tradisi arisan walimah urus perkawinan di desa panti ...repository.uinjambi.ac.id/1273/1/aminah...

84
TRADISI ARISAN WALIMAH URUS PERKAWINAN DI DESA PANTI KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN SAROLANGUN DITINJAU DARI HUKUM ISLAM SKRIPSI AMINAH TUZZURIA SHK.152108 PEMBIMBING: DRS. BAHARUDDIN AHMAD, M.H.I DIAN MUSTIKA, S.H.I., MA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    TRADISI ARISAN WALIMAH URUS PERKAWINAN DI DESA PANTI

    KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN SAROLANGUN

    DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

    SKRIPSI

    AMINAH TUZZURIA

    SHK.152108

    PEMBIMBING:

    DRS. BAHARUDDIN AHMAD, M.H.I

    DIAN MUSTIKA, S.H.I., MA

    PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

    FAKULTAS SYARIAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2019

  • ii

    PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Aminah Tuzzuria

    NIM : SHK.152108

    Jurusan : Hukum Keluarga Islam

    Fakultas : Syariah

    Alamat : Desa Panti, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun

    Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul: “Tradisi

    Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Desa Panti Kecamatan Sarolangun

    Kabupaten Sarolangun Ditinjau Dari Hukum Islam” adalah hasil karya

    pribadi yang tidak mengandung plagiarisme dan tidak berisi materi yang

    dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan yang telah disebutkan

    sumbernya sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan secara ilmiah.

    Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggung

    jawabkanya sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi ini.

    Jambi, November2019 Yang Menyatakan,

    Aminah Tuzzuria NIM. SHK. 152108

  • iii

    Pembimbing I : Drs. Baharudin Ahmad, M.H.I

    Pembimbing II : Dian Mustika, S.H.I., M.A

    Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi

    Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren

    Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021

    Jambi, November 2019

    Kepada Yth.

    Dekan Fakultas Syariah

    UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    Di-

    JAMBI

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Assalamualaikum wr wb.

    Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudari Aminah Tuzzuria, SHK. 152108 yang berjudul:

    “Tradisi Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Ditinjau Dari Hukum Islam”

    Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana starata satu (S1) dalam jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

    Wassalamualaikum wr wb.

    Pembimbing I Pembimbing II

    Drs. Baharuddin Ahmad, M.H.I Dian Mustika, S.HI., M.A NIP. 19561221 198402 1 001 NIP. 19830622 201101 2 012

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi yang berjudul “Pandangan Tokoh Masyarakat Kelurahan Pulau Temiang Kecamatan Tebo Ulu Ditinjau Dari Hukum Islam” telah diujikan pada Sidang Munaqasah Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada tanggal Oktober 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Satu (S.1) dalam Jurusan Hukum Keluarga Islam.

    Jambi, Oktober 2019

    Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah

    Dr. A. A. Miftah, M. Ag. NIP: 19731125 199603 1 001

    Panitia Ujian:

    1. Ketua Sidang : Dr. H. Bahrul Ma’ani, M.Ag (.....................) NIP. 19630217 199003 1004

    2. Sekretaris Sidang : Irsadunas Noveri, SH,.MH (.....................) NIP. 19830622 201101 2012

    3. Pembimbing I : Drs. H. Ibnu Kasir, M.H.I (.....................) NIP. 19561231 199102 1001

    4. Pembimbing II : Drs. Rahmadi, M.H.I (.....................)

    NIP. 19661112 199302 1001

    5. Penguji I : Dr. Lily Yanti, M.Ag (.....................) NIP.19710227 199401 2001

    6. Penguji II : Masburiyah, S.Ag,M.Fil.I (.....................) NIP.19720116 20003 2003

  • MOTTO

    َٰۖ ُِِۚ َوٱحَّقُىْا ٱّللَّ ٌِ َوٱىۡعُۡدَوَٰ ً ٱۡۡلِۡث ُّىْا عَيَ ٰۖ َوََل حَعَبَو ً ٱىۡبِرِّ َوٱىخَّقَۡىيَٰ ُّىْا عَيَ وَحَعَبَو

    ِة َُد ٱىۡعِقَب َ َشِد َُّ ٱّللَّ ٢إِ

    Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

    takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

    pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah

    amat berat siksa-Nya.1

    1 QS. Al-Ma‟idah (5): 2

  • v

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

    Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakann pedoman tranliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis besar uraiannya sebagai berikut:

    A. Konsonan Tunggal Huruf Arab

    Nama Huruf Latin Keterangan

    Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan اة Ba´ B Be Ta´ T Te ثد Sa´ Ṡ Es (dengan titik di atas) Jim J Je ج (Ha´ Ḥ Ha (dengan titik di bawah حر Kha´ KH Ka dan Ha Dal D De د (Źal Ż Zat (dengan titik di atas ذ Ra´ R Er ر Zai Z Zet ز Sin S Es س Syin SY Es dan Ye ش (Sád Ṣ Es (dengan titik di bawah ص (Dad Ḍ De (dengan titik di bawah ض (Ta´ Ṭ Te (dengan titik di bawah ط (Za´ Ẓ Zet (dengan titik di bawah ظ Ain ´ Koma terbalik di atas ع Gain G Ge غ Fa F Ef ف Qāf Q Qi ق Kāf K Ka كه Lam L El ً Mim M Em ُ Nun N En Wawu W We وٓ Ha´ H Ha Hamzah ' Apostrof ء Ya´ Y Ye ي

    B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah di tulis Rangkap Ditulis Muta„adiddah ٍخعد ّدة

    Ditulis „Iddah عّدة

  • vi

    C. Ta„ Marbutah di Akhir Kata 1. Bila dimatikan tulis h

    َت Ditulis Hikmah دن Ditulis „illah عيت

    Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti sholat, zakat,dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya.

    2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

    ٍت األ و ُىب ء ‟Ditulis Karamatul al-auliya مر Bila ta’ marbutha hidup atau harakat, fathah, kasrah dan dommah ditulis t

    Ditulis Zakatul fitri ز مبة اىفطر

    D. Vokal Pendek ََ Ditulis A َِ Ditulis I َُ Ditulis U

    E. Vokal Panjang Fathah alif

    جب هيُتDitulis Ditulis

    Ā Jāhiliyyah

    Fathah ya‟ mati ً َسع

    Ditulis Ditulis

    ā yas‟ā

    Kasrah ya‟ mati ٌ َ مر

    Ditulis Ditulis

    Ĭ Karĭm

    Dammah wawu mati فروض

    Ditulis Ditulis

    ũ furũd

    F. Vokal Rangkap Fathah alif

    ٌ ْن ُ بDitulis Ditulis

    Ai Bainakum

    Fathah wawu mati قىه

    Ditulis Ditulis

    Au Qaul

    G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof

    ٌ Ditulis A‟antum ااّخ Ditulis U‟iddat اعد ث

    ٌ ِ شنرح Ditulis La‟in syakartum ىئ

  • vii

    H. Kata Sandang Alif Lam 1. Bila diikuti Huruf Qamariyyah

    ُ Ditulis Al-Qur‟an اىقر ا Ditulis Al-Qiyas اىُقب س

    2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkankan huruf/ (el) nya

    سَبء ‟Ditulis As-Sama اىشَس Ditulis Asy-Syams اى

    I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

    ٌ اىفروض Ditulis Zawi al-furud ذو Ditulis Ahl as-sunnah اهو اىسْت

  • viii

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul “Tradisi Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Ditinjau Dari Hukum Islam”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sumbangan dalam arisan walimah urus perkawinan di Desa Panti, Bagaimana dampak positif dan negatif terhadap arisan walimah urus di Desa Panti, Bagaimana hukum sumbangan dalam arisan walimah urus ditinjau dari hukum Islam. Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap tradisi arisan walimah urus. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang diperoleh hasil dan kesempulannya sebagai berikut: Pertama dalam masyarakat Desa Panti, terdapat berbagai macam cara mengadakan arisan walimah urus dalam pernikahan dengan cara menabung, arisan, uang pesta atau bantuan. Penelitian ini ialah penelitian lapangan yang di lakukan di Desa Panti, penelitian ini bersifat deskriftif analisis. Adapun untuk menganalisis kasus yang terjadi di Desa Panti dan menentukan boleh dan tidak bolehnya pengadaan arisan walimah urus yang menggunakan adat sumbangan dalam hajatan pada pesta perkawinan, maka peneliti menggunakan pendekatan normative terhadap Al-Qur‟an, Hadits dan ilmu Fikih dan ushul Fikih. Di simpulkan bahwa arisan walimah sesuai dengan ketentuan hukum islam karena didalam Al-Qur‟an dan Hadits tidak ada ketentuan mengenai Arisan Walimah Urus dalam hajatan tersebut. Walimah yang melalui sumbangan dalam hajatan hukumnya sah menurut hukum islam dan undang-undang yang berlaku di Indonesia dengan kata lain hukum adat sumbangan dalam hajatan adalah boleh (mubah), dan jangan sampai adat tersebut disalah gunakan, karena jika adat tersebut tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan adat maka adat tersebut akan banyak menimbulkan kemadharatan.

    Kata Kunci: Tradisi, Arisan Walimah Urus, Hukum Islam.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana dalam

    penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga

    dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di samping itu, tidak lupa pula

    iringan Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi

    Muhammad SAW.

    Skripsi ini diberi judul ” Tradisi Adat Desa Panti Kecamatan Sarolangun

    Kabupaten Sarolangun Terhadap Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Tinjau

    Dari Hukum Islam” merupakan suatu penelitian terhadap tradisi adat arisan

    walimah urus perkawinan. Dan penulis juga meneliti bagaimana tinjau dari

    Hukum Islam

    Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit

    hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data

    maupun dalam penyusunannya, dan berkat doa bantuan dari berbagai pihak,

    terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka

    skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

    Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terimakasih

    kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama

    sekali kepada yang terhormat:

    1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M. A, sebagai Rektor Universitas Islam Negeri

    Sulthan Thaha Saifuddin jambi.

  • x

    2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas

    Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

    3. Bapak H. Hermanton Harun, Lc., M. HI., Ph. D, Sebagai Wakil Dekan

    Bidang Akademik.

    4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S. Ag., M. HI, Sebagai Wakil Dekan Bidang

    Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan.

    5. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag., MHI, Sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

    dan kerjasama.

    6. Ibu Siti Marlina, S. Ag., M. HI. dan Ibu Dian Mustika, S.HI, M. A, Sebagai

    Ketua dan Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    7. Bapak Drs. Baharuddin Ahmad, MHI. dan Ibu Dian Mustika, S.HI, M. A,

    Sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.

    8. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan Seluruh Karyawan/karyawati

    Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

    maupun tidak langsung.

  • xi

    Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat

    memberikan kontribuksi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah

    SWT kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon

    kemaafannya. Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.

