tinjauan pustaka ulkus peptikum
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi1,2
Ulkus peptikum adalah putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas
sampai dibawah epitel. Ulkus peptikum terletak disetiap bagian saluran cerna yang
terkena getah asam lambung, yaitu esophagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroenterostomi, juga jejunum. Factor penyebab penting adalah aktivitas
pencernaan peptic oleh getah lambung, namun banyak factor yang berperan,
misalnya bakteri H. pylori dijumpai pada penderita ulkus duodenum. Penyebab ulkus
peptikum lainnya adalah sekresi bikarbonat mukosa, cirri genetic, dan stress.
B. Pathogenesis3,4,5
1. Sawar Mukosa Lambung
Lapisan mucus lambung yang tebal dan liat merupakan garis depan pertahanan
terhadap autodigesti. Lapisan tersebut memberikan perlindungan terhadap trauma
mekanis dan agen kimia. Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), termasuk aspirin,
menyebabkan perubahan kualitatif mucus lambung yang dapat memperudah
terjadinya degradasi mucus oleh pepsin. Prostaglandin terdapat dalam jumlah
berlebihan dalam mukus gastric dan berperan penting dalam pertahanan mukosa
lambung.
Sawar mukosa lambung penting untuk perlindungan lambung dan duodenum.
Dalam keadaan normal, sawar mukosa memungkinkan sedikit difusi balik ion
hydrogen (H+) dari lumen kedalam darah, walaupun terdapat selisih konsentrasi yang
besar (pH asam lambung 1,0 versus pH darah 7,4.
11
2. Destruksi Sawar Mukosa Lambung
Aspirin, alcohol, garam empedu, dan zat-zat lain yang merusak mukosa lambung
mengubah permeabilitas sawar epitel, sehingga memungkinkan difusi balik asam
klorida yang mengakibatkan kerusakan jaringan, terutama pembuluh darah.
Histamine dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan
meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap protein. Mukosa menjadi edema, dan
sejumlah besar protein plasma dapat hilang. Mukosa kapiler dapat rusak,
mengakibatkan terjadinya hemoragi interstisial dan perdarahan. Sawar mukosa
dipengaruhi oleh difusi balik yang dihambat oleh gastrin.
Mukosa antrum lebih rentan terhadap difusi balik dibandingkan fundus, yang
menjelaskan mengapa ulkus peptikum sering terletak diantrum. Kadar asam yang
rendah dalam analisis lambung pada penderita ulkus peptikum disebabkan oleh
meningkatnya difusi balik. Gastritis hemoragik akut disebabkan oleh alcohol,
aspirin, dan stress berat.
Daya tahan duodenum yang kuat terhadap ulkus peptikum diduga akibat fungsi
kelenjar Brunner (kelenjar duodenum submukosa dalam dinding usus) yang
memproduksi secret mukoid yang sangat alkali (pH 8) dan kental, untuk menetralkan
kimus asam. Factor penurunan daya tahan jaringan terlibat dalam ulkus peptikum
maupun duodenum. Daya tahan jaringan bergantung pada banyaknya suplai darah
dan cepatnya regenerasi sel epitel (dalam keadaan normal diganti setiap 3 hari).
3. Factor Lain
Beberapa obat tertentu seperti aspirin, alcohol, indometasin, fenilbutazon, dan
kortikosteroid memilki efek langsung terhadap mukosa lambung dan menyebabkan
terbentuknya ulkus. Mungkin disebabkan oleh rusaknya salah satu sawar pelindung
dalam lambung. Kafein dan merokok merangsang pembentukan asam.
Sekitar 40 hingga 60% penderita ulkus memiliki riwayat penyakit ulkus dalam
keluarga. Alasan yang mungkin adalah factor genetic atau penularan infeksi H.
12
pylori dalam keluarga. Golongan darah O lebih rentan menderita ulkus duodenum.
Pengikatan H. pylori diperkuat oleh sel epitel yang membawa antigen golongan
darah O.
Sejumlah penyakit tampaknya menyebabkan terjadinya ulkus peptikum, yaitu,
sirosis hati akibat alcohol, pancreatitis kronis, penyakit paru kronis,
hiperparatiroidisme, dan sindrom Zollinger-Ellison. Fungsi sfingter pylorus yang
abnormal mengakibatkan terjadinya refluks empedu dan dianggap sebagai suatu
mekanisme patogenik dalam timbulnya ulkus peptikum.
