tm agama
DESCRIPTION
tugas kuliahTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
Menurut kodratnya, manusia dilahirkan di muka bumi ini untuk menjadi
pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke
bumi, manusia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana terkandung dalam
Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam
menjadi Khalifah di muka Bumi”.
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil.
Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak
merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan
yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan
memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan.
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada. Manajemen
sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian, karena
pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari
prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Contohnya
dalam kehidupan sehari-hari kita seperti mengatur diri kita atau jadwal tugas-
tugas kita, kita sudah melakukan yang namanya manajemen.
Faktor yang paling penting dalam kegiatan menggerakkan orang lain
untuk menjalankan kegiatan administrasi atau manajemen adalah kepemimpinan
(leadership). Kesalahan dalam kepemimpinan dapat mengakibatkan gagalnya
organisasi dalam menjalankan misinya. Oleh sebab itu, mengapa kepemimpinan
dianggap sebagai inti dari manajemen.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa makna kepemimpinan dalam Islam?
2. Bagaimana perspektif kepemimpinan dalam Islam?
3. Bagaimana cara kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW?
1
4. Apa makna manajemen dalam Islam?
5. Apa peran manajemen dalam Islam terhadap umat?
6. Bagaimana hubungan antara kepemimpinan dan manajemen dalam
Islam?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna kepemimpinan dalam Islam
2. Untuk mengetahui perspektif kepemimpinan dalam Islam
3. Untuk mengetahui makna manajemen dalam Islam
4. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan dan manajemen
dalam Islam
5. Untuk mengetahui cara kepemimpinan dan manajemen yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW
1.4. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai kepemimpinan dan manajemen dalam
Islam terhadap mahasiswa kedokteran gigi
2. Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan untuk penulisan karya tulis
terutama dalam bidang kepemimpinan dan manajemen dalam Islam
3. Mengetahui cara kepemimpinan dan manajemen yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kepemimpinan
Menurut kodratnya, manusia dilahirkan di muka bumi ini untuk menjadi
pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke
bumi, manusia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana terkandung dalam
Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam
menjadi Khalifah di muka Bumi”.
Dalam bahasa Arab, kepemimpinan sering diterjemahkan sebagai al-
Riyadah, al-imarah, al-qiyadah, atau al-zaamah. Kata-kata tersebut memiliki satu
makna sehingga disebut sinonim atau muradif, sehingga kita bisa menggunakan
salah satu dari keempat kata tersebut untuk menerjemahkan kata kepemimpinan.
Dalam Islam, kepemimpinan begitu penting sehingga mendapat perhatian
yang sangat besar. Begitu pentingnya kepemimpinan ini, mengharuskan setiap
perkumpulan untuk memiliki pimpinan, bahkan perkumpulan dalam jumlah yang
kecil sekalipun. Nabi Muhammad SAW Bersabda:
“Dari Abu Said dari Abu Hurairah bahwa keduanya berkata: Rasulullah
bersabda, “Apabila tiga orang keluar bepergian hendaklah menreka menjadikan
salah satu sebagai pemimpin. (H.R. Abu Daud).
Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang
untuk mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan atau mengelola orang lain
agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan bersama. Dalam
pengertian ini seseorang yang ingin diakui sebagai pemimpin harus memiliki
kelebihan dalam beberapa fungsi yang dimaksudkan di atas yakni: mempengaruhi,
membimbing sampai pada kemampuan mengelola orang lain. Kalau tidak dapat
menjalankan semua fungsi itu, maka ia tidak dapat diterima oleh kelompok
sebagai pemimpin yang fungsional.
3
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi
orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Soepardi
(1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “kemampuan untuk mengarahkan,
menasehati, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud
agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai
tujuan administrasi secara efektif dan efisien”.
Kepemimpinan atau kegiatan memimpin merupakan usaha yang dilakukan
oleh seseorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk
mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan orang-orang yang
dipimpin supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan
dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup
empat hal yang saling berhubungan, yaitu adanya orang-orang yang dipengaruhi
atau pengikut seperti anggota organisasi, bawahan maupun kelompok yang mau
dikendalikan, adanya kegiatan tertentu dalam menggerakkan bawahan untuk
mencapai tujuan bersama, serta adanya tujuan yang diperjuangkan melalui
serangkaian tindakan.
Di dalam konsep (manhaj) Islam, pemimpin merupakan hal yang sangat
fundamental. Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan masyarakat Islam.
