titrasi permanganometri
TRANSCRIPT
![Page 1: TITRASI PERMANGANOMETRI](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082407/55cf9873550346d03397b6d1/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
PENENTUAN KADAR ZAT ORGANIK PADA SAMPEL AIR
disusun oleh:
A.A. AYU TIRTAMARA
NIM P07134012027
KELOMPOK I
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013
![Page 2: TITRASI PERMANGANOMETRI](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082407/55cf9873550346d03397b6d1/html5/thumbnails/2.jpg)
TITRASI PERMANGANOMETRI
PENENTUAN KADAR ZAT ORGANIK PADA SAMPEL AIR
Hari/tanggal praktikum : Selasa, 14 Mei 2013 & Rabu, 22 Mei 2013
Tempat : Laboratorium Kimia
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Deposer
I. LATAR BELAKANG
Zat organik adalah semua senyawa yang tersusun atas atom Karbon (C), Hidrogen
(H), Oksigen (O), Nitrogen (N), dan Sulfur (S). Adanya zat organik dalam air
menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia, hewan atau sumber
lainnya. Makin tinggi kandungan zat organik di dalam air, maka semakin jelas bahwa air
tersebut telah tercemar (Dumairy, 1992).
Penentuan kadar zat organik dalam air perlu dilakukan untuk memantau kualitas air
dan tingkat pencemaran pada air tersebut. Kadar zat organik dalam air dinyatakan sebagai
mg KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi sempurna seluruh zat organik dalam 1 L
air. Berdasarkan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Air, telah ditetapkan kadar zat organik pada air bersih adalah tidak boleh lebih
dari 10 mg/L.
Metode yang sering digunakan dalam penentuan kadar zat organik dalam air adalah
metode titrasi permanganometri. Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh Kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi
dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun, kebanyakan titrasi dilakukan
dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat
yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi
secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
a. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (II) yang dapat diendapkan sebagai oksalat.
Setelah endapan disaring dan dicuci dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga
terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah akhirnya dititrasi dan
hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
b. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih.
Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan
banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
![Page 3: TITRASI PERMANGANOMETRI](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082407/55cf9873550346d03397b6d1/html5/thumbnails/3.jpg)
Titrasi permanganometri ini tidak memerlukan indikator, karena kalium permanganat
dapat bertindak sebagai indikator, dimana ion MnO4- berwarna ungu, setelah direduksi
menjadi ion Mn- yang tidak berwarna. Maka, kalium permanganat dapat disebut sebagai
autoindikator.
Umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah
mengamati titik akhir titrasinya. Namun, ada beberapa senyawa yang lebih mudah
dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan
tiosulfat.
II. TUJUAN
2.1 Mahasiswa dapat membuat larutan baku KMnO4 0,01 M yang diperlukan dalam
titrasi.
2.2 Mahasiswa dapat melakukan pembakuan larutan KMnO4 dengan larutan Asam Oksalat
0,01 N.
2.3 Mahasiswa dapat melakukan percobaan titrasi permanganometri dengan sampel air
bersih.
III. PRINSIP
Zat organik dalam sampel dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana asam dengan
pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat
dititrasi kembali dengan KMnO4.
