tinjauan pustaka

12
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ekosistem Padang Lamun Lamun (Seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang tumbuh bergerombolan membentuk rumpun, dan sering merupakan komponen utama yang dominan dilingkungan perairan pesisir ( Setyobudiandi et all , 2009 ). Padang lamun merupakan tempat hidup ( habitat ) yang baik bagi berbagai organisme seperti ikan, molusca, echinodermata, krustacea, dan juga tempat  berpijah dan asuhan bagi beberapa ikan komersial seperti kakap merah dan putih ( Mudjiono dan sudjoko, 1994 dalam Nurjanah, 2013 ) Berdasarkan fungsinya padang lamun memiliki fungsi ekologis dan fungsi ekonomis yang sangat penting bagi manusia. (Nybakken dalam Nanggolan, 2011) menyatakan fungsi ekologis padang lamun adalah : 1. Sumber utama produktifitas primer 2. Sumber makanan bagi organisme dalam bentuk detritus 3. Penstabil dasar perairan dengan sist em perakaran yang dapat menangkap sedimen (trapping sediment ) 4. Tempat berlindung bagi biota laut 5. Tempat berkembangbiakan (  spawning ground ), pengasuhan ( nursery  ground  ), serta sumber makanan (  feeding ground  ) bagi biota-biota  perairan laut 6. Pelindung pantai dengan cara merendam arus 7. Penghasil oksigen dan mereduksi CO2 di dasar perairan. Fungsi ekonomis dari lamun adalah sebagai daerah tangkapan ikan karena keberadaan lamun dapat meningkatkan produktifitas biota yang hidup didaerah lamun termassuk Gastropoda. Status padang lamun di perairan Kelurahan Penyengat dinyatakan kurang kaya/kurang sehat. Ini dilihat jumlah tutupan padang lamun di perairan Pulau Kelurahan Penyengat sebesar 36.3 % ( Adi, 2014)

Upload: ardi-alfiansyah

Post on 16-Oct-2015

296 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

II.TINJAUAN PUSTAKA

A.Ekosistem Padang LamunLamun (Seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang tumbuh bergerombolan membentuk rumpun, dan sering merupakan komponen utama yang dominan dilingkungan perairan pesisir ( Setyobudiandi et all, 2009 ). Padang lamun merupakan tempat hidup ( habitat ) yang baik bagi berbagai organisme seperti ikan, molusca, echinodermata, krustacea, dan juga tempat berpijah dan asuhan bagi beberapa ikan komersial seperti kakap merah dan putih ( Mudjiono dan sudjoko, 1994 dalam Nurjanah, 2013 )Berdasarkan fungsinya padang lamun memiliki fungsi ekologis dan fungsi ekonomis yang sangat penting bagi manusia. (Nybakken dalam Nanggolan, 2011) menyatakan fungsi ekologis padang lamun adalah :1. Sumber utama produktifitas primer2. Sumber makanan bagi organisme dalam bentuk detritus3. Penstabil dasar perairan dengan sistem perakaran yang dapat menangkap sedimen (trapping sediment) 4. Tempat berlindung bagi biota laut5. Tempat berkembangbiakan (spawning ground), pengasuhan ( nursery ground ), serta sumber makanan ( feeding ground ) bagi biota-biota perairan laut6. Pelindung pantai dengan cara merendam arus7. Penghasil oksigen dan mereduksi CO2 di dasar perairan.Fungsi ekonomis dari lamun adalah sebagai daerah tangkapan ikan karena keberadaan lamun dapat meningkatkan produktifitas biota yang hidup didaerah lamun termassuk Gastropoda.Status padang lamun di perairan Kelurahan Penyengat dinyatakan kurang kaya/kurang sehat. Ini dilihat jumlah tutupan padang lamun di perairan Pulau Kelurahan Penyengat sebesar 36.3 % ( Adi, 2014)

