tor agrotechnoparkok.doc
TRANSCRIPT
KERANGKA ACUAN KERJASTUDI PENGEMBANGAN AGRO TECHNOPARK KOTA BATU
I. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang sebagian besar penduduknya tinggal di kawasan
perdesaan dan berupaya di sektor agragris ternyata memilih jalan aneh dalam membangun
ekonominya. Pertanian ternyata dijadikan landasan bagi sektor sekunder untuk tumbuh.
Sebagai landasan, yang terjadi memang sektor pertanian benar-benar dilindas dan menjadi
tumbal pertumbuhan industri manufaktur. Pertanian dan masyarakat pedesaan dijadikan
pasar dan dibuat tergantung pada sektor manufaktur. Penghidupan petani—diukur dari nilai
tukar produknya—menurun hingga sepersepuluh dalam kurun waktu dua puluh tahun
terakhir. Berbeda dengan Thailand dan Malaysia, pembangunan di kedua negara itu justeru
berpusat pada industri pertanian. Thailand memberikan cukup banyak stimulasi bagi
pertumbuhan sektor pertanian dan masyarakat petani. Sementara Malaysia membuat
keterkaitan—linkage—yang jelas antara sektor pertanian (didominasi oleh perkebunan
kelapa sawit, karet dan buah) dengan sektor industri pengolahan. Keterkaitan ini misalnya
memungkinkan Malaysia untuk menjamin bahwa pendapatan terendah buruh atau petani
kelapa sawit masih dalam batas yang wajar. Di Thailand, lebih baik lagi, petani bisa
mengakses hasil penelitian di bidang pertanian untuk meningkatkan kualitas produksinya.
Indonesia dengan potensi wilayahnya yang subur, dikelilingi oleh lautan yagn kaya
akan sumber daya hayati laut, kandungan air yang melimpah di sebagian wilayah
seharusnya mampu untuk mengembangkan sektor petanian dalam arti luas. Berbagai
komoditas pertanian yang cukup signifikan masih di pasok oleh negara lain seperti Thailand,
Malaysia, Australia, New Zealand dan lain sebagainya. Potensi wilayah yang beragam di
Indonesia masih belum termanfaatkan dengan baik. Kebijakan pengembangan pertanian
dan pengembangan daerah masih belum terarah dan belum mendapatkan dukungan
pemerintah yang memadai. Demikian pula konsep pengembangan wilayah agropolitan
masih belum optimal dan cenderung merupakan pelabelan yang semena-mena. Konsep
agropolitan mestinya dapat diterapkan dan ditetapkan sebagai wacana nasional sebagai
negara agraris.
Lepas dari itu, kota Batu merupakan salah satu kota Agropolitan di wilayah Jawa
Timur. Kota Batu merupakan katagori kota sedang dengan jumlah penduduk kurang lebih
190.000 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sedang. Kondisi topografi pegunungan
dan perbukitan tersebut menjadikan kota Batu terkenal sebagai daerah dingin. Temperatur
rata-rata kota Batu 2l,5°C, dengan temperatur tertinggi 27,2°C dan terendah 14,9°C.Rata-
rata kelembaban nisbi udara 86' % dan kecepatan angin 10,73 km/jam. Curah hujan
tertinggi di kecamatan Bumiaji sebesar 2471 mm dan hari hujan 134 hari. Jenis tanah yang
berada di kota Batu sebagian besar merupakan andosol, selanjutnya secara berurutan
kambisol, latosol dan aluvial. Tanahnya berupa tanah mekanis yang banyak mengandung
mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi, sifat tanah semacam ini mempunyai
tingkat kesuburan yang tinggi. Dengan kondisi ini, kota Batu merupakan wilayah dengan
potensi pertanian yang sangat baik dengan beragam komoditas yang unik, yang utamanya
adalah komoditas sayuran berkualitas tinggi dan komoditas tanaman buah yang spesifik.