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1 Alat
1. Buret
2. Statif
3. Klem
4. Erlenmeyer 100 mL
5. Pipet volume 5 mL
6. Pipet volume 10 mL
7. Pipet volume 25 mL
8. Push ball
9. Beaker glass 100 mL
10. Pipet tetes
![Page 4: TITRASI PERMANGANOMETRI](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082407/55cf9873550346d03397b6d1/html5/thumbnails/4.jpg)
11. Corong
12. Kompor listrik
13. Botol reagen
4.2 Bahan
1. Larutan baku sekunder KMnO4 0,01 N
2. Larutan baku primer H2C2O4 0,01 N
3. Larutan H2SO4 4 N bebas zat organik
4. Aquades
5. Sampel air kran di toilet Poltekkes Denpasar
4.3 Standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan Asam Oksalat 0,01 N
1. Pembuatan larutan H2SO4 4 N bebas zat organik
2. Pembuatan larutan baku primer Asam Oksalat 0,1 N
3. Pembuatan larutan baku primer Asam Oksalat 0,01 N
4. Pembuatan larutan baku sekunder KMnO4 0,1 N
5. Pembuatan larutan baku sekunder KMnO4 0,01 N
6. Standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan Asam Oksalat 0,01 N
4.4 Penentuan Kadar Zat Organik Sampel Air Kran
V. HASIL PENGAMATAN
V.1Standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan Asam Oksalat 0,01 N
Volume
titrasi
I 10,70 mL
II 10,60 mL
Rata-rata 10,65 mL
Gambar hasil titrasi
Titrasi I Titrasi II
V.2Penentuan Kadar Zat Organik Sampel Air Kran
a. Titrasi sampel air dengan larutan Asam Oksalat 0,01 N
Volume I 16,50 mL
![Page 5: TITRASI PERMANGANOMETRI](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082407/55cf9873550346d03397b6d1/html5/thumbnails/5.jpg)
titrasiII 16,40 mL
Rata-rata 16,45 mL
Gambar hasil pengamatan
Sampel air
+ KMnO4
+ 15 mL
KMnO4
Dititrasi dengan
Asam Oksalat
b. Hasil titrasi (a.) dititrasi dengan larutan KMnO4
Volume
titrasi
I 3,00 mL
II 3,00 mL
Rata-rata 3,00 mL
Gambar hasil pengamatan
Hasil titrasi
di atas (a.)
Dititrasi dengan
larutan KMnO4
VI. PERHITUNGAN
VI.1 Standarisasi larutan KMnO4 dengan larutan Asam Oksalat 0,01 N
Kadar KMnO4 :
V1 x N1 = V2 x N2
10 mL x 0,01 N = 10,65 mL x N2
N2 = 0,00939 N
VI.2 Penentuan Kadar Zat Organik Sampel Air Kran
1 mL KMnO4 0,00939 N ~ 0,316 mg KMnO4
![Page 6: TITRASI PERMANGANOMETRI](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082407/55cf9873550346d03397b6d1/html5/thumbnails/6.jpg)
mg/L zat organik :
¿ 1000V sampel
x [ {(15+A ) mL x N KMnO 4 }− {( B mL x N H 2 C2 O 4 )} ]x 0,316
¿ 100050 mL
x [ {(15+3 )mL x 0,00939 N }− {(16,45 mL x0,01 N ) }] x 0,316
= 20 x [{18 x 0,00939} – 0,1645] x 0,316
= 20 x (0,16902-0,1645) x 0,316
= 20 x 0,00452 x 0,316
= 0,0286 mg/L
VII. PEMBAHASAN
Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer, karenanya
perlu dibakukan terlebih dahulu. Larutan baku KMnO4 dibuat dengan melarutkan
sejumlah kalium permanganat dalam air, mendidihkannya, kemudian endapan MnO2
yang terbentuk disaring, lalu dibakukan dengan larutan baku primer H2C2O4.
Pendidihan dan penyaringan bertujuan untuk menghilangkan endapan MnO2
(Mangan dioksidasi) yang ada pada larutan kalium permanganat sebab MnO2 dapat
mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat. Setelah dididihkan, larutan KMnO4
didiamkan 1 hari 1 malam untuk menunggu pembentukan endapan MnO2. Pemanasan
untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan untuk
menghilangkan MnO2. Larutan KMnO4 disimpan dalam tempat gelap dan tidak
diasamkan agar konsentrasinya tidak banyak berubah selama penyimpanan larutan
tersebut.