    Jambi, September 2019

    Penulis

    Aminah Tuzzuria

    SHK152108

  • xii

    PERSEMBAHAN

    „Allah yang selalu memberi nafas dalam setiap nadiku, Nabi SAW yang telah memberi tauladan dalam setiap langkahku, ibu, bapak serta keluargaku yang

    selalu mencurahkan kasih sayangnya secara lahir batin kepadaku, serta sahabat-sahabatku yang selalu menemani dan memberi insprirasi serta motivasi dalam

    setiap langkahku. Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga

    kupersembahkan skripsi ini kepada kedua orangtuaku, ayahanda tercinta Ahmadi (Alm) dan ibunda tersayang Zuminah, dan juga yang merawat saya dari kecil

    kepada ibunda Nurasiah dan ayanda M. Soleh telah memberi kasih sayang, segala dukungan dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas

    hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.

    Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan bapak bahagia karna kusadar selama ini belum bisa berbuat lebih. Teruntuk Alm. bapak walaupun kita tidak pernah bertemu sama sekali hanya ini yang aku persembahan untuk bapak, terima kasih sudah membuat saya bangkit dan menjadi anak yang kuat sampai

    saat ini, yang mandiri, ini semua aku hadiahkan untuk bapak disurga sana semoga bapak bahagia di surganya amin.

    Terimakasih juga untuk my brother Zuhdi Is Manto Dan Keluarga Besarku Tercinta terimakasih atas bantuan baik moril maupun materil selama ini.

    Kepedulian dan dukungan yang ikhlas dan tidak terhingga itu telah kalian berikan dengan tulus demi keberhasilanku.

    Sahabat atau Keluargaku „HKI 15‟ kalian semua orang-orang terhebatku terimakasih sudah menjadi bagian dari hidupku sampai kapanpun kita akan tetap

    menjadi satu keluarga.

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

    PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ......................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... iii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iv

    MOTTO .................................................................................................................. v

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................... vi

    ABSTRAK .......................................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

    PERSEMBAHAN ................................................................................................. xi

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

    DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................. 7

    D. Kerangka Teori .......................................................................................... 8

    E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 14

    BAB II METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 17

    B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................................ 18

    C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 19

    D. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................ 20

    E. Populasi dan Sampel ................................................................................ 22

    F. Teknik Pemilihan Informan .................................................................... 23

    G. Teknik Analisis Data ................................................................................ 23

    H. Sistematika Penulisan .............................................................................. 24

    I. Jadwal Penelitian ...................................................................................... 26

  • xiv

    BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Sejarah dan Geografis Desa Panti .......................................................... 27

    B. Kondisi Kemasyarakatan ........................................................................ 28

    C. Keadaan Penduduk .................................................................................. 29

    D. Struktur Organisasi Pemerintah Desa ................................................... 34

    BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Pelaksanaan Sumbangan dalam Arisan Walimah Urus Perkawinan

    Desa Panti .................................................................................................. 37

    B. Dampak Positif dan Negatif Terhadap Arisan Walimah Urus

    Perkawinan Desa Panti ........................................................................... 39

    C. Hukum Sumbangan dalam Arisan Walimah Urus Ditinjau dari

    Hukum Islam ............................................................................................ 41

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................................... 58

    B. Saran.......................................................................................................... 59

    C. Kata Penutup ............................................................................................ 60 DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    1. As : Alaih as-salam

    2. Cet : Cetakan

    3. Hlm : Halaman

    4. UIN : Universitas Islam Negeri

    5. Q.S : Al-Qur‟an Surah

    6. SAW : Shollallahu Aalaihi Wasalam

    7. SWT : Subhanahu Wata‟ala

    8. HR : Hadist Riwayat

    9. Alm : Almarhum

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam kehidupan manusia tidak lepas dari pengaulan sosial,

    kenyataannya bahwa manusia hidup butuh bantuan, baik dari sesama

    maupun dari makhluk lainnya, dalam berbagai aspek yang menunjang

    kehidupan di muka bumi ini. Hal ini membuktikan bahwa manusia

    diciptakan selain berbagai individu tetapi juga sebagai makhluk sosial

    sehingga yang diharapkan saling membangun tata kehidupan yang tertib dan

    teratur karena sesuai dengan fitrah yang diberikan dari yang maha pencipta

    sebagai khalifah di bumi.

    هَب ُ ِ َُفِۡسُد فِ ٍَ هَب ُ اْ أَحَۡجَعُو فِ قَبىُىٍَٰٓ ٱأۡلَۡرِض خَيُِفَت ٰۖ ٍ جَبِعٞو فِ ِّّ َٰٓئِنَِت إِ َل ىِۡيََيََٰ َه رَبُّ ٍَبََٰٓء َوإِۡذ قَب ُل ٱىدِّ َوََسۡفِ

    َُ َُى ٌُ ٍَب ََل حَعۡيَ ٍَٰٓ أَعۡيَ ِّّ َه إِ َلٰۖ قَب ُس ىَ ِدَك َوُّقَدِّ َۡ َذ ُِ ُّسَبُِّخ بِ ۡذ َّ ٠َٓو

    Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

    "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka

    bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan

    (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan

    padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa

    bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"

    Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak

    kamu ketahui".2

    2 QS. Al-Baqarah (30): 1

  • 2

    Untuk dapat menciptakan tata kehidupan yang tertib, diperlukan

    kesadaran manusia tentang keadaan dirinya karena berpentingan antar

    sesama manusia saling bersamaan dan berbenturan, sehingga diperlukan

    aturan-aturan dalam masyarakat. Aturan-aturan yang tumbuh dalam

    kehidupan masyarakat atau biasa disebut norma, norma dapat dibedakan

    empat macam yakni norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan

    norma hukum.

    Termasuk juga dalam hal yang tidak lepas dari perhatian ajaran agama

    islam, adalah aturan-aturan perkawinan, yang dalam hukum islam

    dinyatakan sebagai akad yang kuat untuk mentaati perintah allah dan

    melaksanakannya termasuk ibadah, dengan tujuan pencapaian rumah tangga

    yang sakinah, mawaddah, warrahmah.

    Ketentuan hukum perkawinan dalam ajaran agama islam telah dibahas

    secara rinci dan jelas mulai dari memilih pasangan, sampai dengan

    terlaksananya perkawinan hingga sampai akibat perkawinan tersebut. Dan

    tentunya masalah walimatul‟aqdi dan walimah perkawinan (walimah urus)

    juga telah mendapatkan ketentuan-ketentuan dalam hukum islam.

    Pada pelaksanaan perkawinan, diperlukan syarat dan rukun yang harus

    dipenuhi. Di antaranya, adanya rasa suka sama suka dari kedua calon

    mempelai, adanya ijab dan kabul, adanya mahar dan mas kawin, adanya

    wali, dan adanya saksi-saksi. Akad nikah adalah suatu batas hubungan

    seorang laki-laki dan perempuan semula haram menjadi halal dan juga

    merupakan ikatan baru dalam masyarakat. Oleh sebab itu akad nikah akan

  • 3

    lebih sempurna jika tidak hanya disaksikan oleh dua orang, melainkan juga

    oleh masyarakat luas.3 Dalam ajaran islam, upacara perkawinan ada dua

    macam. Yaitu upacara yang dilakukan antara calon suami dan wali dari

    calon istri, yang disebut juga dangan walimatul‟aqdi dan upacara yang

    dilakukan setelah terjadinya hubungan suami istri (ba;da dukhul), atau

    sebelumnya disebut juga dengan walimah urus yang kini dikenal dengan

    resepsi perkawinan.

    Walimah urus dalam pengertian secara bahasa adalah al-walamah

    berkumpul, dan al-„urus perkawinan. Walimatul diserap dalam bahasa

    indonesia menjadi walimah. Di dalam fiqih islam, walimah mengandung

    makna yang umum dan makna khusus. Makna yang umum adalah seluruh

    bentuk perayaan yang melibatkan banyak orang, sedangkan walimah dalam

    pengertian khusus disebut dengan walimah urus, yang mengandung

    pengertian peresmian perkawinan yang tujuannya untuk memberitahukan

    kepada khalayak ramai bahwa kedua pengantin telah resmi menjadi suami

    istri, sekaligus rasa syukur kepada allah atas berlangsungnya perkawinan

    tersebut.

    Sebagai suatu tradisi yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat,

    maka tentunya pelaksanaan walimah dalam perkawinan juga harus sejalan

    dengan aturan-aturan islam dan norma-norma yang berjalan di masyarakat.

    Meskipun saat ini untuk melaksanakannya, sedikit sulit karena terjadi

    3 A. Zuhdi Muhdar, Memahami Hukum Perkawinan, (Bandung : al-Bayan, 1994), hlm.

    64

  • 4

    akulturasi kebudayaan sehingga sedikit banyak menimbulkan kesulitan

    untuk membedakan mana yang hak dan mana yang bathil.

    Namun pada intinya jika suatu warga masyarakat muslim memiliki

    komitmen yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran islam,

    termasuk ajaran tentang pelaksanaan walimah urus. Sebenarnya islam tidak

    menghendaki kesulitan bagi umat dalam melaksanakan ajaran-ajarannya.

    Salah satu bukti bahwa Islam tidak memberikan kesulitan dalam

    pelaksanaan ajarannya seperti dalam walimah urus atau resepsi perkawinan,

    islam hanya mengutamakan terlaksananya, walaupun hanya dikemas dengan

    sederhana. Dari pada memeriahkannya yang menjurus ke arah hura-hura dan

    menghambur-hamburkan biaya.

    Walimah dalam perkawinan adalah selain sebagai pengumuman

    bahwa pasangan mempelai telah sah dan resmi sebagai suami istri, juga

    sebagai tanda rasa syukur kepada sang khaliqnya, walaupun hanya

    melaksanakannya menyembelih seekor kambing.

    Berkaitan dengan hal tersebut, masyarakat Desa Panti dalam

    melaksanakan upacara perkawinan dilakukan dua kali dalam waktu yang

    berbeda. Yaitu pada waktu akad nikah, dan setelah akad nikah kebanyakan

    masyarakat desa panti melaksanakannya dalam dua waktu yang bersamaan.

    Yaitu pada waktu pagi harinya dilaksanakan ijab dan qabul, sedangkan

    untuk resepsi perkawinannya dilakukan setelah ijab dan qabul terkadang

    dilakukan sampai malam. Setelah acara resepsi perkawinan, masih

    diselenggarakan tradisi sumbangan dalam hajatan, ketika waktu walimah

  • 5

    (hiburan) terjadi. Wujud dari pemberian sumbangan dalam hajatan, dalam

    hal ini diberikan kepada kedua orang tua mempelai dan kedua pengantin.

