tinjauan hukum pidana islam terhadap bentuk …eprints.radenfatah.ac.id/2463/1/sri awalin...
TRANSCRIPT
TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP
BENTUK PENGGELAPAN ARISAN ONLINE
(Studi Putusan Nomor: 1562/Pid.B/2015/PN.Plg)
SKRIPSI
Disusun Dalam Rangka Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
Sri Awalin Sudesti
14160101
PROGRAM STUDI JINAYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
ii
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
مر ن كا ولو الحق قل
“Katakanlah yang sebenarnya walaupun pahit”
(HR. Ibnu Hibban )
Dengan segala puja dan puji syukur kehadirat Allah
Subhanahuwata‟ala dan atas do‟a dan dukungan dari orang-orang
tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik. Oleh
karena itu, dengan rasa bangga saya khaturkan
rasa syukur dan terimakasih saya kepada:
Allah SWT
Ayah dan Bunda
Bapak dan Ibu Dosen Pembimbing, Penguji, dan Pengajar
Keluarga Tercinta
Sahabat dan Teman-teman Tercinta
Agama, Negara, dan Almamater
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Tinajauan Hukum Pidana Islam Terhadap
Penggelapan Arisan Online menurut Studi Kasus Putusan Nomor
1562/Pid.B/2015/PN.Plg. Ada tiga hal yang diangkat menjadi fokus
penelitian yaitu, pertama bagaimana kronologi Tindak Pidana
Penggelapan Arisan Online Nomor. 1562/Pid.B/2015/PN.Plg. Kedua,
bagaimana pertimbangan Hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Palembang dalam menjatuhkan putusan terhadap Tindak Pidana
Penggelapan Arisan Online Nomor. 1562/Pid.B/2015/PN.Plg. Ketiga,
bagaimana tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Hakim
Nomor. 1562/Pid.B/2015/PN.Plg.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
melalui pendekatan yuridis empiris. Sumber data yang digunakan
adalah data sekunder yang terdiri dari tiga bagian yaitu, bahan hukum
primer , bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier. Bahan
hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat berupa Kitab
Undang-undang Hukum Pidana. Bahan hukum sekunder adalah bahan
hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,
seperti Al-Quran, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan ahli
hukum, buku-buku, skripsi, jurnal. Bahan hukum tersier adalah bahan
yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, enksiklopedia,
website.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sanksi yang dapat
diberlakukan kepada pelaku tindak pidana penggelapan arisan online
terdapat dalam pasal 372 Kitab Undang-undang Hukum Pidana berupa
kurungan penjara maksimal 4 tahun dan denda Rp 900,- (sembilan ratus
rupiah). Bila ditinjau dari hukum pidana Islam maka sanksi yang
diberikan kepada pelaku tindak pidana penggelapan arisan online
adalah jarimah Hudud dalam penerapan hukumnya adalah had yaitu
ganti kerugian dan potongan tangan.
Kata Kunci : Penggelapan, Arisan Online, Penggelapan Arisan Online,
Sanksi Penggelapan.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Penulisan transliterasi Arab-latin dalam skripsi ini menggunakan
pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama
RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. No. 158 Tahun 1987
dan No. 0543b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai
berikut:
Konsonan
Huruf Nama Penulisan
Alif اtidak
dilambangkan
Ba B ة
Ta T د
Tsa S ث
Jim J ج
Ha H ح
Kha Kh خ
Dal D د
Zal Z ر
Ra R س
Zai Z ص
Sin S ط
Syin Sy ػ
Sad Sh ص
Dlod Dl ع
Tho Th ط
Zho Zh ظ
„ Ain„ ع
Gain Gh غ
x
Fa F ف
Qaf Q ق
Kaf K ك
Lam L ل
Mim M و
Nun N
Waw W و
Ha H ه
` Hamzah ء
Ya Y ي
Ta (marbutoh) T ح
Vokal
Vokal bahasa Arab seperti halnya dalam vokal bahasa Indonesia, terdiri
atas vokal tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong).
Vokal Tunggal
Vokal tunggal dalam bahasa Arab:
Fathah
Kasroh و Dlommah
Contoh:
Kataba = كتت
.Zukira (Pola I) atau zukira (Pola II) dan seterusnya = ر كش
Vokal Rangkap
Lambang yang digunakan untuk vokal rangkap adalah gabungan antara
harakat dan huruf, dengan transliterasi berupa gabungan huruf.
Tanda/Huruf Tanda Baca Huruf
Fathah dan ya Ai a dan i ي
وFathah dan
waw Au a dan u
xi
Contoh:
kaifa : كف
ꞌalā : عه
haula : حىل
amana : اي
ai atau ay : أي
Mad
Mad atau panjang dilambangkan dengan harakat atau huruf, dengan
transliterasi berupa huruf dan tanda.
Harakat dan huruf Tanda
baca Keterangan
ا يFathah dan alif
atau ya ā a dan garis panjang di atas
Kasroh dan ya Ī i dan garis di atas ا ي
Dlommah dan waw Ū u dan garis di atas ا و
Contoh:
qāla subhānaka : عجحكقبل
shāma ramadlāna : طبو سيضب
ramā : سي
fihā manāfiꞌu : فهبيب فع
yaktubūna mā yamkurūna : كتجى يب كشو
قبل ىعف الثهز ا : iz qāla yūsufu liabīhi
Ta' Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua macam:
1. Ta' Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasroh dan
dlammah, maka transliterasinya adalah /t/.
2. Ta' Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah /h/.
3. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti dengan
kata yang memakai al serta bacaan keduanya terpisah, maka ta
xii
marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.
4. Pola penulisan tetap 2 macam.
Contoh:
Raudlatul athfāl سوضخ االطفبل
al-Madīnah al-munawwarah انذخ انىسح
Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda, yaitu tanda syaddah atau tasydid. Dalam transliterasi ini
tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang diberi tanda
syaddah tersebut.
Contoh:
Rabbanā سثب
Nazzala ضل
Kata Sandang
Diikuti oleh Huruf Syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan
bunyinya dengan huruf /I/ diganti dengan huruf yang langsung
mengikutinya. Pola yang dipakai ada dua, seperti berikut:
Contoh:
Pola Penulisan
Al-tawwābu At-tawwābu انتىاة
Al-syamsu Asy-syamsu انشظ
Diikuti oleh Huruf Qamariyah.
Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan aturan-aturan di atas dan dengan bunyinya.
Contoh:
Pola Penulisan
xiii
Al-badiꞌu Al-badīꞌu انجذع
Al-qamaru Al-qamaru انقش
Catatan: Baik diikuti huruf syamsiah maupun qamariyah, kata sandang
ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan diberi tanda
hubung (-).
Hamzah
Hamzah ditransliterasikan dengan opostrof. Namun hal ini hanya
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Apabila
terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam
tulisannya ia berupa alif.
Contoh:
Pola Penulisan
Ta `khuzūna تأخزو
Asy-syuhadā`u انشهذاء
Umirtu أويشد
Fa`tībihā فأت ثهب
Penulisan Huruf
Pada dasarnya setiap kata, baik fi'il, isim maupun huruf ditulis terpisah.
Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Ar
ab sudah lazim dirangkaikan dengan kata-kata lain karena ada huruf
atau harakat yang dihilangkan. Maka dalam penulisan kata tersebut
dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Penulisan dapat
menggunakan salah satu dari dua pola sebagai berikut:
Contoh:
Pola Penulisan
نهىخشانشاصقوئ نهب Wa innallahā lahuwa khair al-rāziqīn
Fa aufū al-kaila wa al-mīzāna فبوفىا انكم وانضا
xiv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Rabb semesta alam yang telah
memberikan begitu banyak nikmat, salah satunya nikmat yang penulis
dapat adalah bisa menghasilkan karya penelitian yang berjudul
“Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Penggelapan Arisan Online
(Studi Putusan Nomor. 1562/Pid.B/2015/PN.Plg)” yang dalam
penulisannya penulis sadari bahwa begitu besar peranan Allah SWT.
Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat bertangkainkan
salam semoga selalu tercurah kepada baginda agung Nabi Muhammad
SAW yang telah memperjuangkan Islam hingga akhir hayatnya.
Dalam penulisan skripsi ini juga penulis menyatakan dari
bahwa begitu banyak pihak yang telah memberikan dukungan,
bimbingan, perhatian dan bantuan serta petunjuk kepada penulis. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Sirozi, Ph.D. Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang.
xv
2. Bapak Prof. Dr. Romli, MA. Selaku Dekan Fakultas Syari‟ah
dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang, beserta para
pembantu dekan dan stafnya.
3. Bapak Dr. HeriJunaidi, MA. Selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran yang sangat baik
terhadap penulisan skripsi ini.
4. Ibu Romziatussaadah, SH. M. HUM. Selaku Dosen
Pembimbing II yang telah memberikan motivasi, arahan serta
bimbingan terhadap penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Muhammad Adil, MA. Selaku Dosen Pembimbing
Akademik (PA) yang begitu ikhlas dan sabar memfasilitasi serta
melayani penulis.
6. Bapak Dr. Abdul Hadi, MA. Selaku Ketua Prodi Jurusan
Jinayah yang telah membantu serta mengarahkan dalam
penulisan skripsi ini.
7. Bapak Fatah Hidayat, SAg. M.PdI. Selaku Sekretaris Prodi
Jurusan Jinayah yang telah membantu dan mengarahkan dalam
penulisan skripsi ini.
8. Para Dosen yang saya cintai dan sayangi yang telah
memberikan ilmu serta pembelajaran yang sangat bermanfaat.
xvi
9. Keluarga yang saya cintai, terutama ayahanda Drs. Rantimin
(Alm) yang selalu menjadi motivasi saya dalam menjalankan
kehidupan dan Ibunda Arifyana Sudesti, yang telah memberikan
kasih sayang serta cinta dan seluruh pengorbanan kepada
penulis, yang selalu menjadi cahaya kehidupan untuk penulis,
yang selalu mendukung penulis baik dukungan materil maupun
Immateril. Remember Dad and Mom, Your daughter will do
everything to make you of proud and happy, Thankyou for this
extraordinary life. I always love you.
10. Keluarga A.Rivai, terutama tante Arifyani Zulaiha, SH,
Rifdaleni, S.Pd. MM, Ria Hindasari S.Pd yang telah berbaik
hati membantu saya dalam segala hal pada proses pemuatan
skripsi saya,
11. Ibu Hakim Pengadilan Agama Lahat, Murawati, Dra. Murawati,
MA, yang telah meangap penulis sebagaian aksendiri,
memberikan pengajaran serta memberikan nasihat dan menjadi
tempat berkonsultasi apapun.
12. Sahabat saya tercinta, Desmarini Imelda Sagita, S.Farm yang
selalu menjadi tempat berkeluh kesah serta penyemangat dalam
pembuatan skripsi ini.
xvii
13. Sahabat tercinta Eva Suka Ningsih Hanifah, Milantika
Fatmawati, Sabtin Oktaviani, Monica, Okty Sakinah yang telah
membantu dalam segala hal. Semoga kesuksesan menjadi
bagian dari kita.
14. TIM Ulala yang selalu memberikan motivasi serta semangat
kepada penulis Dewinta Novia, S, YuliaAndini, S.E, M. Yahdi
S.T, AyuMentari R, RiniAnggraini, Handria, Puspita Sari.
15. Teman berbagi selama masa perkuliahan Indah Puspa dan Irine
Fakhrunisa terima kasih untuk kebersamaan selama duduk
dibangku awal perkuliahan hingga usai. Semoga apa yang
dicita-citakan tercapai.
16. Teman-teman seperjuangan Jurusan Jinayah terkhusus Jinayah
II terima kasih banyak. Semoga kita dapat menuju kesuksesan
yang kitainginkan.
17. Dan semua pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan
skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Palembang, September 2018
Penulis,
Sri Awalin Sudesti
NIM : 14160101
xviii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................... ii
PENGESAHAN DEKAN ............................................................ iii
PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... iv
IZIN PENJILIDAN SKRIPSI .................................................... v
HALAMAN DEWAN PENGUJI ............................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. vii
ABSTRAK .................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................. ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................. xiv
DAFTAR ISI ................................................................................ xviii
BAB 1: PENDAHULUAN.......................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 11
E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 12
F. Metode penelitian .............................................................. 14
1. Jenis Penelitian .............................................................. 14
2. Jenis dan Sumber Data .................................................. 14
3. Tekhik Pengumpulan Data ............................................ 15
4. Teknik Analisa Data ..................................................... 16
G. Sistematika Pembahasan .................................................... 16
xix
BAB II : TINJAUAN UMUM ................................................... 18
A. Pengertian Tindak Pidana .................................................. 18
1. Menurut Hukum Pidana ................................................ 18
2. Menurut Hukum Islam .................................................. 22
B. Unsur-Unsur Tindak Pidana .............................................. 25
1. Menurut Hukum Pidana ................................................ 25
2. Menurut Hukum Islam .................................................. 31
C. Pengertian Penggelapan .................................................... 35
1. Menurut Hukum Pidana ................................................ 35
2. Menurut Hukum Islam .................................................. 41
D. Arisan ................................................................................ 45
1. Pengertian Arisan .......................................................... 45
2. Manfaat Arisan .............................................................. 50
3. Metode Arisan ............................................................... 52
4. Arisan dalam Sejarah Islam .......................................... 54
5. Pandangan Islam Mengenai Kegiatan Arisan ............... 62
E. Modus Penggelapan Dalam Arisan .................................... 64
G. Sanksi Dalam Perbuatan Tindak Pidana Penggelapan ...... 73
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ......................... 73
2. Hukum Islam ................................................................. 77
BAB III : PEMBAHASAN.......................................................... 81
A. Kronologis Putusan Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg ....... 81
B. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Tentang Putusan
Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg ....................................... 88
C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan Hakim Nomor
1562/Pid.B/2015/PN.Plg .................................................... 102
BAB IV: PENUTUP .................................................................... 112
A. Kesimpulan ...................................................................... 112
B. Saran ................................................................................ 113
xx
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 115
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................. 119
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... 123
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam menjalankan kehidupannya, manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT selain berhubungan dengan Tuhannya, juga
berhubungan dengan manusia lainnya.Salah satu cara berhubungan
dengan manusia lainnya yaitu melalui komunikasi, interaksi, ataupun
pertukaran pesan sehingga dari sinilah manusia disebut sebagai
makhluk sosial. Aktualisasi manusia sebagai makhluk sosial tercermin
dalam kehidupan yang berkelompok. Berkelompok dalam kehidupan
manusia adalah suatu kebutuhan bahkan bertujuan. Tujuan manusia
untuk berkelompok yaitu meningkatkan kebahagiaan hidupnya. Melalui
kelompok disadari atau tidak manusia bisa memenuhi berbagai macam
kebutuhan hidupnya.
Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
semakin hari semakin berkembang dengan pesat yang memberikan
banyak kemudahan bagi manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah membawa manusia kepada kemudahan berinteraksi
antara satu sama lain nyaris tanpa bata-batas Negara dan wilayah.
2
2
Teknologi informasi dan media elektronik dinilai sebagai
symbol pelopor, yang akan mengintegrasikan seluruh system
didunia, baik dalam aspek sosial, budaya, ekonomi dan
keuangan. Dari sistem-sistem kecil lokal dan nasional, proses
globalisasi dalam tahun-tahun terakhir bergerak cepat, bahkan
terlalu cepat menuju suatu sistem global1.
Proses globalisasi melahirkan suatu fenomena yang mengubah
model komunikasi konvensional dengan melahirkan kenyataan dalam
dunia maya (virtual reality) yang dikenal sekarang ini dengan Internet.
Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur masyarakat
modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai
aktivitas masyarakat cyber seperti berpikir, berkreasi, dan bertindak
dapat di ekspresikan didalamnnya, kapanpun dan dimanapun.
“kehadirannya telah membentuk dunia tersendiri yang dikenal dengan
dunia maya (Cyberspace) atau dunia semu yaitu sebuah dunia
komunikasi berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru
berbentuk virtual (tidak langsung dan tidak nyata)”2.
Widodo mengemukakan dalam bukunya bahwa3 :
Internet memberikan manfaat diantaranya dengan adanya
internet dalam kehidupan manusa, manusia mendapatkan
kenyamanan, keamanan dan kecepatan, teknologi internet
1Didik J. Rachbini, 2001, Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya
Manusia, Grasindo, Jakarta, hlm.2. 2Agus Raharjo, 2002, Cybercrime Pemahaman dan Upaya Pencegahan
Upaya Berteknologi, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.20. 3Widodo dkk, 2001, Menggunakan UML, Informatika, Bandung, hlm.5.
3
mampu mengkoneksikan antar subsistem jaringan menjadi satu
jaringan super besar yang dapat saling terhubung (online)
seluruh dunia dan teknologi internet mampu
mengkonvergensikan data, informasi, audio, visual yang dapat
berpengaruh pada kehidupan manusia.
Banyak hal dapat dilakukan melalui internet mulai dari
berhubungan sosial, bekera, melakukan bisnis secara online, bahkan
digunakan sebagai sarana dalam melakukan kegiatan sosialita. Bisnis
secara online dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa fasilitas
seperti situs internet, jejaring sosial, maupun layanan e-banking. Bisnis
online ini pun memiliki banyak ragamnya baik itu jual beli maupun
dalam hal investasi. Sedangkan internet sebagai saran dalam melakukan
kegiatan sosialita salah satunya yaitu dengan melakukan arisan secara
online.
Arisan merupakan pengumpulan uang atau barang yang bernilai
sama oleh beberapa orang lalu diundi diantara mereka. Undian tersebut
dilaksanakan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya4.
Dahulu arisan hanya dapat dilakukan melalui komunikasi secara
langsung. Namun karena perkembangan teknologi yang semakin pesat
dan pengguna dunia maya yang semakin banyak maka sekarang arisan
4Wjs. Poerwadarminta, 2003, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, hlm.57.
4
pun mengikuti perkembangan dengan internet melalui media sosial.
Arisan yang dilakukan di media sosial sering disebut “Arisan Online”,
arisan online dilakukan tanpa bertemu secara langsung dengan ketua
(owner) arisan. Dalam akad nya arisan online dilakukan melalui
Automated Teller Machine (ATM). Cara pengundian pun dilakukan
secara otomatis melalui media elektronik, sehingga hanya diperlukan
sikap kepercayaan antara satu dengan yang lain. Arisan online merupak
salah satu dampak positif yang muncul dari hasil kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi yang merupakan hasil budaya manusia
disamping membawa dampak positif, ternyata dalam perkembangannya
juga telah membawa dampak negatif bagi manusia dan lingkungannya.
Salah satunya yaitu, dalam perbuatan kejahatan dari pelanggaran yang
kemudian muncul dengan istilah cybercrime5. Cybercrime merupakan
perkembangan lebih lanjut dari computercrime. Salah satu kejahatan
cyber yang terjadi adalah penipuan arisan online. Adanya faktor
transaksi secara tidak langsung yang dilakukan antara anggota dan
ketua (owner) arisan, mengakibatkan timbulnya tindak pidana
penggelapan dalam arisan online.
5Maskun, 2017, Kejahatan Siber (Cybercrime), Kencana, Jakarta, hlm.5.
5
Indonesia sebagai salah satu Negara dengan penduduk terpadat
didunia tidak lepas dari persoalan ini. Indonesia menyumbang 2,4%
kejahatan cyber di dunia. Angka ini naik 1,7% dibanding tahun 2010
lalu dimana Indonesia menempati posisi ke-286. Hal ini tak lain
disebabkan oleh terus meningkatnya pengguna internet di Indonesia.
Melalui keterangan data yang diperoleh Kementrian Komunikasi dan
Informatika, pada tahun 2017 Indonesia menjadi peringkat nomor 2
didunia setelah Ukraina terhadap kejahatan cybercrime nya7. Sementara
itu menurut survey yang dilakukan Kapersky Lab dan B2B (Bussines to
Bussines) Internatinal yang dilakukan mengungkap Indonesia menjadi
Negara yang 26% konsumennya menjadi target aksi kejahatan online8.
