tradisi arsitektur muslim dalam universalitas sekaligus lokalitas

8
A. FARID NAZARUDDIN ST. - UAS MK ARSITEKTUR TRADISIONAL 2010/2011 Tradisi Arsitektur Muslim dalam Universalitas Sekaligus Lokalitas Manusia pasti akan mati dan pada saat mati terputuslah amal kebajikannya kecuali tiga hal, yaitu, sedekah, ilmu manfaat dan doa anak sholeh (HR Muslim). Nabi juga pernah bersabda bahwa mengalihkan batu di jalan merupakan sedekah. Juga senyum pun merupakan sedekah. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku manusia yang baik juga merupakan sedekahnya. Manusia hidup tidak lain untuk mengabdi kepada Allah SWT. Dengan kata lain manusia diciptakan untuk selalu bertauhid. Tauhid berdasar kata Ahad yang artinya satu, yang bermakna Allah SWT sang Satu dan tidak ada yang lain, tidak membutuhkan yang lain. Sebaliknya manusia selalu membutuhkan yang lain, khususnya membutuhkan Sang Ahad itu, disadari atau tidak. Sehingga dalam setiap kegiatan dan hasil karya kegiatan itu harus berdasar ketauhidan. Tidak tanduk manusia harus ditata untuk menekan nafsunya dan hormat kepada Yang Ahad. disinilah rahmat kenabian berada. Nabi Muhammad sebagai perantara Al-Qur’an dan memberi contoh sikap yang terbaik untuk hormat kepada Sang Ahad. Arsitektur hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan hidup. Ia tidak akan dibawa mati. Tetapi, perilaku dan tindakan manusianya lah yang di bawa mati. Apabila buruk (berdosa) maka akan mendapat hukuman (neraka) apabila baik (berpahala) akan mendapat hadiah (surga). Apabila manusia berpikiran bahwa segala tindak tanduknya di dunia adalah untuk sedekah, maka perilakunya akan menjadi kebaikan yang terus menerus memberi manfaat padanya meski dia mati. Mulai dari menyingkirkan batu di jalan, sampai membantu anak yatim, dan lain sebagainya. Bagaimana arsitektur dapat menjadi sedekah manusia? mungkin dengan cara membangunnya dengan baik. Bagaimana membangun dengan baik itu? Arsitektur adalah produk karya manusia, yang dapat menjadi sumber produk karya manusia yang lain (inspiratif). Arsitektur juga merupakan artefak yang dipengaruhi dan dapat mempengaruhi budaya (tindak tanduk) manusia. oleh karena itu (merancang dan) membangun arsitektur yang dapat mengarahkan manusia untuk kebaikan merupakan perilaku yang baik. Dalam tingkatan filosofis, apabila kegiatan itu di-niat-i untuk ibadah, dilaksanakan dengan Sunnah, maka dapat merupakan sedekah si pembangunnya (arsitek, 1

Upload: farid-nazaruddin

Post on 29-Jun-2015

147 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jawaban ujian akhir semester 3. Galih Widjil Pangarsa dan Rusdi Tjahjono.

TRANSCRIPT

Page 1: Tradisi Arsitektur Muslim Dalam Universalitas Sekaligus Lokalitas

A. FARID NAZARUDDIN ST. - UAS MK ARSITEKTUR TRADISIONAL 2010/2011

Tradisi Arsitektur Muslim dalam Universalitas Sekaligus Lokalitas

Manusia pasti akan mati dan pada saat mati terputuslah amal kebajikannya kecuali tiga hal, yaitu, sedekah, ilmu manfaat dan doa anak sholeh (HR Muslim). Nabi juga pernah bersabda bahwa mengalihkan batu di jalan merupakan sedekah. Juga senyum pun merupakan sedekah. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku manusia yang baik juga merupakan sedekahnya.

Manusia hidup tidak lain untuk mengabdi kepada Allah SWT. Dengan kata lain manusia diciptakan untuk selalu bertauhid. Tauhid berdasar kata Ahad yang artinya satu, yang bermakna Allah SWT sang Satu dan tidak ada yang lain, tidak membutuhkan yang lain. Sebaliknya manusia selalu membutuhkan yang lain, khususnya membutuhkan Sang Ahad itu, disadari atau tidak. Sehingga dalam setiap kegiatan dan hasil karya kegiatan itu harus berdasar ketauhidan. Tidak tanduk manusia harus ditata untuk menekan nafsunya dan hormat kepada Yang Ahad. disinilah rahmat kenabian berada. Nabi Muhammad sebagai perantara Al-Qur’an dan memberi contoh sikap yang terbaik untuk hormat kepada Sang Ahad.

