tmj disorder

Upload: andi-fatimah-yuniasari

Post on 19-Jul-2015

673 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGARUH KELAINAN SENDI TEMPOROMANDIBULAR PADA PENGUNYAHANKelainan sendi temporomandibular atau TMJ sindrom, merupakan suatu keadaan keradangan akut atau kronis dari sendi temporomandibular, yang berhubungan dengan rahang bawah. Kelainan yang terjadi pada TMJ dapat menyebabkan sakit yang signifikan dan kerusakan. Tanda dan gejala dari kelainan sendi temporomandibular sangat beragam dan dapat disebabkan oleh hal-hal yang kompleks. Karena perbedaan struktur anatomi yang terlibat, sangat mudah mengelompokan gejala TMJ sindrom berdasarkan tiga kategori. Struktur anatomi yang sering terlibat dalam TMJ sindrom adalah otot, sendi temporomandibular, dan gigi. Kelainan pada otot terhadap sendi temporomandibular adalah yang paling sering dikeluhkan oleh pasien dengan TMJ sindrom. Dua tanda utama dari otot yang mengalami kelainan adalah sakit dan disfungsi kerja. Pada TMJ sindrom , sakit pada otot digambarkan sebagai deep pain dan tidak seperti kelelahan. Bahkan, diyakini pula bahwa rasa sakit ini berasal dari sistem saraf pusat. Kelainan pada sendi temporomandibular biasanya merupakan tanda yang paling sering diperhatikan pada pasien TMJ sindrom, karena kebanyakan tanda-tandanya telah dapat dideteksi secara dini oleh tenaga klinis. Dua tanda utama dari sendi yang mengalami kelainan adalah sakit dan disfungsi kerja, sama halnya dengan otot. Pada keadaan sendi yang sehat, kontak permukaannya tidak memiliki reseptor penghantar rasa sakit. Rasa sakit yang terjadi harus berasal dari salah satu jaringan lunak di sekitar sendi, yang meliputi discal ligamen, kapsular ligamen, dan jaringan retrodiscal. Saat reseptor dari salah satu jaringan lunak sendi ini di lepaskan, rasa sakit menyebabkan refleks untuk membatasi pergerakan mandibula. Lebih jauh lagi, keradangan pada sendi dapat menyebabkan sakit yang konstan, bahkan pada saat mandibula pada posisi menutup. Kelainan pada gigi juga dapat berpengaruh pada pasien TMJ disorder. Pergerakan gigi yang terjadi dapat disebabkan oleh rusaknya tulang penyangga dan tekanan yang kuat pada gigi. Bergeraknya gigi dapat mempengaruhi kontak oklusi saat menutupnya mulut, dan keseluruhan hubungan antara gigi, otot, dan sendi dapat berubah. Sehingga hal ini menyebabkan terganggunya fungsi stomatognati dari rongga mulut. Selain karena ketiga faktor tersebut di atas, kelainan pada sendi temporomandibularjuga dapat terjadi akibat proses menua. Pada keadaan artritis, sering ditemukan nodul-nodul kalsifikasi di permukaan artikular sendi. Selain itu, ukuran kondil mandibula menjadi kecil dan permukaan artikular menjadi rata. Perubahan seluler sendi pada proses menua, disertai stres dan trauma akan menyebabkan degenerasi seluler yang memperberat pengaruh menua. Hal ini menyebabkan remodeling tulang pada daerah subkondral, yang dideteksi secara radiografi dengan adanya peningkatan kepadatan tulang (sklerosis), sebagai awal dari osteoartritis. Tulang yang kaku ini tidak lagi efektif menahan beban sehingga terjadi peningkatan tekanan pada kartilago sendi. Hal ini dapt menyebabkan efektifitas sendi temporomandibular pada proses pengunyahan terganggu.

Sabtu, 21 Februari 2009

PEMERIKSAAN TEMPOROMANDIBULAR JOINTAnatomi Temporomandibular Joint Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga4. Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular. Salah satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya kelainan sendi temporomandibular5. Susunan anatomi normal dari Temporomandibula joint ini dibentuk oleh bagian bagian: 1. 2. 3. 4. 5. Fossa Prosesus Rongga Diskus glenoidalis6 kondiloideus Ligamen Synovial artikularis

1. Fossa Glenoidalis atau fossa mandibularis dari tulang temporal. Bagian anterior berhubungan dengan eminensia artikularis, merupakan artikulasi dari fossa glenoidalis. Bagian posterior dari fossa glenoidalis

merupakan

dataran

tympani

dari

tulang

temporal6.

2. Prosesus kondiloideus dari tulang mandibula. Merupakan tulang yang berbentuk elips yang mempunyai kepala dan leher. 3. Ligamen. Fungsi dari ligamen yang membentuk Temporomandibula joint ini adalah sebagai alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan prosesus kondiloideus dari tulang mandibula serta membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dan gerakan lain. Ligament yang menyusun temporomandibula joint terdiri dari : a. b. c. Ligamen Ligamen Ligamen temporo spheno stylo mandibular mandibular mandibular

Gambaran Ligamen temporomandibular joint9

4. Rongga Synovial. Terdiri dari dua bagian yaitu bagian superior dan bagian inferior. Fungsi dari rongga synovial ini adalah menghasilkan cairan pelumas yang berguna untuk pergerakan sendi. 5. Diskus Artikularis. Merupakan tulang fibro kartilago di dalam persendian temporomandibular yang terletak di antara prosesus kondiloideus dan fossa glenoidalis. Diskus Artikularis ini merupakan bantalan tulang rawan yang tidak dapat menahan sinar x sahingga gambarannya radiolusen 6.

Pergerakan a.

temporomandibula

joint

ini

dibagi Gerak

menjadi

dua

gerak

utama

yaitu2 : Rotasi

Ketika caput processus condylaris bergerak pivot dalam kompartemen sendi bagian bawah dalam hubungannya dengan discus articularis. b. Gerak meluncur atau translasi Dimana caput mandibula dan discus articularis bergerak disepanjang permukaan bawah Os. Temporale pada kompartemaen sendi bagian atas. Kombinasi gerak sendi dan meluncur diperlukan agar cavum oris dibuja lebar lebar. Gerak sendi pada individu dewasa yang normal mempunyai kisaran 20 25mm antara gigi geligi anterior atas dan bawah. Bila dikombinasikan dengan gerak meluncur kisaran gerak membuka mulut yang normal akan meningkat menjadi 35 45mm 7.

Kelainan

pada

temporomandibula

joint1

Perawatan yang berhasil dari proses penyakit meliputi usaha untuk menentukan diagnosa yang tepat dan usaha mengenal penyebabnya, agar dapat ditentukan rencana perawatan yang tepat. Banyak kelainan sendi temporomandibula yang ditangani dengan pengetahuan yang kurang memadai terhadap prinsip prinsip tersebut dan perawatan hanya berdasar pada metode empiris saja yang dievaluasi keberhasilannya dengan kemampuan untuk bekerja1. Klasifikasi berikut ini tidaklah lengkap, tetapi untuk praktisnya, kelainan kelainan yang mengenai temporomandibular joint dapat dibagi dalam kelainan yang sering dan jarang terjadi. Kelainan yang sering terjadi1

1. Disfungsi (sindrom rasa sakit-disfungsi dari TMJ, miofasial pain-dysfunction syndrom dst) 2. Susunan bagian dalam sendi yang tidak tepat. 3. Penyakit degenerasi (osteoartrosis, osteartritis, osteokondritis, osteoartropati) 4. Trauma a. Fraktur b. Dislokasi c. Traumatik artritis, sinovitis, dll. Kelainan yang jarang terjadi1

1. Peradangan a. Infeksi (setelah trauma, menyebar dari bagian tengah telinga atau struktur lain disampingnya). b. Reumatoid artritis (termasuk juvenile chronic artritis atau Still disease). c. Psoriatik arthritis. d. Penyakit deposit kristal. 2. Ankilosis. Setelah trauma, infeksi atau keadaan peradangan yang lain. 3. Cacat kongenital dan perkembangan. Cacat seperti yang terdapat pada sindrom cabang kranial pertama dan kedua, Piere Robin dan Treacher Collin syndrom ; hipoplasia, aplasia, dan hiperplasi dari condyle mandibula. 4. Tumor. Osteoma, kondroma, kondrosarkoma sekunder.

