rochmat Soemitro ialah setiap usaha untuk menaikkan

atau menimbulkan faedah.2 Pengertian produksi menurut Qutub Abdus Salam

Duaib, adalah usaha mengeksploitasi sumber–sumber daya agar dapat

menghasilkan manfaat ekonomi.3 Produksi menurut Lili Asdjudireja dan Kusuma

Permana, yaitu usaha manusia untuk merubah serta mengolah sumber-sumber

ekonomi menjadi bentuk serta kegunaan yang baru. Produksi ini mempunyai arti

luas, yakni setiap kegiatan yang menciptakan nilai dan meliputi seluruh kegiatan

pemenuhan kebutuhan, atau dengan perkataan lain produksi itu adalah untuk

menciptakan serta menambah kegunaan dari suatu barang atau jasa dengan

mempergunakan faktor-faktor produksi.

1. I. Markus Willy, et.al.., Kamus 950 Juta ( Inggris – Indonesia, Indonesia – Inggris ), ( Surabaya : Arloka ), Cet. I, 1997, hlm.354

2. Rocmat Soemitro, Pengantar Ekonomi Dan Ekonomi Pancasila, ( Bandung : PT. Eresco ), Cet. 8, 1983, hlm. 31

3. Rustam Effendi, Produksi Dalam Islam (Yogyakarta : Megistra Insania Press), , 2003, hlm. 12 4. Lili Asdjudiredja dan Kusuma Permana, Manajemen Produksi, ( Bandung : CV. Armico ),

1990, hlm.

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Dalam pengertian ahli ekonomi, yang dapat dikerjakan manusia hanyalah

membuat barang–barang menjadi berguna, yang kemudian disebut dihasilkan. 5

Kesimpulan dari pengertian diatas, produksi merupakan suatu kegiatan untuk

menghasilkan barang–barang menjadi lebih berharga dan lebih berfaedah bagi

manusia dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan kemudian

diperdagangkan, yang selanjutnya bisa dikatakan dengan bisnis. Sebagaimana

yang dikemukakan Straub dan Attner, bisnis tak lain adalah suatu organisasi yang

menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang dan jasa yang diinginkan

oleh konsumen untuk memperoleh profit. Barang adalah suatu produk yang secara

fisik memiliki wujud ( dapat diindra ), sedangkan jasa adalah aktivitas yang

memberi manfaat kepada konsumen atau pelaku bisnis lainnya.6 pembuat produksi

disebut dengan produsen, sedangkan pengguna hasil produksi disebut dengan

konsumen

2. Arti Penting Produksi

Arti penting produksi bagi manusia, sebagaimana Firman Allah :

زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير المقنطرة من الذهب والفضة

والخيل المسومة واالنعام والحرث ذالك متاع الحيوة االدنيا واهللا عنده حسن الماب

Artinya : “ Dijadikan indah pada ( pandangan ) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita- wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik ( surga ). “ ( QS : Al-Imron : 14 ).7

5. M.A. Mannan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf ),

1995, hlm.54 6. Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis

Islami, ( Jakarta : Gema Insani Press ), Cet. I, 2002, hlm. 15 7. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Semarang : As-Syifa’ ), hlm. 52

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Ayat diatas menerangkan tentang kecintaan manusia terhadap harta

kekayaan seperti, emas dan perak (dan semua sumber produksi). Keinginan untuk

memiliki dan menambah harta kekayaan serta keinginan untuk mempertahankan

merupakan hal yang manusiawi dan menjadi dorongan terus menerus untuk

berusaha lebih giat lagi bagi manusia. Manusia diharuskan berjuang untuk

memuaskan keinginannya yang terus bertambah. 8

وسئلوا اهللا من فضله

Artinya : “ Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunianya “ ( QS. An-Nisa : 32 ).9

Ayat diatas menyebutkan bahwa Al-Qur’an membimbing manusia untuk

selalu berusaha dan berdoa kepada Allah. Dengan demikian, keharmonisan dan

keseimbangan antara moral dan tuntutan ekonomi dalam kehidupan akan terjamin.

Hal ini akan membuat manusia tidak akan putus asa apabila mengalami kegagalan

dan tidak kufur apabila mengalami keberhasilan.10

Tujuan produksi secara umum yaitu untuk memenuhi kebutuhan–

kebutuhan pokok semua individu dan menjamin setiap orang agar mempunyai

standar hidup manusiawi, terhormat dan sesuai dengan martabat manusia sebagai

khalifah. Menurut Monzer Khaf, produksi sebagai upaya manusia untuk

meningkatkan tidak hanya kondisi materialnya, tetapi juga moralnya dan sebagai

sarana untuk mencapai tujuannya di Hari Kiamat kelak. Hal ini mempunyai tiga

implikasi penting :

8. Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf ), 1995, hlm.195

9. Depag RI, Op. Cit., hlm. 83 10. Afzalur Rahman, Op. Cit., hlm. 205

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Pertama, produk-produk yang mejauhkan manusia dari nilai-nilai

moralnya sebagaimana ditetapkan dalam Al-Qur’an, dilarang. Semua jenis

kegiatan dan hubungan industri yang menurunkan martabat manusia atau

menyebabkan dia terperosok kedalam kejahatan dalam rangka meraih tujuan

ekonomi semata, dilarang. Kedua, aspek sosial produksi ditekankan dan secara

ketat dikaitkan dengan proses produksi. Ketiga, masalah ekonomi bukanlah

masalah yang jarang terdapat dalam kaitannya dengan berbagai kebutuhan hidup,

tetapi ia timbul karena kemalasan dan kealpaan manusia dalam usahanya untuk

mengambil manfaat sebesar-besarnya dari anugrah Allah SWT, terutama dalam

bentuk sumber-sumber alami.11

Sumber daya dalam produksi menurut Rochmat Soemitro, yaitu :

a. Sumber daya manusia, ialah usaha jasmani atau rohani untuk memuaskan

suatu kebutuhan dengan tujuan lain daripada kesenangan yang diperoleh dari

usaha tadi.

b. Sumber daya alam, terdiri dari tanah, air, udara, iklim,dan tenaga organis dari

binatang. Allah telah menganugerahkan sumber - sumber daya produktif

untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sebagaimana Firman Allah :

هوالذى خلق لكم ما فى االرض جميعا

Artinya : “ Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” ( QS. Al-Baqarah : 29 ).12

11. Monzer Khaf, Ekomoni Islam, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset ), 1979, hlm. 37 12. Depag RI, Op. Cit., hlm.6

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

وجعلنالكم فيها . واالرض مددناها والقينا فيها رواسى وانبتنا فيها من آل شئ موزون

برازقين لستم له معايش ومن

Artinya : “ Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami meciptakan pula) mahluk-mahluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepada-Nya.” ( QS. Al-Hijr : 19-20 ).13

Kedua ayat diatas menyebutkan bahwa tujuan utama Allah menciptakan

bumi adalah untuk manusia dapat memperoleh rizki darinya. Allah menyediakan

ruang dan waktu untuk memberi kesempatan manusia agar berusaha/bekerja untuk

mencukupi keperluan / kebutuhan hidup manusia.

c. Modal, ialah setiap hasil yang digunakan untuk produksi lebih lanjut.

d. Organisasi ( skill ). 14

3. Prinsip Produksi

Prinsip fundamental yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah

prinsip kesejahteraan ekonomi. Konsep ini ditunjukan dengan bertambahnya

pendapatan yang diakibatkan oleh meningkatnya produksi hanya dari barang–

barang yang berfaedah melalui pemanfaatan sumber daya yang maksimum.

Ukurannya yaitu memaksimalkan terpenuhinya kebutuhan manusia dengan usaha

minimal tetapi tetap memperhatikan tuntunan perintah Islam tentang konsumsi.

Jadi kenaikan volume produksi saja tidak akan menjamin kesejahteraan rakyat

secara maksimun. Mutu barang yang diproduksi yang tunduk pada perintah

13. Depag RI, Op. Cit., hlm.264 14. Rochmat Soemitro, Pengantar Ilmu Ekonomi, ( Bandung : PT. Eresco ), 1966, hlm.8

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Al-Qur’an dan Sunnah, juga harus memperhitungkan dalam menentukan dan

pencapaian kesejahteraan ekonomi.15

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam produksi adalah :

a. Dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas yang tercela karena

bertentangan dengan syari’ah.

Dalam sistem ekonomi Islam tidak semua barang dapat diproduksi atau

dikonsumsi. Islam mengklsifikasikannya secara tegas dalam surat Al- A’raaf :

157,16 yaitu barang yang secara hukum halal dikonsumsi dan diproduksi (

thoyyibat ), dan barang yang secara hukum haram dikonsumsi dan diproduksi

( khabaits ). Tantangan yang berat bagi pelaku ekonomi Muslim dalam dunia

modern, dimana peluang bisnis yang menguntungkan selalu datang dari usaha

– usaha yang Khabaits.

b. Dilarang melakukan kegiatan produksi yang mengarah pada kezaliman.

c. Segala bentuk penimbunan ( ikhtikar ) terhadap barang – barang kebutuhan

masyarakat, adalah dilarang sebagai perlindungan syari’ah terhadap

konsumen dari masyarakat.

Penimbunan bertujuan untuk menguasai pasar, sangat tidak menguntungkan

bagi konsumen karena berkurangnya suplay dan melonjaknya harga barang,

terutama komoditasa barang kebutuhan pokok. Cara untuk mengantisipasinya

adalah pemerintah harus bertindak tegas, menyita produk dan menjualnya

dengan harga yang adil kepada konsumen.

15. M.A. Mannan, Op. Cit., hlm. 54-55 16. Lihat : Surat Al-A’raf : 157, Depag RI, Op. Cit., hlm. 171

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

d. Memelihara lingkungan.17

Memelihara hubungan yang harmonis dengan alam sekeliling adalah suatu

keharusan bagi setiap individu, karena disekeliling manusia ada umat lain

yang menggantungkan hidup pada bumi, air, udara, maka tidak dibenarkan

merusak lingkungan, misalnya : dalam air limbah produksi harus diolah

sehingga tidak mencemarkan air. Islam menyediakan konsep-konsep dasar

pendidikan moral untuk mewujudkan keharmonisan tersebut. Sebagaimana

Firman Allah :

ظهر الفساد فى البر والبحر بما آسبت ايدى الناس ليذيقهم بعض الذى عملوا لعلهم يرجعون

Artinya : “ Telah lahirlah kerusakan di darat dan di laut, disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ( ke jalan yang benar). “ ( QS. Ar-Rum : 41 ). 18

Ayat diatas menerangkan bahwa kerusakan yang ada dimuka bumi ini

karena manusia sendiri yang mempergunakan sumber-sumber daya ekonomi

terutama sumber daya alam, tanpa pertimbangan moral sehingga terjadi banyak

pencemaran. Tanggung jawab ini dibebankan kepada manusia, karena manusia

adalah individu yang dewasa ( baligh ) dan berakal sehat yang mempunyai banyak

kelebihan daripada mahluk lain.

Mahmoedin menyatakan bahwa prinsip etika bisnis berkaitan dengan

sistem nilai masyarakat. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Sony

Keraf. Menurutnya secara umum prinsip etika bisnis yang berlaku dalam kegiatan

17. Rustam Effendi, Op. Cit., hlm.14-26. 18. Depag RI, Op Cit., hlm. 409.

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai

manusia pada umumnya. Demikian pula, prinsip-prinsip itu sangat terkait dengan

sistem nilai yang dianut masyarakat. Prinsip etika bisnis menurut Mahfudin :19

a) Bersifat Bebas, yaitu para pengusaha tahu apa yang baik dan apa yang buruk

serta tahu mengenai bidang kegiatannya, situasi yang dihadapinya dan aturan

yang berlaku baginya. Kebebasan adalah syarat yang harus ada agar manusia

bisa bertindak secara etis, manajer harus memiliki kebebasan untuk

mengembangkan kegiatan bisnisnya.

b) Bertanggung jawab, bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, kepada

pemberi amanah, kepada orang yang terlibat kapada masyarkat / konsumen.

c) Bersikap jujur. Prinsip kejujuran ini terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat

perjanjian dan kontrak, informasi / penawaran barang dan jasa dengan mutu

baik, jujur dalam takaran, tidak menyembunyikan cacat.

d) Berbuat baik. Prinsip ini menuntut orang secara aktif dan maksimal berbuat

baik kepada orang lain. Misalnya: hanya menjual barang-barang halal, yang

bermutu.

e) Bersikap adil. Prinsip ini menuntut agar memperlakukan orang lain sesuai

dengan haknya.

f) Bersikap hormat

g) Bersikap inovatif, sehingga produk tersebut berguna dan dibutuhkan serta

dapat memuaskan masyarakat.19

19. Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi & Ekonomi Islam Dalam Perkembangan, ( Jakarta : Mandar Maju ), Cet I, 2002, hlm. 165-166

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Prinsip perdagangan menurut Hamzah, yaitu :

1. Jujur takaran

2. Menjual barang yang halal

3. Menjual barang yang baik mutunya

4. Jangan menyembunyikan barang yang cacat

5. Jangan main sumpah

6. Longgar dan bermurah hati

7. Jangan menyaingi kawan dengan cara yang tidak dibenarkan

8. Mencatat hutang piutang

9. Larangan riba

10. Zakat 2 ½ % sebagai pembersih harta.21

Inti dari prinsip produksi diatas adalah keadilan dan tidak mementingkan

keuntungan sendiri serta tanpa penindasan atau menghancurkan masyarakat.

Cara–cara yang tidak adillah yang akan melahirkan rasa ketidakkepuasan dalam

masyarakat yang akhirnya akan membawa kehancuran. Islam tidak memberikan

kebebasan tanpa batas kepada setiap orang dalam memperjuangkan ekonominya

sebagaimana dalam ekonomi kapitalis; dan tidak juga menekan sebagaimana

dalam sistem ekonomi komunis sehingga setiap individu kehilangan seluruh

kebebasannya.22 Cara mencari kekayaan dengan mengabaikan segi moral dan

mengesampingkan kepentingan orang lain tidak diperkenankan. Anggota

masyarakat tidak boleh mengabaikan kepentingan orang lain; seorang hamba

Allah yang patuh tidak diperkenankan untuk merusak hamba Allah yang lain.

21. Neni Sri Imaniyati, Op. Cit., hlm. 170-171 22. Afzalur Rahman, Op. Cit., hlm.215

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Seorang muslim yang berusaha menghasilkan sesuatu untuk masyarakat

serta mencari uang, tidak akan menggunakan cara-cara yang akan merugikan

kebajikan masyarakatnya, karena mereka berpedoman kepada ketentuan-

ketentuan Al-Qur’an. Inilah inti dari bisnis Islam. Untuk mengetahui secara

terperinci karakteristik dan perbedaan bisnis Islam dan non Islam dapat dilihat

dari tabel 1.

