tinjauan pustaka and laporan kasus mioma
DESCRIPTION
lapsus miomaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-
apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.
Evaluasi massa pelvis atau massa adneksa pada wanita menunjukkan salah
satu dari masalah yang paling sering dan paling menantang dalam ginekologi.
Diagnosis dan terapi harus didasarkan pada karakteristik massa, umur saat
munculnya tumor, dan keinginan pasien untuk mempertahankan fertilitas. Suatu
massa pelvis harus dibedakan asalnya baik itu berasal dari genital atau ekstra
genital. Kemungkinan adanya keganasan membutuhkan diagnosis yang akurat dan
terapi yang agresif, dimana kebanyakan dari massa-massa itu terutama pada usia
reproduktif bersifat jinak. Walaupun begitu, adanya gejala dan tanda yang
tumpang tindih antara tumor jinak dan ganas membuat diagnosis yang akurat
menjadi sulit. 1, 2
Salah satu massa pada pelvis yang sering dijumpai pada wanita usia
reproduktif adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang
sebagian besar terdiri dari otot polos. Mioma terdapat pada 20-25% wanita usia
reproduksi, tapi tanpa alasan yang jelas, mioma terdapat 3-9x lipat lebih sering
pada wanita kulit hitam dibandingkan wanita kulit putih.3
Etiologi pasti dari tumor ini hingga kini belum diketahui secara jelas.
Mioma tidak terdeteksi sebelum pubertas dan berespon terhadap hormon,
umumnya tumbuh hanya selama usia reproduksi. Walaupun tumor ini dapat
tumbuh terisolasi, tapi pada umumnya mioma terdapat secara multipel, dengan
berbagai variasi ukuran serta dapat mencapai berat lebih dari 45 kg.1,4
Walaupun umumnya asimtomatis, mioma dapat menimbulkan berbagai
masalah termasuk metrorraghia dan menorraghia, nyeri, dan infertilitas. Di US,
perdarahan uterus berlebih dari mioma merupakan salah satu indikasi
dilakukannnya tindakan histerektomi.5
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terdiri dari otot polos dan
jaringan ikat fibrus. Merupakan struktur yang padat, memiliki pseudokapsul,
dan membentuk nodul kecil maupun besar yang dapat diraba pada dinding
otot uterus tumor ini sering juga disebut fibroid, leiomyoma, atau
fibromioma.1,3 Tumor ini merupakan tumor jinak dan massa pada uterus yang
paling sering ditemui pada pelvis wanita. Mioma ini bisa muncul
single/tunggal, tapi lebih sering dijumpai multipel serta memiliki ukuran yang
bervariasi mulai dari ukuran mikroskopik 1 mm sampai dengan ukuran yang
besar yakni 20 cm, dan mengisi hampir seluruh ruang abdomen.1,3,6
2.2 Insiden
Insiden tertinggi dari mioma ini dijumpai pada wanita usia reproduksi
antara 30-45 tahun, dimana angka insiden yang lebih tinggi dijumpai pada
wanita berkulit hitam daripada wanita berkulit putih, yakni sebesar 3-9x lipat
lebih tinggi. Tumor ini tidak terdeteksi sebelum pubertas dan merupakan
tumor yang pertumbuhannya tergantung pada hormon.1,3
Sedangkan berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur
25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam
ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi
sebelum menars. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat.7
2.3 Etiopatogenesis
2
Mioma merupakan tumor jinak yang terdiri dari sel otot polos yang
berproliferasi lokal dan terdapat akumulasi dari matriks ekstraseluler.
