tinjauan pustaka, landasan teori, kerangka...
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Beras memiliki urutan utama dari jenis bahan pangan yang dikonsumsi. Hampir
seluruh penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pangan utama. Beras
juga merupakan nutrisi penting dalam struktur pangan, karena itu peranan beras
memiliki peranan strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia (Tarigan, 1997).
Pangan pokok umumnya banyak mengandung karbohidrat sehingga berfungsi
sebagai sumber kalori utama. Di Indonesia, di antara bahan pangan berkabohidrat,
yaitu padi-padian, umbi-umbian dan sagu. Beras merupakan sumber kalori yang
terpenting bagi sebagian besar penduduk. Beras diperkirakan menyumbangkan
kalori sebesar 6-80 persen dan protein 45-55 persen bagi rata-rata penduduk
(Sawit, 1994).
Besarnya perhatian pemerintah terhadap ekonomi perberasan ini didasari oleh
pertimbangan bahwa beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar
penduduk Indonesia. Oleh sebab itu pihak yang paling perlu diperhatikan dalam
penentuan kebijakan pangan, terutama kebijakan perberasan adalah konsumen.
Beras masih menjadi sumber pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. Partisipasi konsumsi beras diberbagai wilayah adalah diatas besaran 90
persen. Kepentingan konsumen perlu dipertimbangkan dalam merumuskan
kebijakan dibidang perberasan di Indonesia (Harianto, 2001).
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada
kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan
ekonomi ini relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan.
Universitas Sumatera Utara
Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga-keluarga di negara berkembang
sekitar dua pertiganya (Suhardjo, 1996).
Hal ini juga diperkuat oleh Nainggolan (2005), yang mengatakan bahwa
perbandingan kualitas konsumsi masyarakat perkotaan dan pedesaan
menunjukkan bahwa masyarakat perkotaan memiliki kualitas konsumsi yang lebih
baik. Kondisi ini mengindikasikan perlunya fokus masyarakat desa sebagai target
perbaikan/peningkatan kualitas konsumsi sehingga mampu menaikkan rata-rata
kualitas konsumsi secara nasional.
Sebab masalah rawan pangan yang dialami sebagian besar penduduk desa
semakin meningkat khususnya pada saat ini. Banyak masyarakat miskin yang
tidak mampu membeli beras pada harga pasar yang dinilai cukup mahal.
Menyadari sulitnya akses penduduk miskin terhadap beras yang disediakan
melalui pasar bebas, mulai Juli 1998 pemerintah menerapkan kebijakan baru
berupa Target Subsidi Harga Beras yang dikenal dengan OPK (Saifullah, 2001).
Kemudian berganti nama menjadi RASKIN yang dikelola oleh BULOG. Saat ini
pemasaran beras dilakukan oleh BULOG terbanyak adalah untuk menunjang
program OPK/RASKIN yang menyerap sekitar 75 persen cadangan beras
BULOG. Sisanya disalurkan ke pasar umum karena umumnya petani menjual
gabah di waktu panen dan pada waktu tidak panen mereka akan membeli lagi dari
pasar (Sulaksono, 2003).
Sejak OPK berlangsung pada tahun 1998, pelaksanaannya dinilai cukup relevan.
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Steven R Tabor (2005) terhadap pelaksanaan
OPK tahun 1998/1999 memperlihatkan bahwa program OPK dapat menahan
Universitas Sumatera Utara
penurunan konsumsi kalori 7 persen sampai 8 persen dan konsumsi protein 15
persen hingga 16 persen dari kemungkinan yang terjadi akibat rawan pangan di
masyarakat. Dari segi efisiensi program, model kebijakan OPK pembiyaannya
lima kali lebih efisien dibandingkan dengan program sejenis yang diterapkan di
beberapa negara. Dengan alasan ini pulalah pemerintah mempertahankan program
ini yang sekarang dikenal dengan RASKIN (Sulaksono, 2003).
RASKIN adalah bagian dari Program penanggulangan kemiskinan, yaitu kegiatan
perlindungan sosial berbasis keluarga dalam pemenuhan kebutuhan beras bagi
masyarakat kurang mampu (Anonimus, 2008).
Rumah Tangga Sasaran Penerima RASKIN
Rumah Tangga Sasaran Penerima RASKIN adalah Rumah Tangga Miskin di
Desa/Kelurahan yang berhak menerima RASKIN dan terdaftar dalam Daftar
Penerima Manfaat (DPM) yang ditetapkan oleh kepala desa/lurah sebagai hasil
Musyawarah desa/Kelurahan dan disahkan oleh camat sesuai hasil Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLSBPS) (Pedum, 2013).
