tradisi ter-ater di desa banjar timur …digilib.uin-suka.ac.id/15493/1/bab i, v, daftar...

Download TRADISI TER-ATER DI DESA BANJAR TIMUR …digilib.uin-suka.ac.id/15493/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · TRADISI TER-ATER DI DESA BANJAR TIMUR ... Diajukan Kepada Fakultas Adab dan

If you can't read please download the document

Upload: voquynh

Post on 05-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • TRADISI TER-ATER DI DESA BANJAR TIMUR

    KECAMATAN GAPURA KABUPATEN SUMENEP

    PROVINSI JAWA TIMUR

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya

    Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

    Sebagai Syarat Memperoleh

    Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

    Disusun Oleh:

    Abd. Rahem

    NIM: 07120016

    JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

    FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

    UIN SUNAN KALIJAGA

    YOGYAKARTA

    2015

  • v

    MOTTO

    Allah Swt. berfirman, Aku adalah ar-Rahman (Maha

    Pengasih). Aku telah menciptakan rahim (kandungan), Aku

    mengambilkan nama tersebut dari nama-Ku. Siapa yang

    menyambungkan kekeluargaan, maka Aku akan

    menghubungkannya dengan (rahmat)-Ku, dan barangsiapa

    memutuskan hubungan kekeluargaan, maka Aku akan

    memutuskannya dari (rahmat)-Ku....

    (Hadits Qudsi: HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi )

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini Penulis Persembahkan untuk:

    Ayah dan Ibu serta saudari penulis

    Teman-teman Seperjuangan di SKI 07

    UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

  • vii

    KATA PENGANTAR

    .

    . .

    .

    Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan

    rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Sholawat dan salam semoga terus mengalir deras kepada baginda Nabi Muhammad

    Saw. yang telah membawa ajaran mulia pada seluruh umat manusia di muka bumi

    sehingga manusia terangkat dari jurang kebodohan menuju kehidupan yang penuh

    cahaya Islam dan ilmu pengetahuan.

    Penulisan skripsi Tradisi Tradisi Ter-ater di Desa Banjar Timur Kecamatan

    Gapura Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur ini merupakan langkah awal bagi

    penulis dalam rangka mempelajari kebudayaan Madura. Penulis berharap semoga

    karya ini mempunyai urgensi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan,

    khususnya di bidang kebudayaan Indonesia yang sangat beragam. Lewat skripsi ini

    penulis telah belajar melakukan penelitian, belajar mengasah kemampuan

    metodologis dan kerangka berfikir ilmiah dan semoga bisa menjadi bekal untuk

    perjalanan berikutnya.

    Keseluruhan proses penulisan skripsi ini melibatkan berbagai pihak. Oleh

    sebab itu, melalui pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

  • viii

    1. Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN

    Sunan Kalijaga Yogyakarta.

    2. Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sejarah dan

    Kebudayaan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

    3. Syamsul Arifin, S.Ag, M.Ag. selaku pembimbing yang telah banyak

    memberikan kritik, saran dan masukannya dalam penulisan ini.

    4. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya

    5. Ayahanda dan Ibunda serta saudara-saudari penulis; terima kasih atas dukungan,

    doa, dan cinta-kasihnya. Sembah sujudku untuk kalian.

    6. Gus Zainal (Alm.) dan Bunda Maya Oktavia; terima kasih atas banyak ilmu yang

    telah kalian berikan selama penulis nyantri di Pondok Pesantren Hasyim

    Asyarie (KUTUB).

    7. Teman-teman seperjuangan di di Pondok Pesantren Hasyim Asyarie; bersama

    kalianlah penulis belajar memakna hidup, belajar menulis, dan belajar menjadi

    nyata dalam memperjuangkan kesejatian hidup.

    8. Sahabat-sahabat PMII Rayon Civil Comunity Fakultas Adab dan Ilmu Budaya;

    terima kasih atas kebersamaan dan pelajaran organisasinya.

    9. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam penulisanan skripsi ini, yang tidak

    mungkin penulis sebutkan satu persatu.

    Atas bantuan yang telah kalian berikan kepada penulis semoga mendapatkan

    balasan yang setimpal dari Allah Swt. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi

    siapa saja yang berkepentingan. Amiiin.

  • x

    ABSTRAK

    Pokok kajian dalam skripsi ini adalah tradisi ter-ater yang dilaksanakan oleh

    masyarakat Desa Banjar Timur yang umumnya berprofesi sebagai petani. Dalam

    pelaksanaannya, tradisi ini banyak didasarkan pada waktu (hari-hari besar Islam) dan

    peristiwa (ritual siklus hidup manusia). Tradisi ter-ater pada dasarnya merupakan

    perpaduan antara nilai-nilai Islam dan kearifan lokal. Nilai-nilai Islam terdapat

    dalam waktu pelaksanaannya, semangat pelakunya untuk senantiasa menjunjung

    tinggi silaturahmi, ukhuwah islamiyah, syukur, dan shadaqoh. Sedangkan kearifan

    lokal terdapat pada menu ter-ater, cara masyarakat Desa Banjar Timur memaknai

    ter-ater, pandangan masyarakatnya terhadap tradisi ter-ater, selalu adanya tradisi ini

    dalam setiap agenda sosial-keagamaan dan sosial-budaya masyarakat Banjar Timur,

    dan cara masyarakat desa ini menerjemahkan perintah Agama Islam lewat tradisi ter-

    ater. Di luar itu, tradisi ini memiliki karakteristik berbeda pada masing-masing

    pelaksaannya. Ter-ater yang disandarkan pada waktu umumnya ter-ater utama dan

    ter-ater yang disandarkan pada peristiwa umumnya ter-ater pendamping. Meskipun

    demikian, karakteristik ini terdapat beberapa pengecualian berdasarkan pada kondisi

    sosial-ekonomi masyarakatnya. Bagi masyarakat Desa Banjar Timur, tradisi ter-ater

    dipercaya memiliki beberapa fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat desa ini, di

    antaranya dapat mempererat hubungan kekerabatan (silaturahmi), hubungan sosial

    (ukhuwah islamiyah) dan sebagai media selamatan (slametan).

    Dari gambaran di atas, melalui penelitian ini, penulis tertarik untuk memotret

    lebih jauh tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur. Adapun pokok masalah yang

    dibahas adalah bagaimana kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan agama masyarakat

    Desa Banjar Timur? Bagaimana proses pelaksanaan tradisi ter-ater di Desa Banjar

    Timur? Bagaimana karakteristik dan fungsi tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur?

    Penelitian ini merupakan kajian deskriptif-analitis yang berusaha mengungkap

    tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur dengan cara menggambarkan, memotret,

    mengkaji, dan menganalisis tradisi ini secara objektif berdasarkan data yang

    diperoleh di lokasi penelitian. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah teori selamatan yang dikemukakan Clifford Geertz (1926-2006) dan

    fungsionalisme yang diungkapkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942).

    Clifford Geertz memandang bahwa selamatan berimplikasi pada tingkah laku

    sosial dan memunculkan keseimbangan emosional individu karena telah di-slameti.

    Bronislaw Malinowski berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan memiliki fungsi

    yang dapat memenuhi kebutuhan naluri dan kebutuhan dasar bagi masyarakat

    bersangkutan, sebagaimana terdapat dalam tradisi ter-ater. Pada dasarnya, tradisi ter-

    ater memiliki fungsi yang menjadi salah satu alasan masyarakat Desa Banjar Timur

    melaksanakan tradisi ini. Yakni, fungsi agama yang dapat menjaga dan mempererat

    hubungan silaturahmi dan ukhuwah islamiyah, fungsi sosial yang menjadi media

    masyarakat Desa Banjar Timur untuk menjaga hubungan kekebaratan dan hubungan

    sosial, dan fungsi budaya yang menunjukkan keafiran lokal dan karakter masyarakat

    desa ini.

