tpl dok3

Upload: helmi-purwa-asmoro

Post on 04-Jun-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    1/19

    LAPORAN PRAKTIKUMTEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

    PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK EX-FARM

    Oleh:Helmi Purwo Asmoro

    NIM AIH011046

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

    2013

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    2/19

    I. PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang

    Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena

    tingginya permintaan akan produk peternakan. Namun demikian, sebagaimana

    usaha lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan limbah yang dapat menjadi

    sumber pencemaran. Oleh karena itu, seiring dengan kebijakan otonomi, maka

    pengembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakanyang perlu dilakukan oleh pemilik peternakan untuk menjaga kenyamanan

    permukiman disekitar tempat peternakan tersebut. Salah satu upaya kearah itu

    adalah dengan memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai

    tambah bagi usaha tersebut.

    Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu

    alternatif yang sangat tepat guna untuk mengatasi permasalahan meningkatnya

    harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Saat ini pemanfaatan kotoran

    ternak sebagai pupuk dan sumber energi alternatif (biogas) belum dilakukan oleh

    peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakan perlu dilakukan oleh

    para pelaku usaha peternakan.

    B. Tujuan

    1. Mengetahui limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan Ex-FarmFakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.

    2. Mengetahui proses penanganan dan pemanfaatan limbah yang dihasilkan

    dari usaha Ex-Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    3/19

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A.Jenis Limbah Usaha Peternakan

    Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan

    seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk

    ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair

    seperti feces, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,

    tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin

    berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.

    Menurut Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang

    dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan

    cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang

    berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau

    sisi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang

    berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian

    alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau

    dalam fase gas.

    B. Dampak Limbah Peternakan

    Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial

    untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran.

    Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa

    total sapi dengan berat badannya 5000 kg selama satu hari, produksi manurenya

    dapat mencemari 9.084 x 107 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering

    mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang

    biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang

    optimal untuk bertelur lalat.

    Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah

    meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek

    polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    4/19

    penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi.

    Penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi,

    penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil nitrifikasi yang terjadi di

    dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air (Farida,

    1978).

    C. Penanganan Limbah Ternak

    Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi

    limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak

    masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan.

    Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan

    ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, narkoba atau biota, dan zat-zat

    yang lain (unidentified substances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk

    bahan makanan ternak, pupuk organik, energi (biogas) dan media berbagai tujuan

    (Sihombing, 2002).

    Biogas dari kotoran sapi diperoleh dari dekomposisi anaerobic dengan

    bantuan mikroorganisme. Pembuatan biogas dari kotoran sapi harus dalam

    keadaan anaerobic (tertutup daru udara bebas) untuk menghasilkan gas yang

    sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan

    karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.

    Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai

    pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai

    pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan

    unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi dan

    memperbaiki struktur tanah tersebut.

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    5/19

    III. METODOLOGI

    A. Alat dan Bahan

    1. Alat Tulis2. Kamera

    B. Prosedur Kerja

    1. Melakukan pengamatan jenis limbah yang ada di Usaha Peternakan

    Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.

    2. Mencatat proses penanganan dan pengolahan limbah yang ada di Usaha

    Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.

    3. Membuat dokumentasi jenis limbah serta penanganan dan proses yang

    ada.

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    6/19

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A.Hasil

    Cara pengolahan limbah ternak (feses sapi) menjadi biogas yaitu :

    1. Memasukan campuran feses sapid an air didalam inlet. Perbandingan feses

    sapid an air yaitu 1 : 1.

    2. Campuran feses sapid an air masuk ke dalam digaster dan akan diproses

    didalamnya dengan temperature 30-350C dan pH sekitar 6,8-7,5.

    3. Pada digaster, campuran feses dan air akan mengalami tekanan sehingga

    gas akan menguap dan masuk ke dalam tabung di atasnya.

    4. Gas yang dihasilkan berupa gas metan yang berasal dari perubahan

    selulosa yang dihidrolisis menjadi glukosa, kemudian glukosa akan

    mengalami proses acidification dan berubah menjadi alcohol, serta

    terakhir alcohol difermantasi oleh mikroba dan menghasilkan gas metan.

    5.

    Apabila gas di dalam tabung telah berubah, feses sapi di dalam digasterakan terbuang melalui outlet.

