tinjauan hukum islam terhadap jual beli emas …etheses.uinmataram.ac.id/900/1/yuyun anggraini...
TRANSCRIPT
i
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI EMAS PADA SISTEM TABUNGAN EMAS PEGADAIAN SYARIAH
CABANG CAKRANEGARA MATARAM
Oleh:
YUYUN ANGGRAINI 15.2.13.1.037
JURUSAN MU’AMALAH
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
ii
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI EMAS PADA SISTEM TABUNGAN EMAS PEGADAIAN SYARIAH
CABANG CAKRANEGARA MATARAM
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum
Oleh
YUYUN ANGGRAINI 15.2.13.1.037
JURUSAN MU’AMALAH
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
vi
vi
vii
MOTTO
“hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya allah maha penyayang kepadamu”
(QS. An-Nisa:29)
vii
viii
Persembahan
Skripsi ini aku persembahkan untuk orang-orang yang kusayangi dan orang-orang yang telah
memberiku semangat dan dukungan selama ini:
Allah SWT, yang Maha Pengasih, Penyayang dan Maha Segalanya
Nabi Muhammad SAW, teladan kita semua
Kedua orang tuaku (Ibunda Hj. Atikah Aini, terimakasih atas doa yang selalu kau panjatkan
dalam setiap detikmu, terimakasih atas dukunganmu yang tak ada hentinya kau berikan. You are
my wonder women. Ayahanda H. Izhari, terimaksih atas doa dan dukunganmu yang selalu kau
berikan untukku). Kalianlah alasan dan semangatku untuk menggapai semuanya. Terimakasih
atas cinta dan kasih sayang kalian yang tak bisa tergantikan oleh apapun.
Buat kakak sekaligus sahabatku Fia Lara Santi, terimakasih selama ini selalu memberi semangat
dan dukungan untukku adikmu, selalu mengajarkanku dari apa yang tidak aku ketahui, selalu
menemaniku, selalu dan selalu. Semoga persaudaraan ini tetap akan terasa seperti persahabatan.
Buat kakak-kakakku yang kusayangi dan menjadi semangat bagiku, Ria Mustika Rini dan Ita
Asri Mayani, terimakasih atas doa dan dukungan kalian.
Buat sahabat-sahabatku Azizah Difa Purnama dan Nurul Hidayah, kalian sahabat terbaikku,
menemaniku dalam perjuangan ini, suka duka dunia perkuliahan kita lewati bersama.
Untuk Haerul Azri, terimakasih atas doa serta dukunganmu, terimakasih selalu memberi motivasi,
setia dan sabar menemani dari awal hingga akhir.
Temen seperjuangan Muamalah B, dan almamaterku tercinta.
viii
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “TINJAUAN HUKUM ISLAM
TERHADAP JUAL BELI EMAS PADA SISTEM TABUNGAN EMAS
PEGADAIAN SYARIAH CABANG CAKRANEGARA MATARAM” dapat
terselesaikan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian dari persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana syariah, selanjutnya penulis menyadari
terselesainya skripsi ini merupakan kumpulan kerjasama dari semua pihak,
bimbingan dan dorongan serta perhatianya baik secara langsung maupun tidak
langsung ikut membantu dalam menyelesaikan tugas berharga ini. Pada
kesempatan ini penulis secara khusus menyampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Mutawalli, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram
2. Dr. H. Musawar, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam
3. Bapak Dr. H. Musawar, M.Ag selaku pembimbing I dan Bapak Ghazali, M.H
selaku pembimbing II Yang dengan tulus hati memberikan petunjuk serta
arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu beserta segenap keluarga yang telah berusaha payah
membesarkan dan membimbing penulis dengan kasih sayang, kesabaran dan
ketabahan memberikan dorongan, do‟a dalam mengejar cita-cita.
ix
x
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah
ikut memberikan bantuan baik moril maupun materil sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga
penulis akan sangat berterimakasih atas kritikan dan saran yang bersifat
membangun guna menyempurnakan skripsi ini.
Demikian kata pengantar ini yang bisa saya ungkapkan, semoga dapat
bermanfaat dan kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Mataram, .......September 2017
Penulis
YUYUN ANGGRAINI 15.2.13.1.037
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................... iii
HALAMAN NOTA DINAS ......................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................. x
ABSTRAK ................................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian ................................................................................. 1
B. Fokus Kajian .......................................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .................................................. 6
E. Telaah Pustaka ....................................................................................... 7
F. Kerangka Teoretik ................................................................................ 10
G. Metode Penelitian ................................................................................. 27
H. Sistematika ........................................................................................... 33
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara
Mataram ................................................................................................ 35
xi
xii
B. Praktik Jual Beli Emas Pada Sistem Tabungan Emas Pegadaian
Syariah Cabang Cakranegara Mataram ................................................ 38
BABIII PEMBAHASAN
A. Analisis Terhadap Praktik Jual Beli Emas Pada Sistem Tabungan
Emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Mataram ..................... 54
B. Tinjauan Hukum Islam TerhadapJual Beli Emas Pada Sistem
Tabungan Emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Mataram .... 56
BABIV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 70
B. Saran-Saran........................................................................................... 71
DaftarPustaka
Lampiran-Lampiran
xii
xiii
ABSTRAK
YUYUN ANGGRAINI. NIM 152131037. TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI EMAS PADA SISTEM TABUNGAN EMAS PEGADAIAN SYARIAH CABANG CAKRANEGARA MATARAM
Program Studi Hukum Bisnis Islam, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Universitas Islam Negeri Mataram 2017 Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Emas Pada Sistem Tabungan Emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Mataram. Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data primer berasal dari hasil wawancara penulis dengan pegawai Pegadaian Syariah dan nasabah Pegadaian Syariah. Sumber data sekunder berasal dari buku-buku rujukan, website yang ada kaitannya dengan masalah-masalah yang ada pada skripsi ini. Dan teknik penulisannya berdasarkan pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Mataram. Kesimpulan bahwa dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pegadaian Syariah dalam melakukan kegiatan jual beli emas lebih mengedepankan prinsip sosial dibandingan prinsip fiqih. Terdapat 2 pendapat mengenai jual beli emas pada sistem tabungan emas, yaitu dilarang karena menyebabkan riba dan dibolehkan selama emas diperlakukan sebagai barang (sil’ah).
(Kata Kunci : Jual beli emas, Pegadaian Syariah, Hukum Bisnis Islam)
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Sebagai seorang muslim kehidupan sehari-hari harus mencerminkan
dan mengaplikasikan syariat Islam. Baik dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, bermasyarakat dan beragama. Islam mengajarkan umatnya agar
menjalani kehidupan dengan baik, begitu pula dalam hal pemenuhan
kebutuhan.Demikian Allah menciptakan manusia dengan sifat saling
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Untuk itu Allah memberikan
inspirasi kepada manusia untuk melakukan sesuatu yang dapat dilakukan agar
apa yang menjadi kebutuhannya dapat terpenuhi. Seperti halnya mengadakan
pertukaran, perdagangan dan semua yang kiranya bermanfaat baik dengan
cara jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, upah mengupah atau semua
perbuatan bermuamalah.1 Muamalah sendiri mencakup berbagai aspek yang
di lakukan manusia, dilihat dari segi subjeknya yaitu berkisar pada keridhaan
kedua belah pihak, ijab kabul, dusta, menipu, dan yang lainnya, kemudian
muamalah dilihat dari segi objeknya meliputi masalah jual beli, gadai,
jaminan, pemindahan utang, sewa-menyewa, barang temuan dan yang
lainnya.2
Jual beli merupakan salah satu bentuk muamalah yang kegiatannya
rutin dilakukan masyarakat yang memiliki syarat serta rukun dalam
1Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), h. 278. 2Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2011), h. 4.
1
2
pelaksanaannya. Jual beli yang di perbolehkan oleh Islam adalah jual beli
yang tidak mengandung unsur maysir, gharar, dan riba. Setiap transaksi jual
beli dianggap sah apabila memenuhi syarat dan rukun jual beli yang
ditetapkan oleh Syara‟.3Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah
SWT QS An-Nisa ayat 29:
...
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu...”4
Persoalan jual beli yang terjadi dalam masyarakat makin meluas, salah
satunya adalah adanya praktik jual beli emas. Sebagaimana disebutkan dalam
hadits dari „Ubadah bin Shamit, Nabi SAW bersabda:
هب هب الر ة ببلر ة والفض ببلملح والملح والت مر ببلت مر والش عير ببلش عير ولب رببلب ر ببلفض
لا بيد يداا كبن إذا شئت م كيف فبيع وا اآلصنبف هره اختلفت فإذا يداابيد سواءابسواء بمثل مث
Artinya: “Jual beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam dengan dengan syarat harus sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah dengan sekehendakmu jika dilakukan secara tunai”.(HR. Muslim)5
Jual beli emas adalah aktifitas tukar menukar barang dengan emas
sebagai objek jual belinya. Berdasarkan adat (kebiasaan dan perlakuan
masyarakat), masyarakat tidak lagi memperlakukan emas dan perak sebagai
uang (tsaman) tetapi memperlakukannya sebagai barang (sil’ah). Mengenai
3Ibid., h. 69. 4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, h. 83. 5Ibnu Hajar al-Asqalanai, Bukughul Maram, terj. Achmad Sunarto (Jakarta: Pustaka Amani,
2000), h. 397
3
persoalan jual beli emas (jual beli antar barang ribawi) di perbolehkan dengan
syarat harus dilakukan secara tunai dan barang harus di serah terimakan saat
transaksi.6
Dengan berbagai bentuk jual beli dalam muamalah, produk-produk
berbasis syariahpun kian berkembang, tidak terkecuali Pegadaian. Perum
(Perusahaan Umum) Pegadaian mengeluarkan produk berbasis Syariah yang
di sebut dengan Pegadaian Syariah.7 Pegadaian Syariah atau yang di kenal
dengan istilah rahn. Ar-Rahn adalah menjadikan barang berharga sebagai
jaminan utang. Dalam pengoperasiannya menggunakan metode Fee Based
Income (FBI) atau Mudharabah (bagi hasil).8
Kehadiran Pegadaian Syariah sangat dibutuhkan oleh masyarakat
Indonesia saat ini, karena prinsip dan operasionalnya menggunakan syariah
Islam, yang tentunya didukung oleh fatwa MUI tentang Bunga Bank karena
termasuk riba serta di dukung oleh penduduk Indonesia yang mayoritas
beragama Islam.9
Seperti produk investasi baru yang ditawarkan Kantor Pegadaian
Syariah Cabang Cakranegara adalah jual beli dan titip emas yang di kenal
dengan sebutan Tabungan Emas. Tabungan Emas adalah layanan
pembeliandan penjualan emas dengan fasilitas titipan dengan harga yang
6Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 109. 7M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h.
277. 8Subekti Handayani, “Pegadaian Syariah” dalam
http://subektihandayani.blogspot.co.id/2014/11/pegadaian-syariah. diakses tanggal 5 Januari 2017 9Nur Rianto, Lembaga, h. 278
4
terjangkau. Layanan ini memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
berinvestasi.10
Dimana prosedur tabungan emas yaitu dengan membuka rekening
Tabungan Emas di Kantor Pegadaian, dengan mengisi formulir pembukaan
rekening serta membayar biaya administrasi dan biaya fasilitas titipan selama
12 bulan. Proses pembelian emas dapat dilakukan dengan nasabah menabung
dengan setoran pertama minimal sesuai dengan harga 0.01 gram emas. Saldo
tabungan disesuaikan dengan harga jual beli emas hari itu. Misalnya pada hari
pembelian harga 1 gram emas adalah Rp. 500.000, maka nasabah harus
menabung sebesar Rp. 500.000 untuk dapat membeli 1 gram emas. Proses
pencairan tabungan emas, saldo nasabah harus telah mencapai 5 gram atau
lebih, bentuk pencairan yaitu dengan Buyback (jual kembali) ke Pegadaian,
minimal penjualan adalah 1 gram dan mencetak emas dalam bentuk emas
batangan disertai dengan membayar biaya cetak sesuai dengan kepingan yang
dipilih.11
Dari proses jual beli emas ini dapat ditarik kesimpulan bahwa,
pembelian dengan cara menabung, pembayaran digunakan menggunakan
uang, dan emas tidak langsung diterima saat transaksi. Sebagaimana
diketahui salah satu syarat jual beli emas dengan uang dalam Islam adalah
adanya serah terima langsung ketika akad serta dilakukan secara tunai.12Jadi
10www.pegadaiansyariah.co.id/pegadaian-tabungan-emas.php. diakses tanggal 5 Januari
2017 11Cakranegara Mataram, 20 Desember 2016, observasi. 12Yulian Purnama, “Hukum Jual Beli Emas Secara Online” dalam
https://muslim.or.id/24811-hukum-jual-beli-emas-secara-online.html. diakses tanggal 5 April 2017
5
disini ada 2 hal yang berbeda yaitu teori yang menyatakan jual beli emas dan
praktik jual beli emas yang terjadi di Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara
Mataram.
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, maka diperlukan suatu kajian
mendalam terhadap jual beli emas yang terjadi pada sektor Pegadaian
Syariah, karena apakah semua prosedur serta mekanisme yang terjadi di
dalam Lembaga Keuangan Syariah telah benar-benar sesuai dengan yang
telah ditetapkan Syariat Islam? Maka penulis tertarik untuk mengadakan
sebuah penelitian dalam skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Jual Beli Emas pada Sistem Tabungan Emas (Studi Pada
Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Kota Mataram).”
B. Fokus Kajian
Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan diatas, adapun
masalah pokok yang menjadi rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana praktik jual beli emas pada sistem tabungan emas Pegadaian
Syariah Cabang Cakranegara Kota Mataram
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli emas pada
sistem tabungan emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Kota
Mataram
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui praktik jual beli emas pada sistem tabungan emas
Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Kota Mataram.
