tinjauan pustaka - dikypulungan.files.wordpress.com filesalah satu kegiatan yang dilakukan untuk ......
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam
dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah
satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan
wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada
skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar, tergantung dengan
pelaksanaan survei yang dilakukan (Hakim, dkk, 1986).
Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan
biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan
umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan
proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai
sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei
dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu
dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993).
Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan saling memberi maanfaat bagi peningkatan kegunaannya.
Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan
survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujaun survei, keadaan fisik dan
lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan
lahan serta saran/rekomendasi.(Sutanto, 2005)
Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan
memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir
sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
atas warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia dan lain-lain
(Hardjowigeno, 1995).
Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini
meliputi :
1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah
di bawah tingkat pengelolaan tertentu.
2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input
yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah
tertentu.
3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi.
4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.
5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak
dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat
kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah (Hakim, dkk, 1986).
Tanah harus ditentukan sifat-sifatnya di lapangan dalam keadaan yang
sewajar-wajarnya dengan melihat ciri-ciri morfologi yang merupakan hasil genesa
tanah yang dipengaruhi oleh : iklim, vegetasi, topografi, bahan induk dan waktu.
Jadi jenis tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat dan
penyebarannya (Darmawijaya, 1997).
Evaluasi Kesesuaian Lahan
"Kesesuaian lahan" menyatakan keadaan tingkat kecocokan dari sebidang
lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu bidang lahan ini
dapat berbeda-beda tergantung pada tataguna lahan yang diinginkan. Metode FAO
ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri
dari empat kategori, yaitu:
1. Order: keadaan kesesuaian secara global
2. Kelas: keadaan tingkatan kesesuaian dalam order
3. Sub-Kelas: keadaan tingkatan dalam kelas didasarkan pada jenis pembatas
atau macam perbaikan yang harus dijalankan.
4. Unit: keadaan tingkstan dalam sub kelas didasarkan pada sifat tambahan yang
berpengaruh dalam pengelolaannya (Soemarno, 2006).
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk pelaksanaan klasifikasi
kesesuaian lahan, misalnya metode FAO (1976) yang dikembangkan di Indonesia
oleh Puslittanak (1993), metode Plantgro yang digunakan dalam penyusunan
Rencana Induk Nasional HTI (Hacket,1991 dan National Masterplan Forest
Plantation/NMFP, 1994) dan metode Webb (1984). Masing-masing mempunyai
penekanan sendiri dan kriteria yang dipakai juga berlainan. Metoda FAO lebih
menekankan pada pemilihan jenis tanaman semusim, sedangkan Plantgro dan
Webb lebih pada tanaman keras (Wahyuningrum, dkk, 2003).
Daya guna tanah untuk pertanian ditentukan oleh sejumlah faktor, yang
terpenting diantaranya adalah kecuraman lereng yang menyangkut bahaya erosi,
bahaya banjir, drainase, kelembaban, permeabilitas, kepadatan massa, reaksi
kimia, tingkat salinitas, daya tampung air, struktur lapisan permukaan serta
kesuburan alamiah tanah tersebut (Toffler, 1986).
Berdasarkan sejumlah faktor tersebut suatu proses pendugaan potensi lahan
untuk macam-macam penggunaan yang disebut dengan evaluasi lahan (Dent and
Young, 1981). Evaluasi lahan ini merupakan alat yang biasa digunakan dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
proyek perencanaan. Alat ini sangat fleksibel, bergantung pada keperluan dan
komoditas wilayah yang hendak dievaluasi (Abdullah, 1993).
Sementara itu kesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan
sebidang lahan untuk penggunaan lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan areal
dapat berbeda tergantung dari tipe penggunaan lahan yang sedang
dipertimbangkan (Sitorus, 1985).
Menurut FAO (1976) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah
sebagai berikut :
1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain
penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi
yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan
skala survei.
2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan
persyaratan-persyaratan yang diperlukan.
3. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini
merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data penggunaan
lahan serta informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan
dianalisis secara bersama-sama.
4. Hasil dari empat butir tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan.
5. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.
Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Husein (1980), digolongkan
atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :
1. Kelas S1 : Sangat Sesuai (highly suitable), lahan tidak mempunyai pembatas
yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mempunyai pembatas yang tidak berarti secara nyata terhadap produksinya
dan tidak akan menaikkan masukan atas apa yang telah biasa dilakukan.
2. Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable), lahan mempunyai pembatas yang
agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannya yang harus
diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan
meningkatkan masukan yang diperlukan.
3. Kelas S3 : Kurang Sesuai (marginally suitable), lahan mempunyai pembatas
yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannnya yang harus
diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih
meningkatkan masukan yang diperlukan.
4. Kelas N : Tidak Sesuai (not suitable), lahan yang mempunyai faktor
pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.
Macam faktor pembatas berupa keadaan fisik lingkungan adalah topografi,
erosi, iklim, drainase, bahaya banjir, fisik tanah seperti tekstur dan kedalaman
efektif. Sub kelas kesesuaian lahan menunjukkan jenis pembatas atau macam
perbaikan yang diperlukan didalam suatu kelas kesesuaian. Masing-masing kelas
dibagi menjadi satu atau lebih subkelas kesesuaian tergantung pada jenis
pembatas yang ada. Jenis pembatas dicerminkan oleh simbol huruf kecil yang
diletakkan setelah simbol kelas. Misalnya S2n, artinya lahan tersebut mempunyai
kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) degan pembatas n (ketersediaan hara). Untuk
kelas S1 tidak ada pembagian subkelas
(Rayes, 2006).
Dalam kesesuaian lahan dikenal kesesuaian lahan aktual yaitu kesesuaian
lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang tanpa masukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perbaikan dan kesesuaian lahan potensial yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan
pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan seperti : penambahan pupuk,
pengairan atau terasering; tergantung dari jenis faktor pembatasnya. Penilaian
kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan (matching) antara kualitas lahan
dan karakteristik lahan (sifat fisik dan kimia lahan) sebagai parameter dengan
kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan
penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas pertanian yang
dievaluasi (Djaenudin, dkk, 2003).
Penilaian kesesuaian lahan bertujuan untuk menduga tingkat kesesuaian
suatu lahan untuk berbagai kemungkinan penggunaan lahan. Penilaian ini
berdasarkan beberapa sifat-sifat lahan (land characteristic) yang dihubungkan
dengan persyaratan tumbuh tanaman yangakan dikembangkan. Penilaian
kesesuaian lahan dilakukan pada kondisi aktual (current suitability) dan
kondisipotensial (potentially suitability). Kondisi aktual berdasarkan penilaian
parameter pada saat survey dilakukan, sedangkan kondisi potensial berdasarkan
perkiraan kondisi lahan setelah adanya usaha perbaikan (land improvement)
dilakukan. Usaha perbaikan dapat dilakukan oleh petani (Muslihat, 2001).
Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi,
penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi.
Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan,
lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar,
kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, H2O, C-organik,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan,
batuan di permukaan dan singkapan batuan (FAO, 1983).
1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan
dalam o
2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan yang dinyatakan dalam
mm.
C.
3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam
setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm.
4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan
dinyatakan dalam %.
5. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara
dalam tanah.
6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan
ukuran < 2 mm.
7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar
dengan ukuran > 2 mm.
8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat
dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi.
9. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat.
10. Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4
11. Reaksi tanah : nilai pH tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data
laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan.
OAc) yang ada dalam 100 g contoh
tanah.
12. C-organik : kandungan karbon organik tanah dinyatakan dalam %.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya
hantar listrik, dinyatakan dalam dS/m.
14. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar, dinyatakan dalam %.
15. Kedalaman sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah
sampai batas atas lapisan sulfidik, dinyatakan dalam cm.
