torence alat ukur kreativiti

23
Daftar Isi I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 2 II. CONTOH - CONTOH ALAT UKUR KREATIVITAS .................................... 4 III. RELIABILITAS DAN VALIDITAS …………………………………………….. 7 IV. MACAM-MACAM PENGUKURAN KREATIVITAS .................................... 8 V. PENGUKURAN KREATIVITAS UNTUK ANAK SEKOLAH ……………… 11 VI. KREATIVITAS ANGKA ……………………………………………………….. 14 Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi) Dra.Nunnie Retna Widagdo MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana ‘11 1

Upload: asyfa-nupus

Post on 09-Feb-2016

409 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Torence Alat Ukur Kreativiti

Daftar Isi

I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 2

II. CONTOH - CONTOH ALAT UKUR KREATIVITAS .................................... 4

III. RELIABILITAS DAN VALIDITAS …………………………………………….. 7

IV. MACAM-MACAM PENGUKURAN KREATIVITAS .................................... 8

V. PENGUKURAN KREATIVITAS UNTUK ANAK SEKOLAH ……………… 11

VI. KREATIVITAS ANGKA ……………………………………………………….. 14

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘111

Page 2: Torence Alat Ukur Kreativiti

Single Test – Torrance Test

I. PENDAHULUAN

Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung dan tidak langsung, dan

dapat menggunakan metode tes dan non- tes. Ada pula alat untuk mengukur cirri-ciri

kepribadian kreatif, dan dapat dilakukan pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif.

Sesuai dengan definisi USOE (U. S Office of Education) yang membedakan enam jenis bakat

dikembangkan alat identifikasi untuk masing-masing bidang tertentu.

Untuk mengukur kemampuan intelektual umum, tes individual lebih cermat, tetapi lebih

banyak memakan waktu dan biaya. Yang sudah dugunakan di Indonesia adalah tes Stanford-

Binet dan Wechsler intelligence Scale for Children. Tes inteligensi kelompok lebih efisien dalam

ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah kita tidak tahu apakah prestasi anak sudah

optimal. Di Indonesiayang sudah banyak digunakan adalah tes Progressive Matrices, Culture-

Fair Intelligence Test dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia yang khusus dikontruksi untuk

Indonesia.

Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang untuk Indosnesia, dapat digunakan

untuk mengukur bakat akademik, misalnya sejah mana seseorang mampu mengikuti

pendidikan tersier.

Tes untuk mengukur bakat kepemimpinan belum banyak digunakan di Indonesia,

demikian pula tes untuk mengukur bakat dalam salah satu bidang seni atau bakat psikomotorik.

Tes luar negeriyang mengukut kreativitas adalah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan

berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan

kerncian dalam berpikir.

Tes Torrance untuk mengukur berpikir kreatif (Torrance Test of Creative Thinking) dapat

digunakan mulai usia prasekolah sampai tamat sekolah menengah, mempunyai bentuk verbal

dan figural. Tes ini telah digunakan di Indonesia untuk tujuan peneltian. Tes lainnya untuk

mengukur berpikir kreatif dan termasuk baru ialah Tes Berpikir Kreatif-Produksi Menggambar

(Test for Creative Thinking-Drawing Production) dari Jellen dan Urban (1985). Penilaiannya

mencakup sembilan dimensi.

Tes yang khusus di konstruksi di Indonesia ialah Tes Kreativitas Verbal (Utami

Munandar,1977). Tes ini disusun berdasarkan model Struktur Intelekdari Guilford, dengan

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘112

Page 3: Torence Alat Ukur Kreativiti

dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten, dimensi berpikir verbal, dan berbeda dalam

dimensi produk. Untuk setiap kategori produk ada satu sub-tes. Ada enam sub-tes, yaitu

permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifatyang sama, macam-

macam penggunaan, dan apa akibatnya. Setiap sub-tes terdiri dari empat butir. Pada bentuk

parallel (ada dua bentuk) hanya dua butir. Tes ini seperti tes Guilford mengukur kelancara,

kelenturan, orisionalitas, dan elaborasi dalam berpikir. Tahun 1986 telah dilakukan penelitian

pembakuan TKVyang menghasilkan nilai baku untuk umur 10 – 18 tahun, dan pengukuran

“Creative Questient”.

Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari Torrance “Circles Test”, dan dibukukan untuk

umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. TKF kecuali mengukur aspek

kreativitas tersebut di muka, juga mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk kombinasi

antara unsure-unsuryang diberikan.

Skala Sikap Kreatif yang juga khusus disusn di Indonesia mengukur dimensi efektif dari

kreativitas, yaitu sikap kreatif, yang dioperalisasi dalam tujuh dimensi. Skala ini disusun untuk

anak SD dan SMP. Skala Penilaian Anak Berbakat oleh Guru disusun oleh Renzulli dan

terdiridari empat sub-skala, yaitu untuk mengukur fungsi kognitif (belajar), motivasi, kreativitas

dan kepemimpinan. Sub-skala untuk kreativitas meliputi 10 butir untuk dinilai guru. Akibat

kesuliatan dalam menggunakan alatdari Renzulli, maka disusun Alat Sederhana untuk

Identifikasi Kreativitas, dengan format untuk Sekolah Dasar dan format untuk Sekolah

Menengah. Disnilah dimensi kreativitas digabungka dengan dimensi laindari keberbakatan.