C. Gambaran Klinis2,3,4
Gambaran klinis utama adalah nyeri epigastrium intermiten kronis yang secara
khas akan mereda setelah makan atau menelan antacid. Nyeri biasanya timbul 2
sampai 3 jam setelah makan atau pada malam hari sewaktu lambung kosong. Nyeri
digambarkan sebagai nyeri teriris, terbakar, atau rasa tidak enak. Sekitar seperempat
penderita ulkus mengalami perdarahan. Gejala dan tanda penyakit ini adalah muntah,
muntahan berwarna merah atau seperti kopi, mual, anoreksia, dan penurunan berat
badan. Cirri khas ulkus peptikum adalah eksaserbasi dan remisi. Beberepa penderita,
makanan dapat memperberat nyeri.
D. Diagnosis2,3,4
Penegakan diagnosis ulkus duodenum adalah serologi positif pada uji napas urea
untuk mengetahui adanya infeksi H. pylori, karena merupakan factor atau kofaktor
pada lebih dari 90% ulkus duodenum. Riwayat pola nyeri yang hilang setelah makan
merupakan indikator penting. Anamnesis tidak begitu informative, sebab gejala tidak
enak pada epigastrium lebih sering timbul.
Diagnosis ulkus peptikum biasanya dipastikan dengan pemeriksaan barium
radiogram. Bila radiogram barium tidak berhasil membuktikan adanya ulkus dalam
lambung atau duodenum namun gejala tetap ada, maka ada indikasi untuk
melakukan pemeriksaan endoskopi. Pengujian kadar serum gastrin dapat dilakukan
jika dicurigai terdapat sindrom Zollinger-Ellison.
13
E. Perbedaan Ulkus Jinak dan Ganas3,4
Ulkus peptikum dapat berubah menjadi karsinoma lambung. Umumnya, ulkus
ganas mempunyai dasar ulkus yang nekrotik dan tidak beraturan, sedangkan ulkus
jinak mempunyai dasar yang halus dan bersih dengan batas-batas yang jelas. Biopsy
dan pemeriksaan sitologi juga membantu membedakan ulkus jinak dan ganas.
F. Pengobatan2,3,4
Sasaran utama adalah menghambat atau membufer sekresi asam untuk
menghilangkan gejala dan mempermudah penyembuhan. Tindakan untuk mencapai
tujuan ini adalah pemberian antasida, penatalaksanaan diet, antikolinergik,
penghambat H2 (simetidin, ranitidine, dan famotidin), terapi antimikroba, dan
istirahat secara fisik maupun emosi. Antibakteri sebagai pengobatan primer untuk
menghilangkan infeksi H. pylori.
Antasida diberikan untuk menetralkan asam lambung dengan mempertahankan
pH cukup tinggi supaya pepsin tidak diaktifkan, sehingga melindungi mukosa dan
meredakan nyeri. Preparat antasida yang paling banyak digunakan adalah campuran
aluminium hidroksida dengan magnesium hidroksida. Penatalaksanaan diet pada
ulkus peptikum sebaiknya adalah makanan dalam porsi sedikit namun sering untuk
menetralkan asam lambung, asupan tinggi serat juga dapat bermanfaat. Diet
makanan halus, krim, dan susu yang dulu biasa digunakan, kini tidak lagi dianjurkan.
Produk susu dapat merangsang sekresi asam. Zat yang merangsang sekresi asam
lambung (misalnya alcohol dan kafein) harus dihindari. Obat antikolinergik seperti
propantelin bromide (Pro-Banthine) dan atropine (dari Atropa belladonna)
menghambat efek langsung dari saraf vagus terhadap sel-sel parietal pensekresi
asam. Antikolinergik juga menghambat motilitas dan waktu pengosongan lambung.
Panghambat H2 menjadi obat yang paling sering dipakai karena mampu mengurangi
sekresi asam sekitar 70%. Obat lain (yaitu tembus asam yang melekat pada mukosa
yang terbuka, tetapi juga mempercepat produksi sel mukosa (efek sitoprotektif).
Istirahat fisik dan emosional dipermudah dengan menciptakan lingkungan yang
tenang, mendengarkan keluhan penderita, memberikan dukungan eosi, dan sering
diberikan obat sedative dosis kecil.