Fenomena tindak pidana arisan online seperti yang terlihat
dalam kasus yang dialami oleh Rere Andrean (27) warga Jalan
Bambang Utoyo Lorong Rama Kasih IV RT. 08 RW. 02 Kecamatan
Ilir Timur I Palembang. Wanita ini harus kehilangan uang Rp.
4.300.000,00 (empat juta tiga ratus ribu rupiah) usai menjadi korban
penggelapan arisan online melalui jejaring sosial Facebook. Korban
6https://tekno.kompas.com/indonesia.masuk.10.besar.penyumbang.quotcyber
.crimequot. terbanyak. di akses 15 Agustus 2018. 7https://kominfo.go.id/Indonesia-Peringkat-Ke-2-Dunia-Kasus-Kejahatan-
Siber. Di akses 15 Agustus 2018. 8https://tekno.liputan6.com/read/orang-indonesia-paling-banyak-jadi-korban-
penipuan- online di akses 15 Agustus 2018
6
kemudian membuat laporan ke Polresta Palembang pada hari Jumat 6
April 2017. Kejadian bermula pada 31 Maret 2017 lalu, dimana pada
saat itu dirinya berkenalan dengan pelaku yang diketahui namanya
Fitriani (29), warga Jalan Tanjung Pandan Lorong Rambutan II
Kelurahan Sialang Kecamatan Sako Palembang, melalui media sosial
Facebook. Kemudian setalah akrab korban mengikut investasi uang
melalui arisan sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Korban
mengatakan bahwa ia tergiur mengikuti arisan online ini karena tergiur
melihat pelaku menjanjikan dalam kurung waktu 2 bulan uang miliknya
akan menjadi sebesar Rp. 1.500.00,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah).
Setelah mendapatkan keuntungan tersebut orban mengikuti lagi dengan
memasang 5 nomor arisan dengan menyetorkan uang sebesar Rp.
4.300.000,00 (empat juta tida ratus ribu rupiah), namun ternyata korban
tidak mendapat keuntungan apapun. Tidak lama waktu berselang
korban kemudian mengecek di Facebook milik pelaku dan bertanya
kepada anggota lain bahwa pelaku telah kabur membawa uang anggota-
anggota lainnya hingga total Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah)9.
9https://sumateradeadline.co.id/palembang/tertipu-arisan-online-warga-lapor-
polisi di akses 16 Agustus 2018.
7
Maraknya kasus penggelapan arisan online dikarenakan
teknologi yang ada tentunya meresahkan bagi masyarakat.
Perkembangan teknologi yang seharusnya digunakan untuk sesuatu
positif sehingga bermanfaat positif juga bagi kehidupan akan tetapi
disalahgunakan untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan dampak
negatif yang sangat besar dan merugikan orang lain.bisa dikatakan
teknologi dapat digunakan untuk hal-hal yang baik namun jika
digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab maka akan
menimbulkan kerugian bagi orang lain.
Kasus penggelapan arisan online ini harus segera ditindak
dengan tegas mengingat besarnya dampak negatif yang dapat
merugikan masyarakat. Melihat kenyataan tersebut, maka seharusnya
dilakukan penegakan hukum yang tegas. Sistem pembuktian dalam
kasus penggelapan arisan online ini menimbulkan kesulitan. Lemahnya
regulasi pengaturan penggelapan arisan online membuat kasus ini
semakin banyak terjadi terutama di Indonesia. Selain itu, pemerintah
juga masih belum mampu untuk melacak situs-situs yang menjurus
kepada penipuan dan penggelapan. Sehingga untuk mengurangi
cybercrime di Indonesia sangat sulit dilakukan. Hal ini yang menjadi
kesulitan dalam kasus penggelapan arisan online yang menggunakan
8
media elektronik melalui media sosial yang membutuhkan pihak-pihak
yang kompeten di bidang elektronik. untuk itulah pemerintah di
Indonesia telah menyusun Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang bertujuan
agar pemanfaatan teknologi lebih teratur dan tidak digunakan semena-
mena oleh masyarakat Indonesia. Namun dalam penerapannya Undang-
Undang ini masih dianggap belum maksimal dikarenakan banyakanya
tindak pidana cybercrime yang diatur masih belum jelas pengaturannya
didalam Undang-Undang ini.
Dalam Hukum Islam, tindakan penggelapan sangat dilarang
karena hal tersebut dapat merugikan orang lain dengan cara mengambil
hak-hak nya dengan maksud ingin dimiliki.
Sebagaimana dalam Al-Qur‟an surat Al-syu‟ara ayat 18310
:
والتجخغإا انب ط أشب ء هى ؤال تشإا ف األس ع يفغذ
Artinya : “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-
haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan
membuat kerusakan”.
Permasalahan penggelapan arisan online ini menarik untuk dibahas
lebih lanjut dan mendalam. Karena persoalan penggelapan arisan online
10
Departemen Agama RI, 2005, Al-Quran dan Terjemahannya Indonesia,
Tim Disbintalad, Jakarta.
9
yang marak terjadi ini merupakan permasalahan kontemporer dan salah
satu dari dampak negatif perkembangan kemajuan teknologi yang
dimana apapun bisa terjadi di sosial media. Hal tersebut tidak di
pungkiri, karena indikasi masalah penggelapan terjadi karena sifat
mudah percaya sehingga melupakan syarat-syarat dari akad. Yang
sebagaimana salah satu kasus yang pernah terjadi dan telah diputus
oleh Pengadilan Negeri Palembang sebagai objek penelitian nomor
1562/Pid.B/2015/PN.Plg.
Dilihat contoh kasus diatas dapat diketahui tindak pidana
penggelapan dapat dilakukan oleh siapapun terhadap siapapun,
termasuk juga orang yang sudah dipercayai. Asumsi diketahui bahwa
tindak pidana penggelapan semakin menambah kesenjangan akibat
memburuknya distribusi kekayaan. Bila sekarang kesenjangan kaya dan
miskin sudah semakin jelas, maka penggelapan makin melebarkan
kesenjangan itu karena uang terdistribusi secara tidak sehat atau dengan
kata lain tidak mengikuti kaedah-kaedah ekonomi sebagaimana
mestinya.
Ini secara komprehensif menekan tentang tindak pidana
penggelapan yang telah menjadi pokok permasalahan ini, menjadi
sebuah judul “TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP
10
BENTUK PENGGELAPAN ARISAN ONLINE (STUDI PUTUSAN
NOMOR. 1562/Pid.B/2015/PN.Plg)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kronologi Tindak Pidana Penggelapan Arisan
Online Putusan Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg ?
2. Bagaimana pertimbangan Hukum Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Palembang tentang Putusan Nomor
1562/Pid.B/2015/PN.Plg ?
3. Bagaimana tinjauan HukumPidana Islam Terhadap Putusan
Hakim Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kronologi Tindak Pidana Penggelapan Arisan
Online Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg.
2. Mengetahui dasar pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Palembang tentang Tindak Pidana Penggelapan Arisan
Online Putusan Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg.
11
3. Menjelaskan tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap putusan
Tindak Pidana Penggelapan Arisan Online Nomor
1562/Pid.B/2015/PN.Plg.
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek teoritis
Penelitian ini mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi
ilmu pengetahuan. Dan menambah khazanah keilmuan
keIslaman terutama dalam bidang Hukum Islam khusunya
Tinjauan Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah) terhadap
penggelapan arisan online. Selain itu, penelitian ini diharapkan
bisa menjadi stimulus bagi penelitian selanjutnya. Sehingga
proses pengkajian secara mendalam akan terus berlangsung dan
memperoleh hasil yang maksimal.
2. Aspek praktis
Dapat bermanfaat bagi masyarakat luas serta diharapkan dapat
memberi sumbangsi kepada lembaga atau instansi terkait untuk
menegakan hukum bagi mereka yang melakukan penggelapan
arisan online. Selain itu agar dapat bermanfaat bagi para
kalangan akademis dalam memahami Tinjauan Hukum Pidana
12
Islam terhadap Penggelapan Arisan Online serta bisa menjadi
sebuah referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
E. Tinjauan Pustaka
Merza Supriana dalam penelitiannya berjudul Tindak Pidana
Penggelapan Ditinjau dari Fiqh Jinayah menyimpulkan bahwa
mengambil harta orang lain dengan jalan Bathil (melawan hukum)
sebagaimana diatur dalam pasal 372 s/d 375 KUH Pidana. Sedangkan
sanksi menurut Hukum Pidana Islam adalah diserahkan kepada Ulil
Amri atau pejabat yang berwajib (yang berhak untuk menetukan
sanksinya, dalam hal ini hakim) melalui jalan persidangan11
.
Muh Mahfud dalam penelitiannya berjudul Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Praktek Arisan Sistem Iuran Berkembang (Studi Kasus
di Desa Mrisen Kec.Wonosala Sab. Demak). Dalam penelitian dapat
disimpulkan bahwa arisan mempunyai banyak macam salah satunya
yaitu dengan sistem iuran berkembang yang menggunakan akada
sistem utang piutang. Siapa yang berhutang dan berpiutang itu
11
Merza Supriana., “Tindak Pidana Penggelapan Ditinjau dari Fiqh
Jinayah”, Skripsi S-1 Jinayah Siyasah Fakultas Syariah, IAIN Raden Fatah, 2011,
hlm.50.
13
mndapatkan arisan lebih awal. Dan tambahan uang yang dibayarkan itu
sama saja dengan Riba dalam Islam Riba sangat dilarang12
.
Apriliani Sacharina dalam penelitiannya berjudul Tinjauan
Viktimologis Terhadap Kejahatan Penipuan Yang Bermoduskan Arisan
(Studi Kasus: Kota Makasar Tahun 2013-2015). Dalam penelitiannya
dapat disimpulkan bahwa kerugian terbesar yang didapat dari
penelitiannya yaitu korban.Modus kejahatan yang selalu berkembang
seiring zaman melalui arisan menjadi senjata baru untuk
mengumpulkan korbannya13
.
Fajar S dalam penelitiannya berjudul Tinjauan Yuridis
Terhadap Tindak Pidana Penggelapan Secara Bersama-sama (Studi
Kasus Putusan No. 1708/Pid.B/2014/PN.Mks).Dalam penelitiannya
dapat disimpulkan bahwa penggelapan diancam pidana dala pasal 372
KUHP. Perbuatan terdakwa dalam studi putusan yang ia teliti
12
Muh Mahfud., “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Arisan Sistem
Iuran Berkembang (Studi Kasus di Desa Mrisen Kec. Wonosala Kab. Demak)”,
Skripsi S-1 Muamalah Fakultas Syari‟ah, UIN Walisongo, 2016, hlm.59. 13
Apriliani Sacharina., “Tinjauan Viktimologis Terhadap Kejahatan
Penipuan Yang Bermoduskan Arisan (Studi Kasus: Kota Makasar Tahun 2013-
2015)”, Skripsi S-1 Ilmu Hukum Fakultas Hukum, Universitas Hasanudin, 2017,
hlm.75.
14
diberatkan dengan dilakukan secara bersama-sama sehingga
mengakibatkan kerugian dan meresahkan masyarakat banyak14
.
Perbedaan yang mendasar dari penelitian tersebut dengan
penelitian ini, baik dari segi aspek tema maupun objek penelitian.
Kajian difokuskan pada tema yang diangkat lebih mendetail mengenai
Studi Kasus Putusan Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg.
F. Metodologi Penelitian
Didalam suatu penelitian diperlukan suatu metode penelitian. Metode
penelitian itu sendiri merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
menyangkut cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran
penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini dideskripsikan sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan yuridis
empiris. Menganalisis permasalahan dilakukan dengan cara
memadukan bahan-bahan Hukum (yang merupakan data
sekunder) dengan data primer yang diperoleh di lapangan.
2. Jenis sumber data
14Fajar S., “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penggelapan Secara
Bersama-sama (Studi Kasus Putusan No. 1708/Pid.B/2014/PN.Mks)”, Skripsi S-1
Ilmu Hukum Fakultas Hukum, Universitas Hasanudin, 2016, hlm.84.
15
Jenis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif yaitu jenis data
yang berupa pendapat, konsep atau teori yang menguraikan dan
menjelaskan masalah yang berkaitan dengan Tinjauan Hukum
Pidana Islam Terhadap Bentuk Penggelapan Arisan Online.
Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang terdiri dari tiga bagian bahan data yaitu15
:
a. Bahan hukum primer yang terdiri di Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,
Seperti Al-Quran , dan hasil-hasil penelitian, hasil karya
dari kalangan ahli hukum dan seterusnya, misalnya, buku-
buku, skripsi, jurnal dan lain-lain.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer
dan bahan sekunder, seperti kamus,ensklopedia, website.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
15
Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, 2015, Penelitian Hukum Normatif
suatu tinjaun singkat, Rajawali, Jakarta, hlm. 13
16
a. Pengumpulan data terkait dengan tindak pidana
penggelapan, dan buku-buku atau bahan bacaan yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti.
b. Mengkaji hasil Putusan Pengadilan Negeri Palembang yang
berkaitan dengan Penggelapan Arisan Online.
4. Teknik analisis data
Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif analisis
kualitatif, yakni dengan menyajikan, menggambarkan atau
memungkinkan sejelas-jelasnya seluruh masalah yang ada pada
rumusan masalah, secara sistematis faktual dan akurat
kemudian pembahasan ini disampaikan secara deduktif yakni
dengan menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum kekhusus sehingga penyajian hasil penelitian
dapat disampaikan dengan muda.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari penelitian
ini, penulis membuat sistematika pembahasan yang terdiri dari bab-bab
sebagai berikut:
17
Bab pertama, Merupakan pendahuluan yang meliputi : A). Latar
Belakang Masalah B). Rumusan Masalah C). Tujuan Penelitian D).
Manfaat penelitian E). Tinjauan Pustaka F). Metodelogi Penelitian G).
Sistematika Pembahasan.
Bab kedua, membahas tentang : A). Pengertian Tindak Pidana B).
Unsur-Unsur Tindak Pidana C). Pengertian Penggelapan D). Arisan E).
Modus Penggelapan dalam Arisan F). Sanksi dalam Perbuatan Tindak
Pidana Penggelapan.
Bab ketiga, pembahasan mengenai : A). Kronologi Putusan Nomor
1562/Pid.B/2015/PN.Plg B). Pertimbangan Hukum Majelis Hakim
tentang Putusan Nomor 1462/Pid.B/2015/PN.Plg. C). Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Putusan Hakim Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg.
Bab keempat, merupakan penutup yang berisikan : A). Kesimpulan
B). Saran
18
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Tindak Pidana
1. Menurut Hukum Pidana
Ditinjau dari segi Yuridis, pengertian kejahatan adalah suatu
perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan Undang-Undang,
untuk dapat melihat apakah perbuatan itu melanggar undang-undang
atau harus diciptakan dulu peraturan sebelum peristiwa agar mencegah
tindakan sewenang-wenang dan memberi kepastian hukum. Sementara
dari segi Sosiologis, kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang
selain merugikan penderita juga sangat merugikan masyarakat yaitu
berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman, dan ketertiban16
.
Tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar larangan yang
diatur oleh aturan hukum yang di ancam dengan sanksi pidana. Kata
tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana
belanda, yaitu strafbaarfeit, kadang-kadang juga menggunakan istilah
delict, yang berasal dari bahasa latin delictum17
. Oleh karena Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia (KUHP) bersumber pada
16
https://pakarhukum.com di akses 3 April 2018. 17
Andi Hamzah, Azas-Azas Hukum Pidana Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), hlm.11.
19
W.V.S Belanda maka istilah aslinya pun sama yaitu strafbaar feit
(perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang yang diancam dengan
hukuman)18
.
Simons, merumuskan bahwa strafbaar feit sebenarnya adalah
tindakan yang menurut rumusan Undang-Undang telah dinyatakan
sebagai tindakan yang dapat dihukum. Simons juga merumuskan
bahwa tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja oleh
seseorang dapat dipertanggungjawabkan dan oleh Undang-Undang
telah dinyatakan sebagai tindakan yang melanggar hukum19
.
Menurut Hamzah, Tindak Pidana adalah kelakuan manusia yang
dirumuskan dalam Undang-Undang, melawan hukum yang patut
dipidana karena melakukan kesalahan. Orang yang melakukan
perbuatan pidana akan mempertanggung jawabkan perbuatan dengan
pidana apabila ia mempunyai kesalahan. Seseorang mempunyai
kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi
masyarakat menunjukkan pandangan normatif mengenai kesalahan
yang dilakukan. Sementara Moeljatno, menjelaskan pula bahwa tindak
pidana adalah sebuah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum
18
Hamzah, Azas-Azas Hukum Pidana Edisi Revisi, hlm 12. 19
PAF Lamintang, 1997, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra
Aditya Bakti, Bandung, hlm.185.
20
yang disertai dengan ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi
siapa saja yang melanggar larangan tersebut20
. Ia menjelaskan antara
larangan dan ancaman memiliki hubungan erat. Oleh karena itu,
kejadian tidak dapat dilarang jika seseorang tidak melakukan
pelanggaran hukum. Dalam hal ini seseorang tidak dapat diancam
pidana jika tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum.
Seperti Hamzah dan Moeljatno, Pakar Pidana
Pompe, memahami Tindak Pidana adalah Suatu pelanggaran norma
(gangguan terhadap tata tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun
dengan tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana
penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi
terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum21
. Hal
tersebut juga diungkapkan oleh Van Hamel, yang menyatakan dalam
bukunya bahwa tindak pidana adalah suatu serangan atau suatu
ancaman terhadap hak-hak orang lain, Kemudian Kanter dan Sianturi,
menegaskan bahwa tindak pidana diartikan suatu tindakan pada tempat,
waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang atau diharuskan dan
diancam dengan pidana oleh Undang-Undang hukum pidana, bersifat
20
Moeljatno,Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm.54. 21
Tri Andrisma, Hukum Pidana, (Bandar Lampung: Unila 2007), Hlm.81.
21
melawan hukum, serta dengan kesalahan dilakukan oleh seseorang
(yang mampu bertanggung jawab22
.
Di dalam tindak pidana, selalu diawali dengan kata “Barang
siapa”, yang ditujukan kepada pelaku tindak pidana yang melakukan
kesalahan. Kesalahan dapat dilakukan atas dasar kesengajaan dan
karena kelalaiannya. Perbuatan dilakukan dengan sengaja adalah
perbuatan yang dikehendaki dan dilakukan dengan penuh kesadaran.
Bentuk kesengajaan menurut Moeljatno terdiri dari tiga corak, yaitu23
:
1) Kesengajaan dengan maksud (Dolus Derictus),
2) Kesengajaan sebagai kepastian, keharusan, dan
3) Kesengajaan sebagai kemungkinan (Dolus Eventualis).
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tindak pidana adalah
suatu perbuatan yang dilakukan manusia yang dapat bertanggung jawab
yang mana perbuatan tersebut dilarang atau diperintahkan atau
dibolehkan oleh Undang-Undang hukum pidana yang diberi sanksi
berupa sanksi pidana. Untuk membedakan suatu perbuatan sebagai
tindak pidana atau bukan tindak pidana ialah apakah perbuatan tersebut
diberi sanksi pidana atau tidak diberi sanksi pidana.
22
Andrisma, Hukum Pidana, hlm 82. 23
Moeljatno, 2000, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta,
hlm.177.
22
2. Menurut Hukum Islam
Dalam terminologi fiqh tindak pidana dikenal dengan istilah
Jarimah yang bearti perbuatan pidana atau tindak pidana. Imam Al
Mawardi mendefinisikan Jarimah (tindak pidana) sebagai segala
sesuatu larangan Syara‟ (melakukan hal-hal yang dilarang dan
meninggalkan hal-hal yang diwajibkan) yang diancam dengan
hukuman Had atau Ta‟zir24
. Larangan-larangan Syara‟ tersebut dapat
berbentuk melakukan perbuatan yang dilarang ataupun tidak
melakukan sesuatu perbuatan yang diperintahkan.