Dalam kehidupan berjama'ah, pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota
tubuhnya. Ia memiliki peranan yang strategis dalam pengaturan pola (minhaj) dan
gerakan (harakah). Kecakapannya dalam memimpin akan mengarahkan umatnya
kepada tujuan yang ingin dicapai, yaitu kejayaan dan kesejahteraan umat dengan
iringan ridho Allah (QS. Al-Baqarah : 207).
Dalam bangunan masyarakat Islami, pemimpin berada pada posisi yang
menentukan terhadap perjalanan umatnya. Apabila sebuah jama'ah memiliki
seorang pemimpin yang prima, produktif dan cakap dalam pengembangan dan
pembangkitan daya juang dan kreativitas amaliyah, maka dapat dipastikan
perjalanan umatnya akan mencapai titik keberhasilan. Dan sebaliknya, manakala
suatu jama'ah dipimpin oleh orang yang memiliki banyak kelemahan, baik dalam
hal keilmuan, manajerial, maupun dalam hal pemahaman dan nilai
tanggungjawab, serta lebih mengutamakan hawa nafsunya dalam pengambilan
4
keputusan dan tindakan, maka dapat dipastikan, bangunan jama'ah akan
mengalami kemunduran, dan bahkan mengalami kehancuran (QS. Al-Isra : 16).
"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami
perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah (kaum elit dan konglomerat)
di negeri itu (untuk menaati Allah), akan tetapi mereka melakukan kedurhakaan
dalam negeri itu, maka sudah sepantasnyalah berlaku terhadapnya perkataan
(ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya."
(QS. Al-Isra : 16).
Oleh karena itu, Islam memandang bahwa kepemimpinan memiliki posisi
yang sangat strategis dalam terwujudnya masyarakat yang berada dalam Baldatun
Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur (QS. Saba : 15), yaitu masyarakat Islami yang
dalam sistem kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam. Begitu pentingnya
kepemimpinan atau imam dalam sebuah jama'ah atau kelompok, sampai-sampai
Rasulullah bersabda yang maksudnya:
"Apabila kamu mengadakan perjalanan secara berkelompok, maka
tunjuklah salah satunya sebagai imam (pemimpin perjalanan).”
Demikian juga jika kita lihat dalam sejarah Islam (Tarikh Islam) mengenai
pentingnya kedudukan pemimpin dalam kehidupan umat muslim. Kita lihat dalam
sejarah, ketika Rasulullah saw. wafat, maka para sahabat segera mengadakan
musyawarah untuk menentukan seorang khalifah. Para shahabat ketika itu lebih
mementingkan terpilihnya pemimpin pengganti Rasulullah, karena kekhawatiran
akan terjadinya ikhlilaf (perpecahan) di kalangan umat muslim kala itu. Hingga
akhirnya terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama setelah Rasulullah
saw. wafat.
2.2. Konsep-konsep Munculnya Seorang Pemimpin
Menurut Stephen J Knezevich (1962) yang pertama, konsep
kepemimpinan itu dapat dikemukan sebagai berikut:
5
1. Kepemimpinan Konsep
Konsep ini, lebih menekankan pada sifat-sifat pribadi seseorang, karena
menonjol, mempunyai kelebihan. Tanpa sifat-sifat tersebut seseorang tidak dapat
dianggap sebagai pemimpin. Oleh sebab itu, untuk memenuhi tuntutan demikian,
diperlukan syarat-syarat seperti mempunyai sifat yang serba prima, genius, berani,
penuh energi dan lain-lain.
Karena terlalu terfokus pada syarat-syarat pribadi tersebut, sering orang
lupa bahwa kerberhasilan kepemimpinan bukan saja terletak pada sifat-sifat yang
menonjol pada seorang pemimpin, melainkan juga dipengaruhi oleh syarat
profesional dan pengalamannya dalam mempengaruhi kelompok, sehingga dapat
membawa mereka ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dan
karena terlalu berpegang pada kelebihan-kelebihan sifat pribadi itu bisa juga
menjerumuskan suatu pandangan bahwa pemimpinan itu dilahirkan, bukan
dibentuk.
2. Kepemimpinan formal
Seseorang yang dikatakan pemimpin dalam konsep kepemimpinan formal
muncul karena faktor “official”. Kepemimpina nformal ada secara resmi pada
seseorang yang diangkat dalam jabatan struktural. Biasanya diperkuat dengan
Surat Keputusan yang berwenang.