Skala Nominasi Keberbakatan yang dapat digunakan oleh guru, teman sebaya, dan diri sendiri

dikembangkan oleh Lydia Freyani Akbar untuk siswa SD. Ketiga skala tersebut ternyata

mempunyai hubungan yang bermakan dengan pengubah keberbakatan.

Sama dengan inteligensi, pengukuran kreativitas bisa diobyektifkan. Yaitu dengan

memberikan suatu hal (misalnya: pinsil) untuk merangsang pemikiran manfaat dari benda tsb.

(misalnya: untuk menulis, menggambar, mengorek, menggaris, melempar, batas halaman buku,

mencungkil, dsb.). Makin banyak alternatif yang bisa dikembangkan, makin tinggi skornya, yang

juga berarti makin kreatif. Skor kreativitas itu dinamakan CQ (creative quotient), yang diperoleh

juga dengan cara membandingkan prestasi seseorang dengan kelompok sebayanya.

Pencarian pengukuran proses kreatif,pemikiran primer didapat menggunakan deretan

pemikiran divergent.Pada satu waktu,antara peneliti dan pembelajar menggunakan tes proses

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘113

Page 4: Torence Alat Ukur Kreativiti

kreatif untuk beberapa decade,dan tes pemikiran divergent menjadi popular mengukur dari

proses dan potensial kreatif.

Tes pemikiran divergent meminta individu untuk menghasilkan beberapa respon tepat

khusus, perbedaannya jelas menstandarisasi tes prestasi atau kemampuan membutuhkan satu

jawaban yang benar.Diantara tes pemikiran divergent pertama yang dikeluarkan oleh

Guilford(1967) structure of the intellect(SOI)divergent production test,Torrance’s (1962,1974)

test of creative thinking (TTCT). Hampir semua dari tes-tes ini digunakan secara luas dalam

penelitian dan pelajaran kreatifitas.

The SOI test,terdiri dari beberapa tes yang subjeknya diminta menunjukkan fakta-fakta

beberapa hasil area yang berbeda.Tes SOI ini mempresentasikan beberapa aspek dari

(1)ketepatan,(2)kelenturan, (3)keaslian,(4)Inovasi ide terdahulu.

Getzels dan Jackson (1962) and Wallach dan kogan (1965) mengembangkan deretan

pemikiran divergent yang hampir sama dengan SOI tes.Sebagai contoh,The Instances Test

meminta student list as many things that move on wheels,(Wallach dan Kogan, 1965) di variasi

dari penggunan tes,student memberikan respon yang tepat “ceritakan pada saya cara berbeda

penggunaan kursi”.Tes lainnya dari deretan tes kreatif memasukkan asosiasi kata,melekatkan

angka atau bilangan,penyelesaian cerita, problem bangunan tugas-tugas dan interpretasi

susunan gambar dan warna,dan interpretasi bermacam masalah . (Sternberg J.Robert,

(1999),Handbook of Creativity, Cambridge University Press,United State of America)

II. CONTOH - CONTOH ALAT UKUR KREATIVITAS

Tes yang mengukur kreatifitas secara langsung, sejumlah tes kreatifitas telah

disusun,diantaranya tes dari Torrance untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of

Creative Thingking : TTCT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural.Yang terakhir

sudah ada yang diadaptasi untuk Indonesia,yaitu tes lingkaran(circles test) dari Torrance. Tes

ini pertama kali digunakan di Indonesia oleh Utami Munandar (1977) dalam penelitian untuk

disertasinya Creativity and Education, guna membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan

ukuran kreativitas figu-ral.Kemudian tahun 1988 Jurusan Psikologi Pendidikan Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia melakukan penelitian standarisasi tes lingkaran,dan tes ini

kemudian disebut tes kreatifitas figural.Ditentukan nilai baku untuk usia 10 sampai dengan 18

tahun. Tahun 1977 diperkenankan tes kreatifitas pertama yang khusus dikonstruksikan untuk

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘114

Page 5: Torence Alat Ukur Kreativiti

Indonesia,yaitu Tes Kreatifitas Verbal oleh Utami Munandar,berdasarkan konstruk Model

Struktur Intelek dari Guilford.

Tes yang mengukur Unsur-unsur kreatifitas, Kreatifitas merupakan suatu konstruk yang

multi-dimensional,terdiri dari berbagai dimensi,yaitu dimensi kognitif (berfikir kreatif), dimensi

afektif (sikap dan kepribadian),dan dimensi psikomotor (keterampilan kreatif).Masing-masing

dimensi meliputi berbagai kategori,seperti misalnya dimensi kognitif dari kreatifitas-berfikir

divergen-mencakup antara lain, kelancaran, kelenturan dan orisinilitas dalam

berfikir,kemampuan untuk merinci (elaborasi) dan lain-lain.Untuk masing-masing unsure

dikonstruksi tes tersendiri, misalnya untuk orisinalitas. Beberapa contoh tes yang mengukur

orisinalitas adalah : tes menulis cerita. Tes penggunaan batu bata yang meminta subjek untuk

memikirkan berbagai macam penggunaan yang tidak lazim untuk batu bata,tes purdue yang

biasanya digunakan dikawasan industry juga meminta subjek untuk memberi macam-macam

gagasan untuk penggunaan benda-benda yang berkaitan dengan industry.

