tinjauan pancasila dari sejarah bangsa indonesia

30
Tugas Pancasila Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia Nama : Agung Aprilianto NIM : H1L014009 Fakultas : Sains dan Teknik Prodi : Teknik Informatika Universitas Negeri Jenderal Soedirman Purwokerto

Upload: agung-aprilianto

Post on 11-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

Tugas Pancasila

Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

Nama : Agung Aprilianto

NIM : H1L014009

Fakultas : Sains dan Teknik

Prodi : Teknik Informatika

Universitas Negeri Jenderal Soedirman

Purwokerto

Page 2: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke khadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Pancasila dalam Tinjauan Pancasila dari

Sejarah Bangsa Indonesia.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Pancasila yang diampu

oleh Bapak Kusnandar, Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu

dalam menyelesaikan Makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritikkan dan sarannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Amin.

Sokaraja, 13 September

Page 3: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila memiliki arti lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama

dengan bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling

berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa

sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa

semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang

untuk mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa yang sebelumnya.

Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu

memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia dibangun juga

berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu pancasila. Pancasila, dalam fungsinya

sebagai dasar Negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Republik

Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan

rakyat. Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara

dan seluruh kehidupan Negara Replubik Indonesia.Pancasila sebagai dasar Negara

mempunyai arti yaitu mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah

Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan pancasila

sebagai dasar Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua

Page 4: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua

peraturan perundang-undangan di Negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasiakan rumusan masalah sebagai berikut:

A. Pancasila Pada Era Pra Kemerdekaan

B. Pancasila Pada Era Kemerdekaan

C. Pancasila Pada Era Orde Lama

D. Pancasila Pada Era Orde Baru

E. Pancasila Pada Era Reformasi

C. Tujuan Makalah

A. Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila

B. Menjelaskan Pancasila Era Pra kemerdekaan

C. Menjelaskan Pancasila Era Kemerdekaan

D. Menjelaskan Pancasila Era Orde Lama

E. Menjelaskan Pancasila Era Orde Baru

F. Menjelaskan Pancasila Era Reformasi

Page 5: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila Era Pra Kemerdekaan

Asal mula Pancasila secara budaya

Menurut Sunoto (1984) melalui kajian filsafat Pancasila, menyatakan bahwa unsur-

unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri, walaupun secara formal Pancasila

baru menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh

sebelum tanggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan

bahkan melaksanakan di dalam kehidupan merdeka. Sejarah bangsa Indonesia memberikan

bukti yang dapat kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa, kesenian,

kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya. (Sunoto, 1984: 1). Dengan rinci

Sunoto menunjukkan fakta historis, diantaranya adalah :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa : bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-putusnya

orang percaya kepada Tuhan.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab : bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah

tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.

3. Persatuan Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub, rukun,

bersatu, dan kekeluargaan.

Page 6: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan : bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam

masyarakat kita.

5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dalam

menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat social dan berlaku adil terhadap

sesama.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, ditetapkan pada tanggal 18

Agustus 1945 sebagai dasar negara, maka nilai-nilai kehidupan berbangsa, bernegara dan

berpemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun pada

kenyataannya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila telah dipraktekkan oleh nenek moyang

bangsa Indonesia dan kita praktekkan hingga sekarang. Hal ini berarti bahwa semua nilai-

nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada dalam kehidupan rakyat Indonesia sejak

zaman nenek moyang.

Teori nilai budaya

Bangsa Indonesia mengakui bahwa Pancasila telah ada dan dilaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari sejak bangsa Indonesia itu ada. Keberadaan Pancasila masih belum

terumuskan secara sistematis seperti sekarang yang dapat kita lihat. Pancasila pada masa

tersebut identik dengan nilai-nilai luhur yang dianut bangsa Indonesia sebagai nilai budaya.

Nilai budaya merupakan pedoman hidup bersama yang tidak tertulis dan merupakan

kesepakatan bersama yang diikuti secara suka rela.

Nilai budaya merupakan suatu upaya untuk menjawab persoalan-persoalan yang

cukup vital dalam kehidupan manusia. Nilai budaya merupakan cara manusia menjawab

Page 7: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

baik secara pribadi atau masyarakat terhadap masalah-masalah yang mendasar di dalam

hidupnya. Nilai tersebut merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari konsepsi-

konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-

hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. (Koentjaraningrat, 1974: 32).

Nilai budaya akan mempengaruhi pandangan hidup, sistem normatif moral dan seterusnya

hingga akhirnya pengaruh itu sampai pada hasil tindakan manusia.