    Kata Kunci: Tradisi ter-ater, karakteristik, fungsi, masyarakat Desa Banjar

    Timur

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... ii

    HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................ iii

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

    HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

    ABSTRAK ....................................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

    BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

    B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 6

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 6

    D. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7

    E. Kerangka Teori .......................................................................... 9

    F. Metode Penelitian ...................................................................... 13

    G. Sistematika Pembahasan ........................................................... 17

    BAB II : GAMBARAN UMUM DESA BANJAR TIMUR .......................... 19

    A. Letak Geografis ......................................................................... 19

    B. Kependudukan ........................................................................... 20

    C. Kondisi Pendidikan ...................................................................... 23

  • xii

    D. Kondisi Sosial-Budaya.......................................... .................... 26

    E. Kondisi Sosial-Ekonomi ............................................................ 28

    F. Kondisi Sosial-Keagamaan ....................................................... 33

    BAB III : TRADISI TER-ATER DI DESA BANJAR TIMUR ....................... 37

    A. Latar Belakang Munculnya Tradisi Ter-ater ............................. 37

    B. Pelaksanaan Tradisi Ter-ater ..................................................... 41

    1. Ter-ater Berdasarkan Waktu ................................................ 43

    2. Ter-ater Berdasarkan Peristiwa............................................ 54

    BAB IV : KARAKTERISTIK DAN FUNGSI TER-ATER ............................. 66

    A. Karakteristik Tradisi Ter-ater .................................................... 66

    B. Fungsi Tradisi Ter-ater ............................................................... 68

    1. Fungsi Agama ....................................................................... 68

    2. Fungsi Sosial ......................................................................... 71

    3. Fungsi Budaya ....................................................................... 76

    BAB V : PENUTUP ....................................................................................... 79

    A. Kesimpulan ................................................................................ 79

    B. Saran ........................................................................................... 81

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 83

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Luas tanah Desa Bajar Timur ........................................................................... 19

    Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Banjar Timur menurut jenis kelamin .................... 21

    Tabel 3. Komposisi penduduk Banjar Timur berdasarkan usia ...................................... 21

    Tabel 4. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan Desa Banjar Timur ............ 24

    Tabel 5. Sarana Pendidikan Desa Banjar Timur .............................................................. 25

    Tabel 6. Lembaga Sosial Budaya Desa Banjar Timur ..................................................... 28

    Tabel 7. Penduduk Desa Banjar Timur Berdasarkan mata pencaharian .......................... 32

    Tabel 8. Sarana Keagamaan masyarakat Desa Banjar Timur ......................................... 36

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Daftar Informan

    Lampiran 2. Surat-Surat Ijin Penelitian

    Lampiran 3. Foto-Foto Penelitian

    Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Salah satu kebudayaan masyarakat Madura yang sampai saat ini masih

    lestari adalah tradisi ter-ater. Ter-ater berasal dari kata ater bermakna

    mengantar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ter-ater memiliki

    persamaan dengan punjungan, yang berarti memberi hadiah yang berupa barang

    sewaktu punya hajat.1 Ter-ater berarti berbagi rejeki kepada sanak-famili,

    tetangga, guru, dan pada orang-orang yang dianggap pantas mendapatkan

    hantaran. Umumnya, rejeki yang menjadi hantaran berbentuk hasil bumi yang

    telah diolah menjadi makanan siap hidang, seperti nasi berserta lauk-pauknya,

    kue-kuean, dan buah-buahan.

    Ter-ater merupakan sebuah tradisi yang dilakukan masyarakat Madura

    terutama banyak ditemui di pedalaman ketika ada hajatan, selamatan dalam segala

    macamnya, hari raya keagamaan, tasyakuran, dan lain sebagainya.2 Pada saat hari-

    raya Idul Fitri dan Idul Adha, ter-ater dilaksanakan secara serempak oleh

    masyarakat. Hampir setiap keluarga ter-ater pada keluarga lainnya, terutama yang

    memiliki hubungan darah dan hubungan pernikahan, seperti anak pada orang tua,

    menantu pada mertua, dan seterusnya. Hal itu juga berlaku pada hari-hari besar

    1 Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

    Pustaka, 1993), hlm. 710.

    2 Asis Safioedin, Kamus Bahasa Madura-Indonesia, (Surabaya: CV Kanindra Suminar,

    1976), hlm. 20

  • 2

    Islam lainnya, di antaranya Maulid Nabi, Bulan Syaban, Bulan Asyuro, Bulan

    Safar, malam 21 dan 27 bulan puasa dan lain sebagainya.

    Sedangkan dalam hajatan, syukuran, selamatan, ter-ater juga menjadi

    bagian tidak terpisahkan di dalamnya. Baik itu hajatan berupa pernikahan,

    syukuran tujuh bulan kandungan, syukuran melahirkan, syukuran kelahiran, dan

    syukuran panen. Bagi kalangan tertentu, ter-ater bahkan dilaksanakan setiap

    minggu, seperti ter-ater pada guru ngaji dan ter-ater sebagai sedekah salah satu

    keluarga yang telah meninggal dunia. Hal ini juga ter-ater dilaksanakan untuk

    peringatan meninggalnya salah satu keluarga, seperti hari ke-40, hari ke-100, 1

    tahun dan hari ke-1.000.

    Lebih jauh lagi, tradisi ter-ater lekat keberadaannya bagi setiap individu,

    mulai sejak di dalam kandungan hingga akhir hayat. Hal ini ditunjukkan dengan

    adanya ter-ater sejak seorang individu dalam masyarakat Madura masih berada di

    dalam kandungan, yaitu dilaksanakan upacara peret kandung sebagai selamatan

    atau syukuran atas kehadiran jabang bayi. Di dalam peret kandung, ter-ater

    menjadi salah satu bagiannya.

    Ketika seorang individu dilahirkan, ter-ater terdapat dalam tradisi molang

    are. Saat seorang individu beranjak baligh dan di-khitan (khusus anak laki-laki),

    ter-ater juga dilaksanakan. Begitupun ketika seorang anak hendak memulai

    tanggungjawab keagamaan, yakni belajar ngaji (membaca Al-Quran) dan ketika

    hendak masuk sekolah. Berikutnya, ter-ater dilaksanakan secara kontinu minimal

    setiap tahun oleh orang tua pada guru ngaji dan pada pengurus lembaga sekolah.

  • 3

    Tradisi ter-ater terus berlanjut ketika seorang individu menikah, punya anak,

    menyekolahkan anak, dan seterusnya.

    Sebagai bagian dari hampir setiap lini kehidupan dalam kehidupan

    masyarakat Madura, tidak terkecuali di Desa Banjar Timur, tradisi ter-ater

    mencapai puncaknya dan dilakukan secara serentak pada dua hari raya besar

    Islam, khususnya Idul Fitri (bulan ramadhan). Pada bulan ramadhan, ter-ater tidak

    hanya dilakukan pada saat hari raya, tetapi juga pada bulan puasa dan menjelang

    bulan puasa datang sebagai rangkaian dari tradisi ter-ater bulan ramadhan.

    Tradisi ter-ater pada masyarakat Banjar Timur banyak mengandung

    keunikan sehingga menarik untuk diteliti dan dikaji. Di antaranya, tradisi ter-ater

    mengandung perpaduan budaya (akulturasi budaya) antara kebudayaan lokal

    Madura dan tradisi keislaman. Sebagai tradisi lokal, tradisi ter-ater lekat dengan

    kehidupan masyarakat Madura dan karenanya tidak bisa dipisahkan dari kondisi

    sosial, budaya, dan ekonomi masyarakatnya. Sebagai tradisi Islam, ter-ater

    sejalan dengan nilai-nilai keislaman seperti nilai ukhuwah islamiyah, silaturahmi,

    saling-menyayangi, ungkapan syukur, dan berbagi rezeki.