Dengan kelengkapan formalitas saja belum dapat menjamin sang
pemimpin secara otomatis diterima oleh anggota organisasinya sebagai pemimpin
yang aktual atau fungsional. Pengakuan atas seseorang yang menduduki jabatan
pimpinan formal masih harus diuji dalam praktek yang hasilnya akan terlihat
dalam kenyataan kehidupan organisasi.
Pemimpin formal dapat diterima oleh anggota kelompok sebagai
pemimpin yang fungsional apabila ia sudah dapat mempengaruhi anggota
kelompoknya, berinteraksi dengan mereka dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama. Untuk itu ia harus mempunyai kemampuan dalam:
a. Membantu kelompok untuk menetapkan dan memahami tujuan-tujuan
organisasi yang akan dicapai
b. Melaksanakan proses kepemimpinan secara berhasil
6
c. Memikat hati orang lain (anggota kelompok)
d. Membina hubungan serasi dengan bawahannya, maupun sesama anggota,
penguasaan tentang implikasi-implikasi pencapaian tujuan dalam kegiatan
e. Memilih anggota kelompok yang sesuai dengan keahlian tertentu dalam
segenap kegiatan yang beraneka ragam.
3. Kepemimpinan fungsional
Konsep kepemimpinan fungsional menekankan bahwa pemimpin itu
muncul karena kemampuannya berinteraksi dengan kelompok. Sering dikatakan
kepemimpinan adalah hasil dari interaksi yang terjadi dalam kelompok.
Efektivitas kepemimpinan fungsional terlihat pada pengakuan nyata dan
penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan seseorang, dengan kata lain
predikat sebagai pemimpin fungsional itu diperoleh karena sang pemimpin
memang dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin.
2.3. Istilah yang mengarah kepada pengertian pemimpin, diantaranya :
a. Umaro atau ulil amri yang bermakna pemimpin negara (pemerintah)
b. Amirul ummah yang bermakna pemimpin (amir) umat
c. Al-Qiyadah yang bermakna ketua atau pimpinan kelompok
d. Al-Mas'uliyah yang bermakna penanggung jawab
e. Khadimul ummah yang bermakna pelayan umat
Dari beberapa istilah tadi, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah
orang yang ditugasi atau diberi amanah untuk mengurusi permasalahan umat, baik
dalam lingkup jama'ah (kelompok) maupun sampai kepada urusan pemerintahan,
serta memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dengan memberikan
perhatian yang lebih dalam upaya mensejahterakan umatnya, bukan sebaliknya,
mempergunakan kekuasaan dan jabatan untuk mengeksploitasi sumber daya yang
ada, baik SDM maupun SDA, hanya untuk pemuasan kepentingan pribadi
(ananiyah) dan kaum kerabatnya atau kelompoknya (ashobiyah).
7
2.4. Kriteria dalam Menentukan Pemimpin
Jika kita menyimak terhadap perjalanan siroh nabawiyah (sejarah nabi-
nabi) dan berdasarkan petunjuk Al-Qur'an (QS. Az-Zumar : 23) dan Al-Hadits
(QS. Al-Hujurat : 7), maka kita dapat menyimpulkan secara garis besar beberapa
kriteria dalam menentukan pemimpin.
Beberapa faktor yang menjadi kriteria yang bersifat general dan spesifik dalam
menentukan pemimpin tersebut adalah antara lain :
a. Faktor Keulamaan
Dalam QS. Al-Mala’ikah : 28, Allah menerangkan bahwa diantara hamba-
hamba Allah, yang paling takut adalah al-‘ulama. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila pemimpin tersebut memiliki kriteria keulamaan, maka dia akan selalu
menyandarkan segala sikap dan keputusannya berdasarkan wahyu (Al-Qur'an).
Dia takut untuk melakukan kesalahan dan berbuat maksiat kepada Allah.
Berdasarkan QS. Al-Hujurat : 1, maka ia tidak akan gegabah dan
membantah atau mendahului ketentuan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-
Nya. Dalam pengambilan keputusan, ia selalu merujuk kepada petunjuk Al-Qur'an
dan Al-Hadits.
Berdasarkan QS. Al-Ankabut : 49, maka seorang pemimpin yang
berkriteria ulama, haruslah memiliki keilmuan yang dalam di dalam dadanya (fii
shudur). Ia selalu menampilkan ucapan, perbuatan, dan perangainya berdasarkan
sandaran ilmu.