Nilai budaya dengan masing-masing orientasinya akan mempengaruhi pandangan

hidup. Pandangan hidup adalah sesuatu yang dipakai oleh masyarakat dalam menentukan

nilai kehidupan. Pandangan hidup sebenarnya meliputi bagaimana masyarakat memandang

aspek hubungan dalam hidup dan kehidupan yakni hubungan manusia dengan yang

transenden, hubungan dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan sesama makhluk

lain. Dalam bahasa Notonagoro dikenal istilah-istilah kedudukan kodrat, susunan kodrat,

sifat kodrat manusia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa manusia mempunyai tiga

kecenderungan mendasar yaitu theo-genetis, bio-genetis, dan sosio-genetis.

Asal mula pancasila secara formal

A.T. Soegito (1999: 32) dengan mengutip beberapa sumber bacaan menjelaskan

bahwa mengenal diri sendiri berarti mengetahui apa yang dapat dilakukannya, dan tak

seorang pun akan tahu apa yang dapat dilakukannya sebelum dia mencoba, satu-satunya

petunjuk yang dapat ditemukan untuk mengetahui sesuatu yang dapat dilakukan manusia

adalah dengan mengetahui kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh manusia yang

terdahulu. Oleh karena itu, nilai sejarah terletak pada kenyataan bahwa ia mengajarkan apa

yang telah dilakukan oleh manusia dan dengan demikian apa sesungguhnya manusia.

Page 8: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

Tanpa mengetahui sejarah, seseorang tidak dapat memperoleh pengertian kualitatif dari

gejala-gejala sosial yang ada. Secara rinci Sartono Kartodirdjo menjelaskan bahwa fungsi

pengajaran sejarah nasional Indonesia meliputi : 1. Membangkitkan perhatian serta minat

kepada sejarah tanah airnya; 2. Mendapatkan inspirasi dari cerita sejarah; 3. Memupuk

alam pikiran ke arah kesadaran sejarah; 4. Memberi pola pikiran ke arah kesadaran sejarah;

5. Mengembangkan pikiran penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam memahami sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang terkait dengan

Pancasila, Dardji Darmodihardjo mengajukan kesimpulan bahwa nilai-nilai Pancasila telah

menjiwai tonggak-tonggak sejarah nasional Indonesia yaitu 1. Cita- cita luhur bangsa

Indonesia yang diperjuangkan untuk menjadi kenyataan; 2. Perjuangan bangsa Indonesia

tersebut berlangsung berabad-abad, bertahap dan menggunakan cara yang bermacam-

macam; 3. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan titik kulminasi sejarah

perjuangan bangsa Indonesia yang dijiwai oleh pancasila; 4. Pembukaan UUD 1945

merupakan uraian terperinci dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945; 5. Empat

pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945; paham negara persatuan, negara bertujuan

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, negara berdasarkan kedaulatan

rakyat, negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang

adil dan beradab; 6. Pasal-pasal UUD 1945 merupakan uraian terperinci dari pokok-pokok

yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 yang berjiwakan Pancasila; 7. Maka

penafsiran sila-sila pancasila harus bersumber, berpedoman dan berdasar kepada

Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. (Dardji Darmodihardjo, 1978: 40).

Secara historis rumusan- rumusan Pancasila dapat dibedakan dalam tiga kelompok (Bakry,

1998: 20) :

Page 9: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

1. Rumusan Pancasila yang terdapat dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-

usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang merupakan tahap pengusulan sebagai

dasar negara Republik Indonesia, termasuk Piagam Djakarta.

2. Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

sebagai dasar filsafat Negara Indonesia yang sangat erat hubungannya dengan

Proklamasi Kemerdekaan.

3. Beberapa rumusan dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia selama belum

berlaku kembali rumusan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

Masa Pengusulan

Dalam sidang Teiku Gikoi (Parlemen Jepang) pada tanggal 7 September 1944,

perdana menteri Jepang Jendral Kuniaki Koisi, atas nama pemerintah Jepang mengeluarkan

janji kemerdekaan Indonesia yang akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945, sebagai

janji politik. Sebagai realisasi janji ini, pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan

akan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai). Badan ini baru terbentuk pada tanggal 29 April 1945.

Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilantik pada

tanggal 28 Mei 1945 oleh Gunseikan (Kepala Pemerintahan bala tentara Jepang di Jawa),

dengan susunan sebagai berikut Ketua Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat, ketua muda

Ichibangase Yosio (anggota luar biasa, bangsa Jepang), Ketua Muda R. Panji Soeroso

(merangkap Tata Usaha), sedangkan anggotanya berjumlah 60 orang tidak termasuk ketua

dan ketua muda.