    Dalam melaksankan pesta perkawinan ini berbeda-beda antara satu

    daerah dengan daerah yang lainnya. Khususnya di Desa Panti Kecamatan

    Sarolangun Kabupaten Sarolangun, memiliki upacara adat tersendiri dalam

    melaksanakan perkawinan. terdapat beberapa upacara adat istiadat

    perkawinan yang perlu ditinjau dari hukum islam. Adapun pelaksanaan

    pesta perkawinan dalam Tradisi Adat di Desa Panti kecamatan sarolangun

    kabupaten sarolangun, berlansung selama kurang lebih tujuh hari tujuh

    malam berturut-turut, dengan melibatkan hampir seluruh masyarakat

    setempat.

    Dalam hukum adat yang berlaku di Desa Panti kecamatan sarolangun

    kabupaten sarolangun, bahwa penetapan mahar dalam perkawinan

    ditetapkan jumlahnya oleh hukum adat, yang berlaku bagi seluruh anggota

    masyarakat setempat, tanpa membedakan antara orang miskin dan orang

    kaya. Dan hampir seluruh biaya pesta perkawinan dibebankan atas pihak

    laki- laki. Adapun keseluruhan biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

    pesta perkawinan ini membutuhkan biaya yang sangat besar, dan

    menghabiskan waktu berhari-hari. Serta melibatkan hampir seluruh

    masyarakat terkonsentrasi pemikirannya terhadap pesta perkawinan

    sehingga sulit untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Adapun tingkatan

    tersebut disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing kepala

    keluarga. Dalam hal ini tentunya masyarakat harus menunggu beberapa

  • 6

    tahun untuk dapat mengambil arisan Desa tersebut sesuai batas waktu yang

    telah di tentukan, maka dalam hal ini setiap anggota dapat mengambil arisan

    dengan cara mengajukan kepada pengurus arisan dengan syarat sudah sesuai

    dengan lama waktu yang di tentukan dan ketika ada hajat seperti Walimatul

    Ursy dan Walimatul Khitan guna untuk membantu biaya acara tersebut

    Sebagai suatu tradisi yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat,

    maka tentunya pelaksanaan walimah dalam perkawinan juga harus sejalan

    dengan aturan-aturan islam dan norma-norma yang berjalan di masyarakat.

    Meskipun saat ini untuk melaksanakannya, sedikit sulit karena terjadi

    akulturasi kebudayaan sehingga sedikit banyak menimbulkan kesulitan

    untuk membedakan mana yang hak dan mana yang bathil.Melihat keadaan

    tradisi adat perkawinan yang berlaku di Desa Panti kecamatan sarolangun

    kabupaten sarolangun tersebut, telah menyentuh hati peneliti untuk

    mengkaji hakikat pesta perkawinan yang sesuai syari‟at islam. dan itu lah

    yang melatarbelakangi penulis untuk mengkajinya dalam bentuk skripsi

    yang berjudul Tradisi Arisan Walimah Urus Perkawinan Di Desa Panti

    Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Ditinjau Dari Hukum

    Islam.

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah yang penulis ceritakan diatas, maka

    muncul pokok persoalan permasalahan yang akan diungkap dalam

    penelitian proposal skripsi ini, yaitu :

  • 7

    1. Bagaimana pelaksanaan sumbangan dalam arisan walimah urus

    perkawinan di Desa Panti?

    2. Bagaimana dampak positif dan negatif arisan walimah urus di Desa

    Panti?

    3. Bagaimana hukum sumbangan dalam arisan walimah urus ditinjau dari

    hukum Islam?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    a. Untuk mengetahui Pelaksanaan sumbangan dalam arisan walimah

    urus perkawinan di Desa Panti.

    b. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif terhadap arisan

    walimah urus di Desa Panti.

    c. Untuk mengetahui hukum sumbangan dalam arisan walimah urus

    ditinjau dari hukum Islam?

    2. Kegunaan Penelitian

    a. Kegunaan Akademis

    1) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    sumbangan kepada masyarakat khususnya bagi masyarakat

    Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun

    dalam hal acara perkawinan.

  • 8

    2) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk

    mengembangkan penelitian ini lebih lanjut guna kepentingan

    ilmu pengetahuan khususnya studi Hukum Keluarga Islam.

    b. Kegunaan Praktis

    1) Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat beruna bagi

    banyak pihak terutama bagi alim ulama, pemangku adat, dan

    masyarakat pada umunnya di daerah Desa Panti Kecamatan

    Sarolangun Kabupaten Sarolangun, Jambi.

    2) Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran secara lengkap

    tentang tinjauan hukum Islam tentang Arisan Walimah Urus

    Perkawinan Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten

    Sarolangun, Jambi.4

    D. Kerangka Teori

    1. Pengertian Maslahah

    Pengertian Maslahah juga dikemukakan oleh Izz al-Din Abd al-

    Salam. Dalam pandangan Izz al-Din „Abd al-Salam, Maslahah itu

    identik denga al-khair (kebajikan), al-naf (kebermanfaatan), al-husn

    (kebaikan). Sementara najm al-Din al-tufi berpendapat bahwa makna

    maslahah dapat ditinjau dari segi „urfi dan syar‟i. Menurut al-Tufi,

    4 Ishak, Metode Penelitian Hukum, (Kerinci : Stain Kerinci Press), hlm. 133.

  • 9

    dalam arti „urfi, maslahah adalah sebab yang membawa kepada tujuan

    al-syar‟i, baik yang menyangkut ibadah maupun muamalah.5

    Tidak ada satu pun masalah hukum yang muncul kecuali sudah ada

    di dalam kitan allah petunjuk jalan solusi atasnya. Syariah islam

    merupakan syariah yang selaras dengan fitrah kemanusiaan (syari‟at al-

    fitrah), yanng memperhatikan segenap sissi kehidupan manusia, dan

    yang menawarkan tuntunan hidup yanng berkeadilan. Syariah islam

    juga merupakan syariah yang selaras dengan moralitas kemanusiaan

    yang luhur, yang membebaskan manusia dari cengkeraman kuasa hawa

    nafsu yanng destruktif. Syariah islam merupakan syariah yang bervisi

    dan bermisi mulia. Syariah islam senantiasa memperhatikan realisasi

    maslahah bagi segenap hamba-Nya. Karena itulah konsep maslahah

    memberi saham besar bagi terwujudnya panduan yang layak

    diperhatikan sang mujtahid guna mengetahui hukum allah atas perkara

    yang tidak ditegaskan oleh nass Syara‟.

    Penelitian yang mendalan atas sedemikian banyak nass al-Qur‟an

    dan hadis memang menghasilkan kesimpulan yang menyakinkan bahwa

    hukum-hukum syriah senantiasa dilekati hikmah dan „illah yang

    bermuara kepada maslahah bahkan hukum-hukum dimaksud bukan saja

    di bidang muamalat umum (non-ibadah mahdah), tetapi juga ibadah

    mahdah. Jadi, semua bidang hukum dengan aneka norma hukum yang

    telah digariskan oleh al-Qur‟an dan hadis berhulu dari, sekaligus

    5 Najm al-Din ibn al-Tufi, syarh al-arba‟in al-nawawiyyah. Hlm19

  • 10

    bermuara kepada, maslahah bagi kehidupan umat manusia.

    Mewujudkan maslahah merupakan elan vital syariah islam. Dalam

    setiap aturan hukumnya, al-Syari mentrasmisikan maslahah sehingga

    lahir kebaikan/kemanfaatan dan terhindar keburukan/kerusakan, yang

    yang bagian terealisasinya kemakmuran dan kesejahteraan di muka

    bumi dan kemurnian pengabdian kepada Allah. Sebab maslahah itu

    sesungguhnya adalah memelihara dan memperhatikan tujuan-tujuan

    syara‟, bukan oleh hawa nafsu manusia.

    adat adalah aturan (perbuatan dsb) yang lazim diturut atau

    dilakukan sejak dahulu kala.wujud gagasan kebudayaan yang terdiri

    atas nilai- nilai budaya, norma, hukum, dan aturan yang satu dan

    lainnya berkaitan menjadi satu sistem.6

    Tradisi aturan kebiasaan manusia dalam hidup bermasyarakat.

    Sejak manusia itu diturunkan tuhan kemuka bumi, maka ia memulai

    hidupnya dengan berkeluarga, kemudian bermasyarakat, dan kemudian

    bernegara. Adapun hukum adat adalah hukum yang hidup dan tumbuh

    di tengah–tengah masyarakat Indonesia yang tidak tertulis bersarkan

    adat.7

    Selain itu adat adalah kebiasaan masyarakat, dan kelompok-

    kelompok masyarakat yang dilakukan secara turun temurun.

    Adat berarti “ kebiasaan” atau “ tradisi “ masyarakat yang telah

    dilakukan berulangkali secara turun temurun. Kata “adat “ disini lazim

    6 Kamus Umum Bahasa Indonesia, Hasan Alwi, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2002 ), hlm. 7. 7 Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta), hlm. 168.

  • 11

    dipakai tanpa membedakan mana yang mempunyai sanksi, “ seperti

    hukum adat”, dan mana yang tidak mempunyai sanksi, seperti disebut

    “adat “ saja.8

    2. Hubungan Tradisi Dengan Hukum Islam.

    Hukum Islam yang biasa digunakan secara luas di masyarakat

    adalah pengertian hukum seperti Fiqh yang dikemukankan oleh Al-

    Ghazal, yaitu hukum syarak yang tetentu bagi perbuatan mukala, seperti

    wajib, haram, mubah (kebolehan), sunnah, makruh, dan lain-lainnya.

    Memang tidak mudah mempersamakan pengertian hukum dari dua

    macam system hukum yang berbeda.

    Bagi Hazairin yang satu menganut paham kemasyarakatan (Sistem

    Hukum Romawi Dan Hukum Adat). Oleh karena itu, dalam teori hukum

    Islam persoalan adat memiliki aturan tersendiri untuk diterapkan, yaitu di

    kenal dengan adat kebiasaan atau „Urf bearti memilihara kemaslahatan

    bagi masyarakat yang merupakan salah satu asas dan prinsip Hukum

    Islam. Selama „Urf itu tidak merusak dan mengubah prinsip universal

    syara‟.

    Adat dalam istilah ushul fiqih bisa juga di sebut dengan „Urf, yang

    mana „Urf adalah sikap, perbuatan, dan perkataan yang “biasa” dilakukan

    oleh masyarakat daerah tertentu, dan terus-menerus dijalankan oleh

    mereka. Masyarakat Arab jauh sebelum kedatangan Islam, telah mengenal

    berbagai macam „Urf . „Urf secara bahasa bearti sesuatu yang telah

    8 Nasrun Haroen, “ Adat Bersendi Syarak,” dalam Abdul Azis Dahlan dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003 ), hlm 21

  • 12

    dikenal dan dipandang baik serta dapat diterima akal sehat. „Urf yang

    bermakna berbuat baik dapat dikemukan dalam firman Allah QS. Surah

    Al-A‟raf (7):199 :

    هِلِييَ هُْش تِالْعُْشِف َوأَعِْشْض عَِي الَْجا خُِز الْعَْفَو َوأْ

    Artinya : Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengrjakan yang ma‟ruf,

    serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.