Tes yang mengukur ciri kepribadian kreatif, dari berbagai hasil ditemukan paling sedikit 50 ciri

kepribadian yang berkaitan dengan kreatifitas;dari ciri-ciri ini disusun skala yang dapat

mengukur sejauh mana seseorang memiliki ciri-ciri tersebut.beberapa tes mengukur ciri-ciri

tersebut.Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus,diantaranya adalah:

1. Tes mengajukan pertanyaan,yang merupakan bagian dari tes Torrance untuk berfikir

kreatif dan dimaksudkan untuk mengukur kelenturan berfikir. 

2. Tes Risk Taking,digunakan untuk menunjukkan dampak dari pengambilan risiko

terhadap kreatifitas. 

3. Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan prefensi untuk

ketidakteraturan,sebagai salah satu cirri kepribadian kreatif 

4. Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri

dengan peran jenis kelaminnya.Alat yang sudah digunakan di Indonesia ialah Ben Sex

Role Inventory.

Mengatasi keterbatasan dari tes kertas dan pensil untuk mengukur kreatifitas,dirancang

beberapa pendekatan alternatiF:

Daftar periksa (Checklist) dan Kuisoner, alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang

karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif. 

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘115

Page 6: Torence Alat Ukur Kreativiti

Daftar pengalaman, teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang dimasa lalu.

Beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan prestasi kreatif

dimasa depan.Format yang paling sederhana meminta seseorang menulis autobiografi

singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas prilaku kreatif. 

Bagian dari berfikir kreatif. Asumsi kita adalah bahwa kreatif proses yang bergerak salah

satunya karena suatu masalah telah teridentifikasi atau karena orang berlomba-lomba

untuk menghasilkan sesuatu yang sebelumnya dianggap belum ada dan tidak

mungkin,atau karena seseorang ingin mengetahui apa yang mungkin jika suatu aktifitas

telah berjalan,orang kemudian harus mulai berfikir tentang berbagai arah tujuannya.

Sekarang kita sampai pada inti dari proses ide kreatif,dalam konteks ini,(Guilford (1950)

mengacu pada munculnya ide-ide ini tampak nyata ketika ide ini digunakan pada kesempatan

sehingga berguna atau bermanfaat,Guilford berpendapat juga bahwa kelancaran ide/gagasan

adalah kapasitas untuk menghasilkan sebuah angka besar Dari ide-ide dalam periode waktu

yang diberikan,yang relavan dengan beberapa situasi,ini menjadi salah satu karakter berfikir

positif.

Selain itu untuk menjadi lancar dalam menghasilkan ide,pemikir kreatif juga harus

menjadi pemikir yang fleksibel.Pendapat Guilford,berfikir negative dapat mungkin memerlukan

bahwa menjauh dari suatu kebiasaan berfikir dan meninggalkannya kemudian masuk dalam

pola fikir yang baru.

Pemikir kreatif selalu menghasilkan ide yang original.Orang yang menghasilkan banyak

ide-ide original, dalam pandangan Guilford adalah orang yang juga menghasilkan solusi yang

kreatif untuk sebuah masalah.Guilford menyatakan kelancaran flexibilitas, originalitas dan

combinasi pengukuran kedalam cara berfikir divergen.

Sejauh ini bahwa Guilford menggunakan keahliannya dengan tes IQ dan

pengembangan tes untuk mengukur kapasitas berfikir,lebih lanjut lagi persamaan psikometri

dengan IQ,Guilford percaya bahwa masing-masing orang mempunyai kemampuan berfikir

kreatif. Ini berarti kemampuan berfikir divergen, terditribusi dengan normal diantara populasi.

Orang yang menghasilkan kemajuan - kemajuan kreatifitas (Picasso, Edison, Mozart)

menjadi bagian dari kapasitas berfikir divergen untuk derajat yang luar biasa,tetapi tiap orang

mempunyai beberapa kemampuan,jika satu dari kemampuan ini tidak dites dengan membuat

suatu asumsi,ini bisa jadi bukan tes kreatifitas dan kepribadian kreatif,oleh karena itu tes yang

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘116

Page 7: Torence Alat Ukur Kreativiti

lain harus diasumsikan sebagai kelanjutan diantara proses-proses. (Weisberg W.Robert,(2006),

Creativity-Understanding Innovation in problem solving, science, inventions, and the arts, John

Wiley & Sons,Inc)

III. RELIABILITAS DAN VALIDITAS

Pertanyaan pertama yang mesti diajukan tentang setiap instrumen pengukuran,apakah

itu bathroom scale atau kapasitas berfikir kreatif (creative-thinking capacity) apakah ini reliabel?

artinya apakah test itu memberikan hasil (outcomes) yang konsisten.stabilitas test melewati

berbagai administrasi disebut “test-retest reliability” mendemonstrasikan reliabilitas test-retest

merupakan kepentingan kritis bagi setiap tes, karena ini berarti kita bisa memiliki rasa percaya

diri dalam skor yang dihasilkan oleh orang-orang ketika mereka menggunakannya.