B.GastropodaGastropoda adalah hewan bertubuh lunak yang berjalan dengan menggunakan perutnya dan dapat hidup pada berbagai tempat baik di darat, sungai, laut, maupun pada daerah estuary yang merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan. Tetapi sebagian besar spesies Gstropoda mendiami perairan laut dangkal ( Wilmont dalam Risdawati, 2012 )Gastropoda ( keong laut bisa dijumpai di berbagai jenis lingkungan dan bentuknya biasanya telah menyesuaikan diri untuk lingkungan tersebut ( Nontji, 1978 ). Gastropoda ada yang memliki cangkang tunggal, ganda, dan tanpa cangkang. Bentuk cangkangnya bervariasi, ada yang bulat, bulat panjang, bulat kasar, atau bulat spiral. Cangkang Gastropoda yang berputar searah jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawananarah dengan jarum jam disebut sinisstral. Gastropoda yang hidup di laut umunya berbentuk dekstral dan sedikit sekali ditemukan dalam bentuk sinistral ( Dharma, 1988 )

1.Morfologi gastropoda Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya dilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda yang berputar kearah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. Siput-siput Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali ditemukan dalam bentuk sinistral ( Dharma, 1988 dalam Handayani, 2006 ). Pertumbuhan cangkang yang melilin spiral disebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam ( Nontji, 1987 dalam Handayani, 2006 )Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya terletak di bagian depan, cangkangnya berikut isi perutnya terguling spiral ke arah belakang. Letak mantel di bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan torsi atau perputaran pada pertumbuhan siput Gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejak dari perkembangan larvanya ( Dharma, 1988 dalam Handayani, 2006 ). Struktur umum morfologi Gastropoda terdiri atas : posterior, sutures, whorl, spiral sculptures, axial, longitudinal, sculpture, posterior canal, aperture, operculum, plaits on columella, outerlip, columella, anterior canal.

Gambar 1 : struktur morfologi Gastropoda

2.Cangkang gastropodaCangkang siput digunakan untuk melindungi diri. Ada yang tanpa penutup dan ada yang dengan penutup atau ( operculum ). Operkulum menunjukan garis-garis pertumbuhan dan kadang-kadang dapat digunakan untuk menentukan umur. Bentuk cangkang setiap jenis berbeda dan mensifati jenis itu. Bentuk cangkang juga dapat dikaitkan dengan pola habitatnya ( Romimohtarto dan Juwana dalam Tri Kurniawati, 2013 )Cangkang Gastropoda terdiri dari 4 lapisan. Paling luar adalah periostrakum, yang merupakan lapisan tipis terdiri dari bahan protein seperti zat tanduk disebut conchiolin. Pada lapisan ini terdapat endapan pigmen beraneka warnanya, yang menjadikan banyak cangkang siput terutama spesies laut sangat indah warnanya, kuning hijau cemerlang, dengan bercak-bercak merah atau garis-garis cerah. Periostrakum berfungsi untuk melindungi lapisan dibawahnya yang terdiri dari kalsium karbonat terhadap erosi ( Suwignyo, 2005 )Hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati dan menggambar cangkang yaitu :1. Ukuran cangkangPanjang cangkang diukur dari ujung anterior sampai ujung posterior. Lebar cangkang diukur dari sisi ke sisi pada bagian body world yang terlebar2. Arah putaran cangkangDapat diketahui dengan cara menurut arah putaran cangkang dari apeks cangkang. Jika arah putaran sesuai dengan putaran arah jarum jam maka disebut dekstral, contohnya pada Babylonia canaliculata. Sebaliknya jika arah putaran cangkang berlawanan dengan arah jarum jam disebut sinistral.3. Jumlah putaranDihitung mulai dari apeks cangkang.4. Ada tidaknya operculumCangkang mempunyai operculun disebut operculale, yang tidak mempunyai operculum disebut non operkulate. Kalau ada operculum sebaiknya digambar terpisah dari cangkang dan diberi tipenya. Ada tiga tipe operculum cangkang gastropoda yaitu paucispiral, multispiral, concentric ( Siahaan, 2008 dalam Tri Kurniawati, 2013 )