16. Lereng : menyatakan kemiringan lereng diukur dalam %.
17. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi
lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit
(gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang
(rata-rata) pertahun.
18. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun.
19. Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan
tanah/lapisan olah.
20. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah.
Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei
dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan
diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut
digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas
tertentu.
Sifat Fisik Tanah
Drainase tanah
Drainase itu suatu proses menghilangnya air yang berkelebihan secepat
mungkin dari profil tanah, terutama dari lapisan permukaan dan subsoil bagian
atas. Kalau drainase dari rawa – rawa dan daerah – daerah yang tergenang air
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
merupakan suatu hal yang penting, drainase tanah yang sudah diolah kerap kali
jauh lebih penting.Boleh dikatakan, bahwa drainase tanah pertanian ialah yang
paling penting dalam setiap masyarakat, bahkan di daerah kering, terutama
dimana irigasi dilaksanakan (Buckman dan Brady, 1982).
Tujuan utama drainase pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan
dataran air untuk meningkatkan kedalaman perakaran. Drainase menurunkan
kandungan air pada musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dan
lebih cepat (Foth, 1994).
Kelas drainase tanah dibedakan dalam tujuh kelas sebagai berikut :
1. Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi
dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman
tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna
homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley
(reduksi).
2. Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan
air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa
irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny
tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).
3. Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air
sedang, lembab, tapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan,
yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau
mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm.
4. Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak
rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan
atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm.
5. Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan
daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke
permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil
tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna
homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley
(reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.
6. Terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya
menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang
cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah
dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan,
yaitu tanah mempunyai warn agley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan
atau mangan seikit pada lapisan sampai permukaan.
7. Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya
menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk
waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk
padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada
lapisan permukaan (Djaenudin, dkk, 2003).
Kedalaman tanah
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat
ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
serta dalamnya akar – akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak
dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan
kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1995).
Kedalaman tanah dibedakan menjadi :
- Sangat dangkal : < 20 cm
- Dangkal : 20 – 50 cm
- Sedang : 50 – 75 cm
- Dalam : > 75 cm
(Djaenudin, dkk, 2003).
Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel – partikel tanah
primer berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel –
partikel primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda – beda dan dapat
digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga
dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang
sedemikian halusnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang (Sarief, 1986).
Partikel – partikel tanah (tekstur tanah) yang dikelompokkan berdasarkan
atas ukuran tertentu disebut fraksi (partikel) tanah, fraksi ini dapat menjadi kasar
ataupun halus. Menurut sistem MOHR fraksi tanah pasir mempunyai ukuran 2.00-
0.05 mm, debu 0.05-0.005 mm dan liat 0.005 mm (Sutedjo dan Kartasapoetra,
1991).
Pengelompokkan kelas tekstur yang digunakan adalah :
- Halus (h) : liat berpasir, liat, liat berdebu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
- Agak halus (ah) : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat
berdebu.
- Sedang (s) : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu.
- Agak kasar (ak) : lempung berpasir, pasir berlempung.
- Kasar (k) : pasir.
- Sangat halus (sh) : liat (tipe mineral 2 : 1)
(Djaenudin, dkk, 2003).
Bahaya banjir
Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan
pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
(Hardjowigeno, 1995) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut :
f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun
f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak.
f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir.
f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir.
f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir.
Batuan permukaan
Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah
dan berdiameter lebih besar dari 25 cm berbentuk bulat atau bersumbu
memanjang lebih dari 40 cm berbentuk gepeng. (Arsyad, 1989) mengelompokkan
penyebaran batuan diatas permukaan tanah sebagai berikut :
- b0 = Tidak ada : kurang dari 0,01 % dari luas areal .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
- b1 = Sedikit : 0,01% sampai 3 % permukaan tanah tertutup, pengolahan
tanah dengan mesin agak tergangu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan
tanaman.