6
b. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli
emas pada sistem tabungan emas Pegadaian Syariah Cabang
Cakranegara Kota Mataram
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Adapun manfaat teoritisnya dari aspek keilmuan adalah memberikan
pemahaman serta memperluas dan memperkaya pengetahuan tentang
memahami produk Pegadaian Syariah dan menambah pengetahuan
mengenai jual beli emas di Pegadaian Syariah.
b. Manfaat praktis
Adapun manfaat dari segi praktisnya adalah sebagai bentuk
tambahan pengetahuan kepada masyarakat terhadap produk
Pegadaian Syariah.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Dalam ruang lingkup penelitian terdapat batasan-batasan terhadap
suatu penelitian yang akan diteliti, agar penelitian yang akan dilakukan tidak
keluar dari fokus masalah yang akan diteliti.
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini berkaitan dengan batasan sampai mana
penelitian tersebut dilakukan, supaya penelitian tersebut berfokus pada
tema yang akan dibahas saja. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan
penelitiannya pada beberapa hal yaitu dari segi praktik jual beli emas
dalam sistem tabungan emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Kota
7
Mataram dan mengenai tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli
emas dalam sistem tabungan emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara
Kota Mataram.
2. Setting Penelitian
Lokasi penelitian yang menjadi tempat memperoleh data adalah Kantor
Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara yang beralamat Jalan Pejanggik
No. 107 Cakranegara, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Adapun alasan peneliti memilih lokasi di Pegadaian Syariah Cabang
Cakranegara Mataram karena lokasi ini merupakan salah satu pusat
perbelanjaan, jumlah peminatnya banyak¸ pelayanan yang baik, prasarana
yang mendukung, serta adanya data yang tersedia.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka ini merupakan sebuah uraian yang relevan dengan
topik tertentu yang memberikan tinjauan mengenai apa yang telah dibahas
atau dibicarakan oleh peneliti terdahulu. Supaya penelitian ini memiliki bobot
ilmiah dan supaya bisa dipertanggung jawabkan serta dapat membedakan
dengan penelitian terdahulu. Berdasarkan telaah pustaka terdahulu, peneliti
menemukan beberapa penelitian yang bisa dijadikan referensi dan
pertimbangan, yaitu:
1. Skripsi yang di susun oleh Samsul Karmaen yang berjudul “Tinjauan
Hukum Islam Tentang Jual Beli Batu Emas di Desa Sekotong Barat”.13
13Samsul Karmaen, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Batu Emas di Desa
Sekotong Barat”(Skripsi Fakultas Syariah IAIN Mataram, 2011), h. 61.
8
Skripsi ini berfokus pada,bagaimana sistem praktik jual beli batu emas di
Desa Sekotong Barat? Bagaimana tinjauan hukum Islam mengenai jual
beli batu emasdi Desa Sekotong Barat? Kesimpulan skripsi ini adalah
jual beli batu emas di Desa Sekotong Barat diperbolehkanmenurut
hukum Islam dan tidak mengandung unsur gharar, yang dimana
dilakukan dengan cara mencampur batu yang ada kandungan emasnya
dengan batu yang tidak ada kandungan emasnya, yang di transaksikan
adalah batu emas bukan emas dalam batu.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah dilihat dari objek jual beli yaitu batu emas dan lokasi
penelitian yaitu di Desa Sekotong Barat. Kemudian persamaan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama terkait tentang jual
beli.
2. Skripsi yang disusun oleh Mainarni yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Praktik Jual Beli Dengan Menggunakan Katalog Di
Paloma Shopway Mataram”.14
Skripsi ini berfokus pada,bagaimana praktik jual beli dengan
menggunakan katalog di Paloma Shopway Mataram? Bagaimana
pandangan hukum Islam terhadap praktik jual beli dengan menggunakan
katalog di Paloma Shopway Mataram? Kesimpulan skripsi ini adalah
dilihat dari keseluruhan proses penawaran barang melalui katalog,
pembelian barang yang pembayarannya di lakukan ketika terjadi
14Mainarni,“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Dengan Menggunakan
Katalog di Paloma Shopway Mataram”(Skripsi Fakultas Syariah IAIN Mataram, 2015), h. 71.
9
pemesanan, keberadaan objek akad, dan kesepakatan antara kedua belah
pihak, telah sesuai dengan rukun jual beli menurut hukum Islam. Jual beli
ini dapat disamakan dengan jual beli as-salam.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah dilihat dari segi jual belinya yaitu melalui katalog,
dilihat dari objek jual beli yaitu barang-barang yang di tawarkan pada
katalog, dan dilihat dari lokasi penelitian yaitu di Paloma Shopway
Mataram. Kemudian persamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sama-sama terkait tentang jual beli, dan proses
penyerahan barang yang dilakukan dikemudian hari (sesuai kesepakatan).
3. Skripsi yang di susun oleh Roni Rosandi yang berjudul “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Sepeda Motor Bodong (Studi
Kasus di Desa Mareje Timur Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok
Barat)”15
Skripsi ini berfokus pada, bagaimana praktek jual beli sepeda motor
bodong studi kasus di Desa Mareje Timur Kecamatan Lembar Kabupaten
Lombok Barat? Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek jual
beli sepeda motor bodong studi kasus di Desa Mareje Timur Kecamatan
Lembar Kabupaten Lombok Barat? Kesimpulan skripsi ini menjelaskan
bahwa jual beli sepeda motor bodong merupakan salah satu usaha yang
di larang oleh hukum Islam, karena mengandung unsur gharar, di lihat
dari sisi lighorihi barang yang diperjual belikan barang hasil curian dan
15Roni Rosandi, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Sepeda Motor Bodong Studi Kasus di Desa Mareje Timur Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat”(Skripsi Fakultas Syariah IAIN Mataram, 2015), h. 75.
10
tidak jelas asal usul diperoleh. Jual beli dilakukan dengan pelaku usaha
(penjual) terhadap konsumen (pembeli) dengan ditawarkan melalui calo,
HP, dan berokeran untuk memperluas informasi.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah dilihat dari objek jual beli yaitu sepeda motor dan
dilihat dari lokasi penelitian yaitu di Desa Mareje Timur Kecamatan
Lembar kabupaten Lombok Barat. Kemudian persamaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sam terkait tentang jual beli.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa skripsi yang penulis angkat berbeda dengan penelitian-penelitian
terdahulu, dilihat dari segi jual beli, objek jual beli dan lokasi penelitian,
penelitian ini lebih berfokus pada status hukum jual beli emas dalam bentuk
tabungan emas di Pegadaian Syariah.
F. Kerangka Teoretik
1. Jual Beli
a. Pengertian jual beli
Jual beli menurut Hendi Suhendi dalam fiqh Muamalah berarti al-
Bai’, al-Tijarah dan al-Mubadalah. Menurut istilah (terminologi)
yang dimaksud dengan jual beli adalah suatu perjanjian tukar-
menukar benda atau barang yang mempunyai nilai antara kedua
belah pihak, sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang
dibenarkan syara‟ dan kesepakatan.
11
Sesuai dengan ketetapan hukum, maksudnya adalah memenuhi
persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dan hal-hal lain yang ada
kaitannya dengan jual beli sehingga bila syarat-syarat dan rukun-
rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak
syara‟.16
b. Dasar hukum
Al-bai’ atau jual beli merupakan akad yang diperbolehkan. Hal ini
berlandaskan pada dalil-dalil yang terdapat dalam al-Quran, hadist
dan atau ijma ulama. Diantara dalil (landasan) yang
memperbolehkan praktik akad jual beli adalah sebagai berikut:
Artinya : “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah : 275)17
...
Artinya : “...janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu...” (QS. An-Nisa : 29)18
c. Rukun dan syarat jual beli
Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi sehingga
jual beli itu dapat di katakan sah oleh syara‟. Adapun rukun dan
syarat jual beli adalah sebagai berikut:19
16Hendi Suhendi, Fiqh, h. 68. 17 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, h. 47. 18Ibid, h. 83. 19Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana, 2015), h. 70.
12
1) Penjual dan pembeli
Penjual dan pembeli haruslah berakal, bukan paksaan atau
dengan kehendaknya sendiri, tidak mubazir (pemboros) sebab
harta orang yang mubazir itu ditangan walinya, serta telah balig.
2) Ma’qud alaih (objek jual beli)
Syaratnya adalah:
a) Barang yang diperjual belikan haruslah suci, tidak sah
penjualan benda-benda seperti anjing, babi, dan yang lainnya.
b) Bermanfaat, tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada
manfaatnya.
c) Jangan ditaklikan yaitu di kaitan atau di gantungkan kepada
hal-hal lain.
d) Barang telah ada ketika akad di langsungkan.
Suatu akad yang objeknya tidak ada adalah batal, namun
terdapat pengecualian terhadap bentuk-bentuk akad tertentu
seperti salam, istishna, dan musyaqah yang objeknya
diperkirakan ada di masa yang akan datang.20
e) Barang dapat diserahkan saat akad terjadi, atau pada waktu
yang telah disepakati. Tidak sah menjual suatu barang yang
tidak dapat diserahkan kepada pembeli.
20Gemala, Hukum, h. 66.
13
f) Barang tersebut di ketahui oleh si penjual dan pembeli,
seperti zat, bentuk, kadar (ukuran), dan sifat-sifatnya yang
jelas
g) Barang merupakan milik si penjual
3) Akad (Ijab qabul)
Akad adalah kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum
dikatakan sah sebelum ijab dan kabul dilakukan sebab ijab kabul
menunjukkan kerelaan (keridhaan).
Syarat Sah Akad:
a) Syarat umum
Syarat umum adalah syarat-syarat yang berhubungan
dengan semua bentuk jual beli yang ditetapkan Syara‟.
Diantaranya adalah harus terhindar kecacatan jual beli,
yaitu ketidakjelasan, keterpaksaan, pembatasan dengan
waktu (taukit), penipuan (gharar), kemadaratan dan
persyaratan yang merusak lainnya.21
b) Syarat Khusus
Syarat khusus adalah syarat-syarat yang hanya ada pada
barang-barang tertentu. Jual beli ini harus memenuhi
persyaratam berikut:
(1) Barang yang diperjualbelikan harus dapat dipegang
(2) Harga awal harus diketahui
21Rachman Syafei, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 79.
14
(3) Serah terima benda dilakukan sebelum berpisah
(4) Terpenuhi syarat penerimaan
(5) Harus seimbang dalam ukuran timbang
(6) Barang yang diperjualbelikan sudah menjadi tanggung
jawabnya
d. Macam-macam jual beli
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi
hukumnya, jual beli ada dua macam, yaitu jual beli yang sah
menurut hukumnya dan batal menurut hukum, dari segi objeknya
dan segi pelaku jual beli.22
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dibagi
menjadi tiga bentuk, yaitu:
1) Jual beli benda yang kelihatan
Waktu melaksakan akad jual beli benda atau barang yang
diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli.
2) Jual beli yang di sebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian
Jual beli dalam bentuksalam (pesanan). Menurut kebiasaan para
pedagang, salam adalah untuk jual beli yang tidak tunai (kontan).
Salam pada awalnya berarti meminjamkan barang atau sesuatu
yang seimbang dengan harga tertentu, maksudnya ialah
penjanjian yang menyerahkan barang-barangnya ditangguhkan
22Hendi Suhendi, Fiqh, h. 75.
15
hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah
ditetapkan ketika akad.
3) Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat
Jual beli ini adalah jual beli yang dilarang oleh agama Islam
karena barangnya tidak tentu atau masih gelap sehingga
dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang
titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian.
Di tinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:
1) Lisan. Para pihak mengungkapkan kehendaknya dalam bentuk
perkataan secara jelas.
2) Tulisan. Hal ini dapat di lakukan oleh para pihak yang tidak dapat
bertemu angsung, atau untuk akad yang sifatnya sulit, seperti
yang di lakukan oleh suatu badan hukum.
3) Isyarat. Suatu akad tidaklah hanya dilakukan oleh orang normal,
orang cacatpun dapat melakukan suatu akad.
4) Perbuatan. Hal ini di sebut dengan ta’athi atau mu’athah (saling
memberi dan menerima). Hal ini sering terjadi pada proses jual
beli di supermarket yang tidak ada proses tawar-menawar.23
23Gemala, Hukum, h.70.
16
e. Jual beli yang di larang
Menurut Hendi Suhendi jual beli ada yang di bolehkan dan ada yang
dilarang. Jual beli yang dilarang juga ada yang batal ada pula yang
dilarang tetapi sah.24
Jual beli yang di larang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut:
1) Barang yang hukumnya najis.
2) Jual beli sperma (mani) hewan .
3) Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut
induknya.
4) Jual beli dengan muhaqallah. Maksudnya ialah menjual tanam-
tanaman yang masih di ladang atau disawah.
5) Jual beli dengan mukhadharah yaitu menjual buah-buahan yang
belum pantas untuk dipanen.
6) Jual beli dengan muammassah, yaitu jual beli secara sentuh
menyentuh.
7) Jual beli dengan munabadzah, yaitu jual beli secara lempar
melempar.
8) Jual beli dengan muzabanah, yaitu menjual buah yang basah
dengan yang kering.
9) Menentukan dua harga untuk satu barang yang diperjual belikan.
24Hendi Suhendi, Fiqh, h. 78.
17
10) Jual beli dengan syarat (iwadh mahjul) jual beli seperti ini
hampir sama dengan jual beli dengan menentukan dua harga,
hanya saja disini di anggap sebagai syarat.
11) Jual beli gharar, yaitu jual beli yang samar sehingga ada
kemungkinan terjadi penipuan
12) Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang dijual.
13) Larangan menjual makanan hingga dua kali ditakar.
Adapun jual beli yang dilarang tetapi sah hukumnya, yaitu:25
1) Mencegat orang yang datang dari desa di luar kota, lalu membeli
barangnya sebelum mereka sampai ke pasar dan mengetahuai
harga pasar.
2) Menawar barang yang ditawar oleh orang lain.
