tipologi self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas...
TRANSCRIPT
TIPOLOGI SELF EFFICACY SISWA DALAM
MENGERJAKAN TUGAS PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Penelitian di SMP Islamiyah Serua Depok)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh
Luthfiah Nur Anisa
NIM 11140110000037
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/ 1440 H
i
ABSTRAK
Luthfiah Nur Anisa (NIM: 11140110000037). TIPOLOGI SELF EFFICACY
SISWA DALAM MENGERJAKAN TUGAS PADA MATA PELAJARAN
PAI (PENELITIAN DI SMP ISLAMIYAH SERUA DEPOK).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipologi self efficacy siswa dalam
mengerjakan tugas pada mata pelajaran PAI. Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Islamiyah Serua Depok.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi, wawancara,
dokumentasi, serta angket siswa sebagai penguat hasil penelitian dari ketiga
metode sebelumnya mengenai tipologi self efficacy siswa dalam mengerjakan
tugas PAI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipologi self efficacy siswa dalam
mengerjakan tugas pada mata pelajaran PAI di SMP Islamiyah Serua yang dilihat
berdasarkan tingkatan, kekuatan, dan keluasan. Dapat diketahui, yaitu pada
tingkatan terdapat work hard, unresponsibility, dan prokratinasi. Lalu pada
kekuatan terdapat self strength dan self weakness. Dan terakhir pada keluasan
terdapat do all task dan do some task.
Kata kunci: Tipologi self efficacy, Tugas, Pendidikan Agama Islam
ii
ABSTRACT
Luthfiah Nur Anisa (NIM: 11140110000037). TYPOLOGY SELF
EFFICACY OF STUDENTS IN DOING ASSIGNMENTS ON PAI
SUBJECT (RESEARCH IN SMP ISLAMIYAH SERUA DEPOK).
This study aims to determine the typology self efficacy of students in doing
assignments on PAI subjects. This research was conducted at SMP Islamiyah
Serua Depok.
This type of research uses a qualitative approach with descriptive methods. Data
collection techniques carried out through observation, interviews, documentation,
and student questionnaires as reinforcement of the results of research from the
three previous methods regarding the typology self-efficacy of students in doing
PAI assignments.
The results showed that the typology self efficacy of students in doing
assignments on PAI subjects at SMP Islamiyah Serua Depok was seen based on
their magnitude, strength, and generality. It can be known that magnitude there
are hard work, unresponsibility, and procrasination. Then in strength there are self
strength and self weakness. And lastly in the generality there are do all task and
do some task.
Keywords: Typology of self efficacy, Task, Pendidikan Agama Islam
iii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah
SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Tak lupa shalawat serta salam untuk junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW. yang telah menunjukkan jalan yang lurus untuk seluruh
umatnya.
Alhamdulillah, atas karunia dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Tipologi Self Efficacy Siswa dalam
Mengerjakan Tugas Pada Mata Pelajaran PAI (Penelitian di SMP Islamiyah
Serua Depok)”.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis tidak sedikit menemui kesulitan. Namun
dengan adanya usaha dan dorongan dari berbagai pihak, penulis merasa mudah
dalam menyusun skripsi ini. Maka penulis sebagai penyusun mengucapkan
banyak terima kasih kepada pihak terkait yang telah banyak membantu penulis
dalam menyusun skripsi ini hingga dapat terselesaikan dengan baik, diantaranya:
1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Marhamah Saleh, Lc., MA., selaku Wakil Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Nur’aini Ahmad, M.Fil., dan Dr. Akhmad Sodiq, M. Ag., selaku Dosen
Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.
5. Yudhi Munadi, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah sabar
dan banyak meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan serta arahan
kepada penulis.
iv
6. Seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dan membimbing serta
membekali dengan ilmu pengetahuan serta membantu proses perkuliahan
penulis.
7. Hidayat, S. Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Islamiyah Serua Depok yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP
Islamiyah Serua Depok.
8. Wardah, S. Ag., selaku Guru PAI kelas VIII dan IX di SMP Islamiyah Serua
Depok yang telah memberikan izin dan menyediakan waktu pembelajaran
untuk penulis teliti di SMP Islamiyah Serua Depok.
9. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Dadang Sudarso dan Ibu Mimin Dasimi).
“Alhamdulillah keinginan Bapak dan Ibu telah ananda kabulkan, ananda
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena berkat do’a dan
dukungan yang tiada henti Bapak dan Ibu berikan, sehingga menjadikan
ananda seperti sekarang ini. Kasih sayang, perhatian, pikiran, arahan senyum
dan kebutuhan ananda yang tercukupi.
10. Adik-adikku tercinta (Ananda Lulu Itsnaini, M. Rifqi ar-Raihan, Helmi
Yaqdhan Ayyasi, dan Zhafran al-Hanan). Terima kasih telah memberikan
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Partnerku (Rian Saputro). Terima kasih telah membantu dan memberikan
semangat serta do’a dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku tercinta khususnya, Mulyani, Zahrah, Nurul, Iis, Fitri, Ari,
Rizkah, Putri, Dina. Terima kasih atas do’a, bantuan dan dukungannya yang
kalian berikan dalam penyusunan skripsi ini.
13. Teman-teman angkatan 2014 di Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semangat dan rasa
kekeluargaan yang telah diberikan kepada penulis.
Terima kasih banyak atas segala bantuan, dukungan dan dorongan semangat
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis tidak dapat membalas
kebaikan kalian semua, hanya seuntai do’a yang dapat penulis sampaikan
v
“Jazakumullah Khairon Katsiron”. Semua kebaikan yang telah diberikan akan
selalu terpatri dalam hati dan semoga Allah SWT. selalu mengiringi langkah
kalian dimanapun kalian berada. Aamiin.
Penulis,
Luthfiah Nur Anisa
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSRTACK ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 7
D. Perumusan Masalah .......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
F. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tipologi Self Efficacy ....................................................................... 9
1. Pengertian Tipologi .................................................................... 9
2. Pengertian Self Efficacy .............................................................. 10
3. Pengaruh Self Efficacy terhadap Manusia................................... 12
4. Sumber Self Efficacy ................................................................... 12
a. Mastery Experience (Pengalaman Langsung) ...................... 13
vii
b. Vicarious Experience (Pengalaman Orang Lain) ................. 14
c. Social Persuasion (Persuasi Sosial) ..................................... 14
d. Physiological and Emotional States (Keadaan Fisologi dan
Emosi) ................................................................................... 15
5. Dimensi Self Efficacy .................................................................. 15
a. Dimensi Magnitude (Level) .................................................. 16
b. Dimensi Strength (Kekuatan) ............................................... 16
c. Dimensi Generality (Generalisasi) ....................................... 16
B. Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ................................... 17
1. Tugas........................................................................................... 17
a. Fase Pemberian Tugas .......................................................... 18
b. Fase Pelaksanaan Tugas ....................................................... 18
c. Fase Pertanggungjawaban Tugas .......................................... 19
2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ................................... 19
C. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENILITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 23
1. Tempat Penelitian ....................................................................... 23
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 23
B. Latar Penelitian ................................................................................. 23
C. Metode Penelitian ............................................................................. 23
D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 24
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 25
1. Observasi .................................................................................... 25
2. Wawancacara .............................................................................. 27
3. Dokumentasi ............................................................................... 29
4. Angket......................................................................................... 29
5. Triangulasi .................................................................................. 30
F. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................... 30
1. Perpanjangan pengamatan .......................................................... 31
viii
2. Ketekunan pengamatan ............................................................... 31
3. Triangulasi .................................................................................. 31
G. Analisis Data ..................................................................................... 32
1. Organisasi data............................................................................ 32
2. Koding dan analisis..................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SMP Islamiyah Serua ........................................................ 34
1. Sejarah Singkat ...................................................................... 34
2. Visi dan Misi Sekolah ............................................................ 35
3. Guru dan Tenaga Kependidikan ............................................ 36
4. Keadaan Siswa ....................................................................... 37
5. Sarana dan Prasarana ............................................................. 37
6. Informan ................................................................................ 37
B. Deskripsi Data ............................................................................. 38
C. Pembahasan ................................................................................. 48
1. Tugas Mata Pelajaran PAI di SMP Islamiyah Serua ............. 48
2. Tipologi Self Efficacy Siswa dalam Mengerjakan Tugas PAI
Berdasarkan Tingkatan .......................................................... 50
3. Tipologi Self Efficacy Siswa dalam Mengerjakan Tugas PAI
Berdasarkan Kekuatan ........................................................... 53
4. Tipologi Self Efficacy Siswa dalam Mengerjakan Tugas PAI
Berdasarkan Keluasan ........................................................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 61
B. Saran ............................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 63
LAMPIRAN ............................................................................................... 67
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi ............................................................. 26
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara .......................................................... 28
Tabel 4.1 Guru dan Tenaga Kependidikan ........................................ 36
Tabel 4.2 Keadaan Siswa ................................................................... 37
Tabel 4. 3 Nama-Nama Informan ....................................................... 37
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Penelitian ............................................................. 67
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Siswa .............................................. 70
Lampiran 3 Pedomana Wawancara Guru ............................................. 71
Lampiran 4 Angket Penelitian .............................................................. 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan
merupakan sarana bagi manusia dalam upaya mengembangkan
kompetensi yang dimiliki dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan adanya pendidikan akan mempermudah siswa untuk
memperoleh ilmu yang tak terbatas, karena pendidikan ini merupakan
suatu wadah bagi siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
melalui belajar mengajar khususnya di sekolah. Proses belajar dari
awalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak paham menjadi paham, tidak bisa
menjadi bisa.
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia di dalam dan di
luar sekolah, serta berlangsung seumur hidup. Pembangunan nasional di
bidang pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur serta memungkinkan warganya
mengembangkan diri, baik secara aspek jasmaniah maupun rohaniah.
Pendidikan di sekolah merupakan salah satu jalur yang sangat penting
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hal
itu diperkuat dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003 Bab I ketentuan umum pasal I ayat I, disebutkan bahwa:
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara”.1
1 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan serta
Wajib Belajar, pasal 1 ayat (1).
2
Dalam proses pembelajaran khususnya di sekolah, siswa dihadapkan
pada situasi kehidupan penuh dengan tekanan dan ketidakmenentuan.
Dalam konteks kehidupan tersebut setiap siswa memerlukan kompetensi
untuk dapat berkembang secara efektif di dalam lingkungannya agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal.
Dalam penjelasan proses pembelajaran di atas salah satu kompetensi yang
harus dimiliki seorang siswa salah satunya adalah semangat dalam
mengerjakan tugas.
Seorang siswa harus mampu beradaptasi dengan lingkungan agar
mampu melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari khususnya di
dalam proses kegiatan belajar. Dengan adanya kemampuan tersebut
seorang siswa dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas dengan nyaman,
mengatasi tuntutan-tuntutan dari lingkungannya yang dapat menghambat
kegiatan belajar khususnya di lingkungan sekolah. Proses semangat dalam
mengerjakan tugas tentulah tidak mudah, hal ini dikarenakan seorang
siswa dituntut agar mampu memelihara keseimbangan antara pemenuhan
kebutuhan dan tuntutan lingkungan, serta usaha menyelaraskan siswa
dengan realitas.
Realitanya disekolah-sekolah ada beberapa yang menunjukkan
berbagai permasalahan diantaranya beberapa siswa belum mampu menaati
peraturan yang ada di sekolah, beberapa siswa merasa kurang memiliki
kemampuan dalam bidang-bidang tertentu, dan siswa merasa kurang yakin
dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Seharusnya, setiap
siswa haruslah memiliki keyakinan diri bahwa mereka memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Karena
tugas seorang pelajar adalah belajar. Dan setiap siswa harus yakin bahwa
mereka dapat melaksanakan serta mengikuti kegiatan belajar di sekolah
dengan baik.
Siswa yang mampu mengerjakan tugas dengan baik adalah seorang
yang dapat menyelesaikan suatu permasalahan-permasalahan yang
dihadapi khususnya dalam kegiatan belajar. Seorang siswa yang mampu
3
mengerjakan tugas dengan baik merupakan siswa yang yakin terhadap
kemampuan yang dimiliki.
Beberapa faktor yang mempengaruhi semangat dalam mengerjakan
tugas yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang muncul dari dalam diri diantaranya, kondisi jasmani,
psikologis, kebutuhan, kematangan intelektual, emosional, mental dan
motivasi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang muncul dari luar
diri diantaranya, lingkungan sekitar, pola asuh orangtua, teman sebaya,
status sosial, pendidikan, pekerjaan, harapan, ideologi, agama dan lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas salah satu faktor internal yang
mempengaruhi semangat dalam mengerjakan tugas adalah keyakinan diri
atau self efficacy.
Self efficacy diperkenalkan oleh seorang tokoh yang berasal dari
Canada bernama Albert Bandura. Menurutnya, dari semua pemikiran yang
mempengaruhi fungsi manusia, dan merupakan bagian paling inti dari
teori kognitif sosial adalah self efficacy. Self efficacy merupakan penilaian
diri terhadap kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan. Self efficacy juga
memberikan dasar bagi motivasi manusia, kesejahteraan, dan prestasi
pribadi. Hal ini terjadi karena mereka percaya bahwa tindakan yang
dilakukannya dapat mencapai hasil yang diinginkan, meskipun memiliki
sedikit insentif untuk bertindak atau untuk bertahan dalam menghadapi
kesulitan.2
Self Efficacy merupakan keyakinan individu atas kemampuan yang
dimilikinya untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Individu yang
yakin pada kemampuan diri, akan berusaha terus sampai yang dikerjakan
tuntas dan memiliki hasil. Apabila terjadi suatu masalah dalam pencapaian
yang diinginkan, individu yang memiliki self efficacy yang tinggi akan
tetap bertahan, tidak menyerah, dan berusaha sebaik mungkin
2 Dede Rahmat Hidayat, Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), Cet. I, h. 156.
4
menyelesaikan kegiatannya untuk mencapai hasil yang maksimal.
Sedangkan individu yang memiliki self efficacy yang rendah tidak akan
maksimal dalam melakukan suatu kegiatan.
Menurut Bandura, self efficacy pada tiap individu akan berbeda antara
satu individu dengan yang lainnya. Yang dilihat berdasarkan tiga dimensi.
Dimensi pertama adalah magnitude, yaitu berkaitan dengan derajat
kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya.
Dimensi kedua adalah strength, yaitu berkaitan dengan kekuatan dari
keyakinan individu mengenai kemampuannya. Dan dimensi yang ketiga
adalah generality, yaitu berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang
mana individu merasa yakin akan kemampuannya.3
Ciri-ciri individu yang memiliki self efficacy yang tinggi adalah
memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan yakin akan kemampuan diri.
Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas-tugasnya, melihat
kesulitan sebagai tantangan bukan sebagai ancaman, tidak bergantung
kepada orang lain, berusaha dengan maksimal dalam melakukan apapun,
dan fokus kepada penyelesaiian tugasnya. Segala godaan baik eksternal
maupun internal sudah dapat dikendalikan oleh individu yang memiliki
self efficacy yang tinggi.
Self efficacy mengacu pada keyakinan yang berkaitan dengan
kemampuan dan kesanggupan seorang siswa untuk mencapai dan
menyelesaikan tugas-tugas belajar dengan target hasil dan waktu yang
telah ditentukan. Self efficacy mengacu pada pertimbangan seberapa besar
keyakinan seorang siswa tentang kemampuannya menyelesaikan tugas-
tugas belajar. Self efficacy diharapkan dapat memberikan siswa keyakinan
akan kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Hal ini dapat membuat siswa mengembangkan sifat positif terhadap
kemampuannya.
3 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, Teori-teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), Cet. III, h. 80-81.
5
Self efficacy sangat diperlukan dalam berbagai hal seperti pada saat
melakukan presentasi di dalam kelas. Seberapa yakin siswa akan
kemampuan dalam presentasi sehingga menghasilkan presentasi yang baik
dan berhasil dalam menjelaskan dan mendapat hasil yang baik pula. Self
efficacy dapat juga menentukan apakah siswa tersebut berprestasi atau
tidak. Siswa dengan self efficacy tinggi akan menghadapi tugas tersebut
dengan keinginan besar, sedangkan siswa yang memiliki self efficacy yang
rendah akan menghindari banyaknya tugas, khusunya tugas yang
menantang. Self efficacy menghasilkan perilaku yang berbeda-beda antar
individu meskipun memiliki kemampuan yang sama.
Self efficacy yang tinggi sangat penting dimiliki semua orang terutama
siswa. Setiap individu yang memiliki status siswa dalam suatu sekolah
tidak akan pernah lepas dari suatu tugas. Karena dari setiap mata pelajaran
pasti akan ada tugas yang diberikan sebagai bahan evaluasi belajar. Begitu
pun dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam mengerjakan
tugas Pendidikan Agama Islam siswa diharapkan memiliki keyakinan atas
kemampuan yang dimilikinya supaya ketika menemui hambatan tetap
dapat mengerjakan tugas dengan baik dan mendapatkan hasil yang
memuaskan.
Berdasarkan hasil observasi di SMP Al-Hasra Depok pada saat
peneliti melaksanakan kegiatan PPKT ditemukan bahwa saat proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung siswa kurang
menunjukkan self efficacynya. Sebagian besar siswa kurang percaya diri
dalam berpendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan saat proses
pembelajaran berlangsung. Pada saat dihadapkan dengan tugas yang sulit,
siswa merasa tidak mampu dan patah semangat. Selain itu saat diberikan
waktu untuk mengerjakan tugas, siswa selalu lambat dalam
mengerjakannya, motivasi untuk mencapai target waktu yang telah
ditentukan sangat kurang. Sehingga peneliti melihat, bahwa proses belajar
6
Pendidikan Agama Islam masih belum sepenuhnya berhasil, karena masih
kurang mampu memunculkan self efficacy siswa.4
Adapun hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMP
Islamiyah Serua Depok, saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berlangsung masih terdapat siswa yang kurang responsif terhadap instruksi
yang diberikan oleh guru dan kurangnya keyakinan siswa atas
kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan5.
Peneliti sebelumnya melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi
ini di SMP Al-Hasra Depok. Namun, karena beberapa kendala peneliti
memilih sekolah yang lebih terjangkau untuk melakukan penelitian yaitu
di SMP Islamiyah Serua Depok. Dan di SMP Islmiyah Serua Depok masih
adanya keyakinan diri yang rendah yang dialami oleh beberapa siswa
dalam menyelesaikan tugas Pendidikan Agama Islam.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan.
Maka, dalam penulisan skripsi ini penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul ”Tipologi Self Efficacy Siswa dalam
Mengerjakan Tugas pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
(Penelitian di SMP Islamiyah Serua Depok)”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Terdapat siswa yang belum memiliki kesadaran dalam mengerjakan
tugas Pendidikan Agama Islam.
2. Terdapat siswa yang belum memiliki keyakinan atas kemampuan
dirinya dalam mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam.
4 Hasil observasi pada saat PPKT di kelas VIII A pada tanggal 14 Agustus 2017.
5 Hasil observasi di kelas VIII B pada tanggal 12 Oktober 2018.
7
C. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian perlu dibatasi dengan jelas sehingga dapat
mengarahkan perhatian secara seksama pada masalah tersebut. Agar dapat
dikaji dan dijawab secara mendalam, maka dalam penelitian ini penulis
membatasi masalah pada: Tipologi self efficacy siswa dalam mengerjakan
tugas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islamiyah
Serua Depok.
D. Perumusan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah dibatasi pada penjabaran di atas,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana tipologi
self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Islamiyah Serua Depok?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui tipologi self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islamiyah Serua Depok.
F. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, maka kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan,
dapat mengetahui sekaligus membantu meningkatkan self efficacy
siswa dalam mengerjakan tugas pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
8
2. Bagi Siswa
Mampu mengetahui self efficacynya sendiri sehingga mampu
mengembangkan kesadaran untuk mengerjakan tugasnya sebagai
pelajar.
3. Bagi Penulis
Sebagai penambah wawasan kependidikan serta sebagai bekal
pengetahuan mengenai tipologi self efficacy siswa dalam mengerjakan
tugas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
4. Bagi Pembaca
Memberikan gambaran mengenai pentingnya self efficacy siswa
dalam mengerjakan tugas pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tipologi Self Efficacy
1. Pengertian Tipologi
Tipologi merupakan sebuah studi tentang tipe.1 Secara umum,
tipe sering digunakan untuk menjelaskan bentuk keseluruhan,
struktur, atau karakter dari suatu bentuk atau objek tertentu.2 Tipologi
sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu typos (pengelompokkan) dan
logos (ilmu).3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
tipologi adalah ilmu watak tentang bagian manusia dalam golongan-
golongan menurut corak watak masing-masing.4
Dalam kajian
psikologi, tipologi didefinisikan kepada suatu sistem yang digunakan
untuk mengklarifikasikan individu sesuai dengan kriteria tertentu.5
Dalam antropologi, tipologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang tipe yang mengkhususkan pada bagian kebudayaan bangsa.
Dalam marfologi, tipologi merupakan sebuah metode
pengklasifikasian bahasa. Dan dalam bahasa, tipologi merupakan
studi dan klasifikasi bahasa sesuai atau menurut ciri-ciri struktur
mereka.6
Tipologi juga dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang
memilah sebuah kelompok objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat
dasar, atau dapat diartikan pula bahwa tipologi adalah tindakan
1 Muhammad Mochsen Sir, “Tipologi Geometri: Telaah beberapa Karya Frank L. Wrihgt
dan Frank O. Gehry (Bangunan Rumah Tinggal sebagai Obyek Telaah)”, Rona Jurnal Arsitektur
FT-Unhas, Vol. 2, 2005, h. 74. 2 M. Syaom Barliana, “Tradisionalitas dan Modernitas Tipologi Arsitektur Masjid”,
Jurnal Terakreditasi Nasional Dimensi Teknik Arsitektur, Vol. 32, 2004, h. 4. 3 Galih W. Pangarsa, dkk., “Tipologi Nusantara Green Architecture”, Jurnal RUAS, Vol.
2, 2012, h. 79. 4 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), Cet. I, Edisi. 3, h. 1199. 5 Kadar M. Yusuf, “Tipologi Kepribadian Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an”, Jurnal
Hadhari, Vol. 4, 2012, h. 5. 6 J. M. Joko Priyono Santoso, “Tipologi Membuka Ruang bagi Fungsi dan Bentuk”,
Jurnal Kajian Teknologi, Vol. 9, 2013, h. 92.
10
berfikir dalam rangka pengelompokkan.7 Dari definisi-definisi di atas,
maka penulis menyimpulkan bahwa tipologi merupakan
pengelompokan terhadap berbagai hal berdasarkan tipe atau jenis.
2. Pengertian Self Efficacy
Istilah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Albert
Bandura. Bandura menyatakan bahwa, “self efficacy refers to beliefs
in one's capabilities to organize and execute the courses of action
required to produce given attainments”.8
Pernyataan Bandura
tersebut, dapat dipahami bahwa self efficacy merupakan keyakinan
seseorang akan kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan
serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan hasil yang
ingin dicapai. Dengan kata lain, self efficacy adalah keyakinan
penilaian diri berkenaan dengan kompetensi seseorang untuk sukses
dalam tugas-tugasnya. Menurut Bandura, self efficacy merupakan
faktor kunci sumber tindakan manusia (human agency), “apa yang
orang pikirkan, percaya, dan rasakan mempengaruhi bagaimana
mereka bertindak”.9
Menurut Alwisol self efficacy adalah penilaian diri, apakah dapat
melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau
tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.10
Laura A.
King juga menyatakan bahwa self efficacy adalah keyakinan bahwa
seseorang dapat menguasai situasi dan menghasilkan berbagai hal
positif.11
7 Asyra Ramadanta, “Kajian Tipologi dalam Pembentukan Karakter Visual dan Struktur
Kawasan (Studi Kasus: Kawasan Ijen, Malang)”, Jurnal SMARTEK, Vol. 8, 2010, h. 2. 8 Albert Bandura, Self Efficacy: The Exercise of Control, (New York: W. H. Freeman and
Company, 1997), h. 3. 9
Abd. Mukhid, “Self Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya
terhadap Pendidikan”, Tadris, Vol. 4, 2009, h. 114. 10
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009), Cet. VII, Edisi revisi, h.
287. 11
Laura A. King, Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif, Terj. dari The Science
of Psychology: An Appreciative view oleh Brian Marwensdy, Buku II, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), h. 152.
11
Bagaimana individu bertindak dalam situasi bergantung pada
hubungan timbal balik dari perilaku, lingkungan dan kondisi kognitif,
terutama faktor-faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinan
bahwa mereka mampu atau tidak mampu melakukan suatu perilaku
yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian yang diinginkan
dalam suatu situasi tersebut.12
Adapun menurut Friedman dan Schustark, self efficacy adalah
ekspektasi-keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh seseorang
mampu melakukan satu perilaku dalam suatu situasi tertentu. Self
efficacy yang positif adalah keyakinan untuk mampu melakukan
perilaku yang dimaksud. Tanpa self efficacy, orang bahkan enggan
mencoba melakukan suatu perilaku.13
Bandura menyatakan self
efficacy menentukan apakah kita akan menunjukkan perilaku tertentu,
sekuat apa kita dapat bertahan saat menghadapi kesulitan atau
kegagalan, dan cara kesuksesan atau kegagalan dalam satu tugas
tertentu memengaruhi perilaku kita di masa depan.14
Self efficacy membantu orang-orang dalam berbagai situasi yang
tidak memuaskan dengan mendorong mereka untuk meyakini bahwa
mereka dapat berhasil.15
Self efficacy menyentuh hampir semua aspek
kehidupan manusia, apakah mereka berpikir secara produktif, pesimis
atau optimis, seberapa baik mereka memotivasi diri dan bertahan
dalam menghadapi kesengsaraan, dan kerentanan mereka terhadap
stress dan depresi, dan pilihan-pilihan hidup yang mereka buat.16
12
Jess Feist, dan Gregory J. Feist, Teori Kepribadian, Terj. dari Theories of Personality
oleh Smita Prathita Sjahputri, Buku II, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), Edisi.7, h. 211-212. 13
Howard S. Friedman, dan Miriam W. Schustack, Kepribadian: Teori Klasik dan Riset
Modern, Terj. dari Personality: Classic Theories and Modern Research oleh Fransiska Dian
Ikarini, dkk., Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2008), Edisi. 3, h.283. 14
Ujam Jaenudin, Teori-Teori Kepribadian, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), Cet. I,
h. 86. 15
Laura A. King, op. Cit., h. 153. 16
Dede Rahmat Hidayat, Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), Cet. I, h. 156.
12
Jadi, dapat disimpulkan bahwa self efficacy adalah keyakinan dan
penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya untuk mencapai
keberhasilan suatu tugas dalam berbagai situasi dan kondisi.
3. Pengaruh Self Efficacy terhadap Manusia
Self efficacy dapat meningkatkan prestasi dan kesejahteraan
dalam berbagai cara. Self efficacy mempengaruhi orang untuk
membuat pilihan-pilihan. Orang yang memiliki self efficacy
cenderung memilih tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang membuat
mereka merasa kompeten dan percaya diri, dan sebaliknya akan
menghindari kegiatan yang mereka anggap tidak dapat diselesaikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa apa pun faktor yang
mempengaruhi perilaku, pada dasarnya berakar pada keyakinan
bahwa memiliki keyakinan untuk dapat mencapai target yang
diharapkan.17
4. Sumber Self Efficacy
People's beliefs concerning their efficacy can be developed by
four main forms of influence. a) mastery experiences, b) vicarious
experience, c) social persuasion, d) physiological and emotional
states.18
Dapat diartikan bahwa self efficacy seseorang dapat
dikembangkan dengan empat sumber. Yaitu, pengalaman langsung,
pengalaman orang lain, persuasi sosial, dan kondisi fisik dan emosi.
Dengan setiap metodenya, informasi mengenai diri sendiri dan
lingkungan akan diproses secara kognitif dan bersama-sama dengan
kumpulan pengalaman sebelumnya akan mengubah persepsi
mengenai self efficacy.19
17
Ibid., h. 157. 18
AlBert Bandura, Self Efficacy in Changing Societies, (New York: Cambridge
University Press, 1995), h. 3. 19
Jess Feist, dan Gregory J. Feist, op. Cit., h. 213.