Page 10: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

Adanya badan ini memungkinkan bangsa Indonesia dapat mempersiapkan

kemerdekaannya secara legal, untuk merumuskan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi

sebagai negara yang merdeka. Oleh karena itu, peristiwa ini dijadikan sebagai suatu

tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya.

Badan penyelidik ini mengadakan sidang hanya dua kali. Sidang pertama pada

tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945, sedangkan sidang kedua pada tanggal 10 Juli

sampai dengan 17 Juli 1945.

Masa Sidang Pertama BPUPKI

Pada sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 M. Yamin mengemukakan usul

yang disampaikan dalam pidatonya yang berjudul asas dan dasar negara Kebangsaan

Indonesia di hadapan sidang lengkap BPUPKI. Beliau mengusulkan dasar negara bagi

Indonesia Merdeka yang akan dibentuk meliputi Peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri

Ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.

Selain usulan dalam bentuk pidato, usulan M. Yamin juga disampaikan dalam

bentuk tertulis tentang lima asas dasar negara dalam rancangan Pembukaan Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia yang berbeda rumusan kata-kata dan sistematikanya

dengan isi pidatonya. Rumusannya yang tertulis adalah sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa,

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia,

3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,

Page 11: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan,

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tangaal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan perihal yang pada dasarnya bukan

dasar negara merdeka, akan tetapi tentang paham negaranya yaitu negara yang berpaham

integralistik. Soepomo mengusulkan tentang dasar pemikiran negara nasional bersatu yang

akan didirikan harus berdasarkan atas pemikiran integralistik tersebut yang sesuai dengan

struktur sosial Indonesia sebagai ciptaan budaya bangsa Indonesia yaitu: struktur

kerohanian dengan cita-cita untuk persatuan hidup, persatuan kawulo gusti, persatuan dunia

luar dan dunia batin, antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-

pemimpinnya.

Syarat mutlak bagi adanya negara menurut Soepomo adalah adanya daerah, rakyat,

dan pemerintahan. Mengenai dasar dari negara Indonesia yang akan didirikan, ada tiga

persoalan yaitu:

1. Persatuan negara, negara serikat, persekutuan negara,

2. Hubungan antara negara dan agama,

3. Republik atau monarchie.

Pada hari berikutnya, tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno juga mengusulkan lima dasar

bagi negara Indonesia yang disampaikan melalui pidatonya mengenai Dasar Indonesia

merdeka. Lima dasar itu atas petunjuk seseorang ahli bahasa yaitu Mr. M. Yamin. Lima

dasar yang diajukan Bung Karno ialah Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau

Page 12: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

perikemanusiaa, Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan sosial, Ketuhanan yang

berkebudayaan. Lima rumusan tersebut menurutnya dapat diringkas menjadi tiga rumusan

yang diberi nama Tri-Sila yaitu dasar pertama, kebangsaan dan perikemanusiaan

(nasionalisme dan internasionalisme) diringkas menjadi satu diberi nama sosio-

nasionalisme. Dasar kedua, demokrasi dan kesejahteraan diringkas menjadi menjadi satu

dan biberi nama sosio-demokrasi. Sedangkan dasar yang ketiga, ketuhanan yang

berkebudayaan yang menghormati satu sama lain disingkat menjadi ketuhanan.

Setelah selesai masa sidang pertama, dengan usulan dasar negara baik dari M.

Yamin dan Soekarno, dan paham negara integralistik dari Soepomo maka untuk

menampung perumusan-perumusan yang bersifat perorangan, dibentuklah panitia kecil

penyelidik usul-usul yang terddiri atas Sembilan orang yang diketuai oleh Soekarno, yang

kemudian disebut dengan panitia Sembilan.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan Rancangan

pembukaan Hukum Dasar, yang oleh Mr. M. Yamin dinamakan Jakarta Charter atau

Piagam Jakarta. Di dalam rancangan pembukaan alinea keempat terdapat rumusan

Pancasila yang tata urutannya tersusun secara sistematis:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-

pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

Page 13: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Selain itu, dalam piagam Jakarta pada alenia ketiga juga memuat rumusan teks Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia yang pertama berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha

Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan

yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”. Kalimat ini

merupakan cetusan hati nurani bangsa Indonesia yang diungkapkan sebelum Proklamasi

kemerdekaan, sehingga dapat disebut sebagai declaration of Indonesian Independence.