Menurut Abdul Qadir Audah dalam bukunya Ta‟rif Al-Jarimah
mendefinisikan jarimah yaitu25
:
Dalam syariat Islam, yang dimaksud dengan jarimah adalah
larangan- larangan sayri‟iyyah yang diancam oleh Allah dengan
hukuman Hudud atau Takzir. Larangan-larangan ini ada kalanya
berupa melakukan larangan atau meninggalkan perintah.
24
Al Mawardi, 1973, Al-Ahkam al-Sultaniyah, Mesir, hlm. 219. 25
Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri‟ Al-Jina‟I Al-Islami, jilid I, hlm. 66.
23
Sementara Al-Mu‟jam Al-Wasith mendefinisikan jarimah
secara umum, ialah26
:
Setiap tindakan melakukan atau tidak melakukan yang diancam
pidana oleh undang-undang, baik tindakan itu berupa
pembangkangan, pidana ringan, atau jinayah. Secara khusus,
jarimah memang bearti jinayah.
Definisi Jarimah pada bagian terakhir secara tegas dikatakan
bahwa dalam arti khusus Jarimah bearti Jinayah. Hal ini menunjukan
bahwa pada dasarnya makna antara Jarimah dan Jinayah apabila
dikorelasikan, Jarimah bersifat lebih umum; sedangkan Jinayah
bersifat lebih khusus karena hanya mengenai tindak pidana
pembunuhan, penganiayaan, dan kejahatan terhadap harta.
Para Fuqaha, sering memakai kata-kata Jinayah untuk Jarimah
yang mana dibataskan pada perbuatan yang dilarang saja27
. Pengertian
kata Jinayah dikalangan Fuqaha adalah perbuatan yang dilarang oleh
26
Ibrahim Anis, Abdul Halim Muntashir, dkk., Al-Mu‟Jam Al-Wasith, hlm.
118. 27
Tim Penyusun, 1994, Ensiklopedi Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta,
hlm. 320, entri Jinayah.
24
syara‟ baik perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa atau harta benda,
ataupun yang lainnya. Sementara kata Jarimah digunakan untuk
perbuatan yang mengenai jiwa orang atau anggota badan, seperti
membunuh, melukai, memukul, dan lain-lain.
Dengan mendasarkan pengertian Jarimah diatas bagi kalangan
Fuqaha tidak bermasalah karena kata-kata Jinayah dalam istilah
Fuqaha sama dengan kata-kata Jarimah28
. Karena kata Jarimah
mengandung arti pebuatan buruk, jelek, atau dosa, dalam bentuk kata
kerjanya disebutkan dalam Al-Qur‟an Surat Al-Maidah Ayat 829
:
وال جش يكى شئب قى و عهى أال تعذ نىا
Artinya : “dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum
mendorong kamu untuk tidak berlaku adil”.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa jarimah adalah
segala perbuatan, baik melakukan sesuatu maupun tidak, dimana hal itu
dilarang oleh Allah dan diancam dengan hukuman had (hudud) dan
takzir.
28
M. Nurul Irfan, 2016, Hukum Pidana Islam, Amzah, Jakarta, hlm.11. 29
Departemen Agama RI, 2005, Al-Quran dan Terjemahannya, Tim
Disbintalad, Jakarta.
25
B. Unsur-Unsur Tindak Pidana
1. Menurut Hukum Pidana
Untuk mengenakan pidana itu harus dipenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat syarat tertentu ini lazimnya disebut dengan unsur-unsur
tindak pidana. Jadi seseorang dapat dikenakan pidana apabila perbuatan
yang dilakukan memenuhi syarat-syarat tindak pidana (strafbaarfeit).
Menurut Sudarto, pengertian unsur tindak pidana hendaknya dibedakan
dari pengertian unsur-unsur tindak pidana sebagaimana tersebut dalam
rumusan undang-undang30
. Pengertian yang pertama (unsur) ialah lebih
luas dari pada kedua (unsur-unsur). Misalnya unsur-unsur (dalam arti
sempit) dari tindak pidana pencurian biasa, ialah yang tercantum dalam
Pasal 362 KUHP.
Menurut Lamintang, bahwa setiap tindak pidana dalam KUHP
pada umumnya dapat dijabarkan unsur-unsurnya menjadi dua macam,
yaitu unsur-unsur subyektif dan obyektif31
. Yang dimaksud dengan
unsur-unsur ”subyektif” adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si
pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk
kedalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.
30
Sudarto, 1991, Hukum Pidana IA-1B, Fakultas Hukum Jendral Soedirman,
Puwokerto, hlm.3. 31
Lamintang, 1984, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru,
Bandung, hlm.174.
26
Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ”obyektif” itu adalah unsur-
unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu keadaan-
keadaan di mana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Unsur-
unsur subyektif dari suatu tindak pidana itu adalah32
:
a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (culpa/dolus);
b. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau
pogging seperti
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP;
c. Macam- macam maksud atau oogmerk seperti yang
terdapat misalnya di dalam kejahatan-kejahatan
pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-
lain;
d. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad
seperti misalnya terdapat di dalam kejahatan
pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP;
e. Perasaaan takut atau vress seperti yang antara lain
terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal
308 KUHP.
32
Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, hlm.183.
27
Berkaitan dengan pengertian unsur-unsur tindak pidana, ada
beberapa pendapat para ahli mengenai unsur-unsur tindak pidana
menurut aliran monistis dan menurut aliran dualistis. Pendapat ahli
yang berpandangan monistis, yaitu :
a. Simons, sebagai menganut pandangan monistis. Simons
mengatakan bahwa pengertian tindak pidana (strafbaarfeit)
adalah “Een strafbaar gestelde, onrechtmatige, met schuld
verband staande handeling van een toerekeningsvatbaar
person”. Atas dasar pandangan tentang tindak pidana tersebut di
atas, unsur-unsur tindak pidana menurut Simons adalah33
:
a. Perbuatan manusia (positif atau negatif, berbuat atau tidak
berbuat atau membiarkan);
b. Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld);
c. Melawan hukum (onrechtmatig);
d. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staad);
e. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab
(toerekeningsyatbaar persoon).
Dari unsur-unsur tindak pidana tersebut Simons membedakan
adanya unsur obyektif dan unsur subyektif dari strafbaarfeit adalah :
33
Sudarto, Hukum Pidana IA-IB, hlm.32.
28
1) Yang dimaksud dengan unsur subyektif ialah : perbuatan orang;
2) Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu;
3) Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-
perbuatan itu seperti dalam Pasal 281 KUHP sifat ”openbaar”
atau ”dimuka umum”
Selanjutnya unsur subyektif dari strafbaarfeit adalah :
1) Orangnya mampu bertanggung jawab;
2) Adanya kesalahan (dolus atau culpa). Perbuatan harus
dilakukan dari
perbuatan atau dengan keadaan-keadaan mana perbuatan itu
dilakukan.
b. Van Hamel, menyatakan Stafbaarfeit adalah een weterlijk
omschre enmensschelijke gedraging onrechmatig, strafwardig en
aan schuld te wijten. Jadi menurut Van Hamel unsur-unsur
tindak pidana adalah34
:
1) Perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang;
2) Bersifat melawan hukum;
3) Dilakukan dengan kesalahan dan
4) Patut dipidana.
34
Sudarto, Hukum Pidana IA-IB, hlm.33.
29
c. E. Mezger, menyatakan tindak pidana adalah keseluruhan
syarat untuk adanya pidana. Dengan demikian usnur-unsurnya
yaitu : Perbuatan dalam arti yang luas dari manusia (aktif atau
membiarkan); Sifat melawan hukum (baik bersifat obyektif
maupun bersifat subyektif); Dapat dipertanggung jawabkan
kepada seseorang; Diancam dengan pidana. .
Dari pendapat para ahli yang beraliran monistis tersebut dapat
disimpulkan bahwa tidak adanya pemisah antara criminal act dan
criminal responsibility. Sementara mengenai unsur-unsur tindak pidana
menurut pendapat para ahli yang berpandangan dualistis adalah sebagai
berikut35
:
a. H.B. Vos, menyebutkan Strafbaarfeit hanya berunsurkan :
1) Kelakuan manusia dan
2) Diancam pidana dengan undang-undang.
b. W.P.J. Pompe, menyatakan : menurut hukum positif
strafbaarfeit adalah tidak lain dari feit, yang diancam pidana
dalam ketentuan undang-undang, jadi perbuatan itu adalah
35
Sudarto, Hukum Pidana IA-IB, hlm.34.
30
perbuatan yang bersifat melawan hukum, dilakukan dengan
kesalahan dan diancam pidana36
.
c. Moeljatno, memberikan arti tentang strafbaarfeit, yaitu sebagai
perbuatan yang diancam dengan pidana, barangsiapa melanggar
larangan tersebut. Untuk adanya perbuatan pidana harus ada
unsur-unsur :
1) Perbuatan manusia
2) Memenuhi rumusan UU (syarat formil : sebagai
konsekuensi adanya asas legalitas)
3) Bersifat melawan hukum (syarat materil : perbuatan
harus betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai
perbuatan yang tidak boleh atau tidak patut dilakukan
karena bertentangan dengan tata pergaulan di
masyarakat)
4) Kesalahan dan kemampuan bertanggung jawab tidak
masuk sebagai unsur perbuatan pidana karena unsur ini
terletak pada orang yang berbuat.
Dengan demikian pandangan ahli yang beraliran dualistis ini
ada pemisahan antara criminal act dan criminal responsibility. Menurut
36
Sudarto, Hukum Pidana IA-IB, hlm.34.
31
Sudarto, baik aliran monistis maupun dualistis, tidak mempunyai
perbedaan yang prinsipil dalam menentukan adanya pidana. Apabila
orang menganut pendirian yang satu, hendaknya memegang pendirian
itu secara konsekuen, agar tidak terjadi kekacauan pengertian. Bagi
orang yang berpandangan monistis, seseorang yang melakukan tindak
pidana sudah dapat dipidana, sedangkan bagi yang berpandangan
dualistis, sama sekali belum mencukupi syarat untuk dipidana arena
masih harus disertai syarat pertanggungjawaban pidana yang harus ada
pada si pembuat atau pelaku pidana. Jadi menurut pandangan dualistis
semua syarat yang diperlukan untuk pengenaan pidana harus lengkap
adanya.
2. Menurut Hukum Islam
Didalam Hukum Islam, Suatu perbuatan dianggap delik
(jarimah) bila terpenuhi syarat dan unsur. Adapun unsur Jarimah dapat
dikategorikan menjadi 2 (dua)37
: Pertama, unsur umum, artinya unsur-
unsur yang harus terpenuhi pada setiap jarimah. Kedua, unsur khusus,
artinya unsur-unsur yang harus terpenuhi pada jenis jarimah tertentu.
Adapun yang termasuk dalam unsur-unsur umum jarimah adalah :
37
Djazuli, 1996, Fiqh Jinayah, Raja Grafindo, Jakarta, hlm.12.
32
a. Unsur Formil (Adanya Undang-undang atau nash). Artinya
setiap perbuatan tidak dianggap melawan hukum dan
pelakunya tindakpidana kecuali adanya nash atau Undang-
undang yang mengaturnya. Dalam hukum positif masalah itu
dikenal dengan istilah asas legalitas, yaitu suatu perbuatan
tidak dapat dianggap melawan hukum dan pelakunya tidak
dapat dikenai sanksi sebelumnya adanya peraturan yang
mengundangkannya. Unsur-unsurnya yaitu :
1) Telah ada aturannya (Al-Rukn Al-Syar‟i)
Unsur yang menyatakan seseorang dapat dinyatakan
sebagai pelaku jarimah, al-jani, atau dader kalau
sebelumnya telah ada Nash atau Undang-Undang yang
secara tegas melarang dan menjatuhkan sanksi kepada
pelaku. Dengan demikian, unsur ini sangat erat kaitannya
dengan asas legalitas dalam hukum pidana. Untuk bisa
menuntut seseorang secara pidana, harus ada undang-
undang yang mengaturnya terlebih dahulu. Oleh karena
itu, aturan yang ditegaskan pada unsur formil ini tentang
larangan dan sanksi secara jelas dinyatakan dalam teks
syara‟, yaitu Al-Qur‟an dan Hadis.
33
2) Adanya perbuatan (Al-Rukn Al-Madi)
Unsur yang menyatakan bahwa untuk bisa
dipidanakannya seseorang pelaku jarimah, pelaku harus
benar-benar telah terbukti melakukannya, baik bersifat
positif (aktif melakukan sesuatu) maupun yang bersifat
negatif (pasif tidak melakukan sesuatu), termasuk ke
dalam kasus pembiaran atas terjadinya sebuah tindakan di
suatu tempat.
3) Adanya pelaku (Al-Rukn Al-Adabiy)
Unsur yang menyatakan bahwa seorang pelaku tindak
pidana harus sebagai subjek yang bisa dimintai
pertanggung jawaban atau harus bisa dipersalahkan.
Artinya, pelaku bukan orang gila, anak di bawah umur,
atau berada dibawah ancaman dan keterpaksaan. Kalau
kondisi kejiwaan pelaku sedang bermasalah, ia wajib
menjalani pemeriksaan terlebih dahulu. Disinilah urgensi
Al-Rukn Al-Adabi dalam hukum pidana Islam yang
merupakan hasil kolaborasi dan upaya kontekstualisasi
antara fiqh jinayah klasik dan hukum pidana
konvensional.
34
b. Unsur materil (Sifat melawan hukum). Artinya adanya
tingkah laku seseorang yang membentuk Jarimah, baik
dengan sikap berbuat maupunsikap tidak berbuat. Unsur ini
dalam Hukum Pidana Islam atau fiqh Jinayah disebut dengan
Al-Rukn Al-Madi.
Suatu perbuatan yang dikategorikan sebagai Jinayah jika
perbuatan tersebut mempunyai unsur-unsur tadi, tanpa ketiga unsur
tersebut suatu perbuatan tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan
Jinayah. Disamping unsur-unsur umum, ada unsur khusus yang hanya
berlaku di dalam satu jarimah dan tidak sama dengan unsur khusus
jarimah yang lain misalnya, mengambil harta orang lain dengan cara
sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanan adalah unsur khusus
untuk pencurian. Hal ini berbeda dengan unsur khususdi dalam
pemberontakan yaitu mengambil harta orang lain dengan terang-
terangan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur yang umum
dan yang khusus pada Jarimah pada perbedaan, unsur umum Jarimah
macamnya hanya satu dan sama pada tiap Jarimah, sedangkan unsur
yang khusus bermacam-macam serta berbeda-beda pada setiap jenis
Jarimah.
35
C. Pengertian Penggelapan
1. Menurut Hukum Pidana
Istilah penggelapan dipergunakan orang untuk menyebut jenis
kejahatan yang di dalam buku II Bab XXIV Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana adalah terjemahan dari kata “Verduistering” (Bahasa
Belanda).Asumsi kuat menyatakan bahwa “Verduistering” ke dalam
Bahasa Indonesia diterjemahkan secara harfiah dengan penggelapan.
Bagi masyarakat Belanda diartikan secara arti luas “Figurlijk” bukan
diartikan seperti arti kata yang sebenarnya sebagai membikin sesuatu
menjadi tidak terang atau gelap. Lebih mendekati pengertian bahwa
petindak menyalahgunakan haknya sebagai yang menguasai suatu
benda (memiliki), hak mana tidak boleh melampaui dari haknya
sebagai seorang yang diberi kepercayaan untuk menguasai benda
tersebut bukan karena kejahatan.
Istilah penggelapan berasal dari kata “gelap” yang memiliki arti
tidak terang atau kelam, lalu ditambahkan dengan awalan “pe” yang
menjadi kata penggelapan yang mengandung arti yang dari pelaku
suatu perbuatan, yaitu orang yang melakukan perbuatan yang tidak
36
terang-terangan dan kemudian ditambah lagi dengan akhiran “an”
menjadi penggelapan.38
Van Haeringen, seperti yang di kutip Lamintang dan Djisman
Samosir dalam kamus hukumnya menjelaskan arti pada istilah
“verduistering” atau “penggelapan” itu sebagai “geheel donker maken”
ataupun sebagai “uitstralinc van licht beletten” yang artinya “membuat
segalanya menjadi “gelap” atau “menghalangi memancarnya sinar”39
.
Sementara Lamintang dan Djisman Samosirmengartikan penggelapan
sebagai “penyalahgunaan hak” atau “penyalahgunaan kepercayaan”.40
Seperti Van Haeringen, Lamintang dan Djisman Samosir, Pakar
pidana R. Soesilo menyatakan bahwa penggelapan adalah kejahatan
yang hampir sama dengan pencurian tetapi penggelapan pada waktu
dimilikinya barang tersebut, sudah ada di tanggannya tidak dengan
jalan kejahatan atau melawan hukum41
. Hal itu di pertegas Tongat
perihal telaah pengertian penggelapan bahwa apabila suatu benda
38
http://kbbi.web.id/penggelapan.htmldi akses 9 Juli 2018 39
Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-Delik Khusus (Kejahatan yang
Ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang timbul dari Hak Milik),
(Bandung: Tarsito, 1979), hlm 174. 40
Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-Delik Khusus (Kejahatan yang
Ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang timbul dari Hak Milik), hlm
175. 41
R Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta
Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, 1991),hlm228.
37
berada dalam keuasaan orang bukan karena tindak pidana, tetapi karena
suatu perbuatan yang sah, misalnya karena penyimpanan, perjanjian
penitipan barang, dan sebagainya42
. Kemudian orang yang diberi
kepercayaan untuk menyimpan dan sebagainya itu menguasai barang
tersebut untuk diri sendiri secara melawan hukum, maka orang tersebut
berarti melakukan “penggelapan”43
.
Hal tersebut juga di tuangkan oleh Hoetomo istilah penggelapan
dalam konteks Bahasa hukum pidana maksudnya adalah penggelapan
terhadap barang, seperti penggelapan barang yang dititipkan,
meggelapkan barang pinjaman, menggelapkan barang sewaan, dan
sebagainya44
. Disamping itu, “barang” diartikan juga semua benda
yang berwujud seperti uang, baju, perhiasan, dan sebagainya, termasuk
pula binatang, dan benda yang tidak berwujud seperti aliran listrik yang
disalurkan melalui kawat serta yang disalurkan melalui pipa. Selain
benda-benda yang bernilai uang pencurian pada benda-benda yang
tidak bernilai uang, asal bertentangan dengan pemiliknya (melawan
hukum).
42
Tongat, SH. M.Hum, Hukum Pidana Materil Edisi Revisi, UMM Press,
(Malang: UMM Press, 2006), hlm57. 43
Tongat, Hukum Pidana Materil Edisi Revisi, hlm 57-58. 44
Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar,
2005), hlm 329.
38
Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Tindak
Pidana Penggelapan dapat di golongkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Penggelapan dalam bentuk pokok
Kejahatan penggelapan dalam bentuk pokok dalam Pasal 372
KUHP yaitu kejahatan yang dilakukan sesorang yang dengan
sengaja menguasai secara melawan hukum suatu benda yang
seluruhnya atau sebagian merupakan kepunyaan orang lain45
.
Namun orang tersebut dalam mendapatkan barang dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan.
2. Penggelapan ringan
Kejahatan penggelapan ringan seperti diterangkan dalam Pasal 373
KUHP yaitu suatu kejahatan penggelapan yang dilakukan oleh
seseorang yang mana jika penggelapan tidak terhadap ternak
ataupun nilainya tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah46
.
Mengapa disebutkan bahwa yang digelapkan itu haruslah bukan
ternak, karena perlu diingat bahwa ternak merupakan unsur yang
memberatkan, sehingga ternak dianggap barang khusus.