    6. Gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor gas,

    sedangkan feses sapi yang telah terbuang dapat dimanfaatkan untuk pupuk

    kompos.

    Gambar Terlampir

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    7/19

    B. Pembahasan

    Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakanseperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk

    ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair

    seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,

    tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin

    berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.

    Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak,

    besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces

    dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar

    manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan

    domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah

    menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi

    menghasilkan 25 kg feses (Sihombing, 2000).

    Menurut Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang

    dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan

    cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang

    berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau

    isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang

    berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian

    alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam

    fase gas.

    Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi

    lingkungan sekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak

    ruminansia. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap

    pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus

    meningkat. Apppalagi di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi

    metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    8/19

    tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan

    (Suryahadi dkk., 2002).

    Walaupun limbah ternak memang sebagai pencemar lingkungan, namun

    keberadaanya dapat menjadi manfaat tersendiri jika dikelola dengan prosedur

    yang baik dan benar. Malahan dapat meningkatkan nilai ekonomis dari limbah itu

    sendir, yang tadinya hanya sebuah limbah yang tidak bernilai setelah diolah

    menjadi sebuah produk maka akan menjadi sebuah produk dari limbah yang

    bernilai ekonomis. Pemanfaatan limbah ternak sendiri biasanya sebagai pakan

    ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein, lemak BETN, vitamin,

    mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan sekitar 46 zat makanan

    esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung 77 zat atau senyawa,

    namun didalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan

    limbah ternak sebagai makanan ternak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja

    ruminansia juga telah banyak diteliti sebagai bahan pakan termasuk penelitian

    limbah ternak yang difermentasi secara anaerob. Penggunaan feses sapi untuk

    media hidupnya cacing tanah, telah diteliti menghasilkan biomassa tertinggi

    dibandingkan campuran feces yang ditambah bahan organik lain, seperti feses

    50% + jerami padi 50%, feses 50% + limbah organik pasar 50%, maupun feses50% + isi rumen 50% (Farida, 2000).

    Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak dapat

    berguna pada bidang pertanian yaitu sebagai pupuk organic yang dapat dilakukan

    melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk

    kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat

    meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah

    tersebut. Kotoran ternak dapat juga dicampur dengan bahan organik lain untukmempercepat proses pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos

    tersebut .

    Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan

    memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu

    bentuk pengolahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut

    sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar gasbio. Kotoran ternak

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    9/19

    ruminansia sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas.

    Ternak ruminansia mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan

    mikroorganisme dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna

    selulosa dan lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu pada

    tinja ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang

    cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa tinja sapi mengandung

    22.59% sellulosa, 18.32% hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon

    organik, 1.26% total nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K .

    Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang

    merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas

    yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2)

    (Simamora, 1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran

    4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900

    kkal/m3. Produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak,

    penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang

    berjumlah lima orang per hari.

    Pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang

    meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahapmetanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah

    larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan

    struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap pengasaman

    komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan

    menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-

    gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat, format,

    laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amoniak.Model pemroses gas bio yang banyak digunakan adalah model yang

    dikenal sebagai fixed-dome. Model ini banyak digunakan karena usia pakainya

    yang lama dan daya tampungnya yang cukup besar. Meskipun biaya

    pembuatannya memerlukan biaya yang cukup besar. Untuk mengatasi mahalnya

    pembangunan pemroses biogas dengan model feixed-dome, tersebut sebuah

    perusahaan di Jawa Tengah bekerja sama dengan Balai Pengkajian dan Penerapan

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    10/19

    Teknolgi Ungaran mengembangkan model yang lebih kecil untuk 4-5 ekor ternak,

    yang siap pakai, dan lebih murah karena berbahan plastic yang dipendam di dalam

    tanah. Di pedesaan, gasbio dapat digunakan untuk keperluan penerangan dan

    memasak sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada minyak tanah

    ataupun listrik dan kayu bakar. Bahkan jika dimodifikasi dengan peralatan yang

    memadai, biogas juga dapat untuk menggerakkan mesin.