Masa Sidang Kedua BPUPKI

Masa sidang kedua BPUPKI yaitu pada tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945,

merupakan masa sidang penentuan perumusan dasar negara yang akan merdeka sebagai

hasil kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI dalam masa sidang kedua ini ditambah enam

orang anggota baru. Sidang lengkap BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945 menerima hasil

panitia kecil atau panitia Sembilan yang disebut dengan piagam Jakarta. Disamping

menerima hasil rumusan Panitia Sembilan dibentuk juga panitia-panitia Hukum Dasar yang

dikelompokkan menjadi tiga kelompok panitia perancang Hukum Dasar yaitu:

1. Panitia Perancang Hukum Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno dengan anggota yang

berjumlah 19 orang,

2. Panitia Pembela Tanah Air dengan ketua Abikusno Tjokrosujoso beranggotakan 23 orang,

3. Panitia Ekonomi dan Keuangan dengan ketua Moh. Hatta bersama 23 orang anggota.

Page 14: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

Panitia perancang Hukum Dasar kemudian membentuk lagi panitia kecil. Perancang

Hukum Dasar yang dipimpin oleh Soepomo. Panitia-panitia kecil itu dalam rapatnya

tanggal 11 dan 13 Juli 1945 telah menyelesaikan tugasnya menyusun Rancangan Hukum

Dasar. Selanjutnya pada tanggal 14 Juli 1945 sidang BPUPKI mengesahkan naskah

rumusan panitia Sembilan yang dinamakan Piagam Jakarta sebagai Rancangan Pembukaan

Hukum Dasar, dan pada tanggal 16 Juli 1945 menerima seluruh Rancangan Hukum Dasar

yang sudah selesai dirumuskan dan di dalamnya juga memuat Piagam Jakarta sebagai

pembukaan.

Hari terakhir sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945, hanya merupakan sidang

penutupan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia secara resmi.

Dengan berakhirnya sidang ini maka selesailah tugas badan tersebut, yang hasilnya akan

dijadikan dasar bagi negara Indonesia yang akan dibentuk sesuai dengan janji Jepang.

Sampai akhir sidang BPUPKI ini rumusan Pancasila dalam sejarah perumusannya ada

empat macam:

1. Rumusan pertama Pancasila adalah usul dari Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945, yaitu

usul pribadi dalam bentuk pidato,

2. Rumusan kedua Pancasila adalah usul Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yakni usul

pribadi dalam bentuk tertulis,

3. Rumusan ketiga Pancasila usul bung Karno tanggal 1 Juni 1945, usul pribadi dengan nama

Pancasila,

4. Rumusan keempat Pancasila dalam piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, hasil kesepakatan

bersama pertama kali.

Page 15: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

Meskipun Pancasila secara formal belum menjadi dasar negara Indonesia, namun

unsur-unsur sila-sila Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia telah menjadi dorongan

perjuangan bangsa Indonesia pada masa silam. Pada saat proklamasi, semua kekuatan dari

berbagai lapisan masyarakat bersatu dan siap mempertahankan serta mengisi kemerdekaan

yang telah diproklamasikan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa Proklamasi

Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah revolusi Pancasila.

Sehari setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia, tepatnya tanggal 18 Agustus

1945, diadakan sidang pleno PPKI untuk membahas Naskah Rancangan Hukum Dasar

yang akan ditetapkan sebagai Undang-Undang Dasar (1945). Tugas PPKI semula hanya

memeriksa hasi sidang BPUPKI, kemudian anggotanya disempurnakan. Penambahan

keanggotaan ini menyempurnakan kedudukan dan fungsi yang sangat penting sebagai

wakil bangsa Indonesia dalam membentuk negara Republik Indonesia setelah Proklamasi

Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dalam sidang pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945

berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dengan

menetapkan (Kaelan, 1993: 43-45) :

1. Piagam Jakarta yang telah diterima sebagai rancangan Mukaddimah Hukum Dasar oleh

BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945 dengan beberapa perubahan, disahkan sebagai

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

2. Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima oleh BPUPKI pada tanggal 16 Juli 1945

setelah mengalami berbagai perubahan, disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia.

Page 16: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

3. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, yaitu Ir. Soekarno sebagai Presiden

dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.