    Keunikan tradisi ter-ater juga terletak pada waktu pelaksanaannya, yakni

    hampir setiap minggu dan setiap bulan tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat

    Desa Banjar Timur. Selain itu, tradisi ter-ater juga unik karena tradisi ini selalu

    ada dalam ritual-ritual, selamatan, hajatan, syukuran dan acara-cara sosial-budaya-

    keagamaan lainnya yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Banjar Timur.

    Ditinjau dari sudut pandang agama Islam sebagai agama yang disebarkan

    di Madura dan menyatu dengan masyaratnya, tradisi ter-ater adalah produk

  • 4

    dialog kreatif lewat akulturasi antara Islam dan budaya lokal Madura. Di sini ini,

    tradisi ter-ater kental dengan nilai-nilai keislaman sehingga masyarakat Madura

    melestarikannya dari waktu ke-waktu. Di sisi lain, tradisi ter-ater tetap kental

    dengan ekspresi kearifan lokal masyarakat Madura dan menyesuaikan dengan

    perkembangan zaman tanpa melepaskan jati diri lokalitas.

    Dengan demikian, dari sudut pandang agama, tradisi ter-ater merupakan

    salah satu cara yang dilakukan masyarakat Madura dalam menerjemahkan ajaran-

    ajaran Islam. Secara khas, masyarakat pulau ini membingkai nilai-nilai agama

    dalam sebuah tradisi. Hal ini menunjukkan bahwa agama dan budaya tidak dapat

    dipisahkan tetapi bisa dibedakan. Agama bersifat mutlak dan tidak berubah

    sedangkan budaya bersifat dinamis dan dapat berubah seiring waktu. Dalam

    budaya, agama bersifat primer di mana kebudayaan mengikuti arah agama tanpa

    melepaskan unsur-unsur budayanya. Budaya dapat berupa ekspresi hidup

    keagamaan, karena ia sub-ordinat terhadap agama.3

    Kaitannya dengan agama Islam dan budaya, menurut Abdurrahman

    Wahid, Islam mempertimbangkan kebutuhan lokal dalam merumuskan hukum-

    hukum agama tanpa mengubah hukum itu sendiri. Juga bukan berarti

    meninggalkan norma demi budaya, tetapi agar norma-norma itu menampung

    kebutuhan dari budaya dengan menggunakan peluang yang disediakan oleh

    variasi pemahaman nash dengan tetap memberi peranan kepada ushul figh dan

    qaidah figh.4

    3 Yustion, dkk, Islam dan Kebudayaan Indonesia: Dulu, Kini, dan Esok, (Jakarta:

    Yayasan Festival Istiqlal, 1993), hlm. 172.

    4 Abdurrahman Wahid, Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan (Jakarta:

    Desantara, 2001), hlm. 111

  • 5

    Bila ditelisik lebih jauh, Agama Islam yang mayoritas dianut masyarkat

    Madura, menujukkan bahwa Islam mempertimbakan kebudayaan lokal Madura

    tanpa menghilangkan nilai-nilai Islam. Hal ini bisa dilihat dalam tradisi ter-ater di

    mana unsur agama Islam begitu menonjol pada tradisi ter-ater.

    Ditilik dari sudut pandang budaya, tradis ter-ater adalah khas kearifan

    lokal Madura. Karena entitas etnik Madura memiliki kekhususan-kultural yang

    tidak serupa dengan etnografi komunitas etnik lain.5 Di Madura, tidak terkecuali

    masyarakat Desa Banjar Timur, dikenal istilah Buppa, Babbu, Guru, ban Rato

    (Ayah, Ibu, Guru, dan pemimpin pemerintahan) yang menduduki posisi figur

    penting dalam keseharian masyarakat Madura. Empat figur ini sangat penting bagi

    masyarkat Madura sehingga tradisi ter-ater, salah satunya, wajib dilakukan pada

    mereka.

    Hal ini dilaksanakan sebagai ungkapan kepatuhan masyarakat Madura

    terhadap figu-figur itu dan sejalan dengan perintah agama Islam untuk menjagai

    silaturahmi, utamanya terhadap ayah-ibu. Menurut A. Latief Wiyata, keempat

    figur tersebut, yang merupaka figur utama bagi masyarakat Madura, adalah

    kepatuhan hierarkis orang-orang Madura menampakkan wujudnya dalam

    kehidupan sosila-budaya mereka.6

    Oleh sebab itulah, tradisi ter-ater yang menjadi produk keafiran lokal

    masyarakat Madura menjadi niscaya untuk dipertahankan. Selain tradisi ini unik,

    juga mengandung nilai dan fungsi yang bermanfaat, khususnya bagi masyarakat

    5 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdiknas RI dan Balai Pustaka,

    2001), hlm. 563.

    6 A. Latief Wiyata, Carok; Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura

    (Yogyakarta: LKiS, 2002), hlm. 1.

  • 6

    Madura. Bahkan, tradisi ter-ater harus diakui membentuk karakter masyarakat

    Madura sehingga wajib dilestarikan seiring perkembangan zaman.

    Dengan demikian, maka penulis melakukan penelitian terhadap tradisi ter-

    ater di Madura, yakni di Desa Banjar Timur.

    B. Batasan dan Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka ruang

    lingkup penelitian ini adalah tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur. Supaya

    penelitian ini lebih mendalam, maka penelitian akan ditinjau dari kondisi agama,

    sosial, budaya, dan ekonomi yang melingkupi masyarakat Desa Banjar Timur.

    Ada pun batasan penelitian ini akan fokus pada tiga hal.

    1. Bagaiamana kondisi agama, sosial, budaya, ekonomi, dan masyarkat

    Desa Banjar Timur?

    2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur?

    3. Bagaimana karakteristik dan fungsi tradisi ter-ater di Desa Banjar

    Timur?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Secara garis besar, tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur.

    2. Untuk mengetahui makna dan fungsi tradisi ter-ater di Desa Banjar

    Timur.

    Ada pun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan.

  • 7

    2. Untuk menambah pengetahun bagi peneliti, masyarakat Banjar Timur,

    dan khalayak umum.

    3. Sebagai kontribusi keilmuan di bidang tradisi dan kebudayaan.

    4. Untuk memperkenalkan tradisi ter-ater bagi para akademisi dan

    masyarakat umum.

    D. Tinjauan Pustaka

    Sebelum penelitian ini, sudah ada penelitian tradisi ter-ater yang telah

    dilakukan dan dipublikasikan. Moh. Wardi, dalam penelitiannya yang berjudul

    Tradisi Ter-ater dan Dampak Ekonomi Bagi Masyarakat Madura7

    memfokuskan tradisi ter-ater ditinjau dari sudut pandang agama, budaya, dan

    terutama ditinjau dari sudut pandang ekonomi masyarakat Madura. Dari penelitian

    ini ditemukan kesimpulan bahwa tradisi ter-ater, selain sebagai sarana sosial-

    keagamaan, menjadi sebab naiknya neraca perdagangan ketika musim ter-ater

    tiba. Wardi menemukan bahwa tradisi ter-ater di Desa Bakiong, tempat Wardi

    melakukan penelitian, menjadi momentum kesejahteraan para pedagang. Wardi

    menyimpulkan tradisi ter-ter di Desa Bakiong merupakan bagian dari kegiatan

    ekonomi dan motif dalam ekonomi, motif memenuhi kebutuhan, motif

    memperoleh keuntungan, motif mendapatkan kekuasaan ekonomi, motif sosial,

    dan motif memperoleh penghargaan.