Berbagai hasil perkebunan dan pertanian telah cukup baik dikembangkan di wilayah
kota Batu. Bahkan karena itu Batu sering disebut sebagai koa Apel, sebagai ikon keunikan
hasil perkebunan di kota Batu. Disamping itu masih banyak hasil perkebunan yang bernilai
ekonomi tinggi seperti jeruk, alpukat, nangka, dan pisan. Tidak kalah dengan perkebunan,
dibidang pertanian juga telah sangat baik dan telah berkembang seperti sayur unggulan
seperti wortel, kubis dan kentang. Penelitian untuk pengembangan produk pertanian kedelai
Jepang Edamamae untuk ekspor. Saat ini komoditas apel mulai menurun karena kendala
teknis di lapangan seperti hama dan penyakit serta produktivitas pohon yang makin rendah
disamping karena persaingan dengan apel-apel impor dari Amerika, Australia, dan New
Zealand. Beberapa terobosan telah dilakukan dalam upaya mempebaiki nasib petani seperti
adanya wisata agro, pengembangan produk turunan seperti sari apel dan cuka apel, keripik
apel dan lain sebagainya.
Bidang biotekonlogi karen kondisi suhu dan kelembaban lingkungan yang cocok
berbagai jenis jamur telah berkembang pesat. Di wilayah desa Sumberbrantas juga
berkembang sentra budidaya jamur kualitas eksport. Demikian pula di daerah dusun Junggo
juga terdapat sentra produksi jamur tiram dengan cakupan distribusi Malang hingga
Surabaya dengan tingkat permintaan lebih dari 2 kwintal per hari. Disamping itu juga masih
banyak petani jamur skala rumah tangga yang tersebar di wilayah kota Batu. Sistem
distribusi yang masih belum dikelola dengan baik menjadikan beberapa produsen jamur
tiram tidak lagi berproduksi, padahal bila dilihat dari peluang pasar masih sangat terbuka.
Produk peternakan juga cukup berkembang di kota Batu seperti sapi, kambing,
kelinci dan lain sebagainya. Kota Batu mempunyai koperasi susu, yang mana bergerak pada
pengolahan dan distribusi susu sapi hasil peternak di kota Batu. Meskipun bidang
peternakan dan perikanan tidak sehebat sektor perkebunan dan pertanian akan tetapi sektor
peternakan merupakan sektor unggulan yang cukup unik dibanding dengan daerah lain.
Potensi lain disamping produk pertanian adalah potensi wisata alam yang bisa
dikembangkan dari Kota Batu ini. Pengembangan potensi wisata sangat berpengaruh
terhadap berkembangnya produk lokal yang bernilai ekonomis tinggi. Batu sebagai kota
wisata telah menjadi slogan dan visi pengembangan kota Batu. Pensinergian antara potensi
pertanian dan potensi wisata menjadi harapan besar terciptanya akselerasi pertumbuhan
ekonomi masyarakat kota Batu. Sebagai contoh adanya pemandian air panas Cangar,
wisata olahraga paralayang yang mengambil lokasi di Gunungbanyak, Kecamatan Bumiaji
dan membentang hingga Kecamatan Batu dan Junrejo. Konon, menurut atlet dan para
pengunjung, pemandangannya adalah yang paling bagus se-Asia. Potensi lain yang segera
akan dikembangkan adalah akan dibangun wisata bunga yang rencananya akan mengambil
lokasi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu. Konsepnya, seluruh desa akan dipenuhi para
penjual bunga, dan pengunjung dapat datang untuk sekedar berjalan-jalan sambil melihat-
lihat pemandangan aneka bunga. Rencana lai adalah dengan menggarap puluhan goa
peninggalan Jepang yang terletak di tiga lokasi, yaitu Cangar (Kecamatan Bumiaji), Tlekung
(Kecamatan Juntrejo) dan Songgokerto (Kecamatan Batu). Pengembangan di sektor
pariwisata diharapkan mampu menjadi akselerator bagi pengembangan perekonomian kota
Batu dengan konsep pengembangan potensi ekonomi berbasis kearifan lokal.
Pengembangan agrotechnopark (ATP) diharapkan mampu meningkatkan
produktivitas pertanian dan turunan produk pertanian yang lebih bernilai ekonomis.
Sudah menjadi sebuah kesepatan bahwa Agro Technopark merupakan pengembangan
model pertanian yang dikembangkan secara terpadu mulai dari pertanian, peternakan,
dan perikanan dalam satu siklus produksi yang pada akhirnya menghasilkan zero waste
(nol limbah – pertanian ramah lingkungan). Arah pengembangan ATP mengacu pada
potensi pertanian secara luas di kota Batu. Arah pengembangan ATP adalah adanya
sentra teknologi baik yang berkaitan dengan teknologi dasar agro, teknologi pengolahan
produk agro serta pusat pengenalan dan distribusi produk hasil teknologi.