3) Jual beli dengan Najasyi, ialah seorang menambah atau melebihi
harga temannya dengan maksud memancing-mancing orang
agar orang itu membeli barang kawannya.
4) Membeli barang untuk ditahan agar dapat dijual dengan harga
yang lebih mahal.
5) Menjual di atas penipuan orang lain.
6) Menjual suatu barang yang berguna, tetapi kemudian dijadikan
alat maksiat oleh pembelinya.
f. Bentuk akad barang sejenis dan yang tidak sejenis26
1) Pertukaran barang sejenis terbagi menjadi dua, yaitu:
25Ibid.,h. 82. 26Gemala, Hukum, h.106.
18
a) Pertukaran uang dengan uang (sharf)
Sharf adalah jual beli uang dengan uang yang sejenis maupun
tidak sejenis. Pada masa kini, bentuk jual beli ini banyak di
jumpai dilakukan oleh bank-bank devisa atau para money
changer, misalnya jual beli rupiah dengan dollar Amerika,
atau mata uang lainnya.
Dasar hukum di bolehkan as-sharf adalah hadist yang di
riwayatkan oleh Nabi, antara lain:
Dalam riwayat Ibnu Umar dikatakan: “jangan kamu memperjual belikan emas dengan emas, perak dengan perak, kecuali sejenis, dan jangan kamu memperjualbelikan perak dengan emas yang salah satunya gaib (tidak ada di tempat) dan yang lainnya ada.” HR. Jamaah. Dalam hadist tersebut menekankan bahwa, pertukaran mata
uang harus tunai (objek yang diperjualbelikan ada ditempat
jual beli itu di lakukan).
b) Pertukaran barang dengan barang (barter)
Islam pada prinsipnya membolehkan terjadinya pertukaran
barang dengan barang (barter). Namun, dalam pelaksanaanya
bila tidak memperhatikan ketentuan syariat dapat menjadi
barter yang mengandung unsur riba. Para ahli fiqh Islam telah
membahas masalah riba dan jenis barang ribawi. Barang
ribawi meliputi:
(1) Emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun
dalam bentuk lainnya.
19
(2) Bahan makan pokok seperti, beras, gandum, dan jagung
serta bahan makanan tambahan, seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan.
Ketentuan tukar-menukar antar barang ribawi dapat diuraikan
sebagai berikut:
a) Jual beli barang ribawi sejenis hendaklah dalam jumlah dan
kadar yang sama. Barang tersebut harus di serahkan saat
transaksi.
b) Jual beli antar barang ribawi yang berlainan jenis
diperbolehkan dengan jumah dan kadar yang berbeda dengan
syarat barang diserahkan pada saat transaksi.
c) Jual beli barang ribawi dengan yang bukan ribawi tidak
disyaratkan untuk sama dalam jumlah maupun untuk
diserahkan pada saat transaksi.
d) Jual beli antar barang yang bukan ribawi diperbolehkan tanpa
persamaan dan diserahkan pada waktu akad.
2) Pertukaran barang yang tidak sejenis terbagi menjadi dua yaitu:
a) Pertukaran uang dengan barang
(1) Jual beli pada umumnya
(2) Jual beli dalam bentuk khusus
Murabahah
Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak
untuk kemudian dijual kepada pihak lain yang telah
20
mengajukan permohonan pembelian terhadap satu barang
dengan keuntungan harga yang transparan.
Rukun dan syarat jual beli murabahah adalah hak
kepemilikan barang telah berada di tangan penjual, adanya
kejelasam informasi mengenai besarnya modal dan biaya-
biaya lain, adanya informasi yang jelas mengenai
keuntungan, penjual boleh menetapkan syarat pada
pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak
pada barang
AsSalam
As salammerupakan pembelian barang yang diserahkan
kemudian hari sementara pembayaran dimuka.
Rukun dan syarat jual beli as salamadalahuangnya dibayar
ditempat akad, barangnya menjadi utang bagi si penjual,
barangnya di serahkan sesuai waktu yang disepakati,
barang tersebut hendaklah jelas
(3) Jual beli dengan pesanan (al-istisna’)
Al-istisna’ merupakan salah satu bentuk jual beli salam,
hanya saja objek yang diperjanjikan berupa kontrak
produksi. Dalam kontrak inipembuat barang menerima
pesanan dari pembeli untuk membuat barang dengan
spesifikasi yang ditelah disepakati atas harga dan sistem
21
pembayaran, yaitu dilakukan di muka, melalui cicilan,
atau ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.
b) Pertukaran barang dengan uang, misalnya sewa-menyewa
(ijarah)
2. Tabungan
Tabungan dalam Islam merupakan sebuah respon dari prinsip
ekonomi Islam dan nilai moral Islam, yang menyebutkan bahwa manusia
haruslah hidup hemat dan tidak bermewah-mewah karena Allah sangat
mengutuk perbuatan israf (pemborosan) dan tabzir (menghamburkan
harta tanpa guna) serta mereka di anjurkan ada dalam kondisi yang tidak
fakir. Serta zakat terhadap tabungan akan mendorong umat muslim untuk
lebih sering melakukan investasi sehingga akan mengurangi kesenjangan
sosial yang ada.27
Tabungan adalah simpanan uang yang berasal dari pendapatan
yang tidak dibelanjakan dan bisa dilakukan oleh perorangan maupun
instansi tertentu. Simpanan ini bisa diambil kapan saja tanpa terikat oleh
waktu. Penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro dan atau alat lain yang dipersamakan dengan itu.28
Tabungan merupakan salah satu produk yang terdapat dalam
industri perbankan syariah, yang terdapat dalam produk penghimpunan
27Agil Company “Teori dan fungsi tabungan dalam Islam” dalam
https://agilbox.wordpress.com/2015/01/23/teori-dan-fungsi-tabungan-dalam-islam. diakses tanggal 5 April 2017.
28Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.179.
22
dana (funding)yaitu kegiatan penarikan dana atau penghimpunan dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi berdasarkan prinsip
syariah. Prinsip operasional syariah yang telah diterapkan secara luas
dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip al-wadiah dan al-
mudharabah.29 Dengan demikian penghimpunan dana pada bank syariah
disesuaikan dengan prinsip yang melandasinya.
Bentuk-bentuk simpanan berdasarkan prinsip syariah dapat disebutkan
sebagai berikut:30
a. Giro berdasarkan prinsip al-wadiah
b. Tabungan berdasarkan prinsip al-wadiah dan al-mudharabah
c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip al-mudharabah
Prinsip Al-Wadiah
Tabungan al-wadiah adalah simpanan atau titipan yang dapat
ditarik sewaktu-waktu. Prinsip titipan simpanan atau titipan dalam fiqh
dikenal dengan prinsip al-wadiah. Al-wadiah berarti titipan murni dari
nasabah kepada bank atau pihak lain yang harus dijaga dan dikembalikan
kepada penitip (penabung) kapan saja ia inginkan.31
Jenis-jenis al-wadiah:
29Moh Zohri, Terjemahan Fiqh Empat Mazhab, (Semarang: Asy-syifa, 1993), h. 169. 30Mardani, Hukum Bisnis syariah, (Jakarta: Prenadamedia, 2014), h. 158. 31Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajagrafindo,
2004), h. 298.
23
a. Wadiah yad al-amanah
Pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tetapi harus benar-
benar dijaga sesuai kelaziman.
Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip
sebagi biaya penitipan.
b. Wadiah yad adh dhamanah
Pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan
uang atau barang yang dititipkan. Pihak bank dalam hal ini
mendapatkan bagi hasul dari penggunaan dana. Bank dapat
memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.
Rukun dan syarat wadiah menurut mayoritas ulama yaitu:32
a. Barang yang ditipkan, syarat barang yang dititipkan adalah barang
atau benda itu merupakan sesuatu yang dapat dimiliki menurut
Syara‟.
b. Orang yang menitipkan dan yang menerima titipan, disyaratkan bagi
penitip dan penerima titipan sudah baligh, berakal, serta syrat-syarat
lain yang sesuai dengan syarat-syarat berwakil.
c. Shigat ijab dan qabul, disyaratkan pada ijab kabul ini dimengerti
oleh kedua belah pihak, baik dengan jelas maupun samar.
32Hendi Suhendi, Fiqh, h. 179.
24
Prinsip Al-Mudharabah33
Al-mudharabah adalah penjanjian antara penanam dana dan
pengelola dana untuk melakukan usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya. Produk pendanaan yang dapat menggunakan
prinsip al-mudharabah adalah tabungan dan deposito berjangka.
Selanjutnya berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik
dana (penabung), prinsip al-mudharabah dapat dibedakan dalam dua
jenis sebagai berikut:
a. Mudharabah mutlaqah
Adalah kerjasama antara pemilik dana (shahibbul maal) dan
mudharib (bank) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu dan wilayah bisnis. Artinya pemilik
dan memberikan bank kekuasaan yang sangat besar dalam
penggunaan dana simpanannya kepada mudharib.
b. Mudharabah muqayyadah
Merupakan simpanan dana khusus dimana pemilik dana menetapkan
syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank. Mudharabah al-
muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah mutlaqah
dimanna mudharib dibatasi jenis usaha, waktu, dan tempat usaha.
Mudharabah terpenuhi sempurna apabila memenuhi rukun-rukunnya,
yaitu:
33Nur Rianto, Lembaga,h. 140.
25
a. Shahibu maal (milik dana) yaitu harus ada pihak yang bertindak
sebagai pemilik dana yang hendak ditaruk di bank, dalam hal ini
asabah sebagai shahibul maal.
b. Mudarib (pengelola), yaitu harus ada pihak yang bertindak sebaai
pengelola ata dana yang ditaruh di bank untuk dimanfaatkan dalam
hal ini bank bertindak sebagai mudharib.
c. Usaha/pekerjaan yang akan dibagihasilkan harus ada.
d. Nisbah bagi hasil harus jelas dan sudah ditetapkan di awal sebagai
patokan dasar nasabah dalam menabung.
e. Ijab kabul antara shahibul maal dan mudharib.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000,
tabungan terdiri atas dua jenis, yaitu:
a. Tabungan yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah yang berupa
tabungan berdasarkan perhitungan bunga.
b. Tabungan yang dibenarkan secara prinsip syariah, yaitu tabungan
yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah.34
Ada beberapa faktor yang menjadi perbedaan tingakat tabungan, yaitu
sebagai berikut:
a. Pendapatan Masyarakat.
Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan tingkat
tabungan yang berbeda setiap orangnya.
34Ibid., h. 133.
26
b. Suku bunga bank
Banyak masyarakat yang memperhatikan suku bunga bank ini untuk
memutuskan menabung atau tidak. Karena ada masyarakat yang tidak
suka dengan adanya suku bunga bank.
c. Tingakat kepercayaan
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank juga mempengaruhi
tingkat tabungan.
3. Sistem Emas
Penggunaaan uang sebagai media pertukaran telah diperkenalkan untuk
mengatasi kegagalan sistem barter. Emas dan perak telah digunakan sejak
masa pra Islam, walaupun demikian Nabi Muhammad SAW
mengeluarkan beberapa perubahan seperti contoh koin dan logam yang
sama tidak bisa dipertukarkan kecuali apabila beratnya sama dan
pemiliknya diserahkan secara serntak. Penggunaan emas dan oerak terkait
dengan kriteria-kriteria seperti mudah dibawa, homogen, tahan lama, dan
langka. Sejak saat itu, sistem telah menjadi sistem yang dilindungi secara
penuh oleh emas. Maka masyarakat mulai menjaga emas mereka di bank,
penggunaan emas dalam transaksi ekonomi. Masyarakat mendatangi
tempat tersebut kemudian mengeluarkan dokumen yang menyatakan
sejumlah emas dimiliki oleh pembawa, mereka dapat melakukan
perdagangan tanpa menggunakan emas. Dengan adanya penerimaan
terhadap pertumbuhan yang kertas, bank melakukan pencetakan uang yang
banyak tanpa menghiraukan emas nyata yang ada dii Bank. Maka sistem
27
giro wajib bank mulai diberlakukan dan nilai intrinsik uang turun disetiap
saat.35
Emas masih berfungsi sebagai cadangan di bank-bank central dan
sebagai alat pembayaran internasional. Terdiri dari emas batangan dan
mata uang emas yang tersimpan di bank sentral, ditambah sertifikat-
sertifikat emas yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan demikian, bank
sentral menerbitkan uang kertas sesuai dengan volume emas yang tersedia.
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, yaitu penelitian yang
dilakukan dilapangan atau dalam masyarakat, yang berarti datanya di
ambil atau didapat dari lapangan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang ingin mengungkapkan,
mengembangkan, dan menafsirkan data, peristiwa, kejadian-kejadian dan
gejala penomena yang terjadi pada saat sekarang ini.36
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan fakta atau data dan
informasi lapangan berdasarkan sebagaimana adanya, kemudian di
analisis secara mendalam.
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan bukan bertujuan untuk memberikan nilai,
mempengaruhi subjek penelitian atau manipulasi data dan informasi, akan
35 Mohd Ma‟sum Billah, Dinar Emas Mata Uang Islam (Jakarta: PT Ina Publikatama, 2010), h. 131.
36Iskandar, Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial(Jakarta: GP Press, 2010), h. 20.
28
tetapi peneliti bertujuan agar peneliti memperoleh data yang akurat, untuk
memperoleh data yang akurat tersebut maka peneliti mengamati dan
sebagai partisipan penuh di lapangan penelitian. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui lebih dalam permasalahan yang diteliti dan untuk
mendapatkan data yang valid.
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian berperan sebagai peneliti data atau
pencari informasi.Berkaitan dengan hal tersebut, sebelum terjun ke
lapangan, peneliti meminta izin terlebih dahulu kepada pihak-pihak yang
berwenang dalam penelitian tersebut. Kehadiran dalam penelitian
tersebut, bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dengan ikut
terlibat langsung dalam kegiatan yang mereka lakukan di lapangan
3. Sumber data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yang disajikan
sebagai sumber data, yaitu:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli atau data
dalam bentuk kata yang diucapkan secara lisan, atau perilaku
aktivitas.
