tor masterplan naskah akademik rth 2012
TRANSCRIPT
KERANGKA ACUAN KERJA
PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
MASTER PLAN RUANG TERBUKA HIJAU
KOTA TANGERANG
I LATAR BELAKANG
Dambaan masyarakat perkotaan terhadap suasana lingkungan yang hijau, asri dan,
nyaman,makin terasa mendesak untuk bisa direalisasikan. Hal ini mengingat kehidupan
dan aktifitas di perkotaan yang semakin berat dan penuh tekanan. Terutama bila
kebutuhan pokok sudah dapat terpenuhi, maka kenyamanan lingkungan dan suasana
yang berudara sejuk dan bersih semakin disadari kebutuhannya.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) didefinisikan sebagai total area atau kawasan yang
tertutupi hijau tanaman dalam satu satuan luas tertentu baik yang tumbuh secara alami
maupun yang dibudidayakan. Demikian pula dalam penataan ruang kota, RTH banyak
diartikan sebagai unsur alami berupa vegetasi saja. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
pengertian RTH yang selama ini dikenal. Pengertian RTH yang tercantum di dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan yang menyebutkan bahwa RTH adalah bagian dari ruang terbuka
dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area atau memanjang/jalur,
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.
Pemanfaatannnya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara
alami ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan, dan
sebagainya. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang
terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna
mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika yang mengamanatkan
minimal kawasan perkotaan memiliki 30% RTH dari luas wilayah kota keseluruhan.
Pada peraturan tersebut ruang terbuka hijau dapat dikategorikan sebagai
Kawasan Hijau Lindung dan Kawasan Budidaya/Kawasan Hijau Binaan.
1. Kawasan Hijau Lindung, adalah bagian dari kawasan hijau yang memiliki
karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan habitat
setempat maupun untuk tujuan perlindungan wilayah yang lebih luas.
2. Kawasan Hijau Binaan/Hijau Budidaya, adalah sebagian dari kawasan hijau diluar
kawasan hijau lindung untuk tujuan penghijauan yang di bina malalui penanaman,
pengembangan, pemeliharaan maupun pemulihan vegetasi yang diperlukan dan
didukung fasilitasnya yang diperlukan baik untuk sarana ekologis maupun sarana
sosial kota yang sesuai untuk fungsi penghijauan tersebut.
Berdasarkan berbagai kajian kepustakaan, klasifikasi ruang terbuka maupun ruang
terbuka hijau didasarkan pada suatu kriteria di mana penggunaan lahan RTH harus
dapat merefleksikan unsur dan struktur alaminya. Ruang terbuka hijau merupakan
bagian dari ruang terbuka (open space). Dalam klasifikasi ini ruang terbuka (open
space) dibagi dalam 4 (empat) kategori utama (Urban Planning and Design Criteria,
second edition), yaitu:
1. Ruang terbuka utilitas (utility spaces)
2. Ruang Terbuka Hijau (green open spaces)
3. Ruang terbuka koridor (corridor spaces)
4. Ruang Multiguna (Multi-Use Classification)
Klasifikasi ke empat (multi-use classification) adalah lahan yang mengandung unsur
dan struktur alami tetapi dapat berperan dalam beberapa penggunaan.
Kriteria klasifikasi ruang terbuka maupun ruang terbuka hijau didasarkan pada :
1. Kegunaan fungsi utama (primary functional use)
2. Keterkaitan terhadap pembangunan (relation to development values)
3. Luas lahan (size of land)
4. Ruang kota dan desa (urban-rural)
5. Intensitas penggunaan (intensity of use)
6. Karakteristik lahan (land characteristics)
7. Kondisi lainnya (other conditions)
Oleh karena itu Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan bagian dari ruang terbuka
(open space) yang diklasifikasikan sebagai ruang atau lahan yang mengandung unsur
dan struktur alami.
RTH ini dibedakan dalam dua macam yaitu RTH alami dan RTH binaan :
a. RTH alami terdiri dari daerah hijau yang masih alami (wilderness area), daerah
hijau yang dilindungi agar tetap dalam kondisi alami (protected area), dan daerah
hijau yang difungsikan sebagai taman publik tetapi tetap dengan mempertahankan
karakter alam sebagai basis tamannya (natural park areas).
b. RTH binaan terdiri dari daerah hijau di perkotaan yang dibangun sebagai taman
kota (urban park areas), daerah hijau yang dibangun dengan fungsi rekreasi bagi
warga kota (recreational areas), dan daerah hijau antar bangunan maupun halaman-
halaman gedung yang digunakan sebagai area penghijauan (urban development open
spaces). Khusus daerah hijau di kawasan perkotaan dapat dikembangkan sebagai
plaza, square, jalur hijau jalan maupun sabuk hijau kota (greenbelt).