3.Klasifikasi gastropodaGastropoda umunya hidup di laut, pada perairan yang dangkal, dan perairan yang dalam. Menurut Dharma ( 1988 ) dalam Handayani (2006) kelas Gastropoda dibagi dalam tiga sub kelas yaitu : Prosobranchia, Ophistobranchia dan Pulmonata.1. Sub Kelas ProsobranchiaMemiliki dua buah insang yang terletak di anterior. Bukan mantel anterior beisi insang dan jantug, rongga visceral terpilin 1800 Ordo ArchaeogastropodaInsang primitif berjumlah satu atau dua buah yang tesusun dalam dua baris filamen, jantung beruang dua, nefrida berjumlah dua buah. Mereka dapat ditemukan di laut dangkal yang bertemperatur hangat, menempel dipermukaan karang di daerah pasang surut serta di muara sungai. Contoh Haliotis, Trochus, Acaea Ordo MesogastropodaInsang sebuah dan tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu, nefridum berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula yang berjumlah tujuh buah dalam satu baris. Contoh Crepidula, Littorina, Campeloma, Pleurocera, Strombus, Charonia, Vermicularia Ordo NeogastropodaInsang sebuah dan tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu nefridium berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula yang berjumlahtiga buah atau kurang dalam satu baris. Contoh : Murex, Conus, Colubrariaa, Hemifusus.2. Sub Kelas OphistobranchiaKelompok gastropoda ini memiliki dua buah insang yang terletak di posterior, cangkang umumnya tereduksi dan terletak didalam mantel, nefrida berjumlah satu buah, jantung satu ruang dan organ reproduksi berumah satu. Ordo CephalaspideaCangkang terletak eksternal, besar dan tipis, beberapa jenismempunyai cangkang internal, kepala besar dilengkapi dengan Cephalic Shield, Parapodia biasanya ada dan lebar. Contohnya Bulla Ordo AnaspideaCangkang tereduksi jika ada terletak internal, kepala tanpa Cephalic Shield, rongga mantel pada sisi kanan menyempit dan tertutup oleh parapodia yang lebar. Contoh Aplysia Ordo ThecosomataCangkang berbentuk kerucut, rongga mantel besar, parapodia lebar dan merupakan modifikasi dari kaki yang berfungsi sebagai alat renang, hewan berukuran mikroskopik dan bersifat planktonik. Contoh Cavolinia, Limacina, Creseis.

Ordo GymnosomataTanpa cangkang dan mantel, parapodia sempit, hewan berukuran mikroskopik dan bersifatplanktonik. Contoh Clione, Cliopsis, Pneumoderma. Ordo NataspideaCangkang terletak internal, eksternal atau tanpa cangkang, rongga mantel tidak ada plicate gill satu buah, terletak disisis kanan. Contoh Umbraculum, Pleurobrancus Ordo AcochilidiaceaTubuh kecil diliputi spikula, tanpa cangkang, insang ataupun gigi, Visceral mass besar dan memipih pada batas kaki. Contoh Hedylopsis, Microhedyle. Ordo SacoglossaDengan atau tanpa cangkang, radula dan buccal area, mengalami modifikasi menjadi alat penusuk dan pengisap alga. Contoh Berthelinia Ordo NudibranchiaCangkang tereduksi, tanpa insang sejati, bernafas dengan insang sekunderyang terdapat di sekeliling anus, rongga mantel tidak ada, permukaan dorsal tubuh dilengkapi cerata berupa tonjolan dari kelenjar pencernaan. Contoh Glossodoris3. Sub Kelas PulmonataBernapfas dengan paru-paru, sepasang diantaranya spiral, kepala dilengkapi dengan satu atau dua pasang tentakel, sepasang diantaranya mempunyai mata, rongga mantel terletak di interior, organ reproduksi hermaprodit atau berumah satu. Ordo StylomatophoraTentakel berjumlah dua pasang, sepasang diantaranya mempunyai mata di ujungnya, kebanyakan anggotanyateresterial. Contoh Achatina, Triodopsin, Limax. Ordo BasomatophoraTentakel berjumlah dua pasang, sepassang diantaranya mempunyai mata didepannya, kebanyakan anggotanya hidup di air tawar, kosmopolitan. Contoh Physa.

4.Habitat gastropoda di padang lamunGastropoda merupakan salah satu kelompok yang diketahui beraosiasi dengan padang lamun di Indonesia dan diperkirakan telah mengalami overeksploitasi (Tomascik et al dalam Syari, 2005). Komunitas hewan di padang lamun berdasarkan struktur mikrohabitatnya serta pola kehidupan hewannya terbagi dalam empat kategori, yaitu :1. Kategori pertama ialah biota yang hidup di daun Flora epifit dan mikro serta meifauna yang hidup di dalamnya ( protozoa, foraminifera, nematoda, polichaeta, rotifera,tardigroda, copepod, dan juga antropoda). Fauna sesil ( hydrozoaactinia, bryozoa, polychaeta, dan juga ascidia). Epifauna yang bergerak merayap dan berjalan di daun ( gastropoda, polychaeta, tulbellaaria, crusracea, dan beberapa echinodermata)2. Kategori kedua adalah biota yang menempel batang dan rimpang, misalnya jenis polychaeta, dan amphiopoda.3. Kategori ketiga adalah spesies yang bergerak hidup di perairan bawah tajuk daun berupa ikan, udang, dan cumi-cumi. Hewan-hewan yang bergerak ini dibagi lagi dalam empat sub kategori berdasarkan periode mereka tinggal di padang lamun. Penghuni tetap Penghuni musiman Penghuni temporal Penghuni yang tidak menentu4. Kategori keempat ialah hewan-hewan yang hidup dalam sediment, misalnya semua jenis bentos baik yang infauna maupun epifauna (Bengen, 2000 dalam Nurjanah, 2013).