- b2 = Sedang : 3% sampai 15 % permukaan tanah tertutup ; pengolahan tanah
mulai agak sulit dan luas areal produktif agak berkurang.
- b3 = banyak : 15 sampai 90 % permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah
dan penanaman menjadi sangat sulit.
- b4 = Sangat banyak : lebih dari 90 % permukaan tanah tertutup ; tanah sama
sekali tidak dapat digunakan untuk produksi pertaniaan.
Terdapatnya batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat
mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk
berbagai penggunaan. Oleh karena itu jumlah dan ukuran batuan yang ditemukan
perlu dicatat dengan baik (Hardjowigeno, 1995).
Sifat Kimia Tanah
Kapasitas tukar kation (KTK)
Kemampuan tukar kation ialah kapasitas tanah menyerap dan
mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarnya disebut kapasitas
tukar kation (KTK) atau berupa anion yang besarnya disebut kapasitas tukar anion
(KTA). KTK dan KTA masing-masing diukur menurut jumlah maksimum kation
dan anion yang dapat diserap tanah (Notohardiprawiro, 1998).
Salah satu sifat kimia tanah sawah yang berkaitan erat dengan ketersediaan
hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah kapasitas tukar
kation (KTK) atau Cation Exchange Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid yang bermuatan
negatif (Noor, 2004).
Kejenuhan basa (KB)
Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK.
Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya,
terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Kejenuhan basa sering
dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation
terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah
dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika
kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤
50% (Tan, 1998).
pH tanah
pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran
total asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat
berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih
besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir (Mukhlis, 2007).
Peranan pH tanah :
a. Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman
b. Memepengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa
(KB) suatu tanah
c. Mempengaruhi keterikatan unsur P
d. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e. Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau
humus
(Sarief, 1989).
Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut :
pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 – 7,5 (netral)
pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis)
pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH > 8,5 (alkalis)
(Arsyad, 1989)
C-organik Tanah
Bahan organik memainkan banyak peran penting di dalam tanah. Karena
bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tumbuhan, bahan organik tanah pada
mulanya mengandung semua hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Bahan organik itu sendiri mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk
menaikkan kondisi fisik yang dikehendaki (Foth, 1994).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak
besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar
sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga
terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah
- Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya
- Manambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas
tukar kation menjadi tinggi)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
- Sumber energi bagi mikroorganisme
- Menambah kemampuan tanah
(Hardjowigeno, 1995).
Syarat Tumbuh Tanaman Kopi (Coffea, sp).
Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan
pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita
manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di
sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang tepat,
niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan (Anonimous, 2009)
Kopi Arabika berasal dari Ethiopia dan Albessinia. Golongan ini
merupakan yang pertama kali dikenal dan dibudidayakan oleh manusia, bahkan
merupakan golongan kopi yang paling banyak diusahakan sampai akhir abad 19..
Namun kopi jenis ini merupakan kopi dengan cita rasa terbaik. Sebagian kopi
yang ada dibuat dari jenis ini.Secara umum, kopi ini tumbuh di negara-negara
beriklim tropis atau subtropis (Najiyati dan Danarti, 1997 )
Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut.
Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu
tumbuh optimalnya adalah 18-26 o
Seperti halnya tanaman lain, pertumbuhan dan perkembangan tanaman
kopi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Bahkan tanaman kopi mempunyai sifat
yang sangat khusus, karena masing-masing jenis kopi mengkehendaki lingkungan
yang agak berbeda. Faktor-faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap
C. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup
kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap. Umumnya berbuah sekali dalam
setahun (Najiyati dan Danarti, 1997 )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tanaman kopi antara lain adalah ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari,
angin dan tanah.(Najiyati dan Danarti, 1997 )
Kopi (coffea,sp) merupakan salah satu komoditas ekspor yang
memberikan devisa negara cukup tinggi. Budidaya tanaman kopi cukup mudah,
tanpa perawatan yang intensif pun tanaman ini telah memberikan hasil. Namun
untuk menghasilkan kopi yang bermutu baik dan mendapatkan harga tinggi di
pasaran dunia diperlukan pengetahuan mengenai seluk beluk kopi mulai dari
jenis-jenis kopi, penyediaan bibit, teknik penanaman, hingga panen dan pasca
panen (Dinas pertanian pakpak bharat, 2007)
Iklim besar sekali pengaruhnya terhadap produktifitas tanaman kopi.
