tinjauan teori dan kasus sungsang dan retensio plasenta
DESCRIPTION
Yang maw download lewat fb ajaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan
yang paling penting untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan
anak. Kematian perinatal pada letak sunsang dibanding dengan letak belakang
kepala rata-rata kali lebih banyak (Wiknjosastro, 2000).
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingakan dengan letak kepala. Eastman melaporkan angka-angka
kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian perinatal yang terpenting
ialah premeturitas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan
akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Sedangkan hipoksia
terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu
kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Selain itu bila janin
bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan, karena mucus
yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksi janin juga terjadi
akibat tali pusat menumbung, hal ini sering dijumpai pada presentasi bokong
kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempuran, tetapi jarang dijumpai pada
presentasi bokong (Sarwono, 2006).
Bila didapatkan SPD meskipun ringan dalam letak sunsang sangta
berbahaya. Adanya kesempitan panggul sudah harus di duga waktu
1
pemeriksaan antenatal khususnya pada primigravida pada letak sungsang.
Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lebih teliti, termasuk pemeriksaan
panggul rontgenology atau MRI untuk menyingkirkan adanya kesempitan.
Multiparitas dengan riwayat obstetric yang baik, tidak selalu menjamin
persalinan dalam letak sunsang akan berlangsung lancar, janin yang besar
dapat menyebabakna disproporsi meskipun ukuran panggul normal (Sarwono,
2006).
Selain itu, kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama
mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 2001,
WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat
hamil dan bersalin. Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting
kematian ibu, ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan
pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus,
Retensio placenta dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pasca persalinan
tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas
nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan
pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia dibandingkan
dengan ibu-ibu di luar negeri. Dan Retensio plasenta merupakan salah satu
masalah yang masih menjadi penyebab terbesar terjadinya perdarahan post
partum dan kematian maternal.
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu
tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh
2
perdarahan post partum. Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta
dapat terjadi karena plasenta lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:
a). Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva);
b). Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum
(plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Sehingga
dilakukan tindakan manual plasenta.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Asuhan kebidanan pada ibu bersalin terhadap Ny.
S dengan Presentasi bokong dan Retensio plasenta di BPS Bidan Despa
Novita Tanjung Uma Kota Batam 26 Mei 2012”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Asuhan kebidanan pada ibu
bersalin terhadap Ny. S dengan Presentasi bokong dan Retensio plasenta di
BPS Bidan Despa Novita Tanjung Uma Kota Batam 26 Mei 2012”.
3
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 TujuanUmum
Mengetahui “Asuhan kebidanan pada ibu bersalin terhadap Ny. S dengan
Presentasi bokong dan Retensio plasenta di BPS Bidan Despa Novita Tanjung
Uma Kota Batam 26 Mei 2012”.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang Presentasi bokong.
b. Mengetahui pelaksanaan persalinan dengan persentasi bokong.
c. Mengetahui tentang retensio plasenta.
d. Mengeetahui pelaksanaan manual plasenta.
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
kepada peneliti mengenai Presentasi bokong dan Retensio plasenta dan dapat
menjadi dasar bagi peneliti untuk penelitian selanjutnya.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan informasi
bagi mahasiswa agar dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya dan
dapat membantu dalam proses pembelajaran.
1.4.4 Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada mahasiswa khususnya
tentang persentasi bokong dan retensio plasenta serta penatalaksanaannya.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 LETAK SUNGSANG
2.1.1 Pengertian
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong janin di bagian
bawah uterus dan kepala di fundus uterus (Mauren Boyle, 2008;
Sulaeman Sastrawinata, 1984; Sarwono, 2006).
2.1.2 Jenis – jenis letak sungsang
a. Presentasi bokong murni: Bokong saja yang menjadi bagian depan
sedangkan kedua tungkai lurus ke atas dan terjadi ketika bokong
janin lebih dulu memasuki rongga panggul.
b. Presentasi bokong kaki sempurna: Presentasi dengan fleksi pada
pinggul dan lutut dengan kaki di samping bokong.
c. Presentasi bokong kaki tak sempurna: Salah satu atau kedua kaki
merupakan bagian presentasi dengan ekstensi pada pinggul
d. Presentasi kaki: Teraba nya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba 1
kaki atau 1 lutut.
5
2.1.3 Predisposisi
1.Faktor Ibu : Kelainan bentuk rahim, multiparitas, riwayat
presentasi sungsang, panggul sempit, bentuk panggul
platiloid/ android.