    Dengan demikian, penelitian Moh. Wardi tersebut berbeda dengan

    penelitian ini, yang lebih difokuskan pada fungsi ter-ater di Desa Banjar Timur

    meskipun penulis sama-sama menggunakan sudut pandang agama dan budaya.

    7 Jurnal Karsa Stain Pamekasan Vol 20. No. 2 Tahun 2013

  • 8

    Selain penelitian yang dilakukan Moh. Wardi, ada penelitian lain yang

    dilakukan oleh Mohammad Antoso yang dipublikasan di blog pribadinya dengan

    judul Budaya Ater-ater (bagi-bagi makanan/kue) di Kalangan Masyarakat

    Madura.8 Penelitian ini membahas tradisi ter-ater sebagai budaya lokal yang

    berakulturasi dengan Islam dan perubahan paradigma masyarakat Madura

    terhadap ter-ater, khususnya di kalangan masyarakat kota. Dalam penelitiannya,

    Mohammad Antoso tidak secara spesifik menyebutkan tempat yang diteliti selain

    hanya masyarakat Madura pada umumnya.

    Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat kota di Madura mulai

    enggan untuk ter-ater menggunakan masakan sendiri. Dengan kata lain,

    masyarakat kota menjalankan tradisi ter-ater dengan cara membeli makanan/kue

    di toko atau catering. Sementara, biasanya ter-ater menggunakan bahan makanan

    yang dioleh sendiri.

    Perbedaaan penelitian Mohammad Antoso dengan penelitian ini yaitu,

    Antoso dalam penelitiannya difokuskan pada akulturasi budaya dan perubahan

    paradigma masyarakat kota terhadap ter-ater. Sementara penelitian ini fokus pada

    fungsi tradisi ter-ater. Selain itu, dalam penelitian Antoso tidak menyebutkan

    secara spesifik di Madura bagian mana dia meneliti. Dalam penelitian ini, tempat

    penelitiannya di Desa Banjar Timur.

    8 antoekpsikologi.blogspot.com (diakses pada 15 November 2014)

  • 9

    Penelitian lain juga dilakukan oleh Sandhi Hadi Wijaya, mahasiswa

    jurusan Teologi Fakultas Theologia Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

    2013. Skripsinya berjudul Selamatan Sebagai Sarana Dialog antara Umat

    Beragama di GKJW Jember Pepanthan Rambipuji. Dalam penelitiannya, Sandhi

    memfokuskan pada tradisi ter-ater sebagai sarana komunikasi antara masyarakat

    Rambhipuji9 yang beragama Islam dan jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan

    (GKJW) Jember Pepanthan Rambipuji. Perbedaan penelitian Sandhi Hadi Wijaya

    dengan penelitian ini yaitu Sandhi dalam penelitiannya difokuskan pada tradisi

    ter-ater sebagai media menjalin komunikasi antar umat beragama.

    Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Moh. Wardi, Mohammad

    Antoso dan Sandhi Hadi Wijaya, maka posisi penelitian ini bersifat melanjutkan

    dari penelitian sebelumnya dengan kajian yang berbeda. Penelitian ini dipandang

    perlu karena penelitian-penelitian sebelumnya tentang tradisi ter-ater di Madura

    tidak banyak dilakukan.

    E. Kerangka Teori

    Kehidupan setiap masyarakat tidak bisa dipisahkan dari tradisi yang

    berkembang di lingkungan sekitarnya. Tradisi tersebut bersifat niscaya yang

    diwariskan dari generasi ke generasi. Seiring berjalannya waktu dan zaman,

    sebuah tradisi mengalami perkembangan dan berkesinambungan. Tradis-tradisi

    tertentu di masyarakat terus bergerak sesuai kondisi masyarakatnya, khususnya

    ketika tradisi tersebut sejalan dan mampu memberikan apa yang dibutuhkan

    masyarakat, baik untuk kebutuhan lahiriyah maupun batiniyah. Di sini, suatu

    9 Masyarakat Rambhipuji (Jember) termasuk salah satu masyarkat dengan ciri khas

    pandhelungan (percampuran budaya), yang mayoritas penduduknya berlatar belakang budaya

    Madura.

  • 10

    tradisi berlaku jika tradisi tersebut memiliki makna dan fungsi yang relevan

    dengan kondisi masyarakat. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa

    tradisi ter-ater sampai saat ini masih dilakukan di Desa Banjar Timur.

    Selain itu, tradisi ter-ater sebagai bagian dari tradisi keagamaan

    masyarakat Desa Banjar Timur, mengandung arti selamatan bagi masyarakat desa

    ini. Dalam berbagai bentuk pelaksanaan ter-ater, umumnya dimaksudkan untuk

    selamatan yang menjadi bagian dari ritual-ritual adat tertentu yang dilakanakan

    oleh masyarakat Banjar Timur.

    Pada ritual kehamilan dan kelahiran misalnya, masyarakat desa ini,

    melaksanakan ter-ater dalam rangka menyelamati kandungan dan bayi yang

    dilahirkan. Begitu pula ter-ater yang dilaksanakan sebagai sedekah salah-satu

    keluarga yang telah meninggal dunia, di mana keluarga yang hidup ter-ater dan

    secara khusus di atasnamakan mendiang sebagai selamatan. Hal yang sama bisa

    ditemukan dalam ter-ater pada acara pernikahan, khitanan, dan ter-ater yang

    dilaksanakan berdasarkah hari-hari besar Islam.

    Maka untuk memahami lebih jauh tentang ter-ater, baik dari segi fungsi

    dan tujuannya sebagai selamatan, diperlukan pendekatan antropologi agar

    memperoleh pemahaman dan gambaran yang jelas dan utuh terhadap tradisi ter-

    ater. Pendekatan antropologi ialah pendekatan yang menggunakan nilai-nilai yang

    mendasari perilaku sosial masyarakat, status, gaya hidup, sistem kepercayaannya

    yang mendasari pola hidup dan sebagainya.10

    10 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dan Pendekatan Sejarah (Jakarta:

    Gramedia Pustaka Utama, 1991), hlm. 4.

  • 11

    Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsionalisme

    yang dikemukakan oleh teori slametan atau selamatan yang dikemukakan oleh

    Clifford Geertz (1926-2006) dan Bronislaw Malinowski (1884-1942).

    a. Teori Selamatan: Clifford Geertz

    Clifford Geertz dalam penelitiannya The Religion Of Jawa, menyinggung

    sedikit tentang selamatan yang dilakukan oleh varian abangan. Geertz yang

    membagi struktur agama Jawa menjadi tiga varian (trikotomi), yakni abangan,

    santri, dan priyayi dalam penelitiannya menemukan selamatan banyak dilakukan

    oleh varian abangan. Sebagaimana dikatakan Geertz, selamatan merupakan

    upacara yang utama dalam kehidupan petani Jawa yang terdiri atas suatu upacara

    makan makanan suci bersama, dapat diadakan dengan cara sederhana ataupun

    dengan sangat luas.11

    Selamatan-selamatan yang memiliki bentuk dan isi dengan hanya sedikit

    variasi pada segala kesempatan yang memiliki makna religiuspada titik

    peralihan daur hidup, pada hari-hari suci menurut penanggalan, pada tahap-tahap

    tertentu daur panen, pada waktu pindah rumah, dan seterusnyadimaksudkan

    baik untuk memberi persembahan bagi roh-roh maupun mekanisme-mekanisme

    bersama bagi keutuhan hidup bersama.12

    Menurut Clifford Geertz, selamatan terbagi dalam empat jenis, pertama,

    berkisar sekitar krisi kehidupan seperti: kelahiran, khitanan, perkawinan, dan

    kematian. Kedua, berhubungan dengan hari-hari besar Islam seperti: Maulid Nabi,

    Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha. Ketiga, berhubungan dengan

    11 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 285.

    12

    Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 77.

