titrasi kompleksometri
DESCRIPTION
Penjelasan tentang titrasi kompleksometriTRANSCRIPT
FG 3 ABBF B
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
OutlineTeori Titrasi Kompleksometri
Pentingnya Titrasi Kompleksometri
Indikator
Prinsip dan Reaksi
Contoh Aplikasi
Langkah-Langkah Persiapan
Pelaksanaan dan Cara Perhitungan
Arini Dyah S. P. D.
TEORI TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN
PENTINGNYA TITRASI KOMPLEKSOMETRI
• Ion logam (Cu, Co, Ni, Zn, Cd, dan Hg2+) membentuk kompleks stabil dengan ligan nitrogen seperti amonia dan trietilendiamin.
• Ion logam lain (Al, Pb dan Bi) dikomplekskan oleh ligan yang mengandung atom oksigen sebagai penyumbang pasangan elektron.
• Zat pengkhelat tertentu yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen efektif dalam membentuk kompleks yang stabil dengan logam, yang sangat beraneka ragam antara lain etilendiamintetraesetat (EDTA), EGTA, CDTA.
TEORI TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Definisi
salah satu jenis titrasi
berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks antara analit dan titran
titrasi berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks antara kation dengan zat
pembentuk kompleks
Salah satu tipe reaksi kimia melibatkan pembentukan kompleks/ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks tersebut dibentuk melalui
reaksi ion logam (kation) dengan anion/molekul netral.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan
ion-ion kompleks/molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi.
Titrasi kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti
penggunaan EDTA.
PENTINGNYA TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Digunakan untuk menentukan
campuran logam yang berbeda dalam
larutan
Dapat menganalisis ion
dalam jumlah banyak/sedikit
Sangat peka terhadap perubahan
pHdigunakan dalam analisis sel
biologis
Reaksi kompleksasi cepat mencapai TE
dengan penambahan titran yang kecil
Situasi penganggu
tidak mudah muncul
Indikator dapat mendeteksi TE secara akurat
INDIKATOR TITRASI KOMPLEKSOMETRIAzka Afina 1306397002
INDIKATOR
• Digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi• Umumnya digunakan indikator ion logam atau
metal indikator atau metal ion indikator, yaitu zat warna yang bersifat sebagai komplekson, sehingga dapat membentuk kompleks dengan ion logam yang mempunyai warna yang berbeda dengan warna indikator itu sendiri
Indikator dalam titrasi kompleksiometri tidak berubah
karena perubahan pH, tidak juga karna daya oksidasi titrat berubah, akan tetapi krn perubahan pM (M
adalah khelat logam)(Roth 1988)
Sebagian besar titrasi kompleksometri menggunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat, contohnya: Eriochrome black T dan Asam salisilat.Penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrome black T. pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+
dengan indicator murexide.
1. Ikatan senyawa EDTA harus lebih kuat dari pada logam-logam indikator. Artinya ikatan logam – logam indikator logamnya harus dapat direbut oleh EDTA
2. Reaksi warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar terhadap logam
3. Perubahan warna pada titik ekivalen tajam4. Perbedaan warna dari indikator bebas dengan
indikator kompleks harus mempunyai kestabilan yang efektif dimana pH titrasi tidak boleh tidak teroksidasi dan tereduksi
5. Kestabian kompleks logam indikator harus cukup
SYARAT INDIKATOR
MACAM-MACAM INDIKATOR
Eriochrom-Black T (EBT)
Meruxide
Calmagite
Arzenazo NAS Calcon
Tiron Violet cathecol
Fast sulphon black F
Varjamin blue B
Bromopirogalol merah
Timolftalekson
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8-10, senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5, senyawa itu sendiri
berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH
10.
ERIOCHROM BLACK T
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada pH=12.
MUREXIDE
Jingga xilenol.
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
Biru hidroksi naftol.
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12-13 dan menjadi biru jernih, jika terjadi kelebihan EDTA.
CalmagiteDapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil, daerah terjadinya pada pH 8,1-12,4 dan warna indikator bebasnya biru. Mengalami blocking dengan Cu, Ni, Fe³⁺, dan Al.
ArzenazoDigunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV) dengan EDTA. Keuntungan menggunakan indikator ini adalah :• Tidak mengalami blocking oleh Cu(II) dan Fe(III)
dalam jumlah kecil.• Bereaksi cepat sehingga terjadinya perubahan
warna juga lebih cepat.
NASDigunakan pada daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat asam NAS berwarna merah violet pada pH 3,5 keatas berwarna merah jingga. Penggunaan NAS cukup luas dan dianjurkan untuk titrasi Cu, Co(II), Cd, Ni, Zn, Al dengan EDTA.
CalconCalcon merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black R, yang disebut juga Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator berwarna hijau dan hanya terdapat dalam larutan asam kuat. Pada pH 7 sampai 10 berwarna merah, kemudian biru sampai pH 13,5 dan diatasnya jingga. Kelat Calcon dengan logam berwarna merah dan ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca pada pH 12,5 – 13 tanpa terganggu oleh Mg. Perubahan warna dari merah menjadi biru. Dengan indikator ini maka dapat ditentukan kesadahan air yang disebabkan oleh Ca saja tidak termasuk kesadahan oleh Mg.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan
cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa
kompleks dilakukan titrasi kembali.
PRINSIP DAN REAKSI TITRASI
KOMPLEKSOMETRIFransisca Fortunata
Titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks, garam yang sukar mengion, atau molekul netral) yang terdisosiasi dalam larutan
Persyaratan mendasarnya adalah tingkat kelarutan tinggi.
Ag+ + 2CN- Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
CONTOH REAKSI TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Prinsip dan dasar reaksi dalam penentuan ion-ion logam secara titrasi kompleksometri umumnya digunakan komplekson III, EDTA (H4Y) sebagai zat pembentuk kompleks khelat, dimana EDTA bereaksi dengan ion-ion logam yang polivalent seperti Al , Bi , Ca dan Cu membentuk senyawa atau kompleks khelat yang stabil dan larut dalam air dengan perbandingan stoikiometri 1:1 sebagai berikut:
Mn+ + Y4- MY- (4-n)
M adalah kation (logam)
Fraksi Y4- dari larutan EDTA dipengaruhi oleh pH, sehingga harga tetapan kesetimbangan yang dipengaruhi oleh pH disebut Keffektif (Kkondisional), Keff = Kabs.a4 dan a4 adalah fraksi Y4- pada pH tertentu. Supaya pH konstan, titrasi dilakukan dalam larutan yang dibuffer pada pH tertentu.Karena banyak ion-ion logam yang dapat bereaksi dengan EDTA, maka selektivitas dapat diatur dengan mencari pH serendah mungkin dimana titrasi masih layak dilakukan (Keff ≥ 108). Keselektifan ini dapat juga diatur dengan menggunakan “masking agent”.
Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator, maka indikator akan membentuk kompleks dengan Mg2+ (berwarna merah) kemudian Mg2+
pada kompleks akan bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Jika semua Mg2+ sudah bereaksi dengan EDTA, maka warna merah akan hilang, selanjutnya kelebihan sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu terbentuknya warna biru.
Asam etilen diamin tetra asetat, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat.
EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul.
Keunggulan EDTA
EDTA
Mudah larut
dalam air
Dapat diperoleh
dalam keadaan murni
STRUKTUR EDTA
Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam
Kestabilannya dalam membentuk kelat konstan
Dapat bereaksi cepat
Telah dikembangkan indikator khusus
Mudah diperoleh bahan baku primernya
Dapat digunakan sebagai bahan yang dianalisis atau standardisasi
FAKTOR YANG MEMBUAT EDTA SEBAGAI TITRIMETRI
Untuk dapat dipakai sebagai dasar suatu titrasi, reaksi harus memenuhi persyaratan umum amok titrasi, maka kompleks yang terjadi harus stabil. Titrasi ini biasanya digunakan untuk penetapan kadar logam polivalen atau senyawanya dengan menggunakan Na-EDTA sebagai titran pembentuk kompleks.