Penyebab pasti dari terjadinya mioma uterus sampai saat ini belum diketahui
dengan jelas, diperkirakan sumber/asal dari mioma ini bukan dari elemen otot
yang matang, melainkan dari tipe sel yang imatur (genitoblas) dari jaringan
otot uterus ataupun otot polos pembuluh darah disekitar uterus.1,2,6,7
Penelitian sitogenetik menunjukkan bahwa mioma muncul dari satu sel
otot polos neoplastik ; mioma merupakan tumor monoklonal yang berasal dari
mutasi somatik. Variasi dari abnormalitas kromosom yang melibatkan
beberapa kromosom (terutama kromosom 12) telah dapat diidentifilasi dan
menimbulkan pendapat bahwa terdapat peranan genetik dalam patogenesis
tumor ini, dimana proses yang bertanggung jawab terhadap transformasi
neoplastik ini belum diketahui dengan jelas, namun diduga estrogen
dibutuhkan untuk terjadinya mutasi ini.1
Dilihat dari mekanisme etiologinya, terdapat faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan mioma ini, antara lain progesteron,
estrogen, dan Peptide Growth Factor (PGF). Progesteron dapat meningkatkan
aktivitas mitosis dari mioma, namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang
terlihat belum jelas, selain itu progesteron juga menyebabkan pembesaran
tumor dengan jalan menstimulasi produksi apoptosis-inhibiting protein yang
berakibat pada penurunan apoptosis dari tumor. Sedangkan estrogen
berpengaruh terhadap pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi
matriks ekstraseluler, dimana mioma mengandung reseptor estrogen dengan
konsentrasi yang lebih tinggi daripada miometrium sekitarnya, namun lebih
rendah dibandingkan endometrium.1,2,3 Bukti-bukti yang menunjukkan peranan
estrogen sebagai promotor pertumbuhan mioma antara lain :1
- Mioma jarang ditemukan sebelum pubertas dan berhenti pertumbuhannya
setelah menopause
- Mioma yang baru jarang muncul setelah menopause
- Sering terdapat pertumbuhan yang cepat dari mioma selama kehamilan
- GnRH agonis menyebabkan lingkungan yang hipoestrogenik yang
berakibat pada reduksi tumor maupun ukuran uterus
3
Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya keterlibatan PGF (yakni
Epidermal Growth Factor/EGF, insulin-like growth factor, platelet-derived
growth factor) dalam regulasi pertumbuhan mioma, dimana EGF merangsang
sintesis DNA pada mioma dan sel miometrium, sedang estrogen memacu efek
tersebut melalui EGF. Selain faktor-faktor hormonal tersebut, terdapat juga
faktor lokal yang mempengaruhi variasi besar tumor dan tingkat
pertumbuhannya, antara lain suply darah, kedekatannya dengan tumor lain,
dan perubahan degeneratif. Sedangkan faktor resiko terjadinya mioma ini
antara lain multipara, obesitas, riwayat keluarga, ras asli afrika.1
2.4 Karakteristik
Mioma biasanya memiliki ciri tersendiri, bersifat multipel, dan berlobulasi
bulat ataupun ireguler. Tumor ini memiliki pseudokapsul yang menutupinya
dan secara jelas dibatasi dengan miometrium sekitarnya. Mioma ini dapat
dienukleasi secara mudah dari jaringan miometrium sekelilingnya. Pada
pemeriksan makros dengan potongan transversal, tumor ini tampak buff-
colored, bulat, halus, dan biasanya padat. Secara umum, tumor ini berwarna
lebih terang dibandingkan miometrium.1,3
a. Klasifikasi
Berdasarkan lokasinya pada uterus, mioma dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, yakni :1,6,7
Mioma intramural/interstisial : merupakan bentuk yang paling
umum/sering terjadi. Mioma ini terdapat di dinding uterus di antara
serabut miometrium, berbentuk nodul berkapsul yang terisolasi dalam
berbagai ukuran. Tumor ini dapat menimbulkan distorsi dari ruang
uterus atau permukaan luar uterus, dimana jika tumor ini muncul
single/tunggal dapat menyebabkan pembesaran uterus yang simetris.
Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan tumbuh
menonjol ke dalam rongga uterus, serta mengadakan perlekatan
dengan uterus melalui pedicle/tangkai dan dapat tumbuh menjadi
polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myoma geburt).