Pengaruh iklim itu mulai Nampak sejak cabang-cabang primer menjelang
berbunga. Dan hal ini akan terasa terus pada saat bunga membuka sampai dengan
berlangsungnya penyerbukan, pertumbuhan buah muda sampai buah menjadi tua
an memasak (AAK, 1988)
Pada umumnya, tanaman kopi tidak menyukai sinar matahari langsung
dalam jumlah banyak , akan tetapi tanaman kopi mengkehendaki sinar matahari
yang teratur. Sinar matahari dalam jumlah banyak hanya dikehendaki tanaman
kopi pada awal musim kemarau atau akhir musim hujan. Pada saat itu tanaman
mulai menghasilkan kuncup bunga sehingga perlu dirangsang oleh sinar matahari,
biasanya ditanam tanaman pelindung. (Dinas Pertanian Kab. Pakpak Bharat,2007)
Seperti juga tanaman lainnya, maka kopi juga memerlukan tanah yang
subur. Hal ini bisa dibuktikan, bahwa kopi yang arealnya itu bekas hutan maka
akan memberikan hasil yang baik. Oleh karena itu sangat perlu diperhatikan
adalah unsur-unsur zat organik/hara yang tersedia dalam tanah. Sedangkan usaha
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lainnya adalah menjaga agar susunan dan struktur tanah tetap baik yaitu dengan
pemupukan (Muljana, 2010)
Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di
antara 20o LU dan 20o LS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia terletak di
antara 5o LU dan 10o LS. Hal ini sberarti sangat ideal dan potensial bagi
pengembangan tanaman kopi (Anonimous, 2008)
A. Iklim.
Setiap jenis kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan
temperatur yang berbeda-beda. Jenis Arabika dapat hidup pada 1000-1700 m
diatas permukaan laut dengan suhu 16 -20ºC. Jenis Robusta dapat hidup pada 500-
1000 m diatas permukaan laut tetapi yang baik 800 m diatas permukaan laut
dengan suhu 20ºC. Pertanaman kopi arabika yang dekat permukaan laut banyak
diserang penyakit karat daun, sedang ketinggian lebih dari 2000 m sering
diganggu embun upas. Jenis Liberica dapat hidup baik didaratan rendah.
Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000-
2000 mm, optimal 2000-3000 mm sedang di Indonesia curah hujan terletak 2000 -
3000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada
waktu itu harus sering ada hujan yang cukup. Musim kering dikehendaki maximal
1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga
lebat sedapat mungkin tidak melebihi dua minggu. Pohon kopi tidak tahan
terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan
mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah dan juga dapat mematahkan
pohon pelindung, untuk mengurangi hal-hal tersebut ditepi-tepi kebun ditanam
pohon penahan angin.(Sentani, 1991)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
B. Tanah.
Syarat tanah yang dikehendaki adalah:
- Mempunyai solum yang cukup dalam
- Gembur dengan bahan organik yang cukup, karenanya sangat cocok ditanam
pada tanah bekas hutan.
- Keasaman (pH) tanah 5,5 - 6,5
- Air tanah cukup dalam.
(Sentani, 1991)
Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk (Citrus sp.)
Pada umumnya jeruk membutuhkan tanah yang gembur dan subur
mengandung banyak hawa udara ( oksigen ), bahan organis ( humus ) dan air
dalam tanah agak dalam. Tanah yang kurang subur pun dapat ditanami jeruk,
asalkan soal pemuukan diperhatikan benar-benar. Tanah yang longgar dan tidak
lekas padat, sehingga air berlebihan ( air hujan ) bisa cepat dialirkan/dilarutkan.