Tabel 1

Karekteristik Bisnis

ISLAMI VS NONISLAMI 22

ISLAMI KARAKTER BISNIS

NONISLAMI

Aqidah Islam ASAS Sekularisme (nilai–nilai material)

Dunia – Akhirat MOTIVASI Dunia

Profit & Benefit, Pertumbuhan, Keberlangsungan, Keberkahan

ORIENTASI Profit, Pertumbuhan, Keberlangsungan

Tinggi, Bisnis adalah bagian dari ibadah

ETOS KERJA Tinggi, Bisnis adalah kebutuhan duniawi

Maju & produktif, konsekuensi keimanan & manifestasi kemusliman

SIKAP MENTAL Maju dan produktif sekaligus konsumtif Konsekuensi aktualisasi diri

Cakap & ahli dibidangnya, Konsekuensi dari

KEAHLIAN Cakap & ahli di bidangnya, Konsekuensi

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

kewajiban seorang muslim

dari motivasi reward & punishment

Terpercaya & bertanggung jawab, tujuan tidak menghalalkan cara

AMANAH Tergantung kemauan individu (pemilik kapital), Tujuan Menghalalkan cara

Halal MODAL Halal & haram

Sesuai dengan akad kerjanya

SDM Sesuai dengan akad kerjanya atau sesuai keinginan pemilik modal

Halal SUMBER DAYA Halal & haram

Visi dan misi organisasi terkait erat dengan misi penciptaan manusia di dunia

MANAJEMEN STRATEGIK

Visi dan misi organisasi ditetapkan berdasarkan pada kepentingan material belaka

Jaminan halal bagi setiap masukan, proses & keluaran, mengedepankan produktivitas dalam koridor syari’ah

MANAJEMEN OPERASI

Tidak ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses & keluaran, mengedepankan produktivitas dalam koridor manfaat

Jaminan halal bagi setiap masukan & keluaran keuangan

MANAJEMEN KEUANGAN

Tidak ada jaminan hala bagi setiap masukan, proses & keluaran

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

keuangan

Pemasaran dalam koridor jaminan halal

MANAJEMEN PEMASARAN

Pemasaran menghalalkan cara

SDM profesional & berkepribadian Islam, SDM adalah pengelola bisnis, SDM bertanggung jawab pada diri, majikan & Allah SWT

MANAJEMEN SDM

SDM profesional, SDM adalah faktor produksi, SDM bertanggung jawab pada diri & majikan

Sumber : Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas

Bisnis Islami, ( Jakarta : Gema Insani Press ), Cet. I, 2002, hlm. 22-23

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

B. Jual Beli

1. Pengertian Dan Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli dalam KUH Perdata Pasal 1457 adalah suatu perjanjian, dengan

mana pihak satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan

pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.23

Jual beli menurut bahasa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam

Taqiyyudin dalam Kitab Kifayah Al–Akhyar, yaitu memberikan sesuatu karena

menerima sesuatu ( imbalan ).24 Menurut Abu Syeikh Yahya Zakariya Al–Anshory

dalam Kitab Fath Al-Wahhab, yaitu tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang

lain.25 Menurut Abu Abdillah Muhammad bin Abi Al–Qosim As–Samiry dalam

Kitab Radd Al–Muhtar, yaitu jual beli menurut bahasa adalah pencerminan dari

ijab dan qobul ketika ada ikatan dari 2 ( dua ) hal atau benda dengan harga.26

Kesimpulan dari pengertian jual beli menurut bahasa merupakan

pengertian secara umum, yaitu mengganti sesuatu dengan sesuatu.

Jual beli menurut istilah adalah

Menurut Imam Taqiyyudin dalam Kitab Kifayah Al-Akhyar adalah

pemberian harta karena menerima harta dengan ikrar penyerahan dan jawab

penerimaan ( ijab qobul ) dengan cara yang diijinkan.27

23. R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, ( Jakarta : Pradya Paramita ), cet. 77, hlm.366

24. Imam Taqiyyudin Abi Bakr bin Muhammad Khusaini, Kifayah Al-Akhyar, ( Indonesia : Dar Ihya’ Al-Kutub Arabiyyah ), Juz. I, hlm. 239

25. Syeikh Yahya Zakariya Al-Anshory, Fath Al-Wahhab, ( Dar Al-Fikr ), Juz. I, hlm. 157 26. Abu Abdillah Muhammad bin abi Al-Qosim As-Samiry, Rodd Al-Muhtar, ( Dar Al-Fikr ),

Juz. 7, hlm. 3 27. Imam Taqiyyudin abi Bakr bin Muhammad Khusaini, loc. cit.

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Dalam Kitab Fath Al-Wahhab, jual beli adalah tukar menukar harta

dengan harta lain dengan cara tertentu.28 Menurut Sayyid Sabbiq, jual beli adalah

pertukaran harta atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang

dapat dibenarkan.29 Dalam Kitab Rad Al-Mukhtar, yaitu penukaran sesuatu dengan

harapan mendapat sepadannya dengan cara tertentu.30

Kesimpulan penulis dari definisi–definisi diatas, bahwa jual beli adalah

suatu peristiwa atau kejadian yang terdiri dari ijab dan qobul yang menetapkan

kerelaan diantara 2 ( dua ) orang, yaitu penjual dan pembeli yang menyangkut

barang dan harga, dimana ijab qobul itu dapat menimbulkan kewajiban bagi

pembeli untuk membayar harga dan berhak menerima barangnya, begitu juga

penjual berkewajiban menyerahkan barangnya kepada pembali dan berhak

menerima harganya atas barang tersebut.

Jual beli tersebut melibatkan beberapa unsur yaitu pihak pembeli

menyerahkan uangnya sebagai penyerahan atas barang yang diterimanya dan

pihak penjual menyerahkan barangnya sebagai ganti dari uang ynag diterimanya,

atas dasar kesepakatan dari kedua belah pihak yang diwujudkan dalam bentuk ijab

dan qobul.

Dasar hukum jual beli termaktub dalam Al–Qur’an dan Al–Hadist.

Firman Allah :

واحل اهللا البيع وحرم الربوا

28. Syeikh Yahya Zakariya Al-Anshory, loc. cit. 29. Sayyid Sabbiq, Fiqh Sunnah, ( Dar Al-Fikr ), Juz. III, hlm.126 30. Abu Abdillah Muhammad bin abi Al-Qosim As-Samiry, loc. cit.

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Artinya : “ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba “. ( QS. Al–Baqarah : 275 ). 31

Ayat diatas mengandung pengertian bahwa Allah telah menghalalkan

jual beli kepada hamba-Nya dengan jalan yang baik dan melarang jual beli yang

mengandung riba atau merugikan orang lain.

م بينكم باالباطل وتدلوا بها الى الحكام لتاء آلوا فريقا من اموال الناس وا اموالك اء آل وال ت

باالثم وانتم تعلمون

Artinya : “ Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil dan ( janganlah ) kamu membawa ( urusan ) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benada orang lain itu dengan ( jalan berbuat ) dosa, padahal kamu mengetahui. ( QS. Al-Baqarah : 188 ).32

ال تاء آلوا اموالكم بينكم بالباطل اال ا ن تكون تجارة عن تراض منكم منواايا ايها الذين

Artinya : “ Janganlah kamu makan harta yang ada diantara kamu dengan jalan batil melainkan dengan jual beli suka sama suka “ (QS. An-Nisa : 29).33

Ayat diatas menjelaskan bahwa kita diharamkan memakan harta sesama

manusia dengan jalan yang batil, baik itu dengan jalan mencuri, menipu,

merampok, merampas, maupun dengan jalan lain yang tidak dibenarkan Allah,

kecuali dengan jalan perniagaan atau jual beli yang didasari atas dasar suka dan

saling menguntungkan. Karena memakan harta orang lain dengan jalan yang tidak

benar akan merugikan orang lain dan akan menimbulkan perselisihan. Allah

menyuruh manusia agar mencari penghidupan dengan cara yang baik yang selalu

dilandasi dengan iman dan taqwa kepada Allah.

31. Depag RI, Op. Cit., hlm. 48 32. Ibid., hlm. 30 33. Ibid., hlm. 84

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Hadist Rosulullah menyebutkan :

انما البيع عن تراض

Artinya : “ Sesungguhnya jual beli atas dasar kerelaan “34

صلى اهللا عليه وسلم سئل أي الكسب اطيبعن رفاعة بن رافع رضى اهللا عنه ان النبي

)رواه البزار ( عمل الرجل بيده وآل بيع مبرور : قال

Artinya : “ Dari Rifa’ah RA, Sesungguhnya Nabi SAW ditanya : mata pencarian apa yang paling baik, jawabnya : seorang laki–laki yang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik “35

Hadist diatas mengandung pengertian bahwa seseorang diwajibkan

memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan tangannya sendiri (bekerja). Allah

melarang manusia yang malas (tidak mau bekerja) yang menggantungkan

hidupnya kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Allah juga menyuruh

manusia dalam berjual beli yaitu dengan cara yang baik ( mabrur ) yang didasari

kejujuran hati tanpa kecurangan juga penipuan. Kata mabrur menurut penulis

dapat diartikan diterima dan dibenarkan syara’. Jual beli yang dapat diterima dan

dibenarkan syara’ adalah jual beli yang memenuhhi syarat dan rukunnya.

Landasan hukum diatas, menjelaskan bahwa manusia dituntut untuk

bekerja dalam memenuhi kebutuhannya, salah satu contohnya yaitu dengan jual

beli. Jual beli merupakan suatu bentuk mu’amalah yang ada landasan hukumnya

dalam syari’at Islam dan merupakan suatu usaha yang baik dalam mencari rizki

yang halal asalkan dengan jalan yang baik pula tanpa ada pihak yang dirugikan.

34. Muhammad bin Ismail al Khalani as San’ani, Subulus Salam, Juz II, Maktabah wa Matbaah, ( Semarang : Thoha Putra ), t/th, hlm. 4

35.Ibid.,

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

2. Rukun Dan Syarat Jual Beli

Disyari’atkan jual beli dimaksudkan agar kemerdekaan individu dalam

melaksanakan aktivitas ekonomi akan terikat oleh hak dan kewajiban sesamanya

yang berdasarkan ketentuan sumber Hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist.

Jual beli dapat dikatakan sah menurut Hukum Islam, apabila terpenuhi syarat dan

rukunnya sesuai dengan Syari’at Islam sebagai acuan dalam pelaksanaan jual beli

dan juga dalam melaksanakan syari’at.

Rukun dan Syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli adalah :

1) Sighat Akad

Pengertian Akad menurut bahasa adalah ikatan yang ada diantara ujung

sesuatu barang, sedangkan menurut istilah ahli fiqh, aqad ialah ikatan ijab qobul

menurut cara yang disyari’atkannya, sehingga tampak akibatnya.36 Menurut Hasbi

As-Siddieqy, aqad merupakan perkataan antara ijab dengan qobul secara yang

dibenarkan oleh syara’ yang menetapkan kedua belah pihak.37 Ijab ialah

permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad, buat

memperlihatkan kehendaknya dalam mengadakan akad, siapa saja yang

memulainya. Qobul ialah jawaban pihak yang lain sesudah adanya ijab, buat

menyatakan persetujuan.38 Misal dari pengertian ini adalah penjual menjajakan

barangnya dengan berkata, aku jual barang itu kepadamu dengan harga sekian

rupiah, kemudian disambut oleh pembeli, ya aku setuju untuk membeli barang itu.

Perkataan penjual itu dinamakan ijab, dan jawaban pembeli dinamakan qobul.

36. Gufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada ), Cet. I, 2002, hlm.76

37. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, ( Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra ), Cet. I, 1997, hlm. 26.

38. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, ibid., hlm. 27.

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Syarat sighat ijab qobul adalah :

a. Satu sama lain berhubungan disatu tempat tanpa ada pemisah yang merusak.

b. Ada kesepakatan antara ijab dan qobul pada barang dan saling ada kerelaan

diantara mereka, berapa barang yang dijual dan harga barang, jika keduanya

tidak sepakat, maka jual beli ( aqad ) dinyatakan tidak sah, sebaliknya apabila

keduanya menyatakan sepakat maka jual beli itu sah.

c. Ungkapan harus menunjukkan masa lalu ( madli ) seperti perkataan penjual

“aku rela jual“ dan perkataan pembeli “aku telah terima“ atau menunjukkan

masa sekarang ( mudhori’ ), jika yang diinginkan pada masa yang akan

datang dan semisalnya, maka hal itu merupakan janji untuk beraqad dan

bukanlah sebagai aqad yang sah secara hukum.39

d. Sigaht aqad harus menunjukkan bahwa sighat akad harus memperlihatkan

kesungguhan, tidak diucapkansecara ragu–ragu, tanpa kesungguhan aqad

menjadi tidak sah. Sebagaimana yang dikatakan Teungku Muhammad Hasbi

Ash-Shiddieqy bahwa berjanji akan menjual belum merupakan akad

penjualan, dan orang yang berjanji tidak dapat dipaksa menjualnya “. 40

Perkataan atau ucapan bukanlah satu–satunya jalan untuk mengadakan akad

dan tidak harus sama ( tiap–tiap daerah bisa berubah ), asalkan akad tersebut dapat

dipahami oleh kedua belah pihak dan menunjukkan ikatan jual beli yang baik.

Cara lain yang dapat ditempuh dalam berakad adalah :

a. Kitabah ( tertulis )

b. Isyarah

39. Sayyid Sabbiq, Op. Cit., hlm. 49 40. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Op. Cit., hlm. 30.

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

c. Ta’athi ( beri memberi dalam Bai’ Mu’athah ).41

Syarat yang terkai dengan kekuatan hukum akad jual beli, bahwa jual

beli baru mempunyai sifat mengikat, apabila jual beli itu terbebas dari khiyar

maka jual beli itu belum mengikat dan masih dapat dibatalkan.42

2) Aqid

Aqid adalah orang–orang yang melakukan aqad. Jual beli tidak akan

terjadi tanpa adanya orang yang melakukan, karena itu aqid adalah rukun yang

pertama yang harus dipenuhi dalam jual beli. Aqid jual beli ada 2 ( dua ), yaitu :

penjual dan pembeli. Aqid ini dapat dilihat pada waktu terjadi transaksi jual beli

damana pada saat itu terjadi aqad.

Syarat Aqid adalah :

a. Berakal dan Baligh

Jumhur Ulama’ berpendapat, bahwa orang yang melakukan akad jual beli

itu, harus baligh dan berakal. Apabila orang yang berakad itu masih mumayyiz,

maka jual beli itu tidak sah, sekalipun mendapat izin dari walinya.43

Syarat aqil bagi aqid, adalah logis, karena hanya orang yang sadar dan

berakallah yang sanggup melakukan transaksi secara sempurna. Jual beli anak

kecil yang biasa terjadi di masyarakat, seperti jual beli minuman, makanan.

Menurut hemat penulis, jual beli ini diperbolehkan karena telah menjadi kebiasaan

asalkan nilainya relatif kecil.

41. Ibid.., hlm. 30. 42. Khiyar : Hak pilih untuk meneruskan atau membatalkan jual beli. Khiyar dibagi menjadi 4

macam, yaitu Khiyar Majlis, Khiyar Syarath, Khiyar Aib, Khiyar Ru’yah. Lihat : M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2003, hlm. 139-141.

43. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Op. Cit., hlm. 119.

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

b. Kehendak sendiri

Jual beli dilakukan tanpa adanya unsur paksaan dari pihak lainnya. Jual

beli yang dilakukan bukan atas dasar kehendaknya sendiri adalah tidak sah.

3) Ma’qud Alaih

Ma’qud Alaih adalah barang yang menjadi obyek dalam jual beli, baik

barang yang diperjualbelikan dan sesuatu yang dipergunakan untuk membeli.

