toleransi sebagai bentuk pencegahan konflik
DESCRIPTION
fdcftcgTRANSCRIPT
Toleransi Sebagai Bentuk Pencegahan Konflik
oleh Lenggogeni Zakiyami
Kata toleransi berasal dari bahasa Latin tolerare yang berarti bertahan atau
memikul. Dengan demikian toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk
menerima kenyataan adanya orang lain yang berbeda. Selain itu toleransi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang berasal dari kata toleran memiliki arti, yaitu bersifat atau
bersikap menenggang, menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian, pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb yang berbeda atau bertentangan dengan
pendirian sendiri.
Jika dikaitkan dengan kemajemukan masyarakat Indonesia. Dapat dilikat bahwa
Indonesia memiliki keragaman budaya horizontal dan tidak hanya itu Indonesia juga
memiliki berlapis-lapis budaya secara vertikal. Setidaknya tercatat 300 bahasa yang
digunakan pada kelompok-kelompok masyarakat. Hal tersebut belum termasuk berbagai
variasi bahasa dalam setiap daerah. Jika keragaman kebahasaan menjadi alat untuk
mengidentifikasi kesukubangsaan dan kebudayaannya, minimal sebanyak itu pulalah
jumlah suku bangsa di Indonesia.
Keragaman tersebut merupakan potensi bagi pengembangan budaya nasional yang
memiliki keunikan dan sekaligus menyiratkan kekhasan masing-masing budaya di setiap
daerah. Akan tetapi di sisi lain, orang dihadapkan pda ancaman, seperti pergolakan
pertentangan etnik, pluralism budaya, atau dominasi budaya. Bagi masyarakat Indonesia,
perbedaan suku bangsa, agama, bahasa, dan lainnya dapat dipelajari bahwa melalui
perbedaan seseorang dilatih untuk merasakan beban yang orang lain rasakan. Hal tersebut
dapat dilakukan setelah orang memahami sikap toleransi itu.
Secara sederhana toleransi dapat diasah dengan memahami berbagai perbedaan
persepsi. Perbedaan persepsi budaya terhadap suatu hal, jika tidak disikapi dengan
bijaksana, dapat berbuah perselisihan atau konflik. Konflik cenderung membagi kedua
belah pihak dalam dua kutub yang berseberangan. Tingkat, toleransi di sini sangat
menentukan sebagai tingkat dari penerimaan seseorang terhadap perbedaan dan konflik
yang akan muncul.
Sebagian besar isu konflik dalam masyarakat Indonesia setidaknya dipicu oleh dua
hal klasik, yaitu agama dan etnis. Agama sebenarnya bukan sumber persoalan, sebab
agama adalah seperangkat nilai yang diyakini justru untuk menciptakan makna sebaliknya,
yaitu kedamaian, ketentraman dan kenyamanan pada setiap pemeluknya. Agama sepatutnya
dimaknai sebagai hal yang tidak menimbulkan konflik sama sekali.
Etnisitas adalah keragaman yang tercipta di mana setiap orang terlahir pada
komunitas tertentu dengan seperangkat nilai tradisi yang berlangsung secara turun
temurun. Dua hal tadi dalam realitas masyarakat menciptakan perbedaan keyakinan dan
pola-pola hidup sebagai tradisi yang agung dan luhur. Pengekangan terhadap salah satu
keyakinan dan tradisi pada suatu komunitas dapat dipandang sebagai ancaman yang
membahayakan sehingga mampu menjadikannya sebuah pertikaian.
Indonesia memiliki contoh kasus mengenai agama dan etnik, yaitu kasus Sampit,
Ambon, dan Poso sekitar sepuluh tahun lalu. Kita adalah bangsa yang sopan dan beradab,
sehingga untuk membicarakan konflik atas dasar agama dan etnik dipandang terlalu
sensitif, tabu, dan mengandung ketidaknyamanan.
Dengan itu pencegahan yang dapat dilakukan adalah perlunya membangun
komunikasi yang intensif sebagaimana masalah agama yang dapat diselesaikan melalui
dialog antarpemeluk agama setiap saat. Komunikasi antar etnik dapat dibangun dalam
sikap saling menghargai, saling menghormati, serta saling mengasihi. Saling menghargai
bermakna memberi apresiasi terhadap kerja keras kaum pendatang serta menghargai
peluang yang diberikan oleh penduduk asli untuk tumbuh dan berkembang. Saling
menghormati bermakna sangat penting karena sikap ini sudah menjadi tradisi dan budaya
masayarakat Indonesia, sedangkan saling mengasihi bermakna penting dalam meletakkan
rasa kemanusiaan akibat kesenjangan yang tercipta dari masing-masing. Dari sifat ini akan
lahir sikap tolong menolong serta bahu membahu dalam membangun komunitasnya.
Secara umum barangkali inilah yang kita sebut sebagai sikap toleransi.
Jadi, keberagaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia tidak akan
menimbulkan konflik jika semua masyarakat Indonesia mau membangun komunikasi,
berbagi kasih sayang, saling menghargai, dan menghormati. Jika dilihat dari hal itu
semuanya akan bersatu. Indonesia akan tentram dan damai. Hal itu juga yang dimaksud
dengan sikap toleransi yang seharusnya tertanam dari masing-masing diri masyarakat
Indonesia. Dengan toleransi, konflik tidak akan tercipta dan Indonesia akan aman sejahtera.
Sumber Acuan:
http://annasharie.blogspot.co.id/2011/12/toleransi-sebagai-solusi-dalam-konflik.html. Diakses pada 11 November 2015, pukul 15.30 WIB.
Sutardi, Tedi. 2007. Antropologi Mengungkap Keragaman Budaya. PT Setia Purna Inves.
Kamus Besar Bahasa Indonesia: Offline.