3. Penggelapan dengan pemberatan
45
Hamzah, Azas-Azas Hukum Pidana Edisi Revisi, hlm 41. 46
Hamzah, Azas-Azas Hukum Pidana Edisi Revisi, hlm 42.
39
Kejahatan penggelapan dengan pemberatan atau disebut juga
”gequalifierde verduistering” tersebut diatur dalam pasal 374
KUHP47
. Menyatakan bahwa penggelapan dengan pemberatan
adalah penggelapan yang dilakukan oleh mereka yang menguasai
suatu benda karena jabatannya atau karena pekerjaannya atau
karena mendapatkan uang sebagai imbalannya.
Berdasarkan Pasal 375 KUHP menyatakan bahwa penggelapan
dengan pemberatan adalah penggelapan yang dilakukan oleh
mereka atas benda yang karena terpaksa telah titipkan kepadanya
sebagai wali, curator, kuasa untuk mengurus harta benda orang lain,
pelaksana suatu wasiat dan kedudukan mengurus benda amal atau
yayasan.
4. Penggelapan sebagai delik aduan
Kejahatan penggelapan sebagai delik aduan ini tersimpul dalam
Pasal 376 KUHP yang mengacu pada Pasal 367 ayat (2) KUHP48
.
Dengan adanya ketentuan ini berarti seseorang yang mempunyai
hubungan keluarga melakukan penggelapan atau membantu
melakukan penggelapan terhadap milik anggota keluarga lainnya
47
Hamzah, Azas-Azas Hukum Pidana Edisi Revisi, hlm 42. 48
Hamzah, Azas-Azas Hukum Pidana Edisi Revisi, hlm 43.
40
yang tinggal dalam satu rumah hanya dapat dituntut terhadap
mereka itu hanya dapat dilakukan apabila ada atau terdapat
pengaduan dari pihak-pihak yang telah dirugikan karena kejahatan
penggelapan.
5. Penggelapan oleh pegawai negeri karena jabatannya
Jenis kejahatan penggealapn ini tidak diatur dalam Buku II Bab
XXIV KUHP melainkan dalam Bab XXVIII yang mengatur
mengenai apa yang disebut ”ambtsmisdrijven” atau kejahatan
jabatan. Penggelapan yang dilakukan oleh seorang pegawai negeri
dalam jabatannnya disebut penggelapan jabatan. Ketentuan
mengenai penggelapan jabatan ini diatur dalam Pasal 415 dan Pasal
417 KUHP yang mengatur tentang seorang pegawai negeri yang
karena jabatannya uang atau kertas berharga yang dalam jabatannya
menguasai benda-benda tersebut membiarkan diambil atau
digelapkan oleh orang lain49
.
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa penggelapan
adalah perbuatan mengambil, menyimpan harta milik orang lain secara
sembunyi-sembunyi dan bermaksud menguasai harta milik orang lain
dalam kekuasaannya, menghilangkan atau tidak mengakui barang itu
49
Hamzah, Azas-Azas Hukum Pidana Edisi Revisi, hlm 44-46.
41
berasal dari orang lain atau orang yang menitipkan. Tujuannya
mengambil, menyimpan, menghilangkan adalah ingin menguasai
barang atau sesuatu yang bukan merupakan haknya (milik orang lain)
menjadi haknya secara mutlak. Sehingga barang atau sesuatu itu tidak
dapat dikembalikan kepada pemiliknya.
2. Menurut Hukum Islam
Jika melihat penggelapan pada khasanah hukum Islam, berawal
dari kata “Sariqah” yang menurut Bahasa adalah mengambil harta
dengan sembunyi-sembunyi50
. Sedangkan menurut syara‟ ialah
mengambil harta secara sembunyi-sembunyi dan aniaya dari tempat
simpanan harta itu dan bermaksud untuk dikuasai51
.
Secara Etimologis sariqah adalah mengambil harta seseorang
secara sembunyi-sembunyi dan dengan tipu daya. Sedangkan, Secara
Terminologis definisi sariqah dalam syari‟at Islam yang pelakunya
harus diberi hukuman potong tangan adalah mengambil harta senilai
dijaga dan dilakukan oleh seorang mukalaf secara sembunyi-sembunyi
serta tidak terdapat unsur subhat, sehingga kalau barang itu kurang dari
sepuluh dirham yang masih berlaku maka
50
Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Raja Grafindo, 1997), hlm 73. 51
Dzajuli, Fiqh Jinayah, hlm74.
42
tidak bisa dikategorikan sebagai pencurian yang pelakunya diancam hu
kuman potong tangan52
.
Menurut para ahli, Wahbah Al-Zuhaili mendefinisikan sariqah
adalah mengambil harta milik orang lain dari tempat penyimpanannya
yang biasa digunakan untuk menyimpan secara diam-diam dan
sembunyi-sembunyi53
. Termasuk dalam katagori mencuri adalah
mencuri informasi dan pandangan jika dilakukan dengan sembunyi-
sembunyi. Sementara, Muhammad Al-Khatib As-Sarbini mengartikan
sariqah ialah mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi
dan dzalim, diambil dari tempat penyimpanannya yang biasa digunakan
untuk menyimpan dengan berbagai syarat54
.
Ahmad Warson dalam kamusnya “al-Munawwir” mengartikan
kata sariqah dengan beberapa arti: pertama diartikan mencuri (akhada
al-mala lil ghairi khufyatan), kedua diartikan merampok (nahaba),
ketiga diartikan menculik (khathafa) dan keempat diartikan mencopet
52
Dzajuli, Fiqh Jinayah, hlm74-75. 53
Wahbah Al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh (Cet IV), (Bairut: Dar
al-Fikr, 1997), hlm 5422. 54
Muhammad Al-Khatib, Mughni Al-Muhtaj (Jilid IV), (Bairut: Dar Al-Fikr),
hlm 158.
43
(saraqa syaian qalilan)55
.Sama hal nya Atabik Ali, mengartikan
sariqah secara umum yaitu mencuri, merampok, dan menculik56
.
Kedua kamus besar tersebut memiliki kesamaan menempatkan arti
mencuri bagi sariqah pada arti utama dengan cara meletakkannya
paling depan.
Dalam kitab fiqh fathul qarib, sariqah adalah mengambil harta
dengan sembunyi-sembunyi57
. Sedangkan menurut syara‟ ialah
mengambil harta secarasembunyi-sembunyi dan aniaya dari tempat
simpanan harta itu tadi58
. Hal ini sejalan dalam Firman Allah SWT, Q.S
Al-Baqarah ayat 18859
:
Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil
dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu Mengetahui.
55
Ghoffar Ismail, Laporan Penelitian Reguler Dosen: “Konsep Sariqah
(Pencurian Dalam Prespektif Ulama Klasik dan Kontemporer)” (Yogyakarta: UMY
Yogyakarta, 2006), hlm.27. 56
Ismail, Konsep Sariqah (Pencurian Dalam Prespektif Ulama Klasik dan
Kontemporer), hlm 28. 57
Imaning Yusuf, Fiqh Jinayah, (Palembang: Rafah Press, 2009), hlm 70. 58
Yusuf, Fiqh Jinayah, hlm 71. 59
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya.
44
Menurut Djazuli, Penggelapan adalah mengambil harta dengan
tidak diam-diam (secara sembunyi-sembunyi)60
. Dalam syara‟
dijelaskan bahwa mengambil harta secara sembunyi-sembunyi dan
aniaya dari tempat simpanan harta itu dan bermaksud untuk dikuasai61
.
Sementara Abdul Qadir Audah, menyatakan ada dua macam sariqah
dalam hukum pidana Islam, yaitu :
1. Sariqah yang diancam dengan hukuman had adapaun sariqah
yang diancam dengan hukuman had dibedakan menjadi dua,
yaitu sirqah al sughra dan sirqah al kubra. Pencurian kecil
ialah mengambil harta milik orang lain secara diam-diam.
Sedangkan pencurian besar ialah mengambil harta milik orang
lain dengan kekerasan. Pencurian jenis ini disebut
perampokan.
2. Sariqah yang diancam hukuman ta„zir. Sedangkan dalam
pencurian yang dihukumi ta„zir ialah segala bentuk pencurian
yang tidak terpenuhi syarat dan rukunnya. Seperti halnya
pencurian dalam keluarga, pengingkar barang pinjaman,
penghianat barang titipan. Mengatur secara jelas definisi
60
Djazuli, Fiqh Jinayah, hlm 75. 61
Djazuli, Fiqh Jinayah, hlm 76.
45
penggelapan. Jumhur ulama berpendapat bahwa penggelapan
bukanlah pencurian, melainkan pencurian yang tidak
terpenuhi suatu ketentuan syarat dan rukunnya.
Dari pengertian Sariqah diatas, dapat disimpulkan bahwa kata
Sariqah diartikan sebagai suatu perbuatan mengambil, menyimpan
barang orang lain untuk dikuasai. Kata sariqah dalam Hukum Islam
disebut penggelapan dan ada juga yang menyebut pencurian. Hal
tersebut sejalan dengan pengertian keduanya yang menitik beratkan
kepada perbuatan megambil suatu harta orang lain yang tidak ada
haknya dan bermaksud untuk dimiliki.
D. Arisan
1. Pengertian Arisan
Arisan adalah sekelompok orang yang mengumpulkan uang
atau barang secara teratur pada tiap-tiap periode tertentu. Setelah uang
terkumpul, salah satu dari anggota kelompok akan keluar sebagai
pemenang. Penentuan pemenang biasanya dilakukan dengan jalan
46
pengundian, perjanjian antara anggota arisan, dengan nomor urut
anggota, atau berdasarkan prioritas kebutuhan anggota arisan62
.
Arti harfiah dari kata arisan ialah bertemu dan berkumpul.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Arisan ialah kegiatan
mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa
orang kemudian di undi diantara mereka untuk menentukan siapa yang
memperolehnya, undian dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara
berkala sampai semua anggota memperolehnya63
. Sementara menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Arisan merupakan kegiatan
mengumpulkan uang atau barang yang sama nilainya untuk diundi
diantara orang yang mengumpulkan untuk menentukan siapa yang
memperoleh64
.
Jika dilihat dari segi sosiologis, Arisan dijadikan sebagai sarana
berkumpulnya masyarakat dalam kegiatan tabarru‟ (transaksi yang
mengandung perjanjian dengan tujuan tolong menolong) meskipun
pada akhirnya akan ada pengembalian yang sama65
. Hal ini dapat
diketahui dengan adanya fungsi arisan yaitu sebagai sarana aktivitas
62
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Arisandi akses 9 juli 2018 63
Wjs. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003)hlm59. 64
http://kbbi.web.id/arisan.html di akses 9 juli 2018. 65
Rusli Agus, Kontribusi Arisan Dalam Menambah Kesejahteraan Keluarga
Menurut Perspektif Ekonomi Islam, (Skripsi, Uin Suska Riau Tahun 2011) hlm 36.
47
utang piutang. Selain itu, arisan biasanya dibentuk untuk mempererat
tali persaudaraan di antara sesama dengan dilakukannya perkumpulan
antar sesama peserta arisan. Semetara jika dilihat dari segi keuangan,
Arisan tidak memiliki keuntungan. Artinya, uang yang kita tabung
selama satu putaran sama saja dengan yang kita peroleh. Bedanya
hanya terletak pada perolehan arisan yang didapatkan oleh peserta di
awal periode, yaitu seperti mendapatkan utang dan bisa dicicil tanpa
bunga. Akan tetapi kalau kita mendapatkan di akhir, kita seperti
menabung tanpa dapat bunga atau bagi hasil66
.
Arisan juga merupakan cara lain untuk menabung, karena
kebanyakan orang yang belum terbiasa menabung tidak akan
menabung tanpa ada dorongan yang kuat. Arisan juga sama dengan
hutang kepada pihak kolektif, karena penerima undian seakan
berhutang kepada semua anggota arisan tersebut. Disisi lain, dalam
arisan ada unsur tolong menolong dari satu kelompok kepada anggota
lainnya. Tolong menolong diperintahkan Allah SWT dalam Surah Al-
Maidah ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut:
66
http://m.republika.co.id/berita/konsultasi/keuangan di akses 9 Juli 2018
48
Artinya : “ hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-nya dan binatang-binatang qalaa-id dan jangan (pula)
menggangggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah, maka bolelah berburu, dan jangan
sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksaanya”
Dilihat dari sisi keuangan kalau seorang anggota arisan mendapatkan
undian itu pada saat awal (misalnya pada nomor urut 1-10) maka ia
seakan mendapatkan pinjaman yang harus dikembalikan dengan
mengangsur pada bulan-bulan berikutnya. Sedangkan dalam bila ia
mendapatkannya pada saat akhir, maka ia seperti memberi pinjaman
pada orang lain, atau seperti menabung lalu mendapatkan pengembalian
tanpa ada bunga sama sekali.
49
Dari penelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa arisan adalah
berkumpulnya beberapa orang (kelompok) yang bertujuan untuk
mengumpulkan uang atau barang yang akan diundi sampai semua
anggota mendapatkan gilirannya.
Seiring dengan masuknya perkembangan teknologi dan
informasi yang membuat interaksi sesama manusia lebih mudah. Arisan
juga mengikuti perkembangan dengan munculnya Arisan Online
(Arisol). Arisan Online terdiri dari dua suku kata yaitu “Arisan” yang
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
disebut anggota dengan adanya penyerahan sejumlah harta dalam
bentuk utang piutang yang dilakukan secara berkala. Sementara
“Online” adalah kata dalam Bahasa Inggris yang bearti “Hidup”
memiliki makna tertentu dalam hal teknologi komputer dan
telekomunikai67
. Secara umum “Online” menunjukkan keadan
terhubung atau kondisi ke jaringan internet68
.
67
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/tanggung-jawab-bandar-arisan-
online-dari-kacamata-hukum di akses 9 Juli 2018. 68
https://id.m.wikipedia.org di akses 9 Juli 2018.
50
Menurut Dadang Ibnu Windartoko, Arisan Online adalah money
game atau permainan uang yang pengawasannya tidak di bawah
pengawasan OJK (Otoritas Jasa Keuangan)69
.
Kalangan ulama menyatakan bahwa terminologi Arisan Online
merupakan kata modern yang tidak dijumpai pengertiannya secara tepat
dalam fiqih/hukum Islam. Dengan demikian, Arisan Online lantaran
kenyataan bahwa Arisan Online merupakan sebuah kata yang mengacu
pada beberapa praktik undian yang secara syariah merupakan transaksi
dalam bermuamalah dan diperbolehkan selagi tidak melanggar dari
ketentuan-ketentuan fiqh.
Dengan demikian Arisan Online merupakan kegiatan
mengumpulkan uang melalui pengundian yang dilakukan secara Online
di jaringan internet tanpa bertemu langsung dengan anggota yang
mengikuti Arisan.
2. Manfaat Arisan
Arisan adalah hal yang lazim bagi semua pihak, baik dilakukan
ditempat kerja, dengan keluarga, atau antara anggota organisasi
69
https://kalteng.prokal.co/new/tentang-arisan-online-simak-penjelasan-ojk.
di akses 9 Juli 2018.
51
lainnya, dalam pelaksanaan arisan terdapat aktivitas yang dilakukan
diantaranya adalah :
1. Mempererat tali silaturahmi dan ikatan kekerabatan antara
para anggota arisan.
2. Mendiskusikan topik masalah tertentu, guna membantu
masalah anggota arisan.
3. Menyisihkan sebagian penghasilan sebagai wujud
kebersamaan antara anggota arisan.
Menurut pandanagn Purwanto, menabung, yang merupakan
salah satu langkah baik yang banyak dipilih orang untuk menghindari
kekurangan uang pada suatu saat. Selain itu, menabung juga penting
jika seseorang ingin membeli suatu barang tetapi tidak memiliki uang
yang memadai. Sebab, hanya dengan cara menabung keinginan tersebut
akan dapat terpenuhi70
.
Arisan bisa menjadi salah satu cara belajar menabung, sebab
saat kita mengikuti arisan kita akan dipaksa membayar iuran, sama
70
Purwanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus ual Beli Arisan di Desa
Waru Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang, Skripsi S1 Jurusan Muamalah
Syariah dan Hukum, IAIN Wali Songo, tahun 2012, h.48.
52
artinya juga dengan paksaan menabung. Arisan juga mempunyai
manfaat seperti71
:
1) Dengan mengikuti arisan, keuangan bisa dikelola dengan
baik.
2) Dengan mengikuti arisan, sama saja dengan menabung, Jika
menang arisan, uangnya bisa dimanfaatkan dengan baik.
bisa membeli barang- barang dan alat-alat rumah tangga,
membeli perhiasan emas, bahkan bisa digunakan untuk
membeli rumah dan sejenisnya.
3) Menjalin silaturahmi, dengan mengikuti arisan setidaknya
hubungan dengan pesertanya makin terjalin akrab.
Misalnya, arisan RT, menjadikan hubungan antar warga satu
RT bisa lebih baik dengan begitu bila ada kegiatan
sosialisasinya lebih mudah, begitupun dengan arisan dalam
keluarga besar.
3. Metode Arisan
Sejatinya arisan merupakan perkumpulan dari sekelompok
orang. Dimana mereka berinisiatif untuk tetap bertemu dan
71
Manfaat Arisan: Tinjauan dari Sisi Media futuready.com di akses pada
Tanggal : 10 Agustus 2018, dari
http://futuready.con/ArtikelDetail/Index/Arisan/Sosialita.
53
bersosialisasi. Digagaslah sebuah acara dimana mengumpulkan barang
atau uang dalam jumlah tertentu yang telah disepakati bersama. Lalu
jika uang atau barang tersebut sudah terkumpul, hanya akan ada satu
orang yang bisa mendapatkannya melalui undian. Hal ini terus berjalan
hingga semua anggota mendapatkannya.
Untuk memulai sebuah arisan itu tentunya tidak mudah, perlu
kesepakatan diantara para peserta arisan. Seperti kesepakatan kapan
rentan waktu pengocokan arisan apakah itu perbulan atau dua minggu
sekali. Kemudian juga disepakati besarnya uang arisan yang akan
disetorkan, dengan begitu diharapkan arisan bisa berjalan sampai
dengan pengocokan peserta terakhir. Memang tidak semua orang
tertarik mengikuti kegiatan arisan, banyak yang berpendapat kegiatan
ini tidak produktif dan membuang-buang waktu72
.
Undian merupakan salah satu cara dalam menentukan siapa
yang akan mendapatkan kumpulan uang yang diperoleh dari kumpulan
arisan tersebut. Dalam sistem undian ini pastinya tidak sesuai dangan
apa yang diharapkan oleh para peserta arisan. Yaitu, jika salah satu
dari anggota membutuhkan uang, pastinya anggota arisan tersebut
72
Purwanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus ual Beli Arisan di Desa
Waru Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang, hlm.47-48.
54
hanya berpeluang kecil untuk mendapatkan undian tersebut. Sehingga
bisa dikatakan, jika arisan menggunakan sistem cara pengundian ini
berarti jauh dari unsur tolong menolong, dan lebih cendrung pada unsur
menabung.
Selain menggunakan undian arisan juga biasanya melakukan
pengocokan dengan cara Sesuai dengan kriteria. Cara yang menentukan
siapa kriteria anggota arisan ini berbeda dengan cara arisan dengan
sistem undian. Pada sistem ini ketua arisan memberikan uang yang
diperoleh dari para anggota arisan kepada anggota arisan yang
membutuhkan. Prinsip ini lebih cenderung pada prinsip tolong
menolong dan unsur menabung. Karena pada saat perkumpulan arisan
dimulai, ketua arisan bertanya pada para angotanya siapa yang lagi
dalam keadaan sangat membutuhkan uang. Jika para anggota arisan
banyak yang ingin mendapatkan kumpulan uang arisan itu. Maka ketua
arisan bertanya pada anggota yang menginginkan uang itu, dan
menimbang siapakah yang lebih berhak mendapatkan uang arisan
terlebih dahulu dengan persetujuan anggota arisan yang lain73
.
