tinjauan mas}lah}ah terhadap penggunaan vaksin …etheses.iainponorogo.ac.id/3812/1/perpus.pdf ·...
TRANSCRIPT
ii
TINJAUAN MAS}LAH}AH TERHADAP PENGGUNAAN VAKSIN
MENINGITIS PADA JEMAAH HAJI DAN UMROH
SKRIPSI
Oleh :
AZIZAH PALUPI SHOFIANA
NIM 210214178
Pembimbing:
Dr. H. AGUS PURNOMO, M.Ag
NIP. 1973080119980310001
JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2018
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi atas nama saudara:
Nama : Azizah Palupi Shofiana
NIM : 210214178
Jurusan : Muamalah
Judul : Tinjauan Mas}lah}ah terhadap Penggunaan Vaksin Meningitis
pada Jemaah Haji dan Umrah
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqosah.
Ponorogo, 8 Mei 2018
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. H. Agus Purnomo, M.Ag
NIP. 1973080119980310001
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Muamalah
Atik Abidah, M.S.I.
NIP. 197605082000032001
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
PENGESAHAN
Skripsi atas nama saudara:
Nama : Azizah Palupi Shofiana
NIM : 210214178
Jurusan : Muamalah
Judul : Tinjauan Mas}lah}ah terhadap Penggunaan Vaksin
Meningitis pada Jemaah Haji dan Umrah
Skripsi ini telah dipertahankan pada sidang muna>qasah Fakultas Syariah Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo pada:
Hari : Senin
Tanggal : 16 Juli 2018
Dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Syariah pada:
Hari : Senin
Tanggal : 23 Juli 2018
Tim Penguji
1. Ketua Sidang : Ika Susilawati, M.M. ( )
2. Penguji : Atik Abidah, M.S.I. ( )
3. Sekretaris : Dr. H. Agus Purnomo, M.Ag. ( )
Ponorogo, 23 Juli 2018
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah
Dr. H. Moh. Munir, Lc., M.Ag.
NIP. 196807051999031001
v
ABSTRAK
Shofiana, Azizah Palupi. 2018. Tinjauan Mas}lah}ah terhadap Penggunaan Vaksin
Meningitis pada Jemaah Haji dan Umrah. Skripsi. Jurusan Muamalah,
Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Dosen
Pembimbing Dr. H. Agus Purnomo, M.Ag.
Kata Kunci: Mas}lah}ah, Vaksin Meningitis.
Pemberian vaksin meningitis merupakan suatu syarat bagi jemaah haji dan
umrah yang akan melakukan ibadah ke tanah suci. Vaksin meningitis yang
digunakan oleh jemaah haji dan umrah adalah Mencevax ACW135Y yang
dirpoduksi oleh Glaxo Smith Kline Beecham Pharmaceutical Belgium pernah
bersentuhan dengan bahan yang tercemar babi. Sehingga menyebabkan terjadinya
pro kontra dalam penggunaan vaksin meningitis. Informasi kehalalan vaksin
meningitis menjadi alasan sebagian calon jemaah haji menolak pemberian vaksin.
Padahal MUI telah mengeluarkan fatwa terkait vaksin meningitis yang halal. Oleh
karena itu kemaslahatan yang terkandung di dalam penggunaan vaksin meningitis
menjadi permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, terdapat dua fokus pembahasan, yakni: 1) Bagaimana
tinjauan mas}lah}ah terhadap tujuan penggunaan vaksin meningitis pada jemaah
haji dan umrah? 2) Bagaimana tinjauan mas}lah}ah terhadap kandungan vaksin
meningitis yang digunakan pada jemaah haji dan umrah?
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) yang
menggunakan data-data kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis isi (content analysis). Pada tahap awal, peneliti akan memaparkan teori
dan data sesuai dengan rumusan masalah, kemudian mengklasifikasikan mas}lah}ah yang terkandung dalam penggunaan vaksin meningitis pada jemaah haji dan
umrah.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut
bahwa tujuan penggunaan vaksin meningitis merupakan kategori ma}slah}ah d}aru>ri>yah di mana melakukan vaksin meningitis tersebut termasuk dalam kategori
menjaga kesehatan jiwa sekaligus menjaga keselamatan agama. Apabila jemaah
haji dan umrah dapat menjaga kesehatan jiwa maka mereka dapat beribadah
dengan lancar sehingga keselamatan agama juga tercapai. Serta penggunaan
vaksin meningitis yang mengandung unsur babi dalam vaksin meningitis ini
termasuk dalam kriteria mas}lah}ah mursalah, yang dirasa ketentuan itu cocok
dengan akal sedang dalil baik dari al qur’a>n maupun h}adi>th yang menunjukkan
kebolehan penggunaan vaksin meningitis yang mengandung unsur babi tidak
terdapat. Namun terdapat kaidah fiqhi>yyah yang mendukung sehingga
penggunaan vaksin meningitis yang mengandung unsur babi dapat dibenarkan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang merupakan salah satu
ibadah pokok yang menyempurnakan kelima rukun tersebut. Meskipun
demikian Allah SWT tidak mengharuskan umatnya berhaji kecuali
diwajibkan bagi mukallaf yang mampu baik secara finansial maupun
psikologi, namun setiap muslim selalu berusaha untuk melaksanakannya,
minimal satu kali seumur hidup.1
Haji secara bahasa yaitu al qa>sdu atau menyengaja. Sedangkan dari
segi istilah berarti mendatangi baytulla>h (Ka'bah) untuk melakukan beberapa
amalan ibadah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada waktu
tertentu pula, menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh syara', semata-mata
mencari ridho Allah SWT.2 Tetapi ibadah haji tersebut dapat digantikan
dengan ibadah umrah jika seseorang muslim belum mampu untuk melakukan
haji. Umrah artinya menyengaja mengunjungi baytulla>h dalam rangka
melaksanakan amalan-amalan umrah. Umrah disebut juga dengan haji kecil.3
Dalam melaksanakan haji maupun umrah setiap muslim harus
memenuhi rukun dan syarat-syarat ibadah haji dan umrah. Salah satu syarat
1 Isnatin Ulfah, Fiqih Ibadah Menurut Al-Qur'an, Sunnah dan Tinjauan Berbagai
Madzhab (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2009),193. 2 Al-Faqih Abdul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd, Bidayatul
Mujtahid analisa Fiqih Para Mujtahid (Jakarta: Pustaka Amani, 2007) 3 Musthafa Kamal Pasha dkk, Fikih Islam Sesuai Dengan Putusan Majelis Tarjih
(Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2002), 205.
2
yang harus terpenuhi dalam haji dan umrah yaitu mampu. Maksudnya mampu
yaitu kemampuan fisik untuk perjalanan menuju Makkah dan mengerjakan
kewajiban-kewajiban haji dan umrah serta perjalanan yang aman ketika pergi
dan pulang, terhadap jiwa dan harta seseorang.
Sebagai salah satu syarat menjadi seorang jemaah haji dan umrah
dikatakan mampu, mampu tidak hanya secara finansial tetapi juga dalam
bentuk kesehatan, maka untuk menjaga kesehatan dan keamanan jiwa setiap
perjalanan haji dan umrah calon jemaah diwajibkan oleh pemerintah Arab
Saudi untuk melakukan vaksinasi terlebih dahulu, gunanya adalah
memperkuat antibodi setiap jemaah ketika berada di Mekkah, Arab Saudi,
sebab daerah tersebut sangat rentan dengan penyakit yang bernama
meningitis.4
Sejak tahun 2002, Kementerian Kerajaan Arab Saudi telah
mengharuskan negara-negara yang mengirimkan jemaah haji untuk
memberikan vaksinasi meningitis meningokokus dan menjadikannya syarat
pokok dalam pemberian visa haji dan umrah. Kebijakan ini diperbaharui
dengan Nota Diplomatik Kedubes Kerajaan Saudi Arabia di Jakarta No
211/94/71/577 tanggal 1 Juni 2006 yang ditujukan kepada Departemen Luar
Negeri tanggal 7 Juni 2006. Isinya memastikan suntik meningitis (vaksinasi
meningitis meningokokus ACYW 135) bagi semua jemaah haji, umrah, dan
bahkan TKW/TKI yang akan masuk ke Arab Saudi.5
4 Sri Rezeki, Panduan Imunisasi Anak (t.tp.: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011), 72. 5M Shiddiq Al-Jawi, "Hukum Vaksin Meningitis Untuk Jemaah Haji," dalam
http://www.republika.co.id/ , (diakses pada tanggal 21 Januari 2018, jam 11.00).
3
Meningitis adalah penyakit radang otak yang disebabkan masuknya
bakteri Nisseria Meningitidis melalui udara yang menyebabkan sakit berat,
radang selaput otak, dan pneumonia. Selain mencegah seseorang menjadi
pembawa (carrier) vaksinasi dimaksudkan menghilangkan bakteri dari tubuh
asalkan imunitas dalam keadaan baik.6 Beberapa negara di Afrika, Amerika
Utara, Amerika Latin, dan Selandia Baru adalah endemis meningitis
meningokokus. Selama berhaji, kemungkinan terjadi kontak atau perpindahan
bakteri lewat air liur atau udara dengan carrier meningitis.7
Melakukan vaksin bagi calon jemaah haji bukan hanya melindungi
mereka yang akan berkunjung tapi juga negara asal tujuan kembalinya
jemaah setelah berhaji maupun umrah. Bila tak divaksin, mereka yang
terjangkit bakteri bisa menjadi carrier dan membawa bakteri ke populasi
yang lebih besar.8
Vaksin meningitis yang digunakan jemaah haji dan umrah sempat
hangat dibicarakan. Ketika pemerintah Arab Saudi mengumumkan wajibnya
setiap jemaah yang akan menunaikan ibadah haji dan umrah untuk melakukan
vaksinasi meningitis. Berita yang juga ikut menyebar secara cepat yaitu
vaksin meningitis dalam pembuatannya menggunakan enzim dari babi. Tentu
menimbulkan reaksi dari masyarakat Indonesia.9
6 Rezeki, Panduan Imunisasi, 70. 7 "Selamatkan Jemaah Haji dan Umroh Dari Bahaya Meningitis Meningokokus," dalam
www.depkes.go.id/ , (diakses pada tanggal 21 Januarai 2018, jam 13.00). 8 Anda Nurlaila, "Pentingnya Vaksin Meningitis Sebelum Ibadah Haji," dalam
http://www. pentingnyavaksin-meningitis-sebelum-ibadah-haji.htm/ , (diakases pada tanggal 21
Januari 2018, jam 15.00). 9 Raehanul Bahraen, Vaksinasi Mubah Dan Bermanfaat (Yogyakarta: Pustaka Muslim,
2016), 99.
4
Majelis Ulama Indonesia (MUI) di dalam Fatwa Majelis Ulama
Indonesia Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Vaksin Meningitis Bagi
Jemaah Haji Dan Umrah mengungkapkan bahwa Tim auditor Glaxo Smith
Kline Beecham Pharmaceutical Belgium mengakui antara lain dalam proses
poduksi vaksin meningitis Mencevax ACW135Y di perusahaan ini pernah
bersentuhan dengan bahan yang tercemar babi.10 Di mana hewan yang
bernama babi sudah dihukumi haram oleh Allah SWT. Sehingga
menyebabkan terjadinya pro kontra dalam penggunaan vaksin meningitis.
Informasi kehalalan vaksin meningitis menjadi alasan sebagian calon jemaah
haji menolak pemberian vaksin.11 Namun, pada tahun 2010 keluarlah fatwa
baru yang menyatakan vaksin meningitis yang diproduksi Novartis Vaccine
and Diagnostics S.r.i dan yang diproduksi Zheijiang Tianyuan Bio
Pharmaceutical Co.Ltd halal menurut laporan tim audit MUI.
Sebagai konsekuensi dari permasalahan tersebut di atas, terdapat
beberapa jemaah haji dan umrah yang menolak untuk diberikan vaksin
meningitis, misalnya, pada tahun 2014 terdapat calon jemaah haji yang
menolak untuk divaksin meningitis karena menganggap vaksin tersebut
mengandung lemak babi. Sehingga menolak untuk melakukan suntik
meningitis karena tidak mau tubuhnya diberi zat yang tidak halal.12
10 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Vaksin
Meningitis Bagi Jemaah Haji Dan Umrah 11 Diar Herwati, "Analisis Obat Halal Menggunakan Poly Chain Reaction Real Time
(PCR RT)," dalam https://www.unisba.ac.id/ , (diakses pada tanggal 20 Januari 2018, jam 14.30). 12 Bilal Ramadhan, "Calhaj Sempat Tolak Vaksin Meningitis," dalam
http://www.republika.co.id/ , (diakses pada tanggal 20 Januari 2018, jam 14.00).
5
Ada juga alasan lain sehingga jemaah haji yang menolak untuk
divaksin karena menganggap tubuhnya sudah kuat sehingga tidak perlu
melakukan vaksin meningitis. Selain hal itu ada beberapa jemaah haji yang
takut untuk disuntik.13
Terlepas dari permasalahan penggunaan vaksin meningitis pada
jemaah haji dan umrah, penulis akan menjabarkan bagaimana tinjauan
mas}lah}ah yang terkait penggunaan vaksin meningitis pada jemaah haji dan
umrah. Mas}lah}ah secara harfiah berarti manfaat, mewujudkan manfaat dan
menghilangkan kerugian. Sedangkan menurut istilah para us}u>l mas}lah}ah
adalah bentuk perbuatan yang bermanfaat yang telah diperintahkan oleh syari'
(Allah) kepada hamba-Nya untuk memelihara agama, jiwa, akal, keturunan
dan harta benda mereka.14
Mas}lah}ah dalam khazanah keilmuan us}u>l fi>qh, kata tersebut menjadi
sebuah istilah teknis yang berarti "Berbagai manfaat yang dimaksudkan syar'i
dalam penerapan hukum bagi para hamba-hambanya yang mencakup tujuan
untuk memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta kekayaan, serta
mencegah hal-hal yang dapat mengakibatkan luputnya seseorang dari kelima
kepentingan tersebut". Sebagaimana halnya metode analisa yang lain,
mas}lah}ah juga merupakan metode pendekatan istinba>t (penggalian hukum)
13 Laporan Wartawan Tribun Medan, " Dua Jemaah Menghindar Divaksin Meningitis,"
dalam http://www.tribunnews.com/ , (diakses pada tanggal 21 Januari 2018, jam 11.00). 14 Muhammad Ma'sum Zain, Ilmu Ushul Fiqh (Jombang: Darul Hikmah, 2008), 116.
6
yang mekanismenya tidak diatur eksplisit dalam al qur’a>n dan h}adi>th. Hanya
saja, metode ini menekankan mas}lah}ah pada realitas secara langsung.15
Selain sebagai tujuan tasyri' Islami, mas}lah}ah juga dipandang sebagai
salah satu landasan dasar tasyri' Islami. Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya bahwa sistem hukum Islam ditegakkan atas prinsip-prinsip
meniadakan kesulitan, kemaslahatan manusia secara umum, dan mewujudkan
keadilan yang menyeluruh. Lebih dari itu juga dipandang sebagi sumber
hukum, dalam arti bahwa dari pertimbangan mas}lah}ah itulah hukum-hukum
diistinba>tkan. Dengan kata lain, setiap ketentuan hukum yang telah
digariskan oleh syari' adalah bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi
manusia.16
Oleh sebab itu menolak kepentingan umum berarti membekukan
syari'at, karena dalam kenyataannya tidaklah mudah bila mana terjadi
pertumbuhan beberapa kepentingan umum dalam bentuk yang berbeda-beda
hanya berdasarkan dalil-dalil tertentu. Dengan demikian, keberadaan
mas}lah}ah dapat dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam membuat
ketentuan hukum yang hasilnya tidak berbenturan dengan syariah dan
kesempurnaannya.17
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan melakukan penelitian
dalam skripsi yang berjudul, "Tinjauan Mas}lah}ah terhadap Penggunaan
Vaksin Meningitis pada Jemaah Haji dan Umrah".
15 Ahmas Khusairi, Evolusi Ushul Fiqh Konsep dan Pengembangan Metodologi Hukum
Islam (Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta, 2013),79-80. 16 Asmawi, Perbandingan Ushu Fiqh (Jakarta: Amzah, 2013),15-16. 17 Ma'shum Zein, Arus Pemikiran, 85.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal
yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana tinjauan mas}lah}ah terhadap tujuan penggunaan vaksin
meningitis pada jemaah haji dan umrah?
2. Bagaimana tinjauan mas}lah}ah terhadap kandungan vaksin meningitis yang
digunakan pada jemaah haji dan umrah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui tinjauan mas}lah}ah terhadap tujuan penggunaan vaksin
meningitis pada jemaah haji dan umrah.
2. Untuk mengetahui tinjauan mas}lah}ah terhadap kandungan vaksin
meningitis yang digunakan pada jemaah haji dan umrah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat baik dalam teoritis maupun
praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Adanya penelitian ini diharapkan bisa memberi pemahaman baru
dan menambah khazanah ilmu-ilmu keislaman. Serta penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam upaya pengembangan
pemikiran dalam bidang us}u>l fiqh, juga sebagai bahan kajian untuk
8
dikembangkan lebih lanjut dalam penelitian selanjutnya mengenai
penggunaan vaksin meningitis pada jemaah haji dan umrah.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah
wawasan bagi penulis dan bagi masyarakat pemahaman tentang
penggunaan vaksin meningitis terhadap jemaah haji dan umrah. Penelitian
ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi masyarakat khususnya
bagi pembaca tentang konsep mas}lah}ah yang terdapat dalam penggunaan
vaksin meningitis.
E. Telaah Pustaka
Kajian pustaka berisi tentang uraian sistematis mengenai hasil-hasil
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu dan
memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.