Tumor ini sering dihubungkan dengan abnormalitas dari susunan
endometrium dan dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
4
Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma
subserosum ini dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula
tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau
omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga
disebut wandering/parasitic myoma
b. Patologi1
Gambaran Makroskopik : Mioma merupakan tumor padat dengan
pseudokapsul, memiliki batas yang jelas dengan miometrium
sekitarnya. Pseudokapsul sendiri bukan kapsul yang sesungguhnya,
melainkan dihasilkan dari kompresi fibrus dan jaringan otot pada
permukaan tumor. Karena vaskularisasinya berlokasi di perifer, bagian
sentral dari tumor ini mudah mengalami perubahan degeneratif. Pada
permukaan potongan, tumor ini halus, padat, dan biasanya berwarna
putih kemerahan tergantung dari vaskularisasinya.
Gambaran Mikroskopik : Mioma terdiri atas berkas otot polos dan
jaringan ikat fibrus yang tersusun seperti konde/pusaran air (whorl like
pattern), dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar
yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma. Terdapat sedikit
struktur vaskular dan mitosis yang jarang.
c. Perubahan degeneratif
Berbagai variasi perubahan degeneratif dapat muncul pada mioma
yang akhirnya dapat menyebabkan perubahan pada gambaran mikroskopis
dan makroskopis dari tumor. Sebagian besar perubahan ini tidak tampak
secara signifikan dengan sedikit efek pada gambaran maupun gejala
klinisnya. Perubahan degeneratif ini muncul karena terjadi perubahan pada
sirkulasi (baik arteri maupun vena), atrofi postmenopause, infeksi, atau
bisa juga merupakan akibat dari transformasi maligna/keganasan. Adapun
perubahan degeneratif tersebut antara lain :1,7
Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil.
5
Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.
Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripada
tumor, seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, di mana
sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-
ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar
dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka
mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.
Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya
terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena
suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada
pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah
berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda
disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus
membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada
putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi
hialin.
2.5 Gejala klinis
Gejala dari mioma bervariasi tergantung dari ukuran, jumlah, dan
lokasinya. Kebanyakan wanita dengan mioma bersifat asimtomatis; gejala
6
muncul dalam 10-40% wanita yang menderita penyakit ini. Adapun gejala
yang mungkin timbul antara lain :1,4
a. Perdarahan uterus abnormal. Merupakan gejala yang paling sering
dihubungkan dengan mioma uteri, muncul hingga >30% wanita yang
menderita penyakit ini. Tipe perdarahan yang muncul adalah menorrhagia,
perdarahan berlebih saat periode menstruasi (±>80 ml). Peningkatan aliran
biasanya muncul secara gradual, tapi perdarahan dapat menyebabkan
anemia. Mekanisme pasti terjadinya peningkatan perdarahan tidak jelas.
Faktor-faktor yang mungkin antara lain nekrosis permukaan endometrium
yang ada diatas mioma submukosa; gangguan kontraksi otot uterus bila
terdapat mioma intramural yang luas; peningkatan luas area permukaan
kavitas endometrium; dan perubahan mikovaskulatur endometrium.
b. Nyeri. Mioma yang tidak berkomplikasi biasanya tidak
menyebabkan nyeri. Nyeri akut dihubungkan dengan fibroid, biasanya
disebabkan oleh torsi pedunculated myoma atau infark yang progresif
menjadi degenerasi carneous dalam mioma. Nyeri biasanya seperti nyeri
kram, bila mioma submukosum dalam kavitas endometrium bertindak
sebagai benda asing. Beberapa pasien dengan mioma intramural
mengeluhkan dismenore yang muncul lagi setelah beberapa tahun periode
menstruasi bebas nyeri.
c. Tekanan. Begitu mioma membesar, akan memberi rasa seperti rasa
berat pada pelvik atau gejala tekanan pada struktur-struktur disekitarnya.