5.Prilaku gastropoda di dalam substrat di padang lamunSubstrat mempunyai peranan penting bagi kehidupan gastropoda. Menurut Nybakken (1992) umumnya gastropoda hidup di substrat untuk menentukan pola hidup, ketiadaan dan tipe organisme ukuran sangat berpengaruh dalam menentukan kemampuan gastropoda menahan sirkulasi air. Bahan organik dari tekstur sedimen atau substrat dasar merupakan tempat untuk menempel dan merayap atau berjalan, sedangkan bahan organik merupakan sumber makanannya.Semakin besar polusi yang terdapat pada suatu perairan maka gastropoda yang mampu bertahan hidup akan lebih sedikit atau jenis tertentu saja yang akan ditemuukan ( Rosenberg dan Resh, 1993 dalam Tri Kurniawati, 2013 ). Jika populasi masih sedikit atau bahkan tidak ada maka gastropoda yang hidup akan jauh lebih banyak dan beragam dengan mmempertimbanggkan tekstur substrat dasar. Kandungan bahan organik pada substrat dasar serta parameter oceanografi dapat mendukung untuk tumbuh berkembangnya gastropoda itu sendiri.

C.Parameter perairan habitat Gastropoda1.SuhuSuhu merupakan parameter fisika yang sangat mempengaruhi pola kehidupan organisme perairan, seperti distribusi, komposisi, kelimpahan dan mortalitas. Suhu juga akan menyebabkan kenaikan metabolisme organisme perairan, sehingga kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat (Nybakken, 1992). Suhu mempengaruhi proses metabolisme dan biokimoa seperti aktivitas enzim dan konsumsi oksigen, pertumbuhan dan reproduksi serta morfologi seperti bentuk cangkang Mytilus Edulis (Levinton, 1982 dalam Syari, 2005). Menurut Sukarno (1981) suhu dapat membatasi sebaran hewan makrobenthos secara geografik dan suhu yang baik untuk pertumbuhan gastropoda berkisar antara 25 - 31 C. 2.SalinitasSalinitas merupakan ciri khas perairan pantai atau laut yang membedakannya dengan air tawar. Berdasarkan perbedaan salinitas, dikenal biota yang bersifat stenohaline dan euryhaline. Biota yang mampu hidup pada kisaran yang sempit disebut sebagai biota bersifat stenohaline dan sebaliknya biota yang mampu hidup pada kisaran luas disebut sebagai biota euryhaline (Sukarno, 1981).Keadaan salinitas akan mempengaruhi penyebaran organisme, baik secara vertikal maupun horizontal. Menurut Barnes (1987) pengaruh salinitas secara tidak langsung mengakibatkan adanya perubahan komposisi dalam suatu ekosistem. Menurut Gross (1972) menyatakan bahwa gastropoda umumnya mentoleransi salinitas berkisar antara 2540 .

3.KekeruhanKekeruhan adalah kondisi perairan yang menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan bahan yang terdapat didalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan bahan organik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus) maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003). Kekeruhan dinyatakan dalam satuan turbiditas yang setara dengan 1 mg/liter SiO2 peralatan yang digunakan untuk mengukur kekeruhan adalah Turbidity Meter dan dinyatakan dalam satuan NTU (Nephelometric Turbidity Unit) (Mc. Carty, 1978 dalam Effendi, 2003). Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya, pernafasan dan daya lihat organisme akuatik serta dapat mengganggu penetrasi cahaya matahari ke dalam air (Effendi, 2003). Nilai kekeruhan yang mendukung untuk kehidupan biota perairan adalah > 5 NTU (KEPMEN LH, 2004).