Berdasarkan penelusuran literatur yang berkaitan dengan vaksin meningitis
peneliti menemukan beberapa karya tulis ilmiah yang membahas tentang
vaksin meningitis. Adapun karya tulis ilmiah tersebut antara lain:
Abdul Supyan dengan judul skripsi "Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Praktik Vaksinasi Meningitis Oleh Jemaah Umrah Di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang Tahun 2016". Skripsi ini menyoroti
masalah minat warga Indonesia dalam melaksanakan umrah sangatlah tinggi
setiap tahunnya hal tersebut berkaitan dengan masa tunggu haji yang semakin
lama sehingga umrah menjadi alternatif untuk beribadah ke tanah suci. Arab
Saudi merupakan negara endemik meningitis meningokokus, oleh karena itu
9
sebagai pencegahan setiap warga Indonesia yang ingin pergi ke Arab Saudi
untuk melakukan ibadah haji atau umrah perlu melakukan suntik vaksin
meningitis. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah jemaah umrah dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 96 jemaah
umrah dengan teknik konsekutif sampling. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah hasil penelitian ini menunjukkan terdapat satu variabel yang
berhubungan yaitu pada variabel keterjangkauan lokasi dengan praktik
vaksinasi meningitis oleh jemaah umrah yaitu dengan nilai p value 0,023
sedangkan empat variabel lainya meliputi pengetahuan, sikap, kualitas
pelayanan dan sikap petugas kesehatan tidak ada hubungan dengan praktik
vaksinasi meningitis yang dilakukan oleh jemaah umrah.18
Mutia Ika Ardiyantari dengan judul skripsi, "Transparansi Pelayanan
Dalam Vaksinasi Meningitis Calon Jemaah Umrah (Studi Di KKP Kelas II
Probolinggo Wilker Pelabuhan TanjungWangi)". Skripsi ini menyoroti
masalah kemungkinan terjadinya praktik KKN di Pemerintahan Indonesia
pada salah satu kantor pelayanan publik di bidang kesehatan. Saat ini
pemerintah Arab Saudi telah mewajibkan vaksinasi bagi seluruh masyarakat
yang ingin berkunjung ke negaranya. Di Indonesia kantor yang melayani
vaksinasi adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan. Peneliti mengambil penelitian
di KKP Kelas II Probolinggo Wilker Pelabuhan TanjungWangi dengan tujuan
ingin mengetahui tingkat transparansi yang dijalankan dalam pelayanan
18 Abdul Supyan, "Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Vaksinasi
Meningitis Oleh Jemaah Umrah Di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang Tahun 2016 ,"
Skripsi (Semarang: Universitas Dian Nuswantoro, 2016), xi.
10
vaksinasi bagi calon jemaah umrah. Skripsi ini menggunakan pendekatan
kualitatif, dengan jenis penelitian lapangan. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah bahwa transparansi administrasi pada pelayanan vaksinasi di KKP
TanjungWangi tidak transparan. Kurangnya partisipasi pasien jemaah umroh
dalam menanyakan informasi kepada petugas vaksin. Dan petugas vaksin
juga tidak menjelaskan apa yang diperlukan pasien ketika proses penyuntikan
pasien berjalan. Selain itu dalam peraturan Kemenkes dokter bertindak
sebagai pengawas kegiatan vaksinasi meningitis, pada kenyataannya
dilapangan tidak ditemukan adanya dokter hanya perawat saja.19
Nurul Slamet Awalludin dengan judul skripsi, "Analisis Fatwa MUI
No 6 Tahun 2010 (Tentang Penghalalan Vaksin Meningitis bagi Calon
Jama’ah Haji Indonesia)". Skripsi ini menyoroti permasalahan yang
difatwakan oleh MUI adalah masalah-masalah yang dianggap memliki
dampak besar terhadap umat Islam, seperti fatwa tentang vasektomi, SDSB,
Penghalalan vaksin meningitis bagi calon jamaah haji dan masih banyak
fatwa fatwa lainnya. Apakah fatwa tersebut murni untuk kemaslahatan umat
ataukah ada intervensi dari pihak lain yang berkepentingan. Penelitian dalam
skripsi ini merupakan jenis penelitian Analitik Deskriftif. Penulis
menggunakan teknik pengumpulan data literer atau library research (studi
pustaka). Kesimpulan dari penelitian ini adalah analisis fatwa MUI adalah
menggunakan konsep maqāshid al-syarī’ah, yaitu konsep penetapan hukum
yang memberikan prioritas pada aspek kemaslahatan (al-maslahāt al-
19 Mutia Ika Ardiyantari, "Transparasi Pelayanan Dalam Vaksinasi Meningitis Calon
Jemaah Umrah (Studi Di KKP Kelas II Probolinggo Wilker Pelabuhan TanjungWangi Kabupaten
Banyuwangi)," Skripsi (Jember: Universitas Jember, 2014), viii.
11
‘āmmah). Konsep maqāshid al-syarī’ah (tujuan Hukum Islam) merupakan
konsep penetapan hukum yang telah lama ada. Namun demikian, hal yang
membedakannya adalah bahwa konsep ijtihad. Karena biasanya ada
perbedaan pendapat antara MUI pusat dengan MUI daerah aspek yang
dominan dalam pertimbangan penetapan hukum adalah MUI Pusat, dengan
catatan apabila ada perbedaan pandangan antara MUI Pusat dan MUI Daerah
harus dimusyawarahkan untuk diambil jalan tengahnya. Metodologi MUI
didalam mengeluarkan sebuah fatwa, yaitu metode istinbath hukum yang
didukung dengan pendekatan kultural (sosio-kultural). Metode pertama yaitu,
metode yang digunakan MUI untuk membangun hubungan struktur hukum
yang berpedoman pada gabungan antara Qur’an, Sunnah,ijmā’ ulama dan
kaidah fikih.20
Sedangkan penelitian yang penulis lakukan dalam skripsi ini
meskipun dalam tema yang serumpun namun memiliki perbedaan dengan
karya-karya di atas. Secara khusus, tulisan ini akan fokus terhadap
penggunaan vaksin meningitis pada jemaah haji dan umrah. Menggolongkan
dan mengetahui tingkatan mas}lah}ah yang termuat dalam vaksin meningitis
pada jemaah haji dan umrah.
20 Nurul Slamet Awalludin, "Analisis Fatwa MUI No 6 Tahun 2010 (Tentang Penghalalan
Vaksin Meningitis bagi Calon Jama’ah Haji Indonesia)," Skripsi (Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia, 2010).
12
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) di
mana obyek dan data diperoleh dari material-material yang bersifat
perpustakaan, seperti buku, majalah, naskah, catatan, kisah sejarah,
dokumentasi, web, dan lain-lain.21 Sedangkan pendekatan penelitian ini
adalah kualitatif, dalam arti mencari kedalaman analisis dan bukan
keluasannya (representativ).
2. Data dan Sumber Data
a. Data
Data dalam penelitian ini adalah bahan-bahan kepustakaan
berupa buku, majalah, jurnal dan website.
b. Sumber Data
Karena penelitian ini merupakan penelitian pustaka, maka
penelitian menggunakan sumber data yaitu buku-buku yang berkaitan
dengan vaksin meningitis.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa buku, catatan, transkrip, majalah, surat
kabar dan lain sebagainya. Di dalam metode pengumpulan data
dokumentasi, terdapat terdapat dua tipe dokumen yaitu dokumen internal
21 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 129.
13
dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman,
instruksi atau aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan
dalam kalangan sendiri. Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan-
bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya
majalah, pernyataan dan dapat pula berupa berita yang disiarkan dalam
media massa.22
4. Analisis Data
Karena jenis penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka
(library research) maka seluruh data yang diperoleh berasal dari
dokumentasi, seperti buku, majalah, jurnal, website, dan lain
sebagainya23. Data yang sudah terkumpul, selanjutnya dipilih yang paling
relevan sesuai dengan obyek pembahasan menggunakan cara analisis isi
(content analyze).24
G. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab untuk mendapatkan
gambaran yang jelas serta mempermudah dalam pembahasan secara global
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memberikan penjelasan secara umum
mengenai latar belakang masalah yang mendasari
diadakannya penelitian, rumusan masalah, tujuan
22 Lexy J. Moleong, Metodologo Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013), 219. 23 Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Muamalah (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010),
6. 24 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar (Jakarta: Indeks, 2012), 77.
14
penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II GAMBARAN UMUM MAS}LAH}AH
Dalam bab ini akan dibahas meliputi teori maslahah, yang
meliputi: pengertian mas}lah}ah, macam-macam mas}lah}ah,
dasar hukum mas}lah}ah, dan aplikasi mas}lah}ah dalam
hukum Islam.
BAB III PENJELASAN VAKSIN MENINGITIS PADA JEMAAH
HAJI DAN UMRAH
Sebagai obyek analisis dari bab sebelumnya yang
dikhususkan membahas tentang vaksin meningitis. Pada
bab ini membahas tentang vaksin, meningitis, vaksin
meningitis, kebijakan penggunaan vaksin meningitis pada
jemaah haji dan umrah.
BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH TERHADAP PENGGUNAAN
VAKSIN MENINGITIS PADA JEMAAH HAJI DAN
UMRAH
Merupakan komponen terpenting dalam skripsi yang
membahas tentang analisis konsep mas}lah}ah terhadap
penggunaan vaksin meningitis pada jemaah haji dan umrah.
Tentang vaksin meningitis yang meliputi: tinjauan mas}lah}ah
terhadap tujuan penggunaan vaksin meningitis pada jemaah
haji dan umrah, dan tinjauan mas}lah}ah terhadap kandungan
15
dalam vaksin meningitis yang digunakan pada jemaah haji
dan umrah.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan atau hasil dari penelitian ini dan
saran dari penulis terhadap perkembangan penelitian ke
depannya.
16
BAB II
KONSEP MAS{LAH{AH
A. Teori Mas}lah}ah
1. Pengertian Mas}lah}ah
Secara etimologis, mas}lah}ah adalah kata tunggal dari lafadz
mas}o>lih}. yang pada hakikatnya sama dengan kata s}aluh}a yang mempunyai
arti mendatangkan kebaikan.1 Kata mas}lah}ah ini diambil dari al-s}alah}
(kebaikan, kegunaan, validitas dan kebenaran), yang berarti bahwa sesuatu
berada dalam bentuk yang sempurna sesuai dengan tujuan atau sasaran
yang dimaksudkan.2
Pengarang kamus Lisan Al 'Arab menjelaskan dua arti yaitu, al-
mas}lah}ah yang berarti al-shalah dan al- mas}lah}ah yang berarti bentuk
tunggal dari al- mas}o>lih}. Semuanya mengadung arti adanya manfaat baik
secara asal maupun melalui suatu proses, seperti menghasilkan kenikmatan
dan faedah, ataupun pencegahan dan penjagaan, seperti menjauhi
kemadharatan dan penyakit. Semua itu dikatakan mas}lah}ah.3 Mas}lah}ah
itu berkenaan dengan hajat hidup manusia, baik bentuk agama, jiwa, akal,
keturunan, harga diri, maupun harta. Oleh karena itu, dalam keadaan tidak
ditemukan hukumnya dalam al qur’a>n maupun Sunah Nabi dapatkah
hukum syara' atau fiqh ditetapkan dengan pertimbangan mas}lah}ah itu.4
1 Ahwan Fanani, Evolusi Ushul Fiqh: Konsep dan Pengembangan Metodologi Hukum
Islam (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), 79. 2 Miftahul Huda, Filsafat Hukum Islam (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2006), 114.
3 Juhaya S Praja, Ilmu Ushul Fiqh (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 117.
4 Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Ushul Fiqh (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012),
65.
17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa mas}lah}ah artinya
sesuatu yang mendatangkan kebaikan, faedah, guna. Sedangkan kata
kemaslahatan berarti kegunaan, kebaikan, manfaat, kepentingan.
Sementara kata "manfaat" juga diartikan sebagai kebalikan atau lawan kata
"mudarat" yang berarti rugi atau buruk.5
Secara terminologi shar'i mas}lah}ah dapat diartikan sebagai sebuah
manfaat yang dikehendaki oleh Allah SWT untuk para hambaNya berupa
pemeliharaan agama, jiwa, akal, keturunan, harta benda dan tingkat
signifikasi yang berbeda satu sama lain. Manfaat itu berarti berupa suatu
kenikmatan atau sesuatu yang dapat menjadi alat/ sarana untuk mencapai
kenikmatan tersebut, begitu juga upaya mempertahankannya dengan
menolak atau menghindari sesuatu yang merugikan.6
Dalam Surat Yu>nus [10]: 18 Allah berfirman,
5 Muhammad Mufid, Ushul Fiqh Ekonomi Dan Keuangan Kontemporer (Jakarta:
Prenada Media Group, 2016), 117. 6 Malthuf Siroj, Paradigma Ushul Fiqh (Yogyakarta: CV Pustaka Ilmu Grup
Yogyakarta, 2013), 12. 7 Departemen Agama RI, Robbani Al-Qur'an Per Kata Tajwid Warna (Jakarta Timur: PT
Surya Primsa Sinergi, 2012), 211.
18
"Dan mereka menyembah selain dari pada Allah apa yang tidak
dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat
kepada kami di sisi Allah." Katakanlah, "Apakah kamu mengabarkan
kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula)
di bumi?" Maha suci Allah dan Maha tinggi dari apa yang mereka
mempersekutukan (itu).(Surat al-Yu>nus (10): 18) 8
Sedangkan secara terminologi, para ahli ‘us}ul berbeda-beda redaksi
dalam mendefinisikannya, di antaranya:
Pada dasarnya mas}lah}ah adalah meraih kemanfaatan atau menolak
kemadaratan.
Mas}lah}ah adalah bentuk perbuatan yang bermanfaat yang telah
diperintahkan oleh syari’ (Allah) kepada hamba-Nya untuk memelihara
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda mereka. 9
Secara lebih tegas mas}lah}ah dijelaskan oleh al-Ghaza>li> di abad ke-
12. Penjelasannya sebagai berikut:
Pada dasarnya, ia (mas}lah}ah) merupakan ungkapan untuk mencari hal-hal
yang bermanfaat atau untuk menghilangkan sesuatu yang merugikan.
Tetapi arti ini bukanlah yang kami maksudkan, sebab mencari
kemanfaatan dan menghilangkan kerugian adalah tujuan-tujuan (maqasid)
yang dituju oleh penciptaan dan yang diwujudkan oleh kebaikan
penciptaan dalam merealisasikan tujuan-tujuannya. Apa yang kami
maksudkan dengan mas}lah}ah adalah memelihara tujuan shari>'ah, yang
mencakup lima hal: memelihara agama, kehidupan, akal, keturunan dan
harta benda. Yang memastikan terpeliharanya lima prinsip ini adalah
8 Jamal al-Banna, Manifesto Fiqh Baru 3 (t.tp.: Erlangga 1997), 61.
9 Muhammad , Ilmu Ushul, 116.
19
mas}lah}ah dan yang merugikan terpeliharanya adalah mafsadat, dan
menghilangkan hal-hal yang merugikan itu adalah mas}lah}ah.
Senada dengan al-Ghaza>li> dan mayoritas ulama, Al sha>t}ibi
berpendapat bahwa mas}lah}ah harus tetap berdasarkan pada atau sejalan
dengan tujuan nas}s} baik al qur’a>n maupun h}adi>th bukan kepada
kepentingan manusia. Sebab menurut Al sha>t}ibi jika berdasasrkan pada
kepentingan manusia akan mudah atau terperangkap pada hawa nafsu.
Pendapat-pendapat tersebut menegaskan bahwa meski mas}lah}ah dapat
dipakai sebagai sumber hukum, namun dalam kerangka pendapat ini, ia
harus tetap berada dalam bingkai syariat.10
Jala>luddi>n Abdurrahman secara tegas menyebutkan bahwa
mas}lah}ah dengan pengertian yang lebih umum dan yang dibutuhkan itu
ialah semua apa yang bermanfaat bagi manusia baik yang bermanfaat
untuk meraih kebaikan dan kesenangan maupun yang bersifat untuk
menghilangkan kesulitan dan kesusahan.
Sementara itu, menurut Ibn Taymi>yah sebagaimana dikutip oleh
Imam Abu Zahra, bahwa yang dimaksud dengan mas}lah}ah ialah
pandangan mujtahid tentang perbuatan yang mengandung kebaikan yang
jelas dan bukan perbuatan yang berlawanan dengan hukum syara'.
Dari kedua definisi di atas, baik yang dikemukakan oleh Jalaludin
Abdurrahman dan Ibn Taymi>yah mengandung maksud yang sama. Artinya
mas}lah}ah yang dimaksudkan adalah kemaslahatan yang menjadi tujuan
10
Mudhofir Abdullah, Masail Fiqhiyyah Isu-isu Fikih Kontemporer (Yogyakarta: Teras,
2011), 95-96.
20
shara' bukan kemaslahatan yang semata-mata berdasarkan keinginan dan
hawa nafsu manusia. Sebab, disadari sepenuhnya, bahwa tujuan
pensyariatan hukum tidak lain adalah untuk merealisir kemaslahatan bagi
manusia dalam segala segi dan aspek kehidupan mereka di dunia dan
terhindar berbagai bentuk yang bisa membawa kepada kerusakan. Dengan
kata lain, setiap ketentuan hukum yang telah digariskan oleh shara' adalah
bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi manusia. 11
2. Klasifikasi Mas}lah}ah
Para ahli ushul bersepakat untuk mengatakan bahwa mas}lah}ah
dapat dibagi menjadi beberapa bagian menurut sudut pandang masing-
masing, di antaranya:
a. Berdasarkan tingkatannya, mas}lah}ah dapat dibagi ke dalam tiga
tingkatan yaitu:
1) Mas}lah}ah D{aru>riyah
Mas}lah}ah d{aru>riyah yaitu mas}lah}ah yang berkaitan
dengan penegakan atau kepentingan agama dan dunia, dimana
tanpa kedatangannya akan menimbulkan cacat dan cela. Ini
merupakan dasar utama bagi beberapa mas}lah}ah lain.12
Pengabaian terhadap mas}lah}ah d}aru>riyah dapat berakibat pada
terganggunya kehidupan dunia, hilangnya kenikmatan dan
turunnya azab di akhirat.13 Usaha mewujudkan mas}lah}ah dapat
11
Romli, Studi Perbandingan Ushul Fiqh (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014), 219-220. 12
Ma'sum Zein, Ilmu Ushul Fiqh, 199. 13
Suwarjin, Ushul Fiqh ( Yogyakarta: Penerb it Teras, 2012), 142
21
dilakukan dengan dua cara. Pertama, aktif dengan melakukan
segala sesuatu yang dapat mendukung terwujudnya mas}lah}ah
tersebut. Kedua, pasif dengan meninggalkan segala sesuatu yang
mengganggu segala perwujudannya.14
Mas}lah}ah d}aru>riyah disyariatkan untuk melindungi dan
menjamin kelestarian agama, melindungi jiwa, melindungi akal,
melindungi keturunan, dan melindungi harta. Umumnya para
pakar us}u>l fiqh, berpendapat bahwa kelima aspek yang termasuk
dalam lingkup mas}lah}ah d}aru>riyah yang disebutkan di atas tadi,
merupakan mas}lah}ah yang paling asasi. Kelima macam mas}lah}ah
ini harus dipelihara dan dilindungi. Karena jika terganggu akan
mengakibatkan rusaknya sendi-sendi kehidupan.15
Untuk melindungi agama Allah mensyariatkan bermacam-
macam ibadah, mengharamkan perbuatan murtad. Dan untuk
melestarikannya Islam mensyariatkan dakwah Islamiyah, jihad
melawan orang yang berusaha menghancurkan agama, serta
melarang pemberian fatwa-fatwa hukum yang bertentangan
dengan al qur’a>n dan h}adi>th.
