tm agama

31
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Menurut kodratnya, manusia dilahirkan di muka bumi ini untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke bumi, manusia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana terkandung dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”; Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”. Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada. Manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian, karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari kita seperti mengatur diri kita 1

Upload: iklima-rizkia-bahfie

Post on 21-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: TM Agama

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang

Menurut kodratnya, manusia dilahirkan di muka bumi ini untuk menjadi

pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke

bumi, manusia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana terkandung dalam

Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu

berfirman kepada Malaikat”;  “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam

menjadi Khalifah di muka Bumi”.

Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil.

Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak

merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan

yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan

memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan.

    Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada. Manajemen

sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian, karena

pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari

prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Contohnya

dalam kehidupan sehari-hari kita seperti mengatur diri kita atau jadwal tugas-

tugas kita, kita sudah melakukan yang namanya manajemen.

Faktor yang paling penting dalam kegiatan menggerakkan orang lain

untuk menjalankan kegiatan administrasi atau manajemen adalah kepemimpinan

(leadership). Kesalahan dalam kepemimpinan dapat mengakibatkan gagalnya

organisasi dalam menjalankan misinya. Oleh sebab itu, mengapa kepemimpinan

dianggap sebagai inti dari manajemen.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa makna kepemimpinan dalam Islam?

2. Bagaimana perspektif kepemimpinan dalam Islam?

3. Bagaimana cara kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW?

1

Page 2: TM Agama

4. Apa makna manajemen dalam Islam?

5. Apa peran manajemen dalam Islam terhadap umat?

6. Bagaimana hubungan antara kepemimpinan dan manajemen dalam

Islam?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui makna kepemimpinan dalam Islam

2. Untuk mengetahui perspektif kepemimpinan dalam Islam

3. Untuk mengetahui makna manajemen dalam Islam

4. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan dan manajemen

dalam Islam

5. Untuk mengetahui cara kepemimpinan dan manajemen yang diajarkan

oleh Rasulullah SAW

1.4. Manfaat

1. Menambah pengetahuan mengenai kepemimpinan dan manajemen dalam

Islam terhadap mahasiswa kedokteran gigi

2. Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan untuk penulisan karya tulis

terutama dalam bidang kepemimpinan dan manajemen dalam Islam

3. Mengetahui cara kepemimpinan dan manajemen yang diajarkan oleh

Rasulullah SAW

2

Page 3: TM Agama

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kepemimpinan

Menurut kodratnya, manusia dilahirkan di muka bumi ini untuk menjadi

pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke

bumi, manusia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana terkandung dalam

Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu

berfirman kepada Malaikat”;  “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam

menjadi Khalifah di muka Bumi”.

Dalam bahasa Arab, kepemimpinan sering diterjemahkan sebagai  al-

Riyadah, al-imarah, al-qiyadah, atau al-zaamah. Kata-kata tersebut memiliki satu

makna sehingga disebut sinonim atau muradif, sehingga kita bisa menggunakan

salah satu dari keempat kata tersebut untuk menerjemahkan kata kepemimpinan.

Dalam Islam, kepemimpinan begitu penting sehingga mendapat perhatian

yang sangat besar. Begitu pentingnya kepemimpinan ini, mengharuskan setiap

perkumpulan untuk memiliki pimpinan, bahkan perkumpulan dalam jumlah yang

kecil sekalipun. Nabi Muhammad SAW Bersabda:

“Dari Abu Said dari Abu Hurairah bahwa keduanya berkata: Rasulullah

bersabda, “Apabila tiga orang keluar bepergian hendaklah menreka menjadikan

salah satu sebagai pemimpin. (H.R. Abu Daud).

Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang

untuk mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan atau mengelola orang lain

agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan bersama. Dalam

pengertian ini seseorang yang ingin diakui sebagai pemimpin harus memiliki

kelebihan dalam beberapa fungsi yang dimaksudkan di atas yakni: mempengaruhi,

membimbing sampai pada kemampuan mengelola orang lain. Kalau tidak dapat

menjalankan semua fungsi itu, maka ia tidak dapat diterima oleh kelompok

sebagai pemimpin yang fungsional.

3

Page 4: TM Agama

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi

orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Soepardi

(1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “kemampuan untuk mengarahkan,

menasehati, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud

agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai

tujuan administrasi secara efektif dan efisien”.

Kepemimpinan atau kegiatan memimpin merupakan usaha yang dilakukan

oleh seseorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk

mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan orang-orang yang

dipimpin supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan

dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup

empat hal yang saling berhubungan, yaitu adanya orang-orang yang dipengaruhi

atau pengikut seperti anggota organisasi, bawahan maupun kelompok yang mau

dikendalikan, adanya kegiatan tertentu dalam menggerakkan bawahan untuk

mencapai tujuan bersama, serta adanya tujuan yang diperjuangkan melalui

serangkaian tindakan.