    Dalam sistem hukum Islam, Al-„Adah dijadikan salah satu unsur yang di

    pertimbangkan dalam menetapkan hukum. Penghargaan hukum Islam terhadap

    adat ini menyebabkan sikap yang tolerance dan memberikan pengakuan terhadap

    hukum yang berdasar adat menjadi hukum yang diakui oleh hukum Islam.

    Walaupun demikian pengakuan tersebut tidaklah mutlak, tetapi harus memenuhi

    syarat-syarat tertentu. Hal ini adalah wajar demi untuk menjaga nilai-nilai

    prinsip-prinsip dan identitas Hukum Islam. Karena Hukum Islam bukanlah

    hukum yang menganut sitem terbuka secara penuh, tetapi bukan pula sistem

    tetutup secara ketat. „Urf yang shahih menambahkan vitalitas dan dinamika

    hukum islam.

    Mengamati bentuk-bentuk „Urf. Dilihat dari segi keberadaannya, „Urf

    dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu „Urf Shahih dan „Urf Fasid.

    a. „Urf Shahih adalah suatu kebiasaan yang telah dikenal secara baik dalam

    masyarakat dan kebiasaan itu sejalan dengan nilai-nilai yang terdapat

    dalam ajaran islam serta kebiasaan itu tidak menghalalkan yang

    diharamkan dan tidak membatalkan (hukum) yang diwajibkan,

  • 13

    sebagaimana „Urf manusia dalam bentuk aqad isishna‟, „Urf dalam bentuk

    pemberian sesuatu dari pelamar kepada perempuan yang dilamarnya

    dalam bentuk perhiasan dan pakaian, merupakan hadiah bukan sebagai

    mahar.

    b. „Urf Fasid adalah suatu kebiasaan yang telah berjalan dalam masyarakat,

    tetapi ajaram itu bertentangan dengan ajaran Islam atau menghalalkan

    yang haram dan sebaliknya, membatalakan hukum yang diwajibkan.

    Di tinjau dari segi pembagiannya, „Urf dibagi menjadi dua macam, „Urf

    „Am dan „Urf Khash, :

    a. „Urf „Am (adat kebiasaan umum ) adalah adat yang pemakainya tersebar

    luas ke seluruh negeri Islam dan dipergunakan oleh semua orang di negeri

    itu.

    b. „Urf Khash (adat kebiasaan khusus) adalah adat istiadat yang tersebar di

    negeri tertentu tapi tidak di negeri lainnya atau di kalangan masyarakat

    yang menggunakan dialek tertentu.

    Di tinjau dari segi objeknya, „Urf di bagi menjadi dua macam, „Urf Lafzhi

    dan „Urf „Amali :

    a. „Urf Lafizhi adalah adalah „Urf yang tersebar luas di antara banyak orang

    dalam menggunkan sebagai Lafazh atau susunan kalimat yang

    mengandung makna tertentu dari aspek terjadinya makna itu dipahami

    langsung tanpa adanya qarinah (indikasi) dan tanpa adanya „alaqah secara

    „aqaliyah.

  • 14

    b. „Urf Amali adalah kebiasaan manusia tentang sesuatu dalam bentuk

    perbuatan yang diadatkan atau dalam bentuk mu‟amalah yang bersifat

    materi. Yang dimaksud dengan perbuatan-perbuatan manusia secara

    individu dalam berbagai persoalan kehidupannya dalam rangka saling

    tukar kemaslahatan dan mendapatkan berbagai hak, seperti halnya makan,

    minum, pakaian, dan sebagainya. Sementara yang dimaksud dengan

    Mu‟amalah Al-Madaniyah adalah transaksi-transaksi yang bertujuan untuk

    memperoleh berbagai hak di antara manusia, baik transaksi dimaksud

    dalam bentuk aqad atau lainnya, seperti nikah, jual beli dan sejenisnya.

    3. Hakikat Perkawinan.

    Dalam Kamus Hukum, bahwa Perkawinan adalah segala

    sesuatu yang berkaitan atau menyangkut masalah kawin atau nikah.9

    Adapun perkawinan menurut ahli fiqh adalah akad nikah yang

    ditetapkan oleh syara‟ bahwa seorag suami dapat memamfaatkan dan

    bersenang- senang dengan kehormaan seorang istri dan seluruh

    tubuhnya.10

    Adapun pengertian perkawinan menurut Undang- Undang

    Perkawinan No. 1 tahun 1974, dalam pasal 1 yang berbunyi sebagai

    berikut : perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

    seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk

    9 Kamus Hukum, Sudarsono, (Jakarta : Rineka Cipta,1992 ), hlm216 10Nur Djaman, Fiqih Munakahat, Semarang : Dina Utama Semarang, hal 2

  • 15

    keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan

    Yang Maha Esa.11

    4. Hakikat Hukum Islam

    Dalam kamus hukum bahwa yang dimaksud dengan hukum islam

    adalah peraturan- peraturan dan ketentuan- ketentuan yang berkenaan

    dengan kehidupan berdasarkan Al- Qur‟an ; hukum syara‟.12

    Imam Syafi‟I (767- 820 M), mengartikan syariah dengan

    peraturan- peraturan lahir bagi umat islam yang bersumber pada wahyu

    dan kesimpulan yang dapat ditarik dari wahyu. Peraturan – peraturan

    lahir ini mengenai cara bagaimana manusia berhubungan dengan Allah

    dan sesama makhluk, khususnya sesama manusia.13

    Syekh Muhammad Saltut mendefinisikan : “ syariah ialah

    peraturan- peraturan yang diciptakan Allah, atau yang diciptakan

    pokok- pokoknya supaya manusia berpegang kepadanya dalam

    berhubungan dengan Tuhan, saudara sesame muslim, saudara sesama

    manusia, serta hubungannya dengan alam selurunya dan hubungannya

    dengan kehidupan”.

    Orientalist Nicolas P. Aghnides dalam The Backgroun

    Introduction to Muhammedan Law, mendefinisikan : “ kata syari‟ah

    adalah nama umumnya yang diberikan kepada peraturan- peraturan atau

    kaidah – kaidah agama islam dan para ahli dirumuskan sebagai sesuatu

    11 Baharuddin Ahmad dan Yuliatin, Hukum Perkawinan Umat Islam di Indonesia,

    (Jakarta: Lamping Publishing), hlm. 16 12 Sudarsono, Kamus Hukum…, hlm 169 13 Abd. Shomad, Hukum Islam,( Jakarta : Kencana Prenada Media Group),hlm 24

  • 16

    yang tidak akan adanya, seandainya tidak ada wahyu ilahi, Hukum

    Syari‟ah ( hukum syar‟i ) itu diartikan sebagai jenis, sifat, dan nilai yang

    ditetapkan sebagai dari wahyu Ilahi.14

    E. Tinjauan Pustaka

    Untuk mendukung penelitian yang lebih integral seperti yang telah

    dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penyusun berusaha untuk

    melakukan analisis lebih awal terhadap pustaka atau karya- karya yang

    lebih mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti.

    Pertama, Dalam pembahasaan ini lebih tertuju kepada pelaksanaan

    walimah yang dikenal sebagai pesta pernikahan, adalah jamuan makan yang

    diselenggarakan berkenaan dengan pernikahan. Biasa nya walimatul urus

    dilaksanakan setelah akad nikah. Kata walimah berasal dari kata Al-Walamu

    yang dalam bahasa indonesia bermakna “pertemuan”.

    Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nurmi Yanti, Nim : SA.

    100017, dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Yang di Tetapkan

    Oleh Hukum Adat di Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kebupaten

    Sarolangun. Adapun pembahasan dalam penelitian ini lebih tertuju kepada

    penetapan mahar yang ditetapkan langsung oleh adat.

    Ketiga, penelitian terdahulu lebih banyak kepada pembahasan

    penyelenggraan pesta pernikahan yang tergolong mubazir. Sedangkankan

    dalam penelitian ini penulis akan membahas seputar tradisi adat perkawinan

    14 Ibid .,hlm.24.

  • 17

    yang perlu dikaji ulang dari agama islam. Para ulama ahli hukum islam

    fiqih sepakat bahwa mengadakan pesta pernikahan hukumnya adalah

    sunnah muakkadah, yakni sebuah perbuatan yang dilakukan oleh nabi

    muhammad SAW dan karena itu dianjurkan bagi sang suami yang

    merupakan seorang laki-laki (rasyid) dan wali suami yang bukan rasyid.

    Pembiayaan pesta pernikahan harus dibayar oleh sang suami. Meskipun

    demikian, pengadaan pesta pernikahan harus menyesuaikan kemampuan

    sang suami, karena tujuan adannya pesta pernikahan adalah untuk

    mengembirakan hati kedua pengantin.15

    Menghadiri undangan walimah urus hukumnya adalah wajib atau

    fardhu ain, yaitu sebuah perbuatan yang apabila ditinggalkan

    mengakibatkan dosa. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa

    mendatangi sebuah walimah urus, merupakan sebuah fardhu kifayah, yaitu

    sebuah perbuatan yang apabila orang lain telah melakukan maka orang yang

    lain tidak wajib melakukannya. Mereka beranggapan bahwa esensi dan

    betujuan adanya sebuah pernikahan adalah untuk memberitahukan kepada

    masyarakat bahwa pasangan ini telah menikah dan membedakannya dari

    perbuatan zina.

    Syarah-syarat yang menjadikan seorang muslim wajib menghadiri

    walimatul „ursy adalah:

    a. Orang yang mengundang adalah kerabat atau saudara

    b. Ditentukan orangnya

    15 Drs. H. Ibnu Mas‟ud (2000). Fiqih Mazhab syafi‟i. CV.Pustaka Setia.

  • 18

    Jika undangan walimah urus bersifat umum (tidak menentukan

    orangnya), maka tidak wajib untuk menghadiri undangan tersebut, dan

    hukum menhadirinya adalah fardhu kifayah apabila orang lain telah

    melakukan maka orang yang lain tidak wajib melakukannya.16

    a. Tidak ada halangan sah sesuai dengan ketentuan hukum islam

    Misalnya saja sakit keras, hujan yang deras, banjir, dan lainya

    b. Di tempat walimah urus tidak dapat perbuatan kemungkaran.

    16 Drs. H. Imron Abu Amar (1983). Ter. Fat-hul Qarib. Menara Kudus

  • 19

    BAB II

    METODE PENELITIAN

    Metode penelitian merupakan strategi umum yang digunakan dalam

    pengumpulan dan analisis data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. “Metode

    diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.

    Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan

    untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan

    sistematis untuk mewujudkan kebenaran”. Adapun metode yang penulis gunakan

    dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Tempat penelitian dilakukan di Desa Panti, Kecamatan

    Sarolangun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Dengan

    pertimbangan bahwa tempat atau lokasi tersebut dapat memperoleh data

    yang diperlukan untuk menyusun serta menyelesaikan skripsi ini.