4. Arisan dalam Sejarah Islam
73
Purwanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kasus ual Beli Arisan di Desa
Waru Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang, hlm.49
55
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak mungkin
dapat dilakukan sendiri, namun harus diusahakan bersama-sama.
Dalam memenuhi kebutuhan secara bersama tersebut akhirnya
mendorong manusia untuk hidup berkelompok atau bermasyarakat74
.
Dalam perkembangannya masyarakat dalam memenuhi
kebutuihan melakukan dengan cara membentuk suatu lembaga yang
mampu sedikit meringankan atau memperlancar kehidupan
perekonomian masyarakat terutama perekonomiannya. Banyak cara
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik secara
langsung ataupun secara tidak langsung salah satu cara masyarakat
memenuhi kebutuhannya sekaligus menjadikan masyarakat
mendekatkan dengan masyarakat yaitu dengan cara arisan.
Pada masa sekarang ini arisan telah banyak dilaksanakan
berbagai masyarakat baik dari kalangan bawah hingga kalangan atas.
Arisan dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan keuangan
yaitu dengan cara menabung, begitulah masyarakat menyebutnya.
Apabila mereka sedang beruntung maka akan memperoleh uang yang
sebenarnya uang mereka sendiri. Selain itu mereka juga mendekatkan
74
Artikel, Kholid Syamsudin, http://almanha.or.id//arisan-dalam-pandangan-
islam/ di akses pada 1 Agustus 2018 pukul 13.00.
56
hubungan kekerabatan dalam masyarakat atau kelompok pada suatu
Desa atau Kota.
Arisan dikenal oleh sebagian orang Arab dengan istilah
jam‟iyyah (kumpulan peserta arisan). Ini termasuk masalah
kontemporer yang tengah marak ditekuni oleh banyak kaum muslimin
mengingat manfaat yang mereka rasakan darinya. Masalah ini
diperselisihkan oleh para ulama ahli fatwa masa kini. Ulama dunia
mengartikan arisan dengan istilah jum‟iyyah al- muwazhzhafin atau al-
qardhu al-ta‟awuni. Jum‟iyyah al- muwazhzhafin dijelaskan para
Ulama sebagai bersepakatnya sejumlah orang dengan ketentuan setiap
orang membayar sejumlah uang yang sama dengan yang dibayarkan
yang lainnya. Kesepakatan ini dilakukan pada akhir setiap bulan atau
akhir semester (enam bulan) atau sejenisnya. Kemudian semua uang
yang terkumpul dari anggota diserahkan kepada salah seorang anggota
pada bulan ke dua atau setelah enam bulan sesuai dengan kesepakatan
mereka. Demikian seterusnya, sehingga setiap orang dari mereka
menerima jumlah ini berlangsung satu putaran dan dua putaran atau
lebih tergantung pada keinginan anggota75
.
75
Artikel, Kholid Syamsudin, http://almanha.or.id//arisan-dalam-pandangan-
islam/
57
Hukum arisan secara umum, termasuk muamalat yang belum
pernah disinggung di dalam Al-Qur„an dan As-Sunnah secara langsung,
maka hukumnya dikembalikan kepada hukum asal muamalah, yaitu
dibolehkan. Para ulama menyebutkan hal tersebut dengan
mengemukakan kaedah fikih yang berbunyi76
:
Artinya : “Hukum asal dari sesuatu (muamalah) adalah mubah
sampai ada dalil yang melarangnya(memakruhkannya atau
mengharamkannya)”.
Menurut pendapat Ali Mustofa Yakub dalam bukunya
mengatakan bahwa arisan sebenarnya menurut agama diperbolehkan,
dengan catatan tidak ada pihak yang dirugikan dan tidak adanya sistem
perjudian didalamnya. Kebolehan itu juga bisa menjadi haram, jika ada
sesuatu yang menjadikan haram, yaitu hilangnya ketentuan- ketentuan
diatas77
.
Begitu juga dalam muamalat disebutkan keberadaan
suatu serikat (perkumpulan) kerjasama itu dibentuk untuk
76
Sa‟dudin, Muhammad al-kibyi, al-Muamalah al-Maliyah al-Mua‟shirah fi
Dhauni al-Islam. (Beirut, 2002), hlm.75. 77
Ali Mustofa Yakub, Fatwa-Fawa Imam Besar Masjid Istiqlal, Cet 1,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2007), hlm.209.
58
menyediakan pinjaman tanpa bungan bagi para anggotanya78
.
Begitupun dengan arisan dibentuk guna meminjamkan uang terhadap
orang yang membutuhkan dengan memberikan pinjaman tanpa
memberikan uang didalamnya. Tentu hal ini arisan berlandasan
terhadap adanya rasa saling tolong-menolong antara peserta arisan
tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT memerintahkan untuk saling
tolong- menolong dalam Surat Al-Maidah Ayat 2 :
Artinya : “ hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-nya dan binatang-
binatang qalaa-id dan jangan (pula) menggangggu orang-
orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah, maka bolelah berburu, dan jangan
sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
78
Muhammad Muslehuddin, Sistem Bank dalam Islam, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1990), hlm.51.
59
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksaanya”
Ayat di atas memerintahkan kita untuk saling tolong menolong
di dalam kebaikan, sedang tujuan arisan itu sendiri adalah
menolong orang yang membutuhkan dengan cara iuran secara rutin
dan bergiliran untuk mendapatkannya, maka termasuk dalam katagori
tolong menolong yang diperintahkan Allah SWT.
Pendapat para ulama tentang arisan, diantaranya adalah
pendapat Syaikh Ibnu Utsaimin dan Syek Ibnu Jibrin serta mayoritas
ulama-ulama senior Saudi Arabia. Syekh Ibnu Utsaimin berkata:
“Arisan hukumnya adalah boleh, tidak terlarang. Barang siapa mengira
bahwa arisan termasuk kategori memberikan pinjaman dengan
mengambil manfaat maka anggapan tersebut adalah keliru, sebab
semua anggota arisan akan mendapatkan bagiannya sesuai dengan
gilirannya masing-masing”79
Ada juga yang tidak mendukung atau mengharamkan arisan.
Mereka merujuk pada dalil dan pendapat Syaikh Sholih al-Fauzan,
Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh dan Syaikh Abdurrohman al-Barrok.
Dengan dalil bahwa tiap-tiap peserta sama halnya meminjamkan
79
Arisan Dalam Islam : tinjauan dari sisi media, ahmadzain.com, artike
diakses pada tanggal 10 Agustus 2018 pukul 14:00, dari
http://ahmadzein.com/read/karya-tulis/hukum-arisan-dalam-islam/
60
sesuatu kepada yang lain dengan persyaratan adanya orang lain yang
juga meminjamkan sesuatu, maka ini adalah pinjaman yang
menghasilkan suatu manfaat (bagi yang meminjami), maka itu adalah
riba, sebagaimana riwayat Nabi80
:
Artinya :“Dikabarkan dari Abu Abdillah al- Hafiz dan Abu Said
bin abi amrin “Abu Abbas mengabarkan kepada kami
“muhamad bin yakub mengabarkan kepada Ibrahim bin
munqij“ mengabarkan aku kepada Idris bin yahya dari
Fadholah bin u‟ baidi sahabat Nabi SAW. Sesungguhnya nabi
berkata Setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat, maka itu
termasuk riba.”(HR. al-Baihaqi ).
Arisan dapat dikatakan haram, jika di dalamnya terdapat unsur
kezholiman, ghoror (ketidakpastian/spekulasi), atau riba, maka arisan
semacam ini menjadi haram81
. Begitu juga ketika arisan dijadikan ajang
menggunjing, ghibah, gosip, ngerumpi, maka arisan semacam ini jelas
80
Imam Baihaqi, Sunan Al-Kubra, Juz 5, hlm.350. 81
Ahmad Sarwat, Fikih Sehari-hari Tanya awab Seputar Jual Beli, (Jakarta:
Gramedia Pustaka), hlm.155.
61
haram. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al- Qur„an surat Al-
Hujuraat Ayat 12 yaitu :
Artinya :“Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain,
adakah seseorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati?maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah maha penerima Taubat lagi maha penyayang.”
Membicarakan arisan berarti membicarakan didalamnya suatu
perkumpulan yang mengadakan suatu perjanjian atau akad untuk
dilaksanakan, agar tercapai kepada satu tujuan yang diharapkan.
Perjanjian itu terjadi dalam rangka untuk mewujudkan keadilan
bersama sehingga dengan adanya perjanjian tersebut berarti sudah
memulai suatu hubungan dalam suatu kegiatan yang didalamnya akan
menimbulkan suatu hak-hak dan kewajiban antara para peserta arisan.
Islam telah mewajibkan dikuatkannya akad-akad demi
terjaminnya hak- hak dan kewajiban diantara sekian manusia. Maka
Islam juga memperhatikan agar akad-akad itu dapat dikuatkan dengan
62
tulisan dan saksi agar masing- masing orang dapat terjamin, serta dapat
terhidar dari perbuatan dan kehilafan manakala terjadi perselisihan
faham dan pertentangan82
.
5. Pandangan Islam mengenai Kegiatan Arisan
Arisan merupakan kegiatan mengumpulkan uang atau barang
yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi diantara
mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian
dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara berkala sampai semua
anggota memperolehnya. Dengan defenisi diatas jelas bahwa arisan
terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu:
1. Mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama.
2. Mengundi diantara pengumpul tersebut guna menentukan
siapa yang memperolehnya.
Undian bukanlah kata yang asing dan dalam hadis disebut
qur‟ah83
. Hal ini pernah dilakukan Rasulullah SAW pada istri-istrinya
ketika beliau hendak bepergian. Hal ini tertera dalam HR. Muslim, no
4477 :
82
Abu Ahmadi dan Ansari Umar Sitanggal, Sistem Ekonomi Islam, Prinsip-
Prinsip dan tujuannya, (Surabaya: Bina Ilmu, 1981), hlm.187. 83
Rachmat Syafe‟I, Fiqh Muamalah Cet Ke-2, (Bandung: Pustaka Setia,
2004), hlm.31.
63
”Dari „Aisyah ia berkata : Rasulullah SAW apabila pergi,
beliau mengadakan undian di antara istri-istrinya, lalu jatuhlah
undian itu pada Aisyah dan Hafsah, maka kamipun bersama
beliau.”
Sementara pada Ketika Maryam kecil, untuk menetapkan siapa
yang berhak memeliharanya, mereka mengadakan pengundian dan nabi
Zakarialah yang berhak memeliharanya. Allah SWT berfirman dalam
surat ali- Imran ayat 44 yang artinya :
“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib
yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); Padahal
kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan
anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara
mereka yang akan memelihara Maryam. dan kamu tidak hadir
di sisi mereka ketika mereka bersengketa”.
Hukum kegiatan arisan secara konsep adalah mubah. Hal ini
karena didasarkan atas kesepakatan bersama, tidak mengandung unsur
riba dan kedudukan semua orang setara dan memiliki hak yang sama84
.
Secara mekanisme arisan juga mubah karena dalam pengundiannya
tidak merugikan pihak tertentu (tidak ada yang menang atau kalah).
84
Rachmat Syafe‟I, Fiqh Muamalah Cet Ke-2), hlm.34.
64
Secara pelaksanaan apabila seseorang memenuhi janjinya sesuai
dengan kesapakatan tersebut maka hukumnya mubah.
Biasanya sistem arisan yang diadakan di RT dan RW di tengah
masyarakat adalah sistem yang telah dibenarkan dalam syari‟at Islam.
Selama tidak ada hal-hal yang mengandung penipuan, penggelapan,
penghianatan, gharar, dan riba. Hukumnya halal dan akan tetap halal
selama tidak ada pelanggaran dan penyelwengan dan hukumnya akan
berubah mankala hal-hal tersebut diatas terjadi. Arisan marupakan cara
lain untuk menabung, karena kebanyakan orang yang belum terbiasa
menabung tanpa ada dorongan yang kuat. Disisi lain arisan ada unsur
tolong menolong dari satu kelompok kepada anggota lainnya. Tolong
menolong diperintah Allah SWT dalam Islam.
E. Modus Penggelapan dalam Arisan
1. Modus Arisan Menurun
Menurun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
bentuk kata kerja dari makin depan makin kebawah85
. Arisan
menurun artinya bahwa member (anggota) yang menempati
urutan depan (teratas) membayar lebih banyak dari pada
85
https://kbbi.web.id di akses 9 Juli 2018
65
member dibawahnya86
. Gambaran dalam sistem arisan
menurunseperti Get 10.000.000/bulanan sebagai berikut87
:
1) Owner atau pengurus arisan (tidak disebutkan jumlah iuran)
2) Member ke-2 - setor Rp. 1.200.000
3) Member ke-3 - setor Rp. 1.125.000
4) Member ke-4- setor 1.075.000
5) Member ke-5 - setor 1.050.000
6) Member ke-6 - setor 1000.000
7) Member ke-7 - setor 975.000
8) Member ke-8 - setor Rp. 925.000
9) Member ke-9 - setor Rp. 875.000
10) Member ke-10 - setor Rp. 850.000
2. Modus Arisan Duet
Duet merupakan kata benda untuk menunjukan pelaku yang
dilakukan dua orang88
. Arisan duet ialah arisan yang hanya
dilakukan dua orang saja. Sistem arisan duet cukup menarik
yaitu dengan dilakukan dua orang, member (anggota) teratas
akan mendapatkan uang terlebih dahulu dari member lawan
mainnya (yang bawah) dengan kerugian tetapi member
(anggota) dibawah akan mendapat keuntungan dari member
yang diatas dengan kurun waktu yang telah disepakati
86
https://kompasiana.com/arisan-online-dan-investasi-online di akses 9 Juli
2018 87
https://kompasiana.com/arisan-online-dan-investasi-online di akses 9 Juli
2018 88
https://kbbi.web.id di akses 9 Juli 2018
66
bersama89
. Gambaran sistem arisan duetseperti Get
2.500.000/10hari sebagai berikut90
:
1) 2.500.000 (Nama Pemain Arisan Atas)
2) 1.500.000 (Nama Pemain Arisan Bawah)
3. Modus Arisan Flat
Flat merupakan terjemahan dari Bahasa inggris yaitu datar91
.
Arisan flat ialah arisan yang dibentuk dengan sistem mendatar,
yang hanya membedakan dari sistem flat ini ialah iuran (uang)
administrasi untuk owner (ketua) arisan92
. Pembayaran iuran
administrasi pada nomor urutan atas akan lebih membesar dan
mengecil pada nomor urut kebawah. Gambaran sistem arisan
flat Get 1.000.000/minggu sebagai berikut93
:
1) 100.000 - Adm. 250.000
2) 100.000 - Adm. 250.000
3) 100.000 - Adm. 200.000
4) 100.000 - Adm. 150.000
5) 100.000 - Adm. 125.000
89Wawancara dengan Vivin Kurniati ketua Arisan Vivin 24, tanggal 29 April
2018 di Universitas Sriwijaya. 90
https://kompasiana.com/arisan-online-dan-investasi-online di akses 9 Juli
2018 91
J. ST. Djamaries, Kamus Besar Bahasa Inggris (KKBI : Inggris-Indonesia
dan Indonesia-Inggris), (Jakarta: Citra Harta Prima, 2003). Hlm.72. 92
Wawancara dengan Puput Novita ketua Arisan Novita Palembang, tanggal
30 April 2018 di Sekip. 93
https://kompasiana.com/arisan-online-dan-investasi-online di akses 9 Juli
2018
67
6) 100.000 - Adm. 100.000
7) 100.000 - Adm. 75.000
8) 100.000 - Adm. 50.000
9) 100.000 - Adm. 25.000
10) 100.000 - Free admin.
4. Modus Arisan Emas
Arisan emas ialah arisan yang dibuat menurun tanpa uang
administrasi dengan keuntungan pada member (anggota)
dibawah94
. Gambaran pada sistem arisan menurun seperti Get
Logam Mulia 3gr/7hari sebagai berikut95
:
1) 260.000 (owner atau ketua arisan)
2) 255.000
3) 250.000
4) 245.000
5) 240.000
6) 230.000
7) 220.000
8) 210.000
9) 200.000
10) 190.000
5. Modus Arisan Elektronik
94
Wawancara dengan Puput Novita ketua Arisan Novita Palembang, tanggal
30 April 2018 di Sekip. 95
https://kompasiana.com/arisan-online-dan-investasi-online di akses 9 Juli
2018
68
Arisan elektronik yang sering dilakukan ialah arisan kamera dan
handphone96
. Arisan ini pada sistemnya akan mendapatkan
barang elektronik yang sudah ditentukan sejak awal mengikut
arisan.
6. Modus Arisan Investasi
Arisan investasi merupakan arisan yang menjanjikan sebuah
keuntungan yang besar hingga membuat member (anggota)
menanamkan uangnya pada arisan97
. Menurut OJK (otoritas
jasa keuangan), modus yang digunakan pelaku penggelapan
pada arisan ialah98
:
1. Menggunakan skema pomzi
Keuntungan yang dibayarkan kepada anggota lama
berasal dari dana investasi yang disetor oleh anggota baru.
Anggota lama akan diberikan iming-iming mendapatkan
bonus, sehingga akan mengajak anggota sebanyak-
banyaknya untuk mencari korbannya. Ketika tidak ada
96
Wawancara dengan Puput Novita ketua Arisan Novita Palembang, tanggal
30 April 2018 di Sekip.
97
Tribun Sumsel, 2 Februari 2018, hlm 7. 98
https://ojk.go.id/ di akses 9 Juli 2018
69
rekrutmen baru atau anggota baru yang mengikuti arisan,
pebayaran keuntungan akan terhenti sehingga bangunan
investasi akan ambruk. Sebelum bangunan investasi ambruk
biasanya pengelola atau ketua sudah mengetahuinya terlebih
dahulu dan bersiap untuk lari dari tanggung jawab.
2. Menjanjikan keuntungan tinggi dan bebas resiko
Pelaku penggelapan sering memberi iming-iming
keuntungan yang melimpah melebihi investasi manapun.
Tingkat imbalan (keuntungan) yang ditawarka sering kali
tidak masuk akal, bahkan bisa mencapai ratusan persen
pertahun. Bahkan pelaku bias menyatakan bahwa investasi
sama sekali tidak memiliki resiko kerugian.
3. Menawarkan promosi-promosi
Tawaran barang mewah yang dilakukan pelaku
penggelapan mebuat para calon anggota arisannya tergiur
tanpa memikirkan resikonya terlebih dahulu. Tujuan pelaku
adalah meyakinkan para calon anggota ikut bergabung dalam
arisannya. Dalam menawarkan arisannya pelaku penggelapan
biasanya memperlihatkan harta-harta miliknya sehingga
membuat yakin para calon anggota ingin mengikuti arisan.
70
Padahal bukti-bukti harta yang diperlihatkan merupakan hasil
manipulasi.
Beberapa modus operandi kontemporer yang terdiri
dari beberapa kasus, sebagai berikut :
1. Kasus Arisan Mama Yona
Arisan Mama Yona diketuai oleh Dessy Chrisna Yulyany
Sitanggang telah memakan korban sebanyak 600 anggotanya dengan
nilai mencapai Rp. 15 Miliar99
. Setelah dilakukan pengamatan, ternyata
modus yang digunakan Arisan Mama Yona dalam mengupulkan massa
dan menjerat korban adalah dengan mengiming-imingi anggota arisan
dengan imbalan hasil keuntungan sampai 50% dari apa yang disetor.
2. Kasus Arisan Kittygadget
Arisan handphone di Instagram ini menelan banyak korban hingga
artisan juta rupiah, modus yang digunakannya dengan mengharuskan
anggota arisan mentransfer uang muka Rp. 1.000.000,- (satu juta
rupiah) sebagai tanda jadi peserta arisan handphone Iphone100
.