Di dalam konsep (manhaj) Islam, pemimpin merupakan hal yang sangat

fundamental. Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan masyarakat Islam.

Dalam kehidupan berjama'ah, pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota

tubuhnya. Ia memiliki peranan yang strategis dalam pengaturan pola (minhaj) dan

gerakan (harakah). Kecakapannya dalam memimpin akan mengarahkan umatnya

kepada tujuan yang ingin dicapai, yaitu kejayaan dan kesejahteraan umat dengan

iringan ridho Allah (QS. Al-Baqarah : 207).

Dalam bangunan masyarakat Islami, pemimpin berada pada posisi yang

menentukan terhadap perjalanan umatnya. Apabila sebuah jama'ah memiliki

seorang pemimpin yang prima, produktif dan cakap dalam pengembangan dan

pembangkitan daya juang dan kreativitas amaliyah, maka dapat dipastikan

perjalanan umatnya akan mencapai titik keberhasilan. Dan sebaliknya, manakala

suatu jama'ah dipimpin oleh orang yang memiliki banyak kelemahan, baik dalam

hal keilmuan, manajerial, maupun dalam hal pemahaman dan nilai

tanggungjawab, serta lebih mengutamakan hawa nafsunya dalam pengambilan

4

Page 5: TM Agama

keputusan dan tindakan, maka dapat dipastikan, bangunan jama'ah akan

mengalami kemunduran, dan bahkan mengalami kehancuran (QS. Al-Isra : 16).

"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami

perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah (kaum elit dan konglomerat)

di negeri itu (untuk menaati Allah), akan tetapi mereka melakukan kedurhakaan

dalam negeri itu, maka sudah sepantasnyalah berlaku terhadapnya perkataan

(ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya."

(QS. Al-Isra : 16).

Oleh karena itu, Islam memandang bahwa kepemimpinan memiliki posisi

yang sangat strategis dalam terwujudnya masyarakat yang berada dalam Baldatun

Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur (QS. Saba : 15), yaitu masyarakat Islami yang

dalam sistem kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam. Begitu pentingnya

kepemimpinan atau imam dalam sebuah jama'ah atau kelompok, sampai-sampai

Rasulullah bersabda yang maksudnya:

"Apabila kamu mengadakan perjalanan secara berkelompok, maka

tunjuklah salah satunya sebagai imam (pemimpin perjalanan).”

Demikian juga jika kita lihat dalam sejarah Islam (Tarikh Islam) mengenai

pentingnya kedudukan pemimpin dalam kehidupan umat muslim. Kita lihat dalam

sejarah, ketika Rasulullah saw. wafat, maka para sahabat segera mengadakan

musyawarah untuk menentukan seorang khalifah. Para shahabat ketika itu lebih

mementingkan terpilihnya pemimpin pengganti Rasulullah, karena kekhawatiran

akan terjadinya ikhlilaf (perpecahan) di kalangan umat muslim kala itu. Hingga

akhirnya terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama setelah Rasulullah

saw. wafat.

2.2. Konsep-konsep Munculnya Seorang Pemimpin

Menurut Stephen J Knezevich (1962) yang pertama, konsep

kepemimpinan itu dapat dikemukan sebagai berikut:

5

Page 6: TM Agama

1. Kepemimpinan Konsep

Konsep ini, lebih menekankan pada sifat-sifat pribadi seseorang, karena

menonjol, mempunyai kelebihan. Tanpa sifat-sifat tersebut seseorang tidak dapat

dianggap sebagai pemimpin. Oleh sebab itu, untuk memenuhi tuntutan demikian,

diperlukan syarat-syarat seperti mempunyai sifat yang serba prima, genius, berani,

penuh energi dan lain-lain.

Karena terlalu terfokus pada syarat-syarat pribadi tersebut, sering orang

lupa bahwa kerberhasilan kepemimpinan bukan saja terletak pada sifat-sifat yang

menonjol pada seorang pemimpin, melainkan juga dipengaruhi oleh syarat

profesional dan pengalamannya dalam mempengaruhi kelompok, sehingga dapat

membawa mereka ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dan

karena terlalu berpegang pada kelebihan-kelebihan sifat pribadi itu bisa juga

menjerumuskan suatu pandangan bahwa pemimpinan itu dilahirkan, bukan

dibentuk.