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2007 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH)
mempertegas arti penting Ruang Terbuka Hijau terhadap Penataan Ruang Kota dan
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. PP tersebut mengamanatkan tersedianya 20%
dari luas kota untuk dijadikan Ruang Terbuka Hijau (RTH publik).
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Kota berkewajiban untuk menyediakan lahan
RTH sebesar 20 % dari luas kota. Namun perlu menjadi perhatian, kesulitan memperoleh
lahan di perkotaan karena keterbatasan lahan. Untuk itu, pemerintah kota harus
mempunyai suatu Rencana Induk (Master Plan) bagi pengembangan RTH, sehingga target
pencapaian RTH dari segi kuantitas dan waktu jelas dan sesuai dengan amanat UU no. 26
tahun 2007.
II. IDENTIFIKASI MASALAH
Berikut ini permasalahan yang perlu diperhatikan:
a. Keterbatasan lahan di perkotaan
b. Kota Tangerang belum memiliki rencana induk RTH
III. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari kegiatan ini adalah
a. Membuat pedoman kerja bagi pengembangan RTH Kota Tangerang dan pentahapannya.
b. Melakukan inventarisasi lahan RTH yang merupakan milik Pemerintah Kota Tangerang
sebagai scenario pencapaian RTH publik 20%.
c. Merupakan upaya pengamanan asset Pemerintah Kota.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan Rencana Induk (Master Plan) pengembangan
RTH Kota Tangerang.
IV. DASAR HUKUM
1. Undang-undang nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
2. Undang-undang nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara tahun 1997 nomor 1968);
3. Undang-undang nomor 5 tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya (Lembaran Negara tahun 1990 nomor 49);
4. Peraturan Daerah Kota Tangerang No. .... Tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kota Tangerang;
5. Peraturan Daerah Kota Tangerang nomor 5 tahun 2001 Tentang Kebersihan,
Keamanan dan Ketertiban (K3).
V. KONDISI SEKARANG
Pemerintah Kota Tangerang belum rencana induk (master plan) pengembangan RTH Kota
VI. DESKRIPSI PEKERJAAN
1. Pendahuluan
a. Gambaran kondisi eksisting
b. Hal-hal yang akan dilakukan pada saat survey dan penetapan data-data yang akan
diambil.
2. Antara
- Menggambarkan hasil survey RTH Kota Tangerang;.
- Menggambarkan permasalahan yang ditemui dan analisa dari permasalahan
serta data-data yang sudah diperoleh;.
- Pemecahan masalah;
- Pengolahan data digital RTH.
3. Akhir
- Naskah akademik master plan RTH Kota Tangerang, sebagai dasar pengembangan
RTH
VII. SPESIFIKASI TENAGA AHLI
1. Ahli Arsitektur Lansekap (team leader) S2 (1-4 thn)
2. Ahli Planologi S1 (1-4 th)
3. Ahli Pertanian/Tanah (1 - 4 th)
4. Ahli Arsitektur Kota (1-4 th)
5. Ahli GIS (1-4 th)
6. Ahli Teknik Lingkungan (1-4 th)
7. Ahli Ekologi/Biologi (1-4 th)
VIII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, dari bulan April s.d September 2012.
Schedule kegiatan adalah sebagai berikut :
No Uraian Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Akhir
IX. KELUARAN (OUTPUT)
Tersusunnya laporan master plan RTH Kota Tangerang, terdiri dari :
a. Laporan Pendahuluan : 10 buku
b. Laporan Antara : 10 buku
c. Laporan Akhir : 10 buku
d. Peta Master Plan skala 1:5000 (uk. A1) : 13 lembar
e. CD : 10 buah
X. HASIL
Menghasilkan pedoman pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kota Tangerang yang
dijadikan sebagai dasar kebijakan pembangunan dan pengembangan RTH untuk
kepentingan masyarakat Kota Tangerang secara umum dan pencapaian kuantitas RTH
sesuai amanat UU.