Berdasarkan QS. An-Nahl : 43, maka seorang pemimpin haruslah ahlu
adz-dzikri (ahli dzikir) yaitu orang yang dapat dijadikan rujukan dalam menjawab
berbagai macam problema umat.
b. Faktor Intelektual (Kecerdasan)
Seorang calon pemimpin haruslah memiliki kecerdasan, baik secara
emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ).
Dalam hadits Rasulullah melalui jalan shahabat Ibnu Abbas r.a, bersabda :
"Orang yang pintar (al-kayyis) adalah orang yang mampu menguasai dirinya dan
beramal untuk kepentingan sesudah mati, dan orang yang bodoh (al-‘ajiz) adalah
8
orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan pandai berangan-angan atas
Allah dengan segala angan-angan." (HR. Bukhari, Muslim, Al-Baihaqy)
Hadits ini mengandung isyarat bahwa seorang pemimpin haruslah orang
yang mampu menguasai dirinya dan emosinya. Bersikap lembut, pemaaf, dan
tidak mudah amarah. Dalam mengambil sikap dan keputusan, ia lebih
mengutamakan hujjah Al-Qur'an dan Al-Hadits, daripada hanya sekedar nafsu dan
keinginannya. Ia akan menganalisa semua aspek dan faktor yang mempengaruhi
penilaian dan pengambilan keputusan.
Berdasarkan QS. Yunus : 55, mengandung arti bahwa dalam mengambil
dan mengajukan diri untuk memegang suatu amanah, haruslah disesuaikan dengan
kapasitas dan kapabilitas (kafa'ah) yang dimiliki (QS. An-Nisa’ : 58).
Rasulullah berpesan : "Barangsiapa menyerahkan suatu urusan kepada
yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."
c. Faktor Kepeloporan
Berdasarkan QS. Az-Zumar : 12, maka seorang pemimpin haruslah
memiliki sifat kepeloporan. Selalu menjadi barisan terdepan dalam memerankan
perintah Islam.
Berdasarkan QS. Al-Mala’ikah : 32, maka seorang pemimpin haruslah
berada pada posisi hamba-hamba Allah yang bersegera dalam berbuat kebajikan
(sabiqun bil khoiroti bi idznillah)
Berdasarkan QS. Al-An’am : 135, maka seorang pemimpin tidak hanya
ahli di bidang penyusunan konsep dan strategi, tetapi haruslah juga orang yang
memiliki karakter sebagai pekerja. Orang yang tidak hanya pandai bicara, tetapi
juga pandai bekerja.
Berdasarkan QS. Al-An’am : 162 - 163, maka seorang pemimpin haruslah
orang yang tawajjuh kepada Allah, maksudnya menyadari bahwa semua yang
berkaitan dengan dirinya, adalah milik dan untuk Allah. Sehingga ia tidak akan
menyekutukan Allah, dan selalu berupaya untuk mencari ridho Allah (QS. Al-
Baqarah : 207)
9
Berdasarkan QS. Ali Imran : 110, sebagai khoiru ummah maksudnya
seorang pemimpin haruslah orang yang selalu menyeru kepada yang ma'ruf,
mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan senantiasa beriman kepada Allah.
d. Faktor Keteladanan
Seorang calon pemimpin haruslah orang yang memiliki figur keteladanan
dalam dirinya, baik dalam hal ibadah, akhlaq, dsb.
Berdasarkan QS. Al-Ahzab : 21, maka seorang pemimpin haruslah
menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagi dirinya. Meskipun tidak akan
mencapai titik kesempurnaan, paling tidak ia mampu menampilkan akhlaq yang
baik layaknya Rasulullah.
Berdasarkan QS. Al-Qalam : 4, maka seorang pemimpin haruslah
memiliki akhlaq yang mulia (akhlaqul karimah), sehingga dengannya mampu
membawa perubahan dan perbaikan dalam kehidupan sosial masyarakat.
Faktor akhlaq adalah masalah paling mendasar dalam kepemimpinan.
Walaupun seorang pemimpin memiliki kecerdasan intelektual yang luar biasa,
tetapi apabila tidak dikontrol melalui akhlaq yang baik, maka ia justru akan
membawa kerusakan (fasada) dan kehancuran.
e. Faktor Manajerial (Management)
Berdasarkan QS. Ash-Shaff : 4, maka seorang pemimpin haruslah
memahami ilmu manajerial (meskipun pada standar yang minim). Memahami
manajemen kepemimpinan, perencanaan, administrasi, distribusi keanggotaan dan
sebagainya.