Pada prinsipnya seluruh mazhab sepakat bahwasanya obyek jual beli haruslah

berupa mal mutaqawwim, suci, wujud (ada), diketahui secara jelas dan dapat

diserahterimakan.45 Syarat–syaratnya secara terperinci adalah :

a. Barang yang diperjualbelikan harus suci. Jual beli tidak sah apabila barang

yang diperjualbelikan itu itu najis.

b. Barang yang diperjualbelikan harus ada manfaatnya.46

c. Keadaan barang harus dapat diserahterimakan, maka tidak sah jual beli

barang yang tidak dapat diserahterimakan, kecuali jual beli salm.47

d. Barang yang diperjualbelikan milik sendiri dari orang yang melakukan aqad,

atau telah mendapat kuasa dari pemilik asli barang tersebut.

e. Barang yang diperjualbelikan dapat diketahui oleh penjual dan pembeli baik

dzatnya, bentuk, kadar maupun sifatnya, sehingga tidak terjadi keluh

mengeluh diantara kedua belah pihak.

45. Gufron A. Mas’adi, Op. Cit., hlm.125 46. Sayyid Sabbiq, Op. Cit., hlm. 55 47. Jual Beli salm yaitu “jual beli barang secara tangguh dengan harga yang dibayarkan dimuka”,

atau dengan bahasa lain “jual beli dimana harga dibayarkan dimuka sedangkan barang dengan kriteria tertentu akan diserahkan pada waktu tertentu “.Lihat : Gufron A. Mas’adi, Op. Cit., hlm.143

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Alat pembayaran dalam jual beli antara lain :

a. Barang

Ketentuannya, barang tersebut harus sama nilainya, pembayarannya

harus dengan kontan, serah terima dalam satu majlis, yaitu penjual menyerahkan

barangnya kemudian pembeli menyerahkan harganya yang telah disepakati

bersama.48

b. Uang

Uang merupakan bentuk pembayaran yang sering dilakukan dalam jual

beli. Karena uang merupakan alat pembayaran yang paling efektif dan efisien.

3. Pembagian Macam–Macam Jual Beli.49

Dari aspek obyeknya jual–beli dapat dibedakan menjadi empat

macam :

a. Bai’ al-Muqayadhah, atau bai’ al-‘ain bil-‘ain, yakni jul beli barang dengan

barang yang lazim disebut jual beli barter, seperti menjual hewan dengan

gandum.

b. Bai’ al-Muthlaq, atau bai’ al-‘ain bil-dain, yakni jual beli barang dengan

barang lain secara tangguh atau menjual barang dengan tsaman secara

mutlaq, seperti rupiah.

c. Bai’ al-Sharf, atau bai’ al-dain bil-dain, yakni menjualbelikan tsaman ( alat

pembayaran ) dengan tsaman lainnya.

d. Bai’ al-Salam, atau bai’ al-dain bil-‘ain.

48. Sayyid Sabbiq, Op. Cit., hlm. 62 49. Gufron A. Mas’adi, Op. Cit., hlm.141-142

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Dari aspek tsaman, jual beli dapat dibedakan menjadi empat :

a. Bai’ al-Murabahah, yakni jual beli barang dengan harga pokok ditambah

sejumlah keuntungan tertentu yang disepakati bersama dalam akad.

b. Bai’ al-Tauliyah, yakni jual beli barang dengan harga asal tanpa ada

penambahan harga atau pengurangan.

c. Bai’ al-Wadhi’ah, yakni jual beli barang dengan harga asal dengan

pengurangan sejumlah harga atau diskon.

d. Bai’ al-Musawamah, yakni jual beli barang dengan harga yang disepakati

kedua belah pihak, karena pihak penjual cenderung merahasiakan harga

asalnya. Jual beli ini adalah jul beli yang biasa berkembang di masyarakat

sekarang ini.

Islam melarang segala ketidakadilan dalam praktek perdagangan

antara lain :

a. Bai’ Najasy

Transaksi ini diharamkan karena si penjual menuruh orang lain untuk

memuji barang atau menawar barang dagangannya tersebut dengan harga yang

tinggi agar ada pembeli lain yang tertarik untuk membeli. Si penawar tidak ada

maksud untuk membeli barang tersebut.

b. Ikhtikar

Ikhtikar, sering diterjemahkan sebagai monopoli dan atau penimbunan.

Dalam Islam, siapapun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia satu–satunya

penjual (monopoli). Menyimpan stock barang untuk keperluan persediaanpun

tidak dilarang dalam Islam.Yang dilarang adalah mengambil keuntungan diatas

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang

lebih tinggi.Singkatnya kategori ikhtikar adalah :

a) Mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan cara menimbun stock.

b) Menjual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga sebelum

munculnya kelangkaan.

c) Mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan keuntungan sebelum

1 dan 2 dilakukan.

c. Tadlis ( Penipuan )

Kondisi ideal dalam pasar adalah apabila penjual dan pembeli

mempunyai informasi yang sama tentang barang yang akan diperjualbelikan,

sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

Macam-macam Tadlis :

a) Tadlis Kuantitas

Tadlis Kuantitas, termasuk kegiatan menjual barang kuantitas sedikit

dengan harga barang kuantitasnya banyak. Misalnya, menjual baju sebanyak satu

kontainer, karena jumlahnya banyak maka tidak mungkin pembeli untuk

menghitung satu per satu, penjual berusaha melakukan penipuan dengan

mengurangi jumlah barang yang dikirim kepada pembeli.

b) Tadlis Kualitas

Tadlis Kualitas, termasuk menyembunyikan cacat atau kualitas barang

yang buruk yang tidak sesuai dengan yang disepakti oleh penjual dan pembeli.

Contohnya, menjual televisi kualitas rendah 20 inci dengan harga Rp. 700.000,-.

Dan ada penjual menjual televisi dengan kualitas sedang dengan harga yang sama.

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

c) Tadlis Harga

Tadlis Harga, termasuk menjual barang dengan harga yang lebih tinggi

atau rendah dari harga pasar karena ketidaktahuan pembeli atau penjual.

Misalnya, harga pasaran taksi Rp. 12.000,-. Sopir taksi menawarkan dengan harga

Rp. 50.000,- kepada calon pengguna yang tidak tahu harga taksi. Dan setelah

tawar menawar antara sopir taksi dan calon pengguna, akhirnya disepakati harga

Rp. 40.000,-, Meskipun kedua belah pihak saling rela, namun hal ini dilarang

karena kerelaan pengguna taksi adalah kerelaan dalam keadaan tertipu.

d) Tadlis Waktu Penyerahan.

Misalnya, si penjual tahu persis ia tidak akan dapat menyerahkan barang

pada besok hari, namun menjanjikan akan menyerahkan barang tersebut pada

besok hari.

d. Taghrir ( Ketidakpastian Kedua Belah Pihak ).

a) Taghrir Kuantitas.

Contohnya, sistem ijon. Kesepakatan dalam akad tanpa menyebutkan

berapa kuantitas ( berapa ton, berapa kuintal ) padahal harga sudah ditetapkan.

Dengan demikian tidak ada kepastian kuantitas barang yang ditransaksikan.

Seperti menjual padi yang masih hijau disawah, menjual buah yang masih

menempel di pohonnya.

b) Taghrir Kualitas

Contohnya, menjual anak sapi dalam kandungan. Yakni, penjual tidak

dapat memastikan kondisi fisik anak sapi tersebut bila nanti sudah lahir. Apakah

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

nanti anak sapi tersebut lahir dengan keadaan yang sehat ataukah dalam keadaan

yang cacat

c) Taghrir Harga

Contohnya, seorang penjual menjual barang A dengan harga dua harga,

yaitu Rp. 10.000,- untuk harga tunai, dan Rp. 20.000,- untuk harga kredit,

kemudian pembeli menyetujuinya. Akad ini tidak sah, karena dalam satu akad ada

dua harga.

e. Talaqqi Rukban, yaitu pedagang membeli barang dari penjual sebelum

penjual masuk kota. Praktek ini dilarang karena pedagang yang menyonsong

di pinggir kota mendapat keuntungan dari ketidaktahuan penjual dari

kampung akan harga yang berlaku di kota.50

50. Adiwarman Azhar Karim, Ekonomi Mikro Islami, ( Jakarta : IIIT Indonesia ), 2002, hlm. 152-165.

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

BAB III

LARANGAN BAGI PELAKU USAHA DALAM

MEMPRODUKSI DAN / ATAU MEMPERDAGANGKAN

BARANG DAN / ATAU JASA DALAM PASAL 8 UNDANG-

UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN

A. Sekilas Tentang Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Perkembangan perekonomian yang semakin pesat serta didukung dengan

kemajuan teknologi informasi telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari

masing-masing barang dan / atau jasa yang dapat dikonsumsi, sehingga

memberikan dampak negatif maupun dampak positif. Dampak positifnya bagi

konsumen adalah terpenuhinya segala kebutuhan akan barang dan jasa dan

semakin terbuka lebarnya kebebasan untuk memilih aneka jenis barang dan jasa

yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Dampak negatifnya,

keadaan ini mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak

seimbang, dimana konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi

objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh

pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian

standar yang merugikan konsumen. Keadaan ini semakin lama menjadi perhatian

banyak orang.1

1. Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, ( Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama ), 2000. hal. 11

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Di Indonesia masalah perlindungan konsumen mulai terdengar pada

tahun 1970-an. Hal ini ditandai dengan lahirnya Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia (YLKI) pada bulan Mei 1973. Secara historis, pada awalnya Yayasan

ini berkaitan dengan rasa mawas diri terhadap promosi untuk memperlancar

barang-barang dalam negeri. Atas desakan suara-suara dari masyarakat baik

melalui ceramah-ceramah, seminar-seminar maupun melalui tulisan-tulisan di

media masa, kegiatan promosi ini kemudian diimbangi dengan langkah-langkah

pengawasan terhadap barang-barang, dan diperuntukan agar masyarakat tidak

dirugikan dari barang yang rendah mutunya dan kualitasnya terjamin serta telah

memacu masyarakat untuk melindungi dirinya.2

Puncaknya, pada tanggal 20 April 1999, Pemerintah Replubik Indonesia

telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, yang diberlakukan sejak tanggal 20 April 2000. Undang-Undang ini

diharapkan dapat mendidik masyarakat Indonesia untuk lebih menyadari akan

segala hak dan kewajibannya yang dimiliki terhadap pelaku usaha, yaitu untuk

meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu ditingkatkan kasadaran,

pengetahuan, kepedulian, kemampuan, dan kemandirian konsumen uuntuk

melindungi dirinya, serta menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang

bertanggung jawab.3

2. Ibid,. Hal. 12 3. Ibid,. Hal. 2

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Selain itu, pemberlakuan undang-undang ini dimaksudkan untuk menjadi

landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen

swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui

pembinaan dan pendidikan konsumen, dan mendorong iklim berusaha yang sehat

dengan serta mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi

persaingan yang berkualitas. Pemberlakuannya undang-undang ini juga akan tetap

memberikan perhatian khusus kepada pelaku usaha kecil dan menengah melalui

pembinaan dan penerapan sanksi atas pelanggarannya.4

Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan :

a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

keterbukaan akses dan informasi, serta menjamin kepastian hukum;

b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh

pelaku usaha;

c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa

d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha yang menipu

dan menyesatkan;

e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan

konsumen dengan bidang – bidang perlindungan pada bidang – bidang lain.5

4. Rachmadi Usman. Hukum Ekonomi Dalam Dinamika. Jakarta ; Djambatan. Cet.1. 2000. hal.195

5. Erman Rajaguguk, et.al.., Hukum Perlindungan Konsume, ( Bandung : Mandar Maju ), 2000. hal. 7

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini terdiri dari 15 bab dan 65

pasal serta 11 bagian, dengan cakupan materinya sebagai berikut :

a. Asas dan tujuan perlindungan konsumen;

b. Hak dan kewajiban konsumen;

c. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha;

d. Ketentuan pencantuman klausula baku;

e. Tanggung jawab pelaku usaha;

f. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan perlindungan konsumen;

g. Badan perlindungan konsumen;

h. Lembaga perlindungan konsumen;

i. Penyelesaian sengketa konsumen;

j. Badan penyelesaian konsumen;

k. Penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan konsumen;

l. Sanksi administratif dan pidana;

Dan dilengkapi pula dengan Penjelasan Umum serta Penjelasan Pasal demi Pasal.

Ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini lebih

didominasi mengatur perilaku pelaku usaha. Hal ini disebabkan karena kerugian

yang dialami konsumen barang dan jasa, lebih khusus konsumen makanan,

minuman dan obat-obatan acapkali merupakan akibat dari pelaku usaha

( produsen ). Sehingga wajar apabila para pejuang gerakan perlindungan

konsumen menuntut ulah pelaku usaha tersebut diatas dan pelanggaran terhadap

aturan tersebut dikenakan sanksi yang stimpal.6

6. Bagian Perekonomian ( Sekda kabupaten Kendal ). Kumpulan Materi : Sosialisasi Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Kendal, 16 Oktober 2002. hal. 1

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Dengan diundangkannya Undang-Undang Perlindungan Konsumen,

diharapkan posisi konsumen lebih mantap dalam rangka mewujudkan keserasian

hubungan antara produsen dan pelaku usaha.

B. Larangan Bagi Pelaku Usaha Dalam Memproduksi Dan /

Atau Memperdagangkan Barang Dan / Atau Jasa Dalam

Pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen

Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen ini menetapkan tujuan

untuk mengangkat harkat kehidupan konsumen, maka untuk maksud tersebut

berbagai hal yang membawa akibat negatif dari pemakaian barang dan/atau jasa

harus dihindarkan. Sebagai upaya untuk menghindarkan akibat negatif pemakaian

barang dan/atau jasa tersebut, maka undang-undang menentukan barbagai

larangan bagi pelaku usaha, antara lain :

Pasal 8

1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan / atau memperdagangkan barang

dan/atau jasa yang :

a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah

dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam lebel atau

etiket barang tersebut;

c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam

hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau

kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau

keterangan barang dan / atau jasa tersebut;

e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses

pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana

dinyatakan dalam label keterangan barang dan / atau jasa tersebut;

f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,

keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang dan / atau jasa

tersebut;

g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu

penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana

pernyataan halal yang dicantumkan dalam label;

i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang

memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto,

komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,

nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lain untuk

penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat;

j. Tidak mencantumkan informasi dan / atau petunjuk penggunaan

barang dalam bahasan Indonesia sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau

bekas dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar

atas barang dimaksud.

3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang

rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan

informasi secara lengkap dan benar.