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang berhubungan
dengan praktik jual beli emas pada sistem tabungan emas Pegadaian
Syariah Cabang Cakranegara Mataram. Sumber data untuk data
primer meliputi:
1) Orang yang melakukan transaksi
29
2) Tempat terjadinya transaksi
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen,
buku-buku, brosur, benda-benda dan lain-lain yang dapat
memperkaya data primer.37
4. Teknik pengumpulan data
Tehnik pengumpulan data ini merupakan suatu cara dimana
peneliti memperoleh data dari penelitiannya, tehnik pengumpulan data
dilakukan secara natural atau alami. Dalam hal ini, peeliti mengumpulkan
data yang di butuhkan dengan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu:
a. Wawancara
Yaitu pengumpulan data atau informasi dengan cara tanya-jawab
secara lisan kepada responden.38 Maksud dari diadakannya
wawancara yaitu untuk mengkrontruksi mengenai orang, kejadian,
kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, serta setting sosial.
Adapun model wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah wawancara tidak terstruktur, dimana wawancara tidak
terstruktur merupakan seorang peneliti bebas menentukan fokus
masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam
37Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 22. 38Sugiyono. Metodde Penelitian Menajemen (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 376.
30
percakapan biasa, yaitu mengikuti dan menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi responden.39
Informan yang akan diwawancara oleh peneliti di antaranya:
1) Nasabah
2) Pegawai Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Mataram
b. Observasi
Yaitu pengumpulan data yang di lakukan dengan cara pengamatan
langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi,
konteks dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian.40
Pada tahap observasi ini, peneliti mengamati dan melihat lebih dekat
praktik jual beli emas yang dilakukan di Pegadaian Syariah Cabang
Cakranegara Mataram.
Observasi ini dilakukan untuk mengadakan pengamatan langsung di
Lapangan guna mendapatkan atau menemukan data yang ada di
lokasi, selain itu juga untuk mendapatkan data tentang keadaan
geografis, serta praktik jual beli emas pada sistem tabungan emas
Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Mataram.
c. Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dari refrensi-refrensi yang berhubungan
dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen yang
dimaksud adalah dokumen pribadi, dokumen resmi, buku-buku, foto-
foto, rekaman, dan lain-lain. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti
39Iskandar, Metodelogi, h. 217. 40Djam‟an Satori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 105.
31
untuk menguji, menafsir bahkan untuk meramalkan jawaban dari
fokus permasalahan penelitian.41
5. Analisis data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut diberi arti dan makna
yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.42
Analisis data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, serta
menyingkatkan data yang diperoleh dari wawancara, observasi,
dokumentasi, dan lain-lain sehingga mudah untuk di baca.43
Mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka peneliti
menggunakan analisis data yang bersifat umum kemudian mengambil
kesimpulan yang bersifat khusus. Analisis ini peneliti gunakan untuk
menyimpulkan hasil observasi dan hasil penelitian lainnya. Penggunaan
metode induktif dimaksud untuk memenuhi fakta-fakta yang ditemukan
kemudian dicocokkan dengan landasan teori yang ada. Metode induktif
adalah cara berfikir yang berangkat dari faktor-faktor yang bersifat khusus
atau peristiwa yang kongkrit untuk ditelaah secara umum.
6. Validitas Data
Langkah-langkah yang diperlukan peneliti untuk mendapatkan
kesahihan data dari penelitiannya adalah dengan melakukan langkah-
langkah berikut:
41Iskandar, Metodelogi, h. 219. 42Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Graha Indonesia, 1988), h. 63. 43Supardi, Bacaan Cerdas Menyusun Skripsi (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2010),
h. 132.
32
a. Meningkatkan ketekunan
Peneliti harus meningkatkan ketekunannya dalam melakukan
penelitian, mengingat ketekunan dalam meneliti sangat diperlukan,
karena kegigihan untuk menggali lagi informasi yang belum ada akan
terus diupayakan keberadaannya.
b. Memperpanjang waktu penelitian
Menambah waktu penelitian adalah cara untuk mendapatkan informasi
yang belum ada, serta menyempurnakan hasil penelitian.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu.44 Pengecekan melalui informan ini
akan dilakukan dengan mewawancarai kembali atau mencari data dari
sumber yang sama akan tetapi tehniknya berbeda baik itu dengan
wawancara atau observasi kembali.
d. Menambah referensi
Selain dari langkah-langkah diatas pneliti juga akan melihat kecukupan
referensi dari tema yang dibahas dalam penelitian. Menambah
referensi digunakan untuk menambah informasi. Referensi sebagai
landasan teori yang cukup kuat untuk merumuskan permasalahan, oleh
karena itu peneliti selalu berpedoman pada referensi.
44Djam‟an Satori,Metodologi, h. 94.
33
H. Sistematika
Dalam rangka pencapaian tulisan yang sistematis serta untuk
mempermudah pemahaman, skripsi ini dibagi dalam empat bab yang masing-
masing bab dibagi dalam beberapa sub bab, adapun sistematika
pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab Pertama merupakan pendahuluan yang berisi aspek-aspek utama
penelitian, yang di antaranya latar belakang yang memuat alasan pemunculan
masalah yang akan diteliti. Pokok masalah merupakan penegasan terhadap
apa yang terkandung dalam latar belakang masalah. Tujuan yang akan dicapai
dan kegunaan (manfaat) yang diharapkan tercapainya penelitian ini. Setting
penelitian berupa batasan-batasan yang kan diteliti. Telaah pustaka sebagai
penelusuran terhadap literatur yang ada sebelumnya dan kaitannya dengan
objek penelitian. Kerangka teoritik menyangkut pola fikir yang digunakan
dalam memecahkan masalah. Metode penelitian berupa penjelasan langkah-
langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data dan menganalisis data.
Sistematika pembahasan sebagai upaya yang mensistematikan penyeusunan
skripsi.
Bab Dua berisi tentang Pegadaian Syariah Cabang Cakranegra
Mataram. Jual beli emas pada sistem tabungan emas Pegadaian Syariah
Cabang Cakranegara Mataram, proses transaksi atau mekanisme jual beli
emas pada sistem tabungan emas.
34
Bab Tiga berisi tentang analisis jual beli emas pada sistem tabungan
emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Mataram. Dan tinjaun hukum
islam terhadap jual beli emas pada sistem tabungan emas.
Bab Empat berisi kesimpulan penelitian dan saran-saran dari
penelitian ini. Kesimpulan tertulis untuk menyimpulkan hasil analisis dalam
bab tiga sekaligus menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah pada bab
pertama.
35
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran umum Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Kota
Mataram
1. Letak Geografis
Kota Mataram memiliki topografi wilayah berada pada ketinggian
kurang dari 50 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan rentang
ketinggian sejauh 9 km, terletak pada 08° 33‟-08° 38‟ Lintang Selatan dan
116° 04‟-116° 10‟ Bujur Timur.Suhu udara di Kota Mataram berkisar
antara 20.4°C sampai dengan 32.10°C.
Secara administratif Kota Mataram memiliki luas daratan 61,30 km
dan 58,80 km perairan laut, terbagi atas 6 kecamatan, yaitu kecamatan
Ampenan, Cakranegara, Mataram, Sandubaya, Selaparang, dan Sekarbela
dengan 50 kelurahan dan 297 lingkungan.45
Cakranegara adalah salah satu kecamatan di Kota Mataram, Nusa
tenggara barat. Yang terdiri dari beberapa kelurahan yaitu:
a. Cakranegara Barat
b. Cakranegara Selatan
c. Cakranegara Selatan Baru
d. Cakranegara Timur
e. Cakranegara Utara
f. Cilinaya
45Cakranegara Mataram, 15 Juli 2017, observasi
35
36
g. Karang Taliwang
h. Mayura
i. Sapta Marga
j. Sayang-Sayang
Cakranegara memiliki fasilitas yang sangat memadai. Disini
terdapat fasilitas kesehatan, pendidikan, perbelanjaan, kawasan bisnis, dan
lain-lain. Perekonomian Cakranegara ditopang dari berbagai sektor
diantaranya perindustrian, lembaga keuangan, kuliner, swalayan, pasar
tradisional dan lain sebagainya, semua itu tidak lepas dari interaksi antar
pelaku usaha.
Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara terletak di Jalan Pejanggik
No. 107 Cakranegara tengah-tengah perkotaan Kota Mataram,
berdampingan dengan pertokoan daerah Kota Mataram. Di sebelah timur
kantor Pegadaian Syariah terdapat Apotek Komplit 24 Jam Pejanggik,
sebelah barat terdapat toko tv berlangganan, sebelah utara yaitu terdapat
jalan raya dan Kantor Kelurahan Cakra Barat, kemudian sebelah selatan
atau tepatnya di belakang kantor Pegadaian Syariah terdapat perumahan.46
46Cakranegara Mataram, 15 Mei 2017, observasi.
37
2. Struktur organisasi47
Gambar 1 Struktur organisasi Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Kota Mataram
47Cakranegara Mataram, 10 Juli 2017, observasi.
Kanwil Pegadaian Denpasar-
Bali
Pemimpin Cabang
Sarifatun R Sukandi, S.Sos
Asisten Meneger
-
Pengelola Agunan
Timbul Harianto
Kasir
Januar A. Malik, A.Md
Penaksir
Dian Andriani, SE
Dedy A. Supriyady, SE
Keamanan Pengelola Unit
Kasir Penaksir Penyimpan
38
B. Praktik jual beli emas pada sistem tabungan emas Pegadaian Syariah
Cabang Cakranegara Kota Mataram
Dalam kehidupan kita sehari-hari hampir tidak dapat dihindari
terjadinya transaksi jual beli, karena jual beli adalah bentuk transaksi yang di
benarkan oleh Agama bahkan sudah diatur ketentuannya mengenai syarat-
syarat dan rukunnya. Jual beli dalam masyarakat sudah semakin luas, dengan
berbagai bentuk jual beli.
Kaitannya dengan hal tersebut pada penelitian ini, jual beli emas
dengan fasilitas titipan yang dilakukan merupakan produk yang di tawarkan
oleh Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara yang di sebut dengan Tabungan
Emas. Untuk pengumpulan data, peneliti melakukan observasi dan
wawancara dari beberapa nasabah dan pegawai Pegadaian Syariah
Cakranegara, wawancara yang di gunakan peneliti adalah wawancara yang
tidak terstruktur, peneliti bebas menentukan fokus masalah wawancara,
kegiatan wawancara mengalir seperti dalam percakapan biasa, yaitu
mengikuti dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi responden.
Tabungan Emas adalah layanan pembelian dan penjualan emas
dengan fasilitas titipan dengan harga yang terjangkau. Layanan ini
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk berinvestasi emas.
Berdasarkan pernyataan bapak Dedy A. Supriyadi, selaku bagian
penaksir di Pegadaian Syaraih Cabang Cakranegara Mataram bahwa:
“istilah Tabungan Emas merupakan istilah untuk produk saja tapi memfasilitasi untuk jual beli dan titip emas, yang tujuannya untuk mempermudah dan menarik minat dari masyarakat (nasabah) untuk mendapatkan emas mulai dari harga terkecil. Pembelian dengan sedikit demi
39
sedikit yang yang di kenal dengan istilah gradual buy. Model tabungan emas ini adalah jual beli, titip, jadi kita jual emas dan nasabah membeli kemudian langsung dititipkan di pegadaian.Kemudian pegadian mengkonversikan kedalam bentuk gram emas, sehingga saldo tabungannyatu tidak dalam bentuk rupiah melainkan gram emas”48
Hal yang samapun di sampaikan oleh ibu Sarifatun yang merupakan
pimpinan cabang Pegadaian Syariah Cakranegara:
“tabungan emas itu filosofinya adalah kita membeli emas kemudian di titipkan di pegadaian, jadi memfasilitasi kemasyarakat yang ingin memiliki emas secara sedikit, jadi kalau membeli emas dengan jumlah yang besar agak kesulitan. Maka ini fasilitasnya dalam bentuk tabungan. Jadi filosofinya masyarakat membeli emas kemudian dititipkan pegadaian”49
Hal senada pun di sampaikan oleh ibu Supartini salah satu nasabah
pegadaian:
“pelayanan disini baik, cepat dan lancar, saya tidak perlu mengeluh karena menunggu lamaketika mau menabung, saya tertarik dengan tabungan emas ini ya itu karena kita bisa mebeli emas dengan harga yang murah, menurut saya ini cocok untuk masyarakat menengah kebawah, yang tidak bisa membeli dengan jumlah yang besar.”50
Sistem tabungan emas berbeda dengan sistem tabungan pada
umumnya, karena tabungan emas lebih berfokus pada nominal saldo gram
emas bukan nominal jumlah dana yang di tabungkan oleh nasabah.Istilah
tabungan emas hanyalah nama produk yang tujuannya untuk mempermudah
untuk pemasaran kepada masyarakat, serta mempermudah masyarakat untuk
memiliki emas sedikit demi sedikit. Tabungan emas pada dasarnya sistemnya
adalah jual beli dan titip emas.