Dalam titasi permanganometri, tidak dibutuhkan indikator karena larutan KMnO4
yang digunakan sebagai titran dapat bertindak sebagai autoindikator. Titik akhir titrasi
dalam standarisasi KMnO4 dengan larutan baku primer Asam Oksalat 0,01 N ditandai
dengan perubahan warna titer dari tidak berwarna menjadi merah muda tetap, artinya
saat erlenmeyer digoyangkan, warna merah muda yang muncul tidak hilang. Dalam hal
ini terjadi reaksi oksidasi dan reduksi:
Oksidasi : H2C2O4 CO2 + 2H+ +2e-
Reduksi : MnO4- + 8 H+ Mn2+ + 4 H2O
Dalam percobaan ini, sebagai pengasam digunakan larutan H2SO4 4 N bebas zat
organik karena ion MnO4- akan tereduksi menjadi Mn2+ dalam suasana asam oleh reaksi
dengan atom H. Selain itu, asam sulfat cukup baik karena tidak bereaksi dengan
permanganat. Pada saat pengenceran larutan H2SO4 pekat menjadi larutan H2SO4 4 N
mungkin akan terjadi kontaminasi oleh zat organik yang berasal dari aquades yang
![Page 7: TITRASI PERMANGANOMETRI](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082407/55cf9873550346d03397b6d1/html5/thumbnails/7.jpg)
digunakan untuk mengencerkan, maka dilakukan penambahan KMnO4 0,01 N tetes
demi tetes yang bertujuan untuk menjerat/mengoksidasi zat organik tersebut sehingga
nantinya tidak mempengaruhi hasil penentuan kadar zat organik dalam sampel air.
Sebelum penambahan KMnO4 dilakukan pemanasan untuk mengkatalisis reaksi antara
zat organik dalam larutan H2SO4 dengan KMnO4.
Pemanasan dilakukan karena reaksi dengan permanganatt lambat pada suhu
kamar. Oleh karena itu dipanaskan hingga suhu 70°C. Setelah itu suhu dipertinggi
rekasi memulai lambat tetapi kecepatan meningkat setelah Mn2+ terbentuk.
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi ke kanan. Reaksi dalam
suasana alkalis :
MnO4- + 3e- → MnO4
2-
MnO42- + 2H2O + 2e- → MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2O + 3e- → MnO2 +4OH-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral, sehingga
titrasi pada praktikum ini dilakukan dalam suasana asam dengan penambahan larutan
H2SO4 4 N bebas zat organik ke dalam larutan yang akan dititrasi (titrat).
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan
pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak
reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan
ditemukan dalam penggunaan reagen ini. Sebagai contoh, permanganat adalah agen
unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 sesuai
dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4
- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
Larutan pentiter KMnO4- pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang
lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga
pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya
adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada
larutan seperti H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung
menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
![Page 8: TITRASI PERMANGANOMETRI](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082407/55cf9873550346d03397b6d1/html5/thumbnails/8.jpg)
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang
dilaksanakan.
VIII. KESIMPULAN
Pada percobaan ini dapat disimpulkan :
1. Pembuatan larutan baku KMnO4 yang digunakan dalam percobaan ini terdiri
dari : penimbangan serbuk KMnO4, melarutkannya dengan aquades,
kemudian dididihkan, lalu didiamkan selama 1 hari 1 malam, serta disaring
dengan saringan asbes untuk menghilangkan endapan MnO2.
2. Standarisasi larutan baku sekunder KMnO4 dengan larutan Asam Oksalat
0,01 N diperoleh hasil berupa larutan baku primer KMnO4 0,00939 N.
3. Pada penentuan kadar zat organik dalam sampel air dengan metode
permanganometri diperoleh hasil berupa konsentrasi zat organik dalam
sampel air kran pada toilet Poltekkes Denpasar adalah 0,0286 mg/L yang
memenuhi standar kandungan zat organik pada air bersih menurut Permenkes
RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Air,
yaitu kadar zat organik pada air bersih adalah tidak boleh lebih dari 10 mg/L.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Dumairy. 1992. Ekonomika Sumber Daya Air. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Hal 107.
X. LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Denpasar, 22 Mei 2013
Pembimbing Praktikan
(A.A. Ngr. Putra Riana Prasetya, S.Farm., Apt.) (A.A. Ayu Tirtamara)