tinjaun umum (1-3) - bank indonesia · 1 1. tinjauan umum tekanan inflasi di indonesia pada...

41

Upload: others

Post on 13-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi
Page 2: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

BANK INDONESIAUntuk informasi lebih lanjut hubungi:Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanTim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163+62 21 3818206 (sirkulasi)

Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

Page 3: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam

rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana

telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud

utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan

pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan

(ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat

luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan

kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Boediono Gubernur

Miranda S. Goeltom Deputi Gubernur Senior

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Siti Ch. Fadjrijah Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIWULAN III-2008

Page 4: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Page 5: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkarnominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif(forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangkamenengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigmadasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhanekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, denganmengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHKuntuk tahun 2008, 2009, dan 2010 masing-masing sebesar 5%+1%, 4,5%+1%, dan 4%+1%. Sasaran inflasidimaksud sejalan dengan proses penurunan inflasi secara bertahap (gradual disinflation) mengarah pada sasaraninflasi jangka menengah-panjang yang kompetitif dengan negara lain sekitar 3%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BankIndonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaraninflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi sukubunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uanguntuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar UangAntar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneterharian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan

BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam halterjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDGBulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneterBank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yangtelah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasankepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansidimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraanekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah

Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesiatelah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya,Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupunBank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

Langkah-langkah PenguatanKebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Frameworks)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten denganInflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policyreference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan(4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitasdan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukungpertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Page 6: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Page 7: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008Daftar Isi

Daftar Isi

1. Tinjauan Umum ........................................................................... 1

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini ..................................... 5

Pertumbuhan Ekonomi .................................................................. 5

Neraca Pembayaran Indonesia ........................................................ 12

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2008 ...... 14

Inflasi ............................................................................................. 14

Nilai Tukar Rupiah .......................................................................... 16

Kebijakan Moneter ........................................................................ 18

4. Perekonomian Indonesia ke Depan ........................................... 24

Asumsi dan Skenario yang Digunakan............................................ 25

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 26

Prakiraan Inflasi ............................................................................. 30

Faktor Risiko .................................................................................. 31

5. Respon Kebijakan Moneter Triwulan III-2008 ........................... 33

Page 8: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

viii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INDONESIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 Daftar Isi

Page 9: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Tinjauan Umum

1

1. Tinjauan Umum

Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama

berasal dari tingginya ekspektasi inflasi masyarakat, kuatnya permintaan domestik,

serta dampak imported inflation terkait dengan potensi pelemahan nilai tukar rupiah

sebagai akibat dari krisis keuangan di AS. Menyikapi perkembangan tersebut, pada

dataran kebijakan, Dewan Gubernur Bank Indonesia memandang perlu untuk

mengendalikan tekanan inflasi guna mencapai sasaran inflasi dalam jangka

menengah dan menjaga kestabilan ekonomi pada umumnya.

Triwulan III-2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar keuangan global

serta dampaknya pada perekonomian Indonesia. Perlambatan ekonomi dunia, saat

ini telah dirasakan di beberapa negara industri maju, dan mulai merambat pada

negara emerging markets termasuk Indonesia. Gejolak yang terjadi di pasar global,

tidak dapat dihindari terasa mengalir dan menyebar pada ekonomi Indonesia.

Terlepas dari masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia, sentimen negatif

yang ditimbulkan dari krisis telah mendorong pelarian modal asing keluar. Hal ini

memberi tekanan pada bursa saham dan nilai tukar Rupiah. Indeks harga saham

mencatat penurunan tajam dan nilai tukar rupiah melemah. Kedua hal tersebut

berujung pada sebuah gambaran pesimis tentang prospek perekonomian domestik.

Menyikapi hal tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah terus menerus melakukan

koordinasi kebijakan serta senantiasa memonitor perkembangan perekonomian

dari waktu ke waktu.

Dalam kondisi yang masih diselimuti berbagai permasalahan tersebut, inflasi dan

stabilitas ekonomi tetap menjadi fokus utama Bank Indonesia. Upaya untuk

menyeimbangkan antara pengendalian inflasi dan risiko ketidakstabilan di pasar

uang secara umum terus menerus dilakukan. Untuk mengendalikan inflasi, Bank

Indonesia mengambil kebijakan pengetatan moneter dengan menaikkan BI Rate

sebesar 75 bps selama triwulan III-2008 serta mengoptimalkan seluruh instrumen

kebijakan moneter yang tersedia. Kenaikan BI Rate telah diikuti dengan peningkatan

suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Hingga Agustus 2008, suku bunga

deposito telah meningkat lebih tinggi dibandingkan peningkatan BI Rate yang dikuti

oleh peningkatan suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI),

sementara Kredit Konsumsi (KK) tercatat relatif stabil.

Perkembangan yang dicermati Bank Indonesia adalah kondisi likuiditas pasar uang

di beberapa bank yang mengalami keketatan likuiditas. Keketatan ini dipengaruhi

oleh ketidakmerataan likuiditas di antara bank mengingat secara total kondisi

likuiditas perbankan masih memadai. Selain itu, tingginya ekspansi kredit perbankan

yang tidak disertai dengan pertambahan penghimpunan dana masyarakat yang

memadai telah menyebabkan beberapa bank mengalami keketatan likuiditas.

Perilaku berjaga-jaga perbankan dalam menghadapi peningkatan permintaan uang

kartal menjelang hari raya keagamaan dan masih rendahnya ekspansi rekening

Page 10: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

2

pemerintah semakin menambah ketatnya kondisi likuiditas perbankan. Namun,

keketatan likuiditas tersebut diperkirakan lebih bersifat temporer. Keketatan kondisi

likuiditas ini diperkirakan akan berkurang setelah berakhirnya periode lebaran yang

ditandai dengan kembalinya uang kartal ke sistem perbankan dan cenderung

ekspansinya rekening pemerintah di triwulan IV-2008. Guna mengatasi

permasalahan ketatnya kondisi likuiditas tersebut, Bank Indonesia telah melakukan

berbagai upaya diantaranya melalui penyempurnaan pelaksanaan operasi moneter.

Di tengah gejolak keuangan global dan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia,

perekonomian Indonesia pada triwulan III-2008 masih mencatat pertumbuhan yang

tinggi. PDB triwulan III-2008 diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,3% (yoy), setelah

mencatat pertumbuhan sebesar 6,4% (yoy) pada triwulan II-2008. Kegiatan

konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi motor pertumbuhan tersebut. Masih

tingginya pertumbuhan konsumsi tersebut ditopang oleh masih kuatnya daya beli

dan meningkatnya sumber pembiayaan konsumsi. Komponen permintaan domestik

lainnya, yaitu investasi, juga menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, terutama

pada investasi nonbangunan. Namun, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia

berimbas pada melemahnya pertumbuhan ekspor Indonesia walaupun masih dalam

level yang tinggi. Sementara itu, impor diperkirakan tumbuh tinggi sejalan dengan

masih kuatnya permintaan domestik dan kebutuhan ekspor.

Perkembangan ekonomi global kemudian memberi tekanan pada Neraca

Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2008. Ekspor tumbuh lebih lambat

dibandingkan dengan impor. Impor yang masih tumbuh tinggi terkait dengan

kuatnya permintaan domestik, disamping adanya kenaikan harga. Melambatnya

perekonomian di negara maju, disertai penurunan harga komoditas dunia, akan

menurunkan kinerja ekspor Indonesia. Namun, penurunan tersebut diperkirakan

tidak terlalu dalam mengingat jenis produk ekspor Indonesia adalah ekspor berbasis

sumberdaya alam yang kurang sensitif terhadap perlambatan ekonomi negara maju.

Selain itu, peranan perdagangan intraregional di wilayah Asia Pasifik, khususnya

China dan India yang meningkat dalam beberapa tahun belakangan ini mampu

mencegah ekspor turun lebih tajam.

Berkaitan dengan impor dapat dikemukakan bahwa berdasarkan komposisinya,

kenaikan impor yang terjadi terutama berupa bahan baku dan barang modal. Hal

tersebut pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya aktivitas dan kapasitas

produksi di dalam negeri yang akan berdampak positif pada perekonomian dalam

jangka menengah panjang. Kegiatan impor terutama dilakukan oleh sektor industri

(khususnya oleh subsektor industri kimia, subsektor logam dasar, besi dan baja,

serta subsektor alat angkutan, mesin dan peralatan), serta sektor pengangkutan

dan komunikasi, yang secara umum memiliki keterkaitan cukup besar dengan proses

produksi di industri lainnya (backward & forward linkage).

Di sisi neraca modal dan portofolio, sentimen negatif yang dipicu gejolak di pasar

keuangan global telah mendorong aliran keluar modal asing. Investasi portofolio

mencatat terjadinya aliran keluar modal asing (net outflow). Guna memenuhi

Page 11: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Tinjauan Umum

3

kebutuhan akan impor yang meningkat, pelaku ekonomi domestik melakukan

penarikan aset yang ditempatkan di luar negeri dan sebagian dibiayai dari utang

luar negeri, sebagaimana diindikasikan oleh komponen other investment yang

mencatat aliran dana masuk (net inflow). Pada ujungnya, sejalan dengan

perkembangan tersebut cadangan devisa tercatat sebesar USD57,1 miliar atau setara

dengan 4,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Terjadinya aliran keluar modal asing memberi tekanan pada nilai tukar rupiah selama

triwulan III-2008. Meskipun demikian, Bank Indonesia senantiasa mengawal

perkembangan nilai tukar melalui kebijakan stabilisasi di pasar valas guna

mengurangi tekanan dan volatilitas rupiah. Dengan upaya tersebut, rupiah dalam

triwulan III-2008 secara rata-rata masih menguat dibandingkan periode sebelumnya.

Nilai tukar rupiah secara rata-rata triwulanan terapresiasi 0,47% dari Rp9.259 per

USD menjadi Rp9.216 per USD. Tekanan depresiatif mulai terjadi di penghujung

triwulan III-2008 seiring dengan perkembangan ekonomi global yang memengaruhi

perilaku pemilik modal asing. Risk aversion, atau sikap menghindari risiko dari para

pelaku pasar, telah menyebabkan tekanan pada rupiah. Adanya tekanan terhadap

nilai tukar juga dialami oleh mata uang regional yang melemah akibat sebaran

dampak gejolak eksternal. Di sisi lain, Rupiah, masih memiliki imbal hasil investasi

yang menarik, tercermin dari tingginya spread suku bunga antara asing dan

domestik. Hal ini pada gilirannya mampu mengurangi tekanan arus keluar dana

asing dari instrumen rupiah lebih lanjut.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir laporan (September

2008) ditutup pada level 1832 atau melemah 21,9% dibandingkan dengan akhir

triwulan II-2008. Buruknya kinerja IHSG selama triwulan III-2008 lebih disebabkan

oleh pengaruh memburuknya kondisi pasar keuangan global seiring dengan

berlanjutnya kebangkrutan beberapa institusi keuangan internasional.

Ke depan, di tengah gejolak yang menyelimuti perekonomian global, pertumbuhan

ekonomi diprakirakan masih tinggi di kisaran 6,2-6,4% pada tahun 2008 dan sedikit

melemah pada tahun 2009. Masih tingginya pertumbuhan ekonomi terutama

didorong oleh tingginya permintaan domestik. Tingginya permintaan domestik selain

ditopang oleh ketersediaan pembiayaan, juga didukung oleh masih kuatnya daya

beli masyarakat. Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih cukup kuat. Sementara

itu, pertumbuhan investasi terutama didorong oleh investasi nonbangunan. Di sisi

eksternal, tingginya pertumbuhan impor barang modal dan bahan baku,

diperkirakan akan menambah daya gerak perekonomian Indonesia ke depan.

Optimisme tersebut didasarkan pada impor barang modal dan bahan baku yang

dilakukan oleh sektor-sektor industri yang mempunyai daya ganda (multiplier effect)

yang cukup besar terhadap perekonomian. Di lain pihak, pertumbuhan ekspor

barang dan jasa diperkirakan melambat seiring dengan menurunnya pertumbuhan

ekonomi dunia dan harga komoditas internasional. Sementara itu, tekanan inflasi

dalam beberapa bulan ke depan diperkirakan masih tinggi. Laju inflasi IHK tahun

2008 diprakirakan akan berada pada kisaran 11,5%-12,5% (yoy). Sementara itu,

Page 12: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

4

dalam tahun 2009 tekanan inflasi diperkirakan akan mereda mulai pertengahan

tahun sejalan dengan respon kebijakan moneter yang ditempuh saat ini serta

menurunnya imported inflation terkait dengan penurunan tren harga komoditas

internasional. Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun 2009 diprakirakan

akan berada pada kisaran 6,5%-7,5% (yoy).

Perekonomian Indonesia ke depan juga masih dihadapkan pada berbagai risiko.

Risiko terutama berasal dari perkembangan perekonomian dunia, khususnya

keberlanjutan dari krisis finansial global. Pertumbuhan ekonomi dapat menjadi bias

menurun akibat krisis tersebut yang juga menurunkan kinerja NPI sejalan dengan

potensi penurunan harga-harga harga-harga komoditas internasional.

Dalam tataran kebijakan ke depan, Bank Indonesia akan memfokuskan perhatian

pada upaya untuk mengurangi risiko inflasi tanpa mengganggu arah peningkatan

pertumbuhan ekonomi secara berlebihan. Untuk itu, Bank Indonesia akan tetap

melaksanakan kebijakan moneter yang terukur dan hati-hati dengan tetap menjaga

momentum perkembangan perekonomian. Keputusan Dewan Gubernur BI pada

Oktober 2008 untuk menaikkan kembali BI Rate sebesar 25 bps menjadi 9,5%

terutama didasari oleh pertimbangan tersebut. Dari sisi stabilitas sistem keuangan,

kebijakan Bank Indonesia tersebut juga diharapkan dapat menjaga stabilitas sistem

keuangan domestik. Selain itu, kebijakan tersebut akan tetap diikuti oleh

pemanfaatan piranti moneter lain secara optimal, untuk meminimalkan volatilitas

nilai tukar rupiah serta menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang. Bank Indonesia

akan terus menerus mencermati dan memonitor perkembangan ekonomi global

dan akan segera melakukan penyesuaian kebijakan apabila diperlukan dalam tujuan

menjaga kestabilan ekonomi makro dan pencapaian sasaran inflasi jangka

menengah panjang.

Page 13: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perkembangan Makroekonomi Terkini

5

2. Perkembangan MakroekonomiTerkini

Di tengah ketidakpastian perkembangan ekonomi global, perekonomian Indone-

sia pada triwulan III-2008 diprakirakan masih mencatat pertumbuhan yang tinggi,

meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Masih tingginya

pertumbuhan tersebut ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik,

khususnya konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga

diprakirakan masih relatif tinggi meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Hal ini didukung oleh daya beli masyarakat yang relatif stabil

dan keyakinan konsumen yang lebih optimis. Sementara itu, pertumbuhan ekspor

diprakirakan sedikit tertahan akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi berbagai

negara maju. Sejalan dengan perlambatan ekspor, pertumbuhan investasi juga

diprakirakan akan sedikit melambat. Namun demikian, perlambatan tersebut

diperkirakan tidak akan terlalu signifikan mengingat pertumbuhan konsumsi rumah

tangga yang masih kuat serta optimisme pengusaha terhadap kondisi perekonomian

ke depan yang relatif membaik. Di sisi lain, laju pertumbuhan impor diprakirakan

akan sedikit tertahan akibat melambatnya pertumbuhan ekspor dan investasi.

Dari sisi penawaran, beberapa sektor utama penopang perekonomian diprakirakan

tumbuh relatif stabil kecuali sektor pertanian yang tumbuh melambat. Namun,

perlambatan di sektor pertanian tersebut dapat diimbangi oleh pertumbuhan di

sektor non tradables seperti sektor pengangkutan dan telekomunikasi, perdagangan

dan jasa yang masih tumbuh tinggi serta sektor pertambangan yang kembali tumbuh

positif. Berdasarkan asesmen tersebut, Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

III-2008 diprakirakan akan tumbuh mencapai 6,3% (yoy).

PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2008

diprakirakan masih tetap tinggi sejalan dengan tingginya realisasi

pada triwulan sebelumnya. Meskipun perkembangan beberapa

indikator mengindikasikan akan terjadi perlambatan

pertumbuhan, namun perlambatan tersebut diprakirakan tidak

akan terlalu signifikan. Berdasarkan perkembangan tersebut, PDB

pada triwulan III-2008 diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,3%

(yoy) (Grafik 2.1).

Permintaan Agregat

Dari sisi permintaan, pertumbuhan PDB triwulan III-2008 yang

diprakirakan tetap tinggi didukung oleh masih kuatnya

permintaan domestik, khususnya konsumsi (Tabel 2.1). Relatif

stabilnya daya beli masyarakat, membaiknya keyakinan

Grafik 2.1

Pertumbuhan PDB

% y-o-y

2005 2006 2007 2008I II III IV

5,0

6,0

7,0

6,5

5,5

4,5I II III IV I II III IV I II III*

Page 14: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

6

konsumen serta faktor musiman berupa hari raya keagamaan menjadi pendorong

bagi tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sementara itu, peningkatan

pertumbuhan ekspor pada triwulan sebelumnya diprakirakan akan sedikit tertahan

pada triwulan III-2008 seiring dengan perlambatan perekonomian global serta

turunnya harga minyak dan komoditas lainnya. Sejalan dengan hal tersebut, laju

pertumbuhan investasi dan impor diperkirakan juga akan sedikit tertahan.