Bentuk lain reliabilitas menjadi penting ketika sebuah instrumen pengukuran

mengandung aitem-aitem majemuk. Salah seorang menggabungkan aitem-aitem itu bersama-

sama dalam men-skor tiap-tiap orang, karena lebih banyak aitem, maka skor akan lebih

stabil.Itu berarti bahwa seseorang akan berharap bahwa aitem-aitem yang beragam akan

memberikan support yang hampir sama,sejak mereka teleh merancang mengukur kapasitas

yang sama(dalam contoh ini) kapasitas berfikir secara kreatif. Utnuk menentukan konsistensi

beragam aitem itu pada tes,seseorang bisa memisahkan tes kedalam bagian-bagian.

Seseorang lalu bisa menentukan tiap skor orang pada masing-masing bagian tes. Jika dua

perangkat aitem variabel dalam mengukur kapasitas yang sama skor orang yang diberikan

pada dua bagian dari tes seharusnya sama,hal ini disebut split half reliability.

Studi penelitian telah menemukan bahwa tes berfikir divergent reliable;studi memberikan

hasil bahwa tes-tes tersebut beralasan bersifat konsisten,(Baron and Harington,1981) ini berarti

sebagaimana dicatat kita bisa percaya diri bahwa skor seseorang bersifat

representatif,performansinya walaupun demikian ada satu penyebab yang harus dikemukan

disini,kadang-kadang ditemukan bahwa performance pada tes berfikir divergent dipengaruhi

oleh kondisi dimana tes di berikan. Sebagai contoh jika anda memerintah orang untuk menjadi

kreatif dalam respon,mereka boleh memberi skor lebih tinggi daripada bila anda tidak

mengatakan sesuatu tentang menjadi kreatif pada tes. Hal ini mengindikasikan bahwa

kemampuan berfikir divergent adalah sebuah strategi yang bisa diterapkan kepada situasi

pengetesan, daripada beberapa ciri menarik. Ide berubah secara otomatis atau karakteristik

seseorang sehingga hal menarik dari temuan-temuan ini adalah bahwa seseorang bisa

mengubah performance orang pada tes berfikir kreatif dengan mengatakan kepada mereka

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘117

Page 8: Torence Alat Ukur Kreativiti

untuk menjadi kreatif,sebagai situasi analog,.dalam hal ini adalah ferformance pada tes

intelegensi.

Kesimpulan bahwa tes-tes yang di design untuk mengukur kapasitas berfikir kreatif

adalah reliable,menimbulkan pertanyaan kedua tentang apakah bahwa instrumen-instrumen

mengukur? kenyataannya menggunakan tes didasarkan pada asumsi bahwa tes-tes itu

mengukur kapasitas untuk berfikir secara kreatif yaitu apa yang mereka(tes-tes) design untuk

mengukur pertanyaan dari apakah sebuah tes mengukur sesuatu yang didesign untuk

mengukur adalah pertanyaan,apakah tes itu valid?:sebuah tes yang valid mengukur apa yang

disangka benar.Jika sebuah tes tidak valid,.kemudian ini bisa menjadi reliabel tetapi akan

menjadi tidak berguna,Bathroom scale bisa secara ekstreem reliabel tapi ini tidak berguna jika

kita ingin mengukur IQ atau jumlah uang dalam rekening tabungan. (Weisberg W.Robert,

(2006), Creativity-Understanding Innovation in problem solving, science, inventions, and the

arts, John Wiley & Sons,Inc)

IV. MACAM-MACAM PENGUKURAN KREATIVITAS

PENGUKURAN KREATIVITAS BERFIKIR

Guilford merupakan salah seorang ahli yang berusaha mengembangkan instrumen yang

diperlukan untuk mengukur kreativitas berpikir. Temuan baru Guilford merupakan kemajuan

penting dalam psikologi dan pendidikan di mana kreativitas berpikir dapat diukur dan

memungkinkan dihubungkan dengan gejala-gejala kejiwaan lainnya. Terdapat dua hal yang

dapat disimpulkan dari instumen kreativitas berpikir yang dikembangkan oleh Guilford. 

1. Peserta didorong untuk memberikan penampilan maksimum dalam menjawab butir-butir

instrumen. Oleh karenanya, instrumen yang dipakai untuk mengukur kreativitas berpikir

merupakan instrumen jenis tes yang dikenal dengan tes kreativitas berpikir. 

2. Peserta tes tidak memberikan respons atas alternatif yang sudah disediakan, tapi harus

memproduksi sendiri jawaban atas persoalan yang diajukan. Oleh karenanya, Guilford

menyebut kreativitas berpikir dengan kemampuan memproduksi secara divergen

(divergent production abilities).