Sering kencing, adalah gejala yang sering muncul bila
mioma yang tumbuh menyebabkan penekanan pada kandung kencing.
Retensi urin, jarang terjadi, biasanya terjadi bila
pertumbuhan mioma menybabkan uterus retroversi terfiksasi yang
mendorong serviks ke anterior dibawah simfisis pubis di area sudut
uretrovesikuler posterior.
Efek tekanan mioma asimtomatis biasanya disebabkan
oleh ekstensi laterla atau mioma intralegamen, yang menyebabkan
obstruksi ureter unilateral dan hidronefrosis.
7
Konstipasi dan susah defekasi dapat disebabkan oleh
mioma posterior yang besar.
Kompres vaskulatur pelvis oleh uterus yang membesar
dengan hebat dapat menyebabkan varicositis atau edema ekstremitas
bawah.
d. Gangguan reproduksi. Infertilitas akibat adanya mioma tidak biasa
terjadi. Infertilitas dapat terjadi bila mioma mempengaruhi transportasi
tuba normal atau implantasi ovum yang terfertilisasi.
Mioma intramural besar yang berlokasi di kornu
dapat menutup pars interstisialis tuba.
Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma
submukosum dapat mengganggu implantasi; endometrium diatas
mioma dapat tidak mengalami fase-fase seperti endometrium normal,
sehingga merupakan permukaan yang tidak baik untuk implantasi.
Terdapat peningkatan insiden abortus dan kelahiran
prematur pada pasien dengan mioma submukosum atau intramural.
e. Kelainan berhubungan dengan kehamilan. Mioma uteri pada 0,3%-
7,2% kehamilan biasanya muncul sebelum konsepsi dan dapat meningkat
ukurannya selama gestasi.
Insiden abortus spontan lebih tinggi pada wanita
dengan mioma, tetapi mioma merupakan penyebab abortus yang tidak
biasa.
Kelahiran prematur dapat meningkat pada wanita
dengan mioma
Dalam trimester ketiga, mioma dapat menjadi faktor
penyebab malpresentasi, obstruksi mekanik, atau distosia uteri.
Mioma-mioma yang besar pada segmen bawah uterus dapat
menghalangi penurunan bagian presentasi janin. Mioma intramural
dapat mempengaruhi kontraksi uterus dan persalinan normal.
Perdarahan Post Partum (HPP) lebih sering terjadi
pada pasien dengan mioma uteri.
8
2.6 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik1
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan 95% dari hasil pemeriksaan fisik.
Ukuran uterus diukur sesuai dengan ukuran gestasi dan ditentukan dengan
pemeriksaan abdomen dan pelvik.
Pemeriksaan Abdominal
Mioma uteri dipalpasi sebagai tumor yang ireguler, noduler, menonjol
ke dinding anterior abdomen, dan biasanya padat serta kencang saat
dipalpasi; apabila ada edema akan terasa lembek, begitu juga bila ada
sarkoma, kehamilan, atau perubahan degeneratif.
Pemeriksaan Pelvik1
Temuan yang paling sering adalah pembesaran uterus; ukuran uterus
biasanya asimetris dan ireguler. Uterus biasanya bergerak bebas
kecuali bila ada residu PID. Pada mioma submukosum, pembesaran
uterus biasanya simetris. Beberapa mioma subserosum, sangat berbeda
dari korpus uteri dan dapat bergerak bebas, biasanya sering
menunjukkan adanya tumor adneksa/ekstra pelvis. Diagnosa mioma
cervical atau mioma submukosum pedunculated dapat dibuat pada
tumor yang ekstensi ke kanalis cervicalis; biasanya suatu mioma
submukosum dapat dilihat pada cervical os atau introitus.
b. Evaluasi dan Studi Diagnostik1
Studi diagnostik tambahan lain didasarkan pada presentasi individual dan
pemeriksaan fisik. Pada pasien asimtomatis dengan pemeriksaan fisik yang
sesuai dengan mioma, tidak perlu dilakukan studi diagnosis tambahan lain.