4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)

dilarang memeprdagangkan barang dan / atau jasa tersebut serta wajib

menariknya dari peredaran.7

Penjelasan

Ayat 1 huruf g

“ Jangka waktu penggunaan/pemanfaatannya paling baik adalah terjemahan dari

kata best before yang biasa digunakan dalam label produk makanan “

Ayat 2

“ Barang-barang yang dimaksud adalah barang-barang yang tidak membahayakan

konsumen dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku ”

Ayat 3

“ Sediaan farmasi dan pangan yang dimaksud adalah yang membahayakan

konsumen menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku ”

Ayat 4

“ Menteri dan menteri teknis berwenang menarik barang dan / atau jasa dari

peredaran “.8

7. Lembar negara : UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN 1999 ( UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 ). Jakarta : Sinar Grafika. Cet. 3. 2004. Hal.7-8

8. Ibid,. Hal. 41- 42

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Ketentuan pasal 8 ini merupakan satu-satunya ketentuan umum, yang

berlaku secara general bagi kegiatan usaha dari para pelaku usaha pabrikan atau

distributor di Negara Replubik Indonesia. Secara garis besar larangan yang

dikenakan dalam pasal 8 ini dapat kita bagi menjadi 2 ( dua ) larangan pokok,

yaitu :

1. Larangan mengenai produk itu sendiri, yang tidak memenuhi syarat dan

standar yang layak untuk dipergunakan atau dipakai atau dimanfaatkan oleh

konsumen;

Kelayakan produk merupakan standar minimum yang harus dipenuhi atau

dimiliki oleh suatu barang dan/atau jasa tertentu sebelum barang dan atau jasa

tersebut diperdagangkan untuk dikonsumsi secara luas.

2. Larangan mengenai ketersediaan informasi yang tidak benar, dan tidak akurat,

yang menyesatkan konsumen.9

Informasi yang benar merupakan langkah konsumen untuk mendapatkan

barang yang layak dan sesuai dengan keinginannya.

Larangan–larangan yang dimaksudkan ini, hakikatnya menurut

Nurmadjito yaitu untuk mengupayakan agar barang dan / atau jasa yang beredar di

masyarakat merupakan produk yang layak edar, antara lain asal-usul, kualitas

sesuai dengan informasi pengusaha baik melalui label, etiket, iklan dan lain

sebagainya.10

9. Gunawan Wijaya. Op. Cit,. Hal. 39 10. Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen ,( Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada ), 2004. hal. 65

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Untuk melindungi konsumen agar tidak dirugikan dari segi mutu barang,

maka dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain :

a. Standar Mutu

Standar mutu suatu barang sangat diperlukan. Standar mutu suatu barang

akan melindungi baik dari segi kesehatan, maupun jaminan diperolehnya produk

yang baik sesuai dengan harga yang dibayarkan. Dari itulah, pemerintah

mengeluarkan Keppres No. 20 Tahun 1984 yang kemudian disempurnakan

dengan Keppres No. 7 Tahun 1989 yaitu dengan membentuk Dewan Standarisasi

Nasional. Disamping itu, dikeluarkan pula PP No. 15 Tahun 1991 tentang Standar

Nasional Indonesia ( SNI ) dan Keppres No. 12 Tahun 1991 tentang Penyusunan,

Penerapan dan Pengawasan SNI dalam Rangka Pembinaan dan Pengembangan

Standarisasi Secara Nasional. Kemudian ditindak lanjuti dengan Surat Keputusan

Mentri Perdagangan No. 22 / KP / II / 95, maka mulai 1 Februari 1996 hanya ada

satu standar mutu saja di Indonesia, yaitu Standar Nasional Indonesia ( SNI ), dan

pengawasannya dilakukan oleh Deperindag yang jangkauannya meliputi produk

ekspor, produk dalam negeri dan produk impor yang beredar di pasar dalam

negeri.11

b. Merek

Merek adalah suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,

angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang

memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan

jasa.12 Merek menurut H. Ok. Saidin adalah suatu tanda (sign) untuk membedakan

11. Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo. Op. Cit,. Hal. 67 12. Direktorat Jendral hak kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan HAM Replubik

Indonesia. Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual ( pertanyaan dan jawaban ). Hal.41

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan

seseorang atau kelompok atau badan hukum dengan barang-barang atau jasa yang

sejenis yang dihasilkan orang lain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai

jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau

jasa.13

Fungsi merek adalah :

a) Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang

atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi

orang lain atau badan hukum lainnya;

b) Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup

dengan menyebut mereknya;

c) Sebagai jaminan atas mutu barangnya;

d) Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.14

Kegunaan merek menurut penulis adalah agar pihak konsumen dapat

mengetahui siapa yang memperdagangkan dan / atau memproduksi barang yang

bersangkutan. Melalui merek, pihak konsumen dapat mengetahui kualitas barang /

jasa yang bersangkutan baik melalui pengalamannya karena pernah menggunakan

merek tersebut, atau informasi yang diperoleh dari konsumen lain. Selain itu

merek juga sangat mempengaruhi perdagangan si pedagang, karena merek akan

dapat membuat keterikatan terhadap pembelian produk / jasa tersebut dimasa yang

akan datang.

13. G.Ok. Saidin. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Cet. 3. 2003. hal.345.

14. Direktorat Jendral hak kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan HAM Replubik Indonesia. Op. Cit,. Hal.

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Perlindungan merek dilindungi oleh HaKI. Dengan demikian, badan

peradilan diberi wewenang untuk memerintahkan agar barang yang terbukti

merupakan hasil pelanggaran HaKI, tanpa konpensasi apapun, dikeluarkan dari

arus perdagangan atau dimusnahkan, dan untuk produk impor, badan peradilan

diberi wewenang memerintahkan suatu pihak untuk menghentikan pelanggaran

yang dilakukan, antara lain dengan mencegah masuknya ke dalam arus

perdagangan di dalam wilayah hukum mereka. Hal ini dapat dilihat bahwa

perlindungan HaKI tidak hanya bermanfaat terhadap produsen tetapi juga

terhadap konsumen. Manfaat bagi produsen sebagai pemegang HaKI akan

terhindar dari kerugian akibat pemalsuan HaKI oleh pihak yang tidak berhak,

manfaat bagi konsumen adalah konsumen terhindar akan dari kerugian akibat

pengggupnaan produk palsu yang merugikan konsumen karena kualitasnya yang

rendah.15 Berkenaan dengan pelanggaran merek, Mahkamah Agung RI

berpendapat bahwa menggunakan merek yang terkenal di dunia internasional

tanpa izin, dapat pula mengetahui konsumen seakan-akan barang yang dipalsukan

mereknya tersebut adalah barang asli, padahal barang yang bersangkutan tiruan

yang mungkin mutunya lebih rendah dari barang aslinya. Perlindungan merek

dagang adalah juga perlindungan terhadap konsumen dari barang-barang palsu.16

c. Daluwarsa

Kualitas suatu produk dapat menurun karena perjalanan waktu, sehingga

untuk produk tertentu, khususnya makanan harus ditentukan masa daluwarsanya.

Masa daluwarsa suatu produk ( tanggal, bulan dan tahun ) dicantumkan pada label

15. Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo. Op. Cit,. Hal. 71-72 16. Erman Rajaguguk, et.al. Op. Cit,. hal. 4

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

makanan dimaksudkan agar konsumen mendapat informasi yang jelas mengenai

produk yang dibelinya atau dikonsumsinya. Pencantuman tanggal daluwarsa pada

label produk tersebut bermanfaat bagi konsumen, distributor dan penjual, maupun

produsen itu sendiri, yaitu :

a. Konsumen dapat memperoleh informasi yang lebih jelas tentang keamanan

produk tersebut.

b. Distributor dan penjual makanan dapat mengatur stok barangnya.

c. Produsen dirangsang untuk lebih menggiatkan pelaksanaan pengontrolan

terhadap kualitas produknya.17

Pencantuman tanggal daluwarsa pada label suatu produk, perlu mendapat

perhatian agar tidak terjadi salah pengertian, karena tanggal daluwarsa tersebut

bukan merupakan batas mutlak suatu produk dapat digunakan atau dikonsumsi,

karena tanggal daluwarsa tersebut hanya merupakan perkiraan produsen

berdasarkan hasil studi atau pengamatannya, sehingga barang yang sudah

melewati masa daluwarsapun masih dapat dikonsumsi sepanjang dalam

kenyataannya produk tersebut masih aman untuk dikonsumsi, sebaliknya, suatu

produk dapat menjadi rusak atau berbahaya untuk dikonsumsi sebelum tanggal

daluwarsa yang tercantum pada label produk tersebut.18

d. Kehalalan

Produk halal adalah setiap produk makanan, minuman, obat, kosmetika

dan produk lain yang tidak mengandung unsur atau barang haram yang dilarang

untuk dikonsumsi, digunakan dan dipakai oleh Umat Islam. Produsen yang

17. Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo. Op. Cit,. Hal. 78 18. Ibid,.

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

menerapkan sistem jaminan halal pada produk yang kemudian untuk diedarkan

wajib diperiksa oleh lembaga pemeriksaan halal untuk mendapatkan fatwa halal

dari MUI, yang kemudian disusul dengan pemberian sertifikat halal dari MUI

yang dikukuhkan oleh Menteri dan mencantumkan tanda halal resmi dari

pemerintah.17 Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab mengenai produk halal

adalah Badan POM, MUI, Departemen Agama.18

Kehalalan produk wajib dinyatakan jelas pada label, untuk menciptakan

kepastian hukum dan perlindungan kepada masyarakat ( khususnya konsumen

muslim ) dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk bertanda halal resmi

yang dijamin halal sesuai dengan Syari’at Islam dan Hukum Positif, serta

tanggung jawab atas kebenaran pernyataan halal tersebut, sehinga masyarakat

tidak perlu ragu dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan produk halal

dan thoyyib dengan rasa aman karena dilindungi hukum.19

e. Pengawasan Produk

Pengawasan produk dapat dilakukan dengan cara pendaftaran secara

administratif, yang diselenggarkan dalam rangka melindungi masyarakat terhadap

produksi barang dan / atau jasa, agar konsumen terjamin keamanan dan

mendapatkan kualitas sesuai dengan harga yang telah dibayarkan. Pengawasan

produk ini dilakukan oleh pemerintah melalui badan-badan yang terkait dan

masyarakat. Misalnya, Deperindag, Dinas Kesehatan, BPOM, serta lembaga

swadaya masyarakat.

17. Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama ( Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal ). Tanya Jawab Seputar Produksi Halal. Jakarta. 2003. hal. 7

18. Ibid., hal. 24 19. Ibid,.

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

C. Problematika Masyarakat Terhadap Produksi Dan / Atau

Memperdagangkan Barang Dan / Atau Jasa

Pada dasarnya tujuan manusia dalam berekonomi secara umum adalah

untuk memenuhi kebutuhan materiil. Namun sebagian manusia dalam memenuhi

kabutuhan itu mengambil jalan yang dianggap paling praktis, tanpa

memperhatikan norma-norma yang ada, sehingga sering terjadi penyimpangan

dalam praktek perekonomian yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan

mengesampingkan kepentingan bersama. Mereka terkadang tidak memperhatikan

apakah produk itu berbahaya atau tidak. Konsumen yang keberadaannya sangat

tidak terbatas, dengan strata yang sangat bervariasi menyebabkan produsen

melakukan kegiatan pemasaran dan distribusi produk dan jasa dengan cara-cara

yang seefektif mungkin agar dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk

tersebut. Oleh karena itu berbagai upaya dilaksanakan untuk mencapai sasaran

tersebut diatas. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut kadangkala menjurus pada

hal-hal yang negatif, bahkan sejak awal dimulai dengan i’tikad tidak baik, antara

lain memberikan informasi yang tidak benar, mutu atau kualitas barang yang

rendah, bahkan dalam cara penjualan yang bersifat memaksakan.

Konsumen tidak hanya dihadapkan pada persoalan ketidak-mengertian

darinya ataupun kejelasan akan pemanfaatan, penggunaan maupun pemakaian

barang dan / atau jasa yang disediakan pelaku usaha, karena terbatasnya informasi

yang disediakan pelaku usaha. Berbagai kelemahan terhadap penyalahgunaan

kelemahan yang dimiliki oleh konsumen dapat terjadi: 1). Ketika sebelum

transaksi itu berlangsung ( pra transaksi ), 2). Ketika transaksi itu sendiri sedang

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

berlangsung, 3). Ketika transaksi itu telah berlangsung, dimana pelaku usaha tidak

tahu menahu dengan kerugian yang ditanggung konsumen.20

Resiko terhadap pemakaian barang akan dikenakan pada pelaku usaha

sebagai penyebab kerugian karena melanggar prinsip hati-hati atau sewenang-

wenang dalam penggunaan hak konsumen dapat dikatakan tidak mempunyai hak

pilih oleh 2 ( dua ) sebab :

a. Apabila dalam memenuhi kebutuhannya, ia dipaksa oleh suatu ancaman

tertentu seperti akan menyakiti secara jasmani, psikologi, atau mengancam

untuk tidak memenuhi haknya dalam masalah sosial ekonomi lainnya.

b. Apabila konsumen tidak mempunyai pilihan karena kondisi yang dipaksakan

oleh mekanisme pasar yang monopolistik.21

Tidak ada kebebasan konsumen dalam memilih suatu barang akibat

mekaisme pasar yang monopolistik. Muhammad dan Alimin menyimpulkan

bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya harga tidak normal

di pasar, diantaranya : a). Permainan harga yang disebabkan oleh praktek

monopoli dan persaingan tidak sehat, b). Penyalahgunaan kelemahan yang

terdapat pada diri konsumen seperti ketidaktahuan ( lugu ), tidak terpelajar atau

keadaan konsumen yang sedang terdesak untuk memenuhi suatu kebutuhannya,

c). Penipuan dan informasi yang tidak infomatif-ghurur.22

Dewasa ini berbagai macam cara penjualan dilakukan untuk mencapai

target penjualan atau mengutamakan mampu meraih pangsa pasar serta

20. Muhammad dan Alimin, Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : BPFE ), Cet. I, 2004. hal. 196.

21. Ibid., hal. 206 22. Ibid.,

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

keuntungannya, dilakukan oleh pengusaha dengan mengupayakan produk yang

ditampilkan menarik dengan harga yang terjangkau. Beberapa cara untuk memikat

konsumen, antara lain dilakukan melalui obral, undian, pemberian hadiah atau

sejenisnya dengan maksud ingin memperoleh perhatian atas produk atau usaha

yang dilakukan.23 Penjualan dengan cara obral umumnya digemari konsumen

karena akan memperoleh produk yang sama kualitasnya dengan harga yang lebih

murah, untuk itu harus dihindari kegiatan mengelabui, menyesatkan atau

perbuatan yang semacam itu. Perbuatan lain yang semacamnya, yaitu melalui

pemberian hadiah yang pada saat promosi seolah-olah akan memberikan hadiah

secara cuma-cuma dengan maksud menarik perhatian konsumen. Namun janji itu

tidak ditepati dengan berbagai alasan dan menganjurkan konsumen untuk

membeli produk lain yang tersedia.24

Perbuatan yang dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan yang

memempatkan konsumen pada posisi yang lemah, antara lain dengan kegiatan

penjualan dari rumah ke rumah, dimana kegiatan tersebut dilakukan dengan

sedikit pemaksaan pada situasi konsumen konsumen tidak siap membeli.