Seorang pemimpin harus mampu menciptakan keserasian, keselarasan, dan
kerapian manajerial lembaganya (tandhim), baik aturan-aturan yang bersifat
mengikat, kemampuan anggota, pencapaian hasil, serta parameter-parameter
lainnya.
Dengan kemampuan ini, maka akan tercipta tanasuq (keteraturan),
tawazun (keseimbangan), yang kesemuanya bermuara pada takamul
(komprehensif) secara keseluruhan.
10
Oleh karena itu, umat harus lebih berhati-hati dalam menentukan imam
atau pemimpin. Karena apapun akibat yang dilakukannya, maka umat pun akan
turut bertanggung jawab terhadapnya. Jika kepemimpinannya baik, maka umat
akan merasakan nikmatnya. Sebaliknya, apabila kepemimpinannya buruk, maka
umat pun akan merasakan kerusakan dan kehancurannya.
2.5. Karekteristik Kepemimpinan Rasulullah
Adapun karekteristik kepemimpinan Rasulullah diantaranya adalah :
1. Ketuhanan
Ciri utama dan pertama dari kepemimpinan Rasulullah adalah manajemen
yang didasarkan oleh nilai-nilai yang diaajarkan oleh Allah SWT. Nilai-nilai yang
dihimpun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Yang kemudian dikenal dengan nama
Al-Qur’an.
Turunnya Al-Qur’an secara bertahap inilah yang kemudian menjadi
panduan Rasulullah dalam mengelola dakwahnya. Memeberikan arahan dan
pedoman untuk mewujudkan visi Islam di muka bumi seperti dalam Al-Qur’an:
“Dialah (Allah) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama
yang benar agar Dia menenangkannya di atas segala agama-agama meskipun
orang musrik membenci. (QS. Ash-Shaff: 9)
Inilah visi dakwah Rasulullah menjadi pemenang dalam masalah agama,
yaitu dalam kalimat tauhid, aqidah, penyembahan dan pengabdian yang benar
kepada Allah.
Visi lainnya yaitu menjadikan Rasulullah pemenang dalam masalah
keduniaan, sehingga Islam dan umatnya menjadi winner dan champion sejati,
menjadi sebaik-baik umat dan sebaik-baik makhluk (khoirul bariyah) dimuka
bumi.
Namun Allah Juga mengajarkan kepada Rasulullah visi yang konprehensif
yaitu visi untuk menjadi champion di dunia dan akhirat seperti firman Allah :
11
“Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: “ Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebakan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api
neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201)
Visi yang bernafaskan ketuhanan inilah yang menjadikan kepemimpinan
Rasulullah sukses secara gemilang dalam segala aspek kehidupan, baik dalam
aspek agama, moral, ekonomi, pemikiran, militer, sosial, seni dan budaya.
2. Universal
Kepemimpinan Rasulullah adalah kepemimpinan yang menyeluruh baik
sisi waktu maupun tempat. Oleh karena itu, kepemimpinan Rasulullah dapat
diterapkan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
a. Seorang guru dapat mencontoh Rasulullah dalam mengelola murid-
muridnya, karena kepemimpinan Rasulullah terbukti menghasilkan murid-
murid yang luar biasa semisal Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali.
b. Seorang jenderal dapat mencontoh kepemimpinan Rasulullah dalam
melahirkan prajurit-prajurit yang hebat semacam Khalid bin Walid dan
Usamah.
c. Seorang ilmuwan dapat mencontoh Rasulullah dalam melahirkan ilmuwan
dan para pemkir ulung, semisal Umar yang terkenal dengan ijtihat-
ijtihatnya yang brilian, Abu Hurairah dengan kekuatan hafalannya dalam
mengumpulkan hadist.
d. Dalam mendidik manusia sederhana, wara’ (hati-hati), tawadu’ (rendah
hati) kita tempatkan pada murid-murid Rasulullah lainnya. Semisal Abu
Dzar Al-Ghifari, Ali, Bilal, dan Abdullah umi maktum
3. Humanis
Kepemimpinan Rasulullah adalah kepemimpinan yang humanis yaitu
kepemimpinan yang sesuai dan selaras dengan kehidupan manusia. Karena
Rasulullah adalah manusia biasa sehingga semua sikap, perilaku dan prestasinya
dapat kita contoh. Dalam firman Allah disebutkan:
12
“Katakanlah; Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku, “ Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan
yang Esa”. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seseorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS. Al-Kahfi: 110)
Pernah suatu kali seorang nenek datang kepada Rasulullah dan mohon
agar ia masuk surga bersama Rasululla. Nabi menjawab, “Wahai hamba Allah,
sesungguhnya surga tidak bisa dimasuki oleh orang tua”, Langsung saja nenek
tersebut pergi sambil menangis. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan berkata,
“Engkau tidak masuk surga dalam keadaan tua bangka, sebab Allah akan
membangkitkan kembali para wanita tua dalam usia yang masih muda.”
