tpl dok2
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 TPL DOK2
1/37
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH
PENGUKURAN BPM DAN BPA INDUSTRI
Oleh:
Helmi Purwo Asmoro
NIM AIH011046
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
-
7/22/2019 TPL DOK2
2/37
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal, karena sifatnya
tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang murni. Tetapi didalamnya
terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan terlarutnya unsur dan senyawa
tersebut, terutama hara mineral, maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk
hidup. Walaupun demikian ternyata tidak semua air dapat secara langsungdigunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus memenuhi kriteria
dalam setiap parameternya masing-masing.
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau yang diuji
berdasarkan perameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-perundangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup : 115 Tahun 2003). Kualitas airdapat dinyatakan
dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan
bahan yang diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter
fisik adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan
sebagainya.
Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air,
seperti kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC),
mineral atau logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya.
-
7/22/2019 TPL DOK2
3/37
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk :
1. Menentukan besar Beban Pencemaran Maksimum (BPM) suatu limbahindustry.
2. Menentukan besar Beban Pencemaran Sebenarnya (BPA) suatu limbahindustri.
3. Menyimpulkan apakah industri tersebut memenuhi baku mutu limbah cair.
-
7/22/2019 TPL DOK2
4/37
II. TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang
banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Untuk menjaga atau mencapai
kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan
tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan atau
pengendalian. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi
air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiahnya.
Pelestarian kualitas air dilakukan pada sumber air yang terdapat di hutan
lindung. Sedangkan pengelolaan kualitas air pada sumber air di luar hutan lindung
dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu upaya memelihara
fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu air.
Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan
mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan
mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan manusia serta kehidupan
makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil
guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumber daya air yang
pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumber daya alam (natural resources
depletion).
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global
proses mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD
diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan untuk
mendesain sistem pengolahan secara biologis (Agnes Anita, 2005). BOD sebagai
ukuran jumlah oksigen terlarut yang digunakan oleh mikroorganisme untuk
mengurai bahan organik yang terkandung dalam perairan.
Sedangkan COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana
pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent)
-
7/22/2019 TPL DOK2
5/37
(Agnes Anita, 2005). Dengan kata lain COD merupakan jumlah oksigen terlarut
yang digunakan untuk mengurai bahan organik yang terkandung dalam perairan.
BOD dan COD mempunyai peranan penting dalam perairan, yaitu sebagai
parameter penentuan kualitas suatu perairan, apakah perairan tersebut tercemar
atau tidak. Selain itu, kandungan BOD dan COD dalam air dapat membantu
mikroorganisme dalam mengurai bahan-bahan organik di perairan. Selain itu,
Oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik (Salmin, 2005).
Semakin banyak bahan organic dalam air, maka semakin besar BODnya
sedangkan DO akan semakin rendah. Air yang bersih adalah jika tingkat DOnya
tinggi, sedangkan BOD dan zat padat terlarutnya rendah. Apabila kadar oksigen
terlarut berkurang mengakibatkan hewan-hewan yang menempati perairan
tersebut akan mati. Dan jika kadar BOD dan COD meningkat menyebabkan
perairan menjadi tercemar (Hilda Zulkifli, 2009).
Standart Baku Mutu adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau
bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan
terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Untuk mencegah
terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan
aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.Standart baku mutu
berfungsi untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau
tercemar (SK Gubernur Jatim, 2002).
Berdasarkan definisinya, pencemaran air yang diindikasikan dengan
turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentutersebut di atas adalah baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi sebagai tolok
ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga merupakan arahan
tentang tingkat kualitas air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh setiap
program kerja pengendalian pencemaran air.
Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (designated
beneficial water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang
-
7/22/2019 TPL DOK2
6/37
mungkin berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu,
penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukkan perlu
disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air).
Penetapan baku mutu air yang didasarkan pada peruntukan semata akan
menghadapi kesulitan serta tidak realistis dan sulit dicapai pada air yang kondisi
nyata kualitasnya tidak layak untuk semua golongan peruntukan. Dengan
ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi airnya,
akan dapat dihitung berapa beban zat pencemar yang dapat ditenggang adanya
oleh air penerima sehingga air dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Beban pencemaran ini merupakan daya tampung beban pencemaran bagi air
penerima yang telah ditetapkan peruntukannya.
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI
Sumber : LAMPIRAN 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No:
03/MENLH/1998
Tanggal : 15 Januari 1998
Parameter Kadar Maksimum (mg/L) BPM (Kg/Hari Ha)
BOD 5 50 4,3
COD 100 8,6TSS 200 17,2
pH 6,09,0
DEBIT LIMBAH CAIR MAKSIMUM
1L per detik Ha lahan yang terpakai
LAMPIRAN 11
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No: 03/MENHL/1998
Tanggal: 15 Januari 1998
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI
PENJELASAN TENTANG PERHITUNGAN BEBAN PENCEMARAN
MAKSIMUM UNTUK MENENTUKAN MUTU LIMBAH CAIR
-
7/22/2019 TPL DOK2
7/37
Penerapan baku mutu limbah cair pada pembuangan limbah cair melalui
penetapan beban pencemaran maksimum sebagaimana tercantum dalam lampiran
1 berdasarkan pada jumlah unsur pencemar yang terkandung dalam aliran limbah
cair. Untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut:
1. Beban Pencemaran Maksimum
BPM = (Cm)j x Dm x A x f
Keterangan:
BPM = beban pencemaran maksimum yang diperolehkan, dalam kg parameter per
hari
(Cm)j = kadar maksimum parameter j, dalam mg/liter
Dm = debit limbah cair maksimum, dalam L limbah cair per detik per hektar
A = luas lahan kawasan yang terpakai, dinyatakan dalam hektar (Ha)
f = faktor konversi = 1 kg/ 1000000 mg * (24 x 3600 detik )/hari = 0,086
2. Beban Pencemaran Sebenarnya
BPA = (CA)j x (DA) x f
Keterangan:
BPA = beban pencemaran sebenarnya, dalam kg parameter per hari
(CA)j = kadar sebenarnya parameter j, dalam mg/liter
DA = debit limbah cair sebenarnya, dalam liter per detik
f = faktor konversi = 0,086
-
7/22/2019 TPL DOK2
8/37
III. METODOLOGI
A.Alat dan Bahan
1. Data praktikum BOD dan COD
2. Kertas dan bolpoint
3. Kalkulator
B. Cara Kerja
1. Menghitung besarnya beban pencemaran maksimum dari sampel sesuaiketentuan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No:
03/MENLH/1998.
2. Penghitung besarnya beban pencemaran sebenarnya dari sampel sesuaiketentuan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No:
03/MENLH/1998.