Sindrom Rasa Sakit Disfungsi1 Sendi temporomandibular sangat rentan terhadap berbagai jenis kerusakan yang diakibatkan dari luar seperti trauma, atau dari dalam seperti tumor atau artritis. Disfungsi sendi temporomandibular sangat

bervariasi dari ringan sampai yang berat. Beberapa disfungsi menyebabkan masalah dalam penggunaan sendi temporomandibular namun sebagian lagi tidak menyebabkan masalah. Disfungsi yang parah, seperti sendi yang berfungsi, dapat menyebabkan nyeri dan mungkin tindakan bedah1. Sakit otot dan sendi berhubungan dengan pergeseran mandibula karenaa akontak oklusi prematur. Pada beberapa kasus, perawatan ortodonti diperlukan untuk menghilangkan ketidakteraturan yang besar; walaupun problem ringan ditangani dengan pengasahan oklusal. Tidak bijaksana untuk melakukan pengasaan oklusal segera setelah perawatan ortodonti karena dapat terjadi pergerakan gigi selama periode tersebut. Pada orang dewasa penyesuaian oklusi dapat dilakukan dengan aman enam bulan setelah pesawat retensi lepas, asalkan oklusi terlihat stabil3. Penyebab Trauma merupakan penyebab utama disfungi (TMD). Menurut Jurnal American Dental Association tahun 1990, 40% to 99% kasus TMD merupakan akibat trauma. Trauma yang sederhana seperti pukulan pada rahang atau sesuatu yang lebih kompleks seperti yang mengenai kepala, leher dan rahang. Penelitian terbaru juga menunjukkan benturan terhadap pengaman "airbag" dalam kendaraan dapat menyebabkan TMD. Setiap sendi dalam tubuh memiliki pergerakan yang terbatas. Jika rahang dibuka terlalu besar dalam jangka waktu yang lama atau dipaksa terbuka, ligamen bisa robek. Bahkan ketika rahang dibuka secara normal, terdapat dislokasi sebagian dari sendi temporomandibular. Akan tetapi, jika rahang dibuka melebihi batas normal, dislokasi muncul atau diskus pemisah bisa rusak. Gejala TMD yaitu nyeri telinga, otot rahang ngilu, nyeri di dahi atau, cliking, rahang terkunci, kesulitan membuka mulut, nyeri kepala-leher5. Dari sejumlah besar literatur tentang disfungsi ini, tampak seakan akan suatu konsensus bahwa sindrom dibentuk oleh satu atau beberapa gejala sebagai berikut1: 1. kliking sendi 2. ketidakmampuan untuk membuka mulut leber lebar sementara (locking). 3. Rasa sakit yang berhubungan dengan sendi dan otot kunyah1. PEMERIKSAAN TEMPOROMANDIBULAR JOINT Setelah pada bagian sebelumnya telah dijelaskan anatomi dan kelainan pada temporomandibular joint,maka pada bagian ini akan dijelaskan cara pemeriksaan pada temporomandibular joint yang merupakan bagian utama dari tulisan ini. Pemeriksaan klinis dimulai sejak pasien masuk kedalam ruangan. Penampilan secara keseluruhan sering dapat menunjukkan kepribadiannya. Ia mungkin tenang dan dingin dalam membicarakan gejala gejala yang dialami atau nervus dan kurang dapat berbicara. Pasien yang cemas cendrung gelisah duduknya, bermain main dengan tangannya atau menggerak gerakkan kakinya. Kadang kadang aktivitas parafungsional dari mandibula dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh misalnya pasien menghisap atau menggigit gigit bibir, menggerakkan rahang dari kiri ke kanan atau sebaliknya meletakkan tangan menyangga dagu1. Pemeriksaan temporomandibular joint ini dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap rentang pergerakan, bunyi sendi, rasa sakit dan nyeri dan pemeriksaan intra-oral serta pemeriksaan radiografik. 1.Rentang Pergerakan Pasien diminta untuk mebuka mulut lebar lebar dan dengan bantuan sepasang kaliper atau jangka, jarak antara tepi gigi seri atas dan bawah diukur. Nevakari (1960) melaporkan bahwa jarak rata rata pada pria 57,5 mm sedang pada wanita 54 mm. Dengan berdasar pada pendapat ini, jarak lebih dari 40 mm pada

orang dewasa dapat dianggap tidak normal. Agerberg (1974) juga menemukan angka yang sama.jarak rata rata pada pria 58,6 mm dan pada wanita 53,3 mm. Batas terendah adalah 42 mm dan 38 mm. Tetapi penting untuk mempertimbangkan juga kedalaman overbite yang ada. Pergerakan pada bidang horizontal dapat diukur dengan pergeseran garis tengah insisal pada pergerakan lateral mandibula yang eksterm ke salah satu sisi. Agerberg menemukan bahwa batas terendah dari jarak normal adalah 5mm pada kedua jenis kelamin1. Penyimpanagn mandibula selama gerak membuka mulut juga terlihat. Mungkin terjadi penyimpangan ke arah atau menjauhi sisi yang terserang dengan disertai locking dan rasa sakit. Sebagai contoh misalnya, rahang menyimpang ke arah sisi sendi yang terkunci menunjukkan bahwa condyle yang terserang hanya merupakan komponen gerak membuka mulut saja. Gerak meluncur ke depan tidak dapat terjadi. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang dapat menghasilkan bunyi dengan menggerakkan rahang menjauhi sisi yang terserang dan kembali ke bagian tengah secara zig zag ketika mulut dibuka lebih lebar1. 2.Bunyi Sendi Kliking Gejala ini paling sering menandakan adanya TMD dan dislokasi diskusi artikularis. Bunyi kliking muncul saat rahang dibuka atau saat menutup. Umumnya bunyi tersebut hanya dapat didengar oleh penderita, namun pada beberapa kasus, bunyi tersebut menjadi cukup keras sehingga dapat didengar oleh orang lain. Bunyi tersebut dideskripsikan penderita sebagai suara yang berbunyi 'klik'. Di antara fossa dan kondil terdapat diskus yang berfungsi sebagai penyerap tekanan dan mencegah tulang saling bergesekan ketika rahang bergerak. Bila diskus ini mengalami dislokasi, dapat menyebabkan timbulnya bunyi saat rahang bergerak. Penyebab dislokasi bisa trauma, kontak oklusi gigi posterior yang tidak baik atau tidak ada, dan bisa saja karena gangguan tumbuh kembang rahang dan tulang fasial. Kondisi seperti ini dapat juga menyebabkan sakit kepala, nyeri wajah dan teliga. Jika dibiarkan tidak dirawat, dapat menyebabkan rahang terkunci. Pada beberapa orang, terdapat pebedaan posisi salah satu atau kedua sendi temporomandibula ketika beroklusi. Hal ini sering sekali terjadi pada pasien yang kehilangan gigi posteriornya. Kepala kondil (berwarna biru) bisa saja mengalami penekanan terlalu keraas terhadap fossa (berwarna hijau), dan menyebabkan kartilago diskusi rusak (berwarna merah). Kemudian akan menarik ligamen terlalu kuat (berwarna kuning). Hal ini menunjukkan, bila oklusi terlalu kuat, akan menyebabkan stress pada kedua sendi rahang. Setiap kali terdapat kelainan posisi rahang yang disertai dengan tekanan berlebihan pada sendi dan berkepanjangan atau terus menerus, dapat menyebabkan diskus (meniskus) robek dan mengalami dislokasi berada didepan kondil. Dalam keadaan seperti ini, gerakan membuka mulut menyebabkan kondil bergerak ke depan dan mendesak diskus di depannya. Jika hal ini berkelanjutan, kondil bisa saja melompati diskus dan benturan dengan tulang sehingga menyebabkan bunyi berupa kliking. Ini juga dapat terjadi pada gerakan sebaliknya. Seringkali, bunyi ini tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari bahwa bunyi tersebut merupakan gejala suatu kelainan sendi temporomandibular5. Krepitus Krepitus sangat berbeda dari kliking. Krepitus merupakan bunyi mengerat atau menggesek yang terjadi selama pergerakan mandibula, terutama pergerakan dari sisi yang satu dengan sisi yang lain. Bunyi sering kali dapat lebih diketahui dengan perabaan dari pada pendengaran. Hanya sedikit atau tidak ada keterangan tambahan yang diperoleh pada penggunaan stetoskop untuk memeriksa bunyi sendi 1.

3.Rasa

Sakit

dan

Nyeri

Usaha dari pasien atau dokter gigi untuk membuka rahang yang terkunci akan menimbulkan rasa sakit yang juga terasa pada sendi dan otot yang bergubungan dengannya. Sendi dan oto diperiksa untuk mengetahui daerah daerah yang nyeri. Setiap sendi diraba perlahan lahan ketika mulut digerakkan, dari depan tragus dan pada eksternal auditory meatus. Otot masseter dan temporalis, otot penguyah superficial mudah diraba melalui kulit dan kulit kepala. Sebaliknya, otot petrigoid, hanya teraba secara intra-oral. Otot medial petrigoid teraba pada permukaan dalam ramus mandibula dan kepala inferior yang besar dari lateral petrigoid, dibelakang tuberositas maksila. Walaupun beberapa ahli menganjurkan untuk meraba petrigoid, para ahli dewasa ini menemukan bahwa tindakan tersebut tidak memberikan keterangan yang bermanfaat. Pemeriksaan itu sendiri sangat tidak enak bagi pasien dan sering menyebabkan pasien mual1. 4.Pemeriksaan Intra-Oral

Pemeriksaan mulut yang meyelurh dilakukan untuk mengetahui kapasitas fungsional dari gigi geligi. Pemeriksaan tersebut harus termasuk pemeriksaan keadaan patologi yang mungkin merupakan penyebab dari gejala, baik sifat maupun pengaruhnya pada fungsi mandibula. Contoh yang sering ditemukan adalah peradangan gusi pada geraham besar ketiga yang sedang bererupsi sebagian. Rahang menyimpang untuk menghindari daerah yang sakit ini. Gigi yang terserang periodontitis atau tambalan yang terlalu tinggi juga dapat menimbulakan gejala yang sama1. Faktor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. faktor berikut Hubungan Freeway Overjet Gigi Protesa, Atrisi Kontak dan gigi dan yang bila bekas harus diperhatikan : Oklusi. space. overbite. tanggal. ada. abrasi. prematur1.

Bila keparahan kelainan tersebut mengurangi hasil pemeriksaan fungsional dari oklusi, perawatan harus diarahkan untuk mengurangi gejala yang ada terlebih dahulu. Analisa dapat dilanjutkan nanti dengan cara yang normal1. 5.Pemeriksaan radigrafik sendi temporomandibular

Ada beberapa tehnik pencintraan untuk mendiagnosa kelainan sendi mulai dari foto ronsen biasa sampai MRI, tetapi, yang akan dibahas hanya beberapa proyeksi seperti tomografi, artgrafi, computed tomography (CT), dan MRI. Tomography5 Tomography sendi temporomandibular dihasilkan melalui pergerakan yang sinkron antara tabung X-ray dengan kaset film melalui titik fulkrum imaginer pada pertengahan gambaran yang diinginkan termasuk juga Linear tomography dan complex tomography.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa tomografi merupakan metode yang baik untuk menggambarkan perubahan tulang dengan arthrosis pada sendi temporomandibular. Untuk mengevaluasi posisi kondil pada fossa glenoid, tomografi lebih terpercaya daripada proyeksi biasa dan panoramik. Secara klinis, posisi kondil tetap merupakan aspek yang penting dalam melakukan bedah orthognati and orthodontic studies. Kerugian yang paling besar dalam tomografi adalah kurangnya visualisasi jaringan lunak sendi temporomandibular, juga pada radiography biasa. Arthrography5 Terdapat dua tehnik arthgraphy pada sendi temporomandibular. Pada single-contrast arthography, media radioopak diinjeksikan ke rongga sendi atas atau bawah atau keduanya. Pada double-contrast arthography, sedikit udara diinjeksikan ke dalam rongga sendi setelah injeksi materi kontras.Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kedua tehnik. Jika sejumlah kecil bahan kontras medium air disuntikkan pada ruang superior dan inferior sendi, diskus artikularis dan perlekatannya akan terlihatbatasnya dan posisinya bisa dilacak sepanjang pergerakan mendibula. Bagaimanapun, hanya ruang interior yang dibutuhkan untuk menetapkan posisi normal dan abnormal dari diskus tehadap hubungannya dengan kondil selama translasi. Bentuk ruang sendi (synovial cavities) akan bervariasi tergantung perubahan mulut apakah membuka atau menutup dan kondil akan bertranslasi kedepan pada eminensia. Arthrogram ini merupakan satu-satunya metode yang tersedia untuk melihat hubungan yang sebenarnya antara diskus dan kondil yang dapat divisualisasikan, dan ia sangat penting untuk pnegakkan diagnosis pada kelainan internal yang terjadi. Keakuratan diagnosa posisi diskus 84% sampai 100% dibandingkan dengan the corresponding cryosectional morphology dan dari penemuan bedah. Performasi dan adhesi juga dapat ditunjukkan dengan teknik ini. Penelitian-penelitian telah menunjukkan pentingnya diagnosis dan identifikasi kerusakan sendi temporomandibular internal. Penelitian yang baru-baru ini dilakukan dengan menggunakan tehnik arthography, menunjukkan bahwa arthography dapat meningkatkan keakuratan diagnosa perforasi dan adhesi diskusi Sendi Temporomandibular dengan MRI. Computed tomography5 Pada tahun 1980, computed tomography (CT) mulai diaplikasikan ankilosis sendi temporomandibular, fraktur kondil, dislokasi dan perubahan osseous. Pada laporan terdahulu, keakuratan dalam penentuan lokasi diskus tinggi (81%) jika dibandingkan dengan CT dan penemuan bedah. Beberapa laporan mempertimbangkan bahwa CT dapat menggantikan proyeksi arthrograpy dalam diagnosis dislokasi diskus pada kelainan sendi temporomandibular. Bagaimanapun, keakuratan dari penentuan dislokasi diskus hanya sekitar 40%-67% pada CT dalam studi material spesimen autopsi. Keakuratan dalam perubahan osseus dari sendi temporomandibular dalam CT dibandingkan dengan material cadaver sekitar 66%-87%. Beberapa laporan menunjukkan bahwa bukti arthrosis dalam radiograf dapat atau tidak dapat dihubungkan dengan gejala klinis nyeri disfungsi. Jadi pasien tanpa perubahan osseus changes di sendi temporomandibular, bisa saja merasa nyeri, dan asien tanpa gejala abnormalitas tulang bisa bebas nyeri. CT bukanlah metode yang baik untuk mendiagnosa kelainan sendi temporomandibular. Magnetic Resonance Imaging pada sendi Temporomandibular.Beberapa penelitian telah membandingkan MRi sendi temporomandibular dengan arthography dan CT. Hasil MRI juga dibandingkan dengan observasi anatomi dan histologi. Pada penelitian terhadap spesimen autopsi, keakuratan MRI mengevaluasi perubahan osseus adalah 60% sampai 100% dan keakuratan mengevaluasi dislokasi diskus adalah 73% sampai 95. Semua penelitian diatas menunjukkan bahwa MRI adalah metode terbaik untuk pencitraan jaringan keras dan jaringan lunak sendi temporomandibular. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dislokasi diskus yang ditunjukkan MRI ternyata memeliki

hubungan dengan cliking, nyeri, dan gejala disfungsi Sendi Temporomandibular lain. Setiap kali nyeri kliis dan gejala disfungsi sendi temporomandibular ditemukan tanpa adanya dislokasi diskus pada MRI maja diduga diagnosis pencintraan tersebut false positive atau false negative. Walaupun beberapa penelitian menyetujui bahwa nyeri otot adalah salah satu aspek utama kelainan TMJ, bukti perubahan patologis otot pengunyahan tidak diperhitungkan dalam diagnosis pencitraan. Beberapa laporan menunjukkan MRI tidak hanya merupakan metode yang akurat untuk mendeteksi posisi diskus tetapi juga merupakan teknik potensial untuk mengevaluasi perubahan patologis oto pengunyahan pada kelainan Sendi Temporomandibular. Akan tetapi, tidak ada laporan yang menghubungkan abnormalitas otot penguyahan pada MRI dengan gejala klinis5.

Referensi 1. Ogus , H.D dan P.A. Toller. 1990 . Gangguan Sendi Temporomandibula. Hipokrates. Jakarta 2. D, D.dixon. 1993. Anatomi untuk Kedokteran Gigi. Hipokrates. Jakarta 3. Houston, W.J.B. 1991. Diagnosis Ortodonti. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 4. http://www.scielo.br/pdf/jaos/v15n1/a16v15n1.pdf 5. http://www.PDGI online.com 6. Dara manja,cek. 2008. Bahan kuliah Radiologi Dental. 7. www.ispub.com/.../ijfp/vol2n2/tmd.xml 8. http://www.oc-j.com/swish/ 9. www.doctorsofusc.com/condition/document/20226 10. http://www.orthodonticproductsonline.com/

Kelainan Sendi Temporomandibuler DEFINISI Sendi temporomandibuler adalah 2 tempat (masing-masing di setiap sisi wajah, tepat di depan telinga), dimana tulang temporal dari tengkorak berhubungan dengan rahang bawah (mandibula). Ligamen (jaringan ikat yang berbentuk seperti tali/pita, sebagai pengubung tulang-tulang atau pengikat alat-alat di dalam tubuh), tendon (ujung otot yang liat, yang melekat pada tulang) dan otot-otot menyokong persendian ini dan bertanggungjawab dalam pergerakan rahang. Sendi temporomandibuler merupakan sendi yang paling kompleks, sendi ini membuka dan menutup seperti sebuah engsel dan bergeser ke depan, ke belakang dan dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya. Selama proses mengunyah, sendi ini menopang sejumlah besar tekanan. Sendi ini memiliki sebuah kartilago (tulang rawan) khusus yang disebut cakram, yang mencegah gesekan antara tulang rahang bawah dan tulang tengkorak. Kelainan pada sendi temporomandibuler bisa mengenai sendi dan otot-otot yang berada di sekitarnya. Sebagian besar penyebab dari kelainan sendi temporomandibuler adalah gabungan dari ketegangan otot dan kelainan anatomis pada sendi, kadang disertai faktor psikis. Kelainan ini paling sering terjadi pada wanita berusia 20-50 tahun. Gejala-gejalanya bisa beruba sakit kepala, nyeri tumpul pada otot-otot pengunyah dan sendi keceklik atau terkunci. Kadang nyeri lebih dirasakan di dekat sendi daripada di dalamnya. Kelainan sendi temporomandibuler bisa merupakan penyebab sakit kepala yang hilangtimbul, yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan medis yang biasa. Kelainan sendi temporomandibuler selalu didiagnosis hanya berdasarkan kepada riwayat kesehatan penderita dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaanya berupa penekanan pada bagian samping wajah atau memasukkan jari tangan ke dalam telinga penderita dan dengan hati-hati menekan ke arah depan pada saat penderita membuka dan menutup rahangnya. Juga dilakukan perabaan pada otot-otot yang digunakan untuk mengunyah, untuk menentukan adanya nyeri atau nyeri tumpul dan untuk menentukan apakah rahang menggeser ketika penderita menggigit. Teknik rontgen khusus bisa membantu menegakkan diagnosis. Jika diduga terjadi kelainan letak dari cakram, dilakukan antrogram.

Walaupun sangat jarang, bisa dilakukanMRI atau CT scan untuk mengetahui mengapa penderita tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang telah dilakukan. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakuakan. Kadang digunakan elektromiografi untuk menganalisa aktivitas otot, untuk memantau pengobatan dan untuk menegakkan diagnosis. 8% penderita membaik dalam waktu 6 bulan tanpa pengobatan. NYERI OTOT Nyeri otot di sekitar rahang terutama disebabkan oleh penggunaan otot yang berlebihan, yang seringkali bersumber dari stres psikis yang menyebabkan penderita mengatupkan atau mengertakan giginya (bruksisme). Pada umumnya orang dapat meletakkan ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari manisnya secara vertikal pada ruang antara diantara bagian atas dan bawah gigi depan tanpa tekanan. Tetapi jika terdapat kelainan otot-otot di sekitar sendi temporomandibuler, ruang tersebut biasanya menjadi lebih kecil. Biasanya timbul rasa nyeri yang sangat ringan pada sendi. Tetapi penderita lebih sering merasakan nyeri pada kedua sisi wajah selama terjaga atau sepanjang hari, setelah saat-saat yang menegangkan. Nyeri ini merupakan akibat kejang otot yang disebabkan oleh pengatupan otot dan pengertakan gigi yang berulang-ulang. Orang-orang yang menyadari bahwa mereka melakukan gerakan mengatupkan atau mengertakan giginya dapat menghentikan kebiasaan ini. Biasanya pengobatan utama adalah pembidaian. Pembidaian mengurangi pengatupan dan pengertakan, sehingga otot-otot rahang dapat beristirahat dan sembuh kembali. Pembidaian juga dapat merncegah kerusakan gigi karena penekanan yang luar biasa ketika penderita mengatupkan atau mengertakan giginya. Terapi fisik yang dilakukan bisa berupa; 1. Pengobatan ultrasonik. Merupakan suatu metode dimana diberikan panas kepada daerah yang nyeri. Jika dihangatkan dengan ultrasonik, pembuluh darah akan melebar dan darah bisa lebih cepat mengangkut asam laktat yang terkumpul, yang menyebabkan timbulnya nyeri otot. 2. Electromyographic biofeedback. Teknik ini memantau aktivitas otot dengan sebuah meteran. Penderita berusahan untuk mengendurkan seluruh tubuh atau otot tertentu sambil melihat ke meteran.

Dengan cara ini, penderita belajar untuk mengendalikan atau mengendurkan otot tertentu. 3. Obat semprot dan latihan peregangan. Menyemprotkan pendingin kulit pada pipi dan pelipis dapat meregangkan otot-otot rahang. 4. Pemijatan gesekan. Handuk yang kasar digesekkan diatas pipi dan pelipis untuk meningkatkan peredaran darah dan mempercepat pengangkutan asam laktat. 5. Perangsangan saraf elektrik transkutaneus. Digunakan sebuah alat yang merangsang serat-serat saraf yang tidak menyalurkan nyeri. Impuls (rangsangan Hantaran saraf) yang terjadi diduga akan menghalangi impuls nyeri yang dirasakan oleh penderita.

Mengatasi stres seringkali membawa perubahan yang drastis. Obat-obatan yang diberikan bisa berupa obat yang melenturkan otot, untuk menghilangkan sesak dan nyeri. Tetapi pemberian obat tidak bersifat menyembuhkan, dan tidak dianjurkan pada orang lanjut usia dan hanya diberikan dalam waktu yang singkat (biasanya 1 bulan atau kurang). Obat pereda nyeri (misalnya Anti peradangan non-steroid, contohnya aspirin) juga bisa mengurangi nyeri. Obat tidur kadang diberikan untuk membantu penderita yang mengalami kesulitan tidur karena nyeri yang timbul.

GANGGUAN INTERNAL Pada gangguan internal (internal dearangement), cakram di dalam sendi terletak lebih depan dari posisi normalnya. Pada gangguan internal tanpa reduksi, cakram tidak pernah bisa masuk kembali ke dalam posisi normalnya, dan pergerakan rahang menjadi terbatas. Pada gangguan internal yang disertai reduksi (lebih sering terjadi), cakram terletak lebih depan dari posisi normalnya hanya jika mulut dalam keadaan tertutup. Jika mulut terbuka dan rahang bergeser ke depan, cakram akan masuk kembali ke dalam posisi normalnya, dan terdengar bunyi 'klik'. Jika mulut tertutup, cakram akan terdorong ke depan lagi, dan akan terdengar lagi bunyi 'klik'. Satu-satunya gejala dari gangguan internal adalah bunyi 'klik' dalam sendi yang timbul jika mulut terbuka lebar atau rahang bergeser dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Sebanyak 20% penderita tidak menimbulkan gejala lainnya, selain bunyi tersebut. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan pada saat penderita secara perlahan membuka dan menutup mulutnya.

Jika penderita merasakan nyeri atau sulit menggerakkan rahangnya, maka diperlukan pengobatan. Jika segera setelah timbulnya gejala penderita mencari pengobatan, dokter gigi masih mampu mendorong cakram kembali ke posisi normalnya. Tetapi jika keadaan ini telah berlangsung kurang dari 3 bulan, digunakan bisai untuk menjaga agar rahang bawah tetap mengarah ke depan. Pembidaian akan mempertahankan cakram dalam posisinya, sehingga ligamen penyangganya semakin erat. Setelah 2-4 bulan, bidai akan disesuaikan agar dapat mengenbalikan rahang kembali ke posisi normalnya, dengan harapan bahwa cakram akan tetap tinggal di tempatnya. Penderita diminta untuk menghindari membuka mulutnya terlalu lebar. Penderita harus menahan bila menguap, memotong-motong makanan menjadi potongan kecil-kecil, dan makan makanan yang mudah dikunyah. Bila keadaan ini tidak dapat diatasi dengan cara-cara non-bedah, bisa dilakukan pembedahan untuk membali membentuk cakram dan menempelkannya kembali ke tempatnya. Tetapi pembedahan jarang dilakukan. Penderita seringkali juga merasakan nyeri otot; setelah nyeri otot diobati, gejala lainnya biasanya akan menghilang juga. Lebih mudah mengatasi nyeri otot daripada mengobati gangguan internal.

ARTRITIS Artritis bisa terjadi pada sendi temporomandibuler seperti halnya sendi lainnya. Osteoartritis (penyakit sendi degeneratif), merpakan sejenis artritis dimana kartilago sendi mengalami pengeroposan, hal ini lebih sering terjadi pada orang tua. Kartilago pada sendi temporomandibuler tidak sekuat kartilago pada sendi lainnya. Osteoartritis terutama terjadi jika cakramnya hilang atau telah membentuk lubang, sehingga penderita merasakan sendinya berderik pada saat membuka atau menutup mulutnya. Pada osteoartritis yang berat, ujung tulang rahang akan menjadi rata, dan penderita tidak dapat membuka mulutnya lebar-lebar. Rahang juga bisa bergeser ke sisi yang sakit, dan penderita tidak mampu untuk memindahkannya kembali. Tanpa pengobatan hampir seluruh gejala akan membaik setelah beberapa tahun, mungkin

karena jaringan di belakang cakram membentuk jaringan parut dan berfungsi seperti cakram yang asli. Artritis rematoid hanya terjadi sebanyak 17% pada penderita yang mengalami artritis pada sendi temporomandibuler. Jika artritis rematoid sangat berat (terutama pada orang muda), ujung tulang rahang bisa mengalami pengeroposan dan memendek. Kerusakan ini bisa menyebabkan maloklusi (salah temu antara gigi atas dan gigi bawah) secara tiba-tiba. Jika kerusakannya parah, tulang rahang pada akhirnya akan melebur dengan tulang tengkorak (ankilosis), sehingga sangat membatasi kemampuan membuka mulut. Artritis pada sendi temporomandibular juga bisa terjadi akibat cedera, terutama cedera yang menyebabkan perdarahan ke dalam sendi. Cedera seperti ini biasanya terjadi pada anak-anak yang tertabrak pada sisi dagunya. Penderita osteoartritis pada sendi temporomandibuler harus mengistirahatkan sendi tersebut selama mungkin, menggunakan bidai atau alat lain untuk mengendalikan ketegangan ototnya, dan minum pereda nyeri untuk mengurangi nyerinya. Rasa nyeri akan menghilang dalam waktu 6 bulan dengan atau tanpa pengobatan. Biasanya, pergerakan rahang cukup memadai untuk aktivitas normal, walaupun rahang tidak dapat dibuka lebar seperti sebelumnya. Artritis rematoid pada sendi temporomandibular diobati dengan obat-obatan yang digunakan untuk artritis rematoid pada sendi yang lain. Pengobatannya terdiri dari obat pereda nyeri, kortikosteroid, metotreksat dan senyawa emas. Mempertahankan pergerakan sendi dan mencegah ankilosis sangat penting. Biasanya, cara terbaik untuk mencapai tujuan ini adalah dengan melakukan atihan dibawah pengawasan seorang terapis. Untuk mengurangi gejala (terutama ketegangan otot), penderita menggunakan sebuah bidai pada malam hari yang tidak membatasi pergerekan rahang. Pada ankilosis, mungkin diperlukan pembedahan dan penggunaan sendi buatan untuk mengembalikan pergerakan rahang (jarang terjadi).

ANKILOSIS Ankilosis adalah hilangnya pergerakan sendi, sebagai akibat dari peleburan tulang di dalam sendi atau pengapuran ligamen di sekitar sendi. Pengapuran ligamen di sekitar sendi tidak menimbulkan nyeri, tetapi mulut hanya dapat

membuka selebar 2,5 cm atau kurang. Peleburan dari tulang-tulang di dalam sendi menyebabkan nyeri dan gerakan sendi menjadi amat sangat terbatas. Kadang-kadang latihan peregangan dapat menolong penderita yang mengalami pengapuran, tetapi biasanya pengapuran atau peleburan tulang memerlukan tindakan pembedahan untuk mengembalikan pergerakan rahang.

HIPERMOBILITAS Hipermobilitas (melonggarnya rahang) terjadi jika ligamen yang menahan sendi menjadi teregang. Pada hipermobilitas, rahang bergeser seluruhnya ke depat, keluar dari tempatnya (dislokasi), menyebabkan nyeri dan tidak dapat menutup mulut. Hal ini bisa terjadi secara berulang-ulang. Untuk mencegah terjadinya hal ini, jangan membuka mulut terlalu lebar, sehingga ligamen tidak terlalu teregang. Karena itu hendaknya menahan menguap dan menghindari roti lapis yang tebal dan makanan lainnya yang memerlukan mulut terbuka lebar. Jika sering terjadi dislokasi, mungkin diperlukan pembedahan untuk mengembalikan posisi normal atau untuk memperpendek ligamen dan mempererat sendi.

KELAINAN PEMBENTUKAN Cacat bawaan pada sendi temporomandibuler jarang terjadi. Kadang ujung tulang rahang tidak terbentuk atau lebih kecil daripada normal; atau tumbuh lecih cepat atau lebih lama daripada normal. Kelainan tersebut bisa menyebabkan kelainan bentuk wajah dan maloklusi (salah letak gigi atas dan gigi bawah). Keadaan ini hanya bisa diatasi dengan pembedahan.

BAB I PENDAHULUAN Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai komponen terdiri dari gigi geligi, sendi temporomandibula (STM), otot kunyah, dan sistem syaraf.1 Otot digerakan oleh sistem impuls syaraf karena ada tekanan yang timbul dari gigi bawah berkontak dengan gigi atas sehingga mandibula dapat melaksanakan aktifitas fungsional dari sistem mastikasi. Keharmonisan antara komponen komponen ini sangat penting dipelihara kesehatan dan kapasitas fungsionalnya. Dalam kenyataannya masih banyak ditemukan sistem mastikasi yang bermasalah yang sering dijumpai dalam praktek dokter gigi. Salah satu dari sistem mastikasi yang bermasalah dan berpengaruh terhadap penyakit periodontal yaitu kebiasaan mengunyah dengan satu sisi. Dimana dengan keadaan seperti ini dapat menimbulkan beberapa gangguan pada kesehatan rongga mulut, terutama mengenai dari sendi-sendi yang ada dalam rongga mulut. Sendi-sendi pada rahang yang mendukung dalam proses pengunyahan pada rongga mulut manusia yaitu sendi temporo mandibula atau temporomandibular joint (TMJ) yang mungkin belum banyak dikenal oleh masyarakat awam. Pada kasus yang terjadi pada pasien yang memiliki kebiasaan mengunyah satu sisi dapat terjadi gangguan sendi rahang pada rongga mulutnya, yang bila tidak cepat dilakukan perawatan pada kasus ini akan berkembang menjadi penyakit yang lebih parah sehingga dapat mengenai jaringan periodonsium. Sehingga dengan kebiasaan mengunyah satu sisi dapat sebagai penyebab dari penyakit periodontal. Dan perawatan yang dapat dilakukan oleh para praktisi dental terhadap kelainan STM yang disebabkan oleh kebiasaan mengunyah satu sisi ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, mengurangi beban yang merusak, serta merestorasi fungsi dan aktivitas normal sehari hari. Dan lebih diutamakan lagi bahwa perawatan yang dilakukan dapat meminimalisirkan bahkan memberhentikan kebiasaan untuk mengunyah pada satu sisi. Pilihan perawatan yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami masalah dari sistem mastikasi yaitu dengan oerawatan secara konservatif meliputi mengistirahatkan rahang, obat- obatan, latihan ,perawatan faktor pendorong yang lain, perawatan psikososial, dan lain lain. BAB II ISI 2.1 Definisi

Sendi temporo mandibula merupakan salah satu komponen dari sistem pengunyahan yang terdiri dari sepasang sendi kiri dan kanan yang masing masing dapat bergerak bebas dalam batas tertentu. Berbeda dengan persendian lain selalu berada pada tempatnya dan tiap penyimpangan gerak keluar dari tempatnya menyebabkan dislokasi, tidak lah demikian dengan sendi rahang. Temporomandibular joint merupakan persendian dari kondilaris mandibula dengan fossa glenoidales/ fossa articularis dari tulang temporal. TMJ terletak di depan bawah telinga. TMJ bertanggung jawab dalam membuka dan menutup rahang, mengunyah, berbicara.1 Oklusi dapat didefinisikan sebagai hubungan kontak statikantara tonjol-tonjol gigi atau permukaan kunyah dari gigi geligi atas dan bawah. Kebiasaan mengunyah satu sisi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya disharmoni oklusi seperti mengunyah pada sisi kiri tidak nyaman, maka pasien akan memindahkan rahang bawah ke kanan, dan melakukan pengunyahan sebelah kanan.1 Kebiasaan mengunyah unilateral adalah tindakan yang sering kali dilakukan setiap kali menggunakan gigi-gigi molar untuk menghancurkan dan gigi insisif untuk memotong yang dilakukan hanya pada satu sisi.2 2.2 Jenis Jenis dari pengunyahan pada satu sisi rahang adalah pengunyahan yang menggunakan satu sisi rahang sebelah kanan, dan satu sisi rahang sebelah kiri. Yang masing masing dalam setiap sisi nya memiliki sepasang sendi rahang baik di sisi sebelah kanan dan sisi sebelah kiri. Dan dilihat dari struktur dan fungsinya persendian yang terdapat dalam tiap rahang yaitu pada bagian atas, antara fossa glenoid dan eminensia artikularis, dengan permukaan atas diskus artikularis. Pada bagian bawah, yang merupakan bagian kedua antara permukaan bawah diskus artikularis dengan kepala kondil. Dan apabila terjadi penyimpangan seperti mengunyah pada salah satu sisi rahang saja dan berjalan lama maka posisi akhir kondilus kanan dan kiri akan menjadi asimetri yang diikuti oleh diskus artikularnya.7 2.3 Mekanisme Mekanisme dalam pengunyahan secara normal dan yang mengalami kelainan sendi temporomandibula pada pasien yang mengunyah satu sisi berbeda. Terlihat perbedaan aktivitas otot-otot pengunyahan pada yang normal dan yang abnormal. Pada dasarnya dapat dilihat dari 3 fase,yaitu fase membuka saat gigi meninggalkan kontak dengan lawannya dan mandibula turun, kedua fase menutup, saat mandibula bergerak kembali ke atas sampai terjadinya kontak pertama antara gigi geligi bawah dan gigi geligi atas, dan fase ketiga fase oklusi ,yaitu saat mandibula kembali ke posisi interkupasi maksimal dengan dipandu oleh bergesernya kontak gigi- geligi bawah dan gigi geligi atas.1 Pada keadaan normal pergerakan sendi yaitu gerakan rotasi terjadi pada kondilus dengan permukaan bawah discus disebut struktur kondilus disckomplek (sendi bawah). Gerakan menggelincir terjadi pada sendi bagian atas antara kondilus disckomplek dengan fosa glenoidalis.3

Pada kasus mengunyah dengan satu sisi pada fase membuka mulut terjadi rotasi dimana discus bergerak sedikit ke posterior, kondilus ke anterior m.pterygoideuslateral inferior dan m.pterygoideuslateral superior berkontraksi. Dan terjadi translasi dimana discus beserta kondilus bergerak ke anterior mengikuti guiding line sampai eminentia artikular. Semua ototnya dalam keadaan kontraksi. Pada fase menutup mulut discus artikularis bergerak ke anterior dan kondilus ke posterior untuk mempertahankan kedudukan kondilus agar tetap berada pada zona intermediet, maka m.pterygoideus lateral superior kontraksi dan m.pterygoideus lateral inferior relaksasi.1 2.4 Perawatan Sebagai Dokter Gigi Perawatan yang dilakukan sebagai dokter gigi dalam menangani kelainan pada sendi temporomandibula dapat memilih perawatan secara konservatif dan operatif. Pilihan perawatan secara konservatif meliputi mengistirahatkan rahang, obat-obatan, latihan, terapi panas, splin oklusal, perawatan psikososial, karies dan kelainan patologi yang lain, protesa, terapi oklusal, perawatan faktor pendorong yang lain dan perawatan secara operasi bila pasien gagal member respon terhadap terapi konservatif.1 2.5 Pencegahan Kasus Pencegahan dalam kasus sendi temporo mandibula yang salah satunya adalah mengunyah satu sisi dapat dicegah dengan memperbaiki kontak oklusi, menghindari faktor stress terutama stress emosional dan menghindari aktifitas parafungsional dari sendi temporomandibula. 1 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gangguan Sendi Rahang Gangguan sendi rahang atau temporomandibular join disorders (TMJ Disorders) merupakan hal yang paling rumit yang menyangkut sendi rahang. Sendi rahang terdiri dari otot- otot, urat-urat, dan tulang-tulang. Dan setiap komponen dari berkontribusi pada kelancaran kerja dan sendi rahang. Kita dapat melokalisir sendi rahang (TMJ) dengan meletakkan sebuah jari pada struktur segitiga didepan kuping. Kemudian jarinya digerakkan maju sedikit kedepan dan ditekan dengan kuat ketika membuka rahang. Gerakan yang dirasakan berasal dari sendi rahang. Kita juga dapat merasakan gerakan sendi jika kita menaruh jari kecil pada sisi dalam bagian depan dari kanal telinga. Manuver-manuver ini dapat menyebabkan cukup penderitaan untuk pasien yang mengalami kesulitan sendi rahang, dan dokter menggunakan mereka untuk membuat diagnosis.4 Adapun gejala- gejala yang ditimbulkan oleh gangguan TMJ ini biasanya lebih dari satu, antara lain: nyeri di sekitar sendi rahang, nyeri di kepala, gangguan pengunyahan, bunyi sendi ketika membuka/menutup mulut yang dapat disertai dengan rasa nyeri, terbatasnya membuka mulut. Selain gejala ini, mungkin juga terjadi gejala lain, yaitu : nyeri otot terutama otot leher dan bahu, nyeri telinga, telinga berdengung, dan vertigo.5 Pada kasus yang terjadi dengan pasien yang mengunakan satu sisi dalam mengunyah memiliki beberapa faktor resiko yang bukan hanya mengakibatkan terganggunya sendi temporomandibula,tetapi juga akan jauh lebih parah dari itu yang dapat menyebabkan

penyakit periodontal. Kebanyakan kasus yang ditemui dalam praktek kedokteran gigi, pasien yang menggunakan satu sisi untuk mengunyah faktor resiko untuk timbul kalkulus sangat besar, dan terjadinya atrisi pada sisi gigi yang dipakai dan rasa nyeri pada otot-otot wajah. Secara alamiah gerakan pengunyahan mempunyai efek membersihkan gigi. Karena itu, gigi-gigi yang tidak dipakai mengunyah akan mudah ditumbuhi karang gigi. Selain itu, oto-otot pipi yang kurang bergerak karena tidak mengunyah, lama kelamaan menjadi lisut dan wajah terlihat kempot.6 Dan yang menyebabkan terjadinya atrisi pada gigi yang dipakai karena terlalu seringnya gigi pada satu sisi yang digunakan untuk mengunyah menyebabkan hilangnya struktur jaringan pada gigi, terutama gigi molar. 3.1.1 Gejala Gangguan Sendi Rahang Gejala kelainan STM dapat dikelompokkan menjadi rasa nyeri, bunyi, dan disfungsi. Rasa nyeri adalah gejala yang bersifat subjektif dan sulit dievaluasi. Dan setiap orang memiliki ambang batas yang berbeda dan penerimaan yang berbeda terhadap rasa nyeri, dan mungkin juga terdapat faktor psikogenik. Beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan sifat rasa nyeri, berdenyut-denyut, terbakar, dan samar-samar. Daerah penyebaran rasa nyeri yang paling sering dari sendi adalah telinga, pipi, dan daerah temporal. Bunyi keletuk sendi terdengar sewaktu pasien membuka dan menutup mulut.1 Ketidakmampuan untuk mengoklusikan gigi gigi dengan normal. Kekakuan sendi merupakan keluhan yang paling sering terjadi. Kadangkala terdpat keterbatasan membuka dan gerakan mandibula yang terbatas, saat mengunyah tidak terdapat koordinasi rahang sehingga dirasakan tidak nyaman waktu mengunyah. Dan keluhan lain adalah sakit kepala. Pada kasus dengan pasien yang menggunakan satu sisi untuk mengunyah gejala yang jelas terlihat bila dilakukan pemeriksaan rongga mulut. Dengan terbentuknya kalkulus, adanya karies pada satu sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah karena aliran saliva yang berkurang pada sisi tersebut, dan adanya bunyi yang timbul dari pasien selama pergerakan mandibula. Bunyi tersebut dapat berupa :2 Bunyi click : bunyi yang keras dan singkat terdengar klik, seperti saat mengunci pintu. Bunyi pop : bunyi yang terdengar pop, seperti letupan singkat saat membuka tutup Bunyi krepitasi : suara gesekan (kresek-kresek) yang terdengar saat membuka mulut,

botol. dihasilkan oleh gerakan diskus artikularis melewati permukaan yang tidak rata. 3.1.2 Penyebab Kelainan TMJ Kelainan STM dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu : gangguan fungsi akibat adanya kelainan structural dan gangguan akibat adanya penyimpangan dalam aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi (disfungsi). Kelainan sistem STM akibat kelainan structural jarang dijumpai dan terbanyak dijumpai adalah disfungsi seperti kebiasaan mengunyah pada satu sisi.1 3.1.2.1 Kelainan Struktural Kelainan structural adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan struktur persendian akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit infeksi, atau neoplasma, dan umumnya jarang dijumpai. Kelainan structural pada STM dapat menyebabkan kerusakan

pada jaringan, kondilus, ataupun keduanya. Konsekuensi yang mungkin terjadi adalah dislokasi, hemarthrosis, atau fraktur kondilus. Pasien yang mengalami dislokasi tidak dapat menutup mulut dan terdapat kelainan open bite anterior, serta dapat tekanan pada satu atau kedua saluran pendengaran. Kelainan structural akibat traumapada STM dapat menyebabkan suatu edema, atau hemorrhage didalam sendi. Kelainan structural akibat penyakit infeksi dapat mempengaruhi sistem musculoskeletal yang banyak melibatkan STM, penyakit penyakit tersebut antara lain osteoarthtritis / osteoarthrosis dan rheumatoid arthritis.1 3.1.2.2 Gangguan Fungsional Gangguan fungsional adalah masalah masalah STM yang timbul akibat fungsi yang menyimpang karena adanya kelainan pada posisi dan atau fungsi gigi geligi , atau otototot kunyah. Dan pada keadaan menggunakan satu sisi dalam mengunyah termasuk gangguan fungsional dari kelainan STM.1 3.2 Etiologi Gangguan Sendi Temporo Mandiula Ditinjau dari segi penyebabnya kelainan STM multifactor, dapat bersumber pada komponennya sendiri atau diluar STM seperti anatomi STM termasuk oklusi dan neuromuscular dan latar belakang psikologis. Namun kelainan oklusal dan tekanan psikologis paling erat hubungannya. 1 3.2.1 Faktor-faktor Etiologi TMJ Faktor faktor etiologi dari TMJ dapat berupa dari rasa nyeri yang merupakan gangguan sendi yang dapat berasal dari struktur jaringan lunak intrakapsular sendi atau struktur jaringan tulang itu sendiri. Rasa nyeri berasal dari struktur tulang biasanya hanya muncul setelah hilangnya jaringan fibrosa permukaan artikularis sendi. Bilamana hal ini terjadi kondisi yang diakibatkan disebut arthritis.1

Trauma pada TMJ dapat tejadi karena faktor internal (seperti otot kunyah) ataupun karena faktor eksternal (seperti pukulan) menyebabkan kerusakan pada jaringan dan kondilus sehingga terjadi dislokasi, hemarthrosis, atau fraktur kondilus.1 Myofacial pain dysfunction syndrome merupakan kelainan TMJ yang dapat mengakibatkan kegoyangan gigi yang hebat (hypermobility), keausan permukaan oklusal dan rasa nyeri pada otot-otot wajah. Pemicu dari sindroma tersebut adalah spasme otot kunyah sebagai dampak gangguan psikologis.1 Nyeri pada otot adalah suatu bentuk penyakit yang ada didalam tubuh dapat terjadi karena stimulus seperti panas, tekanan, atau bahan kimia. Penyakit ini mempunyai efek yang berhubungan dengan sensoris,motoris, atau autonom. Nyeri yang berasal dari otot adalah penyebab nyeri yang sering terjadi pada kepala dan leher. Rasa nyeri pada otot adalah suatu penyakit yang dirasakan menyebar seperti adanya tekanan yang bervariasi, dapat dirasa sebagai berbagai perubahan intensitas tekanan. Rasa nyeri tersebut tidak mudah dilokalisir, dan sulit diidentifikasi oleh pasien. Dengan kata lain, sumber dan lokasi dari nyeri dapat berbeda. Nyeri pada otot di daerah orofasial dipengaruhi oleh kerja fungsional otot selama pengunyahan.1

Dari faktor oklusi yang mana bila terjadi ketidakseimbangan oklusi dapat terjadi disfungsi pada sendi temporomandibula. Pada hal ini gigi-geligi memegang peranan penting untuk menjaga agar oklusi dapat berkontak dengan baik antara gigi-gigi antagonisnya. Gigi gigi tetangga yang hilang secara betahap akan mengalami perubahan posisi, dimana perubahan tersebut menyebabkan gerakan artikulasi tidak lancar, dan pada gigi lawannya akan mengalami ekstrusi. Kebiasaan mengunyah satu sisi atau unilateral juga mengakibatkan disfungsi oklusal. Sehingga tidak jarang dijumpai pasien yang mengunyah satu sisi mengalami gangguan sendi dan penyakit rongga mulut yang komplit. Dari gangguan sendi rahang yang mengakibatkan bunyi ketika membuka dan menutup mulut, sampai kejadian penyakit periodontal yang mengakibatkan mobilisasi gigi karena timbulnya kalkulus pada sisi rahang yang digunakan untuk mengunyah sehingga timbul kalkulus yang dapat membuat jaringan periodontal dibawahnya menjadi tidak kuat dan pada akhirnya akan goyah. 3.3 Kebiasaan Mengunyah dengan Unilateral Kebiasaan mengunyah dengan satu sisi merupakan kebiasaan pengunyahan yang buruk. Dimana tanpa disadari sistem pengunyahan yang dilakukan itu dapat mengakibatkan pengaruh yang buruk pada kesehatan rongga mulut. Pada kasus dengan mengunyah satu sisi, pasien sering tidak memperhatikan bahwa pada di sisi lain timbul beberapa gejala yang memang terkadang tidak menimbulkan rasa sakit. Kebiasaan mengunyah satu sisi pada pasien yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari ini memiliki beberapa faktor pendukung yang menjadikan kebiasaan mengunyah satu sisi. 3.3.1 Faktor Pendukung Kebiasaan Mengunyah Unilateral 1. Faktor kehilangan gigi Pasien yang telah hilang satu atau lebih gigi memiliki kecenderungan untuk mengunyah unilateral. Pada gigi yang hilang secara otomatis gigi yang berperan sebagai gigi antagonisnya tidak begitu berfungsi secara normal. Pada pasien dengan kehilangan gigi lebih dari satu, dapat menimbulkan resiko untuk terjadi nya karies bahkan lebih parah lagi adalah kalkulus. Dikarenakan pada sisi yang tidak ada gigi pada salah satu sisi biasanya tidak enak digunakan untuk mengunyah sehingga memunculkan kebiasaan untuk mengunyah satu sisi yang masih lengkap. Secara alamiah, gerakan pengunyahan mempunyai efek untuk timbulnya karang gigi atau kalkulus. Karena itu, gigi-gigi yang tidak dipakai untuk mengunyah akan mudah terjadi kalkulus yang merupakan faktor etiologi dari penyakit periodontal. Selain itu, otot otot pipi yang kurang bergerak karena tidak mengunyah, lama kelamaan akan menjadi lisut dan wajah terlihat kempot. 1. Faktor Trauma Kebiasaan mengunyah satu sisi juga dapat disebabkan oleh trauma. Trauma dibagi menjadi 2 yaitu :5 Macrotrauma : trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan perubahan struktural, seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan.

Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama,

seperti bruxism dan clenching. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan microtrauma pada jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot. 1. Faktor Otot Kunyah Kelainan otot dari STM menjadi keluhan yang paling umu terjadi pada pasien. Kelainan otot dapat disebabkan karena infeksi/peradangan,dnan trauma yang menyebabkan terbentuknya fibrosis pada otot sehingga otot tidak bebas bergerak dan menyebabkan rasa sakit.1 1. Faktor Psikologis Adanya faktor psikologis yang berupa tingkah laku,emosi, dan kepribadian dapat menjadi faktor pendukung dalam gangguan sendi rahang dan menjadi penyebab utama dari sindrom rasa sakit disfungsi. Psikolog Freud klasik menunjukkan bahwa kelainan sendi mungkin merupakan reaksi perubahan mulut dan otot, karena sifatnya yang ekspresif, bekerja sebagai focus tegangan emosi. Jadi, konflik ini dikeluarkan dalam bentuk parafungsional seperti bruxizm dan aktivitas otot lain yang tidak normal. 1 Emosi sering terlihat dari wajah dimana ekspresi wajah tersebut berhubungan erat dengan otot kunyah. Hal ini dapat berupa ketegangan otot yang besar atau aktivitas parafungsional oromuskular. 3.3.2. Hubungan Kebiasaan Mengunyah Unilateral Terhadap Penyakit Periodontal Penyakit periodontal yang sering terjadi pada beberapa pasien yang ditemui di klinik dokter gigi memiliki berbagai macam keluhan yang pada akhirnya akan berujung dengan penyakit periodontal padahal keluhan tersebut didahului dengan karies yang masih dapat ditanggulangi sedini mungkin. Akan tetapi, dengan sikap dan kurang pedulinya masyarakat akan kesehatan rongga mulut, maka penyakit periodontal pun seakan telah menjadi pemandangan yang sering didapati di klinik dokter gigi. Pada penyakit periodontal kasus yang sangat sering dijumpai terkadang telah sampai pada tahap lanjut bahkan sampai pada tahap yang mengindikasikan untuk dilakukan pencabutan. Maka dari itu, sudah selayaknya para dokter gigi terus mengadakan edukasi baik di luar praktek maupun pada saat kunjungan pasien ke tempat praktek. Penyakit periodontal pada dasarnya dapat dicegah dengan pencegahan atau perawatan yang sedini mungkin bila telah tampak suatu hal yang tidak normal pada keadaan rongga mulut. Dalam kasus ini,pasien yang memiliki kebiasaan mengunyah pada satu sisi atau lebih dikenal mengunyah unilateral, pasien memiliki banyak gejala yang tidak normal yang dapat langsung terlihat ketika dilakukan pemeriksaan meskipun terkadang pasien tidak mengakui bahwa kebiasaan mengunyah yang tidak benar itu sering bahkan sudah menjadi keseharian dari proses pengunyahan pasien tersebut. Kebiasaan mengunyah satu sisi merupakan proses pengunyahan yang tidak normal, yang dapat mengakibatkan kondisi periodonsium yang buruk.

Dalam penjelasan yang telah dikemukakan diatas bahwa kebiasaan mengunyah satu sisi memiliki banyak faktor etiologi serta faktor pendukung yang membuat pasien memiliki kebiasaan mengunyah satu sisi. Kebiasaan mengunyah satu sisi dapat berakibat timbulnya kalkulus dikarenakan pada sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah tidak digunakan semestinya. Secara alamiah, kalkulus terjadi dikarenakan salah satu faktor berkurangnya aliran saliva. Pada sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah aliran saliva berkurang dimana salah satu fungsi saliva mampu membersihkan gigi dan antimikroba. Dan pada keadaan gigi yang tidak digunakan untuk mengunyah,aliran saliva berkurang,timbulnya karang gigi atau kalkulus yang pada tahap lanjutnya akan menyebabkan mobility karena bakteri yang ada dalam kalkulus masuk ke dalam jaringan periodontium. Sehingga pada tahap akhir terjadi mobility yang mengakibatkan adanya tindakan pencabutan. Pada pasien yang memiliki kebiasaan mengunyah satu sisi ditambah dengan beberapa faktor pendukung seperti faktor psikis, hal ini mempercepat proses penyakit periodontal berkembang. Karena, selain kalkulus yang terbentuk pada pasien yang menggunakan satu sisi untuk mengunyah didukung dengan psikis yang tidak baik maka dilihat dengan jelas gingival pada pasien itu terlihat lebih bengkak sehingga mengakibatkan gingivitis dan keadaan gigi yang digunakan untuk mengunyah terlihat lebih aus atau lebih dikenal dengan atrisi. Sehingga keadaan ini mengakibatkan perkembangan penyakit periodontal telah menjadi tahap lanjut yang butuh perawatan khusus. Pasien yang mengunyah dengan satu sisi terutama dikarenakan giginya hilang, sebaiknya cepat dilakukan perawatan baik secara preventif maupun operatif. Dikarenakan kehilangan gigi yang lebih dari satu dan ditambah dengan kebiasaan mengunyah satu sisi yang bagi pasien merupakan kenyamanan baginya membuat gigi-giginya cepat aus, dan terjadinya mobility sehingga mengindikasikan untuk terjadinya pencabutan. 3.4 Perawatan yang Dilakukan Perawatan yang dilakukan pada gangguan sendi rahang ini diantaranya dapat dilakukan perawatan secara konservatif dan operatif. Perawatan dari setiap keadaan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien, serta waktu dan fasilitas juga perlu dipertimbangkan.1 1. Perawatan Secara Konservatif Adapun perawatan secara konservatif adalah : mengistirahatkan rahang, obat-obatan, latihan, terapi fisik, splin oklusal, perawatan psikososial,karies dan kelainan patologi yang lain, protesa terapi oklusal, dan faktor pendukung yang lain. 1. Perawatan Secara Operatif Perawatan secara operatif dilakukan bila pasien gagal member respon terhadap terapi konservatif. Pembedahan STM merupakan tindakan perawatan efektif untuk kelainankelainan artikular kondilus atau memperbaiki meniscus atau ligament yang rusak. Dan pada kasus kebiasaan mengunyah pada satu sisi bila telah sampai pada tahap lanjut yang

berkembang dan berhubungan dengan jaringan periodontium yang mengakibatkan pencabutan, maka perawatan operatif lah yang dilakukan sebagai perawatan bagi pasien tersebut. BAB IV 4.1 KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat di jelaskan dalam kasus kebiasaan mengunyah satu sisi yaitu bahwa sistem pengunyahan yang menggunakan satu sisi merupakan sistem pengunyahan yang tidak normal atau bisa dikatakan pengunyahan yang buruk. Pada pasien yang memiliki kebiasaan tidak normal dalam pengunyahan tersebut hendaknya dapat lebih memperhatikan bila terjadi keadaan yang tidak normal dalam keadaan rongga mulutnya sehingga perawatan dini pun dapat dilakukan dan juga efektif. Pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyah pada satu sisi biasanya memiliki gejala dan tanda serta ciri yang khas ketika datang ke praktek dokter gigi. Sehingga ketika mengadakan pemeriksaan tampak beberapa gejala dan tanda klinis yang menunjukkan bahwa pasien menggunakan satu sisi untuk mengunyah. Pada pemeriksaan biasanya dapat terlihat gigi-geligi yang sering digunakan untuk mengunyah biasanya terlihat aus pada satu sisi yang sering digunakan, kemudian terlihat adanya karang gigi atau kalkulus pada sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah dan pada tahap lanjut terlihat adanya mobility pada gigi-geligi tersebut. Kebanyakan faktor yang sering terjadi pada pasien yang memiliki kebiasaan mengunyah dengan satu sisi ini yaitu pasien yang memiliki faktor psikis atau stress emosional yang tinggi, kemudian pasien dengan kehilangan gigi yang lebih dari satu serta pasien yang pernah mengalami trauma yang besar (macrotrauma). Ketika terjadi kasus seperti ini selayaknya pasien memiliki kepekaan untuk memeriksakan diri kedokter gigi untuk dapat diberikan perawatan yang efektif dan efisien. Perawatan pada gangguan sendi rahang memiliki dua jenis perawatan yaitu perawatan secara konservatif dan perawatan secara operatif. Perawatan secara konservatif lebih didahulukan hendaknya, dimana dengan perawatan ini pasien dapat diobati dan dirawat dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebiasaan pengunyahan yang buruk serta faktor pendukungnya dapat diobati. Dan perawatan operatif dilakukan hanya untuk pasien yang gagal dalam perawatan konservatif. 4.2 SARAN Saran untuk pasien yang memiliki kebiasaan mengunyah satu sisi yaitu untuk dapat lebih peduli pada kesehatan rongga mulut terutama jika memiliki kebiasaan yang dianggap berbeda dari kebiasaan normal. Hendaknya pasien memiliki kesadaran dan kepedulian untuk memeriksakan diri kedokter gigi agar dapat diketahui penyebab dari kelainan yang dialami oleh pasien dalam sistem pengunyahan tersebut. Dan dengan kondisi seperti itu

para dokter gigi yang memeriksa dapat melakukan perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien dengan memilih perawatan yang efektif dan efisien bagi pasien dan dokter gigi. 4.3 DAFTAR PUSTAKA

1. 1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7904/1/09E01617.pdf diaksestanggal 27 oktober 2010

2. 2. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/128113-R17-PRO-182Analisis.pdf diaksestanggal 27 oktober 2010

3. 3. http://dian-sweetyfunny.blog.friendster.com/page/3/ diakses tanggal 27 oktober2010

4. 4. http://www.totalkesehatananda.com/tmjd2.html diakses tanggal 27 oktober 2010 5. 5. http://cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=1702&Itemid=1 diakses tanggal 27 oktober 2010

6. 6. http://www.gkisuryautama.org/artikel.php?id=189&kategori=kesehatan&title=Gigi%20Palsu,%20Perlu%20atau%20Tidak? Diakses tanggal 28 oktober 2010

7. 7. http://angelonfiveishere.blogspot.com/2010/10/laporan-tutorial-tmj.html diaksestanggal 27 oktober 2010