Arsitektur hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan hidup. Ia tidak akan dibawa mati. Tetapi, perilaku dan tindakan manusianya lah yang di bawa mati. Apabila buruk (berdosa) maka akan mendapat hukuman (neraka) apabila baik (berpahala) akan mendapat hadiah (surga). Apabila manusia berpikiran bahwa segala tindak tanduknya di dunia adalah untuk sedekah, maka perilakunya akan menjadi kebaikan yang terus menerus memberi manfaat padanya meski dia mati. Mulai dari menyingkirkan batu di jalan, sampai membantu anak yatim, dan lain sebagainya.

Bagaimana arsitektur dapat menjadi sedekah manusia? mungkin dengan cara membangunnya dengan baik. Bagaimana membangun dengan baik itu?

Arsitektur adalah produk karya manusia, yang dapat menjadi sumber produk karya manusia yang lain (inspiratif). Arsitektur juga merupakan artefak yang dipengaruhi dan dapat mempengaruhi budaya (tindak tanduk) manusia. oleh karena itu (merancang dan) membangun arsitektur yang dapat mengarahkan manusia untuk kebaikan merupakan perilaku yang baik. Dalam tingkatan filosofis, apabila kegiatan itu di-niat-i untuk ibadah, dilaksanakan dengan Sunnah, maka dapat merupakan sedekah si pembangunnya (arsitek, owner, dan lainnya). Dan sedekah akan terus berkelanjutan meski manusia itu sudah mati. Inilah prinsip dasar arsitektur Muslim.

Disinilah posisi pembangun (khususnya arsitek) berada. Mereka diberi tanggung jawab untuk membangun sebuah arsitektur yang baik. Apabila melihat prinsip perilaku berkarya adalah untuk kebaikan (mencari pahala) maka arsitektur yang dibangun akan baik pula. Apabila mereka membangun dengan perilaku kenafsuan, maka arsitektur akan tidak baik. Kebaikan manusia tidak hanya untuk sesama manusia, tetapi juga sesama makhluk di seluruh alam semesta. Oleh karena itu prinsip egoisme arsitek harus dihilangkan untuk membuka jalan kebaikan bersama.

Perkembangan arsitektur masyarakat muslim di Dunia dan juga di Indonesia memberi gambaran akan kecenderungan bahwa semakin jauh zaman dari zaman Nabi Muhammad, maka akan semakin jelek zaman itu. Prinsip perilaku baik dalam membangun semakin tergeser oleh prinsip kenafsuan yang bertingkat. Sombong, politis, boros, bermegahan, mubazir, dan lain sebagainya.

1

Page 2: Tradisi Arsitektur Muslim Dalam Universalitas Sekaligus Lokalitas

A. FARID NAZARUDDIN ST. - UAS MK ARSITEKTUR TRADISIONAL 2010/2011

Tradisi muslim yang awalnya adalah perilaku Nabi (sunnah) pada setiap level kehidupan (tidak terkecuali, arsitektur) telah tergeser menjadi tradisi akan benda-benda (materialis) dan egoisme. Arsitektur bergeser dari wadah kebersamaan menjadi wadah ke-aku-an manusia. Dan alam lingkungan selalu menjadi korban terparah.

Manusia semakin tidak melihat alam sebagai tempat yang dihormatinya. Nabi pernah bersabda bahwa menanam pohon yang bermanfaat dapat menjadi sedekah yang berkelanjutan. Anjuran menanam pohon ini terjadi pada beberapa kali menunjukkan penekanan pentingnya kemanfaatan alam terhadap kesinambungan.

Dalam perilaku Nabi, prinsip menghormati kelokalan selalu ada. Beliau tidak pernah mencela negara tertentu karena budayanya. Beliau juga tidak pernah membanggakan budaya Arab. Meskipun Al-Qur’an berbahasa Arab, tetapi bahasa Al-Qur’an bukan bahasa negara-negara Arab. Banyak penyesuaian yang dilakukan orang Arab sendiri untuk mengerti Al-Qur’an. Dan tentu, Islam bukan Arab. Islam adalah untuk keseluruhan manusia (rahmatan lil alamin), di setiap jaman, bukan hanya Arab di jaman dahulu.