48Dedy A. Supriyadi, wawancara, Cakranegara Mataram, 11 Juli 2017 49Sarifatun, wawancara, Cakranegara Mataram, 7 Agustus 2017 50Supartini, wawancara, Cakranegara Mataram, 10 Juli 2017
40
1. Prosedurtabungan emas yaitu:
Dalam wawancara dengan Ramli, salah satu nasabah pegadaian yaitu “saya kemarin buka rekening tabungan emas, menurut saya ini produk sangat menarik karena karena tabungannya dalam bentuk emas dan tidak bisa tertarik langsung tunai seperti di ATM, ini bisa mengontrol diriuntuk bisa menghemat tabungan, dan untuk prosedur pembuatan rekening kemarin cuma menyerahkan fotocopy KTP saja, dan bayar administrasi, biaya perawatan atau biaya penitipan, cuma itu saja.”51
Hal senada di sampaikan oleh ibu Hilmah yaitu: “kemarin saat saya buka rekening tabungan emas, saya hanya di minta fotocopy KTP, bayar administrasi dan biaya penitipan, kemudian menunggu beberapa hari untuk pembuatan buku tabungan emas”52
Jadi untuk prosedur tabungan emas adalah sebagai berikut:53
a. Membuka rekening Tabungan Emas di Kantor Cabang Pegadaian
hanya dengan melampirkan fotocopy identitas diri (KTP/ SIM/
Passpor) yang masih berlaku.
b. Mengisi formulir pembukaan rekening serta membayar biaya
administrasi sebesar Rp. 10.000,- dan biaya fasilitas titipan selama 12
bulan sebesar Rp. 30.000,-.
c. Proses pembelian emas dapat dilakukan dengan kelipatan 0.01 gram di
sesuaikan dengan harga emas pada hari pembelian (harga emas
berbeda-beda setiap harinya)
d. Apabila membutuhkan dana tunai, saldo titipan emas dapat dijual
kembali (buyback) ke Pegadaian dengan minimal penjualan 1 gram.
51Ramli, wawancara, Cakranegara Mataram, 10 Juli 2017. 52Hilmah, wawancara, Cakranegara Mataram, 20 Juli 2017 53www.pegadaian.co.id. Di akses tanggal 11 Juli 2017
41
e. Uang pembelian dikonversi menjadi emas sampai dengan 4 digit di
belakang koma. Atas selisihnya dikelola sebagai Dana Kepedulian
Sosial atau Dana Kebajikan Umat.
f. Apabila menghendaki fisik emas batangan, dapat melakukan order
cetak dengan pilihan keping (5gr, 10gr, 25gr, 50gr, dan 100gr) dengan
membayar biaya cetak sesuai dengan kepingan yang dipilih.
g. Minimal saldo rekening adalah 0.1 gram
h. Transaksi penjualan emas kepada Pegadaian dan pencetakan emas
batangan, saat ini hanya dapat dilayani di Kantor Cabang tempat
pembukaan rekening dengan menunjukan Buku Tabungan dan
identitas diri yang asli.
Untuk pembelian tabungan emas ini juga bisa di lakukan secara
online melalui chanel perbankan, seperti melalui ATM (BNI, BRI),
internet banking, mobile banking, maupun layanan online antar outlet
Pegadaian.54 Seperti yang disampikan bapak Dedy dalam wawancara
sebagai berikut:
“pembelian emas ini bisa di lakukan melalui ATM, tetapi untuk penjualan (pencairan emas dalam bentuk uang) dan pencetakan emas batangan belum bisa melalui ATM, karena tabungan ini sifatnya jual beli yang berfokus pada nominal saldo gram bukan nominal rupiah.”55 Hal tersebut juga di sampaikan oleh Ahmadi, bagian keamanan di
Pegadaian Syariah Cabang cakranegara mataram:
“kalau untuk produk yang sering di lakukan nasabah ya gadai, tapi untuk tabungan emas biasanya sehari yang datang untuk pembelian tabungan
54www.pegadaian.co.id. Di akses tanggal 20 Juli 2017 55Dedi A. Supriyady, wawancara, Cakranegara Mataram, 14 Juli 2017.
42
emas sekitar 5 orang, ya sedikit karena nasabah kan bisa membeli melalui online atau ATM, jadi tidak mesti datang ke sini,”56 Hal senada pun di sampaikan oleh Mustikarini salah satu nasabah
pegadaian, sebagai berikut:
“saya buka rekening tabungan emas sekitar bulan Oktober, saya tertarik karena ini merupakan investasi emas yang cukup baik, karena kita bisa membeli emas dengan harga murah dan kita juga bisa membeli melalui ATM, ya tapi saya tidak pernah membeli emas melalui ATM karena lebih sering datang ke Pegadaian langsung.”57
Berikut prosedur pembelian emas melalui ATM BNI:
1. Masukkan kartu ATM ke mesin ATM BNI
2. Masukkan kode pin 6 digit
3. Pilih bahasa
4. Pilih menu lainnya
5. Pilih pembayaran lainnya
6. Menu berikutnya dua kali
7. Pembayaran lainnya
8. Masukkan kode institut pegadaian di sambungkan dengan nomor
rekening buku tabungan
9. Masukkan jumlah pembelian emas (minimal Rp. 50.000 maksimal 10
juta)
10. Konfirmasi pembayaran pembelian emas muncul dengan nama
pemilik rekening, harga jual 0.01 gram yang berhasil dibeli, nominal
uang yang di transfer untuk pembelian, biaya administrasi.
56Ahmadi, wawancara, Cakranegara Mataram, 15 Juli 2017 57Mustikarini, wawancara, Cakranegara Mataram, 20 Juli 2017
43
11. Struk akan keluar dan tercerak semua hasil transaksi.
Adapun tata cara melakukan pembelian emas melalui internet banking BRI
sebagai berikut:
a. Login ke internet BRI
b. Pilih multipayment
c. Klik jenis tagihan, kemudian pilih pegadaian
d. Pilih jenis layanan “pembelian tabungan emas”
e. Lakukan pengisian nomor rekening tabungan emas dan nominal
pembelian
f. Lakukan konfirmasi kirim
2. Bentuk akad jual beli emas pada sistem tabungan emas
Dalam wawancara dengan Bapak Dedy mengatakan bahwa: “tabungan emas ini akadnya adalah murabahah dan wadiah. Yang dititip ini bukan nominal uangnya, tapi nominal gram emasnya. Jadi untuk uangnya itu tidak dititip dan ketika transaksi uangnya bukan dititip melainkan dikonversikan kedalam gram emas, lain halnya dengan kita menabung dengan sistem pembagian deposito, uang dititipkan di kelola.”58
Hal senada di sampakan oleh ibu Sarifatun yaitu: “akad yang di gunakan dalam tabungan ini yaitu akad jual beli murabahah dan wadiah,karena ada jual beli kemudian di titipkan.”59
Bentuk akad yang di gunakan dalam produk tabungan emas adalah
sebagai berikut:
1. Akad Murabahah
Bahwa antara pihak pertama (pegadaian) dengan pihak kedua
(nasabah/pembeli) mengadakan akad jual-beli, dengan syarat dan
58Dedi A. Supriyady, wawancara, Cakranegara Mataram, 11 Juli 2017. 59Sarifatun, wawancara, Cakranegara Mataram, 7 Agustus 2017
44
ketentuan dalam pasal-pasal yang telah di tentukan dan menjadi
kesepakatan antara pihak pertama dengan pihak kedua.
2. AkadWadiah
Bahwa sebelumnya para pihak telah sepakat untuk melakukan
akad jual beli, dimana emas yang di beli tidak diserahkan langsung
melainkan di titipkan di pihak pertama dalam bentuk saldo. Maka atas
penitipan tersebut para pihak mengadakan akad wadiah.
3. Mekanisme jual beli emas pada sistem tabungan emas
Emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan
manusia disamping memiliki nilai estetis yang tinggi juga merupakan jenis
investasi yang nilainnya stabil, likuid, dan aman secara rill.
Oleh sebab itu, Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara
menawarkan produk berupa tabungan emas, yaitu layanan jual beli emas
dengan fasilitas titipan. Dalam aplikasi Tabungan Emas minimal
melibatkan tiga pihak. Pertama, Pegadaian selaku penjual dan penerima
titipan.Kedua, Nasabah selaku pembeli. Ketiga, supplier atau pihak yang
di beri kuasa oleh Pegadaian untuk menjual barang.
Dimana mekanisme Tabungan emas seperti yang di sampaikan
Bapak Dedy A. Supriyadi adalah
“proses pembelian yaitu dengan nasabah membawa sejumlah uang nanti langsung uang itu kita konversikan kedalam bentuk gram emas, nasabah mendapat nominal saldonya, misalnya uang Rp. 100.000 dapat berapa gram, kemudian yang berapa gramitu yang dititipkan dalam bentuk saldo.”60
60Dedi A. Supriyady, wawancara, Cakranegara Mataram, 11 Juli 2017.
45
Hal senada pun disampaikan oleh ibu Sarifatun yaitu: “nasabah misalnya datang membawa uang Rp. 10.000 nanti langsung kita konversikan harga emas pada hari itu berapa per 1 gram atau per 0.01 gram, kemudian berapa gram itu yang di titipkan di pegadaian dalam bentuk saldo.”61
Dalam hal ini nasabah selaku pembeli menabung (membeli) emas
ke Pegadaian Syariah selaku penjual. Kemudian jumlah uang yang di
tabung oleh nasabah akan di konversikan ke dalam bentuk gram emas oleh
Pegadaian sesuai dengan jumlah nominal yang di tabung dan tentunya
sesuai dengan harga jual beli emas pada hari itu. Dari proses pembelian
tersebut nasabah akan mendapatkan beberapa gram emas, maka emas
tersebut tidak di serahkan langsung saat transaksi melainkan saldo gram
emas di titip di Pegadaian. Pada saat yang bersamaan Pegadaian sekaligus
sebagai penerima titipan. Dengan kata lain, ketika nasabah menyerahkan
uang, pihak Pegadaian tidak menyerahkan emas yang dibeli secara
langsung, namun hanya menerbitkan surat bukti kepemilikan bahwa
nasabah memiliki emas sejumlah yang di beli dan dititipkan di pegadaian.
Tabel 1 Pembelian tabungan emas
Ilustrasi
Harga jual0,01 gr emas pada tanggal 15 Juli 2017 adalah Rp. 5.760
Si A datang ke Pegadaian dengan membawa uang sejumlah Rp. 150.000
untuk pembelian tabungan emas.
A kemudian mengisi form pembelian emas sambil menunggu antrian
Setelah A dipanggil, maka A menyerahkan buku Tabungan Emas, form
pembelian emas serta uang pembelian.
61Sarifatun, wawancara, Cakranegara Mataram, 7 Agustus 2017
46
Pembelian diproses oleh Pegadaian, sementara A menunggu untuk
dipanggil lagi.
Setalah pemanggilan selanjutnya, Pegadaian memberikan buku tabungan
emas dan form pembelian emas sebagai bukti pembelian.
Pihak Pegadaian kemudian menerangkan bahwa dari pembelian Rp.
150.000 di dapatkan 0,2650 gr emas dengan harga Rp. 149.990
Dimanasyarat dalam pembelian di konversi menjadi emas sampai dengan
4 digit di belakang koma.
Kemudian sisa dari selisihnya merupakan keuntungan dari Pegadaian
(dikelola sebagai Dana Kepedulian Sosial atau Dana Kebajikan Umat.
Kemudian untuk proses pencairan (menjual) emas. Saldo gram
emas yang di miliki oleh nasabah di jual kembali ke Pegadaian apabila
menghendaki dalam bentuk uang tunai, tentunya dengan harga jual beli
emas pada hari itu, tidak dengan berapa jumlah uang yang di tabungkan
oleh nasabah. Hal tersebut di sampaikan oleh Bapak Dedy A. Supriyadi:
“untuk penjualan atau pencairan dalam bentuk uang itu misalnya nasabah telah memiliki saldo 5 gram emas, kemudian nasabah bisa melakukan penjualan kembali ke pegadaian, misalnya nasabah akan menjual yang 3 gram emasnya, maka uang yang didapat sekitar anggap saja Rp. 1.600.000. jadi pegadaian akan menyerahkan uang tunai hasil penjualan kembalinya, dan saldo tabungan emas nasabah akan berkurang 3 gram, dan tidak di kaitkan dengan nilai rupiahnya. Kemudian untuk pencetakan emas batangan, nasabah akan di minta biaya pencetakan sesuai dengan jumlah gram yang akan dicetak. Misalnya nasabah memiliki 6 gram emas, ingin mencetak yang 5 gram. Maka pegadaian akan langsung mengorder ke kantor pusat, dan barang akan datang sekitar 2 mingguan.”62 Hal tersebutdi sampaikan juga oleh ibu Sarifatun yaitu: “ketika nasabah sudah memiliki sejumlah saldo gram emas, kemudian ingin mengambil dalam bentuk rupiah, untuk mengambil dalam bentuk uang ini istilahnya
62Dedi A. Supriyady, wawancara, Cakranegara Mataram, 14 Juli 2017.
47
itu adalah penjualan kembali emasnya ke pegadaian, dan ketika nasabah ingin dalam bentuk emas batangan, maka nasabah hanya akan di minta biaya cetak saja.”63
Kemudian apabila nasabah menghendaki dalam bentuk emas
batangan, maka hanya akan di minta biaya pencetakan saja. Untuk lebih
memahami, berikut ilustrasi penjualan dan pencetakan tabungan emas.
Tabel 2 Penjualan tabungan emas
Ilustrasi
Harga beli 0,01 gr emas pada tanggal 11 Agustus 2017 adalah Rp.
5.480
Saldo tabungan A adalah 2 gram
Saldo yang akan di jual A adalah 1 gram
Si A datang ke Pegadaian untuk penjualan kembali tabungan emas.
A kemudian mengisi form penjualan emas sambil menunggu antrian
Setelah A dipanggil, maka A menyerahkan buku Tabungan Emas dan
form penjualan emas.
Penjualan diproses oleh Pegadaian, sementara A menunggu untuk
dipanggil lagi.
Setalah pemanggilan selanjutnya, Pegadaian memberikan buku tabungan
emas dan form penjualan emas sebagai bukti penjualan serta uang hasil
penjualan sejumlah Rp. 548.000.
Pihak Pegadaian kemudian menerangkan bahwa dari penjualan 1 gram
emas adalah Rp. 548.000, dan sisa salto tabungan si A adalah 1 gram.
63Sarifatun, wawancara, Cakranegara Mataram, 7 Agustus 2017
48
Tabel 3 Pencetak tabungan emas
Ilustrasi
Saldo tabungan A adalah 6 gram
Yang akan di cetak 5 gram
Si A datang ke Pegadaian untuk melakukan pencetakan tabungan emas.
