toksikologi
DESCRIPTION
toksikologiTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1 Toksikologi
Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup berbagai
disiplin ilmu yang sudah ada seperti ilmu kimia, Farmakologi, Biokimia, Forensik
Medicine dan lain-lain. Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup
berbagai disiplin ilmu yang sudah ada seperti ilmu kimia, Farmakologi, Biokimia,
Forensik Medicine dan lain-lain.( Mansyur. Toksikologi Keamanan Unsur Dan
Bidang-Bidang Toksikologi. htpp://www.freewweb.com)
Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun,
gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan oada
korban yang meninggal. (fkui)
Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang
dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan
kematian. Berdasarkan sumber dapat digolongkan menjadi racun yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan ; opium, kokain, kurare, aflatoksin. Dari hewan ; bias/toksin
ular/laba-laba/hewan laut. Mineral ; arsen, timah hitam. Dan berasal dari sintetik ;
heroin.
Keracunan atau intoksikasi adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat
dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda
dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki dengan
cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan
hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita.
II.1.2 Penggolongan
a. Berdasarkan sumbernya, yaitu:
Racun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya: Opium, kokain.
Racun yang berasal dari hewan. Contohnya: Bisa/toksin dari ular, laba-laba, ataupun
hewan laut.
Racun yang berasal dari mineral: Contohnya: Arsen, timah hitam.
Racun yang berasal dari sintetik. Contohnya: Heroin.
b. Berdasarkan tempat dimana racun berada, yaitu:
Racun yang terdapat di alam bebas. Contohnya: Gas racun.
Racun yang terdapat di rumah tangga. Contohnya: Desinfektan.
Racun yang digunakan di pertanian.Contohnya: Insektisida.
Racun yang digunakan dalam industri dan laboratorium. Contohnya: asam dan basa
kuat.
Racun yang terdapat pada makanan. Contohnya:CN dalam singkong..
Racun yang terdapat dalam obat. Contohnya: hipnotik, sedatif, dll.
II.1.3 Mekanisme Kerja Racun
Racun yang bekerja secara lokal.
Biasanya menimbulkan sensasi nyeri yang hebat, menimbulkan peradangan bahkan
kematian yang disebabkan oleh syok akibat nyerinya tersebut atau peradangan sebagai
kelanjutan dari perforasi pada saluran pencernaan. Salah satu racun yang bersifat
iritan secara lokal adalah arsen.
Racun yang bekerja secara sistemik.
Racun pada golongan ini memiliki akibat atau afinitas pada salah satu sistem atau
organ tubuh yang lebih besar bila dibandingkan dengan sistem atau organ lainnya.
Misalnya CO dan CN yang berpengaruh terhadap darah dan enzim pernafasan, dan
insektisida golongan hidrokarbon yang di chlor-kan dan phosporus yang terutama
berpengaruh terhadap hati.
Racun yang bekerja secara lokal dan sistemik.
Selain menimbulkan rasa nyeri (efek lokal) racun tersebut juga akan menimbulkan
deprei pada susunan syaraf pusat (efek sistemik). Hal tersebut dimungkinkan karena
sebagian dari asam karbol diserap dan berpengaruh pada otak (Nawawi,1989)
II.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja racun
II.1.4.1 Cara Pemberian
Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh jika
diberikan secara tepat. Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan
palingcepat bekerja pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi
melalui intravena, intramuscular, subcutan, ingesti, absorbsi melalui mukosa, dan
yang terakhir adalah racun yang masuk melalui kulit yang sehat.
II.1.4.2 Keadaan Tubuh
a. Umur
Orang tua dan anak-anak lebih sensitiv misalnya pada barbiturat. Bayi prematur lebih
rentan terhadap obat oleh karena eksresi melalui ginjal belum sempurna dan aktifitas
mikrosom dalam hati belum cukup.
b.Kesehatan
Pada seseorang yang memiliki kerusakkan organ seperti penyakit hati ataupun ginjal
biasanya akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang
sehat.walaupun racun yang masuk ke dalam tubuhnya belum mencapai dosis toksis.
Hal ini terjadi karena detoksikasi, eksresinya tidak berjalan dengan baik.
II.1.4.3 Kebiasaan
Faktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat menimbulkan
gejala-gejala keracunan atau kematian, yaitu karena terjadinya toleransi. Tetapi perlu
diingat bahwa toleransi itu tidak selamanya menetap, contohnya pada pecandu
alkohol.
