tpl dok2

Upload: helmi-purwa-asmoro

Post on 10-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    1/37

    LAPORAN PRAKTIKUM

    TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

    PENGUKURAN BPM DAN BPA INDUSTRI

    Oleh:

    Helmi Purwo Asmoro

    NIM AIH011046

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    PURWOKERTO

    2013

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    2/37

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal, karena sifatnya

    tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang murni. Tetapi didalamnya

    terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan terlarutnya unsur dan senyawa

    tersebut, terutama hara mineral, maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk

    hidup. Walaupun demikian ternyata tidak semua air dapat secara langsungdigunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus memenuhi kriteria

    dalam setiap parameternya masing-masing.

    Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau yang diuji

    berdasarkan perameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan

    peraturan perundang-perundangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri

    Negara Lingkungan Hidup : 115 Tahun 2003). Kualitas airdapat dinyatakan

    dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan

    mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan

    bahan yang diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter

    fisik adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan

    sebagainya.

    Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air,

    seperti kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC),

    mineral atau logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya.

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    3/37

    B. Tujuan

    Tujuan dari praktikum ini adalah untuk :

    1. Menentukan besar Beban Pencemaran Maksimum (BPM) suatu limbahindustry.

    2. Menentukan besar Beban Pencemaran Sebenarnya (BPA) suatu limbahindustri.

    3. Menyimpulkan apakah industri tersebut memenuhi baku mutu limbah cair.

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    4/37

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang

    banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan

    kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Untuk menjaga atau mencapai

    kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan

    tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan atau

    pengendalian. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi

    air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiahnya.

    Pelestarian kualitas air dilakukan pada sumber air yang terdapat di hutan

    lindung. Sedangkan pengelolaan kualitas air pada sumber air di luar hutan lindung

    dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu upaya memelihara

    fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu air.

    Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan

    dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan

    mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan

    mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan manusia serta kehidupan

    makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil

    guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumber daya air yang

    pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumber daya alam (natural resources

    depletion).

    BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global

    proses mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD

    diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk

    mendesain sistem pengolahan secara biologis (Agnes Anita, 2005). BOD sebagai

    ukuran jumlah oksigen terlarut yang digunakan oleh mikroorganisme untuk

    mengurai bahan organik yang terkandung dalam perairan.

    Sedangkan COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk

    mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana

    pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent)

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    5/37

    (Agnes Anita, 2005). Dengan kata lain COD merupakan jumlah oksigen terlarut

    yang digunakan untuk mengurai bahan organik yang terkandung dalam perairan.

    BOD dan COD mempunyai peranan penting dalam perairan, yaitu sebagai

    parameter penentuan kualitas suatu perairan, apakah perairan tersebut tercemar

    atau tidak. Selain itu, kandungan BOD dan COD dalam air dapat membantu

    mikroorganisme dalam mengurai bahan-bahan organik di perairan. Selain itu,

    Oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan

    anorganik (Salmin, 2005).

    Semakin banyak bahan organic dalam air, maka semakin besar BODnya

    sedangkan DO akan semakin rendah. Air yang bersih adalah jika tingkat DOnya

    tinggi, sedangkan BOD dan zat padat terlarutnya rendah. Apabila kadar oksigen

    terlarut berkurang mengakibatkan hewan-hewan yang menempati perairan

    tersebut akan mati. Dan jika kadar BOD dan COD meningkat menyebabkan

    perairan menjadi tercemar (Hilda Zulkifli, 2009).

    Standart Baku Mutu adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau

    bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan

    terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Untuk mencegah

    terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan

    aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran

    lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.Standart baku mutu

    berfungsi untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau

    tercemar (SK Gubernur Jatim, 2002).

    Berdasarkan definisinya, pencemaran air yang diindikasikan dengan

    turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat

    berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentutersebut di atas adalah baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi sebagai tolok

    ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga merupakan arahan

    tentang tingkat kualitas air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh setiap

    program kerja pengendalian pencemaran air.

    Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (designated

    beneficial water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    6/37

    mungkin berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu,

    penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukkan perlu

    disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air).

    Penetapan baku mutu air yang didasarkan pada peruntukan semata akan

    menghadapi kesulitan serta tidak realistis dan sulit dicapai pada air yang kondisi

    nyata kualitasnya tidak layak untuk semua golongan peruntukan. Dengan

    ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi airnya,

    akan dapat dihitung berapa beban zat pencemar yang dapat ditenggang adanya

    oleh air penerima sehingga air dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

    Beban pencemaran ini merupakan daya tampung beban pencemaran bagi air

    penerima yang telah ditetapkan peruntukannya.

    BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI

    Sumber : LAMPIRAN 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No:

    03/MENLH/1998

    Tanggal : 15 Januari 1998

    Parameter Kadar Maksimum (mg/L) BPM (Kg/Hari Ha)

    BOD 5 50 4,3

    COD 100 8,6TSS 200 17,2

    pH 6,09,0

    DEBIT LIMBAH CAIR MAKSIMUM

    1L per detik Ha lahan yang terpakai

    LAMPIRAN 11

    Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

    No: 03/MENHL/1998

    Tanggal: 15 Januari 1998

    BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI

    PENJELASAN TENTANG PERHITUNGAN BEBAN PENCEMARAN

    MAKSIMUM UNTUK MENENTUKAN MUTU LIMBAH CAIR

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    7/37

    Penerapan baku mutu limbah cair pada pembuangan limbah cair melalui

    penetapan beban pencemaran maksimum sebagaimana tercantum dalam lampiran

    1 berdasarkan pada jumlah unsur pencemar yang terkandung dalam aliran limbah

    cair. Untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut:

    1. Beban Pencemaran Maksimum

    BPM = (Cm)j x Dm x A x f

    Keterangan:

    BPM = beban pencemaran maksimum yang diperolehkan, dalam kg parameter per

    hari

    (Cm)j = kadar maksimum parameter j, dalam mg/liter

    Dm = debit limbah cair maksimum, dalam L limbah cair per detik per hektar

    A = luas lahan kawasan yang terpakai, dinyatakan dalam hektar (Ha)

    f = faktor konversi = 1 kg/ 1000000 mg * (24 x 3600 detik )/hari = 0,086

    2. Beban Pencemaran Sebenarnya

    BPA = (CA)j x (DA) x f

    Keterangan:

    BPA = beban pencemaran sebenarnya, dalam kg parameter per hari

    (CA)j = kadar sebenarnya parameter j, dalam mg/liter

    DA = debit limbah cair sebenarnya, dalam liter per detik

    f = faktor konversi = 0,086

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    8/37

    III. METODOLOGI

    A.Alat dan Bahan

    1. Data praktikum BOD dan COD

    2. Kertas dan bolpoint

    3. Kalkulator

    B. Cara Kerja

    1. Menghitung besarnya beban pencemaran maksimum dari sampel sesuaiketentuan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No:

    03/MENLH/1998.