Klasifikasi ligan berdasarkan jumlah titik ikatannya dengan logam:- Ligan Monodentat - Ligan Bidentat- Ligan Multidentat
Syarat reaksi pembentukan kompleks untuk analisis kuantitatif:
1. Kompleks yang terbentuk harus stabil dan larut baik
Misal: Ag+ +2CN- AgCN2; Kstab>1021
2. Tidak boleh ada reaksi samping
3. Harus ada indikator yang sesuai untuk penentuan TA
KLASIFIKASI LIGAN
BEBERAPA TITRASI KOMPLEKSOMETRI
1. Merkurimetri
Adalah titrasi dengan garam merkuri (Hg2+) seperti Hg(NO2)2, HgCl2 (garam yang derajat ionisasinya besar).
Sampel yang dapat ditentukan kadarnya adalah ion halogen (Cl-, Br-), CNS-, dan CN-, dan indikatornya: Na-nitro prussid, difenil carbazid, difenil carbazon, dsb (pH 1,5-2)
Reaksi umum:Hg2+ + X- HgX2
Sampel Cl-
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
Indikator Hg2+ + Na2Fe(CN)5NO HgFe(CN)5NO; TA: endapan putih
Sampel CN-
Hg2+ + 2CN- HgCN2
Hg2+ + CNS- Hg(CNS)2
CNS- + Fe3+ Fe(CNS)2+ warna merah (TA)
2. Titrasi Liebig (Argentometri untuk CN-)
Reaksi: Ag+ + 2CN- AgCN2-
AgCN2- + Ag+ Ag(AgCN2) endapan putih (TA)
Untuk mempertajam TA, dapat ditambahkan KI (modifikasi Deninges) sehingga TA menjadi kekuning-kuningan (AgI), dan agak menggumpal.
Ksp AgI (10-16) << Ksp AgCN (10-12)
Kelemahannya: TA dapat terjadi lebih cepat sebelum TE. Untuk mencegahnya dapat ditambahkan NH4OH ke dalam larutan titrat sehingga terbentuk kompleks Ag(NH3)+ yang larut sehingga konsentrasi Ag+ menjadi berkurang dan pembentukan AgI dapat ditunda.
Titrasi ini dapat juga untuk PK kation Ni2+, Co2+, dan Zn2+ secara tidak langsung (CN- sebagai titran 1 dan Ag+ sebagai titran 2).
3. Titrasi dengan Komplekson (Ligan Multidentat)
Ada beberapa komplekson yang dapat digunakan:
a. Komplekson 1 (NTA), nitrilo tri asetat
b. Komplekson 2 (EDTA), etilen diamin tetra asetat
c. Komplekson 3 (Na2EDTA),
d. Komplekson 4 (DCTA), diamino cicloheksan tetra asetat
e. Komplekson 5 (EGTA), etilen glikol bis(2-amino etil eter) tetra asetat
f. Komplekson 6 (TTHA), trietilen tetra amin heksa asetat
Yang banyak digunakan adalah Komplekson 3 (H2Y2-)
Reaksi umum:
Karena BE EDTA berbeda-beda, perhitungan dengan M lebih disukai
Mn+ + H2Y2- MY(n-4)+ + 2H+
Misal Mg2+ + H2Y2- MgY2- + 2H+ ; BE = BM/2
Bi3+ + H2Y2- BiY- + 2H+ ; BE = BM/3
Larutan yang mengandung ion logam yang akan ditetapkan dibufferkan sampai pH yang dikehendaki (misal pH untuk logam Ca 10 dan untuk logam Mg 12) dan ditirasi langsung dengan Na-EDTA 0,01 M dan ditambah indikator EBT untuk Ca dan Murexide-NaCl untuk Mg. Amati titik akhir titrasi untuk Ca dari warna merah anggur menjadi biru sedangkan untuk Mg dari pink menjadi violet.