Hemoglobin/Hematokrit ; dilakukan pada pasien
dengan perdarahan vaginal yang berlebihan. Untuk mengetahui tingkat
kehilangan darah dan keadekuatan penggantian.
Profil koagulasi dan waktu perdarahan ; dilakukan
bila ada riwayat diathesis perdarahan.
9
Biopsi endometrium ; dilakukan pada pasien dengan
perdarahan uterus abnormal yang diperkirakan anovulatory atau
beresiko tinggi untuk hiperplasia endometrium.
USG ; secara akurat digunakan untuk menilai
dimensi uterus, lokasi mioma, interval pertumbuhan, dan anatomi
adneksa. Namun USG rutin tidak meningkatkan outcome
dibandingkan dengan hanya pemeriksaan fisik saja. Adalah tepat untuk
melakukan USG pelvik pada situasi dimana pengambilan kesimpulan
dengan pemeriksaan fisik sulit atau kurang pasti; bila pemeriksaan
fisik suboptimal seperti dalam kasus obesitas ; atau adneksa patologi,
tidak dapat dibedakan dengan pemeriksaan fisik saja.
Evaluasi cavitas endometrium dengan hysteroscopy
atau hydrosalfingografi bisa digunakan pada pasien dengan mioma
uteri dan infertilitas atau abortus berulang.
2.7 Diagnosis differensial3,4
a. Kehamilan
Pada fibroid dengan degenerasi kistik, uterus membesar dan lunak
sehingga memiliki penampakan klinis yang sama dengan kehamilan.
Berdasarkan penampakan payudara, serviks yang lunak, tes kehamilan,
dan USG menyingkirkan keraguan.
b. Hematometra
Disebabkan oleh stenosis servikal dengan gejala uterus membesar,
amenore sekunder. USG dan tes kehamilan dapat menyingkirkan
hematometra.
c. Adenomiosis
Gejala klinis hampir sama dengan mioma uteri. Uterus dengan ukuran 12
minggu atau pembesaran ireguler uterus mengarah pada diagnosis
fibroma. Adenomiosis cenderung lebih lunak. USG dapat menegakkan
diagnosis.
d. Uterus bikornus
Untuk menegakkan diagnosa dipakai histerogram, histeroskopi, dfan USG.
10
e. Endometriosis
Gejala klinis hampir sama, tapi uterus dalam ukuran normal dan melekat
dengan massa pelvis.
f. Kehamilan ektopik
Ektopik yang kronik dengan pelvic hematocele dapat memberikan kesan
fibroid, dengan anamnesa yang baik dan USG dapat menyingkirkan
keraguan
g. Penyakit Radang Panggul Kronik
Riwayat dan gejala klinis mungkin sama, tapi massa radang lebih lunak
dan uterus terfiksir dengan ukuran normal.
h. Tumor jinak ovarium
Subserus atau pedunculated mioma mirip dengan tumor ovarium. USG
dapat menunjukkan asal tumor tapi asal tumor yang sebenarnya diketahui
dari laparotomi.
i. Tumor ganas ovarium
Fibroid dapat didiagnosa sebagai tumor ganas ovarium. Laparotomi perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosa.
j. Karsinoma Endometrium
Dapat timbul bersamaan dengan mioma pada perempuan lanjut usia. Perlu
dilakukan kuretase untuk menyingkirkan keganasan.
k. Miomatous polip
Penonjolan ke dalam ostium uteri dapat menyerupai produk konsepsi dan
kanker serviks. Riwayat penyakit dan biopsi dapat menegakkan diagnosa.
2.8 Pengobatan7
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua
mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun,
terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan
atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan
setiap 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau
11
menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat
terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH
agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran mioma uterus terdiri atas
sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang
mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi
gonadotropin yang mempengaruhi mioma.