3. Menentukan apakah sampel limbah sudah memenuhi standar Baku MutuLimbah Cair
-
7/22/2019 TPL DOK2
9/37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Perhitungan BPM dab BPA industry minyak kelapa sawit (200.000 m2) :
1. BOD5BPM = (cm) x Dm x Ax F
= 50 x 1 x 50 x 0,086
= 215 kg/hari.
BPA = (A) j x (DA) x f
= 400 x 2,5 x 0,086
= 86 kg/hari.
2. CODBPM = (cm)j x Dm x A x f
= 100 x 1 x 50 x 0,086
= 430 kg/hari
BPA = (CA) j x (DA) x f
= 350 x 2,5 x 0,086
= 75,25 kg/hari.
Kesimpulan : Industri Minyak Kelapa Sawit tersebut memenuhi baku mutu
limbah cair dan layak , karena berdasarkan perhitungan BPA yang lebih kecil dari
BPM pada parameter BOD5 dan CODnya.
-
7/22/2019 TPL DOK2
10/37
B. Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai perhitungan BPM atau Beban PencemaranMaksimum dan BPA atau Beban Pencemaran Aktual suatu industry, dimana
dengan perhitungan seperti ini maka akan mudah untuk menentukan baku mutu
limbah cair tersebut. Baku Mutu Limbah Cair Kawasan Industri adalah batas
maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup dari
suatu Kawasan Industri. Beban pencemaran maksimum adalah beban pencemaran
tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup, sedangkan
beban pencemaran sebenarnya adalah beban yang sebenarnya terjadi pi kawasan
industri tersebut.
Dari data yang sudah diberikan asisten, diketahui suatu kawasan industri
mempunyai luas lahan 500.000 m2. Maka jika kita masukan ke dalam rumus BPM
= (cm)j x Dm x A x F didapatkan BPM BOD sebesar 215 kg/hari dan BPM COD
sebesar 430 kg/hari. Untuk BPA yang mana rumus dari BPA itu sendiri sama
dengan (CA)j x (DA) x F, maka didapatkan nilai BPA dari BOD sebesar 86
kg/hari dan BPA dari COD sebesar 75,25 kg/hari. Jika di analisis dengan melihat
besaran BPA dan BPMnya, maka dapat disimpulkan bahwa industry minya sawit
tersebut masih memenuhi baku mutu limbah cair. Sehingga dengan demikian
bahwa industry minyak sawit tersebut, dalam menghasilkan limbah yang di buang
ke lingkungan masih jauh dari kata pencemaran yang dapat merusak lingkungan
khususnya kualitas airnya.
Parameter adalah patokan pengukuran untuk mengukur seberapa besar
permasalahan yang terjadi. Parameter kualitas air dibagi menjadi tiga, yaitu
parameter kimia, parameter biologi dan parameter kimia, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Parameter Fisik
Beberapa parameter fisik yang digunakan untuk menentukan kualitas air
meliputi suhu, kekeruhan, warna, daya hantar listrik, jumlah zat padat terlarut,
rasa, bau.
-
7/22/2019 TPL DOK2
11/37
a. BauAir minum yang berbau, selain tidak estetis juga tidak disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air,
misalnya bau amis dapat disebabkan oleh adanya algae dalam air tersebut.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum yang
dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berbau.
b. Jumlah Zat Padat TerlarutZat padat merupakan materi residu setelah pemanasan dan
pengeringan pada suhu 103 oC 105 oC. Residu atau zat padat yang
tertinggal selama proses pemanasan pada temperatur tersebut adalah
materi yang ada dalam contoh air dan tidak hilang atau menguap pada 105
oC. Dimensi zat padat dinyatakan dalam mg/l atau g/l, % berat (kg zat
padat/kg larutan), atau % volume (dm3 zat padat/liter larutan).
Dalam air alam, ditemui dua kelompok zat yaitu zat terlarut
(seperti garam dan molekul organis) serta zat padat tersuspensi dan
koloidal (seperti tanah liat dan kwarts). Perbedaan pokok antara kedua
kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikelnya.
Jumlah dan sumber materi terlarut dan tidak terlarut yang terdapat dalam
air sangat bervariasi. Pada air minum, kebanyakan merupakan materi
terlarut yang terdiri dari garam anorganik, sedikit materi organik, dan gas
terlarut. Total zat padat terlarut dalam air minum berada pada kisaran 20
1000 mg/L.
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) merupakan
bahan-bahan terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 mm10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain,
yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 m (Rao, 1992
dalam Effendi, 2003). Materi ini merupakan residu zat padat setelah
penguapan pada suhu 105 oC. TDS terdapat di dalam air sebagai hasil
reaksi dari zat padat, cair, dan gas di dalam air yang dapat berupa senyawa
organik maupun anorganik. Substansi anorganik berasal dari mineral,
-
7/22/2019 TPL DOK2
12/37
logam, dan gas yang terbawa masuk ke dalam air setelah kontak dengan
materi pada permukaan dan tanah. Materi organik dapat berasal dari hasil
penguraian vegetasi, senyawa organik, dan gas-gas anorganik yang
terlarut. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik berupa ion-ion
yang terdapat di perairan
TDS tidak diinginkan dalam badan air karena dapat menimbulkan
warna, rasa, dan bau yang tidak sedap. Beberapa senyawa kimia
pembentuk TDS bersifat racun dan merupakan senyawa organik bersifat
karsinogenik. Akan tetapi, beberapa zat dapat memberi rasa segar pada air
minum.
Kesadahan dan kekeruhan akan bertambah seiring dengan semakin
banyaknya TDS. Analisis TDS biasanya dilakukan dengan penentuan
Daya Hantar Listrik (DHL) air. TDS terdiri dari ion-ion sehingga kadar
TDS sebanding dengan kadar DHL air. Penentuan jumlah materi terlarut
dan tidak terlarut juga dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah
yang terfiltrasi dengan yang tidak. Analisa TDS dapat digunakan untuk
menentukan derajat keasinan dan faktor koreksi, misal untuk diagram
kesadahan CaldwellLawrence.
c. KekeruhanKekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-
bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan
organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan
pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton
dan mikroorganisne lain (APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991dalamEffendi 2003). Zat anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal
dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari
lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi
organik tersuspensi yang menambah kekeruhan air.
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin
tinggi nilai padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan
-
7/22/2019 TPL DOK2
13/37
tetapi, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya
kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha
penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses
penjernihan air. Secara optis, kekeruhan merupakan suatu kondisi yang
mengakibatkan cahaya dalam air didispersikan atau diserap dalam suatu
contoh air.