2. Faktor Janin: Prematuritas, malformasi congenital, polihidramnion,
oligohidramnion, kehamilan multiple hamil kembar,
plasenta previa, implantasi di daerah kornu
(cuningham, 2005; Boyle, 2008; Sastrawinata, 1984;
sarwono, 2006; Supriyadi, 2005).
2.1.4 Diagnosa
1. Data Subjektif
a. Ibu mengatakan perutnya terasa penuh dibagian atas
b. Ibu mengatakan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah
pusat
c. Ibu merasa tidak nyaman karena seringnya benda keras (kepala)
mendesak tulang iga (Sarwono, 2006, Sastrawinata, 1984; boyle,
2008)
2. Data Objektif
1) Pemeriksaan luar
a. Palpasai
Leopold I : Menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa
yang terdapat di fundus, memastikan letak janin
6
longitudinal. (cunningham, 2005; Sastrawinata,
1984; sarwono, 2006; boyle, 2008).
Leopold III: Teraba bagian lunak dan kurang bundar dan
bokong janin masih bisa digerakkan jika belum
melewati PAP (cunningham, 2005; Sastrawinata,
1984; sarwono, 2006)
b. Auskultasi
DJJ ditemukan setinggi, di atas dan disamping umbilikus,
akan tetapi jika sudah terjadi enggagement maka DJJ
terdengar paling keras di bawah umbilikus (Sarwono, 2006;
boyle, 2008; cunningham, 2005)
2) Pemeriksaan Dalam (Vaginal touche)
Apabila air ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya
bokong.
Tanda-tandanya, yaitu adanya kedua tuber ossis iskii, ujung os
sakrum, anus. Setelah terjadi penurunan lebih lanjut, genetalia
eksterna dapat dikenali. (sarwono, 2006; cuningham, 2005;
Sastrawinata, 1984).
3) Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi atau M.R.I (magnetig resonance imaging)
dilakukan bila masih adanya keragu-raguan (sarwono, 2006,
cuningham, 2005).
7
2.1.5 Jenis persalinan sungsang
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin
sungsang pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Persalinan spontan (spontaneous breech). Janin dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
b. Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech delivery).
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong.
Beberapa cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah:
1) Klasik (deventer)
2) Muller
3) Lovset
4) Bickenbach
Beberapa cara/teknik untuk melahirkan kepala ialah:
1) Mauriceau
2) Najouks
3) Prague terbalik
4) Cunam piper
c. Ekstraksi sungsang (total breech extraction). Janin dilahirkan
seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Jenis ekstraksi
total :
1) Ekstraksi bokong
2) Ekstraksi kaki
8
2. Persalinan perabdominam (seksio sesaria)
2.1.6 Komplikasi
a. Bayi
1. Gangguan pernafasan: Sufokasi / aspirasi, Hipoksia, asfiksia,
anoksia
2. Fraktur tulang humerus, femur, tulang-tulang kepala,
klavikula
3. Dislokasi panggul, dislokasi bahu, dislokasi leher, dislokasi
congenital pinggul, khususnya dengan bokong memanjang,
paralisis brakhialis, cidera muskulus sternokleidomastoideus
kaku leher, pertumbuhan terhambat
4. Kerusakan neurologis jangka panjang dan jaringan otak
(trauma otak janin), Kerusakan medulla spinalis atau fraktur
spinal, hemoragi intracranial, kerusakan jaringan lunak,
cerebral palsy
5. Prolaps tali pusat
6. Kerusakan organ (ginjal, hepar, limpa, kandung kemih rupture
bila berdistensi), jejas faring dalm bentuk rubekan atau
pseudodivertikel, cedera testis, hematoma otot-otot
7. Cold injury dan hipoglikemi
8. Kasus adrenal idiopatik
9
9. Sindom kematian bayi mendadak (Sudden infant death
syndrome, SIDS). (wiknjosastro, 2000; Boyle,2008;
sastrawinata, 1984; cunningham, 2005; saifudin, 2002;
sarwono, 2006)
b. Ibu
1. Trauma jalan lahir (trauma vagina, rupture perineum,
perlukaan serviks), trauma uretra
2. Distress psikologis
3. Atonia uteri, perdarahan post partum endometritis (Mauren
Boyle, 2008; sastrawinata, 1984; saifuddin, 2002;
Cunningham, 2005)
2.2 Retensio Placenta
Menurut Sarwono Prawirohardjo :
2.2.1 Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
2.2.2 Jenis retensio plasenta
1. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
2. Plasenta akreta
10
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miometrium.
3. Plasenta inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki
miometrium.
4. Plasenta perkreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus .
5. Plasenta inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh
konstruksi ostium uteri.