Islam, dalam menghadapai keberagaman budaya di seluruh dunia, mempunyai hukum-hukum dan anjuran yang dibawanya. yang perlu dilakukan pada setiap kebudyaan adalah memakai prinsip dasar hukum Islam yang sebenarnya sangat fleksibel dan dapat sesuai dengan budaya apapun. Sedangkan bila budaya lain menyesuaikan dengan Budaya Arab, maka akan sulit untuk dilakukan. Kalaupun bisa akan merusak tatanan budaya (dan alam) secara keseluruhan. Inilah yang disadari dan dilakukan para wali terdahulu dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Mereka menyesuaikan budaya Indonesia dengan Islam. Bukan menyesuakan budaya Indonesia dengan budaya Arab.

Dalam arsitektur penyesuaian budaya Indonesia dengan Islam sangat mudah dilakukan. Tetapi kenapa kesan arab selalu muncul? Tidak lain karena prinsip tradisi Islam yang telah bergeser, menjadi bertradisi materialistis. “Apabila tidak seperti di Arab, itu bukan Islam”. Telah menggantikan “apabila tidak mengikuti wajib dan sunnah, itu bukan Islam”.

---

2

Page 3: Tradisi Arsitektur Muslim Dalam Universalitas Sekaligus Lokalitas

A. FARID NAZARUDDIN ST. - UAS MK ARSITEKTUR TRADISIONAL 2010/2011

Tradisi dan Definisi

Tradisi seringkali dihadapkan dengan modern. Sehingga, sekarang, kesan tradisi adalah kuno dan tua. Oleh karena itu, apabila beranggapan bahwa tradisi adalah sesuatu yang stagnan dengan membandingkannya dengan modern, maka mendefinisikan apa saja tradisi yang ada akan sangat sulit. Mendefinisikan batasan tradisi juga akan sangat tidak mungkin. Lalu apakah tradisi itu?

Sebelum mendefinisikan tradisi, akan lebih baik apabila kita mencoba melacak jejak-jejak pembentukan tradisi.

Tradisi diawali dari kebutuhan manusia akan berkehidupan. Tradisi berfungsi sebagai tata atur yang mendapatkan berbagai pengaruh dalam berbagai tingkatan yang mempengaruhinya. Pengaruh-pengaruh ini sangat kompleks dan sangat susah dipisahkan satu dengan yang lain. Ia telah tercampur baur menjadi satu. Tetapi, pengaruh itu telah membuka tiga jalan untuk membentuk tradisi, yaitu tradisi dalam tataran filosofis, tradisi dalam tataran keilmuan, dan tradisi dalam tataran praksis.

Ketiga hal ini berproses satu sama lain. Filosofis akan mempengaruhi keilmuan dan keilmuan akan mempengaruhi praksis, demikian pula praksis akan mempengaruhi filosofis dan keilmuan. Mereka akan terus saling berpengaruh satu sama lain. Dan mereka akan terus berubah sejalan dengan pengaruh yang di dapat.

Meskipun demikian, dinamisme pengaruh itu berbeda satu dengan yang lain. Perubahan dalam tataran filosofis acapkali kecil, sedangkan perubahan dalam tataran praksis seringkali besar. Oleh karena itu, perubahan filosofis yang kecil dapat merubah praksis secara besar, tetapi perubahan praksis kecil belum tentu merubah tataran filosofis secara lebih besar.

Dalam arsitektur, tataran praksis seperti bentuk bangunan dan pola ruang setiap rumah tradisional banyak perbedaan, tetapi dalam tataran filosofis lebih banyak persamaannya. Umumnya kaidah filosofis yang tidak berubah terdapat pada kosmologi, penghormatan terhadap alam, dan unsur transendental yang tersimbolkan dalam arsitekturnya. Sedangkan dalam tataran konsep keilmuan, terdapat perbedaan dan persamaan yang seimbang, hal ini umumnya terjadi karena perbedaan letak geografikal dan iklim yang ada.

3Gambar 1: diagram pembentukan tradisi

Page 4: Tradisi Arsitektur Muslim Dalam Universalitas Sekaligus Lokalitas

A. FARID NAZARUDDIN ST. - UAS MK ARSITEKTUR TRADISIONAL 2010/2011

Disebutkan diatas bahwa tradisi diawali kebutuhan manusia akan berkehidupan. Dalam tataran lebih dalam, tradisi dapat dikatakan bersumber dari inti manusia itu. Yaitu apa yang terdapat di dalam hatinya. Dan hati tempat dimana perasaan dan ruh berada. Dan ia adalah pintu utama menuju Allah Sang Pencipta. Segala tidak tanduk manusia ditentukan akan tertutup atau terbukanya hati. Apabila tertutup, biasanya ditutupi oleh akal dan nafsu. Dan tidak tanduk manusia akan salah dan menyesatkan.