Grafik 2.2

Indikator Penuntun Konsumsi Swasta

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

2005

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*Komponen

Tabel 2.1

Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan

20052007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Total Konsumsi 2,0 2,6 5,5 6,7 4,3 3,8 5,6 2,8 3,5 3,9 4,6 4,6 5,3 5,1 4,9 5,6 4,9 5,0

Konsumsi Swasta 3,4 3,8 4,4 4,2 4,0 2,9 3,0 3,0 3,8 3,2 4,7 4,7 5,1 5,6 5,0 5,7 5,3 5,1

Konsumsi Pemerintah -9,6 -6,7 14,7 24,9 6,6 11,5 28,8 1,7 2,2 9,6 3,7 3,8 6,5 2,0 3,9 4,7 2,2 4,5

Total Investasi 14,9 16,7 10,4 2,7 10,9 1,4 0,9 0,8 6,8 2,5 7,0 6,9 10,4 12,1 9,2 15,4 12,8 12,0

Permintaan Domestik 5,0 5,9 6,7 5,7 5,8 3,2 4,4 2,3 4,3 3,5 5,2 5,2 6,6 6,8 6,0 8,0 6,9 6,8

Ekspor Barang dan Jasa 22,0 17,6 12,3 15,6 16,6 11,8 11,4 8,3 6,6 9,4 8,1 9,8 6,9 7,3 8,0 15,5 16,1 15,8

Impor Barang dan Jasa 22,2 23,6 17,7 8,9 17,8 4,8 9,3 10,9 9,2 8,6 8,5 6,5 7,0 13,6 8,9 17,8 16,7 16,0

PDBPDBPDBPDBPDB 6,06,06,06,06,0 5,95,95,95,95,9 5,85,85,85,85,8 5,15,15,15,15,1 5,75,75,75,75,7 5,15,15,15,15,1 5,05,05,05,05,0 5,95,95,95,95,9 6,06,06,06,06,0 5,55,55,55,55,5 6,16,16,16,16,1 6,46,46,46,46,4 6,56,56,56,56,5 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,46,46,46,46,4 6,36,36,36,36,3

200720082006

2006

Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh relatif tinggi meskipun sedikit lebihKonsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh relatif tinggi meskipun sedikit lebihKonsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh relatif tinggi meskipun sedikit lebihKonsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh relatif tinggi meskipun sedikit lebihKonsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh relatif tinggi meskipun sedikit lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnyarendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnyarendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnyarendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnyarendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sebagaimana diindikasikan oleh

indikator penuntun konsumsi rumah tangga (Grafik 2.2). Pada triwulan III-2008

pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan akan mencapai 5,1% (yoy)

yang didorong oleh relatif stabilnya daya beli masyarakat serta membaiknya

keyakinan konsumen. Tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga

didukung oleh meningkatnya pembiayaan konsumsi, baik yang berasal dari

perbankan maupun lembaga pembiayaan lainnya. Konsumsi barang tahan lama

(durable goods) seperti produk elektronik dan kendaraan

bermotor masih tumbuh tinggi. Pertumbuhan impor barang

konsumsi juga masih berada pada tingkat yang tinggi pada awal

triwulan III-2008. Sementara itu, hasil Survei Konsumen Bank

Indonesia menunjukkan peningkatan keyakinan konsumen

(Grafik 2.3). Meningkatnya keyakinan konsumen terutama

disebabkan oleh meningkatnya ekspektasi penghasilan dan

ketersediaan lapangan kerja. Hal tersebut mengindikasikan

masyarakat mulai mampu mengatasi dampak kenaikan harga

BBM, meskipun dibayang-bayangi adanya penurunan sumber

pendapatan. Kondisi yang relatif stabil juga ditunjukkan oleh

pertumbuhan indeks penjualan eceran. Relatif stabilnya

pertumbuhan indeks tersebut terutama ditopang oleh

meningkatnya penjualan riil kelompok perlengkapan rumah

tangga serta kelompok pakaian dan perlengkapannya.

gPDBKonsRT2 (Reference Series) and Cli1

Impor Barang Konsumsi, M1 Riil, CPI

99

99

99

100

100

100

100

100

101

gPDBKonsRT2 CLI97.50

98.00

98.50

99.00

99.50

100.00

100.50

101.00

101.50

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

Page 15: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perkembangan Makroekonomi Terkini

7

Investasi pada triwulan III-2008 diprakirakan akan tumbuh lebihInvestasi pada triwulan III-2008 diprakirakan akan tumbuh lebihInvestasi pada triwulan III-2008 diprakirakan akan tumbuh lebihInvestasi pada triwulan III-2008 diprakirakan akan tumbuh lebihInvestasi pada triwulan III-2008 diprakirakan akan tumbuh lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalanrendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalanrendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalanrendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalanrendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalan

dengan arah indikator penuntun investasi (Grafik 2.4). dengan arah indikator penuntun investasi (Grafik 2.4). dengan arah indikator penuntun investasi (Grafik 2.4). dengan arah indikator penuntun investasi (Grafik 2.4). dengan arah indikator penuntun investasi (Grafik 2.4). Meskipun

demikian, perlambatan tersebut diperkirakan tidak akan terlalu

signifikan mengingat daya beli masyarakat yang relatif stabil dan

membaiknya optimisme pengusaha terhadap kondisi

perekonomian ke depan. Keyakinan tersebut diperkuat dengan

perkembangan beberapa indikator dini investasi seperti impor

barang modal dan pertumbuhan kredit investasi yang relatif

masih tinggi (Grafik 2.5). Dengan perkembangan tersebut,

investasi pada triwulan III-2008 diprakirakan tumbuh mencapai

12% (yoy).

Dari sisi komponennya, pertumbuhan investasi pada triwulanDari sisi komponennya, pertumbuhan investasi pada triwulanDari sisi komponennya, pertumbuhan investasi pada triwulanDari sisi komponennya, pertumbuhan investasi pada triwulanDari sisi komponennya, pertumbuhan investasi pada triwulan

III-2008 didukung oleh pertumbuhan investasi nonbangunanIII-2008 didukung oleh pertumbuhan investasi nonbangunanIII-2008 didukung oleh pertumbuhan investasi nonbangunanIII-2008 didukung oleh pertumbuhan investasi nonbangunanIII-2008 didukung oleh pertumbuhan investasi nonbangunan

yang cukup tinggi (Grafik 2.6)yang cukup tinggi (Grafik 2.6)yang cukup tinggi (Grafik 2.6)yang cukup tinggi (Grafik 2.6)yang cukup tinggi (Grafik 2.6). Hal ini terindikasi dari

pertumbuhan indeks produksi industri mesin dalam negeri yang

mulai meningkat serta pertumbuhan impor barang modal yang

tinggi. Sementara itu, indikator terkait investasi bangunan yaitu

pertumbuhan konsumsi semen menunjukkan sedikit penurunan.

Di sisi lain, minat kegiatan investasi pelaku usaha terlihat masihDi sisi lain, minat kegiatan investasi pelaku usaha terlihat masihDi sisi lain, minat kegiatan investasi pelaku usaha terlihat masihDi sisi lain, minat kegiatan investasi pelaku usaha terlihat masihDi sisi lain, minat kegiatan investasi pelaku usaha terlihat masih

tinggitinggitinggitinggitinggi. Menurut Survei BPS, indeks tendensi bisnis pengusaha

menunjukkan perbaikan sebagaimana tercermin pada

peningkatan order barang input dan order dalam serta luar negeri

pada triwulan III-2008 (Grafik 2.7). Hasil Survei Keyakinan Dunia

Usaha (SKDU) juga memberikan indikasi peningkatan jumlah

pelaku usaha yang berminat untuk berinvestasi pada semester

II-2008. Kendati demikian, masih terdapat beberapa faktor yang

dianggap menjadi kendala investasi antara lain suku bunga,

perijinan dan akses kredit ke bank.

Ekspor pada triwulan III-2008 diprakirakan akan tetap tumbuhEkspor pada triwulan III-2008 diprakirakan akan tetap tumbuhEkspor pada triwulan III-2008 diprakirakan akan tetap tumbuhEkspor pada triwulan III-2008 diprakirakan akan tetap tumbuhEkspor pada triwulan III-2008 diprakirakan akan tetap tumbuh

tinggi namun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulantinggi namun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulantinggi namun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulantinggi namun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulantinggi namun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnyasebelumnyasebelumnyasebelumnyasebelumnya. Melemahnya pertumbuhan ekspor tidak terlepas

dari dampak perlambatan ekonomi dunia dan turunnya harga

komoditas internasional, terutama komoditas pertanian dan

pertambangan. Permintaan ekspor dari pasar negara

berkembang seperti China dan India yang pada triwulan

sebelumnya mampu menjadi salah satu kontributor pertumbuhan

ekspor Indonesia, berangsur melemah akibat dari penurunan

pertumbuhan ekonomi negara maju. Meskipun demikian, nilai

ekspor Indonesia secara kumulatif pada periode bulan Januari √

Agustus 2008 tercatat tetap tinggi mencapai USD95,45 miliar

atau meningkat 29,87% (yoy) dibandingkan dengan periode

Grafik 2.4

Indikator Penuntun Investasi

Grafik 2.3

Indeks Keyakinan Konsumen √ Survei Konsumen BI

Grafik 2.5

Pertumbuhan Riil Kredit Investasi

Ekspektasi KonsumenKondisi Ekonomi Saat Ini

Indeks Keyakinan konsumen

Indeks

60

70

80

90

100

110

120

2005 2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

optimis

pesimis

PMTB2 (Reference Series) and Cli1

IPI, Sales Commercial Car, IPI Machinery and Equipment,Cement Consumption

99

99

100

100

101

101

102

102

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

PMTB2 CLI

II III IV

(%)

-25,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0(%)

gPMTB (yoy) Kirril_sa_cam (mtm) Kiriil (yoy)

2005 2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

Page 16: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

8

yang sama pada tahun 2007. Dengan demikian, ekspor pada

triwulan III-2008 diperkirakan masih akan tumbuh mencapai

15,8% (yoy), terutama ditopang oleh komoditas primer berupa

hasil pertanian dan pertambangan (Grafik 2.8).

Impor diperkirakan akan tumbuh sedikit lebih rendah padaImpor diperkirakan akan tumbuh sedikit lebih rendah padaImpor diperkirakan akan tumbuh sedikit lebih rendah padaImpor diperkirakan akan tumbuh sedikit lebih rendah padaImpor diperkirakan akan tumbuh sedikit lebih rendah pada

triwulan III-2008 seiring dengan penurunan kinerja ekspor dantriwulan III-2008 seiring dengan penurunan kinerja ekspor dantriwulan III-2008 seiring dengan penurunan kinerja ekspor dantriwulan III-2008 seiring dengan penurunan kinerja ekspor dantriwulan III-2008 seiring dengan penurunan kinerja ekspor dan

investasi (Grafik 2.9). investasi (Grafik 2.9). investasi (Grafik 2.9). investasi (Grafik 2.9). investasi (Grafik 2.9). Meskipun demikian, penurunan

pertumbuhan impor diperkirakan tidak akan terlalu dalam sejalan

dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang relatif masih

kuat serta optimisme pengusaha terhadap kondisi perekonomian

ke depan yang membaik. Pada triwulan III-2008, pertumbuhan

impor diprakirakan akan mencapai 16,0% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari

kelompok barang, penopang pertumbuhan impor terutama

berasal dari kelompok bahan baku dan barang modal. Sementara

itu, berdasarkan data terakhir yang dikeluarkan BPS, nilai impor

nasional secara kumulatif pada periode Januari - Agustus 2008

mencapai USD89,83 miliar atau meningkat 91,19% (yoy)

dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2007.

Operasi Keuangan Pemerintah

Keuangan Pemerintah pada triwulan III-2008 (Juli-Agustus)Keuangan Pemerintah pada triwulan III-2008 (Juli-Agustus)Keuangan Pemerintah pada triwulan III-2008 (Juli-Agustus)Keuangan Pemerintah pada triwulan III-2008 (Juli-Agustus)Keuangan Pemerintah pada triwulan III-2008 (Juli-Agustus)

kembali mencatat surplus anggarankembali mencatat surplus anggarankembali mencatat surplus anggarankembali mencatat surplus anggarankembali mencatat surplus anggaran. Pada triwulan III-2008 (Juli-

Agustus) surplus anggaran mencapai Rp20 triliun (0,5% dari

PDB), sedangkan periode yang sama tahun lalu telah mencatat

defisit anggaran sebesar 0,1% dari PDB. Dengan perkembangan

tersebut, realisasi operasi keuangan Pemerintah selama delapan

bulan pertama tahun 2008 mencatat surplus sebesar Rp81,8

triliun atau 1,8% dari PDB, jauh lebih besar dari surplus periode

yang sama tahun 2007 senilai Rp14 triliun (0,1% dari PDB).

Besarnya surplus tersebut dipengaruhi oleh perkembangan di

sisi penerimaan yang lebih baik dibandingkan dengan periode

yang sama tahun lalu. Hingga triwulan III-2008, total Pendapatan

Negara dan Hibah telah mencapai 67,9% dari target APBNP

2008, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2007

sebesar 57,9% dari APBNP 2007. Peningkatan pada penerimaan

negara terutama bersumber dari penerimaan pajak, Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP) sumber daya alam migas, Bagian

Laba BUMN dan PNBP Lainnya.

Dari sisi pengeluaran, realisasi Belanja Negara baru mencapaiDari sisi pengeluaran, realisasi Belanja Negara baru mencapaiDari sisi pengeluaran, realisasi Belanja Negara baru mencapaiDari sisi pengeluaran, realisasi Belanja Negara baru mencapaiDari sisi pengeluaran, realisasi Belanja Negara baru mencapai

53,2% dari APBNP 2008, relatif tidak mengalami perubahan53,2% dari APBNP 2008, relatif tidak mengalami perubahan53,2% dari APBNP 2008, relatif tidak mengalami perubahan53,2% dari APBNP 2008, relatif tidak mengalami perubahan53,2% dari APBNP 2008, relatif tidak mengalami perubahan

dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahundibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahundibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahundibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahundibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun

Grafik 2.7

Sentimen Bisnis - BPS

Grafik 2.8

Pertumbuhan Ekspor Menurut Sektor

Grafik 2.6

Pertumbuhan Investasi Bangunan & Nonbangunan

0

5

10

15

20

25

(%) (%)

gEkspor (yoy) rhs ekspor_pertanian

ekspor industri ekspor_mineral

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III2004 2005 2006 2007 2008

-50

-20

10

40

70

100

130

(%,yoy)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

2005 2006* 2007** 2008***

(%,yoy)

Bangunan Non Bangunan PMTB (rhs)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

ITB Harga Jual Riil (Rhs)Order Brg. InputOrder dr LNOrder dr DN

Indeks

2005 2006 2007 2008

80

90

100

110

120

130

140

80

90

100

110

120

130Indeks

2004I* II* III* IV* I* II* III* IV* I* II* III* IV* I* II* III* IV* I* II* III*

Page 17: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perkembangan Makroekonomi Terkini

9

sebelumnya sebesar 51,5% dari APBNP 2007.sebelumnya sebesar 51,5% dari APBNP 2007.sebelumnya sebesar 51,5% dari APBNP 2007.sebelumnya sebesar 51,5% dari APBNP 2007.sebelumnya sebesar 51,5% dari APBNP 2007. Penyerapan

Belanja Negara selama triwulan III-2008 masih didominasi oleh

pembayaran transfer berupa Subsidi yaitu senilai Rp52,1 triliun,

diantaranya merupakan subsidi BBM senilai Rp31,3 triliun.

Sedangkan pos-pos belanja Kementerian/Lembaga (K/L) yaitu

belanja Pegawai, belanja Barang dan Belanja Modal belum

mengalami peningkatan yang signifikan. Di sisi daerah, Transfer

ke Daerah pada triwulan laporan lebih rendah dari periode sama

tahun lalu terutama bersumber dari DBH, DAK dan DOKP.

Ditambah dengan perubahan pola pembayaran DAU, secara

keseluruhan tahun Transfer ke Daerah hanya mencapai 55,2%

dari target APBNP 2008, lebih rendah dari periode sama di tahun

2007 sebesar 61,2% dari APBNP 2007.

Dari sisi pembiayaan, kondisi pasar keuangan yang kurangDari sisi pembiayaan, kondisi pasar keuangan yang kurangDari sisi pembiayaan, kondisi pasar keuangan yang kurangDari sisi pembiayaan, kondisi pasar keuangan yang kurangDari sisi pembiayaan, kondisi pasar keuangan yang kurang

kondusif menjadi kendala bagi penerbitan Surat Berharga Negarakondusif menjadi kendala bagi penerbitan Surat Berharga Negarakondusif menjadi kendala bagi penerbitan Surat Berharga Negarakondusif menjadi kendala bagi penerbitan Surat Berharga Negarakondusif menjadi kendala bagi penerbitan Surat Berharga Negara

(SBN)(SBN)(SBN)(SBN)(SBN). Meningkatnya yield SUN, seiring dengan bergejolaknya pasar keuangan global

dan ketatnya likuiditas sejak pertengahan periode laporan, berdampak pada

rendahnya realisasi penerbitan SBN. Secara keseluruhan tahun, penerbitan SBN

(neto) baru mencapai 87% dari target APBNP 20081 .

Pertumbuhan konsumsi dan investasi Pemerintah selama triwulan III-2008Pertumbuhan konsumsi dan investasi Pemerintah selama triwulan III-2008Pertumbuhan konsumsi dan investasi Pemerintah selama triwulan III-2008Pertumbuhan konsumsi dan investasi Pemerintah selama triwulan III-2008Pertumbuhan konsumsi dan investasi Pemerintah selama triwulan III-2008

diperkirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2008.diperkirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2008.diperkirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2008.diperkirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2008.diperkirakan meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2008. Perkembangan

belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah yang telah mencapai 65,5% dari

proyeksi selama bulan Juli - Agustus mengindikasikan proyeksi konsumsi Pemerintah

pada triwulan III-2008 dapat tercapai. Sebaliknya, rendahnya Belanja Modal yang

baru mencapai 53% dari proyeksi mengindikasikan realisasi investasi Pemerintah

pada triwulan III-2008 akan lebih rendah dari proyeksi walaupun realisasi Transfer

ke Daerah diperkirakan masih akan sejalan dengan proyeksi. Namun demikian,

secara keseluruhan realisasi investasi Pemerintah pada triwulan III-2008 diperkirakan

masih lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II-2008.