Untuk melindungi jiwa Allah melarang pembunuhan,
melarang segala perbuatan yang membahayakan jiwa, Islam juga
mensyariatkan kewajiban pemenuhan kebutuhan biologis. Dan
untuk melestarikannya Islam mewajibkan makan sesuatu yang
14
Siroj, Paradigma Ushul Fiqh, 30. 15
Romli, Studi Perbandingan , 221.
22
dapat menyehatkan dan dapat memberi ketahanan terhadap jiwa
tersebut, menghukum orang yang berbuat sewenang-wenang
kepadanya serta melarang segala macam perbuatan yang dapat
merugikannya.
Untuk melindungi akal, Allah mengharamkan meminum
minuman keras dan menghukum orang yang melakukannya,
mewajibkan menuntut ilmu dan lain- lain. Untuk melindungi
keturunan, Islam mensyariatkan perkawinan, dan untuk
melestarikannya Islam mengharamkan perzinaan dan tuduhan
berbuat zina, abortus.
Sedang untuk melindungi harta, Islam mensyariatkan
segala bentuk muamalah dan mengharuskan mencari sumber
penghidupan. Dan untuk memelihara Islam melarang pencurian
dan menghukum pelakunya, melarang perusakan harta orang lain,
dan mencegah orang yang tidak cakap melakukan tindakan-
tindakan hukum atas harta kekayaannya.16
2) Mas}lah}ah H{a>jjiyah
Mas}lah}ah h}a>jjiyah adalah kemaslahatan yang tingkat
kebutuhan manusia kepadanya tidak pada tingkatan d}aru>riyah.
Bentuk kemaslahatannya tidak secara langsung bagi pemenuhan
kebutuhan pokok yang lima , tetapi secara tidak langsung menuju
16
Siroj, Paradigma Ushul Fiqh, 31-33.
23
ke arah sana seperti dalam hal yang memberi kemudahan bagi
pemenuhan kebutuhan hidup manusia.17
Mas}lah}ah h}a>jjiyah dibutuhkan untuk menghilangkan
kesukaran dalam kehidupan mukallaf dan memberikan
kelonggaran. Ini merupakan penyangga dan penyempurnaan bagi
kepentingan primer.18 Mas}lah}ah h}a>jjiyah ini tidak rusak dan
terancam, tetapi hanya menimbulkan kepicikan dan kesempitan,
dan h}a>jjiyah ini berlaku dalam lapangan ibadah, adat, muamalah,
dan bidang jinayat.
Dalam hal ibadah misalnya diberi keringanan meringkas
shalat dan berbuka puasa bagi orang yang musafir, dalam hal adat
dibolehkan berburu binatang dan memakan makanan yang baik-
baik, dalam hal ibadah dibolehkan melakukan jual beli pesanan
(bay' as salam), kerja sama dalam bidang pertanian dan
perkebunan, dalam hal jinayat menolak hudud lantaran kesamaan-
kesamaan pada perkara.19
Sebaliknya ada perbuatan yang secara tidak langsung akan
berdampak pada pengurangan atau perusakan lima kebutuhan
pokok seperti, menghina agama berdampak pada memelihara
agama, mogok makan pada memelihara jiwa, minum dan makan
yang merangsang pada memelihara akal, melihat aurat dalam
17
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2 Cetakan Pertama ( Jakarta: PT Logos Wacana
Ilmu, 1999 ), 322. 18
Ma'sum Zein, Ilmu Ushul, 119. 19
Khairul Ummam, Ushul Fiqh 1 (Bandung: CV Pustaka Set ia, 1998), 140.
24
pada memelihara keturunan, dan menipu akan berdampak pada
memelihara harta. Semuanya adalah baik atau mas}lah}ah dalam
tingkat h}a>jjiyah.20
3) Mas}lah}ah Tah}si>niyah
Mas}lah}ah tah}si>niyah adalah kemaslahatan yang sifatnya
pelengkap berupa keleluasaan yang dapat melengkapi
kemaslahatan sebelumnya. Atau yang mas}lah}ah kebutuhan hidup
manusia kepadanya tidak sampai pada tingkatan d}aru>riyah, juga
tidak sampai pada tingkatan h}a>jjiyah, namun kebutuhan tersebut
perlu dipenuhi dalam rangka memberi kesempurnaan dan
keindahan bagi kehidupan manusia.21 Mas}lah}ah tah}si>niyah itu
mengambil apa-apa yang sesuai dengan apa yang terbaik dari
kebiasaan dan menghindari cara-cara yang tidak disenangi oleh
orang baik dan bijak. Ini merupakan salah satu penopang bagi
kepentingan ha>jjiyah.22
Mas}lah}ah tah}si>niyah merupakan bagian dari al-akhla>q al-
kari>mah sekaligus sebagai pelengkap dari mas}lah}ah d}aru>riyah dan
h}a>jjiyah, dan seandainya tidak terpenuhi tidak akan timbul akibat
fatal yang sangat merugikan, sebab mas}lah}ah tah}si>niyah ini tidak
lebih dari hanya bersifat dekoratif belaka.23
20
Amir, Ushul Fiqh, 328. 21
Totok Jumntoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih (Jakarta: Amzah,
2009), 207. 22
Ma'sum Zein, Ilmu Ushul, 119. 23
Siroj, Paradigma Ushul Fiqh, 31.
25
Misalnya mengenakan pakaian yang bagus-bagus ketika
shalat, memakai wewangian bagi laki- laki yang berkumpul
dengan orang banyak, pengharaman makanan-makanan yang
buruk atau menjijikkan, larangan wanita menikahkan dirinya
sendiri kepada laki- laki yang dicintainya dan lain- lain.24
b. Berdasarkan eksistensinya, mas}lah}ah dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Mas}lah}ah al-Mu'tabarah
Mas}lah}ah al-mu'tabarah adalah mas}lah}ah yang
diperhitungkan oleh sya>ri' yang memerhatikan mas}lah}ah tersebut.
Maksudnya, ada petunjuk dari sya>ri' , baik langsung maupun tidak
langsung, yang memberikan penunjuk adanya mas}lah}ah yang
menjadi alasan dalam menetapkan hukum.25
Misalnya, kewajiban puasa pada bulan Ramadhan
mengandung kemaslahatan bagi manusia, yaitu untuk mendidik
jasmani dan rohaninya agar manusia sehat secara jasmani dan
rohani. Kemaslahatan ini melekat langsung pada kewajiban puasa
Ramadhan dan tidak dapat dibatalkan oleh siapa pun.26 Hukuman
orang yang meminum minuman keras dalam Rasulullah saw
dipahami berlainan oleh ulama fikih, disebabkan perbedaan alat
pemukul yang dipergunakan Rasulullah saw, ketika
24
Suwarjin, Ushul Fiqh, 143. 25
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2 Cetakan Kelima (Jakarta: Kencana, 2008), 351. 26
Suwarjin, Ushul, 141.
26
melaksanakan hukuman bagi orang yang meminum minuman
keras.27
2) Mas}lah}ah al-Mulghah
Mas}lah}ah al-Mulghah adalah mas}lah}ah yang dianggap
baik oleh akal, tetapi tidak diperhatikan oleh syara' dan ada
petunjuk syara' yang menolaknya. Hal ini berarti akal
menganggapnya baik dan telah sejalan dengan tujuan shara'
namun ternyata shara' menetapkan hukum yang berbeda dengan
apa yang dituntut oleh mas}lah}ah itu.28
Misalnya, di masa kini masyarakat telah mengakui
emansipasi wanita untuk menyamakan derajatnya dengan laki-
laki. Oleh karena itu, akal menganggap mas}lah}ah untuk
menyamakan hak perempuan dengan laki- laki dalam memperoleh
harta warisan. Hal ini pun dianggap sejalan dengan tujuan
ditetapkannya hukum waris oleh Allah untuk memberikan hak
waris kepada perempuan sebagaimana yang berlaku pada laki-
laki. Namun, hukum Allah telah jelas dan ternyata berbeda
dengan apa yang dikira baik oleh akal itu, yaitu hak waris anak
laki- laki adalah dua kali lipat hak anak perempuan sebagaimana
ditegaskan dalam surat an-Nisa>' (4): 11, dan penegasan Allah
tentang hak waris saudara laki- laki sebesar hak saudara
27
Totok dan Samsul, Kamus Ilmu, 206. 28
Amir, Ushul Fiqh, 353.
27
perempuan sebagaimana ditegaskan dalam surat an-Nisa>' (4):
176.29
3) Mas}lah}ah Mursalah
Mas}lah}ah mursalah adalah apa yang dipandang baik oleh
akal, sejalan dengan tujuan shara' dalam menetapkan hukum,
tetapi tidak ada petunjuk shara' yang memperhitungkannya dan
tidak ada petunjuk shara' yang menolaknya.30 Mas}lah}ah mursalah
yang dimaksudkan oleh ahli us}hu>l fiqh adalah bahwa terdapat
satu makna yang dirasa ketentuan itu cocok dengan akal sedang
dalil yang disepakati tentang hal tersebut tidak terdapat. 31
Kemaslahatan ini dilepaskan atau dibiarkan oleh shara' dan
diserahkan kepada manusia untuk mengambil atau tidak
mengambilnya. Jika kemaslahtan itu diambil oleh manusia, maka
akan mendatangkan kebaikan bagi mereka, jika tidak diambil juga
tidak akan mendatangkan dosa. Misalnya, pencatatan perkawinan,
penjatuhan talak di pengadilan, kewajiban memiliki SIM bagi
pengendara kendaraan bermotor dan lain- lain.32
Jumhur ulama sepakat untuk menggunakan mas}lah}ah
mu'tabarah, sebagaimana juga mereka menolak mas}lah}ah
mulghah. Menggunakan metode mas}lah}ah mursalah dalam
29
Ibid.,354. 30
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam Di Indonesia (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2006), 265. 31
Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana, 2010), 160. 32
Suwarjin, Ushul Fiqh, 141-142.
28
berijtihad ini menjadi perbincangan yang berkepanjangan
dikalangan ulama.33
Ketiga penggolongan di atas dimaksudkan sebagai bagian
dari jawaban ketika persoalan sudah sampai kepada soal
keabsahan soal keabsahan aturan hukum. Jika dalam Islam hukum
selalu dikatakan sebagai hukum Allah, maka untuk permasalahan
keabsahan hukum masih ada pertanyaan lanjutan yaitu, "Apa
kriteria untuk memutuskan bahwa hukum atau aturan baru telah
dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip Islam". Oleh karena itu,
pemikir hukum dituntut untuk memberi argumentasi yang benar
sebagai bentuk pertanggungjawaban atau pendapatnya. 34
c. Berdasarkan kandungannya, mas}lah}ah dibagi menjadi dua, yakni:
1) Mas}lah}ah 'a>mmah
Mas}lah}ah 'a>mmah adalah kemaslahatan yang menyangkut
kepentingan orang banyak. Kemaslahatan ini tidak berarti untuk
kepentingan semua orang, tetapi bisa berbentuk kepentingan
mayoritas umat atau kebanyakan umat. Contohnya, para ulama
membolehkan membunuh penyebar bid'ah yang dapat merusak
akidah umat, karena menyangkut kepentingan orang banyak. 35
33
Amir, Ushul Fiqh, 354. 34
Abdul Mun'im Saleh, Hukum Manusia sebagai Hukum Tuhan (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), 305. 35
Totok dan Samsul, Kamus Ilmu, 201-201.
29
2) Mas}lah}ah Kha>s}s}ah
Mas}lah}ah kha>s}s}ah adalah kemaslahatan pribadi dan ini
sangat jarang sekali, seperti kemaslahatan yang berkaitan dengan
pemutusan hubungan perkawinan seseorang yang dinyatakan
hilang.36
Pembagian kemaslahatan tersebut di atas sangatlah urgen,
karena hanya berkaitan dengan prioritas yang harus diambil ketika
terjadi benturan antara kemaslahtan yang bersifat individual. Dalam
pertentangan keduanya, Islam mendahulukan kemaslahatan umum
daripada kemaslahatan pribadi.37
d. Berdasarkan berubah atau tidaknya, menurut Mus}tafa al-Shalabi
mas}lah}ah dibedakan menjadi dua, yakni:
1) Mas}lah}ah Tha>bitah
Mas}lah}ah tha>bitah adalah kemaslahatan yang bersifat
tetap, tidak berubah sampai akhir zaman. Misalnya berbagai
kewajiban ibadah, seperti Shalat, puasa, zakat, dan haji.
2) Mas}lah}ah Mutaghayyirah
Mas}lah}ah mutaghayyirah adalah kemaslahatan yang
berubah-ubah sesuai dengan perubahan tempat, waktu dan subjek
hukum. Kemaslahatan seperti ini berkaitan dengan permasalahan
muamalah dan adat kebiasaan. Contohnya dalam masalah
36
Ibid., 202. 37
Yahya Milatussaniah, "Tinjauan Maslahah Terhadap Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak", (Skripsi, IAIN Ponorogo,2017),44.
30
makanan yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah
lainnya.38
3. Syarat-Syarat Mas}lah}ah
Para ulama yang menjadikan mas}lah}ah sebagai hujah sangat berhati-
hati dalam menggunakannya, sehingga tidak terjadi pembentukan hukum
berdasarkan keinginan dan nafsu. Oleh karena itu, mereka menetapkan
beberapa syarat dalam menjadikannya hujah, antara lain:
a. Mas}lah}ah itu harus bersifat hakiki bukan kemaslahatan yang semu
Berupa kemaslahatan yang hakiki, bukan kemaslahatan yang
semu. Artinya, penetapan hukum syara' itu dalam kenyataannya benar-
benar menarik suatu manfaat atau menolak bahaya. Jika hanya
didasarkan bahwa penetapan hukum itu mungkin menarik suatu manfaat,
tanpa membandingkan dengan yang menarik suatu bahaya, berarti
didasarkan atas kemaslahatan yang semu. Seperti dugaan kemaslahatan
dalam membatasi hak suami sampai menceraikan istrinya dan
menjadikan hak menjatuhkan talak itu hanya bagi hakim dalam segala
keadaan.39 Sesungguhnya pembentukan hukum semacam ini menurut
pandangan golongan tersebut tidak mengandung mas}lah}ah. Bahkan hal
itu dapat mengakibatkan rusaknya rumah tangga dan masyarakat,
hubungan suami dengan istrinya ditegakkan di atas suatu dasar paksaan
38
Totok dan Samsul, Kamus Ilmu, 206-207. 39
Abdul Wahhab Khalaf, Ilmu Ushul Fikih (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 113.
31
undang-undang, tetapi bukan atas dasar keikhlasan, kasih sayang, dan
cinta-mencintai.40
b. Berupa kemaslahatan yang umum bukan kemaslahatan pribadi
Maksudnya, penetapan hukum shara' itu dalam kenyataannya
dapat menarik manfaat bagi mayoritas umat manusia atau bagian kecil
dari mereka. Hukum tidak ditetapkan demi kemaslahatan khusus
pimpinan atau para pembesar saja, dengan tidak melihat mayoritas
manusia dan kemaslahatan mereka. Kemaslahatan itu harus untuk
mayoritas umat manusia.41 Imam al-Ghaza>li memberi contoh tentang
mas}lah}ah yang bersifat menyeluruh dengan contoh orang kafir telah
membentengi diri dengan sejumlah orang dari kaum muslimin.
c. Mas}lah}ah tidak boleh bertentangan dengan hukum atau dasar yang
ditetapkan dengan nas}s} atau ijma'.42
Maksudnya mas}lah}ah ini harus dari jenis mas}lah}ah yang telah
didatangkan oleh Syar'i. Seandainya tidak ada dalil tertentu yang
mengakuinya, maka mas}lah}ah tersebut tidak sejalan dengan apa yang
telah dituju oleh Islam. Bahkan tidak dapat disebut mas}lah}ah.43 Maka,
tidak sah menganggap kemaslahatan yang menuntut persamaan hak waris
antara anak laki- laki dan perempuan. Kemaslahatan semacam ini sia-sia
karena bertentangan dengan nas}s} al Qur’a>n.44
40
Khairul, Ushul Fiqh, 137. 41
Abdul, Ilmu Ushul, 114. 42
Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih (Surabya: PT Bina Ilmu
Offset, 1990), 119. 43
Khairul, Ushul Fiqh,138. 44
Abdul, Ilmu Ushul, 114.
32
d. Mas}lah}ah harus masuk akal
Maksudnya, mas}lah}ah harus masuk akal dan mempunyai sifat
yang sesuai dengan pemikiran yang rasional, di mana seandainya
diajukan kepada kelompok rasionalis akan dapat diterima.
e. Penggunaan mas}lah}ah untuk menghilangkan kesulitan
Maksudnya, seandainya mas}lah}ah yang dapat diterima akal itu
tidak diambil, niscaya manusia akan mengalami kesulitan. Allah
berfirman: "Dan dia tidak sekali-kali menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan." (QS. al-Hajj: 78)45
Selain hal tersebut, penggunaan mas}lah}ah sebagai sumber hukum
harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:
1) Penggunaan mas}lah}ah tersebut bertujuan menyempurnakan maksud-
maksud syariat
2) Penggunaannya harus sederhana (seimbang) dan dapat diterima akal
3) Penggunaannya bertujuan mengatasi kesulitan, dan
4) Penggunaannya untuk kepetingan umum46
f. Dasar Hukum Mas}lah}ah
Pada dasarnya menetapkan hukum berdasarkan mas}lah}ah
pertimbangan mempunyai akar historis dan yuridis yang sangat kuat. Nabi
Muhammad SAW sendiri dan para sahabatnya dalam menetapkan hukum
selalu mengacu kepada pertimbangan mas}lah}ah. Di bawah ini akan
dikemukakan beberapa kasus untuk memperkuat kebenaran statemen di atas:
45
Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016), 454. 46
Ngainun Naim, Sejarah Pemikiran Hukum Islam (Yogyakarta: Teras, 2009), 40.