13
a. Mastery Experience (Pengalaman langsung)
Sumber ini memberikan pengaruh besar pada self efficacy
individu karena didasarkan pada pengalaman-pengalaman pribadi
secara nyata yang berupa keberhasilan dan kegagalan.20
Apabila
seseorang terlibat dalam sebuah tugas, maka dia akan menilai
hasil pekerjaannya. Hasil penilaian ini akan digunakan untuk
mengembangkan keyakinan atas kemampuannya untuk
menghadapi tugas-tugas berikutnya. Penilaian keberhasilan akan
meningkatkan self efficacy. sebaliknya, penilaian akan kegagalan
akan menurunkannya.21
Mastery experience juga dapat disebut
prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Prestasi
(masa lalu) yang bagus meningkatkan self efficacy, sedang
kegagalan akan menurunkannya. Dalam mencapai keberhasilan
akan memberi dampak self efficacy yang berbeda-beda,
tergantung proses pencapaiannya: a) semakin sulit tugasnya,
keberhasilan akan membuat self efficacy semakin tinggi, b) kerja
sendiri, lebih meningkatkan self efficacy dibanding kerja
kelompok, dibantu orang lain, c) kegagalan menurunkan self
efficacy, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin, (d)
kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya tidak
seburuk kalau kondisinya optimal, (e) kegagalan sesudah orang
memiliki keyakinan self efficacy yang kuat, dampaknya tidak
seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan
self efficacynya belum kuat, (f) orang yang biasa berhasil, sesekali
gagal tidak mempengaruhi self efficacy.22
20
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, Teori-teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), Cet. III, h. 78. 21
Dede Rahmat Hidayat, loc. Cit. 22
Alwisol, op. Cit., h. 288.
14
b. Vicarious Experience (Pengalaman Orang Lain)
Pengalaman orang lain adalah pengalaman pengganti yang
disediakan guna untuk model sosial melalui pengamatan terhadap
orang lain. Mengamati perilaku dan pengalaman orang lain
sebagai proses belajar individu.23
Mengamati keberhasilan orang
dengan kemampuan yang sebanding dalam mengerjakan suatu
tugas akan meningkatkan self efficacy individu dalam
mengerjakan tugas yang sama. Begitu pula sebaliknya,
mengamati kegagalan orang lain akan menurunkan penilaian
individu mengenai kemampuannya dan individu akan mengurangi
usaha yang dilakukan.24
c. Social Persuasion (Persuasi Sosial)
Pada persuasi sosial, individu diarahkan dengan saran,
nasihat, bimbingan. Sehingga dapat meningkatkan keyakinan-
keyakinan tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki yang
dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang
diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha lebih keras
untuk mencapai suatu keberhasilan. Menurut Bandura, pengaruh
persuasi sosial ini tidaklah terlalu besar karena tidak memberikan
suatu pengalaman yang dapat langsung dialamai atau diamati
individu. Dalam kondisi yang menekan dan kegagalan terus-
menerus, pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika mengalami
pengalaman yang tidak menyenangkan.25
23
Rini Astuti dan William Gunawan, “Sumber-Sumber Efikasi Diri Karier Remaja”,
Jurnal Psikogenesis, Vol. 4, 2016, h. 143. 24
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, loc. Cit. 25
Ibid., h. 79.
15
d. Physiological and Emotional States (Keadaan Fisiologi dan
Emosi)
Individu akan mendasarkan informasi mengenai kondisi
fisiologis mereka untuk menilai kemampuannya. Ketegangan
fisik dalam situasi yang menekan dipandang individu sebagai
suatu tanda ketidakmampuan karena hal itu dapat melemahkan
performasi kerja individu.26
Keadaan emosi, biasanya dalam
situasi yang penuh tekanan, umumnya orang menunjukkan tanda
susah, guncang, sakit, lelah, takut, stress, muak dan seterusnya.
Persepsi seseorang atas respon ini dapat dengan jelas mengubah
self efficacy seseorang. Keputusan self efficacy pribadi seseorang
dipengaruhi oleh perasaan dibanding dengan penggerakan yang
sebenarnya atas pemunculan dalam situasi yang mengandung
resiko.27
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
empat sumber utama dari self efficacy individu yang dapat
dikembangkan, dipelajari, ditumbuhkan, dan diperkuat.
5. Dimensi Self Efficacy
Dalam penelitian ini, dimensi self efficacy digunakan untuk
melihat dan mengetahui tipe-tipe self efficacy siswa. Self-efficacy
expectancies are viewed as varying along three dimensions:
magnitude, strength, and generality28
. Menurut Bandura, self efficacy
tiap individu berbeda antara satu individu dengan yang lainnya
berdasarkan tiga dimensi. Yaitu, magnitude (tingkat), strength
(kekuatan), dan generality (generalisasi).
26
Ibid. 27
Abd. Mukhid, loc. Cit. 28
James E. Maddux, Self Efficacy, Adaptation, and Adjustment: Theory, Research, and
Application, (New York: Springer Science + Business Media, 1995), h. 9.
16
a. Dimensi Magnitude (Level)
Dimensi level merupakan seberapa besar tingkat kesulitan
yang diyakini dapat ditangani oleh individu.29
Dimensi ini
memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan
dicoba atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang
dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang
berada di luar batas kemampuannya.30
b. Dimensi Strenght (Kekuatan)
Dimensi kekuatan merupakan sejauh mana tingkat keyakinan
individu terhadap kemampuan yang dimiliki terkait dengan
kemantapan hatinya.31
Dan menunjukkan apakah keyakinan
berkenaan dengan self efficacy kuat atau lemah.32
Dimensi ini
biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin
tinggi tingkat kesulitan, makin lemah keyakinan yang dirasakan
untuk mengerjakannya.33
c. Dimensi Generality (Generalisasi)
Dimensi ini menunjukkan seberapa luas dimana keyakinan
terhadap kemampuan diri itu berlaku.34
Apakah terbatas pada
suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas
dan situasi yang bervariasi.35
Berdasarkan skripsi Fida Laila Rahmayanti dengan melihat
dimensi self efficacy yang telah disebutkan di atas, maka terdapat
beberapa indikator sebagai berikut:
29
Abdur Rahman, “Konsep Terapi Perilaku dan Self Efficacy”, Jurnal Kependidikan
Islam, Vol. 4, 2014, h. 415. 30
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, op.Cit., h. 80. 31
Aniq Hudiyah Bil Haq, ”Efikasi Diri Anak Berkebutuhan Khusus yang Berprestasi di
Bidang Olahraga”, Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 04, 2016, h.163. 32
Abdur Rahman, loc. Cit. 33
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, loc. Cit. 34
Abdur Rahman, loc. Cit. 35
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, op. Cit., h. 81.
17
1) Yakin dapat melakukan tugas tertentu; individu yakin dapat
melakukan tugas tertentu yang mana individu sendirilah yang
menetapkan tugas (target) apa yang harus diselesaikan.
2) Yakin bahwa individu dapat berusaha dengan keras, gigih
dan tekun dalam rangka menyelesaikan tugas dengan
kemampuannya.
3) Yakin dapat memotivasi diri untuk melakukan tindakan yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4) Yakin bahwa dirinya mampu bertahan menghadapi hambatan
dan kesulitan yang muncul serta bangkit dari kegagalan.
5) Yakin dapat menyelesaikan permasalahan diberbagai situasi
atau kondisi.36
B. Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Tugas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tugas adalah
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang dan wajib
dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan.37
Di sekolah pada
umumnya tugas diberikan oleh guru kepada siswa, agar siswa
melakukan kegiatan belajar. Menurut Slameto, agar siswa berhasil
dalam belajar perlu mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya.38
Tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari
itu. Tugas merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu
atau kelompok. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di
perpustakaan dan tempat lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa
tugas merupakan sebuah upaya membelajarkan siswa dengan cara
memberikan tugas penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian,
36
Fida Laila Rahmayanti, “Pengaruh Self Efficacy (Keyakinan Diri) dan Disiplin Belajar
Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas X SMK PGRI 2 Ponorogo Tahun
Pelajaran 2016/2017”, Skripsi pada IAIN Ponorogo, Ponorogo, 2017, h. 35. 37
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. Cit., h. 1215. 38
Suryadi, dkk., “Hubungan Kemampuan Menyelesaikan Tugas-Tugas Pelajaran dengan
Hasil Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 2, 2016, h. 14.
18
pemeriksaan atas diri sendiri, atau menampilkan diri dalam
menyampaikan sesuatu atau melakukan kajian maupun uji coba sesuai
dengan tuntutan kompetensi yang ingin dicapai. Tugas dilakukan
dalam rangka untuk merangsang siswa agar lebih aktif belajar, baik
secara perorangan maupun kelompok, menumbuhkan kebiasaan untuk
belajar mencari dan menemukan, mengembangkan keberanian dan
tanggung jawab terhadap diri sendiri, dan memungkinkan untuk
memperoleh hasil yang permanen.39
Guru dalam memberikan tugas membutuhkan persiapan yang
diawali dengan membuat rancangan tugas sesuai dengan kompetensi
dan indikator hasil belajar, materi pokok, uraian tugas yang harus
dikerjakan, waktu yang dibutuhkan, dimana tugas harus dikerjakan,
serta membuat format laporan secara jelas. Adapun fase-fase
pemberian tugas, pelaksanaan tugas, dan pertanggungjawaban tugas,
sebagai berikut:
a. Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya
mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, jenis tugas dan
tepat sesuai dengan kemampuan siswa, ada petunjuk yang dapat
membantu dan disediakan waktu yang cukup.
b. Fase Pelaksanaan Tugas
1) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru.
2) Diberikan dorongan sehingga anak mau melaksanakannya.
3) Diusahakan atau dikerjakan oleh anak sendiri.
4) Mencatat semua hasil yang diperoleh dengan baik dan
sistematik.
39
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet.
III, h. 208-209.
19
c. Fase Pertanggungjawaban Tugas
1) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah
dikerjakan.
2) Ada tanya jawab dan diskusi.
3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik tes atau non tes atau cara
lainnya.40
2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu
mata pelajaran yang dikemas dalam sebuah kurikulum dan harus
diikuti oleh peserta didik yang beragama Islam.41
Menurut Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa, “Pendidikan Agama
Islam adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan
tentang ajaran agama Islam dan menjadi ahli ilmu agama dalam
mengamalkan ajaran agama Islam.42
Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam secara umum,
memiliki tujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
Swt. Selain itu, Pendidikan Agama Islam juga untuk membentuk
manusia yang berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.43
Berkenaan dengan tujuan
tersebut maka tujuan pendidikan agama Islam haruslah mengacu pada
penanaman nilai-nilai ajaran Islam dan tidak boleh bertentangan
40
Ibid., h. 209-210. 41
Minnah El Widdah, Problema Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama (SMP), At-ta’lim, Vol. 4, 2013, h. 80. 42
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan Agama Islam, h. 2. 43
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 78.
20
dengan etika sosial.44
Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu:
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan,
dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan
berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin,
bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan
sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas
sekolah.45
Adapun ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-
aspek sebagai berikut: a) Al-Qur’an dan Hadits, b) Aqidah, c) Akhlak,
d) Fiqih, e) Tarikh dan Kebudayaan Islam. Pendidikan Agama Islam
menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya.46
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum penulis melakukan penelitian mengenai self efficacy siswa,
penulis terlebih dahulu mengamati penelitian sebelumnya yang terkait
dengan pembahasan yang akan dibahas oleh penulis sebagai landasan
44
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III,
h. 136. 45
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, lampiran 2, h. 2. 46
Ibid.
21
sebelum penulis melakukan penelitian, berikut ini hasil penelitian yang
relevan dari penelitian sebelumnya yaitu:
1. Penelitian yang berjudul “Hubungan Religiusitas dengan Efikasi
Diri Siswa Kelas VIII MTs Negeri Boyolali Tahun Ajaran
2016/2017”. Yang diteliti oleh Nisaul Khoiru Ummah, NIM
123111308, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Surakarta,
2017. Dengan hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat
hubungan religiusitas dengan efikasi diri siswa kelas VIII MTs Negeri
Boyolali tahun ajaran 2016/2017.
2. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Self Efficacy (Keyakinan Diri)
dan Disiplin Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI
Siswa Kelas X SMK PGRI 2 Ponorogo Tahun Pelajaran
2016/2017”. Yang diteliti oleh Fida Laila Rahmayanti, NIM
210313299, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo, 2017. Dengan hasil penelitian mengungkapkan bahwa self
efficacy (keyakinan diri) dan disiplin belajar tidak berpengaruh
terhadap hasil belajar mata pelajaran PAI siswa kelas X SMK PGRI 2
Ponorogo tahun pelajaran 2016/2017.
3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Sosial Support dan Self
Efficacy Terhadap Subjective Well-Being Pada Anak Korban
Kekerasan (Child Abuse)”. Yang diteliti oleh Istiqamah, NIM
1110070000070, Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015. Dengan hasil penelitian mengungkapkan bawa sosial support
dan self efficacy berpengaruh terhadap subjective well-being pada
anak korban kekerasan (child abuse).
22
Ketiga relevansi yang penulis kemukakan di atas hanya
menggunakan sebatas menguji hipotesis yang sudah ada dengan
menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Sedangkan penulis
berbeda dengan ketiga penelitian tersebut dari segi pendekatan dan metode
penelitiannya. Penulis memilih penelitian ini dengan pendekatan kualitatif
dan metode deskriptif, sebab penelitian yang akan penulis lakukan bersifat
fenomenologi, yang tidak cukup hanya sebatas menguji hipotesa-hipotesa
yang sudah ada. Penulis mencoba menggali lebih dalam lagi dalam
menggali permasalahan-permasalahan yang akan penulis teliti dilapangan.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Islamiyah Serua, yang beralamat
di Jl. Raya Serua No. 23 RT 002/001, Kelurahan Serua, Kecamatan
Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat 16517.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei s/d Desember 2018.
B. Latar Penelitian
SMP Islamiyah Serua berdiri pada bulan Juli tahun 1985. Dipimpin
oleh Hidayat, S. Pd. Sebagai Kepala Sekolah. SMP tersebut berada di
tengah-tengah perkampungan penduduk. Lokasi untuk menjangkau
sekolahnya pun sangat strategis, dapat ditempuh dengan jalan kaki, naik
angkot ataupun naik ojek.
SMP Islamiyah Serua memiliki fasilitas pendukung seperti ruang
kepala sekolah, ruang tata usaha, perpustakaan, ruang guru, ruang kelas,
ruang BK, ruang UKS, ruang OSIS, toilet siswa, toilet guru, mushola,
lapangan, kantin, dapur, gudang, laboratorium komputer, dan ruangan
lainnya. Setiap ruang kelas sudah dilengkapi dengan meja dan kursi guru,
lemari, kipas angin, papan tulis, serta kursi dan meja untuk siswa gunakan
saat belajar.
C. Metode Penelitian
Penelitian sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan suatu masalah
atau mencari jawaban dari persoalan yang dihadapi secara ilmiah,
menggunakan cara reflektif, berpikir keilmuan dengan prosedur yang
24
sesuai dengan tujuan dan sifat penyeledikan.1 Penelitian adalah suatu
kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang
dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.2
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dan
menggunakan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana
peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
triangulasi, analisis bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.3 Metode deskriptif bertujuan
untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau
berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi
objek penilaian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan. Sebagai
suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi,
situasi ataupun fenomena tertentu.4
Dari pengertian yang sudah dijelaskan, latar ilmiah yang dimaksudkan
agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan dalam
penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah observasi,
wawancara, dan pemanfaatan dokumentasi. Namun dalam skripsi ini,
penulis menambahkan satu metode lagi, yaitu angket.
D. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono, “Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.5 Pada penelitian ini yang
1 A. Muri Yusuf, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), Cet. I, Edisi. 1, h. 24. 2 Emzir, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2008), h. 3. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 15. 4 Tim Penyusun FITK, Pedoman Penulisan Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2015), h. 62-63. 5 Sugiyono, op. Cit., h. 117.
25
menjadi populasi adalah seluruh siswa SMP Islamiyah Serua kelas VIII
yang berjumlah 120 siswa. Sedangkan yang menjadi sample penelitian,
peneliti mengambil 33 orang, untuk mendapatkan 33 orang tersebut maka
akan dilakukan random sampling dengan cara diundi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan, diperlukan sebuah
teknik pengumpulan data. Maka dari itu peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “melihat”
dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena
tersebut.6
Dalam hal ini, penulis melakukan observasi langsung ke lokasi
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di lokasi
penelitian. Selain itu juga penulis mengamati keadaan lingkungan
sekitar, akan tetapi fokus pada penelitian ini yaitu pada tipologi self
efficacy siswa dalam mengerjakan tugas PAI, yang dilihat dari
dimensi magnitude, strength, dan generality. Yang menjadi objek
observasi dalam penelitian ini yaitu keadaan dan informasi umum
tentang objek penelitian yaitu tipologi self efficacy siswa dalam
mengerjakan tugas PAI.
6 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta:
LPSP3, 1998), h. 62.
26
Tabel 3.1
Kisi-kisi observasi
Konsep Aspek yang
diamati Indikator
Self Efficacy
1. Magnitude
(Tingkat)
1.1 Berpandangan
optimis dalam
mengerjakan tugas
1.2 Seberapa besar
minat terhadap
tugas
1.3 Merasa yakin dapat
mengerjakan tugas
1.4 Melihat tugas yang
sulit sebagai suatu
tantangan
2. Strength
(Kekuatan)
2.1 Tekun dalam
mengerjakan tugas
2.2 Komitmen dalam
mengerjakan tugas
2.3 Percaya dan
mengetahui
keunggulan yang
dimiliki
2.4 Memiliki motivasi
dalam mengerjakan
tugas
3. Generality
(Luas Bidang)
3.1 Menyikapi situasi
yang berbeda
27
dengan baik dan
berpikir positif
3.2 Menjadikan
pengalaman
kehidupan sebagai
jalan mencapai
kesuksesan
3.3 Mencoba tantangan
baru
3.4 Suka mencari
situasi baru
3.5 Dapat mengatasi
segala situasi
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu yang paling banyak digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif.7 Wawancara
merupakan percakapan tatap muka antara pewawancara dengan
sumber informasi, dimana pewawancara bertanya langsung tentang
sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.8
Wawancara ini dilakukan kepada siswa kelas VIII B, dalam hal
ini penulis akan mewawancarai beberapa siswa kelas VIII B SMP
Islamiyah Serua untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Yaitu bagaimana tipologi self efficacy siswa
dalam mengerjakan tugas PAI. Dan wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Yaitu wawancara
yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan.
7 Samiaji sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 45.
8 A. Muri Yusuf, op. Cit., h. 372.
28
Tabel 3.2
Kisi-kisi Wawancara
Konsep Aspek Indikator Sumber
Data
Self Efficacy
1. Magnitude
(Tingkat)
1.1 Berpandangan
optimis dalam
mengerjakan tugas
1.2 Seberapa besar
minat terhadap tugas
1.3 Merasa yakin dapat
mengerjakan tugas
1.4 Melihat tugas yang
sulit sebagai suatu
tantangan
Siswa
2. Strength
(Kekuatan)
2.1 Tekun dalam
mengerjakan tugas
2.2 Komitmen dalam
mengerjakan tugas
2.3 Percaya dan
mengetahui
keunggulan yang
dimiliki
2.4 Memiliki motivasi
dalam mengerjakan
tugas
Siswa
3. Generality
(Luas
Bidang)
3.1 Menyikapi situasi
yang berbeda
dengan baik dan
Siswa
29
berpikir positif
3.2 Menjadikan
pengalaman
kehidupan sebagai
jalan mencapai
kesuksesan
3.3 Mencoba tantangan
baru
3.4 Suka mencari situasi
baru
3.5 Dapat mengatasi
segala situasi
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai
cermin situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara
berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.9 Dokumen dapat
berbentuk teks tertulis, artefacts, gambar, maupun foto.10
Data
tersebut dapat dijadikan sebagai penunjang dan pelengkap data yang
dihasilkan dalam penelitian. Dokumentasi yang akan dikumpulkan
dalam penelitian ini berupa rpp, foto-foto, dan rekaman yang
dilakukan oleh peneliti kepada objek-objek penelitian yang terkait
dengan penelitian ini.
4. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan
atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.
Angket dapat dipandang sebagai suatu teknik penelitian yang banyak
mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam
9 Tim Penyusun FITK, op. Cit., h. 67.
10 A. Muri Yusuf, op. Cit., h. 391.
30
pelaksanaannya, yaitu angket dilakukan secara tertulis, sedangkan
wawancara secara lisan.11
Dalam penelitian ini, angket hanya digunakan sebagai penguat
yang dibagikan kepada siswa kelas VIII B SMP Islamiyah Serua
untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Yaitu bagaimana tipologi self efficacy siswa dalam
mengerjakan tugas PAI.
5. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila
peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.12
Teknik triangulasi, berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang
sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
yang sama.13
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam upaya untuk memberikan keabsahan data yang akurat maka
penelitian ini menggunakan beberapa cara, diantaranya:
11
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 177. 12
Sugiyono, op. Cit., h. 330. 13
Ibid.
31
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru.14
Perpanjangan pengamatan
dilakukan untuk menggali informasi yang lebih mendalam agar data
yang diperoleh sesuai dengan yang peneliti inginkan. Dengan
melakukan perpanjangan pengamatan, maka responden akan merasa
lebih akrab dan terbuka sehingga akan memberikan informasi yang
mendalam.
2. Ketekunan pengamatan
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dengan
teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang
menonjol. Kemudian melakukan penelaahan secara rinci hingga pada
suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu
atau seluruh faktor yang ditelaah dapat dipahami dengan cara yang
biasa.15
3. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data dengan cara
memanfaatkan sesuatu di luar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.16
Triangulasi menggunakan
beragam sumber, teknik, dan waktu. Beragam sumber maksudnya
digunakan dalam lebih dari satu sumber untuk memastikan apakah
datanya benar atau tidak. Beragam teknik berarti penggunaan
berbagai cara secara bergantian untuk memastikan apakah datanya
memang benar. Cara yang digunakan adalah wawancara,
pengamatan, dan analisis dokumen. Beragam waktu berarti
14
Sugiyono, Op.Cit., h. 369. 15
Tim Penyusun FITK, op. Cit, h. 73. 16
Ibid., h. 74.
32
memeriksa keterangan dari sumber yang sama pada waktu yang
berbeda pagi, siang, sore atau malam.17
G. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting data yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.18
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis sebagai berikut:
1. Organisasi data
Pengolahan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan
mengorganisasikan data. Dengan data kualitatif yang sangat beragam
dan banyak, menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan
datanya dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin. Organisasi
data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk:
a. Memperoleh kualitas yang baik.
b. Mendokumentasikan analisis yang dilakukan.
c. Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam
penyelesaian penelitian.19
2. Koding dan analisis
Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan
mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga dapat
memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Dengan
17
Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT Indeks, 2011), Cet.
I, h. 189. 18
Sugiyono, op. Cit., h. 335. 19
E. Kristi Poerwandari, op. Cit., h. 87.
33
demikian pada gilirannya peneliti akan dapat menemukan makna dari
data yang dikumpulkannya.20
Setelah mendapatkan data maka peneliti membubuhkan kode-
kode pada data yang diperoleh, kemudian dianalisis. Berdasarkan
uraian observasi dan wawancara di atas, yang termasuk himpunan
analisis yaitu:
a. Tugas pada mata pelajaran PAI di SMP Islamiyah Serua
Untuk menjelaskan mengenai tugas yang diberikan oleh
guru PAI.
b. Tipologi self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas PAI
berdasarkan tingkat kesulitan
Untuk menjelaskan mengenai berbagai kriteria self efficacy
siswa yang dilihat dari tingkat kesulitannya dalam mengerjakan
tugas PAI.
c. Tipologi self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas PAI
berdasarkan tingkat kekuatan
Untuk menjelaskan mengenai berbagai kriteria self efficacy
siswa yang dilihat dari tingkat kekuatannya dalam mengerjakan
tugas PAI.
d. Tipologi self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas PAI
berdasarkan tingkat keluasaan
Untuk menjelaskan mengenai berbagai kriteria self efficacy
siswa yang dilihat dari tingkat keluasannya dalam mengerjakan
tugas PAI.
20
Ibid., h. 89.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SMP Islamiyah Serua
1. Sejarah Singkat SMP Islamiyah Serua
SMP Islamiyah Serua yang beralamat di Jl. Raya Serua No. 23
berdiri pada bulan Juli tahun 1985. Pada tahun pertama ini, dengan
jumlah siswa 32 orang belajar dengan menempati balai desa. Dengan
semangat kebersamaan, enam bulan kemudian terbentuk yayasan
dengan notaris Benny Nurdin SH yang kepengurusan yayasan
dipimpin oleh Kepala Desa Serua sebagai ketua umum. Satu tahun
kemudian dengan semangat gotong royong dari masyarakat terwujud
gedung yang baru yang memiliki 3 ruang belajar. Bersamaan dengan
itu izin operasional sekolah, NSS dan NDS telah selesai diurus.
Sehingga beberapa tahun kemudian akreditasi segera diurus dan
berhasil meskipun dengan status pada waktu itu “DIAKUI”.
Seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia yang secara
kuantitatif berkembang secara cepat. Maka SMP Islamiyah berencana
menambah ruang kelas baru yaitu dengan membebaskan tanah dari
masyarakat yang lokasinya dekat dengan sekolah. Dan Alhamdulillah
terwujud sehingga sekolah memiliki 6 ruang belajar, 1 ruang guru dan
1 ruang kepala sekolah. Dan pemerintah juga memberi bantuan sarana
dan prasarana sehingga masyarakat bertambah kepercayaannya untuk
memasukan putra-putri mereka untuk belajar di SMP Islamiyah Serua.
SMP Islamiyah Serua sebagai lembaga penyelenggara pendidikan
terus menerus mengikuti perubahan dan perkembangan yang terjadi
pada dunia pendidikan. Sehingga dari tahun ke tahun sekolah
mengalami banyak peningkatan baik secara akademik maupun non
akademik. Pencapaian tersebut menjadikan sekolah sebagai salah satu
sekolah yang diminati oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari jumlah
35
pendaftar yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, tingkat
kelulusan yang mencapai 100% dan juga nilai akreditasi “DIAKUI”
menjadi “terakreditasi C” yang selanjutnya “terakreditasi B”.
Pada tahun pelajaran 2012/2013, SMP Islamiyah Serua telah
mendapat RKB 2 lokal dan Rehabilitasi dari Dana Alokasi Khusus
(DAK) sebanyak 4 lokal. Pada tahun pelajaran sebelumnya mendapat
bantuan berupa 20 unit komputer lengkap dan juga media
pembelajaran. Pada tahun yang sama, sekolah juga memiliki lab.
Bahasa meskipun dengan cara kredit. Dan pada saat ini, sekolah
menempati lahan seluas 1. 328 m dengan luas bangunan 741 m.
Jumlah guru seluruhnya 13 orang dan 95% sudah sertifikasi, 3 orang
tata usaha, 2 orang petugas keamanan dan 2 orang petugas kebersihan.
Seiring dengan perkembangan, pada tahun pelajaran 2015/2016
SMPI Serua mendapat bantuan ruang lab. Komputer. Hal ini
menambah kepercayaan pihak sekolah untuk meyakinkan masyarakat,
bahwa SMPI serua mendapat perhatian dari pemerintah. Hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya siswa baru dari tahun ke tahun.1
2. Visi dan Misi Sekolah
Visi dan misi dari SMP Islamiyah Serua adalah sebagai berikut:
a. Visi
Menghasilkan lulusan yang cerdas, terampil, mandiri dan
berakhlak mulia.
b. Misi
1) Mengembangkan profesionalisme personal.
2) Menciptakan lingkungan pendidikan yang bernuansa religius.
3) Menyelenggarakan pendidikan secara demokratis tidak
diskriminatif serta menjujung tinggi budaya pluralitas bangsa.
1 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Hidayat S. Pd pada tanggal 07 Oktober 2018.
36
4) Memberdayakan tenaga kependidikan dan administrasi yang
profesional.
3. Guru dan Tenaga Kependidikan
Tabel 4.1
Guru dan Tenaga Kependidikan
No Nama L/P Jenis Status
1 Dopi Alamsyah L
Tenaga
Administrasi
Sekolah
GYT/PTY
2 Endang Trisnawati P Guru Mapel GYT/PTY
3 Suci Ramdhani L Guru TIK GYT/PTY
4 Sitti Tati Alawiyah P Guru Mapel GYT/PTY
5 Samsuddin L Guru Mapel GYT/PTY
6 Aliyah P Guru Mapel Tenaga Honor
Sekolah
7 Wardah P Guru Mapel GYT/PTY
8 Murtado L Guru Mapel GYT/PTY
9 Nurhasanah P Guru Mapel GYT/PTY
10 Madroni L Guru Mapel GYT/PTY
11 Munyati P Guru BK GYT/PTY
12 Nova Risa P Guru Mapel GYT/PTY
13 Hidayat L Kepala Sekolah GYT/PTY
14 Neneng Rahmawati P Guru Mapel GYT/PTY
37
4. Keadaan Siswa
Tabel 4.2
Data Siswa
Tahun
Pelajaran
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
2017/2018 98 4 105 4 110 4 313 12
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang terdapat di SMP Islamiyah Serua
adalah ruang belajar, wc. Siswa, wc. Guru, ruang kepala sekolah,
ruang tata usaha, ruang guru, ruang OSIS, ruang BK, ruang UKS,
lapangan, dapur, lab. Komputer, lab. Bahasa, perpustakaan, mushola,
dan gudang.2
6. Informan
Dalam penelitian ini tentunya penulis membutuhkan data-data
tentang sekolah dan semua hal yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran untuk membantu penulis dalam proses penelitian.