2. Kepemimpinan formal

Seseorang yang dikatakan pemimpin dalam konsep kepemimpinan formal

muncul karena faktor “official”. Kepemimpina nformal ada secara resmi pada

seseorang yang diangkat dalam jabatan struktural. Biasanya diperkuat dengan

Surat Keputusan yang berwenang.

Dengan kelengkapan formalitas saja belum dapat menjamin sang

pemimpin secara otomatis diterima oleh anggota organisasinya sebagai pemimpin

yang aktual atau fungsional. Pengakuan atas seseorang yang menduduki jabatan

pimpinan formal masih harus diuji dalam praktek yang hasilnya akan terlihat

dalam kenyataan kehidupan organisasi.

Pemimpin formal dapat diterima oleh anggota kelompok sebagai

pemimpin yang fungsional apabila ia sudah dapat mempengaruhi anggota

kelompoknya, berinteraksi dengan mereka dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditetapkan bersama. Untuk itu ia harus mempunyai kemampuan dalam:

a. Membantu kelompok untuk menetapkan dan memahami tujuan-tujuan

organisasi yang akan dicapai

b. Melaksanakan proses kepemimpinan secara berhasil

6

Page 7: TM Agama

c. Memikat hati orang lain (anggota kelompok)

d. Membina hubungan serasi dengan bawahannya, maupun sesama anggota,

penguasaan tentang implikasi-implikasi pencapaian tujuan dalam kegiatan

e. Memilih anggota kelompok yang sesuai dengan keahlian tertentu dalam

segenap kegiatan yang beraneka ragam.

3. Kepemimpinan fungsional

Konsep kepemimpinan fungsional menekankan bahwa pemimpin itu

muncul karena kemampuannya berinteraksi dengan kelompok. Sering dikatakan

kepemimpinan adalah hasil dari interaksi yang terjadi dalam kelompok.

Efektivitas kepemimpinan fungsional terlihat pada pengakuan nyata dan

penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan seseorang, dengan kata lain

predikat sebagai pemimpin fungsional itu diperoleh karena sang pemimpin

memang dalam melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin.

2.3. Istilah yang mengarah kepada pengertian pemimpin, diantaranya :

a. Umaro atau ulil amri yang bermakna pemimpin negara (pemerintah)

b. Amirul ummah yang bermakna pemimpin (amir) umat

c. Al-Qiyadah yang bermakna ketua atau pimpinan kelompok

d. Al-Mas'uliyah yang bermakna penanggung jawab

e. Khadimul ummah yang bermakna pelayan umat

Dari beberapa istilah tadi, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah

orang yang ditugasi atau diberi amanah untuk mengurusi permasalahan umat, baik

dalam lingkup jama'ah (kelompok) maupun sampai kepada urusan pemerintahan,

serta memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dengan memberikan

perhatian yang lebih dalam upaya mensejahterakan umatnya, bukan sebaliknya,

mempergunakan kekuasaan dan jabatan untuk mengeksploitasi sumber daya yang

ada, baik SDM maupun SDA, hanya untuk pemuasan kepentingan pribadi

(ananiyah) dan kaum kerabatnya atau kelompoknya (ashobiyah).

7

Page 8: TM Agama

2.4. Kriteria dalam Menentukan Pemimpin

Jika kita menyimak terhadap perjalanan siroh nabawiyah (sejarah nabi-

nabi) dan berdasarkan petunjuk Al-Qur'an (QS. Az-Zumar : 23) dan Al-Hadits

(QS. Al-Hujurat : 7), maka kita dapat menyimpulkan secara garis besar beberapa

kriteria dalam menentukan pemimpin.

Beberapa faktor yang menjadi kriteria yang bersifat general dan spesifik dalam

menentukan pemimpin tersebut adalah antara lain :

a. Faktor Keulamaan

Dalam QS. Al-Mala’ikah : 28, Allah menerangkan bahwa diantara hamba-

hamba Allah, yang paling takut adalah al-‘ulama. Hal ini menunjukkan bahwa

apabila pemimpin tersebut memiliki kriteria keulamaan, maka dia akan selalu

menyandarkan segala sikap dan keputusannya berdasarkan wahyu (Al-Qur'an).

Dia takut untuk melakukan kesalahan dan berbuat maksiat kepada Allah.

Berdasarkan QS. Al-Hujurat : 1, maka ia tidak akan gegabah dan

membantah atau mendahului ketentuan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-

Nya. Dalam pengambilan keputusan, ia selalu merujuk kepada petunjuk Al-Qur'an

dan Al-Hadits.

Berdasarkan QS. Al-Ankabut : 49, maka seorang pemimpin yang

berkriteria ulama, haruslah memiliki keilmuan yang dalam di dalam dadanya (fii

shudur). Ia selalu menampilkan ucapan, perbuatan, dan perangainya berdasarkan

sandaran ilmu.

Berdasarkan QS. An-Nahl : 43, maka seorang pemimpin haruslah ahlu

adz-dzikri (ahli dzikir) yaitu orang yang dapat dijadikan rujukan dalam menjawab

berbagai macam problema umat.

b. Faktor Intelektual (Kecerdasan)

Seorang calon pemimpin haruslah memiliki kecerdasan, baik secara

emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ).

Dalam hadits Rasulullah melalui jalan shahabat Ibnu Abbas r.a, bersabda :

"Orang yang pintar (al-kayyis) adalah orang yang mampu menguasai dirinya dan

beramal untuk kepentingan sesudah mati, dan orang yang bodoh (al-‘ajiz) adalah

8

Page 9: TM Agama

orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan pandai berangan-angan atas

Allah dengan segala angan-angan." (HR. Bukhari, Muslim, Al-Baihaqy)

Hadits ini mengandung isyarat bahwa seorang pemimpin haruslah orang

yang mampu menguasai dirinya dan emosinya. Bersikap lembut, pemaaf, dan

tidak mudah amarah. Dalam mengambil sikap dan keputusan, ia lebih

mengutamakan hujjah Al-Qur'an dan Al-Hadits, daripada hanya sekedar nafsu dan

keinginannya. Ia akan menganalisa semua aspek dan faktor yang mempengaruhi

penilaian dan pengambilan keputusan.

Berdasarkan QS. Yunus : 55, mengandung arti bahwa dalam mengambil

dan mengajukan diri untuk memegang suatu amanah, haruslah disesuaikan dengan

kapasitas dan kapabilitas (kafa'ah) yang dimiliki (QS. An-Nisa’ : 58).

Rasulullah berpesan : "Barangsiapa menyerahkan suatu urusan kepada

yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya."

c. Faktor Kepeloporan

Berdasarkan QS. Az-Zumar : 12, maka seorang pemimpin haruslah

memiliki sifat kepeloporan. Selalu menjadi barisan terdepan dalam memerankan

perintah Islam.

Berdasarkan QS. Al-Mala’ikah : 32, maka seorang pemimpin haruslah

berada pada posisi hamba-hamba Allah yang bersegera dalam berbuat kebajikan

(sabiqun bil khoiroti bi idznillah)

Berdasarkan QS. Al-An’am : 135, maka seorang pemimpin tidak hanya

ahli di bidang penyusunan konsep dan strategi, tetapi haruslah juga orang yang

memiliki karakter sebagai pekerja. Orang yang tidak hanya pandai bicara, tetapi

juga pandai bekerja.

Berdasarkan QS. Al-An’am : 162 - 163, maka seorang pemimpin haruslah

orang yang tawajjuh kepada Allah, maksudnya menyadari bahwa semua yang

berkaitan dengan dirinya, adalah milik dan untuk Allah. Sehingga ia tidak akan

menyekutukan Allah, dan selalu berupaya untuk mencari ridho Allah (QS. Al-

Baqarah : 207)

9

Page 10: TM Agama

Berdasarkan QS. Ali Imran : 110, sebagai khoiru ummah maksudnya

seorang pemimpin haruslah orang yang selalu menyeru kepada yang ma'ruf,

mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan senantiasa beriman kepada Allah.

d. Faktor Keteladanan

Seorang calon pemimpin haruslah orang yang memiliki figur keteladanan

dalam dirinya, baik dalam hal ibadah, akhlaq, dsb.

Berdasarkan QS. Al-Ahzab : 21, maka seorang pemimpin haruslah

menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagi dirinya. Meskipun tidak akan

mencapai titik kesempurnaan, paling tidak ia mampu menampilkan akhlaq yang

baik layaknya Rasulullah.

Berdasarkan QS. Al-Qalam : 4, maka seorang pemimpin haruslah

memiliki akhlaq yang mulia (akhlaqul karimah), sehingga dengannya mampu

membawa perubahan dan perbaikan dalam kehidupan sosial masyarakat.

Faktor akhlaq adalah masalah paling mendasar dalam kepemimpinan.

Walaupun seorang pemimpin memiliki kecerdasan intelektual yang luar biasa,

tetapi apabila tidak dikontrol melalui akhlaq yang baik, maka ia justru akan

membawa kerusakan (fasada) dan kehancuran.

e. Faktor Manajerial (Management)

Berdasarkan QS. Ash-Shaff : 4, maka seorang pemimpin haruslah

memahami ilmu manajerial (meskipun pada standar yang minim). Memahami

manajemen kepemimpinan, perencanaan, administrasi, distribusi keanggotaan dan

sebagainya.

Seorang pemimpin harus mampu menciptakan keserasian, keselarasan, dan

kerapian manajerial lembaganya (tandhim), baik aturan-aturan yang bersifat

mengikat, kemampuan anggota, pencapaian hasil, serta parameter-parameter

lainnya.

Dengan kemampuan ini, maka akan tercipta tanasuq (keteraturan),

tawazun (keseimbangan), yang kesemuanya bermuara pada takamul

(komprehensif) secara keseluruhan.

10

Page 11: TM Agama

Oleh karena itu, umat harus lebih berhati-hati dalam menentukan imam

atau pemimpin. Karena apapun akibat yang dilakukannya, maka umat pun akan

turut bertanggung jawab terhadapnya. Jika kepemimpinannya baik, maka umat

akan merasakan nikmatnya. Sebaliknya, apabila kepemimpinannya buruk, maka

umat pun akan merasakan kerusakan dan kehancurannya.

2.5. Karekteristik Kepemimpinan Rasulullah

Adapun karekteristik kepemimpinan Rasulullah diantaranya adalah :

1. Ketuhanan

Ciri utama dan pertama dari kepemimpinan Rasulullah adalah manajemen

yang didasarkan oleh nilai-nilai yang diaajarkan oleh Allah SWT. Nilai-nilai yang

dihimpun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Yang kemudian dikenal dengan nama

Al-Qur’an.

            Turunnya Al-Qur’an secara bertahap inilah yang kemudian menjadi

panduan Rasulullah dalam mengelola dakwahnya. Memeberikan arahan dan

pedoman untuk mewujudkan visi Islam di muka bumi seperti dalam Al-Qur’an:

“Dialah (Allah) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama

yang benar agar Dia menenangkannya di atas segala agama-agama meskipun

orang musrik membenci. (QS. Ash-Shaff: 9)

  

          Inilah visi dakwah Rasulullah menjadi pemenang dalam masalah agama,

yaitu dalam kalimat tauhid, aqidah, penyembahan dan pengabdian yang benar

kepada Allah.

            Visi lainnya yaitu menjadikan Rasulullah pemenang dalam masalah

keduniaan, sehingga Islam dan umatnya menjadi winner dan champion sejati,

menjadi sebaik-baik umat dan sebaik-baik makhluk (khoirul bariyah) dimuka

bumi.

            Namun Allah Juga mengajarkan kepada Rasulullah visi yang konprehensif

yaitu visi untuk menjadi champion di dunia dan akhirat seperti firman Allah :

11

Page 12: TM Agama

“Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: “ Ya Tuhan kami, berilah kami

kebaikan di dunia dan kebakan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api

neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201)

            Visi yang bernafaskan ketuhanan inilah yang menjadikan kepemimpinan

Rasulullah sukses secara gemilang dalam segala aspek kehidupan, baik dalam

aspek agama, moral, ekonomi, pemikiran, militer, sosial, seni dan budaya.

2. Universal

Kepemimpinan Rasulullah adalah kepemimpinan yang menyeluruh baik

sisi waktu maupun tempat. Oleh karena itu, kepemimpinan Rasulullah dapat

diterapkan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.

a. Seorang guru dapat mencontoh Rasulullah dalam mengelola murid-

muridnya, karena kepemimpinan Rasulullah terbukti menghasilkan murid-

murid yang luar biasa semisal Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali.

b. Seorang jenderal dapat mencontoh kepemimpinan Rasulullah dalam

melahirkan prajurit-prajurit yang hebat semacam Khalid bin Walid dan

Usamah.

c. Seorang ilmuwan dapat mencontoh Rasulullah dalam melahirkan ilmuwan

dan para pemkir ulung, semisal Umar yang terkenal dengan ijtihat-

ijtihatnya yang brilian, Abu Hurairah dengan kekuatan hafalannya dalam

mengumpulkan hadist.

d. Dalam mendidik manusia sederhana, wara’ (hati-hati), tawadu’ (rendah

hati) kita tempatkan pada murid-murid Rasulullah lainnya. Semisal Abu

Dzar Al-Ghifari, Ali, Bilal, dan Abdullah umi maktum

3. Humanis

Kepemimpinan Rasulullah adalah kepemimpinan yang humanis yaitu

kepemimpinan yang sesuai dan selaras dengan kehidupan manusia. Karena

Rasulullah adalah manusia biasa sehingga semua sikap, perilaku dan prestasinya

dapat kita contoh. Dalam firman Allah disebutkan:

12

Page 13: TM Agama

“Katakanlah; Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang

diwahyukan kepadaku, “ Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan

yang Esa”. Barang siapa mengharap  perjumpaan dengan Tuhannya, maka

hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan

seseorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS. Al-Kahfi: 110)

Pernah suatu kali seorang nenek datang kepada Rasulullah dan mohon

agar ia masuk surga bersama Rasululla. Nabi menjawab, “Wahai hamba Allah,

sesungguhnya surga tidak bisa  dimasuki oleh orang tua”, Langsung saja nenek

tersebut pergi sambil menangis. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan berkata,

“Engkau tidak masuk surga dalam keadaan tua bangka, sebab Allah akan

membangkitkan kembali para wanita tua dalam usia yang masih muda.”

Allah berfirman :

“Sesunguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan

langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.Penuh cinta lagi

sebaya umurnya.” (QS. Al-Waqiah: 35-37)

Wanita tua itu akhirnya tertawa riang mendengar senda gurau Rasulullah

tersebut. Menurut riwayat wanita tua itu adalah Bibi Rasulullah yang bernama

Safiyah.

4. Realistis

Sebagai bentuk realistas sejarah, maka dikenal dalam ilmu-ilmu Al-Qur’an

asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat suci Al-Qur’an ). Adanya asbabun

nuzul ini membuktikan bahwa ayat Al-Qur’an turun berkaitan dengan kehidupan

nyata Rasulullah dan sahabatnya dalam menjawab berbagai permasalahan

kehidupan.

            Contohnya adalah sebab turunnya surat Al-Lahab yang berkenaan dengan

Abu Lahab. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa suatu ketika Rasulullah

naik ke bukit Shafa sambil berseru: “Mari berkumpul pada pagi hari ini!” maka

berkumpullah kaum Quraisy.

13

Page 14: TM Agama

Rasulullah bersabda:

“Bagaimana pendapat kalian, sendainya aku beritahu bahwa musuh akan datang

besok pagi atau petang, adakah kalian percaya padaku?” kaum Quraisy

menjawab: “Pasti kami percaya.” Rasulullah bersabda: ”Aku peringatkan kalian

bahwa siksa Allah yang dahsat akan datang.” Berkata abu Lahab:”Celakalah

engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan kami?” Maka turunlah ayat

ini berkenaan dengan peristiwa yang melukiskan bahwa kecelakaan itu akan

terkena kepada orang yang memfitnah dan menghalang-halangi agama Allah.

(HR. Al-Bukhari dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas).

5. Harmonis

Keharmonisan adalah kunci dari kepemimpinan Rasulullah inilah yang

menghasilkan berbagai prestasi dan kesuksesan amal.

Dalam kisah perang Badar, pasukan Rasulullah yang berjumlah 300 orang

dengan peralatan yang sederhana, namun mampu mengalahkan pasukan Quraisy

yang berjumlah tiga kali lipat dengan berbagai peralatan perang yang canggih.

Kemudian, perang Ahzab, dimana 1000 orang pasukan menghadapi 10.000

pasukan sekutu atau gabungan musyrik, yahudi dan munafikin.

Ternyata Rasulullah sangat memahami bahwa kekuatan intelektual adalah

faktor yang paling menentukan dalam perang maupun kerja. Oleh karena itu,

Rasulullah lebih memprioritaskan pembinaan personil dari pada unsur-unsur

manajemen lainnya.

6. Adil

Yang dimaksud dengan keadilan yaitu memberikan tugas, hak, kewajiban

dan kewenangan sesuai dengan kompetensi, kapasitas, kapabilitas, hak dan

kewajibannya.

Rasulullah adalah manusia yang paling adil dalam memperlakukan

pengikutnya, bahkan terhadap musuh, hewan dan tumbuhan sekalipun. Salah satu

contoh perkataan Rasulullah : “Sekiranya Fathimah binti Muhammad mencuri

maka saya akan potong tangannya.”

14

Page 15: TM Agama

            Ini merupakan cerminan Rasulullah dalam menegakkan hukum dan

merealisasikan firman Allah dalam surat Al-Maidah : 8.

”Hai orang orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan

janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,mendorong kamu

untuk berlaku tidak adil. Berlaku Adillah, karena adil itu lebih dekat kepada

taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah Sesungguhnya Allah maha mengetahui

apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Maidah : 8)

7. Mudah

Kepemimpinan Rasulullah adalah kepemimpinan yang mudah, tidak rumit

dan tidak memberatkan dan tidak berlebihan. Karena semuanya telah diukur dan

sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas manusia. Apapun jabatan saat ini, maka

dapat diambil kemudahan dari kepemimpianan Rasulullah, seperti perkataan

beliau,“ Permudahlah wahai saudaraku, jangan engkau persulit.”

Dalam firman Allah disebutkan :

“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan

kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS.

Al-Maidah: 6).

Dalam firman Allah yang lain :

“ Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu. (QS. Al-Baqarah: 185)

8. Dinamis

Dinamika kepemimpinan Rasulullah ini berkaitan dengan banyak sisi

kehidupan. Mulai dari masalah keluarga, agama hingga masalah negara. Dalam

peperangan misalnya Rasulullah melakukan 62 kali peperangan. Dengan rincian

35 kali peperangan yang dilakukan oeh pasukan Rasulullah tanpa kehadiran

beliau. Dan 27 kali peperangan dihadiri oleh beliau, 9 diantaranya beliau yang

menjadi panglima perang.

15

Page 16: TM Agama

Dalam kondisi yang seperti itu tentu dibutuhkan seorang pemimpin yang

dinamis. Karena sebagai kepala negara, Rasulullah bukan hanya berperang,

namun juga mengurus pendidikan, mendidik dan membina istri, menantu, cucu

dan para sahabat. Beliau juga harus mengurus anak yatim, membangun ekonomi

dan masyarakat Islam agar menjadi rahmat bagi semesta balam.

Rasulullah adalah pemimpin yang hebat dan sukses di segala bidang

seperti halnya yang diungkapkan oleh J.G. Schott.

“Orang-orang Arab yang dulunya bercerai-berai, berpecah belah, setelah

dipimpin oleh Muhammad dapat menjadi golongan yang bersatu. Ada juga

ungkapan dari Amanual D. S., “Hanya dia (Muhammad) itulah yang

mengajarkan kemanusiaan orang-orang Eropa dengan kitabnya yang bernama

Al-Qur’an.”

2.6. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan. Pengertian manajemen juga dapat dilihat dari tiga pengertian yaitu:

1. Manajemen sebagai suatu proses

Manajemen sebagai suatu proses. Pengertian manajemen sebagai suatu

proses dapat dilihat dari pengertian menurut :

a. Encylopedia of the social science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan

suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.

b. Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui

kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu

untuk mencapai tujuan.

c. Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan

terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain.

                                                                     

2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia

Manajemen sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari

orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Kolektivitas atau kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen,

16

Page 17: TM Agama

sedangkan orang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan

atau berjalannya aktivitas manajemen disebut manajer.

3. Manajemen sebagai ilmu (science) dan sebagai seni

Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni sebab antara keduanya tidak bisa

dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari

sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori.

Kepemimpinan dan manajemen Islam terus dipraktekkan pada masa

khalifah-khalifah terdahulu meskipun setelah khalifah Ali bin Abi Thalib bentuk

kekhalifahan Islam berubah menjadi sistem kerajaan, akan tetapi landasan utama

para khalifah masih berdasarkan apa yang telah diwahyukan kepada Rasulullah,

sehingga umat Islam dapat mencapai masa kejayaan dan keemasan. Masa

keemasan ini mulai mengalami kemunduran di akhir masa kekhalifahan Bani

Abbasiyah dan sampai pada terakhir masa kekhalifahan Islam yaitu Daulah

Usmaniyah yang dihancurkan oleh Mustafa Kamal Attaruk.

2.7. Manajemen dalam Islam

Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil.

Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak

merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan

yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan

memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Jika seorang manajer

mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan,

maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat

bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada. manajemen

sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian, karena

pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari

prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Contohnya

dalam kehidupan sehari-hari kita seperti mengatur diri kita atau jadwal tugas-

tugas kita, kita sudah melakukan yang namanya manajemen, disini penulis akan

17

Page 18: TM Agama

membahas perkembangan manajemen dalam agama Islam atau zaman Rasulullah

SAW.

Nabi Muhammad SAW mengelola (manage) dan mempertahankan

(mantain) kerjasama dengan umatnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya

hubungan sesaat. Salah satu kebiasaan Nabi adalah memberikan reward atas

kreativitas dan prestasi yang ditunjukkan umatnya.

Menurut Hidayat, manajemen Islam pun tidak mengenal perbedaan

perlakuan (diskriminasi) berdasarkan suku, agama, atau pun ras. Nabi Muhammad

SAW bahkan pernah bertransaksi bisnis dengan kaum Yahudi. Ini menunjukkan

bahwa Islam menganjurkan pluralitas dalam bisnis maupun manajemen.