Penawaran Agregat

Searah dengan perkembangan di sisi permintaan, perekonomian triwulan III-2008Searah dengan perkembangan di sisi permintaan, perekonomian triwulan III-2008Searah dengan perkembangan di sisi permintaan, perekonomian triwulan III-2008Searah dengan perkembangan di sisi permintaan, perekonomian triwulan III-2008Searah dengan perkembangan di sisi permintaan, perekonomian triwulan III-2008

pada sisi penawaran diperkirakan tetap tumbuh tinggi. pada sisi penawaran diperkirakan tetap tumbuh tinggi. pada sisi penawaran diperkirakan tetap tumbuh tinggi. pada sisi penawaran diperkirakan tetap tumbuh tinggi. pada sisi penawaran diperkirakan tetap tumbuh tinggi. Sebagian besar sektor

perekonomian diperkirakan tetap tumbuh tinggi (Tabel 2.2). Sektor-sektor utama

pendorong pertumbuhan ekonomi yaitu sektor industri pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan tumbuh relatif stabil sebesar 4,0%

(yoy) dan 7,8% (yoy). Namun demikian, sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh

melambat menjadi sebesar 2,1% (yoy) seiring dengan berlalunya musim panen.

Sementara itu, sektor-sektor lainnya seperti sektor pengangkutan dan komunikasi,

Grafik 2.9

Indikator Penuntun Impor

1 Berdasarkan cash proceed yang masuk ke rekening Pemerintah di Bank Indonesia.2 APBNP 2008 defisit 2,1% dari PDB.

pdb_imp (Reference Series) and Cli1

Industrial Production Index, Volume Listrik Industri, Produksi Kendaraan,IP Industri Pengolahan Japan, IP Kertas dan Produk dari Kertas,IP Pakaian dan Perlengkapannya, PSI Korea, Rp to USD, Rp to JPY,Kredit Kons Riil, M1 Riil

98

99

99

100

100

101

101

102

102

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

pdb_imp

CLI

99,2

99,4

99,6

99,8

100,0

100,2

100,4

100,6

100,8

III IV

Page 18: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

10

sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor bangunan diperkirakan masih akan

tumbuh tinggi sebesar 19,5% (yoy), 11,0% (yoy), 8,1% (yoy). Perkiraan pertumbuhan

sektoral tersebut didukung oleh berbagai indikator sektoral yang secara umum

menunjukkan perbaikan seperti penggunaan kapasitas produksi berdasarkan Survei

Produksi Bank Indonesia dan indeks produksi mesin dan perlengkapannya. Hasil

Survei Tendensi Bisnis yang dilakukan oleh BPS juga menunjukkan adanya sentimen

positif ekspektasi pelaku bisnis hingga triwulan III-2008, yang bersumber dari

peningkatan order dari dalam dan luar negeri, serta order barang input. Sementara

itu, kapasitas utilisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan perkembangan

yang relatif stabil. Dilihat dari distribusinya, sektor industri pengolahan, sektor

perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pertanian masih memiliki pangsa

yang dominan. Sedangkan berdasar kontribusinya terhadap pertumbuhan, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor

industri pengolahan merupakan penyumbang utama pertumbuhan PDB.

Sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh relatif stabil pada triwulan III-Sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh relatif stabil pada triwulan III-Sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh relatif stabil pada triwulan III-Sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh relatif stabil pada triwulan III-Sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh relatif stabil pada triwulan III-

2008 sebesar 4,0% (yoy). 2008 sebesar 4,0% (yoy). 2008 sebesar 4,0% (yoy). 2008 sebesar 4,0% (yoy). 2008 sebesar 4,0% (yoy). Peningkatan permintaan yang terkait dengan faktor

musiman yaitu hari besar keagamaan pada akhir triwulan III-2008 diperkirakan

menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan terutama pada subsektor

industri makanan, minuman dan tembakau, serta subsektor industri tekstil. Selain

itu, beberapa indikator dini sektor industri seperti Indeks Produksi Industri

Pengolahan yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan pergerakan yang stabil.

Kondisi yang sama juga tercermin dari produksi mobil yang relatif stabil. Sementara

itu, Indeks Produksi dan Kapasitas Produksi Terpakai hasil Survei Produksi Bank

Indonesia mengalami kecenderungan yang meningkat. Peningkatan juga

ditunjukkan oleh laporan keuangan beberapa perusahaan di sektor industri,

dimana pertumbuhan penjualan juga diikuti oleh pertambahan inventory.

Sementara itu dari sisi pembiayaan, kredit sektor industri masih menunjukkan

peningkatan. Sejalan dengan indikator dini lainnya, tingginya kredit perbankan

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I II III IV I II III IV I II III*Sektor

Tabel 2.2

Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Penawaran

2007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 6,6 1,6 2,6 2,6 3,4 -1,7 4,7 7,6 3,1 3,5 6,1 4,6 2,1

Pertambangan & Penggalian 2,3 3,6 1,1 0,0 1,7 6,2 3,2 1,0 -2,1 2,0 -1,9 -0,9 1,0

Industri Pengolahan 3,0 3,6 5,9 5,8 4,6 5,2 5,1 4,5 3,8 4,7 4,2 4,1 4,0

Listrik, Gas & Air Bersih 5,1 4,5 5,8 7,7 5,8 8,2 10,2 11,3 11,8 10,4 12,6 11,2 11,0

Bangunan 7,7 8,5 8,5 8,6 8,3 8,4 7,7 8,3 9,9 8,6 7,9 8,0 8,1

Perdagangan, Hotel & Restoran 4,9 5,9 7,9 7,0 6,4 9,2 7,6 7,9 9,1 8,5 7,1 7,9 7,8

Pengangkutan & Komunikasi 12,0 13,8 14,5 17,0 14,4 13,0 12,7 14,1 17,4 14,4 20,3 19,6 19,5

Keuangan, Persewaan & Jasa 5,6 5,2 4,5 6,5 5,5 8,1 7,6 7,6 8,6 8,0 8,2 8,7 8,5

Jasa-jasa 5,8 6,0 6,7 6,2 6,2 7,0 7,0 5,2 7,2 6,6 5,6 6,5 7,3

PDB 5,1 5,0 5,9 6,0 5,5 6,1 6,4 6,5 6,3 6,3 6,3 6,4 6,3

200720082006

2006

Page 19: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perkembangan Makroekonomi Terkini

11

pada sektor industri hingga pertengahan triwulan III-2008 mengkonfirmasi

pertumbuhan di sektor industri.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan masih tumbuh tinggi padaSektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan masih tumbuh tinggi padaSektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan masih tumbuh tinggi padaSektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan masih tumbuh tinggi padaSektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan masih tumbuh tinggi pada

triwulan III-2008 sebesar 7,8% (yoy). triwulan III-2008 sebesar 7,8% (yoy). triwulan III-2008 sebesar 7,8% (yoy). triwulan III-2008 sebesar 7,8% (yoy). triwulan III-2008 sebesar 7,8% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan konsumsi rumah

tangga, terutama menjelang hari besar keagamaan pada akhir triwulan III-2008

menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan sektor perdagangan,

hotel, dan restoran. Selain itu, beberapa indikator dini sektor perdagangan, hotel,

dan restoran turut mengkonfirmasi tingginya pertumbuhan di sektor ini. Indeks

Penjualan Eceran Bank Indonesia sampai dengan awal triwulan III-2008 tumbuh

relatif stabil. Hal yang sama juga terlihat pada perkembangan penjualan dan inventori

perusahaan di sektor perdagangan yang cenderung meningkat sampai dengan

triwulan II-2008. Indikator subsektor hotel yaitu rata-rata tingkat hunian hotel di

Jakarta dan Bali hingga akhir triwulan II-2008 tumbuh relatif stabil. Di samping itu,

dari sisi pembiayaan, kredit perbankan pada sektor perdagangan masih tumbuh

tinggi hingga pertengahan triwulan III-2008.

Sektor pertanian pada triwulan III-2008 diperkirakan akan tumbuh lebih rendahSektor pertanian pada triwulan III-2008 diperkirakan akan tumbuh lebih rendahSektor pertanian pada triwulan III-2008 diperkirakan akan tumbuh lebih rendahSektor pertanian pada triwulan III-2008 diperkirakan akan tumbuh lebih rendahSektor pertanian pada triwulan III-2008 diperkirakan akan tumbuh lebih rendah

dari triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 2,1% (yoy). dari triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 2,1% (yoy). dari triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 2,1% (yoy). dari triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 2,1% (yoy). dari triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 2,1% (yoy). Lebih rendahnya

pertumbuhan sektor pertanian antara lain disebabkan oleh berlalunya musim panen

padi. Selain itu, terjadinya perlambatan di subsektor perkebunan akibat menurunnya

permintaan ekspor turut mengkonfirmasi penurunan kinerja di sektor pertanian.

Meskipun demikian, perkembangan di subsektor tanaman bahan makanan masih

stabil sebagaimana ditunjukkan oleh angka produksi padi (ARAM II - 2008) BPS

yang relatif stabil dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di samping itu, penjualan

dan inventori sektor pertanian masih tumbuh tinggi sampai dengan triwulan II-

2008. Dari sisi pembiayaan, indikasi perlambatan sektor pertanian juga tercermin

pada penyaluran kredit sektor pertanian yang mengalami penurunan pada

pertengahan triwulan III-2008.

Meskipun belum sepenuhnya tercermin oleh indikator dini subsektor pertambangan,Meskipun belum sepenuhnya tercermin oleh indikator dini subsektor pertambangan,Meskipun belum sepenuhnya tercermin oleh indikator dini subsektor pertambangan,Meskipun belum sepenuhnya tercermin oleh indikator dini subsektor pertambangan,Meskipun belum sepenuhnya tercermin oleh indikator dini subsektor pertambangan,

sektor pertambangan pada triwulan III-2008 diperkirakan akan tumbuh positifsektor pertambangan pada triwulan III-2008 diperkirakan akan tumbuh positifsektor pertambangan pada triwulan III-2008 diperkirakan akan tumbuh positifsektor pertambangan pada triwulan III-2008 diperkirakan akan tumbuh positifsektor pertambangan pada triwulan III-2008 diperkirakan akan tumbuh positif

menjadi 1,0% (yoy). menjadi 1,0% (yoy). menjadi 1,0% (yoy). menjadi 1,0% (yoy). menjadi 1,0% (yoy). Hal ini didukung oleh ekspor batubara, ekspor bijih, kerak,

dan abu logam, serta ekspor alumunium yang diindikasikan meningkat. Sementara

itu, perkembangan penjualan dan inventory sektor pertambangan masih

menunjukkan tren yang menurun. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit yang

disalurkan kepada sektor pertambangan mengalami penurunan.

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2008 diperkirakan masihSektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2008 diperkirakan masihSektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2008 diperkirakan masihSektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2008 diperkirakan masihSektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2008 diperkirakan masih

akan tumbuh tinggi, sebesar 19,5% (yoy). akan tumbuh tinggi, sebesar 19,5% (yoy). akan tumbuh tinggi, sebesar 19,5% (yoy). akan tumbuh tinggi, sebesar 19,5% (yoy). akan tumbuh tinggi, sebesar 19,5% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan sektor ini

terutama bersumber dari subsektor komunikasi yang tercermin pada indikator

pelanggan seluler hingga triwulan II-2008 yang masih menunjukkan tren

peningkatan. Sementara itu, subsektor pengangkutan juga diindikasikan meningkat

seperti tercemin pada pertumbuhan penumpang kereta api yang meningkat. Dari

sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit sektor pengangkutan dan komunikasi masih

tumbuh dalam tren yang meningkat. Tingginya pertumbuhan kredit pada sektor

Page 20: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

12

ini terutama terjadi pada subsektor telekomunikasi sejalan dengan prospeknya yang

baik karena memiliki pasar yang masih sangat besar.

Sektor bangunan pada triwulan III-2008 diperkirakan masih tumbuh tinggi, sebesarSektor bangunan pada triwulan III-2008 diperkirakan masih tumbuh tinggi, sebesarSektor bangunan pada triwulan III-2008 diperkirakan masih tumbuh tinggi, sebesarSektor bangunan pada triwulan III-2008 diperkirakan masih tumbuh tinggi, sebesarSektor bangunan pada triwulan III-2008 diperkirakan masih tumbuh tinggi, sebesar

8,1% (yoy). 8,1% (yoy). 8,1% (yoy). 8,1% (yoy). 8,1% (yoy). Pertumbuhan di sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa indikator seperti

pertumbuhan pembangunan properti komersial. Sementara itu dari sisi pembiayaan,

penyaluran kredit properti dan kredit konstruksi menunjukkan pertumbuhan yang

stabil, bahkan berada di atas rata-rata tahun 2007.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Pertumbuhan ekonomi yang masih kuat dan mulai menurunnya harga komoditasPertumbuhan ekonomi yang masih kuat dan mulai menurunnya harga komoditasPertumbuhan ekonomi yang masih kuat dan mulai menurunnya harga komoditasPertumbuhan ekonomi yang masih kuat dan mulai menurunnya harga komoditasPertumbuhan ekonomi yang masih kuat dan mulai menurunnya harga komoditas

pasar dunia mendorong penyesuaian kinerja NPI khususnya transaksi berjalanpasar dunia mendorong penyesuaian kinerja NPI khususnya transaksi berjalanpasar dunia mendorong penyesuaian kinerja NPI khususnya transaksi berjalanpasar dunia mendorong penyesuaian kinerja NPI khususnya transaksi berjalanpasar dunia mendorong penyesuaian kinerja NPI khususnya transaksi berjalan.

Transaksi berjalan mulai mengalami defisit sejalan dengan masih kuatnya impor.

Tingginya impor, terutama terjadi pada impor barang modal dan bahan baku untuk

keperluan investasi dan proses produksi. Sementara itu, transaksi modal dan

keuangan mengalami tekanan berkaitan dengan adanya penyesuaian minat inves-

tor asing merespon gejolak di pasar finansial global. Sejalan dengan perkembangan

tersebut, cadangan devisa tercatat sebesar USD57,1 miliar atau setara dengan 4,2

bulan impor dan pembayaran Utang Luar Negeri (ULN) Pemerintah. Secara tahunan,

indikator kerentanan eksternal terus menunjukkan perbaikan sejalan dengan tetap

positifnya kinerja ekspor dan terjaganya indikator utang luar negeri. Kondisi

keseimbangan eksternal masih kondusif mendorong kinerja perekonomian.

Transaksi Berjalan

Neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2008 diperkirakan mengalami tekananNeraca transaksi berjalan pada triwulan III-2008 diperkirakan mengalami tekananNeraca transaksi berjalan pada triwulan III-2008 diperkirakan mengalami tekananNeraca transaksi berjalan pada triwulan III-2008 diperkirakan mengalami tekananNeraca transaksi berjalan pada triwulan III-2008 diperkirakan mengalami tekanan

sebagai akibat akselerasi pertumbuhan impor yang melebihi pertumbuhan eksporsebagai akibat akselerasi pertumbuhan impor yang melebihi pertumbuhan eksporsebagai akibat akselerasi pertumbuhan impor yang melebihi pertumbuhan eksporsebagai akibat akselerasi pertumbuhan impor yang melebihi pertumbuhan eksporsebagai akibat akselerasi pertumbuhan impor yang melebihi pertumbuhan ekspor.

Tingginya pertumbuhan impor selain sejalan dengan permintaan domestik yang

masih kuat juga didorong oleh inflasi mitra dagang yang masih tinggi. Pertumbuhan

impor tertinggi terjadi pada impor barang modal dan bahan baku untuk keperluan

investasi dan proses produksi. Di sisi lain, kendati diperkirakan mengalami

perlambatan, kinerja ekspor relatif masih positif. Ekspor Indonesia ke beberapa

negara maju masih menunjukkan kenaikan, mengingat karakteristik komoditas

ekspor Indonesia yang berbasis SDA dan hasil industri low end technology relatif

kurang sensitif terhadap perubahan pendapatan negara maju. Melambatnya

perkiraan pertumbuhan ekspor utamanya dipicu oleh penurunan tren harga

komoditas internasional.

Berdasarkan data periode Januari-Agustus 2008, nilai ekspor nonmigas tercatat

sebesar USD72,9 miliar atau tumbuh 19,3% (yoy) dari periode yang sama tahun

lalu. Tingginya pertumbuhan ekspor didukung oleh pertumbuhan ekspor kelompok

barang pertanian dan industri masing-masing tumbuh 37,5% dan 22,8%.

Sementara pertumbuhan nilai ekspor komoditas pertambangan cenderung

melambat dan hanya tumbuh 0,8% dari periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut

dipicu oleh turunnya ekspor batubara terkait dengan pemenuhan kebutuhan dalam

Page 21: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perkembangan Makroekonomi Terkini

13

negeri serta mulai turunnya harga komoditas logam di pasar internasional. Di sisi

lain, impor nonmigas periode Januari-Agustus 2008, tercatat sebesar USD67,5 miliar

atau tumbuh 42,6% (yoy) dengan pertumbuhan tahunan kelompok komoditas

barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal masing-masing sebesar 29,9%;

41,6%; dan 55,6%. Pertumbuhan impor nonmigas diperkirakan akan berdampak

positif bagi perekonomian domestik mengingat sejak awal tahun 2006 tren positif

pertumbuhan impor terindikasi sejalan dengan pertumbuhan konsumsi dan investasi.

Di sektor migas, neraca perdagangan ditopang oleh kinerja ekspor gas. Selama

Januari-Juli 2008, nilai ekspor minyak dan gas masing-masing tercatat sebesar

USD10,4 miliar dan USD10,1 miliar atau masing-masing tumbuh 64,0% dan 58,2%

dari periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, lonjakan harga mendorong nilai

impor minyak selama Januari-Juli 2008 tumbuh cukup tinggi (72,7% yoy), sehingga

neraca perdagangan minyak Indonesia periode Jan-Juli 2008 mencatat defisit USD6,2

miliar. Namun demikian, dukungan dari solidnya ekspor gas menjadikan sektor

migas tetap mencatat surplus USD3,9 miliar.