14
G. Penyulit2,3,4
1. Perdarahan
Walaupun ulkus disetiap tempat dapat mengalami perdarahan, namun tempat
perdarahan yang tersering adalah dinding posterior bulbus duodenum, karena
ditempat ini dapat terjadi erosi arteri pankreatikoduodenalis atau arteria
gastroduodenalis.
Gejala yang berkaitan dengan perdarahan ulkus bergantung pada kecepatan
kehilangan darah. Kehilangan darah yang ringan dan kronis dapat menyebabkan
terjadinya anemia defisiensi besi. Hasil pemeriksaan darah samar dari feses dapat
memperlihatkan hasil yang positif (tes guaiac positif) atau feses mungkin berwarna
hitam dan seperti ter (melena). Perdarahan masif dapat mengakibatkan hematemesis
(muntah darah), menimbulkan syok, dan dapat memerlukan transfuse darah serta
pembedahan darurat.
2. Perforasi
Penyebab utama perforasi diperkirakan disebabkan oleh berlebihnya sekresi
asam dan sering kali terjadi akibat menelan obat anti inlamasi nonsteroid, yang
mengurangi jumlah sel adenosine trifosfat (ATP), menyebabkan rentan terhadap
stress oksidan.
Sebagian besar pasien yang mengalami perforasi berobat dalam keadaan
dramatis. Timbul nyeri mendadak pada abdomen bagian atas yang menyiksa. Dalam
beberapa menit timbul peritonitis kimia akibat keluarnya asam lambung, pepsin, dan
makanan yang menyebabkan nyeri hebat. Pasien takut untuk bergerak atau bernafas.
Abdomen pada pemeriksaan auskultasi menjadi senyap dan pada palpasi mengeras
seperti papan. Perforasi akut biasanya dapat didiagnosis hanya berdasarkan pada
gejala yang timbul. Diagnosis dipastikan melalui adanya udara bebas dalam rongga
peritoneal, dinyatakan sebagai gambaran seperti bulan sabit translusen antara
bayangan hati dan diafragma. Udara tentu saja masuk rongga peritoneal melalui
ulkus yang mengalami perforasi. Pengobatan adalah pembedahan segera disertai
dengan reseksi lambung atau penjahitan pada tempat perforasi, bergantung pada
keadaan penderita.
15
Kadang-kadang ulkus peptikum atau duodenum menembus dinding tetapi
ditutupi oleh struktur yang berdampingan, dan disebut sebagai ulkus penetrasi.
Contoh klasik ulkus penetrasi adalah ulkus duodenum dinding posterior yang
menembus ke dalam pancreas dan ditutupinya. Secara klinis, nyeri tak dapat diatasi
dan dapat menjalar ke punggung. Penderita mungkin berobat dengan gejala
pancreatitis.
3. Obstruksi
Obstruksi saluran keluar lambung akibat peradangan dan edema, pilorospasme,
atau jaringan parut. Obstruksi lebih sering terjadi pada penderita ulkus duodenum,
tetapi kadang-kadang terjadi bila ulkus peptiku terletak dekat sfingter pylorus.
Gejala-gejala yang sering timbul adalah anoreksia, mual, dan kembung setelah
makan, serta sering terjadi penurunan berat badan. Bila obstruksi bertambah berat,
dapat timbul nyeri dan muntah.
Pengobatan bertujuan untuk koreksi cairan dan elektrolit, dekopresi lambung
dengan memasukkan tabung nasogastrik, dan koreksi pembedahan obstruksi
(piloroplasti).
4. Intraktabilitas
Penyulit ulkus peptikum yang paling sering terjadi adalah intraktabilitas, yang
berarti bahwa terapi medis telah gagal mengatasi gejala secara memadai, sehingga
penyakit ini menjadi sering timbul. Penderita dapat mengalami gangguan tidur akibat
nyeri, kehilangan waktu untuk bekerja, sering perlu perawatan dirumah sakit, atau
hanya tidak mampu mengikuti cara pengobatan. Tindakan pembedahan sering
dianjurkan pada intraktibilitas. Perubahan menjadi ganas bukan merupakan
pertimbangan yang penting baik dalam ulkus peptikum maupun ulkus duodenum.
Sekitar 4% ulkus peptikum yang awalnya jinak dapat berkembang menjadi ganas.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumala, Poppy (1998) Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC
2. Sjamsuhidajat, R (2010) Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Jakarta. EGC
3. Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine McCarty (2005) Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta. EGC
4. Sudoyo, Aru W et al (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Internal Publishing
5. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC
17