Tradisi merupakan karya tata aturan (hukum) yang dibuat melalui manusia (dari manusia). Apabila disandingkan dengan produk yang bersumber dari manusia yang lain, maka tradisi dapat berdiri setelah watak, perilaku, nilai (agama), dan norma. Setelah itu budaya, arsitektur masuk di sini, kemudian ada kegiatan kontemporer. Dari pusat sampai yang terluar, terjadi keberubahan dan dinamisme karena tidak dapat terlepas oleh waktu. Pengaruh-pengaruh dan apabila ditarik lebih jauh, hukum alam, akan merubah semuanya kecuali Allah Sang Perubah. Tidak ada makhluk yang luput dari perubahan (ruang dan waktu).

4

Gambar 2: diagram inti manusia

Gambar 3: diagram posisi tradisi dalam roda karya manusia

Page 5: Tradisi Arsitektur Muslim Dalam Universalitas Sekaligus Lokalitas

A. FARID NAZARUDDIN ST. - UAS MK ARSITEKTUR TRADISIONAL 2010/2011

Dari penjelasan singkat diatas, dapat diambil beberapa poin, (1) bahwa tradisi itu tata atur yang dinamis. Hal ini disebabkan karena pengaruh-pengaruh terus terjadi sejalan dengan perubahan ruang dan waktu, sehingga tradisi yang murni itu adalah yang tidak terpengaruh, untuk tradisi yang dari manusia, semua adalah hasil pengaruh yang terus berkembang. (2) terdapat sumber tradisi, yaitu sesuatu yang sangat sedikit atau tidak ada pengaruh yang didapatnya. Apabila ditarik lebih dalam, merupakan hukum alam, atau keputusan Allah. (3) terdapat proses perkembangan karya manusia yang baik, mulai dari inti Ruh, Ruh, Rasa, Hati, Akal, Nafsu, Watak, Perilaku, Nilai (agama), Norma, Tradisi, Budaya, dan kemudian karya Kontemporer. Terdapat pula kemungkinan sumber karya berhenti tidak sampai inti ruh. Misalnya bersumber dari nafsu atau hanya perilaku. Tetapi, semakin dalam sumber tradisi, maka semakin kuat tradisi itu menghadapi tantangan zaman (semakin jarang berubah). Hal ini dikarenakan tradisi itu sejalan dengan Hukum Alam. (4) perubahan yang terjadi pada tradisi tidak sebesar perubahan pada kontemporer dan budaya. sehingga dapat dikatakan, perubahan berlangsung lebih lambat. Oleh karena itu, kadangkala tradisi dapat diturunkan selema beberapa generasi.

Dengan demikian, tradisi adalah sesuatu tata atur yang dikaryakan manusia berdasarkan sumber-sumber tradisi dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang sama dalam waktu yang cukup lama.

Arsitektur tradisional adalah arsitektur yang masih terikat kepada tata aturan tradisional dalam konsepsi makna, maupun fisik. Dalam hubungannya dengan lokalitas geografis, suatu tradisi arsitektur dipengaruhi secara keilmuan, praksis lalu filosofis. Pengalaman manusia menjadikan keilmuan arsitektur tradisional dapat beradaptasi terhadap kendala alam lingkungan. Rumah panggung, atau mengapung. Atap ilalang atau kayu. Merupakan hasil konsepsi pemanfaatan apa yang ada dan pengalaman membangun yang dipunya.

Nilai-nilai hakiki yang dianut para masyarakat ber-tradisi merupakan pemersatu keberbedaan geografis. Umumnya, apabila sumber tradisi cukup dalam (baca: nilai hakiki benar), maka akan timbul universailtas (persamaan) meski terdapat perbedaan lokalitas. Nilai-nilai hakiki dapat merupakan dasar untuk membaca alam dan memberikan solusi tepat akan “konflik” alam dan manusia, dalam hal ini arsitektur. Arsitektur yang berdasarkan nilai-nilai hakiki merupakan arsitektur yang tepat. Sesuai lokal sekaligus universal. Alam dan manusia (arsitektur) akan berjalan beriringan.

---

A. FARID NAZARUDDIN ST. - UAS MK ARSITEKTUR TRADISIONAL 2010/2011

5