Retensio Plasenta dengan Separasi Parsial
a. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan
tindakan yang akan diambil .
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila
ekpulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkomntrol tali pusat
.
c. Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 50 cc Ns/RL dengan 40
tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400
mg rektal .
d. Bila troksi terkontrol gagal, lahirkan plasenta secara hati-hati dan
halus.
11
e. Lakukan tranfusi darah bila diperlukan
f. Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 29 Iv/oral + metronida
20 l g supositorial/oral )
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenik.
Plasenta Inkarserata
a. Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan
pemeriksaan
b. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk
menghilangkan kontruksi servik dan melahirkan plasenta
c. Pilih fluathane atau eter untuk kontruksi servik yang kuat tetapi
siapkan infus oksitosis 20 IV dalam 500 mg NS/RL dengan 40
tetes/menit untuk mengan tisipasi ganguan kontraksi yang
disebabkan bahan anestesi tersebut.
d. Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui
oleh cunam ovum lakukan manuver sekrup untuk melahirkan
plasenta. Untuk prosedur tersebut berikan analgesik (tramadol 100
mg IV atau pethidme 50 mg IV dan sedotif (diazepam 5mg IV)
pada tabung suntik terpisah.
Plasenta akreta
Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya
fundus/korpus apabila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam,
sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam upaya
12
yang dapat dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah
menentukan diagnosis, stabilitas pasien dan rujuk ke RS.
2.3 Plasenta Manual
Menurut buku asuhan persalinan normal revisi 2007,
2.3.1 Pengertian
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual
(menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan kemudian
melahirkannya keluar dari kavum uteri.
2.3.2 Penatalaksanaan plasenta manual
Persiapan
a. Pasang set dan cairan infus
b. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
c. Lakukan anestesi verbal/analgesia per rectal
d. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
1. Pastikan kandungan kemih dalam keadaan kosong
2. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva
3. Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan
menghadap kebawah) kedalam vagina dengan menelusuri sisi bawah
tali pusat
13
4. Setelah mencapai bukaan servikk, minta seseorang asisten/penolong
lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan
luar untuk menahan fundus uteri.
5. Sambil menahan fundus uteri. Masukkan tangan dalam hingga
kekavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
6. Bentakan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu
jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
Melepas plasenta dari dinding uterus
7. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling .
8. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus
maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke
kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial) hingga semua
perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
Mengeluarkan plasenta
9. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertingga.
10. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen
bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk
menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar
(hindari terjadinya percikan darah).
11. Lakukan penakanan (dengan tangan yang menahan suprasimpisis)
uterus ke arah dorsokranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan
plasenta di dalam wadah yang telah disediakan .
14
Pencegahan infeksi pasca tindakan
12. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan
lain yang digunakan
13. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
14. Cuci tangan
15. Keringkan tangan dengan handuk bersih
Pemantauan pasca tindakan
16. Periksa kembali tanda vital ibu
17. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
18. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan
asuhan lanjutan
19. Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
20 Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum
dipindah ke ruang rawat gabung .
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN TERHADAP Ny. S DENGAN
PRESENTASI BOKONG DAN RETENSIO PLASENTA
DI BPS BIDAN DESPA NOVITA Amd.Keb
26 MEI 2012
Tanggal pemeriksaan : 26 Mei 2012
Jam : 11.30 wib
No.RM : -
Identitas Pengkaji : Yulinda Laska
SUBJEKTIF
1. IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. S Nama Suami : Tn. D
Umur : 31 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia Suku/Bangsa : Flores/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Karyawan Swasta
Alamat : Tj. Uma Alamat : Tj. Uma
No. Telp : - No.Telp : -
16
2. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan merasa mules sejak jam 09.00 , ketuban sudah pecah, warna
keruh 11.30 wib dan ada rasa ingin meneran.
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan, sekarang sedang tidak menderita penyakit menurun
(DM, Hipertensi, Jantung), menular (TB Paru, Hepatitis, HIV/AIDS).