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma
uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam
keseluruhannya lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan,
mioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena
mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang
tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami
menopauseyang terlambat.
a. Pengobatan operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum
pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang
mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai.
Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka
kemumgkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.
Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih
memerlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang
umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per
abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus
harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.
Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus
keseluruhannya.
b. Radioterapi
12
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan
kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontra
indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan
apabila tidak ada keganasan pada uterus.
2.9 Komplikasi4,7
a. Torsi. Subserosum pedunculated myoma dapat mengalami rotasi pada
perlekatannya dengan uterus, sehingga vena mengalami oklusi dan tumor
dipenuhi oleh darah. Nyeri abdomen yang berat sering dijumpai dan
memerlukan tindakan operatif secepatnya. Sangat jarang terjadi, tumor
mendapatkan suplai darah dari perlekatannya dengan organ di dekatnya
dan akhirnya melekat pada organ tersebut, yang disebut wandering fibroid
atau parasitic fibroid.
b. Inversi.
c. Perdarahan kapsular. Jika vena besar pada permukaan tumor pecah,
perdarahan intraperitonial yang profuse dapat menyebabkan syok
hemoragik akut.
d. Infeksi. Infeksi dapat terjadi jika massa tumor keluar dari kavum uteri dan
kontak dengan vagina yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum
atau sepsis, sehingga harus segera dioperasi.
e. Associated endometrium carcinoma. Ca endometrium dihubungkan
dengan fibromioma pada wanita dengan umur diatas 40 tahun yang
didapatkan pada 3 % kasus.
f. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,65%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
2.10 Prognosis
13
Prognosis pasien baik karena keganasan pada mioma uteri jarang terjadi (<
1%) dan penderita di rencanakan TAH yang dalam teori di katakan TAH
bersifat kuratif sedangkan miokmetomi bisa mengalami resiko rekuren.
Histerektomi dengan pengangkatan seluruh mioma bersifat kuratif. Setelah
miomektomi, uterus dan cavitasnya dapat kembali ke bentuk yang normal.
Satu hal yang penting diperhatikan adalah adanya resiko rekuren setelah
miomektomi. Penelitian menunjukkan adanya insiden sekitar 2-3% pertahun
dari symptomatic myoma setelah miomektomi
14
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Penderita
Nama : WG
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SD Kelas 6
Suku : Bali
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Banjar Guliang Pejeng
Tanggal MRS : 11 Desember 2007
II. Anamnesis
Keluhan Utama : Pasien datang ke poliklinik rujukan
dari dokter umum karena dicurigai
ada benjolan setelah sebelumnya
pasien ingin membuka iud.Pasien
merasakan badan lemas setelah
sampai di RSUD Sanjiwani.
Perjalanan Penyakit : Penderita datang keluhan benjolan
setelah sebelumnya penderita ingin
membuka KB di dokter umum.
Penderita mengeluhkan ada benda
yang menonjol dari kemaluannya
waktu penderita jongkok sejak
2minggu yang lalu. Perut dikatakan
tidak membesar dan tidak ada nyeri.
15
Riwayat haid dikatakan teratur.
Nyeri saat haid tidak ada.
Riwayat Menstruasi : Menarche : 13 tahun
Siklus : Teratur
Lama : 3 hari
HPHT : 2 tahun yang lalu
Riwayat Perkawinan : 1x selama 33 tahun
Usia saat menikah : 17 tahun
Riwayat Persalinan : 1. Laki-laki, pspt B, di Rumah, 33
tahun
2. Wanita, pspt B, di rumah ,31 tahun
3. Laki-laki,pspt B, bidan, 3050 gr,
28tahun.
Riwayat Operasi/Penyakit
Terdahulu : -
.
III. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Kesadaran : CM
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Status General
Mata : Anemis +/+ Ikterus -/-
Abdomen : Fut 2jari bpst, massa (-), nyeri tekan (-), asites (-)
Vagina
Insp : tampak massa Ø 10x4x5 cm yang berasal dari OUI
VT : flx(-) fl(-)
P Ø (-) licin
livide(-)
16
teraba masa Ø 10x4x5 cm kenyal
benang IUD
IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
11/12 Hb : 7,9 gr/dL 13/12 Hb : 11,4
PLT : 328 k/Ul PLT: 238
WBC : 10,2 k/uL WBC: 30,2
BT : 2’ APPT : 34,5”
CT : 7’ PT : 17,8”
V. Diagnosis Kerja :
Mioma Geburt + Anemia
VI. Penatalaksanaan :
- MRS
- Perbaikan keadaan umum , transfusi PRC sampai Hb > 10 gr/dL
- Rencana Ekstirpasi di OK dan persiapan TAH
- KIE pasien dan keluarga
VII. Prognosis
- Dubius ad bonam
17
Perjalanan Penyakit :
Tanggal S O A P12-12-07 Badan
Lemas,BAB+,BAK +,makan minum +
St.PresentT : 130/70 mmHgN : 80 x/menitR : 20 x/menitSt. General Mata : An +/+Thorax : Cor/Po dbnSt. GynAbd: tfut : 2 jr bpstdistensi(-),nyeri tekan (-), asites (-)VT:tuba massa Ø 10x4x5 kenyal,benang iud +
Myoma uteri + Anemia
Pdx : -Tx : -Perbaikan KU ~transfusi PRC sampai Hb > 10 gr/dL (4 kolf)-Rencana TAH
Mx : kel,vsKIE
13-12-07 Makan +,minum +,BAB + BAK+,pendarahan -
St.PresentT : 120/70 mmHgN : 88 x/menitR : 18 x/menitSt. General Mata : An -/-Thorax : Cor/Po dbnSt. GynAbd : tfut : 2 jrbpst,distensi (-),nyeri tekan -VT, teraba massa padat Ø 10 x 4x5 cm, kenyal, benang iud +
Insp: Tampak tumor mukosa Ø10 cm dengan tangkai pendek dengan akar melekat dinding cavum uteri
Myoma uteri Pdx : DL Post TransfusiTx : -Rencana TAHSaran : Coba extirpasi di OK,dengan konseling untuk TAH
Mx : kel,vs, pre opKIE
18
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Diagnosis
Pada kasus ini, pasien bernama WG, berumur 50 tahun, beralamat di Banjar
Guliang, Pejeng. Pasien datang tanggal 11 Desember 2007 karena ingin buka iud.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan dilakukan vt teraba massa sebesar 10x4x5cm.
Riwayat haid dikatakan teratur dan mengganti 3-4 pembalut setiap hari pada
waktu haid, tanpa disertai sakit yang berlebihan saat menstruasi. Dari hasil
anamnesis juga diketahui riwayat menstruasi pasien, dimana pasien menarche
pada usia 13 tahun dengan siklus yang teratur dan lama haid 3 hari. Riwayat
perkawinan 1 kali selama 33 tahun, dengan riwayat persalinan sebanyak 3 kali,
dimana kesemua anak penderita hidup.
Pasien saat ini didiagnosa dengan mioma geburt karena dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda serta gejala yang sesuai
dengan mioma geburt. Dari hasil anamnesis diketahui umur pasien 50 tahun,
dimana usia ini masih tergolong usia reproduktif dan merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya mioma uteri. Kemudian dari keluhan utama pasien saat datang
yakni di katakan ada sesuatu benda yang menonjol keluar dari kemaluan
penderita. Kemudian dari riwayat persalinan, pasien pernah hamil sebanyak 3 kali
(multipara) dimana multipara ini juga termasuk salah satu faktor resiko mioma.
Kemudian dari pemeriksaan fisik pada palpasi abdomen didapat fundus
uteri 2 jari di bawah pusat, tidak terdapat nyeri tekan maupun asites, yang mana
gambaran ini sesuai dengan gambaran mioma.