    2. Penghitung besarnya beban pencemaran sebenarnya dari sampel sesuaiketentuan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No:

    03/MENLH/1998.

    3. Menentukan apakah sampel limbah sudah memenuhi standar Baku MutuLimbah Cair

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    9/37

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    Perhitungan BPM dab BPA industry minyak kelapa sawit (200.000 m2) :

    1. BOD5BPM = (cm) x Dm x Ax F

    = 50 x 1 x 50 x 0,086

    = 215 kg/hari.

    BPA = (A) j x (DA) x f

    = 400 x 2,5 x 0,086

    = 86 kg/hari.

    2. CODBPM = (cm)j x Dm x A x f

    = 100 x 1 x 50 x 0,086

    = 430 kg/hari

    BPA = (CA) j x (DA) x f

    = 350 x 2,5 x 0,086

    = 75,25 kg/hari.

    Kesimpulan : Industri Minyak Kelapa Sawit tersebut memenuhi baku mutu

    limbah cair dan layak , karena berdasarkan perhitungan BPA yang lebih kecil dari

    BPM pada parameter BOD5 dan CODnya.

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    10/37

    B. Pembahasan

    Praktikum kali ini mengenai perhitungan BPM atau Beban PencemaranMaksimum dan BPA atau Beban Pencemaran Aktual suatu industry, dimana

    dengan perhitungan seperti ini maka akan mudah untuk menentukan baku mutu

    limbah cair tersebut. Baku Mutu Limbah Cair Kawasan Industri adalah batas

    maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup dari

    suatu Kawasan Industri. Beban pencemaran maksimum adalah beban pencemaran

    tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup, sedangkan

    beban pencemaran sebenarnya adalah beban yang sebenarnya terjadi pi kawasan

    industri tersebut.

    Dari data yang sudah diberikan asisten, diketahui suatu kawasan industri

    mempunyai luas lahan 500.000 m2. Maka jika kita masukan ke dalam rumus BPM

    = (cm)j x Dm x A x F didapatkan BPM BOD sebesar 215 kg/hari dan BPM COD

    sebesar 430 kg/hari. Untuk BPA yang mana rumus dari BPA itu sendiri sama

    dengan (CA)j x (DA) x F, maka didapatkan nilai BPA dari BOD sebesar 86

    kg/hari dan BPA dari COD sebesar 75,25 kg/hari. Jika di analisis dengan melihat

    besaran BPA dan BPMnya, maka dapat disimpulkan bahwa industry minya sawit

    tersebut masih memenuhi baku mutu limbah cair. Sehingga dengan demikian

    bahwa industry minyak sawit tersebut, dalam menghasilkan limbah yang di buang

    ke lingkungan masih jauh dari kata pencemaran yang dapat merusak lingkungan

    khususnya kualitas airnya.

    Parameter adalah patokan pengukuran untuk mengukur seberapa besar

    permasalahan yang terjadi. Parameter kualitas air dibagi menjadi tiga, yaitu

    parameter kimia, parameter biologi dan parameter kimia, yang dapat dijelaskan

    sebagai berikut:

    1. Parameter Fisik

    Beberapa parameter fisik yang digunakan untuk menentukan kualitas air

    meliputi suhu, kekeruhan, warna, daya hantar listrik, jumlah zat padat terlarut,

    rasa, bau.

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    11/37

    a. BauAir minum yang berbau, selain tidak estetis juga tidak disukai oleh

    masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air,

    misalnya bau amis dapat disebabkan oleh adanya algae dalam air tersebut.

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

    907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum yang

    dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berbau.

    b. Jumlah Zat Padat TerlarutZat padat merupakan materi residu setelah pemanasan dan

    pengeringan pada suhu 103 oC 105 oC. Residu atau zat padat yang

    tertinggal selama proses pemanasan pada temperatur tersebut adalah

    materi yang ada dalam contoh air dan tidak hilang atau menguap pada 105

    oC. Dimensi zat padat dinyatakan dalam mg/l atau g/l, % berat (kg zat

    padat/kg larutan), atau % volume (dm3 zat padat/liter larutan).

    Dalam air alam, ditemui dua kelompok zat yaitu zat terlarut

    (seperti garam dan molekul organis) serta zat padat tersuspensi dan

    koloidal (seperti tanah liat dan kwarts). Perbedaan pokok antara kedua

    kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikelnya.

    Jumlah dan sumber materi terlarut dan tidak terlarut yang terdapat dalam

    air sangat bervariasi. Pada air minum, kebanyakan merupakan materi

    terlarut yang terdiri dari garam anorganik, sedikit materi organik, dan gas

    terlarut. Total zat padat terlarut dalam air minum berada pada kisaran 20

    1000 mg/L.

    Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) merupakan

    bahan-bahan terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 mm10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain,

    yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 m (Rao, 1992

    dalam Effendi, 2003). Materi ini merupakan residu zat padat setelah

    penguapan pada suhu 105 oC. TDS terdapat di dalam air sebagai hasil

    reaksi dari zat padat, cair, dan gas di dalam air yang dapat berupa senyawa

    organik maupun anorganik. Substansi anorganik berasal dari mineral,

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    12/37

    logam, dan gas yang terbawa masuk ke dalam air setelah kontak dengan

    materi pada permukaan dan tanah. Materi organik dapat berasal dari hasil

    penguraian vegetasi, senyawa organik, dan gas-gas anorganik yang

    terlarut. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik berupa ion-ion

    yang terdapat di perairan

    TDS tidak diinginkan dalam badan air karena dapat menimbulkan

    warna, rasa, dan bau yang tidak sedap. Beberapa senyawa kimia

    pembentuk TDS bersifat racun dan merupakan senyawa organik bersifat

    karsinogenik. Akan tetapi, beberapa zat dapat memberi rasa segar pada air

    minum.

    Kesadahan dan kekeruhan akan bertambah seiring dengan semakin

    banyaknya TDS. Analisis TDS biasanya dilakukan dengan penentuan

    Daya Hantar Listrik (DHL) air. TDS terdiri dari ion-ion sehingga kadar

    TDS sebanding dengan kadar DHL air. Penentuan jumlah materi terlarut

    dan tidak terlarut juga dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah

    yang terfiltrasi dengan yang tidak. Analisa TDS dapat digunakan untuk

    menentukan derajat keasinan dan faktor koreksi, misal untuk diagram

    kesadahan CaldwellLawrence.

    c. KekeruhanKekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan

    berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-

    bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan

    organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan

    pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton

    dan mikroorganisne lain (APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991dalamEffendi 2003). Zat anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal

    dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari

    lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi

    organik tersuspensi yang menambah kekeruhan air.

    Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin

    tinggi nilai padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    13/37

    tetapi, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya

    kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha

    penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses

    penjernihan air. Secara optis, kekeruhan merupakan suatu kondisi yang

    mengakibatkan cahaya dalam air didispersikan atau diserap dalam suatu

    contoh air.

    Dalam sistem penyediaan air minum, kekeruhan merupakan salah satu

    faktor penting karena beberapa alasan sebagai berikut (Sawyer, 4th edition) :

    1. Faktor estetika

    Konsumen menghendaki air yang bebas dari kekeruhan. Kekeruhan pada

    air minum dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya polusi limbah

    cair dan bahaya kesehatan yang mengancam.

    2. Filterability

    Filtrasi air akan lebih sulit dilakukan dan akan membutuhkan biaya yang

    besar apabila kekeruhannya tinggi.

    3. Desinfeksi

    Pada air yang keruh, banyak terkandung organisme berbahaya yang

    tersembunyi pada proses desinfeksi.

    d. RasaAir minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang

    berasa menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan

    kesehatan. Efek yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia

    tergantung pada penyebab timbulnya rasa. Berdasarkan Keputusan

    Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui

    bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak

    berasa.

    e. SuhuSuhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas, agar tidak terjadi

    pelarutan zat kimia pada saluran/pipa yang dapat membahayakan

    kesehatan, menghambat reaksireaksi biokimia di dalam saluran/pipa,

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    14/37

    mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum

    dapat menghilangkan dahaga.

    Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude),

    ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu, sirkulasi udara,

    penutupan awan, aliran, serta kedalaman. Perubahan suhu mempengaruhi

    proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu berperan dalam

    mengendalikan kondisi ekosistem perairan.

    Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi

    kimia, evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas

    dalam air (gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya) (Haslam, 1995 dalam

    Effendi, 2003). Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya

    peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu

    optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20 oC30 oC.

    Pada umumnya, suhu dinyatakan dengan satuan derajat Celcius (oC) atau

    derajat Fahrenheit (oF). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

    Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa temperatur

    maksimum yang diperbolehkan dalam air minum sebesar 3 oC.

    Pengukuran suhu pada contoh air air dapat dilakukan menggunakan

    termometer.

    f. WarnaAir minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan

    untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun

    mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat menghambat penetrasi

    cahaya ke dalam air. Warna pada air disebabkan oleh adanya partikel hasil

    pembusukan bahan organik, ion-ion metal alam (besi dan mangan),plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air. Adanya oksida besi

    menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan

    menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi

    sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup

    dapat menimbulkan warna pada perairan (peavy et al., 1985 dalam

    Effendi, 2003). Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    15/37

    menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik,

    misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi

    tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan.

    g. Daya Hantar Listrik (DHL)Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan

    untuk menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada

    air merupakan ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu

    larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak

    garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai

    DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion

    anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya.

    Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan

    ion-ion dalam air untuk menghantarkan listrik serta memprediksi

    kandungan mineral dalam air. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan

    kemampuan kation dan anion untuk menghantarkan arus listrik yang

    dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan indikator, dimana semakin

    besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan pada konduktivitimeter

    berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat dalam

    contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan

    bahwa semakin banyak mineral yang terkandung dalam air.

    Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p

    Siemens/cm. Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah

    mhos/cm. Air suling (aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 mhos/cm,

    sedangkan perairan alami sekitar 201500 mhos/cm (Boyd, 1988 dalam

    Effendi, 2003).Besarnya daya hantar listrik bergantung pada kandungan ion

    anorganik (TDS) yang disebut juga materi tersuspensi. Hubungan antara

    TDS dan DHL dinyatakan dalam persamaan (2.1) (Metcalf & Eddy : 1991

    dalam Effendi, 2003).

    Nilai TDS biasanya lebih kecil daripada nilai DHL. Pada

    penentuan nilai TDS, bahan-bahan yang mudah menguap (volatile) tidak

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    16/37

    terukur karena melibatkan proses pemanasan. Pengukuran DHL dilakukan

    menggunakan konduktivitimeter dengan satuan mhos/cm. Prinsip kerja

    alat ini adalah banyaknya ion yang terlarut dalam contoh air berbanding

    lurus dengan daya hantar listrik. Batas waktu maksimum pengukuran yang

    direkomendasikan adalah 28 hari.

    2. Parameter Kimia

    a. BesiBesi atau Ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan, liat,

    dan dapat dibentuk.

    Pada umumnya, besi di dalam air dapat bersifat :

    a. Terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri)

    b. Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 m) atau lebih besar,

    seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3, dan sebagainya

    c. Tergabung dengan zat organis atau zat padat inorganis (seperti tanah

    liat).

    Besi di alam dapat ditemui dalam bentuk pyrite (FeS2), hematite

    (Fe2O3), magnetite (Fe3O4), limonite [FeO(OH)], goethite (HFeO2), danochre [Fe(OH)3] (Cole, 1988 dan Moore, 1991). Senyawa besi pada

    umumnya sukar larut dan cukup banyak terdapat di dalam tanah. Kadang-

    kadang besi juga terdapat sebagai senyawa siderite (FeCO3) yang bersifat

    mudah larut dalam air (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003).

    Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut

    yang cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut, dioksidasi menjadi ion

    ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan elektron. Sebaliknya, pada reduksiferri menjadi ferro, terjadi penangkapan elektron. Proses oksidasi dan

    reduksi besi tidak melibatkan oksigen dan hidrogen (Eckenfelder, 1989;

    Mackereth et al., 1989 dalam Effendi, 2003).

    Pada pH sekitar 7,5 7,7 ion ferri mengalami oksidasi dan

    berikatan dengan hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak larut

    dan mengendap (presipitasi) di dasar perairan, membentuk warna

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    17/37

    kemerahan pada substrat dasar. Oleh karena itu, besi hanya ditemukan

    pada perairan yang berada dalam kondisi anaerob (anoksik) dan suasana

    asam (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003).

    Besi termasuk unsur yang penting bagi makhluk hidup. Pada

    tumbuhan, besi berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar

    besi yang berlebihan dapat menimbulkan warna merah, menimbulkan

    karat pada peralatan logam, serta dapat memudarkan bahan celupan (dyes)

    dan tekstil. Pada tumbuhan, besi berperan dalam sistem enzim dan transfer

    elektron pada proses fotosintesis. Besi banyak digunakan dalam kegiatan

    pertambangan, industri kimia, bahan celupan, tekstil, penyulingan,

    minyak, dan sebagainya (Eckenfelder, 1989 dalam Effendi, 2003). Pada

    air minum, Fe dapat menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan

    pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.

    b. Fluorida (F)Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak

    bumi. Fluor adalah halogen yang sangat reaktif sehingga selalu terdapat

    dalam bentuk senyawa. Unsur ini ditemukan dalam bentuk ion fluorida (F-

    ). Fluor yang berikatan dengan kation monovalen, misalnya NaF, AgF, dan

    KF bersifat mudah larut; sedangkan fluor yang berikatan dengan kation

    divalen, misalnya CaF2 dan PbF2 bersifat tidak larut dalam air.