Pengembangan kawasan ATP tidak hanya berorientasi pada riset, akan tetapi juga pada
pemasaran dan advokasi aplikasi teknologi pertanian serta teknologi pengolahan hasil
pertanian.
Secara ekonomis pengembangan wilayah ATP mempunyai manfaat yang
penting bagi pertumbuhan ekonomi kota Batu seperti :
1. Pusat riset dan pengembangan teknologi pertanian;
2. Pusat informasi dan distribusi produk unggulan pertanian dan industri pertanian;
3. Pusat layanan pengembangan teknologi tepat guna bidang pertanian;
4. Pusat pengembangan dan pemberdayaan bagi masyarakat tentang teknologi
pertanian secara umum (bioteknologi, pengolahan hasil pertanian, pemanfaatan
dan pengelolaan limbah pertanian);
5. Sebagai daya tarik wisata pendidikan bidang agro industri dan bioteknolgi.
II. Maksud, Tujuan dan Sasaran
Maksud dari kegiatan kajian ini adalah memberikan pertimbangan pengembangan pusat ATP
untuk lebih meningkatkan potensi agroindustri dan agrobisnis di Kota Batu.
Berdasarkan maksud di atas maka tujuan dari kegiatan kajian ini adalah :
1.Identifikasi potensi pertanian dalam arti luas, serta kendala-kendala yang dihadapi oleh para
petani.
2.Identifikasi gap potensi ekonomi agro dengan capaian saat ini serta penyebab-penyebabnya.
3.Identifikasi dan evaluasi agroindustri yang telah ada dan kemudian mengalami
kemunduran/mati.
4.Identifikasi varietas hasil pengolahan produk pertanian, serta potensi pengembangan varietas
baru.
5.Identifikasi pusat pengembangan laboratorium riset bagi pengembangan produk pertanian dan
solusinya.
6.Identifikasi kebutuhan teknologi pengolahan hasil pertanian yang bermanfaat bagi masyarakat.
Adapun sasaran dari kegiatan kajian ini adalah sebagai berikut :
1. Optimalisasi perkembangan kota Batu berbasis agroteknologi dan agro bisnis.
2. Pengembangan potensi wisata pendidikan agroteknologi dan agrobisnis.
3. Sebagai pusat distribusi dan informasi bagi hasil pertanian dan pengolahannya melalui
pengembangan sentra wisata pendidikan agroteknologi dan agroindustri.
4. Sebagai rujukan bagi pengembangan agroteknologi dan agrobisnis di wilayah Jawa
Timur.
III. Dana dan Sumber Dana
Besar dana yang dibutuhkan dalam kegiatan kajia ATP ini adalah sesuai Rencana Kerja
Angggaran yang disetujui dimana sumber dana tersebut berasal dari alokasi Perubahan Anggaran
Keuangan (PAK), APBD Kota Batu. Sebelum melaksanakan kegiatan pihak perencana diwajibkan
membuat usulan anggaran biaya dengan perincian biaya pada setiap kegiatan yang dilakukan.
IV. Sistem Pelaksanaan Kegiatan
Sistem pelaksanaan kajian Pengembangan ATP adalah dengan jasa konsultasi dalam kajian
lapangan dan pelaporannya.
V. Pendekatan Strategi
Dalam kajian tentang sentra ATP di kota Batu memperhatikan dasar, kaidah dan konsep
sebagai berikut :
1. Strategi pengembangan sektor pertanian dalam arti luas menjadi priorias pembangunan
ekonomi sebagai masyarakat agraris dan sebagai kota agrowisata.
2. Pengembangan potensi pertanian mampu memberikan nilai tambah ekonomi yang signifikan
sebagaimana yang telah dicapai oleh Malaysia dan Thailand.
3. Menjadikan sektor pertanian sebagai basis dalam pengembangan ekonomi pada suatu daerah
dengan tetap mengembangkan sektor lain sebagai penopang ekonomi masyarakat.
4. Arah KebijakanKebijakan pembangunan pertanian diarahkan untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan petani melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dengan tetap
memperhatikan kelestariannya.
5. Peningkatan kualitas SDM pertanian melalui pengembangan wawasan pola pikir, pengetahuan
dan ketrampilan mengenai budidaya pertanian serta membantu memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat.