4. Menetapkan berdirinya Komite Nasional sebagai Badan Musyawarah darurat.

Dengan disahkan dan ditetapkan Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD 1945,

maka lima dasar yang diberi nama Pancasila tetap tercantum di dalamnya. Hanya saja sila

Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya,

diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa, atas prakarsa Drs. Moh. Hatta. Rumusan

Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai rumusan kelima dalam sejarah perumusan

Pancasila, dan merupakan rumusan pertama yang diakui sebagai dasar filsafat negara

secara formal.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan suatu asas kerohanian yang

meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai,

norma serta kaidah baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar baik

yang tertulis atau UUD, maupun yang tidak tertulis atau konvensi. Oleh karena itu,

kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini memiliki kekuatan yang mengikat secara

hukum. Seluruh bangsa Indonesia tak terkecuali dengan demikian wajib mengamalkan

Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum Indonesia, ia tercantum dalam

ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan lebih lanjut di dalam

pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya

dikonkrietisasikan dalam pasal-pasal UUD 1945 maupun dalam hukum positif lainnya.

Konsekuensi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini lebih lanjut dapat dirinci

Page 17: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

sebagai berikut: Pertama; Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala

sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia. Kedua; Pancasila sebagai dasar negara

meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945. Ketiga; Pancasila sebagai dasar negara

mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara Indonesia. Keempat; Pancasila

sebagai dasar negara mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang

mewajibkan pemerintah maupun para penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti

yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

B. Pancasila Era Kemerdekaan

Dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan, Pancasila

mengalami banyak perkembangan. Sesaat setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945,

Pancasila melewati masa-masa percobaan demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk ke

dalam era percobaan demokrasi multi-partai dengan sistem kabinet parlementer. Partai-

partai politik pada masa itu tumbuh sangat subur, dan proses politik yang ada cenderung

selalu berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara (Somantri, 2006).

Pancasila pada masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, pada akhir tahun 1959,

Pancasila melewati masa kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan sistem

demokrasi terpimpin. Pada masa itu, presiden dalam rangka tetap memegang kendali

politik terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi

paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, sistem ini seakan mengkhianati nilai-nilai

Page 18: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila permusyawaratan.

Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah peristiwa bersejarah di Indonesia dimana partai

komunis berusaha melakukan pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno

memberikan wewenang kepada Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini merupakan era awal

orde baru dimana kemudian Pancasila mengalami mistifikasi. Pancasila pada masa itu

menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada masa pemerintahan presiden

Soeharto kemudia menjadi core-values (Somantri, 2006), yang pada akhirnya kembali

menodai nilai-nilai dasar yang sesungguhnya terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Pada

1998, pemerintahan presiden Suharto berakhir dan Pancasila kemudian masuk ke dalam era

baru yaitu era demokrasi, hingga hari ini.

C. Pancasila Era Orde Lama

Kedudukan pancasila sebagai idiologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah

dikeramatkan dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama kalinya pada

akhir dua dasa warsa setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya sinar api pancasila

sebagai tuntunan hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kahendak

seorang kepala pemerintahan yang terlalu gandrung pada persatuan dan kesatuan.

Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam bentuk membangun kekuasaan yang terpusat,

agar dapat menjadi pemimpin bangsa yang dapat menyelesaikan sebuah revolusi

perjuangan melawan penjajah (nekolim, neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar

bebas dari penghisapan bangsa atas bangsa dan penghisapan manusia dengan manusia.

Page 19: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

Orde lama berlangsung dari tahun 1959-1966. Pada masa itu berlaku demokrasi

terpimpin. Setelah menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno

meletakkan dasar kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terimpin yaitu demokrasi

khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai dengan makna yang

terkandung didalamnya dan bahkan terkenal menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin

oleh kepentingan-kepentingan tertetu.

Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintah sering

terjadi penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan

pancasila dan UUD 1945. Artinya pelaksanaan UUD1945 pada masa itu belum

dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan

terpusat pada kekuasaan seorang presiden dan lemahnya control yang seharusnya dilakukan

DPR terhadap kebijakan-kebijakan.

Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan

sehingga situasi politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak dari

situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan G30S/PKI yang sangat membahayakan

keselamatan bangsa dan Negara.

Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden RI

memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1969

(Supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya

keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan jalannya pemerintah. Lahirnya

Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.

Page 20: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

D. Pancasila Era Orde Baru

Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang

terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil

dalam artian tidak banyak gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini.

Stabilitas yang diiringi dengan maraknya pembangunan di segala bidang. Era

pembangunan, era penuh kestabilan, menimbulkan romantisme dari banyak kalangan.

Diera Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas dari

keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin menancapkan

Page 21: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar

ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut

sebagai sesuatu yang mengganjal.