    Sumber fluorida di alam adalah fluorspar (CaF2), cryolite (Na3AlF6), dan

    fluorapatite. Keberadaan fluorida juga dapat berasal dari pembakaran batu

    bara. Fluorida banyak digunakan dalam industri besi baja, gelas, pelapisan

    logam, aluminium, dan pestisida (Eckenfelder, 1989).

    Sejumlah kecil fluorida menguntungkan bagi pencegahankerusakan gigi, akan tetapi konsentrasi yang melebihi kisaran 1,7 mg/liter

    dapat mengakibatkan pewarnaan pada enamel gigi, yang dikenal dengan

    istilah mottling (Sawyer dan McCarty, 1978). Kadar yang berlebihan juga

    dapat berimplikasi terhadap kerusakan pada tulang.

    Fluorida anorganik bersifat lebih toksik dan lebih iritan daripada

    yang organik. Keracunan kronis menyebabkan orang menjadi kurus,

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    18/37

    pertumbuhan tubuh terganggu, terjadi fluorisasi gigi serta kerangka, dan

    gangguan pencernaan yang disertai dengan dehidrasi. Pada kasus

    keracunan berat akan terjadi cacat tulang, kelumpuhan, dan kematian.

    c. KesadahanKesadahan (hardness) disebabkan adanya kandungan ion-ion

    logam bervalensi banyak (terutama ion-ion bervalensi dua, seperti Ca, Mg,

    Fe, Mn, Sr). Kationkation logam ini dapat bereaksi dengan sabun

    membentuk endapan maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam

    air membentuk endapan/karat pada peralatan logam. Kation-kation utama

    penyebab kesadahan di dalam air antara lain Ca2+, Mg2+, Sr2+, Fe2+, dan

    Mn2+. Anion-anion utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain

    HCO3 -, SO42-, Cl-, NO3 -, dan SiO32-. Air sadah merupakan air yang

    dibutuhkan oleh sabun untuk membusakan dalam jumlah tertentu dan juga

    dapat menimbulkan kerak pada pipa air panas, pemanas, ketel uap, dan

    alat-alat lain yang menyebabkan temperatur air naik.

    Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air membentuk

    busa. Semakin besar kesadahan air, semakin sulit bagi sabun untuk

    membentuk busa karena terjadi presipitasi. Busa tidak akan terbentuk

    sebelum semua kation pembentuk kesadahan mengendap. Pada kondisi ini,

    air mengalami pelunakan atau penurunan kesadahan yang disebabkan oleh

    sabun. Endapan yang terbentuk dapat menyebabkan pewarnaan pada

    bahan yang dicuci. Pada perairan sadah (hard), kandungan kalsium,

    magnesium, karbonat, dan sulfat biasanya tinggi (Brown, 1987 dalam

    Effendi, 2003). Jika dipanaskan, perairan sadah akan membentuk deposit

    (kerak). Air permukaan memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil daripadaair tanah. Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120 mg/l CaCO3

    dan lebih dari 500 mg/l CaCO3 kurang baik bagi peruntukkan domestik,

    pertanian, dan industri. Namun, air sadah lebih disukai oleh organisme

    daripada air lunak.

    Kesadahan diklasifikasikan berdasarkan dua cara, yaitu

    berdasarkan ion logam (metal) dan berdasarkan anion yang berasosiasi

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    19/37

    dengan ion logam. Berdasarkan ion logam (metal), kesadahan dibedakan

    menjadi kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium. Berdasarkan anion

    yang berasosiasi dengan ion logam, kesadahan dibedakan menjadi

    kesadahan karbonat dan kesadahan non-karbonat.

    d. Klorida (Cl)Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam

    bentuk larutan. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida

    (Cl-). Ion klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan

    pada perairan alami dalam jumlah yang lebih banyak daripada anion

    halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium

    klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl2). Selain

    dalam bentuk larutan, klorida dalam bentuk padatan ditemukan pada

    batuan mineral sodalite [Na8(AlSiO4)6]. Pelapukan batuan dan tanah

    melepaskan klorida ke perairan. Sebagian besar klorida bersifat mudah

    larut.

    Klorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar

    klorida umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral.

    Kadar klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium

    yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini

    mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida >

    250 mg/l dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut

    merupakan batas klorida untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Rump

    dan Krist, 1992 dalam Effendi, 2003). Perairan yang diperuntukkan bagi

    keperulan domestik, termasuk air minum, pertanian, dan industri,

    sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/liter (Sawyerdan McCarty, 1978). Keberadaan klorida di dalam air menunjukkan bahwa

    air tersebut telah mengalami pencemaran atau mendapatkan rembesan dari

    air laut.

    Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan

    dalam pengaturan tekanan osmotik sel. Klorida tidak memiliki efek

    fisiologis yang merugikan, tetapi seperti amonia dan nitrat, kenaikan akan

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    20/37

    terjadi secara tiba-tiba di atas baku mutu sehingga dapat menyebabkan

    polusi. Toleransi klorida untuk manusia bervariasi berdasarkan iklim,

    penggunaannya, dan klorida yang hilang melalui respirasi. Klorida dapat

    menimbulkan gangguan pada jantung/ginjal.

    Di Indonesia, khlor digunakan sebagai desinfektan dalam

    penyediaan air minum untuk menghilangkan mikroorganisme yang tidak

    dibutuhkan. Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan

    sebagai desinfektan adalah sebagai berikut (Tebbut, 1992 dalam Effendi,

    2003) .

    lorin juga bereaksi dengan senyawa nitrogen membentuk mono-

    amines, di-amines, tri-amines, N-kloramines, N-kloramides, dan senyawa

    nitrogen berklor lainnya. Monokloramines (NH2Cl) adalah bentuk

    senyawa klor dan nitrogen yang utama di perairan. Senyawa ini bersifat

    stabil dan biasanya ditemukan beberapa hari setelah penambahan klorin.

    Klor yang berikatan dengan senyawa kimia lain dikenal sebagai klorin

    terikat, sedangkan klorin bebas adalah ion klorida dan ion hipoklorit yang

    tidak berikatan dengan senyawa lainnya.