Tes kreativitas berpikir mengacu kepada model struktur intelektual Guilford. Dari segi operasi,

tes kreativitas berpikir mengukur kemampuan berpikir divergen. Dari segi konten, proses

berpikir divergen mengolah bahan berupa figural dan simbol. Sedang dari segi produk, proses

berpikir divergen yang mengolah bahan berupa figural dan simbol akan menghasilkan produk

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘118

Page 9: Torence Alat Ukur Kreativiti

berupa unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Adapun butir-butir tes

kreativitas berpikir itu adalah sebagai berikut :

Dari bangun berikut buatlah sebanyak mungkin gambar nyata ! (waktu Anda 1 menit). 

Buatlah sebanyak mungkin kata dengan huruf awal L dan huruf akhir N! (waktu Anda 1

menit). 

Buatlah sebanyak mungkin gambar dengan mengkombinasikan bangun berikut! (waktu

Anda 1 menit) 

Terdapat beberapa benda sebagai berikut :

a. Anak panah

b. Lebah

c. Buaya

d. Ikan

e. Layang-layang

f. Perahu

Dengan menuliskan huruf depannya saja, tentukan :

a. Yang dijumpai di udara

b. Yang dijumpai di air

c. Binatang

d. Punya ekor (waktu Anda 1 menit) 

  Terdapat lima angka yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5. Kombinasikan beberapa angka yang kalau

dijumlahkan hasilnya 7 sebanyak mungkin (waktu Anda 1 menit). 

  Terdapat empat bangun sebagai berikut : Kombinasikan dengan berbagai cara untuk

membentuk objek sebanyak mungkin dan namailah objek itu (waktu Anda 1 menit).

Misalnya: Wajah 

  Buatlah kalimat dengan petunjuk huruf berikut sebanyak mungkin (waktu Anda 1

menit). M ------ E ------ P  Misalnya : Mengapa engkau pergi.  Dari gambar berikut,

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘119

Page 10: Torence Alat Ukur Kreativiti

buanglah tiga garis sehingga membuang dua kotak. 

Misalnya:

Buatlah sebuah kotak dan hiasilah sehingga menjadi lebih bagus. 

Ada dua persamaan : B – C = D dan Z = A + D. Kembangkan sebanyak mungkin

persamaan baru berdasarkan kedua persamaan tersebut! Misalnya : B – C = Z - A

Perhitungan skor kreativitas berpikir

Dalam perhitungan skor, jawaban peserta tes atas butir-butir pertanyaan kreativitas

berpikir diubah ke dalam skor kreativitas berpikir dengan cara tertentu. Pengukuran kreativitas

berpikir dilakukan dengan meminta peserta tes membuat jawaban sebanyak mungkin atas butir-

butir tugas dalam waktu yang ditentukan. Untuk dapat diubah menjadi skor, jawaban

diinterpretasikan dalam kelancaran, keluwesan dan keaslian. Menurut Ellis dan Hunt (1993 :

280), Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144), Good dan Brophy (1990 : 617), Winkel (1996 : 143)

dan Rakhmat (1999 : 75), respons peserta tes akan diinterpretasikan berdasarkan tingkat

kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility) dan keaslian (originality) proses berpikir. Skor

kreativitas berpikir adalah skor gabungan dari ketiga unsur.

Kelancaran menjawab berhubungan dengan kemampuan menghasilkan banyak

gagasan alternatif pemecahan masalah dalam waktu yang singkat.Unsur ini mengukur

kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah. Oleh karenanya kemampuan

ini berhubungan dengan arus ide. Menurut Good dan Brophy (1999 : 75), kelancaran adalah

kemampuan menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah dalam waktu singkat. Hal

yang sama dinyatakan oleh Rakhmat (1999 : 75), kelancaran adalah kemampuan menyebutkan

sebanyak mungkin.

Kelancaran tidak hanya berhubungan dengan jumlah jawaban, tapi juga kesesuaian

jawaban dengan masalahnya. Tes kreativitas berpikir mendorong peserta tes menyebutkan

sebanyak mungkin jawaban dalam waktu tertentu dan skor diberikan dengan menghitung

jumlah semua respons yang sesuai dengan masalahnya. Menurut Ellis dan Hunt (1993 : 280),

kelancaran adalah kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah sesuai

dengan perangkat yang dipersyaratkan. Sedang menurut Munandar (1992 : 49), kelancaran

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘1110

Page 11: Torence Alat Ukur Kreativiti

adalah kemampuan memberikan banyak jawaban. Jawaban yang diberikan hendaknya

disesuaikan dengan masalahnya. Bukan hanya kuantitatas yang diperhatikan, tapi juga

kualitasnya.

Keluwesan adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesiapan mengubah arah

atau memodifikasi informasi. Keluwesan berhubungan dengan kemampuan mengubah dengan

mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan jika masalah atau kondisi baru

membutuhkan pendekatan baru. Menurut Good dan Brophy (1990 : 617), keluwesan dapat

mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan, jika masalah atau

kondisi baru membutuhkan pendekatan atau perspektif baru. Pendapat sama dikemukakan oleh

Ellis dan Hunt (1993 : 280) yang menyatakan bahwa keluwesan adalah kemampuan mengubah

pendekatan dalam pemecahan masalah. Di samping itu, keluwesan memungkinkan seseorang

melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjauan. Menurut Munandar (1992 : 49), keluwesan

adalah kemampuan melihat masalah dari berbagai sudut tinjauan.