Neraca Modal dan Finansial

Transaksi modal dan finansial pada triwulan III-2008 diperkirakan masih tetapTransaksi modal dan finansial pada triwulan III-2008 diperkirakan masih tetapTransaksi modal dan finansial pada triwulan III-2008 diperkirakan masih tetapTransaksi modal dan finansial pada triwulan III-2008 diperkirakan masih tetapTransaksi modal dan finansial pada triwulan III-2008 diperkirakan masih tetap

surplussurplussurplussurplussurplus. Sumber utama surplus transaksi modal dan finansial diperkirakan berasal

dari penarikan aset korporasi yang ditempatkan di luar negeri serta pencairan ULN

swasta sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pembiayaan impor. Di samping

itu, kondisi makro ekonomi domestik yang masih relatif stabil di tengah gejolak

pasar finansial global serta imbal hasil yang tinggi masih cukup kondusif dalam

mendukung aliran dana asing di pasar SUN. Meskipun demikian, adanya

penyesuaian minat investor asing serta fenomena flight to quality akibat gejolak di

pasar finansial global mengakibatkan tekanan di sisi transaksi modal dan keuangan.

Cadangan Devisa

Dengan perkembangan pada transaksi berjalan serta neraca modal dan finansial

tersebut diatas, posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan III-2008posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan III-2008posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan III-2008posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan III-2008posisi cadangan devisa sampai dengan akhir triwulan III-2008

mencapai USD57,1 miliarmencapai USD57,1 miliarmencapai USD57,1 miliarmencapai USD57,1 miliarmencapai USD57,1 miliar atau setara dengan 4,2 bulan impor dan pembayaran

Utang Luar Negeri Pemerintah.

Page 22: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

14

3. Perkembangan dan KebijakanMoneter Triwulan III-2008

Perkembangan ekonomi Indonesia selama triwulan III-2008 diwarnai oleh berbagai

gejolak eksternal dan internal. Tekanan inflasi di triwulan III-2008 masih tinggi

yang disebabkan oleh kuatnya permintaan domestik dan tingginya ekspektasi inflasi.

Secara tahunan, inflasi IHK tercatat masih lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

II-2008. Inflasi IHK triwulan III-2008 tercatat mencapai 2,88% (qtq) atau 12,14%

(yoy). Meskipun secara tahunan (yoy) inflasi IHK mengalami peningkatan, namun

secara triwulanan (qtq) inflasi IHK cenderung kembali pada pola normalnya.

Sementara itu, rata-rata nilai tukar Rupiah selama triwulan III-2008 menguat 0,47%

dari Rp9.259/USD menjadi Rp9.216/USD dengan intensitas tekanan depresiasi yang

meningkat pada akhir periode laporan. Kondisi makroekonomi yang tetap terjaga,

masih menariknya imbal hasil investasi rupiah dan tingginya spread suku bunga

antara domestik dan luar negeri mampu menjadi penahan laju outflow dana asing

dari instrumen rupiah, serta menahan pelemahan rupiah yang lebih dalam.

Untuk menjaga stabilitas makroekonomi, Bank Indonesia memutuskan untuk

menaikkan BI Rate sebesar 75 bps hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan III-

2008. Kebijakan ini didukung oleh serangkaian upaya untuk menjaga stabilitas

rupiah dan berbagai langkah penguatan di sisi operasi pengendalian moneter.

INFLASI

Sepanjang triwulan III-2008, laju inflasi bulanan cenderung meningkat terutamaSepanjang triwulan III-2008, laju inflasi bulanan cenderung meningkat terutamaSepanjang triwulan III-2008, laju inflasi bulanan cenderung meningkat terutamaSepanjang triwulan III-2008, laju inflasi bulanan cenderung meningkat terutamaSepanjang triwulan III-2008, laju inflasi bulanan cenderung meningkat terutama

disebabkan oleh menguatnya permintaan domestik serta faktor musiman hari rayadisebabkan oleh menguatnya permintaan domestik serta faktor musiman hari rayadisebabkan oleh menguatnya permintaan domestik serta faktor musiman hari rayadisebabkan oleh menguatnya permintaan domestik serta faktor musiman hari rayadisebabkan oleh menguatnya permintaan domestik serta faktor musiman hari raya

keagamaan (Idul Fitri).keagamaan (Idul Fitri).keagamaan (Idul Fitri).keagamaan (Idul Fitri).keagamaan (Idul Fitri). Secara tahunan, laju inflasi IHK pada akhir triwulan III-2008

mencapai 12,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang mencapai 11,03% (yoy) (Grafik 3.1). Pada September 2008, inflasi bulanan

mencapai 0,97% (mtm). Berdasarkan kelompok pengeluarannya,

perkembangan inflasi pada triwulan III-2008 terutama disumbang

oleh kelompok bahan makanan; kelompok perumahan, air, listrik,

gas, dan bahan bakar; serta kelompok makanan jadi, minuman,

rokok, dan tembakau (Grafik 3.2).

Laju inflasi IHK disebabkan oleh faktor nonfundamental berupaLaju inflasi IHK disebabkan oleh faktor nonfundamental berupaLaju inflasi IHK disebabkan oleh faktor nonfundamental berupaLaju inflasi IHK disebabkan oleh faktor nonfundamental berupaLaju inflasi IHK disebabkan oleh faktor nonfundamental berupa

meningkatnya tekanan inflasi meningkatnya tekanan inflasi meningkatnya tekanan inflasi meningkatnya tekanan inflasi meningkatnya tekanan inflasi volatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile food dan dan dan dan dan administeredadministeredadministeredadministeredadministered

pricespricespricespricesprices11111 , serta faktor fundamental berupa inflasi inti yang terdiri, serta faktor fundamental berupa inflasi inti yang terdiri, serta faktor fundamental berupa inflasi inti yang terdiri, serta faktor fundamental berupa inflasi inti yang terdiri, serta faktor fundamental berupa inflasi inti yang terdiri

dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan outputoutputoutputoutputoutput gap. gap. gap. gap. gap.

Tekanan dari volatile food sejalan dengan masih tingginya harga

komoditas pangan internasional serta pola musiman puasa danGrafik 3.1

Perkembangan Inflasi IHK

%, mtm %, yoy

0

1

2

3

4

5

2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

-3

2

7

12

17

22

MtM

YoY (RHS)

1 Penghitungan aggregasi inflasi (inti, volatile food, dan administered prices) dilakukan olehBank Indonesia berdasarkan pendekatan subkelompok

Page 23: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2008

15

lebaran. Inflasi administered prices yang mengalami peningkatan

terkait dengan masih berlanjutnya kelangkaan komoditas energi

di berbagai daerah turut mendorong peningkatan laju IHK

triwulan III-2008. Sementara itu, tekanan inflasi yang berasal

dari faktor fundamental seperti tercermin pada perkembangan

laju inflasi inti juga masih tinggi. Faktor utama yang memengaruhi

perkembangan laju inflasi tersebut adalah masih tingginya

ekspektasi inflasi dan imported inflation, serta menguatnya

permintaan agregat.

Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi volatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile foodvolatile food triwulan III-2008 mengalami peningkatan baik triwulan III-2008 mengalami peningkatan baik triwulan III-2008 mengalami peningkatan baik triwulan III-2008 mengalami peningkatan baik triwulan III-2008 mengalami peningkatan baik

secara triwulanan maupun tahunan.secara triwulanan maupun tahunan.secara triwulanan maupun tahunan.secara triwulanan maupun tahunan.secara triwulanan maupun tahunan. Peningkatan inflasi volatile

food tersebut terkait dengan masih tingginya harga pangan

internasional dan meningkatnya permintaan seiring pola

musiman puasa dan lebaran. Beberapa komoditas pada

kelompok ini yang mencatat inflasi sepanjang triwulan III-2008

adalah telur ayam dan daging ayam ras. Khusus untuk harga daging ayam ras dan

telur ayam ras, peningkatannya lebih disebabkan oleh faktor kenaikan harga jagung

dan kedelai di pasar internasional sebagai bahan baku pakan ternak domestik. Di

sisi lain, perkembangan harga beberapa komoditas volatile food lainnya seperti

minyak goreng, beras, dan bumbu-bumbuan dapat mengurangi lonjakan tekanan

inflasi. Penurunan harga CPO internasional yang sejalan dengan drastisnya

penurunan harga minyak mentah dunia hingga level di bawah USD100/barel,

mendorong produsen menahan kenaikan harga minyak goreng domestik. Selain

itu, meskipun panen raya telah berakhir, harga beras relatif stabil, terkait dengan

terjaganya stok beras Bulog yang siap untuk melakukan operasi pasar apabila

kenaikan harga diluar batas yang wajar. Perkembangan yang positif juga ditunjukkan

pada kelompok bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, dan tomat sayur)

yang mengalami deflasi sehubungan dengan masih tercukupinya pasokan.

Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi administered pricesadministered pricesadministered pricesadministered pricesadministered prices secara bulanan selama triwulan III-2008 menunjukkan secara bulanan selama triwulan III-2008 menunjukkan secara bulanan selama triwulan III-2008 menunjukkan secara bulanan selama triwulan III-2008 menunjukkan secara bulanan selama triwulan III-2008 menunjukkan

kecenderungan yang meningkat namun secara triwulanan lebih rendahkecenderungan yang meningkat namun secara triwulanan lebih rendahkecenderungan yang meningkat namun secara triwulanan lebih rendahkecenderungan yang meningkat namun secara triwulanan lebih rendahkecenderungan yang meningkat namun secara triwulanan lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan II-2008dibandingkan dengan triwulan II-2008dibandingkan dengan triwulan II-2008dibandingkan dengan triwulan II-2008dibandingkan dengan triwulan II-2008. Kenaikan inflasi administered prices tersebut

lebih disebabkan oleh kenaikan pada harga elpiji dan minyak tanah akibat

kelangkaan. Kurang mulusnya program konversi akibat terhambatnya pasokan elpiji

serta minyak tanah dari Pertamina dimanfaatkan oleh beberapa pihak dengan

menjual elpiji dan minyak tanah di atas harga resmi. Selain minyak tanah dan elpiji,

komoditas rokok kretek dan rokok kretek filter juga mengalami peningkatan

meskipun dampaknya minimal. Meskipun cenderung mengalami peningkatan,

namun secara triwulanan (qtq) inflasi administered prices pada triwulan laporan

jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terkait dengan

dampak kenaikan harga BBM yang telah selesai.

Inflasi inti pada triwulan III-2008 masih tinggi.Inflasi inti pada triwulan III-2008 masih tinggi.Inflasi inti pada triwulan III-2008 masih tinggi.Inflasi inti pada triwulan III-2008 masih tinggi.Inflasi inti pada triwulan III-2008 masih tinggi. Beberapa faktor yang memengaruhi

perkembangan inflasi inti pada triwulan laporan adalah tingginya tekanan faktor

Grafik 3.2

Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok

Barang dan Jasa Triwulan III-2008 (y-o-y)

0 1 2 3 4 5 6

2,62

3,58

1,64

3,77

0,92

0,77

4,75Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman,Rokok, dan Tembakau

Perumahan, Listrik, Air, Gas,dan Bahan Bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi, danOlah Raga

Transportasi, Komunikasi,dan Jasa Keuangan

%

Sumbangan (m-t-m)Inflasi (m-t-m)

Page 24: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

16

Grafik 3.5

Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah

Kurs Harian Rata-rata Triwulanan

2006 2007 2008

9385

9.216

9700

10000

9400

9100

8800

85002

Jan15Feb

31Mar

16Mei

29Jun

14Ags

27Sep

10Nov

26Des

8Feb

26Mar

9Mei

22Jun

7Ags

20Sep

5Nov

19Des

1Feb

18Mar

1Mei

16Jun

30Jul

12Sep

eksternal yang berupa peningkatan inflasi negara mitra dagang

(Grafik 3.3) dan tingginya harga komoditas pangan global.

Sementara itu, perkembangan ekspektasi masyarakat secara

umum selama triwulan III-2008 masih tinggi (Grafik 3.4). Selain

dipengaruhi oleh tingginya tekanan eksternal, ekspektasi

masyarakat juga masih terpengaruh oleh kenaikan harga BBM

pada triwulan yang lalu. Dari sisi interaksi sisi permintaan dan

penawaran, tekanan inflasi dari kesenjangan output diperkirakan

masih negatif seiring dengan masih responsifnya sisi penawaran

terhadap meningkatnya permintaan. Meski demikian, tekanan

dari sisi permintaan yang terus meningkat masih harus

diwaspadai.

Dilihat berdasarkan penyumbangnya, kenaikan harga kelompokDilihat berdasarkan penyumbangnya, kenaikan harga kelompokDilihat berdasarkan penyumbangnya, kenaikan harga kelompokDilihat berdasarkan penyumbangnya, kenaikan harga kelompokDilihat berdasarkan penyumbangnya, kenaikan harga kelompok

barang makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sertabarang makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sertabarang makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sertabarang makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sertabarang makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta

kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikankelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikankelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikankelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikankelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikan

sumbangan terbesar pada inflasi intisumbangan terbesar pada inflasi intisumbangan terbesar pada inflasi intisumbangan terbesar pada inflasi intisumbangan terbesar pada inflasi inti. Hal itu sejalan dengan pola

musiman lebaran terkait meningkatnya permintaan. Di sisi lain,

penurunan harga emas perhiasan sehubungan dengan

penurunan harga emas dunia yang telah mencapai titik terendah

yaitu sebesar USD779/ounce mampu meredam inflasi inti.

NILAI TUKAR RUPIAH

Meski mendapat tekanan depresiasi di akhir periode laporan,Meski mendapat tekanan depresiasi di akhir periode laporan,Meski mendapat tekanan depresiasi di akhir periode laporan,Meski mendapat tekanan depresiasi di akhir periode laporan,Meski mendapat tekanan depresiasi di akhir periode laporan,

rata-rata nilai tukar rupiah selama triwulan III-08 masih tercatatrata-rata nilai tukar rupiah selama triwulan III-08 masih tercatatrata-rata nilai tukar rupiah selama triwulan III-08 masih tercatatrata-rata nilai tukar rupiah selama triwulan III-08 masih tercatatrata-rata nilai tukar rupiah selama triwulan III-08 masih tercatat

menguatmenguatmenguatmenguatmenguat. Rata-rata nilai tukar pada triwulan-III 2008 terapresiasi

0,47% dari Rp9.259 pada triwulan II-2008 menjadi Rp9.216 per

USD (Grafik 3.5). Tingginya tekanan depresiasi terhadap rupiah

pada akhir triwulan laporan menyebabkan rupiah ditutup

melemah 1,76% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari

Rp9.220 per USD pada akhir triwulan II-2008 menjadi Rp9.385

per USD pada akhir triwulan III-2008. Sementara itu pergerakan

nilai tukar selama triwulan III-2008 cenderung berfluktuasi sejalan

dengan meningkatnya tekanan rupiah di akhir periode laporan.

Volatilitas rupiah pada triwulan III-2008 tercatat lebih tinggi yaitu

sebesar 1,11 %, dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

0,61% (Grafik 3.6).

Meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, intensifikasiMeningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, intensifikasiMeningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, intensifikasiMeningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, intensifikasiMeningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, intensifikasi

krisis sektor keuangan di AS serta persepsi terhadap prospekkrisis sektor keuangan di AS serta persepsi terhadap prospekkrisis sektor keuangan di AS serta persepsi terhadap prospekkrisis sektor keuangan di AS serta persepsi terhadap prospekkrisis sektor keuangan di AS serta persepsi terhadap prospek

neraca pembayaran memengaruhi perkembangan rupiah selamaneraca pembayaran memengaruhi perkembangan rupiah selamaneraca pembayaran memengaruhi perkembangan rupiah selamaneraca pembayaran memengaruhi perkembangan rupiah selamaneraca pembayaran memengaruhi perkembangan rupiah selama

triwulan III-2008triwulan III-2008triwulan III-2008triwulan III-2008triwulan III-2008. Perlambatan ekonomi global dan penguatan

dolar mendorong turunnya harga komoditas internasional,

termasuk diantaranya komoditas andalan ekspor Indonesia. Hal

Grafik 3.4

Ekspektasi Inflasi - Consensus Forecast

Grafik 3.3

Nilai Tukar dan Inflasi Negara Mitra Dagang

Inflasi Negara Mitra Dagang (skala kanan)

%,yoy

IHK (Skala Kiri)

%,yoy

12,14

0,45

3,89

-12

-7

-2

3

8

13

18

23

0

1

2

3

4

5

2004 2005 2006 2007 2008

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

Depresiasi/Apresiasi Rp/USD(Skala kiri)

%, yoy

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

10,5

11,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 92007 2008

2008 2009

Page 25: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2008

17

tersebut menimbulkan persepsi memburuknya prospek neraca

pembayaran Indonesia khususnya pada neraca transaksi berjalan.

Sementara itu, semakin dalamnya krisis di sektor keuangan AS

memicu terjadinya capital flight dari asset negara berkembang

sejalan dengan tingginya risk aversion investor asing. Tingginya

kekhawatiran tersebut berdampak pada pembalikan dana asing

dari asset negara regional sehingga menyebabkan mata uang

regional mengalami tekanan depresiasi. Meskipun tekanan

depresiasi rupiah cukup besar, dalam skala regional, rupiah relatif

lebih stabil dibandingkan nilai tukar negara kawasan regional.

Faktor ekonomi domestik yang masih kondusif ditambah dengan

stance kebijakan moneter ketat dan stabilisasi di pasar valas oleh

Bank Indonesia mampu menahan tekanan depresiasi rupiah yang

lebih besar.