Informan terdiri dari kepala sekolah, guru mata pelajaran PAI, dan
siswa kelas VIII B. Berikut nama-nama informan dengan
menggunakan nama asli.
Tabel 4. 3
Nama-Nama Informan
No Nama Keterangan
1 Hidayat S. Pd Kepala Sekolah
2 Wardah S. Ag Guru PAI
2 Dari surat SPTJM (Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak) Data Pokok Pendidikan
Dasar dan Menengah.
38
3 Marsha Putri Ananda Informan 1
4 Alifia Nur Salsabila Informan 2
5 Hairunnisa Informan 3
6 Ilham Fatkurrafi Informan 4
7 M. Gusnanda Informan 5
B. Deskripsi Data
Berdasarkan pada bab III yang membahas tentang metode yang
digunakan peneliti dalam pengumpulan data yang menggunakan empat
metode yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan angket. Keempat
metode tersebut, diharapkan dapat membantu untuk mendapatkan data
atau informasi yang dibutuhkan sebagai pendukung pembahasan penelitian.
Pada sebelumnya peneliti sudah melakukan kunjungan atau yang biasa
disebut studi pendahuluan, maka dari itu peneliti sudah cukup terarah apa-
apa saja yang harus peneliti lakukan saat turun lapangan.
Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada bab I bahwa
sebenarnya penelitian ini mempunyai maksud untuk mengungkapkan
bagaimana tipologi self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas pada mata
pelajaran PAI di SMP Islamiyah Serua Depok. Langkah pertama yang
peneliti lakukan adalah meminta izin dengan kepala sekolah dan guru mata
pelajaran PAI untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas pada
mata pelajaran PAI, sebelum memasuki kelas yang akan diamati peneliti
meminta RPP yang sudah dibuat oleh guru PAI untuk peneliti analisa,
kemudian dilanjut wawancara dengan guru mata pelajaran PAI (Bu
Wardah) dan siswa kelas VIII B (Marsha Putri Ananda, Hairunnisa, M.
Gusnanda, Alifia Nur Salsabila, dan Ilham Fatkurrafi).
Berdasarkan data atau informasi yang diperoleh setelah melakukan
penelitian yang ditempuh dengan empat metode yaitu dengan observasi,
wawancara, dokumentasi dan angket maka yang akan dipaparkan adalah
sebagai berikut:
39
1. Tugas Mata Pelajaran PAI Di SMP Islamiyah Serua Depok
Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis dokumen yaitu
berupa rpp menunjukkan bahwa tugas yang diberikan oleh guru PAI
kepada kelas VIII sudah sesuai dengan kompetensi, indikator juga
materi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi menunjukkan
bahwa tugas yang diberikan tidak selalu berupa pekerjaan rumah,
tetapi lebih luas dari itu. Tugas yang diberikan berupa penghafalan,
pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan. Tugas juga
diterima oleh siswa melalui pendengaran dan penglihatannya.3
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru
PAI ia menyatakan:
“Tidak semua siswa kelas VIII dapat mengerjakan tugasnya
dengan baik disebabkan berbagai faktor. Namun, terdapat pula
siswa yang sudah dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
Dalam mengerjakan tugas tergantung dari kesadaran dan
kemauan siswanya masing-masing. Terdapat siswa yang semangat,
antusias, dan terdapat pula siswa yang bermalas-malasan dalam
mengerjakan tugas.4
2. Tipologi Self Efficacy Siswa dalam Mengerjakan Tugas PAI
Berdasarkan Tingkatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi di kelas VIII
B, pada saat guru PAI meminta untuk mempraktekkan shalat sunnah
rawatib. Siswa ada yang semangat, merasa tertantang dan antusias
ingin maju terlebih dahulu. Namun, sebagian siswa ada yang merasa
takut saat guru meminta untuk mempraktekkan shalat sunnah rawatib
di depan kelas. Dan pada saat guru PAI menjelaskan materi terdapat
siswa yang fokus mendengarkan penjelasan guru, bahkan ada yang
mencatat hasil dari penjelasan guru. Namun, terdapat sebagian siswa
yang sibuk masing-masing, ada yang mengobrol dengan teman
3 Hasil observasi di kelas VIII B pada tanggal 19 Oktober 2018.
4 Hasil wawancara dengan Bu Wardah (guru PAI) pada tanggal 19 Oktober 2018.
40
sebangkunya, ada yang mengantuk, ada pula yang mencoret-coret dan
menggambar di buku tulis. Dan ketika guru membagikan tugas
kelompok, yaitu diminta untuk mencari hukum bacaan qalqalah di
dalam al-Qur’an. Terdapat siswa yang mengerjakan dengan kompak,
masing-masing mencari hukum bacaan qalqalah, dan terdapat pula
siswa yang hanya mengandalkan teman sekelompoknya. Siswa
tersebut hanya tinggal melihat hasil kerja teman sekelompoknya tanpa
membantu untuk mencari hukum bacaan qalqalah.5
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan lima
siswa kelas VIII B.
a. Dari semua tugas PAI yang diberikan pernahkah kamu tidak
mengerjakan tugas tersebut? Jika iya apa penyebabnya?
Marsha Putri Ananda menyatakan:
“Alhamdulillah kak, saya selalu mengerjakan semua tugas.”
Alifia Nur Salsabila menyatakan:
“Pernah sih kak, tapi saya lebih sering mengerjakan tugas
daripada tidak mengerjakan tugas. Dan yang menyebabkan saya
tidak mengerjakan tugas karena malas apalagi kalau tugasnya
menurut saya sulit.”
Hairunnisa menyatakan:
“Enggak pernah kak, saya selalu mengerjakan semua tugas.”
Ilham Fatkurrafi menyatakan:
“Pernah. Penyebab saya tidak mengerjakan tugas karena malas
apalagi kalau tugasnya sulit dan kadang lupa juga kalau ada tugas
kak.”
M. Gusnanda menyatakan:
“Pernah kak tapi cuma dua atau tiga kali tidak mengerjakannya.
Dan penyebab saya tidak mengerjakan tugas karena jam
pelajarannya sudah habis.”
5 Hasil observasi di kelas VIII B pada tanggal 26 0ktober 2018.
41
Kesimpulannya terdapat siswa yang selalu mengerjakan tugas dan
ada pula siswa yang pernah tidak mengerjakan tugas. Penyebab siswa
tidak mengerjakan tugas karena malas, lupa, dan tugas yang diterima
terlalu sulit untuknya.
b. Pernahkah kamu kesulitan dalam mengerjakan tugas? Jika iya
jelaskan contoh kesulitannya!
Marsha Putri Ananda menyatakan:
“Iya pernah kak tapi sulitnya cuma sedikit sih. Contoh
kesulitannya ketika menjawab soal melanjutkan potongan ayat gitu
kak. Sama menuliskan dalil.
Alifia Nur Salsabila menyatakan:
“Pernah. Contoh kesulitannya ketika mencari tajwid dalam surah-
surah tertentu sama hafalan surah-surah yang ayatnya terlalu
panjang.”
Hairunnisa menyatakan:
“Pernah kak. Contoh kesulitannya ketika hafalan kadang saya
lama hafalnya sama mengisi soal yang jawabannya tidak terdapat
di buku.”
Ilham Fatkurrafi menyatakan:
“Iya pernah kak. Contoh kesulitannya ketika menjawab soal-soal
yang jawabannya tidak terdapat di buku.”
M. Gusnanda menyatakan:
“Iya pernah. Contoh kesulitannya ketika hafalan yang surahnya
terlalu panjang.”
Kesimpulannya semua siswa pernah merasakan kesulitan dalam
mengerjakan tugas PAInya. Kesulitan yang dirasakan berbeda-beda.
c. Bagaimana perasaanmu pada saat guru memintamu untuk
mempraktikkan shalat sunnah rawatib di depan kelas?
Marsha Putri Ananda menyatakan:
42
“Awalnya deg-degan kak, takut salah bacaannya. Tapi pas udah
maju legaan gitu deg-degannya mulai hilang pelan-pelan.”
Alifia Nur Salsabila menyatakan:
“Deg-degan kak, takut salah bacaannya. Makanya saya majunya
pada pertemuan berikutnya.”
Hairunnisa menyatakan:
“Awalnya deg-degan kak tapi pas udah di praktekin biasa aja.”
Ilham Fatkurrafi menyatakan:
“Biasa aja kak engga gimana-gimana.”
M. Gusnanda menyatakan:
“Berani dong kak semangat.”6
Kesimpulannya pada saat siswa diberikan tugas untuk
mempraktikkan shalat sunnah rawatib keberanian yang dirasakan oleh
masing-masing siswa bervariasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil angket mengenai
tingkatan pada self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas sebagai
berikut:
Pertanyaan mengenai tugas yang diberikan guru PAI, yaitu semua
siswa menjawab bahwa tugas yang diberikan guru PAI masih terdapat
tugas yang sulit untuk dikerjakan.
Pertanyaan mengenai pernahkah tidak mengerjakan tugas PAI,
yaitu banyak siswa yang menjawab bahwa dirinya pernah tidak
mengerjakan tugas PAI.
Pertanyaan mengenai pernahkah merasakan kesulitan dalam
mengerjakan tugas PAI, yaitu banyak siswa yang menjawab bahwa
dirinya pernah merasakan kesulitan dalam mengerjakan tugas PAI.7
6 Hasil wawancara dengan siswa kelas VIII B pada tanggal 08 Desember 2018.
7 Hasil penyebaran angket siswa kelas VIII B pada tanggal 09 November 2018.
43
3. Tipologi Self Efficacy Siswa dalam Mengerjakan Tugas PAI
Berdasarkan Kekuatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi di kelas VIII
B, pada saat guru menerangkan pelajaran terdapat siswa yang tetap
fokus mendengarkan walaupun terdapat temannya yang berisik di
kelas. Terdapat siswa pada saat guru menerangkan mereka benar-benar
memperhatikan penjelasan guru dan ketika guru mengajukan
pertanyaan mereka mampu menjawab pertanyaan tersebut dan terdapat
pula siswa yang hanya fokus beberapa menit saja saat guru
menjelaskan pelajaran.8
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan lima
siswa kelas VIII B.
a. Ketika kamu kesulitan mengerjakan tugas apa yang kamu
lakukan?
Marsha Putri Ananda menyatakan:
“Ketika saya kesulitan menjawab soal, saya tidak isi kak
jawabannya tapi saya jadi lebih semangat lagi buat mengingat dan
membaca materi-materi pelajaran. Supaya nanti kalau ada soal
yang sulit saya bisa menjawab.”
Alifia Nur Salsabila menyatakan:
“Kadang tidak mengerjakan tugasnya kak, dan ketika hafalan yang
surahnya terlalu panjang saya ulang-ulang terus sampai hafal.”
Hairunnisa menyatakan:
“Ketika saya kesulitan menghafal, saya mengulangi berkali-kali
sampai hafal. Kalau pada saat mengisi soal LKPD yang
jawabannya tidak terdapat di materi pembahasan, saya searching
dan kadang bertanya sama kakak.”
Ilham Fatkurrafi menyatakan:
“Saya tidak mengerjakan tugasnya kak, saya melihat teman.”
M. Gusnanda menyatakan:
8 Hasil observasi di kelas VIII B pada tanggal 26 0ktober 2018.
44
“Ketika saya kesulitan menghafal, saya berusaha menghafalnya
pelan-pelan dan menghafalnya di tempat sepi.”
Kesimpulannya ketika menemui kesulitan dalam mengerjakan
tugas terdapat siswa yang berusaha tetap mengerjakan tugas dan ada
pula siswa yang tidak mengerjakan tugasnya.
b. Apa yang membuat kamu tetap semangat mengerjakan tugas?
Marsha Putri Ananda menyatakan:
“Supaya dapat nilai bagus kak, dan saya berpikir tugas sekolah itu
memang kewajiban bagi siswa yang harus dikerjakan.”
Alifia Nur Salsabila menyatakan:
“Supaya dapat nilai bagus dan supaya tidak dimarahi guru.”
Hairunnisa menyatakan:
“Supaya dapat nilai bagus kak.”
Ilham Fatkurrafi menyatakan:
“Supaya dapat nilai bagus dan tidak dimarahi orangtua.”
M. Gusnanda menyatakan:
“Supaya dapat nilai bagus dan mendapatkan pahala.”
Kesimpulannya siswa semangat mengerjakan tugas ada yang
disebabkan karena ingin mendapatkan nilai bagus, tidak dimarahi
orangtua dan juga tidak dimarahi guru.
c. Kamu dalam belajar dan mengerjakan tugas karena kemauan
sendiri atau karena orang lain?
Marsha Putri Ananda menyatakan:
“Karena kemauan sendiri, terus karena takut dimarahi guru juga
kalau tidak mengerjakan tugas dan karena orangtua yang sudah
biayai saya kak.”
Alifia Nur Salsabila menyatakan:
“Karena takut dimarahi guru kak, tapi karena kemauan sendiri
juga.”
45
Hairunnisa menyatakan:
“Karena kemauan sendiri kak.”
Ilham Fatkurrafi menyatakan:
“Karena kemauan sendiri kak, terus karena takut dimarahi guru
juga.”
M. Gusnanda menyatakan:
“Karena kemauan sendiri.”
Kesimpulannya yang membuat siswa tetap semangat mengerjakan
tugas ada yang disebabkan kemauan sendiri, orangtua dan guru.
d. Bagaimana perasaanmu apakah lebih semangat mengerjakan
tugas secara individu atau kelompok?
Marsha Putri Ananda menyatakan:
“Lebih semangat mengerjakan tugas berkelompok kak.”
Alifia Nur Salsabila menyatakan:
“Saya lebih semangat mengerjakan tugas berkelompok kak.”
Hairunnisa menyatakan:
“Sama aja sih kak mengerjakan tugas sendiri maupun
berkelompok sama-sama semangat.”
Ilham Fatkurrafi menyatakan:
“Lebih semangat mengerjakan tugas kelompok kak.”
M. Gusnanda menyatakan:
“Semangat dua-duanya sih kak.”9
Kesimpulannya terdapat siswa yang semangat mengerjakan tugas
secara berkelompok dan terdapat pula siswa yang semangat
mengerjakan tugas secara kelompok maupun secara individu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil angket mengenai
tingkatan pada self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas sebagai
berikut:
9 Hasil wawancara dengan siswa kelas VIII B pada tanggal 08 Desember 2018.
46
Pertanyaan mengenai ketika kesulitan mengerjakan tugas PAI
apakah tetap mengerjakan, yaitu banyak siswa yang menjawab bahwa
dirinya tetap mengerjakan tugas tersebut.