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan, dahulu tidak pernah menderita penyakit menurun
(DM, Hipertensi, Jantung), menular (TB Paru, Hepatitis, HIV/AIDS).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan, keluarga ibu dan suami tidak mempunyai penyakit
menurun (DM, Hipertensi, Jantung), menular (TB Paru, Hepatitis,
HIV/AIDS), dan dikeluarga Ibu mempunyai keturunan kembar
4. RIWAYAT HAID
Usia menarche : 14 tahun
Siklus : ± 28 hari
Lama : ± 7 hari
Banyak : 2 kali ganti pembalut/hari
Dismenore : Ya
Fluor albus : ada (sesudah haid)
17
Konsistensi : encer
HPHT : 19-08-2011
HPL : 26-05-2012
5. RIWAYAT PERNIKAHAN
Status pernikahan : Menikah Pernikahan ke : 2
Usia pertama menikah : 23 tahun Lama menikah : 1 tahun
6. RIWAYAT KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN ANAK YANG
LALU
Kehamilan Persalinan Bayi Nifas
Keh
amil
an k
e
Per
kaw
inan
ke
Kom
pli
kas
i
Usi
a K
eham
ilan
Jen
is P
ersa
lin
an
Pen
olon
g
Tem
pat
Kom
pli
kas
i
Jen
is K
elam
in
PB
/BB
Tu
ngg
al/G
emel
i
Hid
up
/Mat
i
Usi
a
Lam
aP
emb
eria
n A
SI
Kom
pli
kas
i
1 1 - aterm PN Bidan BPS - LK 49/2800 THidu
p
7 thn - -
3 1 - aterm PN Bidan BPS - PR 49/3000 T hidup 5 thn - -
3 2 H A M I L I N I
7. RIWAYAT KB
Jenis KB : tidak pernah
Lama pemakaian : tidak ada
18
Keluhan : tidak ada
8. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
Usia kehamilan : 40 – 41 minggu
HPHT : 19-08-2011
ANC : Tidak teratur
Frekuensi : TM I : - kali
TM II : - kali
TM III : 2 kali
Tempat : BPS
Imunisasi TT : - kali (kehamilan trimester ke - minggu )
Gerakan Janin Pertama : kehamilan 16 minggu
Frekuensi : ± 10 x/hari
Perawatan payudara : tidak pernah
alasan : Karna ibu tidak mengetahui
bagaimana cara perawatan payudara
Terapi yang diberikan : TM I : -
TM II : -
TM III : Fe, Kalk, vit.c
Keluhan selama hamil : TM I : Tidak ada keluhan
TM II : Tidak ada keluhan
TM III : Nyeri pinggang
19
9. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
KEGIATAN SEBELUM HAMIL SELAMA HAMIL
a. Nutrisi
Makanan
- Jenis makanan
- Frekuensi
- Porsi
Nasi, sayur, lauk pauk
2x sehari
1 piring
Nasi, sayur, lauk pauk
3x sehari
1 piring
Minum
- Jenis minuman
- Frekuensi
- Jumlah
Air putih, teh
sering
± 8 gelas
Air putih, teh
sering
± 10 gelas
b. Istirahat
- tidur siang
- tidur malam
2 jam
8 jam
2 jam
8 jam
c. Personal Hygiene
- Mandi
- Gosok gigi
- keramas
- ganti celana dalam
- ganti baju
2x sehari
2x sehari
1x sehari
2x sehari
2x sehari
2x sehari
2x sehari
1x sehari
3x sehari
2x sehari
20
d. Eliminasi
BAK
- Frekuensi
- Warna urine
- Bau
6x sehari
Kuning jernih
Khas
12x sehari
Jernih
Khas
BAB
- Frekuensi
- Warna
- Konsistensi
1x sehari
Kuning
Lembek
1x 2 hari
Coklat
Padat
e. aktifitas pekerjaan
yang dilakukan ibu
sehari-hari
Ibu mengerjakan
pekerjaan ibu sebagai ibu
rumah tangga
Ibu mengerjakan
pekerjaan ibu rumah
tangga, tetapi ibu
mengurangi pekerjaan
dan dibantu dengan
keluarga,
f. seksualitas
- frekuensi
- nyeri postcoitus
4x sebulan
Tidak ada
1x sebulan
Tidak ada
21
10. RIWAYAT PSIKOSOSIAL dan SPIRITUAL
1.Psikososial
a. Komunikasi :
Ibu terlihat lancar dalam berkomunikasi pada saat anamnesa dilakukan
b. Keadaan Emosional:
Ibu terlihat kooperatif seperti saat menjawab pertanyaan
c. Hubungan dengan keluarga:
Ibu mengatakan hubungannya dengan keluarga kurang baik
d. Hubungan dengan orang lain :
Ibu mengatakan hubungannya dengan orang lain baik
e. Respon ibu terhadap kehamilan:
Ibu mengatakan senang dan bahagia atas kehamilan pertamanya
f. Dukungan suami/ keluarga :
Ibu mengatakan tidak mendapat dukungan dari suami dan keluarga
g. Pengambilan keputusan dalam keluarga:
Ibu mengatakan pengambilan keputusan dalam keluarga adalah calon
orang tua asuh anaknya.
h. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari :
Ibu mengatakan kegiatan sehari-harinya dirumah selama hamil yaitu
memasak, menyapu, mencuci piring dan mencuci baju.