Mekanisme Penetapan Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima RASKIN
Adapun mekanisme penetapan Rumah Tangga Sasaran Penerima RASKIN
menurut BPS adalah sebagai berikut :
a. RTS yang berhak mendapatkan RASKIN adalah RTS yang terdaftar dalam
PPLSBPS, sebagai RTS Penerima RASKIN di Desa/Kelurahan.
b. Dalam rangka mengakomodasi adanya dinamika RTS di Desa/Kelurahan,
maka Tim Koordinasi Raskin perlu mengadakan Musyawarah Desa (Mudes) /
Musyawarah Kelurahan (Muskel) untuk menetapkan kebijakan lokal :
Universitas Sumatera Utara
1) Melakukan verifikasi nama RTS hasil PPLSBPS yang sudah meninggal,
tidak layak atau pindah alamat keluar Desa/Kelurahan. Untuk kepala RTS
yang meninggal dunia diganti oleh salah satu anggota rumah tangganya.
Sedangkan untuk Rumah Tangga tunggal, RTS yang pindah alamat dan
Rumah Tangga yang tidak layak lagi maka digantikan oleh Rumah Tangga
miskin yang dinilai layak.
2) Rumah Tangga miskin yang dinilai layak untuk menggantikan RTS pada
butir 1 di atas adalah diprioritaskan kepada Rumah Tangga miskin yang
memiliki anggota Rumah Tangga lebih besar terdiri dari balita dan anak usia
sekolah,kepala Rumah Tangganya perempuan, kondisi fisik rumahnya kurang
layak huni,berpenghasilan lebih rendah dan tidak tetap.
3) Pelaksanaan Mudes/Muskel dapat dilaksanakan sepanjang tahun berjalan
sesuai dengan kebutuhan.
4) Hasil verifikasi Mudes/Muskel dimasukkan dalam daftar RTS RASKIN
sesuai model DPM yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah dan disahkan
oleh Camat. Selanjutnya RTS RASKIN hasil verifikasi diberikan kartu
Raskin sebagai identitas penerima Raskin.
5) Hasil verifikasi RTS RASKIN dilaporkan oleh Camat kepada Tim
Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.
6) Rumah tangga miskin yang dinilai layak oleh Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota serta belum terdaftar sebagai RTS RASKIN hasil PPLSBPS,
maka dapat diberikan RASKIN Daerah yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Universitas Sumatera Utara
7) Perubahan jumlah RTS RASKIN di setiap Desa/Kelurahan tidak
diperbolehkan mengubah pagu wilayah setempat (Bulog, 2012).
Adapun kriterianya dapat dilihat pada Tabel 2, berikut :
Tabel 2. Kriteria penentuan Rumah Tangga Miskin No Kriteria 1 Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang 2 Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / rumbia / kayu berkualitas rendah /
tembok tanpa diplester 3 Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah
tangga lain 4 Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik 5 Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai /air
hujan 6 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak
tanah 7 Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu 8 Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 9 Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari 10 Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik 11 Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan
500 m2 buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
12 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak tamat SD/ hanya SD
13 Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Sumber: BULOG 2012
Dari Tabel 2 dapat dilihat kriteria penentuan rumah tangga miskin. Mekanisme
penentuan rumah tangga sasaran dilakukan oleh PPLSBPS adalah dengan
mendata rumah tangga miskin yang layak mendapatkan bantuan program
pendistribusian RASKIN sesuai 14 kriteria penentuan rumah tangga miskin.
Rumah tangga miskin yang dijadikan sebagai RTS penerima RASKIN adalah jika
Universitas Sumatera Utara
rumah tangga miskin tersebut memenuhi minimal 9 kriteria dari 14 kriteria yang
ada.
Mekanisme Pelaksanaan Distribusi RASKIN
Berdasarkan Pedum RASKIN Tahun 2013 mekanisme pelaksanaan distribusi
RASKIN adalah :
1. Bupati/ Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada Kadivre
berdasarkan alokasi pagu RASKIN dan rumah tangga miskin penerima
RASKIN dimasing-masing kecamatan/kelurahan/desa.
2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan menerbitkan
SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani.
3. Berdasarkan SPA, Kadivre menerbitkan Surat Perintah Pengiriman Beras
(SPPB) untuk masing-masing kecamatan/kelurahan/desa kepada Satuan Kerja
(SATKER) RASKIN. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras
(HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB periode berikutnya
ditangguhkan sampai ada pelunasan.