  • 12

    integrasi sosial desa, misalnya: bersih dusun (pembersihan desa dari roh jahat).

    Keempat, selamatan yang diselenggarakan dalam waktu yang tidak tetap,

    tergantung kejadian luar biasa yang dialami seseorang, seperti: keberangkatan

    untuk perjalanan jauh, pindah tempat, ganti nama, sakit, terkena tenung dan

    sebagainya.13

    Selamatan berimplikasi pada tingkah laku sosial dan memunculkan

    keseimbangan emosional individu karena telah dislameti.14

    Melalui teori selamatan yang dikemukakan oleh Geertz ini, penulis

    mencoba melihat tradisi ter-ater sebagai salah satu bentuk selamatan yang

    dilakukan oleh masyarakat Desa Banjar Timur. Agar diketahui secara rinci

    bentuk-bentuk ter-ater sebagai selamatan, maka akan dibahas secara rinci waktu-

    waktu perlaksanan ter-ater yang meliputi keempat bentuk macam selamatan

    berdasarkan jenisnya, di mana hampir semua ritual-ritual tersebut di Desa Banjar

    Timur terdapat ter-ater sebagai bagian dari ritual.

    b. Teori Fungsionalisme: Bronislaw Malinowski

    Malinowski mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan

    fungsionalisme, yang berpraangapan atau berasumsi bahwa semua unsur

    kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat. Dengan kata

    lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa

    setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap

    13 Clifford Geertz, Abangan Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa (Jakarta: Pustaka

    Jaya, 1989), hlm. 13-14.

    14

    Ibid., 17-18.

  • 13

    yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi

    beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan bersangkutan.15

    Yang dimaksud fungsi di sini ialah pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan

    menurut Malinowski adalah sistem kondisi-kondisi dalam organisme manusia di

    dalam perangkat kebudayaan dan hubungan dengan alam sekitar yang cukup dan

    diperlukan bagi kelangsungan hidup golongan. Adapun inti teori fungsionalisme

    adalah segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu

    rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan

    seluruh kehidupannya (pemenuhan kebutuhan).16

    Melalui teori fungsionalisme penulis memposisikan tradisi ter-ater sebagai

    aktivitas kebudayaan yang memiliki fungsi terhadap masyarakat pelakunya, dalam

    hal ini masyarakat Desa Banjar Timur. Dengan teori ini, dapat diketahui fungsi

    tradisi ter-ater bagi masyarakat Desa Banjar Timur. Agar dapat ditemukan fungsi

    tersebut dapat diketahui secara rinci, maka fungsi tradisi ter-ater akan dilihat dari

    tiga fungsi, yakni: fungsi agama, fungsi sosial, dan fungsi budaya.

    F. Metode Penelitian

    Penelitian ini bersifat penelitian lapangan (field research) dengan cara

    turun langsung ke lokasi penelitian, yakni masyarakat Desa Banjar Timur. Jenis

    penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif dengan melihat

    gejala-gejala umum yang ada pada masyarakat Desa Banjar Timur.

    15 T.O Ihroni (ed.), Pokok-pokok Antropologi Budaya (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

    2006), hlm. 59.

    16

    Koetjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi Jilid I (Jakarta: Universitas Indonesia

    Press, 1980), hlm. 171.

  • 14

    Menurut Bogdan dan Taylor (1973),17

    penelitian kualitatif adalah prosedur

    penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan, dan perilaku

    yang dapat diamati dari subyek itu sendiri. Lazimnya penelitian kualitatif,

    beragam data yang ada di lapangan sangat penting untuk mendapatkan gambaran

    sebuah tradisi dan mengungkap makna dan fungsinya.

    Tahapan-tahapan penelitian ini sebagai berikut:

    1. Metode Pengumpulan Data

    Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu

    yang mempunyai langkah-langkah sistematis.18

    Langkah-langkah ini

    dilakukan untuk memperoleh data, baik di lapangan (primer) melalui

    pengamatan, wawancara dan dokumentasi maupun data pendukung

    (skunder) dari buku, dokumen, koran, dan majalah.

    Langkah-langkah dalam tahap pengumpulan data adalah:

    a. Observasi

    Observasi adalah cara untuk memperoleh data dengan

    pengamatan secara langsung.19

    Dalam observasi ini peneliti

    menggunakan observasi partisipan yaitu pengamatan yang dilakukan

    dengan alat pengindraan dan sekaligus peneliti terjun langsung dalam

    sosial subyek penelitian.20

    Dalam melakukan observasi ini, peneliti

    17 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam

    Varian Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 31. 18

    Hussein Usman, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,1996), hlm. 42. 19

    Muhammad Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Galia Indonesia, 1988), hlm. 21. 20

    Prof. Dr H. M. Burhan Bungsin, S.Sos. M.Si, Penelitian Kualitatif Komunikasi

    Ekonomi Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 116.

  • 15

    mengamati secara langsung tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur.

    Khususnya mengamati perilaku masyarat dalam melaksanakan ter-ater.

    b. Interview

    Metode ini adalah bentuk pengumpulan data melalui

    wawancara dengan pelaku tradisi ter-ater dengan cara berbicara

    berhadap-hadapan dan melalui telewicara atau telepon. Metode ini

    digunakan untuk memperoleh data primer sebagai rujukan utama

    penelitian.

    Dalam melaukan interview, peneliti memakai dua metode,

    yakni: wawancara mendalam (in-depth interview) dan wawancara

    terarah (guided interview). Wawancara mendalam dimaksudkan untuk

    menggali informasi (keterangan, pendirian, dan pendapat secara lisan)21

    secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan

    pelaku tradisi ter-ater dan melakukan tanya-jawab tanpa pedoman

    pertanyaan yang disiapkan. Teknik ini dilakukan tanpa ada batasan

    waktu, dilakukan berkali-kali, dan tidak hanya terbatas pada satu

    informan saja. Sedangkan wawancara terarah dilakukan dalam bentuk

    persiapan sebelumnya berupa daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini,

    wawancara akan dilakukan dengan berbagai pihak seperti tokoh

    masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat Desa Banjar Timur.

    c. Dokumentasi

    21 Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta :

    Prenada Media : 2005), hlm. 69.

  • 16

    Dokumentasi adalah catatan peristiwa dalam berbagai bentuk

    seperti tulisan, gambar, foto, video, dan lain-lain. Menurut Sugiyono

    (2011),22

    dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

    Dengan dokumentasi, dapat diperoleh fakta-fakta tertentu dalam

    melakukan penelitian ter-ater sebagai penunjang terhadap data skunder

    maupun data primer yang terjadi pada masa lalu, baik yang termuat di

    surat kabar, buku, jurnal, dan lain sebagainya.

    2. Analisis Data

    Analisis data merupakan proses mengolah dan menelaah data yang

    diperoleh melalu observasi, wawancara, dan dokumenter, baik data skunder

    mapun primer. Dalam analisis data, dilakukan proses pemetaan, mengatur

    data, klasifikasi data, dan mengurutkan data sehingga membentuk pola dan

    kategori jelas yang nantinya dapat ditemukan tema dan hepotesis dari

    penelitian. Dalam pengertian lain sebuah fakta akan muncul setelah

    diadakan analisis terhadap data yang telah terkumpul.23

    Langkah-langkah analisis data yang lakukan sebagai berikut:24

    a. Data dikumpulkan berdasarkan kerangka berfikir (teori) yang

    digunakan

    b. Data diseleksi agar ditemukan data yang relevan dengan fokus

    pembahasan

    22 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

    (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 329. 23

    Basri MS, Metodologi Penelitian Sejarah: Pendekatan, Teori, dan Praktik (Jakarta:

    Restu Agung, 2006), hlm. 79.