    2. Waktu Penelitian

    Waktu penelitian dilakukan pada bulan April dan Mei 2019

  • 20

    B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)

    yang pengumpulan data dilakukan di lapangan untuk mengadakan

    pengamatan terhadap suatu fenomena dalam keadaan ilmiah dan

    bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk memahami

    fenomena mengenai apa yang dialami subjek penelitian.17 Ide penting

    dari jenis penelitian ini adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan

    untuk mengadakan pengamatan langsung tentang suatu fenomena yang

    terjadi.

    Ada dua sebab terjadinya penelitian lapangan, yaitu pertama

    untuk membuktikan suatu teori benar atau tidak. Jadi, teori ini dites

    kebenarannya di lapangan. Dalam hal ini testing dilakukan dengan

    mencari apakah ada data-data yang mendukung teori tersebut. Sebab

    kedua untuk mencari kemungkinan-kemungkinan dapat atau tidaknya

    suatu teori yang baru ditemukan sesudah penelitian lapangan.18

    2. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan cara lapangan yang dilakukan di

    Desa Panti untuk memberi informasi yang berkaitan dengan tradisi adat

    arisan walimah urus perkawinan di tinjau dari hukum islam. Kaidah

    penelitian ini membantu penulis untuk mendapatkan informasi yang

    17 Irkhamiyati, “Evaluasi Persiapan Perpustakaan STIKES „Aisyiyah Yogyakarta dalam Membangun Perpustakaan Digital,” Jurnal Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 13, No. 1, (Juni 2017), hlm. 41.

    18 Bungaran Antonius Simanjuntak dan Soedjito Sosrodihardjo, Metode Penelitian Sosial (Edisi Revisi), (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), hlm. 12.

  • 21

    diperoleh dari bahan bacaan. Selain itu, kaidah ini juga digunakan

    untuk mendapatkan informasi tambahan dan penyelesaian kepada

    masalah yang dihadapi.

    C. Jenis dan Sumber Data

    1. Jenis Data

    Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari

    data primer dan data sekunder.

    a. Data Primer

    Adalah data yang diperoleh langsung dari peneliti kepada

    masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara. Data primer

    diperoleh peneliti sendiri secara mentah-mentah dari masyarakat

    dan masih memerlukan analisa lebih lanjut. Adapun yang menjadi

    data primer yang dikumpulkan meliputi tokoh-tokoh adat, ketua

    adat, tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat yang ada di Desa

    Panti.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan melakukan

    studi kepustakaan yakni melakukan serangkaian kegiatan

    membaca, mengutip, mencatat buku-buku menalaah Undang-

    Undang yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

    2. Sumber Data

  • 22

    Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer

    dan sumber data sekunder. Yang termasuk sumber data primer adalah:

    a. Kepala Desa.

    b. Tokoh-Tokoh Agama.

    c. Ketua Adat.

    d. Tokoh-Tokoh Adat.

    e. Tokoh-tokoh masyarakat

    f. Masyarakat yang ada di Desa Panti.

    Sedangkan data sekunder terdiri dari materi yang terdapat dalam

    buku-buku, jurnal, dan literatur lainnya yang masih berkaitan dengan

    permasalahan penelitian. Data sekunder ini hanya diperlukan sebagai

    penunjang atau pendukung data primer.

    D. Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

    mengumpulkan data dan fakta penelitian. Untuk penelitian kualitatif, alat

    yang digunakan adalah si peneliti itu sendiri (human instrument).19 Untuk

    mendapatkan informasi dari objek yang diteliti, hendaknya ada komunikasi

    dan koordinasi yang terjalin secara harmonis.20

    Instrumen pengumpulan data juga termasuk cara mengumpulkan data

    yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam

    19 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi…., hlm.

    37. 20 Fenti Hikmawati, Metodologi Penelitian, (Depok: Rajawali Pers, 2017), hlm. 80.

  • 23

    penelitian jenis lapangan ini (field research), penulis menggunakan tiga

    instrumen data, berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.

    1. Observasi

    Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti

    mencatat informasi sebagaimana peneliti saksikan selama dalam

    penelitian.21 Observasi bertujuan untuk menguji hipotesis dengan cara

    mempelajari dan memahami tingkah laku hukum masyarakat yang

    dapat diamati dengan mata kepala.22 Melalui observasi, peneliti akan

    lebih mampu memahami konteks data secara keseluruhan.23

    Kedudukan peneliti hanya sebagai partisipan dalam suatu

    lingkungan masyarakat yang diteliti. Selama proses observasi, peneliti

    akan membuat catatan-catatan untuk keperluan analisis dan pengecekan

    data kembali.24 Dan oleh karena itu data yang diperoleh dari observasi

    disebut data primer.25

    Melalui observasi dimaksud, maka peneliti mengadakan suatu

    pengamatan langsung di Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten

    Sarolangun Terhadap Arisan Walimah Urus Perkawinan.

    2. Wawancara

    21 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm. 116. 22 Bahder Johan Nasution, Metode Peneltian Ilmu Hukum, (Bandung: CV. Mandar Maju,

    2016), hlm. 169. 23 Fenti Hikmawati, Metodologi Penelitian…, hlm. 81. 24 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),

    hlm. 69. 25 Yogi Sugito, Metodologi Penelitian: Metode Percobaan dan Penulisan Karya Ilmiah,

    (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2013), hlm. 113.

  • 24

    Wawancara adalah percakapan-percakapan yang dilakukan atas

    dasar maksud tertentu dengan mengajukan pertanyaan secara langsung

    oleh pewawancara guna mendapatkan informasi dan data-data yang

    berhubungan dengan penelitian. Wawancara yang peneliti wawancarai

    adalah meliputi:

    a. Kepala Desa.

    b. Ketua Adat.

    c. Tokoh Agama.

    d. Tokoh Adat.

    e. Tokoh-tokoh Masyarakat dan masyarakat Desa Panti.

    2. Dokumentasi

    Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

    yang berupa catatan, buku surat kabar, laporan program kerja, transkip,

    agenda dan lain-lain

    a. Situasi dan kondisi Desa Panti Kecamatan Sarolangun.

    b. Struktur Organisasi pemerintah Desa Panti Kecamatan Sarolangun.

    E. Populasi dan Sampel

    Istilah populasi dan sampel dapat digunakan jika penelitian yang

    dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Populasi dalam

    setiap penelitian harus disebutkan secara tersurat yaitu yang berkenaan

    dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup.

    Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh Masyarakat

  • 25

    Desa Panti Kecamatan Sarolangun. Yang sebelum perkawinan terjadi

    sebuah tradisi arisan walimah urus perkawaninan. Mengingat luasnya

    populasi dalam penelitian ini, maka penulis mengambil sampel. Sampel

    adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti, sampel dalam penelitian

    ini adalah orang yang melakukan tradisi adat arisan walimah urus yang

    berada di Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun.

    F. Teknik Pemilihan Informan

    Informan penelitian maksudnya adalah orang yang memberikan data

    kepada penulis yang diambil dengan cara wawancara. Untuk memperoleh

    data yang otentik penulis melakukan interview/wawancara dengan para key

    informan yang posisinya sebagai pelaku yang pernah melakukan tradisi

    langkahan. Untuk Memperoleh data yang menunjang juga penulis

    melakukan wawancara kepada tokoh-tokoh masyarakat. Dengan cara

    demikian penulis dapat memperoleh informasi-informasi yang berkaitan

    dengan penelitian.

    G. Teknik Analisis Data

    Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

    yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

    lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

    kepada orang lain. Analisis data dapat dilakukan dengan mengorganisasikan

    data, menjabarkannya ke dalam unit-unit melakukan sistem, menyusun ke

  • 26

    dalam pola, mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan

    membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis

    data yang penulis gunakan ada beberapa tahap, yaitu:

    1. Deskripsi, penulis akan memberikan gambaran yang berkaitan dengan

    bidang yang diteliti.

    2. Reduksi Data, penulis mempertegas, memperpendek, membuat pokus,

    membuang hal-hal yang tidak penting yang muncul dari catatan dan

    pengumpulan data yang berkaitan dengan bidang yang diteliti. Proses

    ini berlangsung terus menerus sampai laporan akhir penelitian selesai.

    3. Penyajian Data, dari data yang dikumpulkan dan direduksi kemudian

    disajikan menjadi informasi, selanjutnya penulis menarik kesimpulan

    yang meliputi berbagai jenis keterangan.

    H. Sistematika Penulisan

    Penyusunan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dan setiap babnya

    terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan

    tersendiri tetapi tetap saling berkaitan antar satu bab dengan bab berikutnya.

    Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:

    BAB 1, Berisi tentang pendahuluan, sebagai pengantar secara

    keseluruhan sehingga bab ini akan diperoleh gambaran umum tentang

    pembahasan skripsi ini. Bab pertama ini berisi tentang pendahuluan sebagai

    pengantar secara keseluruhan sehingga bab akan diperoleh gambaran umum

    tentang pembahasan skripsi ini. Yaitu: Latar Belakang Masalah, Rumusan

  • 27

    Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Kerangka

    Teori.

    BAB II, Penulis membahas mengenai metode penelitian. Bab ini

    terdiri dari sub-sub sebagai berikut: Pendekatan Dan Jenis Penelitian, Jenis

    Dan Sumber Data, Instrument Pengumpulan Data, Teknik Pemilihan

    Informan, Teknik Analis Data, Sistematika Penulisan.

    BAB III, Penulis akan menjelaskan gambaran umum Lokasi

    Penelitian, Geografis, Keadaan Penduduk dan Mata Pencahariannya,

    Keadaan Agama dan Pendidikan, Keadaan Tanah dan Iklim, dan Struktur

    Organisasi Pemerintah Desa.

    BAB IV, Yaitu bab akhir dari pembahasan masalah pokok dan

    analisis berikut: skripsi ini membahas tentang Tradisi Adat Desa Panti

    Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun Terhadap Arisan Walimah

    Urus Perkawinan Di Tinjau Dari Hukum Islam.

    BAB V, Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari kesimpulan

    hasil penulisan skripsi, saran-saran dan penutup.

  • 28

    J. Jadwal Penelitian

    Untuk mempermudah langkah-langkah dalam penelitian ini maka

    penulis menyusun jadwal sebagai berikut:

    Tabel I

    Jadwal Penelitian

    No. Kegiatan

    Tahun 2018-2019

    April

    Novem

    ber D

    esember

    Januari

    Juni

    Juli

    Agustus

    September

    4 1 2 4 1 2 1 1 2 1 2 1. Pengajuan

    Judul X

    2. Pembuatan Proposal

    x

    3. Penunjukan Dosen Pembimbing

    x

    4. Keluar Jadwal Seminar

    X

    5. Ujian Seminar Proposal

    X

    6. Pengesahan Judul

    7. Surat Izin Riset

    8. Pengumpulan Data

    x x x x

    9. Pengelolaan dan Analisis Data

    x x x

    10. Bimbingan dan perbaikan Skripsi

    x x

    11. Agenda dan Ujian Skripsi

    12. Perbaikan dan Penjilidan

  • 29

    BAB III

    GAMBARAN UMUM DESA PANTI KECAMATAN SAROLANGUN

    A. Sejarah dan Geografis Desa Panti

    Gambaran umum kondisi wilayah memberikan informasi penting

    dalam merencanakan pembangunan karena kita dapat mengindentifikasi

    faktor-faktor atau berbagai aspek yang mempengaruhi optimalsasi

    pencapaian keberhasilan pelaksanaan pembangunan di Desa Panti.