6. Meningkatkan keanekaragaman tanaman pangan dan non pangan yang meliputi identifikasi
tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, pengembangan budi daya tanaman,
pemanfaat lahan kritis sebagai konsevarsi lahan dan peningkatan produktivitas
7. Mengembangkan agribisnis meliputi pertanian tanaman pangan, perikanan , perkebunan, dan
peternakan yang berwawasan lingkungan guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing hasil
pertanian
8. Pengembangan sumberdaya, sarana dan prasarana untuk meningkatkan aktivitas pertanian,
meningkatkan pendapatan petani dan pembangunan pertanian berkelanjutan melalui :
pengembangkan bibit/benih, perlindungan tanaman pangan dan perkebunan, ternak dan
perikanan, pemberdayaan.
9. Pengembangan sarana dan prasarana bagi pengembangan bioteknologi (utamanya produk
jamur) serta peralatan yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha bioteknologi jamur yang
berorientasi pada pengembangan IPTEK.
10. Pengembangan sarana informasi global sebagai upaya pengenalan potensi ekonomi dan
agrotechnologi sebagai wahana wisata baru di kota Batu.
11. Pemanfaatan sarana informasi global dalam pengembangan jaringan kerjasama dengan daerah
dan atau negara lain guna meningkatkan perekonomian kota Batu dan intensifikasi pengengalan
kota Batu sebagai kota tujuan wisata yang multi dimensi.
12. Peningkatan resistensi ekonomi kota Batu melalui pengembangan agroteknologi dan agrowisata
yang mengedepankan pada kearifan lokal.
13. Meningkatkan peran serta departemen sebagai penanggungjawab dalam pengelolaan dan
pemberdayaan masyarakat secara sinergi dan berkelanjutan dalam upaya pengembangan
ekonomi berbasis agroteknologi dan agrobisnis.
14. Perubahan paradigma departemen dari fungsi birokrasi menjadi fungsi strategis dan fungsi
bisnis. Dengan paradigma ini diharapkan setiap departemen mempunyai tanggungjawab yang
lebih luas dalam srtategi pemasaran dan pengembangan bisnis pada bidang masing-masing.
VII.Standar Teknis
Standar teknis dalam pemetaan potensi sumber daya pendukung industri kota Batu
mengacu pada :
a. Rencana pengembangan wilayah kota Batu.
b. Kebijakan pembangunan ekonomi sebagai bagian dari RPJM Kota batu.
c. Kebijakan pembangunan ekonomi propinsi Jawa Timur.
d. Arah pembangunan ekonomi pertanian yang telah dicapai oleh daerah/negara lain.
VIII.Peraturan Perundang-undangan
Pemetaan potensi sumber daya pendukung industri Kota Batu pada dasarnya harus bertitik
tolak (mengacu) kepada peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku. Peraturan dan
perundangan maupun kebijakan yang perlu dijadikan dasar tersebut diantaranya adalah
sebagaimana berikut:
1. Peraturan Perundangan
a. UU No. 5/1984 tentang Perindustrian
b. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
c. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
d. Peraturan Presiden No. 7/2005) tentang fokus pembangunan industri pada
jangka menengah (2004-2009).
e. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan
rencana rinci tata ruang
f. Disamping itu yang perlu dijadikan acuan dalam pemetaan potensi sumber
daya pendukung industri adalah arahan atau kebijakan dari pimpinan instansi terkait.
VIII.Lingkup Kegiatan Pemetaan
Ruang lingkup kajian pengembangan sentra agrotechnopark (ATP) Kota Batu pada
hakekatnya mencakup proses, kerangka pembahasan, analisis kelayakan program serta sintesis
program dan anggaran dalam rangka mewujudkan perencanaan program pengembangan ATP yang
dapat menjadi sentra agrotecnologi dan agrobisnis yang representattif, sehingga mampu
memberikan kemanfaatan yang tinggi dan pengembangan ekonomi masyarakat.
Studi pengembangan ATP Kota Batu ini pada dasarnya mencakup penjelasan hal – hal yang
perlu diperhatikan sebagai dasar pijkan, rambu-rambu, kebijakan, format dan muatan substansi yang
perlu dikandung di dalam pembangunan bidang agroteknologi di Kota Batu. Adapun lingkup cakupan
dalam program kajian pengembangan sentra ATP ini adalah sebagai berikut :
1. Sektor produk pertanian unggulan kota batu dan teknologi budidaya;
2. Kendala teknis dalam pengembangan budidaya produk pertanian unggulan;
3. Potensi agroindustri yang dimiliki oleh masyarakat kota Batu;
4. Pola dan sebaran distribusi produk pertanian dan pengolahan hasil pertanian;
5. Produk olahan hasil pertanian yang berpotensi ekspor;
6. Kajian teknologi tepat guna penunjang teknologi pengolahan hasil pertanian;
7. Riset dan pengembangan teknologi pengolahan hasil pertanian yang
mengoptimalkan nilai tambah produk.
