tips perawatan burung
TRANSCRIPT
TIPS PERAWATAN BURUNG
Bagi hobies kicauan tentu tidak asing dengan pertanyaan berikut jika ada
burung rekannya yang moncer di arena lomba, “share dong perawatannya”.
Lantas rekan yang burungnya moncer pun membeberkan “rahasia”
perawatan burungnya hingga bisa berjaya di arena lomba. Tanggapan yang
diberikan oleh sang pemilik jawarapun bermacam-macamada yang
menjawab sekedarnya namun tidak jarang ada mau menjelaskannya secara
detail. Yang sering terjadi adalah jawaban klasik berupa mandi, jemur dan
pemberian EF (Extra Fooding/ kroto, jangkrik, ulat hongkong, ulat kandang,
dll) secara teratur. Pertanyaannya, apakah dengan dibongkarnya rahasia
perawatan sang juara lantas burung kita bisa ikut-ikutan moncer jika rahasia
tersebut diterapkan ke “jagoan” kita ? Jawabannya bisa ” ya ” bisa ” tidak ”
Mengapa demikian ? Jawabannya adalah setiap burung mempunyai karakter,
volume suara, gaya, dan tingkat kecerdasan meniru suara burung lain yang
berbeda. Sepertinya hampir semua penghobi burung sudah mengetahui akan
hal tersebut. Lantas….? kira-kira perawatan seperti apa yang cocok untuk
jagoan kita supaya bisa moncer dilapangan ? Faktor apa saja yang menjadi
penentu ? Sedikit tips berikut mungkin bisa berguna dalam memelihara
burung sehingga diharapkan kita memiliki dasar dalam merawat “jagoan”
kita.
1. MAKANAN
Pada dasarnya makanan bagi burung peliharaan bisa dibagi menjadi 2 (dua)
bagian utama. Yang pertama adalah makanan pokok yang umumnya berupa
voor bagi burung sejenis Muray Batu, Anis, Pentet, Kacer, dan lainnya.
Beragam jenis biji-bijian untuk jenis finch seperti Kenari, Blackthroat, Sanger,
Mozambik dan lainnya.. Yang kedua adalah makanan penunjang atau lebih
sering disebut dengan istilah Extra Fooding (EF) yang bisa berupa jangkrik,
kroto, cacing, ulat, buah-buahan, sayuran dan lainnya.
1.A. Makanan Pokok
Sering ada yang bertanya, voor apa yang cocok bagi burung saya? Apa
komposisi biji-bijian yang baik untuk kenari saya? Jawaban untuk kedua
pertanyaan diatas sebenarnya gampang-gampang susah. Pada dasarnya,
semua voor baik untuk burung kita sepanjang voor tersebut dalam keadaan
baik alias belum kadaluarsa dan tidak terkontaminasi. Hindari pemberian
voor yang kandungan lemaknya terlalu tinggi. Ini bisa di cek dengan
membandingkan komposisi yang biasanya tertera pada bungkus pakan
tersebut. Begitu juga dengan biji-bijian bagi burung jenis finch.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah bentuk kotoran burung setelah
mengkonsumsi voor bersangkutan. Jika kotoran bentuknya padat dan kering,
bisa dipastikan bahwa voor tersebut cocok bagi burung kita. Sebaliknya jika
kotoran lembek dan cair, bisa jadi voor tersebut tidak cocok buat burung kita.
Namun masih ada kemungkinan kotoran yang lembek dan cair bukan
disebabkabn oleh makanan tapi burung tersebut mengalami gangguan
sistem pencernaan.
1.B. Makanan Penunjang (Ekstra Fooding – EF)
Seperti telah disebut diatas bahwa makanan penunjang biasanya adalah
berupa jangkrik, kroto, cacing, ulat, buah-buahan, sayuran dan lainnya. Yang
menjadi masalah adalah berapa banyak dan apa jenis EF yang cocok untuk
burung kita?
Sebaiknya biasakanlah memberikan EF yang variatif kepada burung kita.
Mengapa demikian ? Jika burung sudah terbiasa dengan berbagai jenis EF,
maka dikemudian hari akan memudahkan kita untuk melakukan “settingan”
terhadap burung tersebut. Ada beberapa penghobi yang dengan setengah
mengeluh bahwa burungnya tidak doyan jangkrik. Dilain waktu, ada lagi yang
bilang bahwa burungnya tidak doyan cacing. Bahkan ada yang setengah
tidak percaya bahwa burung yang baru dibelinya ternyata tidak doyan kroto.