Dari sisi risiko, perkembangan di sisi eksternal pada akhir triwulanDari sisi risiko, perkembangan di sisi eksternal pada akhir triwulanDari sisi risiko, perkembangan di sisi eksternal pada akhir triwulanDari sisi risiko, perkembangan di sisi eksternal pada akhir triwulanDari sisi risiko, perkembangan di sisi eksternal pada akhir triwulan

III-2008 mendorong terjadinya peningkatan faktor risiko.III-2008 mendorong terjadinya peningkatan faktor risiko.III-2008 mendorong terjadinya peningkatan faktor risiko.III-2008 mendorong terjadinya peningkatan faktor risiko.III-2008 mendorong terjadinya peningkatan faktor risiko. Global

re-pricing of risk akibat risiko pelemahan ekonomi global dan

krisis sektor keuangan AS menurunkan risk appetite terhadap

asset emerging market. Hal ini tercermin pada meningkatnya

yield spread antara global bond Indonesia dan UST-Note dari

370 bps pada triwulan II-2008 menjadi 411 bps pada akhir

triwulan III-2008 (Grafik 3.7). Indikator risiko lainnya

mengindikasikan hal serupa sebagaimana ditunjukkan oleh

spread EMBIG (Emerging Market Bond Index Global) yang

kembali meningkat dan premi swap yang masih berada pada

level tinggi di akhir periode laporan (Grafik 3.8).

StanceStanceStanceStanceStance kebijakan Bank Indonesia yang cenderung ketat di tengah kebijakan Bank Indonesia yang cenderung ketat di tengah kebijakan Bank Indonesia yang cenderung ketat di tengah kebijakan Bank Indonesia yang cenderung ketat di tengah kebijakan Bank Indonesia yang cenderung ketat di tengah

kecenderungan penurunan suku bunga khususnya di negarakecenderungan penurunan suku bunga khususnya di negarakecenderungan penurunan suku bunga khususnya di negarakecenderungan penurunan suku bunga khususnya di negarakecenderungan penurunan suku bunga khususnya di negara

maju menjadikan maju menjadikan maju menjadikan maju menjadikan maju menjadikan spreadspreadspreadspreadspread imbal hasil rupiah semakin lebar. imbal hasil rupiah semakin lebar. imbal hasil rupiah semakin lebar. imbal hasil rupiah semakin lebar. imbal hasil rupiah semakin lebar. Hal

tersebut menjadi salah satu daya tarik berinvestasi dalam aset

rupiah. Imbal hasil investasi rupiah yang diindikasikan oleh selisih

suku bunga Dalam Negeri-Luar Negeri dan selisih yield obligasi

pemerintah (domestic currency) dengan yield UST-Note

menunjukkan peningkatan dan merupakan yang tertinggi

dibandingkan dengan negara-negara regional (Grafik 3.9). Selisih

suku bunga Dalam Negeri-Luar Negeri (Uncovered Interest Parity)

meningkat dari 6,38% pada akhir triwulan II-2008 menjadi

7,05% pada triwulan laporan dan tertinggi dibanding negara

kawasan. Apabila imbal hasil tersebut juga mempertimbangkan

faktor risiko2 , selisih suku bunga Dalam Negeri-Luar Negeri

Grafik 3.6

Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

Grafik 3.7

Yield Spread antara Global Bond RI dan UST-Note

Kurs, Rp/USD Volatilitas, %

8.000

8.500

9.000

9.500

10.000

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0Kurs HarianVolatilitasRata-rata Volatilitas Triwulanan

9385

1,51

1,420,61

1,11

2Jan

2006 2007 2008

13Feb

27Mar

8Mei

19Jun

31Jul

11Sep

23Okt

4Des

15Jan

26Feb

9Apr

21Mei

2Jul

13Ags

24Sep

5Nov

17Des

28Jan

10Mar

21Apr

2Jun

14Jul

25Ags

%

2,50

3,50

4,50

5,50

6,50

7,50

8,50

2007 2008

Mar Apr Mei Jun Jul Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

9,50

Yield Global Bond Indonesia

Yield UST-Note

514 bpsSpread

Jun Ags Sep

Grafik 3.8

Premi Swap Berbagai Tenor

Sumber : Reuters (diolah)

%

Premi 6 M Premi 12 M

Premi 1 M Premi 3 M

2007 2008

Jan Mar Mei Jul Sep NovFeb Apr Jun Ags Okt Des Jan Mar Mei Jul SepFeb Apr Jun Ags-2,0

0,0

2,0

5,0

6,0

8,0

9,0

7,0

4,0

3,0

1,0

-1,0

2 Dalam hal ini indikator risiko yang digunakan adalah yield spread antara obligasi valasPemerintah Indonesia dengan UST-Notes

Page 26: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

18

Grafik 3.9

Perbandingan Imbal Hasil Beberapa Negara

(Covered Interest Parity) menjadi 3,27% pada triwulan ini atau

masih yang tertinggi dibandingkan negara kawasan. Sementara

itu, indikator imbal hasil lainnya, selisih yield SUN dengan UST-

Note juga masih lebih menarik dibandingkan negara kawasan.

Meningkatnya risiko eksternal terkait meluasnya dampakMeningkatnya risiko eksternal terkait meluasnya dampakMeningkatnya risiko eksternal terkait meluasnya dampakMeningkatnya risiko eksternal terkait meluasnya dampakMeningkatnya risiko eksternal terkait meluasnya dampak

perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian kondisi sektorperlambatan ekonomi global dan ketidakpastian kondisi sektorperlambatan ekonomi global dan ketidakpastian kondisi sektorperlambatan ekonomi global dan ketidakpastian kondisi sektorperlambatan ekonomi global dan ketidakpastian kondisi sektor

keuangan AS mendorong investor asing menarik dananya darikeuangan AS mendorong investor asing menarik dananya darikeuangan AS mendorong investor asing menarik dananya darikeuangan AS mendorong investor asing menarik dananya darikeuangan AS mendorong investor asing menarik dananya dari

SBI, meskipun pada SUN dan saham masih meningkatSBI, meskipun pada SUN dan saham masih meningkatSBI, meskipun pada SUN dan saham masih meningkatSBI, meskipun pada SUN dan saham masih meningkatSBI, meskipun pada SUN dan saham masih meningkat. Namun

terjaganya kepercayaan asing terhadap pengelolaan kebijakan

makro dan tingginya imbal hasil SUN masuknya mendorong arus

modal ke SUN. Kepemilikan asing pada instrumen SUN

meningkat Rp10,13 triliun (USD1,11 miliar) menjadikan posisinya

mencapai Rp104,23 triliun (USD11,15 miliar), sehingga total

posisi penempatan asing di SBI dan SUN tercatat sebesar Rp124,6

triliun (USD13,33 miliar). Di pasar saham, investor asing masih

mencatatkan net beli selama triwulan III-2008, sebesar Rp2,16

triliun (USD230,35 juta). Dengan perkembangan tersebut, selama

triwulan III-2008 aliran modal asing tercatat mengalami net

outflow sebesar USD1,9 miliar.

Permintaan valas dalam negeri masih didominasi oleh permintaanPermintaan valas dalam negeri masih didominasi oleh permintaanPermintaan valas dalam negeri masih didominasi oleh permintaanPermintaan valas dalam negeri masih didominasi oleh permintaanPermintaan valas dalam negeri masih didominasi oleh permintaan

valas korporasivalas korporasivalas korporasivalas korporasivalas korporasi. Meningkatnya impor mendorong terjadinya

peningkatan permintaan valas korporasi khususnya BUMN (Grafik

3.10). Secara rata-rata, permintaan valas korporasi pada triwulan

laporan sedikit lebih tinggi mencapai sekitar USD354 juta per

hari, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

sekitar USD329 juta per hari.

KEBIJAKAN MONETER

Strategi Kebijakan

Sepanjang triwulan III-2008, Bank Indonesia menaikkan BI RateSepanjang triwulan III-2008, Bank Indonesia menaikkan BI RateSepanjang triwulan III-2008, Bank Indonesia menaikkan BI RateSepanjang triwulan III-2008, Bank Indonesia menaikkan BI RateSepanjang triwulan III-2008, Bank Indonesia menaikkan BI Rate

sebesar 75 bps hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan III-2008sebesar 75 bps hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan III-2008sebesar 75 bps hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan III-2008sebesar 75 bps hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan III-2008sebesar 75 bps hingga menjadi 9,25% pada akhir triwulan III-2008. Kebijakan

tersebut dilakukan guna menjaga dan mengamankan pencapaian sasaran inflasi

jangka menengah dengan mencermati berbagai perkembangan serta

mempertimbangkan kondisi ekonomi makro secara keseluruhan dan stabilitas sistem

keuangan. Level BI Rate tersebut kemudian dicerminkan pada perkembangan suku

bunga PUAB O/N.

Mencermati perkembangan pasar keuangan global yang terjadi beberapa waktu

belakangan ini dan untuk menjaga kecukupan likuiditas di industri perbankan

dengan tetap menjaga efektifitas kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi,

pada 16 September 2008, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan O/N

Repo Rate dari semula BI Rate plus 300 bps menjadi BI Rate plus 100 bps, dan

menyesuaikan FASBI Rate dari semula BI Rate minus 200 bps menjadi BI Rate minus

Grafik 3.10

Permintaan dan Penawaran Valas

2006 20082007

Indonesia Malaysia Filipina

Thailand Singapore

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

8,982

0,923

3,778

0,795

-0,669

Net S(+)/D(-) dari Pelaku DN Net S(+)/D(-) dari Pelaku LNNet S(+)/D(-) Total Pelaku DN+LN Kurs - rhs

US$ Juta IDR/USD

8600

8700

8800

8900

9000

9100

9200

9300

9400

9500

2007 2008

Excess Supply

Excess Demand

-1000

-5000

-3000

1000

3000

5000

Jun Ags OktAprFeb DesJan Mar Mei Jul Sep Nov Jun AgsAprFebJan Mar Mei Jul Sep

Page 27: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2008

19

100 bps. Dengan demikian koridor suku bunga O/N akan menjadi simetris dengan

BI Rate + 100 bps. Selain itu, efektif sejak 23 September 2008, Bank Indonesia

memutuskan untuk memperpanjang jangka waktu fine tune operation (FTO) dari

1 hari s.d 14 hari menjadi 1 hari s.d 3 bulan. Perpanjangan jangka waktu FTO ini

dimaksudkan untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi manajemen

likuiditas, yang merupakan bagian dari Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang dilakukan

Bank Indonesia.ΩManajemen likuiditas di pasar uang antar bankΩyang lebih fleksibel

akan meningkatkan efektivitas langkah Bank Indonesia dalam menjaga tetap

berfungsinya pasar uang dengan baik. Dengan demikian stabilitas suku bunga dan

kelancaran aliran likuiditas di pasar uang antar bank tetap terjaga dalam hal terjadi

peningkatan ketidakpastian, sebagaimana yang terjadi di pasar uang global dalam

beberapa waktu terakhir ini.

Pada triwulan III, BI Rate telah ditransmisikan ke sektor keuangan melalui berbagaiPada triwulan III, BI Rate telah ditransmisikan ke sektor keuangan melalui berbagaiPada triwulan III, BI Rate telah ditransmisikan ke sektor keuangan melalui berbagaiPada triwulan III, BI Rate telah ditransmisikan ke sektor keuangan melalui berbagaiPada triwulan III, BI Rate telah ditransmisikan ke sektor keuangan melalui berbagai

jalurjalurjalurjalurjalur. Di pasar uang,pasar uang,pasar uang,pasar uang,pasar uang, suku bunga pasar uang berbagai tenor bergerak mengikuti

arah BI Rate dan persepsinya ke depan. Sementara itu, transmisi BI Rate ke suku

bunga perbankan, baik deposito maupun kredit, semakin menguat. Namun,

peningkatan BI Rate tersebut belum ditransmisikan pada pertumbuhan simpanan

dan kredit. Pertumbuhan simpanan masih mengalami perlambatan sedangkan

pertumbuhan kredit tetap meningkat. Di pasar sahampasar sahampasar sahampasar sahampasar saham, performa IHSG sangat

dipengaruhi oleh imbas dari naiknya risiko global sehingga mengalami koreksi

sebesar 21,9%. Di pasar SUN, gejolak global berdampak pada naiknya yield SUN

untuk tenor jangka pendek. Yield SUN jangka pendek pada triwulan III-2008 masih

mengalami kenaikan. Sementara itu, di pasar reksadanapasar reksadanapasar reksadanapasar reksadanapasar reksadana, NAB reksadana cenderung

melemah sejalan dengan kinerja underlying asset-nya.

Dari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upayaDari sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya

untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Upaya menjaga kestabilan nilai tukar

rupiah dilakukan melalui penerapan kebijakan moneter yang berhati-hati serta upaya

stabilisasi nilai tukar yang ditempuh secara konsisten untuk mencegah volatilitas

yang berlebihan dengan tetap menjaga kecukupan cadangan devisa untuk memenuhi

kebutuhan fundamental perekonomian. Di samping itu, penguatan strategi

komunikasi serta peningkatan efektivitas peraturan prudensial dan monitoring lalu

lintas devisa terus dilakukan untuk menopang pengelolaan kebijakan tersebut.

Suku Bunga

Selama triwulan III 2008, kenaikan BI Rate sebesar 75 bps sehingga menjadi 9,25%Selama triwulan III 2008, kenaikan BI Rate sebesar 75 bps sehingga menjadi 9,25%Selama triwulan III 2008, kenaikan BI Rate sebesar 75 bps sehingga menjadi 9,25%Selama triwulan III 2008, kenaikan BI Rate sebesar 75 bps sehingga menjadi 9,25%Selama triwulan III 2008, kenaikan BI Rate sebesar 75 bps sehingga menjadi 9,25%

pada akhir September 2008 dicerminkan pada suku bunga PUAB O/N yang bergerakpada akhir September 2008 dicerminkan pada suku bunga PUAB O/N yang bergerakpada akhir September 2008 dicerminkan pada suku bunga PUAB O/N yang bergerakpada akhir September 2008 dicerminkan pada suku bunga PUAB O/N yang bergerakpada akhir September 2008 dicerminkan pada suku bunga PUAB O/N yang bergerak

stabil disekitar BI Ratestabil disekitar BI Ratestabil disekitar BI Ratestabil disekitar BI Ratestabil disekitar BI Rate. Sementara itu, suku bunga PUAB O/N tenor > 30 hari

berada pada level 11,13% sejalan dengan kuatnya persepsi keketatan likuiditas

perbankan dan imbas kondisi global. Dalam kondisi tersebut, Bank Indonesia

merespon melalui operasi pasar terbuka yang lebih intensif melalui instrumen FTO,

penyesuaian penyerapan likuiditas pada lelang SBI, serta penyesuaian koridor suku

bunga.

Page 28: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

20

Kenaikan BI Rate diikuti dengan peningkatan suku bunga depositoKenaikan BI Rate diikuti dengan peningkatan suku bunga depositoKenaikan BI Rate diikuti dengan peningkatan suku bunga depositoKenaikan BI Rate diikuti dengan peningkatan suku bunga depositoKenaikan BI Rate diikuti dengan peningkatan suku bunga deposito. Sampai dengan

dua bulan pertama triwulan III-2008, kenaikan BI Rate terutama ditransmisikan

pada naiknya rata-rata tertimbang (weighted average) suku bunga deposito 1 dan

3 bulan (Tabel 3.1). Berbeda dengan historisnya, kenaikan suku bunga deposito

tenor pendek tersebut lebih tinggi dari kenaikan BI Rate. Hal itu mengindikasikan

kuatnya upaya perbankan mendongkrak pendanaan (funding), sejalan dengan masih

kuatnya akselerasi pertumbuhan kredit seperti tampak pada terus naiknya LDR

perbankan. Dengan perkembangan tersebut maka kenaikan BI Rate sejak Mei

2008 tampaknya semakin kuat direspon, terutama pada kelompok Bank Asing

dan Campuran, sedangkan kelompok BPD baru mulai melakukan penyesuaian suku

bunga pada bulan Juli. Sementara itu dengan memanfaatkan data counter rate

terdapat indikasi bahwa pada September peningkatan suku bunga deposito terus

berlanjut, bahkan untuk seluruh tenor.

Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags SepSuku Bunga (%)

BI Rate 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,00 8,00 8,00 8,0 8,00 8,25 8,50 8,75 9,00 9,25

Penjaminan Deposito 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8,00 8,00 8,00 8,25 8,25 8,25 8,75 8,75

Dep 1 bulan (Weighted Average) 7,26 7,16 7,13 7,16 7,18 7,19 7,07 6,95 6,88 6,86 6,98 7,19 7,51 8,04 n.a

Dep 1 bulan (Counter Rate) 7,36 7,20 7,15 7,15 7,13 7,09 6,97 6,9 6,84 6,85 6,84 7,01 7,18 7,42 7,74

Base Lending Rate 13,62 13,42 13,31 13,21 13,13 13,12 13,14 12,92 12,83 12,75 12,77 12,80 12,95 13,21 13,26

Kredit Modal Kerja (KMK) 13,71 13,66 13,31 13,16 13,16 13,00 12,99 12,96 12,88 12,93 12,92 12,99 13,14 13,42 n.a

Kredit Investasi (KI) 13,82 13,75 13,45 13,28 13,19 13,01 12,81 12,71 12,59 12,47 12,36 12,51 12,61 12,86 n.a

Kredit Konsumsi (KK) 16,68 16,7 16,47 16,33 16,39 16,13 16,04 15,96 15,83 15,74 15,67 15,71 15,73 15,78 n.a

Tabel 3.1

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Triwulan III-2007 Triwulan IV-2007 Triwulan I-2008 Triwulan II-2008 Triwulan III-2008

Kenaikan BI Rate juga semakin ditransmisikan ke suku bunga kreditKenaikan BI Rate juga semakin ditransmisikan ke suku bunga kreditKenaikan BI Rate juga semakin ditransmisikan ke suku bunga kreditKenaikan BI Rate juga semakin ditransmisikan ke suku bunga kreditKenaikan BI Rate juga semakin ditransmisikan ke suku bunga kredit. Sampai dengan

dua bulan pertama triwulan III-2008, kenaikan BI Rate telah ditransmisikan pada

naiknya rata-rata tertimbang (weighted average) seluruh suku bunga kredit.