IX.Output Kegiatan Pemetaan
Output yang dihasilkan dari kajian sentra ATP Kota Batu adalah sebagai berikut :
1. Data potensi pertanian unggulan dan kendala teknis budidaya dan distribusi;
2. Data industri kecil pengolah produk pertanian yang mempunyai kualifikasi ekspor;
3. Identifikasi manfaat adanya ATP kota Batu dalam pembangunan bidang Ekonomi kota Batu;
4. Pola keterkaitan antara petani dan industri pengolahan hasil pertanian dengan pemerintah
dan peran ATP dalam pegembangan ekonomi agroteknologi;
5. Identifikasi kebutuhan infastruktur dalam pengembangan sentra ATP kota Batu;
6. Identifikasi kebutuhan peralatan dalam pengembangan senra ATP kota Bat;
7. Rancangan struktur organisasi dan pola manajemen ATP kota Batu;
X.Tahapan Kegiatan Kajian Sentra ATP kota Batu
1. Tahapan persiapan kajian sentra ATP kota Batu : penyiapan form survey lapang yang
dibutuhkan.
2. Tahapan kegiatan survey dan pengambilan data di lapangan untuk melihat potensi produk
pertanian dan pengolahan hasil pertanian.
3. Inventarisasi data survey : potensi, kendala, distribusi, kelembagaan, kebutuhan teknologi
dan berbagai keluhan dari para pelaku budidaya pertanian dan Industri pengolahan hasil
pertanian.
4. Identifikasi kebutuhan teknologi dasar budidaya pertanian, teknologi pengolahan hasil
pertanian, jaringan distribusi dan pusat informasi.
5. Pembentukan forum FGD yang beranggotakan dari petani, IKM, perguruan tinggi dan
pemerintah daerah untuk merumuskan agenda kegiatan dan kebijakan dalam
pengembangan ATP kota Batu.
6. Rekomendasi dalam studi lanjutan (feasibility studi) pengebangan ATP kota Batu
XI.Jadwal Kegiatan Pemetaan
Kegiatan kajian sentra ATP Kota Batu akan dilaksanakan dalam waktu 3 bulan atau sekitar 90
hari kalender sejak penandatanganan Surat Perintah Kerja dengan rincian sebagai berikut :
1. Persiapan dan Pelaksanaan Survey : 4 minggu
2. Laporan Pendahuluan . : 1 minggu
3. Pembentukan FGD dan Laporan Analisis : 4 minggu
4. Laporan Akhir : 3 minggu
Berikut ini adalah jadwal kajian sentra ATP Kota Batu:
NO KegiatanBulan 1 Bulan 2 Bulan 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1Persiapan dan Kegiatan Survey
2 Laporan Pendahuluan
3 FGD dan Laporan Analisis
4 Laporan Akhir
XII. Organisasi Perencana Kegiatan Kajian Sentra ATP
Dalam melaksanakan kajian sentra ATP Kota Batu perencana kegiatan harus membentuk tim
pelaksana secara fungsional dengan memberi tugas dan wewenang serta tanggung jawab sesuai
dengan yang di mandatkan perencana. Tim pelaksana yang dimaksud adalah merupakan gabungan
dari beberapa tenaga ahli yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan spesifikasi dan kualifikasi
kegiatan kajian pengembangan ATP sebagai berikut :
1. Team Leader /Ahli Manajemen Produksi
Minimal Sarjana S2 Teknik Industri. Team leader bertugas dan bertanggung jawab dalam
mengkoordinasikan pekerjaan, menyusun rencana kerja, dan memberikan pengarahan dan
pengorganisasian kegiatan demi kelancaran kajian pengembangan ATP yang akan dilaksanakan
sehingga bisa menghasilkan output sebagaimana yang direncanakan.
2. Ahli IT
Minimal Sarjana S2 Bidang Teknik Informasi. SDM Ahli bidang Teknologi Informasi ini bertugas
dan bertanggung jawab dalam merancang dan menganalisis kebutuhan Informasi untuk
pengembangan IT tentang ATP di Kota Batu.
3. Ahli Agrobisnis
Minimal Sarjana S2 Bidang Agrobisnis. SDM Ahli bidang agrobisnis ini bertugas dan konsep
pengembangan sentra distibusi ATP kota Batu.
4. Ahli Pengembangan Wilayah
Minimal Sarjana S2 Bidang Pengembangan Wilayah. SDM ahli Pengembangan Wilayah ini
bertugas dan bertanggung jawab dalam menganalisis kondisi saat ini dari pengembangan
wilayah Kota Batu dan rencana kedepan hubungannya dengan pengembangan sentra ATP kota
Batu.
5. Ahli Sosiologi
Minimal Sarjana S2 Bidang Sosiologi. SDM Ahli bidang Sosiologi ini bertugas dan bertanggung
jawab dalam proses pencarian informasi dan data secara partisipatif, pembentukan dan
manejemen FGD.
6. Tenaga Administrasi
Minimal Sarjana S1 Bidang Administrasi. SDM Administrasi ini bertugas dan bertanggung jawab
dalam kesekretariatan dan pembuatan laporan kegiatan potensi sumber daya pendukung
industri Kota Batu.
7. Tim pendukung yang dibutuhkan dalam kajian sesuai kebijakan konsultan pelaksana dengan
spesifikasi dan kualifikasi yang telah ditentukan.
Secara detil struktur organisasi tim konsultan pelaksana kegiatan kajian adalah sebagai berikut :
XIII. Jenis dan Sistem Pelaporan
A. Jenis Pelaporan
Jenis pelaporan yang harus disiapkan dalam kegiatan pengembangan ATP ini adalah
sebagai berikut :
a. Log Book kegiatan mingguan yang dilaporkan pada setiap bulan kegiatan.
b. Laporan Final yang merupakan laporan yang terstruktur dari kegiatan yang
dilakukan dan hasil pengolahan dan analisis data kegiatan.
B. Sistem Pelaporan
Sistem penyajian pelaporan yang harus disiapkan dalam kegiatan pemetaan ini
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Log Book kegiatan mingguan disajikan dengan kaidah sebagai berikut :
Pengetikan menggunakan 2 spasi pada kertas HVS putih polos
ukuran A4.
Judul log book kegiatan ” Log Book Kegiatan Mingguan Bulan
Ke-..”
Isi laporan dalam format tabel rincian kegiatan.
b. Laporan Pendahuluan disajikan dengan kaidah sebagai berikut :
Pengetikan menggunakan 2 spasi pada kertas HVS putih polos
ukuran A4.
Judul Laporan ” Laporan Pendahuluan”
Tim Leader
Ahli Pengembangan
Wilayah
Tenaga Administrasi/
Kesekretariatan
Ahli Sosiologi
Tenaga Pendukung
Ahli Teknologi Informasi
AhliAgrobisnis
Lima (5) buku laporan disajikan setelah mendapat persetujuan pihak
yang berwenang dalam kegiatan pemetaan .
c. Laporan Analisis disajikan dengan kaidah sebagai berikut :
Pengetikan menggunakan 2 spasi pada kertas HVS putih polos
ukuran A4.
Judul Laporan ” Laporan Hasil Analisis”
Lima (5) buku laporan disajikan setelah mendapat persetujuan pihak
yang berwenang dalam kegiatan pemetaan .
d. Laporan Akhir disajikan dengan kaidah sebagai berikut :
Pengetikan menggunakan 2 spasi pada kertas HVS putih polos
ukuran A4.
Judul Laporan ” Laporan Akhir”
Lima (5) buku laporan disajikan setelah mendapat persetujuan pihak
yang berwenang dalam kegiatan pemetaan .
Lampiran Rincian Biaya Jasa Konsultasi
No. Uraian Pendidikan Lama Kegiatan(Bulan)
Honor/bulan Jumlah
1 Team Leader S2 3 Rp 6.000.000,- Rp18.000.000,-
2 Ahli Pengembangan Wilayah
S2 3 Rp 5.000.000,- Rp15.000.000,-
3 Ahli Agrobisnis S2 3 Rp 5.000.000,- Rp15.000.000,-
4 Ahli Sosiologi S2 3 Rp 5.000.000,- Rp15.000.000,-5 Ahli Teknologi
InformasiS2 3 Rp 5.000.000,- Rp15.000.000,-
6 Administrasi S1 3 Rp 4.000.000,- Rp12.000.000,-
7 Teknisi D3 3 Rp 2.500.000,- Rp7.500.000,-
TOTAL Rp 97.500.000,-