Pertanyaan mengenai apakah ada usaha yang dilakukan ketika
menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas PAI, yaitu semua siswa
menjawab bahwa dirinya mempunyai usaha ketika kesulitan dalam
mengerjakan tugas PAI.
Pertanyaan mengenai usaha apa yang dilakukan ketika menemui
kesulitan dalam mengerjakan tugas PAI, yaitu banyak siswa yang
menjawab bahwa dirinya ketika merasa kesulitan dalam mengerjakan
tugas bertanya kepada teman.
Pertanyaan mengenai apa yang membuat semangat mengerjakan
tugas PAI, yaitu banyak siswa yang menjawab karena ingin
mendapatkan nilai yang bagus.10
4. Tipologi Self Efficacy Siswa dalam Mengerjakan Tugas PAI
Berdasarkan Keluasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi di kelas VIII
B, pada saat mengerjakan tugas PAI berdasarkan hasil pengamatan
peneliti terdapat siswa yang mampu menguasai semua tugas. Dan
terdapat pula siswa yang hanya dapat menguasai tugas tertentu saja.11
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan lima
siswa kelas VIII B.
a. Apakah kamu belajar agama selain di sekolah? Jika iya apa
yang menyebakan kamu belajar di tempat tersebut?
Marsha Putri Ananda menyatakan:
10
Hasil penyebaran angket siswa kelas VIII B pada tanggal 09 November 2018. 11
Hasil observasi di kelas VIII B pada tanggal 26 0ktober 2018.
47
“Iya kak, saya belajar di rumah sama mamah dan di pengajian.
Saya belajar agama di tempat lain karena kalau hanya belajar di
sekolah waktunya dikit jadi kadang ada yang belum paham apa
yang dijelasin guru. Supaya tambah paham saya belajar lagi di
tempat lain.”
Alifia Nur Salsabila menyatakan:
“Iya kak di pengajian. Saya belajar agama di tempat lain supaya
nambah wawasan dan ilmu.”
Hairunnisa menyatakan:
“Iya kak belajar lagi di rumah sendiri dan di pengajian juga. Saya
belajar agama di tempat lain supaya saat guru PAI menjelaskan
aku sudah paham dikit-dikit, dan supaya saat guru bertanya
tentang materi sebelumnya saya bisa jawab.”
Ilham Fatkurrafi menyatakan:
“Iya kak di pengajian. Saya belajar agama di tempat lain supaya
menambah wawasan dan pengetahuan kak.”
M. Gusnanda menyatakan:
“Iya kak di pengajian. Saya belajar agama di tempat lain supaya
menambah ilmu agama kak.”
Kesimpulannya semua siswa belajar agama selain di sekolah.
b. Apakah orangtuamu suka menanyakan tugas-tugas di sekolah?
Marsha Putri Ananda menyatakan:
“Suka kak, setiap malam suka ditanya. Malah mamah saya suka
bantuin ngajarin juga kalo ada tugas yang enggak bisa aku kerjain
sendiri.”
Alifia Nur Salsabila menyatakan:
“Tidak pernah kak.”
Hairunnisa menyatakan:
“Enggak kak tapi kakak yang suka menanyakan tugas. Dan kakak
juga suka bantuin kalo saya ada tugas.”
48
Ilham Fatkurrafi menyatakan:
“Tidak kak.”
M. Gusnanda menyatakan:
“Suka kak, malahan kalau aku enggak ngerjain tugas pasti
diomelin.”12
Kesimpulannya terdapat orangtua maupun kakak yang perhatian
menanyakan tugas dan ada pula yang tidak perhatian menanyakan
tugas.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil angket mengenai
tingkatan pada self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas sebagai
berikut:
Pertanyaan mengenai yang dirasakan ketika kesulitan dalam
mengerjakan tugas PAI, yaitu banyak siswa yang menjawab bahwa
dirinya tetap semangat saat mengerjakan tugas tersebut.
Pertanyaan mengenai hanya mengerjakan tugas PAI yang sulit atau
yang mudah, yaitu banyak siswa yang menjawab bahwa dirinya tidak
hanya mengerjakan tugas yang mudah namun tugas yang sulit pun
tetap dikerjakan.
Pertanyaan mengenai apakah teman ada yang meminta bantuan
mengerjakan tugas PAI, yaitu banyak siswa yang menjawab bahwa
dirinya pernah diminta temannya untuk membantu mengerjakan tugas
tersebut.13
C. Pembahasan
1. Tugas Mata Pelajaran PAI di SMP Islamiyah Serua Depok
Di sekolah ini, guru PAI memberikan tugas pada kelas VIII
disesuaikan dengan kompetensi, indikator juga materi. Tugas yang
12 Hasil wawancara dengan siswa kelas VIII B pada tanggal 08 Desember 2018.
13 Hasil penyebaran angket siswa kelas VIII B pada tanggal 09 November 2018.
49
diberikan bertujuan untuk merangsang siswa agar lebih aktif belajar,
baik secara individu maupun kelompok. Terdapat tugas yang
dikerjakan langsung di sekolah maupun di rumah. Tugas yang
diberikan juga bertujuan untuk membentuk aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Tugas yang diberikan tidak selalu berupa pekerjaan rumah, tetapi
lebih luas dari itu. Tugas dapat berupa penghafalan, pembacaan,
pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan. Tugas juga dapat diterima
oleh siswa melalui pendengaran dan penglihatannya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada
kelas VIII guru memberikan tugas diantaranya menentukan lafadz-
lafadz yang mengandung bacaan qalqalah, ra dan la tafkhim tarqiq,
mempraktikkan bacaan qalqalah, ra dan la tafkhim tarqiq dalam ayat-
ayat pilihan, menghafal dalil-dalil yang terdapat pada materi,
mempraktikkan shalat sunnah qabliyah ba’diyah, mengerjakan soal-
soal yang berbentuk essay, mengerjakan LKPD, dan lain-lain. Tugas
yang diberikan menggunakan berbagai macam metode dan teknik.
Di sekolah pada umumnya, tugas diberikan oleh guru kepada siswa,
agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dan Menurut Slameto, agar
siswa berhasil dalam belajar perlu mengerjakan tugas dengan sebaik-
baiknya.14
Menurut guru PAI, tidak semua siswa kelas VIII dapat
mengerjakan tugasnya dengan baik disebabkan berbagai faktor.
Namun, terdapat pula siswa yang sudah dapat mengerjakan tugasnya
dengan baik. Dalam mengerjakan tugas tergantung dari kesadaran dan
kemauan siswanya masing-masing. Terdapat siswa yang semangat,
antusias, dan terdapat pula siswa yang bermalas-malasan dalam
mengerjakan tugas.15
Adanya kesadaran dan kemauan dalam
14 Suryadi, dkk., “Hubungan Kemampuan Menyelesaikan Tugas-Tugas Pelajaran dengan
Hasil Belajar Siswa”, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 2, 2016, h. 14. 15
Hasil wawancara dengan Bu Wardah (guru PAI) pada tanggal 19 Oktober 2018.
50
mengerjakan tugas dibuktikan dengan bersemangat dan antusias. Hal
ini termasuk ke dalam self efficacy.
2. Tipologi Self Efficacy Siswa dalam Mengerjakan Tugas PAI
Berdasarkan Tingkatan
Self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas PAI dilihat dari
tingkatan (tingkat kesulitan) yaitu apabila siswa dihadapkan pada
tugas-tugas dari yang mudah, sedang hingga yang sulit apakah ia akan
mencoba untuk mengerjakannya atau menghindarinya.
Terdapat beberapa kriteria-kriteria self efficacy siswa dalam
mengerjakan tugas PAI yang dilihat berdasarkan tingkat kesulitannya
pada kelas VIII. Berdasarkan hasil wawancara, menurut informan 1, 2,
3, 4, dan 5 tidak semua tugas-tugas PAI itu mudah, karena ada
sebagian tugas-tugas yang sulit. Namun meskipun demikian, informan
1 dan 3 tetap semangat dan selalu mencoba untuk mengerjakan tugas
yang dirasa sulit sekalipun. Informan 1 hanya merasa sedikit kesulitan
dalam mengerjakan tugas PAI ia merasa kesulitan dalam menjawab
soal essay yang diperintahkan untuk melanjutkan potongan ayat dan
menuliskan dalil sesuai materi.16
Sedangkan informan 3 merasa
kesulitan pada saat hafalan ketika ayatnya terlalu panjang dan mengisi
soal LKPD yang isi jawabannya tidak ada di pembahasannya.17
Dan
mengenai mata pelajaran PAI, informan 1 mengatakan bahwa mata
pelajaran PAI sangat menyenangkan dan mudah dipahami dan
menurutnya dengan mempelajari PAI bisa mengetahui segala hal yang
perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan informan 3
mengatakan bahwa mata pelajaran PAI merupakan pelajaran yang ia
sukai, dan dengan belajar PAI ia ingin lebih bisa membaca Al-Qur’an.
Informan 5 pernah tidak mengerjakan tugas, karena pada saat
16
Hasil wawancara dengan Marsha Putri Ananda (siswa kelas VIII B) pada tanggal 08
Desember 2018. 17
Hasil wawancara dengan Hairunnisa (siswa kelas VIII B) pada tanggal 08 Desember
2018.
51
mengerjakan tugas jam pelajarannya sudah habis. Tugas yang sulit
menurutnya adalah hafalan yang surahnya terlalu panjang ataupun
surahnya yang baru ia tahu. Mengenai mata pelajaran PAI, informan 5
menganggap mata pelajaran PAI biasa saja.18
Sedangkan informan 2 dan 4 terkadang ketika mendapatkan tugas
yang menurutnya sulit, mereka memilih untuk menghindarinya dengan
cara tidak mengerjakan tugas tersebut, bahkan mencontek pekerjaan
teman. Informan 2 dan 4 mengatakan bahwa mereka pernah tidak
mengerjakan tugas karena malas, apalagi kalau tugasnya sulit. Namun,
kedua informan lebih sering mengerjakan tugasnya daripada tidak
mengerjakannya. Menurut informan 2 tugas yang sulit adalah
menentukan hukum bacaan di surah-surah tertentu dan hafalan yang
ayatnya terlalu panjang.19
Dan menurut informan 4 tugas yang sulit
adalah mengisi soal-soal LKPD yang isi jawabannya tidak ada di
pembahasannya.20
Mengenai mata pelajaran PAI, informan 2 dan 4
mengatakan bahwa mata pelajaran PAI sangat seru, menyenangkan
bahkan informan 2 mengungkapkan dengan belajar PAI bisa lebih
banyak lagi mengetahui tentang keagamaan.
Pada saat peneliti melakukan observasi di kelas VIII, guru PAI
meminta untuk mempraktekkan shalat sunnah rawatib. Siswa kelas
VIII ada yang semangat, merasa tertantang dan antusias ingin maju
terlebih dahulu. Namun, sebagian siswa ada yang merasa takut saat
guru meminta untuk mempraktekkan shalat sunnah rawatib di depan
kelas. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara sebagai berikut.
Informan 1, 3, 4 dan 5 saat diminta untuk mempraktekkan shalat
sunnah rawatib di depan kelas mampu mengerjakannya. Walaupun,
18 Hasil wawancara dengan M. Gusnanda (siswa kelas VIII B) pada tanggal 08 Desember
2018. 19
Hasil wawancara dengan Alifia Nur Salsabila (siswa kelas VIII B) pada tanggal 08
Desember 2018. 20
Hasil wawancara dengan Ilham Fatkurrafi (siswa kelas VIII B) pada tanggal 08
Desember 2018.
52
informan 1 dan 3 mengungkapkan bahwa ia merasa deg-degan
sebelum memulai mempraktekkan. Namun, setelah mulai dikerjakan
deg-degannya hilang. Sedangkan informan 4 dan 5 merasa biasa saja
dan berani pada saat mempraktekkan di depan kelas. Hanya informan
2 yang tidak mampu mengerjakannya karena ia malu dan takut
bacaannya ada yang salah, sehingga ia meminta guru PAI untuk
mempraktekkannya di pertemuan berikutnya.
Dan pada saat guru PAI menjelaskan materi di kelas VIII terdapat
siswa yang fokus mendengarkan penjelasan guru, bahkan ada yang
mencatat hasil dari penjelasan guru. Namun, terdapat sebagian siswa
yang sibuk masing-masing, ada yang mengobrol dengan teman
sebangkunya, ada yang mengantuk, ada pula yang mencoret-coret dan
menggambar di buku tulis. Dan ketika guru membagikan tugas
kelompok, yaitu diminta untuk mencari hukum bacaan qalqalah di
dalam al-Qur’an. Terdapat siswa yang mengerjakan dengan kompak,
masing-masing mencari hukum bacaan qalqalah, dan terdapat pula
siswa yang hanya mengandalkan teman sekelompoknya. Siswa
tersebut hanya tinggal melihat hasil kerja teman sekelompoknya tanpa
membantu untuk mencari hukum bacaan qalqalah.
Dari beberapa uraian di atas dapat diketahui bahwa self efficacy
siswa kelas VIII B dalam mengerjakan tugas PAI dilihat berdasarkan
tingkat kesulitannya memiliki kriteria-kriteria. Diantaranya, terdapat
siswa yang tetap mengerjakan tugas walaupun merasa kesulitan,
terdapat siswa yang tidak mengerjakan tugas ketika merasa kesulitan,
dan ada pula siswa yang tidak mengerjakan tugas bukan karena
kesulitan, tetapi karena malas dan jam pelajarannya sudah habis pada
saat mengerjakan tugas.
53
3. Tipologi Self Efficacy Siswa dalam Mengerjakan Tugas PAI
Berdasarkan Kekuatan
Self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas PAI dilihat dari
kekuatan yaitu apabila siswa dihadapkan pada tugas-tugas apakah akan
menunjukkan kekuatan yang kuat atau lemah. Siswa yang memiliki
kekuatan yang kuat akan tekun dalam meningkatkan usahanya
meskipun dijumpai pengalaman yang memperlemahnya. Sebaliknya,
siswa yang memiliki kekuatan yang lemah akan mudah putus asa
dalam mengerjakan tugas.