Kenaikan terbesar terjadi pada suku bunga kredit modal kerja diikuti oleh suku

bunga kredit investasi dan kredit konsumsi. Dengan perkembangan tersebut,

transmisi kenaikan BI Rate sejak Mei 2008, terutama terlihat pada kelompok Bank

Asing dan Campuran, sedangkan kelompok BPD kembali menjadi kelompok bank

yang paling lambat merespon kenaikan BI Rate.

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Kenaikan BI Rate belum mempengaruhi pertumbuhan danaKenaikan BI Rate belum mempengaruhi pertumbuhan danaKenaikan BI Rate belum mempengaruhi pertumbuhan danaKenaikan BI Rate belum mempengaruhi pertumbuhan danaKenaikan BI Rate belum mempengaruhi pertumbuhan dana. Sampai dengan dua

bulan pertama triwulan III-2008, kenaikan BI Rate belum terlihat pada pertumbuhan

DPK. Pada Agustus 2008, DPK tumbuh sebesar 9,7% (yoy), lebih rendah dari triwulan

sebelumnya sebesar 14,6% (yoy) (Grafik 3.11). Perlambatan tersebut dikontribusi

oleh hampir seluruh komponen, terkecuali simpanan berjangka. Perlambatan pada

komponen giro terjadi pada institusi terkait Pemerintah. Sementara itu, lambatnya

Page 29: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2008

21

perkembangan tabungan khususnya milik perorangan diindikasi

terkait dengan semakin menariknya bunga deposito dan

kebutuhan transaksi masyarakat dalam bentuk uang kartal.

Naiknya pertumbuhan deposito pada Agustus terjadi pada

hampir seluruh pelaku, dengan kenaikan paling tajam pada

perorangan dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).

Kenaikan BI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit yangKenaikan BI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit yangKenaikan BI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit yangKenaikan BI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit yangKenaikan BI Rate justru diikuti dengan pertumbuhan kredit yang

masih akseleratifmasih akseleratifmasih akseleratifmasih akseleratifmasih akseleratif. Efek tunda kebijakan moneter masih

berlangsung di pasar kredit, sebagaimana tampak pada

pertumbuhan tahunan kredit pada Agustus 2008 yang mencapai

32,5% (yoy), sedikit naik dari bulan sebelumnya sebesar 32,3%

(yoy) (Grafik 3.11). Berdasarkan penggunaannya, kenaikan

pertumbuhan tahunan kredit pada bulan laporan masih terjadi

pada kredit modal kerja, diikuti konsumsi dan investasi. Dari sisi

debitur, pertumbuhan kredit dikontribusi oleh kelompok BUMS

dan institusi terkait Pemerintah.

Likuiditas perekonomian tumbuh melambat dan mulai lebihLikuiditas perekonomian tumbuh melambat dan mulai lebihLikuiditas perekonomian tumbuh melambat dan mulai lebihLikuiditas perekonomian tumbuh melambat dan mulai lebihLikuiditas perekonomian tumbuh melambat dan mulai lebih

rendah dari historisnyarendah dari historisnyarendah dari historisnyarendah dari historisnyarendah dari historisnya. Pada bulan Agustus 2008, M1 dan M2

tumbuh masing-masing 12,5% (yoy) dan 12,6% (yoy), melambat

dari triwulan sebelumnya yang tumbuh masing-masing sebesar

22,4% (yoy) dan 17,1% (yoy). Dengan perkembangan tersebut

maka rata-rata pertumbuhan M1 dan M2 menjadi masing-

masing sebesar 13,9% (yoy) dan 13,3% (yoy), juga lebih lambat

dari triwulan sebelumnya. Sementara itu secara riil3 , pada

Agustus 2008 pertumbuhan M1 dan M2 menjadi masing-masing

sebesar 0,7% (yoy) dan 0,8% (yoy) semakin menurun seiring

dengan meningkatnya inflasi (Grafik 3.12). Dengan

perkembangan tersebut likuiditas perekonomian baik secara

nominal maupun riil telah tumbuh lebih rendah dari rata-rata

historisnya dalam 7 tahun terakhir (2000 - 2006), terkecuali untuk M2 nominal.

Pasar Keuangan

Kinerja pasar saham pada triwulan III-2008 masih dibayangi oleh risiko globalKinerja pasar saham pada triwulan III-2008 masih dibayangi oleh risiko globalKinerja pasar saham pada triwulan III-2008 masih dibayangi oleh risiko globalKinerja pasar saham pada triwulan III-2008 masih dibayangi oleh risiko globalKinerja pasar saham pada triwulan III-2008 masih dibayangi oleh risiko global. Upaya

injeksi likuiditas oleh otoritas kebijakan AS hanya mampu mengangkat kinerja bursa

global secara temporer dan belum cukup menghilangkan sepenuhnya kekhawatiran

pelaku pasar global terhadap kejatuhan pasar keuangan yang lebih dalam. Hal

tersebut di tengah minimnya sentimen dalam negeri mengakibatkan IHSG ditutup

pada level 1.832 pada akhir triwulan III-2008 atau melemah 21,9% dibanding

posisi triwulan II-2008 (Grafik 3.13).

Grafik 3.12

Pertumbuhan Riil M1 dan M2

Grafik 3.11

Perkembangan Dana vs Kredit

Suku Bunga Kredit dan Depo (%)(%, y-o-y)

6

9

12

15

18

21

24

27

30

33

6

8

10

12

14

16

18

Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags

2005 2006 2007 2008

Total DPK Total Kredit rKredit (rata-rata) rDepo (rata-rata)

%, y-o-y

(12)

(9)

(6)

(3)

0

3

69

12

15

18

21

24

27

30

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7 9 1 1 3 5 7

M1 Riil

Currency Riil

M2 Riil

3 Dihitung terhadap inflasi aktual.

Page 30: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

22

Grafik 3.13

IHSG

Grafik 3.14

Net Beli Asing Saham

Grafik 3.15

Aktivitas Perdagangan SUN (Rata-rata)

Ags 08- Sept 08 (-19,87%), Des 07-Ags 08 (-21,12%)

1.500

1.700

1.900

2.100

2.300

2.500

2.700

2.900

(1.000)

(500)

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

Des Jan Jan Feb Feb Mar Mar Apr Apr Mei Mei Jun Jun Jun Jul Jul Ags Ags Sep

2007 2008

Net Beli Asing (Rp, Miliar)IHSG

Vol(Rp t) Frek

2005 2006 2007 2008

Avg FrekAvg Vol

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

0

100

200

300

400

500

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep Nov Jan MarMei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

Data per 29 Sep 2008

IHSG juga dihadapkan pada beberapa risiko domestikIHSG juga dihadapkan pada beberapa risiko domestikIHSG juga dihadapkan pada beberapa risiko domestikIHSG juga dihadapkan pada beberapa risiko domestikIHSG juga dihadapkan pada beberapa risiko domestik.

Diantaranya adalah peningkatan risiko IHSG terhadap

pergerakan harga komoditas terkait beberapa hal, yaitu besarnya

kapitalisasi sektor pertambangan dan agrobisnis serta

keterkaitan sektor di luar pertambangan dan agrobisnis yang

memiliki eksposur risiko terhadap perkembangan harga

komoditas. Selain itu, saham berbasis komoditas juga

merupakan saham yang tergolong paling aktif diperdagangkan

dan memiliki kecenderungan spekulasi dalam jumlah besar. Di

lain pihak, pergerakan IHSG yang terkadang berlawanan dengan

arah pasar global memberikan indikasi adanya perilaku Hit and

Run pelaku asing.

Kurang kondusifnya kondisi di pasar saham justru dimanfaatkanKurang kondusifnya kondisi di pasar saham justru dimanfaatkanKurang kondusifnya kondisi di pasar saham justru dimanfaatkanKurang kondusifnya kondisi di pasar saham justru dimanfaatkanKurang kondusifnya kondisi di pasar saham justru dimanfaatkan

oleh asing untuk mengakumulasi saham-saham muraholeh asing untuk mengakumulasi saham-saham muraholeh asing untuk mengakumulasi saham-saham muraholeh asing untuk mengakumulasi saham-saham muraholeh asing untuk mengakumulasi saham-saham murah.

Walaupun dengan intensi yang makin terbatas, investor asing

masih terus melakukan pembelian secara selektif terhadap

saham-saham di IHSG. Net beli asing pada triwulan III-2008

tercatat sebesar Rp2,2 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan

II-2008 dengan net beli sebesar Rp4,8 triliun (Grafik 3.14).

Penurunan tersebut searah dengan perdagangan saham yang

turun dari Rp5,7 triliun pada triwulan II-2008 menjadi Rp3,8 triliun

pada triwulan III-2008. Kondisi pada triwulan III-2008, juga

ditandai dengan perpindahan portfolio asing ke saham sektor

keuangan yang mengalami koreksi lebih kecil. Kondisi tersebut

tidak terlepas dari naiknya risiko saham berbasis komoditas.

Di pasar SUN, kinerja SUN yang sempat membaik pada Juli 2008Di pasar SUN, kinerja SUN yang sempat membaik pada Juli 2008Di pasar SUN, kinerja SUN yang sempat membaik pada Juli 2008Di pasar SUN, kinerja SUN yang sempat membaik pada Juli 2008Di pasar SUN, kinerja SUN yang sempat membaik pada Juli 2008

kembali mengalami tekanan sejak Agustus 2008kembali mengalami tekanan sejak Agustus 2008kembali mengalami tekanan sejak Agustus 2008kembali mengalami tekanan sejak Agustus 2008kembali mengalami tekanan sejak Agustus 2008. Hal ini sebagai

imbas dari naiknya risiko domestik dan eksternal. Dari sisi

domestik, kenaikan yield SUN pada akhir triwulan III-2008

diantaranya didorong oleh likuiditas perbankan yang

dipersepsikan ketat, penyesuaian yield SUN terhadap inflasi dan

tambahan pasokan SBN domestik yang cukup besar. Sementara

dari sisi eksternal, kenaikan risiko global berpotensi menyebabkan

terjadinya «flight to quality» dengan menghindari emerging

market. Hal tersebut menyebabkan rata-rata bulanan yield SUN

kembali mengalami kenaikan 87bps meski masih lebih rendah

dibandingkan dengan posisi akhir triwulan II-2008. Sementara

itu, secara triwulanan rata-rata yield SUN pada triwulan III-2008

masih mengalami penurunan sebesar 27bps. Sejalan dengan

kondisi global pelaku pasar cenderung berhati-hati dalam

aktivitas perdagangan sebagaimana tercermin pada rata-rata

harian nilai perdagangan SUN yang mengalami penurunan

(Grafik 3.15).

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

2.200

2.400

2.600

2.800

3.000

2006 2007 2008

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

Page 31: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2008

23

Ditengah kinerja SUN yang belum membaik, kepercayaan investor asing pada SUNDitengah kinerja SUN yang belum membaik, kepercayaan investor asing pada SUNDitengah kinerja SUN yang belum membaik, kepercayaan investor asing pada SUNDitengah kinerja SUN yang belum membaik, kepercayaan investor asing pada SUNDitengah kinerja SUN yang belum membaik, kepercayaan investor asing pada SUN

masih relatif tinggimasih relatif tinggimasih relatif tinggimasih relatif tinggimasih relatif tinggi. Kepercayaan asing dilandasi oleh masih relatif terjaganya

beberapa faktor diantaranya risiko fiskal yang lebih minimal sebagai dampak dari

harga BBM yang lebih terkendali dibanding 2005, sejalan dengan tren penurunan

harga minyak. Selain itu, imbal hasil SUN yang masih relatif tinggi juga merupakan

pendorong bagi naiknya posisi asing. Dengan perkembangan tersebut, asing

membukukan net beli sebesar Rp6,29 triliun terutama untuk pembelian SUN tenor

jangka panjang.

NAB reksadana mengalami koreksiNAB reksadana mengalami koreksiNAB reksadana mengalami koreksiNAB reksadana mengalami koreksiNAB reksadana mengalami koreksi. Hal tersebut bersumber dari menurunnya kinerja

underlying asset reksadana, yaitu saham dan SUN, serta terjadinya net redemption

pada reksadana pendapatan tetap, campuran, pasar uang, indeks dan ETF

pendapatan tetap. Namun demikian, dampak gejolak pasar keuangan global dan

domestik tersebut masih relatif minimal jika dibanding kondisi penurunan NAB

reksadana pada 2005. Hal tersebut ditopang oleh peningkatan peran investor

institusi (Dana Pensiun dan Asuransi) di reksadana yang memiliki horizon jangka

panjang dan diversifikasi produk sehingga pasar reksadana relatif terjaga dibanding

kondisi 2005.

Page 32: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

24

4. Perekonomian Indonesia ke Depan

Perekonomian Indonesia tahun 2008 diprakirakan masih dapat tumbuh tinggi diPerekonomian Indonesia tahun 2008 diprakirakan masih dapat tumbuh tinggi diPerekonomian Indonesia tahun 2008 diprakirakan masih dapat tumbuh tinggi diPerekonomian Indonesia tahun 2008 diprakirakan masih dapat tumbuh tinggi diPerekonomian Indonesia tahun 2008 diprakirakan masih dapat tumbuh tinggi di

kisaran 6,2-6,4%. kisaran 6,2-6,4%. kisaran 6,2-6,4%. kisaran 6,2-6,4%. kisaran 6,2-6,4%. Faktor pendorong utama adalah ekspor - yang mencatat kinerja

yang tinggi selama semester pertama didorong oleh meningkatnya harga komoditas

serta tetap tingginya pertumbuhan ekonomi negara berkembang - dan konsumsi

rumah tangga yang masih cukup kuat. Dampak kenaikan harga BBM terhadap

konsumsi swasta ternyata tidak sedalam prakiraan semula. Pertumbuhan investasi

diprakirakan mengalami peningkatan terutama didorong oleh investasi

nonbangunan seiring dengan kuatnya pertumbuhan konsumsi swasta dan ekspor.

Dari sisi penawaran, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor

pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari prakiraan

semula seiring dengan konsumsi swasta yang lebih kuat. Untuk tahun 2009,Untuk tahun 2009,Untuk tahun 2009,Untuk tahun 2009,Untuk tahun 2009,

perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh lebih rendah. perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh lebih rendah. perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh lebih rendah. perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh lebih rendah. perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh lebih rendah. Perlambatan

pertumbuhan terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekspor barang

dan jasa sejalan dengan kondisi eksternal yang kurang kondusif. Sementara itu, sisi

permintaan domestik tetap kuat. Konsumsi swasta diprakirakan tumbuh lebih tinggi

dibandingkan tahun 2008 yang didorong oleh berlangsungnya kegiatan Pemilu,

inflasi yang menurun, serta kebijakan pemerintah di bidang pajak penghasilan.

Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap dimotori oleh sektor

perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan, dan sektor

pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan ekonomi berpotensi mencapai kisaran

bawah proyeksi jika kondisi perekonomian AS menjadi semakin buruk dari yang

diprakirakan.

Dari sisi harga, inflasi tahun 2008 diprakirakan mencapai 11,5-12,5% (y-o-y)inflasi tahun 2008 diprakirakan mencapai 11,5-12,5% (y-o-y)inflasi tahun 2008 diprakirakan mencapai 11,5-12,5% (y-o-y)inflasi tahun 2008 diprakirakan mencapai 11,5-12,5% (y-o-y)inflasi tahun 2008 diprakirakan mencapai 11,5-12,5% (y-o-y), dengan

faktor pendorong berasal dari inflasi inti dan inflasi administered prices. Tekanan

inflasi diprakirakan menurun pada Triwulan IV-2008. Menurunnya tekanan inflasi

terkait dengan tingginya pengadaan beras Bulog yang diharapkan dapat membawa

inflasi volatile food lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya. Dalam upaya

mengendalikan inflasi, Bank Indonesia tetap melakukan optimalisasi penggunaan

seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia. Selanjutnya di tahun 2009,Selanjutnya di tahun 2009,Selanjutnya di tahun 2009,Selanjutnya di tahun 2009,Selanjutnya di tahun 2009,

inflasi IHK diprakirakan menurun berkisar 6,5-7,5% (y-o-y)inflasi IHK diprakirakan menurun berkisar 6,5-7,5% (y-o-y)inflasi IHK diprakirakan menurun berkisar 6,5-7,5% (y-o-y)inflasi IHK diprakirakan menurun berkisar 6,5-7,5% (y-o-y)inflasi IHK diprakirakan menurun berkisar 6,5-7,5% (y-o-y) dengan pendorong utama

masih tetap berasal dari inflasi inti dan administered prices. Menurunnya inflasi

antara lain sebagai dampak dari pelaksanaan kebijakan moneter serta imported

inflation yang menurun. Lebih rendahnya tekanan inflasi tersebut antara lain juga

terkait dengan kebijakan Pemerintah yang diprakirakan akan cenderung melakukan

stabilisasi harga terkait pelaksanaan Pemilu. Tekanan inflasi dari volatile food

diprakirakan minimal sedangkan tekanan inflasi dari sisi administered prices

diprakirakan masih akan tinggi karena program konversi minyak tanah ke LPG.

Sementara itu dari sisi inflasi inti, tekanan inflasi dari sisi permintaan yang cukup

besar sejak 2008 diprakirakan masih berlanjut di 2009.

Page 33: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perekonomian Indonesia ke Depan

25

ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN

Kondisi Perekonomian Internasional

Pertumbuhan ekonomi dunia untuk keseluruhan 2008 diprakirakan melambat.