CARA KERJA TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Titrasi Langsung
Titrasi Kembali
Titrasi Subtitusi
Titrasi Tidak Langsung
METODE TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Dimas Agus P.H. 1306479873
APLIKASI TITRASI KOMPLEKSOMETRI
PENETAPAN TOTAL KESADAHAN AIR
Pada umumnya kesadahan jumlah air, disebabkan oleh kandungan garam Kalsium atau Magnesium. Larutan ion
Mg2+ dan ion Ca2+ dititrasi secara kompleksometri dengan larutan EDTA dan digunakan indikator EBT.
Pertama EDTA akan bereaksi dengan ion Ca2+ , kemudian dengan ion Mg2+ dan akhirnya dengan senyawa rangkai Mg-EBT yang berwarna merah anggur. Titik akhir pada pH 7-11, dengan adanya perubahan warna dari merah
anggur menjadi biru yang berasal dari larutan indikator yang bebas.
PENETAPAN KADAR MG DAN MGCL2
Pada pH 10, Mg dapat ditetapkan secara kompleksometri. Mg2+ dalam contoh dapat bereaksi
dengan EDTA dan menggunakan indikator EBT. Mg dan EBT membentuk senyawa rangkai yang berwarna merah
anggur. Larutan indikator yang bebas berwarna biru pada pH 7-11 warna larutan pada titik akhir berubah
dari merah menjadi biru.
ANALISIS KADAR ATTAPULGITE DALAM
TABLET A
Attapulgite dalam tablet A dapat ditetapkan dengan cara titrasi kompleksometri. Attapulgite dapat dititrasi dengan EDTA 0,05 M. Dengan indikator EBT akan
menghasilkan titik akhir berwarna biru
PELAKSANAAN DAN CARA PENGHITUNGANNoviani Sugianto 1306480061
LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN
Aluminium
Bismut
Kalsium Magnesium
ALUMINIUM
1. Larutkan zat uji dalam 2 ml HCl 1 N dan 50 ml air.
2. Tambahkan 50 ml dinatrium edetat 0,05 M.
3. Netralkan dengan NaOH 1 N menggunakan indikator larutan merah metil P.
4. Panaskan larutan hingga mendidih, biarkan di atas tangas air 10 menit, segera dinginkan.
5. Tambahkan 5 g heksamida P.
6. Titrasi dengan timbal nitrat 0,05 M menggunakan indikator ± 50 mg jingga xilenol campur P hingga larutan berubah dari kuning menjadi merah jambu
BISMUT
1. Larutkan zat uji dalam sedikit HNO3 encer P.
2. Tambahkan 50 ml air dan atur pH larutan hingga 1-2 dengan penambahan tetes demi tetes HNO3 encer atau amonia encer.
3. Titrasi perlahan dengan dinatrium edetat 0,05 M menggunakan indikator ± 50 mg jingga xilenol campur P hingga larutan berubah dari violet menjadi kuning.
KALSIUM
1. Larutkan zat uji dalam beberapa ml air, jika perlu asamkan dengan sedikit HCl encer P.
2. Encerkan dengan air secukupnya hingga ± 100 ml.
3. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M, dan pada ± 2 ml sebelum TAT tambahkan 4 ml NaOH P 30 % b/v, dan 100 mg kalkon campur P atau asam kalkon karboksilat campur P.
4. Lanjutkan titrasi hingga larutan berubah dari merah jambu menjadi biru.
MAGNESIUM
1. Larutkan zat uji dalam 5-10 ml air, jika perlu diasamkan dengan sedikit HCl encer P.
2. Encerkan dengan air secukupnya hingga ± 50 ml.
3. Tambahkan 10 ml larutan dapar NH4Cl pH 10 P.
4. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M menggunakan indikator ± 100 mg hitam mordan campur hingga larutan berubah dari violet menjadi hijau.
SENG
1. Larutkan zat uji dalam 5-10 ml air, jika perlu diasamkan dengan CH3COOH P.
2. Encerkan dengan air secukupnya hingga ± 50 ml.
3. Tambahkan lebih kurang 50 mg jingga xilenol campur P dan 5 g heksamina hingga warna merah.
4. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M hingga larutan berubah dari merah jambu violet menjadi kuning.