Demikian juga dengan jenis buah-buahan. Ada yang tidak doyan papaya tapi
maunya apel atau pisang, dan sebaliknya.
Kembali ke pertanyaan diatas, berapa banyak dan jenis EF apa yang cocok
untuk burung kita ? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh si pemilik burung
jika sudah memahami fungsi dari setiap jenis EF. Walaupun belum ada
penelitian yang bisa membuktikan, namun sejak lama “diyakini” bahwa EF
berupa jangkrik bisa mendongkrak volume suara dan menimbulkan sifat fight
dari sang burung. Namun porsi jangkrik yang berlebihan juga sering
membuat burung menjadi “nakal” atau galak sehingga menggangu
performanya saat diadu.
EF berupa kroto dan ulat diyakini mampu memancing burung untuk rajin
bunyi. Kelebihan kroto bisa menimbulkan efek yang sama dengan jangkrik.
Sementara pemberian ulat yang berlebihan diyakini bisa mengakibatkan
gangguan pencernaan bahkan tidak sedikit yang berasumsi bisa penyakit
katarak. Yang relatif aman menurut sebagain besar penghobi adalah cacing.
EF ini sepertinya hampir merupakan menu wajib terutama untuk jenis burung
Anis, baik Merah maupun Kembang, bahkan Murai Batu sekalipun. Khusus
jenis Anis Merah, cacing dipercaya bisa membuat Anis Merah betah teller,
sedangkan untuk Anis Kembang bisa membuat burung rajin ngerol.
Untuk mengetahui berapa banyak porsi jangkrik, kroto dan cacing yang perlu
diberikan untuk burung kita, harus dilakukan uji coba atau trial and error.
Kalau sekedar untuk menikmati bunyi dirumah, tentu saja takaran EF tidak
terlalu menjadi masalah. Namun tidak demikian dengan burung yang
diniatkan untuk lomba. Porsi EF harus pas, tidak boleh lebih dan tidak boleh
kurang serta harus rutin dan disiplin dalam pemberiannya.
Dengan perawatan yang rutin, coba perhatikan bagaimana kerja burung kita
tersebut dilapangan. Jika burung tidak mau bunyi, ini bisa disebabkan
beberapa hal, antara lain karena belum terbiasa dengan situasi dilapangan,
treknya kurang lama, atau bahkan ada burung tertentu apabila akan
dilombakan sebelum digantang harus discharge dengan burung betina
contohnya anis merah.
Jika burung “galak” dan seolah-olah mau menyerang burung disekitarnya,
bisa disebabkan karena ” jagoan ” kita over birahi. Untuk itu, settingan harus
diubah, dimana jangkrik dan jemurnya harus dikurangi sedangkan intensitas
mandinya diperbanyak.
Untuk jenis anis merah jIka burung tidak mau teler, untuk rawatan berikutnya
bisa coba ditambah porsi cacingnya atau durasi treknya diperpanjang.
Selain permainan EF, tentu saja masih banyak factor lainnya yang harus kita
amati dan pahami sehingga jagoan kita bisa “ moncer ” di arena lomba.
Tentu saja kita juga harus menyadari bahwa factor lucky atau keberuntungan
juga menjadi hal yang harus diperhitungkan.
Sementara untuk jenis finch, EF protein hewani berupa kroto dan telur puyuh
diyakini bisa meningkatkan birahi sehingga burung mau fight dengan
lawannya. Jenis sayuran yang kaya serat selain berfungsi sebagai pembersih
pencernaan juga bisa sebagai media peredam birahi burung.
Bagaimana dengan fungsi buah ? Sebagaimana kita ketahui bahwa buah-
buahan banyak mengandung vitamin A dan C yang tidak diproduksi oleh
tubuh. Burung yang hidup dialam liar mungkin bisa mencari jenis buah yang
disukai dan sesuai dengan musim. Tapi tidak demikian halnya dengan burung
peliharaan. Usahakan untuk memberi buah-buahan yang variatif dan berganti
setiap harinya. Disaat musim kemarau, perbanyak pemberian buah pepaya
sementara dimusim penghujan pemberian pisang dan apel lebih diutamakan.
CATATAN: Usahakan untuk memberikan jenis EF yang mudah didapat dan
terjamin selalu ketersediannya.