Melambatnya perekonomian dunia terutama dipengaruhi oleh dampak

bergejolaknya pasar keuangan global. Faktor utama penyebabnya adalah krisis

perumahan Amerika Serikat (AS) yang menciptakan kerugian dan bangkrutnya

lembaga keuangan serta perbankan di dunia, yang selanjutnya merambat menjadi

krisis likuiditas di sebagian besar pasar antar bank di dunia. Dampak dari ketatnya

likuiditas di pasar keuangan bertambah dengan semakin ketatnya standar

penyaluran kredit. Perkembangan ini menyebabkan turunnya aliran kredit oleh

perbankan sehingga semakin memberatkan daya beli rumah tangga. Konsumsi

rumah tangga juga semakin tertekan sebagai dampak jatuhnya harga aset rumah

tangga itu sendiri. Sebagai imbasnya, sektor industri menurunkan produksi dan

penyerapan tenaga kerja sebagai respons melambatnya permintaan dari rumah

tangga. Masih suramnya prospek ekonomi di negara maju tercermin dari survei-

survei kepercayaan baik konsumen dan produsen yang masih dalam tren menurun.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2008 diprakirakan sebesar

3,9% (Tabel 4.1). Namun demikian, mengingat dampak krisis pasar finansial yang

cukup besar yang masih terjadi selama Triwulan III-2008, prakiraan PDB dunia 2008

tersebut cenderung bias kebawah.

Di sisi lain, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia mendorong harga

komoditas dunia - baik nonmigas maupun migas - cenderung turun. Selama

Januari-Agustus 2008 perkembangan harga komoditas nonmingas masih tumbuh

51,3% (y-o-y). Namun, perkembangan terakhir secara bulanan telah menunjukkan

tren yang mulai menurun. Harga komoditas

nonmigas untuk keseluruhan 2008 diprakirakan

tumbuh pada kisaran 15% (y-o-y). Demikian juga,

harga minyak dunia diprakirakan akan cenderung

turun. Perkembangan ini dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik fundamental maupun nonfundamental.

Faktor fundamental antara lain bersumber dari

menurunnya permintaan minyak dunia khususnya

dari negara maju dan China sejalan melambatnya

pertumbuhan ekonomi domestik, serta adanya

penurunan konsumsi dari negara-negara Asia

pascakenaikan harga minyak jual eceran yang

dilakukan oleh negara-negara tersebut. Sementara

itu, faktor nonfundamental meliputi penguatan

dolar, faktor cuaca seperti badai Ike dan Gustav yang

ternyata tidak menimbulkan dampak yang signifikan

terhadap penyulingan minyak di AS, serta

meredanya isu geopolitis yang mampu menekan

harga minyak turun.

PDB DuniaPDB DuniaPDB DuniaPDB DuniaPDB Dunia 5,15,15,15,15,1 5,05,05,05,05,0 3,93,93,93,93,9 3,03,03,03,03,0

Negara-negara MajuNegara-negara MajuNegara-negara MajuNegara-negara MajuNegara-negara Maju 3,03,03,03,03,0 2,62,62,62,62,6 1,51,51,51,51,5 0,50,50,50,50,5

Amerika Serikat 2,8 2,0 1,6 0,1

Kawasan Euro 2,8 2,6 1,3 0,2

Jepang 2,4 2,1 0,7 0,5

Negara Maju Lainnya 4,5 4,7 3,1 2,5

Negara BerkembangNegara BerkembangNegara BerkembangNegara BerkembangNegara Berkembang 7,97,97,97,97,9 8,08,08,08,08,0 6,96,96,96,96,9 6,16,16,16,16,1

Afrika 6,1 6,3 5,9 6,0

Eropa Timur dan Tengah 6,7 5,7 4,5 3,4

Negara Persemakmuran 8,2 8,6 7,2 5,7

Negara Berkembang Asia 9,9 10,0 8,4 7,7

China 11,6 11,9 9,7 9,3

India 9,8 9,3 7,9 6,9

Negara Timur Tengah 5,7 5,9 6,4 5,9

Amerika Latin 5,5 5,6 4,6 3,2

Tabel 4.1

Proyeksi PDB Dunia

Sumber: IMF, WEO Oktober 2008

2006Proyeksi

20072008 2009

Page 34: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

26

Skenario Kebijakan Fiskal

Sebagaimana pola historisnya, operasi keuangan Pemerintah tahun 2008

diprakirakan akan mencapai puncaknya pada triwulan terakhir. Sejalan dengan hal

tersebut, pertumbuhan konsumsi maupun investasi Pemerintah diprakirakan juga

akan mencapai level tertinggi di periode tersebut. Untuk keseluruhan tahun, defisit

diprakirakan sebesar 1,7% dari PDB, di bawah defisit APBNP 2008 sebesar 2,1%

dari PDB. Penurunan proyeksi defisit tersebut terutama karena pengaruh harga

minyak yang lebih rendah dari asumsi APBN 2008 dan realisasi penerimaan pajak

yang diprakirakan melebihi target. Dengan defisit tersebut, fiscal impulse untuk

tahun 2008 diindikasikan masih bersifat ekspansif terhadap pertumbuhan ekonomi

dengan didukung oleh terjaganya prospek kesinambungan fiskal.

Di sisi pembiayaan, berkurangnya defisit menyebabkan menurunnya kebutuhan

penerbitan SBN/SBSN. Rencana penerbitan SBSN diharapkan dapat mendukung

pencapaian target karena kondisi pasar SBN dalam negeri yang masih kurang

kondusif. Pada 2009, defisit APBN diprakirakan hanya mencapai 1,4% dari PDB,

juga di bawah rencana Pemerintah sebesar 1,7% dari PDB. Lebih rendahnya defisit

disebabkan oleh prakiraan harga minyak yang lebih rendah dibandingkan asumsi

Pemerintah serta penyerapan beberapa belanja pemerintah pusat yang cenderung

di bawah target.

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan sekitar 6,2-6,4% pada 2008.Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan sekitar 6,2-6,4% pada 2008.Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan sekitar 6,2-6,4% pada 2008.Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan sekitar 6,2-6,4% pada 2008.Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan sekitar 6,2-6,4% pada 2008.

Pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja ekspor - karena mencatat

pertumbuhan yang signifikan pada Semester I-2008 - yang diprakirakan memberi

kontribusi lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi konsumsi swasta dan

investasi. Kinerja ekspor pada Semester I-2008, didorong oleh kenaikan harga

komoditas nonmigas dan masih kuatnya pertumbuhan ekonomi negara

berkembang. Sementara itu, konsumsi swasta diprakirakan tumbuh tinggi seiring

dengan dampak kenaikan harga BBM terhadap konsumsi swasta yang tidak sedalam

prakiraan semula. Selain hal tersebut, rangkaian proses Pemilu yang telah dimulai

pada pertengahan 2008 juga akan memberi multiplier effect ke konsumsi swasta

untuk tumbuh meningkat pada triwulan terakhir 2008.

Selanjutnya pada 2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih rendah dari 2008Selanjutnya pada 2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih rendah dari 2008Selanjutnya pada 2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih rendah dari 2008Selanjutnya pada 2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih rendah dari 2008Selanjutnya pada 2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih rendah dari 2008

didorong oleh lebih rendahnya pertumbuhan ekspor karena perkembangan harga

komoditas nonmigas yang melambat serta menurunnya permintaan berkaitan

dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia. Dari sisi domestik, konsumsi

swasta akan kembali menjadi motor pertumbuhan seiring dengan meningkatnya

daya beli masyarakat dan berlanjutnya multiplier effect kegiatan Pemilu. Faktor

lainnya yang diprakirakan memberi dampak positif terhadap konsumsi swasta adalah

penurunan Pendapatan Tidak Kena Pajak, pengurangan tarif pajak bagi UMKM,

Wajib Pajak Pribadi dan Badan, serta pajak deviden, dan peningkatan gaji PNS/TNI/

POLRI. Kuatnya konsumsi swasta akan mendorong investasi untuk tetap tumbuh

Page 35: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perekonomian Indonesia ke Depan

27

tinggi pada 2009, walaupun sedikit menurun dibanding tahun 2008 karena

melambatnya pertumbuhan ekspor.

Prospek Permintaan Agregat

Konsumsi rumah tangga tahun 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,3-5,5%Konsumsi rumah tangga tahun 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,3-5,5%Konsumsi rumah tangga tahun 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,3-5,5%Konsumsi rumah tangga tahun 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,3-5,5%Konsumsi rumah tangga tahun 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,3-5,5%,

lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2007. Pertumbuhan konsumsi swasta yang

lebih tinggi ini didorong oleh beberapa faktor. Pertama, pertumbuhan ekspor barang

dan jasa yang lebih tinggi dari prakiraan memberikan income effect lebih tinggi ke

konsumsi swasta. Kedua, tingkat suku bunga yang relatif rendah mendorong

peningkatan kredit konsumsi. Ketiga, pengaruh kenaikan harga BBM pada Mei

2008 terhadap perlambatan pertumbuhan konsumsi swasta ternyata tidak sedalam

prakiraan semula. Dampak kenaikan harga BBM pada Mei 2008 terhadap

perlambatan pertumbuhan konsumsi swasta berbeda dibanding saat kenaikan harga

BBM Oktober 2005 (lihat LKM Triwulan II-2008).

Masih kuatnya konsumsi swasta antara lain didukung oleh beberapa indikator.

Pada triwulan III-2008, penyaluran kredit konsumsi masih menunjukkan tren yang

meningkat. Pada Agustus 2008, kredit konsumsi tumbuh sebesar 35%. Indikator

lainnya adalah penjualan mobil yang mencatat pertumbuhan sebesar 49% (y-o-y)

pada bulan Juli-Agustus 2008.

Konsumsi Pemerintah pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,9-6,1%Konsumsi Pemerintah pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,9-6,1%Konsumsi Pemerintah pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,9-6,1%Konsumsi Pemerintah pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,9-6,1%Konsumsi Pemerintah pada 2008 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,9-6,1%.

Prakiraan tersebut lebih rendah dari prakiraan sebelumnya pada LKM Triwulan II-

2008. Lebih rendahnya konsumsi Pemerintah disebabkan oleh penurunan konsumsi

pemerintah pusat karena Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang lebih besar dari

prakiraan. Selain itu, terjadi penurunan pada konsumsi pemerintah daerah karena

diberlakukannya semacam batas pada asumsi harga minyak yang menjadi dasar

perhitungan Dana Bagi Hasil (DBH) ke Pemda.

Investasi pada 2008 diprakirakan tumbuh mencapai 12,9-13,1%Investasi pada 2008 diprakirakan tumbuh mencapai 12,9-13,1%Investasi pada 2008 diprakirakan tumbuh mencapai 12,9-13,1%Investasi pada 2008 diprakirakan tumbuh mencapai 12,9-13,1%Investasi pada 2008 diprakirakan tumbuh mencapai 12,9-13,1%, lebih tinggi bila

dibandingkan dengan tahun 2007 maupun proyeksi sebelumnya. Dari sisi pelaku,

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

2006

I II III IV I II III IV I II III*Komponen

Tabel 4.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

20062007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Total Konsumsi 3,8 5,6 2,8 3,5 3,9 4,6 4,6 5,3 5,1 4,9 5,6 4,9 5,0 5,3 - 5,5

Konsumsi Swasta 2,9 3,0 3,0 3,8 3,2 4,7 4,7 5,1 5,6 5,0 5,7 5,3 5,1 5,2 - 5,4

Konsumsi Pemerintah 11,5 28,8 1,7 2,2 9,6 3,7 3,8 6,5 2,0 3,9 4,7 2,2 4,5 5,9 - 6,1

Total Investasi 1,4 0,9 0,8 6,8 2,5 7,0 6,9 10,4 12,1 9,2 15,4 12,8 12,0 12,9 - 13,1

Permintaan Domestik 3,2 4,4 2,3 4,3 3,5 5,2 5,2 6,6 6,8 6,0 8,0 6,9 6,8 7,2 - 7,4

Ekspor Barang dan Jasa 11,8 11,4 8,3 6,6 9,4 8,1 9,8 6,9 7,3 8,0 15,5 16,1 15,8 14,3 - 14,5

Impor Barang dan Jasa 4,8 9,3 10,9 9,2 8,6 8,5 6,5 7,0 13,6 8,9 17,8 16,7 16,0 16,4 - 16,6

PDBPDBPDBPDBPDB 5,15,15,15,15,1 5,05,05,05,05,0 5,95,95,95,95,9 6,06,06,06,06,0 5,55,55,55,55,5 6,16,16,16,16,1 6,46,46,46,46,4 6,56,56,56,56,5 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,46,46,46,46,4 6,36,36,36,36,3 6,2 - 6,46,2 - 6,46,2 - 6,46,2 - 6,46,2 - 6,4

20072008

2008*

Page 36: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

28

pertumbuhan investasi didorong oleh investasi swasta. Dari sisi jenisnya, kinerja

investasi terutama didorong oleh investasi nonbangunan. Pertumbuhan konsumsi

swasta yang kuat akan mendorong pertumbuhan investasi nonbangunan.

Perkembangan ini dikonfirmasi oleh beberapa indikator yang menunjukkan

kecenderungan pertumbuhan investasi yang tumbuh cukup tinggi. Persetujuan

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Dalam Negeri (PMDN) yang tinggi dan impor

barang modal yang tumbuh signifikan merupakan indikator prospek investasi ke

depan. Indikator prospek investasi lainnya adalah pertumbuhan kredit investasi yang

hingga Agustus 2008 telah mencapai 30%.

Dari sisi eksternal, ekspor barang dan jasa diprakirakan tumbuh mencapai 14,3-ekspor barang dan jasa diprakirakan tumbuh mencapai 14,3-ekspor barang dan jasa diprakirakan tumbuh mencapai 14,3-ekspor barang dan jasa diprakirakan tumbuh mencapai 14,3-ekspor barang dan jasa diprakirakan tumbuh mencapai 14,3-

14,5% pada 2008,14,5% pada 2008,14,5% pada 2008,14,5% pada 2008,14,5% pada 2008, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007. Kinerja ekspor

yang menggembirakan tersebut didorong oleh perkembangan harga komoditas

internasional yang tinggi pada Semester I-2008 dan upaya diversifikasi negara tujuan

ekspor Indonesia ke negara-negara berkembang, khususnya di Asia. Komoditas

ekspor yang tumbuh tinggi diprakirakan berbasis komoditas primer. Sisi pasokan

barang ekspor kelompok tersebut diprakirakan tetap terjaga mengingat investasi

di sektor primer cukup tinggi. Sementara itu, impor barang dan jasa pada 2008impor barang dan jasa pada 2008impor barang dan jasa pada 2008impor barang dan jasa pada 2008impor barang dan jasa pada 2008

diprakirakan tumbuh sekitar 16,4-16,6%. diprakirakan tumbuh sekitar 16,4-16,6%. diprakirakan tumbuh sekitar 16,4-16,6%. diprakirakan tumbuh sekitar 16,4-16,6%. diprakirakan tumbuh sekitar 16,4-16,6%. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibandingkan tahun 2007 maupun prakiraan terdahulu. Kenaikan impor tersebut

sejalan dengan kenaikan pertumbuhan permintaan domestik dan ekspor.

Prospek Penawaran Agregat

Pertumbuhan sisi sektoral pada 2008Pertumbuhan sisi sektoral pada 2008Pertumbuhan sisi sektoral pada 2008Pertumbuhan sisi sektoral pada 2008Pertumbuhan sisi sektoral pada 2008 diprakirakan tetap didorong oleh tiga sektor

utama, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan hotel

dan restoran, serta sektor industri pengolahan. Sektor pengangkutan dan

komunikasi masih mampu tumbuh relatif tinggi. Pertumbuhan tinggi di sektor

tersebut terutama disumbang oleh subsektor komunikasi. Perkembangan teknologi

subsektor komunikasi mendorong sektor tersebut mampu melayani jasa komunikasi

% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

2006

I II III IV I II III IV I II III*Sektor

Tabel 4.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

20062007

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 6,6 1,6 2,6 2,6 3,4 -1,7 4,7 7,6 3,1 3,5 6,1 4,6 2,1 3,7 - 3,9

Pertambangan & Penggalian 2,3 3,6 1,1 0,0 1,7 6,2 3,2 1,0 -2,1 2,0 -1,9 -0,9 1,0 (-0,2) - (-0,4)

Industri Pengolahan 3,0 3,6 5,9 5,8 4,6 5,2 5,1 4,5 3,8 4,7 4,2 4,1 4,0 4,0 - 4,2

Listrik, Gas & Air Bersih 5,1 4,5 5,8 7,7 5,8 8,2 10,2 11,3 11,8 10,4 12,6 11,2 11,0 11,1 - 11,3

Bangunan 7,7 8,5 8,5 8,6 8,3 8,4 7,7 8,3 9,9 8,6 7,9 8,0 8,1 7,9 - 8,1

Perdagangan, Hotel & Restoran 4,9 5,9 7,9 7,0 6,4 9,2 7,6 7,9 9,1 8,5 7,1 7,9 7,8 7,5 - 7,7

Pengangkutan & Komunikasi 12,0 13,8 14,5 17,0 14,4 13,0 12,7 14,1 17,4 14,4 20,3 19,6 19,5 19,3 - 19,5

Keuangan, Persewaan & Jasa 5,6 5,2 4,5 6,5 5,5 8,1 7,6 7,6 8,6 8,0 8,2 8,7 8,5 8,0 - 8,2

Jasa-jasa 5,8 6,0 6,7 6,2 6,2 7,0 7,0 5,2 7,2 6,6 5,6 6,5 7,3 6,3 - 6,5

PDBPDBPDBPDBPDB 5,15,15,15,15,1 5,05,05,05,05,0 5,95,95,95,95,9 6,06,06,06,06,0 5,55,55,55,55,5 6,16,16,16,16,1 6,46,46,46,46,4 6,56,56,56,56,5 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,36,36,36,36,3 6,46,46,46,46,4 6,36,36,36,36,3 6,2 - 6,46,2 - 6,46,2 - 6,46,2 - 6,46,2 - 6,4

20072008

2008*

Page 37: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perekonomian Indonesia ke Depan

29

yang murah sehingga terjangkau masyarakat luas. Dengan tingkat konsumsi

masyarakat yang relatif masih kuat, daya serap pasar subsektor komunikasi relatif

tinggi. Sementara itu, kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor

industri pengolahan mendapat dorongan dari daya beli masyarakat yang

diprakirakan tetap kuat. Selanjutnya pada 2009pada 2009pada 2009pada 2009pada 2009, kenaikan daya beli masyarakat

akan mendorong kenaikan pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran. Namun demikian, jika kondisi perekonomian

AS semakin buruk dari prakiraan, perekonomian berpotensi tumbuh di kisaran

bawah proyeksi.