Menurut Hendro Muhaimin bahwa Pemerintah di era Orde Baru sendiri terkesan

“menunggangi” Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara sebagai alat politik

untuk memperoleh kekuasaan. Disamping hal tersebut, penanaman nilai-nilai Pancasila di

era Orde Baru juga dibarengi dengan praktik dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia.

Kepedulian antarwarga sangat kental, toleransi di kalangan masyarakat cukup baik, dan

budaya gotong-royong sangat dijunjung tinggi. Selain penanaman nilai-nilai tersebut dapat

dilihat dari penggunaan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi,

yang menyatakan bahwa semua organisasi, apapun bentuknya, baik itu organisasi

masyarakat, komunitas, perkumpulan, dan sebagainya haruslah mengunakan Pancasila

sebagai asas utamanya.

Romantisme Pelaksanaan P4

Di era Orde Baru, terdapat kebijakan Pemerintah terkait penanaman nilai-nilai

Pancasila, yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Materi penataran

P4 bukan hanya Pancasila, terdapat juga materi lain seperti UUD 1945, Garis-Garis Besar

Haluan Negara (GBHN), Wawasan Nusantara, dan materi lain yang berkaitan dengan

kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme. Kebijakan tersebut disosialisaikan pada seluruh

komponen bangsa sampai level bawah termasuk penataran P4 untuk siswa baru Sekolah

Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang lalu dilanjutkan di

perguruan tinggi hingga di wilayah kerja. Pelaksanaannya dilakukan secara menyeluruh

Page 22: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

melalui Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila (BP7) dengan metode indoktrinasi.

Visi Orde Baru pada saat itu adalah untuk mewujudkan tatanan kehidupan

masyarakat, bangsa, dan negara yang melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni

dan konsekuen.

Sejalan dengan semakin dominannya kekuatan negara, nasib Pancasila dan UUD

1945 menjadi semacam senjata bagi pemerintahan Orde Baru dalam hal mengontrol

perilaku masyarakat. Seakan-akan ukurannya hanya satu: sesuatu dianggap benar kalau hal

tersebut sesuai dengan keinginan penguasa, sebaliknya dianggap salah kalau bertentangan

dengan kehendaknya. Sikap politik masyarakat yang kritis dan berbeda pendapat dengan

negara dalam prakteknya malah dengan mudahnya dikriminalisasi.

Penanaman nilai-nilai Pancasila pada saat itu dilakukan tanpa sejalan dengan fakta

yang terjadi di masyarakat, berdasarkan perbuatan pemerintah. Akibatnya, bukan nilai-nilai

Pancasila yang meresap ke dalam kehidupan masyarakat, tetapi kemunafikan yang tumbuh

subur dalam masyarakat. Sebab setiap ungkapan para pemimpin mengenai nilai-nilai

kehidupan tidak disertai dengan keteladanan serta tindakan yang nyata, sehingga banyak

masyarakat pun tidak menerima adanya penataran yang tidak dibarengi dengan perbuatan

pemerintah yang benar-benar pro-rakyat.

Pancasila yang Begitu Diagung-Agungkan

Pada era Orde Baru sebagai era “dimanis-maniskannya” Pancasila. Secara pribadi,

Soeharto sendiri seringkali menyatakan pendapatnya mengenai keberadaan Pancasila, yang

kesemuanya memberikan penilaian setinggi-tingginya terhadap Pancasila. Ketika Soeharto

memberikan pidato dalam Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1967. Soeharto

Page 23: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

mendeklarasikan Pancasila sebagai suatu force yang dikemas dalam berbagai frase bernada

angkuh, elegan, begitu superior. Dalam pidato tersebut, Soeharto menyatakan Pancasila

sebagai “tuntunan hidup”, menjadi “sumber tertib sosial” dan “sumber tertib seluruh

perikehidupan”, serta merupakan “sumber tertib negara” dan “sumber tertib hukum”.

Kepada pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1974, Soeharto

menyatakan, “Pancasila janganlah hendaknya hanya dimiliki, akan tetapi harus dipahami

dan dihayati!” Dapat dikatakan tidak ada yang lebih kuat maknanya selain Pancasila di

Indonesia, pada saat itu, dan dalam era Orde Baru.