22
i. Tempat dan petugas yang diinginkan untuk bersalin :
Ibu megatakan tempat dan petugas yang diinginkan untuk bersalin
yaitu BPS dan Bidan.
2. Latar Belakang Sosial Budaya
a. Kebiasaan/ upacara adat istiadat saat hamil :
Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan/ upacara adat istiadat saat hamil.
b. Pantangan saat hamil :
Ibu mengatakan tidak ada pantangan saat hamil.
c. Kebiasaan keluarga yang menghambat :
Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan keluarga yang menghambatnya.
d. Kebiasaan keluarga yang mendukung :
Ibu mengatakan keluarga selalu membantu ibu dalam melakukan
pekerjaan rumah tangga sehari-hari.
3. Spiritual
Ketaatan dalam menjalankan ibadah yang dianutnya:
Ibu mengatakan tetap rajin dan taat dalam mejalankan ibadahnya selama ini.
23
A. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36,5°c
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 23 x/menit
Berat badan : sebelum hamil : 45 kg
selama hamil : 56 kg
Tinggi badan : 160 cm
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Inspeksi
Rambut : (bersih), (tidak rontok), (tidak berketombe)
Palpasi
Tekstur (lembut), (tidak ada oedema), (tidak ada benjolan), (tidak ada nyeri
tekan)
Muka :
Inspeksi
warna muka (normal), (tidak ada oedema), cloasma gravidarum (ada)
24
Mata :
Inspeksi
Posisi (simetris), pergerakan bola mata (normal), reflek pupil (normal),
kornea (bening), konjungtiva (merah muda = tidak anemis), sclera (tidak
ikterik)
Hidung :
Inspeksi
bentuk (simetris), fungsi penciuman (baik), peradangan (tidak ada), polip
(tidak ada)
Mulut :
Inspeksi
bentuk (simetris), bibir (tidak ada stomatitis, tidak kering), gigi (bersih, tidak
ada karies), gusi (tidak berdarah), tonsil (tidak radang), lidah (bersih, tidak
tremor), fungsi pengecapan (baik).
Telinga :
Inspeksi
bentuk daun telinga (simetris), peradangan (tidak ada), fungsi pendengaran
(baik), (tidak ada pengeluaran cairan).
Leher :
Inspeksi
Benjolan (tidak ada), kekakuan (tidak ada), pergerakan leher (bisa bergerak;
fleksi,rotasi, lateral fleksi).
25
Palpasi
Pembesaran kelenjar thyroid (tidak ada), pembesaran vena jugularis (tidak
teraba), pembengkakan kelenjar getah bening (tidak ada).
Dada :
Inspeksi
- Dada : Bentuk (simetris), pergerakan dinding dada (simetris),
pernafasan (teratur),
- Payudara : Hiperpigmentasi areola dan papilla mamae (ada), puting
susu (menonjol), dan payudara bersih,
Palpasi
Payudara (tidak ada benjolan), (belum ada pengeluaran colostrums)
Auskultasi
Bunyi/irama pernapasan (teratur)
Abdomen :
Inspeksi
Bentuk (simetris), bentuk (memanjang), pembesaran uterus sesuai usia
kehamilan, bekas luka operasi (tidak ada), striae gravidarum (tidak ada), linea
alba (ada).
Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan pusat-proc.xyphoideus (28cm), pada
bagian fundus teraba keras, bulat, dan melenting yaitu
kepala.
26
Leopold II : Pada bagian kiri ibu teraba bagian keras, panjang dan datar
seperti papan yaitu punggung. Pada bagian kanan ibu
teraba bagian-bagian kecil yaitu ekstremitas janin.
Leopold III : Pada bagian terbawah janin teraba tidak bulat, kurang
keras, dan tidak melenting yaitu bokong.
Leopold IV : Pada bagian bawah janin adalah bokong dan bokong
sudah masuk PAP (divergen). Penurunan kepala : 3/5
TBJ : (TFU-12) × 155
= (28-11) × 155
= 2635 gram
Auskultasi
Bunyi bising usus ada, frekuensi 10 x/menit
DJJ : 148 x/menit, Puki
His : 4 x dalam 10 menit > 40 detik
Genetalia :
Inspeksi
Vulva dan vagina (bersih), fluor albus (tidak ada), oedema (tidak ada),
hematoma (tidak ada), bekas jahitan (tidak ada), radang pada genetalia
eksterna (tidak ada), anus (tidak
hemoroid)
Palpasi
Nyeri tekan (tidak ada)
27
Pemeriksaan dalam : v/v tidak apa-apa, Ø8 cm, efficement = 25 %, ket (-),
teraba tumit dan ekstrimitas bawah, molase (-), H III.