Allah berfirman :
“Sesunguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan
langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.Penuh cinta lagi
sebaya umurnya.” (QS. Al-Waqiah: 35-37)
Wanita tua itu akhirnya tertawa riang mendengar senda gurau Rasulullah
tersebut. Menurut riwayat wanita tua itu adalah Bibi Rasulullah yang bernama
Safiyah.
4. Realistis
Sebagai bentuk realistas sejarah, maka dikenal dalam ilmu-ilmu Al-Qur’an
asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat suci Al-Qur’an ). Adanya asbabun
nuzul ini membuktikan bahwa ayat Al-Qur’an turun berkaitan dengan kehidupan
nyata Rasulullah dan sahabatnya dalam menjawab berbagai permasalahan
kehidupan.
Contohnya adalah sebab turunnya surat Al-Lahab yang berkenaan dengan
Abu Lahab. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa suatu ketika Rasulullah
naik ke bukit Shafa sambil berseru: “Mari berkumpul pada pagi hari ini!” maka
berkumpullah kaum Quraisy.
13
Rasulullah bersabda:
“Bagaimana pendapat kalian, sendainya aku beritahu bahwa musuh akan datang
besok pagi atau petang, adakah kalian percaya padaku?” kaum Quraisy
menjawab: “Pasti kami percaya.” Rasulullah bersabda: ”Aku peringatkan kalian
bahwa siksa Allah yang dahsat akan datang.” Berkata abu Lahab:”Celakalah
engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan kami?” Maka turunlah ayat
ini berkenaan dengan peristiwa yang melukiskan bahwa kecelakaan itu akan
terkena kepada orang yang memfitnah dan menghalang-halangi agama Allah.
(HR. Al-Bukhari dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas).
5. Harmonis
Keharmonisan adalah kunci dari kepemimpinan Rasulullah inilah yang
menghasilkan berbagai prestasi dan kesuksesan amal.
Dalam kisah perang Badar, pasukan Rasulullah yang berjumlah 300 orang
dengan peralatan yang sederhana, namun mampu mengalahkan pasukan Quraisy
yang berjumlah tiga kali lipat dengan berbagai peralatan perang yang canggih.
Kemudian, perang Ahzab, dimana 1000 orang pasukan menghadapi 10.000
pasukan sekutu atau gabungan musyrik, yahudi dan munafikin.
Ternyata Rasulullah sangat memahami bahwa kekuatan intelektual adalah
faktor yang paling menentukan dalam perang maupun kerja. Oleh karena itu,
Rasulullah lebih memprioritaskan pembinaan personil dari pada unsur-unsur
manajemen lainnya.
6. Adil
Yang dimaksud dengan keadilan yaitu memberikan tugas, hak, kewajiban
dan kewenangan sesuai dengan kompetensi, kapasitas, kapabilitas, hak dan
kewajibannya.
Rasulullah adalah manusia yang paling adil dalam memperlakukan
pengikutnya, bahkan terhadap musuh, hewan dan tumbuhan sekalipun. Salah satu
contoh perkataan Rasulullah : “Sekiranya Fathimah binti Muhammad mencuri
maka saya akan potong tangannya.”
14
Ini merupakan cerminan Rasulullah dalam menegakkan hukum dan
merealisasikan firman Allah dalam surat Al-Maidah : 8.
”Hai orang orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku Adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah Sesungguhnya Allah maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Maidah : 8)
7. Mudah
Kepemimpinan Rasulullah adalah kepemimpinan yang mudah, tidak rumit
dan tidak memberatkan dan tidak berlebihan. Karena semuanya telah diukur dan
sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas manusia. Apapun jabatan saat ini, maka
dapat diambil kemudahan dari kepemimpianan Rasulullah, seperti perkataan
beliau,“ Permudahlah wahai saudaraku, jangan engkau persulit.”
Dalam firman Allah disebutkan :
“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS.
Al-Maidah: 6).