    Selain dimanfaatkan untuk pupuk, bahan pakan, atau gasbio, kotoran

    ternak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya

    menjadi briket dan kemudian dijemur/dikeringkan. Briket ini telah dipraktekkan

    di India dan dapat mengurangi kebutuhan akan kayu bakar. Pemanfaatan lain

    adalah penggunaan urin dari ternak untuk campuran dalam pembuatan pupuk cair

    maupun penggunaan lainnya.

    Tipe digester yang digunakan untuk membuat biogas yaitu

    1. Fixed-domed (kubah tetap) Sebuah reaktor biogas tipe kubah tetap terdiri

    dari digester tertutup berbentuk kubah dengan pipa gas yang kaku dan

    dilengkapi dengan lubang perpindahan substrat atau biasa disebut tangki

    kompensasi. Gas akan terkumpul di bagian atas digester. Ketika produksi

    gas dimulai, slurry (bahan baku berbentuk seperti bubur) dipindahkan ke

    dalam tangki kompensasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 1.

    Gambar 1. Digester biogas tipe kubah tetap Fixed dome digester 1. Mixing tankwith inlet pipe. 2. Gasholder. 3. Digester. 4. Compensation tank. 5. Gas pipe.

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    11/19

    Tekanan gas akan meningkat jika volume gas yang tersimpan bertambah.

    Hal ini ditandai dengan perbedaan ketinggian antara slurry di dalam

    digester tangki kompensasi . Jika ada sedikit gas di gasholder (tabung gas),

    maka tekanan gas rendah.

    2. Floating-drum (drum mengapung) Reaktor biogas tipe Floating-drum

    (drum mengapung) terdiri dari digester bawah tanah dan tabung gas

    diatasnya yang dapat bergerak naik turun seperti ditunjukkan pada Gambar

    2.

    Gambar 2. Digester biogas tipe drum mengapung (Floating drum digester)1. Mixing tank with inlet pipe. 2. Digester. 3. Compensation tank. 4.

    Gasholder. 5. Water jacket. 6. Gas pipe.Gas dikumpulkan pada tabung gas, yang dapat naik atau turun, sesuai

    dengan jumlah gas yang tersimpan. Tabung gas dijaga supaya tetap tegak

    dan tidak miring menggunakan struktur kerangka yang berisi air (water

    jacket). Jika kadar gas di digester bertambah, maka tabung gas akan

    tertekan sehingga bergerak naik. Namun, jika kadar gas berkurang, maka

    tabung gas tersebut akan bergerak turun.

    3. Puxin digester Digester biogas Puxin adalah biogas digester dengan

    tekanan hidrolik. Digester ini terdiri dari tangki fermentasi yang dibangun

    dengan beton. Sebuah tabung gas dibuat dari serat gelas yang diperkuat

    plastik dan penutup outlet (saluran pembuangan) digester dibuat dari serat

    gelas yang diperkuat plastik atau beton. Tabung gas ini dipasang di atas

    digester. Tabung gas dan digester ditutup dengan air seperti ditunjukkan

    pada Gambar 3.

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    12/19

    Gambar 3. Puxin digester 1. Mixing tank with inlet pipe. 2. Digester. 3.Compensation tank. 4. Gasholder. 5. Gas pipe.Kisaran Suhu mesofilik untuk produksi biogas adalah 20 – 40 oC dan

    dengan suhu tahunan 25 oC seperti yang dilaporkan oleh KITE. Hal ini

    menunjukkan bahwa kebanyakan reaktor biogas dapat beroperasi dengan

    baik dalam kondisi suhu mesofilik.

    Biogas dibuat dari limbah organic baik dari kotoran sapi, maupun limbah

    organic sisa industry seperti industry pembuatan tempe. Biogas juga bermnafaat

    bagi kehidupan manusia, karena biogas itu sendiri memiliki beberapa kelebihan

    diantaraya :

    1. Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan

    asap.

    2. Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang

    langsung dapat diolah.

    3. Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk

    sehingga tidak mencemari lingkungan.

    4. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui

    pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak.

    5. Mengurangi pencemaran yang dapat merusak lingkungan.

    6. Dapat digunakan untuk bahan bakar minyak dan kayu serta dapat pula

    digunakan sebagai pembangkit listrik.

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    13/19

    Disamping biogas memiliki beberapa kelebihan, biogas dari kotoran sapi

    juga memiliki kekurangan, diantaranya :

    1.