Perbuatan lainnya lagi, yaitu membedakan pelayanan atau menentukan harga yang

berbeda diantara konsumen. Perbuatan ini juga dapat diklasifikasikan perbuatan

penyalahgunaan.25

23. Erman Rajaguguk, et.al. Op. Cit,. hal. 19 24. Ibid., hal. 20 25. Muhammad dan Alimin. Op. Cit., hal. 225

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Kendala-kendala yang dihadapi konsumen adalah :

a. Adanya consumers ignorance akibat kemajuan teknologi yang begitu cepat

serta arus informasi global, konsumen kesulitan membuktikan ( proses

pembuktian ) suatu produk yang tidak memenuhi standar karena alasan

ekonomis dan pengetahuan.

b. Konsumen tidak mau mengajukan tuntutan akibat kerugian dalam

mengkonsumsi suatu produk barang atau jasa karena beban biaya, pengetahuan

dan proses beracara hukum yang tidak sederhana, cepat dan murah, disamping

adanya budaya “suka menghindari konflik” sehingga timbul suatu pameo

”lebih baik membiarkan kehilangan seekor ayam daripada harus membayar

pengembaliannya dengan seekor kambing.26

Ketidaktahuan konsumen terhadap barang meletakkan konsumen pada kondisi

yang rawan. Konsumen dihadapkan pada posisi consumer ignorance, yaitu

ketidakmampuan konsumen menyelaksi informasi akibat kemajuan teknologi dan

keberagaman produk yang dipasarkan. Informasi diberikan pada pembeli haruslah

lengkap, tidak hanya berhubungan dengan kuantitas dan kualitas suatu barang,

juga berkaitan dengan efek samping atau bahaya pemakaian, perlindungan

terhadap kepercayaan agama tertentu, seperti informasi halal atau haramnya suatu

produk, serta iklan-iklan bohong yang terdapat pada berbagai media masa akan

sangat menyudutkan konsumen. Adanya consumer ignorance, dapat

disalahgunakan oleh para pelaku usaha, hal ini mengakibatkan mudahnya terjadi

bahaya atau efek samping yang akan menimpa konsumen. 27

26. Muhammad dan Alimin. Op. Cit., hal. 243 27. Ibid., hal. 216

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Terdapatnya berbagai produk yang dapat membahayakan konsumen

seperti minuman keras dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika perlu

mendapat pengawasan dari pemerintah. Disamping itu, buruknya kondisi

lingkungan yang disebabkan oleh pelaku usaha pada umumnya, perlu juga

mendapat perhatian serius karena setiap mahluk hidup adalah konsumen atas

lingkungan hidupnya. Apabila dihubungkan dengan munculnya consumer

ignorance, perhatian tidak hanya tertuju pada kewajiban memberitahukan mutu

dan cacat barang yang tersembunyi, namun juga wajib adanya pemberitahuan

tentang resiko-resiko pemakaian suatu produk. Kondisi keamanan produk dan

lingkungan kita masih memprihatinkan karena masih banyak keluhan masyarkat

terhadap berbagai pelanggaran lingkungan, seperti langkanya air bersih akibat

limbah suatu produk dan keracunan makanan.

Barang dan / atau jasa yang penggunaannya tidak memberikan

kenyamanan, terlebih lagi tidak aman atau membahayakan keselamatan konsumen

jelas tidak layak untuk diedarkan dalam mayarakat. Selanjutnya, untuk menjamin

bahwa suatu barang dan / atau jasa dalam penggunaannya akan nyaman,aman

maupun tidak membahayakan konsumen pengunanya, maka konsumen diberikan

hak untuk memilih barang dan / atau jasa yang dikehendakinya berdasarkan

informasi yang benar, jelas, dan jujur.

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

BAB IV

ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP PERBUATAN YANG

DILARANG BAGI PELAKU USAHA DALAM

MEMPRODUKSI DAN/ATAU MEMPERDAGANGKAN

BARANG DAN/ATAU JASA DALAM PASAL 8

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Analisa Hukum Islam Terhadap Perbuatan Yang Dilarang

Bagi Pelku Usaha Dalam Memproduksi Dan/Atau

Memperdagangkan Barang Dan/Atau Jasa Dalam Pasal 8

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen

Islam memiliki filsafat hidupnya sendiri. Menurut filsafat hidup Islam,

kehidupan seorang Muslim di dunia ini merupakan suatu fase sementara dari

kehidupan azalinya di akhirat.1 Oleh karena itu, seorang Muslim harus

menggunakan setiap kesempatan hidupnya untuk meningkatkan kehidupan

abadinya, dan hal ini mensyaratkannya untuk menggunakan seluruh kemampuan

fisik dan mentalnya semaksimal mungkin. Akan tetapi, untuk mencapai

keberhasilannya di akhirat, seorang muslim diperintahkan untuk berusaha dengan

tekun dan sejujur-jujurnya untuk menggali sumber-sumber fisik dunia bagi

1. Harun Nasution dan Bahtiar Effendy. Hak Asasi Manusia. (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia ). 1995. Hal.197

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

kepentingan dirinya dan anggota masyarakat lainnya. Dengan demikian, manusia

akan luput dari gangguan egoisme, kerakusan dan ketidakadillan.

Manusia yang pada hakekatnya suka akan harta kekayaan, terkadang

melakukan hal-hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan, termasuk dalam bidang

produksi dan perdagangan. Sebagai wujud dari perhatian pemerintah, yaitu

dengan dikeluarkannya ketentuan mengenai larangan bagi pelaku usaha dalam

memproduksi dan memeperdagangkan barang dan jasa dalam Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999. Undang-Undang ini bertujuan untuk mengupayakan tertib

perdagangan dalam rangka menciptakan iklim usaha yang sehat, dengan jalan

memastikan produk yang diperjualbelikan dalam masyarakat, dilakukan dengan

cara tidak melawan hukum, seperti dalam proses produksi, praktek yang

menyesatkan pada saat penawaran, atau mengedarkan produk barang atau jasa

yang palsu. 2

Konsumen sebelum membeli tentu akan mencari informasi tentang

berbagai aspek dari suatu barang atau produk. Kelengkapan suatu informasi, daya

tarik dan kelebihan suatu barang atau produk menjadi faktor yang sangat

menentukan bagi konsumen. Karena kelengkapan dan kebenaran suatu informasi,

akan membawa konsumen dapat menggunakan hak pilihnya secara benar.

Konsumen dapat menentukan cocok tidaknya barang dan/atau jasa yang

ditawarkan / diperdagangkan tersebut dengan kebutuhan masing-masing.3

Kebenaran dan kelengkapan suatu informasi sangat disyaratkan dalam Islam.

2. Erman Rajaguguk, et.al.., Hukum Perlindungan Konsume, ( Bandung : Mandar Maju ), 2000.

Hal. 18 3. Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, ( Jakarta :

Djambatan ), 2001, Cet. 1, hlm. 40

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Hal ini dimaksudkan agar konsumen tidak merasa kecewa terhadap produk yang

dibelinya, dan sebagai timbal baliknya, ada keterikatan antara konsumen dan

produk yang ditawarkan, yang mengakibatkan penambahan pendapatan bagi

pelaku usaha. Perbuatan memberikan informasi yang tidak benar seperti iklan-

iklan bohong yang terdapat pada berbagai media masa adalah salah satu dari

bentuk penipuan. Apabila penipuan tersebut berkaitan dengan upaya merusak

kemaslahatan umum, maka berarti orang tersebut telah melanggar salah satu yaitu

hak kemaslamatan manusia ( hak publik ).4 Oleh karena itu, Ibnu Taimiyah

menyatakan sudah menjadi kewajiban pemerintah, untuk mengawasi tindakan

penipuan yang terjadi dikalangan masyarakat, dan menghukum mereka dengan

hukuman ta’zir apabila terbukti mereka telah melakukan penipuan itu.5

Kewajiban mencantuman label diharapkan agar masyarakat ( konsumen )

untuk selalu mengamati terhadap label yang tertera pada setiap kemasan produk.

Hal ini sebagai upaya preventif bagi konsumen apakah produk tersebut sudah

kadaluwarsa atau belum, untuk mengetahui barang yang dipakai dan komposisi

setiap bahan. Label ini juga merupakan jalan memberikan informasi terhadap isi,

mutu, kualitas serta jaminan terhadap produk bagi konsumen. Lembaga- lembaga

pemerintah yang terkait yang khusus menangani masalah tersebut, telah

diserahkan kepada Badan POM dan Dinas Kesehatan, bila ternyata produk

tersebut khususnya komoditi makanan dan minuman, tidak sesuai dengan apa

yang tertera pada label atau menggunakan bahan yang membahayakan, maka

4. Sulaiman Rosyid, Fiqh Islam, ( Jakarta : Attahiriyah ), Cet. 13, hlm. 463 5. Muhammad dan Alimin, Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam,

( Yogyakarta : BPFE ), Cet. I, 2004, hlm.204

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

melalui departemen yang terkait seperti Deperindag atau Dinas Kesehatan akan

mengambil tindakan pengamanan dan menarik produk yang serupa di pasaran.

Disini terlihat bahwa pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin terhadap

perlindungan konsumen.

Gencarnya promosi, meletakkan konsumen pada kondisi yang rawan.

Konsumen dihadapkan pada posisi lemah, yaitu ketidak mampuan konsumen

menyelaksi informasi akibat kemajuan teknologi dan keberagaman produk yang

dipasarkan. Oleh karena itu konsumen harus diberi rasa aman dalam mendapatkan

suatu informasi yang jujur dan bertanggung jawab.

Kaitannya dengan soal produk barang, antara lain ditentukan bahwa

produk tersebut harus memenuhi ketentuan standar mutu, sesuai dengan takaran

atau timbangan, memenuhi atau sesuai dengan jaminan, gaya atau model yang

sesuai dengan janji dalam label, etiket atau saat promosi. Termasuk dalam

ketentuan tersebut, juga diatur tentang kewajiban mencantumkan tanggal

kadaluwarsa, informasi atau petunjuk pengoperasian dan memasang label yang

memuat tentang penjelasan barang, termasuk identitas lengkap produsen. Hal ini

dimaksudkan agar barang tersebut layak edar.6 Informasi yang harus diberikan

pada pembeli tidak hanya berhubungan dengan kuantitas dan kualitas suatu

barang, juga berkaitan dengan efek samping atau bahaya pemakaian, perlindungan

terhadap kepercayaan agama tertentu, seperti informasi halal atau haramnya suatu

produk. Resiko terhadap pemakaian barang akan dikenakan pada pelaku usaha

sebagai penyebab kerugian karena melanggar prinsip hati-hati atau sewenang-

6. Erman Rajaguguk, et.al..Op. Cit.,Hal. 17

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

wenang dalam penggunaan hak, yaitu hak manusia.7 Salah satu tujuan promosi

atau iklan yang tidak jujur adalah agar barang dagangannya tersebut laris atau

menarik pembeli untuk membelinya.

Konsumen di Indonesia mayoritas adalah muslim, sudah sewajarnyalah

mereka mendapat perlindungan kehalalan produk yang dapat

dipertanggungjawabkan secara agama dan hukum positif, dalam label. Bagi umat

Islam, masalah halal dan haram bukanlah masalah kecil, tetapi sangat erat

hubungannya dengan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Karena keimanan dan

ketaqwaan seseorang akan tercermin dalam perbuatannya.8 Masalah halal dan

haram bukanlah masalah yang harus dibuktikan dengan ilmiah, tetapi masalah ini

adalah masalah agama yang sangat dinyakini pemeluknya. 9 Hikmah yang

terkandung dalam ketentuan halal dan haram tersebut adalah untuk menguji

ketaatan hamba Allah dan memudahkan memperoleh pahala.10 Dalam Al-Qur’an

terdapat ketentuan tegas mengenai perintah untuk mengkonsumsi produk yang

halal, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A’rof ayat : 157 :

ث عليهم الخبا ئويحل لهم الطيبات ويحرم Artinya : “Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik (thoyyibat) dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk (khobaist)” 11

7. Sulaiman Rosyid, loc. cit. 8 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara ), 1992, Cet. 2 hlm.

137 9. Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, ( Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada ), 2004, Cet. 1, hlm. 81 10. Ismail Muhammad Syah, Op. Cit., hlm. 6-7 11 Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemah. Hal. 171

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Kehalalan produk wajib dinyatakan jelas pada label, untuk menciptakan

kepastian hukum dan perlindungan kepada masyarakat ( khususnya konsumen

muslim ) dalam mengkonsumsi dan menggunakan produk bertanda halal resmi

yang dijamin halal sesuai dengan Syari’at Islam dan Hukum Positif, serta

tanggung jawab atas kebenaran pernyataan halal tersebut, sehinga masyarakat

tidak perlu ragu dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan produk halal

dan thoyyib dengan rasa aman karena dilindungi hukum.12

Untuk itu pemerintah dan lembaga yang terkait haruslah aktif mengenai

masalah ini. Pasal 8 Undang-Undang Perlindungan Konsumen terdapat ketentuan

mengenai jaminan halal pada produk. Jaminan produk halal yang tadinya diatur

dalam kitab fiqh saat ini telah diatur dalam hukum positif. Dengan demikian maka

tanggung jawab atas kehalalan produk makanan, minuman, obat, kosmetika dan

produk lainnya tidak hanya menjadi tanggung jawab individu dan tokoh agama

saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah.13 Dengan diterbitkannya

peraturan perundang-undangan yang mengenai produk halal tersebut, telah

membuktikan kesungguhan pemerintah dalam merespon tuntutan masyarakat

tentang pentingnya jaminan produk halal bagi konsumen maupun produsen dalam

menghadapi situasi global.

12. Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama ( Bagian

Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal ). Tanya Jawab Seputar Produksi Halal. Jakarta. 2003. hal. 24

13. Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama ( Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal ). Tanya Jawab Seputar Produksi Halal. Jakarta. 2003. hal. 2

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Pelanggaran merek juga merupakan bentuk tipuan, karena dengan

menggunakan merek orang lain, harapan dia memperoleh keuntungan dari merek

yang sudah dikenal konsumen. Disini kita melihat adanya perlindungan terhadap

konsumen dan produsen.

Kemajuan teknologi dan berkembangnya volume perekonomian dan

perdagangan membutuhkan pengawasan ekstra terhadap resiko-resiko yang

mungkin timbul akibat penggunaan produk tertentu, untuk itu pelaku usahalah

yang harus hati-hati dalam proses produksi, bukan pembeli. Sedangkan pembeli

juga harus selektif dalam pemilihan barang/jasa. Kecuali oleh sebagian kecil Ahli

Fiqh Madzhab Zhariyyah yang menganut prinsip ceveat emptor ( pembelilah yang

harus hati-hati ).14 Adanya consumer ignorance, yaitu ketidakmampuan konsumen

menerima informasi akibat kemajuan teknologi dan keberagaman produk yang

dipasarkan, sehingga hal itu dapat saja disalahgunakan oleh para pelaku usaha, hal

ini mengakibatkan mudahnya terjadi bahaya atau efek samping yang akan

menimpa konsumen.15

Terdapatnya berbagai produk yang dapat membahayakan konsumen

seperti minuman keras dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika perlu

mendapat pengawasan dari pemerintah.16 Karena penyalahgunaan barang tersebut

dapat berakibat fatal bagi manusia dan dapat mengganggu masyarkat. Islam tidak

menganggapnya sebagai barang yang bernilai. Dalam Hukum Islam, pemerintah

boleh menghancurkan atau membakar pabrik minuman keras atau narkotika dan

14. Muhammad dan Alimin. Op. Cit. hlm.220 15. Ibid., Hal. 216 16. Ibid.

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

tidak akan mewajibkan ganti rugi, karena barang tersebut termasuk barang yang

tidak ada manfaatnya. Komitmen Islam terhadap barang-barang ini tidak

diragukan lagi. Kholifah Ali bin Abi Tholib dan Umar bin Khothob pernah

menghancurkan perusahaan pembuat arak di Desa Zararah. Penghancuran tempat

pembuatan arak adalah sebagai hukuman ta’zitr mali ( hukuman bersifat

penghancuran harta ) atas kesalahan pengusaha. 17

Disamping itu, buruknya kondisi lingkungan yang disebabkan oleh pelaku

usaha pada umumnya, perlu juga mendapat perhatian serius karena setiap mahluk

hidup adalah konsumen atas lingkungan hidupnya. Apabila dihubungkan dengan

munculnya consumer ignorance, perhatian tidak hanya tertuju pada kewajiban

memberitahukan mutu dan cacat barang yang tersembunyi, namun juga wajib

adanya pemberitahuan tentang resiko-resiko pemakaian suatu produk. Kondisi

keamanan produk dan lingkungan kita masih memprihatinkan karena masih

banyak keluhan masyarkat terhadap berbagai pelanggaran lingkungan, seperti

langkanya air bersih akibat limbah suatu produk.18 Keracunan makanan yang

berdasarkan media masa dan cetak selama kurun waktu 1988-1999 saja terdapat

31 kasus keracunan makanan. Yang terkenal diantaranya kasus biscuit beracun (

CV. Gabisco ) 1989 yang menewaskan ratusan orang, dan kasus keracunan bakso

tahun 2003 yang menimpa 25 anak di kota Surabaya.