4. Berdasarkan SPPB, SATKER RASKIN mengambil beras di gudang
penyimpanan Peran BULOG. Mengangkut dan menyerahkan RASKIN kepada
pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, harus
sesuai dengan standar kualitas BULOG. Apabila tidak memenuhi standar
kualitas maka beras dikembalikan kepada SATKER RASKIN untuk
ditukar/diganti.
Universitas Sumatera Utara
5. Serah terima beras RASKIN dari SATKER RASKIN kepada pelaksana
distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima
(BAST) yang merupakan pengalihan tanggungjawab.
6. Pelaksana Distribusi menyerahkan beras kepada rumah tangga miskin
penerima manfaat RASKIN (Bulog, 2012).
Landasan Teori
Efektifitas
Efektifitas adalah pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Efektifitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya indikator yang telah ditetapkan yaitu tepat jumlah, waktu, sasaran, harga,
administrasi dan mutu. Jika kegiatan mendekati indikator berarti makin tinggi
Efektifitasnya. Untuk peningkatan efektifitas ditingkat RTS pemerintah
menerapkan sistem manajemen yang baik, manajemen waktu dan pengelolaan.
Dalam perhitungan persentase efektifitas, dikategorikan efektif apabila mencapai
minimal satu persen dan maksimal seratus persen. (Sugiyono, 2010).
Selain itu skala dan klasifikasi pengukuran kinerja instansi pemerintah yang
disajikan dalam Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Skala dan Klasifikasi Pengukuran Efektifitas Kinerja Instansi Pemerintah
Kinerja Kriteria ≤ 40% Sangat tidak efektif 41% - 60% Tidak efektif 61% - 80% Cukup efektif 81% - 90% Efektif 91% - 100% Sangat efektif
Sumber: Depdagri, Permendagri, Tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 3 di atas, untuk pendistribusian RASKIN yang dilakukan oleh
BULOG kepada RTS apabila hasilnya menunjukkan persentase yang semakin
besar dapat dikatakan bahwa pendistribusian RASKIN semakin efektif. Demikian
sebaliknya, semakin kecil hasilnya persentase maka menunjukkan pendistribusian
RASKIN semakin tidak efektif.
Distribusi
Menurut Philip Khotler (2005) saluran distribusi adalah serangkaian organisasi
yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang
atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.
Pengertian Harga dan Penetapan Harga
Harga
Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba. Selain itu
secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya. Harga sering sekali
digunakan sebagai indikator nilai apabila harga tersebut dihubungkan dengan
manfaat yang dirasakan atas suatu barang dan jasa.
Menurut Philip Khotler (2005), Pengertian Harga dalam arti sempit merupakan
jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, sedangkan harga
dalam arti luas adalah jumlah dari nilai yang dipertukarkan konsumen untuk
manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa.
Universitas Sumatera Utara
Penetapan Harga
Menurut Philip Khotler (2005) Penetapan harga adalah keputusan mengenai
harga-harga yang akan diikuti oleh suatu jangka waktu tertentu (mengenai
perkembangan pasar).
Penetapan harga yang sesuai dan tepat akan membuat konsumen bertahan dengan
produk tersebut karena sesuai dengan daya beli konsumen, dengan demikian
secara tidak langsung dapat mempengaruhi realisasi penjualan.
Harga Pemerintah (Patokan) adalah harga yang ditetapkan oleh pemerintah.
Misalnya, harga RASKIN, harga dasar padi, gula, terigu dan lain sebagainya.
Harga RASKIN di titik distribusi yang ditetapkan BULOG yaitu sebesar Rp
1.600/Kg. Namun, harga tersebut dapat berbeda jika telah berada ditangan
penerima RASKIN. Harga dapat berkisar antara Rp 2.000-2.500/liter (bukan
kilogram) karena untuk biaya angkut/transportasi dari titik distribusi ke penerima
manfaat, serta ditetapkan beberapa kriteria diantaranya membebankan biaya
ongkos kirim RASKIN kepada warga miskin, uang jaga malam selama beras
berada didalam gudang, uang pikul serta uang SPSI (Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia) (Sulaksono, 2003).
Harga ditingkat retail (rumah tangga) atau harga aktual adalah diwakili oleh
harga di lembaga distribusi ditambah dengan biaya distribusi dan keuntungan
lembaga penyalur dan yang diperkirakan mencerminkan tingkat efektifitas
diperkirakan.