Ekstremitas atas dan bawah :
Inspeksi
Pembatasan gerak (tidak ada), (tidak ada oedema), varices (tidak ada),
kelemahan tungkai (tidak ada).
Perkusi
Reflek Patella
Kaki kanan (+) Kaki Kiri (-)
4. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
26 Mei 2012
1. Laboratorium
a. Darah
- HB
- Goldar
b. Urine
- Protein
- Glukosa
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
ASSESMENT
28
- Diagnosa : Ny.S , G3P2A0 gravida 40 - 41 minggu kala 1 fase aktif
dengan Letak Sungsang
- Masalah Potensial : Fetal Distres, Asfiksia
- Tindakan Segera : Persalinan sungsang, Observasi DJJ
PLANNING
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
TD = 100/70 mmhg, S = 36.5 0C, N = 78 x/menit, P = 20 x/menit
VT : v/v tidak apa-apa, Ø 8 cm, efficement = 25 %, ket (-), teraba tumit,
molase (-), H III.
dan ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih. Ibu sudah
mengosongkan kandung kemih.
3. Menberikan ibu asupan cairan dan nutrisi agar ibu tidak lemah selama proses
persalinan. Ibu mau makan makanan dan minum minuman yang telah
disediakan.
4. Menganjurkan ibu untuk bedrest total dengan tidak turun dari tempat tidur
dikarenakan ketuban sudah pecah. Ibu mau melakukan bedrest total.
5. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yang baik dan benar pada saat kontraksi
dengan cara menarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkan nafas
melalui mulut ibu pada saat kontraksi/ his. Ibu mau melakukan yang diajarkan
oleh bidan.
29
6. Menganjurkan keluarga untuk menemani dan memberi semangat pada ibu.
Keluarga mau menemani ibu.
7. Memberitahu keluarga untuk mempersiapkan bahan-bahan untuk proses
persalinan
- Sarung/ kain panjang
- Gurita ibu
- Bedong Bayi
- Popok bayi
keluarga sudah mmpersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk proses
persalinan.
8. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan
untuk pertolongan persalinan :
a. Partus set yang berisi :
- 1 buah ½ kocher - 1 buah gunting epis
- 2 buah klem arteri - 1 buah gunting tali pusat
- 1 buah nald puder - 1 buah gunting benang
- 1 buah nald
b. Obat-obatan : Pitogin dan Methergin
c. Spuit 3cc
d. Kom yang berisi betadin
e. Kassa steril
f. Tempat plasenta
g. Waskom yang berisi larutan klorin 0,5 %
30
h. Waskom DTT
i. Waskom air bersih
j. Tempat pakaian kotor ibu
k. Pampers ibu
l. Perlengkapan pakaian ibu dan bayi.
Peralatan sudah disiapkan.
CATATAN PERKEMBANGAN
31
KALA I
TANGGAL 26 MEI 2012 JAM 11.35 WIB
S : Ibu mengatakan mengeluh ketuban sudah pecah.
O :
Keadaan umum : Baik
Keasadaran : Composmentis
TTV :
TD : 130/80 mmhg S : 36.5 oC
N : 79 x/menit P : 23 x/menit
Leopod :
Leopod I : TFU = 1/2 px-pst (28 cm), kepala
Leopod II : Puki
Leopod III : Presbo
Leopod IV : Sudah masuk PAP (Divergen) penurunan kepala : 4/5
TBJ : 2635 gram
DJJ : 138 x/menit
His : 4 x dalam10 menit selama >40 detik
VT :
v/v tidak apa-apa, Ø10 cm, efficement = 50 %, ket (-), teraba tumit,
molase (-), H III.
A :
32
Diagnosa : Ny.S , G3P2A0 gravida 40-41 minggu, inpartu kala I fase
aktif acelerasi dengan persentasi bokong.
Masalah Potensial : Fetal Distres, Asfiksia
Tindakan Segera : Observasi DJJ
P :
1. Melakukan pemasangan infus
- Infus D5 20 tpm
Infus telah terpasang.
2. Memberitahu keluarga untuk mempersiapkan bahan-bahan untuk proses
persalinan
- Sarung/ kain panjang
- Gurita ibu
- Bedong Bayi
- Popok bayi
keluarga sudah mmpersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk proses
persalinan.
3. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk pertolongan persalinan :
a. Partus set yang berisi :
- 1 buah ½ kocher - 1 buah gunting epis
- 2 buah klem arteri - 1 buah gunting tali pusat
- 1 buah nald puder - 1 buah gunting benang
- 1 buah nald
33
b. Obat-obatan : Pitogin dan Methergin
c. Spuit 3cc
d. Kom yang berisi betadin
e. Kassa steril
f. Tempat plasenta
g. Waskom yang berisi larutan klorin 0,5 %
h. Waskom DTT
i. Waskom air bersih
j. Tempat pakaian kotor ibu
k. Pampers ibu
l. Perlengkapan pakaian ibu dan bayi.
Peralatan sudah disiapkan.
KALA II
TANGGAL 26 MEI 2012 JAM 11.50 WIB
34
S : Ibu mengtakan seperti ingin BAB dan merasa ada dorongan untuk mengedan
O :
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
DJJ : 149 x/menit
His : 5x/10 menit, durasi >40 detik
Adanya tanda dan gejala kala II :
- Adanya dorongan ibu untuk meneran
- Adanya tekanan pada anus
- Tampak perineum yang menonjol
- Tampak Vulva yang membuka
VT : v/v tidak apa-apa. efficement 100 %,Ø 10 cm, ket (-), teraba tumit,
molase (-), H IV.
A :
Diagnosa : Ny.S , G3P2A0 gravida 40-41 minggu , inpartu kala II
dengan persentasi bokong
Masalah Potensial : Fetal Distres, Asfiksia
Tindakan Segera : Persalinan dengan letak k sungsang, Observasi DJJ
dan Resusitasi
P :
1. Mengatur posisi ibu lithotomy untuk proses pengeluaran bayi karena
35
bokong dan tungkai kaki bayi sudah tampak di vulva 5 cm.
2. Menganjurkan suami untuk memberi semangat kepada ibu. Suami sudah
memberi semangat pada ibu
3. Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar dengan cara ibu dianjurkan
mengedan saat kontraksi terasa kuat dengan cara; tangan ibu merangkul
paha lalu kepala menunduk, dagu menempel pada dada, mata ibu
membuka, dan mengejan seperti ingin BAB. ibu mau melakukan yang
yang diajarkan bidan.
4. Meletakkan kain bedung bersih dan kering di atas perut ibu
5. Memakai handscoon pada kedua tangan
6. Memimpin ibu untuk meneran, melakukan Cara Mueller
untuk ,melahirkan bahu, yaitu :
a. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada
krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
b. Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai
bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan
dengan mengait lengan bawahnya.
c. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai
bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan
lahir sehingga mengurangi infeksi.
7. Lakukan cara mauriceau, untuk melahirkan kepala yaitu :
36
a. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir.
b. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari
keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram
leher.
c. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin
menunggang kuda.
d. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher
janin dari punggung.
e. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
seorang asisten melakukan ekspresi kristeller.
f. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram
leher janin dari arah punggung.
g. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas
dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir
dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya
lahirnya seluruh kepala janin.
Jam 12.15 wib bayi lahir spontan tidak menangis, JK : Perrempuan, BB :
2900 gram, PB : 48 cm, A/S : 4/6.
8. Melakukan penilaian selintas setelah bayi lahir. Bayi tidak menangis.
9. Mengeringkan tubuh bayi dengan kain kering dan segera lakukan
tindakan resusitasi pada bayi, bayi segera menangis.
10. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik pitogin setelah memeriksa uterus
37
bahwa tidak ada bayi kedua. Ibu sudah di injeksi pitogin 1 amp IM setelah
1 menit bayi lahir.
11. Menjepit tali pusat dengan klem 3cm dari pusat bayi, mendorong isi tali
pusat ke arah ibu dan menjepit kembali tali pusat 2cm dari klem
pertama,lalu memegang tali pusat yang telah dijepit (melindungi perut
bayi) menggunting tali pusat dan memasang klem tali pusat steril.
12. Melakukan Observasi keadaan umum ibu. Jam 12.00 K/U ibu baik, TD :
120/80 mmHg, Nadi : 84 x/menit.