II.1.4.4 Alergi-idiosinkrasi
Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, streptomisin dan preparat yang
mengandung yodium menyebabkan kematian pada orang yang sensitif terhadap
preparat tersebut. Pengaruh langsung racun tergantung pada takaran, makin tingi
takaran maka akan makin cepat (kuat) keracunan. Konsentrasi berpengaruh pada
racun yang bersifat lokal, misalnya asam sulfat.
II.1.4.5 Racunnya sendiri
Salah satu faktor yang mempengaruhi kerja racun berasal dari racun itu sendiri.
Berdasarkan dosis, konsentrasi, bentuk dan kombinasinya, adiksi dan sinergismenya,
susunan kimia, serta efek antagonisnya.
II.1.5 Kriteria diagnosis kasus keracunan
Diagnosa keracunan berdasar atas adanya tanda dan gejala yang sesuai dengan
racun penyebab.Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan dnegan adanya racun pada
sisa barang bukti. Yang terpenting dari diagnosis keracunan adalah dapat ditemukan
racun atausisa racun dalam tubuh atau cairan tubuh korban, jika racun enjalar secara
sistemik, serta adanya kelainan pada tubuh korban baik mikroskopik maupun
makroskopik yang sesuaidengan racun penyebab.
II.1.6 Pemeriksaan Kedokteran Forensik
Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yang sejak semula sudah dicurigai kematian akibat keracunan dan kasus yang sampai
saat sebelum di autopsi dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan
keracunan.
Harus dipikirkan kemungkinan kematian akibat keracuan bila pada
pemeriksaan setempat (scene investigation) terdapat kecurigaan akan keracunan, bila
pada autopsi ditemukan kelainan yang lazim ditemukan pada keracunan dengan zat
tertentu, misalnya lebam mayat yang tidak biasa, luka bekas suntikan sepanjang vena
dan keluarnya buih dari mulut dan hidung serta bila pada autopsi tidak ditemukan
penyebab kematian.
Dalam menangani kasus kematian akibat racun perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan penting, yaitu:
1. Pemeriksaan di tempat kejadian
Pemeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu penentuan penyebab
kematian dan menentukan cara kematian.Tujuan dari pemeriksaan adalah untuk
menjelaskan apakah mungkin orang tersebut mati akibat keracunan. Pemeriksaan di
tempat kejadian juga berfungsi untuk mengumpulkan keterangan tentang saat
kematian, kapan terakhir kali ditemukan dalam keadaan sehat, sebelum kejadian ini
apakah ia sehat-sehat saja, dan berapa lama gejala timbul setelah makan/ minum
terakhir.
2. Autopsi
a. Pemeriksaan luar
- Bau
Dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa yang kiranya ditelan oleh
korban. Pada setiap kasus keracunan, pemeriksa harus selalu memperhatikan bau yang
tercium dari pakaian, lubang hidung dan mulut serta rongga badan.
- Segera
Setelah pemeriksa berada di samping mayat ia harus menekan dada mayat dan
menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biaa keluar dari lubang-lubang hidung
dan mulut.
-Pakaian
Pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh tercecernya racun
yang ditelan oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak
berwarna coklat
karena asam sulfat atau kuning karena asam nitrat. Distribusi bercak perlu
diperhatikan sebagai petunjuk tentang intensi/ kemauan korban, yaitu apakah racun
tersebut ditelan atas kemauannya sendiri atau dipaksa.
- Lebam mayat
Warna lebam mayat yang tidak biasa harus diperhatikan, karena warna lebam mayat
pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit.
-Perubahan kulit
Pada hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis pada
telapak tangan dan kaki pada keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu
kebirubiruan akibat keraunan perak (Ag) kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat
dan korium kulit). Kulit akan berwarna kuning pada keracunan tembaga (Cu) dan
fosfor akibat hemolisis juga pada keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen karena
terjadi gangguan fungsi hati.
-Kuku
Pada keracunan arsen kronik dapat ditemukan kuku yang menebal secara tidak teratur.
Pada keracunan Talium kronik ditemukan kelainan trofik pada kuku.
- Rambut
Kebotakan (alopesia) dapat ditemukan pada keracunan talium, arsen, air raksa dan
boraks.