A kemudian mengisi form pencetakan emas sambil menunggu antrian
Setelah A dipanggil, maka A menyerahkan buku Tabungan Emas dan
form pencetakan emas.
Kemudian dalam buku rekening tabungan emas akan diproses oleh
Pegadaian, untuk pengurangan saldo, sementara A menunggu untuk
dipanggil lagi.
Setalah pemanggilan selanjutnya, Pegadaian memberikan buku tabungan
emas dan form pencetakan emas sebagai bukti pencetakan, serta pihak
Pegadaian akan meminta biaya pencetakan sebesar Rp. 127.000 (biaya
pencetakan tergantung dengan jumlah gram yang akan di cetak).
Pihak Pegadaian kemudian menerangkan bahwa emas batangan yang di
order A akan jadi atau datang sekitar 2 minggu lagi.
Apabila A terlambat mengambil emas batangan yang telah di order, maka A di kenakan biaya keterlambatan pengambilan.
Dalam Pegadaian Syariah sendiri, mekanisme tabungan emas
adalah seperti gambar berikut ini:
49
Gambar 2 Skema Tabungan Emas
(1)
(4) (2) (3)
Keterangan:
(1) Nasabah melakukan akad jual belidenganPegadaian, pembelian
emasdisesuaikandengan harga jual beli emas pada hari itu.
Pegadaian kemudian menerbitkan bukti pembelian atau
kepemilikan emas dalam bentuk Tabungan Emas. Karena dalam
hal ini, emas akan di ambil di kemudian hari.Sehingga terjadilah
akad wadiah/penitipan, dimana jumlah gram emas dari hasil
pembelian di titipkan dalam bentuk saldo.
(2) Pegadaian mengorder emas yang dipesan oleh nasabah ke supplier.
Dalam hal ini, pegadaian akan mengorder emas ke supplier ketika
nasabah ingin mencairkan saldo tabungan emas dalam bentuk emas
batangan dengan nasabah akan di minta biaya percetakan.
(3) Supplier mengirim emas batangan ke Pegadaian sesuai pesanan
nasabah, dan tanggung jawab terhadap resiko barang telah
berpindah ke Pegadaian
(4) Pedagaian menyerahkan emas batangan ke nasabah
Pegadaian Nasabah
Supplier
EMAS
50
Dari keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa pembelian
tabungan emas ini terdiri dari dua akad transaksi yaitu:
1. Akad dari supplier kepada Pegadaian
2. Akad dari pegadaian kepada nasabah
Untuk alur nomor (1) terjadi dua akad yaitu akad jual beli dan wadiah,
dimana setelah nasabah membeli emas, maka berapa jumlah gram emas
yang dimiliki oleh nasabah kemudian di titipkan di pegadaian dalam
bentuk saldo.
Konsep tabungan emas pegadaian mengacu kepada emas batangan
1 kg, jadi Pegadaian terlebih dahulu menyediakan stok emas batangan
dengan jumlah tertentu. Secara fisik emas memang ada di pegadaian pusat,
emas di simpan dalam sebuah ruangan khusus dengan tingkat keamanan
yang tinggi dan di asuransikan.
Dalam wawancara dengan Bapak Dedy A. Supriyadi bahwa “untuk fisik emasnya sudah ada, sudah kita stok di kantor pusat, sudah ada 2 kg emas. Jadi nanti misalnya berapa jumlah nasabah yang membeli pada hari itu kita sudah stok disana, jadi barangnya ada tapi dalam bentuk bungkulan emas. Sekarang untuk pencetakan sudah bisa mulai dari 1 gram. Kalau untuk penjualan minimal nasabah sudah memiliki 0,01 gram”64
4. Biaya-biaya dalam Tabungan Emas65
Biaya-biaya dalam jual beli dan titip emas atau tabungan emas
selain biaya fasilitas titipan, ada pula biaya administrasi sebesar Rp
64Dedi A. Supriyady, wawancara, Cakranegara Mataram, 15 Juli 2017 65www.pegadaian.co.id. Di akses tanggal 11 Juli 2017
51
10.000. Berikut adalah biaya-biaya yang ada dalam transaksi tabungan
emas
Tabel 4 Biaya transaksi
BIAYA TRANSAKSI
Transaksi Biaya Keterangan
Pembukaan rekening Rp. 10.000,- Per rekening tabungan
Transfer emas Rp. 2.000,- Per transaksi
Pencetakan rekening koran Rp. 1.000,- Per lembar
Penggantian buku tabungan Rp. 10.000,- Per buku tabungan
Penutupan rekening Rp. 30.000,- Per rekening tabungan
Denda keterlambatan
pengambilan emas cetakan Rp. 20.000,-
Per order cetak per 30 hari dan maks Rp. 250.000,- Dibebankan mulai hari ke 121 dari tanggal order cetak
Biaya fasilitas titipan Rp. 2.500,- Per bulan
Tabel 5 Biaya cetak emas
BIAYA CETAK EMAS
Denominasi Cetakan ANTAM Cetakan UBS
Kepingan 1 gram Rp. 85.000,- Rp. 40.000,-
Kepingan 2 gram Rp. 86.000,- Rp. 66.000,-
Kepingan 5 gram Rp. 127.000,- Rp. 88.000,-
Kepingan 10 gram Rp. 177.000,- Rp. 111.000,-
Kepingan 25 gram Rp. 245.000,- Rp. 178.000,-
Kepingan 50 gram Rp. 516.000,- Rp. 301.000,- Kepingan 100 gram Rp. 632.000,- Rp. 507.000,-
*tanggal update biaya cetak emas logo ANTAM: 2017-08-11 * tanggal update biaya cetak emas logo UBS: 2017-08-11
52
5. Mengenai Tabungan Emas66
Gambar 3 Mekanisme Tabungan Emas
Keterangan:
1. Nasabah datang ke Pegadaian untuk membuat rekening tabungan
emas (sesuai dengan prosedur pembuatan rekening)
2. Pegadaian menyerahkan buku rekening tabungan emas kepada
nasabah
3. Nasabah datang membeli emas di pegadaian sekaligus melakukan
penitipan saldo tabungan setelah uang nasabah dikonversikan ke
dalam gram emas
4. Nasabah datang untuk menjual kembali saldo tabungan emas
(pencairan dalam bentuk uang tunai)
66 Dedi A. Supriyady, wawancara, Cakranegara Mataram, 12 Juli 2017.
PEGADAIAN NASABAH SUPPLIER
4
1
6
1
1
1
2
1
5
1
3
1
9
1
7
1
8
1
53
5. Pegadaian menyerahkan uang tunai hasil penjualan kembali ke
nasabah
6. Nasabah datang untuk mencairkan saldo tabungan dalam bentuk
emas batangan, kemudian nasabah akan diminta biaya cetak saja
7. Pegadaian mengorder emas batangan sesuai pesanan nasabah ke
supplier
8. Supplier mengirim emas batangan yang telah diorder ke
pegadaian
9. Pegadaian menyerahkan emas batangan ke nasabah
Tabungan emas merupakan produk Pegadaian Syariah yang
berdasarkan prinsip syariah, yaitu menggunakan akad jual beli
murabahahdan akad wadiah. Tabungan emas merupakan nama produk
yang pengaplikasiannya bersifat jual beli dengan fasilitas titipan, tabungan
emas bukan merupakan tabungan pada umumnya yang bermain pada dana
nasabah yang di simpan dan di kelola oleh pihak penitip barang
(bank),seperti yang di sampaikan Bapak Dedy A. Supriyadi, bahwa:
“misalnya nasabah membeli emas seharga Rp. 100.000, nasabah mendapatkan sekian gram emas. Kemudian yang Rp. 100.000 tersebut sudah menjadi milik pegadaian itu sendiri, uang tersebut sebagai hasil pembelian, kecuali seperti titipan uang di bank dimana nasabah menabung sejumlah uang dan dananya di kelola. Jadi dana disini tidak dikelola, karena sifatnya jual beli sama seperti jual beli emas biasa, nasabah menyerahkan uang pembelian tapi barangnya tidak di serahkan langsung.”67
67Dedi A. Supriyady, wawancara, Cakranegara Mataram, 18 Juli 2017
54
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis terhadap praktik jual beli emas pada sistem tabungan emas
Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara
Aktifitas jual beli bagi umat Islam sudah menjadi hal yang lumrah dan
biasa dilakukan sehari-hari. Jual beli merupakan suatu bagian dari muamalah
yang bisa dialami oleh semua manusia sebagai saran berkomunikasi dalam
hal perekonomian. Jual beli merupakan salah satu sarana pemenuhan
kebutuhan yang sering dilakukan oleh individu satu dengan individu lainnya.
Dari sekian banyak interaksi kemasyarakatan, jual beli merupakan kegiatan
yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Perjanjian jual beli adalah suatu perjanjian yang dibuat antara pihak
penjual dan pembeli. Jual beli merupakan perwujudan dari hubungan antara
sesama manusia sehari-hari, sebagaimana agama Islam telah mensyariatkan
jual beli dengan baik tanpa ada unsur kesamaran, penipuan, riba dan
sebagianya. Dan jual beli dilakukan atas dasar suka sama suka diantara kedua
belah pihak sehingga akad jual beli dapat terpenuhi.
Akad yang sah adalah yang memenuhi semua rukun dan syarat-syarat
akad, sedangkan akad yang tidak sah adalah akad yang tidak memenuhi
semua rukun dan syarat-syarat yang terkandung dalam akad tersebut.68
Sesuai dengan realitasnya jual beli emas banyak terdapat perbedaan
jenis dan mekanisme jual belinya. Hal tersebut di jumpai di Pegadaian
68Rahmat, Fiqh, h. 76.
54
55
Syariah Cabang Cakaranegara Mataram yang menawarkan produk bernama
tabungan emas, layanan jual beli dan titip emas. Dilihat dari keabsahan jual
beli, penulis berusaha menganalisa praktik jual beli emas dengan melihat dari
sisi rukun dan syarat tentang sahnya jual beli.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa
dalam mekanisme tabungan emas melibatkan 3 pihak yaitu, Pegadaian
Syariah sebagai pihak pertama, nasabah sebagai pihak kedua, dan supplier
(kantor pusat) sebagai pihak ketiga. Pada mekanismenya, pegadaian selaku
pihak pertama membiayai membelian barang berupa emas batangan yang
dipesan olen nasabah kepada supplier, pembelian barang oleh nasabah
dilakukan dengan sistem menabung.
Dalam praktiknya pegadaian membeli barang yang diperlukan
nasabah atas nama pegadaian, pada saat yang bersamaan pegadaian menjual
barang tersebut kepada nasabah dengan sistem menabung, kemudian emas
tersebut dititipkan di pegadaian dalam bentuk saldo, jadi emas tersebut tidak
diserahkan langsung saat terjadinya transaksi, tetapi yang diserahkan adalah
bukti kepemilikan atau bukti pembelian.Pada saat pembelian emas oleh
nasabah terjadi akad jual beli secara murabahahdengan angsuranyaitu dimana
pembelian emas yang berpatok pada harga sejumlah 1 gram emas (jumlah
gram yang boleh dicairkan) dan pencairan saldo tabungan dalam bentuk emas
batangan, sehingga disini terjadi pencicilan pembayaran dan emas akan
diserahkan sesuai dengan kesepakatan (permintaan nasabah), dengan kata lain
terjadi jual beli emas secara tidak tunai. Barang akan diserahkan ketika
56
nasabah menghendaki saldo tabungan emasnya dalam bentuk emas batangan.
Maka pegadaian akan memesan untuk pencetakan emas batangan sesuai yang
di order oleh nasabah ke supplier (kantor pusat). Dalam melakukan
pemesanan antara pihak pertama (pegadaian) dengan pihak ketiga (supplier),
tidak dilakukan transaksi jual beli secara langsung melainkan melalui telepon
atau faksimini. Kemudian pihak pertama (pegadaian) melakukan akad jual
beli secara murabahah dengan memberitahukan keuntungan (margin) dan
biaya-biaya lainnnya kepada pihak kedua (nasabah).
Adapun keuntungan yang ditentukan oleh pihak pegadaian
berdasarkan harga perolehan emas atau harga asli, semakin besar gram emas
yang dibeli semakin mahal harga perolehannya, maka semakin tinggi pula
keuntungan yang ditetapkan.
Dapat penulis simpulkan bahwa selama masih dalam koridor ajaran
Islam atau prosedur yang telah ditentukan sebatas kewajaran, maka hal itu
tidak dilarang (boleh). Kemudian dalam kaidah fiqiyah dijelaskan
bahwasanya “segala sesuatu pada dasarnya boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”.
B. Tinjauan hukum Islam terhadap jual beli emas pada sistem tabungan
emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Mataram
Pegadaian Syariah sebagai lembaga formal yang berbentuk unit dari
Perum Pegadaian di Indonesia yang bertugas menyalurkan pembiayaan dalam
bentuk pinjaman kepada masyarakat berlandasarkan hukum gadai Syariah.
57
Kini juga melakukan aktifitas jual beli emas dengan fasilitas titipan yang di
sebut dengan Tabungan emas yang penyerahan barangnya tidak diserahkan
saat terjadinya transaksi.
Sehingga dalam transaksinya, Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara
menggunakan dua akad perjanjian yaitu, pertama, akad murabahahyaitu akad
jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.69Sehingga akad
murabahah ini merupakan akad tijarah, yaitu akad yang dipergunakan untuk
mencari keuntungan atau laba ketika bertransaksi.70
Dengan demikian melalui akad murabahah pegadaian akan menarik
keuntungan, dan murabahah merupakan akad yang diperbolehkan karena
dalam akad ini tidak ditemukan unsur bunga, namun hanya menggunakan
margin. Sebagaimana dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 275 yang
berbunyi:
Artinya:“...dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba...”71
Akad murabahah yang digunakan dalam jual beli ini adalah
murabahah dengan tidak tunaiyaitu pembelian barang mengacu pada jumlah
minimal gram untuk dicairkan. Dalam praktiknya, pegadaian melakukan
pembelian atau pencetakan barang setelah ada pemesanan dari nasabah,
dimana dalam hal ini pembayaran telah dilakukan diawal saat nasabah
69Adiwarman, Bank Islam, h. 113. 70Ibid., h. 70. 71 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 47.