2. MANDI & JEMUR Mandi dan jemur bagi burung peliharaan adalah wajib
hukumnya.
2.A. Mandi
Sama seperti kita, dengan mandi burung akan merasa lebih segar dan lebih
lincah. Selain itu, mandi juga merupakan salah satu sarana bagi burung
untuk melemaskan otot. Coba lihat pergerakan burung saat sedang mandi.
Seluruh anggota tubuhnya mulai dari kepala, sayap, kaki hingga ekor akan
bergerak secara bersamaan dan sistematis. Mandi juga berfungi untuk
menjaga kesehatan dan kebersihan bulu burung.
Kapan waktu yang tepat untuk memandikan burung? Umumnya waktu
memandikan burung adalah pagi hari sekitar jam 7 – 10. Untuk burung jenis
tertentu seperti Anis, mandi bisa 2 hingga 3 kali sehari, yakni pagi, siang dan
malam hari.
Media memandikan jenis burung yang berukuran sedang hingga besar
seperti Anis, Muari, Cucakrawa, dll, bisa dengan menggunakan bak keramba
yang banyak dijual di pasar burung. Untuk jenis burung yang berukuran agak
kecil seperti Tledekan, Kenari, Decu, dll bisa mengunakan “cepuk” yang
dimasukkan kedalam kandang.
Yang perlu diperhatikan adalah air yang digunakan untuk mandi. Paling baik
adalah air sumur. Jika menggunakan air PAM yang notabene banyak
kandungan kaporitnya, sebaiknya air diendapin dulu minimal satu malam
untuk memisahkan kaporit dan zat pembersih lainnya. Efek dari
menggunakan air PAM yang masih banyak mengandung kaporit adalah
hilangnya zat lemak pada bulu burung sehingga bulu menjadi kusam. Saat ini
tidak sedikit yang menggunakan air minum isi ulang sebagai air minum
sekaligus air mandi untuk burungnya. Shampoo dan cairan anti kutu khusus
burung bisa digunakan sebulan 1 atau 2 kali.
2.B. Jemur
Penjemuran sangat penting bagi burung. Dengan berjemur, burung akan
menyerap vitamin D dari sinar matahari sehingga metabolismenya bisa
berjalan dengan seimbang. Burung yang kurang jemur biasanya akan terlihat
lesu dan gemuk sehingga membuat burung malas bunyi. Sama seperti
mandi, penjemuran juga berfungsi untuk menjaga kesehatan dan keindahan
bulu burung.
Waktu yang tepat untuk menjemur burung adalah sekitar jam 7 hingga jam
10 pagi dimana panas matahari belum terlalu menyengat.. Sementara lama
penjemuran sangat variatif dan tergantung dari kebiasaan burung itu sendiri.
Untuk jenis Anis Kembang, banyak penghobi yang hanya menjemur burung
kurang dari 1 jam. Semantara jenis lain seperti Murai, Kenari, Tledekan, Anis
Merah, durasinya bisa sekitar 2 hingga 3 jam. Beberapa jenis burung seperti
Branjangan, Pentet dan Blackthroat mungkin memerlukan waktu penjemuran
yang lebih lama.
3. KANDANG UMBARAN
Trend 2 tahun terakhir ini menunjukkan bahwa semakin banyak hobbies yang
mengumbar burungnya dalam kandang umbaran yang berukuran relative
cukup besar. Fungsi dari kandang umbaran sendiri adalah memberikan
kesempatan kepada burung untuk bergerak bebas. Ini dilakukan untuk :
a. mengurangi timbunan lemak pada sehingga burung bisa bergerak
dengan lebih lincah.
b. melatih stamina.
c. sarana pemulihan bagi burung yang stress dan baru sembuh dari
sakit.
Sudah banyak testimoni bahwa burungnya semakin fight, volumenya
semakin dahsyat dan bisa diturunkan berkali-kali setelah burungnya
menjalani “training” dikandang umbaran.
4. KERODONG
Bagi beberapa orang kerodong kelihatannya sangat sepele padahal kerodong
memiliki fungsi yang tidak kecil. Burung sejenis finch terutama kenari sangat
rentan dengan hawa (angin) dingin dan gigitan nyamuk. Sering kematian
datang karena serangan salah satu atau keduanya. Untuk jenis Kenari,
kerodong lebih bersifat protektif terhadap kedua unsur diatas.