- Sklera
Tampak ikterik pada keracunan dengan hepatotoksik, dan perdarahan pada pemakaian
dicumarol atau akibat bisa ular.
b. Pembedahan Jenazah
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembedahan jenazah:
Segera setelah rongga perut dan dada di buka, tentukan apakah terdapat bau
yang tidak biasa (bau racun). Bila pada pemeriksaan luar tidak tercium "bau racun"
maka sebaiknya rongga tengkorak dibuka terlebih dahulu agar bau visera perut tidak
menyelubungi bau tersebut, terutama bila dicurigai adalah sianida. Bau sianida,
alkohol, kloroform, dan eter akan tercium paling kuat dalam rongga tengkorak.
Inspeksi in situ. Perhatikan warna otot-otot dan alat-alat. Pada keracunan
karbon monoksida akan tampak berwarna merah muda cerah.
Lidah. Perhatikan apakah ternoda oleh warna tablet atau kapsul obat atau
menunjukkan kelainan disebabkan oleh zat korosif. Pada esophagus bagian atas
dibuka sampai pada ikatan atas diafragma. Adakah terdapat regurgitasi dan
selaput lendir diperhatikan akan adanya hiperemi dan korosi. Pada epiglotis dan
glotis perhatikan apakah terdapat hiperemi atau edema, disebabkan oleh inhalasi
atau aspirasi gas atau uap yang meransang atau akibat regurgitasi dan aspirasi zat
yang meransang. Edema glotis juga dapat ditemukan pada pemakaian akibat syok
anafilaktik, misalnya akibat penisilin.
Paru-paru. Perhatikan adanya tidaknya kelainan yang tidak spesifik, berupa
pembendungan akut. Pada inhalasi gas yang meransang seperti klorin dan nitrogen
oksida ditemukan pembendungan dan edema hebat, serta emfisema akut karena
terjadi batuk, dipsneu dan spasme bronki.
lambung dan usus dua belas jari. Lambung dibuka sepanjang kurvakura
mayor dan diperhatikan apakah mengeluarkan bau yang tidak biasa. Perhatikan isi
lambung warnanya dan terdiri dari bahan-bahan apa. Bila terdapat tablet atau
kapsul diambil 6 dengan sendok dan disimpan secara terpisah untuk mencegah
disintegrasi
Hati.Apakah terdapat degenerasi lemak atau nekrosis. Degenerasi biasanya
ditemukan pada peminum alkohol. Nekrosis dapat ditemukan pada keracunan
fosfor, karbon tetraklorida, klorform dan
trinitro toulena.
Ginjal. Pada ginjal terjadi perubahan degeneratif, pada kortek ginjal dapat
disebabkan oleh racun yang meransang. Ginjal agak membesar, korteks
membengkak, gambaran tidak jelas dan berwarna suram kelabu kuning.
Urin. Urin diperiksa untuk mengetahui banyaknya metabolit yang dikeluarkan
dalam urin. Selain itu urin merupakan cairan yang baik sekali untuk spottest yang
berfungsi sebagai petunjuk suatu analisis toksikologik secara sistematis.
Pemeriksaan urin dilakukan dengan semprit dan jarum yang bersih, seluruh urin
diambil dari kandung kemih. Bila bahan akan dikirim ke kota lain untuk dilakukan
pemeriksaan maka urin dibiarkan berada dalam kandung kemih dan dikirim
dengan cara intoto, prostat dan kedua ureter diikat dengan tali. Walaupun kandung
kemih dalam keadaan kosong, kandung kemih harus tetap diambil untuk
pemriksaan toksikologik.
Pemeriksaan otak biasanya tidak ditemukan adanya edema otak pada kasus
kematian yang cepat, misalnya pada kematian akibat barbiturat, eter dan juga pada
keracunan kronik arsen atau timah hitam. Perdarahan kecil-kecil dalam otak dapat
ditemukan pada keracunan karbonmonoksida, barbiturat, nitrogen oksida, dan
logam berat seperti air raksa air raksa, arsen dan tmah hitam. Obat-obat yang
bekerja pada otak tidak selalu terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam jaringan
otak.
Pada pemeriksaan jantung dengan kasus keracunan karbon monoksida bila
korban hidup selama 48 jam atau lebih dapat ditemukan perdarahan berbercak dalam
otot septum interventrikel bagian ventrikel kiri atau perdarahan bergaris pada
muskulus papilaris ventrikel kiri dengan garis menyebar radier dari ujung otot
tersebut sehingga tampak gambaran seperti kipas.
Pada pemeriksaan limpa selain pembendungan akut limpa tidak menunjukkan
kelainan patologik. Pada keracunan sianida, limpa diambil karena karena kadar
sianida dalam limpa beberapa kali lebih besar daripada kadar dalam darah. Empedu
merupakan bahan yang baik untuk penentuan glutetimida, quabaina, morfin dan
heroin. Pada keracunan karena inhalasi gas atau uap beracun, paru-paru diambil,
dalam botol kedap udara
Jaring lemak diambil sebanyak 200 gram dari jaringan lemak bawah kulit
daerah perut. Beberapa racun cepat di absorpsi dalam jaringan lemak dan kemudian
dengan lambat dilepaskan kedalam darah. Jika terdapat persangkaan bahwa korban
meninggal akibat penyuntikan jaringan di sekitar tempat suntikan diambil dalam
radius 5-10 cm.
Pada dugaan keracunan arsen rambut kepala dan kuku harus diambil. Rambut
diikat terlebih dahulu sebelum dicabut, harus berikut akar-akarnya, dan kemudian
diberi label agar ahli toksikologi dapat mengenali mana bagian yang proksimal dan
bagian distal. Rambut diambil kira-kira 10 gram tanpa menggunakan pengawet. Kadar
arsen ditentukan dari setiap bagian rambut yang telah digunting beberapa bagian yang
dimulai dari bagian proksimal dan setiap bagian panjangnya ½ inci atau 1 cm.
terhadap setiap bagian itu ditentukan kadar arsennya.
Kuku diambil sebanyak 10 gram, didalamnya selalu harus terdapat kuku-
kuku kedua ibu jari tangan dan ibu jari kaki. Kuku dicabut dan dikirim tanpa
diawetkan. Ahli toksikologi membagi kuku menjadi 3 bagian mulai dari proksimal.
Kadar tertinggi ditemukan pada 1/3 bagian proksimal.
3. Analisis Toksikologi
Sebelum memulai analisis, ahli toksikologi harus mempertimbangkan
beberapa faktor yaitu: jumlah spesimen yang tersedia, sifat dasar temuan racun
dan biotransformasi racun. Pada kasus keracunan dengan racun yang masuk per oral,
isi saluran cerna harus dianalisi pertama kali, ketika sejumlah residu racun yang
tak ter absorbsi masih ditemukan. Selanjutnya urin dapat dianalisis, karena ginjal
merupakan organ eksresi utama untuk kebanyakan racun, dan dalam konsentrasi
tinggi sering ditemukan di dalam urin. Setelah absorbsi pada saluran cerna, obat atau
racun pertama-tama dibawa ke hepar sebelum memasuki sirkulasi sistemik, oleh
jarena itu analisis pertama dari organ dilakukan pada hepar.Jika racun tertentu
diketahui terlibat pada kasus kematian, maka yang harus diperiksa pertama adalah
jarinagn dan cairan dimana racun terkonsentrasi.
Jaringan tubuh masing-masing memiliki afinitas yang berbeda terhadap racun-
racun tertentu, misalnya:
a. Jaringan otak adalah material yang paling baik untuk pemeriksaan racun-racun
organis, baik yang mudah menguap maupun yang tidak mudah menguap.
b. Hepar dan ginjal adalah material yang paling baik untuk menentukan keracunan
logam berat yang akut.
c. Darah dan urin adalah material yang paling baik untuk analisa zat organik non
volatile, misalnya obat sulfa, barbiturate, salisilat dan morfin.
d. Darah, tulang, kuku, dan rambut merupakan material yang baik untuk pemeriksaan
keracunan logam yang bersifat kronis.
e. Untuk racun yang efeknya sistemik, harus dapat ditemukan dalam darah atau organ
parenkim ataupun urin. Bila hanya ditemukan dalam lambung saja maka belum cukup
untuk menentukan keracunan zat tersebut. Penemuan racun-racun yang efeknya
sistemik dalam lambung hanyalah merupakan penuntun bagi seorang analis
toksikologi untuk memeriksa darah, organ, dan urin ke arah racun yang dijumpai
dalam lambung tadi. Untuk racun-racun yang efeknya lokal, maka penentuan dalam
lambung sudah cukup untuk dapat dibuat diagnosa.
II.1.7 Pengambilan Bahan Pemeriksaan Toksikologi
-Lebih baik mengambil bahan dalam keadaan segar dan lengkap pada waktu autopsi,
daripada harus menggali kembali kuburan untuk melakukan analisis toksikologik atas
jaringan yang sudah busuk atau sudah
diawetkan.
-Pengambilan darah dari jantung dilakukan secara terpisah dari sebelah kanan dan
sebelah kiri masing-masing sebnayak 50 ml. Darah tepi sebanyak 30-50 ml, diambila
dari vena iliaka komunis bukan darah dari vena porta. Pada korban yang masih hidup,
darah adalah bahan yang terpenting, diambil 2 contoh darah masing-masing 5 ml,
yang pertama diberi pengawet NaF 1% dan yang lain tanpa pengawet.
-Urin dan bilasan lambung diambil semua yang ada didalam kandung kemih untuk
pemeriksaannya. Pada mayat diambil lambung beserta isinya. Usus beserta isinya
berguna terutama bila kematian terjadi dalam waktu beberapa jam setelah menelan
racun sehingga dapat diperkirakan saat kematian dan dapat pula ditemukan pil yang
tidak hancur oleh lambung.
-Organ hati harus diambil setelah disisihkan untuk pemeriksaan patologi anatomi
dengan alasan takaran forensik kebanyakan racun sangat kecil, hanya beberapa mg/kg
sehingga kadar racun dalam tubuh sangat rendah dan untuk menemukan racun, bahan
pemeriksaan harus banyak, serta hati merupakan tempat detoksikasi tubuh terpenting.
-Ginjal harus diambil keduanya, organ ini penting pada keadan intoksikasi logam,
pemeriksaan racun secara umum dan pada kasus dimana secara histologik ditemukan
Caoksalat dan sulfo-namide. Pada otak, jaringan lipoid dalam otak mampu menahan
racun. Misalnya CHCI3 tetap ada walaupun jaringan otak telah membusuk. Otak
bagian tengah penting pada intoksikasi CN karena tahan terhadap pembusukan. Untuk
menghidari cairan empedu mengalir ke hati dan mengacaukan pemeriksaan,
sebaiknya kandung empedu jangan dibuka.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengambil sampel selain dengan cara yang
telah
disebutkan, adalah :
1. Tempat masuknya racun (lambung, tempat suntikan)
2. Darah
3. Tempat keluar (urin, empedu)
1. Wadah
Idealnya diperlukan minimal 9 wadah pada pemeriksaan toksikologi,karena masing-
masing bahan pemeriksaan tidak boleh dicampur, yaitu:
1. 2 buah peles a 2 liter untuk hati dan usus
2. 3 peles a 1 liter untuk lambung beserta isinya, otak dan ginjal
3. 4 botol a 25 ml untuk darah (2 buah), urin dan empedu
4. Wadah harus dibersihkan dahulu dengan mencucinya memakai asam kromat hangat
dan dibilas dengan aquades serta dikeringkan.
5. Bahan Pengawet
2. Bahan pengawet:
Yang terbaik adalah tanpa bahan pengawet, bila terpaksa dapat digunakan bahan
pengawet :
1. Alcohol absolut
2. Larutan garam dapur jenuh
3. Larutan NaF 1 %
4. Larutan NaF + Na sitrat
5. Na benzoat + fenil merkuri nitrat (hanya untuk urin)
Volume pengawet sebaiknya dua kali volume bahan pemeriksaan.
3. Cara Pengiriman
Bila pemeriksaan toksikologi harus dilakukan di institusi lain, maka
pengiriman bahan pemeriksaan toksikologi harus memenuhi kriteria, yaitu :
1. Satu tempat hanya berisi satu contoh bahan pemeriksaan
2. Contoh bahan pengawet harus disertakan untuk kontrol
3. Tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label
4. Hasil autopsi harus dilampirkan secara singkat
5. Adanya surat permintaan dari penyidik
Penyegelan dilakukan oleh polisi yang juga harus membuat berita acara
penyegelan disertai bahan pemeriksaan. Jika jenazah di awetkan, maka harus
dilakukan pengambilan contoh bahan harus dilakukan sebelum pengawetan jenazah.
Pada pengambilan contoh bahan dari korban hidup, alkohol tidak dapat dipakai
sebagai disinfektan lokal saat pengambilan darah. Sebagai gantinya dapat digunakan
sublimat 1% atau merkuri klorida 1%.