    Menjelaskan secara singkat tentang sejarah Desa Panti, kondisi geografis,

    keadaan penduduk dan struktur organisasi pemerintahan desa.

    Pada mulanya desa panti kecamatan sarolangun disebut tempat

    persinggahan, perdamaian atau tempat menyelesaikan masalah antar

    kampung IV Seperti Desa: Sungai Baung, Sungai Abang dan Tingting

    selanjutnya mereka menetap dan mendirikan sebuah dusun yang dinamakan

    Desa Panti. Tidak ada yang tau pasti kapan sebenarnya tahun berdirinya

    Desa Panti. Sejak zaman belanda desa ini telah berdiri, ini dibuktikan

    adanya jalan yang dirintis oleh penjajah Belanda dan cerita dari masyarakat

    bahwa mereka juga merasakan bagaimana susahnya saat dijajah oleh

    belanda.

    Secara administratif, Desa Panti termasuk dalam wilayah Kecamatan

    Sarolangun Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Luas wilayah Desa Panti

    secara administratif Desa Panti terletak di jalan lintas sumatra sekitar 9 km

    dari pusat kota sarolangun, 2 km dari gerbang kota sarolangun ke arah

  • 30

    barat. dan dari ibu kota provinsi lebih kurang 268 km. Secara geografis,

    Desa Panti Kecamatan Sarolangun batas wilayah dengan:

    1. Sebelah Timur berbatasan Batang Sungai Abang

    2. Sebelah Selatan berbatasan Sungai Selembau

    3. Sebelah Barat berbatasan Desa Sungai Baung dan Desa Baru

    4. Sebelah Utara berbatasan Sungai Tambir

    Desa Panti merupakan desa yang dilalui oleh jalur jalan lintas

    sumatra. Karena letaknya yang strategis tersebut, maka kabupaten ini

    menjadi suatu tempat yang bisa diperhitungkan untuk membuka lahan

    usaha. Mayoritas penduduk desa panti beragama islam (100%) dengan

    pekerjaan sebagai petani karet, sawit, bercocok tanam padi dan tanaman

    muda. Meskipun ada juga yang bekerja di sektor swasta dan PNS.

    Iklim Desa Panti sebagaimana umumnya iklim wilayah Indonesia

    adalah Tropis. Ketinggian Desa Panti: 935 m, rata-rata curahan hujan: 130

    mm / th, suhu rata-rata 23 c. Penduduk Desa Panti memilik luas tanah

    seluas: 3.300 ha, tanah wakaf: 8 ha, pekarangan: 75 ha, persawahan: 10 ha,

    perladangan: 1500 ha, perkebunan rakyat: 660 ha.

    B. Kondisi Kemasyarakatan

    Sistem kemasyarakatan Desa Panti Kecamatan Sarolangun dalam

    kehidupan sehari-hari masih berpegang teguh dengan adat yang

    bersendikan syarak “, yaitu dalam adat tersebut masih berlandaskan nilai-

    nilai Islami. Hal ini tercermin dari pola hidup masyarakat yang menjunjung

  • 31

    tinggi nilai-nilai toleransi, bergotong-royong saling membantu satu sama

    lain.

    Sifat saling membantu ini dapat dilihat ketika salah satu keluarga

    yang ditimpa musibah maka masyarakat di desa ini akan saling memberi

    bantuan baik moril maupun materil, guna untuk meringankan beban orang

    tersebut. Dalam sisi lain dapat juga kita lihat dalam acara pernikahan maka

    mulai dari kaum kerabat, masyarakat setempat maupun masyarakat desa

    tetangga, semuanya akan memberi sumbangan mulai dari mempersiapkan

    kebutuhan acara tersebut hingga selesai, dan waktu yang digunakan dalam

    menyelenggarakan acara pernikahan didesa panti kecamatan sarolangun.

    Sumbangan materil yang diberikan oleh masyarakat yaitu berupa

    beras, kelapa, ayam dan lain sebagainya yang akan digunakan untuk makan

    dan minuman selama peyelenggaraan acara pernikahan tersebut.

    C. Keadaan Penduduk

    Jumlah penduduk merupakan parameter untuk menghimpun besarnya

    kebutuhan hidup yang diperlukan masyarakat seperti ladang, pangan,

    pendidikan dan sarana prasarana penunjang lainya, dimana itu dapat

    direncanakan berdasarkan jumlah penduduk pada suatu wilayah yang

    bersangkutan. Jumlah penduduk pada suatu wilayah erat hubunganya

    dengan daya dukung wilayah tersebut, dimana pemrataan penyebarannya

    berpengaruh terhadap ekonomi tingkat kesejahteraan masyarakat,

    pertahanan dan keamanan.

  • 32

    Penduduk asli Desa Panti adalah suku Melayu, sedangkan jumlah

    penduduk secara keseluruhan adalah 1.683 jiwa, yang terdiri dari 773 jiwa

    (46%) adalah laki-laki dan 910 jiwa (54%) perempuan. Dapat dilihat dari

    tabel dibawah ini:

    Tabel II

    Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

    NO Jenis Kelamin Jumlah Persentase

    1.

    2.

    Laki-Laki

    Perempuan

    773 jiwa

    910 jiwa

    46%

    54%

    Jumlah 1.683 100%

    (Sumber : Arsip Kantor Desa Panti)

    Masyarakat Desa Panti Kecamatan Sarolangun Secara keselurahan

    pemeluk agama Islam. Artinya, tidak ada seorangpun dari penduduk Desa

    Panti Kecamatan Sarolangun penganut agama lain selain agama Islam. Hal

    ini terjadi memang sudah turun temurun sejak nenek moyang dahulu. Bagi

    masyarakat Desa Panti, masalah agama merupakan masalah yang sangat

    penting, oleh karenanya pindah agama merupakan aib besar.

    Oleh karena itu penduduk desa panti keseluruhannya dalam umat

    islam, maka sarana ibadah yang ada hanya untuk umat Islam yang terdiri

    dari masjid dan musholla. Secara dapat dilihat pada tabel berikut:

  • 33

    Tabel III

    Sarana Peribadatan Desa Panti

    NO Sarana Ibadah Jumlah Keterangan

    1.

    2.

    Masjid

    Musholla

    2 buah

    3 buah

    Kondisi Baik

    Kondisi Baik

    Jumlah 5 buah

    (Sumber : Arsip Kantor Desa Panti)

    Dari segi pendidikan, masyarakat Desa Panti mau ketinggalan.

    Mayoritas penduduk desa ini menyekolahkan anak-anaknya dari daerah

    desa ataupun keluar dari daerah Kecamatan, sampai ke Perguruan Tinggi.

    Ini menunjukan tingkat pengetahuan dan keinginan mereka untuk maju

    sangat besar.

    Tabel IV

    Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

    No. Pendidikan Jumlah Keterangan

    1. SD sederajat 171 Berijazah

    2. SLTP sederajat 61 Berijazah

    3. SLTA sederajat 99 Berijazah

    4. Perguruan Tinggi 80 Berijazah

    Jumlah 441

    (Sumber: Arsip kantor Desa Panti)

  • 34

    Karena kondisi alam yang sangat mendukung dalam bidang pertanian,

    maka pada umumnya masyarakat desa Panti hidup bertani, disamping itu

    ada juga yang hidup sebagai pedagang, pertukangan, honorer, pensiunan,

    dan pegawai negeri.

    Untuk jelasnya distribusi penduduk berdasarkan mata pencarian dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini:

    Tabel V

    Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

    NO Jenis Pekerjaan Jumlah Keterangan

    1 PNS/HONORER 15 Orang

    2 TNI 1 Orang

    3 Pegawai Swasta 15 Orang

    4 Petani/kebun/peternak 165 Orang

    5 Penyedia jasa 53 Orang

    6 Wiraswata/Pedagang 25 Orang

    (Sumber: Arsip Kantor Desa Panti)

    Untuk menunjang kemajuan dan kemakmuran masyarakat desa Panti,

    pemerintah desa mendirikan sarana diantaranya:

    1. Bidang perhubungan dengan membuat jembatan disetiap dusun yang

    membutuhkan agar masyarakat mudah menjual hasil pertanian dan

    peternakannya.

    2. Bidang kesehatan dengan mendirikan Puskesmas Pembantu.

  • 35

    3. Bidang pendidikan dengan mendirikan sarana pendidikan dari jenjang

    pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), dan

    Sekolah Dasar (SD).

    4. Mendirikan Koperasi Desa.

    5. Bidang Seni dan Budaya.

    6. Sarana Olahraga.

    D. Sruktur Organisasi Pemerintah Desa

    Desa Panti dipimpin oleh Kepala Desa dan dibantu oleh segenap

    perangkat desa, mulai dari sekretaris, Kepalan Urusan (KAUR) yang

    bertugas melayani masyarakat dalam bidang pelayanan tertentu, termasuk

    dibantu juga Kepala Dusun (KADUS) dan ketua Rukun Tetangga (RT).

    Selain dari itu, untuk menopang jalannya pemerintahan desa, didesa

    panti dilengkapi dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga

    Ketahan Desa (LKMD) Badab Usaha Milik Desa (BUMD) Dan Pendidikan

    Kesejarahtaraan (PKK). Adapun struktur lembaga-lembaga tersebut dapat

    dilihat pada bagan berikut:

  • 36

    STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA PANTI

    KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN SAROLANGUN

    BPD KEPALA DESA KHAIRUL SALEH

    SEKRETARIS DESA ZAINAL ABIDIN

    KASI PEM RIZKY AKBAR

    KASI PELAYANAN UNES SAFITRI

    KAUR TU & UMUM

    MELIA ERIKA

    KAUR KEUANGAN MISNA WATI

    KA BI KESEJAHTERAAN

    SOLAHUL MUKMIN

    KAUR PERENCANAAN

    SOBIRIN

    KEPALA DUSUN I

    KEPALA DUSUN II

    KEPALA DUSUN III

  • 37

    STUKTUR ORGANISASI PERGERAKAN PKK DESA PANTI

    KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN SAROLANGUN

    PEMBINA KEPALA DESA PANTI

    KHAIRUL SALEH

    KETUA Ny. MALIATI, Ks.