Sementara untuk burung jenis lainnya seperti Anis, Muray, Pentet, Kacer, dll,
fungsi kerodong bukan hanya sebagai pemanis saja tapi lebih kepada fungsi
agar burung bisa beristirahat dengan tenang sehingga tidak selalu dalam
keadaan siap tempur. Kerodong hanya dibuka pada saat akan melakukan
ritual mandi dan jemur serta pada saat lomba.
Yang perlu diingat adalah jangan langsung mengkerodong burung setelah
penjemuran selesai karena bisa mengakibatkan rusaknya retina mata.
Biarkanlah burung beradaptasi terlebih dahulu dengan intensitas cahaya
yang diterima. Perlakuannya kira-kira seperti berikut:
- Pagi jam 5 atau jam 6 burung dikeluarkan ke teras rumah dalam
posisi kerodong masih tertutup.
- Setelah 10 menit, kerodong dibuka dan burung mulai diembunkan .
- 20 menit kemudian, burung boleh dijemur hingga waktunya (ada juga
yang memandikan dulu baru dijemur)
- Setelah penjemuran selesai, gantung burung ditempat teduh (jangan
dibawa masuk kedalam rumah) sambil diangin-anginkan sekitar 30
menit kemudian dilanjutkan dengan mandi.
- Biarkan bulu burung kering dulu sebelum dikerodong. Setelah
dikerodong biarkan posisinya tetap ditempat teduh. Tunggu sekitar 10
– 20 menit kemudian, baru burung dimasukkan ke dalam rumah.
5. TANGKRINGAN/ TENGGERAN
Jangan menyepelekan masalah tangkringan. Ukuran dan jenis bahan
tangkringan harus disesuaikan dengan jenis dan karakter burung. Umumnya
tangkringan yang digunakan adalah dahan kayu asam serta kayu bubut
buatan pabrik yang diberi amplas. Ukuran tangkringan bisa disebut sesuai
jika kaki burung hanya bisa mencengkeram 2/3 dari diameter tangkringan.
Sejauh ini, tangkringan kayu asam masih dianggap yang terbaik karena
teksturnya yang kasar hingga burung bisa mencengkeram dengan baik dan
juga tahan lama. Dewasa ini model dan jenis bahan tangkringan semakin
bervariasi sehingga kita harus jeli memilih jenis dan model tangkringan untuk
burung kita.
6. MABUNG/ NGURAK/ GANTI BULU
Secara alami, burung akan mengalami mabung atau ngurak 1 kali dalam
setahun. Pada masa ini, burung sangat rentan terhadap stress dan penyakit.
Salah perawatan dalam masa mabung bisa berakibat fatal dan
mengakibatkan burung menjadi “mandeg” alias bisu.
Untuk burung yang memasuki masa ngurak, proses mandi sebaiknya
dihentikan sama sekali hingga bulu ekor yang baru sudah tumbuh kembali
minimal 50%. Penjemuran boleh dilakukan seminggu 1 – 2 kali dalam waktu
yang tidak terlalu lama. EF jangkrik dan kroto boleh tetap diberikan sesuai
dengan raatan sebelum mabung, namun pemberian cacing dan buah
sebaiknya dihentikan.
Sebaiknya burung selalu dalam keadaan kerodong sepanjang hari dan
dibersihkan kotorannya 3 hari sekali.
Masa mabung adalah waktu yang paling tepat dalam melakukan pemasteran.
Yang perlu diperhatikan adalah jarak pemasteran. Alih-alih dimaster malah
burung yang mabung menjadi stress karena suara yang terlalu kencang. Jika
kita menggunakan burung master, usahakan jarak nya minimal 2 meter dari
burung yang akan dimaster. Ingat, justru suara yang terdengar sayup-sayup
yang lebih mudah ditiru oleh burung yang sedang mabung.
Saat ini kita sangat dimudahkan dengan banyak beredarnya master
elektronik berikut petunjuk dalam melakukan pemasteran Salah satunya
adalah CD
Semoga sedikit ulasan ini bisa bermanfaat untuk para pemula yang baru
belajar pelihara burung. Tulisan ini masih jauh dari sempurna. Mohon saran
serta kritik dari rekan-rekan semuanya agar kita bisa saling berbagi dalam
hobby ini karena semahal mahalnya harga seekor burung, masih lebih mahal
” biaya sekolah ” hobby burung.