TIMBAL
1. Larutkan zat uji dalam 5-10 ml air, jika perlu asamkan dengan sedikit CH3COOH encer P.
2. Encerkan dengan air secukupnya hingga ± 50 ml.
3. Tambahkan lebih kurang 50 mg jingga xilenol campur P dan 5 g heksamina P hingga warna merah.
4. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M hingga larutan berubah dari violet tua menjadi kuning.
CARA MENGHITUNG KURVA TITRASI
1. Hitung K’f (konstanta kondisional)
2. Sebelum titrasi pM= -log (Mn+)
3. Sebelum TE [Mn+]= (M1 x V1) – (M2 x V2)
Vtotal
K f : α4 x Kstab
4. Saat TE (Mn+) = CT
[Mn+]= (M x V) Vtotal
[Ca2+] 2 = [CaY2- ] K f
5. Setelah TECT ~ [EDTA] sisa. sehingga [Mn+]
dihitung dari K f
Contoh: Ca²⁺ + Y⁴¯ → CaY²¯Keadaan setimbang:
[Ca2+] = [Y⁴¯]
HARGA Α4 UNTUK EDTA PADA BERBAGAI PH
pH 2 α4 = 3,7 x 10-14
pH 3 α4 = 2,5 x 10-11
pH 4 α4 = 3,6 x 10-9
pH 5 α4 = 3,5 x 10-7
pH 6 α4 = 2,2 x 10-5
pH 7 α4 = 4,8 x 10-4
pH 8 α4 = 5,4 x 10-3
pH 9 α4 = 5,2 x 10-2
pH 10 α4 = 3,5 x 10-1
pH 11 α4 = 8,5 x 10-1
pH 12 α4 = 9,8 x 10-1
HARGA KOSTANTA KESTABILAN KOMPLEKS LOGAM DAN EDTA
(Fritz dan Schenk, 1979).
Makin besar harga konstanta senyawa kompleks senyawa kompleks makin
stabil
CONTOH SOAL
50 mL 0,005 M Ca2+ dititrasi dengan 0,01 M EDTA pada pH 10,
Kurva titrasi ? (Kstab=5x1010)
JAWAB
1. Hitung K’f pH : 10 α4 = 3,5 x 10-1
K’f : α4 x Kstab = 3,5 x 10-1 x 5x1010 =
1,75.1010
2. Sebelum TitrasipCa = -log [Ca2+] = -log 5.10-3 = 2,30
3. Sebelum Titik Ekuivalen (mis. + 10 mL EDTA)
[Ca2+] = 50 x 0,005 – 10 x 0,01 = 2,5.10-3
60pCa = -log [Ca2+] = -log 2,5.10-3 = 2,6
4. Saat TE (mis. + 25 mL EDTA)
Ca2+ + Y4- ↔ CaY2-
[CaY2- ]= 50 x 0,005 = 3,33 x 10-3
75
[Ca2+] 2 = [CaY2- ] = 3,33 x 10-3 = 4,36 x 10-7
K’f 1,75.1010
p [Ca2+] = - log 4,36 x 10-7 = 6,36
5. Setelah TE (mis. + 35 mL EDTA)
1. Basset, J., 1994, Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III
3. Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta
4. http://www.titrations.info/complexometric-titration diakses 8 November 2014
5. www.ilmukimia.org/titrasikompleksometri diakses 8 November 2014
6. Bisa kimia. Titrasi Kompleksometri. 2014 [Online], 1 halaman. Tersedia: http://bisakimia.com/2014/09/02/titrasi-komplesometri/. [Diakses, 8 November 2014 Pukul 11.06 WIB].
7. Pradipta, I Putu Wahyu. Laporan Praktikum Kimia Analisis Titrasi Kompleksometri. [Online], 11 halaman. Tersedia: https://www.academia.edu/6840502/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_ANALISIS_TITRASI_KOMPLEKSOMETRI. [Diakses, 8 November 2014 Pukul 11.58 WIB].