    BENDAHARA Ny. REPLINA

    SEKRETARIS Ny. PRETTY DWI

    POKIA I POKIA II POKIA IV POKIA III

    KETUA Ny.DASNI

    WAKIL KETUA Ny. WITRIYANA

    SEKRETARIS Ny. SENIATI ANGGOTA

    ARIDA ANGGOTA

    Ny.NURLELA ANGGOTA

    Ny.WAHIDA ANGGOTA

    Ny.ASIA DARLANA

    KETUA Ny.SITI ROHANI WAKIL KETUA Ny. NURBAITI SEKRETARIS

    Ny. MELIA ERIKA ANGGOTA

    Ny. SRI E.A.N ANGGOTA

    Ny.HERLIN.W ANGGOTA

    Ny. RISNAWATI ANGGOTA

    Ny.DESMARENI

    KETUA Ny.ROTMAWATI

    WAKIL KETUA Ny. MARDIAH SEKRETARIS

    Ny. MISNAWATI ANGGOTA Ny. BAINAR ANGGOTA

    Ny.URNIYATI ANGGOTA

    Ny.NORAINI ANGGOTA

    Ny. LENI

    KETUA Ny.WARDATUL.I WAKIL KETUA

    Ny. JUSNAWATI SEKRETARIS

    Ny. ERNI KURNIA ANGGOTA

    Ny. SIIT RAHMI ANGGOTA

    Ny.ENDAWATI ANGGOTA

    Ny. INDAH HUSNA ANGGOTA

    Ny. HELMAWATI

  • 38

    STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERMUSYAWATAN DESA (BPD)

    DESA PANTI KECAMATAN SAROLANGUN KABUPATEN

    SAROLANGUN

    KETUA AHMAD SUTISNA

    WAKIL KETUA PADIANTO

    ANGGOTA NURBAITI

    ANGGOTA HERLIN WIDA SWARA

    ANGGOTA MUZMIN

  • 39

    BAB IV

    PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

    A. Pelaksanaan Sumbangan Dalam Arisan Walimah Urus Perkawinan Di

    Desa Panti

    Dalam hukum adat bahwa arisan merupakan salah satu bentuk

    kegiatan perekonomian rakyat yang telah banyak dilakukan dalam praktek

    kehidupan masyarakat indonesia. Apabila ditinjau dari segi tujuannya,

    keberadaan arisan memang mempunyai tujuan yang relatif bervariasi, tetapi

    hal yang paling utama adalah sebagai rasa tolong-menolong sesama

    masyarakat yang ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Beberapa tokoh

    masyarakat Desa Panti Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun

    memberikan pendapat tentang latar belakang dan sejarah terbentuknya

    arisan desa. Seperti yang disampaikan olah bapak Khalid:

    “Kalau secara detail terbentuknya arisan desa ini karena mengakrapi yang

    punya hajatan, jadi khusus orang punya hajatan yang boleh mengeluarkan

    arisan. Kemudian itu lama-kelamaan berkembang karena dianggap sebagai

    tabungan dan akhirnya yang memulai arisan itu parah tokoh desa. Jadi

    ketika ada hajatan butuh uang lalu mengeluarkan arisan awalnya gitu.

    Kalau awal mulai orang mengeluarkan arisan dulu itu khusus orang punya

    hajatan, itupun waktu masih primitive aturan lama belum ada buku

    kemudian terbentuk hanya sekedar arisan biasa cuma dibuat mengakrapi

    orang punya hajatan itu saja”.

  • 40

    Jelas dinyatakan bahwa terbentuknya arisan desa karena unsur

    kebersamaan masyarakat ketika ada hajatan. Awal mula dilangsungkan

    arisan tersebut yaitu ketika ada hajatan saja boleh mengeluarkan arisan.

    Kemudian seiring berkembangnya waktu karena masyarakat menganggap

    arisan tersebut sebagai tabungan, akhirnya terbentuk arisan desa yang

    dipelopori oleh tokoh masyarakat desa. Sehingga ketika masyarakat desa

    setempat mempunyai hajat bisa mengeluarkan arisan.

    Begitu juga dengan paparan yang disampaikan oleh bapak Kadar

    tersebut bahwa:

    “Asal-usul terbentuknya arisan ini karena kegotong-royongan masyarakat

    untuk membantu orang yang punya hajatan sehingga gimana caranya

    supaya tentangga bisa kumpul. Kalau sejarah mulainya arisan ini sejak

    nenek moyang”.

    Dari hasil pemaparan beberapa masyarakat Desa Panti terkait latar

    belakang dan sejarah arisan. Menurut hasil penelitian bahwasanya yang

    melatar belakangi terbentuknya arisan desa ini karena ada unsur

    kebersamaan antar masyarakat ketika ada hajat seperti Walimatul Ursy dan

    Walimatul Khitan sebagai upaya tolong menolong dalam memenuhi

    kebutuhan tersebut. Dimana dalam hal tersebut telah menjadi kebiasaan

    yang berlaku di tengah-tengah masyarakat yang menjadi kebutuhan mereka,

    disepakati dan ada kemaslahatannya. Pada dasarnya sistem arisan sendiri di

    dalamnya terdapat unsur tolong menolong diantaranya sesama peserta

  • 41

    arisan. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS Al-Maidah ayat 2 yang

    berbunyi:

    َ َُّ ٱّللَّ َٰۖ إِ ُِِۚ َوٱحَّقُىاْ ٱّللَّ ٌِ َوٱىۡعُۡدَوَٰ ً ٱۡۡلِۡث ُّىاْ عََي ٰۖ َوََل حَعَبَو ً ٱىۡبِرِّ َوٱىخَّقَۡىيَٰ ُّىاْ عَيَ ِة وَحَعَبَو َُد ٱىۡعِقَب ٢ َشِد

    Artinya: “Dan tolong-menolong kamu dalam (mengerjakan)

    kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam

    berbuat dosa akan pelanggaran dan bertakwalah kamu

    kepada allah Sesungguhnya Allah amat berat siksa-

    Nya”.26

    Ayat diatas menjelaskan bahwa ajakan agama islam untuk saling

    tolong menolong antar sesama dalam hal kebaikan dan tidak tolong

    menolong dalam hal keburukan yang merugikan orang lain maupun

    melanggar syariat. Sehingga semua perbuatan yang baik tidak dilarang

    asalkan tetap berlandaskan ajaran islam sebagaimana dalam praktek arisan

    pada umumnya.

    Sesuai dengan kajian pustaka bahwasanya arisan kini telah menjadi

    bagian gaya hidup masyarakat. Baik dilakukakan di desa, tempat kerja,

    dengan keluarga atau antar anggota organisasi. Memang tidak semua orang

    tidak tertarik mengikuti kegiatan arisan, banyak yang berpendapat kegiatan

    ini membuang waktu. Padahal, selain sebagian ajang tolong menolong,

    sebenarnya banyak manfaat positif yang bisa dipetik dari kegiatan tersebut.

    26 Al-Maidah (5): 2.

  • 42

    B. Dampak Positif dan Negatif Terhadap Arisan Walimah Urus

    Perkawinan Di Desa Panti

    Sebagai tanda menghormati sesama muslim dengan menghadiri

    undangan dan menjalin silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan /

    ukhwah. Melaksanakan kewajiban terhadap sesamanya. Dapat menjadi

    wahana untuk saling mengingat, menasehati dan mendo‟akan . mendapat

    ridha dari allah atas melaksanakan bagi yang menghadirinya. Ulama

    Mazhab Zhahiri, salah satu pendapat Imam Malik dan salah satu pendapat

    Imam Syafi‟i menyatakan bahwa hukum mengadakan walimah adalah

    wajib, karena Rasulullah SAW menggunakan fiil amar dalam hadis tersebut.

    Antara lain yang mereka kemukakan adalah kisah perwakinan Ali bin Abi

    Thalib dengan Fatimah anak Nabi Muhammad SAW. Dalam hadis tersebut

    juga mengandung kemestian untuk mengadakan walimah.

    Selanjutnya memperindah pelaksanaan walimah dengan musik

    nyanyian adalah suatu hal yang diperbolehkan dalam islam, selama tidak

    disertai dengan hal-hal yang mengarah kepada perbuatan yang diharamkan.

    Bahkan disunatkan dalam situasi gembira, guna melahirkan perasaan senang

    dan menghibur hati seperti hari raya dan kedatangan orang yang sudah lama

    ditunggu. Rasulullah sendiri pernah memerintahkan aisyah, ketika aisyah

    mengantar seorang pengantin wanita agar iringan pengantin tersebut diiringi

    dengan nyanyian.

    Adapun berikut beberapa dampak positif terhadap arisan walimah urus

    perkawinan di Desa Panti:

  • 43

    1. Bisa menunjang perekonomian dalam urusan walimah, mengingat

    waktu menuju acara walimah

    2. Sarana untuk mempererat tali silaturahmi baik antara keluarga kedua

    mempelai dengan masyarakat

    3. Dapat menjadi wahana untuk saling mengingatkan, menasehati dan

    mendoakan.

    Adapun dampak negatif dari dari arisan walimah urus perkawinan di

    Desa Panti meliputi:

    1. Kalau kita memandang dari segi posirif, tentu arisan walimah itu sangat

    membantu untuk menyokong pendanaan walimah, namun bisa jadi

    pemborosan apabila ada keluarga yang berada mengikuti arisan

    walimah, tapi juga mempunyai pendanaan sendiri.

    2. Adanya arisan walimah bisa membuat beberapa para calon kurang

    berusaha mencari uang untuk acara waktu pernikahannya, dikarenakan

    orang tua mereka yang mengikuti arisan walimah, walaupun dalam

    hukum Islam tidak apa-apa mengenai orang tua yang membantu acara

    pernikahannya.

    C. Hukum Sumbangan Dalam Arisan Walimah Urus Ditinjau Dari

    Hukum Islam

    Hukum adat mengandung makna bahwa hukum yang sebagian besar

    adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil adalah hukum Islam. Hukum

  • 44

    adat berakar pada kebudayaan tradisional dan merupakan suatu hukum yang

    hidup, karena ia menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari rakyat.27

    „Urf merupakan salah satu sumber hukum yang digunakan oleh para

    mujtahid dalam menetapkan suatu hukum. „Urf (kebiasaan masyarakat)

    adalah sesuatu yang berulang-ulang dilakukan oleh masyarakat daerah

    tertentu, dan terus menerus diajalani oleh mereka, baik hal demikian terjadi

    sepanjang masa atau pada masa tertentu saja. Kata “sesuatu” dalam

    pengertian „urf mencakup hal yang baik ataupun hal yang buruk, mencakup

    pula hal yang bersifat perkataan (qauliy) dan hal yang bersifat perbuatan

    (fi‟liy).28

    Adapun salah satu kedudukan „urf sebagai dalil syara‟ dari ucapan

    sahabat Rasullah bernama Abdullah bin Mas‟ud:

    ءٌ ٍْ ِ َس َْْدَّللاَّ هَُى ِع َُ سَُْئًب فَ َُْى َُسْيِ ُٓ اى ٌِ َوٍَبَرآ دََس ِ َْْد َّللاَّ هَُى ِع دَسًَْب فَ َُ َُْى َُسْيِ ُٓ اى فَََبَرآ

    Artinya: “Sesuatu yang dinilai baik oleh kaum muslimin adalah baik di sisi

    Allah, dan sesuatu yang mereka nilai buruk maka ia buruk di sisi

    Allah”.