Secara sitematis harga ditingkat retail dapat diperoleh dari :
Harga jual produsen = Harga Beli + Laba
Pp = Pb + π
Universitas Sumatera Utara
Dimana :
Pp : Harga jual produsen
Pb : Harga beli produsen
π : Laba (keuntungan)
Perbedaan harga dapat di perloeh dari :
Selisih harga Konsumen - Produsen = Harga beli Konsumen – Harga jual
Produsen
∆P = Pk – Pp
Dimana :
∆P : Selisih harga Konsumen- Produsen
Pk : Harga Konsumen
Pp : Harga Produsen (Soekartawi,2010)
Surplus konsumen merupakan pencerminan suatu keuntungan lebih (surplus) yang
dinikmati oleh konsumen karena adanya selisih harga antara harga patokan
dengan harga jual barang tersebut.Surplus konsumen dihitung dari perbedaan
harga dikalikan dengan kuantitas pembeliannya, dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
Sk : Surplus Konsumen
Pa : Harga tertinggi dipasar
Pk : Harga Kesimbangan
Q : Jumlah yang diperjualbelikan (Daniel, 2002).
𝑺𝑺𝑺𝑺 = ( 𝑷𝑷𝑷𝑷 − 𝑷𝑷𝑺𝑺 ) 𝒙𝒙 𝑸𝑸
𝟐𝟐
Universitas Sumatera Utara
Efektifitas Distribusi RASKIN
Kefektifan distribusi RASKIN (Bulog, 2013), dapat dinilai melalui indikator
keberhasilan program RASKIN yaitu :
1. Tepat Sasaran Penerima RASKIN
Raskin hanya di berikan kepada RTS penerima manfaat yang terdaftar dalam
daftar penerima manfaat (DPM).
2. Tepat Jumlah
Jumlah RASKIN yang merupakan hak penerima manfaat adalah sebanyak 15
kg/RTM/bulan selama 12 bulan.
3. Tepat Mutu
Mutu RASKIN yang diperoleh oleh RTS adalah mutu beras sesuai dengan
kriteria mutu RASKIN dari BULOG.
4. Tepat Harga
Harga RASKIN adalah sebesar Rp 1.600/Kg netto di titik distribusi.
5. Tepat Waktu
Waktu pelaksanaan distribusi RASKIN kepada RTS penerima manfaat sesuai
dengan rencana distribusi.
6. Tepat Administrasi
Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar (yakni memiliki KIP
sebagai identitas RTS).
Indikator keefektifan pendistribusian RASKIN ini akan dilihat apakah keenam
indikator tersebut diterima oleh RTS, yang mana dari keseluruhan sampel akan
Universitas Sumatera Utara
dipersentasekan. Apabila Persentase ˃ 80% maka dianggap efektif pendistribusian
RASKIN yang diterima oleh RTS.
Kerangka Pemikiran
Distribusi RASKIN merupakan proses penyaluran beras kepada penduduk miskin
yang telah terdata sebagai masyarakat yang berhak menerima beras RASKIN.
Beras yang didistribusikan ke masing-masing titik distribusi berasal dari gudang
penyimpanan perum BULOG dan yang akan disalurkan kepada pelaksana
distribusi ditingkat kelurahan/desa di titik distribusi yaitu kepala desa/lurah. RTS
yang menerima RASKIN harus sudah terdata terlebih dahulu sebagai rumah
tangga yang berhak atas RASKIN yang dibagikan.
Harga RASKIN yang telah ditetapkan pemerintah adalah Rp 1.600/Kg namun,
harga tersebut bisa berbeda di terima oleh rumah tangga penerima RASKIN di
titik distribusi, karena dibebankan biaya distribusi. Hal tersebut menimbulkan
perbedaan harga ditingkat pemerintah dan rumah tangga.
Alur pendistribusian RASKIN dikatakan efektif jika keenam indikator tersebut
terpenuhi sesuai standar ketetapan BULOG serta mekanisme pendistribusian
berjalan sesuai dengan ketentuan standar mekanisme pendistristribusian RASKIN.
Apabila persentase ke enam indikator tersebut ˃80% maka program
pendistribusian RASKIN di Desa Sitalasari dikatakan efektif.
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk lebih memahami hal tersebut dapat dilihat
skema kerangka pemikiran untuk penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA PEMIKIRAN
ALUR DISTRIBUSI RASKIN
Keterangan : : menyalurkan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Program Distribusi RASKIN
Hipotesis Penelitian
1. Ada surplus konsumen yang diterima oleh tiap rumah tangga sasaran
penerima RASKIN.
2. Program pendistribusian RASKIN di daerah penelitian efektif.
TIDAK EFEKTIF
EFEKTIF KURANG EFEKTIF
BULOG
RASKIN
KEPALA DESA / PELAKSANA DISTRIBUSI
RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA RASKIN
SANGAT EFEKTIF
SANGAT TIDAK EFEKTIF
Universitas Sumatera Utara