    24

    Radjasa Mutasim, Metode Analisis Data, dalam M. Amin Abdullah Dkk., Metodologi

    Penelitian Agama: Pendekatan Multi Disipliner, (Yogyakarta : Lembaga Penelitian UIN Sunan

    Kalijaga, 2006), hlm. 219.

  • 17

    c. Data disusun (dikonstruk) sesuai dengan alur penelitian.

    d. Data ditafsir (interpretasi) sesuai dengan konteks yang

    dikembangkan.

    3. Laporan Penelitian

    Langkah terakhir dalam proses kegiatan penelitian adalah

    penyusunan laporan. Penyususan laporan ini merupakan langkah yang

    sangat penting karena dengan laporan ini syarat keterbukaan ilmu

    pengetahuan dan penelitian jadi terpenuhi.25

    Disamping itu, melalui

    laporan hasil penelitian dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang proses

    penelitian yang telah dilakukan.26

    G. Sistematika Pembahasan

    Sebagai gambaran umum pembahasan dan untuk mempermudah dalam

    pembuatan skripsi ini, penulis mengemukakan sistematika penyajiannya sebagai

    berikut:

    Bab I adalah pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum

    skripsi ini secara keseluruhan, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, kajian pustaka, metode

    penelitian dan sistematika pembahasan. Dengan adanya bab I ini diharapkan dapat

    memberikan sebuah gambaran umum mengenai seluruh rangkaian penulisan

    sebagai dasar bagi pembahasan berikutnya dan memberikan arah penelitian yang

    dilakukan.

    25

    Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm. 89. 26

    Dudung Abdurahman, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Kurnia Kalam

    Semesta, 2003), hlm. 69.

  • 18

    Bab II, mendeskripsikan tentang gambaran umum wilayah Desa Banjar

    Timur, Gapura, Sumenep, Jawa Timur. Deskripsi tersebut meliputi: letak

    geografis, kependudukan, kondisi pendidikan, kondisi sosial-budaya, kondisi

    sosial-ekonomi, dan kondisi sosial-keagamaan.

    Bab III, membahas tentang isi penelitian secara keseluruhan yaitu latar

    belakang munculnya tradisi ter-ater dan pelaksanaan tradisi ter-ater di Desa

    Banjar Timur, meliputi: tradisi ter-ater yang dilaksanakan berdasarkan waktu dan

    tradisi ter-ater yang dilaksanakan berdasarkan peristiwa.

    Bab IV, merupakan pembahasan pokok mengenai karakteristik dan fungsi

    tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur.

    Bab V penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperlukan.

  • 79

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan pada bab-bab terdahulu

    mengenai tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur, dapat disimpulkan sebagai

    berikut:

    Tradisi ter-ater merupakan salah satu tradisi masyarakat Madura yang

    diwariskan dari generasi ke-generasi. Sebagai bagian dari warga Madura,

    masyarakat Desa Banjar Timur melaksakan tradisi ter-ater dalam berbagai

    bentuknya. Bagi masyarakat desa ini, melaksanakan ter-ater menjadi keniscayaan

    yang harus dilakukan pada hampir setiap momen, terutama hari-hari besar Islam

    dan upacara-upacara adat. Mengingat kondisi sosial-keagamaan masyarakat

    Banjar Timur tidak bisa dilepaskan dari Agama Islam, maka tradisi ini bernuansa

    Islami. Di sisi lain, kondisi sosial-budaya masyarakat desa ini menjadikan tradisi

    ter-ater kental dengan kearifan lokal. Selain itu, kondisi sosial-kependidikan

    masyarakat Desa Banjar Timur yang dekat dengan pondok pesantren dan aktifnya

    tradisi ngaji di langgar, membuat tradisi ter-ater terjaga keberadaannya dengan

    baik karena pondok pesantren (dan kiai/darah biru yang mengelolanya) dan

    langgar (dan guru langgar yang berperan aktif) menjadi panutan masyarakat desa

    ini. Pondok pesantren dan langgar di Desa Banjar Timur memiliki peran penting

    dalam menjaga keberlangsungan tradisi ter-ater.

    Dalam pelaksanaanya, tradisi ter-ater dilakukan dalam rangka selamatan,

    syukuran, sedekah, dan media berbagi bagi masyarakat Desa Banjar Timur.

  • 80

    Melalui tradisi ter-ater, masyarakat desa ini menerjemahkan ajaran-ajaran Islam

    dalam bingkai tradisi. Sehingga, nilai-nilai Islam teringtegrasi dengan tradisi ter-

    ater yang berupa nilai persaudaraan (silaturahmi), mengokohkan tali keislaman

    (ukhuwah islamiyah), saling tolong menolong, dan lain sebagainya.

    Di Desa Banjar Timur, ter-ater memiliki karakteristik ter-ater utama dan

    ter-ater pendamping. Ter-ater utama banyak dilakukan pada ter-ater yang

    disandarkan pada waktu (hari-hari besar Islam) dan ter-ater pendamping banyak

    dilakukan pada ter-ater yang disandarkan pada perisitwa (upacara atau selamatan

    siklus hidup). Meksipun demikian, ter-ater utama juga ditemukan pada ter-ater

    yang disandarkan pada peristiwa dan ter-ater pendamping juga ditemukan pada

    ter-ater yang disandarkan pada waktu.

    Masyarakat Desa Banjar Timur memaknai ter-ater sebagai perekat

    hubungan sosial antar keluarga, antar tetangga, antar masyarakat Desa Banjar

    Timur, antar tentangga desa, dan antar umat muslim pada umumnya. Fakta di

    lapangan menunjukkan bahwa masyarakat desa ini memiliki ikatan sosial yang

    terjaga dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan tetap dilaksanakannya tradisi ter-

    ater sebagai wujud dari tindakan menjaga hubungan sosial.

    Ditinjau dari fungsinya, tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur meliputi:

    1. Fungsi Agama

    Dalam konteks agama (Islam), tradisi ter-ater merupakan penerjemahan

    dari perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya untuk menjaga silaturahmi, bersedekah,

    saling tolong menolong, berbagi, bersyukur, dan menjaga ukhuwah islamiyah.

    Melalui ter-ater masyarakat Desa Banjar Timur menciptakan hidup yang islami

  • 81

    tanpa harus meninggalkan kearifan lokal karena nilai-nilai Islam memiliki

    kesamaan dengan tujuan dan fungsi tradisi ter-ater.

    2. Fungsi Sosial

    Dalam aspek kehidupan sosial, tradisi ter-ater menemukan momentumnya.

    Tradisi ini memiliki fungsi nyata dalam kehidupan sosial sebagai media interaksi

    antar sesama manusia. Melalui ter-ater, masyarakat Desa Banjar Timur menjaga

    hubungan kekerabatan, hubungan dengan tetangga, dan hubungan antar

    masyarakat. Lewat ter-ater masyarakat desa ini juga membangun solidaritas dan

    stabilitas sosial. Di samping itu, ter-ater memungkinkan masyarakat Banjar Timur

    untuk saling berbagi keuntungan kolektif lewat interaksi sosial mereka dalam

    melaksanakan ter-ater.

    3. Fungsi Budaya

    Ter-ater adalah tradisi masyarakat Madura yang sampai saat masih lestari.

    Dengan demikian, ter-ater termasuk salah satu khazanah kebudayaan lokal

    masyarakat Madura dan harus diakui mencerminkan karakter masyarakatnya. Di

    dalam tradisi ini, terkandung makna keluhuran yang dibingkai melalui tradisi.

    Ter-ater mengajak pelakunya untuk menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan

    dan menghargai kehidupan sosial.

    B. Saran

    Tradisi ter-ater sebagai sebuah produk kearifan lokal masyarakat Madura

    seperti yang terlihat pada tradisi ter-ater di Desa Banjar Timur, sudah sepatutnya

    tradisi ini dijaga dan dilakukan upaya pelestarian, terutama oleh pelakunya.