19
4.2. Penatalaksanaan
Penderita di MRS kan dan di lakukan perbaikan keadaan umum. Penderita juga di
lakukan transfusi PRC sampai Hb > 10. Pada pasien ini di rencanakan tindakan
ekstirpasi di OK dan persiapan TAH. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
pasien telah berumur cukup lanjut dan telah memiliki anak yang cukup, selain itu
juga untuk menghilangkan mioma secara permanen dan mencegah timbulnya
resiko kekambuhan penyakit.
Penderita dan keluarga juga perlu di KIE untuk memberi pengertian
tentang kondisi penderita supaya penderita dan keluarga mengerti lalu peduli pada
keadaan penderita dan sepakat untuk bergerak. Sehingga jika di perlukan untuk di
rujuk penderita dan keluarga telah siap.
4.3. Prognosis
Prognosis pasien baik karena keganasan pada mioma uteri jarang terjadi (< 1%)
dan penderita di rencanakan TAH yang dalam teori di katakan TAH bersifat
kuratif sedangkan miokmetomi bisa mengalami resiko rekuren.
20
BAB V
RINGKASAN
WG, wanita, 50 tahun, Banjar Guliang, Pejeng, Hindu, Bali, Indonesia datang
pada tanggal 11 Desember 2007 dengan keluhan utama dicurigai ada benjolan
setelah sebelumnya pasien ingin membuka iud di tempat praktek dokter umum.
Riwayat haid teratur dan mengganti 3-4 pembalut setiap hari pada waktu haid,
tanpa disertai sakit yang berlebihan saat menstruasi, tanpa disertai sakit yang
berlebihan saat menstruasi. Riwayat perkawinan 1 kali selama 33 tahun, dengan
riwayat persalinan sebanyak 3 kali, dimana kesemua anak penderita hidup.
Pemeriksaan fisik pada palpasi abdomen didapat fundus uteri 2 jari di bawah
pusat, tidak terdapat nyeri tekan maupun asites. Pemeriksaan vagina inspeksi
tampak massa Ø 10x4x5 cm yang berasal dari OUI dan dari pemeriksaan dalam
vagina teraba masa Ø 10x4x5 cm dan di dapatkan benang IUD. Rencana tindakan
penanganan yang dilakukan adalah ekstirpasi di OK dan persiapan TAH. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa pasien telah berumur cukup lanjut dan telah
memiliki anak yang cukup, selain itu juga untuk menghilangkan mioma secara
permanen dan mencegah timbulnya resiko kekambuhan penyakit.KIE terhadap
keluarga dan pasien tentang kondisi penderita. Prognosis pasien baik karena
keganasan pada mioma uteri jarang terjadi (< 1%) dan penderita di rencanakan
TAH yang dalam teori di katakan TAH bersifat kuratif sedangkan miokmetomi
bisa mengalami resiko rekuren.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Beck, W.W. NMS Obstetri and Gynaecology. 4th Ed. The Williams & Wilkins, 1997; 30: 339 - 345
2. Campbell, S., Monga, A. Gynaecology by 10 Teachers. 17th Ed. P: 115 - 117
3. DeCherney, A.H., Nathan, L. Current Obstetri and Gynaecology Diagnosis and Therapy. McGraw-Hill, 2003; P: 693 - 699
4. Howkin’s & Bourne. Shaw’s Textbook of Gynaecology. 12th Ed. New Delhi: B. I. Churchill Livingstone; 22: 275 - 284
5. Ling, F. W., Duff, P. Obstetri and Gynaecology Principles of Practice. McGraw-Hill, 2001; P: 1151 – 1172
6. Novak & Novak. Textbook of Gynaecology. 5th Ed. The Williams & Wilkins Company, 1956; P: 341 - 359
7. Hanifa, W. Tumor Jinak Pada Alat Genital dalam Ilmu Kandungan. Edisi III, Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999;338-345
22