Jeruk sama sekali tidak tahan terhadap air yang tergenang ( penyakit akar ). Tanah
yang banyak mengandung pasir dan air yang tidak dalam lebih dari 1,50 m, baik
sekali untuk perkebunan jeruk. Yang baik ialah, jika air dalam tanah waktu musim
hujan 50 cm dan di musim kemarau 150 cm dalamnya dari permukaan tanah.
(Joesoef, 1986 )
Jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya
sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk
sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk
yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan
jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali (Anonimous, 2010)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok
(Citrus reticulata/nobilis L.), jenis ini merupakan jenis yang paling panyak
ditanami di Kabupaten Pakpak kemudian jeruk siam madu. , jeruk Siem (C.
microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut,
Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk
sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk
Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas
jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix
ABC). Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan
Grapefruit.Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan,
bali, nipis dan purut (Anonimous,2010).
Tanah yang subur dan gembur merupakan tempat tumbuh yang baik bagi
tanaman jeruk. Pada tanah ini banyak mengandung humus pertumbuhan tanaman
ini sangat cepat, sedangkan pada tanah yang banyak mengandung garam,
tanaman ini pertumbuhannya lambat ( kurus ). Hasil yang baik dengan derajat
keasaman ( pH ) 5-6 (Arsyad dkk, 1992).
Perlu 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th
merata sepanjang tahun, perlu air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
Temperatur optimal antara 25-30 °C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%.
Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah.
Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang
terlindung dari sinar matahari. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok,
derajat keasaman tanah (pH tanah) adalah 5,5-6,5 . Air tanah optimal pada
kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung
garam sekitar 10% (Anonimous,2007).
Angin dengan kecepatan 40-48 Km/jam menyebabkan buah jeruk akan
tergoncang bahkan dapat rontok. Oleh karena itu, untuk daerah-daerah yang
intensitas angin yang sangat tinggi diperlukan tanaman penahan angin (lamtoro,
cemara, dsb ) yang ditanam kurang lebih dari 2 meter berderet dengan arah tegak
lurus datangnya angin (Soelarso, 1996).
Jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jenis ini merupakan jenis yang
paling panyak ditanami di Kabupaten Pakpak kemudian jeruk siam madu. Jeruk
dapat tumbuh di dataran rendah (lahan basah) dan datarn tinggi. Jeruk dapat
tumbuh dengan baik pada elevasi 800-1500 meter dpl. Pada ketinggian di atas 900
m dpl rasanya asam. Namun jenis jeruk siam tertentu seperti jeruk tebas tumbuh
dengan baik di kalimantan pada elevasi 100 m dpl (Dinas Pertanian Kab. Pakpak
Bharat,2006).
A.Iklim.
Umumnya tumbuh didaerah subtropik dibawah 600 mdpl. Di
daerahkhatulistiwa (tropika) jeruk tumbuh baik pada elevasi di bawah pada
elevasi 1830 mdpl. Temperatur berkisar antara 13-39 ºC, yang optimum antara 22-
30 ºC. curah hujan sekitar 800 mm/tahun dan toleran terhadap kelembaban tinggi,
tetapi jeruk mandarine toleran terhadap kondisi yang lebih basah.
B. Tanah
1. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat
7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.
3. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah
5,5–6,5 dengan pH optimum 6.
4. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah
permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm.
Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
5. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki
kemiringan sekitar 300.
Penurunan hasil bias terjadi jika salinitas dengan DHL mencapai > 1,7
dS/m. Penurunan hasil bias mencapai 50 % apabila DHL mencapai 4,8 Ds/m dan
atau ESP mencapai 15 % dan tidak mampu berproduksi ( penurunan hasil
mencapai 100 % ) apabila DHL mencapai 8 dS/m (Anonimous.2011).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA