tmp 26319 paper akhmad hambali gunadarma555434153
DESCRIPTION
ÂTRANSCRIPT
Analisa Karakteristik Gain Serat Optik Erbium Doped Amplifier Mode Tunggal
Akhmad Hambali1* dan Ary Syahriar2
1Mahasiswa Program Pascasarjana pada Program Studi Opto-Elektroteknika dan Aplikasi Laser,
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Salemba Raya 4, Jakarta 10430, Indonesia. E-mail: [email protected]
2Dit. Teknologi Informasi dan Elektronika, BPPT Building II, 21st Floor, MH. Thamrin No.8, Jakarta 10340, Indonesia. Telp.: (021) 3169826, 3169835. E-mail: [email protected]
*korespondensi dapat ditujukan kepada penulis
ABSTRAKSI Pada jaringan jarak jauh dibutuhkan beberapa penguat ulang (repeater) elektronik untuk memperbaiki pelemahan sinyal yang terjadi. Solusi untuk mengatasinya adalah dengan komponen aktif erbium doped fiber amplifier (EDFA) yang dapat menguatkan sinyal tanpa harus terlebih dahulu mengubahnya ke dalam sinyal elektronik. Tulisan ini menganalisa secara teoritis hubungan antara karakteristik gain terhadap daya pompa (pump power) pada λ = 980 nm, λ = 1480 nm dan λ = 1550 nm, serta hubungan antara karakteristik gain terhadap panjang serat pada serat optik erbium doped amplifier mode tunggal. Sehingga dapat dipahami bagaimana unjuk kerja komponen aktif erbium doped fiber amplifier (EDFA) tersebut. 1. PENDAHULUAN
Serat erbium doped amplifier terdiri dari beberapa meter serat optik yang didoped dengan elemen – elemen rare earth erbium. Prinsipnya, laser digunakan untuk memompa serat erbium doped dan atom – atom di serat akan berpindah pita energi dari tingkat energi terendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Sinyal optik yang melewati serat erbium doped berfungsi sebagai perangsang sehingga terjadi emisi yang melepaskan energi photon. Energi tersebut bersifat
koheren dan dengan demikian terjadi penguatan sinyal secara optik. Bagaimanapun kombinasi keistimewaan ini menghasilkan beberapa karakteristik baru yang tidak terdapat di serat optik pada umumnya. Agar analisa secara teori dapat dilakukan lebih khusus maka dikembangkan suatu model penguatan cahaya pada serat erbium doped.
WDM
Pompa Laser980 nm / 1480 nm
Sinyal input1550 nm
Isolator
Erbium doped fiber
IsolatorSinyal output
Gambar 1. Blok diagram sistem pengutan
serat erbium doped [23] 2. Gelas silika sebagai bahan dasar
Salah satu alasan sukses dan
cepatnya perkembangan EDFA karena telah stabilnya metode teknologi fabrikasi produksi serat silika. Hal tersebut penting sekali bagi para pemakai serat erbium doped amplifier yang selalu mempercayainya telah memenuhi syarat. Terutama bahwa serat silika erbium doped dapat menguatkan sinyal pada panjang gelombang pita transmisi sistem komunikasi optik yaitu 1550 nm.
1
Seperti telah dijelaskan bahwa bahan aktif rare-earth seperti Er3+ dapat mengakibatkan terjadinya absorpsi dan emisi. Banyak sekali cara untuk mengilustrasikan kemungkinan terjadinya absorpsi dan emisi yaitu melalui model diagram tingkat energi. Gambar 2 memperlihatkan model tingkat energi Er3+ dan nilai transisi panjang gelombang. Tingkat energi atom dan ion secara konvensional ditandai berdasarkan sifat – sifat momentum angular atom dan ion.
Gambar 2. Model tingkat energi dan nilai transisi panjang gelombang [5].
Atom atau ion yang berada di tingkat energi tersebut ditandai dengan 3S + 1LJ dimana S adalah nomor kuantum spin, J adalah nomor total kuantum momentum angular, dan L sebagai nomor orbit kuantum momentum angular didefinisikan dengan huruf S, P, D, F, G, H, I, …, sekaligus L = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, …,. Pada host gelas, ion lanthanide terkena medan elektrik karena atom – atom disekitar host lattice dan dikenal sebagai medan – medan kristal. Hal ini menyebabkan Stark splitting orbit – orbit ion rare-earth (J manifolds), dan bermacam – macam medan mengakibatkan sifat dasar gelas tidak terbentuk. Ketika ion dipompa untuk kondisi manifolds di tingkat energi laser atas, maka kondisi di tingkat ini disebut dengan
metastable. Selama hal tersebut berlangsung terjadilah peralihan electric dipole antara tingkatan - tingkatan Stark pada multiplet LSJ yang berbeda, sehingga mengakibatkan lifetime di tingkat atas. Gambar 2.1 memperlihatkan system laser tiga tingkat dimana tingkat lasing terendah memiliki suhu populasi yang cukup berarti. Pada system ini sinyal absorpsi dari keadaan dasar secara langsung mengambil tempat ke tingkat energi atas, akibatnya sinyal tersebut bersaing dengan emisi stimulasi photon.
3. Menentukan cross section 20
15
10
5
0
Energi ( 103 cm-1 )
800 nm 980 nm 1480 nm 1530 nm
4I15/2
4I13/2
4I11/2
4I9/2
4F9/2
4S5/2
2H11/2
Er3+
14 ms
Seperti dengan semua laser dan amplifier, ketelitian cross section adalah penting untuk alat berkualitas yang memanfaatkan media aktif. Spektrum informasi cross section emisi dan informasi cross section absorpsi pada sebuah serat erbium doped merupakan hal terpenting untuk menjelaskan sifat – sifatnya. Karena itu metode lainnya untuk menentukan kekuatan peralihan juga perlu. Metoda tersebut tentu dengan mengukur secara langsung panjang gelombang bebas cross section emisi σe dan cross section absorpsi σa . Apabila tidak ada ion erbium yang dieksitasi, cross section absorpsi dapat ditentukan secara langsung dari suatu pengukuran redaman,
( ) ( )( ) ( ) ( )∫
=adot rdrrIrEre
atta
0 ,01210log10 νρπ
ννσ (3.1)
Dimana att(ν) adalah redaman yang disebabkan erbium dalam decibel per meter pada frekwensi ν .
2
ρEr(r) adalah konsentrasi erbium, adot adalah jari – jari erbium dopant, dan I01(ν , r) adalah normalisasi intensitas mode LP01, yang ditentukan berdasarkan,
Cross section emisi dapat ditentukan dari pengukuran gain, anggap bahwa semua ion erbium tereksitasi,
Dimana g(ν) adalah gain dalam decibel per meter pada frekwensi ν. Menentukan cross section dengan menggunakan persamaan ( 3.1 ) dan ( 3.3 ) tersirat disana suatu ketelitian yang diketahui dari integral antara konsentrasi ion erbium dan mode LP01. Karena itu hal ini dianggap bahwa hanya mode LP01 yang merambat diserat dan yang sangat penting, ini sulit sekali untuk menyelesaikan syarat bahwa semua ion erbium tereksitasi. Sehingga cross section emisi dapat ditentukan dari bentuk spektrum fluoresensi , Ie(ν), dan harga emisi spontan, Ae = 1/τ21. Disini τ21 merupakan lifetime radiasi. Berikut ini adalah persamaan yang diturunkan dari persamaan Fuchtbauer – Ladenburg,
Dimana n adalah indeks bias dan λ adalah panjang gelombang rata – rata. Spektrum cross section absorpsi dapat juga ditentukan dari bentuk spektrum redaman, Ia(ν), berdasarkan persamaan Fuchtbauer – Ladenburg,
Dimana J1 dan J2 adalah nomer quantum momentum angular untuk kondisi ground state dan kondisi eksitasi. Dengan menggunakan persamaan ( 3.4 ) dan ( 3.5 ) bentuk spektrum cross section emisi dan spektrum cross section absorpsi dapat dilihat seperti gambar 3 berikut ini :
10 ),(012 =∫∞ rdrrI νπ (3.2)
0.00E+00
1.00E-25
2.00E-25
3.00E-25
4.00E-25
5.00E-25
6.00E-25
1400 1500 1600
Panjang gelombang, nm
Cro
ss S
ectio
n
EmisiAbsorpsi
( ) ( )( ) ( ) ( )∫
=adot rdrrIrEre
g (3.3) ν
Gambar 3. Spektrum cross section absorpsi dan cross section emisi
4. Karakteristik gain
Panjang gelombang pompa dapat ditentukan secara bebas dari keadaan eksitasi absorpsi (Exited State Absorption), misalnya 980 dan 1480 nm. Perambatan gelombang sinyal dan pompa dijelaskan dengan menyusun persamaan yang hanya menghitung populasi atom tingkat energi atas dapat merubah intensitas sinyal dan intensitas pompa.
Disini uj menunjukkan arah perambatan pompa ( j = p) dan sinyal gelombang ( j = s). Dimana uj = +1 untuk arah z positif dan begitu pula sebaliknya. τ adalah lifetime spontan di tingkat energi atas, νj energi photon, Ij intensitas.
e νσ
0 ,01210log10 νρπ
( )∫
⋅=νν
ν
π
λνσ e 2 deI
eI
neA
)(
)(
8
2 ( 3.4 )
∑= ∂
∂−=
spj
j
jj z
Ih
uN,
21ν
τ (4.1)
( )112
122
)(
)(
28
2
+
+⋅
∫⋅=
J
J
daIaI
neA
a νν
ν
π
λνσ (3.5)
3
Amplifikasi intensitas ( spkIk , )= didefinisikan sebagai berikut :
( )( )absk
absk
emkkk
k NNIuzI
σσσ −+=∂∂
2 (4.2)
emkσ dan adalah cross section emisi
dan absorpsi. Populasi di tingkat energi bawah terkait dengan konsentrasi erbium
abskσ
1Nρ=N dimana 21 NNN −= .
Sebelum beralih ke integrasi terhadap koordinat z, persamaan (4.2) harus diintegrasikan terhadap cross section serat. Jika dimasukkan ke persamaan (4.2) maka jelas ketergantungan distribusi erbium di bagian pertama tanda kurung besar persamaan (4.2) menjadi hilang. Namun di bagian ini ditempatkan intensitas dengan masing – masing mode daya
2N
P . Persamaan (4.2) kemudian memberikan :
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
∂
∂+−=
∂∂ ∑
= spj
jkj
k
jjsat
kkk
kk z
PCu
IP
zPu
,
1λλ
α (4.3)
Dimana adalah faktor overlap dan kjC kα adalah koefisien absorpsi sinyal kecil (small signal) yang didefinisikan sebagai berikut :
dAf
dAfN
k
kabskk
∫∫= σα (4.4)
dengan adalah fungsi mode medan daya. kf dan intensitas saturasi :
( )τσσν
absk
emk
ksatk
hI+
= (4.5)
Integrasi persamaan (4.3) dari 0=z sampai Lz = menghasilkan :
(⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
−+−= ∑= spj
outj
injkj
k
jsatk
kin
kout
k PPCI
LPP,
1expλλ
α ) (4.6)
Umumnya koefisien adalah daya bebas, tetapi untuk daya yang cukup tinggi atau untuk doping erbium terbatas seluruhnya diatur konstan. Nilainya ditentukan oleh hanya satu panjang gelombang pompa dan satu panjang gelombang sinyal. Untuk daya pompa yang sangat tinggi dan daya sinyal diabaikan maka dapat ditetapkan dari persamaan (4.2) bahwa pendekatan populasi di tingkat energi atas
kjC
( )emp
absp
abspNN σσσ +=2 .
Kemudian daya pompa absorpsi adalah :
dANLh
P
absp
emp
pabsp ∫
+=
σστ
ν
1
1 (4.7)
Gain maksimum dicapai dengan
mengintegralkan persamaan (4.2) terhadap mode medan sinyal.
⎪⎪
⎭
⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪
⎩
⎪⎪
⎨
⎧
+
−
=
absp
emp
absp
emp
abss
ems
s LG
σσσσ
σσ
α1
expmax
(4.8)
Penjelasan yang sama diberikan untuk daya sinyal absorpsi pada daya input yang tinggi dan untuk faktor transmisi pada panjang gelombang pompa dimana daya pompa diabaikan. Diperoleh dari persamaan (4.6)
satk
satkkj PIC 1= dengan,
dAfN
dAfdANIP
k
ksatk
satk
∫∫∫= (4.9)
4
Secara jelas pada persamaan (4.6) untuk pompa dapat ditulis pk = dan gelombang sinyal . Kemudian dari sini dapat dipisahkan daya pompa output
dan daya pompa absorpsi dari persamaan sinyal serta memasukkannya ke persamaan pompa. Setelah didapatkan beberapa modifikasi dengan menggunakan gain sinyal
sk =
outpP out
pinp PP −
( )LPPG ein
sout
s ρσexp== maka :
( )( ) ( 1ln1max
−++=⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛− G
hPGL
hP
GG
hP
s
ins
ss
sats
p
inp
να
νν
δ
) (4.10)
Dengan gain maksimum
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−= LG s
p αδα
expmax (4.11)
dan perbandingan daya saturasi
psat
p
ssat
s
hPhPνν
δ = (4.12)
Pada sisi bagian kiri dari persamaan (4.6) menunjukkan jumlah photon pompa absorpsi per satuan waktu. Sedangkan pada sisi bagian kanan berhubungan dengan laju photon emisi spontan serta jumlah photon dengan sinyal per satuan waktu. 5. KESIMPULAN Dapat dilihat dari analisa bahwa Gain koeffisien dalam kondisi negatif ketika semua ion – ion erbium berada pada tahapan tingkat energi dasar dan ketika ion – ion erbium tereksitasi maka kondisi gain koeffisien adalah positif sehingga serat erbium doped dikatakan melakukan amplifikasi. Daya optimum yang di transmisikan serat optik erbium doped
amplfier 5 m ketika di pompa pada panjang gelombang λ = 980 nm adalah – 8.4 dBm, panjang gelombang λ = 1480 nm adalah – 8.2 dBm dan panjang gelombang λ = 1550 nm adalah – 8.15 dBm dengan daya input – 10 dBm.
1400 1450 1500 1550 1600 16506
4
2
0
2
4
6
Panjang gelombang [ nm ]
Gai
n ko
effi
sien
D = +1
D = -1
Gambar 4. Sinyal gain koeffisien
40 20 09.5
9
8.5
8
Daya input, dBm
Tran
smis
i, dB
λp = 980 nm
λp = 1480 nm
λp = 1550 nm
Gambar 5. Daya transmisi pada serat erbium doped amplifier L = 5 m
Daftar Pustaka 1. C. Millar ( A ), “All light now, fiber
amplifier and their impact on telecom”, BTRL, IEE Review, 35 – 39, 1991.
2. Donald Keck, “A future full light”, IEEE Journal on Selected Topics in Quantum Electronics, Volume 6, 1254 – 1258, 2000.
5
3. E.Desurvire, “Lightwave communication : The fifth generation”, Scientific American, 96 – 103, 1992.
4. H. Cherin, “An introduction to optical fiber”, Mc Graw-Hill, New York, 1983.
5. S. Ungar, “Fiber optics, theory and applications”, John Willey & Son, Ltd., England, 1990.
6. E.Desurvire, “Erbium doped fiber amplifier, principles and applications”, John Willey & Son, Inc., New York, 1994.
7. D. A. Chapman, “Erbium doped fiber amplifier : the latest revolution in optical communications”, Electronics & Communications Engineering Journal, 59 – 67, 1994.
8. Th. Pfeiffer, H. Bullow, “Analytical gain equation for erbium doped fiber amplifiers including mode field profiles and dopant distribution”, IEEE Phot. Tech. Lett., Volume 4, 449 – 457, 1992.
9. E.Desurvire,J.R Simpson, “Amplification of spontaneous emission in erbium doped single mode fiber”, IEEE Journal of Lightwave Technology, Volume 7, 835 – 845, 1989.
10. A. Bjarklev, “Optical fiber amplifiers : design and system applications”, Artech house, London, 1993.
6