Dalam tes kreativitas berpikir, keluwesan ditandai oleh jumlah golongan jawaban yang

berbeda. Kadar keluwesan diukur dengan menghitung jumlah kategori respons yang berbeda.

Peserta tes diminta memberikan respons sebanyak mungkin, lalu skor keluwesan diberikan

pada jumlah kategori atau golongan respons. Skor diberikan atas jawaban yang menunjukkan

keragaman atau variasi. Menurut Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144), keluwesan diukur dengan

menghitung jumlah kategori respons yang berbeda.

Keaslian membuat seseorang mampu mengajukan usulan yang tidak biasa atau unik

dan mampu melakukan pemecahan masalah yang baru atau khusus. Dengan kata lain,

keaslian adalah kemampuan untuk menghasilkan jawaban yang jarang diberikan oleh peserta

tes. Jawaban original adalah jawaban yang jarang diberikan oleh anak-anak lain. Keaslian

mengukur kemampuan peserta tes dalam membuat usulan yang tidak biasa atau unik. Menurut

Winkel (1996 : 143), jawaban mempunyai orisinalitas apabila sangat sedikit orang yang

menghasilkan pikiran seperti itu. Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144) memberikan kriteria

mengenai keaslian. Respons yang orisinal menurutnya diberikan oleh lebih sedikit dari 5 atau

10 dari 100 peserta pengambil tes. Ada pendapat yang memberikan kriteria lebih spesifik.

Menurutnya, respons yang diberikan oleh 5 % dari kelompok bersifat tidak biasa, dan respons

yang hanya diberikan oleh 1 % dari kelompok bersifat unik

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘1111

Page 12: Torence Alat Ukur Kreativiti

V. PENGUKURAN KREATIVITAS UNTUK ANAK SEKOLAH

Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl. Psych., untuk menjadi individu

kreatif, dibutuhkan kemampuan berpikir yang mengalir lancar, bebas, dan ide yang orisinal yang

didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir kreatif juga menuntut yang bersangkutan memiliki

banyak gagasan. Agar anak bisa berpikir kreatif, ia haruslah bisa bersikap terbuka dan fleksibel

dalam mengemukakan gagasan. Makin banyak ide yang dicetuskannya menandakan makin

kreatif si anak.

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak, pakar pendidikan ini

berupaya mengembangkan Tes Kreativitas Verbal dan Figural. Tes kreativitas verbal

merupakan kemampuan berpikir kreatif yang mengukur kelancaran, kelenturan dan orisinalitas

dalam bentuk verbal, dilakukan pada anak berusia minimal 10 tahun karena dianggap sudah

lancar menulis dan kemampuan berbahasanya pun sudah berkembang. Sedangkan tes

kreativitas figural dilakukan terhadap anak mulai usia 5 tahun .

Adapun unsur penilaian berfikir kreatif Figural adalah sebagai berikut:

1. Fleksibel. Anak mampu memberikan jawaban yang berbeda-beda. Untuk gambar

lingkaran, contohnya, anak mengasosiasikannya sebagai piring, bulan, bola, telur dadar

dan sebagainya. Anak juga diminta untuk membuat sebanyak mungkin objek mati

maupun hidup pada gambar lingkaran tadi. Namun, tes kreativitas ini bukan

dimaksudkan sebagai tes menggambar, melainkan sebagai tes gagasan, sehingga

unsur "keindahan" tidak diprioritaskan. 

2. Orisinalitas. Anak mampu memberikan jawaban yang jarang/langka dan berbeda

dengan jawaban anak lain pada umumnya. Dari bentuk lingkaran yang sama,

contohnya, anak mahir menggambarkannya sebagai wajah orang.

3. Elaborasi. Anak mampu memberikan jawaban secara rinci sekaligus mampu

memperkaya dan mengembangkan jawaban tersebut. Dia bisa melengkapi gambar

wajah tersebut dengan mata, hidung, bibir, telinga, leher, rambut sampai aksesoris

semisal kalung dan jepit rambut. Makin detail ornamen atau organ-organ yang

digambarkannya, berarti mencirikan ia anak yang kreatif. "Jadi, anak yang kreatif tak

sekadar mengemukakan ide, tapi juga dapat mengembangkan gagasan yang

dilontarkannya," tandas Utami.

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘1112

Page 13: Torence Alat Ukur Kreativiti

Untuk tes kreativitas Verbal, ada enam topik pertanyaan yang diajukan, yaitu :

1. Tes Permulaan Kata. Misalnya kepada anak diberikan huruf "k" dan "a". Kemudian ia

diminta untuk membentuk sebanyak mungkin kata yang bisa dibentuk dari kedua huruf

tadi. Umpamanya anak menjawab "kami", "kapal", "karung" dan sebagainya. 