    Karena tradisi ter-ater merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa. Di

  • 82

    dalamnya terdapat kekhasan dan keunikan sebuah tradisi, memiliki makna dan

    fungsi yang mendukung terhadap kehidupan keagamaan, sosial, budaya

    masyarakat Madura, khususnya masyarakat Desa Banjar Timur yang penulis teliti.

    Dengan demikian, diperlukan strategi kebudayaan agar tradisi ter-ater

    tetap mengakar di Desa Banjar Timur. Strategi itu meliputi pewarisan yang masif

    pada generasi muda, mengajak mereka secara langsung terlibat dalam

    melaksanakan tradisi ini, dan memberikan pemahaman berkelanjutan tentang

    pentingnya tradisi ter-ater terhadap kehidupan masyarakat Banjar Timur.

    Hal ini sangat penting untuk dilakukan, mengingat gerak laju zaman mulai

    menafikan keberadayaan tradisi lokal yang bisa jadi mengakibatkan tercerabutnya

    tradisi ter-ater dari kehidupan masyarakat Madura, khusunya masyarakat Desa

    Banjar Timur. Perkembangan dan perubahan zaman memang tidak terhindarkan

    dari masyarakat, namun mempertahankan tradisi yang sudah terwariskan dari

    generasi ke-generasi menjadi keniscayaan untuk dilakukan di tengah arus

    globaliasi yang mengajarkan hidup instan.

  • 83

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdurachman, Sejarah Madura Selayang Pandang, Sumenep: Barokah, 1988.

    Abdurahman, Dudung, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Kurnia Kalam

    Semesta, 2003.

    Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depdiknas RI dan Balai

    Pustaka, 2001.

    Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah

    Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.

    ___________, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi Kebijakan Publik dan

    Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2007.

    Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

    Balai Pustaka, 1993.

    Geertz, Clifford, Abangan Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, Jakarta:

    Pustaka Jaya, 1989.

    ___________, Kebudayaan dan Agama, Yogyakarta: Kanisius, 2002.

    Hartono, Bambang, Panembahan Ronggosukowati, Raja Islam Pertama di Kota

    Pamekasan-Madura, Sumenep: Nur Cahaya Ghusti, 2001.

    Ihroni, T.O (ed.), Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Yayasan Obor

    Indonesia, 2006.

    Jonge, Huub de, Madura Dalam Empat Zaman: Perdagangan, Perkembangan

    Ekonomi, dan Islam, Jakarta: Gramedia, 1989.

    Kartodirjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dan Pendekatan Sejarah, Jakarta:

    Gramedia Pustaka Utama, 1991.

    Koetjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi Jilid I, Jakarta: Universitas Indonesia

    Press, 1980.

    ___________, Kebudayaan Jawa, Jakarta: Balai Pustaka, 1984.

    ___________, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Renika Cipta, 2009.

    Kuntowijoyo, Agama Islam dan Politik: Gerakan-gerakan Sarekat Islam Lokal di

    Madura, 1913-1920, dalam Dr. Huub de Jonge (ed.). Agama,

    Kebudayaan, dan Ekonomi, Jakarta: Rajawali Press, 1989.

  • 84

    MS, Basri, Metodologi Penelitian Sejarah: Pendekatan, Teori, dan Praktik.

    Jakarta: Restu Agung, 2006.

    Mulder, Niels, Mistisme Jawa, Yogyakarta: LKiS, 2001.

    Mutasim, Radjasa, Metode Analisis Data, dalam M. Amin Abdullah Dkk.,

    Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multi Disipliner, Yogyakarta:

    Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006.

    Nasir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Galia Indonesia, 1988.

    Norris, Pippa dan Ronald Inglehart, Sekularisasi Ditinjau Kembali: Agama dan

    Politik di Dunia Dewasa ini. Terjemahan dari buku Sacret and Secular:

    Religion and Politick Wordwide oleh Zaim Rofiqi, Jakarta: Pustaka

    Alvabet, 2009.

    Rifai, Mien Ahmad, Manusia Madura: Pembawaan, Perilaku, Etos Kerja,

    Penampilan, dan Pandangan Hidupnya seperti Dicitrakan

    Peribahasanya, Yogyakarta: Pilar Media, 2007.

    Safioedin, Asis, Kamus Bahasa Madura-Indonesia, Surabaya: CV Kanindra

    Suminar, 1976.

    Setiawan, Zudi, Nasionalisme NU, Semarang: Aneka Ilmu, 2007.

    Soegiyanto (Penyunting), Kepercayaan, Magi, dan Tradisi Dalam Masyarakat

    Madura, Jember: Penerbit Tapal Kuda, 2003.

    Soekamto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Grafindo Persada,

    1999.

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

    R&D, Bandung: Alfabeta, 2011.

    Suryabrata, Sumardi, Metode Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1992.

    Suyanto, Bagong, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan,

    Jakarta: Prenada Media, 2005.

    Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto (ed.), Teori-Teori Budaya, Yogyakarta:

    Kanisius, 2005.

    Tim Penulis Sejarah Sumenep, Sejarah Sumenep, Sumenep: Dinas Kebudayaan

    Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sumenep, 2012.

    Usman, Hussein, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara,1996.

  • 85

    Wahid, Abdurrahman, Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan, Jakarta:

    Desantara, 2001.

    Wiyata, A. Latief, Carok; Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura,

    Yogyakarta: LKiS, 2002.

    Yustion, dkk, Islam dan Kebudayaan Indonesia: Dulu, Kini, dan Esok, Jakarta:

    Yayasan Festival Istiqlal, 1993.

    Jurnal dan Majalah

    Moh. Wardi, Tradisi Ter-ater dan Dampak Ekonomi Bagi Masyarakat Madura,

    Pamekasan: Jurnal Karsa Stain Pamekasan Vol 20. No. 2 Tahun 2013

    Suardi Endahraswara, Mistisisme dalam Seni Spriritual Bersih Desa di Kalangan

    Penghayat Kepercayaan, Yogyakarta: Jurnal Kejawen Universitas

    Negeri Yogyakarta, Vol. 1. No. 2 Agustus 2006.

    Paisun, Dinamika Islam Kultural: Studi Atas Dialektika Islam Dan Budaya Lokal

    Madura, Malang: Jurnal el-Harakah Universitas Negeri Maulana Malik

    Ibrahim Vol 12. No. 2 Tahun 2011.

    Zamakhsyari Dhofier dan Abdurrahman Wahied, Penafsiran Kembali Ajaran

    Agama; Dua Kasus dari Jombang, Jakarta: Majalah Prisma LP3ES No.

    03 Tahun 1978.

    Internet

    www.antoekpsikologi.blogspot.com (diakses pada 15 November 2014)

  • DAFTAR INFORMAN

    No. Nama Umur

    (th) Pekerjaan Alamat

    1. Thahir 44 Apel Desa

    Banjar

    Timur

    Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    2. Sahnati 47 Pedagang

    Keliling

    Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    3. Asto 55 Kuli

    Bangunana

    Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    4. Sahlan 70 Guru Ngaji Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    5. Ustman 40 Guru Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    6. Atmawi 60 Tani Dusun Ahadan, Desa

    Banjar Timur

    7. Zahna 53 Tani Dusun Ahadan, Desa

    Banjar Timur

    8.