17. Muhammad dan Alimin. Op. Cit., hal. 218 18. Rustam Effendi, Produksi dalam Islam, (Yogyakarta : Megistra Insania), 2003, cet. 1, hlm.

21-26

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Ketepatan alat ukur dalam hal ini adalah ketepatan antara sifat dan

kualifikasi barang yang diminta dengan yang diserahkan dari segi ukuran berat,

isi, kandungan isi dan semua yang tertulis dalam label atau yang dijanjikan oleh

penjual. Al-Qur’an mempunyai dasar yang kuat mengenai masalah timbangan,

yaitu dalam surat Al-Muthaffifin : 1-3,

.واذا آا لو هم اووزنوهم يخسرون. الذين اذااآتا لوا على الناس يستوفون. المطففين ويل

Artinya : “ Celakalah orang-orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menimbang untuk orang lain, mereka merugikan “.19

Dalam hal ini diperlukan kejujuran dan sifat keadilan dari para pelaku

usaha dalam proses maupun pemasaran dan penjualan produksi.

Berbeda dengan produk-produk lainnya, terhadap barang-barang yang

berupa sediaan farmasi mendapat perlakuan khusus, karena kalau barang jenis ini

rusak, cacat atau bekas, tercemar maka dilarang untuk diperdagangkan, walaupun

disertai dengan informasi yang lengkap dan benar tentang barang tersebut.

20.Karena khusus barang ini apabila diperjualbelikan dalam keadaan tercemar atau

cacat, maka akan sangat berbahaya untuk dikonsumsi. Sedangkan barang lainnya

tetap dapat diperdagangkan asal disertai dengan informasi yang lengkap dan benar

atas barang tersebut. Kelayakan suatu produk harus diperhatikan juga. Larangan-

larangan yang tertuju pada produk sebagaimana dalam pasal 8 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Tahun 1999 adalah untuk memberikan perlindungan

terhadap kesehatan/harta konsumen dari penggunaan barang dengan kualitas yang

19. Depag RI. Op. Cit., Hal. 588 20. Rahmadi Usman, Hukum Ekonomi Dalam Dinamika, Jakarat : Djambatan, 2001, Cet. 1, hlm.

209 )

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

dibawah standar atau kualitas yang lebih rendah daripada nilai harga yang

dibayar. Dengan adanya perlindungan yang demikian, maka konsumen tidak akan

diberikan barang dengan kualitas yang lebih rendah dari harga yang dibayarnya,

atau yang tidak sesuai dengan informasi yang diperolehnya. Dalam Al-Qur’an

juga terdapat ketentuan untuk berekonomi dengan baik yaitu surat Al-Baqoroh :

188

ريقا من اموال وا ف تاء آل ام ل ى الحك ا ال وا به باطل وتدل نكم باال م بي وا اموالك اء آل وال ت

مونالناس باالثم وانتم تعل

Artinya : “ Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil dan ( janganlah ) kamu membawa ( urusan ) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benada orang lain itu dengan ( jalan berbuat ) dosa, padahal kamu mengetahui. ( QS. Al-Baqarah : 188 ).21

ال تاء آلوا اموالكم بينكم بالباطل اال ا ن تكون تجارة عن تراض منكم منواايا ايها الذين

Artinya : “ Janganlah kamu makan harta yang ada diantara kamu dengan jalan batil melainkan dengan jual beli suka sama suka “ (QS. An-Nisa : 29).22

Adapun perbuatan batil adalah menipu, meniru, mencuri, membajak tidak

menepati janji, melanggar sumpah. Jadi apabila seseorang melakukan usaha hanya

bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, walaupun

dengan jalan yang tidak jujur, misalnya mengurangi takaran, tidak sesuai antara

informasi yang dia utarakan atau yang tertera dalam label dengan keadaan produk

sebenarnya, termasuk perbuatan batil, dan Allah tidak menyukai orang-orang yang

melakukan usaha secara tidak jujur.

21. Depag RI, Op. Cit., Hal. 30 22. Ibid., Hal. 84

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Selain itu Islam juga mempunyai 5 ( lima pokok ) yang wajib dijaga dan

kemaslahatannya menjadi tujuan pokok syari’ah ( al-dharuriyyat al-khamsah ),

yaitu agama ( ad-din ), jiwa ( an-nafs ), akal ( al-‘aql ), keturunan ( an-nasl ) dan

harta ( al-mal ). 23 Bila dihubungkan dengan resiko yang diakibatkan oleh cacat

produk atau sikap tidak tanggung jawab dari suatu produk, maka tujuan pokok

yang 5 ( lima ) lebih terfokus pada penjagaan akal, jiwa, dan harta.24

Kasus kematian atau penyakit akibat mengkonsumsi suatu makanan,

misalnya harus menjadi tanggung jawab pihak pelaku usaha karena ia sudah

melakukan suatu perbuatan pelanggaran hukum secara tidak langsung. Resiko

kerugian konsumen yang disebabkan oleh adanya taghrir ataupun tadlis adalah

suatu kaidah yang tidak perlu diperdebatkan lagi dalam Fiqh Islam karena adanya

unsur kesengajaan, Dan apabila resiko akibat pemakaian disebabkan oleh

kelalaian produsen, maka hal ini harus dikaitkan juga dengan teori tanggung

jawab kejahatan, dimana kejahatan dan pelanggaran yang terjadi atas hak-hak

manusia tidak dapat digugurkan. Oleh karena itu pelaku perbuatan tersebut harus

menanggung kerugian harta dan jiwa dengan denda yang sudah ditetapkan.

Islam menganut asas hati-hati terhadap pelanggaran darah dan harta

manusia. Seseorang dihukum karena kejahatan apabila ada unsur kesengajaan

berbuat jahat. Keadaan tersalah dalam kejahatan, hukumnya bukan seperti

kejahatan disengaja.25 Karena sebab tanggung jawab hukumnya berbeda, yaitu

sebab tanggung jawab disengaja adalah kehendak dari diri untuk melakukan

22. Mukhtar Yahya. Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh-Islami. Bandung : Al-Ma’arif. I986.

hal.334,. Ismail Muhammad Syah, Op. Cit., hlm. 5 24. Muhamamad dan Alimin, Op. Cit., hlm. 217 25. Ismail Muhammad Syah, Op. Cit. Hal. 222

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

perbuatan munkar, sedangkan sebab tanggung jawab orang yang tersalah-tidak

disengaja adalah karena kecerobohan dan tidak hati-hati. Kemaslahatan umum

menuntut adanya tanggung jawab atas kesalahan tidak disengaja karena hal itu

akan membuat orang lain hati-hati. Tentang lupa pada tanggung jawab perbuatan

berbahaya, umumnya para ulama’ menyatakan bahwa keadaan lupa dapat

melepaskan seseorang dari kewajiban atau tanggung jawab ibadah dan hukuman

ukhrawi, namun tidak akan terlepas dari tanggung jawab perdata. Oleh karena itu

setiap perbuatan yang berbahaya dalam Islam tidak dibenarkan, sedangkan setiap

perbuatan tidak dibenarkan yang membawa bahaya harus

dipertanggungjawabkan.26

Dan sebagai wujud dari perlindungan konsumen dalam Islam, Di antara

solusi hukum yang diberikan Islam terhadap konsumen, apabila terjadi

ketidaksesuaian antara promosi dengan sifat barang, maka konsumen akan

mempunyai hak khiyar tadlis, yaitu hak untuk membatalkan atau melanjutkan

transaksi karena menyembunyikan cacat barang, seperti pedagang yang

mendemonstrasikan suatu barang, sehingga kelihatan barang tersebut mempunyai

kelebihan melebihi keadaan sebenarnya. Terdapat juga khiyar aib, yaitu hak

khiyar karena kurangnya kuantitas barang atau kurangnya nilai barang, khiyar

ru’yah yaitu hak khiyar terhadap pembeli ketika melihat barang yang akan dibeli

karena ketika akad berlangsung ia tidak menyaksikan barang tersebut, khiyar

majlis, atau khiyar taghrir sebagai akibat penipuan. 27.

26. Muhammad dan Alimin, OP. Cit.,Hal. 220-221 27. Khiyar : Hak pilih untuk meneruskan atau membatalkan jual beli., Muhammad dan Alimin,

Op. Cit., hlm. 205. khiyar dibagi menjadi 3, yaitu : khiyar majlis, khiyar syarat dan khiyar aib. Sulaiman Rosyid, hlm. 277-278. Khiyar dibagi menjadi 4 macam, yaitu Khiyar Majlis, Khiyar Syarath, Khiyar Aib, Khiyar Ru’yah. Lihat : M. Ali Hasan, hlm. 139-141

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Ketentuan khiyar ini merupakan upaya hukum Islam untuk melindungi ( pembeli )

konsumen dari penipuan para produsen. Islam juga membolehkan untuk mencabut

akad jual beli apabila terjadi penyesalan antara dua orang pihak. 28 Dari inilah,

dapat kita lihat bahwa sebenarnya hukum Islam sangat memperhatikan dan

melindungi kepentingan konsumen.

Islam mempunyai 2 ( dua ) cara dalam menyelesaikan perselisihan yaitu :

a. Dengan cara perdamaian ( ash-shulhu ).

Perdamaian dapat diartikan sebagai suatu perjanjian untuk mengakhiri

persengketaan antara 2 (dua) pihak yang berlawanan (bersengkata).29

Sebagaimana Firman Allah:

والصلح خير

Artinya : “ Dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)” ( QS.An-Nisa’:127) 30

Perdamaian ini dapat dilakukan dengan cara sendiri antara para pihak, juga dapat

dilakukan dengan menggunakan pihak ketiga. Sebagaimana Firman Allah :

ا فابعثوا حكماوان خفتم شقاق بينهم

Artinya : “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimkanlah seorang hakam”( QS. An-Nisa’ : 35) 31

28. Sulaiman Rosyid. Op. Cit. Hal. 278 29. A. Rahmad Rosyid dan Ngatino, Arbitrase dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif,

(Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti), 2002, hlm. 43 30. Depag RI, OP. Cit., hlm. 99 31. Ibid., hlm. 85

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

b. Dengan cara peradilan (al-qadha)

Sebagaimana Firman Allah :

خرى فاءن بغت احديهماعلى االءجوان طائفتان من المؤمنين اقتلوا فاصلحوا بينهما

فقاتلواالتى تبغي حتى تفىء الى امر اهللا فاءن فاءت فاءصلحوا بينهما بالعدل واقسظوا

ان اهللا يحب المقسطين

Artinya : “Dan jika ada 2 golongan dari orang-orang mu’min berperang, maka damaikanlah antar keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu kembali (kepada perintah Allah)’ maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah, sesungguhnya Allah menyukai orng-orang yang berlaku adil” ( QS. Al Hujurat : 9 )32

Peradilan ini dapat diartikan sebagai daya upaya seseorang atau badan

hukum dalam mencari keadilan atau menyelesaikan perselisihan hukum yang

dilakukan menurut peraturan-peraturan dan lembaga-lembaga tertentu dalam

pengadilan.33

Pada dasarnya perdamaian merupakan penyelesaian yang dianjurkan

dalam hukum Islam. Dan apabila tidak dicapai kata kemufakatan dalam

perdamaian maka dapat digunakanlah cara yang kedua, yaitu melalui peradilan

( al-qadha ).

Sistem ekonomi Islam pada dasarnya berbeda dengan sistem ekonomi

lainnya dalam sifat, bentuk dan tujuannya. Sistem ekonomi Islam tidak

mengizinkan kebebasan yang tidak terbatas, apalagi samapai merusak kepentingan

32. Ibid., hlm. 517 33. A. Rahmad Rosyid dan Ngatino. Op. Cit. Hal. 30

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

masyarakat, individu dan juga tidak menganjurkan cara hidup totalier untuk

menghancurkan kepribadian seseorang yang menjadi tokoh utama dan sumber

kekuatan dari sistemnya. Walaupun dalam al-Qur’an dan Sunnah tidak terdapat

konsep mengenai pengaturan tetang perlindungan konsumen secara kontekstual,

eksplisit dan spesifik. Namun demikian secara tersirat dalam Al-qur’an dan

sunnah mengatur tentang perlindungan konsumen. Hal ini dijabarkan oleh para

ulama’ dan para pemikir ekonomi Islam, yang kesemuanya itu dapat dilihat

melalui kitab-kitab fiqh serta buku-buku ekonomi Islam.33

Dalam hal memproduksi dan memperdagangkan barang dan jasa

diperlukan suatu sikap kejujuran, sikap keadilan serta sikap kebebasan dalam

berkreasi serta sikap tanggung jawab baik kepada diri, masyarakat serta Allah.

Karena syarat adanya jual beli yaitu apabila kedua belah pihak mengetahui

keadaan yang diperjualbelikan, serta kedua belah pihak berjual beli dalam

keadaan suka sama suka. Ketentuan-ketentuan dalam Pasal 8 Undang-Undang

No.8 Tahun 1999 tersebut merupakan langkah untuk mewujudkan produksi dan

jual beli yang baik dan benar.

33. Neni Sri Imaniyati. Hukum ekonomi dan Ekonomi Islam. ( Bandung : Mandar Maju ). 2002. hal.128

Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

B. Analisa Hukum Islam Terhadap Efektifitas Undang-

Undang Perlindungen Konsumen Khususnya Mengenai

Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha Dalam Pasal 8

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen

Modernisasi dan globalisasi dalam segala bidang, termasuk bidang

ekonomi memberikan tantangan baru bagi negara-negara didunia, termasuk di

Negara Indonesia. Yang paling terkena imbas dari situasi dan kondisi ini adalah

konsumen. Hal ini disebabkan karena kelemahan konsumen yang tidak

mengetahui proses produksi dan ketidaktahuan konsumen terhadap produk. Untuk

itulah negara-negara didunia membuat ketentuan mengenai perlindungan

konsumen, termasuk Pemerintah Indonesia sendiri juga membuat aturan-aturan

baru guna melindungi konsumen, seperti Undang-Undang Kesehatan, Undang-

Undang tentang Label, Undang-Undang tentang Metrologi Legal, dll. Akan tetapi

ketentuan-ketentuan dalam perundang-undang tersebut kurang mampu melindungi

konsumen. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia membuat undang-undang baru

yaitu Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Tujuan dari pengaturan perlindungan konsumen adalah :

f. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur keterbukaan akses dan informasi, serta menjamin kepastian

hukum;

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

g. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan

kepentingan seluruh pelaku usaha;

h. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa

i. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha

yang menipu dan menyesatkan;

j. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan

perlindungan konsumen dengan bidang–bidang perlindungan pada

bidang–bidang lain.34

Walaupun undang-undang ini telah diberlakukan akan tetapi dalam

kenyataannya undang-undang ini belum efektif, karena banyak pelaku usaha yang

tidak mematuhi ketentuan-ketentuan dalam undang-undang ini, contohnya tidak

mencantumkan tanggal kadaluarsa dalam produk kosmetik, keraguan adanya

kehalalan produk sebagaimana yang tercantum dalam label, tidak ada ketentuan

standar komposisi bahan tambahan dalam label yang digunakan dalam produk

tersebut.