    Maksud dari ungkapan Abdullah bin Mas‟ud di atas adalah baik dari

    segi redaksi maupun maksudnya, menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan

    baik yang berlaku di dalam masyarakat muslim sejalan dengan tuntutan

    umum syariat Islam juga merupakan sesuatu yang baik di sisi Allah.

    27 Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1989), hlm. 3. 28 Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 161.

  • 45

    Sebaliknya, hal-hal yang bertentangan dengan kebiasaan yang dinilai baik

    oleh masyarakat, akan melahirkan kesulitan dan kesempitan sehari-hari.29

    Pensyarah kitab al-Asybah wa an-Nadzhair menyatakan bahwa:

    ًٍ ٍُو َشْرِع ٌج بِدَىِ ُج بِبىعُرِف ثَببِ اىثَّب بِ

    Artinya: “Diktum hukum yang ditetapkan berdasarkan „urf sama

    dengan diktum hukum yang ditetapkan berdasarkan dalil

    syar‟i.”30

    Imam as-Sarkhasi dalam kitab al-Mabsudh berkata:

    ُج بِبىْعُْرِف مَبىثَّ ضِّ اىثَّب بِ َّ ْ ِج بِبى ببِ

    Artinya: “Apa yang ditetapkan berdasarkan „urf statusnya seperti yang

    ditetapkan berdasarkan nash.”31

    Maksud dari dua perkataan tersebut itu adalah bahwa apa yang

    ditetapkan berdasarkan „urf sama dengan yang ditetapkan berdasarkan dalil

    syar‟i yang sederajat dengan nash sekiranya tidak terdapat nash.32

    Penggolongan jenis-jenis „urf atau adat itu dapat dilihat dari beberapa

    segi. Salah satunya dapat dilihat dari segi penilaian baik dan buruk „Urf

    tersebut, yaitu:33

    29 Abdul Rahman Dahlan, Ushul Fiqh…., hlm. 212-213. 30 Abdul Ghofur Anshori dan Yulkarnain Harahab, Hukum Islam Dinamika dan

    Perkembangannya, (Jogjakarta: Kreasi Total Media, 2008), hlm. 186. 31 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, alih bahasa Saefullah Ma‟shum, dkk, (Jakarta:

    Penerbit Pustaka Firdaus, 2008), hlm. 417. 32 Ibid, hlm. 417-418. 33 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh 2…., hlm. 392.

  • 46

    1. „Urf Shahih adalah adat yang berulang-ulang dilakukan, diterima oleh

    orang banyak, tidak bertentangan dengan agama atau syara‟, sopan

    santun, dan budaya yang luhur.

    2. „Urf Fasid adalah adat yang berlaku di suatu tempat meskipun merata

    pelaksanaannya, namun bertentangan dengan agama atau syara‟,

    undang-undang negara, dan sopan santun.

    Arisan desa untuk biaya pernikahan merupakan tradisi budaya mulai

    nenek moyang yang belum diketahui hukum kebolehannya melakukan

    kegiatan tersebut. Hal ini karenakan tidak dijelaskan detail didalm al-qur‟an

    maupun al-hadits.

    Masyarakat Desa Panti dalam melaksanakan praktik arisan Desa guna

    untuk membantu dalam mencukupi kebutuhan-kebutuhan kehidupan seperti

    biaya walimatul ursy. Hal tersebut dilakukan masyarakat Desa Panti karena

    dianggap saling membantu satu sama lain. Alasan yang mereka katakan

    hamper semuanya sama, mengatakan bahwa praktik arisan itu bertujuan

    baik dan mengandung maslahat.

    Jadi jika arisan Desa Panti kita tinjau melalui „urf, maka menurut

    peneliti mengkategorikan tradisi ini termasuk pada „urf shahih adalah

    kebiasaan yang berlaku di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nash

    (ayat atau hadits), tidak menghilangkan kemaslahatan dan tidak pula

    membawa kemudharatan. Tradisi arisan yang terjadi saat ini adalah

    kebiasaan yang telah dikenal secara baik dalam masyarakat Desa Panti dan

  • 47

    kebiasaan itu tidak bertentangan atau sejalan dengan nilai-nilai yang

    terdapat dalam ajaran islam serta kebiasaan itu tidak menghalalkan yang

    halal dan mengharamkan yang halal.

    Praktik arisan di Desa Panti jika dilihat dari sudut „Urf, sudah

    memenuhi persyaratan sebagai „urf. Diantaranya persyaratan menurut Amir

    Syarifudin.

    1. Urf itu bernilai maslahat dan dapat diterima akal sehat.

    Syarat ini mutlak pada „urf yang shohih sehingga dapat diterima

    pada masyarakat umum. Sebaliknya apabila „urf itu mendatangkan

    suatu kemudharatan dan tidak dapat diterima akal, maka ini tidak dapat

    dibenarkan dalam Islam.

    Tradisi arisan desa untuk biaya pernikahan yang terjadi pada saat

    ini pada masyarakat memiliki sisi-sisi kemaslahatan, yaitu sebagai

    upaya mempererat tali silaturrahmi dan ikatan kekerabatan antar

    masyarakat yang telah berjalan sekian lama dalam masyarakat Desa

    Panti. Arisan desa bertujuan untuk tolong menolong antar sesama guna

    untuk membantu memenuhi kebutuhan anggota arisan dalam hajatan.

    Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur‟an surat al-Maidah ayat 2

    berbunyi:

    …. َ َٰۖ إِىَّ ٱّللَّ ِىِۚ َوٱتَّقُوْا ٱّللَّ ًُوْا عَلَي ٱۡلِۡثِۡن َوٱلُۡعۡذَوَٰ ٰۖ َوََل تََعاَو ًُوْا عَلَي ٱلۡثِشِّ َوٱلتَّۡقَوىَٰ وَتََعاَو

    ٢ٱلۡعِقَاِب َشذِيُذ

  • 48

    “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

    takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

    pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya

    Allah Amat berat siksa-Nya”34

    Ayat diatas menjelaskan bahwa ajakan agama Islam untuk saling

    tolong menolong antar sesama dalam hal kebaikan dan tidak tolong

    menolong dalam hal keburukan yang merugikan orang lain maupun

    melanggar syariat. Sehingga semua perbutan yang baik tidak dilarang

    asalkan tetap berlandaskan ajaran Islam sebagaimana dalam praktik

    arisan pada umumnya.

    2. „Urf itu berlaku umum dan merata dikalangan orang-orang yang berada

    dalam lingkungan masyarakat atau dikalangan sebagian besar

    warganya.

    Maksud dari syarat kedua adalah „urf itu berlaku pada banyak

    orang, dalam arti semua orang mengakui dan menggunakan „urf

    tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kalau „urf itu hanya

    berlaku pada sebagian kecil dari masyarakat, maka „urf itu tidak bisa

    dijadikan sebagai dasar hukum.

    Hakikatnya praktik arisan desa kepada masyarakat setempat

    dengan tidak pandang status sosial, keturunan serta kedudukan lainya.

    Tradisi arisan berlaku untuk umum di masyarakat Desa Panti, karena

    sebagian besar warganya melakukan arisan desa.

    34 Al-Maidah (5): 2.

  • 49

    3. „Urf yang dijadikan sandaran dalam penetapan hukum itu telah ada

    (berlaku) pada saat itu, bukan „urf yang muncul kemudian.

    Hal ini berarti „urf itu harus telah ada sebelum penetapan hukum.

    Kalau „urf itu datang kemudian, maka tidak diperhitungkan.

    Tradisi arisan desa ini telah berlangsung sebelum penetapan

    hukum. Artinya arisan yang terjadi pada saat itu sudah dilakukan oleh

    masyarakat Desa Panti yang kemudian datang ketetapan hukumnya

    untuk dijadikan sandaran.

    Tradisi arisan desa ini telah berlangsung sebelum penetapan

    hukum. Artinya arisan yang terjadi pada saat itu sudah dilakukan oleh

    masyarakat Desa Panti yang kemudian datang ketetapan hukumnya

    untuk dijadikan sandaran.

    4. „Urf tidak bertentangan dan melalaikan dalil syara‟ yang ada atau

    bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.

    Syarat ini sebenarnya memperkuat terwujudnnya „urf yang shahih

    karena bila „urf bertentangan dengan nash atau bertentangan dengan

    prinsip syara‟ yang jelas dan pasti, ia termasuk „urf yang fasid. Tradisi

    yang dilakukan masyarakat tidak bertentangan dengan dalil syara‟

    tidak menghalalkan yang haram dan tidak membatalkan yang wajib.

    Apabila „urf itu bertentangan dengan nash, maka „urf tidak dapat

    diterima. Adapun kemaslahatan yang dimaksudkan pada arisan desa

    adalah meraih meraih manfaat dan menolak kemadharatan dalam

    rangka memelihara tujuan syara‟. Yaitu, memelihara agama, jiwa, akal,

  • 50

    keturunan dan harta. Pelaksanaan arisan pada masyarakat Desa Panti

    tidak bertujuan untuk merusak agama, justru arisan desa bertujuan

    menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan saling tolong menelong dalam

    kebaikan.

    Peneliti berpandangan bahwa arisan desa untuk biaya pernikahan

    dikatagorikan sebagai urf yang bernilai maslahat, adapun syarat-

    syaratnya adalah:

    1. Kemaslahatan itu harus sesuai dengan maqasid syariah. 2. Kemaslahatan itu harus meyakinkan. 3. Kemaslahatan itu membawa kemudahan dan bukan

    mendatangkan kesulitan yang di luar batas, dalam arti bisa

    dilaksanakan.

    4. Kemaslahatan itu memberi manfaat kepada sebagian

    besar masyarakat bukan sebagian kecil masyarakat.58

    Pesta perkawaninan atau yang disebut juga “walimah” adalah

    pecahan dari kata dari َوَلَن artinya mengumpulkan. Karena dengan pesta

    tersebut dimaksudkan memberi do‟a restu agar kedua mempelai mau

    bertemu dengan rukun. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam menerangkan

    bahwa al-Walimah adalah berkumpul, karena kedua mempelai pada

    waktu itu dipersandingkan, dan al-„urs adalah perkawinan. Walimah

    diserap dalam bahasa indonesia menjadi “walimah” dalam fikih Islam

    mengandung makna yang umum dan makna yang khusus. Makna

    umumnya adalah seluruh ben