KALA III
TANGGAL 26 MEI 2012 JAM 11. 55 WIB
S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan plasenta belum lahir
38
O :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Kontraksi uterus : Baik
TFU : Setinggi pusat
Perdarahan : ± 100 ml
TTV : TD = 110/60 mmhg ,S = 36.5 oC, N = 90 x/i , P = 20 x/i
Belum ada tanda- tanda pelepasan plasenta
A :
Diagnosa : Ny.S,P3A0, kala III
Masalah Potensial : Tidak ada
Tindakan segera : MAK III ( Manajemen Aktif Kala III )
P :
1. Jelaskan pada ibu bahwa ia memasuki kala III persalinan,
a. Jelaskan pada ibu tindakan yang mungkin dilakukan
b. Jelaskan pada ibu bahwa pengeluaran plasenta tidak seperti pengeluaran bayi
c. Lakukan observasi vital sign
ibu mengetahui
2. Lakukan manajemen aktif kala III, meliputi
a. Pemotongan tali pusat dengan memperlihatkan teknik steril
b. Pemberian suntikan oksitosin 10 unit dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
39
c. Penegangan tali pusat terkendali, dengan cara memindahkan klem pada tali
pusat sekitar 5-20 cm dari vulva dan tangan kiri pada abdomen ibu tepat diatas
simfisis pubis dan beri sedikit tekanan secara kranial .
d. Masase fundus uteri dengan lembut dan gerakan tangan dengan arah memutar
pada fundus uteri selama 15 detik
e. Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin
yang ke 2 tunggu 30 menit .
f. Apabila plasenta belum lahir dan ada tanda terjadi perdaraan segera keluarkan
plasenta.
Plasenta belum lahir lebi dari 30 menit.
TANGGAL 26 MEI 2012 JAM 12. 30 WIB
S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan plasenta belum lahir
40
O :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Kontraksi uterus : Baik
TFU : Setinggi pusat
Perdarahan : ± 100 ml
Plasenta belum keluar lebih dari 30 menit
TTV : TD = 110/60 mmhg ,S = 36.5 oC, N = 90 x/i , P = 20 x/i
A :
Diagnosa : Ny.S,P3A0 dengan Retensio plasenta
Masalah Potensial : Perdarahan post partum
Tindakan segera : Lakukan manual plasenta
P :
1. Melakukan konsultasi dengan dokter Obgyn untuk melakukan tindakan dan
advis dokter lakukan manual plasenta, manual plasenta akan dilakukan.
2. Penatalaksanaan manual plasenta
a. Persiapan pada ibu
- Inform consent, dan menjelaskan kepada ibu tentang keadaan ibu saat
ini dan tindakan yang akan dilakukan pada ibu, ibu mengetahui dan mau
untuk dilakukan tindakan tersebut.
- Pemasangan infus RL + oksitosin 2 ampul 20 tpm.
- Kosongkan kandung kemih.
41
b. Persiapan alat
- Handscoond panjang
- Kassa steril
- Betadhine
3. Lakukan manual plasenta, plasenta belum lahir
4. Melakukan inform consent kepada keluarga bahwa ibu akan dirujuk ke RS
dikarenakan Plasenta belum lahir dan harus ditangani segera, keluarga
mengerti dan bersedia untuk merujuk ibu ke RS /Klinik Bunda.
5. Melakukan persiapan untuk merujuk BAKSOKU:
B : Bidan
A : Alat
K : Kendaraan
S : Surat
O : Obat
K :
U : uang
DA : Donor darah dan do’a
BAKSOKUDA telah tersedia
6. Membereskan alat-alat yang telah digunakan dan merendam alat-alat di
larutan klorin selama 15-20 menit, mencuci alat lalu mensterilkan alat dengan
autoklaf. Alat-alat sudah selesai dibersihkan.
7. Melengkapi partograf dan dokumentasi.
42
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
43
1. Dari pengkajian data subyektif dan obyektif sesuaidengan teori baik
keseluruhan maupun sebagian.
2. Dari pengkajian data subyektif dan obyektif dapatdibuat diagnosa / masalah
secara teliti menurut teori
3. Dari diagnosa / masalah, kita dapat mengantisipasidiagnosa / masalah
potensial yang mungkin dapat terjadi dari masalah /diagnosa yang telah
diidentifikasi.
4. Dari diagnosa / masalah potensial, kita dapat menilaiadanya kebutuhan
untuk intervensi segera berdasarkan kondisi klien.
5. Dengan ditentukannya kebutuhan klien, kita dapat membuat rencana
tindakan berdasarkan diagnosa / masalah.
6. Dari rencana tindakan tersebut, kita dapat melaksanakantindakan asuhan.
7. Setelah kita melakukan tindakan, maka dapat mengevaluasi rencana tindakan
dan membuat follow up
4.2 SARAN
Masih terdapat kekurangan dari makalah ini diharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta ; EGC
Prawirohardjo, S. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
44
45