Dari uraian diatas tampaklah bahwa begitu banyak tantangan yang

dihadapi Indonesia dalam penegakan perlindungan konsumen. Permasalahan

perlindungan konsumen merupakan permasalah yang pelik bagi negara-negara

didunia, termasuk negara Indonesia dalam menghadapi situasi dan kondisi di

dalam negeri maupun dalam hubungan Internasional.

Ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen khususnya

mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha merupakan cara preventif

34. Erman Rajagukguk, et. Al., Op. Cit. Hal. 7

Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

dari pemerintah bagi pelaku usaha terhadap perbuatan pelaku usaha yang dapat

menimbulkan akibat-akibat buruk yang mungkin timbul apabila setiap pelaku

usaha menggunakan kebebasan yang tidak terbatas. Karena tujuan suatu bisnis

adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi

perusahaannya, walaupun terkadang merugikan masyarakat. Sebagai wujud dari

perhatian pemerintah, yaitu dengan dikeluarkannya ketentuan mengenai larangan

bagi pelaku usaha dalam memproduksi dan memeperdagangkan barang dan jasa

dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999. Undang-Undang ini bertujuan untuk

mengupayakan tertib perdagangan dalam rangka menciptakan iklim usaha yang

sehat, dengan jalan memastikan produk yang diperjualbelikan dalam masyarakat,

dilakukan dengan cara tidak melawan hukum, seperti dalam proses produksi,

praktek yang menyesatkan pada saat penawaran, atau mengedarkan produk barang

atau jasa yang palsu. 35

Apabila dikaji mengenai ketentuan-ketentuan dalam pasal 8, secara garis

besar larangan bagi pelaku usaha dalam memproduksi dan/atau

memperdagangkan barang dan/atau jasa, yaitu :

3. Larangan mengenai produk itu sendiri, yang tidak memenuhi syarat dan

standar yang layak untuk dipergunakan atau dipakai atau dimanfaatkan oleh

konsumen;

Kelayakan produk merupakan standar minimum yang harus dipenuhi atau

dimiliki oleh suatu barang dan/atau jasa tertentu sebelum barang dan atau jasa

tersebut diperdagangkan untuk dikonsumsi secara luas.

35. Ibid., hal. 18

Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

4. Larangan mengenai ketersediaan informasi yang tidak benar, dan tidak akurat,

yang menyesatkan konsumen.36

Informasi yang benar merupakan langkah konsumen untuk mendapatkan

barang yang layak dan sesuai dengan keinginannya.

Larangan–larangan yang dimaksudkan ini, hakikatnya menurut

Nurmadjito yaitu untuk mengupayakan agar barang dan / atau jasa yang beredar di

masyarakat merupakan produk yang layak edar, antara lain asal-usul, kualitas

sesuai dengan informasi pengusaha baik melalui label, etiket, iklan dan lain

sebagainya.37

Dan sebagai pengawasannya, lembaga- lembaga pemerintah yang terkait

yang khusus menangani masalah tersebut, telah diserahkan kepada Badan POM

dan Dinas Kesehatan, bila ternyata produk tersebut khususnya komoditi makanan

dan minuman, tidak sesuai dengan apa yang tertera pada label atau menggunakan

bahan yang membahayakan, maka melalui departemen yang terkait seperti

Deperindag atau Dinas Kesehatan akan mengambil tindakan pengamanan dan

menarik produk yang serupa di pasaran. Disini terlihat bahwa pemerintah telah

berupaya semaksimal mungkin terhadap perlindungan konsumen.

Dan untuk menghindari keadaan tersebut maka dengan adanya peraturan

mengenai pasal 8 dalam Undang-Undang tersebut, pelaku usaha yang melanggar

ketentuan tersebtu dikenakan hukuman.38 Baik hukuman dalam bentuk perdata

maupun pidana.

36. Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani, Op. Cit,. Hal. 39 37. Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen ,( Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada ), 2004. hal. 65 38. Sudiro Sukirno. Pengantra Mikro Ekonomi. ( Jakarta : PT Raja grafindo Persada). 1994. hal.

420

Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Aturan diatas dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada

konsumen dan kepada pelaku usaha. Perlindungan kepada konsumen

dimaksudkan menyangkut perlindungan terhadap jiwa dan harta konsumen serta

agar konsumen mendapatkan produk yang sesuai dengan apa yang diinginkannya

dan sesuai dengan nilai yang dibayarkannya. Perlindungan kepada pelaku usaha

menyangkut bahwa produk tersebut terjaga mutu dan kualitasnya, sehingga dapat

menaikkan angka pendapatan bagi perusahaannya.

Fungsi dari dibentuknya hukum adalah menciptakan keselarasan dan

keteraturan dengan cara mengatur masyarakat. Hukum memaksa subyek hukum

untuk mentaati dan menurut akan hukum itu sendiri. Dan apabila subyek hukum

tidak mau mentaati dan menurut akan hukum, maka akan diancam hukuman

berupa sanksi. Inilah kekuatan hukum.39

Aturan hukum dibuat agar perputaran aktivitas ekonomi tetap selalu

berada dalam aturan permainan pemerintah, agar sewaktu-waktu dapat

dikendalikan oleh pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar tercipta keselarasan dan

keteraturan dalam masyarakat. Dan apabila ada pelaku usaha yang mengambil

keuntungan secara berlebihan, bahkan sampai merugikan masyarakat, harus

ditindak pemerintah. Karena keberhasilan suatu usaha bukan hanya disebabkan

oleh usahanya sendiri, tetapi juga adanya partisipasi masyarakat (konsumen)

didalamnya. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan aturan-aturan, semata-

mata demi terciptanya keadilan baik keadilan individu maupun keadilan

obyektif.40

39. Abdoerraoef. Al-Qur’an dan Ilmu Hukum. Jakarta : PT. Bulan Bintang. 1986. hal. 22 40. Muhammad Qusaish Shihab. Wawasan Al-Qur’an. Bandung : Mizan. 1996. hal.410

Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Pokok-pokok pendirian dalam ilmu hukum berdasarkan pada 2 ( dua )

teori, yaitu :

1. Teori yang berdasarkan etika bahwa tujuan hukum itu adalah untuk

menciptakan keadilan masyarakat.

2. Teori utilitas ( kemanfaatan ) hukum.41

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai

terciptanya keadilan dan persamaan sosial, kunci pokoknya adalah menentukan

personalitas hukum suatu negara, yaitu dengan menciptakan alat kekuasaan

negara yang bertanggung jawab untuk menerapkan hukum tersebut.42

Akan tetapi dalam pelaksanaannya, hukum tidak bolah diterapkan secara

harfiah. Yaitu diterapkan hanya menurut bunyi teksnya saja, tetapi hukum juga

harus memperhatikan jiwa hukum, tujuan hukum dan alasan yang mendorong

timbulnya perbuatan yang melanggar hukum.43

Dalam undang-undang perlindungan konsumen, terdapat 2 sanksi yang

dikenakan kepada pelaku usaha yang melanggar. Yaitu :

a. Sanksi Perdata

- Pengembalian uang, atau;

- Penggantian barang yang sejenis atau setara nilainya, atau;

- Perawatan kerusakan, dan / atau;

- Pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

41. Abdoerrouf. Op. Cit. Hal. 31) 42. Abdul Rahman Abdul Kadir. Tatanan Sosial Islam. ( Yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar ).

2000. hal. 236 43. Nouruzzaman Shiddiq. Fiqh Indonesia. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar ) 1996. hal. 102

Page 87: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 ( tujuh ) hari

setelah tanggal transaksi, dan itu tidak menghapuskan kemungkinan adanya

tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur

kesalahan.44 Sebagai contohnya, konsumen yang dirugikan PDAM akibat suplai

air yang keruh dan meteran yang berputar tetapi airnya tidak keluar, dapat

melakukan komplain ke perusahaan tersebut dan jika tidak ditanggapi dapat

mengajukan gugatan perdata, dan juga kasus kadaluwarsa dapat mengajukan ganti

rugi, dan apabila kasus tersebut sampai mengakibatkan keracunan maka pihak

yang bersangkutan dapat mengajukan gugatan secara pidana.

Pasal 60 menentukan sanksi administratif bagi pelaku usaha berupa ganti

rugi setinggi-tingginya Rp. 200.000.000,00 terhadap pelaku usaha yang :

1. tidak melaksanakan pemberian ganti rugi oleh pelaku usaha kepada

konsumen.

2. terjadinya kerugian sebgai akibat kegiatan produksi iklan yang dilakukan oleh

pelaku usaha periklanan.

3. pelaku usaha yang tidak dapat menyediakan fasilitas jaminan purna jual, baik

dalam bentuk suku cadang maupun pemeliharaannya, serta pemberian

jaminan atau garansi yang telah ditetapkan sebelumnya; baik berlaku terhadap

pelaku usaha yang memperdagangkan barang dan / atau jasa.45

b. Sanksi Pidana

Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, keracunan, sakit berat,

cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku dalam

44. Lembar negara : Undang-Undang Perlindungan Konsumen , ( jakarta : Sinar Grafika ), hal.14 45. Ibid.,. hal. 30

Page 88: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

KUH Pidana. Selain ketentuan pidana itu, terhadap pelaku usaha yang merugikan

konsumen, masih dapat dikenakan hukuman pidana tambahan berupa :

- Perampasan barang tertentu;

- Pengumuman keputusan hakim;

- Pembayaran ganti rugi;

- Perintah penghentian kegiatan tetentu yang menyebabkan timbulnya kerugian

konsumen;

- Kewajiban penarikan barang dari peredaran;

- Pencabutan izin usaha.

Peradilan pidana konsumen menganut sistem beban pembuktian terbalik

(Pasal 22 Undang-Undang Perlindungan Konsumen). Yaitu pembuktian terhadap

ada tidaknya unsur kesalahan dalam kasus pidana merupakan beban dan tanggung

jawab pelaku usaha tanpa menutup kemungkinan bagi jaksa untuk melakukan

pembuktian. Jika pelaku usaha menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/

atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen, maka menurut Pasal 23,

dapat menggugat melalui BPSK atau mengajukan ke badan peradilan ditempat

kedudukan konsumen. BPSK diwajibkan menyelesaikan sengketa konsumen yang

diserahkan kepadanya dalam jangka waktu 21 hari terhitung sejak gugatan

diterima BPSK. Putusan yang dijatuhkan BPSK bersifat final dan mengikat,

walaupun demikian para pihak yang bersengketa dapat mengajukan keberatan

kepada Pengadilan Negeri yang kemudian bisa banding ke Mahkamah Agung,

dengan ketentuan, 21 hari untuk proses pada tingkat Pengadilan Negeri 30 hari

untuk diselesaikan oleh Mahkamah Agung, dengan jeda masing-masing 14 hari

Page 89: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

untuk mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri maupun ke Mahkamah

Agung.46

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen tidak ada upaya banding melainkan langsung kasasi,

yaitu ke Mahkamah Agung. 47

Sanksi pidana yang ditujukan untuk produsen, karena hanya produsen

yang mempunyai potensi untuk melakukan pelanggaran, sedangkan pihak

konsumen adalah pihak yang lemah, sehingga perlu untuk dilindungi hak-haknya

dengan beberapa perangkat hukum, baik yang bersifat pidana maupun yang

bersifat perdata, sesuai dengan besar kecilnya pelangaran yang dilakukan dengan

melihat akibat yang ditimbulkan dari perbuatan melangar hukum tersebut. Untuk

pelanggaran pidana dikenakan pembuktian terbalik, yaitu beban pembuktiannya

diserahkan pada produsen.48 Hal ini menunjukkan bahwa prinsip adanya hukum

bukan hanya memberi sanksi pada pelanggar disatu sisi, namun juga bertujuan

memberi perlindungan kepada masyarakat. Faktor-faktor yang membebaskan

produsen dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh konsumen, yaitu

apabila :

a. Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksudkan

untuk diedarkan;

b. Cacat barang timbul dikemudian hari;

c. Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang;

46. Gunawan Wijaya. Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

2002. hal. 78-79 47. Erman Rajagukguk, Op. Cit., hlm. 54 48. Ibid., hlm. 59-60. Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Op. Cit., hlm. 169-171

Page 90: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

d. Kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen;

e. Lewat jangka waktu penuntutan 4 ( empat ) tahun sejak barang dibeli atau

lewatnya jangka waktu yang diperjanjikan.49

Ketentuan Undang-undang ini bertujuan untuk memberikan kemudahan

bagi konsumen yang dirugikan, untuk meminta pertanggung jawaban dan

sekaligus ganti rugi atas kerugian yang telah telah diterima olehnya, untuk

mengantisipasi agar tidak akan terulang lagi kerugian yang diderita konsumen dan

menuntut kehati-hatian produsen, serta guna menegakkan kepastian hukum. Hal

ini sesuai dengan Islam yang sangat menjunjung tinggi keadilan dan kejujurn

dalam berekonomi.

Tuntutan hak sebagaimana yang telah disebutkan ditetapkan diatas adalah

suatu tindakan yang bertujuan untuk memperoleh perlindungan hak, baik melalui

jalur peradilan maupun melalui jalur luar peradilan. Di Indonesia, penyelesaian

sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan

berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. Jadi para pihak dapat

memilih secara sukarela penyelesaian sengketa konsumennya, bisa melalui

pengadilan atau di luar pengadilan. Hal ini dikatakan dalam penjelasan Pasal 45

ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyatakan :

“ Penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat ini tidak menutup kemungkinan penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa. Pada setiap tahap diusahakan untuk menggunakan penyelesaian damai oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Yang dimaksud dengan penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa ( pelaku usaha dan konsumen ) tanpa melalui pengadilan

49. Lembar Negara : UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN 1999 ( UNDANG-

UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 ). Jakarta : Sinar Grafika. Cet. 3. 2004. hal.51

Page 91: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

atau Badan Penyelesaian sengketa Konsumen dan tidak bertentangan dengan undang-undang ini “.50

Kesimpulan dari ketentuan diatas, yaitu penyelesaian sengketa konsumen

dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :

a. Penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa ( pelaku usaha dan

konsumen ) tanpa melibatkan pengadilan atau pihak ketiga yang netral.

b. Penyelesaian melalui pengadilan. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan

mengacu pada ketentuan peradilan umum yang berlaku;

c. Penyelasaian di luar pengadilan melalui Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen.51

Aturan-aturan tersebut diatas dapat berjalan dengan baik dengan bantuan

dan dukungan masyarakat. Hukum tidak hanya terbatas dari masyarakat tetapi

juga penegakannya ( sanksi serta pelaksanaannya harus bersifat tegas ) guna

menegakkan keadilan dan terciptanya ketentraman di masyarakat. Keadilan yang

dimaksud bukanlah hanya keadilan yang absolut tetapi juga keadilan yang melalui

prosedur. Hak untuk mendapat perlindungan dengan penyelesaian sengketa

semestinya harus didukung oleh dua faktor kemudahan, yaitu kemudahan proses

beracara ketika konsumen mengajukan tuntutannya dan adanya suatu badan

hukum pemerintahan yang selalu siap sedia untuk membela konsumen dan berdiri

sebagai penuntut umum.