    Penentuan jumlah klorin di perairan diperlukan dalam proses pengolahan

    air baku untuk keperluan domestik dan pengolahan limbah cair yang

    menggunakan klorin sebagai desinfektan, untuk mengetahui kadar klorin

    yang tersisa di perairan.

    e. ManganMangan (Mn), metal kelabu-kemerahan, merupakan kation logam

    yang memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi. Mangan berada

    dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Di dalam tanah,Mn4+ berada dalam bentuk senyawa mangan dioksida yang sangat tak

    terlarut di dalam air dan mengandung karbondioksida. Pada kondisi

    reduksi (anaerob) akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar yang

    tinggi, Mn4+ pada senyawa mangan dioksida mengalami reduksi menjadi

    Mn2+ yang bersifat larut. Mn2+ berikatan dengan nitrat, sulfat, dan

    klorida serta larut dalam air. Mangan dan besi valensi dua hanya terdapat

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    21/37

    pada perairan yang memiliki kondisi anaerob (Cole, 1988 dalam Effendi,

    2003). Jika perairan mendapat cukup aerasi, Mn2+ mengalami reoksidasi

    membentuk Mn4+ yang selanjutnya mengalami presipitasi dan mengendap

    di dasar perairan (Moore, 1991 dalam Effendi, 2003).

    Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/liter atau kurang.

    Kadar yang lebih besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau

    yang dalam. Perairan yang diperuntukkan bagi irigasi pertanian untuk

    tanah yang bersifat asam sebaiknya memiliki kadar mangan sekitar 0,2

    mg/liter, sedangkan untuk tanah yang bersifat netral dan alkalis sekitar 10

    mg/liter.

    Mangan merupakan nutrien renik yang esensial bagi tumbuhan dan

    hewan. Logam ini berperan dalam pertumbuhan dan merupakan salah satu

    komponen penting pada sistem enzim. Defisiensi mangan dapat

    mengakibatkan pertumbuhan terhambat serta terganggunya sistem saraf

    dan proses reproduksi. Pada tumbuhan, mangan merupakan unsur esensial

    dalam proses metabolisme.

    Meskipun tidak bersifat toksik, mangan dapat mengendalikan

    kadar unsur toksik di perairan, misalnya logam berat. Jika dibiarkan di

    udara terbuka dan mendapat cukup oksigen, air dengan kadar mangan

    (Mn2+) tinggi (lebih dari 0,01 mg/liter) akan membentuk koloid karena

    terjadinya proses oksidasi Mn2+ menjadi Mn4+. Koloid ini mengalami

    presipitasi membentuk warna cokelat gelap sehingga air menjadi keruh.

    Mangan merupakan ion logam yang dapat menimbulkan masalah dalam

    sistem penyediaan air minum, masalah utama timbul pada air tanah dan

    kesulitannya adalah ketika sumber air mengandung mangan pada musim-musim tertentu. Hal ini disebabkan adanya reaksi-reaksi kimia yang sangat

    dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Masuknya mangan ke dalam sistem

    penyediaan air minum akibat adanya perubahan kondisi lingkungan

    sebagai hasil reaksi biologi secara garis besar dituliskan sebagai berikut :

    f. Natrium (Na) adalah salah satu unsur alkali utama yang ditemukan diperairan dan merupakan kation penting yang mempengaruhi

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    22/37

    kesetimbangan keseluruhan kation di perairan. Natrium elemental sangat

    reaktif, sehingga bila berada di dalam air akan terdapat sebagai suatu

    senyawa. Hampir semua senyawa natrium mudah larut dalam air dan

    bersifat sangat reaktif.

    g. Sumber utama natrium di perairan adalah albite (NaAlSi3O8), nepheline(NaAlSiO4), halite (NaCl), dan mirabilite (Na2SO4.10H2O). Garam-

    garam natrium digunakan dalam industri sehingga limbah industri dan

    limbah domestik merupakan sumber natrium antropogenik. Hampir semua

    perairan alami mengandung natrium dengan kadar antara 1 mg/liter hingga

    ribuan mg/liter. Pengukuran kadar natrium perlu dilakukan jika perairan

    diperuntukkan bagi air minum dan kepentingan irigasi pertanian. Natrium

    bagi tubuh tidak merupakan benda asing, tetapi toksisitasnya tergantung

    pada gugus senyawanya. NaOH atau hidroksida Na sangat korosif, tetapi

    NaCl justru dibutuhkan olah tubuh.

    h. NitratNitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan

    merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat

    nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini

    dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan.

    Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan

    nitrat merupakan proses yang penting dalam siklus nitrogen dan

    berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan

    oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat

    dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut

    merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energi dariproses kimiawi. Oksidasi nitrit menjadi amonia ditunjukkan dalam

    persamaan reaksi (2.12), sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat

    ditunjukkan dalam persamaan reaksi (2.13) (Novotny dan Olem, 1994

    dalam Effendi, 2003).

    i. Nitrit

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    23/37

    Di perairan alami, nitrit (NO2) ditemukan dalam jumlah yang

    sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil

    dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan

    (intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat

    dengan gas nitrogen (denitrifikasi) yang berlangsung pada kondisi

    anaerob. Proses denitrifikasi ditunjukkan dalam persamaan reaksi (2.15)

    (Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi, 2003).

    Pada denitrifikasi, gas N2 dilepaskan dari dalam air ke udara. Keberadaan

    nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan

    organik yang memiliki kadar oksigen terlarut sangat rendah.

    j. pHpH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar

    asam/basa dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting

    dan paling sering digunakan pada kimia air. pH digunakan pada penentuan

    alkalinitas, CO2, serta dalam kesetimbangan asam basa. Pada temperatur

    yang diberikan, intensitas asam atau karakter dasar suatu larutan

    diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen. Perubahan pH air dapat

    menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan warna. Pada proses pengolahan

    air seperti koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan air, nilai pH harus dijaga

    sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat. Asam dan basa pada

    dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang ditimbulkan

    pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu menghasilkan

    air. Ion H+ dan OH- selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang

    dinamis dengan H2O.

    Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus,kertas pH universal, larutan indikator universal (metode Colorimeter) dan

    pHmeter (metode Elektroda Potensiometri). Pengukuran pH penting untuk

    mengetahui keadaan larutan sehingga dapat diketahui kecenderungan

    reaksi kimia yang terjadi serta pengendapan materi yang menyangkut

    reaksi asam basa.

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    24/37

    Elektroda hidrogen merupakan absolut standard dalam

    penghitungan pH. Karena elektroda hidrogen mengalami kerumitan dalam

    penggunaannya, ditemukanlah elektroda yang dapat dibuat dari gelas yang

    memberikan potensial yang berhubungan dengan aktivitas ion hidrogen

    tanpa gangguan dari ion-ion lain. Penggunaannya menjadi metode

    standard dari pengukuran pH.

    Pengukuran pH diatas 10 dan pada temperatur tinggi sebaiknya

    menggunakan elektroda gelas spesial. Alat-alat yang digunakan pada

    umumnya distandarisasi dengan larutan buffer, dimana nilai pH nya

    diketahui dan lebih baik digunakan larutan buffer dengan pH 1 2 unit

    yang mendekati nilai pH contoh air.

    k. SulfatIon sulfat (SO4) adalah anion utama yang terdapat di dalam air.

    Jumlah ion sulfat yang berlebih dalam air minum menyebabkan terjadinya

    efek cuci perut pada manusia. Sulfat mempunyai peranan penting dalam

    penyaluran air maupun dalam penggunaan oleh umum.

    l. KaliumKalium (K) atau potasium yang menyusun sekitar 2,5 % lapisan

    kerak bumi adalah salah satu unsur alkali utama di perairan. Di perairan,

    kalium terdapat dalam bentuk ion atau berikatan dengan ion lain

    membentuk garam yang mudah larut dan sedikit sekali membentuk

    presipitasi. Cole (1988) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa kalium

    cenderung membentuk micas yang bersifat tidak larut. Kondisi ini

    mengakibatkan kadar kalium di perairan lebih sedikit daripada kadar

    natrium.Hampir 95 % dari produksi kalium digunakan sebagai pupuk bagi

    tanaman. Selain itu, kalium juga digunakan dalam industri gelas, farmasi,

    karet sintetis, sabun, detergen, dan sebagainya. Perairan dengan rasio Na :

    K kurang dari 10 bersifat toksik bagi beberapa organisme akuatik. Kadar

    kalium yang terlalu tinggi sehingga melebihi 2.000 mg/liter berbahaya

    bagi sistem pencernaan dan saraf manusia. Kadar kalium sebanyak 50

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    25/37

    mg/liter dan kadar natrium 100 mg/liter yang terdapat secara bersamaan

    kurang baik bagi kepentingan industri karena dapat membentuk karat dan

    menyebabkan terjadinya korosi pada peralatan logam.

    m. Zat OrganikZat organik (KMnO4) merupakan indikator umum bagi

    pencemaran. Tingginya zat organik yang dapat dioksidasi menunjukkan

    adanya pencemaran.

    Zat organik mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu, bila

    zat organik banyak terdapat di badan air, dapat menyebabkan jumlah

    oksigen di dalam air berkurang. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka

    jumlah oksigen akan semakin menipis sehingga kondisi menjadi anaerob

    dan dapat menimbulkan bau.

    n. Oksigen Terlarut (DO)Oksigen terlarut adalah banyaknya gas oksigen yang larut dalam

    air. Oksigen terlarut merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan

    tumbuhan dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air

    tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi

    oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupan makhluk hidup.

    Oksigen terlarut dapat berasal dari fotosintesis tumbuhan air yang

    jumlahnya tergantung dari tumbuhannya dan dari udara yang masuk dalam

    air dengan kecepatan tertentu. Kelarutan oksigen di dalam air tergantung

    pula pada suhu. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan

    mengakibatkan hewan air yang membutuhkan oksigen akan mati,

    sebaliknya bila kadar oksigen terlalu tinggi dapat mengakibatkan proses

    pengkaratan (Fardiaz, 1992).Untuk mengukur oksigen terlarut digunakan DO meter. Alat ini

    menggunakan dua elektroda yang terbuat dari timah dan perak yang

    diletakkan dalam larutan elektroda dan disertai alat pengukur arus

    (mikrometer) yang terjadi pada reaksi perpindahan elektron. Pada

    elektroda timah dibebaskan elektron yang kemudian berpindah melalui

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    26/37

    mikrometer menuju elektroda perak. Melalui mikrometer inilah dapat

    diketahui konsentrasi oksigen terlarut dalam air.

    o. AlkalinitasAlkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam

    tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas merupakan pertahanan air

    terhadap pengasaman. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion

    karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), borat (BO33-),

    fosfat (PO43-), silika (SiO44-), dan sebagainya. Dalam air alam,

    alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, sisanya oleh

    karbonat dan hidroksida (Linsley, 1995).

    Air leding memerlukan ion alkalinitas dalam konsentrasi tertentu.

    Kalau kadar alkalinitas tinggi dibandingkan dengan kadar kesadahan akan

    menyebabkan air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa.

    Sebaliknya alkalinitas yang rendah dan tidak seimbang dengan sadahan

    maka dapat menyebabkan kerak CaCO3 (kalsium karbonat) pada dinding

    pipa yang dapat memperkecil penampang basah pipa. Air irigasi tidak

    boleh mengandung kadar alkalinitas tinggi.

    3. Parameter Biologi

    Pemeriksaan air secara biologis sangat penting untuk mengetahui

    keberadaan mikroorganisme yang terdapat dalam air. Berbagai jenis bakteri

    patogen dapat ditemukan dalam sistem penyediaan air bersih, walaupun dalam

    konsentrasi yang rendah. Analisa mikrobiologi untuk bakteri-bakteri tersebut

    dilakukan berdasarkan organisme petunjuk (indicator organism). Bakteri-bakteri

    ini menunjukkan adanya pencemaran oleh tinja manusia dan hewan berdarahpanas lainnya, serta mudah dideteksi. Bila organisme petunjuk ini ditemui dalam

    contoh air, berarti air tersebut tercemar oleh bakteri tinja serta ada kemungkinan

    mengandung bakteri patogen. Bila contoh air tidak mengandung organisme

    petunjuk berarti tidak ada pencemaran oleh tinja dan air tidak mengandung bakteri

    patogen. Tes dengan organisme petunjuk merupakan cara yang paling mudah

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    27/37

    untuk menentukan pencemaran air oleh bakteri patogen dan dapat dilakukan

    secara rutin.

    Coliform termasuk dalam keluarga Enterobacteriaceae dan genus

    Escherichia dengan karakteristik bakteri yang mempunyai bentuk batang, gram

    negatif, sangat motil, tidak berspora, dan bersifat aerobik fakultatif dengan

    memanfaatkan oksigen pada kondisi aerob dan melakukan fermentasi pada

    kondisi anaerob. Bentuk dari bakteri ini diperlihatkan pada Gambar 2.1. Bakteri

    dalam genus ini dapat tumbuh dengan mudah pada media yang mengandung

    garam-garam mineral, karbohidrat, dan garam-garam ammonium.

    Escheria coli, dengan nama aslinya Bacterium coli, diidentifikasi pertama

    kali pada tahun 1885 oleh seorang dokter anak dari Jerman , Theodor Escherich.

    E.coli terdistribusi sebagian besar pada usus besar manusia dan hewan berdarah

    panas serta merupakan bakteri fakultatif anaerob yang sangat dominan pada usus

    besar. Bakteri ini digunakan sebagai indikator dalam menganalisa bakteri fecal

    coliform dalam air karena mampu bertahan hidup di luar sistem pencernaan.

    Kehadiran bakteri ini di dalam air tidak berbahaya, tetapi menandakan keberadaan

    bakteri patogen lain. Terdapat beberapa strain dari E.coli yang jika masuk ke

    sistem pencernaan akan mengakibatkan penyakit perut seperti diare.

    Berikut beberapa literatur terkait pengelolaan air limbah yang bersumber

    dari Departemen Perindustrian (tahun, 2007). Pengelolaan air limbah bertujuan

    untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dilakukan dengan

    mengurangi jumlah dan kekuatan air limbah sebelum dibuang ke perairan

    penerima. Tingkat pengurangan yang diperlukan dapat diperkirakan berdasarkan

    data karakteristik air limbah dan persyaratan baku mutu lingkungan yang berlaku.

    Berbagai teknik pengelolaan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya

    telah dicoba dan dikembangkan selama ini.

    Pengolahan air yang tercemar dapat dilakukan dengan berbagai macam

    proses. Diantaranya pemurnian, pemurnian air yang banyak dilakukan ada tiga

    tahap, yaitu penyimpanan, filtrasi dan klorinasi. Tapi sepertinya tiga tahap ini

    belum cukup untuk benar-benar memurnikan air yang tercemar.

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    28/37

    Berikut beberapaa cara lain untuk mengurangi bahaya pencemaran air baik

    secara biologis maupun kimiawi :

    1.

    Penyaringan dan perebusanMeski tampak bersih, air yang akan diminum harus disaring dan direbus

    hingga mendidih setidaknya selama 5-10 menit. Hal ini dapat membunuh

    bakteri, spora, ova, kista dan mensterilkan air. Proses ini juga

    menghilangkan karbon dioksida dan pengendapan kalsium karbonat.

    2. Disinfeksi kimiaHal ini berguna untuk memurnikan air yang disimpan pada tempat seperti

    di genangan air, tangki atau air sumur.

    Bubuk pemutih

    3. Proses ini merupakan diklorinasi kapur. 2,3 gram bubuk pemutihdiperlukan untuk mendisinfeksi 1 meter kubik (1.000 liter) air. Tapi air

    yang sangat tercemar dan keruh tidak bisa dimurnikan dengan metode ini.

    Bubuk pemutih merupakan senyawa tidak stabil dengan bau yang

    menyengat. Ketika senyawa ini terkena udara, cahaya atau kelembaban,

    maka senyawa ini akan cepat kehilangan kadar klorin, sehingga menjadi

    tidak efektif.

    4. Tablet klorinDipasaran, tablet klorin dijual dengan nama tablet halazone. Senyawa ini

    mungkin cukup mahal tetapi efektif untuk memurnikan air dengan skala

    kecil. Tablet klorin smarter telah diperkenalkan baru-baru ini. Tablet

    klorin ini 15-20 kali lebih kuat dari tablet halogen. Satu pil 0.5 gms, cukup

    untuk mendisinfeksi 20 liter air.

    5. FilterAda beberapa jenis filter, antara lain filter keramik lilin dan UV filter.

    Bagian utama dari sebuah filter keramik lilin ini adalah lilin yang terbuat

    dari porselin atau tanah infusorial. Permukaannya dilapisi dengan katalis

    perak sehingga bakteri yang masuk ke dalam akan dibunuh. Metode ini

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    29/37

    menghilangkan bakteri yang biasanya ditemukan dalam minum air, tetapi

    tidak efektif dengan virus yang bisa lolos saringan.

    Secara umum, pengolahan limbah cair dapat dibedakan menjadi tiga, yaitupengolahan primer, pengolahan sekunder, dan pengolahan tersier. Pengolahan

    primer merupakan pengolahan secara fisik untuk menyisihkan benda-benda

    terapung atau padatan tersuspensi terendapkan (settleable solids). Pengolahan

    primer ini berupa penyaringan kasar, dan pengendapan primer untuk memisahkan

    bahan inert seperti butiran pasir /tanah. Saringan kasar digunakan untuk menahan

    benda berukuran relative besar. Karena butiran pasir / tanah merupakan bahan

    non-biodegradable dan dapat terakumulasi di dasar instalasi pengolahan limbah

    cair, maka bahan tersebut harus dipisahkan dari limbah cair yang akan diolah.

    Penyisihan butiran pasir atau tanah dapat dilakukan dengan bak

    pengendapan primer. Pengendapan primer ini umumnya dirancang untuk waktu

    tinggal sekitar 2 jam. Dengan pengolahan sekunder BOD dan TSS dalam limbah

    cair dapat dikurangi secara signifikan, tetapi effluent masih mengandung

    amonium atau nitrat, dan fosfor dalam bentuk terlarut. Kedua bahan ini erupakan

    unsur hara (nutrien) bagi tanaman akuatik. Jika unsur nutrient ini dibuang ke

    perairan (sungai atau danau), akan menyebabkan pertumbuhan biota air dan alpa

    secara berlebih yang dapat mengakibatkan eutrofikasi dan pendangkalan badan air

    tersebut. Oleh karena itu, unsure hara tersebut perlu dieliminasi dari efluen.

    Nitrogen dalam effluent instalasi pengolahan sekunder kebanyakan dalam bentuk

    senyawa ammonia atau ammonium, tergantung pada nilai pH. Senyawa amoniak

    ini bersifat toksik terhadap ikan, jika konsentrasinya cukup tinggi. Permasalahan

    lain yang berkaitan dengan amonia adalah penggunaan oksigen terlarut selama

    proses konversi dari amonia. Jadi nitrat oleh mikroorganisme (nitrifikasi).Oleh

    karena itu, untuk meningkatkan kualitas effluent dibutuhkan pengolahan

    tambahan, yang dikenal sebagai pengolahan tersier (advanced waste water

    treatment) untuk mengurangi atau menghilangkan konsentrasi BOD, TSS dan

    nutrien (N,P). Proses pengolahan tersier yang dapat diterapkan antara lain adalah

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    30/37

    filtrasi pasir, eliminasi nitrogen (nitrifikasidan denitrifikasi), dan eliminasi fosfor

    (secara kimia maupun biologis).

    Terdapat teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan,

    secara umum terdapat tiga metoda pengolahan (Tjokrokusumo, 1995) :

    1. Pengolahan secara fisika. Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahanlanjutan terhadap air buangan diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi

    berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang

    mengapung mudah disisihkan terlebih dahulu. Proses flotasi banyak

    digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti

    minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya.

    Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang

    mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses

    pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara

    penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur

    endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air

    flotation).

    Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk

    mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan

    dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi

    dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat

    membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.

    Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk

    menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik

    terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air

    buangan tersebut.

    Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-

    unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk

    menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya

    sangat mahal.

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    31/37

    2. Pengolahan secara kimia. Pengolahan air buangan secara kimia biasanyadilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah

    mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor dan zat organik

    beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.

    Pengolahan kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi

    biaya menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.

    Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan

    membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan

    dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut,

    sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa

    fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya)

    sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau

    endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH

    air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom

    heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3],

    terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan

    reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).

    Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada

    konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor

    (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida.

    Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan

    secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena

    memerlukan bahan kimia.

    3. Pengolahan secara biologis. Semua polutan air yang biodegradable dapatdiolah biologis, sebagai pengolahan skunder, pengolahan secara biologisdipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam

    beberapa dasawarsa telah dikembangkan berbagai metode pengolahan

    biologis dengan segala modifikasinya. Misalnya di dalam reaktor

    pertumbuhan melekat (attached growth reaktor), mikroorganisme tumbuh

    di atas media pendukung seperti pada batu kerikil, dengan membentuk

    lapisan film untuk melekatkan dirinya, oleh karena itu reaktor ini disebut

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    32/37

    juga sebagai bioreaktor film tetap, berbagai modifikasi telah banyak

    dikembangkan selama ini antara lain : trickling filter, cakram biologi, filter

    terendam dan reaktor fludisasi. Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan

    efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%. Semua air buangan yang

    biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder,

    pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling

    murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai

    metode pengolahan biologi.

    Dalam menentukan Kualitas Air Bersih dikenal 3 parameter utama yaitu:

    (1) Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), (2) Kebutuhan Oksigen

    Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan (3) Kebutuhan

    Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD).

    1. Oksigen Terlarut

    Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian

    besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan

    hidupnya, baik tanaman maupun hewan air, bergantung kepada oksigen yang

    terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan kebutuhan oksigen tertinggi,

    kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri.

    Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi

    secara bekesinambungan. Mikoorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air,

    untuk pertumbuhannya membutuhkan sumber energi yaitu unsur karbon (C) yang

    dapat diperoleh dari bahan organik yang berasal dari tanaman, ganggang yang

    mati, maupun oksigen dari udara.

    Bahan organik tersebut oleh mikroorganisme akan duraikan menadi

    karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). CO2 selanjutnya dimanfaatkan oleh

    tanaman dalam air untuk proses fotosintesis membentuk oksigen, dan seterusnya.

    Oksigen yang dimanfaatkan untuk proses penguraian bahan organik

    tersebut akan diganti oleh oksigen yang masuk dari udara maupun dari sumber

    lainnya secepat habisnya oksigen terlarut yang digunakan oleh bakteri atau

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    33/37

    dengan kata lain oksigen yang diambil oleh biota air selalu setimbang dengan

    oksigen yang masuk dari udara maupun dari hasil fotosintesa tanaman air.

    Apabila pada suatu saat bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai

    akibat masuknya limbah aktivitas manusia (seperti limbah organik dari industri),

    yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan kecepatan pertumbuhan

    mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati juga meningkatnya kebutuhan

    oksigen, sementara suplai oksigen dari udara jumlahnya tetap. Pada kondisi

    seperti ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air dengan yang

    dimanfaatkan oleh biota air tidak setimbang, akibatnya terjadi defisit oksigen

    terlarut dalam air. Bila penurunan oksigen terlarut tetap berlanjut hingga nol, biota

    air yang membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati, dan digantikan dengan

    tumbuhnya mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anerobik.

    Sama halnya dengan mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfatkan

    karbon dari bahan organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana

    (CH4) disamping terbentuk gas asam sulfida (H2S) yang berbau busuk.

    2. BOD dan CO

    Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari

    penurunan kadar oksigen terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan organik

    dari luar, umumnya digunakan uji BOD dan atau COD.

    Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis

    (KOB) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh

    mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam

    air.

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    34/37

    Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang menujukkan

    jumlah atau kadar bahan organik dalam air, tetapi mengukur secara relative

    jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi atau

    menguraikan bahan-bahan organik tersebut. BOD tinggi menunjukkan bahwa

    jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan

    organik dalam air tersebut tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen.

    Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya

    makanan yang tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung

    BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air.

    BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku yaitu pengukuran jumlah

    oksigen yang dihabiskan dalam waktu lima hari oleh mikroorganisme pengurai

    secara aerobic dalam suatu volume air pada suhu 20 derajat Celcius. BOD5

    500mg/liter (atau ppm) berarti 500 mgram oksigen akan dihabiskan oleh

    mikroorganisme dalam satu liter contoh air selama waktu lima hari pada suhu 20

    derajat Celcius.

    Beberapa dasar yang sering digunakan untuk menentukan kualitas air

    dilihat dari kadar BOD adalah:

    Erat kaitannya dengan BOD adalah COD. Dalam bahan buangan, tidak

    semua bahan kimia organik dapat diuraikan oleh mikroorganisme secara cepat.

    Bahan organik dalam air bersifat:

    Dapat diuraikan oleh bakteri (biodegradasi) dalam waktu lima hari Bahan organik yang tidak teruraikan oleh bakteri dalam waktu lima hari Bahan organik yang tidak mengalami biodegradasi

    Uji COD ini meliputi semua bahan organik di atas, baik yang dapat diuraikan oleh

    mikroorganisme maupun yang tidak dapat diuraikan. Oleh karena itu hasil uji

    COD akan lebih tinggi dari hasil uji BOD.

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    35/37

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    A. SIMPULAN

    Setelah melakukan praktikum acara ini yaitu mengenai perhitungan BPM

    dan BPA, maka dapat disimpulkan

    1. Perhitungan BPM atau beban pencemaran maksimum dan BPA atau bebanpencemaran aktual bertujuan agar dapat mengetahui baku mutu limbah

    yang di anjurkan oleh pemerintah.2. BPA dan BPM mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dalam

    penentuan baku mutu limbah cair. Jika BPA lebih kecil daripada BPM

    maka memenuhi baku mutu limbah cair. Begitu juga sebaliknya.

    3. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai BPA yanglebih kecil daripada BPM, baik pada parameter BOD maupun CODnya,

    maka dipastikan bahwa industry tersebut memenuhi baku mutu limbah

    cair.

    B. Saran

    Sebaiknya untuk praktikum kedepannya dalam acara ini, diharapkan agar

    dapat praktikum langsung menuju tempat industrinya, jadi praktikan akan lebih

    mengetahui lebih dalam tentang penentuan baku mutu limbah yang sebenarnya

    disamping perhitungan.

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    36/37

    DAFTAR PUSTAKA

    Anita, Agnes. 2005.Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN Coliform Pada

    Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan Di RSUD Nganjuk.

    Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2(1): 97-110.

    Dosen Pengampu dan Tim Asisten. 2013. Modul Praktikum Teknik Pengolahan

    Limbah. UNSOED : Purwokerto.

    Purwanti. 2009. Alat dan Bahan Kimia dalam Laboratorium IPA. Yogyakarta:

    SMPN 3 Gamping.

    Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas

    Perairan. Oseana. 30(3): 21-26.

    Sutimin. 2006.Model Matematika Konsentrasi Oksigen Terlarut Pada Ekosistem

    Perairan Danau. Jurnal Lingkungan . 1(1):1-5.

    Welasih, Tjatoer. 2008.Penurunan Bod Dan Cod Limbah Industri Kertas Dengan

    Air Laut Sebagai Koagulan. Jurnal Rekayasa Perencanaan. 4(2): 1-

    13.

  • 7/22/2019 TPL DOK2

    37/37

    LAMPIRAN