    Jafar 35 Pejabat

    Desa

    Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    9. A. Tirmidzi 45 Guru Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    10. Zahni 54 Tani Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    11. Jumat 64 Carek Desa Dusun Ahadan, Desa

    Banjar Timur

    12. Abu Yazid 29 Tani Dusun Ahadan, Desa

    Banjar Timur

  • No. Nama Umur

    (th)

    Pekerjaan Alamat

    13 Kholil 28 TU Sekolah Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    14. Abdus Salam 67 Tani Dusun Ahadan, Desa

    Banjar Timur

    15. Karima 58 Tani Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    16. Sawiyah 33 Tani Dusun Ahadan, Desa

    Banjar Timur

    17. Misna 25 Tani Dusun Ahadan, Desa

    Banjar Timur

    18. Hosniyah 36 Tani Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    19. Haris 65 Tani Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    20. Asmad 46 Tani Dusun Buabu, Desa

    Banjar Timur

    21 Nahrawi 32 Tani Dusun Ahadan, Desa

    Banjar Timur

    21 Sadik 42 Tani Dusun Ahadan, Desa

    Banjar Timur

  • FOTO-FOTO PENELITIAN

    Menu-menu ter-ater: nasi dan lauk-pauk

    Salah seorang warga Desa

    Banjar Timur hendak ter-ater

    Salah seorang warga Desa Banjar

    Timur mempersiapkan ter-ater

  • Menu ter-ater: tajhin sappar

    Menu ter-ater: palotan

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A. IDENTITAS DIRI: Nama : Abd. Rahem

    Tempat/Tgl. Lahir : Sumenep, 02 September 1988

    Nama Ayah : Sahwini

    Nama Ibu : Zahniyah

    Alamat Asal : Dusun Buabu, Desa Banjar Timur

    Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep

    Provinsi Jawa Timur

    Alamat Kos : Jl. Srikandi GK 132D RT 17/07 Demangan Kidul,

    Gondokusuman, Yogyakarta.

    E-mail : [email protected]

    No. Hp : 087866115221

    B. RIWAYAT PENDIDIKAN a. MI. Al-Inam Banjar Timur, Gapura, Sumenep (1995-2001) b. MTs. Al-Inam Banjar Timur, Gapura, Sumenep (2001-2004) c. MAN I Sumenep (2004-2007) d. S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2007-2015)

    C. RIWAYAT ORGANISASI a. Osis di MI b. Osis di MTs c. Sanggar di MAN d. Komunitas Sastra Kutub e. BEM-J SKI Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga f. BEM-F Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga g. PMII UIN Sunan Kalijaga h. Partai Rakyat Merdeka UIN Sunan Kalijaga

    D. KARYA-KARYA Esai dan Pendapat

    1. Peret Kandung: Mungkinkah Tergerus Zaman? (esai budaya), Media Indonesia, Khazanah, Minggu, 17 Februari 2008

    2. Joglo: Rumah Tradisional yang kian Langka (esai budaya), Media Indonesia,Khazanah, Minggu, 30 Maret 2008

    3. Pasola: Lambang Sportivitas Kebudayaan Sumba (esai budaya), Media Indonesia, Khazanah, Minggu, 24 Agustus 2008

    4. Wayang Gong: Mungkinkah Tergusur Budaya Pop? (esai budaya), Khazanah, Minggu 08 Juni 2008

    5. Buang Jong: Jalan Suku Sawang Selamat Melaut (esai budaya), Media Indonesia, Local Wisdom, Sabtu, 03 Januari 2009

    6. Tumpeng: Kosmologis Orang Jawa (esai budaya), Media Indonesia, Local Wisdom, Sabtu, 11 Juli 2009

    mailto:[email protected]

  • 7. Parnyoonan: Berbaur di Tengah Modernitas (esai budaya), Media Indonesia, Lokal Wisdom, Sabtu, 17 Oktober 2009

    8. Golput Menang 2009? (pendapat), Koran Tempo, Sabtu, 11 April 2009

    9. Infotainment dan Fatwa Harap (pendapat), Harian Jogja, 31 Juli 2010

    Cerita Pendek dan Cerita Bersambung a. Ziarah ke Bukit (cerpen), Koran Merapi, Minggu 03 April 2011 b. Indonesia Raya (cerpen), Seputar Indonesia, Minggu 17 Agustur

    2009

    c. Cinta Kartini (cerpen), Seputar Indonesia, Minggu 26 April 2009 d. Kati (cerpen), Joglo Semar, Minggu 17 Januari 2010 e. Pertemuan Satu Malam (cerpen), Banjarmasin Post, Minggu 2008 f. Kabar dari Bangka (cerpen), Koran Merapi, Minggu 21 Desember

    2009

    g. Putri Hujan (cerpen), Pikiran Rakyat, Sabtu 12 Juni 2008 h. Ke Laut (cerpen), Minggu Pagi No 52 TH 61 Minggu V Maret 2009 i. Warung Betis (cerpen) Minggu Pagi No 52 TH 61 Minggu V Maret

    2009

    j. Salma (cerpen), Minggu Pagi No 03 TH 63 Minggu III April 2010 k. Ana Kim Su-jin (cerpen), Minggu Pagi No 24 TH 62 Minggu II

    September 2009

    l. Sudarning (cerpen), Koran Merapi, Minggu 19 April 2009 m. Jalan Menikung Menuju Bukit (cerpen), dalam dalam antologi Jalan

    Menikung ke Bukit Timah (Temu Sastrawan Indonesia II di Bangka

    Belitung 2009)

    n. Riwayat Langgar (cerpen), Minggu Pagi No 28 TH 53 Minggu V Maret 2012

    o. Asbak (cerpen), Minggu Pagi No 28 TH 63 Minggu II Oktober 2010 p. Gadis Kembang Jagung (cerpen), Pikiran Rakyat, 10 Januari 2010 q. Pinangan (cerpen) Suara Karya, Sabtu 24 April 2010 r. Mengintip Tetangga (cerpen), Minggu Pagi No 27 TH 66 Minggu I

    Oktober 2013

    s. Rembulan Enambelas Subuh (cerpen), Koran Merapi, Minggu 07 Juli 2013

    t. Mencari Anna (cerpen), Suara Pembaruan, Minggu 07 12 Juni 2013

    u. Suatu Malam Menjelang Hujan (cerpen), Majalah Janna, 25 Maret 2013

    v. Dada yang Lindu (cerpen), Majalah Kartini No.2343 | 07 21 Maret 2013

    w. Jalan Menikung Menuju Bukit (cerita bersambung) Bagian 1, Majalah Kartini No.2345 | 04 18 April 2013; Bagian 2, Majalah

    Kartini No.2346 | 18 April 02 Mei 2013; Bagian 3, Majalah Kartini

  • No.2347 | 02 16 Mei 2013; Bagian 4 (tamat), Majalah Kartini No.

    2328 | 16 30 Mei 2013

    x. Segelas Kopi Susu (cerpen), dalam Love Autumn (Edi Lestari, dkk.) (Diva Press, 2012)

    y. Keringnya Sawah Surti (cerpen), Jurnal Kreativa Vol.IX/TahunVI/Agustus 2009 dan termuat kembali dalam

    Pernikahan Tuan Mensen yang Mengejutkan (Kumpulan Cerpen

    Pilihan Jurnal Kreativa 2008-2012)

    z. Hajat Hidup Orang Banyak (cerpen), Majalah Advokasia, Edisi 14 Tahun 2014

    *Keseluruhan cerita pendek dan cerita bersambung ditulis dengan menggunakan

    nama pena Rachem Siyaeza

    Yogyakarta, 22 Januari 2015

    Abd. Rahem

    (NIM. 07120016)

    HALAMAN JUDULHALAMAN NOTA DINASHALAMAN PERNYATAAN KEASLIANHALAMAN PENGESAHANMOTTOPERSEMBAHANKATA PENGANTARABSTRAKDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR LAMPIRANBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Batasan dan Rumusan MasalahC. Tujuan dan Kegunaan PenelitianD. Tinjauan PustakaE. Kerangka TeoriF. Metode Penelitian

    BAB V PENUTUPA. KesimpulanB. Saran

    DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN