tinjauan pustaka tinjauan tentang pendidikan...

22
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha salah satu tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Science Education), dimana bahan pendidikannya diorganisir secara terpadu dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora, dokumen negara, terutama Pancasila, UUD 1945, dengan tekanan bahan pendidikan pada hubungan warga negara dan yang berkenaan dengan bela negara. Dalam penjelasan pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 ditegaskan bahwa PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Hal senada dikemukakan pula oleh Numan Somantri (2001 : 299) antara lain sebagai berikut: “Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa PKn mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan

Upload: buicong

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha salah satu tujuan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Science Education), dimana bahan

pendidikannya diorganisir secara terpadu dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial,

humaniora, dokumen negara, terutama Pancasila, UUD 1945, dengan tekanan

bahan pendidikan pada hubungan warga negara dan yang berkenaan dengan bela

negara. Dalam penjelasan pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 ditegaskan bahwa PKn

merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan

kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan

negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang

dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Hal senada dikemukakan pula oleh

Numan Somantri (2001 : 299) antara lain sebagai berikut:

“Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”.

Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa PKn

mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan

sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

12

Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama,

perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang

mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beranekaragam kebudayaan

dan beraneka ragam kepentingan, perilaku yang mendukung kerakyatan yang

mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan

golongan. Perbedaan pemikiran, pendapat, ataupun kepentingan diatasi melalui

musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

PKn sebagai salah satu mata pelajaran bidang sosial dan kenegaraan

memiliki fungsi yang sangat esensial dalam meningkatkan kualitas manusia

Indonesia yang memiliki keterampilan hidup bagi diri, masyarakat, bangsa dan

negara. Numan Somantri (2001:166) memberikan pemaparan mengenai fungsi

PKn sebagai berikut:

“Usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral Pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari”.

Berdasarkan uraian di atas mengenai fungsi PKn, maka penulis

menyimpulkan bahwa pembelajaran PKn diharapkan dapat memberikan

kemudahan belajar para siswa dalam menginternalisasikan moral Pancasila dan

pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang

diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari.

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

13

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bagian dari

mata pelajaran di sekolah-sekolah dan juga bagian dari ilmu-ilmu sosial yang

mempunyai tujuan khusus yaitu membina dan membentuk karakter siswa menjadi

warga negara yang baik (good citizenship). Sejalan dengan tujuan PKn tersebut,

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:201) menjelaskan juga mengenai

tujuan PKn yakni untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam hal :

1. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3. Pembentukan diri yang didasarkan pada karakter-karakter positif masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia yang demokratis.

Hal yang dikemukakan oleh kurikulum diatas bahwa kompetensi yang

hendak diwujudkan melalui mata pelajaran PKn dibagi kedalam tiga kelompok

yakni :

1) kemampuan untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraan 2) kemampuan untuk memiliki keterampilan kewarganegaraan 3) kemampuan untuk menghayati dan mengembangkan karakter

kewarganegaraan.

Berdasarkan uraian diatas mengenai tujuan PKn, maka penulis

menyimpulkan bahwa PKn sebagai program pengajaran tidak hanya menampilkan

sosok program dan pola KBM yang kognitif semata melainkan secara utuh dan

menyeluruh yakni mencakup aspek afektif dan psikomotor. Selain aspek kognitif,

afektif dan psikomotor, PKn juga memberikan penekanan pada pendidikan nilai

yaitu pengembangan moral dan norma, membekali perserta didik dengan

pengetahuan dan kemampuan untuk berkomunikasi antar warga negara. Selain itu

digunakan juga sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

14

luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia, yang diharapkan

dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai masyarakat individu

maupun sebagai anggota masyarakat dan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

3. Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan dari fungsi dan tujuan kewarganegaraan, maka Cholisin

(2007:11.4) mengemukakan bahwa terdapat tiga komponen penting yang hendak

dikembangkan, selanjutnya oleh penulis diuraikan sebagai berikut :

a. Civic Knowledge (Pengetahuan Kewarganegaraan)

Pengetahuan kewarganegaraan (Civic Knowledge) merupakan materi

substansi yang harus diketahui oleh warga Negara. Pada prinsipnya pengetahuan

yang harus diketahui oleh warga Negara yaitu berkaitan dengan hak dan

kewajiban/peran sebagai warga Negara dan pengetahuan yang mendasar tentang

struktur dan sistem politik, pemerintahan dan sistem sosial yang ideal

sebagaimana yang tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945.

b. Civic Skill (Keterampilan kewarganegaraan)

Keterampilan kewarganegaraan (Civic Skill) merupakan keterampilan

yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaran, agar pengetahuan yang

diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam

menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic Skill

mencakup keterampilan intelektual dan keterampilan partisipasi. Keterampilan

intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warga Negara yang berwawasan

luas, efektif dan bertanggung jawab antara lain adalah keterampilan berpikir kritis

yang meliputi mengidentifikasi, mendeskripsikan, menjelaskan, menentukan dan

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

15

mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalah-masalah publik,

sedangkan keterampilan partisipasi meliputi berinteraksi, memantau, dan

mempengaruhi.

c. Civic Disposition (Karakter kewarganegaraan)

Karakter kewarganegaraan (Civic Disposition) merupakan sifat-sifat yang

harus dimiliki setiap warga Negara untuk mendukung efektivitas partsipasi

politik, berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya harga diri dan

kepentngan umum

Berdasarkan uraian diatas mengenai dimensi PKn, maka penulis

menyimpulkan bahwa mata pelajaran PKn memiliki tiga ciri khas, yaitu

pengetahuan, keterampilan dan karakter kewarganegaraan. Ketiga hal tersebut

merupakan bekal bagi peserta didik untuk meningkatkan kecerdasan

multidimensional yang memadai untuk menjadi warganegara yang baik. Isi

pengetahuan (body of knowledge) dari mata pelajaran Kewarganegaraan

diorganisasikan secara interdisipliner dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial

seperti ilmu politik, hukum, tatanegara, psikologi dan berbagai bahan kajian

lainnya yang berasal dari kemasyarakatan, nilai-nilai budi pekerti, dan hak asasi

manusia dengan penekanan kepada hubungan antara warganegara dan

warganegara, warganegara dan pemerintahan negara, serta warganegara dan

warga dunia.

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

16

4. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Kewarganegaraan di Persekolahan

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:201) yaitu meliputi aspek - aspek

sebagai berikut:

a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,Keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturanperaturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional

c. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM

d. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga Negara.

e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi, Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

f. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

g. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

17

Merujuk pada ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

yang telah di kemukakan di atas, maka aspek mengemukakan pendapat yang di

jadikan sebagai objek kajian materi penelitian ini terdapat dalam ruang lingkup

kebutuhan warga Negara. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mengemukakan

pendapat merupakan potensi yang harus dimiliki oleh warga Negara, dan

mempunyai peranan penting dalam meningkatkan partisipasi warga Negara dalam

pembangunan karena dengan kebebasan mengemukakan pendapat, warga Negara

menjadi responsif terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang

tentunya di ikuti dengan tindakan yang solutif terhadap masalah-masalah tersebut.

Adapun aspek mengemukakan pendapat ini tercantum di dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:203) yaitu pada materi pelajaran

PKn kelas VII semester 2 dengan rincian sebagai berikut :

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan

penegakan Hak Azasi

Manusia (HAM)

3.1 Menguraikan hakikat, hukum dan kelembagaan HAM

3.2 Mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM

3.3 Menghargai upaya perlindungan HAM

3.4 Menghargai upaya penegakan HAM

4. Menampilkan perilaku

Kemerdekaan mengemukakan pendapat

4.1 Menjelaskan hakikat kemerdekaan

mengemukakan pendapat

4.2 Menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

18

pendapat secara bebas dan bertanggung jawab

4.3 Mengaktualisasikan kemerdekaan

mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab

Merujuk pada materi pendidikan kewarganegaraan kelas VII, maka hasil

yang di harapkan dari materi mengemukakan pendapat ini adalah agar siswa dapat

mengetahui hal-hal apa saja yang harus di perhatikan ketika akan mengemukakan

pendapat di depan umum, sehingga apa yang di kemukakan dapat di pertanggung

jawabkan secara arif dan bijaksana. Ketika kelak siswa tersebut berada di tengah-

tengah masyarakat, maka diharapkan siswa dapat ikut berpartisipasi dalam

pembangunan daerahnya dengan ikut memberikan buah fikirannya yang di

interpretasikan dalam sarana mengemukakan pendapat di muka umum.

B. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning dalam

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

1. Hakikat Model Pembelajaran PKn

Penulis menguraikan dari pendapat Dahlan (1990:21) bahwa “model

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan

dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk

kepada pengajar di kelas”. Dalam penerapannya model pembelajaran ini harus

sesuai dengan kebutuhan siswa, untuk memilih model yang tepat, maka perlu

diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dimana dalam

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

19

prakteknya, sebagaimana dikemukakan oleh Hasan (1996:31) bahwa semua

model pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai

berikut :

1. Semakin kecil upaya yang dilakukan guru, semakin besar aktivitas belajar siswa. Maka hal itu semakin baik.

2. Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar juga semakin baik.

3. Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan. 4. Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. 5. Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan,

jenis materi, dan proses belajar yang ada.

Berdasarkan uraian diatas mengenai hakikat model pembelajaran, maka

penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran perlu dipahami guru agar

dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil

pembelajaran. Pada penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai

dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki

tujuan dan prinsip yang berbeda.

2. Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran PKn

Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran dalam

PKn, dimana pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana

belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi

proses belajar kolaboratif. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok

kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (peer group) dan

belajar secara bekerjasama (cooperative). Lebih jelasnya penulis akan

menguraikannya sebagai berikut :

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

20

a. Pengertian Cooperative Learning

Menurut Slavin yang dikutip oleh Isjoni (2007:12) mengemukakan bahwa

“cooperative learning adalah suatu model pembelajaran, dimana sistem belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara

kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”.

Sementara menurut Anita Lie (2002:16) bahwa “cooperative learning dengan

istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang member

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam

tugas-tugas yang terstruktur”.

Adapun cooperative learning menurut Kosasih Djahiri (1985:28) bahwa

“cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut

diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis

yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya”.

Sementara model Cooperative Learning menurut Isjoni (2007:5) yaitu bahwa

“Cooperative Learning merupakan salah satu model dalam pembelajaran, dimana

pada model ini siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi

sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru

bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa”.

Berdasarkan pengertian-pengertian Cooperative Learning diatas, maka

penulis menyimpulkan bahwa Cooperative Learning merupakan model

pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja sama secara kolaboratif dalam

pencapaian tujuan dan guru berupaya mengkondisikannya dengan selalu

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

21

memotivasi tumbuhnya rasa kebersamaan dan saling membutuhkan diantara

siswa.

b. Tujuan Cooperative Learning

Pada dasarnya model Cooperative Learning dikembangkan untuk

mencapai tiga tujuan sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibrahim, et al.

(2000:5), selanjutnya penulis menguraikannya sebagai berikut:

1) Hasil belajar akademik

“Para pengembang model Cooperative Learning telah menunjukan bahwa

model ini dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan

norma yang berhubungan dengan hasil belajar…”.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

“Tujuan lain dari model Cooperative Learning adalah penerimaan secara

luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan suku, ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan dan ketidakmampuannya. Model Cooperative Learning memberi

peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan

saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan

kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain...”.

3) Pengembangan keterampilan sosial

“…Tujuan penting ketiga dari model Cooperative Learning adalah

mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi”.

Berdasarkan uraian diatas mengenai tujuan Cooperative Learning, maka

penulis menyimpulkan bahwa dengan penerapan model Cooperative Learning

diharapkan ketiga tujuan diatas dapat tercapai karena tujuan utama dari penerapan

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

22

model Cooperative Learning yaitu supaya siswa dapat belajar secara berkelompok

bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya.

c. Teori Cooperative Learning

Model Cooperative Learning ini didasarkan pada teori perkembangan

kognitif dan teori Ausubel sebagaimana dikemukakan oleh Isjoni (2007:29),

selanjutnya mengenai teori perkembangan kognitif dan teori Ausubel ini penulis

menguraikannya sebagai berikut :

1) Teori perkembangan kognitif menurut Piaget

Menurut teori ini bahwa “pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan

secara verbal tetapi harus dikonstruksi peserta didik”. Sebagai realisasi teori ini,

maka Isjoni (2007:37) mengemukakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran

peserta didik haruslah bersifat aktif yaitu salah satunya dengan cara menerapkan

model Cooperative Learning karena Cooperative Learning merupakan sebuah

model pembelajaran aktif dan partisipatif.

Selanjutnya menurut Surya yang dikutif oleh Isjoni (2007:38)

mengemukakan implikasi dari teori perkembangan kognitif dalam pembelajaran,

yaitu antara lain :

a. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dalam mengajar guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.

b. Pembelajaran akan lebih baik, apabila anak-anak dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Jadi guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungannya.

c. Pembelajaran di dalam ruangan kelas, anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi.

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

23

2) Teori Ausubel

Menurut Ausubel yang dikutif oleh Isjoni (2007:29) bahwa “bahan

pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna (meaning full)”. Pembelajaran

bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-

konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa, dalam hal ini siswa

diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Selanjutnya menurut Suparno yang dikutif oleh Isjoni (2007:35)

mengemukakan bahwa “…pembelajaran bermakna terjadi bila pelajar mencoba

menghubungkan fenomena baru kedalam struktur pengetahuan mereka…”.

Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus

relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa.

Berdasarkan uraian diatas mengenai teori perkembangan kognitif dan teori

Ausubel, maka penulis menyimpulkan bahwa model Cooperative Learning

didasarkan pada teori-teori tersebut. Dimana pengetahuan tidak hanya sekedar

dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi peserta didik, jadi untuk

meningkatkan kualitas kognitif siswa maka guru dalam melaksanakan

pembelajarannya harus lebih ditujukan pada kegiatan pemecahan masalah atau

latihan meneliti dan menemukan. Hal tersebut di dukung juga oleh teori Ausubel,

bahwa kegiatan pemecahan masalah dalam pembelajaran lebih bermanfaat bagi

siswa, dimana dengan pembelajaran seperti itu siswa diberi kebebasan untuk

membangun pengetahuannya sendiri.

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

24

d. Karakteristik Cooperative Learning

Ada lima unsur dasar yang dapat membedakan Cooperative Learning

dengan kerja kelompok, sebagaimana dikemukakan oleh Bennet yang dikutip

oleh Isjoni (2007:41) kemudian penulis menguraikannya sebagai berikut :

1) Saling ketergantungan positif yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok untuk mencapai keberhasilan…

2) Interaction pace to pace yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara, tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi…

3) Adanya tanggung jawab pribadi… 4) Membutuhkan keluwesan yaitu menciptakan hubungan antar pribadi,

mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan yang efektif…

5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah…

Berdasarkan uraian diatas mengenai karakteristik Cooperative Learning,

maka penulis menyimpulkan bahwa Cooperative Learning berbeda dengan kerja

kelompok, walaupun Cooperative Learning terjadi dalam bentuk kelompok tetapi

tidak setiap kerja kelompok dikatakan Cooperative Learning karena Cooperative

Learning itu memiliki karakteristik tersendiri yaitu adanya saling ketergantungan

positif, Interaction pace to pace, adanya tanggung jawab pribadi, membutuhkan

keluwesan, dan meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan

masalah.

e. Teknik-teknik Model Cooperative Learning

Ada beberapa macam teknik model Cooperative Learning, sebagaimana

dikemukakan oleh Anita Lie (2002:55). Selanjutnya penulis menguraikannya

sebagai berikut :

1) Mencari pasangan

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

25

Keunggulan teknik, mencari pasangan (make a match) adalah siswa

mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana

yang menyenangkan.

2) Bertukar pasangan

Teknik belajar mengajar bertukar pasangan memberi siswa kesempatan

untuk berkeja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua

mata pelajaran dan untuk tingkatan anak didik.

3) Berpikir-Berpasangan-Berempat

Teknik ini dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-pair-Share) dan

Spencer Kagan (Think-Pair-Square) sebagai stuktur kegiatan pembelajaran

cooperative lerning. Teknik ini memberi siswakesempatan untuk bekerja sendiri

serta bekerjasama dengan orang lain.Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi

partipasi siswa.

4) Berkirim Salam dan Soal

Teknik belajar mengajar Berkirim Salam dan Soal memberi siswa

kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterlampilan mereka, dan siswa

membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar

dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelas.

5) Kepala Bernomor

Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan. Pada peleksanannya lebih

memberi kesempatan kepada siswa membagikan ide-ide dan mempertimbangkan

jawaban yang paling tepat.

6) Teknik Bernomor Terstuktur

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

26

Teknik Kepala Bernomor Terstuktur melatih siswa belajar melaksanakan

tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitkan dengan rekan-rekan

kelompoknya.