Demokrasi Pancasila: Wajah Semu Era Orde Baru

Di dalam P4, melalui Ketetapan MPR (TAP MPR) No. II/MPR/1978 (sudah dicabut),

adalah 36 butir Pancasila sebagai ciri-ciri manusia Pancasilais. Pemerintah Orde Baru

mengharapkan melalui 36 butir Pancasila, yang serta merta “wajib hukumnya” untuk

dihafal, akan terbentuk suatu tatanan rakyat Indonesia yang mempraktikkan kesemuanya

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, lalu terciptalah negara Indonesia yang adil dan

makmur, di segala bidang. Akan tetapi, justru penghafalan itu yang menjadi bumerangnya.

Cita-cita yang terkembang melalui P4 hanya keluar dari mulut saja, tanpa ada pengamalan

yang berarti untuk setiap butir yang terkandung di dalamnya, meskipun tidak terjadi secara

general.

E. Pancasila Era Reformasi

Page 24: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar

negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara

Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang

sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka

berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia sebagai

landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara hukum, setiap perbuatan baik

dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat harus berdasarkan hukum, baik yang

tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam kaitannya dalam pengembangan hukum,

Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan

tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak

bertentangan dengan sila-sila pancasila.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung arti

bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di implementasikan

sebagai berikut :

· Penerapan dan pelaksanaan keadilaan sosial mencakup keadilan politik, agama, dan

ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

· Mementingkan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pengambilan keputusan.

· Melaksanakan keadilaan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep

mempertahankan kesatuan.

· Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan

yang adil dan beradab.

Page 25: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

· Nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan toleransi bersumber pada nilai ke Tuhanan Yang Maha

Esa.

Pancasila sebagai paradigma nasional bidang ekonomi mengandung pengertian

bagaimana suatu falsafah itu diimplementasikan secara riil dan sistematis dalam kehidupan

nyata.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan

mengandung pengertian bahwa Pancasila adalah etos budaya persatuan, dimana

pembangunan kebudayaan sebagai sarana pengikat persatuan dalam masyarakat majemuk.

Oleh karena itu smeboyan Bhinneka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 1945 yang

menyangkut pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya menjadi prioritas, karena

kebudayaan nasional sangat diperlukan sebagai landasan media sosial yang memperkuat

persatuan. Dalam hal ini bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan.

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Bidang Hankam, maka

paradigma baru TNI terus diaktualisasikan untuk menegaskan, bahwa TNI telah

meninggalkan peran sosial politiknya atau mengakhiri dwifungsinya dan menempatkan

dirinya sebagai bagian dari sistem nasional.

Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, dengan memasuki kawasan filsafat

ilmu (philosophy of science) ilmu pengetahuan yang diletakkan diatas pancasila sebagai

paradigmanya perlu difahami dasar dan arah penerapannya, yaitu pada aspek ontologis,

epistomologis, dan aksiologis.

Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai

dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara

Page 26: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang

sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Semenjak ditetapkan sebagai dasar negara (oleh PPKI 18

Agustus 1945), Pancasila telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya

sejarah bangsa Indonesia (Koento Wibisono, 2001) memberikan tahapan perkembangan

Pancasila sebagai dasar negara dalam tiga tahap yaitu :

1. Tahap 1945 – 1968 Sebagai Tahap Politis

Dimana orientasi pengembangan Pancasila diarahkan kepada Nation and Character

Building. Hal ini sebagai perwujudan keinginan bangsa Indonesia untuk survival dari

berbagai tantangan yang muncul baik dalam maupun luar negeri, sehingga atmosfir politik

sebagai panglima sangat dominan. Pancasila sebagai Dasar Negara misalnya menurut

Notonagoro dan Driarkara. Kedua ilmuwan tersebut menyatakan bahwa Pancasila mampu

dijadikan pangkal sudut pandang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan bahkan

Pancasila merupakan suatu paham atau aliran filsafat Indonesia, dan ditegaskan bahwa

Pancasila merupakan rumusan ilmiah filsafati tentang manusia dan realitas, sehingga

Pancasila tidak lagi dijadikan alternatif melainkan menjadi suatu imperatif dan suatu

philosophical concensus dengan komitmen transenden sebagai tali pengikat kesatuan dan

persatuan dalam menyongsong kehidupan masa depan bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika.

Bahkan Notonagoro menyatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan

staatfundamental Norm yang tidak dapat diubah secara hukum oleh siapapun. Sebagai

akibat dari keberhasilan mengatasi berbagai tantangan baik dari dalam maupun dari luar

negeri, masa ini ditandai oleh kebijakan nasional yaitu menempatkan Pancasila sebagai

asas tunggal.