Sektor industri pengolahan, yang merupakan sektor dengan pangsa terbesar dalamSektor industri pengolahan, yang merupakan sektor dengan pangsa terbesar dalamSektor industri pengolahan, yang merupakan sektor dengan pangsa terbesar dalamSektor industri pengolahan, yang merupakan sektor dengan pangsa terbesar dalamSektor industri pengolahan, yang merupakan sektor dengan pangsa terbesar dalam

perekonomian, pada 2008 diprakirakan tumbuh berkisar 4,0-4,2%.perekonomian, pada 2008 diprakirakan tumbuh berkisar 4,0-4,2%.perekonomian, pada 2008 diprakirakan tumbuh berkisar 4,0-4,2%.perekonomian, pada 2008 diprakirakan tumbuh berkisar 4,0-4,2%.perekonomian, pada 2008 diprakirakan tumbuh berkisar 4,0-4,2%. Pertumbuhan

sektor industri, terutama industri nonmigas, diprakirakan disumbang oleh subsektor

alat angkut, mesin dan peralatannya, serta subsektor makanan dan minuman.

Sementara itu, perluasan pasar industri alat angkut penghasil kapal laut, relatif

tingginya permintaan dari industri otomotif dan turunannya, serta alat berat seperti

traktor, antara lain menjadi penyebab meningkatnya produksi subsektor industri

alat angkut, mesin dan peralatannya. Kegiatan dalam rangka persiapan Pemilu

diprakirakan akan mendorong aktivitas subsektor industri makanan dan minuman,

kertas dan barang cetakan, serta tekstil, barang kulit dan alas kaki. Meningkatnya

pertumbuhan subsektor industri makanan dan minuman tersebut dikonfirmasi oleh

pertumbuhan impor bahan baku untuk industri makanan dan minuman yang

cenderung meningkat.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan tumbuh sekitar 7,6-7,8%Sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan tumbuh sekitar 7,6-7,8%Sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan tumbuh sekitar 7,6-7,8%Sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan tumbuh sekitar 7,6-7,8%Sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan tumbuh sekitar 7,6-7,8%

pada tahun 2008.pada tahun 2008.pada tahun 2008.pada tahun 2008.pada tahun 2008. Membaiknya daya beli masyarakat memberikan dorongan positif

terhadap kinerja di sektor-sektor penghasil barang. Hal tersebut pada gilirannya

berdampak pada peningkatan aktivitas perdagangan besar dan eceran. Kegiatan

ini akan semakin meningkat manakala kegiatan terkait Pemilu mulai dilakukan.

Meningkatnya aktivitas bisnis masyarakat akan mendorong nilai tambah subsektor

hotel dan restoran.

Sektor pertanian diprakirakan tumbuh mencapai 3,7-3,9% pada 2008. Sektor pertanian diprakirakan tumbuh mencapai 3,7-3,9% pada 2008. Sektor pertanian diprakirakan tumbuh mencapai 3,7-3,9% pada 2008. Sektor pertanian diprakirakan tumbuh mencapai 3,7-3,9% pada 2008. Sektor pertanian diprakirakan tumbuh mencapai 3,7-3,9% pada 2008. Di sektor

pertanian, peran subsektor tanaman bahan makanan - khususnya padi - sangat

besar. Angka Ramalan II-BPS memprakirakan adanya peningkatan baik dari produksi,

luas panen maupun produktivitas. Kebijakan Pemerintah untuk mencapai

swasembada pangan pada tahun 2009 menjadi pendorong penting pertumbuhan

subsektor tanaman bahan makanan. Untuk merealisasikan kebijakan tersebut

Pemerintah berencana untuk meningkatkan dana subsidi pupuk dan benih cukup

signifikan. Sementara itu, produksi subsektor tanaman perkebunan diprakirakan

tetap tinggi terutama didukung oleh produksi perkembunan kelapa sawit. Saat ini

usia tanaman kelapa sawit pada umumnya memasuki masa produksi yang optimal.

Meskipun harga CPO di pasar internasional mulai menurun mengikuti harga minyak

mentah, namun dengan peningkatan kuantitas diharapkan kinerja subsektor

perkebunan dapat bertahan.

Page 38: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

30

Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap tumbuh tinggi berkisarSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap tumbuh tinggi berkisarSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap tumbuh tinggi berkisarSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap tumbuh tinggi berkisarSektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tetap tumbuh tinggi berkisar

19,3-19,5% pada 200819,3-19,5% pada 200819,3-19,5% pada 200819,3-19,5% pada 200819,3-19,5% pada 2008. Sektor pengangkutan dan komunikasi mampu tumbuh

relatif tinggi terutama didorong oleh kinerja subsektor komunikasi. Daya beli yang

memadai didukung oleh layanan selular yang makin luas dan murah. Meskipun

tumbuh tetap tinggi, namun tren pertumbuhan sektor pengangkutan dan

komunikasi berpotensi melambat. Hal tersebut terjadi karena persaingan di industri

selular semakin ketat seiring dengan meningkatnya pelaku bisnis di sektor tersebut.

Dengan semakin banyak pelaku bisnis di sektor tersebut, margin yang dinikmati

setiap pelaku bisnis lambat laun menurun.

Pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan menurun pada 2008, mencapai 7,9-Pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan menurun pada 2008, mencapai 7,9-Pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan menurun pada 2008, mencapai 7,9-Pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan menurun pada 2008, mencapai 7,9-Pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan menurun pada 2008, mencapai 7,9-

8,1%. 8,1%. 8,1%. 8,1%. 8,1%. Pertumbuhan yang lebih rendah ini terutama disebabkan realisasi

pembangunan infrastruktur yang belum signifikan. Pembangunan berbagai

infrastruktur diprakirakan tumbuh melambat dipicu oleh kenaikan harga material

yang cukup tinggi dan tidak diprakirakan sebelumnya. Dengan perkembangan harga

material bangunan yang meningkat, margin keuntungan kontraktor kian menipis,

bahkan mulai banyak yang merugi. Untuk pembangunan jalan tol, hambatan yang

utama adalah pembebasan lahan yang memakan waktu cukup lama.

Kinerja sektor keuangan pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh sebesar 8,0-8,2%Kinerja sektor keuangan pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh sebesar 8,0-8,2%Kinerja sektor keuangan pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh sebesar 8,0-8,2%Kinerja sektor keuangan pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh sebesar 8,0-8,2%Kinerja sektor keuangan pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh sebesar 8,0-8,2%.

Saat ini perbankan menghadapi likuiditas yang ketat. Untuk dapat menarik dana

pihak ketiga, bank-bank berlomba-lomba menaikkan suku bunga simpanannya,

yang akhirnya memperkecil selisih antara bunga pinjaman dan simpanan. Dengan

kondisi likuiditas yang ketat, perbankan akan lebih selektif dalam menyalurkan

kreditnya, sehingga ekspansi perbankan menjadi terbatas.

PRAKIRAAN INFLASI

Prospek inflasi 2008 diprakirakan berada pada kisaran 11,5-12,5% (y-o-y).Prospek inflasi 2008 diprakirakan berada pada kisaran 11,5-12,5% (y-o-y).Prospek inflasi 2008 diprakirakan berada pada kisaran 11,5-12,5% (y-o-y).Prospek inflasi 2008 diprakirakan berada pada kisaran 11,5-12,5% (y-o-y).Prospek inflasi 2008 diprakirakan berada pada kisaran 11,5-12,5% (y-o-y). Dari

komponennya, inflasi pada 2008 terutama dipengaruhi oleh inflasi inti dan

administered. Tingginya inflasi inti dan administered pada 2008 terutama disebabkan

oleh tingginya harga makanan dan energi yang diikuti kenaikan harga BBM domestik.

Pada akhir tahun 2008, tekanan inflasi diprakirakan masih tinggi, walaupun

cenderung menurun. Tekanan inflasi di Triwulan IV -yang pada umumnya didorong

terutama oleh inflasi bahan makanan seiring dengan berlangsungnya masa tanam -

pada tahun ini diprakirakan lebih rendah. Hal tersebut didukung oleh tingginya

pengadaan beras oleh Bulog. Selain itu, kecenderungan penurunan harga-harga

komoditas internasional yang diikuti oleh turunnya inflasi di negara-negara mitra

dagang diprakirakan akan berdampak positif terhadap turunnya inflasi domestik.

Selanjutnya untuk 2009, inflasi diprakirakan menurun mencapai kisaran 6,5%-Selanjutnya untuk 2009, inflasi diprakirakan menurun mencapai kisaran 6,5%-Selanjutnya untuk 2009, inflasi diprakirakan menurun mencapai kisaran 6,5%-Selanjutnya untuk 2009, inflasi diprakirakan menurun mencapai kisaran 6,5%-Selanjutnya untuk 2009, inflasi diprakirakan menurun mencapai kisaran 6,5%-

7,5%.7,5%.7,5%.7,5%.7,5%. Pendorong utama inflasi masih tetap berasal dari inflasi inti dan administered.

Dari sisi inflasi inti, tekanan inflasi dari sisi permintaan yang cukup besar dari 2008

diprakirakan masih berlanjut di 2009, terkait proses penyiapan Pemilu. Tekanan

inflasi dari sisi administered diprakirakan masih akan tinggi, terkait konversi minyak

tanah ke LPG dan kemungkinan kenaikan barang administered lainnya setelah

Page 39: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Perekonomian Indonesia ke Depan

31

dibentuknya pemerintahan baru. Di tahun 2009, tekanan inflasi dari sisi volatile

food diprakirakan minimal antara lain didorong oleh baiknya pengadaan beras

oleh Bulog.

Dari sisi komponen pembentuk inflasi, ekspektasi inflasi diprakirakan cenderung

menurun meskipun masih cukup tinggi. Membaiknya ekspektasi inflasi masyarakat

terutama sejalan dengan kecenderungan inflasi yang cenderung menurun.

Membaiknya ekspektasi inflasi tersebut terutama terjadi pada konsumen dan

pedagang.

Dari sisi interaksi permintaan dan penawaran, terdapat indikasi peningkatan

permintaan walaupun dampaknya terhadap inflasi ditengarai masih relatif minimal.

Namun demikian, tingginya pertumbuhan investasi sejak Q3-2007 diharapkan dapat

merespon peningkatan permintaan sehingga dampaknya terhadap inflasi

diprakirakan minimal.

Tekanan inflasi dari sisi eksternal diprakirakan akan mereda. Meredanya tekanan

inflasi dari sisi eksternal dipicu oleh turunnya harga minyak dan harga komoditas

lainnya. Penurunan harga-harga komoditas internasional tersebut berakibat pada

lebih rendahnya tekanan inflasi di negara-negara mitra dagang yang pada gilirannya

diprakirakan akan mengurangi tekanan inflasi di dalam negeri melalui harga-harga

barang impor.

Tekanan inflasi dari sisi administered diprakirakan masih akan tinggi. Tingginya

inflasi administered terutama terkait program konversi minyak tanah ke LPG yang

masih akan berlanjut sampai 2009. Di luar hal tersebut, pemerintah diprakirakan

tidak akan meningkatkan harga barang-barang administered sampai dengan

terbentuknya pemerintah baru pada Triwulan III-2009. Sementara itu, tekanan inflasi

dari sisi volatile food diprakirakan minimal. Pengadaan beras Bulog yang sampai

dengan bulan September 2008 telah mencapai 2,3 juta ton diprakirakan akan

membawa inflasi volatile food ke tingkat yang lebih rendah dibandingkan historisnya.

Sampai dengan akhir tahun 2008, pengadaan beras Bulog ditargetkan sebesar

2,8-3,0 juta ton. Pengadaan beras tersebut merupakan yang tertinggi selama sejarah

pengadaan beras oleh Bulog. Selain itu, kecenderungan penurunan harga minyak

dan komoditas lainnya juga akan berdampak positif terhadap terkendalinya inflasi

volatile food. Di tahun 2009, tingginya produksi bahan makanan di dalam negeri

diharapkan dapat berlanjut sejalan dengan program peningkatan produktivitas

pertanian melalui pemberian benih hibrida, pupuk bersubsidi, dan perbaikan

infrastruktur pertanian.

FAKTOR RISIKO

Pertumbuhan ekonomi dibayangi oleh faktor risiko eksternal. Pertumbuhan ekonomi dibayangi oleh faktor risiko eksternal. Pertumbuhan ekonomi dibayangi oleh faktor risiko eksternal. Pertumbuhan ekonomi dibayangi oleh faktor risiko eksternal. Pertumbuhan ekonomi dibayangi oleh faktor risiko eksternal. Risiko terbesar berasal

dari kondisi perekonomian AS jika berbagai kebijakan yang ditempuh oleh otoritas

fiskal dan moneter tidak efektif untuk memperbaiki krisis finansial di negara tersebut.

Penurunan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih dalam akan merembet ke

penurunan pertumbuhan ekonomi negara kawasan Euro dan selanjutnya ke

Page 40: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III-2008

32

pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang. Jika pertumbuhan ekonomi

dunia menjadi lebih rendah, dampaknya akan menurunkan pertumbuhan volume

perdagangan dunia. Sebagai konsekuensinya, pertumbuhan ekspor barang dan

jasa dapat terpukul.

Dari sisi inflasi, faktor risiko berasal dari komponen Dari sisi inflasi, faktor risiko berasal dari komponen Dari sisi inflasi, faktor risiko berasal dari komponen Dari sisi inflasi, faktor risiko berasal dari komponen Dari sisi inflasi, faktor risiko berasal dari komponen administeredadministeredadministeredadministeredadministered seperti harga BBM seperti harga BBM seperti harga BBM seperti harga BBM seperti harga BBM,

dimana dalam RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) pemerintah provinsi

diberi kewenangan menetapkan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor

(PBBKB) antara 0-10%. RUU tersebut juga mengatur mengenai pajak rokok dan

pajak parkir yang juga akan berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan inflasi.

Masih besarnya subsidi BBM, Tarif Dasar Listrik, dan LPG juga berpotensi

meningkatkan harga jual untuk komoditas-komoditas tersebut sehingga akan

memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan

tekanan inflasi ke depan.

Page 41: Tinjaun Umum (1-3) - Bank Indonesia · 1 1. Tinjauan Umum Tekanan inflasi di Indonesia pada triwulan III-2008 masih tinggi. Hal ini terutama berasal dari tingginya ekspektasi inflasi

Respon Kebijakan Moneter Triwulan III-2008

33

5. Respon Kebijakan MoneterTriwulan III-2008

Perekonomian Indonesia pada triwulan III-2008 diprakirakan tetap mencatatPerekonomian Indonesia pada triwulan III-2008 diprakirakan tetap mencatatPerekonomian Indonesia pada triwulan III-2008 diprakirakan tetap mencatatPerekonomian Indonesia pada triwulan III-2008 diprakirakan tetap mencatatPerekonomian Indonesia pada triwulan III-2008 diprakirakan tetap mencatat

pertumbuhan yang tinggi sebesar 6,3% (yoy).pertumbuhan yang tinggi sebesar 6,3% (yoy).pertumbuhan yang tinggi sebesar 6,3% (yoy).pertumbuhan yang tinggi sebesar 6,3% (yoy).pertumbuhan yang tinggi sebesar 6,3% (yoy). Untuk keseluruhan tahun 2008,

sampai dengan selesainya kegiatan Pemilu tahun 2009, pertumbuhan ekonomi

Indonesia diprakirakan masih tetap baik. Hal tersebut terutama ditopang oleh

pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran Pemerintah yang tinggi.

Dari sisi harga, tekanan inflasi tahun 2008 terutama bersumber dari dampak

kenaikan harga BBM dan peningkatan harga komoditas internasional. Namun

demikian, Bank Indonesia juga melihat adanya peningkatan tekanan pada sisi

permintaan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan kredit dan uang beredar

yang tinggi sampai dengan triwulan III-2008. Di samping itu, Bank Indonesia juga

mencermati perkembangan yang terjadi di pasar keuangan dunia, khususnya yang

terjadi di Amerika Serikat dan dampaknya pada kinerja perekonomian domestik.

Fokus Bank Indonesia adalah mengurangi tekanan inflasi dalam perekonomian ke

depan yang diperkirakan berasal dari masih tingginya ekspektasi inflasi masyarakat,

permintaan domestik, serta mempertimbangkan dampak imported inflation yang

terkait degan potensi dari pelemahan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, RapatRapatRapatRapatRapat

Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Oktober 2008 memutuskan untukDewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Oktober 2008 memutuskan untukDewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Oktober 2008 memutuskan untukDewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Oktober 2008 memutuskan untukDewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Oktober 2008 memutuskan untuk

menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 9,50%.menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 9,50%.menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 9,50%.menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 9,50%.menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 9,50%.

Dalam upaya pengendalian inflasi, Bank Indonesia akan melakukan pengoptimalan

penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia. Selain itu,

Kebijakan stabilisasi rupiah diarahkan pada upaya mengurangi gejolak nilai tukar

yang terlalu tajam. Tekanan terhadap rupiah yang terjadi saat ini dipandang masih

sejalan dengan perkembangan yang terjadi pada mata uang regional. Dengan

kebijakan yang ditempuh, Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada 2008 akan

berada pada kisaran 11,5-12,5% dan pada 2009 akan berada pada kisaran 6,5%-

7,5%.

Menghadapi terjadinya krisis keuangan di AS, secara umum momentum

pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terjaga. Selain itu, ketahanan serta

kestabilan sistem keuangan Indonesia diprakirakan masih dapat bertahan dengan

baik. Ke depan, Bank Indonesia akan terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah

untuk mencermati perkembangan yang terjadi dan mengambil langkah yang

diperlukan.