4.KecerahanKecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Nontji dan Arinardi(1975) menyatakan bahwa nilai kecerahan memberi petunjuk tentang daya tembus cahaya ke dalam perairan. Intensitas cahaya masuk ke laut ditentukan oleh kondisi cahaya di atas permukaaan air. Kecerahan air laut merupakan tinggi rendahnya cahaya matahari yang menembus di suatu badan perairan. Nilai kecerahan dapat dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi,2003). Menurut Mayunar et al (1995) faktor yang dapat mempengaruhi kecerahan adalah kandungan lumpur, plankton dan bahan-bahan terlarut lainnya. Pengaruh lumpur umumnya terjadi pada daerah-daerah pantai dan muara sungai.

5.pHpH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan air. Selain itu ikan dan makhluk makhluk akuatik lainnya hidup pada selang pH antara 7-8,5 dengan diketahui nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Besar pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis) nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam, diatas 7 menunjukkan basa dan pH sama dengan tujuh disebut sebagai netral (Sitorus,2008). Menurut (Pennak, 1978; dalam Wijayanti, 2007) bahwa pH yang mendukung kehidupan Gastropoda berkisar antara 5,7 8,4. Effendi (2000)menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5.

6.Oksigen Terlarut (DO/Dissolved Oxygen)Oksigen terlarut adalah satu faktor penting dalam sistem perairan. Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar bagi organisme akuatik termasuk bentos, karena digunakan untuk respirasi. Kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minumum sebanyak 4 mg/L, selebihnya tergantung kepada ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemar, temperatur air dan sebagainya. Jumlah oksigen erlarut meningkat sejalan dengan menurunya suhu dan menurun dengan naiknya salinitas (Levinton, 1982 dalam Sitorus, 2008). Kandungan oksigen terlarut yang mendukung untuk kehidupan biota perairan adalah > 5 mg/L (KEPMEN LH, 2004).

7.SubstratKondisi substrat yang berbeda- beda seperti pasir, berbatu dan lumpur serta berkarang menyebabkan perbedaan fauna dan struktur komunitas dari daerah litoral. Menurut Nybakken (1992), dari semua pantai pasang surut, pantai berbatu yang tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat mikrroorganismenya dan mempunyai peranan penting bagi kehidupan gastropoda.

D.Kerangka KonsepLokasi penelitian dilakukan di pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Dengan judul penelitian Keanekaragaman Gastropoda di padang lamun pulau Penyengat.Ekosistem padang lamun merupakan habitat ( tempat hidup ) berbagai biota bernilai ekonomi tinggi, seperti ikan, teripang, kima, siput, bulu babi, dan sebagainya ( Kordi, 2011 )Gastropoda (keong) adalah salah satu kelas dari Moluska yang diketahui berosiasi dengan baik terhadap ekosisitem lamun. Komunitas Gastropoda merupakan komponen yang penting dalam rantai makanan di padang lamun, dimana Gastropoda merupakan hewan dasar pemakan detritus (detritus feeder) dan serasah dari daun lamun yang jatuh dan mensirkulasi zat-zat yang tersuspensi di dalam air guna mendapatkan makanan(Tomascik et al.,1997 dalam Tri Kurniawati,2013).Penelitian ini dilakkan untuk melihat jenis Gastropoda dan mengetahui jumlah gastropoda yang ada di pulau Penyengat dengan mengihitung: Kelimpahan Gastropoda, serta indeks (Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi). Beberapa parameter lingkungan yang di ukur sebagai data pendukung seperti Suhu, salinitas, kekeruhan, kecerahan, pH, DO dan Substrat.Dengan pengolahan Data dan Ananlisis dapat di ketahui tingkat keanekaragaman Gastropoda di padang lamun dan parameter lingkungan yang ada di pulau Penyengat.Gambar 2 : skema kerangka konsepPENYENGAT

AKTIFITAS PEMANFAATAN

PADANG LAMUN

PARAMETER LINGKUNGAN( SUHU, SALINITAS,KEKERUHAN, KECERAHAN,pH, DO DAN SUBSTRAT )GASTROPODA

JUMLAH GASTROPODAJENIS GASTROPODA

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA KELIMPAHAN GASTROPODA KEANEKARAGAMAN GASTROPODA KESERAGAMAN GASTROPODA DOMINANSI PARAMETER LINGKUNGAN

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA DI PADANG LAMUNPULAU PENYENGAT