Beberapa minggu kemudian, akun Instagram kittygadget ini hilang dan
dikabarkan sudah dihapus pemilik akun. Banyak anggota arisan yang
99
https://news.okezone.com di akses 10 Juli 2018. 100
www.crimecyber.com di akses 10 Juli 2018.
71
tertipu, bahwa selama ini bukti-bukti yang di posting akun kittygadget
adalah manipulasi hanya untuk menarik korbannya.
3. Kasus Arisan Online Duet Palembang
Arisan online duet Palembang ini membuka arisan sistem duet,
yang hanya dilakukan 2 orang saja. Arisan ini berjalan lancar, namun
hanya saja ketika anggotanya yang bernama Destianty merasa ditipu
oleh pasangan lawan main arisan duetnya yaitu Yoan. Dan, ketua arisan
online duet Palembang ini juga tidak ikut bertanggung jawab atas
kerugian yang dialami Destianty. Setelah melapor ke pihak yang
berwajib, diketahui bahwa modus yang digunakan adalah dengan
menjamin keuntungan double dari yang dibayarkan sehingga membuat
anggota arisannya tergiur untuk mengikuti arisan duet tersebut101
.
4. Kasus Arisan Online Ayu
Arisan Online Ayu telah menelan kerugian sebanyak Rp.
400.000.000,- (empat ratus juta rupiah). Uang tersebut telah habis
dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri. Dalam menjalankan
aksinya, Ayu selaku ketua arisan melakukan modus dengan membuat
101
Tribun Sumsel, 18 Mei 2018, hlm 1.
72
arisan duet dan menurun dengan iming-iming keuntungan uang yang
berlipat ganda dari yang dibayarkan102
.
5. Kasus Arisan NC Jambi
Berawal melalui sosial media Facebook, Nadia memulai Arisan
online miliknya. Banyak teman kerabat tertarik untuk mengikutinya
sehingga dengan merasa banyak uang yang disetor kepadanya, ia lupa
bahwa uang itu adalah hak dari member arisannya. Tidak bisa
mengganti lagi uang membernya ia hilang kabar dan membawa uang
hingga ratusan juta rupiah.Berdasarkan pengamatan, modus
penggelapan arisan ini memperdaya korbannya dengan menjanjikan
uang keuntungan hingga 100% dari yang dibayarkan103
.
6. Kasus Arisan F100-KOPMI
Arisan F100-KOPMI (Family 100 dan Komunitas Pekerja Mandiri
Indonesia) telah beroperasi mulai Juni 2016 hingga saat ini telah
menjaring 310 peserta dan 47 cabang yang tersebar di Cirebon,
Kuningan, dan Majalengka. Polresta Cirebon mengungkapkan bahwa
penggelapan yang dilakukan arisan ini sebanyak Rp. 34 Miliar rupiah.
Arisan yang sudah mempunyai berbagai cabang ini menggunakan
102
https://batam.tribun.news.com di akses 10 Juli 2018. 103
https://m.detiknews.com di akses 10 Juli 2018.
73
modus kejahatan yang sama yaitu dengan modus membuka layanan
simpanan dana dengan mengikuti arisan, yang menjanjikan keuntungan
70% dari jumlah dana yang disimpan sehingga mebuat korban ingin
menabung uang sebanyak-banyaknya104
.
F. Sanksi Dalam Perbuatan Tindak Pidana Penggelapan
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Menurut buku II Bab XXIV Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, bentuk pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku
Penggelapan adalah Pidana Penjara dan Pidana Denda105
.
Tergantung bobot dan kualifikasi Penggelapan yang dilakukan.
Ancaman pidana penjara bervariasi yang dikenakan kepada pelaku
Penggelapan mulai dari pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
bulan penjara, paling lama 6 (enam) tahun penjara, ancaman
pidana denda juga bervariasi, mulai dari pidana denda paling
sedikit Rp. 250,- (dua ratus lima puluh rupiah) sampai pidana
denda Rp. 900,- (sembilah ratus rupiah).
Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pelaku
Penggelapan diancam pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
104
https://beritasatu.com di akses 10 Juli 2018. 105
Sianturi, Tindak Pidana di KUHP berikut Uraiannya, (Jakarta: Alumni,
1983), hlm 163.
74
atau pidana denda paling paling banyak Rp. 900,- (sembilan ratus
rupiah). Selanjutnya pada Pasal 373 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, pelaku Penggelapan diancam pidana penjara paling lama 4
(empat) bulanatau pidana denda paling banyak Rp. 250,- (dua ratus
lima puluh rupiah).
Pada Pasal 374 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pelaku
Penggelapan diancam pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
Pasal 375 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pelaku
Penggelapan diancam pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun.
Ketentuan tentang ancaman pidana sebagaimana ditentukan
dalam Pasal-Pasal 372, 373, 374, 375 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana tidak berlaku bagi pegawai negeri karena
jabatannya. Karena jenis penggelapan pegawai negeri karena
jabatannya tidak di atur dalam Buku II Bab XXIV KUHP
melainkan dalam Bab XXVIII KUHP. Penggelapan yang
dilakukan oleh pegawai negeri dalam jabatannya disebut
penggelapan jabatan. Ketentuan mengenai penggelapan jabatan ini
diatur dalam Pasal 415 dan Pasal 417 KUHP yang mengatur
khusus tentang seorang pegawai negeri yang karena jabatannya
uang atau kertas berharga yang dalam jabatannya menguasai
75
benda-benda tersebut membiarkan diambil atau digelapkan oleh
orang lain
Pasal 415 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pelaku
Penggelapan seorang pejabat atau orang lain yang ditugaskan
melakukan jabatan umum terus-menerus atau sementara diancam
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun.
Pasal 417 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pelaku
Penggelapan seorang pejabat atau orang lain yang ditugaskan
melakukan jabatan umum terus-menerus atau sementara diancam
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan.
Berdasarkan Pasal 415 dan 417 KUHP, didalam nya terdapat
ketentuan-ketentuan yang menyangkut perihal penggelapan yang
dilakukan pegawai negeri. Rumusan Pasal 415 dan 417 KUHP
diadopsi oleh Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-
Undang No. 21 Tahun 2001106
. Dua penggelapan yang dimaksud
adalah berupa penggelapan yang berdiri sendiri.Letak
kekhususannya terdapat unsur kualitas tertentu yang melekat pada
subjek hukumnya, yaitu sebagai pegawai negeri. Berdasarkan
106
Victor M. Situmorang, Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil, (Jakarta:
Rineka Cipta), hlm 26.
76
pertimbangan bahwa penggelapan yang dilakukan pegawai negeri
dalam kedudukannya dapat ditarik menjadi tindak pidana korupsi,
keadaan ini dapat dilihat dengan adanya unsur kepentingan hukum
atas hak kebendaan pribadi, tetapi ada kepentingan hukum
mengenai hak katas kebendaan publik dari perbuatan yang bersifat
melawan hukum sebagai seorang pegawai negeri.
Pada aspek mengenai kualitas tertentu sebagai pegawai negeri,
ada persoalan yang berhubungan dengan masalah penyertaan,
yakni terhadap orang yang bukan pegawai negeri yang terlibat
bersama pegawai negeri. Menurut Adam Chazawi, kepada orang
yang bukan pegawai negeri yang ikut terlibat dalam kejahatan
jabatan dengan pegawai negeri maka orang lain tersebut dapat
dihukum sebagai orang yang menyuruh melakukan peristiwa
pidana, unsur ini terdapat dalam Bab V Pasal 55 KUHP yang
menyatakan bahwa kepada orang yang dengan sengaja membujuk
untuk melakukan sesuatu perbuatan dapat dikenakan sanksi pidana
berdasarkan Pasal 163 KUHP yaitu, dihukum pidana penjara
77
selama-lamanya 4 (empat) tahun penjara dan denda sebanyak-
banyaknya Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah)107
.
Penetapan sanksi bagi pelaku kejahatan Penggelapan yang
dilakukan seseorang dapat ditentukan dari golongan penggelapan
yang dilakukannya.Karena, dari penggolongan tersebut dapat
diketahui apakah kejahtan yang dilakukan termasuk ke dalam
penggelapan ringan, berat, atas jabatan ataupun sebagai delik. Hal
tersebut sangat mempengaruhi hukuman yang akan di sanksikan
kepadanya.
2. Menurut Hukum Islam
Dalam Hukum Pidana Islam, sanksi Penggelapan dapat
digolongkan ke dalam jarimah pencurian dan korupsi108
. Dikarenakan
Antara penggelapan, pencurian dan korupsi mempunyai kesamaan yang
mendasar yaitu sama-sama mengambil harta orang lain yang tidak ada
hak baginya. Hukuman yang menyangkut tindak pidana kejahatan
dalam Hukum Islam terbagi menjadi 3,yaitu :
1. Qisas
107
Lamintang,Delik-Delik Khusus Kejahatan-Kejahatan Terhadap Harta
Kekayaan, (Bandung: Sinar Baru, 1988), hlm 50. 108
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016), hlm 79.
78
Secara etimologis Qisas berasal dari kata اقظض –قض –فض yang
berarti تتجعه mengikuti menelusuri jejak atau langkah. Hal ini
sebagaimana firman allah:
فبستذاعهىءاثبسهبقظظب‘ كبكبجػن نزب ق
Maka berkata,”itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula. (QS. Al-Kahfi (18) :64)
Adapun arti Qisas secara terminologi di dalam buku Al-Mu‟jam Al-
Wasit ,Qisas diartikan dengan menjatuhkan sanksi hukum kepada
pelaku tindak pidana sama persis dengan tindak pidana yang dilakukan,
nyawa dengan nyawa dan anggota tubuh dibalas dengan anggota
tubuh109
.
2. Hudud
Secara etimologis, hudud yang merupakan bentuk jamak dari kata had
Adapun secara etimologi, Al-Jurjani .(larangan, pencegahan) انع
mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan dan wajib
dilaksanakan secara haq karena Allah SWT110
. Pada penggelapan
109
M. Nurul Irfan dan Masyrofah,, FIQH JINAYAH, (Amzah: Jakarta, 2015),
hlm. 4. 110
Ibid., hlm 14
79
sanksi hukumannya dianalogikan seperti pencurian dan korupsi
dikarenakan mempunyai persamaan dalam merampas hak orang lain.
Hal ini tertera dalam, Al-Quran surat Al-Maidah ayat 38 :
Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang
mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan
bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
3. Ta‟zir
Ta‟zir menurut bahasa adalah ta‟dib, artinya memberi pelajaran, ta‟zir
juga diartikan dengan arraddu wal man‟u yang artinya menolak dan
mencegah. sedangkan pengertian ta‟zir menurut istilah sebagaimana
dikemukakan oleh Al-Mawardi adalah hukuman yang belum ditetapkan
oleh syara‟ dan wewenang untuk menetapkannya diserahkan kepada
ulil amri. Disamping itu dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
ciri khas jarimah ta‟zir adalah sebagai berikut :
1) Hukumannya tidak tertentu, dan tidak terbatas. Artinya,
hukuman tersebut belum ditentukan oleh syara‟dan ada batas
minimal dan maksimal.
80
2) Penentuan hukuman tersebut adalah hak penguasa (ulil amri)111
.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa hukuman dalam
hukum pidana Islam ada tiga macam yaitu Hudud, Qishas dan Ta‟zir.
Hudud adalah hukuman yang berasal dari Allah SWT. baik ketentuan,
bentuk ataupun jumlah yang telah Allah tentukan. Sedangkan hukuman
ta‟zir adalah hukuman yang menjadi pelajaran serta mempunyai sifat
mendidik yang ditetapkan oleh manusia (hakim), karena belum
ditentukan, dipandang sebagai pendidikan karena ini berupa peringatan,
nasihat, atau teguran dan sebagainya hingga tamparan atau pukulan dan
penjara atau kurungan.
111
Muslich Wardi, 2007, Hukum Pidana Menurut Al-Quran, Diadit Media,
Jakarta, hlm. 19
81
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kronologi Putusan Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg.
Berdasarkan hasil penelaahan terhadap putusan hakim Nomor
1562/Pid.B/2015/PN.Plg diketahui bahwa kasus terjadi bermula di
bulan Maret 2013, dimana terdakwa Titi mengalami persoalan terhadap
pembiayaan atas usaha kerupuk miliknya. Ia kemudian berinisiatif
untuk membangun program arisan melalui media sosal, Arisan tersebut
dikenal dengan Arisan “HUI” yang dilakukan melalui media
instagram112
.
Langkah awal yang dilakukan terdakwa dengan mengumpulkan
member yang tertarik dengan program tersebut, ia kemudian mampu
mengumpulkan 17 orang. Prosedur yang dilakukan terdakwa dengan
sistem 24 nomor urut dengan iuran sebesar Rp.
15.000.000/bulan/pernomor. Terdakwa bertindak sebagai penanggung
jawab, perekrut peserta arisan tersebut, termasuk mengkoordinir
pemenang arisan dan pemenang pemenang arisan setelahnya nomor
yang mendapat. Mereka yang dinyatakan mendapatkan arisan maka
112
Dokumen Putusan Hakim Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg, hlm 3
82
terdakwa menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan
administrasi pemotongan113
.
Setelah diketahui dan disepakati pemotongan tersebut, maka
penerima arisan mendapatkan dana baik melalui transper maupun
mengambil sendiri ke rumah terdakwa dan atau berdasarkan perjanjian
pertemuan. Setelah itu proses arisan kembali seperti awal. Terdakwa
dalam melakukan proses tersebut dengan cara mendapatkan nomor urut
pertama, kemudian berlanjut pada nomor nomor selanjutnya. Dalam
proses arisan tersebut, terjadi beberapa kendala seperti keterlambatan
pembayaran yang dilakukan member dan atau member tidak membayar
dengan alasan.
Berdasarkan telaah, alasan tidak membayarnya karena si
terdakwa sebagai penanggung jawab arisan telah memiliki hutang atas
member yang tuidak membayar.Sehingga terjadi berbagai wanprestasi.
Secara khusus Arisan Hui adalah arisan kepercayaan yang berbunga
dimana kepala atau ketua arisan lah yang bertanggung jawab atas
berjalannya arisan termasuk jika ada nomor-nomor yang tidak
membayar dan maka terdakwa sebagai ketua yang pertama kali
mendapat jatah arisan wajib menutupi terlebih dahulu.
113
Dokumen Putusan Hakim Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg, hlm 4
83
Dalam prosedurnya pasca-koncangan pertama maka sistem
selanjutnya sistem tender dimana apabila diantara peserta yang
mengikuti arisan tersebut membayar lebih besar seperti ada yang
pasang Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sedangkan yang lain
memasang Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah) maka maka dia yang akan
mendapatkannya dan peserta arisan yang lain membayar sisanya saja
yaitu Rp. 13.000.000,- (tiga belas juta rupiah) dan hanya berlaku untuk
yang belum mendapat arisan namun untuk yang sudah dapat arisan
tetap membayar penuh yaitu Rp. 15.000.000,- (lima belas juta
rupiah)114
.
Dalam proses koncangan, ada member yang memiliki strategi
sendiri. Saudara saksi Gunandy (Haciang) mengikuti arisan2 nomor.
Saksi kemudian menyuruh anaknya untuk menyetor uang ke Bank
BCA tiap bulannya guna membayar uang arisan tersebut. Uang arisan
tersebut dibayar tiap bulannya Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah)
yang di transfer oleh Fenny Diana Als. Pecen (selanjutnya disebut saksi
sebagai anak Gunandy Als. Haciang) ke rekening suami terdakwa atas
nama Lo Nyen Sen.
114
Dokumen Putusan Hakim Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg, hlm 13
84
Pada bulan Juni 2014 saksi menerima arisan pertamanya dengan
nomor urut ke-16, uang yang diterima saksi pada arisan pertamanya
ialah sekitar dua ratus juta lebih dengan tender Rp. 700.000,- (tujuh
ratus ribu rupiah). Diketahui bahwa sistem tender di pasang setiap
tanggal 10, dengan cara anggota arisan yang paling berani pasang
paling besarialah yang akan mendapat arisan. Saksi terus membayar
iuran tepat pada waktu yang ditentukan sebanyak 21 kali melalui
transfer ke Rekening BCA suami terdakwa. Pada bulan November,
Saksi tidak sengaja berkunjung ke Toko Keong Mas dan mendapat
informasi dari Fakiauji bahwa uang arisan nomor urut 21 miliknya
tidak dibayarkan oleh terdakwa, lalu terdakwa hanya membayar
semampunya dengan kerupuk senilai Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah)115
.
Pada 9 Desember 2014, terdakwa mendatangi kerumah saksi
dan memberitahukan bahwa arisan di stop atau bubar dengan alasan
uang tidak ada lagi karena anggota lainnya banyak yang tidak
membayar. Terdakwa menjanjikan akan mengganti uang arisan saksi
yang sudah masuk sampai arisan ke 20. Januari 2015, terdakwa
mendatang lagi rumah saksidengan membawa uang sebesar Rp.
115
Dokumen Putusan Hakim Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg, hlm 14
85
45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah). Tetapi saksi menolak uang
tersebut dengan alasan saksi tidak mau menerima uang dengan cicilan.
Karena uang saksi yang telah masuk di arisan sebesar Rp.
529.000.000,- (lima ratus dua puluh sembilan juta rupiah).
Terdakwa mengakui kepada saksi bahwa pada bulan Desember
2014 jumlah total yang telah disetor anggota arisan sebesar Rp.
240.000.000 (dua ratus empat puluh juta rupiah) yang semestinya milik
saksi, tetapi terdakwa tidak menyerahkan kepada saksi karena uang
tersebut sudah habis terdakwa gunakan untuk usaha terdakwa dibidang
kemplang dan sebagian untuk mengangsur rumah terdakwa di Bank.
Terdakwa jujur kepada saksi telah melakukan berbagai usaha untuk
secepatnya mengganti kerugian anggotanya dengan membuka arisan
baru lagi dengan anggota yang sama dengan bertujuan terdakwa
mendapatkan urutan pertama guna modal mengganti rugi arisan yang
sebelumnya. Saksi akhirnya mau bersabar sampai terdakwa
mendapatkan uang dari arisan barunya tersebut.
Maret 2015, Saksi mendengar kabar bahwa terdakwa telah
membubarkan arisan barunya di nomor urut ke 4. Saksi lalu menemui
terdakwa tetapi tetap saja saksi tidak menemukan jalan keluarnya.
86
Selanjutnya korban melaporkan kejadian ini kepada Polsek Ilir Timur I
Kota Palembang.
Berdasarkan penelaahan data diketahui kronologis terjadinya
penggelapan arisan yang digambarkan sebagai berikut:
GAMBAR 3.1
KRONOLOGIS PENGGELAPAN ARISAN ON LINE
Sumber: Olah Data, 2018
Penjelasan dan persetujuan / SOP
arisan
Arisan High Level
Penggelapan Prosedur / Tata Cara
Persoalan
Terdakwa
Kreatifitas arisan
instagram "HUI"
Perekrutan member
Arisan Midle Level
Arisan Low Level
87
TABEL 3.1
PROSES ARISAN ONLINE
No Langkah Aktivitas Persoalan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Setor
Koncangan I
Kocangan 2
Koncangan 3
Koncangan 4
Koncangan 5
Koncangan 6
Koncangan 20
Member ke
Rekening
Terdakwa dapat
Member no urut 2
Member no urut 3
Member no urut 4
Member no urut 5
Dan no urut
seterusnya member
kehilangan kabar
dengan ketua ketua.
Member no urut 20,
Saksi Gunady.
Tidak ada masalah
Tidak ada masalah
Tidak ada masalah
1. Pembayaran
mulai kurang
2. Ada yang tidak
membayar
dengan alasan
ketua sudah
mengambil
dahulu.
Pembayaran uang
arisan mulai tidak
jelas.
Ada salah satu
anggota tidak bias
membayar lagi.
Pembayaran arisan
tidak berjalan lagi /
stop.
Terdakwa
88
mendatangi rumah
saksi dan
memberitahu
bahwa uang arisan
sudah terpakai dan
habis.