7) Dua Tinggal Dua tamu

Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)

dikembangkan oleh Spencer Kagan dan bisa digunakan bersama dengan teknik

Kepala Bernomor. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan

untuk semua tingkatan anak didik. Stuktur Dua Tinggal Dua Tamu memberikan

kesempatan kepada kelompok untuk membagikanhasil dan informasi dengan

kelompok lain.

8) Kancing Gemerincing

Teknik belajar mengajar kancing Gemerincing dikembangkan oleh

Spencer Kagan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan

semua tingkatan anak didik. Kegiatan teknik ini, masing- masing anggota

kelompok mendapatkan untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan

pandangan pemikiran anggota lain.

9) Keliling kelas

Teknik belajar mengajar keliling kelas bisa di gunakan dalam semua mata

pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Namun, jika digunakan untuk

anak-anak tingkat dasar , teknik ini perlu disertai dengan manajemen kelas yang

baik supaya tidak terjadi kegaduhan.

10) Lingkaran Kecil Lingkaran Besar

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

27

Keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan kemungkinan

siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan

mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan berkomunikasi.

11) Tari Bambu

Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan teknik ini melatih siswa

untuk saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Salah satu keunggulan

yaitu adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan

pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.Selain itu, siswa bekerja

dengan sesama siswa dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak

kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.

12) Jigsaw

Teknik belajar mengajar Jigsaw di kembangkan oleh Aronson et al. Dalam

teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa

dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi

lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana

gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi

dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

13) Bercerita Berpasangan

Teknik mengajar bercerita berpasangan (Paired Storytelling)

dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

28

pelajaran. Pada teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang

pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan

pelajaran menjadi lebih bermakna. Kegiatan ini siswa dirangsang untuk

mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Selain itu, siswa bekerja

dengan. Sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempuyai banyak

kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.

Dari beberapa teknik Cooperative Learning diatas, adapun teknik

Cooperative Learning yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

kepala bernomor. Teknik tersebut dianggap cocok oleh peneliti karena sesuai

dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu kurangnya partisipasi siswa

dalam mengemukakan pendapat. Jadi dengan menggunakan teknik kepala

bernomor ini siswa diharapkan dapat mengemukakan pendapat dan tidak di

dominasi oleh salah satu siswa, karena model Cooperative Learning dengan

teknik kepala bernomor ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu,

teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama

mereka.

Adapun langkah-langkah dari teknik kepala bernomor ini yaitu sebagai

berikut :

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat

nomor.

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

29

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan

setiap anggota kelompok mengetahui jawaban.

4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerja sama mereka dan kelompok lain menanggapi.

C. Tinjauan tentang Mengemukakan Pendapat

1. Pengertian Mengemukakan Pendapat

Dalam keterampilan berbicara, mengemukakan pendapat merupakan

tahapan yang paling dasar. Hal ini dikarenakan dari sekian banyak ragam

berbicara maupun semuanya menuntut untuk dapat mengemukakan pendapat.

Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:236) bahwa arti

“mengemukakan” merupakan suatu sikap mengeluarkan, mengangkat,

menguraikan, menjelaskan, dan menyimpulkan suatu hal, sedangkan “pendapat”

adalah pikiran atau gagasan tentang suatu hal, sedangkan menurut Keraf (2004:3)

bahwa arti “pendapat” adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk

mempengaruhi sikap dan cara berpikir orang lain, agar mereka percaya dan

bertindak sesuai dengan apa yang di inginkan oleh pembicara.

Sementara menurut Parera (1991:185) bahwa “mengemukakan pendapat

adalah kemampuan menggunakan bahasa dengan baik, tepat dan seksama.