Dalam sistem penyediaan air minum, kekeruhan merupakan salah satu
faktor penting karena beberapa alasan sebagai berikut (Sawyer, 4th edition) :
1. Faktor estetika
Konsumen menghendaki air yang bebas dari kekeruhan. Kekeruhan pada
air minum dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya polusi limbah
cair dan bahaya kesehatan yang mengancam.
2. Filterability
Filtrasi air akan lebih sulit dilakukan dan akan membutuhkan biaya yang
besar apabila kekeruhannya tinggi.
3. Desinfeksi
Pada air yang keruh, banyak terkandung organisme berbahaya yang
tersembunyi pada proses desinfeksi.
d. RasaAir minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang
berasa menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Efek yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia
tergantung pada penyebab timbulnya rasa. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui
bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak
berasa.
e. SuhuSuhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas, agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia pada saluran/pipa yang dapat membahayakan
kesehatan, menghambat reaksireaksi biokimia di dalam saluran/pipa,
-
7/22/2019 TPL DOK2
14/37
mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum
dapat menghilangkan dahaga.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude),
ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu, sirkulasi udara,
penutupan awan, aliran, serta kedalaman. Perubahan suhu mempengaruhi
proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu berperan dalam
mengendalikan kondisi ekosistem perairan.
Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi
kimia, evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas
dalam air (gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya) (Haslam, 1995 dalam
Effendi, 2003). Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya
peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu
optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20 oC30 oC.
Pada umumnya, suhu dinyatakan dengan satuan derajat Celcius (oC) atau
derajat Fahrenheit (oF). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa temperatur
maksimum yang diperbolehkan dalam air minum sebesar 3 oC.
Pengukuran suhu pada contoh air air dapat dilakukan menggunakan
termometer.
f. WarnaAir minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan
untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun
mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat menghambat penetrasi
cahaya ke dalam air. Warna pada air disebabkan oleh adanya partikel hasil
pembusukan bahan organik, ion-ion metal alam (besi dan mangan),plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air. Adanya oksida besi
menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan
menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi
sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup
dapat menimbulkan warna pada perairan (peavy et al., 1985 dalam
Effendi, 2003). Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur
-
7/22/2019 TPL DOK2
15/37
menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik,
misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi
tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan.
g. Daya Hantar Listrik (DHL)Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan
untuk menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada
air merupakan ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu
larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak
garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai
DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion
anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya.
Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan
ion-ion dalam air untuk menghantarkan listrik serta memprediksi
kandungan mineral dalam air. Pengukuran yang dilakukan berdasarkan
kemampuan kation dan anion untuk menghantarkan arus listrik yang
dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan indikator, dimana semakin
besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan pada konduktivitimeter
berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat dalam
contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin banyak mineral yang terkandung dalam air.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p
Siemens/cm. Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah
mhos/cm. Air suling (aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 mhos/cm,
sedangkan perairan alami sekitar 201500 mhos/cm (Boyd, 1988 dalam
Effendi, 2003).Besarnya daya hantar listrik bergantung pada kandungan ion
anorganik (TDS) yang disebut juga materi tersuspensi. Hubungan antara
TDS dan DHL dinyatakan dalam persamaan (2.1) (Metcalf & Eddy : 1991
dalam Effendi, 2003).
Nilai TDS biasanya lebih kecil daripada nilai DHL. Pada
penentuan nilai TDS, bahan-bahan yang mudah menguap (volatile) tidak
-
7/22/2019 TPL DOK2
16/37
terukur karena melibatkan proses pemanasan. Pengukuran DHL dilakukan
menggunakan konduktivitimeter dengan satuan mhos/cm. Prinsip kerja
alat ini adalah banyaknya ion yang terlarut dalam contoh air berbanding
lurus dengan daya hantar listrik. Batas waktu maksimum pengukuran yang
direkomendasikan adalah 28 hari.
2. Parameter Kimia
a. BesiBesi atau Ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan, liat,
dan dapat dibentuk.
Pada umumnya, besi di dalam air dapat bersifat :
a. Terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri)
b. Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 m) atau lebih besar,
seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3, dan sebagainya
c. Tergabung dengan zat organis atau zat padat inorganis (seperti tanah
liat).
Besi di alam dapat ditemui dalam bentuk pyrite (FeS2), hematite
(Fe2O3), magnetite (Fe3O4), limonite [FeO(OH)], goethite (HFeO2), danochre [Fe(OH)3] (Cole, 1988 dan Moore, 1991). Senyawa besi pada
umumnya sukar larut dan cukup banyak terdapat di dalam tanah. Kadang-
kadang besi juga terdapat sebagai senyawa siderite (FeCO3) yang bersifat
mudah larut dalam air (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003).
Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut
yang cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut, dioksidasi menjadi ion
ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan elektron. Sebaliknya, pada reduksiferri menjadi ferro, terjadi penangkapan elektron. Proses oksidasi dan
reduksi besi tidak melibatkan oksigen dan hidrogen (Eckenfelder, 1989;
Mackereth et al., 1989 dalam Effendi, 2003).
Pada pH sekitar 7,5 7,7 ion ferri mengalami oksidasi dan
berikatan dengan hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak larut
dan mengendap (presipitasi) di dasar perairan, membentuk warna
-
7/22/2019 TPL DOK2
17/37
kemerahan pada substrat dasar. Oleh karena itu, besi hanya ditemukan
pada perairan yang berada dalam kondisi anaerob (anoksik) dan suasana
asam (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003).
Besi termasuk unsur yang penting bagi makhluk hidup. Pada
tumbuhan, besi berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar
besi yang berlebihan dapat menimbulkan warna merah, menimbulkan
karat pada peralatan logam, serta dapat memudarkan bahan celupan (dyes)
dan tekstil. Pada tumbuhan, besi berperan dalam sistem enzim dan transfer
elektron pada proses fotosintesis. Besi banyak digunakan dalam kegiatan
pertambangan, industri kimia, bahan celupan, tekstil, penyulingan,
minyak, dan sebagainya (Eckenfelder, 1989 dalam Effendi, 2003). Pada
air minum, Fe dapat menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan
pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.
b. Fluorida (F)Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak
bumi. Fluor adalah halogen yang sangat reaktif sehingga selalu terdapat
dalam bentuk senyawa. Unsur ini ditemukan dalam bentuk ion fluorida (F-
). Fluor yang berikatan dengan kation monovalen, misalnya NaF, AgF, dan
KF bersifat mudah larut; sedangkan fluor yang berikatan dengan kation
divalen, misalnya CaF2 dan PbF2 bersifat tidak larut dalam air.
Sumber fluorida di alam adalah fluorspar (CaF2), cryolite (Na3AlF6), dan
fluorapatite. Keberadaan fluorida juga dapat berasal dari pembakaran batu
bara. Fluorida banyak digunakan dalam industri besi baja, gelas, pelapisan
logam, aluminium, dan pestisida (Eckenfelder, 1989).