Page 27: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

2. Tahap 1969 – 1994 Sebagai Tahap Pembangunan Ekonomi

Yaitu upaya mengisi kemerdekaan melalui program-program ekonomi. Orientasi

pengembangan Pancasila diarahkan pada bidang ekonomi, akibatnya cenderung

menjadikan ekonomi sebagai ideologi. Pada tahap ini pembangunan ekonomi menunjukkan

keberhasilan secara spektakuler, walaupun bersamaan dengan itu muncul gejala

ketidakmerataan dalam pembagian hasil pembangunan. Kesenjangan sosial merupakan

fenomena yang dilematis dengan program penataran P4 yang selama itu dilaksanakan oleh

pemerintah. keadaan ini semakin memprihatinkan setelah terjadinya gejala KKN dan

Kronisme yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Bersamaan dengan itu

perkembangan perpolitikan dunia, setelah hancurnya negara-negara komunis, lahirnya tiga

raksasa kapitalisme dunia yaitu Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Oleh karena itu

Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya dihantui oleh supersifnya komunisme

melainkan juga harus berhadapan dengan gelombang aneksasinya kapitalisme, disamping

menhadapi tantangan baru yaitu KKN dan kronisme.

3. Tahap 1995 – 2020 Sebagai Tahap Repositioning Pancasila

Dunia masa kini sedang dihadapi kepada gelombang perubahan secara cepat, mendasar,

spektakuler, sebagai implikasi arus globalisasi yang melanda seluruh penjuru dunia,

khususnya di abad XXI sekarang ini, bersamaan arus reformasi yang sedang dilakukan oleh

bangsa Indonesia. Reformasi telah merombak semua segi kehidupan secara mendasar,

maka semakin terasa orgensinya untuk menjadi Pancasila sebagai dasar negara dalam

kerangka mempertahankan jatidiri bangsa dan persatuan dan kesatuan nasional, lebih-lebih

kehidupan perpolitikan nasional yang tidak menentu di era reformasi ini. Berdasarkan hal

tersebut diatas perlunya reposisi Pancasila yaitu reposisi Pancasila sebagai dasar negara

Page 28: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

yang mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya dengan

Pembukaan UUD 1945, dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang melekat padanya.

Realitasnya bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya dikonkritisasikan

sebagai ceminan kondisi obyektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, suatu

rangkaian nilai-nilai yang bersifat “sein im sollen dan sollen im sein”.

Idealitasnya bahwa idealisme yang terkandung didalamnya bukanlah sekedar utopi

tanpa makna, melainkan diobyektifitasikan sebagai akta kerja untuk membangkitkan gairah

dan optimisme para warga masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif.

Fleksibilitasnya dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai

dan dalam kebekuan dogmatis dan normatif, melainkan terbuka bagi tafsi-tafsir baru untuk

memenuhi kebutuhan zaman yang terus menerus berkembang, dengan demikian tanpa

kehilangan nilai hakikinya Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai

penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara.

Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan

menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan

masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan

legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya karena rejim Orde Lama dan Orde

Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.

Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari berdirinya bangsa ini,

yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih

konseptual, komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan-

perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Page 29: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan

bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling

berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa

sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa

semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang

untuk mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa yang sebelumnya. Sejarah

perjuangan bangsa Indonesia berlalu dengan melewati suatu proses waktu yang sangat

panjang. Dalam proses waktu yang panjang itu dapat dicatat kejadian-kejadian penting

yang merupakan tonggak sejarah perjuangan.

Dan Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu

memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah Negara. Negara Indonesia dibangun juga

berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu pancasila. Pancasila, dalam fungsinya

sebagai dasar Negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Replubik

Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah, dan

rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan

penyelenggaraan Negara dan seluruh kehidupan Negara Replubik Indonesia.

B. Saran-Saran

Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap warga negara

Indonesia harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut

Page 30: Tinjauan Pancasila dari Sejarah Bangsa Indonesia

dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Agar pancasila tidak terbatas pada

coretan tinta belaka tanpa makna.

DAFTAR PUSTAKA

Ubaedillah A & Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Icce.

UIN Jakarta, 2003

Darmodiharjo, Darji. 1982. Pancasila dalam Beberapa Perspektif. Jakarta: Aries Lima

Tim Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 2005. Pendidikan Pancasila.

Jakarta: Universitas Terbuka

Winatapura, Udin. S, dkk. 2008. Buku Materi dan Pembelajaran Pkn SD. Jakarta:

Universitas Terbuka

http///www.google.com

http//Birokrasi.kompasiana.com

http//dokumenqu.blogspot.com

https//www.slideshare.net/DWIAYU2/sejarah-pancasila