Sumber: Olah Data, 2018
B. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Tentang Putusan
Nomor: 1562/Pid.B/2015/PN.Plg.
Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan
dalam sidang pengadilan dapat berupa pemidanaan, bebas, atau lepas
dari segala tuntutan. Pengambilan keputusan sangat diperlukan oleh
Hakim untuk menjatuhkan pidana atau hukuman yang akan diberikan
kepada terdakwa. Pertimbangan hukum adalah dasar argumen hakim
dalam memutuskan suatu perkara atau suatu tahapan dimana majelis
hakim mempertimbangkan fakta yang terungkap selama persidangan
berlangsung116
.
116
Junaidi Effendi, Rekonstruksi DasarPertimbangan Hukum Hakim,
(Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 124
89
Dalam Pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana
suatu perkara memperhatikan (1) dakwaan Jaksa Penuntut Umum; (2)
keterangan saksi yang hadir dalam persidangan; (3) keterangan
Terdakwa, alat bukti, syarat subjektif dan objektif;(4) hasil laporan
pembimbing kemasyarakatan, serta (5) hal-hal yang meringankan dan
memberatkan.Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara ini setelah
mendengarkan saksi-saksi, keterangan Terdakwa, barang bukti,
diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut117
:
1. Bahwa benar terdakwa ditangkap oleh pihak Kepolisian
karena telah melakukan penggelapan terhadap uang arisan.
2. Bahwa benar terdakwa telah memberikan keterangan di
penyidik sehubungan dengan perkara terdakwa, dan
keterangan yang diberikan pada pokoknya sama dengan
keterangan yang akan terdakwa berikan di persidangan ini.
3. Bahwa terdakwa membuatarisan di instagram yang diberi
nama Arisan “HUI”.
4. Bahwa benar arisan tersebut dimulai pada bulan Maret
2013 sampai Februari 2015.
5. Bahwa cara terdakwa menawarkan kepada anggota adalah
dengan cara menawarkan kepada calon anggota danada
juga yang datang sendiri.
6. Bahwa angsuran perbulannya adalah Rp. 15.000.000,- (lima
belas juta rupiah).
7. Bahwa cara mainnya adalah terdakwa sebagai kepala Hui
mencari anggota sebanyak 17 orang (sebanyak 24 putaran),
kemudian memberitahukan kepada peserta setoran perbulan
Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah) setelah semua
117
Putusan Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg, hlm 16-18
90
sepakat dan sudah mengerti aturan mainnya, kemudian
terdakwa sebagai kepala arisan Hui yang pertama mendapat
arisan dan menerima setoran dari kaki/peserta masing-
masing Rp15.000.000,- (lima belas juta rupiah) utuh/tanpa
dipotong, kemudian pada bulan berikutnya dipakai sistim
tender/pasangan, dengan cara siapa peserta berani pasang
paling besar dialah yang mendapat arisan contoh peserta
arisan ada beberapa orang yang memasang Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah), Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu
rupiah) atau Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah), kemudian
terdakwa melaporkan kepada peserta berapa jumlah
pasangan pemenang, kemudian peserta menyetor kepada
terdakwa tidak lagi Rp15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah) tetapi Rp13.000.000,00 (tiga belas juta rupiah),
tetapi untuk peserta yang sudah dapat sebelumnya tetap
bayar Rp15.000.000,00 (lima juta rupiah), kemdudian
terdakwa mengkoodinir peserta dan setelah uang setoran
dari peserta lengkap lalu terdakwa menyerahkan kepada
pemenang arisan.
8. Bahwa arisan tersebut kalau berjalan normal berakhir bulan
Febuari 2015.
9. Bahwa arisan tersebut sebelumnya berjalan lancer sampai
bulan Oktober 2014 yaitu dinomor ke-20, dan bulan
November 2014 sudah tidak lancar lagi karena ada sebagian
anggota tidak menyetor uang arisan sehingga terdakwa
tidak bisa menyetorkan kepada pemenang arisan.
10. Bahwa yang sudah dapat arisan adalah sebanyak 21 orang
dan sisanya tiga orang yaitu Gunady als. Haiciang, Keong
Mas dan Pempek Candy als. Mei Mei.
11. Bahwa dengan Mei-Mei sudah ada penyelesaian, tetapi
dengan Gunady als. Haiciang belum ada penyelesaian.
12. Bahwa Gunady als. Haiciang mendapat arisan bulan
Desember 2014, tetapi uangnya belum terdakwa serahkan.
13. Bahwa pada bulan Desember 2014 jumlah total yang telah
disetor oleh peserta adalah sejumlah Rp240.000.000,- (dua
ratus empat puluh juta rupiah) yang semestinya adalah
milik saksi Gunady als. Haiciang, tetapi tidak terdakwa
serahkan karena uang tersebut sudah habis terdakwa
91
gunakan untuk usaha terdakwa dibidang kemplang dan
mengansur rumah di Bank.
14. Bahwa benar jumlah uang arisan yang telah disetor oleh
Gunady als. Haiciang adalah sejumlah Rp529.200.000,-
(lima ratus dua puluh sembilan juta dua ratus ribu rupiah).
15. Bahwa arisan tersebut berhenti karena terdakwa tidak
mampu membayar, lalu terdawa membuka arisan baru lagi
dengan anggota yang itu juga dengan tujuan terdakwa dapat
yang awal lagi untuk modal terdakwa. Lalu arisan baru
terhenti karena uang sudah digunakan terdakwa.
16. Bahwa barang-barang bukti yang diperlihatkan
dipersidangan berupa :
a. 19 (Sembilan belas) lembar copy asli bukti setoran dari
Gunandi als. Haiang ke Rekening Bank BCA 3410463384
An. Lo Nyen Sen.
b. Daftar-daftar nama peserta arisan.
c. 1 (satu) lembar bukti transfer uang pada tanggal 17 Januari
2015 dari Tan Lan ke Rekening Bank BCA 3410463384
An. Lo Nyen Sen dengan jumlah Rp. 15.000.000,- (lima
belas juta rupiah).
17. Bahwa dalam ketentuan arisan jika ada anggota yang tidak
membayar maka yang bertanggung jawab adalah terdakwa
selaku kepala arisan.
Dari hasil penelaahan putusan tersebut dapat dipahami bahwa
pertimbangan hakim dalam menyelsaikan perkara yang terfokus pada
penggelapan sebagaimana dalam tabel berikut :
TABEL 3.2
DASAR PERTIMBANGAM HAKIM
DALAM MENYELESAIKAN PERKARA MELALUI PANDANGAN
SAKSI
Pertimbangan Dasar pertimbangan
92
Fakta hukum Keterangan Saksi
1. Pernyataan saksi atas tidak tersetornya
dana arisan
2. Adanya kebohongan dalam
menyampaikan berita acara
3. Adanya kesaksian dari berbagai anggota
yang mengarahkan bahwa telah terjadi
[enggelapan dana arisan
4. Berdasarkan keterangan terdakwa bahwa
anggota arisan
banyak yang tidak membayar. Saksi Sugia
nto menjelaskan bahwa saksi tidak
menyetor lagi arisan karena terdakwa
mempunyai hutang plastik dan sablon
kepada saksi sekitar Rp. 70.000.000,-
(tujuh puluh juta rupiah) sehingga pada
bulan November 2014 sampai dengan
Februari 2015 saksi menelfon terdakwa
mengatakan bahwa uang arisan saksi
dipotong dari uang hutangnya tersebut,
lalu terdakwa mengiyakannya, saksi Agus
terakhir menyetor arisan kepada terdakwa
pada bulan Oktober 2014 karena saksi
pernah menyetor sebelumnya kepada
terdakwa namun terdakwa bilang bahwa
saksi belum menyetor kepadanya
kemudian arisan baru yang dibuat
terdakwa hanya bertahan tiga nomor
karena suami terdakwa menyetop arisan
tersebut sehingga uang saksi yang ada
pada arisan baru tersebut dianggap untuk
menutupi arisan lama saksi yangbelum
terbayar, saksi Rasyid mengikuti satu
nomor arisan dan saksi hanya menyetor
sampai urutan ke-20 (dua puluh) karena
saksi ikut dalam arisan baru terdakwa
dengan setoran Rp. 30.000.000,- (tiga
puluh juta ruiah) perbulan pada bulan
keempat saksi tidak menyetor lagi karena
93
terdakwa mengatakan arisan baru sudah
bubar dan uang saksi yang sudah masuk
pada arisan baru sebanyak Rp.
90.000.000,- (seilan puluh juta rupiah)
sehingga dipotong oleh terdakwa untuk
pembayaran kekurangan sasksi pada
arisan lama, saksi Ani menjelaskan bahwa
saksi belum membayar arisan sebnyak 6
(enam) bulan karena suami saksi
meninggal dunia dan usaha saksi sedang
mengalami kerugian yang besar.
Sumber: Olah Data, 2018
Pertimbangan hakim dengan melihat fakta-fakta hukum dalam
persidangan di atas, Majelis Hakim dalam menentukan dapat tidaknya
seseorang dinyatakan terbukti bersalah dan dapat dipidana, maka
keseluruhan dari unsur-unsur yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut
Umum kepadanya haruslah dapat dibuktikan dan terpenuhi seluruhnya.
Dasar-dasar pertimbangan yang dipergunakan oleh Hakim dalam
menjatuhkan pidanadalam putusan Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg.
yang didasarkan pada fakta-fakta yang ada dalam persidangan dan juga
rasa keadilan hakim mengacu pada pasal-pasal yang berkaitan dengan
tindak pidana yang dilakukan. Adapun yang menjadi pertimbangan
hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap terdakwa antara lain118
:
118
Putusan Hakim Nomor 1562/Pid.B/2015/Pn.Plg, hlm 16
94
Pertama, Pertimbangan Yuridis yang dijelaskan tersebut
menjadi pertanyaan hukum bagi Majelis Hakim, apakah Terdakwa
dapat dipersalahkan melakukan perbuatan pidana sebagai yang
didakwakan Penuntut Umum di dalam dakwannya.
Kedua, sesuai dengan dakwaan Penuntut Umum, Terdakwa
didakwa melakukan perbuatan pidana, yaitu melanggar pasal372 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana tentang Tindak Pidana Penggelapan.
Ketiga, dakwaan Penuntut Umum bersifat alternatif, maka
dalam mempertimbangkan dakwaan Penuntut Umum, yang sesuai
dengan fakta yang diperoleh dipersidangan, yaitu melanggar pasal372
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Tindak Pidana
Penggelapansebagaimana berbunyi:
Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum
memiliki barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang
lain dan berada dalam kekuasaanya bukan karena kejahatan,
dipidana karena penggelaan, dengan idana selama-lamanya empat
tahun atau denda sebesar-besarnya Sembilan ratus rupiah119
.
Keempat, bagian dari unsur-unsur tersebut diatas bersifat
subsidair, dengan demikian apabila salah satu bagian dari unsur
119
Soenarto Soerdibroto, KUHP dan KUHAP (Dilengkapi Yurispridensi
Mahkamah Agung dan Hogeraad), (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), hlm. 228.
95
tersebut telah terbukti, maka unsur tersebut secara keseluruhan dapat
dinyatakan telah terpenuhi.
Kelima, Majelis Hakim akan mempertimbangkan berdasarkan
fakta-fakta hukum, terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak
pidana yang didakwankan kepadanya dengan dakwaan tunggal yaitu
melanggar ketentuan pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Barang siapa;
2. Dengan sengaja memiliki dengan melawan hak sesuatu
barang yang sama sekali atau sebagiannya termasuk
kepunyaan orang lain;
3. Barang istu ada dala kekuasaanya bukan karena kejahatan;
Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan “barang siapa” yakni suatu istilah yang
bukan merupakan suatu unsur pidana, melainkan merupakan unsur
pasal, yang menunjuk kepada siapa saja orang perseorangan atau suatu
badan hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban yang melakukan
atau telah didakwa melakukan suatu perbuat yang dilarang oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku120
.
Didalam perkara ini yang menjadi sebagai subyek hukumnya
adalah terdakwa SITI als TITI yang di muka persidangan menunjukkan
120
Putusan Hakim Nomor 1562/Pid.B/2015/Pn.Plg, hlm 17.
96
sehat mentalnya dan mampu bertanggung jawab dan identitasnya telah
dicocokan dengan identitas Terdakwa sebagaimana Surat Dakwaan
Penuntut Umum ternyata sesuai antara satu dengan lainnya sehingga
dalam perkara ini tidak terdapat kesalahan orang (error in persona)
sebagai subyek atau pelaku tindak pidana yang sedang diperiksa dalam
perkara ini. Dengan demikian berdasarkan pertimbangan tersebut diatas
maka unsur “barang siapa” telah terpenuhi menurut hukum.
Pemahaman atas“dengan sengaja memiliki dengan melawan
hak sesuatu barang yang sama sekali atau sebagiannya termasuk
kepunyaan milik orang lain” oleh Terdakwa dalam perkara ini maka hal
ini akan dipertimbangkan oleh Majelis Hakim bahwa unsur tersebut
adalah suatu kehendak yang ada dalam pikiran yang ditujukan kepada
terdakwa untuk memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain dengan cara yang tidak sah sehingga tidak layak
dilakukan.
Fakta-fakta hukum dipersidangan, bahwa terdakwa telah
membuka arisan di media sosial “instagram” yang bernama Arisan Hui
dimulai sejak Maret 2013. Arisan tersebut dibuat selama 24 bulan
dengan anggota sebanyak 17 (tujuh belas) rang dan pembayaran
sebesar Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) perbulan. Cara
97
mainnya adalah terdakwa sebagai ketua arisan mencari anggota,
kemudian terdakwa sebagai ketua mendapatkan nomor urut pertama
arisan. Kemudian selanjutnya ketua menggunakan sistem tender atau
pasangan dengan cara siapa anggota yang berani pasang yang paling
besar dialah yang akan mendapatkan arisan. Contohnya anggota arisan
yang memasang Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) atau Rp. 2.000.000,-
(dua juta rupiah), kemudian terdakwa melaporkan kepada anggotanya
jumlah peserta menyetor kepada terdakwa tidak lagi Rp. 15.000.000-
(lima belas juta rupiah) tetapi Rp. 13.000.000,- (tiga belas juta rupiah),
dan untuk peserta yang sudah mendapatkan sebelumnya tetap
membayar Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah). Saksi Fenny
Diana dan saksi Gunady Als Haiciang menerangkan bahwa saksi
Gunady Als Haiciang mengikuti 2 (dua) nomor urut arisan, uang yang
telah masuk kepada terdakwa sejulah Rp. 529.000.000,- (lima ratus dua
puluh sembilan juta rupiah) dan sampai sekarang uang tersebut belum
terdakwa serahkan kepada saksi Gunady Als Haiciang. Pada Desember
2014 jumlah total yang telah disetor oleh peserta adalah sejumlah Rp.
240.000.000,- (dua ratus empat puluh juta ruiah) yang semestinya
adalah milik saksi Gunady Als Haiciang, tetapi tidak terdakwa
serahkan karena uang tersebut sudah habis terdakwa gunakan untuk
98
usaha terdakwa di bidang kemplang dan kerupuk serta terdakwa
gunakan untuk membayar cicilan rumah di Bank. Berdasarkan
pertimbangan tersebut diatas maka unsur dengan sengaja memiliki
dengan melawan hak sesuatu barang yang sama sekali atau sebaiannya
termasuk kepunyaan orang lain telah terpenuhi dalam perbuatan
terdakwa.
Rumusan unsur “barang itu ada dalam tangannya bukan karena
kejahatan”, menguasai penuh barang tersebut bukan melalui kejahatan.
Menurut Hoge Raad dalam arsetnya tanggal 14 April 1913, NJ 1913
menuasai barang bearti bahwa pelaku berada dalam hubungan langsung
dengan barang itu, tidak menjadi soal apakah penguasaan tersebut
dilakukan seara pribadi oleh pelaku tersebut atau dilakukan oleh orang
lain. Dapat dimasukkan dalam pengertian orang lain seperti pihak
ketiga yang menyian benda tersebut untuk kepentingan pelaku.
Berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan sebagaimana dalam
pembuktian unsur kedua, uang yang ada pada terdakwa yang tidak
diserahkan kepada Gunady als Haiciang digunakan terdakwa untuk
usaha dan mengangsur cicilan di Bank bukan karena kejahatan, tetapi
uang tersebut resmi uang arisan yang dibayar oleh anggota arisan. Dari
uraian pertimbangan tersebut, unsur barang itu ada dalam tangannya
99
bukan karena kejahatan sehingga unsur ketiga telah terpenuhi dalam
perbuatan terdakwa.
Pembelaan terdakwa secara lisan yang menyatakan sebagai
berikut: (1) bahwa menerima penolakan nota pembelaan penasihat
hukum terdakwa dan memohon putusan yang seringan-ringannya; (2)
terdakwa telah mengakui bahwa dirinya telah bersalah oleh sebab itu
Majelis berpendapat tidak mungkin terdakwa untuk dibebaskan dari
Tuntutan Jaksa Penuntut Umum.
Dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal
yang dapat menghapuskan pertanggung jawaban pidana, baik sebagai
alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka terdakwa harus
mempertanggung jawabkan perbuatannya. Karena terdakwa mampu
bertanggung jawab maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi
pidana.
Dalam perkara ini terhadap terdakwa telah dikenakan
penahanan yang sah, maka masa penahanan tersebut harus dikurangi
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Karena terdakwa ditahan dan
penahanan terhadap terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu
ditetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan dan dijatuhi
100
hukuman pidana maka Terdakwa dibebankan untuk membayar uang
perkara.
Pertimbangan hakim juga dinilai dari keadaan yang
memberatkan dan meringankan terdakwa. Artinya sebelum
menjatuhkan pidana kepada Terdakwa, terlebih dahulu Majelis Hakim
akan mempertimbangkan keadaan yang memberatkan dan hal-hal yang
meringankan bagi terdakwa sebagai berikut : (1) Keadaan yang
memberatkan yaitu Perbuatan terdakwa telah merugikan orang lain, dan
terdakwa telah menyia-nyiakan kepercayaan anggota arisan. (2)
Keadaan yang meringankan yaitu: Terdakwa bersikap sopa
dipersidangan, Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya,
Terdakwa belum pernah dihukum.
Berdasarkan hal yang meringankan dan memberatkan terdakwa,
maka hakim dengan berbagai pertimbangan hukum yang lain
menyatakan Terdakwa Siti Als Titi tersebut diatas, terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Penggelapan
sebagaimana dalam dakwaan Alternatif kesatu sebagaimana diatur
dalam Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Terdakwa selanjutnya dijatuhkan pidana penjara selama 2 (dua)
Tahun. Selanjutnya, Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani
101
Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan.Menetapkan Terdakwa tetap dalam tahanan.Disamping
jatuhnya pidana, menetapkan barang barang bukti berupa121
:
1) 19 (sembilan belas) lembar copy asli bukti setoran dari Gunadi
Als Haciang ke no Rek Bank BCA: 3410463384 An. Lo Nyen
Sen dan Daftar nama peserta arisan, dikembalikan kepada
Gunadi Als Haiciang.
2) 1 (satu) lembar bukti transfer uang pada tanggal 17 Januari
2015 dari Tan Lan Tju ke no Rek Bank BCA: 3410463384 An.
Lo Nyen Sen dengan jumlah Rp. 15.000.000,- (lima belas juta
rupiah), dikembalikan kepada Tan Lan Tju.
Membebankan pada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp.
2.000,-(dua ribu rupiah);
Dengan demikian dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Palembang, pada hari Rabu, tanggal 30 Desember
2015, oleh Parlas Nababan, S.H., M.H. sebagai Hakim Ketua, S. Joko
Sungkowo, S.H. dan Eliwarti, S.H., M.H., masing-masing sebagai
Hakim Anggota, yang diucapkan dalam siding terbuka untuk umum
pada hari dan tanggal itu juga oleh Hakim Ketua dengan didampingi
para Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh Bainal Hakim, S.H.,
Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Palembang, serta dihadiri
121
Putusan Hakim Nomor 1562/Pid.B/2015/Pn.Plg, hlm 21
102
oleh Alex Akbar, S.H., Penuntut Umum dan Terdakwa didampingi
Penasihat Hukumnya.
C. Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Hakim
Nomor: 1562/Pid.B/2015/PN.Plg.
Seperti yang dijelaskan dalam telaah sebelumnya bahwa
penggelapan adalahmengambil harta secara sembunyi-sembunyi dan
aniaya dari tempat simpanan harta itu dan bermaksud untuk dikuasai.
Di pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan paling banyak Rp.
900,-(sembilan ratus rupiah).
Berdasarkan putusan hakim, bahwa sanksi hukum yang dijatuhkan
kepada terdakwa SITI Als TITI yaitu Pidana Penjara selama 2 (dua)
tahun, dikurangi masa penahanan yang telah dijalani serta menetapkan
barang bukti dan membebankan biaya perkara122
.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa putusan yang telah diberikan oleh Hakim telah dipertimbangkan
matang-matang dan tidak menyalahi aturan hukum yang ada. Selain itu,
122
Putusan Hakim Nomor 1562/Pid.B/2015/Pn.Plg, hlm 21
103
penjatuhan pidana yang diberikan hakim lebih menitikberatkan
pemidanaan pada perbuatan yang telah dilakukan.
Berdasarkan pertimbangan hukum hakim serta tuntutan jaksa
penuntutt umum dalam dakwaan pasal 372 Kitab Undang-undang
Hukum Pidana tentang tindak pidana penggelapan, menyatakan bahwa
perbuatan tersebut dapat di ancam dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun atau denda paling banyak Rp.900,- (Sembilan ratus
rupiah).
Dalam penerapan Hukum Islam terhadap penggelapan arisan
online pada dasarnya merupakan bagian dari tindakan pencurian yaitu
mengambil dan merampas hak milik orang lain melalui jalan yang
bathil dan tanpa seiizin pemilik hak tersebut. Penggelapan arisan online
dapat dikategorikan sebagai jarimah berat, karena memiliki persamaan
dengan salah satu jarimah hudud yaitu sariqah atau pencurian.
Pencurian adalah mengambil harta milik seseorang dengan sembunyi-
sembunyi dan tipu daya123
. Persamaan tersebut dapat dilihat dari
sebagai berikut124
:
1) Mengambil secara sembunyi-sembunyi
123
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, PT Raja Grafindo, Jakarta, hlm. 251 124
Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam., hlm. 85.
104
2) Barang yang diambil berupa harta
3) Harta yang diambil milik orang lain
4) Melawan hukum
Di dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah Ayat 188 juga
menjelaskan bahwa :
وال تأ كهى ا أيى انكى ثكى ثبنجب طم ....
Artinya : “dan janganlah kamu sebagian memakan harta sebagian
yang lain diantara kamu dengan jalan batil.”
Di keluarkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Dan Al-Tirmidzi Dan
Al-Said Bin Yazid dari bapaknya, bahwa Nabi Muhammad SAW.
Bersabda125
:
وال ب خز أحذ كى يتب ع أ خه جب داوالال عجب وئر ااخزا احذ كى عظب
اخه فهش د هب عهه
Artinya : “janganlah ada salah seorang diantara kamu mengambil
harta saudaramu, baik dengan sungguh-sungguh maupun senda gurau
125
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah.,hlm. 252.
105
dan jika salah seorang di antara kamu telah mengambil tongkat
saudarnya, maka hendaklah ia mengembalikan padanya.”
Menurut riwayat Al-Daruquthni dari Anas R.A Rasullulah Saw.
Bersabda :
هى ئ ثطجخ ي فغهال حم يب ل ايش ئ يغ
Artinya : “haram harta muslim bagi muslim lainya, kecuali dengan
kerelaan darinya”
Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan barang yang dicuri
menurut Ahmad Wardi Muslich adalah sebagai berikut126
:
1. Barang yang dicuri adalah benda yang bergerak
Pencurian disyaratkan terjadi pada benda yang bergerak, yaitu
benda yang bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal
ini oleh karena pencuri menghendaki dipindahkannya suatu barang dan
mengeluarkannya dari tempat simpanannya untuk kemudian
memindahkannya dari kekuasaaan si korban ke dalam kekuasaan si
126
Wardi Muslich, Hukum Pidana Menurut Al-Quran,(Jakarta: Diadit Media,
2007), hlm 243-246
106
pelaku. Ini tidak mungkin terjadi kecuali pada benda-benda yang
bergerak.
2. Barang yang dicuri harus mal mutaqawwim
Mal mutaqawwim adalah barang yang bernilai menurut
pandangan syara‟.
3. Barang yang dicuri adalah barang yang tersimpan (Muhraz)
Untuk dapat dikenakan hukuman had, disyaratkan barang yang
dicuri harus tersimpan. Apabila barang tersebut tidak tersimpan di
tempat simpanannya, maka si pelaku tidak dikenakan hukuman had.
4. Harta yang dicuri mencapai nishab
Syarat yang keempat untuk dikenakannya hukuman potong
tangan ialah barang yang dicuri harus mencapai nishab atau batas
minimal untuk potong tangan. Ukuran nishab menurut sebagian besar
jumhur ulama adalah seperempat dinar atau tiga dirham.
Dalam pandangan hukum pidana Islam menurut ulama
kontemporer arisan termasukta‟awun (tolong menolong) dalam halal-
mal (harta). Maka apabila terjadinya penggelapan terhadap arisan
107
online berarti telah melanggar hak atau mengambilharta orang lain,
dalam Al-Qur‟an Surat An-Nisa‟ ayat 4, ditegaskan bahwa
م االا تكى تجشحع طيىا التبكهىاايىانكى ثكى ثبنجبهبانز ءا
ا هللا كب ثكى سحب‘ والتقتهىاافغكى‘ تشاع يكى
“Hai orang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janglah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”
Seperti telah disampaikan diatas bahwa penggelapan arisan
online memiliki kemiripan dengan pencurian dan jarimah yang
berkaitan dengan harta adalah jarimah pencurian serta perampokan.
Sesuai dengen ketentuan dalam pidana Islam, pencurian hukumannya
akan dikenakan potong tangan apabila harta yang diambil sudah
mencapai nisab nya, yaitu seperempat dinar atau lebih. Dengan melihat
penggelapan arisan online yang merupakan kejahatan mengenai harta
milik orang lain dan bermaksud ingin memilikinya dengan jalan yang
bathil, maka pelanggaran dapat dimasukan ke dalam jarimah hudud.
Dalam putusan hakim nomor: 1562/Pid/B/2015/PN.Plg tentang
tindak pidana penggelapan arisan online, hukuman yang digunakan
hakim dalam menjatuhkan sanksi untuk terdakwa adalah hukuman
108
ta‟zir yang ditentukan oleh pihak hakim atau penguasa dengan
ketentuan undang-undang yang berlaku karna perbuatan tersebut masuk
dalam jenis Jarimah ta‟zir yang berkaitan dengan kemaslahatan
individu yaitu berbohong melakukan penipuan yang berkaitan dengan
keamanan umum yaitu kejahatan yang berkaitan dengan ekonomi yang
tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dengan
menetapkan hukuman tahanan atau penjara selama 2 (dua) tahun
kepada terdakwa.
Dalam bahasa Arab ada dua istilah untuk hukuman penjara.
Yaitu al -habsu dan as - sijnu. Pengertian al – habsu menurut bahasa
adalah mencegah atau menahan. Kata al - habsu sama dengan as -
sijnu. Dengan demikian, kedua kata tersebut memiliki arti yang sama.
Menurut Imam Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyah, yang dimaksud dengan al
- habsu bukanlah menahan pelaku ditempat yang sempit, melainkan
menahan seseorang dan mencegahnya agar ia tidak melakukan
perbuatan hukum. Baik penahanan tersebut di dalam rumah, masjid
maupun ditempat lain. Penahanan model itulah yang dilaksanakan pada
masa Nabi SAW dan khalifah Abu Bakar. Artinya, pada masa itu tidak
ada tempat yang khusus untuk menahan seorang pelaku. Akan tetapi,
109
setelah umat Islam bertambah banyak dan wilayah Islam bertambah
luas. Khalifah Umar pada masa pemerintahannya membeli rumah
Shafwan Ibn Umayyah dengan harga empat ribu dirham untuk
kemudian dijadikan sebagai penjara. Atas dasar inilah, para ulama‟
memperbolehkan kepad ul al -amri untuk membuat penjara.
Meskipun demikian, para ulama‟ lain tetap tidak
memperbolehkan untuk membuat penjara, karena hal itu tidak pernah
dilakukan oleh Nabi SAW dan Khalifah Abu Bakar. Selain itu, dasar
hukum yang membolehkannya hukuman penjara ini adalah surah An-
Nisaa‟ Ayat 15:
Artinya: “Dan (terhadap) Para wanita yang mengerjakan
perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara
kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah
memberi persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita
itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai
Allah memberi jalan lain kepadanya”.
110
Hukuman penjara dalam syariat Islam dibagi kepada dua
bagian, yaitu127
:
1. Hukuman penjara yang dibatasi waktunya
Hukuman penjara terbatas adalah hukuman penjara yang
lama waktunya dibatasi secara tegas. Hukuman penjara
terbatas ini diterapkan untuk jarimah penghinaan, penjualan
khamr, pemakan riba, melanggar kehormatan bulan suci
ramadhan, mengairi ladang dari saluran tetangga tanpa izin,
caci maki antara dua orang yang dipenjara dan saksi palsu.
Adapun lamanya hukuman penjara masih belum ada
kesepakatan diantara para ulama. Begitupun batas tertinggi
dan terendah dalam hukuman penjara ini.
2. Hukuman penjara yang tidak dibatasi waktu
Hukuman penjara tidak terbatas atau tidak dibatasi
waktunya, melainkan berlangsung terus sampai orang yang
terhukum itu mati, atau sampai ia bertaubat. Dalam istilah
lain bisa disebut hukuman penjara seumur hidup. Hukuman
penjara seumur hidup dikenakan kepada penjahat yang
sangat berbahaya, misalnya seseorang yang menahan orang
127
Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, hlm.101.
111
lain untuk dibunuh oleh orang ketiga atau seperti orang yang
mengikat orang lain kemudian melemparkannya kedepan
hewan buas. Menurut Imam Abu Yusuf, apabila orang itu
mati karena hewan buas maka pelaku dikenakan hukuman
penjara seumur hidup.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menurut Hukum
Islam terhadap Putusan Hakim Nomor: 1562/Pid.B/2015/PN.Plg
dijatuhkan sanksi jarimah hudud melihat persamaan penggelapan
dengan pencurian yaitu sariqah (mengambil harta orang secara
sembunyi-sembunyi) yang dikenakan hukuman potong tangan apabila
telah mencapai nisabnya yaitu seperempat dinar atau lebih. Sementara
hukuman yang dijatuhkan Hakim dalam Putusan Nomor:
1562/Pid.B/2015/PN.Plg. yaitu hukuman Ta‟zir yang ditentukan
kepada ulil amri atau penguasa (dalam hal ini hakim) yang dikenakan
hukuman penjara selama 2 (dua) tahun penjara. Menurut penulis
hukuman tersebut belum setimpal disbanding apa yang telah dilakukan
dengan merampas hak orang lain.
112
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil olah data maka disimpulkan hal hal sebagai
berikut:
1. Kronologi Tindak Pidana Penggelapan Arisan Online nomor
1562/Pid.B/2015/PN.Plg diawali dari keinginan terdakwa
untuk membangun arisan online melalui media sosial
instagram. Dalam proses awal berjalan sesuai dengan prosedur
yang dibauat dan disepakati terdakwa. Seiring dengan
perjalanan kegiatan tersebut diselewengkan karena adanya
kebutuhan terdakwa tanpa memikirkan hak orang lain
2. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim dalam Perkara Pidana
Penggelapan arisan online tetang Putusan Nomor
1562/Pid.B/2015/PN.Plg telah sesuai karena berdasarkan
dakwaan Penuntut Umum, penjabaran keterangan saksi-saksi,
keterangan terdakwa, dan barang bukti serta terdapatnya
pertimbangan- pertimbangan yuridis menurut Undang-
113
Undang, hal-hal yang meringankan dan memberatkan serta
yang diperkuat dengan adanya keyakinan Hakim.
3. Hukum Islam menilai bahwa putusan terhadap Putusan Hakim
Pengadilan Negeri Kelas IA Palembang Tentang Tindak
Pidana Penggelapan Arisan Online belum maksimal
mengingat hukuman yang dikenakan dalam sariqah
(mengambil harta secara semunyi-sembunyi) yaitu Jarimah
Hudud dengan potong tangan apabila telah mencapai nisabnya.
Hukuman penggelapan arisan online tersebut merupakan
permasalahan kontemporer sehingga dianalogikan dengan
jarimah pencurian dan korupsi.
B. Saran
Dari pembahasan diatas serta kesimpulan yang didapat maka
penulis memberi saran yaitu :
1. Aparat penegak hukum harus lebih aktif lagi dalam menangani
dan membrantas cybercrime di Indonesia, mengingat Indonesia
berada pada urutan ke-2 yang memiliki kasus paling banyak
mengenai cybercrime.
114
2. Dalam penerapan sanksi bila di pandang dari Hukum Pidana
Islam maka penulis menyarakan untuk para pelaku penggelapan
arisan online selain hudud pelaku juga harus membayar seluruh
kerugian sesuai hak orang lain yang dimiliknya.
115
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Rusli. 2011, Kontribusi Arisan Dalam Menambah Kesejahteraan
Keluarga Menurut Perspektif Ekonomi Islam. Skripsi UIN
Suska Riau.
Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama Republik
Indonesia.
Al-mawardi. 1973, Al-Ahkam Al-Sutaniyah, Mesir
Andarisma, Tri. 2007, Hukum Pidana, Lampung: Unila Pers.
Anwar. 1989, Hukum Pidana Islam Bagian Khusus (KUHP buku II)
Jilid I, Bandung: Alumni.
Ass-Shiddieqy, Habsy. 2001, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, Semarang:
Pustaka Rezeki.
Departement Agama RI. 2005, Al-Qur‟an dan Terjemhannya
Indonesia, Jakarta: Tim Disbintalat
Chazawi, Adam. 2008, Pembelajaran Hukum Pidana (Bag.I), Jakarta:
Rajawali Pers.
Djamaries, J.ST. 2003, Kamus Besar Bahasa Inggris (KBBI: Inggris-
Indonesia dan Indonesia-Inggris), Jakarta: Citra Harta Prima.
Djazuli. 1996, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Raja Grafindo.
Hakim, Rahmat. 2000, Hukum Pidana Islam, Bandung: PustakaSetia.
Hamzah, Andi. 1994, Azas-Azas Hukum Pidana Islam Edisi Revisi,
Jakarta: Rineka Cipta.
Hanafi. 1976, Asas- Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Irfan, M. Nurul. 2016, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Amzah.
116
Irfan, M. Nurul. dan Masyrofah. 2016 , Fiqh Jinayah, Jakarta: Amzah.
Ismail, Ghoffar. 2006, Laporan Penelitian Reguler Dosen: “Konsep
Sariqah (Pencurian Dalam Prespektif Ulama Klasik dan
Kontemporer), Yogyakarta: UMM Yogyakarta.
J.Rachbini,Didik. 2001,Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya
Manusia, Jakarta:Grasindo.
Kariem, Ridwan. 2017, “Arisan” Hukum Arisan, http://ridwankariem.b
logspot.com. (diakses pada 9 Juli 2018).
Lamintang, PAF. Dan Djisman Samosir. 1988. Delik-delik Khusus
Kejahatan-kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Bandung:
SinarBaru.
Lamintang, PAF. Dan Djisman Samosir. 1979. Delik-delik Khusus
(Kejahatan yang Ditijukan Terhadap Hak Milik dan Lain-
lain Hak yang Timbul dari Hak Milik), Bandung: Tarsito.
Maskun. 2017, Kejahatan Siber (Cyber Crime), Jakarta: Kencana
M. Situmorang, Victor. 1990, Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil,
Jakarta: Rineka Cipta.
Moeljatno. 2000, Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.
Moeljatno. 2002, Asas-asas Hukum Pidana (edisi revisi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Muslich, A. Wardi. 2005, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika.
Nawawi, Badra. 2010, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan
Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta:
Kencana.
Poerwadarminta, Wjs. 2003, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka.
117
Putusan Nomor 1562/Pid.B/2015/PN.Plg
Raharjo, Agus. 2002,Cyber Crime Pemahaman dan Upaya
Pencegahan dan Upaya Berteknologi,Bandung: Citra Aditya
Raharjo, Wasito J. 2013, Pengantar Kajian Globalisasi: Analisis Teori
dan Dampaknya di Dunia Ketiga, Bekasi: Mitra Wacana
Media.
Roesma, Joy. Dan Nadia Mulya. 2013, Kocok (The Untold Stories of
Arisan Ladies and Socialites), Jakarta: GramediaPustaka.
Sianturi. 1983, Tindak Pidana di KUHP berikut Uraiannya, Jakarta:
Alumni.
Soedibroto, R. Soenarto. 2003, KUHP (Dilengkapi Yurisprudensi
Mahkamah Agung Dan HogeRaad), Jakarta: Rajawali Pers.
Soekanto, Soerjono. 1980, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta:
Rajawali Pers.
Soesilo, R. 1985, KRIMINOLOGI (Pengetahuan Sebab-Sebab
Kejahatan), Bogor: Politea.
Soesilo, R. 1991, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta
Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor:
Politea.
Sudarmiyatun, Sri. 2004, Norma-Norma yang ada di Masyarakat,
Bandung: Balai Pustaka.
Sugandhi. 1980, KUHP dengan Penjelasannya, Surabaya: Usaha
Nasional.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.
118
Tongat. 2006, Hukum Pidana Materil Edisi Revisi, Malang: UMM
Press.
Widodo. 2001, Menggunakan UML, Bandung: Informatika
Yusuf, Imaning. 2009, Fiqh Jinayah, Palembang: Rafah Press.
Internet
http://id.m.wikipedia di akses 23 April 2018.
http://tafsirq.com di akses 9 Juli 2018.
http://ibnothman.com di akses 9 Juli 2018.
http://kbbi.web.id di akses 9Juli 2018.
http://m.republika.co.id di akses 9 Juli 2018.
http://hukumonline.com di akses pada 9 Juli 2018.
http://kalteng.prokal.com di akses pada 9 Juli 2018.
http://kompasiana.com di akses pada 9 Juli 2018.
http://ojkgo.id di akses pada 9 Juli 2018.
http://new.okezone.com di akses pada 10 Juli 2018.
http://crimecyber.com di akses pada 10 Juli 2018.
http://batam.tribun.news.com di akses pada 10 Juli 2018.
http://m.detiknews.com di akses pada 10 Juli 2018.
http://beritasatu.com di akses pada 10 Juli 2018
https://pakarhukum.com diakses pada 03 april 2018
119
120
121
122
123
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas diri
Nama : Sri Awalin Sudesti
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang / 23 April 1998
Umur : 20 Tahun
NIM : 14160101
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. R Sukamto Lr. Mesjid No.137
RT.037 Ilir Timur III. Palembang.
Sumatera Selatan.
No. Telp/HP : 081770137721 / 081994278901
B. Nama Orang Tua
1. Ayah : Drs. Rantimin (Alm)
2. Ibu : Arifyana Sudesti
C. Pekerjaan Orang Tua
1. Ayah : -
2. Ibu : Pedagang
D. Riwayat Pendidikan
1. SD Dharmajaya Palembang
2. SMP Negeri 9 Palembang
3. SMA Muhammadiyah 1 Palembang
Palembang, Oktober 2018
Sri Awalin Sudesti