Sejumlah kecil fluorida menguntungkan bagi pencegahankerusakan gigi, akan tetapi konsentrasi yang melebihi kisaran 1,7 mg/liter
dapat mengakibatkan pewarnaan pada enamel gigi, yang dikenal dengan
istilah mottling (Sawyer dan McCarty, 1978). Kadar yang berlebihan juga
dapat berimplikasi terhadap kerusakan pada tulang.
Fluorida anorganik bersifat lebih toksik dan lebih iritan daripada
yang organik. Keracunan kronis menyebabkan orang menjadi kurus,
-
7/22/2019 TPL DOK2
18/37
pertumbuhan tubuh terganggu, terjadi fluorisasi gigi serta kerangka, dan
gangguan pencernaan yang disertai dengan dehidrasi. Pada kasus
keracunan berat akan terjadi cacat tulang, kelumpuhan, dan kematian.
c. KesadahanKesadahan (hardness) disebabkan adanya kandungan ion-ion
logam bervalensi banyak (terutama ion-ion bervalensi dua, seperti Ca, Mg,
Fe, Mn, Sr). Kationkation logam ini dapat bereaksi dengan sabun
membentuk endapan maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam
air membentuk endapan/karat pada peralatan logam. Kation-kation utama
penyebab kesadahan di dalam air antara lain Ca2+, Mg2+, Sr2+, Fe2+, dan
Mn2+. Anion-anion utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain
HCO3 -, SO42-, Cl-, NO3 -, dan SiO32-. Air sadah merupakan air yang
dibutuhkan oleh sabun untuk membusakan dalam jumlah tertentu dan juga
dapat menimbulkan kerak pada pipa air panas, pemanas, ketel uap, dan
alat-alat lain yang menyebabkan temperatur air naik.
Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air membentuk
busa. Semakin besar kesadahan air, semakin sulit bagi sabun untuk
membentuk busa karena terjadi presipitasi. Busa tidak akan terbentuk
sebelum semua kation pembentuk kesadahan mengendap. Pada kondisi ini,
air mengalami pelunakan atau penurunan kesadahan yang disebabkan oleh
sabun. Endapan yang terbentuk dapat menyebabkan pewarnaan pada
bahan yang dicuci. Pada perairan sadah (hard), kandungan kalsium,
magnesium, karbonat, dan sulfat biasanya tinggi (Brown, 1987 dalam
Effendi, 2003). Jika dipanaskan, perairan sadah akan membentuk deposit
(kerak). Air permukaan memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil daripadaair tanah. Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120 mg/l CaCO3
dan lebih dari 500 mg/l CaCO3 kurang baik bagi peruntukkan domestik,
pertanian, dan industri. Namun, air sadah lebih disukai oleh organisme
daripada air lunak.
Kesadahan diklasifikasikan berdasarkan dua cara, yaitu
berdasarkan ion logam (metal) dan berdasarkan anion yang berasosiasi
-
7/22/2019 TPL DOK2
19/37
dengan ion logam. Berdasarkan ion logam (metal), kesadahan dibedakan
menjadi kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium. Berdasarkan anion
yang berasosiasi dengan ion logam, kesadahan dibedakan menjadi
kesadahan karbonat dan kesadahan non-karbonat.
d. Klorida (Cl)Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam
bentuk larutan. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida
(Cl-). Ion klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan
pada perairan alami dalam jumlah yang lebih banyak daripada anion
halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium
klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl2). Selain
dalam bentuk larutan, klorida dalam bentuk padatan ditemukan pada
batuan mineral sodalite [Na8(AlSiO4)6]. Pelapukan batuan dan tanah
melepaskan klorida ke perairan. Sebagian besar klorida bersifat mudah
larut.
Klorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar
klorida umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral.
Kadar klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium
yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini
mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida >
250 mg/l dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut
merupakan batas klorida untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Rump
dan Krist, 1992 dalam Effendi, 2003). Perairan yang diperuntukkan bagi
keperulan domestik, termasuk air minum, pertanian, dan industri,
sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/liter (Sawyerdan McCarty, 1978). Keberadaan klorida di dalam air menunjukkan bahwa
air tersebut telah mengalami pencemaran atau mendapatkan rembesan dari
air laut.
Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan
dalam pengaturan tekanan osmotik sel. Klorida tidak memiliki efek
fisiologis yang merugikan, tetapi seperti amonia dan nitrat, kenaikan akan
-
7/22/2019 TPL DOK2
20/37
terjadi secara tiba-tiba di atas baku mutu sehingga dapat menyebabkan
polusi. Toleransi klorida untuk manusia bervariasi berdasarkan iklim,
penggunaannya, dan klorida yang hilang melalui respirasi. Klorida dapat
menimbulkan gangguan pada jantung/ginjal.
Di Indonesia, khlor digunakan sebagai desinfektan dalam
penyediaan air minum untuk menghilangkan mikroorganisme yang tidak
dibutuhkan. Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan
sebagai desinfektan adalah sebagai berikut (Tebbut, 1992 dalam Effendi,
2003) .
lorin juga bereaksi dengan senyawa nitrogen membentuk mono-
amines, di-amines, tri-amines, N-kloramines, N-kloramides, dan senyawa
nitrogen berklor lainnya. Monokloramines (NH2Cl) adalah bentuk
senyawa klor dan nitrogen yang utama di perairan. Senyawa ini bersifat
stabil dan biasanya ditemukan beberapa hari setelah penambahan klorin.
Klor yang berikatan dengan senyawa kimia lain dikenal sebagai klorin
terikat, sedangkan klorin bebas adalah ion klorida dan ion hipoklorit yang
tidak berikatan dengan senyawa lainnya.
Penentuan jumlah klorin di perairan diperlukan dalam proses pengolahan
air baku untuk keperluan domestik dan pengolahan limbah cair yang
menggunakan klorin sebagai desinfektan, untuk mengetahui kadar klorin
yang tersisa di perairan.
e. ManganMangan (Mn), metal kelabu-kemerahan, merupakan kation logam
yang memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi. Mangan berada
dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Di dalam tanah,Mn4+ berada dalam bentuk senyawa mangan dioksida yang sangat tak
terlarut di dalam air dan mengandung karbondioksida. Pada kondisi
reduksi (anaerob) akibat dekomposisi bahan organik dengan kadar yang
tinggi, Mn4+ pada senyawa mangan dioksida mengalami reduksi menjadi
Mn2+ yang bersifat larut. Mn2+ berikatan dengan nitrat, sulfat, dan
klorida serta larut dalam air. Mangan dan besi valensi dua hanya terdapat
-
7/22/2019 TPL DOK2
21/37
pada perairan yang memiliki kondisi anaerob (Cole, 1988 dalam Effendi,
2003). Jika perairan mendapat cukup aerasi, Mn2+ mengalami reoksidasi
membentuk Mn4+ yang selanjutnya mengalami presipitasi dan mengendap
di dasar perairan (Moore, 1991 dalam Effendi, 2003).
Kadar mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/liter atau kurang.
Kadar yang lebih besar dapat terjadi pada air tanah dalam dan pada danau
yang dalam. Perairan yang diperuntukkan bagi irigasi pertanian untuk
tanah yang bersifat asam sebaiknya memiliki kadar mangan sekitar 0,2
mg/liter, sedangkan untuk tanah yang bersifat netral dan alkalis sekitar 10
mg/liter.
Mangan merupakan nutrien renik yang esensial bagi tumbuhan dan
hewan. Logam ini berperan dalam pertumbuhan dan merupakan salah satu
komponen penting pada sistem enzim. Defisiensi mangan dapat
mengakibatkan pertumbuhan terhambat serta terganggunya sistem saraf
dan proses reproduksi. Pada tumbuhan, mangan merupakan unsur esensial
dalam proses metabolisme.
Meskipun tidak bersifat toksik, mangan dapat mengendalikan
kadar unsur toksik di perairan, misalnya logam berat. Jika dibiarkan di
udara terbuka dan mendapat cukup oksigen, air dengan kadar mangan
(Mn2+) tinggi (lebih dari 0,01 mg/liter) akan membentuk koloid karena
terjadinya proses oksidasi Mn2+ menjadi Mn4+. Koloid ini mengalami
presipitasi membentuk warna cokelat gelap sehingga air menjadi keruh.
Mangan merupakan ion logam yang dapat menimbulkan masalah dalam
sistem penyediaan air minum, masalah utama timbul pada air tanah dan
kesulitannya adalah ketika sumber air mengandung mangan pada musim-musim tertentu. Hal ini disebabkan adanya reaksi-reaksi kimia yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Masuknya mangan ke dalam sistem
penyediaan air minum akibat adanya perubahan kondisi lingkungan
sebagai hasil reaksi biologi secara garis besar dituliskan sebagai berikut :
f. Natrium (Na) adalah salah satu unsur alkali utama yang ditemukan diperairan dan merupakan kation penting yang mempengaruhi
-
7/22/2019 TPL DOK2
22/37
kesetimbangan keseluruhan kation di perairan. Natrium elemental sangat
reaktif, sehingga bila berada di dalam air akan terdapat sebagai suatu
senyawa. Hampir semua senyawa natrium mudah larut dalam air dan
bersifat sangat reaktif.
g. Sumber utama natrium di perairan adalah albite (NaAlSi3O8), nepheline(NaAlSiO4), halite (NaCl), dan mirabilite (Na2SO4.10H2O). Garam-
garam natrium digunakan dalam industri sehingga limbah industri dan
limbah domestik merupakan sumber natrium antropogenik. Hampir semua
perairan alami mengandung natrium dengan kadar antara 1 mg/liter hingga
ribuan mg/liter. Pengukuran kadar natrium perlu dilakukan jika perairan
diperuntukkan bagi air minum dan kepentingan irigasi pertanian. Natrium
bagi tubuh tidak merupakan benda asing, tetapi toksisitasnya tergantung
pada gugus senyawanya. NaOH atau hidroksida Na sangat korosif, tetapi
NaCl justru dibutuhkan olah tubuh.
h. NitratNitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat
nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini
dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan.
Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan
nitrat merupakan proses yang penting dalam siklus nitrogen dan
berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan
oleh bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat
dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut
merupakan bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energi dariproses kimiawi. Oksidasi nitrit menjadi amonia ditunjukkan dalam
persamaan reaksi (2.12), sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat
ditunjukkan dalam persamaan reaksi (2.13) (Novotny dan Olem, 1994
dalam Effendi, 2003).
i. Nitrit
-
7/22/2019 TPL DOK2
23/37
Di perairan alami, nitrit (NO2) ditemukan dalam jumlah yang
sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil
dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan
(intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat
dengan gas nitrogen (denitrifikasi) yang berlangsung pada kondisi
anaerob. Proses denitrifikasi ditunjukkan dalam persamaan reaksi (2.15)
(Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi, 2003).
Pada denitrifikasi, gas N2 dilepaskan dari dalam air ke udara. Keberadaan
nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan
organik yang memiliki kadar oksigen terlarut sangat rendah.
j. pHpH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar
asam/basa dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting
dan paling sering digunakan pada kimia air. pH digunakan pada penentuan
alkalinitas, CO2, serta dalam kesetimbangan asam basa. Pada temperatur
yang diberikan, intensitas asam atau karakter dasar suatu larutan
diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen. Perubahan pH air dapat
menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan warna. Pada proses pengolahan
air seperti koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan air, nilai pH harus dijaga
sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat. Asam dan basa pada
dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang ditimbulkan
pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu menghasilkan
air. Ion H+ dan OH- selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang
dinamis dengan H2O.
Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus,kertas pH universal, larutan indikator universal (metode Colorimeter) dan
pHmeter (metode Elektroda Potensiometri). Pengukuran pH penting untuk
mengetahui keadaan larutan sehingga dapat diketahui kecenderungan
reaksi kimia yang terjadi serta pengendapan materi yang menyangkut
reaksi asam basa.
-
7/22/2019 TPL DOK2
24/37
Elektroda hidrogen merupakan absolut standard dalam
penghitungan pH. Karena elektroda hidrogen mengalami kerumitan dalam
penggunaannya, ditemukanlah elektroda yang dapat dibuat dari gelas yang
memberikan potensial yang berhubungan dengan aktivitas ion hidrogen
tanpa gangguan dari ion-ion lain. Penggunaannya menjadi metode
standard dari pengukuran pH.
Pengukuran pH diatas 10 dan pada temperatur tinggi sebaiknya
menggunakan elektroda gelas spesial. Alat-alat yang digunakan pada
umumnya distandarisasi dengan larutan buffer, dimana nilai pH nya
diketahui dan lebih baik digunakan larutan buffer dengan pH 1 2 unit
yang mendekati nilai pH contoh air.
k. SulfatIon sulfat (SO4) adalah anion utama yang terdapat di dalam air.
Jumlah ion sulfat yang berlebih dalam air minum menyebabkan terjadinya
efek cuci perut pada manusia. Sulfat mempunyai peranan penting dalam
penyaluran air maupun dalam penggunaan oleh umum.
l. KaliumKalium (K) atau potasium yang menyusun sekitar 2,5 % lapisan
kerak bumi adalah salah satu unsur alkali utama di perairan. Di perairan,
kalium terdapat dalam bentuk ion atau berikatan dengan ion lain
membentuk garam yang mudah larut dan sedikit sekali membentuk
presipitasi. Cole (1988) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa kalium
cenderung membentuk micas yang bersifat tidak larut. Kondisi ini
mengakibatkan kadar kalium di perairan lebih sedikit daripada kadar
natrium.Hampir 95 % dari produksi kalium digunakan sebagai pupuk bagi
tanaman. Selain itu, kalium juga digunakan dalam industri gelas, farmasi,
karet sintetis, sabun, detergen, dan sebagainya. Perairan dengan rasio Na :
K kurang dari 10 bersifat toksik bagi beberapa organisme akuatik. Kadar
kalium yang terlalu tinggi sehingga melebihi 2.000 mg/liter berbahaya
bagi sistem pencernaan dan saraf manusia. Kadar kalium sebanyak 50
-
7/22/2019 TPL DOK2
25/37
mg/liter dan kadar natrium 100 mg/liter yang terdapat secara bersamaan
kurang baik bagi kepentingan industri karena dapat membentuk karat dan
menyebabkan terjadinya korosi pada peralatan logam.
m. Zat OrganikZat organik (KMnO4) merupakan indikator umum bagi
pencemaran. Tingginya zat organik yang dapat dioksidasi menunjukkan
adanya pencemaran.
Zat organik mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Oleh sebab itu, bila
zat organik banyak terdapat di badan air, dapat menyebabkan jumlah
oksigen di dalam air berkurang. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka
jumlah oksigen akan semakin menipis sehingga kondisi menjadi anaerob
dan dapat menimbulkan bau.
n. Oksigen Terlarut (DO)Oksigen terlarut adalah banyaknya gas oksigen yang larut dalam
air. Oksigen terlarut merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan
tumbuhan dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air
tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi
oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupan makhluk hidup.
Oksigen terlarut dapat berasal dari fotosintesis tumbuhan air yang
jumlahnya tergantung dari tumbuhannya dan dari udara yang masuk dalam
air dengan kecepatan tertentu. Kelarutan oksigen di dalam air tergantung
pula pada suhu. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
mengakibatkan hewan air yang membutuhkan oksigen akan mati,
sebaliknya bila kadar oksigen terlalu tinggi dapat mengakibatkan proses
pengkaratan (Fardiaz, 1992).Untuk mengukur oksigen terlarut digunakan DO meter. Alat ini
menggunakan dua elektroda yang terbuat dari timah dan perak yang
diletakkan dalam larutan elektroda dan disertai alat pengukur arus
(mikrometer) yang terjadi pada reaksi perpindahan elektron. Pada
elektroda timah dibebaskan elektron yang kemudian berpindah melalui
-
7/22/2019 TPL DOK2
26/37
mikrometer menuju elektroda perak. Melalui mikrometer inilah dapat
diketahui konsentrasi oksigen terlarut dalam air.
o. AlkalinitasAlkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam
tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas merupakan pertahanan air
terhadap pengasaman. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion
karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), borat (BO33-),
fosfat (PO43-), silika (SiO44-), dan sebagainya. Dalam air alam,
alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, sisanya oleh
karbonat dan hidroksida (Linsley, 1995).
Air leding memerlukan ion alkalinitas dalam konsentrasi tertentu.
Kalau kadar alkalinitas tinggi dibandingkan dengan kadar kesadahan akan
menyebabkan air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa.
Sebaliknya alkalinitas yang rendah dan tidak seimbang dengan sadahan
maka dapat menyebabkan kerak CaCO3 (kalsium karbonat) pada dinding
pipa yang dapat memperkecil penampang basah pipa. Air irigasi tidak
boleh mengandung kadar alkalinitas tinggi.
3. Parameter Biologi
Pemeriksaan air secara biologis sangat penting untuk mengetahui
keberadaan mikroorganisme yang terdapat dalam air. Berbagai jenis bakteri
patogen dapat ditemukan dalam sistem penyediaan air bersih, walaupun dalam
konsentrasi yang rendah. Analisa mikrobiologi untuk bakteri-bakteri tersebut
dilakukan berdasarkan organisme petunjuk (indicator organism). Bakteri-bakteri
ini menunjukkan adanya pencemaran oleh tinja manusia dan hewan berdarahpanas lainnya, serta mudah dideteksi. Bila organisme petunjuk ini ditemui dalam
contoh air, berarti air tersebut tercemar oleh bakteri tinja serta ada kemungkinan
mengandung bakteri patogen. Bila contoh air tidak mengandung organisme
petunjuk berarti tidak ada pencemaran oleh tinja dan air tidak mengandung bakteri
patogen. Tes dengan organisme petunjuk merupakan cara yang paling mudah
-
7/22/2019 TPL DOK2
27/37
untuk menentukan pencemaran air oleh bakteri patogen dan dapat dilakukan
secara rutin.
Coliform termasuk dalam keluarga Enterobacteriaceae dan genus
Escherichia dengan karakteristik bakteri yang mempunyai bentuk batang, gram
negatif, sangat motil, tidak berspora, dan bersifat aerobik fakultatif dengan
memanfaatkan oksigen pada kondisi aerob dan melakukan fermentasi pada
kondisi anaerob. Bentuk dari bakteri ini diperlihatkan pada Gambar 2.1. Bakteri
dalam genus ini dapat tumbuh dengan mudah pada media yang mengandung
garam-garam mineral, karbohidrat, dan garam-garam ammonium.
Escheria coli, dengan nama aslinya Bacterium coli, diidentifikasi pertama
kali pada tahun 1885 oleh seorang dokter anak dari Jerman , Theodor Escherich.
E.coli terdistribusi sebagian besar pada usus besar manusia dan hewan berdarah
panas serta merupakan bakteri fakultatif anaerob yang sangat dominan pada usus
besar. Bakteri ini digunakan sebagai indikator dalam menganalisa bakteri fecal
coliform dalam air karena mampu bertahan hidup di luar sistem pencernaan.
Kehadiran bakteri ini di dalam air tidak berbahaya, tetapi menandakan keberadaan
bakteri patogen lain. Terdapat beberapa strain dari E.coli yang jika masuk ke
sistem pencernaan akan mengakibatkan penyakit perut seperti diare.
Berikut beberapa literatur terkait pengelolaan air limbah yang bersumber
dari Departemen Perindustrian (tahun, 2007). Pengelolaan air limbah bertujuan
untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dilakukan dengan
mengurangi jumlah dan kekuatan air limbah sebelum dibuang ke perairan
penerima. Tingkat pengurangan yang diperlukan dapat diperkirakan berdasarkan
data karakteristik air limbah dan persyaratan baku mutu lingkungan yang berlaku.
Berbagai teknik pengelolaan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya
telah dicoba dan dikembangkan selama ini.
Pengolahan air yang tercemar dapat dilakukan dengan berbagai macam
proses. Diantaranya pemurnian, pemurnian air yang banyak dilakukan ada tiga
tahap, yaitu penyimpanan, filtrasi dan klorinasi. Tapi sepertinya tiga tahap ini
belum cukup untuk benar-benar memurnikan air yang tercemar.
-
7/22/2019 TPL DOK2
28/37
Berikut beberapaa cara lain untuk mengurangi bahaya pencemaran air baik
secara biologis maupun kimiawi :
1.
Penyaringan dan perebusanMeski tampak bersih, air yang akan diminum harus disaring dan direbus
hingga mendidih setidaknya selama 5-10 menit. Hal ini dapat membunuh
bakteri, spora, ova, kista dan mensterilkan air. Proses ini juga
menghilangkan karbon dioksida dan pengendapan kalsium karbonat.
2. Disinfeksi kimiaHal ini berguna untuk memurnikan air yang disimpan pada tempat seperti
di genangan air, tangki atau air sumur.
Bubuk pemutih
3. Proses ini merupakan diklorinasi kapur. 2,3 gram bubuk pemutihdiperlukan untuk mendisinfeksi 1 meter kubik (1.000 liter) air. Tapi air
yang sangat tercemar dan keruh tidak bisa dimurnikan dengan metode ini.
Bubuk pemutih merupakan senyawa tidak stabil dengan bau yang
menyengat. Ketika senyawa ini terkena udara, cahaya atau kelembaban,
maka senyawa ini akan cepat kehilangan kadar klorin, sehingga menjadi
tidak efektif.
4. Tablet klorinDipasaran, tablet klorin dijual dengan nama tablet halazone. Senyawa ini
mungkin cukup mahal tetapi efektif untuk memurnikan air dengan skala
kecil. Tablet klorin smarter telah diperkenalkan baru-baru ini. Tablet
klorin ini 15-20 kali lebih kuat dari tablet halogen. Satu pil 0.5 gms, cukup
untuk mendisinfeksi 20 liter air.
5. FilterAda beberapa jenis filter, antara lain filter keramik lilin dan UV filter.
Bagian utama dari sebuah filter keramik lilin ini adalah lilin yang terbuat
dari porselin atau tanah infusorial. Permukaannya dilapisi dengan katalis
perak sehingga bakteri yang masuk ke dalam akan dibunuh. Metode ini
-
7/22/2019 TPL DOK2
29/37
menghilangkan bakteri yang biasanya ditemukan dalam minum air, tetapi
tidak efektif dengan virus yang bisa lolos saringan.
Secara umum, pengolahan limbah cair dapat dibedakan menjadi tiga, yaitupengolahan primer, pengolahan sekunder, dan pengolahan tersier. Pengolahan
primer merupakan pengolahan secara fisik untuk menyisihkan benda-benda
terapung atau padatan tersuspensi terendapkan (settleable solids). Pengolahan
primer ini berupa penyaringan kasar, dan pengendapan primer untuk memisahkan
bahan inert seperti butiran pasir /tanah. Saringan kasar digunakan untuk menahan
benda berukuran relative besar. Karena butiran pasir / tanah merupakan bahan
non-biodegradable dan dapat terakumulasi di dasar instalasi pengolahan limbah
cair, maka bahan tersebut harus dipisahkan dari limbah cair yang akan diolah.
Penyisihan butiran pasir atau tanah dapat dilakukan dengan bak
pengendapan primer. Pengendapan primer ini umumnya dirancang untuk waktu
tinggal sekitar 2 jam. Dengan pengolahan sekunder BOD dan TSS dalam limbah
cair dapat dikurangi secara signifikan, tetapi effluent masih mengandung
amonium atau nitrat, dan fosfor dalam bentuk terlarut. Kedua bahan ini erupakan
unsur hara (nutrien) bagi tanaman akuatik. Jika unsur nutrient ini dibuang ke
perairan (sungai atau danau), akan menyebabkan pertumbuhan biota air dan alpa
secara berlebih yang dapat mengakibatkan eutrofikasi dan pendangkalan badan air
tersebut. Oleh karena itu, unsure hara tersebut perlu dieliminasi dari efluen.
Nitrogen dalam effluent instalasi pengolahan sekunder kebanyakan dalam bentuk
senyawa ammonia atau ammonium, tergantung pada nilai pH. Senyawa amoniak
ini bersifat toksik terhadap ikan, jika konsentrasinya cukup tinggi. Permasalahan
lain yang berkaitan dengan amonia adalah penggunaan oksigen terlarut selama
proses konversi dari amonia. Jadi nitrat oleh mikroorganisme (nitrifikasi).Oleh
karena itu, untuk meningkatkan kualitas effluent dibutuhkan pengolahan
tambahan, yang dikenal sebagai pengolahan tersier (advanced waste water
treatment) untuk mengurangi atau menghilangkan konsentrasi BOD, TSS dan
nutrien (N,P). Proses pengolahan tersier yang dapat diterapkan antara lain adalah
-
7/22/2019 TPL DOK2
30/37
filtrasi pasir, eliminasi nitrogen (nitrifikasidan denitrifikasi), dan eliminasi fosfor
(secara kimia maupun biologis).
Terdapat teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan,
secara umum terdapat tiga metoda pengolahan (Tjokrokusumo, 1995) :
1. Pengolahan secara fisika. Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahanlanjutan terhadap air buangan diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi
berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang
mengapung mudah disisihkan terlebih dahulu. Proses flotasi banyak
digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti
minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses berikutnya.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses
pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara
penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk
mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan
dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi
dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat
membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk
menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik
terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air
buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-
unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk
menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya
sangat mahal.
-
7/22/2019 TPL DOK2
31/37
2. Pengolahan secara kimia. Pengolahan air buangan secara kimia biasanyadilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah
mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor dan zat organik
beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Pengolahan kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi
biaya menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan
dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut,
sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa
fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya)
sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau
endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH
air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom
heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3],
terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan
reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada
konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor
(Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida.
Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan
secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena
memerlukan bahan kimia.
3. Pengolahan secara biologis. Semua polutan air yang biodegradable dapatdiolah biologis, sebagai pengolahan skunder, pengolahan secara biologisdipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam
beberapa dasawarsa telah dikembangkan berbagai metode pengolahan
biologis dengan segala modifikasinya. Misalnya di dalam reaktor
pertumbuhan melekat (attached growth reaktor), mikroorganisme tumbuh
di atas media pendukung seperti pada batu kerikil, dengan membentuk
lapisan film untuk melekatkan dirinya, oleh karena itu reaktor ini disebut
-
7/22/2019 TPL DOK2
32/37
juga sebagai bioreaktor film tetap, berbagai modifikasi telah banyak
dikembangkan selama ini antara lain : trickling filter, cakram biologi, filter
terendam dan reaktor fludisasi. Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan
efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%. Semua air buangan yang
biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder,
pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling
murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai
metode pengolahan biologi.
Dalam menentukan Kualitas Air Bersih dikenal 3 parameter utama yaitu:
(1) Oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), (2) Kebutuhan Oksigen
Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan (3) Kebutuhan
Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD).
1. Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian
besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan
hidupnya, baik tanaman maupun hewan air, bergantung kepada oksigen yang
terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan kebutuhan oksigen tertinggi,
kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri.
Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi
secara bekesinambungan. Mikoorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air,
untuk pertumbuhannya membutuhkan sumber energi yaitu unsur karbon (C) yang
dapat diperoleh dari bahan organik yang berasal dari tanaman, ganggang yang
mati, maupun oksigen dari udara.
Bahan organik tersebut oleh mikroorganisme akan duraikan menadi
karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). CO2 selanjutnya dimanfaatkan oleh
tanaman dalam air untuk proses fotosintesis membentuk oksigen, dan seterusnya.
Oksigen yang dimanfaatkan untuk proses penguraian bahan organik
tersebut akan diganti oleh oksigen yang masuk dari udara maupun dari sumber
lainnya secepat habisnya oksigen terlarut yang digunakan oleh bakteri atau
-
7/22/2019 TPL DOK2
33/37
dengan kata lain oksigen yang diambil oleh biota air selalu setimbang dengan
oksigen yang masuk dari udara maupun dari hasil fotosintesa tanaman air.
Apabila pada suatu saat bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai
akibat masuknya limbah aktivitas manusia (seperti limbah organik dari industri),
yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan kecepatan pertumbuhan
mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati juga meningkatnya kebutuhan
oksigen, sementara suplai oksigen dari udara jumlahnya tetap. Pada kondisi
seperti ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air dengan yang
dimanfaatkan oleh biota air tidak setimbang, akibatnya terjadi defisit oksigen
terlarut dalam air. Bila penurunan oksigen terlarut tetap berlanjut hingga nol, biota
air yang membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati, dan digantikan dengan
tumbuhnya mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anerobik.
Sama halnya dengan mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfatkan
karbon dari bahan organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana
(CH4) disamping terbentuk gas asam sulfida (H2S) yang berbau busuk.
2. BOD dan CO
Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari
penurunan kadar oksigen terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan organik
dari luar, umumnya digunakan uji BOD dan atau COD.
Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis
(KOB) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam
air.
-
7/22/2019 TPL DOK2
34/37
Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah merupakan nilai yang menujukkan
jumlah atau kadar bahan organik dalam air, tetapi mengukur secara relative
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi atau
menguraikan bahan-bahan organik tersebut. BOD tinggi menunjukkan bahwa
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan
organik dalam air tersebut tinggi, berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen.
Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya
makanan yang tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung
BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air.
BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku yaitu pengukuran jumlah
oksigen yang dihabiskan dalam waktu lima hari oleh mikroorganisme pengurai
secara aerobic dalam suatu volume air pada suhu 20 derajat Celcius. BOD5
500mg/liter (atau ppm) berarti 500 mgram oksigen akan dihabiskan oleh
mikroorganisme dalam satu liter contoh air selama waktu lima hari pada suhu 20
derajat Celcius.
Beberapa dasar yang sering digunakan untuk menentukan kualitas air
dilihat dari kadar BOD adalah:
Erat kaitannya dengan BOD adalah COD. Dalam bahan buangan, tidak
semua bahan kimia organik dapat diuraikan oleh mikroorganisme secara cepat.
Bahan organik dalam air bersifat:
Dapat diuraikan oleh bakteri (biodegradasi) dalam waktu lima hari Bahan organik yang tidak teruraikan oleh bakteri dalam waktu lima hari Bahan organik yang tidak mengalami biodegradasi
Uji COD ini meliputi semua bahan organik di atas, baik yang dapat diuraikan oleh
mikroorganisme maupun yang tidak dapat diuraikan. Oleh karena itu hasil uji
COD akan lebih tinggi dari hasil uji BOD.
-
7/22/2019 TPL DOK2
35/37
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Setelah melakukan praktikum acara ini yaitu mengenai perhitungan BPM
dan BPA, maka dapat disimpulkan
1. Perhitungan BPM atau beban pencemaran maksimum dan BPA atau bebanpencemaran aktual bertujuan agar dapat mengetahui baku mutu limbah
yang di anjurkan oleh pemerintah.2. BPA dan BPM mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dalam
penentuan baku mutu limbah cair. Jika BPA lebih kecil daripada BPM
maka memenuhi baku mutu limbah cair. Begitu juga sebaliknya.
3. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai BPA yanglebih kecil daripada BPM, baik pada parameter BOD maupun CODnya,
maka dipastikan bahwa industry tersebut memenuhi baku mutu limbah
cair.
B. Saran
Sebaiknya untuk praktikum kedepannya dalam acara ini, diharapkan agar
dapat praktikum langsung menuju tempat industrinya, jadi praktikan akan lebih
mengetahui lebih dalam tentang penentuan baku mutu limbah yang sebenarnya
disamping perhitungan.
-
7/22/2019 TPL DOK2
36/37
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Agnes. 2005.Perbedaan Kadar BOD, COD, TSS, dan MPN Coliform Pada
Air Limbah, Sebelum dan Sesudah Pengolahan Di RSUD Nganjuk.
Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2(1): 97-110.
Dosen Pengampu dan Tim Asisten. 2013. Modul Praktikum Teknik Pengolahan
Limbah. UNSOED : Purwokerto.
Purwanti. 2009. Alat dan Bahan Kimia dalam Laboratorium IPA. Yogyakarta:
SMPN 3 Gamping.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas
Perairan. Oseana. 30(3): 21-26.
Sutimin. 2006.Model Matematika Konsentrasi Oksigen Terlarut Pada Ekosistem
Perairan Danau. Jurnal Lingkungan . 1(1):1-5.
Welasih, Tjatoer. 2008.Penurunan Bod Dan Cod Limbah Industri Kertas Dengan
Air Laut Sebagai Koagulan. Jurnal Rekayasa Perencanaan. 4(2): 1-
13.
-
7/22/2019 TPL DOK2
37/37
LAMPIRAN