Terdapat beberapa kriteria-kriteria self efficacy siswa dalam
mengerjakan tugas PAI yang dilihat berdasarkan kekuatannya pada
kelas VIII. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1, 2, 3, 4,
dan 5. Mereka mengungkapkan bahwa dalam belajar dan mengerjakan
tugas PAI terdapat hambatan-hambatan yang mengganggu dalam
proses belajar maupun mengerjakan tugasnya. Dan tidak semua dari
mereka mampu melalui hambatan-hambatan tersebut. Namun, ada pula
beberapa siswa yang mampu melaluinya. Siswa yang mampu melalui
hambatan dalam belajar maupun mengerjakan tugas PAI ini berarti
memiliki keyakinan yang kuat. Hal ini ditunjukkan pula dengan usaha-
usaha yang mereka lakukan. Adapun hasil wawancara yang didapatkan
sebagai berikut. Informan 1 mengungkapkan dalam mengerjakan tugas
PAI ia pernah mengalami kesulitan, yaitu ketika ia menjawab soal
essay yang diperintahkan untuk melanjutkan potongan ayat dan
menuliskan dalil sesuai materi. Pada saat mendapatkan soal tersebut
informan 1 lebih giat lagi untuk menghafal ayat-ayat al-Qur’an yang
terdapat pada pembahasan materi supaya apabila ditemui soal seperti
itu dapat menjawabnya. Dan informan 1 ini termasuk siswa yang
antusias dan tekun dalam belajar, ia mengungkapkan bahwa ia selalu
semangat mengerjakan tugas PAI. Selain dengan mengerjakan tugas
PAI supaya mendapatkan nilai yang bagus. Ia mengatakan bahwa
tugas itu merupakan kewajiban bagi siswa yang harus dikerjakan, mau
54
tidak mau siswa harus semangat mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru. Dan ia juga tidak mau mengecewakan orangtua yang telah
membiayainya sekolah. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat
melakukan observasi, informan 1 pada saat diperintahkan untuk
mengerjakan tugas kelompok ia langsung mengerjakan dengan teman
sekelompoknya dan kelompoknya yang mengumpulkan tugas pertama
kali. Informan 1 saat diwawancarai mengungkapkan dengan
mengerjakan tugas secara kelompok sangat menambah rasa semangat.
Dan pada saat diperintahkan guru untuk melakukan shalat sunnah
rawatib, ia mempraktekkannya pada hari itu juga tanpa menunda pada
pertemuan berikutnya.
Begitu pula pada informan 3, ia mengungkapkan bahwa dalam
belajar dan mengerjakan tugas PAI pernah mengalami kesulitan, yaitu
pada saat guru PAI memberikan tugas hafalan surah yang terlalu
panjang dan mengisi LKPD yang jawabannya tidak ada dalam
pembahasan. Namun, meskipun ia mengalami kesulitan tetap berusaha
untuk mengerjakan tugas tersebut. Usaha yang dilakukan pada saat
guru PAI memberikan hafalan surah yang terlalu panjang adalah
dengan menghafalkan terus-menerus dan sampai ia meminta guru
ngajinya untuk mengetes hafalannya. Sedangkan, pada saat mengisi
LKPD yang tidak ada dalam pembahasan. Ia mencari di internet dan
kadang bertanya kepada kakaknya. Informan 3 juga termasuk siswa
yang antusias dan tekun dalam belajar, ia mengatakan bahwa selalu
semangat dalam mengerjakan tugas PAI. Ia semangat belajar dan
mengerjakan tugas PAI supaya mendapatkan nilai yang bagus dan
memang ia belajar dan mengerjakan tugas atas kemauan sendiri dan
ingin membuat bangga orangtua. Berdasarkan pengamatan yang
peneliti lakukan pada saat observasi, informan 3 pada saat
mengerjakan tugas kelompok terlihat sangat bersemangat mengerjakan
bersama temannya. Dan pada saat diwawancarai informan 3
mengungkapkan bahwa ia tidak hanya bersemangat pada saat
55
mengerjakan tugas secara bersama-sama, saat mengerjakan tugas
secara individu pun ia tetap semangat. Dan pada saat diperintahkan
untuk mempraktekkan shalat sunnah rawatib sama seperti informan 1,
ia mempraktekkannya pada hari itu juga tanpa menunda pada
pertemuan berikutnya.
Sedangkan informan 2, 4, dan 5 dalam mengerjakan tugas pada saat
menemui hambatan terkadang ia tidak mampu melaluinya. Hal ini
diketahui berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh. Informan 2
pada saat mendapatkan tugas yang sulit terkadang tidak mengerjakan
tugasnya. Dan ia pun pernah tidak mengerjakan tugas karena malas.
Seperti, pada saat guru PAI memberikan tugas hafalan yang surahnya
terlalu panjang, apabila ia sedang malas tidak menghafalnya dan
ditunda pada beberapa pertemuan berikutnya. Dan pada saat
diperintahkan untuk mencari hukum bacaan pada tugas kelompok ia
tidak mengerjakan hanya mengandalkan teman sekelompoknya. Lalu
bila ada PR ia terkadang tidak mengerjakannya di rumah tetapi ia
melihat hasil pekerjaan temannya di sekolah. Pada saat peneliti
melakukan observasi, informan 2 pada saat diperintahkan untuk
mempraktekkan shalat sunnah rawatib tidak langsung mempraktekkan
pada pertemuan hari itu. Informan 2 juga mengungkapkan bahwa
dalam mengerjakan tugas kadang malas kadang semangat. Ia akan
lebih semangat apabila mengerjakan tugas dikerjakan secara kelompok,
karena dengan mengerjakan tugas secara kelompok apabila ia belum
paham bisa bertanya dan bisa diajari oleh teman. Dan ia belajar
maupun mengerjakan tugas PAI selain karena ingin mendapatkan nilai
yang bagus, juga takut dimarahi guru dan orangtua. Begitu pun dengan
informan 4, ia mengungkapkan pernah tidak mengerjakan tugas karena
tugasnya sulit dan terkadang karena malas. Seperti informan 3
kesulitan yang informan 4 rasakan adalah mengisi LKPD yang
jawabannya tidak ada dalam pembahasan. Namun, informan 4 ini bila
kesulitan mengisi LKPD yang jawabannya tidak ada dalam
56
pembahasan, langsung menyerah dengan tidak mengisi soal tersebut.
Dan ia lebih memilih untuk mengosongkan jawaban lalu melihat hasil
jawaban teman pada saat di sekolah. Informan 4 juga mengungkapkan
dalam belajar dan mengerjakan tugas PAI tidak selalu semangat,
apalagi kalau rasa malas sudah menghampiri ia tidak mengerjakan
tugasnya dan memilih bermain dengan teman. Pada saat guru PAI
meminta untuk mempraktekkan shalat sunnah rawatib informan 4 maju
paling awal. Sedangkan ketika diberikan tugas kelompok informan 4
lebih mengandalkan teman sekelompoknya. Ia hanya menyalin hasil
jawaban teman sekelompoknya.
Adapun informan 5 yang mengungkapkan bahwa ia pernah tidak
mengerjakan tugas pada tepat waktu karena jam pelajarannya sudah
habis. Karena dalam mengerjakan tugas ia kebanyakan bercanda
dengan teman sebangkunya. Dan informan 5 mengatakan juga pernah
tidak mengerjakan tugas hanya 2 atau 3 kali saja. Ia lebih sering
mengerjakan tugasnya daripada tidak mengerjakannya. Ia juga
mengatakan kesulitan dalam mengerjakan tugas PAI adalah ketika
diberikan tugas hafalan surah yang terlalu panjang. Karena hafalan
merupakan hal yang sangat sulit, ia mudah lupa walaupun sudah
berulang kali mencoba untuk menghafal. Sampai terkadang ia pasrah
dan menjadi malas untuk menghafal. Namun, ia mengungkapkan
dalam mengerjakan tugas PAI lebih banyak semangatnya. Pada saat
diminta guru PAI untuk mempraktekkan shalat sunnah rawatib dan
mengerjakan tugas secara kelompok pun ia dapat mengerjakannya
dengan baik. Dan yang membuat ia semangat dalam mengerjakan
tugas selain ingin mendapatkan nilai yang bagus, ia juga ingin menjadi
guru agama.
Dan pada saat guru menerangkan pelajaran terdapat siswa yang
tetap fokus mendengarkan walaupun terdapat temannya yang berisik di
kelas. Seperti informan 1, 3, dan 4 pada saat guru menerangkan
mereka benar-benar memperhatikan penjelasan guru dan ketika guru
57
mengajukan pertanyaan mereka mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Lain halnya dengan informan 2 dan 5, mereka hanya fokus beberapa
menit saja. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara. Informan 2
mengatakan bahwa ia tidak bisa fokus mendengarkan penjelasan guru
bila ada temannya yang berisik di kelas. Bahkan, ia pun ikut
mengobrol dengan teman sebangkunya. Adapun informan 5 yang
mengatakan bahwa ia memang tidak bisa fokus terlalu lama
mendengarkan penjelasan dari guru. Apalagi bila pada saat
mendengarkan penjelasan guru teman sebangkunya mengajak ngobrol.
Informan 1, 3, dan 4 orangtuanya pun suka menanyakan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru PAI. Bahkan, ada orangtua yang
sampai membantu mengajarkan tugas yang diberikan.
Dari beberapa uraian di atas dapat diketahui bahwa self efficacy
siswa kelas VIII B dalam mengerjakan tugas PAI dilihat berdasarkan
kekuatan memiliki kriteria-kriteria. Diantaranya, terdapat siswa yang
memiliki kekuatan yang kuat dalam mengerjakan tugas. Hal ini
ditunjukkan dengan usaha-usaha yang mereka lakukan walaupun
memiliki kesulitan dan hambatan dalam mengerjakan tugas. Dan
kekuatannya selain timbul dari diri sendiri, juga dibantu oleh faktor-
faktor lain, seperti orangtua, guru, kakak, dan teman. Lalu terdapat
pula siswa yang memiliki kekuatan yang lemah dalam mengerjakan
tugas. Hal ini ditunjukkan dengan keputus asaan dan tidak bisa
melawan rasa malas dan godaan pada diri siswa tersebut. Mereka
memilih untuk tidak mengerjakan tugas pada saat merasa kesulitan dan
ada pula yang tetap mengerjakan tetapi dengan cara melihat hasil
pekerjaan temannya.
4. Tipologi Self Efficacy Siswa dalam Mengerjakan Tugas PAI
Berdasarkan Keluasan
Self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas PAI dilihat dari
keluasan yaitu penguasaan siswa terhadap tugas yang dikerjakan.
58
Maksudnya, apakah siswa mampu menguasai beberapa tugas atau
hanya mampu menguasai tugas tertentu saja.
Terdapat beberapa kriteria-kriteria self efficacy siswa dalam
mengerjakan tugas PAI yang dilihat berdasarkan keluasan pada kelas
VIII. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh. Informan 1
mengatakan bahwa ia belajar agama bukan hanya di sekolah saja
melainkan di tempat pengajian. Ia mengaji setiap malam sesudah
maghrib dan ia juga belajar bersama ibunya setiap malam sebelum
besoknya ada pelajaran PAI. Ia mengungkapkan dengan belajar PAI
selain di sekolah membuat ia lebih paham dan nyambung ketika guru
PAI menjelaskan materi di kelas. Dan juga membuat ia ketika diberi
tugas lebih mengerti dan mudah dikerjakan karena tugas yang
diberikan pernah diajarkan di tempat ia mengaji. Selain itu, ia pun
mengungkapkan bahwa pernah diberi tugas untuk menghafal bacaan
shalat, namun terdapat perbedaan antara yang diajarkan oleh guru PAI
dan guru ngajinya. Lalu ia meminta penjelasan kepada guru PAInya
mengenai perbedaan bacaan shalat tersebut.
Informan 2 pun mengungkapkan bahwa ia belajar agama bukan
hanya di sekolah namun ia belajar juga di tempat pengajian. Karena
menurutnya, dengan belajar agama selain di sekolah akan menambah
wawasan dan ilmu. Dan ia lebih paham apa yang diajarkan oleh guru
ngajinya. Jadi dengan mengaji ia lebih bisa nyambung dan mengerti
apa yang dimaksud dengan penjelasan guru PAI di sekolah. Dan ia
juga mengatakan bila ada tugas agama terkadang ia meminta untuk
diajarkan oleh guru ngajinya. Selain itu, ia pun pernah merasa
kejanggalan, karena penjelasan yang guru PAI ajarkan berbeda dengan
yang pernah dikatakan oleh ibunya. Guru PAI mengatakan bahwa
suami istri bersentuhan pada saat memiliki wudhu batal, sedangkan
ibunya mengatakan tidak batal. Menanggapi hal tersebut, informan 2
meminta penjelasan guru pengajian.
59
Adapun informan 3 yang mengatakan bahwa ia selain belajar
agama di sekolah, belajar juga di pengajian dan belajar di rumah. Ia
memang suka membaca buku PAI maupun LKS setiap malam sebelum
pelajaran PAI diajarkan keesokan harinya. Ia belajar sendiri di rumah
dan di pengajian supaya pada saat guru PAI menerangkan materi di
sekolah sudah paham dan bila guru PAI menanyakan materi yang
sudah di bahas pada pertemuan sebelumnya bisa menjawab pertanyaan
tersebut.
Begitu pun dengan informan 4 dan 5 mengatakan bahwa ia belajar
agama selain di sekolah juga belajar di pengajian. Menurut kedua
informan dengan mengaji akan menambah pengetahuan dan ilmu.
Bahkan informan 4 mengatakan dengan mengaji dapat membantu ia
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru PAI di sekolah.
Pada saat mengerjakan tugas PAI berdasarkan hasil pengamatan
peneliti terdapat siswa yang mampu menguasai semua tugas. Dan
terdapat pula siswa yang hanya dapat menguasai tugas tertentu saja.
Walaupun siswa yang dapat menguasai semua tugas terdapat beberapa
catatan. Berikut penjelasannya.
Informan 1 kesulitan bila dihadapkan oleh soal yang diperintahkan
untuk melanjutkan potongan ayat dan menuliskan dalil. Informan 2
kesulitan bila diberi tugas untuk menentukan hukum bacaan dan
hafalan yang surahnya terlalu panjang. Informan 3 kesulitan bila
diberikan tugas hafalan yang surahnya terlalu panjang dan mengisi
LKS yang jawabannya tidak ada di pembahasan. Informan 4 kesulitan
bila diberikan tugas mengisi LKS yang jawabannya tidak ada di
pembahasan. Informan 5 kesulitan bila diberikan tugas hafalan yang
surahnya terlalu panjang. Dari ke lima informan tersebut yang
membedakan adalah usaha yang dilakukan, informan 1 dan 3
walaupun mengalami kesulitan selalu berusaha mengerjakan dan tidak
pernah sekalipun ketika diberi tugas PAI tidak mengerjakannya,
60
sedangkan informan 2, 4 dan 5 terkadang malas dan tidak mau
mengerjakan bila mengalami kesulitan.