Dalam firman Allah yang lain :
“ Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. (QS. Al-Baqarah: 185)
8. Dinamis
Dinamika kepemimpinan Rasulullah ini berkaitan dengan banyak sisi
kehidupan. Mulai dari masalah keluarga, agama hingga masalah negara. Dalam
peperangan misalnya Rasulullah melakukan 62 kali peperangan. Dengan rincian
35 kali peperangan yang dilakukan oeh pasukan Rasulullah tanpa kehadiran
beliau. Dan 27 kali peperangan dihadiri oleh beliau, 9 diantaranya beliau yang
menjadi panglima perang.
15
Dalam kondisi yang seperti itu tentu dibutuhkan seorang pemimpin yang
dinamis. Karena sebagai kepala negara, Rasulullah bukan hanya berperang,
namun juga mengurus pendidikan, mendidik dan membina istri, menantu, cucu
dan para sahabat. Beliau juga harus mengurus anak yatim, membangun ekonomi
dan masyarakat Islam agar menjadi rahmat bagi semesta balam.
Rasulullah adalah pemimpin yang hebat dan sukses di segala bidang
seperti halnya yang diungkapkan oleh J.G. Schott.
“Orang-orang Arab yang dulunya bercerai-berai, berpecah belah, setelah
dipimpin oleh Muhammad dapat menjadi golongan yang bersatu. Ada juga
ungkapan dari Amanual D. S., “Hanya dia (Muhammad) itulah yang
mengajarkan kemanusiaan orang-orang Eropa dengan kitabnya yang bernama
Al-Qur’an.”
2.6. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan. Pengertian manajemen juga dapat dilihat dari tiga pengertian yaitu:
1. Manajemen sebagai suatu proses
Manajemen sebagai suatu proses. Pengertian manajemen sebagai suatu
proses dapat dilihat dari pengertian menurut :
a. Encylopedia of the social science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan
suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
b. Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui
kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu
untuk mencapai tujuan.
c. Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan
terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain.
2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
Manajemen sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari
orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Kolektivitas atau kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen,
16
sedangkan orang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan
atau berjalannya aktivitas manajemen disebut manajer.
3. Manajemen sebagai ilmu (science) dan sebagai seni
Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni sebab antara keduanya tidak bisa
dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari
sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori.
Kepemimpinan dan manajemen Islam terus dipraktekkan pada masa
khalifah-khalifah terdahulu meskipun setelah khalifah Ali bin Abi Thalib bentuk
kekhalifahan Islam berubah menjadi sistem kerajaan, akan tetapi landasan utama
para khalifah masih berdasarkan apa yang telah diwahyukan kepada Rasulullah,
sehingga umat Islam dapat mencapai masa kejayaan dan keemasan. Masa
keemasan ini mulai mengalami kemunduran di akhir masa kekhalifahan Bani
Abbasiyah dan sampai pada terakhir masa kekhalifahan Islam yaitu Daulah
Usmaniyah yang dihancurkan oleh Mustafa Kamal Attaruk.
2.7. Manajemen dalam Islam
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil.
Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak
merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan
yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan
memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Jika seorang manajer
mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan,
maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat
bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada. manajemen
sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian, karena
pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari
prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Contohnya
dalam kehidupan sehari-hari kita seperti mengatur diri kita atau jadwal tugas-
tugas kita, kita sudah melakukan yang namanya manajemen, disini penulis akan
17
membahas perkembangan manajemen dalam agama Islam atau zaman Rasulullah
SAW.
Nabi Muhammad SAW mengelola (manage) dan mempertahankan
(mantain) kerjasama dengan umatnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya
hubungan sesaat. Salah satu kebiasaan Nabi adalah memberikan reward atas
kreativitas dan prestasi yang ditunjukkan umatnya.
Menurut Hidayat, manajemen Islam pun tidak mengenal perbedaan
perlakuan (diskriminasi) berdasarkan suku, agama, atau pun ras. Nabi Muhammad
SAW bahkan pernah bertransaksi bisnis dengan kaum Yahudi. Ini menunjukkan
bahwa Islam menganjurkan pluralitas dalam bisnis maupun manajemen.