Proses dan sistem manajemen yang diterapkan Rasulullah bersifat tidak

mengikat bagi para pemimpin dan umat setelahnya. Persoalan hidup terus

berkembang dan berubah searah dengan putaran waktu dan perbedaan tempat. Hal

yang dituntut oleh syariat adalah para pemimpin dan umatnya harus berpegang 

teguh pada asas manfaat dan maslahah, serta tidak menyia-nyiakan ketentuan

nash syari’. Namun, mereka tidak terikat untuk mengikuti sistem manajemen

Rasul dalam pemilihan pegawai kecuali jika metode itu memberikan asas

maslahah yang lebih, maka ia harus mengikutinya. Jika ia menolaknya, ini

merupakan bentuk pengkhianatan terhadap amanah. Dan hal ini diharamkan oleh

Allah dan Rasul-Nya.

Bagaimana sebenarnya kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai

perwujudan kepemimpinan Allah SWT bagi umat manusia, sebagai fakta

pengetahuan yang benar, rahasianya hanya ada pada Sang Pencipta yang

mengangkat dan mengutusnya sebagai Rasul. Dalam menggali dan mencari fakta

dan makna yang benar dari kepemimpinan Rasulullah SAW itu, jika seorang

penganalisa sampai pada hasil yang benar, yang ditemukannya itu adalah rahmat

dari Allah SWT.

        Allah SWT telah memenuhi janji-Nya untuk melengkapi manusia yang

menjadi Rasul-Nya dengan kepribadian yang terpuji. Kepribadian yang terpuji itu

memiliki beberapa sifat yang disebut sifat-sifat wajib bagi seorang Rasul Allah

SWT, yang dimiliki juga oleh Muhammad SAW.

18

Page 19: TM Agama

Sifat-sifat wajib itu adalah sebagai berikut:

a. Shiddiq (benar)

b. Amanah (terpercaya)

c. Tabligh (menyampaikan)

d. Fatanah (pandai)

e. Maksum (bebas dari dosa)

Demikianlah lukisan kepribadian Rasulallah SAW sebagai pemimpin yang

dicintai umatnya, bukan karena singgasana atau tahta, sehingga berkuasa untuk

memaksakan kehendaknya. Beliau tidak memerlukan kekerasan untuk menindas

agar orang lain mematuhi dan taat kepadanya. Kedudukan sebagai pemimpin tidak

pernah dimanfaatkannya untuk mengumpulkan dan menumpuk harta kekayaan

bagi dirinya dan keturunannya. Beliau justru hidup dalam kemiskinan seperti

rakyat lainnya.

Sikap-sikap yang telah ditunjukan oleh para pemimpin terdahulu

hendaklah menjadi teladan bagi para pemimpin saat ini, dan kita sebagai generasi

penerus bangsa harus bisa mengambil pelajaran dari sejarah para khalifah

terdahulu agar dapat menjadi pemimpin yang amanah dan menempatkan

kepentingan umat diatas segala kepentingan.

Terlebih lagi seorang Rasulullah SAW sebagai penutup dari para nabi,

beliaulah landasan utama kita dalam suatu kepemimpinan setelah Al-Qur’an.

Beliaulah pemimpin yang paling sukses dan terbesar sepanjang sejarah hidup

manusia yang dapat mengeluarkan manusia dari zaman kebodohan hingga

menjadi manusia yang beradab.

19

Page 20: TM Agama

BAB 3

PENUTUP

3.1. Simpulan

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan

untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan

menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki

kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan

dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Dalam melaksanakan tugas

kepemimpinan tersebut, seorang pemimpin juga harus mempunyai manajemen

tindakan agar tugasnya berjalan dengan lancar. Adapun tuntunan dan acuan

kepemimpinan dan manajemen di dalam Islam ialah berpegang teguh kepada Al-

Quran dan Hadist.

20

Page 21: TM Agama

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur'an Al Karim

Abu Daud Sulaiman Ibnu al-aysats al-Sajistami al-Azdiy, Sunan Abi dawud,

(Indonesia: Maktabah Dahlan, tt)

Abu Siin, Ahmad Ibrahim. 2008.Manajemen Syariah Sebuah Kajian Historis dan

Kontemporer.Jakarta. Raja grafindo Persada, 2008.

Febriyanti F. 2011. Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan Islam.

Palembang: IAIN Raden Fatah.

Hadari Nawawi. Kepemimpinan Menurut Islam. Hlm: 272-275.

Haryanto, Rasulullah Way of managing people seni mengelola sumberdaya

manusia, (Jakarta: Khalifah, 2008).

Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang efektif dan Berpengaruh: Tinjauan

manajemen Kepemimpinan Islam, Terj. Anang Syafrudin dan Ahmad Fauzan,

(Bandung:PT Syaamil Cipta Media,2002), h.14

Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam Strategi Baru Pengelolaan

Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga,2007), h. 268-269

Syaik Sa’id Hawwa, Arrasul Muhammad Saw. Terj. Jasiman, Fahruddin, Sundari,

(Pajang: Media Insani Press, 2002).

21