2. Tes Membentuk Kata. Kepada anak diberikan kata tertentu, semisal "proklamasi". Nah,

berdasarkan kata tersebut anak diminta membentuk kata-kata lain sebanyak mungkin.

Umpamanya anak akan menjawab "kolam", "lama", "silam" dan lain-lain. 

3. Tes Kalimat 3 Kata. Misalnya kepada anak diberi tiga huruf, yakni "a", "m", dan "p".

Lalu mintalah ia menyusun sebanyak mungkin kalimat-kalimat yang diawali dari huruf-

huruf yang diberikan tadi, dengan urutan yang boleh diubah-ubah. Umpamanya,

jawabanya adalah "Ani makan pisang" atau "Mana payung Anton". 

4. Tes Kesamaan Sifat. Misalnya anak mendapat soal mengenai sifat bulat dan keras.

Anak dimita untuk memikirkan dan menyebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang

memiliki sifat/ciri-ciri tersebut. Jawabannya mungkin adalah bola tenis, kelereng, roda

kursi, dan sebagainya. 

5. Tes Penggunaan Tak Lazim. Contohnya, anak akan diberi benda yang ditemuinya

sehari-hari. Akan tetapi, ia justru diminta untuk membuat sesuatu yang tak biasa dengan

benda tersebut. Umpamanya, ketika anak diberi surat kabar, ia menggunakannya untuk

membuat kapal-kapalan, topi, bola, dan sebagainya, bukan sebagai bahan bacaan. 

6. Tes Sebab-Akibat. Anak mendapat pertanyaan mengenai situasi tertentu yang dalam

keadaan nyata tak pernah terjadi. Nah, mintalah anak untuk menjawab apa kira-kira

akibatnya bila situasi tersebut betul-betul terjadi. Dalam hal ini, anak dituntut untuk

bebas berimajinasi. Contohnya adalah pertanyaan, "Apa jadinya bila semua orang di

dunia ini pandai?" atau, "Apa akibatnya jika setiap orang bisa mengetahui pikiranmu?"

Menurut Utami, setiap tes tersebut terdiri dari 4 soal. Untuk tes pertama dan kedua,

setiap soal harus dijawab dalam waktu 2 menit. Sedangkan untuk tes ketiga, diberikan waktu 3

menit untuk setiap soal, sementara untuk tes berikutnya per soal diberi durasi 4 menit.

Hasil akhir tes kreativitas ini sama halnya dengan tes IQ, yakni berupa skor. Anak yang

mencapai skor 90-110 berarti tingkat kreativitasnya rata-rata, skor di bawah 80 dikategorikan

sangat lamban, sedangkan yang mampu mencapai skor 130 ke atas tergolong sangat unggul.

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘1113

Page 14: Torence Alat Ukur Kreativiti

Namun dari pengalaman Utami selama ini, hanya sedikit anak yang bisa mencapai skor

kreativitas yang tinggi. Kebanyakan berada pada kisaran skor 90-100. Sebaliknya, banyak

sekali anak yang bisa mencapai skor tinggi untuk tes IQ. Menurutnya, "Hal ini disebabkan

berpikir kreatif kurang dirangsang, sehingga anak tak terbiasa berpikir bermacam-macam arah."

Selain pengukuran kreativitas yang sudah disebutkan, ada juga pengukuran skala sikap kreatif

yang lebih menyangkut pada segi afektif. Menurut Utami, dari berbagai penelitian ternyata

kemampuan berpikir kreatif belumlah cukup jika tanpa disertai sikap kreatif. Tanpa sikap kreatif

ini katanya produk kreatif pun takkan terwujud. Jadi, berpikir kreatif itu sendiri harus disertai ciri-

ciri sikap kreatif sebagai berikut:

1. Terbuka terhadap pengalaman baru, 

2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, 

3. Tidak takut melakukan kesalahan ketika mengemukakan ide, 

4. Imajinatif, dan 

5. Berani mengambil risiko terhadap langkah yang diambil.

VI. KREATIVITAS ANGKA

Potensi kreativitas sebenarnya ada pada tiap orang dan kreativitas tersebut dapat

diasah salah satunya melalui Angka (METRIS), yaitu dalam hal kemampuan mengenali

keteratutan pola bilangan. Bila daya kreativitas seseorang dalam pengenalan pola meningkat

maka tentu saja dapat berimbas ke jenis kreativitas yang lain, seperti peningkatan daya

kreativitas pada seni, strategi bisnis atau ilmu pengetahuan. Dengan begitu peningkatan

kreativitas tersebut dapat dijadikan sebagai barometer dalam merepresentasikan potensi daya

kreativitas seseorang.

Dengan perkembangan teknologi pengenalan pola pada cuaca seperti negara adidaya

‘Uncle Sam’ maka badai topan yang maha dahysatpun dapat dikenali arah pola gerakannya

sehingga mampu meminimalis jatuhnya korban jiwa. Contoh di atas membuktikan betapa

pentingnya kemampuan kita dalam pengenalan pola untuk kasus tertentu. Nah, kemampuan

pengenalan pola tersebut dapat terus diasah, dimana salah satu caranya dapat melalui

kecerdasan kreativitas metris. Apalagi ditunjang oleh fakta bahwa pengukuran kecerdasan

kreativitas metris sifatnya kuantitatif sehingga kemajuannya dapat dipantau dengan lebih

objektif.