Mengemukakan pendapat yang baik berarti mengemukakan pendapat dalam

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

30

konteks yang masuk akal atau logis”. Logis disini merupakan suatu proses

berpikir sistematis dan terikat pada kaidah-kaidah tertentu. Sebuah pendapat

dikatakan logis jika pendapat tersebut berhubungan dengan pemasalahan yang

dibahas, hal ini terlihat dari ungkapan bahasa yang digunakan dan keterkaitan

dengan permasalahan yang ada. Hal tersebut dikemukakan juga oleh Ngadilah

(2007:102) bahwa “mengemukakan pendapat adalah kegiatan dalam rangka

menyampaikan gagasan atau pikiran secara logis sesuai dengan konteks”. Maksud

konteks disini yaitu adanya hubungan antara orang yang menyampiakan pendapat

dengan orang yang di ajak berkomunikasi serta permasalahan yang sedang

dibahas. Selain pendapat tersebut, mengemukakan pedapat ini di jelaskan juga

dalam UU No. 9 Tahun 1998 pasal 1 ayat 1 bahwa “mengemukakan pendapat

adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan,

tulisan, dan sebaginya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan uraian diatas mengenai pengertian mengemukakan pendapat,

maka penulis menyimpulkan bahwa mengemukakan pendapat adalah suatu

keterampilan yang menitikberatkan pada pemahaman serta pemikiran seseorang

sebagai bentuk argumen, ide, atau gagasan yang diungkapkan kepada orang lain

baik dengan lisan maupun tulisan yang dilakukan secara bebas dan bertanggung

jawab.

2. Ciri-ciri mengemukakan pendapat

Adapun ciri-ciri mengemukakan pendapat ini sebagaimana dikemukakan

oleh Sri Tutik (2004:105) yaitu sebagai berikut :

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

31

a. Menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak sendiri.

b. Pendapat yang di sampaikan mudah dipahami oleh orang lain. c. Pendapat yang di sampaikan harus dapat diterima dengan akal sehat

dan sesuai dengan hati nurani.

Berdasarkan uraian diatas mengenai ciri-ciri mengemukakan pendapat,

maka penulis menyimpulkan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk

mengemukakan pendapatnya, akan tetapi cara penyampaiannya itu harus

dilakukan dengan cara yang sopan dan pendapatnya itu harus dapat di

pertanggung jawabkan sebagaimana sesuai dengan ciri-ciri penyampaian pendapat

yang di kemukakan oleh Saronji Dahlan dan Sri Tutik.

3. Pentingnya Mengemukakan Pendapat

Berdasarkan ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:201),

dimana aspek mengemukakan pendapat yang di jadikan sebagai objek kajian

materi dalam penelitian ini yaitu terdapat pada ruang lingkup kebutuhan warga

Negara. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mengemukakan pendapat

merupakan potensi yang harus dimiliki oleh warga Negara, dan mempunyai

peranan penting dalam meningkatkan partisipasi warga Negara dalam

pembangunan karena dengan mengemukakan pendapat, warga Negara menjadi

responsif terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang tentunya di ikuti

dengan tindakan yang solutif terhadap masalah-masalah tersebut.

Partisipasi warga negara dalam kehidupan meliputi lingkungan keluarga,

sekolah, masyarakat, dan negara. Adapun yang akan di bahas dalam penelitian ini

yaitu partisipasi warga negara di sekolah yakni partisipasi belajar siswa terutama

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Pendidikan ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_040097_chapture2.pdf · 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... mempunyai

32

dalam mengemukakan pendapat di kelas pada pembelajaran PKn. Ada tiga

karakter pelajar ketika belajar di kelas sebagaimana di kemukakan oleh Nu’man

Somantri (2001:306) yaitu diantaranya :

1. Stone citizen yaitu karakteristik pelajar yang sukar menerima pendapat orang lain dan sukar mengemukakan pendapatnya sendiri.

2. Sponge citizen yaitu karakteristik pelajar yang mau menerima pendapat orang lain,agak aktif dan mau berpartisipasi, tetapi masih sukar mengemukakan pendapat atau ide.

3. Generator citizen yaitu karakteristik pelajar yang mau menerima pendapat orang lain, menilai secara kritis pendapat tersebut, dan mau mengemukakan pendapatnya sendiri.

Dari beberapa karakater warga negara diatas, maka penulis menyimpulkan

bahwa karakter warga negara yang dibutuhkan oleh masyarakat demokratis yaitu

tumbuhnya generator citizen yakni warga negara yang mau menerima pendapat

orang lain dan mau berpartisipasi dalam kehidupan sosial, dimana hal tersebut

merupakan salah satu bentuk tanggung jawab seorang warga negara untuk

membangun negaranya. Begitu juga pada saat pembelajaran di kelas, karakter

generator citizen ini sangat penting sekali karena supaya pembelajaran tidak

berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa, dimana guru hanya sebagai

pasilitator dan suasana kelas akan menjadi hidup.