33
a. Nabi Muhammad SAW sengaja meninggalkan sesuatu yang seharusnya
ia lakukan, yaitu membongkar dan membangun kembali Ka'bah di atas
fondasi yang diletakkan Nabi Ibrahim AS semata-mata karena
pertimbangan mas}lah}ah mengingat umat Islam waktu itu masih pada
fase dini dalam keIslamannya.47
b. Sahabat mengumpulkan al Qur’a>n ke dalam beberapa mushaf. Padahal
hal ini tidak pernah dilakukan di masa Rasullullah. Alasan yang
mendorong mereka melakukan pengumpulan itu tidak lain kecuali
semata-mata karena mas}lah}ah, yaitu menjaga al Qur’a>n dari kepunahan
atau kehilangan kemutawatirannya karena meninggalnya sejumlah besar
hafidh dari generasi sahabat.48
c. Khulafa ar-Rasyidun menetapkan keharusan menanggung ganti rugi
kepada tukang. Padahal menurut hukum asal, bahwa kekuasaan mereka
didasarkan atas kepercayaan (amanah). Akan tetapi ternyata seandainya
mereka tidak dibebani tanggung jawab mengganti rugi, mereka akan
berbuat ceroboh dan tidak memenuhi kewajibannya untuk menjaga harta
benda orang lain yang berada di bawah tanggung jawabnya. Sahabat Ali
RA menjelaskan bahwa asas diberlakukannya ganti rugi (memberi
jaminan) di sini adalah mas}lah}ah. Ia berkata: "Masyarakat tidak akan
menjadi baik kecuali dengan jalan diterapkannya ketentuan tentang
ganti rugi (jaminan)."49
47
Siroj, Paradigma Ushul, 23. 48
Abu Zahrah, Ushul Fiqh, 456 49
Ibid.
34
d. Umar bin Khatab RA memerintahkan para penguasa (pegawai negeri)
agar memisahkan antara harta kekayaan pribadi dengan harta yang
diperoleh dari kekuasaannya. Karena Umar melihat bahwa dengan cara
itu pegawai penguasa dapat menunaikan tugasnya dengan baik, tercegah
dari melakukan manipulasi dan mengambil harta ghanimah (rampasan)
dengan cara yang tidak halal. Jadi, kemaslahatan umumlah yang
mendorong Khalifah Umar mengeluarkan kebijaksanaan itu.50
e. Umar bin Khattahab RA sengaja menumpahkan susu yang dicampur air
guna memberi pelajaran kepada mereka yang berbuat mencampur susu
dengan air. Sikap umar itu tergolong dalam kategori mas}lah}ah, agar
mereka tidak mengulangi perbuatannya lagi, mencampur susu.51
g. Peran Mas}lah}ah Dalam Hukum Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa "peranan"
artinya "bagian yang dimainkan". Peranan juga berarti tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam satu peristiwa. Dari kutipan tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan peranan mas}lah}ah dalam
hukum Islam dalam tulisan ini ialah sejauh mana mas}lah}ah itu mengambil
bagian serta bertindak dalam kaitannya dengan penetapan hukum Islam. 52
Pada dasarnya semua ajaran yang terdapat dalam nas}s}-nas}s} al qur’a>n
dan h}adi>th dapat dipastikan mengandung kemaslahatan bagi umat manusia,
baik ajaran-ajaran mengenai muamalah, maupun mengenai akidah dan
50
Ibid. 51
Ibid. 52
Ahmad Munif Suratmaputra, Filsafat Hukum Islam Al-Ghazali (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2002), 57.
35
ibadah. Semua kategori ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain dalam konteks perwujudan kemaslahatan baik yang
bersifat duniawi maupun ukhrawi.53
Yang membedakan kategori-kategori tersebut hanyalah tingkat
perhatian nas}s} terhadap dua jenis kemaslahatan di atas. Dalam bidang
muamalah fokus perhatian nas}s} terhadap kemaslahatan yang bersifat duniawi
begitu kental, sedangkan dalam bidang akidah dan ibadah tidak. 54
Sesungguhnya prinsip dan dasar penetapan hukum Islam adalah
kemaslahatan hamba di dunia dan di akhirat. Hukum Islam itu semuanya adil,
membawa rahmat, mengandung mas}lah}ah dan membawa hikmah. Setiap
masalah yang keluar dari keadilan menuju kezaliman, dari rahmat ke arah
sebaliknya/laknat, dari mas}lah}ah ke mafsadah, dan dari hikmah kepada
sesuatu yang hampa tidaklah termasuk ke dalam hukum Islam, sekalipun hal
itu dimasukkan ke dalamnya lewat takwil.55
Hukum Islam adalah keadilan Allah diantara hamba-Nya, kasih
sayang Allah terhadap makhluk-Nya, naungan Allah di atas bumi, dan
hikmah Allah yang menunjukkan kepada-Nya dan kebenaran Rasul-Nya
secara tepat dan benar. Kemaslahatan yang ingin diwujudkan dan diraih oleh
hukum Islam itu bersifat universal, kemaslahatan sejati, bersifat duniawi dan
ukhrawi, lahir, batin, material spiritual, maslahat individu juga maslahat
umum.56
53
Siro j, Paradigma Ushul, 41. 54
Ibid. 55
Ahmad, Filsafat Hukum, 59. 56
Ibid.
36
Menurut Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dalam bukunya Falsafah
Hukum Islam menolak mas}lah}ah berarti membekukan syariat, karena aneka
mas}lah}ah yang terus tumbuh tidaklah mudah didasarkan kepada sesuatu dalil
yang tertentu. Lagi pula berpegang kepada mas}lah}ah tidaklah berlawanan
dengan kesempurnaan syariat dan kesatuannya dan dialah yang membuktikan
kesempurnaannya memenuhi hajat masa dan menampung kebutuhan
masyarakat yang berbeda-beda keadaannya karena berlainan tempat dan yang
terus menerus menghadapi problema-problema baru.57
Peranan mas}lah}ah dalam membawa perubahan bagi penetapan dan
pelaksanaan hukum Islam sangatlah besar, misalnya:
a. Di dalam al qur’a>n Q.S. al Anfa>l ayat 65 dan 66, disebutkan:
Artinya: Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada
seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang
kafir itu kaum yang tidak mengerti. (Q.S al Anfa>l ayat 65).58
57
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam (Semarang: PT
Pustaka Rikzy Putra, 2001), 322. 58
Departemen Agama, Al-Quran Per Kata, 186.
37
Artinya: Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah
mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar),
niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. al Anfa>l ayat
66).59
Syekh Muhammad Abduh berpendapat bahwa ayat pertama
merupakan rukhs}ah berlaku dalam kondisi umat Islam masih sedikit,
karena kemaslahatannya menghendaki demikian. Ayat yang kedua
sebagai hukum ‘azi>mah berlaku dalam kondisi umat Islam sudah kuat
dan jumlahnya sudah banyak.
b. Al qur’a>n menggariskan ketentuan-ketentuan hukum muamalah secara
global, tidak secara detail, seperti ketentuan-ketentuan hukum perdata,
pidana, administrasi, hukum internasional, ekonomi, keuangan dan lain
sebagainya. Jumlah ayat yang mengatur hukum-hukum ini tidaklah
banyak sebab yang digariskan oleh al qur’a>n hanyalah prinsip-prinsip
umum yang rincian oprasionalnya disesuaikan dengan tuntutan zaman
dan lingkungan. Dengan pola ekspresi al qur’a>n semacam ini maka,
peluang menetakan hukum muamalah atas dasar pertimbangan mas}lah}ah
akan sangat besar dan hal ini merupakan sisi elastisitas hukum Islam
dalam bidang muamalah. Dalam konteks ini sunah juga mempunyai pola
ekspresi yang hampir sama dengan al qur’a>n, sebab dalam hubungannya
dengan al qur’a>n, sunah mempunyai fungsi sebagai penguat dan penjelas
59
Ibid.
38
terhadap al qur’a>n, di samping dalam kasus-kasus tertentu ia mandiri
dalam menetapkan hukum.60
Dari contoh tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan
mas}lah}ah dalam hukum Islam sangatlah penting. Karena seiring dengan
perkembangan zaman, permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam juga
semakin kompleks yang menuntut adanya keluwesan hukum dari
peraturan hukum Islam dalam menyikapi perkembangan zaman tersebut.
B. Teori Fatwa
1. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 5 Tahun 2009 Tentang
Penggunaan Vaksin Meningitis Bagi Jemaah Haji Dan Umroh
Meningitis merupakan penyakit berbahaya dan menular yang
disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus atau bakteri, yang menyebar
dalam darah dan menyebabkan radang selaput otak sehingga membawa
kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.
Pemerintah Arab Saudi mewajibkan kepada semua orang yang akan
berkunjung ke negara tersebut, termasuk untuk kepentingan haji dan/atau
umrah, untuk melakukan vaksinasi Meningitis guna mencegah terjadinya
penularan penyakit meningitis.
Pada saat ini untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
meningitis hanya bisa dilakukan dengan vaksinasi meningitis karena belum
ada obat lain yang dapat menggantikan vaksin tersebut. Vaksin Meningitis
yang digunakan bagi jamaah haji Indonesia selama ini adalah vaksin
60
Siroj, Paradigma Ushul, 41-42.
39
Meningitis dengan nama merk/nama dagang Mencevax ACW135Y yang
diproduksi oleh Glaxo Smith Kline Beecham Pharmaceutical Belgia, yang
dalam proses pembuatannya mempergunakan bahan media yang dibuat
dengan enzim dari pankreas babi dan gliserol dari lemak babi. Sampai saat
ini belum ditemukan vaksin meningitis lain yang dalam proses
pembuatannya tidak menggunakan bahan media tersebut yang dapat
menggantikan vaksin tersebut.
Oleh karena itu, Komisi Fatwa MUI memandang perlu menetapkan
fatwa tentang status hukum Penggunaan Vaksin Meningitis tersebut di atas
bagi Jemaah Haji dan/atau Umrah, sebagai pedoman bagi pemerintah, umat
Islam dan pihak-pihak lain yang memerlukannya.
Sehingga menetapakan penggunaan vaksin meningitis yang
mempergunakan bahan dari babi atau yang dalam proses pembuatannya
telah terjadi persinggungan/persentuhan dengan bahan babi adalah haram.
Penggunaan vaksin Meningitis, sebagaimana khusus untuk haji
wajib dan/atau umrah wajib, hukumnya boleh (mubah). Apabila ada
kebutuhan mendesak (lial-hajah). Ketentuan boleh mempergunakan vaksin
meningitis yang haram tersebut berlaku hanya sementara selama belum
ditemukan vaksin meningitis yang halal atau pemerintah Kerajaan Arab
Saudi masih mewajibkan penggunaan vaksin tersebut bagi jamaah haji dan
umrah.
40
2. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 5 Tahun 2009 Tentang
Penggunaan Vaksin Meningitis Bagi Jemaah Haji Dan Umroh
Penyakit meningitis masih menjadi ancaman kesehatan bagi jemaah
haji dan umrah di mana untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
berbahaya tersebut hanya bisa dilakukan melalui vaksinasi meningitis.
Pemerintah Arab Saudi tetap mewajibkan kepada semua orang yang akan
berkunjung ke negara tersebut, termasuk untuk kepentingan haji dan umrah
agar melakukan vaksinasi meningitis guna melindungi jamaah sehingga
tidak terinveksi virus yang berbahaya tersebut.
Saat ini sudah ada beberapa produsen yang memproduksi vaksin
meningitis, yaitu : (l) Glaxo smith Kline Beecham Pharmaceutical-Belgium
(2) Novartis vaccine and Diagnostics S.r.i. (3) Zheijiang Tianyuan Bio
pharmaceutical co. Ltd. Komisi Fatwa MUI telah menerima permohonan
fatwa tentang status kehalalan produk vaksin meningitis dari ketiga
produsen tersebut.
Untuk itu, Komisi Fatwa MUI memandang perlu menetapkan fatwa
tentang hukum penggunaan vaksin Meningitis produk dari ketiga produsen
tersebut bagi Jemaah Haji dan/atau umrah, sebagai pedoman bagi
pemerintah, umat Islam dan pihak-pihak lain yang memerlukannya.
Vaksin mencevax ACW135Y hukumnya haram. Vaksin Menveo
Meningococcal dan vaksin Meningococcal hukumnya halal. Vaksin yang
boreh digunakan hanyalah vaksin meningitis yang halal.
41
BAB III
VAKSIN MENINGITIS PADA JEMAAH HAJI DAN UMRAH
A. Vaksin
Vaksin berasal dari bahasa Inggris yaitu vaccin yang artinya suspensi
dari bibit penyakit yang hidup, tetapi telah dilemahkan atau dimatikan untuk
menimbulkan kekebalan dalam tubuh. Vaksin ialah suatu bahan yang terbuat
dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau
dimatikan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh untuk membuat
antibodi.1
Vaksinasi adalah tindakan memberi vaksin untuk merangsang
pembentukan imunitas secara aktif pada tubuh seseorang sehingga akan
didapatkan kekebalan aktif. Jadi, terdapat dua jenis kekebalan yang dimiliki
tubuh, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif diperoleh
dari luar tubuh bukan dibuat sendiri oleh badan kita. Sedangkan kekebalan
aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan dengan
mikroorganisme atau karena pemberian vaksin.2
Dengan semakin majunya ilmu dan teknologi kedokteran, maka telah
ditemukan bagaimana cara pembuatan vaksin yang aman. Virus harus
dimatikan atau dilemahkan, sehingga antigen yang ada pada virus atau kuman
tersebut mampu meningkatkan antibodi atau sistem kekebalan tubuh manusia
tanpa harus membahayakan orang yang menerima vaksinasi.
1 A.H Markum, Imunisasi (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987), 9.
2 Sri Rezeki, Panduan Imunisasi, 19-20.
42
Adapun jenis-jenis vaksinasi adalah sebagai berikut:
1. Vaksin Hidup (live attenuated vaccine)
Yaitu vaksin yang terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan,
masih antigenic akan tetapi tidak patogenik. Contohnya yaitu virus polio
oral. Oleh karena vaksin yang diberikan sesuai infeksi alamiah (oral),
virus dalam vaksin akan tumbuh dan berkembang baik diepitel saluran
cerna, sehingga akan memberikan kekebalan local.3
2. Vaksin Mati (Killed Vaccine/inactivated vaccine)
Vaksin ini tidak patogenik dan tidak berkembang biak dalam
tubuh. Oleh karena itu diperlukan pemberian beberapa kali. Vaksin ini
selalu membutuhkan dosis multiple.4
3. Rekombinan
Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) membutuhkan epitop
organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui
isolasi dan penentuan kode gena epitop bagi sel penerima vaksin.
Terdapat 3 jenis vaksin yang dihasilkan dengan rekayasa genetic yang
saat ini telah tersedia, yaitu vaksin hepatitis B, vaksin tifoid, dan tiga dari
empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus.5
4. Vaksin Polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated
dengan bentuknya yang unik terdiri dari atas rantai panjang molekul-
3 Nina Siti Mulyani, Imunisasi Untuk Anak (Yogyakarta: Nuha medika, 2013), 14.
4 Samik Wahab, Sistem Imun, Imunisasi, Dan Penyakit Imun (Jakarta: Widya Medika,
2002), 44. 5 Nina, Imunisasi, 16.
43
molekul gula yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu.
Vaksin polisakarida murni tersedia untuk tiga macam penyakit yaitu
pneumokokus, meningokokus dan haemophillus influenza tipe B.6
5. Toksoid
Bahan yang bersifat imunogenik dibuat dari toksin kuman.
Pemanasan dan penambahan formalin biasanya digunakan dalam proses
pembuatannya. Hasil dari pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut
sebagai natural fluid plain toxid, dan merangsang antibodi antitoksin.
Imunisasi bakterial toksoid efektif selama satu tahun. 7
6. Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA Vaccine)
Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung
kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan
penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan
bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humora l dan
selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis pada manusia saat
ini sedang dilakukan.8
B. Meningitis
1. Pengertian Meningitis
Meningitis merupakan penyakit akut radang selaput otak yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria Meningitidis. Meningitis penyebab
kematian dan kesakitan diseluruh dunia, CFR melebihi 50%, tetapi dengan
6 Ibid, 17.
7 Atikah Proverawati dkk, Imunisasi Dan Vaksinasi (Yogyakarta: Nuha Medika, 2010),
21. 8 Ibid, 22.
44
diagnosis dini, terapi modern dan suportif CFR menjadi 5 - 15%.
Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dan kemoprofilaksis untuk
orang-orang yang kontak dengan meningitis dan carrier.9
Meningitis meningokokus adalah penyakit radang selaput otak dan
selaput sumsum tulang yang terjadi secara akut dan cepat menular.
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria Meningitidis, yang terdiri
dari banyak serogrup A, B, C, Y dan W-135. Kumannya berbentuk coccus
bulat seperti kelereng dan punya phili atau kaki yang mencengkeram
berpegangan di dasar tenggorokan. Bakterinya sendiri adalah racun karena
memiliki endotoksin. Akibat kerusakan sel-sel tempat menempel tersebut,
bisa masuk aliran darah dan menimbulkan penyakit radang otak yang lebih
serius. Keistimewaan dari penyakit ini adalah kemampuannya untuk
menimbulkan wabah dalam skala besar.10
Menurut Dr. Jofizal Jannis.Sp. S(K), pakar neuro infeksi (infeksi
sistem saraf) meningitis adalah infeksi yang terjadi di selaput otak, khusus
terjadi pada daerah yang disebut dengan arachnoid dan piameter. Karena
arachnoid dan piameter terinfeksi maka cairan otak (cerebro spinal
fluid/CSF) yang berada antara keduanya terinfeksi. Dokter Jofizal lebih
lanjut menjelaskan, prevalensi meningitis di Indonesia cukup tinggi.
Sebagai gambaran, RSCM dari tahun 1997 – 2005 angka kematian akibat
9 Aep Syaiful Hamidin, Buku Lengkap Imunisasi Untuk Anak (Yogyakarta: Saufa, 2014),
62. 10
Atikah, Imunisasi, 66.
45
meningitis sekitar 40% dari seluruh pasien yang mengalami masalah
saraf.11
N.Meningitidis mula-mula hanya dikenal dan dikelompokkan ke
dalam tiga grup yakni Grup A yang sering menjadikan wabah yang
melanda subsahara Afrika, Grup B yang sering menimbulkan wabah di
negara maju dan Grup C yang terdapat di berbagai negara di dunia. Namun
belakangan Grup Y dan W 135 yang dulu dianggap tidak virulen atau
ganas, kini harus diperhitungkan karena menimbulkan ancaman besar,
khususnya pada musim haji di kota Mekkah dan sekitarnya. Wabah
diantara jemaah haji terjadi pada tahun 1995, kemudian berturut-turut
tahun 2000-2001. Masing-masing jemaah yang menjadi carrier membawa
kuman pulang ke negara masing-masing.12
Penularan pada umumnya melalui kontak langsung dengan carrier
(pembawa penyakit). Masa inkubasinya bervariasi, yaitu antara 2 – 10 hari
dan umumnya 3 – 4 hari. Wabah meningitis meningokokus bisa terjadi
dalam suatu lingkungan, misalnya asrama mahasiswa, perkemahan militer,
atau sekumpulan orang yang berhubungan dekat.13
2. Gejala Meningitis
Gejala klinis penyakit ini adalah sakit dan nyeri kepala berputar
dengan intensitas berat, berlangsung berjam-jam hingga berhari-hari,
disertai leher terasa kaku, demam akut, gangguan kesadaran, kejang, mual,
11
Koes Irianti, Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular (Bandung:Alfabeta,
2014), 462. 12
Umar Fahmi Achamdi, Imunisasi Mengapa Perlu? ( Jakarta: Kompas, 2006), 72-73. 13
Ratna Dewi Pudiastuti, Waspadai Penyakit Pada Anak ( Jakarta: PT Indeks, 2011), 91.
46
perubahan sensorium. Polineuropati aksonal (kerusakan kematian akson)
dijumpai pada 10% penderita meningitis. Ringkasnya gejala meningitis
terdiri dari sakit kepala, demam, dan kaku kuduk. 14 Pada keadaan lanjut,
kesadaran menurun sampai koma serta menjadi perdarahan echymosis.
Berkumpulnya populasi dalam jumlah besar dari berbagai negara, seperti
pada musim haji, berpotensi terhadap penyebaran kuman dan penyakit
meningitis.15
Bila tidak diatasi dengan baik, infeksi tersebut bisa menyerang otak
yang dikenal dengan meningoensefalitis. Kondisi itu lebih buruk dan
penanganannya juga lebih sulit. Gejala yang terjadi dapat berupa gangguan
kesadaran, bicara tidak jelas, mengigau. Jika sudah parah, penderita bisa
jatuh dalam kondisi kejang-kejang hingga mengakibatkan kematian.16
Selain itu, faktor- faktor pemicu terjangkitnya penyakit ini antara
lain daya tahan tubuh yang menurun, tinggal di tempat yang padat, bergaul
langsung dengan penderita atau kontak langsung melalui air ludah, dahak,
ingus, dan debu.17
14
Aldo Sahala, 45 Penyakit Dan Ganguan Saraf Deteksi Dini & Atasi 45 Penyakit Dan
Gangguan Saraf (Yogyakarta: Andi Offset, 2014), 95. 15
Irianto, Epidemiologi Penyakit, 463. 16
Ibid. 17
Tabrani Rusyan, Disiplin Berhaji Menuju Haji Mabrur (Bandung: Yrama Widya,
2017), 221.
47
3. Pengobatan Meningitis
Diberikan antibiotik intravena dan kortikosteroid untuk menekan
peradangan. Pemberian cairan untuk menggantikan kehilangan karena
demam, muntah, berkeringat dan nafsu makan yang buruk.18
Menurut dokter Dwin Putro, yang juga menjadi staf di subbagian
saraf Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, dalam perawatan di rumah sakit,
pengobatan meningitis terus dengan antibiotik yang disesuaikan dengan
jenis kuman. Pengobatan disesuaikan dengan gejala yang terjadi
(simptomatis). Jika terdapat kejang, diberikan anti kejang. Selain itu jika
pasien demam, diberikan obat penurun demam.19
Untuk masalah gangguan pada perkembangannya kita lakukan
pemantauan dengan melihat fungsi bicara, fungsi pendengaran dan
penglihatannya. Jika ada gangguan tubuh kembang lainnya bisa dilakukan
fisioterapi.20 Bila cepat diberikan pengobatan, jumlah penderita meninggal
akan berkurang. Tetapi jika tertunda, bisa terjadi kerusakan otak yang
menetap atau kematian, terutama pada anak kecil dan usia lanjut. Gejala
sisanya adalah kelainan mental yang menetap serta kelumpuhan.21
Penyakit ini juga dikenal dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Meskipun demikian,vaksin meningitis sudah dikembangkan sejak 30 tahun
yang lalu. Vaksin yang dikembangkan pada awalnya tidak ditujukan untuk
semua jenis capsul (kulit kuman yang terdiri dari polisakarida) berbagai
18
Ratna, Waspada Penyakit, 89-90. 19
Irianto, Epidemiologi Penyakit, 468. 20
Ibid. 21
Ratna, Waspada Penyakit, 90.
48
jenis bakteri meningokokus. Kini beredar bermacam-macam vaksin, antara
lain vaksin bivalent yang mengandung kulit polisakarida grup A dan C.
Vaksin ini ditujukkan untuk negara-negara yang seringkali dilanda wabah
kuman meningokokus grup C yaitu Eropa. Selain di Eropa juga dipasarkan
vaksin meningitis monovalent, yakni vaksin yang hanya mengandung
bahan meningokokus grup C saja. Sedangkan untuk penggunaan vaksin
yang sifatnya universal, seperti saat musim haji, digunakan vaksin
tetravalent yakni A, C, Y dan W135. Vaksin dikemas dalam bentuk
freezed dried, yang telah dicampur dengan stabilisator dan bahan pengawet
thimerosal. Vaksin ini biasanya dikemas dalam dua macam kemasan,
kemasan multidosis yaitu 10 cc (20 dosis) dan kemasan untuk satu kali
suntikan.22
C. Vaksin Meningitis
1. Pengertian Vaksin Meningitis
Vaksin meningitis adalah vaksin wajib yang harus dilakukan calon
jemaah haji dan umrah untuk melindungi risiko tertular meningitis
meningokokus, suatu infeksi yang terjadi pada selaput otak dan sumsum
tulang belakang dan keracunan darah.23 Manfaat vaksinasi meningitis yaitu
untuk menciptakan sistem kekebalan tubuh dari penyakit tersebut serta
dapat mencegah infeksi meningitis atau radang selaput otak, yang
disebabkan bakteri.24
22
Umar, Imunisasi, 73. 23
Tit ik (Dinas Kesehatan), Hasil Wawancara,12 Maret 2018. 24
Atikah, Imunisasi 68.
49
Selain diwajibkan oleh Pemerintah Arab Saudi Vaksinasi
Meningitis diwajibkan karena dahulu pernah ada KLB (Kejadian Luar
Biasa) yaitu wabah meningitis diantara jemaah haji. Kebanyakan kasus
meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur,
atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak. Daerah sabuk
meningitis di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur.
Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada tahun 1996
terjadi wabah meningitis di mana 250.000 orang menderita penyakit ini
dengan 25.000 korban jiwa. Bakteri ini ditularkan dari orang ke orang
melalui tetesan sekresi pernafasan atau tenggorokan.25
Begitu pentingnya suntikan ini membuat pihak pemerintah
melakukan pengetatan hingga di bandara pemberangkatan dengan
mensyaratkan calon jemaah haji dan umrah harus menunjukkan kartu
kuning sebagai bukti telah melakukan suntikan tersebut.
2. Kandungan Vaksin Meningitis
a. Vaksin Meningitis Mencevax ACW135Y
Vaksin Mencevax ACW135Y formula mulai di distribusikan di
Indonesia sejak bulan September 2006 dengan nomor bets:
AMEUA0221BB
Sejak tahun 2008, Mencevax ACW135Y yang beredar di Indonesia
menggunakan formula baru dimana media kulturnya sudah terbebas
dari material yang bersumber dari binatang, termasuk bebas dari unsur
25
Ameer Infinity Chaves, "Vaksin Meningitis Antara Halal dan Haram," dalam
https://www.scribd.com/doc/272831790/Vaksin-Meningitis/ , (d iakses pada tanggal 28 Februari
2018, jam 14.00).
50
sapi dan babi, tetapi bahannya merupakan larutan working seed dari
formula lama (old) Mencevax ACW135Y dengan kata lain, vaksin baru
itu bahannya atau sumbernya dari vaksin lama. Formula Mencevax
ACW135Y yang lama menggunakan trypsin (enzyme) yang berasal dari
porcine dalam proses pembuatannya, yang ada proses selanjutnya
dilakukan purifikasi dengan cara filterasi berulang kali. Proses
pembuatan formula ini telah dikaji Majelis Pertimbangan dan Syara’
(MPKS) Dep. Kes RI pada tahun 2007.26
Kandungan zat aktif dalam vaksin Meningitis
- Verified meningococcal polysacchari de seregrug A. 50 mcg
- Verified meningococcal polysacchari de seregrug C. 50 mcg
- Verified meningococcal polysacchari seregrug W135 dan Y 50 mc
- Sodium chloride 0,9% @ 0,5 ml sebagai pelarut27
Glaxo Smith Kline Beecham Pharmaceutical Belgia Produsen
Mencefax ACW135Y di kantor Departemen Kesehatan pada tanggal 22
Mei 2009 mengungkapkan bahwa bahan aktif Vaksin Meningitis
Mencefax ACW135Y berasal dari koloni bakteri yang dibiakkan atau
ditumbuhkan pada bahan media yang mengandung enzim dan lemak
babi.28
Ikatan Dokter Anak Indonesia menjelaskan bahwa enzim tripsin
babi digunakan sebagai katalisator untuk memecah protein menjadi peptida
26
Sri Hantari (Bidan Puskesmas Jetis), Hasil Wawancara, 16 Ju li 2018. 27
Sri Hantari (Bidan Puskesmas Jetis), Hasil Wawancara, 16 Ju li 2018. 28
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Penggunaan
Vaksin Meningit is Bagi Jemaah Haji Dan Umrah
51
dan asam amino yang menjadi bahan makanan kuman. Kuman tersebut
setelah dibiakkan kemudian dilakukan fermentasi dan diambil polisakarida
pada dinding selnya sebagai antigen bahan pembentuk vaksin. Selanjutnya
dilakukan proses purifikasi dan ultrafiltrasi yang mencapai pengenceran
1/67,5 milyar kali sampai akhirnya terbentuk produk vaksin.29
Direktur Utama PT Bio Farma, Iskandar mengungkapkan saat
ini Bio Farma belum mampu memproduksi vaksin meningitis yang
benar benar halal menurut predikat MUI. Sebab, tidak ada satupun
vaksin di dunia ini yang terhindar dari unsur genetik hewani atau
kontaminasi enzim babi, karena sangat sulit menguraikannya.30
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, vaksin meningitis
Mencevax ACW135Y walaupun hasil akhirnya tidak ditemukan unsur
babi, tetapi dalam proses pembuatannya masih menggunakan enzim
babi sebagai katalisator untuk proses pemisahan bahan vaksin dari
medianya.
b. Vaksin Meningitis Menveo Meningococcal
Vaksin Menveo Meningococcaal adalah vaksin yang
mempunyai nama produksi Menveo Meningococcal Group A, C, W135
and Y Conyugate Vaccine yang diproduksi oleh Novartis Vaccine and
Diagnostics S.r.i.
29
Piprim Basarah Yanuarso (Sekretaris Umum Pengurus Pusat IDAI), "Menyoroti
Kontroversi Seputar Imunisasi," dalam http://www.idai.or.id/artikel/klin ik/ , (diakses pada tanggal
7 April 2018, jam 14.25). 30
Taufik Rachaman, "Bio Farma Belum Bisa Penuhi Vaksin Meningitis Halal," dalam
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/ , (diakses pada tanggal 5 April 2018, jam
13.00).
52
Dalam Fatwa MUI dijelaskan proses produksinya tidak
bersentuhan dengan babi atau bahan yang tercemar babi tapi
bersentuhan dengan bahan najis selain babi dapat disucikan kembali.
Kandungan dalam vaksin meningitis
- Meningococcal group A oligosaccharide 10 mcg.
- Meningococcal group C oligosaccharide 5 mcg,
- Meningococcal group W 135 oligosaccharide 5 mcg,
- Meningococcal group Y oligosaccharide 5 mcg.31
Vaksin dikemas dalam bentuk freezed dried, yang telah
dicampur dengan stabilisator berfungsi sebagai zat untuk menstabilkan
vaksin saat berada pada kondisi ekstrem, misalnya panas. Dosis yang
digunakan amat kecil, yaitu < 10 mikrogram. Jenis-jenis stabilizers
antara lain: gula (sukrosa & laktosa), asam amino (glisin, asam
glutamat) atau protein (albumin, gelatin). Dan bahan pengawet
thimerosal (turunan merkuri).32
Menveo Meningococcal adalah vaksin meningitis yang
mengandung ekstrak bakteri Neisseria meningitidis yang tidak aktif tipe
A, C, W 135 dan Y, yang merupakan bakteri yang menyebabkan
meningitis. Ini dikenal sebagai vaksin quadrivalent. Vaksin ini bekerja
dengan memprovokasi respon kekebalan tubuh terhadap bakteri ini,
tanpa menyebabkan penyakit ini.33
31
Sri Hantari (Bidan Puskesmas Jetis), Hasil Wawancara, 16 Juli 2018. 32
Umar, Imunisasi, 73. 33
“Menveo (A, C, Y, W)” dalam http://isep.sunpter.com/infeksi/pengobatan-untuk-
infeksi/menveo-vaksin-meningitis-a-c-w-y/ , (d iakses pada tanggal 16 Juli 2018, jam 09.30).
53
c. Vaksin meningitis Zheijiang Tianyuan Bio Pharmaceutical Co.Ltd.
Vaksin meningitis Zheijiang Tianyuan Bio Pharmaceutical Co.Ltd.
Diproduksi di China, yang menyatakan antara lain bahwa dalam proses
produksi vaksin di perusahaan ini tidak bersentuhan dangan babi atau
bahan yang tercemar babi dan telah melalui proses pencucian. 34
Guru besar Kimia Medical Organik dari Universitas Gajah Mada
Prof. Dr. Umar Anggara Jenie menjelaskan, bahwa proses pembibitan
vaksin semua dikerjakan oleh pabrik master seed alias pembuat nenek
moyang kuman dari Belanda yang dalam prosesnya bersentuhan dengan
enzim babi. Baik Glaxo Smith Kline Beecham Patmaceutical Belgium atau
produsen vaksin lain ternyata sama-sama membeli dari pabrik tersebut.
Secara umum Prof. Dr. Umar Anggara Jenie menjelaskan tahap
pembuatan vaksin dimulai dari produksi bibit kuman, lalu dilanjutkan
dengan penyiapan induk bibit (parent seed), penyiapan master seed,
penyiapan working seed, fermentasi working seed, isolasi polikasarida,
serta pemurnian polikasarida.35
Mula-mula yang digunakan vaksin terbuat dari seluruh bakteri yang
dimatikan, kemudian dibuat dari toksin yang dilarutkan dan yang terakhir
dibuat dari polisakarida (PS) dan membran protein bagian luar (outer
34
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Vaksin
Meningitis Pada Jemaah Haji Dan Umrah. 35
Kompas, “Mengenal Unsur Babi dalam Vaksin Meningitis,” dalam
https://www.yarsi.ac.id/component/content/article/1-yarsi-latest-news/287-mengenal-unsur-
qbabiq-dalam-vaksin-meningitis.pdf/ , (diakses pada tanggal 16 Ju li 2018, jam 20.00).
54
membran protein, OMP) dari bakteri yang digunakan saat ini. Vaksin
bersifat sel T independen dan mengandung polisakarida dari masing-
masing serogrup kuman. Vaksin yang tersedia di pasaran saat ini adalah
vaksin meningitis meningokokus A, C (bivalen) dan vaksin tetravalen
yang terbuat dari kuman serogrup A, C, Y, dan W-135. Vaksin meningitis
meningokokus grup B sampai saat ini belum tersedia.36
3. Tujuan Penggunaan Vaksin Meningitis Pada Jemaah
Pemberian vaksin meningitis kepada mereka yang akan melakukan
perjalanan haji merupakan suatu keharusan yang ditetapkan oleh
pemerintah Indonesia maupun pemerintah negara lain. Imunisasi atau
vaksinasi meningitis sengaja diberikan dengan tujuan:
a. Melindungi para calon haji agar tidak tertular penyakit meningitis
sewaktu berkunjung ke Arab Saudi.37
Yang dimaksud adalah saat musim haji dan umrah Arab Saudi
merupakan tempat berkumpulnya umat muslim dari seluruh dunia.
Berkumpulnya manusia dalam jumlah sangat besar tersebut
meningkatkan risiko penularan penyakit, termasuk penyakit
meningitis. Apalagi ketika dalam kondisi sangat ramai pada puncak
ibadah haji, pengurusan akomodasi, dan saat berada dalam
transportasi umum, virus berbahaya itu dapat dengan mudah
menyebar dari satu jemaah haji ke jemaah lainnya. Sehingga para
36
Atikah, Imunisasi 67. 37
Muhammad Asri Amin, Tips Sehat Haji Dan Umrah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2017), 87.
55
jemaah haji dan umrah diwajibkan melakukan vaksinasi meningitis
agar tidak tertular atau carrier meningitis.
Selain mencegah seseorang menjadi pembawa (carrier)
vaksinasi dimaksudkan menghilangkan bakteri dari tubuh, asalkan
imunitas dalam keadaan baik. Beberapa negara di Afrika, Amerika
Utara, Amerika Latin, dan Selandia Baru adalah endemik meningitis
meningokokus. Selama berhaji atau umrah, kemungkinan terjadi
kontak atau perpindahan bakteri lewat air liur atau udara dengan
carrier meningitis.38
b. Merupakan persyaratan Internasional sesuai permintaan pemerintah
Arab Saudi untuk setiap orang yang akan melakukan kunjungan ke
negeri itu.39
Dengan melakukan vaksin meningitis tersebut bertujuan untuk
memenuhi persyaratan yang diwajibkan oleh pemerintah Arab Saudi.
Selain itu untuk meminimalisasi ancaman masalah kesehatan dan
menjaga kelancaran ibadah haji dan umrah. Kementerian Kesehatan
Kerajaan Arab Saudi, sejak tahun 2002 telah mewajibkan negara-
negara yang mengirimkan jemaah haji dan umrah untuk memberikan
vaksinasi meningokokus tetravalen sebagai syarat pokok pemberian
visa haji dan umroh, dalam upaya mencegah penularan meningitis
meningokokus. Setelah divaksin, calon jemaah haji akan mendapat
38
Admin Imunisasi, "Pentingnya Vaksin Meningit is Bag i Calon Jemaah Haji," dalam
http://infoimunisasi.com/vaksinasi/pentingnya-vaksin-meningitis-bagi-calon-jemaah-haji/ (diakses
pada 27 Februari 2018, pada jam 13.00). 39
Muhammad, Tips Sehat, 87.
56
kartu kuning yang merupakan sertifikat yang berlaku secara
internasional dan sudah diakui di Arab Saudi sebagai bukti calon
jemaah sudah mendapatkan vaksinasi meningitis.40 Pemberian vaksin
meningitis dapat menekan jumlah korban jiwa akibat keganasan
penyakit infeksi selaput otak. Sudah banyak orang yang meninggal
disebabkan oleh meningitis, terlebih saat dimana vaksin belum
ditemukan. Dengan adanya vaksin setidaknya angka kematian dapat
ditekan serendah mungkin sehingga penyebarannya dapat dibatasi. 41
c. Melindungi para haji agar tidak membawa penyakit meningitis
kembali ke Indonesia.42
Melakukan vaksin bagi calon jemaah haji bukan hanya
melindungi mereka yang akan berkunjung tapi juga negara asal tujuan
kembalinya jemaah setelah berhaji atau umrah. Bila tak divaksin,
mereka yang terjangkit bakteri bisa menjadi carrier dan membawa
bakteri ke populasi yang lebih besar. Umumnya gejala meningitis
adalah nyeri di kepala, leher kaku, kulit kemerahan, penurunan
kesadaran dan kejang-kejang. Umumnya beberapa orang tak
menyadarinya, mengira hanya terserang flu biasa.43
Selain itu vaksinasi meningitis diberikan dalam rangka:
40
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo, " Haji atau Umrah Wajib Vaksin
Meningitis," dalam https://jateng.kemenag.go.id/berita/berita/detail/hajiumroh-wajib-vaksin-
meningitis/ , (d iakses 19 Maret 2018, jam 19.00). 41
Ana, "Vaksinasi Meningitis Manfaat dan Efek Samping," dalam
https://halosehat.com/penyakit/meningitis/ , (diakses pada tanggal 19 Maret 2018, jam 15.00). 42
Muhammad, Tips Sehat Haji, 87. 43
Kementerian Agama, "Menkes Res mikan Vaksin Meningit is Halal untuk Jemaah Haji,"
dalam https://kemenag.go.id/ , (d iakses pada tanggal 17 Maret 2018, jam 10.30).
57
a. Vaksinasi rutin kegiatan vaksinasi massal telah dilakukan untuk rakyat
Saudi Arabia walau masih menjadi perdebatan, negara lain seperti
Sudan juga menawarkan imunisasi massal pada rakyatnya. Sedangkan
negara-negara di sekitarnya secara rutin melakukan vaksinasi
meningitis pada anak sekolah. Vaksinasi ini sebagai kegiatan
pencegahan kepada mereka yang beresiko terkena meningitis. 44
b. Vaksinasi meningitis untuk pengendalian epidemi (KLB), sebagai
contoh: di negara-negara lingkaran Afrika (African belt) dilakukan
penguatan kegiatan surveillance dan manajemen kasus dengan
memberikan chloramphenicol, hal ini dilakukan untuk mengendalikan
KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit.45
c. Strategi badan kesehatan dunia (World Health Organization) Badan
kesehatan dunia mempromosikan dua jenis strategi termasuk persiapan
menghadapi epidemi, dan memberikan respons jika terjadi epidemi,
persiapan berfokus pada surveillance, deteksi kasus, investigasi dan
konfirmasi laboratorium.46
D. Kebijakan Penggunaan Vaksin Meningitis
Kawasan Timur Tengah merupakan daerah yang masuk dalam
endemik penyakit meningitis. Dikarenakan suhu dan kelembaban kawasan
Timur Tengah sesuai dengan kehidupan virus dan bakteri yang menjadi
penyebab meningitis. Karena masuk dalam kategori endemik, maka setiap
orang yang akan berkunjung kesana, tidak terkecuali calon jemaah haji dan
44
Muhammad, Tips Sehat Haji, 87. 45
Ibid, 88. 46
Ibid.
58
umrah Indonesia, dapat dengan mudah terinfeksi penyakit ini. Untuk
mencegah infeksi tersebut, maka vaksin meningitis harus diberikan.47
Pencegahan meningitis paling efektif adalah dengan melakukan
vaksinasi meningitis. Vaksinasi meningitis merupakan cara paling efektif dan
aman yang dapat memberikan perlindungan selama tiga tahun terhadap
serangan penyakit meningitis. Vaksin meningitis diwajibkan bagi jemaah
haji. Tanpa vaksinasi meningitis, dikhawatirkan para jemaah haji tertular
meningitis ketika menunaikan ibadah haji, akan membawa pulang penyakit
meningitis dan menimbulkan wabah meningitis di Indonesia.
Dalam catatan sejarah wabah atau epidemis yang hebat pernah terjadi
di Genava (Kota kantor pusat WHO berada). Namun, kejadian wabah ini
terjadi pada tahun 1805. Tidak saja di Genava, pada waktu yang hampir
bersamaan juga terjadi wabah di Medfield Massachussets, Amerika Serikat.
Kini penyakit ini masih menghantui negara dan bangsa-bangsa di subsahara
Afrika, terjadi wabah meningitis. Diperkirakan 10 persen dari manusia
khususnya dari Afrika subsahara adalah carrier atau pembawa penyakit.48
Pada tahun 2000, di Makkah terdapat wabah penyakit meningitis yang
menyebabkan 64 orang meninggal dunia. Oleh karena itu, pemerintah Arab
Saudi mewajibkan vaksinasi meningitis kepada semua calon jemaah haji dan
47
Nabila Elch irri, "Isu Kontemporer Mengenai Vaksin Meningitis," Analytica Islmaica, 2
(2015), 381. 48
Umar, Imunisasi Mengapa, 71.
59
jemaah umrah untuk mengurangi jumlah kejadian penyakit meningitis
tersebut.49
Di Indonesia pada tahun 1987 dan 2000 terjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB) meningitis meningokokus yang menimpa para jemaah haji di Arab
Saudi. Pada tahun 1987 terdapat 99 kasus meningitis meningokokus yang
menimpa jemaah haji Indonesia dan 40 diantaranya meninggal.50
Sedangkan pada tahun 2000, sebanyak 14 orang jemaah haji Indonesia
tertular penyakit ini. Sebanyak 6 orang dari 14 penderita meningitis tersebut
meninggal di Arab Saudi dengan penyebab kematian meningitis
meningokokus serogrup W – 135. Angka tersebut bertambah pada tahun 2001
menjadi 18 penderita dan enam di antaranya meninggal di Arab Saudi. 51
Berdasarkan kejadian-kejadian tersebut, pada tahun 2002 Kementerian
Kerajaan Arab Saudi mengharuskan negara-negara yang mengirimkan jemaah
haji untuk memberikan vaksinasi meningitis meningokokus dan
menjadikannya syarat pokok dalam pemberian visa haji dan umrah.
Kebijakan ini diperbaharui dengan Nota Diplomatik Kedubes Kerajaan Saudi
Arabia di Jakarta No. 211/ 94/71/577 tanggal 1 Juni 2006 yang ditujukan
kepada Departemen Luar Negeri tanggal 7 Juni 2006. Isinya memastikan
suntik meningitis (vaksinasi meningitis meningokokus ACYW 135) bagi
49
"Fatwa MUI Soal Faksin Meningitis," dalam http://www.bbc.co.uk/ , (diakses pada
tanggal 10 April 2018, jam 10.00). 50
Vinka Kumala, "Naik Haji atau Melancong ke Arab Saudi? Vaksin Dulu, Yuk!," dalam
https://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/ , (diakses pada tanggal 5 April 2018, Jam 10.00). 51
Tamam Elva, " Vaksinasi Meningitis Untuk Calon Jamaah Haji Dalam Pandangan
Hukum Islam," dalam https://www.kompasiana.com/ , (d iakses pada tanggal 5 April 2018, jam
15.00).
60
semua jemaah haji, umrah, dan bahkan TKW/TKI yang akan masuk ke Arab
Saudi.52
Selain itu di Indonesia kewajiban melakukan vaksin meningitis juga
diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji pasal 3 yang menyatakan penyelenggaraan
ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan
perlindungan yang sebaik baiknya bagi jemaah haji sehingga jemaah haji
dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.53
Perlindungan yang dimaksud dalam pasal tersebut termasuk dalam
perlindungan kesehatan jiwa jemaah haji dan umrah yang salah satunya
dengan mewajibkan jemaah haji dan umrah melakukan vaksin meningitis
sebelum berangkat ke Arab Saudi.
Pemberian vaksin meningitis dimaksud agar penyakit meningitis tidak
menyebar di Arab Saudi dan tidak menyebar ke negara-negara lain di luar
negara-negara Afrika. Setiap anggota calon jemaah haji dan umrah yang
sudah divaksinasi akan diberi sertifikat vaksinasi (Certificate of vaccination)
di Indonesia yang nantinya akan diperiksa di bandara kedatangan Arab Saudi.
Kebijakan pemerintah untuk memvaksinasi seluruh calon jemaah yang akan
bertemu dengan berbagai bangsa di Arab Saudi merupakan tindakan
52
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, "Seluruh Jemaah Haji Dan Petugas Akan
Divaksinasi Meningitis," dalam http://www.depkes.go.id/article/print/ , (diakses pada tanggal 23
Februari 2018, jam 15.30). 53
Undang Undang Republik Indonesia Nomor13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji.
61
pencegahan awal. Pemberian vaksin juga diberikan pada anggota keluarga
dari pasien yang positif terkena meningitis.54
Namun, kebijakan keharusan melakukan vaksinasi meningitis tidak
semata-mata disetujui dikalangan jemaah haji dan umrah. Terdapat jemaah
haji yang setuju dengan kebijakan tersebut, tetapi ada juga jemaah haji dan
umrah yang menolak untuk diberikan vaksin meningitis. Bagi jemaah yang
setuju mereka beranggapan pemberian vaksin tersebut sebagai pencegahan
agar tidak terkena penyakit meningitis ketika berada di Arab Saudi.
Sedangkan bagi jemaah yang menolak mereka beranggapan bahwa tubuh
mereka sudah kuat dan sehat tanpa perlu untuk melakukan vaksinasi
meningitis, ada juga yang menolak karena takut untuk disuntik. 55 Selain itu
ada juga yang menolak dengan alasan ribet dan mereka tidak mempunyai
waktu untuk melakukan itu.56
Alasan lainnya karena mereka baru saja mendapatkan suntikan yang
serupa pada saat melakukan umrah tetapi tidak dapat memperlihatkan
buktinya.57 Pada tahun 2014 terdapat calon jemaah haji kelompok terbang
pertama DKI Jakarta belum melakukan vaksin meningitis ia menolak untuk
melakukan vaksinasi karena beranggapan vaksin tersebut mengandung lemak
54
Muhammad, Tips Sehat Haji, 76-77. 55
Laporan Wartawan Tribun Medan, " Dua Jemaah Menghindar Divaksin Meningitis,"
dalam http://www.tribunnews.com/ , (diakses pada tanggal 21 Januari 2018, jam 11.00). 56
Redaksi, "Belasan Calhaj Solo Belum Meningitis," dalam https://haji.kemenag.go.id/,
(diakses pada tanggal 3 April 2018, jam 14.40). 57
Ramadhan, Bilal. "Calhaj Sempat Tolak Vaksin Meningit is." dalam
http://www.republika.co.id/. (Diakses pada tanggal 20 Januari 2018, jam 14.00).
62
babi karena ia tidak mau tubuhnya diberi zat yang tidak halal. 58 Seperti
halnya calon jemaah asal Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar
menolak diberi vaksin meningitis dan sudah membuat surat pernyataan tidak
mau melakukan vaksin meningitis karena soal kepercayaan.59
58
Informasi Haji, "Jemaah Harap Bersedia Divaksin," dalam https://insanitravel.com/ ,
(diakses pada tanggal 3 April 2018, jam 15.20). 59
Damanhuri Zuhri, “Calhaj Menolak Divaksin Meningitis”, dalam
http://www.republika.co.id/ , (d iakses pada tanggal 3 April 2018, jam 15.00).
63
BAB IV
TINJAUAN MAS}LAH}AH TERHADAP PENGGUNAAN VAKSIN
MENINGITIS PADA JEMAAH HAJI DAN UMRAH
A. Tinjauan Mas}lah}ah terhadap Tujuan Penggunaan Vaksin Meningitis pada
Jemaah Haji dan Umrah
Umat Islam sepakat bahwa tujuan ditetapkan hukum Islam tidak lain
adalah unuk merealisasikan kemaslahatan manusia. Sehingga ma}slah}ah sama
halnya dengan membekukan shari>'ah. Ini berdasarkan firman Allah SWT dalam
surat al-Anbiya> ayat 107, sebagai berikut:
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.S al-Anbiya> ayat 107). 1
Kemaslahatan adalah segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan,
berguna dan berfaedah bagi kehidupan manusia. Asas kemaslahatan hidup
mengandung pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat dilakukan
asalkan hubungan itu mendatangkan kebaikan, berguna serta berfaedah bagi
kehidupan manusia serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip shari>'ah.
Adapun bahwa kemaslahatan sebagai tujuan hukum Islam berkaitan
dengan menjaga kelima aspek terpenting dalam kehidupan manusia, hal ini
sebagaimana yang telah disepakati oleh para 'ulama bahwa kelima aspek itu
1 Al-Qur'an 21: 107.
64
adalah memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. kelima pokok tersebut
sangat urgen demi tegaknya shari>'ah. dan tidak ada yang lebih diprioritaskan
ketika terjadi benturan di antaranya. Imam al Ghaza>li mengatakan bahwa segala
tindakan yang mengandung pemeliharaan terhadap kelima unsur pokok
kehidupan manusia tersebut merupakan maslahat dan segala yang dapat
menghancurkan kelima unsur pokok itu adalah bahaya dan kerusakan.
Kemaslahatan jika dilihat dari segi prioritasnya, para „ulama us}u>l fiqh
mengategorikannya menjadi tiga tingkatan, yaitu mas}lah}ah d}aru>ri>yah, mas}lah}ah
h}a>jjiyah, mas}lah}ah tah}si>niyah.
Ma}slah}ah d}aru>ri>yah yaitu mas}lah}ah yang berkaitan dengan penegakan
atau kepentingan agama dan dunia, dimana tanpa kedatangannya akan
menimbulkan cacat dan cela. Ini merupakan dasar utama bagi beberapa mas}lah}ah
lain. Pengabaian terhadap mas}lah}ah d}aru>riyah dapat berakibat pada terganggunya
kehidupan dunia, hilangnya kenikmatan dan turunnya azab di akhirat. 2 Ma}slah}ah
h}a>jjiyah merupakan kemaslahatan yang tingkat kebutuhan manusia kepadanya
tidak pada tingkatan d}aru>riyah. Bentuk kemaslahatannya tidak secara langsung
bagi pemenuhan kebutuhan pokok yang lima, tetapi secara tidak langsung
menuju ke arah sana seperti dalam hal yang memberi kemudahan bagi
pemenuhan kebutuhan hidup manusia.3 Sedangkan ma}slah}ah tah}si>niyah
kemaslahatan yang sifatnya pelengkap berupa keleluasaan yang dapat
2 Ma'sum Zein, Ilmu Ushul Fiqh, 199.
3 Amir, Ushul Fiqh Jilid 2, 322.
65
melengkapi kemaslahatan sebelumnya. Atau yang mas}lah}ah kebutuhan hidup
manusia kepadanya tidak sampai pada tingkatan d}aru>riyah, juga tidak samapai
pada tingkatan h}a>jjiyah, namun kebutuhan tersebut perlu dipenuhi dalam rangka
memberi kesempurnaan dan keindahan bagi kehidupan manusia. 4.
Sesuai dengan tingkatannya, maka yang paling utama adalah tingkatan
ma}slah}ah d}aru>ri>yah, kemudian h}a>jjiyah dan yang terakhir adalah ma}slah}ah
tah}si>niyah. Apabila dengan ma}slah}ah tah}si>niyah belum dapat tercapai maka
harus dicapai dengan ma}slah}ah h}a>jjiyah atau ma}slah}ah d}aru>ri>yah. Tetapi, apabila
dengan ma}slah}ah tah}si>niyah dan h}a>jjiyah juga tidak bisa dicapai maka harus
dicapai dengan ma}slah}ah d}aru>ri>yah. Tingkatan-tingkatan kepentingan tersebut
berlaku untuk melindungi tujuan hukum Islam yang lima tanpa terkecuali. 5
Umat Muslim yang akan melakukan ibadah haji harus melakukan
vaksinasi meningitis. Vaksinasi tersebut dilakukan minimal sebulan sebelum
pemberangkatan. Ini dilakuakan sebagai upaya untuk menanggulangi
terjangkitnya virus Neisseria Meningitidis atau virus meningitis yang dapat
menyebabkan infeksi selaput otak.
Meningitis merupakan penyakit infeksi radang selaput otak. Dari
beberapa selaput/membran otak, ada yang disebut meninges yaitu salah satu
selaput / membran yang melapsi otak. Penyebabnya biasanya karena bakteri,
virus atau jamur. Organisme ini bisa sampai ke dalam cairan otak dan menyerang
4 Totok, Kamus Ilmu, 207.
5Abu Zahrah, Ushul Fiqih, 586.
66
bagian selaput meningitis. Dari semua organisme dan penyebabnya, bakteri
adalah penyebab meningitis yang paling parah manifestasinya. Sedangkan
penyebab oleh jamur sangat jarang ditemukan dan umumnya terjadi pada mereka
yang mengalami penurunan daya tahan tubuh seperti pada penyakit HIV / AIDS.6
Meningitis merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian paling
utama, sebagaimana dalam buku panduan kesehatan haji dan umrah yang
dikeluarkan oleh DEPKES RI, ada lima penyakit menular yang paling
diperhatikan selama ibadah haji baik ditinjau dari keparahan dan sering terjadi
yaitu meningitis, ISPA dan influenza, polio, diare dan infeksi melalui cairan
tubuh (darah).7
Meningitis memang menjadi perhatian karena penyakit ini cukup cepat
menyebar dan menular kemudian jika sudah terkena, penyakit ini sangat cepat
menjadi parah. Dalam hitungan beberapa hari mereka yang terkena infeksi ini
bisa menjadi kritis bahkan meninggal dunia. Apalagi kondisi jemaah haji yang
umumnya fisik mereka telah terpakai banyak dengan rangkaian aktifitas ibadah
haji.8
Vaksin meningitis sebaiknya diberikan antara 10-14 hari sebelum
berangkat. Rentang waktu ini adalah yang paling efektif karena antibodi sudah
sedang terbentuk dengan maksimal. Antibodi ini bisa melawan dan
meminimalkan efek dari bakteri jika tubuh terinfeksi. Sehingga potensi tertular
6 Raehanul, Vaksinasi Mubah, 99-100.
7 Ibid.
8 Ibid, 101.
67
bisa berkurang dan bagi mereka yang membawa penyakit meningitis bisa
ditekan. Perlu diketahu juga bahwa tidak hanya jemaah haji dan umrah yang
menggunakan vaksin meningitis, akan tetapi para para tenaga kerja yang bekerja
di tanah Arab Saudi juga menggunakan vaksin ini.9
Pemberian vaksin meningitis kepada jemaah yang akan melakukan
perjalanan haji dan umrah merupakan suatu keharusan yang ditetapkan oleh
pemerintah Indonesia maupun pemerintah negara lain. Namun, kebijakan
keharusan melakukan vaksinasi meningitis tidak serta merta disetujui di kalangan
jemaah haji dan umrah. Terdapat jemaah haji yang setuju dengan kebijakan
tersebut, tetapi ada juga jemaah haji dan umrah yang menolak untuk diberikan
vaksin meningitis. Bagi jemaah yang setuju mereka beranggapan pemberian
vaksin tersebut sebagai pencegahan agar tidak terkena penyakit meningitis ketika
berada di Arab Saudi. Sedangkan bagi jemaah yang menolak mereka
beranggapan bahwa tubuh mereka sudah kuat dan sehat tanpa perlu untuk
melakukan vaksinasi meningitis, ada juga yang menolak karena takut untuk
disuntik, selain itu ada juga yang menolak dengan alasan ribet dan mereka tidak
mempunyai waktu untuk melakukan itu. Alasan lainnya karena mereka baru saja
mendapatkan suntikan yang serupa pada saat melakukan umrah tetapi tidak dapat
memperlihatkan buktinya.
Vaksinasi meningitis sengaja diberikan dengan tujuan sebagai
pencegahan dan untuk melindungi para calon haji agar tidak tertular penyakit
9Ibid, 102.
68
meningitis sewaktu berkunjung ke Arab Saudi, karena saat musim haji dan
umrah Arab Saudi merupakan tempat berkumpulnya umat Muslim dari seluruh
dunia. Berkumpulnya manusia dalam jumlah sangat besar tersebut meningkatkan
risiko penularan penyakit, termasuk penyakit meningitis.10
Selain itu, pemerintah juga mengharuskan vaksinasi meningitis bagi
jemaah haji, umrah dan semua orang yang akan berkunjung ke Timur Tengah
sebagai syarat administratif untuk memperoleh visa. 11 Kementerian Kesehatan
Kerajaan Arab Saudi, sejak tahun 2002 telah mewajibkan negara-negara yang
mengirimkan jemaah haji dan umrah untuk memberikan vaksinasi meningokokus
sebagai syarat pokok pemberian visa haji dan umroh, dalam upaya mencegah
penularan meningitis meningokokus. Sehingga untuk memenuhi persyaratan
Internasional sesuai permintaan pemerintah Arab Saudi pemerintah Indonesia
juga mewajibkan kepada semua jemaah haji dan umrah untuk melakukan
vaksinasi meningitis terlebih dahulu.
Perkara yang menjadi penyempurna dari perkara wajib, hukumnya juga
wajib.12
Berdasarkan kaidah di atas, dapat diambil pemahaman bahwa perkara
yang menjadi penyempurna dari perkara yang wajib hukumnya juga ikut wajib,
10
Titik (Dinas Kesehatan), Wawancara,12 Maret 2018. 11
Ibid, 87. 12
Siroj Munir, " Penjelasan Qoidah Fiqih "Ma La Yatimmul Wajib Illa Bihi Fahuwa Wajib,"
dalam http://www.fikihkontemporer.com/2013/05/penjelasan-qoidah-fiqih -ma-la-yatimmul.html ,
(diakses pada tanggal 15 Maret 2018, jam 19.00).
69
maka perkara yang asalnya tidak wajib menjadi dihukumi wajib pula karena
menjadi penyempurna perkara yang wajib. Salah satu syarat untuk mendapatkan
visa baik haji maupun umrah yaitu dengan melakukan vaksinasi meningitis agar
bisa menunjukkan bukti kartu kuning atau International Certificate of
Vaccination. Maka, melakukan vaksinasi meningitis dihukumi wajib dan harus
dilakukan oleh seluruh jemaah.13
Pemberian vaksin meningitis juga bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan jema‟ah haji sebelum keberangkatan, menjaga agar jema‟ah haji dalam
kondisi sehat selama menunaikan ibadah, sampai tiba kembali di tanah air dan
mencegah terjadinya transmisi penyakit menular. Ditakutkan dengan tertularnya
penyakit tersebut dapat membawa penyakit tersebut ke Indonesia maka dari itu
pemeritah mewajibkan bagi calon jemaah haji atau umrah untuk melakukan
vaksinasi meningitis 10 hari sebelum pemberangkatan, karena jika kurang dari
masa tersebut dikhawatirkan sistem antibodi yang diberikan melalui suntik
tersebut tidak tebentuk secara sempurna.14
Dalam al Qur'a>n maupun h}adi>th tidak ada yang menjelaskan penggunaan
vaksin meningitis bagi jemaah haji. Akan tetapi dalam al Qur'a>n terdapat
larangan untuk menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan, sebagaimana dalam ayat
berikut ini:
13
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2016 Tentang
Pemberian Sert ifikat Vaksinasi Internasional 14
Muhammad Asri, Tips Sehat Haji, 87.
70
. Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S Al- Baqa>rah (2) ayat 195)16.
Selain itu di dalam ayat lain juga terdapat larangan untuk tidak menyakiti
diri sendiri, sebagaimana dalam surat al Nisa>' ayat 29 berikut ini :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. (Q.S al Nisa>' (4) ayat 29)18.
Berdasarkan ayat tersebut, Islam melarang berbagai tindakan yang
membahayakan fisik/badan atas nama pendekatan keagamaan sekalipun
sebagaimana tersebut dalam firman Allah SWT di atas. Maka dari itu orang yang
sakit sudah selayaknya untuk berobat, menjaga kesehatan juga merupakan bagian
dari ayat di atas.
Mengingat pentingnya kesehatan sebagaimana diungkapkan dalam ayat
di atas, maka menjaga kesehatan merupakan perintah wajib bagi setiap muslim.
15
Al-Qur'an 2: 195 16
Departemen Agama RI, Robbani Al-Qur'an Per Kata Tajwid Warna (Jakarta Timur: PT
Surya Primsa Sinergi, 2012), 31. 17
Al-Qur'an 4: 29 18
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Per Kata, 84.
71
Karena dalam kaidah hukum Islam perintah terhadap sesuatu juga berarti
perintah untuk melaksanakan perantaranya.19 Artinya jika membangun
badan/fisik yang sehat merupakan perintah wajib, maka melakukan perbuatan
untuk menjaga kesehatan hukumnya wajib pula. Menjaga badan dari hal yang
membahayakan termasuk salah satu cara untuk menjaga kesehatan jiwa.
Melakukan vaksin meningitis tersebut termasuk dalam kategori menjaga
kesehatan jiwa dan menjaga keselamatan agama (Din). Apabila jemaah haji dan
umrah dapat menjaga kesehatan jiwa maka mereka dapat beribadah dengan
lancar. Selain itu jemaah haji dan umrah dapat menunaikan ibadahnya sesuai
dengan ketentuan ajaran agama Islam. Sehingga kewajiban beribadah dapat
terpenuhi yang dalam hal ini untuk melakukan ibadah haji dan umrah. Oleh
karenanya, pemberian vaksin meningitis selain menjaga kesehatan jiwa sekaligus
sebagai upaya untuk menjaga kewajiban dalam hal keselamatan agama.
Seseorang yang akan melakukan ibadah haji maupun umrah jika tidak
melakukan vaksinasi meningitis, maka secara tidak langsung orang tersebut
mendekati bahaya atau kerusakan pada dirinya. Selain itu juga mengakibatkan
tidak lancarnya dalam melakukan ibadah haji dan umrah. Berarti dalam hal ini di
dalam pemberian vaksin meningitis terdapat upaya untuk melakukan penjagaan
terhadap agama dan jiwa. Oleh karena itu, dalam hal ini pemberian vaksin
meningitis termasuk dalam kategori ma}slah}ah d}aru>ri>yah, sebab Islam juga sangat
19
Al Ahkam Al Asy Syari'ah, "Kaidah-kaidah Ushul Fiqih," dalam
https://massalaam.wordpress.com/ , (d iakses pada tanggal 18 Maret 2018, jam 14.00).
72
mendorong umatnya untuk selalu menjaga kesehatan yang salah satunya dapat
dilakukan dengan upaya preventif, yang dalam ibadah haji dan umrah salah
satunya dengan melakukan vaksin meningitis kepada jemaah haji dan umrah
yang akan melakukan perjalanan ke daerah endemik meningitis.
B. Tinjauan Mas}lah}ah terhadap Kandungan Vaksin Meningitis yang
digunakan pada Jemaah Haji dan Umrah
Kemaslahatan adalah segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan,
berguna dan berfaedah bagi kehidupan manusia. Asas kemaslahatan hidup
mengandung pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat dilakukan
asalkan hubungan itu mendatangkan kebaikan, berguna serta berfaedah bagi
kehidupan manusia serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Setiap ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT tidak lain
bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan bagi manusia. Begitu pula, dalam
menciptakan suatu kemaslahatan pada dasarnya harus mengutamakan
kemaslahatan umum, dan tidak semata-mata untuk memberikan keuntungan
kepada salah satu pihak. Di dalam pembahasan sebelumnya, mas}lah}ah jika
dilihat dari eksistensinya dibagi menjadi tiga, yakni:
Mas}lah}ah al-mu'tabarah adalah mas}lah}ah yang diperhitungkan oleh Sya>ri'
yang memerhatikan mas}lah}ah tersebut. Maksudnya, ada petunjuk dari Sya>ri' ,
73
baik langsung maupun tidak langsung, yang memberikan penunjuk adanya
mas}lah}ah yang menjadi alasan dalam menetapkan hukum.20
Mas}lah}ah al-Mulghah adalah mas}lah}ah yang dianggap baik oleh akal,
tetapi tidak diperhatikan oleh syara' dan ada petunjuk syara' yang menolaknya.
Hal ini berarti akal menganggapnya baik dan telah sejalan dengan tujuan syara'
namun ternyata syara' menetapkan hukum yang berbeda dengan apa yang
dituntut oleh mas}lah}ah itu.21
Mas}lah}ah mursalah adalah apa yang dipandang baik oleh akal, sejalan
dengan tujuan syara' dalam menetapkan hukum, tetapi tidak ada petunjuk syara'
yang memperhitungkannya dan tidak ada petunjuk syara' yang menolaknya.22
Mas}lah}ah mursalah yang dimaksudkan oleh ahli ushul fiqih adalah bahwa
terdapat satu makna yang dirasa ketentuan itu cocok dengan akal sedang dalil
yang disepakati tentang hal tersebut tidak terdapat.23
Ketiga penggolongan di atas dimaksudkan sebagai bagian dari jawaban
ketika persoalan sudah sampai kepada soal keabasahan soal keabsahan aturan
hukum. Jika dalam Islam hukum selalu dikatakan sebagai hukum Allah, maka
untuk permasalahan keabsahan hukum masih ada pertanyaan lanjutan yaitu, "Apa
kriteria untuk memutuskan bahwa hukum atau aturan baru telah dibuat sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam". Oleh karena itu, pemikir hukum dituntut untuk
20
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih Jilid 2 Cetakan Kelima (Jakarta: Kencana, 2008), 351. 21
Amir, Ushul Fiqh, 353. 22
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam Di Indonesia (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2006), 265. 23
Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih (Jakarta: Kencana, 2010), 160.
74
memberi argumentasi yang benar sebagai bentuk pertanggungjawaban atau
pendapatnya.24
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam BAB III, bahwa umat Islam
yang akan melakukan ibadah haji dan umrah harus melakukan vaksinasi
meningitis. Vaksinasi tersebut dilakukan minimal sebulan sebelum
pemberangkatan. Ini dilakuakan sebagai upaya untuk menanggulangi
terjangkitnya virus Neisseria Meningitidis penyakit radang selaput otak dan
selaput sumsum tulang yang terjadi secara akut dan cepat menular. 25
Yang menjadi permasalahan pada analisis yang kedua ini pernyataan dari
Tim Glaxo Smith Kline Beecham Pharmaceutical Belgia Produsen Mencevax
ACW135Y di kantor Departemen Kesehatan pada tanggal 22 Mei 2009 bahwa
bahan aktif Vaksin Meningitis Mencevax ACW135Y berasal dari koloni bakteri
yang dibiakkan atau ditumbuhkan pada bahan media yang mengandung enzim
dan lemak babi.26 Terkait dengan kandungan yang ada dalam vaksin meningitis
yang digunakan oleh para jemaah haji dan umrah, terdapat unsur babi sebagai
katalisator, diantaranya diambil dari pankreas babi. Di mana hewan yang
bernama babi itu sudah dihukumi haram oleh Allah SWT, yang berdampak pada
pro kontra para calon jemaah haji dan umrah untuk melakukan vaksin meningitis
pada saat akan berangkat ibadah haji dan umrah.
24
Abdul, Hukum Manusia sebagai , 305. 25
Atikah, Imunisasi 68. 26
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Vaksin
Meningitis Bagi Jemaah Haji Dan Umrah
75
Vaksin meningitis yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit
meningitis pada saat itu adalah vaksin meningitis yang mengandung unsur babi.
Oleh karena itu, diterbitkanlah Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 5 Tahun
2009 Tentang Penggunaan Vaksin Meningitis Bagi Jemaah Haji Dan Umrah.
Dalam fatwa tersebut menjelaskan bahwa vaksin meningitis Mencevax
ACW135Y yang diproduksi oleh Glaxo Smith Kline Beecham Pharmaceutical
Belgia yang dalam proses pembuatannya mempergunakan bahan dari babi atau
yang dalam proses pembuatannya telah terjadi persinggungan atau persentuhan
dengan bahan babi adalah haram.
Kebolehan menggunakan vaksin meningitis berbahan haram pada saat itu
karena kondisi mendesak sehingga dapat dijadikan alasan mengenai bolehnya
melakukan beberapa perbuatan yang dilarang. Sehingga, penggunaan vaksin
meningitis yang mengandung unsur babi sebagai katalisator diperbolehkan
karena keadaan memaksa dan belum ada vaksin meningitis lain yang dapat
menggantikan vaksin meningitis yang mengandung unsur babi pada saat itu.
Vaksin ini digunakan di Indonesia sejak diwajibkannya penggunaan vaksin
meningitis oleh Kementerian Kerajaan Arab Saudi pada tahun 2002 sampai tahun
2009.
Setelah itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan pembaharuan
terkait penggunaan vaksin meningitis pada jamaah haji dan umrah melalui Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 6 Tahun 2010 tentang Penggunaan Vaksin
Meningitis Pada Jamaah Haji dan Umrah. Dalam fatwa tersebut dijelaskan,
76
bahwa Vaksin Mencevax™ ACW135Y yang diproduksi oleh Glaxo Smith Kline
Beecham Pharmaceutical Belgia hukumnya haram, karena dalam proses
produksi vaksin di perusahaan ini perrnah bersentuhan dengan bahan yang
tercemar babi. Sedangkan Vaksin Menveo Meningococcal yang diproduksi oleh
Novartis Vaccine and Diagnostics S.r.i. Italia dan Vaksin Meningococcal yang
diproduksi Zheijiang Tianyuan Bio Pharmaceutical Co.Ltd China hukumnya
halal. Dan vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin yang halal.
Dalam Fatwa MUI dijelaskan proses produksinya tidak bersentuhan
dengan babi atau bahan yang tercemar babi tapi bersentuhan dengan bahan najis
selain babi dapat disucikan kembali. Akan tetapi pro kontra vaksin meningitis
mengandung bahan yang haram tidak sampai di sini saja. Misalnya pada tahun
2014 terdapat calon jemaah haji kelompok terbang pertama DKI Jakarta belum
melakukan vaksin meningitis ia menolak untuk melakukan vaksinasi karena
beranggapan vaksin tersebut mengandung lemak babi karena ia tidak mau
tubuhnya diberi zat yang tidak halal.27 Seperti halnya calon jemaah asal
Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar menolak diberi vaksin
meningitis dan sudah membuat surat pernyataan tidak mau melakukan vaksin
meningitis karena soal kepercayaan.28
27
Informasi Haji, "Jemaah Harap Bersedia Divaksin," dalam https://insanitravel.com/ ,
(diakses pada tanggal 3 April 2018, jam 15.20). 28
Damanhuri Zuhri, “Calhaj Menolak Divaksin Meningitis”, dalam
http://www.republika.co.id/ , (d iakses pada tanggal 3 April 2018, jam 15.00).
77
Guru besar Kimia Medical Organik dari Universitas Gajah Mada Prof.
Dr. Umar Anggara Jenis menjelaskan, bahwa proses pembibitan vaksin semua
dikerjakan oleh pabrik master seed alias pembuat nenek moyang kuman dari
Belanda. Baik Glaxo Smith Kline Beecham Pharmaceutical Belgia atau
produsen vaksin lain ternyata sama-sama membeli dari pabrik tersebut.
Semuanya haram karena nenek moyang vaksin ini bersinggungan dengan unsur
babi.
Namun, dalam penggunannya vaksin meningitis telah diwajibkan
Kementerian Kerajaan Arab Saudi sejak tahun 2002 dengan mensyaratkan
negara-negara yang mengirimkan jemaah haji dan umrah untuk memberikan
vaksinasi meningitis meningokokus dan menjadikannya syarat pokok dalam
pemberian visa haji dan umrah. Sehingga semua orang akan dikasih kartu kuning
atau International Certificate of Vaccination sebagai bukti bila sudah
divaksinasi. dalam hal ini berarti penggunaan vaksin meningitis yang didalamnya
terdapat kandungan babi menjadi wajib karena keadaan darurat. Di dalam
kaidah-kaidah juga telah dijelaskan:
Artinya: Kondisi darurat dapat membolehkan sesuatu yang dilarang. 29
Kaidah ini didasarkan pada kandungan ayat berikut :
29
Moh. Kurdi Fadal, Kaidah-kaidah Fikih (Jakarta: CV Artha Rivera, 2008), 66.
78
Artinya: …Padahal Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa
yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa (Q.S. al-An'a>m (6):
119)30
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain
Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
32. (Q.S. al-An'a>m (6): 145)
Berdasarkan kaidah fiqhiyah dan ayat tersebut bahwa Islam menjelaskan
secara terperinci mengenai sesuatu yang dilarang atau diharamkan. Larangan-
larangan tersebut tidak boleh dilakukan kecuali alasan yang dibenarkan. Dalam
ayat tersebut dijelaskan di antara alasan yang dibenarkan adalah kondisi sangat
terpaksa (darurat). Pada tahun 2000, di Makkah terdapat wabah penyakit
meningitis yang menyebabkan 64 orang meninggal dunia. 33 Di Indonesia sendiri
tahun 2000, sebanyak 14 orang jamaah haji Indonesia tertular penyakit ini.
Sebanyak 6 orang dari 14 penderita meningitis tersebut meninggal di Arab Saudi
30
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Per Kata,246. 31
Al-Qur'an 6:145. 32
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Per Kata, 267. 33
"Fatwa MUI Soal Faksin Meningitis," dalam http://www.bbc.co.uk/ , (d iakses pada tanggal
10 April 2018, jam 10.00).
79
dengan penyebab kematian meningitis meningokokus serogrup W – 135.34 Jadi,
menurut kaidah di atas kondisi mendesak dapat dijadikan alasan mengenai
bolehnya melakukan beberapa perbuatan yang dilarang.
Memang di dalam al qur’a>n maupun h}adi>th tidak terdapat ayat yang
secara eksplisit menyebutkan kebolehan menggunakan vaksin meningitis yang
mengandung unsur babi. Karena faktanya tidak bisa menghindari enzim babi
dalam proses pembuatan vaksin meningitis tersebut. Jika dilihat dari kandungan
dalam pembuatan vaksin meningitis tersebut termasuk dalam kategori mas}lah}ah
mursalah, yang dirasa ketentuan itu cocok dengan akal sedangkan tidak terdapat
dalil yang menunjukkan mendukung maupun dalil yang menolak tentang hal
tersebut. Tetapi kebolehan menggunakan vaksin meningitis yang mengandung
unsur babi tersebut didukung oleh kaidah-kaidah fiqh dengan alasan kondisi yang
memaksa. Jadi, fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) No
6 Tahun 2010 tentang Penggunaan Vaksin Meningitis Pada Jamaah Haji dan
Umrah di dalamnya terdapat unsur mas}lah}ah sebab lebih banyak bahaya yang
ditimbulkan apabila jemaah tidak melakukan vaksin meningitis. Pemberian
vaksin meningitis tersebut sebagai pencegahan agar tidak terkenan penyakit
meningitis atau radang selaput otak pada saat melakukan ibadah haji maupun
umrah di tanah suci yang menyebabkan kematian.
34
Tamam Elva, " Vaksinasi Meningit is Untuk Calon Jamaah Haji Dalam Pandangan Hukum
Islam," dalam https://www.kompasiana.com/ , (d iakses pada tanggal 5 April 2018, jam 15.00).
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemberian vaksin meningitis kepada jemaah yang akan melakukan
perjalanan haji dan umrah merupakan suatu keharusan yang ditetapkan
oleh pemerintah Indonesia maupun pemerintah negara lain. Kebijakan
keharusan melakukan vaksinasi meningitis tidak serta merta disetujui di
kalangan jemaah haji dan umrah. Terdapat jemaah haji yang setuju dengan
kebijakan tersebut dan juga terdapat jemaah haji yang menolak kebbijakan
tersebut. Jika ditinjau dari segi ma}slah}ah tujuan penggunaan vaksin
meningitis pada jemaah haji dan umrah termasuk dalam kategori ma}slah}ah
d}aru>ri>yah di mana melakukan vaksin meningitis tersebut termasuk dalam
kategori menjaga kesehatan jiwa dan keselamatan agama. Apabila jemaah
haji dan umrah dapat menjaga kesehatan jiwa maka mereka dapat
beribadah dengan lancar. Sehingga kewajiban beribadah dapat terpenuhi
yang dalam hal ini untuk melakukan ibadah haji dan umrah. Oleh
karenanya, pemberian vaksin meningitis selain menjaga kesehatan jiwa
sekaligus sebagai upaya untuk menjaga kewajiban dalam hal keselamatan
agama.
2. Vaksin meningitis yang digunakan oleh jemaah haji dan umrah adalah
Mencevax ACW135Y yang dirpoduksi oleh Glaxo Smith Kline Beecham
Pharmaceutical Belgium pernah bersentuhan dengan bahan yang tercemar
babi. Sehingga menyebabkan terjadinya pro kontra dalam penggunaan
81
vaksin meningitis. Informasi kehalalan vaksin meningitis menjadi alasan
sebagian calon jemaah haji menolak pemberian vaksin. Padahal MUI telah
mengeluarkan fatwa terkait vaksin meningitis yang halal. Tetapi
sebenarnya induk vaksin meningitis yang dihalalkan oleh MUI tersebut
asalnya juga sama dari Belanda sama seperti induk vaksin yang
diharamkan oleh MUI. Jika dilihat dari kandungan dalam pembuatan
vaksin meningitis tersebut termasuk dalam kategori mas}lah}ah mursalah,
yang dirasa ketentuan itu cocok dengan akal sedangkan tidak terdapat dalil
yang menunjukkan mendukung maupun dalil yang menolak tentang hal
tersebut. Tetapi kebolehan menggunakan vaksin meningitis yang
mengandung unsur babi tersebut didukung oleh kaidah-kaidah fiqh dengan
alasan kondisi yang memaksa. Jadi, fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) No 6 Tahun 2010 tentang Penggunaan Vaksin
Meningitis Pada Jamaah Haji dan Umrah di dalamnya terdapat unsur
mas}lah}ah sebab lebih banyak bahaya yang ditimbulkan apabila jemaah
tidak melakukan vaksin meningitis.
B. Saran
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi jemaah haji dan umrah
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan selama melaksanakan
ibadah haji dan umrah di Arab Saudi alangkah lebih baiknya jika jemaah
melakukan vaksi meningitis. Karena hal tersebut juga untuk kebaikan para
82
jemaah agar terhindar dari menakutkannya kuman Neisseria Meningitidis
yang menyebabkan terserangnya penyakit meningitis.
2. Bagi peneliti
Bagi peneliti selanjutnya, khususnya mahasiswa/i IAIN Ponorogo untuk
lebih meningkatkan penelitiannya di bidang sosial kesehatan yang masih
banyak diperdebatkan dikalangan para ahli maupun para ulama. Sehingga
menambah kajian Islam terhadap bidang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mudhofir. Masail Fiqhiyyah Isu-isu Fikih Kontemporer. Yogyakarta: Teras, 2011.
Achamdi, Umar Fahmi. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: Kompas, 2006.
Al-Banna, Jamal. Manifesto Fiqih Baru 3. t.tp.: Erlangga 1997.
Amin, Muhammad Asri. Tips Sehat Haji Dan Umrah. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2017.
Ardiyantari, Mutia Ika. "Transparasi Pelayanan Dalam Vaksinasi Meningitis Calon Jamaah Umrah (Studi Di KKP Kelas II Probolinggo Wilker
Pelabuhan TanjungWangi Kabupaten Banyuwangi)," Skripsi (Jember: Universitas Jember, 2014).
As Sidawi, Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar. Fiqih Kontemporer Berdasarkan Dalil dan Kaidah Ilmiyah. Gresik: Yayasan Al-Furqon Al-Islami, 2014.
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Falsafah Hukum Islam. Semarang:
PT Pustaka Rikzy Putra, 2001.
Asmawi. Perbandingan Ushu Fiqh. Jakarta: Amzah, 2013.
Awalludin, Nurul Slamet. "Analisis Fatwa MUI No 6 Tahun 2010 (Tentang Penghalalan Vaksin Meningitis bagi Calon Jama’ah Haji Indonesia)," Skripsi (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2010).
Bahraen, Raehanul. Vaksinasi Mubah Dan Bermanfaat. Yogyakarta: Pustaka
Muslim, 2016.
Damanuri, Aji. Metodologi Penelitian Muamalah. Ponorogo: STAIN Po Press, 2010.
Departemen Agama RI. Robbani Al-Qur'an Per Kata Tajwid Warna. Jakarta Timur: PT Surya Primsa Sinergi, 2012.
Djalil, Basiq. Ilmu Ushul Fiqih. Jakarta: Kencana, 2010.
Elchirri, Nabila. "Isu Kontemporer Mengenai Vaksin Meningitis," Analytica Islmaica, 2 (2015), 381.
Fadal, Moh. Kurdi. Kaidah-kaidah Fikih. Jakarta: CV Artha Rivera, 2008.
Fanani, Ahwan. Evolusi Ushul Fiqh: Konsep dan Pengembangan Metodologi
Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 5 tahun 2009 tentang Penggunaan
Vaksin Meningitis Bagi Jamaah Haji dan Umrah.
Fatwa MUI No. 6 tahun 2010 tentang Penggunaan Vaksin Meningitis Bagi Jamaah Haji dan Umroh Indonesia.
Hamidin, Aep Syaiful. Buku Lengkap Imunisasi Untuk Anak . Yogyakarta: Saufa, 2014.
Huda, Miftahul. Filsafat Hukum Islam. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2006.
Ibnu Rusyd, Al-Faqih Abdul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad. Bidayatul Mujtahid analisa Fiqih Para Mujtahid. Jakarta : Pustaka
Amani, 2007.
Irianti, Koes. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular.
Bandung:Alfabeta, 2014.
Jumntoro, Totok dan Samsul Munir Amin. Kamus Ilmu Ushul Fikih. Jakarta: Amzah, 2009.
Khalaf, Abdul Wahhab. Ilmu Ushul Fikih. Jakarta: Pustaka Amani, 2003.
Khusairi, Ahmas. Evolusi Ushul Fiqh Konsep dan Pengembangan Metodologi
Hukum Islam. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta, 2013.
Lisnawati, Lilis. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta Timur : CV Trans Info Media, 2011.
Manan, Abdul. Reformasi Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006.
Markum, A.H. Imunisasi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987.
Milatussaniah, Yahya. "Tinjauan Maslahah Terhadap Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak". (Skripsi, IAIN Ponorogo,2017).
Moleong, Lexy J. Metodologo Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013.
Mufid, Muhammad. Ushul Fiqh Ekonomi Dan Keuangan Kontemporer. Jakarta:
Prenada Media Group, 2016.
Mulyani, Nina Siti. Imunisasi Untuk Anak. Yogyakarta: Nuha medika, 2013.
Naim, Ngainun. Sejarah Pemikiran Hukum Islam. Yogyakarta: Teras, 2009.
Pasha, Musthafa Kamal dkk. Fikih Islam Sesuai Dengan Putusan Majelis Tarjih.
Yogyakarta : Citra Karsa Mandiri, 2002.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional
Praja, Juhaya S. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Proverawati, Atikah, dkk. Imunisasi Dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika,
2010.
Pudiastuti, Ratna Dewi. Waspadai Penyakit Pada Anak . Jakarta: PT Indeks, 2011.
Rezeki, Sri. Panduan Imunisasi Anak. t.tp.:Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011.
Rokamah, Ridho. Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah. Ponorogo: STAIN PO Press, 2015.
Romli. Studi Perbandingan Ushul Fiqh. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014.
Rusyan, Tabrani. Disiplin Berhaji Menuju Haji Mabrur. Bandung: Yrama Widya, 2017.
Sahala, Aldo. 45 Penyakit Dan Ganguan Saraf Deteksi Dini & Atasi 45 Penyakit
Dan Gangguan Saraf. Yogyakarta: Andi Offset, 2014.
Saleh, Abdul Mun'im. Hukum Manusia sebagai Hukum Tuhan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks, 2012.
Siroj, Malthuf. Paradigma Ushul Fiqh. Yogyakarta: CV Pustaka Ilmu Grup
Yogyakarta, 2013.
Sri, Hantari (Bidan Puskesmas Jetis). Hasil WawancarA. 16 Juli 2018.
Supyan, Abdul. " Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Vaksinasi Meningitis Oleh Jamaah Umrah Di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Semarang Tahun 2016." Skripsi (Semarang: Universitas Dian Nuswantoro, 2016).
Suratmaputra, Ahmad Munif. Filsafat Hukum Islam Al-Ghazali. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.
Suwarjin. Ushul Fiqh. Yogyakarta: Penerbit Teras, 2012.
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh Jilid 2 Cetakan Pertama. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999 .
---------. Ushul Fiqih Jilid 2 Cetakan Kelima. Jakarta: Kencana, 2008.
---------. Garis-Garis Besar Ushul Fiqh. Jakarta: Prenada Media Grup, 2012.
Syukur, Asywadie. Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih. Surabya: PT Bina Ilmu Offset, 1990.
Sukamti, Titik SKM (Kepala Seksi Surveilans & Imunisasi Dinas Kesehatan
Ponorogo), Hasil Wawancara,12 Maret 2018.
Ulfah, Isnatin. Fiqih Ibadah Menurut Al-Qur'an, Sunnah dan Tinjauan Berbagai Madzhab. Ponorogo : STAIN Po PRESS, 2009.
Ummam, Khairul. Ushul Fiqh 1. Bandung: CV Pustaka Setia, 1998.
Wahab, Samik. Sistem Imun, Imunisasi, Dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya
Medika, 2002.
Widi, Restu Kartiko. AsasMetodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Zahra, Muhammad Abu. Ushul Fiqih. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016.
Zain, Muhammad Ma'sum. Ilmu Ushul Fiqh. Jombang: Darul Hikmah, 2008.
“Menveo (A, C, Y, W)” dalam http://isep.sunpter.com/infeksi/pengobatan-untuk-
infeksi/menveo-vaksin-meningitis-a-c-w-y/ , (diakses pada tanggal 16 Juli 2018, jam 09.30).
Admin Imunisasi. "Pentingnya Vaksin Meningitis Bagi Calon Jamaah Haji."
dalam http://infoimunisasi.com/vaksinasi/pentingnya-vaksin-meningitis-bagi-calon-jemaah-haji/ (diakses pada 27 Februari 2018, pada jam
13.00).
Al Asy Syari'ah, Al Ahkam. "Kaidah-kaidah Ushul Fiqih," dalam https://massalaam.wordpress.com/2011/08/13/kaidah-ushul- fiqih/.
(diakses pada tanggal 18 Maret 2018, jam 14.00).
Al-Jawi, M Shiddiq. "Hukum Vaksin Meningitis Untuk Jamaah Haji." dalam http://www.republika.co.id/berita/. (diakses pada tanggal 21 Januari
2018, jam 11.00).
Ana. "Vaksinasi Meningitis Manfaat dan Efek Samping." dalam
https://halosehat.com/penyakit/meningitis/vaksinasi-meningitis/ . (diakses pada tanggal 19 Maret 2018, jam 15.00).
Anna, Lusia Kus. ”Mengenal Unsur Babi Dalam Vaksin Meningitis." dalam
https://lifestyle.kompas.com/ . (Diakses pada tanggal 4 April 2018, jam 14.00).
Chaves, Ameer Infinity. "Vaksin Meningitis Antara Halal dan Haram." dalam
https://www.scribd.com/doc/272831790/Vaksin-Meningitis/. (diakses pada tanggal 28 Februari 2018, jam 14.00).
Damanhuri Zuhri, “Calhaj Menolak Divaksin Meningitis”, dalam
http://www.republika.co.id/ , (diakses pada tanggal 3 April 2018, jam 15.00).
Departemen Kesehatan. "Selamatkan Jamaah Haji dan Umroh Dari Bahaya Meningitis Meningokokus," dalam www.depkes.go.id/ , (diakses pada tanggal 21 Januarai 2018, jam 13.00).
Elva, Tamam. " Vaksinasi Meningitis Untuk Calon Jamaah Haji Dalam Pandangan Hukum Islam," dalam https://www.kompasiana.com/.
(Diakses pada tanggal 5 April 2018, jam 15.00). Herwati, Diar. "Analisis Obat Halal Menggunakan Poly Chain Reaction Real
Time (PCR RT)." dalam https://www.unisba.ac.id/. (Diakses pada
tanggal 20 Januari 2018, jam 14.30).
Informasi Haji, "Jemaah Harap Bersedia Divaksin," dalam
https://insanitravel.com/ , (diakses pada tanggal 3 April 2018, jam 15.20).
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo. " Haji atau Umrah Wajib
Vaksin Meningitis," dalam https://jateng.kemenag.go.id/. (Diakses 19 Maret 2018, jam 19.00).
Kementerian Agama, " Menkes Resmikan Vaksin Meningitis Halal untuk Jamaah Haji," dalam https://kemenag.go.id/berita/. (Diakses pada tanggal 17 Maret 2018, jam 10.30).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. "Seluruh Jamaah Haji Dan Petugas Akan Divaksinasi Meningitis," dalam http://www.depkes.go.id/.
(Diakses pada tanggal 23 Februari 2018, jam 15.30).
Laporan Wartawan Tribun Medan. " Dua Jamaah Menghindar Divaksin Meningitis," dalam http://www.tribunnews.com/. (Diakses pada tanggal
21 Januari 2018, jam 11.00).
Munir, Siroj. " Penjelasan Qoidah Fiqih "Ma La Yatimmul Wajib Illa Bihi Fahuwa
Wajib." dalam http://www.fikihkontemporer.com/. (Diakses pada tanggal 15 Maret 2018, jam 19.00).
NU Online. "Vaksin Meningitis Bagi Jemaah Haji Mengandung Babi." dalam
http://www.nu.or.id/ . (Diakses pada tanggal 8 April 2018, jam 19.00).
Nurlaila, Anda. "Pentingnya Vaksin Meningitis Sebelum Ibadah Haji," dalam
http://www.pentingnyavaksin-meningitis-sebelum-ibadah-haji.htm/. (Diakases pada tanggal 21 Januari 2018, jam 15.00).
Piprim Basarah Yanuarso (Sekretaris Umum Pengurus Pusat IDAI), "Menyoroti
Kontroversi Seputar Imunisasi," dalam http://www.idai.or.id/artikel/klinik/ , (diakses pada tanggal 7 April 2018, jam 14.25).
Rachaman, Taufik. "Bio Farma Belum Bisa Penuhi Vaksin Meningitis Halal." dalam http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/. (Diakses pada
tanggal 5 April 2018, jam 13.00). Ramadhan, Bilal. "Calhaj Sempat Tolak Vaksin Meningitis." dalam
http://www.republika.co.id/. (Diakses pada tanggal 20 Januari 2018, jam
14.00).
Salbiah, Nurul Adriyana. "Ada Obat dan Vaksin Disebut Mengandung Babi? Ini
Penjelasan Medis." dalam https://www.jawapos.com/. (Diakses pada 4 April 2018, jam 11.00).