Proses dan sistem manajemen yang diterapkan Rasulullah bersifat tidak
mengikat bagi para pemimpin dan umat setelahnya. Persoalan hidup terus
berkembang dan berubah searah dengan putaran waktu dan perbedaan tempat. Hal
yang dituntut oleh syariat adalah para pemimpin dan umatnya harus berpegang
teguh pada asas manfaat dan maslahah, serta tidak menyia-nyiakan ketentuan
nash syari’. Namun, mereka tidak terikat untuk mengikuti sistem manajemen
Rasul dalam pemilihan pegawai kecuali jika metode itu memberikan asas
maslahah yang lebih, maka ia harus mengikutinya. Jika ia menolaknya, ini
merupakan bentuk pengkhianatan terhadap amanah. Dan hal ini diharamkan oleh
Allah dan Rasul-Nya.
Bagaimana sebenarnya kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai
perwujudan kepemimpinan Allah SWT bagi umat manusia, sebagai fakta
pengetahuan yang benar, rahasianya hanya ada pada Sang Pencipta yang
mengangkat dan mengutusnya sebagai Rasul. Dalam menggali dan mencari fakta
dan makna yang benar dari kepemimpinan Rasulullah SAW itu, jika seorang
penganalisa sampai pada hasil yang benar, yang ditemukannya itu adalah rahmat
dari Allah SWT.
Allah SWT telah memenuhi janji-Nya untuk melengkapi manusia yang
menjadi Rasul-Nya dengan kepribadian yang terpuji. Kepribadian yang terpuji itu
memiliki beberapa sifat yang disebut sifat-sifat wajib bagi seorang Rasul Allah
SWT, yang dimiliki juga oleh Muhammad SAW.
18
Sifat-sifat wajib itu adalah sebagai berikut:
a. Shiddiq (benar)
b. Amanah (terpercaya)
c. Tabligh (menyampaikan)
d. Fatanah (pandai)
e. Maksum (bebas dari dosa)
Demikianlah lukisan kepribadian Rasulallah SAW sebagai pemimpin yang
dicintai umatnya, bukan karena singgasana atau tahta, sehingga berkuasa untuk
memaksakan kehendaknya. Beliau tidak memerlukan kekerasan untuk menindas
agar orang lain mematuhi dan taat kepadanya. Kedudukan sebagai pemimpin tidak
pernah dimanfaatkannya untuk mengumpulkan dan menumpuk harta kekayaan
bagi dirinya dan keturunannya. Beliau justru hidup dalam kemiskinan seperti
rakyat lainnya.
Sikap-sikap yang telah ditunjukan oleh para pemimpin terdahulu
hendaklah menjadi teladan bagi para pemimpin saat ini, dan kita sebagai generasi
penerus bangsa harus bisa mengambil pelajaran dari sejarah para khalifah
terdahulu agar dapat menjadi pemimpin yang amanah dan menempatkan
kepentingan umat diatas segala kepentingan.
Terlebih lagi seorang Rasulullah SAW sebagai penutup dari para nabi,
beliaulah landasan utama kita dalam suatu kepemimpinan setelah Al-Qur’an.
Beliaulah pemimpin yang paling sukses dan terbesar sepanjang sejarah hidup
manusia yang dapat mengeluarkan manusia dari zaman kebodohan hingga
menjadi manusia yang beradab.
19
BAB 3
PENUTUP
3.1. Simpulan
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan
untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki
kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Dalam melaksanakan tugas
kepemimpinan tersebut, seorang pemimpin juga harus mempunyai manajemen
tindakan agar tugasnya berjalan dengan lancar. Adapun tuntunan dan acuan
kepemimpinan dan manajemen di dalam Islam ialah berpegang teguh kepada Al-
Quran dan Hadist.
20
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur'an Al Karim
Abu Daud Sulaiman Ibnu al-aysats al-Sajistami al-Azdiy, Sunan Abi dawud,
(Indonesia: Maktabah Dahlan, tt)
Abu Siin, Ahmad Ibrahim. 2008.Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan
Kontemporer.Jakarta. Raja grafindo Persada, 2008.
Febriyanti F. 2011. Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan Islam.
Palembang: IAIN Raden Fatah.
Hadari Nawawi. Kepemimpinan Menurut Islam. Hlm: 272-275.
Haryanto, Rasulullah Way of managing people seni mengelola sumberdaya
manusia, (Jakarta: Khalifah, 2008).
Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang efektif dan Berpengaruh: Tinjauan
manajemen Kepemimpinan Islam, Terj. Anang Syafrudin dan Ahmad Fauzan,
(Bandung:PT Syaamil Cipta Media,2002), h.14
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan
Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga,2007), h. 268-269
Syaik Sa’id Hawwa, Arrasul Muhammad Saw. Terj. Jasiman, Fahruddin, Sundari,
(Pajang: Media Insani Press, 2002).
21