8. Titrasi Kompleksometri. 2011 [Online], 8 halaman. Tersedia: http://www.slideshare.net/lee_walker94/titrasi-kompleksometri-17954634. . [Diakses, 8 November 2014 Pukul 11.59 WIB].
REFERENSI
1. Naja: indikator tadi ada yg blocking, itu maksudnya apa?
2. Rini: tadi dijelasin cara persiapan masing2 logam. Itu hanya untuk 1 sampel aja atau tidak? Campuran?
Jawaban
3. EBT Indikator. EBT tidak berubah warna karena ikatan logam dan ligan tidak reversible atau terlalu kuat, sehingga indikator kehilangan fungsinya. Hal ini dikarenakan EBT merupakan larutan yang tak stabil, bila disimpan akan terjadi peruraian secara lambat.
4. Bisa untuk dua sampel jg. Cuma perlu dibedakan indikatornya.
TITRASI CAMPURAN ION LOGAM
a. Dengan mengatur pH larutan titrat (sesuai kestabilan kompleks ion logam-EDTA)
b. Dengan penambahan masking agent terhadap ion logam tertentu. Masking agent adalah suatu zat yang mampu membentuk kompleks yang lebih stabil daripada kompleks ion logam EDTA.
c. Pemisahan dengan pengendapan selektifd. Pemisahan dengan ekstraksi pelarut organike. Pemilihan indikator yang sesuai
DENGAN MENGATUR PH LARUTAN TITRAT (SESUAI KESTABILAN KOMPLEKS ION LOGAM-EDTA)
Misal
Bi3+, Fe, Th pH stabil 1-3
Pb 2+, Cu, Co, Ni, Mn, Cd, Sn, Al pH stabil 4-6
Ca2+, Sr, Mg, Zn pH stabil 8-10
DENGAN PENAMBAHAN MASKING AGENT TERHADAP ION LOGAM
TERTENTU.
Misal:
CN- adalah masking agent untuk ion: Zn, Cd, Hg, Co, Ni, Ag, Pb,
Jika Cd2+ + CN- Cd(CN4)2-
Cd(CN4)2- + H2Y2- tidak bereaksi
Bila dalam suatu sampel terdapat campuran ion Ca dan Cd, maka campuran tersebut dapat langsung dititrasi dengan EDTA untuk PK Ca setelah ditambahkan KCN atau NaCN. Beberapa ion logam lain juga tidak membentuk kompleks dengan CN-, seperti Ba, Mg, Sr, Pb, Mn.
Trietanolamin : masking agent untuk Ti4+, Fe3+, Al3+
Iodida (KI) : masking agent untuk Hg2+ HgI42-
(endapan)
Amonium Fluorida : masking agent untuk Al3+, Fe3+, Ti3+, Sn2+
PEMISAHAN DENGAN PENGENDAPAN SELEKTIF
Misal:
Campuran kation Ca dan Mg, dipisahkan dengan penambahan asam oksalat sehingga terbentuk endapan Ca-oksalat, sedangkan Mg tidak mengendap. Endapan selanjutnya dipisahkan dengan cara filtrasi, dicuci, dan dilarutkan lagi dengan HCl, lalu didapar pada pH 12,3 dan dapat dititrasi dengan EDTA menggunakan indikator Calcon. Filtrat dapat langsung dititrasi dengan EDTA menggunakan indikator EBT (PK Kation Mg). Atau kadar Mg diperoleh dari: mmol Mg2+ = mmol total (EDTA) – mmol Ca
PEMISAHAN DENGAN EKSTRAKSI PELARUT
ORGANIK
Misalnya:
Zn2+ dapat dipisahkan dari campurannya dengan Pb dan Cu dengan mereaksikannya dengan CNS-, shingga terbentuk Zn(CNS)2 yang dapat diekstraksi dengan isobutyl metil keton. Lalu ekstrak diuapkan, dilarutkan kembali dalam air, dan ditirasi dengan EDTA.
PEMILIHAN INDIKATOR YANG SESUAI
Prinsipnya mirip dengan pengaturan pH larutan titrat