Dari beberapa uraian di atas dapat diketahui bahwa self efficacy
siswa kelas VIII B dalam mengerjakan tugas PAI dilihat berdasarkan
keluasan memiliki kriteria-kriteria. Diantaranya, terdapat siswa yang
mampu mengerjakan semua tugas PAI. Dan terdapat pula siswa hanya
mampu mengerjakan sebagian dari tugas PAI yang diberikan.
Self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas PAI dilihat
berdasarkan tipologinya terdapat tiga tipologi yaitu, tipologi
berdasarkan magnitude (tingkatan), strength (kekuatan), dan generality
(keluasan). Dari ketiga tipologi tersebut yang lebih cenderung terlihat
nampak pada diri siswa adalah tipologi strength (kekuatan). Dimana
siswa ketika mengerjakan tugas menemui hambatan, mereka tidak
mudah putus asa. Mereka selalu berusaha untuk tetap mengerjakan
tugas tersebut. Mereka sadar bahwa tugas merupakan suatu kewajiban
yang harus dikerjakan bagi seorang siswa.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SMP Islamiyah Serua Depok
mengenai tipologi self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pada tingkat kesulitan tugas (magnitude) melahirkan tipologi-tipologi.
Diantaranya: work hard (siswa tetap mengerjakan tugas meskipun
merasa kesulitan), unresponsibility (siswa tidak mengerjakan tugas
saat merasa kesulitan), dan prokratinasi (siswa menunda tugas saat
merasa kesulitan).
2. Pada tingkat kekuatan tugas (strength) melahirkan tipologi-tipologi.
Yaitu: self strength (siswa memiliki kekuatan saat menemui hambatan
dalam mengerjakan tugas), dan self weakness (siswa tidak memiliki
kekuatan saat menemui hambatan dalam mengerjakan tugas).
3. Pada tingkat keluasan tugas (generality) melahirkan tipologi-tipologi.
Yaitu: do all tasks (siswa mampu mengerjakan semua tugas), dan do
some tasks (siswa hanya mampu mengerjakan sebagian tugas).
Dari ketiga tipologi di atas yang lebih cenderung terlihat nampak pada
diri siswa adalah tipologi strength (kekuatan). Dimana siswa ketika
mengerjakan tugas menemui suatu hambatan, mereka tidak mudah putus
asa. Mereka selalu berusaha untuk tetap mengerjakan tugas tersebut dan
sadar bahwa tugas merupakan suatu kewajiban yang harus dikerjakan bagi
seorang siswa.
B. Saran
Berdasarkan penelitian dan kesimpulan yang didapatkan, terdapat
beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, yaitu:
62
1. Bagi sekolah, hendaknya mengupayakan untuk memberikan fasilitas
yang lebih baik dan menciptakan lingkungan belajar yang nyaman
demi menunjang proses belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam, karena dengan adanya fasilitas yang respresentatif
maka akan meningkatkan self efficacy siswa dalam mengerjakan tugas.
2. Bagi guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam diharapkan
mampu mengetahui tipologi self efficacy siswa dalam mengerjakan
tugas sehingga guru dapat meningkatkan self efficacy siswa-siswinya
secara optimal.
3. Bagi orang tua, hendaknya selalu mengawasi dan mengingatkan putra-
putrinya untuk belajar maupun mengerjakan tugas. Supaya putra-
putrinya termotivasi dan menghasilkan self efficacy yang kuat.
4. Bagi siswa, yang memiliki self efficacy masih rendah agar dapat
meningkatkan self efficacynya dengan terus bersemangat walaupun
memiliki hambatan dalam belajar maupun mengerjakan tugas.
Sedangkan siswa yang sudah memiliki self efficacy yang tinggi agar
dapat mempertahankannya bahkan harus lebih ditingkatkan lagi.
5. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bagi yang ingin melakukan
penelitian yang sama sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
kuantitatif sehingga hasilnya dapat dibandingkan.
63
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press, Cet. VII, 2009.
Astuti, Rini., dan Gunawan, William. “Sumber-Sumber Efikasi Diri Karier
Remaja”. Jurnal Psikogenesis. 4, 2016.
Bandura, AlBert. Self Efficacy in Changing Societies. New York: Cambridge
University Press, 1995.
--------. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman and
Company, 1997.
Barliana, M. Syaom. “Tradisionalitas dan Modernitas Tipologi Arsitektur
Masjid”. Jurnal Terakreditasi Nasional Dimensi Teknik Arsitektur. 32,
2004.
Emzir, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2008.
Feist, Jess., dan Feist, Gregory J. Teori Kepribadian. Terj. dari Theories of
Personality oleh Smita Prathita Sjahputri. Buku II. Jakarta: Salemba
Humanika, 2010.
Rahmayanti, Fida Laila. “Pengaruh Self Efficacy (Keyakinan Diri) dan Disiplin
Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas X SMK
PGRI 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2016/2017”. Skripsi pada IAIN
Ponorogo: 2017.
Friedman, Howard S., dan Schustack, Miriam W. Kepribadian: Teori Klasik dan
Riset Modern. Terj. dari Personality: Classic Theories and Modern
Research oleh Fransiska Dian Ikarini, dkk., Jilid I. Jakarta: Erlangga,
2008.
Ghufron, M. Nur., dan S, Rini Risnawita. Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, Cet. III, 2012.
Haq, Aniq Hudiyah Bil. ”Efikasi Diri Anak Berkebutuhan Khusus yang
Berprestasi di Bidang Olahrga”. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 04,
2016.
64
Hidayat, Dede Rahmat. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam
Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Jaenudin, Ujam. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. I,
2015.
King, Laura A. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Terj. dari The
Science of Psychology: An Appreciative View oleh Brian Marwensdy.
Buku II. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
Maddux, James E. Self Efficacy, Adaptation, and Adjustment: Theory, Research,
and Application. New York: Springer Science + Business Media, 1995.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. III,
2014.
Majid, Abdul., dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2006.
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Cet. III, 2004.
Mukhid, Abd. “Self Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya
terhadap Pendidikan”. Tadris. 4, 2009.
Pangarsa, Galih W., dkk., “Tipologi Nusantara Green Architecture”. Jurnal
RUAS. 2, 2012.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan Agama Islam.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar
Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:
LPSP3, 1998.
65
Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks, Cet. I,
2011.
Rahman, Abdur. “Konsep Terapi Perilaku dan Self Efficacy”. Jurnal
Kependidikan Islam. 4, 2014.
Ramadanta, Asyra. “Kajian Tipologi dalam Pembentukan Karakter Visual dan
Struktur Kawasan (Studi Kasus: Kawasan Ijen, Malang)”. Jurnal
SMARTEK. 8, 2010.
Santoso, J. M. Joko Priyono. “Tipologi Membuka Ruang bagi Fungsi dan
Bentuk”. Jurnal Kajian Teknologi. 9, 2013.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks, 2012.
Sir, Muhammad Mochsen. “Tipologi Geometri: Telaah beberapa Karya Frank L.
Wrihgt dan Frank O. Gehry (Bangunan Rumah Tinggal sebagai Obyek
Telaah)”. Rona Jurnal Arsitektur FT-Unhas. 2, 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. 23, 2016.
Suryadi, dkk., “Hubungan Kemampuan Menyelesaikan Tugas-Tugas Pelajaran
dengan Hasil Belajar Siswa”. Jurnal Pendidikan Indonesia. 2, 2016.
Tim Penyusun FITK, Pedoman Penulisan Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2015.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, Cet. I, 2005.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Standar Nasional Pendidikan
serta Wajib Belajar, pasal 1 ayat (1).
Widdah, Minnah El. “Problema Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama (SMP)”. At-ta’lim. 4, 2013.
Yusuf, A. Muri. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group, Cet. I, 2014.
66
Yusuf, Kadar M. “Tipologi Kepribadian Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an”.
Jurnal Hadhari. 4, 2012.
67
Lampiran 1
GAMBAR PENELITIAN
“Halaman Depan SMPI Serua”
“Gedung SMPI Serua”
68
“Pembelajaran PAI Kelas VIIIB”
“Wawancara Siswa Kelas VIIIB”
“Pengisian Angket Siswa Kelas VIIIB”
69
“Foto bersama guru PAI”
“Foto bersama KepSek”
70
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
1. Bagaimana menurutmu pelajaran PAI?
2. Lalu bagaimana dengan tugas-tugasnya? Apakah mudah dikerjakan?
3. Tugas apa saja yang diberikan guru PAI?
4. Dari semua tugas yang diberikan, pernahkah kamu tidak mengerjakan tugas
tersebut?
5. Menurutmu ada tidak tugas PAI yang sulit dikerjakan?
6. Contoh tugasnya seperti apa?
7. Ketika kamu kesulitan mengerjakan tugas, apa yang kamu lakukan?
8. Apakah kamu selalu semangat mengerjakan tugas PAI?
9. Apakah kamu belajar agama selain di sekolah?
10. Dimana kamu belajarnya?
11. Apa yang membuat kamu belajar agama selain di sekolah?
12. Apakah orangtuamu suka menanyakan tugas-tugas di sekolah?
13. Pada saat guru memintamu untuk mempraktikkan shalat sunnah rawatib
bagaimana perasaanmu?
14. Kamu dalam belajar dan mengerjakan tugas karena kemauan sendiri atau
karena orang lain (misal karena guru, orangtua, dll)?
15. Pernahkah kamu mengerjakan tugas berkelompok?
16. Bagaimana perasaanmu, apakah lebih semangat dibandingkan mengerjakan
sendiri?
17. Pernahkah kamu merasa apa yang dijelaskan guru di sekolah tidak sesuai
dengan pengalaman atau pengetahuanmu?
18. Pernahkah kamu kecewa atau merasa gagal dalam belajar dan mengerjakan
tugas? Padahal kamu merasa sudah maksimal dalam belajar dan mengerjakan
tugas?
71
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA GURU
1. Bagaimana menurut ibu tentang keseharian siswa dalam mengerjakan tugas?
2. Apa saja tugas-tugas yang pernah diberikan kepada siswa?
3. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan siswa saat mengerjakan tugas?
4. Bagaimana cara ibu memotivasi siswa agar mampu menyelesaikan tugas
dengan baik?
72
Lampiran 4
ANGKET PENELITIAN
Angket Self Efficacy Siswa dalam Mengerjakan Tugas Pada Mata
Pelajaran PAI di SMP Islamiyah Serua
Identitas Responden
Nama : Kelas :
Petunjuk
Mulailah dengan membaca basmallah
Angket ini terdapat 19 pertanyaan, pertimbangkan baik-baik
pertanyaan. Dan berikan jawaban yang benar-benar sesuai dengan
yang anda alami
Mohon angket diisi dengan jawaban yang jujur
Sebelum angket dikembalikan, periksa kembali jawaban-jawaban
anda apakah sudah benar.
Pertanyaan
1. Bagaimana menurutmu mata pelajaran PAI?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
2. Bagaimana menurutmu tugas yang diberikan guru PAI?
a. Semua tugas mudah untuk dikerjakan
b. Masih ada tugas yang sulit untuk dikerjakan
c. (jawaban lain) ...................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
73
..........................................................................................................................
3. Tugas apa saja yang pernah diberikan guru PAI?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
4. Apakah kamu pernah tidak mengerjakan tugas PAI?
a. Ya
b. Tidak
5. Jika jawaban Ya, Berikan alasan mengapa kamu tidak mengerjakan
tugas tersebut:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
6. Pernahkah kamu merasa kesulitan mengerjakan tugas PAI?
a. Ya
b. Tidak
7. Apa saja tugas PAI yang sulit itu?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
8. Apa yang membuat kamu merasa kesulitan mengerjakan tugas PAI?
a. Karena tugas yang diberikan guru PAI tidak sesuai dengan yang
diajarkan
74
b. Karena tidak pernah mempelajari lagi di rumah
c. Karena ketika guru PAI menerangkan pelajaran tidak
memperhatikan
d. (jawaban lain) ...................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
9. Ketika kesulitan mengerjakan tugas PAI, apa yang kamu lakukan?
a. Tetap mengerjakan tugas
b. Tidak mengerjakan tugas
Berikan alasan: .................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
10. Ketika mengerjakan semua tugas PAI, apakah kamu selalu
mengerjakan sendiri atau meminta bantuan orang lain?
a. Selalu mengerjakan sendiri
b. Meminta bantuan orang lain
11. Apakah ada usaha yang kamu lakukan ketika kesulitan mengerjakan
tugas PAI?
a. Ya
b. Tidak
12. Usaha apa yang kamu lakukan ketika kesulitan mengerjakan tugas
PAI?
a. Meminta bantuan guru ngaji
b. Meminta bantuan orangtua
75
c. Meminta bantuan teman
d. Tetap mengerjakan sendiri
e. (jawaban lain) ...................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
13. Bagaimana perasaanmu ketika kesulitan mengerjakan tugas PAI?
a. Putus asa
b. Merasa tertantang
c. Tetap semangat
d. (jawaban lain) ...................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
14. Dari semua tugas PAI, tugas apa yang paling kamu sukai dan merasa
mampu untuk mengerjakannya?
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
15. Apakah kamu hanya mengerjakan tugas PAI yang mudah saja?
a. Ya
b. Tidak (tugas yang sulit pun dikerjakan)
16. Apa yang membuat kamu tetap semangat mengerjakan tugas PAI
meskipun menemui kesulitan?
a. supaya mendapatkan nilai yang bagus
b. supaya tidak dimarahi guru
76
c. (jawaban lain) ...................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
17. Pernahkah temanmu meminta bantuan mengerjakan tugas PAI?
a. Ya
b. Tidak
18. Jika jawaban Ya, sebutkan tugasnya:
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
19. Apa harapan yang kamu inginkan setelah mempelajari PAI?
a. Supaya lebih bisa memperbaiki ibadah
b. Supaya lebih bisa memperbaiki akhlak
c. (jawaban lain) ...................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
77
BIOGRAFI PENULIS
Luthfiah Nur Anisa, kelahiran Jakarta 02 September 1995.
Merupakan putri pertama dari lima bersaudara yang lahir dari
pasangan suami-istri Bapak Dadang Sudarso dan Ibu Mimin
Dasimi. Alamat di Jl. Raya Bojongsari 02/06 No. 124 Kel.
Bojongsari Baru, Kec. Bojongsari, Kota Depok, Prov. Jawa
Barat.
Riwayat pendidikan TK Islam Endrastek Pondok Safari lulus pada tahun
2002, kemudian melanjutkan sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Pondok
Aren dan lulus pada tahun 2008. Setelah lulus MI, ia melanjutkan di Mts Negeri
13 Jakarta dan lulus pada tahun 2011. Kemudian, melanjutkan lagi di MAN 19
Jakarta lulus pada tahun 2014.
Setelah lulus MAN ia melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Pendidikan Agama
Islam pada tahun 2014.