58
membeli emas yang kemudian jumlah gram emasnya dititipkan dalam bentuk
saldo di pegadaian.
Mengenai kebolehan murabahah emas secara tidak tunai terdapat
perbedaan pendapat, antara lain:
1. Syaikh „Ali Jumu‟ah, Mufti al-Diyar al-Mishriyah, al Kalim al-Thayyib
Fatawa „Ashriyah, al-Qahirah: Dar al-Salam, 2006, h. 136:72
وز بيع هب ي ة اممصنعي الذ ين نلتصنيع –وامفض ن امحاض حيث خرجا –أو اممعد يط ف عص بمتقس
ثباع وج امت لع يط نلتبادل بي امناس وصارا سلعة كسائر امس ما كوس ب ى بمعاجل شت عن امتعامل ب
ط فيا امحلول وامتق ين كن يشت ره انل ينار وال أبو والجل، وميست مهما صورة ال فيما روا اب
قال: "ل ل مثال بملل، سعيد امخدري أن رسول هللا صل هللا عليه وسلب ا ب ب ثييعوا ا
يلت امتبادل .(ول ثييعوا منا غائبا بناجز" )روا امبخاري ة كن وس ب وامفض ل بأن ا وبو معل
امحال الن فينتفي امحك حيث يدور امحك وجودا وعدما مع وامتعامل بي امناس، وحيث اهتفت بذ
ته عل
ب اممصنع أو اممعد نلتصنيع بمقسط عا من بيع ا وعليه: فال ماهع ش
Jual beli emas dan perak yang dibuat atau disiapkan untuk dibuat dengan
angsuran pada saat ini dimana keduanya tidak lagi diperlakukan sebagai
media pertukaran dimasyarakat dan keduanya telah menjadi barang
(sil‟ah) sebagaimana barang lainnya yang diperjual belikan dengan
dengan pembayaran tunai atau tangguh.
Pada keduanya tidak terdapat gambar dinar dan dirham yang dalam
(pertukarannya) disyariatkan tunai dan diserahterimakan sebagaimana
dikemukakan dalam hadis riwayat Abu Sa‟id al-Khudri bahwa
Rasulullah SAW bersabda: “janganlah kalian menjual emas dengan
emas kecuali dengan ukuran yang sama dan janganlah menjual emas
yang gha’ib (tidak diserahkan saat itu) dengan emas yang tunai.” (HR
Bukhari). Hadis ini mengandung illat bahwa emas dan perak merupakan
media pertukaran dan transaksi dimasyarakat. Ketika saat ini kondisi itu
72 Sebagaimana dikutif oleh Dewan Syariah Nasional dari pendapat Syaikh „Ali Jumu‟ah,
dkk, Fatwa DSN-MUI No.77, h. 4.
59
telah tiada, maka tiada pula hukum tersebut, karena hukum berputar
(berlaku) bersama dengan illatnya, baik ada maupun tiada.
Atas dasar itu, maka tidak ada larangan syara‟ untuk menjualbelikan
emas yangdibuat atau disiaplan untuk dibuat dengan angsuran.
2. Dr. Khailid Mushlih dalam Hukum Ba‟i al-Dzahab bi al-Nuqud bi al-
Taqsith:73
Secara global, terdapat dua pendapat ulama tentang jual beli emas dengan
uang kertas secara angsuran.
Pendapat pertama: haram, ini adalah pendapat mayoritas ulama dengan
argumen berbeda-beda. Argumen paling menonjol dalam pendapat ini
adalah bahwa uang kertas dan emas merupakan tsaman (harga, uang),
sedangkan tsaman tidak boleh diperjualbelikan kecuali secara tunai. Hal
ini berdasarkan hadist „Ubadah bin al-Shamit bahwa Nabi SAW
bersabda: “jika jenis (harta ribawi) ini berbeda, maka jualbelikanlah
sesuai kehendakmu apabila dilakukan secara tunai.”
Pendapat kedua: boleh (jual beli dengan angsuran). Pendapat ini
didukung oleh sejumlah fuqaha masa kini, diantara yang paling menonjol
adalah Syaikh Abdurrahman As-Sa‟di. Meskipun mereka berbeda dalam
memberikan argumen bagi pandangan tersebut, hanya saja argumen yang
menjadi landasan utama mereka adalah pendapat yang dikemukakan oleh
syeikh al-Islam Ibnu Taymiyah dan Ibnu Qayyim mengenai kebolehan
jual beli perhiasan (terbuat emas) dengan emas, dengan pembayaran
tangguh. Mengenai hal itu Ibnu Taymiyah menyatakan dalam kitab al-
73Sebagaimana dikutif oleh Dewan Syariah Nasional dari pendapat Dr. Khailid Mushlih
dalam Hukum Ba‟i al-Dzahab bi al-Nuqud bi al-Taqsith, Fatwa DSN-MUI No.77, h. 6.
60
Ikhtiyarat (lihat „Ala‟ al-Din Abu al-Hasan al-Ba‟liy al-Dimasyqiy, al-
Ikhtiyarat al-Fiqhiyah min Fatawa Syaikh Ibn Taymiyah, al-Qahirah, Dar
al-Istiqamah, 2005, h. 146):
“Boleh melakukan jual beli perhiasan dari emas dan perak dengan
jenisnya tanpa syarat harus sama kadarnya (tamatsul), dan kelebihannya
dijadikan sebagai kompensasi atas jasa pembuatan perhiasan, baik jual
beli itu dengan pembayaran tunai maupun tangguh, selama perhiasan
tersebut tidak dimaksudkan sebagai harga (uang).”
Ibnu Qayyim menjelaskan lebih lanjut: “perhiasan (dari emas atau perak)
yang diperbolehkan, karena pembuatan (menjadi perhiasan) yang
diperbolehkan, berubah statusnya menjadi jenis pakaian dan barang,
bukan merupakan jenis harga (uang). Oleh karena itu, tidak wajib zakat
atas perhiasan (yang terbuat dari emas atau perak) tersebut, dan tidak
berlaku pula riba dalam pertukaran atau jual beli) antara perhiasan
dengan harga (uang), sebagaimana tidak berlaku riba (dalam pertukaran
atau jual beli) antara harga (uang) dengan barang lainnya, meskipun
bukan dari jenis yang sama. Oleh karena itu tidak ada larangan untuk
memperjualbelikan perhiasan emas dengan jenis yang sama.”
3. Syaikh „Abd al-Hamid Syauqiy al-Jibaliy dalam Ba‟i al-Dzahab bi al-
Taqsith:74
ب ن حك بيع ا:ا يط اختلف فيه امفقهاءعل امنحوامتال بمتقس
ابي امفقهاء من ام -أ .اممنع: وبوقول ج افعية، وامحنابل حنفية، وممامكية، وامش
74Sebagaimana dikutif oleh Dewan Syariah Nasional dari pendapat Syaikh „Abd al-Hamid
Syauqiy al-Jabaly, Fatwa DSN-MUI No.77, h. 8.
61
امقيؤم ومن وافقهما مؤن اممعاصين. امجواز: وبو رأي ابن ثيمية وابن -ب
تدل امقا ئلو ب اس ب ب ت فيا: "لثبع ا ب، وام ة ن بممنع بعموم الحاديث امواردة ف امر ول امفض
ل باء باء يدة، ا ا بيد."بمفض
ه مف يط ول بيع الجل، له وز فيا امتقس ة أجمان ل ي ب وامفض ن اب وقاموا ا ل امر
ا .
: تدل امقائلون بمجواز بما يل واس
ة ه سلع -أ ب وامفض لع، ومم ثعد أجمان أن ا ري عل امس ري عليا ما ي ب ى ي ثباع وجشت
يط فسدت مصلح -ب ز بيعها بمتقس ائا، فاذا مم ي ل بيعها وشة ا ة امناس، لن حاجة امناس ماس
رج ووقعوا ف امح
لع، ل من جنس الج -ج نعة اممباحة أصبحا من جنس املياب وامس ة بمص ب وامفض مان، فال أن ا
لع، ري بي الجمان وسائر امس ب بينا وبي الجمان، مك ل ي ري امر ن كهت من غي جنسها يوا
ر -د روا بذل غاية امض ين، وثض م بب ال مو سد عل امناس بذا امباب، مسد علي
ي أفت به بو جواز بي اجح عندي وا أي امر ن امره سلعة، وميس وبعد بذا، فا يطأله ب بمتقس ع ا
جمنا، ثيسيا عل امعباد ورفعا نلحرج عنم
Mengenai hukum jual beli emas secara angsuran, ulama berbeda
pendapat sebagai berikut:
a. Dilarang: ini pendapat mayoritas fuqaha, dari mazhab Hanafi,
Maliki, Syafi‟i, dan Hambali.
b. Boleh: ini pendapat Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim, dan ulama
kontemporer yang sependapat.
Ulama yanng melarang mengemukakan dalil dengan keumuman hadis-
hadis tentang riba, yaitu antara lain menegaskan: “janganlah engkau
menjual emas dengan emas, dan perak dengan perak, kecuali secara
tunai.”
Mereka menyatakan emas dan perak adalah tsaman (harga, alat
pembayaran, uang) yang tidak boleh dipertukarkan secara angsuran
maupun tangguh, karena hal itu menyebabkan riba.
Sementara itu, ulama yang mengatakan boleh mengemukakan dalil
sebagai berikut:
62
a. Bahwa emas dan perak adalah barang (sil‟ah) yang di jual dan dibeli
seperti halnya barang biasa. Dan bukan lagi tsaman(harga, lata
pembayaran, uang).
b. Manusia sangat membutuhkan untuk melakukan jual beli emas.
Apabila tidak diperbolehkan jual beli emas secara angsuran, maka
rusaklah kemaslahatan manusia dan mereka akan mengalami
kesulitan.
c. Emas dan perak setelah dibentuk menjadi perhiasan berubah menjadi
seperti pakaian dan barang, dan bukan merupakan tsaman (harga, alat
pembayaran, uang). Oleh karenanya tidak terjadi riba (dalam
pertukaran atau jual beli) antara perhiasan dengan harga (uang),
sebagaimana tidak terjadi riba (dalam pertukaran atau jual beli) antara
harga (uang) dengan barang lainnya, meskipun bukan dari jenis yang
sama.
d. Sekiranya pintu (jual beli emas secara angsuran) ini ditutup, maka
tertutuplah pintu utang piutang, masyarakat akan mengalami
kesulitan yang tidak terkira.
Dalam peredaran di pasar, mata uang kertas telah mengambil fungsi
emas dan perak, sehingga ia memiliki sifat nilai harga. Selain itu, emas dan
perak sampai sekarang masih disimpan di bank-bank sebagai cadangan dan
pembayaran internasional.Oleh sebab itu penukaran mata uang kertas dengan
perhiasan emas dan perak tetap tunduk terhadap syarat yang telah disebutkan
oleh fuqaha.Oleh sebab itu dibolehkan pada keduanya al-tafadhul.Namun,
tidak dibolehkan al-nasa’ (penundaan dalam pembayaran).
Pada masa sekarang ini, kaum muslim membeli perhiasan dengan
uang kertas dengan cara nasi’ah (menunda pembayaran), maka si pembeli
mengambil komoditi. Sedangkan pembayaran baik tunai maupun kredit
63
diserahkan di kemudian hari.Sebagian ulama ada yang membenarkan
muamalah seperti ini, dengan alasan bahwa perhiasan berbeda dengan al-
maskukat (moneter selain emas dan perak yang disahkan oleh
pemerintah).Ibnu Abd. Al-Bar mengatakan: “Ulama telah sepakat, bahwa
emas batangan atau yang sudah masak menjadi perhiasan dan yang lainnya,
semuanya sama. Tidak dibolehkan menjual dengan jenis yang sama
mutafadhilan”.75
Kedua, akad wadiah yaitu akad penitipan barang/uang antara pihak
yang mempunyai barang dengan pihak yang diberi kepercayaan.76Akad
wadiah ini merupakan akad tabarru’, yaitu akad yang dipergunakan untuk
tujuan saling tolong menolong tanpa mengharapkan imbalan kecuali dari
Allah SWT. Namun pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta
kepada yang ditolong untuk sekedar menutupi biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan akad tabarru’.77Dalam akad wadiahini pegadaian sebagai
penerima titipan atas emas yang dibeli oleh nasabah pada akad sebelumnya,
namun penitipannya dalam bentuk saldo tabungan.
Menurut Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Gharyani dalam Fatwa-Fatwa
Muamalah Kontemporer menyatakan bahwa ketika seseorang membeli emas
dan telah membayar harga emas tersebut, kemudian emas tersebut di titipkan
kepada penjual sebagai amanah. Maka tidak boleh menitipkannya pada
penjual dengan amanah untuk diambil pada suatu saat nanti. Akan tetapi
75Ahmad Hasan, Mata Uang Islam (Jakarta: PT Grapindo Persada, 2005), h. 245. 76Hendi suhendi, Fiqh, h. 183 77Adiwarman, Bank Islam, h. 66.
64
harus mengambil barang itu sehingga tidak terjadi penundaan dalam serah
terima.78
Dalam transaksi yang dilakukan oleh pegadaian dengan nasabah
barang yang menjadi objek transaksi (emas) tidak diserahkan langsung
kepada nasabah melainkan dititipkan di Pegadaian (penjual), yang dimana
menurut Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Gharyani dalam Fatwa-Fatwa
Muamalah Kontemporer adalah tidak boleh.
Mengenai dua akad dalam satu transaksi diperbolehkan berdasarkan
pada kejelasan antara kedua akad. Dan yang dilarang adalah jual beli dengan
dua harga (dalam satu transaksi) yang menyebabkan ketidakpastian.79 Dalam
transaksi ini akad murabahah dahulu dilakukan kemudian disusul dengan
akad wadiah.