Di Indonesia sekarang ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi

merosotnya wibawa hukum, yaitu :

50. Ibid., hal 51 51. Ibid., hal 224

Page 92: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

a. Perangkat hukum Indonesia tidak sesuai dengan perkembangan

Indonesia.

b. Lemahnya penegak hukum Indonesia dalam menjalankan hukum yang

ada.

c. Rakyat Indonesia sebagai pelaksana hukum, masih terjebak dalam

budaya asli Indonesia yang bersifat pasrah. 52

Kemerosotan wibawa hukum ini terjadi karena tidak adanya kepastian

hukum. Dan sebagai akibatnya wibawa pemerintah juga akan hilang. Hal ini

disebabkan karena keadilan dapat dipandang dari 2 ( dua ) sisi. Sisi yang pertama,

keadilan dilihat sebagai sebuah nilai yang berlaku di seluruh dunia. Sisi yang

kedua, dimana keadilan dipandang sebagai sebuah instrumen yang keadaannya

tergantung kepada situasi dan kondisi.

Walaupun secara teoritis, kebutuhan dunia telah diatur dalam perundang-

undangan, namun pelaksanaannya tidak seperti yang diharapkan. Hal ini terjadi

karena beberapa faktor, diantaranya kurangnya kesadaran dari pelaku bisnis untuk

melakukan bisnis yang baik yang tidak hanya mementingkan keuntungan saja.

Faktor yang kedua, karena lemahnya sistem peradilan di Indonesia, penyebabnya

adalah :

1. penyelesaian sengketa melalui pengadilan sangat lambat,

2. biaya perkara yang mahal,

3. pengadilan pada umumnya tidak responsif,

4. putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah,

52. Koran Indonesia, Tanggal 24 Juli 2004

Page 93: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

5. kemampuan hakim yang bersifat generalis.53

Sedangkan Kendala-Kendala yang dihadapi Konsumen Indonesia adalah :

1. Adanya Consumers Ignorance akibat kemajuan teknologi yang

begitu cepat serta arus informasi global. Sehingga konsumen

kesulitan membuktikan kerugiaannya dalam proses pembuktian

suatu produk yang merugikannya akibat berbahaya, atau tidak

memenuhi standar yang diinformasikan, atau karena lasan lainnya.

2. Konsumen tidak mau mengajukan tuntutan akibat kerugiannya dalam

mengkonsumsi suatu produk baik barang atau jasa karena beban

biaya, pengetahuan dan kurang tahuan akan proses beracara hukum

Disamping itu adanya suatu budaya “ suka menghindari konflik “

sehingga timbul suatu ungkapan “ lebih baik membiarkan kehilangan

seekor ayam daripada harus membayar pengembaliannya dengan

seekor kambing. 54

Menurut pendapat Krabbe bahwa badan-badan pembentuk hukum pada

bagian tersebut tidak merupakan badan-badan yang bebas karena kesadaran

hukum yang bebas didukung oleh kekuasaan. Hal ini akan menimbulkan adanya

timbal balik antara pemerintah dan masyarakat untuk mencapai keadilan dalam

segi hukum. Inilah yang masuk dalam sebuah poros hukum negara dimana poros

ini memiliki lembaga-lembaga untuk melaksanakan kehendak. Akan tetapi teori

ini bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya bahwa masyarakat tidak hanya

mengikuti aturan negara, tetapi juga harus ada hak dan kewajiban diantara mereka

53. Ahmadi Miru Dan Sutarman Yudo. Op. Cit., hal. 235-238 54. Muhammad dan Alimin. Op. Cit.,Hal. 243)

Page 94: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

agar kemerosotan hukum dimata masyarakat dapat diatasi. Karena hukum adalah

sebagai pembaharuan masyarakat atau sebagai alat untuk mempercepat proses

akselerasi dan modernisasi. Selain itu hukum juga membutuhkan orang-orang

yang handal dibidang hukum demi mengembalikan kepercayaan masyarakat

terhadap pemerintah. 55

Baik pemerintah maupun Islam sangat tidak menganjurkan adanya pemupukan

harta kekayaan dengan mengabaikan segi moral dan mengesampingkan

kepentingan orang lain. Seorang pengusaha yang sejati, dianjurkan untuk

menyumbangkan kebaikan kepada masyarakat dengan memberikan harga yang

terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat bukan dengan cara sebaliknya.

Walaupun pada zaman modern ini persaingan antara pelaku usaha dianggap

sebagai persoalan yang umum yang tidak dapat dielakkan, walaupun setiap

tindakan yang dilakukan pengusaha merugikan orang lain. Namun seseorang

harus bersikap cukup realistis dan menganggap bahwa penghapusan tindakan

mementingkan keuntungan secara tidak wajar sangat mustahil untuk dilakukan. 56

Memang tindakan yang merugikan tidak diinginkan oleh semua orang. Akan

tetapi sampai sejauh ini, proses penghapusan terhadap hal-hal yang merugikan

konsumen belum tercapai. Islam juga sangat menganjurkan nilai etika dijunjung

tinggi dalam kehidupan terutama dalam dunia perdagangan. 59

57. L. J. Apoldoorn. Pengantar Ilmu Hukum. ( Jakarta : Pradnya Paramita.) 1981. hal. 306 ). 58. Muhammad Nejatullah As-shidiqqiey. Kegiatan Ekonomi Islam. ( Jakarta : Bumi Aksara ).

1991. hal. 35. 59. Ibid. Hal. 57

Page 95: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Prinsip yang paling pokok yang diletakkan oleh konstitusi kita adalah

menjaga keseimbangan kehidupan bangsa, berpijak pada asas ini, dalam kaitannya

dengan penyelesaian sengketa konsumen, haruslah dipertimbangkan sarana dan

prasarana hukum yang mendorong timbulnya keseimbangan antar para pihak yang

tidak seimbang. Karena dalam keadaan seimbang nilai-nilai keserasian,

ketentraman dan keselarasan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat akan

terwujud.

Page 96: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Islam sesuai dengan Hukum Islam. Karena ketentuan didalamnya

mengandung nilai-nilai kejujuran dan keadilan dalam kehidupan berekonomi

antara konsumen dan produsen/pelaku usaha, sebagaimana dalam Hukum

Islam. Misalnya, tentang kewajiban ketepatan timbangan, kewajiban

memberikan informasi baik dalam kata-kata maupun dalam label serta

kewajiban memberikan informasi yang baik dan benar dalam label, kesesuaian

dalam pencantuman tanda halal dengan isi produk, pelarangan mengedarkan

barang yang berbahaya dan cacat bagi konsumen, yang kesemuanya ini dalam

rangka melindungi konsumen.

2. Pembentukan Undang-Undang Perlindungan Konsumen ditujukan agar

menciptakan perlindungan konsumen bagi konsumen serta kepastian hukum

bagi konsumen di Indonesia menghadapi globalisasi dan kemajuan teknologi.

Hal ini sesuai dengan Hukum Islam yang sangat menjunjung tinggi keadilan

dan perlindungan terhadap berbagai pihak. Undang-Undang Perlindungan

Konsumen ini tidak akan terlaksana dan efektif tanpa ada dukungan dari

pemerintah, aparatur negara, pelaku usaha, swasta dan konsumen.

Page 97: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

B. Saran-saran

1. Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dalam

beberapa hal sesuai dengan berbisnis secara Islami. Namun beberapa larangan

dan keharusan dalam bisnis islami masih belum tercover didalamnya, yaitu

mengenai larangan menproduksi dan / atau memperdagangkan barang dan /

atau jasa yang haram.

2. Diperlukan kemauan politik dari pemerintah dan swasta untuk melaksanakan

undang-undang tersebut secara seksama.

C. Penutup

Dengan penuh rasa syukur dan ucapan alhamdulillah kehadirat Allah SWT

karena berkat hidayah, taufiq dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Akan tetapi, penulis merasa optimis bahwa dalam

pembahasan dan penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan-

kesalahan dan mungkin jauh dari kesempurnaan untuk menjadi skripsi yang baik.

Hal ini tidak lain karena keterbatasan ilmu pengetahuan penulis. Penulis

mengharapkan sekali atas saran, kritik dan sumbangan pemikiran guna

kesempurnaan skripsi ini.

Penulis mempunyai suatu harapan, semoga penulisan dan pembahasan

skripsi ini akan memberikan manfaat dan menambah khasanah pengetahuan

khususnya kepada penulis sendiri dan kepada pembaca pada umumnya. Harapan

terakhir penulis adalah semoga penulisan skripsi ini akan mendapatkan ridho dari

Allah SWT. Amin.

Page 98: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerraoef. Al-Qur’an dan Ilmu Hukum. Jakarta : PT. Bulan Bintang. 1986.

Abudin Nata, Metodologi Study Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada ), 2003.

Abdul Rahman Abdul Kadir Karim, Tatanan Sosial Islam, ( Yogyakarta : PT.

Pustaka Pelajar ), 2000 Adiwarman Azhar Karim, Ekonomi Mikro Islami, ( Jakarta : IIIT Indonesia ),

2002. Ahmad Musthafa Al – Maraghi, Terjemah Tafsir Al – Maragh, ( Semarang :

Toha Putra ), Jilid 5. Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, Hukum Perlindungan Konsumen, ( Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada ), 2004. Abu Abdillah Muhammad bin abi Al-Qosim As-Samiry, Rodd Al-Muhtar, ( Dar

Al-Fikr ), Juz. 7. Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : PT. Dana Bhakti

Wakaf ), 1995. A. Rahmad Rosyid dan Ngatino, Arbitrase dalam Perspektif Islam dan Hukum

Positif, (Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti), 2002, hlm. 43

Bagian Perekonomian ( Sekda kabupaten Kendal ). Kumpulan Materi : Sosialisasi Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Kendal, 16 Oktober 2002.

Direktorat Jendral hak kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan HAM

Replubik Indonesia. Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual ( pertanyaan dan jawaban ).

Bagian Proyek Sarana Dan Prasarana Produk Halal, Direktorat Jendral

Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama. Tanya Jawab Seputar Produksi Halal. Jakarta. 2003

Erman Rajaguguk, et.al.., Hukum Perlindungan Konsume, ( Bandung : Mandar

Maju ), 2000.

Page 99: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Gufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada ), Cet. I, 2002.

Gunawan Wijaya, Alternatif Penyelesaian Sengketa, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada ), 2002.

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,

( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama ), 2000. H. OK. Saidin. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelaktual. ( Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada ). 2003 Harun Nasution Dan Bachtiar Effendy, Hak Asasi Manusia Dalam Islam,

( Jakarta : Yayasan Obor Indonesia ), 1995

I. Markus Willy, et.al.., Kamus 950 Juta ( Inggris – Indonesia, Indonesia – Inggris ), ( Surabaya : Arloka ), Cet. I, 1997.

Imam Taqiyyudin Abi Bakr bin Muhammad Khusaini, Kifayah Al-Akhyar,

( Indonesia : Dar Ihya’ Al-Kutub Arabiyyah ), Juz. I. Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara ), 1992,

Cet. 2 L. J. Van. Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita ),

1981 Lembar negara : UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN 1999

( UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 ). Jakarta : Sinar Grafika. Cet. 3. 2004.

Lembar negara : UNDANG-UNDANG DASAR 1945, ( Surabaya : CV. Pustaka

Agung Harapan )

Lili Asdjudiredja dan Kusuma Permana, Manajemen Produksi, ( Bandung : CV. Armico ), 1990.

Koran Indonesia, Tanggal 24 Juli 2004 M.A. Mannan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : PT. Dana

Bhakti Wakaf ), 1995. M. Isamail Yusanto dan M. Karebet W, Menggagas Bisnis Islam, ( Jakarta :

Gema Insani Prees ), Cet . I, 2002. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, ( Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada. 2003.

Page 100: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Mahmud Junus, Terjemah Al-Qur’an Al-Karim, ( Bandung : PT Al-Ma’arif ). Monzer Khaf, Ekomoni Islam, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset ), 1979. Muhammad bin Ismail al Khalani as San’ani, Subulus Salam, Juz II, Maktabah

wa Matbaah, ( Semarang : Thoha Putra ). Muhammad dan Alimin, Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi

Islam, ( Yogyakarta : BPFE ), Cet. I, 2004. Muhammad Qusaish Shihab. Wawasan Al-Qur’an. Bandung : Mizan. 1996. Mukhtar Yahya. Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh-Islami. (Bandung :

Al-Ma’arif). I986. Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi & Ekonomi Islam Dalam Perkembangan,

( Jakarta : Mandar Maju ), Cet I, 2002. Nouruzzaman Shiddieq, Fiqh Indonesia, ( Yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar ).

1999 R. Subekti Dan R. Tjitrosudibio, KITAB UNDANG-UNDANG PERDATA,

( Jakarta : PT> Pradnya Paramita ), Cet. 27, 1995

Rachmadi Usman. Hukum Ekonomi Dalam Dinamika. (Jakarta ; Djambatan.), Cet.1. 2000.

R. Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, ( Jakarta

: Pradya Paramita ), Cet. 77. Rocmat Soemitro, Pengantar Ekonomi Dan Ekonomi Pancasila, ( Bandung : PT.

Eresco ), Cet. 8, 1983. Rochmat Soemitro, Pengantar Ilmu Ekonomi, ( Bandung : PT. Eresco ), 1966. Rustam Effendi. Produksi Dalam Islam, ( Yoyakarta : Megistra Insania Press ),

Cet. I, 2003. Sayyid Sabbiq, Fiqh Sunnah, ( Dar Al-Fikr ), Juz. III. Syeikh Yahya Zakariya Al-Anshory, Fath Al-Wahhab, ( Dar Al-Fikr ), Juz. I. Sudono Sukirno, Pengantar Mikro Ekonomi, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada ). 1994

Page 101: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta ), cet. IX, 1993.

Sulaiman Rosyid, Fiqh Islam, ( Jakarta : Attahiriyah ), Cet. 13 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah,

( Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra ), Cet. I, 1997. Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya,

( Bandung : PT. Citra aditya Bakti ), Cet. 2, 2003

Page 102: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/2/jtptiain-gdl-s1-2005...tinjauan hukum islam terhadap perbuatan yang dilarang bagi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Choiriyah

NIM : 2100 071

Tempat / Tgl. Lahir : Kendal, 10 Juli 1982

Alamat : Rt. 07 / I Kebondalem Kendal

Pendidikan : 1. SDN Langenharjo I, Kendal

2. MTs Al-Muayyad, Surakarta

3. MAK Banat NU, Kudus

4. Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, Smt. X

Demikian riwayat hidup ini, kami buat untuk diketahui semestinya.

Kendal, 15 Februari 2005

Penulis

Siti Choiriyah

NIM. 2100071