    Memerlukan peralatan yang lumayan lengkap, sehingga dengan demikiandalam modal awalnya memerlukan biaya yang tinggi untuk membuat

    IPAL yang standar.

    2. Tidak semua masyarakat tahu bahwa limbah kotoran sapi dapat digunakan

    menjadi biogas.

    3. Tidak bisa digunakan untuk kebutuhan skala besar, karena mengingat

    biogas diproduksi dan dihasilkan dari limbah ternak.

    Praktikum acara ini mengenai pemanfaatan limbah ternak di Ex-FarmFakultas peternakan UNSOED, yang mana di tempat tersebut terdapat beberrapa

    ternak yang dapat menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan jika

    tidak dikelola dengan baik. Pada acara ini pula, praktikan diperlihatkan tempat

    pengolahan limbah ternak terutama limbah dari kotoran ternak yang diolah

    menjadi biogas. Setelah melakukan beberapa pengamatan di lokasi praktikum,

    dapat mengetahui bahwa proses pengolahan limbah ternak di jadikan biogas dapat

    djelaskan sebagai berikut :

    1. Memasukan campuran feses sapid an air didalam inlet. Perbandingan

    feses sapid an air yaitu 1 : 1.

    2. Campuran feses sapid an air masuk ke dalam digaster dan akan

    diproses didalamnya dengan temperature 30-35 0C dan pH sekitar 6,8-

    7,5.

    3. Pada digaster, campuran feses dan air akan mengalami tekanan

    sehingga gas akan menguap dan masuk ke dalam tabung di atasnya.

    4. Gas yang dihasilkan berupa gas metan yang berasal dari perubahan

    selulosa yang dihidrolisis menjadi glukosa, kemudian glukosa akan

    mengalami proses acidification dan berubah menjadi alcohol, serta

    terakhir alcohol difermantasi oleh mikroba dan menghasilkan gas

    metan.

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    14/19

    5. Apabila gas di dalam tabung telah berubah, feses sapi di dalam

    digaster akan terbuang melalui outlet.

    6. Gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor

    gas, sedangkan feses sapi yang telah terbuang dapat dimanfaatkanuntuk pupuk kompos.

    Setelah didapatkan biogas dari proses pengolahan, sisa feses yang keluar dari

    outlet pengolaha dapat digunakan sebagai pupuk tanaman yang dikeringkan

    setelah beberapa hari.

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    15/19

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    Setelah melakukan praktikum acara ini, maka dapat disimpulkan bahwa :

    1. Biogas adalah gas yang dibuat dari feses sapi yang dapat digunakan

    sebagai bahan bakar pengganti minyak dan kayu.

    2. Pengolahan biogas melalui langkah-langkah yaitu feses sapid an air

    dimasukan ke Inlet kemudian ke digaster 1 kemusian ke digaster 2, didalam digaster inilah terbentuknya atau terjadi fermentasi terbentuknya

    biogas, dan kemudian sisa dari feses keluar lewat outlet.

    3. Selain dapat digunakan untuk membuat biogas, limbah kotoran sapi dapat

    juga dibuat sebagai pupuk untuk tanaman.

    B. Saran

    Setelah melakukan praktikum acara ini mengenai pemanfaatan limbah

    ternak ex-farm UNSOED, diharapkan untuk praktikum kedepannya agar

    mahasiswa dapat melakukan praktek secara langsung pada pengolahan limbah

    ternak.

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    16/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah

    Organik Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan

    Biomassa Cacing Tanah Eisenia foetida savigry . Skripsi Jurusan

    Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB, Bogor.

    Sofyadi Cahyan, 2003. Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa

    Depan . Badan Litbang Departemen Pertanian. Bogor.

    Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha

    Peternakan . Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga

    Penelitian, Institut Pertanian Bogor

    Soehadji, 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan

    Penanganan Limbah Peternakan . Direktorat Jenderal Peternakan,

    Departemen Pertanian. Jakarta.

    Widodo, Asari, dan Unadi, 2005. Pemanfaatan Energi Biogas Untuk Mendukung Agribisnis Di Pedesaan. Publikasi Balai Besar Pengembangan

    Mekanisasi Pertanian Serpong.

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    17/19

    LAMPIRAN

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    18/19

  • 8/13/2019 TPL DOK3

    19/19