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘1114

Page 15: Torence Alat Ukur Kreativiti

Mengapa siswa perlu belajar kecerdasan kreativitas angka (metris)? Siswa bila telah

dilatih sehingga mempunyai kemampuan pengenalan pola bilangan yang baik maka

kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan kuantitatif akan lebih cepat dan efisien.

Kemampuan ini tentu saja akan berimbas pada kemampuan memilah-milah suatu

permasalahan yang kemudian mampu berusaha mengelompokannya menjadi beberapa

kelompok dengan lebih baik. Bila dalam mengklasifikasikan masalah sudah benar maka

penyelesaiannya akan menjadi lebih mudah karena bisa tahu masalah mana yang lebih

prioritas dan bisa tahu bagian apa saja yang tepat ditugaskan untuk menyelesaikan tiap

kelompok masalah tersebut. Jadi orang yang bekerja pada bidang dimana kemampuan

pengenalan pola masalah sangat dibutuhkan seperti pekejaan seorang manager, maka sangat

diuntungkan apabila mempunyai kecerdasan kreativitas metris karena kemampuan pengenalan

pola masalah tersebut dapat lebih terasah.

Dalam dunia kerja kreativitas seseorang sangat dibutuhkan, misalkan seorang guru

dalam mengajarkan matematika kepada anak didiknya. Kita semua tahu bahwa pelajaran

matematika menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar siswa. Oleh karena itu

pengajaran yang bentuknya konkret tidak abstrak sangat penting bagi anak untuk belajar

memvisualisasi suatu angka atau bilangan. Nah disitulah letak seberapa besar kreativitas

seorang guru bisa membawa materi yang diajarkan sekonkret mungkin dalam kehidupan

sehari-hari.

Bagi seorang pengusaha (enterprenur) kemampuan mengenali pola usaha tertentu

dengan potensi profit yang akan dihasilkan pada masa yang akan datang tentu saja sangat

dibutuhkan. Orang sering menyebutnya kemampuan membaca pola usaha itu sebagai intuisi

bisnis. Demikian juga kemampuan menghubungan pola informasi yang satu dengan informasi

yang lain sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis, dunia saham. Dalam perkembangan ilmu

pengetahuan kemampuan tersebut sangat penting. Misalkan terbukti dalam sejarah ketika

Michelson melakukan percobaan menentukan kecepatan cahaya dari berbagai arah terbukti

secara eksperimen bahwa kecepatan cahaya terbukti selalu sama. Nah, informasi ini bagi

sijenius Einstein mempunyai makna yang sangat spesial. Dengan kemampuan dia mengenali

pola informasi dari percobaan Michelson dengan pemahaman dia saat itu maka muncul

kreativitas dari pemikirannya bahwa ETER tidak perlu ada. Cahaya atau gelombang

elektromagnet (gel.TV, gel.radio dll) dalam proses perambatannya tidak membutuhkan zat

perantara atau ETER. Nah, jadi sudah menjadi lebih jelaskan, bahwa kemampuan mengenali

keteraturan pola atau menghubungkan pola satu dengan pola yang lainnya akan memunculkan

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘1115

Page 16: Torence Alat Ukur Kreativiti

kemampuan daya kreativitas, makanya kemampuan ini sangat berguna bagi orang yang ingin

sukses.

Salah satu enterpreneur yang fenomenal adalah steve jobs, pendiri perusahaan

komputer apple. Setelah cukup lama tidak me-lauching produk sefenomenal komputer apple

yang menekankan pada konsep grafis, namun daya kreativitasnya tidaklah meredup. Hal ini

terbukti setelah apple memproduksi iPod yang laku keras dan yang lebih fenomenal adalah

produk iPhonenya dengan konsep inovatifnya dimana semua tombol untuk mengoperasikan

sebuah hand phone menggunakan full touch screen. Ini sungguh ide kreatif yang sangat

brialian sehingga produknya selalu laris diserap oleh pasar.

Kemampuan kreativitas Angka (Metris) dapat diasah melalui peningkatan kemampuan

pengenalan keteraturan pola bilangan dengan makin baik. Beberapa pola bilangan yang akan

coba dikenali keteraturannya membutuhkan tingkat kreativitas tertentu mulai dari yang biasa

(pola bilangan eksplisit) hingga kreativitas tinggi (pola bilangan implisit). Kelebihan dari

mengasah Kreativitas melalui Angka (Metris) ini karena pengukuran kreativitas dapat dilakukan

secara obyektif melalui faktor ketepatan dan kecepatan dalam mengeksekusi pola bilangan.

REFERENSIAiken, L. R & Groth-Mamat, G (2009). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi, Jilid 2.

Edisi XII. Jakarta : Indeks

Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologu, Edisi VII (Terjemahan). Jakarta : PT Indeks

Solso R. L, dkk (2008). Psikologi Kognitif, Edisi VIII. Jakarta : Erlangga

Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.

Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana

‘1116