Mengenai rukun dan syarat sahnya jual beli, agar dapat dikatakan sah
menurut hukum Islam apabila telah terpenuhi rukun dan syarat tersebut.
Dalam menentukan rukun jual beli terdapat perbedaan pendapat ulama
Hanafiyah dengan jumhur ulama. Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah
hanya satu, yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan qabul (ungkapan
menjual dari penjual). Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli
itu hanyalah kerelaan (ridha/taradhi) para pihak yang terlibat untuk
melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu
78Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Gharyani, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 2004), h. 17. 79Asita, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Dua Akad (Murabahah dan Rahn) dalam
Pembiayaan Mulia (Murabahah Emas Logam Mulia Untuk Unvestasi Abadi) di Pegadaian Syariah Blauran Surabaya, Skripsi S1 Muamalah. Perpustakaan IAIN-Sunan Ampel Surabaya 2009. h. 85.
65
merupakan unsur hati yang sulit untuk diindra sehingga tidak kelihatan, maka
diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari para pihak yang
terlibat. Indikasi yang menunjukkan kerelaan para pihak yang melakukan
transaksi jual beli menurut boleh tergambar dalam ijab dan qabul, atau
melalui cara saling memberikan barang dan harga barang (ta’athi), sedangkan
menurut jumhur ulama rukun jual beli ada empat yaitu orang yang berakad,
sighat (lafaz ijab dan kabul), ada barang yang diperjualbelikan, dan ada nilai
tukar penganti nilai barang.80
1. Ditinjau dari segi akad (ijab qabul)
Jual beli belum dikatakan sah sebelum adanya ijab dan qabul, sebab ijab
qabul menunjukkan kerelaan (keridhaan).Adanya kerelaan tidak dapat
dilihat, sebab kerelaan berhubungan dengan hati. Kerelaan diketahui
melalui tanda-tanda lahirnya, adapun tanda yang jelas menunjukkan
kerelaan adalah ijab dan kabul. Pada dasarnya ijab qabul dilakukan
dengan lisan, akan tetapi apabila tidak mungkin, misalnya bisu atau yang
lainnya, ijab qabul boleh dilakukan dengan surat menyurat yang
mengandung arti ijab qabul.81
Dalam praktiknya, jual beli emas yang terjadi di Pegadaian Syariah
Cabang Cakranegara, ijab qabul di lakukan dengan menggunakan
perkataan yang menunjukkan persejutuan antara kedua belah pihak, dan
dituangkan dalam suatu akad tertulis, maksudnya dengan surat-surat
terdapat ketentuan-ketentuan tentang emas tersebut.
80Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, h. 67. 81Ibid., h. 70
66
2. Di tinjau dari segi orang yang berakad (penjual dan pembeli)82
Pelaku akad adalah orang yang dibolehkan melakukan akad, yaitu yang
telah balig, berakal, dan mengerti. Maka akad yang di lakukan oleh anak
di bawah umur, orang gila, atau orang idiot tidak sah kecuali dengan
seizin walinya.
Syarat penjual dan pembeli dalam melakukan suatu perjanjian adalah
sebagai berikut:
a. Berakal
Yang dimaksud berakal disini adalah seorang yang bisa membedakan
mana yang baik dan buruk untuk dirinya. Apabila salah satu dari
keduannya baik penjual maupun pembeli tidak berakal maka
transaksi tersebut tidak sah.
Dalam parktinya jual beli emas pada sistem tabungan emas Pegadaian
Syariah Cabang Cakranegara, kedua belah pihak baik penjual
maupun pembeli yang melakukan akad ialah orang yang berakal.
b. Dengan hendaknya sendiri (bukan paksaan)
Yang dimaksud disini adalah antara penjual dan pembeli haruslah
kemauan sendiri.
Pihak antara penjual (pegadaian) dan pembeli di Pegadaian Syariah
Cakranegara dilakukan atas dasar kerelaan.
c. Keadaannya tidak mubazir (pemboros)
82Abdul Rahman, Fiqh , h. 71.
67
Maksudnya ialah dari pihak yang melakukan perjanjian dalam jual
beli bukan manusia yang boros.
Disini kedua belah pihak melakukan transaksi jual beli emas
merupakan seseorang yang tidak boros. Sebab mereka dapat
melakukan perbuatan hukum.
d. Baligh
Persyaratan terakhir adalah seorang yang melakukan perbuatan
hukum dalam jual beli tersebut haruslah seorang yang sudah baligh
atau dewasa.
Dalam hal ini, transaksi jual beli emas yang terjadi di Pegadaian Syariah
merupakan orang-orang yang telah memiliki identitas asli, dalam artian
telah baligh dan berakal, serta mengerti bagaimana jual beli menurut
pandangan Islam seperti apa.
3. Di tinjau dari segi objek akad (ma’qud alaih)83
Ma’qud alaih adalah harta yang akan dipindahkan dari tangan seorang
yang berakad kepada pihak lain. Apabila objek akad tidak ada maka
hukum jual beli tersebut tidak sah menurut syari‟at Islam dan yang
menjadi objek akad dalam jual beli ini adalah emas. Adapun syarat-syarat
harta atau barang tersebut dijelaskan di bawah ini:
a. Kesucain barang atau barang yang diperbolehkan agama.Maka tidak
boleh menjual barang haram.
83Ibid., h. 75.
68
b. Kemanfaatan barang. Maka dilarang jual beli benda-benda yang
tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara‟, seperti menjual
babi, katak, cicak, dan yang lainnya.
c. Kepemilikan orang yang berakad atas barang tersebut. Maka tidak
sah jual beli barang yang dimiliki tanpa izin pemiliknya.
d. Kemampuan untuk menyerahkan barang. Barang yang mejadi obek
akad dapat diserahkan pada saat transaksi atau pada waktu yang
telah di sepakati. Suatu akad yang objeknya tidak ada adalah batal,
namun terdapat pengecualian terhadap akad tertentu seperti salam,
istishna’ dan musyaqah, karena objeknya diperkirakan akan ada
dimasa yang akan datang.84
e. Barang yang diakadkan sudah dikuasi85
f. Objek jual beli diketahui oleh kedua belah pihakbanyaknya,
beratnya, takarannya, atau ukuran-ukuran yang lain, maka tidaklah
sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.
g. Harga harus jelas pada saat transaksi.
Suatu akad yang objeknya tidak ada adalah batal, namun terdapat
pengecualian terhadap akad tertentu seperti salam, istishna’ dan
musyaqah, karena objeknya diperkirakan akan ada dimasa yang akan
datang.86Ulama Maliki berpendapat bahwa boleh menjual barang yang
tidak dapat diserahkan saat transaksi berlangsung, apabila sifat-sifatnya
disebutkan dengan syarat sifat-sifatnya tidak akan berubah sampai barang
84Gemala, Hukum, h. 66-68. 85Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Jakarta: Cakrawala), 2009, h. 165. 86Gemala, Hukum, h. 66-68.
69
diserahkan.87Sedangkan ulama Syafi‟iyah dan Hanafiyah melarang akad
yang barangnya tidak tampak.88 Dalam transaksi jual beli emas pada
sistem tabungan emas ini barang tidak diserahterimakan langsung tetapi
yang diserahkan adalah surat bukti kepemilikan dengan kententuan-
ketentuan emas telah dijelaskan. Dalam artian barang ada di tempat lain
dan di serahkan pada waktu tertentu.
Oleh karena itu menurut hemat penulis, bila ditinjau dari hukum Islam,
praktik jual beli emas pada sistem tabungan emas yang terjadi di Pegadaian
Syariah adalah bentuk saling tolong menolong atau memberi kemudahan kepada
masyarakat, yang dimana dalam praktiknya pegadaian syariah melakukan
kegiatan jual beli lebih mengedepankan prinsip sosial dibandingan prinsip fiqih.
Berdasarkan uraian diatas atas berbagai segi dan aspeknya maka dapat
disimpulkan bahwa Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Emas Pada Sistem
Tabungan Emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Kota Mataramterdapat
dua pendapat yaitu dilarang karena menyebabkan riba dan dibolehkan selama
emas diperlakukan sebagai barang (sil’ah).
87Ibid, h. 117. 88Rachman, Fiqh, h. 59.
70
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa analisis yang telah dipaparkan pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Praktik jual beli emas pada sisitem tabungan emas Pegadaian Syariah
Cabang Cakranegara Mataram adalah pegadaian membeli barang berupa
emas yang diperlu oleh nasabah atas nama pegadaian, pada saat
bersamaan pegadaian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
sistem menabung, jumlah tabungan dikonversikan ke dalam gram emas
disesuaikan dengan harga jual beli emas pada hari itu, kemudian emas
tersebut dititipkan di pegadaian dalam bentuk saldo.
Untuk proses pencairan (menjual) emas dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan jual kembali jika menghendaki uang tunai dan pencetakan
jika menghendaki dalam bentuk emas batangan.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap jual beli emas pada sistem tabungan
emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Mataram
Jika di lihat dari praktiknya pegadaian syariah melakukan
kegiatan jual beli lebih mengedepankan prinsip sosial dibandingan
prinsip fiqih. Terdapat 2 pendapat mengenai jual beli emas pada sistem
tabungan emas, yaitu:
a. Tidak boleh, pendapat ini didukung oleh pendapat mayoritas fuqaha,
dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan Hambali.
70
71
Ulama yang tidak membolehkan berpendapat bahwa emas dan perak
adalah tsaman (harga, alat pembayaran, uang), yang tidak boleh
dipertukarkan secara angsuran, karena itu menyebabkan riba.
b. Boleh, pendapat ini didukung oleh pendapat Ibnu Taimiyah, Ibnu
Qayyim dan ulama kontemporer yang sependapat.
Ulama yang membolehkan berpendapat bahwa jual beli emas boleh
dilakukan baik secara tunai maupun kredit asalkan keduanya tidak
dimaksudkan sebagai tsaman (harga) melainkan sil’ah (barang)
Mengenai kebolehan jual beli emas pada sistem tabungan emas penulis
sependapat dengan Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim dan ulama kontemporer
yang sependapat bahwa emas dan perak adalah barang (sil’ah) yang
dijual dan dibeli seperti halnya barang biasa, dan bukan lagi tsaman
(harga), karena melihat kondisi sekarang bahwa emas tidak lagi sebagai
alat tukar yang resmi melainkan barang.
B. Saran-saran
Dari analisis yang dilakukan penulis, maka penulis memberikan saran
kepada Pegadaian Syariah untuk lebih menjelaskan produk Tabungan Emas,
kepada nasabah agar nasabah mengetahui mengenai tabungan emas lebih
dalam, dan dapat menarik minat masyarakat terhadap produk tabungan emas
di Pegadaian Syaraiah, kepada masyarakat pada umumnya dan akademisi
khususnya untuk turut serta memperbaiki dan menyempurnakan berbagai
transaksi muamalah di Lembaga Keuangan Syariah.
72
Daftar Pustaka
Abdul Rahman Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana, 2015.
Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Gharyani, Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer.
Surabaya: Pustaka Progresif, 2004.
Djam‟an Satori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, 2014.
Dimyauddin Djuwaini. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010.
Mardani. Hukum Bisnis syariah. Jakarta: Prenadamedia, 2014.
Gemala Dewi, dkk. Hukum Perikatan Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana,
2005.
Hendi Suhendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2011.
Iskandar. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: GP Press, 2010.
Adiwarman A. Karim. Bank Islam Anlisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
Rajagrafindo, 2004.
Moh Zohri. Terjemahan Fiqh Empat Mazhab. Semarang: Asy-syifa, 1993.
Mohd Ma‟sum Billah, Dinar Emas Mata Uang Islam. Jakarta: PT Ina
Publikatama, 2010.
M Nur Rianto Al Arif. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: Pustaka Setia,
2012.
Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Graha Indonesia, 1988.
Rachman Syafei. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah. Jakarta: Cakrawala, 2009.
73
Sugiyono. Metodde Penelitian Menajeme. Bandung: Alfabeta, 2014.
Suharsimi Arokonto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013.
Supardi. Bacaan Cerdas Menyusun Skripsi. Yogyakarta: 2010.
Fatwa DSN-MUI No.77/DSN-MUI/VI/2010
Asita, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Dua Akad (Murabahah dan Rahn) dalam
Pembiayaan Mulia (Murabahah Emas Logam Mulia Untuk Unvestasi
Abadi) di Pegadaian Syariah Blauran Surabaya, Skripsi S1 Muamalah.
Perpustakaan IAIN-Sunan Ampel Surabaya 2009.
Subekti Handayani, “Pegadaian syariah” dalam http://subektihandayani.
blogspot.co.id/2014/11 pegadaian-syariah. diakses tanggal 5 Januari 2017
Yulian Purnama, “Hukum jual beli emas secara online” dalam
https://muslim.or.id/24811-hukum-jual-beli-emas-secara-online.html.
diakses 5 April 2017
www.pegadaiansyariah.co.id/pegadaian-tabungan-emas.php. diakses tanggal 5
Januari 2017
Agil Company, “Teori dan fungsi tabungan dalam islam” dalam
https://agilbox.wordpress.com/2015/01/23/teori-dan-fungsi-tabungan-
dalam-islam. diakses Tanggal 5 April 2017.
74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
75
76
KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
FAKULTAS SYARI’AH Jln. Pendidikan No. 35 Telp. (0370) 621298-623809 Fax 625337Mataram
KARTU KONSULTASI
NamaMahasiswa : Yuyun Anggraini NIM : 152131037 Pembimbing I : Dr. H. Musawar, M.Ag Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Emas Pada
Sistem Tabungan Emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Mataram
77
KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
FAKULTAS SYARI’AH Jln. Pendidikan No. 35 Telp. (0370) 621298-623809 Fax 625337Mataram
KARTU KONSULTASI
NamaMahasiswa : Yuyun Anggraini NIM : 152131037 Pembimbing II : Gazali, MH Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Emas Pada
Sistem Tabungan Emas Pegadaian Syariah Cabang Cakranegara Mataram